pbl blok 17 (hepatitis akut ec kolestasis)
Post on 13-Apr-2016
21 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Hepatitis Akut ec Kolestasis
Silvia Ardila (10.2013.194)
Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat
Alamat korespondensi : silvia.2013fk194@civitas.ukrida.ac.id
AbstrakBanyak orang awam yang masih menganggap bahwa hepatitis adalah selalu penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A, B, C dan sebagainya. Padahal hepatitis merupakan nama penyakit untuk semua penyakit hati yang membuat hati meradang. Pengertian hepatitis sendiri adalah suatu keadaan peradangan jaringan hati, yang dapat disebabkan oleh infeksi atau non infeksi. Selanjutnya, pengertian kolestasis adalah berkurang atau terhentinya aliran cairan empedu yang masuk ke dalam usus halus dalam jumlah normal. Sedangkan hepatitis kolestasis berarti hepatitis yang menyebabkan kolestasis intrahepatik yang ditandai dengan penghambatan luas duktus biliaris sehingga ekskresi cairan empedu gagal. Hepatitis kolestasis sering disebabkan oleh virus hepatitis, obat-obatan, penyakit hati alkohol dan penyakit hepatitis autoimun. Hepatitis akut dapat menimbulkan manifestasi klinik yang bervariasi daritanpa gejala sama gejala yang paling berat, bahkan kematian. Maka dari itu penulis akan mencoba membahas semua tentang hepatitis akut kolestasis ini agar pembaca dapat mengerti dan memahaminya.
Kata kunci: hepatitis, hepatitis akut, kolestasis, virus hepatitis
AbstractMany people these days still think that hepatitis is always a disease that caused by viral hepatitis like HAV, HBV, HCV and so on. Whereas hepatitis is name disease for all inflamed liver diseases. Hepatitis itself is a condition of inflammation of the liver tissue, which can becaused by infection or non infection. Furthermore cholestasis is a diminished or stoppage of the flow where bile cannot flow to the duodenum in normal amounts. So, Hepatitis cholestasis is a hepatitis that cause intrahepatic cholestasis characterized by inhibition of biliaris duct area so that the excretion of bile fluid fails. Cholestasis hepatitis is often caused by viral hepatitis, drug induced, alcoholic liver disease and autoimmune liver disease. Acute hepatitis can lead to clinical manifestations vary from no symptoms to the most severe symptoms and even death.To find out more clearly we have to do three enzyme markers of cholestasis examinations, Ultrasonography, CT scan and MRI examinations are also required todistinguish the type. Therefore the writer will try to explore deeper all about acute hepatitis cholestasis so that the readers can understand it.
Key words: hepatitis, acute hepatitis, cholestasis, viral hepatitis
1
Pendahuluan
Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati dan dapat disebabkan
oleh beberapa mekanisme, termasuk agen infeksius. Virus hepatitis dapat disebabkan
oleh berbagai macam virus yang berbeda seperti virus hepatitis A, B, C, D dan E.
Penyakit kuning adalah ciri karakteristik penyakit hati dan bukan hanya karena virus
hepatitis, diagnosis yang benar hanya dapat dilakukan dengan pengujian SERA pada
pasien untuk mendeteksi adanya antivirus pada antibodi.
Anamnesis
Kasus : Laki-laki 23 tahun, 40 kg, mual sejak 3 hari SMRS. Satu minggu SMRS OS
demam ringan selama 3 hari. Dua hari SMRS kulit mulai gatal-gatal. Satu hari SMRS
BAK seperti teh pekat. Tiga minggu SMRS OS makan di tempat yang kurang bersih.
Di awal anamnesis, informasi yang didapat tidak selalu lengkap, untuk
melengkapinya perlu anamnesis ulang jika ditemukan tanda objektif pada
pemeriksaan. Hal-hal yang perlu ditanyakan, yaitu :
Tipe panas dan lama,
Nyeri perut kanan atas,
Mual dan muntah,
Air seni seperti teh,
Mata kuning,
Riwayat kontak penyakit kuning : keluarga, lingkungan, dan sosial ekonomi,
Riwayat sakit serupa,
Riwayat obat-obatan,
Riwayat alkoholisme,
Riwayat minum jamu,
Riwayat suntik, dan
Riwayat transfuse
1) Anamnesis umum
- Identitas
- Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang dirasakan pasien sehingga
membawa pasien pergi ke dokter. Dari kasus didapatkan pasien mengeluh
2
demam, nyeri kepala, dan nafsu makannya sangat menurun dan pada pagi
hari pasien melihat matanya berwarna kuning.
