oleh - digilib.its.ac.id · deliniasi wilayah penelitian beberapa kecamatan yang rawan akan terjadi...
Post on 20-Apr-2019
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
NIKO IRJAYA DESMONDAPERENCANAAN WILAYAH & KOTA - 3610100015
Oleh:
Indonesia terletak pada lempeng tektonik aktif
Pulau Jawa memilikikerentanan yang lebih
besar daripada pulau lain ditinjau dari kepadatan
penduduk
Kab. Malang berpotensi terjadi gempatektonik, karena berada pada pertemuanlempeng bumi dan dekat dengan gunungberapi status aktif
Kawasan rawan terjadi bencanagempa bumi di Kab. Malang :
Kecamatan Gedangan, KecamatanSumbermanjing Wetan, KecamatanDampit, Kecamatan Tirtoyudo, danKecamatan Ampelgading. (RTRW Kabupaten Malang 2009-2029).
DELINIASI WILAYAH PENELITIAN Beberapa kecamatanyang rawan akanterjadi bencanagempa bumi di Kab. Malang meliputiKec. Gedangan, SumbermanjingWetan, Dampit, Tirtoyudo, danAmpelgading. Dayadukung batuan padajalur-jalur tersebutrelatif lebih rendahdari sekitarnya, sehingga jalur-jalurtersebut bersifat
labil. (RTRW KabupatenMalang 2009-2029).
Variabel apa saja yang berpengaruh dalam menentukan zona risiko(risk) bencana gempa bumi tektonik pada wilayah penelitian?
RUMUSAN MASALAH PENELITIAN:
1. Menentukan bobot prioritas variabel-variabel yang berpengaruh terhadapkerentanan (vulnerability) bencanagempa bumi
2. Menentukan zona kerentanan(vulnerability) bencana gempa bumi
3. Menentukan zona risiko (risk) bencanagempa bumi
SASARAN : TUJUAN :
Bancana
Gempa
Bumi
Konsep
Mitigasi
Bencana
PemetaanRisiko
Bencana
Teori
Bencana
Multi
Kriteria
Analisa
Logika
Algebra
Boolean
No.
Sumber
Sub-Indikator
Penelitian
yang Akan Diteliti
Sub-Sub Indikator yang Akan
Diteliti
1. Mengidentifikasi karakteristik kerentanan (vulnerability) Bencana Gempa Bumi
Undang-UndangNomor 24 Tahun2007; BakornasPenanggulanganBencana (2007)Peraturan KepalaBNPB Nomor 4 Tahun 2008
KerentananLingkungan
1.Slope (kemiringan) tanah2.Jenis penggunaan lahan (land use)3.Geologi (sifat fisik batuan)
Kerentanan Fisik 1.Rasio Jaringan Jalan2.Kepadatan Bangunan3.Jenis konstruksi permukiman
Kerentanan Sosial 1.Kepadatan Penduduk2.Persentase Usia Tua- Balita3.Persentase penduduk wanita4.Persentase penduduk penyandang
cacat5.Laju Pertumbuhan penduduk
Kerentanan Ekonomi 1.Persentase rumah tangga miskin2.Persentase penduduk yang bekerja
di sektor rentan (pertambangan)
2. Merumuskan Zonasi Risiko (risk) Bencana Gempa BumiPanduan Pengenalan Karakteristik bencana dan Mitigasinya di Indonesia, 2007
Bahaya (Hazard) Peta Karakteristik Bahaya Bencana Gempa Bumi
Kerentanan (vulnerability)
Peta Karakteristik Bahaya BencanaGempa Bumi
Sumber : Kajian Teori, 2013
Variabel Definisi Operasional
Aspek Kerentanan Lingkungan
Kemiringan (slope) tanah Derajat kemiringan lahan terkait dengan landai atau curamnya permukaan tanah berdasarkan kondisi geografis suatu wilayah.
Jenis penggunaan lahan (land use) Jenis peruntukan fungsi di permukaan tanah yang didasari pada suatu aktifitas atau bentuk peruntukan lahan.
Jenis bebatuan (Geologi) Klasifikasi macam bebatuan yang berhubungan dengan indikasi kestabilan dan kekuatan batuan.Aspek Kerentanan Fisik
Rasio jenis konstruksi permukiman Perbandingan jumlah jenis konstruksibangunan yang mudah rusak (semi permanen, dan non-permanen) terhadap jumlah total bangunan.
Rasio Jaringan Jalan Perbandingan antara jumlah panjang jalan yang rusak pada suatu wilayah dengan panjang total.Kepadatan Permukiman Banyaknya unit rumah per luasan wilayah.
Aspek Kerentanan Sosial
Rasio Kepadatan Penduduk Perbandingan antara jumlah penduduk per luasan wilayah.Persentase Usia Tua-Balita Tingkat kerentanan terhadap keselamatan jiwa dan kesehatan penduduk berusia rentan (mulai dari umur
0-9 tahun dan lebih dari 59 tahun) apabila terjadi bencana.Persentase jumlah penduduk jenis kelamin wanita Tingkat kerentanan fisik terhadap keselamatan jiwa dan kesehatan penduduk wanita apabila ada bahaya.
Laju Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan jumlah penduduk di suatu wilayah tiap tahunya, semakin besar laju pertumbuhan membuat semakin rentan terhadap adanya bencana.
Persentase Jumlah Penduduk penyandang cacat
Tingkat kerentanan terhadap keselamatan jiwa dan kesehatan penduduk penyandang cacat apabila adabahaya.
Aspek Kerentanan Ekonomi
Presentase rumah tangga miskin Suatu kelompok penduduk yang minim pengetahuan dan kewaspadaan terhadap bencana.Pekerja yang bekerja di sektor rentan Banyaknya penduduk atau komunitas yang bekerja di dalam bangunan.
RasionalistikPendekatan Penelitian :
Jenis Penelitian : Deskriptif
Populasi dan Sampel Penelitian : Purposive Sampling
Variabel Parameter
Aspek Kerentanan Lingkungan
Kemiringan (slope) tanah Didapatkan dari pengolahan data SRTM, menggunakan reclassify tools disoftware ArcGIS 10.2
Skor 1 : 0°-8° (datar)Skor 2 : 8°-15° (landai)Skor 3 : 15°-25° (miring)Skor 4 : 25°-45° (curam)Skor 5 : >45° (terjal)(PERMEN PU No. 21/PRT/M/2007)
Jenis penggunaan lahan (land use) Skor 1 : Hutan, Tanah Kosong & RawaSkor 2 : Kawasan wisata domestikSkor 3 : Persawahan dan TambakSkor 4 : Permukiman dan Fasilitas UmumSkor 5 : Cagar Budaya, Industri, Kawasan Wisata Berdevisa, dan Jalan(PERMEN PU No. 21/PRT/M/2007)
Jenis bebatuan (Geologi)Skor 1 : Jenis Andesit, Granit, Metamorf, dan Breksi Vulkanik.Skor 2 : Jenis Aglomerat, Breksi Sedimen, dan Konglomerat.Skor 3 : Jenis Batu Pasir, Batu Gamping, Tuf Kasar, dan Batu lanauSkor 4 : Jenis Pasir, Lanau, Tuf Halus, dan SerpihSkor 5 : Jenis Lempung, Gambut, Lumpur(PERMEN PU No. 21/PRT/M/2007)
Aspek Kerentanan Fisik
Jenis Bangunan Konstruksi Skor 1 : 15% - 30%Skor 2 : 30% - 45%Skor 3 : 45% - 55% Skor 4 : 55% - 65%Skor 5 : >65%Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam Badar (2012)
Rasio Jaringan Jalan Skor 1 : 15% - 30%Skor 2 : 30% - 45%Skor 3 : 45% - 55% Skor 4 : 55% - 65%Skor 5 : >65%Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam Badar (2012)
Kepadatan Permukiman Rasio kawasan terbangun terhadap area non terbangun.Skor 1 : Kepadatan <10 bangunan/haSkor 2 : Kepadatan 11-40 bangunan/haSkor 3 : Kepadatan 41-60 bangunan/haSkor 4 : Kepadatan 61-81 bangunan/haSkor 5 : Kepadatan >81 bangunan/ha (KEPMEN PU No. 378/KPTS/1987)
Aspek Kerentanan Sosial
Kepadatan Penduduk Rasio jumlah penduduk terhadap area per kecamatan.Skor 1 : Kepadatan <10 jiwa/haSkor 2 : Kepadatan 10-15 jiwa/haSkor 3 : Kepadatan 15-20 jiwa/haSkor 4 : Kepadatan 20-25 jiwahaSkor 5 : Kepadatan >25 jiwa/ha(Dirjen Penataan Ruang, Pekerjan Umum)
Laju Pertumbuhan Penduduk Skor 1 : 2,899-1.8572Skor 2 : 1,8572-0,8154Skor 3 : 0,8154-0,2264Skor 4 : 0,2264-1,2682Skor 5 : 1,2682-2,31Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam Badar (2012)
Persentase Usia Balita Skor 1 : 0% - 5%Skor 2 : 5% - 10%Skor 3 : 11% - 15% Skor 4 : 16% - 20%Skor 5 : >20%Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam Badar (2012)
Persentase Usia Tua Skor 1 : 0% - 5%Skor 2 : 5% - 10%Skor 3 : 11% - 15% Skor 4 : 16% - 20%Skor 5 : >20%Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam Badar (2012)
Persentase Jumlah Penduduk wanita Skor 1 : 0% - 5%Skor 2 : 5% - 10%Skor 3 : 11% - 15% Skor 4 : 16% - 20%Skor 5 : >20%Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam Badar (2012)
Persentase Jumlah Penduduk penyandang cacat
Skor 1 : 0% - 5%Skor 2 : 5% - 10%Skor 3 : 11% - 15% Skor 4 : 16% - 20%Skor 5 : >20%Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam Badar (2012)
Aspek Kerentanan Ekonomi
Presentase rumah tangga miskin Skor 1 : 0-832 jiwaSkor 2 : 832-1664 jiwaSkor 3 : 1664-2495 jiwaSkor 4 : 2495-3327 jiwaSkor 5 : 3327-4159 jiwaPedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam Badar (2012)
Pekerja yang bekerja di sektor rentan Skor 1 : 26-140 jiwaSkor 2 : 140-254 jiwaSkor 3 : 254-369 jiwaSkor 4 : 369-483 jiwaSkor 5 : 483-597 jiwaPedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam Badar (2012)
Variabel Definisi Operasional
AncamanBahaya(hazard)
Karakteristik ancaman bahaya bencana gempa bumi (peta dengan 5 klasifikasi ancaman bahaya bencana gumpi bumi)
Kerentanan(vulnerability)
Karakteristik kerentanan bahaya bencana gempa bumi (peta dengan 5 klasifikasi kerentanan bencana gumpi bumi)
Sumber : Sintesa Tinjauan Teori, 2013
Kelompok
Stakeholders
Responden
PenelitianKeterangan
Pemerintah(Government)
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Malang –Bidang Fisik dan Prasarana
Menyusun berbagaikebijakan penataanruang wilayah, terutama mengenaiijin lokasi, pemanfaatan danpengndalian ruang.
Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang (DPUCKTR) Kabupaten Malang -Bidang Permukiman
Berkepentinganpada konstruksi fisikbangunan danpermukiman padakawasan rawangempa bumi
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang – Bidang Penanganan dan Kesiapsiagaan
Memahami secarateknis tentangkarakteristik gempabumi dan aksipenanggulanganbencana.
Akademisi LPPM Universitas Brawijaya, Malang
Memahami secara teoritis mengenai berbagai karakteristik Gempa bumi dan berbagai alternatif penanganannya, sehingga dapat memberi masukan dalam perumusan aturan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana gempa bumi dari sisi akademisi.
