peledakan coy
Post on 25-Oct-2015
102 Views
Preview:
TRANSCRIPT
II.2 Bahan Peledak
Pengertian Bahan Peledak
Bahan peledak adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk
padat, cair, gas atau campurannya yang apabila dikenai suatu aksi panas, benturan,
gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat
cepat yang hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas dan disertai panas
dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih stabil.
Hasil ledakan: (Langefors, 1978)
P = 100.000 atm @ 101.500 kg/cm2 @ 10.000 Mpa
T = ± 4000° C
Daya (energi) = ± 25.000 MW = 25 x 106 kW = 5.950.000 kcal /s (1 kW = 0,238
kcal /s)
Bandingkan, Steel barrel:
Kekuatan sampai dengan 5.000 atm@ 500 MPa
Titik leleh = 1.500° C
Titik didih = 3.000° C
Energi Gelatin explosive dalam 1 m kolom lub.ledak:
Power = 1.200 kcal/kg/m ; kecep. detonasi = 4.000 m/s
Didalam lubang ledak =
Pembakaran ( Combustion )
Reaksi permukaan yang eksotermis dan dijaga keberlangsungannya oleh panas yang
dihasilkan dari reaksi itu sendiri dan produknya berupa pelepasan gas-gas.
Contoh: CH3(CH2)10CH3 + 18½ O2 ® 12 CO2 + 13 H2O
Kriteria:
– Melibatkan reaksi kimia
– Okdigen tersedia berlebih di udara bebas
– Motor bakar (bensin atau solar): tidak perlu tangki oksigen
– Metoda pemadaman kebakaran: isolasi benda terbakar dari oksigen
Ledakan ( Explosion )
Ekspansi seketika yang cepat dari gas menjadi bervolume lebih besar dari sebelumnya
diiringi suara keras dan efek mekanis yang merusak.
Contoh:
Tangki bertekanan meledak
Balon karet meletus
1200 kcal
m x 4000
ms=48 x 105 kcal/s
Kriteria:
Tidak melibatkan reaksi kimia
Transfer energi ke gerakan massa (efek mekanis)
Disertai panas dan bunyi
Detonasi
Adalah proses kimia-fisika yang mempunyai kecepatan reaksi sangat tinggi, sehingga
menghasilkan gas dan temperature sangat besar yang semuanya membangun ekspansi
gaya yang sangat besar pula. Kecepatan reaksi yang sangat cepat dan diawali dengan
panas tersebut menghasilkan gelombang tekanan kejut (shock compression wave) dan
membebaskan energi dengan mempertahankan shock wave serta berakhir dengan
ekspansi hasil reaksinya.
Contoh:
TNT meledak : C7H5N3O6 ® 1,75 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 5,25 C
ANFO meledak : 3 NH4NO3 + CH2 ® CO2 + 7 H2O + 3 N2
NG meledak : C3H5N3O9 ® 3 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 0,25 O2
NG + AN meledak : 2 C3H5N3O9 + NH4NO3 ® 6 CO2 + 7 H2O + 4 N4 + O2
Pada PT. SEMEN TONASA PERSERO jenis bahan peledak yang di gunakan adalah
bahan peledak jenis ANFO ( NH4NO3 ) Amonium Nitrat Fuel Oil.