2) Anamnesis terarah
Pada anamnesis terarah kita mengajukan pertanyaan yang berhubungan
dengan keluhan utama pasien. Dari kasus didapatkan keluhan yang membawa
pasien ke dokter adalah sakit sedang dimana kulit dan sklera yang berwarna
kuning, demam ringan, nyeri tekan (+), BAK seperti teh pekat serta gatal-gatal
pada kulit. Dari kejadian ini kita dapat memikirkan beberapa kondisi yang
berkaitan dengan warna kuning pada mata, misalnya hepatitis dan kolangitis.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus berdasarkan ciri khas dari
diagnosis yang dipikirkan, sehingga memudahkan kita dalam menentukan
diagnosa kerja pasien.
- Riwayat penyakit sekarang
Waktu munculnya ikterus cepat atau lambat : keadaan ini bisa
dihubungkan dengan masa inkubasi dari setiap penyakit.
Rasa nyeri perut : ikterus yang disertai nyeri kolik memberikan kesan
obstruksi empedu sedangkan ikterus tanpa nyeri kolik memberikan kesan
hepatitis
Mual, muntah dan hilang selera makan : mual dan muntah yang
mendahului ikterus lebih mengarah pada hepatitis akut. Hilangnya selera
makan lebih memberikan kesan pada hepatitis
Perubahan warna pada urin dan tinja : ikterus yang tidak disertai
perubahan warna pada urin dan tinja memberikan kesan kelainan
prehepatik dan terjadi peningkatan bilirubin indirek, sedangkan ikterus
dengan perubahan warna pada urin dan tinja memberikan kesan pada
kelainan intra maupun pasca-hepatik ( penyakit hati atau billier) dan terjadi
peningkatan bilirubin direk dan bisa juga bilirubin indirek.
Riwayat demam : demam dan menggigil yang terjadi pada akhir keluhan
ikterus mengarah pada hepatitis kronik.
- Riwayat penyakit dahulu
Hal-hal yang dapat ditanyakan adalah sebagai berikut : pernah mengalami
keluhan yang sama pada masa lalu, riwayat penyakit yang sama dalam
3
lingkungan keluarga atau lingkungan sekitar tempat tinggal, riwayat
kontak dengan penderita penyakit dengan gejala yang sama, riwayat
kontak dengan serangga ataupun tanaman, riwayat pengobatan yang
pernah diterima dari dokter dan obat yang dibeli sendiri oleh pasien tanpa
resep dokter.
- Riwayat kehidupan sosial
Kehidupan sosial pasien juga merupakan faktor resiko terjadinya suatu
penyakit. Hal ini bisa berhubungan dengan pekerjaan, lingkungan hidup,
pergaulan dan lain sebagainya.
Dari kasus didapatkan pasien adalah pengguna narkoba jarum suntik
secara bersamaan.
Pemeriksaan :
A. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: tampak sakit sedang, compos mentis, TTV norma, sklera ikterik,
palpasi hepar teraba 1 jari dibawah arcus costae.
Pada pemeriksaan hati, kita baiknya menggunakan perkusi dan palpasi guna
mengetahui kelainan pada hati. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Inspeksi
b) Palpasi
Dengan posisi pasien berbaring terlentang kedua kaki ditekuk pada
lutut, taruhlah tangan kiri anda di belakang pasien, menyanggah iga
ke-11 dan 12. Mintalah pasien untuk relaks pada saat tangan kanan
anda melakukan palpasi. Dengan tangan kiri menekan ke atas,
hati/liver akan lebih mudah teraba dengan tangan kanan anda.
Mintalah pasien untuk tarik nafas dalam, cobalah meraba tepi
bawah liver dengan tepi jari kedua tangan kanan anda, pada saat
liver turun karena diafragma bergerak turun pada saat nafa dalam.
