penetapan kadar phlorotannin dalam fraksi etil … fileii penetapan kadar phlorotannin dalam fraksi...
Post on 27-Apr-2019
246 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENETAPAN KADAR PHLOROTANNIN DALAM FRAKSI ETIL ASETAT ALGA COKLAT Sargassum cymosum C. Agardh
DENGAN METODE KOLORIMETRI FOLIN CIOCALTEAU
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Diajukan oleh :
Andriani Noerlita Ningrum
NIM :048114063
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PENETAPAN KADAR PHLOROTANNIN DALAM FRAKSI ETIL ASETAT ALGA COKLAT Sargassum cymosum C. Agardh
DENGAN METODE KOLORIMETRI FOLIN CIOCALTEAU
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Diajukan oleh :
Andriani Noerlita Ningrum
NIM :048114063
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Andriani Noerlita Ningrum Nomor Mahasiswa : 048114063
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “Penetapan Kadar Phlorotannin dalam Fraksi Etil Asetat Alga Coklat Sargas-sum cymosum C. Agardh dengan Metode Kolorimetri Folin Ciocalteau” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 27 Juni 2008 Yang menyatakan
Andriani Noerlita Ningrum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Siapapun yang bermaksud menjadi seorang guru bagi manusia, biarlah dia
mengawali dengan mengajari dirinya sendiri sebelum mengajari orang lain, dan
mengajar dengan teladan sebelum mengajar dengan kata-kata. Selama dia
mengajar dirinya sendiri dan memperbaiki perilakunya sendiri, ia lebih patut
dihargai dan dihormati, daripada dia yang mengajari dan mencoba
memperbaiki perilaku orang lain (Kahlil Gibran).
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Keluarga, ayah, ibu, adik-adikku tercinta,
Teman-teman dan penyemangat hidupku,
Almamaterku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
P R A K A T A
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya penelitian untuk skripsi yang berjudul ”Penetapan Kadar
Phlorotannin dalam Fraksi Etil Asetat Alga Coklat Sargassum cymosum C.
Agardh dengan Metode Kolorimetri Folin Ciocalteau”. Penelitian ini merupakan
bagian dari program hibah penelitian, dan menjadi tahap awal penelitian selanjutnya
yaitu aplikasi phlorotannin yang terkandung dalam alga di bidang kosmetik
khususnya sebagai sunscreen yang memiliki efek fotoprotektif.
Selama pelaksanaan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi, penulis
menerima banyak bantuan, dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, yang selalu
memberi petunjuk dalam setiap langkah.
2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Dra. A. Nora Iska Harnita, M.Si., Apt., selaku Ketua peneliti dalam salah
satu penelitian program hibah. Terima kasih telah menjadikan penulis
sebagai bagian dari proyek ini, memberikan semangat dan kritik yang
membangun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
4. Bapak Ign. Kristio Budiasmoro, M.Si., selaku dosen pembimbing dan penguji
yang telah banyak meluangkan waktu, memberi saran, kritik, serta dorongan
sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat berjalan lancar.
5. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah banyak
memberi masukan dan arahan untuk perbaikan skripsi ini.
6. Ibu Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah banyak
memberi masukan yang bermanfaat bagi skripsi ini.
7. Semua dosen yang telah menjadikan penulis ada dan berguna. Terima kasih
atas bimbingannya.
8. Semua laboran khususnya laboran lantai 4 (Mas Kunto, Mas Parlan, Mas
Wagiran, Pak Prapto) untuk kerja sama dan bantuannya selama penelitian.
9. Keluarga tercinta, Bapak, Ibu, Dek Ari, Dek Rio yang tak bosan-bosannya
memberikan kasih sayang dan semangat untuk terus melangkah.
10. Wisnu, yang mengajariku untuk terus berusaha dan bertahan sampai akhir.
Terima kasih untuk perhatian, support, dan harapan yang membuatku terus
terjaga. Terima kasih untuk tiap detik yang terasa semakin singkat.
11. Teman-teman satu proyek, Hendry, Angel, Dewi, Fani, Elsa, Dipta, teman-
teman proyek ”teh” (esp. Dona), terima kasih atas support dan bantuannya
selama penelitian sampai penyusunan skripsi.
12. The big family of ”kontrakan kartun”, felic, ndk, pakdhe, gogon, bela, tedy,
tembi, edo, anna, cicil, tery, ina, chacha, ririn. Thanks for the amazing life.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
13. Teman-teman Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dan semua yang
berperan dalam penelitian sampai penyusunan skripsi, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian
skripsi ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu
menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi banyak orang.
Terima kasih.
Yogyakarta, 19 April 2008
Penulis
Andriani Noerlita Ningrum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 April 2008
Penulis
Andriani Noerlita Ningrum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
INTISARI
Alga coklat adalah alga laut yang terbesar ukurannya dan bentuknya sangat beragam. Salah satunya adalah Sargassum cymosum C. Agardh yang banyak tumbuh di perairan Indonesia. Tumbuhan alga, khususnya alga coklat mengandung phlorotannin yang memiliki beberapa aktivitas biologik. Namun pemanfaatan sumber bahan bioaktif dari alga di bidang industri farmasi, kosmetik, dan makanan belum banyak dilakukan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan phlorotannin dan menetapkan kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh menggunakan metode kolorimetri Folin Ciocalteau. Metode penelitiannya adalah non eksperimental. Ektraksi menggunakan metode soxhletasi dengan cairan penyari metanol. Ekstrak kental kemudian difraksinasi dengan kloroform, akuades, dan etil asetat untuk mendapatkan phlorotannin.
Kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat ditetapkan dengan metode kolorimetri Folin Ciocalteau. Menggunakan larutan standar phloroglucinol yang dibuat seri konsentrasi baku 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; dan 6,0 ppm dengan pelarut aseton 75%. Konsentrasi phlorotannin dihitung equivalen dengan phloroglucinol (mg PGE/g fraksi). Kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh yang didapat adalah 6,36 ± 0,04 mg PGE/ g fraksi yang diukur menggunakan spektrofotometri, dibaca pada panjang gelombang 750,1 nm.
Kata kunci : phlorotannin, alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh, Folin
Ciocalteau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRACT
Brown alga is kind of seaweeds whose the biggest size and vary in its kind. One of them is Sargassum cymosum C. Agardh which grows in Indonesian sea. Algae, particularly brown algae contains of phlorotannin which has some biologic activity whereas, rarely pharmacy industries, cosmetics, and food used the algae’s bioactive source.
The goals of this study is for getting phlorotannin and determining phlorotannin concentration in ethyl acetate fractional of brown alga Sargassum cymosum C. Agardh by colorimetric Folin Ciocalteau method. The method of this study is non experimental. Extraction have been done by soxhletation method with methanol solvent. The viscous extract than was fractionated with methanol, chloroform, aquadest and ethyl acetate to gain phlorotannin.
Concentration of phlorotannin in ethyl acetate fractional was determined by colorimetric Folin Ciocalteau method. Using phloroglucinol standard that was made in calibration series 1,0 ; 2,0 ; 3,0 ; 4,0 ; 5,0 ; 6,0 ppm with acetone 75 % solvent. Phlorotannin concentration was equivalently calculated with phloroglucinol (mg PGE/g fractional). Concentration of phlorotannin in ethyl acetate fractional of brown alga Sargassum cymosum C. Agardh has been investigated was 6,36 ± 0,04 mg PGE /g fractional was scanned using spectrophotometric at 750,1 nm the maxima wavelength. Keyword : phlorotannin, polifenol, brown alga Sargassum cymosum C. Agardh, Folin Ciocalteau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
PRAKATA............................................................................................................ vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... ix
INTISARI.............................................................................................................. x
ABSTRACT............................................................................................................ xi
DAFTAR ISI.. ...................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xvi
DAFTAR TABEL................................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xviii
BAB I. PENGANTAR........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Keaslian Penelitian........................................................................................ 3
D. Manfaat ......................................................................................................... 3
1. Manfaat teoritis ........................................................................................ 3
2. Manfaat metodologis ............................................................................... 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3. Manfaat praktis......................................................................................... 4
E. Tujuan .......................................................................................................... 4
1. Tujuan umum........................................................................................... 4
2. Tujuan khusus .......................................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 5
A. Alga Coklat Sargassum C. Agardh............................................................... 5
B. Polifenol Alga (Phlorotannin)...................................................................... 6
C. Soxhletasi ..................................................................................................... 7
D. Spektrofotometri........................................................................................... 9
E. Kolorimetri.................................................................................................... 11
F. Metode Folin Ciocalteau................................................................................ 12
G. Keterangan Empiris....................................................................................... 14
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 16
A. Jenis Rancangan Penelitian .......................................................................... 16
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................... 16
1. Variabel Penelitian .................................................................................. 16
2. Definisi Operasional ............................................................................... 16
C. Bahan dan Alat.............................................................................................. 17
1. Bahan ...................................................................................................... 17
2. Alat.......................................................................................................... 18
D. Tata Cara Penelitian ..................................................................................... 18
1. Preparasi sampel alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh................ 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2. Uji kualitatif senyawa fenolik.................................................................. 19
a. Preparasi ekstrak ................................................................................ 19
b. Uji tannin dan polifenol .................................................................... 19
3. Isolasi crude phlorotannin....................................................................... 20
4. Optimasi metode kolorimetri dengan Folin Ciocalteau .......................... 21
a. Pembuatan larutan standar ................................................................. 21
b. Penentuan operating time (OT)......................................................... 21
c. Penentuan panjang gelombang maksimum (? maks)............................ 21
5. Penetapan kurva baku phloroglucinol ................................................... 22
6. Estimasi kadar polifenol total pada fraksi etil asetat alga coklat
Sargassum cymosum C. Agardh.............................................................. 22
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 24
A. Preparasi sampel alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh..................... 24
B. Uji kualitatif senyawa fenolik....................................................................... 28
C. Isolasi crude phlorotannin............................................................................ 29
D. Optimasi metode kolorimetri dengan reagen Folin Ciocalteau..................... 31
1. Pembuatan larutan standar phloroglucinol.............................................. 31
2. Penentuan operating time (OT)............................................................... 32
3. Penentuan panjang gelombang maksimum (? maks)................................. 33
E. Penetapan kurva baku phloroglucinol ........................................................ 35
F. Penetapan kadar phlorotannin fraksi etil asetat alga coklat Sargassum cymosum
C. Agardh..................................................................................................... 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 43
A. Kesimpulan ................................................................................................... 43
B. Saran............................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 44
LAMPIRAN............................................................................................................ 48
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur phloroglucinol......................................................................... 7
Gambar 2. Struktur fucofuroeckol .......................................................................... 8
Gambar 3. Diagram sederhana spektrofotometer.................................................... 9
Gambar 4. Proses oksidasi fenol oleh enzim PPO................................................... 26
Gambar 5. Reaksi penetapan kadar air dengan Karl Fischer.................................... 27
Gambar 6. Reaksi pembentukan kompleks gugus fenolik dan FeCl3................. .... 29
Gambar 7. Kurva baku vs serapan hasil penetapan operating time.......................... 33
Gambar 8. Hasil pembacaan ? maks phloroglucinol (0,1; 0,3; dan 0,6 ppm) setelah
direaksikan dengan Folin Ciocalteau....................................................... 34
Gambar 9. Kurva baku hubungan kadar dan absorbansi phloroglucinol................ 37
Gambar 10. Kesetimbangan reaksi phloroglucinol dalam suasana basa.................. 38
Gambar 11. Reaksi phloroglucinol dengan reagen Folin Ciocalteau....................... 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Hasil uji kandungan senyawa polifenol serbuk alga.................................. 28
Tabel II. Data untuk persamaan kurva baku............................................................ 36
Tabel III. Hasil pembacaan absorbansi fraksi etil asetat alga coklat Sargassum
cymosum C. Agardh.................................................................................. 40
Tabel IV.Hasil penetapan kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat alga coklat
Sargassum cymosum C. Agardh................................................................ 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi spesies alga coklat............... ... 48
Lampiran 2. Data perhitungan kadar air dengan Karl Fischer............................. 50
Lampiran 3. Data penimbangan replikasi seri baku phloroglucinol..................... 51
Lampiran 4. Contoh perhitungan seri kadar baku phloroglucinol......................... 52
Lampiran 5. Hasil scanning operating time (OT).................................................. 52
Lampiran 6. Hasil scanning ? maks kadar phloroglucinol 1,0 ppm setelah
direaksikan dengan Folin Ciocalteau.............................................. 53
Lampiran 7. Hasil scanning ? maks kadar phloroglucinol 3,0 ppm setelah
direaksikan dengan Folin Ciocalteau.............................................. 54
Lampiran 8. Hasil scanning ? maks kadar phloroglucinol 6,0 ppm setelah
direaksikan dengan Folin Ciocalteau.............................................. 55
Lampiran 9. Hasil pembacaan absorbansi seri baku phloroglucinol pada
ketiga ? maks..................................................................................... 55
Lampiran 10. Kurva baku phloroglucinol............................................................ 56
Lampiran 11. Data penimbangan sampel.............................................................. 56
Lampiran 12. Data absorbansi sampel fraksi etil asetat Sargassum cymosum C.
