persepsi apoteker dalam pelayanan antibiotika di …
Post on 30-Oct-2021
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI
APOTEK WILAYAH KABUPATEN BANTUL TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
oleh:
Bernadheta Oceania Monica
NIM : 158114151
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI
APOTEK WILAYAH KABUPATEN BANTUL TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
oleh:
Bernadheta Oceania Monica
NIM : 158114151
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini saya persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus Yang
Maha Pengasih yang selalu menyertaiku dikala suka maupun duka; Untuk Papah,Mamah,Kakak,dan adikku yang menjadi sumber penyemangat;
Untuk rekan dan teman seperjuanganku;
Serta untuk almamaterku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan Syukur bagi Tuhan Yesus Kristus berkat anugerah-Nya yang
melimpah serta kasih-Nya yang tiada tara, Bunda Maria yang telah
menyampaikan doa dan harapan kepada Bapa di Surga, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Persepsi Apoteker dalam Pelayanan
Antibiotika di Apotek Wilayah Kabupaten Bantul tahun 2018” untuk
memenuhi salah satu syarat kelulusan demi meraih gelar Sarjana Farmasi
(S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan.Untuk itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dan dapat dipertimbangkan.Skripsi ini penulis
persembahkan kepada kedua orangtua tercinta Papa Wilhelmus Yuniarta
M.Mar.Eng dan Mama Evia S.Pd.Sd yang selalu memberi anaknya
semangat,cinta,doa,dukungan moral dan finansial yang telah diberikan selama
ini,juga kakak tersayang Maria Brigita Octsea Maharani S.E dan tak lupa adik
tersayang Olga Angely. Berkat bantuan dan bimbingan dari semua
pihak,akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyusunan
skripsi ini,penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak,untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kepada Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma 2. Kepada Ibu Dr. Christine Patramurti,Apt.selaku Kepala Program Studi
Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
3. Kepada Ibu T.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt yang telah
bermurah hati meluangkan waktu untuk membimbing,memotivasi,dan
memberikan kritik dan saran hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepada Ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc.,Apt dan Bapak Christianus Heru
Setiawan, M.Sc.,Apt selaku dosen penguji yang telah membantu peneliti
dalam menyempurnakan naskah skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..................................... vi
PRAKATA ................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xii
ABSTRAK....................................................................................................................... xii
ABSTRACT ................................................................................................................. xiii
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
METODE PENELITIAN ........................................................................................... 2
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 5
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 19
LAMPIRAN ............................................................................................................... 21
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................... 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Profil Antibiotika yang paling sering diresepkan ........................................... 8
Gambar 2. Perbedaan Frekuensi Resep Antibiotika berdasarkan indikasi ................... 8
Gambar 3. Perbandingan jumlah apoteker pelayanan Permenkes RI............................. 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden .............................................. 22
Lampiran 2.Informed Consent ................................................................................................... 25
Lampiran 3.Kuisioner Penelitian .............................................................................................. 26
Lampiran 4.Surat Keterangan Kelaikan Etik ....................................................................... 29
Lampiran 5.Surat Izin Penelitian (Uji Pemahaman Bahasa,Validitas,Reliabilitas) ... 30
Lampiran 6.Surat Izin Penelitian ............................................................................................. 31
Lampiran 7.Hasil Uji Pemahaman Bahasa ............................................................................ 32
Lampiran 8.Hasil Uji Validitas.................................................................................................. 33
Lampiran 9.Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................................ 34
Lampiran 10.Tabel Data Penelitian ........................................................................................ 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Karakteristik Responden .............................................................................................. 6
Tabel 2.Profil Pelayanan Resep Antibiotika di Apotek Kabupaten Bantul .................. 9
Tabel 3.Karakteristik Pasien Penerima Antibiotika ............................................................ 10
Tabel 4.Persepsi Apoteker dalam Pelayanan Antibiotika .................................................. 14
Tabel 5.Hambatan dalam memberikan Pelayanan Antibiotika ........................................ 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
ABSTRAK
Antibiotika merupakan pengobatan utama dalam mengatasi permasalahan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Resistensi dapat terjadi akibat
penggunaan antibiotika yang tidak rasional. Oleh karena itu, apoteker memegang
peranan penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi
apoteker, mengidentifikasi hambatan apoteker dan membandingkan pelaksanaan
pelayanan antibiotika dengan Permenkes RI nomor 73 tahun 2016. Penelitian ini
termasuk penelitian non-eksperimental dengan survei deskriptif menggunakan
cluster sampling. Kriteria inklusi berupa melayani minimal 5 resep antibiotika per
minggu dengan ekslusi berupa mengisi kuisioner tidak lengkap dan tidak bersedia
mengisi kuisioner.
Hasil penelitian ini menunjukkan persepsi apoteker dalam pelayanan
antibiotika dengan persentase terbesar ialah pharmaceutical care terhadap pasien
menjadi tanggungjawab apoteker (100%). Hambatan apoteker dengan persentase
terbesar ialah pasien ragu mengungkapkan keluhannya (77,5%). Pelayanan
kefarmasian belum sepenuhnya dilakukan yaitu home pharmacy care (12,5%),
MESO (32,5%), dan pemantauan terapi obat (47,5%). Kesimpulan dari penelitian
ini adalah apoteker sudah memiliki persepsi bahwa mewujudkan pelayanan
kefarmasian sesuai dengan Permenkes RI nomor 73 tahun 2016 merupakan peran
penting apoteker, dilihat dari persentase terbesar pada kategori “pharmacist’s
responsibilities” walaupun belum dilakukan secara optimal, terutama home
pharmacy care, MESO, dan pemantauan terapi obat. Kondisi ini dilatarbelakangi
oleh beberapa faktor penghambat dari pasien dan apoteker.
Kata kunci: persepsi, apoteker, antibiotika, standar pelayanan kefarmasian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
ABSTRACT
Antibiotics are the main treatment to resolve the problem of infectious diseases caused by bacteria.Resistance can occurs due to the irrational use of antibiotics. Therefore, pharmacists play an important role in the society to control resistance. This research aim to find out about the depiction of the pharmacists’ perception, the obstacles and the implementation of the Standard of Pharmaceutical Care in Pharmacies No. 73 in 2016 on Pharmaceutical services. This research includes the non-experimental research with descriptive survey design using cluster sampling. Inclusion criteria in the form of pharmacies serving antibiotic services with a minimum 5 recipes a week with exclusion in the form of the pharmacists filling in the incomplete questionnaires and unwilling to fill out the questionnaire sheet.
The research results showed that pharmacists' perceptions in antibiotic services with the highest is pharmaceutical-care toward patient is the responsibility of a pharmacist (100%). Obstacles experienced by pharmacists with the highest percentage : patients were hesitant to respond about complaints (77,5%). Pharmaceutical services have not been implemented are MESO (32,5%), home pharmacy care (12,5%), and drug monitoring therapy (47,5%). In conclusion, pharmacists already has the perception that the actualization of pharmaceutical service based on Standard of Pharmacies No.73 in 2016 is the important component of the pharmacists role, seen from the category of the questionnaire “pharmacist’s responsibilities”, even though the implementation of standard pharmaceutical service in Bantul district’s pharmacy has yet been fully done, especially in home pharmacy care, monitoring the medicine’s side effects, and monitoring the medication therapy, therefore this condition is based on several obstacles either from the patient or the pharmacist.
Keywords: perceptions. Pharmacists, antibiotics, standard of pharmaceutical care
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi masih menjadi sepuluh penyakit yang paling banyak
ditemukan dalam negara berkembang khususnya,di Indonesia (Depkes, 2011).
Pemberian antibiotika merupakan pengobatan utama dalam penatalaksanaan
penyakit infeksi. Sebagai salah satu jenis obat umum,antibiotika banyak beredar
dimasyarakat dan masih ditemukan perilaku yang salah dalam penggunaan
antibiotika, yang menjadi resiko terjadinya resistensi antibiotika,diantaranya: tidak
menghabiskan atau menyelesaikan treatment antibiotika, membeli antibiotika
secara bebas atau tanpa resep dokter, hanya berdasarkan pengalaman atau saran
dari keluarga/teman, peresepan antibiotika secara berlebihan, kurangnya
kesadaran dan pemahaman masyarakat, adanya anggapan yang salah dimasyarakat
bahwa antibiotika merupakan obat dari segala penyakit (Ikatan Apoteker
Indonesia, 2016).
Dalam menghadapi permasalahan tersebut apoteker perlu meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan mengubah perilaku, agar dapat melakukan
interaksi langsung dengan pasien, guna memberikan informasi yang benar, jelas,
terkini, dan mudah dimengerti, terutama selama pemberian antibiotika.
