pengaruh moralitas individu dan efektivitas...
Post on 02-Feb-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN
EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL
TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN
(Survei pada RSU Kharisma Paramedika Wates)
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Katharina Laboure Lenni Rulliputri Kurniadewi
NIM: 162114016
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
i
PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN
EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL
TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN
(Survei pada RSU Kharisma Paramedika Wates)
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Katharina Laboure Lenni Rulliputri Kurniadewi
NIM: 162114016
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti
untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”
(Kolose 3 : 23)
“Serahkan segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”
(1 Petrus 5 : 7)
“Everyday is a new beginning. Take a deep breath, smile, and start again.”
-Winnie the Pooh-
“Pergerakan kecil, setidaknya bergerak.”
-NKCTHI-
Skripsi ini ku persembahkan kepada:
Tuhan Yesus
Papaku Michael Anang Rudiyanto
Mamaku Maria Ratna Liani
Adikku Francesca Cabrini Nadia Rulliputri
Dosen pembimbing skripsi Ibu Firma Sulistiyowati
Almamater
Serta teman-temanku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS vi
HALAMAN KATA PENGANTAR vii
HALAMAN DAFTAR ISI xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR xiv
HALAMAN DAFTAR TABEL xv
ABSTRAK xvi
ABSTRACK xvii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 6
E. Sistematika Penulisan 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 10
A. Landasan Teori 10
1. Kecenderungan Kecurangan 10
a. Pengertian Kecenderungan 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
b. Pengertian Kecurangan 10
c. Tipe-Tipe Kecurangan 11
d. Jenis-Jenis Kecurangan 11
e. Indikator Pengukuran Kecenderungan Kecurangan 13
f. Faktor Penyebab/ Pendorong Fraud 16
2. Moralitas Individu 19
a. Pengertian Moralitas Individu 19
b. Fokus Utama Teori Kohlberg 20
c. Tahap-Tahap Perkembangan Moral Kohlberg 21
3. Efektivitas Pengendalian Internal 24
a. Pengertian Efektivitas Pengendalian Internal 24
b. Metode Pengendalian Internal 25
c. Jenis-Jenis Pengendalian Internal 27
d. Tujuan Pengendalian Internal 29
e. Komponen Pengendalian Internal 30
f. Keterbatasan Pengendalian Internal 31
B. Penelitian Terdahulu 32
C. Model Penelitian 36
D. Hipotesis Penelitian 36
BAB III METODE PENELITIAN 42
A. Desain Penelitian 42
B. Waktu dan Tempat Penelitian 42
C. Subjek dan Objek Penelitian 43
D. Populasi dan Sampel 43
E. Teknik Pengumpulan Data 44
F. Variabel Penelitian 45
G. Teknik Analisis Data 49
BAB IV GAMBARAN UMUM RSU KHARISMA PARAMEDIKA 53
A. Sejarah Berdirinya RSU Kharisma Paramedika 53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
B. Visi, Misi, Tujuan, dan Motto RSU Kharisma Paramedika 54
C. Lokasi RSU Kharisma Paramedika 55
D. Jenis Pelayanan Kesehatan di RSU Kharisma Paramedika 55
E. Fasilitas Pembayaran Pasien di RSU Kharisma Paramedika 57
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 58
A. Deskripsi Data 58
B. Analisis Data 62
C. Hasil Penelitian dan Interpretasi 79
BAB VI PENUTUP 83
A. Kesimpulan 83
B. Keterbatasan Penelitian 84
C. Saran 85
DAFTAR PUSTAKA 87
LAMPIRAN 89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Penelitian 36
Gambar 5.1 Hasil Uji Normalitas – Histogram 71
Gambar 5.2 Hasil Uji Normalitas – Normal Probability Plot 72
Gambar 5.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas – Scatterplot 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Model Moral Kohlberg 21
Tabel 3.1 Rincian Pertanyaan Negatif dalam Kuesioner Dilema Etika 46
Tabel 5.1 Rincian Penyebaran dan Pengambilan Kuesioner 58
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 59
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 59
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 60
Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan 61
Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja 62
Tabel 5.7 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian 63
Tabel 5.8 Analisis Deskriptif Variabel Moralitas Individu 64
Tabel 5.9 Analisis Deskriptif Variabel Efektivitas Pengendalian Internal 64
Tabel 5.10 Analisis Deskriptif Variabel Kecenderungan Kecurangan 65
Tabel 5.11 Hasil Uji Validitas Data 67
Tabel 5.12 Hasil Uji Reabilitas Data 69
Tabel 5.13 Hasil Uji Normalitas 72
Tabel 5.14 Hasil Uji Multikolinearitas 73
Tabel 5.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas 74
Tabel 5.16 Hasil Uji F Simultan 76
Tabel 5.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) 76
Tabel 5.18 Hasil Uji Signifikansi Variabel (Uji t) 78
Tabel 5.19 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
ABSTRAK
PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN EFEKTIVITAS
PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KECENDERUNGAN
KECURANGAN
(Survei pada RSU Kharisma Paramedika Wates)
Katharina Laboure Lenni Rulliputri Kurniadewi
NIM: 162114016
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2020
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh moralitas individu dan
efektivitas pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan survei. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh karyawan di RSU Kharisma Paramedika Wates.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan skala Likert
5 (lima) poin. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda.
Hasil analisis dan pembahasan dari penelitian ini menunjukkan hipotesis
pertama (H1) diterima, artinya moralitas individu berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan kecurangan. Hasil analisis dan pembahasan dari hipotesis kedua
(H2) diterima, artinya efektivitas pengendalian internal berpengaruh negatif
terhadap kecenderungan kecurangan.
Kata kunci: Moralitas Individu, Efektivitas Pengendalian Internal, Kecenderungan
Kecurangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvii
ABSTRACK
THE EFFECT OF INDIVIDUAL MORALITY AND EFFECTIVENESS OF
INTERNAL CONTROL TOWARD FRAUD TENDENCIES
(A survey at Kharisma Paramedika Wates Hospital)
Katharina Laboure Lenni Rulliputri Kurniadewi
NIM: 162114016
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2020
The study aims to test the effect of the individual morality and the
effectiveness of internal control over fraud tendencies. This research is a
quantitative study with survey method. The population in this study is all employees
of the Kharisma Paramedika Wates Hospital.
The research instruments used are questionnaires with a Likert 5 (five)
points scale. The sampling techniques used are saturation sampling. The data used
in this research are the primary data. The data analysis techniques used in this
study are multiple linear regression analysis.
The results of the analysis and discussion of the study indicates that the first
hypothesis (H1) is accepted, meaning that individual morality has negative effects
on the fraud tendencies. The result of the analysis and discussion of the second
hypothesis (H2) are accepted, meaning that the effectiveness of internal control has
negative effects on the fraud tendencies.
Keywords: individual morality, effectiveness of internal control, fraud tendencies.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, permasalahan mengenai berbagai praktik kecurangan (fraud) masih
menjadi suatu kasus kejahatan yang marak terjadi dan semakin meningkat di
beberapa negara, terutama di negara Indonesia. Pelaku fraud tidak terbatas hanya
pada golongan atas yang memiliki jabatan tetapi juga dapat dilakukan oleh lapisan
pegawai golongan bawah. Suatu bentuk kecenderungan dalam melakukan
kecurangan dapat mengakibatkan kerugian bagi organisasi/ lembaga yang dikelola.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) dalam Fraud Examiners Manual
(2006) yang dikutip Karyono (2013) menjelaskan bahwa fraud merupakan suatu
perbuatan yang berhubungan dengan tindakan yang tidak selaras dengan kondisi
yang sebenarnya dan merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan dengan
unsur kesengajaan yang dapat menyebabkan kerugian bagi banyak pihak, tidak
hanya berupa kerugian finansial namun juga dapat berupa penurunan reputasi suatu
organisasi/ lembaga tertentu.
Suatu tindak kecurangan atau fraud dapat terjadi di sektor swasta maupun
sektor publik. Kegiatan yang berpotensi kecurangan merupakan sebuah tindakan
yang ilegal atau disebut sebagai tindakan yang melawan hukum, oleh sebab itu
kecenderungan dalam melakukan suatu bentuk kecurangan erat kaitannya dengan
etika dan moralitas yang terbentuk. Baucus (1994) dalam Puspasari (2012)
menyatakan bahwa secara umum perilaku ilegal merupakan bagian yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
terpisahkan dari perilaku yang tidak etis dan melawan norma yang berlaku.
Penelitian dari Hernandez dan Groot (2007) dalam Puspasari (2012)
mengemukakan bahwa etika dan lingkungan pengendalian internal merupakan dua
hal yang berkaitan dengan kecenderungan seseorang dalam melakukan suatu tindak
kriminal. Dengan demikian, seseorang dapat dikatakan memiliki moralitas yang
tinggi apabila sikap dan pola perilaku yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-
hari sesuai dengan standar moralitas yang berlaku.
Terdapat beberapa penelitian yang memiliki konsentrasi pada bidang
moralitas dan menggunakan teori perkembangan moral untuk melakukan penelitian
dan peninjauan lebih lanjut terkait intensitas individu dalam melakukan suatu
tindakan yang baik/ buruk sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku. Teori yang
kerap digunakan dalam menganalisis pola perilaku dalam moralitas individu adalah
teori yang membahas mengenai level perkembangan (penalaran) moral Kohlberg.
Kohlberg menjelaskan berbagai hal terkait kecenderungan yang akan dimiliki oleh
suatu individu dalam melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan dilema
etika berdasarkan level penalaran moralnya.
