penentuan residu pestisida golongan organoposfat …
Post on 02-Oct-2021
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT
PADA TANAMAN KENTANG (sollanum tuberosum) DI KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT
KROMATOGRAFI GAS
KARYA ILMIAH
MASYITAH
132401095
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Universitas Sumatera Utara
PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT
PADA TANAMAN KENTANG (sollanum tuberosum) DI KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT
KROMATOGRAFI GAS
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar
Ahli Madya
MASYITAH
132401095
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Universitas Sumatera Utara
PERSETUJUAN
Judul :Penentuan Residu Pestisida Golongan organoposfat
pada tanaman kentang (sollanum tuberosum) di
kabupaten Serdang Bedagai dengan menggunakan
alat kromatografi gas
Kategori :Tugas Akhir
Nama :MASYITAH
Nomor Induk Mahasiswa :132401095
Program Studi :Diploma (D3) Kimia
Departemen :Kimia
Fakultas :Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Disetujui di
Medan, Juli 2016
DisetujuiOleh
Program Studi D3 Kimia FMIPA USU
Ketua,
Dra. Emma Zaidar Nst, Msi
NIP: 195512181987012001
Pembimbing,
Dr. Yugia Muis, MSi
NIP: 195310271980032003
Diketahui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,
Dr. Rumondang Bulan, MS
NIP: 195408301985032001
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN
PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT
PADA TANAMAN KENTANG (sollanumtuberosum) DI KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT
KROMATOGRAFI GAS
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2016
MASYITAH
132401095
Universitas Sumatera Utara
PENGHARGAAN
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan
Karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
tugas akhir ini dengan judul “Penentuan Residu Pestisida Golongan Organoposfat
Pada Tanaman Kentang di kabupaten Serdang Bedagai dengan menggunakan Alat
Kromatografi Gas “
Tugas akhir ini merupakan hasil kerja praktik di UPT.PERLINDUNGAN
TANAMAN PANGAN DAN PERTANIAN. Tugas akhir ini merupakan salah
satu persyaratan akademik mahasiswa/i untuk memperoleh gelar Ahli Madya
untuk program studi D3 kimia di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara.
Dengan selesainya tugas akhir ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih
kepada kedua orang tua penulis Bapak Hendra dan Ibu Nurhapipah yang selalu
memberi dukungan baik moral ataupun materi. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada ibu Dra.Yugia Muis,MSi selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya selama penulisan tugas akhir ini, ibu Dr.Rumondang
Bulan,MS selaku Ketua Departemen Kimia, ibu Dra. Emma Zaidar,M.Si selaku
ketua program studi D-3 Kimia, Dekan dan Pembantu Dekan, seluruh staff dan
pegawai serta seluruh dosen kimia FMIPA USU.Terima kasih juga penulis
ucapkan kepada Ajeng,Emif,Citra,Dinda,Elvi,Dina,mahda,fitri dan gulo serta
seluruh teman-teman D-3 kimia yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini,
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak
kekurangan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, agar dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan perbaikan
atas kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini.
Medan, Juli 2016
Penulis
Universitas Sumatera Utara
PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT
PADA TANAMAN KENTANG (sollanum tuberosum) DI KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT
KROMATOGRAFI GAS
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian analisa penentuan residu pestisida golongan
organoposfat pada tanaman kentang dengan menggunakan alat kromatografi gas.
Kromatografi gas dilengkapi dengan detector penangkap electron, dan kolom Rtx-
1Ms. Dari hasil yang diperoleh kadar residu pestisida pada tanaman kentang di
kabupaten serdang bedagai kecamatan perbaungan (pasar lama) dengan standart
bahan aktif profenopos tidak terdeteksi, klorfirifos tidak terdeteksi, dan fention
tidak terdeteksi. Pada tanaman kentang di kabupaten serdang bedagai kecamatan
perbaungan (pasar baru) dengan standart bahan aktif profenopos tidak terdeteksi,
klorfirifos terdeteksi 0,072 mg/kg, dan fention tidak terdeteksi.Hal ini
menunjukan nilai ini tidak melampaui batas maksimum residu pestisida yang telah
di tetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional SNI 7313:2000 tentang batas
maksimum residu pestisida pada hasil pertanian tanaman kentang yaitu 2 mg/kg.
Katakunci:profenopos, klorfirifos, fention, batas maksimum residu, pestisida,
Kromatografi gas
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Has done research group analyzes the determination of pesticide residues
organophosfat on potato plants using gas chromatography. Gas chromatography
equipped with electron detector catcher, and RTX-1ms column. From the results
obtained residue levels of pesticides on potato in Serdangbedagai districts
Perbaungan (old market) with standard active ingredient profenophos not
detected, klorphyrifos undetected and undetectable fenthyon. In the potato crop in
BedagaiSerdang districts Perbaungan (new market) with standard active
ingredient profenopostidak detected, klorfirifos detected 0.072 mg / kg, and
fention undetectable. This shows the value does not exceed the maximum residue
limits of pesticides that have been set by the National Agency for Standardization
ISO 7313: 2000 on maximum residue limits of pesticides on agricultural produce
potato crop is 2 mg / kg.