Pengetahuan dan komunikasi yang memadai pada apoteker tentang penggunaan
antibiotika dapat mencegah terjadinya pengobatan yang kurang efektif,
peningkatan resiko terhadap keamanan pasien dan meluasnya resistensi. Untuk
menghindari hal-hal tersebut maka diperlukan praktik yang sesuai dengan standar
pelayanan kefarmasian yang sudah ditetapkan oleh Permenkes RI no 73 tahun
2016. Persepsi apoteker terhadap pelayanan antibiotika dapat menjadi salahsatu
penilaian untuk melihat sejauhmana pemahaman dan peran apoteker dalam
melaksanakan pelayanan antibiotika terutama di apotek.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Bantul tahun 2018 terdapat kasus
penyakit pneumonia balita pada tahun 2017 sebanyak 1197 kasus, jumlahnya
meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 744 kasus (Dinas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Kesehatan Kabupaten Bantul, 2018). Hal tersebut menunjukkan bahwa banyaknya
peresepan antibiotika untuk penyakit infeksi. Oleh sebab itu,penelitian ini perlu
dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan persepsi apoteker terhadap
pelayanan antibiotika, mendeskripsikan hambatan yang dialami apoteker, dan
membandingkan kesesuaian pelaksanaan pelayanan antibiotika di apotek wilayah
Kabupaten Bantul dengan Permenkes RI nomor 73 tahun 2016 terkait peresepan
antibiotika.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah non eksperimental dengan rancangan penelitian
survey deskriptif. Penelitian ini dilakukan di apotek wilayah Kabupaten Bantul
dalam beberapa cluster,bagian wilayah yaitu utara (Sewon), selatan (Imogiri),
timur (Pleret), dan barat (Bantul) yang didapatkan dengan menggunakan cluster
random sampling, setelah didapatkan kecamatan yang dipilih sebagai sampel
daerah, selanjutnya dipilih apotek dengan menggunakan interval sampel yang
diperoleh dengan membagi jumlah populasi dengan jumlah sampel yang sudah
ditetapkan (Eriyanto, 2007). Menurut (Dinas Kesehatan Bantul, 2016) di
kabupaten Bantul terdapat 125 apotek yang masih beroperasi. Pertama, interval
yang didapat adalah 3,125 setiap apotek diberi nomor urut, untuk sampel pertama
diambil secara acak, untuk sampel selanjutnya merupakan apotek dengan nomot
urut yang sudah disesuaikan dengan interval.
Subjek penelitian dipilih berdasarkan kriteria inklusi yaitu apoteker
bekerja di apotek wilayah Kabupaten Bantul dan apotek melayani pelayanan
antibiotika minimal 5 resep dalam seminggu. Kriteria ekslusi ialah apoteker
mengisi kuisioner tidak lengkap dan tidak bersedia untuk mengisi lembar
kuisioner. Untuk menentukan besarnya subjek penelitian, jumlah batas minimal
yang harus diambil oleh peneliti yaitu sebanyak minimal 30 (Cohen,et al., 2007).
Menurut (Sugiyono, 2011) jumlah pengambilan subjek penelitian minimal 30
yang dapat diterima dalam suatu penelitian. Untuk memudahkan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
penyebaran kuisioner berdasarkan cluster (wilayah) subjek penelitian ditambah
10, sehingga total subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah 40
responden. Kuisioner dibagi menjadi beberapa bagian yaitu karakteristik
responden, gambaran pelayanan kefarmasian resep antibiotika, persepsi apoteker
dalam pelayanan antibiotika, hambatan dalam pelayanan kefarmasian terutama
antibiotika, dan penerapan standar pelayanan kefarmasian di apotek berdasarkan
Permenkes RI No.73 tahun 2016.
Studi Pendahuluan
Peneliti telah menyelesaikan proposal penelitian dan telah mendapatkan
izin dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Sleman dengan nomor
izin:070/Kesbangpol/875/2019 untuk melakukan uji pemahaman bahasa, uji
validitas, dan uji reliabilitas. Peneliti juga telah mendapatkan izin dari BAPPEDA
Kabupaten Bantul dengan nomor izin 070/Reg/0417/S1/2019 untuk izin penelitian
dan pengambilan data yang telah memenuhi kelaikan etik (Ethical Clearance) dari
Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta
Wacana dengan nomor 911/C.16/FK/2019.
Pengujian Kuisioner
Pada pengujian kuisioner terdiri atas tiga yaitu uji pemahaman bahasa, uji
validitas, dan uji reliabilitas. Uji pemahaman bahasa bertujuan untuk mengetahui
sejauhmana pemahaman apoteker terhadap pertanyaan yang terdapat dikuisioner,
kesalahan pengetikan, penyusunan kalimat dalam kuisoner.Uji pemahaman bahasa
dilakukan dengan menyebarkan kuisioner tersebut kepada tiga apoteker diluar
populasi penelitian yang bersedia mengisi kuisioner. Uji validitas dilakukan untuk
memastikan, sejauhmana tingkat interpretasi dan konsep-konsep yang diperoleh
mempunyai makna yang setara antara kuisioner dengan peneliti (Moleong, 2017).
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan validitas isi, yang diestimasi
melalui Professional Judgement, dalam penelitian ini ahli yang dimaksud ialah
orang yang berpengalaman pada bidang yang diteliti pada penelitian (Azwar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2007). Pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan teknik triangulasi.
Teknik triangulasi ialah teknik untuk memeriksa keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu dari luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2017).
Dalam metode triangulasi dilakukan tiga tahapan yaitu observasi,
wawancara dan dokumentasi feedback. Observasi dilakukan dengan mengunjungi
apotek-apotek yang melayani antibiotika dan memberikan kuisioner kepada tiga
apoteker untuk diisi dan melakukan wawancara singkat serta apoteker akan
memberikan feedback berupa saran atau tanggapan terkait kuisioner dari apoteker
yang akan dijadikan dasar untuk kuisioner sebelum disebar ke daerah sampel.
Penyebaran dan Pengumpulan Kuisioner
Penyebaran kuisioner dengan membagikan kuisioner kepada apoteker-
apoteker di apotek yang sudah terpilih dan memperkenalkan diri kepada apoteker,
menjelaskan maksud dan tujuan bertemu, dan meminta apoteker yang sudah
bersedia menjadi responden untuk mengisi informed consent. Pengumpulan
kuisioner yang sudah disi, dilakukan secara langsung dan menyesuaikan janji
temu dengan apoteker.
Pengolahan dan Analisis Hasil
Pengolahan dengan proses editing meliputi pemeriksaan kelengkapan data,
seperti konsistensi jawaban, kejelasan tulisan/ejaan pada pilihan jawaban,
selanjutnya dikelompokan berdasarkan jawaban responden. Peneliti menetapkan
definisi operasional, yang digunakan untuk memudahkan peneliti untuk
memberikan kesimpulan pada bagian kuisioner tentang persepsi dan hambatan,
apabila hasil yang didapatkan paling banyak pada kategori setuju, maka dapat
disimpulkan bahwa apoteker setuju dengan hal tersebut, begitupula sebaliknya.
Pada bagian kuisioner tentang Pelaksanaan Permenkes RI No.73 tahun 2016
setiap jawaban “ya diberi nilai 1 sedangkan jawaban “tidak” diberi nilai 0. Untuk
menghitung persentase tiap aspek tersebut, jumlah dari jawaban “ya” dibagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dengan jumlah responden (40 responden). Hasil persentase dari tiap aspek
dijumlahkan kemudian dibagi berdasarkan jumlah aspek untuk menentukan rata-
rata persentase dari aspek yang dilaksanakan oleh apoteker sesuai dengan
Permenkes RI.No 73 tahun 2016.
Dalam penyajian data tabel pada bagian persepsi dan hambatan dirangkum
menjadi dua pilihan saja yaitu setuju dan tidak setuju, yang mana setuju
merupakan jumlah dari pilihan sangat setuju dan setuju, sedangkan pilihan tidak
setuju merupakan jumlah dari pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju.
Menurut (Sujarweni, 2015) analisis data menggunakan statistik deskriptif yaitu
pengolahan data untuk tujuan mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap
obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi. Peneliti melakukan tabulasi
atau pembuatan tabel dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 yang memuat
informasi data yang dianalisis dan data disajikan dalam bentuk grafik dengan
persentase total 100%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kuisioner yang telah dibuat diuji isinya secara Profesional Judgement
oleh apoteker-apoteker diluar wilayah sampel. Terdapat perbaikan pada kusioner
dari uji pemahaman bahasa yang tertera pada lampiran 7. Setelah kuisioner telah
dilakukan uji pemahaman bahasa, maka dilakukan uji validitas dengan
membandingkan isi kuisioner dengan pustaka yang diacu yaitu Permenkes RI
no.73 tahun 2016 dan Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotika.
