pengelolaan lahan gambut

Post on 02-Feb-2016

273 Views

Category:

Documents

3 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

Lambut untuk Perkebunan kelapa sawit

TRANSCRIPT

PENGELOLAAN LAHAN GAMBUTRIA AYUDYA

H0713154

Pendahuluan

Lahan gambut

Lahan gambut tropis memiliki keragaman sifat fisik dan kimia yang besar, baik secara spasial maupun vertikal. Karakteristiknya sangat ditentukan oleh ketebalan gambut, substratum atau tanah mineral dibawah gambut, kematangan, dan ada tidaknya pengayaan dari luapan sungai disekitarnya.

Karakteristik lahan seyogianya dijadikan acuan arah pemanfaatan lahan gambut untuk mencapai produktivitas yang tinggi dan berkelanjutan.

Sesuai dengan Keppres No. 32/1990 gambut dengan ketebalan >3 m diperuntukkan kawasan konservasi.

Gambut dengan kedalaman < 3 m dapat dimanfaatkan untuk pertanian dengan syarat lapisan mineral dibawah gambut bukan pasir kuarsa atau liat berpirit, dan tingkat kematangan bukan fibrik.

Lebih lanjut Departemen Pertanian merekomendasikan untuk tanaman pangan dan hortikultura diarahkan pada gambut dangkal (< 100 cm), dan untuk tanaman tahunan pada gambut dengan ketebalan 2–3 m.

Pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian sudah dilakukan sejak lama

Namun harus disadari bahwa pemanfaatan lahan gambut memiliki risiko lingkungan

Konsep pengelolaan lahan gambut berkelanjutan harus dilakukan dengan meningkatkan produktivitas secara maksimal dan menekan tingkat emisi yang ditimbulkan seminimal mungkin.

Peningkatan Produktivitas Lahan

Upaya meningkatkan produktivitas lahan gambut, dapat dilakukan dengan menerapkan teknologi pengelolaan air, ameliorasi dan pemupukan serta

pemilihan komoditas yang tepat.

Pengelolaan air

Dalam kondisi alami, lahan gambut selalu dalam keadaan jenuh air (anaerob), sementara itu sebagian besar tanaman memerlukan kondisi yang aerob. Oleh karenanya, langkah pertama dalam reklamasi lahan gambut untuk pertanian adalah pembuatan saluran drainase untuk menurunkan permukaan air tanah, menciptakan kondisi aerob di zona perakaran tanaman, dan mengurangi konsentrasi asam-asam organik.

Pemilihan komoditas yang sesuai

Pemilihan komoditas disesuaikan dengan daya adaptasi tanaman, nilai ekonomi, kemampuan modal, keterampilan, dan skala usaha. Jenis tanaman sayuran (selada, kucai, kangkung, bayam, cabai, tomat, terong, dan paria) dan buah-buahan (pepaya, nanas, semangka, melon) adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan beradaptasi sangat baik di lahan gambut.

Untuk skala luas, pemilihan komoditas perkebunan seperti kelapa sawit sangat menguntungkan karena pasarnya yang besar dan produk turunannya sangat beragam. Pengembangan untuk tanaman pangan lebih banyak ditujukan untuk keamanan pangan seperti jagung untuk gambut yang kering dan padi untuk gambut dangkal dan basah.

Ameliorasi lahan

Ameliorasi diperlukan untuk mengatasi kendala reaksi tanah masam dan keberadaan asam organik beracun, sehingga media perakaran tanaman menjadi lebih baik. Kapur, tanah mineral, pupuk kandang dan abu sisa pembakaran dapat diberikan sebagai bahan amelioran untuk meningkatkan Ph dan basa-basa tanah.

Pemupukan

Pemupukan diperlukan karena secara inheren tanah gambut sangat miskin mineral dan hara yang diperlukan tanaman. Jenis pupuk yang diperlukan adalah pupuk lengkap terutama yang mengandung N, P, K, Ca, Mg dan unsur mikro Cu, Zn dan B. Pemupukan harus dilakukan secara bertahap dan dengantakaran rendah karena daya pegang (sorption power) hara tanah gambut rendah sehingga pupuk mudah tercuci.