keyword:profenophos, klorphyrifos ,fenthyon, maximum residue , pesticide,
chromatography gas
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
BAB 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
BAB 2. Tinjauan Pustaka
2.1 Pestisida 4
2.1.1 Pengertian Pestisida 4
2.1.2 Insektisida 6
2.1.3 Insektisida Organofosfat 6
2.1.3.1 Profenofos 6
2.1.3.2 Klorpirifos 7
2.1.3.3 Fention 8
2.1.4 Residu Pestisida 9
2.2 Kentang 10
2.2.1 Sejarah Kentang 10
2.2.2 Klasifikasi dan Kandungan Gizi 11
2.3 Dampak Negatif Pestisida/Insektisida 12
2.4 Kromatografi Gas 13
2.4.1 Pengertian 13
2.4.2 Sistem Peralatan 14
BAB 3. Metode Penelitian
3.1 Alat 18
3.2 Bahan-bahan 19
3.3 Prosedur Penelitian 19
3.3.1 Pembuatan standart campuran 19
3.3.2 Preparasi sampel 20
3.3.3 Penginjekan dalam kromatografi gas 21
Universitas Sumatera Utara
BAB 4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil 22
4.2 Perhitungan 22
4.2.1 Bahan aktif 22
4.2.1.1 Fention 23
4.2.1.2 klorpirifos 24
4.2.1.3 Profenofos 25
4.2.2 Sampel 27
4.3 Pembahasan 29
BAB 5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan 30
5.2 Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel
2.1 Pengelompokan Pestisida Menurut Jenis OPT Sasaranya 5
2.2 Sifat Fisika Dan Kimia Senyawa Profenofos 7
2.3 Kandungan Gizi dari tiap 100 gram kentang bersih
Dapat dimakan 12
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar
1 Rumus Struktur Profenofos 6
2 Rumus Struktur Klorpirifos 8
3 Rumus Struktur Fention 9
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah lama dimanfaatkan di
bidang kesehatan untuk melindungi tubuh manusia dari serangan berbagai
penyakit yang tertular oleh vector dan dibidang pertanian untuk mengendalikan
serangan berbagai organisme pengganggu tanaman di lapangan maupun di tempat
penyimpanan. Pada prinsipnya, pestisida adalah bahan racun namun dapat
bermanfaat apabila cara penggunaanya dilakukan secara tepat dan benar
(Hasibuan,2015).
Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di
bidang pertanian tetapi dapat memberikan dampak terhadap kesehatan
masyarakat. Residu pestisida adalah zat tertentu yang terkandung dalam hasil
pertanian bahan pangan atau pakan hewan, baik sebagai akibat langsung maupun
tidak langsung dari penggunaan pestisida. Residu pestisida menimbulkan efek
yang bersifat tidak langsung terhadap konsumen, namun dalam jangka panjang
dapat menyebabkan gangguan kesehatan diantaranya berupa gangguan pada
syaraf dan metabolisme enzim (Wudianto, R., 1997).
Setiap pestisida atau produk perlindungan tanaman yang diperdagangkan
terdiri atas tiga bagian utama, yakni bahan aktif, bahan-bahan pembantu dan
bahan pembawa. Bahan aktif adalah senyawa kimia atau bahan bioaktif lainya
(mikroorganisme, ekstrak tumbuhan dsb) yang mempunyai efek pestisida
Universitas Sumatera Utara
(pesticidal effect), yakni meracuni OPT atau efek biologi (biological effect)
lainnya, misalnya mengusir serangga, menarik serangga dan sebagainya. Apabila
suatu bahan aktif merupakan senyawa kimia,maka bahan aktif tersebut diberi
nama kimia (chemical name), yakni nama yang didasarkan atas stuktur atau rumus
kimia senyawa tersebut. Bahan aktif juga sering diberi nama umum atau nama
gerik (common name,generic name) yang lebih singkat, lebih mudah diingat dan
dimengerti oleh semua orang yang berkecimpung di bidang pestisida di seluruh
dunia (Djojosumarto,P., 2009).
Kentang yang dikenal orang ternyata telah melampaui perjalanan sejarah
yang panjang. Bahkan, ratusan yang lalu kentang telah dikenal orang. Pertamanya,
kentang belum menyebar luas,tempat tumbuhnya masih terbatas,yaitu di daerah
dingin saja. Kemudian,merambah ke daerah sedang (subtropis) dan akhirnya
mencapai daerah panas (tropis). Perpindahan dari satu daerah ke daerah lain yang
iklimnya berbeda tidak dengan proses yang cepat, tetapi melampaui banyak
tahapan.
Organofosat adalah Nama umum ester dari asam fosfat insektida
organofosfat (Organophosphates – Ops) adalah insektisida yang mengandung
unsur fosfat insektisida organofosfat dihasilkan dari asam fosforik. Insektida ini
dikenal sebagai insektisida yang paling beracun terhadap mamalia. Dahulu
insektisida organofosfat juga dikenal dengan nama fosfat organik (organic
fhosfhates ), insektisida fosfat (fosforus insecticides),kerabat gas racun (nerve gas
relatives), dan ester asam fosfat (fosforik acid esters) (setiadi,2002).
Oleh karena itu untuk mengetahui pengaruh dari residu pestisida organofosfat
pada tanaman kentang dengan menggunakan alata kromatografi gas. Berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam
pembahasan tugas akhir dengan judul “Penentuan Resisdu Pestisida Golongan
Organoposfat Pada Tanaman Kentang (sollanum tuberosum) di Kabupaten
Serdang Bedagai Dengan Menggunakan Alat Kromatografi Gas.
1.2 Permasalahan
Pada tanaman kentang biasanya memiliki kandungan residu pestisida golongan
organofosfat. Kandungan residu pestisida yang tidak sesuai aturan akan
mempengaruhi kualitas kentang. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui kadar
residu golongan organofosfat pada kentang.
1.3 Tujuan
Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui kadar residu pestisida golongan
organofosfat pada kentang di Kabupaten Serdang Bedagai kecamatan perbaungan.
