perbedaan kompetensi interpersonal pada mahasiswa ......antara anak tunggal dan anak yang memiliki...
Post on 16-Feb-2021
14 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
PERBEDAAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA MAHASISWA YANG
MEMILIKI DAN TIDAK MEMILIKI SAUDARA KANDUNG
OLEH
DANISWARI MANGGALA PUTRI
802009066
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
-
PERBEDAAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA MAHASISWA
YANG MEMILIKI DAN TIDAK MEMILIKI SAUDARA KANDUNG
Daniswari Manggala Putri
Chr. Hari Soetjiningsih
K.D. Ambarwati
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
-
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kompetensi interpersonal pada
mahasiswa ditinjau dari kepemilikan saudara kandung. Penelitian ini dilakukan pada 40
mahasiswa yang memiliki saudara kandung dan 40 mahasiswa yang tidak memiliki
saudara kandung dengan menggunakan teknik snowball sampling. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala kompetensi interpersonal yang
mengacu pada teori Buhrmester, dkk (1988) mengenai aspek-aspek kompetensi
interpersonal yaitu memulai hubungan, pengungkapan diri, asertif, memberikan
dukungan emosional, dan mengatasi konflik interpersonal. Perbedaan kompetensi
interpersonal pada mahasiswa yang memiliki dan tidak memiliki saudara kandung diuji
menggunakan Independent t-test dan diperoleh hasil nilai t sebesar 14,812 dengan
signifikansi 0,000 atau p < 0,05. Dari hasil analisis data ditemukan bahwa terdapat
perbedaan kompetensi interpersonal antara mahasiswa yang memiliki saudara kandung
dengan mahasiswa yang tidak memiliki saudara kandung.
Kata kunci: kompetensi interpersonal, mahasiswa, anak tunggal, saudara kandung
-
ABSTRACT
This research aims to know the differences of interpersonal competencies in terms of
student ownership of the siblings. This research was conducted at 40 students who have
a sibling and 40 students who do not have siblings by using techniques of snowball
sampling. Method of data collection is done using an interpersonal competence scale
refers to the theory of Buhrmester, et al (1988) about the interpersonal aspects of
competence i.e initiating relationship, self-disclosure, asserting, displeasure, providing
emotional support, and managing interpersonal conflict. The differences of
interpersonal competence on students that have and do not have siblings been tested
using Independent t-test and obtained results that the value t of 14,812 with a
significance 0.000 or p
-
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemampuan berkomunikasi seseorang mulai bertumbuh sejak ia terlahir di
dunia ini. Walaupun kemampuan inderanya terbatas ia akan tetap berusaha untuk
membangun interaksi dengan lingkungan sekitarnya dan menciptakan hubungan dengan
orang-orang yang berada dekat dengannya (Emmaretha, 2012). Kemampuan
berkomunikasi tersebut terus berkembang seiring pertumbuhan individu hingga ke tahap
masa remaja melalui interaksi kekeluargaan, teman sebaya dan hubungan dengan
masyarakat (Yahaya, 2010). Jika proses tersebut terpenuhi, maka individu mampu
memasuki tahap perkembangan berikutnya yaitu masa dewasa awal.
Tugas perkembangan dewasa awal menurut Havighurst yaitu individu dituntut
untuk membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu (dalam Monks, 1999)
atau kelompok sosial yang menyenangkan (Hurlock, 1980) dan mampu menyesuaikan
diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (Havighurst, 1995). Pada masa dewasa awal,
individu akan menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu perkuliahan dan
perannya berubah menjadi mahasiswa. Namun pada kenyataannya, Partosuwido (1993)
melaporkan banyak mahasiswa mengeluhkan persoalan pribadi yang dapat menyulitkan
mereka dalam melakukan hubungan interpersonal seperti, rendah diri, sikap tertutup,
kecemasan tinggi, tidak mampu mengendalikan diri, dan mudah dipengaruhi orang lain
(dalam Idrus, 2007). Hal tersebut dapat menghambat mahasiswa untuk mencapai tugas
perkembangannya. Agar tugas perkembangannya di masa dewasa awal tercapai,
individu membutuhkan kemampuan untuk dapat menjalin hubungan yang baik dengan
orang lain. Kemampuan ini dikenal dengan istilah kompetensi interpersonal.
-
2
Kompetensi interpersonal menurut Buhrmester, dkk (1988) yaitu sebagai
kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam membangun dan memelihara
hubungan interpersonal. Kompetensi interpersonal merupakan dasar bagi suatu
kesuksesan. Jika telah terjadi hubungan interpersonal yang baik dan memuaskan, maka
individu yang memiliki kompetensi interpersonal ini akan mudah untuk mendapatkan
apa yang menjadi tujuannya. Hal tersebut juga berlaku untuk mahasiswa apabila
kompetensi interpersonalnya baik maka dengan mudah dapat menjalin hubungan dan
bekerja sama dengan teman atau rekan kerja yang baru kelak. Sesuai dengan penelitian
Cohen, Sherrad & Clark (1986) bahwa remaja yang mempunyai kompetensi
interpersonal tinggi lebih berhasil membina hubungan kerja dan rumah tangga
dibandingkan dengan remaja yang mempunyai kompetensi interpersonal rendah.
