peranan pengawas pendidikan agama islam dalam … · peranan pengawas pendidikan agama islam dalam...
Post on 26-Nov-2020
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERANAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENINGKATKAN PFOFESIONALISME GURU PAI DI MTS
MUHAMMADIYAH SALAKA KEC. PATTALLASSANG
KAB. TAKALAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan
Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar
Oleh:
Siska Azis
NIM: 10519249215
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H/2019 M
ABSTRAK
Siska Azis.10519249215. Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru PAI Di Mts Muhammadiyah Salaka
Kec.Pattallassang Kab. Takalar. Dibimbing oleh Nurhaeni Ds dan Abd. Rahman
Bahtiar.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Peran Pengawas dalam
meningkatkan Profesionalisme Guru PAI, profesionalisme guru PAI di Mts.
Muhammadiyah Salaka Kab.Takalar serta untuk mengetahui faktor pendukung
dan penghambat peningkatan Profesionalisme Guru.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian adalah kepala sekolah, pengawas kemenag serta guru Pendidikan
agama islam. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu pedoman observasi,
pedoman wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu
teknik reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.
Hasil penelitian membuktikan bahwa, Peran pengawas yaitu memberikan
pelayanan bimbingan yang efektif dengan mengadakan pelatihan-pelatihan dan
work shop, tetapi peran pengawas masih sangat minim perhatian sebab pengawas
guru PAI hanya menjalankan fungsi pengawasan formalistik dengan hanya
memeriksa kelengkapan administrasi dan perangkat pembelajaran dibandingkan
dengan model, metode, dan konten materi Guru PAI di MTs. Muhammadiyah
Salaka.Guru PAI di MTs Muhammadiyah Salaka telah menunjukkan perannya
sebagai seorang guru yang profesional dengan menjalankan fungsi pedagogik,
kepribadian, dan sosial dengan baik. Hal itu terlihat dari metode mengajar yang
kreatif dan aplikatif. Beberapa guru juga menampilkan etos mengajar dan
semangat untuk terus maju dengan sesering mungkin mengikuti pelatihan,
workshop, ataupun seminar. Faktor pendukung untuk meningkatkan
profesionalisme guru yaitu berusaha memberikan fasilitas yang menunjang, hal itu
belum secara maksimal dan konsisten dilaksanakan disebabkan faktor – faktor
internal seperti honor yang tidak sesuai porsi mengajar, guru tidak full time di
sekolah, guru hanya hadir untuk menyelesaikan tugas mengajarnya, dan faktor
eksternal seperti kurangnya pengadaan pelatihan ataupun workshop oleh
kementrian agama.
Kata Kunci: Pengawas,Profesionalisme Guru PAI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur terpanjatkan kehadirat Allah SWT.
Tuhan pencipta segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini dan seluruh isi alam
semesta yang telah memberikan kenikmatan kepada kita, baik itu secara jasmani
maupun rohani. Berkat rahmat dan petunjuk-Nya pula, penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam tercurah kepada
pimpinan Islam yang telah membawa sinar kecemerlangan Islam yaitu Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah
membimbing umat kearah jalan yang benar.
Tentunya penulis tidak terlepas dari dukungan dan sumbangan pemikiran
dari segenap pihak yang penulis rasakan selama ini atas jasa-jasanya yang
diberikan secara tulus ikhlas, baik material maupun spiritual dalam usaha mencari
kesempurnaan dan manfaat dari penulisan skripsi ini, tak lupa penulis ungkapkan
rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada.
1. Kedua orang tua tercinta, Abd Azis dan St Fatimah, yang selalu memberikan
cinta dan kasih sayang, dorongan semangat dan motivasinya, setiap waktu
bersujud dan berdoa demi kelancaran penulisan skripsi ini hingga tercapainya
cita-cita penulis.
2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE., MM sebagai Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar. Yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis sehingga terselesainya skripsi ini.
3. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si sebagai Ketua Prodi Pendidikan Agama
Islam di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Ibu Dra. Hj. Nurhaeni DS, M.Pd. dan Bapak Abd. Rahman Bahtiar, S.Ag.,
M.A., selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan
membimbing serta memberikan pengarahan, sehingga skripsi ini dapat
tersusun.
6. Bapak/Ibu para dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar.
7. Ibu Wanti Dewayani, SE selaku kepala sekolah MTs. Muhammadiyah Salaka
Kecamatan Pattallassang, yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian.
8. Bapak/Ibu guru MTs. Muhammadiyah Salaka Kecamatan Pattallassang.
9. Teman dan sahabat penulis, yang selalu memberikan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada mereka yang namanya
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tetapi banyak menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak
yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan
berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca. Terutama bagi diri pribadi penulis.
Aamiin.
Makassar, 10 Muharram 1440 H
10 September 2019 M
Siska Azis
10519249215
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................ iii
BERITA ACARA MUNAQASAH .................................................................. iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS ...................................................................... 7
A. Peran Pengawas PAI ............................................................................... 7
1. Pengertian Pengawas ........................................................................ 7
2. Pengertian Pengawas Pendidikan Agama Islam ............................... 8
3. Kualifikasi Pengawas Pendidikan ..................................................... 8
4. Kompetensi Pengawas Pendidikan ................................................... 9
5. Tugas Pokok Pengawas Pendidikan .................................................. 13
xii
6. Perencaaan Program Kepengawasan Pendidikan.............................. 13
7. Implementasi Program Kepengawasan Pendidikan .......................... 17
8. Implikasi Kepengawasan Pendidikan ............................................... 22
B. Profesionalisme Guru PAI ...................................................................... 23
1. Pengertian guru ................................................................................ 23
2. Kualifikasi guru agama islam............................................................ 25
3. Tugas pokok dan tanggungjawab guru ............................................. 26
4. Profesionalisme Guru Agama Islam ................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 31
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 31
B. Lokasi dan Objek Penelitian ................................................................... 31
C. Fokus Penelitian ...................................................................................... 32
D. Deskripsi Fokus Penelitian ...................................................................... 32
E. Sumber Data ............................................................................................ 33
F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 34
G. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 35
H. Teknik Analisis Data .............................................................................. 36
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................ 38
A. Profil Lokasi Penelitian .......................................................................... 38
B. Peran Pengawas Pendidikan Agama Islam di MTS Muhammadiyah
Salaka ...................................................................................................... 43
C. Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di MTS
Muhammadiyah Salaka ........................................................................... 48
xiii
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam .................................... 70
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 75
a. Kesimpulan .............................................................................................. 75
b. Saran ........................................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Guru ............................................................................................ 40
Tabel 4.2 Data Siswa........................................................................................... 42
Tabel 4.3 Data Failitas ....................................................................................... 42
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru adalah ujung tombak dalam dunia pendidikan. Guru menjadi
semacam rahim yang menjadi tempat lahirnya segala pengetahuan, pendidikan,
generasi baru yang akan menggantikan dan memperbaharui dan meneruskan peran
generasi tua yang semakin renta. Guru dalam bahasa Suprihatiningrum adalah
meraka yang mampu merancang program pembelajaran, menata dan mengelola
kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya mampu meraih tingkat
kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan nasional.
Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa salah
satu tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. 1
Sedangkan dalam GBHN Tahun 1993 “Pendidikan nasional bertujuan
untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur,
berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,
berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif, serta
sehat jasmani dan rohani” 2
Pendidikan Agama Islam juga menjadi satu terma yang difokuskan oleh
pemerintah. Lewat Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI)
pemerintah berusaha dengan semaksimal mungkin meningkatkan profesionalisme
guru agama islam dalam proses belajar mengajar di sekolah-sekolah agama. Peran
guru agama dituntut bisa mengorganisasi, memanajemen, dan menggunakan
1 Undang – undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Cet. VII;
(Jakarta ; Sinar Grafika, 2016). h., 3. 2 Garis-garis Besar Haluan Negaratap MPR no. II/MPR/1988. h.,4.
2
metode serta analisis hasil belajar yang lebih kreatif dan lebih baik lagi, khususya
dilingkungan Madrasah.
Namun beberapa tahun terakhir ini, para guru sering mendapat kesulitan
hingga cemohan dari para orang tua murid dan masyarakat. Beberapa penilaian itu
menganggap para guru gagal dalam menjalankan perannya sebagai pendidikan
profesional. Konflik antara guru dan siswa yang berujung pada perkelahian dan
kisruh dengan orangtua telah menjadi konsumsi di media massa dan pemberitaan.
Oleh sebab itu, peranan guru akhirnya dipertanyakan eksistensinya secara
fungsional. Hal ini antara lain disebabkan munculnya serangkaian fenomena para
lulusan pendidikan yang secara moral cenderung merosot dan secara intelektual
akademik juga kurang siap untuk memasuki lapangan kerja.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa dalam segi kwalitas, pendidikan di
indonesia masih jaug dari kata berhasil. Beberapa lembaga penelitian
menyebutkan bahwa Indonesia berada diperingkat kesekian dalam soal kwalitas
lulusan pendidikan. Pembanguna Pendidikan Untuk Semua atau education for all
(EFA) di Indonesia menurun tiap tahunnya. Tahun 2011 mislnya Indonesia berada
diperingkat 69 dari 127 negara dan merosot dibandingkan tahun 2010 yang berada
pada posisi 65. Indeks yang dikeluarkan pada tahun 2011 oleh UNESCO ini lebih
rendah dibandingkan Brunei Darussalam (34), serta terpaut empat peringkat dari
Malaysia (65).
Hal yang sama juga terjadi di lingkungan madrasah. Peranan guru
Pendidikan Agama Islam juga sering dianggap kurang berhasil (untuk tidak
3
mengatakan “gagal”) dalam menggarap sikap dan perilaku keberagamaan peserta
didik serta membangun moral dan etika bangsa.
Sebenarnya, dalam meningkatkan profesionalisme, guru dapat dibimbing
oleh pengawas yang dalam istilah pendidikan disebut Pengawas. Pengawas
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat berat, serta mempunyai
peranan yang sangat penting terhadap perkembangan dan kemajuan sekolah.
Keberadaannya sangat diharapkan oleh guru dalam rangka membantu dan
membimbing guru ke arah tercapainya peningkatan kualitas pembelajaran guru
mata pelajaran, khususnya mata pelajaran agama Islam dilingkungan sekolah-
sekolah yang bernaung pada Kementerian Agama.
Ada beberapa kasus, misalnya di sekolah tempat penulis melakukan praktek
belajar beberapa tahun lalu, para guru agama dengan amat baik mendapat
bimbingan ataupun pengawasan sehingga membuat sekolah ini mendapatkan
prestasi ditingkat kabupaten perihal nilai mata pelajaran agama yang tinggi dan
perkembangan karakter peserta didik yang membanggakan.
Oleh sebab itu, dalam melaksanakan tugasnya, pengawas berkewajiban
membantu para guru dengan memberikan bimbingan dan dukungan agar guru
dapat melaksanakan tugasnya, baik sebagai pendidik maupun pengajar.
Pengawasan merupakan terjemahan langsung dari istilah controlling dan
bukan terjemahan dari tema pengawasan semata, karena sesungguhnya
pelaksanaan pengawasan merupakan salah satu bagian kecil dalam kegiatan
controlling. Hal ini juga dikuatkan oleh PP Nomor 19 tahun 2005 pasal 23 yang
menyebutkan bahwa pengawasan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud
4
dalam pasal 19 ayat (3) adalah meliputi: pemantauan, pengawasan, evaluasi,
pelaporan dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan.
Madrasah Tsanawiah Salaka adalah salah satu sekolah yang secara rutin
dan berkala melakukan pengawasan di lingkungan Madrasah. Sekolah ini juga
termasuk sekolah yang mempunyai prestasi mata pelajaran agama yang cukup
tinggi dan membanggakan. Oleh sebab itu, berangkat dari latar belakang diatas
peneliti tertarik menjadikan MTs Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar sebagai
objek penelitian tentang “Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam
Meningkatkan Profesionalisme Guru PAI Di MTs Muhammadiyah Salaka Kec.
Pattallassang Kab. Takalar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Peranan Pengawas di MTs. Muhammadiyah Salaka Kab.
Takalar?
2. Bagaimana Profesionalisme Guru PAI Di MTs Muhammadiyah Salaka
Kab. Takalar ?
3. Apa faktor Pendukung dan Penghambat dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru PAI Di MTs Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui peranan Pengawas DI MTs. Muhammadiyah Salaka
Kab. Takalar.
5
2. Untuk mengetahui Profesionalisme Guru PAI Di MTs. Muhammadiyah
Salaka Kab. Takalar.
3. Untuk mengetahui factor Pendukung dan Penghambat dalam
Meningkatkan Profesionalisme Guru PAI Di MTs. Muhammadiyah Salaka
Kab. Takalar
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat antara
lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Sekolah, memberikan sumbangan pengetahuan yang berarti dan
berharga dalam pembinaan Profesionalisme Guru.
b. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru, dapat di jadikan bahan informasi pada guru dalam
meningkatkan profesionalisme guru PAI di tingkatan madrasah
tsanawiyah khususnya di kabupaten Takalar
b. Bagi Siswa, Siswa dapat menemukan sesuatu yang berharga bagi
dirinya dalam proses pembelajaran.
c. Bagi Sekolah, dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
meningkatkan kualitas pendidikan dalam rangka perbaikan system
pembelajaran dan meningkatkan profesionalisme guru.
6
d. Bagi Penulis, untuk menambah pengalaman sekaligus dapat
menambah wawasan penulis dalam usaha melatih diri dalam
menyusun buah pikiran secara sistematis, sekaligus mengaplikasikan
ilmu yang telah diperoleh.
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Peranan Pengawas Pendidikan AgamaIslam
1. Pengertian Pengawas
Pengawas adalah sebutan bagi seseorang yang sedang ditugaskan
melakukan pengawsan oleh suatu lembaga tertentu. Baik itu lembaga formal
ataupun non formal. Sedangkan pengawasan adalah istilah yang dipergunakan
dalam aktivitas pendidikan disetiap sekolah. Pengawasan berasal dari kata
supervisi. Istilah ini berasal dari bahasa Inggris yakni supervision. Kata ini,
sebagaimana kita baca, terdiri dari dua suku kata, yaitu super yang bermakna
„dari atas‟ dan vision yang berarti „melihat jauh ke depan‟. Sehingga kata
supervisi bisa bermakna „melihat dari atas‟.
Glickman mendefinisikan kegiatan pengawasan sebagai “serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses
pembelajaran, juga berusaha untuk membantu guru mengembangkan
kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran”. Sedangkan menurut
Sahertian, Supervisi atau pengawasan adalah usaha dari petugas-petugas
sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas lainnya dalam memperbaiki
pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan
perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan
pengajaran dan metode mengajar dan evaluasi pengajaran.
6 7
8
2. Pengertian Pengawas Pendidikan Agama Islam
Sebagaimana yang tertuang dalam Keputusan Menteri Agama No. 381
tahun 1999 Pengawas Pendidikan Agama adalah “Pegawai Negeri Sipil
di lingkungan Departemen Agama yang diberi tugas, tanggung jawab
dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
pengawasan pendidikan agama disekolah dan madrasah dengan
melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan
administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan
menengah”.3
Jadi Pengawas Pendidikan Agama Islam adalah “Pegawai negeri sipil
dari lingkungan Departemen Agama yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang penuh terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah
umum dan penyelenggaraan pendidikan di madrasah dengan melakukan
penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada
satuan pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan menengah”
3. Kualifikasi Pengawas Pendidikan
Dalam Peraturan MENPAN dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun
2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya
pada Bab IX pasal 31 menyatakan bahwa PNS yang diangkat dalam jabatan
Pengawas Sekolah harus memenuhi syarat sebagai berikut ;
a. Masih berstatus sebagai Guru dan memiliki sertifikat pendidik dengan
pengalaman mengajar paling sedikit 8 (delapan) tahun atau Guru yang
diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah paling sedikit 4
(empat) tahun sesuai dengan satuan pendidikannya masing-masing;
b. Berijazah paling rendah Sarjana (S1) Diploma IV bidang pendidikan;
c. Memiliki keterampilan dan keahlian yang sesuaidengan bidang
kepengawasan;
d. Memiliki pangkat paling rendah Penata, golongan ruang III/c;
e. Usia paling tinggi 55 (lima puluh lima) tahun;
f. Lulus seleksi calon Pengawas Sekolah;
3Depag. RI, Pedoman Kelompok Kerja Pengawas Pendidikan Agama Islam, (Jakarta,
Depag RI: 1999), h.53
9
g. Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan fungsional calon Pengawas
Sekolah dan memperoleh STTPP; dan
h. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) paling rendah bernilai baik dalam 2 (dua)
tahun terakhir.” 4
4. Kompetensi Pengawas Pendidikan
Sehubungan dengan kompetensi pengawas ini, pemerintah membuat
aturan yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia
Nomor 2 tahun 2012 tentang Standar Kompetensi Pengawas Madrasah dan
Pengawas PAI pada seko Sekolah/Madrasah, bahwa kompetensi Pengawas
(Pengawas) TK/RA dan SD/MI ada lima (6) dimensi kompetensi, yaitu
kompetensi kepribadian, kompetensi pengawasan manajerial, kompetensi
pengawasan akademik, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi
penelitian pengembangan, dan kompetensi sosial.5 Hal itu meliputi 6 (enam)
dimensi yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi pengawasan akademik,
kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian dan pengembangan,
dan kompetensi sosial. Berikut ini diuraikan butir-butir dari 6 (enam) dimensi
kompetensi pengawas yang dikemukakan di atas, sebagai berikut:
a. Kompetensi kepribadian yaitu:
1) Memiliki akhlak mulia dan dapat diteladani
2) Memiliki tanggung jawab terhadap tugas
4Kementerian Pendidikan Nasional, Buku Kerja Pengawas Sekolah, (Jakarta, Depag RI :
1998) h. 50 5Permen diknas RI No. 12 Tahun 2007, tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah,
h.4-8
10
3) Memiliki kreativitas dalam bekerja dan memecahkan masalah yang
berkaitan dengan tugas jabatan.
4) Memiliki keinginan yang kuat untuk belajar hal-hal yang baru
tentang pendidikan dan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang
menunjang tuhgas pokok dan tanggungjawab.
5) Memiliki motivasi yang kuat kerja pada dirinya dan pada pihak-
pihak pemangku kepentingan.
b. Kompetensi pengawasan akademik yaitu:
1) Mampu memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan
perkembangan tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran di
madrasah dan/atau PAI pada sekolah
2) Mampu memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik,
dan perkembangan proses pembelajaran/bimbingan tiap bidang
pengembangan atau mata pelajran di madrasah dan/atau PAI pada
sekolah
3) Mampu membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang
pengembangan atau mata pelajaran di madrasah dan/atau PAI pada
sekolah berdasarkan standar isi, standar kompetensi dan
kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
4) Mampu membimbing guru dalam memilih dan menggunakan
strategi/metode/teknik pembelajaran di madrsah/atau PAI pada
sekolah.
5) Mampu membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) untuk tiap bidang pengembangan atau mata
pelajaran di madrsah dan/atau PAI pada sekolah.
6) Mampu membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran/bimbingan (di kelas, laboratorium, dan/atau di
lapangan) untuk mengembangkan potensi siswa pada tiap bidang
pengembangan atau mata pelajaran di madrsah dan/atau PAI pada
sekolah.
7) Mampu membimbing guru dalam mengelola, merawat,
mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas
pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan atau mata
pelajaran di madrasah dan/atau PAI pada sekolah.