1.4 Manfaat
Dengan diketahuinya hasil dari kandungan residu pestisida golongan organofosfat
menggunakan alat kromatografi gas maka akan lebih aman untuk mengetahui
baik atau tidaknya kualitas kentang yang dikonsumsi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pestisida
2.1.1 Pengertian
Menurut pasal 1 ayat (a) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan, dan Penggunaan
Pestisida. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan
virus yang digunakan untuk
a) Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang
merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil-hasl pertanian
b) Memberantas rerumputan
c) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan
d) Mematikan atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman tidak termasuk pupuk
e) Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan piaraan dan
ternak
f) Memberantas atau mencegah hama-hama air
Universitas Sumatera Utara
g) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik
dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan
h) Memberantas atau pencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan
penggunaan pada tanaman, tanah atau air (Komisi Pestisida, 2004).
Tabel 2.1: Pengelompokan Pestisida Menurut Jenis OPT Sasarannya
(Djojosumatro2000)
Pestisida OPT sasaran Contoh
Insektisida
Akarisida
Molluskisida
Rodentisida
Fungisida
Bakterisida
Nematisida
Herbisida
Hama : serangga
Hama : tungau
Hama : siput
Hama : tikus
Penyakit : jamur
Penyakit : bakteri
Penyakit: nematoda
Gulma (tumbuhan
Penggangu)
Diafentiuron,karbofuran,metidation,
Profenofos,sipermetrin,siromazin
Akrinotrin,dikofol,heksatiazok
Metaldehida
Brodifakum,kumaklor,klorofasinon,
kumatetralil
difenokonazol,maneb,mankozeb,
melalaksil,thiram,ziram
oksitetrasiklin,streptomisin,tetrasiklin
etrefos,natrium metham,
oksamil 2,4-D,atrazin,ametrin,
bromasil,butaklor,diuron,glifosat,
piperofos,sianazin,sinosulfuron
2.1.2 Insektisida
Universitas Sumatera Utara
Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang
bisa mematikan semua jenis serangga. Serangga adalah binatang yang 26%
spesiesnya merugikan manusia karena herbivor atau fitofak, sedang sebagian
lainnya merugikan karena menyebarkan penyakit pada manusia dan manusia
ternak. Walau demikian ada pula serangga yang sangat penti (Wudianto, R.,
1997).
Seperti halnya pestisida, insektisida juga dapat meracuni dan
membahayakan makhluk hidup lainnya, yang meliputi serangga bermanfaat
(benefical insect), hewan peliharaan dan manusia.
Secara umum, insektisida adalah bahan kimia beracun yang dapat
digunakan untuk mengendalikan dan membasmi serangga hama yang menyerang
tanaman dan membahayakan kesehatan manusia (Hasibuan,2015).
2.1.3 Insektisida Organofosfat
Insektisida organofosfat dikembangkan di jerman pada masa Perang Dunia
II sebagai pengganti insektisida nikotin yang saat itu merupakan insektisida
pertama untuk pengendalian kumbang kentang colorado (leptinotarsa
decemlineata). Penemuan sifat insektisida dari kelompok organofosfat berkaitan
erat dengan penelitian jenis-jenis gas syaraf seperti sarin, soman, dan tabun
(Sudarsono,2015).
2.1.3.1 Profenofos
Profenofos merupakan insektisida yang berspektrum luas sehingga dapat
mengendalikan berbagai jenis hama. Profenofos merupakan insektisida yang
berdaya racun sedang dengan nilai LD50 oral akut 358-502 mg/kg. Profenofos
bersifat insektisida dan akarisida. Insektisida profenofos telah dikembangkan
Universitas Sumatera Utara
secara luas dan dipasarkan dengan berbagai merk dagang seperti : Prahar,
Romifos, Sanofos, Polycron, Selecron, cga 15324, Fornofos, Curacon. Rumus
kimia insektisida profenofos tertera pada gambar berikut (Hasibuan,2015).
Gambar 1. Rumus struktur Profenofos
Insektisida profenofos ini diaplikasikan pada tanaman kapas, mangga,
manggis, kubis, sayuran buah seperti tomat dan cabai, dan kacang. Di Indonesia,
profenofos pada umunya diaplikasikan pada cabai dan tomat. Profenofos pada
cabai merah di Indonesia diaplikasikan dengan konsentrasi penyemprotan 0,025-
0,15 kg ai/hL dengan waktu aplikasi sesuai kebutuhan (Irie,2007).
Sifat-sifat kimia senyawa profenofos dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut :
Tabel 2.2 Sifat Fisika dan Kimia Senyawa Profenofos
Kriteria Hasil
Kemurnian Minimum 91,4%
Bentuk Cair
Warna Coklat terang
Bau Bau lemak,seperti bawang yang
dimasak
Kelarutan dalam pelarut organik pada n-heksan : larut sempurna
Universitas Sumatera Utara
suhu 25oC n-oktanol : larut sempurna
toluena : larut sempurna
etanol : larut sempurna
diklorometana : larut sempurna
etil asetat : larut sempurna
aseton : larut sempurna
metanol : larut sempurna
Sumber : Irie (2007)
2.1.3.2. Klorpirifos
Klorpirifos diproduksi secara komersial untuk pertama kali pada tahun
1965 oleh Dow Chemical Company. Nilai LD50 chlorpyrifos adalah 95-270
mg/kg. Chlorpyrifos adalah organofosfat uang berspektrim luas. Untuk
memperluas penggunaannya chlorpyrifos telah diformulasikan menjadi beberapa
bentuk seperti : granules (G), werrable powder (WP), dustable powder (D), dan
emulsifiable concentrate (EC). Rumus kimia insektisida chlorpyrifos tertulis pada
gambar berikut ini.
Gambar.2. Rumus Struktur klorpirifos
(Hasibuan,2015)
2.1.3.3 Fention
Universitas Sumatera Utara
selain sebagai insektisida, fention juga bersifat avisida dan akarisida.
Insektida ini tergolong yang berdaya racun sedang, oleh organisasi kesehatan
dunia (world Healt Organization). Fention bekerja sebagai racun kontak dan
lambung untuk mengendalikan berbagai jenis hama. Insektisida fention telah
dipasarkan secara luas dengan berbagai merek dengan anataran lain. Baycid
baytex, Dalp, DMTP, Entex, Lebaycid, Fention 4E.
