pkm toddopuli
Post on 10-Jul-2016
115 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT TUGASFAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2015 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
POSYANDU LANSIA
Oleh :
PUTRI PRATAMA, S. Ked. 10542 0150 09FADRI AKHZAN, S. Ked. 10542 0077 09RISKI INDAH HERAWATY, S. Ked. 10542 0116 09ACHMAD FAUZY ABD, S. Ked. 10542 0149 09NURUL RATNA SARI, S. Ked. 10542 0110 09
Pembimbing :
drg. Hj. YAYI MANGGARSARI, M. Kes.
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2015
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perguruan Tinggi Muhammadiyah Makassar didirikan oleh Pimpinan
Wilayah Muhamadiyah Sulawesi Selatan dan Tenggara sebagai hasil karya
Panitia Pendiri yang dibentuk pada Musyawarah Wilayah Sulawesi Selatan dan
Tenggara ke 24 di Kabupaten Watan Soppeng pada tanggal 5 september 1962,
dengan Fakultas Ilmu Penelitian. Pada tahun 1966-1967, Universitas
Muhammadiyah Makassar dengan menempati gedung Sekolah China yang
pada tahun 1966.
Setelah melalui beberapa tahap persiapan di tingkat Universitas seperti,
penandatanganan MOU kerja sama dengan Fakultas Kedokteran UNHAS dan
Rumah sakit Syekh Yusuf Gowa, maka pada tahun 2007 proposal pendirian
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UNISMUH diusulkan ke DIKTI
jakarta. Dari hasil usulan tersebut maka pada tanggal 16-17 Mei 2008 oleh tim
KKI (konsil kedokteran Indonesia) melakukan visitasi ke Universitas
Muhamadiyah untuk melihat kelayakan pembukaan program studi
Puskesmas adalah UPTD kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung
jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya. Berperan
menyelenggarakan upaya kesehatan agar masyarakat sadar, mau dan mampu
untuk berpola hidup sehat sehingga meningkatkan derajat kesehatan yang
optimal.
Lanjut usia (lansia) adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan ber- negara (UU RI No 13 tahun 1998). Menurut WHO (World
Health Organization) membagi masa usia lanjut sebagai berikut a. Usia 45-60
tahun, disebut middle age (setengah baya atau A-Teda madya) b. Usia 60-75
tahun, disebut elderly (usia lanjut atau wreda utama) c. Usia 75-90
tahun,disebut old (tua atau wreda prawasana) d. Usia diatas 90 tahun,disebut
very old (tua sekali atau wreda wasana).
1
Masyarakat kita saat ini memandang para lanjut usia sebagai orang-
orang yang kurang produktif, kurang menarik, kurang energik, mudah
lupa,barangkali kurang bernilai dibandingkan dengan mereka yang masih
dalam keadaan prima (Kroll dan Hawkins, 1999), untuk itu dalam
pembangunan nasional pemerintah telah berhasil mewujudkan hasilyang positif
diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan
hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis
atau ilamu kedokteran, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan
penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah
penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat
atau sering disebut dengan Lansia Booming (Nugroho, 2000).
Salah. satu upaya Pernerintah dalam menyediakan fasilitas kesehatan
dan penyelenggaraan upaya kesehatan antara lain adalah dengan mengadakan
Posyandu. Posyandu merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari
petugas kesehatan dalam rangka pencapaian norma Kelurga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (Effendy, 1998).
B. Tujuan Tutorial Klinik
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui program posyandu di Puskesmas Toddopuli bulan
September 2015.
2.Tujuan Khusus
Mengetahui Program Posyandu Lansia di wilayah Puskesmas
Toddopuli.
C. Manfaat
1. Manfaat Bagi Institusi
Dapat memperkaya khasanah dunia kerja melalui informasi yang
diperoleh dari lapangan sehingga dapat melakukan penyesuaian materi
perkuliahan terhadap tuntutan dunia kerja yang pada akhirnya dapat
menghasilkan dokter-dokter yang lebih kompetitif.
2
2. Bagi Puskesmas
Puskesmas sebagai lokasi magang dokter muda dengan mendapatkan
bantuan pegawai sebagai mitra kerja mengaplikasikam ilmu pengetahuan
serta ilmu-ilmu kesehatan yang belum didapatkan dari bangku perkuliahan.
3. Bagi Dokter Muda
Dokter muda dapat menimbah pelajaran praktis klinis lapangan dan
membandingkan ilmu yang diperoleh dengan dunia kerja yang sesunguhnya
sehingga dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi kompetisi pasca
pendidikan.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS TODDOPULI
Puskesmas Toddupuli merupakan puskesmas baru yang merupakan
pengembangan dari puskesmas Batua yang terletak di Jl. Toddupuli raya no.96
dan dipimpin oleh drg. Hj.Yayi Manggarsari, M.Kes. Dahulu puskesmas
toddupuli merupakan PUSTU (puskesmas pembantu) dari Puskesmas Batua, dan
akhirnya sekitar 6 november 2013 pustu puskesmas batua ini dijadikan puskesmas
yang dinamakan puskesmas Toddopuli.
Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Todupulli sebagai berikut:
a. Sebelah utara : kelurahan Panaikang
b. Sebelah Barat : Kecamatan Pandag/karampuang
c. Sebelah Timur : Kecamatan Tello baru batua
d. Sebelah Selatan : Kelurahan Pandang/borong
Pada waktu itu Puskesmas Toddopuli hanya memberikan pelayanan kepada
pasien rawat jalan dengan pegawai berjumlah enam orang, setelah dikembangkan
jadi puskesmas jumlahnya bertambah menjadi 22 pegawai yang terdiri dari 20
orang PNS dan 2 orang pegawai magang dengan luas wilayah kerja kelurahan
Paropo 1.170.138 M3 atau 117.138 Ha. Selain itu, puskesmas Tuddopuli terdiri
dari 10 kelurahan dan 52 RT.
Kegiatan posyandu di wilayah kerja puskesmas Toddopuli di kelurahan
paropo ada 8 RW ditambahdengan 1 Posbindudilaksanakan setiap bulan dari
tanggal 01 sampai tanggal 30 bulan berjalan dengan melakukan kegiatan-kegiatan
diantaranya satu posyandu lansia dan satu posyandu balita pemberian makanan
tambahan, imunisasi, penyuluhan kesehatan, pemantauan tumbuh kembang anak,
pemeriksaan Bumil, dan pengobatan penyakit. Semua kegiatan tersebut dilakukan
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan untuk masing-masing penanggung
jawab kegiatan yang dilaksanakan oelh petugas dari puskesmas Toddopuli.