Bila anda merasakannya, ringankan tekanan pada perabaan,
sehingga hati akan terasa bergulir dibawah jari-jari anda dan akan
terasa bagian permukaan anterior hati, perhatikan ada/ tidaknya
rasa nyeri. Pada keadaan normal liver sukar diraba, tetapi bila
4
teraba tepi bawah hati, umumnya lunak, tajam, regular dengan
permukaan licin, tidak nyeri tekan.
Bila liver teraba keras dan kenyal, tepi bulat dan tumpul, dan
permukaannya kasar, berbenjol-benjol, mengarah pada kondisi
liver yang abnormal (hematoma atau sirosis).1
c) Perkusi
Kita dapat mengukur panjang vertical dari hati dengan mendengar
dullness pada perkusi di garis midklavikularis kanan. Caranya:
mulailah dari daerah sedikit umbilicus (pada daerah yang masih
timpani), perkusilah kearah atas. Tentukan batas bawah hati dengan
terdengarnya dullness pertama di garis midklavikuler kanan.
Selanjutnya tentukan batas atas hati, dengan perkusi pada garis
yang sama dari atas, perhatikan perpindahan suara dari resonan
menjadi dull. Hati-hati pada wanita, bila perlu pindahkan buah
dadanya sehingga tidak mengganggu perkusi.
Panjang liver dullness meningkat bila terdapat pembesaran hati,
dan menurun bila hati berukuran kecil atau udara bebas dibawah
diafragma, yang biasa terjadi akibat perforasi hollow viscus.
Penurunan panjang liver dullness juga terjadi pada hepatitis ,gagal
jantung kongestif atau dengan progresivitas hepatitis.
Liver dullness bisa tergeser ke bawah karena merendahnya
diafragma, seperti terjadi pada penyakit paru obstruktif menahun,
namun panjang dullness tetap normal.
Sekarnag ukurlah dalam sentimeter jarak antara 2 daerah panjang
liver.pada keadaan normal, ukuran hati pria lebih besar dari wanita,
juga pada orang yang jangkung di bandingkan yang pendek. Hati-
hati bila ada dullness akibat efusi pleural kanan atau concolidated
lung, ini akna menyebabkan kesalahan estimasi besar hepar.
Sebaliknya adanya udara pada kolon akan menghasilkan bunyi
timpani pada kuadran atas kanan, sehingga seolah-olah
mengecilkan estimasi ukuran hati.
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
5
Hemoglobin: 12,5 g/dl , Leukosit: 6400 /ul , Trombosit: 263000 /ul ,
Alkali phosphate: 392 , GGT: 154 , Bilirubin indirek: 4,23 g/dl , Bilirubin
direk: 16,25 g/dl , ALT: 1200 , AST: 496
2. Tes Fungsi Hati
Lebih dari 70% parenkim hati mungkin sudah mengalami kerusakan
sebelum tes fungsi hati memperlihatkan hasil yang abnormal.fungsi hati
umumnya diukur dengan memeriksa aktivitas enzim serum, konsentrasi serum
protein, bilirubin, ammonia, faktor pembekuan dan lipid. Beberapa tes ini dapat
membantu mengkaji keadaan penyakit pasien.
