modul model intervensi keperawatan kelompok...
Post on 03-Dec-2020
17 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
MODUL MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK
TERHADAP KEBUTUHAN PSIKOLOGIS PADA REMAJA
DI PANTI ASUHAN
Penulis :
Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep.Sp.Kom
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SUTOPO
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES R.I. SURABAYA
TAHUN 2020
2
PENDAHULUAN
Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab
memberikan pelayanan yang memadai bagi perkembangan kepribadian remaja. Fakta
yang ada di Panti Asuhan, orientasi pemenuhan kebutuhannya adalah fisik. Kondisi inlah
yang belum mendukung kebutuhan psikologis penghuni Panti Asuhan. Kebutuhan
psikologis yang tidak terpenuhi akan mengakibatkan timbulnya rasa tidak puas, menjadi
frustasi, dan terhambatnya pertumbuhan serta perkembangan sikap positif terhadap
lingkungan masyarakat dan dirinya, sehingga merasa tidak berarti dalam hidupnya.
Untuk itu mari kita pelajari bersama tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan psikologis pada reama di Panti Asuhan dan intervensi yang harus
dilakukan agar kebutuhan psikologis terpenuhi. Stelah mempelajari modul ini, Anda
diharapkan akan dapat menjelaskan:
1. Faktor predisposisi dan nilai-nilai asuhan (Sikap, motivasi, komitmen pengurus
Panti Asuhan)
2. Faktor pemungkin dan caring environment (Fasilitas belajar, fasilitas sosialisasi,
fasilitas konseling, kesempatan mengembangkan prestasi)
3. Faktor pendorong (Sistem pengelolaan Panti Asuhan, dukungan keluarga, dan
dukungan masyarakat)
4. Perilaku Interpersonal Human Caring
5. Kebutuhan psikologi remaja di Panti Asuhan
Agar Anda dapat memahami modul ini dengan mudah, maka modul ini dibagi menjadi 5
(Lima) materi, yaitu :
1. Faktor predisposisi dan nilai-nilai asuhan
2. Faktor pemungkin dan caring environment
3. Faktor pendorong
4. Perilaku Interpersonal Human Caring
5. Kebutuhan psikologi remaja di Panti Asuhan
Untuk memudahkan saudara mempelajari modul ini, berikut langkah-langkah belajar
yang harus saudara lakukan :
1. Pahami dulu mengenai factor predisposisi dan nilai-nilai asuhan baru mempelajari
materi ke 2 dan seterusnya.
2. Pelajari setiap materi secara bertahap.
3. Keberhasilan anda sangat tergantung pada kesungguhan saudara untuk mempelajari
isi modul ini
4. Silahkan hubungi peneliti untuk mendapatkan penjelasan, apabila anda mengalami
kesulita.
5. Kami yakin Anda memiliki semangat dan motivasi tinggi untuk mempelajari modul
ini. Selamat belajar, semoga bermanfaat untuk meningkatkan kebutuhan psikologis
remaja di Panti asuhan sebagai generasi bangsa yang berkualitas.
3
MATERI 1
FAKTOR PREDISPOSISI DAN NILAI-NILAI ASUHAN
Deskripsi Singkat
Panti Asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab
memberikan pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental, sosial dan
psikologis pada anak asuhnya, sehingga mempengaruhi perkembangan kepribadian. Panti
Asuhan berfungsi sebagai pengganti orang tua (Kemsos R.I., 2011). Peran perilaku
pengurus/pengasuh sangat penting untuk merawat anak-anak atau remaja di Panti
Asuhan. Faktor predisposisi dan nilai-nilai asuhan adalah faktor faktor yang memudahkan
terjadinya perilaku pada pengurus/pengasuh Panti Asuhan dalam melaksanakan tugasnya
dalam merawat remaja di Panti Asuhan. Faktor ini terdiri dari sikap pengurus Panti
Asuhan, motivasi pengurus Panti Asuhan, komitmen pengurus Panti Asuhan. Materi 1
pada modul ini terdiri dari 1 (Satu) pokok bahasan terdiri dari sikap, motivasi dan
komitmen pengurus Panti Asuhan.
A. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti materi 1 modul ini, pengasuh/pengurus dan remaja mampu
memahami faktor predisposisi dan nilai-nilai asuhan selama di Panti Asuhan.
B. TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi 1, diharapkan mampu :
1. Menjelaskan tentang sikap pengurus/pengasuh Panti Asuhan.
2. Menjelaskan tentang motivasi pengurus/pengasuh Panti Asuhan
3. Menjelaskan tentang komitmen pengurus/pengasuh Panti Asuhan
POKOK BAHASAN
Pokok bahasan pada materi 1 berikut adalah : sikap, motivasi dan komitmen
pengurus.pengasuh Panti Asuhan.
4
URAIAN MATERI
1. Sikap Pengurus Panti Asuhan
a. Definisi Sikap
Sikap adalah pandangan atau perasaan pengurus/pengasuh Panti Asuhan yang
disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek ( Purwanto, H., 1998)
Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui
pengalaman pengurus/pengasuh yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah
terhadap respon terhadap situasi yang berkaitan dengannya (Widayatun,T.R,
2009).
b. Struktur sikap dibagi menjadi 3 komponen yang saling menunjang yaitu:
1) Komponen kognitif berisi kepercaayaan pengurus/pengasuh mengenai apa yang
berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Seperti dalam keyakinan
pengurus/pengasuh bahwa dengan adanya pengambilan sikap yang tepat dapat
mengatasi kebutuhan psikologis remaja di Panti Asuhan.
2) Kompenen afektif menyangkut masalah emosional subyektif pengurus/pengasuh
terhadap suatu objek sikap remaja. Secara umum, komponen ini disamakan dengan
perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Contoh: Pengurus/pengasuh merasa
bertanggung jawab terhadap keadaan remajanya di Panti Asuhan.
3) Komponen konatif menunjukkan bagaimana kecenderungan berperilaku yang ada
dalam diri pengurus/pengasuh yang berkaitan dengan objek sikap yang
dihadapinya.
c. Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2010) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa pengurus/pengasuh (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (remaja di Panti Asuhan) berupa tingkah laku remaja yang
membutuhkan perhatian.
2) Merespon (responding)
Pengurus/pengasuh memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan dengan penuh tanggungjawab. Benar atau
salah pekerjaan itu berarti pengurus/pengasuh menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
5
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya pengurus/pengasuh
mengajak remaja untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di Panti Asuhan
melalui diskusi kelompok.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Pengurus/pengasuh bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko.
d. Sifat Sikap
Sifat sikap dibagi menjadi 2 (Dua) yaitu :
1) Sikap positif dari pengurus/pengasuh kecenderungan tindakannya adalah
mendekati, menyayangi, memperhatikan remaja di Panti Asuhan.
2) Sikap negatif dari pengurus/pengasuh kecenderungan tindakan yang dilakukan
adalah menjauhi, menghindari, membenci remaja di Panti Asuhan.
e. Ciri-ciri Sikap
1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan orang itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini
membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus,
kebutuhan akan istirahat.
2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula
sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-
syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah
senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan
jelas.
4) Obyek sikap itu merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.
5) Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat iniah yang
membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan
yang dimiliki orang.
6
2. Motivasi Pengurus Panti Asuhan
Motivasi berasal dari kata movere yang berarti dorongan atau pemberian daya
penggerak pada seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi merupakan karakteristik
psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang
(Nursalam, 2008). Pengertian lain dari motivasi adalah proses kesediaan
pengurus/pengasuh melakukan upaya tingkat tinggi untuk mencapai tujuan Panti
Asuhan.
