perkembangan pada balita 1. a. anak prasekolah (sutomo,b ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/757/5/bab...
Post on 30-Jul-2020
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkembangan Pada Balita
1. Balita
a. Pengertian
Balita adalah anak yang telah menginjak usia satu tahun atau lebih
populardengan pengertian usia anak dibawah lima tahun (Muaris.H,2006).
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun batita dan 3-5 tahun
anak prasekolah (Sutomo,B. Dan Anggraeni,DY,2010).
Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari perubahan
morfologi, biokimia dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai
maturitas/dewasa. Banyak orang menggunakan istilah “tumbuh” dan “kembang”
secara sendiri-sendiri atau bahkan ditukar-tukar. Istilah tumbuh kembang
sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan
dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Sementara itu
pengertian mengenai perkembangan adalah sebagai berikut :
Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif
dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan /maturitas. Perkembangan
menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh, organ, dan system
organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
7 memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan kognitif, Bahasa, motorik,
emosi, dan perkembangan perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya. Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat progresif,
terarah, dan terpadu/koheren. (Soetjiningsih & Ranuh 2013 : 2&3).
Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang
dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar. (Whalley dan Wong, 2000)
Perkembangan adalah pertumbuhan dan perluasan secara peningkatan
sederhana menjadi kompleks dan meluasnya kemampuan individu untuk
berfungsi dengan baik. (Sutjiningsih, 1998).
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes RI, 2012).
B. Perkembangan Bicara dan Bahasa
1. Pengertian
Banyak orang yang mempertukarkan istilah “bicara” (speech) dengan
“Bahasa” (language), padahal kedua istilah tersebut tidak sama (Soetjiningsih dan
Ranuh, 2013 )
a. Bahasa adalah suatu system komunikasi yang digunakan dengan sukarela dan
secara social disetujui bersama, dengan menggunakan symbol-simbol tertentu
untuk menyampaikan dan menerima pesan dari satu orang ke orang lain.
Termasuk didalamnya adalah tulisan, bicara, Bahasa, symbol, ekspresi muka,
isyarat, pantonim dan seni.
8 b. Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang
digunakan untuk menyampaikan maksud atau bicara adalah luaran (output
oral atau verbal dari suatu bahassa, atau kegiatan untuk berkomunikasi melalui
ekspresi verbal).
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak,
karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kelainan pada
sistem lainnya, seperti kemampuan kognitif, sensori motor, psikologis, emosi dan
lingkungan disekitar anak. Rangsangan sensoris yang berasal dari pendengaran
(auditory expressive language development dan auditory receptive language
decelopment) dan penglihatan (visul language development), sangat penting
dalam perkembangan Bahasa. Seorang anak tidak akan mampu berbicara tanpa
dukungan dari lingkungannya. Mereka harus mendengar dan melihat pembicaraan
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari maupun pengetahuan tentang dunia
disekitarnya. Mereka harus belajar mengekspresikan diri, membagi pengalaman
dengan orang lain, dan mengemukakan keinginannya
Menurut teori Neuropsikolinguistik, berbahasa adalah interaksi yang
kompleks antara fungsi otak (korteks serebri) semantik dan fragmatik, fonologi,
grammar, dan organ yang memproduksi bahasa. Sistem ini saling berhubungan
bila salah satu mengalami masalah, akan terjadi gangguan berbicara. Salah satu
petunjuk untuk menilai kepandaian anak berbicara adalah rumus “4S” yaitu umur
anak dibagi 4 (dalam tahun) merupakan proporsi kata yang bisa dipahami oleh
pendengar, dari seluruh kata-kata yang diucapkan oleh anak. Anak umur 1 tahun
sebanyak ¼, 2 tahun 2/4, 3 tahun ¾, dan umur 4 tahun 4/4.