Keberadaan kompetensi interpersonal sangat diperlukan di dalam kehidupan
setiap individu termasuk mahasiswa. Seorang mahasiswa yang baru memasuki
perkuliahan membutuhkan adanya kompetensi interpersonal dalam menjalin hubungan
interpersonal yang baik dengan teman-teman dan dosen barunya. Menjalin hubungan
interpersonal yang baik akan lebih mudah bagi mahasiswa yang memiliki saudara
kandung, karena sudah terbiasa berhubungan dan menjalin komunikasi dengan saudara
kandungnya. Hubungan saudara pada individu meliputi menolong, berbagi, mengajari,
berkelahi, dan bermain, bisa juga bertindak sebagai dukungan emosional, saingan, dan
mitra komunikasi (Carlson, 1995).
Menurut Willis (dalam Pratiwi, 1998), kompetensi interpersonal dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang memperngaruhi kompetensi
interpersonal adalah faktor keluarga yang didalamnya terdapat saudara kandung.
Kehidupan keluarga sangat penting sebagai sarana berlatih mengembangkan
-
3
kemampuan bersosialisasi dengan orang lain. Pola hubungan dengan anggota keluarga
ini terjalin salah satunya dengan saudara kandung. Keberadaan saudara kandung dapat
memunculkan konflik-konflik yang mendorong individu untuk mengasah
kemampuannya untuk menyelesaikan atau memecahkan konflik tersebut bersama
saudara kandungnya. Saudara kandung memiliki pengaruh dalam melakukan sosialisasi
terhadap individu dibandingkan dengan orang tua (Santrock, 2007).
Pengaruh saudara kandung akan lebih kuat apabila jarak usia individu dengan
saudaranya dekat. Semakin dekat jarak usia individu dengan saudara kandungnya maka
pengaruh diantara mereka akan semakin besar, terutama dalam karakteristik emosi.
Sedangkan semakin jauh jarak usia maka pengaruh orang tua lebih dominan
dibandingkan dengan pengaruh saudara kandung. Menurut hasil penelitian Minnett,
Vandell, and Santrock (1983) individu yang jarak umurnya 7-8 tahun dengan
saudaranya lebih mungkin untuk menunjukkan perilaku positif, kasih sayang.
Sedangkan jarak umur 3-4 tahun darisaudara mereka umumnya terjadi kecurangan,
agresi, danperilaku negatif. Tidak jauh beda menurut Wong, dkk (2008), pengaruh
saudara kandung akan lebih kuat apabila jarak usianya 2 sampai 4 tahun.
Di sisi lain mahasiswa yang tidak memiliki saudara kandung atau disebut anak
tunggal tidak perlu bersaing dengan saudara-saudara kandungnya untuk mendapatkan
perhatian, bantuan dan sumber daya orang tua sehingga kurang merasakan persaingan
dan kurang mengalami interaksi interpersonal dengan orang lain selain dengan
orangtuanya. Namun, lain halnya di lingkungan sekitar, anak tunggal adalah seorang
perfeksionis yang kesepian, rendah diri dalam berhubungan dengan orang lain dan
cenderung menarik diri karena takut tidak diterima dan tidak diperhatikan oleh orang
lain. Kurangnya interaksi interpersonal pada anak tunggal menyebabkan rendahnya
-
4
kemampuan membina hubungan interpersonal dengan orang lain selain orang tua
(Hadibroto, Alam, Suryaputra dan Olivia, 2002).
Penelitian Jiao, Ji dan Jing (n.d) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
antara anak tunggal dan anak yang memiliki saudara kandung dalam kategori usia 4-6
tahun, baik di pedesaan maupun perkotaan. Anak yang memiliki saudara kandung
mempunyai sifat-sifat perilaku sosial yang positif, kerjasama yang baik, saling
menghargai, dan mereka dipandang sebagai individu yang dapat bergabung dengan
anak-anak yang lain dalam bermain dan berpartisipasi atau lebih dalam kegiatan
kolektif. Sementara anak tunggal dipandang oleh anak-anak lain sebagai individu yang
bertindak sesuai dengan kepentingan mereka sendiri. Apabila sejak kecil anak tunggal
tumbuh dan berkembang menjadi seseorang yang individual maka saat memasuki masa
dewasa awal akan mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan interpersonal dengan
lingkungannya.
Uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa dituntut memiliki
kompetensi interpersonal dalam menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain
untuk memenuhi tugas perkembangan sosial. Permasalahan sering muncul apabila
mahasiswa tidak memiliki kompetensi interpersonal yang baik. Mahasiswa yang
memiliki dan tidak memiliki saudara kandung kemungkinan memiliki kompetensi
interpersonal yang berbeda. Adapun penelitian pendukung yang diperoleh terkait
keterampilan sosial, pengaruh saudara kandung, jarak umur, anak tunggal serta anak
bersaudara kandung pada anak-anak dan remaja.
