pengasuhan anak
Post on 28-Dec-2015
74 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Pengasuhan AnakKeluhan AnakImunisasiASIReviewSeputar Kesehatan AnakSEPUTAR KESEHATAN ANAK10 SEPTEMBER 2013Masalah Kesehatan Mental Remaja di Era Globalisasi
Sebanyak 29 % penduduk dunia terdiri dari remaja, dan 80% diantaranya tinggal di negara berkembang. Berdasarkan sensus di Indonesia pada tahun 2005, jumlah remaja yang berusia 10 – 19 tahun adalah sekitar 41 juta orang (20% dari jumlah total penduduk Indonesia dalam tahun yang sama). Dalam era globalisasi ini banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para remaja yang tinggal di kota besar di Indonesia, tidak terkecuali yang tinggal di daerah perdesaan seperti, tuntutan sekolah yang bertambah tinggi, akses komunikasi/internet yang bebas, dan juga siaran media baik tulis maupun elektronik. Mereka dituntut untuk menghadapi berbagai kondisi tersebut baik yang positif maupun yang negatif, baik yang datang dari dalam diri mereka sendiri maupun yang datang dari lingkungannya. Dengan demikian, remaja harus mempunyai berbagai keterampilan dalam hidup mereka sehingga mereka dapat sukses melalui fase ini dengan optimal.
Masa remaja merupakan masa yang kritis dalam siklus perkembangan seseorang. Di masa ini banyak terjadi perubahan dalam diri seseorang sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja tidak dapat dikatakan lagi sebagai anak kecil, namun ia juga belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Hal ini terjadi oleh karena di masa ini penuh dengan gejolak perubahan baik perubahan biologik, psikologik, mapun perubahan sosial. Dalam keadaan ‘serba tanggung’ ini seringkali memicu terjadinya konflik antara remaja dengan dirinya sendiri (konflik internal), maupun tidak diselesaikan dengan baik maka akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan remaja tersebut di masa mendatang, terutama terhadap pematangan karakternya dan tidak jarang memicu terjadinya gangguan mental.
Untuk mencegah terjadinya dampak negatif tersebut, perlu diketahui perubahan yang terjadi dan karateristik remaja sehingga remaja dapat melalui periode ini dengan optimal dan ia mampu menjadi individu dewasa yang matang baik fisis maupun psikisnya. Hal senada dinyatakan oleh WHO pada tahun 2001 bahwa ‘a world fit for children is one in which…all children, including adolescents have ample opportunity to develop their individual capacities in a safe and supportive environment’.Perkembangan psikososial pada remajaMasa remaja adalah masa yang ditandai oleh adanya perkembangan yang pesat dari aspek biologik, psikologik, dan juga sosialnya. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya berbagai disharmonisasi yang membutuhkan penyeimbangan sehingga remaja dapat mencapai taraf perkembangan psikososial yang matang dan adekuat sesuai dengan tingkat usianya. Kondisi ini sangat bervariasi antar remaja dan menunjukkan perbedaan yang bersifat individual, sehingga setiap remaja diharapkan mampu menyesuaikan diri mereka dengan tuntutan lingkungannya.
Ada tiga faktor yang berperan dalam hal tersebut, yaitu;
Faktor individu yaitu kematangan otak dan konstitusi genetik (antara lain temperamen). Faktor pola asuh orangtua di masa anak dan pra-remaja. Faktor lingkungan yaitu kehidupan keluarga, budaya lokal, dan budaya asing.Setiap remaja sebenarnya memiliki potensi untuk dapat mencapai kematangan kepribadian yang memungkinkan mereka dapat menghadapi tantangan hidup secara wajar di dalam lingkungannya, namun potensi ini tentunya tidak akan berkembang dengan optimal jika tidak ditunjang oleh faktor fisik dan faktor lingkungan yang memadai.
Kebutuhan ini dapat digambarkan sebagai;
Dengan demikian akan selalu ada faktor risiko dan faktor protektif yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian seorang remaja, yaitu;
Faktor risiko
Dapat bersifat individual, konstekstual (pengaruh lingkungan), atau yang dihasilkan melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya. Faktor risiko yang disertai dengan kerentanan psikososial, dan resilience pada seorang remaja akan memicu terjadinya gangguan emosi dan perilaku yang khas pada seorang remaja.
Faktor risiko dapat berupa:
Faktor individu Faktor genetik/konstitutional; berbagai gangguan mental mempunyai latar belakang genetik yang cukup nyata,
seperti gangguan tingkah laku, gangguan kepribadian, dan gangguan psikologik lainnya. Kurangnya kemampuan keterampilan sosial seperti, menghadapi rasa takut, rendah diri, dan rasa tertekan.
Adanya kepercayaan bahwa perilaku kekerasan adalah perilaku yang dapat diterima, dan disertai dengan ketidakmampuan menangani rasa marah. Kondisi ini cenderung
KeluargaKetidakharmonisan antara orangtua, orangtua dengan penyalahgunaan zat, gangguan mental pada orangtua, ketidakserasian temperamen antara orangtua dan remaja, serta pola asuh orangtua yang tidak empatetik dan cenderung dominasi, semua kondisi di atas sering memicu timbulnya perilaku agresif dan temperamen yang sulit pada anak dan remaja.