Agardh............................................................................................. 57
Lampiran 13. Contoh perhitungan kadar sampel .................................................. 57
Lampiran 14. Foto hasil uji kualitatif alga coklat Sargassum cymosum C.
Agardh.............................................................................................. 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Lampiran 15. Foto instrumen spektrofotometer UV-VIS Perkin Elmer
Lambda-20....................................................................................... 59
Lampiran 16. Foto autoklaf................................................................................... 59
Lampiran 17. Foto vacuum rotary evaporator....................................................... 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Alga coklat adalah alga laut yang terbesar ukurannya, bentuknya sangat
beragam dan tersebar hampir di seluruh perairan pantai. Salah satu genus alga
coklat adalah Sargassum yang merupakan spesies yang kompleks baik morfologi
maupun susunan anatominya. Sargassum merupakan salah satu genus yang paling
menonjol dari kelas Phaeophyceae yang diperkirakan ada 400 spesies yang
tersebar di daerah tropis dan subtropis.
Salah satu kandungan dari tumbuhan alga adalah polifenol yang dikenal
sebagai phlorotannin dan merupakan senyawa polifenol yang hanya ditemukan
pada tumbuhan alga khususnya jenis-jenis alga coklat (Burtin, 2003). Beberapa
aktivitas biologik phlorotannin yang telah diteliti adalah antiproliferasi dan
antioksidan (Athukorala et al., 2006; Yuan dan Walsh, 2006; Kang et al., 2005a),
antiinflamasi (Shin et al., 2006), efek protektif terhadap ionizing radiation (Kang
et al., 2006), inhibitor matriks metalloroteinase (Kim et al., 2006), kemampuan
untuk mengabsorbsi sinar UV (Roleda et al., 2006; Swanson dan Druchl, 2002),
sitoprotektif terhadap stres oksidatif (Kang et al., 2005b), dan inhibitor HIV-1
reverse transcriptase dan protease (Ahn et al., 2004).
Eksplorasi senyawa polifenol terus dilakukan, akan tetapi eksplorasi
tersebut masih mengandalkan tumbuhan-tumbuhan terestrial. Tumbuhan alga
merupakan salah satu kekayaan laut Indonesia yang sangat potensial, namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pemanfaatannya sebagai agen biomedis belum cukup maksimal. Fokus
pengembangan produk alam dari terestrial menjadi pengembangan berbasis
kelautan sangat diperlukan, mengingat wilayah laut Indonesia sebagai ”the largest
marine-mega biodiversity” (Dahuri, 2003).
Penelitian yang dilakukan terbatas pada phlorotannin dalam fraksi etil
asetat alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh. Phlorotannin dalam fraksi etil
asetat merupakan phlorotannin dengan polimer intermediet yang memiliki
aktifitas mengabsorbsi radiasi sinar ultraviolet secara maksimum sehingga dapat
dikembangkan menjadi produk sediaan sunscreen. Phlorotannin dengan polimer
intermediet akan memberikan serapan pada panjang gelombang UV A (400-320
nm) dan UV B (320 – 280 nm), sedangkan pada polimer panjang phlorotannin
akan memberikan serapan pada daerah visibel (400 – 800 nm) sehingga tidak
dapat dikembangkan menjadi sediaan sunscreen.
Zhang et al. (2006) telah melakukan penelitian tentang metode sederhana
untuk estimasi kandungan polifenol total pada rumput laut dan ekstraknya
berdasarkan reaksi kolorimetri Folin Ciocalteau. Metode Folin Ciocalteau
merupakan metode pilihan untuk mengestimasi kadar fenol total dalam tanaman
tanpa interferensi dari senyawa lain. Kelebihan metode Folin Ciocalteau
diantaranya adalah memiliki prosedur yang sederhana dan hanya membutuhkan
satu jenis reagen.
Penetapan kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat alga coklat
Sargassum cymosum C. Agardh dihitung ekivalen dengan phloroglucinol.
Digunakan standar phloroglucinol karena merupakan salah satu monomer dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
phlorotannin, memiliki gugus pereduksi yang dapat dikembangkan sebagai
produk sediaan sunscreen, strukturnya mirip dengan polifenol alga, dan mudah
diperoleh dalam bentuk murni.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini difokuskan pada phlorotannin dalam
fraksi etil asetat yang diisolasi dari alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh
yang hidup tersebar di pantai selatan Yogyakarta. Rumusan masalah sebagai
berikut:
a. Apakah phlorotannin dapat diisolasi dari alga coklat Sargassum cymosum C.
Agardh?
b. Berapakah kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat alga coklat Sargassum
cymosum C. Agardh yang diukur dengan metode Folin Ciocalteau?
C. Keaslian Penelitian
Sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan penelitian tentang
penetapan kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat alga coklat Sargassum
cymosum C. Agardh dengan metode Folin Ciocalteau.
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kandungan phlorotannin
hasil isolasi dari alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Manfaat metodologis
Penelitian ini dapat menjadi acuan tentang penggunaan metode Folin
Ciocalteau dalam penetapan kadar phlorotannin.
3. Manfaat praktis
Memberi informasi kepada masyarakat kandungan polifenol alga coklat
Sargassum cymosum C. Agardh yang bermanfaat di bidang industri
farmasi,kosmetik, dan makanan.
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :
Tujuan umum penelitian ini adalah menetapkan kadar phlorotannin alga
coklat Sargassum cymosum C. Agardh.
2. Tujuan khusus :
a. Melakukan isolasi phlorotannin berupa phlorotannin kasar pada fraksi
etil asetat alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh.
b. Mengetahui kadar phlorotannin dalam alga coklat Sargassum cymosum
C. Agardh yang diukur dengan metode Folin Ciocalteau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Alga coklat Sargassum C. Agardh
Alga coklat marga Sargassum termasuk dalam kelas Phaeophyceae
tumbuh subur di daerah tropis, pada kedalaman laut 0,5 – 10 m, suhu perairan
27,25 – 29,30ºC, salinitas 32 – 33,5%, dan intensitas cahaya matahari berkisar
6500-7500 lux (Kadi, 2007). Alga Sargassum tumbuh berumpun dengan untaian
bercabang-cabang dengan panjang thalli utama mencapai 1-3 m dan tiap
percabangan terdapat gelembung udara berbentuk bulat (Boney, 1965).
Tempat tumbuh alga Sargassum paling banyak di daerah perairan jernih
yang mempunyai substrat dasar batu karang, karang mati, batuan vulkanik dan
benda-benda yang bersifat massive yang berada di dasar perairan. Jenis alga
Sargassum yang banyak tersebar di pantai selatan Pulau Jawa di antaranya adalah
Sargassum binderi, Sargassum crassifolium, Sargassum duplicatum, Sargassum
hystrix, dan Sargassum sp. (Kadi, 2007)
Reproduksi marga Sargassum yang termasuk bangsa Fucales, marga
Sargassaceae dikenal dua cara yaitu; reproduksi asexual (vegetatif) dan sexual
(generatif). Reproduksi vegetatif dilakukan melalui fragmentasi yaitu potongan
thallus berkembang melakukan pertumbuhannya. Reproduksi generatif yaitu
perkembangan individu melalui organ jantan (antheridia) dan organ betina
(oogenia). Organ-organ tersebut terjadi dan berada dalam satu lubang yang
disebut koseptakel (Kadi, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Kandungan bahan kimia utama Sargassum sebagai sumber alginat yaitu
senyawa makronutrien heteropolisakarida. Kandungan makronutrien yang lain
berupa mineral yang tinggi (yodium dan kalsium), protein dan asam amino, lipid
dan asam lemak (asam linolenat, asam eikosapentoat dan asam arakidonat).
Selain itu juga terdapat kandungan mikronutrien antara lain vitamin C, vitamin E,
polifenol, dan karotenoid (Kadi, 2007).
B. Polifenol Alga (Phlorotannin)
Polifenol merupakan suatu senyawa aromatik yang mengandung
substituen gugus –OH. Diantara banyak polifenol tumbuhan, flavonoid seperti
kuersetin adalah bentuk yang paling banyak ditemukan. Akan tetapi, senyawa
fenolik seperti kuinon, lignan, xantin, kumarin, dan lain- lain masih ditemukan
dalam jumlah tertentu. Dengan penambahan struktur monomer dan dimer,
terdapat tiga bentuk penting polimer fenolik yaitu, lignin yang merupakan dinding
sel, melanin sebagai pigmen warna tanaman, dan tannin yang terdapat pada kulit
tanaman (Harborne, 1989).
Polifenol alga atau dikenal sebagai phlorotannin berasal dari unit
phloroglucinol (1,3,5-trihydroxybenzine)(Burtin, 2003). Phlorotannin terdiri dari
molekul dengan struktur dan tingkat polimerisasi yang heterogen yaitu
phloroglucinol (2%) dan oligomernya seperti eckol (trimer, 3%),
phlorofucofuroeckol A (pentamer, 28%), dieckol (hexamer, 7%), 8,8’-bieckol
(hexamer, 7%) dan lainnya (30%). Struktur dan tingkat polimerisasi yang
heterogen memungkinkan phlorotannin memiliki aktivitas biologik yang luas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Kandungan phlorotannin yang paling tinggi ditemukan pada alga coklat, yaitu
antara 5-15% berat kering (Nagayama et al., 2002).
Menurut Glombitza dan Gerstberger (1985), Phlorotannin telah diisolasi
dari spesies pada beberapa genus alga coklat (Eisenia, Fucus, Cystophora,
Chorda, Cystoseria, Laminaria, Bifurcaria) dimana phlorotannin terdiri dari unit
phloroglucinol dengan berpasangan secara oksidatif C – C atau C – O (cit.,
Harborne, 1989). Grosse-Dambues et al. (1983) melaporkan adanya cincin
aromatik yang terhalogenasi dan molekul yang mengandung phloroglucinol
sampai 8 unit. Salah satu bentuk strukturnya adalah fucofuroeckol dari Eisenia
arborea (cit., Harborne, 1989). Dari alga coklat yang lain yaitu Bifurcaria
bifurcata, diisolasi sebuah difenil eter dan dikarakterisasikan sebagai paracetate.
