pembelajaran simayang tipe ii untuk meningkatkan …digilib.unila.ac.id/22454/3/skripsi tanpa bab...
Post on 22-Mar-2019
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN SELFEFFICACY DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA
MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN LARUTANNON-ELEKTROLIT
(Skripsi)
Oleh
RENI MEIDAYANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
ABSTRAK
PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN SELFEFFICACY DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DANLARUTAN NON-ELEKTROLIT
Oleh
RENI MEIDAYANTI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektivan dan kepraktisan
model pembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan non-
elektrolit. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA
Negeri 8 Bandar Lampung pada semester genap tahun 2015/2016. Teknik pe-
ngambilan sampel yang digunakan yaitu teknik cluster random sampling dan di-
peroleh sampel kelas X1 dan X14. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen
dengan One Group Pretest-Posttest Design.
Keefektivan model pembelajaran SiMaYang Tipe II diukur berdasarkan pening-
katan self efficacy, keterampilan berpikir kritis, penilaian aktivitas siswa dan ke-
mampuan guru dalam mengelola pembelajaran, pada materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit. Kepraktisan model pembelajaran SiMaYang Tipe II diukur ber-
dasarkan keterlaksanaan RPP dan respon siswa. Peningkatan self efficacy sebelum
Reni Meidayanti
dan sesudah pembelajaran diukur dengan menggunakan angket. Peningkatan ke-
terampilan berpikir kritis pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit diukur
dengan rata-rata nilai n-Gain.
Hasil penelitian menunjukan bahwa keefektivan model pembelajaran tersebut
yang diukur berdasarkan rata-rata ketercapaian aktivitas siswa dan peningkatan
self efficacy bagi kedua kelas berkriteria sangat tinggi, sementara kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran berkriteria tinggi dan n-Gain X1 dan X14 ber-
kriteria sedang. Selanjutnya, untuk kepraktisan model pembelajaran SiMaYang
Tipe II yang diukur berdasarkan rata-rata ketercapaian keterlaksanaan RPP bagi
kedua kelas berkriteria tinggi, sementara respon siswa berkriteria sangat tinggi.
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran SiMaYang Tipe II
memiliki keefektivan dan kepraktisan yang tinggi dalam meningkatkan self
efficacy dan keterampilan berpikir kritis pada materi larutan elektrolit dan non-
elektrolit.
Kata kunci: berpikir kritis, keefektivan, kepraktisan, self efficacy, SiMaYang tipeII
PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKANSELF EFFICACY DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DANLARUTAN NONELEKTROLIT
Oleh
RENI MEIDAYANTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan KimiaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
RIWAYAT HIDUP
Pada tanggal 30 Mei 1994 penulis dilahirkan di Lampung Tengah dan merupakan
anak kedua dari dua bersaudara dari Bapak Sutarno, S.Pd., M.MPd. dan Ibu
Suratmi S.Pd. Pendidikan formal diawali di TK Pertiwi Kec. Jabung Kab.
Lampung Timur tahun 1998, SD Negeri 1 Gunung Sugih Kecil Kec. Jabung Kab.
Lampung Timur tahun 2000 dan diselesaikan pada tahun 2006, kemudian
dilanjutkan ke SMP Negeri 1 Jabung pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009,
dan diteruskan ke SMA YP Unila Bandar Lampung pada tahun 2009 dan lulus
pada tahun 2012.
Tahun 2012 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung. Selama menjadi
mahasiswa penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Jurusan Himpunan
Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) FKIP Unila sebagai anggota divisi
Seni dan Kreativitas (SnK) Himasakta Periode 2013/2014. Tahun 2015 dilaksana-
kan Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang diikuti oleh penulis di SMA
Negeri 1 Kebun Tebu yang terintergrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Tematik di Pekon Muara Jaya II, Kec. Kebun Tebu Kabupaten Lampung Barat.
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah, Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Puji syukur ke hadirat Allah SWT selalu terpatri dalam hati,
sehingga karena-Nya skripsi ini dapat terselesaikan, dengan rasa bangga dan tulus
hati ku persembahkan bait-bait sederhana ini:
Waktu yang terus berjalan
Semua aku perjuangkan demi kebahagian orang tersayang
Lelah terkadang melanda di hati ini
Dari tak jenuh hingga menjadi jenuh
Semangat yang kalian berikan sangatlah kuat
Sekuat ikatan hydrogen pada senyawa asam florida
Kekuatan itu memaksa aku untuk bangkit kembali
Dan aku harus memiliki laju reaksi yang sangat cepat untuk menyelesaikan
semua ini, kalian menjadi katalis dalam perjalanan ini
Semangat dan senyum manis yang kalian berikan bagaikan NaOH pekat
Yang menetes perlahan dari buret menimpa HCl dalam Erlenmeyer jiwaku
Ku aduk secara perlahan dengan magnetic stirrer
Membasakan pH suasana hatiku hingga phenolptalin memerah
Ketika hatiku kembali pengap bagai di ruang asam
Kalian datang membawa kesegaran aroma asam butirat
Ribuan kata ingin kuungkapkan tapi aku tak pandai berkata-kata
Hanya ucapan terima kasih yang aku bisa ucapankan
Teruntuk Ibu dan Bapak, Kakak, Dosen, sahabat- sahabatku serta almamaterku
tercinta Universitas Lampung
MOTTO
Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usahayang disertai doa karena sesungguhnya nasib seseorang
manusia tidak akan berubah dengansendirinya tanpa berusaha
SANWACANA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah- Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Pembelajaran SiMaYang Tipe II
untuk Meningkatkan Self efficacy dan Keterampilan Berpikir Kritis pada Materi
Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit” sebagai salah satu syarat untuk mencapai
gelar sarjana pendidikan dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada Nabi besar Rasulullah Muhammad SAW atas suri
tauladan serta syafa’atnya kepada seluruh umat manusia.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis haturkan kepada:
1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;
3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia;
4. Bapak Dr. Sunyono, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediaan, keikhlasan,
dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses
perbaikan skripsi ini;
5. Ibu Lisa Tania, S.Pd.,M.Sc., selaku Pembimbing II dan Pembimbing
akademik atas kesediaannya memberi bimbingan, masukan, kritik dan saran,
serta motivasi;
6. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku Pembahas atas kesediannya
untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik, dalam proses penyelesaian
kuliah dan penyusunan skripsi;
7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Kimia dan dosen lain yang telah
memfasititasi penulis dalam menuntut ilmu selama menjadi mahasiswa FKIP
Unila;
8. Kepala SMA Negeri 8 Bandar Lampung ibu Dra. Noveria Ridasari, M.Pd,
Waka Kurikulum SMA Negeri 8 Bandar Lampung bapak Parmin, S.Pd., dan
guru mitra penelitian Ibu Ekawati Wisdiyastuti, S.Pd;
9. Bapak, Ibu dan Kakak atas segala pengorbanan, cinta, semangat dukungan,
serta bimbingannya;
10. Teman seperjuangan, Vivi, Grace, dan Andayu atas kerja sama, dukungan,
dan kekompakannya selama penyusunan skripsi ini. Sahabat-sahabat
terbaikku selama perkuliahan, teman-teman Pendidikan Kimia 2012, adik-
adik Pendidikan Kimia 2013, 2014, dan 2015 serta semua pihak yang tidak
dapat dituliskan satu per satu.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.
Bandar Lampung, 25 Mei 2016
Penulis,
Reni Meidayanti
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 8
E. Ruang Lingkup Penelitian....................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas............................................................................................... 10
B. Kepraktisan ............................................................................................. 11
C. Representasi Kimia ................................................................................. 12
D. Model Pembelajaran SiMaYang............................................................. 14
E. Self Efficacy ............................................................................................ 18
F. Keterampilan Berpikir Kritis................................................................... 21
G. Analisis Konsep...................................................................................... 27
H. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 28
I. Hipotesis................................................................................................... 30
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek Penelitian ................................................................................. 31
B. Metode Penelitian................................................................................. 31
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 32
D. Definisi Operasional ............................................................................ 34
E. Perangkat Pembelajaran ....................................................................... 35
F. Instrumen Penelitian ............................................................................. 36
G. Analisis Data ....................................................................................... 36
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 47
1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes ......................................... 47
2. Keefektivan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II ..................... 48
a. Self Efficacy ................................................................................ 49
b. Keterampilan Berpikir Kritis ...................................................... 50
c. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Berlangsung .................. 52
b. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran ................... 54
3. Kepraktisan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II ...................... 56
a. Keterlaksanaan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II .......... 56
b. Respon Siswa Terhadap Model SiMaYang Tipe II.................... 58
B. Pembahasan .......................................................................................... 60
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 70
B. Saran .................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Analisis Konsep ................................................................................... 77
2. Analisis KI-KD ................................................................................... 79
3. Silabus ................................................................................................. 83
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................................... 91
5. Lembar Kerja Siswa............................................................................. 97
6. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran
SiMaYang Tipe II ................................................................................ 113
7. Rekapitulasi Observasi Keterlaksanaan Model SiMaYang Tipe II ..... 115
8. Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran SiMaYang Tipe II ..... 121
9. Rekapitulasi Respon Siswa Terhadap Pembelajaran SiMaYang
Tipe II................................................................................................... 123
10. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa .................................................. 127
11. Rekapitulasi Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran .............. 129
12. Lembar Observasi/Penilaian Kemampuan Guru.................................. 132
13. Rekapitulasi Observasi kemampuan Guru ......................................... 134
14. Kisi-Kisi Angket Efikasi Diri (Self Efficacy)....................................... 142
15. Angket Efikasi Diri (Self Efficacy) ...................................................... 143
16. Rekapitukasi Efikasi Diri Siswa ........................................................ 146
17. Perhitungan Interval Kepercayaan Rerata Self Efficacy....................... 148
18. Kisi-Kisi Soal Pretes-Postes................................................................. 150
19. Soal Keterampilan Berpikir Kritis ....................................................... 152
20. Rubrik Penilaian Soal Keterampilan Berpikir Kritis ........................... 155
21. Analisis Validitas Butir Soal Keterampilan Berpikir Kritis................. 159
22. Analisis Reabilitas Soal Keterampilan Berpikir Kritis ........................ 160
23. Analisis Data Pemeriksaan Jawaban Soal Keterampilan
Berpikir Kritis ...................................................................................... 161
24. Analisis Data Keterampilan Berpikir Kritis ......................................... 269
25. Analisis Interval Kepercayaan n-Gain Keterampilan Berpikir Kritis.. 270
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tiga level fenomena kimia...................................................................... 13
2. Fase-Fase Model Pembelajaran Si-5 Layang-Layang............................. 15
3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian............................................................. 34
4. Grafik Rata-Rata n-Gain Keterampilan Berpikir Kritis.......................... 51
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Fase-fase pembelajaran dengan model SiMaYang tipe II....................... 17
2. Unsur-unsur keterampilan berpikir kritis ................................................ 24
3. Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis............................................ 25
4. Keterampilan berpikir kritis yang diteliti ................................................ 27
5. Desain Penelitian..................................................................................... 31
6. Instrumen self efficacy............................................................................. 39
7. Penskoran pada angket self efficacy ........................................................ 39
8. Tafsiran skor (persen) ............................................................................. 41
9. Kriteria tingkat keterlaksanaan ............................................................... 43
10. Kriteria tingkat keterlaksanaan ............................................................... 45
11. Data Self Efficacy .................................................................................... 49
12. Data Rekapitulasi Self Efficacy ............................................................... 50
13. Data Rata-rata Pretes, Postes, dan n-Gain .............................................. 51
14. Data Rekapitulasi n-Gain ........................................................................ 52
15. Data Lembar Observasi Aktivitas Siswa ................................................ 53
16. Data Lembar Observasi Kemampuan Guru ........................................... 55
17. Data Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran
SiMaYang Tipe II .................................................................................. 57
18. Data Angket Respon Siswa..................................................................... 59
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan alam (sains) berkaitan tentang gejala alam berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip serta proses penemuan. Adanya ilmu penge-
tahuan alam sangat bermanfaat karena siswa dapat merasakan, melihat dan men-
coba secara langsung penemuan-penemuan yang terjadi di alam. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari (BSNP, 2006).