9
Perkembangan bahasa seorang anak dapat dihitung dengan membagi usia
pencapaian perkembangan bahasa dengan umur kronologisnya. Contoh, anak
umur 24 bulan dengan tingkat perkembangan Bahasa sesuai dengan anak umur 18
bulan, maka tinkat perkembangan bahasanya adalah 75%. Secara umum, anak
dengan tingkat perkembangan bahasa kurang dari 75% dari yang seharusnya,
maka anak tersebut terjadi keterlambatan signifikan secara klinis dan memerlukan
evaluasi secara lanjut (Soetjiningsih dan Ranuh, 2013 : 56)
2. Tahapan Perkembangan Bahasa
Terdapat 5 tahapan perkembangan Bahasa pada anak, yaitu (Soetjiningsih
dan Ranuh, 2013 : 57)
a. Reflevtive Vocalization
Pada bayi baru lahir, dengan caranya sendiri, bayi akan “berbicara”. Pada
umur ini, bayi masih belum mampu membedakan berbagai macam stimuli dari
luar serta belum mampu bereaksi terhadap stimuli yang berbeda-beda, sehingga
bayi hanya bisa menangis terhadap semua stimuli yang diterimanya. Tangisan
bayi dan vokalisasi selama 2 - 3 minggu pertama dalam hidupnya bersifat
refrektif. Vokalisasi terjadi akibat udara yang secara refleks keluar dari paru lewat
pita suara sehingga terbentuk suara. Suara yang terbentuk tidak mempunyai arti
sama sekali.
Pada akhir minggu kedua atau ketiga, pengamat/ibu yang jeli sudah dapat
membedakan arti tangisan bayi. Bayi sudah mulai bisa memberikan reaksi yang
berbeda terhadap stimuli yang diterimanya, sudah ada rasa tertarik terhadap wajah
dan orang sekitarnya, karena sudah mulai maturirasi baik fisik maupun mental.
Pada umur 2-4 bulan, bayi sudah bisa cooing (seperti suara burung merpati).
10 b. Babbling
Pada umur 6-7 minggu, bayi sudah mulai menunjukkan reaksi terhadap
suara yang dibuatnya. Bayi menyenangi suara yang dibuatnya dan juga menghibur
dirinya dengan suara. Coos, gurgles, dan permainan suara umum lainnya akan
diikuti oleh perkembangan bicara baru yang disebut babbling pada umur sekitar
4-9 bulan. Suara yang ditimbulkan bermacam-macam, mulai dari vocal lalu
konsonan, dan kombinasi keduanya. Vokal seperti “a” akan diulang-ulang dalam
nada dan kekerasannya yang berbeda. Kemudian, muncul suara konsonan labial
“p” dan “b” (guttural), “g” (dental), dan terakhir nasal “n”. pada umur 6 bulan,
bayi sudah memberikan reaksikalau dipanggil Namanya menoleh kea rah sumber
suara.
c. Lalling
Sampai dengan tahapan babbling perkembangan pendengaran dan bahasa
sama pada anak yang tuli dan anak yang tidak tuli. Karena masih bersifat reflektif
dan merupakan respons terhadap stimuli internal, babbling terjadi baik pada anak
yang tuli maupun yang tidak tuli. Stetlah tahapan babbling, akan terjadi perbedaan
perkembangan Bahasa antara anak yang tuli dan tidak tuli. Mulai dari tahapan
lalling, pendengaran mempunyai peran penting. Lalling adalah pengulangan
(repetition) suara atau kombinasi suara yang didengar seperti “ba-ba”, “ma-ma”,
“gub-gub”. Lalling biasanya mulai pada umur 6 bulan. Pada lalling, yang penting
adalah terdapat hubungan yang bermakna antara produksi suara dan pendengaran.
d. Echolalia
Sekitar umur 9-10 bulan, anak sudah bisa meniru (imitation) semua yang
dibuat oleh orang lain dan suara yang sering didengarnya. Pada tahapan lalling,
11 yang akan ditiru pertama kali adalah suara yang dimengerti anak dan suara yang
didengar anak. Pada saat ini, anak sudah siap untuk menirukan segala macam
suara. Mereka akan memilih suara mana yang mudah untuk ditiru dan yang tidak
mudah ditiru (suara yang membingungkan).
e. True speech
Pada sekitar umur 12-13 bulan, rata-rata anak sudah mulai bisa berbicara.