Pengurangan emisi GRK (Gas Rumah Kaca)

Hutan gambut merupakan salah satu tipe hutan yang mempunyai peran penting sebagai penyangga (buffet} lingkungan, hal ini berhubungan dengan fungsi gambut dalam gatra hidrologis. Banyak diantara areal hutan Indonesia yang terletak di lahan gambut dan tanah organik yang mengandung karbon dalam jumlah yang besar. Lahan gambut yang belum terganggu merupakan rosot/sink untuk CO2 dan sumber bagi gas metan (CH4).

Faktor pendorong terjadinya emisi GRK yang berlebihan di lahan gambut antara lain adalah kebakaran lahan, pembuatan saluran drainase dan pengelolaan lahan.

Pengendalian muka air tanah

Kunci pengendalian muka air tanah adalah mengatur dimensi saluran drainase, terutama kedalamannya, dan mengatur pintu air. Menurunkan muka air tanah sangat diperlukan untuk menjaga kondisi media perakaran tetap dalam kondisi aerob. Namun penurunan yang terlalu besar menyebabkan gambut mengalami kerusakan. Oleh karena muka air tanah harus dikendalikan agar akar tanaman cukup mendapatkan oksigen, tetapi gambut tetap lembap untuk menghindari emisi yang besar dan gambut mengering.

Kompleksasi

Proses dekomposisi lebih lanjut dapat ditekan dengan proses kompleksasi senyawa organik sederhana menjadi senyawa kompleks. Kompleksasi dapat dilakukan dengan menambahkan bahanbahan amelioran yang kaya dengan kation polivalen.

Senyawa kompleks yang terbentuk sangat tahan terhadap dekomposisi sehingga emisi karbon bisa ditekan.

Persiapan lahan tanpa bakar

Cadangan karbon yang besar pada lahan gambut menyebabkan tingginya jumlah karbon yang dilepaskan ke atmosfer ketika lahan gambut terbakar yang pada akhirnya dapat memicu percepatan pemanasan global.

Proses ini harus dihindari dengan mempertahankan kelembapan gambut agar tidak mudah terbakar dan menerapkan sistem pengelolaan zero burning.

Pembakaran serasah tanaman secara terkendali di rumah abu (tempat pembakaran serasah) adalah salah satu usaha mencegah kebakaran gambut meluas. Tempat khusus ini berupa lubang yang dilapisi dengan tanah mineral sehingga api tidak sampai membakar gambut.

Pembukaan lahan menggunakan mulcheratau bio-harvesteradalah salah satu alternatif yang baik, namun alatnya masih tergolong mahal.

Tanaman penutup tanah

untuk mengurangi emisi GRK dari lahan pertanian, maka tanah gambut harus diusahakan tertutup vegetasi. Menanam tanaman penutup tanah, selain mengurangi emisi, juga meningkatkan sekuestrasi karbon, sehingga emisi bersih menjadi lebih kecil lagi. Tanaman penutup tanah sebagai tanaman sela di perkebunan akan sangat membantu mempertahankan kelembapan tanah dan mitigasi kebakaran lahan.

Pengaturan pola tanam

Pada prinsipnya pengaturan pola tanam di lahan gambut bertujuan mengurangi lamanya waktu tanah dalam keadaan terbuka yang memicu terjadinya emisi. Relay planting adalah salah satu contoh penerapan pola tanam yang memungkinkan tanah gambut tidak terbuka saat penggantian tanaman berikutnya. Menanam tanaman sela diantara tanaman pokok (tahunan) dapat mengurangi emisi sekaligus meningkatkan sekuestrasi karbon.

Pengelolaan kelapa sawit di lahan gambut

1. Penilaian Kesesuaian Lahan

2. Pembukaan Lahan yang Baik

3. Tata Air (Water Management)

4. Pemadatan Gambut

5. Pembangunan dan Peningkatan Kualitas Jalan

6. Pelaksanaan Kultur Teknis yang Baik

7. Pemupukan

8. Waspada terhadap Api

TERIMA KASIH

top related