Kimia merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam (sains), yang berkenaan
dengan kajian-kajian tentang struktur dan komposisi materi, perubahan yang dapat
dialami materi, dan fenomena-fenomena lain yang menyertai perubahan materi
(Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007). Pembelajaran kimia dapat
memupuk sikap ilmiah dengan melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi salah
satunya adalah keterampilan berpikir kritis.
Berpikir kritis merupakan memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif
dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan,
mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran. Hal ini merupakan
2
bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah,
merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat
keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam
konteks dan tipe yang tepat (Halpen,1996). Pendapat senada dikemukakan
Angelo (1995), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir
yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal perma-
salahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Dari dua pen-
dapat tersebut dapat diketahui bahwa berpikir kritis ternyata berproses yang terdiri
dari tahap-tahap tertentu.
Hasil penelitian Rofi’udin (2000) menemukan bahwa terjadi keluhan tentang
rendahnya keterampilan berpikir kritis-kreatif yang dimiliki oleh lulusan pen-
didikan dasar sampai perguruan tinggi. Oleh karena itu, penanganan kecakapan
berpikir terutama berpikir tingkat tinggi sangat penting diintegrasikan dalam
setiap mata pelajaran. Disamping itu, Bassham et al. (2007) menyatakan bahwa
kebanyakan sekolah cenderung memperhatikan kemampuan tingkat rendah dalam
pembelajarannya, sehingga siswa menyerap informasi secara pasif dan kemudian
mengulanginya atau mengingatnya pada saat mengikuti tes. Hal tersebut me-
nunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa masih sangat rendah.
Selain hal tersebut, rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa diakibatkan
pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga siswa tidak mengembangkan pola
pikirnya dalam menyelesaikan masalah dan sikap mudah menyerah yang me-
nunjukan self efficacy yang dimiliki siswa masih rendah. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Bandura (1997) yang menyatakan bahwa siswa yang memilki
3
self efficacy yang rendah akan ragu pada kemampuannya sendiri, merasa tidak
nyaman, mudah menyerah, lambat, dan mudah stress saat dihadapkan pada tugas
yang sulit.
Self-efficacy merupakan suatu keyakinan individu bahwa dirinya mampu untuk
melakukan sesuatu dalam situasi tertentu dengan berhasil. Hal ini akan meng-
akibatkan bagaimana individu merasa, berfikir dan bertingkah laku (keputusan -
keputusan yang dipilih, usaha-usaha dan keteguhannya pada saat menghadapi
hambatan), memiliki rasa bahwa individu mampu untuk mengendalikan lingkung-
an (sosial)nya (Bandura, 1986). Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Zulkosly
(2009) bahwa tingkat self efficacy seseorang akan mempengaruhi tindakan yang
diambil. Siswa juga tidak berkembang kemampuan verbalnya karena selama
pembelajaran siswa tidak berpartisipasi aktif menyampaikan pendapatnya. Hal ini
menunjukkan perlu ada inovasi model pembelajaran yang diterapkan dan lebih
bermakna yang dapat menggali kemampuan berpikir kritis dan self efficacy siswa.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa self-efficacy dan hasil belajar IPA siswa di
Indonesia masih rendah. Data self-efficacy dan hasil belajar IPA yang menjadi
bukti tercapainya tujuan belajar dan sebagai produk dari proses belajar IPA di
Indonesia, salah satunya diukur oleh Programme For International Student
Assessement (PISA). PISA mengukur kemampuan siswa setiap tiga tahun sekali
yang dimulai pada tahun 2000. Hasil literasi sains yang dilaporkan PISA pada
tahun 2012 menunjukkan rata-rata skor literasi sains Indonesia adalah 382,
sedangkan rata-rata skor literasi sains Internasional adalah 501. Hasil hasil literasi
sains tersebut menunjukkan Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara
4
peserta. Hasil serupa juga terjadi pada skor self-efficacy siswa di Indonesia. PISA
tahun 2012 menunjukkan rata-rata skor literasi self-efficacy Indonesia adalah 375,
sedangkan rata-rata skor self-efficacy Internasional adalah 494. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua dari bawah, yaitu 63
dari 64 negara peserta (Organization for Economic Co-operation and Develop-
ment, 2013). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan sains dan
self-efficacy siswa di Indonesia masih jauh di bawah rata-rata siswa dari negara-
negara yang mengikuti PISA, sehingga harus ditingkatkan.
Rendahnya keterampilan berpikir kritis dan self-efficacy siswa dapat diatasi
dengan penggunaan model pembelajaran yang dapat mengasah keterampilan ber-
pikir tingkat tinggi siswa, salah satunya adalah model pembelajaran SiMaYang
Tipe II. Model pembelajaran SiMaYang yang dikembangkan oleh Sunyono
(2012) adalah salah satu model pembelajaran berbasis multiple representasi.
Model pembelajaran SiMaYang merupakan model pembelajaran yang menekan-
kan pada interkoneksi tiga level fenomena kimia, yaitu level submikro yang
bersifat abstrak, level simbolik, dan level makro yang bersifat nyata dan kasat
mata (Sunyono, 2014).
Pembelajaran kimia dengan melibatkan fenomena makro, submikro, dan simbolik
akan berdampak pada pembentukan sikap siswa, baik sikap spiritual (KI 1)
maupun sikap sosial (KI 2). Melalui kegiatan melihat, mencoba sendiri, dan
melibatkan diri dalam melakukan kegiatan imajinasi untuk menginterpretasikan
dan mentransformasikan fenomena-fenomena kimia tersebut, siswa diharapkan
5
mampu meningkatkan dan mengembangkan pengetahuannya, keterampilannya,
dan sikapnya (spiritual dan sosial) (Sunyono, 2014).
Model pembelajaran SiMaYang ini terdiri dari empat fase, yaitu terdiri dari 4
(empat) fase yaitu orientasi (fase 1), eksplorasi-imajinasi atau imajinasi-eksplorasi
(fase II), internalisasi (fase III), dan evaluasi (fase IV). Fase-fase tersebut tidak
selalu berurutan bergantung pada konsep yang dipelajari oleh siswa, terutama
pada fase dua (eksplorasi-imajinasi). Keempat fase dalam model pembelajaran
yang dikembangkan ini memiliki ciri dengan berakhiran “si” sebanyak lima “si.”
yang kemudian disusun dalam bentuk layang-layang, sehingga dinamakan Si-5
layang-layang atau disingkat SiMaYang (Sunyono, 2014). Keterpaduan antara
pendekatan saintifik dengan model SiMaYang selanjutnya dinamakan Santifik-
SiMaYang atau SiMaYang Tipe II (Sunyono, 2014).
Tahap eksplorasi – imajinasi pada model pembelajaran SiMaYang adalah tahap
pembelajaran yang dirancang oleh guru /dosen yang memungkinkan siswa mem-
bangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman terhadap suatu fenomena
dengan cara menelusuri informasi melalui berbagai sumber, selanjutnya guru atau
dosen menciptakan aktivitas siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh dengan melakukan imajinasi
representasi (Sunyono, 2012).
Pada tahap eksplorasi – imajinasi, selain siswa memperoleh informasi dari guru
dan memperoleh pengetahuan dari penelusuran informasi, siswa juga diberi
kesempatan untuk melakukan pembayangan mental (imajinasi) terhadap repre-
sentasi yang sedang dihadapi, sehingga dapat mentransformasikan fenomena
6
representasi tersebut dari level yang satu ke level yang lain. Dengan demikian,
kemampuan berpikir kritis dapat dilihat dari bagaimana siswa melakukan inter-
prestasi dan transformasi terhadap representasi fenomena sains yang sedang di-
hadapi. Kemampuan berpikir kritis dapat dicapai ketika siswa dapat melakukan
interprestasi terhadap representasi yang dihadapi dengan membuat suatu kesim-
pulan, komentar, atau melakukan perhitungan matematis (Sunyono, 2012). Siswa
yang mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis diharapkan self efficacy
juga meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari keyakinan akan kemampuan
dirinya sendiri dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan dalam
pembelajaran.
Salah satu kelebihan model pembelajaran SiMaYang adalah termasuk model
pembelajaran yang menyenangkan. Hasil kajian empiris menunjukan lebih dari
80% siswa memberikan respon positif dan senang dengan pelaksanaan pem-
belajaran menggunakan model SiMaYang (Sunyono, 2012).
