pengaruh penundaan waktu prosesing terhadap mutu benih padi (oryza sativa l… · 2017. 5. 4. ·...
Post on 30-Nov-2020
30 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH PENUNDAAN WAKTU PROSESING
TERHADAP MUTU BENIH PADI (Oryza sativa L.)
VARIETAS MEMBRAMO
SKRIPSI
Oleh :
LUCIO NUNO
KONSENTRASI AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM NON REGULER
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
PENGARUH PENUNDAAN WAKTU PROSESING
TERHADAP MUTU BENIH PADI (Oryza sativa L.)
VARIETAS MEMBRAMO
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Oleh :
LUCIO NUNO
NIM: 1417151014
KONSENTRASI AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM NON REGULER
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
i
2
ii
3
ABSTRAK
Lucio Nuno Nim 1417151014. Pengaruh Penundaan Waktu
Prosesing terhadap Mutu Benih Padi (Oryza sativa L.) Varietas
Membramo. Dibimbing Oleh Ir. I Gusti Ngurah Raka, M.S. dan Ir. Hestin
Yuswanti, M.P.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan toleransi
penundaan waktu prosesing setelah panen yang tepat sehingga tidak
mempengaruhi mutu fisik dan fisiologi benih padi (Oryza sativa L.).
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
menggunakan 8 perlakuan dan 3 ulangan. Dengan demikian terdapat 24 unit
percobaan. Data hasil penelitian ditabulasi dan dianalisis sidik ragam sesuai
rancangan yang digunakan, dan apabila perlakuan berpengaruh nyata maka
dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan’s (5 %).
Pengamatan dilakukan terhadap variable kadar air pada saat panen (%),
kadar air saat prosesing (%), kadar air saat pengujian (%), uji viabilitas/daya
kecambah (%) dan uji daya hantar listrik (µ mhos cm-2
g1).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama penundaan waktu
prosesing kadar air benih semakin meningkat, kadar air terrendah pada saat panen
langsung prosesing dan tertinggi pada penundaan waktu prosesing hari ke tujuh.
Semakin lama penundaan waktu prosesing viabilitas semakin menurun.
Penundaan waktu prosesing sampai 2 hari setelah panen viabilitas benih padi
diatas 80% (diatas standar mutu, ISTA), penundaan selanjutnya viabilitas benih
sudah di bawah standar dalam ISTA. Daya hantar listrik semakin meningkat
dengan semakin lama penundaan waktu prosesing benih.
Kata Kunci : Penundaan Waktu Prosesing, Mutu Benih Padi (Oryza sativa L.),
Varietas Membramo
iii
4
ABSTRACT
Lucio Nuno Nim 1417151014. The Influence Of Processing Time Delay To
Rice (Oryza sativa L.) Seed Quality Of Membramo Variety. Advised by Ir. I
Gusti Ngurah Raka, M.S. and Ir. Hestin Yuswanti, M.P.
This research was performed with the purpose to obtain tolerance of
processing time delay after appropriate crop so it doesn’t affect the physical and
physiological quality of rice (Oryza sativa L.) seed.
This experiment used the Complete Random Design (RAL) by using 8
treatments and 3 repetitions. Therefore, there are 24 experiment units. Research
result data were tabulated and analyzed mode investigation according to design
that was used, and if the treatment has significant influence then it is proceeded
with Duncan’s multiple distance test (5%).
Observation was carried out to water content variable during the crop (%),
water content during the processing (%), water content during the test (%), the
viability test/power of germination (%) and electrical conduction power test (μ
mhos cm-2
g1).
Research results shows that the longer processing time delay the more
increase clear water content, the lowest water content at the direct harvest
processing and the highest at processing time delay at the seventh day. So thus the
longer processing time delay the viability processing will decrease. The
processing time delay until 2 days after the crop the rice seed viability is more
than 80% (above quality standard, ISTA), the next delay the seed viability is
already under standard. The electrical conduction power more increase by the
longer seed processing time delay.
.
Keywords: Processing Time Delay, Rice (Oryza sativa L.) Seed Quality, the
Membramo Variety
iv
5
RINGKASAN
Lucio Nuno Nim 1417151014. Pengaruh Penundaan Waktu
Prosesing Terhadap Mutu Benih Padi (Oryza sativa L.) Varietas Membramo.
Dibimbing Oleh Ir. I Gusti Ngurah Raka, M.S. Dan Ir. Hestin
Yuswanti, M.P.
Benih berkualits unggul memiliki daya tumbuh yang lebih dari 95%
dengan ketentuan – ketentuan sebagai berikut : (a), memiliki viabilitas atau dapat
mempetahankan kelangsungan pertumbuhannya menjadi tanaman yang baik
(berkecambah , tumbuh dengan normal, merupakan tanaman yang menghasilkan
benih yang matang ). (b), Memiliki kemurnian (Trueness seeds), artinya terbebas
dari kotoran, terbebas dari benih jenis tanaman lain, terbebas dari benih varietas
lain dan terbebas pula dari biji herbal serta hama dan penyakit (Ance, 2003 ).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan waktu prosesing yang tepat
sehingga tidak mempengaruhi mutu fisik dan fisiologi benih padi (Oryza sativa
L.) yang dihasilkan. Penelitian ini memakai rancangan acak lengkap (RAL) satu
faktor, yaitu perlakuan penundaan waktu prosesing terdiri atas 8 level dan ulangan
sebanyak 3 kali, sehimgga terdapat 24 unit perlakuan.
Variabel yang diamati, Kadar air saat panen diukur setelah gabah dirontok
di lahan sawah. Kadar air diukur menggunakan alat ukur kadar air (seed moisture
tester).Pengukuran diulang 3 kali. Kadar air gabah saat prosesing diukur sesaat
sebelum gabah dijemur. Pengukuran kadar air dilakukan menggunakan alat ukur
kadar air seed moisture tester), dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Pengukuran
kadar air gabah saat pengujian mutu benih dilakukan dengan alat ukur kadar air
(seed moisture tester). Pengukuran kadar air dilakukan terhadap semua perlakuan
dan diulang sebanyak 3 kali. Viabilitas/daya kecambmah diukur dengan
menggunakan metode uji kertas digulung didirikan di dalam plastik (UKDdp).
Tiap-tiap gulung ditanam sebanyak 100 butir gabah dan tiap perlakuan diulang
sebanyak 3 kali. Daya hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang
mencerminkan tingkat kebocoran membran sel. Semakin lama benih disimpan,
nilai daya hantar listriknya semakin meningkat.
Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa penundaan waktu prosesing
terhadap mutu benih berpengaruh nyata (P≤ 0,05) terhadap variabel kadar air saat
prosesing, kadar air saat pengujian, daya kecambah dan daya hantar listrik
sedangkan variabel berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap kadar air saat
panen dan kadar air saat pengujian benih.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan waktu prosesing yang tepat
untuk benih padi adalah saat panen langsung proses, setelah satu hari panen dan
dua hari setelah panen langsung diproses. Hal ini dapat dilihat dalam uji
viabilitas/daya kecambah bahwa terbaik yaitu; W0
(saat panen langsung
prosesing) dengan hasil uji 93.00%, diikuti penundaan waktu W1 (satu hari setelah
panen) 89,33% dan W2 (dua hari setelah panen) 85,00%, sesuai standar ISTA.
Dapat dilihat juga pada uji daya hantar listrik yang terbaik adalah dengan angka
terendah yakni; W0 2,47 µ mhos Cm
-2 g
1, W
1 2,67 µ mhos Cm
-2 g
1 dan W
2 µ
mhos Cm-2
g1
2,85.
v
6
vi
7
PENGARUH PENUNDAAN WAKTU PROSESING
TERHADAP MUTU BENIH PADI (Oryza sativa L.)