ANFO ( NH4NO3 ) Amonium Nitrat Fuel Oil. adalah jenis bahan peledak dengan
spesifikasi seperti berikut :
• Densitas : - butiran berpori 0,74 – 0,78 gr/cc (untuk agen peledakan)
- butiran tak berpori 0,93 gr/cc (untuk pupuk urea)
• Porositas: - mikroporositas 15%
- makro plus mikroporositas 54%
- butiran tak berpori mempunyai porositas 0 – 2%
• Ukuran partikel : yang baik untuk agen peledakan antara 1 – 2 mm
• Tingkat kelarutan terhadap air bervariasi tergantung temperatur, yaitu:
- 5° C tingkat kelarutan 57,5% (berat)
- 10° C tingkat kelarutan 60% (berat)
- 20° C tingkat kelarutan 65,4% (berat)
- 30° C tingkat kelarutan 70% (berat)
- 40° C tingkat kelarutan 74% (berat)
SIFAT-SIFAT ANFO ( NH4NO3 ) Amonium Nitrat Fuel Oil
Densitas:
Poured (gr/cc) 0,80 – 0,85
Blow Loaded (gr/cc) 0,85 – 0,95
Energi (MJ/kg): 3,7
RWS (%) : 100 ® (373 kj/gr)
RBS:
Poured (%) 100 ® (317 kj/cc)
Blow Loaded (%) 116
Diameter lubang ledak min.:
Poured (mm) 75
Blow Loaded (mm) 25
Ketahanan terhadap. Air :buruk
Shelf Life:
Maks. 6 bulan tergantung temperatur dan kelembaban gudang
Gudang yang bersuhu dan kelembaban tinggi akan mengakibatkan ANFO
rusak, ditandai dengan pengerasan atau caking yg akan mengurangi kinerja
peledakan
Waktu Tidur (Sleep Time) :
Dalam kondisi normal kering dengan lubang tertutup stemming yang baik,
ANFO dapat ditidurkan sampai 6 bulan
Kehadiran air dalam lubang akan menurunkan secara dramatis waktu tidur
PEMBUATAN ANFO ( NH4NO3 ) Amonium Nitrat Fuel Oil
Campuran AN (ammonium nitrat) dan FO (solar) sebesar 94,3% AN dan 5,7% FO
akan menghasilkan zero oxygen balanced dengan energi panas sekitar 3800 joules/gr
handak
Campuran yang tidak sempurna akan menghasilkan energi ledak rendah dan gas
beracun (noxious gasses)
Overfueled dengan 92% AN dan 8% FO akan menurunkan energi 6% dan
menghasilkan gas CO yang berbahaya
Under fueled dengan 96% AN dan 4% FO menurunkan energi 18% dan menghasilkan
gas NO2
Ukuran partikel AN antara 1 – 2 mm
II.3 Gudang Bahan Peledak
Secara umum aturan yang membahas mengenai gudang bahan peledak masuk dalam
surat keputusan menteri pertambangan dan energy nomor 555.K/26/M.PE/1995 tanggal 22
mei 1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.
Aturan – aturan tersebut tertuang dalam beberapa pasal antara lain :
Bagian Pertama : ( Gudang Bahan Peledak )
1. Pasal 52 ( Izin Gudang Bahan Peledak )
2. Pasal 53 ( Ketentuan Umum Gudang Bahan Peledak )
3. Pasal 54 ( Pengamanan Gudang Bahan Peledak )
Bagian Kedua : ( Persyaratan Gudang bahan Peledak di Permukaan Tanah )
1. Pasal 55 ( Pengaturan Ruangan Gudang di permukaan Tanah )
2. Pasal 56 ( Gudang Bahan Peledak sementara )
3. Pasal 57 ( Gudang transit )
4. Pasal 58 ( Gudang Utama )
5. Pasal 59 ( Jarak Aman )
Bagian Ketiga : ( Persyaratan Gudang bahan Peledak di Bawah Tanah )
1. Pasal 60 (Konstruksi dan Lokasi Gudang di Bawah Tanah )
2. Pasal 61 ( Pengaturan Ruangan Gudang di Bawah Tanah )
Bagian Keempat : ( Tata Cara Penyimpanan Bahan Peledak )
1. Pasal 62 ( Persyaratan Umum )
2. Pasal 63 ( Petugas Gudang dan Pengamatan Bahan Peledak )
3. Pasal 64 ( Buku Catatan Bahan Peledak )
4. Pasal 65 ( Penerimaan dan Pengeluaran Bahan Peledak )
5. Pasal 66 ( Penyimpanan bahan Peledak peka Detonator )
6. Pasal 67 ( Penyimpanan bahan Peledak Peka Primer )
7. Pasal 68 ( Penyimpanan Bahan Ramuan Bahan Peledak )
8. Pasal 69 ( Penyimpanan Detonator )
9. Pasal 70 ( Penyimpanan Dibawah tanah )
10. Pasal 71 ( Pemeriksaan Gudang )
Berhubungan dengan kegiatan ekskursi mata kuliah teknik peledakan pada tambang
quarry PT. Semen Tonasa PERSERO, Kebupaten Pangkep Propinsi Sulawesi Selatan,
Mengenai gudang bahan peledak yang menerapkan system gudang bahan peledak utama
maka, perlu dibahas secara terperinci mengenai gudang bahan peledak utama.