Selain moralitas yang terbentuk pada setiap individu, lemahnya pengawasan
dan pengendalian internal dalam suatu organisasi/ lembaga juga menjadi faktor
penyebab terjadinya kecenderungan untuk melakukan kecurangan. Tunggal (1972),
menyatakan bahwa tindakan kecurangan dapat diakibatkan dan dipengaruhi oleh
munculnya suatu dorongan dari berbagai faktor yang mendasari timbulnya suatu
bentuk kecenderungan untuk melakukan kecurangan yaitu adanya faktor
kelemahan dalam efektivitas sistem pengendalian internal suatu organisasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
moralitas yang terbentuk pada setiap individu, tingkat kejujuran karyawan yang
cenderung rendah serta tingginya peluang dalam organisasi untuk melakukan suatu
bentuk tindak kecurangan.
Hery (2014) menjelaskan bahwa pengendalian internal merupakan suatu
rangkaian atas berbagai prosedur tertentu dalam suatu organisasi yang bertujuan
untuk melakukan pengawasan atas harta kekayaan yang dimiliki perusahaan agar
dapat meminimalisir berbagai kemungkinan timbulnya suatu bentuk kecurangan
yang disengaja maupun tidak sengaja dalam organisasi dengan menjamin berbagai
informasi yang dibutuhkan secara akurat serta memastikan bahwa seluruh
ketentuan hukum yang berlaku dapat ditaati dalam proses pengendalian internal di
suatu organisasi. Suatu bentuk pengendalian internal yang baik dalam organisasi
akan memungkinan organisasi tersebut melakukan pendeteksian sejak dini atas
berbagai faktor pendorong yang berpotensi menimbulkan suatu penyimpangan di
organisasi.
Dari berbagai pemaparan yang telah dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa suatu bentuk kecenderungan kecurangan dapat terjadi di berbagai organisasi
tanpa terkecuali. Hal tersebut berarti bahwa tidak menutup kemungkinan fraud juga
dapat terjadi di lingkungan organisasi sektor publik Badan Layanan Umum (BLU)
dalam rumpun kegiatan penyediaan barang dan atau jasa yaitu Rumah Sakit.
Penelitian yang dilakukan oleh Indonesia Corruption Watch (ICW) di bidang
kesehatan pada tahun 2017 menyebutkan bahwa tren dalam tindakan korupsi
dibidang kesehatan mulai beralih dari korupsi terkait dana obat-obatan bergeser dan
semakin marak pada tindakan korupsi dalam bentuk jaminan dana kesehatan. ICW
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
telah melakukan penelitian dan pemantauan terkait tindak pidana korupsi di sektor
kesehatan pada tahun 2010-2016 dan menemukan berbagai temuan adanya
pergeseran obyek korupsi di sektor kesehatan yang dipengaruhi oleh penerapan e-
katalog dalam pengadaan obat. Sementara, obyek tertinggi dalam kasus korupsi
dibidang kesehatan selama tahun 2010-2016 masih berpatokan pada pemetaan dana
alat-alat kesehatan (Alkes). Selain itu peringkat kasus kecurangan pada obyek
korupsi jaminan kesehatan semakin marak terjadi pasca penerapan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan. Menurut penelitian yang dihasilkan ICW, kasus korupsi terkait jaminan
kesehatan semakin marak dan terus meningkat sehingga menjadikan obyek korupsi
jaminan kesehatan terdapat pada peringkat kedua tertinggi setelah kasus korupsi
terkait dana alat kesehatan (Alkes).
Dalam penelitiannya, ICW menemukan adanya berbagai lembaga dibidang
kesehatan yang melakukan tindak pidana korupsi yaitu Dinas Kesehatan dengan 97
kasus, Rumah Sakit dengan 89 kasus, dan Kementrian Kesehatan sebanyak 12
kasus. ICW juga mengemukakan beberapa faktor yang kerap menjadi penyebab
terjadinya suatu tindak pidana korupsi di sektor kesehatan yaitu adanya sistem tata
kelola anggaran kesehatan yang buruk, rendahnya transparansi dan keterbukaan
terkait dokumen pengadaan barang dan jasa, lemahnya pengendalian terhadap
prosedur pengadaan, serta rendahnya integritas yang dimiliki oleh pejabat yang
berada di sektor kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menduga bahwa pengendalian internal
dan moralitas individu yang terbentuk merupakan dua faktor yang penting dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
sangat berpengaruh terhadap kecenderungan dan indikasi terjadinya tindak
kecurangan dalam suatu organisasi/ lembaga. Oleh sebab itu, peneliti berniat untuk
mengetahui pengaruh dari moralitas individu dan efektivitas pengendalian internal
terhadao kecenderungan kecurangan dalam suatu organisasi terutama di rumpun
organisasi sektor swasta penyediaan barang dan atau jasa di Rumah Sakit Umum
Kharisma Paramedika Wates.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh moralitas individu terhadap kecenderungan kecurangan?
2. Bagaimana pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap
kecenderungan kecurangan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh yang ditimbulkan dari moralitas
individu terhadap kecenderungan kecurangan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh yang ditimbulkan dari
efektivitas pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Organisasi
Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan level penalaran moral
setiap individu dan meningkatkan efektivitas pengendalian internal yang
terbentuk dalam organisasi agar dapat mencegah faktor-faktor yang berpotensi
menyebabkan timbulnya suatu kecenderungan untuk melakukan kecurangan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi, pengetahuan dan
referensi yang memadai mengenai berbagai faktor penyebab timbulnya suatu
kecenderungan kecurangan di Instansi Kesehatan seperti Rumah Sakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
3. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan terkait pengaruh yang ditimbulkan
antara moralitas individu dan efektivitas pengendalian internal yang terbentuk
atas berbagai kemungkinan terjadinya suatu kecenderungan kecurangan dalam
organisasi.
E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab I menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan juga sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka
Bab II berisikan berbagai teori yang digunakan dan berhubungan
dengan kecenderungan kecurangan, moralitas individu dan
efektivitas pengendalian internal yang akan digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan untuk mendukung proses penelitian sampai
dengan pembahasan permasalahan yang akan diteliti.
Bab III Metode Penelitian
Bab III menjelaskan berbagai penjabaran dari desain penelitian,
waktu dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, hingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
pada teknik analisis data yang digunakan dalam proses penelitian
sampai dengan pembahasan masalah yang diteliti.
Bab IV Gambaran Umum RSU Kharisma Paramedika
Bab IV menjelaskan gambaran umum secara garis besar seperti
sejarah berdirinya RSU Kharisma Paramedika, visi, misi, tujuan dan
motto RSU Kharisma Paramedika, lokasi RSU Kharisma
Paramedika, jenis pelayanan kesehatan di RSU Kharisma
Paramedika, dan fasilitas pembayaran pasien di RSU Kharisma
Paramedika.
Bab V Analisis Data Dan Pembahasan
Bab V berisi mengenai deskripsi data, analisis data dan juga
pembahasan masalah yang diteliti.
Bab VI Penutup
Bab VI berisi tentang kesimpulan dari hasil analisis data,
keterbatasan penelitian dan juga saran yang diberikan oleh peneliti
bagi pihak-pihak yang mempunyai keterkaitan dengan terlaksananya
penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kecenderungan Kecurangan
a. Pengertian Kecenderungan
Menurut Fridson (2002) Kata kecenderungan dalam kamus bahasa
indonesia berasal dari kata cenderung. Cenderung memiliki arti tidak tegak
lurus, condong, maupun miring ke arah yang dituju. Kecenderungan
berarti kecondongan, kesudian, keinginan, ataupun kesukaan hati
seseorang atas sesuatu.
Kecenderungan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau minat
seseorang terhadap suatu hal pada kurun waktu tertentu, namun hal
tersebut belum terealisasikan. Kecenderungan dapat digunakan untuk
meramalkan atau memprediksi suatu kondisi yang akan terjadi di masa
mendatang.
b. Pengertian Kecurangan
Menurut Karyono (2013) Kecurangan merupakan suatu kegiatan melawan
hukum yang bertujuan untuk mengambil maupun mencuri harta yang
dimiliki oleh organisasi. Kecurangan dapat dilakukan oleh pihak
manajemen maupun karyawan yang merupakan pihak internal dalam
organisasi dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sepihak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
berakibat pada berkurangnya harta/ asset dalam organisasi serta dapat
menjatuhkan reputasi organisasi yang bersangkutan.
c. Tipe-tipe Kecurangan
Karyono (2013: 1) menjelaskan bahwa pelaku kecurangan dapat berasal
dari dalam organisasi (internal) maupun dari luar organisasi (eksternal).
Kecurangan internal merupakan suatu bentuk tindakan menyimpang yang
dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam organisasi
seperti manajer dan karyawan terhadap organisasi yang bersangkutan.
Sedangkan kecurangan eksternal merupakan suatu bentuk tindak
kecurangan yang dilakukan oleh pihak-pihak dari luar organisasi yang
berdampak pada kerugian organisasi yang bersangkutan.
d. Jenis-Jenis Kecurangan
Examination Manual 2006 dari Association of Certified Fraud Examiners
dalam Karyono (2013: 17) mengategorikan fraud dalam tiga kategori
utama yaitu.
1) Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial Statement)
Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan suatu bentuk
kesalahan dalam penyajian suatu laporan keuangan yang dilakukan
dengan niat yang kuat secara sengaja dan bertujuan untuk menipu para
pengguna laporan keuangan.
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pengaturan laba dan
perataan laba (income smoothing). Pengaturan laba merupakan
tindakan yang dilakukan manajemen untuk meningkatkan maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
mengurangi laba yang dilaporkan sehingga dapat memenuhi tujuan
jangka panjang perusahaan. Sedangkan perataan laba merupakan
suatu aktivitas manajemen yang disengaja dengan melakukan
penukaran hasil pendapatan dan beban dalam suatu entitas pada
beberapa periode untuk membentuk suatu cadangan laba yang
diharapkan dapat digunakan untuk mengurangi fluktuasi laba dan
memanipulasi jumlah laba tersebut pada periopede mendatang.
2) Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)
Merupakan suatu bentuk kecurangan akuntansi yang erat kaitannya
dengan kegiatan penghilangan secara sengaja atau pencurian asset
dalam suatu entitas. Penyalahgunaan asset pada umumnya dilakukan
oleh pegawai yang memiliki strata atau tingkatan lebih rendah dalam
suatu entitas, namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan juga
dapat dilakukan oleh manajemen puncak maupun orang yang
memiliki kedudukan lebih tinggi dalam entitas yang bersangkutan.
3) Korupsi (Corruption)
Secara umum korupsi merupakan suatu tindak penyalahgunaan
kepercayaan yang berasal dari individu dan menyebabkan kerugian
bagi beberapa pihak dengan tujuan untuk mendapatkan suatu
keuntungan pribadi/kelompok. Suatu bentuk korupsi dapat
digolongkan atas pertentangan kepentingan (conflict of interest),
penyuapan (bribery), pemberian tidak sah (illegal gratuities), dan
pemerasan ekonomi (economic exortion).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
e. Indikator Pengukuran Kecenderungan Kecurangan
Indikator yang digunakan untuk melakukan pengukuran terkait
kecenderungan kecurangan dikutip dari upaya tata kelola pencegahan
kecurangan menurut Tunggal (2005) yaitu.
1) Ciptakan iklim budaya jujur, keterbukaan, dan saling membantu.
Lingkungan pengendalian anti fraud yang efektif harus didasarkan
pada nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan sehingga dapat
mendukung berbagai perilaku yang dapat diterima serta nilai-nilai
yang dapat digunakan untuk mengatur tingkah laku/ tindakan
individu. Nilai-nilai yang dianut tersebut akan membantu perusahaan
dalam menciptakan budaya jujur, keterbukaan, dan saling membantu
antar sesama individu dalam perusahaan.
2) Proses rekrutmen yang jujur.
Proses rekrutmen merupakan langkah awal dalam memilih dan
memilah para calon pegawai secara ketat dan efektif untuk
meminimalisir dan menghindari kemungkinan perusahaan dalam
mempekerjakan pegawai yang memiliki tingkat kejujuran rendah.
Proses rekrutmen tersebut harus dilaksanakan secara wajar dan
jujur sehingga dapat terhindar dari tindak nepotisme serta dapat
membangun lingkungan pengendalian yang positif. Oleh karenanya,
hanya calon pegawai yang memenuhi ketentuan tertentu yang dapat
diterima dan dipekerjakan dalam suatu perusahaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
3) Pelatihan fraud awareness.
Kesadaran akan suatu tindak kecurangan tidak dapat dilakukan secara
instan. Proses pelatihan dalam menumbuhkan kesadaran serta
kewaspadaan terhadap kecurangan harus diimbangi dengan pelatihan
yang disesuaikan terhadap tanggung jawab pekerjaan masing-masing
individu.
Pelatihan fraud awareness diharapkan mampu meningkatkan
kualitas pegawai dalam melaksanakan berbagai tugas dan pekerjaan
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan agar dapat
meminimalisir berbagai kesalahan yang timbul akibat dari faktor
kesengajaan maupun ketidak sengajaan.
4) Lingkup kerja yang positif.
Lingkungan kerja yang positif mampu mengurangi kemungkinan
terjadinya suatu kecenderungan kecurangan dalam perusahaan. Hal
ini dapat terjadi karena dalam lingkungan yang positif, pengakuan dan
sistem pemberian penghargaan (reward) atas hasil kerja dapat
meningkatkan semangat kerja para pegawai sehingga dapat
meminimalisir kemungkinan terjadinya kecenderungan untuk
melakukan suatu bentuk kecurangan yang dapat merugikan
perusahaan.
5) Kode etik yang jelas, mudah dimengerti, dan ditaati.
Kode etik merupakan suatu sistem norma, nilai dan juga aturan
profesional tertulis dalam perusahaan dan dinyatakan dalam berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
kriteria tertentu yang secara tegas menyatakan berbagai perbuatan
benar yang diperbolehkan maupun perbuatan dilarang yang harus
dihindari.
Kode etik atau aturan tertulis ini harus disosialisasikan dan
disetujui oleh semua pihak yang terlibat dalam perusahaan. Sanksi
tegas akan diberikan terhadap berbagai pelanggaran yang dilakukan
atas kode etik yang berlaku.
6) Program bantuan kepada pegawai yang mendapat kesulitan.
Kecenderungan kecurangan dapat terjadi akibat dari permasalahan
pribadi yang dialami oleh setiap individu dalam organisasi. Berbagai
permasalahan yang menemui jalan buntu akan mendorong
kecenderungan individu untuk melakukan suatu bentuk tindak
kecurangan.
Oleh karena itu, program bantuan dan perhatian yang diberikan
oleh perusahaan dapat meringankan beban individu yang
bersangkutan sehingga dapat mencegah terjadinya kecenderungan
kecurangan dan meminimalisir kerugian yang mungkin terjadi dalam
perusahaan.
7) Tanamkan kesan bahwa setiap tindakan kecurangan akan
mendapatkan sanksi yang setimpal.
Strategi yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya
kecenderungan kecurangan adalah dengan menanamkan kesan bahwa
setiap tindakan kecurangan akan mendapatkan sanksi dan efek jera
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
atas perbuatannya sehingga kecenderungan untuk melakukan
berbagai penyimpangan dapat dicegah dan diminimalisir sejak dini.
Strategi ini memerlukan kerja sama yang kuat antar setiap
bagian dalam perusahaan agar seluruh pegawai termasuk pembuat
kebijakan dapat melakukan berbagai tugas dan tanggung jawab secara
baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan bersama dalam
perusahaan.
f. Faktor Penyebab/ Pendorong Fraud – Fraud Diamond Theory
1) Pengertian Fraud Diamond Theory
Fraud diamond theory merupakan sebuah teori yang berkaitan dan
merupakan teori penyempurnaan dari fraud triangle theory. Teori
berlian menambahkan satu elemen dalam rumusan teori segitiga
kecurangan yaitu elemen capability atau kemampuan. Ristianingsih
(2017) memberikan pandangan bahwa elemen capability ini
merupakan suatu elemen yang diyakini memiliki pengaruh yang kuat
terhadap kecurangan (fraud) selain ketiga elemen lain yang sudah
terdapat pada fraud triangle theory yaitu tekanan (pressure),
kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rasionalization).
2) Elemen dalam Fraud Diamond Theory
a) Tekanan (pressure)
Kecurangan dapat terjadi karena adanya dorongan yang kuat pada
karyawan (employee fraud) dan manajer (management fraud)
yang dapat terbentuk karena adanya tekanan keuangan yang pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
umumnya berupa dorongan untuk melakukan gaya hidup mewah
yang tidak sesuai dengan kemampuan perolehan pendapatan yang
tidak memadai, terikat banyak hutang, keserakahan dan berbagai
kebutuhan yang tidak terduga. Tekanan yang lain adalah adanya
tekanan dari lingkungan kerja yang timbul karena adanya
perasaan tidak puas dan kurang dihargai dalam pekerjaan, selain
itu kebiasaan buruk juga dapat menjadi pencetus terjadinya
dorongan untuk melakukan fraud seperti kecanduan narkoba,
obat-obatan terlarang, judi dan lain sebagainya.
b) Kesempatan (opportunity)
Peluang/ kesempatan yang terbuka lebar untuk melakukan suatu
bentuk tindak kecurangan dapat dengan mudah memungkinkan
terjadinya suatu kecenderungan untuk melakukan suatu tindak
kecurangan. Munculnya peluang/ kesempatan dapat terjadi akibat
dari lemahnya pengendalian internal dalam suatu organisasi
dalam upaya untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan. Selain
itu lemahnya sanksi dan ketidakmampuan pihak manajemen
dalam menilai kualitas kinerja karyawan juga berpengaruh pada
tingginya peluang untuk melakukan suatu kecurangan dalam
organisasi.
Elemen kesempatan ini lebih menekankan pada kasus
penyalahgunaan wewenang sehingga elemen kesempatan
merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
digunakan dalam upaya mencegah dan meminimalisir terjadinya
risiko fraud dengan melakukan penerapan pengendalian interal
yang efektif dalam organisasi serta melakukan deteksi sejak dini
terhadap kecenderungan terjadinya fraud.
c) Rasionalisasi (rasionalization)
Rasionalisasi atau pembenaran merupakan unsur yang terpenting
dalam kemungkinan terjadinya suatu fraud karena pelaku akan
selalu mencari dan membuat alasan yang kuat untuk
mendapatkan pembenaran atas tindakan yang dilakukan. Upaya
pembenaran tersebut dapat terjadi karena pelaku merasa memiliki
jabatan dan kekuasaan yang tinggi dalam organisasi sehingga
merasa berhak menerima lebih banyak dari yang telah diterima,
pelaku merasa tindakan yang dilakukan adalah tindakan yang
wajar dan lumrah dilakukan dalam lingkungan kerjanya, pelaku
menganggap bahwa tindakan kecurangan yang dilakukan
memiliki tujuan yang baik.
d) Kemampuan (capability)
Menurut Wolfe dan Hermanson (2004) dalam Ristianingsih
(2017) terdapat banyak kasus kecurangan yang bernominal besar
hingga miliaran dolar. Kecurangan dalam nominal dan angka
yang besar tidak mungkin dapat terjadi apabila tidak ada pihak
tertentu dengan kewenangan khusus yang membuka peluang bagi
timbulnya suatu kecurangan (fraud) dalam organisasi. Elemen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
kemampuan (capability) berkaitan erat dengan peranan pihak
tertentu dalam suatu organisasi terutama pihak-pihak yang
memiliki jabatan tinggi atau kapasitas khusus sehingga dapat
menemukan berbagai celah untuk mengenali peluang dan
memanfaatkan berbagai kesempatan yang ada untuk melakukan
suatu tindak kecurangan (fraud) dalam organisasi yang
bersangkutan.
