penerapan pernyataan standar akuntansi pemerintah … herawati.pdf · universitas hkbp nommensen...
Post on 23-Aug-2019
247 Views
Preview:
TRANSCRIPT
0
PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAH NOMOR 02 PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 71 TAHUN 2010 DALAM PENYAJIAN LAPORAN
REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KOTA MEDAN
OLEH :
NAMA : MELLY HERIAWATI SIMANIHURUK
NPM : 09510050
JURUSAN : AKUNTANSI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2013
i
ABSTRAK SKRIPSI
Standar Akuntansi Pemerintahan adalah Prinsip Akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah. Standar Akuntansi Pemerintahan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah merupakan gambaran dari kinerja Pemerintah Daerah dalam satu periode Akuntansi. Pemerintah Kota Medan sudah menyajikan Laporan Keuangan dan salah satu unsur Laporan Keuangan tersebut adalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Penulis menganalisis penyajian LRA Pemerintah Kota Medan untuk mengetahui Penerapan Basis Akuntansi, Karakteristik Kualitatif, Prinsip- Prinsip, Pengakuan dan Pengukuran dalam Penyajian Laporan Realisasi Anggaran sesuai dengan PSAP Nomor 02 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Oleh karena itu, maka penulis memilih judul skripsi ini, yaitu” Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 02 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dalam Penyajian Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Medan.”
Dari penelitian ini, adapun yang menjadi rumusan masalah yaitu “Apakah penyajian Laporan Realisasi Anggaran yang disusun Pemerintah Kota Medan sudah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 02 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 ?”
Setelah dilakukan analisis, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah Penyajian Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Medan baik dilihat dari :
1. Penerapan Basis Akuntansi, dimana basis yang digunakan basis kas; 2. Karakteristik Kualitatif, dimana informasi yang digunakan relevan,
andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami dalam memenuhi kualitas yang dikehendaki;
3. Prinsip-Prinsip, dimana menggunakan basis akuntansi, nilai historis, realisasi, substansi mengungguli bentuk formal, periodisitas, konsistensi, pengungkapan lengkap dan penyajian wajar;
4. Pengakuan, dimana pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan diakui pada saat kas diterima/dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah;
5. Pengukuran, dimana pengukuran pos-pos LRA menggunakan mata uang rupiah
sudah memadai dan telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 02 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
Berdasarkan hasil penelitian ini, adapun saran yang diberikan adalah agar Penerapan Penyajian Laporan Realisasi Anggaran tetap dipertahankan supaya mempermudah untuk mengetahiu evaluasi kinerja Pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas anggarannya sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 02 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul : “PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR
AKUNTANSI PEMERINTAHAN NOMOR 02 PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 71 TAHUN 2010 DALAM PENYAJIAN LAPORAN REALISASI
ANGGARAN PEMERINTAH KOTA MEDAN” tepat pada waktunya. Skripsi ini
merupakan kewajiban penulis dalam menyelesaikan pendidikan strata 1, program
studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi di Universitas HKBP Nommensen Medan.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga dan teristimewa penulis ucapkan
kepada Ayahanda Marilam Simanihuruk dan Ibunda Pintani Sagala yang telah
membesarkan, merawat dan mendidik penulis dengan kasih sayang dan kesabaran
yang tulus, serta untuk doa, nasihat dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga juga kepada saudara/saudari penulis, Bang
Lamro Simanihuruk dan Keluarga, Kakak saya Erdiana Simanihuruk,dan
Bunganda Simanihuruk serta Bang Aldy Sinaga, segala nasihat dan doa yang
sangat berarti, serta dukungan moral dan material yang diberikan kepada penulis.
Selama pembuatan skripsi ini penulis juga banyak menerima bantuan,
dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak.Untuk itu dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Jongkers Tampubolon, MSc.,selaku Rektor Universitas HKBP
Nommensen Medan.
iii
2. Bapak Dr. Ir. Parulian Simanjuntak, MA.,selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas HKBP Nommensen.
3. Bapak Dr. Jadongan Sijabat, SE.,MSi., selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Universitas HKBP Nommensen Medan.
4. Ibu Audrey M. Siahaan, SE.,MSi., Akt., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Universitas HKBP Nommensen Medan.
5. Bapak Drs. Adanan Silaban, SE.,MSi., Ak., selaku DosenWali penulis.
6. Bapak Timbul Sinaga, SE, MSAc., selaku Dosen Pembimbing Pertama yang
berkenan memberikan bimbingan, bantuan, saran dan waktu bagi penulis dalam
penyusunan skripsi ini sampai pada tahap penyelesaian.
7. Bapak Amran Manurung, SE.,MSi selaku Dosen Pembantu Pembimbing yang
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Hamonangan Siallagan, SE., MSi selaku Dosen Penguji I dan Bapak Danri
T. Siboro, SE., MSi selaku Dosen Penguji II yang telah membantu penulis melalui
saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.
9. Kepada seluruh Dosen Pengajar Program Studi Akuntansi yang telah mengajari
penulis selama mengikuti perkuliahan dan juga kepada seluruh pegawai/staff Tata
Usaha Fakultas Ekonomi yang telah banyak memberikan bantuan kemudahan
administrasi.
10. Kepada Bapak pimpinan dan seluruh staff pegawai di Pemerintah Kota Medan
memberi izin mengadakan riset dan memberikan bantuan dan bimbingan kepada
penulis dalam pelaksanaan riset.
iv
11. Kepada kakak saya Corry Simanihuruk yang juga memberikan dukungan kepada
penulis dalam menyusun skripsi ini.
12. Kepada Sofyan Sagala yang tak pernah lupa mendoakan, menyemangati,
mendukung dan menginspirasi penulis untuk tidak mudah menyerah dan
memberikan masukan-masukan positif kepada penulis.
13. Kepada sahabat-sahabat penulis, Purnama C. Sihite, Juwita Panjaitan, Afni
Simamora, Rosanna Hutajulu, Ronna Mery Haro, Frida Napitupulu, Nova
Sianipar, Mutiara Manullang, Herianto Silalahi, dan Amran Purba, sukses selalu
ya untuk kalian semua. Juga kepada semua yang berperan dan mendoakan penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
bagi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih,
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan di
bidang akuntansi.
Medan, September 2013
Penulis
Melly Heriawati Simanihuruk
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................... I
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian .......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3 Luas dan Tujuan Penelitian ........................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................ 5
BAB II URAIAN TEORITIS
2.1 Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan .............................. 7
2.2 Pengertian Laporan Keuangan Daerah ....................................... 7
2.3 Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah .... 8
2.3.1 Peranan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah ........... 8
2.3 2 Tujuan Pelaporan Keuangan Daerah ............................. 10
2.4 Basis Akuntansi ........................................................................ 11
2.5 Komponen-Komponen dalam Laporan Keuangan Daerah ........ 13
2. 6 Dasar Hukum dan Asumsi Dasar Laporan Keuangan Daerah ... 20
2.6.1 Dasar Hukum Pelaporan Keuangan Daerah ................. 20
2.6.2 Asumsi Dasar Laporan Keuangan Daerah .................... 21
2.7 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ........... 22
vi
2.8 Prinsip-Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Daerah ................ 25
2.9 Kendala Informasi yang Relevan dan Andal ........................................ 30
2.10 Pengakuan Unsur Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ................. 31
2.11 Pengukuran Unsur Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ................ 32
2.12 Penyajian Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Daerah ............... 32
2.12.1 Pendapatan ............................................................................ 33
2.12.2 Belanja .................................................................................. 37
2.12.3 Transfer ................................................................................ 39
2.12.4 Surflus/Defisit ....................................................................... 40
2.12.5 Pembiayaan ........................................................................... 40
2.12.6 SILPA/SIKPA ....................................................................... 41
2.13 Manfaat dan Tujuan Laporan Realisasi Anggaran ............................. 41
2.13.1 Manfaat Laporan Realisasi Anggaran .................................... 41
2.13.2 Tujuan Laporan Realisasi Anggaran ...................................... 42
2.14 Format Laporan Realisasi Anggaran .................................................. 43
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ................................................................................ 46
3.2 Objek Penelitian .................................................................................. 46
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................... 46
3.4 Sumber Data ...................................................................................... 48
3.5 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 49
3.6 Metode Analisis Data .......................................................................... 50
3.7 Skala pengukuran ................................................................................ 50
vii
3.8 Pengujian Instrumen ........................................................................... 53
BAB IV ANALISIS DATA
4.1 Deskriptif Objek Penelitian ................................................................. 55
4.2 Uji Kualitas Data ................................................................................ 56
4.2.1 Uji Vadilitas .................................................................. 56
4.2.2 Uji Reabilitas ................................................................ 58
4.3 Analisis Data....................................................................................... 60
4.4 Hasil Pengolahan Data ........................................................................ 61
4.5 Hasil Penelitian ................................................................................... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 76
5.2 Saran ................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah
Kabupaten/Kota ................................................................................................. 44
Tabel 3. 1 Alternatif Jawaban Responden ............................................... 51
Tabel 4. 1 Rincian Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner ................. 55
Tabel 4. 2 Hasil Pengujian Vadilitas ....................................................... 58
Tabel 4.3 format Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah
Kota Medan Tahun 2011-2012......................................................... 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah suatu standar, pedoman-
pedoman, prinsip-prinsip yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan
Pemerintah baik pusat maupun daerah. Sehingga, dengan adanya Standar
Akuntansi ini maka setiap laporan keuangan pemerintah harus disusun
berdasarkan standar ini. Laporan Keuangan merupakan gambaran kinerja suatu
pemerintahan selama satu periode tertentu untuk memberikan informasi tentang
kondisi keuangan pemerintah tersebut. Informasi ini sangan berguna untuk pihak
intern maupun ekstern. Pihak intern yang membutuhkan informasi ini adalah
Pemerintah itu sendiri yang digunakan untuk mengevaluasi kegiatan operasi yang
telah berjalan selama satu periode, dan juga sebagai alat untuk analisis kegiatan
dalam pengambilan keputusan masa yang akan datang. Pihak eksternal yang
menggunakan informasi ini adalah Kreditur, Investor, Bank, Pemerintah dari
daerah lain, ataupun pihak lain dari Negara asing untuk hal pinjaman luar negeri
baik pusat maupun daerah.