Gudang Utama Terdiri dari :
A. Gudang Penyimpanan : Bahan peledak mempunyai beberapa persyaratan yang
tertuang dalam pasal 56 ayat 1 huruf a yaitu gudang harus berbentuk bangunan
dan kapasitas tidak lebih dari 150.000 kilogram , beberapa spesifikasi lainnya antara
lain :
1. Dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar
2. Dibuat dengan atap seringan mungkin
3. Dibuat dengan dinding yang pejal
4. Dilengkapi dengan lubang ventilasi pada bagian atas dan bawah
5. Mempunyai hanya satu pintu
6. Dilengkapi dengan alat penangkal petir dengan resistan pembumian lebih dari 5
ohm
7. Bebas Kebakaran dari radius 30 meter
8. Lantai gudang terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan percikan bunga api
9. Tidak boleh ada besi yang tersingkap sampaai 3 meter dari lantai.
B. Gudang Bahan Peledak : Selain harus memenuhi pasal 56 ayat 1 huruf a seperti
diatas gudang bahan peledak mempunyai kapasitas tidak lebih dari 500.000 kilogram.
C. Gudang Bahan Ramuan Bahan Peledak : Untuk gudang berbentuk bangunan
harus memenuhi persyaratan sebagai mana dalam pasal 56 ayat 1 huruf a butir 3 yaitu
dibuat dengan dinding yang pejal dan mempunyai kapasitas tidak lebih dari 500.000
kilogram, sedangkan gudang yang berbentuk ttangki harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
Tangki tidak boleh terbuat dari bahan tembaga, timah hitam, seng atau besi galvanisir.
Pada bagian atas harus tersedia bukaan sebagai lubang pemeriksaan dan harus tersedia
tempat khusus bagi operator untuk melakukan pemeriksaan.
Pipa pengeluaran harus terletak pada bagian bawah dan pada bagian atas harus
tersedia katup untuk pengeluaran tekanan udara yang berlebihhan.
Untuk gudang berbentuk kontener harus memenuhi persyaratan sebagai mana
dimaksud dalam pasal 56 ayat 1 kecuali huruf b butir 3 yaitu dilapisi dengan kayu pada
bagian dalamnya.
Khusus pada tambang quarry PT. Semen Tonasa, Kabupaten Pangkep Propinsi
Sulawesi Selatan, mereka menerapkan system penerimaan dan pengeluaran bahan
peledak setiap 6 ( enam ) bulan sekali begitu juga dengan surat izin peledakannya.
II.4 Alat Bantu Peledakan
Sebelum melakukan suatu peledakan kita membutuhkan beberapa ( Komponen ),
yang disebut Alat bantu peledakan yang secara umum terbagi menjadi 4 (empat ) yaitu :
Detonator ( Penggalak awal )
- Detonator Biasa ( Plain detonator )
- Detonator Listrik ( Electric Detonator )
- Detonator Khusus : Dirancang khusus untuk seismic dan peledakan
dibawah permukaan air.
Keuntungan menggunakan detonator listrik dibanding dengan detonator biasa ;
- Jumlah lubang ledak yang dapat diledakkan sekaligus relative lebih
banyak.
- Pola peledakan lebih leluasa
- Hasil peledakan lebih leluasa
- Penanganan lebih mudah dan praktis.
Kerugian menggunakan detonator listrik dibandingkan dengan detonator biasa :
- Untuk daerah peledakan yang banyak kilat, kurang aman
- Pengaruh gelombang radio dapat mempengaruhi peledakan
- Membutuhkan perlengkapan tambahan, seperti sumber arus listrik dan
alat pengetes lainnya.