Didapatkan hasil uji validitas kuisioner yaitu perlu penambahan pertanyaan
dan jurnal pendukung tentang Patient Perceptions and Behaviors pada bagian
hambatan yang tertera pada lampiran 8. Uji reliabilitas dilakukan dengan
triangulasi dengan metode observasi, wawancara singkat dan dokumentasi
feedback, dimana feedback dijadikan dasar untuk kuisioner yang akan disebar.
Didapatkan hasil pada pengujian reliabilitas kuisoner yaitu pada pernyataan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
kuisioner “Saya dapat melakukan pendekatan kepada pasien yang mendapatkan
terapi antibiotika” dengan “Saya percaya diri dalam memberikan layanan
pharmaceutical care kepada pasien yang menerima antibiotika” dijadikan satu
pernyataan saja yaitu menjadi “Saya dapat mengatasi pasien yang tidak taat dalam
menggunakan antibiotika dengan mudah”. Untuk hasil feedback dari apoteker
tentang uji reliabilitas kuisioner tertera pada lampiran. 9.
A. Karakteristik Responden
Data karakteristik responden yang didapatkan selama proses pengambilan data
meliputi: jenis kelamin, usia, peran apoteker di apotek, pengalaman bekerja
sebagai apoteker dan pendidikan terakhir apoteker.
Tabel 1. Karakteristik Responden
Parameter Jumlah (n) Persentase (%)
Jenis Kelamin Responden
Laki-laki
Perempuan
6
34
15%
85% Usia Responden 20-29 tahun
30-39 tahun
40-49 tahun
16
20
4
40%
50%
10%
Lama bekerja <5 tahun
5-9 tahun
10-14 tahun
15-19 tahun
≥20 tahun
9
11
16
3
1
22,5%
27,5%
40%
7,5%
2,5%
Peran Apoteker Apoteker Penanggungjawab
Apotek
Apoteker Pendamping
33
7
82,5%
17,5%
Pendidikan terakhir Apoteker S1/Apoteker
S2
S3
38
1
1
95%
2,5%
2,5%
Penjelasan mengenai karakteristik responden secara lengkap diuraikan
sebagai berikut pada kategori perbandingan jumlah responden berdasarkan jenis
kelamin didapatkan hasil terbanyak pada perempuan dibandingkan dengan laki-
laki. Pada kategori perbandingan usia responden didapatkan hasil terbanyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
berkisar antara 30-39 tahun. Hal ini menandakan bawa responden yang bekerja di
Apotek di wilayah Kabupaten Bantul yang dijadikan sampel masuk kategori usia
produktif. Menurut Chandra (1995) mengemukakan bahwa usia produktif adalah
antara 15 hingga 64 tahun. Pada kategori lama bekerja diketahui terbanyak pada
10-14 tahun. Responden yang memiliki pengalaman kerja yang cukup lama
umumnya sudah memiliki pengetahuan yang lebih dikarenakan sudah terbiasa
dalam melakukan pelayanan kefarmasian. Menurut Jahja (2011) kebiasaan
berpikir dan bertindak secara konsisten terus menerus memungkinkan seseorang
menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar melakukan sesuatu Peran apoteker di apotek terbanyak sebagai Apoteker
Penanggungjawab Apotek (APA) yang mana pendidikan terakhir terbanyak pada
S1/Apoteker.
B. Deskripsi Pelayanan Kefarmasian Resep Antibiotika
Data deskripsi pelayanan kefarmasian resep antibiotika yang didapatkan
selama proses pengambilan data meliputi: profil antibiotika yang paling sering
diresepkan,indikasi penyakit berdasarkan antibiotika yang diresepkan, frekuensi
resep antibiotika dalam seminggu, frekuensi apoteker dalam melakukan pelayanan
resep antibiotika, frekuensi apoteker dalam melakukan konseling antibiotika,
perbandingan jumlah pasien berdasarkan jenis kelamin.
Dalam kategori profil antibiotika yang paling sering diresepkan di apotek-
apotek wilayah kabupaten Bantul ialah Amoxicilin dengan persentase sebesar
70%. Hal ini serupa dengan penelitian Bahat (2018) yang menyebutkan bahwa
antibiotika yang paling banyak diresepkan di wilayah kota Yogyakarta terbanyak
ialah Amoxicilin. Untuk jenis indikasi yang sering mendapatkan resep antibiotika
terbanyak di kabupaten Bantul ialah ISPA. Hal ini serupa dengan penelitian
Muchson, dkk (2009) yang menunjukan jenis antibiotika yang digunakan untuk
mengobati ISPA salahsatunya ialah Amoxicilin. Berdasarkan penatalaksana ISPA,
salahsatu antibiotika yang digunakan untuk terapi ISPA adalah Amoxicilin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Gambar 1. Profil Antibiotika yang paling sering diresepkan
Gambar 2. Perbedaan Frekuensi Resep Antibiotika berdasarkan indikasi
Dalam kategori frekuensi resep antibiotika dalam seminggu yang masuk
keapotek-apotek di wilayah Kabupaten Bantul terbanyak pada 5-10 resep yaitu
dengan persentase sebanyak 95%. Hal ini serupa dengan penelitian yang
dilakukan oleh Silvia (2018) yang menyebutkan bahwa jumlah resep yang paling
banyak masuk di apotek wilayah Kulonprogo, 5-10 resep dalam seminggu.
Dalam kategori frekuensi apoteker dalam melakukan pelayanan resep
antibiotika di apotek wilayah kabupaten Bantul terbanyak pada 2-3 kali seminggu
yaitu dengan persentase sebanyak 40%. Hal ini serupa dengan penelitian yang
dilakukan oleh Bahat (2018) yang menyebutkan bahwa mayoritas apoteker di
70.0%
7.5% 5.0% 2.5% 7.5%
2.5% 2.5% 2.5%
0.0%10.0%20.0%30.0%40.0%50.0%60.0%70.0%80.0%
Amoxicilin
Cefixime
Ciprofoxacim
Clindamycin
Kloramfenikol
Metronidazole
Cefadroxyl
Azitromycin
47.5%
20%
5% 7.5%
12.5% 7.5%
0.0%5.0%
10.0%15.0%20.0%25.0%30.0%35.0%40.0%45.0%50.0%
ISPA
Sakit gigi
pharyngitis
Jerawat
Otitis media
Diare
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
apotek wilayah kota Yogyakarta yang melakukan pelayanan resep antibiotika
terbanyak pada 2- 3 kali seminggu. Mayoritas apoteker di wilayah kabupaten
Bantul memberikan pelayanan kefarmasian berupa konseling kepada pasien
dengan frekuensi 2-3 kali seminggu yaitu dengan persentase sebanyak 40%.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salahsatu apoteker di apotek menyatakan
bahwa pelayanan konseling antibiotika sesuai dengan jumlah resep antibiotika
yang masuk. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Bahat (2018)
yang menyebutkan mayoritas apoteker di apotek wilayah kota Yogyakarta yang
memberikan konseling antibiotika terbanyak pada 2-3 kali seminggu. Hasil
rangkuman terkait profil pelayanan resep antibiotika di Apotek Kabupaten Bantul
disimpulkan dalam bentuk tabel 1.
Tabel 2. Profil Pelayanan Resep Antibiotika di Apotek Kabupaten Bantul
Parameter Jumlah (n) Persentase (%)
Frekuensi resep antibiotika
per minggu
1-10 resep
11-20 resep
≥21
38
2
0
95%
5%
0%
Frekuensi dalam melakukan
pelayanan & konseling antibiotika
Setiaphari
2-3 kali seminggu
Sekali seminggu
Sekali sebulan
2
16
12
10
5%
40%
30%
25%
Berdasarkan hasil penelitian di apotek-apotek wilayah Kabupaten Bantul,
jumlah pasien laki-laki dan perempuan yang membeli antibiotika cenderung tidak
relevan. Tidak relevan menunjukan bahwa apoteker tidak mengetahui dengan
pasti perbedaan jumlah pasien berasarkan jenis kelamin. Berdasarkan wawancara
dengan salahsatu apoteker, hal ini dikarenakan kebanyakan apotek tidak membuat
dokumentasi pasien yang membeli resep di apotek. Setiap harinya apoteker tidak
hanya melayani pasien dengan antibiotika saja, apoteker tidak mengingat dengan
pasti pasien laki-laki atau perempuan yang paling banyak membeli antibiotika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Rentang usia yang paling sering mendapatkan antibiotika di apotek-apotek
wilayah kabupaten Bantul adalah 0-5 tahun sebesar 35%. Hal ini cukup sesuai
dengan penelitian Purwaningsih et al. (2015) yang menyebutkan bahwa rentang
usia tersebut yang paling banyak mendapatkan antibiotika di Yogyakarta. Hasil
penelitian terkait karakteristik pasien penerima antibiotika di Apotek Kabupaten
Bantul disimpulkan dalam tabel 2.
