pelaksanaan program dan pengelolaan masalah gizi masyarakat ga tau pnya siapa
Post on 10-Apr-2016
229 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan
kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu
pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.
Masalah gizi meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan,
pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada
kasus tertentu, seperti keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial,
krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat ketahanan pangan ditingkat rumah tangga,
yaitu kemampuan rumah tangga untuk memperoleh makanan untuk semua anggotanya.
Menyadari hal ini, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang
menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup dalam
jumlah dan mutunya. Dalam konteks ini masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah
kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja.
Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih
didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA)
dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar (Supariasa dkk, 2002)
Di Indonesia, masalah gizi kurang dan gizi buruk masih menjadi perhatian utama
selain juga maslah gizi mikro dan pemberian ASI eksklusif. Dari data Riskesdas 2007,
prevalensi gizi buruk yang berada diatas rerata nasional (5,4%) ditemukan pada 21
provinsi dan 216 kabupaten/kota. Sedangkan berdasarkan gabungan hasil pengukuran
Gizi Buruk dan Gizi Kurang Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 19 provinsi
mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang diatas prevalensi nasional sebesar
18,4%. Masalah gizi mikro di 10 provinsi tahun 2006, diperoleh gambaran prevalensi
xerophtalmia pada balita 0,13% dan proporsi balita dengan serum retinol < 20 μgr/dl
sebesar 14,6% (Puslitbang Gizi, 2006). Selain itu, masalah anemia pada ibu hamil
1
berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 masih cukup tinggi
yaitu sebesar 40,1%. Secara nasional cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
0–6 bulan di Indonesia berfluktuasi dalam tiga tahun terakhir, menurun dari 62,2% tahun
2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008 dan sedikit meningkat pada tahun 2009 menjadi
61,3%. Demikian juga cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai 6 bulan
menurun dari 28,6% tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 dan meningkat
menjadi 34,3% pada tahun 2009 (Susenas 2007 – 2009).
Adapun masalah-masalah yang timbul pada kelompok umur usia sekolah, antara lain
defesiensi Fe dan seringnya jajan di sekolah sehingga dirumah anak tidak mau makan
dan pada umumnya mereka tidak sarapan (makan pagi), makan siang di luar rumah tidak
teratur sehingga tidak tercukupi kebutuhan gizinya.
Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. Melalui
program dan kegiatannya, puskesmas berperan serta mewujudkan keberhasilan status
pelayanan kesehatan Indonesia, khususnya di wilayah kerjanya. Dalam pelaksanaannya,
puskesmas memiliki enam program pokok (basic six) yang salah satu diantaranya
adalah Program Perbaikan Gizi. Program ini bertujuan untuk memantapkan dan
meningkatkan status gizi masyarakat secara efektif dan efisien melalui agendanya yang
meliputi pemantauan perkembangan bayi dan balita, pemberian vitamin A untuk balita,
pemberian tablet Fe untuk ibu hamil, pemberian makanan pendamping ASI, serta
pendataan dan perawatan balita gizi buruk.
Oleh karena pentingnya peran puskesmas dalam pengelolaan program gizi demi
meningkatkan status kesehatan masyarakat, maka penulis mengangkatkan makalah
Pelaksanaan Program dan Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat di Puskesmas
Andalas sebagai perbandingan bagi puskesmas lain dan sebagai evaluasi bagi Puskesmas
Andalas sendiri untuk memberikan pelayanan yang lebih baik di bidang gizi masyarakat
di masa yang akan dating
2
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui pelaksanaan program dan pengelolaan masalah gizi masyarakat di
puskesmas secara umum.
b. Tujuan Khusus
Mengetahui tentang program perbaikan gizi di Puskesmas Andalas
Mengetahui pengelolaan masalah gizi di Puskesmas Andalas
1.3 Batasan masalah
Makalah ini membahas tentang pelaksanaan program dan pengelolaan masalah gizi di
puskesmas Andalas
1.4 Metode penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan kepustakaan yang merujuk pada
berbagai literatur
3
BAB II
ANALISIS SITUASI
2.1. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
2.1.1. Kondisi Geografis
Puskesmas Andalas terletak di kelurahan Andalas dengan luas 8.15 km2 dengan
batas-batas sebagai berikut:
- sebelah utara : Kecamatan Padang Utara, Kuranji
- sebelah selatan : Kecamatan Padang Selatan
- sebelah barat : Kecamatan Padang Barat
- sebelah timur : Kecamatan Lubuk Begalung, Pauh
Puskesmas Andalas meliputi 10 kelurahan sebagai wilayah kerjanya. Kesepuluh
kelurahan tersebut adalah:
1. Kelurahan Sawahan
2. Kelurahan Jati Baru
3. Kelurahan Jati
4. Kelurahan Sawahan Timur
5. Kelurahan Simpang Haru
6. Kelurahan Andalas
7. Kelurahan Kubu Marapalam
8. Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah
9. Kelurahan Parak Gadang Timur
10. Kelurahan Ganting Parak Gadang
4
Gambar 1. Peta wilayah kerja Puskesmas Andalas
5
2.1.2. Keadaan Demografis
Data kependudukan Kecamatan Padang Timur sebagai wilayah kerja Puskesmas
Andalas adalah:
Tabel 1. Distribusi Penduduk menurut Kelurahan Tahun 2011
NO KELURAHAN JUMLAH
1 Kelurahan Sawahan 6387
2 Kelurahan Jati Baru 6707
3 Kelurahan Jati 10134
4 Kelurahan Sawahan Timur 5360
5 Kelurahan Simpang Haru 5835
6 Kelurahan Andalas 8980
7 Kelurahan Kubu Marapalam 6309
8 Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah 10134
9 Kelurahan Parak Gadang Timur 7594
10 Kelurahan Ganting Parak Gadang 10132
Jumlah 77.572
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Andalas tahun 2011
Tabel .2. Daftar Sasaran Kesehatan Puskesmas Andalas Tahun 2011
Kelurahan Bayi Balita Bumil Bulin Buteki WUS PUS Lansia
Sawahan 153 749 168 160 306 1571 1076 531
Jati Baru 161 786 177 169 322 1650 1130 558
Jati 250 1223 275 262 500 2567 1758 868
Sawahan Timur 128 629 142 135 256 1321 904 446
6
Kubu Marapalam 152 741 167 160 304 1560 1069 527
Andalas 221 1081 243 232 442 2268 1554 766
Kubu Dalam Pr. Karakah 250 1226 275 263 500 2572 1762 869
Parak Gadang Timur 188 922 207 198 376 1934 1325 653
Simpang Haru 141 689 155 148 282 1446 991 489
Ganting Parak Gadang 251 1229 276 263 502 2579 1766 871
Jumlah 1895 9275 2085 1990 3790 19468 13335 6578 Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Andalas tahun 2011
2.1.3. Sarana dan Prasarana
a. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Wilayah kerja Puskesmas Andalas sangat luas, oleh karena itu untuk melayani
masyarakat, Puskesmas Andalas memiliki 1 buah Puskesmas induk, dan 8 buah
Puskesmas pembantu dan 1 buah Poskeskel yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas
Andalas, yaitu:10
1. Puskesmas Pembantu Andalas Barat
2. Puskesmas Pembantu Parak Karakah
3. Puskesmas Pembantu Tarandam
4. Puskesmas Pembantu Ganting Selatan
5. Puskesmas Pembantu Jati Gaung
6. Puskesmas Pembantu Sarang Gagak
7. Puskesmas Pembantu Kubu Dalam
8. Puskesmas Pembantu Kampung Durian
9. Poskeskel Kubu Marapalam
Untuk kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat, Puskesmas Andalas
mempunyai:
1 buah kendaraan roda empat (Puskel)
5 buah kendaraan roda dua
Sarana kesehatan lain yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas yaitu:
Rumah Sakit Pemerintah : 3 buah
7
Rumah Sakit Swasta : 6 buah
Klinik Swasta : 6 buah
Dokter Praktek Umum : 51 orang
Dokter Praktek Spesialis : 15 orang
Bidan Praktek Swasta : 30 orang
Dukun Terlatih : 2 orang
Kader aktif : 352 orang
Pos KB : 12 pos
Posyandu Balita : 88 buah
Posyandu Lansia : 8 buah
b. Sarana dan Prasarana Umum
Sarana dan prasarana umum di wilayah kerja Puskesmas Andalas:
Taman kanak-kanak (TK) : 34 buah
SD Negeri : 35 buah
SD Swasta : 13 buah
SMP/MTsN : 11 buah
SMA/ SMK : 15 buah
Perguruan tinggi : 4 buah
Tempat ibadah : 112 buah
Salon/ pangkas rambut : 34 buah
Pasar : 2 buah
2.1.4. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi
Sebagian besar penduduk wilayah kerja Puskesmas Andalas beragama Islam yaitu
sekitar 96%, beragama Kristen 2%, Hindu 1% dan Budha 1 %. Keadaan ekonomi
penduduk sebagian besar menengah ke bawah.
2.1.5. Tenaga Kesehatan dan Struktur Organisasi
Puskesmas Andalas mempunyai tenaga kesehatan yang bertugas di dalam gedung
induk dan Puskesmas Pembantu. dengan rincian: 51 orang PNS, 7 orang tenaga PTT, 5
orang tenaga volunteer/honor.
Tabel 3. Komposisi Ketenagaan yang ada di Puskesmas Andalas
8
NOJENIS
KETENAGAANPNS PTT HONOR JML
1. Dokter Umum 4 4
2. Dokter Gigi 3 3
3. SKM 4 1 5
4. Akademi Perawat 5 1 6
5. Akademi Bidan 6 7 13
6. Pengatur Gizi / AKZI 1 1 2
7. Perawat 6 6
8. Bidan 7 1 8
9. Perawat Gigi 1 1
10. Sanitarian 2 2
11. Asisten Apoteker 3 3
12. Analis 3 1 4
13. SMU 6 2 8
Jumlah 51 8 5 65 Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Andalas tahun 2011
2.1.6. Sasaran Program Gizi
a) Jumlah penduduk : 81. 963 jiwa
b) Bayi (0- 5 bulan) : 645
c) Bayi ( 6- 11 bulan ) : 921
d) Anak balita (1-5 tahun) : 5.924
e) Balita (0- 5 tahun) : 7.943
f) Ibu hamil : 1.776
g) Ibu nifas : 1.613
9
PIMPINAN PUSKESMASDr. Dessy M Siddik
.
