pengembangan scidipro dalam implementasi …eprints.uny.ac.id/36391/2/laporan akhir penelitian tim...
Post on 01-Feb-2018
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PENELITIAN
HIBAH PENELITIAN TIM PASCASARJANA-HPTP
(HIBAH PASCA) – TAHUN KE I
Tahun ke-1 dari rencana 3 tahun
Prof. Dr. Sudji Munadi NIDN 0010035307
Dr. Widarto NIDN 0030126309
Dr. Bernardus Sentot Wijanarka, M.T. NIDN 0006106506
DIBIAYAI OLEH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
SURAT PERJANJIAN NOMOR : 062/SP2H/PL/DIT.LITABMAS/II/2015
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
NOVEMBER, 2015
ILMU PENDIDIKANTEKNOLOGI DAN KEJURUAN
PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASIKURIKULUM 2013 DI SMK MELALUI LESSON STUDY
ii
iii
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model pembelajaran SciDiPro
melalui lesson study yang terdiri dari (1) mengetahui bentuk pelatihan lesson study
kepada guru teknik pemesinan di SMK Se-DIY; (2) mengembangkan model SciDiPro
berbasis lesson study dalam implementasi Kurikulum 2013; (3) mengembangkan
perangkat pembelajaran lesson study pada keahlian bidang teknik pemesinan; (4)
mengembangkan assessment for learning pada keahlian bidang teknik pemesinan; (5)
menerapkan model pembelajaran problem base learning (PBL) melalui lesson study
pada keahlian bidang teknik pemesinan.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan (Research and
Development/R & D). Penelitian dilakukan selama 3 tahun. Pada tahun pertama
membahas tentang kajian model pembelajaran SciDiPro (Scientific, Discovery, dan
Problem Based Learning) melalui lesson study. Upaya menghasilkan model
pembelajaran yang efektif dan valid maka dilakukan beberapa kajian yang mencakup
(1) pelatihan lesson study, (2) pengembangan perangkat pembelajaran lesson study, (3)
pengembangan perangkat Assesment for Learning menggunakan Lesson Study, (4)
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Keempat kajian ini dilakukan
dibeberapa sekolah, seperti SMKN 2 Yogyakarta, SMKN 3 Yogyakarta, SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta, SMK PIRI 1 Yogyakarta, SMK Islam Yogyakarta, SMK
N 2 Depok, dan SMKN 1 Seyegan. Pemilihan sekolah ini lebih mengkhususnya kepada
SMK yang memiliki program keahlian teknik pemesinan. Subyek pada penelitian ini
meliputi perwakilan guru-guru program keahlian teknik yang ada di SMKN 2
Yogyakarta, SMKN 3 Yogyakarta, SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, SMK PIRI 1
Yogyakarta, dan SMK Islam Yogyakarta. Selain itu, peserta didik kelas XI-A dan XI-B
di SMK SMK N 2 Depok, serta peserta didik kelas XI-A SMKN 1 Seyegan.
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan beberapa teknik yaitu teknik
wawancara, observasi, angket, test, dan dokumentasi. Adapun, instrumen penelitian
yang digunakan adalah (1) lembar wawancara, (2) kuesioner, (3) soal uraian, (4) lembar
observasi, (5) catatan anekdot, (6) kumpulan dokumen. Analisis yang digunakan pada
penelitian tahun pertama adalah analisis kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif
diperoleh dari hasil penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan, respon guru dan
observer, dan respon peserta didik. Semua data yang mana menggunakan perhitungan
yang berbeda-beda sesuai hasil yang ingin dicapai. Perhitungan data kuantitatif
iv
menggunakan software Microsoft Office Excel 2007. Sedangkan, data kualitatif
diperoleh dari wawancara guru dan pengelola industri, catatan anekdot dari aktivitas
belajar teori dan praktik peserta didik, dan penilaian diri pada kemajuan kerja praktik
peserta didik.
Hasil penelitian diperoleh dari kegiatan FGD untuk memvalidasi model
pembelajaran SciDiPro. Kegiatan FGD yang dilakukan antara peneliti dengan 20 guru
yang sudah mendapatkan pelatihan lesson study dari 5 SMK yaitu SMKN 2 Yogyakarta,
SMKN 3 Yogyakarta, SMK Muh 3 Yogyakarta, SMK Piri 1 Yogyakarta, dan SMK
Islam Yogyakarta. Kegiatan ini membahas terkait komponen plan (perencanaan), do
(pelaksanaan), dan see (refleksi). Hasil kegiatan FGD menghasilkan model
pembelajaran SciDiPro melalui lesson study dengan perangkat pendukung yang
meliputi (1) panduan praktis lesson study, (2) perangkat silabus dan RPP lesson study,
dan (3) instrumen assessment for learning dengan lesson study. Kelayakan dari model
pembelajaran berdasarkan kegiatan FGD dilanjutkan pada penerapan model di
pembelajaran teori dan praktik program keahlian teknik pemesinan.
Hasil FGD diterapkan pada 4 kajian penelitian tantang pelatihan lesson study,
pengembangan silabus dan RPP serta assessment for learning dengan lesson study, dan
penerapan PBL. Pelatihan lesson study kepada 20 guru SMK se-Kota Yogyakarta
dihasilkan penelitian dengan eksperimen. Pelatihan menitikberatkan pada kompetensi
pedagogik guru, motivasi mengajar guru, dan kesipan mengajar guru sebelum (pretest)
dan sesudah (posttest) diberi pelatihan lessosn study. Hasil pretest dan posttest pada
kompetensi pedagogik guru menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kompetensi
pedagogik guru sesudah diberikan pelatihan lesson study. Berdasarkan grafik
menunjukkan rata-rata nilai pretest sebesar 94,65 dan rata-rata nilai posttest sebesar
107,25 sehingga mengalami peningkatan nilai sebesar 12,6. Apabila, dikonversikan ke
nilai persentasi maka nilai kompetensi pedagogik guru mengalami peningkatan sebesar
13,31% sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study.
Hasil pretest dan posttest pada motivasi mengajar guru terdapat perbandingan
nilai pretest dan posttest yang diperoleh rata-rata nilai pretest sebesar 48,3 dan rata-rata
nilai posttest sebesar 51,7. Hasil tersebut terjadi peningkatan sebesar 3,4. Apabila
dikonversikan ke nilai persentasi terjadi peningkatan sebesar 7,03% sesudah
dilaksanakannya pelatihan lesson study. Hasil pretest dan posttest pada kesiapan
mengajar guru terdapat nilai pretest dan posttest yang diperoleh rata-rata nilai pretest
v
sebesar 59,2 dan rata-rata nilai posttest sebesar 67. Perbandingan ini menghasilkan
peningkatan sebesar 7,8. Apabila dikonversikan ke nilai persentasi maka diperoleh
peningkatan sebesar 13,17% sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study. Hasil
pelatihan lesson study ditunjang dengan penelitian pengembangan perangkat
pembelajaran lesson study di SMK. Perangkat pembelajaran yang dibuat adalah silabus
dan RPP mata pelajaran praktik pemesinan bubut. Hasil penelitian diawali dari tahapan
analisis. Tahapan ini dimaksudkan untuk mencari kebutuhan pembelajaran praktik
pemesinan bubut. Responden yang berpartisipasi adalah guru dan pengelola industri.
Hasil dari tahapan analisis diperoleh rata-rata analisis kebutuhan silabus bagi guru
adalah 3,53 dengan kategori sangat setuju dan kebutuhan RPP bagi guru adalah 3,45
dengan kategori sangat setuju. Hasil wawancara dianalisis bahwa kebutuhan silabus dan
RPP yaitu: (1) disesuaikan dengan jumlah jam pelajaran, (2) pengembangan sesuai
dengan kebutuhan sekolah, (3) dievaluasi secara rutin, dan (4) penerapan saintifik
disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran. Analisis kebutuhan bagi pengelola
industri rata-rata dihasilkan 3,45 dengan kategori sangat setuju.
Tahapan perancangan silabus dan RPP lesson study. Perancangan produk
membutuhkan masukan dari guru produktif teknik pemesinan dan pengelola industri.
Hasil angket menunjukkan nilai rata-rata terhadap perancangan silabus bagi guru adalah
3,37 dengan kategori sangat setuju dan perancangan RPP bagi guru adalah 3,43 dengan
kategori sangat setuju. Selain itu, hasil wawancara kepada guru dapat disimpulkan
perancangan terhadap silabus dan RPP sebagai berikut: (1) sinergisitas dengan industri
dalam mengembangkan silabus dan RPP, (2) pengembangan silabus dan RPP
diterapkan melalui lesson study, (3) sosialisasi lesson study, (4) penilaian pada silabus
dan RPP menggabungkan antara penilaian sekolah dengan industri, dan (5)
pengembangan silabus dan RPP menggunakan pedoman Kurikulum 2013 secara
menyeluruh. Analisis perancangan produk bagi pengelola industry adalah 3,5 dengan
kategori sangat setuju.
Hasil analisis kebutuhan, perancangan, dan sumber referensi digunakan sebagai
acuan pada tahapan pengembangan. Produk yang dibuat adalah silabus dan RPP mata
pelajaran praktik pemesinan bubut kelas XI. Komponen silabus menggunakan pedoman
dari Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah. Komponen RPP menggunakan pedoman dari Permendikbud Nomor 103
Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
vi
Kumpulan dokumen menghasilkan produk silabus dan RPP. Pembelajaran yang
ada pada produk silabus dan RPP menggunakan pendekatan saintifik. Setiap mata
pelajaran peserta didik harus mampu mengamati, menanya, mengumpulkan data,
menganalisis/mengasosiasikan data, dan mengkomunikasi materi yang dipelajari.
Pendekatan yang digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas belajar peserta didik.
Aktivitas belajar yang diwujudkan pada kemandirian dan keaktifan belajar peserta
didik, khususnya mata pelajaran praktik pemesinan bubut. Oleh karena itu, tahapan
pembelajaran tersebut mengharuskan peserta didik lebih aktif dalam belajar (student
centered), bukan pengetahuan lebih banyak disampaikan oleh guru (teacher centered).
Hasil pengembangan produk silabus dan RPP diterapkan untuk mengetahui
tingkat kelayakan produk. Kelayakan produk dilakukan dengan uji coba internal dan uji
coba eksternal. Kedua uji coba ini bagian dari tahapan evaluasi dalam pengembangan
produk. Uji coba internal diperoleh dari validasi instrumen dan validasi produk.
Validasi instrumen bertujuan untuk memberikan judgement (keputusan) terhadap
instrumen yang divalidasi oleh ahli. Validitas isi pada validasi instrumen penilaian
silabus dan RPP, respon guru dan observer, dan respon peserta didik oleh ahli memiliki
tingkat rata-rata validitas isi 0,57 dengan kategori “sedang.” Jadi, ketiga instrumen
masih perlu di perbaiki dari segi isi (content), baik relevansi isi maupun cakupan isi.
Sedangkan, penilaian reliabilitas dari hasil validasi instrumen oleh 2 ahli/rater diperoleh
data ICC 0,632 dengan kategori “good agreement.” Penilaian instrumen oleh 2 ahli/rater
menghasilkan tingkat reliabel/keajekan yang tinggi.
Uji coba internal yang berikutnya pada validasi produk. Validasi ini dinilai oleh
3 ahli/rater. Hasil validitas isi pada tiap item untuk menilai silabus mata pelajaran
praktik pemesinan bubut menghasilkan rata-rata 0,841 dengan kategori “sangat tinggi.”
Penilaian produk silabus lesson study menghasilkan koefisien yang sangat tinggi dan
ketiga validator relatif sama dalam menilai silabus, sehingga item pada instrumen
penilaian silabus valid untuk menilai produk silabus. Validitas isi pada tiap item untuk
menilai RPP pada kompetensi praktik pembubutan ulir metrik dan withworth
menghasilkan rata-rata 0,843 dengan kategori “sangat tinggi.” Hasil ini menunjukkan
validasi produk RPP lesson study memiliki tingkat validitas yang sangat tinggi.
Sedangkan, penilaian reliabilitas dari hasil validasi instrumen oleh 3 ahli/rater dari guru
diperoleh data ICC 0,830 dengan kategori “very good agreement” pada silabus dan
vii
0,736 dengan kategori “good agreement” pada RPP. Penilaian produk oleh 3 ahli/rater
menghasilkan tingkat reliabel/keajekan yang sangat tinggi dan tinggi.
Uji coba eksternal diperoleh dari data respon guru dan observer terhadap
kegiatan lesson study, data penilaian efektivitas belajar peserta didik, dan data respon
peserta didik terhadap proses pembelajaran. Data respon guru dan observer
mengindikasikan bentuk evaluasi untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan
lesson study. Hasil rangkuman pada tabel menunjukkan 17 yang menilai “sangat baik”
dan 3 yang menilai “baik” dari 20 penilaian oleh 5 responden. Secara keseluruhan,
pelaksanaan lesson study selama 4 kali pertemuan “sangat baik”. Apabila, dihitung
setiap pertemuan rata-rata mengalami naik dan turun, namun rata-rata kategori menilai
“sangat baik.”
Penilaian efektivitas belajar peserta didik diperoleh dari aspek pengetahuan,
sikap, dan keterampilan. Aspek pengetahuan nilai rata-rata dari teori ulir dan
pengerjaan WP. Nilai rata-rata soal uraian teori ulir adalah 79,63. Penilaian ini lebih
tinggi dari standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SMK Negeri 2 Depok
Yogyakarta pada aspek pengetahuan sekitar 76. Sedangkan, penilaian isian pada
penelitian pengembangan produk berbentuk penilaian work preparation (WP). Rata-rata
nilai dari hasil pekerjaan WP oleh peserta didik diperoleh nilai 80,17. Penilaian tes
uraian WP menunjukkan lebih tinggi dari standar KKM SMK Negeri 2 Depok Sleman
pada penilaian aspek pengetahuan sekitar 76.
Jenis penilaian sikap yang digunakan adalah observasi dan jurnal (anecdotal
record/catatan anekdot). Penilaian sikap tersebut dilakukan pada materi teori dan materi
praktik. Materi teori ulir sebagai pengetahuan dasar sebelum menjalankan praktik
pengerjaan ulir dengan menggunakan pendekatan saintifik. Penilaian observasi sikap
belajar peserta didik dengan rating scale menghasilkan rata-rata nilai 2,99 dengan
kategori “sering” pada pembelajaran teori di pertemuan ke-1. Penilaian pada pertemuan
ke-2 sampai ke-4 adalah pembelajaran praktik yang menghasilkan nilai rata-rata 3,23
dengan kategori “sering”, nilai 3,22 dengan kategori “sering.” dan nilai 3,38 dengan
kategori “selalu.” Penilaian ini menunjukkan sikap belajar peserta didik pada materi
teori dan praktik ulir metrik dan withworth setiap pertemuan terjadi peningkatkan
keaktifan belajar. Secara keseluruhan, keempat nilai rata-rata dihasilkan dengan
kategori “sering.”
viii
Catatan anekdot diperoleh dari sikap belajar peserta didik pada pembelajaran
teori dan praktik. Hasil catatan anekdot pada pembelajaran teori menghasilkan kegiatan
belajar diantaranya (1) kegiatan diskusi; (2) presentasi; dan (3) mengerjakan soal uraian
berlangsung. Pembelajaran praktik terdapat berbagai catatan sikap belajar peserta didik.
Hasil catatan sikap pada pertemuan ke-2 sampai ke-4 yaitu (1) kegiatan saat
memperhatikan pengantar praktik oleh guru; (2) bertanya kepada guru; (3) diskusi
dengan teman; (4) me-setting benda kerja dan pahat; (5) mengatur kecepatan putar; (6)
memahami gambar kerja dan WP; dan (7) membubut muka (facing), rata (roughing),
bertingkat, alur, ulir metrik dan withworth, dan membuat laporan praktik.
Penilaian keterampilan kerja terdiri dari penilaian diri, produk, unjuk kerja,
dan tertulis. Penilaian diri dilakukan dengan mengisi kemajuan kerja peserta didik pada
pembelajaran praktik. Penilaian kemajuan kerja dominan peserta didik aktif
mengerjakan ulir metrik dan withworth pada pertemuan ke-3 dan ke-4. Penilaian
Pembuatan ulir yang sudah selesai dinilai produknya oleh guru. Produk yang dikerjakan
oleh peserta didik diperoleh nilai rata-rata 85,36. Penilaian tersebut meningkat dari
standar KKM aspek keterampilan 80 di SMK Negeri 2 Depok Sleman. Oleh karena itu,
penilaian produk mengalami peningkatan 5,36. Penilaian unjuk kerja yang dilakukan
pada penelitian pengembangan produk adalah penilaian presentasi. Hasil presentasi
pelajaran teori ulir oleh peserta didik diperoleh nilai rata-rata 83,88. Penilaian presentasi
mengalami peningkatan dari standar KKM aspek keterampilan 80 di SMK Negeri 2
Depok Sleman. Oleh karena itu, penilaian produk meningkat sebesar 3,88. Penilaian
tertulis pada penelitian pengembangan produk adalah penilaian laporan praktik ulir
metrik dan withworth. Hasil pengerjaan laporan praktik diperoleh nilai rata-rata 81,5.
Penilaian presentasi mengalami peningkatan dari standar KKM aspek keterampilan 80
di SMK Negeri 2 Depok Sleman. Peningkatan tersebut sebesar 1,5.
Penilaian pada uji coba eksternal juga dihasilkan dari respon peserta didik
terhadap proses pembelajaran. Respon peserta didik mencakup penilaian penyajian
materi yang diperoleh dari pengisian kuisioner secara rata-rata peserta didik menilai
penyajian materi berkategori “baik” dengan nilai 2,97. Sedangkan, penilaian respon
peserta didik juga menilai aspek bahasa. Diperoleh rata-rata pada penggunaan bahasa
berkategori “baik” dengan nilai 3.
Pada penelitian yang lainnya dihasilkan pengembangan perangkat assessment
for learning melalui lesson study. Pertama, penelitian dengan merancang instrumen
ix
sesuai dengan SKKNI yang ada. Rancangan yang dibuat selanjutnya dilakukan validasi
pakar. Hasil validasi menghasilkan validitas isi sebesar 3,52 dengan kategori sangat
baik dan uji reliabilitas menggunakan cohen kappa diperoleh nilai reliabilitas > 0,737
tergolong reliabilitas tinggi, sehingga dapat dibuktikan bahwa rancangan perangkat awal
penilaian yang digunakan merupakan perangkat yang reliabel. Kedua, perangkat
selanjutnya dilakukan validasi lagi oleh para guru-guru melalui kegiatan FGD. Adapun
hasil validasi menunjukan point 3,32 tergolong baik sekali. Selanjutnya hasil uji
reliabilitas didapatkan 0,663, sehingga dapat dikategorikan perangkat termasuk kategori
tinggi.
Ketiga, uji coba produk yang terdiri dari uji coba terbatas dan diperluas. Rerata
hasil ujicoba terbatas menunjukan nilai validitas 2,73 dan termasuk kategori sedang,
sehingga perlu dilakukan perbaikan. Adapun uji reliabiltas menunjukan 0,601. Dan
termasuk kategori good. Sehingga perangkat dapat digunakan untuk ujicoba diperluas
dengan beberapa perbaikan. Uji coba diperluas menunjukan validitas bernilai 3,27
termasuk pada kategori tinggi sehingga dapat dikatakan perangkat penilaian valid.
Sementara hasil uji reliabilitas 0,614 termaasuk dalam kategori tinggi. Sehingga dapat
dikatakan perangkat valid dan reliabel.
Hasil penelitian berikutnya untuk menunjang kelayakan model SciDiPro adalah
penerapan PBL untuk meningkatkan prestasi peserta didik. Penelitian ini menggunakan
jenis penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan 2 siklus. Siklus pertama
didapat hasil observasi kinerja siswa yang diperoleh nilai cukup dan siklus kedua
kinerja siswa yang diperoleh nilai baik. Data hasil belajara peserta didik diperoleh
posttest pada siklus pertama rata-rata nilai 7,80 dan siklus kedua rata-rata nilai 9,13.
Hasil penelitian pada tahun pertama terdapat beberapa saran untuk ditingkatkan
pada tahun kedua. Saran pada penelitian model pembelajaran SciDiPro di SMK sebagai
berikut.
1. Kegiatan pelatihan lesson study lebih disebar luaskan ke seluruh guru produktif di
SMK DIY.
2. Kegiatan uji coba eksternal diupayakan untuk diterapkan ke seluruh kabupaten di
DIY.
3. Penerapan lesson study secara komprehensif dapat dilakukan dengan membuat tim
untuk menjadwal pelaksanaan lesson study di SMK yang ada di DIY.
x
CAPAIAN INDIKATOR KINERJA
Penelitian Hibah Tim Pascasarjana tahun I yang berjudul: Pengembangan
Pengembangan SciDiPro dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SMK melalui Lesson
Study melibatkan 6 mahasiswa S-2 Prodi PTK, Program Pascasarjana UNY yang terdiri
sebagai berikut.
No NamaMahasiswa/NIM
Judul Tesis Pembimbing Keterangan
1Haris Abizar/13702251029
Pengembangan PerangkatPembelajaran Lesson Studypada Paket Keahlian TeknikPemesinan di SMK
Dr. Bernardus SentotWijanarka, M.T.
Lulus
2Rivandra Rezani/13702251043
Pengaruh Pelatihan LessonStudy terhadap KompetensiPedagogik, MotivasiMengajar, dan KesiapanMengajar Guru SMK di KotaYogyakarta dalamImplementasi Pembelajarandengan Pendekatan Saintifik
Dr. Widarto, M.Pd. Lulus
3Endri Triwiyono/13702251009
Pengembangan PerangkatAssessment for Learningmelalui Lesson Study padaKompetensi Praktik PemesinanSiswa SMK sesuai Kurikulum2013
Dr. Wagiran, M.Pd.Progres
Bab IV-V
4B. Agus Munadi/13702251057
Implementasi Problem BasedLearning untuk MeningkatkanPrestasi Siswa pada Kurikulum2013 Mata Pelajaran Las OxyAsitilin di SMK
Dr. Sunaryo SoenartoProgres
Bab IV-V
5Adi Irfan R/13702251018
Implementasi DiscoveryInquiry pada PelajaranPengukuran di SMK
Prof. Thomas Sukardi,M.Pd.
Progres BabI-III
6Tristiyanto/13702251068
Analisis Dokumen RencanaPelaksanaan PembelajaranSebagai Evaluasi PemahamanGuru Pada TuntutanKurikulum Melalui KegiatanLesson Study
Dr. Istanto WahyuDjatmiko
Progres BabI-III
xi
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmatNya sehingga penelitian dan laporan ini dapat selesai. Penelitian
ini selama 3 tahun memiliki tujuan untuk: (1) Mengembangkan model teoritis SciDiPro
dalam implementasi Kurikulum 2013 melalui Lesson Study; (2) Menerapkan SciDiPro
dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013 melalui kegiatan Lesson Study tentang
pengembangan dan implementasi Scientific, pengembangan dan implementasi
Discovery, serta pengembangan dan implementasi PBL melalui Lesson Study; (3)
Mendesiminasi SciDiPro dalam implementasi Kurikulum 2013 melalui Lesson Study di
SMK Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and
Development/R&D). Penelitian pengembangan SciDiPro pada implementasi Kurikulum
2013 melalui kegiatan Lesson Study dilakukan di SMK se-DIY dengan sampel random
(random sampling) SMK negeri dan swasta. Pengembangan SciDiPro diharapkan
mampu menghasilkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAIKEM) melalui Lesson Study. Proses pembelajaran yang dirancang
mampu menumbuhkan rasa senang belajar bagi peserta didik, sehingga akan
berdampak pada peningkatan kualitas pemahaman terhadap materi yang dipelajari.
Penelitian pada tahun pertama ini mampu mendorong 4 mahasiswa
menyelesaikan tesisnya dan 2 mahasiswa S-2 Prodi PTK yang segera juga akan
menyusul menyelesaikan tesis. Keenam judul tesis mahasiswa itu merupakan anak
payung dari penelitian induk ini.
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kepala
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat yang telah membiayai penelitian ini. Ucapan
terima kasih juga kami sampaikan kepada Direktur Pasca Sarjana UNY yang telah
memfasilitasi pada saat kami menyusun proposal sampai pada pelaksanaan penelitian.
Peneliti sudah melakukan penelitian ini dengan sungguh hati dan berusaha
semaksimal mungkin agar penelitian ini berkualitas, namun pada kenyataannya
mungkin masih banyak kekurangan yang terjadi. Untuk itu kiranya, masukan yang
membangun masih sangat kami harapkan. Demikian prakata dari kami ada kekurangan
dalam kami melakukan penelitian ini mohon untuk dimaafkan.
Yogyakarta, 2 November 2015
Tim Peneliti
xii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ............................................................................................. iHalaman Pengesahan .................................................................................... iiRingkasan ..................................................................................................... iiiCapaian Indikator Kinerja ............................................................................ xPrakata .......................................................................................................... xiDaftar Isi ....................................................................................................... xiiDaftar Tabel .................................................................................................. xivDaftar Gambar .............................................................................................. xviDaftar Lampiran ........................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ...................................................... 4C. Road Map Penelitian ............................................................................. 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7A. Kurikulum 2013 ...................................................................................... 7
1. Rasional Kurikulum 2013 ................................................................. 82. Penyempurnaan Pola Pikir Kurikulum 2013 .................................... 93. Penguatan Tata Kelola Kurikulum 2013 .......................................... 94. Karakteristik Kurikulum 2013 .......................................................... 105. Faktor Keberhasilan Kurikulum 2013 .............................................. 10
B. Pendekatan dan Model Pembelajaran pada Implementasi Kurikulum2013 ........................................................................................................ 121. Pendekatan Scientific (Scientific Approach) ..................................... 122. Model Pembelajaran ......................................................................... 15
C. Lesson Study ........................................................................................... 27D. Kerangka Pikir ........................................................................................ 31E. Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 32
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ................................. 33A. Tujuan Penelitian ................................................................................... 33B. Manfaat Penelitian ................................................................................. 33
BAB IV. METODE PENELITIAN .............................................................. 34A. Desain Penelitian .................................................................................... 34B. Prosedur Penelitian ................................................................................. 34C. Subyek Penelitian Tahun Pertama .......................................................... 35D. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 36E. Teknik Analisis Data .............................................................................. 37
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 42A. Hasil Penelitian Payung .......................................................................... 42B. Hasill Penelitian Anak Payung ............................................................... 50
xiii
BAB VI. RENCANA TAHAP BERIKUTNYA .......................................... 118A. Rencana Tahun Ke-2 .............................................................................. 118B. Rencana Tahun Ke-3 ............................................................................... 118
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 119A. Kesimpulan .............................................................................................. 119B. Saran ........................................................................................................ 120
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 121
LAMPIRAN ................................................................................................. 124
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Data guru yang sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013se-DIY per Juni 2014............................................................................ 2
Tabel 2. Perbandingan kurikulum dari masa ke masa ....................................... 8Tabel 3. Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran
berbasis masalah .................................................................................. 21Tabel 4. Kegiatan penelitian .............................................................................. 34Tabel 5. Tempat dan waktu penelitian ............................................................... 36Tabel 6. Instrumen penelitian pada pengembangan SciDiPro ........................... 37Tabel 7. Data pengkategorian dengan 4 skala penilaian ................................... 39Tabel 8. Kriteria validitas .................................................................................. 40Tabel 9. Data kualitatif dari wawancara, catatan anekdot,
dan kemajuan kerja .............................................................................. 41Tabel 10. Daftar 5 SMK di Kota Yogyakarta yang mempunyai
program keahlian teknik pemesinan .................................................... 50Tabel 11. Hasil analisis data pretest kompetensi pedagogik guru ....................... 54Tabel 12. Hasil analisis data posttest kompetensi pedagogik guru ..................... 54Tabel 13. Hasil uji normalitas data pretest dan posttest variabel kompetensi
pedagogik guru .................................................................................... 56Tabel 14. Hasil uji homogenitas data pretest dan posttest variabel kompetensi
pedagogik guru .................................................................................... 56Tabel 15. Hasil analisis data pretest motivasi mengajar guru ............................. 56Tabel 16. Hasil analisis data posttest motivasi mengajar guru ............................ 57Tabel 17. Hasil uji normalitas data pretest dan posttest variabel motivasi
mengajar guru ...................................................................................... 58Tabel 18. Hasil uji homogenitas data pretest dan posttest variabel motivasi
mengajar guru ...................................................................................... 58Tabel 19. Hasil analisis data pretest kesiapan mengajar guru ............................. 59Tabel 20. Hasil analisis data posttest kesiapan mengajar guru ............................ 59Tabel 21. Hasil uji normalitas data pretest dan posttest variabel kesiapan
mengajar guru ...................................................................................... 60Tabel 22. Hasil uji homogenitas data pretest dan posttest variabel kesiapan
mengajar guru ...................................................................................... 61Tabel 23. Hasil pengujian hipotesis variabel kompetensi pedagogik guru ......... 62Tabel 24. Hasil pengujian hipotesis variabel motivasi mengajar guru ................ 64Tabel 25. Hasil pengujian hipotesis variabel kesiapan mengajar guru ................ 65Tabel 26. Data angket analisis kebutuhan silabus (guru) .................................... 75Tabel 27. Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada analisis
kebutuhan silabus (guru) ..................................................................... 75Tabel 28. Data angket analisis kebutuhan RPP (guru) ........................................ 75Tabel 29. Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada analisis
kebutuhan RPP (guru) ......................................................................... 76
xv
Tabel 30. Data angket analisis kebutuhan pada kesiapan pembelajaran(industri) .............................................................................................. 77
Tabel 31. Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada analisiskebutuhan pada kesiapan pembelajaran (industri) ............................... 78
Tabel 32. Data angket perancangan terhadap silabus (guru) ............................... 79Tabel 33. Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada
perancangan terhadap silabus (guru) ................................................... 79Tabel 34. Data angket perancangan terhadap RPP (guru) ................................... 80Tabel 35. Data angket perancangan terhadap RPP (guru) ................................... 80Tabel 36. Data angket perancangan pembelajaran (industri) .............................. 81Tabel 37. Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada keterlibatan
industri dalam merancang pembelajaran ............................................. 81Tabel 38. Data validitas isi pada penilaian instrumen ......................................... 84Tabel 39. Data reliabilitas penilaian instrumen 2 ahi/rater .................................. 84Tabel 40. Data validitas isi pada penilaian produk silabus .................................. 85Tabel 41. Data validitas isi pada penilaian produk RPP ...................................... 85Tabel 42. Data reliabilitas penilaian produk 3 ahi/rater ...................................... 86Tabel 43. Data rangkuman respon guru dan observer terhadap pelaksanaan
lesson study .......................................................................................... 87Tabel 44. Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada penilaian
WP ....................................................................................................... 92Tabel 45. Data kemajuan kerja pembuatan ulir metrik dan withworth ............... 94Tabel 46. Data penilaian presentasi kelompok materi teori ulir .......................... 96Tabel 47. Data penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth ................... 97Tabel 48. Data respon peserta didik terhadap penyajian materi .......................... 98Tabel 49. Data respon peserta didik terhadap penggunaan bahasa ..................... 99Tabel 50. Validasi perangkat penilaian ............................................................... 103Tabel 51. Data reliabilitas menggunakan cohen kappa ....................................... 103Tabel 52. Data FGD instrumen penilaian ............................................................ 104Tabel 53. Data reliabilitas menggunakan intraclass correlation coefficient
(ICC)..................................................................................................... 104Tabel 54. Data uji coba terbatas .......................................................................... 105Tabel 55. Data Intraclass Correlation Coefficient pada uji coba terbatas .......... 105Tabel 56. Data uji coba diperluas ........................................................................ 106Tabel 57. Data Intraclass Correlation Coefficient pada uji coba diperluas ........ 106Tabel 58. Kinerja Siswa dalam Pembelajaran (Siklus 1) .................................... 108Tabel 59. Kinerja Siswa dalam Pembelajaran (Siklus 2) .................................... 111Tabel 60. Perhitungan Statistik Kinerja Siswa Siklus 1 (Observer 1) ................. 111Tabel 61. Perhitungan Statistik Kinerja Siswa Siklus 1 (Observer 2) ................. 112Tabel 62. Perhitungan Statistik Kinerja Siswa Siklus 2 (Observer 1) ................. 113Tabel 63. Perhitungan Statistik Kinerja Siswa Siklus 2 (Observer 2) ................. 113Tabel 64. Nilai Evaluasi Siklus 1 dan Siklus 2 ................................................... 114Tabel 65. Proses Peningkatan Keaktifan Siswa Menggunakan Metode
Problem Based Learning ..................................................................... 116
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Langkah-langkah pembelajaran scientific ................................ 12Gambar 2. Pendekatan scientific dan 3 ranah yang jadi acuan ................. 15Gambar 3. Skema kegiatan lesson study .................................................... 28Gambar 4. Kegiatan perencanaan (plan) ................................................... 29Gambar 5. Kegiatan pelaksanaan (do) ...................................................... 29Gambar 6. Kegiatan refleksi (see).............................................................. 30Gambar 7. Diagram pengembangan SciDiPro ........................................... 35Gambar 8. Diagram model pembelajaran SciDiPro menggunakan lesson
study ......................................................................................... 45Gambar 9. Diagram model pembelajaran pada tahun ke-1 ....................... 47Gambar 10. Diagram model pembelajaran pada tahun ke-2 ....................... 48Gambar 11. Diagram model pembelajaran pada tahun ke-3 ....................... 49Gambar 12. Perbandingan rata-rata pretest dan posttest kompetensi
pedagogik guru ........................................................................ 55Gambar 13. Perbandingan rata-rata pretest dan posttest motivasi mengajar
guru........................................................................................... 57Gambar 14. Perbandingan rata-rata pretest dan posttest kesiapan mengajar
guru .......................................................................................... 60Gambar 15. Pedoman penggunaan statistik parametrik dan
nonparametrik 1 ....................................................................... 62Gambar 16. Pedoman penggunaan statistik parametrik dan
nonparametrik 2 ....................................................................... 63Gambar 17. Pedoman penggunaan statistik parametrik dan
nonparametrik 3 ....................................................................... 65Gambar 18. Grafik rangkuman penilaian pada pelaksanaan lesson study . 88Gambar 19. Grafik aspek pengetahuan pada nilai teori ulir......................... 90Gambar 20. Grafik nilai aspek pengetahuan pada nilai WP ........................ 91Gambar 21. Grafik data penilaian produk pembuatan ulir metrik dan
withworth.................................................................................. 95Gambar 22. Grafik penilaian presentasi kelompok materi teori ulir ........... 95Gambar 23. Grafik penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth ... 97
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Penelitian ............................................................. 125Lampiran 2. Personalia Tenaga Peneliti Beserta Kualifikasi .................... 128Lampiran 3. Publikasi ................................................................................ 129
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakikatnya bertujuan meningkatkan kecerdasan anak
bangsa. Hakikat ini telah diamanahkan dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diharapkan dapat mewujudkan proses
berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di
masa depan. Sistem pendidikan yang telah terkonsep pada kurikulum seyogyanya
mampu mewujudkan kualitas peserta didik. Perkembangan kurikulum saat ini
telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) yang dikenal dengan sebutan Kurikulum 2013.
Keputusan menerapkan Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memperbaiki sistem
pendidikan sebelumnya yang menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
Perubahan menjadi Kurikulum 2013 menitikberatkan pada kemandirian
peserta didik saat proses pembelajaran. Peserta didik dituntut lebih aktif belajar,
sehingga semakin leluasa untuk mengeksplorasi pengetahuan yang dipelajarinya.
Ilmu yang dipelajari tidak langsung diambil segitu saja, melainkan perlu ditelaah
secara mendalam makna dari ilmunya yang diperoleh. Dengan begitu, akan
tumbuh rasa kepekaan dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap pengetahuan yang
dipelajari. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang disampaikan oleh Kelly (2009:
1) one feature that characterized curriculum change in the latter part of the last
century was the increased incidence of planning and preparation in curriculum
development.
Harapan menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik dengan
menerapkan Kurikulum 2013 saat ini masih banyak kendala. Permasalahan yang
sampai tahun 2015 masih perlu diperbaiki adalah distribusi buku dan sosialisasi
Kurikulum 2013 kepada guru. Pembuatan dan pencetakan buku untuk peserta
didik yang belum terlaksana dengan baik. Khusus jenjang SMK, pendistribusian
buku untuk peserta didik belum tuntas diberikan kepada peserta didik. Menurut
2
Hamid Muhammad mengatakan di tingkat SMK, terdapat 1000 sekolah sasaran
Kurikulum 2013. Sebanyak 748 sekolah (75 persen) sudah menerima lengkap, dan
252 sekolah (25 persen) belum menerima lengkap buku Kurikulum 2013
(http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/node/4438). Kejadian seperti ini, SMK yang
sudah menerapkan Kurikulum 2013 tidak dapat menjalankan secara total. Bahkan,
ada guru yang masih menerapkan Kurikulum KTSP walaupun sekolah tersebut
sudah menerapkan Kurikulum 2013.
Sosialisasi Kurikulum 2013 yang digagas oleh Kemendikbud masih belum
efektif untuk dipahami oleh guru. Banyak guru merasa bingung untuk memahami
penerapan Kurikulum 2013. Sosialisasi dalam bentuk pelatihan Kurikulum 2013
yang diselenggaraan oleh Kemendikbud secara bertahap menjadikan belum semua
guru mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013. Sebagai contoh, data dari Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Yogyakarta Bidang Fasilitas Penjaminan
Mutu Pendidikan (FPMP) yang tercantum pada tabel 1 per Juni 2014 terdapat
guru SMK se-DIY yang sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013. Namun,
mata pelajaran kelompok C1, C2 dan C3 bidang keahlian teknologi dan rekayasa
belum mendapatkan pelatihan implementasi Kurikulum 2013 dari LPMP
Yogyakarta.
Tabel 1Data guru yang sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013
se-DIYper Juni 2014
NoKabupaten
Guru yang sudah mendapatkan pelatihan
SD SMP SMA/K SUB TOTALD.I. Yogyakarta
1 Kab. Bantul 1.609 1.165 590 5932 Kab. Sleman 1.864 1.316 741 7443 Kab. Gunung Kidul 1.691 1.019 535 5384 Kab. Kulonprogo 1.163 623 412 1.0365 Kota Yogyakarta 828 661 539 2.028
Total 7.155 4.784 2.817 17.760
Kendala yang ada pada implementasi Kurikulum 2013 perlu adanya
evaluasi secara komprehensif. Bentuk evaluasi dengan menerapkan pembelajaran
berbasis Kurikulum 2013. Proses pembelajaran yang diterapkan di sekolah
3
khususnya di SMK menggunakan pendekatan dan model yang ada di Kurikulum
2013. Pendekatan yang digunakan seperti pendekatan saintifik (scientific
approach) dan model yang digunakan seperti discoverymodel,project base
learning (PjBL), Problem base learning (PBL), dan sebagainya. Semua
kompetensi yang ada di SMK menggunakan pendekatan saintifik dengan berbagai
model yang dapat digunakan untuk pembelajaran.
Pendekatan dan model pembelajaran yang membutuhkan perlu
direncanakan dan diterapkan agar tercapai keaktifan dan kemandirian peserta
didik dalam belajar. Hasil penerapan pembelajaran teori atau praktik dievaluasi
agar pembelajaran berikutnya lebih baik. Pembelajaran tersebut membutuhkan
peran guru secara efektif. Peran aktif tidak hanya dilakukan oleh guru yang
mengampu mata pelajaran tertentu, melainkan dibutuhkan kerjasama antar guru
dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Kegiatan
yang membangun kerjasama antar guru seperti lesson study. Kegiatan ini dapat
membentuk kolaborasi dan pembelajaran bersama (mutual learning) antar guru.
Guru dapat merencanakan (plan), melaksanakan (do), dan merefleksi (see)
pembelajaran baik materi teori maupun praktik.
Komunikasi yang internsif antar guru dalam pelaksanaan lesson study
dapat berdampak pada peserta didik. Kegiatan lesson study yang diterapkan
menjadikan peserta didik senang belajar. Ketercapaian rasa senang belajar
ditunjukkan pada motivasi dan keaktifan belajar yang tinggi. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian dari Sumartono dan Yus Setriarini (2011: 320) yang
menjelaskan bahwa pembelajaran matematika di SMPN 1 Sukorejo melalui lesson
study berbasis sekolah (LSBS) dari hasil deskriptor menunjukkan keaktifan
belajar peserta didik menyelesaikan semua tugas pada saat pembelajaran
mendapatkan rerata tertinggi yaitu 93%. Meskipun hasil deskriptor lainnya
menghasilkan rerata berkisar 75%-80%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
adanya LSBS memberikan motivasi yang sangat tinggi pada peserta didik saat
proses pembelajaran.
