peningkatan hasil belajar keterampilan bahasa …
Post on 01-Oct-2021
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENINGKATAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BAHASA INDONESIA
DENGAN PENERAPAN APLIKASI QUIZIZZ
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 40 SINJAI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memeroleh Penelitian
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Makassar
O l e h
SRI MULYANI
NIM 105331111116
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : SRI MULYANI
Nim : 105331111116
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar
karya saya sendiri bukan merupakan hasil karya orang lain. Apabila di kemudian
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau secara keseluruhan skripsi
ini hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
yang saya lakukan.
Makassar 07 Juli 2020
Yang menyatakan
SRI MULYANI
MOTO
Utamakan Adata B
aru Ilmu
Sri Muliyani
ABSTRAK
SRI MULYANI. 2020. Peningkatan Hasil Belajar membaca pemahaman dengan
Penerapan Aplikasi Quizizz Siswa Kelas VII SMP Negeri 40 Sinjai (dibimbing
oleh Muhammad Akhir dan Yuddin)
Tujuan dari penelitian ini adalah Quizizz dapat meningkatan hasil belajar
membaca pemahaman dengan penerapan aplikasi quizizz siswa kelas VII SMP
Negeri 40 Sinjai. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan
penelitian tindakan kelas. Prosedur pelaksanaan dalam penelitian ini melalui
tahapan-tahapan yang meliputi: Studi pendahuluan, perencanaan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan dan refleksi. Data penelitian ini berupa data proses dan
hasil belajar membaca pemahaman kelas VII SMP Negeri 40 Sinjai.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca
pemahaman siswa Kelas VII SMP Negeri 40 Sinjai melalui penggunaan tindakan
yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan, dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar
murid dari siklus I ke siklus II yaitu meningkatnya jumlah murid dalam
menyimak penjelasan guru, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan,
kerjasama dalam kelompok dan mengajukan tanggapan. Hasil belajar siswa juga
mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus I sebesar
1,99 dan pada siklus II sebesar 2,4. Sehingga penerapan aplikasi Quizizz dapat
meningkatkan frekuensi keaktifan dan aktifitas dalam proses belajar mengajar
sesuai dengan pengamatan siswa selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas
cukup dua siklus.
Kata kunci : Membaca Pemahaman, Quizizz
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, untaian Zikir lewat kata yang indah terucap
sebagai ungkapan rasa syukur penulis selaku hamba dalam balutan kerendahan
hati dan jiwa yang tulus kepada Sang Khaliq, yang menciptakan manusia dari
segumpal darah, Yang Maha Pemurah, mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya dengan perantaraan kalam. Tiada upaya, tiada kekuatan, dan tiada
kuasa tanpa kehendak-Nya. Bingkisan salam dan salawat tercurah kepada Kekasih
Allah, Nabiullah Muhammad Saw, Para sahabat dan keluarganya serta umat yang
senantiasa istiqomah dijalan-Nya.
Tiada jalan tanpa rintangan, tiada puncak tanpa tanjakan, tiada kesuksesan
tanpa perjuangan. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah,
akhirnya sampai di titik akhir penyelesaian proposal ini. Namun, semua itu tak
lepas dari uluran tangan berbagai pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan serta
bantuan moril dan materil.
Terima kasih penulis ucapkan kepada beberapa pihak yang telah membantu
selama penulis menyusun skripsi yaitu diantaranya : Ayahanda Muh Anis dan
Ibunda Hasniati serta semua keluarga yang telah mencurahkan kasih sayang dan
cintanya dalam membesarkan, mendidik dan membiayai penulis serta doa restu
yang tak henti-hentinya untuk keberhasilan penulis.
Pembimbing 1 Dr.H. Yuddin, M. Pd. dan dan Pembimbing II Ibu Ika
Zulfika, S.pd.,M. Pd. yang telah meluangkan waktunya disela kesibukan beliau
untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi
penelitian sampai tahap penyelesaian.
Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar
yang telah memberikan sumbangsi fasilitas dan kesediaannya memberikan atura-
aturan yang baik. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. sebagai Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Dr. Munirah, M.Pd selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar.
Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu atas bimbingan, arahan, dan jasa-jasa yang
takternilai harganya kepada penulis.
Saudaraku yang telah memberikan doa dan dukungan kepada adinda selama
pendidikan baik berupa moril maupun materil selama penyusunan Proposal ini.
Teman-teman seperjuangan angkatan 2016 di Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia terkhusus kelas D yang telah bersama-sama berusaha keras dan
penuh semangat dalam menjalani studi dalam suka dan duka. Semua pihak yang
tidak bisa dituliskan Namanya satu-persatu namun tak mengurangi rasa terima
kasih penulis kepada mereka. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan sebagai bahan acuan untuk perbaikan dan
penyempurnaan proposal ini.Hanya kepada Allah swt kita memohon semoga
berkat dan rahmat serta limpahan pahala yang berlipat ganda selalu dicurahkan
kepada kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.
Makassar, 07 Juli 2020
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ----------------------------------------------------------------- i
HALAMAN PENGESAHAN ----------------------------------------------------- ii
KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------- iii
DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------- v
BAB I PENDAHULUAN ----------------------------------------------------------- 1
A. Latar Belakang ---------------------------------------------------------------- 1
B. Rumusan Masalah ------------------------------------------------------------ 5
C. Tujuan Penelitian ------------------------------------------------------------- 6
D. Manfaat Penelitian ----------------------------------------------------------- 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ------------------------------------------------------ 8
A. Kajian Teori ------------------------------------------------------------------- 8
1. Penelitian yang Relevan ------------------------------------------------ 8
2. Pengertian Membaca ---------------------------------------------------- 9
3. Keterampilan Membaca Pemahaman --------------------------------- 11
4. Narasi Tes Membaca Pemahaman ------------------------------------ 12
5. Bahan Tes Membaca Pemahaman ------------------------------------ 16
6. Membaca Karya Sastra ------------------------------------------------- 18
7. Pembelajaran Berbasis Web (e-Learning) --------------------------- 23
8. Quizziz ------------------------------------------------------------------------------- 36
9. Pengertian motivasi belajar -------------------------------------------- 42
B. Kerangka Pikir ---------------------------------------------------------------- 46
C. Hipotesis Penelitian ---------------------------------------------------------- 48
BAB III METODE PENELITIAN ----------------------------------------------- 49
A. Jenis Penelitian ---------------------------------------------------------------- 49
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ----------------------------------------------- 49
C. Prosedur penelitian ----------------------------------------------------------- 50
D. Teknik Pengumpulan Data ------------------------------------------------- 53
E. Teknik Analisis Data -------------------------------------------------------- 56
F. Indikator keberhasilan ------------------------------------------------------- 57
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................... 58
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 58
B. Pembahasan .................................................................................... 67
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 69
A. Simpulan ........................................................................................ 69
B. Saran ............................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 72
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Revolusi Industri 4.0 adalah sebuah tantangan dalam seluruh bidang
ilmu, secara khusus dalam bidang pendidikan. Menurut Hamida (2013),
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mendorong setiap
individu untuk selalu kreatif dan aktif dalam potensi diri. Untuk
mengembangkan seluruh potensi diri mahasiswa baik secara kognitif, afektif,
dan psikomotorik maka harus melalui proses belajar dalam dunia
pendidikan(Purba, 2017)
Keberhasilan belajar seseorang akan sangat ditentukan oleh kemampuan
membacanya dalam memahami sebuah informasi. Selain itu, kegiatan membaca
juga dapat menambah pengetahuan dan informasi, serta memudahkan
seseorang dalam berkomunikasi. Terlebih lagi dalam dunia pendidikan, kegiatan
membaca sangat penting untuk dilakukan. Pentingnya sebuah kegiatan
membaca ditegaskan oleh (Nurgiyantoro, 2015:368) yang menyatakan bahwa
“dalam dunia pendidikan aktivitas dan tugas membaca merupakan suatu hal
yang tidak dapat ditawar- tawar”.
Berbagai macam kendala seringkali menghambat kelancaran proses
membaca pemahaman. Zuchdi (2014:23) menyatakan, kendala tersebut
dibedakan menjadi dua macam, yaitu dari dalam diri pembaca dan yang dari
luar pembaca. Kendala dari dalam diri pembaca tersebut meliputi kemampuan
linguistik (kebahasaan), minat, motivasi, dan kemampuan membaca.
Sedangkan faktor dari luar biasanya meliputi kesulitan bahan bacaan dan
kualitas lingkungan membaca.
Pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang merupakan awal
tingkat menengah, seringkali siswa merasa jenuh dan enggan dengan mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Seringkali guru hanya menggunakan metode
ceramah atau metode tradisional yang biasanya dipakai dalam pembelajaran
bahasa di sekolah, khususnya membaca pemahaman sehingga menjadikan
siswa semakin jenuh dan tidak termotivasi untuk aktif dalam proses
pembelajaran membaca pemahaman.
Berkaitan dengan pentingnya pembelajaran membaca pemahaman,
diperlukan metode-metode yang dapat menumbuhkan motivasi dan minat
siswa dalam kegiatan membaca pemahaman di sekolah. Pembelajaran membaca
pemahaman sebaiknya dilakukan dengan metode pembelajaran yang tepat guna
mencapai hasil belajar yang optimal. Pemilihan metode yang tepat dan
bervariasi membuat siswa merasa nyaman dan lebih mudah untuk dapat
menerima materi pelajaran.
Membaca merupakan salah satu keterampilan yang diajarkan dalam
bahasa. Keterampilan membaca menjadi keterampilan yang sangat penting,
karena keterampilan membaca mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
belajar. Keterampilan membaca di sekolah dasar dibagi kedalam beberapa
jenis, salah satunya adalah membaca lanjut. Membaca lanjut dilaksanakan di
kelas IV, V dan VI. Tujuan membaca lanjut adalah agar siswa mampu
memahami, menafsirkan dan menghayati isi bacaan. Membaca lanjut
menekankan siswa untuk memahami makna atau isi bacaan yang dibacanya.
Membaca lanjut sering kali dikaitkan dengan membaca pemahaman.
Pembelajaran membaca pemahaman merupakan pembelajaran yang
penting, karena apabila pembelajaran ini diselenggarkan dengan baik akan
dapat memberi manfaat terhadap keberhasilan belajar siswa. Sabarti Akhadiah
(1993:37) berpendapat bahwa pembelajaran membaca pemahaman yang
dirancang dan dilaksanakan dengan baik menjadikan siswa tidak hanya
memperoleh peningkatan dalam kemampuan bahasanya, tetapi juga dalam
kemampuan bernalar, berkreativitas, dan penghayatan tentang nilai-nilai moral.
Keterampilan membaca pemahaman tidak dimiliki secara langsung oleh
siswa. Siswa dapat memiliki keterampilan membaca pemahaman dengan baik
melalui pembelajaran dan banyak berlatih serta adanya pembiasaan. Dalam
pembelajaran membaca pemahaman pendidik atau guru memiliki peran
yang sangat penting. Guru dalam pembelajaran membaca mempunyai banyak
tugas, diataranya adalah membantu siswa memahami, menafsirkan, menilai,
dan menikmati tulisan. Selain itu guru juga harus dapat menumbuhkan minat
dan perhatian siswa dalam pembelajaran membaca. Dalman (2013:5)
menyatakan bahwa guru sebaiknya mengajarkan kepada siswa tentang strategi,
metode, dan teknik membaca yang baik sehingga siswa mampu memahami isi
bacaan dengan baik pula. Guru perlu memilih metode pembelajaran yang tepat
agar materi yang disampaikan menarik dan mudah dipahami oleh siswa.
Dalam pembelajaran membaca tingkat lanjut siswa dituntut untuk
memahami isi bacaan bukan hanya sekedar membaca. Namun sayangnya,
banyak siswa tidak memahami isi bacaan yang sedang dibaca. Hal tersebut
ditunjukkan ketika siswa diberi pertanyaan dari bacaan masih banyak siswa yang
salah dalam menjawabnya.
Kesulitan siswa dalam membaca pemahaman juga dialami oleh siswa
tersebut. Tingkat intelegensi yang dimiliki siswa sangat beragam, sehingga
menyebabkan keterampilan membaca pemahaman siswa pun beragam.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara guru di kelas mendapatkan hasil
bahwa keterampilan membaca pemahaman siswa tergolong rendah, hal
tersebut ditunjukkan dengan nilai siswa yang masih rendah. Siswa
mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan, siswa mengalami kesulitan
dalam menjawab pertanyaan yang berasal dari bacaan, serta kesulitan ketika
diminta untuk menceritakan kembali bacaan yang telah mereka baca. Selain hal
tersebut siswa juga kesulitan dalam menentukan kalimat utama dan ide pokok
dari suatu paragraf.
Hasil wawancara dan pengamatan awal pada Juni 2019 menunjukkan
bahwa kemampuan menulis kreatif puisi siswa kelas VII SMP Negeri 40 Sinjai
masih rendah. Dampak nyata dari masalah tersebut adalah rata-rata hasil belajar
siswa dalam menulis puisi secara klasikal belum mampu mencapai angka 75
sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah dirumuskan.
Diketahui bahwa salah satu faktor yang menghambat pelaksanaan pembelajaran
membaca pemahaman adalah Kreatifitas dan daya ingat mereka dibatasi dalam
ruang, sehingga kurang mampu mengeksplorasi daya ingat yang dimilikinya,
Berkembangnya teknologi informasi ini memang membawa banyak
pengaruh positive untuk manusia di dunia terutama di Indonesia. Beberapa
pengaruh positive perkembangan teknologi informasi terutama di dalam
pembelajaran yang dapat mempermudah guru untuk mengajar siswa agar
tercapai hasil yang memuaskan.
Quizizz merupakan sebuah web tool untuk membuat permainan kuis
interaktif yang digunakan dalam pembelajaran di kelas. Kuis interaktif yang
dibuat memiliki hingga 4 pilihan jawaban termasuk jawaban yang benar dan
dapat ditambahkan gambar ke latar belakang pertanyaan
Pemaparan di atas maka perlu diadakan tindakan penelitian untuk
meningkatkan keterampilan membaca pemahaman dengan menggunakan
penerapan aplikasi Quizizz pada siswa kelas VII SMPN 40 Sinjai diharapkan
dapat membantu mengatasi kesulitan membaca pemahaman yang dialami
oleh siswa dan dapat meningkatakn motivasi untuk belajar sehingga
mendapatkan nilai yang memuaskan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah yang sudah dikemukakan oleh peneliti, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana peningkatan aktivitas belajar pada keterampilan membaca
pemahaman menggunakan aplikasi Quizizz siswa kelas VII SMPN 40 Sinjai?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar keterampilan membaca
pemahaman menggunakan aplikasi Quizizz siswa kelas VII SMPN 40 Sinjai?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsikan proses peningkatan aktivitas belajar pada
keterampilan membaca pemahaman menggunakan aplikasi Quizizz siswa
kelas VII SMPN 40 Sinjai.
2. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar keterampilan membaca
pemahaman menggunakan aplikasi Quizizz siswa kelas VII SMPN 40 Sinjai.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a) Melalui hasil penelitian ini diharapkan guru sekolah tingkat lanjutan pertama
dan peneliti memiliki pengetahuan dan wawasan tentang pemanfaatan
teknologi proses membaca pemahaman sebagai salah satu bentuk inovasi
pembelajaran di Sekolah.
b) Sebagai bahan pertimbangan bagi guru Bahasa Indonesia agar dapat
menciptakan iklim yang benar-benar menunjang proses belajar mengajar
secara optimal melalui pengembangan kurikulum pengajaran yang sesuai
dengan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya membaca pemahaman.
c) Hasil penelitian ini diharapkan guru sekolah dan peneliti memiliki teori
pembelajaran yang dapat dijadikan acuan dalam peningkatan proses dan
hasil belajar membaca pemahaman.
d) Sebagai tolak ukur dalam menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh
demi perbaikan-perbaikan dalam hal pengajaran tentang penggunaan
teknologi dalam Bahasa Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a) Hasil penelitian ini diharapkan guru sekolah lanjutan tingkat pertama
khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia mendapat pengalaman secara
langsung menggunakan teknologi dalam pembelajaran membaca
pemahaman.
b) Sebagai gambaran tentang keterampilan guru dalam menggunakan
teknologi pada siswa kelas VII SMPN 40 Sinjai. Hasil penelitian ini
diharapkan peneliti mendapat pengalaman nyata dan dapat menerapkan
aplikasi Quizizz jika menjadi guru nanti.
c) Hasil penelitian ini diharapkan sekolah dapat menjadikan sebagai bahan
acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya dan memberikan
pengetahuan tentang membaca pemahaman.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Penelitian yang Relevan
a. Penelitian yang dilakukan oleh Sastri (2013) dengan judul Penerapan Model
Pembelajaran Outdor dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca
pemahaman Murid Kelas VII SMPN 3 Bantaeng”. Jenis penelitian adalah
penelitian tindakan kelas di kelas VII SMPN 3 Bantaeng. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan sebanyak dua siklus, dapat disimpulkan bahwa
Penerapan Model Pembelajaran Outdor terhadap hasil belajar Meningkat.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi Nur (2013) dengan judul “Penerapan
Model Pembelajaran Outdor untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca
pemahaman Siswa Kelas VII SMPN 5 Mojokerto”. Jenis penelitian adalah
penelitian tindakan kelas di kelas VII SMPN 5 Mojokerto. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan sebanyak dua siklus, dapat disimpulkan bahwa
Penerapan Model Pembelajaran Outdor terhadap hasil belajar sangat
Meningkat.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Sulistiwati (2018) dengan judul “Penerapan
Model Pembelajaran Outdor dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca
pemahaman Murid Kelas VII SMPN 3 Semarang”. Jenis penelitian adalah
penelitian tindakan kelas di kelas VII SMPN 3 Semarang. Berdasarkan hasil
pene litian yang dilakukan sebanyak dua siklus, dapat disimpulkan bahwa
Penerapan Model Pembelajaran Outdor terhadap hasil belajar signifikan
Meningkat.
Berdasarkan penelitian relevan di atas yang menjadi pembeda pada
penelitian yang akan dilaksanakan adalah terletak pada model pembelajran yakni
model penelitian tersebut menggunakan cara langsung tatap muka dengan siswa
sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan secara daring ata dalam jaringan
tidak tatap muka langsung dengan siswa.
2. Pengertian Membaca
Membaca memiliki banyak batasan dan pengertian menurut para ahli
bahasa. Membaca menurut Dalman (2013:5) merupakan suatu kegiatan atau
proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang
terdapat dalam tulisan. Pengertian Dalman tersebut menunjukkan bahwa
membaca merupakan kegiatan yang melibatkan proses berpikir untuk
memahami teks yang dibaca dari suatu tulisan guna mendapatkan suatu
informasi.
Pengertian membaca menurut Saleh Abbas (2016:101) terbagi menjadi
penganalisisan pengertian membaca para pakar didasarkan pada pendekatan
keterampilan dan pendekatan psikolinguistik. Membaca menurut pakar yang
menganalisis membaca sebagai suatu keterampilan, memandang membaca
sebagai proses atau kegiatan yang menerapkan seperangkat keterampilan
dalam mengolah hal-hal yang dibaca untuk menangkap makna. Sementara itu,
para pakar yang menganalisis membaca berdasarkan psikolinguistik, menyatakan
membaca sebagai proses merekonstruksi informasi yang terdapat dalam
bacaan atau sebagai suatu upaya untuk mengolah informasi dengan
menggunakan pengalaman atau kemampuan pembaca dan kompetensi
bahasa yang dimilikinya secara kritis. Berdasarkan pengertian pakar yang
berbeda tersebut dapat dilihat bahwa keterampilan membaca melibatkan
banyak keterampilan dan dikaitan dengan pengalaman yang dimiliki serta
berusaha mencari makna atau informasi dari suatu bacaan.
Membaca menurut Farida Rahim (2014:2) merupakan suatu yang rumit
yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga
melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca
sebagai aktivitas visual merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke
dalam kata- kata lisan. Membaca sebagai proses berpikir mencakup aktivitas
pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan
pemahaman kreatif. Sabarti Akhadiah (1993:22) mengemukakan membaca
merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa
kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkan dengan bunyi
serta maknanya, serta menarik kesimpulan mengani maksud bacaan.
Tarigan (2014:7) mengartikan membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata- kata/bahasa tulis. Dalam
kegiatan membaca melibatkan interaksi antara penulis dan pembaca melalui
tulisan. Pembaca berusaha memahami makna atau isi dari tulisan yang
disampaikan penulis.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
membaca adalah suatu kegiatan yang melibatkan berbagai macam kemampuan
baik visual maupun kognitif untuk memberoleh informasi dari bahan tertulis.
Membaca bukan semata-mata menyuarakan bahasa tulis mengikuti huruf, kata,
dan kalimat, namun berusaha memahami tulisan tersebut untuk mencari
informasi, pesan atau pun makna dari suatu bacaan.
3. Keterampilan Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman adalah membaca untuk memahami isi dari suatu
bacaan. Rubin dalam Samsu Somadayo (2013:102) mengemukakan bahwa
membaca pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks yang mencakup
dua kemampuan utama, yaitu penguasaan makna kata dan kemampuan
berpikir tentang konsep verbal. Tarigan (2014) berpendapat bahwa
membaca pemahaman adalah jenis membaca yang bertujuan untuk memahami
standar-standar atau norma-norma kesastraan (literal standars), referensi
kritis (critikal reviw), resensi drama tulis (printed drama) dan pola-pola fiksi
(patterns of ficion).
Dalman (2013:87) mengartikan membaca pemahaman adalah membaca
secara kognitif (membaca untuk memahami). Membaca pemahaman menurut
Dalman dikelompkkan menjadi empat tingkatan, yaitu pemahaman literal,
interpretatif, kritis, dan kreatif. Pemahaman literal adalah memahami makna
apa adanya, sesui dengan makna simbol-simbol bahasa yang ada dalam
bacaan. Pemahaman interpretatif adalah mampu menangkap pesan secara
tersirat dari suatu bacaan. Pemahaman kritis adalah pemahaman yang lebih
tinggi tingkatannya dibanding pemahaman interpretatif. Sementara itu,
dalam pemahaman kritis pembaca mampu membuat kritik terhadap suatu
bacaan. Selanjutnya tahapan yang lebih tinggi lagi ialah pemahaman kreatif,
dalam pemahaman kreatif pembaca dapat mencoba atau bereskperimen
membuat sesuatu yang baru berdasarkan isi suatu bacaan.
Keterampilan membaca pemahaman tidak dapat dimiliki secara
langsung oleh siswa. Keterampilan tersebut dapat diperoleh dari banyak
latihan, pembiasaan, dan penggunaan metode yang tepat. Penggunaan meyode
yang tepat dalam membaca pemahaman dapat diajarkan oleh guru. Hal ini
sejalan dengan pendapat Dalman (2013:5) yang menyampaikan bahwa guru
sebaiknya mengajarkan kepada siswa tentang strartegi, metode, dan
teknik membaca yang baik sehingga siswa mampu memahami isi bacaan
dengan baik pula.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca
pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang melibatkan
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta
dihubungkan dengan isi bacaan. Dalam penelitian ini keterampilan membaca
pemahaman ditekankan pada kemampuan siswa untuk memahami isi bacaan
secara menyeluruh. Keterampilam membaca pemahaman ini dilakukan untuk
memahami hal penting dari bahan bacaan, mengetahui ide pokok, dan seluruh
pengertian.
4. Tes Membaca Pemahaman
Tes membaca pemahaman digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam memahami isi bacaan. Tes membaca pemahaman menurut Burhan
Nurgiyantoro (2014, 376-392) dibedakan menjadi dua, yaitu tes kompetensi
membaca dengan merespon jawaban dan tes kompetensi membaca dengan
mengonstrusksi jawaban. Penjelasan masing-masing tes kompetensi membaca
pemahaman adalah sebagai berikut.
a. Tes kompetensi membaca dengan merespon jawaban
Tes kompetensi membaca dengan merespon jawaban mengukur
kemampuan membaca siswa dengan cara memilih jawaban yang telah
disediakan oleh pembuat soal. Soal ujian yang digunakan adalah bentuk objektif
pilihan ganda. Pembuatan soal ujian melalui beberapa tahapan, yaitu penentuan
kompetensi dasar dan indikator, serta melihat kisi-kisi, kemudian memilih
wacana tertulis yang tepat. Soal yang dibuat dapat bervariasi tingkat
kesulitannya tergantung tingkat kesulitan wacana dan kompleksitas soal.
b. Tes kompetensi membaca dengan mengonstrusksi jawaban
Tes kompetensi membaca dengan mengonstrusksi jawaban tidak sekedar
meminta siswa untuk memilih jawaban benar dari sejumlah jawaban yang
disediakan, melainkan siswa harus mengemukakan jawaban sendiri dengan
mengreasikan bahasa berdasarkan informasi yang diperoleh dari wacana yang
diujikan. Untuk mengerjakan tugas ini siswa dituntut untuk memahami wacana
dan berdasarkan pemahamannya kemudian siswa mengerjakan tugas yang
diberikan. Pemahaman terhadap isi pesan wacana adalah prasyarat untuk
dapat mengonstruksi jawaban tugas. Tugas dalam bentuk ini merupakan tugas
otentik.
Tugas otentik menuntut siswa untuk berunjuk kerja secara aktif produktif,
maka tes kompetensi membaca yang bersifat reseptif diubah menjadi tugas
resptif dan produktif sekaligus. Unjuk kerja berbahasa menanggapi dan
mengonstruksi jawaban dapat dilakukan secara lisan atau tertulis,
misalnya berupa “menjawab pertanyaan secara terbuka”, atau tugas
“menceritakan kembali isi informasi” dari sebuah wacana.
Pembuatan tes membaca pemahaman, guru dapat menggunakan
taksonomi yang dikemukakan oleh Smith & Barret dalam Supriyadi, dkk,.
(1992:186-187) sebagai pedoman dalam menyusun pertanyaan yang dapat
mengembangkan kemampuan siswa memahami bacaan. Taksonomi tersebut
terdiri dari 4 kategori, yaitu pemahaman harfiah, pemahaman inferensial,
evaluasi, dan apresiasi. Penjelasan dari masing-masing taksonomi adalah
sebagai berikut.
a. Pemahaman harfiah
Pemahaman harfiah membimbing siswa untuk menemukan informasi
yang secara gamblang diungkapkan dalam bacaan. Rancangan pertanyaan
ditunjukkan untuk melatih siswa mengenal dan mengingat kembali suatu fakta
atau kejadian. Contoh dari pemahaman harfiah adalah siswa dapat
menyebutkan nama pelaku serta waktu dan tempat kejadian dalam
wacana, siswa dapat menemukan pernyataan-pernyataan yang
menggambarkan watak pelaku cerita, serta siswa dapat menyebutkan pikiran
utama dari suatu paragraf.
b. Pemahaman inferensial
Pemahaman inferensial ditujukkan oleh siswa bila ia dapat menarik
kesimpulan dari fakta-fakta tertulis atau hal-hal yang diketahui dari bacaan.
Pertanyaan-pertanyaan hendaknya merangsang jawaban siswa di luar halaman-
halaman bacaan.
c. Evaluasi
Siswa dikatakan mempunyai pemahaman evaluasi apabila siswa dapat
menunjukkan tilikan evaluatif dengan membandingkan buah pikiran yang
disajikan wacana dengan kriteria yang ada dalam dirinya atau kriteria dari
sumber lain.
d. Apresiasi
Pemahaman apresiasai berhubungan dengan impak psikologi dan estetis
siswa. Selain itu, juga membimbing siswa mengenal teknik-teknik, bentuk,
gaya serta struktur kata. Pertanyaan pada kategori ini dapat diarahkan kepada
cara pengarang merangsang emosi pembaca. Misalnya, siswa diminta
mengungkapkan perasaannya mengenai isi bacaan, apakag terhadap pelaku,
peristiwa atau pemahaman konotasi dan denotasi kata.
Tes membaca menurut Ahmad Rofi‟uddin dan Darmiyati Zuchdi
(2014:174) diartikan sebagai alat untuk mengukur kemampuan siswa dalam
menggali informasi yang terdapat dalam teks bacaan, yang di dalamnya
melibatkan aspek: pemahaman bahasa dan lambang tertulis, gagasan, serta
nada dan gaya penulisan dengan melibatkan kemampuannya yang berkenaan
dengan komponen kebahasaan maupun komponen non-kebahasaan.