Tabel 3. Karakteristik Pasien Penerima Antibiotika di Apotek Kabupaten Bantul
Parameter Jumlah (n) Persentase (%)
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Sama banyak
Tidak relevan
10
4
11
15
25%
10%
27,5%
37,5%
Usia
0-5 tahun
5-11 tahun
12-16 tahun
17-25 tahun
26-35 tahun
36-45 tahun
≥46 tahun
Tidak relevan
14
3
4
2
5
4
1
7
35%
7,5%
10%
5%
12,5%
10%
2,5%
17,5%
*Tidak relevan adalah apoteker tidak mengetahui dengan pasti perbedaan antara dua hal parameter
C. Persepsi dan Hambatan Apoteker dalam Pelayanan Antibiotika di Apotek
Apoteker yang telah terpilih dan bersedia untuk menjadi responden,
diminta untuk mengisi kuisioner yang terdiri dari 20 pertanyaan terkait persepsi
dan juga hambatan dalam pelayanan antibiotika yang dialami oleh apoteker.
Kategori pada kuisioner terbagi menjadi 4 kelompok yaitu pharmacist’s
responsibilities, prescribing behaviors, patient perceptions and behaviors, dan
infrastructure and facilities. Dalam kategori pharmacist’s responsibilities hasil
menunjukan apoteker menjawab sebanyak 60% setuju dapat mengatasi pasien
yang tidak taat dalam menggunakan antibiotika dengan mudah. Hal tersebut
didukung oleh penelitian Res et al (2017) yang menyatakan bahwa apoteker
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
berada dalam posisi terbaik untuk memberikan nasihat kepada pasien tentang
penggunaan antibiotika untuk memastikan kualitas penggunaan antibiotika. Hal
tersebut didukung oleh penelitian Tarawatu (2014) yang menyebutkan rasa
tanggung jawab terhadap sumpah profesi untuk mewujudkan pelayanan
kefarmasian ditengah-tengah masyarakat. Apoteker menjawab sebanyak 52,5%
setuju, melakukan edukasi kepada pasien tentang penggunaan antibiotika serta
masalah terkait resistensi. Hal ini didukung oleh penelitian Kotwani (2012) yang
menemukan apoteker merasa bahwa peningkatan kesadaran diantara pasien akan
memiliki efek positif pada penggunaan antibiotik. Pada hasil diperoleh, apoteker
menjawab sebanyak 57,5% setuju, melakukan skrining terhadap resep, terutama
antibiotika dengan guidelines sebelum mengeluarkan antibiotika yang diresepkan.
Hal ini didukung oleh Res et al (2017) yang menyatakan bahwa peran profesional
apoteker termasuk untuk memastikan bahwa resep berada dalam pedoman
terapeutik dan memeriksa adanya interaksi atau alergi yang signifikan.
Semua apoteker memberikan respon positif dengan menjawab sebanyak
100% setuju, bahwa pharmaceutical care terhadap pasien yang mendapat
antibiotika menjadi tanggungjawab seorang Apoteker. Hal ini didukung oleh
penelitian Almasdy, dkk (2017) yang mendukung bahwa asuhan kefarmasian
merupakan tanggungjawab semua apoteker. Hasil tersebut menunjukan bahwa
apoteker berpendapat bahwa pharmaceutical care menjadi tanggungjawab
apoteker tetapi tidak menutup kemungkinan, bahwa masih ditemukan kurangnya
training terkait pharmaceutical care menjadi salahsatu hambatan dalam
memberikan pelayanan kefarmasian sebanyak 67,5% apoteker menjawab setuju
akan hal tersebut.
Dalam kategori prescribing behaviors hasil menunjukkan Apoteker
menjawab sebanyak 60% setuju, mencari informasi klinis tambahan (misalnya
interaksi obat, ADR, alergi) sebelum memutuskan untuk mengeluarkan antibiotika
yang diresepkan. Hal ini didukung oleh penelitian Res et al (2017) untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
memeriksa adanya interaksi atau alergi yang signifikan. Apoteker menjawab
sebayak 72,5% setuju, berkomunikasi dengan dokter penulis resep, jika merasa
tidak yakin tentang kesesuaian antibiotika diresep. Hal ini menunjukan sebagian
besar apoteker telah melakukan sesuai dengan Permenkes RI (1993) yang
menyebutkan apabila apoteker menganggap bahwa terdapat kekeliruan resep atau
penulisan resep, yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter
penulis resep. Apoteker menjawab sebanyak 57,5% setuju, selalu memastikan
bahwa pasien benar-benar mengerti alasan harus diberikan oleh dokter penulis
resep. Hal ini dikarenakan antibiotika masuk kedalam kategori obat keras, maka
diperlukan resep untuk menebus antibiotika.
Apoteker menjawab sebanyak 75% tidak setuju, ikut serta dalam
kampanye kesadaran antibiotika untuk mempromosikan penggunaan antibiotika
secara optimal kepada masyarakat. Hal ini bertentangan dengan penelitian Res et
al (2017) yang menyatakan bahwa promosi kesehatan diidentifikasi sebagai
tanggungjawab penting seorang apoteker. Salah satu responden menyoroti
pentingnya kolaborasi antarprofesi dalam hal promosi kesehatan. Apoteker
menjawab sebanyak 82,5% tidak setuju, selalu mengupdate pengetahuan terkait
antibiotika dengan mengikuti seminar atau workshop. Hal ini dikarenakan adanya
hambatan dari pihak apoteker yaitu keterbatasan waktu yang dimiliki oleh
apoteker, menjawab setuju sebanyak 60%, selain bekerja di apotek banyak
apoteker yang bekerja di Puskesmas dan juga Rumah Sakit.
Dalam kategori patient perceptions and behaviors, apoteker menjawab
sebanyak 72,5% setuju, kurangnya pengetahuan pasien tentang penggunaan
antibiotika menjadi penghambat dalam memberikan pelayanan antibiotika. Salah
satu apoteker berpendapat bahwa pengetahuan pasien dianggap sebagai faktor
penting dalam optimalisasi resep antibiotik. Hal ini didukung penelitian Res et al
(2017) apoteker menekankan perlunya pengetahuan pasien yang lebih baik, dan
konseling oleh apoteker untuk memastikan penggunaan antibiotika secara optimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Karena kurangnya pengetahuan pasien tentang antibiotika, membuat pasien tidak
mengerti kepentingan pharmaceutical care, padahal pemahaman terhadap asuhan
kefarmasian sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam meningkatkan
kualitas hidup pasien. Apoteker menjawab sebanyak 77,5% setuju, keraguan
pasien untuk mengungkapkan keluhannya menjadi faktor penghambat. Hal ini
didukung oleh penelitian Mehralian, dkk (2017) yang menyebutkan bahwa
hambatan dari lingkungan dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian adalah
keraguan-keraguan pasien untuk berbicara tentang isu pribadi. Hal ini mungkin
dikarenakan kurang terampil apoteker dalam membangun komunikasi dengan
pasien (72,5% setuju) sehingga pasien enggan untuk berbicara tentang isu pribadi
yang menjadi salahsatu faktor penghambat dalam melakukan pelayanan
kefarmasian. Hanya terpaku pada keluhan pasien juga menjadi faktor penghambat
dikarenakan jumlah pasien yang datang banyak dan apotek kekurangan staff untuk
memberikan pelayanan kefarmasian.