Fenthion adalah insektisida organofosfat, avicide, dan acaricide. Seperti
kebanyakan organofosfat lainnya, modus kerjanya adalah melalui penghambatan
kolinesterase. Karena toksisitas yang relatif rendah terhadap manusia dan
mamalia, Fenthion terdaftar sebagai senyawa toksik sedang di Badan
Perlindungan AS Lingkungan dan Organisasi Kesehatan Dunia kelas toksisitas.
Fenthion adalah insektisida yang digunakan terhadap banyak serangga
menggigit. Hal ini terutama efektif terhadap lalat buah, hopper daun, penggerek
batang, nyamuk, parasit hewan, tungau, kutu daun, Codling ngengat, dan burung
penenun. Telah banyak digunakan dalam tebu, padi, ladang jagung, bit, pome dan
batu buah, buah jeruk, pistachio, kapas, buah zaitun, kopi, kakao, sayuran, dan
tanaman merambat Berdasarkan toksisitas yang tinggi pada burung, Fenthion
telah digunakan untuk mengontrol burung penenun dan hama-burung lain di
banyak bagian dunia. Fenthion juga digunakan pada sapi, babi, dan anjing untuk
mengendalikan kutu, lalat, dan parasit eksternal lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar.3.Rumus struktur Fention
(Hasibuan,2015)
2.1.4. Residu Pestisida
Residu pestisida adalah zat tertentu yang terkandung dalam hasil pertanian
bahan pangan, atau pakan hewan, baik sebagai akibat langsung maupun tidak
langsung dari penggunaan pestisida. Istilah ini mencakup senyawa turunan
pestisida, seperti senyawa hasil konversi, metabolit, senyawa hasil reaksi, dan zat
pengotor yang dapat memberikan pengaruh toksikologis.
Batas maksimum residu pestisida dapat didefenisikan sebagai konsentrasi
maksimum residu pestisida yang secara hukum diijinkan atau diketahui sebagai
konsentrasi yang dapat diterima dalam atau pada hasil pertanianm bahan pangan,
atau bahan pakan hewan. Konsentrasi tersebut dinyatakan dalam miligram residu
pestisida per kilogram hasil.
Batas maksimum residu (BMR) pestisida direkomendasikan
berdasarkan rasa residu yang tepat dan diperoleh dari percobaan yang terawasi.
Dengan demikian, data residu pestisida yang diperoleh menggambarkan
penggunaan pestisida yang sesuai dengan tatacara budidaya pertanian yang baik.
BMR pestisida berdasarkan adanya data uang mendukung bahwa residu pestisida
yang tertetapkan diketahui membahayakan manusia.
BMR pestisida berlaku terhadap hasil pertanian yang berupa
pangan, baik dalam bentuk olahan maupun mentah dan pakan hewan yang
diperdagangkan secara nasional maupun internasional. Untuk hasil yang
diperdagangkan dalam lingkup internasional. BMR pestisida diberlakukan pada
Universitas Sumatera Utara
pintu masuk suatu negara, sedangkan pada hasil yang diperdangangkan dalam
lingkup nasional. BMR pestisida diberlakukan pada pintu masuk jalur
perdagangan (Komisi Pestisida, 2004).
2.2 Kentang
2.2.1 Sejarah Kentang
Kentang yang dikenal orang ternyata telah melampaui perjalanan sejarah
yang panjang. Bahkan, ratusan yang lalu kentang telah dikenal orang. Pertamanya,
kentang belum menyebar luas,tempat tumbuhnya masih terbatas,yaitu di daerah
dingin saja. Kemudian,merambah ke daerah sedang (subtropis) dan akhirnya
mencapai daerah panas (tropis). Perpindahan dari satu daerah ke daerah lain yang
iklimnya berbeda tidak dengan proses yang cepat, tetapi melampaui banyak
tahapan.
Columbus ternyata bukan cuma penemu benua baru. Pengembara terbesar
dalam sejarah peradaban manusia ini, ternyata mampu menembus dan menguak
sejarah baru. Antara lain kentanf itu sendiri konon,berkat Columbus pula, kentang
yang semula hanya tumbuh di sebagian kecil Amerika Selatan,bias menyebar ke
mana-mana. Daerah Amerika Sekatan yang menjadi tempat asal mula kentang ini
tepatnya di sekitar danau T Kentang (solanum tuberosum L) berasal dari Negara
beriklim dingin (belanda,Jerman). Tanaman kentang sudah dikenal di Indonesia
sejak sebelum perang dunia II yang di sebut Eugenheimer. Kentang ini merupakan
hasil seleksi di Negri Belanda pada tahun 1890,berikut umbi kekuning-
kuningan,bergdaging kuning dan rasanya enak. Kelemahan dari kentang ini adalah
peka terhadap penyakit busuk daun,virus Y dan A,dan peka terhadap penyakit
layu.
Universitas Sumatera Utara
Sesudah kemerdekaan,varietas-varietas kentang hasil silangan dalam negri
ditemukan dan sejak tahun 1963 lebih dari 21 varietas-varietas unggul yang
mempunyai kualitas ekspor diintroduksikan dari Belanda dan Jerman Barat.
Meskipun kentang bukan bahan makanan pokok bagi rakyat Indonessia,tetapi
konsumennya cenderung meningkat dari tahun ke tahun karena jumlah penduduk
makin bertambah,taraf hidup masyarakat meningkat dan wisatawan asing atau
orang asing yang tinggal di Indonesia meningkat. Sebagai bahan makanan,kentang
banyak mengandung karbohidrat,sumber mineral (fosfor,besi,dan kalium),
mengandung vitamin B,vitamin Cdan sedikit Vitamin A ( Soelarso,1997).