2. Moralitas Individu – Teori Kohlberg
a. Pengertian Moralitas Individu
Menurut Duska (1982) teori moralitas merupakan suatu bentuk
perwujudan atas sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh individu
berdasarkan norma dan nilai hukum yang berlaku sesuai dengan kondisi
lingkungan masing-masing individu. Lebih lanjut, seorang individu
dikatakan memiliki moralitas yang baik adalah ketika individu tersebut
mampu hidup dengan menaati berbagai norma dan nilai hukum yang
berlaku di lingkungannya.
Sedangkan menurut Lawrence Kohlberg (dalam Duska, 1982)
tahapan perkembangan teori terkait moralitas merupakan suatu bentuk
tolok ukur dalam mengidentifikasi tinggi/ rendahnya tahapan
perkembangan moral atas perilaku yang ditimbulkan berdasarkan level
penalaran moral yang timbul pada setiap individu. Teori perkembangan
moralitas individu merepresentasikan bahwa level penalaran moral yang
dimiliki oleh setiap individu akan memengaruhi perilaku etis yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
ditimbulkan, perilaku yang ditunjukkan oleh individu dengan level
penalaran moral tinggi akan jauh berbeda dengan individu yang memiliki
level penalaran moral rendah dalam menghadapi suatu dilema etika. Hal
ini menunjukkan bahwa semakin tinggi level penalaran moral individu
akan memperkecil kemungkinan individu tersebut dalam melakukan suatu
kecenderungan kecurangan, sebaliknya suatu kecenderungan untuk
melakukan tindak kecurangan akan semakin tinggi ketika level penalaran
moral yang dimiliki oleh setiap individu cenderung lebih rendah.
Lawrence Kohlberg (dalam Duska, 1982) menyatakan bahwa setiap
individu akan melalui berbagai tahap perkembangan moralnya dengan
tahapan dan urutan yang sama meskipun upaya yang dilakukan oleh setiap
individu dalam mencapai tahap perkembangan tersebut berbeda.
b. Fokus Utama Teori Kohlberg
Lawrence Kohlberg (dalam Duska, 1982) mengarahkan fokus
pandangannya pada penalaran moral yang merupakan dasar dari setiap
perilaku etis yang dilakukan oleh masing-masing individu. Kohlberg
berasumsi bahwa sebuah kematangan moral datang dari penalaran pikiran
yang digunakan untuk mempertimbangkan berbagai alasan kuat suatu
individu dalam menentukan baik/ buruknya suatu tindakan.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh
Kohlberg sendiri bahwa suatu bentuk kematangan moral tidak dapat
ditentukan berdasarkan pada tingkah laku moral yang diperlihatkan pada
setiap individu maupun pada pendapat orang lain terkait tindakan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
dilakukan termasuk dalam tindakan yang baik/ buruk. Karena hal yang
membedakan suatu individu telah mencapai kedewasaan dan kematangan
dalam sikap dan pemikiran hanya dapat didasarkan pada kemampuan suatu
individu dalam mempertimbangkan penalaran moral dengan memberikan
berbagai penjelasan dan alasan yang masuk akal untuk menentukan baik/
buruknya suatu tindakan yang dilakukan.
c. Tahap-tahap Perkembangan Moral Kohlberg
Dalam penelitiannya, Kohlberg mengidentifikasi berbagai perspektif yang
digunakan sebagai dasar dalam penentuan tahap-tahap perkembangan
moralnya. Duska (1982: 59) mengklasifikasikan adanya enam tahap
perkembangan moral yang digolongkan menjadi dua tahap dan dibedakan
dalam tiga tingkatan (level) berbeda yaitu tingkatan pra-konvensional,
tingkatan konvensional dan tingkatan pasca-konvensional. Tabel berikut
menunjukkan tahap perkembangan moral dalam model moral Kohlberg.
Tabel 2.1 Model Moral Kohlberg
Sumber: Duska (1982)
Tingkatan Tahapan Keterangan
3 Pasca-konvensional 6 Orientasi prinsip etika
universal
5 Orientasi kontrak sosial
legalitis
2 Konvensional 4 Orientasi hukum dan
ketertiban
3 Orientasi kesepakatan antar
pribadi atau orientasi “anak
manis”
1 Pra-konvensional 2 Orientasi relativis
instrumental
1 Orientasi hukuman dan
kepatuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
Berdasarkan Tabel 2.1 tingkatan yang paling rendah adalah tingkat pra-
konvensional, pada tingkatan ini kepekaan individu terhadap peraturan
mulai terbentuk dan mulai dapat membedakan berbagai perbandingan atas
baik/ buruk maupun benar/ salah suatu tindakan berdasarkan sudut
pandang dari akibat yang akan ditimbulkan atas berbagai tindakan yang
dilakukan. Tingkatan Pra-konvensional dibagi dalam dua tahap
perkembangan yaitu.
1) Tahap 1 – Orientasi hukuman dan kepatuhan
Merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menghindari hukuman
dan berusaha untuk mematuhi hukum yang berlaku. Hal ini terjadi karena
adanya pandangan bahwa baik/ buruknya suatu tindakan ditentukan
berdasarkan berbagai akibat fisik yang ditimbulkan.
2) Tahap 2 – Orientasi relativis instrumental
Perbuatan benar pada tahap ini berorientasi pada suatu upaya untuk
memprioritaskan kepentingan pribadi maupun orang lain dalam
melakukan suatu tindakan. Hal tersebut dapat didasarkan pada tindakan
yang saling menguntungkan dan bersifat timbal-balik antar individu.
Tingkatan kedua merupakan tingkat konvensional. Pada tingkat ini
individu akan berfokus dan mendasarkan tindakannya pada persetujuan
dari orang sekitar maupun norma yang berlaku di masyarakat. Sikap yang
terbentuk pada tingkat konvensional akan membentuk individu untuk
memiliki sikap yang berorientasi pada kesetiaan, memberikan
perlindungan, serta dapat menyesuaikan diri sesuai dengan harapan pihak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
pihak yang bersangkutan. Terdapat dua tahap lanjutan dalam tingkatan
konvensional yaitu.
3) Tahap 3 – Orientasi kesepakatan antar pribadi atau orientasi “anak manis”
Pada tahap ini individu akan mendasarkan tindakan atas persetujuan orang
sekitar untuk mendapatkan gambaran mengenai tindakan yang baik
berdasarkan niat dalam diri individu. Ungkapan “bermaksud baik”
merupakan suatu hal yang penting dan merupakan hal pertama yang akan
dipikirkan oleh setiap individu dalam memupuk niat untuk bersikap baik.
Sedangkan ungkapan “bersikap manis” memiliki intensi yang kuat sebagai
penentu diterimanya niat baik suatu individu dalam lingkungan yang
bersangkutan.
4) Tahap 4 – Orientasi hukum dan ketertiban
Pada tahap ini individu mendasarkan tindakannya pada norma yang
berlaku di masyarakat. Tahapan ini memungkinkan individu untuk
senantiasa memelihara ketertiban sosial dengan menaati berbagai
kewenangan hukum dan peraturan yang berlaku.
Tingkatan tertinggi dalam level moral Kohlberg adalah tingkat pasca-
konvensional. Tingkatan ini digunakan sebagai sarana untuk memahami
serta melaksanakan berbagai nilai berlandaskan prinsip moral yang
berlaku. Tahapan pada tingkat pasca-konvensional meliputi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
5) Tahap 5 – Orientasi kontrak sosial legalitis
Pada tahap ini individu cenderung memahami bahwa perbuatan yang baik
merupakan suatu tindakan yang telah diuji secara kritis dan telah
disepakati oleh seluruh masyarakat.
6) Tahap 6 – Orientasi prinsip etika universal
Tahap ini berkaitan erat dengan keputusan hati nurani yang berhubungan
dengan prinsip keadilan, pertukaran hak, keselarasan hak asasi manusia
dan penghormatan atas martabat manusia meskipun hal tersebut
bertentangan dengan hukum yang berlaku.
3. Efektivitas Pengendalian Internal
a. Pengertian Efektivitas Pengendalian Internal
COSO (2013) menjelaskan pengertian dari pengendalian internal sebagai
berikut.
“internal control is process, effected by an entity’s board of directors,
management and other personnel designed to provide reasonable
assurance regarding the achievement of objective relating to operations,
reporting and complience.”
Berdasarkan kutipan tersebut, pengendalian internal merupakan
suatu proses pengawasan, pengelolaan maupun pengoperasian yang
melibatkan dewan komisaris, pihak manajemen, dan elemen lain dalam
perusahaan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang memadai
terkait efektivitas operasional dalam perusahaan, sistem pelaporan
keuangan yang andal dan kredibel, serta penerapan sikap disiplin dan
ketaatan setiap elemen dalam perusahaan terhadap berbagai ketentuan
yang berlaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
b. Metode Pengendalian Internal
Karyono (2013) merancang suatu metode pengendalian internal yang
dijelaskan dalam lima kelompok pengendalian dalam mencegah
kemungkinan terjadinya suatu kecenderungan kecurangan dalam
organisasi yaitu.
1) Pengendalian Organisasi (Organizational Control)
Suatu aktivitas dalam organisasi dalam mengatur pelaksanaan kinerja
dan perencanaan kinerja dalam organisasi yang bertujuan untuk
mencapai keberhasilan tujuan utama yang ingin diraih organisasi.
Pengendalian organisasi digolongkan dalam tiga jenis pengendalian
yaitu pengendalian strategis, pengendalian operasional, dan
pengendalian manajemen.
Pengendalian strategis merupakan suatu langkah dalam
melakukan penilaian dan pengevaluasian strategi organisasi yang
telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan agar dapat meningkatkan
maupun menganalisis ulang strategi yang telah ditetapkan demi
keberlangsungan jangka panjang organisasi. Pengendalian
operasional merupakan proses penilaian kinerja yang dilakukan
dengan membandingkan kualitas kinerja individu dalam organisasi
dengan keterlibatan individu dalam organisasi yang telah ditentukan
pada rencana organisasi. Sedangkan Pengendalian manajemen
merupakan suatu metode yang digunakan dalam upaya pencapaian
tujuan organisasi secara keseluruhan untuk melihat kesesuaian strategi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
utama yang telah dirancang dan dijalankan oleh organisasi dengan
pencapaian yang telah direalisasikan dari rencana jangka menengah
organisasi.