KEUANGANSumarni
Yenti Reflinda
PERENCANAANKa. Puskesmas
Tata UsahaStaf Medis
TATA USAHA/ KEPEGAWAIAN
PERLENGKAPAN UMUMErnawati
Nofrizal Bahar, AmKL
KOORDINATOR UPAYA KESEHATAN PERORANGANDr. Fanni Martias
PENGOBATANUMUM :dr. FANNI MARTIASANNELTIERNI BOTHNURHAYATIDEWI RAHAYU NEKA KURNIATIGIGI: drg. RATNI YUDHAdrg. DWI FILIANAdrg. VINELSIHdrg. DAFNAMURNI BR GURUSINGAKIA/KBA. IBU:SYAMSIWARTIRINI A, Amd, KebB. ANAK:ADE MAILINADOTI MAILINAC. KB: ARNITAWATIHj. NELLY S, Amd,Keb
PROGRAM PENUNJANGAPOTIK:YENTI REFLINDAELGUSNETIGUSTINAR NURSAMRR:AMRIANINURHAYATI
KOORDINATOR UPAYA KESEHATAN MASYARAKATDrg. DWI FILIANA
P2MTb Paru: NURHAYATI
SURVEILANS: ADETYOZA, AmkDBD: IRDAWATI, SKMISPA: NELLY MURSITA
DIARE: ERFITAIMUNISASI/RABIES: FERDINI DK,Amd,Keb
MALARIA/LABOR: LIZA NURMAYA D,Amd,Ak JUFRIYANTI,Amd,Ak
PROMKES : YUSMARNI,Amd,KepKESLING: IRDAWATI,SKM
GIZI: SALNIATY,AMG
PROGRAM TAMBAHAN
UKS: GUSNETIUKGS: MURNI BR GURUSINGA
LANSIA: LINA FIFRIANTIKESORGA: SYAMSIWARTI
PERKESMAS: DEWI RAHAYU,Amd,Kep
10
Gambar 2. Struktur Organisasi Puskesmas Andalas
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. pengertian gizi dan ilmu gizi
Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang
dikaitkan dengan kesehatan. Dilihat dari segi sifatnya, ilmu gizi dibedakan menjadi dua,
yakni gizi yang berkaitan dengan kesehatan perorangan yang disebut gizi kesehatan
perorangan dan gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang disebut gizi
kesehatan masyarakat (public health nutrition). Kedua sifat keilmuan ini akhirnya
11
masing-masing berkembang menjadi cabang ilmu sendiri, yakni cabang ilmu gizi
kesehatan perorangan atau disebut gizi klinik (clinical nutrition) dan cabang ilmu gizi
kesehatan masyarakat (community nutrition).
Kedua cabang ilmu ini dibedakan berdasarkan hakikat masalahnya. Gizi klinik
berkaitan dengan masalah gizi pada individu yang sedang menderita gangguan
kesehatan akibat kekurangan atau kelebihan gizi. Jadi gizi klinik lebih menitik beratkan
pada kuratif. Gizi masyarakat berkaiatan dengan gangguan gizi pada kelompok
masyarakat, oleh sebab itu, sifat dari gizi masyarakat lebih ditekankan pada pencegahan
(prevensi) dan peningkatan (promosi).
3.2 Program Pengelolaan Masalah Gizi Masyarakat Di Puskesmas
Berdasarkan standar minimal penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat yang
dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia pada tahun 2004, pengelolaan masalah gizi di puskesmas dilaksanakan
melalui program-program sebagai berikut :
1. Pemantauan Pertumbuhan Balita
1. Balita yang Naik Berat Badannya (program N/D)
Balita yang naik berat badannya (N) adalah balita yang ditimbang (D) di posyandu
maupun di luar posyandu yang berat badannya naik di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Langkah kegiatan:
1) Pengadaan dan pemeliharaan sarana terdiri dari alat timbang, pengadaan daftar
tilik, formulir rujukan, R1 Gizi;
2) Perencanaan logistik, pelaksanaan kegiatan dan pengambilan laporan;
3) Pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di posyandu dan di luar posyandu;
4) Bimbingan teknis.
2. Balita Bawah Garis Merah
Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang ditimbang berat badannya
berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS. Bayi BGM keluarga
12
miskin adalah bayi usia 6-11 bulan yang berat badannya berada pada garis merah atau
dibawah garis merah pada KMS. Keluarga miskin (gakin) adalah keluarga yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota melalui tim koordinasi
kabupaten/kota (TKK) dengan melibatkan tim desa dalam mengidentisikasi nama dan
alamat gakin secara tepat, sesuai dengan gakin yang disepakati. MP-ASI yang diberikan
dapat berupa bubur, nasi tim dan biskuit yang dapat dibuat dari campuran beras dan atau
beras merah, kacang-kacangan, sumber protein hewani/nabati, terigu, margarine, gula,
susu, lesitin, kedele, garam bikarbonat dan diperkaya dengan vitamin dan mineral.
Target Bayi BGM yang mendapatkan MP-ASI adalah 100%.
