penerapan pendekatan konstruktivisme - welcome …digilib.uin-suka.ac.id/3896/1/bab i,v, daftar...
Post on 13-Mar-2019
276 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN
KOGNITIF SISWA POKOK BAHASAN EKOSISTEM KELAS X MA LFT UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009
SKRIPSI
Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Sains
Nuhedoh 05450010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2009
7
8
9
10
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh terhadap
perkembangan sistem pembelajaran yang berkualitas dan bermutu. Untuk mendapatkan
hasil belajar yang berkualitas dan bermutu perlu dilakukan perbaikan, perubahan dan
pembaharuan dalam sistem pembelajaran tersebut.
Berlakunya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang sarat dengan tuntutan yang sangat mendasar karena harus
mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi
serta efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi segala tantangan. Salah satu
upaya yang harus dilakukan untuk memenuhi tuntutan tersebut diantaranya yaitu
dengan mengadakan pembaruan dibidang pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan.1
Pembaruan dalam bidang pendidikan sangat dipengaruhi oleh komponen
yang ada didalamnya. Seperti yang tercantum dalam Al-Quran surat Ar-Ra’du ayat 11
yang Artinya: ” Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri ”(Q.S.Ar-Ra’du: 11)2
1 Mansur Muslich, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007) hal.1. 2 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang: CV.Toha Putra, 1989)
hal.370.
24
Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), terutama dalam
pembelajaran sains termasuk Biologi lebih menekankan pada student oriented yang
membuat guru harus lebih kreatif dalam menentukan dan memilih serta menerapkan
metode, pendekatan serta model pembelajaran yang akan digunakan. Pemilihan
metode, pendekatan dan model pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan
pengajarannya. Metode, pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan harus
seefektif mungkin sehingga siswa secara aktif berpartisipasi langsung dalam proses
pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Dasar
(SD) sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), umumnya kita lihat
bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas masih sepenuhnya terpusat kepada guru
(teacher center).
Guru memegang peran utama dalam setiap kegiatan pembelajaran tersebut,
semua informasi dari guru harus diterima oleh siswa tanpa memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mencerna lebih dalam tentang informasi tersebut. Siswa hanya
dijadikan objek, siswa dianggap orang yang tidak mengerti apa-apa, siswa bagaikan
seorang bayi kecil yang selalu harus disuapi oleh ibunya. Apa yang disampaikan dan
diberikan oleh seorang guru harus diterima oleh siswa dan harus dihapalkan sehingga
pada waktu ujian siswa dapat menjawab semua soal yang diberikan dengan baik.
Aktifitas siswa dalam belajar biologi meliputi aktifitas fisik dan aktifitas
psikis. Aktivitas fisik dapat berupa melakukan percobaan, mengamati, menggambar,
membaca, mendengarkan, menjelaskan, diskusi, mengerjakan tugas, menulis laporan,
memprediksi, dan meringkas. Aktifitas fisik dikenal dengan hand-on activities.
25
Aktifitas psikis/aktifitas mental meliputi kegiatan menyatakan pendapat,
membuat alasan, membuat pertanyaan, menanggapi pertanyaan, menyampaikan
argumen, memaknai kata, membaca data, membandingkan, menghubungkan,
menghafal, dan menanggapi pendapat siswa lain. Aktifitas psikis dikenal dengan mind-
on activities.
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk
menemukan sesuatu, bukan proses mekanik untuk menemukan fakta. Belajar
merupakan suatu perkembangan pemikiran dengan membuat kerangka pengertian yang
berbeda. Pelajar harus mempunyai pengalaman dengan membuat hipotesis,
memecahkan persoalan, mencari jawaban, menggambarkan, meneliti, berdialog,
mengadakan refleksi, mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan dan lain-
lain untuk membentuk konstruksi yang baru.3
Siswa kelas X MA LTF UIN Sunan Kalijaga dengan jumlah siswa yang
cukup banyak, kondisi kegiatan belajar mengajar yang berlangsung hanya disampaikan
dengan metode ceramah dan tanya jawab. Pertanyaan–pertanyaan yang digunakan oleh
guru mengacu pada kemampuan kognitif C1/knowledge seperti sebutkan, definisi dari,
sehingga siswa cenderung menggunakan hapalan untuk mempelajari biologi, hal
tersebut menunjukkan bahwa guru mendesain pembelajaran di kelas X tingkat
kognitifnya baru sebatas C1 (Knowledge) yaitu kemampuan mengingat. Sebagian
siswa masih belum berpartisipasi dalam proses pembelajaran, mereka lebih asyik
melakukan kesibukan mereka sendiri seperti bercanda dengan teman saat mengikuti
proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah
3 Paul suparno, Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. (Yogyakarta: Kanisius, 2006) hal.62.
26
yang aktif masih didominasi oleh guru sedang siswa hanya memfokuskan penglihatan
dan pendengaran. Kegiatan yang banyak dilakukan siswa adalah mencatat dan
mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Siswa belum menunjukkan partisipasi
dirinya dalam proses pembelajaran.4
Apabila hanya guru yang aktif, sedangkan siswa dibiarkan pasif dalam
pembelajaran akan memberikan dampak yang tidak baik bagi siswa, sehingga
diperlukan kreatifitas guru agar dapat mengelola pembelajaran yang nantinya siswa
lebih tertarik untuk belajar biologi. Berkenaan dengan hal ini, upaya yang dapat
ditempuh antara lain dengan membangun interalsi antara siswa dengan siswa, siswa
dengan guru, serta interaksi antara siswa dengan lingkungan. Selain upaya-upaya
tersebut, diperlukan juga pendekatan yang cocok untuk dilaksanakan dalam proses
pembelajaran agar hasil pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Keberhasilan suatu pembelajaran dapat diukur dari kemampuan siswa
dalam memahami materi pelajaran. Kriteria keberhasilan pembelajaran diukur dari
sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru.
Dari observasi proses belajar mengajar, maka salah satu upaya untuk
meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran adalah perlu dikembangkan
pendekatan pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan berbagai konsep yang
diajarkan. Kegiatan pembelajaran seharusnya memberikan kesempatan bagi siswa
untuk saling bertukar pendapat, bekerjasama dengan teman, berinteraksi dengan guru,
dan merespon pemikiran siswa lainnya. Dengan demikian siswa akan lebih mengerti
dan memahami secara mendalam materi dan konsep yang sedang dipelajarinya.
4 Hasil observasi di kelas X pada tanggal 17 Februari 2009
27
Diharapkan dengan pembelajaran yang konstruktif akan menjadikan
perubahan pada kebiasaan mengajar guru yang bersifat otoriter menjadi fasilitator.
Pendekatan konstruktivisme dapat melatih siswa berpikir aktif dalam melakukan
strukturisasi dan kontruksi pengetahuan. Penerapan pendekatan konstruktivisme
sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
belajar sehingga kemampuan kognitif siswapun akan meningkat.
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang diidentifikasi pada pembelajaran Biologi di MA LFT UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta adalah kegiatan belajar mengajar di kelas masih
didominasi dengan metode ceramah dan tanya jawab sehingga partisipasi dan hasil
belajar siswa masih rendah. Aktifitas siswa dalam proses pembelajaran hanya mencatat
dan mendengarkan apa yang disampaikan guru. Siswa terbiasa bersikap pasif dan
kurang kreatif dalam mencari sumber informasi. Pada proses pembelajaran di kelas X
MA LFT UIN Sunan Kalijaga partisipasi siswa rendah dan belum teridentifikasi
kemampuan kognitif yang berkembang.
Kemampuan merumuskan masalah harus diawali dengan mengkomunikasikan
pendapat, berargumen dengan orang lain. Diasumsikan pendekatan konstruktivisme
dapat meningkatkan partisipasi siswa dan sebagai hasil belajarnya berupa kemampuan
kognitif siswa dapat teridentifikasi dan terjadi peningkatan.
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada:
28
1. Kajian mengenai pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran Biologi
pokok bahasan Ekosistem, diambil dari materi pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan untuk SMA kelas X yang diterapkan di MA LFT UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
2. Partisipasi dan kemampuan kognitif yang meliputi C1 – C6.
D. Rumusan Masalah
1. Apakah pendekatan konstruktivisme dengan pokok bahasan Ekosistem dapat
dilaksanakan oleh siswa kelas X MA LFT UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta?
2. Berapa siklus yang dilaksanakan pada proses pembelajaran Biologi dengan
Pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan partisipasi dan kemampuan
kognitif siswa pada pokok bahasan Ekosistem untuk kelas X MA LFT UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta?
3. Apakah partisipasi siswa menunjukkan peningkatan pada proses pembelajaran
Biologi dengan Pendekatan konstruktivisme dengan pokok bahasan Ekosistem
untuk siswa kelas X MA LFT UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta?
4. Apakah kemampuan kognitif C1 – C6 dapat teridentifikasi dan terjadi
peningkatan pada setiap siklus dengan Pendekatan konstruktivisme dengan
pokok bahasan Ekosistem untuk siswa kelas X MA LFT UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
29
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui apakah pendekatan konstruktivisme pada pokok bahasan
Ekosistem dapat dilaksanakan oleh siswa kelas X MA LFT UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
2. Mengetahui berapa siklus yang dilaksanakan pada proses pembelajaran Biologi
dengan pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan partisipasi dan
kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Ekosistem untuk kelas X MA
LFT UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Mengetahui peningkatan partisipasi siswa yang terjadi pada setiap siklus proses
pembelajaran Biologi dengan pendekatan konstruktivisme pada pokok bahasan
Ekosistem untuk kelas X MA LFT UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
4. Mengidentifikasi kemampuan kognitif C1-C6 dan mengetahui peningkatan
kemampuan kognitif siswa yang terjadi pada setiap siklus proses pembelajaran
Biologi dengan pendekatan konstruktivisme pada pokok bahasan Ekosistem
untuk kelas X MA LFT UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru bidang studi
a. Sebagai alternatif pengembangan kegiatan belajar mengajar yang variatif.
b. Menumbuhkan kreatifitas dalam menggunakan metode mengajar.
2. Bagi siswa
30
a. Meningkatkan motivasi belajar karena proses belajar menjadi lebih menarik
dan menyenangkan.
b. Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan
realistis.
c. Mengembangkan sikap berfikir ilmiah.
3. Bagi Peneliti
a. Sebagai calon guru dapat mempertimbangkan pendekatan konstruktivisme
sebagai pendekatan dalam pembelajarannya dengan berbagai metode dan
model pembelajaran.
b. Sebagai motivasi untuk melakukan inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran.
G. Definisi Operasional
1. Pendekatan konstruktivisme adalah cara pandang terhadap proses belajar yang
berorientasi pada konstruk mental yang dimiliki oleh masing-masing individu
(Nurhadi, 2002).
2. Partisipasi adalah suatu keterlibatan siswa dalam kelompok dalam memecahkan
masalah atau dalam melaksanakan tugas yang telah ditentukan.
3. Hasil Belajar pada kemampuan kognitif ditekankan penguasaan C1
(Knowledge/pengetahuan) dimana siswa diharapkan dapat mengingat apa yang
telah dipelajari, C2 (Comprehention/pemahaman)siswa diharapkan mampu
memahami konsep-konsep yang telah dipelajari, C3
(Aplication/penerapan)siswa diharapkan mampu menerapkan konsep, C4
31
(Analisis) siswa mampu menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga
struktur organisasinya dapat dipahami, C5 (Sintesis) siswa mampu memadukan
bagian-bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti, C6 (Evaluasi) siswa
mampu memberi keputusan tentang nilai sesuatu. Kemampuan kognitif ini
dilihat dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan butir soal setelah
dilakukan evaluasi.
Dalam hal ini konsep diperoleh dari kegiatan belajar secara berkelompok.
4. Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Ekosistem tersusun atas komponen biotik dan abiotik dan
dalam ekosistem terdapat daur Biogeokimia.
32
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Hakekat Pembelajaran Biologi
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Dalam pembelajaran tersebut, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi
peserta didik.5
Guru dituntut lebih kreatif dan inovatif, tidak merasa sebagai teacher center
dan orang yang serba tahu, menempatkan siswa tidak hanya sebagai objek belajar
tetapi juga sebagai subjek belajar, dan pada akhirnya bermuara pada proses
pembelajaran yang menyenangkan, bergembira, dan demokratis yang menghargai
setiap pendapat sehingga pada akhirnya substansi pembelajaran benar-benar
dihayati.
Proses belajar mengajar merupakan proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatis untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi merupakan
syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam
proses belajar mengajar mempunyai arti luas, tidak sekedar hubungan antar guru
dengan siswa, tetapi berupa interaksi eduaktif dalam hal ini bukan hanya
5 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasinya
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996), hal.100.
33
penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan
nilai pada diri siswa yang sedang belajar.6
Proses pembelajaran perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan.
Hal tersebut menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan suasana
yang kondusif. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan segi
hasil. Dari segi proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila
seluruhnya atau setidaknya-tidaknya (75%) peserta didik terlibat secara aktif,
baik fisik, mental , maupun sosial dalam proses pembelajaran. Disamping
menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat yang besar dan rasa
percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil
apabila terjadi perubahan tingkah laku yang positif pada diri peserta didik atau
setidaknya sebagian besar (75%).7
Guru sebagai sumber belajar, penentu sumber belajar, dan penilai kemajuan
belajar harus dapat mewujudkan pembelajaran lebih efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan belajar. Untuk melangsungkan proses pembelajaran baik
menurut Dankin maupun Bidle, guru harus mempunyai dua kompetensi yaitu
kompetensi materi pembelajaran atau penguasaan materi pembelajaran dan
kompetensi metodologi pembelajaran.8
Nana Sudjana menyatakan bahwa tujuan belajar sebagai arah dari proses
belajar mengajar pada hakekatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan
dapat dikuasai oleh siswa setelah menempuh atau menerima pengalaman belajar.
6Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1995),
hal.4. 7 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, hal.101-102. 8 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung:: Alfabeta, 2003), hal.64-65.
34
Dengan demikian tujuan proses belajar mengajar atau pengajaran adalah suatu
hasil yang ingin dicapai dari proses belajar mengajar. 9
a. Pengetahuan hafalan (Knowledge)
Meliputi pengetahuan yang bersifat faktual, pengetahuan yang perlu diingat
kembali seperti rumus.
b. Pemahaman (Comprehention)
Hasil belajar ini memerlukan kemampuan menangkap arti dari suatu konsep.
Untuk itu diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara konsep dengan
makna yang ada dalam konsep tersebut. Meliputi pemahaman terjemahan,
penafsiran, dan eksplorasi.
c. Penerapan (Application)
Kesanggupan menerapkan dan mengakibantkan suatu konsep atau ide, rumus,
hukum, dalam situasi baru seperti memecahkan persoalan dengan
menggunakan rumus tertentu.
d. Analisis (Konvergen)
Kesanggupan memecahkan, menyesuaikan suatu integritas, kesatuan yang utuh
menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti.
e. Sintesis (Divergen)
Merupakan lawan dari analisis yaitu kesanggupan menyatakan unsur-unsur atau
bagian-bagian yang mempunyai arti.
f. Evaluasi
9 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hal.50-
52.
35
Merupakan kesanggupan memberi keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan
judgement yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.
2. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach).10
Pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme adalah: “Pembelajaran
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pembelajaran
bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Menurut pandangan konstruktivisme setiap individu harus membangun
pengetahuannya sendiri. hal ini dikemukakan oleh Suparno yang menyatakan
bahwa ”pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia”. Manusia
mengkonstruksikan pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena,
dan lingkungannya. Pandangan ini menganggap bahwa pengetahuan tidak dapat
ditransfer dari seseorang kepada orang lain, melainkan harus diinterpretasikan
10 Akhmad Sudrajat, Pendekatan Konstruktivisme, http.// Akhmad Sudrajat. Wordpress.com,
diakses tanggal 9 Desember 2008
36
sendiri oleh masing-masing orang. Jadi pengetahuan bukanlah susunan yang
sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang.11 Suatu model pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan agar terjadi pembelajaran yang bermakna
(meaningfull learning) adalah pendekatan konstruktivisme. Dalam pendekatan ini
siswa dipandang memiliki struktur kognitif tertentu yang telah terbentuk melalui
pengalaman sebelumnya.
Sehubungan dengan itu, maka menurut pandangan konstruktivisme, ada
beberapa karakteristik dalam kegiatan pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh
guru yaitu: (1) siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan
memiliki tujuan, (2) belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses
keterlibatan siswa, (3) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar
melainkan dikonstruksi secara personal, (4) pembelajaran bukanlah transmisi
pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas, (5) kurikulum
bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan
sumber.