Pelaksanaan lesson study yang mampu memberi dampak pada keaktifan
dan motivasi belajar peserta didik sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013. Kegiatan
4
lesson study yang menggunakan pendekatan dan model yang ditentukan pada
Kurikulum 2013 diharapkan dapat mewujudkan peserta didik aktif, mandiri, dan
terampil seinhgga terbentuk budaya senang belajar, khususnya peserta didik SMK.
Penerapan pembelajaran pada kegiatan lesson study dapat menggunakan
pendekatan saintifik, model pembelajaran discovery dan problem base learning
(PBL). Pendekatan saintifik (scientific approach) yang mengutamakan fakta atau
logika terhadap materi yang dipelajari. Modeldiscovery melibatkan peserta didik
untuk kreatif dalam menemukan sesuatu informasi. Sedangkan, model PBL
merancang pembelajaran yang berbasis permasalahan yang muncul dari materi
yang dipelajari dan mampu menumbuhkan sikap kritis untuk menentukan solusi
dari permasalahan tersebut.
Pendekatan dan model pembelajaran yang diterapkan diharapkan mampu
meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan peserta didik. Kemampuan
peserta didik pada materi teori dan praktik menghasilkan penilaian yang
komprehensif khususnya pada bidang teknik pemesinan. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan kegiatan lesson study dengan menerapkan pendekatan saintifik
serta model pembelajaran discovery dan problem base learning (PBL). Konsep
pembelajaran dapat dinamakan SciDiPro (Scientific, Discovery, dan Problem Base
Learning) yang diharapkan mampu mendukung implementasi Kurikulum 2013
melalui kegiatan lesson study.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Penelitian tahun pertama dapat dibatasi pada penelitian: (1) pelatihan
lesson study kepada guru teknik pemesinan di SMK Se-DIY; (2) model SciDiPro
berbasis lesson study dalam implementasi Kurikulum 2013; (3) perangkat
pembelajaran lesson study pada keahlian bidang teknik pemesinan; (4)
assessment for learning pada keahlian bidang teknik pemesinan;dan (5)
menerapkan model pembelajaran problem baselearning (PBL) melalui lesson
study pada keahlian bidang teknik pemesinan.
5
Sejalan dengan batasan masalah dalam implementasi Kurikulum 2013,
permasalahan yang dikaji pada penelitian tahun pertama antara lain: (1)
Bagaimanakah bentuk pelatihan lesson study kepada guru teknik pemesinan di
SMK Se-DIY? (2) Bagaimanakah pengembangan model SciDiPro berbasis
lesson study dalam implementasi Kurikulum 2013? (3) Bagaimanakah
pengembangan perangkat pembelajaran lesson study pada keahlian bidang teknik
pemesinan? (4) Bagaimanakah pengembangan assessment for learning pada
keahlian bidang teknik pemesinan? dan (5) Bagaimanakah penerapan model
pembelajaran problem basedlearning (PBL) melalui lesson study pada keahlian
bidang teknik pemesinan?
C. Road Map Penelitian
Judul Penelitianhibah Tim Pascasarjana ini adalah: “Pengembangan
SciDiPro dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMK melalui Leson Study”.
Penelitian tahun pertama menghasilkan luaran yaitu: (1) Selesainya tesis 4 orang
mahasiswa peserta didik prodi S-2 Pendidikan Teknologi Kejuruan Program
Pascasarjana UNY. Adapun tema anak payung pada penelitian ini adalah:
(a)Perangkat Pembelajaran Lesson Study Pada Program Keahlian Teknik
Pemesinan, (b) Assessment For LearningPada Program Keahlian Teknik
Pemesinan, (c)Penerapan Problem Based LearningPada Program Keahlian Teknik
Pemesinan, dan (d) Pelatihan Lesson Study kepada Guru SMK Teknik Pemesinan;
(2) Makalah dipresentasikan dalam pertemuan ilmiah nasional; (3) Hasil
penelitian dipublikasikan dalam jurnal nasional yang terakreditasi; (4) Model
SciDiPro berbasis lesson study pada implementasi Kurikulum 2013 di SMK
keahlian bidang teknik pemesinan.
Road mapPenelitian Hibah Tim Pascasarjanadengan mengaitkan pada
penelitian anak payung. Pengkaitan yang dilakukan dari
SciDiPro(Scientific,Discovery dan Problem Based Learning) dengan kegiatan
lesson study. Penelitian anak payung yang membahas tentang pelatihan lesson
study, mengembangan perangkat pembelajaran lessonstudy, mengembangkan
assessment for learning, dan implementasi problem based learning menggunakan
6
lesson study. Hasilnya berupa model SciDiPro melalui lesson study. Model ini
akan semakin valid, maka dilakukanFocus Group Discussion(FGD) antara tim
peneliti dengan guru-guru program keahlian teknik pemesinan yang sudah
mendapatkan pelatihan lesson study.Semua kegiatan tersebut adalah proses
kolaboratif dengan kolaborator dengan melakukan study Lesson Study.
Tahap impelemntasi Lesson study berlanjut pada tahapan berikutnya yaitu
tentang praktik implementasi lesson study pada pembelajaran teori dan praktik
teknik pemesinan. Impelementasi yang diwujudkan pada rancangan dan kajian
perangkat pembelajaran lessos study danassement for learningdengan
menggunakan lesson study, dan implementasi problem based learning dalam
kurikulum 2013.
Penelitian pada tahun kedua meliputi pengembangan produk dan
menerapkan produk pada pembelajaran. Pengembangan produk terdiri dari produk
pada sarana pembelajaran seperti produk work preparation (WP), media
pembelajaran, dan jobsheet. Produk yang dikembangkan dengan menggunakan
model pembelajaran Discovery dan Problem Based Learning (PBL). Jadi, produk
yang sudah dikembangkan kemudian diterapkan pada pembelajaran di berbagai
sekolah di DIY pada program keahlian teknik pemesinan. Penerapan produk
bertujuan mengetahui tingkat efektivitas dari penggunaan produk dari kemampuan
pengetahun, sikap, dan keterampilan. Rancangan ini mengunakan kegiatan lesson
study dengan melibatkan guru dan observer dalam merencanakan produk,
melaksanakan pembelajaran, dan merefleksi hasil pembelajaran. Kegiatan lesson
study dilakukan secara bersiklus sesuai target pembelajaran yang ingin dicapai.
Penelitian pada tahun ketiga meliputi evaluasi pembelajaran dengan
mengembangkan produk evaluasi pembelajaran dan penerapan produk yang lebih
luas. Pengembangan produk evaluasi bertujuan untuk membuat produk evaluasi
dari tahapan penelitian tahun pertama dan kedua. Kemudian, penerapan produk
yang sudah dibuat pada tahun pertama dan kedua diterapkan ke beberapa SMK di
DIY. SMK yang dijadikan tempat penelitian lebih banyak daripada tempat
penelitian pada tahun kesatu dan kedua. Rancangan ini tetap menggunakan
kegiatan lesson study, sehingga kolaborasi antar guru semakin komprehensif.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kurikulum 2013
Kurikulum menurut Finch & Crunkilton (2004: 7) adalah the sum of the
learning activities and experiences that a student has under the auspices or
direction of the school. Kurikulum diyakini dapat memberikan kontribusi yang
signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta
didik. Apabila implementasi kurikulum dapat dilaksanakan dengan baik maka
akan membantu peningkatan kualitas pendidikan nasional. Hal ini sesuai dengan
penjelasan yang dikemukakan oleh Kelly (2009: 5) one feature that characterized
curriculum change in the latter part of the last century was the increased
incidence of planning and preparation in curriculum development.
Kurikulum di Indonesia pada tahun 2013 mengalami perubahan dari KTSP
ke Kurikulum 2013. Peralihan sistem pendidikan nasional dengan adanya
perubahan kurikulum sebenarnya memiliki tujuan yang mulia. Adapun, tujuan
dari Kurikulum 2013 yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kebijakan pemerintah
dengan memberlakukan kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan
pendidikan nasional. Peningkatan yang ada di Kurikulum 2013 didasari berbagai
landasan, salah satu adalah landasan konseptual. Landasan tersebut berdasarkan
Mulyasa (2014: 65) sebagai dasar pengembangan Kurikulum 2013 yang terdiri
dari (1) relevansi pendidikan (link and match), (2) kurikulum berbasis kompetensi
dan berkarakter, (3) pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning),
(4) pembelajaran aktif, dan (5) penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh.
Landasan konseptual yang ada pada pengembangan kurikulum pendidikan
kejuruan SMK memiliki karakteristik yang berbeda dengan sekolah umum.
Berdasarkan Finch & Crunkilton (2004: 9) karakteristik kurikulum pendidikan
kejuruan didasari dari (1) orientation, (2) justification, (3) focus, (4) in-school
8
success standards, (5) out-of-school success standards, (6) school-community
relationships, (7) federal involvement, (8) responsiveness, (9) logistics, dan (10)
expense.
1. Rasional Kurikulum 2013
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan
pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis
pada tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
telah dirintis pada tahun2006 di mana mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
Tabel 2Perbandingan kurikulumdari masa ke masa
No. Kurikulum1947 – 1994
Kurikulum2004 – 2006 Kurikulum 2013
1 Basis materi Basis produk Basis praksis
2Fokus pada ranahpengetahuan
Mapelberkontribusi padakompetensitertentu
Mapelberkontribusi padasemua ranahkompetensi
3Produk dan prosesditentukan darimateri
Produk ditentukandari materi, prosesditentukan terpisah
Materi dan prosesditurunkan dariproduk
4Penekanan padarencana
Penekanan padahasil
Penekanankeselarasanrencana, kegiatan,hasil
5Keseragamanmateri
Keseragaman hasilKeseragamanmateri, proses danhasil
6Pemantauanpelaksanaan silabusdan RPP standar
Penilaian hasilyang sangat ketat(harusnya),misalUN
Penilaian prosesdan hasil secarautuh
7Menggunakanmateri sebagaikonteks
Menggunakanmateri sebagaikonteks
Menggunakantema populersebagai konteks
9
2. Penyempurnaan Pola Pikir Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir
sesuai Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014. Adapun, isi dari pola pikir
Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.
a. Penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta
didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari dan
gaya belajarnya (learningstyle) untuk memiliki kompetensi yang sama.
b. Penguatan pola pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-
masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya).
c. Penguatan pola pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba
ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta
diperoleh melalui internet).
d. Penguatan pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran peserta didik aktif
mencari semakin diperkuat dengan pendekatan pembelajaran saintifik).
e. Penguatan pola belajar sendiri dan kelompok (berbasis tim).
f. Penguatan pembelajaran berbasis multimedia.
g. Penguatan pola pembelajaran berbasis klasikal-massal dengan tetap
memperhatikan pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta
didik.
h. Penguatan pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines).
i. Penguatan pola pembelajaran kritis.
3. Penguatan Tata Kelola Kurikulum 2013
Tata kelola Kurikulum 2013 terdapat pada Permendikbud Nomor 60
Tahun 2014. Peraturan tersebut menjelaskan sebagai berikut.
a. Penguatan tata kerja guru lebih bersifat kolaboratif.
b. Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen
kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader).
c. Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses
pembelajaran.
10
4. Karakteristik Kurikulum 2013
Karakteristik Kurikulum 2013 terdapat pada Permendikbud Nomor 60
Tahun 2014. Peraturan tersebut menjelaskan sebagai berikut.
a. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial,
pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai
situasi di sekolah dan masyarakat.
b. Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar, agar peserta didik mampu menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai
sumber belajar.
c. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
d. Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi
inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
e. Mengembangkan kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi
(organizing elements) kompetensi dasar. Semua kompetensi dasar dan
proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam kompetensi inti.
f. Mengembangkan kompetensi dasar berdasar pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
5. Faktor Keberhasilan Kurikulum 2013
Mulyasa (2013: 39) mengemukakan bahwa keberhasilan Kurikulum
2013 dalam menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif serta
dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional untuk membentuk watak
dan peradaban bangsa yang bermartabat sangat ditentukan oleh berbagai
faktor keberhasilan. Salah satu faktor keberhasilan tersebut adalah kreativitas
guru, karena guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya bahkan
sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar. Guru harus
memahami peserta didik terkait dengan kemampuan, potensi, minat, hobi,
sikap, kepribadian, kebiasaan, catatan kesehatan, latar belakang keluarga, dan
11
kegiatan lainnya di sekolah. Beberapa hal yang perlu dimiliki guru untuk
mendukung implementasi Kurikulum 2013 antara lain (Mulyasa, 2013: 43-
44):
a. Menguasai dan memahami kompetensi inti dalam hubungannya dengan
kompetensi lulusan.
b. Menyukai apa yang diajarkannya dan menyenangi mengajar sebagai suatu
profesi.
c. Memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan, dan prestasinya.
d. Menggunakan metode dan media yang bervariasi dalam mengajar dan
membentuk kompetensi peserta didik.
e. Memodifikasi dan mengeliminasi bahan yang kurang penting bagi
kehidupan peserta didik.
f. Mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir.
g. Menyiapkan proses pembelajaran.
h. Mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
i. Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi dan karakter
yang akan dibentuk.
Proses menyukseskan implementasi Kurikulum 2013 dan menyiapkan
guru yang siap menjadi fasilitator dalam pembelajaran, hendaknya diadakan
musyawarah antara kepala sekolah dan guru. Musyawarah yang dilakukan
untuk menganalisis, mendiskusikan, dan memahami berbagai hal yang terkait
dengan implementasi Kurikulum 2013, seperti salah satunya adalah rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan
outcomes-based curriculum. Dasar kompetensi tercantum pada Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan sudah tercantum pada Permendikbud No.70 tahun 2013. Berbagai
jurusan menjadikan competences base sebagai acuan untuk mengukur
kemampuan peserta didik terhadap bidang keahliannya. Konsep pembelajaran
yang dikembangkan lebih mengutamakan pelajaran praktik untuk mencapai
syarat keahlian.
12
B. Pendekatan dan Model Pembelajaran pada Implementasi Kurikulum
2013
1. Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)
Dalam implementasi Kurikulum 2013 mengedepankan pembelajaran
menggunakan pendekatan scientific atau ilmiah. Pendekatan scientific adalah
proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik
secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-
tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah),merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”. Pendekatan scientific dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai
materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari
mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh
karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi, dan bukan hanya diberi tahu.Tahapan Scientific meliputi
Observing, Questioning, Associating, Experimenting, dan Networking.
Gambar 1. Langkah-langkah pembelajaran scientific
a. Mengamati
Proses observasi atau pengamatan digunakan untuk mendorong
peserta didik untuk berpikir secara kritis mengenai permasalahan yang
12
B. Pendekatan dan Model Pembelajaran pada Implementasi Kurikulum
2013
1. Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)
Dalam implementasi Kurikulum 2013 mengedepankan pembelajaran
menggunakan pendekatan scientific atau ilmiah. Pendekatan scientific adalah
proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik
secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-
tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah),merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”. Pendekatan scientific dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai
materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari
mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh
karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi, dan bukan hanya diberi tahu.Tahapan Scientific meliputi
Observing, Questioning, Associating, Experimenting, dan Networking.
Gambar 1. Langkah-langkah pembelajaran scientific
a. Mengamati
Proses observasi atau pengamatan digunakan untuk mendorong
peserta didik untuk berpikir secara kritis mengenai permasalahan yang
12
B. Pendekatan dan Model Pembelajaran pada Implementasi Kurikulum
2013
1. Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)
Dalam implementasi Kurikulum 2013 mengedepankan pembelajaran
menggunakan pendekatan scientific atau ilmiah. Pendekatan scientific adalah
proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik
secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-
tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah),merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”. Pendekatan scientific dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai
materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari
mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh
karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi, dan bukan hanya diberi tahu.Tahapan Scientific meliputi
Observing, Questioning, Associating, Experimenting, dan Networking.
Gambar 1. Langkah-langkah pembelajaran scientific
a. Mengamati
Proses observasi atau pengamatan digunakan untuk mendorong
peserta didik untuk berpikir secara kritis mengenai permasalahan yang
13
diberikan guru. Proses ini memerlukan fokus dan konsentrasi yang tinggi
karena pengamatan pada permasalahan atau obyek yang akan diteliti
harus cermat.Kalau tidak dilakukan dengan cermat, maka obyek yang
diobservasi dapat menagburkan makna. Adapun beberapa cara dalam
menentukan obyek yang diobservasi: (a) menentukan objek apa yang akan
diobservasi; (b) membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek
yang akan diobservasi; (c) menentukan secara jelas datadata apa yang
perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder; (d) menentukan dimana
tempat objek yang akan diobservasi; (e) menentukan secara jelas
bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar
berjalan mudah dan lancar; dan (f) menentukan cara dan melakukan
pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan,
kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
b. Menanya
Pada proses ini, peserta didik didorong untuk mengajukan
pertanyaan terkait dengan apa yang telah mereka observasi. Pertanyaan
ini akan lebih baik dijawab oleh peserta didik lain, dan guru hanya
bertugas sebagai moderator. Apabila pertanyaan tersebut sulit untuk
dijawab peserta didik, maka guru dapat memancing atau menggiring
jawaban dengan memberikan keyword jawaban. Adapun beberapa
kegiatan yang mampu membangkitkan pertanyaan peserta didik, antara
lain sebagai berikut: (a) membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan
perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran; dan
(b) mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
c. Menalar
Pada proses ini, peserta didik dituntut untuk berpikir secara logis
dan sistematis dengan menggunakan pendekatan penalaran induktif.
Peserta didik akan membuat kerangka pemikiran untuk menjawab
pertanyaan dari hasil pengamatan. Pada tahap ini, peserta didik harus
14
mampu mengaitkan hubungan-hubungan antar gejala atau fenomena yang
ada.
d. Mencoba
Setelah peserta didik mengetahui jawaban dari hasil
penalarannya, maka langkah berikutnya adalah mencoba
mendemonstrasikan hasil penalarannya. Proses mencoba ini bertujuan
untuk mengembangkan ranah tujuan belajar yaitu sikap, keterampilan,
dan pengetahuan. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk
mendorong peserta didik untuk mencoba atau bereksperimen antara lain
sebagai berikut: (a) menentukan tema atau topik sesuai dengan
kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (b) mempelajari cara-cara
penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (c)
mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya; (d) melakukan dan mengamati percobaan;(e) mencatat
fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (f) menarik
simpulan atas hasil percobaan; dan (g) membuat laporan dan
mengkomunikasikan hasil percobaan.
e. Membentuk Jejaring
Proses terakhir pada pendekatan ini adalah membentuk jejaring
(networking). Pada tahap ini, peserta didik dan guru saling bertukar
informasi terkait dengan materi pembahasan pelajaran. Membentuk
jaringan yang baik akan lebih baik apabila seluruh peserta didik yang ada
dalam kelas melakukan sharing knowledge yang dimilikinya sehingga
informasi yang diterima beragam dalam perspektif yang bermacam-
macam namun masih dalam konteks yang sama.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Berpusat pada peserta didik.
b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep,
hukum atau prinsip.
15
c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi
peserta didik.
d. Dapat mengembangkan karakter peserta didik.
Gambar 2. Pendekatan scientific dan 3 ranah yang jadi acuan
2. Model Pembelajaran
Kurikulum 2013 yang mengedepankan pendekatan scientific
menggunakan tiga model pembelajaran, di antaranya discovery learning dan
problem based learning.
a. Discovery Learning
1) Pengertian Discovery Learning
Discovery learning merupakan strategi yang digunakan untuk
memecahkan masalah secara intensif di bawah pengawasan guru.
Discovery learning lebih dikenal dengan metode penemuan
terbimbing, di mana para peserta didik diberi bimbingan singkat untuk
menemukan jawabannya (Suyitno, 2004: 5). Menurut Roestiyah
(2001: 20) discovery learning adalah suatu cara mengajar yang
melibatkan peserta didik dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba
sendiri agar anak dapat belajar sendiri. Harus diusahakan agar
jawaban atau hasil akhir itu tetap ditemukan sendiri oleh peserta didik.
Penemuan yang dihasilkan oleh peserta didik tidak mutlak sesuatu
16
yang baru. Oleh karena itu discovery learning dirancang untuk
meningkatkan keaktifan peserta didik, berorientasi pada proses,
mengarahkan pada diri sendiri, mencari sendiri, dan refleksi yang
sering muncul sebagai kegiatan belajar.
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas maka
dapat disimpulkan bahwa discovery learning adalah cara penyajian
pelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan informasi dengan bantuan guru sebagai pembimbing atau
fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang
perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh peserta didik.
Kemudian tugas guru berikutnya adalah menyediakan sumber belajar
bagi peserta didik dalam rangka pemecahan masalah. Pengawasan
guru terhadap peserta didik masih tetap perlu dilakukan, akan tetapi
campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan peserta didik dalam
pemecahan masalah harus dikurangi.
Prinsip belajar yang nampak jelas dalam discovery learning
adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak
disampaikan dalam bentuk final akan tetapi peserta didik sebagai
peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin
diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian
mengorganisasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka
ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. Dengan
mengaplikasikan metode discovery learning secara berulang-ulang
dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang
bersangkutan. Penggunaan metode discovery learning, ingin merubah
kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah
pembelajaran teacher oriented ke student oriented. Merubah modus
ekspository (peserta didik hanya menerima informasi secara
keseluruhan dari guru) ke modus discovery (peserta didik menemukan
informasi sendiri).
17
Menurut Hamalik (2001: 187), strategi belajar discovery paling
baik dilaksanakan dalam kelompok belajar yang kecil. Namun juga
dapat dilaksanakan dalam kelompok belajar yang lebih besar.
Kendatipun tidak semua peserta didik dapat terlibat dalam proses
discovery namun pendekatan discovery dapat memberikan manfaat
bagi peserta didik yang belajar.
2) Keunggulan dan Kelemahan Discovery Learning
Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan, penerapan
pendekatan discovery learning dalam pembelajaran memiliki
keunggulan dan kelemahan, di antaranya (Kemendikbud, 2013: 212-
214):
a) Keunggulan Discovery Learning
(1) Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses
kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses
ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
(2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat
pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan
dan transfer.
(3) Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena
tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
(4) Metode ini memungkinkan peserta didik berkembang
dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
(5) Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan
belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi
sendiri.
(6) Metode ini dapat membantu peserta didik memperkuat
konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja
sama dengan yang lainnya.
(7) Berpusat pada peserta didik dan guru berperan sama-sama
aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan guru pun
18
dapat bertindak sebagai peserta didik, dan sebagai peneliti
di dalam situasi diskusi.
(8) Membantu peserta didik menghilangkan skeptisme (keragu-
raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan
tertentu atau pasti.
(9) Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih
baik.
(10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer
kepada situasi proses belajar yang baru.
(11) Mendorong peserta didik berfikir dan bekerja atas inisiatif
sendiri.
(12) Mendorong peserta didik berfikir intuisi dan merumuskan
hipotesis sendiri.
(13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
(14) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
(15) Proses belajar meliputi sesama aspeknya peserta didik
menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.
(16) Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik.
(17) Kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan
berbagai jenis sumber belajar.
(18) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
b) Kelemahan Discovery Learning
(1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran
untuk belajar. Bagi peserta didik yang kurang pandai, akan
mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang
tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.
(2) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah peserta didik
yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk
19
membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah
lainnya.
(3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat
buyar berhadapan dengan peserta didik dan guru yang telah
terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
(4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan
pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,
keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat
perhatian.
(5) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas
untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para peserta
didik.
(6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir
yang akan ditemukan oleh peserta didik karena telah dipilih
terlebih dahulu oleh guru.
c) Konsep Discovery Learning
Menurut Sudjana (1989: 74-75) metode mengajar yang
biasa digunakan oleh guru dalam discovery learning antara lain
metode diskusi dan pemberian tugas. Diskusi untuk memecahkan
permasalahan dilakukan oleh sekelompok kecil peserta didik (3-5
orang) dengan arahan dan bimbingan guru. Kegiatan ini
dilaksanakan pada saat mengajar atau pada saat kegiatan
pembelajaran. Pendekatan discovery learning dapat dilaksanakan
apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
(1) Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk
diajukan kepada kelas (persoalan bersumber dari bahan
pelajaran yang menantang peserta didik atau yang
problematis) dan sesuai dengan daya nalar peserta didik.
(2) Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar peserta
didik dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan.
(3) Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup.
20
(4) Adanya kebebasan peserta didik untuk berpendapat, berkarya,
berdiskusi.
(5) Partisipasi setiap peserta didik dalam setiap kegiatan belajar.
(6) Guru tidak banyak campur tangan terhadap kegiatan peserta
didik.
d) Langkah Persiapan Discovery Learning
Langkah persiapan discovery learning adalah sebagai
berikut (Kemendikbud, 2013: 214):
(1) Menentukan tujuan pembelajaran.
(2) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik
(kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya).
(3) Memilih materi pelajaran.
(4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik
secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).
(5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-
contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta
didik.
(6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke
kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap
enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
(7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.
b. Problem Based Learning
Menurut Smith dan Ragan (dalam Rusmono, 2012: 74)
mengatakan bahwa strategi pembelajaran dengan PBL merupakan usaha
untuk membentuk suatu proses pemahaman isi suatu mata pelajaran pada
seluruh kurikulum.Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah
yang menuntut peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang
membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model
belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses
pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk
21
memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah (PBL).
1) Permasalahan sebagai kajian.
2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.
3) Permasalahan sebagai contoh.
4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.
5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.
Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran
berbasis masalah dapat dijelaskan berikut ini.
Tabel 3Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah
Guru sebagai PelatihPeserta Didik sebagai
Problem Solver
Masalah sebagaiAwal Tantangan
dan Motivasio Asking about thinking
(bertanya tentangpemikiran).
o Memonitor pembelajaran.o Probbing ( menantang
peserta didik untukberpikir ).
o Menjaga agar pesertadidik terlibat.
o Mengatur dinamikakelompok.
o Menjaga berlangsungnyaproses.
o Peserta yang aktif.o Terlibat langsung
dalam pembelajaran.o Membangunpembela
jaran.
o Menarik untukdipecahkan.
o Menyediakankebutuhan yangada hubungannyadengan pelajaranyang dipelajari.
Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini
adalah:
1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah
Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2) Pemodelan peranan orang dewasa.
22
Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap
antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang
lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Berikut ini aktivitas-
aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan.
a) PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
b) PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong
pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik
secara bertahap dapat memi peran yang diamati tersebut.
c) PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri,
yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan
menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun femannya
tentang fenomena itu.
3) Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta
didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan
dari mana informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru.
Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut ini.
1) Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena
memerlukan suatu strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.
2) Responsibility : PBL menekankan responsibility dan answerability
para peserta didik ke diri dan panutannya.
3) Realisme : kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang
serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan
tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional.
4) Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan
dan keinginan peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan,
sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang
mandiri.
5) Umpan Balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta
didik menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah
pembelajaran berdasarkan pengalaman.
23
6) Keterampilan Umum: PBL dikembangkan tidak hanya pada
ketrampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai
pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan
masalah, kerja kelompok, dan self-management.
7) Driving Questions:PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan
yang memicu peserta didik untuk berbuat menyelesaikan permasalahan
dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
8) Constructive Investigations:sebagai titik pusat, proyek harus
disesuaikan dengan pengetahuan para peserta didik.
9) Autonomy:proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting.
Pembelajaran yang menggunakan PBL memiliki kelebihan. Ada
beberapa kelebihan dari pembelajaran menggunakan PBL yaitu sebagai
berikut.
1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna.
Pesertadidik/mahasiswa yang belajar memecahkan suatu masalah
maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau
berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat
semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik
berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.
2) Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks
yang relevan.
3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan
inisiatif peserta didik didik dalam bekerja, motivasi internal untuk
belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam
bekerja kelompok.
Metoda ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi
pendidikan bidang keteknikan, terutama dalam hal sebagai berikut :
1) peserta didik memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences)yang
berguna untuk memecahkan masalah bidang keteknikan yang
dijumpainya;
24
2) peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi
terintegrasi dan relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering
disebut student-centered;
3) peserta didik mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif.
Pembelajaran suatu materi pelajaran dengan menggunakan PBL
sebagai basis model dilaksanakan dengan cara mengikuti lima langkah
PBL dengan bobot atau kedalaman setiap langkahnya disesuaikan dengan
mata pelajaran yang bersangkutan.
1) Konsep Dasar (Basic Concept)
Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep
dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam
pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih
cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’
yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Lebih jauh, hal ini
diperlukan untuk memastikan peserta didik memperoleh kunci utama
materi pembelajaran, sehingga tidak ada kemungkinan terlewatkan
oleh peserta didik seperti yang dapat terjadi jika peserta didik
mempelajari secara mandiri. Konsep yang diberikan tidak perlu detail,
diutamakan dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik
dapat mengembangkannya secara mandiri secara mendalam.
2) Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau
permasalahan dan dalam kelompoknya, peserta didik melakukan
berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yang dilaksanakan dengan
cara semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan
tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan
muncul berbagai macam alternatif pendapat. Setiap anggota kelompok
memiliki hak yang sama dalam memberikan dan menyampaikan ide
dalam diskusi serta mendokumentasikan secara tertulis pendapat
masing-masing dalam kertas kerja.
25
Selain itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang
dikenal dalam skenario tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud
dan artinya. Jika ada peserta didik yang mengetahui artinya, segera
menjelaskan kepada teman yang lain. Jika ada bagian yang belum
dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam
permasalahan kelompok. Selanjutnya, jika ada bagian yang belum
dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis sebagai isu dalam
permasalahan kelompok.
Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat
yang lebih fokus. Ketiga, menentukan permasalahan dan melakukan
pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari referensi
penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator
memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik. Jika tujuan
yang diinginkan oleh fasilitator belum disinggung oleh peserta didik,
fasilitator mengusulkannya dengan memberikan alasannya. Pada akhir
langkah peserta didik diharapkan memiliki gambaran yang jelas
tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak
ketahui, dan pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk
menjembataninya. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti
langkah ini, maka pendefinisian masalah dilakukan dengan mengikuti
petunjuk.
3) Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik
mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang
diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel
tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan
pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua
tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan
mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan
yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan
26
dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi
tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
Di luar pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk
mengadakan pertemuan dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam
pertemuan tersebut peserta didik akan saling bertukar informasi yang
telah dikumpulkannya dan pengetahuan yang telah mereka bangun.
Peserta didik juga harus mengorganisasi informasi yang didiskusikan,
sehingga anggota kelompok lain dapat memahami relevansi terhadap
permasalahan yang dihadapi.
4) Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman
materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada
pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya
untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari
permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan
dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan
fasilitatornya.
Tiap kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap peserta
didik menyampaikan hasil pembelajaran mandiri dengan cara
mengintegrasikan hasil pembelajaran mandiri untuk mendapatkan
kesimpulan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam
pleno (kelas besar) dengan mengakomodasi masukan dari pleno,
menentukan kesimpulan akhir, dan dokumentasi akhir. Untuk
memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini maka
dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
5) Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude).
Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester
(UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
27
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan
perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap
dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan
partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan
kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek
tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
C. Lesson Study
Lesson study adalah kegiatan guru yang dilakukan secara berulang kali
dengan merumuskan tujuan belajar, merencanakan pelajaran, mengajar dan
mengamati pembelajaran, memperbaiki, pembelajaran, dan mengajar kembali dari
hasil revisi rancangan pembelajaran. Definisi yang sesuai dengan pernyataan
Lewis (2002), yaitu lesson study adalah is a teacher-led instructional
improvement cycle in which teachers work collaboratively to: formulate goals for
student learning, plan a lesson, teach and/or observe the lesson, reflect on the
gathered evidence, revise the lesson for improvement, and reteach the revised
lesson.
Selain itu, kegiatan lesson study memberikan kebebasan guru untuk
merencanakan, mengamati, dan berdiskusi hasil pembelajaran dengan pihak yang
terkait. Pernyataan tersebut sesuai yang disampaikan Hart, Alston, & Murata
(2011: 16) yaitu “through the use of lesson study, teachers have a means for
planning, observing, and conferring with others.” Pihak/orang lain yang terkait
dalam kegiatan diskusi adalah guru, kepala sekolah, dosen, dan ahli pendidikan.
Penjelasan lesson study tersebut di pertegas oleh Sumar Hendayana, dkk. (2007:
10) yang mengartikan lesson study adalah suatu perangkat pembinaan profesi
pendidik (guru) melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip colleagues and mutual learning untuk
membangun komunitas belajar. Artinya lesson study bukan metode atau strategi
pembelajaran, namun melalui Lesson Study dapat diterapkan berbagai
pembaharuan pembelajaran berdasarkan situasi, kondisi dan permasalahan yang
28
dihadapi guru. Tujuan Lesson Study untuk menciptakan peserta didik aktif belajar
atau merasa senang belajar menjadi terobosan dalam proses pembelajaran praktik.
Kegiatan Lesson Study dijelaskan oleh Saito (2005) secara sederhana diterapkan
dengan 3 tahapan, yaitu: (1) perencanaan (plan); (2) pelaksanaan (do); dan (3)
refleksi (see).
Gambar 3. Skema kegiatan lesson study
Tahap pertama adalah perencanaan (plan), di mana merupakan
kegiatan awal dari kegiatan Lesson Study yang merupakan kegiatan kolaboratif
guru dalam merencanakan pembelajaran. Kegiatan ini terdiri dari penentuan
pendekatan, metode, media, strategi dan evaluasi pembelajaran yang nantinya
akan digunakan dalam kegiatan Lesson Study dan tentunya cocok dengan
karakteristik dari mata pelajarannya. Konsep pembelajaran yang akan
disampaikan kepada peserta didik terlebih dahulu didiskusikan dengan guru lain
yang mengampu mata pelajaran sama. Kemudian menyiapkan lembar pengamatan
untuk kegiatan do.
29
Gambar 4. Kegiatan perencanaan (plan)
Selanjutnya menentukan siapa yang akan menjadi guru model dan
pengamat (observer). Hasil dari kegiatan plan adalah rancangan berupa lesson
plan dari hasil diskusi. Perencanaan yang matang diharapkan akan memberikan
kontribusi untuk mengatasi pembelajaran dan meningkatkan pengajaran di kelas.
Lesson study promotes teacher-led instructional improvement and sel-directed
learning. (Charinee Triwaranyu, 2007: 48).
Tahap kedua adalah pelaksanaan pembelajaran (do), yakni
mengimplementasikanlesson plan yang sudah dirancang bersama guru-guru dan
anggota kelompok yang bertindak sebagai pengamat (observer) pembelajaran
pada saat kegiatan plan. Kepala sekolah dan pengawas juga dapat bertindak
sebagai pengamat pembelajaran. Jadi pembelajaran dilakukan secara terbuka
(open lesson).
Gambar 5. Kegiatan pelaksanaan (do)
30
Berdasarkan gambar 5 di atas terlihat bahwa pengamat bertugas
mengamati segala aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik dan tentunya tidak
boleh mengintervensi pembelajaran serta tidak mengganggu kelancaran
pembelajaran. Hasil pengamatan dituliskan pada lembar pengamatan yang sudah
disiapkan pada kegiatan plan.
Langkah ketiga adalah refleksipembelajaran (see), di mana merupakan
kegiatan akhir dari Lesson Study yang dilakukan setelah selesai pembelajaran.
Kegiatan ini berupa diskusi refleksi dari hasil pengamatan pada saat kegiatan do
yang dipandu oleh kepala sekolah atau orang yang berwenang untuk membahas
pembelajaran, misalnya guru inti atau fasilitator dari MGMP.
Gambar 6. Kegiatan refleksi (see)
Satu persatu pengamat menyampaikan hasil pengamatan. Setelah semua
pengamat selesai menyampaikan hasil pengamatannya, langkah selanjutnya
adalah bersama-sama mencari solusi dari permasalahan kegiatan do untuk
pembelajaran berikutnya. Karena kegiatan Lesson Study merupakan kegiatan
kolaboratif yang berkelanjutan (siklus) sehingga dapat meningkatkan aktivitas
kelas.
31
D. Kerangka Pikir
Implementasi SciDiPro adalah penerapan proses pembelajaran inquiri
sebagaimana diterapkan dalam kurikulum 2013 saat ini dengan pendekatan
Scientific serta model Discoverydan Problem based learning.Lesson study adalah
kegiatan guru yang dilakukan secara berulang kali dengan merumuskan tujuan
belajar, merencanakan pelajaran, mengajar dan mengamati pembelajaran,
memperbaiki pembelajaran, dan mengajar kembali dari hasil revisi rancangan
pembelajaran. Implementasi SciDipro melalui lesson study di SMK adalah
penerapan proses pembelajaran berbasis inquiri dengan penggabungan lesson
study dalam pemaksimalan hasil pembelajaran dalam kurikulum 2013
Ruang lingkup dari implementasi Scientific,discovery,problem dan
projectbased learning adalah : (1) Input,baik input peserta didik, guru,tenaga
kependidikan maupun sumber daya yang lain(2) Proses,baik dalam proses
pembelajaran disekolah dengan lesson study berikut dengan proses pembelajaran
proses pelatihan hingga penilaian, (3) Produk atau hasil, Hasil dalam proses
pembelajaran dalam kurikulum 2013 berbantuan lesson study menunjukkan
peninggkatan capaian hasil belajar siswa dalam pelbagai bidang dan metode
alternative bagi guru. Dalam penelitian ini implementasi SciDiPro dalam
lessonstudy diawali dengan pelatihan guru – guru SMK Se DIY kemudian
dilanjutkan dengan pengkodisian serta pelatihan pembelajaran dengan
lessonstudy.
Implementasi Problem based learning dengan lesson studyberpadu padan
dalam proses penerapannya dari pelatihan pendidik,kemudian pembenahan
berdasrkan FGD dilanjutkan dengan praktek implementasi problem based
learning di sekolah Menengah Kejuruan. Hasil pembelajaran berikut dengan
pembenahan dan penilaian menjadi satu rangkaian yang tak terpisahkan dalam
penelitian ini. Proses pengembangan menjadi penting ketika kesimpulan dari
penelitian ini dapat digunakan dalam proses pembelajaran berikutnya sebagai
bagian dari rekomendasi proses pembelajaran dan alternative pembelajaran.
Kesatuan pembelajaran dari Scientific,problem dan project based learning
menjadi actual diterapkan dalam kurikulum 2013 dengan lesson Study.
32
E. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka dapat diajukan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana bentuk pelatihan lesson study kepada guru teknik
pemesinan di SMK Se-DIY?
2. Bagaimana Pengembangan model SciDiPro berbasis lesson study dalam
implementasi Kurikulum 2013?
3. Bagaimana Pengembangan perangkat pembelajaran lesson study pada
keahlian bidang teknik pemesinan?
4. Bagaimana mengembangkan assessment for learning pada keahlian bidang
teknik pemesinan?
5. Bagaimana penerapan model pembelajaran problem baselearning (PBL)
melalui lesson study pada keahlian bidang teknik pemesinan?
33
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian tahun pertama bertujuan sebagai berikut: (1) Mengetahui
bentuk pelatihan lesson study kepada guru teknik pemesinan di SMK Se-DIY; (2)
Mengembangkan model SciDiPro berbasis lesson study dalam implementasi
Kurikulum 2013; (3) Mengembangkan perangkat pembelajaran lesson study pada
keahlian bidang teknik pemesinan; (4) Mengembangkan assessment for learning
pada keahlian bidang teknik pemesinan;(5) Menerapkan model pembelajaran
problem baselearning (PBL) melalui lesson study pada keahlian bidang teknik
pemesinan.
B. Manfaat Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitain pengembangan yang direncanakan
selama tiga tahun berjalan, adapun tahun ini masuk dalam periode tahun awal
atau tahun pertamaPengembangan model pembelajaran SciDiPro dihasilkan
melalui kegiatan analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, dan evaluasi.
Diharapakan dalam analisis kebutuhan akan diperoleh dari observasi lapangan dan
sumber referensi. Perencanaan diharapakan dapat diperoleh dari observasi
lapangan dan diskusi. Pengembangan menjadi proses selnajutnya yang diharapkan
dapat diperoleh dari pembuata model pembelajaran dan membuat perangkat
penunjang. Evaluasi pembelajaran diperoleh dari uji coba internal dan eksternal.
