pendekatan psikologis pada wanita yang mengalami kekerasan rumahtangga di negara berkembang
Post on 02-Feb-2016
241 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Pendekatan Psikologis pada Wanita yang MengalamiKekerasan Rumahtangga di Negara Berkembang
Referat
Diajukan oleh :Tini Sri Padmoningsih
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN UGM/ RS DR SARDJITO
YOGYAKARTA
0
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekerasan rumah tangga atau dikenal istilah KDRT sekarang ini menjadi
perhatian diseluruh dunia dan termasuk satu dari sepuluh indikator kesehatan menurut
Healthy People 2010 ( Fisher J.W. & Shelton A.J., 2006). Prevalensi, morbiditas dan
mortalitas serta pembiayaan kasus tersebut makin meningkat berdasarkan beberapa
penelitian yang dilakukan baik di negara berkembang maupun negara maju, dan
korbannya yang terbanyak adalah perempuan .1,2,3,4 Hal ini disebabkan oleh karena
latar belakang budaya, sosial , agama yang menganut sistem subordinasi sehingga
perempuan dalam keadaan tidak berdaya, ketergantungan emosi dan finansiil serta
hambatan dalam mengekspresikan diri serta aktualisasi diri. 5,6 Kekerasan rumah
tangga merupakan trauma berkepanjangan yang akan menyebabkan suatu penderitaan
dan disabilitas yang mempengaruhi kualitas hidup manusia.7,8,9,10, Permasalahan
kekerasan rumah tangga merupakan masalah kesehatan dan masalah sosial , dampak
terhadap kesehatan dan pengelolannya dalam komunitas akan menjadi berbeda,
apabila dikaitkan dengan karakter sosiodemografi dan budaya pada masing-masing
negara.11,12,13,14
Dampak kesehatan berupa fisik maupun psikologis dari berbagai jenis
kekerasan rumah tangga , baik terhadap pelaku atau keluarga yang melihatnya
terutama nank-anaknya menyebabkan penderitaan yang berkepanjangan, erat
hubungannya dengan lamanya kekerasan, riwayat masa kanak-kanak, kekerasan
masyarakat, dan berbagai macam kesulitan lain sehingga keadaan tersebut menjadi
kronis.2,3,15,16Oleh karena itu diperlukan suatu model penatalaksanaan untuk
menangani korban kekerasanan. 6,14,17 Berdasar jurnal penelitian yang ada, tenaga
medis sangat berperan dalam mengidentifikasi dan pengelolaan kekerasan rumah
tangga. 1,18,19.22
Dari jurnal penelitian negara maju maupun berkembang kekerasan rumah
tangga sering diawali oleh kekerasan psikologis yang menimbulkan dampak
1
psikologis berupa rasa harga diri yang rendah, tidak berdaya , ketakutan,
terintimidasi, dan kemarahan. Keadaan ini dapat berlanjut menjadi suatu gangguan
jiwa apabila dibiarkan begitu saja. Berdasarkan beberapa jurnal , keadaan ini
berkembang menjadi PTSD sekitar 20%-30%, depresi, penyalahgunaan zat dan
alkohol serta bunuh diri.20 Namun dampak psikologis ini masih sering terabaikan,
masalah fisik merupakan fokus yang lebih diutamakan. Hal ini terlihat dari kasus fisik
yang lebih banyak tertangani. Pendekatan psikologis efektif untuk gangguan yang
didasari pada ketakutan yang menetap, dan reaksi malu, dapat meningkatkan
kepercayaan diri dan emosi yang lebih terkendali. Jenis yang pernah dilakukan dan
cukup efektif diantaranya yaitu model perilaku, kognitif dan interpersonal yang
dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Berdasarkan hal tersebut, penulis
merasa perlu untuk mengangkat topik mengenai pendekatan psikologis pada
pengelolaan kekerasan rumah tangga dinegara berkembang dalam referat ini .