8) Mampu memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi
untuk pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan atau
mata pelajaran di madrsah dan/atau PAI pada sekolah.
c. Kompetensi evaluasi pendidikan yaitu:
1) Mampu menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan
dan pembelajaran/bimbingan madrsah dan/ atau PAI pada sekolah.
2) Mampu membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang
penting dinilai dalam pembelajaran/bimbingan tiap bidang
11
pengembangan atau mata pelajaran di madrasah dan/atau PAI pada
sekolah.
3) Mampu menilai kinerja kepala madrasah, guru, staf madrsah dalam
melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran/bimbingan tiap
bidang pengembangan atau mata pelajaran di madrasah dan/atau
pada sekolah.
4) Mampu memantau pelaksanaan pembelajaran/bimbingan dan hasil
belajar siswa serta menganalisnya untuk perbaikan mutu
pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan atau mata
pelajaran di madrasah dan/atau PAI pada sekolah.
5) Mampu membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk
perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran/bimbingan tiap
bidang pengembangan atau mata pelajaran di madrasah dan/atau
PAI pada sekolah, dan
6) Mampu mengolah dan menganalisais data hasil penilaian kinerja
kepala, kinerja guru dan staf madrasah.
d. Kompetensi penelitian dan pengembangan yaitu:
1) Mampu menguasai berbagai pendekatan, jenis, dan metode
penelitian dalam pendidikan.
2) Mampu menentukan masalah kepengawasan yang penting diteliti,
baik untuk keperluan tugas pengawasan maupun untuk
pengembangan karir.
3) Mampu menyusun proposal penelitian pendidikan baik proposal
penelitian kualitatif maupun kuantitatif.
4) Mampu melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan
masalah pendidikan yang bermanfaat bagi tugas pokok dan
tanggung jawabnya.
5) Mampu mengolah dan menganalisis data hasil penelitian
pendidikan baik data kualitatif maupun data kuantitatif.
e. Kompetensi sosial yaitu:
1) Mampu bekerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka
meningkatkan kualitas diri untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya, dan
2) Aktif dalam kegiatan organisai profesi pengawas satuan
pendidikan alam rangka mengembangkan diri.
f. Kompetensi pengawasan manajerial yaitu :
1) Mampu menerapkan teknik dan prinsip pengawasan dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan Madrasah.
12
2) Mampu menyusun program kepengawasan berdasarkan visi, misi,
tujuan, dan program pendidikan Madrasah.
3) Mampu menyusun metode kerja dan instrumen yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan
Madrasah.
4) Mampu menyusun laporan hasil pengawasan dan
menindaklanjutinya untuk perbaikan program selanjutnya.
5) Mampu membina Kepala Madrasah dalam pengelolaan dan
administrasi madrasah berdasarkan manajemen peningkatan mutu.
6) Mampu membina Kepala dan Guru Madrasah.
7) Mampu memotivasi Kepala dan Guru Madrasah dalam
merefleksikan hasil yang telah dicapai untuk menemukan
kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokok, dan
8) Memahami standar nasional pendidikan dan pemanfaatannya untuk
membantu Kepala Madrasah dalam mempersiapkan akreditasi.6
Seorang pengawas menjadi kunci dari perubahan kwalitas guru hingga
peserta didik. Mereka harus senantiasa menyadari prinsip keniscayaan
perubahan bahwa tidak ada perubahan tanpa usaha yang kuat dan sungguh –
sungguh. Dalam ayat Al Qur‟an sendirisurah Ar-Rad (13) Ayat 11
disebutkan bahwa ;
ي بي ل يغير يا بقىو حتهى نه يعقبات ي ه الله إ أير الله خهفه يحفظىه ي ديه وي
دوه ي بقىو سىءا فل يرده نه ويا نهى ي فسهى وإذا أراد الله وال يغيروا يا بأ
Terjemahnya:
„‟Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya
bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas
perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu
kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,
maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung
bagi mereka selain Dia”.7
6 Permen diknas RI No. 12 Tahun 2007, tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah,
h.4 7 Kementrian Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya ( Bandung; Al-Mizan Publishing
House, 2011), h. 251
13
5. Tugas Pokok Pengawas Pendidikan
Menurut Peraturan Menpan Nomor 21/2010tentang Jabatan
Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, menetapkan tugas pokok
pengawas ialah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial
pada satuan pendidikan yang meliputi : 1) penyusunan program pengawasan,
2) pelaksanaan pembinaan, 3) pemantauan pelaksanaan 8 SNP, 4) penilaian,
5) pembimbingan dan pelatihan professional guru, 6) evaluasi hasil
pelaksanaan program kepengawasan, dan 7) pelaksanaan tugas kepengawasan
di daerah khusus.8
6. Perencanaan Program Kepengawasan Pendidikan
Menurut Roger A. Kauffman yang dikutip Nanang, perencanaan adalah
proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan
menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan
itu seefisien dan seefektif mungkin. Dalam perencanaan terdapat tiga
kegiatan yaitu; 1) perumusan tujuan yang ingin dicapai; 2) pemilihan
program untuk mencapai tujuan itu; 3) identifikasi dan pengerahan
sumber yang jumlahnya selalu terbatas.
Perencanaan menurut Handoko meliputi; 1) pemilihan atau penetapan
tujuan-tujuan organisasi; 2) penentuan strategi, kebijakan, proyek,
program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Perencanaan pada dasarnya adalah
proses pengambilan keputusan atas sejumlah alternative (pilihan)
mengenai sasaran dan cara-cara yang akan dilaksanakan di masa yang
akan datang guna mencapai tujuan yang dikehendaki serta pemantauan
dan penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan.9
Perencanaan program pengawasan akademik adalah penyusunan
dokumen perencanaan pemantauan serangkaian kegiatan membantu guru
8 Muhammad Fathurrohman, Sukses menjadi pengawas sekolah ideal(Jakarta : Arruz
media, 2015), Cet I. h. 20 9 Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), h.,66.
14
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Adapun manfaat perencanaan program
pengawasan akademik adalah;
(1) Pedoman pelaksanaan dan pengawasan akademik, (2) untuk
menyamakan persepsi seluruh warga sekolah tentang program
pengawasan akademik, (3) penjamin penghematan dan keefektifan
penggunaan sumber daya sekolah (tenaga, waktu dan biaya).
Prinsip-prinsip perencanaan program pengawasan akademik bisa dilihat
sebagai berikut; (1) objektif (data apa adanya), (2) bertanggungjawab,
(3) berkelanjutan, (4) didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan,
dan (5) didasarkan pada kebutuhan serta kondisi sekolah/madrasah10
.
Selain itu perencanaan (planning) sebuah program disusun berdasarkan
beberapa sumber antara lain11
:
1) Kebijaksanaan pucuk pimpinan (policy top manager), bahwa
perencanaan itu seringkali berasal dari badan-badan ataupun orang-
orang yang berhak dan mempunyai wewenang untuk membuat
berbagai kebijakan (policy), sebab merekalah yang memegang
kebijakan.
2) Hasil pengawasan, yaitu suatu perencanaan akan dibuat atas dasar
fakta- fakta maupun data-data dari hasil pengawasan suatu kegiatan
kerja, sehingga dengan demikian dibuatlah suatu rencana perbaikan
maupun penyesuaian ataupun perombakan secara menyeluruh dari
rencana yang telah direncanakan.
3) Kebutuhan masa depan, yaitu suatu perencanaan sengaja dibuat untuk
mempersiapkan masa depan yang baik ataupun untuk mencegah
hambatan- hambatan dari rintangan-rntangan guna mengatasi
persoalan-persoalan yang akan timbul.
4) Penemuan-penemuan baru, yaitu suatu perencanaan yang dibuat
berdasarkan studi faktual ataupun yang terus menerus maka akan
menemukan ide-ide ataupun pendapat baru, ataupun prakarsa baru
untuk suatu kegiatan kerja.
5) Prakarsa dari dalam, yaitu sebuah planning yang dibuat akibat dari
inisiatif atau usul-usul atau saran-saran dari bawahan (pegawai atau
anggota) dari seuatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
10
Kementerian Pendidikan Nasional, op.cit., h., 25-26. 11
Marno dan Trio, Manajemen dan Kepemimpinan, (Bandung: Refika Aditama,
2013),h.,14.
15
6) Prakarsa dari luar, yaitu suatu rencana yang dibuat akibat dari saran-
saran maupun kritik-kritik dari orang-orang diluar organisasi ataupun
dari masyarakat luas.
Menurut Peraturan Menteri Agama RI No 2 Tahun 2012 Pasal 4 Ayat
2, setiap pengawas PAI harus menyusun program, program pengawasan terdiri
atas (1) Program Pengawasan Tahunan, (2) Program Pengawasan Semester
dan (3) Rencana Kepengawasan Akademik.
Penyusunan program Tahunan pengawas PAI disusun oleh Kelompok
Kerja Pengawas (POKJAWAS) PAI Kabupaten/kota melalui diskusi
terprogram. Penyusunan program Tahunan pengawas PAI yang terdiri dari 2
(dua) program semester meliputi langkah-langkah berikut:
a. Identifikasi hasil pengawasan pada tahun sebelumnya.
Identifikasi hasil pengawasan pada tahun sebelumnya melalui analisis
kesenjangan dengan mengacu pada kebijakan di bidang pendidikan yang
digunakan. Identifikasi hasil pengawasan menggambarkan sejauh mana
ketercapaian tujuan pengawasan yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya.
Sebagai acuan penyusunan program pengawasan, dikemukakan pula berbagai
kebijaksanaan di bidang pendidikan. Hasil identifikasi tersebut merupakan
titik tolak dalam menentukan tujuan serta tidakan yang harus dilakukan
pengawas tahun berikutnya. Identifikasi dilakukan untuk menjaga
kesinambungan kegiatan pengawasan. Hasil pengawasan yang dianggap
kurang/lemah harus lebih ditingkatkan. Hasil pengawasan yang sudah baik
harus dipertahankan atau standarnya ditingkatkan.
16
b. Pengolahan dan analisis hasil dan evaluasi pengawasantahun
sebelumnya.
Pengolahan dan analisis hasil pengawasan yang telah dilakukan
tahunsebelumnya diarahkan untuk menetapkan prioritas tujuan, sasaran,
metode kerja serta langkah-langkah kegiatan dalam program pengawasan
tahun berikutnya. Output pengolahan dan analisis hasil pengawasan harus
mampu memberikan gambaran mengenai kondisi madrasah binaan baik secara
kualiatif maupun kuantitatif.
c. Perumusan rancangan program pengawasan tahunan.
Perumusan rancangan program pengawasan tahunan dilandasi oleh
informasi yang diperoleh atas dasar analisis hasil pengawasan tahunan untuk
semua madrasah binaan.
d. Pemantapan dan penyempurnaan rancangan program pengawasan
tahunan.
Program pengawasan tahunan yang telah dimantapkan dan
disempurnakan adalah rumusan akhir yang akan dijadikan sebagai acuan oleh
pengawas dalam menyusun program pengawasan semester pada setiap
madrasah binaannya 12
Berdasarkan Program pengawasan tahunan, program pengawasan
semester, dan Rencana Kepengawasan Akademik yang telah disusun untuk
memudahkan pelaksanaan pengawasan, setiap pengawas menyiapkan
12
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, h. 396-397
17
instrumen-instrumen yang dibutuhkan sesuai dengan materi/aspek/fokus
masalah yang akan dipengawasan13
.
7. Implementasi Program Kepengawasan Pendidikan
Pelaksanaan program pengawasan merupakan implementasi dari
rancangan program yang sudah disusun oleh pengawas sebelumnya.
Pelaksanaan program dalam sebuah institusi merupakan tindak lanjut dari
fungsi pengorganisasian dari sebuah manajemen yang meliputi pembagian
tugas penentuan fungsi dan struktur.
Menurut Stoner (dalam Saiful Sagala) bahwa pelaksanaan program
pengawasan dilaksanakan dengan tahapan-tahapan, yaitu: a) Menetapkan
standar dan metode untuk mengukur prestasi b) Mengukur prestasi kerja c)
Membandingkan hasil yang telah diukur dengan sasaran dan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya d) Mengambil tindakan korektif.
Pengawasan akademik atau pengawasan akademik adalah fungsi
pengawas yang berkenaan dengan aspek pelaksanaan tugas pembinaan,
pemantauan, penilaian, dan pelatihan profesional guru dalam : 1)
merencanakan pembelajaran, 2) melaksanakan pembelajaran, 3) menilai hasil
pembelajaran, 4) membimbing dan melatih, dan 5) melaksanakan tugas
tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan
beban kerja guru.
Adapun uraian kegiatan pelaksanaan pengawas Pendidikan Agama
Islam sebagai berikut :
13
Ibid, h. 397-398
18
a. Pembinaan
1) Tujuan
a) Meningkatkan pemahaman kompetensi guru PAI, terutama
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalisme (Tupoksi
Guru, Kompetensi Guru, Pemahaman KTSP).
b) Meningkatkan kemampuan guru PAI dalam mengimplementasikan
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan dan standar
penilaian (pola pembelajaran KTSP, pengembangan silabus dan
c) pengembangan RPP, pengembangan penilaian, pengembangan
bahan ajar dan penulisan butur soal.
d) Meningkatkan kemampuan guru PAI dalam menyusun Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
e) Meningkatkan kemampuan guru PAI dalam melaksanakan
pembelajaran yang dititik beratkan pada aspek afektif dan
psikomotor sebagai implementasi dari pendidikan karakter.14
2) Ruang Lingkup
a) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru
PAI, menyusun administrasi rencana pembelajaran/ program
pembimbingan.
b) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru
PAI dalam proses pelaksanaan pembelajaran/bimbingan.
c) Melakukan pendampingan membimbing guru PAI dalam
meningkatkan kemampuan melaksanakan penilaian hasil belajar
peserta didik.
d) Melakukan pendampingan dalam meningkatkan kemampuan guru
PAI menggunakan media dan sumber belajar.
e) Memberikan masukan kepada guru PAI dalam memanfaatkan
lingkungan dan sumber belajar.
f) Memberikan rekomendasi kepada guru PAI mengenai tugas pada
pelaksanaan bimbingan bagi peserta didik.15
b. Pemantauan
Pemantauan pengawas merupakan tugas yang harus dilakukan oleh
seorang pengawas. Pemantauan tersebut meliputi pelaksanaan Standar Isi,
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, dan Standar Penilaian.
14
Ibid.,h. 230-234 15
Kementerian Agama RI. Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah,
h.,17-18
19
c. Penilaian (Kinerja Guru PAI)
Penilaian dilakukan untuk mengevaluasi program dan kinerja guru PAI
yang telah dilakukan dalam:
1) Merencanakan pembelajaran
2) Melaksanakan pembelajaran;
3) Menilai hasil pembelajaran;
4) Membimbing dan melatih peserta didik, dan
5) Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan
kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru PAI16
.
d. Evaluasi Program Pengawasan.
Evaluasi adalah pembuatan pertimbangan menurut suatu perangkat criteria
yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan. Menurut TR Morrison
dalam Abdul yang dikutip Nanang, ada tiga faktor penting dalam konsep
evaluasi, yaitu: pertimbangan (judgement), deskripsi objek penilaian, dan
kriteria yang tertanggungjawab (defensible criteria). Tujuan evaluasi antara
lain:
a. Untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan akhir suatu periode kerja,
apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai, dan apa yang perlu
mendapat perhatian khusus.
b. Untuk menjamin cara kerja yang efektif dan efisien yang membawa
organisasi kepada penggunaan sumberdaya pendidikan
(manusia/tenaga, sarana/prasarana, biaya) secara efisiensi ekonomis.
c. Untuk memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan, penyimpangan
dilihat dari aspek tertentu misalnya program tahunan, kemajuan
belajar. 17
Berkaitan dengan aktivitas mengevaluasi, ada tiga kegiatan besar yang
biasanya dilakukan pengawas, yaitu: identifikasi tujuan evaluasi, penyusunan
desain dan metodologi evaluasi, serta pengukuran. Suharsimi Arikunto
16
Baropo, Nadjamuddin S., Penjaminan Mutu Pendidikan Melalui Pemberdayaan
Pengawas Sekolah/madrasah. Buol : Jurnal, 2009. h.,42 17
Ibid, hal. 78
20
mengidentikkan kegiatan evaluasi program yang dilaksanakan pengawas ini
dengan kajian penelitian. Proses evaluasi merupakan upaya mencari suatu
fakta dan kebenaran, dalam pelaksanaannya harus objektif dan rasional,
prinsip metode ilmiah harus diterapkan. Ada beberapa teknik evaluasi
program yang biasanya dipakai oleh pengawas dalam rangka mencari data
untuk tindak lanjut, yaitu: a) Test, b) Observasi, c) Laporan diri, d) Evaluasi
diri, dan e) Teman sejawat18
.
Selain itu, beberapa prinsip yang harus dipegang teguh oleh pengawas
dalam melaksanakan proses evaluasi, yaitu:
a. Komprehensif, evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh. Semua
variable kegiatan dan aaspek yang terkait dengannya harus dijabarkan
dengan jelas sampai detail indikatornya.
b. Kooperatif, untuk mendapatkan informasi yang lengkap diperlukan
kerja sama antara subjek evaluasi dan objek evaluasi.
c. Kontinyu dan relevan dengan kurikulum, evaluasi hendaknya
dilakukan secara terus menerus, membidik semua tahapan kegiatan,
dan saling bersambungan.
d. Objektif, yaitu tidak terpengaruh dengan hal-hal yang bisa
mengaburkan pengukuran dan penilaian.
e. Humanis, yaitu mengedepankan dimensi-dimensi kemanusiaan.
f. Aman, yaitu hendaknya menjaga privasi individu, tidak menebar
ketakutan-ketakutan diantara objek yang di pengawasan.19
Peraturan Menteri Agama nomor 2 tahun 2012 pasal 4 disebutkan
bahwa pengawas Pendidikan Agama Islam mempunyai fungsiuntuk
melakukan penilaian hasil pelaksanaan program pengawasan, dan membuat
laporan pelaksanaan program pengawasan.
Kegiatan evaluasi program pengawasan dilakukan dalam suatu siklus
secara periodik setelah pengawas melakukan penilaian, pembinaan,
18
.Ibid., h.48 19
Ibid., h. 62
21
pemantauan, dan analisis hasil pengawasan. Dalam siklus kegiatan
pengawasan di sekolah tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pengawasan
diawali dengan penyusunan program kerja yang dilandasi oleh hasil
pengawasan pada tahun sebelumnya. Dengan berpedoman pada program kerja
yang disusun, dilaksanakan kegiatan inti pengawasan meliputi penilaian,
pembinaan, dan pemantauan pada setiap komponen sistem pendidikan di
sekolah binaannya.
Tahap berikutnya pengawas PAI melakukan pengolahan dan analisis
data hasil penilaian, pembinaan, dan pemantauan. Kemudian dilanjutkan
dengan evaluasi hasil pengawasan dari masing-masing sekolah. Berdasarkan
hasil analisis data, disusun laporan hasil pengawasan yang menggambarkan
sejauh mana keberhasilan tugas kepengawasan di sekolah binaannya.
Sebagai tahap akhir dari satu siklus kegiatan pengawasan adalah
menetapkan tindak lanjut untuk program pengawasan tahun berikutnya.
Tindak lanjut pengawasan diperoleh berdasarkan hasil evaluasi komprehensif
terhadap seluruh kegiatan pengawasan dalam satu periode.