Serum aminotransferase (yang juga disebut transaminase) merupakan
indicator yang sensitive untuk menunjukkan cedera sel hati dan sangat membantu
dalam pendeteksian penyakit hati yang akut seperti hepatitis. Alanin
Aminotransferase (ALT) yang juga dinamakan Serum Glutamik-Piruvik
Transaminase(SGPT) dan Aspartat Aminotransferase (AST) yang juga
dinamakan Serum Glutamik-Oksaloasetik Transaminase (SGOT) merupakan tes
yang paling sering dilakukan untuk menunjukkan kerusakan hati. Kadar ALT
(SGPT)meningkat pada pasien dengan hepatitis. AST (SGOT) terdapat dalam
jaringan yang memiliki aktivitas metabolik yang tinggi; jadi enzim ini dapat
meningkat pada kerusakan organ. SGOT ini juga dapat men ingkat pada penyakit
hepatitis.2
3. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan barium esophagus untuk varises yang menunjukkan peningkatan
tekanan portal
Foto roentgen abdomen untuk menentukan ukuran makroskopis hati
Pemindaian hati dengan preparatt untuk memperlihatkan ukuran dan bentuk hati
Kolesistogram dan Kolangiogram untuk melihat kandung empedu dan
salurannya
Arteriografi pembuluh darah seliaka untuk melihat hati dan pancreas
4. Pemeriksaan Lain
Laparoskopi untuk visualisasi langsung permukaan anterior hati, kandung
empedu, dan mesenterium lewat alat trocar
6
Biopsi hati Untuk menentukan perubahan anatomis pada jaringan hati
Pengukuran tekanan portal Meninggi
Esofaguskopi/ Endoskopi untuk mencari varises dan abnormalitas esophagus
Elektroensefalogram untuk mementukan abnormal pada koma hepatikum
USG untuk memperlihatkan ukuran organ-organ abdomen
CT SCAN dan MRI untuk mendeteksi neoplasma hepatic
Working Diagnosis
Hepatitis merupakan suatu kondisi peradangan yang terjadi pada hati. Terdapat
berbagai macam penyebabnya baik penyakit maupun faktor lain seperti alkohol,
bahan-bahan kimia, obat-obatan (sintesis maupun tradisional) maupun penyakit
autoimun. Adapun virus yang dapat menyebabkan perdangan pada hati di antaranya
adalah virus mononuclear dan sitomegalovirus. Namun, virus-virus tersebut tidak
secara khusus menyerang hati tetapi hati hanyalah salah satu dari organ-organ yang
diserangnya. Ketika tenaga kesehatan berbicara tentang hepatitis, maka mereka akan
mengkaitkannya dengan virus spesifik yang secara khusus menyerang hati. Ada tujuh
tipe virus hepatitis, antara lain A, B, C, D, E, F (masih dalam penelitian), dan G.
Sebagaimana yang kita ketahui tentang pertumbuhan virus hepatitis, maka seperti
urutan alphabet, semakin tinggi tipe virus maka semakin lama periode penyakitnya.
Adapun, tipe hepatitis yang paling sering terjadi adalah hepatitis A, B, dan C.2,3
Namun, ketika hati mengalami peradangan, maka tidak dapat menjalankan fungsinya
dengan baik yang akan menimbulkan berbagai gejala dan tanda klinis serta masalah
yang berhubungan dengan hepatitis. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa
akut (hepatitis A) dan maupun kronik (hepatitis B dan C) dan ada pula yang kemudian
menjadi kanker hati (hepatitis B dan C).2
Differential Diagnosis
1. Kolesititis
Kolesistitis akut merupakan inflamasi akut pada kandung empedu,
faktor paling sering yang memicu keadaan ini adalah batu empedu. Keadaan
ini muncul ketika batu empedu menymbat duktus sistikus dan inflamasi terjadi
akibat obstruksi tersebut.
7
Keluhan yang tidak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik
perut di sebelah kanan atas atau epigastrium dan nyeri tekan disertai kenaikan
suhu tubuh. Kadang-kadang sakit menjalar sampai ke pundak dan skapula
kanan dan dapat berlangsung 60 menit tanpa reda. Sekitar 60-70% pasien
dilaporkan mengalami serangan yang menghilang secara spontan. Rasa sakit
biasanya dipicu oleh makanan berlemak dengan jumlah besar dan munculnya
rasa sakit yang mendadak yang terlokalisasi pada hipokondrium kanan.
Dengan kelanjutan penyakit, nyeri akut dirasakan merata di seluruh bagian
perut kanan atas dan menjalar sampai area interscapula, scapula kanan, dan
bahu. Tanda-tanda peritoneal dari inflamasi seperti peningkatan nyeri pada
napas dalam biasanya timbul. Pasien biasanya mengalami anorexia dan
nausea. Biasanya disertai muntah dan disertai simptom dan tanda-tanda
penurunanan vascular dan volume ekstraseluler. Berat ringannnya keluhan
tergantung dari adanya kelainan inflamasi yang ringan sampai dengan
gangren atau perforasi kandung empedu.
