penggunaan model pembelajaran …... · untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam...
Post on 06-Feb-2018
237 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN 02 DOPLANG
KARANGPANDAN TAHUN PELAJARAN
2009 / 2010
OLEH
DITE PONIYATUN
NIM X 7108650
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI
PENGGUNAAN MEDIA BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V SD
NEGERI 02 WUKIRSAWIT TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh :
Nama : Warsono
NIM : X7108786
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Juli 2010
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Jenny Is Poerwanti, M.Pd Dra. Siti Istiyati, M.Pd NIP. 19630125198703 2 001 NIP. 19610819198603 2 001
iii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul:
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN 02 DOPLANG KARANGPANDAN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh :
Nama : Dite Poniyatun
NIM : X7108650
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Kartono, M. Pd .......................
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M. Pd .......................
Anggota I : Dra. Jenny Is Poerwanti, M. Pd .......................
Anggota II : Dra. Siti Istiyati, M. Pd .......................
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd NIP 19600727198702 1 002
iv
ABSTRAK
Dite Poniyatun, PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN 02 DOPLANG KARANGPANDAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : meningkatkan motivasi belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas IV SDN 02 Doplang, melalui penggunaan model kooperatif tipe NHT.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas melalui dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflecting). Teknik pengumpulan data peningkatan motivasi belajar IPS melalui penggunaan model kooperatif tipe NHT digunakan teknik angket dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model interaktif analisa Miles & Huberman yang terdiri dari reduksi data, sajian data, dan verivikasi data atau penarikan simpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN 02 Doplang. Pada pra tindakan diperoleh rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 60,88, siklus I sebesar 72,80, siklus II sebesar 84,20, ini berarti mengalami peningkatan rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 23,32%.
Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran IPS kelas IV dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPS di SDN 02 Doplang Karangpandan.
v
ABSTRACT
Dite Poniyatun, USING STUDY OF CO-OPERATIVE LEARNING MODEL NHT TYPE TO INCREASE STUDENTS’ LEARNING MOTIVATION IN STUDYING OF SOCIAL STUDIES THE GRADE IV SDN 02 DOPLANG KARANGPANDAN IN SCHOOL YEAR 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Teacher Training Education Faculty Sebelas Maret University of Surakarta, July 2010.
The purpose of this study are to: improve students’ motivation by using model of NHT cooperative learning in the grade students’ of IV SDN 02 Doplang, through the use of NHT type cooperative model.
The form of the research is action research consists of planning (planning), action (action), observing (observation), and reflection (reflection). Data collection techniques to improve motivation to learn social studies using a model cooperative type NHT used questionnaires and observation techniques. The data analysis technique used is an interactive model of Miles & Huberman analysis consisted of data reduction, data, and data verification token or draw conclusions.
Based on the results of this study concluded that: the using of cooperative learning model NHT type can increase the motivation of students of SDN 02 Doplang fourth grade. In the pre-action obtain by the average students’ motivation 60,88, cycle first for 72,80, cycle II for 84,20 it means an increased students’ motivation average 'for 23,32%.
Thus it can be proposed recommendation that the using of cooperative learning model NHT Study type in the four social classes of learning can improve learning motivation and learning achievement in the SDN 2002 social studies Doplang Karangpandan.
vi
MOTTO
Kebanggan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit
kembali setiap kali kita jatuh.
(Confusius)
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil,kita baru yakin kalau
kita telah berhasil melakukannya dengan baik.
(Evelyn Underhill)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua terhormat
2. Suami tercinta
3. Putriku tersayang
4. Teman-teman kelas C
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Pujian hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini.
Karena atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, setapak selangkah dan akhirnya
Skripsi ini dapat terselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penyusunan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan, pengarahan, dan
dorongan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini peneliti mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
3. Drs. Kartono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta (UNS).
4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi PGSD Jurusan
Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta (UNS).
5. Dra. Jenny Is Poerwanti, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah tulus ikhlas
dan sabar meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta pengarahan dalam
penyusunan Skripsi ini.
6. Dra. Siti Istiyati, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah tulus ikhlas dan
sabar meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta pengarahan dalam penyusunan
Skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program S1 PGSD, Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS)
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan bagi peneliti.
8. Kepala Sekolah SD Negeri 02 Doplang yang telah memberikan ijin penelitian.
ix
9. Bapak dan Ibu Guru SD Negeri 02 Doplang yang selalu memberikan motivasi
kepada saya.
10. Bapak dan ibu tercinta yang telah memberikan cinta dan kasih sayang, doa,
dan dorongan baik moril maupun materiil serta nasihat-nasihatnya yang selalu
menjadi inspirasiku.
11. Suami dan anakku tercinta terima kasih atas doa dan dukungan kalian.
12. Teman-teman Kelas C S1 Kualifikasi ’08 cowok Endra Wisnu, Joko Karyadi,
Doni Prasetyo, Tomi, Farid, dan Wendy Warsono tetap semangat menghadapi
apapun.
13. Teman-teman Kelas C S1 Kualifikasi ’08 cewek Bu Diyah, Yunita, Rinna,
Ifah, Unin, Aprilia, Ima, Irma, Febi, Dian, Sisviana, Siti, Puji, dan masih
banyak lagi yang ak bisa kusebut satu persatu makasih untuk persahabatannya
selama ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, yang secara
langsung berperan dalam penyusunan Skripsi ini.
Semoga bantuan yang diberikan pada peneliti mendapat balasan yang
setimpal dari serta kebahagiaan dunia dan akhirat.
Peneliti sadar bahwa Skripsi ini kurang sempurna, namun harapan peneliti
semoga Skripsi ini memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan
pendidikan dan ilmu pengetahuan khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi
pembaca semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iv HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ v HALAMAN ABSTRACT.............................................................................. vi HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii KATA PENGANTAR.................................................................................... ix DAFTAR ISI................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1 B. Identifikasi masalah Masalah ............................................... 5 C. Pembatasan masalah ............................................................ 5 D. Perumusan masalah .............................................................. 5 E. Tujuan Penelitian .................................................................. 6 F. Manfaat Penelitian ................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ................................................................... 8
1. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar IPS.......................... 8 2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT...... 27
B. Penelitian yang Relevan ....................................................... 39 C. Kerangka Pemikiran ............................................................ 40 D. Hipotesis Penelitian ............................................................. 42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 43 B. Subjek Penelitian ................................................................ 43 C. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................. 43 D. Sumber Data ........................................................................ 45 E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 45 F. Validitas Data ...................................................................... 47 G. Analisis Data ........................................................................ 48 H. Indikator Kinerja ................................................................... 50 I. Prosedur Penelitian ................................................................ 50
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Awal............................................................. 57 B. Deskripsi Data Tindakan ...................................................... 62 C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 83
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................... 88 B. Implikasi ............................................................................... 88 C. Saran ..................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 91 LAMPIRAN.................................................................................................... 95
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Frekuensi Motivasi Belajar Pra Tindakan................................................. 59 2. Frekuensi Hasil Belajar IPS Sebelum Tindakan ...................................... 61 3. Nilai Hasil Angket Motivasi Belajar Siklus I ........................................... 71 4. Hasil Nilai Belajar Siklus I ....................................................................... 72 5. Perbandingan Nilai angket Motivasi dan Ahsil Belajar Siklus I .............. 73 6. Frekuensi Motivasi Belajar Siklus II ........................................................ 81 7. Hasil Nilai Belajar Siswa Siklus II ........................................................... 82 8. Perbandingan Nilai Motivasi dan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II..... 82 9. Data Rata-Rata Nilai Angket Motivasi dan Nilai IPS Siswa.................... 74
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Gambar Kerangka Berpikir ..................................................... 41 2. Gambar Langkah Pelaksanaan Siklus ..................................................... 44 3. Gambar Bagan Siklus Analisis Interaksi .................................................. 49 4. Gambar Grafik Frekuensi Motivasi Belajar Pra Tindakan ....................... 60 5. Gambar Grafik Frekuensi Hasil Hasil Belajar Siswa Pra Tindakan ......... 62 6. Gambar Grafik Frekuensi Motivasi Belajar Siklus I ................................ 72 7. Gambar Grafik Frekuensi Hasil Belajar Siklus I ...................................... 73 8. Grafik Perbandingan Nilai Angket dan hasil Belajar Pra tindakan Dan siklus
I............................................................................................................... 74 9. Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Siklus II........................................ 81 10. Grafik Peningkatan Hasil Belajar IPS Siklus II....................................... 82 11. Grafik Rata-Rata Peningkatan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar IPS ... 86
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman 1. Tes Hasil Evaluasi Sebelum Tindakan ................. 95 2. Nilai Hasil Tes IPS sebelum Tindakan ................. 96 3. Lembar Observasi ................. 97 4. Rencana Pelaksanaan pembelajaran Siklus I ................. 98 5. Rencana Pelaksanaan Tindakan Siklus II ................. 108 6. Pedoman Observasi ................. 114 7. Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran ................. 115 8. Kisi-Kisi Observasi Siswa dalam Pembelajaran ................. 117 9. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran
Siklus I ...................................................................................................... 118 10. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Siklus I Pertemuan 1 ................................................................................. 120 11. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Siklus I Pertemuan 2 ................................................................................ 121 12. Rekapitulasi Observasi Siswa dalam Pembelajaran Siklus I ................. 122 13. Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Siklus I.............. 123 14. Lembar Observasi Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan I...... 125 15. Lembar Observasi Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan II..... 126 16. Rekapitulasi Observasi Siswa dalam Pembelajaran Siklus II ................. 127 17. Rekapiotulasi Observasi Siswa dalam Pembelajaran ................. 128 18. Kisi-kisi Instrumen Angket Motivasi Belajar ................. 129 19. Angket Motivasi Belajar IPS ..................................................................... 131 20. Hasil Angket Motivasi Pra Tindakan......................................................... 135 21. Hasil Angket Motivasi Belajar Siklus I.................................................... 136 22. Hasil Angket Motivasi Belajar Siklus II................................................... 137 23. Rekapitulasi Hasil Angket Motivasi ......................................................... 138 24. Hasil angket Motivasi Per Aspek Pra tindakan......................................... 139 25. Hasil Angket Motivasi Per Aspek Siklus I................................................ 140 26. Hasil Angket Motivasi Per Aspek siklus II................................................. 141 27. Nilai Hasil Tes IPS Siklus I......................................................................... 142 28. Nilai Hasil Tes IPS Siklus II........................................................................ 143 29. Rekapitulasi Hasil Belajar IPS ................................................................... 144 30. Foto Penelitian............................................................................................. 145 31. Surat Ijin Penelitian...................................................................................... 151
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga
negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu
dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Terkait dengan visi
tersebut telah ditetapkan beberapa prinsip penyelenggaraan pendidikan, dimana
salah satu prinsipnya adalah ”pendidikan diselenggarakan sebagai proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang
hayat”.
Sebagai implikasi dari prinsip ini adalah terjadinya pergeseran paradigma
proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Hal tersebut kemudian diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
pasal 19 yang berbunyi “Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar
dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. Tuntutan proses pembelajaran
semacam ini disebut sebagai standar proses.
Titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu
setiap jenjang dan jenis pendidikan yang meliputi taman kanak-kanak sampai
perguruan tinggi. Untuk itu siswa khususnya di Sekolah Dasar, diharapkan
keaktifan dan kekreatifan dalam setiap proses belajar mengajar, serta termotivasi
untuk aktif dalam menjawab pertanyaan, bertanya, serta termotivasi mengerjakan
tugas, khususnya untuk mengacu penguasaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial.
2
Namun kenyataannya pada saat pembelajaran IPS, khususnya pada siswa
kelas IV SD N 02 Doplang, peran peserta didik tampak belum secara optimal
diperlakukan sebagai subyek didik yang memiliki potensi untuk berkembang
secara mandiri. Posisi peserta didik masih dalam situasi dan kondisi belajar yang
menempatkan siswa dalam keadan pasif, aktivitas belajar mengajar masih
didominasi guru dalam menyampaikan informasi yang secara garis besar bahan-
bahannya telah tertulis dalam buku paket. Sebagian besar siswa enggan bertanya
tentang permasalahan yang sedang dibahas. Siswa juga kurang bisa
mengembangkan pemikiran, 60% siswa tidak bisa menjawab ketika guru
memberikan suatu contoh permasalahan.
Masalah lainnya banyak siswa yang berbicara sendiri serta adanya
beberapa anak yang kurang berkonsentrasi dengan materi yang diajarkan,
beberapa siswa dalam mengikuti pelajaran belum sepenuhnya mampu mencerna
pembelajaran dengan baik karena dalam menyampaikan materi pembelajaran guru
masih cenderung pembelajaran teacher centered. Pengajarannya kurang diminati
siswa dengan penyajian yang monoton, siswa kurang berani mengemukakan
gagasan ketika kegiatan belajar, siswa masih meributkan tugas rumah yang belum
dikerjakan perhatian siswa kurang, ada pula siswa yang mengantuk dan berbicara
sendiri sehingga menyebabkan guru memberikan sanksi kepada siswa ketika
pelajaran IPS. Kurangnya perhatian siswa dalam pembelajaran IPS dan
pembelajaran yang bersifat teacher centered mendorong siswa belajar dengan
hafalan dan tidak secara aktif mencari untuk membangun pemahaman mereka
sendiri terhadap konsep-konsep sehingga siswa menjadi pasif.
Pengembangan program dilihat dari muatan ranah dan keseimbangannya,
mata pelajaran IPS lebih banyak memuat aspek kognitif pada tingkat rendah dan
terpusat pada hafalan, sedangkan ranah afektif diakui mengalami kesulitan, baik
dalam program maupun dalam melaksanakannya. Akibatnya pelajaran IPS lebih
memberikan kesan kepada peserta didik sebagai pelajaran hafalan.
Dalam pembelajaran belum menggunakan model pembelajaran yang
menarik, guru hanya menggunakan model pembelajaran konvensional saja
sehingga tidak ada daya tarik bagi siswa untuk berkonsentrasi pada pelajaran.
3
Kebiasan guru bertindak sebagai pemberi informasi mengembangkan budaya
belajar yang menerima dengan pengembangan berpikir pada tingkat hafalan.
Peserta didik masih kuat kedudukannya sebagai murid yang memusatkan
perhatiannya pada bahan yang disajikan guru. Materi yang disampaikan oleh guru
tidak menarik, selain itu guru kurang komunikatif ketika dalam mengajar untuk
meningkatkan keaktifan siswa, serta lingkungan belajar kurang kondusif dan
kurang tertata rapi, tidak adanya reward dari guru yang mengajar, hal ini
mengakibatkan respon siswa masih rendah tidak aktif, kreatif, dan berpikir kritis,
dengan kata lain motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS rendah.
Kita ketahui bahwa dalam belajar motivasi sangat penting. Tanpa motivasi
seseorang tidak dapat belajar. Karena hal itu dapat memberi semangat atau
dorongan dan dapat memberi arah dalam belajar. Karena motivasi itu pada
dasarnya merupakan keinginan yang ingin dipenuhi ( dipuaskan ), maka ia
muncul/timbul bila dan ada rangsangan, baik karena adanya kebutuhan atau needs
maupun interest terhadap sesuatu. Makin tinggi motivasi seseorang untuk meraih
apa yang dicita-citakan makin giat orang itu dalam usahanya untuk mencapai cita-
cita itu. (Muhammad Ali 1984).
Salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di
sekolah adalah motivasi belajar. Motivasi belajar yang tinggi berkorelasi dengan
hasil belajar yang baik, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa di sekolah . Jika motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan,
maka dapat diharapkan bahwa prestasi belajar siswa juga akan meningkat, dan
begitu pula sebaliknya apabila motivasi belajar siswa tidak ditingkatkan maka
prestasi belajar siswa juga mengalami penurunan.
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya
proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya
motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.
Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi
belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki
motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang
menggembirakan.
4
Berdasarkan pemikiran di atas, yaitu untuk mengatasi masalah motivasi
belajar siswa yang rendah peneliti berusaha mencari solusi yang tepat. Akhirnya
ditemukan alternatif pemecahannya yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mengajar, sebagai model pembelajaran
untuk memotivasi siswa dalam belajar aktif, kreatif, dan berpikir kritis dalam
kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
atau NHT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa sebagai alternatif terhadap struktur kelas
tradisional. NHT ini melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman siswa terhadap isi
pelajaran tersebut Spenser Kagen, 1993 (www.exspresiriau.com/teoka/artikel-
tulisan-pendidikan/prosespembelajaranipssd). Dengan adanya keterlibatan total
semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa.
Selain itu Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu (1) Hasil belajar akademik
struktural, bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik (2) Pengakuan adanya keragaman, bertujuan agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai latarbelakang (3) Pengembangan
keterampilan sosial, bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Dalam buku bertajuk Effective Teaching, Daniel Muijs dan David
Reynolds menyatakan bahwa diskusi dapat membantu untuk mencapai 3 tujuan
pembelajaran, yaitu (1) Meningkatkan keikutsertaan dan kegiatan siswa dalam
pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyuarakan
pendapatnya (2) Membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman yang lebih
baik dengan cara memberikan kesempatan untuk menyatakan pemikiran mereka
(3) Membantu siswa untuk meningkatkan kecakapan berkomunikasi dan berpikir
aktifkreatif.(www.Spiritente.Blogspot.com/2008/06/Quo-vadis-pendidikanips-di-
indonesia.html).
Oleh karena itu model pembelajaran NHT dapat diterapkan dalam
pelajaran sehari-hari pada pokok bahasan manapun terutama pada siswa SD yang
5
merupakan pemula dalam pembelajaran kooperatif. Dalam penelitian ini dipilih
pembelajaran IPS karena masih rendahnya motivasi belajar.
Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS.
B. Identifiksi Masalah
Dengan adanya masalah-masalah tersebut di atas, peneliti mengidentifikasi
penyebab terjadinya masalah diantaranya :
1. Rendahnya motivasi belajar siswa.
2. Peserta didik belum secara optimal diperlakukan sebagai subyek didik.
yang memiliki potensi untuk berkembang secara mandiri.
3. Aktivitas belajar mengajar masih didominasi guru.
4. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran IPS.
5. Materi pelajaran kurang menarik.
6. Model pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi.
menggunakan model pembelajaran konvensional.
7. Lingkungan belajar yang kurang mendukung.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas peneliti membatasi masalah pada :
1. Peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS.
2. Pembelajaran koopertaif tipe Numbered Head Together.
D. Perumusan Masalah
Yang menjadi permasalahan sehingga diadakannya Penelitian Tindakan
Kelas adalah:
Apakah dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas
IV SDN 02 Doplang Karangpandan?
6
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
motivasi belajar melalui penggunaan model pembelajaran koopertaif tipe NHT
pada pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Doplang Tahun Pelajaran
2009/2010.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-
pihak yang terkait, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan khususnya kajian mengenai betapa pentingnya peranan siswa
khususnya pada mata pelajaran IPS.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
1) Mendapatkan pengalaman langsung menerapkan model pembelajaran
kooperatif NHT.