Akuntansi sering disebut juga sebagai bahasa bisnis dalam suatu kegiatan
bisnis dan bahasa pemerintahan dalam suatu aktifitas Pemerintahan yang akan
disampaikan kepada pihak pengguna. Oleh karena itu Pihak Pengguna Laporan
Keuangan sangat membutuhkan informasi keuangan atau laporan keuangan yang
handal.
2
Pihak intern maupun ekstern yang membutuhkan laporan keuangan
menuntut agar laporan keuangan itu disajikan dengan pengungkapan penuh
sehingga lepas dari prasangka buruk atau negatif oleh pihak lain. Pola penyajian
laporan keuangan di setiap pemerintah Daerah adalah sama sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan dalam Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
Kebijakan instansi dalam suatu instansi Pemerintah Daerah adakalanya
memiliki perbedaan yang tidak begitu signifikan. Perbadaan ini tidak berarti
menunjukkan bahwa daerah tersebut melakukan hal-hal yang berbeda dari standar
yang telah ditetapkan oleh Pemerintan Pusat yaitu Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP), sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP). Denga adanya standar ini maka Laporan Keuangan
baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah harus menyajikan laporan
keuangannya sesuai dengan standar tersebut.
Laporan Keuangan Pemerintah terdiri dari : Neraca, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih,
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan Atas Laporan
Keuangan. Penyajian setiap Laporan ini harus disajikan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP). Apabila Laporan Keuangan Pemerintah tidak
disusun berdasarkan Standar ini maka akan mengakibatkan kesalahan dalam
pengambilan keputusan oleh pihak intern maupun ekstern atas informasi yang
disajikan tersebut.
Laporan realisasi anggaran adalah Laporan Keuangan Pemerintah yang
menggambarkan semua aktifitas yang telah dianggarkan sebelumnya dengan
3
realisasi yang terjadi dalam hal pengelolaan keuangan Pemerintah tersebut
sehingga dapat dilakukan evaluasi atas kinerja yang dicapai dalam suatu daerah
tersebut.
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 02 PP Nomor 71 Tahun
2010 mengatur tentang Laporan Realisasi Anggaran. Standar ini dijadikan sebagai
dasar penyajian Laporan Realisasi Anggaran dalam Pemerintah baik Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Daearah. Sehingga Akuntabilitas Laporan tersebut
dapat diandalkan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Pemerintah Kota Medan sudah menyusun Laporan Realisasi Anggaran
sebagai salah satu komponen Laporan Keuangan Pemerintah. Dalam penyajian
Laporan Realisasi Anggaran ini sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintah Nomor 02 penulis ingin menilai dan meneliti bagaimana penyajian
Laporan Realisasi Anggaran yang disajikan oleh Pemerintah Kota Medan. Apakah
telah sesuai atau belum sesuai dengan PSAP Nomor 02 PP Nomor 71 Tahun
2010. Karena jika laporan Realisasi yang disajikan tersebut belum sesuai dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 02, maka akan mengakibatkan
kesalahan dalam hal pengambilan keputusan bagi pihak pengguna khususnya
Pemerintah Kota Medan.
Oleh karena itu, Standar Akuntansi Pemerintah harus diterapkan dalam
penyajian Laporan Keuangan Pemerintah baik Pusat maupun Daerah. Maka
berdasarkan Uraian yang telah penulis buat diatas maka penulis membuat tulisan
Ilmiah dengan judul :
4
“Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 02
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dalam Penyajian Laporan
Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
Menurut Moh.Nazir,
Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguity), atau halangan dan rintangan, adanya celah (gap) baik antar kegiatan atau fenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan ada.1 Berdasarkan latar belakang masalah, penulis merumuskan masalah yang
menjadi dasar penyusunan skripsi, adalah :
“Apakah Penyajian Laporan Realisasi Anggaran yang disusun
Pemerintah Kota Medan sudah sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintah Nomor 02 dalam PP Nomor 71 Tahun 2010 ?”
1.3 Luas dan Tujuan Penelitian
Dalam pembahasan permasalahan mengenai Penerapan Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 02 dalam Penyajian Laporan Realisasi
Anggaran Pemerintah Kota Medan, Penulis membatasi luas lingkup penelitian
hanya menyangkut tentang penyesuaian Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi
Nomor 02 dalam mengevaluasi penyajian Laporan Realisasi Anggaran
Pemerintah Kota Medan. Pembatasan ini penulis lakukan karena keterbatasan
1Moh. Nazir, Metode Penelitian, Cetakan Keenam: Ghalia Indonesia, Bogor, 2005, hal. 111.
5
biaya, tenaga, dan waktu serta data penulis miliki dengan hasil yang akan
diperoleh.
Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui apakah Laporan Realisasi Anggaran yang disusun oleh
Pemerintah Kota Medan sudah sesuai atau belum sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan Nomor 02 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Kantor
Dinas Pemerintah Kota Medan mengenai Laporan Realisasi Anggaran.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan pelatihan intelektual yang diharapkan mampu
meningkatkan pemahaman penulis terkait dengan akuntansi sektor publik,
dan juga sebagai salah satu proses bagi penulis untuk meningkatkan
keterampilan dalam penelitian dan pembuatan karya tulis ilmiah.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya dibidang Ilmu Akuntansi
pada umumnya dan Ilmu Akuntansi Sektor Publik pada khususnya yang
berkaitan dengan Laporan Realisasi Anggaran.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
6
Pada Bab ini diuraikan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Hipotesis, Luas dan tujuan penelitian, Manfaat Penelitian, Metode dan
Sistematika Penulisan.
BAB II URAIAN TEORITIS
Pada Bab ini diuraikan tentang Pengertian Laporan Keuangan Daerah,
Pengertian Standar Akuntansi Pemerintah, Dasar Hukum dan Asumsi
Dasar, Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Akuntansi, Penyajian Laporan
Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Medan, dan Manfaat dan Tujuan
Laporan Realisasi Anggaran.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada Bab ini diuraikan tentang Desain Penelitian, Lokasi Penelitian,
Populasi dan Sampel Penelitian, Operasionalisasi Variabel, Metode
Penelitian dan Pengumpulan Data, Metode Analisis, dan Teknik Analisis
Data.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini diuraikan bagaimana analisis data dan pembahasan tentang
Penyajian Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Medan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada Bab ini merupakan bab terahhir yang berisi tentang kesimpulan dari
hasil penelitian dan juga saran untuk penelitian yang akan datang.
7
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan
Menurut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan dalam Standar
Akuntansi Pemerintahan mengatakan bahwa : Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) adalah Prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun
dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.2 Dengan adanya standar ini
maka laporan keuangan harus didasarkan pada standar ini sehingga laporan
keuangan yang disajikan dapat menyajikan informasi yang lengkap dan dapat
diandalkan.
2.2 Pengertian Laporan Keuangan Daerah
Pengertian Akuntansi pada umumnya sama antara Akuntansi
Pemerintahan dan Akuntansi Pihak Swasta. Dimana disana sama-sama melakukan
kegiatan pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi-
transaksi ekonomi yang terjadi. Namun, yang membedakannya adalah harus
diperhatikannya penekanan dalam hal siapa yang mengelola sumber dananya dan
darimana sumber dana tersebut apakah dari perseorangan atau entitas pelaporan
lain atau organisasi lain.
Tulis S. Meliala, et. Al..mengatakan bahwa :
…akuntansi Pemerintahan adalah suatu proses pengumpulan, pencatatan, pengklasifikasian, penganalisaan, dan pelaporan transaksi keuangan dari
2 Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan : Salemba Empat, Jakarta, 2005, Paragraf Pendahuluan Pengantar 2.
8
suatu pemerintahan yang menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai laporan keuangan yang berguna untuk mengambil keputusan.3 Akuntansi Keuangan Daerah adalah suatu sistem Informasi Pengidentifikasian, pencatatan, pengklasifikasian, mengikhtisarkan, dan mengkomunikasikan kegiatan suatu daerah berupa pelaporan untuk pengambilan keputusan.4
Laporan Keuangan merupakan laporan yang menunjukan semua aktifitas-
aktifitas operasi atau transaksi-transaksi yang dilakukan suatu entitas pelaporan
keuangan daerah dalam suatu periode tertentu.
Laporan Keuangan yang disajikan harus menyangkut semua informasi
yang terjadi dalam Pemerintah Daerah tersebut sehingga tidak menimbulkan
prasangka negatif dari pihak luar dan laporan keuangan yang disajikan tersebut
relevan , andal, dapat dipahami, dan dapat dimengerti untuk tujuan pengambilan
keputusan.
2.3 Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
2.3.1 Peranan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan
untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk
melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan,
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu
menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Setiap entitas
3 Tulis S. Meliala, et. al., Akuntansi Sektor Publik, Edisi Ketiga : Semesta Media, Jakarta, 2011, hal. 4.
4 Ibid hal. 20.
9
pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah
dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis
dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan :
1. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara periodik.
2. Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu
entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi
perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan
ekuitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
3. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk
mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah
dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya
pada peraturan perundang-undangan.
4. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan
pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang
dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut
menanggung beban pengeluaran tersebut.
10
5. Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan
sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang
direncanakan.
2.3.2 Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah yang merupakan salah
satu bagian dari Standar Akuntansi Pemerintah, dijelaskan tujuan pelaporan
keuangan pemerintah, yaitu:
a. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber
daya keuangan
b. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan
untuk membiayai seluruh pengeluaran
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya
e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan
pajak dan pinjaman.
11
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas
pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat
kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan
g. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber
dayakeuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang
pelaksanaan anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-Laporan
Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu entitas
pelaporan.
2.4 Basis Akuntansi
Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang menerapkan
kapan pengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui untuk tujuan pelaporan
keuangan. Menurut KSAP PP No. 24 Tahun 2005, bahwa :
Basis akuntansi ada 2 (dua), yaitu:
a. Basis Kas
b. Basis Akrual”5
a. Basis Kas
Basis Kas merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam
akuntansi, dimana pencatatan basis kas adalah teknik pencatatan ketika transaksi
terjadi dimana uang benar-benar diterima atau dikeluarkan. Dengan kata lain
Akuntansi Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi
5 Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, Op. Cit..,Paragraf 40-41.