Ada anak yang lambat dan ada anak yang cepat bisa berbicara yang dimaksud
“berbicara” adalah anak dengan sengaja menggunakan pola bunyi konvensional
(kata-kata), yang merupakan respons terhadap situasi tertentu dari lingkungannya.
Sebelum anak bisa bicara, anak harus mengerti dulu apa yang dikatakan orang
lain (verbal understanding). Keadaan ini menunjukkan bahwa anak telah
merespons baik secara mental maupun motoric terhadap kata-kata yang diucapkan
orang lain. Kalau anak mampu mengerti (verbal understanding) mereka akan
lebih cepat untuk berbicara.
Pada anak umur 18-24 bulan perkembangan bicara dan bahasa dapat
memahami pertanyaan dan perintah sederhana, dapat meggunakan lebih banyak
penggabungan dua kata dan menggunakan kalimat yang lebih panjang (3 kata)
dapat memahami minimal 50 kata. Rata – rata anak dapat merespon pertanyaan
kurang lebih 10 detik, memberikan permainan dengan instruksi seperti ‘pegang
hidung’atau anggota tubuh lainnya, membaca buku dengan kalimat yang
berulang-ulang dan sederhana. (Ike R Sugianto, 2011)
12
3. Perkembangan bicara dan bahasa menurut (Smith & Neiswort,
a. Usia 0-3 minggu
1) Menangis tidak dapat dibedakan tanpa memperhatikan keadaan
psikologisnya, seperti lapar, dingin, sakit dan sebagainya.
2) Usia 3 minggu tangisan dapat dibedakan tergantung pada stimulus
khususnya, seperti suara tangis bayi berbeda saat ia lapar dengan
sakit
b. Usia 6 minggu – 6 bulan
1) Bayi bereaksi terhadap suaranya sendiri
2) Ia memproduksi suara saat ia senang
3) Ia mengoceh secara berulang dengan berbagai tipe suara sesuai
dengan bertambahnya usia, seperti berkumur, refleks, belum
membentuk vokal atau konsonan pengeluaran suara tersebut
dilakukan berulang.
c. Usia 6-9 bulan
1) Mendengar suara dan memproduksi suara terjadi pada hubungan
yang tertutup
2) Self – imitation : bayi mendengar suaranya sendiri dan mulai
mengulanginya
3) Vokalisasi sering digunakan untuk memperoleh perhatian
d. Usia 9-12 bulan
1) Bayi meniru suara yang dibuat orang lain
2) Suara – suara yang ditiru tidak mempunyai arti
13
3) Bayi membangun perbendaharaan suara – suara dan kombinasi
suara menurut keunikan lingkungannya
e. Usia 12-18 bulan
1) Anak mengatakan kata pertamanya
2) Ia menggunakan bahasa secara sengaja dan bertujuan sebagai alat
untuk berkomunikasi
3) Kata pertama biasanya suku kata tunggal misalnya “ma” atau dua
suku kata yang sama misalnya “mama” “papa”
4) Kata pertama menjadi tujuan sebuah kalimat karena artinya dapat
diinterpretasikan dari konteks yang diberikan / yang ada
5) Kemungkinan besar kata-kata awal yang diucapkan adalah kata
benda sejak anak lebih banyak mendengar kata benda daripadaa
kata lainnya dari bicara / percakapan
6) Selanjutnya muncul kata kerja
7) Jumlah kosa kata biasanya 2-3 kata pada usia 16-18 bulan
8) Pemahaman kosa kata biasanya lebih banyak dari pada kosa kata
ekspresif oral anak
f. Usia 18-24 bulan
1) Kosa kata oral berkembang antara 3-50 kata
2) Pemahaman kosa kata lebih banyak dari pada kosa kata ekspresif
oral
3) Anak menggunakan kata-kata baru untuk menggeneralisasi
misalnya satu kata dapat digunakan untuk mengindikasi beberapa
objek yang berbeda.