4
A. Keadaan Demografi
1. Luas wilayah : 1.170.138 M3
2. Jumlah KK : 3.594 KK
3. Jumlah penduduk : 16.271 orang (BPS, 2013)
a. Laki-laki : 7.800 orang
b. Perempuan : 8.959 orang
5
B. KeadaanSarana Wilayah Todoppuli
1. Jumlah sarana ibadah : 15, terdiri dari:
a. Mesjid : 9 buah
b. Gereja : 6 buah
2. Jumlah sarana pendidikan : 14, terdiri dari:
a. TK : 6 buah
b. SD/sederajat : 5 buah
c. SMP/Sederajat : 2 buah
d. SMA/Sederajat : 1 buah
3. Jumlah Posyandu : 8, terdiri dari:
a. Teratai I Jl.Dirgantara
b. Teratai III, Jl.Paropo 8
c. Teratai IV Jl.Babusalam
d. Teratai V Jl.Batua Raya
e. Teratai VI kompleks Paropo Indah
f. Teratai VII A
g. Teratai VII B
h. Teratai IX, Meranti
4. Posbindu, di RW III
5. Jumlah sarana Olahraga
a. Lapangan tenis lokasi BLKI
b. Lapangan Bulu tangkis lokasi dirgantara
c. Lapangan bola basket lokasi filadelvia
C. Struktur Organisasi Puskesmas Tuddopuli
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS TUDDOPULI
1. Kepala Puskesmas : drg. Hj. Yayi Manggarsari, M. Kes.
2. Kepala Sub.bagian tata usaha : Hj.Kurniati, S.Sos
a. Umum : Syarifuddin, AMK
b. Kepegawaian : Rina Kasrini,AMK
A.Abd. Gafur, S.KM
c. Perlengkapan : Sumiati, AMK
6
d. Keuangan : Ariati, S.Kep, Ners
3. Unit Pelayanan tekhnis Fungsional :
a. Upaya Kesehatan Masyarakat
1) Upaya Kesehatan Wajib
a) Promosi Kesehatan : Sangkala, S.KM, M.Kes
b) Kesehatan Lingkungan : Zainuddin, S.KM
c) KIA dan KB : Ratih Puspita Ratu, Amd, Keb
d) Upaya Per.Gizi Masyarakat : Nurhaedah
e) Upaya P2M/PTM : Nurmawati T., AMK
2) Upaya Kesehatan Pengembangan
a) Upaya Kesehatan UKS : dr.Nurhaedah Sulo
b) Upaya Kesehatan Usila : Rina Kasrini, AMK
c) Perawatan Kesehatan Masy : Ariati, S.Kep, Ners
d) Upaya Kesehatan Kerja : A. Abd. Gafur, SKM
e) Upaya Kesehatan Gimul : drg.Nurwahidah
Syadriana Djafar, AMKG
f) Upaya Kesehatan Olahraga : A.Abd. Gafur, SKM
g) Upaya Kesehatan Mata : dr. Nurhaedah Sulo
h) Upaya Kesehatan telinga : dr. Nurhaedah Sulo
i) Upaya kes.Tradisional/Pem.Batra: Kasmawati Anwar, S.Si, Apt
b. Upaya Kesehatan Perseorangan
Rawat Jalan
1) Kartu : Hj. SitiAminah
2) Poli Umum : dr. Hj. Adriani L,MM
dr. Nurhaedah Sulo
3) Polik TB dan Kusta : Nurmawati T., AMK
4) Poli Gigi : drg.Nurwahidah
5) Tindakan/UGD : Nurmawati T, AMK
6) Laboraturium : NurlailaTuanaya, SKM
7) Kamar Obat : Kasmawati Anwar, S.Si, Apt
7
4. Jaringan Pelayanan Puskesmas
Unit Puskesmas keliling : dr. Nurhaedah Sulo
Syarifuddin, AMK
D. Sumber Daya Manusia (SDM) Puskesmas Tuddopuli
Jumlah dan jenis pegawai di Puskesmas Toddupuli adalah:
1. Kepala Puskesmas : 1 orang
2. Dokter Umum : 2 orang
3. Dokter Gigi : 1 orang
4. Ka. Tata Usaha : 1 orang
5. Penyuluh kes : 1 orang
6. Perawat : 7 orang
7. Apoteker : 1 orang
8. Sanitarian : 2 orang
9. Bidan : 1 orang
10. Perawat Gigi : 1 orang
11. Laboratorium : 1 orang
12. Gizi : 1 orang
E. Jenis-Jenis Pelayanan Pasien Rawat Jalan Puskesmas Tuddopuli
Jenis pelayanan yang diberikan puskesma Tuddopuli adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan Tingkat Pertama (RJTP)
a. Pemeriksaan dan Konsultasi Kesehatan
b. Tindakan medik dasar
c. Tindakan medik gigi dan mulut dasar
d. Pelayanan Keluarga berencana (KB)
e. Imunsasi
f. Surat Keterangan Lahir
g. Surat keterangan sakit
h. Surat Keterangan berbadan Sehat
2. Pelayanan kesehatan Luar Gedung
8
a. LayananKesehatan
1) Puskel (puskesmas Keliling)
2) Posyandu
- Bayi dan Balita
- Lansia
b. Promosi Kesehatan
c. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
d. Home Care
e. Layanan darurat 24 jam/hari
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Posyandu Lansia
1. Pengertian Posyandu Lansia
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan dan keluarga berencana. Kegiatan posyandu adalah perwujudan dari
peran serta masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan
mereka. posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan
pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai
nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut
usia (Depkes, 2000).
2. Tujuan Posyandu Lansia
Adapun tujuan dari dibentuknya posyandu lansia menurut Azrul (1998),
yaitu :
a. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas fisik sesuai kemampuan
dan aktifitas mental yang mendukung
b. Memelihara kemandirian se
c. cara maksimal
d. Melaksanakan diagnosa dini secara tepat dan memadai
e. Melaksanakan pengobatan secara tepat
f. Membina lansia dalam bidang kesehatan fisik spiritual
g. Sebagai sarana untuk menyalurkan minat lansia
h. Meningkatkan rasa kebersamaan diantara lansia
i. Meningkatkan kemampuan lansia untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan - kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan
kebutuhan
3. Sasaran
Sasaran penyelenggara posyandu lansia adalah seluruh penduduk yang
berusia 45-60 tahun dan 60 tahun keatas (WHO).
10
4. Manfaat Posyandu Lansia
Menurut Depkes RI (2000), manfaat dari posyandu lansia adalah :
a. Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan tetap bugar
b. Kesehatan rekreasi tetap terpelihara
c. Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang
5. Upaya-upaya yang dilakukan dalam posyandu lansia antara lain :
Lima upaya yang dilakukan dalam posyandu lansia antara lain :
a. Upaya meningkatkan / promosi kesehatan
Upaya meningkatkan kesehatan promotif pada dasarnya merupakan
upaya mencegah primer (primary prevention). Menurut Suyono (1997),
ada beberapa tindakan yang disampaikan dalam bentuk pesan
“BAHAGIA” yaitu :
1) Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi
2) Aturlah makanan hingga seimbang
3) Hindari faktor resiko penyakit degeneratif
4) Agar terus berguna dengan mempunyai hobi yang bermanfaat
5) Gerak badan teratur agar terus dilakukan
6) Iman dan takwa ditingkatkan, hindari dan tangkal situasi yang
menegangkan
7) Awasi kesehatan dengan memeriksa badan secara periodik
b. Peningkatan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meliputi kegiatan
peningkatan keagamaan (kegiatan doa bersama). Peningkatan ketakwaan
berupa pengajian rutin satu bulan sekali. Kegiatan ini memberikan
kesempatan mewujudkan keinginan lanjut usia yang selalu berusaha terus
memperkokoh iman dan takwa
c. Peningkatan kesehatan dan kebugaran lanjut usia meliputi :
1) Pemberian pelayanan kesehatan melalui klinik lanjut usia
Kegiatan pelayanan kesehatan dengan cara membentuk suatu
pertemuan yang diadakan disuatu tempat tertentu atau cara tertentu
misalnya pengajian rutin, arisan pertemuan rutin, mencoba
memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat sederhana dan dini.
11
Sederhana karena kita menciptakan sistem pelayanan yang
diperkirakan bisa dilaksanakan diposyandu lansia dengan kader yang
juga direkrut dari kelompok pra usia lanjut. Bersifat dini karena
pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan rutin tiap bulan dan
diperuntukkan bagi seluruh lanjut usia baik yang merasa sehat maupun
yang merasa adanya gangguan kesehatan. Selain itu aspek preventif
mendapatkan porsi penekanan dalam pelayanan kesehatan ini.
2) Penyuluhan gizi
3) Penyuluhan tentang tanaman obat keluarga
4) Olah raga
Olah raga adalah suatu bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh
baik terhadap tingkat kemampuan fisik seseorang, apabila dilakukan
secara baik dan benar. Manfaat latihan fisik bagi kesehatan adalah
sebagai upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif. Ada berbagai
jenis kegiatan yang dapat dilakukan, salah satunya adalah olah raga.
Jenis olah raga yang bisa dilakukan dalam kegiatan posyandu lansia
adalah pekerjaan rumah, berjalan-jalan, jogging atau berlari-lari,
berenang, bersepeda, bentuk-bentuk lain seperti tenis meja dan tenis
lapangan
5) Rekreasi
d. Peningkatan ketrampilan
Kesenian, hiburan rakyat dan rekreasi merupakan kegiatan yang
sangat diminati oleh lanjut usia. Kegiatan yang selalu bisa mendatangkan
rasa gembira tersebut tidak jarang menjadi obat yang sangat mujarab
terutama bagi lansia yang kebetulan anak cucunya bertempat tinggal jauh
darinya atau usia lanjut yang selalu berusaha terus memperkokoh iman dan
takwa.