LPPM Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
Masyarakat Tokoh Masyarakatdi KecamatanSumbermajingWetan, Dampit, dan Ampelgading.
Paham masalah sekitarkhususnya kejadian bencanagempa bumi. Tiga kecamatanini mewakili dari total lima kecamatan di wilayahpenelitian. Pemilihan tersebutberdasarkan pertimbangankondisi geografis wilayahnya.
Swasta PT Marmora (perusahaan tambang pasir besi)
Berkepentingan sebagai sektorswasata yang berorientasikanpada profit, sehingga jikaterkena dampak gempa bumi, maka akan berpengaruh.
No.KELOMPOK
STAKEHOLDERS
PERAN
STAKEHOLDERS
terhadap kerentananbencana gempa bumi di
wilayah penelitian
PENGARUH
STAKEHOLDERS terhadap kerentanan di wilayah
penelitian
DAMPAK
PROGRAM
TERHADAP
INTEREST
(+) (0) (-)
PERAN
STAKEHOLDERS
1. Kecil/TidakPenting
2. Agak Penting3. Penting4. Sangat Penting5. Program sangat
bergantungpadanya
PENGARUH
STAKEHOLDERS
1. Kecil/Tidak Penting2. Agak Penting3. Penting4. Sangat Penting5. Program sangat
bergantung padanya
P e m e r i n t a h
1.BAPPEDA KabupatenMalang
Pelaksanaanperencanaanpembangunan daerahbidang fisik danprasaran
Mengkoordinasi di dalampemanfaatan danpenegdalian lahan kota
Mengambil kebijakankeputusan terhadapkebijakan infrastruktur.
Kebijakan pemanfaatanlahan dalam KSN
+ 5 5
2.Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
Berkepentingan pada konstruksi fisik bangunan dan permukiman pada kawasan rawan gempa bumi
Membantu mengambilkebijakan infrastruktur
Mengkoordinasikankegiatan perencanaanpembangunan
+ 5 5
3.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang
Memahami secarateknis tentangkarakteristik gempabumi dan aksipenanggulanganbencana.
Mengkoordinbencanaterjadi
Memebrikan pengetahuandan pengendalian ancamanbahaya
Membantu evakuasi danbantuan korbanbencanaasikan kapan
+ 5 5
A k a d e m i s i
4.Lembaga Penelitian danPengabdian Masyarakat(LPPM) ITS
Memahami secara teoritismengenai berbagaikarakteristikGempa bumi dan berbagaialternatif penanganannya, sehingga dapat memberimasukan dalam perumusanaturan pengendalianpemanfaatan ruang kawasanrawan bencana gempa bumidari sisi akademisi.
Memberikan ilmupengetahuan tentang kawsanrentan terhadap gempa bumi
Memberi masukan dalamperumusan aturanpengendalian pemanfaatanruang kawasan rawanbencana gempa bumi dari sisiakademisi.
+ 4 4
5.
Lembaga Penelitian danPengabdian Masyarakat(LPPM) UniversitasBrawijaya
Memahami secara teoritis mengenai berbagai karakteristik Gempa bumi dan berbagai alternatif penanganannya, sehingga dapat memberi masukan dalam perumusan aturan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana gempa bumi dari sisi akademisi.
Memberikan ilmupengetahuan tentang kawsanrentan terhadap gempa bumi
Memberi masukan dalamperumusan aturanpengendalian pemanfaatanruang kawasan rawanbencana gempa bumi dari sisiakademisi.
+ 4 4
M a s y a r a k a t
6.
Tokoh Masyarakat diKecamatanSumbermanjing Wetan, Dampit, dan Ampelgading
Paham masalah sekitarkhususnya kejadian bencanagempa bumi. Tiga kecamatanini mewakili dari total liamkecamatan di wilayahpenelitian. Pemilihan tersebutberdasarkan pertimbangankondisi geografis wilayahnya.
Berpengaruh terhadap usahapartisipasi masyarakat dalamrangka menangani dantanggap terhadap bencanagempa bumi
Menjembatani program daripemerintah daerah denganmasyarakat, khususnya dalamhal penyuluhan dan simulasipenanggulangan bencana.
+ 4 4
S w a s t a
7. PT Marmora (Tambang Pasir Besi)
Berkepentingan sebagai sektorswasata yang berorientasikanpada profit, sehingga jikaterkena dampak gempa bumi, maka akan berpengaruh.
Melakukan usaha kerja tambangdi sekitar wilayah rawan longsor - 3 3
TINGKAT
PENGARUH
STAKEHOLDER
TINGKAT PERAN STAKEHOLDERS
Tidak Penting
(1)
Agak Penting
(2)
Penting
(3)
Sangat Penting
(4)
Program Sangat
Bergantung Padanya
(5)
Tidak Penting (1)
Agak Penting (2)
Penting (3) PT Marmora
Sangat Penting (4)
LPPM ITS LPPM UB Tokoh Masyarakat
ProgramSangat
Bergantung
Padanya (5)
BAPPEDA Cipta Karya &
Tata Ruang BPBD
Keterangan
: Stakeholder Kunci
DATA SEKUNDER
Jenis DataSumber
Data
Instansi/Penyedia
Data
Validitas tiapfactor
Tingkat pengaruh tiapfaktor
Tingkat prioritas tiapfaktor penentukerentananmasayarakatterhadapgempa bumi
Informasidanpendapatdaristakeholderkunci, yaitupemerintah.
BAPPEDA Kab. Malang
Dinas Cipta Karyadan Tata RuangKab. Malang
BPBD KabupatenMalang
LPPM ITS LPPM UB Tokoh Masyarakat
(Kec. SumbermajingWetan, DampitAmpelgading
DATA PRIMERNo
.Jenis Data Sumber Data
Instansi/Penyedia
Data
1. Kebijakan penataan ruang kawasan gempa bumi.
RTRW Kabupaten Malang tahun 2009-2029.
BAPPEDA Kab. Malang
2. Data terkait bencana gempabumi
Rekapitulasi data kebencanaan KabupatenMalang
BPBD Kepanjen, Kabupaten Malang
BMKG Tretes3. Data Fisik Kawasan
- Topografi- Kelerangan- Jenis tanah- Penggunaan Lahan
RTRW Kabupaten Malang tahun 2009-2029.
BAPPEDA Kab. Malang
BPS KabupatenMalang
4. Data Sarana dan prasarana- Kepadatan bangunan- Jalan- Jenis konstruksi bangunan
RTRW KabupatenMalang tahun 2009-2029.
Kabupaten Malang Dalam Angka 2012
BAPPEDA Kab. Malang
BPS KabupatenMalang
5. Data social dan ekonomi- Kepadatan penduduk- Laju pertumbuhan
penduduk- Penduduk usia balita-tua- Penduduk wanita- Penduduk penyandang
cacat- Data jenis pekerjaan- Data jenis kemiskinan
Kabupaten Malang Dalam Angka 2012
Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Ampelgading& Tirtoyudo dalamAngka
BPS Kabupaten Malang
6. Peta dasar KabupatenMalang
Data titik kejadian gempa(epicentrum)
Data Kedalaman pusatgempa bumi
Peta Bakosurtanal BPBD Kepanjen, Kabupaten Malang
BMKG Tretes
No. SasaranTujuan
Analisa
Teknik
AnalisaHasil
1. Identifikasifaktor-faktoryang berpengaruhterhadapkerentanan(vulnerability) bencanagempa bumi
Membandingkan antaravariabel, teoriatau kondisieksistingdenganstandard/parameter sehinggadidapatfaktor-faktoryang berpengaruhterhadapkerentanan(vulnerability) gempa bumi
Analisa Deskriptif
Faktor-faktoryang berpengaruh terhadapkerentanan(vulnerability) gempabumi
Menentukanpembobotanpada setiapfaktor yang berpengaruhterhadapkerentanan(vulnerability) gempabumi.
Analytic Hierarchy Proccess(AHP)
2. Penentuan zona kerentanan (vulnerability) gempa bumi di wilayah penelitian
Mengetahui zona berdasarkan tingkat kerentanan zona kerentanan (vulnerability) mulai dari yang terendah hingga tertinggi dengan cara meng-overlay peta dari faktor-faktor yang berpengaruh.
Weighted Overlay
Peta Zona kerentanan (vulnerability) gempa bumi
3. Penentuan zonasi risiko (risk) gempa bumi di penelitian
Mengetahuizonaberdasarkantingkat risiko(risk) mulai dariyang terendahhingga tertinggidengan carameng-overlaypeta dari factor-faktor yang berpengaruh.
Peta Algebra (memakai alat analisa di softwareArcGIS 10.2 : Spatial Analyst Tool “Raster Calculator”)
Peta zonasirisiko (risk) gempa bumi
119
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah
4.1.1 Orientasi Wilayah Penelitian
Secara geografis, Kabupaten Malang terletak di wilayah dataran tinggi, dengan koordinat 112° 17’ 10.9” - 112° 57’0.0” Bujur Timur dan 70° 44” 55.11” - 80° 26’ 35.45” Lintang Selatan. Kabupaten Malang terdiri dari 33 kecamatan dengan luas wilayah sebesar 334.787 Ha. Bila dilihat dari letaknya, Kabupaten Malang terletak di antara ketinggian -1 mdpl hingga 3000 mdpl.
Wilayah yang digunakan dalam penelitian ini terletak di wilayah selatan Kabupaten Malang, yang meliputi 5 kecamatan. Dimulai dari sisi barat wilayah penelitian, yakni dari Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading. Secara administratif pada wilayah penelitian, dibatasi oleh :
Sisi Utara : Kecamatan Kalipare, Kecamatan Pagak, Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Turen, Kecamatan Wajak, Kecamatan Poncokusumo, dan Kodya Malang
Sisi Timur : Kabupaten Lumajang Sisi Selatan : Samudera Hindia Sisi Barat : Kecamatan Bantur, Kecamatan
Donomulyo, dan Kabupaten Blitar
Untuk dapat melihat lebih jelas mengenai nama kecamatan beserta luas wilayahnya telah pada Tabel 4.1, sedangkan untuk melihat lingkup wilayah penelitian secara visual, dapat dilihat pada Gambar 4.1
120
Tabel 4.1. Luas Wilayah Penelitian Per Desa
Nama
Kecamatan
Nama
Desa
Luas
Wilayah
/Desa
(Ha)
Luas
Total
Wilayah
(Ha)
Persentase
Luas per
Kecamatan
(%)
Gedangan Gedangan Sumberrejo Segaran Tumpakrejo Sindurejo Gajahrejo Sidodadi Girimulyo
3238 1733 1232 2257 4300 3160 1477 2933
20330.18 20.8 %
Sumbermanjing Wetan
Sumbermanjing Argotirto Ringinsari Sitiharjo Tambakrejo Kedungbanteng Tambakasri Tegalrejo Druju Sumberagung Ringinkembar Sekarbanyu Klepu
769 3508 726 5925 3671 1572 5902 1134 1556 1455 1690 634 1385
12957.34 13.25%
Dampit Dampit Pamotan Sukodono Srimulyo Baturetno Sumbersuko Amandanom Majang tengah Rembun
911 1545 2656 2589 733 1517 695 1110 661
16847.42 17.23%
121
Nama
Kecamatan
Nama
Desa
Luas
Wilayah
/Desa
(Ha)
Luas
Total
Wilayah
(Ha)
Persentase
Luas per
Kecamatan
(%)
Pojok Jambangan
256 1732
Tirtoyudo Gandungsari Tirtoyudo Tlogosari Purwodadi Pujiharjo Sumbertangkil Kepatihan Jagomulyan Sukorejo Ampelgading Tamankuncaran Wonoagung Tamansatriyan
418 897 487 5286 2163 2194 1166 1057 402 1140 629 1083 2203
28969.94 29.62%
Ampelgading Tirtomoyo Tirtomarto Tawangagung Lebakharjo Wirotaman Tamansari Sonowangi Purwoharjo Sidorenggo Simojayan Argoyuwono Mulyosari Tamanasri
959 640 569 7370 1274 3684 1549 397 956 828 1685 826 484
18673.91 19%
Jumlah 97778.8 100%
Sumber : RTRW Kabupaten Malang 2009-2029
122
Dari data tabel diatas, dapat diketahui bahwa luas wilayah penelitian ini sebesar 97.778,8 Ha, dimana Kecamatan Tirtoyudo merupakan wilayah yang terluas di wilayah penelitian ini, yaitu sebesar 28.969,94 Ha (29,62%) dari luas keseluruhan wilayah penelitian. Sedangkan, wilayah yang terkecil terletak di Kecamatan Dampit, yang mana memiliki luas sebesar 16.847,42 Ha (17,23%) dari jumlah luas keseluruhan di wilayah penelitian.