Nonel
Sumbu Bakar
Kabel Pembantu dan Kabel Utama
Kabel Pembantu : - Untuk menghubungkan antara 2 leg wire dalam rangkaian seri
- Menyambung leg wire yang terlalu pendek.
Kabel pembantu yang baik : Isolasi yang tahan goresan dan tahan listrik lebih dari 6,5 0hm
per 100 meter.
Kabel Utama ( Led Wire ) : Berfungsi untuk menghubungkan kedua ujung rangkaian
peledak ke sumbu arus. Dengan menggunakan kabel ini dibuat jarak yang cukup aman dari
pemegang eksploder ke daerah peledakan.
Khusus pada tambang quarry PT. Semen Tonasa, Kabupaten Pangkep Propinsi
Sulawesi Selatan, Alat bantu peledakan khususnya detonator mereka memakai
detonator listrik.
Hal – hal yang perlu diperhatikan pada saat menggunakan detonator listrik yaitu :
1. Selalu mengetest detonator listrik sbelum pemakaian.
2. Periksa lebih dulu keadaan isolasi atau leg wire.
3. Selalu memakai detonator yang panjang leg wirenya lebih panjang dari kedalaman lubang
ledak.
4. Pada waktu memasukkan kedalam lubang ledak jaga agar leg wire tidak rusak.
5. Kedua ujung leg wire sebelumnya disambungkan ke kabel pembantu harus tetap bersatu.
6. Hindari dari benturan yang keras
7. Hindari dari suhu yang panas
II.5 Prosedur Peledakan
Prosedur peledakan pada tambang quarry PT Semen Tonasa persero adalah sebagai
berikut :
1. Pengamanan Selama Persiapan
Pengamanan ini lebih ditujukan kepada orang atau karyawan yang mendekati atau
melewati daerah peledakan, seta alat alat yang berada didekat lokasi peledakan ditempatkan pada
posisi yang aman. Peledakan pada PT Semen Tonasa dilakukan hampir setiap hari dan dilakukan
pada sekitar Pukul 12.00 – 13.00 WITA atau dikondisikan. Setiap bahan peledak yang telah keluar
dari gudang harus diledakkan hari itu juga kecuali kondisi atau cuaca tidak memungkinkan ( ada
petir ).
Untuk pengamanan bahan peledak setelah bahan sampai dilapangan maka secepatnya bahan
peledak tersebut langsung dibagi-bagikan ke dekat lubang yang telah disiapkan, sesuai dengan
kebutuhan jumlah masing-masing lubang. Demikian juga dengan detonator listrik dan
primer/dinamit.
2. Pembuatan Primer
Primer berfungsi untuk menghentakkan (shock) ANFO atau blasting agant lainnya.
Sedangkan primer itu sendiri dihentakkan (dishock) dengan detonator atau sumbu ledak. Primer
ada yang sdah dibuat atau langsung dari prabrik, tetapi dapat dibuat sendiri dari dinamit. Ukuran
atau berat dari dinamit yang diperlukan disesuaikan dengan diameter dan dalamnya lubang ledak.
Untuk diameter lubang ledak yang kecil ( 3 cm ), primer dapat dibuat dari ½ atau 1/3 dodol
dinamit, dengan berat satu dodol 200 gram, sedangkan untuk ukuran yang besar ( 10 cm ), primer
dapat dibuat dari 3 atau 6 dodol yang disatukan. Dalam hal ini detonator atau sumbu ledak hanya
dimasukkan ke salah satu dari dodol dinamit.
Dalam pembuatan primer baik dengan detenator atau dengan sumbu, hal-hal seperti dibawah
ini harus diperhatikan.
- Detenator atau sumbu ledak harus benar-benar masuk dalam dinamit, artinya detenator atau
sumbu bersentuhan dengan dinamit.
- Detenator atau sumbu ledak harus terikat dengan dinamit sedemikian rupa sehingga tidak
mudah lepas.
Stemming
Primemer
Bahan peledak
Adapun prosesnya adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Primer dengan Detenator Listrik
- Detenator harus masuk dan bersentuhan dengan isi dodol dinamit.
- Pengikat dapat dilakukan dengan leg wirenya sendiri.