2.2.2 Klasifikasi Kentang Dan Kandungan Gizi
Tanaman kentang (solonum tuberosum L) mempunyai sistematika sebagai berikut:
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Tubiflorae
Family : Solanaceae
Genum : Solanum
Species: Solanum tuberosum L.
Komposisi umbi kentang sangat dipengaruhi oleh berbagai factor,antara
lain, varietas keadaan tanah yang ditanami, pupu yang digunakan, umur umbi
ketika dipanen, waktu dan suhu penyimpanan. Perubahan komposisi umbi selama
pertumbuhan meliputi naiknya kadar pati dan sukrosa serta turunnya kadar air dan
gula pereduksi.
kandungan gizi dari tiap 100 gram kentang bersih dapat dimakan adalah
sebagi berikut :
Tabel.2.3 Kandungan Gizi dari tiap 100 gram kentang bersih dapat dimakan
Universitas Sumatera Utara
Kandungan Gizi Kentang
Protein 0,1 gr
Karbohidrat
19,1 gr
Vitamin A Sedikit sekali
Vitamin B1 0,085 mg
Vitamin B2 0,040 mg
Fosfor 60,0 mg
Besi 0,8 mg
Kalsium 10,0 mg
Air 77,8 mg
Kalori 83,0 – 85,0 kal
Bagian dapat dimakan 85 %
( Soelarso 1997 )
2.3.Dampak Negatif Pestisida/Insektisida
Secara umum dampak negatif penggunaan insektisida dapat dikelompokkan ke
dalam dua aspek, yaitu aspek kesehatan dan lingkungan hidup dan aspek
pengendalian hama dalam kegiatan usaha tani.
Dampak terhadap lingkungan hidup dan kesehatan :
a) Jika seseorang mendapat kontak secara terus-menerus dengan insektisida
apabila keadaan ini berlangsung dalam waktu yang lama. Penyakit kanker,
gangguan pernafasan, gangguan saraf, dan kelainan-kelainan lain dapat
muncul setelah waktu yang agak lama
b) Jika seseorang memakan hasil-hasil pertanian yang mengandung residu
insektisida. Jika tumpukan residu tersebut tersimpan didalam tubuh manusia
maka dalam waktu lama pasti akan menimbulkan kelainan didalam tubuh
Universitas Sumatera Utara
c) Apabila terjadi limpahan insektisida/pestisida ke lingkungan dalam jumlah
besar, baik secara sengaja maupun tidak sengaja dapat menewaskan penduduk
yang berada disekitarnya
Dampak negatif terhadap lingkungan dan pengelolaan hama :
a) Menekan populasi hama sasaran
b) Menimbulkan seleksi hama resisten
c) Menghancurkan populasi musuh alami
− Menekan populasi musuh alami secara langsung
− Mereduksi populasi inang atau mangsa dari musuh alami
− Mencemari makanan bahi musuh alami
d) Menimbulkan resurjensi dan hama sekunder
e) Membunuh serangga penyerbuk
f) Mencemari jaringan makanan
g) Menyebabkan ekotoksisitas umum
(Sudarsono,20
15)
2.4 Kromatografi Gas (KG)
2.4.1 Pengertian
Kromatografi gas (KG) merupakan teknik instrumental yang dikenalkan
pertama kali pada tahun 1950-an. KG merupakan metode yang dinamis untuk
pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan
senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. Perkembangan teknologi
yang signifikan dalam bidang elektronik, komputer, dan kolom telah
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan batas deteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi
lebih akurat melalui teknik analisis dengan resolusi yang meningkat.
KG merupakan gas sebagai gas pembawa/ fase geraknya. Ada 2 jenis
kromatografi gas, yaitu (1) kromatografi gas-cair (KGC) yang fase diamnya
berupa cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut
dalam fase diam; dan (2) kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya
berupa padatan dan kadang-kadang berupa polimerik.
Prinsip dasar kromatografi gas melibatkan volatilisasi atau penguapan
sampel dalam inlet injektor, pemisahan komponen-komponen dalam campuran,
dan deteksi tiap komponen dengan detektor.
2.4.2 Sistem Peralatan Kromatografi Gas
Sistem peralatan KG ditunjukkan dengan komponen utama adalah :
1. Kontrol dan penyedia gas pembawa (fase gerak)
Fase gerak pada KG juga disebut dengan gas pembawa karena
tujuan awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas
pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas. Syarat gas pembawa
adalah: tidak reaktif; murni/ kering karena kalau tidak murni akan
berpengaruh pada detektor, dan dapat disimpan dalam tangki tekanan
tinggi (biasanya merah untuk hidrogen, dan abu-abu untuk nitrogen)
2. Ruang suntik sampel
Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel secara
cepat efesien. Desain yang populer terdiri atas saluran gelas yang kecil
atau tabung logam yang dilengkapi dengan septum karena pada satu
ujung untuk mengakomodasi injeksi dengan semprit (syringe). Karena
Universitas Sumatera Utara
helium (gas pembawa) mengalir melalui tabung, sejumlah volume
cairan yang diinjeksikan (biasanya antara 0,1-3,0 µL) akan segera
diuapkan untuk selanjutnya di bawa menuju kolom. Berbagai macam
ukuran semprit saat ini tersedia di pasaan sehingga injeksi dapat
berlangsung secara mudah dan akurat. Septum karet, setelah dilakukan
pemasukan sampel secara berulang, dapat diganti dengan mudah.
Sistem pemasukan sampel (katup untuk mengambil sampel gas) dan
untuk sampel padat juga tersedia di pasaran.
3. Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena
didalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan
komponen sentral pada KG.