VARIETAS MEMBRAMO
Dipersiapkan dan diajukan oleh
LUCIO NUNO
NIM. 1417151014
Telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji
Pada tanggal 21 April 2017
Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana
No : 190 /UN14.2.6/PD/2017
Tanggal : 21 April 2017
Tim penguji Skripsi adalah:
Ketua : Ir. I Putu Dharma, M.Si
Anggota : Ir. Ni Luh Pradnyawati, M.P
: Ir. A.A. Made Astiningsih, M.P
vii
8
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Lucio Nuno dilahirkan pada tanggal 25
Desember 1968 di Sub Distrito Uatocarbau Distrito
Viqueque Timor-Leste. Penulis anak pertama dari enam
bersaudara, keluarga dari Antonio Nuno ayah (almarhum)
dan Angelina da Costa Rosa Pinto ibu.
Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN
Kecamatan Uatocarbau, Kabupaten Viqueque, Propinsi Timor-Timur pada tahun
1983, Sekolah Menengah Tingkat Pertama di SMPN 1 Kabupaten Viqueque,
Propinsi Timor-Timur pada tahun 1986, Sekolah Pembangunan Pertanian
Menengah Atas (SPP-SPMA) Negeri Natarbora Kecamatan Natarbora, Kabupaten
Manatuto, Propinsi Timor-Timur pada tahun 1989. Pada tahun 1990 sampai tahun
1993 penulis diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil, sebagai Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL), pada Kanwil Pertanian Propinsi Timor-Timur, tahun 1994
ditugaskan oleh Pemerintah Kanwil Pertanian Propinsi Timor-Timur menempuh
pendidikan D3 di APP Malang Jawa Timur dan dilanjutkan selesai kuliah D3 di
APP Bogor Jawa Barat pada tahun 1998, akhir tahun 1998 ditugaskan sebagai
Pimpinan Penyuluh Unit Pertanian (PPUP) di Kecamatan Uatocarbau Kabupaten
Viqueque Propinsi Timor-Timur. Pada tahun 1999 Timor-Timur keluar dari
NKRI, dan pada tahun 2001 penulis sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kementerian
Pertanian Negara Republica Democratica de Timor-Leste sebagai Asisten
Pertanian Tanaman Pangan di Distrito Viqueque, Tahun 2009 sampai 2010
sebagai penanggungjawab Pertanian di Distrito Viqueque, pada tahun 2011
sampai 2014 sebagai penanggungjawab Departemen Perbenihan, Direktorat
Nasional Tanaman Pangan dan Hortikultura pada Kementrian Pertanian Timor-
Leste. Pada bulan Oktober 2014 penulis ditugaskan oleh Pemerintah Timor-Leste
dalam hal ini Kementerian Pertanian dan Perikanan untuk menyelesaikan
pendidikan alih jenjang dari D3 ke S1 di Program Studi Agroekoteknologi,
Program Non Reguler, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.
viii
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas
segala anugerah dan kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Penundaan Waktu Prosesing terhadap Mutu Benih Padi (Oryza
sativa L.) Varietas Membramo.”
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Pertanian pada Konsentrasi Agronomi, Program Studi Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Ucapan terimakasih penulis ucapkan
kepada:
1. Bapak Ir. Mariano Assanami Sabino, mantan Menteri Pertanian dan
Perikanan Timor Leste, yang telah memberi kesempatan dan menugaskan
penulis untuk melanjutkan perkuliahan di Universitas Udayana Bali-Indonesia.
2. Bapak Ir. Marcos da Cruz M.Agr.Sc., selaku Wakil Menteri Pertanian dan
Perikanan Timor Leste, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk
melanjutkan perkuliahan di Universitas Udayana Bali-Indonesia.
3. Bapak Ir. Lourenco Borges Fontes, M.T.Anim.Sc., mantan Direktor
Genderal Kementerian Pertanian dan Perikanan beserta Direktorat terkait
Timor-Leste, yang dengan programnya untuk peningkatan sumber daya
manusia di kementrian pertanian Timor-Leste telah memberi motivasi kepada
penulis untuk meyelesaikan alih jenjang pendidikan penulis dari D3 ke S1
Agroekoteknologi di Universitas Udayana Bali-Indonesia.
ix
10
4. Bapak Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, M.S. Selaku Dekan Fakultas
Pertanian,Universitas Udayana beserta staf, atas izin penggunaan fasilitas
untuk melaksanakan penelitian dan administrasi.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. I Made Sudarma, M.S. selaku ketua Program Studi
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,Universitas Udayana. Atas segala
perhatian, dorongan, motivasi dan administrasi demi menyelesaikan
perkuliahan ini.
6. Bapak Ir. I Putu Dharma, M.Si. selaku Sekretaris II Program Studi
Agroekoteknologi, Program Non Reguler, Fakultas Pertanian, Universitas
Udayana yang telah memberikan motivasi, fasilitas administrasi dorongan
demi kelancaran perkuliahan, penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Ir. I Gusti Ngurah Raka, M.S. selaku dosen pembimbing I dan ibu Ir.
Hestin Yuswanti, M.P. selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, nasehat, petunjuk dan motivasi sampai selesai
menyusun skripsi ini.
8. Ucapan yang sama buat seluruh rekan-rekan mahasiswa regular angkatan 2013
dan angkatan 2014 penulis tidak bisa sebut satu persatu yang selalu
memberikan semangat dan motivasi untuk membantu penulis di dalam
penyelesaian usulan penelitian maupun penulisan penelitian ini.
9. Keluarga, isteri tercinta dan anak-anak tersayang di Timor-Leste yang selalu
memberi dorongan dan motivasi dalam menempuh perkuliahan ini.
x
11
10. Pada rekan-rekan kerja di kementerian Pertanian Timor-Leste yang penulis
tidak bisa sebut satu persatu yang telah banyak memberikan semangat dan
motivasi dalam menempuh perkuliahan ini.
Penulis menyadari bahwa, tulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan selanjutnya.
Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
digunakan dengan baik.
Denpasar, 21 April 2017
Lucio Nuno
xi
12
DAFTAR ISI
Isi Halaman
SAMPUL DALAM .......................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT................................................. ii
ABSTRAK ....................................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................................... iv
RINGKASAN .................................................................................................. v
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... vi
TIM PENGUJI ................................................................................................ vii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
1.3 Manfaat Penelitian .......................................................................... 4
1.4 Hipotesis ......................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Padi (Oryza sativa L.) ..................................................... 5
2.2 Botani dan Morfologi .................................................................... 5
xii
13
2.3 Syarat-syarat Tumbuh ..................................................................... 7
2.4 Fase-fase Pertumbuhan ................................................................... 8
2.5 Prosesing Benih Padi ..................................................................... 11
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 14
3.2 Bahan dan Alat ............................................................................... 14
3.3 Rancangan Penelitian ..................................................................... 15
3.4 Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 16
3.4.1 Perlakuan Setelah Panen ....................................................... 16
3.4.2 Pengambilan Sampel ............................................................ 17
3.4.3 Variabel yang Diamati .......................................................... 17
3.5 Analisis Data .................................................................................. 19
IV. PEMBAHASAN
4.1 Hasil .................................................................................................... 20
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 22
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 28
5.2 Saran ................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 29
xiii
14
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
Tabel 4.1 Pengaruh Perlakuan Penundaan Waktu Prosesing terhadap
Variabel Mutu Benih Padi ........................................................... 20
Tabel 4.2 Pengaruh Perlakuan Penundaan Waktu Prosesing Terhadap
Kadar Air Saat Panen, Kadar Air Saat Prosesing, Kadar Air
Saat Pengujian, Viabilitas/Daya Kecambah Benih dan Daya
Hantar Listrik Benih. ................................................................... 21
xiv
15
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
Gambar 3.1 Denah Percobaan ................................................................... 15
Gambar 3.2 Contoh Penyimpanan Gabah dalam Wadah/Kampil ............. 17
Gambar 4.1 Grafik Kadar Air gabah Saat Panen ...................................... 23
Gambar 4.2 Grafik Kadar Air Saat Prosesing .......................................... 24
Gambar 4.3 Grafik Kadar Air Saat Pengujian .......................................... 24
Gambar 4.4 Grafik Uji Viabilitas/Daya Kecambah .................................. 25
Gambar 4.5 Grafik Uji Daya Hantar Listrik ............................................. 27
xv
16
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Analisis Satatistik Kadar Air Gabah Pada Saat Panen .................... 31
2. Analisis Satatistik Kadar Air gabah pada saat Prosesing ............... 32
3. Analisis Statistik Kadar Air gabah Saat Pengujian ......................... 33
4. Analisis Statistik Uji Viabilitas/Daya Kecambah ........................... 34
5. Analisis Satatistik Daya Hantar Listrik .......................................... 35
6. Dokumentasi Kegiatan Panen Padi dan Dilanjutkan dengan
Perlakuan Kode W0 Langsung Diproses untuk Penelitian ............. 36
7. Dokumentasi Kegiatan Prosesing Padi dari Perlakuan dengan
Kode W1 sampai W7 dan Pengambilan Sampel dari Kode W0
Sampai W7 untuk Melanjutkan Pengujian di Laboratorium........... 37
8. Dokumentasi Kegiatan Pengujian Benih Padi dengan Uji
Viabilitas/Daya Kecambah Benih dan Daya Hantar Listrik dari
Perlakuan kode W0 sampai W7 ...................................................... 38
xvi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prinsip umum pengolahan benih adalah memproses calon benih menjadi
benih dengan tetap mempertahankan mutu yang telah dicapai. Benih bermutu
tinggi merupakan faktor utama suksesnya produksi. Di negara berkembang,
kurang tersedianya benih bermtutu disebbakan karena kekurangan atau kelemahan
dalam (1) penyediaan varietas unggul, (2) teknologi produksi benih, (3)
penanganan benih pasca panen, dan (4) pemasaran. Biasanya petani menggunakan
benih yang dihasilkan sendiri (save own seed) karena benih komersial belum
tersedia (Ilyas, 2012).