2) Mendapat bekal tambahan sebagai mahasiswa dan calon guru
sehingga siap melaksanakan tugas di lapangan .
b. Bagi siswa
1) Dapat mengembangkan keberanian dalam mengemukakan pendapat
atau gagasannya dalam belajar IPS sehingga mampu berpikir kritis.
2) Lebih tertarik dan belajar aktif sehingga meningkatnya motivasi belajar
siswa dalam pembelajaran IPS.
3) Lebih mudah dan jelas dalam memahami dan menerima pelajaran
sehingga meningkatnya hasil belajar IPS siswa.
c. Bagi Guru
1) Dapat menjadi acuan dalam penerapan metode pembelajaran IPS yang
dapat memotivasi belajar siswa.
2) Meningkatnya Profesionalisme guru dalam mengajar.
7
d. Bagi sekolah
Meningkatnya kualitas pendidikan dan sistem pembelajaran di sekolah
khususnya di SD N 02 Doplang Karangpandan.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Dalam pelaksanaan suatu penelitian tentu kita mengkaji pendapat-pendapat
para ahli mengenai masalah yang kita teliti. Dengan pendapat-pendapat tersebut
kita mempunyai pedoman untuk menentukan langkah selanjutnya. Berikut ini
peneliti mengkaji pendapat para ahli :
1. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar IPS
a. Pengertian Motivasi
Di dalam permasalahan belajar, motivasi sangat penting. Motivasi adalah
syarat mutlak untuk belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar seringkali terdapat
anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan sebagainya. Dalam
hal ini guru perlu menyelidiki penyebabnya. Penyebab tersebut biasanya
bermacam-macam, mungkin karena sakit, lapar, mengantuk, atau sedang ada
masalah. Hal ini berarti dalam diri siswa tidak terdorong untuk melakukan
sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar.
Seseorang itu akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada
keinginan untuk belajar. Hal ini merupakan prinsip dalam kegiatan pendidikan
dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut
motivasi. Dalam kegiatan belajar-mengajar, motivasi merupakan keseluruhan
daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar.
Berkaitan dengan hal ini Sardiman (2001 : 73) mengemukakan:
Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya pengerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Untuk memperjelas pengertian motivasi, berikut ini akan dikemukakan
ciri-ciri motivasi menurut Sardiman (2001:83) :
1). Tekun menghadapi tugas ( dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang sama, tidak pernah berhenti sebelum selesai ).
9
2). Ulet menghadapi kesulitan ( tidak lekas putus asa ). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berpartisipasi sebaik mungkin ( tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
3). Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, amoral dan sebagainya).
4). Lebih senang belajar mandiri. 5). Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). 6). Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin sesuatu). 7). Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 8). Senang mencari dan memecahkan masalah. Seseorang yang telah memiliki ciri-ciri seperti di atas menunujukkan
bahwa orang tersebut mempunyai motivasi yang kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu
akan sangat penting dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan adanya ketekunan
dan keuletan dalam mengerjakan tugas dan selalu mengerjakan tugas secara
mandiri, maka kegiatan belajar mengajar akan berhasil dengan baik. Apalagi
didukung adanya kemampuan mempertahankan pendapat yang sudah diyakini
kebenarannya.
Menurut Cole, Peter George (1994: 348) Motivasion is concerened with
personal energy directed towards the achievment of particular goals. Menurut
Hamzah B. Uno (2006: 1) Motivasi adalah kekuatan baik dari dalam maupun dari
luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Oemar Hamalik (2008: 158) mengungkapkan bahwa motivasi adalah
perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah proses
timbulnya gerak dalam diri seseorang untuk melakukan serangkaian tindakan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang
melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar, tingkat
ketekunan siswa sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi
belajar yang ditimbulkan motif tersebut.
10
Dari pendapat di atas dapat kita lihat bahwa ada tiga unsur esensial di
dalam motivasi, yakni :(1) faktor pendorong atau pembangkit motif, baik internal
maupun eksternal,( 2) tujuan yang ingin dicapai,( 3) strategi yang diperlukan oleh
individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa, motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya
rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk
mengadakan perubahan tingkah laku/ aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan
sebelumnya.
Sedangkan John Keller dalam Suciati, Prasetya Irawan (1993: 39),
berpendapat salah satu penerapan dan pengembangan sistem motivasi adalah
model ARCS (attention, relevance, confidence, dan satisfiation).
1. Attention (perhatian) artinya siswa yang mau belajar harus memiliki atensi
atau perhatian pada materi yang akan dipelajari. Perhatian siswa dapat
bangkit antara lain karena dorongan ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa ingin
tahu siswa perlu dirangsang. Rasa ingin tahu pada diri siswa dapat
dirangsang melalui cara-cara baru dan unik. Seperti metode diskusi,
bermain peran, simulasi, demontrasi, dan sebagainya. Bisa juga dengan
media film, tape, video, tranparansi, dan lainya.
2. Relevance (kegunaan) artinya motivasi belajar akan tumbuh bila siswa
merasakan bahwa apa yang dipelajari itu memunyai manfaat langsung
secara pribadi.Strategi untuk menunjukkan relevansi di antaranya;
memberikan contoh, latihan, atau tes yang langsung berhubungan dengan
kondisi siswa atau profesi tertentu; menyampaikan kepada siswa apa yang
dapat mereka peroleh dan lakukan setelah mempelajari materi
pembelajaran; menjelaskan manfaat pengetahuan, keterampilan; atau sikap
serta nilai yang akan dipelajari dan bagaimana hal tersebutdapat di
aplikasikan dalam kehidupan
3. Confidence (kepercayaan diri) artinya belajar secara aktif, perlu
dihilangkan kekhawatiran dan rasa ketidakmampuan dalam diri siswa.
Siswa perlu percaya bahwa ia mampu dan bisa berhasil dalam mempelajari
11
sesuatu. Strateginya antara lain; menyusun pembelajaran kebagian-bagian
yang lebih kecil sehingga siswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu
banyak konsep baru sekaligus.
4. Satisfaction (kepuasan) artinya bahwa motivasi belajar baru mampu
menghasilkan rasa puas guna mendorong tumbuhnya keinginan untuk
tetap belajar. Dengan demikian, siswa akan termotivasi mencapai tujuan
yang serupa. Demi meningkatkan dan memelihara motivasi siswa, guru
dapat memberikan reinforcement (penguatan) berupa pujian, pemberian,
kesempatan, atau bahkan pemberian hadiah. Strateginya bisa dengan
menggunakan pujian secara verbal, memberikan kesempatan siswa untuk
menggunakan atau mempraktekkan pengetahuan yang baru dipelajarinya,
meminta siswa yang sudah menguasai materi untuk membantu temannya
yang belum menguasai. Dengan ini berarti dalam proses pembelajaran,
guru perlu memasukkan aspek motivasional, sebab tidak adanya motivasi
akan mengakibatkan buruknya hasil belajar.
Dengan menerapkan beberapa teori tersebut diharapkan peneliti mampu
menyusun rencana pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan serta
menjaga motivasi belajar para siswa. Pada akhirnya dapat mencapai hasil yang
optimal, efektif sesuai dengan apa yang telah di tetapkan
b. Fungsi Motivasi
Motivasi sangat diperlukan di dalam melakukan kegiatan sehari-hari
demikian juga halnya dalam belajar, karena hasil belajar akan menjadi optimal
kalau ada motivasi sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi
dalam belajar menurut Agus Suprijono (2009: 163) : (1) Mendorong peserta
didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau motor dari setiap kegiatan
belajar, (2) Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar
yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran, (3)
Menyelesaikan kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa
yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran dengan
12
menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan
tersebut.
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi
bagi seseorang. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan
hasil yang baik pula.
c. Macam-Macam Motivasi
Pendapat mengenai klasifikasi motivasi ada bermacam-macam. Menurut
Sardiman (2001:86-91) motivasi belajar itu digolongkan menjadi dua macam
atas dasar asal rangsangannya.
1) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik berfungsi karena adanya rangsangan dari luar, seperti
misalnya orang yang belajar giat karena ingin mendapat hadiah dari orang
tua. Sardiman (2001:88) mengemukakan, “Motivasi ekstrinsik adalah
motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar”.
2) Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik dapat berfungsi, walaupun tidak ada rangsangan dari
luar. Hal ini seperti diungkapkan oleh Sardiman (2001:87) “Yang
dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang melakukan sesuatu”.
Sebagai contoh siswa yang belajar karena ingin mendapat pengetahuan
dan keterampilan, bukan karena pujian atau ganjaran.
Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik instrinsik maupun
ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan
aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam
melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai oleh
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai suatu tujuan.
13
d. Pengertian Belajar
Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-
tindakan yang berhubungan dengan belajar dan setiap orang mempunyai
pandangan yang berbeda tentang belajar. Misalnya seorang guru mengartikan
sebagai kegiatan menghafal fakta, akan lain cara mengerjakan dengan guru lain
yang mengartikan bahwa belajar sebagai suatu proses penerapan prinsip.
(Slameto, 2003: 1-2).
Memang kalau kita bertanya kepada seseorang apakah belajar itu, akan
memperoleh jawaban yang bermacam-macam. Banyak jenis kegiatan yang oleh
kebanyakan orang dapat disepakati sebagai perbuatan belajar misalnya menirukan
ucapan kalimat, mengumpulkan perbendaharaan kata, mengumpulkan fakta-fakta,
menghafal lagu, menghitung dan mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru,
dan sebagainya. Dengan kenyataan di atas terdapatlah banyak definisi belajar.
Berikut ini dikemukakan beberapa definisi menurut para ahli.
W.S Winkel (1996: 53) Berpendapat belajar adalah suatu aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan nilai sikap.
Nana Sudjana (2000: 28) Belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Tidak jauh berbeda dengan
pendapat ahli sebelumnya, menurut Slameto (2003:2) belajar adalah suatu proses
usaha perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
kegiatan individu yang dimulai sejak dini untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar serta adanya perubahan tingkah
laku yang permanen.
Gagne dalam Agus Suprijono ( 2009: 2) berpendapat bahwa belajar adalah
perubahan diposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.
Perubahan diposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan
seseorang secara ilmiah. Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil
14
belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki ketrampilan,
pengetahuan, sikap, dan nilai. (Dimyati & Mudjiono, 2009 : 10 )
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
mendapatkan pengetahuan dimana belajar merupakan tindakan dan perilaku
seseorang yang kompleks, sedangkan proses belajar terjadi berkat sesorang
memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar, dengan begitu apabila
seseorang belajar maka, akan terjadi perubahan mental pada diri seseorang.
Sedangkan Harold Spears dalam Agus Suprijono (2009: 2) mengartikan
belajar : Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves,
to listen, to follow direction. ( Dengan kata lain belajar adalah mengamati,
membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu )
Menurut Sardiman (2009: 20) menyatakan bahwa belajar itu senantiasa
merupakan perubahan tingkah laku atas penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Oemar Hamalik (2008: 27) berpendapat bahwa belajar adalah modifikasi
atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the
modification or strengthening of behavior through experiencing) menurut
pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu hasil atau tujuan belajar
bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Hasil
belajar bukan suatu penugasan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan.
Berdasarkan pengertian tentang belajar di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar dalam arti sehari-hari adalah sebagai penambahan pengetahuan, namun
bisa juga bahwa belajar sama dengan menghafal karena orang belajar akan
menghafal. Pengertian belajar ini masih sangat sempit, karena belajar bukan
hanya membaca dan menghafal tapi juga penalaran.
Berikut ini beberapa teori belajar yang dikemukakan para ahli diantaranya yaitu :
1) Teori Belajar Konstruktivisme
Belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Siswa yang memahami
dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus
bisa menyelesaikan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, dan
berkutat dalam berbagai gagasan. Guru adalah bukan orang yang mampu
15
memberikan pengetahuan kepada siswa, sebab siswa yang harus
mengkonstruksikan pengetahuan di dalam memorinya sendiri.
Sebaliknya tugas guru yang paling utama adalah:
a) Memperlancar siswa dengan cara mengajarkan cara-cara membuat
informasi bermakna dan relevan dengan siswa;
b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan gagasannya sendiri;
c) Menanamkan kesadaran belajar dan menggunakan strategi belajarnya
sendiri. (Anni, Chatarina Tri, 2004:49-50)
Dalam hal ini guru harus mampu mendorong siswa untuk memperoleh
pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang dipelajarinya.
2) Teori Piaget
Teori ini berpendapat bahwa anak membangun sendiri skematanya dari
pengalamannya sendiri dan lingkungan. Dalam pandangan Piaget
pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar
tergantung pada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif
berinteraksi dengan lingkungannya.
Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut:
a) Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak
sekedar pada hasilnya.
b) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan
aktif dalam kegiatan belajar.
c) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam kemajuan
perkembangan. (http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf)
Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan
belajar, manusia malakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga
tingkah lakunya berkembang.
e. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Hasil belajar atau prestasi siswa tidak hanya dipengaruhi oleh suatu
faktor saja, namun ada banyak faktor yang saling terkait yang mengakibatkan
16
siswa memperoleh prestasi tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa menurut Muhibbin Syah (2004:132) dapat dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu:
1) faktor internal, yaitu keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa meliputi 2 aspek yaitu aspek fisiologi dan aspek psikologis. Aspek psikologi antara lain: intelegensi, sikap, bakat, minat, aspirasi, persepsi, dan motivasi.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan sosial dan lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode pembelajaran materi-materi pelajaran.
Dari beberapa faktor di atas, dalam penelitian ini diambil 2 bagian dari
faktor yaitu motivasi belajar dan metode pembelajaran.
f. Ciri-Ciri Belajar
Seseorang yang melakukan kegiatan belajar pasti dalam diri orang tersebut
akan mengalami suatu perubahan serta memiliki ciri-ciri tertentu sedangkan
Dimyanti & Mudjiono (2009:7) mendefinisikan beberapa ciri belajar yaitu : (1)
Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan adanya perubahan tingkah laku, ini
berarti bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu
adanya perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil
menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan
mengetahui ada tidaknya hasil belajar, (2) Perubahan itu pada pokoknya adalah
didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu relatif lama, (3)
Perubahan itu teerjadi karena usaha.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri belajar pada
seseorang itu ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang permanen dan
relatif lama.
g. Tujuan Belajar
Tujuan belajar merupakan aspek yang ingin dicapai dalam belajar.
Menurut Sardiman A.M. (2009: 25) ada tiga jenis tujuan belajar, yaitu: (1) Untuk
mendapatkan pengetahuan, (2) Penanaman konsep dan keterampilan, (3)
17
Pembentukan sikap. Tujuan belajar sebaiknya meliputi ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotor. Ketiga ranah tersebut harus berkembang atau
berubah selama proses belajar berlangsung. Pencapaian tujuan belajar ini adalah
menghasilkan prestasi belajar yang maksimal.
Semua aktifitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita
pun hidup dan bekerja menurut apa yang kita pelajari. Belajar itu bukan sekedar
pengalaman. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil. Karena itu, belajar
berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk
perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu usaha yang dilakukan seseorang dengan sadar untuk memperoleh perubahan
tingkah laku secara keseluruhan yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap, dan
keterampilan sebagai hasil latihan dan pengalamanya dalam berinteraksi dengan
lingkunganya.
h. Pengertian Motivasi Belajar
Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan
secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan (motivasi) yang
dilandasi tujuan tertentu.
Berkaitan dengan proses belajar siswa, motivasi belajar sangatlah
diperlukan. Diyakini bahwa hasil belajar akan meningkat kalau siswa mempunyai
motivasi belajar yang kuat.
Pengertian motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku.
Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan
kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh
energi, terarah dan bertahan lama. Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk
mengambil bagian di dalam proses pembelajaran (Linda S. Lumsden:1994).
Winkel (1996: 150) Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak
psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
18
kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar itu
demi mencapai suatu tujuan.
Menurut Nanang Hanifah & Cucu Suhana (2009 : 27) Motivasi belajar
merupakan kekuatan (power motivation) daya pendorong atau alat pembanguna
kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar aktif,
kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku,
baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Hamzah B. Uno (2008: 23) Motivasi belajar adalah “Dorongan internal
dan eksternal pada siswa–siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung.
Adapun indikator motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno (2008:23)
dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil,
(2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) Adanya harapan dan cita-
cita masa depan, (4) Adanya penghargaan dalam belajar, (5) Adanya kegiatan
yang menarik dalam belajar,(6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif
sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik.
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya
motivasi belajar adalah sebagai berikut : (1) Menyadarkan kedudukan awal
belajar, proses, dan hasil akhir, (2) Menginformasikan tentang kekuatan uasaha
belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya, (3) Mengarahkan kegiatan
belajar, (4) Membesarkan semangat belajar, (5) Menyadarkan tentang adanya
perjalanan belajar dan kemudian bekerja.
Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan
dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, karena
dapat membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk
belajar sampai berhasil, membangkitkan, bila siswa tak bersemangat,
meningkatkan bila semangat belajarnya timbul tenggelam, memelihara, bila
semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan belajar, selain itu dapat
mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas, eningkatkan dan
menyadarkan guru untuk memilih satu di antara bermacam-macam peran.
19
i. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Pengaruh alam sekitar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
mempunyai arti yang penting. Sekalipun cara bekerjanya tidak dengan kehendak,
kesadaran dan tidak teratur. Tidak hanya lingkungan saja yang mempengaruhi
motivasi belajar siswa akan tetapi ada beberapa unsur yang mempengaruhi
diantaranya adalah :
1) cita-cita atau aspirasi siswa. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar
instrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan
mewujudkan aktualisasi diri.
2) kemampuan siswa. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kemampuan akan
memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
3) Kondisi siswa. Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani
mempengaruhi motivasi belajar.
4) Kondisi lingkungan siswa. Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam,
lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan
kemasyarakatan.
5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.
6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa.
Apabila seseorang ada yang mengalami satu penurunan unsur dari
beberapa unsur-unsur di atas maka motivasi belajar seseorang tersebut juga akan
mengalami penurunan.
j. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Motivasi mempunyai nilai dalam pengajaran, adalah menjadi tanggung
jawab guru agar pengajaran yang diberikannya berhasil dengan baik. Keberhasilan
ini banyak bergantung pada usaha guru untuk dapat membangkitkan motivasi
pada siswanya untuk belajar, adapun upaya untuk meningkatkan motivasi belajar
yaitu dengan cara : (1) Optimalisasi penerapan belajar, (2) Optimalisasi unsur
dinamis belajar dan pembelajaran, (3) Optimalisasi pemanfatan pengalaman dan
kemampuan siswa, (4) Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar. Menurut
Sardiman (2009:92-95) Ada beberapa bentuk dan cara menumbuhkan motivasi
20
dalam kegiatan belajar di sekolah, diantaranya: (1) memberi angka, (2) hadiah, (3)
saingan/kompetisi, (4) ego-ivolvement, (5) memberi ulangan, (6) mengetahui
hasil, (7) pujian, (8) hukuman, (9) hasrat untuk belajar, (10) minat, dan (11) tujuan
yang diakui. Dengan adanya upaya untuk meningkatkan motivasi belajar maka
siswa akan lebih mudah mencapai keberhasilan dalam belajar.