Sebelum detenator atau sumbu ledak dimasukan ke dalam dinamit maka harus terlebih
dahulu diperiksa keadaannya.Karena menggunakan detenator listrik maka detenator ditest
dengan blasting ohm meter. Pada waktu pengetesan detenator dimasukkan ke dalam lubang
ledak yang masih kosong. Setelah ditest kedua ujung leg wirenya harus diikat kembali satu
sama lain.
2. Penempatan Primer
Penempatan primer terdiri dari dua cara yaitu :
- Collar Priming adalah penempatan primer dibagian atas atau ujung dari lubang tembak
- Bottom Priming adalah penempatan primer dibagian bawah atau ujung dalam dari lubang
tembak.
.
Stemming
Bahan peledak
Gambar 6. collar priming dan bottom priming
Pemasangan primer pada peledakan tambang quarry PT. Semen Tonasa menggunakan collar
priming yaitu primer terletak diatas.
3. Pengisian lubang ledak
prosedur pengisian lubang peledak adalah sebagai berikut :
- Pemeriksaan lubang peledak. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan pantulan sinar dari
sepotong cermin atau tongkat kayu yang cukup panjang.
- Pada PT Semen Tonasa Persero lubang peledakan dilapisi dengan plastik, hal ini dilakukan untuk
mencegah masuknya bahan peledak ke sela-sela lubang batuan.
- Pengisian bahan peledak paling banyak 2/3 dari tinggi lubang ledak. Karena lubang ledak yang
ada memiliki kedalaman 6,5 m maka bahan peledak yang sebanyal 4,5 m.
Primer
- Pada waktu memasukkan primer ke dalam lubang harus berhati-hati sehingga detenator atau
sumbu tidak terlepas dari dalam dinamit, serta sumbu atau leg wirenya tidak terluka.
- Hindari pemakaian leg wire yang terlalu pendek, namun kalau terpaksa sambungan-sambungan
harus diisolasi dengan baik.
- Dilarang memadatkan primer (tapping).
- Diameter primer harus lebih kecil dari diameter lubang ledak. Bila waktu memasukkan primer
agak susah turunnya kedalam lubang maka dapat dibantu/didorong dengan tongkat kayu dengan
perlahan-lahan.
- Stelah primer telah sampai benar-benar didasar lubang maka bahan peledak dapat diamsukkan.
Bila memakai bahan peledak ANFO maka dilarang memadatkannya sehingga berat jenisnya
bertambah.
- Dilarang memakai bahan peledak yang sudah rusak.
4. Stemming.
Syarat syarat stemming yang baik yaitu :
- Bahan stemming, dari tanah liat atau pasir halus.
- Jangan memakai bahan-bahan kertas bekas pembungkus bahan peledakan atau daun-daunan.
- Steaming harus dibuat cukup padat, untuk itu perlu dipadatkan (di-tapping) dengan tongkat
kayu.
- Stemming yang baik akan mengurangi suara ledakan.
Stemming yang digunakan pada daerah pengamatan berasal dari cutting hasil pemboran dengan
ketebalan pengisian sekitar 2 m dari total kedalaman lubang yaitu 6,5 m.
5. Penyambungan Rangkaian.
Prosedur enyambungan rangkaian pada peledakan yang menggunakan detenator listrik adalah
- Sambungan leg wire dengan kabel pembantu harus lebih baik dan kuat.
- Penyambungan rangkaian antar semua lubang ledak harus dilaksanakan secepatnya dan ujung
rangkaian diikat satu sama lain. Sebelum dihubungkan dengan kabel utama.
- Rangkaian harus dibuat lebih rapih dan efektif. Hindari kabel agar tidak kusut dan terlipat.
- Sebelum rangkaian antar ledak disambung dengan kabel utama, maka tahanan listrik dan
kesinambungan arus dari rangkaian harus ditest dengan Blasting Ohm Meter. Tahanan listrik
rangkaian harus sesuai dengan perhitungan teoritis, namun dengan toleransi 10% dapat
dianggap baik.
- Secara terpisah kebel utama juga harus ditest sama seperti di atas.