12
dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar yang
digunakan untuk pengakuan pendapatan belanja dan pembiayaan.
b. Basis Akrual
Teknik Basis Akrual memiliki fitur pencatatan dimana transaksi sudah
dapat dicatat karena transaksi tersebut memiliki implikasi uang masuk atau keluar
di masa depan. Transaksi dicatat pada saat terjadinya transaksi walaupun uang
belum benar-benar diterima atau dikeluarkan. Dengan kata lain basis akrual
digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan ekuitas dana. Jadi basis akrual
adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa itu terjadi
tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Basis akrual adalah : Suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi atau
peristiwa akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada
saat terjadinya ransaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau
dibayarkan.
Dalam akuntansi berbasis akrual, waktu pencatatan (recording) sesuai
dengan saat terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat menyediakan informasi
yang paling komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat.
Manfaat basis akrual antara lain:
a. Memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah
b. Menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak dan kewajiban
pemerintah
c. Bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa
layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan.
13
2.5 Komponen-Komponen dalam Laporan Keuangan Daerah
Untuk bisa memahami laporan keuangan pemerintah daerah dengan baik,
pembaca dan pengguna laporan perlu memahami elemen laporan
keuangan.Pencermatan perlu dilakukan terhadap setiap elemen (pos) yang
dilaporkan, meliputi penelitian terhadap besaran nilai elemen (pos) yang
dilakukan, kebenaran nilai tersebut serta pengaruhnya terhadap kinerja keuangan.
Berdasarkan SAP Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010,
Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan terdiri dari
laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial, sehingga
seluruh komponen menjadi sebagai berikut:
a. Laporan Realisasi Anggaran b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih c. Neraca d. Laporan Operasional e. Laporan Arus Kas f. Laporan Perubahan Ekuitas g. Catatan Atas Laporan Keuangan6
Ad.1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Menurut Tulis S. Meliala,et.al.:“Laporan realisasi anggaran
menyajikan sumber pendapatan, alokasinya, dan menggambarkan
perbandingan antara anggaran dan alokasinya dalam satu periode.”7
Nurlan Darise menyatakan bahwa :
Laporan realisasi anggaran pemerintah daerah merupakan laporan yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh
6 Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 : Salemba Empat, Jakarta, 2012, Kerangka Konseptual, Paragraf 28.
7Tulis S. Meliala, Op.Cit.., hal.25.
14
pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan relisasi dalam suatu periode pelaporan.8
Unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran
terdiri dari pendapatan-LRA, belanja, transfer, dan pembiayaan.
a. Pendapatan-LRA
Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang
menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh
pemerintah.
b. Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam
periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh pemerintah.
c. Transfer
Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan
dana bagi hasil.
d. Pembiayaan (financing)
Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak
berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau
8 Nurlan Darise, Pengelolaan Keuangan Pada Satuan Kerja perangkat Daerah (SKPD), Cetakan Kedua : Indeks, Gorontalo, 2008, hal.239.
15
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-
tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil
investasi. Pengeluaran pembiayaan anatara lain digunakan untuk pembayaran
kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan
modal oleh pemerintah.
Ad.2.Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Menurut SAP PP Nomor 71 Tahun 2010 bahwa : “Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.”9
Ad.3. Neraca
Indra Bastian menyatakan bahwa: “Laporan posisi keuangan, atau
disebut juga dengan neraca ataupun laporan aktiva dan kewajiban, adalah
laporan keuangan yang menyajikan posisi aktiva, hutang dan modal pemilik
pada satu saat tertentu.”10
Menurut Jumingan :
Neraca adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), utang (liabilities), dan modal sendiri (owners’ equity) dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Biasanya pada saat buku ditutup yakni akhir bulan, akhir triwulan, atau akhir tahun.11
9 Standar Akuntansi Pemerintahan, Op.Cit, Kerangka Konseptual, Paragraf 63. 10Indra Bastian, Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar, Erlangga, Yogyakarta,
2006, hal. 247. 11 Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Ketiga: Bumi Aksara, Jakarta, 2009,
hal. 13.
16
Neraca pemerintah daerah memberikan informasi bagi pengguna laporan
mengenai posisi keuangan berupa asset, kewajiban (utang), dan ekuitas dana pada
tanggal neraca tersebut dikeluarkan. Aset, kewajiban, dan ekuitas dana merupakan
rekening utama laporan yang masih dapat dirinci lagi menjadi subrekening.
Neraca mencantumkan pos-pos berikut:
1. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk
sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipilih. Aset diklasifikasikan
menjadi dua kelompok, yaitu : asset lancar dan asset tidak lancar.
Pengakuan Aset
Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh
pemerintah dan mempunyai nilai yang dapat diukur dengan andal. Aset diakui
pada saat diterima atau kepemilikannya berpindah.
Pengukuran Aset
Pengukuran aset sebagai berikut:
a. Kas dan piutang dicatat sebesar nilai nominal
b. Investasi jangka pendek dicatat sebagai nilai perolehan
c. Persediaan dicatat sebesar biaya perolehan, biaya standar, dan nilai wajar
17
2. Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Karakteristik
esensial kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai kewajiban masa kini
yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi
di masa yang akan datang. Kewajiban diklasifikasikan menjadi dua kelompok,
yaitu:
a. Kewajiban Jangka Pendek, merupakan utang pemerintah daerah yang jatuh
temponya kurang dari satu tahun.
b. Kewajiban Jangka Panjang, merupakan utang pemerintah yang jatuh
temponya lebih dari satu tahun (12 bulan) setelah tanggal pelaporan.
Pengakuan Kewajiban
Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber
daya ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan
kewajiban yang ada sekarang. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima
atau pada saat kewajiban timbul.
Pengukuran Kewajiban
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal.Kewajiban dalam mata uang asing
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
3. Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antar
aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal pelaporan. Saldo ekuitas di Neraca
berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan perubahan Ekuitas.
18
Ekuitas dana diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a. Ekuitas Dana Lancar, yaitu selisih antara asset lancar dengan kewajiban
jangka pendek.
b. Ekuitas Dana Investasi, merupakan cerminan dari kekayaan pemerintah
daerah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, asset tetap, dan asset
lainnya yang dikurangi dengan kewajiban jangka panjang.
c. Ekuitas Dana Cadangan, merupakan cerminan dari kekayaan pemerintah
daerah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu.
Ad.4. Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh Pemerintah
Pusat/Daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode
pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan operasional terdiri
dari pendapatan Laporan operasional, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa.
Masing masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendapatan Laporan operasional adalah hak pemerintah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
b. Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih.
c. Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari/oleh
suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana
perimbangan dan dana bagi hasil.
19
d. Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang
terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi
biasa,tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali
atau pengaruh entitas bersangkutan.
Ad.5. Laporan Arus Kas (LAK)
Indra Bastian menyatakan bahwa :
Laporan arus kas menyajikan informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu.Penerimaan dan pengeluaran kas diklasifikasikan menurut kegiatan operasi, kegiatan pendanaan, dan kegiatan investasi.12 Menurut Nurlan Darise :
Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.13 Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas
operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal,
penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintahpusat/daerah selama
periode tertentu.Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari
penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara
UmumNegara/Daerah.
b. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari BendaharaUmum
Negara/Daerah.
12 Indra Bastian, Op.Cit. hal. 249. 13 Ibid, Nurlan Darise hal. 245.
20
Ad.6. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Ad.7. Catatan Atas Laporan Keuangan
Menurut Adanan Silaban dan Hamonangan Siallagan, “Catatan atas
laporan keuangan berisi informasi yang tidak dapat diungkapkan dalam
keempat laporan keuangan, yang mengungkapkan seluruh prinsip, prosedur,
metode, dan teknik yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan
tersebut .”14
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian
dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, LaporanPerubahan
SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan
Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang
kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain
yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar.
2.6 Dasar Hukum dan Asumsi Dasar Laporan Keuangan Daerah
2.6.1 Dasar Hukum Pelaporan Keuangan Daerah
Menurut SAP PP Nomor 71 Tahun 2010, Dasar Hukum Pelaporan
Keuangan Daerah antara lain :
14 Adanan Silaban dan Hamonangan Siallagan, Teori Akuntansi, Edisi Kedua: Universitas HKBP Nommensen, Medan, 2012, hal 117.
21
a) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Khususnya bagian yang mengatur Keuangan Negara;
b) Undang-undang di bidang Keuangan Negara c) Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; d) Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Pemerintah
Daerah, khususnya yang mengatur keuangan daerah. e) Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah; f) Ketentuan Perundang-undangan tentang Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah; dan g) Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang
Keuangan Pusat dan Daerah.15
2.6.2 Asumsi Dasar Laporan Keuangan Daerah
Menurut SAP PP Nomor 71 Tahun 2010, mengatakan bahwa :
Asumsi Dasar dalam Pelaporan Keuangan terdiri dari : a) Asumsi Kemandirian Entitas b) Asumsi Kesinambungan Entitas; c) Asumsi Keterukuran dalam Satuan Uang (Monetary
Measurement)”.16
a). Kemandirian Entitas
Asumsi kemandirian entitas, baik entitas pelaporan maupun akuntansi,
berarti bahwa setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan
mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi
kekacauan antar unit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan. Salah satu
indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk
menyusun anggaran dan melaksakannya dengan tanggung jawab penuh. Entitas
bertanggung jawab atas pengelolaan asset dan sumber daya di luar neraca untuk
kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas kehilangan atau kerusakan
15 Ibid, SAP, Kerangka Konseptual, Paragraf 30. 16 Ibid, Kerangka Konseptual, Paragraf 31.
22
asset dan sumber daya dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat putusan
entitas, serta terlaksana tidaknya program yang telah ditetapkan.
b.) Kesinambungan Entitas
Asumsi Kesinambungan Entitas, Laporan Keuangan disusun dengan
asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian,
pemerintah tidak bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam
jangka pendek.
c). Keterukuran dalam Satuan Uang
Asumsi Keterukuran dalam Satuan Uang, Laporan keuangan entitas
pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai
dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya analisis
dan pengukuran dalam akuntansi.
2.7 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif
yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki.
Dalam SAP Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, karakteristik
kualitatif laporan keuangan ada 4, yaitu:
a. Relevan b. Andal c. Dapat dibandingkan
23
d. Dapat dipahami17
Ad.1. Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat
di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan,
serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan
demikian, informasi laporan keuangan yang relevandapat dihubungkan dengan
maksud penggunaannya.