Hasil kegiatan uji coba internal diharapkan dapat menjadi tolak ukur
kelayakan model pembelajaran SciDiPro dan kelayakan perangkat pendukung.
Hasil tersebut diharapkan dapat digunakan dalam pembelajaran teori dan
praktik.Hasil kegiatan uji coba eskternal diharapkan menjadi pilot project bagi
penerapan model dan perangkat pendukung. Model pembelajaran SciDiPro
diterapkan dalam kegiatan FGD. Perangkat pendukung diharapkan dapat
34
diterapkan pada implementasi pembelajaran teori dan praktik pada program
keahlian teknik pemesinan di SMK.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian pada tahun pertama ini terdiri dari beberapa jenis desain yang
digunakan. Desainn penelitian ini menghasilkan beberapa kegiatan penelitian.
Adapun secara lebih rinci kegiatan penelitian dijelaskan sebagaiberikut ini.
Tabel 4Kegiatan penelitian
No Kegiatan Penelitian Desain Penelitian1 Pelatihan Lesson Study Eksperimen2 Pengembangan perangkat pembelajaran
Lesson StudyResearch and Develop-ment (Richey & Klein)
3 Pengembangan perangkat Assesment forLearning menggunakan Lesson Study
Reseach and Develop-ment (Borg & Gall)
4 Penerapan model pembelajaran Problem BasedLearning
Penelitian TindakanKelas
B. Prosedur Penelitian
Penelitian ini secara umum ada 3 tahap yaitu: tahap penelitian
pendahuluan, tahap pengembangan, dan tahap evaluasi yang dilakukan setiap
tahun.Penjelasan tersebut tercantum pada diagram tulang ikan (fishbone diagram).
35
Gambar 7. Diagram pengembanganSciDiPro
Penelitian yang dilaksanakan tahun pertama diantaranya pelatihan lesson
Study, pengembangan perangkat pembelajaran lesson study, pengembangan
assesment for learning melalui lesson study dan penerapan model pembelajaran
PBL (Problem Based Learning). Design penelitian yang dilakukan diantaranya
penelitian eksperimen digunakan pada pelatihan lesson study, design
pengembangan R&D (Reseach & Development) digunakan pada pengembangan
perangkat pembelajaran lesson study dan Assesment for Learning; dan penelitian
tindakan kelas digunakan pada penerapan model pembelajaran PBL.
C. Subyek Penelitian Tahun Pertama
Responden yang akan dilibatkan dalam penelitian tahun pertama adalah
guru-guru dari SMK se kota Yogyakarta, Guru dan siswa SMK di Kabupaten
Sleman. Kegiatan yang dilakukan meliputi Kegiatan Pelatihan Lesson Study,
Pengem
bangan SciDiP
roM
elaluiLesson Study
PengembanganPembelajaran Scientific
PelatihanLesson Study
KontenAnalisis
Tahun IPengembangan Model
Pembelajaran SciDiPro
FGD
PengembanganPembelajaran PBL
Assessmentfor learning
Perluasan LokasiUji Efektivitas
ProdukPembelajaran
PBL 1
UjiEfektivitas 1
FGD
Tahun IIPengembangan ProdukPembelajaran SciDiPro
ProdukPembelajaranDiscovery 1
ProdukPembelajaranScientific 1
Tahun IIIDesiminasi & Evaluasi
DesiminasiPengembangan
Produk
UjiEfektivitas 2
ProdukPembelajaranScientific 2
ProdukPembelajaran
PBL 2
ProdukPembelajaranDiscovery2
36
Kegiatan FGD, serta kegiatan pengambilan data melalui penelitian pengembangan
dikelas dan penelitian tindakan kelas.
Penelitian tahun pertama ini dilaksanakan di SMK di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Adapun tempat dan waktu penelitian sebagai berikut.
Tabel 5Tempat dan waktu penelitian
No Judul Tempat Waktu1 Pelatihan Lesson Study SMKN 2 Yogyakarta
SMKN 3 YogyakartaSMK Muh 3 YogyakartaSMK Piri 1 YogyakartaSMK Islam Yogyakarta
Maret-April2015
2 Pengembangan PerangkatPembelajaran Lesson Study
SMK N 2 Depok April-Mei2015
3 FGD Lesson Study guru-guruSMK se kota Yogyakarta
LPPM UNY Juli 2015
4 Pengembangan PerangkatAssesment for Learningmenggunakan Lesson Study
SMKN 2 Depok Agustus-September2015
5 Penerapan ModelPembelajaran Problem BasedLearning
SMKN 1 Seyegan Agustus-September2015
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan beberapa teknik.
Teknik pengumpulan data yang digunakan diantaranya 1) penelitian pelatihan
lesson study teknik pengumpulan menggunakan teknik observasi, wawancara dan
angket; 2) penelitian pengembangan perangkat pembelajaran lesson study melalui
observasi, angket, test, wawancara, dan dokumentasi; 3) Penelitian pengembangan
Assesment for Learning menggunakan teknik observasi, wawancara dan angket;
4) penelitian penerapan model pembelajaran PBL dilakukan dengan menggunakan
teknik wawancara, observasi dan test.
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian pengembangan
SciDiPro melalui lesson study dalam tahun ke-1 menggunakanbeberapa instrumen
sebagai berikut.
37
Tabel 6Instrumen penelitian pada pengembangan SciDiPro
No Kegiatan Penelitian Instrumen Penelitian1 Pelatihan lesson study 1. Lembar wawancara
2. Kuisioner2 Pengembangan perangkat
pembelajaran lesson study1. Kuisionerdan lembar wawancara
untuk guru dan pengelola industri2. Kuisionervalidasi instrument3. Soal uraian4. Lembar observasi sikap dan
catatan anekdot sikap5. Kuisionerpenilaian diri6. Lembar observasi produk, unjuk
kerja dan laporan praktik7. Kuisionerpelaksanaan lesson Study8. Kuisionerrespon peserta didik dan
guru3 Pengembangan assesment for
learning1. Catatan anekdot dan dokumentasi
wawancara dan observasi di SMKdan Industri
2. Catatan anekdot FGD (FocusGroup Discusion)
3. Lembar validasi instrumen olehguru
4. Lembar validasi instrumen ahli5. Catatan anekdot kegiatan6. Kuisionerkolegialitas dan mutual
learning7. Kuisionerkeefektifan perangkat8. Kuisionerkeberfungsian perangkat
4 Penerapan model pembelajaranPBL
1. Lembar wawancara2. Lembar observasi3. Test
E. Teknik Analisis Data
1. Data Kuantitatif
Analisis kuantitif dilakukan pada hasil kuesioner, test, dan observasi.
Data kuantitatif diperoleh dari hasil penilaian pengetahuan, sikap, dan
keterampilan, respon guru dan observer, dan respon peserta didik. Semua data
yang mana menggunakan perhitungan yang berbeda-beda sesuai hasil yang
38
ingin dicapai. Perhitungan data kuantitatif menggunakan softwareMicrosoft
Office Excel 2007.
a. Analisis Butir Soal
Soal uraian yang dianalisis tingkat indeks daya pembeda (DP) dan
tingkat kesulitan butir soal. Indeks daya pembeda bertujuan untuk
mengetahui tingkat kepandaian peserta didik pada pengerjaan soal teori
pemesinan. Formula yang mengadopsi dari Zainal Arifin (2014: 133)
adalah berikut.= ………………………………………………….. 1.1
di mana:
DP = daya pembeda
= rata-rata kelompok atas
= rata-rata kelompok bawah
Skor maks = skor maksimum
Penilaian daya pembeda butir soal menggunakan kategori
penilaian. Adapun kategori yang digunakan adalah sebagai berikut.
0,40 ke atas = sangat baik
0,30 – 0,39 = baik
0,2 – 0,29 = cukup, soal perlu diperbaiki
0,19 ke bawah = kurang baik, soal harus dibuang
Soal uraian yang dianalisis tingkat kesulitan butir soal (p) bertujuan
untuk mengetahui tingkat kesulitan peserta didik pada pengerjaan soal
uraian teori ulir. Tingkat kesulitan soal menggunakan formula yang
berdasarkan Nitko & Brookhart (2007: 322-323). Formula yang digunakan
sebagai berikut.= ∑ ……………………………………………….……..… 1.2
di mana:
= tingkat kesulitan butir ke-i atau proporsi menjawab benar butir
ke-i∑ = jumlah skor butir ke-i yang dijawab oleh subyek
39
= skor maksimum
N = jumlah subyek
Penilaian tingkat kesulitan butir soal menggunakan kategori
penilaian. Adapun kategori yang digunakan adalah sebagai berikut.
p ≤ 0,30 = butir soal sulit
0,3 <p ≤ 0,70 = butir soal sedang
p> 0,70 = butir soal mudah
b. Pengkategorian
Data yang dinalisis dengan pengkategorian terdiri dari data
presentasi, kuisioner sikap belajar, work preparation (WP), unjuk kerja,
laporan praktik, respon guru dan observer, dan respon peserta
didik.Kriteria penilaian pada data pengkategorian ada yang menggunakan
skala likert dan rating scale dengan penamaan kriteria disesuaikan dengan
kedua pengkategorian tersebut.Skala likert yang digunakan kriteria adalah
sangatsetuju (4), setuju (3), kurang setuju (2), tidak setuju (1) dan sangat
baik (4), baik (3), kurang baik (2), tidak baik (1). Rating scale yang
digunakan kriteria adalah selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2), dan
tidak pernah (1).
Pengkategorian menggunakan formula pengkategorian. Data
formula pengkategorian mengadopsi dari Wagiran (2013: 337).
Pengkategorian dapat menggunakan kriteria skala likert dan skala
penilaian (rating scale). Berikut ini dijelaskan formula pengkategorian.
Tabel 7Data pengkategorian dengan 4 skala penilaian
Interval KriteriaX + 1,5 SBi < ≤ X + 3 SBi Sangat SetujuX < ≤ X + 1,5 SBi SetujuX − 1,5 SBi < ≤ X Kurang SetujuX − 3 SBi < ≤ X − 1,5 SBi Tidak Setuju
di mana:X /Mi = Rerata skor ideal = ½ (skor maksimal+skor minimal)
40
Sbi/SD = Simpangan baku skor ideal = 1/6 (Skor maksimal-skor minimal)
X = Skor aktual (skor yang dicapai)
Skor maksimal ideal = Σ butir kriteria x skor tertinggi
Skor minimal ideal = Σ butir kriteria x terendah
Hasil pengkategorian dapat dikonversikan menjadi nilai persentase
(%). Formula yang digunakan mengadopsi dari Grinnell (1988: 160).
Berikut ini penjelasan formula percentages of agreements.= 100 ..… 1.3
Analisis kuantitatif juga dilakukan pada perhitungan validitas isi
dan reliablitas. Validitas mengadopsi dari Aiken (1985) untuk mengetahui
validitas isi (content-validity coefficient). Perhitungan validitas isi dapat
dijelaskan pada formula sebagai berikut.= ∑[ ( )] …………………………………………………..……..….. 1.4
di mana:
s = r – lo
lo= Angka penilaian validitas yang terendah
c = Angka penilaian validitas yang tertinggi
r = Angka yang diberikan oleh seorang penilai
Hasil perhitungan validitas isi dikategorikan menggunakan kriteria
koefisien korelasi. Kriteria yang mengadopsi dari Zainal Arifin (2009)
dijelaskan pada tabel berikut ini.
Tabel 8Kriteria validitas
Koefisien Korelasi Tafsiran
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Sedang (Cukup)
0,21 – 0,40 Rendah
< 0,20 Sangat rendah
41
Reliabilitas menilai keajekan dari hasil validasi produk dan
instrumen oleh ahli. Validasi produk menggunakan 3 ahli dan validasi
instrumen menggunakan 2 ahli untuk menilai produk dan instrumen
pengembangan perangkat pembelajaran. Validasi produk menggunakan 3
ahli untuk menilai produk assessment forlearning. Kedua validasi yang
mana dihitung menggunakan ICC (Intraclass Correlation Coefficients)
menggunakan SPSS versi IBM 19. Hasil analisis menggunakan ICC
adalah mengetahui tingkat keajekan dalam menilai produk dan instrumen
dari ahli.
Menurut Feldt & Brennan batas bawah koefisien reliabilitas yang
digunakan untuk suatu tes yang baik yaitu sebesar 0,70 (Linn, 1989:
106).Rincian kriteria kualitas reliabilitas suatu instrumen juga dapat dilihat
berdasarkan ketentuan Altman (1991: 404) diantaranya sebagai berikut.
Less than 0.2 = Poor Agreement
0.20 to 0.40 = Fair Agreement
0.41 to 0.60 = Moderate Agreement
0.61 to 0.80 = Good Agreement
0.81 to 1.00 = Very Good Agreement
2. Data Kualitatif
Teknik analisis data kualitatif berdasarkan hasil wawancara, catatan
anekdot, dan penilaian diri. Data wawancara dihasilkan dari guru dan
pengelola industri. Data catatan anekdot diperoleh dari pengamatan observer
terhadap sikap belajar peserta didik. Data penilaian diri diperoleh dari hasil
kemjuan kerja peserta didik dalam pembelajaran praktik.
Tabel 9Data kualitatif dari wawancara, catatan anekdot, dan kemajuan kerja
No Analisis Data Hasil Analisis
1Deskripsifkualitatif
1. Data wawancara guru dan pengelola industri2. Data catatan anekdot dari aktivitas belajar
teori dan praktik peserta didik3. Data penilaian diri pada kemajuan kerja
praktik peserta didik
42
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Payung
Penelitian hibah pascasarjana ini dilakukan selama tiga tahun. Kegiatan
yang dilakukan pada tahun pertama adalah pengembangkan model pembelajaran
SciDiPro melalui lesson study. Pengembangan membutuhkan kajian literatur
terkait Kurikulum 2013, lesson studyserta praktik di SMK, memvalidasi
instrument penelitian pengembangan lesson study melalui para pakar,
menyelenggarakan FGD untuk membahas hasil revisi draf prosedur dan
instrument, melakukan ujicoba, merevisi prosedur dan instrument penelitian
pengembangan lesson study.
Hasil kajian terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013 terkait dengan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan seperti pendekatan sampai pada penilaian
diperoleh beberapa realitas dan permasalahan diantaranya antara lain:
1. Pelaksanaan Kurikulum 2013 tetap akan dilaksanakan disemua jenjang
pendidikan, meskipun saat ini masih dilaksanakan pada sekolah-sekolah
pilotproject (menteri pendidikan dalam Suara merdeka, JPNN.com,
Liputan6.com). Implementasi Kurikulum 2013 mempunyai beberapa
konsekuensi dalam pelaksanaannya yaitu pendekatan pembelajaran yang
dilaksanakan menggunakan saintifik (permendikbud No 103 Tahun 2014).
Fakta dilapangan terdapat permasalahan terkait dengan pelaksanaan
Kurikulum 2013 mulai dari kesulitan guru terhadap prosedur baru Kurikulum
2013, kegiatan pembelajaran saintifik yang harus dilakukan, sistem penilaian,
serta prasarana yang belum tercukupi (Suara merdeka, JPNN.com).
2. Hasil penelitian yang dilakukan Rivandra Rezani (Mahasiswa s2 PTK yang
terlibat dalam penelitian pascasarjana ini) menunjukan bahwa dalam
pelaksanaan Kurikulum 2013 guru dituntut agar dapat mengembangkan
profesionalitas baik secara mandiri maupun kelompok. Salah satu bentuk
meningkatkan profesionalitas guru dalam bekerjasama adalah melalui Lesson
Study. Hasil prasurvei menunjukan di Kota Yogyakarta belum dilakukan
43
pelatihan Lesson Study yang tentu menghambat profesionalitas guru. Oleh
karena itu dalam penelitian ini ditekankan pada pelatihan lesson study untuk
meningkatkan profesionalitas guru produktif SMK.
3. Hasil penelitian Haris Abizar (Mahasiswa S2 PTK yang terlibat dalam
penelitian hibah pascasarjana ini) menunjukan bahwa pelaksanakan
implementasi Kurikulum 2013 membawa pendekatan baru yaitu saintifik.
Dalam menunjang pelaksanaan pendekatan saintifikdibutuhkan perangkat
pembelajaran berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Produk silabus dan RPP dari proses perancangan sampai evaluasi dibutuhkan
kegiatan lesson study. Oleh karena itu, penelitian ini menekankan pada
pengembangan perangkat pembelajaran silabus dan RPP melalui kegiatan
lesson study.
4. Hasil Penelitian Endri Triwiyono (Mahasiswa S2 PTK yang terlibat dalam
penelitian hibah pascasarjana ini) menunjukan bahwa sejalan implementasi
kurikulum 2013, penilaian ditekankan pada penilaian proses dan juga hasil.
Tetapi dalam pelaksanaannya guru masih mengalami banyak kesulitan terkait
dengan penilaian kurikulum 2013. Oleh karena itu, solusi pemecahan
permasalahan diatas yaitu dengan mengembangkan perangkat dan cara
penilaian praktik produktif untuk mengatasi kesulitan guru. Dalam penelitian
ini dikembangkan perangkat Assesment for Learning dengan pendekatan
Lesson Study untuk mengatasi permasalahan yang ada.
5. Hasil penelitian Bernardus Agus Munadi (Mahasiswa S2 PTK yang terlibat
dalam penelitian hibah pascasarjana ini) menunjukan bahwa selain saintifik
pendekatan yang lain adalah problem based learning. Pendekatan problem
based learning tidak akanterlepas dari saintifik dalam Kurikulum 2013.
Problem based learning adalah sebuah implementasi yang lebih spesifik dari
pendeatan saintifik. Dalam penelitian ini akan dilaksanakan penerapan
problem based learning dalam pemebelajaran produktif sebagai bentuk secara
khusus dari pendekatan saintifik.
Dalam penelitian tahun pertama ini menghasilkan studi model
pembelajaran SciDiPro dengan diawali pelatihanlesson study di SMK, Silabus dan
44
RPP pembelajaran scientific menggunakan lesson study, perangkat assement for
learning menggunakan lesson study serta prosedur dan instrumen Problem based
learning di SMK. Model pembelajaran yang sudah dibuat dan sudah divalidasi
melalui Focuss Group Discussion (FGD) yang dilakukan antara tim peneliti
dengan guru-guru SMK Program Keahlian Teknik Pemesinan. Hasil FGD berupa
diagram model pembelajaran SciDiPro mengunakan lesson study untuk
menunjang Kurikulum 2013. Berikut ini gambar 8 adalah diagram model
pembelajaran SciDiPro menggunakan lesson study.
45
Gambar 8. Diagram model pembelajaran SciDiPro menggunakan lesson study
Pembelajaran Teknik PemesinanMelalui Lesson Study
1. Silabus Mata PelajaranPemesinan
2. RPP Kompetensi Keahlian
Sarana Pembelajaran Teoridan Praktik Instrumen Evaluasi
1.Silabus:a. Materi berdasarkan KI dan KDb.Kegiatan pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifikc. Penilaian autentik
2. RPP:a. Mengacu pada silabusb. Intergrasi KI, KD, dan Indikator
Pencapaian Kompetensic. Penjabaran langkah-langkah
pembelajaran (Pendekatan saintifik)d.Penggunaan metode, model, dan
media pembelajaran
Sarana Pembelajaran:1. Buku materi pelajaran2. Bengkel pemesinan3. Ruang shop talk4. Komputer setiap kelompok5. Media pembelajaran6. Buku referensi7. Work preparation (WP)8. Job sheet9. Benda kerja10. Mesin bubut dan peralatan
pendukung
Plan:Komponen
Pembelajaran
Do: IsiPembelajaran
Evaluasi:1. Expert review produk
dan instrumen2. Respon kegiatan lesson
study3. Penilaian pengetahuan4. Penilaian sikap5. Penilaian keterampilan6. Penilaian produk7. Respon pelaksanaan
pembelajaran
See: HasilPembelajaran
Peningkatan aktivitas belajarpada kompetensi teknik kejuruandalam ranah pengetahuan, sikap,
dan keterampilan
Analisis KebutuhanLesson Study di SMK
KompetensiPengetahuan
KompetensiSikap
KompetensiKeterampilan
Sasaran
TAHUNKE 1
TAHUNKE 2
TAHUNKE 3
46
Diagram 8 menunjukkan bentuk model pembelajaran SciDiPro
menggunakan lesson study pada program keahlian teknik pemesinan. Model
pembelajaran hasil dari kegiatan FGD dengan memasukkan unsur lesson study.
Ada 3 tahapan lesson study yaitu plan, do, dan see. Tahapan plan menghasilkan
rancangan pada komponen pembelajaran. Tahapan do menghasilkan isi
pembelajaran. Tahapan see menghasilkan hasil pembelajaran. Sasaran yang ingin
dicapai dari model pembelajaran ini adalah peningkatan aktivitas belajar teknik
pemesinan pada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sasaran ini sesuai
dengan kaidah lesson study yang menilai aktivitas belajar peserta didik.
Berdaasrkan model pembelajaran SciDiPro menggunakan lesson study terbagi 3
model pembelajaran selama 3 tahun. Penjelasan dari tiap-tiap model pembelajaran
selama 3 tahun sebagai berikut.
1. Deskripsi Tahun ke-1
Model pembelajaran SciDiPro pada tahun pertama menghasilkan tiga
konsep yaitu perangkat pembelajaran, sarana pembelajaran, dan instrumen
evaluasi. Perangkat pembelajaran yang pokok pada pembelajaran adalah
penyiapkan silabus dan RPP. Silabus dan RPP menggunakan pendekatan
saintifik pada materi teori dan praktik teknik pemesinan. Oleh karena itu,
pada bagian kegiatan pembelajaran dari silabus dan RPP menerangkan
langkah-langkah pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya,
mengumpulkan data/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan. Silabus menerapkan pendekatan saintifik secara umum
dan diperjelas pada bagian RPP pada setiap pertemuan. Isi dari silabus dan
RPP mengacu pada Kurikulum 2013. Isi silabus mengacu pada pedoman
Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah. RPP menggunakan pedoman dari Permendikbud
Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
Konsep yang berikutnya adalah sarana pembelajaran dan instrumen
evaluasi. Sarana pembelajaran yang dibutuhkan harus berkaitan dengan
lesson study. Kondisi bengkel, mesin dan peralatan pendukung, ruang
47
shoptalk (ruangan penyampaian materi sebelum praktik), media
pembelajaran, WP, job sheet, dan buku materi merupakan bagian dari sarana
pembelajaran. Namun, sarana pembelajaran pada tahun pertama hanya
sebagai sarana pendukung dari kegiatan lesson study. Instrumen evaluasi
yang mencakup pada penilaian aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan
pada materi teori dan praktik teknik pemesinan. Instrumen ini dikembangkan
dan divalidasi oleh ahli sehingga dapat diterapkan pada kegiatan lesson study.
Penerapan instrumen evaluasi di beberapa SMK tetapi hanya pada skala kecil.
Gambar 9. Diagram model pembelajaran pada tahun ke-1
TAHUN KE-1
1. Silabus Mata PelajaranPemesinan
2. RPP Kompetensi Keahlian
Sarana Pembelajaran Teoridan Praktik Instrumen Evaluasi
Plan (Perencanaan)
Do (Pelaksanaan)
1. Pengembangan Produk2. Penerapan Produk
1. PengembanganInstrumen
2. Penerapan Instrumen
See (Refleksi)
Aspek Pengetahuan Aspek Sikap Aspek Keterampilan
48
2. Deskripsi Model Pembelajaran Tahun ke-2
Penelitian pada tahun kedua menekankan pada pengembangan model
pembelajaran dan sarana pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran
mencakup pembelajaran discovery learning dan problem based learning
(PBL). Pengembangan ini menggunakan kegiatan lesson study. Hasil
pengembangan diterapkan pada skla kecil untuk mengethaui tingkat
efektivitas dari produk tersebut. Sasaran yang ingin dicapai adalah
peningkatan belajar peserta didik pada aspek pengetahun, sikap, dan
keterampilan.
Gambar 10. Diagram model pembelajaran pada tahun ke-2
TAHUN KE-2
PengembanganPembelajaran Discovery
Learning
Pengembangan SaranaPembelajaran
PengembanganPembelajaran ProblemBased Laerning (PBL)
Plan (Perencanaan)
Do (Pelaksanaan)
Efektivitas PembelajaranDiscovery Learning
Efektivitas PembelajaranProblem Based Laerning
See (Refleksi)
Aspek Pengetahuan Aspek Sikap Aspek Keterampilan
Efektivitas PenggunaanSarana Pembelajaran
49
3. Deskripsi Model Pembelajaran Tahun ke-3
Penelitian pada tahun ketiga menekankan pada pengembangan
evaluasi dan penerapan scientific, discovery dan PBL secara luas.
Pengembangan evaluasi model pembelajaran SciDiPro bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana peningkatan model pembelajaran diterapkan pada
skala luas. Pengembangan juga menunjang dari penerapan scientific,
discovery, dan PBL pada SMK teknik pemesinan secara luas. SMK yang
dijadikan tempat penelitian bisa 5-7 SMK, sehingga model pembelajaran
semakin layak diterapkan pada pembelajaran teori dan praktik program
keahlian teknik pemesinan. Sasaran yang ingin dicapai adalah peningkatan
belajar peserta didik pada aspek pengetahun, sikap, dan keterampilan.
Gambar 11. Diagram model pembelajaran pada 3 tahun ke-3
TAHUN KE-3
RancanganPenerapanScientific, Discovery, dan
PBL
RancanganPenggunaanSarana Pembelajaran
Pengembangan EvaluasiModel Pembelajaran
Plan (Perencanaan)
Do (Pelaksanaan)
Efektivitas PembelajaranScientific, Discovery, dan PBL
EfektivitasEvaluasi ModelPembelajaran
See (Refleksi)
Aspek Pengetahuan Aspek Sikap Aspek Keterampilan
Efektivitas PenggunaanSarana Pembelajaran
50
B. Hasil Penelitian Anak Payung
1. RIVANDRA REZANI: Pengaruh Pelatihan Lesson Study terhadap
Kompetensi Pedagogik, Motivasi Mengajar, dan Kesiapan Mengajar
Guru SMK di Kota Yogyakarta dalam Implementasi Pembelajaran
dengan Pendekatan Saintifik
a. Deskripsi Tahapan Penelitian
Penelitian yang menitikberatkan pada sosialisasi kegiatan lesson
study pada guru SMK se-Kota Yogyakarta. Sosialisasi yang berbentuk
pelatihan lesson study kepada guru SMK program keahlianTeknik
Pemesinan. Kegiatan penelitian pada pelatihan lesson study terdapat
beberapa tahapan yang dilakukan sebagai berikut:
1) Prasurvei di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Bidang Pendidikan
Menengah. Kegiatan prasurvei menghasilkan informasi mengenai
sasaran terkait dengan pelatihan lesson study yang pernah
diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Hasil
prasurvei tersebut didapatkan informasi bahwa Dinas Pendidikan
Kota Yogyakarta belum pernah mengadakan pelatihan lesson study
kepada guru SMK mata pelajaran profuktif khususnya bidang
keahlian teknik pemesinan, hanya yang sudah pada mata pelajaran
adaptif dan normatif.
2) Prasurvei di 5 SMK Kota Yogyakarta yang mempunyai program
keahlian teknik pemesinan dengan rincian sekolah sebagai berikut:
Tabel 10Daftar 5 SMK di Kota Yogyakarta yang Mempunyai
Program Keahlian Teknik PemesinanNo. Nama Sekolah1 SMK Negeri 2 Yogyakarta2 SMK Negeri 3 Yogyakarta3 SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta4 SMK PIRI 1 Yogyakarta5 SMK Islam Yogyakarta
51
3) Menyusun kisi-kisi instrumen. Instrumen yang terdiri dari 3 angket
yaitu angket kompetensi pedagogik guru, angket motivasi mengajar
guru, dan angket kesiapan mengajar guru. Ketiga angket sebelum
dibuat, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi. Hasil kisi-kisi angket adalah
angket kompetensi pedagogik guru terdiri dari 10 indikator. Kisi-kisi
angket motivasi mengajar guru terdiri dari 8 indikator. Kisi-kisi
angket kesiapan mengajar guru terdiri dari 3 indikator.
4) Menyusun instrumen penelitian. Hasil angket kompetensi pedagogik
guru terdiri dari 10 indikator yang dijabarkan menjadi 35 butir
pernyataan. Angket motivasi mengajar guru terdiri dari 8 indikator
yang dijabarkan menjadi 30 butir pernyataan. Angket kesiapan
mengajar guru terdiri dari 3 indikator yang dijabarkan menjadi 20
butir pernyataan.
5) Pengujian validitas konstruk terhadap 3 angket yang divalidasi oleh
Prof. Dr. Herminarto Sofyan, Prof. Dr. Thomas Sukardi, dan Prof.
Dr. Sudji Munadi.
6) Uji coba instrumendengan mengkonsultasikan instrumen penelitian
dengan ahli setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang
diukur berdasarkan teori.
7) Pengujian validitas isi dengan menggunakan bantuan program SPSS
19. Berdasarkan hasil pengujian validitas pada angket kompetensi
pedagogik guru didapatkan hasil bahwa terdapat satu butir yang
gugur sehingga angket kompetensi guru untuk penelitian terdiri dari
34 butir. Sementara itu hasil pengujian validitas pada angket motivasi
mengajar guru didapatkan hasil bahwa terdapat 8 butir yang gugur
sehingga angket motivasi mengajar guru untuk penelitian terdiri dari
22 butir. Sedangkan untuk hasil pengujian validitas pada angket
kesiapan mengajar guru didapatkan hasil bahwa terdapat 1 butir yang
gugur sehingga angket kesiapan mengajar guru untuk penelitian
terdiri dari 19 butir.
52
8) Pengujian reliabilitas instrumen. Berdasarkan hasil pengujian
reliabilitas instrumen untuk ketiga angket, dihasilkan angket
kompetensi pedagogik guru, angket motivasi mengajar guru, dan
angket kesiapan mengajar guru terletak di antara 0,70-0,90
(reliabilitas tinggi). Hal ini mengacu pada kriteria koefisien
reliabilitas menurut Guilford dalam Ruseffendi (1994: 144),
reliabilitas dikatakan tinggi apabila terletak di antara 0,70-0,90.
9) Persiapan pelaksanaan pelatihan lesson study. Persiapan dengan
mengadakan sosialisasi lesson study yang diisi oleh narasumber Dr.
Widarto dan Dr. Paidi. Ada 5 SMK di Kota Yogyakarta yang
mempunyai Program Keahlian Teknik Pemesinan yang mengikuti
pelatihan lesson study pada tanggal 13-14 Maret 2015. Pemilihan
guru yang mengikuti lesson study menggunakan teknik sampling
dengan proportional random sampling. Penggunaan teknik sampling
karenadisesuaikan dengan kondisi di sekolah.
10) Pelaksanaan pelatihan lesson study.Pelaksanaan pelatihan lesson
study dilaksanakan selama 2 hari di Fakultas Teknik Universitas
Negeri adalah pengisian angket pretest untuk mengetahui kompetensi
pedagogik, motivasi mengajar, dan kesiapan mengajar guru sebelum
diberikan pelatihan lesson study dan pemberian materi tentang lesson
study oleh narasumber yakni Dr. Widarto dan Dr. Paidi. Kegiatan ini
meliputi pemaparan materi dari narasumber dan tanya jawab terkait
kegiatan lesson study sebelum peserta pelatihan melakukan simulasi
kegiatan lesson study pada hari kedua.Kegiatan pelatihan di hari
kedua (tanggal 14 Maret 2015) yakni simulasi kegiatan lesson study
berdasarkan materi yang didapat pada hari pertama yang dilakukan
oleh guru program keahlian Teknik Pemesinan. Simulasi diawali dari
kegiatan plandengan mengkondisikan guru yang ditunjuk sebagai
model dan pengamat (observer) untuk secara bersama-sama
menganalisis permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran
seperti materi pembelajaran, menentukan metode pembelajaran yang
53
tepat agar lebih efektif dan efisien, serta mensiasati kekurangan
fasilitas pembelajaran. Kegiatan pelaksanaan (do) dimaksudkan untuk
menerapkan rancangan pembelajaran yang telah direncanakan serta
guru yang ditunjuk menjadi guru model dan pengamat (observer)
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Guru bersama-sama mengkondisikan/mengatur posisi tempat duduk
guru yang bertindak sebagai peserta didik (dibuat kelompok dengan
anggota berjumlah 4 – 6 peserta didik, namun disarankan jumlah
peserta didik per kelompok sebanyak 4 peserta didik). Guru model
bernama Wagiman Ibnu Arifin, M.T. melaksanakan pembelajarandi
mana peserta didik berdiskusi menggunakan model pembelajaran
discovery learning. Tahapan lesson study yang terakhir adalah
refleksi (see). Tahapan ini dimaksudkan untuk menemukan kelebihan
dan kekurangan pada saat pelaksanaan pembelajaran (do) agar dapat
ditemukan solusi yang baik untuk pembelajaran selanjutnya. Setelah
kegiatan simulasi lesson study di hari kedua selesai, tahap selanjutnya
yakni pemberian angket posttest untuk mengetahui kompetensi
pedagogik dan kesiapan mengajar guru sesudah mendapatkan
pelatihan lesson study.
11) Monitoring pascapelatihan lesson study. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan guru dalam membuat
RPP sesudah mendapatkan lesson study sekaligus pengisian angket
motivasi mengajar guru.
b. Deskripsi Data Pretest dan Posttest Variabel Kompetensi Pedagogik Guru
Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal guru pada
kompetensi pedagogik. Hasil analisis data dari pretest pada kompetensi
pedagogik guru disajikan padatabel berikut ini.
54
Tabel 11Hasil analisis data pretest kompetensi pedagogik guru
Jumlah Guru 20
Nilai Minimum 74
Nilai Maksimum 111
Rata-Rata 94,65
Standar Deviasi 9,45
Sementara itu posttest dilakukan untuk mengetahui kemampuan
akhir guru kaitannya dengan kompetensi pedagogik sesudah diberikan
perlakuan (treatment).Berikut ini adalah nilai posttest kompetensi
pedagogik guru sesudah diberikan perlakuan (treatment) yang disajikan
pada tabelberikut ini.
Tabel 12Hasil analisis data posttest kompetensi pedagogik guru
Jumlah Guru 20
Nilai Minimum 94
Nilai Maksimum 136
Rata-Rata 107,25
Standar Deviasi 9,20
Setelah didapatkan data mengenai rata-rata pretest dan posttest
kompetensi pedagogik guru, maka dapat diketahui perbandingan rata-
ratanya seperti yang disajikan dalam gambar berikut ini.
55
Gambar 12.Perbandingan rata-rata pretest dan posttestkompetensi pedagogik guru
Gambar 12 di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kompetensi pedagogik guru sesudah diberikan pelatihan lesson study.
Berdasarkan tabel menunjukkan rata-rata nilai pretest sebesar 94,65 dan
rata-rata nilai posttest sebesar 107,25 sehingga mengalami peningkatan
nilai sebesar 12,6. Apabila, dikonversikan ke nilai persentasi maka nilai
kompetensi pedagogik guru mengalami peningkatan sebesar 13,31%
sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study.
c. Uji Normalitas dan Homogenitas Data Pretest dan Posttest Variabel
Kompetensi Pedagogik Guru
Uji normalitas dan homogenitas data dilakukan dengan bantuan
program SPSS 19. Kriteria uji normalitas dan homogenitas data pretest
dan posttest variabel kompetensi pedagogik guru yaitu jika nilai Sig. >
taraf signifikansi (α = 0,05), maka data berdistribusi normal dan
homogen. Berikut hasil uji normalitas dan homogenitas data pretest dan
posttest variabel kompetensi pedagogik guru.
94.65
107.25
88
90
92
94
96
98
100
102
104
106
108
110
Data
Rata
-Rat
aKo
mpe
tens
i Ped
agog
ik G
uru
Pretest
Posttest
56
Tabel 13Hasil uji normalitas data pretest dan posttest
variabel kompetensi pedagogik guru
DataSig.
(2-tailed)Tanda
Taraf
SignifikansiKriteria
Pretest 0,804 > 0,05 Berdistribusi Normal
Posttest 0,013 < 0,05 Tidak Berdistribusi Normal
Berdasarkan Tabel 13 di atas diketahui bahwa untuk data pretest
nilai Sig. (2-tailed) lebih besar dari taraf signifikansi (0,804 > 0,05),
sedangkan untuk data posttest nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil dari taraf
signifikansi (0,013 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa data pretest
berdistribusi normal dan data posttest tidak berdistribusi normal.
Tabel 14Hasil uji homogenitas data pretest dan posttest
variabel kompetensi pedagogik guru
DataSig.
(2-tailed)Tanda
Taraf
SignifikansiKeterangan
Pretest dan Posttest 0,804 > 0,05 Homogen
Berdasarkan Tabel 14 di atas didapat nilai Sig. (2-tailed) lebih
besar dari taraf signifikansi (0, 804 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa
data pretest dan posttest variabel kompetensi pedagogik guru adalah
homogen.
d. Deskripsi Data Pretest dan Posttest Variabel Motivasi Mengajar Guru
Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal guru
kaitannya dengan motivasi mengajar sebelum diberikan perlakuan
(treatment). Hasil dari analisis data disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 15Hasil analisis data pretest motivasi mengajar guru
Jumlah Guru 20Nilai Minimum 35Nilai Maksimum 65Rata-Rata 48,3Standar Deviasi 8,37
57
Sementara itu posttest dilakukan untuk mengetahui kemampuan
akhir guru kaitannya dengan motivasi mengajar sesudah diberikan
perlakuan (treatment).Berikut ini adalah nilai posttest motivasi mengajar
guru sesudah diberikan perlakuan (treatment) yang disajikan dalam tabel
berikut ini.
Tabel 16Hasil analisis data posttest motivasi mengajar guru
Jumlah Guru 20Nilai Minimum 32Nilai Maksimum 65Rata-Rata 51,7Standar Deviasi 8,65
Setelah didapatkan data mengenai rata-rata pretest dan posttest
motivasi mengajar guru, maka dapat diketahui perbandingan rata-ratanya
seperti yang disajikan dalam gambar berikut ini.
Gambar13.Perbandingan rata-rata pretest danposttestmotivasi mengajar guru
Hasil perbandingan nilai pretest dan posttest diperoleh rata-rata
nilai pretest sebesar 48,3 dan rata-rata nilai posttest sebesar 51,7. Hasil
tersebut terjadi peningkatan sebesar3,4. Apabila dikonversikan ke nilai
persentasi terjadi peningkatan sebesar 7,03% sesudah dilaksanakannya
pelatihan lesson study.
48.3
51.7
46
47
48
49
50
51
52
Data
Rata
-Rat
a M
otiv
asi M
enga
jar G
uru
Pretest
Posttest
58
e. Uji Normalitas dan Homogenitas Data Pretest dan Posttest Variabel
Motivasi Mengajar Guru
Uji normalitas dan homogenitas data dilakukan dengan bantuan
program statistik SPSS 19. Kriteria uji normalitas dan homogenitas data
pretest dan posttest variabel motivasi mengajar guru yaitu jika nilai Sig. >
taraf signifikansi (α = 0,05), maka data berdistribusi normal dan
homogen. Berikut hasil uji normalitas dan homogenitas dan homogenitas
data pretest dan posttest variabel motivasi mengajar guru.
Tabel 17Hasil uji normalitas data pretest dan posttest variabel motivasi mengajar guru
DataSig.
(2-tailed) TandaTaraf
Signifikansi Kriteria
Pretest 0,622 > 0,05 Berdistribusi NormalPosttest 0,156 > 0,05 Berdistribusi Normal
Berdasarkan Tabel 17 di atas diketahui bahwa untuk data pretest
nilai Sig. (2-tailed) lebih besar dari taraf signifikansi (0,622 > 0,05),
untuk data posttest nilai Sig. (2-tailed) juga lebih besar dari taraf
signifikansi (0,156 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa data pretest dan
posttest berdistribusi normal.
Tabel 18Hasil uji homogenitas data pretest dan posttest
variabel motivasi mengajar guru
DataSig.
(2-tailed)Tanda
Taraf
SignifikansiKeterangan
Pretest dan Posttest 0,840 > 0,05 Homogen
Berdasarkan Tabel 18 di atas didapat nilai Sig. (2-tailed) lebih
besar dari taraf signifikansi (0,840 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa data
pretest dan posttest variabel motivasi mengajar guru adalah homogen.