Oleh karena itu untuk mengimplementasikan pendekatan konstruktivisme
dalam pembelajaran diwujudkan dalam bentuk pembelajaran yang berpusat pada
siswa (Student Center). Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan (Quantum learning) sehingga siswa dapat bekerjasama secara
gotong royong (cooperative learning). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh guru dalam rangka menciptakan pembelajaran seperti yang disebutkan di
atas yaitu:
11 Suparno, Filsafat Konstruktivisme, hal.28-29.
37
1. Guru harus menguasai beberapa macam metode mengajar yang inovatif serta
menggunakan metode tersebut pada waktu mengajar, variasi metode
mengajar mengakibatkan penyajian bahan lebih menarik perhatian siswa,
mudah diterima siswa, sehingga kelas menjadi hidup dan interaktif. Metode
pembelajaran yang selalu sama (monoton) setiap mengajar tanpa adanya
variasi akan membuat siswa cepat bosan dan jenuh.
2. Menumbuhkan motivasi belajar siswa, hal ini sangat berperan pada kemajuan
dan perkembangan siswa. Selanjutnya melalui proses belajar, bila motivasi
guru tepat dan mengenai sasaran akan meningkatkan kegiatan belajar, dengan
tujuan yang jelas maka siswa akan belajar lebih tekun, giat dan lebih
bersemangat.
3. Menggunakan media pembelajaran, sebab menurut hasil penelitian bahwa
belajar dengan media akan lebih memudahkan siswa menyerap, memahami
dan menguasai materi yang disampaikan oleh gurunya. Karena dengan media
siswa akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang substansi materi
yang dipelajarinya.
4. Mempunyai referensi dan informasi yang lengkap tentang materi yang akan
dipelajari, sebab kalau hanya dengan bekal informasi yang terbatas, maka ada
kemungkinan guru mengalami kesulitan.
Untuk menciptakan kelas menjadi lingkungan yang konstruktivistik, Guru
perlu melakukan perubahan pandangan terhadap tujuan pendidikan. Knuth dan
Kunningham (1993), menyatakan ada 7 kondisi yang dapat diciptakan oleh guru
dalam mewujudkan kelas konstruktivistik:
38
1. Guru memberikan kesempatan kepada murid untuk mencari pengalaman pada
saat proses pembentukan pengetahuan berlangsung. Guru perlu
menumbuhkan sikap bertanggung-jawab pada diri murid dengan mendorong
mereka mengembangkan topik dan sub-topik yang sesuai dengan minat
mereka masing-masing.
2. Guru melatih murid berpengalaman dan membiasakan mereka menghargai
kondisi dari perspektif yang berbeda, karena keadaan yang nyata jarang sekali
memiliki perspektif tunggal.
3. Menghubungkan belajar dengan konteks yang realistis dan relevan. Guru
harus dapat membawa murid untuk menghubungkan materi pelajaran dengan
dunia nyata yang dimiliki oleh murid.
4. Melatih murid menghargai pendapat dan temuannya sendiri. Untuk itu, Guru
mendorong Murid untuk berani menetapkan apa yang akan dipelajari, isu apa
yang menarik, cara apa yang akan ditempuh, bagaimana mereka merumuskan
tujuan yang hendak dicapai.
5. Menciptakan suasana belajar yang berada di dalam suasana interaksi sosial.
6. Mendorong murid untuk berani menggunakan bentuk penyajian yang
berbeda.
7. Mendorong anak didik untuk senantiasa menyadari proses terbentuknya
pemahaman dan pengetahuan dalam diri mereka.
Kemudian dalam upaya mengimplementasikan teori belajar
konstruktivisme tersebut, Tytler (1996: 20) mengajukan beberapa saran yang
berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut: (1) memberi
39
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa
sendiri, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang
pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, (3) memberi
kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, (4) memberi pengalaman
yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa, (5) mendorong
siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan (6) menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif.
Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari
pikiran yang mempunyai pengetahuan kepikiran orang yang belum mempunyai
pengetahuan. Bahkan bila seorang guru bermaksud mentrasfer konsep, ide, dan
pengertiannya kepada seorang siswa, pengetahuan itu harus diinterpretasikan
dikonstruksikan oleh si siswa lewat pengalamannya (Glasersferld dalam
Bettencourt, 1989). Banyaknya siswa yang salah menangkap apa yang telah
diajarkan oleh gurunya menunjukkan bahwa pengetahuan itu tidak dapat begitu
saja dapat dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan atau paling tidak
diinterpretasikan sendiri oleh siswa.
Dalam proses konstruksi, menurut Von Glasersfeld, diperlukan beberapa
kemampuan sebagai berikut: (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan
kembali pengalaman, (2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan
(justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan, (3) kemampuan untuk lebih
menyukai pengalaman yang satu dari pengalaman yang lain.12
12 Ibid, hal.20.
40
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu
memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide
bahwa siswa harus menemukan dan mentrasformasikan suatu informasi
kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik
mereka sendiri.13
3. Partisipasi
Partisipasi sangat diperlukan dalam diskusi kelompok. Partisipasi dapat
diartikan sebagai suatu keterlibatan siswa dalam kelompok dalam memecahkan
masalah atau dalam melaksanakan tugas yang telah ditentukan. Pembelajaran
koopreratif melatih siswa untuk mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi.
Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan
bermasyarakat. Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, misalnya,
cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain
secara santun, tidak memojokkan, cara menyampaikan ide atau gagasan yang
dianggapnya baik dan berguna.14
Diskusi kelompok dilaksanakan dalam proses kelompok. Proses kelompok
memiliki karakteristik seperti: relasi, interaksi, partisipasi, kontribusi, afeksi, dan
dinamika. Tiap individu berhubungan satu dengan yang lain, tiap individu
memberikan sumbangan pemikiran, tiap individu sling mempengaruhi, ikut aktif,
13 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007) hal.108. 14 Wina Sanjaya, strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Prenada media, 2006) hal.245.
41
adanya pembagian tugas, tiap individu mengembangkan sifat-sifat personal,
sosial, moral, dan arena kelompok bisa berkembang sehingga menjadi bersifat
dinamis.15
4. Kemampuan kognitif
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni
faktor dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang datang dari luar diri siswa
atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan
yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap
hasil belajar yang dicapai. Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa
antara lain motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Faktor tersebut banyak
menarik perhatian para ahli pendidikan untuk diteliti, seberapa jauh
kontribusi/sumbangan yang diberikan oleh faktor tersebut terhadap hasil belajar
siswa.16
Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat menentukan atau
mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya ialah kualitas pengajaran. Kualitas
pengajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar
dalam mencapai tujuan pengajaran. Oleh sebab itu hasil belajar siswa di sekolah
di pengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran.17
15 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Argensindo, 2002) hal.
154. 16 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar,(Bandung, Sinar Baru Algesindo,
2005) hal. 39 - 40. 17 Ibid, hal.40.
42
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual18. Menurut
taksonomi Bloom, kemampuan intelektual atau kognitif meliputi jenjang19:
a. Ingatan (knowledge):
1) Ingatan tentang hal yang spesifik, baik ingatan tentang peristilahan
(terminologi) maupun kejadian yang spesifik, misal menyebutkan bagian-
bagian, kejadian, tempat, dan sebagainya.
2) Ingatan tentang jalur-jalur dan arti hubungan-hubungan spesifik, baik
ingatan tentang konvensi, kecenderungan (trend) dan urutan (sequence),
klasifikasi dan kategori, kriteria serta metodologi.
3) Ingatan tentang universalitas dan abstraksi di lapangan, misal
mengingat/menyebutkan tentang prinsip-prinsip dan generalisasi-
generalisasi, maupun teori-teori dan struktur-struktur.
b. Pemahaman (comprehensif) merupakan kemampuan terendah dari
mengerti (understanding), meliputi:
1) Translasi (penerjemahan), yakni kemampuan menterjemahkan/
menjelaskan suatu maksud atau informasi, misal menyatakan kembali
dengan kata-katanya sendiri tentang satu definisi, maksud, contoh dan
sebagainya.
2) Interpretasi (penafsiran), yakni kemampuan menafsirkan atau
mengartikan suatu informasi, misal menjelaskan hal yang berhubungan
atau yang ada relevansinya, mengurutkan ataupun menyusun kembali
sesuai dengan urutannya, dan sebagainya
18 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: PT Rosda Karya, 2006) hal. 22. 19 Bambang Subali dan Paidi, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Biologi, (Yogyakarta:
FMIPA UNY) hal.14-15.
43
3) Ekstrapolasi atau estimasi, yakni kemampuan untuk meramalkan
kemungkinan-kemungkinan dari suatu informasi, misal menduga
akibat/efek yang berpengaruh, menarik kesimpulan, dan sebagainya
4) Jastifikasi, yakni kemampuan membenarkan, misal membenarkan suatu
prosedur atau metode. Semuanya tanpa dihubungkan dengan
penerapannya ataupun dihubungkan dengan hal-hal atau informasi yang
lain.
c. Penerapan (aplication), meliputi kemampuan :
1) Menerapkan prinsip pada situasi yang baru.
2) Menerapkan teori ke dalam praktek.
3) Menerapkan rumus untuk pemecahan soal.
4) Menyusun skema atau diagram dari data/informasi yan tersedia.
5) Mendemonstrasikan suatu prosedurdengan benar.
d. Analisis (analysis) meliputi:
1) Analisis unsur-unsur, misal menemukan asumsi yang belum ada atau
belum dinyatakan dalam suatu informasi, membedakan kesimpulan
yang berdasar fakta dan yang bukan, membedakan antara fakta dan
pendapat.
2) Analisis-analisis hubungan, misal dapat menemukan hubungan sebab-
akibat, dapat membedakan antara alasan yang relevan dan yang tidak
relevan.
3) Analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi, misal menemukan bentuk-
bentuk, formula, pola atau struktur dalam suatu hal.
44
e. Sintesis (synthesis) meliputi:
1) Produk/hasil suatu komunikasi yang unik/khas, misal membuat
ringkasan, menyusun suatu alat dan sebagainya.
2) Produk/hasil suatu rencana atau seperangkat usulan kegiatan/rencana
percobaan.
3) Menurunkan/mencari derivat seperangkat hubungan abstrak, misal
merumuskan hipotesis berdasar kajian pustaka yang ada.
f. Penilaian/evaluasi (evaluation) meliputi:
1) Penilaian/evaluasi berupa pertimbangan internal dari suatu kejadian,
misal penilaian dari segi ketepatan, kecermatan, konsistensi, ataupun
urutan logis.
2) Penilaian/evaluasi berupa pertimbangan eksternal dari kejadian yang
ada, misal penilaian dari segi efisiensi, efektifitas, nilai ekonomis, atau
dari segi makna.
B. Kajian Keilmuan
Kurikulum yang digunakan di MA LFT UIN Sunan Kalijaga adalah
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), standar kompetensi yang harus
dicapai oleh siswa pada materi ekosistem yaitu: Menganalisis hubungan antara
komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam
keseimbangan ekosistem. Untuk kompetensi dasar dari materi ekosistem yaitu:
Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur
biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan.
45
Indikator materi pada materi ekosistem yang sudah ditentukan oleh MA
LFT UIN Sunan Kalijaga yaitu:
1. Mendefinisikan pengertian ekologi sebagai ilmu
2. Membedakan pengunaan istilah habitat, nisia, populasi, komunitas, ekosistem,
faktor biotik, faktor abiotik.
3. Mengidentifikasi berbagai interaksi yang terjadi dalam ekosistem
4. Menghubungkan pengertian rantai makanan, jaring-jaring makanan, piramida
ekologi, siklus materi, dan daur energi
Memperhatikan materi dalam KTSP maka materi ekosistem meliputi
bahasan sebagai berikut:
1. Ekosistem
Manusia merupakan makhluk hidup yang paling sempurna.akan tetapi,
dalam kehidupannya manusia juga sangat bergantung pada makhluk hidup yang
lain, baik pada makhluk hidup lain maupun pada makhluk tak hidup. Hubungan
saling mempengaruhi antar makhluk hidup dengan lingkungannya membentuk
suatu sistem yang disebut ekosistem. Sedangkan ilmu yang mempelajari
tentang hubungan saling mempengaruhi antar makhluk hidup dengan
lingkungannya disebut ekologi.
Beberapa pengertian yang berhubungan dengan ekosistem:
b. Habitat
Habitat merupakan tempat yang alami/asli dengan lingkunga tertentu
sebagai tempat tinggal dan hidup. Misal harimau, singa, gajah, habitatnya di
hutan dan ikan hiu habitatnya di ar laut.
46
c. Nisia atau relung
Nisia atau relung merupakan peranan fungsional atau jabatan yang
dijalankan oleh setiap makhluk hidup didalam ekosistem. Misal tumbuhan
berperan sebagai produsen dan jamur berperan sebagi dekomposer.
d. Indvidu
Individu yaitu satu makhluk hidup tunggal atau satu makhluk hidup yang
mandiri. Misal seekor tikus, sebatang pohon jambu, dan seorang anak.
e. Populasi
Populasi yaitu sekelompok individu yang spesiesnya sama yang hidup
menetap pada daerah tertentu. Misal populasi kambing, populasi jambu, dan
populasi penduduk. Syarat suatu individu disebut sebagai anggota populasi
jira dapat hidup bersama dengan anggota lainnya, mempunyai bnayak
persamaan morfologi, anatomi, dan fisiologi serta dapat melakukan
interhibridisasi antar anggota.
f. Komunitas
Komunitas merupakan kumpulan dari berbagai populasi yang saling
berinteraksi yang hidup menetap pada daerah tertentu. Misal komunitas
hutan terdiri dari semua makhluk hidup yang ada di hutan tersebut, dapat
berupa sekelompok singa, sekelompok tumbuhan pinus, sekelompok cacing
tanah, dan sebagainya.
g. Ekosistem
47
Ekosistem merupakan suatu sistem yang terdiri dari semua makhluk hidup
beserta lingkungan biotik maupun abiotik yang memilki ciri khas tersendiri.
Misal ekosistem waduk berbeda dengan ekosistem sungai.
h. Bioma
Bioma merupakan kumpulan dari berbagai ekosistem yang terdapat dalam
wilayah geografis yang sama, iklim, dan kondisi yang sama. Batas antar
dua bioma disebut ecotone. Biasanya dalam bioma dalam bioma ditandai
dengan hewan atau vegetasi yang khas atau dominan. Misal bioma tundra
terdapat di daerah kutub belahan utara dengan rumput sebagai tumbuhan
utama.
i. Biosfer
Biosfer merupakan tempat hidup semua makhluk hidup yang ada di
permukaan bumi.
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Ekosistem tersusun atas komponen biotik dan abiotik dan dalam
ekosistem terdapat daur Biogeokimia. Ekosistem berasal dari 2 kata yakni oikos:
rumah, dan systema: terdiri atas bagian-bagian yang saling mempengaruhi.
Ekositem dapat diartikan sebagai suatu system yang dibentuk disuatu daerah
dimana komponen makhluk hidup dengan lingkungannya terdapat hubungan
timbal balik atau saling mempengaruhi atau sebagai sutu kesatuan yang utuh.
48
Dalam ekosistem terdapat komponen- komponen abiotik, produsen, konsumen,
dan pengurai20.
Tiap-tiap organisme yang terdapat dalam suatu ekosistem dengan pola
interaksi diantara organisme membentuk suatu struktur dari suatu ekosistem. Para
ahli mengemukakan ada dua komponen utama dalam ekosistem yaitu komponen
biotik (makhluk hidup) dan abiotik (non living)21.
A. Komponen Abiotik
Komponen abiotik dalam suatu ekosistem antara lain yaitu:
1. Sumber energi yang berada di luar, missal sinar matahari.
2. Faktor-faktor fisik seperti angin dan panas yang menghasilkan iklim dan
musim dari suatu ekosistem.
3. Semua zat-zat kimia yang didapatkan dari tanah, udara dan air yang
merupakan nutrient-nutrien utama bagi kehidupan.
B. Komponen Biotik
Komponen biotik atau makhluk hidup dari suatu ekosistem dapat dibedakan
menjadi produsen, konsumen, dan dekomposer. Produsen disebut juga organisme
autotrof, yaitu organisme yang dapat menghasilkan makanannya sendiri.
Produsen merupakan sumber energi utama bagi organisme lain, yaitu konsumen.