Informasi yang relevan apabila:
a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau
mengoreksiekspektasi mereka di masa lalu.
b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan
datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
c. Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan
bergunadalam pengambilan keputusan.
d. Lengkap
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap
mungkin,mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan dengan memperhatikan kendala yang
17 Ibid, Kerangaka Konseptual, Paragraf 35.
24
ada.Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang
termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar
kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
Ad.2. Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta
dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau
penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara
potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik:
a. Penyajian Jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan.
b. Dapat Diverifikasi (verifiability)
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila
pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya
tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
c. Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
kebutuhan pihak tertentu.
Ad.3. Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan
25
keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan
secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila
suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.
Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah
menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi
yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode
terjadinya perubahan.
Ad.4. Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh
pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan
batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas
pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang
dimaksud.
2.8 Prinsip-Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan
yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam menyusun standar,
penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya,
serta pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan keuangan yang
disajikan.
26
Menurut SAP Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010,
Berikut ini adalah delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan
pelaporan keuangan pemerintah:
a. Basis akuntansi b. Prinsip nilai historis c. Prinsip realisasi d. Prinsip substansi mengungguli bentuk formal e. Prinsip periodisitas f. Prinsip konsistensi g. Prinsip pengungkapan lengkap h. Prinsip penyajian wajar.18
Prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah,
yaitu:
a. Basis Akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah
adalah basis akrual, untuk pengakuan pendapatan Laporan operasional, beban,
aset, kewajiban, dan ekuitas. Dalam hal peraturan perundangan mewajibkan
disajikannya laporan keuangan dengan basis kas, maka entitas wajib menyajikan
laporan demikian.
Basis akrual untuk Laporan operasional berarti bahwa pendapatan diakui
pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum
diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan
beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan
bersih telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
18 Ibid, Kerangka Konseptual, Paragraf 41.
27
Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Pendapatan seperti bantuan pihak
luar/asing dalam bentuk jasa disajikan pula pada Laporan operasional.
Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka
LRA disusun berdasarkan basis kas, berarti bahwa pendapatan dan penerimaan
pembiayaan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah
atau oleh entitas pelaporan; serta belanja, transfer dan pengeluaran pembiayaan
diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
Namun demikian, bilamana anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis
akrual, maka LRA disusun berdasarkan basis akrual.
Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas
diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau
kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan
saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
b. Nilai Historis (Historical Cost)
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut
pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan
datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah. Nilai historis lebih dapat
diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih obyektif dan dapat
diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan nilai wajar
aset atau kewajiban terkait.
28
c. Realisasi (Realization)
Bagi pemerintah, pendapatan basis kas yang tersedia yang telah
diotorisasikan melalui anggaran pemerintah suatu periode akuntansi akan
digunakan untuk membayar utang dan belanja dalam periode tersebut. Mengingat
LRA masih merupakan laporan yang wajib disusun, maka pendapatan atau belanja
basis kas diakui setelah diotorisasi melalui anggaran dan telah menambah atau
mengurangi kas.
Prinsip layak temu biaya-pendapatan (matching-cost againstrevenue
principle) dalam akuntansi pemerintah tidak mendapat penekanan sebagaimana
dipraktekkan dalam akuntansi komersial.
d. Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form)
Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta
peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain
tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi,
dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa
lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus
diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
e. Periodisitas (Periodicity)
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu dibagi
menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan
posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang
digunakan adalah tahunan. Namun, periode bulanan, triwulanan, dan semesteran
juga dianjurkan.
29
f. Konsistensi (Consistency)
Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari
periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Hal
ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi
ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah
dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi
yang lebih baik dibanding metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan
metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
g. Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure)
Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan
oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan
dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau Catatan
atas Laporan Keuangan.
h. Penyajian Wajar (Fair Presentation)
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
Dalam rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan sehat diperlukan bagi
penyusun laporan keuangan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan
keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan
hakikat serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam
penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-
30
hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset
atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan
terlalu rendah.
2.9 Kendala Informasi yang Relevan dan Andal
Kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan adalah setiap keadaan
yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal dalam mewujudkan
informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan andal akibat
keterbatasan (limitations) atau karena alasan-alasan kepraktisan.
Menurut SAP PP Nomor 71 Tahun 2010, bahwa :
Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan pemerintah, yaitu: a. Materialitas b. Pertimbangan biaya dan manfaat c. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif19
Hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan
keuangan pemerintah, yaitu
1. Materialitas
Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan
pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria
materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan
atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.
19 Ibid, Kerangka Konseptual, Paragraf 56.
31
2. Pertimbangan Biaya dan Manfaat
Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya
penyusunannya. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semestinya
menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya
penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses
pertimbangan yang substansial. Biaya itu juga tidak harus dipikul oleh pengguna
informasi yang menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh
pengguna lain di samping mereka yang menjadi tujuan informasi, misalnya
penyediaan informasi lanjutan kepada kreditor mungkin akan mengurangi biaya
yang dipikul oleh suatu entitas pelaporan.
3. Keseimbangan Antar Karakteristik Kualitatif
Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai
suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang
diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah. Kepentingan relatif antar
karakteristik dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara relevansi dan
keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua karakteristik kualitatif
tersebut merupakan masalah pertimbangan professional.
2.10 Pengakuan Unsur Laporan Keuangan
Menurut SAP Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, bahwa :
1. Aset diakui pada saat potensi ekonomi masa depan diperoleh dan mempunyai nilai yang dapat diukur dengan andal.
2. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul.
3. Pendapatan diakui pada saat terjadinya kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
4. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
32
5. Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi asset, atau terjadinya penurunan manfaat ekonomi. 20
2.11 Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
Menurut SAP Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, bahwa :
“Pengukuran adalah proses penetapan nilai mata uang untuk
mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan”.21
Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan menggunakan nilai
perolehan historis. Asset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya
ekonomi atau sebesar nilai wajarnya. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar
sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban
yang bersangkutan.
Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan menggunakan mata uang
rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing ditukarkan (dikonversi)
terlehih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
2.12 Penyajian Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah
Laporan realisasi anggaran digunakan untuk menyajikan informasi dengan
memperbandingkan realisasi dengan anggaran yang telah dibuat sebelumnya
dalam satu periode.
Menurut KSAP PP Nomor 24 Tahun 2005, mengatakan bahwa:
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. 22
20 Ibid, Kerangka Konseptual, Paragraf 90. 21 Ibid, Kerangka Konseptual, Paragraf 98 . 22 Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, Op. Cit.., Kerangka Konseptual, Paragraf 57.
33
Pelaporan mencerminkan kegiatan keuangan pemerintah daerah yang
menunjukkan ketaatan terhadap pelaksanaan APBD.
Menurut SAP PP Nomor 71 Tahun 2010 dalam PSAP 02, mengatakan
bahwa :
Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut : Pendapatan-LRA, Belanja, Surflus/defisit-LRA, Penerimaan pembiayaan, Pengeluaran pembiayaan dan Sisa Lebih/Kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA).23 2.12.1 Pendapatan-LRA
a) Definisi dan Klasifikasi
Menurut SAP PP Nomor 71 Tahun 2010 dalam PSAP 02, mengemukakan
bahwa :
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.24 Jenis Pendapatan-LRA meliputi : Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan
Transfer, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah.
Abdul Halim, mengemukakan bahwa:
Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.
Sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari: 1. Hasil Pajak Daerah 2. Hasil Retribusi Daerah 3. Hasil Perusahaan milik Daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan
23 Ibid, PSAP 02, Paragraf 13. 24 Ibid, PSAP 02, Paragraf 7.
34
4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.25 Menurut Undang-Undang no. 34 tahun 2000, tentang perubahan UU
NO.18 TAHUN 1997 tentang pajak dan Retribusi Daerah.
Hasil Pajak Kabupaten/Kota tersusun dari:
1) Pajak Hotel
2) Pajak Restoran
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
5) Pajak Penerang Jalan
6) Pajak Pengambilan bahan galian Gol.C
7) Pajak Parkir
Hasil Retribusi untuk Kabupaten/Kota meliputi objek pendapatan berikut :
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
3) Retribusi penggantian biaya cetak KTP
4) Retribusi Penggantian biaya cetak akte catatan sipil
5) Retribusi Pelayanan Pemakaman
Hasil Pengelolaan kekayaan Milik Daerah yang dipisahkan yaitu :
1) Bagian Laba atas Penyertaaan Modal perusahaan milik Daerah/BUMD
2) Bagian Laba atas Penyertaan Modal perusahaan milik Negara/BUMN
25 Abdul Halim, Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi Revisi, : Salemba Empat, Jakarta, 2004, hal. 67
35
3) Bagian Laba atas Penyertaan Modal perusahaan milik Swasta atau
kelompok usaha masyarakat.
Lain-lain PAD yang sah yaitu :
1) Hasil Penjualan Aset Daerah yang tidak dipisahkan
2) Jasa Giro
3) Pendapatan Bunga
4) Pendapatan atas tuntutan ganti kerugian daerah
5) Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan pengadaan barang dan jasa oleh Daerah
6) Penerimaan Keuangan dari selisaih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing.
7) Pendapatan Denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
8) Pendapatan Denda Pajak
9) Pendapatan Denda Retribusi
10) Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan
11) Pendapatan dari pengembalian
12) Fasilitas Social dan Umum
13) Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
14) Pendapatan dari angsuran dan cicilan penjualan.
b). Pengakuan dan Penilaian
Pendapatan Daerah diakui pada saat diterima pada rekening Kas Umum
Negara/Daerah.
36
Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang
di Daerah yang ditentukan oleh Gubernur/Bupati/Walikota untuk menampung
seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada Bank
yang telah ditetapkan.
Pemungutan pajak dan retribusi dilakukan oleh bendahara penerimaan.
Menurut ketentuan hasil penerimaan langsung di setor oleh bendahara penerimaan
ke Rekening Kas Umum Daerah. Dikaitkan dengan pengakuan pendapatan baru
diakui setelah penyetoran oleh bendahara penerimaan ke Rekening Kas Umum
Daerah.
Menurut SAP Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dalam PSAP
02, bahwa :
Akuntansi Pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran)26. Pengembalian yang sifatnya sistematik (normal) dan berulang atas
penerimaan pendapatan-LRA pada periode penerimaan maupun pada periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA.
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang atas penerimaan
pendapatan-LRA yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan-LRA
dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA pada periode yang sama.
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang atas penerimaan
pendapatan-LRA yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukansebagai
26 Standar Akuntansi Pemerintahan, Op.Cit.., PSAP 02, Paragraf 24.
37
pengurang Saldo Anggaran Lebih pada periode ditemukannya koreksi dan
pengembalian tersebut.