Ahmad Rofi‟uddin dan Darmiyati Zuchdi juga mengemukakan taksonomi
Smith & Barret untuk membuat tes membaca pemahaman. Hanya saja terdepat
perbedaan dengan yang dikemukakan oleh Supriyadi, dkk,. Bedanya dalam
taksonomi Barret yang dikemukakan oleh Ahmad Rofi‟uddin dan Darmiyati
Zuchdi (2014:182) terdiri dari lima kategori, yaitu pemahaman literal, penataan
kembali (reorganitation), pemahaman inferensial, evaluasi, dan apresiasi,
dedangkan dalam taksonomi Smith & Barret yang dikemukakan oleh Supriyadi,
dkk, hanya terdiri dari 4 kategori, dalam taksonomi tersbut tidak ada kategori
penataan kembali (reorganitation). Penataan kembali (reorganitation) adalah
kemampuan menganalisis, mensintesis, menata ide-ide daninformasi yang
diungkapkan secara eksplisit dalam bacaan.
Tes membaca pemahaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tes kompetensi membaca dengan mengonstrusksi jawaban. Siswa harus
mengemukakan jawaban sendiri dengan mengreasikan bahasa berdasarkan
informasi yang diperoleh dari wacana yang diujikan. Siswa dituntut untuk
memahami wacana dan berdasarkan pemahamannya kemudian siswa
mengerjakan tugas yang diberikan. Selanjutnya dalam penelitian ini
menggunakan taksonomi Barret yang dikemukakan oleh Ahmad Rofi‟uddin
dan Darmiyati Zuchdi yang meliputi pemahaman harfiah, reorganisasi,
pemahaman inferensial, evaluasi, dan apresiasi.
5. Bahan Tes Membaca Pemahaman
Tes kemampuan membaca digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam memahami isi atau informasi yang terdapat dalam bacaan. Oleh karena
itu, bahan tes membaca pemahaman perlu diperhatikan. Pemilihan wacana
yang akan digunkan untuk bahan tes membaca pemahaman menurut Burhan
Nurgiyantoro (2014:249), hendaknya mempertimbangkan segi tingkat
kesulitan, panjang pendek, isi, dan jenis atau bentuk wacana.
a. Tingkat kesulitan wacana
Pada tingkat kesulitan wacana perlu diperhatikan kekompleksan dan
struktur kosakata. Tingkat kesulitan wacana dapat disesuaikan dengan tingkat
kemampuan siswa.
b. Isi wacana
Isi wacana yang digunakan sebagai bahan membaca sebaiknya jangan
terlalu asing dan jangan terlalu umum. Jika terlalu asing siswa akan mengalami
kesulitan dalam memahami.
c. Panjang pendek wacana
Bacaan yang digunakan jangan terlalu panjang dan jangan terlalu pendek.
Ahmad Rofi‟uddin dan Darmiyati Zuchdi (2014:178) memberikan batasan
panjang teks bacaan yang diambil sebaiknya berisi kurang lebih 100 kata, dari
teks tersebut dapat diturunkan 6 sampai 7 butir pertanyaan.
d. Bentuk wacana
Wacana yang digunakan sebagai bahan tes kemampuan membaca dapat
berupa wacana yang berbentuk prosa (narasi, argumentasi, persuasi, maupun
deskripsi) atau dialog mapupun puisi.
Pemilihan materi bacaan atau bahan tes kemampuan membaca
merupakan salah satu tugas yang harus dilakukan guru. Pemilihan materi
bacaan harus diperhatikan, guru hendaknya memilih bacaan yang memiliki daya
tarik bagi siswa sehingga siswa akan termotivasi untuk membaca dengan
sungguh-sungguh dan berimplikasi pada pemahaman siswa terhadap bacaan.
Untuk dapat memilih materi bacaan yang menarik, guru dapat mengambil
wacana dari berbagai sumber, hal ini dimaksudkan agar siswa memiliki
wawasan yang luas serta membaca menjadi kegiatan yang menyenangkan dan
tidak membosankan.
Bahan tes membaca pemahaman yang digunakan dalam penelitian ini
memilih bacaan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, dengan
tingkat kesulitan wacana yang tidak terlalu sulit, isi wacana juga tidak terlalu
umum dan tidak terlalu asing bagi siswa, teks juga tidak terlalu panjang
maupun terlalu pendek. Bahan tes membaca pemahaman yang digunakan
dalam penelitian ini menyesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa.
6. Membaca Karya Sastra
Membaca sastra digolongkan kedalam membaca estetis yaitu membaca
yang berhubungan dengan seni atau keindahan. Dalam membaca sastra,
pembaca dituntut untuk mengaktifkan daya imajinasinya dan kreativitasnya agar
dapat memahami dan menghayati isi bacaan. Setelah membaca sebuah karya
sastra pembeca akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman melalui karya
sastra yang dibacanya. Di sinilah letak kelebihan pembaca karya sastra
dibandingkan pembaca karya-karya lain.
Karya sastra dikelompokkan menjadi 3 jenis, prosa, puisi, dan drama. Untuk
dapat memahami sebuah karya sastra dengan baik, pembaca harus memiliki
pengetahuan tentang fungsi dan unsur-unsur karya sastra yang dibacanya.
Prosa fiksi sebagai sebuah cerita rekaan yang biasa juga disebut sebagai cerita
rekaan memiliki fungsi untuk memberitahukan kepada pembaca tentang suatu
kejadian atau peristiwa yang mungkin ada dalam kehidupan nyata. Unsur-unsur
prosa fiksi seperti yang sudah Anda pelajari dalam mata kuliah sastra mencakup
tema, tokoh, alur, seting atau latar, gaya, dan sudut pandang. Dalam karya prosa
fiksi terkandung sebuah amanat yang dibungkus oleh unsur-unsur cerita
tersebut. Kejadian-kejadian dan amanat inilah yang akan Anda peroleh dari cerita
yang Anda baca sebagai suatu pengalaman
a. Teknik Membaca Prosa Fiksi
Membaca karya sastra memiliki banyak tujuan, namun dalam rangka
belajar dan pembelajaran, membaca karya sastra hanya memiliki 2 tujuan, yaitu
untuk melakukan apresiasi dan memberi kritik atau penilaian. Membaca karya
sastra untuk tujuan kritik sastra dapat atau sudah Anda pelajari pada mata kuliah
Kritik Sastra. Jadi teknik membaca prosa fiksi di sini bertujuan dalam rangka
membaca untuk keperluan apresiasi.
Kompetensi yang akan diraih dalam kegiatan membaca prosa fiksi atau
membaca cerita rekaan adalah: memahami dan menghayati semua yang
dituangkan pengarang dalam ceritanya sehingga pembaca dapat menangkap isi
cerita; dapat menganalisis unsur-unsur cerita sehingga tertangkap tema dan
amanat yang disampaikan oleh pengarang; dan dapat menceritakan kembali isi
cerita dengan baik, dan pada akhirnya dapat menilai cerita rekaan yang dibaca
dengan memberi penilaian mengenai bagus atau tidak baguskah cerita tersebut.
b. Langkah-langkah Membaca Prosa Fiksi
Membaca prosa fiksi atau cerita rekaan untuk tujuan menangkap isi cerita
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut. Membaca cerita secara
keseluruhan. Menandai dan mencari makna kata-kata sulit.
Membaca prosa fiksi dengan tujuan untuk mengapresiasi, dilakukan
langkah-langkah seperti di atas di tambah dengan menganalisis cerita dengan
cara mengidentifikasi unsur-unsur cerita dan memahami karakteristik setiap
unsur cerita tersebut. Misal unsur tokoh, di sini pembaca mengidentifikasi
bagaimana watak para tokoh, apa saja yang dilakukan para tokoh, bagaimana
para tokoh menyikapi segala permasalahan yang dihadapi, dan sebagainya.
Peran unsur-unsur cerita ini saling terkait satu dengan yang lainnya,
sehingga jalinan peran antarunsur cerita yang disusun pengarang cerita tersebut
membentuk suatu keutuhan yang membantu pembaca dalam memahami,
menikmati, dan menghayati karya tersebut.
c. Membaca Drama
Drama adalah cerita yang dilakonkan. Artinya karya sastra jenis drama
memiliki isi yang tidak berbeda dengan prosa fiksi, hanya pada drama para
pelaku atau tokoh yang ada dalam prosa fiksi melakonkan sendiri peristiwanya.
Dengan demikian drama ditulis dalam bentuk naskah yang didalamnya ada
narasi, dan dialog antar tokoh.
Berdasarkan bentuknya yaitu naska, maka membaca drama bertujuan
untuk melakukan pementasan atau pertunjukkan. Jadi membaca naskah drama
yang benar adalah secara berkelompok sesuai dengan jumlah tokoh yang ada
dalam naskah tersebut.
Persamaannya dengan prosa fiksi, drama memiliki unsur-unsur yang mirip
dengan prosa, yaitu ada tema, tokoh, latar, alur, tema, serta amanat. Dalam
pertunjukkannya, drama dapat dibagi menjadi beberapa babak.
d. Teknik Membaca Drama
Langkah-langkah yang dilakukan dalam membaca drama disesuaikan
dengan tujuan yaitu pementasan drama. Jadi sebelum melakukan kegiatan
dibuat persiapan berupa pemilihan tokoh sesuai dengan jumlah dan peran setiap
tokoh.
Langkah-langkah Membaca Drama
Membaca naskah drama secara keseluruhan. Membaca, menghafal, dan
mengahayati dialog/isi dialog yang diperankan. Memberikan gerak (pola) yang
sesuai dengan isi dialog.
Berlatih melafalkan dialog dengan penghayatan/ekspresi dan gerak yang
sesuai dengan isi dialog. Berlatih memerankan masing-masing tokoh sehingga
menghasilkan sebuah drama yang bagus.
e. Teknik Membaca Puisi
Membaca puisi pada umumnya bertujuan untuk dapat membacakan puisi
tersebut dihadapan orang lain dengan baik. Untuk keperluan tersebut yang harus
diketahui pembaca adalah hakikat puisi. Puisi adalah karya sastra yang kaya akan
makna, ada yang memberi istilah puisi itu padat makna.
Sebuah puisi pada dasarnya adalah sebuah cerita yang berisi berbagai
peristiwa, namun tidak semua peristiwa dalam puisi itu diceritakan. Yang
dikemukakan dalam puisi hanyalah inti masalah, peristiwa atau inti cerita. Oleh
karena itu dalam penciptaan puisi pengarang banyak melakukan pemadatan.
Artinya, bahasa yang digunakan puisi dicari kata-kata yang singkat atau bahkan
sengaja disingkat dengan cara mengambil inti dasarnya, seperti menghilangkan
imbuhan, menghilangkan pengulangan dan sebagainya. Ada pula puisi yang
menuangkan maknanya melalui bentuk puisi itu sendiri yang disebut dengan
tipografi, seperti contoh puisi berikut ini.
POT
pot apa pot itu pot kaukah pot itu
Pot pot pot yang jawab pot pot pot kaukah pot itu yang jawab pot pot pot
kaukah pot itu
pot pot pot potapa potitu potkaukah potaku?
POT
(Sutarji Calzoum bachri, 1981)
Langkah-langkah Membaca Puisi
Membaca puisi bertujuan untuk membacakan puisi di depan penonton
maka sebelum berhadapan penonton pembaca harus terlebih dahulu
mengetahui: siapa dan berapa banyak penoton yang diperkirakan akan hadir;
berapa luas panggung dan aula atau gedung tempat berlangsungnya pembacaan
puisi tersebut.
Jika kegiatan ini dilakukan di dalam kelas, siswa tentu sudah tidak
kesulitan dengan hal tersebut, hanya guru tetap harus memberikan arahan dan
bimbingan bagaiman cara membaca puisi di hadapan orang banyak dengan baik.
Setelah hal itu dipersiapkan dilakukan kegiatan:
Membaca puisi secara keseluruhan.
Menandai dan mencari makna kata-kata sulit.
Memaknai puisi baris demi baris
Memaknai/menangkap isi puisi setiap bait.
Menangkap isi dan maksud puisi secara keseluruhan.
7. Pembelajaran Berbasis Web (e-Learning)
Pembelajaran berbasis web (e-learning) atau kadang disebut web-based
education (WBE) dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia
pendidikan untuk sebuah proses pembelajaran. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa semua pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi internet
dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya maka
kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web.
Kemudian yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah kecepatan dan tidak
terbatasnya pada tempat dan waktu untuk mrngakses informasi. Kegiatan belajar
dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan di mana saja
dirasakan aman oleh peserta didik tersebut. Batas ruang, jarak dan waktu tidak
lagi menjadi masalah yang rumit untuk dipecahkan.
Teknologi internet memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk
mendapatkan informasi apa saja dari mana saja dan kapan saja dengan mudah
dan cepat. Informasi yang tersedia diberbagai pusat data diberbagai komputer di
dunia. Selama komputer-komputer tersebut saling terhubung dalam jaringan
internet, dapat kita akses dari mana saja. Ini merupakan salah satu keuntungan
belajar melalui internet.
Mewujudkan pembelajaran berbasis web bukan sekedar meletakan materi
belajar pada web untuk kemudian diakses melalui komputer, web digunakan
bukan hanya sebagai media alternatif pengganti kertas untuk menyimpan
berbagai dokumentasi atau informasi. Web digunakan untuk mendapatkan sisi
unggul yang tadi telah diungkap. Keunggulan yang tidak dimiliki media kertas
ataupun media lain.
Banyak pihak mencoba menggunakan teknologi web untuk pembelajaran
dengan meletakan materi belajar secara online, lalu menugaskan peserta didik
untuk mendapatkan (dowenloading) materi belajar itu sebagai tugas baca.
Setelah itu mereka diminta untuk mengumpulkan laporan, tugas dan lain
sebagainya kembali ke pendidik juga melalui internet. Jika ini dilakukan tentunya
tidaklah menimbulkan proses belajar yang optimal.
Kita dapat membayangkan suasana di ruang kelas ketika sebuah “proses
pembelajaran” sedang berlangsung. Berapa banyak diantara peserta didik aktif
terlibat dalam diskusi dan sesi tanya-jawab? Apa yang mereka dilakkukan di
kelas? dan tentunya masih banyak lagi pertanyaan-peranyaan lain yang
sebenarnya kita sudah mengetahui jawabannya. Monitoring proses dalam
pembelajaran berbasis web lebih sulit daripada di ruang kelas. Menyediakan
bahan belajar online tidak cukup. Diperlukan sebuah desain instruksional sebagai
model belajar yang mengundang sejumlah (sama banyaknya dengan kegiatan di
ruang kelas) peserta didik unuk terlibat dalam berbagai kegiatan belajar.