Maka berdasarkan latar belakang masalah tersebut memperkuat keinginan
peneliti untuk meneliti kompetensi interpersonal yang penelitiannya belum dijumpai
oleh peneliti yaitu pada dewasa awal. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti
-
5
Perbedaan Kompetensi Interpersonal pada Mahasiswa yang Memiliki dan Tidak
Memiliki Saudara Kandung.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kompetensi interpersonal
pada mahasiswa yang memiliki dan tidak memiliki saudara kandung.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat perbedaan kompetensi interpersonal pada
mahasiswa yang memiliki dan tidak memiliki saudara kandung ?
TINJAUAN PUSTAKA
Kompetensi Interpersonal
Menurut Chaplin (2001) kompetensi adalah kelayakan, kemampuan atau
pelatihan untuk melakukan satu tugas. Interpersonal adalah segala sesuatu yang
berlangsung antara dua pribadi, mencirikan proses-proses yang timbul sebagai satu hasil
dari interaksi individu dengan individu lain dan sosial.
Kompetensi interpersonal adalah kemampuan untuk melakukan komunikasi
secara efektif yang meliputi kemampuan untuk memulai suatu hubungan interpersonal,
kemampuan membuka diri, kemampuan untuk memberikan dukungan emosional
kepada orang lain, kemampuan bersikap asertif, empati serta kemampuan mengelola
dan mengatasi konflik dengan orang lain (Idrus, 2009).
Buhrmester, dkk (1988) memaknai kompetensi interpersonal sebagai
kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam membangun dan memelihara
hubungan interpersonal. Berdasarkan beberapa definisi kompetensi interpersonal di atas
-
6
maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi interpersonal adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki seseorang dalam membina hubungan antar pribadi dengan
individu lain dan lingkungan sosialnya yang baik dan memuaskan.
Menurut Buhrmester, dkk (1988) kompetensi interpersonal memiliki 5 aspek yaitu:
a. Kemampuan memulai hubungan (Initiating Relationship)
Adalah usaha untuk memulai suatu bentuk interaksi dan hubungan dengan orang
lain, atau dengan lingkungan sosial yang lebih besar. Usaha ini merupakan
pencarian pengalaman baru yang lebih banyak dan luas tentang dunia luar, juga
tentang dirinya sendiri dengan tujuan untuk mencocokkan sesuatu atau informasi
yang telah diketahui agar dapat lebih memahaminya (Galassi & Galassi, 1980;
Lipton & Nelson, 1980; Rathus, 1973; Schroeder, Rakos, & Moe, 1983).
b. Kemampuan pengungkapan diri (Self-disclosure of Personal Information)
Merupakan kemampuan untuk membuka diri, menyampaikan informasi yang
bersifat pribadi dan memberikan penghargaan terhadap orang lain (Dickson-
Markman, 1986), social psychologists (Chelune, Sulton, & Williams, 1980;
Jourard, 1971), and marital researchers (Gottman, 1979; Tolstedt & Stokes, 1984).
c. Kemampuan asertif atau menegaskan ketidaksenangan dengan orang lain
(Asserting Displeasure with Others)
Kemampuan mengungkapkan perasaan-perasaan secara jelas serta penegasan hak-
hak pribadi dan ketidaksenangan/ketidaksetujuan atas berbagai macam hal ataupun
peristiwa yang kurang sesuai (Galassi & Galassi, 1980; Lipton & Nelson, 1980;
Rathus, 1973; Schroeder, Rakos, & Moe, 1983).
d. Kemampuan memberikan dukungan emosional (Providing Emotional Support)
-
7
Kemampuan untuk menenangkan dan memberi saran yang menimbulkan rasa
nyaman kepada orang lain ketika orang tersebut dalam keadaan bermasalah.
Kemampuan ini lahir dari adanya empati dalam diri seseorang. Kemampuan
memberikan dukungan emosional sangat berguna untuk mengoptimalkan
komuniksi interpersonal antar dua pribadi (Barker & Lemle, 1984; Gottlieb, 1985).
e. Kemampuan mengatasi konflik interpersonal (Managing Interpersonal Conflict)
Kemampuan mengatasi konflik meliputi sikap-sikap untuk menyusun strategi
penyelesaian masalah, mempertimbangkan kembali penilaian atau suatu masalah
dan mengembangkan konsep harga diri yang baru. Menyusun strategi penyelesaian
masalah adalah bagaimana individu yang bersangkutan merumuskan cara untuk
mengatasi konflik dengan sebaik-baiknya (Convey & Dengerink, 1984; Gottman,
1979).
Dewasa Awal
Masa dewasa awal dimulai pada umur 18 – 40 tahun saat perubahan-perubahan
fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif (Hurlock,
1980). Tugas perkembangan pada individu dewasa awal, antara lain: mulai bekerja,
memilih pasangan, mulai membina keluarga, mengasuh anak, mengelola rumah tangga,
mengambil tanggung jawab sebagai warga negara, dan mencari kelompok sosial yang
menyenangkan.
Memiliki Saudara Kandung
Cicirelli (1996) mendefinisikan saudara kandung secara tradisional yaitu dimana
dua individu atau lebih mempunyai orang tua biologis yang sama (dalam Binotiana,
2008).