Ikterus dijumpai pada 20% kasus, umunmnya derajat ringan (bilirubin <4,0
mg/dl). Apabila kadar bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya batu empedu
ekstra hepatik. Jaundice biasanya tidak tampak pada awal kasus kolesistitis
akut, tetapi bisa saja muncul pada saat perubahan inflamasi edematous
melibatkan duktus biliaris dan mengelilingi nodus limfe.2,3
2. Kolestasis
Berkurangnya atau terhentinya aliran empedu/sindrom (kumpulan gejala) yang
menandakan adanya suatu penyakit. Kolestasis menyebabkan gangguan aliran
empedu yang bisa terjadi di sepanjang jalur antara sel-sel hati dan usus
(duodenum bagian proksimal), meskipun empedu tidak mengalir tetapi hati
terus mengeluarkan bilirubin yang akan masuk ke dalam aliran darah.
Bilirubin kemudian diendapkan di kulit dan dibuang ke air kemih,
menyebabkan jaundice (sakit kuning).
Total nilai bilirubin serum biasanya 0,2-1,2 mg / dL. Penyakit kuning mungkin
tidak klinis dikenali sampai tingkat paling tidak 3 mg / dL. 2 bilirubin Urin
biasanya tidak ada. Ini dapat dibuktikan dengan urin berwarna gelap terlihat
pada pasien dengan ikterus obstruktif atau penyakit kuning karena cedera
hepatoseluler. 4
8
Untuk tujuan diagnosis dan pengobatan, penyebab kolestasis dibagi menjadi 2 kelompok:
1. Berasal dari hati
- Hepatitis
- Penyakit hati alkoholik
- Sirosi bilier primer
- Akibat obat-obatan
- Akibat perubahan hormon selama kehamilan (kolestasis pada kehamilan)
2. Berasal dari luar hati
- Batu di saluran empedu
- Penyempitan saluran empedu
- Kanker saluran empedu
- Kanker pankreas
- Peradangan pankreas
Etiologi dan Epidemiologi
Hepatitis virus akut merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting
diseluruh dunia. The Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
memperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 300.000 infeksi virus hepatitis B di
Amerika Serikat. Walaupun mortalitas penyakit hepatitis rendah, faktor morbiditas
yang luas dan ekonomi yang kurang memiliki kaitan dengan penyakit ini. Hepatitis
virus akut adalah penyakit infeksi yang penyebaraannnya luas,walaupun efek
utamanya pada hati.
Telah ditemukan 6 atau 7 kategori virus yang menjadi agen penyebab
hepatitis, antara lain:
1. Virus hepatitis A (HAV)
2. Virus hepatitis B (HBV)
3. Virus hepatitis C (HCV)
4. Virus hepatitis D (HDV)
5. Virus hepatitis E (HEV)
6. Hepatitis F (HFV)
9
7. Hepatitis G (HGV)
Walaupun virus – virus ini dapat dibedakan melalui penanda antigeniknya,
namun menimbulkan penyakit yang serupa secara klinis dan berkisar dari infeksi
subklinik asimtomatik hingga infeksi akut yang fatal. Bentuk hepatitis yang paling
dikenal adalah HAV dan HBV, kedua istilah ini lebih suka dipakai daripada istilah
lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis serum.
Hepatitis yang tidak dapat digolongkan sebagai hepatitis A atau B melalui
pemeriksaan serologi disebut hepatitis non- A non-B (NANBH) dan sekarang disebut
hepatitis C. Belakangan, banyak ahli menyinggung munculnya virus-virus hepatitis
lainnya yakni D, E, F, dan G, walaupun prevalensi kejadiannya masih terbilang
langka. Seorang ahli AS menyatakan, perkembangbiakan VHD memerlukan
dukungan VHB. Artinya, hepatitis D baru dapat muncul akut bahkan menjadi sirosis
pada carrier hepatitis B. Sebab itu, kombinasi hepatitis B dan D dikatakan lebih ganas.
Di negara-negara maju, pengidap hepatitis D yang terbanyak di kalangan pemakai
obat bius (drugs).