Senyawa ini dinamakan bifuhalol yang diduga sebagai prekursor tannin
Phaeophyta.
OH
OH
HO
Gambar 1. Struktur Phloroglucinol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
O
O
O
OH
O
HO OH
OH
Gambar 2. Struktur Fucofuroeckol
C. Soxhletasi
Soxhletasi merupakan salah satu metode ekstraksi kontinyu yang sering
digunakan jika perbandingan distribusi relatif kecil sehingga untuk pemisahan
yang kuantitatif diperlukan beberapa tahap ekstraksi. Efisiensi pada ekstraksi
jenis ini tergantung pada viskositas fase organik (Khopkar, 1990).
Penyarian berkesinambungan menggunakan alat soxhlet merupakan
penyarian yang menghasilkan ekstrak cair dan dilanjutkan dengan proses
penguapan. Cairan penyari dipanaskan hingga mendidih, kemudian uap penyari
akan naik ke atas kemudian akan mengembun karena didinginkan oleh pendingin
balik. Embun akan turun melalui serbuk simplisia sambil melarutkan kandungan
serbuk simplisia (Anonim, 1986). Pada soxhletasi larutan berkumpul di dalam
wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimal secara otomatis ditarik ke
dalam labu, dengan demikian zat yang terekstraksi tertimbun melalui penguapan
kontinyu dari bahan pelarut murni (Voigt, 1994).
Metode soxhletasi lebih menguntungkan karena uap panas tidak melalui
serbuk simplisia tetapi melalui pipa samping, cairan penyari yang dibutuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
lebih sedikit, dan penyarian dapat langsung diteruskan tanpa menambah volume
cairan penyari (Anomim, 1986).
D. Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah metode analisis yang mengamati interaksi radiasi
elektromagnetik dengan materi. Spektrofotometri memiliki ciri-ciri, yaitu dapat
digunakan pada sistem organik dan anorganik, memiliki selektivitas sedang
sampai tinggi, akurasinya baik, dan mudah dilakukan (Skoog et al., 1998).
Spektrofotometer adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur
transmitan atau serapan suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang,
pengukuran terhadap sederetan sampel pada suatu panjang gelombang tunggal
dapat pula dilakukan (Day dan Underwood, 2002). Sastrohamidjojo (1991)
menyatakan komponen-komponen pokok dari spektrofotometer meliputi: (1)
sumber tenaga radiasi yang stabil, (2) sistem yang terdiri atas lensa- lensa, cermin,
celah-celah, dan lain- lain, (3) monokromator untuk mengubah radiasi menjadi
komponen-komponen panjang gelombang tunggal, (4) tempat cuplikan yang
transparan, dan (5) detektor radiasi yang dihubungkan dengan sistem meter atau
pencatat.
Gambar 3. Diagram sederhana spektrofotometer (Sastrohamidjojo, 1991)
sumber monokro-mator
sel penyerap
detektor meter atau
pencatat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Spektrofotometri visibel adalah bagian dari analisis spektroskopik yang
menggunakan sumber radiasi elektromagnetik sinar tampak (380-780 nm) dengan
instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995).
Spektrofotometri dapat digunakan untuk analisis kuantitatif, oleh karena
banyaknya cahaya yang diserap di frekuensi atau panjang gelombang tertentu
sesuai transisi elektron yang terjadi, sehingga akan menentukan intensitas serapan
(Willard et al., 1988).
Absorbsi radiasi visibel oleh kompleks logam disebabkan satu atau lebih
transisi berikut, yaitu eksitasi ion logam, eksitasi ligan, atau transisi charge
transfer. Eksitasi ion logam dalam kompleks biasanya memiliki daya serap molar
yang kecil (e), 1-100 dan ini tidak berguna dalam analisis kuantitatif (Christian,
2004), akan tetapi transisi kompleks logam menunjukkan serapan yang sangat
intens (e = 103-105) dalam visibel (Ohannesian dan Streeter, 2002).
Kompleks charge transfer terdiri dari gugus elektron donor yang berikatan
dengan elektron aseptor. Ketika mengabsorpsi radiasi, elektron dari donor
berpindah ke orbital aseptor (Skoog et.al., 1993).
Pada absorbsi senyawa anorganik, terjadi transisi antara orbital d yang
terisi dengan tak terisi dengan energi yang bergantung dari ikatan ligan ke ion
pusat (Skoog et.al., 1993). Pada kompleks ion logam dan ligan terjadi transisi
orbital elektron d dari ion logam ke orbital p* dari ligan atau dari orbital elektron
p ligan ke orbital d dari ion logam (Ohannesian dan Streeter, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Intensitas suatu serapan dapat dinyatakan sebagai transmitans (T) yang
didefinisikan sebagai berikut :
....1
Rumusan yang lebih tepat untuk intensitas serapan diturunkan dari hukum
Lambert-Beer. Hukum ini menyatakan hubungan antara serapan dengan tebalnya
cuplikan dan konsentrasi bahan penyerap.
Hubungan tersebut dinyatakan sebagai berikut :
....2
Keterangan :
T = persen transmitan Io = intensitas radiasi yang datang I = intensitas radiasi yang diteruskan e = daya serap molar (L.mol-1.cm-1) c = konsentrasi larutan (mol.L-1) b = panjang sel (cm) A = serapan (Silverstein et al., 1991)
E. Kolorimetri
Kolorimetri adalah suatu teknik pengukuran cahaya yang diabsorbsi oleh
zat berwarna, baik yang terbentuk dari asalnya maupun yang bereaksi dengan zat
lain (Khopkar, 1990). Metode kolorimetri didasarkan pada gugus amin aromatik,
amin alifatik, atau gugus yang bereaksi membentuk kompleks serta memiliki
rantai panjang. Metode ini lebih banyak digunakan karena lebih sederhana dan
lebih sensitif. Yang ditentukan pada kolorimetri adalah serapan cahaya oleh
A = IIo
log = e b c
T = IoI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
larutan yang berwarna. Kadar larutan dibuat dengan konsentrasi menaik dan
membandingkan dengan senyawa yang dianalisis. Kolorimetri juga mencakup
pengubahan senyawa tidak berwarna menjadi berwarna dan penentuan
fotometrinya dilakukan dalam daerah sinar tampak (Roth dan Blaschke, 1994).
Kriteria analisis kolorimetri yang baik adalah :
a. menghasilkan reaksi warna yang khusus dan intensif
Untuk mendapatkan hasil yang akurat maka warna yang dihasilkan harus sama
dan waktu untuk mencapai warna yang maksimal harus cukup lama.
b. keterulangan
Kolorimetri harus memberikan hasil reprodusibel pada kondisi spesifik.
c. kejernihan larutan
larutan harus bebas dari pengotor jika pembanding yang dibuat dengan
standar. Kekeruhan akan menyerap cahaya.
d. kepekaan yang tinggi
hal ini baik bila waktunya sudah ditentukan, maka reaksi warnanya memiliki
kepekaan yang tinggi. Hal ini juga akan menarik bila hasil reaksi menyerap
secara kuat dalam visibel daripada dalam UV (Vogel,1978)
F. Metode Folin Ciocalteau
Menurut Van Alstyne (1995), total senyawa fenolik dapat ditentukan
dengan metode Folin Ciocalteau yang dimodifikasi (cit., Hammerstrom, Dethier,
dan Duggins, 1998) dan diband ingkan dengan standar phloroglucinol. Metode
Folin Ciocalteau direkomendasikan karena lebih memberikan warna pada sampel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dan sedikit kecenderungan untuk berinterferensi dengan komponen non-fenolik
daripada metode yang lain (Waterman dan Mole, 1994).
Reagen Folin Ciocalteau merupakan larutan kompleks ion polimerik dari
asam fosfomolibdat dan asam heteropolifosfotungstat (Jansoon, 2005). Reagen
ini dibuat dengan mencampur sodium tungstat dan asam fosfomolibdat dalam
asam fosfat, dididihkan selama 2 jam, kemudian didinginkan, dipekatkan, dan
disaring. Modifikasi dari metode ini terdiri dari penambahan lithium sulfat dan
bromin ke dalam reagen fosfotungstat–fosfomolibdat pada akhir fase pendidihan,
dilanjutkan dengan pendinginan dan pemekatan. Penambahan lithium mencegah
pembentukan endapan yang dapat berinterferensi dengan pembentukan intensitas
warna (Folin dan Ciocalteau, 1944).
Reaksi ini berdasar pada reduksi campuran dari reagen fosfotungstat
(WO4-) – fosfomolibdat (MoO4
2-) oleh gugus hidroksil fenolik (Box, 1983).
Reagen Folin Ciocalteau merupakan rangkaian polimerik yang memiliki bentukan
umum dengan pusat unit tetrahedral fosfat (PO43-) yang dikelilingi beberapa unit
oktahedral asam-oksi molibdenum. Sehingga kompleks oktahedral yang
terbentuk merupakan kompleks MoO3-fosfat dengan fosfor (P) sebagai pusatnya.
Molibdat pada kompleks tersebut dapat disubstitusi oleh tungsten (W). Reaksi
tersebut menghasilkan warna biru ungu yang dapat diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer (Jansoon, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
G. Keterangan empiris
Tumbuhan alga mengandung phlorotannin yang merupakan senyawa
polifenol yang hanya ditemukan pada tumbuhan alga khususnya spesies alga
coklat.
Phlorotannin dalam fraksi etil asetat alga coklat Sargassum cymosum C.
Agardh merupakan phlorotannin dengan polimer intermediet yang memiliki
aktifitas mengabsorbsi radiasi sinar ultraviolet secara maksimum sehingga dapat
dikembangkan menjadi produk sediaan sunscreen.
Crude phlorotannin dapat diperoleh dengan mengekstraksi tanaman
menggunakan metode soxhletasi dengan penyari metanol. Dipilih metode
soxhletasi untuk efisiensi penyari dan phlorotannin masih dapat dipertahankan
hingga suhu 170°C dilihat dari sifat fisika-kimia monomernya yaitu
phloroglucinol. Ekstrak kental kemudian difraksinasi dengan kloroform, akuades,
dan etil asetat sehingga didapatkan fraksi etil asetat alga coklat. Digunakan
penyari metanol, dimana dari hasil orientasi diperoleh rendemen lebih banyak
dibandingkan dengan penyari etanol.
Dalam pengukuran kadar digunakan metode kolorimetri dengan pereaksi
Folin Ciocalteau sebagai senyawa pengkompleks membentuk senyawa berwarna
biru yang dapat diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer visibel.
Metode ini digunakan karena merupakan metode pilihan untuk mengestimasi
kandungan fenol total dalam tanaman. Metode Folin Ciocalteau berdasar atas
kemampuan mereduksi gugus hidroksil pada fenol sehingga tidak spesifik namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
sangat sensitif untuk mendeteksi semua kandungan senyawa polifenol dalam
fraksi etil asetat alga coklat. Keuntungan metode Folin Ciocalteau adalah
prosedurnya sederhana dan praktis karena hanya menggunakan satu jenis
pereaksi.