Metode yang dipakai pada penulisan ini adalah dengan cara pencarian jurnal
melalui internet pada beberapa data baase dengan menggunakan suatu kata kunci
yang berkaitan dengan topik mengenai pendekatan psikologis pada wanita yang
mengalami kekerasan rumahtangga di negara berkembang. Diperoleh suatu cara
pendekatan psikologis yang sesuai untuk diterapkan di Indonesia dan negara
berkembang melalui sumber jurnal-jurnal kedokteran terbaru pada kurun waktu
antara bulan September 1994 sampai dengan bulan Oktober 2006 yang memiliki
kedekatan atau kemiripan karakteristik sosial budaya dengan keadaan dinegara
Indonesia.
B. Perumusan Permasalahan
Berdasarkan uraian diatas, maka diperkirakan adanya dampak kekerasan
rumah tangga terhadap menurunnya keadaan jiwa wanita, sehingga diperlukan suatu
pendekatan psikologis yang sesuai dengan karakteristik sosial budaya di Indonesia
yang nantinya dapat meningkatkan kondisi kesehatan mentalnya. Secara tidak
langsung, hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita. Maka timbul
pertanyaan: Bagaimanakah pendekatan psikologi yang efektif pada penatalaksanaan
2
kekerasan rumah tangga pada wanita yang sesuai dengan karakteristik sosial budaya
di Indonesia?
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana pendekatan psikologis pada penatalaksanaan
kekerasan rumah tangga pada wanita yang sesuai dengan karakteristik sosial budaya
di Indonesia.
D. Manfaat
Manfaat penulisan referat ini adalah diharapkan dapat menambah wawasan
tentang bagaimana pendekatan psikologis pada penatalaksanaan kekerasan rumah
tangga wanita yang sesuai dengan karakteristik sosial budaya di Indonesia.
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Dampak Kekerasan Rumah Tangga terhadap Kesehatan Jiwa Wanita
Berdasarkan pencarian tinjauan kepustakaan secara sistematis di beberapa
database internet ( AJP, BMJ, Ebschost, Proquest , Pubmed, Advances in Psychiatric
Treatment) diidentifikasikan beberapa abstrak dan makalah lengkap penelitian yang
membahas peranan faktor-faktor yang memiliki bobot pengaruh terhadap prevalensi
kejadian kekerasan rumah tangga atau kekerasan oleh pasangan intim di negara
berkembang. Pencarian tersebut dilakukan dengan memakai kata kunci yang sesuai
tetapi ternyata tidak ditemukan jurnal yang sesuai. Setelah itu penulis mempersempit
dengan mengganti negara Asia dan ditemukan 11 abstrak. Kemudian penulis
memperluas lagi tanpa menyertakan negara dan menemukan 22 abstrak dan 6
makalah lengkap . Selain itu, penulis mengganti kata kunci dengan pendekatan
psikologis pada wanita yang mengalami kekerasan rumah tangga di Asia dan
ditemukan topik intervensi psikologis sebanyak 15 abstrak dan 9 makalah lengkap.
Dari jurnal yang sudah didapat, penulis menemukan jenis gangguan jiwa yang banyak
ditemukan, disamping mencoba mencari pendekatan psikologis yang sesuai dengan
kata kunci terapi kognitif behaviour pada kekerasan rumah tangga dan menemukan 6
makalah lingkap.