Peningkatan ketrampilan untuk lansia meliputi :
1) Demontrasi ketrampilan lansia membuat kerajinan
2) Membuat kerajinan yang berpeluang untuk dipasarkan
3) Latihan kesenian bagi lansia
12
e. Upaya pencegahan/prevention
Masing-masing upaya pencegahan dapat ditunjukkan kepada :
1) Upaya pencegahan primer (primary prevention) ditujukan kepada
lanjut usia yang sehat, mempunyai resiko akan tetapi belum menderita
penyakit
2) Upaya pencegahan sekunder (secondary prevention) ditujukan kepada
penderita tanpa gejala, yang mengidap faktor resiko. Upaya ini
dilakukan sejak awal penyakit hingga awal timbulnya gejala atau
keluhan
3) Upaya pencegahan tertier (tertiery prevention) ditujukan kepada
penderita penyakit dan penderita cacat yang telah memperlihatkan
gejala penyakit.
6. Penyelenggaraan posyandu lansia
Penyelenggaraan posyandu lansia dilaksanakan oleh kader kesehatan
yang terlatih, tokoh dari PKK, tokoh masyarakat dibantu oleh tenaga
kesehatan dari puskesmas setempat baik seorang dokter bidan atau perawat
Menurut Budiono (1997), penyelengaraan posyandu lansia dilakukan dengan
sistem 5 meja meliputi :
a. Meja satu untuk pendaftaran
b. Meja dua untuk penimbangan
c. Meja tiga untuk pengisian kartu menuju sehat (KMS) lanjut usia
d. Meja empat untuk penyuluhan, penyuluhan disini dapat dilaksanakan
secara perorangan maupun secara kelompok
e. Meja lima untuk pelayanan kesehatan yang meliputi pengukuran tekanan
darah dan pemeriksaan fisik.
Berkunjung ke posyandu lansia merupakan cara untuk dapat memenuhi
status kesehatan lansia. Upaya untuk berperilaku baik dengan menjaga
kesehatannya sangat dipengaruhi oleh motivasi.
13
B. Lansia
1. Pengertian lanjut usia (lansia)
Menurut Undang-undang RI No.13 tahun 1988 tentang kesejahteraan
lanjut usia pada BAB I pasal 1 ayat 2 yang berbunyi lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Lanjut usia adalah suatu
kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia
panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Menurut Undang-
undang RI no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1 bahwa
manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan
memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan. karena itu kesehatan
manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap
dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara
produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan
aktif dalam pembangunan.
2. Perubahan dan Ciri-ciri Lanjut Usia
Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur
antara lain :
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi :
1) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59
tahun
2) Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun
3) Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
b. Menurut Masdani dalam Nugroho (2000)
Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.
Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian :
1) Fase iuventus antara 25-40 tahun
2) Fase verilitas antara 40-50 tahun
3) Fase prasenium antara 55-65 tahun
14
4) Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia
c. Menurut Setyonegoro dalam Nugroho (2000) pengelompokkan lanjut
usia sebagai berikut :
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) antara 18-25 tahun
2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas antara 25-65
tahun
3) Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65-70 tahun. terbagi untuk
umur 70-75 tahun (young old) 76-80 tahun (old) dan lebih dari 80
tahun (very old).
d. Menurut undang-undang No.4 tahun 1965 pasal 1 bahwa seseorang
dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia setelah yang
bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari
dan menerima nafkah dari orang lain.
3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Menurut Nugroho (2000), perubahan yang terjadi pada lansia adalah:
a. Perubahan atau kemunduran biologis
1) Kulit yaitu kulit menjadi tipis, kering, keriput dan tidak elastis lagi.
Fungsi kulit sebagai penyekat suhu tubuh lingkungan dan perisai
terhadap masuknya kuman terganggu.
2) Rambut yaitu rontok berwarna putih kering dan tidak mengkilat.
Hal ini berkaitan dengan perubahan degeneratif kulit.
3) Gigi mulai habis.
4) Penglihatan dan pendengaran berkurang
5) Mudah lelah, gerakan menjadi gambaran lamban dan kurang lincah
6) Kerampingan tubuh menghilang disana-sini terjadi timbunan lemak
terutama dibagian perut dan panggul
7) Otot yaitu jumlah sel otot berkurang mengalami atrofi sementara
jumlah jaringan ikat bertambah, volume otot secara keseluruhan
menyusut, fungsinya menurun dan kekuatannya berkurang
8) Jantung dan pembuluh darah yaitu berbagai pembuluh darah
15
penting khusus yang di jantung dan otak mengalami kekakuan.
Lapisan intim menjadi kasar akibat merokok, hipertensi, diabetes
melitus, kadar kolestrol tinggi dan lain-lain yang memudahkan
timbulnya penggumpalan darah dan trombosis
9) Tulang pada proses menua kadar kapur (kalsium) menurun akibat
tulang menjadi keropos dan mudah patah
10) Seks yaitu produksi hormon testoteron pada pria dan hormon
progesteron dan estrogen wanita menurun dengan bertambahnya
umur
b. Perubahan atau kemunduran kemampuan kognitif
1) Mudah lupa karena ingatan tidak berfungsi dengan baik
2) Ingatan kepada hal-hal dimasa muda lebih baik dari pada yang
terjadi pada masa tuanya yang pertama dilupakan adalah nama-
nama
3) Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang atau
tempat juga mundur, erat hubungannya dengan daya ingat yang
sudah mundur dan juga karena pandangan yang sudah menyempit
4) Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman skor yang dicapai
dalam test-test intelegensi menjadi lebih rendah sehingga lansia
tidak mudah untuk menerima hal-hal yang baru
c. Perubahan-perubahan psikososial
1) Pensiun, nilai seseorang sering diukur oleh produktifitasnya selain
itu identitas pensiun dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
2) Merasakan atau sadar akan kematian
3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit
4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan
5) Penyakit kronis dan ketidakmampuan
6) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial
7) Gangguan saraf panca indera
8) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
16
9) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan famili
10) Hilangnya kemampuan dan ketegapan fisik
Perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri. Dari
definisi lanjut usia dan karakteristik lanjut usia perlu pembinaan untuk
menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan lansia dengan pembentukan
posyandu lansia.
C. Hipertensi
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
darah sistoliklebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama
(persisten)dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi
dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh
karena itu, partisipasi semua pihak,baik dokter dari berbagai bidang peminatan
hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi
dapat dikendalikan.
Menurut American Heart Association {AHA}, penduduk Amerika yang
berusia diatas 20tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta
jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya.
Hipertensi merupakan silent killerdimana gejala dapat bervariasi pada masing-
masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-
gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung
berdebar-debar, mudah Ieiah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan
mimisan.
Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
genetik (faktorresiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok,
17
konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan
konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres,
penggunaan estrogen.
Ada pun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi:
1. Berdasarkan penyebab
a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hid up seperti kurang bergerak
(inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita
hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%
penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-
2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(misalnya pil KB).
2. Berdasarkan bentuk Hipertensi
Hipertensi diastolik {diastolic hypertension}, Hipertensi campuran
(sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik (isolated systolic
hypertension).
Terdapatjenis hipertensi yang lain:
1. Hipertensi Pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah
padapembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing
dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi
pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan
toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi
pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan,
lebih sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka
kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean
survivalsampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun.
18
Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National
Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg
atau"mean"tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat
ataulebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup
padajantung kiri, penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan
tidakadanya kelainan paru.
2. Hipertensi Pada Kehamilan
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada
saat kehamilan, yaitu:
a. Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang
diakibatkankehamilan/keracunan kehamilan ( selain tekanan darah yang
meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya ).
Preeklamsiadalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.
b. Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu
mengandung janin.
c. Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan
preeklampsia dengan hipertensi kronik.
d. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang
mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh
darah, ada yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang
mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya.
EPIDEMIOLOGI
Tekanan darah meningkat sejalan dengan peningkatan usia.