-
8
Menurut Budiarjo (1991) saudara kandung adalah anak yang lahir dari orang tua
yang sama. Saudara kandung adalah pasangan kakak adik laki-laki, kakak adik
perempuan atau kakak adik perempuan dan laki-laki (Chaplin, 2001).
Saudara kandung adalah kakak laki-laki / kakak perempuan dari orang tua yang
sama; satu atau dua atau lebih lagi pribadi-pribadi keturunan dari orang tua yang sama
(Kartono, 2001).
Tidak Memiliki Saudara Kandung
Anak yang tidak memiliki saudara kandung biasa disebut dengan anak tunggal
yang artinya keturunan satu-satunya. Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Gunarsa dan Yulia (2003), anak tunggal dalam keluarga diartikan bahwa dalam suatu
keluarga yang terdiri dari suami dan istri hanya memiliki seorang anak saja. Namun,
menurut Kaplan (dalam Gunarsa, 2008), terbentuknya kondisi anak tunggal dapat
disebabkan oleh karena saudaranya meninggal, karena orang tuanya menikah pada usia
yang sudah lanjut, atau bercerai pada usia muda.
Berdasarkan teori di atas maka penulis menggunakan teori dari Gunarsa dan
Yulia (2003), yaitu anak satu-satunya dari pasangan suami istri tanpa ada kondisi lain-
lain seperti saudara kandung yang meninggal yang membentuknya menjadi seorang
anak yang tidak memiliki saudara kandung atau anak tunggal.
HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kompetensi
interpersonal pada mahasiswa yang memiliki dan tidak memiliki saudara kandung
-
9
METODE
Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif adalahmetode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik,
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012).
Pendekatan ini dipilih karena peneliti mengolah data dalam bentuk angka-angka ke
dalam analisis statistik. Teknik statistik yang digunakan adalah uji t yang mencari
perbedaan kompetensi interpersonal pada mahasiswa yang memiliki dan tidak memiliki
saudara kandung.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah dewasa awal, yang berstatus mahasiswa
Universitas Kristen SatyaWacana. Adapun karakteristik populasi yang dipilih dalam
penelitian ini yaitu:
a. Mahasiswa semester 1 tahun ajaran 2014-2015.
b. Jarak umur dengan saudara kandung 3 sampai 4 tahun.
Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 27 November sampai dengan
tanggal 30 November 2014. Sehingga di dapat 80 sampel yang sesuai dengan kriteria.
Peneliti menyiapkan 85 skala psikologi yang akan digunakan dengan rincian 80 angket
untuk digunakan dalam penelitian dan 5 angket digunakan sebagai cadangan apabila ada
kesalahan dalam prosedur pengisian atau jumlah responden bertambah.Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah snowball sampling atau sampling bola
salju, yaitu teknik penentuan jumlah sampel yang semula kecil kemudian terus
-
10
membesar ibarat bola salju yang terus menggelinding dan lama-kelamaan menjadi besar
(Sugiyono, 2010).
Proses pengambilan sampel diawali dengan, peneliti mendapatkan calon
responden sebanyak 6 orang yang berada di lokasi penelitian. Kemudian peneliti
meminta bantuan pada setiap responden untuk mencarikan calon responden lainnya
sesuai dengan kriteria yang peneliti butuhkan. Proses pengambilan sampel tersebut
berlangsung terus dan sambung menyambung dari 1 responden ke calon responden
lainnya hingga peneliti mendapatkan 40 responden anak tunggal dan 40 responden yang
memiliki saudara kandung. Setelah para calon responden telah bersedia untuk
berpartisipasi, peneliti mulai membagikan skala psikologi yang telah dipersiapkan.
Alat Ukur Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Skala Interpersonal
Competence. Skala Interpersonal Competence ini menggunakan aspek-aspek
Interpersonal Competence yang sudah disimpulkan oleh Buhrmester, dkk (1988), yaitu
meliputi aspek Kemampuan memulai hubungan (Initiating Relationship), Kemampuan
pengungkapan diri (Self-disclosure of Personal Information), Kemampuan asertif atau
menegaskan ketidaksenangan dengan orang lain (Asserting Displeasure with Others),
Kemampuan memberikan dukungan emosional (Providing Emotional Support),
Kemampuan mengatasi konflik interpersonal (Managing Interpersonal Conflict). Skala
ini terususun dari 40 item pernyataan dalam bentuk skala Likert dengan empat pilihan
jawaban berkisar dari Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat
Tidak Sesuai (STS).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan try out terpakai atau uji coba
terpakai yaitu subjek yang digunakan untuk uji coba juga digunakan sebagai data
-
11
penelitian guna menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Di sisi lain, metode try out
terpakai digunakan karena keterbatasan jumlah subjek.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa skala kompetensi
interpersonal pada mahasiswa yang telah diisi oleh 80 mahasiswa, yang terdiri dari 40
item dinyatakan valid dan tidak ada yang gugur. Hasil validitas alat ukur menunjukan
hasilitem total correlation yang lebih besar dari 0,3 yaitu sebanyak 40 dan memiliki
pergerakan nilai item total correlation dari nilai 0,469 sampai dengan 0,825, dan
diperoleh nilai sig. yang lebih kecil dari 0,05. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa
alat ukur ini reliabel diperoleh hasil koefisien α = 0,968. Uji reliabilitas dikatakan
reliabel apabila memiliki Alpha Cronbach (α) > 0,60 (Ghozali 2005).