Motivasi atau dorongan secara konsep dapat diaplikasikan pada pengurus/pengasuh
Panti Asuhan terdiri dari 2 (Dua) macam :
a. Motivasi finansial merupakan dorongan yang dilakukan karena imbalan finansial
kepada pengurus atau pengasuh.
b. Motivasi non finansial yaitu dorongan yang diwujudkan berupa pujian,
penghargaan, pendekatan kemanusiaan dan sebagainya.
Pendapat lain dari Suarli dan Bahtiar (2010), tentang bentuk motivasi adalah sebagai
berikut:
a. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datang dari dalam diri pengurus/pengasuh
Panti Asuhan
b. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datang dari luar diri pengurus/pengasuh
Panti Asuhan.
c. Motivasi terdesak, yaitu motivasi yang muncul pada pengurus/pengasuh Panti
Asuhan dalam kondisi terjepit dan cepat sekali.
Nursalam (2008) menjelaskan beberapa prinsip dalam memotivasi kerja
pengurus/pengasuh Panti Asuhan yaitu:
a. Prinsip partisipatif, upaya memotivasi kerja pengasuh/pengurus dengan
memberikan kesempatan berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan
dicapai oleh pimpinan Panti Asuhan.
b. Prinsip komunikasi, pemimpin Panti Asuhan mengkomunikasikan segala sesuatu
yang berhubungan dengan usaha mencapai tujuan. Informasi yang jelas, akan
memudahkan pengurus/pengasuh untuk meningkatkan motivasi kerjanya.
c. Prinsip mengakui andil bawahan, pemimpin Panti Asuhan mengakui bahwa
bawahan (pengurus/pengasuh) mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan
Panti Asuhan. Pengakuan tersebut, pengurus/pegasuh akan lebih mudah dimotivasi
kerjanya.
7
d. Prinsip pendelegasian wewenang, pemimpin akan memberikan otoritas atau
wewenang kepada pengurus/pengasuh sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan
terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Kondisi ini akan membuat pengurus atau
pengasuh termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh Panti Asuhan.
e. Prinsip memberi perhatian, pemimpin Panti Asuhan memberikan perhatian terhadap
apa yang diinginkan pengurus/pengasuh, sehingga mereka akan termotivasi bekerja
sesuai dengan harapan pemimpin Panti Asuhan.
Pengurus/pengasuh Panti Asuhan yang memiliki motivasi tinggi akan
melaksanakan tugasnya dengan baik dalam merawat remaja untuk memenuhi
kebutuhanya.
3. Komitmen Pengurus Panti asuhan
Komitmen adalah kemauan dan kemampuan pengurus/pengasuh untuk
menyelaraskan perilaku dengan kebutuhan dan prioritas Panti Asuhan (Soekidjan,
2009). Komitmen juga berarti mengutamakan kepentingan Panti Asuhan dan
berusaha untuk berkarya dan bertahan pada Panti Asuhan tersebut (Meyer dan Allen,
1991, dalam Soekidjan, 2009).
Komitmen dipengaruhi oleh faktor personal, situasional dan posisi. Faktor personal
terdiri dari tipe kepribadian, usia, pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan, dan
masa kerja. Faktor situasional terdiri dari value tempat kerja, keadilan dan dukungan
organisasi, dan karakteristik pekerjaan. Faktor posisi dipengaruhi oleh masa kerja dan
tingkat pendidikan (Dyne dan Graham, 2005, dalam Muchlas, 2008).
Meyer dan Allen (1991 dalam Soekidjan, 2009) membagi komitmen menjadi tiga
macam atas dasar sumbernya :
a. Affective commitment, merupakan jenis komitmen yang berkaitan dengan keinginan
secara emosional terikat dengan Panti Asuhan. Mampu megidentifikasi keterlibatan
dalam organisasi berdasarkan atas nilai-nilai yang sama.
b. Continuance commitment, komitmen berdasarkan kesadaran biaya yang akan
ditanggung jika tidak bergabung dengan Panti Asuhan. Komitmen pada jenis ini
didasari pula tidak adanya alternatif lain.
c. Normative commitment, merupakan komitmen berdasarkan perasaan untuk tetap
bekerja karena merasa hutang budi dan terjadi internalisasi norma-norma.
8
MATERI 2
FAKTOR PENDUKUNG DAN CARING ENVIRONMENT
DESKRIPSI SINGKAT
Faktor pemungkin (enabling factor), yaitu faktor yang memungkinkan terjadi perilaku
pada seseorang. Contohnya : Tersedianya fasilitas, sarana-prasarana yang diperlukan
untuk terjadinya perilaku. Sedangkan Caring environment menyediakan perkembangan
potensi dan memberikan keluasan memilih kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang
dalam waktu yang telah ditentukan. Materi 2 ini mendukung remaja di Panti Asuhan untuk
mengembangkan potensi dengan fasilitas yang disediakan. Remaja yang berada dalam
fase perkembangan fisik, psikologis dan sosial memerlukan kondisi lingkungan yang
kondusif dan sarana yang memungkinkan meskipun tinggal di Panti Asuhan. Materi 2
menguraikan tentang fasilitas belajar, fasilitas sosiaisasi, fasilitas konseling dan
kesempatan mengembangkan prestasi. Materi 2 pada modul ini terdiri dari 1 (Satu) pokok
bahasan terdiri dari fasilitas belajar, fasilitas sosiaisasi, fasilitas konseling dan kesempatan
mengembangkan prestasi.
TUJUAN UMUM
A. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti materi 2 modul ini, pengasuh/pengurus mampu memahami adanya
fasilitas fasilitas belajar, fasilitas sosialisasi dan fasilitas konseling serta kesempatan
mengembangkan prestasi yang perlu di Panti Asuhan.
B. TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi 2, diharapkan mampu :
1. Menjelaskan tentang fasilitas belajar di Panti Asuhan.
2. Menjelaskan tentang fasilitas sosialisasi di Panti suhan
3. Menjelaskan tentang fasilitas konseling di Panti Asuhan
4. Menjelaskan tentang kesempatan mengembangkan prestasi di Panti Asuhan
POKOK BAHASAN
Pokok bahasan pada materi 1 berikut adalah : fasilitas belajar, fasilitas sosiaisasi, fasilitas
konseling dan kesempatan mengembangkan prestasi di Panti Asuhan.
9
URAIAN MATERI
1. Fasilitas Belajar
a. Definisi
Sarana yang disediakan oleh Panti Asuhan untuk mendukung kegiatan belajar
remaja di Panti Asuhan.
b. Macam-Macam Fasilitas Belajar
Fasilitas atau sarana belajar secara garis besar dapat dibedakan atas dua bagian yaitu
fasilitas fisik dan fasilitas uang.
1) Fasilitas fisik
Fasilitas fisik adalah segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat
dibendakan yang mempunyai peranan untuk memudahkan dan melancarkan
suatu usaha. Fasilitas fisik dalam kegiatan belajar meliputi ruang dan tempat
belajar, alat pelajaran sekaligus alat peraga, media belajar dan perpustakaan, dan
lain sebagainya.
(a) Ruang dan tempat belajar
Ruang dan tempat belajar adalah ruang dan tempat dimana dilakukan kegiatan
belajar baik yang tersedia di Panti Asuhan.
(b) Alat pelajaran
Pada setiap kegiatan belajar mengajar pasti dibutuhkan alat-alat untuk
membantu remaja dalam proses belajar yakni alat pelajaran. Alat pelajaran
adalah benda yang dipakai langsung dalam proses belajar misalnya buku tulis,
alat tulis, buku pelajaran dan sebagainya.