Pengukuran pendapatan menggunakan mata uang rupiah sebesar nilai
nominal kas yang diterima.
Pendapatan yang diperoleh dengan mata uang asing dikonversi ke dalam
mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat
diterima oleh Kas Daerah.
2.12.2 Belanja
a). Definisi dan Klasifikasi
Menurut SAP PP Nomor 71 Tahun 2010, mengatakan bahwa :
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.27 Belanja diklasifikasikan menurut Organisasi, Fungsi, dan Ekonomi.
1. Klasifikasi Belanja menurut Organisasi artinya anggaran
dialokasikan ke organisasi sesuai dengan struktur organisasi
Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Klasifikasi menurut
organisasi ini tidak disajikan di lembar muka laporan keuangan,
tetapi disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
2. Klasifikasi Belanja menurut Fungsi Pemerintah adalah sebagai
berikut :
27 Standar Akuntansi Pemerintahan, Op. Cit., Paragraf 7.
38
a. Pelayanan Umum
b. Pertahanan
c. Ketertiban dan Keamanan
d. Ekonomi
e. Lingkungan Hidup
f. Perumahan dan Fasilitas umum
g. Kesehatan
h. Pariwisata dan Budaya
i. Agama
j. Pendidikan
k. Perlindungan Sosial
3. Klasifikasi Ekonomi
Klasifikasi Ekonomi adalah klasifikasi belanja berdasarkan
jenis belanjanya, terdiri dari :
a. Belanja Operasi
Belanja Operasi adalah pengeluaran untuk kegiatan sehari-hari
pemerintah pusat atau daerah yang memberi manfaat jangka
pendek seperti : Belanja Pegawai, Belanja Barang, Bunga,
Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Operasi Lainnya.
b. Belanja Modal
`Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan
asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari
satu periode akuntansi. Belanja Modal seperti : Belanja Modal –
39
Tanah, Belanja Modal- Peralatan dan Mesin, Belanja Modal-
Gedung dan Bangunan, Belanja Modal-Jalan,Irigasi, dan
Jaringan, Belanja Modal-Aset Tetap Lainnya, Belanja Tak
Terduga.
b). Pengakuan dan Penilaian
Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah.
Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi
pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendeharaan.
Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang
terjadi pada periode berikutnya, koreksi atas pengeluaran belanja dibukukan
dalam pendapatan-LRA dalam pos pendapatan lain-lain-LRA.
Pengukuran belanja menggunakan mata uang rupiah sebesar nilai nominal
kas yang dikeluarkan.
2.12.3 Transfer
a). Definisi dan Klasifikasi
Menurut SAP PP Nomor 71 Tahun 2010, mengemukakan bahwa :
“Transfer adalah Penerimaan atau pengeluaran uang dari suatu entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan
dan dana bagi hasil”.28
Transfer terdiri atas transfer masuk dan transfer keluar.
28 Standar Akuntansi Pemerintahan, Op. Cit., Paragraf 7.
40
Transfer Masuk adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain,
misalnya penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil
dari pemerintah daerah.
Transfer Keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas
pelaporan lain, seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan
dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.
b). Pengakuan dan Penilaian
Transfer masuk dan transfer keluar diakui berdasarkan basis kas, yaitu
dicatat pada saat dikeluarkan atau diterima oleh rekening kas umum daerah.
Transfer masuk dicatat sebesar penerimaan uang dari entitas pelaporan
lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi
hasil dari pemerintah provinsi.
Transfer keluar dicatat sebesar pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke
entitas pelaporan lain seperti dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.
2.12.4 Surflus/Defisit
Tulis S. Meliala, et.al.., mengatakan bahwa : “Surflus adalah selisih
lebih antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan. Defisit
adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode
pelaporan”.29
2.12.5 Pembiayaan
a). Definisi dan Klasifikasi
29 Ibid, hal. 48-49.
41
Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dalam pengeluaran yang akan diterima kembali, baik dalam tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Abdul Halim mengatakan bahwa :
Penerimaan Pembiayaan adalah semua pembiayaan yang dapat digunakan untuk menutup defisit anggaran, namun belum tentu menjadi hak Pemerintah Daerah . Pengeluaran Pembiayaan adalah sumber pembiayaan yang ditujukan untuk mengalokasikan surplus anggaran .30
Pembiayaan Neto adalah selisih antara Penerimaan Pembiayaan setelah
dikurangi Pengeluaran Pembiayaan dalam periode pengeluaran anggaran tertentu.
b). Pengakuan dan Penilaian
Penerimaan dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat diterima dan
pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas
bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah
netonya (setelah dikompensasi dengan pengeluaran).
2.12.6 SILPA/SIKPA
Menurut Tulis S. Meliala, et.al.., mengatakan bahwa : “Selisih
Lebih/Kurang Pembiayaan anggaran (Silpa/Sikpa) adalah selisih
lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu
periode pelaporan”.31
2.13 Manfaat dan Tujuan Laporan Realisasi Anggaran
30 Abdul Halim, Op. Cit., hal. 75-76. 31 Tulis S. Meliala, et. al..,Op. Cit., hal. 61.
42
2.13.1 Manfaat Laporan Realisasi Anggaran
Menurut SAP PP Nomor 71 Tahun 2010 dalam PSAP 02, mengatakan :
Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja, transfer, surflus/defisit, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan :
a) Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi.
b) Menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektifitas penggunaan anggaran.32
2.13.2 Tujuan Laporan Realisasi Anggaran
Menurut SAP PP Nomor 71 Tahun 2010 dalan PSAP 02, mengatakan :
a) Tujuan Standar Laporan Realisasi Anggaran adalah menetapkan dasar-dasar penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
b) Tujuan Pelaporan Realisasi Anggaran adalah memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelapooran secara tersanding. Penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislative dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 33
Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam
memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan
laporan secara komparatif. Laporan Realisasi Anggaran dapt menyajikan
32 Ibid, PSAP 02, Paragraf 5. 33 Ibid, PSAP 02, Paragraf 1- 2.
43
informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan
penggunaan sumber daya ekonomi :
a) Telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat.
b) Telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD); dan
c) Telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
2.14 Format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten/Kota
Berikut Contoh Format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah
Kabupaten/Kota berdasarkan Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 dalam
PSAP 02 :
44
TABEL 2.1 PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
46
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain riset yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang membicarakan beberapa
kemungkinan untuk memecahkan masalah aktual dengan cara mengumpulkan
data, menyusun, mengklarifikasi, dan menganalisis.
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran
kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan
melakukan studi pada situasi yang alami.
Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati. Dengan demikian, penelitian ini akan menganalisis
Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 02 Tahun 2010
Dalam Penyajian Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Medan.
3.2 Objek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pemerintah Kota Medan.
3.3 Populasi dan Sampel
Elvis F. Purba dan Parulian Simanjuntak menyatakan bahwa:
47
Keseluruhan subjek yang menjadi unit penelitian, yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, peristiwa, gejala dan lain-lain yang memiliki karakteristik tertentu dinamakan populasi penelitian. Sebaliknya, sebagian anggota populasi yang menjadi sumber data dan diambil dengan menggunakan teknik-teknik tertentu disebut dengan sampel penelitian.34 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 50 orang
pegawai yang menangani keuangan pada Kantor Dinas di Pemerintah Kota
Medan.
Dalam penelitian ini, metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling. Pada teknik ini, unsur populasi yang ditentukan menjadi
sampel didasarkan pada tujuan penelitian. Teknik ini baru dapat digunakan jika
karakteristik populasinya telah diketahui.
Menurut Mardalis purposive sampling adalah:
Penggunaan teknik sampel yang mempunyai suatu tujuan atau dilakukan dengan sengaja, cara penggunaan sampel ini diantara populasi sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.35 Dalam penelitian ini kriteria pengambilan sampel adalah pegawai yang
memiliki kompetensi dalam pelaporan keuangan, yaitu: Kepala Bidang Akuntansi
dan Pelaporan dan Bendahara pada setiap dinas Pemerintah Kota Medan.
Adapun yang menjadi responden adalah :
No. Nama Instansi Jumlah (orang) 1 Badan Pengelolaan Keuangan Daerah 3 2 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 2 3 Dinas Kesehatan 2
34Elvis F. Purba dan Parulian Simanjuntak, Metode Penelitian, Edisi Kedua: Universitas HKBP Nommensen, Medan, 2011, hal. 126.
35 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Cetakan Kesepuluh: Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hal. 58.
48
4 Dinas Pendapatan 2 5 Dinas Pendidikan 2 6 Dinas Perhubungan 2 7 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 2 8 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 2 9 Dinas Perumahan dan permukiman 2 10 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2 11 Dinas Sosial dan Tenaga Kerja 2 12 Dinas Tata Ruangan dan Tata Bangunan 2
Jadi jumlah responden ada 25 orang. Kuesioner akan diberikan secara
langsung kepada responden, kemudian akan diterima kembali pada waktu yang
disepakati dengan responden.
3.4 Sumber Data
Dalam penelitian ini adapun data yang diperlukan adalah data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer
Menurut Elvis F. Purba dan Parulian Simanjuntak: “Data primer adalah
data yang langsung diperoleh dari sumber pertama.”36
Data dikumpulkan dengan cara mencari informasi secara langsung di
lapangan. Salah satu ciri khas data primer adalah data tersebut dikumpulkan
sendiri dan digunakan sendiri oleh peneliti.
Data primer pada penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner yang
ditujukan pada pegawai yang memegang jabatan dalam bidang keuangan pada
setiap dinas Pemerintah Kota Medan, untuk mengetahui apakah Penyajian
Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Medan sudah sesuai atau belum
36 Elvis F. Purba dan Parulian Simanjuntak, Op.Cit, hal.106.
49
sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 02 Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
2. Data Sekunder
Menurut Elvis F. Purba dan Parulian Simanjuntak: “Data sekunder
adalah data yang telah ada atau telah dikumpulkan oleh orang atau instansi
lain dan siap digunakan oleh orang ketiga.”37
Data sekunder ini merupakan data yang berisi informasi-informasi
mengenai Laporan Realisasi Anggaran 2012.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
teknik kuesioner dan riset kepustakaan.
1. Kuesioner
Yaitu proses pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang disusun
secara sistematis dan bersifat tertutup yaitu responden memberikan jawaban
berdasarkan pilihan jawaban yang telah disediakan.