Oleh sebab itu, keberhasilan pelaksanaan evaluasi program
pengawasan bergantung bergantung dari terbangunnya interaksi yang
harmonis antara pengawas PAI dan guru. Karena evaluasi program
pengawasan merupakan mata rantai yang tidak terpisahkan dengan program-
program lainnya yang langsung bersentuhan dengan guru.
Menurut Roland Barth sebagaimana dikutip Syaiful Sagala, bahwa
kebutuhan interaksi pengawas (pengawas) dengan guru lebih mendorong
pertumbuhan jabatan, ia mengidentifikasi jabatan guru dalam tiga kelompok,
yaitu (1) guru-guru yang tidak mampu mempelajari secara kritis praktik
22
mengajar, orang tua murid, dan lainnya tidak peduli terhadap apa dan
bagaimana mereka mengajar, (2) guru-guru yang memiliki kemampuan untuk
meneliti secara berkesinambungan menunjukkan apa yang mereka kerjakan
adalah untuk melakukan perubahan-perubahan, dan (3) sedikit guru-guru yang
mau dan mampu meneliti secara cermat dan kritis mengenai praktik kerja
mereka sendiri.20
Evaluasi program pengawasan dijadikan tolok ukur oleh pengawas PAI
untuk menentukan program-program berikutnya. Untuk itulah, maka
pengawas PAI harus dapat menjalankan fungsi controlling dari pelaksanaan
pengawasan secara cermat dan berhasil guna. Kecermatan pengawas itu akan
memberikan dampak bagi rancangan program pengawasan berikutnya.
8. Implikasi Kepengawasan Pendidikan
Pelaksanaan program pengawasan sekolah dalam membina kompetensi
pedagogik dan profesional guru berimplikasi secara akademik bagi guru
dalam upaya meningkatkan kemampuannya menciptakan proses dan hasil
belajar yang bermutu. Melalui pengawasan akademik guru akan semakin
mampu memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya. Alfonso, Firth, dan
Neville (1981) sebagaimana dikutip Departemen Pendidikan Nasional,30
bahwa Instructional pengawasanon is herein defined as : behavior officially
designed by the organization that directly affects teacher behavior in such a
way to facilitate pupil learning and achieve the goals of organization.
Terdapat tiga konsep pokok (kunci) dalam pengawasan akademik.
a. Pengawasan akademik harus secara langsung mempengaruhi dan
mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Inilah karakteristik esensial pengawasan akademik.
20
Sagala, Syaiful. 1996. Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta. 1998.
h.,30-31
23
b. Perilaku pengawas dalam membantu guru mengembangkan
kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu
mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. Desain
tersebut terwujud dalam bentuk program pengawasan akademik yang
mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena pengawasan akademik
merupakan tanggung jawab bersama antara pengawas dan guru, maka
lebih baik jika programnya didesain bersama oleh pengawas dan guru.
c. Tujuan akhir pengawasan akademik adalah agar guru semakin mampu
memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya.21
Kegiatan pengawasan memberikan implikasi bagi pengembangan
kualitas akademik yang dilakukan oleh guru. Pengembangan
kemampuan dalam konteks ini tidak semata-mata ditekankan pada
peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga
pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau
motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan
motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran akan meningkat.
B. Profesionalisme Guru
1. Pengertian guru
Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam menguraikan
bahwa seorang guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia
telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab
pendidikan.22
Secara ethimologi (harfiah) ialah dalam literatur kependidikan Islam
seorang guru biasa disebut sebagai ustadz, mu`alim, murabbiy,
mursyid, mudarris, dan mu`addib, yang artinya orang memberikan ilmu
pengetahuan dengan tujuan mencerdaskan dan membina akhlak
peserta didik agar menjadi orang yang berkepribadian baik.
21
Ibid., h. 45 22
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2005), h.,44-49
24
Menurut Muhaimin bahwa guru adalah orang yang berwenang dan
bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara
individual ataupun klasikal. Baik disekolah maupun diluar sekolah.23
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam setiap melakukan
pekerjaan yang tentunya dengan kesadaran bahwa yang dilakukan atau yang
dikerjakan merupakan profesi bagi setiap individu yang akan menghasilkan
sesuatu dari pekerjaannya. Dalam hal ini yang dinamakan guru dalam arti
yang sederhana adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada
anak didik.
Sedangkan guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang
yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar;--
kencing berdiri, murid kencing berlari, pb kelakuan murid (orang
bawahan) selalu mencontoh guru (orang atasannya).24
Rumusan pengertian guru diatas dapat disimpulkan bahwa guru adalah
orang yang memberikan pendidikan atau ilmu pengetahuan kepada peserta
didik dengan tujuan agar peserta didik mampu memahami dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan PAI di dalam GBPP SMP dan SMU mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) kurikulum Tahun 1994 dinyatakan bahwa
yang dimakud dengan pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan atau
latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dan
23
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
Rineka Cipta 2000, h.,21 24
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), h., 584.
25
hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional.38
Jadi guru PAI merupakan orang yang melakukan kegiatan bimbingan
pengajaran atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai
tujuan pembelajaran (menjadi muslim yang beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakatt,
berbangsa dan bernegara.Sebagaimana hadist Rasulullah Saw :
انحديث" تىز انكى قبم أ تحاسبىا وىا أع فثسكى قبم أ )رواه حاسبىا أ
انترييس(
Artinya :
Periksalah dirimu sebelum engkau diperiksa.lihatlah terlebih dahulu
atas kerjamu sebelum melihat kerja orang lain.(HR. Tirmidzi 2383)25
2. Kualifikasi guru agama islam
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kualifikasi adalah
Keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu atau menduduki
jabatan tertentu. Jadi kualifikasi mendorong seseorang untuk memiliki
suatu keahlian atau kecakapan khusus26
.
Dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab IV Bagian Kesatu Kualifikasi,
Kompetensi, dan Sertifikasi Pasal 8 dan 9 yang dihimpun oleh Redaksi Sinar
Grafika sebagai berikut :
Pasal 8 “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikasi pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta mmiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Pasal 9
25
Sunan Abu Daud,dalam Hadist Encyclopedia,2015,no.4062. 26
Ibid., h, 252
26
:“Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh
melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma IV”.
Selanjutnya, kualifikasi guru diperjelas kembali dalam Permendiknas
Nomor 16 tahun 2007, Poin A berikut ini) Kualifikasi Akademik Guru
Melalui Pendidikan Formal : Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang
sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimun diploma
empat atau D-IV dan serjana S1 Pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI)
atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi. 2)
Kualifikasi Akademik Guru Melalui Uji Kelayakan dan Kesetaraan :
Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai guru
dalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum
dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan
kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki
keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi wewenang
untuk melaksanakannya.
3. tugas pokok dan tanggungjawab guru
Sesuai Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen Pasal 35 ayat (1), tugas dan tanggungjawab pokok guru adalah
mencakup merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta
melaksanakan tugas tambahan.
Buku Pengembangan Profesi Guru, Udin Syaefuddin Saud,
merumuskan tugas dan tanggung jawab guru antara lain:
27
a) Guru sebagai pengajar
b) Guru sebagai pengajar dan juga pendidik
c) Guru sebagai pengajar, pendidik dan juga agen pembaharuan
danpembangunan masyarakat.
4. Profesionalisme Guru Agama Islam
Webster, dalam Rusman Profesionalisme berasal dari kata profesi yang
artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang.27
Profesi juga dapat diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan
sebagai tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus
yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan, istilah profesionalisasi
dijelaskan bahwa profesi adalah bidang pekerjaan yang
dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya)
tertentu. Profesional adalah (1) bersangkutan dengan profesi, (2)
memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya dan (3)
mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.28
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian
tertentu. Artinya jabatan profesional tidak bisa dilakukan atau dipegang oleh
sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk
melakukan pekerjaan tersebut. Melainkan melalui proses pendidikan dan
pelatihan yang disiapkan secara khusus untuk bidang yang diembannya.
Misalnya, seorang guru profesional yang memiliki
kompetensi keguruan melalui pendidikan guru seperti (S1 PGSD, S1
27
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta ; Grasido 2000., h.67 28
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), h., 472.
28
Kependidikan, Akta Pendidikan) yang diperoleh dari pendidikan khusus untuk
bidang tersebut.
Jadi kompetensi guru tersebut diperoleh melalui apa yang disebut
profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum seseorang menjalani profesi
maupun setelah menjalani suatu profesi. Hal ini kemudian mendapat
penjelasan serupa oleh H.A.R Tilaar, seperti yang penulisa kutip di bawah ini.
H.A.R. Tilaar menjelaskan bahwa seorang profesional menjalankan
pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain
memiiki kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan profesinya.29
Seorang profesional menjalankan tugasnya berdasarkan
profesionalisme dan bukan scara amatiran. Dengan demikian, dia akan terus
bersikap profesional serta terus menerus meningkatkan mutu karyanya secara
sadar melalui pendidikan dan pelatihan.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
profesi adalah suatu bidang pekerjaan atau keahlian tertentu yang
mensyaratkan kompetensi intelektualitas, sikap, dan keterampilan tertentu
yang diperoleh melalui proses pendidikan secara akademis yang intensif.
Mukhtar Lurfi menyebutkan ada delapan kriteria yang harus dipenuhi
oleh suatu pekerjaan agar dapat disebut sebagai profesi, yaitu :
a. Panggilan hidup yang sepenuh waktu. Profesi adalah pekerjaan yang
menjadi panggilan hidup seseorang yang dilakukan sepenuhnya serta
berlangsung untuk jangka waktu yang lama bahkan seumur hidup.
b. Pengetahuan dan kecakapan/keahlian. Profesi adalah pekerjaan yang
dilakukan atas dasar pengetahuan dan kecakapan/keahlianyang khusus
dipelajari.
c. Kebakuan yang universal. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan
menurut teori, prinsip, prosedur dan anggapan dasar yang sudah baku
29
H.A.R Tilaar. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta ; Rineka Cipta.,2002., h.105
29
secara umum (universal) sehingga dapat dijadikan pegangan atau
pedoman dalam pemberian pelayanan terhadap mereka yang
membutuhkan.
d. Pengabdian. Profesi adalah pekerjaan terutama sebaai pengabdian
pada masyarakat bukan untuk mencari keuntungan secara
material/finansial bagi diri sendiri.
e. Kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif. Profesi adalah
pekerjaan yang mengandung unsur-unsur kecakapan diagnostik dan
kompetensi aplikatif terhadap orang atau lembaga yang dilayani .
f. Otonomi. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan secara otonomi atas
dasar prinsip-prinsip atau norma-norma yang ketetapannya hanya
dapat diuji atau diniai oleh rekan-rekannya seprofesi.
g. Kode Etik. Profesi adalah pekerjaan yang mempunyai kode etik yaitu
norma-norma tertentu sebagai pegangan atau ppedoman yang diakui
serta dihargai oleh masyarakat dan
h. Klien. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan untuk melayani
mereka yang membutuhkan pelayanan (klien) yang pasti dan jelas
subyeknya. 30
Sedangkan Rochman Natawidjaya sebagaimana dikutip Syafruddin
Nurdin, mengemukakan beberapa kriteria sebagai ciri suatu profesi:
1) standar untuk kerja yang baku dan jelas.
2) Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya
degan program dan jenjang pendidikan yang baku serta memiliki
standar akademik yang memaadai dan yang bertanggung jawab
tentang pengembanan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi
itu.
3) Ada organisasi yang mewadahi para pelakunya untuk
mempertahankan dan memperjuangakan eksistensi dan
kesejahteraannya.
4) Ada etika dan kode etik yang mengatur prilaku para perilaku dalam
mempelakukan kliennya .
5) Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku.
6) Ada pengakuan masyarakat (profesional, penguasa dan awam)
terhadap pekerjaan itu suatu profesi.31
Jadi dengan beberapa kriteria profesional di atas, dapat dipahami dan
dinilai apakah guru itu suatu profesi atau bukan. Dengan demikian, secara
30
Lurfi Muktar. Mimbar Pendidikan IKIP Badung, 1984. h.,44. 31
Nurdin, Syafruddin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta.,Grasindo.
2002. h., 17-18.
30
rinci dapat disimpulakan bahwa, kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
guru yang profesional meliputi: pertama, kompetensi paedagogik, adalah
kemampuan mengelola pembelajaran yang dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Guru harus menguasai
manajemen kurikulum serta memiliki pemahaman tentang psikologi
pendidikan terutama terhadap kebutuhan dan perkembangan peserta didik.
Kedua, kompetensi personal, adalah kemampuan kepribadian yang mantab,
stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan
berakhlak mulia. Ketiga, kompetensi profesional, adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Keempat, kompetensi
sosial, yaitu kemapuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
beromunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat
sekitar. Jika guru telah memiliki keempat kompetensi tersebut di atas, maka
guru tersebut telah memenuhi syarat sebagai guru profesional.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research)
dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif memberikan fokus pada
penggambaran atau mendeskripsikan sesuatu secara analitis. Oleh sebabnya,
proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian ini. Menurut Kirk dan Miller
dalam Sulaiman Saat, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang –
orang dan perilaku yang diamati.32
Menurut Imam Gunawan, penelitian kualitatif
bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah –
masalah manusia dan sosial.33
. Berbeda dengan kualitatif, penelitian kuantitatif
memberikan porsi yang besar pada pembacaan angka – angka hasil penelitian.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Adapun lokasi penelitian yaitu di MTs Muhammadiyah Salaka dengan
pertimbangan letak geografis dan rutinitas kegiatan sekolah yang banyak
melibatkan guru dan masyarakat. Adapun yang menjadi objek dari penelitian ini
yakni para pegawai di lingkungan Kemenag dan guru bidang studi Pendidikan
Agama Islam di MTs Muhammadiyah Salaka untuk setiap kelas VII, VIII, dan IX.
32
Sulaimana Saat, Sitti Mania, Pengantar Metodologi Penelitian,Penerbit Sibuku.2018,
h.117 33
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta ; Bumi
Aksara,2017, h.85
31
32
C. Fokus Penelitian
Penelitian ini fokus pada 2 hal yaitu :
1. Pengawas Pendidikan Agama Islam
2. Profesionalisme guru PAI
D. Deskripsi Fokus Penelitian
Untuk menghindari kesalah pahaman dan untuk menyamakan presepsi,
maka terlebih dahulu penulis mengemukakan deskripsi fokus penelitian :
1. Pengawas adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab
dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan
penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi
pada satuan pendidikan pra sekolah, dasar dan menengah.34
Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkna bahwa pengawas
adalah orang yang mengawasi. Dalam hal ini melakukan pengawasan
terhadap sebuah aktivitas atau institusi tertentu.
Dalam Kepmendikbud RI Nomor 020/U/1998 tanggal 6 Februari
1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas
sekolah, pengawas mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah
dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis
pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan tertentu dan
34
Kementerian Agama RI. Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah,
h.,40
33
sekaligus berfungsi sebagai mitra guru dan kepala sekolah, inovator,
konselor, motivator, kolaborator, asesor, evaluator dan konsultan.
Berdasarkan beberapa kutipan tentang definisi di atas, kita bisa
menyimpulkan bahwa pengawas merupakan orang atau tenaga negeri
sipil yang memberi bantuan atau pemberian layanan untuk meningkatkan
mutu pendidikan secara umum dan lebih khusus ke arah peningkatan
mutu pembelajaran.
2. Profesionalisme Guru PAI yang dimaksud penulis dalam penelitian ini
yakni bagaimana seorang guru PAI dalam melakukan proses belajar
mengajar di kelas sehingga mampu menjadi seorang guru yang bisa
melakukan tugas fungsionalnya dengan penuh profesionalisme dan
bertanggungjawab bagi siswanya.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa deskripsi
fokus penelitian dalam penelitian ini adalah Peranan Pengawas Pendidikan
Agama Islam dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru PAI Di MTs
Muhammadiyah Salaka Kec. Pattallassang Kab. Takalar.
E. Sumber Data
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis sumber data, yakni data primer
dan data sekunder. Dibawah ini penulis menjelaskan maksud kedua jenis data
tersebut.
1. Data primer adalah informasi yang diperoleh langsung dari pelaku yang
melihat dan terlibat langsung dalam penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari
34
sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa
opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi
terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.
Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki
sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus
mengumpulkannya secara langsung .
Menjadi data primer dalam penelitian ini adalah perwakilan setiap
pengawas dan guru PAI dari setiap tingkatan baik kelas I, II, dan III
dengan mempertimbangkan kebutuhan penulis dalam rangka melengkapi
data penelitian.
2. Sumber sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
dokumen. Data dari sumber sekunder atau informan pelengkap ini berupa
cerita dari lingkungan sekolah maupun luar sekolah seperti masyarakat
ataupun orang tua, penuturan atau catatan mengenai model pembelajaran
yang digunakan dalam proses pembelajaran.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam dan sosial yang diamati. Dalam penelitian kualitatif,
yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.35
Dalam
penelitian ini menggunakan instrumen catatan observasi, pedoman wawancara,
35
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D,(Bandung ; Alfabeta,2015),h. 305
35
dan catatan dokumentasi yang di gunakan sebagai pendukung dan mempermudah
terlaksananya penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi merupakan teknik atau cara mengumpulkan data dengan
jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Dalam observasi ini peniliti ikut serta kegiatan yang sedang berlangsung yaitu
pengawasan atau pengawasan guru PAI
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang berupa
pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dan
ide dengan tanyajawab secara lisan sehingga makna dalam suatu topik
tertentu. Dalam metode ini pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan
Structured interview, karena dalam Indepth interview memiliki tujuan untuk
menemukan permasalahan secara terbuka, dimana pihak responden diminta
untuk mengeluarkan pendapat dan ide-idenya.
3. Dokumentasi
Pada intinya metode dokumentasi adalah metode yang digunakan
untuk menelusuri data historis. Metode tersebut digunakan untuk
mendapatkan sumber data yang berkaitan dengan penelitian seperti latar
belakang berdirinya sekolah, letak geografis sekolah, visi dan misi sekolah,
keadaan guru, siswa, karyawan, sarana dan prasarana dan lainnya.
36
Adapun responden yang penulis interview adalah Pengawas, guru
bidang studi Pendidikan Agama Islam, beberapa dari perwakilan siswa di
setiap tingkatan kelas MTs. Muhammadiyah Salaka.
H. Teknik Analisis Data
Terdapat banyak model analis data dalam penelitian kualitatif dan terdapat
suatu variasi cara dalam penanganan dan analisis data. Pinsip pokok metode
analisis kualitatif ialah mengelola dan menganalisa data-data yang terkumpul
menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur, dan mempunyai makna.
Penulis mengambil analisis data model miles dan Huberman yakni terdiri
dari dua langkah yaitu :
1. Analisis Data Kualitatif sebelum di Lapangan
Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data
sekunder, yang digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun hal ini
bersifat sementara, dan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di
lapangan. Jadi. Ibarat seseorang ingin mencari pohon jati di suatu hutan.
Berdasarkan karakteristik tanah dan iklim, maka dapat diduga bahwa hutan
tersebut ada pohon jatinya. Oleh karena itu peneliti dalam membuat proposal
penelitian, fokusnya adalah ingin menemukan pohon jati pada hutan tersebut,
berikut karakteristiknya.
2. Analisis Data Kualitatif Selama di Lapangan
Menurut Miles dan Huberman ada tiga metode dalam analisis data
kualitatif, yaitu reduksi data, model data, penarikan/verifikasi kesimpulan.