(c) Media belajar dan perpustakaan
Media belajar adalah perantara dalam proses belajar. Media belajar berupa
perpustakaan, surat kabar, buku, lapangan olahraga, komputer, sanggar seni
dan lain lain.
2) Fasilitas uang ini dapat memegang peranan penting dalam kegiatan belajar. Uang
dapat dijadikan sarana untuk melengkapi fasilitas fisik dalam belajar. Slameto
(1995: 63) berpendapat bahwa:
Anak yang sedang belajar harus tercukupi kebutuhan pokoknya misal, makan,
minum, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain lain selain itu juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja kursi, penerangan, alat
10
tulis menulis, buku – buku dan lain lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi
jika memiliki uang yang cukup.
Pendapat tersebut jelas bahwa dengan uang Panti Asuhan dapat memperoleh
fasilitas yang dibutuhkan dalam belajar. Adanya cukup dana untuk membeli sarana
belajar Panti Asuhan memiliki kelengkapan fasilitas yang dibutuhkan.
Kelengkapan tersebut membuat remaja dapat belajar secara maksimal.
c. Indikator Fasilitas Belajar
Indikator fasilitas belajar atau tanda-tanda dari fasilitas belajar itu dapat
berupa:
1) Tersedianya sumber belajar
Tersedianya sumber belajar dapat dilihat dengan memiliki buku panduan atau
buku penunjang selain buku paket yang disediakan oleh pihak sekolah.
2) Ruang dan tempat belajar yang memadai
Tempat belajar yang memadai bagi remaja dapat dilihat dengan kenyamanan
dalam ruangan atau tempat belajar yang disediakan oleh Panti Asuhan. Ruang
dan tempat belajar yang memadai harus dapat mendukung proses belajar,
memberikan suasana yang tenang dan kondusif untuk belajar. Suasana ruang
dan tempat belajar yang tenang mampu memacu semangat belajar remaja.
d. Standart ideal fasilitas belajar yang dimiliki oleh Panti Asuhan antara lain adalah:
1) Tersedianya ruang belajar yang nyaman
2) Tercukupinya alat tulis
3) Adanya buku pelajaran yang relevan
4) Sarana kendaraan transportasi yang memadai
5) Tersedianya meja dan kursi belajar
6) Tersedianya media teknologi belajar seperti komputer, internet, televisi
7) Adanya sarana komunikasi yang memadai
8) Adanya alat penerangan belajar
2. Faslitas sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses belajar, pada dasarnya sifat manusia adalah tidak akan
pernah puas untuk belajar sesuatu hal yang belum diketahuinya, seperti belajar norma-
norma untuk dapat beradaptasi dangan lingkungan sosialnya, hal tersebut sejalan
dengan pendapat Peter L Berger bahwa sosialisasi merupakan proses seseorang belajar
menjadi anggota masyarakat.
11
Berdasarkan uraian di atas terdapat persamaan mengenai sosialisasi, terletak pada
objek dari sosialisasi yaitu masyarakat yang di lihat dari sudut hubungan antara
manusia, dan proses yang di timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Jadi,
dalam sosialisasi terdapat interaksi antara manusia sebagai anggota kelompok termasuk
kelompok remaja di Panti Asuhan.
Fasilitas sosialisasi yang dapat disediakan oleh Panti Asuhan berupa 1) ruangan yang
dapat digunakan sebagai tempat berinteraksi remaja selama di Panti Asuhan, misalnya
ruang santai sambil nonton TV, ruang makan dan sebagainya, 2) Waktu sosialisasi yang
diatur oleh pengurus/pengasuh, misalnya makan harus bersama di ruang makan, tidak
boleh makan sendiri di kamar. Selain waktu yang diatur untuk berinteraksi antar remaja
di Panti Asuhan, remaja juga diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan teman-
temannya yang ada di masyarakat (Luar Panti Asuhan), 3) Mengatur waktu untuk
diskusi, kegiatan diskusi ini tidak hanya dilakukan antar remaja tetapi juga antar remaja
dengan pengurus.pengasuh, misalnya setiap bulan dilakukan kegiatan sarasehan untuk
membahas masalah-masalah yang muncul di Panti Asuhan, 4) Rekreasi bersama,
kegiatan rekreasi ini bisa dijadualkan oleh Panti Asuhan untuk meningkatkan interaksi
antar penghuni Panti Asuhan dan mengeratkan hubungan dengan pengurus/pengasuh.
Kegiatan ini dapat mengurangi rasa jenuh remaja selama tinggal di Panti Asuhan,
meningkatkan kesegaran fisik dan psikologis pada remaja, pengurus dan pengasuh.
3. Fasilitas Konseling
Konseling adalah terjemahan dan kata counseling, mempunyai makna sebagai
hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana yang seorang (konselor)
berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya
sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang
akan datang.
Masa remaja merupakan masa kritis dan pemberontak (Joseph, 2017). Keinginan
anak remaja sulit dimengerti dan seringkali frustasi berhadapan dengan mereka. Dari
sisi remaja, mereka pun sulit berkomunikasi dengan orang tua atau orang yang lebih
tua karena merasa mereka tidak dimengerti keinginan dan kondisinya. World Health
Organization (WHO) mendefinisikan remaja (adolescence) sebagai suatu periode
kehidupan yang berada pada rentang usia 10-19 tahun. Pada masa tersebut terjadi
12
perubahan biologis dan psikis secara cepat. Remaja menjadi sangat sensitif, suasana
hati (mood) dan tingkat kepercayaan diri mereka dapat berubah dalam waktu yang
singkat. Selain tantangan dalam diri yang dirasakan oleh remaja, ternyata remaja juga
berhadapan dengan harapan dari lingkungan yang juga cukup membuat mereka tidak
nyaman. Pada masa remaja, individu diharapkan tidak lagi bergantung pada orang
lain/orang tua namun sudah dapat secara mandiri membuat keputusan-keputusan di
dalam kehidupannya.
Seorang remaja pasti memiliki kapasitas, kemampuan dan cara yang berbeda-beda
dari tiap remaja. Lingkungan keluarga, sekolah dan pertemanan pun juga memiliki
kontribusi yang besar terhadap kemampuan remaja dalam menghadapi tantangan
tersebut. Masalah terjadi ketika remaja tidak memiliki pengetahuan dan kapasitas yang
cukup untuk bisa menghadapi perubahan yang terjadi di dalam dirinya. Permasalahan
semakin sulit ketika lingkungan keluarga pun kurang memiliki kemampuan yang
mumpuni dalam mendampingi anaknya menghadapi masa remajanya. Jika tidak
dibimbing dengan baik, remaja akan menggunakan pengertian mereka sendiri dan
mulai membuat keputusan sendiri. Akibatnya, mereka bisa memilih jalan yang salah
dan menjadi “mangsa“ dari hal-hal negatif yang bisa menghancurkan hidup mereka
seperti narkoba, tekanan teman sebaya dan lain sebagainya. Karena alasan inilah remaja
maupun orang tua perlu mempertimbangkan perlunya konseling. Melalui konseling
perasaan dan pikiran remaja dapat diarahkan sehingga mereka diharapkan tidak
membuat keputusan hidup yang salah dan tumbuh menjadi orang dewasa yang
berpikiran sehat.