Sedangkan hepatitis E masih lebih jarang penderitanya. Tapi sifat virusnya
seperti virus hepatitis A yang gampang ditularkan melalui makanan atau minuman
tercemar. Di negara-negara sedang berkembang, banyak wanita hamil terserang
hepatitis E dan sulit disembuhkan.
Seperti hepatitis A, hepatitis E tergolong ringan dan dapat disembuhkan secara
total. Namun anehnya, pada wanita hamil sering kali hepatitis E menjadi ganas.
Livernya secara mendadak mengkerut seperti mengalami sirosis. Di Indonesia VHE
pernah mewabah di Sintang, Kalimantan Barat, pada 1987.
Akan halnya virus hepatitis F dan G, belum banyak diteliti dan masih sangat
jarang penderitanya di Indonesia. Tapi sifatnya mirip dengan VHB dan VHC, yakni
bisa menjadi kronis dan ganas
Virus delta atau virus hepatitis D (HDV) merupakan suatu virus RNA yang
didetektif menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada HBV. HDV dapat
timbul sebagai infeksi yang bersamaan dengan HBV, atau sebagai suprainfeksi pada
seorang karier HBV. 5
Tipe-Tipe Hepatitis
1. Non-Viral Hepatitis
10
Non viral hepatitis merupakan penyakit yang terjadi bukan karena virus
penyebab hepatitis tapi dapat disebabkan karena obat-obatan termasuk obat-
obatan tradisional.
2. Viral Hepatitis
Merupakan penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus, yang dibagi
menjadi beberapa macam, diantaranya :
Virus hepatitis A (HAV)
Merupakan virus RNA terkecil berdiameter 27 nm uang dapat
dideteksi di dalam feses pada akhir masa inkubasi dan fase praikterik. Penyakit
Hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran/tinja penderita
biasanya melalui makanan (rute fekal-oral) sangat berhubungan dengan
kebersihan lingkungan dan kepadatan penduduk, bukan melalui aktivitas
sexual atau melalui darah. Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis
lain (B dan C). Waktu terekspos sampai kena penyakit kira-kira 2 sampai 6
minggu. Penderita akan mengalami gejala gejala seperti demam, lemah, letih,
dan lesu, pada beberapa kasus, seringkali terjadi muntah muntah yang terus
menerus sehingga menyebabkan seluruh badan terasa lemas. Demam yang
terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya
yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll. Seringkali tidak ada bagi anak
kecil; demam tiba-tiba, hilang nafsu makan, mual, muntah, penyakit kuning
(kulit dan mata menjadi kuning), air kencing berwarna tua, tinja pucat.
Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak, institusi development
disadvantage,bepergian ke negara berkembang, atau terjadi akibat kontak
dengan orang terinfeksi melalui kontaminasi feses pada makanan atau air
minum, atau dengan menelan kerang mengandung virus yang tidak dimasak
dengan baik. Penularan ditunjang oleh sanitasi yang buruk, kesehatan pribadi
yang buruk, dan kontak yang intim.5,6
Masa inkubasi HAV 15-150 hari (rata-rata 30 hari), transmisi melalui
maternal-neonatal.
Virus hepatitis B (HBV)
11
Merupakan virus DNA berselubung ganda berukuran 42 nm yang
memiliki lapisan permukaan dan bagian inti. Hepatitis B adalah suatu penyakit
hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB), suatu anggota famili
hepaDNAvirus tipe 1, mempunyai 6 genotipe (A-H), mempunyai inti
nukleocapsid dan selubung luar lipoprotein dengan ketebalan 7 nm. Inti HVB
mengandung dsDNA dan protein polomerase DNA dan aktivitas reverse
transcriptase. Selain itu, terdapat antigen hepatitis Bcore (HbcAg) yang
merupakan protein struktural dan antigen hepatitis Be (HbeAg) yang
merupakan protein nonstruktural, berkorelasi secara tidak sempurna dengan
replikasi aktif HBV. Pada selubung lipoprotein HBV terdapat (HbsAg). HBV
dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian
kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Mula-mula
dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi pada sebagian
Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai
negara Asia.6
Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan
paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida,
chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan
sebagai obat dalam industri modern, bisa juga menyebabkan hepatitis. Zat-zat
kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita.
Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati.
Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa
saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain. Cara utama
penularan HBV adalah melalui parenteral (pemakaian alat suntik atau produk
darah yang terkontaminasi) dan menembus mukosa, terutama melalui
hubungan seksual, . Berikut kelompok yang memiliki resiko tinggi terhadap
infeksi HBV :
1. Imigran dari daerah endemis HBV
2. Pengguna obat IV yang sering tertukar jarum dan alat suntik
3. Pelaku hubungan seksual dengan banyak orang atau dengan orang
terinfeksi
4. Pria homoseksual yang secara seksual aktif
5. Pasien rumah sakit jiwa
6. Narapidana pria
12
7. Pasien hemodialisis dan penderita hemofilia yang menerima produk
tertentu dari plasma
8. Kontak serumah dengan karier HBV
9. Pekerja sosial dibidang kesehatan, terutama yang banyak kontak dengan
darah
10. Bayi baru lahir dari ibu inkfesi, dapat terinfeksi pada saat atau segera
setelah lahir.2,3,5
Patofisiologis
1) Sistem imun bertanggung jawab untuk terjadinya kerusakan sel hati
a. Melibatkan CD8 dan CD4 sel T
b. Produksi sitokin di hati dan sistemik
2) Efek sitopatik langsung dari virus. Pada pasien imunosupresi dengan replikasi
tinggi, akan tetapi tidak ada bukti langsung.3
Masa inkubasi masing-masing virus :
a) HAV : 15-50 hari (rata-rata 30 hari)
b) HBV : 15-180 hari (rata-rata 60-90 hari)
c) HCV : 15-160 hari dengan puncakpada hari ke 50
d) HDV : 4-7 minggu
e) HEV : rata-rata 40 hari
Manifestasi Klinis
Hepatitis Viral akut
1. Fase inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus.
Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase ini
tergantung pada dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin
besar dosis inokulum, makin pendek fase inkubasi ini.
2. Fase prodromal (pra ikterik)
Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala
ikterus.awitannya dapat disingkat atau insidiosus ditandai dengan malaise
umum, mialgia, atralgia, mudah lelah, gejala saluran napas atas dan
anoreksia. Mual, muntah dan anoreksia berhubungan dengan perubahan
13
penghidu dan rasa kecap. Diare atau konstipasi dapat terjadi. Serum sickness
dapat muncul pada hepatitis B akut pada diawal infeksi. Demam derajat
rendah umumnya terjadi pada hepatitis A akut. Nyeri abdomen biasanya
ringan dan menetap dikuadran kanan atas atau epigastrium, kadang diperberat
dengan aktivitas akan tetapi jarang menimbulkan kolesistitis. Pada fase ini
akna terjadi perubahan urin menjadi lebih coklat.
3. Fase ikterus
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat muncul juga bersamaan dengan
munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Setelah ikterus
jarang terjadi perburukan prodromal, tetapi justru akan terjadi perbaikan
klinis yang nyata. Hanya saja pasien masih akan mengeluh lemah, anoreksia
dan muntah. Selain itu, akan ditemukan perubahan warna tinja menjadi
kelabu atau kuning muda dan di temukan hepatomegaly dan nyeri tekan.
4. Fase konvalesen (penyembuhan)
Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegaly
dan abnormalitas hati tetap ada. Mucul perasaan sudah lebih sehat dan
kembalinya nafsu makan. Keadaan akut biasanya akna membaik dalam 2-3
minggu. Pada hepatitis A, perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi
dalam 9 minggu dan 16 minggu untuk hepatitis B. pada 5-10% kasus
perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya 1 % yang menjadi
fulminan.3
Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
- Terapi infeksi HAV adalah konservatif dan suportif. Tidak ada terapi
spesifik. Untuk menghindari kolestasis, hentikan kontrasepsi oral dan
hormone replacement therapy.
- Pada infeksi HBV, penyembuhan spontan terjadi pada 95-99 % individu
yang sebelumnya sehat. Tetapi antivirus tidak meningkatkan angka
kesembuhan, namun pada hepatitis B akut yang berat, atau pasien yang
imunokompromais seperti gagal ginjal kronik, terapi antivirus lamivudin
14
1x100 mg dapat dipakai. Pada hepatitis fulminan, hanya transplantasi hati
yang dapat menolong.