Berdasar uraian di atas dapat di simpulkan bahwa motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak spikis di dalam diri siswa yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan tingkah laku , pada kegiatan belajar demi mencapai tujuan
yang di harapkan .
k. Pengertian IPS
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman (1996 :
226) menyebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang fungsi praktisnya
untuk mengekspresikan hubungan gejala-gejala masyarakat, keruangan dan
partisipasi masyarakat dalam budayanya, sedangkan fungsi teoritisnya
memudahkan kemampuan pemahaman.
Sedangkan Mulyono Abdurrahman (1996: 227) menyebutkan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap
masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi,
menggunakan pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kehidupan manusia, menggunakan pengetahuan tentang hubungan manusia
dengan sesamanya, hasil karya cipta manusia dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan manusia dan bagaimana memikirkan dalam diri
manusia itu sendiri dalam hubungannya dengan interaksi manusia dalam
kelompok dan lingkungan kehidupannya.
Menurut Nasution dalam Dakir, Sri Haryati, dkk (2002:6) IPS adalah
Suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada
pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisiknya maupun dalam
lingkungan sosial yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti
geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, ilmu politik dan psikologi.
21
Pada dasarnya Mulyono (1996:8) memberi batasan IPS adalah merupakan
suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-
ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial,
seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi,
ilmu politik, dan sebagainya. Dari pendapat di atas dapat ditarik pengertian IPS
adalah bidang ilmu studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan
masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan
atau satu perpaduan.
Ilmu Pengetahuan sosial merupakan kajian (pembelajaran) yang pokok-
pokoknya berkaitan langsung dengan organisasi dan perkembangan masyarakat,
dan manusia sebagai anggota masyarakat. Tom V. Savage dan David G.
Armstrong (1996) menambahkan bahwa: “social studies not a single discipline
but a group related fields including political science, economics, sociology,
anthropology, psychology, geography, and history”. Pengetahuan Sosial bukan
disiplin (ilmu) tunggal, melainkan sebuah kelompok bidang-bidang studi yang
berkaitan, meliputi ilmu politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi,
geografi, dan sejarah. Dengan demikian Pengetahuan Sosial merupakan kajian
terhadap fenomena sosial dengan pendekatan inter-disipliner (inter-diciplinary
approach).
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa IPS adalah bidang studi yang
mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat
dengan meninjau dari berbagai masalah sosial di masyarakat dari berbagi aspek
kehidupan atau satu perpaduan.
l. IPS di Sekolah Dasar (SD)
Dalam GBPP SD ( 1994 ) dijelaskan IPS adalah “ Mata pelajaran yang
mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian ekonomi,
geografi, sosiologi, antropologi, tata negara dan sejarah”
IPS adalah salah satu mata pelajaran di SD yang terdiri atas dua bahan
kajian pokok : pengetahuan sosial dan sejarah. Pengetahuan sosial mencakup
antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi, dan tata Negara. Bahkan kajian sejarah
22
meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini
(kurikulum SD, 1994:85)
m. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pembelajaran IPS adalah proses belajar siswa yang berfungsi
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melihat kenyataan
sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari ( Pendidikan IPS SD,
2002:19)
Hamid Hasan, dalam Etin Solihatin (2007:14) mengatakan
pembelajaran IPS merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu. Martorella
(1987:14) mengemukakan bahwa pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan
pada aspek pendidikan daripada transfer konsep, karena dalam pembelajaran IPS
diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan
mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan ketrampilannya berdasarkan
konsep yang telah dimilikinya. Jadi dari kedua pendapat tersebut dapat
disimpulkan pembelajaran IPS harus diformulasikan pada aspek kependidikannya.
Menurut kurikulum (KTSP), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD
diberikan secara mata pelajaran sejak kelas IV-VI, sedangkan kelas I-III diberikan
secara tematik pada pelajaran lain, karena di dalam penelitian ini yang penulis kaji
bahan kelas IV, maka penulis menggunakan pembelajaran kooperatif untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
n. Fungsi Pengajaran IPS
Mata pelajaran IPS selain mempunyai tujuan yang ingin dicapai juga
memiliki fungsi bagi siswa. Skeel (1995: 11) berpendapat bahwa fungsi
Pengajaran IPS mencakup beberapa hal diantaranya:
1) Membantu para siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman
terhadap diri pribadinya.
2) Menolong mereka untuk mampu mengetahui dan menghargai masyarakat
global dengan keanekaragaman budayanya. Memperkenalkan proses
sosialisasi.
23
3) Memberikan pengertian tentang pentingnya mempertimbangkan masa
lampau dan masa kini dalam mengambil keputusan untuk masa datang.
4) Mengembangkan ketrampilan menganalisis dan memecahkan masalah dan
membimbing penumbuhan dan pengembangan berpartisipasi dalam aktifitas
di masyarakat.
Pengajaran pengetahuan sosial di SD berfungsi mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi
menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat
Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini.
o. Tujuan Mata Pelajaran IPS
Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:17) Mata pelajaran IPS
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupa masyarakat dan
lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam
masayarakat yang majemuk,di tingkat lokal, nasional, dan global.
Menurut Fenton dalam Dakir, Sri hayati, dkk (2002:9) mengemukakan ada
3 tujuan IPS yaitu : (1) Mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang
baik, (2) Mengajar anak didik berkemampuan berpikir, (3) Agar anak dapat
melanjutkan kebudayaan bangsanya.
Clark dalam Dakir, Sri Haryati, dkk (2002:9) mengemukakan bahwa
titik berat dalam pengajaran IPS adalah: (1) Perkembangan individu yang dapat
memahami lingkungan sosialnya, serta manusia dengan kegiatan interaksi antar
mereka (2) Anak didik diinginkan agar dapat menjadi anggota yang produktif dan
dapat memberikan andilnya dalam masyarakat yang merdeka, mempunyai rasa
24
tanggung jawab, tolong menolong sesamanya dan dapat mengembangkan nilai-
nilai dan ide-ide dari lingkunganya.
Sedangkan menurut Bruce Joyce, (www.hajrie27.wordprees.com/ilmu-
pengetahuansosial-di-sd) IPS memiliki tiga tujuan, yaitu : (1) Pendidikan
Kemanusian (Humanistic education), (2) Pendidikan Kewarganegaraan
itizenship education ), (3) Pendidikan Intelektual ( Intelectual education ),.
p. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD
Tujuan pendidikan IPS di tingkat SD menurut Sapriya (2009:194-195)
ditujukan untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dasar siswa yang
berguna untuk kehidupan sehari-harinya. Diantaranya yaitu:
1) Agar siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau
kemampuan yang telah dimiliki menjadi lebih bermakna,
2) Agar siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial
secara rasional dan bertanggung jawab,
3) Agar siswa dapat mempertinggi toleransi dan persaudaraan di lingkungan
sendiri dan antar manusia.
Sedangkan tujuan mata pelajaran IPS di SD dari kelas satu sampai kelas
enam dirumuskan dalam sejumlah kompetensi yang harus dikuasai. Tujuan
tersebut dijabarkan dalam Standar Kompetensi lulusan mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial SD/ MI.
Ketrampilan yang perlu dikembangkan dalam pendidikan IPS mencakup
hal-hal sebagai berikut : (1) Keterampilan mendapatkan dan mengolah data, (2)
Keterampilan menyampaikan gagasan, argumen,dan cerita, (3) Keterampilan
menyususn pengetahuan baru, (4) Keterampilan berpartisipasi di dalam
kelompok.
q. Ruang lingkup Mata Pelajaran IPS
Pembelajaran IPS di SD dirasakan penting sebagaimana asumsi para ahli
di bidang Pendidikan IPS yang memang kajian IPS yang dibagi ke dalam sub-sub
materi yang terorganisir secara runtut dan kontinue. Materi pembelajaran IPS
25
disusun secara komporhensif, runtut, dan terpadu sehingga dalam implementasi
kurikulum IPS ini memungkinkan adanya multimetode dalam proses
pembelajaran.
Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai
berikut: (1) Manusia, tempat, dan lingkungan, (2) Waktu, keberlanjutan, dan
perubahan, (3) Sistem sosial dan budaya, (4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Bila dicermati lebih lanjut pentingnya mempelajari IPS akan dirasakan manakala
dilihat dari ruang lingkup (minimal) dari materi sebagaimana dituliskan di atas.
r. Karakteristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang khas. Demikian juga
halnya dengan mata pelajaran IPS. Karakteristik mata pelajaran IPS adalah
sebagai berikut :
1) Mata pelajaran IPS khususnya mendeskripsikan perjuangan para tokoh
pejuang pada masa penjajahan Belanda dan jepang terkait dengan masa
lampau berisi peristiwa. Sementara materi pokok pembelajaran IPS adalah
produk masa kini berdasarkan sumber sejarah yang ada. Oleh karena itu
dalam pembelajaran IPS harus lebih cermat, kritis, berdasarkan sumber –
sumber dan tidak memihak menurut kehendak sendiri dan kehendak pihak –
pihak tertentu.
2) Dalam sejarah ada tiga unsur penting, yaitu manusia, ruang dan waktu.
Dengan demikian dalam mengembangkan pembelajaran sejarah harus selalu
diingat siapa pelaku, dimana, dan kapan peristiwa itu terjadi.
3) Perspektif waktu meliputi masa lampau, sekarang dan masa yang akan
datang. Sehingga dalam mendesain materi pokok pembelajaran IPS dapat
dikaitkan persoalan masa kini dan masa depan.
4) Sejarah ada prinsip sebab akibat artinya peristiwa yang satu diakibatkan oleh
peristiwa lainnya.
5) Pada hakikatnya mata pelajaran IPS khususnya materi pokok
mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang adalah suatu peristiwa sejarah dan perkembangan
26
masyarakat yang menyangkut berbagai aspek politik, ekonomi, sosial,
budaya, agama, dan keyakinan. Oleh karena itu dalam memahami sejarah
harus dengan multidimensional.
s. Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar
sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui
pengalaman belajar. Kompetensi Dasar adalah merupakan pernyataan minimal
atau memadai tentang pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai- nilai yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan
suatu aspek atau sub aspek mata pelajaran tertentu. Adapun standar kompetensi
dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran IPS kelas IV yaitu :
Semester I
Standar kompetensi Kompetensi dasar
1. Memahami sejarah, kenampakan
alam, dan keragaman suku bangsa
di lingkungan kabupaten/kota dan
provinsi.
1.1 Membaca peta lingkungan setempat
(kabupaten/kota, provinsi) dengan
menggunakan skala sederhana
1.2 Mendeskripsikan kenampakan alam
di lingkugan kabupaten/kota dan
provinsi serta hubungannya dengan
keragaman soisal dan budaya.
1.3 Menunjukkan jenis dan persebaran
sumber daya alam serta
pemanfaatannya untuk kegiatan
ekonomi di lingkungan setempat
1.4 Menghargai keragaman suku
bangsa dan budaya
setempat(kabupaten/kota, provinsi)
1.5 Menghargai berbagai peninggalan
sejarah di lingkungan
setempat(kabupaten/kota, provinsi)
27
dan menjaga kelestariannya
1.6 Meneladani kepahlawanan dan
pariotime tokoh-tokoh di
lingkungannya
Semester II
Standar kompetensi Kompetensi dasar
2. Mengenal sumber daya alam,
kegiatan ekonomi, dan kemajuan
teknologi di lingkungan
kabupaten/kota, provinsi
2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang
berkaitan dengan sumber daya
alam dan potensi lain di daerahnya
2.2 Mengenal peningnya koperasi
dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
2.3 Mengenal perkembangan teknologi
produksi, komunikasi, dan
transportasi serta pengalaman
menggunakannya
2.4 Mengenal permaslahan sosial di
daerahnya
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusia, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan.(Oemar Hamalik, 1995: 57)
Untuk itu jika dilihat dari kondisi pembelajaran maka pendidikan formal
harus mampu memaksimalkan peluang bagi murid, untuk berlangsungnya
interaksi yang hakiki, bukan sekedar menyampaikan pengetahuan dan membentuk
keterampilan saja yang dipergunakan maka akan menurunkan kualitas
pembelajaran.
28
Hal tersebut mengandung pengertian bahwa pembelajaran selain harus
mampu memotivasi siswa untuk aktif, kreatif, dan inovatif, juga harus diseuaikan
dengan tingkat perkembangan siswa itu sendiri.
Menurut Suyitno, Amin (2004:2) Pembelajaran adalah upaya menciptakan
iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan
siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta
antara siswa dengan siswa .
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu
sistem yang bertujuan menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan,
potensi, minat, bakat, dan kebutuhan yang disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa, sehingga terjadi
perubahan tingkah laku sedangkan tingkah laku itu sendiri dapat terjadi karena
adanya interaksi baik antar siswa dengan siswa, guru dengan siswa, ataupun siswa
dengan lingkungan sekitar. Pada suatu saat murid menerima rangsangan dari
lingkungan yang luas, sementara pada suatu saat lain rangsangan itu terlalu kecil.
Lingkunagan yang diharapkan tentu saja lingkungan yang seimbang dengan
kondisi siswa agar tidak terlalu besar memberi rangsangan, akan tetapi tidak
terlalu kering dari rangsangan.
Lingkungan yang terlalu besar memberi rangsangan dapat mengakibatkan
murid menjadi tergantung, sehingga kurang percaya diri sendiri.Sedangkan
lingkungan yang terlalu kecil atau kering dari rangsangan menyebabkan anak
kurang memiliki motivasi belajar.Pada gilirannya anak akan menyalurkan energi
dan menggunakan waktu luangnya untuk kegiatan-kegiatan di luar kegiatan
pembelajaran.
b. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan salah satu bagian dari keseluruhan sistem
belajar yang tidak dapat dipisahkan dari sistem lainnya. Menurut Joyce dalam
Trianto (2007: 2) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas/pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
29
pembelajaran termasuk di dalamnya: buku-buku, film, komputer, kurikulum dan
lain-lain. Setiap model pembelajaran mengarahkan guru mendesain pembelajaran
untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Tuti Soekamto, Udin Saripudin Winataputra (1998: 78) model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sitematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
belajar mengajar.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran dapat
diartikan sebagai pola yang digunkan untuk penyusunan kurikulum, mengatur
materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Menurut Arends dalam Agus Suprijono (2009:46), bahwa model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pembelajran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran, dan pengolahan kelas. Model pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prusedur sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun
tutorial.
c. Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri
khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Adapun Ciri-ciri
model pembelajaran tersebut adalah : (1) rasional teoritik logis yang disusun oleh
30
para pencipta atau pengembangnya; (2) landasan pemikiran tentang apa dan
bagaimana siswa belajar; (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model
tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; (4) lingkungan belajar yang
diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.(Kardi dan Nur dalam
Trianto, 2007: 5).
d. Macam-macam Model Pembelajaran
1) Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung atau direct instruction dikenal dengan sebutan
active teaching. Pada pembelajaran ini gaya mengajar dimana guru terlibat aktif
dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara
langsung kepada seluruh kelas.
2) Model Pembelajaran Terpadu
Menurut Joni, T. R dalam Triono (2007: 6) pembelajaran terpadu
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara
individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep
serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.
Oemar Hamalik (2008: 133) mengartikan pembelajaran terpadu adalah
suatu sistem pembelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah atau proyek,
yang dipelajari atau dipecahkan oleh siswa baik secara individual maupun
secara kelompok dengan metode yang bervariasi dan dengan bimbingan guru
guna mengembangkan pribadi siswa secara utuh dan terintegritasi.
Adapun keuntungan penggunaan model pembelajaran terpadu dalam
pembelajaran IPS khususnya di Sekolah Dasar menurut Tim Pengembang PGSD
(1996) (http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/proses-pembelajaran-ips-
di-sd/) adalah : (a) Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan
dengan tingkat perkembagan anak, (b) Kegiatan yang dipilih sesuai dan bertolak
dari minat dan kebutuhan anak, (c) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi
anaka, sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama, (d) Menumbuh
kembangkan keterampilanberfikir anak, (e) Menyajikan kegiatan bersifat
pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan
31
anak, (f) Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak seperti, kerjasama,
toleransi,komunikasi, dan respek terhadap gagasan orang lain. Pendapat di atas
mengidikasikan bahwa penggunaan model pembelajaran terpadu selain sesuai
karakteristik siswa Sekolah Dasar, juga sesuai dengan jati diri IPS dan peranan
guru dalam proses pembelajaran.
Penggunaan model pembelajaran Terpadu dipandang sebagai salah satu
inovasi dalam pembelajaran IPS, akan tetapi guru tetap saja belum dapat
melaksanakannya secara optimal.
3) Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran
yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (Student oriented).
Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi
kesempatan peluang lebih besar dalam meberdayakan potensi siswa secara
maksimal.
Menurut Jhonson & Jhonson dalam Isjoni (2010:17) Cooperative Learning
adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil
agar siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki
dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok kecil
yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam
menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama.
a) Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Muslimin Ibrahim, dkk (2000:7-10)
(http://iqbalali.com/2010/01/03/pembelajaran-kooperatif/) terdapat tiga
tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran
kooperatif yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman,
pengembangan keterampilan sosial.
(1) Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan
sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis
32
penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul
dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para
pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil
belajar pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada
siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademik Ibrahim, (Anonim, 2010
http://iqbalali.com/2010/01/03/pembelajaran-kooperatif/)
(2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan
secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya,
kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran
kooperatif memberi peluang bagi siswa dari bebagai latar belakang dan
kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas
akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar
saling menghargai satu sama lain. Ibrahim, (Anonim, 2010
http://iqbalali.com/2010/01/03/pembelajaran-kooperatif/)
(3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran koperatif adalah mengajarkan
kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-
keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak
anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. Ibrahim, (Anonim,
2010 http://iqbalali.com/2010/01/03/pembelajaran-kooperatif/)
Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok
kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam
menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersama.
b) Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Anita Lie (2004:84) menyatakan pembelajaran kooperatif mempunyai lima
unsur dasar dan ciri. Lima unsur dasar itu meliputi : (1) Ketegantungan
33
positif (positive interdependence) (2) Interaksi tatap muka antar siswa
(face to face interaction) (3) Pertanggung jawaban individu (indiviual
accountability) (4) Keterampilan interaksi antar individu dan kelompok
(interpersonal small group skills) (5) Proses kelompok )group processing)
Agar pembelajaran secara kooperatif atau kerja kelompok dapat mencapai
hasil yang baik maka diperlukan unsur-unsur di atas.
c) Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif
Kelebihan model pembelajaran kooperatif dibandingkan dengan model
lain yaitu:
(1) Meningkatkan kemampuan siswa.
(2) Meningkatkan rasa percaya diri.
(3) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian
yang dimiliki.