Pertanyaan yang akan diberikan adalah menyangkut fakta dan pendapat
responden, dalam hal ini adalah orang-orang atau pegawai yang memegang
jabatan dalam bidang keuangan pada setiap dinas Pemerintah Kota Medan untuk
mendapat informasi yang sesuai dengan pembahasan penelitian yaitu untuk
mengetahui apakah Penyajian Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota
Medan sudah sesuai atau belum sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan Nomor 02 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
37 Ibid. hal.107.
50
2. Riset Kepustakaan
Yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan mempelajari dan membaca
berbagai literatur yang terkait dengan pembahasan penelitian sebagai landasan
teori yang menuntun penelitian tetap pada jalur penelitian ilmiah. Hal ini dapat
dilakukan dengan menelaah beberapa kajian ilmiah dari buku-buku, jurnal,
skripsi, surat kabar, atau e-book dari internet.
Untuk mendapatkan data-data tersebut penulis mempelajari buku-buku
yang berhubungan dengan Penyajian Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah
Daerah.
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Metode analisis deskriptif yaitu suatu metode analisis yang terlebih dahulu
mengumpulkan data yang ada, kemudian diklasifikasikan, dianalisis,
selanjutnya diinterpretasikan, sehingga dapat memberikan gambaran yang
objektif mengenai keadaan yang diteliti.
2. Metode Analisis deduktif yaitu analisis dilakukan dengan cara
membandingkan teori-teori dengan praktek dalam perusahaan. Kemudian
membuat kesimpulan dan mengemukakan saran untuk mengatasi masalah
yang sama di Pemerintah Kota Medan di masa yang akan datang.
3.7 Skala Pengukuran
51
Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket langsung dan tertutup
dengan bentuk skala likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Sebelum
menyusun angket, terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang sesuai dengan
angket kemudian dijabarkan kedalam indikator dan variabel, selanjutnya dijadikan
landasan dan pedoman dalam menyusun item-item pertanyaan atau pernyataan
sebagai instrumen penelitian. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan
skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang
dapat berupa kata-kata dengan scoring yang dapat dilihat pada Tabel 3.1 :
Tabel 3.1. Alternatif Jawaban Responden
Jawaban Nilai
Sangat Memadai (SM) 5
Memadai (M) 4
Cukup Memadai (CM) 3
Kurang Memadai (KM) 2
Tidak Memadai (TM) 1
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis interval yaitu metode
nilai tertinggi-nilai terendah.
Menurut Sudjana, analisis interval yaitu metode nilai tertinggi-nilai
terendah dengan rumus:
52
퐏 = 퐑퐞퐧퐭퐚퐧퐠38
퐁퐚퐧퐲퐚퐤퐊퐞퐥퐚퐬
퐈 =
Keterangan :
P = Panjang Kelas
Rentang = Data tertinggi dikurang dengan data terendah
Banyak kelas = Jumlah Alternatif jawaban responden
Dari interval tersebut maka dapat digambarkan penentuan penerapan yang
akan dicapai. Nilai tertinggi setiap pertanyaan yang didapatkan akan dikurangkan
dengan nilai terendah, kemudian akan dibagikan dengan banyak kelas dari
alternatif jawaban responden sebanyak 5 kelas. Nilai tertinggi adalah jawaban
sangat setuju yang memiliki bobot 5 dikali jumlah pertanyaan, kemudian dikali
dengan jumlah responden.
Nilai terendah adalah jawaban sangat tidak setuju dengan bobot nilai 1
dikali jumlah pertanyaan, kemudian dikali dengan jumlah responden. Dari hasil
pengurangan nilai tertinggi dengan nilai terendah, kemudian dibagi dengan jumlah
kelas yang merupakan alternatif jawaban responden.
Maka interval jawaban hasil penelitian adalah:
I = ( ) ( )
38 Sudjana, Metode Penelitian, Edisi Keenam, Cetakan Pertama: Tarsito Bandung,
Bandung, 2005, hal 47.
53
I =
I = 420
TM KM CM M SM
525 945 1365 1785 2055 2625
Keterangan :
SM = Sangat Memadai
M = Memadai
CM = Cukup Memadai
KM = Kurang Memadai
TM = Tidak Memadai
3.8 Pengujian Instrumen
Menurut Suharsimi Arikunto, Pengujian Instrumen ada 2, yaitu :
1. Vadilitas
2. Reliabilitas39
1. Vadilitas
Vadilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument. Rumus yang digunakan adalah
korelasi Product moment sebagai berikut :
39 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Keenam,
Cetakan Ketigabelas: Rineka Cipta, Jakarta, 2006, hal. 168.
54
푟 =푛(∑푥푦) − (∑푥)(∑푦)
{푛(∑푥²) − (∑푥)²}{(푛(∑푦²) − (∑푦)²}
Keterangan :
푟 = Pearson – r
∑푥 = Jumlah skor distribusi x
∑푦 = Jumlah skor distribusi y
∑푥푦 = Jumlah perkalian skor x dan y
n = Jumlah responden yang mengisi kuesioner
∑푥 = Jumlah kuadrat skor distribusi x
∑푦 = Jumlah kuadrat skor distribusi y
2. Reliabilitas
Dalam penelitian ini Pengujian Reliabilitas Instrumen yang digunakan
penulis adalah Internal consistency, dilakukan dengan mencobakan instrument
sekali saja, kemudian yang data diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu.
Pengujian reliabilitas instrumen yaitu dengan rumus :
풓ퟏퟏ = ퟐ(ퟏ − 푽ퟏ 푽ퟐ푽풕
)
V = ∑푿ퟐ (∑푿)ퟐ푵
푵
Keterangan :
푟 = reliabilitas internal seluruh instrumen
푉 = Varian skor ganjil
푉 =Varian skor genap
푉 = varian total yaitu skor total
55
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskriptif Objek Penelitian
Data penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner
secara langsung kepada Pejabat Penatausahaan Keuangan dan Pelaporan dengan
Bendahara Kota Medan. Penyebaran Kuesioner dilaksanakan pada tanggal 10 Juli
2013 sampai dengan 29 Juli 2013.
Kuesioner disebarkan sebanyak 25 buah kuesioner dan keseluruhan
kuesioner yang disebarkan, semua kuesioner tersebut kembali. Jadi jumlah total
kuesioner yang digunakan sebagai alat analisis adalah 25 buah. Rincian
penyebaran dan pengembalian kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.1 dari tabel
tersebut dapat diketahui tingkat pengembalian (response rate) sebesar
Tabel 4.1
Rincian Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah
56
Rencana penyebaran
Kuesioner
25
Kuesioner yang dapat disebar 25
Kuesioner yang kembali 25
Kuesioner yang dapat diolah 25
Tingkat Pengembalian 100%
4.2 Uji Kualitas Data
4.2.1 Uji Vadilitas
Uji vadilitas digunakan untuk mengukur ketetapan suatu item
dalam kuesioner atau skala, apakah item-item pada kuesioner tersebut sudah tepat
dalam mengukur apa yang ingin diukur. Adapun caranya adalah dengan
mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada masing-masing item pertanyaan
dengan skor total individu.
Berdasarkan lampiran 2 maka untuk mencari vadilitas pertanyaan nomor 1
digunakan rumus product moment dan dari data diatas diketahui data sebagai
berikut : N = 25
∑X = 75
∑푋 = 245
∑Y = 1618
∑푌 = 107450
57
∑XY = 4948
Penyelesaian :
푟 = ∑ (∑ )(∑ )
√[ (∑ ) (∑ )²][ (∑ ) (∑ )²]
푟 = ( ) ( )( )
√[ ( ) ( )²][ ( ) ( )²
푟 = √( )( )
푟 = ,
푟 = 0,402
Dari perhitungan diatas di dapat 푟 = 0,402 dan apabila nilai tersebut
dikonsultasikan dengan r tabel pada taraf signifikan α = 0,05 dengan N = 25
sebesar 0,396. Jadi dapat dipahami 푟 > r tabel yaitu 0,402 > 0,396 dan
pertanyaan nomor 1 valid. Dengan cara yang sama untuk pertanyaan nomor 2
sampai seterusnya, maka ditemukan 푟 sebesar pada lampiran di bawah ini.
Tabel 4.2
Hasil Pengujian Vadilitas
No
. Item
풓풙풚 r tabel Keteranga
n
1 0,402 0,396 Valid
2 0,433 0,396 Valid
3 0,415 0,396 Valid
4 0,644 0,396 Valid
58
5 0,119 0,396 Tidak Valid
6 0,433 0,396 Valid
7 0,439 0,396 Valid
8 0,661 0,396 Valid
9 0,596 0,396 Valid
10 0,614 0,396 Valid
11 0,554 0,396 Valid
12 0,644 0,396 Valid
13 0,119 0,396 Tidak Valid
14 0,443 0,396 Valid
15 0,596 0,396 Valid
16 0,439 0,396 Valid
17 0,476 0,396 Valid
18 0,554 0,396 Valid
19 0,433 0,396 Valid
20 0,596 0,396 Valid
21 0,614 0,396 Valid
Sumber : Data Primer yang diolah
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa belum semua indikator yang
digunakan untuk mengukur semua variabel dalam penelitian ini dinyatakan
sebagai item yang valid. Diperoleh bahwa indikator-indikator variabel yang
digunakan dalam penelitian ini tidak semuanya memiliki nilai korelasi yang lebih
besar dari 0, 396 yaitu r tabel untuk sampel sebanyak 25.
4.2.2 Uji Reabilitas
59
Uji reabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan yang dinyatakan
valid. Uji reabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi suatu alat ukur,
apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika
pengukuran tersebut diulang.
Menurut Suharmi Arikunto, untuk menghitung reliabilitas
digunakan rumus Flagan. Berdasarkan lampiran 3 adapun rumus Flagan dan
perhitungan reliabilitas, penulis jabarkan dibawah ini.
풓ퟏퟏ = ퟐ(ퟏ − 푽ퟏ 푽ퟐ푽풕
)
Keterangan :
푟 = Reabilitas tes
푉 = Variabel belahan pertama (1) yang dalam hal ini varian skor
ganjil
푉 = Varian belahan kedua (2) yang dalam hal ini varian skor genap
푉 = Varian total yaitu skor total
퐕 =∑퐗ퟐ (∑퐗)ퟐ
퐍퐍
Sehingga cara langkah pencarian reliabilitas dijabarkan dibawah
ini.
