penentuan kebutuhan hutan tetap lestari untuk mendukung...
Post on 02-Mar-2019
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Penentuan Kebutuhan Hutan
Tetap Lestari Untuk Mendukung Pencapaian SDG’s
Tim P4W9 Maret 2018
Pendahuluan
• Amanat UU No. 19/2004 Penatakelolaan hutan secara lestaridalam Rencana Makro Kehutanan, berdasarkan Hasil inventarisasihutan dengan mempertimbangkan faktor lingkungan dan kondisisosial masyarakat, Jangka waktu perencanaan, & Skalageografis menurut fungsi pokok kawasan hutan
• Re-desain RKTN kedepan dengan pendekatan fungsi-fungsiekologis jasa ekosistem; fitur penciri/karakteristikperlindungan, jasa ekosistem, rehabilitasi, dan produksi; pendekatan rencana tata ruang; dinamika pemanfaatan & izinpenggunaan, isu dan permasalahan dalam kawasan hutan
• Rencana Kawasan Hutan (RKH) bagian sinergis kebijakansektor kehutanan yang mempertimbangkan pendekatan danpenajaman fungsi-fungsi ekologis dan DDTLH sesuai dengankonfigurasi perencanaan kehutanan terhadap “KetercukupanLuas Kawasan Hutan”
• Ketercukupan luas “Kawasan Hutan” BAGAIMANAmerancang besaran proposional kawasan hutan berdasarkanpertimbangan dan penajaman fungsi-fungsi ekologis berbasisekoregion Dasar Pertimbangan menajamkan skenario fiturpenciri/karakterisitik sub wilayah yang dianalisis (unit referensispasial ekoregion Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan)
1. KONSEP
1.1. HUTAN TETAP
• Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisisumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuanalam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
• Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkanoleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
• Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebanihak atas tanah.
• Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atastanah.
• Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakathukum adat.
1.1. HUTAN TETAPIndonesia
Lahan negara
Lahan milik atau privat
Hutan tetap
1.2. PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN
Schlaepfer and Elliott (2000) mengembangkan dua belas prinsip dalampengelolaan hutan dan sumberdaya lahan untuk pembangunanberkelanjutan yaitu: (1) menuju penggunaan sumberdaya ekosistem yang berkelanjutan; (2) holistik; (3) berbasis ekosistem; (4) mempunyai perspektifbentang alam; (5) memenuhi beragam tujuan precautionary atau multi-tujuan; (6) terpadu; (7) partisipasi parapihak; (8) berbasis pemantauan; (9) adaptif; (10) berbasis ilmu dan pertimbangan yang baik; (11) mempertimbangkan kognitif, emosi dan moral; dan (12) berbasis prinsipkehati-hatian. Dua belas prinsip memaknai sasaran wilayah pengelolaanadalah bentang alam ekologis (ecological landscape), sedangkan kegiatanpenyelenggaraannya adalah pengurusan hutan, utamanya perencanaankehutanan dan pengelolaan hutan.
1.3. EKOREGION
Secara spasial konsep ekosistem diintegrasikan menjadi konsepekoregion.
Ekoregion adalah wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim, tanah, air, flora, dan fauna asli, serta pola interaksi manusia denganalam yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkunganhidup.
Pasal 7 ayat (2) UU No. 32 Tahun 2009 ttg Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa penetapanwilayah ekoregion dilaksanakan dengan mempertimbangkankesamaan karakteristik bentang alam, daerah aliran sungai, iklim, flora dan fauna, sosial budaya, ekonomi, kelembagaan masayarakatdan hasil inventarisasi lingkungan hidup.
1.3. EKOREGION
Setiap jenis ekoregion memiliki jenis jasa ekosistem yang berbeda-beda.
Tahun 2013, Kementerian Lingkungan Hidup menyusun buku deskripsi Peta Ekoregion Pulau/Kepulauan yang menjelaskan sebaran ekoregion di seluruh Indonesia yang dilanjutkan dengan penetapan nilai jasa ekosistem dalam bentuk koefisien jasa ekosistem (KJE).
Nilai KJE ditetapkan dengan skala angka nilai selang antara 0 sampai dengan 1 Semakin mendekati angka satu maka nilai KJE semakin tinggi.
1.4. JASA EKOSISTEM
Ekosistem suatu tatanan kesatuan secara utuh danmenyeluruh antar segenap unsur lingkungan hidup yang salingmempengaruhi.