(4) Memperbaiki hubungan antar kelompok.
(5) Dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan kooperatif (kerjasama).
Model pembelajaran kooperatif akan dapat memberikan nuansa
baru di dalam pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang studi atau mata
pelajaran yang diampu guru. Karena pembelajaran koopertaif dan beberapa
hasil penelitian baik pakar pendidikan dalam maupun luar negeri telah
memberikan dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Dampak tersebut tidak saja kepada guru akan tetapi juga pada siswa, dan
interaksi edukatif muncul dan terlihat peran dan fungsi dari guru maupun
siswa.
e. Pengertian Numbered Head Together (NHT)
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan
diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan
dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada
siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-
34
kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat
pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk
memecahkan masalah.
Numbered Heads Together is a Cooperaive learning strategy that holds each student accountable for learning the material. Students are placed in groups and each person is given a number (from one to the maximum number in each group). The teacher poses a question and students”put their heads together”to figure out the answer. The teacher calls a specific number to respon as spokesperson for the group. By having students work together in a group, this strategy ensures that each member knows the answer to problems or questions asked by the teacher. Because no one knows which number will be called, all team members must be prepared. (www. Teachervision.fen.com/group-work/cooperative-learning.html.) Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik.
Menurut Anita Lie (2002:59) teknik belajar mengajar bernomor
(Numbered heads) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu,
teknink ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama
mereka.
Model NHT merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri atas
empat tahap yang digunakan untuk mereview fakta-fakta dan informasi dasar
yang berfungsi untuk mengatur interaksi siswa. Model pembelajaran ini juga
dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang tingkat kesulitannya terbatas.
Pembelajaran kooperatif bisa didefinisikan sebagai sistem kerja atau
belajar yang terstruktur. Termasuk didalam struktrur ini adalah lima unsur pokok
yang saling ketergantungan positif, tangguang jawab, individual, interaksi
personal, keahlian bekerjasama dan proses kelompok.
Struktur NHT sering disebut berpikir secara kelompok. NHT digunakan
untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam
suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
35
NHT sebagai model pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah variasi
diskusi kelompok.
f. Ciri Khas dari NHT
Ciri khas dari NHT ini adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang
mewakili kelompoknya. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu
terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut.
Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak
positif terhadap motivasi belajar siswa. Siswa akan berusaha memahami konsep-
konsep ataupun memecahkan permasalahan yang disajikan oleh guru seperti yang
diungkapkan oleh Ibrahim, dkk
(http://anwarholil.blogspot.com/2007/09/pendidikan-inovatif.html) bahwa dengan
belajar kooperatif akan memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik
penting lainnya serta akan memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah
maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas
akademis.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu : (1) Hasil belajar akademik
stuktural. Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik,(2) Pengakuan adanya keragaman. Bertujuan agar siswa dapat
menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang, (3)
Pengembangan keterampilan social. Bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa.
g. Manfaat Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam
Ibrahim (http://anwarholil.blogspot.com/2007/09/pendidikan-inovatif.html) antara
lain adalah : (1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (2) Memperbaiki kehadiran,
(3) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, (4) Perilaku mengganggu
menjadi lebih kecil, (5) Konflik antara pribadi berkurang, (6) Pemahaman yang
36
lebih mendalam, (7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, (8)
Hasil belajar lebih tinggi. Dengan didukung begitu banyak manfaat yang
ditimbulkan dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT ini maka peneliti yakin
bahwa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT akan
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SD N 02 Doplang khususnya dalam
pelajaran IPS.
h. Kelebihan dan Kekurangan Numbered Head Together ( NHT )
Hill (1993) dalam Tryana, Antin (2008) menjelaskan bahwa model NHT
memiliki kelebihan diantaranya : (1) Meningkatkan motivasi belajar siswa, (2)
Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, (3) Mampu memperdalam
pamahaman siswa. Menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap
positif siswa, (4) Mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, (5)
Mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa, (6)
Mengembangkan rasa saling memiliki, (7) Serta mengembangkan keterampilan
untuk masa depan. Sedangkan kelebihan yang lain yaitu : (1) Siswa lebih antusias
dalam belajar, (2) Siswa lebih kreatif, (3) Melatih siswa untuk saling bekerjasama.
Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT diantaranya
yaitu : (1) Perlu persiapan yang matang, (2) Pembelajaran membutuhkan waktu
yang cukup lama, (3) Pengolahan kelas susah dikondusifkan, (4) Membutuhkan
biaya yang cukup besar.
i. Tahapan dalam Pembelajaran NHT
Menurut Nurhadi, dkk (2003:67) ada beberapa tahapan dalam
pembelajaran NHT antara lain yaitu : penomoran, mengajukan pertanyaan,
berfikir bersama, dan menjawab .
1) Tahap Penomoran
Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan
setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5, sehingga setiap siswa dalam tim
mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam
kelompok.
37
2) Tahap Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau
bentuk arahan.
3) Tahap Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir
bersama, menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban dari masing-
masing pertanyaan.
4) Tahap Menjawab
Langkah terakhir yaitu menjawab, guru memanggil siswa dengan nomor
tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengangkat tangannya dan
menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random
memilih kelompok yang harus menjawab pertanyaan tersebut, selanjutnya
siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat
tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang
bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.
Dengan begitu model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih
siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta
berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam
pembelajaran, selain mengembangkan keterampilan-keterampilan yang ada dalam
pembelajaran NHT. Keterampilan yang dimaksud dalam pembelajaran NHT
antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau
menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam
Ibrahim http://anwarholil.blogspot.com/2007/09/pendidikan-inovatif.html dengan
tiga langkah yaitu : (a) Pembentukan kelompok, (b) Diskusi masalah, (c) Tukar
jawaban antar kelompok.
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim
menjadi enam langkah sebagai berikut :
1) Langkah Pertama Persiapan
38
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2) Langkah Kedua Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap
siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang
dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial,
ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam
pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar
dalam menentukan masing-masing kelompok.
3) Langkah Ketiga Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku
panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket
atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau
masalah yang diberikan oleh guru.
4) Langkah Keempat Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir
bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang
mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari
yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
5) Langkah Kelima Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban kepada siswa di kelas.
6) Langkah Keenam Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan
yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
39
Untuk langkah-langkah pembelajarannya dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan materi IPS dan perangkat pembelajaran yang akan
disampaikan yaitu tentang teknologi produksi, komunikasi,dan transportasi.
2) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa.
Kemudian sebelum pembelajaran dimulai siswa menerapkan jam kehadiran
dengan menjawab soal-soal pada sarapan pagi.
3) Guru memperlihatkan beberapa perangkat pembelajaran.(Kentongan,
gambar teknologi produksi, komunikasi dan transportasi.)
4) Siswa membagi kelompok menjadi 4 kelompok dimana tiap kelompok
terdiri dari 4-5 orang.
5) Guru memberi penjelasan kepada siswa cara kerja kelompok.
6) Siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing sesuai dengan
kelompok yang telah dibentuk sebelumnya dan mengerjakan tugas yang
telah diberikan guru.
7) Siswa menyelesaikan permasalahan atau mengerjakan tugas (tentang
teknologi produksi, komunikasi dan transportasi) dan menyatukan
pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota
dalam timnya mengetahui jawaban tim
8) Guru memberi pertanyaan kepada siswa dan menunjuk nomor secara acak.
9) Siswa yang nomornya disebut, kemudian mengacungkan jari untuk
kemudian kelompok yang telah ditunjuk guru menjawab pertanyaan untuk
semua siswa.
B. Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian yang sistematis tentang
hasil penelitian yang di lakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan yang sesuai
dengan subtansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisikan peneliti yang sudah
ada dengan penelitian yang akan dilakukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Dian Kurniasih Wahyusari (2009) yang
berjudul, Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Heads Together
(NHT) untuk Meningkatkan Prestasi Hasil Belajar IPS siswa Kelas V SDN
Luwuk Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan.
40
(www.google.co.id/search.number-head-together&html). Kesimpulan penelitian
ini adalah penggunaan kooperatif model NHT dapat meningkatkan prestasi dan
hasil belajar IPS siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2009) yang berjudul,
Penerapan Pembelajaran kooperatif Model NHT (Numbered Head Together)
Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran sejarah
Kelas VIII E SMP Negeri 18 Malang.
(karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/817). Penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model NHT di kelas
berdampak pada meningkatnya motivasi dan peningkatan hasil belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa
dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan.
Kondisi awal siswa kelas IV SD N 02 Doplang pasif dan kurang berminat
dalam mengikuiti pembelajaran IPS. Hal ini karena guru lebih banyak berfungsi
sebagai instruktur yang sangat aktif dan siswa sebagai penerima pengetahuan
yang pasif. Pembelajaran lebih banyak ceramah, menghafal tanpa memberi
kesempatan siswa berlatih berfikir memecahkan masalah dan mengaitkannya
dengan pengalaman siswa sendiri dalam kehidupan nyata sehingga pembelajaran
kurang bermakna yang mengakibatkan motivasi belajar siswa rendah.
Salah satu upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
IPS di sekolah, perlu adanya penelitian yang sifatnya lebih inovatif agar
pembelajaran IPS lebih bisa dinikmati dan diterima siswa dengan penuh semangat
sehingga siswa lebih termotivasi untuk lebih giat belajar. Model pembelajaran
yang sesuai adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together atau
yang disingkat dengan NHT. Pembelajaran NHT adalah merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. NHT ini melibatkan
banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
41
mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut. NHT hanya salah
satu variasi atau tipe pembelajaran kooperatif, maka semua prinsip dasar
pemeblajaran kooperatif melekat pada tipe ini. Ini berarti dalam NHT ada saling
ketergantungan positif antar siswa, ada tanggung jawab perseorangan, serta ada
komunikasi antar anggota kelompok.
Dengan adanya pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif dan menyenagkan
serta pelibatan siswa secara kolaboratif dalam kelompok untuk mencapai tujuan
bersama sebagaimana dituntut dalam pembelajaran NHT, maka siswa akan
merasa termotivasi dalam belajar dan mempelajari IPS, dan pada akhirnya
kemampuan siswa akan meningkat karena motivasi belajar siswa meningkat.
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya, diperoleh alur
berfikir dalam penelitian ini pada gambar 1.
Gambar 1. Kerangka pemikiran
Dalam pembelajaran, guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Siklus I: Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dengan Kompetensi dasar mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman melakukannya.
Tindakan
Siklus II : Guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dengan Kompetensi Dasar mengenal perkembangan teknnologi produksi d, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman melakukannya.
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT motivasi belajar IPS anak meningkat
Kondisi Akhir
Kondisi Awal
Dalam pembelajaran, guru menggunakan pembelajaran konvensional
Siswa: motivasi belajar IPS siswa rendah.
42
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas didapatkan
hipotesis sebagai berikut :
“Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas IV SDN
02 Doplang Karangpandan”.
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SDN 02 Doplang Kecamatan Karangpandan
Kabupaten Karanganyar, dengan alasan :
a. Peneliti mengajar di SD N 02 Doplang sehingga memudahkan dalam
penelitian baik dari segi waktu maupun biaya.
b. Pembelajaran Kooperatif tipe NHT belum pernah diteliti di SD Negeri 02
Doplang
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2009/2010 selama 5 bulan, yaitu dimulai pada bulan Januari 2010 dan berakhir
sampai bulan Mei 2010.
B. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa–siswi kelas IV SD N 02 Doplang
Kecamatan Karangpandan yang berjumlah 17 siswa dimana siswa laki-laki
berjumlah 9 siswa dan perempuan berjumlah 8 siswa, yang biasanya pasif dalam
kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran IPS. Hal ini karena siswa kurang
termotivasi untuk belajar aktif, kreatif.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
Berdasarkan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka
penelitian ini menggunakan bentuk Penelitian Tindakan Kelas. Sehubungan
dengan bentuk penelitian yang digunakan maka strategi penelitian yang digunakan
berupa tindakan melalui siklus-siklus, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
44
Dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planning),
penerapan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflecting),
dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai
(kriteria keberhasilan) sebagaimana gambar 2.
Perencanaan
Refleksi
Tindakan/Observasi Perbaikan
Rencana
Refleksi
Tindakan / Observasi Perbaikan
Rencana
Refleksi
Tindakan/Observasi Dan seterusnya
Gambar 2: Spiral Penelitian Tindakan Kelas Hopkins dalam Suharsimi Arikunto
(2008:105)
45
D. Sumber Data
Sumber data berasal dari informasi siswa kelas IV SDN 02 Doplang
Karangpandan dan guru kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan. Data atau
informasi yang berupa hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dengan
menggunakan lembar observasi. Data nilai evaluasi dan tugas kelompok diperoleh
melalui tes evaluai dan lembar kerja kelompok. Proses yang diamati mencakup
aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran. Data tingkat motivasi belajar
siswa dalam pembelajaran IPS diperoleh melalui angket yang diberikan kepada
siswa kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Di dalam melakukan penelitian ini yang digunakan penulis untuk
mengumpulkan data adalah pengamatan atau observasi, tes serta angket. Setiap
teknik tersebut ada kekurangannya namun dapat ditunjang oleh teknik yang lain
sehingga yang satu dengan yang lain saling melengkapi.
1. Observasi
Suharsimi Arikunto (2005:30) mengungkapkan bahwa observasi adalah
suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti
serta pencatatan secara sistematis. Dalam penelitian ini observasi yang akan
digunakan adalah observasi sistematik yaitu observasi dimana faktor-faktor yang
diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya.
Observasi dilakukan untuk mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru
dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Observasi ini juga dilakukan untuk
melihat apakah semua rencana yang telah dibuat dapat berjalan dengan baik
tidak ada penyimpangan-penyimpangan yang dapat memberikan hasil yang
kurang maksimal dalam perbaikan motivas belajar siswa dalam pembelajaran
IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa
kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan.
Untuk mempermudah dalam observasi maka peneliti memakai skala. Nana
Sudjana (2009:86) mengklasifikasikan skala observasi menjadi tiga yaitu skala
46
tinggi, sedang dan kurang. Aspek-aspek yang diamati dalam observasi
diklasifikasikan dalam bentuk skala tinggi, sedang dan kurang.
Observasi dipusatkan pada proses dan hasil tindakan pembelajaran beserta
peristiwa-peristiwa yang melingkupi siswa kelas IV SDN 02 dan guru kelas
Doplang Karangpandan. Peneliti menggunakan lembar observasi pada waktu
proses pembelajaran berlangsung yaitu dengan membubuhkan tanda chek list (√).
Adapun langkah-langkah observasi meliputi :
a. Perencanaan yaitu peneliti memeriksa urutan kegiatan observasi dan
penyamaan persepsi antara pengamat dan yang diamati mengenai fokus,
kriteria atau kerangka pikir disamping teknik observasi yang akan dilakukan.
b. Pelaksanaaan observasi kelas yaitu mengamati proses pembelajaran,
mengamati aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran.
c. Pembahasan balikan
2. Tes
Teknik ini dilakukan pada siswa kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan
dengan pemberian tugas kelompok dan tes evaluasi pada tiap pertemuan setiap
siklus. Bentuk dari tes tersebut adalah soal esai. Dalam hal ini tes dilakukan untuk
memperoleh data peningkatan hasil belajar IPS. Selain itu tes juga berfungsi untuk
mengetahui tingkat keberhasilan atau perkembangan pelaksanaan tindakan.
3. Teknik Angket
Teknik kuesioner dilakukan untuk mengukur motivasi belajar siswa kelas
IV SDN 02 Doplang Karangpandan terhadap pembelajaran IPS sebelum dan
sesudah dilaksanakan pengajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Penyusunan kuesioner dilakukan dengan berdasarkan pada kisi-kisi tentang
motivasi belajar. Berdasarkan judul penelitian, kemudian dijabarkan menjadi
indikator-indikator, setelah indikator ditetapkan, kemudian dijabarkan ke dalam
item-item angket yang terdiri dari item positif dan negatif, jumlah item dari
masing-masing variable sebanyak 25 butir pernyataan.
47
F. Validitas Data
Untuk informasi yang dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Validitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi atau kurikulum. Validitas isi
merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan
analisis rasional atau lewat professional judgement, Taslan dalam
(http://digilib.unes.ac.id.2005).
Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauh
mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi (dengan catatan
tidak keluar dari batasan tujuan ukur) objek yang hendak diukur atau sejauh mana
isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Teknik yang digunakan
dalam memeriksa validitas data, peneliti lakukan dengan triangulasi.
Basrowi, Suwandi (2008:123) menggolongkan triangulasi menjadi 3
yaitu triangulasi sumber data, triangulasi metode, dan triangulasi teori Adapun
dari triangulasi yang ada peneliti hanya menggunakan teknik triangulasi sumber
data. Triangulasi sumber data digunakan dengan mengecek beberapa sumber data.
Melalui metode ini untuk membandingkan data yang diperoleh melalui observasi,
angket. Misalnya untuk mengukur tinggi rendahnya motivasi belajar siswa, untuk
mengetahui rendahnya pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPS dan
faktor penyebabnya, peneliti melakukan hal – hal sebagai berikut: (1) Mengajar
siswa dengan model konvensional, kemudian menganalisis hasil belajar siswa
untuk mengidentifikasi pemahaman konsep yang diterima siswa; (2) Melakukan
observasi pada murid dan guru saat proses pembelajaran untuk mengetahui sejauh
mana kektifan dan keberhasilan murid dan guru dalam kegiatan belajar mengajar
serta guru mengetahui sejauh mana tentang hambatan–hambatan siswa dalam
mengikut proses pembelajaran IPS. serta dibandingkan dengan hasil angket yang
dikerjakan pada akhir proses pembelajaran.
48
G. Analisis Data
` Agar hasil penelitian dapat terwujud sesuai dengan tujuan yang diharapkan
maka dalam analisis data penelitian ini menggunakan analisis model interaktif
Milles dan Huberman. Milles dan Huberman (2000:20) mengemukakan Kegiatan
pokok analisa model interaktif meliputi : reduksi data, penyajian data,
kesimpulan-kesimpulan : penarikan/verifikasi.
Adapun rincian model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi. Milles
dan Huberman (2000 : 16) mengemukakan “Reduksi data merupakan
suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara
sedemikian rupa sehinggga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik
dan diverifikasi” .
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi langkah selanjutnyan yaitu diadakan penyajian data.
Penyajian data yang berupa informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3. Kesimpulan-kesimpulan : Penarikan / Verifikasi
Milles dan Huberman (2000 : 19) mengemukakan “Verifikasi data yaitu
pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil laporan penelitian.
Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau
kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna-makna yang muncul dari data
yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya yaitu yang merupakan
validitasnya”. Dari uraian di atas dapat digambarkan pada gambar 3.
49
Gambar 3. Bagan Siklus Analisis Interaktif Milles dan Huberman
Dari bagan tersebut di atas, langkah yang akan ditempuh dalam
penelitian ini adalah :
1. Melakukan analisis awal, apabila data yang didapat di kelas sudah
cukup.