Sekolah6
o Bullying merupakan salah satu pengaruh yang kuat dari kelompok teman sebaya, serta berdampak terjadinya kegagalan akademik. Kondisi ini merupakan faktor risiko yang cukup serius bagi remaja. Bullying atau sering disebut sebagai peer victimization adalah bentuk perilaku pemaksaan atau usaha menyakiti secara psikologik maupun fisik terhadap seseorang/sekelompok orang yang lebih lemah, oleh seseorang/sekelompok orang yang lebih kuat.
o Bullying dapat bersifat (a) fisik seperti, mencubit, memukul, memalak, atau menampar; (b) psikologik seperti, mengintimidasi, mengabaikan, dan diskriminasi; (c) verbal seperti, memaki, mengejek, dan memfitnah. Semua kondisi ini merupakan tekanan dan pengalaman traumatis bagi remaja dan seringkali mempresipitasikan terjadinya gangguan mental bagi remaja Hazing adalah kegiatan yang biasanya dilakukan oleh anggota kelompok yang sudah ’senior’ yang berusaha mengintimidasi kelompok yang lebih ’junior’ untuk melakukan berbagai perbuatan yang memalukan, bahkan tidak jarang kelompok ’senior’ ini menyiksa dan melecehkan sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman baik secara fisik maupun psikik. Perbuatan ini seringkali dilakukan sebagai prasyarat untuk diterima dalam suatu kelompok tertentu. Ritual hazing ini sudah lama dilakukan sebagai tradisi dari tahun ke tahun sebagai proses inisiasi penerimaan seseorang dalam suatu kelompok dan biasanya hanya berlangsung singkat, namun tidak jarang terjadi perpanjangan sehingga menimbulkan tekanan bagi remaja yang mengalaminya.
o Bullying dan hazing merupakan suatu tekanan yang cukup serius bagi remaja dan berdampak negatif bagi perkembangan remaja. Prevalensi kedua kondisi di atas diperkirakan sekitar 10 – 26%. Dalam penelitian tersebut dijumpai bahwa siswa yang mengalami bullying menunjukkan perilaku yang tidak percaya diri, sulit bergaul, merasa takut datang ke sekolah sehingga angka absebsi menjadi tinggi, dan kesulitan dalam berkonsetransi di kelas sehingga mengakibatkan penurunan prestasi belajar; tidak jarang mereka yang mengalami bullying maupun hazing yang terus menerus menjadi depresi dan melakukan tindak bunuh diri.
Situasi dan kehidupanTelah terbukti bahwa terdapat hubungan yang erat antara timbulnya gangguan mental dengan berbagai kondisi kehidupan dan sosial masyarakat tertentu seperti, kemiskinan, pengangguran, perceraian orangtua, dan adanya penyakit kronik pada remaja.
Faktor psikososial Faktor protektifFaktor protektif merupakan faktor yang memberikan penjelasan bahwa tidak semua remaja yang mempunyai faktor risiko akan mengalami masalah perilaku atau emosi, atau mengalami gangguan tertentu.10-11 Rutter (1985) menjelaskan bahwa faktor protektif merupakan faktor yang memodifikasi, merubah, atau menjadikan respons seseorang menjadi lebih kuat menghadapi berbagai macam tantangan yang datang dari lingkungannya. Faktor protektif ini akan berinteraksi dengan faktor risiko dengan hasil akhir berupa terjadi tidaknya masalah perilaku atau emosi, atau gangguan mental kemudian hari.
Rae Grant N, Thomas H, dkk., mengemukakan berbagai faktor protektif, antara lain adalah:
Karakter/watak personal yang positif. Lingkungan keluarga yang suportif.
Lingkungan sosial yang berfungsi sebagai sistem pendukung untuk memperkuat upaya penyesuaian diri remaja.
Keterampilan sosial yang baik Tingkat intelektual yang baik.Menurut E. Erikson, dengan memperkuat faktor protektif dan menurunkan faktor risiko pada seorang remaja maka tercapailah kematangan kepribadian dan kemandirian sosial yang diwarnai oleh;
Self awareness yang ditandai oleh rasa keyakinan diri serta kesadaran akan kekurangan dan kelebihan diri dalam konteks hubungan interpersonal yang positif.Role Anticipation and role experimentation, yaitu dorongan untuk mengantisipasi peran positif tertentu dalam lingkungannya, serta adanya ada dalam dirinya.Apprenticeship, yaitu kemauan untuk belajar dari orang lain untuk meningkatkan kemampuan/keterampilan dalam belajar dan berkarya.Masalah aktual kesehatan mental remaja saat ini
Perubahan psikoseksualProduksi hormon testosteron dan hormon estrogen mempengaruhi fungsi otak, emosi, dorongan seks dan perilaku remaja. Selain timbulnya dorongan seksual yang merupakan manifestasi langsung dari pengaruh hormon tersebut, dapat juga terjadi modifikasi dari dorongan seksual itu dan menjelma dalam bentuk pemujaan terhadap tokoh-tokoh olah raga, musik, penyanyi, bintang film, pahlawan, dan sebagainya.