2) Pengendalian Operasi (Operational Control)
Suatu aktivitas yang dilakukan dengan menentukan berbagai sumber
daya yang akan dialokasikan dalam memenuhi kebutuhan dan rencana
organisasi, kemampuan sumber daya dalam memenuhi kebutuhan
organisasi pada masa berjalan dan melakukan evaluasi serta
penganalisisan rencana.
Rencana yang telah berjalan dan sesuai dengan tujuan
perusahaan tidak memerlukan perubahan yang signifikan sehingga
hanya perlu melakukan peningkatan kualitas kinerja, sedangkan
rencana yang gagal memenuhi target organisasi akan dievaluasi dan
dianalisis ulang untuk menunjang keberhasilan tujuan organisasi
dimasa mendatang.
3) Pengendalian Personalia (Control for Personal Management)
Sebuah kegiatan dalam organisasi yang berfungsi untuk mengelola
berbagai sumber daya yang akan dialokasikan dalam organisasi
bersangkutan. Fokus utama dalam pengendalian personalia adalah
upaya untuk melakukan pengendalian atas sumber daya manusia yang
terlibat dalam proses pencapaian tujuan organisasi. Sumber daya
manusia yang diatur dalam oleh manajemen personalia berkaitan
dengan database karyawan, sistem penggajian, keakuratan data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
absensi, pencatatan cuti tahunan, filling dokumen, rekrutmen, dan
pembayaran benefit lainnya.
4) Pengendalian Review (Review Control)
Suatu sistem dalam pengendalian internal yang bertujuan untuk
melakukan pengecekan dan melindungi kebijakan dalam organisasi
dari berbagai kesalahan yang bersumber dari sumber daya manusia
yang ada dan meminimalisir kemungkinan terjadinya suatu kesalahan
dan penyimpangan yang berisiko tinggi dapat terjadi dalam
organisasi.
5) Pengendalian melalui fasilitas dan peralatan (Facilities and
Equipment Control)
Bentuk pengawasan dalam internal organisasi yang berhubungan
dengan tingkat pemeliharaan persediaan dan fasilitas yang dimiliki
oleh organisasi tersebut. Pengendalian fasilitas juga dapat digunakan
untuk menunjang keberlanjutan kegiatan perusahaan atas efektivitas
fasilitas yang dihasilkan selama proses pelaksanaan dan pencapaian
tujuan organisasi. Kebijakan yang ditetapkan dalam fasilitas dan
peralatan dapat digunakan untuk menganalisis dan menghindarkan
organisasi dari berbagai risiko kecurangan yang mungkin terjadi.
c. Jenis-jenis Pengendalian Internal
Karyono (2013) mengategorikan pengendalian internal dalam lima
komponen yang berbeda yaitu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
1) Pengendalian Preventif (preventive controls)
Suatu bentuk upaya yang digunakan oleh pihak manajemen dalam
melakukan pengawasan dan pengendalian untuk mencegah dan
menanggulangi suatu permasalahan sejak dini sebelum pada akhirnya
permasalahan tersebut terjadi dalam suatu perusahaan dengan cara
melakukan pemisahan fungsi tugas, pemeriksaan keandalan data,
akurasi perhitungan, dan sebagainya.
2) Pengendalian Detektif (detective controls)
Upaya yang dilakukan untuk melakukan pendeteksian terhadap
kemungkinan terjadinya suatu permasalahan yang potensial dalam
perusahaan dengan melakukan pemantauan terhadap aktivitas
operasional perusahaan, melaksanakan pengauditan secara berkala,
dan sebagainya.
3) Pengendalian Korektif (corrective controls)
Merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk melakukan
perbaikan atas permasalahan yang berdampak pada kegagalan
pencapaian tujuan organisasi yang telah diidentifikasi pada tahap
pengendalian preventif dan detektif.
4) Pengendalian Langsung (directive controls)
Upaya yang digunakan untuk menjamin kesesuaian pelaksanaan
kegiatan pada tujuan awal perusahaan dengan melakukan pengamatan
aktivitas perusahaan ketika kegiatan tersebut sedang berjalan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
5) Pengendalian Kompensatif (compensative controls)
Upaya pengendalian yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas
pengendalian atas suatu kegiatan dalam pengendalian yang
terbengkalai.
d. Tujuan Pengendalian Internal
Arens (2014: 340) menjelaskan terdapat tiga tujuan umum dalam
menyusun pengendalian internal yang terdiri dari.
1) Reliabilitas pelaporan keuangan
Secara harfiah, kata reabilitas menggambarkan keandalan informasi
dan suatu hal yang dapat dipercaya kebenarannya. Dalam melakukan
suatu kegiatan pelaporan keuangan, manajemen berhak untuk
memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan tersebut dapat
dipercaya dan diandalkan bagi para pengguna informasi laporan
keuangan. Selain itu, manajemen juga wajib melakukan pemantauan
terkait kesesuaian penyajian laporan keuangan dengan standar
pelaporan keuangan yang berlaku umum agar informasi yang
disampaikan dapat disajikan secara wajar dan dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya.
2) Efisiensi dan efektivitas operasi
Tujuan dari pengendalian internal adalah untuk mendapatkan
informasi atas pelaksanaan operasi dan penggunaan sumber daya yang
efisien dan efektif dalam suatu organisasi. Suatu pengendalian internal
yang efisien belum tentu efektif, begitu pula sebaliknya. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
bertujuan untuk memperoleh informasi yang akurat terkait dengan
aktivitas dan operasi dalam perusahaan yang akan digunakan oleh
pihak manajemen untuk menunjang proses pengambilan keputusan
dalam suatu organisasi.
3) Ketaatan pada hukum dan peraturan
Sebuah kegiatan yang mewajibkan setiap organisasi untuk
memastikan dipatuhinya berbagai hukum dan peraturan yang berlaku
dalam lingkup keuangan maupun non-keuangan.
e. Komponen Pengendalian Internal
Kerangka pengendalian internal yang dikeluarkan oleh COSO (2013)
mencakup lima komponen pengendalian yaitu.
1) Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan Pengendalian mengarahkan seluruh pemimpin dan
pemangku kepentingan dalam suatu instansi untuk menciptakan dan
memelihara lingkungan organisasi yang positif untuk menunjang
efektivitas pengendalian inten dan menciptakan manajemen yang
sehat.
2) Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Upaya pengendalian internal yang dilakukan dengan memberikan
suatu bentuk penilaian dalam rangka meminimalisir terjadinya
kemungkinan kejadian yang berisiko terhadap pencapaian tujuan
organisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
3) Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Kegiatan yang dilakukan untuk memastikan tercapainya suatu
pelaksanaan yang efektif dari pedoman dan arahan yang telah
diberikan oleh pimpinan dalam organisasi yang bersangkutan.
4) Informasi dan Komunikasi (Information & Communication)
Segala bentuk informasi yang ada harus dicatat dan dilaporkan kepada
pimpinan instansi dan berbagai pihak yang berkepentingan. Informasi
tersebut digunakan untuk proses pengambilan keputusan dan
disebarluaskan dalam bentuk dan waktu yang tepat.
5) Pengawasan (Monitoring)
Sebuah proses penilaian kualitas kinerja secara berkala yang
dilakukan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah dan
proses tindak lanjut atas rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya.
f. Keterbatasan Pengendalian Internal
Menurut Hery (2014) keterbatasan pengendalian internal dapat disebabkan
oleh dua faktor pendukung yaitu.
1) Sumber Daya Manusia
Dalam suatu organisasi, faktor sumber daya manusia menjadi salah
satu faktor utama dalam melaksanakan suatu sistem pengendalian
yang efektif. Sikap yang dimiliki manusia dapat memberikan dampak
positif sekaligus dampak negatif dalam penerapan suatu sistem
pengendalian internal. Sikap yang baik akan mendukung
terlaksananya suatu pengendalian yang optimal dalam organisasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
namun sikap yang tidak baik seperti kelelahan, ceroboh, bersikap acuh
tak acuh akan membuat suatu sistem pengendalian internal dalam
organisasi menjadi tidak efektif.
2) Ukuran Perusahaan
Besar/ kecilnya skala perusahaan akan memengaruhi efektivitas suatu
pengendalian internal yang dilaksanakan. Perusahaan dengan skala
yang kecil akan mengalami kesulitan dalam menerapkan pembagian
tugas dan pengecekan internal. Hal ini disebabkan karena adanya
keterbatasan jumlah pegawai dalam suatu perusahaan.
B. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Zulfikar (2017) menjelaskan bahwa moralitas aparat berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan, hal ini berarti bahwa
semakin tinggi moralitas aparat yang terbentuk, maka kecenderungan untuk
melakukan suatu bentuk kecurangan pada SKPD Kabupaten Sinjai akan menurun
secara signifikan. Pengendalian internal berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kecenderungan kecurangan, hal ini memiliki makna bahwa semakin tinggi
efektivitas pengendalian internal yang diterapkan pada suatu instansi akan dapat
mengurangi kecenderungan kecurangan yang mungkin dilakukan oleh aparat.
Kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat kompensasi
di SKPD Kabupaten Sinjai maka kecenderungan kecurangan yang mungkin terjadi
dapat menurun. Berbeda dengan hasil perumusan ketiga hipotesis sebelumnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
asimetri informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan yang berarti bahwa asimetri informasi yang tinggi akan memperbesar
kemungkinan terjadinya suatu kecenderungan kecurangan di SKPD Kabupaten
Sinjai.