Selain itu model pembelajaran SiMaYang dinilai praktis. Hal tersebut diperkuat
dengan hasil penelitian Izzati (2015) yang menunjukan bahwa model pem-
belajaran SiMaYang Tipe II dikatakan praktis dalam meningkatkan efikasi diri
dan penguasaan konsep pada materi asam basa yang terlihat dari tingginya
persentase rata-rata tiap aspek keterlaksanaan RPP, tingginya rata-rata persentase
aktivitas siswa yang relevan dan hasil respon siswa terhadap model dan perangkat
pembelajaran yang digunakan sangat baik. Kepraktisan model SiMaYang ini
diharapkan tidak hanya pada materi asam basa saja tetapi juga pada materi kimia
lainnya seperti larutan elektrolit dan non elektrolit. Berdasarkan uraian di atas
7
dilakukan penelitian dengan judul “Pembelajaran Simayang Tipe II Untuk
Meningkatkan Self-Efficacy dan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Materi
Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah:
1. Keefektivan model pembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit dalam meningkatkan self-efficacy dan keterampil-
an berpikir kritis
2. Kepraktisan model pembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit dalam meningkatkan self-efficacy dan keterampil-
an berpikir kritis
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Keefektivan model pembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit dalam meningkatkan self-efficacy dan ke-
terampilan berpikir kritis
2. Kepraktisan model pembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit dalam meningkatkan self-efficacy dan ke-
terampilan berpikir kritis
8
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah bagi:
1. Siswa:
Model pembelajaran SiMaYang Tipe II dapat membantu siswa dalam me-
ngatasi kesulitan mengimajinasikan fenomena sains yang bersifat abstrak serta
dapat meningkatkan kemampuan metakognisi dan keterampilan proses sains
pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
2. Guru:
Guru dapat terus berlatih menggunakan model pembelajaran SiMaYang Tipe II
dalam meningkatkan kemampuan metakognisi dan keterampilan proses sains
pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
3. Sekolah
Sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran SiMaYang Tipe II terdiri dari 4 (empat) fase yaitu
fase 1 : orientasi, fase II : eksplorasi-imajinasi atau imajinasi - eksplorasi,
fase III : internalisasi , dan fase IV : evaluasi (Sunyono, 2012).
2. Keefektifan model pembelajaran sangat terkait dengan pencapaian tujuan
pembelajaran. Model pembelajaran dikatakan efektif bila siswa dilibatkan
secara aktif dalam mengorganisasi dan menemukan hubungan dan
informasi – informasi yang diberikan, dan tidak hanya secara pasif
menerima pengetahuan dari guru/dosen (Nieveen, 1999). Keefektifan
9
diukur berdasarkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran,
aktivitas siswa, peningkatan self efficacy dan keterampilan berpikir kritis.
3. Kepraktisan suatu model pembelajaran merupakan salah satu kriteria
kualitas model yang ditinjau dari hasil penelitian pengamat berdasarkan
pengamatannya selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung (Nieveen,
1999). Kepraktisan diukur berdasarkan keterlaksanaan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan respon siswa.
4. Efikasi diri (self-efficacy) sebagai keyakinan seseorang terhadap ke-
mampuannya untuk mengorganisasikan dalam melaksanakan serangkaian
tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
(Bandura, 1997). Instrument self efficacy berupa angket yang terdiri dari
36 pernyataan.
5. Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang
tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal
permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi
(Anggelo, 1995). Instrumen berpikir kritis berupa soal pretest dan postes.
6. Indikator keterampilan berpikir kritis merujuk pada indikator keterampilan
berpikir kritis menurut Ennis (1989). Indikator keterampilan berpikir
kritis yang diteliti yaitu mengobservasi dan mempertimbangkan laporan
observasi, mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi,
bertanya dan menjawab pertanyaan, mendeduksi dan mempertimbangkan
hasil deduksi, mempertimbangkan apakah sumber dapat percaya, dan
memfokuskan pertanyaan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas
Nieveen (1999) menyatakan bahwa keefektivan model pembelajaran sangat ter-
kait dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Model pembelajaran dikatakan
efektif bila pembelajar dilibatkan secara aktif dalam mengorganisasi dan menemu-
kan hubungan dan informasi–informasi yang diberikan, dan tidak hanya secara
pasif menerima pengetahuan dari guru atau dosen.
Kriteria keefektifan menurut Wicaksono (2008) mengacu pada:
1. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-
kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai > 60 dalam
peningkatan hasil belajar.
2. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa
apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran
(gain yang signifikan).
3. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan
motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk
belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa
belajar dalam keadaan yang menyenangkan.
Eggen dan Kauchak (dalam Warsita, 2008), menyatakan bahwa suatu pembelajar-
an akan efektif bila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan pe-
nemuan informasi (pengetahuan). Hasil pembelajaran tidak saja meningkatkan
pengetahuan, melainkan meningkatkan keterampilan berpikir. Oleh karena itu,
dalam pembelajaran perlu diperhatikan aktivitas siswa selama mengikuti proses
11
pembelajaran. Semakin siswa aktif, pembelajaran akan semakin efektif. Minat
juga akan mempengaruhi proses belajar mengajar, jikasiswa berminat dalam
proses belajar mengajar maka siswa akan belajar dengan baik begitu sebaliknya.
Ada beberapa ciri pembelajaran efektif yang dirumuskan oleh Eggen & Kauchak
(dalam Warsita , 2008) adalah:
1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui
mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan
perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan
kesamaan-kesamaan yang ditemukan.
2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam
pelajaran.
3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.
4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada
peserta didik dalam menganalisis informasi.
5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan
keterampilan berpikir.
6. Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan
dan gaya pembelajaran guru.
Indikator kefektivan menurut Sunyono (2012) meliputi :
1. Pencapaian tujuan pembelajaran dan ketuntasan belajar pembelajar
2. Pencapain aktivitas pembelajar dan guru/dosen
3. Pencapaian kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran
4. Pembelajar member respon positif dan minat yang tinggi terhadap
pembelajaran yang dilaksanaan
B. Kepraktisan
Nieveen (1999) menyatakan bahwa kepraktisan suatu model pembelajaran me-
rupakan salah satu kriteria kualitas model yang ditinjau dari hasil penelitian
pengamat berdasarkan pengamatannya selama pelaksanaan pembelajaran ber-
langsung. Kepraktisan mengacu pada sejauh mana bahwa pengguna (atau ahli
lain) mempertimbangkan interverensi yang dikembangkan dapat digunakan dan
disukai dalam kondisi normal. Model Pembelajaran yang dikembangkan
12
dikatakan praktis jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa secara teoritis
model dapat diterapkan di lapangan dan tingkat keterlaksanaannya termasuk
kategori “tinggi,” serta siswa memberikan respon yang positif (Akker dalam
Sunyono, 2014). Keterlaksanaan model dalam pelaksanaan pembelajaran dapat
ditinjau dari keterlaksanaan sintak, keterlaksanaan sistem sosial, dan keterlaksana-
an prinsip reaksi (Sunyono, 2014).
Masnurillah dan Masriyah (2014) yang menyatakan bahwa data kepraktisan di-
peroleh dari hasil penilaian umum pada lembar validasi oleh keenam orang
validator yang menyatakan bahwa perangkat pembelajaran dapat digunakan di
lapangan dengan sedikit revisi atau tanpa revisi. Hal tersebut didukung pula hasil
pengamatan pelaksanaan pembelajaran oleh dua orang pengamat. Cara yang di-
lakukan ialah memasukkan data yang diperoleh ke dalam tabel yang dibuat; me-
nentukan rata-rata setiap kriteria, rata-rata setiap aspek, dan rata-rata kepraktisan.
C. Representasi Kimia
Menurut The Australian Concise Oxford Dictionary (Chittleborough, 2004),
representasi adalah sesuatu yang dapat menggambarkan yang lain. McKendree
dkk. (dalam Nakhleh, 2008), representasi adalah struktur yang berarti dari sesuatu:
suatu kata untuk suatu benda, suatu kalimat untuk suatu keadaan hal, suatu
diagram untuk suatu susunan hal-hal, suatu gambar untuk suatu pemandangan.
Johnstone (dalam Chittleborough, 2004) membagi fenomena ilmu kimia ke dalam
tiga level, yaitu :
1. Level makroskopik yaitu diperoleh melalui fenomena nyata yang mungkin
langsung atau tidak langsung menjadi bagian pengalaman siswa sehari-
13
hari, yang dapat dilihat atau dipersepsi panca indra. Contohnya perubahan
warna, suhu, pH larutan, pembentukan gas dan endapan yang dapat di-
observasi ketika suatu reaksi kimia berlangsung.
2. Level sub mikroskopik terdiri dari fenomena kimia yang nyata, yang me-
nunjukkan tingkat partikular sehingga tidak bisa dilihat. Representasi sub
mikroskopik sangat terkait erat dengan model teoritis yang melandasi pen-
jelasan level partikel. Model representasi pada level ini diekspresikan
secara simbolik mulai dari yang sederhana hingga menggunakan teknologi
komputer, yaitu dengan kata-kata, gambar dua dimensi, dan gambar tiga
dimensi baik diam maupun bergerak (animasi) atau simulasi.
3. Level simbolik terdiri dari macam gambar representasi, aljabar dan bentuk
komputerisasi.
Johnstone (dalam Chittleborough, 2004) menganjurkan untuk menggunakan ber-
bagai macam fenomena dalam pembelajaran yang melibatkan ketiga level secara
serempak sehingga dapat menghasilkan pemahaman yang penting dari apa yang
telah dihasilkan. Ketiga level fenomena kimia tersebut dapat dihubungkan dalam
gambar sebagai berikut:
Gambar 1. Tiga level fenomena kimia (Sunyono, 2012)
Proses pembelajaran kimia, penting untuk memulai dari level makroskopis dan
simbolik sebab keduanya terlihat dan dapat dikonkritkan dengan contoh. Pendapat
Johnstone (dalam Chittleborough, 2004) menyatakan bahwa level submikroskopik
merupakan level yang tersulit sebab menggambarkan level molekular suatu
materi, termasuk partikel seperti elektron, atom, dan molekul. Selain itu, level
MAKROSKOPIK
SUB MIKROSKOPIK SIMBOLIK
14
submikroskopis juga merupakan level yang secara bersamaan dapat menjadi ke-
kuatan dan kelemahan dalam pelajaran kimia. Sebagai kekuatan karena level sub
mikroskopik merupakan dasar intelektual dalam menjelaskan fenomena kimia,
sebaliknya level submikroskopik sebagai kelemahan karena ketika siswa mencoba
untuk belajar, siswa mengalami kesulitan untuk memahaminya.
D. Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II
Sunyono (2012) menjelaskan bahwa model pembelajaran SiMaYang merupakan
model pembelajaran yang menekankan pada interkoneksi tiga level fenomena
kimia, yaitu level submikro yang bersifat abstrak, level simbolik, dan level makro
yang bersifat nyata dan kasat mata. Multipel representasi yang digunakan dalam
model pembelajaran SiMaYang ini adalah representasi-representasi dari fenomena
sains baik dari skala riil maupun abstrak (misalnya stoikiometri dan struktur
atom), selanjutnya dikembangkan perangkat pembelajaran yang dilengkapi
dengan pertanyaan-pertanyaan baik pada level makro, submikro, maupun sim-
bolik untuk memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk berlatih me-
representasikan tiga level fenomena sains sepanjang sesi pembelajaran yang ber-
fokus kepada permasalahan sains level molekuler.
Model pembelajaran SiMaYang disusun dengan mengacu pada ciri suatu model
pembelajaran menurut Arends (dalam Sunyono, 2012) yang menyebutkan setidak-
tidaknya ada 4 ciri khusus dari model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran, yaitu:
1. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh perancangannya.