“Konseling adalah proses dimana klien dibantu dalam menghadapi permasalahan
personal dan interpersonal oleh seorang konselor. Tujuan utama dari konseling
adalah untuk membantu klien dan membawa perubahan yang secara sadar akan
dilakukan oleh klien.” (Ray, R., Mahapatro, S. & Kar, S.S., 2011).
Konseling dengan konselor profesional (seperti guru BK dan Psikolog), remaja bisa
mendapatkan:
1. Tempat yang nyaman untuk bercerita dan berdiskusi tentang masalah personal
2. Seseorang yang benar-benar dapat dipercaya
3. Seorang professional yang mengerti jalan pemikiran remaja dan dapat
13
memberikan pendampingan kepada mereka dalam menjalani pergumulan
4. Kesempatan untuk membicarakan masalah yang dihadapi daripada memendamnya
Sendiri.
Panti Asuhan perlu memiliki tenaga konselor untuk menampung dan menyelesaikan
masalah yang terjadi pada remaja. Pengurus/pengasuh Panti Asuhan harus bisa menjadi
pendengar yang baik dan tempat curhat bagi remaja. Remaja yang memiliki masalah
khusus perlu dikonsultasikan kepada tenaga profesional.
4. Kesempatan mengembangkan prestasi
a. Pengertian prestasi adalah hasil atas usaha yang dilakukan seseorang. Prestasi dapat
dicapai dengan mengandalkan kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual,
serta ketahanan diri dalam menghadapi situasi segala aspek kehidupan.
b. Macam-Macam Prestasi
Macam-macam prestasi adalah sebagai berikut
1) Prestasi Belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh atas usaha belajar.
Contohnya prestasi belajar yang terdapat disekolah, menjadi juara umum setiap
tahunnya.
2) Prestasi Kerja. Prestasi kerja adalah hasil yang didapatkan dari usaha kerja yang
telah dilakukan. Contohnya naik jabatan atas kerja keras yang terjadi selama
ini.
3) Prestasi Seni. Prestasi seni adalah hasil yang diperoleh dari usaha seni.
Contohnya prestasi seorang penyanyi ataupun seniman lainnya yang berupa
penghargaan.
4) Prestasi Olahraga. Prestasi olahraga adalah hasil yang diperoleh atas usaha dan
kerja keras yang terdapat dibidang olahraga. Contoh prestasi olahraga adalah
seorang olahragawan yang mendapatkan juara 1 pada perlombaan.
5) Prestasi Lingkungan Hidup. Prestasi lingkungan hidup adalah prestasi yang
didapatkan melalui usaha penyelamatan lingkungan hidup. Contohnya remaja
mendapatkan penghargaan atas usaha yang telah dilakukannya dengan
melakukan penyelamatan lingkungan hidup yang berupa penanaman pohon
kembali atau reboisasi di hutan.
Pengurus/pengasuh harus memberikan kesempatan mengembangkan prestasi bagi
remaja di Panti Asuhan. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah pencarian minat dan
14
bakat, pembinaan remaja yang memiliki bakat tertentu, dan remaja diikutkan dalam
berbagai perlombaan baik lomba ilmiah maupun seni. Meskipun tinggal di Panti
Asuhan, remaja berhak mendapatkan kesempatan mengembangkan prestasinya. Hal
ini akan meningkatkan rasa percaya diri dan menumbuhkan sikap positif terhadap
lingkungan masyarakat dan dirinya. Kondisi ini akan berdampak pada
keseimbangan pribadi, serta menimbulkan rasa gembira, harmonis dan menjadi
orang yang produktif untuk kepentingan dirinya maupun kepentingan orang lain (Ali
Mohammad, 2006).
MATERI 3
FAKTOR PENDORONG
DESKRIPSI SINGKAT
Panti asuhan atau lembaga kesejahteraan sosial anak adalah suatu lembaga usaha
kesejahteraan sosial anak yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan
kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan
15
pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam
memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh
kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi pengembangan kepribadianya sesuai
dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai
insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional (Kemsos R.I.,
2011). Panti asuhan membutuhan faktor pendorong agar dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik. Faktor pendorong adalah hal-hal yang memengaruhi Panti Asuhan menjadi
berkembang, maju dan lebih dari sebelumnya. Faktor pendorong dalam materi ini adalah
sistem pengelolaan Panti Asuhan, dukungan keluarga dan dukungan masyarakat. Materi
3 ini memiliki 1 (Satu) pokok bahasan terdiri dari sistem pengelolaan Panti Asuhan,
dukungan keluarga dan dukungan masyarakat.
TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti materi 3 ini, pengurus/pengasuh mampu memahami faktor pendorong
pengembangan Panti Asuhan untuk pemenuhan kebutuhan psikologis pada remaja.
TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi 3, diharapkan mampu :
1. Menjelaskan tentang sistem pengelolaan di Panti Asuhan.
2. Menjelaskan tentang dukungan keluarg
3. Menjelaskan tentang dukungan masyarakat
URAIAN MATERI
1. Sistem Pengeloaan Panti Asuhan
a. Konsep Panti Asuhan
Panti asuhan atau lembaga kesejahteraan sosial anak adalah suatu lembaga usaha
kesejahteraan sosial anak yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan
pelayanan kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan
dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak
dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga
memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi pengembangan
kepribadianya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus
cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang
pembangunan nasional (Kemsos R.I., 2011).
16
b. Fungsi dan Tujuan Lembaga Kesejahteraan Sosial anak
1) Pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti asuhan berfungsi sebagai
pemulihan, perlindungan, pengembangan dan pencegahan.
2) Pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial anak.
3) Pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan fungsi penunjang). Panti
asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan masyarakat
dalam perkembangan dan kepribadian anak-anak remaja.
c. Tujuan Panti Asuhan yaitu:
1) Memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja sosial kepada anak
terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka kearah perkembangan
pribadi yang wajar serta mempunyai keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi
anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggungjawab, baik
terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat.
2) Penyelenggara pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti asuhan sehingga
terbentuk manusia-manusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi,
mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup
keluarganya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan panti asuhan
adalah memberikan pelayanan, bimbingan dan keterampilan kepada anak asuh
agar menjadi manusia yang berkualitas.
Standar Nasional Pengasuhan untuk Lembaga Kesejahteraan Nasional menyatakan
standar pelayanan panti asuhan adalah seperti orang tua bagi anak-anak yang ditempatkan
di panti asuhan, dan selayaknya orang tua maka panti asuhan bertanggung jawab untuk
memenuhi pemenuhan hak-hak anak yang meliputi hak terhadap perlindungan, (terkait
dengan martabat anak dan melindungi anak dari kekerasan); hak terhadap tumbuh
kembang (mendukung perkembangan kepribadian anak, memfasilitasi relasi anak dengan
keluarga dan pihak lainnya secara positif dan menyekolahkan anak); hak terhadap
partisipasi (mendengar, mempertimbangkan serta mengimplementasikan suara dan
pilihan anak); serta memenuhi hak anak terhadap kelangsungan hidup (memenuhi
kebutuhan dasar anak terhadap makanan, minuman dan fasilitas yang aman).
Panti asuhan sebagai Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak juga memfasilitasi
pemeriksaan kesehatan oleh tenaga profesional seperti memastikan setiap anak menerima
vaksinasi, imunisasi, vitamin, obat cacing, dan berbagai kebutuhan lain sesuai dengan usia
17
dan kebutuhan tumbuh kembang mereka. Pertolongan Pertama pada Kecelakan (P3K)
juga disediakan untuk kebutuhan darurat.
d. Sistem pengelolaan dijabarkan dalam fungsi-fungsi manajemen di Panti Asuhan,
terdiri dari :
1) Perencanaan
Panti Asuhan perlu menyusun perencanaan pengembangan Panti Asuhan, baik
perencanaan pengembangan sumberdaya manusia Panti Asuhan, program kerja,
pengembangan sarana dan prasarana. Perencanaan dapat dilakukan dengan waktu
jangka pendek dan jangka panjang. Perencanaan ini berfungsi agar Panti Asuhan
memilih arah dan pedoman dalam pengembangan Panti Asuhan di masa yang akan
datang.