Satu hal yang perlu diingat adalah bagaimana teknologi web ini dapat
membantu proses belajar. Untuk kepentingan ini materi belajar perlu dikemas
berbeda dengan penyampaian yang berbeda pula. Implementasi Pembelajaran
Berbasis E-learning Model pembelajaran dirancang dengan mengintegrasikan
pembelajaran berbasis e-learning dalam program pembelajaran konvensional
tatap muka. Proses pembelajaran konvensional tatap muka dilakukan dengan
pendekatan Student Centered Learning (SCL) melalui kerja kelompok. Model ini
menurut parisipasi pesera didik yang tinggi.
Untuk merancang dan mengimplementasikan pembelajaran berbasis e-
learning, langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Sebuah program pendidikan untuk peningkatan mutu pembelajaran di
lingkungan sekolah/kampus dengan berbasis web. Program ini dilakukan
idealnya selama 5-10 bulan dan dibagi menjadi 5 tahap. Yaitu tahap 1, 3, 5
dilakukan secara jarak jauh dan untuk itu dipilih media web sebagai alat
komunikasi. Sedangkan fase 2 dan 4 dilakukan secara konvensional tatap
muka atau tutorial.
b. Menatapkan sebuah mata pelajaran/kuliah pilihan di jurusan. Pembelajaran
dengan tatap muka dilakukan secara rutin tiap minggu pada tujuh minggu
pertama. Setelah itu tatap muka dilakukan setiap 2 atau 3 minggu sekali. Dua
program pendidikan itu disampaikan melalui berbagai macam kegiatan
belajar secara kelompok. Belajar dan mengerjakan tugas secara kolaboratif
dalam kelompok sangat dominan pada kedua program tersebut.
c. Interaksi Secara Tatap Muka dan Virtual Teknologi web memungkinkan
pembelajaran dilakukan virtual secara penuh (web course). Interaksi satu
sama lain dilakukan secara jarak jauh. Namun demikian yang sering
digunakan adalah memadukan antara pembelajaran online melalui e-learning
dan tatap muka (web centric course). Ada tiga alasan mengapa forum tatap
muka masih dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran e-learning. Alasan
tersebut adalah:
d. Perlunya forum untuk menjelaskan maksud dan mekanisme belajar yag akan
dilalui bersama secara langsung dengan semua siswa/peserta didik.
Keberhasilan sebuah proses pembelajaran juga ditentukan oleh pemahaman
peserta didik tentang apa, mengapa dan bagaimana proses belajar dan
mengerjakan tugas akan berlangsung. Peserta didik perlu mengetahui
keluaran dan kompetensi apa yang akan didapat setelah mengikuti suatu
kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pengalaman, menjelaskan maksud dan
mekanisme belajar merupakan langkah awal yang sangat vital. Kelancaran
proses pembelajaran selanjutnya sangat ditentukan pada tahapan ini.
e. Perlunya memberikan pemahaman sekaligus pengalaman belajar dengan
mengerjakan tugas secara kelompok dan kolaboratif pada setiap peserta
didik. Karena model pembelajaran yang dirancang menuntut kerja kelompok
maka peserta didik perlu memiliki kompetensi dan komunikasi. Iklim
partisipatoris dan aktif terlibat dalam berbagai kegiatan perlu dikenalkan
sekaligus dialami oleh setiap peserta didik. Untuk itu mengenal pribadi satu
dengan yang lain perlu dilakukan secara langsung guna membangun suatu
kelompok yang kokoh selama kerja secara virtual selanjutnya.
f. Perlunya pemberian pelatihan secukupnya dalam menggunakan komputer
yang akan digunakan sebagai media komunikasi berbasis web kepada setiap
peserta didik. Dengan menyertakan berbagai keiatan menggunakan
komputer beserta fasilitas sistem momunikasi pendukungnya, maka setiap
peserta didik harus mempunyai keterampilan mengoprasikannya.
Kekurangpahaman dalam mengoperasikan peralatan tersebut sangat
berdampak pada kemungkinan rendahnya partisipasi mereka dalam berbagai
kegiatan diskusi virtual selanjutnya.
g. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, teknologi informasi sudah
betul-betul merasuk ke dalam kehidupansehari-hari. Dalam berbagai hal
dapat kita lihat implikasinya. Berbagai dokumen dapat kita baca untuk
melihat hal ini. Di bawah ini akan dibahas implikasi ICT dalam bidang
Pendidikan. Adanya ICT (e-learning dan CBI) membuka sumber informasi
yang tadinya susah diakses. Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi
masalah lagi. Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi yang
mahal harganya. Adanya Jaringan ICT atau Internet memungkinkan seseorang
di Indonesia untuk mengakses perpustakaan di Malaysia. Aplikasi telnet
(seperti pada aplikasi hytelnet) atau melalui web browser (Netscape dan
Internet Explorer). Sudah banyak cerita tentang pertolongan Internet dalam
penelitian pendidikan, tugas akhir. Tukar menukar informasi atau tanya
jawab dengan pakar dapat dilakukan melalui Internet. Tanpa adanya Internet
banyak tugas akhir, thesis, dan disertasi yang mungkin membutuhkan waktu
yang lebih banyak untuk diselesaikan.
Kerjasama antar ahli dan juga dengan peserta didik yang letaknya
berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu, seseorang
harus berkelana atau berjalan jauh untuk menemui seorang pakar untuk
mendiskusikan sebuah masalah. Saat ini hal ini dapat dilakukan dari rumah
dengan mengirimkan email. Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan
saling tukar menukar data melalui Internet, via email, ataupun dengan
menggunakan mekanisme file sharring. Bayangkan apabila seorang peserta didik
di Indonesia dapat berdiskusi masalah pendidikan dengan seoran pakar Universiti
Malaya di Kuala Lumpur Malaysia. Peserta didik di manapun di Indonesia dapat
mengakses para ahli atau pendidik yang terbaik di Indonesia dan bahkan di
dunia. Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi.
Sharring information juga sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar
penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil-hasil penelitian di
perpendidikan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan bersama-sama
sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi.Distance
learning dan virtual campus merupakan sebuah aplikasi baru bagi Internet.
Bahkan tak kurang pakar ekonomi Peter Drucker mengatakan bahwa “Triggered
by the Internet, continuing adult education may wll become our greatest growth
industry”. Virtual university memiliki karakteristik yang scalable, yaitu dapat
menyediakan pendidikan yang diakses oleh orang banyak. Jika pendidikan hanya
dilakukan dalam kelas biasa, berapa jumlah orang yang dapat ikut serta dalam
satu kelas? Jumlah peserta mungkin hanya dapat diisi 50 orang. Virtual university
dapat diakses oleh siapa saja, darimana saja.
Bagi Universitas/Perguruan Tinggi di Indonesia, manfaat-manfaat yang
disebutkan di atas sudah dapat menjadi alasan yang kuat untuk menjadikan
Internet sebagai infrastruktur bidang pendidikan. Untuk merangkumkan manfaat
Internet bagi bidang pendidikan di Indonesia:
1) Akses ke perpustakaan;
2) Akses ke pakar/Pendidik;
3) Menyediakan fasilitas kerjasama.
Kegiatan pembelajaran berbasis web (e-learning) dengan munculnya
berbagai software pendukung yang dapat digunakan untuk kepentingan
pengembangan layanan pembelajaran, sekarang ini para pendidik dapat
mendasain sistem perkuliahan dengan berbasis pada e-learning, yaitu dengan
menggunakan salah satu bahasa pemrograman baik itu HTML, Pront Page,
MySQL dan lainnya. Hal ini dapat memberikan variasi dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Seorang pendidik tidak harus selalu menjejali siswanya dengan
informasi yang membosankan.
Menggunkan Teknologi e-learning dan pembelajaran berbasis komputer
seorang pendidik dapat memanfaatkan komputer dan internet sebagai
suplemen, major resources atau bila memungkinkan sebagai total teaching,
dimana pendidik hanya sebagai fasilitator dan peserta didik dapat belajar secara
individual baik dengan menggunakan model web Course, Web Centric Course
maupun menggunkan model Web Enhanced Course.
Penerapan layanan pembelajaran berbasis e-learning seorang pendidik
dapat menggunakan model penerapan pembelajaran berbasis e-learning baik itu
berupa selective model (bila jumlah komputer hanya 1 unit), sequential model
(bila jumlah komputer hanya 2 atau 3 unit), Static Station Model (jumlah
komputer terbatas dan melibatkan penggunaan sumber belajar lain), dan
laboratory model (model ini digunakan jika tersedia sejumlah komputer di lab
yang dilengkapi dengan jaringan internet)
e-learning Menurut Jaya Kumar C. Koran (2016:29), e-learning adalah
pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau
internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.
Adapula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang
dilakukan melalui media internet.
E-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat
elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan
kebutuhannya. Atau e-learning didefinisikan sebagai berikut: e-learning is a
generic term for all technologically supported learning using an array of teaching
and learning tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing,
satellite transmissions, and the more recognized web-based training or computer
aided instruction also commonly referred to as online courses (Soekartawi,
Haryono dan Librero, 2016:75).
Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-learning yaitu kelas
‘tradisional’, pendidik dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan
untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada siswanya. Sedangkan di dalam
pembelajaran ‘e-learning’ fokus utamanya adalah siswa/peserta didik. Peserta
didik belajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk
pembelajarannya. Suasana pembelajaran ‘e-learning’ akan ‘memaksa’ peserta
didik memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Peserta didik
membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.
Khoe Yao Tung (2000:70) mengatakan bahwa setelah kehadiran
pendidik/guru dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan
komplemen dalam menjadikan wakil pendidik/guru yang mewakili sumber
belajar yang penting di dunia.
Cisco (2014:32) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut. Pertama,
e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan,
pelatihan secara on-line. Kedua, e-learning menyediakan seperangkat alat yang
dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar
konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis
komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi.
Ketiga, e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di
dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan
content dan pengembangan teknologi pendidikan.
Keempat, Kapasitas peserta didik amat bervariasi tergantung pada bentuk
isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar content dan alat
penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas peserta didik
yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik. Sedangkan Karakteristik
e-learning, antara lain. Pertama, Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di
mana pendidik dan peserta didik, peserta didik dan sesama peserta didik atau
pendidik dan sesama pendidik dapat berkomunikasi dengan relatif mudah
dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
Kedua, Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer
networks). Ketiga, Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning
materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh pendidik dan
peserta didik kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan
memerlukannya. Keempat, Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil
kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan
dapat dilihat setiap saat di komputer. Untuk dapat menghasilkan e-learning yang
menarik dan diminati, Onno W.
Purbo (2016:55) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam
merancang elearning, yaitu: sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang
sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan
menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan
mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar
peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada
belajar menggunakan sistem e-learning-nya. Syarat personal berarti pengajar
dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang pendidik yang
berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi
yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu
segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah
berlama-lama di depan layar komputernya. Kemudian layanan ini ditunjang
dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta
didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat
mungkin oleh guru atau pengelola.
Pengembangan Model e-learning Pendapat Haughey (1998) tentang
pengembangan e-learning. Menurutnya ada tiga kemungkinan dalam
pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web course, web
centric course, dan web enhanced course. Web Course adalah penggunaan
internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan pendidik
sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh
materi/bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan
pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata
lain model ini menggunakan sistem jarak jauh.
Web Centric Course adalah penggunaan internet yang memadukan antara
belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampikan
melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling
melengkapi. Dalam model ini pendidik bisa memberikan petunjuk pada peserta
didik untuk peserta didik materi perkuliahan melalui web yang telah dibuatnya.
Peserta didik juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs
yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pendidik lebih banyak diskusi
tentang temuan materi yang telah dipeserta didiki melalui internet tersebut.
Web Enhanced Course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang
peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet
adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik
dengan pendidik, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik
dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pendidik dalam hal ini dituntut
untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing peserta
didik mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan
perkuliahan, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati,
melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang
diperlukan.
Pembelajaran Berbasis Komputer (PBK) Teknologi informasi dan
komunikasi telah berkembang seiring dengan globalisasi, sehingga interaksi dan
penyampaian informasi akan berlangsung dengan cepat. Pengaruh blobalisasi ini
dapat berdampak positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari
berbagai negara dapat saling bertukar informasi, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tapi dilain pihak, hal ini menimbulkan digital-divide atau perbedaan
mencolok antara yang mampu dan yang tidak mampu dalam akses efektifitas
penggunaan ICT.
Persaingan yang terjadi pada era globalisasi ini menumbuhkan kompetisi
antar bangsa sehingga menuntut adanya pengembangan kualitas sumber daya
manusia. Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam pengembangan sumber
daya manusia, dan bagi Indonesia hal ini menjadi tantangan dalam meningkatkan
mutu sistem pendidikan.
Indonesia adalah salah satu negara yang berusaha mengurangi digital
divide diantara penduduknya melalui penggunaan ICT dalam berbagai sektor
(Yuhetty dalam Ali, 2015: 18). Kebijakan pemerintah atas penggunaan ICT
didasarkan pada Keppres No. 50/2000 tentang pengadaan team koordinir
Telematika Indonesia. Telematika adalah kepanjangan dari Teknologi
Telekomunikasi, Media dan Informatika yang mengacu pada pemanfaatan ICT
dalam berbagai sektor dan aspek kehidupan. Team tersebut terdiri dari dari
semua menteri, termasuk Menteri Pendidikan Nasional.
Tugas team tersebut adalah merealisasikan kebijakan pemerintah tentang
pelaksanaan Telematika, diantaranya yaitu merumuskan tahapan dan prioritas
dalam pengembangannya, monitoring dan mengontrol pelaksanaannya dan
melaporkan hasil pelaksanaannya kepada Presiden. Pemanfaatan komputer
difokuskan pada pemanfaatan e-learning dan pembelajaran berbasis komputer.
Hal ini dikarenakan pemanfaatan komputer dalam pendidikan telah sangat
meluas dan menjangkau berbagai kepentingan. Diantara pemanfaatanya adalah
untuk kepentingan pembelajaran yaitu untuk membantu para guru/pendidik
dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
Terkait dengan peningkatan mutu pembelajaran secara garis besar
komputer dimanfaatkan dalam dua macam penerapan yaitu dalam bentuk
pembelajaran dengan bantuan komputer (CAI) dan pembelajaran berbasis
komputer (CBI). Dalam banyak hal kedua penerapan dalam pemanfaatan
komputer untuk pembelajaran ini adalah sama. Perbedaan yang menonjol
diantara keduannya terletak pada fungsi perangkat lunak yang digunakan. Pada
CAI perangkat lunak yang digunakan berfungsi membantu proses pembelajaran,
seperti sebagai multi media, sebagai alat bantu dalam demonstrasi atau sebagai
alat bantu dalam presentasi.