Tekanan darah sistolik meningkat sepanjang hidup, tetapi tekanan darah
diastolik cenderung stabil pada usia dekade kelima. Dengan demikian,
baik insiden dan prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya
usia, dan hipertensi sistolik terisolasi menjadi subtipe yang paling umum
19
pada orang tua. Untuk orang setengah baya dengan tekanan darah normal
yang hidup sampai usia 85 tahun, masa residual risiko mengembangkan
hipertensi adalah 90%.2
Selain usia, faktor-faktor lain yang terkait dengan peningkatan
risiko hipertensi yang tidak dapat diubah (nonreversible) termasuk ras
Afrika Amerika atau memiliki riwayat keluarga hipertensi. Faktor yang
dapat diubah (reversible) termasuk memiliki tekanan darah dalam rentang
prehipertensi, kelebihan berat badan, memiliki gaya hidup yang kurang
gerak, diet mengkomsumsi tinggi natrium- rendah kaliu, asupan alkohol
yang berlebih, atau memiliki sindrom metabolik. Sindrom metabolik
didefinisikan oleh adanya tiga atau lebih dari kondisi berikut: obesitas
perut (lingkar pinggang> 40 inci pada pria atau> 35 inci pada wanita),
toleransi glukosa oral (glukosa puasa ≥ 110 mg / dL), tekanan darah
130/85 mm Hg atau lebih tinggi, meningkatkan tingkat plasma trigliserida
(≥ 150 mg / dL), atau rendah high-density lipoprotein (HDL) kolesterol
(<40 mg / dL pada pria atau <50 mg / dL pada wanita). Hal ini diduga
bahwa resistensi insulin mungkin menjadi faktor pathophysiologik yang
mendasari untuk sindrom metabolik. Memperbaiki faktor reversibel dapat
menurunkan tekanan darah dan mencegah perkembangan dari hipertensi. 2
Dalam usia dewasa muda dan usia pertengahan awal, hipertensi
lebih umum pada pria dibandingkan pada wanita. Pada orang yang lebih
tua dari 60 tahun, sebaliknya adalah hipertensi lebih umum pada wanita
dibandingkan pada pria. Hipertensi lebih umum di ras Afrika Amerika
daripada ras kulit putih di segala usia, dan di kedua ras itu lebih umum di
ekonomi yang menengah ke bawah.2
Prevalensi hipertensi tergantung antara komposisi ras pada
populasi yang diteliti dan kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan
kondisi. Dalam populasi suburban kulit putih seperti dalam penelitian
Framingham, hampir seperlima dari individu memiliki tekanan darah
160/95 mmHg, sementara setengahnya memiliki tekanan darah 140/90
mmHg. Prevalensi yang lebih tinggi telah didokumentasikan dalam
20
penduduk kulit putih. Pada perempuan prevalensi berkaitan erat dengan
usia, dengan peningkatan yang substansial terjadi setelah usia 50.
Peningkatan ini diduga berkaitan dengan perubahan hormonal saat
menopause, meskipun mekanismenya belum diketahui dengan jelas.
Dengan demikian, rasio frekuensi hipertensi pada wanita dibandingkan
pria meningkat 0,6-0,7 pada usia 30 hingga 1,1-1,2 pada usia 65.1
Data dari The National Health and Nutrition Survey (NHANES)
telah menunjukkan bahwa 50 juta atau lebih orang Amerika menderita
hipertensi yang menjalani beberapa bentuk pengobatan.1,2 Seluruh Dunia
estimasi prevalensi untuk hipertensi diperkirakan sebanyak 1 miliar orang,
dan sekitar 7,1 juta kematian per tahun mungkin disebabkan hipertensi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa tekanan darah
suboptimal (tekanan darah sistolik > 115 mmHg) bertanggung jawab atas
62 persen dari penyakit serebrovaskular dan 49 persen dari penyakit
jantung iskemik (IHD), dengan sedikit variasi berdasarkan jenis kelamin.
Selain itu, tekanan darah suboptimal tersebut merupakan faktor risiko
nomor satu kematian di dunia.3.
Untuk orang-orang dengan hipertensi, kematian yang paling sering
disebabkan oleh komplikasi dari penyakit arteri koroner. Faktor-faktor
yang menambah risiko ini adalah penggunaan tembakau, hiperlipidemia,
diabetes mellitus, obesitas, gaya hidup yang kurang gerak, sindrom
metabolik, jenis kelamin (laki-laki dan pascamenopause pada perempuan),
usia lebih tua dari 60 tahun, dan riwayat keluarga penyakit kardiovaskular
premature (wanita <65 tahun, laki-laki <55 tahun). Adanya kerusakan
organ target (stroke, hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung iskemik,
gagal jantung kongestif, penyakit ginjal, retinopati, penyakit pembuluh
darah perifer, dan demensia) meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular
peristiwa ini berlanjut bahkan jika tekanan darah telah dikontrol. Fakta ini
berpendapat untuk identifikasi dini dan pengobatan yang tepat hipertensi
untuk menghindari perkembangan cedera organ target.2
21
ETIOLOGI HIPERTENSI
Sebagian besar (80-90%) dari pasien dengan hipertensi memiliki
peningkatan tekanan darah primer, yaitu hipertensi esensial yang tidak
diketahui penyebabnya.4
1. Hipertensi Esensial/ Hipertensi Primer 4
Hipertensi esensial memiliki etiologi multifaktorial.
a. Faktor genetik
Tekanan darah anak dalam sebuah keluarga cenderung
meningkat apabila orang tuanya mengalami hipertensi,dibandingkan
dengan anak tanpa riwayat orang tua hipertensi. Hal ini menunjukkan
tendensi faktor risiko genetik dalam penyebab hipertensi, meskipun
sebagian, adanya pengaruh lingkungan secara bersama.Namun,
sebagian besar faktor genetik bertanggung jawab atas kejadian
hipertensi dalam sebuah keluarga.
b. Janin faktor
Berat badan lahir rendah dikaitkan dengan
hipertensi.Hubungan ini mungkin karena adaptasi janin intrauterin
abikbat kekurangan gizi dengan perubahan jangka panjang dalam
darah Kapal struktur atau fungsi penting sisstem hormonal.
c. Faktor-faktor lingkungan
Di antara beberapa faktor lingkungan yang telah diduga
berperan, berikut ini tampaknya menjadi yang paling signifikan:
(i) Obesitas. Orang gemuk memiliki tekanan darah yang lebih
tinggi dibandingkan orang kurus. Ada resiko, yang
cenderung lebih tinggi jika tekanan darah diukur dengan
manset kecil. Sesuaikan ukuran maset dengan lingkar
lengan. Gangguan pernafasan saat tidur yang bersamaan
ditemukan pada pasien obesitas merupakan faktor risiko
tambahan.
(ii) Asupan. Kebanyakan penelitian telah menunjukkan
hubungan yang erat antara konsumsi alkohol dan hipertensi.
22
Namun, subyek yang mengonsumsi sejumlah kecil alkohol
tampaknya memiliki tingkat tekanan darah yang lebih
rendah daripada mereka yang mengkonsumsi alkohol dalam
jumlah banyak.
(iii) Asupan Garam. Asupan Garam yang tinggi telah
disarankan untuk menjadi penentu utama dari perbedaan
tekanan darah dalam populasi di seluruh dunia. Populasi
dengan asupan natrium lebih tinggi memiliki tekana darah
rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan asupan natrium
rendah. Migrasi dari pedesaan ke lingkungan perkotaan
dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah yang sebagian
terkait dengan jumlah garam dalam diet. Studi tentang
pembatasan asupan garam telah menunjukkan efek yang
menguntungkan pada tekanan darah pada pasien hipertensi.
Sejumlah bukti telah menjelaskan komsumsi tinggi kalium
dapat melawan efek asupan kadar garam yang tinggi.
(iv)Stres. Nyeri akut atau stress dapat meningkatkan tekanan
darah. Namun hubungan antaran nyeri kronik dan
peningkatan tekanan darah belum dapat dijelaskan dengan
pasti.
d. Mekanisme Hormonal
e. Adanya sistem saraf otonom maupun Renin-angiotensis, peptide
nautriuetik dan sistem kalikrein-kinin memainkan peran dalam
regulasi perubahan tekanan darah jangka pendek dan telah
dikaitkan dalam patogenesis hipertensi. Penurunan renin,
saltsensitive, hipertensi esensial yang terjadi pada pasien yang
mengalami retensi garam dan air dapat dijelaskan.
f. Resistensi Insulin
Hubungan antara diabetes dan hipertensi telah lama telah
diakui dan sebuah sindrom telah dijelaskan dari adanya
hiperinsulinemia, intoleransi glukosa, penurunan tingkat kolesterol
HDL, hipertrigliseridemia dan obesitas sentral (semua yang
berhubungan dengan resistensi insulin) dalam hubungan dengan
23
hipertensi.Hubungan ini (juga disebut sindrom metabolik)
merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular.