2) Pengorganisasian
Panti Asuhan harus memiliki ijin pendirian Panti Asuhan dari pemerintah,
sehingga aspek legal Panti Asuhan dapat dipertanggungjawabkan. Panti Asuhan
harus memilki struktur organisasi yang jelas dan uraian tugas dari masing-masing.
3) Pengarahan
Pimpinan Panti Asuhan harus melakukan pembinaan kepada para
pengurus/pengasuh secara periodik. Pimpinan perlu melakukan rapat pengurus
secara periodik untuk memantau perkembangan Panti Asuhan dan menyelesaikan
masalah yang terjadi. Pimpinan perlu memberikan pengarahan kepada pengurus
agar kinerja pengurus dapat dipantau sesuai tugas dan fungsinya masing-masing.
4) Pengendalian/pengawasan
Fungsi Pengendalian/pengawasan merupakan suatu unsur manajemen untuk
melihat apakah segala kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana
yang digariskan dan disamping itu merupakan hal yang penting pula untuk
menentukan rencana kerja yang akan datang.
2. Dukungan Keluarga
Friedman (1998) menjelaskan bahwa dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan
penerimaan keluarga terhadap pasien yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa
orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
18
diperlukan. Caplan (1964) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga
memiliki beberapa fungsi dukungan.
1) Fungsi dukungan
a) Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar)
informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti,
informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari
dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi
yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.
Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan
pemberian informasi.
b) Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas
anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.
c) Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya: kesehatan pasien dalam hal kebutuhan makan dan minum,
istirahat, terhindarnya pasien dari kelelahan.
d) Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan
serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan
emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya
kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.
2) Sumber dukungan keluarga
Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh
keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga. Dukungan
sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan
dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga
eksternal (Friedman, 1998).
3) Manfaat dukungan keluarga
19
Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa
kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai siklus
kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial
keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal.
Hal ini dapat meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998).
Wills (1985) dalam Friedman (1998) menyimpulkan bahwa efek-efek penyangga
(dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan) dan efek-
efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari
kesehatan) ditemukan. Efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial terhadap
kesehatan dan kesejahteraan dapat berfungsi secara bersamaan. Keberadaan dukungan
sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah
sembuh dari sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi
(Ryan dan Austin dalam Friedman, 1998).
4) Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga
Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), ada bukti kuat dari hasil
penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif
menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal
dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak dari keluarga
yang besar.
Menurut Friedman (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga
lainnya adalah kelas sosial ekonomi keluarga. Kelas sosial ekonomi disini meliputi
tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Keluarga dengan
kelas menengah, mempunyai hubungan yang lebih demokratis dan adil. Keluarga kelas
bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan
kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang
lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.
3. Dukungan Masyarakat
a. Pengertian dukungan sosial
20
Dukungan sosial atau dukungan masyarakat sebagai sumber dukungan emosional,
informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orang-orang disekitar individu
untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari- hari dalam
kehidupan.
Sarafino (2006) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada memberikan
kenyamanan pada orang lain, merawatnya atau menghargainya. Pendapat senada juga
diungkapkan oleh Saroson (dalam Smet, 1994) yang menyatakan bahwa dukungan
sosial adalah adanya transaksi interpersonal yang ditunjukkan dengan memberikan
bantuan pada individu lain, dimana bantuan itu umunya diperoleh dari orang yang
berarti bagi individu yang bersangkutan. Dukungan sosial dapat berupa pemberian
infomasi, bantuan tingkah laku, ataupun materi yang didapat dari hubungan sosial
akrab yang dapat membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai.
Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan,
timbul rasa percaya diri dan kompeten. Tersedianya dukungan sosial akan membuat
remaja di Panti Asuhan merasa dicintai, dihargai dan menjadi bagian dari kelompok.
Bentuk dukungan ini dapat berupa infomasi, tingkah laku tertentu, ataupun materi yang
dapat menjadikan individu yang menerima bantuan merasa disayangi, diperhatikan dan
bernilai.
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi dukungan sosial
Menurut stanley (2007), faktor- faktor yang mempengaruhi dukungan sosial adalah
sebagai berikut :
1) Kebutuhan fisik
Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan sosial. Adapun kebutuhan fisik
meliputi sandang, pangan dan papan. Apabila seseorang tidak tercukupi kebutuhan
fisiknya maka seseorang tersebut kurang mendapat dukungan sosial.
2) Kebutuhan sosial
Kebutuhan sosial akan meningkatkan aktualisasi diri yang baik, remaja akan lebih
kenal oleh masyarakat daripada orang yang tidak pernah bersosialisasi di
masyarakat. Orang yang mempunyai aktualisasi diri yang baik cenderung selalu
ingin mendapatkan pengakuan di dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu
pengakuan sangat diperlukan untuk memberikan penghargaan.
3) Kebutuhan psikis
21
Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mungkin terpenuhi tanpa bantuan
orang lain. Apalagi jika remaja di Panti Asuhan sedang menghadapi masalah baik
ringan maupun berat, maka remaja tersebut akan cenderung mencari dukungan
sosial dari orang-orang sekitar sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan
dicintai.
5. Klasifikasi dukungan sosial
Menurut Cohen & Syme (1985), mengklasifikasikan dukungan sosial dalam 4 kategori
yaitu :
1) Dukungan informasi, yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi individu.
Dukungan ini, meliputi memberikan nasehat, petunjuk, masukan atau penjelasan
bagaimana seseorang bersikap.
2) Dukungan emosional, yang meliputi ekspresi empati misalnya mendengarkan,
bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang dikeluhkan, mau
memahami, ekspresi kasih sayang dan perhatian. Dukungan emosional akan
membuat si penerima merasa berharga, nyaman, aman, terjamin, dan disayangi.
3) Dukungan instrumental adalah bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat
fasilitas atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan, meminjamkan
uang, memberikan makanan, permainan atau bantuan yang lain.
4) Dukungan appraisal atau penilaian, dukungan ini bisa terbentuk penilaian yang
positif, penguatan (pembenaran) untuk melakukan sesuatu, umpan balik atau
menunjukkan perbandingan sosial yang membuka wawasan seseorang yang sedang
dalam keadaan stres.
Dukungan sosial merupakan transaksi interpersonal yang melibatkan aspek- aspek
informasi, perhatian emosi, penilaian dan bantuan instrumental. Ciri- ciri setiap aspek
tersebut oleh Smet (1994) dan Taylor (1995), dijelaskan sebagai berikut ;
1) Informasi dapat berupa saran- saran, nasihat dan petunjuk yang dapat dipergunakan
oleh remaja dalam mencari jalan keluar untuk pemecahan masalahnya.
2) Perhatian emosi berupa kehangatan, kepedulian dan empati yang meyakinkan
remaja, bahwa dirinya diperhatikan orang lain.
3) Penilaian berupa penghargaan positif, dorongan untuk maju pada remaja di Panti
Asuhan.