Penelitian Korompis, Saerang, dan Morasa (2018) menjelaskan berbagai
pengaruh yang ditimbulkan dari faktor moralitas individu, asimetri informasi, dan
keefektifan pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa moralitas individu dan keefektifan
pengendalian internal berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan
kecurangan artinya semakin tinggi level penalaran moral suatu individu dan
semakin efektif pengendalian internal yang diterapkan maka kemungkinan untuk
terjadi suatu kecenderungan kecurangan akan semakin rendah. Sedangkan asimetri
informasi memiliki hasil yang berbeda dengan kedua variabel lainnya yaitu asimetri
informasi berpengaruh signifikan positif terhadap kecenderungan kecurangan, hal
ini memiliki arti bahwa asimetri informasi yang tinggi akan menyebabkan
kecenderungan kecurangan semakin marak terjadi.
Penelitian yang dilakukan Putra dan Latrini (2018) menjelaskan bahwa suatu
bentuk kecenderungan untuk melakukan kecurangan (fraud) dapat dihindari dengan
menerapkan pengendalian internal yang efektif dalam organisasi, meningkatkan
budaya organisasi yang baik sehingga dapat membentuk pola pikir setiap individu
untuk memiliki sense of belonging (rasa ikut memiliki) dan sense of identity (rasa
bangga sebagai bagian dari organisasi) agar dapat menutup berbagai peluang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
timbul bagi individu untuk melakukan fraud. Selain itu, moralitas tinggi pada setiap
individu akan mendorong masing-masing pribadi untuk menentukan perilaku
maupun tindakan yang sesuai dengan level penalaran moralnya dalam menghadapi
suatu dilema etika sehingga akan terhindar dari berbagai kecenderungan untuk
melakukan suatu bentuk kecurangan (fraud). Hal ini dapat dilihat dari hasil
penelitian Putra dan Latrini (2018) yang menunjukkan bahwa pengendalian
internal, budaya organisasi dan moralitas berpengaruh negatif pada kecenderungan
kecurangan di LPD se-Kabupaten Gianyar. Hasil tersebut memiliki makna bahwa
semakin tinggi dan baik pengendalian internal, budaya organisasi dan moralitas
yang dimiliki oleh Kepala LPD se-Kabupaten Gianyar maka kecenderungan untuk
melakukan suatu kecurangan semakin rendah dan menurun.
Terdapat berbagai persamaan dan juga perbedaan yang ditemukan setelah
membaca dan mempelajari penelitian terdahulu yang telah ditulis dan diteliti oleh
Zulfikar (2017), Korompis (2018) dan Putra (2018). Persamaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu yaitu kesamaan dalam meneliti dua faktor yang
berpengaruh terhadap kecenderungan dalam melakukan kecurangan (fraud) yaitu
terdapat pada variabel moralitas individu dan efektivitas pengendalian internal.
Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu
dibandingkan dengan melihat berbagai fenomena kecurangan (fraud) yang marak
terjadi di Indonesia pada tahun 2016 yaitu dalam bentuk tindak pidana korupsi.
Ketiga penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Zulfikar (2017),
Korompis (2018) dan Putra (2018) hanya dilakukan pada instansi pemerintah di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
sektor publik seperti SKPD Kabupaten Sinjai, Badan Pengelola Keuangan dan
Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara, serta LPD se-Kabupaten Gianyar.
Berbeda dengan penelitian terdahulu, penelitian ini mencoba menelaah dan
juga mengidentifikasi berbagai kasus kecurangan (fraud) yang terjadi di Rumah
Sakit swasta melalui dua variabel pendukung yaitu moralitas individu dan
efektivitas pengendalian internal. Identifikasi ini didasarkan pada pemaparan kasus
yang dilakukan oleh Indonesia Corruption Watch (ICW) pada tahun 2017 dibidang
kesehatan yang menyatakan bahwa kasus terkait pemetaan dana alat-alat kesehatan
(Alkes) dan kasus terkait penerapan Jaminan Kesehatan Nasional (JKS) oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan merupakan kasus korupsi yang
memiliki peringkat tertinggi dalam bidang kesehatan selama tahun 2010-2016 yang
disebabkan karena adanya sistem tata kelola yang buruk, rendahnya transparansi,
lemahnya sistem pengendalian internal serta rendahnya integritas yang dimiliki
oleh pegawai di bidang kesehatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
C. Model Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
(X) (Y)
H1
H2
Gambar 2.1 Model Penelitian
D. Hipotesis Penelitian
1. Pengaruh Moralitas Individu terhadap Kecenderungan Kecurangan
Moralitas merupakan suatu bentuk petunjuk penerapan pola tingkah laku dalam
masyarakat untuk mengetahui tingkat baik/ buruk perilaku yang ditimbulkan.
Menurut Korompis, dkk. (2018) moralitas dapat digunakan untuk menghindari
perilaku buruk yang dapat menimbulkan kecenderungan untuk melakukan
suatu tindak kecurangan. Puspasari (2012) menjelaskan bahwa semakin tinggi
moralitas individu yang terbentuk maka akan lebih memperhatikan hal-hal
yang berkaitan dengan kepekaan individu terhadap kepentingan bersama
sehingga individu yang memiliki moralitas yang tinggi akan cenderung untuk
Moralitas
Individu
(X1)
Efektivitas
Pengendalian
Internal
(X2)
Kecenderungan Kecurangan
(Y)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
berusaha menghindarkan diri dari berbagai hal yang dianggap menyimpang
dan merugikan berbagai pihak yang bersangkutan. Menurut Puspasari dan Eko
(2012) level penalaran moral yang terbentuk akan berpengaruh terhadap
perilaku etis yang dimiliki oleh masing-masing individu. Oleh sebab itu,
tingkat tinggi rendahnya moralitas yang terbentuk pada setiap individu akan
menentukan perilaku etis mereka dalam menghadapi suatu dilema etika.
Dalam penelitian ini, apabila setiap individu pada RSU Kharisma
Paramedika telah sampai pada tahap perkembangan moral yang tinggi atau bisa
dikatakan telah memiliki moralitas yang tinggi, maka individu tersebut akan
lebih memperhatikan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.
Sehingga setiap individu di RSU Kharisma Paramedika akan memiliki
kesadaran untuk menghindarkan diri dari berbagai perilaku menyimpang. Oleh
sebab itu, tingkat tinggi/ rendahnya moralitas yang terbentuk pada setiap
individu di RSU Kharisma Paramedika akan mempengaruhi perilaku etis yang
ditimbulkan berdasarkan norma dan nilai hukum yang berlaku di
lingkungannya.
Individu yang telah memiliki moralitas yang tinggi akan senantiasa
melakukan hal benar dan menghindarkan diri dari indikasi kecenderungan
kecurangan apabila moralitas individu pada RSU Kharisma Paramedika
berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan. Sehingga moralitas
yang tinggi pada setiap individu di RSU Kharisma Paramedika akan
menurunkan indikasi kecenderungan kecurangan dalam bekerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
Rumusan hipotesis pada penelitian ini berkaitan dengan Fraud Diamond
Theory (Teori Berlian) yang menjelaskan adanya empat elemen/ faktor
penyebab terjadinya kecenderungan kecurangan. Variabel Moralitas Individu
memiliki keterkaitan terhadap dua elemen dari ke empat elemen penyebab
terjadinya kecenderungan kecurangan yang terdapat pada Fraud Diamond
Theory. Elemen yang pertama adalah tekanan (pressure) yang menjelaskan
bahwa kecurangan dapat terjadi karena terdapat dorongan yang kuat yang
terbentuk karena adanya tekanan yang berasal dari keuangan, lingkungan kerja
dan juga kebiasaan buruk. Dalam penelitian ini elemen tekanan berkaitan
dengan moralitas individu karena apabila seluruh karyawan pada RSU
Kharisma Paramedika telah berada pada tahap penalaran moral yang tinggi
atau dapat dikatakan sudah memiliki moralitas yang tinggi, maka walaupun
individu merasa tertekan karena adanya masalah yang berasal dari keuangan,
lingkungan kerja maupun kebiasaan buruk, individu tersebut tidak akan
melakukan kegiatan menyimpang yang berindikasi pada kecenderungan
kecurangan.
Selain itu elemen rasionalisasi atau pembenaran dalam Fraud Diamond
Theory juga berkaitan dengan moralitas individu karena apabila individu pada
RSU Kharisma Paramedika telah memiliki moralitas yang tinggi maka individu
tersebut tidak akan mencari dan membuat alasan yang kuat untuk mendapatkan
pembenaran atas tindakan buruk yang dilakukan, sebaliknya individu tersebut
akan senantiasa menghindarkan diri dari berbagai perilaku yang menyimpang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
Hasil penelitian yang dilakukan Korompis, dkk. (2018) menunjukkan
bahwa moralitas individu memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap
kecenderungan kecurangan. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti
merumuskan hipotesis sebagai berikut.
H1: Moralitas Individu berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan.
2. Pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan
Kecurangan
Pengendalian internal merupakan faktor yang sangat penting dalam upaya
memberikan perlindungan bagi perusahaan terhadap berbagai kelemahan yang
dimiliki oleh masing-masing individu dalam perusahaan serta dapat digunakan
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya suatu tindakan yang menyimpang
dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan. Menurut Putra
dan Made (2018) pengendalian internal memiliki peranan yang penting dalam
meramalkan timbulnya suatu bentuk kecenderungan untuk melakukan
kecurangan dalam organisasi. Efektivitas suatu pengendalian internal yang
baik dapat digunakan untuk mencegah bahkan menutup segala bentuk peluang
yang timbul dalam kemungkinan terjadinya suatu bentuk kecenderungan
kecurangan.
Dalam penelitian ini, apabila sistem pengendalian internal dalam RSU
Kharisma Paramedika telah berjalan dengan baik dan efektif maka segala
proses pengawasan, pengelolaan, dan pengoperasian dalam upaya tata kelola
pencegahan kecenderungan kecurangan akan berjalan dengan lancar. Sehingga
efektivitas pengendalian internal yang baik dalam perusahaan akan menutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
segala kemungkinan terjadinya suatu kecenderungan kecurangan dalam RSU
Kharisma Paramedika apabila efektivitas pengendalian internal berpengaruh
negatif terhadap kecenderungan kecurangan.