Dalam kategori infrastructure and facilities, apoteker menjawab sebanyak
52,5% tidak setuju, kurangnya sumber informasi tentang antibiotika menjadi
faktor penghambat dalam melakukan pelayanan kefarmasian. Salah satu apoteker
berpendapat bahwa apotek telah menyediakan brosur tentang antibiotika yang
disediakan di apotek sehingga baik pasien maupun pengunjung dapat mengambil
brosur-brosur tersebut untuk dibaca. Apoteker menjawab sebanyak tidak setuju
52,5%, tidak memiliki ruangan konseling tidak menjadi penghambat apoteker
dalam memberikan pelayanan konseling. Apoteker menjawab sebanyak 67,5%
setuju, kurangnya jumlah staff menjadi faktor penghambat apoteker. Salah satu
apoteker berpendapat bahwa dalam memberikan pelayanan konseling kepada
pasien tidak harus diruangan konseling, bisa dilakukan langsung bersamaan saat
ingin menyerahkan obat. Hasil penelitian terkait persepsi dan hambatan dalam
memberikan pelayanan kefarmasian tentang antibiotika di Apotek wilayah
Kabupaten Bantul disimpulkan dalam tabel 3 dan 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Tabel 4. Persepsi Apoteker dalam Pelayanan Antibiotika
Tabel 5. Hambatan dalam memberikan layanan pharmaceutical care (Misalnya
riwayat pengobatan,identifikasi permasalahan,monitoring efek samping obat)
Pernyataan TS
(%)
S
(%)
Hasil
Kurangnya pengetahuan pasien tentang penggunaan
antibiotika
11
(27,5%)
29
(72,5%)
Setuju
Pasien ragu untuk mengungkapkan keluhannya
9
(22,5%)
31
(77,5%)
Setuju
Pernyataan TS
(%)
S
(%)
Hasil
Saya dapat mengatasi pasien yang tidak taat dalam
menggunakan antibiotika dengan mudah
16
(40%)
24
(60%)
Setuju
Saya melakukan edukasi kepada pasien tentang penggunaan
antibiotika serta masalah terkait resistensi
19
(47,5%)
21
(52,5%)
Setuju
Saya melakukan skrining terhadap resep,terutama antibiotika
dengan guidelines,sebelum mengeluarkan antibiotika yang
diresepkan
17
(42,5%)
23
(57,5%)
Setuju
Saya mencari informasi klinis tambahan (misalnya:interaksi
obat,ADR,alergi) sebelum memutuskan untuk mengeluarkan
antibiotika yang diresepkan
18
(45%)
22
(55%)
Setuju
Saya berkomunikasi dengan dokter penulis resep, jika merasa
tidak yakin tentang kesesuaian antibiotika di resep
11
(27,5%)
29
(72,5%)
Setuju
Saya ikut serta dalam kampanye kesadaran antibiotika untuk
mempromosikan penggunaan antibiotika secara optimal
kepada masyarakat
34
(85%)
6
(15%)
Tidak
setuju
Saya selalu memastikan bahwa pasien benar-benar mengerti
alasan antibiotika harus diberikan oleh dokter dengan resep
17
(42,5%)
23
(57,5%)
Setuju
Menurut saya Pharmaceutical care terhadap pasien yang
mendapat antibiotika menjadi tanggungjawab seorang
Apoteker
0
(0%)
40
(100%)
Setuju
Saya punya pengetahuan yang cukup tentang Farmakoterapi
untuk antibiotika
0
(0%)
40
(100%)
Setuju
Saya selalu mengupdate pengetahuan terkait antibiotika
dengan mengikuti seminar atau workshop
33
(82,5%)
7
(17,5%)
Tidak
setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Pasien tidak mengerti kepentingan Pharmaceutical care 13
(32,5%)
27
(67,5%)
Setuju
Kurang terampil dalam komunikasi 11
(27,5%)
29
(72,5%)
Setuju
Kurangnya training terkait Pharmaceutical care
13
(32,5%)
27
(67,5%)
Setuju
Keterbatasan waktu apoteker di apotek 11
(27,5%)
29
(72,5%)
Setuju
Hanya terpaku pada keluhan pasien
seperti:Demam,Batuk,sakit waktu buang air kecil,lamanya
pasien kesakitan dsb
15
(37,5%)
25
(62,5%)
Setuju
Kurangnya sumber informasi tentang antibiotika 21
(52,5%)
19
(47,5%)
Tidak
Setuju
Tidak memiliki ruang konseling 21
(52,5%)
19
(47,5%)
Tidak
Setuju
Kurangnya jumlah staff 13
(32,5%)
27
(67,5%)
Setuju
D. Penerapan standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Berdasarkan
Permenkes RI No.73 tahun 2016
Standar pelayanan kefarmasian memiliki tolak ukur yang harus diikuti
oleh apoteker, namun untuk mewujudkan pelayanan kefarmasian sesuai standar
bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu peneliti ingin melihat sejauhmana
penerapan standar pelayanan kefarmasian yang telah dilakukan oleh apoteker-
apoteker di apotek khususnya di wilayah Kabupaten Bantul. Dalam ketentuan
hukum Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar
Kefarmasian di Apotek, diatur bahwa kegiatan pengkajian dan pelayanan resep
terdiri dari kajian administratif, kajian farmasetis dan pertimbangan klinis
sebanyak 98,3% apoteker telah melakukannya. Dispensing terdiri dari penyiapan,
penyerahan obat. Pada bagian penyiapan dan penyerahan obat semua apoteker
telah melaksanakan semua bagian sebagaimana yang tercantum dalam Permenkes
Nomor 73 Tahun 2016.
Pada bagian Pelayanan Informasi Obat (PIO) sebanyak 82,5% apoteker
telah melakukan PIO, tetapi masih ditemukan beberapa apoteker yang tidak
melakukan PIO dikarenakan kurangnya jumlah staff di apotek, menjadi faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
penghambat belum sepenuhnya pelayanan informasi obat dilakukan. Kegiatan
konseling sebanyak 90% apoteker telah melakukan kegiatan tersebut, tetapi masih
ditemukan apoteker yang belum melakukan konseling dikarenakan keterbatasan
waktu yang dimiliki apoteker. Salah satu peran apoteker adalah sebagai care
giver, sehingga diharapkan apoteker dapat melakukan pelayanan kefarmasian
yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia. Dalam hal ini
apoteker belum seluruhnya melaksanakan kegiatan tersebut, berdasarkan hasil
penelitian ditemukan sebanyak 12,5% apoteker yang baru melaksanakan kegiatan
tersebut. Menurut Supardi, dkk (2011) yang menyebutkan alasan pelayanan Home
Pharmacy Care jarang dilakukan karena tenaga, waktu, dan sarana ekstra di
apotek lainnya pada umumnya terbatas. Dalam hal pemantauan terapi obat belum
berjalan sepenuhnya, diperoleh hasil 47,5% apoteker yang baru melakukan
pemantauan terapi obat.
Berdasarkan hasil wawancara, hal tersebut dkarenakan terbatasnya waktu
apoteker untuk melakukan kegiatan pemantauan kepada pasien dikarenakan waktu
kerja apoteker di apotek yang cenderung singkat, sehingga kegiatan apoteker lebih
ditekankan pada kegiatan pelayanan, seperti pelayanan resep maupun pelayanan
swamedikasi. Menurut Permenkes RI (2016) kegiatan monitoring efek samping
obat terdiri dari mengidentifikasi obat dan pasien yang beresiko mengalami efek
samping obat. Hasil penelitian menunjukkan apoteker yang melaksanakan MESO
baru 32,5 % apoteker. Berdasarkan penelitian Atmini, dkk (2011) mayoritas
apoteker di Kota Yogyakarta melakukan pelayanan kefarmasian seperti pelayanan
resep, konseling, dan promosi edukasi namun untuk pelayanan kefarmasian di
rumah jarang atau belum dilakukan secara menyeluruh karena beberapa alasan,
diantaranya terbatasnya jumlah SDM untuk melakukan pemantauan kepada
pasien, serta program pelatihan seperti seminar tentang monitoring jarang
dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Gambar 3. Perbandingan jumlah apoteker yang melakukan pelayanan
kefarmasian berdasarkan Permenkes RI No.73 tahun 2016
98.3% 100%
82.5% 90%
12.50%
47.50% 32.5%
1.67% 0%
17.50% 10%
87.50%
52.50% 67.5%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
120.0%
YA
TIDAK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
KESIMPULAN
Apoteker sudah memiliki persepsi bahwa mewujudkan pelayanan
kefarmasian sesuai dengan Permenkes RI no 73 tahun 2016 merupakan peranan
penting dari seorang apoteker dilihat dari kategori kuisioner “pharmacist’s
responsibilities”dengan persentase terbanyak yaitu sebanyak 100% apoteker
setuju bahwa pharmaceutical care terhadap pasien yang mendapat antibiotika
menjadi tanggungjawab apoteker, dan sebanyak 72,5% apoteker setuju untuk
berkomunikasi dengan dokter penulis resep jika merasa tidak yakin tentang resep
antibiotika, walaupun implementasi dari standar pelayanan kefarmasian di apotek
wilayah kabupaten Bantul belum terlaksana sepenuhnya, terutama home
pharmacy care (12,5%), pemantauan terapi obat (47,5%), dan MESO (32,5%)
kondisi ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor penghambat dengan persentase
terbesar yaitu kurangnya pengetahuan pasien (72,5%), pasien ragu kepada
apoteker (77,5%), pasien tidak mengerti kepentingan pharmaceutical care
(67,5%), kurangnya training terkait pharmaceutical care (67,5%), keterbatasan
waktu apoteker (72,5%), dan kurangnya jumlah staff di apotek (67,5%).