Adapun pembelajaran berbasis komputer atau CBI mempunyai fungsi lebih
luas. Perangkat lunak dalam CBI di samping bisa dimanfaatkan sebagai fungsi CAI,
juga bisa dimanfaatkan dengan fungsi sebagai sistem pembelajaran individual.
Karena dia berfungsi sebagai sistem pembelajaran individual, maka perangkat
lunak CBI bisa memfasilitasi belajar kepada individu yang memanfaatkannya.
Oleh karena itu pengembangan perangkat lunak CBI harus mempertimbangkan
prinsip-prinsip belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran individual (individual
learning).
Model Pembelajaran Berbasis Komputer Model Instructional Games
Tujuan Instructional games adalah untuk menyediakan suasana/lingkungan yang
memberikan fasilitas belajar yang menambah kemampuan siswa. Instructional
games tidak perlu menirukan realita namun dapat memiliki karakter yang
menyediakan tantangan yang menyenangkan bagi siswa.
Definisi Instructional games dapat terlihat dengan mengenali contoh-contoh
permainan yang ada, permainan instruksional ini memiliki komponen dasar
sebagai pembangkit motivasi dengan memunculkan cara berkompetisi untuk
mencapai sesuatu.
8. Quizizz
Quizizz adalah aplikasi pendidikan berbasis game, yang
membawa aktivitas multi pemain ke ruang kelas dan
membuatnya di kelas latihan interaktif dan menyenangkan.
Dengan menggunakan Quizizz, peserta didik dapat melakukan latihan
di dalam kelas pada perangkat elektronik mereka.
Tidak seperti itu aplikasi pendidikan lainnya, Quizizz memiliki
karakteristik permainan seperti avatar, tema, meme, dan musik
menghibur dalam proses pembelajaran. Quizizz juga
memungkinkan peserta didik untuk saling bersaing dan
memotivasi mereka belajar. Peserta didik mengambil kuis pada saat
yang sama di kelas dan melihat peringkat langsung mereka di
papan peringkat. Instruktur dapat pantau prosesnya dan unduh
laporan ketika kuis selesai untuk mengevaluasi kinerja
peserta didik. Menggunakan ini aplikasi membantu merangsang
minat dan meningkatkan konsentrasi peserta didik.
a. Cara Membuat soal di Quizizz.com
Setelah selesai membuat akun, langkah selanjutnya adalah membuat soal
di Quizizz.com. Untuk itu, ikuti langkah-langkah di bawah ini!
Langkah 1
Klik open quiz creator
Langkah 2
Perhatikan gambar berikut!
Keterangan :
1. Masukkan nama kuis yang akan dibuat. Misalkan "Kuis Gatra Guru"
2. Pilih bahasa yang digunakan dalam kuis.
3. Masukkan gambar untuk kuis. Gambar ini boleh diisi, boleh tidak.
4. Setelah selesai, klik save.
Langkah 3
Klik create new question untuk mulai membuat soal.
Langkah 4
Kita akan dibawa ke halaman seperti di bawah ini. Silakan isikan sesuai dengan
keterangan dibawah!
Keterangan :
Single answer adalah soal dengan satu jawaban benar.
Multy select, adalah soal dengan jawaban benar lebih dari satu.
1. Untuk membuat soal
2. Untuk pilihan 1
3. Untuk pilihan 2
4. Untuk pilihan 3
5. Untuk pilihan 4
6. Untuk menghapus pilihan tinggal menekan ikon tong sampah. Untuk
jawaban yang benar, silakan klik tanda centang di sebelah kiri sampai
berwarna hijau.
7. Untuk menambah option jawaban
8. Untuk mengatur waktu menjawab bisa dipilih 5, 10, 15, 20, dst (waktu
dalam detik)
9. Jika semua sudah selesai, klik save.
Tampilan layar disebelah kanan adalah tampilan soal yang akan muncul di HP
siswa.
Langkah 5
Silakan buat soal sebanyak yang diinginkan. Jika sudah, silakan klik finish quiz
kemudian isi grade dan choose relevance subjetc.
Grade : Untuk siswa kelas berapa
choose relevance subjetc : silakan pilih kuis kita tentang apa.
b. Cara memberikan soal Quizizz.com kepada siswa.
Setelah kuis selesai dibuat, langkah kita selanjutnya adalah memberikan
kuis tersebut kepada siswa. Berikut langkah yang harus dilakukan agar kita bisa
memberikan kuis tersebut kepada siswa.
Langkah 1
Klik live game
Langkah 2
Silakan melakukan pengaturan seperti di bawah ini!
Keterangan
1. Jika berwarna hijau, pertanyaan akan diacak. (buat berwarna hijau)
2. Jika berwarna hijau, jawaban akan diacak. (buat berwarna hijau)
3. Jika berwarna hijau, setelah selesai siswa akan diperlihatkan jawaban
yang benar. (buat berwarna hijau)
4. Buat agar berwarna hitam.
5. Buat berwarna hitam.
6. Biarkan berwarna hijau
7. Biarkan berwarna hijau
8. Biarkan berwarna hijau
Langkah 3
Kalau sudah selesai silakan tekan proceed, maka kuis sudah siap diberikan
kepada siswa. Mintalah siswa untuk mengetik join.Quizizz.com di browser HPnya.
c. Cara join di kuis online Quizizz.com
Tutorial ini untuk siswa yang ingin mengikuti kuis online Quizizz.com.
Langkah 1
Masuk ke join.Quizizz.com, kemudia klik ikon join. Perhatikan gambar di
bawah ini!
Langkah 2
Minta siswa memasukkan game code, kemudian memasukkan nama
mereka. Siswa yang telah bergabung akan terlihat di layar laptop guru. Kuis bisa
simulai setelah seluruh siswa bergabung di dalam kuis. Guru hanya tinggal klik
start.
9. Pengertian motivasi belajar
Motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dalam diri siswa
(intrinsik) dan dari luar diri siswa (ekstrinsik) untuk melakukan sesuatu. Motivasi
instrinsik meliputi hasrat dan keinginan untuk berhasil, dorongan kebutuhan
untuk belajar, dan harapan akan cita-cita siswa. Sedangkan motivasi ekstrinsik
yang meliputi adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, kegiatan
belajar yang menarik, dan adanya upaya guru dalam membelajarkan siswa.
Motivasi belajar Menurut Djamarah (2014: 149), motivasi yang berasal dari
dalam diri pribadi seseorang disebut “motivasi intrinsik”, yaitu motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Hal ini
dikarenakan di dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Sedangkan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang disebut
“motivasi ekstrinsik”, yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar.
a. Realita lapangan
Tak dapat dipungkiri bahwa motivasi belajar merupakan salah satu aspek
yang berperan signifikan dalam proses tercapainya tujuan pembelajaran dan
motivasi belajar juga akan mempegaruhi dan dipengaruhi oleh aspek kognitif,
afektif dan psikomotor peserta didik.
Motivasi belajar mempengaruhi aspek kognitif, afektif dan psikomotor dan
motivasi belajar juga dipengaruhi oleh aspek kognitif, afektif dan psikomotor jadi
dapat dikatakan antara aspek-aspek tesebut memiliki korelasi. motivasi belajar
berperan sebagai stimulus untuk merangsang minat dan gairah belajar peserta
didik khususnya di Sekolah Dasar.
Jika seorang guru mampu mendesain situasi pembelajaran yang mampu
mengeksplorasi kemampuan siswa dan mampu meningkatkan motivasi belajar
dan menghilangkan persfektif bahwa belajar adalah sesuatu proses yang kaku
dan membuat jenuh dan bosan maka tujuan pembelajaran akan dapat tercapai
baik tujuan insidental dan tujuan intermeditari, Namun dari pengamatan yang
saya lakukan dalam proses pembelajaran di SMP bahwasanya tingkat motivasi
belajar setiap siswa masih kurang hal ini disebabkan oleh pengaruh yang berasal
dari dalam diri siswa maupun pengaruh yang berasal dari luar diri siswa.
Contoh hal yang berkaitan dengan motivasi belajar
1) Siswa kurang memperhatikan ketika guru menjelaskan
2) Siswa termotivasi belajar hanya saat awal-awal pelajaran (2 mata pelajaran)
Namun setelah keluar istirahat maka motivasi belajarnya berkurang
3) Guru yang kurang kreatif saat mengajar sehingga siswa merasa jenuh dan
bosan
4) Kondisi kelas yang kurang terawat
5) Guru yang kurang professional
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
Adapun menurut ahli yang menjadi faktor intrinsik yang mempengaruhi
motivasi belajar siswa adalah Faktor Motivasi instrinsik adalah
(Purwanto,2014:54)
Minat merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu, dimana minat
belajar yang tinggi akan menyebabkan belajar siswa menjadi lebih mudah dan
cepat. Minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang
melakukan kegitan tertentu yang spesifik. Minat adalah kecenderungan
seseorang untuk merasa pada objek tertentu yang dianggap penting. Dari rasa
ketertarikan terhdap sesuatu akan membentuk motivasi yang akhirnya
teraktualisasi dalam perilaku belajrnya. Syarat yang penting untuk memulai
sesuatu adalah minat terhadap apa yang mau dipelajari. Tanpa minat dan hanya
didasari atas dasar tepaksa, maka tidak akan tercipata motivasi belajar sehingga
hasil yag didapat tidak akan optimal meskipun cara belajar yang digunakan sudah
efektif.
Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan,
bahasa dan nilai-nilai kehidupan serta oleh perkembangan kepribadian. Cita-cita
untuk menjadi sesorang (gambaran ideal) akan memperkuat semangat belajar.
Seseorang dengan kemauan besar serta didukung oleh cita-cita yang sesuai maka
akan menimbulkan semangat dan dorongan yang besar untuk bisa meraih apa
yang diinginkan.
Motivasi belajar adalah usaha-usaha seseorang (siswa) untuk
menyediakansegala daya (kondisi-kondisi) untuk beljar sehingga ia mau atau
ingin melakukan pembelajaran. Kondisi- kondisi tersebut baik fisik maupun emosi
yag dihadapi oleh peserta didik akan mempengaruhi keinginan individu untuk
belajar dan tentunya akan melemahkan dorongan untuk melakukan sesuatu
dalam kegiatan belajar. Kondisi fisik serta pikiran yang sehat akan menumbuhkan
motivasi blejar. Sehat berarti dalam keadaan baik, segenap badan beserta
bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit serta keadaan akal yang sehat. Proses
belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan terganggu.
Keadaan emosional dan sosial berupa perasaan tertekan, yang selalu dalam
keadaan takut akan kegagalan, yang mengalami kegoncangan karena emosi-
emosi yang kuat tidak dapat belajar efektif. Demikian pula anak yang tidak
disukai oleh teman dan lingkungan sosialnya akan menemui kesulitan belajar.
Sejalan dengan pendapat yang dkemukakan oleh ahli diatas bahwa faktor
intrinsik memang dipengaruhi oleh minat, cita-cita dan kondisi siswa sehingga
apabila seorang pendidik mampu mengakumulasi ketiga hal tersebut maka dapat
dipastikan bahwa pendidik tersebut mampu meningkatkan motivasi belajar
siswa.
B. Kerangka Pikir
Keterampilan berbahasa Indonesia mempunyai empat komponen yaitu,
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan
keterampilan menulis. Namun, keterampilan membacalah yang merupakan
kemampuan seseorang untuk dikatakan terampil berbahasa. Berdasarkan
keyakinan ini, maka penulis bertujuan melaksanakan pemecahan masalah
melalui tindakan perbaikan yang terdiri atas dua siklus dengan menggunakan
penerapan aplikasi Quizizz.
Melalui penerapan aplikasi Quizizz yang diberikan secara bertahap
diharapkan siswa belajar membaca pemahaman sehingga siswa diharapkan akan
lebih mudah memahami sebuah wacana yang dibacanaya, dan tidak lagi merasa
terbebani dengan pekerjaan memembaca pemahaman yang sebagian besar
siswa masih terasa berat.
Quizizz adalah aplikasi pendidikan berbasis game, yang
membawa aktivitas multi pemain ke ruang kelas dan membuatnya
di kelas latihan interaktif dan menyenangkan. Dengan
menggunakan Quizizz, peserta didik dapat melakukan latihan di dalam
kelas pada perangkat elektronik mereka.
Penerapan aplikasi Quizizz ini pula, dalam pembelajaran membaca
pemahaman diharapkan akan melahirkan sebuah minat yang besar berupa
adanya ketertarikan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran yang
berlangsung, adanya motivasi yang besar untuk belajar, dan adanya konsentrasi
penuh saata membaca pemahaman.
Belajar membaca pemahaman, siswa dapat belajar optimal jika Proses
pembelajaran untuk siswa harus benar-benar menyenangkan, sehingga siswa
betah untuk belajar. Suasana pembelajaran diciptakan agar tidak ada penekanan
psikologis bagi kedua belah pihak, guru dan siswa. penerapan aplikasi Quizizz
merupakan salah satu upaya terciptanya pembelajaran, terhindar dari
kejenuhan, kebosanan, dan persepsi belajar.
Kerangka pikir penerapan aplikasi Quizizz untuk meningkatkan
kemampuan membaca pemahaman bebas dapat digambarkan sebagai berikut:
C. Hipotesis Tindakan
Keterampilan Berbahasa
Indonesia
Siklus 1 Siklus II
Hasil Belajar
Membaca Pemahaman
Keterampilan Membaca
Penerapan Aplikasi Quizizz
Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi
Berdasarkan kajian teoretis di atas, maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini, adalah sebagai berikut: “Jika Penerapan Aplikasi Quizizz diterapkan
dalam proses pembelajaran, maka kemampuan membaca pemahaman siswa
kelas VII SMPN 40 Sinjai dapat meningkat”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
researh). Penelitian tindakan kelas adalah proses investigasi terkendali untuk
menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas, proses
pemecahan masalah tersebut dilakukan secara bersiklus, dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran di kelas tertentu.
Permasalahan yang muncul pada penelitian tindakan kelas berasal dari
masalah yang ada dalam kelas tempat penelitian tersebut. Proses pemecahan
masalah dilakukan secara bersiklus.