Rumusan hipotesis pada penelitian ini berkaitan dengan Fraud Diamond
Theory (Teori Berlian) yang menjelaskan adanya empat elemen/ faktor
penyebab terjadinya kecenderungan kecurangan. Variabel Efektivitas
Pengendalian Internal memiliki keterkaitan terhadap dua elemen dari keempat
elemen penyebab terjadinya kecenderungan kecurangan yang terdapat pada
Fraud Diamond Theory. Elemen yang pertama adalah kesempatan
(opportunity) yang menjelaskan bahwa peluang atau kesempatan yang terbuka
lebar dalam perusahaan yang terjadi akibat lemahnya efektivitas pengendalian
internal akan memungkinkan terjadinya suatu kecenderungan kecurangan.
Dalam penelitian ini, apabila RSU Kharisma Paramedika telah menerapkan
sistem pengendalian internal yang baik dan efektif, maka hal tersebut dapat
digunakan untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya suatu kecenderungan
kecurangan dengan cara melakukan pendeteksian sejak dini terhadap berbagai
indikasi yang memicu timbulnya kecenderungan kecurangan di RSU Kharisma
Paramedika.
Elemen yang kedua adalah kemampuan (capability) yang menjelaskan
bahwa elemen kemampuan berkaitan erat dengan peranan berbagai pihak yang
memiliki jabatan tinggi maupun pihak yang memiliki kapasitas khusus dalam
perusahaan sehingga dapat menemukan celah untuk mengenali peluang dan
memanfaatkan berbagai kesempatan yang ada untuk melakukan suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
kecenderungan kecurangan. Dalam penelitian ini, apabila efektivitas
pengendalian internal di RSU Kharisma Paramedika telah berjalan dengan
baik dan efisien, maka hal tersebut akan menutup segala kemungkinan
terjadinya kecenderungan kecurangan pada setiap unit/ bagian di RSU
Kharisma Paramedika, terutama bagi pihak-pihak yang memiliki jabatan tinggi
sekalipun.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Korompis, dkk. (2018)
menunjukkan bahwa keefektifan pengendalian internal berpengaruh signifikan
negatif terhadap kecenderungan kecurangan. Berdasarkan uraian tersebut maka
peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut.
H2: Efektivitas Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Kecenderungan
Kecurangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan survei yang dilakukan pada seluruh
karyawan di RSU Kharisma Paramedika Wates. Menurut Spillane (2008: 96)
penelitian survei berfokus pada data statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis dan menarik suatu kesimpulan.
Penelitian kuantitatif digunakan untuk melihat hubungan variabel terhadap
objek yang diteliti dan masalah kajian penelitian akan dinyatakan dalam bentuk
hipotetis. Penelitian ini akan menguji pengaruh antara moralitas individu dan
efektivitas pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan di RSU
Kharisma Paramedika Wates. Penelitian ini menggunakan bantuan program IBM
SPSS Statistics (Statistikal Product and Service Solutions) versi 22.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2020.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSU Kharisma Paramedika Jl. Khudori No.34,
Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian ini adalah seluruh karyawan di RSU Kharisma Paramedika
Wates.
2. Objek penelitian ini adalah moralitas individu dan efektivitas pengendalian
internal.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang memiliki
karakteristik tertentu dan digunakan sebagai bahan dari penelitian. Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan di RSU
Kharisma Paramedika Wates yang berjumlah 120 karyawan.
2. Penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh (situration sampling). Dalam
teknik sampling jenuh, seluruh unsur atau anggota dalam populasi akan
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel dengan kata lain
seluruh anggota populasi akan digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.
Sampel yang digunakan merupakan keseluruhan dari populasi karyawan di
RSU Kharisma Paramedika wates dengan tujuan untuk mendapatkan sejumlah
data dan informasi yang dibutuhkan secara valid, lengkap, dan menyeluruh.
Penelitian ini dilakukan selama 4 hari yang terhitung dari kegiatan
penyebaran kuesioner pada hari Jumat, 9 Januari 2020 sampai dengan
penarikan kembali kuesioner yang telah terisi pada hari Senin, 13 Januari 2020.
Proses penyebaran kuesioner dimulai dengan melakukan pendataan sekaligus
pemberian angket pada setiap bagian/ unit dalam RSU Kharisma Paramedika
yang terdiri dari 20 bagian/ unit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
Pemilihan populasi dan sampel dalam penelitian ini didasarkan pada
berbagai faktor pemicu yang memungkinkan terjadinya kecurangan dalam
organisasi. Alasan pemilihan populasi dan sampel dalam penelitian ini juga
didukung oleh pendapat Karyono (2013) yang menyatakan bahwa
kecenderungan untuk melakukan suatu bentuk kecurangan dapat dilakukan
oleh seluruh pihak internal dalam suatu organisasi. Kecenderungan tersebut
dapat dilakukan oleh pihak manajemen maupun seluruh karyawan pada setiap
bagian/ unit dalam organisasi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut
Sedarmayanti (2011: 178) data primer merupakan sebuah langkah dalam
mengumpulkan data penelitian secara langsung yang dilakukan dengan melakukan
observasi dan terjun langsung ke lapangan.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui aktivitas penyebaran angket/
kuesioner kepada seluruh karyawan di RSU Kharisma Paramedika Wates.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari penelitian Santoso
(2015) untuk variabel kecenderungan kecurangan dan Kwatingtyas (2017) untuk
variabel efektivitas pengendalian internal. Sedangkan kuesioner moralitas individu
dimodifikasi dari penelitian Puspasari (2012). Modifikasi dilakukan dengan
melakukan penghapusan beberapa poin pertanyaan yang dianggap kurang relevan
dan melakukan parafrasis terhadap beberapa pertanyaan yang dianggap sulit untuk
dipahami tanpa mengubah maknanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
45
Sebanyak 120 kuesioner disebarkan dalam penelitian ini. Kuesioner
tersebut terbagi atas tiga topik pertanyaan yang mewakili setiap variabel dalam
penelitian ini yaitu moralitas individu, efektivitas pengendalian internal dan
kecenderungan kecurangan. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Skala Likert dengan jenis data Ordinal yang diklasifikasikan dalam 5 poin
skala respon.
F. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent Variable) (X)
Variabel bebas merupakan variabel yang diduga memengaruhi variabel lain.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah.
a. Moralitas Individu (X1)
Noviriantini, Darmawan, dan Werasyuti (2016) mendefinisikan moralitas
sebagai suatu pedoman yang berisikan sekumpulan nilai-nilai yang
mengatur tingkah laku individu mengenai hal benar dan salah berdasarkan
standar moral yang berlaku. Kohlberg dalam Duska (1982) menjelaskan
bahwa setiap individu memiliki pandangan dan versi yang berbeda terkait
hal yang benar sesuai dengan tahap penalaran moralnya. Hal benar
menurut individu yang berada pada tahap 1 berorientasi pada kepentingan
pribadi, hal benar menurut individu yang berada pada tahap 2 berupa hasil
persetujuan maupun posisi tawar yang imbang, hal benar menurut individu
yang berada pada tahap 3 adalah tingkat kepercayaan; pengharapan;
loyalitas; dan respek dari individu disekitarnya, hal benar menurut
individu yang berada pada tahap 4 adalah kontribusi individu dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
46
kelompok tertentu, sedangkan hal benar menurut individu yang berada
pada tahap 5 dan 6 didasarkan pada prinsip-prinsip etis; persamaan hak
asasi manusia serta harga diri manusia.
Indikator dalam melakukan penelitian terkait moralitas individu
adalah dengan menggunakan keenam tahap dalam penalaran moral
Kohlberg yaitu tahap-tahap pada tingkatan pra-konvensional, tingkatan
konvensional dan tingkatan pasca-konvensional. Tahap-tahap tersebut
akan dipaparkan dalam kasus/ skenario dilema etika yang mewakili setiap
tahap dalam level penalaran moral Kohlberg.
Pengukuran variabel moralitas individu dilakukan dengan
melakukan modifikasi instrumen pertanyaan terkait model pengukuran
moral yang dikembangkan oleh Kohlberg dalam bentuk skenario kasus
dilema etika dalam skala Likert poin 1-5 (1= Sangat Tidak Setuju, 2=
Tidak Setuju, 3= Cukup Setuju, 4= Setuju, dan 5= Sangat Setuju) yang
terdiri dari berbagai pertanyaan positif dan negatif. Tabel berikut
memaparkan rincian pertanyaan negatif dalam kuesioner dilema etika.
Tabel 3.1 Rincian Pertanyaan Negatif dalam Kuesioner Dilema Etika
Keterangan Pertanyaan Negatif
Dilema Etika 1 1-8
Dilema Etika 2 1, 2, 4, 6, 8, 9
Dilema Etika 3 3, 7, 9, 10
Dilema Etika 4 8, 9
Sumber: Data Primer Diolah (2020)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
47
Setelah melakukan uji validitas, ternyata terdapat beberapa pertanyaan
dalam kuesioner moralitas individu yang tidak valid. Dari 35 pertanyaan
pada variabel moralitas individu, terdapat 13 pertanyaan yang tidak valid.
Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan terdapat kesalahan dalam proses
modifikasi dan parafrasis yang dilakukan terhadap instrumen pertanyaan
pada variabel moralitas individu. Sehingga pertanyaan-pertanyaan dengan
item nomor M5, M6, M9, M10, M11, M13, M15, M20, M23, M31, M32,
M33, M34 dikeluarkan dan tidak diikut sertakan pada pengujian
selanjutnya.
b. Efektivitas Pengendalian Internal (X2)
Menurut Putra dan Made (2018) pengendalian internal merupakan suatu
langkah dalam melakukan kontrol dan pengawasan dalam suatu organisasi
dengan tujuan untuk melakukan pengarahan agar sumber daya dalam
organisasi dapat dikelola secara baik dan bertanggung jawab untuk
mendukung kelangsungan hidup dan tujuan organisasi.