Ekosistem kawasan hutan memberikan berbagai manfaat jasaekosistem.
Pendekatan jasa ekosistem diperlukan dalam perencanaan, pengambilan keputusan dan pengelolaan kawasan hutan yang komprehensif yang menguraikan “strategi pengelolaanterpadu” tanah, air, dan sumber daya kehidupan dalam rangkameningkatkan konservasi dan pemakaian secara berkelanjutandan berkeadilan.
1.4. JASA EKOSISTEM
Konsep yang dapat menunjukkan kondisi daya dukung dan dayatampung lingkungan adalah dengan pendekatan jasa ekosistem(Millenium Ecosystem Assessment-United Nations).
Semakin tinggi nilai jasa ekosistem maka semakin tinggi juga kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungannya.
Millenium Ecosystem Assessment (2005) mengklasifikasikanjasa ekosistem ke dalam empat kategori utama: (1) jasapenyedia (provisioning services); (2) jasa pengaturan (regulating services); (3) jasa pendukung (supporting services); dan (4) jasakebudayaan (cultural services)
Jasa-Jasa EkosistemKawasan Hutan Jasa Penyedia
(Provisioning Services)
- Pangan (jamur, madu, dll)
- Serat (kayu, kapas, dll)
- Energi (bahan bakar kayu)
- Sumber daya genetik
- Sumber daya obat (obat-
obatan alami)
- Air bersih
Jasa Pendukung
(Supporting Services)
Kawasan
Hutan
Jasa Pengaturan
(Regulating Services)
Jasa Kebudayaan
(Cultural Services)
- Siklus hara
- Pembentukan lapisan tanah
dan penjaga kesuburan tanah
- Produksi primer
- Biodiversitas
- Pengaturan iklim
- Penyerap dan penyimpan
karbon
- Pengaturan tata aliran air
dan banjir
- Pencegahan dan perlindu-
ngan dari bencana alam
- Pemurnian air
- Pemeliharaan kualitas udara
- Pengaturan penyerbukan
alami
- Rekreasi dan ekowisata
- Estetika
Ekoregion adalahwilayah geografisyang memilikikesamaan ciri iklim, tanah, air, flora, danfauna asli, sertapola interaksimanusia denganalam yang menggambarkanintegritas sistemalam danlingkungan hidup.
Iklim, Tanah dan Air
Flora dan Fauna
Interaksi Manusia
Ecosystem Services
Cultural & Supporting
RegulatingProvisionig
Semakin Tinggi Nilai Jasa Ekosistem, semakin tinggi daya dukung
KonsepJasa Ekosistem
(Riqqi, 2017)
EKOREGION
PULAU
SUB WILAYAH
EKOREGION
Sifat/Ciri & KarakteristikEkosistem Pulau
• Landform• Geologi batuan• Morfologi & landskap lahan• Sistem Lahan• Iklim & Temperatur• Tutupan Lahan• Hidrogeologi
FITUR*) :• REHABILITASI & PRODUKSI
• PERLINDUNGAN & JASA EKOSISTEM
• REHABILITASI & JASA EKOSISTEM
Fungsi Jasa Ekosistem :
1.Penyediaan Produksi2.Pengaturan3.Budaya4.Pendukung
[Perlin&JasLink] :1.Pengaturan Tata Air2.Pengaturan Karbon3.Biodiversitas4.Perlindungan Tanah5.Ekowisata
1. Konservasi2. H.Alam & Gambut3. Rehabilitasi4. Skala Besar5. Skala Kecil6. Hutan Rakyat
Rencana Makro
RKTP
DATA SPASIAL
MEA
[JasLink] : PENDUKUNG
1.Pembentukan Tanah2.Siklus Hara3.Biodiversitas4.Produksi Biomassa
Arahan Alokasi Pemanfaatan
Fokus
Arahan RKTN
JasEk
Fitur*)
RTRW | Pola dan struktur Ruang
Isu & Permasalahan
Hutan Abadi
Matriks Logika Kombinasi
Kriteria Spasial
RKTN
DATA NON SPASIALTAHAPAN PENYUSUNAN RKH
RTRWP
Survey
Dinamika Pemanfaatan : Izin-Izin Penggunaan
KPH
P3E
Analisis Proximasi
Kebijakan Umum Nasional & Daerah
Kebutuhan investasi
RENCANA KAW.HUTAN (RKH) KEBIJAKAN
STRATEGI
ARAHAN PEMANFAATAN & PENGENDALIAN LINGK.