14
4. Penyebab
Kemampuan dalam bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor intrinsik
(anak) dan faktor ekstrinsik (psikososial). Faktor intrinsik ialah kondisi
pembawaan sejak lahir termasuk fisiologi dari organ yang terlibat dalam
kemampuan bahasa dan berbicara. Sementara itu, faktor ekstrinsik dapat berupa
stimulus yang ada di sekeliling anak, misalnya perkataan yang didengar atau
ditujukan kepada si anak. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi
keterlambatan bicara adalah sebagai berikut:
a. Faktor Intrinsik
1) Retardasi mental
Retardasi mental merupakan penyebab paling umum dari keterlambatan
bicara, tercatat lebih dari 50% dari kasus. Seorang anak retardasi mental
menunjukkan keterlambatan bahasa menyeluruh, keterlambatan pemahaman
pendengaran, dan keterlambatan motorik. Secara umum, semakin parah
keterbelakangan mental, semakin lambat kemampuan komunikasi bicaranya. Pada
30% - 40% anak – anak dengan retardasi mental, penyebabnya tidak dapat
ditentukan. Penyebab retardasi mental diantaranya cacat genetik, infeksi
intrauterin, insufisiensi plasenta, obat saat ibu hamil, trauma pada sistem saraf
pusat, hipoksia, kernikterus, hipotiroidisme, keracunan, meningitis atau
ensefalitis, dan gangguan metabolik.
2) Gangguan pendengaran
Fungsi pendengaran dalam beberapa tahun pertama kehidupan sangat
penting untuk perkembangan bahasa dan bicara. Gangguan pendengaran pada
tahap awal perkembangan dapat menyebabkan keterlambatan bicara yang berat.
15 Gangguan pendengaran dapat berupa gangguan konduktif atau gangguan
sensorineural. Tuli konduktif umumnya disebabkan oleh otitis media dengan
efusi. Gangguan pendengaran tersebut adalah intermiten dan rata-rata dari 15dB
sampai 20 dB. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan
gangguan pendengaran konduktif yang berhubungan dengan cairan pada telinga
tengah selama beberapa tahun pertama kehidupan berisiko mengalami
keterlambatan bicara. Gangguan konduktif juga dapat disebabkan oleh kelainan
struktur telinga tengah dan atresia dari canalis auditoris eksterna. Gangguan
pendengaran sensorineural dapat disebabkan oleh infeksi intrauterin, kernikterus,
obat ototosik, meningitis bakteri, hipoksia, perdarahan intrakranial, sindrom
tertentu (misalnya, sindrom Pendred, sindrom Waardenburg, sindrom Usher) dan
kelainan kromosom (misalnya, sindrom trisomi). Kehilangan pendengaran
sensorineural biasanya paling parah dalam frekuensi yang lebih tinggi.
3) Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan neurologis yang terjadi sebelum
anak mencapai usia 36 bulan. Autisme ditandai dengan keterlambatan
perkembangan bahasa, penyimpangan kemampuan untuk berinteraksi perilaku
ritualistik, dan kompulsif, serta aktivitas motorik stereotip yang berulang.
Berbagai kelainan bicara telah dijelaskan, seperti ekolalia dan pembalikan kata
ganti. Anak-anak autis pada umumnya gagal untuk melakukan kontak mata,
merespon senyum, menanggapi jika dipeluk, atau menggunakan gerakan untuk
berkomunikasi. Autisme tiga sampai empat kali lebih sering terjadi pada anak
laki-laki dari pada anak perempuan.
4) Mutasi selektif
16
Mutasi selektif adalah suatu kondisi dimana anak-anak tidak berbicara
karena mereka tidak mau. Biasanya, anak-anak dengan mutasi selektif akan
berbicara ketika mereka sendiri, dengan teman-teman mereka, dan kadang-kadang
dengan orang tua mereka. Namun, mereka tidak berbicara di sekolah, dalam
situasi umum, atau dengan orang asing. Kondisi tersebut terjadi lebih sering pada
anak perempuan daripada anak laki-laki. Secara signifikan anak-anak dengan
mutasi selektif juga memiliki defisit artikulatoris atau bahasa. Anak dengan
mutasi selektif biasanya memanifestasikan gejala lain dari penyesuaian yang
buruk, seperti kurang memiliki teman sebaya atau terlalu bergantung pada orang
tua mereka. Umumnya, anak-anak ini negativistik, pemalu, penakut, dan menarik
diri. Gangguan tersebut bisa bertahan selama berbulan-bulan sampai bertahun-
tahun.