15
2. Landasan pemikiran tentang tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan
bagaimana pembelajar belajar untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Aktivitas guru/ dosen dan pembelajar (siswa/ mahasiswa) yang diperlukan
agar model tersebut terlaksana dengan efektif.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran SiMaYang memiliki 4 fase, yaitu
orientasi, eksplorasi-imajinasi, internalisasi, dan evaluasi (Sunyono, 2012).
Keempat fase dalam model pembelajaran tersebut memiliki ciri dengan akhiran
“si” sebanyak lima “si”. Fase-fase tersebut tidak selalu berurutan bergantung
pada konsep yang dipelajari oleh pembelajar, terutama pada fase dua yaitu fase
eksplorasi-imajinasi . Oleh sebab itu, fase-fase dalam model pembelajaran yang
dikembang dan hasil revisi ini tetap disusun dalam bentuk layang-layang, 14
sehingga tetap dinamakan Si-5 layang-layang atau disingkat SiMaYang (Sunyono,
2012).
Gambar 2. Fase-Fase Model Pembelajaran Si-5 Layang-Layang (SiMaYang)
Hasil revisi (Sunyono, 2012)
Orientasi
Eksplorasi Imajinasi
Internalisasi
Evaluasi
Fase I
Fase II
Fase I
Fase III
Fase I
Fase IV
Fase I
16
Tahap eksplorasi – imajinasi pada model pembelajaran SiMaYang adalah tahap
pembelajaran yang dirancang oleh guru /dosen yang memungkinkan siswa mem-
bangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman terhadap suatu fenomena
dengan cara menelusuri informasi melalui berbagai sumber, selanjutnya guru atau
dosen menciptakan aktivitas siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh dengan melakukan imajinasi
representasi (Sunyono, 2012).
Pada tahap eksplorasi – imajinasi, selain siswa memperoleh informasi dari guru/
dosen dan memperoleh pengetahuan dari penelusuran informasi, siswa juga diberi
kesempatan untuk melakukan pembayangan mental (imajinasi) terhadap repre-
sentasi yang sedang dihadapi, sehingga dapat mentransformasikan fenomena
representasi tersebut dari level yang satu ke level yang lain. Dengan demikian,
kemampuan berpikir kritis dapat dilihat dari bagaimana siswa melakukan inter-
prestasi dan transformasi terhadap representasi fenomena sains yang sedang di-
hadapi. Kemampuan berpikir kritis dapat dicapai ketika siswa dapat melakukan
interprestasi terhadap representasi yang dihadapi dengan membuat suatu ke-
simpulan, komentar, atau melakukan perhitungan matematis (Sunyono, 2012).
Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifiknya mempengaruhi adanya perubah-
an dari sintak model SiMaYang. Berkaitan hal tersebut, Sunyono dan Yulianti
(2014) telah mengembangkan lebih lanjut model pembelajaran SiMaYang dengan
memasukkan model SiMaYang dengan pendekatan saintifik yang dinamakan
model Saintifik SiMaYang atau SiMaYang Tipe II. Model pembelajaran
SiMaYang Tipe II memiliki sintaks yang sama dengan model SiMaYang.
17
Perbedaannya terletak pada aktivitas guru dan siswa, dimana pada model pem-
belajaran SiMaYang Tipe II, aktivitas guru dan siswa disertai dengan pendekatan
saintifik. Sintaks model SiMaYang Tipe II diuraikan pada Tabel 1. Adapun fase-
fase model pembelajaran SiMaYang Tipe II adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Fase-fase pembelajaran dengan model SiMaYang tipe II (Sunyono, et al,
2015)
Fase Aktivitas guru Aktivitas siswa
Fase I:
Orientasi
1. Menyampaikan tujuan
pembelajaran.
2. Memberikan motivasi dengan
berbagai fenomena yang
terkait denganpengalaman
siswa.
1. Menyimak penyampaian
tujuan sambil
memberikan tanggapan
2. Menjawab pertanyaan dan
menanggapi
Fase II:
Eksplorasi-
Imajinasi
1. Mengenalkan konsep dengan
memberikan beberapa
abstraksi yang berbeda
mengenai fenomena alam
secara verbal atau dengan
demonstrasi dan juga
menggunakan visualisasi:
gambar, grafik, atau simulasi
atau animasi, dan atau analogi
dengan melibatkan siswauntuk
menyimak dan bertanya jawab.
2. Mendorong, membimbing, dan
memfasilitasi diskusi siswa
untuk membangun model
mental dalam membuat
interkoneksi diantara
levellevel fenomena alam yang
lain, yaitu dengan membuat
transformasi dari level
fenomena alam yang satu ke
level yang lain (makro ke
mikro dan simbolik atau
sebaliknya) dengan
menuangkannya ke dalam
lembar kegiatan siswa.
1. Menyimak (mengamati)
dan bertanya jawab
dengan dosen tentang
fenomena kimia yang
diperkenalkan
(menanya).
2. Melakukan penelusuran
informasi melalui
webpage / weblog
dan/atau buku teks
(menggali informasi).
3. Bekerja dalam kelompok
untuk melakukan
imajinasi terhadap
fenomena kimia yang
diberikan melalui LKS
(mengasosiasi / menalar)
4. Berdiskusidengante-
mandalamkelompokdalam
melakukanlatihan
imajinasi representasi
(mengasosiasi/menalar).
Fase III:
Internalisasi
1. Membimbing dan
memfasilitasi siswa dalam
mengartikulasikan/mengkomu
nikasikan hasil pemikiran-nya
melalui presentasi hasil kerja
kelompok.
2. Memberikan latihan atau tugas
dalam mengartikulasikan
1. Perwakilan kelompok
melakukanpresentasi
terhadap hasil kerja
kelompok
(mengomunikasikan).
2. Kelompok lain menyi-
mak(mengamati)
danmemberikan tanggap
18
Lanjutan Tabel 1 Fase-fase pembelajaran dengan model SiMaYang tipe II
(Sunyono, et al, 2015)
Fase Aktivitas guru Aktivitas siswa
3. imajinasinya. Latihan individu
tertuang dalam lembar
kegiatan siswa/LKS yang
berisi pertanyaan dan/atau
perintah untuk membuat
interkoneksi ketiga level
fenomena alam.
an/pertanyaanterhadapkel
ompok yang
sedangpresentasi(menany
adan menjawab).
3. Melakukan latihan
individumelalui LKS
individu
(menggaliinformasi dan
mengasosiasi).
Fase IV:
Evaluasi
1. Mengevaluasi kemajuan
belajar siswa dan reviu
terhadap hasil kerja siswa.
2. Memberikan tugas latihan
interkoneksi. Tiga level
fenomena alam (makro,
mikro/submikro, dan
simbolik).
1. Menyimak hasil reviu dari
guru dan menyampaikan
hasil kerjanya
(mengomunikasikan),
serta bertanya tentang
pembelajaran yang akan
datang.
E. Self Efficacy
Bandura (1997) mendefinisikan self efficacy sebagai keyakinan seseorang ter-
hadap kemampuannya untuk mengorganisasikan dalam melaksanakan serangkai-
an tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Bandura
(1997) menjelaskan bahwa self efficacy mengacu pada keyakinan akan kemampu-
an individu untuk menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif, dan tindakan
yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasi. Bandura (1986) berpendapat
bahwa self efficacy tidak berkaitan dengan kecakapan yang dimiliki melainkan
berkaitan dengan keyakinan individu mengenai apa yang dapat dilakukan dengan
kecakapan yang dimiliki seberapapun besarnya. Self efficacy menekankan pada
komponen keyakinan yang dimiliki seseorang dalam menghadapi situasi yang
akan datang yang mengandung ketidakpastian, tidak dapat diramalkan, dan sering
kali penuh tekanan.
19
Ahli psikologi lain, seperti Alwisol (2006) menyatakan bahwa self efficacy se-
bagai persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam
situasi tertentu, self efficacy berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki
kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan. Self efficacy adalah per-
timbangan seseorang akan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan men-
ampilkan tindakan yang diperlukan dalam mencapai tujuan yang diinginkan, tidak
tergantung pada jenis keterampilan dan keahlian tetapi lebih berhubungan dengan
keyakinan tentang apa yang dapat dilakukan dengan berbekal keterampilan dan
keahlian.
Berdasarkan uraian di atas tentang berbagai macam pengertian dari self efficacy,
dapat disimpulkan bahwa self efficacy hampir sama dengan motivasi, namun self
efficacy berada pada tingkatan yang lebih tinggi dari motivasi, yaitu merupakan
keyakinan seseorang dalam melakukan sesuatu hal atau menyelesaikan masalah
dengan penuh kegigihan dan kerja keras agar dapat meraih kesuksesan tanpa
memperhatikan resiko yang terjadi.
Bandura (1986) mengungkapkan bahwa perbedaan self efficacy pada setiap
individu terletak pada tiga komponen, yaitu magnitude, strength dan generality.
Pertama, magnitude (tingkat kesulitan tugas), yaitu masalah yang berkaitan
dengan derajat kesulitan tugas individu. Komponen ini berimplikasi pada pemilih-
an perilaku yang akan dicoba individu berdasar ekspektasi efikasi pada tingkat ke-
sulitan tugas. Individu akan berupaya melakukan tugas tertentu yang ia persepsi-
kan dapat dilaksanakannya dan ia akan menghindari situasi dan perilaku yang ia
persepsikan di luar batas kemampuannya. Kedua, strength (kekuatan keyakinan),
20
yaitu berkaitan dengan kekuatan pada keyakinan individu atas kemampuannya.
Pengharapan yang kuat dan mantap pada individu akan mendorong untuk gigih
dalam berupaya mencapai tujuan, walaupun mungkin belum memiliki pengalam-
an-pengalaman yang menunjang begitu sebaliknya. Ketiga, generality (genera-
litas), yaitu hal yang berkaitan cakupan luas bidang tingkah laku di mana individu
merasa yakin terhadap kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap
kemampuan dirinya, tergantung pada pemahaman kemampuan dirinya yang ter-
batas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan
situasi yang lebih luas dan bervariasi.
Jadi perbedaan self efficacy pada setiap individu terletak pada tiga komponen,
yaitu (1) magnitude, (tingkat kesulitan tugas), yaitu masalah yang berkaitan
dengan derajat kesulitan tugas individu, (2) strength (kekuatan keyakinan), yaitu
berkaitan dengan kekuatan pada keyakinan individu atas kemampuannya, dan (3)
generality (generalitas), yaitu hal yang berkaitan cakupan luas bidang tingkah laku
di mana individu merasa yakin terhadap kemampuannya.