22
4) Bantuan instrumental berupa dukungan materi seperti benda atau barang yang
dibutuhkan oleh korban dan bantuan finansial untuk biaya pengobatan, pemulihan
maupun biaya hidup sehari- hari selama korban belum dapat menolong dirinya
sendiri.
d. Sumber- sumber dukungan sosial
Rook dan Dootey (1985) yang dikutip oleh Kuntjoro (2002), ada 2 sumber dukungan
sosial yaitu sumber artifisial dan sumber natural.
1) Dukungan sosial artifisial
Dukungan sosial artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang ke dalam
kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial akibat bencana alam
melalui berbagai sumbangan sosial.
2) Dukungan sosial natural
Dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam
kehidupanya secara spontan dengan orang- orang yang berada di sekitarnya,
misalnya anggota keluarga (anak, isteri, suami dan kerabat), teman dekat atau
relasi. Dukungan sosial ini bersifat non- formal.
e. Sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban dan label psikologis:
1) Dukungan sosial utama bersumber dari keluarga
Mereka adalah orang-orang terdekat yang mempunyai potensi sebagai sumber
dukungan dan senantiasa bersedia untuk memberikan bantuan dan dukungannya
ketika individu membutuhkan. Keluarga sebagai suatu sistem sosial, mempunyai
fungsi- fungsi yang dapat menjadi sumber dukungan utama bagi individu, seperti
membangkitkanpersaan memiliki antara sesama anggota keluarga, memastikan
persahabatan yang berkelanjutan dan memberikanrasa aman bagi anggota-
anggotanya.
2) Dukungan sosial dapat bersumber dari sahabat atau teman.
Suatu studi yang dilakukan oleh Argyle & Furnham (dalam Veiel & Baumann,1992)
menemukan tiga proses utama dimana sahabat atau teman dapat berperan dalam
memberikan dukungan sosial. Proses yang pertama adalah membantu meterial atau
instrumental. Stres yang dialami individu dapat dikurangi bila individu
mendapatkan pertolongan untuk memecahkan masalahnya. Pertolongan ini dapat
berupa informasi tentang cara mengatasi masalah atau pertolongan berupa uang.
23
Proses kedua adalah dukungan emosional. Perasaan tertekan dapat dikurangi
dengan membicarakannya dengan teman yang simpatik. Harga diri dapat
meningkat, depresi dan kecemasan dapat dihilangkan dengan penerimaan yang tulus
dari sahabat karib. Proses yang ketiga adalah integrasi sosial. Menjadi bagian dalam
suatu aktivitas waktu luang yang kooperatif dan diterimanya seseorang dalam suatu
kelompok sosial dapat menghilangkan perasaan kesepian dan menghasilkan
perasaan sejahtera serta memperkuat ikatan sosial.
3) Dukungan sosial dari masyarakat, misalkan yang peduli terhadap korban kekerasan.
Dukungan ini mewakili anggota masyarakat pada umumnya, yang dikenal dengan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan dilakukan secara profesional sesuai
dengan kompetensi yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Hal ini
berkaitan dengan faktor- faktor yang mempengaruhi efektifitas dukungan sosial
yaitu pemberi dukungan sosial. Dukungan yang diterima melalui sumber yang sama
akan lebih mempunyai arti dan berkaitan dengan kesinambungan dukungan yang
diberikan, yang akan mempengaruhi keakraban dan tingkat kepercayaan penerima
dukungan.
Proses yang terjadi dalam pemberian dan penerimaan dukungan itu dipengaruhi oleh
kemampuan penerima dukungan untuk mempertahankan dukungan yang diperoleh.
Para peneliti menemukan bahwa dukungan sosial ada kaitannya dengan pengaruh-
pengaruh positif bagi seseorang yang mempunyai sumber- sumber personal yang
kuat. Kesehatan fisik individu yang memiliki hubungan dekat dengan orang lain
akan lebih cepat sembuh dibandingkan dengan individu yang terisolasi.
dukungan emosional, kognitif yang distruktur ulang dan bantuan instrumental.
f. Bentuk dukungan sosial
Menurut Kaplan and Saddock (1998), adapun bentuk dukungan sosial adalah sebagai
berikut ;
1) Tindakan atau perbuatan
Bentuk nyata dukungan sosial berupa tindakan yang diberikan oleh orang disekitar
remaja, baik dari keluarga, teman dan masyarakat.
2) Aktivitas religius atau fisik
Semakin bertambahnya usia maka perasaan religiusnya semakin tinggi. Oleh karena
itu aktivitas religius dapat diberikan untuk mendekatkan diri pada Tuhan
3) Interaksi atau bertukar pendapat
24
Dukungan sosial dapat dilakukan dengan interaksi antara remaja di Panti Asuhan
dengan orang-orang terdekat atau di sekitarnya, diharapkan dengan berinteraksi
dapat memberikan masukan sehingga merasa diperhatikan oleh orang di sekitarnya.
MATERI 4
PERILAKU INTERPERSONAL HUMAN CARING
DESKRIPSI SINGKAT
Perilaku dapat diartikan juga sebagai respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Respon atau reaksi ini merupakan bentuk interaksi. King
menjelaskan sistem interpersonal terbentuk oleh interaksi antar manusia. Interaksi antar
dua orang disebut dyad, tiga orang disebut triad, dan empat orang disebut group.
Interpersonal merupakan komunikasi secara langsung atau face to face communication
pada waktu dan tempat yang sama. Interpersonal Skill bukan merupakan bagian dari
karakter kepribadian yang bersifat bawaan, melainkan merupakan ketrampilan yang bisa
25
dipelajari. Interpersonal Skill yang baik dapat dibangun antara lain dari kemampuan
mengembangkan perilaku dan komunikasi yang asertif. Caring diartikan secara umum
sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan
waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati dan perasaan cinta atau menyayangi
pada orang lain yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Caring
mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan dan perbuatan seseorang. Materi 4
membahas tentang bagaimana perilaku pengurus/pengasuh dengan kelompok remaja
dengan menunjukkan rasa perhatian, kasih sayang dan empati. Materi 4 ini terdiri dari 1
sub pokok bahasan terdiri dari komunikasi interpersonal, pendidikan kesehatan kelompok,
tindakan mengasuh, tindakan untuk meningkatkan rasa percaya diri.
TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti materi 4 ini, pengurus/pengasuh mampu memahami Komunikasi
interpersonal, pendidikan kesehatan kelompok, tindakan mengasuh, tindakan untuk
meningkatkan rasa percaya diri untuk pemenuhan kebutuhan psikologis pada remaja.
TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi 4, diharapkan mampu :
a. Menjelaskan tentang komunikasi interpersonal.
b. Menjelaskan tentang pendidikan kesehatan kelompok
c. Menjelaskan tentang tindakan mengasuh
d. Menjelaskan tentang tindakan untuk meningkatkan rasa percaya diri
URAIAN MATERI
1. Komunikasi Interpersonal
a. Definisi
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang melibatkan dua orang atau
lebih. Setiap pihak dapat menjadi pemberi dan pengirim pesan sekaligus pada waktu
yang bersamaan. Komunikasi interpersonal dengan masing-masing orang berbeda
tingkat kedalaman komunikasinya. Komunikasi interpersonal antara dua orang yang
baru kenal berbeda dari komunikasi interpersonal dengan orang yang sudah lama
dikenal seperti saudara atau sahabat. Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan
yang dinamis.
b. Ciri-ciri Komunikasi interpersonal
26
1) Komunikasi interpersonal adalah verbal dan non verbal
2) Mencakup perilaku tertentu
3) Komunikasi yang berproses pengembangan
4) Komunikasi interpersonal mengandung interaksi dan koherensi
5) Komunikasi interpersonal adalah kegiatan aktif
c. Fungsi dari Komunikasi Interpersonal adalah :
1) Mendapatkan respon atau umpan balik dari lawan bicara
2) Melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon atau umpan balik dari
lawan bicara
3) Melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial
6. Elemen komunikasi interpersonal (Burgon & Huffner, 2002) yaitu :
1) Sensasi, yaitu proses menangkap stimulus (pesan/informasi verbal maupun non
verbal).