Langkah Kegiatan
1) Pengadaan dan pemeliharaan alat ukur berat badan dan KMS, pengadaan daftar
tilik dan formulir rujukan;
2) Perencanaan penyiapan logistik;
3) Pelacakan BGM melalui pemantauan pertumbuhan di posyandu dan di luar posyandu;
Rumusan yang digunakan untuk mendapatkan cakupan pemberian MP-ASI pada
Bayi BGM adalah:
Langkah kegiatan yang dilakukan adalah:
Pendataan sasaran
Penyusunan spesifikasi dan pedoman pengelolaan MP-ASI untuk bayi
usia 6-11 bulan dan anak usia 12-23 bulan.
Pelatihan tenaga pelaksanaan program MP-ASI
Sosialisasi program MP-ASI
Distribusi MP-ASI
Pencatatan/pelaporan
Monitoring dan evaluasi
13
4) Bimbingan teknis.
2. Pelayanan Gizi
1. Cakupan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A 2 kali per tahun.
Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul vitamin A adalah bayi yang
berumur mulai umur 6-11 bulan dan anak umur 12-59 bulan yang mendapat kapsul
vitamin A dosis tinggi. Kapsul vitamin A yang diberikan adalah kapsul vitamin A dosis
tinggi yang terdiri dari kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000 S.I. yang
diberikan kepada bayi umur 6-11 bulan dan kapsul vitamin A berwarna merah dengan
dosis 200.000 S.I. yang diberikan kepada anak umur 12- 59 bulan.
Rumusan yang digunakan untuk mendapatkan nilai cakupan balita yang mendapatkan
Vitamin A adalah:
Langkah kegiatan yang dilakukan adalah:
Pendataan sasaran balita
Perencanan kebutuhan kapsul vitamin A
Pengadaan dan pendistribusian kapsul vitamin A
Sweeping pemberian kapsul vitamin A
Penggandaan buku pedoman dan juknis
Monitoring dan evaluasi
2. Cakupan Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet Fe
14
Ibu hamil adalah ibu yang mengandung mulai trimester I s/d trismester III. Tablet Fe
yang diberikan merupakan tablet tambah darah sebanyak 90 tablet untuk menanggulangi
anemia gizi besi pada ibu hamil.
Langkah Kegiatan
1) Pendataan Sasaran Ibu Hamil (Baseline data);
2) Perencanaan kebutuhan tablet Fe (zat besi);
3) Pengadaan dan pendistrubusian tablet Fe;
4) Penggandaan Buku Pedoman dan Juknis;
5) Monitoring dan Evaluasi.
3. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi Bawah Garis Merah
dari Keluarga Miskin.
Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 6-11 bulan BGM dari
keluarga miskin adalah pemberian MP-ASI dengan porsi 100 gram per hari selama 90
hari.
Langkah Kegiatan
1) Pendataan sasaran;
2) Penyusunan Spesifikasi dan Pedoman Pengelolaan MP-ASI untuk bayi usia 6-11
bln dan anak usia 12-23 bln;
3) Pelatihan tenaga pelaksanaan program MP-ASI;
4) Sosialisasi program MP-ASI;
5) Distribusi MP-ASI;
6) Pencatatan/Pelaporan;
7) Monitoring dan Evaluasi
4. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di
sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
Perawatan sesuai standar yaitu pelayanan yang diberikan mencakup :
a) Pemeriksaan klinis meliputi kesadaran, dehidrasi,
hipoglikemi, dan hipotermi;
15
b) Pengukuran antropometri menggunakan parameter BB dan
TB;
c) Pemberian larutan elektrolit dan multi-micronutrient serta
memberikan makanan dalam bentuk, jenis, dan jumlah yang
sesuai kebutuhan, mengikuti fase Stabilisasi, Transisi, dan
Rehabilitasi;
d) Diberikan pengobatan sesuai penyakit penyerta;
e) Ditimbang setiap minggu untuk memantau peningkatan BB
sampai mencapai Z-score -1;
f) Konseling gizi kepada orang tua / pengasuh tentang cara
memberi makan anak.
5. Bayi Yang Mendapat ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6
bulan tanpa diberikan makanan dan minuman. Bayi yang mendapat ASI eksklusif ádalah
bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
Langkah Kegiatan
1) Kegiatan pengumpulan data :
a) Menghitung jumlah seluruh bayi usia 0-6 bulan di satu wilayah kerja/ administrasi.
b) Menghitung jumlah seluruh bayi usia 0-6 bulan yang hanya diberi ASI saja dari
catatan puskesmas.
c) Menghitung dengan rumus.
2) Kegiatan meningkatkan penyelenggaraan program:
a) Pelatihan PP-ASI bagi tokoh agama, pengajar di institusi pendidikan keperawatan,
kebidanan, gizi dan tenaga kesehatan.
b) Penyusunan materi KIE ASI Eksklusif.
c) Pengadaan materi KIE ASI Eksklusif.
d) Pendataan sasaran ASI Eksklusif
e) Penyuluhan ASI Eksklusif.
16
f) Sosialisasi KIE ASI Eksklusif
g) Pembinaan teknis (kunjungan lapangan)
h) Pelaporan dan evaluasi
6. Desa/kelurahan dengan Garam Beryodium Baik
Desa dengan garam beryodium baik adalah desa/kelurahan dengan 21 sampel garam
konsumsi yang diperiksa hanya ditemukan tidak lebih dari satu sampel garam konsumsi
dengan kandungan yodium kurang dari 30 ppm pada kurun waktu tertentu
Langkah Kegiatan
1) Kegiatan mendapatkan data :
a) Menghitung jumlah seluruh desa di satu wilayah kerja/administrasi.
b) Menghitung desa yang beryodium.
c) Menetapkan status desa (beryodium baik atau tidak).
d) Menghitung jumlah desa yang beryodium baik.
e) Menghitung dengan rumus.