- Untuk kolestasis bisa di berikan prednison 0,5 mg/kgBB, terappeering 1
minggu, asam ursodioksikolat 20 mg/kgBB dan kolestiramin untuk
pruritus
b. Non medikamentosa
1) Rawat jalan, kecuali pada pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan
menyebabkan dehidrasi.
2) Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat
3) Aktivitas fisis yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari.
4) Pembatasan aktivitas sehari-hari tergantung dari derajat kelelahan dan malaise.
5) Obat yang tidak perlu harus dihindarkan.3
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering pada hepatitis adalah sirosis hati. Dimana sirosis hati
adalah jenjang akhir dari proses fibrosis hati, yang merupakan konsekuensi dari
penyakit kronis hati yang ditandai dengan adanya penggantian jaringan normal
dengan jaringan fibrous sehingga sel-sel hati akan kehilangan fungsinya. Sirosis ini
paling sering disebabkan oleh minuman keras, hepatitis B dan C dan gemuk penyakit
hati tetapi telah banyak kemungkinan penyebab lain.
Pada kasus seperti ini, seringkali terjadi gangguan pada vena portal pada hati
(Extrahepatic portal vein obstruction, EHPVO) sehingga mengakibatkan
terganggunya homeostasis pada hati yang berdampak pada disfungsi sintesis faktor
koagulasi, terutama faktor V dan faktor VII.5
Prognosis
Prognosis dari hepatitis akut biasanya baik tergantung dari cepatnya tindakan yang
diberikan dan jenis hepatitis yang dialaminya. Jika terkena hepatitis B atau C, maka
kemungkinan terjadinya cirosis hepar juga ada.beda dengan hepatitis yang lain
Pencegahan
15
1. Hygiene perorangan yang baik dengan menekankan kebiasaan mencuci tangan
dengan cermat (sesudah buang air besar dan sebelum makan), untuk mencegah
penyebaran penyakit.
2. Sanitasi lingkungan-makanan dan suplai air yang aman di samping pembuangan
limbah yang baik.
3. Pasien dengan segala bentuk hepatitis harus diingatkan untuk menghindari
konsumsi minuman beralkohol.
4. Vaksinasi
5. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum
diterima menjadi panel donor.
6. Penyuluhan mengenai perlunya deteksi dini dan cara penularan infeksi sangat
diperlukan.5
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembelajaran yang dikaji, dapat disimpulkan bahwa hasil hipotesis
yang disepakati, yaitu “Demam Mendadak sejak 4 hari yang lalu, mual, muntah
dengan pemeriksaan fisik pada mata konjungtiva ikterus (+), hati teraba adalah gejala
hepatitis akut yang diperberat oleh pengobatan TBC dan meminum alkohol” Dapat
diterima. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisa terhadap anamnesis,
pemeriksaan fisik , pemeriksaan penunjang, working diagnosis, differential diagnosis,
etiologi , epidemologi, patofisiologi, manifestasi klinik, penatalaksanaan, komplikasi,
prognosis , dan pencegahan pada hepatitis akut.
Daftar Pustaka
1. Nah YK, Santoso M, Wati WW, Sumadikarya IK. Buku panduan keterampilan
medik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana;2010.h.76-9
2. Teirney LM, McPhee SJ, Papadokis MA. Current medical diagnosis and
treatment. 44th ed. New York: Mc Graw-Hill; 2005.p.678-712.
16
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simdibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi ke 4. Jakarta: Internal Publishing;2009.h.644-652.
4. Billiary obstruction. Edisi 29 agustus 2009. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/187001-overview, 16 januari 2011.
5. Braunwald, Fauci, Kasper, Hauser, Longo, Jameson. Harrison’s principles of
internal medicine. Volume 2. New York: Mc Graw-Hill;2001.p.1733-35.
6. Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Mikrobilogi
kedokteran. Edisi revisi. Jakarta: Bagian mikrobiologi FKUI; 2008.h.147-152.
7. Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edisi ke 5.
Jakarta: FKUI;2007.h.210-46.
17
top related