Diketahui : N = 25
∑ X = 815
∑ Y = 803
Ditanya : 푟 =…..?
60
푽ퟏ =∑푿ퟐ−(∑푿)ퟐ/푵
푵
= ( ) ( ) /
=
푉 = 25506,24
푽ퟐ =∑퐘ퟐ (∑퐘)ퟐ
퐍퐍
=(ퟖퟎퟑ)ퟐ−(ퟖퟎퟑ)ퟐ
ퟐퟓퟐퟓ
푉 = ,
푉 = 24760,66
푽풕 = 푽ퟏ+ 푽ퟐ
= 25506,24 + 24760,66
= 50266,9
Jadi reabilitas (푟 ) adalah :
풓ퟏퟏ = 2(1 − )
=2(1− (25506,24−24760,66)50266,9 )
= 2 (1 - 0,01 )
= 2 (0,99)
= 1,98
61
Dengan demikian 푟 hasil perhitungan dengan r tabel N = 25 (= 0,396)
maka didapat 푟 > r tabel atau 1,98 > 0,396.
Jadi reabilitas instrumen = 1,98. Berdasarkan uji coba instrumen ini sudah
Valid dan reliabel seluruh butirnya, maka instrumen dapat digunakan pada analisis
selanjutnya.
4.3 Analisis Data
Cara penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan skala likert
yaitu sebagai berikut :
Jumlah Responden = 25 orang
Nilai Tertinggi = 2625
Nilai Terendah = 525
Banyak Kelas = 5
Dengan demikian digambarkan sebagai berikut
TM KM CM M
SM
525 945 1365 1785 2055
2625
P =
I =
62
I =
= 420
Keterangan :
SM `= Sangat Memadai
M = Memadai
CM = Cukup Memadai
KM = Kurang Memadai
TM = Tidak Memadai
4.4 Hasil Pengolahan Data
Data yang didapatkan dari kuesioner yang diberikan kepada
responden diolah berdasarkan : Basis Akuntansi dalam Penyajian Laporan
Realisasi Anggaran, Karakteristik Kualitatif Penyajian Laporan Realisasi
Anggaran, Prinsip-prinsip Penyajian Laporan Realisasi Anggaran, Pengakuan
dalam Penyajian Laporan Realisasi Anggaran dan Pengukuran penyajian Lporan
Realisasi Anggaran dalam menentukan penerapan terhadap Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010.
Berdasarkan Lampiran 3 maka dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Basis Akuntansi dalam Penyajian Laporan Realisasi Anggaran
a. Penerapan basis kas dalam pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan
pembiayaan dalam LRA. Dari 25 responden diperoleh nilai 75.
b. Penerapan basis kas dalam pendapatan diakui saatditerima di RKUN/D,
belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari RKUN/D, transfer
63
masuk/keluar diakui pasa saat diterima/dikeluarkan oleh RKUN/D, dan
pembiayaan diakui pada saat diterima/dikeluarkan dari RKUN/D. Dari 25
responden diperoleh nilai 91.
c. Sisa pembiayaan anggaran pada setiap periode dalam selisih realisasi
penerimaan dan pengeluaran. Dari 25 responden diperoleh nilai 90.
Maka dari hasil yang diperoleh, yaitu :
75 + 91 + 90 = 256
Responden = 25 orang
Nilai Tertinggi = 5
Nilai Terendah = 1
Item Pertanyaan = 3
Maka, Skor tertinggi = 5 x 25 x 3 = 375
Skor terendah = 1 x 25 x 3 = 75
Dengan demikian di gambarka sebagai berikut.
TM KM CM M
SM
75 135 195 255 315 375
256
I =
64
I =
= 60
Dari hasil perhitungan diatas maka skor yang didapatkan dalam
Penerapan Basis Akuntansi dalam Penyajian Laporan Realisasi Anggaran adalah
256.
Dari hasil tersebut, jumlah skor berada pada interval 255 dan 315
bahwa penerapan basis akuntansi yang digunakan Pemerintah Kota Medan
memadai karena basis yang digunakan basis kas. Hal ini berarti Penerapan Basis
Akuntansi yang digunakan Pemerintah Kota Medan telah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
2. Karakteristik Kualitatif Penyajian Laporan Realisasi Anggaran
a. Penerapan LRA dalam menegaskan atau mengoreksi ekspektasi di masa
lalu . Dari 25 responden diperoleh nilai 84.
b. Penyajian LRA dalam memprediksi masa depan yang berdasarkan hasil
prediksi di masa lalu dan kejadian masa kini. Dari 25 responden diperoleh
nilai 53.
c. Laporan Realisasi Anggaran yang disajikan tepat waktu dalam
pengambilan keputusan. Dari 25 responden diperoleh nilai 71.
d. Penyajian LRA dengan selengkap mungkin dalam pengambilan keputusan.
Dari 25 responden diperoleh nilai 83.
e. LRA diverifikasi dan diarahkan dalam kebutuhan umum dan tidak
berpihak pada kebutuhan pihak tertentu. Dari 25 responden diperoleh nilai
89.
65
f. Pembandingan yang tertera dalam LRA yang dilakukan secara internal dan
eksternal dalam periode sebelumnya. Dari 25 responden diperoleh nilai 78.
g. Penyusunan LRA yang disajikan dapat mempermudah pengguna dalam
mempelajari LRA. Dari 25 responden diperoleh nilai 70.
Maka dari hasil yang diperoleh, yaitu :
84 + 53 + 71 + 83 + 89 + 78 + 70 = 528
Responden = 25 orang
Nilai Tertinggi = 5
Nilai Terendah = 1
Item Pertanyaan = 7
Maka, Skor tertinggi = 5 x 25 x 7 = 875
Skor terendah = 1 x 25 x 7 = 175
Dengan demikian digambarkan sebagai berikut :
TM KM CM M
SM
175 315 455 595 735 875
528
I =
66
I =
= 140
Dari hasil kuesioner skor yang didapatkan dalam Karakteristik
Kualitatif Penyajian Laporan Realisasi Anggaran adalah 528.
Dari hasil tersebut, jumlah skor berada pada interval 455 dan 595
bahwa Karakteristik Kualitatif Penyajian Laporan Realisasi Anggaran yang
digunakan Pemerintah Kota Medan cukup memadai karena informasi yang
digunakan sudah relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami. Hal ini
berarti Karakteristik Kualitatif Penyajian Laporan Realisasi Anggaran yang
digunakan Pemerintah Kota Medan telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010.
3. Prinsip-Prinsip Penyajian Laporan Realisasi Anggaran
a. Penyajian LRA yang disusun dalam prinsip basis kas, nilai historis,
realisasi, substansi, periodisitas, konsistensi, pengungkapan lengkap dan
penyajian wajar. Dari 25 responden diperoleh nilai 82.
b. Penerapan anggaran Pemerintah Kota Medan yang disusun dalam prinsip
efisiensi dan efektifitas anggaran. Dari 25 responden diperoleh nilai 84.
c. Penyusunan LRA dilakukan secara transparan dalam mempermudah
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan informasi tentang LRA.
Dari 25 responden diperoleh nilai 53.
Maka dari hasil yang diperoleh, yaitu :
82 + 84 + 53 = 219
Responden = 25 orang
67
Nilai Tertinggi = 5
Nilai Terendah =1
Item Pertanyaan = 3
Maka, Skor tertinggi = 5 x 25 x 3 = 375
Skor terendah = 1 x 25 x 3 = 75
Dengan demikian digambarkan sebagai berikut
TM KM CM M
SM
75 135 195 255 315
375
219
I =
I =
= 60
Dari hasil kuesioner skor yang didapatkan dalam Prinsip-Prinsip
Penyajian Laporan Realisasi Anggaran adalah 219.
Dari hasil tersebut, jumlah skor berada pada interval 195 dan 255
bahwa Prinsip-Prinsip Penyajian Laporan Realisasi Anggaran yang digunakan
Pemerintah Kota Medan cukup memadai karena sudah menggunakan basis
akuntansi, nilai historis, realisasi, substansi mengungguli bentuk formal,
periodisitas, konsistensi, pengungkapan lengkap dan penyajian wajar. Hal ini
68
berarti Prisip-Prisip Penyajian Laporan Realisasi Anggaran yang digunakan
Pemerintah Kota Medan telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010.
4. Pengakuan dalam Penyajian Laporan Realisasi Anggaran
a. Pengakuan LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto dalam membukukan
penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah netonya. Dari 25 responden
diperoleh nilai 71.
b. Pengambilan yang sifatnya berulang dan sistematik atas penerimaan
pendapatan LRA pada periode penerimaan maupun periode sebelumnya
dibukukan dalam pengurang pendapatan LRA. Dari 25 responden
diperoleh nilai 78.
c. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang dalam penerimaan
pendapatan LRA dibukukan sebagai pengurang pendapatan LRA pada
periode yang sama. Dari 25 responden diperoleh nilai 83.
d. Koreksi dan pengambilan yang sifatnya tidak berulang dalam penerimaan
pendapatan LRA pada periode sebelumnya dilakukan sebagai pengurang
Saldo Anggaran Lebih pada periode ditemukannya koreksi dan
pengembalian tersebut. Dari 25 responden diperoleh nilai 62.
e. Akuntansi Belanja khususnya pengeluaran diakui pada saat pertanggung
jawaban dalam pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai
tugas pembendaharaan. Dari 25 responden diperoleh nilai 82.
69
f. Pengakuan belanja dalam hal layanan umum diakui dengan mengacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.
Dari 25 responden diperoleh nilai 91.
Maka dari hasil yang diperoleh, yaitu :
71 + 78 + 83 + 62 + 82 + 91 = 467
Responden = 25 orang
Nilai Tertinggi = 5
Nilai Terendah = 1
Item Pertanyaan = 6
Maka, Skor tertinggi = 5 x 25 x 6 = 750
Skor terendah = 1 x 25 x 6 = 150
Dengan demikian digambarkan sebagai berikut.
TM KM CM M SM
150 270 390 510 630
750
467
I =
I =
= 120
70
Dari hasil kuesioner skor yang didapatkan dalam Pengakuan dalam
Penyajian Laporan Realisasi Anggaran adalah 467.