Ada tiga jenis kolom pada KG yaitu kolom kemas (packing
column) dan kolom kapiler (capillary column); serta kolom preparatif
(preparative column).
Kolom kemas terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat
atau dari tembaga dan alumunium. Panjang kolom jenis ini adalah 1-5
meter dengan diameter dalam 104 mm. Kolom kapiler sangat banyak
dipakai karena kolom kapiler memberikan efesiensi yang tinggi (harga
jumlah pelat teori yang sangat besar > 300.000 pelat). Kolom
preparatif digunakan untuk menyiapkan sampel yang murni dari
adanya senyawa tertentu dalam matriks yang kompleks.
Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat non
polar, polar, atau semi polar. Fase diam non polar yang paling banyak
Universitas Sumatera Utara
digunakan adalah metil polisiloksan (Hp-1; DB-1; SE-30; CPSIL-5)
dan fenil 5%-metilpolisiloksan 95% (HP-5; DB-5; SE-52; CPSIL-8).
Fase diam semi polar adalah seperti fenil 50%-metilpolisiloksan 50%
(HP-17; DB-17; CPSIL-19), sementara itu fase diam yang polar adalah
seperti polietilen glikol (HP-20M; DB-WAX; CP-WAX; Carbowax-
20M).
4. Detektor
Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah
detektor. Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung
kolom tempat keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa
komponen hasil pemisahan. Detektor pada kromatografi adalah suatu
sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan
komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal
elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif
maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di
antara fase diam dan fase gerak.
Pada garis besarnya detektor pada KG termasuk detektor
diferensial, dalam arti respons yang keluar dari detektor memberikan
relasi yang linier dengan kadar atau laju aliran massa komponen yang
teresolusi. Kromatogram yang merupakan hasil pemisahan fisik
komponen-komponen oleh KG disajikan oleh detektor sebagai deretan
luas puncak terhadap waktu. Waktu tambat tertentu dalam
kromatogram dapat digunakan sebagai data kualitatif, sedangkan luas
puncak dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data kuantitatif yang
Universitas Sumatera Utara
keduanya telah dikonfirmasikan dengan senyawa baku. Akan tetapi
apabila kromatografi gas digabung dengan instrumen yang multipleks
misalnya GC/FT-IR/MS, kromatogram akan disajikan dalam bentuk
lain.
5. Komputer
Komponen KGselanjutnya adalah komputer. KG modern
menggunakan komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunaknya
(software) untuk digitalisasi signal detektor dan mempunyai beberapa
fungsi antara lain:
• Memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen seperti: aliran
fase gas; suhu oven dan pemrograman suhu; serta penyuntikan
sampel secara otomatis.
• Menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain dengan
menggunakan grafik berwarna.
• Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan
dengan statistik.
• Menyimpan data parameter anaisis untuk analisis senyawa tertentu.
(Rohman, A., 2009)
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METOE PENELITIAN
3.1 Alat yang digunakan dalam penelitian
Nama Alat Merk Alat
1. Telenan
2. Pecincang Stanles Steel
3. Neraca Analitik Metter Toledo
4. Spatula
5. Beaker Glass Iwaki
6. Erlenmeyer Iwaki
7. Pipet Volume Iwaki
8. Bulp
9. Ultra Turax IKA T.25
10. Alumunium Foil
11. Labu bulat Iwaki
12. Rotari Evaporator IKA KV 600
13. Pipet Tetes
14. Test Tube Iwaki
15. Rak Tabung Reaksi
16. Siring Hamilton
Universitas Sumatera Utara
17. Kromatografi Gas GC 2010
3.2 Bahan-bahan yang digunakan dalam Penelitian
1. Kentang
2. Aseton p.a. Merck
3. Isooktan p.a. Merck
4. Diklorometan p.a. Merck
5. Petroleum Eter 400C-600C p.a. Merck
6. Fention
7. Preponofos
8. Klorpirifos
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Pembuatan Standart Campuran Bahan Aktif Fention, Klorpirifos
dan Profenopos
Fention
− Ditimbang bahan aktif Fention sebanyak ±0.02 g
− Diencerkan dengan pelarut aseton dalam labu ukur 25ml
− Dihomogenkan
− Diencerkan kembali dengan pelarut isooktana standart bahan aktif sampai
konsentrasi seri standart 100 ng/l dan 10 ng/l
Universitas Sumatera Utara
− Dipipet sebanyak 1 ml konsentrasi seri standart 10 ng/l kedalam labu
ukur 10 ml untuk membuat standart campuran dengan konsentrasi standart
1 ng/l
Klorpirifos
− Ditimbang bahan aktif Klorpiripos sebanyak ±0.02 g
− Diencerkan dengan pelarut aseton dalam labu ukur 25ml
− Dihomogenkan