123
Gambar 4.1. Peta Orientasi Wilayah
124
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
125
4.1.2 Kondisi Fisik Dasar
4.1.2.1 Kondisi Topografi
Kondisi topografi pada wilayah penelitian merupakan perpaduan antara dataran tinggi dan dataran rendah. Wilayah yang masuk ke dalam dataran tinggi (ketinggian mulai dari 1000 mdpl hingga 3000 mdpl), berada di Kecamatan Ampelgading yang merupakan kaki gunung Mahameru, sedangkan wilayah yang masuk dataran rendah (ketinggian mulai -1 mdpl hingga 500 mdpl), yaitu berada dari Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, dan Tirtoyudo. Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Sedangkan kondisi kemiringan tanah pada wilayah penelitian memiliki karakteristik yang beragam mulai dari kelerengan datar (0°-15°) hingga terjal (15°- >45°). Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Kondisi Kemiringan Tanah di Wilayah Penelitian
Derajat
Kemiringan
Luas Wilayah
(Ha) Lokasi
0°-8° 969 Terletak di sisi selatan Kecamatan Sumbermanjing Wetan
8°-15° 4990
Terletak di sepanjang Pantai Sendang Biru.
Terletak di perbatasan antara Kec. Tirtoyudo Sumbermanjing Wetan
Terletak sebagian kecil wilayah Kec. Ampelgading (sisi timur tepatnya)
Terletak di sisi utara
126
Derajat
Kemiringan
Luas Wilayah
(Ha) Lokasi
Kec. Gedangan, Sumbermanjing Wetan,Sumbermanjing wetan, dan Dampit
15°-25° 64382 Terletak di pertengahan wilayah sepanjang wilayah penelitian.
25°-45° 1371 Terletak di sisi selatan Kec. Sumbermanjing Wetan dan Tirtoyudo
>45° 25989
Letaknya hampir merata di sisi selatan wilayah penelitian dan sisi utara Kec. Ampelgading.
Jumlah 97.778,8 Sumber : RTRW Kabupaten Malang 2009-2029
Tabel 4.3. Kondisi Ketinggian Tanah di Wilayah Penelitian
Ketinggian Luas Wilayah
(Ha) Lokasi
-1 m dpl 44.4 Tersebar di sepanjang pesisir wilayah penelitian
0 m dpl 13129
Tersebar di sepanjang garis pantai Kecamatan Gedangan dan Sumbermanjing Wetan
Tersebar di bibir teluk di Kecamatan Tirtoyudo
100 m dpl 47032 Tersebar merata dari ujung utara, barat
127
hingga selatan di wilayah penelitian
500 m dpl 32844
Tersebar di sebagian Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading
1000 m dpl 2565 Terletak di sebagian lereng kaki Gunung Mahameru
1500 m dpl 1179 2000 m dpl 478.4 2500 m dpl 201 3000 m dpl 132
Jumlah 97778.8 Sumber : RTRW Kabupaten Malang 2009-2029
4.1.2.2 Kondisi Geologi atau Jenis Batuan
Kondisi geologi atau bebatuan pada wilayah penelitian sebagian besar didominasi jenis batuan Breksi Vulkanik (34,6%) dan batuan Metamorf (26,8%). Kedua jenis batuan tersebut memiliki masing-masing luas 33.890 Ha dan 26.245 Ha. Jenis batuan Breksi Vulkanik terletak di bagian utara Kecamatan Ampelgading, Tirtoyudo dan Dampit. Sedangkan jenis batuan Metamorf mendominasi di sisi tengah wilayah penelitian. Dari kondisi ini jelas menunjukkan bahwa pada wilayah penelitian memiliki jenis batuan yang relative kompak, sehingga lebih stabil terhadap kemungkinan longsoran dan amblasan. Namun, tidak menutup kemun gkinan terjadi longsoran dan amblasan di wilayah lain pada wilayah penelitian. Untuk lebih jelas mengenai kondisi geologi di wilayah penelitian, dapat dilihat pada Tabel 4.4.
128
Tabel 4.4. Kondisi Geologi di Wilayah Penelitian
Jenis
Batuan
Luas
Wilayah
(Ha)
Lokasi
Batuan Metamorf 26245
Tersebar hampir merata dari sisi tengah hingga ke selatan di wilayah penelitian
Batuan Breksi Vulkanik
33890
Memusat di sisi utara Kecamatan Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading
Sisi selatan Kecamatan Ampelgading
Batuan Granit 231
Tersebar di sisi utara lereng kaki gunung Mahameru Kecamatan Ampelgading
Batuan Andesit 17 Tersebar di sepanjang bibir pantai
wilayah penelitian
Batuan Breksi Sedimen
15592
Tersebar di sisi utara dan selatan Kecamatan Gedangan, sisi utara Kecamatan Sumbermanjing wetan, dan di wilayah pesisir Kecamatan Tirtoyudo
Batuan Tuf Kasar 1304
Memusat di sepanjang sisi utara Kecamatan Dampit dan Sumbermanjing Wetan.
Batuan Gamping 20435
Mendominasi di Kecamatan Gedangan
Tersebar di sisi utara dan selatan Kecamatan Sumbermanjing Wetan
Tersebar di sisi selatan Kecamatan Ampelgading dan Tirtoyudo
Jumlah 97778.8 Sumber : RTRW Kabupaten Malang 2009-2029
129
Gambar 4.2. Peta Kemiringan Lereng
130
“Halaman ini sengaja di kosongkan”
131
Gambar 4.3. Peta Ketinggian Tanah (Topografi)
132
“Halaman ini sengaja di kosongkan”
133
Gambar 4.4. Peta Jenis Batuan (Geologi)
134
“Halaman ini sengaja di kosongkan”
135
4.1.3 Kondisi Kependudukan dan Sosial
4.1.3.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk pada wilayah penelitian pada tahun 2012 mencapai 391.455 jiwa dengan kepadatan penduduk yang mencapai 22,48 Ha. Jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Dampit, yakni sebanyak 116.228 jiwa pada tahun 2012 dan untuk kepadatan penduduk tertinggi berada pada Kecamatan Sumbermanjing Wetan yang mencapai 7,53 jiwa per hektar. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi jumlah dan kepadatan penduduk, serta laju pertumbuhan penduduk dapat dilihat pada Tabel
4.5 dan Tabel 4.6. Jumlah penduduk dan kepadatan ini akan digunakan
untuk mengklasifikasikan besaran tingkat kepadatan penduduk yang diperlukan dalam tahapan penentuan zona tingkat kerentanan masyarakat terhadap gempa bumi.
136
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
137
Tabel 4.5. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2012
No. Nama
Kecamatan
Nama
Desa
Luas Wilayah
(Ha)
Jumlah
Luas
Wilayah
(Ha)
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Jumlah
Penduduk
Total
(Jiwa)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Ha)
1. Gedangan Gedangan Sumberrejo Segaran Tumpakrejo Sindurejo Gajahrejo Sidodadi Girimulyo
3238 1733 1232 2257 4300 3160 1477 2933
2033.18
9577 10340 7711 7122 5538 5650 7103 3680
56721 27.9
2. Smbermnjing Wetan
Smbermnjing Argotirto Ringinsari Sitiharjo Tambakrejo Kedungbanteng Tambakasri Tegalrejo
769 3508 726
5925 3671 1572 5902 1134
12957.34
4504 6390 5287 8203 5642 7791 8789 3199
97684 7.54
138
No. Nama
Kecamatan
Nama
Desa
Luas Wilayah
(Ha)
Jumlah
Luas
Wilayah
(Ha)
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Jumlah
Penduduk
Total
(Jiwa)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Ha)
Druju Sumberagung Ringinkembar Sekarbanyu Klepu
1556 1455 1690 634
1385
11663 5706 5220 2910 8443
3. Dampit Dampit Pamotan Sukodono Srimulyo Baturetno Sumbersuko Amandanom Majang tengah Rembun Pojok Jambangan
911 1545 2656 2589 733
1517 695
1110 661 256
1732
16847.42
23460 17327 8498
12063 3415 6157 5875
11039 5255 3315
10650
116228 6.89
4. Tirtoyudo Gandungsari 418 28969.94 3473 63265 2.18
139
No. Nama
Kecamatan
Nama
Desa
Luas Wilayah
(Ha)
Jumlah
Luas
Wilayah
(Ha)
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Jumlah
Penduduk
Total
(Jiwa)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Ha)
Tirtoyudo Tlogosari Purwodadi Pujiharjo Sumbertangkil Kepatihan Jagomulyan Sukorejo Ampelgading Tamankuncaran Wonoagung Tamansatriyan
897 487
5286 2163 2194 1166 1057 402
1140 629
1083 2203
5675 3108 5158 5843 6312 3009 4040 3615 9087 3937 3508 6500
5. Ampelgading Tirtomoyo Tirtomarto Tawangagung Lebakharjo Wirotaman
959 640 569
7370 1274
18673.91
5492 5495 3147 7019 4412
57557 3.08
140
No. Nama
Kecamatan
Nama
Desa
Luas Wilayah
(Ha)
Jumlah
Luas
Wilayah
(Ha)
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Jumlah
Penduduk
Total
(Jiwa)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Ha)
Tamansari Sonowangi Purwoharjo Sidorenggo Simojayan Argoyuwono Mulyosari Tamanasri
3684 1549 397 956 828
1685 826 484
3440 4552 1952 6837 5014 3557 4890 1750
Jumlah 97778,8 391.455 47.6
Sumber : RTRW Kabupaten Malang 2009-2029
141
4.1.3.2 Jumlah Penduduk Wanita
Jumlah penduduk berdasarkan berjenis kelamin ini, berkaitan dengan kerentanan social. Dalam hal ini, penduduk yang berkaitan dengan kerentanan social ini adalah penduduk yang berjenis kelamin wanita. Dimana semakin tinggi proporsi jumlah penduduk berjenis kelamin wanita di suatu wilayah, maka kemingkinan jumlah timbulnya korban jiwa akibat bencana gempa bumi akan semakin besar. Hal ini dikarenakan pengaruh dari kondisi mental daripada kondisi fisiknya, sehingga dapat menyebabkan kemampuan dalam menghindar dari ancaman gempa bumi yang lebih rendah. Berikut ini telah tersaji pada Tabel 4.6 data mengenai jumlah penduduk jenis kelamin wanita pada wilayah penelitian pada tahun 2012.
Jumlah penduduk jenis kelamin wanita ini akan digunakan untuk mengklasifikasikan besaran tingkat tingginya penduduk jenis kelamin wanita yang diperlukan pada tahapan zonasi tingkat kerentanan masyarakat terhadap gempa bumi.