2. Membandingkan motivasi belajar siswa sebelum menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dan sesudahnya.
3. Membandingkan nilai evaluasi dan nilai tugas siswa sebelum
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan
sesudahnya.
4. Melakukan pengayaan data apabila dalam persiapan analisis ternyata
ditemukan data yang kurang lengkap.
5. Merumuskan simpulan akhir bagaimana peningkatan motivasi belajar
siswa.
6. Menyimpulkan bagaimana peningkatan nilai evaluasi dan nilai tugas
siswa.
7. Merumuskan kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran dalam
laporan akhir penelitian.
Penyajian data (Data Display)
Kesimpulan-kesimpulan Penarikan / Verifikasi
Pengumpulan data (Data Collection)
Reduksi data (Data Reduction)
50
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan/
tolak ukur dalam menetukan keberhasilan keefektifan penelitian. Penelitian ini
akan diakhiri setelah 80% siswa telah mengalami peningkatan motivasi yang
didasarkan pada nilai angket motivasi belajar siswa.
Jika dihitung = 17 x 80%
= 13,60
Sesuai perhitungan, berarti paling sedikit 14 siswa dari 17 siswa kelas IV harus
mengalami peningkatan motivasi belajar jika jumlah tersebut telah tercapai berarti
siklus dapat dihentikan dan penelitian dikatakan telah memenuhi standar yang
telah ditentukan atau ditetapkan oleh peneliti.
I. Prosedur Penelitian
Karena data yang akan diperoleh atau dikumpulkan berupa data yang
langsung tercatat dari kegiatan di lapangan maka bentuk pendekatan yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan jenis
penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sasaran atau obyek
penelitian dibatasi agar data yang diambil dapat digali sebanyak mungkin serta
agar Penelitian ini tidak dimugkinkan adanya pelebaran obyek penelitian, oleh
karena itu maka kredibilitas dari peneliti sendiri menentukan kualitas dari
penelitian ini ( Bungin, 2001:26)
Penelitian tindakan kelas ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam
bentuk siklus (direncanakan 2 siklus), yang setiap siklusnya tercakup 4 kegiatan,
yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) analisis dan
refleksi.Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam
satu siklus ada 2 kali tatap muka/pertemuan yang masing-masing 2x35 menit,
sesuai skenario pembelajaran dan RPP pada siswa. Langkah-langkah dalam
penelitian tindakan kelas ini, sebagai berikut :
51
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Merancang skenario pembelajaran IPS. Sebelum melakukan skenario
pembelajaran IPS tahap sebelumnya adalah mengumpulkan data yang
diperlukan melalui teknik observasi, wawancara, dan angket. Kemudian
merancang pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu
dengan langkah-langkah :
1) Menyusun skenario pembelajaran dengan materi Mengenal sumber daya
alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan
kabupaten/kota dan provinsi dengan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT.
2) Membuat alat peraga berupa media gambar.
3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS).
4) Menyusun soal-soal ulangan harian dan tugas.
5) Mempersiapkan instrument-instrumen untuk mengetahui efektivitas
tindakan.
a. Tindakan
Pelaksanaan atau tindakan siklus 1 sesuai dengan perencanaan yang
diprogramkan, yaitu:
1) Guru menyiapkan materi dan perangkat pembelajaran.
2) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa.
Kemudian sebelum pembelajaran dimulai siswa menerapkan jam kehadiran
dengan menjawab soal-soal pada sarapan pagi.
3) Guru memperlihatkan beberapa perangkat pembelajaran.
4) Siswa membagi kelompok menjadi 4 kelompok dimana tiap kelompok
terdiri dari 4-5 orang.
5) Guru memberi penjelasan kepada siswa cara kerja kelompok.
6) Siswa (tiap kelompok) mengerjakan LKS yang telah dibagikan guru.
7) Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan bervariasi.
52
8) Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
9) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya
sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk
seluruh kelas.
Dalam hal ini peneliti lebih menekankan pada keaktifan siswa hal ini
diupayakan untuk meningkatkan motivasi belajar anak sehingga konsentrasi
anak lebih terfokus dan siswa akan benar-benar memahami sendiri apa yang
dipelajari, selain itu guru tidak segan-segan untuk menegur siswa yang dirasa
kurang memperhatikan proses pembelajaran. Setelah pembelajaran selesai,
kemudian siswa diberikan angket motivasi untuk mengetahui peningkatan
motivasi belajar anak. Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT yang
optimal diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar anak.
c. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara kolabortif
bersama guru kelas yang mengajar IPS menggunakan blangko observasi yang
berupa instrumen-instrumen yang telah direncanakan. Sumber data diperoleh
dari : Guru pengajar, guru mitra (kolaborator), siswa dan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Hal-hal yang diamati kondisi proses pembelajaran. Di samping
itu juga kejadian-kejadian dan fakta-fakta lainnya selama proses pembelajaran
berlangsung. Cara pengumpulan data dan penggunaan instrumen.
a. Guru memantau dan mengamati proses belajar dari siswa yang satu ke
siswa yang lain pada tiap-tiap kelompok.
b. Guru membimbing dan memberikan motivasi kepada siswa berkesulitan
belajar dalam menyelesaikan tugasnya.
c. Selama proses belajar berlangsung, guru melakukan observasi terhadap
keaktifan siswa sesuai lembar observasi yang telah dibuat.
d. Mengamati pemahaman masing-masing anak terhadap penguasaan materi.
e. Memberikan angket motivasi kepada siswa sesudah dilaksanakan
pembelajaran.
53
Data-data kualitatif dalam learning logs siswa dan jurnal guru dijadikan
penentu untuk mengadakan refleksi dan pengambilan keputusan.
d. Refleksi
Guru mengumpulkan hasil tes atau evaluasi, hasil observasi, serta angket
untuk mengetahui perubahan apa yang terjadi. Berikut ini adalah refleksi dari
siklus I:
1). Evaluasi : nilai rata-rata evaluasi pada siklus I ini belum mencapai
indikator yang sesuai dengan yang diharapkan, rata-rata kelas pada siklus I
adalah 69,58.
2). Observasi : a).Observasi pada siswa:secara umum pada pertemuan pertama
dan kedua siswa sangat menikmati pembelajaran IPS dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Siswa terlihat
antusias saat melakukan kegiatan belajar kelompok dengan model NHT.
Pada pertemuan pertama siswa belum dapat melakukan kegiatan kelompok
dengan baik, sedangkan pertemuan kedua siswa sudah bisa melakukan
kegiatan kelompok dengan baik. Namun secara umum siswa belum dapat
menguasai tujuan pembelajaran dengan baik. b).Observasi pada guru :
secara umum pada siklus I ini peran guru dalam meningkatkan motivasi
belajar IPS masih kurang. Guru kurang mengarahkan pada siswa
bagaimana memanfaatkan waktu dengan baik sehingga berdampak pada
penggunaan waktu dalam proses pembelajaran yang kurang tepat.
3). Angket : pada siklus I ini diperoleh hasil rata-rata angket motivasi belajar
siswa yaitu sebesar 73,29. Siswa yang masuk dalam kriteria motivasi
tinggi dan kriteria motivasi sangat tinggi sebanyak 52,94% (9 siswa)
dari17 peserta didik.
Dalam pembelajaran IPS pada siklus I di atas memang untuk hasil
angket telah mencapai nilai motivasi tinggi dengan rata-rata di atas 70%
namun belum mencapai indikator yang diinginkan, untuk nilai evaluasi perlu
ditingkatkan lagi agar lebih optimal. Oleh karena itu akan diadakan siklus II
untuk lebih meningkatkan motivasi belajar siswa.
54
2. Siklus II
Pada siklus II dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus I. Akan tetapi
pada siklus ini perencanaan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada
tindakan dalam siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan
materi yang sama yaitu memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang. Selain
itu merencanakan hal-hal yang belum dicapai pada siklus I,dan melaksanakan
kelemahan – kelemahan yang ada pada siklus I
a. Perencanaan
1) Permasalahan diidentifikasikan berdasarkan refleksi siklus I. Kemudian
memilih kompetensi dasar mengenal perkembangan teknologi produksi,
komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.
2) Memadukan hasil refleksi daur siklus I agar daur siklus II lebih efektif.
3) Merancang pembelajaran model NHT dengan menyiapkan Rencana
Pembelajaran Pembelajaran (RPP) siklus II.
4) Menyiapkan angket motivasi
5) Guru menyiapkan “menu sarapan pagi”. Soal-soal berisi tentang teknologi
produksi, komunikasi, dan transportasi serta unsur-unsurnya.
6) Guru membuat soal-soal evaluasi siklus II.
7) Guru menyiapkan kembali lembar observasi untuk pengamatan pelaksanaan
pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Melaksanakan pembelajaran model NHT sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disempurnakan sebelumnya. Kemudian
siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran diantaranya sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan materi yang akan disampaikan.
2) Siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing sesuai dengan
kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
3) Siswa menyelesaikan permasalahan yang telah diberikan guru dengan
kelompoknya masing-masing sesuai dengan kepala nomor.
4) Siswa bersama guru menuju kesalah satu rumah produksi yang ada di sekitar
55
sekolah untuk melakukan pengamatan langsung cara memproduksi barang.
5) Siswa bersama dengan guru melaksanakan pembelajaran di sekitar tempat
produksi.
6) Guru memberi pertanyaan kepada siswa dan menunjuk nomor secara acak.
7) Siswa yang nomornya disebut, kemudian mengacungkan jari untuk
kemudian kelompok yang telah ditunjuk guru menjawab pertanyaan untuk
semua siswa.
8) Dalam penelitian ini motivasi dan konsentrasi siswa lebih meningkat karena
siswa berinteraksi langsung dengan subyek, dalam hal ini produksi hasil
alam berupa jagung, jamur, ketela, dll, yang sesuai dengan materi yang
dipelajarai anak.
Setelah pelaksanaan evaluasi selesai, kemudian siswa diberikan angket
motivasi untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar anak. Pelaksanaan
pembelajaran dengan kooperatif tipe NHT yang optimal diharapkan dapat
meningkatkan motivasi belajar anak.
c. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara kolabortif
bersama guru IPS menggunakan blangko observasi yang berupa instrumen-
instrumen yang telah direncanakan. Sumber data diperoleh dari : Guru
pengajar, guru mitra (kolaborator), siswa dan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Hal-hal yang diamati kondisi proses pembelajaran. Di samping
itu juga kejadian-kejadian dan fakta-fakta lainnya selama proses pembelajaran
berlangsung. Cara pengumpulan data dan penggunaan instrument.
a. Data tentang tingkat motivasi belajar dan kemampuan belajar siswa terutama
diperoleh dari lembar observasi, angket siswa, jurnal guru (learning logs
guru)
b. Data tentang kondisi pembelajaran diperoleh dari lembar observasi ketika
pembelajaran berlangsung, angket siswa.
c. Data-data kualitatif dalam learning logs siswa dan jurnal guru dijadikan
penentu untuk mengadakan refleksi dan pengambilan keputusan.
56
d. Membandingkan hasil pelaksanaan pada siklus II dengan pelaksanaan pada
siklus I.
d. Refleksi
Guru mengumpulkan hasil tes, hasil observasi, serta angket untuk mengetahui
perubahan apa yang terjadi. Berikut ini adalah refleksi dari siklus II:
1). Evaluasi : Bila dicermati nilai rata-rata evaluasi pada siklus II lebih tinggi
daripada siklus I. Hal ini dikarenakan pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran mengalami penigkatan dibandingkan pada siklus I. Untuk nilai
evaluasi pada siklus II ini telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
yang telah ditetapkan sekolah, dengan nilai rata-rata kelas di atas 70.
2). Observasi : a).Observasi pada siswa:secara umum pada pertemuan pertama
dan kedua siswa sangat aktif belajar IPS dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Siswa sangat antusias saat melakukan
kunjungan ketempat produksi. Baik pada pertemuan pertama maupun
kedua siswa bisa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan baik. Secara umum siswa telah menguasai tujuan pembelajaran
dengan baik. b).Observasi pada guru : pada siklus II ini peran guru dalam
membangkitkan motivasi belajar IPS sudah baik, baik pada pertemuan
pertama maupun kedua guru mampu memberikan informasi dengan tepat
sehingga siswa lebih mudah memahami konsep pembelajaran. Dengan
intensitas pemberian latihan soal yang tinggi diharapkan dapat mengasah
kemampuan siswa.
3). Angket : pada siklus II ini diperoleh hasil rata-rata angket motivasi siswa
yaitu sebesar 80,40. Siswa yang masuk dalam kriteria motivasi tinggi dan
sangat tinggi sebanyak 82,35% (14 siswa) dari 17 peserta didik.
Dari pembelajaran IPS pada siklus II di atas telah dicapai hasil yang
optimal yaitu meningkatnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS
dan meningkatnya hasil belajar siswa (nilai evaluasi).
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Data awal
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 02 Doplang
kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar. SDN 02 Doplang berada di
daerah pedesaan lebih tepatnya berada di tengah perkampungan Wanukembang di
bagian timur Kabupaten Karanganyar. Jumlah kelas yang dimiliki tahun
2009/2010 adalah sebanyak 6 kelas. Personalia sekolah dari I Kepala sekolah, 6
guru kelas, 1 guru agama, 1 guru olah raga, 1 penjaga sekolah, dan 3 guru wiyata
bakti.
Dengan jumlah guru yang memadai maka proses belajar mengajar
dapat berjalan dengan lancar. Dengan kelancaran proses belajar mengajar tersebut,
seharusnya siswa-siswi di SDN 02 Doplang dapat tercapai prestasi belajar dengan
baik pada seluruh mata pelajaran.
Mata pelajaran IPS sering dianggap mata pelajaran yang tidak penting,
hal ini disebabkan karena mata pelajaran IPS tidak diujikan pada ujian akhir
nasional, untuk itu banyak siswa yang kurang memperhatikan mata pelajaran IPS.
Keadaan ini juga terjadi pada siswa kelas IV SDN 02 Doplang, keadaan ini
terlihat seperti hasil observasi yang dilakukan peneliti sebelumnya.
Berikut adalah deskripsi dari kondisi awal (sebelum tindakan) dan
deskripsi pelaksanaan tindakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang peneliti
lakukan di SDN 02 Doplang khusunya kelas IV pada mata pelajaran IPS tahun
pelajaran 2009/2010.
1.Kondisi awal Sebelum PTK
a. Kondisi Awal Siswa
Pengamatan kondisi sebelum tindakan dilakukan untuk mengetahui
keadaan nyata yang ada di lapangan sebelum peneliti melakukan proses
penelitian. Pengamatan dilakukan dengan cara observasi langsung serta diadakan
tes dan pemberian angket motivasi. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
58
motivasi dan dan hasil belajar serta proses pembelajran di kelas IV
khususnya mata pelajaran IPS.
Jumlah siswa kelas IV SD N 02 Doplang yang diikut sertakan dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah sebanyak 17 siswa, yang terdiri dari 9 siswa
laki-laki dan 8 siswa perempuan. Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan
peneliti terhadap seluruh siswa kelas IV SD N 02 Doplang pada awal semester II
tahun pelajaran 2009/2010, masih banyak siswa yang kurang motivasi belajarnya
dalam mengikuti pelajaran terutama pelajaran IPS, hal ini terlihat salah satunya
yaitu pada nilai hasil belajar IPS yang masih rendah dibanding dengan mata
pelajaran yang lain. Dari data yang peneliti peroleh, nilai rata-rata kelas mata
pelajaran IPS untuk ulangan harian awal semester II yaitu sebesar 60,03
Dari hasil rekapitulasi angket pendapat siswa tentang motivasi belajar IPS
sebelum tindakan, diperoleh data bahwa rata-rata motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran IPS sebesar 60,88 dan 58,82% siswa dalam kategori rendah, yang
artinya motivasi siswa dalam pelajaran IPS tergolong rendah atau kurang
termotivasi.
b. Aktivitas Siswa
Jumlah siswa dalam kelas cukup ideal (17 siswa), interaksi guru siswa
dalam pembelajaran cukup baik. Untuk pembelajaran IPS aktivitas siswa masih
rendah, siswa tidak berani tampil di depan kelas, siswa masih enggan bertanya
apabila menemui kesulitan. Apabila guru memberi pertanyaan hanya sebagian
kecil siswa yang mengacungkan tangan untuk menjawab. Siswa cenderung tidak
serius dan tidak memperhatikan saat guru sedang memberikan penjelasan tentang
materi pelajaran, bisa dikatakan perhatian siswa kurang, siswa menunjukkan sikap
jenuh dan bosan pada pembelajaran yang diterpkan guru hal ini diperparah dengan
sikap siswa yang berbicara dengan teman sebangku atau teman di belakangnya
bahkan ada beberapa siswa yang asyik bermain sendiri. Saat diadakan evaluasi
pembelajaran, banyak siswa yang menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat
atau bertanya kepada temannya. Sedangkan untuk hasilnya relatif rendah.
Berdasarkan hasil penelitian awal melalui observasi dan sebelum tindakan hal-hal
59
tersebut di atas terjadi disebabkan karena guru dalam pembelajaran masih
menggunakan model pembelajaran konvensional, pembelajaran yang
dilaksanakan guru belum membuat siswa turut serta aktif dalam kegiatan
pembelajaran, guru kurang memberi kesempatan dan waktu untuk siswa bertanya
dan berpikir untuk menyimpulkan materi pelajaran, selain itu ketika pembelajaran
berlangsung guru kurang bersikap tegas terhadap siswa yang tidak serius dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Rendahnya motivasi belajar dan hasil belajar siswa yang ditunjukkan
sebelum tindakan dari hasil observasi siswa dalam pembelajaran IPS siswa kelas
IV SDN 02 Doplang Karangpandan menggunakan lembar observasi, dapat
diketahui siswa yang memiliki keaktifan dalam belajar dengan kategori kurang
atau rendah sejumlah 10 siswa atau 58,82% dan siswa yang memiliki keaktifan
belajar kategori cukup berjumlah 4 siswa atau 23,53% sedangkan siswa yang
memiliki keaktifan belajar kategori yang tinggi 3 siswa atau 17,64%. Dari data
observasi belajar siswa pra tindakan diperoleh rata-rata kegiatan belajar sebanyak
10 siswa atau 58,52% dari 17 siswa kurang keaktifannya dalam kegiatan
pembelajaran. Lembar observasi rendahnya keaktifan siswa dapat dilihat pada
lampiran 3 halaman 97.
Analisis hasil angket motivasi terhadap angket motivasi belajar IPS Kelas
IV SDN 02 Doplang Karangpandan pra tindakan yang diberikan menggunakan
lembar angket sebelum tindakan pada siklus I dengan kriteria skor motivasi 76-82
sangat tinggi, 69-75 tinggi, 62-68 cukup, 55-61 rendah, 48-54 sangat rendah.
Rendahnya motivasi belajar siswa juga terlihat dari hasil angket yang dibagikan
kepada siswa dan lembar daftar hasil angket siswa yang diperoleh sebelum
dilaksanakan tindakan dapat dilihat pada lampiran 20 halaman 135.