37
a. Model Data/Penyajian Data
Penyajian data adalah suatu kegiatan ketika sekumpulan informasi
disusun. Seperti yang disebutkan Emzir dengan melihat sebuah tayangan
membantu kita memahami apa yang terjadi dan melakukan sesuatu
analisis lanjutan atau tindakan yang didasarkan pada pemahaman tersebut.
Bentuk penyajian data kualitatif berbentu teks naratif (catatan lapangan),
matriks, grafik, jaringan dan bagan.
b. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Kesimpulan
Langkah ketiga dari aktivitas analisis adalah penarikan dan
verifikasi kesimpulan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti
kualitatif mulai memutuskan apakah “makna” sesuatu., mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal,
dan proporsi-proporsi. Peneliti yang kompeten dapat menangani
kesimpulan-kesimpulan ini secara jelas, memelihara kejujuran dan
kecurigaan.
Kesimpulan “akhir” tidak akan terjadi hingga pengumpulan data
selesai, tergantung pada ukuran korpus dari catatan lapangan, pengodean,
penyimpanan, dan metode-metode perbaikan yang digunakan, pengalaman
peneliti, dan tuntutan dari penyandang dana, tetapi kesimpulan sering
digambarkan sejak awal, bahkan ketika seorang peneliti menyatakan telah
memproses secara induktif. Langkah-langkah analisis data tersebut
dijelaskan pada gambar tersebut.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Lokasi Penelitian
1. Sejarah singkat MTS. Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar
MTS. Muhammadiyah Salaka Kab.Takalar didirikan pada Tahun 1954
oleh yayasan pendidikan pimpinan cabang Muhammadiyah Salaka
Kab.Takalar.terletak dekat dengan perkampungan warga sehinnga membantu
siswa untuk menuntut ilmu.
2. Profil Singkat MTS. Muhammadiyah Salaka Kab.Takalar
MTS. Muhammadiyah Salaka Kab.Takalar yang berada di Jl. H.
Manakku Dg. Maling Kec. Pattallassang, Kab. Takalar ini memiliki siswa
sebanyak 121 siswa.
a. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : MTS. Muhammadiyah Salaka Kab.Takalar
Jenjang Pendidikan : SMP
Status Sekolah : Swasta
b. Lokasi Sekolah
Alamat : Jl. H. Manakku Dg. Maling
Kelurahan : -
Kecamatan : Pattallassang
Kabupaten : Takalar
Kode Pos : 92212
38
39
c. Data Pelengkap Sekolah
SK Pendirian Sekolah : 23628/MPK/1954
Tanggal SK Pendirian : 10 Juni 1954
3. Kepemimpinan MTS. Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar
Sejak MTS. Muhammadiyah Salaka KabTakalar didirikan telah
dipimpin oleh 3 (tiga) Kepala Sekolah yaitu:
a. Dra. H. Ny. Aisyah Damapolii , Kepala MTS. Muhammadiyah Salaka
Kab. Takalar yang pertama periode tahun 1954 sampai tahun 1990
b. H. Djalangkara, BA , Kepala MTS. Muahammadiyah Salaka Kab.
Takalar yang kedua periode tahun 1990 sampai tahun 1999
c. Drs. H. A. Hamid, M.Pd. Kepala MTS. Muhammadiyah Salaka Kab.
Takalar yang ketiga periode 1999 sampai tahun 2005
d. H. M. Tahir Nonci, S.ag Kepala MTS. Muhammadiyah Salaka Kab.
Takalar yang keempat periode 2005-2012
e. Drs. Muhammad Rusdi Amir. Kepala MTS. Muhammadiyah Salaka
Kab. Takalar yang kelima periode 2012-2013
f. Bakhtiar T, S,Ag Kepala MTS. Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar
yang keenam periode 2013-2017
g. Wanti Dewayani, SE. Kepala MTS. Muhammadiyah Salaka Kab
Takalar yang ketujuh periode 2017- Sekarang
4. Visi Misi MTS. Muhammadiyah Salaka Kab Takalar
a. Visi
“ Terwujudnya Madrasah yang unggul dalam prestasi, padu dalam ilmu
dan amal barakhlakul karimah dengan berwawasan lingkungan hidup”.
40
b. Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas.
2. Meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan semangat
berprestasi peserta didik.
3. Meningkatkan kedisiplinan tenaga pendidik dan kependidikan
4. Membentuk perilaku berprestasi, pola pikir yang kritis dan
kreatifpada siswa
5. Menanamkan sikap spiritual dan social dalam kegiatan kurikuler dan
ekstrakulikuler.
Berdasarkan Visi Misi di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
keberadaan MTS. Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar telah dirasakan sangat
besar peran dan adilnya bagi pendidikan dan pembinaan generasi muda dan
merupakan salah satu proses pembentukan manusia yang berkualitas, berkualitas
dari segi intelektual maupun dari segi mental spiritual dalam upaya membangun
bangsa kearah yang lebih baik, sehingga melahirkan generasi-generasi yang
berkepribadianserta bertanggung jawab dengan keselarasan ilmu, iman dan amal.
Tabel 4.1
Keadaan Guru MTS. Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar
No Nama Jabatan Status
1. Wanti Dewa yani,SE Kepala Sekolah GTY
2. Laode akbar nur,Spd.i Guru BK GTY
3. Fitriani,S.pd Guru Bahasa Inggris PNS
4. Sitti wahyuni. S.pd Guru matematka PNS
5. Harliati,.S.pd Bahasa seni budaya PNS
6. Mudira Zakaria,S.pd Bahasa Indonesia GTY
41
No Nama Jabatan Status
7. Nurliah ,S.pd Guru IPS GTY
8. Salmawati ,S.pd Guru TIK GTY
9. Irmawati ,Spd.i Guru SKI GTY
10. Rosliana hamid,S.pd.i Al-Qur‟an dan hadist GTY
11. Gerhanawati, S.Pd.i Guru fiqih GTY
12. Ilma ,S.pd.i Guru akidah akhlak GTY
13. Rahmatul Ummah
Sudirman, S.pd
Guru PKN GTY
14. Hardiyanti, S.pd.i Guru SKI GTY
15. Nulianah,S.pd.i Guru Fiqih GTY
16. Arlinah Abbas, S.Pd Guru matematika GTY
17. Shaiful Muslim, S.Pd Guru penjaskes GTY
18. Laode akbar nur,Spd.i Al-Qur‟an dan hadist GTY
19. Hj. Khadijah S.Ag Guru seni budaya GTY
20. Irmawati, S.Pd.I Guru Bahasa arab GTY
21. Juliati T, S.pd GuruBahasa Indonesia GTY
22. St. Muslimah, S.Pd Guru Ipa GTY
23. Muh. Taufik, S.Pd Guru Penjaskes GTY
24. Mansur, S.E., S. Pd Guru IPS GTY
25. Ahmad Yasin, S. Pd Guru PKN GTY
26. Nurliah S.Pd. Guru muatan lokal GTY
Sumber Data: Diambil dari Tata Usaha MTS. Muhammadiyah Salaka
Kab.Takalar 2019
42
Tabel 4.2
Keadaan Siswa MTS. Muhammadiyah Salaka Kab Takalar
No Kelas Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki Perempuan
1. VII 23 25 48
2. VIII 20 20 40
3. IX 19 14 33
Jumlah 121
Sumber Data: Diambil dari Tata Usaha MTS. Muhammadiyah Salaka Kab.
Takalar 2019.
6. Fasilitas Sekolah
Pada dasarnya fasilitas yang berupa sarana dan prasarana adalah
berfungsi sebagai faktor pendukung proses belajar mengajar. Oleh karena itu,
maju dan mundurnya suatu sekolah akan banyak ditentukan oleh baik atau
buruknya fasilitas yang dimiliki oleh sekolah tersebut:
Tabel 4.3
Gambaran Fasilitas MTS. Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar
No Uraian keterangan
Jumlah Baik Rusak
1. Ruang kelas 6 - 6
2. Ruang Guru 1 - 1
3. Ruang TU 1 - 1
4. Ruangan Perpustakaan 1 - 1
5. Ruang Komputer 1 - 1
6. Ruang BK 1 - 1
7. Ruang UKS 1 - 1
8. Ruang Aula 1 - 1
9. Mushollah 1 - 1
10. Kantin 1 - 1
11. Parkiran Kendaraan 1 - 1
43
No Uraian keterangan
Jumlah Baik Rusak
12. WC Kantor 1 - 1
13. WC Guru 2 - 2
14. WC Siswa 3 1 4
15. Lapangan Olahraga 1 - 1
16. Taman Belajar 1 - 1
Sumber Data: Diambil dari Tata Usaha MTS. Muhammadiyah Salaka
Kab.Takalar
B. Peran Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan
Kemampuan Guru PAI di MTs Muhammadiyah Salaka.
Interaksi antara pengawas dan guru merupakan komponen penting
dalam peningkatan profesionalisme proses pembelajaran. Proses tersebut menjadi
kondisi dasar dalam proses belajar mengajar. Guru yang kompeten dan
berperilaku positif cenderung memiliki siswa yang berprestasi tinggi dan memiliki
ketrampilan positif dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Guru yang profesional
mampu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan melibatkan
siswa secara aktif dan cenderung lebih menguntungkan dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu, kompetensi guru memberikan sumbangan positif
terhadap dinamika pencapaian tujuan pembelajaran dan prestasi belajar siswa.
Seperti yang banyak dialami oleh para guru di MTs. Muhammadiyah
Salaka. Atas saran dan masukan dari pengawas, mereka senantiasa melakukan
inovasi dan menciptakan sebuah lingkungan yang belajar yang kondusif. Bagi
mereka, jika suasana kelas masih gaduh dan kotor, proses belajar mengajar akan
terhambat disebabkan suasana kelas yang tidak kondusif. Sitti Rosliana Hamid
44
misalanya mengakui bahwa setiap ada pengawas selalu memberikan perbaikan
kepada guru dari masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran.
Selain itu, mereka selalu memberikan motivasi dan saran dalam hal proses dan
metode pembelajaran. Para guru menjadi semangat dan terinspirasi hingga
menunjukkan sikap – sikap profesional.
Setiap upaya yang dilakukan oleh pengawas pendidikan agama Islam
dalam rangka meningkatkan prestasi kemampuan mengajar para guru tidak
terlepas dari usaha guru pendidikan agama Islam itu sendiri dalam meningkatkan
profesionalisme atas kinerjanya. Artinya sebagai guru bersangkutan hendaknya
mempunyai motivasi yang tinggi terhadap profesinya sebagai guru. Namun
motivasi ini tidak lahir dengan sendirinya. Para guru mengakui bahwa butuh
adanya saling mempengaruhi satu sama lain. Dibutuhkan respon semua pihak,
baik guru, peserta didik, kepala sekolah hingga pengawas. Semuanya itu akan
melahirkan respon yang membuat para guru semakin termotivasi dalam
melakukan tugasnya sebagai tenaga pendidik. Dalam perkembangannya,
peningkatan profesionalisme adalah salah satu cara dari banyak cara yang bisa
ditempuh.
Peningkatkan profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam adalah
dengan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk mengikuti
pelatihan- pelatihan PTK (penelitian tindakan kelas), work shop dan
pengembangan penilaian. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan bapak Muh.
Amir H, S.Pd., MM bahwa:
45
Upaya Pengawas pendidikan agama Islam di MTs Muhammadiyah Salaka
dalam rangka meningkatkan prestasi mengajar guru adalah bagaimana
usaha dari masing- masing guru untuk meningkatkan profesionalismenya
agar guru tersebut dapat total dalam menjalankan tugasnya. Prestasi
mengajar guru sangat erat kaitannya dengan profesionalisme guru, apabila
guru sudah ahli dan total dalam mengajar secara otomatis prestasi siswa
juga akan meningkat. Sedangkan sekolah ini berusaha memberikan
kesempatan yang luas kepada para gurunya untuk meningkatkan
profesionalisme guru pendidikan Islam yaitu memberikan pelatihan-
pelatian, work shop dsb. Biasanya sekolah ini mengkiblat pada sekolah
Unggulan di Takalar dengan mengundang pihak sekolah tersebut untuk
memberikan pelatihan-pelatihan atau tutor di sekolah kami. Hal ini
merupakan usaha besar kami bagaimana agar sekolah ini dapat terangkat
prestasi gurunya atau sekolahnya.36
Usaha yang dilakukan oleh para pengawas dalam rangka meningkatkan
profesionalisme guru yaitu dengan meningkatkan keprofesionalan guru sebagai
langkah yang semestinya merupakan batu pijakan bagi para guru di sekolah
tersebut untuk memperbaiki kinerjanya serta memberikan pelayanan bimbingan
yang efektif. Karena guru sebagai tenaga profesional akan mengajar siswanya
untuk mengembangkan diri lebih maju dan berfikir kritis. Sebagai tenaga
profesional guru harus menyadari konsekuensi yang disandangnya sebagai tenaga
profesional yang mana guru dihadapkan pada tantangan dimana tenaga
profesional dituntut untuk melayani kliennya dengan ramah, sabar, penuh
kepercayaan diri, bertanggung jawab, menciptakan rasa aman serta siswa selalu
merasa mendapatkan perhatian.
Penelitian tindakan kelas ini bisa dengan mengundang para guru
pendidikan agama islam untuk beberapa sekolah, atau bisa dengan melakukan
kunjungan langsung pada sekolah bersangkutan. Cara kedua juga sekaligus
36
Muh. Amir H, S.Pd., MM, Pengawas Guru PAI Kementrian Agama Takalar(Hasil
wawancara, Lokasi Kemenag Takalar, 03-09-2019).
46
menjadi bukti keseriusan pihak pengawas dalam usaha meningkatkan
profesionalitas guru pendidikan agama islam. Kunjungan ini harus dikemas dalam
bentuk paling sederhana dan kekeluargaan agar pihak sekolah khususnya guru
tidak merasa tertekan dengan kegiatan ini. Mereka sedapat mungkin diberikan
pengertian bahwa peningkatan profesionalitas ini penting untuk meningkatkan
prestasi siswa di kelas.
Apabila guru sudah profesional otomatis prestasi siswa juga akan
meningkat. Dengan asumsi bahwa guru yang mempunyai ketrampilan mengajar
yang baik akan dapat melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik pula.
Dengan keterampilan mengajar yang dimilikinya, kondisi proses belajar mengajar
dapat menjadi sangat menyenangkan. Pada kondisi seperti ini akan lebih
menguntungkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran karena siswa akan merasa
senang untuk belajar dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini akan
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Keefektifan pelaksanaan kurikulum di lapangan dan tercapainya tujuan
kurikulum sangat ditentukan oleh kemampuan pengawas dan guru dalam
memahami dan melaksanakan kurikulum secara efektif. Sehingga pelaksanaan
kurikulum yang efektif akan menunjang pencapaian prestasi belajar siswa yang
diajarnya. Hj. Khadijah, S.Ag merasa terbantu dengan aktifitas pengawasan dan
pelatihan tersebut. Guru ini mengakui cara dan metodenya dalam mengajar
semakin efektif dan cair. Para siswa juga tidak merasa bosan dan cenderung
terlibat aktif dalam proses belajar mengajar, tuturnya. Kehadiran pengawas sekali
dalam sebulan akan membuat para guru semakin percaya diri dan semakin
47
bahagia karena merasa mendapat perhatian serius dalam hal peningkatan
profesionalitas mereka.
Melalui pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan dan diselenggarakan di
MTs Muhammadiyah Salaka bagi para guru di sekolah tersebut diharapkan
mampu menjadikan pengetahuan baru bagi para guru di sekolah ini sehingga
profesionalismenya pun juga akan meningkat. Hal ini terbukti dengan fakta di
lapangan bahwa prestasi belajar guru dan siswa di MTs Muhammadiyah Salaka
ini cenderung mengalami peningkatan.
Peran profesionalisme dalam kajian di sini adalah dimaksudkan untuk
melihat bagaimana peranan ataupun kontribusi dari profesionalisme guru
pendidikan agama Islam di MTs Muhammadiyah Salaka terhadap peningkatan
prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, untuk membahasnya maka harus
melibatkan data mengenai profesionalisme guru pedidikan agama Islam
sebagaimana tersebut di atas, serta melibatkan pula data mengenai prestasi siswa
sebagaimana yang ada pada pemaparan di atas.
Dari data yang berkaitan dengan profesionalisme guru Pendidikan Agama
Islam di atas, didapat informasi bahwa secara umum guru PAI di sekolah ini dapat
digolongkan kepada guru yang profesional. Walaupun demikian tidak berarti guru
PAI di sekolah tersebut sesuai dalam segala hal dengan profil guru profesional.
Hal ini dikarenakan guru PAI di sekolah ini masih memiliki kekurangan-
kekurangan yang harus segera dibenahi. Secara langsung atau pun tidak langsung,
keberadaan guru PAI seperti yang terdeskripsikan di atas ikut memberikan
peranan penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan
48
dengan temuan data yang menggambarkan bahwa prestasi belajar siswa di sekolah
ini berpredikat baik. Secara jelas data di atas membuktikan bahwa prestasi belajar
siswa di sekolah ini baik. Ada sebuah peningkatan perihal prestasi, baik sebelum
dan sesudah penelitian. Hal ini termasuk faktor yang membuat peneliti tertarik
melakukan penelitian di sekolah ini.
Secara lebih rinci data di atas menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik
antara Pengawas dan guru PAI di sekolah ini memiliki tingkat profesionalisme
yang cukup baik. Secara keseluruhan, dari data hasil wawancara menggambarkan
bahwa pengawas maupun guru PAI di sekolah ini mempunyai kemampuan
merencanakan program perencanaan pembelajaran, kemampuan melaksanakan
proses belajar mengajar, kemampuan menggunakan alat peraga dan pemanfaatan
teknologi pembelajaran, kompetensi melaksanakan penilaian proses belajar
mengajar. Sedangkan hal yang berkaitan dengan kompetensi psikologis guru
adalah sikap disiplin dari guru dan teladan sikap guru yang berakhlak mulia, arif
dan berwibawa. Selanjutnya, berkaitan kemampuan sosial guru adalah peran aktif
guru dalam berkomunikasi dengan anak didik, kepala sekolah, teman sesama guru
dan dengan masyarakat.
C. Profesionalisme Guru PAI
Sebagaimana dijelaskan pada bab terdahulu bahwa profesionalisme guru
terdiri dari empat pilar. Artinya apabila guru tidak memenuhi keempat pilar
tersebut maka guru tersebut belum dapat atau tidak dapat disebut guru profesional,
dan sebaliknya jika guru dapat memenuhi atau sesuai dengan kriteria keempat
pilar tersebut maka dapat dengan singkat guru tersebut termasuk guru profesional.
49
Sebagaimana dijelaskan pada bab terdahulu, bahwa keempat pilar tersebut adalah
kompetensi pedagogik, kompetensi psikologik, kompetensi sosiologik, dan yang
terakhir adalah kompetensi profesional.
Berdasar pada uraian singkat di atas, maka untuk mendapatkan deskripsi
profesionalisme guru pendidikan agama Islam di MTs Muhammadiyah Salaka,
digunakan wawancara atau interview kepada guru Pendidikan Agama Islam
berdasarkan kepada keempat pilar profesionalisme guru sebagaimana tersebut di
atas. Untuk lebih sistematis, maka berikut paparan temuan data di lapangan
berdasarkan wawancara dengan guru pendidikan agama Islam.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang efektif dan
efisien. Pengajaran pada dasarnya adalah suatu proses terjadinya interaksi antara
guru dan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan yaitu kegiatan
belajar siswa dan kegiatan mengajar guru. Oleh karena itu, guru dituntut untuk
mampu atau ahli dalam hal mengelola kegiatan belajar mengajar agar tujuan
pembelajaranpun dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kompetensi pedagogik
guru di MTs Muhammadiyah Salaka maka berdasarkan teori yang telah penulis
paparkan pada bab terdahulu bahwa kompetensi pedagogik terdiri dari
kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran, kemampuan guru
dalam melaksanakan proses belajar mengajar, serta kemampuan guru
melaksanakan penilaian proses belajar mengajar. Berikut ini paparan hasil
50
penelitian mengenai kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam di MTs
Muhammadiyah Salaka.