Tabel 4.6. Jumlah Penduduk Wanita Tahun 2012
Kecamatan Jumlah Penduduk Wanita
(Jiwa)
Gedangan 27.709 Sumbermanjing Wetan 42.485 Dampit 54.131 Tirtoyudo 31.690 Ampelgading 29.119
Jumlah 185.134
Sumber : Kabupaten Malang dalam Angka, 2013 4.1.3.3 Jumlah Penduduk Usia Rentan (Balita dan Tua)
Jumlah penduduk berdasarkan usia rentan, berkaitan dengan kerentanan sosial. Dalam hal ini, penduduk yang berkaitan dengan kerentanan social ini adalah penduduk
142
balita (<5 tahun) dan penduduk usia tua (>60 tahun). Dimana semakin tinggi proporsi jumlah penduduk balita dan tua di suatu wilayah, kemungkinan jumlah korban jiwa akibat bencana gempa bumi tektonik akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisiknya, sehingga dapat mempengaruhi kemampuanya dalam menghindar dari ancaman gempa bumi. Berikut ini telah tersaji data mengenai jumlah penduduk usia rentan balita pada wilayah penelitian tahun 2012 di Tabel 4.7, dan jumlah penduduk usia rentan tua pada Tabel 4.8.
Jumlah penduduk jenis kelamin wanita ini akan digunakan untuk mengklasifikasikan besaran tingkat tingginya penduduk jenis kelamin wanita yang diperlukan pada tahapan zonasi tingkat kerentanan masyarakat terhadap gempa bumi.
Tabel 4.7. Jumlah Penduduk Usia Rentan Balita dan Tua
Tahun 2012
Kecamatan
Kelompok
Usia Balita
(Jiwa)
Kelompok
Usia Tua
(Jiwa)
Gedangan 3.890 6.418 Sumbermanjing Wetan 7.434 10.752 Dampit 9.289 14.188 Tirtoyudo 4.880 6.923 Ampelgading 4.214 6.511
Jumlah 29.707 44.792
Sumber : Kabupaten Malang dalam Angka, 2013 4.1.3.4 Jumlah Penduduk Penyandang Cacat
Jumlah penduduk penyandang cacat berkaitan dengan kerentanan sosial. Dalam hal ini, penduduk yang berkaitan dengan kerentanan sosial ini adalah penduduk yang mengalami cacat tubuh, buta, tuna rungu, dan cacat mental. Dimana semakin tinggi proporsi jumlah penduduk
143
penyandang cacat di suatu wilayah, maka kemungkinan jumlah timbulnya korban jiwa akibat bencana gempa bumi akan semakin besar. Hal ini dikarenakan kondisi fisiknya dan kepekaanya terhadap datangnya bencana gempa bumi, sehingga dapat mempengaruhi kemampuanya dalam menghindar dari ancaman gempa bumi. Adapun jumlah penduduk cacat yang tertinggi di wilayah penelitian terdapat di Kecamatan Gedangan sebanyak 45 jiwa dan yang terendah terdapat di Kecamatan Tirtoyudo sebanyak 7 jiwa. Berikut ini telah tersaji data jumlah penduduk penyandang cacat pada wilayah penelitian pada tahun 2012 pada Tabel
4.8. Jumlah penduduk penyandang cacat ini akan
digunakan untuk mengklasifikasikan besaran tingkat tingginya penduduk jenis kelamin wanita yang diperlukan pada tahapan zonasi tingkat kerentanan masyarakat terhadap gempa bumi.
Tabel 4.8. Jumlah Penduduk Penyandang Cacat Wilayah
Penelitian Tahun 2012
Kecamatan Jumlah Penduduk Cacat
(Jiwa)
Gedangan 45 Sumbermanjing Wetan 9 Dampit 10 Tirtoyudo 7 Ampelgading 25
Jumlah 96 Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Malang, 2013
4.1.3.5 Jumlah Penduduk Miskin
Berdasarkan data dari Kabupaten Malang dalam Angka tahun 2012, di wilayah penelitian terdapat penduduk miskin sejumlah 22.707 jiwa. Jumlah penduduk miskin tertinggi berada di Kecamatan Dampit dengan jumlah 7.375
144
jiwa. Sedangkan, jumlah penduduk miskin terendah berada di Kecamatan Gedangan dengan jumlah 2.503 jiwa. Untuk lebih jelasnya data mengenai jumlah penduduk miskin tersaji pada Tabel 4.10.
Jumlah penduduk miskin ini akan digunakan untuk mengklasifikasikan besaran tingginya persentase penduduk miskin yang diperlukan pada tahapan zonasi tingkat kerentanan masyarakat terhadap gempa bumi.
Tabel 4.9. Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2012 Kecamatan Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)
Gedangan 2.503 Sumbermanjing Wtn 4.562 Dampit 7.375 Tirtoyudo 4.281 Ampelgading 3.986
Jumlah 22.707 Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Malang, 2013
4.1.3.6 Jumlah Penduduk Bekerja di Pertambangan
Wilayah penelitian merupakan daerah yang memiliki beberapa sumber daya alam yang melimpah, khususnya di wilayah selatan yang dimanfaatkan penduduk sekitar sebagai sumber mata pencaharian. Sumber daya alam tersebut seperti pasir besi, emas, marmer, tanah urug, sirtu (pasir batu), dan mangan. Kondisi jumlah pekerja tambang yang tertinggi terletak di Kecamatan Tirtoyudo (3892 jiwa), sedangkan jumlah pekerja tambang yang terendah terletak di Kecamatan Dampit (549 jiwa). Adapun jumlah penduduk di wilayah penelitian yang bermata pencaharian di wilayah pertambangan tersaji pada Tabel 4.11.
Jumlah penduduk yang bekerja di sektor rentan (pertambangan) ini akan digunakan untuk mengklasifikasikan besaran tingginya persentase penduduk
145
yang bekerja di sektor rentan (pertambangan) yang diperlukan pada tahapan zonasi tingkat kerentanan masyarakat terhadap gempa bumi.
Tabel 4.10. Jumlah Penduduk yang Bekerja di
Pertambangan Tahun 2012 Kecamatan Jumlah Penambang (Jiwa)
Gedangan 2.475 Sumbermanjing Wetan 2.746 Dampit 549 Tirtoyudo 3.892 Ampelgading 275
Jumlah 9.937 Sumber : Kabupaten Malang dalam Angka, 2013
4.1.4 Kondisi Penggunaan Lahan
Kondisi penggunaan lahan pada wilayah penelitian lebih didominasi oleh perkebunan dengan luas 35.888 Ha (36,7%), diikuti oleh tegalan dengan luas 29.674 (30,44%), dan hutan lindung yang mencapai 19.645 (20%). Berikut ini jenis penggunaan lahan pada wilayah penlitian berdasarkan jenis penggunaan lindung dan budidaya yang tersaji pada Tabel 4.12. Jenis penggunaan lahan ini akan digunakan untuk mengklasifikasikan kelompok penggunaan lahan yang diperlukan pada tahapan zonasi tingkat kerentanan masyarakat terhadap bencana gempa bumi.
Tabel 4.11. Jenis Penggunaan Lahan Wilayah Penelitian
Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase
(%)
Hutan Lindung 557.3 0.569 Permukiman 10.845.4 11.1 Perkebunan 31.674.3 32.4 Tegalan 22.090.8 22.6 Hutan 20.225.4 20.7
146
Danau/Waduk 524.6 0.54 Sawah Irigasi 2528.6 2.6 Sawah Tadah Hujan 387.3 0.4 Perikanan 147.03 0.15 Sungai Besar 49.064 0.05 Belukar 8178 8.36
Jumlah 97778,8 100 Sumber : Kabupaten Malang dalam Angka, 2013
4.1.5 Kondisi Konstruksi Bangunan Fisik
Berdasarkan pada data dari Kabupaten Malang dalam Angka 2013, terdapat data mengenai kondisi fisik bangunan yang dilihat berdasarkan jenis konstruksinya. Hal ini penting untuk melihat dari segi ketahanan suatu bangunan jika terjadi gempa bumi. Dimana jika suatu konstruksi yang semakin kaku (stiff) maka bangunan tersebut akan semakin rentan terhadap kejadian gempa bumi, sehingga kerugian yang ditimbulkan akan semakin besar, lain halnya jika bangunan yang tidak permanen (bersifat elastis) dapat menyesuaikan getaran gempa dengan ambang batas lebih besar dibanding bangunan permanen. Sehingga jika terjadi gempa, maka kerugian yang ditimbulkan oleh gempa bumi terhadap bangunan non permanen tidak sebesar bangunan permanen.
Pada wilayah penelitian, jumlah jenis bangunan permanen lebih mendominasi, dibanding bangunan non permanen. Secara berurutan, sejumlah 79.104 bangunan permanen (86.29%) dan 12.559 bangunan tidak permanen (13.7%). Dilihat dari fakta tersebut, wilayah penelitian rentan terhadap bencana gempa bumi. Jenis konstruksi bangunan fisik permanen ini akan digunakan untuk mengklasifikasikan tingginya persentase jenis konstruksi bangunan fisik yang diperlukan pada tahapan zonasi tingkat kerentanan masyarakat terhadap gempa bumi.
147
Tabel 4.12. Jumlah Bangunan Fisik berdasarkan Jenis Konstruksinya di Wilayah Penelitian
Nama
Kecamatan
Tidak
Permanen Permanen
Jumlah
Total
Fisik
Bangunan
Gedangan 1.429 12.165 13.594 Sumbermanjing Wtn 25 21.046 21.071 Dampit 4.543 24.338 28.881 Tirtoyudo 4.488 10.027 14.515 Ampelgading 2.074 11.528 13.602
Jumlah 12.559 79.104 91.663 Sumber : Kabupaten Malang dalam Angka, 2013
4.1.6 Kepadatan Bangunan
Kondisi kepadatan bangunan pada wilayah penelitian berkisar antara 0.610 hingga 1.916 bangunan/Ha. Kepadatan bangunan yang paling padat terdapat di Kecamatan Sumbermanjing Wetan dengan kepadatan sebesar 1,916 bangunan/ha, lalu diikuti oleh Kecamatan Dampit sebesar 1.602 bangunan/ha. Sedangkan kecamatan yang memiliki kepadatan bangunan yang terendah terletak di Kecamatan Tirtoyudo sebesar 0.610 banguna/ha. Untuk dapat melihat lebih jelas, tersaji pada Tabel 4.14.
Kondisi kepadatan bangunan ini akan digunakan untuk mengklasifikasikan tingginya kepadatan bangunan yang diperlukan pada tahapan zonasi tingkat kerentanan masyarakat terhadap gempa bumi.
Tabel 4.13. Jumlah Kepadatan Bangunan Fisik Wilayah
Penelitian
Nama Kecamatan
Luas
wilayah
(Ha)
Jumlah
Bangunan
Fisik
Kepadatan
Bangunan
(bangunan/
Ha)
148
Gedangan 20330.18 15720 0.773 Sumbermanjing Wtn 12957.34 24828 1.916 Dampit 16847.42 26997 1.602 Tirtoyudo 28969.94 17683 0.610 Ampelgading 18673.91 17842 0.955
Jumlah 97778.8 103070 5.858 Sumber : Kabupaten Malang dalam Angka, 2013 4.1.7 Kondisi Jaringan Jalan
Kondisi jaringan jalan pada wilayah penelitian memiliki panjang jalan total sepanjang 140.1 km, yang mana terdiri dari 39.5 km jalan Arteri Sekunder, 86.2 km jalan Kolektor Primer, dan 14.4 km jalan Kolektor Sekunder. Jalan Arteri Sekunder yang terpanjang terletak di Kecamatan Sumbermanjing Wetan sepanjang 23.6 km, lalu untuk Jalan Kolektor Primer yang terpanjang terletak di Kecamatan Sumbermanjing Wetan sepanjang 43,6 km, sedangkan jenis Jalan Kolektor Sekunder hanya terletak di Kecamatan Sumbermanjing Wetan yakni sepanjang 14.4 km.