Tabel 1. Frekuensi Motivasi Belajar sebelum Tindakan
No Interval Nilai Frekuensi Prosentase 1 48-54 4 23,52 % 2 55-61 6 35,29% 3 62-68 4 23,52 % 4 69-75 2 11,76 % 5 76-82 1 5,88 % Jumlah 17 100%
60
Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa motivasi belajar siswa sebelum diadakan
tindakan, siswa yang memiliki motivasi belajar kategori sangat rendah sebanyak 4
siswa atau 23,52 %, kategori motivasi rendah sebanyak 6 siswa atau 35,29 % ,
kategori motivasi cukup 4 siswa atau 23,52%, kategori motivasi tinggi 2 siswa
atau 11,76%. Dan kategori motivasi sangat tinggi sebanyak 1 siswa atau 5,88%
dari 17 peserta didik. Dengan demikian jumlah siswa yang memiliki motivasi
belajar rendah lebih banyak atau lebih besar dibanding dengan jumlah siswa yang
memiliki motivasi belajar cukup atau tinggi yaitu sebanyak 10 siswa atau 58,82%
dari keseluruhan 17 peserta didik.
Tabel 1. Jika disajikan dalam bentuk grafik dapat digambarkan seperti
gambar 4.
0
1
2
3
4
5
6
7
Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat Tinggi
Frek
uens
i
Klasifikasi keberhasilan
Gambar 4. Frekuensi Motivasi Belajar Siswa sebelum Diadakan Tindakan
Hasil motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dapat diukur dengan
menggunakan angket motivasi belajar, sedangkan untuk hasil belajar siswa dapat
diukur dengan menggunakan tes hasil belajar, dimana jika hasil test tersebut di
atas KKM (65), maka dapat digambarkan prestasi belajar anak tersebut juga
cukup bahkan tinggi. Nilai dari hasil belajar tersebut dapat diimplementasikan ke
skor hasil belajar dengan kriteria yang sesuai dengan skor penilaian. Untuk nilai
48-53 kategori sangat kurang, untuk nilai 54-59 kategori kurang, untuk nilai 60-65
kategori cukup, sedangkan untuk nilai 67-72 kategori tinggi.
61
Berdasarkan tes yang dilakukan sebelum dilaksanakan tindakan diperoleh
data bahwa hasil belajar siswa masih rendah hal ini ditunjukkan dengan bukti
yaitu dari 17 siswa hanya 6 siswa atau 35,29% yang mendapatkan nilai di atas
batas kriteria ketuntasan (KKM), sedangkan yang lainnya di bawah KKM. Fakta
hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mendapatkan
nilai rendah. Dengan demikian motivasi dan pemahaman konsep yang dikuasi
siswa kelas IV SDN 02 Doplang perlu ditingkatkan.
Hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan secara
keseluruhan dapat dikemukakan dalam tabel 2 hasil belajar IPS.
Tabel 2: Frekuensi Hasil Nilai Belajar IPS sebelum PTK
Interval Frekuensi Prosentase
48-53 54-59 60-65 67-72
4 6 1 6
23,52% 35,29% 5,88% 35,29%
Jumlah 17 100%
Dari tabel 2, dapat dilihat bahwa untuk hasil test belajar siswa kelas IV
SDN 02 Doplang khususnya pada pelajaran IPS terdapat 6 siswa yang
memperoleh hasil belajar yang baik atau hanya 35,29% dari 17 peserta didik
sedangkan untuk kategoi rendah menempati urutan paling banyak yaitu sebanyak
10 siswa atau 58,82% sedangkan sisanya atau sebanyak 1 siswa atau 5,88%
memperoleh nilai atau hasil belajar cukup.
Berdasarkan tabel 2 frekuensi hasil nilai belajar IPS siswa pra
tindakan jika disajikan dalam bentuk grafik dapat digambarkan pada gambar 5.
62
0
1
2
3
4
5
6
7
48-53 54-59 60-65 67-72
Frek
uens
i
Interval nilai
Gambar 5. Grafik Frekuensi Hasil Nilai Belajar IPS sebelum Tindakan
Dari hasil sebelum tindakan seperti pada tabel di atas dapat kita simpulkan
bahwa motivasi belajar khususnya pelajaran IPS siswa kelas IV SDN 02 Doplang
masih rendah. Adanya beberapa indikator yang masih memiliki skor jawaban
kurang dari yang diharapkan memberikan indikasi bahwa siswa masih belum
paham pada beberapa indikator.
Untuk mengupayakan penyelesaian dari permasalahan-permaslahan
tersebut, maka peneliti berusaha untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
khususnya pada mata pelajaran IPS, yaitu dengan cara menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
B. Diskripsi Data Tindakan
Diskripsi data tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari
diskripsi tindakan siklus I dan diskripsi tindakan pada siklus II.
63
1. Diskripsi Tindakan Siklus I
Diskripsi data tindakan siklus I terdiri dari paparan data perencanaan, data
tindakan, data observasi dan data refleksi, dimana dalam siklus I ini dirancang
untuk 2 (dua) kali tatap muka atau dua kali pertemuan (4 x 35 menit ) selama 2
minggu yaitu pada minggu ketiga bulan Maret dan minggu pertama bulan April
( Tanggal 23 Maret samapai dengan tanggal 6 April 2010 ) dengan jumlah siswa
yang mengikuti pembelajaran siklus I sebanayak 17 siswa yang terdiri dari 9
siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan diskripsi data awal sebagai upaya untuk mengatasi
permasalahan dalam pembalajaran IPS khususnya tentang rendahnya motivasi
belajar siswa maka peneliti membuat perencanaan dengan berpedoman pada
Standar Kompetensi mata pelajaran IPS, tahap perencanaan dilaksanakan
sebagai titik tolak pembelajaran untuk mengondisikan dan membuat komitmen
atas peraturan dan konsekuensi yang akan dilaksanakan pada pembelajaran IPS
tentang Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan
teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi. Persiapan untuk Siklus
pertama yaitu sebagai berikut : Perencanaan persiapan, membuat pedoman
observasi, selain itu membuat kisi-kisi atau pedoman untuk angket motivasi
belajar siswa. Kemudian memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai
dengan perkembangan teknologi produksi, komunikasi (pada pertemuan ke-1
siklus I) dan perkembangan teknologi, produksi dan transportasi ( pada
pertemuan ke-2 siklus I ).
Kedua menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai
dengan indikator yaitu mengidentifikasi alat teknologi produksi, komunikasi,
dan ttransportasi pada masa dan masa kini dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), menyusun soal-soal ulangan
individu, mempersiapkan instrumen-instrumen untuk mengetahui tindakan,
menyiapkan media gambar , membuat media berupa kentongan memantapkan
hadiah-hadiah yang berupa penguatan dan menyiapkan beberapa bunyi kreasi
64
dari kentongan supaya siswa senang dan termotivasi. Setiap kali akan
mengadakan pembelajaran guru sekalilgus sebagai peneliti menata,
mempersiapkan dan mengatur ruangan sebaik mungkin sehingga siswa
nantinya akan tenang untuk belajar IPS.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan Pertama
Dalam tahap ini guru melaksanakan tindakan sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan dan sesuai dengan RPP yang dibuat (lampiran 4 )
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu pada penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT selama 2 x 35 menit. Pertemuan ke-1 pada
siklus I ini dilaksanakan pada hari slasa 23 Maret 2010. Pada pertemuan ini
terdiri dari 2 indikator yaitu : Mengidentifikasi alat teknologi produksi,
komunikasi, dan transportasi pada masa lalu dan masa kini, dan yang kedua
membandingkan keunggulan dan kelemahan alat produksi komunikasi dan
transportasi masa lalu dan masa kini. Adapun langkah-langkah siklus I sebagai
berikut:
Sebelum pembelajaran dimulai semua media pembelajaran yang akan
digunakan telah disiapkan terlebih dahulu oleh guru. Pembelajaran ini diawali
dengan menumbuhkan minat belajar siswa dengan mengadakan tanya jawab
tentang alat komunikasi. Kemudian guru menyanyikan lagu dengan diiringi
bunyi kentongan kemudian diikuti seluruh siswa. Guru mengadakan tanya
jawab dengan siswa tentang kelebihan atau keunggulan alat komunikasi
kentongan. Setelah itu guru memasang media gambar di papan tulis siswa dan
guru mengenalkan alat komunikasi yang lain. Setelah itu kegiatan
pembelajaran selanjutnya:
1) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok dengan jumlah anggota 4 sampai 5
siswa perkelompok, kemudian guru menjelaskan cara kerja kelompok
yang telah terbentuk sesuai dengan tahap tahap atau langkah-langkah
pembelajaran koopertaif NHT.
65
2) Siswa yang telah terbagi menjadi kelompok-kelompok menetukan siapa-
siapa saja yang menjadi anggota kepala bernomor 1, nomor 2 dan
seterunya sampai habis anggota kelompok mendapatkan nomor kepala
3) Siswa yang sudah mendapatkan nomor kepala berkempul menjadi satu
dengan kelompok yang bernomor kepala sama, kemudian guru
memberikan pertanyaan yang sudah disiapkan, untuk kelompok I tentang
alat teknologi produksi, kelompok II tentang proses produksi, kelompok
III dan kelompok IV alat dan teknologi komunikasi sesuai dengan apa
yang telah dibagikan kepada siswa perkelompok sesuai nomor kepala
masing-masing. Tiap kelompok mendapatkan wacana atau tugas yang
berbeda.
4) Tiap kelompok diberikan waktu 30 menit untuk memahami dan
mendiskusikan atau menyamakan pendapat mereka, serta dapat
menyampaikan informasi tentang hasil diskusi yang telah didiskusikan
5) Guru berkeliling sambil memberikan bimbingan kepada individu maupun
kelompok.
6) Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok kemudian tiap
nomor kepala kembali lagi kepada kelompok masing-masing.
7) Guru menunjuk salah satu nomor kepala untuk menjawab pertanyaan guru
yang telah diberikan sebelumnya untuk kemudia nomor yang telah
ditunjuk tersebut berdiri dan menjawab pertanyaan untuk seluruh siswa.
Tidak lupa guru memberikan hadiah berupa penguatan kepada siswa yang
telah menjawab. ( dilakukan dalam waktu 20 menit)
8) Guru menjembatani adanya pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
NHT, dengan mengulas materi yang telah dipelajari bersama. Siswa
dengan arahan guru menyimpulkan jawaban dan materi yang telah
dipaparkan atau dipelajari.(10 menit)
9) Siswa Mengerjakan evaluasi yang telah disiapkan untuk mengetahui
kemampuan dan pemahaman materi yang telah disampaikan atau
didiskusikan sebelumnya. Setelah selesai jawaban dikumpulkan. Untuk
menambah pemahaman siswa pada materi pembelajaran, guru memberi
66
kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Kemudian dilanjutkan dengan
pemberian motivasi kepada siswa agar rajin belajar.
Selama pembelajaran peneliti telah membangkitkan semangat belajar
siswa memberikan hadiah-hadiah berupa penguatan. Hal ini dapat dilihat dari
usaha guru pada awal pembelajaran yang memulai menumbuhkan motivasi belajar
siswa dengan membunyikan kentongan dan menyanyikan lagu “Tanda-Tanda
Bahaya”, serta mengajukan pertanyaan agar siswa tertarik dalam kegiatan
pembelajaran.
2) Pertemuan Kedua
Pelaksanaan pembelajaran ke-2 dilaksanakan pada hari Selasa 6 April
2010. Pada pembelajaran ini masih pada indikator yang sama yaitu
Mengidentifikasi alat teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi pada masa
lalu dan masa kini, dan yang kedua membandingkan keunggulan dan kelemahan
alat produksi komunikasi dan transportasi masa lalu dan masa kini akan tetapi
ditambah satu indikator lagi yaitu menggunakan alat komunikasi tradisional dan
modern. Sebelum pelajaran dimulai semua peralatan yang digunakan telah
dipersiapkan teerlebih dahulu oleh guru, termasuk menata bangku dan
pencahayaan ruang.
Pada awal pembelajaran guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan
mengajak siswa bernyanyi dengan diiringi bunyi kentongan kemudian dilanjutkan
dengan menu sarapan pagi berupa pertanyaan-pertanyaan tentang teknologi
komunikasi dan transportasi. Kegiatan pembelajaran selanjutnya:
1) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok sesuai dengan kelompok yang telah
terbentuk sebelumnya.
2) Tiap kelompok bernomor kepala sama berkumpul menjadi satu dan
membentuk kelompok bernomor kepala sama, kemudian guru memberikan
pertanyaan yang sudah disiapkan di LKS yang telah dibagikan kepada
siswa perkelompok sesuai nomor kepala masing-masing. Tiap kelompok
mendapatkan wacana atau tugas yang berbeda.
67
3) Tiap kelompok yang sudah terbentuk mengerjakan pertanyaan dan saling
menyatukan pendapat mereka sesuai dengan pertanyaan yang telah
diberikan guru lewat LKS yaitu untuk kelompok I mengerjakan tugas
tentang bidang teknologi produksi modern, kelompok II mengerjakan
tentang perbandingan teknologi sederhana dan teknologi modern,
kelompok III dan kelompok IV tentang jenis alat transportasi tradisional
dan modern serta kelemahannya, akan tetapi disini para siswa
menggunakan nomor dada untuk mempermudah anak atau siswa
mengingat nomor mereka sendiri-sendiri.(30 menit)
4) Guru memberi bimbingan sambil berkeliling mengamati tiap-tiap
kelompok diskusi.
5) Setelah selesai tiap kelompok yang bernomor kepala sama kembali lagi ke
kelompok inti kemudian mempresntasikan hasil diskusi mereka untuk
seluruh siswa setelah mendapat giliran atau ditunjuk oleh guru, dan jika
jawaban itu benar maka anggota pada satu kelompok tersebut akan
mendapatkan tambahan nilai pada daftar nilai. Siswa yang berpresentasi
paling baik akan mendapat hadiah dari guru, berupa pensil dan pujian,
demikian seterusnya sampai semua siswa mendapat giliran
mempresentasikan hasi diskusi mereka.(20 menit)
6) Guru menjembatani adanya pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
NHT, dengan mengulas materi yang telah dipelajari bersama. Siswa
dengan arahan guru menyimpulkan jawaban dan materi yang telah
dipaparkan atau dipelajari.(10 menit)
7) Selanjutnya siswa diberi tugas individu untuk kemudian dikumpulkan.
Lalu siswa menyimak dan menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman
yang diperolehnya dengan menyimak buku dan bimbingan guru.
8) Di akhir pembelajaran siswa dibangkitkan motivasinya lagi dengan
menyanyikan lagu diiringi kentongan.
9) Selanjutnya guru membagikan angket motivasi untuk dikerjakan siswa.
Sebelum pembelajaran ditutup guru memberikan kesempatan kepada siswa
68
untuk menanyakan materi yang belum dipahami dan memotivasi siswa
agar semangat belajar.
Di akhir pembelajaran siswa dibangkitkan motivasinya lagi dengan
menyanyikan lagu diiringi kentongan. Selanjutnya guru membagikan angket
motivasi untuk dikerjakan siswa. Sebelum pembelajaran ditutup guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami dan
memotivasi siswa agar semangat belajar.
Seperti halnya pada pelaksanaan tindakan ke-1, pada pembelajaran yang
ke-2 ini selama proses pembelajaran peneliti telah mengaktifkan siswa. Terlihat
siswa lebih antusias dari sebelumnya dan lebih aktif dalam bertanya, menjawab
dan tumbuh kepercayaan diri dan keberanian untuk mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas. Siswa juga lebih aktif dan komunikatif dengan teman
sekelompoknya serta bersemangat dan saling berlomba dengan kelompok lain
untuk mengerjakan soal- soal (LKS) serta mendiskusikan LKS yang telah
diberikan guru. Nilai hasil pembelajaran pun lebih meningkat dibandingkan
dengan nilai atau hasil tes sebelumnya.
c. Hasil Pengamatan Akhir Siklus I
Pada tahap ini peneliti melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
proses pembelajaran Kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan motivasi belajar
IPS pada siswa kelas IV. Selama pelaksanaan tindakan pada siklus I, pengamatan
pada siswa dilakukan oleh peneliti dan wali kelas serta guru mitra yang lain
dengan menggunakan format pengamatan/lembar observasi siswa yang
sebelumnya telah dipersiapkan peneliti yang bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana “ Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT” dapat memperbaiki tingkat
motivasi dan ketertarikan siswa terhadap pelajaran IPS serta nilai atau hasil
belajar IPS siswa, akan tetapi disini aktifitas guru dalam melaksanakan KBM juga
diamati.
69
1) Hasil Pengamatan bagi Guru
Untuk lebih lengkapnya, lembar observasi guru pada saat pelaksanaan
tindakan siklus I dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 118 dari lampiran tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Guru telah mempersiapkan ruangan, sumber belajar serta media
pembelajaran dengan baik.
b) Penampilan guru di depan kelas sudah baik.
c) Guru telah melaksanakan apersepsi dan menyampaikan materi dan tujuan
pembelajaran dengan baik.
d) Guru mengunakan teknik mengajar yang baru cukup baik, yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
e) Guru belum optimal dalam menggunakan media pelajaran.
f) Guru cukup baik dalam merespon pertanyaan dan pendapat siswa.
g) Guru sudah memberi pujian dan perayaan keberhasilan siswa dengan baik.
h) Guru telah memotivasi siswa dengan baik.
i) Guru belum optimal dalam memberi bimbingan kelompok kecil.
j) Guru sudah baik dalam mengarahkan siswa dalam menemukan konsep
materi.
k) Guru kurang memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.
l) Guru Cukup baik dalam memberikan tugas yang menantang kepada siswa.
m) Guru cukup baik dalam memanfaatkan waktu.
n) Guru belum optimal dalam melibatkan siswa menggunakan media
pelajaran.
Dari hasil observasi terhadap guru diperoleh rata-rata observasi untuk siklus I
sebesar 3,2. Dan ini berarti masuk dalam kategori keaktifan tinggi.
2) Hasil Observasi bagi siswa
Dari data observasi pada akhir siklus I dapat dilihat pada lampiran 12
halaman 122 dan diperoleh data hasil belajar siswa sebagai berikut:
a) Tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas.
b) Siswa cukup menunjukkan kesiapan untuk menerima materi pembelajaran.
c) Perhatian pembelajaran siswa mulai fokus.