Sebagai produsen, tumbuhan hijau menghasilkan makanan (karbohidrat) dan
oksigen melalui proses fotosinteis dengan bantuan cahaya matahari. Makanan ini
dimanfaatkan oleh tumbuhan sendiri maupun makhluk hidup lainnya.
20 DR. Suroyo, Ensiklopedi Sains dan Kehidupan, (Jakarta: Tarity Samudra Berlian, 2003)
hal. 49. 21 Dzaki Ramli, Ekologi, (Jakarta: Depdikbud Dirjen Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kapendidikan, 1989) hal.17.
49
Konsumen disebut juga organisme heterotrof, yaitu organisme yang
mendapatkan zat organik yang telah dibentuk oleh produsen, atau dari konsumen
lain yang menjadi mangsanya. Zat-zat organik ini digunakan oleh konsumen
sebagai sumber energi. Berdasarkan jenis makanannya, konsumen dapat
dikelompokkan menjadi22:
1. Herbivora (pemakan tumbuhan), misalnya kambing, kerbau, dan kelinci.
2. Karnivora (pemakan daging), missal harimau, burung elang, dan serigala.
3. Omnivora (pemakan tumbuhan dan daging), misal kera dan orang hutan.
4. Insektivora (pemakan serangga), misal cecurut, trenggiling.
5. Scavenger (saprovora), pemakan bangkai atuau hancuran tubuh makhluk.
Istilah scavengaer berlaku bagi hewan rendah seperti kepiting, udang dan
serangga.
Dekomposer berperan sebagai pengurai, yang menguraikan zat-zat organik
(dari bangkai) menjadi zat-zat anorganik penyusunnya. Zat-zat ini sangat
diperlukan tumbuhan. Aktifitas pengurai sangat penting dalam menjaga
ketersediaan zat hara bagi produsen. Makhluk hidup yang termasuk pengurai
adalah jamur dan bakteri.
Diantara tiap komponen penyusun ekosistem terjadi interaksi :
1. Interaksi antarorganisme
Makhluk selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu
akan selalu berhubungan dengan individu lain, baik yang berspesies sama
22 Wildan Yatim, Biologi Modern Pengantar Biologi, (Bandung: Penerbit Tarsito, 1987) hal.
204-205.
50
maupun yang berspesies berbeda. Interaksi antarorganisme dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a. Netral
Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang
sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua
belah pihak. Contoh antara capung dan sapi.
b. Predasi
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator).
Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup.
Sebaliknya predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa.
Contoh singa dan kijang, beruang dan ikan salem.
c. Parasitisme
Parasitigsme dalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies.
Hubungan ini menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak yang
lain. Contoh Plasmodium dengan manusia, benalu denga pohon inang.
d. Komensalisme
Komensalisme merupakan hubungan antara dua organisme yang
berbeda spesies dimana salah satu spesies diuntungkan, sedangkan
spesies yang lain tidak dirugikan ataupun diuntungkan. Contoh anggrek
dengan pohon yang ditumpanginya.
e. Mutualisme
51
Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda
spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh bakteri
Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.
2. Interaksi antar populasi
Dalam suatu komunitas, antara populasi yang satu dengan populasi yang
lain selalu berinteraksi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Contoh
interaksi antar populasi adalah alelopati.
Alelopati merupakan interaksi antar populasi, jika populasi yang satu
menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contoh
rumput teki menghalangi tumbuhnya rumput lain karena tumbuhan ini
menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme alelopati dikenal
sebagai anabiosa, contohnya jamur Penicillium sp menghasilkan antibiotik
yang dapat menghalangi tumbuhnya bakteri tertentu.
Kompetisi interspesifik merupakan interkasi antar populasi. Kompetisi ini
terjadi jika antar populasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi
persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contohnya persaingan
antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.
3. Interaksi antarkomunitas
Interaksi antarkomunitas cukup kompleks karena tidak hanya melibatkan
organisme tetapi juga aliran energi dan makanan. Contoh interaksi antar
komunitas sungai dan komunitas sawah terjadi interaksi dalam bentuk
peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan peredaran organisme dari
kedua komunitas tersebut.
52
4. Interkasi antara komponen biotik dengan abiotik
Interaksi antar makhluk hidup (komponen biotik) dan antar komponen biotik
dan abiotik. Makhluk hidup tidak mampu hidup sendiri, diantara makhluk
hidup terjadi hubungan saling membutuhkan atau saling ketergantungan.
Saling ketergantungan terjadi baik antara komponen biotik dan biotik,
maupun biotik dengan abiotik. Dengan adanya interaksi tersebut suatu
ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya.
Di dalam ekosistem terjadi aliran energi dan daur biogeokimia yang
melibatkan faktor biotik dan abiotik. Aliran energi merupakan rangkaian urutan
pemindahan bentuk energi satu kebentuk energi yang lainnya dimulai dari sinar
matahari lalu ke produsen, ke konsumen primer, ke konsumen tingkat tinggi
sampai ke saproba. Pengalihan energi juga berlangsung melalui sederetan
organisme yang memakan dan di makan di dalam rantai makanan maupun jaring-
jaring makanan.
Rantai makanan terdiri dari tiga tipe yaitu
a. Rantai makanan perumput, jika rantai makanan tersebut melibatkan tumbuhan
hijau pada tingkat trofik pertama, diikuti herbivora pada tingkat trofik kedua
dan karnivora pada tingkat trofik ketiga.
Misal: Tumbuhan air kecebong Ular
b. Rantai makanan detritus, jika rantai makanan melibatkan makhluk hidup yang
dapat menghasilkan detritus. Detritus adalah fragmen atau hancuran dari bahan
yang sudah terurai yang dimakan oleh makhluk hidup detritivor.
Misal: Detritus (Hancuran daun) cacing tanah ayam manusia
53
c. Rantai makanan parasit, jika rantai makanan melibatkan makhluk hidup yang
berperan sebagai parasit.
Misal: Tanaman mangga benalu kambing Manusia
Dalam setiap mata rantai makanan atau jaring-jaring makanan akan
membentuk struktur trofik yaitu tingkatan yang terdiri dari berbagai makhluk
hidup dengan sumber makanan tertentu.tingkat trofik pertama merupakan
makhluk hidup autotrof yaitu makhluk hidup yang dapat membuat makanan
sendiri. tingkat trofik kedua merupakan konsumen pertama atau heterotrof.
Tingkat trofik ketiga merupakan konsumen sekunder atau karnivora kecil.
Tingkat trofik keempat merupakan konsumen tersier atau karnivora besar yaitu
makhluk hidup pemakan konsumen sekunder.23
Struktur trofik pada ekosistem dapat disajikan dalam bentuk piramida
ekologi, ada tiga jenis piramida ekologi yaitu:
a. Piramida jumlah adalah gambaran yang menunjukkan tentang jumlah individu
pada setiap tingkatan trofik tertentu. Piramida jumlah memberikan penjelasan
bahwa organisme yang berada pada tingkatan trofik lebih tinggi, jumlahnya
selalu lebih sedikit daripada tingkatan trofik dibawahya.
b. Piramida Biomassa adalah gambaran tentang jumlah keseluruhan berat kering
individu pada setiap tingkatan trofik tertentu. Pada piramida ini tingkatan trofik
yang lebih tinggi mempunyai biomassa yang lebih sedikit dibandingkan yang
ada di bawahnya.
23 D.A.Pratiwi, Sri Maryati, Srikini, Suharno, Bambang S., Biologi Untuk SMA Kelas X,
(Jakarta: Erlangga, 2006) hal.275-278.
54
c. Piramida Energi adalah gambaran tentang jumlah total energi yang digunakan
oleh makhluk hidup pada setiap tingkatan trofik tertentu. Piramida energi
mampu memberikan gambaran yang akurat tentang aliran energi dalam
ekosistem. Pada piramida terjadi penurunan jumlah energi berturut-turut dari
tingkat trofik terendah sampai tingkat trofik tertinggi. Berkurangnya energi
pada setiap tingkatan trofik terjadi karena hal-hal berikut:24
1). Hanya sebagian makanan yang ditangkap dan dimakan oleh tingkat trofik
selanjutnya.
2). Makanan yang dimakan tidak bisa seluruhnya dicerna dan ada yang
dikeluarkan sebagai sampah.
3). Hanya sebagian makanan yang dicerna menjadi bagian dari tubuh organisme,
sedangkan sisanya digunakan sebagai sumber energi.
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian-penelitian yang relevan yang membahas tentang berbagai
pendekatan pembelajaran dan pendekatan konstruktivisme dapat sebagai acuan
untuk mengetahui secara jelas posisi dan kontribusi penulis. Beberapa penelitian itu
diantaranya skripsi yang ditulis oleh Nuzhiyati 25 bertujuan untuk mengetahui
pengaruh sikap belajar fisika serta untuk membuktikan adanya interaksi yang
signifikan antara penggunaan metode mengajar, sikap belajar fisika dan
kemampuan numerik terhadap prestasi belajar fisika. Metode inquiry terpimpin
24 Ibid, hal. 279-300 25 Nuzhiyati, Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Fisika Melalui Pendekatan Konstruktivisme
Dengan Metode Inqury Terpimpin pokok Bahasan Suhu Pada Siswa Kelas VIII MTs N Yogyakarta, (Fak.Tarbiyah: UIN SUKA,2006)
55
dengan pendekatan konstruktivisme memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap prestasi belajar fisika.
Selain itu skripsi yang ditulis oleh Izzatin Nuril Latifah26 bertujuan untuk
mengetahui bahwa pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan
presentasi dan refleksi siswa. Peningkatan kemampuan presentasi siswa dapat
dilihat dari meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai beberapa aspek
yang dikembangkan dalam melakukan presentasi. Peningkatan refleksi siswa dapat
dilihat dari meningkatnya persentase siswa dalam beberapa aspek yang
dikembangkan pada kedua siklusnya.
Sedangkan yang akan penulis teliti sekarang ini berbeda dengan penelitian
yang terdahulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan partisipasi
dan kemampuan kognitif siswa.
D. Kerangka Berpikir
Pembelajaran Biologi di MA LFT UIN Sunan Kalijaga masih didominasi
dengan metode ceramah yang membuat siswa jenuh dan cenderung pasif. Guru
belum bisa menjadi fasilitator yang baik agar siswa aktif dalam proses
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang belum dimaksimalkan
pelaksanaannya sehingga siswa belum terbiasa untuk membangun
pengetahuannya sendiri atas dasar hal-hal yang baru diterimanya.
Pembelajaran dengan berkelompok, mendorong siswa untuk terlibat lebih
aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, guru mendorong siswa untuk
26 Izzatin Nuril Latifah, Peningkatan Kemampuan Presentasi dan Refleksi menggunakan Pendekatan konstruktivisme Pada Pembelajaran Biologi Pokok Bahasan Sistem Pencernaan dan Sistem Peredaran Darah Kelas VIII E MTs N Lasem Rembang, (Fak. Sains dan Teknologi: UIN SUKA, 2008)
56
bekerjasama melakukan diskusi yang memungkinkan mereka dalam menemukan
konsep-konsep untuk mereka sendiri dan teman satu kelompoknya. Belajar
dengan metode ini dapat memacu hasrat ingin tahu siswa, memotivasi siswa
untuk bekerjasama dan mendorong mereka untuk melanjutkan pekerjaan
kelompoknya sehingga mereka menemukan jawabannya dan kesan yang lebih
dalam pada diri siswa.
Suatu model pembelajaran yang dapat digunakan agar terjadi pembelajaran
yang bermakna (meaningfull learning) adalah pendekatan konstruktivisme. Salah
satu cara peningkatan kemampuan partisipasi dan kemampuan kognitif siswa
adalah dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan model
pembelajaran kooperatif yang akan membantu siswa dalam membentuk konstruk
mental, membangun konsep secara mandiri yang diperoleh dari kejadian,
aktifitas, serta pengetahuan yang baru diterimanya sehingga mampu
meningkatkan partisipasi dan kemampuan kognitif siswa dalam belajar.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan asumsi bahwa siswa kelas X MA LFT UIN Sunan Kalijaga
mempunyai potensi yang tinggi dalam menyatakan pendapat, saling memberikan
masukan dan bersikap kritis terhadap sesuatu hal yang baru disertai kerjasama
yang bagus ketika pembelajaran dilakukan dengan pendekatan dan model
pembelajaran yang menarik, maka hipotesis dari tindakan ini adalah:
1. Pendekatan konstruktivisme pada pokok bahasan Ekosistem dapat
dilaksanakan oleh siswa kelas X MA LFT UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
57
2. Untuk mencapai peningkatan kemampuan partisipasi dan kemampuan
kognitif siswa pada pokok bahasan Ekosistem dengan pendekatan
konstruktivisme diperlukan 2 siklus untuk kelas X MA LFT UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
3. Hasil yang dicapai pada proses pembelajaran Biologi dengan pendekatan
konstruktivisme pada pokok bahasan Ekosistem untuk kelas X MA LFT UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta adalah:
a. Penerapan pendekatan konstuktivisme dapat meningkatkan kemampuan
partisipasi siswa.
b. Penerapan Pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan
kognitif siswa dan ranah kognitif yang berkembang dapat teridentifikasi.
58
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Laboratorium Fakultas
Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada semester Genap tahun ajaran
2008/2009 pada bulan April – Mei 2009.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research) yaitu suatu kajian sistematik dari upaya perbaikan
pelakasanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan
tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai
hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Tahapan penelitian kelas yang digunakan
mengikuti model spiral dari Kemmis dan Taggart (1988) yang meliputi
perencanaan (plan), tindakan (act), mengamati (observe), dan refleksi (reflect).27
Perencanaan(Plan) merupakan rencana penelitian tindakan yang terstruktur
dan terencana namun tidak menutup kemungkinan untuk mengalami perubahan.
Tindakan(act) yang dimaksud adalah segala tindakan yang dilakukan secara
sadar dan terkendali yang merupakan variasi praktek yang cermat dan bijaksana.
Tindakan yang dilakukan berdasarkan pada perencanaan yang telah disusun
sesuai dengan permasalahan. Observasi pada tindakan ini berfungsi untuk
mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan dan pengaruh tindakan
27 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2007), hal.66-67.
59
terkait. Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan
yang telah dilakukan sesuai dengan hasil observasi.
Setelah dilakukan tindakan refleksi yang mencakup analisis, sintesis, dan
penilaian terhadap hasil pengamatan proses dan hasil tindakan yang dilakukan,
biasanya muncul permasalahan atau pemikiran yang perlu mendapat perhatian,
sehingga pada gilirannya perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang,
pengamatan ulang, serta diikuti dengan refleksi ulang. Tahap-tahap kegiatan ini
terus berulang sampai suatu permasalahan dianggap selesai. Adapun desain yang
dikemukakan oleh Kemmis dan M.Taggart dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Model spiral dari Kemmis dan Taggart (1988)28
Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian kolaboratif yang
mana desain penelitian disusun oleh peneliti kemudian dikaji oleh guru bidang
studi Biologi dan beberapa observer, sebelum penelitian dilaksanakan peneliti
28 Ibid, hal.66.
REFLECT
PLAN
ACT
OBSERVE
REFLECT REVISED PLAN
OBSERVE
ACT
60
melakukan sosialisasi kepada siswa tentang penelitian yang akan dilaksanakan.
Pada pelaksanaannya nanti peneliti sebagai pelaku kegiatan, guru bidang studi
Biologi serta beberapa teman sejawat sebagai observer dengan mengambil
sampel sebanyak 25 siswa.
1. Prosedur Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada saat proses pembelajaran Biologi pokok
bahasan Ekosistem. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan
konstruktivisme. Dalam melaksanakan konstruktivisme dilaksanakan dengan
model pembelajaran kooperatif yaitu diskusi kelompok. Diskusi dilaksanakan
secara berkelompok setelah melaksanakan diskusi salah satu dari anggota
kelompok akan melaksanakan presentasi. Setelah presentasi semua kelompok
selesai siswa membuat kesimpulan sebagai hasil pembelajaran yang diperoleh
(refleksi).