− Diencerkan kembali dengan pelarut isooktana standart bahan aktif sampai
konsentrasi seri standart 100 ng/l dan10 ng/l
− Dipipet sebanyak 1 ml konsentrasi seri standart 10 ng/l kedalam labu
ukur 10 ml yang sudah berisi bahan aktif Dimetoat
Propenofos
− Ditimbang bahan aktif Propenofos sebanyak ±0.02 g
− Diencerkan dengan pelarut aseton dalam labu ukur 25ml
− Dihomogenkan
− Diencerkan kembali dengan pelarut isooktana standart bahan aktif sampai
konsentrasi seri standart 100 ng/l dan 10 ng/l
− Dipipet sebanyak 1 ml konsentrasi seri standart 10 ng/l kedalam labu
ukur 10 ml yang sudah berisi bahan aktif Dimetoat dan Klorpirifos
− Diencerkan kembali campuran bahan aktif dengan pelarut isooktana
sampai garis batas
Universitas Sumatera Utara
− Dihomogenkan
3.3.2 Preparasi Sampel Kentang
− Kentang dicincang
− Ditimbang sebanyak 15 gr menggunakan neraca analitik
− Dimasukkan ke dalam beaker glass 100 ml
− Ditambahkan Aseton, Diklorometane dan Petruleum Eter masing-
masing sebanyak 30 ml dengan menggunakan pipet volume
− Dihaluskan sampel dengan menggunakan alat ultra turax
− Didiamkan sampai filtrat dan endapan terpisah
− Dipipet filtrat sebanyak 25 ml
− Dimasukkan kedalam labu didih
− Dirotari evaporator filtrat sampai pelarut menguap seluruhnya
− Dilarutkan hasil rotap dengan perbandingan pelarut toluena : isooktan
(10:90)
− Dipipet sebanyak 5 ml
− Dimasukkan ke dalam test tube
3.3.3 Penginjekkan ke Alat Kromatografi gas
1. Disuntik 1-2 µl larutan standar campuran dan ekstrak sampel kedalam
kromatografi gas dengan kondisi sebagai berikut :
Kolom kapiler,restek Rtx -1 MS,0.25 mm id x 0,25 µm df x 30 m
Suhu kolom 190oC
Suhu injektor : 230oC
Suhu detektor : 230o C
Universitas Sumatera Utara
Laju alir : 30 ml/min
Gas pembawa : gas nitrogen (N2), gas helium (He) dan gas hidrogen (H2)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Data Hasil Analisis Residu Pestisida Organofosfat pada Sampel kentang
No. Nama/Asal
Sampel
Standard
Bahan
Aktif
Konsentrasi
Standard
Bahan Aktif
Area
Standard
Area
Sampel
Hasil
Pengujian
1. Kentang/
Kabupaten:
serdang
bedagai
Kecamatan:
perbaungan
(pasar lama)
Fention 0,9340 Simplo :
128877
Simplo :
-
Tidak
terdeteksi
Duplo :
133770
Duplo :
-
Klorporifos
1,0190
Simplo :
899099
Simplo :
-
Tidak
terdeteksi
Duplo :
856504
Duplo :
-
Propenofos 0,9820 Simplo :
457601
Simplo :
209726
Tidak
Terdeteksi
Duplo :
490843
Duplo :
208287
2. Kentang/
Kabupaten:
serdang
bedagai
Kecamatan:
Fention 1,0245 Simplo :
1246659
Simplo:
-
Tidak
Terdeteksi
Duplo :
1256221
Duplo :
-
Klorpirifos 1,0190 Simplo : Simplo: Terdeteksi
Universitas Sumatera Utara
perbaungan
(pasar lama)
1007277 67515 0,072
mg/kg Duplo :
1011718
Duplo :
56559
Propenofos 0,9820 Simplo :
572728
Simplo:
-
Tidak
Terdeteksi
Duplo :
471540
Duplo :
-
4.2 Perhitungan
4.2.1 Pada Bahan Aktif
Rumus Standarisasi Pada Bahan Aktif
STD (mg/ml) = berat sampel (mg)
volume labu takar (ml)x
kemurnian
100
Rumus Pengenceran Larutan Standar :
V1. N1 = V2. N2
4.2.1.1 Fention
Fention 97,3% tertimbang 0,0329 g (32,9 mg)
97,3
100 x
32,9
25 = 1,2805 mg/ml→ 1280,5 ng/l
1. Pengenceran 100 ng//l dalam labu takar 25 ml
V1. N1 = V2. N2
V1. 1280,5 = 25.100
V1 =2500
1280,5
= 1,9 ml
Maka, 1,9 . 1280,5 = 25. N2
N2 =1,9.1280,5
25
= 97,318 ng/l
Universitas Sumatera Utara
2. Pengenceran 10 ng//l dalam labu takar 25 ml
V1. N1 = V2. N2
V1. 97,318 = 25.10
V1 =250
97,318
= 2,5 ml
Maka, 2,5 . 97,318 = 25. N2
N2 =2,5.97,318
25
= 9,7318ng
l
3. Pengenceran 1 ng//l dalam labu takar 10 m
Buat 1 ng/l →V1N1 = V2N2
V1. 9,7318 = 10.1
V1 =10
9,7318
= 1,0 ml
N2 =1,0.9,7318
10
0,9731 ng/l
4.2.1.2 Klorpirifos
98,8% tertimbang 0,0268 g (26,8 mg)
26,8
25 x
98,8
100 = 1,0591 mg/ml→ 1059,1 ng/l
1. Pengenceran 100 ng/µl dalam labu takar 25 ml
V1. N1 = V2. N2
Universitas Sumatera Utara
V 1. 1059,1 = 25.100
V1 =2500
1059,1
= 2,3 ml
Maka,
2,3 . 1059,1 = 25. N2
N2 =2,3.1059,1
25
= 97,4372 ng/l
2. Pengenceran 10 ng/µl dalam labu takar 25 ml
V1. N1 = V2. N2
V1. 97,4372 = 25.10
V1 =250
97,4372
= 2,5 ml
Maka,
2,5 . 97,4372 = 25. N2
N2 =2,5.97,4372
25
= 9,7437 ng/l
3. Pengenceran 1 ng/l dalam labu takar 10 ml
V1N1 = V2N2
V1. 9,7437 = 10.1
V1 =10
9,7437
= 1,0 ml
Universitas Sumatera Utara
V1N1 = V2N2
1,0.9,7437 = 10. N2
N2 =1,0.9,7437
10
= 0,9743 ng/l
4.2.1.3 Propenofos
96,9% tertimbang 0,0233 g (23,3 mg )
23,3
25 x
96,9
100 = 0,9031 mg/ml→ 903,1 ng/l
1. Pengenceran 100 ng/µl dalam labu takar 25 ml
V1. N1 = V2. N2
V1. 903,1 = 25.100
V1 =2500