Kemampuan Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Guru
yang baik adalah guru yang selalu berusaha sedapat mungkin agar pengajarannya
berhasil. Salah satu faktor yang bisa membawa keberhasilan itu ialah guru
tersebut senantiasa membuat persiapan mengajar sebelumnya. Para guru di MTs
Muhammadiyah Salaka senantiasa melakukan evaluasi dan koreksi pada
pembuatan RPP setiap bulannya. Evaluasi dan koreksi itu dilakukan dibawah
bimbingan pengawas bersama dengan kepala sekolah. Muh. Amir selaku
pengawas muda tingkat MTs mengatakan bahwa dia rutin datang ke sekolah
memeriksa dan mengevaluasi perangkat pembelajaran guru. Dari hasil
pengawasan beliau, terdapat temuan berupa keluhan dari para guru terkait
keadaan anak – anak yang mempunyai minat belajar yang masih kurang sehingga
membutuhkan motivasi dari guru-guru. Muh. Amir mengatakan bahwa guru
selayaknya memberikan motivasi kepada anak – anak terkait pentingnya belajar
dan masa depan mereka yang masih panjang. Selain itu, persoalan sarana dan
prasaran yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran yang belum
lengkap secara maksimal mengharuskan seorang guru menggunakan sarana atau
perangkat-perangkat sederhana yang bisa mendukung proses pembelajaran yang
efektif.
Keberhasilan guru mengelola proses belajar mengajar dapat diukur melalui
kesiapan guru merencanakan pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara
disebutkan bahwa persiapan yang dilakukan oleh guru-guru pendidikan Agama
51
Islam sebelum memulai pelajaran adalah sebagaimana yang diungkapkan Ibu
Irnawati, S.Pd yaitu:
Persiapannya seperti RPP guru harus punya, perangkat mengajar
termasuk didalamnya Silabus, RPP yang harus dibuat sebelum guru
memulai mengajar selain dari pada itu seorang guru juga harus
menguasai materi. (Wawancara Penulis dengan Ibu Irnawati Sabtu, 31-
08 – 2019/ 09.00-09.30di Ruang Kepala Sekolah)37
Hal serupa juga dilakukan oleh Ibu Sitti Rosliana Hamid, S.Pd.I yang
menyatakan bahwa:
Persiapan yang saya lakukan sebelum mengajar yaitu dengan membaca
buku-buku terkait dengan materi yang akan saya ajarkan. Saya
mengajar mata pelajaran Akidah Akhlak ya...sebelum mengajar saya
banyak membaca tentang Konsep Islam tentang Aqidah Akhlak
utamanya saya mengajar kelas VII yang dipelajari tentang Konsep
Islam terkait Aqidah pada masa Rasulullah paling tidak saya harus
menguasai materi tersebut maka terlebih dahulu saya membaca
literatur-literatur mengenai, biografi serta sejarah perihal aqidah zaman
Rasulullah.. Kemudian untuk penyampaian materinya saya
berpedoman pada RPP dan silabus yang saya buat sebelumnya untuk
rencana pembelajaran selama satu tahun. (Wawancara Penulis dengan
Ibu Sitti Rosliana Hamid pada Sabtu, 31- 08 – 2019/ 09.30-10.00 di
ruang tamu kepala sekolah).38
Ibu Hj. Khadijah,S.Ag yang mengajar Alquran Hadist mengatakan
bahwa ;
Kalau persiapan saya sebelum mengajar terlebih dahulu saya
menyusun rencana pembelajaran dengan berpedoman pada kurikulum
serta buku pelajaran. Selain dari pada itu, sebelum proses belajar
mengajar terlebih dahulu saya kondisikan anak-anak dalam situasi
yang tenang, evaluasi pelajaran yang lalu, refleksi materi pelajaran
dengan menyuruh anak untuk merangkum materi yang lalu serta
penerapan materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. (Wawancara
Penulis dengan Hj. Khadijah,S.Ag di Ruang Guru)39
37 Irmawati, S.Pdi., Guru Sejarah Kebudayaan Islam. (Hasil wawancara, Lokasi MTs.
Muhammadiyah Salaka, 31-08-2019) 38
Sitti Rosliana Hamid, S.Pdi Guru Aqidah Akhlak sekaligus Pembina Hisbul Wathan
Salaka. (Hasil wawancara,Lokasi MTs Muhammadiyah Salaka,31-08-2019) 39
Hj. Khadijah,S.Ag., Guru Quran Hadist. (Hasil wawancara, Lokasi MTs.
Muhammadiyah Salaka, 31-08-2019).
52
Membaca dan mendesain prosen belajar – mengajar adalah hal paling
penting sebagai seorang guru. Penyusunan RPP akan membantu guru
mengarahkan materi dan memanejerial waktu yang ada sehingga tidak
terbuang sia – sia. Mempersiapkan silabus pembelajaran akan memastikan
penguasaan materi yang penting dan kompetensi siswa. Hal seperti itu,
idealnya, wajib dilakukan untuk semua guru dimana pun berada. Hal itu
sekaligus sebagai ukuran profesionalitas guru bersangkutan.
Ibu Gerhanawati, S.Pd.I selaku guru mata pelajaran Bahasa Arab
mengatakan pada wawancara kemarin bahwa ;
Persiapan sebelum mengajar yaitu dengan melihat kurikulum,
menyusun silabi, membuat program tahunan, program semester,
rencana pembelajaran serta pengolahan penilaian. (Wawancara
Penulis dengan Ibu Gerhanawati pada Sabtu, 31- 08 – 2019/ 10.30-
11.00 di ruang kantor MTs. Muhammadiyah Salaka.40
Berdasarkan pernyataan guru-guru pendidikan Agama Islam tersebut
di atas jelas bahwa sebagian besar guru pendidikan agama Islam di MTs
Muhammadiyah Salaka memiliki kemampuan merencanakan pembelajaran
terbukti dari fakta di lapangan seluruh guru di MTs Muhammadiyah Salaka
khususnya guru pendidikan agama Islam menyusun rencana pembelajaran
sebelum memulai kegiatan belajar mengajar.
Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua kegiatan yang sinergi yaitu
guru mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana seharusnya
belajar melalui berbagai pengalaman belajar hingga terjadi perubahan dalam
dirinya dari aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Persoalannya adalah
40
Gerhanawati, S.Pdi., Guru Bahasa Arab. (Hasil wawancara, Lokasi MTs.
Muhammadiyah Salaka, 31-08-2019).
53
bagaimana mengaktifkan siswa agar secara sukarela tumbuh kesadaran untuk
terlibat aktif dalam proses belajar mengajar pada setiap proses pembelajaran.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Gerhanawati di atas, bahwa
seorang guru sebelum memulai proses belajar mengajar terlebih dahulu harus
menguasai skenario pembelajaran yang tersusun dalam rancangan Silabus,
RPP, Prota, Promes dan Pengolahan Penilaian.
Kemampuan merencanakan pembelajaran sangat dibutuhkan bagi
seorang guru yang berfungsi untuk:
a. Memberikan pemahaman lebih jelas tentang tujuan pendidikan sekolah
dan hubungannya dengan pengajaran yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan itu.
b. Membantu guru mengenal kebutuhan-kebutuhan peserta didik, minat
peserta didik dan mendorong motivasi belajar.
c. Mengurangi kegiatan yang bersifat trial and error dalam mengajar
karena pembelajaran sudah terstruktur dan terencana.
d. Memberikan kesempatan bagi guru untuk memajukan pribadinya dan
perkembangan profesionalnya.41
Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar Mengajar harus menjadi
catatan penting bagi semua guru pendidikan agama Islam. Kemampuan guru
dalam melaksanakan proses belajar mengajar terkadung dalam kemampuan
menciptakan pembelajaran efektif, kemampuan menggunakan alat peraga
dalam kegiatan belajar mengajar, kemampuan menggunakan metode yang
bervariasi, kemampuan mengambil tindak lanjut, kemampuan berkomunikasi
serta kemampuan mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
Kemampuan Melaksanakan Proses Belajar Mengajar senantiasa
dihadirkan pada setiap pertemuan di MTs Muhammadiyah Salaka. Berikut ini
41
Rusman. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. H.50
54
data hasil wawancara penulis dengan guru pendidikan agama Islam terkait
dengan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar terkait
dengan ketrampilan membuka dan menutup pelajaran. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ibu Irmawati Dg Tanang bahwa:
„‟Bisanya kalau ngajar itu sebelum saya menjelaskan materi terlebih
dahulu saya mengkondisikan mental dan menarik perhatian siswa pada
materi yang akan dipelajari misalnya dengan menceritakan kejadian
aktual atau yang relevan dengan isi dan indikator kompetensi yang
akan dipelajari siswa. Setelah crita kemudian siswa saya beri
pertanyaan yang terkait dengan crita yang saya berikan. Tapi
yaa...critanya gak boleh lama-lama nanti anak malah gak jadi belajar.
Pokoknya cerita sekedarnya saja supaya anak tertarik untuk belajar.
Biasanya dalam pembelajaran itu anak susah membaca maka anak
diberi pertanyaan yang ada hubungannya dengan kompetensi yang
akan dicapai yang materinya terdapat di dalam buku mata pelajaran
dan LKS. Sedang pada akhir pelajaran saya mengemukakan kembali
pokok-pokok pelajaran supaya siswa memperoleh gambaran utuh
tentang pokok-pokok materi dan hasil belajar yang telah dipelajari.
Istilahnya siswa diberi penguatan materi. (Wawancara Penulis dengan
Ibu Irmawati Dg. Tanang pada Selasa, 03- 09 – 2019/ 13.00-13.30 di
Ruang Kepala Sekolah).42
Komponen ketrampilan guru mengelola pembelajaran tidak terlepas
usaha guru menciptakan suasana sikap mental dan menimbulkan perhatian
siswa agar terarah pada hal-hal yang akan dipelajari. Dalam usaha menarik
perhatian dan memotivasi siswa guru sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu
Irmawati pada pernyataannya di atas yaitu dengan memberikan cerita terkait
dengan materi yang akan di pelajari. Guru yang memiliki improvisasi metode
pembelajaran yang relevan akan dapat menarik perhatian dan motivasi belajar
siswa.
42
Irmawati Dg Tanang, Guru Sejarah Kebudayaan Islam. (Hasil wawancara, Lokasi MTs.
Muhammadiyah Salaka, 03-09-2019).
55
Berdasarkan pernyataan Ibu Irmawati di atas bahwa pola interaksi
yang dilakukan ketika menjelaskan pelajaran bukan interaksi monoton akan
tetapi guru juga melibat aktifkan siswa. Membuat siswa terlibat secara aktif
akan membuat kepercayaan diri siswa meningkat dan semakin kuat. Hal itu
sekaligus membuat mereka dihargai dan dianggap hadir sebagai individu
dalam ruang proses belajar mengajar. Kehadiran mereka akan semakin
menguatkan kesadaran mereka bahwa mereka adalah seorang siswa
pembelajar.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Ibu Hardiyanti, S.Pd.I ketika proses
wawancara di MTs Muhammadiyah Salaka :
Biasanya kalau menjelaskan pelajaran itu saya bukan ceramah saja dari
awal sampai akhir pelajaran dimana guru menerangkan-siswa
mendengarkan atau guru bertanya murid menjawab biasanya tidak bisa
memikat perhatian siswa untuk waktu yang lama, akan tetapi saya
menjelaskan materi kemudian menanyakan materi kepada siswa
kemudian siswa langsung jawab atau biasanya siswa saya beri
pertanyaaan atau permasalahan untuk dipecahkan kemudian siswa
mengadakan diskusi kecil (power two) biasanya siswa lebih tertarik
kalau saya suruh siswa memecahkan masalah dengan belajar
berkelompok. Saya cuma ngawasi siswa belajar setelah itu ya...siswa
saya suruh presentasi hasil kerjanya dan ditanggapi oleh siswa yang
lain. (Wawancara Penulis dengan Ibu Hardiyanti pada Selas 03
September Jam 13.30 – 14. 00 di Ruang Guru).43
Ketika guru menerangkan materi diperlukan keahlian dalam
menciptakan suasana belajar siswa secara aktif yaitu dengan pola interaksi
yang bervariasi dan pemilihan metode yang tepat yang menarik perhatian
siswa. Penggunaan metode ini juga mempertimbangkan suasana dan waktu.
Ketika suasana masih pagi, para siswa biasanya masih segar dalam menerima
43
Hardiyanti, S.Pd.I, Guru Aqidah Akhlak (Hasil wawancara, Lokasi MTs.
Muhammadiyah Salaka, 03-09-2019).
56
materi dibandingkan siang hari pada waktu itu, para guru memilih metode
yang tepat dalam membangun suasana belajar. Hal ini menjadi kebiasaan dan
pengetahuan umum di MTs Muhammadiyah Salaka.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Ibu Hardiyanti bahwa untuk
menerangkan pelajaran guru harus menyesuaikan dengan materi, susasana,
dan kondisi siswa ketika mengajar. Guru yang sering dipanggil Ibu Yanti ini
mengatakannya demikian ketika peneliti berada di ruang guru ;
Hal yang sama juga dinyatakan oleh Ibu Rosliana Hamid bahwa kalau
jadi guru itu ya...bukan cuma menggunakan satu metode saja dalam
mengajar tapi bervariasi disesuaikan dengan materi yang akan
diajarkan seperti halnya mata pelajaran yang saya ampu adalah Aqidah
Akhlak, jadi pembelajaranya titik tekannya bukan saja pada penjelasan
teori akan tetapi realisasi atau praktek agama kaitannya dengan
masalah-masalah amaliyah seperti sedekah, zakat, berbuat baik dan
saling tolong menolong. Sehingga dalam pembelajarannya saya
langsung pada penerapan bukan sekedar pemberian teori. Seperti
halnya materi , anak-anak langsung saya suruh praktek. Karena bagi
saya metode demonstrasi cukup efektif membuat siswa benar-benar
paham pelajaran. (Wawancara Penulis dengan Ibu Rosliana Hamid
pada Sabtu 31 – 08 – 2019 Jam 11.05 di Ruang Guru).44
Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas
kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.
Apa yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam di MTs
Muhammadiyah Salaka memberikan gambaran kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran dengan kemampuan mengelola pembelajaran dengan
pola interaksi belajar dan metode pembelajaran yang bervariasi yang bertujuan
untuk menciptakan pembelajaran efektif dan menyenangkan.
44
Sitti Rosliana Hamid, S.Pdi Guru Aqidah Akhlak sekaligus Pembina Hisbul Wathan
Salaka. (Hasil wawancara,Lokasi MTs Muhammadiyah Salaka,31-08-2019)
57
Kemampuan Menggunakan Alat Peraga dan Pemanfaatan Teknologi
Pembelajaran. Abad 21 merupakan abad pengetahuan sekaligus merupakan
abad informasi dan teknologi, karena canggihnya penggunaan pengetahuan,
informasi dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan yang menimbulkan
persaingan hidup yang sangat ketat siapa yang menguasai pengetahuan,
teknologi dan informasi maka dialah yang akan menguasai hidup secara
survival. Teknologi merupakan sesuatu yang akan melekat dikehidupan sehari
– hari, termasuk dalam aktivitas belajar mengajar.
Oleh karena itu, sudah sewajarnyalah guru dituntut untuk memiliki
kompetensi dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran terutama internet (e-
learning) agar guru mampu memanfaatkan berbagai pengetahuan, teknologi
dan informasi dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar dan membentuk
kompetensi peserta didik. Meskipun pada penerapannya, para guru masih
belum maksimal dalam melakukan integrasi keilmuan, namun hal itu justru
menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah khususnya kementerian agama.
Berkaitan dengan hal tersebut maka berdasarkan hasil wawancara
penulis dengan beberapa guru pendidikan agama Islam di MTs
Muhammadiyah Salaka, mereka mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran
guru jarang sekali menggunakan fasilitas teknologi pembelajaran seperti
halnya internet, komputer, video recorder, LCD proyektor dan sebagainya.
Hal ini dikarenakan beberapa mata pelajaran tidak terkait sama sekali dengan
teknologi, misalnya pendidikan agama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Ibu Rosliana Hamid yaitu:
58
Kalau mengajar saya tidak pernah menggunakan media atau alat yang
ada hubungannya dengan teknologi informasi karena bagi saya materi
yang saya ajarkan itukan materi pendidikan agama Islam yang lebih
menekankan pada pemahaman agama secara teoritis jadi tidak ada
sangkut pautnya kalau saya menggunakan komputer, LCD atau apapun
itu. (Wawancara Penulis dengan Ibu Rosliana Hamid pada Sabtu 31 –
08 – 2019 Jam 11.05 di Ruang Guru)45
Sebagai seorang tenaga pengajar hendaknya guru mampu secara
inovatif dan kontekstual mengembangkan pembelajarannya seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agama, bagaimanapun tidak
bisa memisahkan diri agama. Kedepan, agama dan teknologi harus bersinergi
mendukung kelangsungan hidup manusia, khususnya dibidang pendidikan.
Berdasarkan pernyataan Ibu Ros di atas menunjukkan bahwa guru pendidikan
Agama Islam belum secara maksimal memanfaatkan teknologi sebagai media
pembelajaran. Padahal sekolah tersebut memberikan fasilitas yang mendukung
seperti halnya Labolatorium Komputer, Perpustakaan dan multi media yang
dilengkapi TV dan VCD player, kaset, video recorder dan LCD proyektor
yang diharapkan mampu menunjang proses belajar mengajar. Fasilitas yang
tersedia tersebut ditekankan pada peningkatan sumber- sumber belajar. Seperti
halnya untuk pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam di mana siswa bukan saja
mendapatkan materi dari apa yang dijelaskan oleh guru akan tetapi untuk lebih
menarik dan memahamkan siswa alangkah baiknya apabila guru Pendidikan
Agama Islam mampu menggunakan media audio visual di mana siswa dapat
belajar dengan guru mengetelkan VCD yang terkait dengan kisah-kisah atau
45
Sitti Rosliana Hamid, S.Pdi Guru Aqidah Akhlak sekaligus Pembina Hisbul Wathan
Salaka. (Hasil wawancara,Lokasi MTs Muhammadiyah Salaka,31-08-2019)
59
sejarah kebudayaan Islam. Akan tetapi hal ini tidak pernah dilakukan oleh
guru pendidikan Islam khususnya guru mata pelajaran SKI.
Selaian penggunaan alat peraga yang bervariasi, menguji merupakan
bagian terpenting dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dilakukan oleh
seorang guru untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal, kecakapan siswa
dan program pengajaran. Evaluasi dapat dilakukan pada awal pelajaran untuk
mengetahui sejauhmana tingkat pengetahuan siswa dan ujian akhir dari proses
pembelajaran yaitu untuk mengetahui gambaran kecakapan penyerapan dari
suatu penyajian yang telah dilaksanakan pada akhir pelajaran.