Remaja sangat sensitif terhadap pandangan teman sebaya sehingga ia seringkali membandingkan dirinya dengan remaja lain yang sebaya, bila dirinya secara jasmani berbeda dengan teman sebayanya maka hal ini dapat memicu terjadinya perasaan malu atau rendah diri.
Pengaruh teman sebayaKelompok teman sebaya mempunyai peran dan pengaruh yang besar terhadap kehidupan seorang remaja. Interaksi sosial dan afiliasi teman sebaya mempunyai peranan yang besar dalam mendorong terbentuknya berbagai keterampilan sosial. Bagi remaja, rumah adalah landasan dasar sedangkan ‘dunianya’ adalah sekolah. Pada fase perkembangan remaja, anak tidak saja mengagumi orangtuanya, tetapi juga mengagumi figur-figur di luar lingkungan rumah, seperti teman sebaya, guru, orangtua temanya, olahragawan, dsb.
Dengan demikian, bagi remaja hubungan yang terpenting bagi diri mereka selain orangtua adalah teman-teman sebaya dan seminatnya. Remaja mencoba untuk bersikap independent dari keluarganya akibat peran teman sebayanya. Di lain pihak, pengaruh dan interaksi teman sebaya juga dapat memicu timbulnya perilaku antisosial, seperti mencuri, melanggar hak orang lain, serta membolos, dsb.
Perilaku berisiko tinggiRemaja kerap berhubungan berbagai perilaku berisiko tinggi sebagai tahun dikatakan pernah menunjukkan perilaku berisiko tinggi minimal satu kali dalam periode tersebut, seperti berkelakuan buruk di sekolah, penyalahgunaan zat, serta perilaku antisosial (mencuri, berkelahi, atau bolos) dan dari 50% remaja tersebut juga menunjukkan adanya perilaku berisiko tinggi lainnya seperti mengemudi dalam keadaan mabuk, melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi, dan perilaku kriminal yang bersifat minor. Dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa 50% remaja pernah menggunakan marijuana, 65% remaja merokok, dan 82% pernah mencoba menggunakan alkohol.
Dengan melakukan perbuatan tersebut, mereka mengatakan bahwa mereka merasa lebih dapat diterima, menjadi pusat perhatian oleh kelompok sebayanya, dan mengatakan bahwa melakukan perilaku berisiko tinggi merupakan kondisi yang mendatangkan rasa kenikmatan (fun). Walaupun demikian, sebagian remaja juga menyatakan bahwa melakukan perbuatan yang berisiko sebenarnya merupakan cara mereka untuk mengurangi perasaan tidak nyaman dalam diri mereka atau mengurangi rasa ketegangan. Dalam beberapa kasus perilaku berisiko tinggi ini berlanjut hingga individu mencapai usia dewasa.Kegagalan pembentukan identitas diriMenurut Piaget, awal masa remaja terjadi transformasi kognitif yang besar menuju cara berpikir yang lebih abstrak, konseptual, dan berorientasi ke masa depan (future oriented). Remaja mulai menunjukkan minat dan kemampuan di bidang tulisan, seni, musik, olah raga, dan keagamaan. Erikson dalam teori perkembangan psikososialnya menyatakan bahwa tugas utama di masa remaja adalah membentuk identitas diri yang mantap yang didefinisikan sebagai kesadaran akan diri sendiri serta tujuan hidup yang lebih terarah. Mereka mulai belajar dan menyerap semua masalah yang ada dalam lingkungannya dan mulai menentukan pilihan yang terbaik untuk mereka seperti teman, minat, atau pun sekolah. Di lain pihak, kondisi ini justru seringkali memicu perseteruan dengan orangtua atau
lingkungan yang tidak mengerti makna perkembangan di masa remaja dan tetap merasa bahwa mereka belum mampu serta memperlakukan mereka seperti anak yang lebih kecil.Secara perlahan, remaja mulai mencampurkan nilai-nilai moral yang beragam yang berasal dari berbagai sumber ke dalam nilai moral yang mereka anut, dengan demikian terbentuklah superego yang khas yang merupakan ciri khas bagi remaja tersebut sehingga terjawabpertanyaan ’siapakah aku?’ dan ’kemanakah tujuan hidup saya?’
Bila terjadi kegagalan atau gangguan proses identitas diri ini maka terbentuk kondisi kebingungan peran (role confusion). Role confusion ini sering dinyatakan dalam bentuk negativisme seperti, menentang dan perasaan tidak percaya akan kemampuan diri sendiri. Negativisme ini merupakan suatu cara untuk mengekspresikan kemarahan akibat perasaan diri yang tidak adekuat akibat dari gangguan dalam proses pembentukan identitas diri di masa remaja ini.Gangguan perkembangan moralMoralitas adalah suatu konformitas terhadap standar, hak, dan kewajiban yang diterima secara bersama, apabila ada dua standar yang secara sosial diterima bersama tetapi saling konflik maka umumnya remaja mengambil keputusan untuk memilih apa yang sesuai berdasarkan hati nuraninya. Dalam pembentukan moralitasnya, remaja mengambil nilai etik dari orangtua dan agama dalam upaya mengendalikan perilakunya. Selain itu, mereka juga mengambil nilai apa yang terbaik bagi masyarkat pada umumnya. Dengan demikian, penting bagi orangtua untuk memberi suri teladan yang baik dan bukan hanya menuntut remaja berperilaku baik, tetapi orangtua sendiri tidak berbuat demikian.