5) Cerebral palsy
Keterlambatan bicara umumnya dialami oleh anak dengan cerbral palsy.
Keterlambatan bicara terjadi paling sering pada orang-orang dengan tipe athetoid
cerebral palsy. Selain itu juga dapat disertai atau dikombinasi oleh faktor-faktor
penyebab lain, diantaranya: gangguan pendengaran, kelemahan atau kekakuan
otot-otot lidah, disertai keterbelakangan mental atau cacat pada korteks serebral.
6) Kelainan organ bicara
Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula
(rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi
septum nasi, adenoid atau kelainan laring.Pada lidah pendek terjadi kesulitan
menjulurkan lidah sehingga kesulitan mengucapkan huruf ”t”, ”n”, dan ”l”.
Kelainan bentuk gigi dan mandibula mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”,
17 ”s”, ”z”, dan ”th”. Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan
resonansi berupa rinolalia aperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan
tinggi seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.
b. Faktor Ekstrinsik (Psikososial)
Dalam keadaaan ini anak tidak mendapatkan rangsangan yang cukup dari
lingkungannya. Anak tidak mendapatkan cukup waktu dan kesempatan berbicara
dengan orang tuanya. Hasil penelitian menunjukkan stimulasi yang kurang akan
menyebabkan gangguan berbahasa yaitu keterlambatan bicara, tetapi tidak berat.
Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami kurang
makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat lebih berat karena
penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena
kurang gizi atau penelantaran anak.
Berbagai macam deprivasi psikososial yang mengakibatkan keterlambatan
bicara adalah
1) Lingkungan yang Sepi
Bicara adalah bagian tingkah laku, jadi ketrampilannya melalui meniru.
Bila stimulasi bicara sejak awal kurang (tidak ada yang ditiru) maka akan
menghambat kemampuan bicara dan bahasa pada anak.
2) Anak Kembar
Pada anak kembar didapatkan perkembangan bahasa yang lebih buruk dan
lama dibandingkan dengan anak tunggal. Mereka satu sama lain saling
memberikan lingkungan bicara yang buruk karena biasanya mempunyai perilaku
yang saling meniru. Hal ini menyebabkan mereka saling meniru pada keadaan
kemampuan bicara yang sama–sama belum bagus.
18 3) Bilingualisme
Pemakaian 2 bahasa dapat menyebabkan keterlambatan bicara, namun
keadaan ini bersifat sementara. Smith meneliti pada kelompok anak dengan
lingkungan bilingualisme tampak mempunyai perbendaharaan yang kurang
dibandingkan anak dengan satu bahasa, kecuali pada anak dengan kecerdasan
yang tinggi.
4) Teknik Pengajaran yang Salah
Cara dan komunikasi yang salah pada anak sering menyebabkan
keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa pada anak sebab perkembangan
mereka terjadi karena proses meniru dan pembelajaran dari lingkungan.
5) Pola menonton televisi
Menonton televisi pada anak-anak usia batita merupakan faktor yang
membuat anak lebih menjadi pendengar pasif. Pada saat nonton televisi, anak
akan lebih berperan sebagai pihak yang menerima tanpa harus mencerna dan
memproses informasi yang masuk. Akibatnya, dalam jangka waktu tertentu, yang
mana seharusnya otak mendapat banyak stimulasi dari lingkungan/orang tua
untuk kemudian memberikan feedback kembali, namun karena yang lebih banyak
memberikan stimulasi adalah televisi, maka sel-sel otak yang mengurusi masalah
bahasa dan bicara akan terhambat perkembangannya.