59
f. Deskripsi Data Pretest dan Posttest Variabel Kesiapan Mengajar Guru
Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal guru
kaitannya dengan kesiapan mengajar sebelum diberikan perlakuan
(treatment).Hasil dari analisis data disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 19Hasil analisis data pretest kesiapan mengajar guru
Jumlah Guru 20
Nilai Minimum 49
Nilai Maksimum 76
Rata-Rata 59,2
Standar Deviasi 5,95
Berdasarkan Tabel 19 di atas diketahui bahwa sebelum diberikan
perlakuan (treatment) kemampuan awal 20 guru kaitannya dengan
kesiapan mengajar memiliki nilai minimum sebesar 49, nilai maksimum
sebesar 76, rata-rata sebesar 59,2 dan standar deviasi sebesar 5,95.
Sementara itu posttest dilakukan untuk mengetahui kemampuan
akhir guru kaitannya dengan kesiapan mengajar sesudah diberikan
perlakuan (treatment).Berikut ini adalah nilai posttest kesiapan mengajar
guru sesudah diberikan perlakuan (treatment) yang disajikan dalam tabel
berikut ini.
Tabel 20Hasil analisis data posttest kesiapan mengajar guru
Jumlah Guru 20
Nilai Minimum 57
Nilai Maksimum 76
Rata-Rata 67
Standar Deviasi 6,73
Setelah didapatkan data mengenai rata-rata pretest dan posttest
kesiapan mengajar guru, maka dapat diketahui perbandingan rata-ratanya
seperti yang disajikan dalam gambar berikut ini.
60
Gambar 14.Perbandingan rata-rata pretest danposttestkesiapan mengajar guru
Nilai pretest dan posttest diperoleh rata-rata nilai pretest sebesar
59,2 dan rata-rata nilai posttest sebesar 67. Perbandingan ini
menghasilkan peningkatan sebesar 7,8. Apabila dikonversikan ke nilai
persentasi maka diperoleh peningkatan sebesar 13,17% sesudah
dilaksanakannya pelatihan lesson study.
g. Uji Normalitas dan Homogenitas Data Pretest dan Posttest Variabel
Kesiapan Mengajar Guru
Uji normalitas dan homogenitas data dilakukan dengan bantuan
program statistik SPSS 19. Kriteria uji normalitas dan homogenitas data
pretest dan posttest variabel kompetensi pedagogik guru yaitu jika nilai
Sig. > taraf signifikansi (α = 0,05), maka data berdistribusi normal dan
homogen. Berikut hasil uji normalitas dan homogenitas data pretest dan
posttest variabel kesiapan mengajar guru.
Tabel 21Hasil uji normalitas data pretest dan posttest variabel kesiapan mengajar guru
DataSig.
(2-tailed) TandaTaraf
Signifikansi Kriteria
Pretest 0,020 < 0,05 Tidak Berdistribusi NormalPosttest 0,054 > 0,05 Berdistribusi Normal
59.2
67
54
56
58
60
62
64
66
68
Data
Rata
-Rat
a Ke
siapa
n M
enga
jar G
uru
Pretest
Posttest
61
Berdasarkan Tabel 21 di atas diketahui bahwa untuk data pretest
nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil dari taraf signifikansi (0,020 < 0,05),
sedangkan untuk data posttest nilai Sig. (2-tailed) lebih besar dari taraf
signifikansi (0,054 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa data pretest tidak
berdistribusi normal dan data posttest berdistribusi normal.
Tabel 22Hasil uji homogenitas data pretest dan posttest
variabel kesiapan mengajar guru
DataSig.
(2-tailed)Tanda
Taraf
SignifikansiKeterangan
Pretest dan Posttest 0,148 > 0,05 Homogen
Berdasarkan Tabel 22 di atas didapat nilai Sig. (2-tailed) lebih
besar dari taraf signifikansi (0,148 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa data
pretest dan posttest variabel kesiapan mengajar guru adalah homogen.
h. Hasil Uji Hipotesis Penerapan Pelatihan Lesson Study
1) Variabel Kompetensi Pedagogik Guru
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya peningkatan kompetensi pedagogik guru sesudah
mendapatkan pelatihan lesson study. Dari hasil uji normalitas
diketahui bahwa data pretest berdistribusi normal, sedangkan untuk
data posttest tidak berdistribusi normal. Karena dari hasil uji
normalitas terdapat salah satu data yang menunjukkan tidak
berdistribusi normal, maka tidak memenuhi syarat untuk dilakukan
pengujian hipotesis menggunakan statistik parametrik walaupun dari
hasil uji homogenitas menunjukkan data homogen. Maka dari itu
untuk menguji hipotesis variabel kompetensi pedagogik guru dalam
penelitian ini menggunakan statistik nonparametrik dengan Wilcoxon
Signed Ranks Test.Hal ini didasarkan pada gambar yang dijelaskan
oleh Singgih Santoso (2014: 5).
62
Gambar 15. Pedoman penggunaan statistik parametrik dan nonparametrik 1(Sumber: Singgih Santoso, 2014: 5)
Hasil pengujian hipotesis menggunakan Wilcoxon Signed Ranks
Testuntuk variabel kompetensi pedagogik guruadalah sebagai berikut.
Tabel 23Hasil pengujian hipotesis variabel kompetensi pedagogik guru
Data T hitung Tanda T tabel KeteranganPretest dan
Posttest0 < 52
Ho Ditolak danHa Diterima
Berdasarkan Tabel 23 di atas didapat nilai T hitung lebih
kecil dari T tabel (0 < 52). Dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan
yang signifikan kompetensi pedagogik guru sesudah mendapatkan
pelatihan lesson study.
2) Variabel Motivasi Mengajar Guru
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya peningkatan motivasi mengajar guru sesudah mendapatkan
63
pelatihan lesson study. Hasil uji normalitas diketahui bahwa data
pretest dan posttest berdistribusi normal karena dari hasil uji
normalitas menunjukkan bahwa kedua data berdistribusi normal dan
homogen, maka memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian
hipotesis menggunakan statistik parametrik. Maka dari itu untuk
menguji hipotesis variabel motivasi mengajar guru dalam penelitian
ini menggunakan statistik parametrik dengan Paired-Samples T Test.
Hal ini didasarkan pada gambar yang dijelaskan oleh Singgih Santoso
(2014: 5).
Gambar 16. Pedoman penggunaan statistik parametrik dan nonparametrik 2(Sumber: Singgih Santoso, 2014: 5)
Berikut ini adalah hasil pengujian hipotesis menggunakan Paired-
Samples T Test untuk variabel motivasi mengajar guru.
64
Tabel 24Hasil pengujian hipotesis variabel motivasi mengajar guru
DataSig.
(2-tailed)Tanda
TarafSignifikansi
Keterangan
Pretest danPosttest
0,044 < 0,05Ho Ditolak dan
Ha Diterima
Berdasarkan Tabel 24 didapat nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil
dari taraf signifikansi (0,044 < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa ada
peningkatan yang signifikan motivasi mengajar guru sesudah
mendapatkan pelatihan lesson study.
3) Variabel Kesiapan Mengajar Guru
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya peningkatan kesiapan mengajar guru sesudah mendapatkan
pelatihan lesson study. Hasil uji normalitas diketahui bahwa data
pretest tidak berdistribusi normal, sedangkan data posttest
berdistribusi normal. Hasiluji normalitas terdapat salah satu data yang
menunjukkan tidak berdistribusi normal, maka tidak memenuhi
syarat dilakukan pengujian hipotesis menggunakan statistik
parametrik walaupun hasil uji homogenitas menunjukkan data
homogen. Maka untuk menguji hipotesis variabel kesiapan mengajar
guru pada penelitian ini menggunakan statistik nonparametrik dengan
Wilcoxon Signed Ranks Test.Hal ini didasarkan pada gambar yang
dijelaskan oleh Singgih Santoso (2014: 5).
65
Gambar17. Pedoman penggunaan statistik parametrik dan nonparametrik 3(Sumber: Singgih Santoso, 2014: 5)
Berikut ini adalah hasil pengujian hipotesis menggunakan Wilcoxon
Signed Ranks Testuntuk variabel kesiapan mengajar guru.
Tabel 25Hasil pengujian hipotesis variabel kesiapan mengajar guru
Data T hitung Tanda T tabel Keterangan
Pretest dan
Posttest0 < 52
Ho Ditolak dan
Ha Diterima
Berdasarkan Tabel 25 di atas didapat nilai T hitung lebih
kecil dari T tabel (0 < 52). Dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan
yang signifikan kesiapan mengajar guru sesudah mendapatkan
pelatihan lesson study.
66
i. Pembahasan Pelatihan Lesson Study kepada Guru SMK Teknik
Pemesinan
Pengaruh pelatihan lesson study terhadap kompetensi pedagogik,
motivasi mengajar, dan kesiapan mengajar guru dapat dilakukan dengan
mengolah data penelitian yang selanjutnya didapatkan hasil pengujian
hipotesis. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dapat dijabarkan
sebagai berikut.
Hipotesis pertama menggunakan analisis Wilcoxon Signed Ranks
Test19 yang diperoleh kesimpulan bahwa ada peningkatan yang
signifikan kompetensi pedagogik guru sesudah mendapatkan pelatihan
lesson study. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata nilai
sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study. Jika dilihat dari
perolehan nilai pretest dan nilai posttest dari 20 guru tidak menunjukkan
adanya penurunan nilai posttest sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson
study. Itu artinya terjadi peningkatan kompetensi pedagogik dari 20 guru
sesudah mendapatkan pelatihan lesson study.
Peningkatan kompetensi pedagogik 20 guru dipengaruhi oleh efek
pemberian pelatihan lesson study ditinjau dari angket kompetensi
pedagogik guru yang menunjukkan hasil posttest yang lebih baik dari
hasil pretest. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil RPP yang dibuat oleh
guru sesudah mengikuti pelatihan lesson study di mana menunjukkan
adanya peningkatan dibanding dengan sebelum mendapatkan lesson
study.
Hipotesis kedua yang menggunakan analisis Paired-Samples T
Test diperoleh kesimpulan bahwa ada peningkatan yang signifikan
motivasi mengajar guru sesudah mendapatkan pelatihan lesson study.
Hasil peningkatan rata-rata nilai pretest dan posttest dari 48,3 menjadi
51,7. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan sebesar 7,03%
sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study. Jika dilihat dari
perolehan nilai pretest dan nilai posttest dari 20 guru dihasilkan sebanyak
15 guru terjadi peningkatan motivasi mengajar sesudah mendapatkan
67
pelatihan lesson study. Hal ini dipengaruhi oleh efek pemberian pelatihan
lesson study di mana guru lebih termotivasi dalam mengajar karena belum
banyak guru khususnya guru Teknik Pemesinan 5 SMK di Kota
Yogyakarta yang mengimplementasikan lesson study dalam pembelajaran
karena memang belum ada yang pernah mendapatkan pelatihan lesson
study selain guru yang menjadi sampel penelitian.
Sementara itu terdapat 2 guru yang menunjukkan bahwa tidak
adanya perbedaan antara nilai pretest dan nilai posttest sesudah
dilaksanakannya pelatihan lesson study. Itu artinya tidak terjadi
peningkatan dan penurunan motivasi mengajar pada guru tersebut sesudah
mendapatkan pelatihan lesson study. Selain itu juga terdapat 3 guru yang
menunjukkan bahwa adanya penurunan nilai posttest sesudah
dilaksanakannya pelatihan lesson study. Itu artinya terjadi penurunan
motivasi mengajar pada guru tersebut sesudah mendapatkan pelatihan
lesson study.
Kelima guru yang motivasi mengajarnya tidak meningkat dapat
disebabkan karena kegiatan lesson study menuntut guru untuk
berkolaboratif dalam melaksanakan pembelajaran, hal ini menjadi kendala
ketika suatu sekolah hanya memiliki guru yang sangat terbatas. Selain itu
karena kegiatan lesson study tidak hanya dilakukan dalam satu siklus saja,
hal ini juga menjadi kendala terkait dengan waktu mengingat guru
disibukkan dengan beban mengajar yang sangat padat sehingga tidak
memungkinkan untuk dilaksanakannya kegiatan lesson study.
Hipotesis ketiga menggunakan analisis Wilcoxon Signed Ranks
Testdiperoleh kesimpulan bahwa ada peningkatan yang signifikan
kesiapan mengajar guru sesudah mendapatkan pelatihan lesson study. Hal
ini dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata nilai setelah dilakukan
pelatihan lesson study. Jika dilihat dari perolehan nilai pretest dan nilai
posttest dari total 20 guru sebanyak 17 guru terjadi peningkatan kesiapan
mengajar 17 guru sesudah mendapatkan pelatihan lesson study.
Peningkatan kesiapan mengajar guru dipengaruhi oleh peningkatan
68
kompetensi pedagogik guru di mana guru menjadi lebih siap dalam
mengajar karena kompetensi pedagogiknya meningkat ditinjau dari
kemampuan dalam menyusun RPP. Hal ini menunjukkan kematangan
mempengaruhi proses kesiapan seseorang. Kematangan yang dimaksud
berkaitan dengan peningkatan kompetensi pedagogik guru sesudah
dilaksanakannya pelatihan lesson study.
Sementara itu terdapat 3 guru yang menunjukkan bahwa tidak
adanya perbedaan antara nilai pretest dan nilai posttest sesudah
dilaksanakannya pelatihan lesson study. Itu artinya tidak terjadi
peningkatan dan penurunan kesiapan mengajar pada guru tersebut
sesudah mendapatkan pelatihan lesson study. Hal ini dapat dipengaruhi
oleh tingkat kesiapan dari guru tersebut, walaupun dari segi kompetensi
pedagogiknya sudah menunjukkan peningkatan.
3. HARIS ABIZAR: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Lesson Study
pada Paket Keahlian Teknik Pemesinan di SMK
a. Deskripsi Pengembangan Silabus dan RPP
Pengembangan perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus
dan RPPlesson study menggunakan jenis R & D dari Richey & Klein
(2010: 1). Kategori pengembangan yang digunakan adalah penelitian
pengembangan produk (product development research). Pemilihan
kategori sesuai dengan penelitian dan pengembangan yang dihasilkan
yaitu produk silabus dan RPPlesson study pada mata pelajaran praktik
pemesinan bubut. Pengembangan silabus dan RPPlesson study
menggunakan tahapan analisis (analysis), perancangan (design),
pengembangan (development), dan evaluasi (evaluation). Silabus yang
dikembangkan adalah mata pelajaran praktik pemesinan bubut kelas XI
semester genap, sedangkan RPP yang dikembangkan adalah mata
pelajaran praktik pemesinan bubut pada kompetensi praktik pembubutan
ulir metrik (gerakan ulir ke kanan) dan withworth (gerakan ulir ke kiri).
69
Keempat tahapan pengembangan produk menghasilkan beberapa
langkah pembuatan silabus dan RPP lesson study. Tahapan analisis
mengumpulkan berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan pembelajaran,
khususnya pada rancangan pembelajaran praktik pemesinan bubut.
Kebutuhan rancangan produk dengan pemberian angket dan melakukan
wawancara kepada guru program keahlian teknik pemesinan dan
pengelola industri. Tahapan perancangan dilakukan berdasarkan analisis
kebutuhan. Hasil parancangan berupa rancangan perangkat pembelajaran
silabus dan RPP lesson study. Rancangan diperoleh dari pemberian
angket dan wawancara kepada perwakilan guru program keahlian teknik
pemesinan dan pengelola industri. Obyek yang dijadikan penelitian untuk
memperoleh data analisis kebutuhan dan perancangan adalah 2 guru
teknik pemesinan SMK Negeri 2 Depok, Sleman bernama Pak Sriyana,
S.Pd. dan Pak Subandi, M.Eng. dan 2 pengelola industri bernama Pak
Gunawan selaku HRD PT. Mega Andalan Kalasan dan Pak Andriand Nur
Hidayat, S.T. selaku Owner/Pimpinan Jasatec Yogyakarta.
Tahapan berikutnya adalah pengembangan. Tahapan ini
dihasilkan silabus mata pelajaran praktik pemesinan bubut dan RPP pada
kompetensi praktik pembubutan ulir metrik (gerakan ulir ke kanan) dan
withworth (gerakan ulir ke kiri). Pembuatan silabus mengacu pada
Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah. Pembuatan RPP mengacu pada Permendikbud
nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah. Hasil produk dilanjutkan pada tahapan evaluasi.
Tahapan evaluasi ini mencakup validasi produk dan instrumen, respon
guru dan observer, penilaian efektivitas pada penggunaan produk, dan
respon peserta didik. Validasi produk divalidasi oleh 3 guru program
keahlian teknik pemesinan dan validasi instrumen divalidasi oleh 2 dosen
jurusan pendidikan teknik pemesinan. Pelaksanaan kegiatan lesson study
dievaluasi dengan mengisi angket yang dilakukan oleh guru dan observer.
Efektivitas penggunaan produk berdasarkan hasil belajar peserta didik
70
pada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pelaksanaan
pembelajaran dinilai oleh peserta didik dengan mengisi angket.
b. Implementasi Lesson Study
Produk dan instrumen yang sudah divalidasi oleh guru dan dosen
berarti sudah layak untuk digunakan dalam pembelajaran. Penerapan
produk dan instrumen dilakukan pada uji terbatas dengan sampel 30
peserta didik kelas XI TP-B jurusan teknik pemesinan di SMK Negeri 2
Depok, Sleman. Materi yang diajarkan pada penelitian pengembangan ini
adalah praktik pembubutan ulir metrik (gerakan ulir ke kanan), withworth
(gerakan ulir ke kiri). Pembelajaran tersebut menggunakan tahapan lesson
study meliputi perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see).
Pembelajaran praktik pembubutan ulir berbasis saintifik melalui
kegiatan lesson study dibutuhkan suatu rancangan pembelajaran (lesson
plan). Rancangan pembelajaran terdiri dari kegiatan plan, do, dan see
yang dilakukan selama 4 pertemuan. Pembelajaran yang dilakukan
menggunakan guru model bernama Pak Pak Subandi, M.Eng. (SMK N 2
Depok, Sleman) dan observer bernama Haris A, S.Pd., Endri T, S.Pd., B.
Agus M, S.Pd., dan Rivandra R, S.Pd. (Mahasiswa Pascasarjana Prodi
PTK). Hasil dari lesson plan menghasilkan kegiatan lesson study sebagai
berikut.
1) Lesson Study 1 (Pertemuan Ke-1)
Lesson study pada pertemuan ke-1 terdiri dari kegiatan plan,
do, dan see. Kegiatan plan membahas persiapan pembelajaran materi
teori ulir. Persiapan yang dibahas terkait silabus dan RPP serta
perlengkapan pembelajaran. Guru dan observer yang terlibat saat
menyiapkan rancangan pembelajaran.
Kegiatan do yang dinamakan open lesson adalah pelaksanaan
pembelajaran. Guru model menyampaikan materi teori ulir dengan
pendekatan saintifik dan observer mengamati aktivitas belajar peserta
didik. Pengamatan dilakukan dengan instrumen lembar catatan
anekdotdanskala penilaian. Kegiatan do terdiri dari: (1) guru
71
menyampaikan pengantar materi, (2) peserta didik berdiskusi antar
kelompok dan tiap kelompok dengan guru, (3) presentasi kelompok
(8 kelompok), (4) mengerjakan soal uraian teori ulir, dan (5) memberi
tugas mengerjakan work preparation (WP) pada praktik ulir.
Kegiatan diskusi dan presentasi menggunakan proses mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan
mengkomunikasi.
Kegiatan see yang dilakukan dengan mengevaluasi
pembelajaran teori ulir. Evaluasi berupa refleksi hasil pengamatan
observer terhadap aktivitas belajar peserta didik. Pengamatan
observer menghasilkan beberapa aktivitas peserta didik dengan
penilaian selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Aktivitas
tersebut didiskusikan antara guru model dengan observer untuk
menghasilkan rancangan pembelajaran berikutnya. Rancangan
tersebut perlu perlakuan yang berbeda agar semua peserta didik aktif
mengikuti pelajaran dipertemuan ke-2.
2) Lesson Study 2 (Pertemuan Ke-2)
Lesson study pada pertemuan ke-2 menggunakan guru model,
observer dan peserta didik yang sama dengan pertemuan sebelumnya.
Kegiatan plan membahas rancangan pembelajaran praktik
pembubutan ulir metrik (gerakan ulir ke kanan) dan withworth
(gerakan ulir ke kiri). Rancangan yang dibuat tetap menggunakan
pendekatan saintifik pada pembelajaran praktik. Peserta didik yang
aktif dan kurang atau tidak aktif di pertemuan ke-1 tetap diberi
perlakuan agar aktif seluruhnya. Pembagian kelompok berbeda
dengan pertemuan pertama yaitu 1 kelompok terdiri dari 1 mesin
untuk 2 peserta didik. Walaupun, dibentuk kelompok tiap peserta
didik tetap membuat produk ulir secara mandiri.
Hasil kegiatan do adalah peserta didik mulai praktik
mengerjakan pembubutan ulir. Peserta didik sebelum mengerjakan
praktik, terlebih dahulu mendapatkan materi tentang proses
72
pembuatan bubut rata (shop talk) sebagai “bakalan” ulir oleh guru
model. Kemudian, guru membagi kelompok sesuai dengan rancangan
di pertemuan ke-2 dengan membagi setiap kelompok mendapatkan 2
mesin bubut. Awal peserta didik membuat ulir terlebih dahulu harus
memahami WP dan gambar kerja. Bentuk diskusi dilakukan saat
pengantar praktik dan saat praktik berlangsung. Peserta didik yang
kurang atau tidak paham dapat bertanya kepada teman atau guru.
Semua aktivitas belajar praktik dicatat oleh observer.
Kegiatan see adalah refleksi dari kegiatan do dengan
menghasilkan beberapa aktivitas belajar peserta didik. Penggunaan
mesin yang terbatas mengakibatkan ada beberapa peserta didik yang
mengantri untuk menggunakan mesin. Hasil praktik sebagian besar
masih mengerjakan bubut muka (facing), rata(roughing), bertingkat,
alur, dan champer, sedangkan sebagian kecil mulai pada pengerjaan
ulir metrik dan ulir withworth. Kejadian tersebut dan aktivitas lainnya
dibahas antara guru model dengan observer untuk menghasilkan
rekomendasi untuk pertemuan berikutnya. Evaluasi didapatkan dari
hasil observasi instrumen lembar catatan anekdot(anecdotal record)
danskala penilaian(rating scale).
3) Lesson Study 3 (Pertemuan Ke-3)
Kegiatan plan, do, dan see pada pertemuan ke-3 menghasilkan
beberapa catatan penting. Kegiatan plan didasari dari hasil kegiatan
see di pertemuan ke-2. Rancangan pembelajaran dengan membagi
peserta didik sesuai dengan kelompok pada pertemua ke-2.
Pembelajaran praktik masih sebagian besar mengerjakan “bakalan”
ulir dan sebagian kecil mengerjakan ulir metrik dan withworth.
Tahapan do adalah menerapkan pembelajaran yang sudah
dirancang pada tahapan plan. Kegiatan awal dengan membagi
kelompok sesuai rancangan. Pembagian pekerjaan yaitu peserta didik
ada yang memulai membubut ulir metrik dan withworth dan ada juga
yang masih mengerjakan “bakalan” ulir. Penggunaan mesin
73
bergantian dengan penugasan 1 peserta didik mengerjakan praktik
dan 1 peserta didik berikutnya mengamati pekerjaan teman atau
membantu menge-set alat. Semua aktivitas yang dilakukan peserta
didik, baik aktif maupun tidak aktif tetap dicatat di lembar observasi.
Tahapan lesson study yang terakhir pada pertemuan ke-3
adalah kegiatan see. Kegiatan ini mefokuskan pada evaluasi
perkembangan aktivitas peserta didik dengan ditandai pada sebagian
yang sudah selesai membuat ulir metrik dan withworth. Selain itu,
semua peserta didik sudah selesai membubut rata untuk “bakalan”
ulir. Hasil evaluasi ini akan dijadikan rekomendasi untuk merancang
di pertemuan ke-4.
4) Lesson Study 4 (Pertemuan Ke-4)
Kegiatan lesson study yang berikut ini masih pada mata
pelajaran pembubutan ulir. Perencanaan (plan) pembelajaran
dirancang berdasakan hasil refleksi (see) pada pertemuan ke-3.
Kekurangan pada pembelajaran sebelumnya, seperti mengobrol
dengan teman dan jalan-jalan melihat teman mengerjakan. Hal ini
dikarenakan jumlah mesin yang terbatas (1 mesin untuk 2 peserta
didik), sehingga peserta didik menunggu untuk bergantian
menggunakan mesin bubut. Permasalahan ini dapat diatasi, apabila
kerjasama guru dan peserta didik lebih ditingkatan. Peserta didik
yang menunggu harus tetap aktif dalam pembelajaran, seperti
mengamati teman praktik, berdiskusi dengan teman terkait
ketidakpahaman terhadap materi praktik, dan membantu menge-set
alat sebelum menghidupkan mesin. Selain itu, guru lebih aktif dalam
mengontrol dan membimbing peserta didik serta pembagian mesin
agar lebih efektif penggunaannya. Kegiatan tersebut sebagai
perencanaan pembelajaran untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Langkah berikutnya adalah pelaksanaan (do) pembelajaran.
Pada pertemuan ke-4 peserta didik sudah difokuskan pada pembuatan
ulir metrik (arah gerakan ke kanan) dan ulir withworth (arah gerakan
74
ke kiri). Peserta didik yang sudah selesai di pertemuan ke-3 dapat
membantu teman dengan memberi arahan, membantu menge-set alat
sebelum membubut ulir, dan mengerjakan laporan praktik.
Pengerjaan praktik ulir selama 9 jam pelajaran dapat dimanfaatkan
oleh peserta didik untuk menyelesaikan pembuatan ulir. Akhir dari
pembelajaran menghasilkan semua peserta didik selesai mengerjakan
produk ulir metrik dan withworth. Aktivitas pengerjaan ulir yang
terjadi dinilai oleh guru, sedangkan peserta didik juga mencatat
kemajuan kerja dari awal sampai akhir pengerjaan ulir.
Proses pembelajaran dievaluasi pada kegiatan refleksi (see).
Pengerjaan ulir yang sudah selesai seluruhnya, namun masih tetap
ada permasalahan, seperti masih ada peserta didik yang kurang aktif
mengerjakan ulir dan memanfaatkan menunggu giliran praktik
dengan kegiatan yang tidak sesuai dengan pembelajaran. Faktor
penggunaan waktu praktik masih menjadi kendala, sehingga banyak
peserta didik yang praktik melebihi waktu yang telah ditetapkan,
yaitu 9 jam pelajaran (1 jam pelajaran: 45 menit). Namun, secara
umum hasil produk sudah selesai sesuai dengan gambar kerja.
c. Hasil Uji Coba Produk
Uji coba pada penelitian ini adalah uji coba produk internal dan
eksternal. Uji coba produk terlebih dahulu dilakukan tahapan analisis
kebutuhan, perancangan, dan pengembangan. Tahapan analisispada
penelitian pengembangan produk dimaksudkan untuk mencari kebutuhan
pembelajaran praktik pemesinan bubut. Kebutuhan pembelajaran yang
dibutuhkan berdasarkan hasil penilaian guru dan pengelola industri. Hasil
yang dibutuhkan menekankan pada rancangan pembelajaran mata
pelajaran pemesinan bubut. Analisis kebutuhan yang mana dinilai oleh
guru dan pengelola industri melalui pengisian angket dan wawancara.
Berikut ini hasil pengisian angket oleh guru pada analisis kebutuhan
perangkat silabus dan RPP.
75
Tabel 26Data angket analisis kebutuhan silabus (guru)
JumlahItem
Rata-RataTotal Tiap Item
Penilaian Kategori Rata-RataKategoriKategori Jumlah Kategori Jumlah
15 3,53 Setuju 1 SangatSetuju
14 SangatSetuju
Hasil tersebut menjelaskan bahwa analisis kebutuhan perangkat
pembelajaran sangat setuju untuk dikembangkan pada pembelajaran,
khususnya pembelajaran praktik. Kebutuhan perangkat silabus sangat
urgen untuk dikembangkan sebagai dasar rancangan pembelajaran. Oleh
karena itu, perlu dilakukan perancangan silabus pada mata pelajaran
praktik pemesinan. Hasil data angket analisis kebutuhan pada perangkat
silabus dapat dikonversikan ke bentuk persentasi (%). Berikut ini hasil
konversi pengskoran ke bentuk persentasi.
Tabel 27Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada
analisis kebutuhan silabus (guru)Kriteria Frekuensi Persentasi (%)
Sangat Setuju 14 93,3%Setuju 1 6,7%
Kurang Setuju 0 0,0%Tidak Setuju 0 0,0%JUMLAH 15 100%
Analisis kebutuhan terhadap pada RPP juga sangat dibutuhkan
pada pembelajaran praktik. Kebutuhan perangkat RPP yang mana perlu
adanya perancanganyang detail sehingga dapat menghasilkan RPP yang
layak digunakan sebagai acuan pembelajaran, khususnya pada mata
pelajaran praktik pemesinan.
Tabel 28Data angket analisis kebutuhan RPP (guru)
JumlahItem
Rata-RataTotal Tiap
Item
Penilaian Kategori Rata-Rata
KategoriKategori Jumlah Kategori Jumlah
10 3,45 Setuju 4 SangatSetuju
6 SangatSetuju
76
Data angket analisis kebutuhan dapat dikonversikan ke bentuk
persentasi (%). Hasil analisis kebutuhan diketahui frekuensi/jumlah nilai
rata-rata tiap item, sehingga menghasilkan nilai persentasi. Hasil nilai
persentasi ditampilkan dalam bentuk tabel di bawah ini.
Tabel 29Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada
analisis kebutuhan RPP (guru)Kriteria Frekuensi Persentasi
Sangat Setuju 6 60,0%Setuju 4 40,0%
Kurang Setuju 0 0,0%Tidak Setuju 0 0,0%JUMLAH 10 100%
Kedua penilaian analisis kebutuhan terhadap silabus dan RPP
disimpulkan sangat setuju dibutuhkan. Adapun, kebutuhan terhadap
silabus dan RPP yaitu (1) pembuatan silabus dan RPP sesuai dengan
panduan; (2) Isi silabus dan RPP dibuat secara komprehensif; (3)
penilaian terdiri dari aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan; (4)
sosialisasi lessonstudy; dan (5) pendekatan saintifik disesuaikan dengan
materi yang diajarkan.
Analisis kebutuhan pada perangkat pembelajaran berikutnya
adalah menggunakan wawancara. Pengambilan data ini dilakukan oleh 2
responden guru. Hasil wawancara analisis kebutuhan perangkat
pembelajaran silabus dan RPP kepada guru teknik pemesinan
mengindikasikan bahwa analisis silabus dan RPP memang dibutuhkan
dalam merancang pembelajaran. Hasil wawancara dianalisis bahwa
kebutuhan silabus dan RPP yaitu: (1) disesuaikan dengan jumlah jam
pelajaran, (2) pengembangan sesuai dengan kebutuhan sekolah, (3)
dievaluasi secara rutin, dan (4) penerapan saintifik disesuaikan dengan
karakteristik mata pelajaran. Hasil tersebut dalam menganalisis silabus
dan RPP tetap mengacu pada Kurikulum 2013, khususnya di SMK Negeri
2 Depok, Sleman sudah menerapkan. Sosialisasi Kurikulum 2013 belum
77
menyeluruh ke guru-guru SMK se-DIY, khususnya di SMK Negeri 2
Depok, Sleman masih ada sebagian yang belum dipahami guru.
Silabus dan RPP sebagai rancangan pembelajaran sebenarnya
sangat dibutuhkan guru teknik pemesinan SMK Negeri 2 Depok, Sleman.
Kebutuhan silabus dapat dikembangkan sesuai kebutuhan sekolah.
Menurut Sa’dun Akbar (2013: 8) “penyusunan silabus (minimal) sangat
mungkin disusun pemerintah pusat, namun pengembangannya perlu
disesuaikan dengan kondisi lingkungan belajar daerah atau satuan
pendidikan setempat.” Oleh karena itu, sekolah khususnya SMK Negeri 2
Depok dapat mengembangkan silabus sesuai dengan kebutuhan pada
pembelajaran tanpa mengurangi inti dari silabus. Hasil pengembangan
silabus dijabarkan dalam bentuk RPP secara detail. Guru yang
mengembangan secara bersama-sama mampu menghasilkan silabus dan
RPP secara komprehensif.
Analisis kebutuhan berikutnya diberikan kepada pengelola
industri. Pemberian angket dilakukan kepada perwakilan dari industri
PT. Mega Andalan Kalasan (MAK) dan Jasatec Yogyakarta. Hasil angket
yang diperoleh dari setiap responden dalam menilai kesiapan
pembelajaran untuk peserta didik/lulusan SMK bagi industri dijelaskan
pada tabel berikut ini.
Tabel 30Data angket analisis kebutuhan pada kesiapan pembelajaran (industri)
JumlahItem
Rata-RataTotal Tiap
Item
Penilaian Kategori Rata-Rata
KategoriKategori Jumlah Kategori Jumlah
10 3,45 Setuju 4 SangatSetuju
6 SangatSetuju
Hasil tersebut mengindikasikan peserta didik/lulusan SMK teknik
pemesinan membutuhkan kesiapan pembelajaran yang berbasis
kompetensi, sehingga peserta didik saat magang/PKL atau bekerja di
industri memiliki keterampilan yang berkualitas. Hasil yang sudah
diperoleh dapat dikonversikan ke bentuk persentasi (%). Hasil data
78
persentasi adalah 40% “setuju” dan 60% “sangat setuju.” Hasil
selengkapnya dijelaskan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 31Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada analisis kebutuhan
pada kesiapan pembelajaran (industri)Kriteria Frekuensi Persentasi
Sangat Setuju 6 60,0%Setuju 4 40,0%
Kurang Setuju 0 0,0%Tidak Setuju 0 0,0%JUMLAH 10 100%
Analisis kebutuhan pada kesiapan pembelajaran untuk peserta
didik/lulusan SMK bagi industri berikutnya adalah menggunakan
wawancara. Pengambilan data dapat diketahui kesiapan pembelajaran
yang dibutuhkan peserta didik/lulusan SMK untuk magang/PKL atau
bekerja di industri. Hasil analisis kebutuhan melalui kegiatan wawancara
kepada pengelola industri dengan 5 pertanyaan menghasilkan kebutuhan
pembelajaran untuk peserta didik/lulusan SMK agar dapat bekerja di
industri. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kesiapan pembelajaran
bagi industri diantaranya: (1) kerjasama SMK dengan industri, (2)
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan industri, (3) kesamaan penilaian
pembelajaran dengan kebutuhan skill di industri, dan (4) diskusi terkait
rancangan pembelajaran dengan industri.
Kebutuhan silabus dan RPP yang sudah dianalisis, kemudian
langkah berikutnya adalah tahapan perancangansilabus dan RPP lesson
study. Perancanganproduk membutuhkan masukan dari guru produktif
teknik pemesinan dan pengelola industri sejumlah masing-masing 2 orang
melalui angket dan wawancara. Angket diisi oleh guru untuk mengetahui
sejauh mana perancanganperangkat silabus dan RPP. Berikut hasil
penilaian angket dari guru terhadap rancangan silabus dan RPP.
79
Tabel 32Data angket perancanganterhadap silabus (guru)
JumlahItem
Rata-RataTotal Tiap Item
Penilaian Kategori Rata-RataKategori
Kategori Jumlah Kategori Jumlah
8 3,37 Setuju 3 SangatSetuju
5 SangatSetuju
Angket yang diisi responden menggunakan skala likert dengan
rentang skor penilaian 1 sampai 4. Hasil tersebut menjelaskan bahwa
perancanganperangkat pembelajaran silabus “sangat setuju” untuk
dirancang. Perancanganperangkat silabus “sangat setuju” dikarenakan (1)
silabus sebagai rancangan dasar pada setiap pembelajaran, (2) isi silabus
mengarahkan pada perencanaan perangkat pembelajaran yang lainnya,
dan (3) silabus dijelaskan secara komprehensif dengan mengacu pada
pedoman dari peraturan yang terkait. Hasil perancanganperangkat silabus
dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan silabus sesuai dengan
pedoman Kurikulum 2013. Hasil penilaian angket dikonversikan ke
bentuk persentasi (%). Hasil konversi ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 33Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada
perancanganterhadap silabus (guru)Kriteria Frekuensi Persentasi
Sangat Setuju 5 62,5%Setuju 3 37,5%
Kurang Setuju 0 0,0%Tidak Setuju 0 0,0%JUMLAH 8 100%
Data perancanganterhadap RPP mengindikasikan perangkat RPP
pada pembelajaran praktik harus direncanakan secara komprehensif.
Perencanaan perangkat RPP yang mana dijadikan acuan untuk
mengembangkan RPP sesuai dengan pedoman Kurikulum 2013. Hasil
angket terhadap rancangan RPP dijelaskan sebagai berikut.
80
Tabel 34Data angket perancanganterhadap RPP (guru)
JumlahItem
Rata-RataTotal Tiap Item
Penilaian Kategori Rata-RataKategori
Kategori Jumlah Kategori Jumlah
8 3,43 Setuju 3 SangatSetuju
5 SangatSetuju
Data perancanganpada angket dapat dikonversikan ke bentuk
persentasi (%). Hasil pengkategorian nilai yang mengacu pada rentang
interval menghasilkan frekuensi/jumlah nilai rata-rata tiap item, sehingga
menghasilkan nilai persentasi. Hasil nilai persentasi ditampilkan dalam
bentuk tabel berikut ini.
Tabel 35Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada
perancanganterhadap RPP (guru)Kriteria Frekuensi Persentasi
Sangat Setuju 5 62,5%Setuju 3 37,5%
Kurang Setuju 0 0,0%Tidak Setuju 0 0,0%JUMLAH 8 100%
Perancangansilabus dan RPP berikutnya berdasarkan hasil
wawancara. Pengambilan data oleh responden yang sama menghasilkan
data perancanganterhadap silabus dan RPP melalui wawancara. Hasil
wawancara dilakukan kepada guru teknik pemesinan menghasilkan
pendapat tentang perancanganproduk silabus dan RPP lesson study.
Pendapat kedua responden dapat disimpulkan perancanganterhadap
silabus dan RPP sebagai berikut: (1) sinergisitas dengan industri dalam
mengembangkan silabus dan RPP, (2) pengembangan silabus dan RPP
diterapkan melalui lesson study, (3) sosialisasi lesson study, (4) penilaian
pada silabus dan RPP menggabungkan antara penilaian sekolah dengan
81
industri, dan (5) pengembangan silabus dan RPP menggunakan pedoman
Kurikulum 2013 secara menyeluruh.
Tahapan perancanganjuga dinilai oleh terdiri dari 2 perwakilan
pengelola industri.Responden dari pengelola industri menilai
perancanganpembelajaran yang efektif melalui angket dan wawancara.
Hasil angket yang diperoleh dalam menilai perancanganpembelajaran
dijelaskan pada tabel berikut ini.
Tabel 36Data angket perancanganpembelajaran (industri)
JumlahItem
Rata-RataTotal Tiap
Item
Penilaian Kategori Rata-Rata
KategoriKategori Jumlah Kategori Jumlah
7 3,5 Setuju 2 SangatSetuju
5 SangatSetuju
Hasil kedua angket mengindikasikan keterlibatan industri dalam
merancangpembelajaran dengan SMK sangat perlu diterapkan. Kegiatan
diskusi antara pihak industri dan SMK dalam merancang pembelajaran
yang berbasis kompetensi, sehingga berdampak pada peserta didik saat
magang/PKL atau bekerja di industri dengan keterampilan yang
berkualitas. Hasil penilaian angket dapat dikonversikan ke bentuk
persentasi (%).Hasil selengkapnya dijelaskan dalam bentuk tabel sebagai
berikut.
Tabel 37Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada keterlibatan
industri dalam merancang pembelajaranKriteria Frekuensi Persentasi
Sangat Setuju 5 71,4%Setuju 2 28,6%
Kurang Setuju 0 0,0%Tidak Setuju 0 0,0%JUMLAH 7 100%
82
Keterlibatan industri dalam merancang pembelajaran untuk
kebutuhan SMK yang berikutnya adalah menggunakan wawancara.