Evaluasi yang dilakukan berguna untuk melihat perubahan kecakapan
dalam tingkat pengetahuan, kemahiran dalam ketrampilan serta perubahan
sikap dalam satu unit pembelajaran atau dalam program pembelajaran yang
telah dilakukan. Oleh karena itu sebagai guru dituntut untuk lihai dalam
melakukan evaluasi pembelajaran
Model evaluasi yang dilakuan oleh Guru Pendidikan Agama Islam di
MTs Muhammadiyah Salaka sebagaimana yang disampaikan oleh Irmawati
bahwa bentuk penilaian yang biasanya dilakukan yaitu melihat sikap anak
melalui proses belajar mengajar, bagaimana sikap anak pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam apakah anak itu senang atau tidak. Dalam hal ini
dapat diketahui melalui penugasan yang biasanya dilakukan ketika guru
melakukan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran menerapkan penilaian
melalui 3 cara yaitu:
60
Pertama melalui portopolio yaitu anak disuruh mengejakan tugas yang
terdapat dalam LKS dan dalam pengerjaan LKS guru tidak membatasi waktu
dan halamannya, semakin cepat dan banyak anak mengerjakan soal LKS maka
semakin banyak nilai yang anak tersebut dapatkan. Jadi dalam hal ini yang
dinilai adalah gairah anak dalam belajar kalau anak semangat mengerjakan
tugas berarti anak tersebut antusias belajar. Makanya guru memberi
penghargaan dengan nilai bagi anak yang mempunyai antusias tinggi dalam
mengerjakan tugas.Kedua adalah melalui tugas Pekerjaan Rumah yang mana
soal-soalnya diambil dari materi-materi yang sudah dijelaskan
sebelumnya.Ketiga melalui tes, baik itu tes wawancara atau tanya jawab
langsung setelah mata pelajaran selesai atau tes tertulis yang dilaksanakan
setiap habis bab melalui soal yang berbentuk pilihan ganda dan uraian, dan
diakhiri dengan ulangan akhir bersama pada akhir semester.
Setelah mengetahui hasil dari evaluasi maka langkah selanjutnya yang
dilakukan adalah tindak lanjut bagi siswa yang nilainya mencapai standar
kompetensi maka diberikan program pengayaan materi sedang siswa yang
nilai belajarnya kurang diberikan program remidial yaitu dengan mengulang
kembali materi yang telah diajarkan sampai siswa benar-benar paham
kemudian diadakan tes lisan.
Penilaian yang dilakukan oleh guru pendidikan Agama Islam
menunjukkan bahwa guru pendidikan agama Islam di MTs Muhammadiyah
Salaka mampu melakukan penilaan atau evaluasi, yang dilakukan baik itu
evaluasi berbentuk tes formatif yaitu setiap guru selesai menyelesaikan satu
61
pokok bahasan atau setiap selesai menjelaskan materi dan evaluasi pada akhir
semester. Selain dari pada itu, guru pendidikan Agama Islam juga melakukan
program pengayaan dan remidial. Hal ini untuk mamastikan materi
tersampaikan atau diterima serta dipahami oleh siswa.
Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat
berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena
manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh
pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Semua itu menunjukkan
bahwa kompetensi personal atau kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh
peserta didik dalam proses pembentukan pribadinya.
Setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang
memadai. Dalam hal ini, guru tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai
pembelajaran tetapi yang paling penting adalah bagaimana menjadikan
pembelajaran sebagai ajang pembentukan pribadinya. Untuk kepentingan
tersebut dalam bagian ini dibahas tentang gambaran kompetensi kepribadian
guru pendidikan Agama Islam di MTs Muhammadiyah Salaka yang berkaitan
dengan kompetensi kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, disiplin, arif dan
berwibawa serta berakhlak mulia.
1) Disiplin
Sehubungan dengan kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh
guru pendidikan agama Islam di MTs Muhammadiyah Salaka adalah usaha
dari para guru dalam membimbing dan mengarahkan perilaku peserta didik
62
ke arah yang positif dan menunjang pembelajaran. Sebagai contoh guru
selalu memperlihatkan perilaku disiplin yang baik dengan datang ke
sekolah tepat waktu, apabila waktunya bel masuk kelas guru langsung
bersegera datang ke kelas sebelum para siswanya datang, karena
bagaimana peserta didik akan disiplin kalau gurunya tidak menunjukkan
siap disiplin (self-discipline). Sikap disiplin dari para guru diharapkan
menjadi teladan bagi peserta didik untuk meniru perilaku disiplin guru
yang baik. Selain dari pada itu, guru selalu mengawasi seluruh perilaku
peserta didik terutama pada jam-jam efektif sekolah, sehingga kalau terjadi
pelanggaran terhadap disiplin dapat diatasi misalnya anak terlambat datang
ke sekolah, anak di tengah-tengah pelajaran membolos, serta menghadapi
anak yang nakal.
Berdasarkan hasil observasi penulis di lapangan, bahwa sekolah ini
berusaha untuk senantiasa menanamkan pola kedispilinan yang didukung
oleh seluruh komponen sekolah. Seperti contohnya sekolah ini
mengadakan kegiatan wajib yang diikuti oleh seluruh komponen sekolah
yaitu upacara bendera, sholat dhuha dan dhuhur berjama‟ah, tadarus Al-
Qur‟an serta sholat jum‟at berjamaah sedang bagi siswi-siswi diadakan
kajian keputrian. Kegiatan semacam ini bukan saja diperuntukkan bagi
siswa-siswi tetapi para guru juga harus peran serta mengikutinya. Kegiatan
sholat dhuha, upacara bendera serta tadarus Al-Qur‟an dilaksanakan pada
jam ke pertama sebelum pelajaran di mulai, sehingga hal ini mengharuskan
bagi para guru untuk senantiasa datang tepat waktu ke sekolah.
63
Pembiasaan seperti inilah yang membentuk kepribadian dari para guru di
MTs Muhammadiyah untuk senantiasa disiplin dalam segala hal, baik itu
yang berkaitan dengan ketepatan waktu atau disiplin dalam melaksanakan
tugas mengajar.
Pola kedisiplinan para guru pendidikan agama Islam tidak terlepas
dari peran serta kepala sekolah Ibu Wanti Dewa Yani Dg. Kanangdimana
dalam kepemimpinanya beliau sangat aktif mendisiplinkan guru-guru.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Hardiyanti bahwa:
Kedisiplinan dari para guru di sekolah ini tidak terlepas dari peran
serta kepala sekolah dalam mendisiplinkan guru. Beliau sangat
aktif dan selalu mendorong para guru agar senantiasa disiplin tetapi
kepala sekolah juga memberi contoh tiap kali masuk pagi beliau
selalu datang lebih awal, keliling ke tiap kelas untuk mengecek
guru yang belum masuk, apabila ada guru yang belum datang
langsung ditelpon. Selain daripada itu kepala sekolah
memberlakukan peraturan bagi seluruh guru untuk bertanggung
jawab pada tugas mengajarnya. Apabila berhalangan hadir harus
izin langsung kepada kepala sekolah dan memberikan tugas kepada
siswanya. Dan Alhamdulillah semua guru disini jarang sekali izin
kecuali ada keperluan yang mendesak sehingga tidak pernah ada
kelas yang kosong.46
Berdasarkan pernyataan Ibu Herdiyanti tersebut menjelaskan
bahwa sekolah ini berusaha menegakkan pola kedisiplinan yang
terintegrasi di mana guru harus mampu mengendalikan, mengembangkan
dan mempertahankan peraturan dan tata tertib sekolah. Guru yang
memiliki kepribadian yang baik yaitu guru yang senantiasa patuh dan taat
pada peraturan yang telah ditetapkan serta bertanggungjawab pada tugas
46
Hardiyanti, S.Pd.I, Guru Aqidah Akhlak (Hasil wawancara, Lokasi MTs.
Muhammadiyah Salaka, 03-09-2019).
64
yang telah diembannya sehingga tidak pernah membiarkan anak didiknya
terbengkalai karena ketidak-hadiran guru di kelas.
Sebagaimana yang telah penulis sebutkan di atas, bahwa guru-guru
di MTs Muhammadiyah Salaka berupaya untuk menjadi teladan yang baik
bagi para siswanya terbukti dari pola kedispilinan para guru saat masuk
kelas, apabila sudah waktunya bel berbunyi guru yang bertugas mengajar
memberi contoh dengan bersegera datang ke kelas sebelum siswa-siswinya
masuk kelas.
2) Berakhlak Mulia, Arif, dan Berwibawa
Kedisiplinan yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam di
MTs Muhammadiyah Salaka memberikan indikasi yang kuat bahwa guru
di sekolah ini mencoba memberikan teladan kepada seluruh anak didiknya
lewat sikap, perilaku, serta tutur kata yang baik. Sikap guru yang demikian
mencerminkan akhlak yang mulia yang mencerminkan kepribadian
seorang pendidik yang patut digugu dan ditiru. Digugu maksudnya bahwa
pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan
dan pola hidupnya ditiru dan diteladani.
Sehubungan dengan hal demikian maka sikap guru hendaklah
terbuka menerima kritik, perbedaan pendapat serta adil dan tidak
diskriminatif. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Ros terkait dengan
sikap guru ketika menghadapi kritik atau perbedaan pendapat beliau
mengatakan bahwa:
Saya bersikap terbuka kepada siapapun yang mengkritik saya baik
itu dari anak didik maupun dari rekan kerja asalkan disampaikan
65
dengan cara yang baik. Sedang kalau perbedaan pendapat itu wajar
terjadi dalam setiap pergaulan manusia sehingga kalau saya
menghadapi perbedaan pendapat ya...legowo, menerima, bersikap
netral dan mencoba untuk menjadi pendengar yang baik bagi orang
lain. Demikian juga ketika saya menghadapi anak-anak saya
berusaha bersikap adil tidak membeda- bedakan dalam perlakuan
dalam maupun penilaiaan semua saya perlakukan sama secara
proporsional. (Wawancara Penulis dengan Rosliana Hamid Sabtu,
31- 08 – 2019/ 09.30-10.00 di Ruang Guru).47
Pernyataan di atas menggambarkan figur seorang guru senantiasa
berusaha untuk menjadi suri tauladan yang sehingga guru tidak hanya
mentransferkan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Guru juga
menjadi pelopor untuk menciptakan orang-orang yang berbudaya, berbudi
dan bermoral lewat sikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab
serta fleksibelitas kognitif (keluwesan ranah cipta) yang merupakan
kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan yang
memadai dalam situasi tertentu. Dan hal demikian telah menjadi budaya di
lingkungan MTs Muhammadiyah Salaka.
Dilihat dari peran guru di kelas, mereka berperan sebagai seorang
komunikator yang mengkomunikasikan materi dalam bentuk verbal
maupun non- verbal. Pesan yang akan dikomunikasikan hendaknya
dikemas sedemikian rupa sehingga mudah dipahami, dimengerti,
dipelajari, dicerna dan diaplikasikan para siswa. Oleh karena itu, menuntut
kemampuan dan kelihaian guru dalam berkomunikasi dengan siswa.
Komunikasi antara guru dan siswa tidak terbatas di dalam kelas semata
tetapi juga di luar kelas. Sosial media, dalam hal ini teknologi, adalah
47
Sitti Rosliana Hamid, S.Pdi Guru Aqidah Akhlak sekaligus Pembina Hisbul Wathan
Salaka. (Hasil Wawancara,Lokasi MTs Muhammadiyah Salaka,31-08-2019)
66
ruang yang paling bebas dan mudah bagi para guru berinteraksi dengan
siswa. Sebagai seorang guru, hendaknya ikut menggunakan hal itu
semaksimal mungkin dan penuh dengan hal positif.
Sehubungan dengan hal tersebut sebagaimana penulis temukan di
lapangan bahwa guru pendidikan agama Islam dalam hal komunikasi
dengan siswa masih terbatas pada hubungan guru dengan murid yaitu
komunikasi pembelajaran yang hanya dilakukan di kelas saja sedang untuk
komunikasi secara interpersonal masih belum dilaksanakan secara intensif.
Bentuk komunikasi siswa dengan guru di luar kelas yaitu apabila ada
siswa yang mengalami kesulitan memahami materi maka guru terbuka
apabila anak membutuhkan pendalaman materi secara khusus.
3) Berkemampuan komunikasi dengan kepala sekolah
Bentuk komunikasi guru di MTs Muhammadiyah Salaka dengan
kepala sekolah adalah bentuk komunikasi instruksional yaitu hubungan
kerja antara atasan dengan bawahan terkait dengan kebijakan, perencanaan
program sekolah, evaluasi serta pengembangan kualitas dan kuantitas
pembelajaran.
Sebagaimana yang peneliti temukan di lapangan bahwa kepala
sekolah MTs Muhammadiyah Salaka sangat aktif dalam menertibkan para
guru, hal ini tidak terlepas dari kemampuan komunikasi yang baik dari
kedua belah pihak yaitu pihak kepala sekolah dan pihak guru.
Bentuk kerjasama antara guru dengan kepala sekolah adalah kepala
sekolah mengadakan program pertemuan seluruh guru dan pegawai yang
67
diadakan seminggu sekali setiap hari Rabu setelah jam pelajaran sekolah
usai, di mana pada rapat tersebut dibahas mengenai berbagai hal yang
berkaitan dengan permasalahan sekolah baik yang meliputi evaluasi,
perencanaan program sekolah serta peningkatan kualitas pembelajaran
yaitu dengan meningkatkan kualitas kompetensi guru melalui pelatihan
pembuatan silabus, pelatihan pembuatan rencana pembelajaran, pelatihan
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, serta Musyawarah Guru Mata
Pelajaran dan sebagainya.
Dalam hal ini kepala sekolah berperan mengawasi setiap kinerja
dari masing-masing guru dan pegawai, memotivasi keaktifan guru serta
mengadakan evaluasi kerja yaitu dalam rapat yang diadakan setiap satu
bulan sekali di mana pada rapat tersebut diadakan sharing (tukar pendapat)
mengenai permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru untuk kemudian
dipecahkan bersama solusinya.
Jadi dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh guru di MTs
Muhammadiyah Salaka khususnya guru pendidikan Agama Islam adalah
komunikasi secara instruksional terkait dengan hubungan kerja dan tugas
antara atasan dengan bawahan. Kemampuan yang dimiliki oleh guru
pendidikan agama Islam di MTs Salaka dalam berkomunikasi tergambar
melalui kemampuan guru dalam menyampaikan gagasan, ide atau
pendapat berkaitan dengan pengembangan program sekolah. Hal ini
terpantau saat wawancara dilakukan. Para guru sangat antusias dan tertarik
menjelaskan pengalaman mereka kepada peneliti.
68
4) Kemampuan berkomunikasi dengan teman sesama guru
Sebagaimana disebutkan dalam kode etik guru ayat 7 bahwa guru
;memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial. Ini berarti bahwa guru hendaknya menciptakan
dan memelihara hubungan sesama guru dalam lingkungan kerjanya dan
guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya.
Dalam hal ini kode etik guru di Indonesia menunjukkan kepada kita
betapa pentingnya hubungan yang harmonis perlu diciptakan dengan
mewujudkan perasaan bersaudara yang mendalam antara sesama anggota
profesi. Hubungan sesama anggota profesi dapat dilihat dari segi
hubungan formal dan hubungan kekeluargaan.
Guru dituntut memiliki keahlian profesi dalam hal penguasaan
materi pengetahuan yang terukur dan teruji sesuai fungsi perannya,
mengajar dan mengembangkan bahan ajar, serta mengaplikasikan ilmu
pengetahuan dalam dinamika kehidupan yang nyata.
Berkaitan dengan kemampuan guru dalam menguasai bidang studi
yang diajarkan tidak terlepas dari latar belakang pendidikan guru yang
mensyaratkanbahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik dan latar
belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.
Berdasarkan data dokumentasi yang penulis dapatkan di lapangan
bahwa ada guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang
pendidikan yang telah dikuasainya. Sebagai contohnya Irnawati Dg.
69
Tanang sebagai guru lulusan Ekonomi tetapi mendapatkan tugas mengajar
mata pelajaran Aqidah dan Bahasa Agama. Beliau mengungkapkan
bahwa:
Kalau berbicara mengenai kesesuaiaan bidang tugas dengan latar
belakang pendidikan saya maka sangat tidak sesuai sehingga
menjadikan saya kurang mampu menguasai mata pelajaran yang
saya ampu secara menyeluruh sehingga terkadang saya bertanya
pada teman-teman sesama guru apabila saya mendapatkan istilah-
istilah atau materi yang belum saya kuasai. Wawancara Penulis
dengan Ibu Dg. Tanang pada Selasa, 03- 09 – 2019/ jam 08.30 di
Ruang Kepala Sekolah).48
Hal demikian tentu saja tidak ideal bagi seorang tenaga pendidik
karena tenaga pendidik dituntut untuk menguasai materi pembelajaran
secara menyeluruh dan ini tidak terlepas dari latar belakang pendidikan
yang sesuai dengan bidang tugas. Pengetahuan dan ketrampilan diperlukan
dalam suatu profesi oleh karena itu untuk menjadi profesional maka guru
membutuhkan pengetahuan teoritis yang dipelajari semenjak dari awal
jenjang pendidikan program profesional dan pelatihan ketrampilan untuk
menunjang pengetahuan secara aplikatif. Sehingga untuk menjadi guru
yang profesional haruslah sesuai antara bidang studi yang dikuasai dengan
bidang tugas yang diampu.
Keterampilan dalam pekerjaan profesi sangat didukung oleh teori
yang telah dipelajarinya. Jadi seorang profesional dituntut membaca dan
mendalami teori tentang profesi yang digelutinya. Penerapan lapangan
tidak akan mencapai hasil maksimal apabila dilakukan dengan meraba-
48
Irmawati Dg Tanang, Guru Sejarah Kebudayaan Islam. (Hasil Wawancara, Lokasi
MTs. Muhammadiyah Salaka, 03-09-2019).
70
raba dan mencoba-coba akan tetapi suatu penerapan harus memiliki
pedoman teoritis. Di sinilah letak perbedaan pekerjaan profesional dengan
non-profesional. Profesional mengandalkan teori, praktek dan
pengalaman, sedangkan non-profesional hanya berdasarkan praktik
pengalaman.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam meningkatkan
profesionalisme Guru PAI
Mengenai faktor yang menghambat profesionalisme Guru Pendidikan
Agama Islam di MTs Muhammadiyah Salaka selaku Kepala Sekolah mengatakan
bahwa:
Kalau faktor yang menghambat guru tidak profesional dalam menjalankan
tugas mengajarnya di sekolah ini adalah ada sebagian guru yang
kehadirannya tidak full time di MTs Muhammadiyah Salaka, ada sebagian
guru yang hadir di sekolah hanya untuk mengajar saja setelah jam
mengajar selesai maka guru tersebut langsung pulang, selain dari pada itu
ada guru yang mempunyai pekerjaan sampingan disebakan gaji sebagai
guru honorer tidak mencukupi menjadi faktor penurunan kerja.
(Wawancara penulis dengan kepala sekolah MTs Muhammadyah Salaka
pada 28 Agustus 2019)49
Berdasarkan pernyataan di atas, terang bahwa faktor utama yang
menghambat profesionalisme guru dalam menjalankan tugas mengajar peran
serta guru yang tidak full time di sekolah serta penurunan kinerja guru karena
faktor gaji atau pendapatan sebagai honorer. Hal demikian itu semestinya bukan
merupakan suatu alasan bagi seorang guru untuk tidak berperilaku secara
profesional terlebih dalam proses pembelajaran karena guru adalah merupakan
49
Wanti Dewayani, SE., Kepala Sekolah. (Hasil Wawancara, Lokasi MTs.
Muhammadiyah Salaka, 03-09-2019).