Dalam upaya penelusuran tersebut, penulis melakukan ekstraksi data
penelitian yang terbatas hanya kepada karakteristik sosiodemografi subyek, ukuran
dan sumber sampel, serta jenis kekerasan yang dialami korban. Penulis
mengidentifikasikan bahwa dari beberapa penelitian yang dilakukan pada institusi
pelayanan kesehatan baik di pusat kesehatan primer, tempat perlindungan bagi
perempuan korban kekerasan, terdapat karakteristik sosiodemografi seperti grup
etnis, jenis kelamin, budaya, keadaan sosial masyarakat, lokasi tempat tinggal korban
tersebut berada serta proses akulturasi yang dialami pasien berpengaruh terhadap
prevalensi terjadinya kekerasan rumah tangga pada wanita pada beberapa populasi di
4
Asia, negara berkembang dan negara maju. 1,4 Melalui kajian abstrak jurnal ilmiah
dan tinjauan yang diperoleh prevalensi yang makin meningkat dan menimbulkan
permasalahan kesehatan( fisik, mental, reproduktif) maupun sosial sehingga
dikatakan kekerasan rumah tangga merupakan masalah kesehatan masyarakat. 1
Menurut jurnal tentang gender, antara laki-laki dan perempuan ada yang
menyebutkan prevalensinya sama besar, namun jurnal penelitian yang lain
menunjukkan terdapat perbedaan dimana wanita lebih besar untuk mengalami
kekerasan rumah tangga. Mungkin hal ini disebabkan terdapat perbedaan pada
sampel, jenis kekerasan dan negara tempat penelitian dilakukan. Penelitian lain
menunjukkan bahwa wanita dalam separoh hidupnya mengalami kekerasan berkisar
50% - 90 % dan sekitar 20%-30%-nya menjadi suatu gangguan kejiwaan. Prevalensi
KDRT secara signifikan menunjukkan angka peningkatan dari tahun ketahun baik di
negara maju maupun negara berkembang. Status sosial ekonomi hanya mampu
mencegah kekerasan seksual. Jenis kekerasan yang dialami lebih dari satu tipe
kekerasan (45,1%). Besarnya dampak tergantung dari lama, beratnya dan jenis
kekerasan yang diterima.14,15 Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan di
negara-negara berkembang maupun negara maju, menyebutkan bahwa kekerasan
rumahtangga merupakan peristiwa trauma yang berkepanjanagan sehingga
menimbulkan pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap menurunnya
derajat kesehatan mental dan derajat kesehatan pada umumnya sehingga peran tenaga
medis profesional khususnya dari kesehatan mental sangat diperlukan.1,2,3 Dampak
terhadap menurunnya kesehatan mental dipengaruhi oleh jenis kelamin, pendidikan
dan pekerjaan, status pernikahan, umur, jenis kekerasan, lama dan beratnya
kekerasan, serta riwayat trauma masa kecil. Faktor etnis ternyata mempunyai hasil
yang kontradiktif KDRT. Disebutkan pula jenis gangguan jiwa pada perempuan yang
mengalami KDRT mengarah kepada gangguan PTSD yang berkomorbid dengan
depresi yang kecenderungan bunuh diri lebih banyak.29 Penelitian lain menunjukkan
bahwa pada wanita yang mengalami kekerasan: 2x lebih besar untuk mengalami
depresi daripada yang tidak mengalami kekerasan, 26% wanita yang mencoba suicide
5
( bunuh diri) dan menjadi alkoholik sebanyak 30 %. Jenis kekerasan fisik, seksual dan
keduanya mencapai 43% dan 51% dilakukan oleh pasangan atau mantan
pasangan67% di kasus intensif mengalami kekerasan fisik dan seksual49 Sedangkan
dari jurnal yang lainnya menyebutkan bahwa gangguan kesehatan mental yang ada,
seperti PTSD atau depresi jarang berdiri sendiri pada kasus KDRT, lebih banyak
komorbid antara PTSD dan depresi26,27 dengan kecenderungan bunuh diri juga lebih
besar28,29
Penulis juga mengevaluasi dari jurnal-jurnal yang ditemukan dalam masalah
kekerasan rumahtangga yang terabaikanterutama negara berkembang adalah
kekerasan psikologis.62 Dampak dari kekerasan psikologis ini ternyata menunjukkan