Penelitian tindakan kelas ini pemecahan masalah atau peningkatan
kulaitas pembelajran dilakukan dengan kerja sama dan kolaborasi antara
peneliti dan praktisi, dalam hal ini melibatkan kerja sama dan berkolaborasi
dengan guru kelas.
B. Lokasi, Subjek Penelitian dan Fokus Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SMPN 40 Sinjai.
2. Subjek Penelitian dan Fokus Penelitian
Pada penelitian ini, penelitian akan difokuskan pada keterampilan
membaca pemahaman siswa kelas 7 SMP Negeri 40 Sinjai. Selanjutnya,
penelitian akan dilaksanakan dengan prosedur PTK.
49
C. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus
kegiatan dengan perincian sebagai berikut :
1. Sikus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan
2. Siklus II dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat diperincikan sebagai
berikut:
Perencanaan
Pelaksanaan/tindakan Refleksi
Siklus I
Pengamatan/Evaluasi
Perencanaan
Siklus II Pelaksanaan/tindakan Refleksi
Pengamatan/Evaluasi
Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Penelitian (Kemmis & Taggart, 1988:25)
Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tahap pelaksanaan
tahap tindakan, tahap observasi dan tahap evaluasi, dan refleksi. Adapun
rincian kegiatan yang akan dilakukan pada setiap siklus adalah sebagai
berikut:
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
1) Menelaah kurikulum Sekolah Menengah Atas khususnya pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII khususnya pada kompeensi dasar
membaca pemahaman.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
3) Membuat evaluasi belajar yang akan diberikan pada tiap akhir siklus.
4) Membuat alat bantu mengajar, berupa gambar dan suara (audio) yang
mendukung dalam pembelajaran serta Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
yang diperlukan dalam rangka optimalisasi pembelajaran dengan penerapan
aplikasi Quizizz.
SIKLUS N
5) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi siswa pada
saat proses belajar mengajar di kelas berlangsung yang meliputi kehadiran,
keaktifan mengikuti pelajaran, rasa percaya diri, keterampilan siswa dalam
mengutarakan kalimatnya menjadi sebuah pendapat yang relevan dan
menggunakan kemampuan membaca pemahaman dengan perbendaharaan
bahasa yang dimilikinya sesuai dengan pokok bahasan/materi yang
diajarkan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan, pada pembelajaran ini
siswa mengikuti proses belajar mengajar dan mampu membaca pemahaman
dengan menerapkan cara belajar aplikasi Quizizz yang berkaitan dengan materi
setelah diberikan materi pelajaran dari guru.
c. Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini dilkasanakan proses observasi terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan lembar observasi.
1) Selama proses pembelajaran, akan diadakan pengamatan tentang:
- Aktivitas siswa mengikuti kegiatan pembelajaran berupa kesungguhan dan
perhatian siswa dalam menyimak materi pembelajaran yang disajikan.
- Kemampuan siswa melaksanakan aktivitas sesuai tujuan pembelajaran yakni
membaca pemahaman sesuai aplikasi Quizizz
- Rasa percaya diri yang diperlihatkan siswa dalam proses pembelajaran
berlangsung.
- Kekompakan, kerjasama dan pengetahuan yang terbangun dalam sebuah
kelompok.
2) Untuk mendapatkan informasi dari siswa tentang kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan maka pada akhir Siklus 2 siswa akan diminta
tanggapannya.
3) Hasil dari pelaksanaan tindakan akan dievaluasi dengan memberikan tes
diakhir tiap Siklus.
d. Refleksi
Hasil yang diperoleh dari tahap observasi dan evaluasi kemudian
dianalisis, untuk melihat data observasi apakah kegiatan yang telah dilakukan
telah dapat meningkatkan keterampilan kemampuan membaca pemahaman
melalui penerapan aplikasi Quizizz. Merefleksi setiap hal yang diperoleh melalui
hasil pengamatan, latihan dan tugas, mempelajari aspek keterampilan berbicara
dan pelaksanaan penerapan aplikasi Quizizz dengan kerja yang handal.
Pada tahap ini dilihat sampai dimana faktor-faktor yang diselidiki telah
dicapai. Hal-hal yang masih kurang akan ditindak lanjuti pada siklus kedua
dengan suatu model tindakan yang lebih memperbaiki dengan tetap
mempertahankan apa yang sudah baik.
2. Siklus II
Pada siklus II ini dilaksanakan selama duakali pertemuan.Pada dasarnya
langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus II ini telah memperoleh refleksi,
selanjutnya dikembangkan dan dimodifikasi tahapan-tahapan yang ada pada
siklus I dengan beberapa perbaikan dan penambahan sesuai dengan kenyataan
yang ditemukan.Improvisasi dalam hal perbaikan dan pengembangan juga
dilakukan pada siklus ini.
Refleksi pada siklus II meliputi:
a) Menilai dan mengamati perkembangan kemampuan membaca
pemahaman setiap siswa pada siklus kedua.
b) Mengamati dan mencatat perkembangan-perkembangan atau hal-hal yang
dialami oleh siswa selamanya berlangsungnya proses belajar serta pada
saat latihan pemantapann.
c) Menarik beberapa kesimpulan dari hasil analisis refleksi dan keseluruhan
data yang diperoleh selama 2 siklus.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan suatu proses keterlibatan peneliti di lapangan untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Berdasarkan
pengertian di atas, maka observasi merupakan pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti berupa peristiwa belajar mengajar yang terjadi di kelas (Ahmad,
2013:115). Mengamati situasi guna memantapkan observasi yang kita lakukan.
Alat yang digunakan dalam observasi berupa pedoman lembar observasi.
Menurut Arikunto, (2016:204) lembar observasi sangat diperlukan dalam
kegiatan refleksi sebagai upaya untuk mengkaji keberhasilan dan kegagalan
pencapaian tujuan pembelajaran pada setiap siklus dan menentukan tindak
lanjut pada putaran siklus berikutnya. Jenis data yang dikumpulkan dalam
observasi yaitu :
a. Data tentang proses atau langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh
guru untuk memancing minat siswa agar aktif dalam mengembangkan
kemampuannya membaca pemahaman melalui penerapan aplikasi Quizizz.
b. Data tentang aktivitas siswa dan aktivitas guru selama proses pembelajaran
melalui penerapan aplikasi Quizizz. Data yang dikumpulkan ini berupa
instrumen observasi terhadap aktivitas siswa dan aktivitas guru terlampir
dalam lembar observasi. Lembar observasi yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah:
1. Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswa adalah data yang diperoleh peneliti berdasarkan
hasil pengamatan kepada siswa setelah diterapkan Quizizz . Format yang disusun
berisi butir-butir kejadian atau tingkah laku siswa digambarkan akan terjadi.
2. Lembar observasi guru
Lembar observasi guru adalah data yang diperoleh peneliti berdasarkan
hasil pengamatan kepada guru setelah diterapkan Quizizz. Format yang disusun
berisi butir-butir kejadian atau tingkah laku guru digambarkan akan terjadi.
2. Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui dan
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara atau aturan yang sudah
dientukan. Tes merupakan data yang diperoleh peneliti berdasarkan aspek
keterampilan berbahasa yakni kemampuan membaca siswa setelah diterapkan
Quizizz pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Tes dilakukan untuk
mengumpulkan informasi tentang kemampuan dan kemahiran siswa dalam
membaca pemahaman setelah materi pelajaran disajikan oleh guru. Tes
dilakukan pada akhir setiap tindakan penelitian. Instrumen tes yang akan
dijadikan sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa terlampir. Tes yang
digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman melalui penerapan aplikasi Quizizz.
Tes yang diberikan pada penelitian ini adalah tes tertulis. Untuk tes tertulis
digunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dimana digunakan beberapa aspek
untuk mengukur kemampuan membaca pemahaman pada siswa yakni
sistematika penulisan, tanda baca, ejaan dan isi karangan. Nilai yang digunakan
untuk menentukan hasil belajar dan pencapaian kemampuan membaca
pemahaman pada siswa dianalisis kembali pada analisis data yang disajikan yakni
secara kuantitatif dan kualitatif.
Adapun aspek penilaian membaca pemahaman dapat dipaparkan pada
rubrik sebagai berikut:
3. Dokumentasi
Kegiatan dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran konkret
keterlaksanaan kegiatan penelitian, data jumlah guru, data jumlah kelas, data
jumlah siswa kelas VII SMPN 40 Sinjai.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dimulai dari analisis terhadap data yang telah diperoleh
berdasarkan hasil observasi dan tes kemampuan membaca pemahaman siswa
kelas VII. Data terdiri atas aspek aktivitas guru, aspek aktivitas siswa, dan aspek
hasil kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII melalui penerapan
aplikasi Quizizz. Adapun kriteria yang digunakan untuk mengungkapkan
pemahaman siswa dalam upaya peningkatan kemampuan membaca
pemahaman setelah diterapkan penerapan aplikasi Quizizz adalah sesuai dengan
kriteria standar sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Membaca Pemahaman
No
Variabel
Indikator
Bagia
n
So
al
No
Soa
l
Jenis Soal 1. Kemampuan
Membaca
Pemahama
n Siswa
Sekolah
Dasar Kelas
VII
Siswa
mampu
menjawab
pertanyaan terkait
wacana dengan
benar.
A 1 Literal 2 Literal 3 Literal 4 Literal 5 Inferensial
Siswa mampu
menemukan
kalimat utama
pada setiap
paragraf dengan
benar.
B 1 Literal 2 Literal 3 Literal 4 Literal 5 Literal
Siswa mampu
meringkas isi wacana
dengan benar.
C 1 Inferensial
Kriteria penilaian untuk kemampuan membaca pemahaman
dengan indikator kemampuan menjawab pertanyaan terkait wacana dan
menentukan kalimat utama pada setiap paragraf yang akan digunakan
berpedoman pada kriteria penilaian tes esei yang dikembangkan oleh Soenardi
Djiwandono (2014, hlm. 61), kemudian diadaptasi seperti yang disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 3. 2 Rubrik Penilaian Jawaban Pertanyaan Terkait Wacana dan Menentukan
Kalimat Utama Pada Setiap Paragraf
Aspek
yang
Dinilai
Kriteria dan Penskoran Baik Sekali
(skor 4)
Baik
(skor 3)
Sedang
(skor 2)
Kurang
(skor 1)
Kurang
Sekali
(skor 0) Relevansi
Jawaban
Jawaban
sepenuh
ny a
sesuai
dengan
pertanya
an
Sebagian
besar
jawaban
sesuai
dengan
pertanya
an
Sebagian
jawaban
sesuai
dengan
pertanya
an
Sebagian
kecil
jawaban
sesuai
dengan
pertanya
an
Keseluruha
n jawaban
tidak
sesuai
dengan
pertanyaa
n / tidak
dijawab
F. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila
terdapat 85% siswa yang memperoleh skor minimal 75 maka kelas dianggap
tuntas.Jadi peneliti mengambil kesimpulan, bahwa nilai ketuntasan siswa adalah
minimal nilai 70. Keberhasilan kelas atau keberhasilan daya serap siswa yaitu
85% siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bagian ini dipaparkan data dan pembahasan pembelajaran membaca
pemahaman pendekatan kontekstual. Data tindakan, temuan, dan refleksi
diperoleh melalui tes dan pengamatan. Data setiap siklus dipaparkan secara
terpisah, bertujuan untuk melihat persamaan, perbedaan, perubahan,
perkembangan alur setiap siklus. Menggunakan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran membaca pemahaman merupakan suatu kesatuan dalam proses
pembelajaran yang utuh dari setiap siklus. Pembelajaran membaca pemahaman
melalui pendekatan kontekstual sebagai suatu proses mencakup (1) perencanaan
pembelajaran, (2) pelaksanaan/ tindakan pembelajaran, (3) observasi penelitian,
dan (4) refleksi tindakan.
A. Hasil Penelitian
1. Siklus I
a. Hasil Belajar siswa
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka diperoleh
data hasil belajar siswa siklus I. Data ini dikumpulkan melalui instrument hasil
belajar Bahasa Indonesia. Hasil tes siklus I dapat dilihat pada table dibawah ini:
Tabel 4.1. Nilai Teks Siklus I Peningkatkan kemampuan membaca
pemahaman melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas VII SMPN 40
Sinjai.
Skor Rata-Rata Siklus I
Nomor
Subjek
SKOR
Ju
mla
h
Nil
ai
A B C D
A1 A2 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2
S1 2 1,5 1,5 2 3 3 3 2,5 2 2 22,5 2,25
S2 2 1,5 1,5 2 2,5 3 2 2,5 2 2 19 1,9
S3 3 1 1,5 2 1,5 1 2,5 2,5 2 2 19 1,9
S4 1,5 1 1,5 2 2 3 2 2 1,5 2 18,5 1,85
S5 3 2 1,5 2,5 3 3 2,5 2,5 1 1 19,5 1,95
Pada siklus ini dilaksanakan tes hasil belajar yang berbentuk teks
pemahaman, setelah selesai pelaksanaan tindakan untuk siklus I. Adapun analisis
deskriptif skor hasil belajar membaca pemahaman siswa kelas VII SMPN 40
Sinjai dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
Tabel 4.3 Statistik Skor Peningkatkan kemampuan membaca pemahaman
pada siswa kelas VII SMPN 40 Sinjai melalui pendektan kontekstual pada Tes
Akhir Siklus I.