Pujiati (2010) menyatakan bahwa aspek magnitude adalah aspek yang memiliki
pengaruh terbesar dalam variabel self efficacy dibandingkan kedua aspek lainnya,
namun aspek generality dan aspek stength juga ikut serta mempengaruhi self
efficacy secara keseluruhan walaupun tidak sebesar aspek magnitude . Rata-rata
self efficacy siswa ditinjau dari aspek magnitude yang berada pada kategori tinggi,
artinya siswa sudah merasa mampu untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dari
tugas-tugas akademiknya serta dapat mengatur dirinya serta memperkirakan
tindakan yang dirasa mampu. Siswa yang memiliki self efficacy yang tinggi, saat
21
dihadapkan pada mata pelajaran yang sulit akan mempersepsi dirinya mampu
mengerjakan atau menguasai materi pelajaran tersebut karena memiliki ke-
percayaan diri untuk mampu mengatasi kesulitan sendiri. Pada taraf ini siswa juga
mualai mampu mengembangkan keterampilan merencanakan aktivitas belajarnya
dari pengalaman sebelumnya.
Tingkat self efficacy siswa ditinjau dari aspek strength yang berada pada kategori
tinggi diartikan bahwa siswa sudah memiliki tingkat daya usaha dan ketahanan
diri dalam menghadapi berbagai hambatan untuk memenuhi tuntutan akademik
sebagai pelajar. Hambatan-hambatan yang dihadapi siswa dapat berupa peng-
alaman kegagalan atau kesulitan yang dihadapinya. Ketercapaian aspek ini juga
mengindikasikan siswa dapat meningkatkan usaha dengan baik dan komitmen
terhadap tugas-tugas belajarnya.
Aspek generality berkaitan dengan luas keyakinan atas kemampuan diri, artinya
siswa dapat saja menilai keyakinan dirinya untuk aktivitas yang cukup luas atau
aktivitas-aktivitas tetentu saja dimana siswa menampilkan kemampuan dirinya
dalam situasi-situasi sosial. Ketika siswa berada pada situasi belajar di kelas,
siswa yang memiliki tingkat generality yang tinggi mampu mengolah materi
belajar dengan baik walaupun situasi di kelas kurang mendukung proses belajar.
F. Keterampilan Berpikir Kritis
Keterampilan adalah kecakapan untuk melaksanakan tugas, dimana keterampilan
tidak hanya meliputi gerakan motorik, tetapi juga melibatkan fungsi mental yang
bersifat kognitif, yaitu suatu tindakan mental dalam usaha memperoleh
22
pengetahuan. Proses berpikir berhubungan dengan pola perilaku yang lain dan
membutuhkan keterlibatan aktif pemikir. Pengertian ini mengindikasikan bahwa
berpikir adalah upaya yang kompleks dan reflektif bahkan suatu pengalaman yang
kreatif (Presseisen dalam Costa, 1985). Berpikir membuat seseorang dapat meng-
olah informasi yang diterima dan mengembangkannya sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
Arifin (2003) menyatakan bahwa berpikir merupakan proses mental yang dapat
menghasilkan pengetahuan. Berpikir juga merupakan kemampuan jiwa taraf
tinggi yang dapat dicapai dan dimiliki oleh manusia. Adanya kemampuan berpikir
pada manusia merupakan pembeda yang khas antara manusia dengan binatang.
Melalui berpikir, manusia dapat mencapai kemajuan yang luar biasa dan selalu
berkembang dalam peradaban dan kebudayaan. Berpikir dianggap suatu proses
kognitif, suatu proses mental untuk memperoleh pengetahuan (Presseisen dalam
Costa, 1985). Walaupun demikian, aspek kognitif berkaitan dengan cara-cara
bagaimana mengenal sesuatu seperti persepsi, penalaran, dan intuisi. Kemampuan
berpikir menitikberatkan pada penalaran sebagai fokus utama dalam aspek
kognitif.
Costa membagi keterampilan berpikir menjadi dua, yaitu keterampilan berpikir
dasar dan keterampilan berpikir komples atau tingkat tinggi. Berpikir kompleks
atau tingkat tinggi dapat dikategorikan menjadi empat kelompok, yaitu pemecah-
an masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Diantara
proses berpikir tingkat tinggi, salah satu yang digunakan dalam pembentukan
sistem konseptual IPA adalah berpikir kritis. Berpikir kritis sangat diperlukan
oleh setiap individu untuk menyikapi permasalahan kehidupan yang dihadapi.
23
Berpikir kritis membuat seseorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah atau
memperbaiki pikirannya sehingga dia dapat bertindak lebih cepat. Seseorang di-
katakan berpikir kritis, apabila ia mencoba membuat berbagai pertimbangan
ilmiah untuk menentukan pilihan terbaik dengan menggunakan berbagai kriteria.
Berpikir kritis berbeda dengan berpikir biasa. Berpikir biasa tidak mempunyai
standar dan sederhana, sedangkan berpikir kritis lebih komplek dan berdasarkan
standar objektif, kegunaan atau kemantapan (Liliasari,2007).
Presseisen mengatakan bahwa berpikir kritis diartikan sebagai keterampilan ber-
pikir yang menggunakan proses berpikir dasar, untuk menganalisis argumen dan
memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, mengembang-
kan pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi yang mendasari
tiap-tiap posisi, memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan
meyakinkan (Costa, 1985).
Seorang siswa tidak akan dapat mengembangkan berpikir kritis dengan baik,
tanpa ditantang untuk berlatih menggunakannya dalam konteks berbagai bidang
studi yang dipelajarinya. Berpikir kritis dalam ilmu kimia tidak dapat dilakukan
dengan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep, tetapi mengintegrasikan
dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dimiliki. Terdapat enam kompo-
nen atau unsur dari berpikir kritis menurut Ennis (1989) yang disingkat menjadi
FRISCO, seperti yang tertera pada Tabel 2.
24
Tabel 2. Unsur-unsur keterampilan berpikir kritis (Ennis, 1989)
No Unsur Keterangan
1 Focus Memfokuskan pemikiran, menggambarkan poin-poin utama, isu,
pertanyaan, atau permasalahan. Hal-hal pokok dituangkan di dalam
argumen dan pada akhirnya didapat kesimpulan dari suatu isu,
pertanyaan, atau permasalahan tersebut.
2 Reasoning Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus disertai dengan alasan
(reasoning). Alasan dari argumen yang diajukan harus dapat
mendukung kesimpulan dan pada akhirnya alasan tersebut dapat
diterima sebelum membuat keputusan akhir.
3 Inference Ketika alasan yang telah dikemukakan benar, apakah hal tersebut
dapat diterima dan dapat mendukung kesimpulan
4 Situation Ketika proses berpikir terjadi, hal tersebut dipengaruhi oleh situasi
atau keadaan baik (keadaan lingkungan, fisik, maupun sosial).
5 Clarity Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau pendapat, diperlukan
kejelasan untuk membuat orang lain memahami apa yang
diungkapkan
6 Overview Suatu proses untuk meninjau kembali apa yang
telah kita temukan, putuskan, pertimbangkan,
pelajari, dan simpulkan.
Menurut Ennis (1989) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis (KBKr)
yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelom-
pok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary
clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan
(interfence), membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta
strategi dan taktik (strategy and tactics). Adapun kedua belas indikator tersebut
adalah:
1. Memfokuskan pertanyaan.
2. Menganalisis argumen.
3. Bertanya dan menjawab pertanyaan.
4. Mempertimbangkan kredibilitas sumber.
5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.
6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi.
7. Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi.
8. Membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan.
9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi.
10. Mengidentifikasi asumsi.
25
11. Memutuskan suatu tindakan.
12. Berinteraksi dengan orang lain.
Tabel 3. Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (1989)
No Kelompok Indikator Sub Indikator
1
Memberikan
penjelasan
sederhana
Memfokuskan
pertanyaan
a. Mengidentifikasi atau
merumuskan pertanyaan
b. Mengidentifikasi atau
merumuskan kriteria untuk
mempertimbangkan
kemungkinan jawaban
c. Menjaga kondisi berpikir
Menganalisis
argumen
a. Mengidentifikasi kesimpulan
b. Mengidentifikasi kalimat-kalimat
pertanyaan
c. Mengidentifikasi kalimat-kalimat
bukan bukan pertanyaan
d. Mengidentifikasi dan menangani
ketidaktepatan
e. Melihat struktur dari suatu
argumen
f. Membuat ringkasan
Bertanya dan
menjawab pertanyaan
a. Menyebutkan contoh
b. Mengapa? Apa ide utamamu?
Apa yang anda maksud..? Apa
yang membuat perbedaan....?
2
Membangun
keterampilan
dasar
Mempertimbangkan
apakah sumber dapat
dipercaya atau tidak
a. Mempertimbangkan keahlian
b. Mempertimbangkan kemenarikan
konflik
c. Mempertimbangkan kesesuaian
sumber
d. Mempertimbangkan reputasi
e. Mempertimbangkan penggunaan
prosedur yang tepat
f. Mempertimbangkan resiko untuk
reputasi
g. Kemampuan untuk memberikan
alasan
h. Kebiasaan berhati-hati
Mengobservasi dan
mempertimbangkan
laporan observasi
a. Melibatkan sedikit dugaan
b. Menggunakan waktu yang
singkat antara observasi dan
laporan
c. Melaporkan hasil observasi
d. Merekam hasil observasi
e. Menggunakan bukti-bukti yang
benar
f. Menggunakan akses yang baik
g. Menggunakan teknologi
26
No Kelompok Indikator Sub Indikator
h. Mempertanggungjawaban hasil
observasi
3 Menyimpulkan
Mendeduksi dan
mempertimbangkan
hasil deduksi
a. Siklus logika-Euler
b. Mengkondisikan logika
c. Menyatakan tafsiran
Menginduksi dan
mempertimbangkan
hasil induksi
a. Mengemukakan hal yang umum
b. Mengemukakan kesimpulan dan
hipotesis
Membuat dan
menentukan hasil
pertimbangan
a. Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan sesuai latar
belakang fakta-fakta
b. Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan berdasarkan akibat
c. Menerapkan konsep yang dapat
diterima
d. Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan keseimbangan
masalah.