Benih berkualits unggul memiliki daya tumbuh lebih dari 95% dengan
ketentuan – ketentuan sebagai berikut : (a), memiliki viabilitas atau dapat
mempetahankan kelangsungan pertumbuhannya menjadi tanaman yang baik
(berkecambah, tumbuh dengan normal, merupakan tanaman yang menghasilkan
benih yang matang ). (b), Memiliki kemurnian (Trueness seeds), artinya terbebas
dari kotoran, benih jenis tanaman lain, varietas lain dan biji herbal serta hama dan
penyakit (Ance, 2003 ).
Dalam pembentukan benih terdapat stadia yaitu stadia pembentukan,
matang morfologis, perkembangan benih, masak fisiologis dan masak penuh.
Benih yang telah masak fisiologis menghasilkan bobot kering benih daya
berkecambah dan vigor maksimum. Benih dikatakan masak fisiologis dan siap
untuk dipanen, apabila zat makanan dari benih tersebut tidak lagi tergantung dari
1
2
pohon induknya, yang umum ditandai dengan perubahan warna kulitnya. Waktu
yang paling baik untuk pengumpulan benih adalah segera setelah benih itu masak
(Widajati, 2012).
Produksi benih merupakan salah satu kegiatan pokok dalam pengadaan
benih dan berperan sebagai kegiatan pokok yang paling awal dilakukan. Produk
kegiatan produksi tersebut adalah “calon benih” yang merupakan bahan yang akan
digunakan dalam rangkaian kegiatan-kegiatan pokok yang lain. Tingkat mutu dari
calon benih yang dihasilkan dari kegiatan produksi, sangat menentukan tingkat
mutu yang akan dihasilkan dalam pengadaan benih. Pentingnya produksi benih
dalam program pengadaan benih, maka diperlukan teknik produksi yang baik
dengan strategi produksi yang tepat. Teknik produksi yang baik akan
diterjemahkan melalui berbagai kegiatan produksi benih yang secara umum akan
masuk dalam prinsip-prinsip produksi benih yang bermutu tinggi (Mugnisjah dan
Setiawan, 1990).
Faktor penentu agar benih padi bermtutu tinggi di antaranya adalah saat
panen yang tepat waktu. Padi varietas Membramo waktu panen 125 hari setelah
tanam dan langsung dengan kegiatan dirontokan atau tidak disimpan bertumpuk
lama sehingga biji gabah padi menjadi rusak atau embrio mati karena penundaan
waktu prosesing (Bambang, dkk 2011).
Padi untuk benih memerlukan kesempurnaan dalam pembentukan embrio,
sebab embrio harus hidup dan siap untuk dikecambahkan. Oleh karena itu
cadangan makanan yang ada dalam biji harus cukup untuk persediaan makanan
selama kecambah belum dapat menyerap makanan dalam tanah. Cadangan
3
makanan di dalam biji (endosperm) dapat dipakai sebagai tanda bahwa biji padi
sudah siap dipanen. Penanganan pasca panen pada varietas-varietas padi unggul
yang umumnya berpotensi hasil tinggi biasanya berlangsung lebih rumit dan
kompleks (Hasanah, 1989).
Penanganan pasca panen benih padi, salah satu permasalahan yang sering
dihadapi adalah masih kurangnya kesadaran dan pemahaman petani terhadap
penanganan pasca panen yang baik sehingga mengakibatkan masih tingginya
kehilangan hasil dan rendahnya mutu benih. Untuk mengatasi masalah ini maka
perlu dilakukan penanganan pasca panen yang didasarkan pada prinsip-prinsip
Good Handling Practices (GHP) agar dapat menekan kehilangan hasil dan
mempertahankan mutu hasil benih ( Isjah WQ, 2007).
Pengolahan benih merupakan upaya sangat strategis dalam rangka
mendukung peningkatan produksi benih padi. Kontribusi penanganan pasca panen
terhadap peningkatan produksi padi dapat tercermin dari penurunan kehilangan
hasil dan tercapainya mutu benih sesuai persyaratan mutu (Mugnisjah dan
Setiawan, 1990).
Masyarakat tani Timor Leste, pada umumnya masih kurang pengetahuan
tentang penggunaan benih unggul, sehingga produksi padi sangat rendah.
Penangkar benih juga belum memahami secara mendalam tentang bagaimana cara
produksi benih yang baik sehingga dihasilkan benih bermutu baik.
Luas areal persawahan fungsional di Timor Leste adalah 35.000 ha (data
Direcção Nacional Irrigação 2014) yang mana setiap tahun memerlukan benih
4
bermutu atau benih unggul bersertifikat kurang lebih 875 ton, agar bisa terpenuhi
pelayanan benih kepada petani.
Pada umunya yang dihadapi petani hanya 40% yang bisa menggunakan
benih unggul sedangkan 60% masih menggunakan benih yang bukan benih
unggul atau benih bersertifikat, disebabkan karena produksi benih masih sangat
minim yang diproduksi oleh produser benih bersertifikat di Timor Leste.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan waktu
prosesing yang tepat sehingga tidak mempengaruhi mutu fisik dan fisiologi benih
padi (Oryza sativa L.) yang dihasilkan.
1.3 Manfaat Penelitian
Kegunaan daripada penelitian ini yaitu sebagai sumber informasi dan
referensi bagi penangkar benih di Timor Leste agar memperoleh benih padi yang
berkualitas dan sebagai dasar untuk memastikan waktu prosesing yang tepat.
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah calon benih disimpan
sebelum prosesing menyebabkan mutu benih baik fisik maupun fisiologis semakin
menurun.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim dengan
morfologi berbatang bulat dan berongga yang disebut jerami. Daunnya
memanjang dengan ruas searah batang daun. Pada batang utama dan anakan
membentuk rumpun pada fase vegetatif dan membentuk malai pada fase generatif.
Air dibutuhkan tanaman padi untuk pembentukan karbohidrat di daun,
menjaga hidrasi protoplasma, pengangkutan dan mentranslokasikan makanan
serta unsur hara dan mineral. Air sangat dibutuhkan untuk perkecambahan biji.