Secara moral, seseorang wajib menuruti standar moral yang ada namun sebatas bila hal itu tidak mebahayakan kesehatan, bersifat manusiawi, serta berlandaskan hak asasi manusia. Dengan berakhirnya masa remaja dan memasuki usia dewasa, terbentuklah suatu konsep moralitas yang mantap dalam diri remaja. Jika pembentukan ini terganggu maka remaja dapat menunjukkan berbagai pola perilaku antisosial dan perilaku menentang yang tentunya mengganggu interaksi remaja tersebut dengan lingkungannya, serta dapat memicu berbagai konflik.
Stres di masa remajaBanyak hal dan kondisi yang dapat menimbulkan tekanan (stres) dalam masa remaja. Mereka berhadapan dengan berbagai perubahan yang sedang terjadi dalam dirinya maupun target perkembangan yang harus dicapai sesuai dengan usianya. Di pihak lain, mereka juga berhadapan dengan berbagai tantangan yang berkaitan dengan pubertas, perubahan peran sosial, dan lingkungan dalam usaha untuk mencapai kemandirian.
Tantangan ini tentunya berpotensi untuk menimbulkan masalah perilaku dan memicu timbulnya tekanan yang nyata dalam kehidupan remaja jika mereka tidak mampu mengatasi kondisi tantangan tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa remaja merupakan masa ‘storm and stress‘ shingga memicu terjadinya gangguan depresi yang bermakna.KesimpulanKeberhasilan remaja dalam proses pembentukan kepribadian yang wajar dan pembentukan kematangan diri membuat mereka mampu menghadapi berbagai tantangan dan dalam kehidupannya saat ini dan juga di masa mendatang. Untuk itu mereka seyogyanya mendapatkan asuhan dan pendidikan yang menunjang untuk berkembangnya self confidence, role anticipation, role experimentation, danapprenticeship yang sudah dimulai sejaka masa anak dan pra-remaja sehingga masa kritis yang dijumpai di tahap perkembangan remaja ini dapat dilalui dengan mulus. Walaupun secara rasional selalu dapat dilakukan koreksi dan kompensasi terhadap defek perkembangan kepribadian dan masalah psikososial yang dihadapi, namun hal ini tentunya membutuhkan usaha yang lebih besar. Dengan demikian, lebih baik mencegah dengan memperkuat berbagai faktor protektif dan mengurangi sebanyak mungkin faktor risiko yang ada yang sudah dimulai sejak masa konsepsi hingga individu mencapai masa remaja.Penulis : Tjhin Wiguna
Sumber : Buku The2nd Adolescent Health National Symposia: Current Challenges in Management
myt's blogselamat datang d blog ni.. blog ini dibuat untuk share aja.. mudah-mudahan bermanfaat.. amiinn
Rabu, 20 Juli 2011
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PERILAKU REMAJA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, perubahan zaman membawa dampak bagi seluruh Negara. Dengan adanya perubahan zaman,
pola pikir manusiapun ikut berubah. Perubahan zaman membawa dampak positif maupun negatif. Perubahan ini
terjadi karena adanya perubahan Globalisasi.
Globalisasi adalah kecenderungan umum terintegrasinya kehidupan masyarakat domestik/lokal ke dalam
kemunitas global di berbagai bidang. Akibat adnya Era Globalisasi membawa pengaruh kepada seluruh aspek, baik
dari segi Pendidikan, Ekonomi, Sosial, IPTEK, bahkan moral anak remaja pun mengalami perubahan. Hal yang
sangat mengguncangkan bagi seluruh Negara adala masalah perekonomian. Tetapi di Indonesia tidak hanya itu,
krisis moral anak remajapun sangat memprihatinkan.
Moral atau perilaku anak remaja di Indonesia mengalami perubahan karena adanya pengaruh dari Negara
luar yang dibawa ke Indonesia. Itu semua langsung disegrap begitu saj tanpa memikirkan atau memilah perilaku
yang seharusnya di ambil oleh anak remaja di Indonesia.
Dahulu, moral anak Indonesia bisa diacungkan jempol. Dilihat dari tatakramanya, sopan santun dan tutur
bahasanya yang baik. Tetapi kini, moral atau perilaku anak remaja di Indonesia sangat memprihatinkan. Banyak
sekali perilaku-perilaku menyimpang yang kian marak terjadi di Indonesia. Penyimpangan-penyimpangan tersebut
sebagian besar dilakukan atau dialami oleh anak remaja. Penyimpagan yang dilakukan biasaya seperti, free sex,
narkoba, dan lain-lain. Kejadian itu sangat memprihatinkan bagi bangsa Indonesia karena anak remaja itu
merupakan generasi penerus bangsa. Bagaimana jadinya jika generasi penerus itu memiliki perilaku yang jelek
bahhkan tidak baik?.