Dilihat dari kualitasnya saat ini, kondisi jalan di wilayah penelitian ada yang kondisinya baik dan rusak. Kondisi jalan ini berpengaruh terhadap upaya evakuasi yang dilakukan dan dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa bumi. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel
4.15. Kondisi jaringan jalan yang rusak ini akan digunakan untuk mengklasifikasikan jumlah panjang jaringan jalan yang diperlukan pada tahapan zonasi tingkat kerentanan masyarakat terhadap gempa bumi.
Tabel 4.14. Kondisi Jaringan Jalan Wilayah Penelitian
Tipe Jalan Lokasi Panjang Jalan (km)
Arteri Sekunder
Sumbermanjing Wetan 23.6 39.5 Gedangan 11.1
Dampit 4.8
149
Kolektor Primer
Ampelgading 23.3
86.2 Sumbermanjing 43.6 Tirtoyudo 4.7 Dampit 14.7
Kolektor Sekunder Sumbermanjing 14.41 14.4
Jumlah 140.1
Sumber : Kabupaten Malang dalam Angka, 2013
150
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
151
Gambar 4.5. Peta Jumlah Penduduk di Wilayah Penelitian
152
“Halaman ini sengaja di kosongkan”
153
Gambar 4.6. Peta Kepadatan Penduduk di Wilayah Penelitian
154
“Halaman ini sengaja di kosongkan”
155
Gambar 4.7. Peta Jumlah Penduduk Wanita di Wilayah Penelitian
156
“Halaman ini sengaja di kosongkan”
157
Gambar 4.8 Peta Jumlah Penduduk Usia Balita di Wilayah Penelitian
158
“Halaman ini sengaja di kosongkan”
159
Gambar 4.9. Peta Jumlah Penduduk Usia Tua di Wilayah Penelitian
160
“Halaman ini sengaja di kosongkan”
161
Gambar 4.10. Peta Jumlah Penduduk Penyandang Cacat di Wilayah Penelitian
162
“Halaman ini sengaja di kosongkan”
163
Gambar 4.11. Jumlah Penduduk Miskin di Wilayah Penelitian
164
“Halaman ini sengaja di kosongkan”
165
Gambar 4.12. Penduduk Bekerja disektor Rentan (Pertambangan) di Wilayah Penelitian
166
“Halaman ini sengaja di kosongkan”
167
Gambar 4.13. Jenis Penggunaan Lahan di Wilayah Penelitian
168
“Halaman ini sengaja di kosongkan”
169
Gambar 4.14. Jenis Bangunan Konstruksi Permanen di Wilayah Penelitian
170
“Halaman ini sengaja di kosongkan”
171
Gambar 4.15. Kepadatan Bangunan Fisik di Wilayah Penelitian
172
“Halaman ini sengaja di kosongkan”
173
Gambar 4.16. Kondisi Jaringan Jalan di Wilayah Penelitian
174
“Halaman ini sengaja di kosongkan”
175
4.2 Gambaran Umum Ancaman Bahaya (Hazard) Gempa
Bumi di Wilayah Penelitian
Menurut Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, ESDM (2010), dalam melakukan penentuan zona bahaya wilayah yang rawan bencana gempabumi, melihat berdasarkan 4 parameter, yaitu dilihat dari kondisi geologi (batuan), skala intensitas gempa bumi yang pernah terjadi, kegempaan, lokasi patahan sesar, dan percepatan gempa bumi (PGA). Berdasarkan parameter-parameter tersebut dihasilkan 4 zona bahaya bencana gempa bumi, yang meliputi zona bahaya bencana gempa bumi tinggi, menengah, rendah, dan sangat rendah. Berdasarkan Peta Bahaya Wilayah Rawan Bencana Gempa Bumi pada wilayah penelitian, dapat diketahui bahwa pada wilayah penelitian masuk dalam kategori zona bahaya bencana gempa bumi tinggi (high earthquake hazard zone) yang masuk dalam skor (4), dimana wilayah penelitian merupakan wilayah yang berpotensi terlanda goncangan gempa bumi dengan intensitas lebih dari VII skala MMI (Modified Mercalli Intensity).
Wilayah ini berpotensi terjadi retakan tanah, pelulukan, longsoran pada tebing-tebing yang terjal, dan pergeseran tanah. Adapun percepatan gempa buminya lebih besar daripada 0.34 g. Berdasarkan kondisi geologi atau batuanya, daerah ini tersusun dari alluvium, endapan gunungapi,, dan batuan yang telah terlapukkan secara kua. Untuk mengetahui lebih detail dari kondisi geologi dapat dilihat pada subbab indikator kerentanan lingkungan pada bab 2.
Ancaman bahaya gempa bumi di wilayah penelitian dapat dilihat pada peta bahaya gempa bumi yang disajikan pada Gambar 4.19. Berikut ini beberapa data faktual pendukung mengenai ancaman bahaya gempa bumi pada wilayah penelitian : 4.2.1 Lokasi Patahan
Pada wilayah penelitian terdapat beberapa lokasi patahan pada wilayah studi terletak di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading. Lokasi patahan yang
176
paling panjang, terdapat di sisi utara Kecamatan Sumbermanjing Wetan dan Dampit yakni dengan panjang patahan sebesar 14.6 km, lalu lokasi patahan yang terpendek terdapat di sisi selatan Kecamatan Sumbermanjing Wetan, yakni sepanjang 2 km. Untuk lebih jelas mengenai persebaran patahan di wilayah penelitian, dapat dilihat pada Gambar 4.17.
4.2.2 Episentrum dan Kedalaman Titik Gempa Bumi
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangkates, mencatat disepanjang tahun 1975 hingga tahun 2013 pada wilayah penelitian, telah terjadi gempa bumi sebanyak 22 kali dengan berbagai tingkatan kekuatan. Tingkat kekuatan gempa bumi di wilayah penelitian mulai dari yang terkuat yakni sebesar 6 SR atau VII Skala MMI yang terletak di Kecamatan Ampelgading. Sedangkan tingkat kekuatan gempa bumi yang terendah yakni sebesar 1.2 SR atau I Skala MMI yang terletak di Kecamatan Gedangan.
Untuk lebih jelas mengenai persebaran titik episentrum gempa bumi di wilayah penelitian, dapat dilihat pada Gambar
4.15.
Tabel 4.15. Lokasi Titik Episentrum di Wilayah Penelitian
Lintang Bujur Depth
(km dpl)
Kekuatan
(SR / MMI) Kecamatan
-8.358 112.780 153.2 4.8 / IV Sumbermanjing Wtn -8.319 112.675 139.5 5.2 / V Sumbermanjing Wtn -8.298 112.798 10 4.8 / IV Dampit -8.327 112.913 142.6 5.5 / VI Ampelgading -8.424 112.637 119.9 4.5 / IV Gedangan -8.346 112.726 161.8 4.6 / V Sumbermanjing Wtn -8.351 112.640 119 4.9 / V Gedangan -8.394 112.594 91 4.9 / V Gedangan -8.360 112.849 15 2.5 / III Tirtoyudo
177
Lintang Bujur Depth
(km dpl)
Kekuatan
(SR / MMI) Kecamatan
-8.123 112.893 40 1.5 / I Ampelgading -8.209 112.869 39 3.2 / III Ampelgading -8.344 112.863 12 6 / VII Ampelgading -8.395 112.567 265 1.2 / I Gedangan -8.268 112.636 32 5.5 / VI Gedangan -8.218 112.757 522 4.4 / IV Dampit -8.302 112.731 62 5.1 / VI Sumbermanjing Wtn -8.393 112.718 75 5.3 / VI Sumbermanjing Wtn -8.161 112.858 97 2.1 / II Tirtoyudo -8.283 112.864 56 4.9 / V Tirtoyudo -8.314 112.619 365 5.8 / VI Gedangan -8.255 112.828 153 4.2 / IV Tirtoyudo
Sumber : BMKG Karangkates, 2013
178
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
179
Gambar 4.17. Peta Bahaya Wilayah Rawan Bencana Gempa Bumi di Wilayah Penelitian
180
“Halaman ini sengaja di kosongkan”
No.Nama
KecamatanLuas Wilayah (Ha)
Persentase
(%)
1. Gedangan 20.330,18 20,8 %
2. Sumbermanjing Wtn 12.957,34 13,25%
3. Dampit 16.847,42 17,23%
4. Tirtoyudo 28.969,94 29,62%
5. Ampelgading 18.673,91 19%
Jumlah 97.778,8 100%
Lintang BujurDepth
(km dpl)
Kekuatan (SR /
MMI)Kecamatan
-8.358 112.780 153.2 4.8 / IV Sumbermanjing Wtn
-8.319 112.675 139.5 5.2 / V Sumbermanjing Wtn
-8.298 112.798 10 4.8 / IV Dampit
-8.327 112.913 142.6 5.5 / VI Ampelgading
-8.424 112.637 119.9 4.5 / IV Gedangan
-8.346 112.726 161.8 4.6 / V Sumbermanjing Wtn
-8.351 112.640 119 4.9 / V Gedangan
-8.394 112.594 91 4.9 / V Gedangan
-8.360 112.849 15 2.5 / III Tirtoyudo
-8.123 112.893 40 1.5 / I Ampelgading
-8.209 112.869 39 3.2 / III Ampelgading
-8.344 112.863 12 6 / VII Ampelgading
-8.395 112.567 265 1.2 / I Gedangan
-8.268 112.636 32 5.5 / VI Gedangan
-8.218 112.757 522 4.4 / IV Dampit
-8.302 112.731 62 5.1 / VI Sumbermanjing Wtn
-8.393 112.718 75 5.3 / VI Sumbermanjing Wtn
-8.161 112.858 97 2.1 / II Tirtoyudo
-8.283 112.864 56 4.9 / V Tirtoyudo
-8.314 112.619 365 5.8 / VI Gedangan
-8.255 112.828 153 4.2 / IV Tirtoyudo Sumber : BMKG Karangkates, 2013
Variabel Data Standard / Parameter PembahasanHasil
PembahasanFaktor
K e r e n t a n a n L i n g k u n g a n
Kemiringan Tanah Pada wilayah penelitian, kondisi
kemiringan tanah (slope) memiliki
karakteristik mulai dari datar (0°-8°)
hingga terjal (>45°). (RTRW Kab. Malang
2009-2029)
Skor 1 : 0°-8° (datar)
Skor 2 : 8°-15° (landai)
Skor 3 : 15°-25° (miring)
Skor 4 : 25°-45° (curam)
Skor 5 : >45° (terjal)
(PERMEN PU No. 21/PRT/M/2007)
Berdasarkan perbandingan data, teori,
dan standard, maka dapat diketahui
bahwa wilayah penelitian masuk dalam
seluruh kategori kerentanan, dimana
jenis kemiringan tanah berpengaruh
terhadap gempa bumi. Hal ini akan
berpengaruh terhadap kestabilan
lereng saat terjadi gempa.
Area dengan jenis kemiringan tanah
merupakan area dengan tingkat
kerentanan dari rendah hingga tinggi.
Tingkatan kemiringan tanah tersebut
menunjukkan kelompok kelerengan
yang bervariatif, mulai dari kemirinagn
datar yang lebih resisten terhadap
gempa dan lebih stabil terhadap
kemungkinan longsoran dan amblasan,
serta kemiringan yang curan, dimana
sangat rentan akan timbulnya
longsoran akibat gempa bumi. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa tingkat
kemiringan tanah mempengaruhi
kestabilan tanah..