Penyerapan air merupakan kebutuhan biji untuk berlangsungnya kegiatan-
kegiatan di dalam biji (Kartasapoetra, 1988).
2.2 Botani dan Morfologi
Botani tanaman padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai
berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Keluarga : Graminae (Poaceae)
Genus : Oryza Linn
Spesies : Oryza sativa L.
Tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim
dengan morfologi berbatang bulat dan berongga yang disebut jerami. Daunnya
5
6
memanjang dengan ruas searah batang daun. Pada batang utama dan anakan
membentuk rumpun pada fase generatif dan membentuk malai. Akarnya serabut
yang terletak pada kedalaman 20-30 cm. Malai padi terdiri dari sekumpulan bunga
padi yang timbul dari buku paling atas. Bunga padi terdiri dari tangkai bunga,
kelopak bunga lemma (gabah padi yang besar), palea (gabah padi yang kecil,
putik, kepala putik, tangkai sari, kepala sari, dan bulu (awu) pada ujung lemma.
Padi dapat dibedakan menjadi padi sawah dan padi gogo. Padi sawah biasanya
ditanam di daerah dataran rendah yang memerlukan penggenangan, sedangkan
padi gogo ditanam di dataran tinggi pada lahan kering. Tidak terdapat perbedaan
morfologis dan biologis antara padi sawah dan padi gogo, yang membedakan
hanyalah tempat tumbuhnya.
Akar tanaman padi berfungsi menyerap air dan zat – zat makanan dari
dalam tanah terdiri dari: 1) Akar tunggang yaitu akar yang tumbuh pada saat benih
berkecambah, 2) Akar serabut yaitu akar yang tumbuh dari akar tunggang setelah
tanaman berumur 5 – 6 hari.
Ciri khas daun tanaman padi yaitu adanya sisik dan telinga daun, hal ini
yang menyebabkan daun tanaman padi dapat dibedakan dari jenis rumput yang
lain. Adapun bagian daun padi yaitu: 1) Helaian daun terletak pada batang padi,
bentuk memanjang seperti pita, 2) Pelepah daun menyelubungi batang yang
berfungsi memberi dukungan pada ruas bagian jaringan, 3) Lidah daun terletak
pada perbatasan antara helaian daun dan leher daun.
Perkecambahan adalah munculnya tunas (tanaman kecil dari biji). Embrio
yang merupakan calon individu baru terdapat di dalam benih. Jika suatu benih
7
tanaman ditempatkan pada lingkungan yang menunjang dan memadai, benih
tersebut akan berkecambah. Perkecambahan benih dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu: Perkecambahan epigeal adalah ruas batang di bawah daun lembaga atau
hipokotil sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke atas
tanah, misalnya pada kacang hijau (Phaseoulus radiatus), sedangkan
perkecambahan hipogeal adalah ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun
lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di bawah tanah,
misalnya pada tanaman padi (Oryza sativa L.) (Pratiwi, 2006).
2.3 Syarat – syarat Tumbuh
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau
lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun
adalah 1500–2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah
23°C dan tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0–1500 m
dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang
kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan
diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada
tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18–22 cm dengan pH antara 4–7
(Siswoputranto, 1976).
Faktor yang menentukan jarak tanam pada tanaman padi sawah tadah
hujan tergantung pada:
8
a) Jenis tanaman
Jenis padi tertentu dapat menghasilkan banyak anakan. Jumlah anakan
yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih besar, sebaliknya jenis padi
yang memiliki jumlah anakan sedikit memerlukan jarak tanam yang lebih
sempit.
b) Kesuburan tanah
Penyerapan hara oleh akar tanaman padi akan mempengaruhi
penentuan jarak tanam, sebab perkembangan akar atau tanaman itu sendiri
pada tanah yang subur lebih baik dari pada perkembangan akar/tanaman pada
tanah yang kurang subur. Jarak tanam yang dibutuhkan pada tanah yang
suburpun akan lebih lebar dari pada jarak tanam pada tanah yang kurang
subur.
Air yang diberikan dalam jumlah cukup sebenarnya bermanfaat juga
untuk mencegah pertumbuhan gulma, menghalau wereng yang bersembunyi di
batang padi sehingga lebih mudah disemprot dengan pestisida, serta
mengurangi serangan hama (Siregar dan Hadrian, 1987).
2.4 Fase – fase Pertumbuhan
Tiga fase pertumbuhan tanaman padi berdasarkan literatur (Arafah, 2009),
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan malai);
2. Reproduktif (pembentukan malai sampai pembungaan); dan
3. Pematangan (pembungaan sampai gabah matang)
9
Organ tanaman padi terdiri dari dua kelompok, yakni organ vegetatif dan
organ generatif (reproduktif). Bagian-bagian vegetatif meliputi akar, batang dan
daun, sedangkan bagian generatif terdiri dari malai, gabah dan bunga.
Sejak berkecambah sampai panen, tanaman padi memerlukan 3-6 bulan,
yang seluruhnya terdiri dari dua stadia pertumbuhan, yakni vegetatif dan generatif.
Fase reproduktif selanjutnya terdiri dari dua, pra berbunga dan pasca berbunga,
periode pasca-berbunga disebut juga sebagai periode pemasakan. Yoshida
membagi pertumbuhan padi menjadi 3 bagian yakni fase vegetatif, reproduktif,
dan pemasakan. Fase vegetatif meliputi pertumbuhan tanaman dari mulai
berkecambah sampai dengan inisiasi primordia malai: fase reproduktif dimulai
dari inisiasi primordia malai sampai berbunga (heading) dan pemasakan dimulai
dari berbunga sampai masak panen. Untuk suatu varietas berumur 120 hari yang
ditanam di daerah tropik, maka vase vegetatif memerlukan 60 hari, fase
reproduktif 30 hari, dan fase pemasakan 30 hari.
Stadia reproduktif ditandai dengan memanjangnya ruas teratas pada
batang, yang sebelumnya tertumpuk rapat dekat permukaan tanah. Di samping itu,
stadia reproduktif juga ditandai dengan berkurangnya jumlah anakan, munculnya
daun bendera, bunting dan pembungaan (heading). Inisiasi primordia malai
bisaanya dimulai 30 hari sebelum pembungaan. Stadia inisiasi ini hampir
bersamaan dengan memanjangnya ruas-ruas yang terus berlanjut sampai
berbunga. Stadia reproduktif disebut juga stadia pemanjangan ruas-ruas.
Pembungaan (heading) adalah stadia keluarnya malai, sedangkan antesis segera
mulai setelah heading, sehingga heading diartikan sama dengan antesis ditinjau
10
dari segi hari kalender. Dalam suatu komunitas tanaman, fase pembungaan
memerlukan waktu selama 10-14 hari, karena terdapat perbedaan laju
perkembangan antar tanaman maupun antar anakan. Apabila 50% bunga telah
keluar maka pertanaman tersebut dianggap dalam fase pembungaan.
Antesis telah mulai bila benang sari bunga yang paling ujung pada tiap
cabang malai telah tampak keluar. Pada umunnya antesis berlangsung antara jam
08.00 – 13.00 dan persarian (pembuahan) akan selesai dalam 5-6 jam setelah
antesis. Dalam suatu malai, semua bunga memerlukan 7-10 hari untuk antesis,
tetapi pada umumnya hanya 7 hari. Antesis terjadi 25 hari setelah bunting.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka dapat diperkirakan bahwa berbagai
komponen pertumbuhan dan hasil telah mencapai maksimal sebelum bunganya
sendiri keluar dari pelepah daun bendera. Jumlah malai pada tiap satuan luas tidak
bertambah lagi 10 hari setelah anakan maksimal, jumlah gabah pada tiap malai
telah ditentukan selama periode 32 sampai 5 hari sebelum heading. Sementara itu,
ukuran sekam hanya dapat dipengaruhi oleh radiasi selama 2 minggu sebelum
antesis. Periode pemasakan bulir terdiri dari 4 stadia masak dalam proses
pemasakan bulir (Arafah, 2009).