4 Memberikan
penjelasan lanjut
Mendefinisikan
istilah dan
mempertimbangkan
suatu definisi
a. Membuat bentuk
definisi(sinonim, klasifikasi,
rentang ekivalen, rasional,
contoh, bukan contoh)
b. Strategi membuat definisi
c. Membuat isi definisi
Mengidentifikasi
asumsi-asumsi
a. Penjelasan bukan pernyataan
b. Mengkonstruksi argumen
5
Mengatur
strategi dan
taktik
Menentukan suatu
tindakan
a. Mengungkap masalah
b. Memilih kriteria untuk
mempertimbangkan solusi yang
mungkin
c. Merumuskan solusi alternatif
d. Menentukan tindakan sementara
e. Mengulang kembali
f. Mengamati penerapannya
Berinteraksi
denganorang lain
a. Menggunakan argumen
b. Menggunakan strategi logika
c. Menggunakan strategi retorika
d. Menunjukkan posisi, orasi, atau
tulisan
27
Pada penelitian ini, indikator kemampuan berpikir kritis yang akan diteliti adalah
sebagai berikut:
Tabel 4. Keterampilan berpikir kritis yang akan diteliti
No Kelompok Indikator Sub Indikator
1 Membangun
keterampilan
dasar
Mengobservasi dan
mempertimbangkan
laporan observasi
Melibatkan sedikit dugaan
2 Memberikan
penjelasan lanjut
Mendefinisikan istilah
dan mempertimbangkan
suatu definisi
Membuat bentuk definisi
(sinonim, klasifikasi, rentang
ekivalen, rasional, contoh, bukan
contoh)
3 Memberikan
penjelasan
sederhana
Bertanya dan menjawab
pertanyaan
Menyebutkan contoh
4 Menyimpulkan Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
Menyatakan tafsiran
5 Membangun
keterampilan
dasar
Mempertimbangkan
apakah sumber dapat
percaya
Kemampuan untuk memberikan
alas an
6
Memberikan
penjelasan
sederhana
Memfokuskan pertanyaan Mengdentifikasi atau
merumuskan kriteria untuk
mempertimbangkan
kemungkinan jawaban
G. Analisis Konsep
Herron et al.(1977) berpendapat bahwa belum ada definisi tentang konsep yang
diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide.
Markle dan Tieman (dalam Herron et al., 1977) mendefinisikan konsep sebagai
sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun definisi yang
dapat mengungkapkan arti dari konsep.Oleh sebab itu, diperlukan suatu analisis
konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus meng-
hubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.
28
Lebih lanjut lagi, Herron et al. (1977) mengemukakan bahwa analisis konsep me-
rupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam me-
rencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah
digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer, dkk. Analisis
konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label
konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep,
contoh, dan non contoh.
H. Kerangka Pemikiran
Materi ikatan kimia merupakan pokok bahasan yang mencakup hal-hal abstrak
sehingga sulit dimengerti siswa seperti pada materi larutan elektrolit dan non-
elektrolit. Model SiMaYang yang berbasis multiple representasi akan membantu
siswa memahami materi kimia yang abstrak, pada model ini terdiri dari 4 fase
pembelajaran, yaitu fase orientasi, fase eksplorasi-imajinasi, fase internalisasi, dan
fase evaluasi.
Pada fase orientasi, dalam tahap ini guru mengajak untuk aktif melakukan orien-
tasi pengetahuan yang telah dimiliki siswa yang dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari atau industry, sehingga siswa akan termotivasi dan tertantang untuk
dapat menguasai materi atau konsep yang akan dipelajari. Adanya motivasi pada
diri siswa diharapkan dapat menumbuhkan keyakinan dalam menyelesaikan
masalah sehingga self efficacy meningkat.
Tahap kedua ialah eksplorasi – imajinasi pada model pembelajaran SiMaYang
adalah tahap pembelajaran yang dirancang oleh guru yang memungkinkan siswa
29
membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman terhadap suatu feno-
mena dengan cara menelusuri informasi melalui berbagai sumber, selanjutnya
guru menciptakan aktivitas siswadalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis
berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh dengan melakukan imajinasi repre-
sentasi sehingga dapat mentransformasikan fenomena representasi tersebut dari
level yang satu ke level yang lain. Kemampuan berpikir kritis dapat dilihat dari
bagaimana siswa melakukan interprestasi dan transformasi terhadap representasi
fenomena sains yang sedang dihadapi. Kemampuan berpikir kritis dapat dicapai
ketika siswa dapat melakukan interprestasi terhadap representasi yang dihadapi
dengan membuat suatu kesimpulan, komentar, atau melakukan perhitungan
matematis. Siswa yang mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis
diharapkan self efficacy juga meningkat.
Pada fase internalisasi, pada tahap ini guru membimbing dan memfasilitasi siswa
dalam mengkomunikasikan hasil pemikirannya melalui presentasi hasil kerja
kelompok. Kemudian, memberikan dorongan kepada siswa lain untuk menangga-
pi hasil kerja kelompok yang sedang dipresentasikan. Selanjutnya memberikan
latihan atau tugas individu dengan memberikan lembar kerja siswa yang berisi
pertanyaan atau perintah untuk membuat interkoneksi ketiga level fenomena
sains. Tahap terakhir yaitu fase evaluasi, siswa dan guru melakukan reviu ter-
hadap hasil kerja pembelajaran sedangkan siswa menyimak hasil reviu dari guru
dan menyampaikan hasil kerjanya serta bertanya tentang pembelajaran yang akan
datang.
30
Pembelajaran kimia yang demikian memberikan pengalaman belajar pada siswa
sebagai proses dengan menggunakan sikap ilmiah agar mampu memiliki pe-
mahaman makroskopis, mikroskopis, dan simbol kimia, sehingga dapat menemu-
kan produk kimia, yang berupa konsep, hukum, dan teori, serta mengkaitkan dan
menerapkannya pada konteks kehidupan nyata dan tidak mengarahkan siswa pada
penguasaan terhadap matapelajaran kimia yang cenderung bersifat akumulatif dan
menghafal.
Dengan demikian, pembelajaran dengan model SiMaYang diterapkan pada pem-
belajaran kimia di kelas diharapkan siswadapat meningkatkan self efficacy dan
keterampilan berpikir kritis.
I. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran SiMaYang Tipe II berbasis memiliki kepraktisan dalam
meningkatkan meningkatkan self efficacy dan keterampilan berpikir kritis
pada materi larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit.
2. Model pembelajaran SiMaYang Tipe II berbasis multipel representasi me-
miliki keefektivan dalam meningkatkan self efficacy dan keterampilan ber-
pikir kritis pada materi larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 8 Bandar Lampung. Populasi dalam pe-
nelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 8 Bandar Lampung tahun
pelajaran 2015/2016 yang tersebar dalam 15 kelas. Sampel diambil secara acak
dengan teknik cluster random sampling, sehingga mendapatkan 2 kelas penelitian
sebagai sampel yaitu X.1 dan X.14
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah preeksperimen
dengan One Group Pretest-Posttest Design (Fraenkel, 2012). Pada desain pe-
nelitian ini melihat perbedaan pretes maupun postes pada kelas yang diteliti.
Penelitian ini dilakukan dengan memberi suatu perlakuan pada subyek penelitian
dari dua kelas sebagai replikasi kemudian diobservasi.
Tabel 5. Desain Penelitian
Kelas Pretes Perlakuan Postes
X1 O1 X O2
X14 O1 X O2
Keterangan:
O1 :Kelas replika diberi pretes
32
X : Pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran SiMaYang
Tipe II
O2 : Kelas replika diberi postes
Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif.
Menurut Sugiyono (2012), analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan
untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Tahap pendahuluan
Prosedur tahap pendahuluan, yaitu:
a. Meminta izin kepada Kepala SMAN 8 Bandar Lampung untuk melaksana-
kan penelitian.
b. Menentukan subyek penelitian
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Prosedur tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap persiapan
Mempersiapkan perangkat pembelajaran meliputi silabus, rencana pe-
laksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS) serta memper-
siapkan instrumen penelitian meliputi angket self efficacy dan soal ke-
terampilan berpikir kritis
33
b. Tahap validasi instrumen penelitian
Insrumen penelitian yang divalidasi instrumen pada tahap ini yaitu instru-
men tes keterampilan berpikir kritis.
c. Tahap penelitian
Pada tahap pelaksanaannya, penelitian dilakukan pada dua kelas sebagai
replikasi, yaitu kelas yang diterapkan model pembelajaran SiMaYang Tipe
II.
Urutan prosedur pelaksanaan tahap penelitian, yaitu:
1. Melakukan tes awal self efficacy dan pretest keterampilan berpikir kritis
pada kedua kelas replika.
2. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi larutan elektrolit
dan non elektrolit sesuai dengan model pembelajaran SiMaYang Tipe II.
3. Melakukan tes akhir self efficacy dan postes keterampilan berpikir kritis
pada kedua kelas replika.
3. Tahap akhir penelitian
Prosedur tahap akhir penelitian, yaitu:
a. Analisis data.
b. Pembahasan
c. Kesimpulan.
34
Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan
pada gambar 3 :
Gambar 3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam
penelitian ini, berikut dijabarkan istilah-istilah yang digunakan:
a. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan
tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran yang diukur melalui
Analisis Data
Pembelajaran menggunakan
model SiMaYang Tipe II pada
kedua kelas replika
Validasi instrumen penelitian
Mempersiapkan perangkat pembelajaran dan instrument penelitian
Menentukan subyek penelitian
Izin Penelitian
Tes self
efficacy akhir
Postes
Tahap
Pelaksanaan
penelitian
Pembahasan
Kesimpulan
Tahap
akhir
penelitian
Tahap Pendahuluan
Tes self
efficacy awal
Pretes
35
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran, peningkatan self efficacy siswa, dan peningkatan ke-
terampilan berpikir kritis siswa.
b. Kepraktisan menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan
dan fakta dilapangan juga menunjukan bahwa yang dikembangkan juga dapat
diterapkan. Kepraktisan suatu pembelajaran dapat dilihat dari keterlaksanaan
RPP dan respon siswa.
c. Self efficacy atau efikasi merupakan pemikiran individu akan keyakinan ke-
mampuannya melakukan tindakan yang diharapkan. Individu dengan self
efficacy tinggi memilih melakukan usaha lebih besar dan pantang menyerah.
Self efficacy diukur melalui angket self efficacy yang terdiri dari 36 pernyata-
an.
d. Berpikir kritis merupakan kegiatan berpikir yang tinggi meliputi kegiatan me-
nganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, me-
nyimpulkan, dan mengevaluasi. Keterampilan berpikir kritis diukur melalui
soal pretes dan postes.
E. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Silabus diadopsi dari Afdila (2015)
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) diadopsi dari Afdila (2015)
3. Lembar kerja siswa (LKS) yang menggunakan model SiMaYang Tipe II pada
materi larutan elektrolit dan non-elektrolit berjumlah 6 buah LKS yang terdiri
dari 3 LKS kelompok dan 3 LKS individu. LKS 1 mengenai daya hantar arus
36
listrik larutan elektrolit dan non-elektrolit, LKS 2 mengenai penyebab perbeda-
an kemampuan daya hantar arus listrik larutan elektrolit dan non-elektrolit, dan
LKS 3 mengenai jenis senyawa yang dapat atau tidaknya menghantarkan arus
listrik berdasarkan jenis ikatan. Lembar kerja siswa (LKS) ini diadopsi dari
Putrizal (2015)
F. Instrumen Penelitian
1. Angket self-efficacy dimodifikasi dari Sunyono (2015).
2. Tes keterampilan berpikir kritis terdiri dari soal prestes dan postes.
3. Lembar penilaian yang digunakan antara lain:
a. Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran SiMaYang tipe II,
diadopsi dari Sunyono (2014).
b. Angket respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran, diadopsi dari
Sunyono (2014).
c. Lembar pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung,
diadopsi dari Sunyono (2014).
d. Lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan
model pembelajaran SiMaYang tipe II, diadopsi dari Sunyono (2014).