Statistik Nilai Statistik
Subyek 24
Skor ideal 4
S6 3 1,5 1,5 2 3 3 2,5 2 2 1,5 22 2,2
S7 1,5 1 1,5 2 1 3 2 2 1 1 16 1,6
S8 2 1 1 2 3 3 2 2 2 2 20 2
S9 3 1,5 2,5 2,5 1,5 3 3 2 2 2 23 2,3
S10 3 1 1 1 1 3 3 2,5 1,5 2 19 1,9
S11 3 1 2,5 2,5 2,5 3 2 2 2 2 22,5 2,25
S12 3 2 2,5 2,5 2,5 3 2 2,5 2 2 24 2,4
S13 3 1 2 1,5 1 3 1 1,5 2 2 18 1,8
S14 3 1 2 2 1,5 3 2 2,5 1 2 20 2
S15 3 1 1 2 1,5 3 2 2 1 1 17,5 1,75
S16 2 1 1 1,5 1 1 2 2 2 2 15,5 1,55
S17 3 1,5 1,5 1 2,5 1,5 3 2,5 1 2 19,5 1,95
S18 3 1 2 2 3 2,5 1,5 1,5 2 2 22,5 2,25
S19 2 2 3 2 1 3 2 3 2 2 22 2,2
S20 3 1,5 1,5 2 2 3 2 3 1 1 20 2
S21 1,5 1 1 1 1 1 2,5 2 2 2 15 1,5
S22 2 1 1 2 2,5 3 3 2 2 3 21,5 2,15
S23 2 1 1,5 2 2 3 1,5 2 2 2 19 1,9
S24 3 1 2 2 3 3 3 2 2 2 23 2,3
Jumlah 60,5 30 39,5 46 47,5 64 54 63 41 44,5 478,5 47,85
Rata-
Rata 2,52 1,25 1,64 1,91 1,97 2,66 2,25 2,62 1,70 1,85 19,93 1,99
Skor Tertinggi 2,4
Skor Terendah 1,5
Jumlah Skor 47,85
Skor rata-rata 1,99
Jika Skor hasil belajar membaca pemahaman siswa pada siklus I tersebut
dikelompokkan kedalam 4 kategori (kelas Interval), maka diperoleh distribusi
frekuensi sebagai berikut :
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Peresentase Skor Peningkatkan kemampuan
membaca pemahaman dengan menggunakan pendekatan kontekstual siswa kelas
VII SMPN 40 Sinjai. Akhir siklus I.
Interval Nilai Kategori Frekuensi Presentase (%)
1 Rendah 12 50
2 Sedang 12 50
3 Tinggi - -
4 Sangat tinggi - -
Jumlah 24 100
Berdasarkan Tabel 4.3 dan 4.4, maka dapat disimpulkan bahwa skor rata-
rata hasil belajar siswa kelas VII SMPN 40 Sinjai pada siklus I sebesar 1,99
berada pada kategori sedang. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa dari 24 siswa
yang menjadi subjek penelitian, 12 siswa (50 %) memperoleh skor berada dalam
kategori rendah sedangkan 12 siswa (50%) memperoleh skor berada dalam
kategori sedang.
b. Aktivitas Siswa
Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca
pemahaman dengan menggunakan pendekatan kontekstual siswa kelas VII SMPN
40 Sinjai. menunjukkan bahwa perolehan rata-rata skor aktivitas siswa pada poin
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,,15,16 adalah 51,1% yang berada pada kategori aktif.
Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa pada siklus I
belum efektif.
Tabel 4.5 hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama siklus I
No Indikator yang diamati
Pertemuan Ke- %
1 2 3
1. Kehadiran siswa 17 19 22 80
2. Siswa yang mengajukan solusi
ketika guru memberikan masalah
untuk memotivasi diawal
pembelajaran
10 11 13 37,77
3. Siswa yang mengajukan pertanyaan
terhadap masalah yang diberikan
4 6 10 22,22
4. Siswa yang mengajukan solusi
dalam kelompok terhadap masalah
yang diberikan
7 8 10 27,77
5. Siswa yang menanggapi solusi
permasalahan yang diajukan oleh
siswa lain dalam kelompok
8 8 10 28,88
6. Siswa yang aktif bekerja sama
dalam kelompok untuk
menyelesaikan masalah
7 9 10 28,88
7. Siswa yang melakukan kegiatan
lain ketika proses pembelajaran
berlangsung.
15 17 13 50,00
Pada siklus I siswa masih kurang termotivasi belajar sehingga kurang
terfokus pada materi. Hal ini nampak pada banyaknya siswa yang mengajukan
pertanyaan pada masalah yang diberikan masih tergolong rendah selain itu,
terlihat dari siswa yang mengajukan solusi kurang. Sikap siswa umumnya masih
kurang memberikan respon positif terhadap model yang digunakan.
Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa diberikan pertanyaan sebelum
proses pembelajaran apalagi bekerja secara individu untuk menyelesaikan
masalah.
2. Siklus II
a) Hasil Belajar
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka diperoleh
data hasil belajar siswa siklus II. Data ini dikumpulkan melalui instruments hasil
belajar Bahasa Indonesia. Hasil tes siklus II dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 4.2. Nilai Teks Siklus II Membaca pemahaman dengan menggunakan
pendekatan konteksstual siswa kelas VII SMPN 40 Sinjai.
Skor Rata-Rata Siklus II
Nomor
Subjek
SKOR
Ju
mla
h
Nil
ai
A B C D
A1 A2 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2
S1 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 24 2,4
S2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 24 2,4
S3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 27 2,7
S4 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2,5 25,5 2,55
S5 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 24 2,4
S6 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 25 2,5
S7 3 3 3 2,5 2 3 2 2 2 2 24,5 2,45
S8 3 2 3 2,5 3 3 2 2 2 2 24,5 2,45
S9 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 26 2,6
S10 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 25 2,5
S11 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 25 2,5
S12 3 2 3 2,5 2,5 3 2 3 2 3 26 2,6
S13 3 3 2,5 2 3 2,5 2 3 3 2 26 2,6
S14 3 2 3 2 3 3 2 2,5 3 2 25,5 2,55
S15 3 2 2,5 2 3 3 2 2 2 2 23,5 2,35
S16 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 26 2,6
S17 3 2 3 2 2,5 3 2 3 2 2,5 25 2,5
S18 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2,5 25,5 2,55
S19 3 2 3 2,5 2,5 3 2 2 2 2 24 2,4
S20 3 2 2 2 2,5 3 2 3 2 2 23,5 2,35
S21 3 2 2,5 2,5 2,5 3 3 2 2 2 24,5 2,45
S22 3 2 3 3 2,5 3 2,5 2 2 3 26 2,6
S23 3 2 2,5 2 2 3 2 2 2 2 22,5 2,25
S24 3 2 3 2,5 3 3 2 2 2 2,5 25 2,5
Jumlah 67 51 53 52,5 63 65 50,5 58,5 50 55,5 596,5 59,75
Hasil analisis deskriktif skor hasil belajar siklus II berada pada kategori
baik, setelah dilakukan tindakan selama 2 kali pertemuan diadakan evalusi dengan
memberikan tes hasil belajar membaca pemahaman dengan penerapan aplikasi
Quizzis siswa kelas VII SMPN 40 Sinjai. pada akhir siklus II disajikan pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.6 Statistik Skor Peningkatkan kemampuan membaca pemahaman
dengan menggunakan pendektan kontekstual siswa kelas VII SMPN 40 Sinjai.
No. Statistik Nilai Statistik
1. Ukuran Sampel 24
2. Skor Ideal 4
3. Skor Tertinggi 2,6
4. Skor Terendah 2,35
5. Jumlah skor 59,75
6. Skor Rata-rata 2,4
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa dari skor 0-4, skor terendah
yang diperoleh yaitu skor 2,35, sedangkan skor tertinggi yang diperoleh siswa
skor 2,6. Hal Ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II mengenai
membaca pemahaman melalui pendekatan kontekstual siswa kelas VII SMPN 40
Sinjai sudah mencapai nilai KKM.
Rata-
Rata 3 2.1 3 2.2 3 3 2.2 2.4 2.1 2.3 24,85 2,4
Jika skor hasil belajar ini dikelompokkan, menjadi lima kategori maka
diperoleh distribusi frekuensi dan presentase sebagaimana berikut ini:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Presentase Hasil Belajar membaca
pemahaman dengan menggunakan pendekatan kontekstual siswa kelas VII SMPN
40 Sinjai. Akhir Siklus II
Interval Nilai Kategori Frekuensi Presentase (%)
1 Rendah - -
2 Sedang 24 100
3 Tinggi - -
4 Sangat tinggi - -
Jumlah 24 100
Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata hasil belajar
siswa kelas VII SMPN 40 Sinjai pada siklus II yaitu sebesar 100% pada kategori
sedang. Adapun Presentase ketuntasan hasil membaca pemahaman dengan
menggunakan pendekatan kontekstual siswa kelas VII SMPN 40 Sinjai siklus II
ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.8 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar membaca pemahaman
dengan menggunakan pendekatan kontekstual siswa kelas VII SMPN 40 Sinjai.
No. Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 0-1 Tidak tuntas - -
2 2-4 Tuntas 24 100
Jumlah 24 100
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh ketuntasan hasil belajar siswa yaitu 24
siswa dikategorikan tuntas. Dari hasil yang diperoleh ini, dapat dinyatakan bahwa
pada siklus II ini telah terjadi peningkatan hasil belajar.
b) Aktivitas siswa
Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus II lebih meningkat dibanding
siklus II dimana perolehan rata-rata skor aktivitas siswa pada poin 1,2,3,4,5,6,7
adalah 85,3% yang berada pada kategori aktif. Dengan demikian, maka dapat
dikatakan bahwa aktivitas siswa pada siklus ini sudah efektif.
Tabel 4.9 hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama siklus II
No Indikator yang diamati Pertemuan Ke-
% 1 2 3
1. Kehadiran siswa 24 24 24 100
2. Siswa yang mengajukan solusi ketika guru
memberikan masalah untuk memotivasi
diawal pembelajaran
13 12 14 43,33
3. Siswa yang mengajukan pertanyaan terhadap
masalah yang diberikan
6 9 13 31,11
4. Siswa yang mengajukan solusi dalam
kelompok terhadap masalah yang diberikan
7 9 12 31,11
5. Siswa yang menanggapi solusi permasalahan 8 10 13 34,44
yang diajukan oleh siswa lain dalam kelompok
6. Siswa yang aktif bekerja sama dalam
kelompok untuk menyelesaikan masalah
8 11 13 35,55
7. Siswa yang melakukan kegiatan lain ketika
proses pembelajaran berlangsung.
11 9 8 31,11
Pada siklus II sudah nampak adanya kelompok yang bersaing dan kelihatan
bahwa sudah muncul rasa ingin tahu terhadap materi yang dibahas. Pada minggu
ke dua siklus II ini pada dasarnya hampir sama dengan siklus minggu pertama
siklus II hanya saja pada minggu ke dua ini perhatian dan motivasi semakin
meningkat. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya frekuensi siswa yang
mengajukan solusi ketika guru memberikan masalah di awal pembelajaran,
mengajukan pertanyaan terhadap masalah yang diberikan, mengajukan solusi atau
memberikan tanggapan dalam kelompok.Hal ini menandakan bahwa kesungguhan
siswa untuk belajar.
B. Pembahasan
Tahap ini peneliti memaparkan garis besar hasil penelitian mulai dari
pratindakan hingga siklus II.
Pada tahap pratindakan, dalam hal ini peneliti memberikan untuk siswa.
dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa siswa sudah pernah mendapat
pengetahuan dan tugas membaca pemahaman dari guru. Akan tetapi, hanya
sebagian siswa yang senang ketika diberi tugas oleh guru untuk membaca
pemahaman. Terkadang siswa menulis karya satra lain seperti puisi atau novel.
Hampir sebagian siswa kurang mengetahui tahapan membaca pemahaman dengan
baik. Hal ini disebabkan karena guru sering menggunakan metode presentasi dan
diskusi.
Guru juga menggunakan buku paket ketika menyampaikan materi, sehingga
kurang memaksimalkan metode dan media pembelajaran. Selanjutnya, siswa
sering diberi tugas untuk dikerjakan di rumah. Hal ini menyebabkan siswa merasa
bosan saat mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, siswa
tertarik untuk mengikuti pembelajaran membaca pemahaman menggunakan
pendekatan kontekstual dan media pembelajaran yang baru.
Pada siklus I siswa cukup bersemangat untuk mengikuti pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual, dalam hal ini guru berinisiatif untuk
membentuk sebuah membahas mengenai langkah-langkah membaca pemahaman
yang benar. Siswa lebih mudah mendapatkan ide karena tema membaca
pemahaman sudah ditentukan. Selain menentukan gagasan, siswa juga mengingat
tahapan membaca pemahaman dengan benar.
Peningkatan hasil belajar membaca pemahaman dapat dilihat pada skor
setiap aspek dari tahap siklus I hingga siklus II. Skor awal pada aspek isi rata-rata
pada siklus I sebesar 1,99 dan pada siklus II skor menjadi 2,4. Data tersebut
menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan keterampilan membaca
pemahaman.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasaan pada bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan membaca pemahaman dengan menerapkan
pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas kelas VII SMPN 40
Sinjai.
Pada siklus I siswa masih kurang termotivasi belajar sehingga kurang terfokus pada
materi. Hal ini nampak pada banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan pada masalah
yang diberikan masih tergolong rendah selain itu, terlihat dari siswa yang mengajukan solusi
kurang. Sikap siswa umumnya masih kurang memberikan respon positif terhadap model yang
digunakan. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa diberikan pertanyaan sebelum proses
pembelajaran apalagi bekerja secara individu untuk menyelesaikan masalah.
Pada siklus II sudah nampak adanya kelompok yang bersaing dan kelihatan bahwa
sudah muncul rasa ingin tahu terhadap materi yang dibahas. Pada minggu ke dua siklus II ini
pada dasarnya hampir sama dengan siklus minggu pertama siklus II hanya saja pada minggu
ke dua ini perhatian dan motivasi semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan semakin
meningkatnya frekuensi siswa yang mengajukan solusi ketika guru memberikan masalah di
awal pembelajaran, mengajukan pertanyaan terhadap masalah yang diberikan, mengajukan
solusi atau memberikan tanggapan dalam kelompok.Hal ini menandakan bahwa kesungguhan
siswa untuk belajar.
Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan Skor awal pada aspek isi rata-rata
pada siklus I sebesar 1,99 dan pada siklus II skor menjadi 2,4.
Terjadi perubahan aktivitas atau sikap siswa dengan menerapkan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran keterampilan membaca pemahaman yang dapat dilihat dari
persentase kehadiran siswa dari siklus I yaitu 80% dan meningkat pada siklus II menjadi
100%, keaktifan dalam memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru dari siklus I yaitu
68,82% dan meningkat pada siklus II menjadi 89,25%, siswa yang mengajukan pertanyaan
dari siklus I yaitu 57,82% dan meningkat pada siklus II menjadi 70,62%, serta siswa yang
menganggu (ribut, bermain, tidur, dll) pada proses pembelajaran siklus I yaitu 20,60% dan
menurun pada siklus II menjadi 5,76%.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini,
maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Guru diharapkan dapat menjadikan menggunakan pendekatan kontekstual sebagai suatu
alternatif dalam mata pelajaran Membaca pemahaman untuk meningkatkan hasil belajar
serta mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Kepada peneliti berikutnya, yang akan mengkaji rumusan yang serupa diharapkan dapat
mengembangkan peneliti ini dengan mengkaji pembelajaran menggunakan pendekatan
kontekstual secara lebih mendalam lagi.