Kadar phlorotannin yang terukur adalah kadar phlorotannin ekivalen
dengan phloroglucinol (mg PGE/ g fraksi). Digunakan standar phloroglucinol
karena merupakan monomer dari phlorotannin. Phloroglucinol memiliki gugus
pereduksi yang dapat dikembangkan sebagai produk sediaan sunscreen,
strukturnya sederhana, mirip dengan struktur polifenol alga dan mudah diperoleh
dalam bentuk murni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian non-eksperimental karena tidak
ada intervensi atau perlakuan terhadap fenomena yang diamati.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
a. Variabel penelitian ini adalah kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat
alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh.
b. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah volume cairan
penyari untuk mengisolasi phlorotannin alga coklat Sargassum cymosum
C. Agardh, tempat panen alga coklat di pantai Drini, waktu panen pada
bulan Maret, komposisi reagen saat analisis.
c. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah umur alga
coklat yang dipanen, suhu dan kelembaban ruangan saat percobaan.
2. Definisi Operasional
a. Simplisia alga coklat merupakan alga coklat Sargassum cymosum C.
Agardh yang diambil dari Pantai Drini, Gunung Kidul, Yogyakarta dengan
ciri thallus alga pendek berwarna coklat, daun panjang, dan bentuk
kantung udara bergerigi .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
b. Ekstrak metanol alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh adalah hasil
ekstraksi serbuk simplisia alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh
dengan metode soxhletasi menggunakan pelarut metanol sampai jernih
selama 56 jam.
c. Fraksi etil asetat alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh adalah fraksi
yang diperoleh dengan cara fraksinasi dengan pelarut etil asetat dari
ekstrak metanol simplisia alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh.
d. Kadar phlorotannin adalah jumlah polifenol total yang terhitung ekivalen
dengan phloroglucinol dalam fraksi etil asetat alga coklat Sargassum
cymosum C. Agardh (mg PGE/g fraksi) yang ditetapkan secara
spektrofotometri dengan metode kolorimetri Folin Ciocalteau.
C. Bahan atau Materi Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. simplisia alga coklat (Sargassum cymosum C. Agardh) dari pantai Drini,
Gunung Kidul, Yogyakarta
2. metanol p.a (pro analisis) (Merck, Germany)
3. kloroform p.a. (Merck, Germany)
4. etil asetat p.a. (Merck, Germany)
5. aseton (Merck, Germany)
6. phloroglucinol (Merck, Germany)
7. Na-Karbonat (Merck, Germany)
8. reagen Folin Ciocalteau ( Sigma Chem, Co., USA.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
9. akuades (Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma)
D. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. seperangkat spektrofotometer UV-VIS Perkin Elmer Lambda 20
2. timbangan elektrik BP 160 dan scaltec SBC 22 readability 0,01 mg
3. seperangkat alat titrasi Karl Fischer Mettler DL-18
3. vaccum rotary evaporator (Buchi)
4. waterbath (Abo-tech)
5. mikropipet 0,5-10 _l, 100-1000 _l. (Acura 825, Socorex)
6. tabung reaksi bertutup (Scott-Germany)
7. alat-alat untuk soxhletasi, yaitu soxhlet, kertas filter Schleicher & Schuell, labu
alas bulat (Schott Duran,
Germany), heating mantle
8. alat sentrifus, homogenizer (Vortex Genie)
9. corong pisah 500 mL
10. alat-alat gelas yang lazim digunakan untuk penelitian di laboratorium analisis
(PYREX-GERMANY)
E. Tata Cara Penelitian
1. Preparasi sampel alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh.
Simplisia alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh yang diperoleh dari
petani dikumpulkan dan dicuci dengan air mengalir, kemudian diuapi dengan air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
mendidih. Selanjutnya dikeringkan dengan oven pada suhu 90º C dan diserbuk.
Penetapan kadar air serbuk alga dilakukan dengan menggunakan metode Karl
Fischer. Serbuk alga ditimbang 0,2 gram, kemudian tambahkan 10 mL metanol,
didiamkan selama 1 hari pada suhu kamar. Dilakukan pre-titrasi pada alat, lalu
dilakukan uji kebocoran alat, hingga didapat angka drift 10-50 pada alat.
Dilakukan standardisasi dengan cara menimbang spuit berisi air dan dimasukkan
1 tetes air ke dalam alat. Kemudian ditimbang kembali untuk menentukan berat
air yang dimasukkan. Dihitung kesetaraan air. Dimasukkan 1 mL metano l dan
dititrasi dengan alat (blanko). Kemudian 1 mL sampel dimasukkan, dititrasi
dengan alat, dihitung kadar air dalam sampel dengan menggunakan rumus :
Kadar Air =ditimbang yangberat
blanko(10)x −x 100%
x = angka yang muncul pada alat(%) x 10.000 mg atau berat konversi.
2. Uji kualitatif senyawa fenolik
a. Preparasi eksktrak
Tiga puluh mL metanol 80 % ditambahkan pada 10 g serbuk alga. Lalu
diletakkan ke dalam wadah dan dipanaskan pada waterbath selama ± 1 jam.
Dinginkan pada suhu ruang. Kemudian disaring menggunakan corong Buchner
yang sesuai. Ditambahkan 5 mL metanol 80 % lagi dan disaring.
b. Uji polifenol dan tannin
Sejumlah volume yang setara dengan 10 g ekstrak metanol 80 % yang
telah disiapkan sebelumnya pada langkah preparasi ekstrak, diuapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
menggunakan waterbath. Ditambahkan 25 mL akuades panas, dicampur secara
merata. Dibiarkan hingga dingin pada suhu kamar. Ditambahkan 3-4 tetes larutan
NaCl 10 %. Kemudian ekstrak disaring dengan menggunakan vacuum. Filtrat
dibagi ke dalam 4 tabung masing-masing 3 mL. Pada tabung I ditambahkan 4-5
tetes larutan gelatin 1 %. Pada tabung II ditambahkan 4-5 tetes pereaksi garam
gelatin (gelatin 1% ditambahkan NaCl 10 %). Pada tabung III ditambahkan 3-4
tetes ferri klorida. Tabung IV dijadikan kontrol dan tidak ditambahkan pereaksi
apapun. Diamati warna yang terbentuk pada setiap tabung.
3. Isolasi crude phlorotannin
Serbuk alga ditimbang sebanyak 80 g. Kemudian serbuk dimasukkan ke
dalam kertas filter Schleicher & Schuell dan dimasukkan dalam labu soxhlet.
Setelah itu diberi pelarut metanol sebanyak 2 kali sirkulasi. Proses soxhletasi
dilakukan sampai tetesan pelarut jernih dengan suhu ± 120º C. Hasil soxhletasi
diuapkan pelarutnya dengan menggunakan vacuum rotary evaporator sampai
volume yang kecil (1/10 dari volume mula-mula). Selanjutnya ditambahkan 60
mL metanol, 120 mL kloroform, dan 45 mL air kemudian digojog dan didiamkan
hingga membentuk dua lapisan. Dipisahkan antara lapisan atas dan lapisan
bawah, selanjutnya lapisan atas diekstraksi dengan etil asetat dua kali masing-
masing 75 mL. Fraksi etil asetat dikumpulkan, selanjutnya diuapkan, dan
diperoleh ekstrak yang merupakan crude phlorotannin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
4. Optimasi metode kolorimetri dengan Folin Ciocalteau
a. Pembuatan larutan standar
Standar (phloroglucinol) ditimbang seksama lebih kurang 0,05 g, kemudian
dilarutkan dalam aseton 75% sampai volume 50,0 mL. Seri konsentrasi larutan
intermediet dipipet dari larutan induk sebanyak 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4;0; 5,0; dan 6,0
mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 mL dilarutkan dengan aseton 75%,
sehingga konsentrasinya menjadi 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4;0; 5,0; dan 6,0 ppm.
b. Penentuan operating time (OT)
Larutan intermediet 4,0 ppm dipipet sebanyak 0,5 mL dan dimasukkan ke
dalam labu ukur 50,0 mL yang mengandung 2,5 mL pereaksi fenol Folin
Ciocalteau yang telah diencerkan dengan akuades (1:1). Campuran didiamkan
selama 2 menit lalu ditambahkan 7,5 mL Na2CO3 1,9 M, dan ditambah akuades
sampai volume 50,0 mL. Absorbansi diukur setiap 2 menit pada panjang
gelombang teoritis phloroglucinol (750 nm) selama 90 menit.
c. Penentuan panjang gelombang maksimum (? maks)
Larutan intermediet phloroglucinol dengan konsentrasi 1,0; 3,0; dan 6,0
ppm dipipet sebanyak 0,5 mL dan dimasukkan ke dalam labu takar 50,0 mL yang
mengandung 2,5 mL pereaksi fenol Folin Ciocalteau yang telah diencerkan
dengan akuades (1:1). Campuran didiamkan selama 2 menit, lalu ditambah 7,5
mL Na2CO3 1,9 M, dan akuades sampai volume 50,0 mL. Campuran diinkubasi
pada suhu ruang selama OT. Pada 15 menit pertama dan 15 menit kedua,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
campuran divortex selama 30 detik, kemudian campuran hasil reaksi disentrifus
dengan kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Supernatan diukur serapannya pada
operating time pada rentang panjang gelombang 400 – 900 nm. Panjang
gelombang maksimum ditentukan dari spektrogram yang didapatkan.
5. Penetapan kurva baku phloroglucinol
Larutan intermediet dipipet masing-masing sebanyak 0,5 mL dan dimasukkan
ke dalam labu ukur 50,0 mL yang mengandung 2,5 mL pereaksi fenol Folin-
Ciocalteau yang diencerkan (1:1), biarkan selama 2 menit. Selanjutnya ditambahkan
7,5 mL Na2CO3 1,9 M dan dicampur dengan akuades sampai 50,0 mL. Campuran
divortex setiap 15 menit, selama 30 detik, sebanyak 2 kali vortex. Kemudian
disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 4000 rpm dan diambil supernatannya.
Absorbansi diukur pada panjang gelombang maksimum hasil scanning (750,1
nm). Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali. Dihitung data yang didapat dengan
program regresi linier sehingga didapatkan persamaan kurva baku.
6. Estimasi kadar polifenol total pada sampel fraksi etil asetat alga coklat
Sargassum cymosum C. Agardh
Lebih kurang 0,05 g fraksi etil asetat alga coklat Sargassum cymosum C.
Agardh ditimbang dengan seksama, kemudian dilarutkan dalam aseton 75%
hingga volumenya 50,0 mL. Diambil 10,0 mL larutan sampel alga coklat dan
dimasukkan ke dalam labu takar 50,0 mL yang mengandung 2,5 mL pereaksi
fenol Folin Ciocalteau yang telah diencerkan dengan akuades 1:1. Campuran
didiamkan selama 2 menit kemudian ditambahkan 7,5 mL Na2CO3 1,9 M dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
akuades sampai volume 50,0 mL. Campuran tersebut diinkubasi pada temperatur
ruang selama OT untuk menyempurnakan reaksi sampai terbentuk warna biru
(pada 15 menit pertama dan 15 menit kedua, campuran tersebut divortex selama
30 detik). Kemudian, campuran reaksi disentrifus dengan kecepatan 4000 rpm
selama 5 menit dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum
menggunakan spektrofotometer visibel. Absorbansi dimasukkan ke persamaan
kurva baku. Konsentrasi polifenol total dihitung ekivalen dengan phloroglucinol
(mg PGE / g fraksi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Preparasi Sampel Alga Coklat Sargassum cymosum C. Agardh
Pengambilan simplisia dilakukan di Pantai Drini, Gunung Kidul,
Yogyakarta. Simplisia alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh diperoleh dari
petani alga pada tanggal 23 Maret 2007 pada pukul 16.00 – 17.00 WIB. Menurut
petani, saat pengambilan simplisia temperatur air sekitar 27º-30º C, cuaca
mendung dan gerimis. Hal tersebut perlu diketahui sebab menurut Yates dan
Peckol (1993) parameter lingkungan seperti salinitas, ketersediaan nutrisi dan
cahaya, irradiasi UV, dan intensitas herbivora dapat mempengaruhi kadar
phlorotannin (cit., Koivikko, 2005).