2. Hipertensi Sekunder 4
Hipertensi sekunder adalah keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
akibat dari penyakit spesifik dan berpotensi dapat diobati. Bentuk-bentuk dari
penyeba hipertensi sekunder seperti yang ada di bawah ini:
a. Penyakit Ginjal
Sekitar 80% pasien penyakit ginjal mengalami hipertensi. Penyebab yang
palig sering adalah:
- Nefropati diabetik
- Glomerulonefritis Kronik
- Penyakit Polikistik pada dewasa
- Nefritis tubulointestinal Kronik
- Penyakit renovaskuler.
Hipertensi itu sendiri dapat menyebabkan atau memperburuk
penyakit ginjal. Mekanisme peningkatan tekanan darah ini akibat
retensi garam dan air, meskipun dapat pula ditemukan
ketidaksesuaian peningkatan level plasma rennin.
b. Penyakit Endokrin
- Sindrom Conn
- Adrenalhiperplasia
- Pheochromasitoma
- Sindrom Cushing
- Acromegali
c. Penyakit kardiovaskular Kongenital
Penyebab yang paling sering adalah coartasio aorta.
d. Obat-obatan
Banyak obat telah terbukti menyebabkan atau memperburuk hipertensi,
atau mengganggu respon terhadap beberapa agen antihipertensi: NSAID,
kontrasepsi oral, steroid, carbenoxolone, akar manis, simpatomimetik dan
vasopressin. Pasien yang memakai monoamine oxidase inhibitors yang
24
mengkonsumsi makanan yang mengandung tyramin dapat
mengembangkan paroksismal hipertensi berat.
e. Kehamilan
Curah jantung meningkat pada kehamilan tetapi, karena relatif besarnya
penurunan resistensi perifer, tekanan darah pada ibu hamil perempuan
biasanya lebih rendah dari pada mereka yang tidak hamil.Hipertensi
dicatat dalam 8-10% dari kehamilan; bila terdeteksi pada trimester pertama
kehamilan atau bertahan setelah melahirkan, biasanya karena sudah ada
hipertensi esensial sebelumnya.Hipertensi yang muncul pada paruh kedua
kehamilan atau 'hipertensi yang dicetuskan oleh kehamilan’ biasanya
sembuh setelah melahirkan.Ketika tekanan darah meningkat terhadap
pengobatan> 160/110 mmHg dibenarkan untuk diobati.Pre-eklampsia
adalah sindrom yang terdiri dari kehamilan yang diinduksi hipertensi
dengan proteinuria.penyebab primer tidak diketahui dengan pasti, tetapi
kemungkinan melibatkan gangguan sirkulasi uteroplasenta dan
mengakibatkan pembatasan pertumbuhan intrauterin. Hipertensi pada
kehamilan, bersama dengan emboli paru, adalah penyebab kematian ibu
yang paling umum, dengan kejadian 10 per 1 juta kehamilan.Selain itu,
penting kondisi eklampsia, yang berhubungan dengan berat hipertensi,
pada akhirnya dapat menyebabkan kejang-kejang, gangguan edema otak
dan paru, penyakit kuning, kelainan pembekuan dan kematian janin.
KLASIFIKASI HIPERTENSI
Tabel 2 menunjukkan klasifikasi tekanan darah untuk orang
dewasa usia 18 tahun dan lebih tua. Klasifikasi ini didasarkan pada rata-
rata dua atau lebih pengukuran, saat duduk, pembacaan tekanan darah
dilakukan oleh patugas kunjugan kedua atau lebih.3
Prehipertensi bukan kategori penyakit. Sebaliknya, prehipertensi
adalah sebutan yang dipilih untuk mengidentifikasi individu yang berisiko
tinggi akan mengalami hipertensi, sehingga baik pasien dan dokter patut
waspada terhadap risiko ini dan terdorong untuk campur tangan dan
25
mencegah atau menunda perkembangan dari penyakit tersebut. Individu
yang dikategorikan prehipertensi belum dianjurkan untuk terapi obat oral
berdasarkan tingkat tekanan darah dan harus secara tegas dan jelas
disarankan untuk memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi risiko
berkembangnya hipertensi di masa depan. Selain itu, individu dengan
prehipertensi, yang juga menderita diabetes atau penyakit ginjal, harus
dipertimbangkan untuk terapi obat yang sesuai jika modifikasi gaya hidup
gagal untuk menurunkan tekanan darah mereka menjadi 130/80 mmHg
atau kurang.3
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII
Klasifikasi Tekanan
Darah
Tekanan Darah Sistolik
(mmHg)
Tekanan Darah
Diastolik (mmHg)
Normal <120 dan <80
Prehipertensi 120-139 atau 80-90
Hipertensi Tahap I 140-159 atau 90-99
Hipertensi Tahap II >160 >100
Klasifikasi ini tidak membedakan individu hipertensi dengan ada
atau tidak adanya faktor resiko atau kerusakan target organ untuk
membuat rekomendasi pengobatan yang berbeda, JNC 7 menunjukkan
bahwa semua orang dengan hipertensi (stadium 1 dan 2) dapat diobati.
Tujuan pengobatan adalah untuk individu dengan hipertensi dan tidak ada
kondisi lain yang menyertai yaitu tekanan darah <140/90 mmHg. Tujuan
untuk individu dengan prehipertensi adalah untuk menurunkan tekanan
darah ke tingkat normal dengan perubahan gaya hidup, dan mencegah
progresifitas kenaikan tekanan darah dengan modifikasi gaya hidup yang
disarankan.3
TANDA DAN GEJALA
Secara umum, hipertensi tidak bergejala. Namun beberapa tanda
dan gejala dapat terjadi pada pasien hipertensi, yaitu:5
26
1. Peningkatan tekanan darah pada pembacaan setidaknya dua kali berturut-
turut setelah penyaringan awal
2. Nyeri kepala oksipital (kemungkinan memburuk pada di pagi hari sebagai
akibat dari peningkatan tekanan intrakranial); mual dan muntah juga dapat
terjadi
3. Epistaksis yang mungkin karena keterlibatan vaskular
4. Bruits (yang dapat didengar melalui aorta perut atau karotis, arteri ginjal,
dan femoralis) disebabkan oleh stenosis atau aneurisma
5. Pusing, kebingungan, dan kelelahan yang disebabkan oleh perfusi jaringan
menurun karena vasokonstriksi pembuluh darah
6. Penglihatan kabur sebagai akibat dari kerusakan retina
7. Nokturia disebabkan oleh peningkatan aliran darah ke ginjal dan
peningkatan filtrasi glomerular
8. Edema yang disebabkan oleh peningkatan tekanan kapiler.
Jika hipertensi sekunder ada, tanda-tanda dan gejala lain yang timbul
kemungkinan berhubungan dengan penyebabnya. Misalnya, Cushing
sindrom dapat menyebabkan obesitas dan striae trunkal berwarna ungu,
sedangkan pasien dengan pheochromocytoma dapat timbul sakit kepala,
mual, muntah, palpitasi, pucat, dan keringat berlimpah.5
PATOMEKANISME HIPERTENSI
Tekanan darah arteri adalah hasil dari resistensi perifer totoal dan
curah jantung. Curah jantung dapat meningkat dengan meningkatnya
denyut jantung atau volume sekuncup atau keduanya. Resistensi perifer
meningkat oleh faktor-faktor yang meningkatkan viskositas darah atau
vasokontriksi lumen pembuluh darah, terutama arteriol.5
Beberapa teori yang menjelaskan perkembangan hipertensi, termasuk:5
1. Perubahan dalam penampang arteriolar menyebabkan peningkatan
resistensi pembuluh darah perifer
2. Abnormalitas peningkatan tonus dalam sistem saraf simpatik yang berasal
dari pusat-pusat sistem vasomotor, menyebabkan resistensi pembuluh
darah perifer meningkat
27
3. Peningkatan volume darah akibat disfungsi ginjal atau hormonal
4. Peningkatan penebalan arteriolar disebabkan oleh faktor genetik, yang
menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer
5. Pelepasan rennin yang abnormal, sehingga terbentuk angiotensin II, yang
mengkonstriksi arteriol dan meningkatkan volume darah.