2) Kegiatan meningkatkan pelaksanaan program :
a) Pendataan sasaran desa (Baseline data);
b) Perencanaan kebutuhan anggaran kegiatan promosi / KIE;
c) Pengadaan tes kit yodium
d) Pelatihan dan Kegiatan promosi KIE garam beryodium;
e) Pengadaan media KIE garam beryodium
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Kegiatan yang dilakukan di puskesmas andalas
4.1.1. Penimbangan
Kegiatan penimbangan dilakukan 1 bulan 1 kali setiap posyandu pada 10 kelurahan,
yang bertujuan untuk mengetahui dan memantau pekembangan berat badan dengan
17
menggunakan timbangan dacin bagi balita, timbangan injak (bathscale) untuk ibu hamil
dan ibu nifas.
Hasil penimbangan dibuat oleh masing- masing Pembina wilayah, kemudian di
kumpulkan pada petugas gizi laporan di rekap dalam buku register posyandu untuk di
laporkan ke Dinas Kesehatan Kota dalam bentuk LB3 gizi
Grafik 4.1 Pencapaian D/S. N/D, BGM/D bayi, A. balita dan puskesmas tahun 2011
Bayi Anak Balita P. Andalas0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
D/SN/DBGM/D
Tabel 4.1. Pencapaian D/S. N/D, M/D bayi, A. balita dan puskesmas tahun 2011
D/S(65%) 91.5 76.1 79.2
N/D (80 %) 78.3 67.0 80.0
M/D (< 5%) 0.07 2.3 5.2
1. Partisipasi Masyarakat (D/S)
18
Sasaran balita di wilayah puskesmas andalas adalah 1478 balita dengan targetan
kunjungan balita ke posyandu yang harus dicapai adalah sebanyak 65 %. Dari grafik dan
tabel terliahat sudah mencapai target, bayi 91,5 %, balita 76,1 %, puskesmas 79,2 %.
Berdasarkan pengamatan dilapangan . Walaupun sudah tercapai target tapi masih
terdapat masalah honor kader sebagai petugas lapangan yang langsung berinteraksi
dengan masyarakat tidak sebanding dengan beban tugas yang harus diembannya,
sehingga banyak kader yang mulai tidak aktif lagi dalam menjalankan posyandu di
daerahnya.
2. Keberhasilan Program (N/D)
Seperti di sampaikan pada tinjauan pustaka di atas, Balita yang naik berat badannya
(N) adalah balita yang ditimbang 2 bulan berturut-turut naik berat badannya dan
mengikuti garis pertumbuhan pada kartu menuju sehata (KMS). Targetnya 80%.
Rumusan yang digunakan untuk mendapatkan nilai balita yang naik berat badannya
adalah:
Tabel.4.2 Pencapaian N/D Balita diwilayah kerja Puskesmas Andalas Tahun hingga
2011
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2011, program N/D belum
mencapai target yang ditetapkan oleh DKK. Petugas Program Gizi harus lebih giat lagi
meningkatkan pelaksanaan program posyandu dan mereaktivasi serta memotivasi
kembali semua kader posyandu di wilayah kerjanya.
Kendala karena hampir semua kegiatan program bertumpu pada kunjungan balita ke
posyandu. Namun, hal yang juga dikhawatirkan adalah keminiman pendataan balita
yang tidak pernah datang sama sekali ke posyandu yang mungkin termasuk balita
19
dengan status gizi kurang bahkan mungkin buruk. Hal ini masih merupakan tugas
bersama petugas puskemas dengan bidan penanggung jawab wilayah serta kader
posyandu, ditambah dukungan pejabat pemerintah setempat, yakni lurah dan camat.
Keakuratan, prosedur dalam penimbangan yang kurang baik, sehingga
menghasilkan keakuratan berat badan balita yang kurang.
3. Keberhasilan Program (BGM/D)
Data Balita bawah Garis Merah secara umum didapatkan dari pendataan
kunjungan balita ke posyandu, puskesmas, bidan di wilayah kerja puskesmas Andalas,
maupun rumah sakit. Meskipun demikian, pendataan utama tetap didapatkan dari
posyandu karena pemantauan dan perekapan data posyandu dilakukan secara rutin.
Skrining awal balita yang dicurigai mengalami malnutrisi juga lebih berpedoman
pada posyandu. Hal ini dikarenakan kebanyakan balita yang datang ke puskesmas atau
ke bidan atau ke rumah sakit adalah setelah anak tersebut sakit.
Meskipun angka balita bawah garis merah yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Andalas sudah tercapai target, namun pihak puskesmas sendiri sebenarnya menargetkan
bahwa tidak ada lagi balita yang berada di bawah garis merah pertumbuhannya, dengan
katan lain BGM/D haruslah 0 (nol).