kejadian paling banyak dan proses terjadinya berlangsung lama dan secara signifikan
menurunkan derajat kesehatan mental dan perasaan tidak sehat fisik, bahkan
kecenderungan untuk melakukan bunuh diri7 Dengan demikian dikatakan bahwa
kekerasan psikologis merupakan indikator kesehatan yang menurun7,11,15,16,63
disamping PTSD, depresi dan kekerasan fisik25 Oleh karena itu penatalaksaan untuk
kekerasan psikologis oleh tenaga profesional yang berkompeten harus segera
dilakukan.2,
Dari jurnal-jurnal yang diperoleh disebutkan pula bahwa dampak kekerasan
dalam rumahtangga dapat dicegah dengan identifikasi dan intervensi secepatnya serta
melibatkan dukungan sosial baik dari teman, keluarga, tenaga profesional.1,2,3
Meskipun ada juga jurnal yang menyatakan bahwa dukungan sosial tidak secara
bermakna menurunkan kesehatan fisik.6
6
B. Pendekatan Psikologis pada Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga
Penatalaksanaan untk kasus kekerasan dalam rumah tangga pada perempan
melibatkan berbagai disiplin ilmu yang terpadau oleh karena merupakan masalah
kesehatan masyarakat, sosial dan hukum. Dari jurnal yang didapatkan pelayanan yang
mudah dijangkau, setiap saat dapat melayani, aman, dan penerimaan yang baik sangat
diharapkan oleh karena pelaku biasanya orang yang dekat atau sangat dikenal korban
dan biasanya mempunyai kepribadian antisosial atau ambang dan alkoholik.38,52
Trauma dari suatu kekerasan rumahtangga yang lambat untuk diketahui menimbulkan
dampak negatif terhadap afektifnya yang berupa rasa ketakutan, tidak berharga dan
rendah diri. Hal tersebut secara tidak langsung menurunkan kualitas hidupnya oleh
karena terdapat hambatan dari diri sendiri untuk melakukan suatu aktifitas.25,59
Pendekatan psikologis merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
penatalaksanaan holistik wanita dengan kekerasan rumahtangga demi memperbaiki
dampak tersebut selain dipengaruhi juga oleh faktor internal maupun ekternal.53,55,56
Dengan ditemukannya cara pendekatan psiologis pada kekerasan rumahtangga
yang sesuai dengan karakteristik sosial budaya dapat diperoleh suatu upaya efektif
yang dapat diaplikasikan di negara Indonesia untuk mengurangi penderitaan dan
disabilitas pada pasien yang tujuan kedepannya dapat memperbaiki kualitas hidup
sehingga kemudian dapat kembali kepada kehidupannya yang sehat.
Perempuan dengan kekerasan rumah tangga diarahkan dalam sesi terapi
bantuan diri sendiri (self help) dengan cara memperbaiki koping 47,49 agar dapt sehat
secara psikososial meliputi perasaan baik tentang dirinya, nyaman akan orang lain ya
ng berada disekelilingnya, dapt mengontrol ketegangan dan kecemasan, memelihara
suatu pandangan positif serta dapat merasa berguna dan dihargai. Pertemuan berkala
antara terapis, pasien dan keluarga dapat dilakukan untuk membicarakan rencana dan
perkembangan proses terapi serta konsekuensi negatif dari pengobatan lebih lanjut.
Selain itu diperlukan juga suatu terapi kelompok yang sangat membantu perempuan
untuk tidak mengurung diri. Bentuk tersebut merupakan proses dalam managemen
7
stres yang meliputi psikoedukasi, mengetahui gejala-gejala psikologis yang terjadi,
tehnik kognitif.68
Dari beberapa jurnal yang sudah dilakukan dengan bentuk modifikasi yaitu
terapi forgiveness, terapi meditasi, mengekspresikan dengan tulisan dan dianalisa
dengan linguistic inquiry and word count (LIWC), terapi keluarga dengan mengambil
proses narasi, model transtheoretical, grup terapi kognitif dengan program insight,
grup terapi kognitif trauma, grup terapi kognitif behaviour yang berfokus pada
trauma, grup terapi psikoedukasional.