Tingkat Kemiringan Tanah
Jenis Penggunaan
Lahan
Kondisi penggunaan lahan pada wilayah
penelitian terdiri dari 2 jenis, yakni
penggunaan lahan budidaya dan lindung.
Jenis penggunaan lahan budidaya terdiri
dari Jalan, Permukiman, Sawah Irigasi,
Sawah Tadah Hujan, Kebun, Tegalan, dan
Waduk. Sedangkan jenis penggunaan
lahan budidaya yakni Hutan Lindung
yang terletak di kaki lereng Gunung
Mahameru dan di sisi selatan pesisir
Kecamatan Ampelgading, Tirtoyudo dan
Dampit.
Skor 1 : Hutan, Tanah Kosong & Rawa
Skor 2 : Kawasan wisata domestik
Skor 3 : Persawahan dan Tambak
Skor 4 : Permukiman dan Fasilitas Umum
Skor 5 : Cagar Budaya, Industri, Kawasan Wisata
Berdevisa, dan Jalan
(PERMEN PU No. 21/PRT/M/2007)
Berdasarkan perbandingan data, teori,
dan standard, maka dapat diketahui
bahwa wilayah penelitian masuk dalam
seluruh kategori jenis penggunan lahan
yang rentan, dimana jenis penggunaan
lahan berpengaruh terhadap gempa
bumi Hal ini kemungkinan akan
berpengaruh terhadap kerugian dan
korban jiwa saat terjadi gempa.
Area dngan jenis penggunaan lahan
yang terbangun lebih rentan terhadap
bencana gempa bumi, dibandingkan
jenis penggunaan lahan pertanian dan
perkebunan dimana memiliki tingkat
kerentanan yang rendah. Tingkatan
jenis penggunaan lahan tersebut
menunjukkan kelompok yang
bervariatif. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa jenis penggunaan lahan
mempengaruhi terhadap kerugian dan
korban jiwa saat terjadi gempa.
Jenis Penggunaan Lahan
Geologi Kondisi geologi atau bebatuan pada
wilayah penelitian didominasi oleh jenis
batuan Breksi Vulkanik dan batuan
Metamorf. Kedua jenis batuan tersebut
memiliki masing-masing luas 33.890 Ha
dan 26.245 Ha. Jenis batuan Breksi
Vulkanik terletak di bagian utara
Kecamatan Ampelgading, Tirtoyudo dan
Dampit. Sedangkan jenis batuan
Metamorf mendominasi di sisi tengah
wilayah penelitian
Skor 1 : Jenis Andesit, Granit, Metamorf, dan Breksi
Vulkanik.
Skor 2 : Jenis Aglomerat, Breksi Sedimen, dan
Konglomerat.
Skor 3 : Jenis Batu Pasir, Batu Gamping, Tuf Kasar, dan
Batu lanau
Skor 4 : Jenis Pasir, Lanau, Tuf Halus, dan Serpih
Skor 5 : Jenis Lempung, Gambut, Lumpur
(PERMEN PU No. 21/PRT/M/2007)
Berdasarkan perbandingan data, teori,
dan standard, maka dapat diketahui
bahwa wilayah penelitian masuk dalam
kategori sedikit rentan, berdasarkan
jenis batuan yang didominasi oleh
batuan Breksi Vulkanik dan batuan
Metamorf. Hal ini akan berpengaruh
terhadap kestabilan lereng saat terjadi
gempa.
Area dngan jenis batuan yang rendah
merupakan area dengan tingkat
kerentanan rendah. Tingkatan batuan
tersebut menunjukkan kelompok
batuan yang relatif kompak, lebih
resisten terhadap gempa dan lebih
stabil terhadap kemungkinan longsoran
dan amblasan. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tingkat kerentanan
geologi, dipengaruhi oleh jenis batuan.
Jenis batuan.
K e r e n t a n a n F i s i k
Jenis Konstruksi
Bangunan
Di wilayah penelitian kondisi
permukiman dilihat dari bentuk
konstruksinya ada 2 yaitu
permanen mulai dari 69% di
Kecamatan Tirtoyudo hingga
99.8% di Kecamatan
Sumbermanjing Wetan. Lalu
untuk jenis konstruksi yang tidak
permanen mulai dari 0.12% di
Kecamatan Sumbermanjing
Wetan hingga 30.92% di
kecamatan Tirtoyudo.
Skor 1 : 15% - 30%
Skor 2 : 30% - 45%
Skor 3 : 45% - 55%
Skor 4 : 55% - 65%
Skor 5 : >65%
Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam
Badar (2012)
Berdasarkan perbandingan
data, teori, dan standard,
maka dapat diketahui bahwa
wilayah penelitian masuk
dalam kategori sangat rentan,
dimana jenis konstruksi
bangunan permanen yang
terendah mencapai 69% dan
yang tertinggi 99.8%
Berdasarkan perbandingan
data, teori, dan standard,
maka dapat diketahui bahwa
wilayah penelitian masuk
dalam kategori tidak rentan
dan sedikit rentan, dimana
jenis konstruksi bangunan
non permanen mencapai yang
tidak rentan mencapai 0.12%,
sedangkan yang sedikit rentan
mencapai 30.92%
Area dengan kondisi jenis
bangunan konstruksi merupakan
area dengan tingkat kerentanan
sangat rentan, karena jenis
konstruksi bangunan permanen,
sangat berpotensi mengalami
kerusakan dampak negative
akibat bencana gempa bumi,
dibanding jenis konstruksi
bangunan non-permanen. Maka
dapat disimpulkan bahwa factor
persentase jenis konstruksi
bangunan memepengaruhi
kerentanan.
Persentase jenis konstruksi
bangunan
Kepadatan
bangunan
Di wilayah penelitian kondisi
kepadatan permukiman sebesar
5.55 bangunan/ha. Dimana yang
tertinggi tingkat kepadatanya di
Kecamatan Dampit (1.7
Bangunan/Ha), sedangkan yang
terendah terdapat di Kecamatan
Tirtoyudo (0.55 bangunan/ha)
Rasio kawasan terbangun terhadap area non
terbangun.
Skor 1 : Kepadatan <10 bangunan/ha
Skor 2 : Kepadatan 11-40 bangunan/ha
Skor 3 : Kepadatan 41-60 bangunan/ha
Skor 4 : Kepadatan 61-81 bangunan/ha
Skor 5 : Kepadatan >81 bangunan/ha
(KEPMEN PU No. 378/KPTS/1987)
Reclassify :
Skor 1 : Kepadatan 0 - 0.61 bangunan/ha
Skor 2 : Kepadatan 0.62 - 0.77 bangunan/ha
Skor 3 : Kepadatan 0.78 -0.95 bangunan/ha
Skor 4 : Kepadatan 0.96 -1.60 bangunan/ha
Skor 5 : Kepadatan 1.61 – 1.92 bangunan/ha
Berdasarkan perbandingan data,
teori, dan standard, maka dapat
diketahui bahwa wilayah
penelitian masuk dalam kategori
tidak rentan, karena secara
keseluruhan kondisi kepadatan di
wilayah penelitian sebesar 0.55
bangunan/ha masuk kategori
Skor1
Area dengan kepadatan bangunan
yang rendah merupakan area
dengan tingkat erentanan
rendah, karena banngunan
diindkasikan melalui persentase
area terbangun, berpotensi
mengalami kerusakan dampak
negative akibat bencana gempa
bumi. Maka dapat disimpulkan
bahwa factor tingginya kepadatan
bangunan memepengaruhi
kerentanan, meskipun rendah.
Tingginya kepadatan
bangunan
Rasio Jaringan jalan Di wilayah penelitian, kondisi
panjang jalan mencapai panjang
140.33 km. dimana jalan yang
mengalami kerusakan mencapai
38.7 km (27.6%). Hal ini
dikarenakan masih banyak jalan
yang rusak dan belum diperbaiki.
Skor 1 : 15% - 30%
Skor 2 : 30% - 45%
Skor 3 : 45% - 55%
Skor 4 : 55% - 65%
Skor 5 : >65%
Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam
Badar (2012)
Berdasarkan perbandingan data
yang ada dan
standard/parameter, maka dapat
diketahui bahwa wilayah
penelitian merupakan wilayah
dengan kondisi kerentanan dari
rasio jarinangan jalan yang rusak
tergolong tidak rentan (skor 1),
karena dimana hampir seluruh
wilayahnya memilki rasio jaringan
jalan yang rusak mencapai 27.6%.
Berdasrkan hasil pembahasan,
dapat diketahui sebagian wilayah
penelitian masuk dalam kategori
rentan. Hal ini disebabkan oleh
persentase panjang jalan yang
rusak mengalami gangguan lalu
lintas dan kerusakan akibat
bencana gempa bumi.
Persentase panjang jalan
yang rusak di lokasi rawan
gempa bumi
K e r e n t a n a n S o s i a l
Kepadatan Penduduk Kondisi kepadatan penduduk di
wilayah penelitan mencapai
22,48 jiwa/Ha
Rasio jumlah penduduk terhadap area per kecamatan.
Skor 1 : Kepadatan <10 jiwa/ha
Skor 2 : Kepadatan 10-15 jiwa/ha
Skor 3 : Kepadatan 15-20 jiwa/ha
Skor 4 : Kepadatan 20-25 jiwaha
Skor 5 : Kepadatan >25 jiwa/ha
(Dirjen Penataan Ruang, Pekerjan Umum)
Reclassify
Skor 1 : Kepadatan 0 – 2.18 jiwa/ha
Skor 2 : Kepadatan 2.19 – 3.08 jiwa/ha
Skor 3 : Kepadatan 3.09 – 6.89 jiwa/ha
Skor 4 : Kepadatan 6.9 – 7.54 jiwa/ha
Skor 5 : Kepadatan 7.55 - 27.90 jiwa/ha
Berdasarkan perbandingan data yang
ada dan standard/parameter, maka
dapat diketahui bahwa wilayah
penelitian merupakan wilayah dengan
kondisi kerentanan dari kepadatan
penduduk tergolong rentan (skor 4),
karena dimana hampir seluruh
wilayahnya memilki jumlah kepadatan
penduduk sebanyak 22,48 jiwa/Ha
Area dengan jumlah kepadatan
penduduk merupakan area dengan
tingkat kerentanan , rentan (skor 4).
jumlah kepadatan penduduk Maka dari
itu dapat disimpulkan bahwa penyebab
kerentanan ini adalah tingginya jumlah
kepadatan penduduk di wilayah rawan
gempa bumi.
Tingginya jumlah kepadatan
penduduk di wilayah rawan
gempa bumi.
Penduduk Usia balita-tua Jumlah penduduk
umur balita (0-5
tahun) di wilayah
penelitian mencapai
61.719 jiwa atau
15.7% dari jumlah
total penduduk.
Jumlah penduduk
umur balita (>60
tahun) di wilayah
penelitian mencapai
44.792 jiwa atau
11,4% dari jumlah
total penduduk.
Skor 1 : 0% - 5%
Skor 2 : 5% - 10%
Skor 3 : 11% - 15%
Skor 4 : 16% - 20%
Skor 5 : >20%
Pedoman Penyusunan Zonasi Risiko (2009) dalam Badar
(2012)
Berdasarkan perbandingan data
yang ada dan standard, maka dapat
diketahui bahwa di wilayah
penelitian memiliki kondisi
kerentanan dari jumlah penduduk
balita tergolong rentan, dimana
hampir seluruh wilayahnya memilki
jumlah penduduk balita sebanyak
183.921 jiwa atau 15,7% dari jumlah
total penduduk.
Berdasarkan perbandingan data
yang ada dan standard, maka dapat
diketahui bahwa wilayah penelitian
merupakan wilayah dengan kondisi
kerentanan dari jumlah penduduk
usia tua tergolong cukup rentan,
dimana hampir seluruh wilayahnya
memilki jumlah penduduk tua
sebanyak 44.792 jiwa atau 11,4%
dari jumlah total penduduk.