Yang masih disangsikan adalah penurunan angka BGM/D yang belum tentu
disebabkan berkurangnya jumlah balita BGM, tetapi bisa jadi karena belum semua balita
terpantau (masih banyak balita yang tidak datang ke Posyandu). Sehingga, secara umum
masalah yang dihadapi untuk program gizi di posyandu adalah kunjungan posyandu dan
pendataan yang masih belum optimal.
4.1.2. Penyuluhan Gizi
Penyuluhan dilakukan dilakukan puskesmas andalas pada 2 tempat:
a) Dalam gedung
Penyuluhan dalam gedung (POZI) dilakukan setiap hari kerja. Penyuluhan ini
bersifat sederhana terhadap pasien yang dirujuk dari balai pengobatan dan KIA yang
memerlukan diet sederhana.
b) Luar gedung
20
Penyuluhan diluar gedung dilakukan diposyandu dan sekolah- sekolah bekerja
sama dengan promkes dan UKS
4.1.3. Distribusi Vitamin A
1. Bayi dan balita
Distribusi vitamin A pada pada bayi dan anak balita dilakukan 2 kali dalam
setahun yaitu bulan Februari dan Agustus dan pemberian kapsul vitamin A di sekolah
PAUD dan TK.
2. Pada ibu nifas
Distribusi vitamin A pada ibu nifas dilakukan oleh Pembina wilayah dan kader di
masing- masing posyandu, di Puskesmas, Pustu, bidan praktek suasta yang ada di
wilayah kerja puskesmas
Pencapaian distribusi kapsul Vitami A pada Balita dan ibu nifas direkap oleh
petugas gizi dan dilaporkan ke dinak kesehatan kota yang diketahui oleh pemimpin
Puskesmas.
Grafik 4.3. Distribusi Vitamin A Pada Bayi Dan Anak Balita Bulan Februari Tahun 2011
N
O
KELURAHAN SASARAN PENCAPAIAN
BAYI
PENCAPAIAN
BALITA
Bayi A.balit
a
ABS % ABS %
1 Sawahan 92 596 86 93,5 580 96,5
21
2 Jati baru 97 625 92 94,8 609 94,0
3 Jati 150 973 144 96,0 945 95,8
4 Sawahan timur 77 501 74 92,3 486 92,3
5 Simpang haru 85 548 83 97,6 533 91,5
6 Kubu marapalam 91 589 88 96,7 572 96,3
7 Andalas 133 860 130 97,7 836 99,3
8 Kb. Dalam parker 150 976 141 94,0 947 96,2
9 GT. Prk. Gadang
timur
113 734 108 95,6 715 94,1
10 Gt. Prk. Gadang 151 978 141 93,4 950 98,4
Jumlah 1.139 7.375 1.087 95,4 7.014 95.1
Tabel 4.4. Distribusi Vitamin A Bulan Agustus 2011
N
O
KELURAHAN SASARAN PENCAPAIAN
BAYI
PENCAPAIAN
BALITA
Bayi A.balit
a
ABS % ABS %
1 Sawahan 74 407 71 95,9 385 94,6
2 Jati baru 83 509 78 93,9 471 92,7
3 Jati 130 809 122 93,8 759 93,9
4 Sawahan timur 61 501 58 95,1 455 93,4
5 Simpang haru 70 487 65 92,9 320 93,3
6 Kubu marapalam 76 343 73 96,1 437 94,6
7 Andalas 115 463 110 95,6 742 94,8
8 Kb. Dalam parker 133 783 125 93,6 813 91,8
9 GT. Prk. Gadang
timur
97 886 92 94,9 582 90,6
10 Gt. Prk. Gadang 130 642 127 97,7 1094 89,9
Jumlah 968 6.330 1.074 95,1 6.997 93,6
22
Berdasarkan tabel diatas terlihat pendistribusian kapsul Vitamin A pada bayi di bulan
Februari dan Agustus tahun 2011 masih sudah mencapai target( bayi 95%, balita 93 %).
Table 4.5. distribusi Vitamin A untuk ibu nifas
4.1.4. Pemberian Tablet Fe Pada Ibu Nifas
Sasaran pemberian tablet Fe adalah Ibu Hamil (Bumil ) dan Ibu Nifas (Bufas).
Untuk ibu hamil tablet Fe 1 diberika pada kunjungan pertama (K1) dan Fe 3 diberikan
pada kehamilan trimester ke III. Tablet Fe diberikan pada ibu hamil yang dating ke
Puskesmas, Pustu dan Bidan Prakte Swasta (BPS) yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Andalas
4.1.4. distribusi tablet FE untuk ibu nifas
Berdasarkan tabel pencapaian distribusi tablet Fe pada ibu nifas di tahun 2011
sudah mencapai target, bahkan sudah melebihi target yaitu FE1 : 106,0%( target 90,0%),
fe3 : 116,1 %( target 85,0%), ibu nifas 100,9 % (target 80,0%). Hal ini juga didukung
dengan kerjasama lintas program di puskesmas yaitu antara program KIA tempat dimana
ibu nifas sering memeriksakan kesehatannya dengan program Gizi.