2. Rincian Prosedur Penelitian
Proses pelaksanaan penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam 2 siklus
yaitu siklus I dan siklus II.
a. Siklus I, Penelitian tindakan ini meliputi:
1) Perencanaan Tindakan
Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam perencanaan tindakan adalah:
a) Membuat instrumen pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
b) Menyusun instrument pengamatan untuk mengamati proses pembelajaran yang
terdiri dari:
61
i. Soal pre-test dan post-test pada siklus I
ii. Lembar observasi partisipasi siswa dalam diskusi kelompok
iii. Lembar observasi pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme
c) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan dalam tindakan
d) Menyiapkan observer untuk mengamati proses pembelajaran yang terdiri dari 3
orang teman sejawat dan guru pengampu mata pelajaran Biologi dan peneliti
sebagai pelaku kegiatan.
e) Sosialisasi kepada siswa yang akan diteliti mengenai pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivisme
2) Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan pembelajaran
dengan pendekatan konstruktivisme yang telah direncanakan, sedangkan observer
mengamati aktivitas siswa dalam persiapan pembelajaran, kegiatan diskusi dan
presentasi, serta refleksi dengan menggunakan lembar observasi. Pelaksanaan 1
siklus adalah 2 jam pelajaran (2X40 Menit).
Tabel.1. Tahap-tahap Pendekatan Konstruktivisme29
Tahap I (Pendahuluan)
Tahap II (Inti)
Tahap III (Penutup)
Apersepsi Diskusi kelas Kesimpulan Penyampaian tujuan pembelajaran
Presentasi Evaluasi
Sosialisasi pembelajaran Strukturisasi dan konstruksi pengetahuan
Penugasan
Pembagian kelompok diskusi siswa
Refleksi
Klarifikasi
29 Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih jelas bisa
dilihat pada lampiran 1 rencana pelaksanaan pembelajaran.
62
3) Observasi
Proses observasi terhadap pelaksanaan proses konstruksi para siswa
dilaksanakan pada saat melakukan diskusi dan presentasi. Sedangkan proses
lainnya teridentifikasi melalui hasil Lembar Kerja Siswa dengan
menggunakan acuan kriteria penilaian yang telah ditentukan.
4) Refleksi
Hasil yang telah diperoleh di kumpulkan dan dianalisis dalam tahap ini. Dari
hasil observasi, guru dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi
apakah kegiatan yang telah dilakukan telah dapat mengidentifikasi konstruksi
siswa. Hasil analisis dari seluruh tindakan yang dilakasanakan dalam siklus I
ini digunakan sebagai standar pencapaian indikator keberhasilan dari
penelitian tindakan ini. Apabila hasil pembelajaran siklus ini belum mencapai
indikator keberhasilan yang telah diterapkan, maka akan diidentifikasikan hal
atau tindakan apa yang menyebabkan tidak tercapainya indikator yang
diharapkan dan bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi
ketidakberhasilan siklus I. Hasil dari refleksi siklus ini dipergunakan sebagai
acuan untuk merencanakan siklus II .
b. Siklus II, penelitian tindakan ini meliputi:
1) Perencanaan
63
Perencanaan tindakan pada siklus II sama dengan yang dilaksanakan pada
siklus I. Untuk instrumen sama dengan yang digunakan pada siklus I tetapi
soal pre-test dan post test di sesuaikan dengan materi pelajaran.
2) Pelaksanaan tindakan
Langkah-langkah pada siklus II sama dengan langkah-langkah siklus I dan
ditambah dengan perbaikan hasil refleksi pada siklus I.
3) Obsevasi
Proses Observasi pada siklus II sama dengan proses observasi pada siklus I.
4) Refleksi
Seluruh data yang telah didapat selama kegiatan berlangsung dianalisis dan
diolah. Hasil refleksi siklus II dibandingkan dengan hasil refleksi pada siklus
I. Dari sini dapat dilihat apakah terjadi peningkatan partisipasi dan
kemampuan kognitif siswa atau mengalami penurunan sehinggga dapat
diketahui hasil penelitiannya secara keseluruhan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrument
penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi:
1. Instrument Pembelajaran yang berupa:
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat langkah-
langkah pembelajaran yang dilakukan guru di kelas.
64
b. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang memuat langkah-langkah kegiatan
untuk memandu siswa melakukan proses pembelajaran dan diskusi.
2. Instrumen Penilaian yang berupa:
a. Lembar observasi aktifitas siswa dalam diskusi kelompok untuk menilai
partisipasi siswa.
b. Lembar observasi untuk menilai keterlaksanaan pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivisme.
c. Lembar soal pre-test siklus I dan siklus II, soal post-test siklus I dan
siklus II untuk menilai kemampuan kognitif siswa.
D. Validitas Instrumen
Validitas tes adalah taraf sampai dimana statu tes mampu mengukur apa
yang seharusnya diukur. 30
1.Lembar observasi
Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar
observasi partisipasi siswa dalam diskusi dan lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. Lembar observasi ini
digunakan untuk mengetahui seberapa jauh partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran dan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivisme. Oleh karena itu perlu adanya validitas butir-butir
observasi, dalam hal ini digunakan validitas isi (content validity), validitas isi
30 Ign Masidjo, Penilaian Pencapaian Hasil Siswa di sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hal.
242
65
bertujuan untuk mengetahui kesahihan butir-butir observasi. Validitas butir-
butir observasi harus sesuai dengan apa yang akan diukur.
2. Soal
a. Validitas logis (logical valiity)
Konsep validitas logis bertitik tolak pada konstruksi teoritik tentang
factor-faktor yang hendak diukur oleh statu alat pengukur. Dari konstruksi
teoritik ini dilahirkan definisi-definisi yang yang digunakan oleh pembuat alat
pengukur sebagai pangkal kerja dan sebagai ukuran valid tidaknya alat
pengukur yang dibuatnya.31
Untuk menguji valid tidaknya soal maka dikonsultasikan kepada orang yang
ahli dalam hal ini pembimbing skripsi.
b. Validitas isi (content validity)
Validitas isi merupakan derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan
substansi yang akan diukur.32 Validitas isi dari soal yang diujikan dapat
dilihat dengan membandingkan isi soal dengan isi materi. Apabila butir soal
pada materi sesuai dengan isi materi berarti soal tersebut dapat dikatakan
valid. Namun jika butir soal tersebut tidak sesuai dengan isi materi maka butir
soal tersebut dikatakan tidak memenuhi syarat-syarat validitas.
Validitas logis dan validitas isi ini ditentukan melalui pertimbangan
para ahli, dalam hal ini soal di konsultasikan dengan dosen pembimbing untuk
dilihat validitas logis dan isinya.
31 Sutrisno Hadi, Metodologi Research jilid 2, (Yogyakarta:andi, 2002), hal.112 32 Sukardi, Evaluasi Pendidikan Praktik dan Operasionalnya, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2008),
hal. 32
66
E. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa dan hasil kerja siswa. Jenis data
yang diperoleh adalah data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari:
a. Data observasi untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivisme.
b. Data observasi untuk mengetahui partisipasi siswa dalam diskusi kelompok.
c. Data peningkatan nilai individu mata pelajaran biologi melalui test baik pre-
test maupun post-test untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa.
F. Teknik Analisis Data
a. Keterlaksanaan penelitian tindakan kelas dengan pendekatan konstruktivisme
dengan dianalisis secara kualitatif.
b. Data kemampuan partisipasi siswa
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan persentase. Data
tingkat kemampuan partisipasi siswa berupa skor yang diperoleh sesuai
kriteria yaitu skor 1,2, dan 3 kemudian dilihat frekuensinya dan dinyatakan
dalam persentase. Rumus yang digunakan untuk menghitung perolehan
persentase partisipasi siswa adalah33:
P=F/N x 100%
Keterangan:
33 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),
hal.40-41.
67
P = Angka Persentase
F = Jumlah siswa yang memperoleh skor 1,2, dan 3
N = Jumlah seluruh siswa.
c. Kemampuan kognitif siswa
Peningkatan kemampuan kognitif siswa diketahui dengan menggunakan
effect size, untuk mengetahui effect size dalam pembelajaran digunakan
dengan cara menghitung perbedaan rerata nilai post-test siklus I dan rerata
nilai post-test siklus II. Cirinya adalah apabila rerata post-test siklus II lebih
besar dari pada rerata post-test siklus I menunjukkan peningkatan
kemampuan kognitif yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran
baik.
G. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil bila seluruh aspek dalam
pendekatan konstruktivisme dapat dilaksanakan oleh siswa. Kemampuan
partisipasi siswa dinyatakan sangat mendukung, cukup mendukung, kurang
mendukung sesuai yang ada pada lembar observasi. Sedangkan peningkatan
kemampuan kognitif siswa ditunjukkan dengan peningkatan rerata pre-test dan
post-test dan dari hasil pre test dan post test ranah kognitif yang berkembang dapat
teridentifikasi.
68
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di MA LFT UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
semester Genap Tahun Ajaran 2008/2009 pada bulan April – Mei 2009. Penelitian
ini terdiri dari 2 siklus, siklus I pada tanggal 28 April 2009 dengan menggunakan
subpokok bahasan ekosistem dan komponen penyusun ekosistem, sedangkan pada
siklus II pada tanggal 5 Mei 2009 menggunakan subpokok bahasan interaksi dalam
komponen ekosistem, rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida ekologi.
Data yang diambil meliputi data kemampuan partisipasi siswa dalam kelompok,
data pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme, dan
data nilai individu siswa untuk mengukur kemampuan kognitif siswa dari
C1(ingatan)-C6(evaluasi).
1. Siklus I
Sebelum siklus I dimulai, sebelumnya peneliti bertemu dengan kolaborator
yaitu guru mata pelajaran biologi kelas X MA LFT UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Peneliti menyampaikan rencana-rencana yang akan dilaksanakan
agar penelitian berjalan dengan lancar. Kolaborator menganggap persiapan
peneliti sudah cukup dan akan memberi masukan jika ada hal-hal yang masih
kurang.
Sebelum proses pembelajaran dimulai, guru beserta peneliti dan observer
mempersiapkan alat dan media serta instrumen penelitian yang diperlukan antara
69
lain, soal pre-test dan post-test, LKS, dan lembar observasi.
a. Pelaksanaan Tindakan
1). Pendahuluan
Pada awal proses pembelajaran siswa diminta mengerjakan soal pre-
test, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa
terhadap konsep ekosistem dan komponen penyusun ekosistem. Pembelajaran
dengan pendekatan konstruktivisme dimulai dengan pengenalan masalah,
discovery inkuiri, presentasi, dan sharing pendapat. Pengenalan masalah yaitu
guru mengajukan pertanyaan terbuka kepada siswa. Adapun proses
pembelajaran pendahuluan dapat dilihat pada lampiran 1.
2). Kegiatan Inti
Guru menyampaikan permasalahan untuk didiskusikan. Hari itu siswa
yang masuk berjumlah 25 orang, guru membagi menjadi 5 kelompok dengan
berhitung, nomor yang sama bergabung untuk membentuk satu kelompok.
Pembagian kelompok ini bertujuan agar siswa mampu bekerjasama dengan
teman yang lainnya. Kemudian guru menjelaskan kegiatan yang akan
dilaksanakan yaitu pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme.
Setelah guru memberi penjelasan, observer membagikan LKS. Proses
berikutnya siswa melakukan diskusi secara berkelompok, guru hanya
mengamati aktifitas siswa tersebut. Siswa dibiarkan untuk melakukan
strukturisasi pengetahuan berdasarkan pengalamannya sendiri dalam
kelompok. Setelah diskusi selesai dilanjutkan dengan presentasi hasil
70
diskusinya kepada kelompok lain.
Presentasi antar kelompok dilengkapi dengan sharing pendapat
diakhiri dengan membuat kesimpulan secara bersama-sama. Guru
memberikan klarifikasi terhadap konsep yang kurang benar.
3). Penutup
Sebelum jam pelajaran ditutup, guru bersama siswa membuat
kesimpulan tentang materi pembelajaran saat itu kemudian siswa diminta
mengerjakan soal post test untuk mengetahui peningkatan nilai individu yaitu
kemampuan kognitif siswa.
b. Observasi
Setelah semua kegiatan dilakukan, data hasil observasi berdasarkan
pengamatan diperoleh data sebagai berikut:
1). Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme.
Keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme
dapat diungkap dari lembar observasi. Data hasil pengamatan keterlaksanaan
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme ditunjukkan dalam
lampiran 16. aspek-aspek dalam pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivisme sudah dapat dilaksanakan kecuali pada aspek terjadinya
debat/sanggahan siswa yang memiliki pendapat yang berbeda, hal ini
dikarenakan siswa belum terbiasa melakukan debat sehingga mereka masih
terkesan malu untuk mengkomunikasikan pendapatnya.
2). Kemampuan Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok
71
Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok dapat diungkap dari lembar
observasi partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi kelompok. Data hasil
pengamatan partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi ditunjukkan pada tabel
berikut.
Tabel.2. Persentase partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi kelompok siklus I
Skor 1 Skor 2 Skor 3 Rata-rata Skor
Jumlah siswa Masuk
Kode Aspek Aspek
F % F % F % F %
A Memberikan ide atau pendapat
15 60 8 32 2 8 1,48 25 100
B Menerima pendapat orang lain
10 40 6 24 9 36 1.96 25 100
C Melaksanakan tugas yang diberikan oleh kelompok
5 20 11 44 9 36 2,16 25 100
D Kerjasama dalam kelompok
6 24 9 36 10 40 2,52 25 100
E Kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota kelompok
3 12 10 40 12 48 2,36 25 100
Rata-rata skor partisipasi siswa 1,824
Keterangan : Skor 1 = Partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi kelompok kurang
mendukung (1-1,5)
Skor 2 = Partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi kelompok cukup
72
mendukung (1,6-2,5)
Skor 3 = Partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi kelompok sangat
mendukung (2,6-3)
( Keterangan lebih lengkap mengenai kategori kurang mendukung, cukup
mendukung, dan sangat mendukung untuk partisipasi siswa dalam diskusi
kelompok dapat dilihat dalam lampiran 10).
Pada tabel di atas, partisipasi siswa dalam diskusi kelompok masih dalam
kategori kurang mendukung dan cukup mendukung. Adapun aspek dengan
kategori cukup mendukung dari nilai tertinggi sampai nilai terendah berturut-
turut adalah kerjasama dalam kelompok, kepedulian terhadap kesulitan sesama
anggota kelompok, melaksanakan tugas yang diberikan oleh kelompok,
menerima pendapat orang lain. Sedangkan aspek dengan kategori kurang
mendukung adalah memberikan ide atau pendapat. Partisipasi siswa dilihat dari
rata-rata skor secara keseluruhan maka partisipasi siswa masuk dalam kategori
cukup mendukung.
3). Kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif siswa diperoleh dari nilai pre-test dan pos-test.
Data nilai rata-rata pre-test dan post-test pada siklus I dapat dilihat dalam tabel
berikut, sedangkan nilai pre-test dan post-test keseluruhan siswa dapat dilihat
pada lampiran 12.
73
Tabel 3. Perbandingan nilai pre-test dan post-test siklus I
Pre-test Post-test
Nilai terendah 20 40
Nilai tertinggi 65 85
Rata-rata 42,2 56,8
Peningkatan 14,6
• Jumlah siswa hadir 25 orang
Tabel di atas menunjukkan peningkatan nilai pembelajaran diperoleh dari
hasil menghitung selisih rerata post test dan rerata nilai pre test. Karena adanya
perbedaan yang signifikan antara nilai post test yang memiliki nilai yang lebih
besar daripada nilai pre test maka hal ini menunjukkan bahwa terjadi adanya
peningkatan.
Menurut Suharsimi Arikunto, 2002, indicator keberhasilan siswa jika nilai
yang digunakan dari skala 1 – 10 digolongkan sebagai berikut:34
A = Baik sekali (8,0 – 10,0)
B = Baik (6,6 – 7,9)
C = Cukup (5,6 – 6,5)
D = kurang (4,0 – 5,5)
E = Gagal (3,0 – 3.9)
Peningkatan hasil belajar kemampuan kognitif siswa juga bisa dilihat
dari rata-rata kemampuan awal siswa (pre test) sebesar 42,2 yang berarti dalam
34 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan edisi Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara,
2002), hal. 245.
74
kategori kurang, setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivisme nilai rata-rata siswa diakhir pembelajaran (post test) menjadi
56,8 yang berarti dalam kategori cukup. Sehingga menunjukkan peningkatan dari
kategori kurang menjadi cukup.