70
d) Sebagian siswa telah tumbuh kepercayaan dirinya, siswa sudah mulai
berani bertanya dan mengungkapkan pendapatnya
e) Dengan adanya media yang digunakan dalam pembelajaran membuat
siswa cukup termotivasi dan tumbuh rasa ingin tahu.
f) Sebagian besar siswa mulai aktif dalam kegiatan diskusi.
g) Adanya peningkatan kerjasama dalam kelompok.
h) Siswa cukup bersungguh-sungguh mengerjakan tugas individu maupun
tugas kelompok.
i) Minat belajar siswa mulai meningkat.
d. Analisis dan Refleksi
Dari hasil Penelitian pada siklus I, maka peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa masih ada 7 siswa yang memiliki keaktifan belajar kategori
rendah, keaktifan belajar kategori sangat rendah 3 siswa dan kategori motivasi
belajar sangat rendah 2 siswa, kategori motivasi rendah 2 siswa sedangkan untuk
hasil belajar ada 6 siswa yang belum mencapai KKM. Dengan demikian dapat
direnungkan bahwa penelitian pada siklus I belum menunjukkan keberhasilan
suatu proses pembelajran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang
signifikan sehingga peneliti merencanakan lagi untuk siklus berikutnya. Beberapa
hal yang perlu direfleksikan kedalam tindakan kelas selanjutnya agar pelaksanaan
pembelajaran IPS dengan model koopertaif tipe NHT tersebut lebih meningkat.
Beberapa hal tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Guru harus memberikan penguatan-penguatan yang lebih menarik, bila
perlu diberikan hadiah berupa buku atau pensil, menyediakan media yang
lebih menarik juga selain gambar yang membuat siswa lebih senang dan
semangat.
2. Guru harus mampu menciptakan pengalaman yang baru akan tetapi yang
dapat dimengerti semua siswa.
3. Guru harus memberikan petunjuk yang jelas serta bimbingan pada tiap
kelompok maupun individu agar siswa tidak ramai saat diskusi kelompok
berlangsung.
71
4. Guru harus lebih menunjukkan antusias yang lebih besar dan semangat
dalam mengajar agar siswa lebih aktif dan semangat dalam kegiatan
pembelajaran khususnya pelajaran IPS.
5. Guru harus pandai-pandai menciptakan suasana belajar yang lebih
menyenagkan dan dapat menambah semangat siswa dan mampu
mengaktifkan dan membangkitkan motivasi siswa.
Dari hasil evaluasi dan refleksi dari siklus I, disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT belum menujukkan
peningkatan motivasi belajar IPS yang tinggi terhadap pembelajaran IPS
di kelas IV SD Negeri 02 Doplang Karangpandan, maka sangat perlu
dilanjutkan pada siklus II.
Nilai hasil angket motivasi dan hasil belajar Siklus I dapat dilihat pada
lampiran 21 halaman 136 dan lampiran 27 halaman 142. Adapun hasilnya terlihat
pada tabel 3 dan 4 yaitu dalam bentuk daftar distribusi nilai hasil angket motivasi
belajar siswa.
Tabel 3. Nilai Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus I dalam Distribusi Frekuensi
No Interval Frekuensi (F) Prosentase (%)
1 2 3 4 5
50-57 58-65 66-73 74-81 82-89
2 2 4 5 4
11,76% 11,76% 23,52% 29,41% 23,52%
Jumlah 17 100% Berdasarkan tabel 3. Frekuensi motivasi belajar siswa dapat digambarkan
grafik pada gambar 6.
72
0
1
2
3
4
5
6
Sangat Rendah
Rendah Cukup Tinggi Sangat Tinggi
Frek
uens
i
Klasifikasi Keberhasilan
Gambar 6. Frekuensi Motivasi Belajar Siswa
Hasil evaluasi pada akhir siklus I dikemukakan dalam tabel 4
Tabel 4. Hasil Nilai Belajar IPS Setelah Siklus I
No Interval Frekuensi Prosentase (%) 1 2 3 4 5
57-61 62-66 67-71 72-76 77-81
3 3 3 5 3
17,64% 17,64% 17,64% 29,41% 17,64%
Jumlah 17 100%
Berdasarkan tabel 4. Frekuensi hasil IPS belajar siswa dapat digambarkan
grafik pada gambar 7.
73
0
1
2
3
4
5
6
57-61 62-66 67-71 72-76 77-81
frek
uens
i
Interval Nilai
Gambar 7. Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Tabel 5.Perbandingan Nilai Angket Motivasi dan Nilai Belajar Siswa sebelum Tindakan dan Sesudah Diberikan Tindakan Siklus I
Nilai Rata-Rata No Aspek Penelitian Pra Tindakan Siklus I
1 Angket Motivasi Belajar 60,88 72,80 2 Penilaian Hasil Belajar 60,03 69,58
Berdasarkan tabel nilai perbandingan sebelum Tindakan dan Sesudah
Siklus I dapat digambakan dalam grafik gambar 8.
74
60.88 60.03
72.8 69.58
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Rata-rata Motivasi Belajar
Rata-rata Hasil Belajar
Pra Tindakan Siklus I
Gambar 8. Grafik Perbandingan Nilai Angket dan Hasil Belajar sebelum Tindakan dan Siklus I
2. Diskripsi Tindakan Siklus II
Berdasarkan refleksi tindakan kelas siklus I, maka pada siklus II akan
diadakan 2 kali tindakan kelas lagi dengan alokasi waktu 4 x 35 menit agar hasil
yang diperoleh lebih optimal, maka pada siklus II ini untuk lebih memantapkan
hasil peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Kompetensi Dasar pada siklus
ini adalah mengenal perkembangan teknologi produksi serta pengalaman
menggunakannya, dengan indikator mengenal jenis-jenis teknologi untuk poduksi
yang digunakan oleh masyarakat pada masa lalu dan masa kini, mengenal bahan
baku untuk produksi barang. Tujuan dari pembelajaran ini adalah agar siswa dapat
menerapkan pengalaman yang dialami dalam masyarakat. Siklus II dilaksanakan
selama 2 minggu yaitu pada minggu ketiga bulan April pada hari Selasa tanggal
20 April 2010 dan minggu keempat bulan April hari Selasa tanggal 27 April 2010.
Pembelajaran dirancng untuk 2 kali pertemuan (4 x35 menit), jumlah siswa yang
mengikuti pembelajaran siklus II sebanyak 17 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-
laki dan 8 siswa perempuan.
75
a. Tahap Perencanaan
Dengan berpedoman pada Standar Kompetensi mata pelajaran IPS peneliti
mengadakan persiapan untuk siklus II yaitu sebagai berikut : Memilih pokok
bahasan atau indikator yang sesuai dengan perkembangan teknologi komunikasi
( pada pertemuan ke-1 siklus I ) dan perkembangan teknologi transportasi (pada
pertemuan ke-2 siklus I), sedangkan untuk siklus II peneliti memilih indikator
perkembangan teknologi produksi yaitu mengenal jenis-jenis teknologi produksi
serta pengalaman menggunakannya.
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP (lampiran 5
halaman 108) sesuai dengan indikator dan model pembelajaran koopertaif tipe
NHT. Menyiapkan hadiah berupa penguatan, media pembelajaran, peralatan-
peralatan yang berkaitan dengan materi supaya siswa senang dan termotivasi.
Setiap kali akan mengadakan pembelajaran guru sekaligus sebagai peneliti harus
selalu siap dan mengatur siswa sebaik mungkin sehingga siswa akan tertib dalam
pembelajaran IPS.
b. Pelaksanaan Tindakan siklus II Pertemuan I
Pada pembelajaran siklus II pertemuan ke-1 ini Kompetensi Dasarnya sama
dengan pembelajaran sebelumnya akan tetapi lebih difokuskan pada
perkembangan teknologi produksi. Dengan indikator mengenal jenis-jenis
teknologi produksi serta pengalaman menggunakannya. Dilaksanakan
pada hari Selasa tanggal 20 April 2010. Tujuan Pembelajarannya adalah agar
siswa dapat menerapkan pengalaman yang dialami ke dalam masyarakat.
Media yang digunakan dalam pembelajaran kali ini adalah selain gambar
yaitu siswa terjun langsung ke tempat produksi rumahan yang dekat dengan
sekolahan yaitu produsi keripik jamur tiram dan jamur kuping. Sebelum
pembelajaran guru mempersiapkan media pembelajaran terlebih dahulu.
Menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk kegiatan di tempat produksi
rumahan.Kegiatan pembalajaran selanjutnya:
1) Pada awal pembelajaran guru menumbuhkan minat belajar anak atau
siswa dengan mengadakan tanya jawab tentang teknologi produksi.
76
Kemudian guru memaparkan media gambar di papan tulis untuk
kemudian siswa diajak ke tempat produksi rumahan yaitu produksi
keripik jamur tiram dan jamur kuping.
2) Guru menjelaskan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru
membagi siswa menjadi 4 kelompok yang tiap kelompoknya
beranggotakan 4-5 siswa.
3) Sesuai dengan kelompok yang telah terbentuk, kemudian guru
mengumpulkan siswa yag memiliki nomor kepala sama untuk
kemudian memberi tugas untuk dipecahkan setiap kelompok diskusi.
Tugas tersebut yaitu tiap kelompok harus memberikan pertanyaan
yang berhubungan dengan materi pelajaran yaitu tentang produksi dan
hasilnya sesuai pengamatan yang akan dilakukan oleh siswa dengan
waktu yang telah ditentukan guru.
4) kegiatan berpikir menyatukan pendapat dikerjakan oleh setiap
kelompok.
5) Sesampainya di tempat produksi guru memberi pengarahan kembali
kepada siswa agar tertib, untuk kemudian siswa masuk ke dalam
rumah dan guru menunjuk sesuai dengan nomor kepala yang
diinginkan untuk kemudian nomor kepala yang ditunjuk mengajukan
pertanyaan kepada pemilik rumah produksi untuk kemudian seluruh
siswa mencatat hasil atau jawaban dari pertanyaan nomor kepala yang
ditunjuk oleh guru sambil melihat cara keja atau cara
memproduksinya, demikian seterusnya sampai selesai, dan untuk
penyemangat siswa diberi hadiah berupa makanan hasil produksi
tersebut.
6) Siswa mengerjakan evaluasi yang telah disiapkan guru sebelumnya.
7) Pada kegiatan akhir, dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan
hasil pengamatan atau hasil kunjungan ke tempat produksi.
77
c. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan ke-2
Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan ke-2 masih dengan model
pembelajaran kooperatif NHT, tetapi mengalami beberapa perubahan dan
perbaikan. Perubahan dan perbaikan tersebut, yakni (1) kegiatan pembelajaran
tidak dilakukan di dalam kelas lagi melainkan juga di luar kelas dan di tempat
produksi rumahan, (2) guru harus berupaya menciptakan pengalaman baru yang
berkaitan dengan kehidupan siswa dan ada di sekitar siswa agar semua siswa
dapat mudah mengerti dan tertarik pada pembelajaran khususnya IPS, (3) guru
harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa baik secara kelompok
maupun individu agar siswa tidak malu serta tumbuh percaya diri siswa dan
mampu mengajukan pertanyaan sesuai dengan topik, (4) Kerjasama kelompok
harus ditingkatkan dan diarahkan terus, karena dalam kerja kelompok masih ada
siswa yang pasif dalam diskusi, (5) penyampaian materi perlu dilakukan dengan
lebih baik dan dengan cara yang menarik agar motivasi belajar siswa terhadap
pelajaran bertambah sehingga penguasan siswa terhadap materi juga lebih baik,
(6) pemberian hadiah diberikan kepada siswa dan kelompok yang paling baik dan
kompak, hal ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa puas pada diri siswa atas
hasil kerja keras mereka.
Pada pelaksanaan tindakan pertemuan ke-2 ini Standar Kompetensinya
masih sama seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya yaitu mengenal sumber
daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/
kota dan provinsi. Kompetensi Dasarnya adalah perkembangan teknologi produksi
Indikatornya adalah mengenal jenis-jenis teknologi untuk produksi yang
digunakan oleh masyarakat pada masa lalu dan masa sekarang, mengenal bahan
baku untuk produksi barang. Tujuan pembelajaran ini adalah (1) siswa dapat
membedakan teknologi produksi masa lalu dengan masa kini. (2) siswa dapat
menerapkan pengalamannya untuk masyarakat sekitar dan diri sendiri di masa
yang akan datang.
Sebelum pelajaran dimulai, guru memberi pengarahan kepada siswa serta
menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk pembelajaran di tempat produksi,
siswa menyiapkan buku dan alat tulis untuk mencatat segala kegiatan yang ada di
78
tempat produksi. Selain itu guru juga menyiapkan hadiah yang nantinya akan
diberikan pada siswa dan kelompok yang terbaik. Kegiatan pembelajaran
selanjutnya:
1) Guru menumbuhkan minat belajar anak dengan mengajak siswa bernyanyi
sambil berjalan menuju ke tempat produksi.
2) Guru memulai kegiatan inti dengan menjalaskan tentang tugas yang
diberikan kepada tiap kelompok yaitu tiap kelompok diberi tugas untuk
membuat pertanyaan tentang produksi keripik jagung.
3) Siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing untuk menyatukan
pendapat dengan waktu yang telah ditentukan.(15 menit)
4) Siswa yang telah selesai berdiskusi kemudian kembali lagi ke kelompok
masing-masing.
5) kemudian guru mulai menunjuk nomor kepala yang diinginkan untuk
kemudian megajukan pertanyaan kepada pemilik produksi keripik jagung
untuk mendapatkan jawaban bagi seluruh siswa kemudian seluruh siswa
mencatat jawaban dari si pemilik demikian seterusnya sampai selesai.
6) Siswa mencoba melakukan kegiatan produksi yaitu cara menggiling
jagung dan menjemur jagung setelah digiling dengan bimbingan pemilik
produksi.
7) Sebelum pembelajaran selesai guru memberikan evaluasi dan dikerjakan
siswa di halaman sekolah untuk kemudain dikumpulkan. Setelah itu guru
menunjuk siswa dan kelompok mana yang terbaik untuk kemudian diberi
hadiah.
8) Pada akhir kegiatan guru memberi angket motivasi untuk dikerjakan
siswa. Selanjutnya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan materi yang belum dipahami kemudian pelajaran ditutup
oleh guru.
d. Hasil Pengamatan Akhir Siklus II
Selama pelaksanaan pada siklus II, dilakukan pengamatan terhadap guru
dan siswa yang dilakukan oleh peneliti dan guru mitra dengan menggunakan
79
format pengamatan atau lembar observasi yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat memberikan dan
meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran khususnya pelajaran IPS,
dan selain itu untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran
berlangsung dengan tujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada
pada guru dan siswa.
1) Hasil Observasi bagi guru pada saat pelaksanaan tindakan siklus II dapat
dilihat pada lampiran 13 halaman 123 dan dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a) Guru telah mempersiapkan siswa untuk belajar dengan baik.
b) Penampilan dan cara penyampaian materi kepada siswa sudah baik.
c) Guru telah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan baik.
d) Guru telah memberi respon yang baik ketika siswa bertanya.
e) Guru sudah baik dalam mengarahkan siswa dalam menemukan konsep
materi, serta telah memberi pujian dan hadiah bagi siswa yang berhasil
dalam pembelajaran.
f) Guru sudah baik memberikan motivasi kepada siswa
g) Guru sudah optimal menumbuhkan kepercayaan diri dan memberi
kesempatan bertanya kepada siswa, serta sudah baik dalam memberi
bimbingan baik individu maupun kelompok.
h) Guru sudah baik memberikan tugas yang cukup menantang.
i) Guru sudah dapat memanfaatkan waktu dengan baik.
j) Guru sudah optimal melibatkan sisawa dalam menggunakan media.
Dari hasil observasi terhadap guru pada siklus II diperoleh rata-rata observasi
sebesar 3,85. Yang berarti masuk dalam kriteria keaktifan sangat tinggi.
2) Hasil Observasi bagi Siswa
Dari data observasi pada siklus akhir siklus II dapat dilihat pada
lampiran 16 halaman 127 dan diperoleh data hasil belajar siswa sebagai berikut:
a) Perhatian siswa sudah fokus.
80
b) Dengan pembelajaran ke tempat produksi langsung dalam
pembelajaran membuat siswa semakin termotivasi.
c) Sebagian siswa sudah aktif dalam kegiatan diskusi dan pembelajaran.
d) Kerjasama dalam kelompok mengalami peningkatan.
e) Siswa menunjukkan kesiapan untuk menerima materi pembelajaran.
f) Siswa mampu berdiskusi dengan baik.
g) Kepercayaan diri siswa meningkat.
h) Siswa sudah aktif bertanya.
e. Analisis dan Refleksi
Selama proses pembelajaran siklus II, seperti yang telah disebutkan di atas
maka dapat direfleksikan: (1) sebagian siswa telah berani bertanya tentang materi
yang disampaikan dan yang dianggap sulit oleh siswa,bahkan ada beberapa anak
yang aktif bertanya dan memberi umpan balik ketika pemilik produksi keripik
menjawab pertanyaan dari siswa (2) pemberian hadiah berupa barang ada kalanya
harus diberikan kepada siswa atau kelompok diskusi hal ini dengan tujuan untuk
membangkitkan semangat dan menumbuhkan rasa puas pada diri siswa (3)
sebagian siswa telah aktif dalam kegiatan pembelajaran baik dalam kegiatan
individu maupun kelompok (4) sebagian besar telah menguasai materi dengan
baik, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata IPS setelah pembelajaran siklus II
yang mencapai 77,17 dan nilai tersebut masuk dalam kategori baik.
Dari data motivasi belajar juga diperoleh rata-rata motivasi belajar siswa
yang mengalami peningkatan yaitu menjadi 84,20 yang termasuk ke dalam
kategori motivasi belajar tinggi. Keaktifan siswa juga meningkat menjadi 13
siswa yang memiliki kategori keaktifan tinggi atau sekitar 76,47%. (hasil nilai
observasi keaktifan siklus II dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 130.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas siswa pada
pembelajaran siklus II, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung telah terlaksana dengan baik,
hal tersebut dapat kita lihat dari aktivitas guru dan siswa yang sudah sesuai
81
dengan prasyarat pembelajaran sekarang yaitu KTSP dengan pembelajaran
PAIKEM.
Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi dari Siklus II di atas, disimpulkan
bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT telah menunjukkan
adanya peningkatan motivasi belajar yang baik/tinggi terhadap pembelajaran IPS
di kelas IV SD Negeri 02 Doplang. Maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
cukup pada siklus II. Hal ini diperkuat dengan nilai IPS siswa yang juga telah
mencapai batas tuntas. yaitu 15 siswa atau 88% siswa dari 17 peserta didik sudah
mendapatkan nilai diatas KKM yang ditentukan. Adapun hasil angket motivasi
dan nilai belajar IPS pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 22 halaman 137
dan lampiran 28 halaman 143. Dari data di atas dapat dibuat tabel 6 dan tabel 7.
Tabel 6. Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Siklus II
No Interval Frekuensi Prosentase (%)
1 2 3 4
69-74 75-80 81-86 87-92
1 2 8 6
5,88% 11,76% 47,05% 35,29%
Jumlah 17 100% Berdasarkan tabel 6 frekuensi motivasi belajar siswa siklus II maka dapat
digambarkan pada grafik gambar 9.