Tabel 4.6. distribusi Fe1 pada ibu nifas tahun 2011
23
Table 4.7. distribusi Fe 3 pada ibu nifas tahun 2011
4.1.5. Pojok Gizi (POZI)
Pojok gizi merupakan kegiatan penyuluhan dan konsultasi gizi perorangan
terhadap pasien yang dirujuk dari balai pengobatan, KIA dan Posyandu. Pasien yang
biasanya berkunjung ke POZI adalah pasien Diabetes Melitus (DM), Hipertensi, balita
24
bawah garis merah, tuberkulosis, dan lain- lain. Hal ini menunjukan bahwa masalah gizi
saat ini tidak hanya pada masalah gizi utama (KEP, KVA, Anemia Gizi Besi dan GAKI)
saja, melainkan juga masalah penyakit degeneratif. Untuk itu kegiatan gizi dimasa
mendatang juga fokus pada penyakit degeneratif.
Kunjungan POZI tidak memiliki targetan spesifik yang harus dicapai. Kendala
yang dialami program ini adalah lebih banyak datang dari pasien sendiri, yaitu kepatuhan
pasien dalam menerapkan panduan gizi yang didapatnya. Sering ditemukan pasien
dengan penyakit yang sama, seperti hipertensi, datang berulang ke pojok gizi. Meski
demikian, petugas gizi tetap berusaha memaksimalkan pemberian edukasi melalui kerja
sama dengan lintas program seperti KIA, Imunisasi, dan BP.
KEPHIPERTENSIDIABETESGIZI LEBIHDLLANEMIA BUMIL
Grafik 4.2. Kunjungan POZI di puskesmas Andalas
Table 4.8. Kunjungan POZI Puskesmas Andalas tahun 2011
No Bulan PENYAKIT
KE
P
HIPERT
ENSI
DIABET
ES
ANEMIA
BUMIL
KEK GIZI
LEBIH
DLL JUMLAH
1 Januari 16 3 3 7 1 0 10 39
25
2 Februari 19 2 1 4 0 0 5 31
3 Maret 27 4 5 0 0 0 10 46
4 April 38 30 4 3 0 0 4 79
5 Mei 42 10 12 3 0 0 15 82
6 Juni 23 24 18 4 0 0 10 75
7 Juli 18 15 18 2 4 0 17 70
8 Agustus 2 12 15 2 1 0 15 78
9 September 16 7 5 2 2 0 38 68
10 Oktober 28 15 10 2 2 0 2 57
11 Nofember 23 15 20 3 0 1 3 65
12 Desember 12 14 8 8 2 0 1 66
Jumlah 264 151 109 40 12 1 130 756
4.1.6. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
Pemberian makanan tambahan (PMT) khusus untuk anak yang menderita gizi
buruk atau BGM (bawah garis merah) dan ibu hamil KEK (Kurang Energi Kalori). PMT
ini berupa susu lactogen klasik untuk bayi (0-6 bulan), lactogen gold untuk anak umur (1-
2 tahun), dancow untuk anak umur (>3 tahun), bubur susu SUN untuk umur (6- 12
bulan), susu batu lactamil untuk ibu hamil KEK dan anemia gizi besi, dan MP. ASI
biscuit untuk anak umur (6- 24 bulan), pediasure untuk 35 orang anak balita BGM
Makanan ini diberikan khususnya kepada balita dengan status gizi BGM dan
balita non BGM keluarga miskin.
Sasaran MP-ASI Gakin 2011 : 259 orang
Sasaran yang mendapat MP-ASI : 259 orang
Balita non gakin masih ada yang mendapatkan MP-ASI/susu gratis. Hal ini menunjukkan
bahwa balita yang ada di wilayah puskesmas Andalas tidak semuanya berada dalam
kondisi keluarga miskin. Untuk pemberian MP-ASI dan susu gratis, petugas puskesmas
mengakui bahwa ini juga merupakan salah satu metode efektif untuk menarik kunjungan
ke posyandu. Tapi hal ini tidak berarti dalam Meningkatan berat badan balita BMG.
4.1.7. Pemantauan Balita Gizi Buruk
26
Pemantauan terhadap kasus gizi buruk dilakukan dua minggu sekali, sekurang-
kurangnya satu kali dalam sebulan. Pemantauan ini dilakukan ke lapangan oleh pelaksana
gizi bersama dengan Pembina wilayah. Intervensi yang dilakukan terhadap balita gizi
buruk dengan memberikan PMT(pemeberian makanan tambahan) pemulihan selama 90
hari berupa biscuit dan susu.
4.1.8.Survei Kadarzi
Suatu keluarga disebut KADARZI (Keluarga Sadar Gizi) apabila telah
berperilaku gizi yang baik (sesuai dengan indikator kadarzi). Masih adanya masalah gizi
pada balita/ibu hamil maka dilakukanlah pemetaan kadarzi untuk melihat seberapa besar
masalah gizi, apa saja yang menjadi pokok masalah dan sekaligus menetapkan konseling
yang tepat sehubungan dengan masalah yang dihadapi.
Kadarzi adalah kegiatan gerakan keluarga sadar gizi yang dilihat dari 5 item
tertentu :
1. Keanekaragaman makanan dalam menu keluarga
2. Penimbangan berat badan balita dan bumil dan anggota keluarga secara teratur
3. Penggunaan garam beryodium
4. Pemberian ASI eklusif
5. Sarapan pagi
Survey ini dilaksanakan di masing- masing posyandu dengan pengambilan
sampel secara acak sebanyak 30 KK / kelurahan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
gambaran masalah gizi dan perilaku gizi yang baik dan benar di satu wilayah atau
sekelompok dasawisma.