Untuk mengidentifikasi ranah kognitif mana yang berkembang dapat
dilihat pada table berikut:
Tabel 4. Identifikasi kemampuan kognitif pada siklus I
Pre test Post test Kemampuan kognitif Frekuensi
rata-rata % Frekuensi rata-rata %
C1 ( Hafalan ) 0,353 35,3 0,58 58
C2 ( Pemahaman ) 0,312 31,2 0,376 37,6
C3 ( Penerapan Konsep ) 0,226 22,6 0,373 37,3
C4 ( Analisis ) 0,14 14 0,32 32
C5 ( Sintesis ) 0,14 14 0,3 30
C6 ( Evaluasi ) 0,06 6 0,28 28
• Jumlah siswa hadir 25 orang
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa kemampuan kognitif yang
berkembang sudah mencapai C1-C6, dengan urutan dari nilai yang tertinggi
sampai yang terendah yaitu C1 (hafalan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan
konsep), C4 (analisis), C5 (sintesis), C6 (evaluasi).
c. Refleksi
Refleksi siklus I ini difokuskan pada masalah-masalah yang muncul selama
75
pelaksanaan tindakan. Refleksi juga didasarkan pada hasil observasi, hasil pre
test dan post test juga berdasarkan hasil diskusi antara peneliti, kolaborator dan
para observer tentang tindakan yang sudah dilaksanakan dan rencana tindakan
pada siklus II.
Adapun hasil refleksi pada siklus I adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dapat berjalan dengan
baik, mampu meningkatkan peran aktif siswa, siswa menjadi mengerti proses
memperoleh pengetahuan secara mandiri berdasarkan pengalaman.
2. Kemampuan siswa dalam presentasi masih kurang, siswa masih belum bisa
mengkomunikasikan pendapatnya, waktu untuk presentasi sangat terbatas.
3. Pengawasan guru pada saat diskusi kelompok masih kurang sehingga masih
ada beberapa anggota kelompok yang bercanda dan kurang berpartisipasi.
4. Guru merasa pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme memerlukan
tenaga dan waktu yang lebih untuk melaksanakannya.
Berdasarkan refleksi pada siklus I tersebut, diperlukan rencana perbaikan
sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kemampuan presentasi guru harus berperan aktif dalam
menstimulus siswa agar aktif dalam presentasi, waktu untuk presentasi
disediakan cukup agar presentasi bisa lancar.
2. Untuk Perlu ditingkatkan perhatian guru terhadap para anggota kelompok untuk
membimbing dalam hal pembagian tugas sehingga semua anggota kelompok
berpartisipasi.
76
3. Untuk mengatasi masalah waktu dan tenaga yang lebih dalam proses
pembelajaran, maka perlu disusun rencana pembelajaran yang efektif, sehingga
diharapkan pembelajaran menjadi optimal dan tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan mudah.
2. Siklus II
Pada siklus II persiapan dan pelaksanaan proses pembelajaran sama dengan
siklus I tetapi ditambah dengan perbaikan hasil refleksi pada siklus I. Pokok
bahasan pada siklus II ini adalah interaksi dalam ekosistem, rantai makanan,
jaring-jaring makanan, dan piramida ekologi.
b. Pelaksanaan Tindakan
1). Pendahuluan
Pada awal proses pembelajaran siswa diminta mengerjakan soal pre-
test, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa
terhadap konsep interaksi dalam ekosistem, rantai makanan, jaring-jaring
makanan, dan piramida ekologi . Pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivisme dimulai dengan pengenalan masalah, discovery inkuiri,
presentasi, dan sharing pendapat. Pengenalan masalah yaitu guru mengajukan
pertanyaan terbuka kepada siswa. Adapun proses pembelajaran pendahuluan
dapat dilihat pada lampiran 2.
2). Kegiatan Inti
Guru menyampaikan permasalahan untuk didiskusikan. Hari itu siswa
yang masuk berjumlah 25 orang, guru membagi menjadi 5 kelompok dengan
77
berhitung, nomor yang sama bergabung untuk membentuk satu kelompok.
Pembagian kelompok ini bertujuan agar siswa mampu bekerjasama dengan
teman yang lainnya. Kemudian guru menjelaskan kegiatan yang akan
dilaksanakan yaitu pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme.
Setelah guru memberi penjelasan, observer membagikan LKS. Proses
berikutnya siswa melakukan diskusi secara berkelompok, guru hanya
mengamati aktifitas siswa tersebut. Siswa dibiarkan untuk melakukan
strukturisasi pengetahuan berdasarkan pengalamannya sendiri dalam
kelompok. Setelah diskusi selesai dilanjutkan dengan presentasi hasil
diskusinya kepada kelompok lain. Presentasi antar kelompok dilengkapi
dengan sharing pendapat. 3). Penutup
Sebelum jam pelajaran ditutup, guru bersama siswa membuat
kesimpulan secara bersama-sama. Guru memberikan klarifikasi terhadap
konsep yang kurang benar. Kemudian siswa diminta mengerjakan soal post
test untuk mengetahui peningkatan nilai individu yaitu kemampuan kognitif
siswa.
b. Observasi
Setelah semua kegiatan dilakukan, data hasil observasi berdasarkan
pengamatan diperoleh data sebagai berikut:
1). Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme.
Keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dapat
diungkap dari lembar observasi. Data hasil pengamatan keterlaksanaan
78
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme ditunjukkan dalam lampiran
17. aspek-aspek dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme sudah
dapat dilaksanakan semua.
2). Kemampuan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok
Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok siklus II dapat diungkap dari
lembar observasi partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi. Persentase partisipasi
siswa dalam kegiatan diskusi ditunjukkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel. 5. Persentase partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi kelompok siklus II
Skor 1 Skor 2 Skor 3 Jumlah siswa
Masuk Kode Aspek Aspek
F % F % F %
Rata-rata Skor
F %
A Memberikan ide atau pendapat
3 12 9 36 13 52 2,4 25 100
B Menerima pendapat orang lain
2 18 7 28 16 64 2.56 25 100
C Melaksanakan tugas yang diberikan kelompok
0 0 9 36 16 64 2,64 25 100
D Kerjasama dalam kelompok
3 12 2 8 20 80 2,68 25 100
E Kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota kelompok
1 4 11 44 13 52 2,48 25 100
Rata-Rata skor Partisipasi siswa 2,552
79
Keterangan : Skor 1 = Partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi kelompok kurang
mendukung (1-1,5)
Skor 2 = Partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi kelompok cukup
mendukung (1,6-2,5)
Skor 3 = Partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi kelompok sangat
mendukung (2,6-3)
(Keterangan lebih lengkap mengenai kategori kurang mendukung, cukup
mendukung, dan sangat mendukung untuk partisipasi siswa dalam diskusi
kelompok dapat dilihat dalam lampiran 10).
Pada tabel diatas pada siklus II ini partisipasi siswa dalam diskusi kelompok
dikategorikan sangat mendukung dan cukup mendukung. Adapun aspek dengan
kategori sangat mendukung dari nilai tertinggi sampai nilai terendah berturut-
turut adalah kerjasama dalam kelompok, melaksanakan tugas yang diberikan oleh
kelompok, dan menerima pendapat orang lain. Sedangkan partisipasi siswa yang
masih dikategorikan dalam aspek cukup mendukung dari nilai tertinggi sampai
terendah adalah kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota kelompok dan
memberikan ide atau pendapat. Partisipasi siswa bila dilihat dari rata-rata skor
secara keseluruhan masuk dalam kategori antara cukup mendukung dan sangat
mendukung.
3). Kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif siswa diperoleh dari nilai pre-test dan pos-test. Data
nilai rata-rata pre-test dan post-test pada siklus II dapat dilihat dalam tabel
80
berikut, sedangkan nilai pre-test dan post-test keseluruhan siswa dapat dilihat
pada lampiran 13.
Tabel .6. Perbandingan nilai pre-test dan post-test siklus II
Pre-test Post-test
Nilai terendah 35 50
Nilai tertinggi 80 95
Rata-rata 56,6 72
Peningkatan 15,4
• Jumlah siswa hadir 25 orang
Tabel diatas menunjukkan peningkatan nilai pembelajaran diperoleh dari
hasil menghitung selisih rerata post test dan rerata nilai pre test. Karena adanya
perbedaan yang signifikan antara nilai post test yang memiliki nilai yang lebih
besar daripada nilai pre test maka hal ini menunjukkan bahwa terjadi adanya
peningkatan.
Peningkatan hasil belajar kemampuan kognitif siswa juga bisa dilihat dari
rata-rata kemampuan awal siswa (pre test) sebesar 56,6 yang berarti dalam
kategori indikator keberhasilan menurut Suharsimi Arikunto, 2002, termasuk
dalam kategori cukup. Setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivisme nilai rata-rata siswa diakhir pembelajaran (post test) menjadi 72
yang berarti dalam kategori baik. Sehingga menunjukkan peningkatan dari
kategori cukup menjadi baik.
Untuk mengidentifikasi ranah kognitif mana yang berkembang dapat dilihat
pada tabel berikut:
81
Tabel.7. Identifikasi kemampuan kognitif pada siklus II
Pre test Post test Kemampuan kognitif Frekuensi
Rata-rata % Frekuensi rata-rata %
C1 ( Hafalan ) 0,64 64% 0,806 80,6 %
C2 ( Pemahaman ) 0,546 54,6 % 0,73 73%
C3 ( Penerapan Konsep ) 0,47 47% 0,65 65%
C4 ( Analisis ) 0,346 34,6 % 0,506 50,6 %
C5 ( Sintesis ) 0,68 68% 0,72 72%
C6 ( Evaluasi ) 0,44 44% 0,48 48%
• Jumlah siswa hadir 25 orang
Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa kemampuan kognitif yang
berkembang sudah mencapai C1-C6. Pada siklus II ini, ranah kognitif yang
berkembang mengalami peningkatan dengan urutan dari nilai yang tertinggi
sampai terendah yaitu: C1 (hafalan), C2 (pemahaman), C5 (sintesis), C3
(penerapan konsep), C4 (analisis), C6 (evaluasi).
3. Peningkatan partisipasi siswa siklus I dan siklus II
Pada aspek memberikan ide atau pendapat terjadi peningkatan antara siklus
I dan siklus II yang ditunjukkan pada grafik 1 berikut. Pada siklus II siswa yang
bersikap kurang mendukung menurun, begitu juga dengan siswa yang bersikap
cukup mendukung, sedangkan siswa yang memiliki sikap sangat mendukung
mengalami peningkatan besar.
82
Grafik 1. Perbandingan aspek memberikan ide atau pendapat antara siklus I dan siklus II
020406080
Skor 1 Skor 2 Skor 3
skor
Pers
enta
se (
% )
Siklus Isiklus II
Keterangan : Skor 1 = Siswa bersikap kurang mendukung
Skor 2 = Siswa bersikap cukup mendukung
Skor 3 = Siswa bersikap sangat mendukung
Peningkatan aspek menerima pendapat antara siklus I dan siklus II
ditunjukkan pada grafik 2 berikut. Grafik 2 di bawah ini menunjukkan bahwa
semua siswa telah bersikap cukup mendukung dan sangat mendukung. Hal itu
ditunjukkan dengan adanya peningkatan siswa yang memperoleh skor 3 dan
penurunan pada skor 1.
Grafik 2. Perbandingan aspek menerima pendapat orang lain antara siklus I dan siklus II
020406080
Skor 1 Skor 2 Skor 3Skor
Pers
enta
se (
% )
Siklus ISiklus II
83
Keterangan : Skor 1 = Siswa bersikap kurang mendukung
Skor 2 = Siswa bersikap cukup mendukung
Skor 3 = Siswa bersikap sangat mendukung
Grafik 3 berikut menunjukkan bahwa dalam aspek melaksanakan tugas
yang diberikan antara siklus I dan siklus II terjadi peningkatan sebagai berikut.
Grafik 3. Perbandingan aspek melaksanakan tugas kelompok antara siklus I dan siklus II
020406080
Skor 1 Skor 2 Skor 3skor
Pers
enta
se (
% )
siklus ISiklus II
Keterangan : Skor 1 = Siswa bersikap kurang mendukung
Skor 2 = Siswa bersikap cukup mendukung
Skor 3 = Siswa bersikap sangat mendukung
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa pada siklus II sudah tidak ada siswa
yang tidak melaksanakan tugas, artinya semua siswa telah melaksanakan tugas
kelompok dengan skor cukup mendukung dan sangat mendukung.
Aspek kerjasama dalam diskusi kelompok mengalami peningkatan antara
siklus I dan siklus II. Peningkatan tersebut ditunjukkan pada grafik berikut. Dari
grafik 4 berikut dapat diketahui bahwa pada siklus II siswa yang bersikap kurang
mendukung ( ditunjukkan dengan skor 1 ) mengalami penurunan sedangkan
84
siswa yang bersikap sangat mendukung ( ditunjukkan dengan skor 3 ) mengalami
peningkatan. Hal itu menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah mampu
bekerja sama dengan orang lain.
Grafik 4. Perbandingan aspek kerjasama dalam kelompok antara siklus I dan siklus II
020406080
100
Skor 1 Skor 2 skor 3
Skor
Pers
enta
se (
% )
Siklus ISiklus II
Keterangan : Skor 1 = Siswa bersikap kurang mendukung
Skor 2 = Siswa bersikap cukup mendukung
Skor 3 = Siswa bersikap sangat mendukung
Dari siklus I dan siklus II, kepedulian siswa terhadap kesulitan sesama
anggota kelompok juga mengalami peningkatan seperti yang ditunjukkan pada
grafik 5 di bawah ini.
85
Grafik 5. Perbandingan aspek kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota kelompok antara siklus I dan
siklus II
0
20
40
60
Skor 1 Skor 2 skor 3Skor
Pers
enta
se (
% )
Siklus ISiklus II
Keterangan : Skor 1 = Siswa bersikap kurang mendukung
Skor 2 = Siswa bersikap cukup mendukung
Skor 3 = Siswa bersikap sangat mendukung
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa telah
memiliki rasa kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota kelompok dengan
skor cukup mendukung dan sangat mendukung. Hanya sebagian kecil siswa yang
belum peduli dengan kesulitan sesama anggota kelompok, yang ditunjukkan
dengan sikap kurang mendukung ( skor 1 ).
Kemampuan rata-rata partisipasi siswa dalam kerja kelompok antara siklus
I dan siklus II mengalami peningkatan yang cukup besar dengan kemampuan
siswa antara cukup mendukung dan sangat mendukung. Rata-rata skor siswa
untuk partisipasi mereka dalam kerja kelompok ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel.8. Rata-rata partisipasi siswa dalam diskusi kelompok siklus I
dan siklus II
86
Siklus I Siklus II
Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 1 Skor 2 Skor 3
Siswa dengan sikap cukup mendukung dan sangat mendukung
31,2% 35,2% 33,6 % 9,2 % 30,4% 62,4% Siklus I : 68,8% Siklus II: 92,8 % Peningkatan : 24 %
Keterangan : Skor 1= Siswa bersikap kurang mendukung
Skor 2 = Siswa bersikap cukup mendukung
Skor 3 = Siswa bersikap sangat mendukung
4. Peningkatan kemampuan kognitif siswa siklus I dan siklus II
Dari siklus I dan siklus II kemampuan kognitif siswa mengalami
peningkatan seperti yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini:
Grafik 6. Perbandingan kemampuan kognitif siswa antara siklus I dan siklus II
020406080
Siklus I Siklus II
Siklus
Nila
i Pre testPost test
Dari grafik di atas, kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran antara
siklus I dan siklus II mengalami peningkatan, peningkatan kemampuan kognitif
ini dilihat dari effect size nilai dari siklus I dan siklus II yaitu dengan menghitung
87
perbedaan rerata nilai post test siklus I dan rerata nilai post test siklus II.
Peningkatan rata-rata kemampuan kognitif ini seperti ditunjukkan pada tabel
berikut:
Tabel.9. Rata-rata kemampuan kognitif siswa pada siklus I dan siklus II
Siklus I Siklus II Keterangan
Indikator Pre test Post test Pre test Post test
Nilai terendah 20 40 35 50
Nilai tertinggi 65 85 80 95
Rata-Rata 42,2 56,8 56,6 72
Peningkatan 14,6 15,4
Rata-rata Post test siklus I : 56.8 Rata-rata Post test siklus II : 72 Effect size: 15,2
Dari tabel di atas, rata-rata kemampuan kognitif siswa mengalami
peningkatan dari siklus I dengan rata-rata post test 56,8 yang menurut Suharsimi
Arikunto, 2002, tentang indikator keberhasilan termasuk dalam kategori cukup,
sedangkan rata-rata post test pada siklus II menjadi 72 yang masuk dalam
kategori baik. Dari kedua siklus diatas menunjukkan bahwa kemampuan kognitif
siswa terjadi peningkatan dari kategori cukup ke kategori baik.
B. PEMBAHASAN
1. Keterlaksanaan Pembelajaran Biologi dengan Pendekatan Konstruktivisme
Pelaksanaan pembelajaran konstruktivisme diterapkan pada subpokok
bahasan ekosistem dan komponen penyusun ekosistem pada siklus I dan interaksi
antar komponen ekosistem, rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida
88
ekologi pada siklus II. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan skenario
pembelajaran yang tercantum pada lampiran rencana pelaksanaan pembelajaran.