6. Perlindungan Untuk Pemegang Ekspoder/Blasting Machine
Sebelum peledakan maka perlu diperhatikan tempat berlindung yang aman dengan
memperhatikan :
- Harus dipertimbangkan arah dan jarak lemparan/layangan batu dengan mengambil posisi
yang berlawanan.
- Periksa keadaan sekeliling tempat berlindung, khususnya bila ada bongkahan-bongkahan
batuan lepas yang berukuran besar disekitarnya.
- Bila keadaan lapangan sedemikian rupa sehingga tidak ada tempat berlindung yang cukup
aman maka perlindungan khusus untuk itu dapat dibuat (sheleter).
Pada peledakan di PT Semen Tonasa pemegang mesin berlindung dibalik alat berat hal ini untuk
keamanan dan keselamatan.
7.Tanda peringatan sebelum peledakan.
- Sebelum dilakukan peledakan maka orang-orang disekitar daerah pengaruh gas dan lemparan batu
peledakan harus diberi aba-aba peringatan agar berlindung atau menyingkir. Demikian juga
halnya dengan perlatan, sebelumnya sudah harus diamankan/disingkirkan.
- Aba-aba yang digunakan berupa sirine dan hanya berbunyi sekali.
- Tenggang waktu antara aba-aba peringatan dengan saat peledakan harus cukup untuk memberi
kesempatan kepada orang-orang untuk berlindung.
- Sebaiknya aba-aba dilakukan dalam beberpa tahap dan tiap tahap mempunyai arti tersendiri dan
dimengerti setiap orang khususnya pemegang eksploder.
- Bila di dekat lapangan peledakan terdapat jalan lalu lintas utama tambang maka jalan tersebut
harus ditutup atau diblokir.
- Sebelum aba-aba yang terakhir maka mandor lapangan atau pengawas ledakan harus memriksa
daerah dan sekitar peledakan.
- Kondensator di dalam eksploder sedang diisi dengan arus kabel listrik dari baterainya.
- Kabel utama telah disambung dengan exploder.
Bila tejadi penundaan peledakan, karena sesuatu hal yang masih aman, maka komunikasinya
dapat dibuat aba-aba khusus.
8. Proses Meledaknya Bahan Peledak
Pada bahan peledak yang digunakan untuk maksud memecahkan batuan (industri
pertambangan) proses pecahnya batuan secara garis besar dapat diterangkan sebagai berikut. Pada saat
bahan peledak (tertanam di batuan) meledak, tekanan yang sangat tinggi (dapat mencapai 50.000-
4.000.000 psi) menghancurkan batuan di daerah sekitar lubang ledak. Gelombang kejut akan
merambat dengan cepat (3.000-5.000 meter/detik) meninggalkan lubang ledak akan menimbulkan
rekahan menjari yang menjalar dari daerah lubang ledak.
Perambatan gelombang kejut ini apabila mencapai bidang bebas (permukaan batuan yang
berhubungan dengan atmosfir), tekanan akan turun dengan cepat dan berubah menjadi gelombang
tarik. Gelombang tarik ini merambat kembali ke dalam batuan. Oleh karena batuan mempunyai
ketahanan terhadap tarikan lebih kecil dibanding terhadap gaya tekan, maka hancurlah batuan
tersebut. Artinya bahwa gelombang kejut (daya hentak) yang ditimbulkan oleh bahan peledak
konvensional tersebut akan mengalami pelemahan ketika bertemu dengan bidang bebas (atmosfir).
Artinya bahwa gelombang kejut dari peledakan bom tersebut menjalar melalui atmosfir (blast).
Dengan demikian dapat dibayangkan luar biasa besarnya daya ledak bom tersebut, karena daya
hentaknya dapat menjalar dengan cepat melalui udara dan akhirnya meluluh lantakkan bangunan dan
manusia yang merupakan bukan bidang bebas.