??
Climate Change Adapt.
PPLH
PPIE
DDTL
PP
Fak. DOMINAN
WPerc. : 20 thn
Pola2
Hutan Tetap
VE
Review: N-S-P-N
DDTL
unit analisis
34 peta
RKTN
Makna 30% ???
Penajaman : Fungsi ekologis
Proses revisi
List Data yang diperlukan
Karena keterbatasan data, dalam kajian ini hanya terdapat 7 (tujuh) jasa ekosistem kawasan hutan yang dapat dianalisis dandipertimbangkan sebagai kriteria dalam penetapan kawasan hutantetap:1.Penyedia pangan2.Penyedia air bersih3.Penyedia energi4.Penyedia sumber daya genetik5.Pengatur iklim6.Pengatur tata air7.Pencegahan dan perlindungan dari bencana alam
Metode
1. Analisis Spasial Multi Criteria Evaluation (MCE) 2. Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis)3. Analytic Hierarchy Process (AHP) 4. Drivers–Pressures–States– Impacts–Responses (DPSIR)
MetodeAnalisis Spasial Multi Criteria Evaluation (MCE)
Klasifikasi Nilai KJE dalam Penilaian Status Jasa Ekosistem
Peta Kriteria
S1 (i_Tata Air)
S2 (i_Iklim)
S3 (i_SD Genetik)
S4 (i_Energi)
Skala Evaluasi
5=Sangat Tinggi4=Tinggi3=Sedang2=Rendah1=Sangat Rendah
12
4
3
Peta Score
Weighted Overlay
33%
27%
20%
13%
7%
weights
PETA INDIKASI HUTAN TETAP
MCE untuk Hutan Tetap Hutan Tetap=x1(iTataAir)+x2(iIklim)+x3(iSDGenetik)+x4(iEnergi)
Skenario KriteriaKonservatif >0.3Moderat >0.4Progressif >0.5
MetodeAnalisis Komponen Utama(Principal Component Analysis)
Jasa ekosistem berbasis data polygon di PulauKalimantan dan Sumatera, dikelompokkan ke dalamdua faktor yang saling bebas:1.Fungsi utama hutan2.Fungsi utama non hutan
Metode
•Analytic Hierarchy Process (AHP)
Jika diasumsikan bahwa masing-masing jasa ekosistem tersebut memilikibobot yang berbeda dalam menentukan sebaran hutan tetap, penentuannilai bobot ditentukan dengan bantuan AHP
MetodeDrivers–Pressures–States– Impacts–Responses (DPSIR)
KONSEP DRIVERS–PRESSURES–STATES–IMPACTS–RESPONSES
• Kondisilingkungan/ekosistem/habitat/spesiesKuantitsdan
• kualitasdankuantitaslingkungan
PERUBAHANKONDISI
LINGKUNGAN/ENVIRONMENTALSTATECHANGES
Sosialdanbudaya,ekonomi,politik,kebijakandandemografi
FAKTORPENGGERAK/DRIVERS(D)
Aktvitasmanusiayanglangsungmengubahkondisilingkungan,sepertiperluasalahanpertanian,pembukaanperkebunan,illgeallooging,permbagan,pembangunaninfrastrukturdll.