Pengambilan data menghasilkan data terkait peran industri dalam
merancangpembelajaran untuk digunakan oleh SMK. Oleh karena itu,
perlu adanya kerjasama yang sinergis antara pengelola industri dengan
guru dalam merancang pembelajaran yang berbasis kompetensi, seperti
diskusi, penilaian praktik dari industri, dan uji kompetensi keahlian.
Keterlibatan industri dalam merancang pembelajaran untuk SMK melalui
wawancara dibutuhkan kerjasama antara SMK dengan industri.
Penjelasan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa keterlibatan
industri dalam merancang pembelajaran untuk SMK sebagai berikut: (1)
sosialisasi budaya kerja bagi peserta didik, (2) kerjasama dalam
merancang pembelajaran yang berbasis kompetensi, (3) sinergisitas
penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan standar penilaian
industri, dan (4) pembelajaran dengan pendekatan saintifik disesuaikan
kebutuhan industri.
Hasil analisis kebutuhan, perancangan, dan sumber referensi
digunakan sebagai acuan pada tahapan pengembangan. Produk yang
dibuat adalah silabus dan RPP mata pelajaran praktik pemesinan bubut
kelas XI. Komponen silabus menggunakan pedoman dari Permendikbud
Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah. Komponen RPP menggunakan pedoman dari Permendikbud
Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
Kumpulan dokumen menghasilkan produk silabus dan RPP.
Pembelajaran yang ada pada produk silabus dan RPP menggunakan
pendekatan saintifik. Setiap mata pelajaran peserta didik harus mampu
mengamati, menanya, mengumpulkan data, menganalisis/mengasosiasikan
data, dan mengkomunikasi materi yang dipelajari. Pendekatan yang
digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas belajar peserta didik.
Aktivitas belajar yang diwujudkan pada kemandirian dan keaktifan belajar
83
peserta didik, khususnya mata pelajaran praktik pemesinan bubut. Oleh
karena itu, tahapan pembelajaran tersebut mengharuskan peserta didik
lebih aktif dalam belajar (student centered), bukan pengetahuan lebih
banyak disampaikan oleh guru (teacher centered).
Pengembangan produk silabus dan RPP pada hakikatnya telah
mengikuti pedoman pada Kurikulum 2013. Produk silabus dan RPP
berbasis pendekatan saintifik dikembangkan berdasarkan tahapan
pengembangan produk Richey & Klein (2010: 8-10). Implementasi silabus
dan RPP lesson studypada uji coba eksternal menggunakan tahapan.
perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see). Ketiga tahapan
lesson study melibatkan guru model, observer (mahasiswa Prodi PTK PPs
UNY), dan peserta didik kelas XI TP B. Silabus dan RPP disiapkan pada
tahap plan, diterapkan pada tahapan do, dan dievaluasi pada tahapan see.
Hasil pengembangan produk silabus dan RPP diterapkan untuk
mengetahui tingkat kelayakan produk. Kelayakan produk dilakukan
dengan uji coba internal dan uji coba eksternal. Kedua uji coba ini bagian
dari tahapan evaluasi dalam pengembangan produk. Berikut ini
penjelasan dari kedua uji coba.
1) Uji Coba Internal
Uji coba internal diperoleh dari validasi instrumen dan validasi
produk.Validasi instrumen bertujuan untuk memberikan judgement
(keputusan) terhadap instrumen yang divalidasi oleh ahli. Instrumen
yang divalidasi terdiri dari instrumen penilaian silabus dan RPP,
instrumen respon guru dan observer terhadap kegiatan lesson study,
dan instrumen respon peserta didik terhadap proses pembelajaran.
Hasil validasi dianalisis untuk mengetahui tingkat validitas dan
reliabilitas. Hasil validitas menggunakan formula Aiken (1985) dapat
dijelaskan pada tabel berikut ini.
84
Tabel 38Data validitas isi pada penilaian instrumen
JumlahItem
JumlahValidator
Rata-RataValiditas
Isi (V)
InterpretasiKategori Jumlah Kategori Jumlah Kategori Jumlah
13 2 0,57 Rendah 1 Sedang 6 Tinggi 6
Validitas isi pada validasi instrumen penilaian silabus dan RPP,
respon guru dan observer, dan respon peserta didik oleh ahli memiliki
tingkat rata-rata validitas isi adalah “sedang.” Jadi, ketiga instrumen
masih perlu di perbaiki dari segi isi (content), baik relevansi isi
maupun cakupan isi.
Penilaian instrumen yang berikutnya adalah reliabilitas. Ketiga
instrumen yang dinilai bertujuan untuk mengetahui tingkat reliabel
antar ahli/rater. Oleh karena itu, penilaian reliabilitas menggunakan
formula ICC (Intraclass Correlation Coefficients) berbantuan SPSS
versi IBM 19. Hasil reliabilitas oleh kedua ahli/rater dijelaskan sebagai
berikut.
Tabel 39Data reliabilitas penilaian instrumen 2 ahi/rater
No JumlahAhli/Rater
Intraclass CorrelationCoefficients (ICC)
Interpretasi
1 2 0,632 Good agreement
Penilaian reliabilitas dari hasil validasi instrumen oleh 2
ahli/rater diperoleh data ICC 0,632 dengan kategori “good agreement.”
Penilaian instrumen oleh 2 ahli/rater menghasilkan tingkat
reliabel/keajekan yang tinggi. Kedua ahli/rater yang memiliki penilaian
tersendiri dalam mevalidasi instrumen, sehingga hasilnya dapat
dibandingkan untuk diketahui tingkat keajekannya. Jadi, kedua
ahli/rater memiliki kesamaan nilai yang tinggi dalam mevalidasi
instrumen.
Silabus dan RPP divalidasi oleh 3 validator oleh guru jurusan
teknik pemesinan SMK Negeri 2 Depok, Sleman. Setiap guru menilai
85
produk silabus dan RPP yang masing-masing terdiri dari 14 item dan
24 item. Hasil penilaian dari ketiga validator dianalisis pada aspek
validitas dan reliabilitas.
Analisis validitas yang digunakan untuk mengetahui tingkat
kevalidan produk silabus dan RPP lesson study sebagai rancangan
pembelajaran. Perhitungan validitas berdasarkan ketentuan Aiken
(1985) dari tiap-tiap item yang dinilai. Hasil penilaian validitas produk
silabus dan RPP dapat disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 40Data validitas isi pada penilaian produk silabus
JumlahItem
JumlahValidator
Rata-RataValiditas Isi
(V)
InterpretasiKategori Jumlah Kategori Jumlah
14 3 0,84 Tinggi 7 SangatTinggi
7
Validitas isi pada tiap item untuk menilai silabus mata pelajaran
praktik pemesinan bubut menghasilkan rata-rata 0,841 dengan kategori
“sangat tinggi.” Penilaian produk silabus lesson study menghasilkan
koefisien yang sangat tinggi dan ketiga validator relatif sama dalam
menilai silabus, sehingga item pada instrumen penilaian silabus valid
untuk menilai produk silabus.
Tabel 41Data validitas isi pada penilaian produk RPP
JumlahItem
JumlahValidator
Rata-RataValiditas Isi
(V)
InterpretasiKategori Jumlah Kategori Jumlah
24 3 0,843 Tinggi 10 SangatTinggi
14
Validitas isi pada tiap item untuk menilai RPP pada
kompetensi praktik pembubutan ulir metrik dan withworth
menghasilkan rata-rata 0,843 dengan kategori “sangat tinggi.”
Hasil ini menunjukkan validasi produk RPP lesson study memiliki
tingkat validitas yang sangat tinggi. Penilaian produk RPP
86
menghasilkan koefisien yang sangat tinggi dan ketiga validator
relatif hampir sama dalam menilai RPP, sehingga item pada
instrumen penilaian RPP valid untuk menilai produk RPP.
Kevalidan silabus dan RPP sesuai dengan pernyataan Saifuddin
Azwar (2015: 113) “aitem tersebut memiliki validitas isi yang
baik dan mendukung validitas isi tes secara keseluruhan.”
Penilaian produk silabus dan RPP lesson study yang
berikutnya adalah reliabilitas. Produk silabus dan RPP yang
dinilai bertujuan untuk mengetahui tingkat reliabel antar
ahli/rater. Silabus dan RPP dinilai reliabilitas secara masing-
masing. Penilaian reliabilitas yang digunakan dengan formula
ICC (Intraclass Correlation Coefficients) berbantuan SPSS.Hasil
reliabilitas oleh 3 ahli/rater dari guru teknik pemesinan SMK
Negeri 2 Depok, Sleman dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 42Data reliabilitas penilaian produk 3 ahi/rater
No JumlahAhli/Rater
ProdukPenilaian
Intraclass CorrelationCoefficients (ICC)
Interpretasi
1 3 Silabus 0,830 Very good agreement
2 3 RPP 0,736 Good agreement
Penilaian reliabilitas dari hasil validasi instrumen oleh 3
ahli/rater dari guru diperoleh data ICC 0,830 dengan kategori
“very good agreement” pada silabus dan 0,736 dengan kategori
“good agreement” pada RPP. Penilaian produk oleh 3 ahli/rater
menghasilkan tingkat reliabel/keajekan yang sangat tinggi dan
tinggi. Ketiga ahli/rater yang memiliki penilaian tersendiri dalam
mevalidasi produk silabus dan RPP, sehingga hasilnya dapat
dibandingkan untuk diketahui tingkat keajekannya. Jadi, ketiga
ahli/rater memiliki kesamaan nilai yang sangat tinggi dan tinggi
dalam mevalidasi produk silabus dan RPP.
87
2) Uji Coba Eksternal
a) Data Respon Guru dan Observer terhadap Kegiatan Lesson Study
Kegiatan lesson study yang terdiri dari plan, do, dan see
dengan melibatkan guru model dan observer. Jumlah guru dan
observer sebanyak 5 orang berkolaborasi merencanakan,
melaksanakan, dan merefleksi pembelajaran praktik pembubutan
ulir. Hasil respon guru dan observer terhadap pelaksanaan lesson
study dirangkum pada tabel di bawah ini.
Tabel 43Data rangkuman respon guru dan observer terhadap pelaksanaan lesson study
RespondenPertemuan
1Kategori 1
Pertemuan
2Kategori 2
Pertemuan
3Kategori 3
Pertemuan
4Kategori 4
Subandi,
M.Eng.3,667 Sangat Baik 3,625 Sangat Baik 3,667 Sangat Baik 3,667 Sangat Baik
Rivandra R,
S.Pd.3,667 Sangat Baik 3,625 Sangat Baik 3,667 Sangat Baik 3,667 Sangat Baik
Haris A, S.Pd. 3,5 Sangat Baik 3,791 Sangat Baik 3,541 Sangat Baik 3,625 Sangat Baik
B. Agus M,
S.Pd.3,667 Sangat Baik 3,166 Baik 3,291 Sangat Baik 3,375 Sangat Baik
Endri T, S.Pd. 3,291 Sangat Baik 3,208 Baik 3,25 Baik 3,291 Sangat Baik
Rata-Rata 3,5584 Sangat Baik 3,483 Sangat Baik 3,4832Sangat
Baik3,525 Sangat Baik
Data respon guru dan observer mengindikasikan bentuk
evaluasi untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan lesson
study. Hasil rangkuman pada tabel menunjukkan 17 yang menilai
“sangat baik” dan 3 yang menilai “baik” dari 20 penilaian oleh 5
responden. Secara keseluruhan, pelaksanaan lesson study selama 4
kali pertemuan “sangat baik”. Apabila, dihitung setiap pertemuan
rata-rata mengalami naik dan turun, namun rata-rata kategori
menilai “sangat baik.” Pertemuan 1 menghasilkan rata-rata 3,558
dan menurun pada pertemuan 2 dengan hasil rata-rata 3,483.
Pertemuan 2 dan 3 tidak mengalami kenaikan, melainkan
88
mendapatkan nilai yang sama yaitu 3,483. Pertemuan 3 ke 4
mengalami kenaikan dari 3,483 menjadi 3,525.
Gambar 18. Grafik rangkuman penilaian pada pelaksanaan lesson study
Hasil nilai respon guru dan observer dikonversikan menjadi
nilai persentasi (%). Rangkuman rata-rata penilaian respon guru
dan observerdari 4 pertemuan menghasilkan 2 kategori yang
dominan, yaitu “sangat baik” dan “baik”. Kedua kategori
dikonversikan ke nilai persentasi menjadi 85% “sangat baik” dan
15% “baik”. Perhitungan persentasi mengadopsi dari Grinnell
(1988: 160).
b) Data Penilaian Efektivitas Belajar Peserta Didik
Uji coba eksternal dilakukan pada kegiatan pembelajaran
praktik pemesinan bubut dengan menghasilkan penilaian aktivitas
belajar peserta didik. Kegiatan uji coba yang mana dilakukan pada
1 kelas yaitu kelas XI TP-B dengan jumlah 30 peserta didik. Data
uji coba eksternal diperoleh dari hasil pembelajaran teori dan
praktik pengerjaan ulir dengan pendekatan saintifik (scientific
0123456789
10
Pertemuan 1
3.5584
Pers
enta
se
Data Rangkuman Pelaksanaan Lesson Study
88
mendapatkan nilai yang sama yaitu 3,483. Pertemuan 3 ke 4
mengalami kenaikan dari 3,483 menjadi 3,525.
Gambar 18. Grafik rangkuman penilaian pada pelaksanaan lesson study
Hasil nilai respon guru dan observer dikonversikan menjadi
nilai persentasi (%). Rangkuman rata-rata penilaian respon guru
dan observerdari 4 pertemuan menghasilkan 2 kategori yang
dominan, yaitu “sangat baik” dan “baik”. Kedua kategori
dikonversikan ke nilai persentasi menjadi 85% “sangat baik” dan
15% “baik”. Perhitungan persentasi mengadopsi dari Grinnell
(1988: 160).
b) Data Penilaian Efektivitas Belajar Peserta Didik
Uji coba eksternal dilakukan pada kegiatan pembelajaran
praktik pemesinan bubut dengan menghasilkan penilaian aktivitas
belajar peserta didik. Kegiatan uji coba yang mana dilakukan pada
1 kelas yaitu kelas XI TP-B dengan jumlah 30 peserta didik. Data
uji coba eksternal diperoleh dari hasil pembelajaran teori dan
praktik pengerjaan ulir dengan pendekatan saintifik (scientific
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4
3.5584 3.483 3.483 3.525
Kategori
Data Rangkuman Pelaksanaan Lesson Study
88
mendapatkan nilai yang sama yaitu 3,483. Pertemuan 3 ke 4
mengalami kenaikan dari 3,483 menjadi 3,525.
Gambar 18. Grafik rangkuman penilaian pada pelaksanaan lesson study
Hasil nilai respon guru dan observer dikonversikan menjadi
nilai persentasi (%). Rangkuman rata-rata penilaian respon guru
dan observerdari 4 pertemuan menghasilkan 2 kategori yang
dominan, yaitu “sangat baik” dan “baik”. Kedua kategori
dikonversikan ke nilai persentasi menjadi 85% “sangat baik” dan
15% “baik”. Perhitungan persentasi mengadopsi dari Grinnell
(1988: 160).
b) Data Penilaian Efektivitas Belajar Peserta Didik
Uji coba eksternal dilakukan pada kegiatan pembelajaran
praktik pemesinan bubut dengan menghasilkan penilaian aktivitas
belajar peserta didik. Kegiatan uji coba yang mana dilakukan pada
1 kelas yaitu kelas XI TP-B dengan jumlah 30 peserta didik. Data
uji coba eksternal diperoleh dari hasil pembelajaran teori dan
praktik pengerjaan ulir dengan pendekatan saintifik (scientific
Pertemuan 4
3.525
89
approach). Pembelajaran menghasilkan data tentang penilaian
aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Penilaian pengetahuan diperoleh dari pembelajaran teori
ulir. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan bagian dari
kegiatan lesson study pada tahapan pelaksanaan (do). Rangkaian
pada tahapan do dengan melaksanakan pembelajaran berbasis
saintifik. Hasil pembelajaran pada aspek pengetahuan berupa soal
uraian dan isian (penilaian WP).
Soal uraian pada materi ulir berupa tes tertulis untuk
mengevaluasi kemampuan kognitif peserta didik. Tes ini dilakukan
setelah pembelajaran teori ulir dengan pendekatan saintifik selesai
diberikan kepada peserta didik. Tes uraian berjumlah 10 soal uraian
dikerjakan selama 60 menit. Secara rata-rata, 10 soal uraian
berkategori “kurang baik”. Berdasarkan soal yang dikerjakan 30
peserta didik ada 4 soal yang harus dibuang atau diganti dengan
soal lain dan 6 soal yang harus diperbaiki.Hasil daya pembeda
menunjukkan soal belum dapat maksimal membedakan peserta
didik yang pandai dengan yang tidak pandai. Hal ini dikarenakan
10 soal hanya sekali diterapkan kepada peserta didik. Apabila, 10
soal diterapkan berulang dengan perbaikan soal setiap analisis daya
pembeda maka soal semakin berkualitas, sehingga soal dapat
menunjukkan peserta didik yang pandai dengan yang tidak pandai.
Hasil daya beda (DP) berkorelasi dengan tingkat kesulitan
soal. Penilaian tingkat kesulitan secara rata-rata dari 10 soal
berkategori “mudah” dengan skor 0,729. Skor tingkat kesulitan
semakin tinggi berarti soal semakin mudah. Hal ini
mengindikasikan perlu adanya tingkat kesulitan yang lebih
bervariasi dari sukar, sedang, dan mudah dengan mengubah tingkat
kesulitan semua soal.
Berdasarkan analisis butir soal uraian teori ulir dihasilkan
nilai rata-rata. Adapun, nilai rata-rata soal uraian teori ulir adalah
90
79,63. Penilaian ini lebih tinggi dari standar Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta pada aspek
pengetahuan sekitar 76. Hasil ini menunjukkan tes uraian teori ulir
efektif meningkatkan aspek pengetahuan sebesar 3,63.
Gambar 19. Grafik aspek pengetahuanpada nilai teori ulir
Penilaian pada aspek pengetahuan yang berikutnya adalah
penilaian isian. Penilaian isian pada penelitian pengembangan
produk berbentuk penilaian work preparation (WP). Penilaian yang
dihasilkan dari 30 peserta didik mengerjakan perencanaan praktik
pembubutan ulir metrik dan withworth. Rata-rata nilai dari hasil
pekerjaan WP oleh peserta didik diperoleh nilai 80,17. Penilaian tes
uraian WP menunjukkan lebih tinggi dari standar KKM SMK
Negeri 2 Depok Sleman pada penilaian aspek pengetahuan sekitar
76. Oleh karena itu, tes uraian WP efektif meningkatkan aspek
pengetahuan sebesar 4,17sehingga peserta didik mampu merancang
praktik pemesinan bubut.
0
20
40
60
80
100
KKM
76
Nila
i
90
79,63. Penilaian ini lebih tinggi dari standar Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta pada aspek
pengetahuan sekitar 76. Hasil ini menunjukkan tes uraian teori ulir
efektif meningkatkan aspek pengetahuan sebesar 3,63.
Gambar 19. Grafik aspek pengetahuanpada nilai teori ulir
Penilaian pada aspek pengetahuan yang berikutnya adalah
penilaian isian. Penilaian isian pada penelitian pengembangan
produk berbentuk penilaian work preparation (WP). Penilaian yang
dihasilkan dari 30 peserta didik mengerjakan perencanaan praktik
pembubutan ulir metrik dan withworth. Rata-rata nilai dari hasil
pekerjaan WP oleh peserta didik diperoleh nilai 80,17. Penilaian tes
uraian WP menunjukkan lebih tinggi dari standar KKM SMK
Negeri 2 Depok Sleman pada penilaian aspek pengetahuan sekitar
76. Oleh karena itu, tes uraian WP efektif meningkatkan aspek
pengetahuan sebesar 4,17sehingga peserta didik mampu merancang
praktik pemesinan bubut.
KKM Teori Ulir
76 79.63
Tes Pengetahuan
Nila Aspek Pengetahuan
90
79,63. Penilaian ini lebih tinggi dari standar Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta pada aspek
pengetahuan sekitar 76. Hasil ini menunjukkan tes uraian teori ulir
efektif meningkatkan aspek pengetahuan sebesar 3,63.
Gambar 19. Grafik aspek pengetahuanpada nilai teori ulir
Penilaian pada aspek pengetahuan yang berikutnya adalah
penilaian isian. Penilaian isian pada penelitian pengembangan
produk berbentuk penilaian work preparation (WP). Penilaian yang
dihasilkan dari 30 peserta didik mengerjakan perencanaan praktik
pembubutan ulir metrik dan withworth. Rata-rata nilai dari hasil
pekerjaan WP oleh peserta didik diperoleh nilai 80,17. Penilaian tes
uraian WP menunjukkan lebih tinggi dari standar KKM SMK
Negeri 2 Depok Sleman pada penilaian aspek pengetahuan sekitar
76. Oleh karena itu, tes uraian WP efektif meningkatkan aspek
pengetahuan sebesar 4,17sehingga peserta didik mampu merancang
praktik pemesinan bubut.
91
Gambar 20. Grafik nilai aspek pengetahuan pada nilai WP
Hasil penilaian WP dikembangkan ke bentuk nilai
pengkategorian. Nilai tes uraian WP yang dikerjakan oleh peserta
didik diolah menjadi nilai kategori “sangat baik” dan skor rata-rata
1,57. Hasil ini mengindikasikan peserta didik telah mengerjakan
WP sesuai dengan gambar kerja. Pengerjaan ulir metrik dan
withworth yang dirancang pada gambar kerja diinterpretasikan
pada pengerjaan WP sebagai acuan untuk praktik. Setiap indikator
WP telah dikerjakan oleh peserta didik dengan mengacu pada
gambar kerja.
Berdasarkan hasil penilaian WP dapat dikonversikan ke
bentuk nilai persentasi (%). Hasil konversi diperoleh nilai 56,7%
kategori “sangat baik” dan 43,3% kategori “baik.” Konversi nilai
ke bentuk persentasi mengadopsi Grinnell (1988: 160). Hasil
lengkap konversi dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.
0
20
40
60
80
10076
Nila
i
91
Gambar 20. Grafik nilai aspek pengetahuan pada nilai WP
Hasil penilaian WP dikembangkan ke bentuk nilai
pengkategorian. Nilai tes uraian WP yang dikerjakan oleh peserta
didik diolah menjadi nilai kategori “sangat baik” dan skor rata-rata
1,57. Hasil ini mengindikasikan peserta didik telah mengerjakan
WP sesuai dengan gambar kerja. Pengerjaan ulir metrik dan
withworth yang dirancang pada gambar kerja diinterpretasikan
pada pengerjaan WP sebagai acuan untuk praktik. Setiap indikator
WP telah dikerjakan oleh peserta didik dengan mengacu pada
gambar kerja.
Berdasarkan hasil penilaian WP dapat dikonversikan ke
bentuk nilai persentasi (%). Hasil konversi diperoleh nilai 56,7%
kategori “sangat baik” dan 43,3% kategori “baik.” Konversi nilai
ke bentuk persentasi mengadopsi Grinnell (1988: 160). Hasil
lengkap konversi dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.
KKM Work Preparation(WP)
76 80.17
Tes Pengetahuan
Nila Aspek Pengetahuan
91
Gambar 20. Grafik nilai aspek pengetahuan pada nilai WP
Hasil penilaian WP dikembangkan ke bentuk nilai
pengkategorian. Nilai tes uraian WP yang dikerjakan oleh peserta
didik diolah menjadi nilai kategori “sangat baik” dan skor rata-rata
1,57. Hasil ini mengindikasikan peserta didik telah mengerjakan
WP sesuai dengan gambar kerja. Pengerjaan ulir metrik dan
withworth yang dirancang pada gambar kerja diinterpretasikan
pada pengerjaan WP sebagai acuan untuk praktik. Setiap indikator
WP telah dikerjakan oleh peserta didik dengan mengacu pada
gambar kerja.
Berdasarkan hasil penilaian WP dapat dikonversikan ke
bentuk nilai persentasi (%). Hasil konversi diperoleh nilai 56,7%
kategori “sangat baik” dan 43,3% kategori “baik.” Konversi nilai
ke bentuk persentasi mengadopsi Grinnell (1988: 160). Hasil
lengkap konversi dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.
92
Tabel 44Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi padapenilaian WP
Kriteria Frekuensi Persentase
Sangat Baik 17 56,7%Baik 13 43,3%
Kurang Baik 0 0,0%
Tidak Baik 0 0,0%JUMLAH 30 100%
Jenis penilaian sikap yang digunakan adalah observasi dan
jurnal (anecdotal record/catatan anekdot). Penilaian sikap tersebut
dilakukan pada materi teori dan materi praktik. Materi teori ulir
sebagai pengetahuan dasar sebelum menjalankan praktik
pengerjaan ulir dengan menggunakan pendekatan saintifik.
Penilaian observasi sikap belajar peserta didik denganrating scale
menghasilkan rata-rata nilai 2,99 dengan kategori “sering” pada
pembelajaran teori di pertemuan ke-1. Penilaian pada pertemuan
ke-2 sampai ke-4 adalah pembelajaran praktik yang menghasilkan
nilai rata-rata 3,23 dengan kategori “sering”, nilai 3,22 dengan
kategori “sering.” dan nilai 3,38 dengan kategori “selalu.”
Penilaian ini menunjukkan sikap belajar peserta didik pada materi
teori dan praktik ulir metrik dan withworth setiap pertemuan terjadi
peningkatkan keaktifan belajar. Secara keseluruhan, keempat nilai
rata-rata dihasilkan dengan kategori “sering.”
Catatan anekdot diperoleh dari sikap belajar peserta didik
pada pembelajaran teori dan praktik. Hasil catatan anekdot pada
pembelajaran teori menghasilkan kegiatan belajar diantaranya (1)
kegiatan diskusi; (2) presentasi; dan (3) mengerjakan soal uraian
berlangsung. Pembelajaran praktik terdapat berbagai catatan sikap
belajar peserta didik. Hasil catatan sikap pada pertemuan ke-2
sampai ke-4 yaitu (1) kegiatan saat memperhatikan pengantar
praktik oleh guru; (2) bertanya kepada guru; (3) diskusi dengan
teman; (4) me-setting benda kerja dan pahat; (5) mengatur
93
kecepatan putar; (6) memahami gambar kerja dan WP; dan (7)
membubut muka (facing), rata (roughing), bertingkat, alur, ulir
metrik dan withworth, dan membuat laporan praktik.
Berdasarkan penilaian sikap menunjukkan dominan sikap
peserta didik aktif mengerjakan mengikuti pelajaran. Keaktifan
tersebut terdapat pada antusias berdiskusi kepada guru dan teman
serta mengerjakan praktik. Walaupun, peserta didik masih ada
beberapa yang tidak aktif dikarenakan menunggu giliran
menggunakan mesin. Penilaian yang dijadikan acuan keaktifan
peserta didik didasari lampiran Permendikbud nomor 104 tentang
Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah. Peraturan menyatakan hasil akhir dari penilaian sikap
dihitung berdasarkan modus/nilai yang sering muncul atau kegiatan
yang sering dilakukan. Nilai mayoritas dari hasil penilaian sikap ini
mengindikasikan mata pelajaran teknik pemesinan bubut mampu
meningkatkan sikap belajar peserta didik.
Penilaian keterampilan kerja terdiri dari penilaian diri,
produk, unjuk kerja, dan tertulis. Penilaian diri dilakukan dengan
mengisi kemajuan kerja peserta didik pada pembelajaran praktik.
Penilaian kemajuan kerja dilakukan saat praktik selama 3 kali
pertemuan (pertemuan ke-2 sampai ke-4). Peserta didik
mengerjakan “bakalan” ulir pada pertemuan ke-2. Peserta didik
mengerjakan “bakalan” ulir dan ulir metrik atau withworth pada
pertemuan ke-3. Peserta didik mengerjakan ulir metrik dan
withworth di pertemuan ke-4.
94
Tabel 45Data kemajuan kerja pembuatan ulir metrik dan withworth
Pengerjaan UlirPertemuan ke-2 Pertemuan ke-3 Pertemuan ke-4Selesai Belum Selesai Belum Selesai Belum
“Bakalan” ulir 4 26“Bakalan” ulir 30Ulir metrik atau ulirwithworth
11 19
“Bakalan” ulir, ulirmetrik dan ulir withworth
3 27
“Bakalan” ulir, ulirmetrik, ulir withworth,dan laporan praktik
30
Penilaian Pembuatan ulir yang sudah selesai dinilai
produknya oleh guru. Penilaian produk ulir metrik dan
withworthterdiri dari 3 komponen yaitu kesesuaian produk (75%),
tampilan benda kerja (10%), dan waktu pengerjaan (15%). Produk
yang dikerjakan oleh peserta didik diperoleh nilai rata-rata 85,36.
Penilaian tersebut meningkat dari standar KKM aspek keterampilan
80 di SMK Negeri 2 Depok Sleman. Oleh karena itu, penilaian
produk mengalami peningkatan 5,36. Hasil tersebut menyatakan
peserta didik aktif mengerjakan praktik ulir metrik dan withworth.
Selain itu, penilaian produk ini menunjukkan kualifikasi
kemampuan aspek keterampilan. Kualifikasi ini sesuai dengan
Permendikbud nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Kualifikasi kemampuan aspek
keterampilan pada SMK adalahmemiliki kemampuan pikir dan tindak
yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai
pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.
Kemampuan berpikir dan bertindak yang efektif dan kreatif ditunjukkan
pada hasil praktik peserta didik yang berupa produk ulir metrik dan
withworth.
95
Gambar 21. Grafik data penilaian produk pembuatan ulir metrik dan withworth
Penilaian unjuk kerja yang dilakukan pada penelitian
pengembangan produk adalah penilaian presentasi. Penilaian ini
dilakukan dengan mengobservasi proses presentasi dari setiap
kelompok. Materi yang dipresentasikan berupa hasil diskusi dari
setiap kelompok. Proses presentasi dilakukan oleh 8 kelompok
dengan masing-masing kelompok berjumlah 3-4 peserta didik.
Hasil presentasi pelajaran teori ulir oleh peserta didik diperoleh
nilai rata-rata 83,88. Penilaian presentasi mengalami peningkatan
dari standar KKM aspek keterampilan 80 di SMK Negeri 2 Depok
Sleman. Oleh karena itu, penilaian produk meningkat sebesar 3,88.
Hasil tersebut menunjukkan peserta didik aktif mengikuti kegiatan
presentasi kelompok.
Gambar 22. Grafik penilaian presentasi kelompok materi teori ulir
020406080
100
KKM
80N
ilai
020406080
100
Nila
i
95
Gambar 21. Grafik data penilaian produk pembuatan ulir metrik dan withworth
Penilaian unjuk kerja yang dilakukan pada penelitian
pengembangan produk adalah penilaian presentasi. Penilaian ini
dilakukan dengan mengobservasi proses presentasi dari setiap
kelompok. Materi yang dipresentasikan berupa hasil diskusi dari
setiap kelompok. Proses presentasi dilakukan oleh 8 kelompok
dengan masing-masing kelompok berjumlah 3-4 peserta didik.
Hasil presentasi pelajaran teori ulir oleh peserta didik diperoleh
nilai rata-rata 83,88. Penilaian presentasi mengalami peningkatan
dari standar KKM aspek keterampilan 80 di SMK Negeri 2 Depok
Sleman. Oleh karena itu, penilaian produk meningkat sebesar 3,88.
Hasil tersebut menunjukkan peserta didik aktif mengikuti kegiatan
presentasi kelompok.
Gambar 22. Grafik penilaian presentasi kelompok materi teori ulir
KKM Produk
80 85.3
Tes Keterampilan
Penilaian Produk
KKM Presentasi
80 83.88
Tes Keterampilan
Penilaian Presentasi
95
Gambar 21. Grafik data penilaian produk pembuatan ulir metrik dan withworth
Penilaian unjuk kerja yang dilakukan pada penelitian
pengembangan produk adalah penilaian presentasi. Penilaian ini
dilakukan dengan mengobservasi proses presentasi dari setiap
kelompok. Materi yang dipresentasikan berupa hasil diskusi dari
setiap kelompok. Proses presentasi dilakukan oleh 8 kelompok
dengan masing-masing kelompok berjumlah 3-4 peserta didik.
Hasil presentasi pelajaran teori ulir oleh peserta didik diperoleh
nilai rata-rata 83,88. Penilaian presentasi mengalami peningkatan
dari standar KKM aspek keterampilan 80 di SMK Negeri 2 Depok
Sleman. Oleh karena itu, penilaian produk meningkat sebesar 3,88.
Hasil tersebut menunjukkan peserta didik aktif mengikuti kegiatan
presentasi kelompok.
Gambar 22. Grafik penilaian presentasi kelompok materi teori ulir
96
Hasil penilaian presentasi kelompok dikembangkan ke nilai
pengkategorian. Pengkategorian ini mengacu padaWagiran (2013:
337). Hasil presentasi peserta didik diubah ke nilai pengkategorian
sehingga skor rata-rata 3,36 dengan kategori “sangat baik.”
Presentasi pada materi teori ulir mampu menumbuhkan keaktifan
belajar. Bentuk keaktifan tercermin pada rasa senang dengan materi
yang dipelajari dan guru yang menyampaikan materi mudah
dipahami. Berdasarkan keaktifan belajar menghasilkan
kemandirian belajar peserta didik. Dampak tersebut terbukti dengan
penilaian presentasi yang dominan “sangat baik” dan “baik” dalam
mempresentasikan materi ulir.
Tabel 46Data penilaian presentasi kelompok materi teori ulir
JumlahResponden
Rata-Rata
Penilaian Kategori Rata-RataKategoriKategori Jumlah Kategori Jumlah
30 3,36 Baik 12 SangatBaik
18 Sangat Baik
Penilaian tertulis pada penelitian pengembangan produk
adalah penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth.
Laporan praktik dikerjakan setelah peserta didik selesai praktik
membuat ulir metrik dan withworth. Hasil pengerjaan laporan
praktik diperoleh nilai rata-rata 81,5. Penilaian presentasi
mengalami peningkatan dari standar KKM aspek keterampilan 80
di SMK Negeri 2 Depok Sleman. Peningkatan tersebut sebesar 1,5.
Hasil tersebut menunjukkan peserta didik aktif mengerjakan
laporan praktik dan bersungguh-sungguh mengerjakannya.
97
Gambar 23. Grafik penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth
Hasil penilaian laporan praktik dapat dikembangkan ke nilai
pengkategorian. Laporan praktik yang dikerjakan peserta didik
diperoleh nilai rata-rata 3,26 dengan kategori “sangat baik.” Hasil
tersebut menunjukkan peserta didik mengerjakan laporan sesuai
dengan pedoman penulisan dan memahami laporan yang dibuatnya.
Peserta didik yang aktif mengerjakan praktik ulir, maka berdampak
pada pembuatan laporan praktik sesuai dengan langkah kerja
praktik ulir, sehingga hasil laporan praktik menjadi berkualitas.
Hasil ini terbukti dengan nilai pembuatan laporan praktik yang
dominan “sangat baik” dan “baik.”
Tabel 47Data penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth
JumlahResponden
Rata-Rata
Penilaian Kategori Rata-RataKategoriKategori Jumlah Kategori Jumlah
30 3,26 Baik 14 SangatBaik
16 Sangat Baik
c) Data Respon Peserta Didik terhadap Proses Pembelajaran
Penilaian yang mana peserta didik menilai pembelajaran
selama 4 pertemuan. Pembelajaran praktik pembubutan ulir metrik
dan withworth dinilai oleh peserta didik untuk mengetahui tingkat
0
20
40
60
80
100 80N
ilai
97
Gambar 23. Grafik penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth
Hasil penilaian laporan praktik dapat dikembangkan ke nilai
pengkategorian. Laporan praktik yang dikerjakan peserta didik
diperoleh nilai rata-rata 3,26 dengan kategori “sangat baik.” Hasil
tersebut menunjukkan peserta didik mengerjakan laporan sesuai
dengan pedoman penulisan dan memahami laporan yang dibuatnya.
Peserta didik yang aktif mengerjakan praktik ulir, maka berdampak
pada pembuatan laporan praktik sesuai dengan langkah kerja
praktik ulir, sehingga hasil laporan praktik menjadi berkualitas.
Hasil ini terbukti dengan nilai pembuatan laporan praktik yang
dominan “sangat baik” dan “baik.”
Tabel 47Data penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth
JumlahResponden
Rata-Rata
Penilaian Kategori Rata-RataKategoriKategori Jumlah Kategori Jumlah
30 3,26 Baik 14 SangatBaik
16 Sangat Baik
c) Data Respon Peserta Didik terhadap Proses Pembelajaran
Penilaian yang mana peserta didik menilai pembelajaran
selama 4 pertemuan. Pembelajaran praktik pembubutan ulir metrik
dan withworth dinilai oleh peserta didik untuk mengetahui tingkat
KKM Laporanpraktik
80 81.5
Tes Keterampilan
Penilaian Laporan Praktik
97
Gambar 23. Grafik penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth
Hasil penilaian laporan praktik dapat dikembangkan ke nilai
pengkategorian. Laporan praktik yang dikerjakan peserta didik
diperoleh nilai rata-rata 3,26 dengan kategori “sangat baik.” Hasil
tersebut menunjukkan peserta didik mengerjakan laporan sesuai
dengan pedoman penulisan dan memahami laporan yang dibuatnya.
Peserta didik yang aktif mengerjakan praktik ulir, maka berdampak
pada pembuatan laporan praktik sesuai dengan langkah kerja
praktik ulir, sehingga hasil laporan praktik menjadi berkualitas.
Hasil ini terbukti dengan nilai pembuatan laporan praktik yang
dominan “sangat baik” dan “baik.”
Tabel 47Data penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth
JumlahResponden
Rata-Rata
Penilaian Kategori Rata-RataKategoriKategori Jumlah Kategori Jumlah
30 3,26 Baik 14 SangatBaik
16 Sangat Baik
c) Data Respon Peserta Didik terhadap Proses Pembelajaran
Penilaian yang mana peserta didik menilai pembelajaran
selama 4 pertemuan. Pembelajaran praktik pembubutan ulir metrik
dan withworth dinilai oleh peserta didik untuk mengetahui tingkat
98
efektivitas pelaksanaan pembelajaran. Penilaian respon peserta
didik terhadap pembelajaran ada 2 aspek penilaian, yaitu penyajian
materi dan penggunaan bahasa. Respon peserta didik dilakukan
dengan mengisi kuisioner. Hasil penilaian dari aspek penyajian
materi terhadap 30 peserta didik diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 48Data respon peserta didik terhadap penyajian materi
JumlahResponden
Rata-Rata
Penilaian Kategori Rata-RataKategoriKategori Jumlah Kategori Jumlah
30 2,97 Baik 27 SangatBaik
3 Sangat Baik
Penilaian penyajian materi menekankan pada cara guru
mengajar menggunakan pendekatan saintifik. Hasil yang diperoleh
dari pengisian kuisioner secara rata-rata peserta didik menilai
penyajian materi berkategori “baik” dengan nilai 2,97. Hasil
tersebut menjelaskan penyajian guru pada materi teori dan praktik
ulir dinlai baik oleh peserta didik. Hal ini dipengaruhi oleh
keaktifan dan kemandirian peserta didik yang baik, sehingga
mampu mengerjakan prektik ulir sesuai gambar kerja. Walaupun,
saat pembelajaran ada saja yang tidak aktif dikarenakan menunggu
giliran menggunakan mesin bubut.
Hasil penilaian dengan pengkategorian dapat dikonversikan
ke bentuk persentasi. Data konversi menghasilkan nilai 10%
peserta didik kategori “sangat baik” dan 90% peserta didik kategori
“baik” terhadap respon penyajian materi. Hasil konversi data
menunjukkan pembelajaran praktik pembubutan ulir
menumbuhkan rasa antusias, menggunakan model dan metode
pembelajaran yang bervariasi, belajar aktif, belajar mandiri,
kerjasama tim, mampu memecahkan masalah, dan menumbuhkan
kreativitas, inovatif, dan kritis dalam belajar.
99
Penilaian respon peserta didik juga menilai aspek bahasa.
Aspek yang mana dinilai oleh peserta didik dengan rata-rata pada
penggunaan bahasa berkategori “baik” dengan nilai 3. Hasil yang
mana menjelaskan guru menyampaikan materi dengan
menggunakan yang jelas, menarik, dan mudah dipahami oleh
peserta didik. Selain itu, intonasi suara yang baik memberikan
dampak pada kejelasan suara guru menerangkan materi.