Selanjutnya simplisia alga coklat yang didapat diidentifikasi dengan
bantuan dari Laboratorium Sistematika Tumbuhan (Fakultas Biologi UGM,
Yogyakarta). Dengan kesimpulan bahwa simplisia alga coklat termasuk dalam
ordo Fucales, familia Sargassaceae, genus Sargassum, spesies Sargassum
cymosum C. Agardh. (lihat lampiran 1).
Simplisia Alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh dicuci dengan air
mengalir untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang berupa epifit, pasir
(silikat), dan benda-benda asing yang ikut terbawa saat proses pengambilan
simplisia. Pengotor-pengotor harus dihilangkan sebab dapat mengganggu hasil
analisis. Senyawa silikat dapat membentuk kompleks molibdat yang berupa
H6[SiMo12O40].n H2O dari reagen Folin Ciocalteau dalam suasana asam sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
bila tidak dihilangkan akan mengganggu dalam analisis sampel (Auterhoff dan
Knabe, 1978).
Alga coklat Sargassum tumbuh dalam habitat laut yang terdiri dari
bermacam-macam species alga. Maka perlu dilakukan sortasi untuk memisahkan
spesies alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh dari species alga coklat
Sargassum yang lain. Pemisahan dilakukan dengan melihat ciri-ciri fisik dari alga
coklat Sargassum cymocum C. Agardh yaitu thallus pendek berwarna coklat, daun
panjang dan bentuk kantung udara yang bergerigi. Sortasi dilanjutkan dengan
membuang bagian akar dengan bantuan pisau atau gunting. Hal ini untuk
menghilangkan materi asing berupa karang yang masih melekat pada akar
tumbuhan alga. Saat sortasi juga ditemukan senyawa kalsium berupa butiran
kapur berwarna putih yang merupakan hasil kalsifikasi tumbuhan alga. Akan
tetapi Ca bukanlah reduktor sehingga tidak dapat mereduksi reagen Folin
Ciocalteau, dan kalsium disini tidak akan mengganggu proses analisis.
Setelah simplisia yang dikumpulkan benar-benar merupakan alga coklat
Sargassum cymosum C. Agardh, maka selanjutnya simplisia diproses dalam
autoklaf pada suhu 100º C selama 30 menit untuk menginaktivasi enzim
polimerase yaitu Polyphenol Oxydase (PPO). Menurut Mustapha dan Ghalem
(2007), enzim PPO dapat menjadi inaktif dengan direbus dalam air panas pada
100º C selama 1,5 menit.
Enzim PPO mengkatalisis hidroksilasi monofenol menjadi o-difenol, yang
selanjutnya dapat mengkatalisis oksidasi o-difenol menjadi o-kuinon. Polimerasi
o-kuinon menghasilkan pigmen berupa senyawa polifenol. Jika enzim PPO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
inaktif maka proses polimerasi fenol akan terhenti dan tidak akan terbentuk
polimer polifenol yang lebih panjang. Proses oksidasi fenol oleh enzim PPO
dapat digambarkan sebagai berikut:
HOHO
O
O
o-quinone
HO
O O
Enzim PPO Enzim PPO
Gambar 4. Proses oksidasi fenol oleh enzim polifenol oksidase (PPO)
Setelah proses inaktivasi dengan menggunakan autoklaf, simplisia
kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 90º C agar benar-benar kering
sehingga mudah dihancurkan menjadi serbuk dengan menggunakan blender.
Tujuan penyerbukan disini adalah untuk memperluas bidang permukaan butiran
serbuk dan dengan demikian bidang kontak serbuk dengan cairan pengekstraksi
dapat ditingkatkan. Semakin kecil ukuran serbuk maka akan semakin optimal
proses ekstraksi karena banyak terjadi sel-sel yang rusak, yang kandungannya
dapat diambil langsung oleh cairan pengekstrak. Akan tetapi serbuk yang sangat
halus juga tidak menguntungkan, sebab cairan pengekstraksi akan sulit dipisahkan
dengan penyaringan dari sisa yang tertinggal setelah proses ekstraksi selesai.
Maka setelah diblender, serbuk diayak agar memiliki derajad halus 20/30. Proses
ini dilakukan supaya pembasahan serbuk dapat baik sehingga penyarian dapat
berjalan dengan optimal.
Selanjutnya serbuk di tetapkan kadar airnya dengan metode Karl Fischer.
Kadar air harus di kontrol di bawah 10% sebagaimana disebutkan dalam Materia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Medika Indonesia (MMI) untuk simplisia tanaman pada umumnya. Hal ini karena
kandungan air memungkinkan terjadinya kontaminasi mikrobial. Selain itu reaksi
hidrolitik oleh air dapat pula mengakibatkan cepatnya perusakan bahan aktif.
Prinsip penetapan kadar air dengan metode Karl Fischer adalah reaksi kuantitatif
antara larutan anhidrat belerang dioksida dengan iodium dengan adanya dapar
yang bereaksi dengan ion hidrogen. Reaksi ini merupakan reaksi redoks dimana
iod akan mereduksi garam dioksida dan iod sendiri mengalami oksidasi.
Kelebihan metode Karl Fischer adalah spesifik mengukur kadar air dalam sampel,
jumlah sampel yang digunakan untuk analisis relatif sedikit, dan hasilnya akurat.
H2O I2 SO22HI SO3+ + + (3)
SO2 I2
NO2S O
H2O
CH3OH
N NHI
N
H SO4CH3
NO2S O
+ + + 3 2 +
+
Gambar 5. Reaksi penetapan kadar air dengan Karl Fischer (Evans, 2002)
Kadar air yang terukur dari serbuk alga dengan 3 kali replikasi sebesar
3,7%; 3,5%; dan 2,7%. Sehingga hasil penetapan kadar airnya adalah 3,3 ± 0,5 %
dan memenuhi syarat untuk simplisia kering menurut MMI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
B. Uji Kualitatif Senyawa Fenolik
Salah satu kandungan mikronutrien dari tumbuhan alga coklat adalah
polifenol yang dikenal sebagai phlorotannin yang berbeda dari polifenol pada
tumbuhan terestrial (Burtin, 2003)
Tujuan dilakukannya uji polifenol adalah untuk memperkuat bukti adanya
kandungan polifenol dalam alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh. Adanya
polifenol ditunjukkan dengan warna hijau-biru yang terjadi pada filtrat alga
setelah ditetesi pereaksi FeCl3.
Hasil pengamatan sampel serbuk alga coklat Sargassum cymosum C.
Agardh menunjukkan hasil positif mengandung senyawa polifenol. Sebelum
penambahan FeCl3 filtrat ekstrak alga coklat berwarna kuning pucat. Warna biru
yang terjadi setelah penambahan FeCl3 dikarenakan terbentuknya kompleks ion
Fe3+ dengan gugus-gugus fenol. Hasil uji polifenol ditunjukkan pada tabel I
berikut:
Tabel I. Hasil uji kandungan senyawa polifenol serbuk alga Sargassum cymosum C.
Agardh
Warna sebelum reaksi Warna sesudah reaksi Kuning pucat biru gelap di bagian tengah (+)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
HO OH
OH
FeCl3Fe3+
HO
OHO
O
OHO
OHHO
3 ++ 3HCl
OH
phloroglucinol kompleks berwarna biru-ungu
Gambar 6. Reaksi pembentukan kompleks gugus fenolik dan FeCl3
Adanya senyawa fenol berupa tannin juga ditunjukkan dengan
terbentuknya endapan setelah penambahan gelatin maupun setelah penambahan
gelatin dan NaCl. Penambahan NaCl dapat meningkatkan kepekaan reaksi
sehingga akan dihasilkan endapan dalam jumlah lebih banyak dibandingkan
dengan penambahan gelatin saja. Endapan terjadi karena kemampuan tannin
menyamak kulit. Selain itu tanin memiliki afinitas yang kuat terhadap gelatin
sehingga gelatin mengalami presipitasi. Ikatan yang terjadi antara tannin dan
gelatin merupakan ikatan hidrogen dan terdapat interaksi hidrofobik sehingga
endapan yang terbentuk bersifat reversible.
C. Isolasi Crude Phlorotannin
Serbuk alga ditimbang lebih kurang 80 g kemudian diekstraksi dengan
metode soxhletasi dengan cairan penyari metanol. Dipilih metode soxhletasi
untuk efisiensi penyari dan phlorotannin masih dapat dipertahankan hingga suhu
170°C dilihat dari sifat fisika-kimia monomernya yaitu phloroglucinol. Metanol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
digunakan untuk menarik senyawa-senyawa yang bersifat polar. Metanol
memiliki gugus hidroksil sehingga mampu membentuk ikatan hidrogen
intramolekular dengan gugus hidroksil pada senyawa fenolik sehingga polifenol
cenderung larut dalam metanol. Ekstraksi dihentikan sampai cairan penyari
benar-benar jernih untuk memastikan semua senyawa polar telah larut dalam
metanol. Akan tetapi hal tersebut tidak menjamin bahwa seluruh kandungan
phlorotannin telah larut dalam metanol dengan sempurna. Untuk itu sebenarnya
perlu dilakukan optimasi terhadap lama waktu soxhletasi. Namun dalam
penelitian ini hal tersebut tidak dilakukan dan soxhletasi berlangsung selama 56
jam. Kemudian hasil soxhletasi diuapkan pelarutnya menggunakan vacuum
rotary evaporator agar diperoleh ekstrak kental.
Selanjutnya dilakukan fraksinasi terhadap ekstrak metanol kental dengan
menggunakan pelarut kloroform dan air sehingga terjadi pemisahan menjadi 2
lapisan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan berat molekul (BM) dimana fraksi
metanol-air lebih ringan daripada fraksi kloroform. Kloroform merupakan pelarut
yang cenderung non polar dibanding dengan metanol-air, sehingga memiliki
kecenderungan menarik kandungan non polar seperti lipid (Padda, 2006).
Sedangkan metanol-air cenderung menarik kandungan polar karena sifatnya yang
lebih polar dibandingkan kloroform.
Lapisan bawah (fraksi kloroform) dibuang dan lapisan atas (fraksi
metanol-air) difraksinasi kembali dengan etil asetat sebanyak 2 kali. Fraksinasi
dilakukan secara berulang dengan jumlah pelarut sedikit dimaksudkan untuk
mengefektifkan permurnian artinya senyawa yang diinginkan akan didapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dalam jumlah yang lebih banyak. Fraksi etil asetat dikumpulkan dan diuapkan
pelarutnya untuk selanjutnya ditetapkan kadarnya secara kolorimetri dengan
reagen Folin Ciocalteau.