TEKANANLINGKUNGAN/
ENVIRONMENTALPRESSURES(P)
1. Dampakekologi2. Dampakekonomi3. Dampaksosial
DAMPAK/IMPACTS
KEBIJAKAN(EKOLOGI,SOSIAL,EKONOMI)
RESPONS
pengurangan
pengurangan
peningkatan
kebutuhan
pengurangan
SEBARANHUTAN TETAP
Peta Koefisien Jasa Ekosistem Pulau Sumatera
Tata Air Iklim
SD Genetik Energi
Tata Air Iklim
SD Genetik Energi
Peta Koefisien Jasa Ekosistem Pulau Kalimantan
Variabel Factor 1 Factor 2
iTataAir 0.963319 0.036582
iSDGenetik 0.916407 0.158872
iAirBersih 0.011959 0.981259
iEnergi 0.907075 0.168789
iPangan 0.092316 0.939063
iIklim 0.966746 0.074146
iBencana 0.555153 0.633684*
Expl.Var 3.842028 2.306830
Prp.Totl 0.548861 0.329547
Factor Loadings, Factor 1 vs. Factor 2
Rotation: Varimax normalized
Extraction: Principal components
iTataAir
iSDGenetik
iAirBersih
iEnergi
iPangan
iIk lim
iBencana
-0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2
Factor 1
-0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
Fa
cto
r 2
iTataAir
iSDGenetik
iAirBersih
iEnergi
iPangan
iIk lim
iBencana
* = Bencana walaupun nilai korelasinya<0.7 (batas signifikasi level α=0.05) tapi cenderung lebih dekat denganFactor 2
Tabel nilai korelasi antara variabel asaldan faktor hasil analisis PCA
Grafik pengelompokan variabel asal berdasarkannilai korelasinya dengan faktor 1 dan 2
HASIL ANALISIS PCA UNTUK PULAU SUMATERA
Variabel Factor 1 Factor 2
iTataAir 0.269469 -0.084115
iSDGenetik 0.243286 -0.021389
iAirBersih -0.099897 0.462433
iEnergi 0.239595 -0.015720
iPangan -0.072656 0.434034
iIklim 0.266487 -0.066725
iBencana 0.090809 0.241009
Tabel nilai koefisien dari variabel asal di tiap faktor
Menunjukkan nilai-nilaikoefisien pembobotvariabel asal yang akandigunakan dalamanalisis selanjutnya
Faktor 1 Faktor 2
Peta pola spasial dari nilai skor faktor 1 dan 2 hasil analisis PCA
Nilai korelasi signifikan > 0.7 (α = 0.05)
Tabel nilai korelasi antara variabel asaldan faktor hasil analisis PCA
Grafik pengelompokan variabel asal berdasarkannilai korelasinya dengan faktor 1 dan 2
HASIL ANALISIS PCA UNTUK PULAU KALIMANTAN
Variabel Factor 1 Factor 2
iTataAir 0.975296 0.053132
iAirBersih 0.016053 0.964717
iEnergi 0.951162 0.210281
iPangan 0.088060 0.899547
iIklim 0.974169 0.030586
iBencana 0.496431 0.706103
iSDGenetik 0.910735 0.269331
Expl.Var 3.888813 2.358960
Prp.Totl 0.555545 0.336994
Factor Loadings, Factor 1 vs. Factor 2
Rotation: Varimax normalized
Extraction: Principal components
iTataAir
iAirBersih
iEnergi
iPangan
iIklim
iBencana
iSDGenetik
-0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2
Factor 1
-0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
Facto
r 2
iTataAir
iAirBersih
iEnergi
iPangan
iIklim
iBencana
iSDGenetik
Tabel nilai koefisien dari variabel asal di tiap faktor
Menunjukkan nilai-nilaikoefisien pembobotvariabel asal yang akandigunakan dalamanalisis selanjutnya
Variabel Factor 1 Factor 2
iTataAir 0.273323 -0.090115
iAirBersih -0.109374 0.454033
iEnergi 0.247838 -0.012995
iPangan -0.081031 0.414726
iIklim 0.275663 -0.100638
iBencana 0.058896 0.275056
iSDGenetik 0.229272 0.019689
Peta pola spasial dari nilai skor faktor 1 dan 2 hasil analisis PCA
Faktor 1 Faktor 2
Konservatif Moderat Progressif
Peta Indikasi Hutan Tetap
37.133.184 Ha 25.607.151 Ha 15.795.540 Ha
28.006.548 Ha 16.941.456 Ha 7.370.849 Ha
KebijakanPengelolaanHutan di Indonesia ?Dengan pendekatanD-P-S-IR
KONDISI LINGKUNGAN/
STATE
Pertumbuhan jumlah penduduk
FAKTOR PENGGERAK/DRIVE
RS (D)
Pembukaan Lahan untuk Permukiman
TEKANAN PRESSURES (P)
DAMPAK/IMPACTS
Peningkatan ekonomi
Peningkatan Kebutuhan Ruang
Pembangunan Infrastuktur
Pembukan Lahan untuk Perkebunan
Pembukaan Lahan untuk Energi (pertambangan)
Pembukaan Lahan Untuk Pertanian
SUMBERDAYA GENETIK
AIR BERSIH
PANGAN
TATA AIR
IKLIM
Kemrosotan Sumberdaya genetik
Penurunan kualitas dan kuantitas Air bersih
Kelangkaan Sumber Pangan
Kerusakan Tata Air
Perubahan Iklim
PENETAPAN TARGET
PENANGANAN SKALA
PRIORITAS
KEBIJAKAN SEKTORAL
KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO
KEBIJAKAN LINGKUNGAN
HIDUP
DPSIR (Drivers–Pressures–States–Impacts–Responses) dalam Rencana Pengelolaan Kawasan Hutan (RKH) di INDONESIA
FAKTOR PENGGERAK DRIVERS (D)• Pertambangan Penduduk
• Peningkatan Perekonomian
• Peningkatan Kebutuhan Ruang
PERTAMBANGAN PENDUDUK
• Pertambahan penduduk akan berimplikasi pada meningkatnya kebutuhanakan lahan, (untuk permukiman, sarana dan prasarananya, lahan produksipangan dan lainnya).