SARAN
Berdasarkan hambatan dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian, peneliti
juga menyarankan perlu adanya program training pharmaceutical care kepada
apoteker oleh pihak Dinas Kesehatan kabupaten Bantul dan sosialisasi kepada
masyarakat tentang antibiotika oleh apoteker.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
DAFTAR PUSTAKA
Almasdy, dkk., 2017. Pemahaman dan Sikap Apoteker Rumah Sakit di Kota
Padang Terhadap Asuhan Kefarmasian. Jurnal Sains dan Teknologi
Farmasi. Vol.19. 9-11.
Atmini, K.D., Gandjar, I.G., Purnomo, A., 2011. Analisis Aplikasi Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Kota Yogyakarta. Jurnal Manajemen
dan Pelayanan Farmasi, 1 (1), 49-55.
Bahat,Riska., 2018. Pelayanan Kefarmasian Bagi Pasien Dengan Antibiotika Di
Apotek Wilayah Kota Yogyakarta, Skripsi, 25, Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Baltazar,F.,et al.,2009. Portuguese students' knowledge of antibiotics: a
cross-sectional study of secondary school and university students in
Braga, 1-6, BMC PublicHealth, Portugal.
Cohen, L., et al., 2007, Research Method in Education, Routledge, New
York, hal.102.
Chandra, 1995. Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta. EGC. Hal. 45.
Departemen Kesehatan RI, 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan.Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011.Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik. 1-13.
Departemen Kesehatan RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Jakarta. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2018. Profil Kesehatan Kabupaten
Bantul.Kabupaten Bantul: Dinas Kesehatan Bantul. 1-45.
IkatanApotekerIndonesia, 2016. Standar Kompetensi Apoteker Indonesia.
Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia. Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Jahja, Yudrik., 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta. Prenadamediagroup.
hal.473.
Mehralian G, Rangchian M, Javadi A., 2014. Peiravian F. Investigation On
Barriers To Pharmaceutical Care In Community Pharmacies: A Structural
Equation Model. International Journal Clinic Pharmacy. 36(5):1087-
1094.
Moleong, L.J., 2017. Metodologi Penelitian Kuantitatif, edisi revisi, Remaja
Rosdakarya, Bandung, hal.330-331.
Muchson, dkk., Kerasionalan Penggunaan Antibiotika pada anak penderita Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Delanggu. CERATA Journal of
Pharmacy Science. 42-53.
Purwaningsih, dkk., 2015. Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Pediatrik
Rawat Inap. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. 211-217.
Silvia., 2018. Pelayanan Kefarmasian Bagi Pasien Dengan Antibiotika Di Apotek
Wilayah KulonProgo, Skripsi, 20, Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan kombinasi (Mixed
Method). Bandung. Alfabeta. hal.172.
Sujarweni,Wiratna., 2015. Statistik Untuk Kesehatan. Yogyakarta. Penerbit Gava
Media. Hal.151.
Res et al., 2017. Pharmacists’s Perceptions Regarding Optimization of Antibiotic
Prescribing in the Community. Journal of Pharmacy Practice. Canada.
30(2). 146-153.
Tarawatu, Tirzayana, A., 2014. Evaluasi Pemberian Infomasi Obat dalam
Pelayanan Kefarmasian di Apotek di Desa Catur Tunggal, Depok, Sleman
tahun 2018, Skripsi, 50, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Lampiran 1.
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN
Saya Bernadheta Oceania Monica dari Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma akan melakukan penelitian yang berjudul “Persepsi Apoteker
dalam Pelayanan Antibiotika di Apotek Wilayah Kabupaten Bantul Tahun 2018”.
Penelitian ini merupakan penelitian untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan.
Peneliti mengajak responden untuk ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian ini
memerlukan waktu keikutsertaan responden selama sekitar 30 menit.Anda akan
mengisi lembar persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, kemudian
dilanjutkan dengan mengisi kuisioner.
A. Kesukarelaan untuk ikut penelitian
Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada
paksaan. Bila anda sudah memutuskan untuk ikut maka Anda juga bebas
mengundurkan diri/berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau pun
sanksi apapun. Bila Anda tidak bersedia untuk berpartisipasi, tidak ada sanksi
atau hal merugikan apapun yang akan dikenakan.
B. Prosedur Penelitian
Apabila Anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, Anda,
diminta menandatangani lembar persetujuan penelitian (informed consent).
Kemudian prosedur selanjutnya ialah memperkenalan peneliti kepada responden
dan mengisi kuisioner penelitian
C. Kewajiban subjek penelitian
Sebagai subyek penelitian, Anda berkewajiban mengikuti aturan atau
petunjuk penelitian seperti yang tertulis di atas. Bila ada yang belum jelas, Anda
dapat bertanya lebih lanjut kepada peneliti.
D. Keuntungan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Keuntungan langsung yang Anda dapatkan adalah menyumbangkan
informasi baru yang dapat membantu meningkatkan kualitas pelayanan
kefarmasian terutama antibiotika diapotek-apotek Kabupaten Bantul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
E. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas responden penelitian
akan dirahasiakan dan hanya diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan
dipublikasikan tanpa identitas responden penelitian.
F. Kompensasi
Anda akan memperoleh souvenir dalam bentuk map sebagai tanda terima
kasih telah bersedia ikut serta dalam penelitian.
G. Resiko yang terjadi dalam Penelitian
Sebagai subjek penelitian ini,Anda tidak akan terkena resiko apapun
karena peneliti tidak melakukan intervensi apapun.Pengisian kuisioner akan
berlangsung sekitar 30 menit,timbul ketidaknyamanan akibat waktu yang
digunakan untuk mengisi kuisioner.
H. Informasi Tambahan
Anda diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum
jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu membutuhkan
penjelasan lebih lanjut, Anda dapat menghubungi Bernadheta Oceania Monica no
Hp : 087816426316 atau Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) (Jl.Dr Wahidin
Sudirohusodo,5-25,Yogyakarta,55224,Telp.(0274)8509590.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Lampiran 2.
LEMBAR KONFIRMASI PERSETUJUAN
UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN DALAM
PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
1. Saya........................................................................(mohon menuliskan nama)
Menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian dengan judul:
“PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI
APOTEK WILAYAH KABUPATEN BANTUL TAHUN 2018”
2. Saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami “Lembar
Informasi” yang berisi informasi yang terkait dengan penelitian ini dan
ketentuan-ketentuan dalam berpartisipasi sebagai responden
3. Saya menyatakan bahwa penelitian telah memberikan penjelasan secara lisan
untuk memperjelas hal-hal terkait dengan informasi tersebut diatas.Saya telah
memahaminya dan telah diberi waktu untuk menanyakan hal-hal yang kurang
jelas
4. Saya menyadari bahwa mungkin saya tidak akan secara langsung menerima
atau merasakan manfaat dari penelitian ini,namun telah disampaikan bahwa
hasil penelitian ini akan berguna untuk membantu meningkatkan kualitas
pelayanan kefarmasian terutama antibiotika di apotek-apotek Kabupaten
Bantul dan penjelasan mengenai sejauhmana persepsi Apoteker dalam
melakukan pelayanan antibiotika.
5. Saya telah diberi hak untuk menolak memberikan informasi jika saya
keberatan untuk menyampaikannya
6. Saya juga juga diberi hak untuk dapat mengundurkan diri sebagai responden
pada penelitian sewaktu-waktu tanpa ada konsekuensi apapun
7. Saya mengerti dan saya telah diberitahu bahwa semua informasi yang akan
saya berikan akan sepenuhnya digunakan untuk kepentingan penelitian
8. Saya juga telah diberi informasi bahwa identitas pribadi saya akan dijamin
kerahasiaannya baik dalam laporan maupun publikasi hasil penelitian
SAKSI
Saya telah menjelaskan kepadaBpk/Ibu/Sdr..................................(namaresponden)
mendasar tentang penelitian ini. Menurut saya,Bpk/Ibu/Sdr tersebut telah
memahami penjelasan tersebut.
Status dalam penelitian ini Yogyakarta,………………..