Indikator dalam mengukur efektivitas pengendalian internal
menggunakan kerangka pengendalian internal yang dikeluarkan oleh
COSO (2013) yaitu Lingkungan Pengendalian (Control Environment),
Penilaian Risiko (Risk Assessment), Aktivitas Pengendalian (Control
Activities), Informasi dan Komunikasi (Information & Communication),
serta Pengawasan (Monitoring).
Instrumen yang digunakan sebagai alat pengukuran adalah skala
Likert lima poin (1= Sangat Tidak Setuju, 2= Tidak Setuju, 3= Cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
48
Setuju, 4= Setuju, dan 5= Sangat Setuju) dengan 19 butir pernyataan yang
berkaitan dengan efektivitas pengendalian internal yang diterbitkan COSO
(2013). Semakin tinggi jawaban responden atas skala Likert yang
diberikan dari pernyataan tersebut, maka pengendalian internal dalam
perusahaan akan semakin baik sehingga kecenderungan responden untuk
melakukan suatu tindak kecurangan dapat diminimalisir.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable) (Y)
Variabel terikat merupakan variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh
variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kecenderungan
kecurangan. Kecenderungan kecurangan merupakan keinginan kuat yang
didasari dengan dorongan niat buruk dalam diri individu untuk melakukan
suatu tindakan menyimpang karena adanya dukungan dari berbagai faktor yang
bertujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi. Untuk meminimalisir
berbagai kecenderungan kecurangan yang mungkin terjadi, maka perlu
dilakukan upaya pencegahan kecenderungan kecurangan yang berasal
perspektif atau pandangan setiap individu di RSU Kharisma Paramedika
terhadap berbagai indikasi kecenderungan kecurangan yang mungkin terjadi.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah RSU Kharisma Paramedika telah
menerapkan upaya tata kelola pencegahan kecurangan yang baik dan efektif
dalam mencegah berbagai dorongan niat buruk dalam setiap individu di RSU
Kharisma Paramedika untuk melakukan berbagai perilaku menyimpang yang
berindikasi pada terjadinya kecenderungan kecurangan di rumah sakit tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
49
Indikator yang digunakan dalam mengukur kecenderungan kecurangan
adalah dikutip dari upaya tata kelola pencegahan kecurangan oleh Tunggal
(2005) yaitu ciptakan iklim budaya jujur; keterbukaan; dan saling membantu,
proses rekrutmen yang jujur, pelatihan fraud awareness, lingkup kerja yang
positif, kode etik yang jelas; mudah dimengerti dan ditaati, program bantuan
kepada pegawai yang mendapat kesulitan, serta tanamkan kesan bahwa setiap
tindakan kecurangan akan mendapatkan sanksi yang setimpal.
Instrumen penelitian menggunakan skala Likert lima poin (1= Tidak
Pernah, 2= Jarang, 3= Kadang, 4= Sering, dan 5= Selalu) yang digunakan
sebagai alat untuk mengukur jawaban responden yang berkaitan dengan
pernyataan terkait pencegahan kecurangan. Semakin tinggi angka yang
diberikan oleh responden atas jawaban dari pernyataan tersebut, maka
kecenderungan responden untuk melakukan suatu tindak kecurangan tergolong
rendah.
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif merupakan suatu langkah dalam melakukan pengujian
yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara memberikan deskripsi
atau gambaran secara lengkap terkait data-data yang telah terkumpul. Dalam
pengujian statistik deskriptif, data yang terkumpul hanya akan di gambarkan
secara umum dan tidak bertujuan untuk memberikan penjelasan menyeluruh
terkait hubungan, pengujian hipotesis, penarikan kesimpulan dan lain
sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
50
2. Uji Instrumen
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kebenaran atas kuesioner yang
telah disebarkan oleh peneliti dengan cara mengukur korelasi antar skor
yang didapatkan dari pertanyaan yang dibuat dengan total skor suatu
variabel. Suatu penelitian dikatakan valid apabila memenuhi syarat nilai r
hitung > r tabel pada signifikansi 0,05 (5%)
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat konsistensi dan
ketepatan pengukuran data yang digunakan dalam penelitian. Suatu
instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila memenuhi syarat nilai
Cronbach’s Alpha > 0,60.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Digunakan untuk mengetahui arah distribusi data pada persamaan regresi
yang dihasilkan. Persamaan regresi dikatakan baik apabila data dalam
variabel bebas dan variabel terikat berdistribusi secara normal. Suatu
persamaan regresi dikatakan berdistribusi normal apabila memenuhi syarat
nilai signifikansi pada uji Kolmogorov-smirnov > 0,05 (5%).
b. Uji Multikolinearitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
51
Pengujian yang digunakan untuk menguji korelasi antar variabel bebas
(independen) pada model regresi dan digunakan dalam mendeteksi ada
atau tidaknya gejala multikolinearitas antar variabel independen dalam
model regresi. Penelitian dikatakan tidak ada gejala multikolinearitas
apabila memenuhi syarat nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10,00.
c. Uji Heteroskedastisitas
Menguji apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual pengamatan
dalam model regresi. Apabila varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Penelitian yang baik harus memenihi syarat
tidak adanya masalah heteroskedastisitas.
4. Uji Hipotesis
a. Uji Ketepatan Model (Uji F)
Uji F bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh simultan
(bersama-sama) variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).
Untuk mengetahui adanya pengaruh simultan antara variabel X terhadap
variabel Y apabila memenuhi syarat nilai F hitung > F tabel pada nilai
signifikansi < 0,05 (5%).
b. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)
Uji R2 bertujuan untuk mengukur kontribusi dan pengaruh yang diberikan
variabel independen dalam menjelaskan variasi pada variabel dependen.
c. Uji Signifikansi Variabel (Uji t)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
52
Uji t dikenal juga dengan uji parsial yang digunakan untuk mengetahui
apakah variabel bebas (independen) berpengaruh terhadap variabel terikat
(dependen). Untuk mengetaui adanya pengaruh secara parsial antara
variabel X terhadap variabel Y atau hipotesis diterima apabila memenuhi
syarat nilai signifikansi < 0,05 (5%) dan nilai t hitung > t tabel.
5. Analisis Regresi Linear Berganda
Bertujuan untuk menguji intensitas hubungan antara dua variabel atau lebih
dan membuat prediksi perkiraan dari nilai pada variabel dependen (Y) dan
variabel independen (X). Hubungan dalam variabel tersebut diukur dengan
persamaan Y = a + b1X1 + b2X2 + … + bnXn
Keterangan:
Y = Variabel Terikat (Dependen)
X = Variabel Bebas (Independen)
A = Konstanta
b = Koefisien Regresi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
53
BAB IV
GAMBARAN UMUM RSU KHARISMA PARAMEDIKA
A. Sejarah Berdirinya RSU Kharisma Paramedika
Sebelum akhirnya berdiri sebagai Rumah Sakit Umum, RSU Kharisma Paramedika
merupakan sebuah Rumah Sakit Khusus Bedah & Trauma yang kegiatan utamanya
adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan khusus bedah dan trauma. Rumah
sakit ini juga merupakan sebuah upaya tindak lanjut dari Balai Pengobatan dan
Bersalin Citra Paramedika Giripeni Wates Kulon Progo.
Balai Pengobatan dan Bersalin Citra Paramedika Giripeni Wates Kulon Progo
didirikan oleh Ikatan perawat anestesi bersama pembina Ikatan Dokter Spesialis
Anestesi Indonesia (IDSAI), kemudian bersama seorang investor dari Kulon Progo
berdirilah Yayasan Binangun Kharisma Paramedika. Yayasan tersebut berdiri pada
tanggal 1 November 2001 dengan mengadakan usaha RSKB & Trauma Kharisma
Paramedika.
RSU Kharisma Paramedika beralamat di jalan Khudori No. 34 Wates Kulon
Progo dengan mengeluarkan peraturan No. 4 tahun 2003 tentang pembentukan
susunan organisasi dan tata kerja RSKB & Trauma Kharisma Paramedika. Dalam
rangka mendapatkan izin untuk mengoperasikan usahanya, rumah sakit tersebut
harus melalui proses persetujuan dewan pembina, dewan pendiri, dan dewan
pengawas yayasan. Setelah proses persetujuan berhasil dilalui, maka ketetapan
peraturan tentang pembentukan susunan organisasi dan tata kerja rumah sakit
dikeluarkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
54
Yayasan Binangun Kharisma Paramedika mulai beroperasi pada tanggal 1
Maret 2003. Dalam rangka untuk mengoptimalkan berbagai pelayanan kesehatan
bagi masyarakat, maka status RSKB & Trauma Kharisma Paramedika berubah
menjadi Rumah Sakit Umum Kharisma Paramedika. Ketetapan ini dibuat
berdasarkan keputusan Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo No.
503 / 646 / III / 2008 tentang Izin Penyelenggaraan Rumah Sakit Umum yang
ditetapkan pada tanggal 18 Maret 2008 oleh Bupati Kulon Progo.
B. Visi, Misi, Tujuan, dan Motto RSU Kharisma Paramedika
1. Visi
Menjadi rumah sakit yang professional dan amanah dalam memberikan
pelayanan serta selalu berinovasi guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
2. Misi
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai tenaga profesional
dalam membentuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
2. Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana Rumah Sakit untuk menunjang
kualitas pelayanan.
3. Meningkatkan kesejahteraan karyawan sebagai motivasi kerja dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
4. Melaksanakan pelayanan prima yang “PROAKSI” (Profesional, Amanah,
Berinovasi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
55
3. Tujuan
Terselenggaranya pelayanan kesehatan bermutu, profesional dan menyediaka
top related