Usia 18 – 24 bulan dalam kurun waktu ini anak mengalami perluasan
bahasa. Hampir setiap hari ia memiliki kosakata baru. Ia dapat membuat kalimat
yang terdiri atas dua kata (mama mandi, naik sepeda) dan dapat mengikuti
perintah dua langkah. Pada fase ini anak akan senang mendengarkan cerita. Pada
usia dua tahun, sekitar 50% bicaranya dapat dimengerti orang lain.
19
Keterlambatan bicara dapat disebabkan gangguan pendengaran, gangguan
pada otak (misalnya retardasi mental, gangguan bahasa spesifik reseptif dan/atau
ekspresif), autisme, atau gangguan pada organ mulut yang menyebabkan anak
sulit melafalkan kata-kata (dikenal sebagai gangguan artikulasi). Untuk
menegakkan diagnosis penyebab keterlambatan bicara, perlu pemeriksaan yang
teliti oleh dokter, yang terkadang membutuhkan pendekatan multidisiplin oleh
dokter anak, dokter THT, dan psikolog atau psikiater anak.
Tata laksana keterlambatan bicara bergantung pada penyebabnya, dan juga
melibatkan kerja sama antara dokter anak, dokter spesialis lain yang terkait,
terapis wicara, dan tentunya orangtua. (Safitri, 2013)
5. Dampak
Ada tiga faktor yang menyebabkan seorang anak mengalami
keterlambatan bicara. Pertama, telinga tidak dapat mendengar (tuli). Kedua saraf
pendengaran yang ada di otak tidak dapat berfungsi dan ketiga kurangnya
stimulasi dalam bentuk mengajak bicara dengan anak.
Dari tiga faktor tersebut sebanyak 10-15 persen keterlambatan bicara pada
anak disebabkan oleh faktor nomor satu dan dua. Sedangkan sekitar 90%
penyebab keterlambatan bicara pada anak disebabkan oleh faktor nomor tiga.
Dampak jangka panjang keterlambatan bicara :
a. Gangguan bahasa berpengaruh pada luaran akademik dan pekerjaan Kesulitan
belajar
1) Kesulitan pemahaman, mengakibatkan anak sangat rentan dalam kaitannya
dengan pendidikan.
20
2) Gangguan bahasa (dibandingkan gangguan bicara) sejak dini (Batita) jelas
berhubungan dengan kesulitan melanjutkan sekolah sampai dewasa.
3) Anak dengan gangguan bahasa berisiko untuk mempunyai masalah
membaca dan perilaku, apalagi gangguan perilaku ini berhubungan dengan
ketidakmampuan anak untuk membaca.
4) Penurunan berbahasa yang bermakna secara klinis terdapat pada 50%
remaja dengan perilaku menantang dan ada hubungan antara kemampuan
berbahasa lisan pada awal kehidupan dengan risiko terjadinya perilaku
menantang pada remaja.
b. Gangguan bahasa berhubungan dengan peningkatan risiko ansietas social
1) Remaja dengan gangguan perkembangan bahasa mempunyai kadar
kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan rekannya yang normal.
2) Anak dengan gangguan perkembangan bahasa mempunyai peluang lebih
besar untuk mengalami ketakutan berlebihan saat sosialisasi di usia 19
tahun dan gejala kecemasan akibat kegiatan bersosialisasi di usia 31 tahun.
c. Gangguan bahasa berdampak pada partisipasi social
1) Anak dengan gangguan bahasa mempunyai kualitas persahabatan dan
partisipasi aktivitas sosial yang lebih rendah dibandingkan anak dengan
perkembangan normal.
2) Masalah dengan teman sebaya diteliti selama lebih dari 9 tahun pada 171
anak berusia 7-16 tahun dengan riwayat gangguan bahasa, anak dengan
gangguan bahasa lebih berisiko menunjukkan kesulitan hubungan dengan
teman sebaya.
d. Gangguan bahasa tidak menghilang ketika anak disekolahkan
21
1) Gangguan bicara dan bahasa yang diidentifiasi saat usia 5 tahun, 72%
tetap mengalami gangguan di usia 12 tahun.