903,1
= 2,7 ml
Maka,
2,7 . 903,1 = 25. N2
N2 =2,7.903,1
25
= 97,5348 ng/l
2. Pengenceran 10 ng/µl dalam labu takar 25 ml
V1. N1 = V2. N2
V1. 97,5348 = 25.10
V1 =250
97,5348
= 2,5 ml
Maka,
Universitas Sumatera Utara
2,5 . 97,5348 = 25. N2
N2 =2,5.97,5348
25
= 9,7534 ng/l
3. Pengenceran 1 ng/l dalam labu takar 10 ml
V1N1 = V2N2
V1. 9,7534 = 10.1
V1 =10
9,7534
= 1,0 ml
Maka,
V1N1 = V2N2
1,0.9,7534 = 10. N2
N2 =1,0.9,7534
10
= 0,9753 ng/l
4.2.2 Sampel
− Penentuan Batas Maksimum Residu
Csampel(mg/kg)=
Area sampel
Rata−rata area standarx C.Standar (ng µl)⁄ x V.Inj(µl)x
FP(µl)
V.Inj Std(µl) xFK
W (gr)
𝑺𝒊𝒎𝒑𝒍𝒐 + 𝑫𝒖𝒑𝒍𝒐
2
Keterangan:
Universitas Sumatera Utara
C.standar = Konsentrasi standar
Std = Standar
V.inj = Volume Injek
FP = Faktor pengenceran (5000 µl)
FK = Faktor Koreksi (87
25)
Crata-rata = konsentrasi rata-rata
Csampel = Konsentrasi Sampel
𝐶𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑜(𝑚𝑔/𝑘𝑔) =
675151009498 x 1,0190 ng µl⁄ x
8725
x 5000
1 x 1µ1µ
15,102 gr
= 0,078 mg/kg
𝐶𝑑𝑢𝑝𝑙𝑜(𝑚𝑔/𝑘𝑔) =
565591009498 x 1,0190 ng µl⁄ x
8725
x 5000
1 x 1µ1µ
15,082 gr
= 0,066 mg/kg
Rata-rata :
0,078 + 0,066
2
= 0,072mg/kg (BMR : 2 mg/kg)
Universitas Sumatera Utara
4.3 Pembahasan
Dari hasil percobaan diperoleh batas maksimum residu pestisida pada
kentang di kabupaten serdang bedagai kecamatan perbaungan (pasar lama) dengan
standart bahan aktif profenofos, klorfirifos dan fention tidak teredeteksi, dan di
kabupaten serdang bedagai kecamatan perbaungan (pasar baru) dengan standart
bahan aktif klorfirifos terdeteksi 0,072 mg/kg dan profenofos dan fention tidak
terdeteksi. Beberapa faktor bahan aktif tersebut tidak terdeteksi yaitu karena di
dalam kentang tidak terkandung bahan aktif tersebut atau bahan aktif yang
terkandung di dalam kentang sangat sedikit sehingga tidak dapat dideteksi oleh
alat yang digunakan (dibawah deteksi alat ). Dan ada juga factor yang
menyebabkan bahan aktif tersebut tidak terdeteksi yaitu karena ketika proses
pemanenan kentang,curah hujan sedang tinggi. Maka residu pestisida pada
kentang tersebut telah terurai oleh air hujan. Letak tumbuh tanaman kentang yang
Universitas Sumatera Utara
berada di dalam tanah juga dapat mempengaruhi kadar residu pestisida, karena
pestisida yang masuk kemungkinan banyak yang menempel di tanah di
bandingkan di tanaman kentang tersebut.
Dengan demikian residu pestisida golongan organofosfat pada kentang
yang ada di kabupaten serdang bedagai kecamatan perbaungan tidak terdeteksi
atau tidak melebihi batas maksimum residu oleh karena, itu kentang yang di
produksi di kabupaten serdang bedagai aman untuk di konsumsi.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil analisa kandungan residu pestisida golongan organofosfat pada
kentang di kabupaten serdang bedagai kecamatan perbaungan (pasar lama) dengan
standart bahan aktif profenofos, klorfirifos dan, fention tidak teredeteksi,
sedangkan di kabupaten serdang bedagai kecamatan perbaungan (pasar baru)
dengan standart bahan aktif profenofos dan fention tidak terdeteksi, klorfirifos
terdeteksi 0,072 mg/kg.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Saran
Sebaiknya para petani tidak menggunakan pestisida yang berlebihan, adakalahnya
menggunakan pestisida secukupnya agar tidak membahayakan masyarakat yang
mengkonsumsi kentang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Djojosumarto, P. (2000). Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta
Hasibuan, R. (2015). Insektisida Organik Sintetik dan Biorasional. Plantaxia.
Yogyakarta.
Irie, M. (2007). Pesticide Residues In Food. Report of the JMPR.
Komisi Pestisida, 2004. Pedoman Pengujian Residu Pestisida Dalam Hasil
Pertanian.Jakarta : Direktorat Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan
Universitas Sumatera Utara
Direktorat Perlindungan Tanaman
Rohman, A., (2009) .Kromatografi Untuk Analis Obat. Yogyakarta Graha Ilmu
Setiadi. (2000). Varietas Dan Pembudidayaan.Jakarta Penebar Swadaya
Soelarso,B.(1997).Budidaya Kentang Bebas Penyakit. YogyakartaPenerbit
Kanisius
Sudarsono, H. (2015). Pengantar Pengendalian Hama Tanaman. Plantaxia.
Yogyakarta.
Wudianto, R. (2001). Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Gambar Instrument Kromatografi Gas
Seperangkat instrument kromatografi gas Shimadzu 2010
Gas Pembawa
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Gambar Perangkat Pendukung Lainnya
Neraca Analitik Ultra Turax
Rotary Evaporator
Universitas Sumatera Utara
top related