Tabel 49Data respon peserta didik terhadap penggunaan bahasa
JumlahResponden
Rata-Rata
Penilaian Kategori Rata-RataKategoriKategori Jumlah Kategori Jumlah
30 3 Baik 25 SangatBaik
5 Baik
Penilaian respon peserta didik terhadap penggunaan bahasa
dapat dikonversikan ke bentuk penilaian persentasi. Hasil konversi
diperoleh data Apabila, penilaian ini dikonversikan ke bentuk
persentasi, maka dihasilkan 16,7% peserta didik kategori “sangat
baik” dan 83,3% peserta didik kategori “baik.” Hal ini menjadikan
pembelajaran praktik pembubutan ulir sangat menarik,
penyampaian dan kejelasan materi mudah dipahami, dan timbulnya
komunikasi yang positif antara guru dengan peserta didik dalam
pembelajaran.
4. ENDRI TRIYIWONO: Pengembangan Perangkat Assessment for
Learning melalui Lesson Study pada Kompetensi Praktik Pemesinan
Siswa SMK sesuai Kurikulum 2013
Pada bab ini, akan dibahas hasil-hasil penelitian pengembangan
perangkat Assesment for Learning melalui pendekatan Lesson Study meliputi
hasil pengembangan perangkat, hasil validasi pakar, hasil Focus Group
Discusion dan hasil ujicoba instrumen pada ujicoba terbatas maupun
diperluas. Perangkat penilaian ini digunakan untuk menilai siswa selama
100
pembelajaran praktik pemesinan berlangsung. Cakupan penilaian meliputi
keterampilan kerja, sikap kerja dan hasil (proses dan produk).
Pengembangan dalam penelitian ini meliputi pengembangan
perangkat penilaian praktik siswa dengan pendekatan Lesson Study sebagai
bagian dari proses penilaian yang dilaksanakan. Pengembangan perangkat ini
dimaksudkan untuk membuktikan efektifitas, keberfungsian dan
keterlaksanaan perangkat penilaian yang dibuktikan sebagai alat ukur
penilaian melalui validitas dan reliabilitas perangkatnya. Adapun
pengembangan perangkat Assesment for Learning dilakukan dengan
menggunakan langkah- langkah pengembangan Reseachand Development
yang disusun oleh Borg & Gall (1989).
Pengembangan awal dimulai dengan studi literatur dan observasi di
industri serta di Sekolah Menengah Kejuruan sebagai tempat berlangsungnya
praktik siswa. Hasil yang didapat adalah draft pertama perangkat penilaian
Assesment for Learning menggunakan pendekatan Lesson Study. Draft
selanjutnya divalidasi oleh 2 orang ahli dalam bidang pendidikan kejuruan
khususnya teknik pemesinan dan Lesson Study. Hasil dari expert judgement
adalah draft perangkat penilaian yang kedua. Draft perangkat kedua
selanjuntya dilakukan penyempurnaan melalui kegiatan Focus Group
Discussion (FGD) dengan mengundang guru-guru teknik pemesinan dari
beberapa SMK se-kota Yogyakarta dengan beberapa dosen teknik pemesinan
dari Fakultas Teknik UNY. Hasil dari tahap ini yaitu rancangan perangkat
penilaian Assesment for Learning menggunakan pendekatan Lesson Study
yang sudah siap diujicoba untuk mengetahui keterbacaan oleh guru dan siswa.
Adapun hasil akhir dari tahapan diatas dirangkum pada bagian hasil
pengembangan produk awal.
Uji coba terbatas merupakan tahap selanjutnya setelah pengembangan
produk awal sudah selesai. Dalam tahap uji coba dilakukan menggunakan
siklus Lesson Study yaitu Plan, Do, See serta Redesign. Ujicoba terbatas
diawali dengan diskusi dengan guru pemesinan di SMKN 2 Depok
khususnya guru pengajar praktik kelas XII A terkait pelaksanaan proses
101
penilaian yang akan dilaksanakan. Ujicoba terbatas dilakukan dengan
mengambil beberapa sampel siswa. Setelah pelaksanaan ujicoba terbatas,
perangkat penilaian divalidasi oleh dua guru tersebut. Dari validasi tersebut
didapat juga masukan-masukan guna penyempurnaan lagi perangkat penilaian
terkait dengan teknik pelaksanaannya. Hasil akhir tahap ini adalah perangkat
Assesment for Learning awal yang siap diujicoba secara luas. Hasil Ujicoba
terbatas ditampilkan pada bagian hasil ujicoba produk terbatas.
Ujicoba diperluas merupakan tahapan akhir dari pengembangan
perangkat Assesment for Learning menggunakan pendekatan Lesson Study.
Pelaksanaan dilaksanakan dikelas XII SMK N 2 Depok. Validasi dilakukan
selama proses ujicoba diperluas untuk menguji sejauhmana efektifitas
perangkat, keberfungsian perangkat serta keterlaksanaan penilaian. Hasil
ujicoba diperluas ditampilkan pada bagian hasil ujicoba produk diperluas.
a. Hasil Pengembangan Produk Awal
1) Hasil Observasi di PT YPTI
Pengembangan perangkat Assesment for Learning diawali
dengan observasi ke industri 1 bulan. Industri yang dipilih yaitu PT.
Yogya Presisi Teknikatama Industri (PT. YPTI). Pemilihan industri
didasarkan pada beberapa pertimbangan : 1) PT. YPTI merupakan
salah satu perusahaan yang didalam proses produksinya menggunakan
mesin perkakas baik konvensional maupun CNC. 2) meskipun
teknologi yang digunakan sudah cukup tinggi, tetapi mesin
konvensional masih digunakan secara optimal sebagai mesin produksi.
3) mayoritas karyawan merupakan lulusan SMK jurusan teknik
pemesinan.
Adapun hasil dari observasi di PT. YPTI bahwa dalam proses
produksi yang dilaksanakan, dilakukan penilaian kerja pada karyawan.
Penilaian dilakukan pada karyawan baru maupun lama. Adapun
karyawan baru penilaian dilakukan pada tahap training dimana
pekerja dinilai dari sikap kerja dan juga keterampilan kerja mereka.
102
Sedangkan untuk karyawan lama dilakukan penilaian sikap kerja yang
berhubungan dengan kedisiplinan maupun sop kerja.
2) Observasi di SMK
Observasi lapangan kedua dilakukan di SMK. Observasi ini
bertujuan untuk menggali sejauh mana pelaksanaan pembelajaran
praktik dan penilaian yang sedang digunakan untuk menilai unjuk
kerja siswa. SMK yang dipilih sebagai tempat observasi adalah SMK
Negeri 2 Depok dan SMK Negeri 2 Pengasih dengan alasan SMK ini
memiliki program keahlian teknik pemesinan dan termasuk sekolah
piloting projek Kurikulum 2013 dan memiliki guru-guru dan sarana
pembelajaran praktik yang memadai. Secara singkat beberapa hasil
observasi di SMK N 2 Depok dan SMK N 2 Pengasih berkaitan
dengan model penilaian unjuk kerja siswa dalam pembelajaran praktik
pemesinan diuraikan pada bagian berikut ini.
Penilaian praktik diSMK dilakukan pada tiga ranah yaitu
kognitif, afektif serta psikomotorik. Kognitif dilakukan melalui
pembuatan WP, afektif dilakukan melalui penilaian sikap dengan
proporsi 30 % nilai total serta penilaian produk.
3) Rancangan produk awal
Setelah observasi dilaksanakan, tahapan selanjuntya adalah
perancangan penilaian berdasarkan temuan yang ada. Rancangan
disesuaikan dengan SKKNI yang ada. Rancangan yang dibuat selanjutnya
dilakukan validasi pakar. Adapu hasil validasi pakar adalah sebagai
berikut:
103
Tabel 50Validasi perangkat penilaian
No Kriteria Rata-rataRata-rata
per Kriteria Keterangan
1 Validitas3.5
3.50 Sangat baik34
2 Reliabilitas4
3.67 Sangat baik34
3 Objektif3.5
3.75 Sangat baik4
4 Sistematik3
3.67 Sangat baik44
5 Kepraktisan
3
3 Baik333
Rerata validitas 3.52 Sangat baik
Sedang hasil uji reliabilitasnya menggunakan cohen kappa adalah
sebagai berikut:
Tabel 51Data reliabilitas menggunakan cohen kappa
Value Asymp. Std.Errora
Approx.Tb
Approx.Sig.
Measure ofKappa Agreement .737 .167 2.958 .003N of Valid Cases 15a. Not assuming the null hypothesis.b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Nilai reliabilitas > 0,737 tergolong reliabilitas tinggi, sehingga
dapat dibuktikan bahwa rancangan perangkat awal penilaian yang
digunakan merupakan perangkat yang reliabel.
4) Hasil Focus Group Discussion(FGD)
104
Perangkat selanjutnya dilakukan validasi lagi oleh para guru-guru
melalui kegiatan FGD. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 52Data FGD instrumen penilaian
No Indikator Item Rerata Rerata per item Ket
1Petunjuk
1 3.53.35 Baik sekali
2 2 3.23
Materi
1 3.1
3.29 Baik
4 2 35 3 3.16 4 37 5 38 6 3.89 7 410 Tata
bahasa1 3.8
3.4 Baik sekali11 2 3Rerata 3.32 Baik sekali
Adapun hasil validasi menunjukan point 3,32 tergolong baik sekali.
Selanjutnya hasil uji reliabilitas didapat hasil sebagai berikut
Tabel 53Data reliabilitas menggunakan intraclass correlation coefficient(ICC)
IntraclassCorrelatio
nb
95% Confidence Interval F Test with True Value 0LowerBound
Upper Bound Value df1 df2 Sig
Single Measures .663a .457 .865 20.659 10 90 .000AverageMeasures
.952c .894 .985 20.659 10 90 .000
Hasil uji reliabilitas menempatkan pada poin 0,663, sehingga dapat
dikategorikan perangkat termasuk kategori tinggi.
b. Hasil Ujicoba Produk
1) Uji Coba Terbatas
Hasil ujicoba terbatas didapat hasil sebagai berikut ini.
Tabel 54
105
Data uji coba terbatas
No Kriteria Rerata peritem
1 Validitas
32.253.25
2
2 Reliabilitas3
2.253
3 Objektif2.253.25
4 Sistematik3
3.252
5 Kepraktisan2.253.25
3Rerata 2,73
Rerata hasil ujicoba terbatas menunjukan nilai 2,73 dan termasuk
sedang, sehingga perlu dilakukan perbaikan. Adapun uji reliabiltasnya
adalah sebagai berikut.
Tabel 55Data Intraclass Correlation Coefficient pada uji coba terbatas
IntraclassCorrelationb
95% Confidence Interval F Test with True Value 0LowerBound
UpperBound
Value df1 df2 Sig
Single Measures .601a .355 .816 7.023 14 42 .000AverageMeasures
.858c .687 .947 7.023 14 42 .000
Hasil ujicoba reliabilitas menunjukan 0,601. Dan termasuk kategori
good. Sehingga perangkat dapat digunakan untuk ujicoba diperluas dengan
beberapa perbaikan.
2) Ujicoba Diperluas
Hasil ujicoba diperluas yaitu sebagai berikut:
Tabel 56
106
Data uji coba diperluas
No Kriteria Rerata peritem
1 Validitas
3.252.75
42.25
2 Reliabilitas43
3.25
3 Objektif33
4 Sistematik3.253.25
3
5 Kepraktisan3.753.25
4Rata-rata 3,27
Hasil validasi menunjukan poin 3,27 termasuk pada kategori tinggi
sehingga dapat dikatakan perangkat penilaian valid. Smentara hasil uji
reliabilitas adalah sebagai berikut:
Tabel 57Data Intraclass Correlation Coefficient pada uji coba diperluasIntraclass
Correlationb95% Confidence Interval F Test with True Value 0
LowerBound
UpperBound
Value df1 df2 Sig
Single Measures .614a .370 .823 7.357 14 42 .000AverageMeasures
.864c .702 .949 7.357 14 42 .000
Hasil ujicoba menunjukan poin 0,614 termaasuk dalam kategori
tinggi. Sehingga dapat dikatakan perangkat valid dan reliabel.
5. B. AGUS MUNADI: Implementasi Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Prestasi Siswa pada Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Las
Oxy Asitilin di SMK
107
a. Hasil Penelitian
Secara garis besar kegiatan pembelajaran pada penelitian ini
dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari studi
pendahuluan, perencanaan, observasi terhadap kegiatan inti pembelajaran,
dan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
1) Siklus Pertama
Penelitian pada siklus pertama ini dilakukan dengan: (a)
identifikasi permasalahan menyangkut bahan ajar dan strategi
pembelajaran yang akan digunakan, (b) menyajikan materi pelajaran
tentang Las Oxy Asitilyn, (c) melakukan observasi atau pengamatan
sebagai evaluasi dengan menggunakan daftar observasi, (d)
melakukan pengamatan aktivitas siswa sebagai dampak penggunaan
pembelajaran Problem Based Learning.
a) Studi Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan diawali dengan survei dilokasi
dimana tempat tersebut akan digunankan sebagai tempat
penelitian, mengingat degan berbagai keadaan baik guru dan
situasi sekolah.
b) Perencanaan
Dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), yang meliputi: (1) tujuan pembelajaran, (2) kompetensi
dan materi pembelajaran, (3) strategi pembelajaran, dan (4)
evaluasi hasil belajar.
c) Tindakan
Pada saat kegiatan inti guru melakukan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning, guru
membagi kelas menjadi 6 (enam) kelompok yang heterogen dari
jenis kelamin dan kemampuannya.
d) Observasi
Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Problem
Based Learning, siswa dituntut memiliki kemampuan
108
bekerjasama untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan
guru dalam lembar kerja. Tiap individu dituntut untuk menggali
atau menginvestigasi informasi dari berbagai sumber yang
relevan, sehingga seluruh anggota menguasai materi
pembelajaran. Mengenai hasil observasi kinerja siswa dalam
pembelajaran dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 58Kinerja Siswa dalam Pembelajaran (Siklus 1)
No. UraianObserverI II
1 Mengajukan pertanyaan C C2 Menjawab pertanyaan C C3 Mengeluarkan pendapat C C4 Menyimak pelajaran dalam kelas C C
5Perilaku siswa dalam mengerjakantugas
C C
6 Menyerahkan tugas tepat waktu C C7 Tentang hasil belajar B B
Pada rangkaian kegiatan siklus 1, didapat hasil observasi
kinerja siswa yang telah dilakukan oleh observer. Data tersebut adalah
sebagai berikut:
(1) Perhatian siswa dalam proses pembelajaran observer menilai
cukup, hal ini ditandai dengan siswa masih ada yang mengobrol,
sebagian besar siswa memperhatikan ketika proses pembelajaran
berlangsung, dan siswa masih ada yang bercanda.
(2) Keberanian siswa dalam bertanya dan mengkomentari masih
kurang, kecuali untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas cukup baik.
(3) Jawaban siswa rata-rata cukup, dan dalam mengembangkan
jawaban rata-rata cukup.
(4) Kesungguhan siswa dalam proses pembelajaran rata-rata cukup,
siswa yang keluar masuk selama proses pembelajaran sedikit.
109
(5) Siswa yang bertanya cukup jumlahnya, namun keberanian siswa
belum muncul dalam hal mengemukakan pendapat.
(6) Kemampuan menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru dan
menyelesaikan tepat waktu, menurut observer masih kurang.
Masih banyak siswa yang hanya memahami materi dari
kelompoknya sendiri dan kurang memperhatikan materi dari
kelompok lain. Hal ini berakibat pada ketidakmampuan siswa
dalam menjawab soal evaluasi secara kesuluruhan dan cenderung
untuk mencontek temanya.
(7) Sementara hasil prestasi belajar siswa pada siklus pertama baik,
hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mampu memperoleh
nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau lebih berjumlah 25
siswa (73,53 %). Sementara siswa yang memperoleh nilai kurang
dari KKM sedikit, hanya 9 siswa (26,47 %).
e) Refleksi
Memperbaiki langkah dalam siklus dengan cara:
(1) Mengganti ruang kelas pada ruang teori pada proses
pembelajaran yang sebelumnya (siklus 1) di ruang praktik agar
tercipta suasana yang lebih tenang dan jauh dari kebisingan.
(2) Memberikan hand out untuk panduan belajar setiap kelompok.
(3) Menyediakan lembar soal sekaligus lembar jawab untuk
pascates.
Dari hasil refleksi pada siklus pertama ini kemudian
direncanakan strategi untuk merubah agar lebih baik lagi pada siklus
2, serta memenuhi kriteria minimum yang telah ditentukan.
2) Siklus Kedua
a) Pendahuluan
Pada siklus 2 sebagai kegiatan pendahuluan guru
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe
Problem Based Learning, dalam membahas materi Las Oxy
Asitilyn yang meliputi: (1) memahami cara memasang dan
110
membuka pelat cekam; (2) memahami cara membubut rata muka
dan mengebor dengan Las Oxy Asitilyn; (3) memahami cara las
lurus dan lurus bertingkat; (4) memahami cara pengelasan
lanjutan
b) Perencanaan
Pada tahap ini peneliti beserta observer merumuskan
untuk memperbaiki rencana pembelajaran yang meliputi tujuan
pembelajaran, kompetensi dan bahan ajar, pendekatan
pembelajaran termasuk metode/media yang akan digunakan, serta
soal evaluasi.
c) Tindakan
Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah guru
melakukan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) meliputi kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan
guru menanyakan siswa yang tidak hadir, apersepsi, dan motivasi.
Kemudian melakukan prates dengan memberikan pertanyaan
secara lisan. Pada saat kegiatan inti guru melakukan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning,
guru membagi kelas menjadi 6 (enam) kelompok yang heterogen
dari jenis kelamin dan kemampuannya.
d) Observasi
Kegiatan observasi dilakukan oleh observer pada saat
berlangsungnya tindakan dengan pedoman pada lembar observasi
siswa. Lembar observasi pada siswa dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 59Kinerja Siswa dalam Pembelajaran (Siklus 2)
No. Uraian Observer
111
I II1 Mengajukan pertanyaan B B2 Menjawab pertanyaan B B3 Mengeluarkan pendapat B B4 Menyimak pelajaran dalam kelas B B
5Perilaku siswa dalam mengerjakantugas
B B
6 Menyerahkan tugas tepat waktu B B7 Tentang hasil belajar B B
Untuk kinerja siswa dalam pembelajaran, observer menilai
baik. Hal ini dapat dilihat dari aspek yang diamati mengalami
peningkatan dari siklus 1. Banyak siswa yang berani bertanya, berani
menjawab pertanyaan, mengeluarkan pendapat dalam
mempresentasikan hasil diskusi. Siswa langsung mengerjakan soal
yang di lembar kerja tanpa mengalami kesulitan..
e) Refleksi
Hasil dari observasi siklus 2, menurut observer sudah ada
peningkatan kinerja siswa.
b. Pembahasan
1) Data Kinerja Siswa
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh para observer,
penilaian kinerja siswa saat proses pembelajaran berlangsung dapat
dilihat pada tabel bawah ini.
Tabel 60Perhitungan Statistik Kinerja Siswa Siklus 1 (Observer 1)
No. UraianJumlah Skor
B C KJumlahSiswa
1Mengajukanpertanyaan
11(32,35%) 15(44,12%) 8(23,53%) 34
2Menjawabpertanyaan
7(20,59%) 16(47,06%) 11(32,35%) 34
3Mengeluarkanpendapat
8(23,53%) 16(47,06%) 10(29,41%) 34
4Menyimakpelajaran dalamkelas
5(14,71%) 21(61,76%) 8(23,53%) 34
112
No. UraianJumlah Skor
B C KJumlahSiswa
5
Perilaku siswadalammengerjakantugas
8(23,53%) 17(50%) 9(26,47%) 34
6Menyerahkantugas tepatwaktu
5(14,71%) 21(61,76%) 8(23,53%) 34
Jumlah 44(21,57%) 106(51,96%) 54(26,47%) 204Keterangan: K = Kurang; C = Cukup; B = Baik
Tabel 61Perhitungan Statistik Kinerja Siswa Siklus 1 (Observer 2)
No. UraianJumlah Skor
B C K JumlahSiswa
1Mengajukanpertanyaan
11(32,35%) 15(44,12%) 8(23,53%) 34
2Menjawabpertanyaan
8(23,53%) 15(44,12%) 11(32,35%) 34
3Mengeluarkanpendapat
8(23,53%) 16(47,06%) 10(29,41%) 34
4Menyimakpelajaran dalamkelas
5(14,71%) 21(61,76%) 8(23,53%) 34
5
Perilaku siswadalammengerjakantugas
8(23,53%) 17(50%) 9(26,47%) 34
6Menyerahkantugas tepatwaktu
5(14,71%) 21(61,76%) 8(23,53%) 34
Jumlah 45(22,06%) 105(51,47%) 54(26,47%) 204Keterangan: K = Kurang; C = Cukup; B = Baik
Berdasarkan data yang ditunjukkan pada tabel 60 dan tabel 61,
diketahui jumlah skor hasil observasi terhadap kinerja siswa dalam
proses pembelajaran selama siklus 1, untuk observer 1 menilai bahwa
kinerja siswa pada saat proses pembelajaran masih dinilai cukup
(51,96 %). Kinerja siswa dinilai cukup karena masih ada siswa yang
belum berani bertanya dan mengeluarkan pendapat, masih ada siswa
113
yang tidak menyimak pelajaran. Sedangkan penilaian yang dilakukan
observer 2 pada kinerja siswa saat proses pembelajaran tidak jauh
beda dengan observer 1 yaitu masih dirasa cukup (51,47 %). Menurut
pengamatan observer 2 kinerja siswa dinilai cukup disebabkan karena
masih ada siswa tidak disiplin dalam mengerjakan maupun
mengumpulkan tugas.
Tabel 62Perhitungan Statistik Kinerja Siswa Siklus 2 (Observer 1)
No. UraianJumlah Skor
B C KJumlahSiswa
1Mengajukanpertanyaan
20(58,82%) 14(41,18%) 0(0%) 34
2 Menjawab pertanyaan 23(67,65%) 11(32,35%) 0(0%) 34
3Mengeluarkanpendapat
14(41,18%) 20(58,82%) 0(0%) 34
4Menyimak pelajarandalam kelas
13(38,24%) 21(61,76%) 0(0%) 34
5Perilaku siswa dalammengerjakan tugas
21(61,76%) 13(38,24%) 0(0%) 34
6Menyerahkan tugastepat waktu
18(52,94%) 16(47,06%) 0(0%) 34
Jumlah 109(53,43%) 95(46.57.%) 0(0%) 204Keterangan: K = Kurang; C = Cukup; B = Baik
Tabel 63Perhitungan Statistik Kinerja Siswa Siklus 2 (Observer 2)
No. UraianJumlah Skor
B C KJumlahSiswa
1 Mengajukan pertanyaan 18(52,94%) 16(47,06% 0(0%) 342 Menjawab pertanyaan 14(41,18%) 20(58,82%) 0(0%) 343 Mengeluarkan pendapat 21(61,76%) 13(38,24%) 0(0%) 34
4Menyimak pelajarandalam kelas
22(64,71%) 12(35,29%) 0(0%) 34
5Perilaku siswa dalammengerjakan tugas
16(47,06%) 18(52,94%) 0(0%) 34
6Menyerahkan tugastepat waktu
18(52,94%) 16(47,06%) 0(0%) 34
Jumlah 109(53.43%) 95(46,57%) 0(0%) 204Keterangan: K = Kurang; C = Cukup; B = Baik
114
Berdasarkan data yang ditulis pada Tabel 62 dan Tabel 63,
dapat diketahui jumlah skor hasil observasi terhadap kinerja siswa
dalam proses pembelajaran selama siklus 2, untuk observer 1 menilai
bahwa kinerja siswa pada saat proses pembelajaran dinilai sudah baik
(53.43 %). Sedangkan penilaian yang dilakukan observer 2 pada
kinerja siswa saat proses pembelajaran dinilai juga sudah baik
(53.43%). Peningkatan ini disebabkan karena siswa sudah ada
perhatian saat pembelajaran berlangsung. Keberanian, kesungguhan,
kemampuan, dan kejelian siswa untuk menjawab pertanyaan pun
sudah meningkat, kedisiplinan dalam mengerjakan dan
mengumpulkan tugas sudak baik. Hal ini dapat dilihat dari naiknya
hasil belajar siswa selama proses berlangsung.
2) Data Hasil Belajar
Dari 6 (enam) kelompok pada kelas XI TFL 1 yang diberi
perlakuan strategi pembelajaran kooperatif tipe Problem Based
Learning, pada pokok bahasan menentukan persyaratan kerja
diperoleh hasil belajar selama 2 siklus tindakan. Data diambil berupa
hasil nilai dari soal tes evaluasi bentuk uraian yang diberikan pada
siswa. Soal tes tersebut diberikan pada akhir pembelajaran (pascates).
Hasil nilai evaluasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 64 sebagai
berikut.
Tabel 64Nilai evaluasi siklus 1 dan siklus 2
No.Nilai Siklus
Ket No.Nilai Siklus
KetSiklus1
Siklus2
Siklus1
Siklus2
1 8.0 9.5 Naik 19 7.0 8.5 Naik2 8.5 9.5 Naik 20 8.5 9.5 Naik3 7.0 9.5 Naik 21 8.0 9.0 Naik4 7.0 9.5 Naik 22 8.0 9.5 Naik5 7.5 9.0 Naik 23 8.5 9.5 Naik6 9.0 9.5 Naik 24 7.0 9.5 Naik7 6.5 9.5 Naik 25 8.0 9.5 Naik8 8.0 9.5 Naik 26 7.0 10 Naik
115
No.Nilai Siklus
Ket No.Nilai Siklus
KetSiklus1
Siklus2
Siklus1
Siklus2
9 8.5 9.5 Naik 27 8.5 9.0 Naik10 7.5 8.0 Naik 28 7.5 8.5 Naik11 7.0 7.5 Naik 29 8.0 9.5 Naik12 7.5 9.0 Naik 30 9.0 9.5 Naik13 8.0 8.5 Naik 31 8.0 9.5 Naik14 8.5 9.0 Naik 32 6.5 7.5 Naik15 6.5 7.5 Naik 33 7.5 9.5 Naik16 10 10 Tetap 34 7.5 8.5 Naik17 7.5 9.5 Naik18 8.5 9.5 Naik X 7.8 9.13 Tuntas
Dari nilai hasil pascates (postes) pada siklus 1 dan siklus 2
diperoleh gambaran sebagai berikut:
a) Kenaikan hasil belajar secara keseluruhan dari rata-rata 7,80
menjadi 9,13.
b) Siswa yang memperoleh kenaikan nilai pascates (postes)
berjumlah 33 siswa (97,06 %), siswa yang memperoleh nilai tetap
berjumlah 1 siswa (2,94 %), dan siswa yang memperoleh
penurunan nilai berjumlah 0 siswa (0 %).
c) Siswa yang mendapat nilai tuntas pada siklus 1 berjumlah 25
siswa (73,53 %) dan jumlah siswa yang mendapat nilai tidak
tuntas berjumlah 9 siswa (26,47 %).
d) Siswa yang mendapat nilai tuntas pada siklus 2 berjumlah 34
siswa (100 %) dan jumlah siswa yang mendapat nilai tidak tuntas
berjumlah 0 siswa (0 %).
Dengan demikian, dari data hasil belajar di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembelajaran menggunakan metode Problem
Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar teori pemesinan
dengan materi pengenalan Las Oxy Asitilyn.
116
Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan pada siklus 1
dan siklus 2, maka dapat menjawab rumusan masalah yang telah dikonsep
sebelumnya. Hasilnya adalah sebagai berikut.
1) Proses peningkatan keaktifan siswa pada pembelajaran teori pemesinan
dengan materi pengenalan Las Oxy Asitilyn, menggunakan metode
Problem Based Learning.
Tabel 65Proses peningkatan keaktifan siswa menggunakan metode
problem based learningSiklus I Siklus II
Tindakan Hasil tindakan Tindakan Hasil tindakan-
-
-
-
-
-
-
-
-
Guru membagi kelasmenjadi 6 kelompok.
Memberikan tugasyang berbeda padasetiap kelompok
Masing-masingkelompok melakukandiskusi.
Melakukan investigasihasil diskusi danmengemas dalambentuk artikel
Melakukan presentasi.
Untuk mempermudahpresentasi dan diskusimeja dan bangku kelasdibuat melingkar (leterU)
Setiap siswa dalamsetiap kolompokmempresentasikanhasil investigasi
Kelompok lainmenanggapi presentasi
Guru meluruskan bila
-
-
-
-
-
-
-
-
Masih ada siswayang mengobrol danbercanda.Keberanian siswadalam bertanyamasih kurang.
Cara menjawabpertanyaan masihbelum terkonsep.
Kesungguhan siswamasih kurang
Belum munculnyakeberanian siswadalam mengeluarkanpendapat.
Masih banyak siswayang hanyamemahami materidari kelompoknyasendiri dan kurangmemperhatikankelompok lain.
Masih terdapatsiswa yangmencontek pada saatmengerjakan soal
Masih banyak yangterlambat dalammengumpulkantugas.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Guru membagi kelasmenjadi 6 kelompok.
Memberikan tugas yangberbeda pada setiapkelompok
Guru memberikan handout sebagai panduanbelajar
Masing-masingkelompok melakukandiskusi.
Melakukan investigasihasil diskusi danmengemas dalambentuk artikel
Melakukan presentasi.
Untuk mempermudahpresentasi dan diskusimeja dan bangku kelasdibuat melingkar (leterU)
Setiap siswa dalamsetiap kolompokmempresentasikan hasil
Kelompok lain
-
-
-
-
-
-
Banyak siswa yangberani bertanya
Banyak siswa yangberani menjawabpertanyaan.
Banyak siswa yangberani mengeluarkanpendapat dalammempresentasikan hasildiskusi
Siswa langsungmengerjakan soal testanpa mengalamikesulitan
Banyak siswa yangmemperoleh nilai yangmeningkat darisebelumnya
Jumlah siswa dengannilai tetap atau menurunjumlahnya sedikit
117
Siklus I Siklus IITindakan Hasil tindakan Tindakan Hasil tindakan
-
-
ada kesalahan padasetiap presentasi.
Guru bersama siswamenyimpulkanpelajaran yang sudahdisampaikan dengandiselingi pertanyaanyang dijawab siswa.
Mengadakan pasca tesdalam waktu 10 menit.
-
-
-
-
menanggapi presentasi
Guru meluruskan bilaada kesalahan padasetiap presentasi.
Guru bersama siswamenyimpulkanpelajaran yang sudahdisampaikan dengandiselingi pertanyaanyang dijawab siswa.
Guru membagikan soalsekaligus lembar jawabpada siswa.
Mengadakan pasca tesdalam waktu 10 menit.
2) Metode pembelajaran tipe Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran teori pemesinan
dengan materi pengenalan Las Oxy Asitilyn. Hal ini dapat dilihat dari
naiknya hasil belajar siswa selama proses berlangsung yaitu:
a) Kenaikan hasil belajar secara keseluruhan dari rata-rata 7,80
menjadi 9,13.
b) Siswa yang memperoleh kenaikan nilai pascates (postes)
berjumlah 33 siswa (97,06 %), siswa yang memperoleh nilai tetap
berjumlah 1 siswa (2,94 %), dan siswa yang memperoleh
penurunan nilai berjumlah 0 siswa (0 %).
c) Siswa yang mendapat nilai tuntas pada siklus 1 berjumlah 25
siswa (73,53 %) dan jumlah siswa yang mendapat nilai tidak
tuntas berjumlah 9 siswa (26,47 %).
d) Siswa yang mendapat nilai tuntas pada siklus 2 berjumlah 34
siswa (100 %) dan jumlah siswa yang mendapat nilai tidak tuntas
berjumlah 0 siswa (0 %).
118
BAB VI
RENCANA TAHAP BERIKUTNYA
A. Rencana Tahun Ke-2
Rencana tahun kedua yaitu kegiatan perluasan efektifivas, produk
pembelajaran PBL, Produk pembelajaran discovery, produk pembelajaran
scientific, analisis sarana prasarana dan kegiatan Focus Group Discussion.
Perluasan uji efektifitas akan dilakukan pada 4 SMK di Daerah istimewa
Yogyakarta. Uji efektifitas dilakukan pada produk pembelajaran baik Problem
Based Learning, Discovery maupun Scientific. Selain perluasan uji efektifitas di 4
SMK, pada tahun kedua akan dilakukan analisis sarana pendukung dalam
implementasi pembelajaran lesson study. Sarana yang akan dianalisis merupakan
sarana kegiatan teori maupun praktik. Sarana pembelajaran diantaranya buku
materi pembelajaran, sarana bengkel praktik, sarana ruang shoptalk, media
pembelajaran, work preparation, jobsheet, peralatan praktik, buku referensi dan
sarana pendukung lainnya. Focus Group Discussion FGD ke dua dengan
mengundang guru-guru SMK Teknik Pemesinan akan dilakukan guna
mendiskusikan hasil penelitian tahun kedua yang dilaksanakan.
B. Rencana Tahun Ke-3
Rencana tahun ketiga akan dilakukan uji efektivitas dalam lingkup lebih
besar di SMK Se Daerah Istimewa Yogyakarta baik produk pembelajaran
scientific, discovery maupun problem based learning. Perluasan assesment for
learning menggunakan lesson study juga akan dilakukan dalam lingkup lebih
besar di SMK se Daerah Istimewa Yogyakarta. Tahapan akhir dari penelitian
tahun ketiga yaitu diseminasi akhir di SMK Se Daerah Istimewa Yogyakarta.
119
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian model pembelajaran SciDiPro dalam menunjang Kurikulum
2013 menghasilkan beberapa kesimpulan. Adapun kesimpulan dari penelitian
tersebut adalah
1. Pelatihan lesson study kepada guru SMK Teknik Pemesinan menghasilkan
ada peningkatan kompetensi pedagogik guru yang signifikan sesudah
mendapatkan pelatihan lesson study, Ada peningkatan motivasi mengajar
guru yang signifikan sesudah mendapatkan pelatihan lesson study, dan Ada
peningkatan kesiapan mengajar guru yang signifikan sesudah mendapatkan
pelatihan lesson study.
2. Model pembelajaran SciDiPro melalui lesson study yang terdiri dari plan
(komponen pembelajaran), do (isi pembelajaran), see (hasil pembelajaran)
dan sasaran layak untuk dijadikan model pembelajaran. Kelayakan diperoleh
melalui FGD pada perangkat buku pedoman praktis lesson study, lesson plan
pada perangkat silabus dan RPP, dan perangkat evaluasi pembelajaran lesson
study.
3. Perangkat pembelajaran lesson study memiliki beberapa penilaian yaitu (1)
karakteristik pada pembelajaran bersama (mutual learning) dan pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik; (2) produk silabus dan RPP layak unuk
digunakan; (3) efektivitas penerapan silabus dan RPPlesson study
menghasilkan penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang lebih baik
dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dan (4) tingkat respon guru dan
observer terhadap pelaksanaan lesson study adalah sangat baik dan respon
peserta didik pembelajaran adalah baik.
4. Pengembangan perangkat assessment for learning menghasilkan beberapa
penilaian yaitu: (1) rancangan instrumen penilaian menghasilkan validitas
sangat baik dan reliabilitas yang tinggi; (2) hasil FGD pada instrumen
penilaian menghasilkan validitas baik sekali dan reliabilitas berkategori
120
tinggi; dan (3) hasil uji coba terbatas diperoleh validitas sedang dan
reliabilitas berkategori good (baik) dan hasil iji coba diperluas diperoleh
validitas tinggi dan reliabilitas berkategori tinggi.
5. Implementasi pembelajaran dengan PBL dihasilkan beberapa penilaian yaitu
(1) kinerja peserta didik pada siklus pertama berkategori cukup dan pada
siklus kedua berkategori baik dari penilaian 2 observer dan (2) hasil
pembelajaran peserta didik diperoleh pada siklus pertama rata-rata nilai 7,8
dan mengalami penaikan prestasi belajar pada siklus kedua dengan rata-rata
9,13.
B. Saran
Saran pada penelitian model pembelajaran SciDiPro di SMK sebagai
berikut.
1. Kegiatan pelatihan lesson study lebih disebar luaskan ke seluruh guru
produktif di SMK DIY.
2. Kegiatan uji coba eksternal diupayakan untuk diterapkan ke seluruh kabupaten
di DIY.
3. Penerapan lesson study secara komprehensif dapat dilakukan dengan membuat
tim untuk menjadwal pelaksanaan lesson study di SMK yang ada di DIY.
121
DAFTAR PUSTAKA
Altman, D.G. (1991). Practical statistics for medical research. London: Chapmanand Hall.
Borg, W.R. & Gall, M.D. (1983). Educational research: An introduction (4th ed.).New York: Longman.
E. Mulyasa. (2010). Kurikulum tingkat satuan pendidikan. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
Finch, R.C. & Crunkilton, R.J. (2004). Curriculum development in vocational andtechnical education: planning, content, and implementation. Boston:Allyn and Bacon.
Grinnel, R.M. Jr. (1988). Social work research and evaluation. (3rd ed.).Itasca,Illionis: F.E. Peacok Publisher, Inc.
Hamalik, Oemar. (2001). Perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatansistem. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hart, L.C., Alston, A.S., & Murata, A. (2011). Lesson Study Research andPractice in Mathematics Education. Dalam Meyer, R.D. & Wilkerson,T.L. (Eds.). Lesson Study: The Impact on Teachers’ Knowledge forTeaching Mathematics (pp 15-26). New York: Springer.
Kelly, A.V. (2009). The curriculum: Theory and practice (6th ed.). New York:Sage Publication Inc.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Materi pelatihan implementasikurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Lewis, C.C. (2002). Lesson study: A handbook of teacher-led instructionalchange. Philadelphia: Reseach For better School.Inc.
Linn, R.L. (Ed.) (1989). Educational measurement. (3rd ed.). New York:Macmillan Publishing Company.
Mendikbud. (2013). Pendekatan-pendekatan ilmiah dalam pembelajaran.Makalah disajikan dalam Diklat Guru Dalam Rangka ImplementasiKurikulum 2013 Jenjang SD/SMP/SMA.
Nitko, A.J. & Brookhart, S.M. (2007). Educational assessment of students. (5th
ed.). Boston: Pearson Education, Inc.
122
Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional Pasal 1.
_________. (2013). Peraturan Meteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70,Tahun 2013, tentang Kerangka Dasar dan Struktur KurikulumSMK/MAK.
_________. (2014). Peraturan Meteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 60,Tahun 2014, tentang Kurikulum 2013 Sekolah MenengahKejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan.
Richey, Rita C. & Klein, James D. (2010). Design and development research.London: Lawrence Erlbaum Associates. Inc.
Roestiyah. (2001). Strategi belajar mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ruseffendi. (1994). Dasar-dasar penelitian pendidikan dan bidang non-eksaktalainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.
Saito, E. (2005). Changing lessons, changing learning: Case study of pilotingactivities under IMSTEP. Prosiding Seminar Nasional MIPA danPembelajarannya & Exchange Experience of IMSTEP. Malang, 5-6September.
Singgih Santoso. (2014). Statistik nonparametrik edisi revisi. Jakarta: PT. ElexMedia Komputindo.
Sudjana, Nana. (1989). Cara belajar siswa aktif dalam proses belajar mengajar.Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sumar Hendayana, dkk. (2007). Lesson study: Suatu strategi meningkatkankeprofesionalan pendidik (pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPIPress.
Sumartono & Yus Setriarini. (2011). Peningkatan motivasi belajar matematikamelalui kegiatan LSBS peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 SukorejoPasuruan. Proseding Seminar Nasional Lesson Study, FMIPAUniversitas Negeri Malang, 4, 68-72.
Suyitno, Amin. (2004). Dasar-dasar dan proses pembelajaran. Semarang:FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Triwaranyu, Charinee. (2007). Model and strategies for initial implementation oflesson study in schools. International Forum of Teaching and Studies,Vol. 3, No. 3, 48-61.
123
Wagiran. (2013). Metodologi penelitian pendidikan (Teori dan implementasi).Yogyakarta: Deepublish.
Zainal Arifin. (2009). Evaluasi pembelajaran. Bandung: PT. Remaja RosdakaryaOffset.