(Nama Pewawancara) (Nama Saksi) (Nama Responden)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
1.Jenis Kelamin
a. Laki-laki b. Perempuan
2.Umur: 3.Lulus Tahun: 4.Peran:
a. Apoteker Penanggungjawab Apotek b. Apoteker Pendamping
5.Pendidikan terakhir: a. S1/Profesi Apoteker c.S3 b. S2
“Persepsi Apoteker terhadap Pelayanan Antibiotika di Apotek” 1.Tuliskan nama/jenis antibiotika yang sering anda layani:
Peresepan Tersedia Diagnosis Indikasi
Antibiotika
*Catatan:Beberapa obat dapat mempunyai lebih dari 1 indikasi
Petunjuk:Berilah Tanda Silang (x) pada bagian pilihan jawaban
2.Berapa sering anda melayani pasien dengan antibiotika? a. Setiap hari c.Sekali seminggu b. 2-3 kali seminggu d.Sekali sebulan
3. Berapa banyak anda melayani resep antibiotika per minggu?
a. 1-10 resep c.21-30 resep b. 11-20 resep d.>31 resep
4. Apakah jenis kelamin pasien yang terbanyak mendapatkan antibiotika? a. Perempuan c.Sama banyak b. Laki-laki d.Tidak relevan
5. Berapa range (kisaran) umur pasien pada umumnya yang mendapatkan
antibiotika? a. 0-5 tahun e.26-35 tahun b. 5-11 tahun f.36-45 tahun c. 12-16 tahun g.>46 tahun d. 17-25 tahun h.Tidak relevan
6. Berapa sering anda memberikan konseling kepada pasien yang mendapatkan
antibiotika?
a. Setiap hari c.Sekali seminggu
b.2-3 kali seminggu d.Sekali sebulan
Lampiran 3.Kuisioner Penelitian Mohon isi data-data berikut :Beri Tanda silang (x) pada pilihan jawaban anda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
7.Berilah tanda pada kolom yang tersedia untuk pilihan anda sesuai pernyataan dalam kolom sebelah kiri
Pernyataan Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju
Setuju Sangat
Setuju
Saya dapat mengatasi pasien yang tidak taat dalam menggunakan
antibiotika dengan mudah
Saya melakukan edukasi kepada pasien tentang penggunaan antibiotika
serta masalah terkait resistensi
Saya melakukan skrining terhadap resep,terutama antibiotika dengan
guidelines,sebelum mengeluarkan antibiotika yang diresepkan
Saya mencari informasi klinis tambahan (misalnya:interaksi
obat,ADR,alergi) sebelum memutuskan untuk mengeluarkan
antibiotika yang diresepkan
Saya berkomunikasi dengan dokter penulis resep, jika merasa tidak
yakin tentang kesesuaian antibiotika di resep
Saya ikut serta dalam kampanye kesadaran antibiotika untuk
mempromosikan penggunaan antibiotika secara optimal kepada
masyarakat
Saya selalu memastikan bahwa pasien benar-benar mengerti alasan
antibiotika harus diberikan oleh dokter dengan resep
Menurut saya Pharmaceutical care terhadap pasien yang mendapat
antibiotika menjadi tanggungjawab seorang Apoteker
Saya punya pengetahuan yang cukup tentang Farmakoterapi untuk
antibiotika
Saya selalu mengupdate pengetahuan terkait antibiotika dengan
mengikuti seminar atau workshop
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
8.Apa saja hambatan dalam memberikan layanan Pharmaceutical Care (Misalnya riwayat pengobatan,identifikasi permasalahan
Farmakoterapi,monitoring efektifitas obat dan efek samping obat,penyediaan konseling obat) terhadap pasien yang menggunakan
antibiotika?
Petunjuk:Beri tanda sesuai yang anda lakukan
Pernyataan Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju
Setuju Sangat
Setuju
Kurangnya pengetahuan pasien tentang penggunaan antibiotika
Pasien ragu untuk mengungkapkan keluhannya
Pasien tidak mengerti kepentingan Pharmaceutical care
Kurang terampil dalam komunikasi
Kurangnya training terkait Pharmaceutical care
Keterbatasan waktu apoteker di apotek
Hanya terpaku pada keluhan pasien seperti:Demam,Batuk,sakit waktu
buang air kecil,lamanya pasien kesakitan dsb
Kurangnya sumber informasi tentang antibiotika
Tidak memiliki ruang konseling yang nyaman
Kurangnya jumlah staff
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
9.Ketika menerima Resep Antibiotika apa yang Anda lakukan?
Berilah Tanda Silang ( ) pada bagian pilihan jawaban
NO PERTANYAAN PILIHAN
YA TIDAK
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
a. Kajian administratif
b. Kajian Farmasetik
c. Pertimbangan Klinis
2. Dispensing
a. Penyiapan obat
b. Penyerahan obat
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
a. Menjawab pertanyaan ,Memberi informasi
dan edukasi terkait obat
b. Melakukan dokumentasi PIO
4. Konseling
a. Menanyakan Three Prime Question
Apa yang disampaikan dokter tentang obat?
Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara
pemakaian obat?
Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang
diharapkan setelah menerima terapi Obat tersebut?
b. Menggali informasi terkait permasalah obat
c. Melakukan verifikasi akhir untuk
memastikan pemahaman pasien
5. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home
pharmacy care)
6. PemantauanTerapi Obat
7. Monitoring Efek Samping Obat
Mengidentifikasi obat & pasien yang mempunyai
resiko tinggi mengalami efek samping obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 4.Surat Keterangan Kelaikan Etik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian (Uji pemahaman bahasa,Uji Validitas,dan
Uji Reliabilitas)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Lampiran 7. Hasil Uji Pemahaman Bahasa
Kata “tidak relevan”
artinya bisa dijelaskan
kepada responden
Kuisioner nomor 2 dengan
opsi f. “tidak pernah”
dihilangkan saja karena
masuk kategori ekslusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Lampiran 8. Hasil Uji Validitas
Perlu mencari jurnal pendukung
tentang persepsi apoteker
Perlu tambahkan pertanyaan ttg
patient perceptions and
behaviors dalam bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Lampiran 9. Hasil Uji Reliabilitas
Bagian kuisioner “Saya dapat
melakukan pendekatan
kepada pasien” dengan “saya
percaya diri hampir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Lampiran 10. Tabel Data Penelitian
Tabel 1.Jenis Kelamin Responden
NO Kategori Jumlah (n) Persentase(%)
1 Laki-laki 6 15%
2 Perempuan 34 85%
Total 40 100%
Tabel 2.Usia Responden
NO Kategori Jumlah (n) Persentase(%)
1 20-29 tahun 16 40%
2 30-39 tahun 20 50%
3 40-49 tahun 4 10%
Total 40 100%
Tabel 3.Lama Bekerja
NO Kategori Jumlah (n) Persentase(%)
1 <5 tahun 9 22,5%
2 5-9 tahun 11 27,5%
3 10-14 tahun 16 40%
4 15-19 tahun 3 7,5%
5 ≥20 tahun 1 2,5%
Total 40 100%
Tabel 4.Peran Apoteker
NO Kategori Jumlah (n) Persentase(%)
1 Apoteker Penanggungjawab
Apotek
33 82,5%
2 Apoteker Pendamping 7 17,5%
Total 40 100%
Tabel 5.Pendidikan terakhir Apoteker
NO Kategori Jumlah (n) Persentase(%)
1 S1/Apoteker 38 95%
2 S2 1 2,5%
3 S3 1 2,5%
Total 40 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Tabel 6.Jenis Antibiotika yang paling sering diresepkan
NO Antibiotika Golongan Jumlah Persentase
1 Amoxicilin Penisilin 28 70%
2 Cefixime Sefalosporin gen 3 3 7.5%
3 Ciprofoxacim Fluorokuinolon gen
2
2 5%
4 Clindamycin Makrolida 1 2,5%
5 Kloramfenikol Kloramfenikol 3 7,5%
6 Metronidazole Nitromidazol 1 2,5%
7 Cefadroxyl Sefalosporin gen 1 1 2,5%
8 Azitromycin Makrolida 1 2%
Total 40 100%
Tabel 7.Frekuensi resep antibiotika per minggu
NO Frekuensi resep antibiotika