D. Optimasi Metode Kolorimetri dengan Reagen Folin Ciocalteau
1. Pembuatan larutan standar phloroglucinol
Standar yang digunakan adalah phloroglucinol yang merupakan
monomer dari phlorotannin. Standar phloroglucinol dilarutkan dalam aseton 75
%. Tidak digunakan pelarut metanol karena masih memiliki gugus hidroksil yang
dapat mereduksi kompleks asam dalam reagen Folin Ciocalteau sehingga
meningkatkan resiko kesalahan saat pembacaan absorbansi. Untuk itu diganti
menggunakan pelarut aseton 75% untuk menghilangkan intervensi absorbansi
warna dari pelarut metanol. Selanjutnya larutan direaksikan dengan reagen Folin
Ciocalteau, dibiarkan selama 2 menit, lalu ditambahkan Na2CO3 1,9 M untuk
memberikan suasana basa. Setelah penambahan basa larutan menjadi berwarna
biru. Kemudian campuran divortex agar homogen dan disentrifus dengan
kecepatan 4000 rpm selama 5 menit untuk mengendapkan senyawa-senyawa yang
tidak larut dalam aseton maupun air. Supernatan yang berupa larutan jernih hasil
sentrifugasi berwarna biru sedangkan endapan berwarna putih. Supernatan
tersebut yang kemudian dibaca absorbansinya menggunakan spektrofotometer
visibel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
2. Penentuan operating time (OT)
Operating time merupakan tahap pertama yang harus dilakukan dalam
optimasi metode kolorimetri. Penentuan OT bertujuan untuk mengetahui waktu
pengukuran dimana pada rentang waktu tersebut senyawa memberikan serapan
yang stabil. Hal itu berarti semua senyawa fenolat telah mereduksi reagen Folin
Ciocalteau dengan sempurna.
Pada penelitian ini pengukuran OT dilakukan setelah penambahan Na2CO3
atau sejak terbentuknya warna. Pengukuran operating time kompleks
molybdenum blue dihasilkan dari larutan baku phloroglucinol dengan konsentrasi
4,0 ppm dilakukan pada panjang gelombang teoritis yaitu 750 nm. Hasil
penetapan operating time berupa kurva hubungan serapan vs waktu menunjukkan
serapan stabil pada menit ke 50 hingga menit ke 90 dengan absorbansi 0,454.
Pengukuran serapan untuk kurva baku dan sampel dilakukan menit ke-60 agar
semua pengukuran dilakukan pada rentang waktu operasi yang sama sehingga
semua mendapat perlakuan yang sama. Berikut ini adalah hasil pengukuran
operating time yang disajikan dalam bentuk kurva waktu vs serapan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
abso
rban
si
0,100
0,200
0,600
0,400
0,300
0,500
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00
Waktu (menit)
Gambar 7. Kurva waktu vs serapan hasil penetapan operating time
3. Penentuan panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang maksimum adalah panjang gelombang saat suatu
senyawa memberikan serapan yang maksimum. Penentuan panjang gelombang
maksimum merupakan syarat dalam analisis kuantitatif secara spektrofotometri,
karena serapan senyawa yang diukur pada panjang gelombang maksimum akan
memberikan sensitifitas serapan yang maksimum dan kesalahan pembacaan
serapan yang minimum (Fatah, 1989). Pada panjang gelombang maksimum
perubahan serapan untuk setiap satuan konsentrasi paling besar sehingga
diperoleh kepekaan analisis maksimum, selain itu juga pita serapan di sekitar
panjang gelombang datar, sehingga kesalahan yang terjadi relatif kecil pada
pengulangan. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan pada tiga
kadar yang berbeda larutan baku phloroglucinol, yaitu 0,1; 0,3; dan 0,6 ppm. Hal
ini dilakukan agar didapat hasil yang meyakinkan bahwa pada panjang gelombang
tersebut memang terjadi serapan yang maksimum. Warna kompleks molybdenum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
blue berada di daerah panjang gelombang cahaya tampak, sehingga pengukuran
panjang gelombang maksimum dilakukan dalam rentang 400 nm sampai 900 nm
karena daerah cahaya tampak terletak antara 380 nm sampai 780 nm. Berikut
hasil pengukuran panjang gelombang serapan maksimum:
λ (wavelength)
a b s o r b a n c e u n i t ( a u )
0,100 0,200
0,300
0,400 0,500
0,700
0,600
0,800
Gambar 8. Hasil pembacaan ?maks phloroglucinol 3 macam kadar phloroglucinol (A = 6,0 ppm; B = 3,0 ppm; C = 1,0 ppm setelah direaksikan dengan Folin
Ciocalteau
Hasil pengukuran ketiga konsentrasi baku, diperoleh spektrum serapan
yang menunjukkan panjang gelombang maksimum yang berbeda, yaitu pada
kadar 0,1; 0,3; dan 0,6 ppm berturut-turut diperoleh panjang gelombang
maksimum 758,7; 750,1; dan 743,4 nm. Panjang gelombang maksimum yang
diperoleh cenderung bergeser ke panjang gelombang yang lebih kecil setara
dengan semakin meningkatnya konsentrasi larutan baku phloroglucinol. Hal ini
mungkin dikarenakan adanya ionisasi fenolik menjadi ion fenolat yang dapat
mengabsorbsi cahaya pada tingkat energi lebih kecil sehingga panjang gelombang
menjadi lebih besar. Akan tetapi pada pembacaan absorbansi standar
A B C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
phloroglucinol pada ketiga panjang gelombang tersebut diperoleh hasil
pembacaan absorbansi yang tidak berbeda jauh. Perbedaan panjang gelombang
maksimum ini dapat juga dikarenakan tidak terkontrolnya pH larutan sehingga
terjadi dua bentuk reduksi dari reagen Folin Ciocalteau. Senyawa kompleks
molybdenum blue yang terukur bukan merupakan satu bentuk senyawa namun
berupa campuran dari dua bentuk senyawa molydenum blue dengan rumus
struktur yang berbeda.
Menurut penelitian Zhang et al. (2006) tentang estimasi kandungan
polifenol total berdasarkan reaksi Folin Ciocalteau, panjang gelombang
maksimum untuk sampel A. nodosum dan standar phloroglucinol adalah 750 nm.
Sehingga dipilih panjang gelombang 750,1 nm untuk pengukuran sampel dan
baku karena mendekati panjang gelombang teoritis.
E. Penetapan Kurva Baku Phloroglucinol
Pembuatan kurva baku bertujuan mendapatkan persamaan garis regresi
linier yang digunakan menghitung kadar phlorotannin dalam sampel. Pembuatan
kurva baku digunakan 6 seri larutan phloroglucinol dengan konsentrasi yang
berbeda yakni 0,1024; 0,2048; 0,3071; 0,4095; 0,5119; dan 0,6143 mg/100mL.
Kemudian, seri kadar larutan baku phloroglucinol diukur serapannya pada
panjang gelombang maksimum 750,1 nm dan selanjutnya dibuat kurva hubungan
antara kadar dengan serapan. Replikasi kurva baku dilakukan tiga kali. Hasil
pengukuran serapan larutan phloroglucinol untuk pembuatan kurva baku disajikan
pada tabel di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Tabel II. Data untuk persamaan kurva baku
Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Seri Baku
Kadar (mg/100mL) absorbansi
Kadar (mg/100mL) absorbansi
Kadar (mg/100mL) absorbansi
1 0,1024 0,138 0,1046 0,132 0,1008 0,134 2 0,2048 0,269 0,2091 0,257 0,2016 0,255 3 0,3071 0,405 0,3137 0,407 0,3025 0,41 4 0,4095 0,516 0,4182 0,514 0,4033 0,506 5 0,5119 0,648 0,5228 0,643 0,5041 0,636 6 0,6143 0,796 0,6274 0,712 0,6049 0,724 A 0,0082 A 0,0277 A 0,0253 B 1,2665 B 1,1381 B 1,1871 R 0,9994 R 0,9956 r 0,9972
Koefisien korelasi menunjukkan hubungan antara konsentrasi dengan
serapan. Nilai koefisien korelasi mendekati satu artinya hubungan antara kadar
dan serapan mendekati linier dan sesuai hukum Lambert-Beer. Berdasarkan nilai
r hitung yang diperoleh, ketiga kurva baku tersebut kemudian dibandingkan nilai r
tabel (pada taraf kepercayaan 95%, df 4) diperoleh nilai r hitung ketiga kurva
baku lebih besar dari r tabel yakni 0,811. Intersep dari persamaan garis regresi
linier hasil replikasi I kecil yakni 0,0082. Hal ini berarti ada korelasi yang baik
antara konsentrasi dengan serapan, dan korelasi terbaik dihasilkan oleh kurva
baku replikasi I yang dibuktikan dengan nilai r hitung kurva baku replikasi I > r
hitung kurva baku replikasi III > r hitung kurva baku replikasi II. Maka dari
ketiga persamaan kurva baku tersebut dipilih kurva baku I untuk menetapkan
kadar sampel. Persamaan kurva baku yang digunakan adalah Y = 1,2665 X +
0,0082.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Hubungan antara kadar phloroglucinol dan nilai absorbansi dari
persamaan baku yang dipilih (replikasi I) disajikan pada gambar 9 di bawah ini:
Gambar 9. Kurva baku hubungan kadar dan absorbansi phloroglucinol
F. Penetapan Kadar Phlorotannin Fraksi Etil Asetat Alga Coklat
Sargassum cymosum C. Agardh
Prosedur dimulai dengan melarutkan crude phlorotannin dari fraksi etil
asetat dengan aseton 75%. Phlorotannin merupakan suatu polifenol dan
komponen fenolik biasanya lebih larut dalam pelarut yang kurang polar dibanding
air. Biasanya digunakan campuran air dengan metanol, etanol, atau aseton
(Waterman dan Mole, 1994). Tidak digunakan pelarut metanol karena masih
memiliki gugus hidroksil yang dapat mereduksi kompleks asam dalam reagen
Folin Ciocalteau sehingga meningkatkan resiko kesalahan saat pembacaan
absorbansi. Untuk itu diganti menggunakan pelarut aseton 75% untuk
Kurva Baku
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.6000 0.7000
Konsentrasi (ppm)
Abso
rban
si
y = 1,2665 x + 0,0082
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
menghilangkan intervensi absorbansi warna dari pelarut metanol dan perlu dibuat
blanko sebagai faktor koreksi. Tujuan dari pembuatan blanko agar serapan yang
diinginkan saja yang terukur. Serapan yang ingin diukur yakni serapan kompleks
molybdenum blue. Fraksi etil asetat yang telah larut dalam aseton 75% kemudian
direaksikan seperti pada standar phloroglucinol dan diukur absorbansinya pada
panjang gelombang 750,1 nm.
Senyawa fenolik merupakan asam lemah yang dalam keadaan netral
mudah melepaskan ion H+ dan akan berada dalam kesetimbangan dengan ion
fenolat. Penambahan Na2CO3 akan memberikan suasana basa sehingga
kesetimbangan akan lebih bergeser ke arah terbentuknya ion fenolat. Kemudian
ion fenolat inilah yang akan mereduksi kompleks asam heteropoli dari
fosfotungstat dan fosfomolibdat membentuk senyawa molybdenum blue. Ketika
ion fenolat bereaksi dengan reagen Folin Ciocalteau, maka jumlah ion fenolat
akan berkurang dan kesetimbangan akan bergeser ke arah terbentuknya ion
fenolat sehingga akan lebih banyak lagi ion fenolat yang dihasilkan. Reaksi ini
akan berlangsung hingga semua fenol habis. Selama reaksi terjadi, reagen Folin
Ciocalteau harus tetap bertahan dalam kondisi basa. Digunakan Na2CO3 untuk
mempertahankan supaya kebasaan berada pada pH sedang (pH 9 – 10).
OH
OHHO
Na2CO3
O
OHHO
phloroglucinol 3,5-Dihydroxy-phenol anion
Gambar 10. Kesetimbangan reaksi phloroglucinol dalam suasana basa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Prinsip reaksi kolorimetri dengan reagen Folin Ciocalteau adalah reduksi
reagen Folin Ciocalteau oleh ion fenolat membentuk kompleks molybdenum blue
dan oksidasi ion fenolat menjadi senyawa kuinon oleh reagen Folin Ciocalteau.