71
tenaga pendidik yang dituntut secara moral mampu bertanggung jawab terhadap
berhasilnya pendidikan. Walaupun tugas guru tidak 100% waktunya mengajar
namun pekerjaan mengajar adalah pekerjaan utama dan perlu dilaksanakan secara
profesional.
Tujuan yang hendak dicapai seorang yang profesional adalah tujuan yang
jelas dan transparan. Melakukan prosedur, mekanisme yang tepat akurat sehingga
hasil suatu pekerjaan kelak dicapai dengan penuh kepuasan. Namun berdasarkan
pengamatan peneliti, hal tersebut masih belum maksimal dilakukan oleh
sebagaian guru. Kesadaran akan perannya sebagai seorang guru belum
sepenuhnya hadir dalam diri mereka. Sikap apa adanya pada pekerjaan akan
membuat proses belajar mengajar tidak maksimal. Pada akhirnya, para siswa
yang akan dirugikan.
Bagaimana mungkin seorang guru bisa menjadi profesional kalau pada
kenyataanya guru tidak secara maksimal menjalankan tugas mengajarnya.
Sebagaimana peneliti temukan di lapangan bahwa ada sebagian guru di MTs
Muhammadiyah Salaka yang belum menekuni profesinya secara utuh. Hal ini
disebabkan oleh sebagian guru yang bekerja di luar jam kerjanya sehingga tidak
secara maksimal berada di sekolah. Guru hanya hadir untuk menyelesaikan tugas
mengajarnya saja padahal guru yang profesional bukan hanya guru yang hadir ke
sekolah semata-mata untuk menyelesaikan tugasnya mengajar akan tetapi, guru
juga dituntut secara maksimal mampu memahami peserta didik karena hal ini
akan melandasi pola pikir dan budaya kerja guru serta loyalitasnya terhadap
profesi pendidikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Wanti Dewa Yani :
72
Kalau faktor yang menghambat guru tidak profesional dalam menjalankan
tugasnya adalah karena kurangnya kesadaran (sumber daya manusia)
dalam individu guru itu sendiri padahal sebagai guru sudah semestinya
guru itu paham bahwa seharusnya tertuntut untuk profesional dalam
bekerja sehingga kalau ada guru yang kurang profesional dalam mengajar
maka akan mempunyai pengaruh besar terhadap guru lain, sehingga dapat
menghambat kinerja guru lain. Selain dari pada itu, faktor ekstern yang
menghambat adalah ada sebagian guru yang nyabang (mengajar di tempat
lain) yang mana dengan keadaan yang seperti inilah yang mengurangi
keprofesional guru dalam menjalankan tugasnya. (Wawancara penulis
dengan Kepala Sekolah pada 28 Agustus 2019)50
Untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut memiliki minimal lima
hal sebagai berikut:
a. Mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya
b. Menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran yang diajarkannya
serta cara mengajarnya kepada peserta didik
c. Bertaggungjawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai
cara evaluasi
d. Mampu berfikir sistematis tentag apa yang dlakukannya dan belajar dari
pengalamannya
e. Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan
profesinya.
Oleh karena itu, untuk memenuhi persayaratan guru yang profesional
hendaklah seorang guru mampu secara maksimal menjalankan tugas
keprofesionalannya. Bagaimana mungkin seorang guru dikatakan profesional
apabila guru belum maksimal mendampingi peserta didik, guru hanya hadir untuk
50
Wanti Dewayani, SE., Kepala Sekolah. (Hasil Wawancara, Lokasi MTs.
Muhammadiyah Salaka, 03-09-2019).
73
menyelesaikan tugas mengajarnya sedang pemahaman, pembinaan dan bimbingan
terhadap peserta didik kurang dilaksanakan sepenuhnya oleh guru. Pembelajaran
akan secara mudah dilaksanakan oleh kedua belah pihak (pendidik dan peserta
didik) apabila ada rasa saling memahami satu sama lain dan untuk mencapai
kesepahaman guru dituntut loyal terhadap tugas pendidikannya.
Sebagaimana faktor penghambat, ada beberapa hal yang juga mendukung
peningkatan profesionalisme guru PAI dalam menjalankan tugasnya sehari – hari
sebagai seorang guru.
Guru adalah tenaga pendidik yang mempunyai peran penting dalam
pendidikan khususnya hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
Mengajar adalah kemampuan profesional, karena mengajar tidak hanya
membutuhkan pengembangan bakat mendidik, melainkan kegiatan yang harus
ditunjang dan dilengkapi dengan kemampuan-kemampuan lain seperti
kemampuan memilih dan menggunakan metode pengajaran yang efektif dan tepat.
Mengajar adalah rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid
agar dapat menerima, menggapai, menguasai dan mengembangkan bahan
pelajaran itu.
Guru yang profesional adalah guru yang mampu menciptakan lingkungan
belajar yang efektif dengan didukung sarana prasarana yang memadai serta
kemampuan guru menggunakan media pendidikan yang tersedia di sekolah atau
merancangkan media yang belum ada, gunanya adalah mempermudahkan siswa
memahami, mengetahui dan menerapkan teori yang diajarkan kepadanya. Materi
pokok yang dipaparkan kepada siswa tidak sekedar teori-teori dalam ranah
74
pengetahuan dan pemahaman akan tetapi, guru harus mengkomunikasikan dalam
ranah aplikasi.
Berkaitan dengan hal ini maka faktor pendukung profesionalisme Guru
Pendidikan Agama Islam di MTs Muhammadiyah Salaka adalah sekolah ini
berusaha memberikan fasilitas yang menunjang. Hal itu sebagaimana yang
ditegaskan oleh Kepala Madrasah ini, Ibu Dewayani Dg. Kanang, S.Pd. yang
menyatakan bahwa:
“Guru Pendidikan Agama Islam adalah tenaga pendidik yang mempunyai
peranan sangat signifikan khususnya dalam pembentukan akhlak dan
moral siswa. Oleh karena itu, dibutuhkan guru yang benar-benar memiliki
keahlian dan kemampuan profesional dalam mengelola pembelajaran.
Dalam hal ini MTs Salaka berusaha memberikan sarana prasarana yang
menunjang profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam seperti halnya
penyediaan sarana ibadah (masjid) di lingkungan sekolah yang mana
diharapkan dengan adanya masjid di sekolah, Guru Pendidikan Agama
Islam mampu memanfaatkannya sebagai labolatorium keagamaan. Artinya
dengan adanya fasilitas ini, guru mampu memberdayakan masjid sebagai
sarana belajar, praktek dan pusat kegiatan yang berkaitan dengan
pembelajaraan materi keagamaan. Selain dari pada itu faktor lain yang
mendukung profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di MTs
Salaka adalah kesempatan bagi para Guru Pendidikan Agama Islam untuk
mengkuti kegiatan-kegiatan yang menunjang kualitas guru seperti
pelatihan-pelatihan guru, seminar baik tingkat kota maupun tingkat
propinsi, workshop serta peningkatan standar kompetensi guru
sebagaimana salah satu terobosan yang sedang dilakukan pemerintah yaitu
program sertifikasi guru. Melalui kegiatan-kegiatan ini diharapkan mampu
menjadi faktor yang mendukung profesionalisme guru khususnya guru
pendidikan agama Islam di MTs Salaka. (Wawancara penulis dengan
kepala sekolah MTs Muhammadiyah Salaka pada September 2019)51
Pernyataan tersebut di atas menggambarkan bahwa sekolah ini berusaha
memberikan fasilitas yang mendukung bagi Guru Pendidikan Agama Islam untuk
senantiasa tertuntut keprofesionalannya dalam mengelola pelajaran. Sehinga
51
Wanti Dewayani, SE., Kepala Sekolah. (Hasil Wawancara, Lokasi MTs.
Muhammadiyah Salaka, 03-09-2019).
75
proses belajar mengajar bukan sekedar pemaparan teori-teori akan tetapi guru
harus mengkomunikasikan dalam ranah aplikasi. Sehubungan dengan hal ini,
sebagaimana peneliti temukan di lapangan sebagian Guru Pendidikan Agama
Islam di sekolah ini sudah tidak lagi menyampaikan materi agama secara teoritas
saja akan tetapi melalui praktik dan aplikatif. Sebagaimana contohnya untuk
materi-materi praktek keagamaan seperti tata cara sholat, praktek wudhu, sholat
jenazah dan sebagainya pembelajarannya mereka lakukan di masjid sekolah.
Selain dari pada itu, Guru Pendidikan Agama Islam di sekolah ini
membiasakan anak didiknya untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperolehnya
melalui penanaman kesadaran disiplin beribadah. Seperti halnya sekolah ini
mewajibkan kepada seluruh anak didiknya untuk sholat dhuha berjamaah, tadarus
bersama dan sholat dhuhur berjamaah di sekolah. Adapun faktor lain yang
mendukung profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam adalah kesempatan
yang besar untuk mengikuti kegiatan yang mendukung peningkatan kualitas
profesionalisme guru melalui pelatihan-pelatihan, seminar dan program sertifikasi
guru. Dalam rangka peningkatan kemampuan profesional guru yang dilakukan
melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan agar guru kinerjanya terus
meningkat dan tetap memenuhi syarat profesional. Melalui kegiatan-kegiatan
inilah yang mendukung keprofesionalan Guru Pendidikan Agama Islam.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasar pada temuan data di lapangan dan sebagaimana dipaparkan dalam
bab-bab terdahulu maka dapat diambil beberapa konklusi berkenaan dengan
rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Hal-hal tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Berdasar pada temuan data dan analisis data sebagaimana tersebut di atas,
maka dapat disebutkan bahwa peran pengawas dalam meningkatkan
profesionalisme guru pendidikan agama Islam dapat dilihat dari upaya
pengawas dalam meningkatkan kinerja pengawasan dengan mengadakan
pelatihan-pelatihan, seminar, work shop dsb. Jika hal ini dibiasakan, maka
profesionalisme guru akan meningkat atau berkembang hingga
mempenagruhi prestasi belajar siswa. Dengan asumsi bahwa guru yang
mempunyai ketrampilan mengajar yang baik akan dapat melaksanakan
proses belajar mengajar dengan baik pula. Oleh karena itu makin
profesional guru yang mengajar maka makin baik pula prestasi belajar
siswa.
2. Berkenan dengan profesionalisme guru pendidikan agama Islam di MTs
Muhammadiyah Salaka digambarkan dalam:
a. Kemampuan pedagogik dapat dilihat dari kemampuan guru
merencanakan program pembelajaran dengan menyusun RPP, silabus,
prota dan promes, kemampuan guru melaksanakan proses belajar
75
77
mengajar dengan kemampuan improvisasi metode pembelajaran yang
relevan dan menarik perhatian siswa dan pola belajar yang interaktif
dan bervariasi, kemudian kemampuan menilai hasil belajar yaitu
dengan penilaian berbasis kelas.
b. Kemampuan kepribadian dapat dilihat dari penanaman perilaku disiplin
guru (self discipline) dalam melakukan tugas mengajar maupun dalam
menaati tata aturan sekolah, sikap guru yang empati, terbuka,
berwibawa, bertanggung jawab serta proposional dalam bertindak.
c. Kemampuan sosial dapat dilihat dari kemampuan berkomunikasi
dengan kepala sekolah terkait dengan komunikasi instruksional
kemampuan guru dalam menyampaikan gagasan, ide atau pendapat
dalam pengembangan program sekolah, komunikasi dengan teman
sesama guru yaitu hubungan kekeluargaan yang baik dan hubungan
kedinasan yang dialogis dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran,
sedang untuk komunikasi dengan orang tua siswa jarang atau bahkan
tidak pernah dilakukan kecuali apabila siswa mengalami permasalahan
di sekolah, dan komunikasi dengan masyarakat yaitu guru terlibat aktif
dalam kegiatan sosial kemasyarakatan baik itu yang berkaitan dengan
kegiatan keagamaan maupun kegiatan kepemudaan seperti halnya peran
serta dalam kegiatan PKK, Karangtaruna dan sebagainya.
d. Kemampuan profesional, kemampuan menguasai bidang studi dapat
dilihat dari latar belakang pendidikan guru yang memiliki kualifikasi
akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas,
78
kemampuan memahami peserta didik melalui pendekatan secara
individual untuk mendiagnosis kesulitan dan permasalahan anak didik
kemudian mengklasifikasikan anak didik untuk dilakukan tindak lanjut,
kemampuan menguasai pembelajaran yang mendidik melalui
kemampuan memahami jenis mata pelajaran, mengorganisasikan materi
pelajaran serta mendayagunakan sumber belajar.
3. Kemudian dari pada itu, faktor yang mendukung profesionalisme guru
pendidikan agama Islam di MTs Muhammadiyah Salaka adalah adanya
pengawasan yang ketat dari kepala sekolah sehingga mengakibatkan guru
berdisiplin, diberlakukannya manajemen yang berbasiskan pada madrasah
(MBM), terbentuknya tertib administrasi yang rapi, dan diikutkannya guru
PAI dalam berbagai acara sebagai upaya peningkatan profesionalismenya.
Sedangkan hal yang menghambat profesionalisme guru di sekolah ini
adalah adanya sebagian guru yang hadir di sekolah hanya pada saat-saat
jam mengajar atau tidak ful time. Sehingga hal ini mengganggu guru
lainnya yang lebih baik (profesional).
B. Saran
Sebagai akhir dari penulisan ini maka dapat diajukan beberapa saran yang
patut untuk diperhatikankepadapihak-pihak yang bersangkutan terkait peran
pengawas dalam meningkatkan profesionalisme guru pendidikan agama Islam di
MTs Muhammadiyah Salaka.
1. Kepala sekolah memposisikan peranannya sebagai leader yang
mempimpin dan menentukan kebijakan ruang gerak seluruh proses yang
79
terjadi di lembaga sekolah dan sebagai supervisor pendidikan yang
bertanggung jawab mengevaluasi program dan hasil pendidikan. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan kualitas sekolah yang baik hendaklah
kepala sekolah juga meningkatkan potensi dan kualitas seluruh elemen
sekolah yaitu melalui peningkatan profesionalisme kinerja.
2. Kepada guru pendidikan agama Islam hendaklah sadar akan peranan dan
fungsinya dimana guru harus lebih memperhatikan profesionalismenya
karena merupakan tanggungjawab dan memiliki orientasi dunia akhirat.
Artinya bahwa guru bukan hanya bertanggung jawab memintarkan anak
didik secara intelektual (transfer of knowledge) akan tetapi, guru juga
mempunyai tanggungjawab menanamkan nilai dan moral (transfer of
value). Oleh karena itu, tanggungjawab ini menuntut guru untuk senantiasa
profesional dalam kinerjanya.
3. Rekomendasi penelitian yang nantinya perlu untuk dilakukan penelitian
lanjutan adalah mengenai motivasi profesionalisme guru pendidikan
agama Islam yang mana perlu untuk melakukan kajian lebih lanjut
mengenai apa dan bagaimana motif dari guru pendidikan agama Islam
bertindak profesional dalam kinerjanya.
80
DAFTAR PUSTAKA
Al Quran Qarim.
Asrohah, Hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Logos.
Azra, Azumardi. 2012. Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi di Tengah
Tantangan Milenium III. Jakarta: UIN Press.
Danim, Sudarwan. 2010. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung:
Alfabeta.
Depag RI. 2001.Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Dirjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam.
Garis-garis Besar Haluan Negara tap MPR no. II/MPR/1988.
Gerhanawati, S.Pdi., Guru Bahasa Arab. Wawancara. Lokasi MTs.
Muhammadiyah Salaka, 31-08-2019.
Hj. Khadijah,S.Ag., Guru Quran Hadist. Wawancara,.Lokasi MTs.
Muhammadiyah Salaka, 31-08-2019.
Hardiyanti, S.Pd.I, Guru Aqidah Akhlak. Wawancara, Lokasi MTs.
Muhammadiyah Salaka, 03-09-2019.
Idi, Abdullah. 2013. Sosiologi Pendidikan, Individu, Masyarakat dan
Pendidikan.Jakarta: Ciputat Press.
Irmawati Dg Tanang, Guru Sejarah Kebudayaan Islam. Wawancara, Lokasi MTs.
Muhammadiyah Salaka, 03-09-2019).
Kementria Agama.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam
Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Muh. Amir H, S.Pd., MM, Pengawas Guru PAI Kementrian Agama Takalar.
Wawancara. Lokasi Kemenag Takalar, 03-09-2019.
Nurdin, Syafruddin. 2002. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum.
Rahim, Husni. 2001. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Logos.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru.
Safarina. 2008. Urgensi Profesionalisme Guru dalam Meningkatkan Kualitas
80
81
Pembelajaran. Makalah.
Saridjo, Marwan. 1996.Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Dirjen
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
Sitti Rosliana Hamid, S.Pdi Guru Aqidah Akhlak sekaligus Pembina Hisbul
Wathan Salaka. Wawancara,Lokasi MTs Muhammadiyah Salaka,31-08-
2019
Soejipti, dan Rafli Kosasi. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta bekerja
sama dengan Pusat Perbukuan Diknas.
Sagala, Syaiful. 1996. Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta. 1998.
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung. Alfabeta.
Triyono, Bruri Moch. 2009. Evaluasi Kinerja Guru Profesional. Versi PDF.
Undang – undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Cet. VII; Jakarta ; Sinar Grafika, 2016.
Syaodih Sukmadinata, Nana. 2004. Landasan Psikologi Proses
Pendidikan.Bandung: PT. Remaja Rosydakarya.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Th. 2003. Jakarta: Sinar Grafika
2005. cet. II.
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Bandung:
CitraUmbara.
Usman, Moh. Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosydakarya. cet. XX.
Yamin, Martinis. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. 2006. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Winkel, W.S. 1999. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Gramedia.
Wanti Dewayani, SE., Kepala Sekolah. Wawancara. Lokasi MTs.
Muhammadiyah Salaka, 03-09-2019.
82
L
A
M
P
I
R
A
N
83
KEGIATAN WAWANCARA
PEDOMAN WAWANCARA
Guru
A. Pertanyaan
1. Apa yang dipahami tentang Profesionalisme menurut bapak/ibu ?
2. Bagaimana Fungsi pengawas dalam meningkatkan profesionalisme
guru menurut bapak/ibu?
3. Di sekolah ini, pengawas biasanya datang mengawasi guru-guru
berapa kali ?
4. Dalam hal apa pengawas datang disekolah?
5. Apakah dengan adanya pengawas dapat meningkatkan
Profesionalisme Guru?
6. Apa Faktor pendukung bapak/ibu dalam meningkatkan
Profesionalisme guru ?
7. Metode pembejaran apa yang bapak/ibu terapkan dalam proses
pembelajaran?
Pengawas PAI
1. Apa yang dipahami tentang Profesionalisme menurut bapak/ibu ?
2. Bagaimana Fungsi pengawas dalam meningkatkan profesionalisme
guru menurut bapak/ibu?
3. Berapa kali bapak/ibu mengawas di sekolah?
4. Dalam hal apa bapak/ibu datang disekolah?
5. Apakah dengan adanya pengawas dapat meningkatkan
Profesionalisme Guru?
6. Apa Faktor pendukung bapak/ibu dalam meningkatkan
Profesionalisme guru ?
7. Apakah ada faktor penghambat dalam mengawas di sekolah ?
84
TRANSKIP WAWANCARA GURU PAI DAN PENGAWAS
Guru Sejarah Kebudayaan Islam
Tgl/Waktu : Sabtu, 31- 08 – 2019/ 09.00-09.30
Identitas Pribadi
Nama : Irmawati, S.Pd.I
Alamat : Bajeng Kelurahan Salaka
Umur : 29 Tahun
Pendidikan Terakhir : S. 1 Stay YAPIS Takalar
1. Apa yang dipahami tentang Profesionalisme menurut bapak/ibu ?
Jawaban : profesionalisme adalah soal bagaiaman kita persiapan mengajar.