2) Penelitian pada remaja yang diidentifikasi mempunyai gangguan bahasa
yang disebut specific language impairment saat usia 5 tahun dan dipantau
saat usia 12 dan 19 tahun, ditemukan masih terdapat kesulitan komunikasi
yang tinggi pada anak dengan riwayat gangguan bahasa tersebut. (IDAI,
2015)
C. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan
anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah tumbuh
kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan. (Kemenkes RI, 2012
)
Ada jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa:
Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
a. Skrining/pemeriksan perkembangan anak menggunakan kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP).
Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP
adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
Jadwal skrining pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15,
18, 21, 24, 30, 36, 43, 48, 60, 66, dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur
skrining tersebut, mintai bu datang kembali pada umur skrining yang terdekat
22 untuk pemeriksaan rutin. Skrining/ pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan,
guru TK dan petugas PADU terlatih.
Interprestasi hasil KPSP :
1) Hitung berapa jumlah jawaban Ya.
2) Jumlah Jawaban ‘Ya’ = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya (S)
3) Jumlah Jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
4) Jumlah Jawaban ‘Ya’= 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)
5) Untuk jawaban ‘Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban ‘Tidak’ menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).
Intervensi :
1) Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut:
a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
b) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak.
c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai
dengan umur dan kesiapan anak.
d) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di
posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan BKB.
e) Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak
berumur < 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampai 72
bulan.
2) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:
23
a) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak
lebih sering lagi.
b) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak
untuk mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.
c) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya
penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangan.
d) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan
daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
e) Jika hasil KPSP ulang jawaan ‘Ya’ tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada
penyimpangan (P).
3) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan
berikut :
Rujuk ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan
perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara & bahasa, sosialisasi dan
kemandirian). (Kemenkes RI, 2012)
D. Stimulasi Tumbuh Kembang
Stimulasi perkembangan anak adalah kegiatan merangsang kemampuan
dasar anak usia 0-6 tahun agar berkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapat stimulasi rutin secara dini dan terus-menerus pada setiap kesempatan.
Stimulasi anak dilakukan oleh ibu, ayah, pengasuh anak, anggota keluarga lain
dan kelompok masyarakat dilingkungan sekitarnya. Selain itu, kadang secara
otomatis anak juga terstimulasi sendiri oleh teman bermainnya ketika dalam
permainan yang diatur oleh sistem permainan dan interaksi yang bermanfaat juga
24 untuk tumbuh kembang. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan
tumbuh kembang bahkan gangguan yang bersifat menetap. Kemampuan dasar
anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar,
gerak halus, bicaea dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian. (Ari
Sulistyawati, 2014)
1. Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, beberapa yang harus
diperhatikan antara lain :
a. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
b. Selalu tunjukan sikap dan prilaku yang baik karena anak akan meniru
tingkah laku orang-orang yang didekatnya
c. Berikan stimulasi sesuai kelompok usia anak
d. Lakukan stimulasi dengan cara ajak anak bermain, bernyanyi bervariasi
secara menyenangkan tanpa adanya paksaan
e. Lakukan stimulasi terhadap keempat aspek kemampuan dasar anak secara
bertahap dan berkelanjutan
f. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman, dan ada disekitar
anak
g. Berikan kesempatan yang sama pada anak perempuan atau laki laki
h. Anak selalu diberikan pujian.
2. Stimulasi pada anak umur 18-24 bulan:
a. Kemampuan gerak kasar
1) Stimulasi yang perlu dilakukan: dorong agar anak mau berlari, berjalan
dengan berjinjit, bermain di air, menendang, melempar dan menangkap
bola besar serta berjalan naik turun tangga.