Pada kasus kekerasan rumahtangga pada perempuan, dari beberapa jurnal
menunjukkan bahwa perempuan sering tidak menyadari bahaya yang dihadapi,
sehingga telah dilakukan suau penelitian dengan meditasi supaya klien dapat
berkonsentrasi dan diharapkan membantu klien menegtahui permasalahan utama
yang harus dihadapi dengan tenang.46
Selain itu dalam kasus kekerasan dalam rumahtangga perempuan sering
mengalami kesulitan untuk menceritakan apa yang dialami oleh karena pelaku adalah
orang yang sangat dekat dengan klien, serta pandangan bahwa hal tersebut
merupakan masalah aib keluarga. Berdasarkan hal tersebut diatas telah dilakukan
penelitian tentang proses bercerita yang merupakan bagian dari terapi keluarga. Disini
dipelajari tentang bagaimana menceritakan suatu permaslahan yang sulit seperti
kekerasan rumhtangga, bagaimana klien dapat membedakan bercerita merupakan
suatu terapi, bagaimana klien menggunakan kekerasan dalam keluarga sebagai suatu
topik pembicaraan dan bagaimana pelaku bereaksi untuk menanggapi reaksi dan
permasalahan. Digambarkan disini mengenai perkembangan reaksi dari orang
perorang. Proses yang membuat kebimbangan berbicara tentang hal tersebut menjadi
perasaan nyaman dan akhirnya berani bercerita tentang permasalaahn yang ada.68,69
Terapi forgiveness, merupakan terapi yang bertujuan mengakhiri dampak
psikologis yang buruk dengan cara memaafkan pelaku. Dari penelitian yang sudah
dilakukan menunjukkan bahwa grup dengan terapi ini signifikan menurunkan cemas
dan depresi oleh karena lebih mampu memperbaiki harga diri.44,45
8
Penulisan yang ekspresif merupakan sutu metode perbaikan koping yang
bertujuan meningkatkan insight kognitif dengan menggunakan kata-kata yang positif.
Hasil penelitiannya secara signiofikan menurunkan penggunaan kata-kata yang buruk
dan efektif untuk mekanisme koping. Hal ini disarankan oleh karena KDRT masih
mempunyai stigma sosial sehingga dengan memperbaiki koping positif, korban dapat
mampu melakukan aktifitas sosial.65,66
Mengakhiri kekerasan pada hubungan intim merupakan proses yang sulit dan
membutuhkan waktu yang lama. Pada grup model transtheoritical, yang merupakan
slah satu modifikasi terapi kognitif behaviour digunakan cara dengan memberikan
pengetahuan dan mkonseling berdasarkan pengalaman kekerasan yang mereka alami
dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi. Sehingga diharapkan klien dapat
mengetahui situasi aman atau tidak, mampu mengenali situasi, melakukan langkah
demi langkah yang terencana dan menggunakan pengaruh faktor eksternal maupun
internal. Pada tahap awal proses yang terjadi merupakan poses kognitif, tahap
selanjutnya merupakan proses behaviour. Hal ini menimbulkan kesadaran dan
munculnya keinginan kebebasan sosial, menolong hubungan yang terjadi
disingkirkan. Keputusan yang seimbang dan keberhasilan diri
dipertimbangkan.39,40,41,42
Jenis terapi kognitif behaviour lain yang dinamakan therapy grup interaktif
psikoedukasional diuji cobakan dalam terapi PTSD dengan topik pada keterbatasan
tradisional yang mempengaruhi harga diri dan hubungan interpersonal, dan melihat
gejala-gejala utama gangguan tersebut. Awalnya dibuat assessment dasar, diberikan
terapi selama satu bulan dan diakhiri, setelah itu 6 bulan dinilai dengan wawancara
terstruktur untuk pengukuran PTSD dan gejala psikiatri. Hasilnya menunjukkan
penurunan yang signifikan pada ketiga tahapan dari PTSD yang terjadi.42
Pada jenis terapi kognitif, bertujuan untuk menimbulkan pertolongan terhadap
diri sendiri. Pada korban dengan PTSD, telah diteliti penggunaan kognitif therapy
dengan program mengeksplorasi riwayat trauma, penambahan pengetahuan dengan
menambah pengetahuan, managemen stres, menegnali pelaku, memonitoring
9
pembicaraan negatif tentang diri sendiri, kognitif terapi tentang perasaan bersalah,
model perlindungan diri, assertuveness, dan bagaimana mengidentifikasi pelaku.