Hipertensi yang berkepanjangan meningkatkan beban kerja jantung
sebagai perlawanan terhadap kenaikan ejeksi ventrikel kiri. Untuk
meningkatkan daya kontraktilitas, ventrikel kiri mengalami hipertrofi,
kebutuhan oksigen dan beban kerja jantung meningkat. Dilatasi jantung dan
kegagalan dapat terjadi ketika hipertrofi tidak bisa lagi mempertahankan curah
jantung yang memadai. Karena hipertensi memicu aterosklerosis koroner,
jantung selanjutnya dapat dikompromikan oleh berkurangnya aliran darah ke
miokardium, sehingga timbullah angina atau infark miokard (MI). Hipertensi
juga menyebabkan kerusakan pembuluh darah, yang menyebabkan percepatan
terjadinya aterosklerosis dan kerusakan organ target, seperti cedera retina,
gagal ginjal, stroke, dan aneurisma dan diseksi aorta. 5
Patofisiologi hipertensi sekunder berhubungan dengan penyakit yang
mendasarinya. Sebagai contoh: 5
1. Penyebab paling umum dari hipertensi sekunder adalah penyakit ginjal
kronik. Kerusakan ginjal kronis akibat dari glomerulonefritis atau stenosis
arteri ginjal yang mengganggu ekskresi natrium, sistem renin-
angiotensin-aldosteron, atau perfusi ginjal, akhirnya menyebabkan
tekanan darah meningkat.
2. Dalam sindrom Cushing, peningkatan kadar kortisol meningkatkan
tekanan darah dengan meningkatkan retensi natrium ginjal, meningkatkan
kadar angiotensin II, dan respon pembuluh darah terhadap norepinefrin.
3. Dalam aldosteronisme primer, peningkatan volume intravaskular,
perubahan konsentrasi natrium dalam dinding pembuluh darah, atau
sangat
4. Tingginya kadar aldosteron menyebabkan vasokonstriksi dan peningkatan
resistensi perifer.
28
5. Pheochromocytoma adalah tumor sel chromaffin medula adrenal yang
mengeluarkan epinephrine dan norepinephrine. Epinefrin meningkatkan
kontraktilitas dan ritme jantung, sedangkan norepinefrin meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer.
DIAGNOSIS
Beberapa pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis:5
1. Pengukuran tekanan darah yang berulang akan sangat bermamfaat
2. Unrinalisis dapat menunjukkan adanya protein, sel darah merah atau sel
darah putih, pada penyakit ginjal: adanya katekolamin yang dihubungkan
dengan pheochromasitoma, atau glukosa yang menunjukkan adanya
diabetes.
3. Pengujian laboratorium dapat mengungkapkan adanya peningkatan
nitrogen urea dan kadar kreatinin serum dari penyakit ginjal, atau
hipokalemia menunjukkan disfungsi adrenal (hiperaldosteronisme primer).
4. Hitung darah lengkap dapat mengungkapkan penyebab hipertensi
misalnya polisitemia dan anemia.
5. Excretory urography dapat mengungkapkan adanya atrofi ginjal yang
mengarah ke penyakit ginjal kronik. Satu ginjal lebih kecil dari ginjal
sebelahnya menunjukkan penyakit ginjal unilateral.
6. Elektrocardiografi (EKG) dapat menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel
kiri atau iskemik jantung.
7. Foto X-ray dada dapat menunjukkan kardiomegali
8. Echokardiografi dapat mengungkapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
PENATALAKASANAAN HIPERTENSI
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-
obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat
dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari X - }) sendok teh (6
gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok, dan
29
minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat
berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 me nit dengan frekuensi 3-5 x
per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan
stress. Untuk pemilihan serta penggunaan obat-obatan hipertensi disarankan untuk
berkonsultasi dengan dokter keluarga anda.
Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh pen de rita
hipertensi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa,
gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers,
keripikdan makanan keringyangasin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta
buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning
telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal,
taucoserta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram
natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
Di Indonesia terdapat pergeseran pol a makan, yang mengarah pad a
makanan cepat sajidan yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam
tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai menjamurterutama di kota-kota
besardi Indonesia.
Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi
diharapkan penderita dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dengan
modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan sehingga komplikasi yang terjadi
dapat dihindarkan.
30
Pasien dengan tekanan diastolik 90 mmHg atau tekanan sistolik 140
mmHg harus ditangani. Pasien dengan hipertensi sistolik terisolasi (level 160
mmHg dengan tekanan diastolik 89 mmHg) harus juga diobati jika mereka di atas
usia 65 tahun. Pasien dengan hipertensi dengan tekanan darah yang tidak stabil
atau hipertensi sistolik terisolasi yang tidak diobati harus memiliki tindak lanjut
pemeriksaan rutin pada interval 6 bulan karena hipertensi dapat menjadi progresif
dan / atau berkelanjutan. Akhirnya, pasien dengan penyakit vaskular
aterosklerotik atau diabetes mellitus dan tekanan darah diastolik antara 85 dan 90
mmHg juga harus menerima terapi antihipertensi.1,2
Berapakah target penurunan tekanan darah yang semestinya? Sebelumnya
diasumsikan 140/90 mmHg adalah tingkat yang diinginkan. Hal ini tampaknya
masih wajar untuk pasien nondiabetes sejak studi Pengobatan Optimal Hipertensi
(HOT) tidak mendeteksi perbedaan yang signifikan dalam risiko kardiovaskular
antara pasien nondiabetes dirawat untuk tujuan penurunan tekanan darah diastolic
90 mmHg dibandingkan 80 mmHg. 1,2
Sekitar kurang dari sepertiga dari pasien hipertensi di Amerika Serikat
diobati secara efektif. Jumlah kegagalan terhitung kecil terkait dengan obat yang
tidak merespon. Kebanyakan kegagalan akibat (1) gagal mendeteksi hipertensi,
(2) kegagalan institusi dalam pengobatan yang efektif pasien hipertensi
asimtomatik, dan (3) kegagalan hipertensi asimtomatik pasien untuk mematuhi
terapi. Untuk membantu mengatasi masalah selanjutnya, pasien harus dididik
untuk melanjutkan perawatan sekali untuk rejimen yang efektif yang telah
diidentifikasi. Efek samping dan ketidaknyamanan pengobatan harus
diminimalkan atau dihilangkan agar pasien dapat bekerja sama. 1,2
a. Pengobatan Non-Farmakologi
Perubahan gaya hidup dapat menurunkan tekanan darah dan harus
digalakkan untuk semua orang dengan prehipertensi. Modifikasi mungkin
cukup sebagai terapi awal untuk beberapa orang dengan hipertensi stadium 1.