per minggu
Jumlah(n) Persentase(%)
1 1-10 resep 38 95%
2 11-20 resep 2 5%
3 21-30 resep 0 0%
4 ≥31 resep 0 0%
Total 40 100%
Tabel 8.Frekuensi apoteker dalam melakukan pelayanan resep antibiotika
NO Frekuensi dalam melakukan
pelayanan
resep antibiotika
Jumlah(n) Persentase(%)
1 Setiaphari 2 5%
2 2-3 kali seminggu 16 40%
3 Sekali seminggu 12 30%
4 Sekali sebulan 10 25%
Total 40 100%
Tabel 9.Jenis kelamin pasien yang mendapatkan antibiotika
NO Frekuensi dalam melakukan
pelayanan
resep antibiotika
Jumlah(n) Persentase(%)
1 Perempuan 10 25%
2 Laki-laki 4 10%
3 Sama banyak 11 27,5%
4 Tidak relevan 15 37,5%
Total 40 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tabel 10.Kisaran usia pasien yang menerima antibiotika
NO Kisaran usia Jumlah (n) Persentase(%)
1 0-5 tahun 14 35%
2 5-11 tahun 3 7,5%
3 12-16 tahun 4 10%
4 17-25 tahun 2 5%
5 26-35 tahun 5 12,5%
6 36-45 tahun 4 10%
7 ≥46 tahun 1 2,5%
8 Tidak relevan 7 17,5%
Total 40 100%
Tabel 11.Frekuensi apoteker dalam melakukan konseling pada pasien yang
mendapatkan antibiotika
NO Frekuensi dalam melakukan
konseling pada pasien yang
mendapatkan antibiotika
Jumlah Persentase(%)
1 Setiaphari 2 5%
2 2-3 kali seminggu 16 40%
3 Sekali seminggu 12 30%
4 Sekali sebulan 10 25%
Total 40 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Tabel 12.Persepsi Apoteker dalam Pelayanan Antibiotika
NO Pernyataan STS
(%)
TS
(%)
S
(%)
SS
(%)
Hasil
1 Saya dapat mengatasi pasien yang tidak taat dalam menggunakan
antibiotika dengan mudah
2
(5%)
14
(35%)
20
(50%)
4
(10%)
Setuju
2 Saya melakukan edukasi kepada pasien tentang penggunaan
antibiotika serta masalah terkait resistensi
2
(5%)
17
(42,5%)
20
(50%)
1
(2,5%)
Setuju
3 Saya melakukan skrining terhadap resep,terutama antibiotika
dengan guidelines,sebelum mengeluarkan antibiotika yang
diresepkan
1
(2,5%)
16
(40%)
20
(50%)
3
(7,5%)
Setuju
4 Saya mencari informasi klinis tambahan (misalnya:interaksi
obat,ADR,alergi) sebelum memutuskan untuk mengeluarkan
antibiotika yang diresepkan
0
(15%)
22
(25%)
16
(40%)
2
(20%)
Setuju
5 Saya berkomunikasi dengan dokter penulis resep, jika merasa tidak
yakin tentang kesesuaian antibiotika di resep
0
(0%)
11
(27,5%)
19
(47,5%)
10
(25%)
Setuju
6 Saya ikut serta dalam kampanye kesadaran antibiotika untuk
mempromosikan penggunaan antibiotika secara optimal kepada
masyarakat
10
(25%)
24
(60%)
6
(15%)
0
(0%)
Tidak
setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
7 Saya selalu memastikan bahwa pasien benar-benar mengerti alasan
antibiotika harus diberikan oleh dokter dengan resep
1
(2,5%)
16
(40%)
19
(47,5%)
4
(10%)
Setuju
8 Menurut saya Pharmaceutical care terhadap pasien yang mendapat
antibiotika menjadi tanggungjawab seorang Apoteker
0
(0%)
0
(0%)
23
(57,5%)
17
(42,5%)
Setuju
9 Saya punya pengetahuan yang cukup tentang Farmakoterapi untuk
antibiotika
0
(0%)
0
(0%)
18
(45%)
22
(55%)
Setuju
10 Saya selalu mengupdate pengetahuan terkait antibiotika dengan
mengikuti seminar atau workshop
8
(20%)
25
(62,5%)
6
(15%)
1
(2,5%)
Tidak
setuju
Tabel 13.Hambatan dalam memberikan layanan pharmaceutical care (Misalnya riwayat pengobatan,identifikasi
permasalahan,monitoring efek samping obat,dan penyediaan konseling) terhadap pasien yang menggunakan antibiotika
NO Pernyataan STS
(%)
TS
(%)
S
(%)
SS
(%)
Hasil
1 Kurangnya pengetahuan pasien tentang penggunaan
antibiotika
0
(0%)
11
(27,5%)
29
(72,5%)
0
(0%)
Setuju
2 Pasien ragu untuk mengungkapkan keluhannya
0
(0%)
9
(22,5%)
30
(75%)
1
(2,5%)
Setuju
3 Pasien tidak mengerti kepentingan pharmaceutical care 0 13 25 2 Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
(0%) (32,5%) (62,5%) (5%)
4 Kurang terampil dalam komunikasi 1
(2,5%)
10
(25%)
27
(67,5%)
2
(5%)
Setuju
5 Kurangnya training terkait Pharmaceutical care
0
(0%)
13
(32,5%)
26
(65%)
1
(2,5%)
Setuju
6 Keterbatasan waktu apoteker di apotek 1
(2,5%)
10
(25%)
25
(62,5%)
4
(10%)
Setuju
7 Hanya terpaku pada keluhan pasien
seperti:Demam,Batuk,sakit waktu buang air kecil,lamanya
pasien kesakitan dsb
5
(12,5%)
10
(25%)
20
(50%)
5
(12,5%)
Setuju
8 Kurangnya sumber informasi tentang antibiotika 1
(2,5%)
20
(50%)
15
(37,5%)
4
(10%)
Tidak Setuju
9 Tidak memiliki ruang konseling 2
(5%)
19
(47,5%)
14
(35%)
5
(12,5%)
Tidak
Setuju
10 Kurangnya jumlah staff 1
(2,5%)
12
(30%)
25
(62,5%)
2
(5%)
Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
14.Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek terkait Resep Antibiotika berdasarkan Permenkes RI No.73
Tahun 2016
NO PERTANYAAN YA
(%)
TIDAK
(%)
1.
Pengkajian &
Pelayanan Resep
Kajian Administratif 40
(100)
0
(0)
Kajian Farmasetis 40
(100)
0
(0)
Pertimbangan Klinis 38
(95)
2
(5)
118
(98,3)
2
(1.67)
2.
Dispensing
Penyiapan Obat 40
(100)
0
(0)
Penyerahan Obat 40
(100)
0
(0)
80
(100)
0
(0)
3.
Pelayanan Informasi
Obat
Menjawab pertanyaan,Memberi Informasi & Edukasi terkait
Obat
40
(100)
0
(0)
Melakukan Dokumentasi PIO 26
(65)
14
(35)
66
(82,5)
14
(17.5)
4.
Konseling
Menanyakan Three Prime Question kepada pasien 36
(90)
4
(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Menggali informasi terkait permasalahan obat 34
(85)
6
(15)
Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman
pasien
38
(95)
2
(5)
108
(90)
12
(10)
5.
Pelayanan Kefarmasian
di rumah
(home pharmacy care)
Melakukan pendampingan pengelolaan dan kepatuhan
dalam menggunakan obat dirumah
5
(12,5)
35
(87,5)
6.
Pemantauan Terapi
Obat
Melakukan identifikasi masalah serta tindakan yang perlu
dilakukan dengan dokter penulis resep
19
(47.5)
21
(52,5)
7.
Monitoring Efek
Samping Obat (MESO)
Mengidentifikasi obat dan pasien yang beresiko mengalami
efek samping obat
13
(32,5)
27
(67,5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Persepsi Apoteker dalam
Pelayanan Antibiotika di Apotek Wilayah Kabupaten
Bantul tahun 2018” bernama Bernadheta Oceania
Monica.Penulis merupakan anak kedua dari pasangan
Wilhelmus Yuniarta M.Mar.Eng dan Evia S.Pd.Penuli
lahir di Kota Kuala Kapuas,13 Juli 1997.Pendidikan
formal penulis diawali di TK Katolik Santo Paulus
(2002-2003),melanjutkan pendidikan ke SD Katolik
Santo Paulus (2003-2009),kemudian melanjutkan
pendidikan menengah pertama di SMP Katolik Santo
Paulus (2009-2012),dan pendidikan menegah atas di SMA Stella Duce 1
Yogyakarta (2012-2015).Pendidikan dilanjutkan hingga perguruan tinggi di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.Penulis terlibat dalam
beberapa organisasi,kepanitiaan,asisten dosen praktikum,yaitu menjadi anggota
Advokasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Framasi periode 2016/2017,Bendahara
Komunitas Paingan periode 2016/2017,anggota P3K acara Pharmacy Performance
and Pharmacy Road To School 2015,Koordinator Pubdekdok Cara Belajar Insan
Aktif (CBIA) 2017,asisten Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia (2018 dan
2019),asisten Praktikum Komunikasi Farmasi (2018),dan asisten Praktikum
Peracikan Obat (2019).Penulis juga pernah menjadi perwakilan sebagai KKN
APTIK Peduli Mentawai 2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related