HASIL PENELITIAN
a. Uji Asumsi
Sebelum dilakukannya uji analisis t-test terlebih dahulu dilakukan uji
asumsi, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Data dari variabel penelitian diuji
normalitasnya menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov Test menggunakan
SPSS for Windows 16.0. Diketahui pada data yang memiliki saudara kandung
memiliki koefisien normalitas sebesar 0,735 (p > 0,05) dengan demikian
berdistribusi normal, sedangkan untuk yang tidak memiliki saudara kandung
memiliki koefisien normalitas sebesar 0,787 (p > 0,05) dengan demikian juga
berdistribusi normal.
-
12
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dalam
penelitian berasal dari populasi yang sama. Data dapat dikatakan homogen apabila
nilai probabilitas p > 0,05 (Ghozali, 2005).
Dari hasil uji homogenitas menunjukan bahwa nilai koefisien Levene Test
sebesar 4,026 dengan signifikansi sebesar 0,083 oleh karena nilai signifikansi lebih
dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen.
c. Analisis Deskriptif
Hasil analisis deskriptif atas data yang diperoleh dibagi menjadi lima
kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Pembagian
interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor
terendah dan membaginya dengan jumlah kategori. Analisis deskriptif data
diperoleh hasil seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.
Kriteria Skor Kompetensi Interpersonal
yang Memiliki Saudara Kandung
Interval Kategori Frekuensi Presentase Mean Standar
deviasi
136 ≤ x ≤160 SangatTinggi 10 25%
127,5 9.581
112≤ x
-
13
Tabel 3.
Kriteria Skor Kompetensi Interpersonal
yang Tidak Memiliki Saudara Kandung
Interval Kategori Frekuensi Presentase Mean Standar
deviasi
136 ≤ x ≤160 SangatTinggi 0 0%
97,775 97.78
112≤ x
-
14
Tabel 4.
Perbedaan Kompetensi Interpersonal pada Mahasiswa yang Memiliki dan Tidak
Memiliki Saudara Kandung Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kompetensi
Interperson
al
Equal
variances
assumed
4.026 .048 14.812 78 .000 29.750 2.008 25.751 33.749
Equal
variances
not
assumed
14.812 76.547 .000 29.750 2.008 25.750 33.750
Analisa data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan
program Statistical Packages for Social Science (SPSS) for Windows Release 16.0
dengan teknik t-test. Hasilnya menunjukkan nilai t sebesar 14,812 dengan p < 0,05
(sig. 0,000 < 0,05) maka hipotesis diterima. Artinya terdapat perbedaan yang
signifikan antara kompetensi interpersonal pada mahasiswa yang memiliki dan
tidak memiliki saudara kandung.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan kompetensi interpersonal pada
mahasiswa yang memiliki dan tidak memiliki saudara kandung, menunjukan bahwa
terdapat perbedaan kompetensi interpersonal yang signifikan antara mahasiswa yang
memiliki saudara kandung dengan mahasiswa yang tidak memiliki saudara kandung.
Kompetensi interpersonal pada mahasiswa yang memiliki saudara kandung dinyatakan
lebih tinggi dari kompetensi interpersonal pada mahasiswa yang tidak memiliki saudara
-
15
kandung. Dengan demikian, maka hasil peneltian ini sejalan dengan hipotesis penelitian
yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kompetensi interpersonal pada mahasiswa
yang memiliki dan tidak memiliki saudara kandung.
Hasil perhitungan analisis data terhadap kompetensi interpersonal pada
mahasiswa yang memiliki dan tidak memiliki saudara kandung diperoleh nilai thitung
sebesar 14,812 dengan signifikansi sebesar 0,000, karena nilai signifikansi lebih kecil
dari 0,05 (0,000
-
16
pada kategori tersebut) . Hasil mean atau rata-rata dari mahasiswa yang memiliki
saudara kandung memiliki rata-rata 97,775. Dengan demikian skor terbanyak
kompetensi interpersonal pada mahasiswa terdapat pada mahasiswa yang mamiliki
saudara kandung.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan faktor eksternal sebagai pengaruh dari
kompetensi interpersonal yaitu faktor keluarga yang di dalamnya terjalin interaksi salah
satunya antara anak dengan saudara kandungnya. Di dalam keluarga keberadaan
saudara kandung merupakan pengaruh sosialisasi yang lebih kuat pada anak daripada
orang tua (Circirelli, 1994). Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yang
ternyata keberadaan saudara kandung berpengaruh pada kompetensi interpersonal pada
dewasa awal atau mahasiswa karena mean kompetensi interpersonal mahasiswa yang
memiliki saudara kandung lebih tinggi daripada mahasiswa yang tidak memiliki saudara
kandung.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Jiao, Ji dan Jing (n.d)
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara anak tunggal dan anak yang
memiliki saudara kandung dalam kategori usia 4-6 tahun, baik di pedesaan maupun
perkotaan. Anak yang memiliki saudara kandung mempunyai sifat-sifat perilaku sosial
yang positif, kerjasama yang baik dan saling menghargai daripada anak tunggal. Anak
tunggal dipandang oleh anak-anak lain sebagai individu yang bertindak sesuai dengan
kepentingan mereka sendiri sementara anak-anak yang memiliki saudara kandung
dipandang sebagai individu yang dapat bergabung dengan anak-anak yang lain dalam
bermain dan berpartisipasi atau lebih dalam kegiatan kolektif.