Siswa mulai dikenalkan pada permasalahan apa yang harus dihadapi ketika mulai
belajar dalam berdiskusi dengan kelompok kecil, yang dilanjutkan dengan
presentasi dan sharing pendapat.
Siswa akan mulai melakukan strukturisasi dan konstruksi pengetahuan
ketika ia mulai belajar mengkomunikasikan permasalahan apa yang dihadapi
dengan teman sesamanya. Guru hanya memonitor pelaksanaan diskusi tetapi juga
aktif dalam kegiatan seperti memberi penjelasan, menanyakan kebenaran dan
mengevaluasi alternatif yang ada. Bagi siswa guru berfungsi sebagai mediator,
pemandu, dan sekaligus teman belajar (Tobin, Tippins & Gallard, 1994).
Konstruktivisme dapat sangat membantu penelitian tentang proses belajar
dan juga tentang kesulitan yang dialami siswa ketika belajar, sebab siswa
megkonstruksi pengetahuannya sendiri , tidak jarang bahwa hasil konstruksi itu
tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuwan. Inilah yang memunculkan
salah pengertian (misconception) atau konsep alternatif.35 Guru berperan dalam
memberikan klarifikasi terhadap kesalahpahaman konsep. Dengan demikian
pembelajaran konstruktivisme dapat berjalan ketika siswa dan guru mengerti
makna belajar dan mengajar.
2. Kemampuan Partisipasi Siswa dalam Diskusi Kelompok
Partisipasi siswa merupakan bentuk aktif siswa dalam proses belajar
mengajar. Dalam diskusi kelompok ini terdapat beberapa aspek partisipasi siswa.
35 Suparno, Filsafat Konstruktivisme, hal.77-78
89
Aspek-aspek tersebut meliputi aspek memberi pendapat atau ide, menerima ide
atau pendapat dari orang lain, melaksanakan tugas kelompok, kerjasama dalam
kelompok, dan kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota kelompok.
Pada saat observasi, partisipasi siswa kurang bagus. Sebagian siswa masih
belum berpartisipasi dalam proses pembelajaran, mereka lebih asyik melakukan
kesibukan mereka sendiri seperti bercanda dengan teman saat mengikuti proses
pembelajaran, mereka akan menjawab pertanyaan bila di tunjuk oleh guru,
sehingga kemampuan partisipasi siswa pada saat observasi masih kurang.
Setelah dilakukan tindakan pada siklus I dengan pendekatan
konstruktivisme terjadi peningkatan persentase partisipasi siswa dalam diskusi
kelompok. Hal tersebut dikarenakan dalam pendekatan konstruktivisme, siswa
melakukan kerjasama dalam kelompok untuk menemukan jawaban atas
permasalahan yang dihadapi kelompoknya berdasarkan pengalaman mereka.
Menurut pandangan konstruktivisme setiap individu harus membangun
pengetahuannya sendiri. hal ini dikemukakan oleh Suparno yang menyatakan
bahwa ”pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia”. Manusia
mengkonstruksikan pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena,
dan lingkungannya. Pandangan ini menganggap bahwa pengetahuan tidak dapat
ditransfer dari seseorang kepada orang lain, melainkan harus diinterpretasikan
sendiri oleh masing-masing orang. Jadi pengetahuan bukanlah susunan yang
sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang (Suparno, 2005; 28-29).
Dengan pendekatan konstruktivisme akan terjadi tukar pengalaman untuk
membentuk suatu pengetahuan baru sehingga siswa akan lebih berpartisipasi
90
untuk lebih aktif dalam kelompoknya. Belajar dengan metode ini dapat memacu
hasrat ingin tahu siswa, memotivasi siswa untuk bekerjasama dan mendorong
mereka untuk melanjutkan pekerjaan kelompoknya sehingga mereka menemukan
jawabannya dan kesan yang lebih dalam pada diri siswa.
Kerjasama dan kompetisi memiliki nilai motivasi bagi siswa untuk belajar
lebih baik dalam melaksanakan hal-hal yang terbaik bagi dirinya sebagai individu
maupun kelompoknya. Kerjasama dalam kelompok dan kompetisi antar
kelompok merupakan proses sosial untuk peningkatan keterlibatan siswa dalam
belajar. Menurut Oemar Hamalik, kompetisi interpersonal antar teman sebaya
sering menimbulkan semangat persaingan, kompetisi kelompok dapat
memberikan dorongan yang kuat pada kelompok untuk belajar lebih baik demi
keberhasilan kelompoknya.
Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada penelitian ini menunjukkan
adanya peningkatan partisipasi siswa pada siklus II dibandingkan dengan siklus I.
Ini terbukti meningkatnya persentase terutama pada skor 3 dimana siswa
berpartisipasi dengan sangat mendukung pada masing-masing kriteria.
3. Kemampuan Kognitif Siswa
Peningkatan nilai individu untuk mengetahui peningkatan kemampuan
kognitif dapat dilihat dari effect size yaitu nilai yang diperoleh dari nilai rerata
pre-test dan post-test yang diberikan pada siswa baik pada siklus I maupun siklus
II. Pada siklus I dan siklus II, hasil post-test siswa mengalami peningkatan
dibandingkan dengan pre-test. Peningkatan ini ditunjukkan dengan meningkatnya
nilai rata-rata siswa baik pada siklus I maupun pada siklus II. Nilai pre test
91
adalah tolok ukur kemampuan siswa sebelum tindakan, sedangkan nilai post test
adalah besarnya kemampuan siswa dalam menyerap hasil belajarnya. Besarnya
nilai rata-rata menunjukkan bahwa siswa mempunyai sikap belajar yang lebih
baik untuk bersaing dengan temannya.
Meningkatnya nilai individu siswa disebabkan karena mereka telah
mempelajari konsep bersama dengan teman kelompok mereka. Belajar bersama
atau kooperatif membuat siswa lebih mudah memahami materi dibandingkan
dengan apabila siswa belajar sendiri-sendiri. Menurut Slavin, pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran di mana siswa lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit dan mereka dapat mendiskusikannya
dengan teman-temannya. Pada identifikasi kemampuan kognitif juga mengalami
peningkatan dimana frekuensi pada siklus II lebih besar daripada siklus I, dan
ranah kognitif yang berkembang dari C1-C6.
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pembelajaran konstruktivisme dapat dilaksanakan oleh siswa kelas X MA LFT
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada pokok bahasan ekosistem.
Keterlaksanaan ini ditunjukkan dengan meningkatnya partisipasi dan
kemampuan kognitif siswa dengan pendekatan konstruktivisme.
2. Dilaksanakan 2 siklus pembelajaran untuk dapat meningkatkan partisipasi dan
kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan ekosistem di kelas X MA LFT
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II pada kemampuan partisipasi siswa
sebesar 24%. Aspek yang menonjol dalam partisipasi adalah kerjasama dalam
kelompok, melaksanakan tugas yang diberikan oleh kelompok, menerima
pendapat orang lain, kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota kelompok,
memberikan ide atau pendapat.
4. Terjadi peningkatan rerata post test dari siklus I ke siklus II Pada kemampuan
kognitif siswa yaitu sebesar 15,2 dan aspek kognitif yang teridentifikasi yaitu
C1-C6.
93
B. Saran
1. Bagi pihak sekolah hendaknya lebih sering melakukan sosialisasi pembelajaran
yang efektif dan efisien sebagai salah satu usaha meningkatkan mutu
pembelajaran.
2. Bagi guru diharapkan memilih dan mengembangkan kegiatan – kegiatan yang
cocok dan khas serta sesuai dengan materi dengan menggunakan pendekatan
konstruktivisme dengan berbagai strategi dan metode pada materi lain sehingga
siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
3. Bagi kelas yang bersangkutan dapat dilaksanakan penelitian tindakan kelas
berdasarkan analisis tindakan baru atau berdasarkan analisis dalam penelitian
ini.
4. Bagi penelitian yang selanjutnya diharapkan melakukan pengembangan model
pembelajaran agar siswa terbiasa berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran dan penelitian ini pada hasil belajar mengukur hanya pada
kemampuan kognitif saja, selanjutnya perlu dilakukan penelitian yang
mengukur keseluruhan aspek penilaian pembelajaran.
94
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat, Pendekatan Konstruktivisme, http.// Akhmad Sudrajat. Wordpress.com, diakses tanggal 9 Desember 2008
Anas Sudijono, 2003, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Bambang Subali dan Paidi, 2002, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Biologi,
Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Biologi UNY. Departemen Agama RI, 1989, Al-Quran dan Terjemahannya, Semarang: CV. Toha
Putra. D.A.Pratiwi, dkk, 2006, Biologi Untuk SMA Kelas X, Jakarta: Erlangga.
DR. Suroyo, 2003, Ensiklopedi Sains dan Kehidupan, Jakarta: Tarity Samudra Berlian. Dzaki Ramli, 1989, Ekologi, Jakarta: Depdikbud Dirjen Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. E.Mulyasa, 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan
Implementasinya, Bandung: Remaja Rosda Karya. Ign Masidjo, 2001, Penilaian Pencapaian Hasil Siswa di sekolah, Yogyakarta:
Kanisius. Izzatin Nuril Latifah, 2008, Peningkatan Kemampuan Presentasi dan Refleksi
menggunakan Pendekatan konstruktivisme Pada Pembelajaran Biologi Pokok Bahasan Sistem Pencernaan dan Sistem Peredaran Darah Kelas VIII E MTs N Lasem Rembang, Fak. Sains dan Teknologi: UIN SUKA.
Masnur Muslich, 2007, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual,
Jakarta: Bumi Aksara. Moh.Uzer Usman, 1995, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosda
Karya. Nana Sudjana, 2005, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru. Nana Sudjana, 2006, Penilaian Hasil Belajar, Bandung: PT Rosda Karya.
Nurhadi, 2002, Pendekatan Konstektual (Contextual Teaching Learning (CTL)), Malang: Universitas Negeri Malang.
95
Nuzhiyati, 2006, Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Fisika Melalui Pendekatan Konstruktivisme Dengan Metode Inqury Terpimpin pokok Bahasan Suhu Pada Siswa Kelas VIII MTs N Yogyakarta, Fak.Tarbiyah: UIN SUKA.
Oemar Hamalik, 2002, Psikologi Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Argensindo. Paul Suparno, 2006, Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan, Yogyakarta:
Kanisius. Rochiati Wiriaatmadja, 2007, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT
Remaja Rosda Karya. Suharsimi Arikunto, 2002, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan edisi Revisi,
Jakarta: Bumi Aksara.
Sukardi , 2008, Evaluasi Pendidikan Praktik dan Operasionalnya, Yogyakarta: Bumi Aksara.
Sutrisno Hadi, 2002, Metodologi Research jilid 2, Yogyakarta: andi.
Syaiful Sagala, 2003, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.
Trianto, 2007, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wildan Yatim, 1987, Biologi Modern Pengantar Biologi, Bandung: Penerbit Tarsito. Wina Sanjaya, 2006, strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Prenada media.
96
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I
SEKOLAH : MA LFT UIN Sunan Kalijaga
MATA PELAJARAN : BIOLOGI
KELAS/SEMESTER : X/GENAP
Standar Kompetensi : 4. Menganalisis hubungan antara komponen
ekosistem, perubahan materi dan energi serta
peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
Kompetensi Dasar : 4.1 Mendeskripsikan peran komponen
ekosistem dalam aliran energi dan daur
biogeokimia serta pemanfaatan komponen
ekosistem bagi kehidupan
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Indikator :
a. Mendefinisikan pengertian ekologi sebagai ilmu
b. Membedakan pengunaan istilah habitat, nisia, populasi, komunitas, ekosistem,
faktor biotik, faktor abiotik
1. Tujuan Pembelajaran :
a. Siswa mampu menjelaskan pengerttian ekologi sebagai ilmu
b.Siswa mampu membedakan istilah habitat, nisia, populasi, komunitas, ekosistem,
faktor biotik, faktor abiotik
2. Materi Pembelajaran :
a. Ekologi sebagai ilmu
b. Ekosistem dan komponen penyusunnya
c. Pengelompokan komponen biotik berdasarkan fungsinya
d. Tingkat organisasi komponen biotik dalam ekosistem
3. Pendekatan Pembelajaran : Konstruktivisme
4. Model Pembelajaran : Model Kooperatif
5. Metode Pembelajaran : Diskusi, tanya jawab
97
6. Langkah-Langkah Pembelajaran :
No. Tahap Guru Siswa Waktu 1 Pendahuluan • Guru memberikan pre-test
tentang ekosistem, komponen ekosistem.
• Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin di capai
• Guru menggali pengetahuan siswa dengan pertanyaan terbuka, apa saja yang ada di lingkungan sekitar kita?
• Siswa mengerjakan Pre-Test
• Siswa mendengarkan penjelasan dari guru
• Siswa menjawab pertanyaan guru
15’ 1’ 3’
2 Kegiatan Inti
• Guru menyampaikan permasalahan untuk didiskusikan Apakah ada atau tidak hubungan diantara apa yang ada di lingkungan sekitar kita?
• Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa
• Guru memonitor aktivitas siswa dalam belajar kelompok dan presentasi hasil kerja kelompok.
• Guru mengobservasi kegiatan pembelajaran.
• Guru memberikan
konfirmasi tentang hasil atau kesimpulan yang benar tentang apa yang ada di sekitar kita dan konsep penyusun ekosistem, faktor biotik dan Abiotik
• Siswa mendengarkan permasalahan yang disampaikan oleh guru
• Siswa bergabung dengan kelompoknya
• Siswa bekerja
dalam kelompok dan mengerjakan LKS tentang apa saja yang ada di lingkungan sekitar kita.
• Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok didepan kelas bersama semua anggota kelompok.
• Siswa melakukan strukturisasi dan konstruksi pengetahuan berdasarkan pengalamannya.
1’ 2’ 35’ 10’
•
98
7. Alat dan Sumber Belajar :
a. Buku Paket Biologi
b. LKS
c. Soal pre-test dan post-test
8. Penilaian :
a. Test tertulis
b. Penilaian partisipasi siswa dalam diskusi kelompok
Yogyakarta, 28 April 2009
Guru Pengampu Peneliti
Eliana Trisnaning, S.Si Nuhedoh 05450010
3 Penutup • Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang apa saja yang ada di lingkungan sekitar kita.
• Guru memberikan soal post-test
• Guru memberikan tugas
rumah untuk mencari artikel tentang hubungan atau interaksi dalam ekosistem.
• Siswa bersama guru membuat kesimpulan.
• Siswa mengerjakan soal post-test secara individu.
• Siswa mendengarkan tugas yang diberikan
2’ 15’ 1’
99
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS II
SEKOLAH : MA LFT UIN Sunan Kalijaga
MATA PELAJARAN : BIOLOGI
KELAS/SEMESTER : X/GENAP
Standar Kompetensi : 4. Menganalisis hubungan antara komponen
ekosistem, perubahan materi dan energi serta
peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
Kompetensi Dasar : 4.1 Mendeskripsikan peran komponen
ekosistem dalam aliran energi dan daur
biogeokimia serta pemanfaatan komponen
ekosistem bagi kehidupan.
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Indikator :
a. Mengidentifikasi berbagai interaksi yang terjadi dalam ekosistem
b. Menghubungkan pengertian rantai makanan, jaring-jaring makanan, piramida
ekologi, siklus materi, dan daur energi
1. Tujuan Pembelajaran :
a. Siswa mampu menjelaskan berbagai interaksi yang terjadi dalam ekosistem
b. Siswa mampu menjelaskan pengertian rantai makanan, jaring-jaring makanan
piramida ekologi
2. Materi Pembelajaran :
a. Interaksi dalam ekosistem
b. Rantai makanan, jaring-jaring makanan, piramida ekologi
3. Pendekatan Pembelajaran : Konstruktivisme
4. Model Pembelajaran : Model Kooperatif
5. Metode Pembelajaran : Diskusi, Tanya jawab
100
6. Langkah-Langkah Pembelajaran :
No. Tahap Guru Siswa Waktu 1
Pendahuluan
• Guru memberikan pre-test
tentang interaksi antar komponen ekosistem, rantai makanan, aliran energi
• Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin di capai
• Guru menggali pengetahuan siswa dengan pertanyaan terbuka apa yang kalian ketahui bagaimana segala yang ada di sekitar kita berinteraksi?