2) Persepsi, yaitu proses memberikan makna terhadap informasi yang ditangkap
oleh sensasi.
3) Memori, yaitu proses penyimpanan informasi dan evaluasinya dalam kognitif
individu. Kemudian ada proses recalling, yaitu proses pengingatan kembali
informasi yang tersimpan baik secara sadar maupun tidak sadar.
4) Berpikir, yaitu proses mengolah dan memanipulasi informasi untuk memenuhi
kebutuhan atau menyelesaikan masalah.
Sedangkan komunikasi interpersonal dalam keperawatan terbentuk oleh interaksi
antar manusia. Interaksi antar dua orang disebut dyad, tiga orang disebut triad, dan empat
orang disebut group. Konsep yang relevan dengan sistem interpersonal adalah interaksi,
komunikasi, transaksi, peran dan stres.
a. Interaksi
“Interaction is a process of perception and communication between person and
environment and between person and person represented by verbal and non verbal
behaviors that are goal-directed” (King, 1986 dalam Gonzalo, 2011).
Interaksi didefinisikan sebagai proses persepsi dan komunikasi antara orang dan
lingkungan, orang dan orang yang ditunjukkan oleh perilaku verbal dan non verbal
yang diarahkan pada tujuan.
b. Komunikasi
27
King mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana informasi yang diberikan
dari satu orang ke orang lain baik langsung maupun tidak langsung, misalnya melalui
telepon, televisi atau tulisan. Ciri-ciri komunikasi adalah verbal, non verbal,
situasional, perseptual, transaksional, tidak dapat diubah, bergerak maju dalam waktu,
personal, dan dinamis. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis dalam
menyampaikan ide-ide satu orang ke orang lain. Aspek perilaku non verbal yang sangat
penting adalah sentuhan. Aspek lain dari perilaku adalah jarak, postur, ekspresi wajah,
penampilan fisik dan gerakan tubuh.
c. Transaksi
“Transaction is a process of interactions in which human beings communicate
with the environment to achieve goals that are valued; transactions are goal-directed
human behaviors”(King, 1986 dalam Gonzalo, 2011).
Pengertian transaksi adalah proses interaksi di mana manusia berkomunikasi
dengan lingkungan untuk mencapai tujuan yang bernilai. Transaksi perilaku manusia
diarahkan pada tujuan. Ciri-ciri transaksi adalah unik, karena setiap individu
mempunyai realitas personal berdasarkan persepsi mereka.
d. Peran
Peran melibatkan sesuatu yang timbal balik dimana seseorang pada suatu saat
sebagai pemberi dan disaat yang lain sebagai penerima. Tiga elemen utama peran yaitu,
perilaku yang diharapkan pada orang yang menduduki posisi di sistem sosial, prosedur
atau aturan yang ditentukan oleh hak dan kewajiban yang berhubungan dengan
prosedur atau organisasi, dan hubungan antara dua orang atau lebih berinteraksi untuk
mencapai tujuan pada situasi khusus.
e. Stres
Definisi stres menurut King adalah suatu keadaan yang dinamis dimanapun
manusia berinteraksi dengan lingkungannya untuk memelihara keseimbangan
pertumbuhan, perkembangan dan perbuatan yang melibatkan pertukaran energi dan
informsi antara seseorang dengan lingkungannya untuk mengatur stressor. Stres adalah
suatu yang dinamis pada sistem terbuka secara terus menerus terjadi pertukaran dengan
lingkungan, intensitasnya bervariasi, pada dimensi temporal-spatial yang dipengaruhi
oleh pengalaman masa lalu, individual, personal, dan subyektif.
7. Pendidikan Kesehatan Kelompok
28
a. Definisi
Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sedang dalam keperawatan,
pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri
untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat
berperan sebagai perawat pendidik. Menurut (Notoatmodjo. S, 2003: 20)
b. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan masalah
dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yg dapat mereka lakukan
terhadap masalahnya, dengan sumber daya yg ada pada mereka ditambah dengan
dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yg tepat guna untuk
meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak, 2009).
Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 menjelaskan bahwa tujuan pendidikan
kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan; baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga
produktif secara ekonomi maupun social, pendidikan kesehatan disemua program
kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat,
pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya (Mubarak, 2009).
Benyamin Bloom (1908) menjelaskan tujuan pendidikan adalah mengembangkan atau
meningkatkan 3 domain perilaku yaitu kognitif (cognitive domain), afektif (affective
domain), dan psikomotor (psychomotor domain) (Notoatmodjo, 2003: 127)
Menurut Notoatmodjo (2007: 139) dalam perkembangannya, teori Bloom ini
dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:
1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang tercakup
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
b) Memahami (comprehension)
29
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
c) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
ke dalam komponen – komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
2) Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau obyek.
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:
a) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (obyek).
b) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3) Praktik atau tindakan (practice)
30
Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan:
a) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b) Respon terpimpin (guided response)
Dapat dilakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.
c) Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai
praktik tingkat tiga.
d) Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
8. Tindakan Mengasuh
Tindakan mengasuh merupakan tindakan yang dilakukan oleh pengurus/pengasuh
Panti Asuhan kepada remaja dengan memperlakukan mereka penuh kasih sayang,
memberikan solusi kalau remaja memiliki masalah, menyediakan makanan dan
minuman sesuai kebutuhan kalori dan aktifitas yang dilakukan remaja, memberikan
kesempatan pada mereka untuk berinteraksi dengan teman sebaya baik di dalam
maupun di luar Panti Asuhan, memperhatikan waktu tidur dan istirahat remaja,
memperhatikan prestasi belajarnya, menyediakan sarana dan prasarana agar remaja
dapat mengembangkan kemampuannya di bidang akademik dan non akademik.
9. Tindakan Meningkatkan Percaya Diri
Percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk
mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungan atau situasi yang dihadapinya. dimana ia merasa memiliki kompetensi,
yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi
aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.
31
Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri
serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak
terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya.
Percaya diri dapat diartikan bahwa suatu kepercayaan akan kemampuan sendiri yang
memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki dapat di manfaatkan secara tepat.
Psikolog W.H.Miskell di tahun 1939 telah mendefinisikan arti percaya diri dalam
bukunya yang bertuliskan " Percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri
yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat
memanfaatkannya secara tepat." Tak lain halnya psikolog ultra kondang maslow yang
berkata "Percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan aktualitas diri.
Orang yang percaya diri akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri.
Sementara itu, kurangnya percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri.