Didalam keluarga terdapat orang tua dan saudara kandung, namun hubungan
individu dengan saudara kandung akan lebih kuat karena saudara kandung memiliki
-
17
pengaruh dalam melakukan sosialisasi terhadap mahasiswa dibandingkan dengan orang
tua (Santrock, 2007). Kompetensi interpersonal mahasiswa yang memiliki saudara
kandung lebih tinggi karena keberadaan saudara kandung dapat memunculkan konflik-
konflik yang mendorong mahasiswa untuk mengasah kemampuannya dalam
menyelesaikan atau memecahkan konflik tersebut bersama saudara kandungnya,
kemampuan mengatasi konflik interpersonal yang dimiliki mahasiswa bersaudara
kandung tersebut menunjukkan adanya kompetensi interpersonal yang baik. Hubungan
saudara pada individu meliputi menolong, berbagi, mengajari, berkelahi, dan bermain,
bisa juga bertindak sebagai dukungan emosional, saingan, dan mitra komunikasi
(Carlson, 1995). Hubungan yang biasa terjadi antar mahasiswa dengan saudara
kandungnya tersebut menghasilkan kemampuan-kemampuan yang menjadikan
mahasiswa memiliki kompetensi interpersonal yang baik, seperti kemampuannya dalam
mengungkapkan diri atau keterbukaan diri, kemampuan untuk asertif dan mampu
mengungkapkan ketidaksenangan atas suatu hal yang tidak sesuai dengan dirinya serta
mampu memberikan dukungan emosional terhadap orang lain yang membutuhkan. Oleh
karena itu mahasiswa yang memiliki saudara kandung akan lebih mudah untuk memulai
menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain karena sudah terbiasa berhubungan
dan menjalin komunikasi dengan saudara kandungnya. Hal tersebut terbukti pada hasil
penelitian yang menunjukkan kompetensi interpersonal mahasiswa yang memiliki
saudara kandung cenderung berada pada kategori tinggi dengan presentase 70%.
Berbeda dengan mahasiswa yang tidak memiliki saudara kandung atau disebut
anak tunggal, mereka sejak kecil lebih didominasi oleh orang tuanya karena tidak perlu
bersaing dengan saudara-saudara kandungnya untuk mendapatkan perhatian, bantuan
dan sumber daya orang tua. Oleh karena itu anak tunggal kurang merasakan persaingan,
-
18
dominasi, diremehkan atau mengalami interaksi interpersonal selain dengan
orangtuanya (Hadibroto, Alam, Suryaputra dan Olivia, 2002). Interaksi interpersonal
anak tunggal yang lebih sering terjadi dengan orang tuanya menyebabkan rendahnya
kemampuan membina hubungan interpersonal dengan orang lain selain orang tua.
Apabila sejak kecil anak tunggal tumbuh dan berkembang menjadi seseorang yang
individual maka saat memasuki masa dewasa awal akan mengalami kesulitan dalam
menjalin hubungan interpersonal dengan lingkungannya.
Sesuai hasil analisis deskriptif, mahasiswa yang tidak memiliki saudara kandung
kebanyakan memiliki kompetensi interpersonal yang sedang. Hal ini dapat disebabkan
karena tidak adanya pengalaman hubungan interpersonal dengan saudara kandung sejak
kecil sehingga mahasiswa perlu usaha lebih untuk dapat bersosialisasi, namun
pengalaman menjalin hubungan interpersonal mereka pada saat berada di Sekolah
Dasar, Sekolah menengah Pertama dan Sekolah Menengah Akhir cukup membantu
mereka untuk mengembangkan hubungan interpersonal mereka saat memasuki
perkuliahan sehingga kompetensi interpersonal berada pada kategori sedang akan cukup
membantu mahasiswa untuk dapat bersosialisasi dibandingkan dengan kompetensi
interpersonal yang rendah atau sangat rendah.
Saat individu memasuki masa dewasa awal dan pendidikan yang lebih tinggi
yaitu perkuliahan, mereka akan menghadapi lebih banyak orang-orang baru yang belum
dikenal karena lingkungan sosialnya semakin luas. Mereka membutuhkan kompetensi
interpersonal untuk dapat menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan
lingkungan barunya. Kompetensi interpersonal tidak dapat dimiliki secara instan atau
tiba-tiba, melainkan dipupuk sejak kecil dengan sering menjalin hubungan interpersonal
dengan keluarga karena keluarga merupakan sosialisasi individu yang pertama kali
-
19
sejak lahir hingga menjadi dewasa (Saripuddin, 2009), serta menjadi model dan
pembimbing dalam mengajarkan pola-pola perilaku yang dapat diterima secara sosial
(Hurlock, 1999). Hubungan dengan anggota keluarga, akan menjadi landasan sikap
terhadap orang lain, benda dan kehidupan secara umum (Susilowati, 2007).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas tentang perbedaan kompetensi
interpersonal pada mahasiswa yang memiliki dan tidak memiliki saudara kandung,
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kompetensi interpersonal yang
sangat signifikan antara kompetensi interpersonal pada mahasiswa yang memiliki dan
tidak memiliki saudara kandung. Kompetensi interpersonal pada mahasiswa yang
memiliki saudara kandung lebih tinggi daripada yang tidak memiliki saudara kandung.