G. Analisis Data
1. Analisis validitas dan reliabilitas instrumen tes
Teknik pengolahan data digunakan untuk mengetahui kualitas instrument yang di-
gunakan dalam penelitian. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui dan
mengukur apakah instrumen yang digunakan telah memenuhi syarat dan layak di-
37
gunakan sebagai pengumpul data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua per-
syaratan penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 2006). Berdasarkan hasil uji
coba tersebut maka akan diketahui validitas dan reliabilitas instrument tes.
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen tes (Arikunto, 2006). Sebuah instrumen dikatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Uji validitas dilakukan
dengan menggunakan rumus product moment dengan angka kasar yang di-
kemukakan oleh Pearson, dalam hal ini analisis dilakukan dengan menggunakan
SPSS 17,0.
b. Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kepercayaan instrumen
penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Suatu alat evaluasi di-
sebut reliabel jika alat tersebut mampu memberikan hasil yang dapat dipercaya
dan konsisten. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach yang kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan derajat relia-
bilitas alat evaluasi menurut Guilford (Suherman, 2003), dalam hal ini analisis
dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17,0.
Kriteria derajat reliabilitas (r11) alat evaluasi menurut Guilford:
0,80 < r11 ≤ 1,00; derajat reliabilitas sangat tinggi
0,60 < r11 ≤ 0,80; derajat reliabilitas tinggi
0,40< r11≤ 0,60; derajat reliabilitas sedang
38
0,20< r11≤ 0,40; derajat reliabilitas rendah
0,00 < r11 ≤ 0,20; tidak reliable
2. Analisis data keefektivan model pembelajaran SiMaYang tipe II
Ukuran keefektivan model pembelajaran dalam penelitian ini ditentukan dari
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, kemampuan guru dalam meng-
elola pembelajaran, serta ketercapaian dalam meningkatan self-efficacy dan ke-
terampilan berpikir kritis.
a. Analisis Data Self Efficacy
Data yang diungkap dalam penelitian ini adalah data mengenai self efficacy,
dengan menggunakan instrumen dalam bentuk angket.Instrumen self efficacy
yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat dari Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6,
butir-butir pertanyaan disajikan dalam dua bentuk, yaitu pernyataan positif dan
pernyataan negatif. Analisis data angket self efficacy menggunakan cara sebagai
berikut:
1) Mengkode atau klasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokan jawaban
berdasarkan pertanyaan angket. Pengkodean data ini dibuat buku kode yang
merupakan suatu tabel berisi tentang substansi-substansi yang hendak diukur,
pertanyaan-pertanyaan yang menjadi alat ukur substansi tersebut serta kode
jawaban setiap pertanyaan tersebut dan rumusan jawabannya.
2) Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan un-
tuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban
berdasarkan pertanyaan angket dan banyaknya responden (pengisi angket).
39
3) Memberi skor jawaban responden.
Tabel 6. Instrumen self efficacy
No. Indikator No. Pernyataan Jumlah
A Magnitude/ Tingkat kesulitan
1 Memiliki pandangan yang optimis 1(f), 14(u), 26(f) 3
2 Berminat terhadap tugas 2(u), 15(f), 27(u) 3
3 Memandang tugas sebagai tantangan
bukan sebagai beban
3(u), 16(f), 28(f) 3
4 Merencanakan penyelesaian tugas 4(f), 29(u) 2
5 Mengatasi kesulitan-kesulitan dalam
belajar
5(u), 17(u), 30(f) 3
6 Kemampuan dalam menyelesaikan
tugas
6(u), 18(f), 31(u) 3
7 Berkomitmen dalam melaksanaka tugas 7(f), 19(f), 32(u) 3
B Strength
1 Bertahan menyelesaikan soal dalam
kondisi apapun
8(u), 20(u), 33(f) 3
2 Memiliki keuletan dalam
menyelesaikan soal / ujian
9(u), 21(u), 34(f) 3
3 Yakin akan kemampuan yang dimiliki 10(f), 22(f), 35(u) 3
4 Belajar dari pengalaman 11(f), 23(u), 36(f) 3
C. Generality
1 Menyikapi situasi dan kondisi yang be-
ragam dengan cara yang baik dan
positif.
12(u), 24(f) 2
2 Memiliki cara menangani stres dengan
tepat
13(f), 25(u) 2
Jumlah 36
Tabel 7.Penskoran pada angket self efficacy.
No Pilihan Jawaban Skala Pemberian Skor
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
1 SL (selalu) 3 1
2 KD (kadang-kadang) 2 2
3 TP (tidak pernah) 1 3
4) Mengolah jumlah skor jawaban responden
Pengolahan jumlah skor (ƩS ) jawaban angket adalah sebagai berikut :
a) Skor untuk pernyataan Selalu (SL)
40
(1) Pernyataan positif : skor = 3 x jumlah responden
(2) Pernyataan negatif : skor = 1 x jumlah responden
b) Skor untuk pernyataan Kadang-kadang (KD)
(1) Pernyataan positif : skor = 2 x jumlah responden
(2) Pernyataan negatif : skor = 2 x jumlah responden
c) Skor untuk pernyataan Tidak Pernah (TP)
(1) Pernyataan positif : skor = 1 x jumlah responden
(2) Pernyataan negatif : skor = 3 x jumlah responden
5) Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
% Xin =
x 100% (Sudjana, 2005)
Keterangan:
%Xin = Persentase jawaban angket-i pada model pembelajaran SiMaYang
nTipe II berbasis multipel representasi pada materi asam basa
ƩS = Jumlah skor jawaban
Smaks = Skor maksimum yang diharapkan
6) Menghitung rata-rata persentase angket untuk mengetahui tingkat self efficacy
pada model pembelajaran SiMaYang Tipe II berbasis multipel representasi
dengan rumus sebagai berikut:
=
(Sudjana, 2005)
Keterangan :
= Rata-rata persentase angket-i pada model pembelajaran
niSiMaYangTipe II pada materi asam basa
41
= Jumlah persentase angket-i pada model pembelajaran SiMaYang
niTipe II berbasis multipel representasi
n = Jumlah butir soal
7) Menvisualisasikan data untuk memberikan informasi berupa data temuan
dengan menggunakan analisis data non statistik yaitu analisis yang dil-akukan
dengan cara membaca table - tabel, grafik - grafik atau angka-angka yang
tersedia (Marzuki, 1997).
8) Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan
tafsiran Arikunto (2008).
Tabel 8. Tafsiran skor (persen)
Persentase Kriteria
80,1%-100% Sangat tinggi
60,1%-80% Tinggi
40,1%-60% Sedang
20,1%-40% Rendah
0,0%-20% Sangat rendah
Setelah self efficacy rata-rata siswa sebelum dan setelah pembelajaran masing-
masing aspek diketahui, selanjutnya dihitung efikasi rata-rata siswa untuk seluruh
aspek.Hasil perhitungan efikasi rata-rata siswa untuk seluruh aspek dianaisis
menggunakan statistik untuk menentukan interval kepercayaan <μ> rata-rata
pada taraf signifikan 5%. Perhitungan interval kepercayaan dilakukan dengan
menggunakan rumus:
x – tp.
< μ < x + tp.
Keterangan:
x = rata-rata n-gain
n = banyak sampel
42
S = Standar deviasi
γ = koefisien kepercayaan
dk = n-1
tp = nilai t didapat dari daftar distribusi student; p = ½(1+ γ )
λ = interval kepercayaan (Sudjana, 2005).
b. Analisis data Keterampilan Berpikir Kritis
Peningkatan keterampilan berpikir kritis ditunjukkan melalui skor n-Gain, yaitu
selisih antara skor postes dan skor pretes, dan dihitung berdasarkan rumus berikut:
Kriterianya adalah (1) pembelajaran dengan skor n-Gain “tinggi”, jika n-Gain>
0,7 ; (2) pembelajaran dengan skor n-Gain “sedang”, jika n-Gain terletak antara
0,3 <n-Gain ≤ 0,7 ; dan (3) pembelajaran dengan skorn-Gain “rendah”, jika n-
Gain≤ 0,3 (Hake dalam Sunyono, 2014).
Setelah criteria n-Gain diketahui selanjutnya menghitung interval kepercayaan
n-Gain pada taraf signifikan 5%. Perhitungan interval kepercayaan <μ> dilakukan
dengan menggunakan rumus:
x – tp.
< μ < x + tp.
Keterangan:
x = rata-rata n-gain
n = banyak sampel
S = Standar deviasi
43
γ = koefisien kepercayaan
dk = n-1
tp = nilai t didapat dari daftar distribusi student; p = ½(1+ γ )
μ = interval kepercayaan (Sudjana, 2005).
c. Analisis data aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung
Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung diukur dengan menggunakan
lembar observasi oleh dua orang observer. Analisis deskriptif terhadap aktivitas
siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghitung persentase aktivitas siswa untuk setiap pertemuan dengan rumus:
%Pa =
x100%
Keterangan: Pa = Persentase aktivitas siswa dalam belajar di kelas.
Fa = Frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang muncul.
Fb = Frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang diamati.
2. Menghitung jumlah persentase aktivitas siswa yang relevan dan yang tidak
relevan dengan pembelajaran untuk setiap pertemuan dan menghitung rata-
ratanya, kemudian menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga
persentase sebagaimana pada tabel berikut.
Tabel 9. Kriteria tingkat keterlaksanaan (Ratumanan dalam Sunyono, 2012)
Persentase Kriteria
80,1% - 100,0%
60,1% - 80,0%
40,1% - 60,0%
20,1% - 40,0%
0,0% - 20,0%
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
44
3. Mengurutkan aktivitas siswa yang dominan dalam pembelajaran berdasarkan
persentase setiap aspek aktivitas yang diamati
d. Analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
Untuk analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran SiMaYang tipe II, dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek
pengamatan, kemudian dihitung persentase kemampuan guru dengan rumus:
% Ji =
x 100% (Sudjana, 2005)
Keterangan : %Ji = Persentase dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan
pada pertemuan ke-i
∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh
pengamat pada pertemuan ke-i
N = Skor maksimal (skor ideal)
2. Menghitung rata-rata persentase kemampuan guru untuk setiap aspek penga-
matan dari dua orang pengamat.
3. Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase kemampuan guru sebagai-
mana Tabel 9.
3. Analisis data kepraktisan model pembelajaran SiMaYang Tipe II
Analisis data kepraktisan model pembelajaran SiMaYang tipe II ditentukan dari
keterlaksanaan model pembelajaran SiMaYang tipe II dan respon siswa terhadap
pelaksanaan pembelajaran.
45
a. Analisis data keterlaksanaan model pembelajaran SiMaYang tipe II
Keterlaksanaan model pembelajaran SiMaYang tipe II diukur melalui penilaian
terhadap keterlaksanaan RPP yang memuat unsur-unsur model pembelajaran yang
meliputi sintak pembelajaran, sistem sosial, dan prinsip reaksi. Analisis terhadap
keterlaksanaan RPP model pembelajaran SiMaYang tipe II, dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek
pengamatan, kemudian dihitung persentase ketercapaian dengan rumus:
% Ji =
x 100% (Sudjana, 2005)
Keterangan : %Ji = Persentase ketercapaian dari skor ideal untuk setiap aspek
pengamatan pada pertemuan ke-i
∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh
pengamat pada pertemuan ke-i
N = Skor maksimal (skor ideal)
4. Menghitung rata-rata persentase ketercapaian untuk setiap aspek pengamatan
dari dua orang pengamat.
5. Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase ketercapaian pelaksanaan
pembelajaran (RPP) sebagaimana pada tabel berikut.
Tabel 10. Kriteria tingkat keterlaksanaan (Ratumanan dalam Sunyono, 2012)
Persentase Kriteria
80,1% - 100,0%
60,1% - 80,0%
40,1% - 60,0%
20,1% - 40,0%
0,0% - 20,0%
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
46
b. Analisis data respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran
Analisis data respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan model
SiMaYang tipe II,dilakukan langkah-langkah berikut:
B. Menghitung jumlah siswa yang memberikan respon positif dan negatif ter-
hadap pelaksanaan pembelajaran.
C. Menghitung persentase jumlah siswa yang memberikan respon positif dan
negatif.
D. Menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga persentase sebagaimana
Tabel 10.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian analisis kemampuan
self efficacy dan keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan model pembelajaran
SiMaYang Tipe II dapat disimpulkan bahwa :
1. Model pembelajaran SiMaYang Tipe II memiliki keefektivan yang tinggi dalam
meningkatkan self efficacy dan keterampilan berpikir kritis pada materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan self efficacy
berkriteria sangat tinggi, peningkatan keterampilan berpikir kritis berkriteria
sedang, aktivitas siswa berkriteria sangat tinggi, dan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran berkriteria tinggi.
2. Model pembelajaran SiMaYang Tipe II memiliki kepraktisan yang tinggi dalam
meningkatkan self efficacy dan keterampilan berpikir kritis pada materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit. Hal ini dibuktikan dengan keterlaksanaan RPP
berkriteria tinggi dan respon siswa berkriteria sangat tinggi.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan bahwa :
1. Penerapan model pembelajaran SiMaYang tipe II dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran sains yang mengedepankan
71
multipel representasi. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan kepada
guru-guru IPA untuk mengimplementasikan dan mengembangkan model
pembelajaran tersebut di kelas.
2. Penerapan model pembelajaran SiMaYang tipe II harus disertai keterampilan
pengelolaan pembelajaran yang baik, seperti pengelolaan kelas, pengelolaan
waktu pembelajaran, pengaturan diskusi kelompok, pengaturan kegiatan
individu, maupun pengaturan presentasi dan diskusi kelas serta bagi guru atau
calon peneliti yang akan menerapkan model pembelajaran SiMaYang tipe II
diharapkan terus berlatih dan melakukan persiapan dengan baik.
3. Pelaksanaan pembelajaran dengan model SiMaYang tipe II memerlukan
infrastruktur tambahan seperti LCD projector, ketersediaan layanan internet,
dan lembar kerja siswa yang berwarna, agar pembelajaran berjalan dengan baik
dan lebih menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Afdila, D. 2015. Penerapan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II BerbasisMultipel Representasi Dalam MeningkatkanEfikasi Diri Dan PenguasaanKonsepLarutan Elektrolit DanNon- Elektrolit. Skripsi. Bandar Lampung :FKIP, Universitas Lampung.
Alwisol. 2006. Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press
Angelo, T. A. 1995. Classroom Assessment For Critical Thinking. Jossey Bass,Inc. San Fransisco.
Anwar, A. I. D. 2009. Hubungan Self-Efficacy dengan Kecemasan Berbicara didepan Umum pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universiyas SumateraUtara. Skripsi. Medan: Fakultas Psikolgi USU.
Arifin, M. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. IMSTEP JICA. Bandung
Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan Edisi III. Bina Aksara.Jakarta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran KimiaSMA/MA. BSNP. Jakarta.
Bandura, A. 1986. Social Foundations of thought and action: a social cognitivetheory. New Jersey: Englewood Cliffs, Prentice.
Bandura. 1997. Self Efficay The Exercise of Control. W.H Freeman andCompany. New York.
Bassham, G., Irwin, W., Nardone, H., and Wallace, JM. 2007. Critical Thingking.Mc-Graw Hill Companies, Inc. New York
Chittleborough, G.D. 2004. The Role of Teaching Models and ChemicalRepresentations in Developing Mental Models of Chemical Phenomena.Thesis. Science And Mathematics Education Centre.
Costa, A.L. 1985. Developing Minds A Resource Book For Teaching Thinking.Virginia ASCD. Alexandria
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Ennis, R. H. 1989. Critical Thingking and Subject Specificity Clarification andNeeded Research. Journal Education. 18 (3); 4-10
Fraenkel, J. R., N. E. Wallen, &H. H. Hyun. 2012. How to Design and EvaluateResearch in Education (Eigth Edition). McGrow-Hill. New York.
Ghufron M. Nur & Risnawati Rini S. 2010. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta:ArRuzz Media.
Halpen, D.F. 1996. Though And Knowledge: An Introduction To CriticalThinking. Lawrence Erlbaum Associates, Inc. New Jersey
Herron, J. D., Luis L., Cantu, R. Ward, V.Srinivasan. 1977. Problems Associatedwith ConceptAnalysis. Journal Science Education 61(2):185-199.
Izzati, S. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Simayang Tipe IIBerbasis Multipel Representasi Untuk Meningkatkan Efikasi Diri DanPenguasaan Konsep Asam Basa. Skripsi. FKIP, Universitas Lampung.Bandar Lampung.
Liliasari. 2007. Model-Model Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi UntukMengembangkan Keterampilan Generic Sains Dan Berpikir TingkatPelajar. UPI. Bandung
Masnurillah, H., dan Masriyah. 2014. Pengembangan Perangkat PembelajaranMatematika Kontekstual Yang Mengintegrasikan Pendidikan KeselamatanBerlalu Lintas (PKBL) Untuk Siswa SMP/MTs. Jurnal Ilmiah PendidikanMatematika, 1(3): 83-86.
Marzuki. 1997. MetodologiRiset. FakultasEkonomi UII. Yogyakarta
Nakhleh, M. B., & Postek, B. (2008). Learning chemistry using multiple externalrepresentations. In Visualization: Theory and practice in science educa-tion (pp. 209-231). Springer Netherlands.
Nieveen. 1999. Prototyping to Reach Product Quality, In Alker, Jan Vander,“Design Approaches and Tools in Education and Training”. KluwerAcademic Publisher. Dordrecht.
Rofi’udin, A.2000. Studi Tentang Bentuk dan Fungsi Pertanyaan Dalam InteraksiKelas Bahasa Indonesia dan dalam Interaksi Keluarga. PPs IKIP Malang.Malang
OECD (Organization for Economic Co-operation and Development). 2013. PISA2012 Assesment and Analytical Framework: matemathics, reading,science, problemsolving, and financial literacy.[Online]. Tersedia:http://www.keepeek.com/Digital-Asset-Management/oecd/education/pisa-2012-assessment-and-analytical-framework_9789264190511-en. [2desember 2015]
Pujiati. 2010. Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Kemandirian Be-lajar Siswa.Tesis. Bandung: UPI-Bandung.
Putrizal, I. 2015. Lembar Kerja Siswa Berbasis Multipel RepresentasiMenggunakan Model Simayang Tipe II Untuk Meningkatkan Efikasi DiriDan Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit. Skripsi.:FKIP, Universitas Lampung. Bandar Lampung
Sopiandi dan Murniati. 2007. Microscopic Level Misconceptions on Topic AcidBase, Salt, Buffer, and Hydrolysis : A Case Study at a State Senior HighSchool. Seminar Proceeding of The First International Seminar ofScience Education., October 27th. 2007. UPI Bandung.
Sudjana, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.
Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA UPI. Bandung.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Alfabeta.Bandung.
Sunyono. 2012. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi(Model SiMaYang). Anugrah utama raharja. Bandar lampung.
Sunyono, Leny Yuanita , & Muslimin Ibrahim. 2012. Analisis Keterlaksaan danKemenarikan Model Pembelajaran SiMaYang dalam MemmbangunModel Mental Mahasiswa pada Topik Stoikiometri. Prosiding SeminarNasional Sains dan Pendidikan Sains 2012. 06 Oktober 2012. UniversitasJenderal Soedirman. Purwokerto.
Sunyono. 2014. Model Pembelajaran Kimia Berbasis Multiple Representasidalam Membangun Model Mental Mahasiswa pada Mata Kuliah KimiaDasar. Disertasi. Program S3 Pendidikan Sains. Program PascasarjanaUniversitas Negeri Surabaya: tidak dipublikasikan.
Sunyono dan Yulianti, Dwi. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran KimiaSMA Berbasis Multipel Representasi dalam Menumbuhkan Model Mentaldan Meningkatkan Penguasaan Konsep Kimia Siswa Kelas X. LaporanPenelitian Hibah Bersaing Tahun I. Lembaga Penelitian UniversitasLampung.
Sunyono, Yunita, L., dan Muhammad, I,. 2015. Supporting Students in Learningwith Multiple Representation to Improve Student Mental Models on AtomicStructure Concepts. Science Education International, 26 (2): 104-125.
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.PT. Imperial Bhakti Utama
Warsita, B. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan, dan Aplikasinya. RinekaKarya. Jakarta.
Wicaksono, A. 2008. Efektivitas Pembelajaran. Agung (ed). Diakses di alamathttp;/agungrudent,woedpress.com/2015/12/02/efektifitas/pembelajaran/trackback pada tanggal 2 Desember 2011.
Zulkosky, K. 2009. Self-Efficacy: A Concept Analysis. Nursing Forum Volume44, No. 2, April-June 2009. Journal Compilation, Wiley Periodical, Inc.
top related