Reaksi oksidasi senyawa fenol:
phloroglucinol
OH
OHHO
+ H2O
O
O
HO OH
+ 4H+ + 4e
2,6-Dihydroxy-[1,4]benzoquinone
Reaksi reduksi reagen Folin Ciocalteau:
H3PO4(MoO3)12 + 2e- + 2H+ H5(PMo12O40)
H3PO4(MoO3)12 + 2e- + 4H+ H7(PMo12O40)
Reaksi redoks:
OH
OHHO
phloroglucinol
+ H3PO4(MoO3)12 + H2O
O
O
OHHO
2,6-dihydroxy-[1,4]benzoquinone
+ H7(PMo12O40)
kompleks oktahedral molydenum blue
reagen Folin Cioalteau
Gambar 11. Reaksi phloroglucinol dengan reagen Folin Ciocalteau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Pada saat reaksi terjadi, reagen Folin Ciocalteau mengalami reduksi karena
mendapatkan proton (H+) dari gugus fenol sampel membentuk kompleks
oktahedral molybdenum blue. Sementara itu gugus fenol akan mendapatkan
tambahan oksigen dari air dan reagen (teroksidasi) sehingga membentuk senyawa
kuinon. Semakin banyak senyawa fenolik maka akan semakin banyak ion fenolat
yang terbentuk dan kompleks ion polimerik dari reagen Folin Ciocalteau akan
semakin tereduksi menghasilkan senyawa molybdenum blue yang semakin pekat.
Sehingga warna yang dihasilkan setara dengan konsentrasi ion fenolat dan
kandungan senyawa fenolik dalam sampel yang dapat diukur serapannya
menggunakan spektrofotometer.
Tabel III. Hasil pembacaan absorbansi fraksi etil asetat alga coklat Sargassum cymosum C.
Agardh
Panjang Gelombang 750,1 nm Absorbansi
Replikasi I 1 0,172 2 0,173
Replikasi II 1 0,164 2 0,171
Replikasi III 1 0,171 2 0,175
Data serapan yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan
persamaan kurva baku I, yaitu Y = 1,2665 X + 0,0082 sehingga diperoleh kadar
terukur phlorotannin. Pengukuran serapan dilakukan dengan 3 replikasi dan
masing-masing replikasi dianalisis dengan duplo seperti yang disajikan pada tabel
IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel IV. Hasil penetapan kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh
Replikasi (duplo) Kadar
(mg PE/g fraksi) Rata-rata kadar
(mg PE/g fraksi) I.1 6,201 I.2 6,478
6,339
II.1 6,387 II.2 6,426
6,406
III.1 6,322 III.2 6,480
6,401
Kadar phlorotannin yang diperoleh diestimasikan sebagai kadar polifenol
total ekivalen dengan standar phloroglucinol. Hal ini dikarenakan sampel yang
diukur berupa crude phlorotannin yang mengandung banyak senyawa fenolik dan
tidak spesifik mengukur jenis polimer polifenol tertentu. Selain itu reagen Folin
Ciocalteau sensitif terhadap semua senyawa yang memiliki gugus fenolik. Pada
penelitian ini diperoleh kadar phlorotannin terukur 6,382 ± 0,037 mg PGE/g
fraksi.
Kelebihan metode kolorimetri dengan reagen Folin Ciocalteau ini adalah
sensitivitas dalam mengukur senyawa dengan gugus fenolik sampai tingkat part
per million (ppm), reprodusibilitas tinggi, linearitas baik, serta menghasilkan
reaksi warna yang cukup stabil dalam rentang waktu yang relatif panjang.
Kelemahan metode kolorimetri dengan reagen Folin Ciocalteau pada
penelitian ini adalah panjang gelombang maksimum yang selalu bergeser karena
kondisi pH yang tidak dikendalikan sehingga terjadi dua bentuk reduksi dari
reagen Folin Ciocalteau dan menghasilkan dua bentuk senyawa molybdenum blue
dengan rumus struktur yang berbeda. Metode ini juga tidak spesifik untuk jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
polifenol tertentu namun sangat sensitif terhadap seluruh senyawa yang memiliki
gugus fenolik termasuk phlorotannin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Phlorotannin dapat diisolasi dari alga coklat Sargassum cymosum C.
Agardh.
2. Kadar phlorotannin dalam fraksi etil asetat alga coklat Sargassum
cymosum C. Agardh yang terukur dengan metode kolorimetri
menggunakan reagen Folin Ciocalteau adalah 6,38 ± 0,04 mg PGE/g
fraksi.
B. SARAN
1. Perlu dilakukan analisis terhadap struktur kimia phlorotannin untuk
mengetahui kandungan fraksi etil asetat alga coklat Sargassum cymosum
C. Agardh.
2. Perlu dilakukan validasi penuh untuk memastikan bahwa metode Folin
Ciocalteau valid digunakan untuk menetapkan kadar phlorotannin dalam
fraksi etil asetat alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh.
3. Perlu dilakukan optimasi kondisi prosedur dalam metode kolorimetri
dengan reagen Folin Ciocalteau terkait pH untuk memastikan bentuk
senyawa kompleks molybdenum blue yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
DAFTAR PUSTAKA
Ahn, M. J., Yoon, K. D., Min, S.Y., Lee, J. K., Kim, J.H., Kim, T. G., Kim, S.H.,
Kim, N.G., Huh, H., and Kim, J., 2004, Inhibition of HIV-1 Reverse Transcriptase and Protease by Phlorotannins from the Brown Alga Ecklonia cava, Biol. Pharm. Bull., 27(4), 544-547
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, Edisi I, 2-4, 7, Depkes RI, Jakarta Anonim, 1995, United States Pharmacopoiea, 23rd Ed., 1982-1984, United States
Pharmaceutical, Convention, Inc., 12601 Twinbrook Parkway, Rockville, United States of America.
Athukorala, Y., Kim, K.N., and Jeon,Y.J., 2006, Antiproliferative and Antioxidant
Properties of an Enzymatic Hydrolysate from Brown Alga, Ecklonia cava, Food Chem.Toxicol., 44(7), 1065-1074
Auterhoff, H. and Knabe, J., 1978, Lehrbuch der Pharmazeutischen Chemie, 103,
Wissenschaftliche Verlagsgesellschaft Mbh., Stuttgart. Boney, A.D., 1965, Aspect of the Biology of the Seaweeds of Economic
Importance, In : Basic in Mar. Bot., 3:205-253 Burtin, P., 2003, Nutrional Value of Algas , Electron. J. Environ. Agric. Food
Chem., France, 2 (4) , 498-500 Christian, G. D., 2004, Analytical Chemistry, Sixth Edition, 65, 66, 483, 484, John
Wiley & Sons, Inc., United States of America. Dahuri, R., 2003, The role of Marine Biotechnology in the Development of
Marine Biomedical Product, Proceed.s Int. Symp. Biomed., 18-19 September, 2003, 1-5, IPB, Bogor.
Day, R. A. dan Underwood, A. L., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif,
diterjemahkan oleh Iis Sopyan, Edisi VI, 396, 397, 402, 403, 407, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Evans, W.C., 2002, Trease and Evans: Pharmacognosy, 15th Ed., 98, W.B.
Saunders, London. Fatah, A.M., 1989, Spektroskopi, 1, 45-46, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta. Folin, O. and Ciocalteau, V., 1944, On Tyrosine and Tryptophane Determinations
in Proteins, J. Biol. Chem., 73, 627-650 1927, cit. Todd-Sanford, 10th ed., 412
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Hammerstrom, K., Dethier, M.N., and Duggins, D.O., 1998, Rapid Phlorotannin
Induction and Relaxation in Five Washington Kelps, Mar. Ecol. Prog. Ser., 165, 293-305
Harborne, J.B. and Dey, P.M., 1989, Methods in Plant Biochemistry, Vol.I, 389,
Academic Press, New York. Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya,
Majalah Ilmu Kefarmasian, I (3), 117 – 135 Hsien, W., 1920, Contribution to The Chemistry of Phosphomolybdic Acids,
Phosphotungstic Acids, and Allied Substances, J. Biol. Chem., Harvard Medical School, Boston, 189-220
Jansoon, N., 2005, The Determination of Total Phenolic Compounds in Green
Tea, 209.85.165.104/search?q=cache:Nj311vjKCdcJ:chemw.sc.mahidol.ac.th/scess/scch108/2005_06_SCCH108Lab02.pdf+Folin-Ciocalteau+ method +colori metric&hl=en&ct=clnk&cd=9&gl=id, diakses tanggal 24 Oktober 2007
Kadi, A., 2007, Beberapa Catatan Kehadiran Marga Sargassum di Perairan
Indonesia, www.oseanografi.lipi.go.id/volxxxno.42.pdf, diakses tanggal 20 Februari 2007
Kang, K.A., Lee, K.H., Chae, S., Koh,Y.S., Yoo, B.S., Kim, J.H., Ham, Y.M.,
Baik, J.S., Lee, N.H., and Hyun, J.W., 2005a, Triphlorethol-A from Ecklonia cava Protects V-79-4 Lung Fibroblast Against Hydrogen Peroxide Induced Cell Damaged, Free Radic. Res., 39 (8), 883-892
Kang, K.A., Lee, K.H., Chae, S., Zhang, R., Jung, M.S., Ham, Y.M., Baik, J.S.,
and Hyun, J.W., 2005b, Cytoprotective Effect of Phloroglucinol on Oxidative Stress Induced Cell Damaged via Catalase Activation, J.Cell Biochem., 97(3), 609-620
Kang, K.A., Zhang, R., Lee, K.H., Chae, S., Kim, B.J., Kwak, Y.S., Park, J.W.,
Lee, N.H., and Hyun, J.W., 2006, Protective Effect of Triphlorethol-A from Ecklonia cava Against Ionizing Radiation in Vitro, J.Radiat Res., 47(1), 61-68
Khopkar, S.M., 1990, Basic Concepts of Analytical Chemistry, alih bahasa oleh
Saptoraharjo, A., 193, 204, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Koivikko, R., Loponen, J., Honkanen, T., and Jormalainen, V., 2005, Content of
Soluble, Cell-Wall-Bound and Exuded Phlorotannins in the Brown Alga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Fucus Vesiculosus, with Implication on Their Ecological Functions, J. Chem. Ecol., 31(1), 196-197
Krumholz, L.R. and Bryant, M.P., 1988, Characterization of the Pyrogallol-
Phloroglucinol Isomerase of Eubacterium oxidoreducens, J. Bact., Illinois, 170(6), 2478
Mulja, M. dan Hanwar, D., 2003, Prinsip Prinsip Cara Berlaboratorium yang
Baik, Majalah Farmasi Airlangga, 3(2), 72 Mulja, M. dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, 26-28, Airlangga
University Press, Surabaya. Mustapha, K. and Ghalem, S., 2007, Effect of Heat Treatment on Polyphenol
Oxidase and Peroxidase Activities in Algerian Stored Dates, Afric. J. Biotech., 6(6), 790-794
Nagayama, K., Iwamura, Y., Shibata, I., Hirayama, I., and Nakamura, T., 2002,
Bactericidal Activity of Phlorotannins from The Brown Alga Ecklonia kurome, JAC, 50, 889-893
Ohhannesian, L. and Streeter, A.J., 2002, Handbook of Pharmaceutical Analysis,
Vol. 117, 209, 210, Marcel Dekker, Inc, New York, U.States. Padda, M.S., 2006, Phenolic Composition and Antioxidant Activity of
Sweetpotatoes [Ipomoea batatas (L.) Lam], Disertasi, Punjab Agricultural University ,15
Roleda, M.Y., Clayton, M.N., and Wieneke, C., 2006, Screening Capacity of UV
Absorbing Compounds in Spore of Arctic Laminariales, J. Exp. Mar. Biol. Ecol., 338, 123-133
Roth, H.J. and Blaschke G., 1994, Pharmazeutische Analytic, diterjemahkan oleh
S. Kisman, S. Ibrahim, 359-361, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sastrohamidjojo, H., 1991, Spektroskopi, 1-15, Liberty, Yogyakarta Shin, H.C., Hwang, H.J., Kang, K.J., and Lee, B.H., 2006, An Oxidative and
Antiinflammatory Agent for Potential Treatment of Osteoarthritis from Ecklonia cava, Arch. Pharm. Res., 29(2), 165-171.