124
LAMPIRAN
125
INSTRUMEN PETUNJUK PRAKTIS PELAKSANAAN LESSON STUDY
Petunjuk1. Bapak/Ibu Guru diminta untuk memberikan pendapat tentang keefektifan
petunjuk praktis pelaksanaan lesson study.2. Pengisian cukup dilakukan dengan memberikan tanda checklist (√) pada kotak
skor yang telah disediakan.3. Kriteria skor terdiri 4 alternatif, yakni:
1: tidak baik / 2: kurang baik / 3: baik / 4: sangat baik4. Selain memberikan tanda checklist, Bapak/Ibu Guru juga dapat memberikan
komentar pada kolom komentar yang telah disediakan.
No. Kriteria IndikatorSkor
1 2 3 4
1 Bahasaa. Tata tulis sesuai dengan aturan baku (EYD)b. Mudah dipahami
2 Materia. Tertulis dengan jelasb. Mudah diikuti
3 Sistematikaa. Susunan urutan pelaksanaan lesson study mulai
dari awal sampai akhir (tahap plan, do, dan see)
4 Kepraktisana. Kemudahan penggunaan petunjuk praktis ini
ketika penerapan lesson study di sekolah
Komentar
Yogyakarta, 17 Juni 2015Guru Teknik Pemesinan
(.......................................)
Lampiran 1. Instrumen Penelitian
126
INSTRUMEN PENILAIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN(LESSON PLAN)
1. Petunjuk:1. Bapak-bapak dimohon untuk memberikan pendapat tentang konsep
perencanaan pembelajaran yang dikembangkan di sini.2. Pengisian cukup dengan memberikan tanda cek (√) pada kotak di bawah sekor
yang dipilih3. Ada 4 kriteria skor yang diberikan, yaitu jika: Kurang baik = 1, Cukup baik =
2, Baik = 3, Sangat baik = 4.
2. Perangkat Penilaian Perencanaan Pembelajaran
No Kriteria IndikatorSkor
1 2 3 41 Petunjuk
kegiatana. Tertulis dengan jelasb. Mudah diikuti
2 Sistematikaa. Konsep perencanaan pembelajaran melaluilesson study tersusun dengan baik
b. Konsep perencanaan pembelajarandisesuaikan dengan pembelajaran di SMK
3 Bahasa a. Menggunakan acuan baku (EYD)b. Mudah dipahami
Komentar:
Yogyakarta, 17 Juni 2015Guru Teknik Pemesinan
(…………………………….)
Lampiran 1. Instrumen Penelitian (Lanjutan)
127
INSTRUMEN FOCUS GROUP DISCUSSIONASSESMENT FOR LEARNING MELALUI LESSON STUDY
Petunjuk:1. Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan pendapat tentang perangkat penilaian
yang dikembangkan di sini.2. Pengisian cukup dengan memberikan tanda cek (√) pada kotak di bawah sekor
yang dipilih.3. Ada 4 kriteria skor yang diberikan, yaitu jika: Tidak baik = 1 / Kurang = 2 /
Baik = 3 / Sangat baik = 4.
No Kriteria IndikatorSkor
1 2 3 41 Petunjuk
penggunaana. Tertulis dengan jelasb. Mudahdi ikuti
2 MateriPenilaian
a. Memuat indikator sesuai sikap kerja dalam praktikb. Memuat indikator sikap kerja secara lengkapc. Memuat indikator sesuai keterampilan kerja bubutd. Indikator keterampilan kerja sistematis dilakukan
ketika praktike. Penilaian sesuai dengan standar penilaian produkf. Memuat aspek penilaian hasil kerjag. Memfasilitasi self assessment siswa
3 Bahasa a. Menggunakan acuan baku (EYD yangdisempurnakan)
b. Mudah dipahami
Komentar:
Yogyakarta, 17 Juni 2015Guru TeknikPemesinan
(…………………………….)
Lampiran 1. Instrumen Penelitian (Lanjutan)
128
DAFTAR TENAGA PENELITI
No Nama Bidang Keahlian Jurusan/Fakultas/Universitas/Lembaga Tugas dalam Tim
1Prof. Dr. Sudji Munadi,M.Pd.
Pendidikan danEvaluasi
Pendidikan Teknik Mesin FTUNY
PengembanganEvaluasiPembelajaran
2 Dr. Widarto, M.Pd.PTK dan LessonStudy
Pendidikan Teknik Mesin FTUNY
KoordinatorImplementasi LS
3Dr. Bernardus SentotWijanarka, M.T
Kurikulum danPembelajaranKejuruan
Pendidikan Teknik Mesin FTUNY
PengembanganKurikulum
4 Haris Abizar, S.Pd.Pendidikan TeknikMesin dan PTK
Pendidikan Teknologi danKejuruan (PTK, S2), PPs UNY
PengembanganScientific dalam LS
5 Tristiyanto, S.Pd.Pendidikan TeknikMesin dan PTK
Pendidikan Teknologi danKejuruan (PTK, S2), PPs UNY
ImplementasiDiscovery dalam LS
6 Endri Triwiyono, S.Pd.Pendidikan TeknikMesin dan PTK
Pendidikan Teknologi danKejuruan (PTK, S2), PPs UNY
ImplementasiScientific dalam LS
7 B. Agus Munadi, S.Pd.Pendidikan TeknikMesin dan PTK
Pendidikan Teknologi danKejuruan (PTK, S2), PPs UNY
Implementasi PBLdalam LS
8 Rivandra Rezani, S.Pd.Pendidikan TeknikMesin dan PTK
Pendidikan Teknologi danKejuruan (PTK, S2), PPs UNY
PengembanganDiscovery dalam LS
9Adi Irfan Rahmanudin,S.Pd.
Pendidikan TeknikMesin dan PTK
Pendidikan Teknologi danKejuruan (PTK, S2), PPs UNY
Pengembangan PBLdalam LS
Lampiran 2. Personalia Tenaga Peneliti Beserta Kualifikasi
129
Publikasi pada Seminar Nasional di POLINES SEMARANG
EFEKTIVITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN LESSON STUDY PADAPAKET KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN DI SMK
Haris Abizar, Bernardus Sentot WijanarkaProgram Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Negeri
Yogyakartaabizar6_10@yahoo.com, bsentot@gmail.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengukur tingkat efektivitas penerapanperangkat pembelajaran silabus dan RPP lesson study pada aspek pengetahuan;(2) mengukur tingkat efektivitas penerapan perangkat pembelajaran silabus danRPP lesson study pada aspek sikap; dan (3) mengukur tingkat efektivitaspenerapan perangkat pembelajaran silabus dan RPP lesson study pada aspekketerampilan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen semu (quasiexperimental). Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 2 Depok, Sleman kepada30 peserta didik kelas XI TP-B. Teknik pengambilan data menggunakan angket,dokumentasi, dan observasi. Analisis data menggunakan kuantitatif. Hasilpenelitian menunjukkan: (1) efektivitas penilaian aspek pengetahuan terdiri darites uraian teori ulir dan WP lebih tinggi dari pada standar KKM aspekpengetahuan; (2) efektivitas penilaian sikap yang terdiri dari observasi denganskala penilaian dan catatan anekdot secara keseluruhan dihasilkan peserta didiklebih aktif dalam belajar; dan (3) efektivitas penilaian aspek keterampilan terdiridari penilaian diri pada kemajuan kerja, penilaian presentasi, penilaian laporanpraktik, dan penilaian produk lebih efektif dari pada standar KKM aspekketerampilan.
.Kata Kunci: perangkat pembelajaran, lesson study, teknik pemesinan
AbstractThe aims of this research were: (1) to measure the effectiveness of the
implementation of learning tools to the lesson study of syllabus and lesson planthe aspects of knowledge; (2) to measure the effectiveness of the implementationof learning tools to the lesson study of syllabus and lesson plan the aspects ofattitude; (3) to measure the effectiveness of the implementation of learning toolsto the lesson study of syllabus and lesson plan the aspects of skill. This researchwas a type of quasi-experimental research. This research was conducted in SMKN 2 Depok, Sleman to 30 students of class XI TP-B. Data collection techniquesused a questionnaire, documentation, and observation. Data analysis used ofanalysis quantitatively.The results showed (1) the effectiveness of the assessmentknowledge aspects consisted from theory thread test and WP is higher than thestandard KKM of knowledge aspect; (2) the effectiveness of the assessmentattitude aspects consisted observation with rating scale and anecdotal record
Lampiran 3. Publikasi
130
overall produced more active the students in learning; and (3) the effectiveness ofthe assessment knowledge aspects consisted assessment on self-assessment on theprogress work of assessment of performance, assessment reports, and assessmentof products is more effective than standard KKM aspects of skills.
Keywords: learning tools, lesson study, mechanical techniques
PENDAHULUANPerubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi
Kurikulum 2013 mempengaruhi pada konsep penilaian. Menurut Mulyasa (2014,pp.60-61) perubahan terjadi karena ada kekurangan dari KTSP 2006 yaitukompetensi yang dikembangkan lebih dominan oleh aspek pendidikan, belumsepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan, keterampilan,dan sikap). Hal itu menyebabkan penilaian pada Kurikulum 2013 lebihkomprehensif dengan menggunakan pengetahuan, sikap, dan keterampilan padasatu kompetensi.
Pencapaian ketiga penilaian mampu menumbuhkan kreativitas dankemandirian belajar. Kreativitas dalam memecahkan suatu masalah. Hasilpenyelesaian masalah mampu meningkatkan kemandirian peserta didik dalambelajar. Kreativitas dan kemandirian belajar dapat ditumbuhkan melaluipendekatan saintifik (scientific approarch). Pendekatan saintifik menjadikanpeserta didik aktif belajar dalam observasi, bertanya, melakukan percobaan,asosiasi (menghubungkan/menalar), dan membangun jejaring (networking) (Dyer& Christensen, 2011).
Pendekatan saintifik yang diajarkan di SMK dapat diterapkan pada materiteori atau praktik. Kemampuan peserta didik menguasai materi dapat dijelaskanpada jurnal penelitian INVOTEC oleh Fauziah, dkk (2013, p.177) yaitu darikomentar yang terdapat pada lembar angket diketahui bahwa dengan pendekatansaintifik melalui model pembelajaran PBL pada mata pelajaran elektronika dasardi SMK menghasilkan peserta didik dapat menyampaikan pendapatnya denganbaik, peserta didik dapat mengetahui seluruh jawaban permasalahan daripembelajaran mandiri dan pertukaran pengetahuan pada saat diskusi kelompok,peserta didik dapat berinteraksi dengan baik antara sesama peserta didik maupunkepada guru dan peserta didik secara keseluruhan aktif melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang secara keseluruhan berpusat kepada peserta didik.
Pelaksanaan pendekatan saintifik membutuhkan rancangan pembelajaran.Rancangan yang utama dibutuhkan adalah silabus dan RPP. Silabus sebagai dasarrancangan pembelajaran sesuai dengan penjelasan dari Permendikbud Nomor 65Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturantersebut menjelaskan silabus adalah acuan penyusunan kerangka pembelajaranuntuk setiap bahan kajian mata pelajaran.
Rancangan silabus berpengaruh pada rancangan Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP). Menurut Mulyasa (2010, p.212) RPP dijelaskan sebagai
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
131
rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untukmencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dandijabarkan dalam silabus. RPP yang dirancang mengikuti silabus dengan proseduryang sudah ditetapkan pada Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentangPembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Prosedur yangharus dipatuhi oleh guru SMK masih banyak kesulitan dan kekurang pahamanguru. Kendala tersebut disebabkan guru belum mendapatkan sosialisasiKurikulum 2013 sehingga guru tidak menyeluruh dalam membuat rancangansilabus dan RPP.
Kendala guru SMK dalam merancang silabus dan RPP mengindikasikanmasih banyak guru yang belum siap menerapkan Kurikulum 2013. Kekurangansosialisasi dan pelatihan Kurikulum 2013 seperti yang terjadi di SMK Negeri 2Depok, Sleman mengakibatkan masih ada guru yang merancang silabus dan RPPtidak sesuai acuan Kurikulum 2013 secara utuh. Hal ini seharusnya dibutuhkansuatu kegitan bersama dalam merancang silabus dan RPP yaitu dengan kegiatanlesson study.
Kegiatan lesson study yang bertujuan membentuk rasa senang belajar bagipeserta didik. Rasa senang sebagai dampak dari kegiatan yang dilakukan gurudengan belajar bersama (mutual learning). Hasil silabus dan RPP lesson studyditerapkan pada pembelajaran praktik. Penerapan silabus dan RPP lesson studydapat diketahui efektivitas aktivitas belajar peserta didik melalui aspekpengetahuan, sikap, dan keterampilan pada mata pelajaran praktik pemesinanbubut.
METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi
experimental). Desain eksperimen yang digunakan adalah desain kelompoktunggal atau the one-shot case study dengan hanya melakukan post test. Hasil posttest terdiri dari aspek pengetahuan dan keterampilan, sedangkan aspek sikapdijadikan penilaian untuk mengukur tingkat perilaku belajar peserta didik padamateri teori dan praktik pembubutan ulir dengan menggunakan observasi ratingscale dan catatan anekdot.
Subyek penelitian sebanyak 30 peserta didik kelas XI-B program keahlianTeknik Pemesinan SMK Negeri 2 Depok, Sleman. Teknik pengumpulan datadengan tes, angket, observasi lapangan, dan dokumentasi. Analisis datamenggunakan analisis kuantitatif. Analisis ini diperoleh dari hasil aktivitas belajarpeserta didik pada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
HASIL DAN PEMBAHASANSilabus dan RPP lesson sudy yang diterapkan pada mata pelajaran teknik
pemesinan menggunakan tahapan perencanaan (plan), pelaksanaan (do), danrefleksi (see). Ketiga tahapan ini sesuai dengan penjelasan dari Hart, Alston, &Murata (2011, p.16) tentang lesson study yaitu through the use of lesson study,teachers have a means for planning, observing, and conferring with others.Lesson study memberikan kesempatan belajar antar guru dalam merancang,menerapkan, dan mengevaluasi pembelajaran. Kegiatan lesson study ini
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
132
dipertegas oleh Saito (2005) bahwa kegiatan lesson study memiliki tahapanperencanaan (plan), pelaksanakan (do), dan refleksi (see). Tahapan ini dijadikanacuan pada penelitian ini pada mata pelajaran teknik pemesinan bubut. Ketigatahapan dilakukan selama 4 pertemuan dengan 1 guru model dan 4 pengamat(observer).
Deskripsi kegiatan plan yang dilakukan adalah merancang pembelajaran.Kegiatan ini terdiri dari menyiapkan silabus dan RPP setiap pertemuan, instrumenpenilaian, dan menyiapkan pelengkapan pendukung pembelajaran. Kegiatan dodilakukan dengan menerapkan rancangan silabus dan RPP ke dalam pembelajaranpraktik pemesinan bubut. Pembelajaran berlangsung dengan dilakukanpengamatan oleh observer terkait pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan seedilakukan dengan mengevaluasi hasil pelaksanaan pembelajaran. Guru danpengamat berdiskusi terkait pembelajaran yang telah dilakukan. Adapun,penjelasan dari ketiga tahapan pada setiap pertemuan adalah sebagai berikut.
Tabel 1Rangkuman kegiatan lesson study selama 4 pertemuan
Pertemuanke-
TahapanLesson Study
Deskripsi Kegiatan
1
Plan
1. Mendiskusikan rancangan pembelajaran melalui silabusdan RPP
2. Menyiapkan materi teori ulir3. Menyiapkan perlengkapan pendukung pembelajaran
Do
1. Menyampaikan pembelajaran teori ulir denganpendekatan saintifik
2. Membagi peserta didik menjadi 8 kelompok3. Presentasi kelompok4. Mengerjakan soal uraian ulir5. Tugas mengerjakan WP6. Observer mencatat aktivitas belajar peserta didik
See1. Guru menyampaikan hasil pembelajaran2. Observer menyampaikan hasil pengamatan belajar
peserta didik yang aktif dan tidak aktif
2
Plan
1. Guru dan observer merancang RPP kembali untukpertemuan ke-2
2. Menyiapkan materi praktik “bakalan” ulir3. Menyiapkan alat dan bahan praktik
Do
1. Menyampaikan pengantar praktik ulir2. Pembagian kelompok peserta didik dengan rincian 1
kelompok terdiri dari 2 peserta didik denganmenggunakan 1 mesin
3. Mengerjakan “bakalan” ulir sesuai gambar kerja danWP
4. Observer mencatat aktivitas belajar peserta didik
See1. Guru menyampaikan hasil pembelajaran2. Observer menyampaikan hasil pengamatan bagi peserta
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
133
Pertemuanke-
TahapanLesson Study
Deskripsi Kegiatan
didik yang sudah selesai “bakalan” ulir dan yang belumselesai “bakalan” ulir
3
Plan
1. Guru dan observer merancang RPP kembali untukpertemuan ke-3
2. Menyiapkan materi prosedur praktik pembuatan ulirmetrik dan withworth
3. Menyiapkan alat dan bahan praktik
Do
1. Membagi kelompok yang sama dengan pertemuansebelumnya dengan penggunaan mesin yang diacak
2. Sebagian besar peserta didik mengerjakan “bakalan”ulir dan sebagian kecil membuat ulir metrik danwithworth
3. Observer mencatat aktivitas belajar peserta didik
See
1. Guru menyampaikan perkembangan pembelajaranpraktik ulir
2. Observer menyampaikan hasil aktivitas belajar pesertadidik yang aktif dan tidak aktif dari hasil pengerjaan“bakalan” ulir dan ulir metrik dan withworth
4
Plan
1. Guru dan observer merancang RPP kembali untukpertemuan ke-4
2. Menyaipkan alat dan bahan membuat ulir metrik danwithworth
3. Menyiapkan lembar penilaian produk dan laporanpraktik
Do
1. Mengerjakan ulir metrik dan withworth sertamengerjakan laporan praktik
2. Observer mencatat peserta didik yang aktif dan tidakaktif dari pengerjaan ulir metrik dan withworth sertamengerjakan laporan praktik
See
1. Guru menyampaikan hasil pembelajaran2. Observer mengamati keaktifan belajar yang diikuti
peserta didik.3. Peserta didik mengumpulkan benda kerja dan laporan
akhir yang sudah jadi ataupun yang belum jadi.
Hasil dari penerapan silabus dan RPP lesson study mata pelajaran teknikpemesinan bubut diperoleh penilaian pada aspek pengetahuan, sikap, danketerampilan. Ketiga penilaian ini sesuai dengan prinsip penilaian hasil belajarautentik yang dijelaskan pada Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentangPenilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan PendidikanMenengah. Peraturan itu menjelaskan salah satu prinsip penilaian autentik adalahmenekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga penilaianmengindikasikan seberapa jauh pencapaian hasil belajar peserta didik. Olehkarena itu, silabus dan RPP lesson study yang menggunakan penilaian
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
134
pengetahuan, sikap, dan keterampilan mampu mengetahui hasil belajar pesertadidik secara autentik.
Aspek pengetahuan pada penelitian ini menggunakan 2 penilaian yangterdiri dari tes uraian teori ulir dan WP. Tes uraian teori ulir dihasilkan nilai rata-rata 79,63. Penilaian ini lebih tinggi dari standar Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM) SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta pada aspek pengetahuan sekitar 76.Hasil ini menunjukkan tes uraian teori ulir efektif meningkatkan aspekpengetahuan sebesar 3,63. Apabila nilai ini dikonversi ke nilai persentasi, makates uraian teori ulir efektif meningkatkan aspek pengetahuan sebesar 3,63%.
Tes uraian persiapan kerja (work preparation/WP) menunjukkankemampuan peserta didik dalam merancang praktik pemesinan bubut. Hasilpengerjaan WP diperoleh nilai rata-rata 80,17. Penilaian tes uraian WPmenunjukkan lebih tinggi dari standar KKM SMK Negeri 2 Depok Sleman padapenilaian aspek pengetahuan sekitar 76. Oleh karena itu, tes uraian WP efektifmeningkatkan aspek pengetahuan sebesar 4,17. Apabila nilai ini diubah ke nilaipersentasi, maka tes uraian WP efektif meningkatkan aspek pengetahuan sebesar4,17%.
Gambar 1. Grafik nilai aspek pengetahuanHasil penilaian WP dikembangkan ke nilai pengkategorian. Pengkategorian
dihasilkan skor rata-rata 1,57 dengan kategori “sangat baik”. Skor ini diperolehdari 13 peserta didik dengan kategori “baik” dan 17 peserta didik kategori “sangatbaik” dari 30 peserta didik yang dinilai. Hasil pengkategorian diketahui nilaipersentasinya. Nilai persentasi mengacu pada Grinnell (1988, p.160) denganmenggunakan formula percentages of agreement. Hasil penilaian persentasi dari13 peserta didik diperoleh 43,3% kategori “baik” dan 17 peserta didik diperoleh56,7% kategori “sangat baik.”
Aspek sikap berdasarkan hasil observasi dan catatan anekdot. Observasisikap belajar peserta didik dengan rating scale menghasilkan rata-rata nilai 2,99dengan kategori “sering” pada pembelajaran teori. Penilaian pada pertemuan ke-2
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
135
sampai ke-4 adalah pembelajaran praktik yang menghasilkan nilai rata-rata 3,23dengan kategori “sering”, nilai 3,22 dengan kategori “sering.” dan nilai 3,38dengan kategori “selalu.” Penilaian ini menunjukkan sikap belajar peserta didikpada materi teori dan praktik ulir metrik dan withworth setiap pertemuan terjadipeningkatkan keaktifan belajar. Secara keseluruhan, keempat nilai rata-ratadihasilkan dengan kategori “sering.” Hasil penilaian sikap ini menggunakanrating scale dengan indikator mengacu Anderson & Krathwohl (2001, p.468)pada materi teori dan indikator sikap praktik sesuai standar kompetensi nasionalBNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) dari Lembaga Sertifikasi ProfesiLogam dan Mesin Indonesia/LSP-LMI (2013) pada materi praktik.
Tabel 2Data penilaian observasi materi teori dan praktik dengan skala penilaian (rating
scale)Jumlah Responden Pertemuan
ke-Rata-Rata Kategori
30
1 2,99 sering2 3,23 sering3 3,22 sering4 3,38 selalu
Catatan anekdot diperoleh dari sikap belajar peserta didik padapembelajaran teori dan praktik. Hasil catatan anekdot pada pembelajaran teorimenghasilkan kegiatan belajar diantaranya (1) kegiatan diskusi; (2) presentasi;dan (3) mengerjakan soal uraian. Pembelajaran praktik terdapat berbagai catatansikap belajar peserta didik. Hasil catatan sikap pada pertemuan ke-2 sampai ke-4yaitu (1) kegiatan saat memperhatikan pengantar praktik oleh guru; (2) bertanyakepada guru; (3) diskusi dengan teman; (4) me-setting benda kerja dan pahat; (5)mengatur kecepatan putar; (6) memahami gambar kerja dan WP; dan (7)membubut muka (facing), rata (roughing), bertingkat, alur, ulir metrik danwithworth, dan membuat laporan praktik.
Berdasarkan penilaian sikap menunjukkan dominan sikap peserta didik aktifmengerjakan mengikuti pelajaran. Keaktifan tersebut terdapat pada antusiasberdiskusi kepada guru dan teman serta mengerjakan praktik. Walaupun, pesertadidik masih ada beberapa yang tidak aktif dikarenakan menunggu giliranmenggunakan mesin. Penilaian yang dijadikan acuan keaktifan peserta didikdidasari lampiran Permendikbud nomor 104 tentang Hasil Belajar oleh Pendidikpada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Peraturan menyatakan hasilakhir dari penilaian sikap dihitung berdasarkan modus/nilai yang sering munculatau kegiatan yang sering dilakukan. Nilai mayoritas dari hasil penilaian sikap inimengindikasikan mata pelajaran teknik pemesinan bubut mampu meningkatkankeaktifan belajar peserta didik. Analisis yang dihasilkan pada penilaian sikapterdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik yaitumotivasi belajar, penyampaian materi, lingkungan belajar, kepribadian, dan saranabelajar.
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
136
Aspek keterampilan yang digunakan adalah penilaian diri, produk, unjukkerja, dan tertulis. Penilaian diri menghasilkan data kemajuan kerja peserta didikdari pertemuan ke-2 sampai ke-4. Peserta didik mengisi lembar kemajuan kerjadari waktu pengerjaan dan spesifikasi produk yang dikerjakan. Hasil pengerjaanulir dari pertemuan ke-2 sampai ke-4 dominan keaktifan belajar terjadi padapertemuan ke-4. Hal ini dikaitkan dengan hasil penilaian sikap belajar melaluirating scale yang menunjukkan keaktifan belajar yang paling tinggi padapertemuan ke-4. Keaktifan belajar praktik lebih meningkat sehingga berdampakpada selesainya pengerjaan ulir metrik dan withworth pada pertemuan ke-4.
Tabel 3Data rangkuman kemajuan kerja pembuatan ulir metrik dan withworth
Pengerjaan UlirPertemuan ke-2 Pertemuan ke-3 Pertemuan ke-4Selesai Belum Selesai Belum Selesai Belum
“Bakalan” ulir 4 26“Bakalan” ulir 30Ulir metrik atau ulirwithworth
11 19
“Bakalan” ulir, ulirmetrik dan ulirwithworth
3 27
“Bakalan” ulir, ulirmetrik dan ulirwithworth
30
Penilaian produk dihasilkan setelah peserta didik selesai mengerjakan ulirmetrik dan withworth. Hasil penilaian produk diperoleh rata-rata nilai 85,36.Penilaian tersebut meningkat dari standar KKM aspek keterampilan 80 di SMKNegeri 2 Depok Sleman. Oleh karena itu, penilaian produk mengalamipeningkatan 5,36. Apabila dikonversikan ke nilai persentasi, maka penilaianproduk dihasilkan nilai persentasi sebesar 5,36%. Hasil tersebut menyatakanpeserta didik aktif mengerjakan praktik ulir metrik dan withworth. Selain itu,penilaian produk ini menunjukkan kualifikasi kemampuan aspek keterampilan.Kualifikasi ini sesuai dengan Permendikbud nomor 54 tahun 2013 tentang StandarKompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Kualifikasi kemampuanaspek keterampilan pada SMK adalah memiliki kemampuan pikir dan tindak yangefektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dariyang dipelajari di sekolah secara mandiri. Kemampuan berpikir dan bertindakyang efektif dan kreatif ditunjukkan pada hasil praktik peserta didik yang berupaproduk ulir metrik dan withworth.
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
137
Gambar 2. Data penilaian produk pembuatan ulir metrik dan withworth
Penilaian unjuk kerja dihasilkan dari nilai presentasi kelompok yangdilakukan peserta didik. Hasil nilai presentasi pelajaran teori ulir diperoleh nilairata-rata 83,88. Penilaian presentasi mengalami peningkatan dari standar KKMaspek keterampilan 80 di SMK Negeri 2 Depok Sleman. Oleh karena itu,penilaian produk meningkat sebesar 3,88. Hasil tersebut menunjukkan pesertadidik aktif mengikuti kegiatan presentasi kelompok. Apabila diubah ke nilaipersentasi, maka penilaian persentasi mengalami peningkatan sebesar 3,88%.
Hasil penilaian presentasi kelompok dikembangkan ke nilai pengkategorian.Pengkategorian dihasilkan skor rata-rata 3,36 dengan kategori “sangat baik”. Skorini diperoleh dari 12 peserta didik dengan kategori “baik” dan 18 peserta didikkategori “sangat baik” dari 30 peserta didik yang dinilai. Pengkategorian inimengacu pada Wagiran (2013, p.337) yang terdiri dari 4 kriteria yaitu sangat baik(4), baik (3), kurang baik (2), dan tidak baik (1).
Hasil pengkategorian dapat diubah menjadi nilai persentasi. Nilai persentasimengacu pada Grinnell (1988, p.160) dengan menggunakan formula percentagesof agreement. Hasil penilaian persentasi dari 12 peserta didik diperoleh 40%kategori “baik” dan 18 peserta didik diperoleh 60% kategori “sangat baik.”
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
138
Gambar 3. Grafik penilaian presentasi kelompok materi teori ulir
Penilaian tertulis adalah hasil pembuatan laporan praktik oleh peserta didik.Hasil nilai laporan praktik diperoleh nilai rata-rata 81,5. Penilaian presentasimengalami peningkatan dari standar KKM aspek keterampilan 80 di SMK Negeri2 Depok Sleman. Peningkatan tersebut sebesar 1,5. Hasil tersebut menunjukkanpeserta didik aktif mengerjakan laporan praktik dan bersungguh-sungguhmengerjakannya. Apabila dikonversikan ke nilai pengkategorian dan persentasi,maka penilaian laporan praktik mengalami peningkatan sebesar 1,5% dan nilai3,26 dengan kategori “sangat baik.”
Hasil penilaian laporan praktik dikembangkan ke nilai pengkategorian.Pengkategorian dihasilkan skor rata-rata 3,26 dengan kategori “sangat baik”. Skorini diperoleh dari 14 peserta didik dengan kategori “baik” dan 16 peserta didikkategori “sangat baik” dari 30 peserta didik yang dinilai.
Hasil pengkategorian dapat diubah menjadi nilai persentasi. Nilai persentasimengacu pada Grinnell (1988, p.160) dengan menggunakan formula percentagesof agreement. Hasil penilaian persentasi dari 14 peserta didik diperoleh 46,7%kategori “baik” dan 18 peserta didik diperoleh 53,3% kategori “sangat baik.”
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
139
Gambar 4. Grafik penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth
SIMPULANHasil penelitian terkait efektivitas silabus dan RPP lesson study pada
penerapan pembelajaran praktik pemesinan bubut adalah (1) efektivitas penilaianaspek pengetahuan terdiri dari tes uraian teori ulir dan WP lebih tinggi dari padastandar KKM aspek pengetahuan; (2) efektivitas penilaian sikap yang terdiri dariobservasi dengan skala penilaian dan catatan anekdot secara keseluruhandihasilkan peserta didik lebih aktif dalam belajar; dan (3) efektivitas penilaianketerampilan terdiri dari penilaian diri pada kemajuan kerja dihasilkan aktifpraktik, penilaian unjuk kerja pada presentasi dihasilkan sangat baik, penilaianlaporan praktik dihasilkan sangat baik, dan penilaian produk dihasilkan rata-ratanilai lebih tinggi. Jadi secara keseluruhan, efektivitas penilaian aspekketerampilan lebih efektif dari pada standar KKM aspek keterampilan.
DAFTAR PUSTAKAAnderson, O.W. & Krathowhl, D.R. (2001). A taxonomy for learning, teaching
and assessing: A revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives.New York: Longman.
Depdiknas. (2013). Peraturan Meteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65,Tahun 2013, tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Depdiknas. (2013). Peraturan Meteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar danMenengah.
Depdiknas. (2014). Peraturan Meteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 103Tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan PendidikanMenengah.
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
140
Depdiknas. (2014). Peraturan Meteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 104Tahun 2014 tentang Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidkan Dasardan Pendidikan Menengah.
Dyer, J.G. & Christensen, C.M. (2011). The innovators’s DNA: Mastering the fiveskills of disruptive innovators. Boston: Harvard Bussiness Review Press.
Hart, L.C., Alston, A.S., & Murata, A. (2011). Lesson Study Research andPractice in Mathematics Education. Dalam Meyer, R.D. & Wilkerson, T.L.(Eds.). Lesson Study: The Impact on Teachers’ Knowledge for TeachingMathematics (pp 15-26). New York: Springer.
Mulyasa (2010). Kurikulum tingkat satuan pendidikan. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
Mulyasa. (2014). Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Lembaga Sertifikasi Profesi Logam dan Mesin Indonesia (LSP LMI). SektorLogam dan Mesim Bidang Operasi Mesin dan Proses. Jakarta: StandarKompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Grinnel, R.M. Jr. (1988). Social work research and evaluation. (3rd ed.). Itasca,Illionis: F.E. Peacok Publisher, Inc.
Fauziah, R., A. Ade Gafar, & H. Dadang Lukman. (2013). Pembelajaran saintifikelektronika dasar berorientasi pembelajaran berbasis masalah. JurnalINVOTEC, 9, 165-178.
Saito, E., (2005). Changing Lessons, Changing Learning: Case Study of PilotingActivities under IMSTEP. Prosiding Seminar Nasional MIPA danPembelajarannya & Exchange Experience of IMSTEP, Malang, 5-6September.
Wagiran. (2013). Metodologi penelitian pendidikan (Teori dan implementasi).Yogyakarta: Deepublish.
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
141
Publikasi pada Jurnal Pendidikan Vokasi Pascasarjana UNY
PENGARUH PELATIHAN LESSON STUDY TERHADAPKOMPETENSI PEDAGOGIK, MOTIVASI MENGAJAR, DAN
KESIAPAN MENGAJAR GURU SMK
THE EFFECTS OF THE LESSON STUDY TRAINING ON THEPEDAGOGICAL COMPETENCE, THE TEACHING MOTIVATION AND
THE TEACHING READINESS OF VOCATIONAL HIGH SCHOOLTEACHERS
Rivandra Rezani, WidartoPendidikan Teknologi dan Kejuruan PPs UNY, Universitas Negeri Yogyakarta
rivandra.rezani@yahoo.com, widarto@uny.ac.id
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan lesson study terhadapkompetensi pedagogik, motivasi mengajar, dan kesiapan mengajar guru. Penelitian inimerupakan quasi-experimental dengan desain one-group pretest-posttest. Tempatpenelitian di 5 SMK Kota Yogyakarta yang mempunyai Program Keahlian TeknikPemesinan. Subjek penelitian adalah guru Teknik Pemesinan. Teknik pengumpulan datamenggunakan instrumen self assessment berupa angket yang diberikan kepada gurusebelum dan sesudah diberi pelatihan lesson study. Teknik analisis data menggunakanteknik analisis deskriptif yang meliputi: mean, nilai minimum, nilai maksimum, danstandar deviasi, kemudian dilakukan uji persyaratan analisis menggunakan uji normalitasdan uji homogenitas. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis menggunakan statistikparametrik dengan Paired-Samples T Test untuk data yang berdistribusi normal danstatistik nonparametrik dengan Wilcoxon Signed Ranks Test untuk data yang tidakberdistribusi normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada peningkatan yangsignifikan kompetensi pedagogik guru sesudah mendapatkan pelatihan lesson study; (2)ada peningkatan yang signifikan motivasi mengajar guru sesudah mendapatkan pelatihanlesson study; (3) ada peningkatan yang signifikan kesiapan mengajar guru sesudahmendapatkan pelatihan lesson study.
Kata kunci: lesson study, kompetensi pedagogik, motivasi mengajar, kesiapan mengajar,SMK
AbstractThis research aims to know the effects of the lesson study training on the pedagogicalcompetence, the teaching motivation, and the teaching readiness of teachers. Theresearch was a quasi-experimental with one-group pretest-posttest design. The place ofthe research was in Vocational High School 5 in the City of Yogyakarta that hasMechanical Engineering Program. The subjects were teachers of MechanicalEngineering. The data were collected using self assessment questionnaires given toteachers before and after given the lesson study training. The data were analyzed usingdescriptive analysis techniques which include: the mean, minimum value, maximumvalue, and standard deviation, then test requirements analysis using normality test andhomogeneity test. Further the hypothesis testing used the parametric statistical withPaired-Samples T Test for normally distributed data and a nonparametric statistics withWilcoxon Signed Ranks Test for non normally distributed data. The research finding
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
142
reveals that: (1) there is a significant increase in the teachers pedagogical competenceafter the lesson study training; (2) there is a significant increase in the teachers’ teachingmotivation after the lesson study training; (3) there is a significant increase in theteachers’ teaching readiness after the lesson study training.
Keywords: lesson study, pedagogical competence, teaching motivation, teachingreadiness, Vocational High School
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
143
Pendahuluan
Pendidikan adalah salah satu sektor yang memiliki kedudukan penting, di
mana pendidikan merupakan upaya dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa sesuai dengan yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tujuan pendidikan adalah untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Untuk mewujudkan hal
tersebut, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mengedepankan proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.
Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang dilandasi
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan guna membina
kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah melalui serangkaian
aktivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan
berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pemahaman peserta didik (Abidin,
2014, p.127). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan saintifik lebih baik dari pada model pembelajaran langsung dalam
meningkatkan hasil belajar biologi dan keterampilan proses Sains (Marjan, 2014).
Untuk mewujudkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, perlunya
kehadiran guru sebagai fasilitator peserta didik dalam proses pembelajaran.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen dalam Pasal 2 disebutkan bahwa seorang guru dikatakan profesional
apabila sudah sertifikasi. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik,
di mana yang dimaksud dengan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai
pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Tujuan
sertifikasi guru salah satunya adalah untuk meningkatkan profesionalisme guru.
Marsiti (2011) memaparkan bahwa sertifikasi guru bertujuan untuk
memberikan tunjangan profesi kepada para guru, di mana harapannya dengan
tunjangan profesi tersebut kegiatan belajar mengajar akan menjadi lebih
berkualitas karena para tenaga pendidik sudah sejahtera serta implikasi akhirnya
adalah kualitas pendidikan dalam hal ini mutu pendidikan akan menjadi lebih
baik. Akan tetapi masih terdapat temuan di lapangan di mana sertifikasi guru
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
144
berbanding terbalik dengan tujuan yang diharapkan. Harian Kedaulatan Rakyat
(Selasa, 28 September 2010) memaparkan bahwa masyarakat menilai program
sertifikasi guru pada kenyataannya di lapangan justru tidak mampu memberikan
kontribusi positif pada kualitas mengajar guru karena penilaian sertifikasi hanya
terpaku pada portofolio semata. Jadi ketika guru sudah mendapat sertifikasi, tidak
serta merta kualitas layanannya itu naik.
Ini ada kaitannya dengan asal mula atau modal awal dari guru di mana
kalau modal awalnya bagus, disertifikasi atau tidak guru tersebut tetap
memberikan layanan yang baik. Sebaliknya, guru yang sudah terbiasa tidak intens
dalam layanan, walaupun sudah mendapat sertifikat tidak otomatis menjadi bagus.
Sudah ada penelitian yang menyatakan bahwa memang tidak ada korelasi positif
antara sertifikasi dan peningkatan kualitas guru. Hal ini dibuktikan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Bahtiar (2009) yang memberikan hasil bahwa
kinerja guru-guru Sains (IPA) setelah lulus sertifikasi ada yang masih seperti
kinerja sebelum lulus sertifikasi dan bahkan ada guru-guru Sains (IPA) kinerjanya
menurun setelah lulus sertifikasi. Kelemahan atau kekurangan dalam membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru IPA masih kurang dalam hal
membuat inovasi-inovasi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Tiyanto (2011) memberikan hasil
bahwa tidak ada dampak positif sertifikasi terhadap kinerja guru IPA di SMP
Negeri Kabupaten Wonosobo dalam prestasi akademik guru. Kinerja guru IPA
dalam pelaksanaan pembelajaran dan profesi akademik setahun sesudah sertifikasi
ada yang masih seperti kinerja setahun sebelum sertifikasi dan bahkan ada guru
IPA kinerjanya menurun. Hal ini terbukti dengan turunnya rerata nilai prestasi
akademik setahun sesudah sertifikasi bila dibandingkan dengan rerata nilai
pengembangan profesi setahun sebelum sertifikasi.
Dari berbagai permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya ternyata
program sertifikasi guru belum mampu memberikan kontribusi secara penuh
dalam upaya peningkatan profesionalisme guru. Untuk itu, perlunya suatu
kegiatan pemberdayaan guru yang dapat memberikan kontribusi dalam upaya
peningkatan profesionalisme guru.
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
145
Upaya pemberdayaan guru sesuai dengan kapasitas serta permasalahan
yang dihadapi masing-masing dapat dilakukan dengan menerapkan model lesson
study. Lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui
pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan
prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas
belajar (Hendayana, dkk, 2007, p.10). Dengan demikian lesson study bukan
metode atau strategi pembelajaran akan tetapi kegiatan lesson study dapat
menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi,
kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru agar dapat meningkatkan
profesionalisme guru dan tentunya diharapkan peserta didik senang dalam belajar.
Sekretaris Umum PGRI Jawa Tengah menjelaskan bahwa kegiatan lesson
study dapat mengurangi ketergantungan guru pada buku teks, di sisi lain akan
meningkatkan profesionalisme guru dalam menghadapi permasalahan
pembelajaran di kelas (Kedaulatan Rakyat, Minggu 04 November 2012). Hal
tersebut dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudyanto, dkk (2011)
yang memberikan hasil bahwa dengan lesson study dapat meningkatkan
profesionalisme guru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tedjawati (2011)
memberikan hasil bahwa dengan lesson study kemampuan guru menjadi
meningkat di mana mereka lebih inovatif dengan metode pembelajaran yang lebih
bervariasi dan lebih relevan terhadap tingkat kemampuan siswa serta
meningkatnya kualitas dan kuantitas guru dalam melaksanakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Krisnawati (2009) memberikan hasil
bahwa dengan kegiatan lesson study guru menjadi lebih siap dalam proses
pembelajaran. Penelitian tersebut memberikan saran perlunya pengimbasan
pembelajaran dengan lesson study pada sekolah-sekolah yang belum
melaksanakan lesson study.