1.2 Rumusan Masalah
Adapaun rumus masalah dalam makalah ini yaitu:
a. Apa pengertian Globalisasi?
b. Dampak apa saja yang terjadi akibat globalisaasi?
c. Bagaimana pengaruhnya terhadap suatu perilaku?
d. Apa yang dimaksud dengan perilaku menyimpang?
e. Apa saja jenis-jenis perilaku menyimpang?
f. Bagaimana akibatnya jika seseorang melakukan perilaku menyimpang?
g. Bagaimana peran orang tua dalam mencegah terjadinya perilaku menyimpang?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuaan kami mengambil judul makalah ini yaitu:
a. Mengetahui dampak dari globalisasi
b. Mengetahui contoh-contoh perilaku menyimpang
c. Bisa mendefinisikan penyebab dari perilaku menyipang
d. Dapat menguraikan akibat perilaku menyimpang pada remaja
e. Mengetahui peran orang tua dalam menanggulani perilaku menyimpang anak remaja
f. Solusi untuk meredakan maraknya perilaku menyimpang
1.4 Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini yaitu dengan menggunakan study pustaka dan situs web.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan Masalah
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Globalisasi
2.2 Definisi dan Teori Globalisasi
2.3 Ciri Globalisasi
2.4 Pengertian Perilaku
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
2.6 Perilaku Menyimpang
2.7 Ciri-ciri Perilaku Menyimpang
2.8 Penyebab terjadinya Perilaku Menyimpang
2.9 Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang
BAB III PERILAKU MNEYIMPANG ANAK REMAJA DI ERA GLOBALISASI
3.1 Akibat dari Perilaku Menyimpang
3.2 Peran Orang Tua terhadap Pergaulan Masa Kini
3.3 Upaya-uapaya agar Terhindar dari Perilaku Menyimpang
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2Saran
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.
Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga
bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau
proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dannegara di dunia makin terikat satu
sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-
batas geografis,ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek
yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga
terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir.
Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin
tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap
perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan
ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan,
budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin
sempit.
2.2 Definisi dan Teori Globalisasi
2.2.1 Definisi Globalisasi
A. Globalisasi menurut Ahmad Suparman
Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia
ini tanpa dibatasi oleh wilayah.
B. lobalisasi menurut Scholte
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:
Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-
masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu
sama lain.
Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif
ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke
seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan
budaya dari barat sehingga mengglobal.
Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada
empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang
kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.
2.2.2 Teori globalisasi
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoritis yang dapat
dilihat, yaitu:
Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap
bagaimana orang danlembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara
dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian,
para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa
globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut
sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya
dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka
kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah
sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah
menjadi sebuah fenomenainternasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah
merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh
globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh
jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami
sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian
besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal
tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.
2.3 Ciri Globalisasi
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
a. Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi
satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui
pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
b. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat
dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi
organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
c. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi
berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman
baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan
makanan.
d. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan
lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah
kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita
sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa
terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta
kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman
transformasi sosial.
2.4 Pengertian Perilaku
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki olehmanusia dan dipengaruhi
oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan,persuasi, dan/atau genetika.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan,
atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukumyang ada di
dalam masyarakat.
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh,
dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang
lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh
disalah artikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku
sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang
diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang
dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya
masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan
yang holistik dankomprehensif.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan
berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan
masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang
berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan
mengganggu siswa lain.
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
1. Genetika
2. Sikap - adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilakutertentu.
3. Norma sosial - adalah pengaruh tekanan sosial.
4. Kontrol perilaku pribadi - adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu
perilaku.
2.6 Perilaku Menyimpang
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan
pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang
adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah
bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
2.6.1 Pengertian Perilaku Menyimpang
Ada beberapa defenisi perilaku menyimpang, yang diajukan oleh beberapa Sosiolog. Antara lain :
a. J James Vander Zanden
Perilaku meyimpang : Perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah
besar orang.
b. J Robert M. Z. Lawang
Perilaku menyimpang : semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem
sosial (masyarakat) dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang untuk memperbaiki hal tersebut.
c. J Bruce J. Cohen
Perilaku menyimmpang : Setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri ( tidak bisa
bersosialisasi/beradaptasi ) dengan kehendak-kehendak masyarakat.
d. J Paul B. Horton
Perilaku menyimpang : setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok
atau masyarakat
2.7 Ciri-ciri Perilaku Menyimpang
Menurut Paul B. Horton perilaku menyimpang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Penyimpangan harus dapat didefinisikan. Perilaku dikatakan menyimpang atau tidak harus bisa
dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.
2. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak. Perilaku menyimpang tidak selamanya negatif, ada kalanya
penyimpangan bisa diterima masyarakat, misalnya wanita karier. Adapun pembunuhan dan perampokan
merupakan penyimpangan sosial yang ditolak masyarakat.
3. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak. Semua orang pernah melakukan perilaku menyimpang,
akan tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat relatif untuk semua orang. Dikatakan relatif karena
perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan. Jadi secara umum, penyimpangan yang dilakukan
setiap orang cenderung relatif. Bahkan orang yang telah melakukan penyimpangan mutlak lambat laun harus
berkompromi dengan lingkungannya.
4. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal. Budaya ideal adalah segenap
peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat . Akan tetapi pada kenyataannya tidak ada
seorang pun yangpatuh terhadap segenap peraturan resmi tersebut karena antara budaya nyata dengan budaya
ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam kenyataan
kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar.
5. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma penghindaran adalah pola perbuatan
yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakukan secara
terbuka. Jadi norma-norma penghindaran merupakan bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat setengah
melembaga.
6. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan). Penyimpangan sosial tidak selamanya menjadi
ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemikiran stabilitas sosial.
2.8 Penyebab Terjadinya Perilaku Menyimpang
Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformationsebab-sebab penyimpangan/kejahatan
dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
1. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak
lahir).
2. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti
hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan
seorang individu (faktor objektif), yaitu
1. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-
norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas.
Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh
dalam keluarga yang retak(broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan
sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
2. Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya
membaca atau melihat tayangan tentangperilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang
yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. Misalnya, seorang anak yang melakukan tindakan
kejahatan setelah melihat tayanganrekonstruksi cara melakukan kejahatan atau membaca artikel yang memuat
tentang tindakan kriminal. Demikian halnya karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan
yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang. Hal itu juga terjadi
pada penjahat berdasi putih (white collar crime) yakni para koruptor kelas kakap yang merugikan
uang negara bermilyar- milyar. Berawal dari kecurangan-kecurangan kecil semasa bekerja di kantor/mengelola
uang negara, lama kelamaan makin berani dan menggunakan berbagai strategi yang sangat rapi dan tidak
mengundang kecurigaan karena tertutup oleh penampilan sesaat.
3. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan
antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam
upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu
sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang. Misalnya jika setiap penguasa terhadap rakyat makin menindas
maka lama-kelamaan rakyat akan berani memberontak untuk melawan kesewenangan tersebut. Pemberontakan
bisa dilakukan secara terbuka maupun tertutup dengan melakukan penipuan-penipuan/pemalsuan data agar
dapat mencapai tujuannya meskipun dengan cara yang tidak benar. Penarikan pajak yang tinggi akan
memunculkan keinginan memalsukan data, sehingga nilai pajak yang dikenakan menjadi rendah. Seseorang
mencuri arus listrik untuk menghindari beban pajak listrik yang tinggi. Hal ini merupakan bentuk
pemberontakan/perlawanan yang tersembunyi.
4. Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika
pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-
pola perilaku menyimpang.
5. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media massa
menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku menyimpang) menyebabkan anak secara
tidak sengaja menganggap bahwa perilaku menyimpang tersebut sesuatu yang wajar. Hal inilah yang dikatakan
sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang, sehingga terjadi proses sosialisasi nilai-nilai sub-
kebudayaan menyimpang pada diri anak dan anak menganggap perilaku menyimpang merupakan sesuatu yang
wajar/biasa dan boleh dilakukan.
2.9 Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang
Bentuk-bentuk perilaku menyimpang dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut.
a. Bentuk penyimpangan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1. Penyimpangan bersifat positif. Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak
positif terhadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan
memperkaya wawasan seseorang. Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai
perkembangan zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita
karier.
2. Penyimpangan bersifat negatif. Penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-
nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk. Bobot penyimpangan negatif
didasarkan pada kaidah sosial yang dilanggar. Pelanggaran terhadap kaidah susila dan adat istiadat pada umumnya
dinilai lebih berat dari pada pelanggaran terhadap tata cara dan sopan santun. Bentuk penyimpangan yang bersifat
negatif antara lain sebagai berikut:
a) Penyimpangan primer (primary deviation). Penyimpangan primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang
yang hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang. Seseorang yang melakukan penyimpangan primer masih
diterima di masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang tersebut. Misalnya, siswa
yang terlambat, pengemudi yang sesekali melanggar peraturan lalu lintas, dan orang yang terlambat membayar
pajak.
b) Penyimpangan sekunder (secondary deviation). Penyimpangan sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata
dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang terbiasa
minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk, serta seseorang yang melakukan tindakan
pemerkosaan. Tindakan penyimpangan tersebut cukup meresahkan masyarakat dan mereka biasanya di cap
masyarakat sebagai “pencuri”, “pemabuk”, "penodong", dan "pemerkosa". Julukan itu makin melekat pada si
pelaku setelah ia ditangkap polisi dan diganjar dengan hukuman.