Berarti bahwa bom tersebut mengandalkan daya rusak dari tekanan ledakan yang
menghasilkan hentakan udara (blast) yang merambat dengan cepat melalui atmosfir. Tekanan dan
panas yang sangat tinggi menjalar dengan cepat menyapu dan membakar semua yang dilewati. Efek
yang ditimbulkan adalah menggetarkan dan membakar dengan sangat cepat benda-benda (apalagi
manusia) yang dilaluinya. Ditambah lagi keadaan daerah sekitar kejadian banyak terdapat tangki
bahan bakar dalam kendaraan dan juga tabung-tabung gas, ini semakin menambah efek bakar yang
ditimbulkan luar biasa dahsatnya.
9. Pemeriksaan / Pengamanan Setelah Peledakan
Setelah seperempat jam ledakan terakhir maka dilakukan pemeriksaan terhadap gas gas
beracun dan peledakan mangkir.Tanda-tanda lubang ledak yang mangkir
1. Permukaan tanah di atas lubang ledak masih utuh.
2. Terdapat bongkahan-bongkahan besar yang tidak lazim dan tidak seperti bongkahan lubang
ledak yang lain.
3. Terdapat serakan bahan peledak yang masih utuh di permukaan atau di sela-sela bongkahan.
Penanganan untuk lubang ledak yang mangkir pada PT Semen Tonasa adalah adalah dilakukan
peledakan ulang dan harus dilakukan pada hari itu juga sebab jika dibiarkan dapat membahayakan
jiwa.
II. 6 Pola Pemboran dan Pola Peledakan
II.6.1 Pola Pemboran
Berdasarkan klasifikasi diatas maka pola pemboran yang digunakan pada daerah pengamatan
yaitu square pattern dengan jarak spasi yaitu ; 2,5 m dan burden 2,5 m.. Jumlah lubang bor yang
akan diledakkan yaitu sekitar 120 lubang dengan kedalaman lubang bor sekitar 2 rod batang bor yaitu
6,5 m Alat bor yang digunakan jenis Furukawa HCR 1500, seperti yang ditunjukkan gambat
dibawah ini :
II.6.2 Pola Peledakan
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang-lubang bor dalam
satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya, ataupun antara lubang bor yang satu
dengan lubang bor yang lainnya. Pola peledakan ini ditentukan berdasarkan urutan waktu
peledakan serta arah runtuhan material yang diharapkan.
Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan
membentuk kotak.
2. Corner cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke salah satu sudut
dari bidang bebasnya.
3. V cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan membentuk
huruf V.
Berdasarkan urutan waktu peledakan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Pola peledakan serentak, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan secara serentak
untuk semua lubang ledak.
2. Pola peledakan beruntun, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan dengan waktu
tunda antara baris yang satu dengan baris lainnya.
Pola peledakan yang digunakan pada PT Semen Tonasa yaitu pola peledakan
beruntun dengan waktu tunda antara baris satu dengan yang lainnya sekitar 25 ms. Adanya
pola peledakan beruntun ini akibat penggunaan delay detenator dari 0 – 9 delay . Berdasarkan
arah runtuhannya maka peledakan yang dilakukan digolongkan kedalam boxcut yaitu arah
lemparan kedepan dan membentuk kotak. Arah lemparan berbentuk boxcut ini ditumbulkan
oleh susunan delay detenator yang digunakan tiap lubang.
2.7 Desain Peledakan
Operasi pemboran dimulai penentuan letak lubang bor harus dievaluasi dengan hati
hati untuk mendapatkan hasil optimum dari bahan peledak yang dipilih. faktor faktor yang
perlu diperhatikan dalam desain peledakan adalah :
- Diameter lubang bor
- Ketinggian jenjang
- Burden dan spacing
- Struktur batuan
- Fragmentasi
- Kestabilan jenjang
- Tipe bahan peledak yang digunakan
Geometri peledakan pada salah satu tambang quarry PT Semen Tonasa adalah :
- Tinggi jenjang 6 m
- Diameter lubang bor 4 inch atau 10,16 cm
- Spacing 2,5 m
- Burden 2,5 m
- Kedalaman lubang bor 6,5 m
- Panjang isian bahan peledak 4,5 m
- Steaming 2 m
1. Diameter Lubang Bor
Pemilihan diameter lubang bor tergantung pada tingkat produksi yang diinginkan.