Persiapannya seperti RPP guru harus punya, perangkat mengajar termasuk
didalamnya Silabus, RPP yang harus dibuat sebelum guru memulai mengajar
selain dari pada itu seorang guru juga harus menguasai materi.
2. Bagaimana Fungsi pengawas dalam meningkatkan profesionalisme guru
menurut bapak/ibu?
Jawaban : Fungsi Pengawas adalah membimbing guru, mengarahkan terkait
apa saja perangkat pembelajaran guru yg belum lengkap
3. Di sekolah ini, bagaimana proses beljar berlangsung ketika pengawas hadir.
„‟Bisanya kalau ngajar itu sebelum saya menjelaskan materi terlebih dahulu
saya mengkondisikan mental dan menarik perhatian siswa pada materi yang
akan dipelajari misalnya dengan menceritakan kejadian aktual atau yang
relevan dengan isi dan indikator kompetensi yang akan dipelajari siswa.
Setelah crita kemudian siswa saya beri pertanyaan yang terkait dengan crita
yang saya berikan. Tapi yaa...critanya gak boleh lama-lama nanti anak malah
gak jadi belajar. Pokoknya cerita sekedarnya saja supaya anak tertarik untuk
belajar. Biasanya dalam pembelajaran itu anak susah membaca maka anak
diberi pertanyaan yang ada hubungannya dengan kompetensi yang akan
dicapai yang materinya terdapat di dalam buku mata pelajaran dan LKS.
Sedang pada akhir pelajaran saya mengemukakan kembali pokok-pokok
pelajaran supaya siswa memperoleh gambaran utuh tentang pokok-pokok
85
materi dan hasil belajar yang telah dipelajari. Istilahnya siswa diberi
penguatan materi.
4. Dalam hal apa pengawas datang disekolah?
Jawaban : Sebagai pengontrol untuk guru, memeriksa perangkat
pembelajaran, dan mendengarkan keluhan guru ketika proses pembelajaran.
5. Apakah dengan adanya pengawas dapat meningkatkan Profesionalisme Guru?
Jawaban : Iya, karena setiap ada pengawas selalu memberikan perbaikan
kepada guru dari masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran
6. Apa Faktor pendukung bapak/ibu dalam meningkatkan Profesionalisme guru?
Jawaban : kehadiran pengawas dapat menggenjot dan mengarahkan guru
untuk menjadi guru profesional
7. Metode pembejaran apa yang bapak/ibu terapkan dalam proses pembelajaran?
Jawaban : Metode yang saya gunakan yaitu metode Ceramah, diskusi, kuis
dan Tanya jawab .
86
Guru Aqidah Akhlak
Tgl/Waktu : Sabtu, 31- 08 – 2019/ 09.30-10.00
Identitas Pribadi
Nama : Sitti Rosliana Hamid, S.Pd.I
Alamat : Salaka Kelurahan Salaka
Umur : 30 Tahun
Pendidikan Terakhir : S. 1 Stay YAPIS Takalar
1. Apa yang dipahami tentang Profesionalisme menurut bapak/ibu ?
Jawaban : Profesionalisme adalah Persiapan yang saya lakukan sebelum
mengajar yaitu dengan membaca buku-buku terkait dengan materi yang akan
saya ajarkan. Saya mengajar mata pelajaran Akidah Akhlak ya...sebelum
mengajar saya banyak membaca tentang Konsep Islam tentang Aqidah Akhlak
utamanya saya mengajar kelas VII yang dipelajari tentang Konsep Islam
terkait Aqidah pada masa Rasulullah paling tidak saya harus menguasai materi
tersebut maka terlebih dahulu saya membaca literatur-literatur mengenai,
biografi serta sejarah perihal aqidah zaman Rasulullah.. Kemudian untuk
penyampaian materinya saya berpedoman pada RPP dan silabus yang saya
buat sebelumnya untuk rencana pembelajaran selama satu tahun
2. Di sekolah ini, bagaimana proses belajar mengajar yang dilakukaan jika
pengawas datang mengawasi guru-guru?
Jawaban : guru itu ya...bukan cuma menggunakan satu metode saja dalam
mengajar tapi bervariasi disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan
seperti halnya mata pelajaran yang saya ampu adalah Aqidah Akhlak, jadi
pembelajaranya titik tekannya bukan saja pada penjelasan teori akan tetapi
realisasi atau praktek agama kaitannya dengan masalah-masalah amaliyah
seperti sedekah, zakat, berbuat baik dan saling tolong menolong. Sehingga
dalam pembelajarannya saya langsung pada penerapan bukan sekedar
pemberian teori. Seperti halnya materi , anak-anak langsung saya suruh
praktek. Karena bagi saya metode demonstrasi cukup efektif membuat siswa
benar-benar paham pelajaran
87
3. Dalam hal apa pengawas datang disekolah?
Jawaban : Sebagai pengontrol untuk guru, memeriksa perangkat
pembelajaran, dan mendengarkan keluhan guru ketika proses pembelajaran.
4. Apakah dengan adanya pengawas dapat meningkatkan Profesionalisme Guru?
Jawaban : Iya, karena setiap ada pengawas selalu memberikan perbaikan
kepada guru dari masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran
5. Apa Faktor pendukung bapak/ibu dalam meningkatkan Profesionalisme guru?
Jawaban : kehadiran pengawas dapat menggenjot dan mengarahkan guru
untuk menjadi guru professional, serta factor pendukung dalam proses
pembelajaran yaitu adanya perangkat pembelajaran dan buku cetak untuk guru
dan siswa.
6. Apakah bapak/ibu menggunakan alat bantu dalam mengajar?
Jawab ; Kalau mengajar saya tidak pernah menggunakan media atau alat yang
ada hubungannya dengan teknologi informasi karena bagi saya materi yang
saya ajarkan itukan materi pendidikan agama Islam yang lebih menekankan
pada pemahaman agama secara teoritis jadi tidak ada sangkut pautnya kalau
saya menggunakan komputer, LCD atau apapun itu.
7. Metode pembejaran apa yang bapak/ibu terapkan dalam proses pembelajaran?
Jawaban : Metode yang saya gunakan yaitu pendekatan sintific.
88
Guru Qur’an Hadist
Tgl/Waktu : Sabtu, 31- 08 – 2019/ 10.00-10.20
Identitas Pribadi
Nama : Hj. Khadijah,S.Ag
Alamat : Bontopoko
Umur : 45 Tahun
Pendidikan Terakhir : S. 1 UIN Alauddin
1. Apa yang dipahami tentang Profesionalisme menurut bapak/ibu ?
Jawaban : Profesionalisme yaitu Kemampuan seorang guru dalam
mempersiapkan pembelajaran Kalau persiapan saya sebelum mengajar terlebih
dahulu saya menyusun rencana pembelajaran dengan berpedoman pada
kurikulum serta buku pelajaran. Selain dari pada itu, sebelum proses belajar
mengajar terlebih dahulu saya kondisikan anak-anak dalam situasi yang
tenang, evaluasi pelajaran yang lalu, refleksi materi pelajaran dengan
menyuruh anak untuk merangkum materi yang lalu serta penerapan materi
pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagaimana Fungsi pengawas dalam meningkatkan profesionalisme guru
menurut bapak/ibu?
Jawaban : Fungsi Pengawas yaitu membimbing guru.
3. Di sekolah ini, pengawas biasanya datang mengawasi guru-guru berapa kali?
Jawaban : Pengawas datang kesekolah setiap satu kali per bulan
4. Dalam hal apa pengawas datang disekolah?
Jawaban : Sebagai pembimbing untuk guru.
5. Apakah dengan adanya pengawas dapat meningkatkan Profesionalisme Guru?
Jawaban : Iya, karena setiap ada pengawas selalu memberikan perbaikan
kepada guru dari masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran
6. Apa Faktor pendukung bapak/ibu dalam meningkatkan Profesionalisme guru?
Jawaban : kehadiran pengawas dapat menggenjot dan mengarahkan guru
untuk menjadi guru profesional, serta factor pendukung dalam proses
pembelajaran yaitu adanya perangkat pembelajaran dan buku cetak untuk guru
dan siswa.
89
7. Metode pembejaran apa yang bapak/ibu terapkan dalam proses pembelajaran?
Jawaban : Metode yang saya gunakan yaitu tergantung dari materinya
terkadang metode ceramah dan mengamati gambar.
90
Guru Bahasa Arab
Tgl/Waktu : Sabtu, 31- 08 – 2019/ 10.30-11.00
Identitas Pribadi
Nama : Gerhanawati, S.Pd.I
Alamat : Bajeng Kelurahan Salaka
Umur : 32 Tahun
Pendidikan Terakhir : S. 1 Stay YAPIS Takalar
1. Apa yang dipahami tentang Profesionalisme menurut bapak/ibu ?
Jawaban : Profesionalisme itu persiapan ngajar. Persiapan sebelum mengajar
yaitu dengan melihat kurikulum, menyusun silabi, membuat program tahunan,
program semester, rencana pembelajaran serta pengolahan penilaian. Itu
profsionalisme.
2. Bagaimana Fungsi pengawas dalam meningkatkan profesionalisme guru
menurut bapak/ibu?
Jawaban : Fungsi Pengawas yaitu mengontrol, membimbing dan
mengarahkan guru
3. Di sekolah ini, pengawas biasanya datang mengawasi guru-guru berapa kali ?
Jawaban : Pengawas datang kesekolah setiap satu kali per bulan
4. Dalam hal apa pengawas datang disekolah?
Jawaban : Sebagai pengontrol untuk guru, memeriksa perangkat
pembelajaran, administrasi kelas dan mendengarkan keluhan guru ketika
proses pembelajaran serta melihat guru dalam proses pembelajaran.
5. Apakah dengan adanya pengawas dapat meningkatkan Profesionalisme Guru?
Jawaban : Iya, karena setiap ada pengawas selalu memberikan perbaikan
kepada guru dari masalah-masalah yang dihadapi dalam proses
pembelajaran,serta dapat ilmu baru
6. Apa Faktor pendukung bapak/ibu dalam meningkatkan Profesionalisme guru ?
Jawaban : kehadiran pengawas dapat menggenjot dan mengarahkan guru
untuk menjadi guru profesional, dan memberikan motivasi serta factor
pendukung dalam proses pembelajaran yaitu adanya perangkat pembelajaran
dan buku cetak untuk guru dan siswa.
91
7. Metode pembejaran apa yang bapak/ibu terapkan dalam proses pembelajaran?
Jawaban : Metode yang saya gunakan yaitu metode Tanya jawab, dan
praktek.
92
Guru Sejarah Kebudayaan Islam
Tgl/Waktu : Selasa, 03- 09 – 2019/ 13.00-13.30
Identitas Pribadi
Nama : Irmawati Dg Tanang
Alamat : Salaka Kelurahan Salaka
Umur : 32 Tahun
Pendidikan Terakhir : S. 1 Stay YAPIS Takalar
1. Apa yang dipahami tentang Profesionalisme menurut bapak/ibu ?
Jawaban : Profesionalisme yaitu kompetensi untuk melaksanakan tugas dan
fungsinya secara baik dan benar, dan juga guru berkomitmen untuk
meningkatkan kemampuannya..
2. Bagaimana Fungsi pengawas dalam meningkatkan profesionalisme guru
menurut bapak/ibu?
Jawaban : Fungsi Pengawas yaitu memberi arahan dalam meningkatkan
kompetensi profesionalisme guru. Serta memberi wewenang secara penuh
untuk membimbing seorang guru.
3. Di sekolah ini, pengawas biasanya datang mengawasi guru-guru berapa kali ?
Jawaban : Pengawas datang kesekolah setiap satu kali per bulan
4. Dalam hal apa pengawas datang disekolah?
Jawaban : untuk memeriksa perangkat pembelajaran.
5. Apakah dengan adanya pengawas dapat meningkatkan Profesionalisme Guru?
Jawaban : Iya, karena setiap ada pengawas selalu memberikan motivasi
kepada guru-guru
6. Apa Faktor pendukung bapak/ibu dalam meningkatkan Profesionalisme guru ?
Jawaban : RPP ( Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ) dan media
pembelajaran
7. Metode pembejaran apa yang bapak/ibu terapkan dalam proses pembelajaran?
Jawaban : Metode yang saya gunakan yaitu metode ceramah.
93
Guru Aqidah Akhlak
Tgl/Waktu : Selasa, 03- 09 – 2019/ 13.30-14.00
Identitas Pribadi
Nama : Hardiyanti, S.Pd.I
Alamat : Lompo Kelurahan Salaka
Umur : 30 Tahun
Pendidikan Terakhir : S. 1 Stay YAPIS Takalar
1. Apa yang dipahami tentang Profesionalisme menurut bapak/ibu ?
Jawaban : Profesionalisme yaitu mampu dalam segala hal yang dapat menjadi
tauladan .
2. Bagaimana Fungsi pengawas dalam meningkatkan profesionalisme guru
menurut bapak/ibu?
Jawaban : Fungsi Pengawas yaitu memberikan arahan,bimbingan dan
motivasi dalam mengajar
3. Di sekolah ini, bagaimana interaksi guru dan siswa ketika pengawas biasanya
datang mengawasi guru-guru mengajar?
Jawaban : Biasanya kalau menjelaskan pelajaran itu saya bukan ceramah
saja dari awal sampai akhir pelajaran dimana guru menerangkan-siswa
mendengarkan atau guru bertanya murid menjawab biasanya tidak bisa
memikat perhatian siswa untuk waktu yang lama, akan tetapi saya
menjelaskan materi kemudian menanyakan materi kepada siswa kemudian
siswa langsung jawab atau biasanya siswa saya beri pertanyaaan atau
permasalahanuntuk dipecahkan kemudian siswa mengadakan diskusi kecil
(power two) biasanya siswa lebih tertarik kalau saya suruh siswa memecahkan
masalah dengan belajar berkelompok. Saya cuma ngawasi siswa belajar
setelah itu yo...siswa saya suruh presentasi hasil kerjanya dan ditanggapi oleh
siswa yang lain
4. Dalam hal apa pengawas datang disekolah?
Jawaban : Sebagai pengontrol untuk guru, memeriksa perangkat
pembelajaran, dan mendengarkan keluhan guru ketika proses pembelajaran.
94
5. Apakah dengan adanya pengawas dapat meningkatkan Profesionalisme Guru?
Jawaban : Iya, karena setiap ada pengawas selalu memberikan perbaikan
kepada guru dari masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran
6. Apa Faktor pendukung bapak/ibu dalam meningkatkan Profesionalisme guru ?
Jawaban : kehadiran pengawas dapat mengarahkan guru untuk menjadi guru
profesional, serta factor pendukung dalam proses pembelajaran yaitu adanya
perangkat pembelajaran dan buku cetak untuk guru dan siswa.
7. Metode pembejaran apa yang bapak/ibu terapkan dalam proses pembelajaran?
Jawaban : Metode yang saya gunakan yaitu metode ceramah.
95
Pengawas PAI
Tgl/Waktu : Selasa, 03- 09 – 2019/ 10.30-11.00
Identitas Pribadi
Nama : Muh. Amir H, S.Pd., MM
Alamat : Bontomanai
Umur : 49 Tahun
Pendidikan Terakhir : S. 2 Stiem YPUP Makassar
Jenjang Pengawasan : Tingkat Madrasah ( RA,MI,MTS dan MA)
Jabatan : Pengawas Sekolah Muda Tingkat MTS
1. Apa yang dipahami tentang Pengawas menurut bapak/ibu ?
Jawaban : Pengawas yaitu Melakukan pembinaan dan mengevaluasi kinerja
guru dan kepegawaian madrasah
2. Bagaimana Fungsi pengawas dalam meningkatkan profesionalisme guru
menurut bapak/ibu?
Jawaban : - Bimbingan dan Pembinaan
- Mengevaluasi Program – program kegiatan, madrasah dan
memantau pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan.
3. Berapa kali bapak/ibu mengawas di sekolah?
Jawaban : berdasarkan program kegiatan / jadwal kegiatan ( 1 kali perbulan )
4. Dalam hal apa bapak/ibu datang disekolah?
Jawaban : untuk memeriksa perangkat guru – guru dan administrasi
5. Apakah dengan adanya pengawas dapat meningkatkan Profesionalisme Guru?
6. Apa saja keluhan dari guru-guru dan bagaimana solusinya?
Jawaban :
- Keadaan anak – anak minat belajar yang masih membutuhkan motivasi dari
guru-guru.
Solusinya, guru memberikan motivasi kepada anak – anak terkait
pentingnya belajar
- Sarana dan prasaran yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran
yang belum lengkap secara maksimal
96
Solusinya, guru memaksimalkan yang ada disekolah secara maksimal
dengan membuat perangkat-perangkat sederhana yang mendukung proses
pembelajaran.
97
DOKUMENTASI WAWANCARA
Gambar 1 : Wawancara dengan Ibu Irmawati S.Pd.I ( Guru Sejarah
Kebudayaan Islam ).(Sabtu, 30 – 08- 2019)
Gambar 2 : Wawancara dengan Ibu Sitti Rosliana Hamid S.Pd.I (Guru
Aqidah Akhlak ).(Sabtu, 30 – 08- 2019)
98
Gambar 3 : Wawancara dengan Ibu Hj.Khadijah S.Ag
( Guru Qur‟an Hadist ). (Sabtu, 30 – 08- 2019)
Gambar 4 : Wawancara dengan Ibu Gerhanawati S.Pd.I
( Guru Bhs.Arab). (Sabtu, 30 - 08- 2019
99
Gambar 5 : Wawancara dengan Ibu Irmawati Dg Tanang
( Guru Sejarah Kebudayaan Islam). (Selasa, 03 - 09- 2019)
Gambar 6 : Wawancara dengan Muh Amir H,S.Pd.,MM
( Pengawas Madrasah ). (Selasa, 03 - 09- 2019)
100
Keterangan :
Lokasi
Gambar 1,2,3,4,5 : Ruang Guru MTs. Salaka
Gambar 6 : Ruang Pengawas Departemen Agama Kab. Takalar
DOKUMENTASI PEMBELAJARAN DI KELAS
Ket : Gambar Proses Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
(Sumber: Dokumentasi Guru). (Selasa 03-09-2019)
Ket : Gambar Proses Pembelajaran Guru Aqidah Akhlak
(Sumber: Dokumentasi Guru). (Selasa 03-09-2019)
101
Ket : Gambar Proses Pembelajaran Guru Qur‟an Hadist
(Sumber: Dokumentasi Guru). (Selasa 03-09-2019)
RIWAYAT HIDUP
Siska Azis, Lahir di Salaka, 05 April 1996. Tempat tinggal
di Salaka, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Takalar.
Putri dari pasangan Abd Azis dan ST Fatimah. Anak kedua
dari empat bersaudara. Riwayat pendidikan: Tamat di SDN
46 Salaka tahun 2009, melanjutkan SMP di SMPN 2 Takalar
tamat tahun 2011, lalu melanjutkan SMA di SMAN 1 Takalar lulus tahun 2014,
kemudian melanjutkan studi di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar. Pengalaman organisasi pernah
menjadi anggota bidang keagamaan di HMJ Pendidikan Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar (2016-2017). Pernah menjadi ketua bidang kader
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar (2018-2019). Dan Sekarang Menjadi Ketua Bidang
Kader IMM Kab. Takalar.
top related