1. Stadia masak susu
Tanda-tandanya : tanaman padi masih berwarna hijau, tetapi malai-
malainya sudah terkulai: ruas batang bawah kelihatan kuning, gabah bila
dipijit dengan kuku keluar cairan seperti susu.
11
2. Stadia masak kuning
Tanda-tandanya : seluruh tanaman tampak kuning, dari semua bagian
tanaman, hanya buku-buku sebelah atas yang masih hijau, isi gabah sudah
keras, tetapi mudah pecah dengan kuku.
3. Stadia masak penuh
Tanda-tandanya : buku-buku sebelah atas berwarna kuning, sedang
batang-batang mulai kering, isi gabah sukar dipecahkan, pada varietas-varietas
yang mudah rontok, stadia ini belum terjadi kerontokan.
4. Stadia masak fisiologis
Tanda-tandanya : isi gabah keras dan kering: varietas yang mudah
rontok pada stadia ini sudah mulai rontok. Stadia masak fisiologis terjadi
setelah ± 6 hari setelah masak penuh.
2.5 Prosesing Benih Padi
Secara umum, yang dimaksud dengan benih adalah sebagai biji
tanaman yang dipergunakan untuk tujuan pertanaman. Biji merupakan suatu
bentuk tanaman mini (embrio) yang masih dalam keadaan perkembangan yang
terkekang. Dalam batasan teknologi memberikan pengertian kepada benih
sebagai suatu kehidupan biologi benih. Benih suatu tanaman yang tersimpan
baik di dalam suatu wadah dan dalam keadaan istirahat. Perlakuan teknologi
sangat penting untuk menyelamatkan benih dari kemunduran kualitasnya
dengan memperhatikan sifat-sifat kulit bijinya. Benih juga harus diusahakan
12
semurni mungkin bagi suatu varietas (Sutopo, 2002). Tahap-tahap pengolahan
secara umum pada benih padi adalah sebagai berikut;
1. Pengeringan
Pengeringan benih berhubungan erat dengan pengurangan kadar air
pada benih yang akan kita simpan. Pengeringan atau proses penurunan kadar
air dapat meningkatkan viabilitas beniih, tetapi pengeringan yang
mengakibatkan kadar air yang terlalu rendah akan mengurangi viabiltas
benih. Calon benih padi dikeringkan sampai mencapai kadar air maksimal
13 %.
2. Pembersihan
Pembersihan dilakukan untuk memisahkan dan mengeluarkan kotoran
dan biji hampa sehingga diperoleh ukuran dan berat biji yang seragam.
Kegiatan ini dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
Dilakukan secara manual jika jumlah bahan sedikit
Apabila bahan dalam jumlah yang besar dilakukan dengan menggunakan
mesin pembersih seperti : blower, separator dan gravity table separator
Peralatan yang digunakan sebaiknya yang berfungsi baik
Bersihkan alat tersebut setiap kali akan digunakan
Gunakan kemasan/karung baru dan pasang label atau keterangan di luar
dan dalam kemasan
Petugas pengawas benih tanaman pangan setempat diminta untuk
mengambil contoh guna pengujian laboratorium
13
3. Pengujian mutu benih
Pengujian benih ditujukan untuk mengetahui kualitas dari suatu jenis
atau kelompok benih. Pengujian benih dilakukan di laboratorium untuk
menentukan baik mutu fisik mupun mutu fisiologis suatu jenis atau kelompok
benih. Pengujian terhadap mutu fisik benih mencakup kegiatan pengambilan
contoh benih, pengujian terhadap kemurnian benih, kadar air benih dan berat
1000 butir benih. Sedangkan terhadap mutu fisiologis benih mencakup
kegiatan pengujian daya kecambah, kekuatan tumbuh, dan kesehatan benih.
Uji daya tumbuh benih dapat dilakukan secara angsung dengan mengamati
dan membandingkan unsure-unsur tumbuh penting dari benih pada suatu
periode uji tertentu. Struktur pertumbuhan yang dinilai terdiri dari akar, batang
dan daun (Sutopo, 2002).
4. Pengemasan/penyimpanan benih
Benih yang layak disimpang adalah benih dengan daya tumbuh awal
sekitar 90% dan kadar air 10 – 12%. Gunakan gudang yang memenuhi syarat
bebas dari hama gudang seperti tikus, hama bubuk dan lainnya. Gunakan
kantong yang kedap udara dan kemasan ditata teratur, tidak bersentuhan
langsung dengan lantai dan dinding gudang.
14
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai Bulan September sapai Bulan
Nopember 2016. Penelitian prosesing gabah sampai pengambilan sampel
bertempat di lahan sawah Agaderu,ana-Baidubo, petani desa Irabin de Baixo,
Kecamatan Uatocarbau, Kabupaten Viqueque Timor Leste. Penelitian
Pengaruh Penundaan Waktu Prosesing Terhadap Mutu Benih Padi (Oryza
sativa L.) Varietas Membramo, uji viabilitas dan uji DHL (Daya Hantar Listrik)
dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan, Jurusan/Program
Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Udayana Bali.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih padi (sampel
gabah yang baru dipanen) varietas Membramo dari Timor Leste, kertas
CD/kertas merang, plastik bening, aquades.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu mesin perontok padi,
alat tampi, terpal, timbangan, wadah penyimpan gabah/kampil, toples plastik
penyimpan sampel benih, lakban, kertas stiker sampel, stick trier, alat pengukur
suhu ruang udara (termometer), alat pengukur kadar air benih (seed moisture
tester), germinator, conductivity meter, oven, pinset, labu erlenmeyer, gelas piala,
pisau kater dan alat tulis menulis.
14
15
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini memakai rancangan acak lengkap satu faktor, yaitu
perlakuan penundaan waktu prosesing terdiri atas 8 level dan ulangan sebanyak 3
kali, sehingga terdapat 24 unit perlakuan. Denah percobaan disajikan pada
Gambar 3.1.
Ulangan
Ke I Ke II Ke III
W7 W1 W5
W3 W4 W0
W0 W7 W2
W6 W3 W4
W1 W5 W7
W4 W2 W3
W6 W0 W5
W2 W6 W1
Keterangan :
W0 = padi setelah panen, gabah segera dijemur (tanpa penyimpanan).
W1 = disimpan dalam wadah/kampil selama satu hari kemudian diukur
kadar air dan suhu dalam wadah dilanjutkan dengan penjemuran.
W2 = disimpan dalam wadah/kampil selama dua hari, kemudian diukur
kadar air dan suhu dalam wadah dilanjutkan dengan penjemuran.
W3 = disimpan dalam wadah/kampil selama tiga hari, kemudian diukur
kadar air dan suhu dalam wadah dilanjutkan dengan penjemuran.
W4 = disimpan dalam wadah/kampil selama empat hari, kemudian diukur
kadar air dan suhu dalam wadah dilanjutkan dengan penjemuran.
W5 = disimpan dalam wadah/kampil selama lima hari, kemudian diukur
kadar air dan suhu dalam wadah dilanjutkan dengan penjemuran.
W6 = disimpan dalam wadah/kampil selama enam hari, kemudian diukur
kadar air dan suhu dalam wadah dilanjutkan dengan penjemuran.
W7 = disimpan dalam wadah/kampil selama tujuh hari, kemudian diukur
kadar air dan suhu dalam wadah dilanjutkan dengan penjemuran.
Gambar 3.1 Denah Percobaan
16
Gabah dari semua perlakuan sebelum dijemur disimpan dalam
wadah/kampil seperti disajikan pada (Gambar 3.2).