Perlu terapi tambahan bagi mereka dengan hipertensi yang lebih parah.2,3
Pendekatan Diet untuk Menghentikan Hipertensi atau The Dietary
Approach to Stop Hypertension (DASH) efektif dalam menurunkan tekanan
31
darah pada pasien dengan prehipertensi atau hipertensi tahap . Rencana makan
DASH meliputi mengkonsumsi diet kaya buah-buahan, sayuran (kalium yang
tinggi), dan produk susu rendah lemak (kalsium tinggi) dengan pengurangan
kandungan dari lemak total dan jenuh. 2,3
Prevalensi hipertensi lebih besar pada orang-orang yang mengalami
obesitas. Peningkatan tekanan darah sering seiring dengan berat badan, dan uji
klinis banyak telah mendokumentasikan efektivitas penurunan berat badan
untuk menurunkan tekanan darah. Pengurangan berat badan ke dalam kisaran
normal (indeks massa tubuh 18,5-24,9) adalah tujuan yang diharapkan. 2,3
Pembatasan asupan natrium setiap hari menjadi100 mEq (2,4 g
natrium atau 6 gr garam) menurunkan tekanan darah pada sejumlah pasien tapi
tidak semua pasien hipertensi. Sensitivitas terhadap garam lebih umum pada
orang-orang ras African American, obesitas, atau orang tua atau yang
memiliki hipertensi rendah renin, tingkat tekanan darah yang lebih tinggi, atau
penyakit ginjal kronik, efek antihipertensi dari banyak obat yang ditingkatkan
oleh pembatasan natrium. Juga, pembatasan natrium meminimalkan
kehilangan kalium yang menginduksi diuresis. 2,3
Latihan aerobik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah secara
langsung dan secara tidak langsung dengan memfasilitasi penurunan berat
badan. Setidaknya 30 menit sehari-hari aktivitas aerobik, seperti berjalan,
harus digalakkan. 2,3
Pembatasan asupan alkohol setiap hari ]kurang dari 1 oz (30 ml) dari
etanol (<0.5 oz untuk perempuan atau laki-laki ringan) sering dikaitkan
dengan penurunan tekanan darah. Alkohol adalah sumber kalori, dan
penggunaannya sering dikaitkan dengan buruknya kepatuhan dengan
terapinantihipertensi. Asupan alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan
hipertensi yang tidak stabil yang sulit untuk mengontrol dalam hubungan
dengan gejala lain (pembilasan dan takikardia) yang merujuk pada penyakit
pheochromocytoma. 2,3
Karena komplikasi dari penyakit arteri koroner yang paling umum
penyebab kematian pada orang hipertensi, semua risiko untuk penyakit
32
kardiovaskular harus ditangani. Manfaat penurunan tekanan darah dikurangi
pada perokok. Komponen sindrom metabolik hidup berdampingan lebih
sering pada orang hipertensi dibandingkan orang normotensi. Pengobatan
sindrom metabolik menurunkan risiko penyakit jantung dan hipertensi yang
sedang berkembang. Ini mencakup instruksi dalam diet rendah lemak,
penurunan berat badan; dorongan berolahraga secara teratur, dan penggunaan
obat-obatan untuk menurunkan kadar serum lipid, tekanan darah, dan
sensitivitas insulin bila diperlukan. 2,3
b. Pengobatan Farmakologi
Dalam lebih dari 50% dari orang dengan tahap 1 hipertensi, tekanan
darah dapat dikontrol dengan terapi obat tunggal. Faktor penting untuk
pertimbangkan ketika memilih obat untuk terapi awal adalah khasiat sebagai
monoterapi, rute eliminasi, interaksi obat, efek samping, dan biaya. Pemilihan
obat yang tepat adalah penting untuk menjaga kepatuhan jangka panjang. 2,3
Pasien dengan hipertensi stadium 2, orang-orang dengan tekanan darah
awal lebih dari 20/10 mm Hg di atas batas, dan mereka ditargetkan untuk
menurunkan tekanan darah (penyakit ginjal kronis atau diabetes) sering akan
memerlukan dua atau lebih obat untuk mengontrol tekanan darah.
Pertimbangan terapi awal dengan kombinasi dua obat (salah satunya adalah
diuretik yang tepat untuk tingkat fungsi ginjal) harus dipertimbangkan. 2,3
Pengobatan monoterapi meliputi diuretik tiazid, beta-bloker, calcium
channel blockers (CCB), ACE-inhibitors (ACEIs) dan Angiotensi Receptor
Blockers (ARBs). Kombinasi dosis rendah juga dapat digunakan untuk terapi
awal. Tiazid sebaiknya diberikan sebagai terapi awal pasien hipertensi tanpa
komplikasi yang tidak memiliki pilihan yang jelas untuk jenis lain. 2,3
Obat kelas lain dipertimbangan untuk diberikan apabila diuretik tidak
efektif atau ada kontraindikasi atau dengan pengaturan obat lain yang memiki
alternative pada kondisi tertentu (misalnya ACEIs pada pasien hipertensi
dengan gagal jantung kongestif). Antagonis alfa yang bekerja sentral
(clonidin, methyldopa, guanabenz dan guanfacine) dan vasodilator
(hydralazine dan mnoxidil) dapat dipertimbangkan dalam kondisi
33
pseudotolasnsi. Pseudotoleransi adalah stimulasi reflex dari sistem rennin-
angiotensin-aldosteron atay sistem saraf simpatis yang menyebabkan retensi
cairan, peningkatan resistensi vascular, atau peningkatan curah jantung dengan
hilangnya kemanjuran dengan penggunaan jangka panjang. Oleh karena itu
sejumlah obat tidak diberikan sendiri. Obat efek sentral (-agonist cocok ketika
diberikan dengan diuretic, vasodilator paling baik diberikan sebagai obat
ketiga dalam kombinasi diuretic dan adrenergik inhibitor. Adapula obat yang
lebih baik pada sejumlah umur dan ras tertentu (diuretik dan CCB lebih efektif
pada ras Afro-Amerika dan pasien usia: beta-bloker , ACEI dan ARB lebih
efektif pada pasien kulit putih dan dan pasien yang lebih muda. Dengan terapi
kombinasi, memastikan obat bekerja kombinasi dan dua obat dari kelas yang
sama tidak boleh diberikan. Biasanya, salah satu obat kombinasi adalah
diuretik kelemahan dan impotensi. Impotensi merupakan efek sampiang yang
paling berpotensi pada semua obat anti hipertensi. 2,3
Dikenal ada 2 kelompok obat lini pertama yang lazim digunakan untuk
pengobatan awal hipertensi yang itu diuretic, beta-bloker, ACE-inhbitor, ARB
dan antagonis kalsium. Pada JNC-VII, penyekat reseptor alfa adrenergik tidak
dimasukkan dalam lini pertama.6
Berikut ini pembagian obat lini pertama hipertensi: 6
1. Diuretik
Diuretik bekerja dengan meningkatkan ekskresi natrium, air dan
klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler.
Penelitian-penelitian besar membuktikan bahwa efek proteksi
kardiovaskuler diuretic belum dikalahkan oleh obat lain sehingga diuretic
dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi ringan dan sedang.
Bahkan bila menggunakan kombinasi dua atau lebih antihipertensi, maka
salah satunya adalah diuretik. 6
Sampai sekarang diuretik golongan tiazid merupakan obat utama
dalam terapi hipertensi. Sebagian penelitian besar membuktikan bahwa
diuretik terbukti paling efektif dalam menurunkan risiko kardiovaskuler. 6
34
Diuretik bekerja dengan menghambat transport bersama Na-Cl di
tubulus distal ginjal, sehingga ekskresi Na+ dan Cl- meningkat.Beberapa
obat golongan diuretic antara lain hidroklorotiazid, bendroflumetiazid,
klorotiazid dan diuretik lain yang memiliki gugus aryl-sulfonamida.