0123456789
Rendah Cukup Tinggi Sangat Tinggi
Frek
uens
i
Klasifikasi Keberhasilan
Gambar 9. Grafik Frekuensi Motivasi Belajar Siswa
82
Hasil test belajar siswa setelah dilaksanakan tindakan siklus II dapat
dilihat pada tabel 7
Tabel 7. Hasil Nilai Belajar IPS Siklus II
No Interval Frekuensi Prosentase (%) 1 2 3 4 5
61-67 68-74 75-81 82-88 89-95
2 4 7 2 2
11,76% 23,52% 41,17% 11,76% 11,76%
Jumlah 17 100%
Berdasarkan tabel 7 hasil nilai belajar siswa dapat digambarkan
pada grafik gambar 10.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
61-67 68-74 75-81 82-88 89-95
Frek
uens
i
Interval nilai
Gambar 10. Grafik Hasil Belajar Siswa
Tabel 8.Perbandingan Nilai Angket Motivasi dan Nilai Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Sikus I Siklus II Keterangan
Angket Motivasi
Hasil Belajar
Angket Motivasi
Hasil Belajar
Nilai terendah 50 57 65 61 Nilai Tertinggi 86 78 92 91 Rata-rata nilai 72,80 69,58 84,20 77,17
83
Berdasarkan tabel nilai perbandingan Siklus I dan Sesudah Siklus II dapat
diketahui bahwa terjadi peningkatan rata-rata nilai angket motivasi dari 72,80
menjadi 84,20, dan pada hasil belajar juga mengalami peningkatan rata-rata hasil
belajar dari 69,58 menjadi 77,17.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan rumusan tujuan penelitian, yaitu
untuk meningkatkan motivasi belajar IPS siswa dan untuk mengetahui tingkat
keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam hal tersebut maka
dengan pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT diharapkan dapat membawa perubahan pada proses
pembelajaran IPS di kelas IV SDN 02 Doplang Kecamatan Karangpandan
Kabupaten Karanganyar untuk kegiatan belajar mengajar atau KBM selanjutnya.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi dan hasil angket motivasi
belajar serta hasil test siswa dapat dilihat adanya peningkatan aktifitas siswa
dalam pembelajaran, peningkatan motivasi belajar serta peningkatan nilai IPS di
kelas IV SD Negeri 02 Doplang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten
Karanganyar.
Peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran berdasarkan observasi
diantaranya: (1) siswa lebih aktif dalam mendengarkan/menyimak penjelasan
guru; (2) siswa cukup aktif dalam mengajukan pertanyaan kepada guru; (3) siswa
lebih aktif menjawab pertanyaan dan mengerjakan LKS dari guru; (4) Siswa lebih
aktif dan bersemangat dalam pembelajaran; (5) siswa lebih berantusias dalam
menerima palajaran; (6) keinginan siswa untuk berhasil meningkat; (7) siswa
lebih kreatif dan inisiatif dalam pembelajaran; (8) motivasi siswa untuk belajar
meningkat; (9) keberanian dan kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran
meningkat. Adapun deskrepsi data sebagai berikut:
a. Data Nilai siswa Kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan sebelum
Tindakan berdasarkan Observasi, Angket dan Nilai Tes
Dari hasil analisis dan hasil observasi,angket dan hasil evaluasi dari
sebelum tindakan diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa kategori rendah
84
sebanyak 11 siswa atau sekitar 64,70%, sedangkan untuk motivasi belajar
siswa kategori rendah sebanyak 10 siswa atau 58,82%, untuk hasil belajar ada
11 siswa atau 64,70% yang mendapatkan nilai dibawah KKM dari 17 peserta
didik. Dari hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, untuk
meningkatkan motivasi belajar IPS perlu dilakukan tindakan lebih lanjut.
b. Data Nilai siswa Kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan Siklus I
berdasarkan Observasi, Angket dan Nilai Tes
Pada siklus I setelah diadakan tindakan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT diperoleh hasil analisa dapat disimpulkan
bahwa aktifitas siswa dalam pembelajaran, siswa yang mempunyai aktifitas
pembelajaran dengan kategori rendah sebanyak 5 siswa atau 29,41%, kategori
cukup sebanyak 9 siswa atau 52,94 %, sedangkan kategori tinggi sebanyak 3
siswa atau 17,65% dari keseluruhan 17 peserta didik, siswa yang memiliki
kategori motivasi belajar sangat rendah sebanyak 2 siswa atau 11,76%, untuk
kategori motivasi belajar rendah sebanyak 2 siswa atau 11,76%, dan kategori
motivasi belajar cukup sebanyak 4 siswa atau 23,52% ,kategori motivasi
belajar tinggi sebanyak 5 siswa atau 29,41%, sedangkan kategori sangat tinggi
sebanyak 4 siswa atau 23,52% dari 17 peserta didik. Dari data motivasi belajar
tersebut, motivasi siswa setelah dilaksanakan siklus 1 rata-rata motivasi
belajarnya adalah 72,80. Setelah dilakukan siklus 1 dapat diketahui bahwa
motivasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 11,92% yaitu dari rata-
rata motivasi belajar siswa 60.88 meningkat menjadi 72,80. Namun kenaikan
tersebut belum signifikan atau belum menunjukkan motivasi belajar siswa
yang tinggi. Sedangkan untuk test belajar siswa kategori sedang sebanyak 3
siswa atau 17,64%, kategori baik atau tinggi sebanyak 5 siswa atau 47,06%,
untuk kategori nilai sangat rendah mengalami penurunan menjadi 3 siswa dari
sebelumnya 4 siswa, kategori nilai rendah juga mengalami penurunan dari 6
siswa menjadi 3 siswa. Sedangkan untuk kategori sangat baik atau sangat
tinggi mengalami peningkatan menjadi 3 siswa yang sebelumnya hanya 1
siswa.
85
c. Data Nilai siswa Kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan Siklus II
berdasarkan Observasi, Angket dan Nilai Tes
Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk
menetapkan dan mencapai tujuan penelitian. Dari data observasi,angket, dan
hasil tes dalam siklus II selama 2 kali pertemuan diperoleh data sebagai
berikut: bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II,
terdapat siswa yang memiliki kategori keaktifan belajar tinggi sebanyak 13
siswa atau 76,47%, siswa yang memiliki kategori keaktifan belajar cukup
sebanyak 4 siswa atau 23,53% dari 17 peserta didik. Motivasi belajar siswa
pada siklus II, terdapat siswa yang memiliki kategori motivasi belajar sangat
tinggi sebanyak 6 siswa atau 35,29%, siswa yang memiliki kategori motivasi
belajar tinggi sebanyak 8 siswa atau 47,06% , siswa yang memiliki kategori
motivasi cukup sebanyak 2 siswa atau 11,76%, sedangkan siswa yang
memiliki kategori rendah sebanyak 1 siswa atau 5,88% dari 17 peserta didik.
Dari data motivasi belajar tersebut diperoleh rata-rata motivasi belajar siswa
sebanyak 84,20. Kemudian untuk nilai belajar IPS kategori sangat rendah
sebanyak 2 siswa atau 11,76%, nilai belajar kategori rendah 4 siswa atau
23,52%, kategori sedang sebanyak 7 siswa atau 41,17%, untuk nilai belajar
kategori baik sebanyak 2 siswa atau 11,76%, sedangkan untuk kategori nilai
sangat baik mengalami peningkatan menjadi 2 siswa atau 11,76%. Ini berarti
untuk hasil atau nilai belajar IPS kelas IV SDN 02 Doplang juga mengalami
peningkatan.
Tabel 8. Rekapitulasi Rata-rata Data Nilai Angket dan Nilai IPS Siswa
Nilai Rata-Rata No Aspek Penelitian
Pra Tindakan
Siklus I Siklus II
1 Angket Motivasi Siswa 60,88 72,80 84,20
2 Penilaian Hasil Belajar 60,03 69,58 77,17
Dari tabel 8 bila dalam bentuk grafik terlihat pada gambar 12 dibawah ini:
86
60.88 60.03
72.8 69.58
84.277.17
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Rata-rata Motivasi belajar
Rata-rata hasil belajar
Pra Tindakan Siklus I Siklus II
Gambar 12. Grafik Rekapitulasi Rata-rata Motivasi Belajar dan Nilai Belajar IPS Siswa
Dilihat dari rata-rata skor observasi, angket serta didukung dengan nilai
hasil belajar siswa kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan selama pelaksanaan
tindakan kelas dari pra tindakan, siklus I maupun siklus II terjadi peningkatan
motivasi belajar siswa yang signifikan. Peningkatan tersebut bisa dijabarkan
sebagai berikut : (1) Dari data observasi pembelajaran siswa rata-rata sebelum
tindakan sebesar 16,38 atau kurang lebih 16 menjadi 19,17 atau kurang lebih 19
rata-rata di siklus II meningkat menjadi 26,68atau 27, dari 17 peserta didik, (2)
untuk rata-rata motivasi belajar siswa juga mengalami peningkatan, rata-rata
motivasi belajar sebelum tindakan adalah sebesar 60,88 pada siklus I rata-rata
motivasi belajar siswa menjadi meningkat 72,80 atau sekitar 73, pada siklus II
mengalami peningkatan lagi menjadi 84,20 dari 17 peserta didik. (3) Sedangkan
untuk rata-rata hasil belajar IPS siswa juga mengalami peningkatan yang
signifikan, adapun rata-rata peningkatan nilai belajar IPS siswa sebagai berikut:
rata-rata nilai IPS siswa sebelum tindakan sebesar 60,03 menjadi 69,58 atau 70
pada siklus I meningkat sebesar 9,55, kemudian meningkat lagi menjadi 77,17
pada siklus II atau mengalami peningkatan sebesar 17,14%. Dari uraian tersebut
dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan yang signifikan skor observasi,
87
motivasi serta nilai belajar IPS siswa selama tahap pra tindakan menuju siklus I
dan siklus II. Dan peningkatan tersebut tergolong dalam kategori yang tinggi.
Dari hasil penelitian, siswa yang memiliki motivasi tinggi siswa tersebut
aktif dalam kegiatan pembelajaran terutama pada saat kelompok, selain itu nilai
evaluasinya juga tinggi, akan tetepi beberapa siswa yang hasil angket motivasinya
tinggi tetapi hasil belajarnya masih sedang, hal ini karena daya tangkap siswa
tersebut memang rendah.
Dari keseluruhan tindakan atau siklus yang telah dilaksanakan dapat
ditarik kesimpulan bahwa adanya keterkaitan antara keaktifan siswa dengan
motivasi dan hasil belajar siswa, dengan penggunaan model pembelajaran
koopertaif tipe NHT siswa menjadi lebih antusias, lebih aktif, percaya diri
meningkat dan lebih tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan guru sehingga
siswa yang semula tidak aktif dan motivasinya rendah dapat meningkat keaktifan
dan motivasi belajarnya, karena disini siswa yang aktif baik dalam kelompok
maupun individu siswa juga merasa senang dengan pembelajaran yang dilakukan
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dan hal ini berpengaruh pada
nilai belajar siswa pula karena dengan motivasi belajar yang tinggi dalam
pembelajaran maka penguasaan materi siswa juga lebih baik dan dapat meningkat.
88
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
dalam dua siklus dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
sebagai upaya peningkatan motivasi belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri
02 Doplang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran
2009/2010, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pembelajaran IPS dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT yang
dilaksanakan dapat meningkatkan motivasi belajar dalam pembelajaran IPS pada
siswa kelas IV SD Negeri 02 Doplang Karangpandan Karanganyar dilihat dari
rata-rata kelas motivasi belajar siswa terjadi peningkatan yaitu (1) Hasil rata-rata
motivasi belajar pada pra tindakan 60,03 terjadi peningkatan pada siklus I sebesar
72,80, karena belum sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan maka
dilakukan tindakan pada siklus II. Untuk siklus II terjadi peningkatan rata-rata
motivasi belajar siswa yang signifikan dari 72,80 atau 72,80% menjadi 84,20.
Maka penelitian pada siklus II ini telah mencapai target capaian.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian ini terbukti bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Sehubungan dengan penelitian ini maka dikemukakan implikasi hasil penelitian
sebagai berikut :
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran
dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa dalam menjawab
pertanyaan dari guru dan membuat kesimpulan pembelajaran.
2. Penggunaan model kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran menyebabkan
proses pembelajaran menjadi menyenangkan yang berakibat antusiasme siswa
menjadi meningkat.
89
3. Penggunaan model kooperatif tipe NHT memudahkan siswa dalam
memahami konsep, materi dalam pelajaran IPS.
4. Pentingnya guru dalam menggunakan model pembelajaran dalam upaya untuk
meningkatkan motivasi belajar IPS.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas mengenai penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas IV SDN 02 Doplang
Karangpandan Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, maka dapat disampaikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya dalam hal ini kepala sekolah senantiasa menyarankan
kepada guru untuk menggunakan berbagai macam model pembelajaran yang tepat
sesuai materi yang diajarkan. Sehingga dapat menunjang penanaman konsep-
konsep dari abstrak menjadi nyata. Hal ini untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa khususnya dalam mata pelajaran IPS. Selain itu, pengunaan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT juga dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa, memudahkan pemahaman siswa dan peningkatan aktivitas belajar siswa
dalam proses pembelajaran.
2. Bagi Guru
Dalam melaksanakan pembelajaran IPS guru tidak hanya menggunakan
model pembelajran konvensional tetapi dapat menggunakan pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan siswa, selain itu disarankan juga untuk meningkatkan
proses pembelajaran menjadi aktif, efektif diharapkan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Untuk meningkatkan rasa tanggung jawab,
saling menghargai pendapat orang lain, meningkatkan motivasi dan hasil belajar
IPS serta meningkatkan komunikasi dengan orang lain, sesuai dengan tujuan
penelitian, yaitu meningkatkan motivasi belajar siswa, disarankan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
90
3. Bagi Siswa
Siswa hendaknya dapat berperan aktif dalam menyampaikan materi yang
telah dipelajari pada teman kelompoknya secara bergantian, serta menyampaikan
ide atau pikiran pada saat proses pembelajaran, selain itu siswa hendaknya
memanfaatkan media pembelajaran yang telah disiapkan, aktif mengerjakan tugas
individu maupun tugas kelompok yang diberikan guru, lebih meningkatkan
motivasi belajar. Dalam belajar, janganlah hanya menghafalkan tetapi cobalah
untuk memahami maksudnya serta cara pengerjaan suatu hal. Siswa dapat
mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, siswa dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
4. Untuk Peneliti Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan penelitian ini, perlu diupayakan
adanya penelitian lain. Hal ini dimaksudkan agar peneliti lain mengkaji teori-teori
yang berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran sebagai salah satu
alternatif meningkatkan motivasi belajar siswa yang belum terdapat dalam
penelitian ini.
91
DAFTAR PUSTAKA
A. Dakir, Sri Haryati, Sarmino, K. Hardono, Daliman. 2002. Pendidikan IPS Di
Sekolah Dasar. Surakarata: Universitas Sebelas Maret. Agus Suprijono. 2009. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anita Lie. 2004. Cooperatif Learning. Bandung: Rosdakarya.
------------ 2002. Cooperatif Learning. Bandung: Rosdakarya.
Anni, Catharina Tri, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang : UPT UNNES Press
Aqib, Zaenal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Tentang Standar Kompetensi Lulusan. Depdiknas.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia.
Bungin,M.Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya: Fajar Interpratama
Cole, P. G. 1994. Teaching Principles and Practice:Prentice Hall
Dian Kurniasih Wahyusari (2009) ”Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Model
Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Prestasi Hasil
Belajar IPS siswa Kelas V SDN Luwuk Kecamatan Kejayan Kabupaten
Pasuruan”. www.google.co.id/search.number-head-together&html. Diakses
pada Rabu 6 Januari 2010
Dimyati & Mujiono. 2009 Belajar dan Pembelajaran . Jakarta: Rineka Cipta.
---------1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Etin Solihatin. 2007. Cooperatif Learning. Jakarta: Bima Aksara. GBPP.1994. Kurikulum Pendidikan Dasar Garis-Garis Besar Program
Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.
H. Hamzah B. Uno. 2008. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Isjoni. 2010. Cooperatif Learning: Bandung: ALFABETA.
Kurikulum. 1994. Kurikulum Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.
Muhibbin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:Remaja Rosdakarya.
92
Milles dan Huberman. 2000. Model-model Analisis Penelitian Tindakan Kelas. …………………………………….
Muhammad Ali. 1984. Penelitian Kependidikan Prosedur Dan Strategi. Bandung: Angkasa.
Mulyono Abdurahman. 1996. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta. Nana Sudjana. 2000. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rodaskarya. ----------2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rodaskarya. Nanang Hanifah & Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pmbelajaran. Bandung:
PT Rafika Aditama. Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
Malang: UM. Oemar Hamalik. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Sinar Grafika.
----------2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
----------2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Grafika.
Peraturan Pemerintah. 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta:
Depdiknas.
Poerwadarminta, WJS. 1983. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
“ Pedoman Penulisan Skripsi” 2009 Universitas Sebelas Maret.
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rodaskarya
Sardiman, AM. 2001. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Perss.
----------2009. Interaksi & motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Skeel J. D, (1995), Elementary Social Studies, Chalenger for Tomorrow’s World, USA, Harcourt Brace College Publishers.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta. Soemarsono. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: Sebelas Maret
University Press Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
93
Suciati, Prasetya Irawan. 1993. Teori Belajar dan Motivasi : Pusat antar
Universitas.
Suharsimi Arikunto. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.(edisi revisi): Bumi Aksara.
----------2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekaten Preaktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Supriyanto (2009), ”Penerapan Pembelajaran kooperatif Model NHT (Numbered
Head Together) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa
Pada Pelajaran sejarah Kelas VIII E SMP Negeri 18 Malang”. karya-
ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/817. Diakses pada Rabu 6
Januari 2010.
Toeti Soekamto, Udin Saripudin Winataputra. 1998. Teori Belajar dan Model-
Model Pembelajaran. Pusat Antar Universitas: Depdikbud.
Tom V. Savage and David G. Armstrong. (1996). Effective Teaching in Social Studies. Third Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Trianto,S. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Tryana, Antin. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered
Heads Together (Nht) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas Vii Smp Miftahul Huda Kecamatan Ngadirojo Pacitan.Skripsi tidak dterbitkan.
W. S. Winkel. 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia
www.exspresiriau.com/teoka/artikel-tulisan-pendidikan/prosespembelajaranips -di-sd. 28 Januari 2010
www.hajrie27.wordprees.com/ilmu-pengetahuansosial-di-sd. 28 Januari 2010
www.Spiritente.Blogspot.com/2008/06/Quo-vadis-pendidikan-ips-di-indonesia.html.1 Februari 2010
www.Teachervision.fen.com/group-work/cooperative-learning.html. Diakses pada
28 Februari 2010. www.damandiri or.id / file/yusufunsbab.2. pdf Diakses pada, Kamis 20 Mei 2010.
94
http://iqbalali.com/2010/01/03/pembelajaran-kooperatif/ Diakses pada, Kamis 20 Mei 2010.
http://anwarholil.blogspot.com/2007/09/pendidikan-inovatif.html
http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/proses-pembelajaran-ips-di-sd/
Diakses pada, 28 Maret 2010.
top related