Dari hasil tersebut, jumlah skor berada pada interval 390 dan 510
bahwa Pengakuan dalam Penyajian LRA yang digunakan Pemerintah Kota
Medan cukup memadai karena pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan
diakui pada saat kas diterima/dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah. Hal ini berarti Pengakuan dalam Penyajian LRA yang digunakan
Pemerintah Kota Medan telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010.
5. Pengukuran dalam Penyajian Laporan Realisasi Anggaran
a. Pengukuran LRA dalam menetapkan nilai mata uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap pos dalam menggunakan nilai perolehan historis. Dari
25 responden diperoleh nilai 78
b. Pengukuran transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi
terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Dari 25
responden diperoleh nilai 70.
Maka dari hasil yang diperoleh, yaitu :
78 + 70 = 148
Responden = 25 orang
Nilai Tertinggi = 5
Nilai Terendah = 1
Item Pertanyaan = 2
Maka, Skor tertinggi = 5 x 25 x 2 = 250
71
Skor terendah = 1 x 25 x 2 = 50
Dengan demikian digambarkan sebagai berikut
TM KM CM M
SM
50 90 130 170 210
250
148
I =
I =
= 40
Dari hasil kuesioner skor yang didapatkan dalam Pengukuaran
dalam Penyajian Laporan Realisasi Anggaran adalah 148.
Dari hasil tersebut, jumlah skor berada pada interval 130 dan 170
bahwa Pengukuran dalam LRA yang digunakan Pemerintah Kota Medan cukup
memadai karena pengukuran pos-pos LRA menggunakan mata uang rupah. Hal
ini berarti Pengukuran dalam LRA yang digunakan Pemerintah Kota Medan telah
sesuaidengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
4.5 Hasil Penelitian
Dalam pengumpulan data yang diperoleh yaitu kuesioner yang diberikan
kepada responden, kemudian diolah dengan menentukan skor dari setiap bagian
dalam kuesioner, maka hasil penentuan ditentukan dengan menjumlahkan skor
72
dari pengolahan data secara keseluruhan. Dari 5 (Lima) item pernyataan tersebut
Maka hasil yang diperoleh, yaitu :
256 + 528 + 219 + 467 + 148 = 1618
Responden = 25 orang
Nilai Tertinggi = 5
Nilai Terendah = 1
Maka, Skor Tertinggi = 5 x 25 x 21 = 2625
Skor Terendah = 1 x 25 x 21 = 525
Dengan demikian digambarkan sebagai berikut
TM KM CM M
SM
525 945 1365 1785 2055
2625
1618
I =
I =
= 420
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dinyatakan bahwa Penyajian
Laporan Realisasi Anggaran yang disusun Pemerintah Kota Medan telah sesuai
dengan Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2010.
73
Tabel 4.3
PEMERINTAH KOTA MEDAN
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31
DESEMBER 2012 DAN 2011
o. URAIAN A
nggaran 2012
Realisasi
2012 %)
Realisasi
2011 PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah
x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx
x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx
xx
xx
xx
xxxxx
x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) x
xx x
xx xx x
xx
0
1
2
3
4
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus
x
xx x
xx x
xx x
xx
x
xx x
xx x
xx x
xx
xx
xx
xx
xx
x
xx x
xx x
xx x
xx
5 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11
s/d 14) x
xx x
xx xx x
xx
6
7
8
9
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA Dana Otonomi Khusus Dana Penyesuaian
x
xx x
xx
x
xx x
xx
xx
xx
x
xx x
xx
0 Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya (18
s/d 19) x
xx x
xx xx x
xx
74
1
2
3
4
TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
x
xx x
xx
x
xx x
xx
xx
xx
x
xx x
xx
5 Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24)
6 Total Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25)
7
8
9
0
1
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Pendapatan Hibah Pendapatan Dana Darurat Pendapatan Lainnya
x
xx x
xx x
xx
x
xx x
xx x
xx
xx
xx
xx
x
xx x
xx x
xx
2 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (29 s/d 31) x
xx x
xx xx x
xx
3 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32) x
xx x
xx xx x
xx
4
5
6
7
8
9
0
1
2
BELANJA BELANJA OPERASI Belanja Pegawai Belanja Barang Bunga Subsidi Hibah Bantuan Sosial
x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx
x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx
3 Jumlah Belanja Operasi (37 s/d 42) x
xx x
xx xx x
xx
4
5
6
7
BELANJA MODAL Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Gedung dan Bangunan Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Aset Lainnya
x
xx x
xx x
xx x
x
xx x
xx x
xx x
xx
xx
xx
x
xx x
xx x
xx x
75
8
9
0
1
xx x
xx x
xx
xx x
xx x
xx
xx
xx
xx
xx x
xx x
xx
2 Jumlah Belanja Modal (46 s/d 51 ) x
xx x
xx xx x
xx
3
4
5
BELANJA TAK TERDUGA Belanja Tak Terduga
x
xx
x
xx xx
x
xx
6 Jumlah Belanja Tak Terduga (55 s/d 55) x
xx x
xx xx x
xx
7 JUMLAH BELANJA (43 + 52 + 56) x
xx x
xx xx x
xx
8
9
0
1
2
3
TRANSFER TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Retribusi Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
x
xx x
xx x
xx
x
xx x
xx x
xx
xx
xx
xx
x
xx x
xx x
xx
4 JUMLAH TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA (61 S/D
63) x
xx x
xx xx x
xx
5
6 SURPLUS/DEFISIT (33 – 64) x
xx x
xx xx x
xx
7
8
9
0
1
2
3
4
5
PEMBIAYAAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN Penggunaan SiLPA Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Pinjaman Dalam Negeri – Pemerintah Pusat Pinjaman Dalam Negeri – Pemerintah Daerah Lainnya Pinjaman Dalam Negeri – Lembaga Keuangan Bank Pinjaman Dalam Negeri – Lembaga Keuangan Bukan
Bank Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan
Negara Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan
Daerah
x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx
x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xxxxxxxxx
x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx
76
6
7
8
9
0
1
2
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxxxxxxxxxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
3 Jumlah Penerimaan (71 s/d 82) x
xx x
xx xx x
xx
4
5
6
7
8
9
0
1
2
3
4
5
6
PENGELUARAN PEMBIAYAAN Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri – Pemerintah Pusat Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri – Pemerintah
Daerah Lainnya Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri – Lembaga
Keuangan Bank Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri – Lembaga
Keuangan Bukan Bank Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Lainnya
x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx
x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx x
xx
7 Jumlah Pengeluaran (86 s/d 90) x
xx x
xx xx x
xx
8 PEMBIAYAAN NETO (83 – 91) x
xx x
xx xx x
xx
1
00
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (66 + 92)
x
xx
x
xx xx
x
xx
77
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Pemerintah Kota
Medan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis paparkan dari data
penelitian yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis mengenai
Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 02 Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dalam Penyajian Laporan Realisasi Anggaran
Pemerintah Kota Medan, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dilihat dari Basis Akuntansinya, dapat disimpulkan bahwa Penyajian
Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Medan sudah memadai
dimana basis yang digunakan adalah basis kas dan telah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
78
2. Dilihat dari Karakteristik Kualitatifnya, dapat disimpulkan bahwa
Penyajian Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Medan cukup
memadai dimana karakteristik kualitatif yang digunakan adalah relevan,
andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami serta memenuhi kualitas
yang dikehendaki dan telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010.
3. Dilihat dari Prinsip-Prinsip Penyajian Laporan Realisasi Anggaran, dapat
disimpulkan bahwa Penyajian Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah
Kota Medan cukup memadai dimana menggunakan basis akuntansi, nilai
historis, realisasi, substansi mengungguli bentuk formal, periodisitas,
konsistensi, pengungkapan lengkap dan penyajian wajar, dan telah sesuai
dengan Peraturan pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
4. Dilihat dari Pengakuan dalam Penyajian Laporan Realisasi Anggaran,
dapat disimpulkan bahwa Penyajian Laporan Realisasi Anggaran
Pemerintah Kota Medan cukup memadai dimana pendapatan, belanja,
transfer dan pembiayaan diakui pada saat kas diterima dan dikeluarkan
dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah dan telah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
5. Dilihat dari Pengukuran dalam Penyajian Laporan Realisasi Anggaran,
dapat disimpulkan bahwa Penyajian Laporan Realisasi Anggaran
Pemerintah Kota Medan cukup memadai dimana pengukuran pos-pos
dalam LRA menggunakan mata uang rupiah sebesar nilai nominal kas
79
yang diterima/dikeluarkan dan telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010.
6. Dilihat secara keseluruhan bahwa Penyajian Laporan Realisasi Anggaran
yang disusun Pemerintah Kota Medan cukup memadai dan telah sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
5.2 Saran
Adapun yang menjadi saran penulis adalah :
Penyajian Laporan Realisasi Anggaran harus berpedoman pada Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 02 Peraturan Pemerintah supaya Laporan
realisasi Anggarannya handal, kompeten, dan mempermudah para pengguna
dalam memperoleh infomasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan serta
mempermudah untuk mengetahui evaluasi kinerja Pemerintah dalam hal efisiensi
dan efektivitas anggaran.
80
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Posedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi Keenam , Cetakan Ketigabelas : Rineka Cipta, Jakarta, 2006.
Bastian, Indra, Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar, Erlangga,
Yogyakarta, 2006.
Darise, Nurlan, Pengelolaan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Cetakan Kedua, Indeks, Gorontalo, 2008.
Halim, Abdul, Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah,
Edisi Revisi : Salemba Empat, Jakarta, 2004
Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Ketiga : Bumi Aksara, Jakarta, 2009.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Salemba Empat, Jakarta, 2012.
81
Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010, Salemba Empat, Jakarta, 2012.
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Cetakan
Kesepuluh : Bumi Aksara, Jakarta, 2008. Meliala, Tulis, S. dkk., Akuntansi Sektor Publik, Edisi Ketiga: Semesta
Media, Jakarta, 2011. Nazir, Moh., Metode Penelitian, Cetakan Keenam: Ghalia Indonesia, Bogor,
2005. Purba, Elvis, F. dan Parulian Simanjuntak, Metode Penelitian, Edisi Kedua :
Universitas HKBP Nommensen, Medan, 2011. Sudjana, Metode Statistika, Edisi Keenam, Cetakan Pertama: Tarsito
Bandung, Bandung, 2005. Siallagan, Hamonangan dan Adanan Silaban, Teori Akuntansi, Edisi Kedua:
Universitas HKBP Nommensen, Medan, 2012.
top related