Area dengan presentase Jumlah
penduduk umur balita merupakan
area dengan tingkat kerentanan
menegah (skor 3). Jumlah penduduk
balita lebih berpotensi mengalami
dampak negative yang lebih besar
akibat bencana gempa bumi. Hal ini
dikarenakan lemahnya kemampuan
untuk evakuasi bertahan dalam
mengantisipasi bencana gempa
bumi yang terjadi di wilayah
penelitian. Maka dari itu dapat
disimpulkan bahwa penyebab
kerentanan ini adalah tingginya
jumlah penduduk balita
Area dengan presentase Jumlah
penduduk umur tua merupakan
area dengan tingkat kerentanan
cukup rentan (skor 4). Jumlah
penduduk tua lebih berpotensi
mengalami dampak negative yang
lebih besar akibat bencana gempa
bumi. Hal ini dikarenakan lemahnya
kemampuan untuk evakuasi
bertahan dalam mengantisipasi
bencana gempa bumi yang terjadi di
wilayah penelitian. Maka dari itu
dapat disimpulkan bahwa penyebab
kerentanan ini adalah tingginya
jumlah penduduk tua
Tingginya persentase
penduduk balita
Tingginya persentase
penduduk tua
Penduduk Wanita Jumlah penduduk berjenis
kelamin wanita di wilayah
penelitian mencapai 183.921
jiwa atau 46.9% dari jumlah
total penduduk.
Skor 1 : 0% - 5%
Skor 2 : 5% - 10%
Skor 3 : 11% - 15%
Skor 4 : 16% - 20%
Skor 5 : >20%
Pedoman Penyusunan Zonasi
Risiko (2009) dalam Badar
(2012)
Berdasarkan perbandingan data yang
ada dan standard/parameter, maka
dapat diketahui bahwa wilayah
penelitian merupakan wilayah dengan
kondisi kerentanan dari jumlah
penduduk jenis kelamin wanita
tergolong sangat rentan, dimana
hampir seluruh wilayahnya memilki
jumlah penduduk wanita sebanyak
61.719 jiwa atau 46/.9% dari jumlah
total penduduk.
Area dengan presentase jumlah penduduk wanita merupakan area
dengan tingkat kerentanan sanat tinggi. Jumlah penduduk wanita
lebih berpotensi mengalami dampak negative yang lebih besar
akibat bencana gempa bumi. Hal ini dikarenakan lemahnya
kemampuan untuk evakuasi bertahan dalam mengantisipasi
bencana gempa bumi yang terjadi di wilayah penelitian. Maka dari
itu dapat disimpulkan bahwa penyebab kerentanan ini adalah
tingginya persentase penduduk wanita.
Tingginya persentase penduduk
wanita.
Penduduk penyandang Cacat Di wilayah studi, jumlah
penduduk penyandang cacat
mencapai 44 jiwa atau 0,011%
dari jumlah total penduduk.
Skor 1 : 0% - 5%
Skor 2 : 5% - 10%
Skor 3 : 11% - 15%
Skor 4 : 16% - 20%
Skor 5 : >20%
Pedoman Penyusunan Zonasi
Risiko (2009) dalam Badar
(2012)
Berdasarkan perbandingan data yang
ada dan standard/parameter, maka
dapat diketahui bahwa wilayah
penelitian merupakan wilayah dengan
kondisi kerentanan dari jumlah
penduduk penyandang cacat tergolong
tidak rentan, dimana hampir seluruh
wilayahnya memilki jumlah rumah
tangga miskin sebanyak 44 jiwa atau
0,011% dari jumlah total penduduk.
Area dengan presentase jumlah penduduk penyandang cacat sangat
rendah merupakan area dengan tingkat kerentanan sangat rendah.
jumlah penduduk penyandang cacat (diindikasikan penduduk yang
mengalami cacat fisik dan mental) lebih berpotensi mengalami
dampak negative yang lebih besar akibat bencana gempa bumi. Hal
ini dikarenakan kurangnya kepekaan dalam mengantisipasi bencana
gempa bumi yang terjadi di wilayah penelitian. Maka dari itu dapat
disimpulkan bahwa penyebab kerentanan ini adalah tingginya
persentase penduduk cacat.
Tingginya persentase penduduk
cacat.
K e r e n t a n a n E k o n o m i
Persentase rumah tangga
miskin
Di wilayah penelitian, jumlah
rumah tangga miskin mencapai
14.596 jiwa atau 3,72% dari
jumlah total penduduk wilayah
penelitian.
Skor 1 : 0-832 jiwa
Skor 2 : 832-1664 jiwa
Skor 3 : 1664-2495 jiwa
Skor 4 : 2495-3327 jiwa
Skor 5 : 3327-4159 jiwa
Pedoman Penyusunan Zonasi
Risiko (2009) dalam Badar
(2012)
Berdasarkan perbandingan data yang
ada dan standard/parameter, maka
dapat diketahui bahwa wilayah
penelitian merupakan wilayah dengan
kondisi kerentanan dari factor rumah
tangga miskin tergolong sangat rentan,
dimana hampir seluruh wilayahnya
memilki jumlah penduduk rumah
tangga miskin sebanyak 14.596 jiwa
Area dengan presentase rumah tangga miskin tinggi merupakan
area dengan tingkat kerentanan tinggi. Rumah tangga miskin (yang
diindikasikan melalui jumlah penduduk miskin) lebih berpotensi
mengalami dampak negative yang lebih besar akibat bencana
gempa bumi. Hal ini dikarenakan lemahnya kemampuan untuk
bertahan dan pulih (recover) dalam mengantisipasi bencan gempa
bumi yang terjadi di wilayah penelitian. Maka dari itu dapat
disimpulkan bahwa penyebab kerentanan ini adalah tingginya
jumlah penduduk miskin.
Tingginya jumlah penduduk
miskin.
Persentase rumah tangga
yang bekerja di sektor rentan
(pertambangan)
Jumlah pekerja rentan di sektor
pertambangan di wilayah
penelitian mencapai 7.108 jiwa
atau 1.81% dari jumlah
penduduk keseluruhan
Skor 1 : 26-140 jiwa
Skor 2 : 140-254 jiwa
Skor 3 : 254-369 jiwa
Skor 4 : 369-483 jiwa
Skor 5 : > 483 jiwa
Pedoman Penyusunan Zonasi
Risiko (2009) dalam Badar
(2012)
Berdasarkan perbandingan data yang
ada dan standard/parameter, kondisi
kerentanan masyarakat terhadap
terjadinya bencana gempa bumi
tergolong sangat rentan, maka dapat
diketahui bahwa wilayah penelitian
merupakan wilayah dengan kondisi
kerentanan rumah tangga yang bekerja
di sektor rentan, dimana berjumlah
7.108 jiwa atau 1.81% dari jumlah
penduduk keseluruhan
Area dengan presentase rumah tangga yang bekerja di sektor
rentan tinggi merupakan area dengan tingkat kerentanan tinggi,
karena pekerja pada sektor rentan (pertambangan) berpotensi
menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi. Presentase rumah
tangga yang bekerja di sektor rentan (yang diindikasikan melalui
jumlah penduduk yang bekerja di sektor rentan). Maka dari itu
dapat disimpulkan bahwa penyebab kerentanan ini adalah tingginya
presentase rumah tangga yang bekerja di sektor rentan
(pertambangan)
Tingginya presentase penduduk
yang bekerja di sektor rentan
(pertambangan)
Dari hasil analisa deskriptif, menghasilkan beberapa factor yang akan digunakandalam tahap analisa selanjutnya (AHP), adapun factor-faktor tersebut yaitu :1. Tingkat Kemiringan Tanah2. Jenis Penggunaan Lahan3. Jenis batuan4. Persentase jenis konstruksi bangunan5. Tingkat kepadatan bangunan6. Persentase panjang jaringan jalan7. Tingkat kepadatan penduduk8. Persentase penduduk balita9. Persentase penduduk tua10. Persentase penduduk wanita.11. Persentase penduduk cacat.12. Persentase penduduk miskin.13. Tingginya presentase penduduk yang bekerja di sektor rentan (pertambangan)
KelompokStakeholders
InstansiNama
RespondenJabatan
Pemerintah BAPPEDA Kabupaten Malang
Ir. M. Yekti Pracoyo, M.Sc.
Kepala Bidang Tata Ruang
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang
Ir. Renung Rubiyatadji, M.Si
Kepala BidangPermukiman
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang
Yohan Wicaksnono, ST
Staff Pencegahan dan Siapsiagaan
Akademisi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITS
Amin Widodo Bidang Kebencanaan
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Brawijaya
Dr. Adi Susilo Bidang Kebumian / Dosen Fisika
Masyarakat Masyarakat Kecamatan Ampelgading
Mohammad Latief Tokoh Masyarakat di Kecamatan Ampelgading
Masyarakat di Kecamatan Dampit
Indra Seokotjo Tokoh Masyarakat di Kecamatan Dampit
Kecamatan Sumbermanjing Wetan
Totok Priyanto Tokoh Masyarakat di Kecamatan Sumbermanjing Wetan
Swasta PT Marmora (Tambang Pasir Besi)
Hardi Kartoyo Pemilik Perusahaan
Responden dalam Proses AHP
Faktor & Parameter Hubungan KerentananMasyarakat terhadap Bencana Gempa Bumi
Faktor Parameter Hubungan penilaian Kerentanan Gempa Bumi
K e r e n t a n a n L i n g k u n g a n
Tingkat kemiringan
tanah
Semakin tinggi tingkat kemiringan tanah (sudut), makasemakin rentan terhadap bencana gempa bumi yang akanmengakibatkan longsoran dan amblasan.
Jenis penggunan
lahan
Semakin tinggi tingkat penggunaan lahan, maka semakinrentan terhadap bencana gempa bumi. Hal ini terkaitdengan kemungkinan korban jiwa yang ditimbulkan.
Jenis batuan Jenis batuan terkait dengan sifatnya yang relative
kompak, lebih resisten terhdap gempa, dan lebih stabil
terhadap kemungkinan longsoran dan amblasan. Jika
urutanya semakin kebawah, maka semakin kecil pula
kemampuanya untuk resisten dan stabil.
K e r e n t a n a n F i s i k
Persentase jenis
konstruksi bangunan
Persentase jenis konstruksi bangunan terkait dengan jenisbangunan permanen dan non permanen yang mudahrusak. Jika semakin tinggi persentase, maka semakinrentan.
Tingkat jumlah
kepadatan bangunan
Kepadatan bangunan terkait dengan jumlah kerugianyang ditimbulkan. Semakin tinggi tingkat kepadatanbangunan, maka semakin rentan terhadap bencanagempa bumi.
Persentase jaringan
jalan yang rusak
Bencana gempa bumi yang terjadi akan menimbulkangelombang yang bersifat merusak, salah satunya jalan. Semakin tinggi persentase, maka semakin rentanterhadap bencana gempa bumi.
K e r e n t a n a n S o s i a lTingginya jumlahkepadatan penduduk
Kepadatan penduduk terkait dengan jumlah korbanyang meninggal dan luka-luka. Semakin padatpenduduk di suatu wilayah, maka semakin rentanterhadap bencana gempa bumi.
Tingginya persentase penduduk balita
Persentase penduduk balita, terkait dengan usahapenyelamatan diri saat terjadi bencana. Semakinbanyak jumlah penduduk usia balita di setiapkecamatan, maka semakin rentan terhadap bencanagempa bumi.
Tingginya persentase penduduk tua
Persentase penduduk tua, terkait dengan usahapenyelamatan diri saat terjadi bencana. Semakinbanyak jumlah penduduk usia tua di setiap kecamatan, maka semakin rentan terhadap bencana gempa bumi.