Siswa mengerjakan Pre-Test • Siswa
mendengarkan penjelasan dari guru
• Siswa menjawab pertanyaan guru
1 5’ 1’ 3’
2 Kegiatan Inti
• Guru menyampaikan permasalahan untuk didiskusikan tentang bagaimana proses makan dan dimakan yang terjadi dalam ekosistem?
• Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa
• Guru memonitor aktivitas siswa dalam belajar kelompok dan presentasi hasil kerja kelompok
• Guru mengobservasi kegiatan pembelajaran.
• Guru memberikan
konfirmasi tentang hasil atau kesimpulan tentang interaksi antar makhluk, konsep rantai makanan, jaring-jaring makanan, piramida ekologi
• Siswa mendengarkan permasalahan yang disampaikan oleh guru
• Siswa bergabung dengan kelompoknya
• Siswa bekerja
dalam kelompok dan mengerjakan LKS tentang interaksi dari apa yang ada di lingkungan sekitar kita
• Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok didepan kelas bersama semua anggota kelompok.
• Siswa melakukan strukturisasi dan konstruksi
1’ 2’ 35’ 10’
101
7. Alat dan Sumber Belajar :
a. Buku Paket Biologi
b. LKS
c. Soal pre-test dan post-test
8. Penilaian :
a. Test tertulis
b. Penilaian partisipasi siswa dalam diskusi
Yogyakarta, 5 Mei 2009
Guru Pengampu Peneliti
Eliana Trisnaning, S.Si Nuhedoh
05450010
pengetahuan berdasarkan pengalamannya
3 Penutup • Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang apa saja yang ada di lingkungan sekitar kita.
• Guru memberikan soal post-test
• Guru memberikan tugas
rumah untuk mencari artikel tentang pencemaran lingkungan.
• Siswa bersama guru membuat kesimpulan.
• Siswa mengerjakan soal post-test secara individu.
• Siswa mendengarkan tugas yang diberikan
2’ 15’ 1’
102
Lampiran 3
LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS I
Kelompok :
Kelas : X
Nama Anggota :
Tujuan :
a. Menjelaskan pengertian ekosistem
b. Mengidentifikasi komponen penyusun ekosistem di lingkungan sekitar kita.
Kegiatan:
1. Catatlah benda-benda apa saja yang ada di lingkungan sekitar kita.!
2. Jika benda-benda yang ada di alam dapat dibedakan, buatlah pengelompokkannya.!
3. Apa saja yang dikelompokkan dalam benda hidup dan benda tak hidup?
4. Menurut pendapat kalian ada tidak hubungan antara benda hidup dan benda tak
hidup?
5. Jika ada hubungan antara benda hidup dengan benda tak hidup. Buatlah skemanya!
6. Jelaskan hubungan yang terjadi tersebut !
103
Lampiran 4
LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS II
Kelompok :
Kelas : X
Nama Anggota :
Tujuan :
a. Menjelaskan interaksi dalam ekosistem
b. Menjelaskan rantai makanan, jaring-jaring makanan, piramida ekologi
Perhatikan Gambar di bawah ini !
1. Pada gambar diatas, hubungan apa yang terjadi?
2. Dari gambar diatas, dapatkah di buat skema?
3. Bila dapat, skema apa saja yang bisa dibuat?
4. Buatlah skemanya !
5. Jelaskan skema yang telah dibuat !
104
Lampiran 5
KISI – KISI SOAL TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
SIKLUS I
Nama Sekolah : MA LFT UIN Sunan Kalijaga
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas : X
Semester : 2
Aspek Kognitif Jumlah
soal No. Sub Pokok
Bahasan C1 C2 C3 C4 C5 C6
1 Ekologi sebagai
ilmu
1 1
2 Ekosistem dan
komponen
penyusunnya
3, 4,
8
2,
14,
19
9, 12 8
3 Pengelompokan
komponen biotik
dan abiotik
berdasarkan
fungsinya
13,
18
10 5, 20 5
4 Tingkat organisasi
komponen biotik
dalam ekosistem
7 6
11,
15
16,
17
6
Total 6 5 3 2 2 2 20
105
Lampiran 6
KISI – KISI SOAL TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
SIKLUS II
Aspek Kognitif Jumlah
soal No. Sub Pokok
Bahasan C1 C2 C3 C4 C5 C6
1 Berbagai interaksi
dalam ekosistem
18 4,20 3
2 Rantai makanan,
jaring-jaring
makanan, piramida
ekologi
2, 3,
10 ,
13,
14,
1,
15,
17
7,
11
5, 6,
12
8, 16 9, 19 17
Total 6 3 4 3 2 2 20
106
Lampiran 7
SOAL PRE-TEST/POST-TEST SIKLUS I
Nama :
No.Absen :
A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dan benar dengan memberikan
tanda silang (X) pada pilihan A, B, C, D, atau E. !
1. Hubungan saling mempengaruhi antar makhluk hidup dengan lingkungannya membentuk suatu sistem disebut:… a. Ekosistem d. Komunitas b. Individu e. Relung c. Populasi
2. Ada beberapa komponen ekosistem sebagai berikut: 1) rumput, air, udara 2) udara, tanah, air 3) ikan, oksigen, air 4) karbondioksida, oksigen 5) tanah, oksigen termasuk komponen abiotik adalah... a. 1,2,3 d. 3,4,5 b. 1,4,5 e. 1,3,5 c. 2,4,5
3. Ulat pemakan daun pada tumbuhan merupakan... a. Produsen d. Konsumen kedua b. Pengurai e. dekomposer c. konsumen pertama
4. Tumbuhan berklorofil di sebut produsen karena... a. Dapat membuat sendiri makanannya b. Hidupnya memerlukan cahaya matahari c. Diperlukan oleh konsumen d. Dapat menyerap karbondioksida dari udara e. Mengeluarkan karbondioksida
5. Contoh ketergantungan komponen biotik terhadap komponen abiotik adalah... a. Tanah yang tandus di gemburkan dan diberi pupuk oleh manusia b. Manusia melakukan penghijauan pada tanah yang gundul c. manusia membutuhkan air dan oksigen d. manusia membuat sengkedan pada tanah yang miring e. manusia menanam tanaman pelindung
107
6. Berikut ini merupakan contoh saling ketergantungan antar sesama komponen biotik, kecuali... a. Ayam betina memerlukan ayam jantan dalam berkembang biak b. Kambing makan rumput c. Ayam dan kambing memerlukan oksigen d. Lebah menghisap madu dari bunga e. Ikan memakan bentos
7. Hubungan saling ketergantungan antar komponen biotik dan abiotik dalam ekosistem kolam adalah... a. Tumbuhan air membutuhkan O2 dari ikan b. Tumbuhan air membutuhkan H2O dari ikan c. Hewan air membutuhkan CO2 dari tumbuhan d. Tumbuhan memerlukan pupuk dari kotoran ikan e. Hewan air membutuhkan O2 dari tumbuhan
8. Berikut ini termasuk komponen abiotik, kecuali... a. Pengurai d. Air b. Tanah e. Oksigen c. Matahari
9. Pada suatu ekosistem sungai terdapat berbagai macam makhluk hidup 1). tumbuhan, 2). air, 3). pasir, 4). Bakteri, 5). oksigen. 6). Ikan Pada ekosistem ini urutan makhluk hidup yang menjadi produsen dan dekomposer adalah... a. 1), 2) d. 1), 4) b. 2), 3) e. 5), 6) c. 4), 5)
10. Di bawah ini ada beberapa makhluk hidup 1). Cacing 2). Ikan 3). Belalang 4). Jamur 5). Tikus Yang termasuk dalam kelompok saproba adalah...
a. 1), 2) c. 3), 5) b. 2), 3) d. 4), 5) c. 1), 4)
11. Tumbuhan menyerap sinar matahari, tumbuhan di makan belalang, belalang di makan tikus, tikus di makan ular, ular mati diuraikan cacing dan bakteri, hasil penguraian dari cacing dan bakteri sebagai sumber makanan bagi tanaman Dari pernyataan diatas makhluk hidup yang mutlak harus ada dalam ekosistem adalah... a. Tumbuhan dan Belalang d. Ular, cacing dan bakteri
108
b. Belalang dan tikus e. Tumbuhan, cacing dan bakteri c. Tikus dan ular
12. Di bawah ini ada beberapa komponen penyusun ekosistem 1). Produsen 2). Konsumen 3). Pengurai (Dekomposer) 4). Detrivor Urutan yang benar komponen penyusun ekosistem ditinjau dari jabatan fungsional
dalam habitatnya adalah... a. 1), 2), 3), 4) d. 3), 4), 2), 1) b. 1), 2), 4), 3) e. 4), 3), 2), 1) c. 2), 3), 4), 1)
13. Pada suatu ekosistem yang berperan sebagai dekomposer adalah... a. Suhu d. Batu b. Ulat e. Burung c. Cacing
14. Perhatikan pernyataan berikut: 1). tanaman pada musim hujan tumbuh dengan subur 2). tanaman pada musim kemarau merana, Kedua pernyataan ini membuktikan... a. Faktor biotik mempengaruhi faktor abiotik b. Faktor abiotik mempengaruhi faktor biotik c. Tanah menpengaruhi pertumbuhan tanaman d. Air mempengaruhi pertumbuhan tanaman e. Tanaman hidup bergantung dengan air
15. Pada suatu daerah terdapat lahan yang tidak subur, sehingga tumbuhan yang tumbuh kurang baik, hewan pemakan tumbuhan juga mengalami kekurangan makanan sehingga banyak yang tidak mampu bertahan hidup dan akhirnya mati.
Jika ada kasus seperti diatas, tanah yang tidak subur sehingga tumbuhan juga mengalami pertumbuhan terhambat. Komponen manakah yang paling menentukan dalam kelangsungan hidup makhluk hidup dalam suatu ekosistem... a. Produsen d. Produsen dan konsumen b. Konsumen e. Produsen dan dekomposer c. Dekomposer
16. Pada suatu daerah terdapat lahan yang tidak subur, sehingga tumbuhan yang tumbuh kurang baik, hewan pemakan tumbuhan (Herbivor) juga mengalami kekurangan makanan sehingga banyak yang tidak mampu bertahan hidup dan akhirnya mati. Hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh bakteri.
Pernyataan yang paling tepat sesuai dengan kejadian diatas tentang hubungan antara komponen abiotik dan komponen biotik adalah... a. Kesuburan tanah di pengaruhi oleh dekomposer b. Tumbuhan tidak berpengaruh terhadap keadaan tanah c. Herbivor tidak terpengaruh keadaan tumbuhan d. Kesuburan tanah dan dekomposer berpengaruh terhadap tumbuhnya tumbuhan e. Herbivor dipengaruhi dekomposer
109
17. Tumbuhan memerlukan karbondioksida dan sinar matahari untuk berfotosintesis, hasil dari fotosintesis menghasilkan oksigen yang diperlukan oleh kambing untuk bernafas, tumbuhan dimanfaatkan kambing untuk kelangsungan hidup, sampah dari metabolisme kambing berupa karbondioksida dan kotoran
Pernyataan yang paling tepat tentang hubungan antar sesama komponen biotik adalah... a. Tumbuhan membutuhkan karbondioksida dan kotoran kambing b. Tumbuhan menghasilkan oksigen c. Kambing membutuhkan tumbuhan dan oksigen d. Kambing membutuhkan Tumbuhan e. Kambing membutuhkan oksigen
18. Dalam suatu ekosistem cacing tanah berperan sebagai... a. Pengurai d. Konsumen kedua b. Konsumen e. Konsumen pertama c. Produsen 19. Ada beberapa komponen ekosistem sebagai berikut:
1) rumput, belalang, tikus 2) udara, tanah, air 3) ikan, belalang, rumput 4) karbondioksida, oksigen, ikan 5) Jerapah, kambing, pohon termasuk komponen biotik adalah... a. 1,2,3 d. 3,4,5 b. 1,4,5 e. 1,3,5 c. 2,4,5
20. Contoh dari populasi dalam ekosistem adalah... a. 1 ekor sapi b. 10 batang kelapa c. 1 ekor kerbau dan 10 ekor burung jalak d. 1 batang pohon jambu e. 1 batang pohon mahoni dan 1 ekor kambing
110
Lampiran 8
SOAL PRE-TEST/POST-TEST SIKLUS II Nama : No.Absen : Pilihlahlah salah satu jawaban yang paling tepat dan benar dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan A, B, C, D, atau E. ! 1. Dalam ekosistem kebun terdapat : 1) mamalia karnivor, 2) Ulat pemakan daun, 3)
Laba-laba, 4) kumbang, 5) mamalia pemakan serangga. Rantai makanan yang terdapat dalam ekosistem tersebut adalah ....
a. 1-2-3-4-5 d. 3-4-5-2-1 b. 2-3-4-5-1 e. 4-3-2-5-1 c. 2-4-3-5-1
2. Piramida ekologi yang tidak pernah ditemukan dalam keadaan terbalik adalah... a. Piramida jumlah d. Piramida trofika b. Piramida biomassa e. Piramida bioenergetika c. Piramida energi
3. Hubungan antar organisme dalam ekosistem secara kuantitatif dapat digambarkan sebagai... a. Rantai makanan d. Piramida ekologi b. Jaring-jaring makanan e. Bioenergetika. c. Piramida
4. Pada suatu lapangan rumput terdapat berbagai macam rumput, tetapi setelah rumput teki tumbuh dan berkembang, jenis rumput yang lain terhambat pertumbuhannya.Rumput teki yang menghalangi tumbuhnya populasi lain merupakan contoh dari...
a. Interaksi antar komunitas d. Interaksi antar organisme b. Interaksi antar komponen biotik e. Interaksi antar komponen abiotik c. Interaksi antar populasi
5. ketika terjadi perubahan dari musim kemarau ke musim hujan, perubahan piramida energi dalam ekosistem di mulai dari...
a. produsen d. Konsumen pertama b. Konsumen e. Konsumen kedua c. Pengurai 6. Ketika terjadi perubahan dari musim kemarau ke musim hujan, akan terjadi
perubahan piramida energi dalam ekosistem. Faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut adalah...
a. Suhu d. Tanah b. Intensitas cahaya e. Ketinggian c. Angin 7. Dibawah ini ada beberapa makhluk hidup
1) Tikus 4) Kucing 2) Belalang 5) Harimau 3) Kambing 6) Elang
111
Diantara makhluk hidup diatas yang dimasukkan dalam tingkat tropik kedua adalah... a. 1), 2), 3) d. 3), 4), 5) b. 1), 2), 4) e. 4), 5), 6) c. 2), 3), 4)
8. Bila dalam suatu piramida, piramida (1) dalam keadaan seimbang karena kekeringan piramida (2) mengalami penurunan, bila kekeringan terus berlanjut, maka kesimpulan yang dapat di ambil dari Piramida (3) tersebut adalah... a. Piramida (3) kembali seperti piramida (1) b. Piamida (3) sama dengan piramida (2) c. Piramida(3) menjadi lebih sempit daripada piramida (2) d. Piramida dalam keadaan seimbang e. Piramida mengalami kenaikan.