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Perlakuan Setelah Panen
Padi varietas Membramo ditanam pada tanggal 9 Mei 2016 telah mencapai
masak fisiologis (umur 125 hari setelah tanam) dipanen pada tanggal 11 September
2016 dan dirontok dengan memakai mesin perontok. Gabah calon benih dibagi
menjadi delapan kelompok dan masing-masing dimasukkan ke dalam
wadah/kampil. Gabah calon benih tersebut disimpan sesuai dengan perlakuan
penyimpanan dalam penelitian ini. Penyimpanan gabah dilakukan di dalam gudang
pada kondisi suhu kamar yang sama. Langkah prosesing benih selanjutnya
meliputi kegiatan sebagai berikut. Pengeringan benih dilakukan dengan cara
menjemur sampai calon benih mencapai kadar air 13%. Pembersihan benih
dilakukan dengan cara pertama dengan mesin blower dan kemudian diulang
dengan menampi, dan sortasi benih dilakukan secara manual. Benih setelah
dibersihkan dikemas kembali dengan menggunakan wadah kampil sebanyak 100
kilogram dan disimpan pada tempat yang aman dari gangguan cuaca maupun
binatang perusak (Gambar 3.2).
17
Gambar 3.2 Contoh Penyimpanan Gabah dalam Wadah/Kampil
3.4.2 Pengambilan Sampel
Masing-masing wadah/kampil yang berisi gabah setelah prosesing diambil
sampel dengan memakai stick trier sebanyak 1 kilogram setiap kampil/wadah
sebagai contoh kirim ke laboratorium dan dilanjutkan dengan pengujian.
3.4.3 Variabel yang Diamati
1. Kadar air saat panen.
Kadar air saat panen diukur setelah gabah dirontok di lahan sawah. Kadar air
diukur menggunakan alat ukur kadar air (seed moisture tester). Pengukuran
diulang 3 kali.
2. Kadar air saat prosesing.
Kadar air gabah saat prosesing diukur sesaat sebelum gabah dijemur.
Pengukuran kadar air dilakukan menggunakan alat ukur kadar air (seed
moisture tester), dengan pengulangan sebanyak 3 kali.
18
3. Kadar air saat pengujian mutu benih.
Pengukuran kadar air gabah saat pengujian mutu benih dilakukan dengan alat
ukur kadar air (seed moisture tester). Pengukuran kadar air dilakukan
terhadap semua perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali.
4. Viabilitas/daya kecambah.
Viabilitas/daya kecambah diukur dengan menggunakan metode uji kertas
digulung didirikan di dalam plastic (UKDdp). Media yang digunakan adalah
kertas CD. Tiap-tiap gulung ditanam sebanyak 100 butir gabah dan tiap
perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Pengujian daya kecambah menggunakan
germinator tipe IPB.76. Pengamatan berkecambah normal dilakukan pada
hari ke 5 dan hari ke 7.
5. Uji daya hantar listrik.
Daya hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang
mencerminkan tingkat kebocoran membrane sel. Semakin lama benih
disimpan, nilai daya hantar listriknya semakin meningkat. Nilai daya hantar
yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang tinggi, yang berarti
benih tetrsebut memiliki kualitas yang menurun. Benih bervigor rendah telah
diketahui mengalami penurunan integritas membrane sebagai hasil dari
deteriorasi masa penyimpanan dan kerusakan mekanik.Selama imbibisi, benih
yang memiliki struktur membran yang lemah melepaskan koloidal
sitoplasmik ke medium embibisi. Koloidal dengan sifat elektrolit membawa
sebuah muatan elektrik yang dapat dideteksi dengan alat conductivity meter.
Prosedur pengujian yaitu benih ditimbang sebanyak 14 gram dari setiap
19
perlakuan dan direndam dalam 35 ml aquades dengan perbandingan 1:2,5.
Perendaman dilakukan selama 24 jam, selanjutnya benih dikeluarkan dari air
perendamanya dan diukur daya hantar listriknya. Pengukuran diulang
sebanyak 3 kali untuk mendapatkan keakuratan data.
3.5 Analisis Data
Data hasil penelitian ditabulasi dan dianalisis sidik ragam sesuai rancangan
yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL). Apabila perlakuan
berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan’s (5 %).
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil analisis statistika disajikan pada Tabel 1, menunjukkan bahwa
penundaan waktu prosesing terhadap mutu benih berpengaruh nyata (P≤ 0,05)
terhadap variabel kadar air saat prosesing, daya kecambah dan daya hantar listrik
sedangkan variabel berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap kadar air saat
panen dan kadar air saat pengujian benih.
Tabel 4.1 Pengaruh Perlakuan Penundaan Waktu Prosesing terhadap Variabel
Mutu Benih Badi.
No Variabel Signifikan
1 Kadar air gabah saat panen ns
2 Kadar air gabah saat prosesing **
3 Kadar air gabah saat pengujian ns
4 Viabilitas/daya kecambah benih **
5 Daya hantar listrik **
Keterangan: ns = berpengaruh tidak nyata (P>0.05)
** = berpengaruh sangat nyata (P ≤ 0,01)
Rataan variabel kadar air pada saat panen (%), kadar air saat prosesing
(%), kadar air saat pengujian benih (%), uji fiabilitas/daya kecambah (%) dan uji
daya hantar listrik (µ mhos cm-2
g1) disajikan pada Tabel 2. Rataan kadar air saat
prosesing tertinggi terdapat pada perlakuan W7 yaitu 24,96 lebih tinggi dari
perlakuan lainnya, kemudian diikuti oleh perlakuan W6 yaitu 23,72%, W5 23,
17%, W4 22,13%, W3 21,46%, W2 19,64%, W1 19,48% dan yang terendah yaitu
20
21
W0 17, 76%. Rataan uji viabilitas/daya kecambah tertinggi terdapat pada W0 yaitu
93.00% sangat berbeda nyata lebih tinggi dari perlakuan lainnya, kemudian diikuti
oleh perlakuan W1 89,33%, W2 85,00%, W3 79,33%, W4 75,33%, W5 71,67%, W6
66,33% dan yang terrendah yaitu W7 63,67%. Rataan uji daya hantar listrik (µ
mhos cm-2
g1) tertinggi terdapat pada W7 yaitu 3,68 µ mhos cm
-2 g
1 lebih tinggi
dari perlakuan lainnya, kemudian diikuti oleh perlakuan W6 3,48µ mhos cm-2
g1,
W5 3,27µ mhos cm-2
g1, W4 3,11µ mhos cm
-2 g
1, W3 2,98µ mhos cm
-2 g
1, W2 2,85
µ mhos cm-2
g1, W1 2,67µ mhos cm
-2 g
1 dan yang terrendah yaitu W0 2,47µ mhos
cm-2
g1.
Tabel 4.2 Pengaruh Perlakuan Penundaan Waktu Prosesing Terhadap Kadar Air
Saat Panen, Kadar Air Saat Prosesing, Kadar Air Saat Pengujian,
Viabilitas/Daya Kecambah Benih dan Daya Hantar Listrik Benih.
No
Perlakuan
Variabel
Kadar
Air Saat
Panen
(%)
Kadar
Air Saat
Prosesing
(%)
Kadar
Air Saat
Pengujia
n (%)
Uji
Viabilitas/
Daya
Kecambah
(%)
Uji Daya
Hantar
Listrik
(µ mhos
cm-2 g1)
1 W0 17.76a 17.76
a 12.77
a 93.00
a 2.47
a
2 W1 17.76a 19.48
b 12.77
a 89.33
b 2.67
b
3 W2 17.76a 19.64
c 12.77
a 85.00
c 2.85
c
4 W3 17.76a 21.46
d 12.77
a 79.33
d 2.98
d
5 W4 17.76a 22.13
e 12.77
a 75.33
e 3.11
e
6 W5 17.76a 23.17
f 12.77
a 71.67
f 3.27
f
7 W6 17.76a 23.72
g 12.77
a 66.33
g 3.48
g
8 W7 17.76a 24.96
h 12.77
a 63.67
h 3.68
h
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukan berbeda tidak nyata berdasarkan uji DM
RT.Duncan’s 5 %.