Tingginya persentase penduduk wanita
Persentase penduduk wanita, terkait dengan mental wanita di saat usaha penyelamatan diri ketika terjadibencana. Semakin banyak jumlah penduduk wanita disetiap kecamatan, maka semakin rentan terhadapbencana gempa bumi.
Tingginya persentasependuduk cacat
Persentase penduduk cacat, terkait denganketerbatasan fisik dan metalnya yang mengurangikepekaan penderita cacat saat penyelamatan diriketika terjadi bencana. Semakin banyak jumlahpenduduk cacat di setiap kecamatan, maka semakinrentan terhadap bencana gempa bumi.
K e r e n t a n a n E k o n o m iTingginya jumlah penduduk miskin
Rumah tangga miskin terkait dengan terganggunyaperekonomian penduduk dalam upaya mereka bangkitsetelah kejadian bencana. Semakin banyak jumlahpenduduk miskin, maka semakin rentan terhadapbencana gempa bumi.
Tingginya presentase penduduk yang bekerja di sektor rentan (pertambangan)
Sektor pekerjaan terkait dengan terganggungnyaperekonomian masyarakat dan timbulnya kerugianmateri dan korban jiwa saat datangnya bencana gempabumi. Semakin banyak jumlah penduduk yang bekerjadi sektor rentan, maka semakin rentan terhadapbencana gempa bumi.
Hierarki Permasalahan dalam Penelitian
Faktor-faktor yang mempangruhi kerentanan masyarakat terhadap bencana gempa bumi
Sasaran
KerentananLingkungan
KerentananFisik
KerentananSosial
KerentananEkonomi
Tingkat kemiringan tanah
Jenis pengguna-an lahan
Jenis Batuan
Persentase jenis konstruksi bangunan
Tingginya jumlah kepadatan bangunan
Persentasepanjang jalan yang rusak
Tingginya jumlah kepadatan penduduk
Tingginya persentase penduduk balita-tua
Tingginya persentase penduduk cacat
Tingginya persentase penduduk wanita
Tingginya jumlah penduduk miskin
Tingginya presentase penduduk bekerja di sektor rentan (pertambangan)
Input Bobot Stakeholder dari Tingkat Kepentingan Stakeholder melalui Expert Choice
Stakeholders NilaiKepentinganKode Instansi
ST 1 BAPPEDA Kabupaten Malang 5
ST 2 PU Cipta Karya Kabupaten Malang 5
ST 3 BPBD Kabupaten Malang 5
ST 4 LPPM ITS 4
ST 5 LPPM UB 4
ST 6 Tokoh Masyarakat Kec. Sumbermanjing Wtn 4
ST 7 Tokoh Masyarakat Kec. Dampit 4
ST 8 Tokoh Masyarakat Kec. Ampelgading 4
ST 9 PT Marmora Kedung Doro 23 3
1. Pembobotan Faktor yang Berpengaruhdari Kerentanan Lingkungan
2. Pembobotan Faktor yang Berpengaruhdari Kerentanan Fisik
3. Pembobotan Faktor yang Berpengaruhdari Kerentanan Sosial
4. Pembobotan Faktor yang Berpengaruhdari Kerentanan Ekonomi
5. Pembobotan Kombinasi dari Kerentanan
6. Faktor – Faktor Prioritas
No. Variabel Sub-Indikator
1. Kemiringan Tanah/Slope (0.041) Kerentanan (0.089)
Lingkungan2. Jenis Batuan/Geologi (0.031)
3. Jenis Penggunaan Lahan (0.007)
4. Konstrksi Bangunan Permanen (0.165) Kerentanan (0.357)
Fisik5. Jumlah Panjang Jalan (0.096)
6. Kepadatan Permukiman (0.077)
7. Jumlah Penduduk Cacat (0.164) Kerentanan (0.354)
Sosial8. Jumlah Penduduk Tua (0.118)
9. Jumlah Penduduk Balita (0.111)
10.
Jumlah Penduduk Wanita (0.061)
11.
Kepadatan Penduduk (0.046)
12.
Jumlah Penduduk Miskin (0.051) Kerentanan (0.200)
Ekonomi13
.Penduduk Pekerja Tambang (0.092)
Penentuan Zona Kerentanan Lingkungan
KemiringanTanah (0.041)
PetaKerentananLingkungan
KemiringanTanah (0.041)
Jenis PenggunaanLahan (0.031)
Jenis Batuan(0.007)
WeightedOverlay
Sum
Penentuan Zona Kerentanan Fisik
Persentase JenisBangunanPermanen
(0.165)
Peta Kerentanan
Fisik
Tingkat KepadatanBangunan
(0.077)
Panjang JaringanJalan
(0.096)
WeightedOverlay
Sum
Penentuan Zona Kerentanan Sosial
PetaKerentanan
Sosial
Persentase JumlahPenduduk Usia
Balita(0.111)
Persentase JumlahPenduduk cacat
(0.164)
WeightedOverlay
Sum
Tingkat KepadatanPenduduk
(0.046)
Persentase JumlahPenduduk Wanita
(0.061)
Persentase JumlahPenduduk Usia Tua
(0.118)
Penentuan Zona Kerentanan Ekonomi
PetaKerentanan
Ekonomi
Persentase JumlahPenduduk Miskin
(0.051)
WeightedOverlay
SumPersentase JumlahPenduduk Bekerjadi Pertambangan
(0.092)
Penentuan Zona Kerentanan
Peta Zona
Kerentanan
K. Fisik(0.357)
K. Lingkungan(0.089)
K. Ekonomi(0.200)
K. Sosial(0.354)
Weighted
Overlay
Sum
Luas Zona
Kerentanan
(Ha)
Persentase
(%)
Zona/Klasifikasi 1 53976.9 60.2Zona/Klasifikasi 2 25366.26 28.7Zona/Klasifikasi 3 2811.22 3.1Zona/Klasifikasi 4 6250.0 6.6Zona/Klasifikasi 5 1236.8 1.3
Jumlah 97223.7 100
Wilayah yang masuk dalamzona/klasifikasi kerentanan 5 adalahKecamatan Sumbermanjing
Wetan (Desa Argotirto. Druju, Kedungbanteng, Klepu, Ringinkembar, Ringinsari, Sekarbanyu, Sukodono, Sumberagung, Sumbermaning danTambaksari) dan Kecamatan
Dampit (Desa Sumbersuko danSrimulyo)
Zona Tingkat Bahaya Wilayah Rawan Bancana Gempa Bumi
di Wilayah penelitian
Zona Tingkat Kerentanan Wilayah Rawan Bancana Gempa Bumi di Wilayah
penelitian
Zona Risiko Wilayah Rawan Gempa Bumi di Wilayah
Penelitian
Raster Calculator
Klasifikasi skor risiko berdasarkan Analisa distribusifrekuensi :i = (20 - 1) / 5i = 3.8
Maka, skor baru risiko,sebagai berikut1 = 0 - 42 = 4 - 8 3 = 8 - 124 = 12 – 165 = 16 - 20
61%
28%
3% 7% 1%
Persentase (%)
Zona/Klasifikasi 1
Zona/Klasifikasi 2
Zona/Klasifikasi 3
Zona/Klasifikasi 4
Zona/Klasifikasi 5
Luas Zona
Risiko
(Ha)
Persentase
(%)
Zona/Klasifikasi 1 59454.2 60.8Zona/Klasifikasi 2 27621.4 28.2Zona/Klasifikasi 3 3062.6 3.1Zona/Klasifikasi 4 6413.5 6.6Zona/Klasifikasi 5 1227.1 1.3
Jumlah 97778.8 100
Wilayah yang masuk dalamzona/klasifikasi kerentanan 5 adalahKecamatan Sumbermanjing Wetan
(Desa Argotirto. Druju, Kedungbanteng, Klepu, Ringinkembar, Ringinsari, Sekarbanyu, Sukodono, Sumberagung, Sumbermaning dan Tambaksari) danKecamatan Dampit (Desa Sumbersuko)
• Pada wilayah penelitian masuk dalam zona bahaya tingkat tinggi (skor/klasfikasi4)
• Wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi terletak di Desa/Kelurahan Argotirto, Druju, Kedungbanteng, Klepu, Ringinkembar, Ringsari, Sekarbanyu, Sukodono, Sumberagung, Sumbermanjing, Tambaksari, Sumbersuko, dan Srimulyo; denganluas wilayah seluas 1236.8 Ha.
• Wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi terletak di Desa/Kelurahan Argotirto, Druju, Kedungbanteng, Klepu, Ringinkembar, Ringinsari, Sekarbanyu, Sukodono, Sumberagung, Sumbermanjing, Sumbersuko, dan Tambaksari; dengan luaswilayah seluas 1227.1 Ha.
faktor-faktor yang berpengaruh dalam penentuan zona risiko bencan gempa bumi diwilayah penelitian adalah
1. Jenis Konstruksi Bangunan Permanen (0.165), 2. Jumlah Penduduk Cacat (0.164), 3. Jumlah Penduduk Tua (0.118), 4. Jumlah Penduduk Balita (0.111), 5. Panjang Jaringan Jalan (0.096), 6. Jumlah Pekerja di Pertambangan (0.092), 7. Jumlah Kepadatan Bangunan/Permukiman (0.077), 8. Jumlah Penduduk Miskin (0.051), 9. Tingkat Kemiringan Tanah (0.041),10. Jenis Batuan/Geologi (0.031), 11. Jumlah Penduduk Wanita (0.027), 12. Tingkat Kepadatan Penduduk (0.020), 13. Jenis Penggunaan Lahan (0.007).
1. Prioritas lokasi upaya mitigasi bencana gempa bumi di wilayah penelitian selayaknyamempertimbangkan klasifikasi zona risiko bencana gempa bumi pada wilayahpenelitian yang dihasilkan dalam penelitian ini.
2. Membebaskan dan memanfaatkan lahan-lahan terbuka untuk lokasi evakuasimasyarakat dari bencana yang timbul sebagai langkah persiapan tanggap bencana.
3. Merelokasi wilayah permukiman yang berada dalam zona risiko tinggi denganmemanfaatkan lahan-lahan yang tidak dimanfaatkan, seperti belukar atau tegalan.
4. Membuat rancangan konstruksi rumah tahan gempa bumi pada wilayah permukimanyang berada pada zona 5 (sangat berisiko) dan zona 4 (berisiko) sebagai upayaadaptasi masyarakat terhadap bencana gempa bumi.
5. Perlu adanya regulasi mengenai pembatasan jenis penggunaan lahan pada wilayah-wilayah yang berada pada lokasi patahan atau sesar aktif.
6. Perlu adanya penelitian lanjutan yang lebih mendalam mengenai indikator kerentananitu sendiri yang meliputi sub indikator keterpaparan (exposure), sensitivitas(sensitivity), dan kapasitas adaptasi (adaptive capacity).
7. Pada penelitian lanjutan, perlu adanya penambahan beberapa variabel yang relevan, seperti jumlah kerugian materi non materi, persebaran utilitas; serta dapatmenggunakan alat analisa yang lebih valid dalam menentukan faktor-faktor yang berpengaruh dalam penentuan zona risiko.
8. Pada penelitian selanjutnya, dapat menentukan sendiri zona bahaya (hazard) denganmenggunakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap bahaya bencana gempa bumi, seperti data geologi (batuan), percepatan gempa bumi (PGA), episentrum, kedalamantitik gempa, dan intensitas gempa bumi (MMI/SR). Sehingga tidak hanya bergantungpada peta hasil kajian pemerintah.
9. Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat wilayah penelitian, terkait bencanagempa bumi di wilayah penelitian.
top related