25
2) Melompat : tunjukkan anak cara melompat dengan mengangkat kedua
kakinya secara bersamaan, bukan dengan langkah lompat (satu kaki
diangkat). Bila anak memerlukan bantuan, pegangi tangannya ketika
melompat untuk pertama kalinya. Usahakan agar ia melompat diatas
keset atau handuk.
b. Kemampuan gerak halus
1) Stimulasi yang perlu dilanjutkan:
a) Dorongan agar anak mau main balok-balok
b) Memasukkan benda yang satu ke dalam benda lainnya
c) Menggambar dengan krayon, spidol, pencil berwarna
d) Menggambar pakai tangan
2) Permainan puzzle : bed anak permainan puzzle sederhana, yang hanya
terdiri dari 2-3 potong baja. Puzzle sernacarn itu clapat dibeli atau
dibuat sendiri dari sepotong karton yang diberi gambar.
3) Menggambar wajah atau bentuk
c. Kemampuan bicara dan bahasa
1) Stimulasi yang perlu dilanjutkan:
a) Bernyanyi
b) Bicara kepada anak
c) Dororng anak agar mau menceritakan hal-hal yang dikerjakan dan
dilihatnya
2) Mengerjakan perintah sederhana
d. Kemampuan bersosilisasi dan kemandirian
1) Stimulasi kegiatan yang perlu dilakukan:
26
a) Mengunjungi tempat bermain
b) Tenangkan anak ketika rewel
c) Melepas pakaian sendiri
d) Makan sendiri
2) Mengancingkan baju
3) Membuat rumah-rumahan
4) Berpakaian (Kemenkes, 2013)
E. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
a. Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki
faktor herediter ras/bangsa indonesia atau sebaliknya.
b. Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk atau kurus.
c. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.
d. Jenis kelamin.
27
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada
laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-
laki lebih cepat.
e. Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak
yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
f. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.
2. Faktor luar (eksternal)
a. Faktor Prenatal
1) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
2) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital
seperti club foot.
3) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid, dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
4) Endokrin
Diabetes meilitus dapat menyebabkan mekrosomia, kardiomegali,
hiperplasia adrenal.
5) Radiasi
28
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada
janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas
anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
6) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo Virus Herpers simpleks) dapat menyebabkan
kelainan pada janin ; katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental,
dan kelainan jantung kongenital.
7) Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara
janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah
merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah
janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya
mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus yang akan
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
8) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
9) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental
pada ibu hamil dan lain-lain.
b. Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia, dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
29
c. Faktor Pascasalin
1) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, dperlukan zat makanan yang adekuat.
2) Penyakit kronis/kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan janin.
3) Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup
yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider).
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari ,
paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll)
mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
4) Psikologis
Hubungan anak dengan prang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
diketahui oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan,
akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
5) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
6) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat
pertumbuhan anak.
30
7) Lingkungan pengasuh
Pada lingkungan pengasuh, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
8) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,
keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
9) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormon pertumbuhan.
(Kemenkes RI, 2012).
F. Beberapa Gangguan Tumbuh Kembang Anak Yang Sering Ditemukan
1. Gangguan Berbicara dan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak.
Karenakemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan
pada sistemlainnya, sebab melibatkan kemampuankognitif, motor, psikologis,
emosi dan lingkungansekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan
gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.
31
2. Cerebral palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif,
yangdisebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada
susunansaraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.
3. Sindrom Down
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari
fenotipnya danmempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya
jumlah kromosom 21yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari anak
yang normal. Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang
berat, masalah biologis ataulingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan
perkembangan motorik danketerampilan untuk menolong diri sendiri.
4. Perawakan Pendek
Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu terminologi
mengenai tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva
pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena
varisasi normal, gangguan gizi,kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena
kelainan endokrin.
5. Gangguan Autisme
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya
muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek
perkembangan sehinggagangguan tersebut sangat luas dan berat, yang
mempengaruhi anak secara mendalam.Gangguan perkembangan yang ditemukan
pada autisme mencakup bidang interaksisosial, komunikasi dan perilaku.
32
6. Retardasi Mental
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ
< 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi
terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
7. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hyperaktivitas (GPPH)
GPPH disebut juga sebagai Attention Dificultty Hyperactivity Disorder
(ADHD). Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk
memusatkan perhatian dan seringkali disertai dengan hiperaktivitas. (Kemenkes
RI, 2012).
top related