Pemberian 1x sehari. 6
2. Beta bloker
Beta-bloker bekerja dengan (1) menurunkan frekuensi denyut
jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah jantung,
(2) hambatan sekresi rennin di sel jungstaglomeruler ginjal dengan akibat
penurunan kadar angiotensin II, (3) efek sentral yang mempengaruhi
aktivitas baroreseptor, perubahan aktivitas neuron adrenergik perifer dan
oeningkatan sintesis prostasiklin. 6
Dari berbagai beta-bloker, atenolol merupakan obat yang sering
dipilih. Dosis lazim 50-100 mg per oral sehari. Metoprolol diberikan dua
kali sehari dengan dosis 50-100 mg. Labetolol diberikan dua kali sehari
maksimal 300 mg, dam karvedilol sekali sehari maksimal 50 mg. 6
3. Angiotensin Converting Enzym (ACE) inhibitor dan Angiotensin Reseptor
Blocker (ARB)
ACE-inhibitor bekerja dengan menghambat perubahan angiotensin
I menjadi angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan
sekresi aldosteron. Pada gagal jantung kongestif, ACEI mengurangi beban
jantung dan akan memperbaiki keadaan pasien. 6
ACEI dibedakan atas dua kelompok yaitu: 1) yang bekerja
langsung, contohnya Captopril dosis 25-100 mg 2-3x sehari dan lisinopril
10-40 mg 1x sehari. 2) Prodrug, contohnya enalapril, kuinapril,
perindopril, ramipril, silazapril, benazepril, fosinopril dan lain-lain. 6
ARB bekerja dengan memblok reseptor AT 1 sehingga terjadi
vasokontriksi, sekresi aldosteron, rangsangan saraf simpatis, stimulasi
jantung, efek renal serta efek jangka panjang berupa hipertrofi otot polos
pembuluh darah dan miokard. Obat ARB seperti Losartan 25-100 mg 1-2x
sehari, valsartan, irberstan, telmisartan dan candesartan 1x sehari. 6
35
4. Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium meghambat influx kalsium pada sel otot polos
pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium
terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang
dipengaruhi. Penurunan resistensi perifer ini sering diikuti oleh reflek
takikardia dan vasokontriksi, terutama menggunakan golongan
dihidropiridin kerja pendek (nifedipin). Dossi nifedipin 3-4x sehari tab 100
mg. Sedangkan diltiazem 80-180 mg 3x sehari dan verapamil 80-320 mg
2-3x sehari tidak menimbulkan takikardia karena efek kronotropik
negative langsung pada jantung. Bila reflex takikardia kurang baik, seperti
pada orang tua, maka pemberian antagonis kalsium dapat menimbulkan
hipotensi yang berlebihan. 6
BAB IV
HASIL PENGAMATAN POSYANDU LANSIA DI PUSKESMAS
TODDOPULI
36
Tabel IV.1.10 Penyakit Terbanyak Pada Bulan September 2014- Bulan Agustus 2015
No Bulan Tahun
10 penyakit terbanyak
HT
Ggn. Sendi
Myalgia
Gastritis DM Kata
rak Asma Anemia
THT
Ginjal
1 September 2014 43 45 29 15 6 12 1 0 0 02 Oktober 2014 43 43 19 1 28 7 1 6 0 03 November 2014 43 43 28 19 6 7 0 0 0 04 Desember 2014 43 43 28 19 6 7 1 0 0 05 Januari 2015 24 2 0 2 4 0 1 0 0 06 Februari 2015 28 10 5 2 0 0 0 2 0 07 Maret 2015 20 7 7 7 2 0 2 0 0 08 April 2015 43 43 28 19 6 7 0 0 0 09 Mei 2015 43 43 30 18 6 8 1 0 0 010 Juni 2015 43 45 29 15 6 12 1 0 0 011 Juli 2015 43 43 28 19 6 7 1 0 0 012 Agustus 2015 16 41 30 18 6 8 1 0 0 0
Sumber data : Data Posyandu Lansia Puskesmas toddopuli bulan september 2014-bulan Agustus 2015
Jumlah Penyakit terbanyak yaitu Hipertensi kemudian Gangguan sendi dan jumlah penyakit terendah adalah Anemia.
Berdasarkan data terbaru yang didapatkan di Puskesmastoddopulimaka
kami mengambil data penyakit hipertensi terbanyak pada bulanAgustusbulan
2015.
Tabel IV.2.
37
Distribusi PenyakitHipertensiBerdasarkanWilayahPuskesmasToddopuli di KelurahanPaaropo
Wilayah PuskesmasToddopuli Jumlah penderitaRW 1 3RW 3 12RW 4 7RW 5 4RW 6 5
RW 7 a 6RW 7 b 6
Sumber data : Data Posyandu Lansia Puskesmas toddopuli bulan september 2014-bulan Agustus 2015
Jumlahpenderita penyakit Hipertensiterbanyak berdasarkan wilayah Puskesmas Toddopuli yaitu RW 3 sebanyak 12orang.
Tabel IV.5Faktor Utama Penyebab Hipertensi di PKM Todoppullijuli 2015
Faktor Kurang BaikPengetahuanKepatuhanPeran Keluarga
kurangkurang
baik
Analisa penyebab masalah
A. Kurangnya sumber daya petugas pelaksana program
38
B. Penyuluhan tentang bahaya hipertensi dan penanganan hipertensi serta pola hidup sehat belum rutin dilakukan.
C. Kurangnya sosialisasi (pamflet / poster ) yang disampaikan petugas pada masyarakat.
D. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menciptakan pola hidup sehat dengan rajin berolahraga sehat
E. Tingkatan pengetahuan masyarakat tentang bahaya hipertensi yang masih rendah.
F. Kurangnya partisipasi keluarga pasien lansia
POA (Plan Of Action)
39
No TUJUAN KEGIATAN SASARAN WAKTU PIC KET
1 Meningkatkan
kesadaran
masyarakat
tentang
pentingnya
lingkungan yg
bersih, rapi,
dan sehat
dalam
mencegah
Hipertensi
A. Penyuluhan Bahaya
Hipertensi dan
pentingnya pola hidup
sehat yang sistematis dan
terprogram di puskesmas
dan posyandu
B. Membentuk beberapa
TIM Untuk mengadakan
olahraga rutin bagi lansia
di posyandu lansia
(Penyuluhan, simulasi,
aplikasi dan evaluasi)
C. Sosialisasi (pamflet /
poster ) yang disampaikan
petugas pada masyarakat
Masyarakat Mulai
bulan
November
Kepala
puskesmas
dan kepala
program
Posyandu
Lansia
-
BAB IV
PEMBAHASAN
40
Selama kami menjalani kepanitraan klinik bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas Toddopuli Makassar, kami telah mengikuti beberapa
kegiatan upaya pembardayaan masyarakat yaitu Posyandu, diantaranya posyandu
lansia dan posyandu bayi.
Berdasarkan hasil kegiatan yang telah kami lakukan kami tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai penyakit yang paling banyak terdapat diposyandu
lansia. Dari hasil penelitian didapatkan 8 penyakit yang sering dialami pada
lansia yaitu Hipertensi, Gangguan sendi, Myalgia, gastritis, Diabetes Millitus,
Anemia, Katarak dan Asma. Dari berbagai penyakit didapatkan hipertensi sebagai
penyakit yang paling banyak di derita pada lansia. Hal ini menjadi dasar kami
untuk menganilasa faktor yang menyebabkan tingginya angka hipertensi
diposyandu lansia di RW 3, RW 5 dan RW 7a.
Adapun Aspek yang kami teliti yaitu, peran petugas kesehatan,
Pengetahuan pasien mengenai hipertensi, kepatuhan pasien hipertensi yang
meliputi kepatuhan mengkonsumsi obat yang diberikan, kepatuhan berolahraga
sehat, dan kepatuhan menjaga pola makan, serta peran keluarga dalam
memberikan motivasi dan dorongan kepada pasien lansia penderita hipertensi.Dari
hasil penelitian yang kami lakukan didapatkan bahwa pasien lansia penderita
hipertensi dari aspek pengetahuan masih kurang dan tingkat kepatuhan yang
masih kurang.
Kemudian dari Masalah tersebut kamu membuat analisis penyebab
masalah yaitu :
A. Kurangnya sumber daya petugas pelaksana program
B. Penyuluhan tentang bahaya hipertensi dan penanganan hipertensi serta
pola hidup sehat belum rutin dilakukan.
C. Kurangnya sosialisasi (pamflet / poster ) yang disampaikan petugas pada
masyarakat.
D. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menciptakan pola hidup sehat
dengan rajin berolahraga sehat
41
E. Tingkatan pengetahuan masyarakat tentang bahaya hipertensi yang masih
rendah.
F. Kurangnya partisipasi keluarga pasien lansia
Berdasarkan nilai kumulatif untuk menyelesaikan suatu masalah
yangberupa Tingkat kepatuhan pasien hipertensi pada lansia cukup
menyelesaikan 3 penyebab karena penyebab tersebut belum mencapai 80%,
diantaranya adalah
1. E= Tingkatan pengetahuan masyarakat tentang bahaya hipertensi yang
masih rendah
2. C = Kurangnya sosialisasi (pamflet / poster ) yang disampaikan petugas
pada masyarakat.
3. B= Penyuluhan tentang bahaya hipertensi dan penanganan hipertensi serta
pola hidup sehat belum rutin dilakukan
Adapun rencana kegiatan untuk menyelesaikan masalah tersebut yaitu :
yaitu :
Rencana kegiatan :
A. Penyuluhan Bahaya Hipertensi dan pentingnya pola hidup sehat yang
sistematis dan terprogram di puskesmas dan posyandu
B. Membentuk beberapa TIM Untuk mengadakan olahraga rutin bagi lansia
di posyandu lansia (Penyuluhan, simulasi, aplikasi dan evaluasi)
C. Sosialisasi (pamflet / poster ) yang disampaikan petugas pada masyarakat
D. Pelatihan sumber daya petugas pelaksana program untuk menambah
jumlah dan kualitas tenaga
42
top related