b. Bentuk penyimpangan berdasarkan pelakunya, yaitu sebagai berikut :
1. Penyimpangan individual (individual deviation)
Penyimpangan individual adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari norma-norma
suatu kebudayaan yang telah mapan. Misalnya, seseorang bertindak sendiri tanpa rencana melaksanakan suatu
kejahatan, seperti: mencuri, menodong, dan memeras. Penyimpangan individu berdasarkan kadar
penyimpangannya dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut.
a) Pembandel yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah
pendiriannya yang kurang baik.
b) Pembangkang yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
c) Pelanggar yaitu penyimpangan yang terjadi karena melanggar norma-norma umum yang berlaku dalam
masyarakat.
d) Perusuh atau penjahat yaitu penyimpangan yang terjadi karena mengabaikan norma-norma umum, sehingga
menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.
e) Munafik yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak menepati janji, berkata bohong, mengkhianati kepercayaan,
dan berlagak membela.
BAB III
PERILAKU MENYIMPANG ANAK REMAJA DI ERA GLOBALISASI
3.1 Akibat dari Perilaku Menyimpanng
Akibat yang dilakukan jika kita melakukan perilaku menyimpang diantaranya,
1. Dikucilkan dari masyarakat
2. Terkena berbagai macam penyakit dari perilaku menyimpang, mislnya AIDS, Kanker Serviks. Ini disebabkan karena
perilaku menyimpang pada perilaku seks.
3. Masa depan akan menjadi suram karena terpuruknya moral kita.
3.2 Peran Orang Tua terhadap Pergaulan Masa Kini
Mendidik dan mendewasakan anak adalah tugas dan tanggung jawab orang tua yang sudah menjadi suatu
naluri atau instink (animal instinc), karena proses keberadaan sang anak serta pembentukkan sifat dan karakternya
semua terpulang pada orang tua. Orang tua adalah panutan dan tauladan yang selalu dijumpai anak pada setiap
waktu dan kesempatan dalam keluarga. Dan orang tua merupakan kunci strategi dalam mengatasi segala masalah
yang dihadapi oleh sang anak.
Cinta orang tua adalah penguatan tanpa syarat terhadap hidup dan kebutuhan anak. Penguatan
(afermasi) hidup anak mempunyai segi :
Perhatian
Tanggung jawab
Cinta kasih orang tua tidak hanya sekedar menghadirkan anak ke dunia saja, tetapi pemeliharaan dan
pendewasaan yang bersifat paripurna dan sempurna, termasuk di dalamnya kemampuan untuk beradaptasi dan
berakselarasi dengan lingkungan yang berhubungan dengan norma dan ketrampilan hidup.
Di dalam keluarga, tugas pokok orang tua adalah mendidik dan mendewasakan anak-anaknya agar
menjadi orang-orang yang berguna dan berakhlak mulia. Orang tua tidak hanya berkewajiban untuk memenuhi
kebutuhan jasmani, tetapi juga kebutuhan rohani, perhatian, kasih sayang dan komunikasi yang baik.
Keluarga adalah pilihan yang tepat untuk membicarakan masalah yang dihadapi anak (remaja putri)
sehubungan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Orang tua mempunyai andil dan peran yang sangat
penting dalam meningkatkan kualitas hidup remaja putri dengan cara mengarahkan dan membimbing sikap dan
perilaku, mengenal kepribadian dan watak anak, mampu menciptakan suasana yang menyenangkan dalam
membina hubungan yang akrab antara orang tua dan anak. Untuk itu orang tua dituntut harus dapat menjalankan
fungsi dan perannya dengan baik sehingga anak tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak diinginkan.
Peran orang tua dalam hal ini adalah :
Sebagai panutan
Orang tua harus menjadi suri teladan atau memberi contoh yang baik, dari hal sikap dan perilaku sehari-hari bagi
anak-anaknya. Dengan demikian, anak-anak dapat bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma agama dan
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Sebagai perawat dan pelindung
Orang tua mempunyai tugas merawat kebersihan, kesehatan serta mempersiapkan kebutuhan anak sehari-hari
seperti makan, pakaian dan lain-lain. Orang tua diharapkan mampu mengayomi terutama di saat anak menghadapi
kesulitan sehingga anak akan merasa aman, tenteram dan senang hidup bersama keluarga.
Sebagai pendidik dan sumber informasi
Fungsi orang tua sebagai pendidik dalam keluarga adalah yang pertama dan utama, karena orang tua adalah orang
yang paling dekat dan penuh tanggung jawab terhadap proses pendidikan anak sejak dari kandungan hingga usia
dewasa. Selain sebagai pendidik dalam keluarga, orang tua juga harus berfungsi sebagai sumber
informasi/pengetahuan yang baik dan benar bagi anak.
Sebagai pengarah dan pembatas
Orang tua harus mempu mengarahkan sikap, tingkah laku, dan cita-cita anak, demi masa depan yang baik bagi
dirinya maupun keluarga. Disamping itu pula, orang tua harus mampu sebagai pembatas sikap dan perilaku agar
anak tidak terjerumus pada situasi yang tidak baik (kenakalan remaja).