Dengan lubang bor yang lebih besar maka lebih besar pula tingkat produksi yang
dihasilkan.pemilihan lubang bor secara tepat aadalah penting untuk memperoleh hasil
fragmentasi secara maksimal dengan biaya rendah. m. Untuk kontrol desaindengan hasil
fragmentasi yang bagus , menurut pengalaman maka diameter lubang bor harus berkisar
antara 0,5 % - 1 % dari tinggi jenjang. Tinggi jenjang pada quarri adalah 6 m, maka
secara matematis diameter lubang bor harus berkisar antara 5 cm – 10 cm. Hasil
perhitungan ini sesuai dengan data yang diambil dimana diameter lubang bor peledakan
yang digunakan pada quarry PT Semen Tonasa yaitu 4 inch atau sekitar 10,16 cm.
Diameter lubang bor mempunyai hubungan dengan tinggi jenjang dimana jika
tinggi jenjang rendah dipakai diameter lubang kecil dan sebaliknya jika tinggi jenjang
tinggi maka dipakai diameter lubang bor yang besar.
Burden
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang ledak terhadap bidang bebas
terdekat dan merupakan arah pemindahan batuan (displacement) akan terjadi.Jika burden
terlalu kecil memungkinkan terjadinya fly rock, air blast dan fragmentasi batuan yang
dihasilkan relatif tidak seragam, sedangkan burden yang terlalu besar maka akan terjadi
backbreak dan kerusakan pada dinding jenjang.
2. Spasi
Spasi adalah jarak terdekat antara dua lubang ledak yang berdekatan di dalam satu
baris (row). Apabila jarak spasi terlalu kecil akan menyebabkan batuan hancur menjadi
halus, disebabkan karena energi yang menekan terlalu kuat, dan menimbulkaan efek
ledakan berupa noise (kebisingan) dan flyrocks.
Sedangkan bila spasi terlalu besar akan menyebabkan banyak bongkah atau bahkan
batuan hanya mengalami keretakan dan menimbulkan tonjolan diantara dua lubang ledak
setelah diledakkan.
Steaming
Stemming adalah tempat material penutup di dalam lubang ledak, yang letaknya di
atas kolom isian bahan peledak.
Fungsi stemming adalah agar terjadi keseimbangan tekanan dan mengurung gas-gas hasil
ledakan sehingga dapat menekan batuan dengan energi yang maksimal dan juga berfungsi
untuk mencegah agar tidak terjadi batuan terbang (flyrock) dan ledakan tekanan udara
(airblast) saat peledakan.
3. Arah Pemboran
Secara umum arah pemboran terdiri dari dua jenis yaitu :
-Pemboran miring
-Pemboran vertikal
Pemboran miring biasanya untuk mengurangi back reak. pemboran miring mempunyai
banyak keuntungan bila dibandingkan dengan pemboran tegak antara lain :
- Mengurangi biaya pemboran dan komsumsi bahan peledak karena memiliki
burden besar.
- Akan diperoleh jenjang yang stabil
- Hasil tumpukan lebih bagus
- Mengurangi timbulnya resiko tonjokan dan back break.
Pemboran yang digunakan pada salah satu tambang quarry PT Semen Tonasa yaitu
pemboran tegak, dengan alasan pemboran miring memiliki resiko yang besar.
II.8 Sistem Rangkaian Peledakan
Secara umum terdapat 4 tipe/ cara melakukan penyambungan detonator listrik, yaitu
dirangkai secara :
Seri
Paralel
Paralel – Seri
Seri – Paralel
Tetapi Pada Perusahaan Tambang quarry PT . Semen Tonasasistem rangkaian yang
digunakan adalah rangkaian seri paralel seperti penjelasan dibawah ini :
Rangkaian seri paralel
Dalam hubungan seri – paralel masing-masing sambungan seri digabungkan lagi dengan
hubungan paralel dengan sambungan seri yang lain, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Tipe hubungan ini sering digunakan bila jumlah total detonator listrik yang akan diledakkan
melebihi 50. Tiap-tiap seri sebaiknya terbatas hanya 40 detonator atau maksimum resistor 100
ohm.
top related