Keberadaan saudara kandung berpengaruh terhadap kompetensi interpersonal
mahasiswa sehingga berada pada kategori tinggi sedangkan mahasiswa yang tidak
memiliki saudara kandung berada pada kategori sedang.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai, serta mengingat masih banyaknya
keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Bagi mahasiswa yang memiliki saudara kandung
Saudara kandung ternyata dapat meningkatkan kompetensi interpersonal. Bagi
individu yang memiliki saudara kandung manfaatkan kondisi tersebut untuk saling
-
20
berinteraksi karena saudara sekandung sangat membantu seseorang belajar tentang
berkomunikasi, berkonflik dan memecahkan konflik, serta saling tolong menolong.
2. Bagi mahasiswa yang tidak memiliki saudara kandung
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kompetensi interpersonal pada mahasiswa yang memiliki dan tidak memiliki
saudara kandung pada mahasiswa UKSW. Oleh karena itu bagi para mahasiswa
yang tidak memiliki saudara kandung harus tetap memiliki kemauan untuk
berkomunikasi, berkonflik dan memecahkan konflik, serta saling tolong menolong
dengan saudara sepupu atau teman sebayanya.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti merekomendasikan kepada peneliti yang mendatang agar menambah
jumlah sampel mahasiswa dari beberapa universitas yang berada di satu kota atau
penelitian dilanjutkan menggunakan faktor-faktor lain yang mendukung
terbentuknya kompetensi interpersonal pada individu, seperti: Umur, jenis kelamin,
kemampuan menerima diri, kemampuan penyesuaian diri, kemampuan berempati,
menghargai orang lain, komunikasi yang baik, latar belakang pendidikan,
kebudayaan, persepsi Interpersonal, dan konsep diri.
-
21
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Edisi V. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Binotiana. (2008). Gambaran Sibling Rivalry pada Anak ADHD dan Saudara
Kandungnya. Skripsi. (diterbitkan). Depok: Universitas Indonesia. Diunduh
pada 24 Oktober 2013, dari http://lib.ui.ac.id
Budiarjo, A. (1991). Kamus Psikologi. Semarang: Effhar Offset.
Buhrmester, D., Furman, W., Wittenberg, M.T., & Reis, D. (1988). Five Domain of
Interpersonal Competence in Peer Relationships. Journal of Personality and
Social Psychology, 55 (6), 991-1008. Retrieved October 14, 2013, from
https://www.du.edu/psychology/relationshipcenter/publications/buhrmester_fu
rman_wittenberg_reis_1988.pdf
Chaplin, J. P. (2001). Kamus Psikologi. Jakarta: Rajawali Press.
Cohen, S., Sherrad, D.R., & Clark, M.S., (1986). Social Skills and the Stress Protective
Role of Social Support. Journal of Personality and Social Psychology, 30:
963-973. Retrieved March 27, 2014, from
http://kungfu.psy.cmu.edu/~scohen/socskills86.pdf
Emmaretha, M.W. (2012). Menumbuhkan Keterampilan Komunikasi Anak Sejak Dini.
Kaskus. Diunduh pada 28 Januari 2014,
darihttp://www.kaskus.co.id/thread/50c55dcc611243d91c000027/menumbuhk
an-keterampilan-komunikasi-anak-sejak-dini
Gracinia, J. (2004). Mengasuh Anak Tunggal. Jakarta: Gramedia.
Gunarsa, S.D., Yulia. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Cetakan ke-
13. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hadibroto, I., Alam, S., Suryaputra, E., Olivia, E. (2002). Misteri Perilaku Anak Sulung,
Tengah, Bungsu, dan Tunggal: Mengenali Konsep Urutan Kelahiran untuk
Memahami Orang Lain dan Diri Sendiri. Jakarta: Gramedia.
Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan: Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
Idrus, M. (2007). Hubungan antara Teman Sebaya dengan Kompetensi Interpersonal
Mahasiswa. Skripsi. (diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Diunduh pada 14 Oktober 2013, dari http://kajian.uii.ac.id/wp-
content/uploads/2011/06/KOMPETENSI-INTERPERSONAL-
MAHASISWA_DR-M-IDRUS-UII.pdf
http://lib.ui.ac.id/https://www.du.edu/psychology/relationshipcenter/publications/buhrmester_furman_wittehttps://www.du.edu/psychology/relationshipcenter/publications/buhrmester_furman_wittehttp://kungfu.psy.cmu.edu/~scohen/socskills86.pdfhttp://www.kaskus.co.id/thread/50c55dcc611243d91c000027/menumbuhkan-keterampilan-komunikasi-anak-sejak-dinihttp://www.kaskus.co.id/thread/50c55dcc611243d91c000027/menumbuhkan-keterampilan-komunikasi-anak-sejak-dinihttp://kajian.uii.ac.id/wp-%09content/uploads/2011/06/KOMPETENSI-http://kajian.uii.ac.id/wp-%09content/uploads/2011/06/KOMPETENSI-
-
22
_______. (2009). Kompetensi Interpersonal Mahasiswa. Unisia, Vol. XXXII, No. 72.
Diunduh pada 14 Oktober 2013, dari
http://journal.uii.ac.id/index.php/Unisia/article/ viewFile/2717/2504
Jiao, S., Ji, G., Jing, Q. (tahuntidaksebutkan).Comparative Study of Behavioral
Qualities of Only Children and Sibling Children. Research in Child
Development, 1986, 57, 357-361. Retrieved September 12, 2013, from
http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=4d646cb3-e9a8-
43a88535-1f22724683a4%40sessionmgr110&vid=0&hid=101
Kartono, K., Dali, G. (2001). Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya.
Minnett, A.M., Vandell, D.L., Santrock, J.W. (1983). The Effects of Sibling Status on
Sibling Interaction: Influence of Birth Order, Age Spacing, Sex of Child and
Sex of Sibling. Research in Child Development, 1983, 54, 1064-1072.
Retrieved February 10, 2014, from
http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=3caf1adc-4c86-
428c-b542-05f9dc506165%40sessionmgr115&vid=0&hid=101
Monks, F.J. (1999). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Pratiwi, M. M. Shinta. (1988). Kemampuan Hubungan Interpersonal Ditinjau Dari
Konsep Diri pada Siswi Sekolah Perawat Kesehatan St. Elisabeth Semarang.
Skripsi. (diterbitkan) Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranoto. Diunduh pada 14 Oktober 2013, dari
http://eprints.unika.ac.id/12208/1/92.40.1324_MM._Shinta_Pratiwi.pdf
Rakhmat, J. (2003). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Santrock, J. W. (1999). Life-Span Development: Edisi VIIt. New York: Mc Graw Hill
____________. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup: Edisi
5. Jakarta: Erlangga
____________. (2007). Perkembangan Anak: Edisi 7, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Saripuddin, M. (2009). Hubungan Kenakalan Remaja dengan Fungsi Sosial Keluarga.
Skripsi. (diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Diunduh pada 15 Oktober 2013, dari http://digilib.uin-suka.ac.id/2970/
Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
________. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suprapto. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Pengetahuan
Sosial: Cet. 1. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service).
Suryabrata, S. (2005). Pengembangan Alat Ukur Psikologis: Ed. III. Yogyakarta: Andi.
http://journal.uii.ac.id/index.php/Unisia/article/http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=4d646cb3-e9a8-%0943a88535-1f22724683a4%40sessionmgr110&vid=0&hid=101http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=4d646cb3-e9a8-%0943a88535-1f22724683a4%40sessionmgr110&vid=0&hid=101http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=3caf1adc-4c86-%09428c-b542-05f9dc506165%40sessionmgr115&vid=0&hid=101http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=3caf1adc-4c86-%09428c-b542-05f9dc506165%40sessionmgr115&vid=0&hid=101
-
23
Susilowati, A. (2007). Pengaruh Hubungan Antar Saudara Kandung Terhadap
Kecenderungan Munculnya Perilaku Delinkuensi Pada Remaja.Skripsi.
Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Diunduh pada 15
Oktober 2013, dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23228
Yahaya, A. (2010). Permasalah Sosial di kalangan Remaja: Satu Cabaran. Jabatan
Pendidikan Asas. Skudai Johor: Fakulti Pendidikan Universiti Teknologi
Malaysia. Retrieved October 17, 2014, from
http://eprints.utm.my/10444/1/Permasalah_Sosial_di_kalangan_Remaja.pdf
Volling, B.L., Blandon, A.Y. (2003). Positive Indicators of Sibling Relationship
Quality: Psychometric Analyses of The Sibling Inventory of Behavior (SIB).
Child Trends Positive Outcomes Conferences. Retrieved October 27, 2014,
from http://www.childtrends.org/wp-content/uploads/2013/05/Child_Trends-
2003_03_12_PD_PDConfVollBlan.pdf
Wong, D.L., Eaton, M.H., Wilson, D., Winklestein, M.L., Schwartz, P. (2008). Wong
Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. (Ed. 6 & Trans.), Wongs Essentials of
Pediatric Nursing (Vol. 1, hal. 45-46). Diunduh dari
http://books.google.co.id/books(Original work Published 2001).
http://eprints.utm.my/10444/1/Permasalah_Sosial_di_kalangan_Remaja.pdfhttp://www.childtrends.org/wp-content/uploads/2013/05/Child_Trends-2003_03_12_PD_PDConfVollBlan.pdfhttp://www.childtrends.org/wp-content/uploads/2013/05/Child_Trends-2003_03_12_PD_PDConfVollBlan.pdfhttp://books.google.co.id/books(Original
top related