22
4.2 Pembahasan
Kadar air benih merupakan salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan pada kegiatan pemanenan, pengolahan, penyimpanan dan pemasaran
benih. Kadar air menentukan tingkat kerusakan mekanis saat pengolahan,
kemampuan benih mempertahankan viabilitasnya selama di penyimpanan serta
menentukan lulus tidaknya dalam pengujian benih bersertifikat. Untuk benih padi
kadar air penyimpanan maksimal 13% (Dirjen Tanaman Pangan, 2009;
(Eny, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan kadar air gabah pada saat panen dari
perlakuan W0 sampai W7 yaitu 17.76%, secara statistik tidak berbeda nyata antara
perlakuan. Dapat dikatakan rataan kadar air dari hasil penelitian ini lebih tinggi
menurut Eny (2012), untuk benih padi kadar air penyimpanan maksimal yaitu
13%, hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan varietas padi, umur panen dan
perlakuan pada saat panen serta intensitas sinar matahari. Untuk mendapatkan
hasil padi yang berkualitas tinggi memerlukan waktu yang tepat, cara panen yang
benar dan penanganan pasca panen yang baik karena kualitas dan produktivitas
padi yang baik adalah keinginan petani ( Prasetiyo, 2012). Untuk lebih jelas rataan
kadar air gabah pada saat panen dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini.
23
Gambar 4.1 Grafik Kadar Air Gabah Saat Panen
Hasil penelitian menunjukkan rataan kadar air gabah saat prosesing dari
setiap perlakuan dengan suhu ruang rata-rata 300C terrendah terdapat pada W0
yaitu 17,77%, secara statistik lebih rendah dari perlakuan lainnya sedangkan
kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan W7 yaitu 24,96%. Hasil ini
menunjukan bahwa dengan kadar air yang tidak standar dan ruang penyimpanan
yang lembab serta penumpukan gabah dalam wadah/kampil menjelang prosesing
maka akan menyebabkan respirasi yang tinggi sehingga semakin lama menyimpan
atau ditumpuk dalam suatu tempat akan berpengaruh meningkat kadar air gabah.
Hal ini juga meyebabkan adanya pertumbuhan jamur pada gabah, sehingga gabah
tidak layak menjadi benih. Menurut Wahyuni, (2007), mutu benih sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan produksi, teknik budidaya, teknik
penanganan pascapanen dan penyimpanan. Untuk lebih jelas rataan kadar air
gabah pada saat prosesing dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini :
24
Gambar 4.2 Grafik Kadar Air Saat Prosesing
Hasil penelitian menunjukkan rataan kadar air gabah saat pengujian
setelah dijemur yaitu 12,77% secara statistik antar perlakuan tidak berbeda nyata
(P>0.05). Hasil ini sesuai dengan standar kadar air yang direkomendasikan oleh
(ISTA) yaitu dibawah 13%. Kadar air saat pengujian mutu benih disajikan pada
Gamba 4.3.
Gambar 4.3 Grafik Kadar Air Saat Pengujian
25
Viabilitas benih dapat diketahui dengan melakukan pengujian benih,
dengan berbagai metode pengujian benih untuk mendeteksi parameter viabilitas
potensial benih. Pengujian daya berkecambah benih padi digunakan untuk
mendeteksi parameter viabilitas potensial benih. Daya berkecambah atau daya
tumbuh benih adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh normal dan
berproduksi normal pada kondisi lingkungan yang optimum.
Hasil penelitian menunjukkan rataan uji viabilitas/daya kecambah benih
padi tertinggi terdapat pada W0 yaitu 93,00, lebih tinggi dari perlakuan lainnya
dan yang terrendah terdapat pada W7 yaitu 63,67. Dapat dikatan semakin lama
penundaan prosesing menyebabkan viabilitas benih semakin menurun, disebabkan
karena daya kecambah benih menurun sehingga mutu benih tidak bisa
dipertahankan.
Hasil dari penelitian ini sesuai standar (ISTA, 1996) pada perlakuan W0
93,00%, W1 lebih tinggi dari yang direkomendasikan yaitu sebesar 80%. Untuk
lebih jelas rataan uji viabilitas/daya kecambah dapat dilihat pada Gambar 4.4
berikut ini.
Gambar 4.4 Grafik Uji Viabilitas/Daya Kecambah
26
Uji Daya Hantar Listrik (DHL) dilakukan dengan mengukur elektrolit
yang bocor dari jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih.
Pengujian UJi Daya Hantar Listrik (DHL) merupakan salah satu uji vigor yang
prinsipnya berdasarkan integritas membran sel, sehingga benih yang bervigor
tinggi mempunyai integritas membran yang baik, sehingga akan menunjukkan
nilai kebocoran membran (nilai DHL) yang rendah. Sebaliknya benih yang
bervigor rendah akan menunjukkan nilai DHL yang tinggi. Pengukuran DHL
rendah diteliti dan berkorelasi tinggi dengan pertumbuhan bibit di lapang
(ISTA,1996).
Hasil penelitian menunjukkan rataan uji daya hantar listrik tertinggi
terdapat pada perlakuan W7 yaitu 3,68µ mhos cm-2
g1 berbeda nyata (P<0.05)
lebih tinggi dari perlakuan lainnya dan yang terrendah terdapat pada perlakuan W0
2,47µ mhos cm-2
g1 (Tabel 2). Dapat dikatakan semakin lama penundaan waktu
prosesing merusak membran sel dan menyebabkan bocoran benih meningkat
terbukti dengan nilai (DHL) yang tinggi pada perlakuan W7. (Gambar 4.5).
Setiap pengujian, standar tolak ukur untuk mutu kualitas benih berbeda-
beda. Karena itu, komponen-komponen mutu benih yang menunjukkan korelasi
dengan nilai pertanaman benih di lapangan harus dievaluasi dalam pengujian.
Pengujian benih dapat dilakukan mengikuti aturan ISTA (Internasional Seed
27
Testing Association) atau ASOA (Association Official Seed Analisis) dengan
beberapa penyesuaian. Penyesuaian tersebut antara lain penyederhanaan prosedur
pengujian benih, yang salah satunya ialah pengujian mutu fisiologis benih.
Gambar 4.5 Grafik Uji Daya Hantar Listrik
28
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa waktu prosesing untuk
benih padi adalah prosesing langsung saat panen, dengan daya kecambah 93,0%
dan daya hantar listrik terendah 2,47 µ mhos Cm-2
g1.
Penundaan prosesing 1 hari dan 2 hari setelah panen dapat ditoleransi
karena benih yang dihasilkan memiliki daya kecambah lebih besar dari 80%
masih (memenuhi standar mutu benih ISTA). Penundaan 1 hari dan 2 hari dengan
daya kecambah berturut-turut 89,33% dan 85,0% serta daya hantar listrik berturut-
turut 2,67 µ mhos Cm-2
g1
dan 2,85 µ mhos Cm-2
g1.
5.2 Saran
Prosesing benih padi sebaiknya dilakukan setelah panen, kalau terjadi
penundaan hanya ditoleransi satu sampai dua hari saja.
28
29
DAFTAR PUSTAKA
Amin N. 2008. Pengaruh Methylobacterium spp. Terhadap pematahan benih padi
(Oryza sativa L.). [skripsi]. Bogor: Departemen Agronomi dan
Hortikultura Fakultas Pertanian. IPB.
Ance. 2003. Teknologi Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta.
Jakarta.
Arafah. 2009. Pedoman Teknis Perbaikan Kesuburan Lahan Sawah Berbasis
Jerami. Jakarta : PT. Gramedia. 238 hlm.
Bambang, Suprihanto, Darajat, A.A., Satoto, Suwarno, Lubis Erwina, Baehaki, Sudir,
Indrasari S.D., Wardana P.I., Mejana J.M. 2011. Deskripsi Varietas Padi.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Kementerian Pertanian. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Kementerian Pertanian.
Bela D. 2008. Kajian perkembangan dan dormansi pada biji padi (Oryza sativa
L.) varietas Ariza dan Sunggal serta pemecahannya. [tesis]. Medan:
Sekolah Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara.