9. Adanya pendapat bahwa pemberian istilah ”gulma” untuk tanaman rumput pada ekosistem sawah tidaklah tepat. Alasan yang dapat dikemukakan untuk ketidaktepatan itu adalah...
a. Gulma tidak hanya untuk rumput pengganggu ekosistem sawah saja b. Semua makhluk hidup mempunyai kedudukan yang sama.
c. Yang termasuk gulma tidak hanya rumput tetapi juga tanaman pengganggu yang lainnya
d. Gulma hanya untuk rumput pengganggu ekosistem sawah e. Gulma adalah untuk semua jenis rumput 10. Pada piramida jumlah yang organisme yang jumlah tingkat tropiknya paling
melimpah adalah.... a. Herbivor d. Tumbuhan b. Karnivor e. Saproba c. Omnivor
11. Diantara pernyataan di bawah ini yang merupakan bukan fungsi piramida biomassa Kecuali... a. Menggambarkan perpaduan jumlah seluruh organisme di dalam habitat tertentu b. Menggambarkan populasi dalam suatu habitat c. Menggambarkan banyaknya individu dalam habitat d. Menggambarkan keadaan suatu komunitas e. Menggambarkan perpaduan massa seluruh organisme di habitat tertentu
12. Pada suatu ekosistem sawah, terdapat beberapa makhluk hidup 1) Padi 4) katak 7) Burung Bangau 2) ulat 5) Belalang 3) ikan 6) tikus Jika hama belalang menyerang padi secara besar-besaran, maka makhluk yang akan mengalami penurunan biomassa langsung adalah... a. 2), 3) d. 5), 6) b. 3), 4) e. 6), 7) c. 4), 5)
13. Penggolongan makhluk hidup dalam suatu tingkatan tropik didasarkan pada... a. Piramida jumlah b.Rantai makanan yang bernomor sama dengan tingkat makan-memakan c. Piramida biomassa
112
d. Piramida energi e. Habitat
14. Pada suatu rantai makanan yang menjadi konsumen tingkat IV adalah... a. Ular d. Elang b. Tikus e. Ayam c. Belalang
15. Di bawah ini ada bererapa makhluk hidup 1) Rumput 4) Padi 2) Belalang 5) Tikus 3) Ikan 6) Cacing
Dari makhluk hidup diatas bila di buat suatu rantai makanan, pada rantai pemangsa yang menjadi landasan utama adalah...
a. 1), 2) d. 4), 5) b. 2), 3) e. 5), 6) c. 1), 4)
16. Pada suatu ekosistem terdapat rumput, belalang, tikus, kucing, burung elang, cacing. Tetapi akibat ulah manusia burung elang banyak yang mengalami pemusnahan, sehingga rantai menjadi tidak seimbang. Kesimpulan yang dapat diambil dari keadaan tersebut adalah... a. Musnahnya salah satu makhluk hidup berpengaruh terhadap makhluk yang
lainnya b. Manusia penyebab ketidakseimbangan terganggu c. Manusia senang berburu burung elang d. Burung elang tidak berpengaruh terhadap rantai makanan e. Burung elang bermanfaat bagi manusia
17. Di bawah ini ada bererapa makhluk hidup 1) Tikus 4) burung bangau 2) Belalang 5) kucing 3) Ulat 6) Udang
Dari makhluk hidup diatas bila di buat suatu jaring-jaring makanan, makhluk hidup yang menjadi konsumen primer adalah...
a. 1), 2), 3) d. 2), 4), 5) b. 2), 3), 6) e. 3), 5), 6) c. 1), 4), 5)
18. Hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup yang lain yang tidak saling mengganggu dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan di sebut… a. Predasi d. Komensalisme b. Mutualisme e. Netral c. Parasitisme
19. Pada suatu hutan terdapat jumlah singa yang cukup banyak, sedangkan jumlah kijang mengalami penurunan karena semakin sedikitnya padang rumput. Jumlah kijang yang mengalami penurunan lama kelamaan berpengaruh terhadap jumlah singa yang ada sehingga singa juga mengalami penurunan. Pernyataan yang tepat untuk keadaan diatas adalah...
113
a. Antara singa dan kijang termasuk hubungan predasi yang mana tanpa mangsa, pemangsa tidak dapat hidup
b. Singa dan kijang termasuk hubungan yang netral, singa yang mengalami penurunan karena tidak mampu bertahan
c. Singa dan kijang termasuk hubungan mutualisme d. Singa dan kijang termasuk hubungan komensalisme e. Singa dan kijang termasuk hubungan parasitisme 20. Contoh dari interaksi antar komponen ekosistem yang termasuk dalam hubungan
parasitisme adalah... a. Capung dengan sapi b. Singa dengan kijang c. Tanaman anggrek dengan pohon yang ditumpanginya d. Bakteri Rhizobium dengan akar kacang-kacangan e. Plasmodium dengan manusia
114
Lampiran 9
KUNCI JAWABAN SOAL PRE TEST/POST TEST SIKLUS I
1. a 11. e
2. c 12. a
3. c 13. c
4. a 14. b
5. c 15. e
6. c 16. d
7. e 17. d
8. a 18. a
9. d 19. e
10. c 20. b
KUNCI JAWABAN SOAL PRE TEST/POST TEST SIKLUS II
1. c 11. e
2. b 12. b
3. d 13. a
4. c 14. d
5. a 15. c
6. b 16. a
7. a 17. a
8. c 18. d
9. b 19. a
10. d 20. e
115
Lampiran 10
LEMBAR OBSERVASI PARTISIPASI SISWA
DALAM DISKUSI KELOMPOK
Petunjuk : 1. Lembar ini digunakan selama proses kegiatan kelompok berlangsung 2. Isi lembar ini dengan memberi skor tingkat partisipasi setiap siswa dalam
kegiatan kelompok Siklus : Hari / Tanggal : Kelompok : Observer :
Aspek yang diamati No. Nama Siswa A B C D E Jumlah Skor
Catatan : Skor diisi dengan angka 1, 2, dan 3 dengan kriteria sebagai berikut: A. Memberikan ide atau pendapat
1. Jika pendapat tidak rasional 2. Jika pendapat rasional dan kurang benar 3. Jika pendapat rasional dan benar
B. Menerima pendapat orang lain 1. Langsung menerima pendapat tanpa alasan 2. Menerima pendapat dengan alasan yang kurang benar 3. Menerima pendapat dengan alasan yang benar
C. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh kelompok 1. Tidak melaksanakan tugas 2. Melaksanakan tugas hanya sebagian 3. Melaksanakan tugas sampai selesai dan benar
D. Kerjasama dalam kelompok 1. Tidak mau bekerjasama dengan anggota kelompok 2. Bekerjasama dengan teman tertentu 3. Bekerjasama dengan semua anggota kelompok
E. Kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota kelompok 1. Tidak peduli dengan kesulitan sesama anggota kelompok 2. Peduli tetapi tidak membantu menyelesaikannya 3. Peduli dan membantu menyelesaikannya
116
Lampiran 11
LEMBAR OBSERVASI PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
Siklus : Hari / Tanggal : Observer :
No. Deskripsi Ya Tidak Keterangan
1 Guru tidak mendominasi kelas 2 Guru mengajukan pertanyaan
yang mendorong siswa untuk berpikir lebih lanjut
3 Siswa mampu mengungkapkan ide, gagasan/pendapat tentang masalah yang dihadapi
4 Siswa mempunyai pendapat yang berbeda dari suatu permasalahan yang sama
5 terjadi debat/sanggahan Siswa yang mempunyai pendapat yang berbeda
6 Siswa yang mempunyai pendapat yang berbeda diakhir diskusi terjadi kesepakatan
7 Siswa yang pandai membantu temannya yang kurang pandai dalam kerja kelompok
8 Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan cara kelompoknya sendiri
9 Salah satu siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
Yogyakarta, Observer (......................................) Petunjuk pengisian : 1. Beri tanda (v) pada kolom yang tersedia. 2. keterangan diisi dengan catatan khusus yang dipandang terkait aspek yang diamati,
jika dipandang perlu.
117
Lampiran 12
NILAI PRE TEST DAN POST TEST SIKLUS I
No. Nama Pre Test Post Test Selisih 1 A 25 40 15 2 B 50 60 10 3 C 45 65 20 4 D 45 55 10 5 E 35 50 15 6 F 35 40 5 7 G 25 50 25 8 H 40 45 5 9 I 50 50 0
10 J 20 50 30 11 K 30 45 15 12 L 40 45 5 13 M 45 60 15 14 N 60 70 10 15 O 50 75 25 16 P 20 35 15 17 Q 60 75 15 18 R 65 85 20 19 S 45 60 15 20 T 40 60 20 21 U 45 60 15 22 V 40 60 20 23 W 50 65 15 24 X 45 45 0 25 Y 50 75 25
Total 1055 1420 Rata-Rata 42.2 56.8
118
Lampiran 13
NILAI PRE TEST DAN POST TEST SIKLUS II
No. Nama Pre Test Post Test Selisih 1 A 35 50 15 2 B 70 85 15 3 C 50 55 5 4 D 45 60 25 5 E 65 85 20 6 F 55 65 10 7 G 45 60 15 8 H 55 55 0 9 I 55 80 15
10 J 60 75 15 11 K 70 80 10 12 L 45 60 15 13 M 50 70 20 14 N 45 55 10 15 O 75 90 15 16 P 45 70 25 17 Q 70 90 20 18 R 80 95 15 19 S 65 80 15 20 T 65 75 10 21 U 50 75 25 22 V 65 75 10 23 W 40 65 25 24 X 55 75 20 25 Y 60 75 15
Total 1415 1800 Rata-Rata 56.6 72
119
Lampiran 14
SKOR KEMAMPUAN SISWA DALAM PARTISIPASI
SIKLUS I
ASPEK YANG DIAMATI No. Nama A B C D E JUMLAH
SKOR 1 A 1 1 1 1 1 5 2 B 2 1 2 2 2 9 3 C 2 3 2 2 3 12 4 D 1 1 2 2 3 9 5 E 1 3 2 1 3 10 6 F 1 1 2 2 2 8 7 G 2 1 2 2 2 9 8 H 1 3 3 2 3 12 9 I 1 2 3 3 3 12 10 J 1 1 1 1 2 6 11 K 3 2 3 1 3 12 12 L 2 2 2 3 2 11 13 M 1 2 3 3 2 11 14 N 2 1 1 2 1 7 15 O 2 3 3 3 3 14 16 P 1 3 3 3 3 13 17 Q 2 3 3 3 3 14 18 R 3 3 3 3 3 15 19 S 1 1 1 1 2 6 20 T 1 1 2 3 1 8 21 U 1 1 1 2 2 7 22 V 2 2 2 3 3 12 23 W 1 2 2 2 2 9 24 X 1 3 3 3 3 13 25 Y 1 3 2 1 2 9
Keterangan:
Aspek A : Memberikan ide atau pendapat
Aspek B : Menerima pendapat orang lain
Aspek C : Melaksanakan tugas yang diberikan oleh kelompok
Aspek D : Kerjasama dalam kelompok
Aspek E : Kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota kelompok
120
Lampiran 15
SKOR KEMAMPUAN SISWA DALAM PARTISIPASI
SIKLUS II
ASPEK YANG DIAMATI No. Nama A B C D E JUMLAH
SKOR 1 A 1 2 2 2 2 10 2 B 3 3 3 3 2 14 3 C 2 3 2 1 2 10 4 D 2 1 3 3 2 11 5 E 3 3 3 3 3 15 6 F 1 3 2 1 2 8 7 G 2 2 3 3 3 13 8 H 3 2 3 3 3 14 9 I 3 3 3 3 3 15 10 J 3 3 3 3 3 15 11 K 2 2 3 3 3 13 12 L 3 2 3 3 3 14 13 M 3 3 3 3 3 15 14 N 3 3 2 3 2 13 15 O 3 3 2 3 3 14 16 P 2 3 2 3 3 13 17 Q 3 3 3 3 3 15 18 R 3 3 3 3 3 15 19 S 2 2 3 3 2 12 20 T 1 1 2 2 1 7 21 U 2 3 2 1 2 10 22 V 3 2 3 3 3 14 23 W 2 3 3 2 3 13 24 X 3 3 3 3 2 14 25 Y 2 3 2 3 2 12
Keterangan:
Aspek A : Memberikan ide atau pendapat
Aspek B : Menerima pendapat orang lain
Aspek C : Melaksanakan tugas yang diberikan oleh kelompok
Aspek D : Kerjasama dalam kelompok
Aspek E : Kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota kelompok
121
Lampiran 16
DATA KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN
PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
SIKLUS I
NO DESKRIPSI YA TIDAK 1 Guru tidak mendominasi kelas V 2 Guru mengajukan pertanyaan yang
mendorong siswa untuk berpikir lebih lanjut V
3 Siswa mampu mengungkapkan ide, gagasan/pendapat tentang masalah yang dihadapi
V
4 Siswa mempunyai pendapat yang berbeda dari suatu permasalahan yang sama
V
5 terjadi debat/sanggahan Siswa yang mempunyai pendapat yang berbeda
V
6 Siswa yang mempunyai pendapat yang berbeda diakhir diskusi terjadi kesepakatan
V
7 Siswa yang pandai membantu temannya yang kurang pandai dalam kerja kelompok
V
8 Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan cara kelompoknya sendiri
V
9 Salah satu siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
V
122
Lampiran 17
DATA KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN
PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
SIKLUS II
NO DESKRIPSI YA TIDAK 1 Guru tidak mendominasi kelas V 2 Guru mengajukan pertanyaan yang
mendorong siswa untuk berpikir lebih lanjut V
3 Siswa mampu mengungkapkan ide, gagasan/pendapat tentang masalah yang dihadapi
V
4 Siswa mempunyai pendapat yang berbeda dari suatu permasalahan yang sama
V
5 terjadi debat/sanggahan Siswa yang mempunyai pendapat yang berbeda
V
6 Siswa yang mempunyai pendapat yang berbeda diakhir diskusi terjadi kesepakatan
V
7 Siswa yang pandai membantu temannya yang kurang pandai dalam kerja kelompok
V
8 Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan cara kelompoknya sendiri
V
9 Salah satu siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
V
123
Lampiran 18
DATA IDENTIFIKASI KEMAMPUAN KOGNITIF
PRE TEST SIKLUS I
Ranah Kognitif
No. Soal
Jumlah siswa menjawab
benar Frekuensi Frekuensi
rata-rata %
1 22 0,88 3 10 0,4 4 12 0,48 8 12 0,48 13 9 0,36
C1
18 12 0,48
0,353 35,3
2 13 0,52 7 3 0,12 10 9 0,36 14 8 0,32
C2
19 6 0,24
0,312 31,2
5 6 0,24 6 5 0,2 C3 20 6 0,24
0,226 22,6
9 5 0,2 C4 12 2 0,08 0,14 14
11 5 0,2 C5 15 2 0,08 0,14 14
16 3 0,12 C6 17 0 0 0,06 6
Ket: Jumlah siswa masuk 25 orang
124
Lampiran 19
DATA IDENTIFIKASI KEMAMPUAN KOGNITIF
POST TEST SIKLUS I
Ranah Kognitif
No. Soal
Jumlah siswa menjawab
benar Frekuensi
Frekuensi rata -rata tiap ranah
%
1 22 0,88 3 13 0,52 4 11 0,44 8 16 0,64 13 13 0,52
C1
18 12 0,48
0,58 58
2 13 0,52 7 6 0,24 10 8 0,32 14 9 0,36
C2
19 11 0,44
0,376 37,6
5 10 0,4 6 11 0,44 C3 20 7 0,28
0,373 37,3
9 13 0,52 C4 12 3 0,12 0,32 32
11 8 0,32 C5 15 7 0,28 0,3 30
16 9 0,36 C6 17 5 0,2 0,28 28
Ket: Jumlah siswa masuk 25 orang
125
Lampiran 20
DATA IDENTIFIKASI KEMAMPUAN KOGNITIF
PRE TEST SIKLUS II
Ranah Kognitif
No. Soal
Jumlah siswa menjawab
benar Frekuensi
Frekuensi rata -rata tiap ranah
%
2 15 0,6 3 19 0,76 10 15 0,6 13 16 0,64 14 17 0,68
C1
18 14 0,56
0,64 64
1 11 0,44 15 16 0,64 C2 17 14 0,56
0,546 54,6
4 15 0,6 7 11 0,44 11 11 0,44
C3
20 10 0,4
0,47 47
5 11 0,44 6 7 0,28 C4 12 8 0,32
0,346 34,6
8 16 0,64 C5 16 18 0,72
0,68 68
9 10 0,4 C6 19 12 0,48
0,44 44
Ket: Jumlah siswa masuk 25 orang
126
Lampiran 21
DATA IDENTIFIKASI KEMAMPUAN KOGNITIF POST TEST SIKLUS II
Ranah Kognitif
No. Soal
Jumlah siswa menjawab
benar Frekuensi
Frekuensi rata -rata tiap ranah
%
2 15 0,6 3 23 0,92 10 20 0,8 13 23 0,92 14 22 0,88
C1
18 18 0,72
0,806 80,6
1 17 0,68 15 17 0,68 C2 17 21 0,84
0,73 73
4 16 0,64 7 21 0,84 11 17 0,68
C3
20 11 0,44
0,65 65
5 17 0,68 6 9 0,36 C4 12 12 0,48
0,506 50,6
8 20 0,8 C5 16 16 0,64
0,72 72
9 10 0,4 C6 19 14 0,56
0,48 48
Ket: Jumlah siswa masuk 25 orang
134
CURICULUM VITAE
A. Identitas
Nama : NUHEDOH
Tempat Tanggal Lahir : Brebes, 28 Nopember 1985
Nama Ayah : Rofi’i
Nama Ibu : Muflikha
Alamat : Karang Tengah No.78 Rt.02, Rw.03, Benda,
Sirampog, Brebes, Jawa Tengah 52272
B. Riwayat Pendidikan
1. MIT Al-Hikmah 1 Benda
2. SLTP N 2 Tonjong
3. SMA N 1 Bumiayu
4. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta angkatan 2005
top related