• Sementara itu luas lahan sendiri bukannya bertambah namun cenderungberkurang, sebagaimana diulas oleh Pandey (1980) bahwa berdasarkanlaporan UNEP berjudul “State of World Environment Report” diketahuibahwa pada tahun 1977 total lahan pertanian di dunia sekitar 1,24 milyarha dengan 4 milyar jiwa penduduk dunia, atau rata-rata 0,31 ha per orang.
• Pada tahun 2000 luasan lahan tersebut diperkirakan turun menjadi 940 jutaha dengan jumlah penduduk dunia sekitar 6,25 milyar jiwa, sehingga areal pertanian per orang hanya 0,15 ha pada tahun tersebut.
PENINGKATAN PEREKONOMIAN
• Sejalan dengan bertumbuhnya jumlah penduduk di suatu wilayah akan meningkatkan kegiatan ekonomi di wilayah tersebut.
• Kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia membutuhkan bahan baku untuk proses produksinya.
• Semakin lama kebutuhan bahan tersebut akan semakin bertambah sejalannya dengan permintaan konsumen terhadap barang yang dihasikan.
• Bertambahnya permintaan konsumen terhadap barang disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk yang semakin bertambah dari tahun ke tahun berikutnya.
• Kebutuhan bahan baku untuk mencukupi kegiatan ekonomi salah satunya berasal dari hutan.
Peningkatan Kebutuhan RuangPerkembangan Pemanfaatan Ruang di Pulau Kalimantan daritahun 1996-2015
TEKANAN PRESSURES (P)• Pembukaan lahan untuk
pertanian
• Pembangunan infrastruktur
• Pembukaan Lahan UntukPerkebunan
• Pembukaan Lahan Untuk Energi(Pertambagan)
Kondisi Lingkungan (State)
• FUNGSI PENGATURAN TATA AIR
• FUNGSI PENGENDALI BANJIR
• JASA EKOSISTEM SEBAGAI FUNGSI PENYEDIA FUNGSI SUMBER DAYA GENETIK
• FUNGSI PENYEDIA AIR BERSIH DAN PANGAN.
Fungsi Pengaturan Tata Air dan Pengendali Banjir
Fungsi Jasa Ekosistem PenyediaSumber Daya Genetik
Fungsi Penyedia Layanan Air Bersih
Fungsi layanan Penyedia Pangan
Dampak (Impact) terhadapPengelolaan Hutan
•Kerusakan Tata Air
•Kemrosotan Sumberdaya genetik
•Penurunan kualitas dan kuantitas Air bersih
•Kelangkaan Sumber Pangan
•Perubahan Iklim
Arahan KebijakanPengelolaan Kawasan Hutan
•Pengelolaan Jasa ekosistem dan Keanekaragamanhayati•Pengembangan Sosial, Ekonomi, Budaya dan
Pendidikan•Pengembangan Ekologi Lanskap•Pengembangan Pusat Data dan Informasi
Referensi
Ahmad Riqqi, 2017. Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Pemanfaatan danPencadangan. Bahan Rapat Koordinasi Penyempurnaan Materi TeknisRPPLH Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat 16 Februari 2017
KLHK. 2014. Pedoman Penentuan Daya Dukung dan Daya Tampung LingkunganHidup. Jakarta.
Millenium Ecosystem Assessment. 2005. Ecosystems and Human Well-Being: Synthesis. Island Press, Washington, D.C.
Marina Kosmus, Isabel Renner, Silvia Ullrich. 2012. Mengintegrasikan JasaEkosistem ke dalam Perencanaan Pembangunan Pendekatan selangkahdemi selangkah bagi praktisi berdasarkan pendekatan TEEB . Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH .
Terima Kasih
top related