Didapatkan hasil bahwa terapi ini sebagian besar menurunkan gejala depresi dan
meningkatkan harga diri.42,48 Namun dalam penelitian lain yang lebih spesifik
penggunaan kognitif terapi secara signifikan mempunyai efektifitas pada pengobatan
murni PTSD atau komorbid dengan depresi mayor yang berhubungan dengan trauma
yang menyebabkan rasa bersalah.43
10
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kekerasan dalam rumahtangga merupakan bagian dari suatu permasalahan
kesehatan jiwa di masyarakat.
2. Kekerasan psikologi pada wanita merupakan jenis kekerasan rumahtangga yang
paling banyak terjadi dan mempunyai dampak yang besar terhadap permaslahan
kesahatan jiwa di masyarakat
3. Pendekatan psikologis pada perempuan yang mengalami kekerasan dalam
rumahtangga secara bermakna dapat mencegahmaupun mengobati dampak KDRT
yang terjadi.
4. Pendekatan psikologis terhadap kasus KDRT disesuaikan dengan karakteristik
sosiodemografi dan budaya setempat yang tehniknya dilakukan secara bertahap
melalui suatu program penatalaksanaan. Untuk negara berkembang dan
Indopnesia yang lebih toleran terhadap kekerasan, memperkuat diri sendiri( self
help) dengan memperbaiki koping secara berkelompok secara bermakna dapat
meningkatkan kepercayaan diri.
5. Pengelolaan KDRT membutuhkan penatalaksanaan yang terpadu dimana
keterlibatan psikiatri konsultasi penghubung ( Consultation-liason Psychiatry)
B. Saran
1. Dalam penulisan referat ini penulis mendapatkan data bahwa permaslahan KDRT
diperlukan suatu penata laksanaan terpadu dan Tim kesehatan mental masyrakat
sangat dibutuhkan sebagai perencana pencegahan maupun penatalaksanaan oleh
karena gangguan yang terjadi diawali dari permasalahan psikologis yang
berkembang menjadi permaslahan sosial. Oleh karena itu penulisan tentang
penatalaksanaan yang terpadu dari tim kesehatan mental masyarakat sangat
diperlukan.
11
2. Selain itu permaslahan yang didapatkan adlah identifikasi segera permaslahan
KDRT sangat diperlukan. Oleh karena itu mungkin bisa dilakukan suatu
penulisan berdasar penelitian yang ada cara-cara identifikasi dan permasalahan di
lapangan untuk dapat merencanakan identifikasi yang tepat.
3. Kognitif behaviour therapi merupakan pendekatan psikologis yang bermakna untuk
KDRT. Oleh karena itu mungkin secara spesifik dapat dilakukan mengenai
pengembangannya untuk kasus ini lebih rinci.
C. Rekomendasi
1. Sebaiknya dilakukan sutu penelitian mengenai identifikasi korban kekerasan dalam
rumahtangga pada perempuan di Yogjakarta yang setingnya berada pada pelayanan
kesehatan primer.
2. Adanya upaya dari bagian Psikiatri melalui Psikiatri Konsultasi-Penghubung untuk
mensosialisasikan pengenalan deteksi dini kasus KDRT dan penatalaksanaan
psikologis sedini mungkin.
3. Dibentuknya suatu tempat terpadu secara khusus bagi perempuan atau anak yang
menjadi korban kekerasan rumahtangga berupa program penjaringan, pemberian
pengetahuan tentang KDRT dan penatalaksanaannya.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Feder G.S., Hutson M., Ramsay J , Taket A.R., 2006, Women exposed to
intimate partner violence : expectations and experiences when they encounter
health care professionals: a meta-analysis of qualitative studies, Archieves of
Internal Medicine, 166(1): 22.
2. Fishback R.L. & Herbert B., 1997 , Domestic Violence and Mental Health :
Correlates & Conundrums within and across cultures, Social Science
Medicine, 45 (8): 1161 – 76
3. Romito P, Molzan Turan J.,De Marchi M., 2005 , The impact of current and
psot interpersonal violence on women’s mental health, Social Science
Medicine, 60(8): 1717-27
4. Thompson R.S., Bonomi A.E., Anderson M., Reid R.J., Dimer J.A., Carrell
D., Rivara F.P., 2006 , Intimate partner violence: prevalence, types, and
chronicity in adult women, Am J Prev Med, 30(6):447-57
5. Niaz U & Hassan S, 2006, Cultural and mental health of women in south east
asia, World Psychiatry. 2006 June; 5(2): 118–120.