Eny Widajati, M. Endang., R.P. Endah, K Tatiek, M.R Suhartanto dan Q. Abdul
2012. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. IPB Press.
Hasanah H. 1989. Fisiologi benih. Seed technology trainings for researcher.
Central Research Institute for Food Crops.
S.Ilyas dan W.T.Diarni. 2007. Persistensi dan pematahan dormansi benih pada
beberapa varietas padi gogo. Agrista 11(2):92-101.
Kartasapoetra. 1988. Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina Aksara.
Jakarta.
Mugnisjah dan Setiawan. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Pers.
Jakarta.
Prasetiyo. 2012. Budidaya Padi Sawa TOT (Tanpa Olahan Tanah). Yogyakarta.
Kanisius.
Pratiwi. 2006. Analisis Budidaya Padi Varietas Lokal dengan Masukan Rendah.
Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada.
29
30
Satryas Ilyas. 2012. Ilmu dan Teknologi Benih, Teori dan hasil-hasil Penelitian.
IPB Press.
Siregar dan Hadrian. 1987. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. PT Sastra
Hudaya
Siswoputranto. 1976. Komoditi Ekspor Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia
Sutopo. Lita. 2002. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Wahyuni, S. 2007. Hasil Padi Gogo Dari Dua Sumber Benih Yang Berbeda.
Jurnal Penelitian Tanaman Pangan. 27(3):135-140
Wahyu Qamara Mugnisjah. 2007. Teknologi Benih. Jakarta: Universitas Terbuka.
31
Lampiran 1. Analisis Statistik Kadar Air Gabah Pada Saat Panen.
Data Pengamatan
No Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata
( I II III
1 W0 17.9 17.65 17.75 53.3 17.76
2 W1 17.7 17.75 17.85 53.3 17.76
3 W2 17.7 17.8 17.8 53.3 17.76
4 W3 17.86 17.78 17.66 53.3 17.76
5 W4 17.8 17.7 17.8 53.3 17.76
6 W5 17.95 17.45 17.9 53.3 17.76
7 W6 17.85 17.60 17.85 53.3 17.76
8 W7 17.8 17.85 17.65 53.3 17.76
Jumlah 141.8 141.0 141.8 424.6 53.02
Tabel Analisis Sidik Ragam
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F.
Hitung
F.Tabel
Perlakuan 7 -1,818 -2,598 -7,80ns
1
Galat 16 0.053 0.003
Total 23 0.053
32
Lampiran 2. Analisis Statistik Kadar Air gabah pada saat Prosesing
No Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-
ratA I II III
1 W0 17.90 17.65 17.75 53.30 17.76
2 W1 19.46 19.50 19.48 58.44 19.48
3 W2 19.66 19.65 19.63 58.94 19.64
4 W3 21.45 21.47 21.46 64.38 21.46
5 W4 22.25 22.23 22.22 66.70 22.23
6 W5 23.15 23.08 23. 09 69.34 23.11
7 W6 23.80 23.79 23.79 71.38 23.79
8 W7 24.25 24.28 24.27 72.80 24.26
Jumlah 56.92 56.65 56.71 170,28 56.76
Tabel Analisis Sidik Ragam
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F.
Hitung
F.Tabel
Perlakuan 7 121.26 17.32 305.21** ,000
Galat 16 0.91 0.06
Total 23 122.17
Uji Jarak Berganda Dunca’s
Kuadrat Tenggah Galat = 0.06
Derajat Bebas = 16
Tingkat Kepercayaan = 5%
LSD 0.05 = 0.412
Tabel Uji Lanjutan BNT
Rangkin Perlakuan Rataan n Non Signifikant
Ranges
1 8 24.96 3 h
2 7 23.72 3 g
3 6 23.17 3 f
4 5 22.13 3 e
5 4 21.46 3 d
6 3 20.02 3 c
7 2 19.48 3 b
8 1 17.77 3 a
33
Lampiran 3. Analisis Statistik Kadar Air gabah Saat Pengujian
No Perlakuan Ulangan
Jumlah Rata-rata
I II III
1 W0 12.6 12.8 12.9 38.3 12.76
2 W1 12.85 12.75 12.7 38.3 12.76
3 W2 12.95 12.7 12.65 38.3 12.76
4 W3 12.65 12.85 12.80 38.3 12.76
5 W4 12.9 12.8 12.6 38.3 12.76
6 W5 12.78 12.62 12.98 38.3 12.76
7 W6 12.86 12.79 12.65 38.3 12.76
8 W7 12.52 12.92 12.86 38.3 12.76
Jumlah
Tabel Analisis Sidik Ragam
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F. Hitung F.Tabel
Perlakuan 7 -1.36 -1.95 -1.23ns
1
Galat 16 0.25 0.02
Total 23 0.25
34
Lampiran 4. Analisis Statistik Uji Viabilitas/Daya Kecambah
No Perlakuan Ulangan
Jumlah X I II III
1 W0 92 94 93 279 93
2 W1 89 89 90 268 89
3 W2 85 84 86 255 85
4 W3 79 81 78 238 79.33
5 W4 77 74 75 266 75.33
6 W5 72 69 74 215 71.66
7 W6 65 66 68 199 66,33
8 W7 65 62 64 131 63,66
Jumlah 624 619 628 1871 623.66
Tabel Analisis Sidik Ragam
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F. Hitung F.Tabel
Perlakuan 7 2378.96 339.85 151.04** 0
Galat 16 36 2.25
Total 23 2414.96
Uji Jarak Berganda Dunca’s
Kuadrat Tenggah Galat = 2.25
Derajat Bebas = 16
Tingkat Kepercayaan = 5%
LSD 0.05 = 2.59
Tabel Uji Lanjutan BNT
Rangkin Perlakuan Rataan n Non Signifikant
Ranges
1 1 93 3 a
2 2 89.33 3 b
3 3 85 3 c
4 4 79.33 3 d
5 5 75.33 3 e
6 6 71.67 3 f
7 7 66.33 3 g
8 8 63.67 3 h
35
Lampiran 5. Analisis Statistik Daya Hantar Listrik
No Perlakuan Ulangan
Jumlah X I II III
1 W0 2.42 2.45 2.54 7.41 2.47
2 W1 2.67 2.58 2.76 8.01 2.67
3 W2 2.85 2.86 2.84 8.55 2.85
4 W3 2.95 3.01 2.97 8.94 2.98
5 W4 3.07 3.11 3.15 9.33 3.11
6 W5 3.27 3.29 3.25 9.81 3.27
7 W6 3.46 3.50 3.48 10.14 3.48
8 W7 3.71 3.69 3.64 11.04 3.68
Jumlah 24.4 24.49 24.63 73.52 24.50
Tabel Analisis Sidik Ragam
Sumber
Ragam
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F. Hitung F.Tabel
Perlakuan 7 3.475 0.5 237.38** 0
Galat 16 0.033 0.002
Total 23 3.5
Uji Jarak Berganda Dunca’s
Kuadrat Tenggah Galat = 0.002
Derajat Bebas = 16
Tingkat Kepercayaan = 5%
LSD 0.05 = 0.078
Tabel Uji Lanjutan BNT
Rangkin Perlakuan Rataan n Non Signifikant
Ranges
1 8 3.68 3 h
2 7 3.48 3 g
3 6 3.27 3 f
4 5 3.11 3 e
5 4 2.98 3 d
6 3 2.85 3 c
7 2 2.67 3 b
8 1 2.47 3 a
36
Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan Panen Padi dan Dilanjutkan dengan
Perlakuan Kode W0 langsung Diproses untuk Penelitian.
37
Lampiran 7. Dokumentasi Kegiatan Prosesing Padi dari Perlakuan dengan
Kode W1 sampai W7 dan Pengambilan Sampel dari Kode W0
Sampai W7 untuk Melanjutkan Pengujian di Laboratorium.
38
Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan Pengujian Benih Padi dengan Uji
Viabilitas/Daya Kecambah Benih dan Daya Hantar Listrik
dari Perlakuan kode W0 sampai W7.
top related