Silverstein, R.M., Bassler, G.C., and Morril, T.C., 1991, Spectrometric
Identification of Organic Compound, 5th Ed., 289-294, John Wiley & Sons. Inc., Singapura.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Singleton, V.L. and Rossi, J.A., 1965, Colorimetry of Total Phenolics with Phosphomolybdic-Phosphotungstic Acid Reagent, Am. J. Enol. Vitic, 16, 147.
Skoog, D.A., 1985, Principles of Instrumental Analysis, 3rd Ed., 22, 164-165,
Saunders College Publishing, Philadelphia. Skoog, D.A., West, D.M., and Holler, F.J., 1993, Analytical Chemistry an
Introduction, 6th Ed., 68, 237, 408, 417, 418, 430, 604, 605, Saunders College Publishing, United States of America.
Skoog, D.A., Holler, F.J., and Nieman, T.A., 1998, Principles of Instrumental
Analysis, 5th Ed., 11-14, 140, H. Brace College, Philadelphia. Swanson, A.K. and Druchl, L.D., 2002, Induction, Exudation and the UV
Protective Role of Kelp Phlorotannins, Aquatic Bot., 73, 241-253 Vogel, A.I., 1978, A Text Book of Quantitative Inorganic Analysis, Fourth edition,
728, The English Languange Book Society, Richard Clay Ltd., Bungay. Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, 572, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta. Waterman, P.G. and Mole, S., 1994, Analysis of Phenolic Plant Metabolites:
Extraction and Chemical Quantification, Black. Sci. Pub., 66-69. Willard, H.H., Merritt, J.R.L., Dean, J.A., and Settle J.F., 1988, Instrumental
Methods of Analysis, 7th Ed., 160, Wadsworth Publishing Company, California.
Yuan, Y.V., and Walsh, N. A., 2006, Antioxidant and Antiproliferative Activities
of Extract from a Variety of Edible Algas, J.Fd.Chem.Toxicol., 44, 1144-1150
Zhang, Q., Zhang, J., Shen, J., Silva, A., Dennis, D.A., and Barrow, C.J., 2006, A
Simple 96-well Microplate Method for Estimation of Total Polyphenol Content in Algas, J. App. Phycol., 18, 445-450.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
LAMPIRAN Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi spesies alga coklat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Lampiran 2. Data perhitungan kadar air dengan Karl Fischer
Drift = 19
Blangko:
Berat air + spuit = 8,6898 g
Berat spuit + sisa air = 8,6694 g
Berat air yang dimasukkan = 0,0204 g
Konsentrasi = 25,253 mg/ 5 mL titran
Angka pada alat = 0,0349%
Kadar air blangko = 1000349,0
x 10000 mg
= 3,49 mg
Keterangan: 10000 adalah angka untuk konversi perhitungan blanko dan sampel
agar didapat angka yang mempermudah perhitungan.
Replikasi I:
Berat sampel = 2001,5 mg
Kadar air = 1001094,0
x 10000 mg = 10,94 mg
Persentase kadar air = 5,2001
10)49,394,10( x− x 100% = 3,72%
Replikasi II:
Berat sampel = 1999,3 mg
Kadar air = 1001051,0
x 10000 mg = 10,51 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Persentase kadar air = 3,1999
10)49,351,10( x− x 100% = 3,51%
Replikasi III:
Berat sampel = 1999,7 mg
Kadar air = 1000894,0
x 10000 mg = 8,94 mg
Persentase kadar air = 7,1999
10)49,394,8( x− x 100% = 2,73%
Lampiran 3. Data penimbangan replikasi seri baku phloroglucinol
Replikasi I:
Berat kertas + zat = 0,45148 g Berat kertas + sisa = 0,40029 g ( - ) Berat zat = 0,05119 g à ad 50,0 mL aseton 75 % Replikasi II:
Berat kertas + zat = 0,44613 g Berat kertas + sisa = 0,39553 g ( - ) Berat zat = 0,05060 g à ad 50,0 mL aseton 75 %
Replikasi III:
Berat kertas + zat = 0,49880 g Berat kertas + sisa = 0,39798 g ( - ) Berat zat = 0,10082 g à ad 100,0 mL aseton 75 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
abso
rban
si
0,100
0,200
0,600
0,400
0,300
0,500
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00
Waktu (menit)
Lampiran 4. Contoh perhitungan seri kadar baku phloroglucinol yang dibuat
Replikasi I:
Konsentrasi stok baku phloroglucinol = 51,19mg/50mL = 1,0238 mg/mL
C1 = 0,5 . 1,0238 . 1/10. 0,5/50 . 102 mg/100mL = 0,0512 mg/100mL
C2 = 1,0 . 1,0238 . 1/10. 0,5/50 . 102 mg/100mL = 0,1024 mg/100mL
C3 = 2,0 . 1,0238 . 1/10. 0,5/50 . 102 mg/100mL = 0,2048 mg/100mL
C4 = 3,0 . 1,0238 . 1/10. 0,5/50 . 102 mg/100mL = 0,3071 mg/100mL
C5 = 4,0 . 1,0238 . 1/10. 0,5/50 . 102 mg/100mL = 0,4095 mg/100mL
C6 = 5,0 . 1,0238 . 1/10. 0,5/50 . 102 mg/100mL = 0,5119 mg/100mL
C7 = 6,0 . 1,0238 . 1/10. 0,5/50 . 102 mg/100mL = 0,6143 mg/100mL
Lampiran 5. Hasil scanning Operating Time (OT)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Lampiran 6. Hasil scanning ?maks kadar phloroglucinol 1,0 ppm setelah
direaksikan
dengan Folin Ciocalteau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Lampiran 7. Hasil scanning ?maks kadar phloroglucinol 3,0 ppm setelah
direaksikan dengan Folin Ciocalteau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Lampiran 8. Hasil scanning ?maks kadar phloroglucinol 6,0 ppm setelah
direaksikan dengan Folin Ciocalteau
Lampiran 9. Hasil pembacaan absorbansi seri baku phloroglucinol pada ketiga
?maks
C phloroglucinol
(ppm) Absorbansi pada ? maks
758.7 nm 750.1 nm 743.4 nm 0,477 0,049 0,070 0,050 0,953 0,131 0,126 0,123 1,905 0,286 0,306 0,281 2,859 0,418 0,423 0,420 3,812 0,544 0,549 0,543 4,765 0,656 0,653 0,659 5,718 0,727 0,732 0,732
A 0,01598 0,02917 0,01084 B 0,131738 0,129576 0,133349 r 0,99425 0,99387 0,99477
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Lampiran 10. Kurva baku phloroglucinol
Lampiran 11. Data penimbangan sampel
Replikasi I:
Berat kaca arloji + zat = 15,45098 g Berat kaca arloji + sisa = 15,40139 g ( - ) Berat zat = 0,04959 g à ad 50,0 mL aseton 75 %
Replikasi II:
Berat kaca arloji + zat = 15,45223 g Berat kaca arloji + sisa = 15,40162 g ( - ) Berat zat = 0,05061 g à ad 50,0 mL aseton 75 %
Kurva Baku
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.6000 0.7000
Konsentrasi (ppm)
Abso
rban
si
y = 1,2665 x + 0,0082
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Replikasi III:
Berat kaca arloji + zat = 15,44657 g Berat kaca arloji + sisa = 15,39576 g ( - ) Berat zat = 0,05081 g à ad 50,0 mL aseton 75 %
Lampiran 12. Data absorbansi sampel fraksi etil asetat Sargassum cymosum C.
Agardh
759,6 750,1 745,9 730,9 Panjang gelombang
(nm) Absorbansi Replikasi I 1 0,161 0,164 0,166 0,165 2 0,171 0,171 0,171 0,170 Replikasi II 1 0,172 0,172 0,171 0,171 2 0,172 0,173 0,172 0,172 Replikasi III 1 0,170 0,171 0,170 0,169 2 0,174 0,175 0,173 0,173
Lampiran 13. Contoh perhitungan kadar sampel
Persamaan kurva baku: y = 1,2665 x + 0,0082
Replikasi I: Duplo 1 à y = 0,164 à x = 0,1230 mg/100mL
C1 = gg
mg/2016,mL50x01
50x
0,04959mg/mL.101230,0 2
=−
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Duplo 2 à y = 0,171 à x = 0,1285 mg/100mL
C2 = gmg/ 6,478mL x501050
xg 0,04959
mg/mL 0,1285.10 2
=−
Kadar rata-rata sampel = sampel PE/g 6,339mg2
mg/g 6,478)(6,201=
+
Lampiran 14. Foto hasil uji kualitatif alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh
Keterangan:
1. ekstrak alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh + gelatin 1%
2. ekstrak alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh + gelatin 1% + NaCl
10%
3. ekstrak alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh + FeCl3 LP
4. ekstrak alga coklat Sargassum cymosum C. Agardh tanpa perlakuan
(kontrol)
1 2 3 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lampiran 15. Foto instrumen spektrofotometer UV - VIS Perkin Elmer Lambda-
20
Lampiran 16. Foto autoklaf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lampiran 17. Foto Vacuum Rotary Evaporator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BIOGRAFI PENULIS
Andriani Noerlita Ningrum , penulis skripsi yang berjudul
Penetapan Kadar Phlorotannin dalam Fraksi Etil
Asetat Alga Coklat Sargassum cymosum C. Agardh
dengan Metode Kolorimetri Folin Ciocalteau , lahir di
kota Semarang, pada tanggal 24 Mei 1986 dari pasangan
Bapak Sri Wiyono dan Ibu Siti Nurkhayatun. Penulis
menyelesaikan pendidikan di TK Siwipeni III Boyolali,
pada tahun 1992, SD Negeri I Boyolali pada tahun 1993,
SD Negeri I Karanganyar pada tahun 1998, SLTP Negeri I Karanganyar pada
tahun 2001, dan SMU Negeri III Surakarta pada tahun 2004. Penulis melanjutkan
kuliah di Fakultas Farmasi Univesitas Sanata Dharma, Yogyakarta pada 2004
hingga 2008. Selama kuliah, penulis pernah menjadi asisten praktikum
Spektroskopi pada semester gasal tahun ajaran 2006/2007, asisten praktikum
Kimia Analisis pada semester gasal tahun ajaran 2006/2007 dan tahun ajaran
2007/2008. Selain itu, penulis juga pernah menjabat sebagai koordinator UKF
Tari pada Tahun 2006-2007 dan menjadi panitia dalam berbagai kegiatan yang
diadakan oleh Fakultas maupun Universitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related