6. ...,1997, Patterns and responses to violence against in India , Gend Action: 1
(4) : 5
7. Alsaker K , Moen B.E.,Nortvedt M.W., Baste V., 2006, Low Health-related
quality of life among abused women, Qual Life Res.15(6): 959-65
13
8. Bonomi AE, Thompson R.S.,Anderson M., Reid R.J., Carrell D., Dimer J.A.,
Rivara F.P., 2006 , Intimate partner violence and women’s physical, mental,
and social functioning, Am J Prev Med. 30(6) : 458-466
9. Bensley, Van Eenwyk J, Wynkoop Simmons K,2003 , Childhood family
violence history and women’s risk for intimate partner violence and poor
health, Am J Prev Med , 25(1) : 38-44
10. Cooker AL , Smith P.H., Fadden M.K., 2005, Intimate partner violence and
disabilities among women attending family practice clinics, J. womens
Health : 14(9): 829-38
11. Raj A & Silverman JG, 2002 , Intimate partner violence against south asian
women in greater boston, J Am Womens Assoc, 57(2):111-4
12. Brinda S.K. & David L.C., 2005 , A resident’s Experience in Cross
Cultural/Community Psychiatry, Community Mental Health Journal, 41(5):
600-11
13. Lawoko S,2006 , Factors associated with attitudes toward intimate partner
violence : a study of women in Zambia, violence and victims 21(5) : 645-655
14. Kapur A,1998 , I am witness to : a profile of sakshi violence intervention
centre in new delhi India, Gend Dev, 6(3) :42-7
15. Ruiz –Perez I & Plazaola Castano J., 2005 , Intimate partner violence and
mental health consequences in women attending family practice in spain,
Psychosom Med.67(5): 791-7
16. Pico-Alfonso M.A., 2005 , Psychological intimate artner violence : the mayor
predictior of posttraumatic stress disorder in abused women, Neurosci
Biobehav Rev,29(1): 181-93
17. Cooker A.L., Smith P.H., Thompson M.P., McKeown R.E.,Bethea L., Dais
K.e., 2002 , Social support protect against negative effect intimate partner
violence in mental health, J Womens Health Gender Based Med, 11(5): 465-
76
14
18. Joslyn W.F., Andrea S.,2006 , Survivors of domestic violence :
Demographics and disparities in visitors to an interdisciplinary specialty
clinic, Fam community health ,29(2) :118-130
19. Keh-Ming Lin & Freda Cheung, 1999, Mental health issues for asian
americans, Psychiatric services, 50(6): 774-779
20. Coker AL , Smith P.H.,Bethea L.,King M.R., Mckeown R.W., 2000 ; Physical
health consequences of physical and psychological intimate partner violence,
Arch Fam Med, 9(5): 451-7
21. Koepsell J K et al, 2006
22. Nagae M., Kitabayashi H., Aoyama A., 2004, Domestic violence as a
women’s health issue-activies of health professionals in Thailand, Nippon
Koshu Eisei, 5194): 287-96
23. ….., 1998, Shattering the silence of violence against women, UN Chron,(1):
15-7
24. Michael A.K.,Rob S., Saifuddin A., Shireen J.J., Jacquelyn C.,2006,
Individual and Contextual Determinants of Domestic Violence in North India,
American Journal of Public Health, 96(1) : 132-38
25. Genc B., Inver R, Rachel J., Susanne J., Vesna B., Ulrich L., 2006 , Factors
associated with spousal physical violence in Albania : cross sectional study,
BMJ 331 :197-201
26. Carol E.J. & Robert W., 1994, Guidelines for Handling Domestic Violence
Cases in Community Mental Health Centers, Hospital and Community
Psychiatry, 45(2) : 147-151
27. Shuba K, Lakshmanan J, Saradha S & Ramesh C.A., 2005, Domestic violence
and its mental health correlates in Indian women, British Journal of
Psychiatry, 187 : 62-67
15
16
top related