Sebagai teman dan penghibur
Pada umunya remaja tidak ingin dianggap anak-anak lagi, mereka ingin diperlakukan sebagai pribadi yang utuh.
Untuk itu orang tua harus dapat berperan sebagai teman baik dalam senang maupun susah, juga mampu menjadi
penghibur di saat anak-anak kecewa.
Sebagai pendorong
Dalam menghadapi masa peralihan menuju dewasa, kadang-kadang remaja memerlukan dorongan dan semangat
dari orang tua terutama di saat mengalami kegagalan. Dengan dorongan dan semangat dari orang tua, remaja
akan lebih merasa percaya diri dan pantang menyerah terhadap segala bentuk kesulitan.
Hal-hal yang harus difahami dan diperhatikan oleh orang tua dalam membina remaja putri, antara lain :
1. Bagaimana pola asuh
2. Bagaimana konsep diri yang sehat
3. Bagaimana ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan remaja serta pergaulan remaja dan tahu membatasi
pergaulan bebas yang dapat menjerumuskan anak kepada hal-hal yang tidak diinginkan
4. bagaimana orang tua dapat menjelaskan akibat dari pergaulan bebas antara pria dan wanita
5. Bagaimana kebutuhannya
6. Bagaimana menanam rasa percaya diri
7. Bagaimana memberi penghargaan
8. Bagaimana kemandiriannya
Apabila orang tua dapat mengetahui dan menjalankan fungsi dan perannya dengan baik sebagai
pendidik dalam keluarga, maka remaja putri dapat terhindar dari pengaruh buruk dan hal-hal yang tidak
diinginkan.
3.3 Upaya-upaya Agar Terhindar dari Perilaku Menyimpang
Upaya-uapaya agar terhindar dari perilaku menyimpang yaitu:
1. Adanya motivasi dari keluarga, guru, maupun teman sebaya.
2. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik
3. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh
4. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figure orang-orang dewasa yang telah
melampaui masa remajanya dengan baik.
BAB IVPENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengan adanya peruabahn globalisasi di dunia ini, maka akan mempengaruhi perilaku anak remaja masa
kini. Tidak hanya dari dalam saja pengaruh itu datang, tetapi dari luarpun lebih mempengaruhi. Kebanyakan
pengaruh yang di ambil adalah perilaku negative dari luar yang di bawa ke Negara ini. Sehingga menyebabkan
moral anak remaja menjadi buruk.
Akibat dari perilaku menyimpang bisa di dapatkan dari media yang di lihat maupun yang di dengar. Perlu
adanya bimbingan dari orang tua, guru maupun teman supaya tidak terjerumus kepada hal-hal yang menyimpang.
Akibat dari perilaku menyimpang tersebut sangat berpengaruh kepada masa depan anak.
Upaya yang dilakukan agar anak remaja terhindar dari perilaku menyimpang yaitu, Adanya motivasi dari
keluarga, guru, maupun teman sebaya, remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik, remaja
membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh, remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin
figure orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik.
4.2 Saran
Kami sebagai penulis menyarankan kepada semua pihak agar bisa memilah dan milih sifat-sifat yang di
adopsi dari luar di ambil dari segi positifnya saja. Apabila kita mengadopsi perilaku yang jelek maka akan berakibat
fatal bagi kita. Selain itu juga, perlu adanya saling memperingati antara satu sama lain supaya kita tidak terjerumus
kepada hal-hal yang menyimpang di era globalisasi ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bioman-smaitnurhidayah.co.cc/2009/03/pengaruh-globalisasi-terhadap preilaku.html
http://wapedia.mobi/id/Perilaku_manusia
http://www.idonbiu.com/2009/05/bentuk-bentuk-penyimpangan-sosial-di.html
http://sosiologismadapareschool.blogspot.com/2009/01/perilaku-menyimpang_15.html
http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_3333/title_perilaku-menyimpang/
http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang
http://nikilauda2810.wordpress.com/2008/08/21/faktor-perilaku-menyimpang/
Diposkan oleh myta nur aisah di 08.27
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
2 komentar:
1.
Anggi Lani 17 Oktober 2012 05.08
sangat bagus makalahnya..izin copas ya mba... :D
Balas
2.
Shofy Ariespan 26 Januari 2014 19.48
terimakasih banyak mbak,. artikel makalah yang sangat bagus. lanjutkan mbak.
Balas
Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Ada kesalahan di dalam gadget ini
Share itAda kesalahan di dalam gadget ini
Arsip Blog▼ 2011 (3)
o ▼ Juli (1)
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PERILAKU REMAJA
o ► Juni (2)
foLLower
siapa kah aku??
myta nur aisahLihat profil lengkapku
Entri Populer PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PERILAKU REMAJA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perubahan zaman membawa dampak bagi seluruh Negara. Dengan adanya perubahan zaman, po...
konsep sehat sakit BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Memang sulit untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan segar, kebanyakan orang bilang Seha...
importance of health Hi my name is Mita . I lived in Samarang but now I live in Tarogong because I was school in Tarogong . Mother and my father ...
Template Travel. Gambar template oleh fpm. Diberdayakan oleh Blogger.
top related