Dari saran terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh Krisnawati
(2009), selanjutnya peneliti melakukan prasurvei ke Dinas Pendidikan Kota
Yogyakarta dan ke 5 SMK di Kota Yogyakarta yang mempunyai Program
Keahlian Teknik Pemesinan sesuai dengan bidang keahlian yang sedang ditempuh
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
146
oleh peneliti. Hasil prasurvei yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 10
Februari 2015 di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Bidang Pendidikan
Menengah didapatkan informasi bahwa pernah memberikan pelatihan lesson study
sebanyak 2 kali pada guru-guru SMA dan SMK yang mengampu mata pelajaran
adaptif dan normatif. Namun untuk guru SMK khususnya guru yang mengampu
mata pelajaran produktif, dari pihak Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta belum
pernah memberikan pelatihan lesson study.
Hasil prasurvei yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 11-17 Februari
2015 di 5 SMK Kota Yogyakarta yang mempunyai Program Keahlian Teknik
Pemesinan didapatkan informasi bahwa guru Teknik Pemesinan di 5 SMK
tersebut belum pernah mendapatkan pelatihan lesson study dari pihak manapun
sehingga belum ada guru Teknik Pemesinan yang mengimplementasikan lesson
study dalam pembelajaran.
Tabel 1. Daftar 5 SMK di Kota Yogyakarta yang MempunyaiProgram Keahlian Teknik Pemesinan
No. Nama Sekolah1 SMK Negeri 2 Yogyakarta2 SMK Negeri 3 Yogyakarta3 SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta4 SMK PIRI 1 Yogyakarta5 SMK Islam Yogyakarta
Dari berbagai uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, ternyata program
sertifikasi guru belum mampu meningkatkan profesionalisme guru. Terkait
dengan lesson study, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta hanya memberikan
pelatihan lesson study kepada guru-guru SMA dan SMK di Kota Yogyakarta, itu
pun untuk guru yang mengampu mata pelajaran adaptif dan normatif saja.
Artinya guru-guru yang mengampu mata pelajaran produktif khususnya
pada Program Keahlian Teknik Pemesinan di 5 SMK Kota Yogyakarta belum
pernah mendapatkan pelatihan lesson study dari pihak manapun. Hasil di lapangan
juga menujukkan bahwa belum ada guru Teknik Pemesinan di 5 SMK Kota
Yogyakarta yang mengimplementasikan lesson study dalam pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu diadakan pelatihan lesson study bagi
guru SMK yang mengampu mata pelajaran produktif khususnya Teknik
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
147
Pemesinan. Selanjutnya di analisis apakah ada peningkatan yang signifikan
kompetensi pedagogik, motivasi mengajar, dan kesiapan mengajar guru sesudah
mendapatkan pelatihan lesson study. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pelatihan lesson study terhadap kompetensi pedagogik, motivasi mengajar, dan
kesiapan mengajar guru SMK di Kota Yogyakarta dalam implementasi
pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi
kepada pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
khususnya Direktorat Pembinaan SMK bahwa lesson study dapat menunjang
implementasi pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Bagi sekolah,
diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada sekolah untuk
mengakomodasi kebutuhan para guru selaku pelaku implementasi pembelajaran
dengan pendekatan saintifik berbasis lesson study.
Bagi guru, diharapkan dapat memberikan informasi pada guru bahwa
lesson study dapat digunakan untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam
rangka implementasi pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Bagi peneliti,
diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada peneliti terkait
pengaruh pelatihan lesson study terhadap kompetensi pedagogik, motivasi
mengajar, dan kesiapan mengajar guru SMK di Kota Yogyakarta dalam
implementasi pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Namun sebelum
menganalisis lebih jauh terkait data hasil penelitian, perlu dibahas terlebih dahulu
mengenai deskripsi per variabel.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pelatihan lesson study. Jill
Brokes dalam Sudarmanto (2009, p.228) mendefinisikan pelatihan yaitu proses
terencana untuk memodifikasi sikap, pengetahuan, perilaku keahlian melalui
pengalaman pembelajaran untuk mencapai kinerja efektif dalam suatu aktivitas.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, pelatihan yang dilaksanakan adalah
pelatihan lesson study.
Sementara itu lesson study menurut Saito, et al (2015, p.2) adalah sebuah
pendekatan dalam rangka pengembangan profesionalisme guru. Isoda, et al (2007,
p.2) menjelaskan bahwa “the significance of lesson study is that all of these
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
148
processes are performed in collaboration with other teachers”. Pernyataan
tersebut mengandung maksud bahwa yang terpenting dari lesson study adalah
semua tahapan dilakukan secara bekerja sama dengan guru lainnya (kolaboratif).
Pembelajaran secara kolaboratif yang dimaksud dalam lesson study dimulai dari
proses perencanaan secara kolaboratif, proses mengamati secara kolaboratif,
hingga proses refleksi secara kolaboratif, hal ini sesuai dengan penjelasan yang
dikemukakan oleh Lenski & Caskey (2009, p.55) bahwa “in lesson study,
collaboration entails the collaborative planning, observing, and debriefing of
lessons”.
Perlu diingat bahwa lesson study bukan suatu model atau strategi
pembelajaran, namun lesson study adalah suatu kegiatan pembelajaran di mana
guru dapat menerapkan berbagai model dan strategi pembelajaran sesuai dengan
situasi, kondisi, dan masalah yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan penjelasan
yang dikemukakan oleh Subadi, Khotimah & Sutarni (2013, p.104) bahwa “in the
lesson study, teachers can choose and implement a variety of learning models and
strategies in conformity with situation, condition, and problem”.
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa pelatihan lesson study adalah upaya peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan seorang guru
dalam upaya perbaikan kinerja melalui kegiatan lesson study yang mencakup
tahapan plan, do, dan see secara kolaboratif dalam rangka mewujudkan
pembelajaran yang membuat peserta didik senang dalam belajar serta menjalin
kolegalitas para guru dan diharapkan melalui kegiatan lesson study dapat
meningkatkan profesionalisme guru.
Variabel dependen pertama dalam penelitian ini adalah kompetensi
pedagogik guru. Menurut Wibowo (2011, p.324) kompetensi adalah “suatu
kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang
dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang
dituntut oleh pekerjaan tersebut”. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen menyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
guru adalah kompetensi guru sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 10 di mana
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
149
salah satunya adalah kompetensi pedagogik. Wang, et al (2012, p.2) menjelaskan
bahwa pedagogik dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengajar anak dalam
hal ini adalah siswa, sesuai dengan pernyataannya bahwa “pedagogy can be
defined as the art and science of teaching children”.
Wahyudi (2012, p.31) mendefinisikan kompetensi pedagogik sebagai
kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik
yang ditunjukkan dengan membantu, membimbing, dan memimpin peserta didik.
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru menyebutkan bahwa kompetensi pedagogik guru mata
pelajaran terdiri atas 10 kompetensi di antaranya: (a) menguasai karakteristik
peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan
intelektual; (b) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik; (c) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
yang diampu; (d) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik; (e)
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran; (f) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; (g) berkomunikasi secara
efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik; (h) menyelenggarakan penilaian
dan evaluasi proses dan hasil belajar; (i) memanfaatkan hasil penilaian dan
evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; dan (j) melakukan tindakan reflektif
untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya terkait dengan
kompetensi pedagogik seorang guru, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi
pedagogik guru adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola proses
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancang
dan pelaksana pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta
didik. Dari 10 kompetensi inti yang telah dipaparkan sebelumnya maka dalam
penelitian ini menggunakan 10 kompetensi inti tersebut sebagai indikator untuk
mengukur kompetensi pedagogik guru.
Variabel dependen kedua dalam penelitian ini adalah motivasi mengajar
guru. Menurut Wiseman & Hunt (2014, p.9) motivasi diartikan sebagai “an
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
150
internal state that arouses one to action, pushes one in a particular direction, and
keeps one engaged in certain activities”. Pernyataan tersebut mengandung
maksud bahwa motivasi adalah keadaan internal yang membangkitkan seseorang
untuk bertindak, mendorong ke satu arah tertentu, dan membuatnya terlibat dalam
suatu kegiatan tertentu.
Menurut Uno (2014, p.1) motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Celikoz (2010, p.114) bahwa “motivation can be defined as the psychological
state that leads an individual to behave in a certain manner, that drives him/her to
behave like that or makes him/her enthusiastic about performing a task”.
Pernyataan tersebut mengandung maksud bahwa motivasi dapat diartikan sebagai
keadaan psikologis yang mengarahkan seseorang untuk berperilaku dengan cara
tertentu, yang mendorong orang itu untuk berperilaku seperti itu atau membuat
orang itu antusias dalam melaksanakan tugasnya.
Dalam kaitannya dengan motivasi guru dalam mengajar, maka motivasi
mengajar guru dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan untuk
menggerakkan guru agar perilaku mereka dapat diarahkan pada upaya-upaya yang
nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan khususnya dalam proses
pembelajaran. Untuk mengukur motivasi mengajar guru dalam penelitian ini
digunakan indikator-indikator yang diambil dari beberapa teori motivasi, di
antaranya teori hierarki kebutuhan yang dikembangkan oleh Maslow, Satisfaction
and Hygiene Theory yang dikembangkan oleh Herzberg, Teori Kebera-daan,
Keterkaitan, dan Pertumbuhan yang dikembangkan oleh Aldefer, dan Teori Model
ARCS yang dikembangkan oleh Keller.
Indikator tersebut yakni: upah, kebutuhan fisiologis, kemungkinan
berkembang, memperoleh pengakuan, kebutuhan sosial, keamanan bekerja,
kepuasan, dan aktualisasi diri.
Variabel dependen ketiga dalam penelitian ini adalah kesiapan mengajar
guru. Kesiapan menurut Jamies Drever dalam Slameto (2010, p.59) adalah
“preparedness to respond or react” di mana dapat diartikan sebagai kesediaan
untuk memberi respon atau bereaksi. Cronbach dalam Soemanto (2006, p.191)
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
151
memberikan pengertian “kesiapan (readiness) sebagai segenap sifat atau kekuatan
yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu”.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, kesiapan yang dimaksud adalah
kesiapan guru dalam mengajar. Hal ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam
mengelola proses belajar mengajar di mana seorang guru harus mempunyai
kemampuan yang baik dalam mengelola proses belajar mengajar. Sementara itu
Suryobroto (1997, p.26) mengelompokkan kemampuan guru dalam mengelola
proses belajar mengajar menjadi 3 kelompok, yakni kemampuan merencanakan
pengajaran, kemampuan melaksanakan proses belajar mengajar, dan kemampuan
mengevaluasi/menilai pengajaran.
Dari berbagai penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa kesiapan mengajar guru adalah keadaan sedang bersiap atau
siapnya guru dalam mengelola proses belajar mengajar di mana harus memiliki
kemampuan dalam merencanakan pengajaran, kemampuan dalam melaksanakan
proses belajar mengajar, dan kemampuan dalam mengevaluasi/menilai
pengajaran. Ketiga aspek tersebut dapat digunakan sebagai indikator untuk
mengukur kesiapan mengajar guru. Lebih lanjut, kesiapan mengajar guru dalam
penelitian ini diukur menggunakan 3 indikator yakni sebelum pembelajaran, pada
saat pembelajaran, dan setelah pembelajaran.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan quasi experimental dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 5 SMK Kota Yogyakarta yang mempunyai
Program Keahlian Teknik Pemesinan. Waktu dilaksanakannya penelitian ini
adalah pada bulan Maret-Mei 2015.
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
152
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah 55 guru Teknik Pemesinan dari 5
SMK di Kota Yogyakarta, dengan sampel penelitian sebanyak 20 guru Teknik
Pemesinan. Teknik sampling dilakukan dengan proportional random sampling.
Tabel 2. Teknik Sampling dengan Proportional Random Sampling
No. Nama SekolahTotalGuru
Jumlah Sampel(1/2 x Total Guru)
1 SMK Negeri 2 Yogyakarta 15 (1/2 x 15) = 7,5 ≈ 82 SMK Negeri 3 Yogyakarta 19 (1/2 x 19) = 9,5 ≈ 10
3SMK Muhammadiyah 3Yogyakarta
12 (1/2 x 12) = 6
4 SMK PIRI 1 Yogyakarta 4 (1/2 x 4) = 25 SMK Islam Yogyakarta 5 (1/2 x 5) = 2,5 ≈ 3
Jumlah 55 29
Jumlah sampel diambil dari separuh total guru, mengingat dari pihak
sekolah hanya dapat mengirimkan separuh dari total Guru Teknik Pemesinan yang
ada agar pembelajaran di sekolah tetap dapat berjalan. Setelah dilakukan teknik
sampling menggunakan proportional random sampling didapatkan jumlah sampel
sebesar 29 guru. Akan tetapi kenyataan di lapangan (ketika pelaksanaan pelatihan
lesson study) menunjukkan bahwa dari 29 jumlah guru yang hadir, 9 guru di
antaranya adalah guru non Teknik Pemesinan.
Berdasarkan hal tersebut guna memperoleh data penelitian terkait dengan
guru Teknik Pemesinan, maka hanya dipilih 20 guru Teknik Pemesinan untuk
keperluan analisis data. Namun demikian, berdasarkan jumlah sampel yang
berjumlah 20 guru Teknik Pemesinan tersebut sudah memenuhi syarat dalam
kriteria anggota kelompok ideal lesson study yakni 4 anggota untuk tiap-tiap
kelompok.
Prosedur
Jenis penelitian ini adalah quasi-experimental dengan desain one-group
pretest-posttest. Langkah pertama dari desain penelitian ini adalah pretest, yakni
pemberian instrumen self assessment yang terdiri dari angket kompetensi
pedagogik guru, angket motivasi mengajar guru, dan angket kesiapan mengajar
guru sebelum diberi perlakuan (treatment). Kemudian langkah kedua adalah
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
153
pemberian perlakuan/treatment berupa pelatihan lesson study. Langkah ketiga
adalah posttest, yakni pemberian instrumen self assessment yang terdiri dari
angket kompetensi pedagogik guru, angket motivasi mengajar guru, dan angket
kesiapan mengajar guru sesudah diberi perlakuan (treatment). Desain penelitian
ini dapat digambarkan sebagai berikut (Issac & Michael, 1971, p.37):
Tabel 3. One-Group Pretest-Posttest Design
Pretest Treatment PosttestT1 X T2
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dihimpun menggunakan instrumen self
assessment. Instrumen self assessment berupa angket kompetensi pedagogik guru,
angket motivasi mengajar guru, dan angket kesiapan mengajar guru. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan memberikan 3 angket kepada guru sebelum
dan sesudah diberi pelatihan lesson study.
Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: (1) Statistik
Deskriptif, (2) Uji Persyaratan Analisis dengan Uji Normalitas dan Uji
Homogenitas, (3) Uji hipotesis dengan Paired-Samples T Test untuk data yang
berdistribusi normal dan Wilcoxon Signed Ranks Test untuk data yang tidak
berdistribusi normal.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil analisis deskriptif data pretest dan posttest variabel kompetensi
pedagogik guru ditunjukkan dalam Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Hasil Analisis Deskriptif Data Pretest dan PosttestVariabel Kompetensi Pedagogik Guru
Data Pretest PosttestJumlah Guru 20 20Nilai Minimum 74 94Nilai Maksimum 111 136Rata-Rata 94,65 107,25Standar Deviasi 9,45 9,20
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
154
Dari Tabel 4 diketahui bahwa rata-rata nilai posttest lebih besar dari rata-
rata nilai pretest. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di Diagram 1.
Diagram 1. Perbandingan Rata-Rata Pretest dan PosttestVariabel Kompetensi Pedagogik Guru
Diagram 1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kompetensi pedagogik
guru sesudah diberikan pelatihan lesson study. Hal ini sesuai dengan hasil analisis
skor untuk tiap-tiap guru yang disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Nilai Pretest dan PosttestVariabel Kompetensi Pedagogik Guru
NomorResponden Pretest Posttest Keterangan
1 93 102 Naik2 97 105 Naik3 86 109 Naik4 105 106 Naik5 93 114 Naik6 100 102 Naik7 93 103 Naik8 95 116 Naik9 97 112 Naik10 101 102 Naik11 99 108 Naik12 74 94 Naik13 77 98 Naik14 108 110 Naik15 85 101 Naik16 89 102 Naik17 111 136 Naik18 95 106 Naik19 104 119 Naik20 91 100 Naik
Jumlah 1893 2145Rata-rata 94,65 107,25PersentaseKenaikan 13,31%
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
155
Dari Tabel 5 diketahui bahwa didapatkan rata-rata nilai pretest sebesar
94,65 dan rata-rata nilai posttest sebesar 107,25. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan sebesar 13,31% sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson
study. Peningkatan tersebut secara rinci dapat dilihat pada kategorisasi hasil
pengukuran variabel kompetensi pedagogik guru yang disajikan dalam Diagram 2.
10%
65%
25%
5%
45%50%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
SangatBaik
Baik KurangBaik
TidakBaik
Sebelum
Sesudah
Diagram 2. Kategorisasi Hasil Pengukuran Variabel Kompetensi Pedagogik Guru
Setelah dilakukan pendeskripsian data, langkah selanjutnya adalah uji
prasyarat analisis yakni uji normalitas dan uji homogenitas. Ringkasan hasil uji
prasyarat analisis data pretest dan posttest variabel kompetensi pedagogik guru
adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas dan Uji HomogenitasPersyaratan
Analisis Data Kriteria
UjiNormalitas
Pretest Berdistribusi NormalPosttest Tidak Berdistribusi Normal
UjiHomogenitas
Pretest HomogenPosttest Homogen
Dari hasil uji normalitas diketahui bahwa data pretest berdistribusi normal,
sedangkan untuk data posttest tidak berdistribusi normal. Sementara itu hasil uji
homogenitas menunjukkan bahwa kedua data homogen. Karena dari hasil uji
normalitas terdapat salah satu data yang menunjukkan tidak berdistribusi normal,
maka tidak memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian hipotesis menggunakan
statistik parametrik walaupun dari hasil uji homogenitas menunjukkan data
homogen. Maka dari itu untuk menguji hipotesis variabel kompetensi pedagogik
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
156
guru dalam penelitian ini menggunakan statistik nonparametrik dengan Wilcoxon
Signed Ranks Test.
Sementara itu hasil analisis deskriptif data pretest dan posttest variabel
motivasi mengajar guru ditunjukkan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Analisis Deskriptif Data Pretest dan PosttestVariabel Motivasi Mengajar Guru
Data Pretest PosttestJumlah Guru 20 20Nilai Minimum 35 32Nilai Maksimum 65 65Rata-Rata 48,3 51,7Standar Deviasi 8,37 8,65
Dari Tabel 7 diketahui bahwa rata-rata nilai posttest lebih besar dari rata-
rata nilai pretest. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di Diagram 3.
48.3
51.7
46
47
48
49
50
51
52
Data
Rata
-Rat
a M
otiv
asi M
enga
jar G
uru
Pretest
Posttest
Diagram 3. Perbandingan Rata-Rata Pretest dan PosttestVariabel Motivasi Mengajar Guru
Diagram 3 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan motivasi mengajar
guru sesudah diberikan pelatihan lesson study. Hal ini sesuai dengan hasil analisis
skor untuk tiap-tiap guru yang disajikan dalam Tabel 8.
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
157
Tabel 8. Nilai Pretest dan Posttest Variabel Motivasi Mengajar GuruNomor
Responden Pretest Posttest Keterangan
1 49 54 Naik2 58 56 Turun3 42 48 Naik4 37 39 Naik5 49 53 Naik6 35 36 Naik7 49 57 Naik8 51 52 Naik9 64 60 Turun10 65 65 Sama11 45 58 Naik12 46 55 Naik13 55 55 Sama14 51 32 Turun15 42 45 Naik16 41 46 Naik17 55 61 Naik18 51 57 Naik19 37 47 Naik20 44 58 Naik
Jumlah 966 1034Rata-rata 48,3 51,7PersentaseKenaikan
7,03%
Dari Tabel 8 diketahui bahwa didapatkan rata-rata nilai pretest sebesar
48,3 dan rata-rata nilai posttest sebesar 51,7. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan sebesar 7,03% sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study.
Peningkatan tersebut secara rinci dapat dilihat pada kategorisasi hasil pengukuran
variabel motivasi mengajar guru yang disajikan dalam Diagram 4.
Diagram 4. Kategorisasi Hasil Pengukuran Variabel Motivasi Mengajar Guru
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
158
Setelah dilakukan pendeskripsian data, langkah selanjutnya adalah uji
prasyarat analisis yakni uji normalitas dan uji homogenitas. Ringkasan hasil uji
prasyarat analisis data pretest dan posttest variabel motivasi mengajar guru adalah
sebagai berikut:
Tabel 9. Hasil Uji Normalitas dan Uji HomogenitasPersyaratan
Analisis Data Kriteria
UjiNormalitas
Pretest Berdistribusi NormalPosttest Berdistribusi Normal
UjiHomogenitas
Pretest HomogenPosttest Homogen
Dari hasil uji normalitas diketahui bahwa data pretest dan posttest
berdistribusi normal. Sementara itu hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa
kedua data homogen. Karena dari hasil uji normalitas dan uji homogenitas
menunjukkan bahwa kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka
memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian hipotesis menggunakan statistik
parametrik. Maka dari itu untuk menguji hipotesis variabel motivasi mengajar
guru dalam penelitian ini menggunakan statistik parametrik dengan Paired-
Samples T Test.
Sementara itu hasil analisis deskriptif data pretest dan posttest variabel
kesiapan mengajar guru ditunjukkan dalam Tabel 10.
Tabel 10. Hasil Analisis Deskriptif Data Pretest dan PosttestVariabel Kesiapan Mengajar Guru
Data Pretest PosttestJumlah Guru 20 20Nilai Minimum 49 57Nilai Maksimum 76 76Rata-Rata 59,2 67Standar Deviasi 5,95 6,73
Dari Tabel 10 diketahui bahwa rata-rata nilai posttest lebih besar dari rata-
rata nilai pretest. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di Diagram 3.
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
159
59.2
67
54
56
58
60
62
64
66
68
Data
Rata
-Rat
a Ke
siap
an M
enga
jar
Gur
u Pretest
Posttest
Diagram 5. Perbandingan Rata-Rata Pretest dan PosttestVariabel Kesiapan Mengajar Guru
Diagram 5 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kesiapan mengajar
guru sesudah diberikan pelatihan lesson study. Hal ini sesuai dengan hasil analisis
skor untuk tiap-tiap guru yang disajikan dalam Tabel 11.
Tabel 11. Nilai Pretest dan Posttest Variabel Kesiapan Mengajar GuruNomor
Responden Pretest Posttest Keterangan
1 58 63 Naik2 60 66 Naik3 63 69 Naik4 70 74 Naik5 53 59 Naik6 49 71 Naik7 57 60 Naik8 62 75 Naik9 60 62 Naik10 57 62 Naik11 57 74 Naik12 55 73 Naik13 56 65 Naik14 65 67 Naik15 57 57 Sama16 56 57 Naik17 76 76 Sama18 60 60 Sama19 56 74 Naik20 57 76 Naik
Jumlah 1184 1340Rata-rata 59,2 67PersentaseKenaikan 13,17%
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
160
Dari Tabel 11 diketahui bahwa didapatkan rata-rata nilai pretest sebesar
59,2 dan rata-rata nilai posttest sebesar 67. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan sebesar 13,17% sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study.
Peningkatan tersebut secara rinci dapat dilihat pada kategorisasi hasil pengukuran
variabel kesiapan mengajar guru yang disajikan dalam Diagram 6.
10% 10%
65%
15%
40%
25%
35%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Sangat Siap Siap Kurang Siap Tidak Siap
Sebelum
Sesudah
Diagram 6. Kategorisasi Hasil Pengukuran Variabel Kesiapan Mengajar Guru
Setelah dilakukan pendeskripsian data, langkah selanjutnya adalah uji
prasyarat analisis yakni uji normalitas dan uji homogenitas. Ringkasan hasil uji
prasyarat analisis data pretest dan posttest variabel kesiapan mengajar guru adalah
sebagai berikut:
Tabel 12. Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas
PersyaratanAnalisis
Data Kriteria
UjiNormalitas
Pretest Tidak Berdistribusi NormalPosttest Berdistribusi Normal
UjiHomogenitas
Pretest HomogenPosttest Homogen
Dari hasil uji normalitas diketahui bahwa data pretest tidak berdistribusi
normal, sedangkan untuk data posttest berdistribusi normal. Karena dari hasil uji
normalitas terdapat salah satu data yang menunjukkan tidak berdistribusi normal,
maka tidak memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian hipotesis menggunakan
statistik parametrik walaupun dari hasil uji homogenitas menunjukkan data
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
161
homogen. Maka dari itu untuk menguji hipotesis variabel kesiapan mengajar guru
dalam penelitian ini menggunakan statistik nonparametrik dengan Wilcoxon
Signed Ranks Test.
Langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis dari tiap-tiap variabel.
Ringkasan hasil uji hipotesis variabel kompetensi pedagogik guru, motivasi
mengajar guru, dan kesiapan mengajar guru adalah sebagai berikut:
Tabel 13. Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Kompetensi Pedagogik GuruKompetensi Pedagogik Guru
T hitung TandaT
tabel Keterangan
0 < 52Ho Ditolak dan
Ha Diterima
Berdasarkan Tabel 13 didapat nilai T hitung lebih kecil dari T tabel (0 <
52). Dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan yang signifikan kompetensi
pedagogik guru sesudah mendapatkan pelatihan lesson study.
Tabel 14. Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Motivasi Mengajar GuruMotivasi Mengajar Guru
Sig.(2-tailed) TandaTaraf
Signifikansi Keterangan
0,044 < 0,05 Ho Ditolak dan Ha Diterima
Berdasarkan pada Tabel 14 didapat nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil dari
taraf signifikansi (0,044 < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan yang
signifikan motivasi mengajar guru sesudah mendapatkan pelatihan lesson study.
Tabel 15. Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Kesiapan Mengajar GuruKesiapan Mengajar Guru
T hitung Tanda T tabel Keterangan0 < 52 Ho Ditolak dan Ha Diterima
Berdasarkan Tabel 15 didapat bahwa nilai T hitung lebih kecil dari T tabel
(0 < 52). Dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan yang signifikan kesiapan
mengajar guru sesudah mendapatkan pelatihan lesson study. Berdasarkan
ringkasan hasil uji hipotesis variabel kompetensi pedagogik guru, motivasi
mengajar guru, dan kesiapan mengajar guru, maka dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
162
Pertama, berdasarkan hasil analisis Wilcoxon Signed Ranks Test
menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2013 diperoleh kesimpulan
bahwa ada peningkatan yang signifikan kompetensi pedagogik guru sesudah
mendapatkan pelatihan lesson study. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya
rata-rata nilai sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study.
Dari Tabel 5 sebelumnya diketahui bahwa rata-rata nilai pretest sebesar
94,65 dan rata-rata nilai posttest sebesar 107,25. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan sebesar 13,31% sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson
study. Jika dilihat dari perolehan nilai pretest dan nilai posttest dari masing-
masing guru, dari total 20 guru semuanya tidak menunjukkan adanya penurunan
nilai posttest sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study.
Itu artinya terjadi peningkatan kompetensi pedagogik 20 guru sesudah
mendapatkan pelatihan lesson study. Peningkatan kompetensi pedagogik 20 guru
dipengaruhi oleh efek pemberian pelatihan lesson study ditinjau dari angket
kompetensi pedagogik guru yang menunjukkan hasil posttest yang lebih baik dari
hasil pretest. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil RPP yang dibuat oleh guru
sesudah mengikuti pelatihan lesson study di mana menunjukkan adanya
peningkatan dibanding dengan sebelum mendapatkan lesson study. Hal ini sejalan
dengan kegiatan PPM yang dilakukan oleh Widarto (2014) di mana memberikan
kesimpulan bahwa guru SMK yang mengikuti kegiatan PPM mampu membuat
RPP berbasis lesson study dengan baik.
Kedua, berdasarkan hasil analisis Paired-Samples T Test menggunakan
bantuan program statistik SPSS 19 diperoleh kesimpulan bahwa ada peningkatan
yang signifikan motivasi mengajar guru yang signifikan sesudah mendapatkan
pelatihan lesson study. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata nilai
sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study. Dari Tabel 8 sebelumnya
diketahui bahwa rata-rata nilai pretest sebesar 48,3 dan rata-rata nilai posttest
sebesar 51,7.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan sebesar 7,03% sesudah
dilaksanakannya pelatihan lesson study. Jika dilihat dari perolehan nilai pretest
dan nilai posttest dari masing-masing guru, dari total 20 guru sebanyak 15 guru
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
163
tidak menunjukkan adanya penurunan nilai posttest sesudah dilaksanakannya
pelatihan lesson study. Itu artinya terjadi peningkatan motivasi mengajar 15 guru
sesudah mendapatkan pelatihan lesson study.
Hal ini dipengaruhi oleh efek pemberian pelatihan lesson study di mana
guru lebih termotivasi dalam mengajar karena belum banyak guru Teknik
Pemesinan 5 SMK di Kota Yogyakarta yang mengimplementasikan lesson study
dalam pembelajaran karena memang belum ada yang pernah mendapatkan
pelatihan lesson study selain guru yang menjadi sampel penelitian. Hal ini
menjadi sebuah motivasi karena guru tersebut menjadi pelopor lesson study di
sekolahnya. Sementara itu terdapat 2 guru yang menunjukkan bahwa tidak adanya
perbedaan antara nilai pretest dan nilai posttest sesudah dilaksanakannya pelatihan
lesson study.
Itu artinya tidak terjadi peningkatan dan penurunan motivasi mengajar
pada guru tersebut sesudah mendapatkan pelatihan lesson study. Selain itu juga
terdapat 3 guru yang menunjukkan bahwa adanya penurunan nilai posttest
sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study. Itu artinya terjadi penurunan
motivasi mengajar pada guru tersebut sesudah mendapatkan pelatihan lesson
study.
Ke 5 guru yang motivasi mengajarnya tidak meningkat dapat disebabkan
karena kegiatan lesson study menuntut guru untuk berkolaboratif dalam
melaksanakan pembelajaran, hal ini menjadi kendala ketika suatu sekolah hanya
memiliki guru yang sangat terbatas. Selain itu karena kegiatan lesson study tidak
hanya dilakukan dalam satu siklus saja, hal ini juga menjadi kendala terkait
dengan waktu mengingat guru disibukkan dengan beban mengajar yang sangat
padat sehingga tidak memungkinkan untuk dilaksanakannya kegiatan lesson
study.
Ketiga, berdasarkan hasil analisis Wilcoxon Signed Ranks Test
menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2013 diperoleh kesimpulan
bahwa ada peningkatan yang signifikan kesiapan mengajar guru sesudah
mendapatkan pelatihan lesson study. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya
rata-rata nilai setelah dilakukan pelatihan lesson study. Dari Tabel 11 sebelumnya
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
164
diketahui bahwa rata-rata nilai pretest sebesar 59,2 dan rata-rata nilai posttest
sebesar 67. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan sebesar 13,17%
sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study. Jika dilihat dari perolehan nilai
pretest dan nilai posttest dari masing-masing guru, dari total 20 guru sebanyak 17
guru tidak menunjukkan adanya penurunan nilai posttest sesudah dilaksanakannya
pelatihan lesson study.
Itu artinya terjadi peningkatan kesiapan mengajar 17 guru sesudah
mendapatkan pelatihan lesson study. Peningkatan kesiapan mengajar guru
dipengaruhi oleh peningkatan kompetensi pedagogik guru di mana guru menjadi
lebih siap dalam mengajar karena kompetensi pedagogiknya meningkat ditinjau
dari kemampuan dalam menyusun RPP. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Soemanto (2006, p.197) bahwa kematangan mempengaruhi proses kesiapan
seseorang. Kematangan yang dimaksud berkaitan dengan peningkatan kompetensi
pedagogik guru sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study.
Sementara itu terdapat 3 guru yang menunjukkan bahwa tidak adanya
perbedaan antara nilai pretest dan nilai posttest sesudah dilaksanakannya pelatihan
lesson study. Itu artinya tidak terjadi peningkatan dan penurunan kesiapan
mengajar pada guru tersebut sesudah mendapatkan pelatihan lesson study. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh tingkat kesiapan dari ketiga guru tersebut yang disebabkan
oleh beberapa faktor lain. Karena jika ditinjau dari segi kompetensi pedagogiknya,
ketiga guru tersebut menunjukkan peningkatan sesudah mendapatkan pelatihan
lesson study.
Pelatihan lesson study bagi guru-guru SMK merupakan suatu upaya untuk
membekali guru dalam mengimplementasikan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku dan diutamakan dapat
meningkatkan profesionalisme guru. Tujuan dilaksanakannya pelatihan lesson
study ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme guru khususnya pada
kompetensi pedagogik, motivasi mengajar, dan kesiapan mengajar. Hal ini
dibuktikan berdasarkan hasil penelitian yang telah disebutkan sebelumnya bahwa
pelatihan lesson study dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru sebesar
13,31%, motivasi mengajar guru sebesar 7,03%, dan kesiapan mengajar guru
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
165
sebesar 13,17% di mana hal ini dapat menunjang guru dalam rangka implementasi
pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Simpulan dan Saran
Simpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis maka dapat diambil simpulan sebagai
berikut:
Pertama, ada peningkatan yang signifikan kompetensi pedagogik guru
sesudah mendapatkan pelatihan lesson study. Kedua, ada peningkatan yang
signifikan motivasi mengajar guru sesudah mendapatkan pelatihan lesson study.
Ketiga, ada peningkatan yang signifikan kesiapan mengajar guru sesudah
mendapatkan pelatihan lesson study.
Saran
Perlunya pengimbasan pelatihan lesson study dari Dinas Pendidikan untuk
guru-guru yang belum pernah mendapatkan pelatihan lesson study, mengingat dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan lesson study dapat meningkatkan
kompetensi pedagogik guru, motivasi mengajar guru, dan kesiapan mengajar guru
di mana merupakan salah satu alternatif pengembangan profesionalisme guru
dalam rangka implementasi pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Daftar Pustaka
Abidin, Yunus. (2014). Desain sistem pembelajaran dalam konteks Kurikulum2013. Bandung: PT. Refika Aditama.
Bahtiar. (2009). Dampak sertifikasi terhadap kinerja Guru-Guru IPA di SekolahMenengah Pertama (SMP) Negeri Se-Kota Mataram. Tesis, tidakdipublikasikan. Universitas Negeri Yogyakarta.
Celikoz, N. (2010). Basic factors that affect general academic motivation levels ofcandidate preschool teachers. Journal of Education, Vol. 131, No. 1, 113-127.
Haryono, Yon. (4 November 2012). Guru tanpa inovasi mengajar. KedaulatanRakyat. Diambil tanggal 16 Oktober 2014 dari http://krjogja.com/liputan-khusus/sorotan/921/sertifikasi-guru-antara-harapan-dan-kenyataan.kr.
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
166
Hendayana, Sumar, dkk. (2007). Lesson study: Suatu strategi untuk meningkatkankeprofesionalan pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPIPress.
Isoda, M., et al. (2007). Japanese lesson study in mathematics: Its impact,diveristy and potential for eductional improvement. Singapore: WorldScientific Publishing Co. Pte. Ltd.
Issac, S., & Michael, W.B. (1971). Handbook in research and evaluation. SanDiego: Edits Publishers.
Krisnawati, Anita. (2009). Evaluasi kegiatan lesson study dalam programSISTTEMS (Strengthening In Service Teacher Training on Education ofMathematics and Science). Tesis, tidak dipublikasikan. Universitas NegeriYogyakarta.
Lenski, S.J., & Caskey, M.M. (2009). Using the lesson study approach to plan forstudent learning. Middle School Journal, Vol. 40, No. 3, 50-57.
Marjan, Johari. (2014). Pengaruh pembelajaran pendekatan saintifik terhadap hasilbelajar biologi dan keterampilan proses sains siswa MA Mu’allimat NWPancor Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. JurnalProgram Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 4.
Marsiti, C. (2011). Upaya peningkatan mutu pendidikan sekolah menengahkejuruan melalui pengembangan profesionalisme guru. Jurnal PendidikanVokasi, 1(1), 157-168.
Menteri Pendidikan Nasional. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 16, Tahun 2007, tentang Standar Kualifikasi Akademik danKompetensi Guru.
Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentangSistem Pendidikan Nasional.
Republik Indonesia. (2005). Undang-Undang RI Nomor 14, Tahun 2005, tentangGuru dan Dosen.
Saito, E., et al. (2015). Lesson study for learning community. Oxon: Routledge.
Sertifikasi guru, antara harapan dan kenyataan. (28 September 2010). KedaulatanRakyat. Diambil tanggal 16 Oktober 2014 dari http://krjogja.com/liputan-khusus/sorotan/921/sertifikasi-guru-antara-harapan-dan-kenyataan.kr.
Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
167
Soemanto, Wasty. (2006). Psikologi pendidikan (Landasan kerja pemimpinpendidikan). Cetakan kelima. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Subadi, T., Khotimah, R.P., & Sutarni, S. (2013). A lesson study as adevelopment model of professional teachers. International Journal ofEducation, Vol. 5, No. 2, 102-114.
Sudarmanto. (2009). Kinerja dan pengembangan kompetensi SDM. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Suryobroto. (1997). Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta: PT. RinekaCipta
Tedjawati. (2013). Peningkatan kompetensi guru melalui lesson study: Kasus diKabupaten Bantul. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 17, Nomor 4,480-489.
Tiyanto, Truko. (2011). Dampak sertifikasi guru terhadap kinerja Guru IPA diSMP Negeri Kabupaten Wonosobo. Tesis, tidak dipublikasikan.Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Uno, H.B. (2014). Teori motivasi dan pengukurannya: Analisis di bidangpendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Wahyudi, Imam. (2012). Mengejar profesionalisme guru: Strategi praktismewujudkan citra guru profesional. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Wang, V. C. X., et al. (2012). Pedagogical and andragogical teaching andlearning with information communication technologies. Hershey: IGIGlobal.
Wibowo. (2011). Manajemen kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Widarto. (November 2014). Pelatihan collaborative learning untuk mendukungpelaksanaan lesson study bagi guru SMK. Makalah disajikan dalamPelatihan Collaborative Learning yang diselenggarakan oleh LPPM UNYuntuk 7 SMK Pokja 5 di Kabupaten Sleman, di SMK Negeri 1 Kalasan.
Wiseman, D. G. & Hunt, G. H. (2014). Best practice in motivation andmanagement in the classroom (3rd ed.). Springfield: Charles C ThomasPublisher, Ltd.
Yudyanto, dkk. (2011). Upaya peningkatan profesionalisme guru-guru fisikaMadrasah Tsanawiyah di Kota Malang melalui workshop lesson study.Prosiding, Seminar Nasional Lesson Study yang diselenggarakan olehFMIPA UNM. Malang: Universitas Negeri Malang.
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
168
Profil Singkat
Rivandra Rezani, dilahirkan di Sleman pada 16 September 1990. Menyelesaikan
S-1 Program Studi Pendidikan Teknik Mesin di Universitas Negeri Yogyakarta
pada tahun 2012. Mengikuti program Talent Scouting SMK dari Direktorat P2TK
Dikmen pada tahun 2012-2013. Menyelesaikan S-2 Program Studi Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan Konsentrasi Vokasi Mesin di Universitas Negeri
Yogyakarta pada tahun 2015.
Widarto, pengajar di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri
Yogyakarta sejak tahun 1988. Lahir di Magetan pada 30 Desember 1963.
Menyelesaikan S-1 Program Studi Pendidikan Teknik Mesin di IKIP Yogyakarta
pada tahun 1988. Menyelesaikan S-2 Program Studi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan di IKIP Yogyakarta pada tahun 1997. Menyelesaikan S-3 Program Studi
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan di Universitas Negeri Yogyakarta pada
tahun 2012. Sampai saat ini menjabat sebagai Sekretaris Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Yogyakarta.
Lampiran 3. Publikasi (Lanjutan)
top related