3. Kepada peneliti lain yang berniat melakukan penelitian yang berkaitan dengan
pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dapat menjadikan hasil penelitian ini
sebagai alat perbandingan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad.2015. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi.
Surabaya : Universitas Negeri Malang.
Aris Shoimin. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta : Ar-ruzz Media.
Antonius Aditya. Purbo, 2016. E-Learning berbasis PHP dan My SQL, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta,
Alessi and Trollip, 2015. Computer Based Instruction: Development, Englewood Cliffs, NJ. Prentice, Hall.
Barker, P. 2015. Interactive Learning System, Education and Training Technolgy International.
Burhan Nurgiyantoro. 2016. Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta :
BPFE-Yogyakarta.
Burhan Nurgiyantoro. 2016. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
Criswell, E.L. 2012. Computer-Based Instruction. New York: Mac Millan.
Chang, N., Rossini, M.L. & Pan, A.C.2012. Perspectives on Computer Use for the Education of Young Children. Proceeding of SITE.
Dalman. 2013. Keterampilan Membaca. Jakarta : Rajawali Pers.
Farida Rahim. 2017. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar Edisi II. Jakarta : Bumi Aksara.
Hamzah & Nurdin Mohamad. 2012. Pembelajaran dengan Penekatan Pailkem : Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Jakarta : Bumi Aksara.
Henry Guntur Tarigan. 2015. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. rev.II. Bandung : Angkasa.
Irma Fatan Setya Dewi. 2013. “Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Penerapan Strategi Know-Want to Know-Learned di
Kelas IV B SD Negeri Kloodangan Kabupaten Sleman Tahun Ajaran 2012/2013.” Skripsi. UNY.
Nglimun & Noor Alfulaiala. 2014. Pembelajran Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta : Aswaja Pressindo.
Rita Eka Izzaty, dkk. 2017. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : UNY Press.
Rusman, 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer: Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung. Alfabeta.
Rusman, .2013. Manajemen Kurikulum: Seri Manajemen Sekolah Bermutu.
Jakarta. Rajawali Pers. PT. RajaGrafindo Persada.
Rusman. dkk .2014. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komuinikasi: Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta. Rajawali Pers. PT. RajaGrafindo Persada.
Rusman. 2016. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta. Rajawali Pers. PT. RajaGrafindo Persada.
Rusman .2017. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa di SMK, Jurnal Teknodik-Pustekom Jakarta.
Sabarti Akhadiah. 2016. Bahasa Indonesia II. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Saleh Abbas. 2013. Pembelajran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar. Jakarta : Dirjen Dikti.
Samsu Somadayo. 2013. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta : Graha Ilmu.
Soedarso. 2014. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Supriyadi, dkk. 2014. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Tinggi.
Syaiful Sagala. 2016. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung : Alfabeta.
Somekh, Bridget and Niki Davis, 2016, Using Information Technology Effectively in Teaching and Learning, London Routledge.
Zulela. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
L
A
M
P
I
R
A
N
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
A. Identitas Sekolah
Sekolah : SMP Negeri 40 Sinjai
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/I
Pertemuan Ke : 5 (Lima)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
B. Standar Kompetensi
Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat semenjana
C. Kompetensi Dasar
1.3 Membaca cepat untuk memahami informasi lisan dalam konteks masyarakat.
D. Indikator
No. Indikator Pencapaian
Kompetensi
Nilai Budaya dan
Karakter Bangsa
Kewirausahaan/
Ekonomi Kreatif
1. Mendefinisikan teknik membaca
skimming.
Dapat dipercaya
Rasa Hormat dan
Perhatian (Respect),
Tekun (Diligence),
Tanggung Jawab
(Responsibility)
Kepemimpinan 2. Mendefiniskan teknik membaca
scanning.
E. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat:
1. Mendefinisikan teknik membaca skimming.
2. Mendefiniskan teknik membaca scanning.
F. Materi Pembelajaran
A. Pengertian Membaca Cepat
Membaca cepat adalah kecakapan membaca dan memahami teks dalam
tingkatan tinggi. Rata-rata orang dengan pendidikan setingkat sekolah tinggi
membaca sekitar 300 kata per menit, berarti bahan itu tidaklah bersifat teknis. Di
sisi lain, pembaca cepat dapat membaca lebih dari 1000 kata per menit.
Pengukuran membaca cepat baru sangat berarti bila digabungkan dengan
informasi seberapa tinggi pemahaman teks itu oleh pembacanya. Diketahui bahwa
orang dengan kemampuan membaca cepat yang lebih tinggi juga memiliki
pemahaman yang lebih tinggi. Malahan yang mengejutkan, seseorang biasanya
memperbaiki pemahamannya seiring dengan kemampuan membaca cepatnya.
Ada beberapa faktor yang menghambat membaca cepat:
1. Kosakata yang kurang
2. Regresi - membaca kembali bahan yang sama secara berulang
3. Subvokalisasi - melafalkan kata di pikiran ketika membacanya
4. Persepsi yang salah - bisa karena gerakan mata yang salah atau masa
persepsi yang lambat
Kebanyakan pembaca sambil lalu dapat meningkatkan keterampilan
membacanya 2-3 kali dengan mempraktekkan membaca cepat.
Teknik membaca cepat Skimming dan Scanning memiliki banyak manfaat,
baik itu menghemat waktu, efektifitas, dan meningkatkan kecerdasan otak.
Banyak yang kurang memahami seperti apa teknik membaca Skimming maupun
Scanning. Berikut ini akan dibahas mengenai kedua teknik tersebut serta
penerapannya.
Ada dua teknik membaca cepat, yaitu:
1. Pelayapan (skimming) adalah upaya mengambil intisari suatu bacaan berupa
idepokok/detail penting. Ide pokok atau detail penting tersebut dapat berada di
awal, tengah, atau di akhir.
2. Pemindaian (scanning) adalah teknik membaca cepat untuk memperoleh
informasi tanpa membaca yang lain, langsung ke masalah yang dicari berupa fakta
khusus atau informasi tertentu, seperti mencari nomor telepon, mencari kata pada
kamus, indeks, acara TV, dan sejenisnya.
1. Teknik membaca cepat Skimming
Teknik membaca jenis Skimming adalah teknik membaca dengan tujuan
menemukan isi umum dari bacaan dengan cepat (Farida Rahim, 2005). Teknik
membaca jenis ini membutuhkan keahlian dalam memahami sudut pandang si
penulis buku dalam memahami sesuatu. Inti dari membaca dengan teknik
skimming yaitu membaca sekilas dengan cepat untuk mendapatkan gambaran
umum dari bacaan tersebut.
Membaca skimming dilakukan dengan cara membaca melompat-lompat
hanya pada ide pokok pikiran bacaan serta memahami temanya.Selanjutnya dalam
mencari ide-ide pokok tersebut pembaca berusaha menemukan apa yang
dicarinya. Kemudian mementukan penilaian, apakah buku tersebut memenuhi
kebutuhan pembaca atau tidak. Membaca teknik ini memiki kecepatan 3-4 kali
lipat lebih cepat dari teknik membaca biasa.
Langkah-langkah:
Bisa dimulai dengan membaca judul, kemudian sub judul, dan subheading
guna menentukan inti yang akan dibahas.
Membaca awal dan akhir setiap paragraf dengan cepat.
Menggali informasi dari media ilustrasi dari gambar atau foto mengenai
topik tersebut
Tidak membaca perkata, gunakan mata untuk menganalisis kata-kata
tertentu yang berhubungan dengan topik.
Menyimpulkan makna dan pemahaman dari teks tersebut.
2. Teknik membaca cepat Scanning
Membaca Scanning juga bisa dipaham sebagai teknik membaca tatap (scan)
sangat cepat. Membaca cepat dengan teknik ini akan melewatkan banyak kata,
seperti pendapat Mikulecky & Jeffries (dalam Farida Rahim, 2005), membaca
dengan teknik menatap atau memindai ini ternyata sangat bermanfaat dalam
meningkatkan kemampuan membaca seseorang.
Membaca dengan teknik ini lebih berfokus pada penemuan informasi
spesifik secara cepat dan akurat. Dalam penerapannya, mata memiliki peranan
penting, cara dengan mengerakan mata secara cepat (scan) pada setiap halam
bacaan untuk menemukan kata dan frasa tertentu. Ketika menjumpai kata atau
frase yang dicari gerakan mata dihentikan. Intinya adalah mata bergerak cepat,
berpindah-pindah tanpa melihat kata demi kata.
Langkah-langkah:
1. Melihat daftar isi dan kata pengantar secara sekilas,
2. Menelaah secara singkat latar belakang penulisan buku,
3. Membaca bagian pendahulu secara singkat,
4. Mencari dalam daftar isi bab-bab penting yang memuat informasi yang
dibutuhkan,
5. Mencari kalimat-kalimat penting di halaman bab-bab yang penting tersebut,
6. Mambaca bagian kesimpulan (bila ada), dan
7. Mengecek keberadaan daftar pustaka, daftar indeks, secara sekilas.
Demikan dua teknik membaca cepat yang banyak digunakan dan memiliki
banyak manfaat baik untuk meningkatkan kecerdasan otak maupun efisiensi
waktu.
G. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Kontekstual
Metode : Tanya Jawab
Model : Quzizz
H. Langkah-langkah Pembelajaran
No. Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi
Waktu
Nilai Budaya dan
Karakter Bangsa
1. Kegiatan Awal 15 menit Bersahabat/ komunikatif
a. Guru mengucapkan salam
b. Guru mengecek daftar hadir
c. Guru menyampaikan SK, KD, dan tujuan
Pembelajaran.
d. Guru menyampaikan Apersepsi (untuk
memotivasi)
2. Kegiatan Inti
I. Eksplorasi
a. Guru menyiapkan tongkat
II. Elaborasi
a. Guru menyampakan materi yang akan di
pelajari, kemudian memberikan kesempatan
kepada siswa untuk membaca dan
mempelajari materi.
b. Setelah selesai membaca materi/buku
pelajaran dan mempelajari, siswa menutup
bukunya.
c. Guru mengambil tongkat dan memberikan
pertanyaan dan siswa yang memegang
tongkat tersebut harus menjawabnya,
demikian seterusnya sampai sebagian siswa
dapat bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru.
III. Konfirmasi
a. Guru dan murid melakukan tanya jawab
b. Guru dan siswa memberikan kesimpulan
60 menit
Komunikatif
Tanggung jawab
percaya diri
Bersahabat
jujur
3. Kegiatan Akhir
a. Guru memberikan evaluasi
b. Guru mengakhiri kegiatan dengan menutup
15 menit
Mandiri
Tanggung Jawab
salam Religius
I. Sumber Alat dan Bahan Belajar
Sumber Belajar : Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VII
Alat dan Bahan : Laptop, LCD, Tongkat, Kertas materi yang dibagikan.
J. Penilaian
Jenis Tagihan : Tugas individu
Bentuk Instrumen : Uraian bebas
KKM : 75
K. Evaluasi
a. Soal Pilihan Ganda
1. Yang termasuk langkah-langkah membaca Skimming, yaitu....
a. Membaca awal dan akhir setiap paragraf dengan cepat
b. Melihat daftar isi dan kata pengantar secara sekilas
c. Menelaah secara singkat latar belakang penulisan buku
d. Membaca bagian pendahulu secara singkat
2. Yang tidak termasuk langkah-langkah membaca Scanning, yaitu....
a. Membaca bagian pendahulu secara singkat
b. Mencari kalimat-kalimat penting di halaman bab-bab yang penting tersebut
c. Mambaca bagian kesimpulan (bila ada)
d. Menyimpulkan makna dan pemahaman dari teks tersebut
3. Faktor yang menghambat membaca cepat, kecuali....
a. Regresi - membaca kembali bahan yang sama secara berulang
b. Subvokalisasi - melafalkan kata di pikiran ketika membacanya
c. Membaca awal dan akhir setiap paragraf dengan cepat.
d. Persepsi yang salah - bisa karena gerakan mata yang salah atau masa persepsi
yang lambat
4. Berapa langkah-langkah dalam membaca Skimming?
a. 2 c. 6
b. 5 d. 7
5. Berapa langkah-langkah dalam membaca Skimming?
a. 4 c. 6
b. 5 d. 7
b. Soal Esai
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Sebutkan definisi teknik membaca skimming!
2. Sebutkan definisi teknik membaca scanning!
Kunci Jawaban
a. Pilihan Ganda
1. A
2. D
3. C
4. B
5. C
b. Esai
1. Teknik membaca pelayapan (skimming) adalah upaya mengambil intisari suatu
bacaan berupa idepokok/detail penting. Ide pokok atau detail penting tersebut
dapat berada di awal, tengah, atau di akhir.
2. Teknik membaca pemindaian (scanning) adalah teknik membaca cepat untuk
memperoleh informasi tanpa membaca yang lain, langsung ke masalah yang
dicari berupa fakta khusus atau informasi tertentu, seperti mencari nomor telepon,
mencari kata pada kamus, indeks, acara TV, dan sejenisnya.
Pedoman Penskoran
a. Pedoman Penskoran Pilihan Ganda
No. Aspek yang dinilai
Skor
1.
a. Siswa dapat menjawab 5 soal pilihan ganda
b. Siswa dapat menjawab 4 soal pilihan ganda
c. Siswa dapat menjawab 3 soal pilihan ganda
d. Siswa dapat menjawab 2 soal pilihan ganda
e. Siswa dapat menjawab 1 soal pilihan ganda
f. Siswa Tidak dapat menjawab seluruh soal pilihan ganda
50
40
30
20
10
0
Jumlah 50
b. Pedoman Penskoran Esai
No. Aspek yang dinilai
Skor
1. a. Siswa dapat mendefinisikan teknik membaca skimming
dengan tepat
b. Siswa dapat mendefinisikan teknik membaca skimming
kurang tepat
c. Siswa tidak dapat mendefinisikan teknik membaca
skimming
25
15
0
2. a. Siswa dapat mendefinisikan teknik membaca scanning
dengan tepat
b. Siswa dapat mendefinisikan teknik membaca skimming
kurang tepat
c. Siswa tidak dapat mendefinisikan teknik membaca
25
15
0
scanning
Jumlah 50
Rentang Skor : 1-100
Skor Maksimal : 100
Soal Pilihan Ganda : 50
Soal Esai : 50
Skor Perolehan
Nilai Akhir =
Skor Maksimal
Sinjai, 21 Januari 2021
Sri Mulyani
top related