Kepala keluarga yang didata juga dilakukan konseling tentang masalah gizi yang
ada di keluarga tersebut. Kendala yang dihadapi dari pihak puskesmas adalah
kekurangan tenaga untuk turun ke lapangan. Selain itu, dari pihak KK sendiri juga tidak
semua yang bisa dan mengikuti edukasi dan saran yang sudah diberikan.
4.1.9. Penimbangan missal
Penimbangan missal serentak diadakan 1 kali setahun di masing- masing
Posyandu dengan sasaran adalah semua balita (0-5 tahun), untuk menjaring balita BGM
yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Hasil penimbangan diolah dan direkap oleh
27
petugas gizi sekaligus melakukan validasi terhadap balita BGM (baawah garis merah)
berdasarkan standar BB/U dan BB/TB.
Sasaran : 7943 orang
Jumlah BGM : 306 orang
Dengan status gizi (diambil tahun 2011):
1. BB/U
Buruk : 41 orang
Kurang : 265 orang
Baik : 5632 orang
2. TB/U
Sangat pendek : 19 orang
Pendek : 61 orang
Normal : 5922 orang
3. BB/TB
Kurang sekali : 10 orang
Kurus : 72 orang
Normal : 5869 orang
Dari hasil penimbangan massal tersebut ditemukan balita dengan status gizi buruk (kurus
Sekali) 41 orang, sangat pendek 19 orang, kurang sekali 10 orang.
Upaya yang telah dilakukan untuk menanggulangi masalah gizi buruk (balita dengan
status gizi Kurus) antara lain dengan pemberian MP-ASI, Susu Formula & Bubur susu.
4.1.10. Pemantauan Garam Beryodium
Pemantauan garam beryodium di tingkat masyarakat dilakukan bersamaan denga
survey kadarzi di 10 kelurahan. Pemantauan atau pemeriksaan garam ini dilakukan oleh
28
petugas gizi ke lapangan bersama dengan Pembina wilayah dengan jumlah sampel 30 kk.
Kelurahan yang bertujuan untuk mengetahui apakah garam yang dipakai di rumahtangga
mengandung yodium atau tidak.
Pemeriksaan garam dilakukan menggunakan Iodine test pada garam yang dipakai
di rumah warga tersebut. Hasilnya, jika garam tersebut cukup mengandung yodium, maka
akan menampakkan warna ungu.
Masalah yang ditemukan di lapangan masih ditemukan garam yang masih kurang
kandungan yodiumnya, tapi hal itu lebih disebabkan karena penyimpanan garam yang
kurang baik. Misalnya, warga masih ada yang meletakkan garam di dekat kompor atau di
tempat yang panas, sehingga kadar yodium garam jadi berkurang. Selain pemeriksaan,
petugas juga langsung memberikan penyuluhan mengenai pentingnya penggunaan garam
beryodium dan cara penyimpanannya yang baik.
4.1.11. Pencatatan Dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan program gizi dilakukan setiap bulan
pencatatan ada yang bersifat
1. Rutin : LB3 gizi
2. Tidak rutin : pelaporan yang dilakukan di Puskesmas seperti pelaporan
harian, pelaporan vitamin A, penimbangan missal, pemantauan status gizi, MP-
ASI.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
29
Pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat yang dilakukan Puskesmas Andalas sudah memenuhi standar pelayanan minimal yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2004.
Berdasarkan data-data di atas maka dapat disimpulkan bahwa masalah gizi yang ada di puskesmas Andalas meliputi : Dalam pelasanaan di lapangan D/s, N/D masih ditemukan masalah Masih ditemukan balita yang berat badan bawah garis merah Belum maksimalnya pemantauan serta penanganan masalah gizi buruk Pendataan dan pencatatan laporan program yang belum optimal
5.2. Saran
1. Lakukan evaluasi pada setiap program yang telah dijalankan, baik itu program
yang sudah mencapai target ataupun yang belum.
2. Lakukan rapat koordinasi lintas program minimal 1x sebulan dan lintas sektor
minimal 1x 3 bulan, karena salah satu yang menyebabkan timbulnya masalah gizi
adalah kurangnya koordinasi lintas program dan lintas sektoral, khususnya pejabat
setempat (lurah,ketua RT, ketua RW)
3. Menggiatkan kader agar lebih bersemangat untuk melaksanakan posyandu tiap
bulannya, bisa dengan memberi reward and punishment.
4. Melengkapi sarana dan prasarana posyandu melalui DKK agar masyarakat
termotivasi untuk datang ke posyandu.
5. Memperdayakan bidan poskeskel, pembina wilayah, dan kader masing-masing
posyandu dalam memantau/menangani masalah balita BGM dan pembenahan
dalam sistem pencatatan dan pelaporan agar diperolehnya data yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pedoman Operasional Kadarzi diunduh tanggal 16 januari 2013 dari :
www.gizi.depkes.go.id
30
2. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Perbaikan Gizi
Masyarakat diunduh tanggal 16 januari 29013 dari : www.depkes.go.id
3. Puskesmas Ambacang. Laporan Tahunan Gizi 2011 Puskemas Andalas Padang :
Puskesmas Andalas
31
top related