Jadi orang yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam
menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta
bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya
dengan orang lain". Percaya diri dapat berlaku dalam semua aspek kehidupan, seperti
bersosialisasi, bisnis, berpolitik, berkarir dan lain sebagainya. Adapun cara untuk
menumbuhkan kepercayaan diri adalah :
a) Rileks
Bersikaplah rileks jangan terlalu formal, jika terlalu formal maka akan menyempitkan
pemikiran anda dan akan membuat kaku suasana. Dengan bersikap rileks, apa yang
sedang dihadapi ataupun dikerjakan akan berjalan dengan suasana santai dan tenang
tanpa ketegangan.
b) Lupakan standar yang ditetapkan orang lain
Lakukanlah sesuatu sesaui dengan standar yang kita miliki, jangan mengikuti standar
orang lain. Orang lain memiliki nilai yang berbeda, dan sekeras apa pun mencoba,
kita tidak pernah bisa memuaskan semua orang. Jangan khawatir jika orang-orang
menyebut kita gendut, kurus, pemalas, membosankan, pelit, konyol, ataupun sebutan
lainya. Bertahanlah pada standar yang kita miliki, bukan pada standar yang dimiliki
oleh orang lain. Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
32
Kita kecil tapi lincah dan cerdas, gendut tapi pintar, membosankan tapi kreatif dan
lain sebagainya.
c) Memperbaiki penampilan
Perbaikilah penampilan, memang yang sebenarnya dilihat oleh orang lain untuk
pengenalan lebih lanjut adalah sikap dan kepribadian diri, tapi penampilan juga perlu
untuk ditunjukkan yang lebih baik agar orang bisa tertarik melihat penampilan kita.
Jagalah penampilan yang menarik bukan norak dan berlebihan, potonglah rambut
sesuai dengan selera tapi tidak aneh, pakailah baju yang pas tidak disobek-sobek (he
he he jangan terlalu serius), dan pakailah atribut lain sewajarnya saja.
d) Memperbaiki diri
Perbaikilah diri kita, baik dari segi kepribadian, sikap, karakter dan lain sebagainya.
Demikian pula menggali bakat, skill dan kemampuan agar menjadi manusia yang
hebat. Dengan perbaikan tersebut seseorang akan menjadi pribadi yang lebih baik
lagi, selain itu akan menumbuhan rasa percaya diri.
e) Selalu Berpikir Positif
Dengan berpikir positif kita akan melakukan sesuatu tanpa beban pikiran, akan
tumbuh rasa percaya diri. Oleh karena itu hilangkanlah pemikiran-pemikiran negatif
yang ada pada diri. Kembangkan pikiran-pikiran positif yang akan mempengaruhi
tindakan untuk menjadi pribadi lebih baik lagi.
f) Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan
Janganlah minder jika melihat orang lain mempunyai kelebihan, karena dibalik
kelebihannya dia pasti mempunyai kekurangan. Begitupun sebaliknya jangan minder
dengan kekurangan anda karena dibalik itu anda mempunyai kelebihan. Lakukan saja
apa yang bisa anda lakukan dan kerjakan yang terbaik.
g) Coba dan lakukan
Coba saja apa yang ingin anda lakukan, dan lakukan apa yang mesti anda lakukan.
Siapa tahu anda mendapatkan apa yang anda inginkan. Jika gagal berarti anda adalah
orang yang berani untuk mencoba, berbeda dari orang lain yang hanya menjadi
penonton. Lakukan yang terbaik menurut anda, selama itu memang pekerjaan yang
baik maka anda tidak perlu khawatirkan apapun, tindakan yang baik tidak akan
membahayakan siapapun termasuk diri anda sendiri.
h) Tempatkanlah malu pada tempatnya
33
Jangan salah dalam menempatkan malu pada tempatnya, jika mencuri tidak merasa
malu, jika melanggar aturan dikatakan hebat, tapi jika melakukan kebaikan kita
merasa malu seperti membuka bisnis dan berbuat kebaikan yang lainnya. Jika tidak
bisa menempatkan malu pada tempatnya maka kita akan minder dalam melakukan
hal-hal yang baik.
i) Menjadi diri sendiri
Setiap orang sudah diberikan oleh Tuhan kebaikan dan kelebihan, tidak perlu minder
dengan kekurangan diri. Jadilah diri sendiri dengan melakukan yang terbaik, karena
orang lain belum tentu lebih baik dari kita. Kita yang tahu apa yang terbaik untuk kita,
oleh karena itu lakukan yang terbaik dan perbaiki diri serta mengembangkan diri
untuk menjadi lebih baik.
j) Tonjolkan kelebihan
Untuk meningkatkan kepercayaan diri maka tonjolkan kelebihan yang dimiliki,
karena dengan demikian, kita akan percaya dengan kemampuan diri sendiri. Tidak
merasa minder karena kita juga mempunyai kelebihan seperti orang lain yang
mempunyai kelebihan.
MATERI 5
KEBUTUHAN PSIKOLOGIS REMAJA
DESKRIPSI SINGKAT
Masa perkembangan remaja akan timbul kebutuhan atau keinginan untuk menjadi sesuatu
(Gunarsa, S., 2008). Kebutuhan tersebut harus diperhatikan oleh orang tua agar anak
mereka memiliki potensi dan dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Rotter (dalam Feist & Feist, 2010) mendefinisikan kebutuhan sebagai perilaku atau
seperangkat perilaku yang dapat menggerakkan individu ke arah suatu tujuan. Kebutuhan
bukan sesuatu kondisi kekurangan atau rangsangan, akan tetapi kebutuhan merupakan
indikator dari tujuan perilaku. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan “as desire to
become more and more what one is, to become everything that one is capable of
becoming” (Gunarsa S., 2008).
34
Maslow (dalam Gunarsa, S., 2008), kebutuhan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
:
a. Kelompok kebutuhan dasar, kebutuhan primer atau kebutuhan fisiologis, seperti makan,
minum, oksigen dan lain-lain,
b. Kelompok kebutuhan sekunder atau kebutuhan psikologis, seperti cinta, kebutuhan
akan kasih sayang, kebutuhan rasa terlindungi dan aman, serta kebutuhan untuk
mengetahui sesuatu. Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993) menjelaskan bahwa
kebutuhan merupakan suatu konstruk yang mewakili suatu daya pada bagian otak,
kekuatan yang mengatur persepsi, apersepsi, pemahaman, konasi dan kegiatan
sedemikian rupa untuk mengubah situasi yang ada dan yang tidak memuaskan ke arah
tertentu. Setiap kebutuhan secara khas dibarengi oleh perasaan atau emosi dan
seringkali oleh tindakan instrumental tertentu yang efektif untuk menghasilkan
keadaan akhir yang diinginkan (Hall & Lindzey, 1993).
Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993) menjelaskan bahwa terdapat dua tipe kebutuhan,
yaitu 1) Kebutuhan primer / kebutuhan viskerogenik Kebutuhan primer atau kebutuhan
viskerogenik berhubungan dengan peristiwa peristiwa organis tertentu yang khas, dan
secara khusus berkenaan dengan kepuasan-kepuasan fisik. Contohnya adalah kebutuhan
akan udara, air, makanan, seks, laktasi, buang air besar dan buang air kecil;
2) Kebutuhan sekunder/kebutuhan psikogenik Kebutuhan sekunder atau kebutuhan
psikogenik berasal dari kebutuhan primer dan ditandai oleh tidak adanya hubungan
dengan proses-proses organis atau kepuasan fisik khusus. Kebutuhan sekunder umumnya
psikologis, seperti kebutuhan untuk mengasuh, kemerdekaan, dan prestasi.
Adapun kebutuhan psikogenik menurut Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993) adalah
a. Need of Achievement (Prestasi): Menyelesaikan sesuatu yang sulit; mengunggulkan diri;
menyaingi dan mengungguli orang lain; meningkatkan harga diri dengan menyalurkan
bakat secara berhasil.
b. Need of Affiliation (Afiliasi): Membuat senang dan mencari afeksi dari objek yang
disukai; patuh dan tetap setia pada seorang kawan, menjalin persahabatan.
c. Need of Autonomy (Otonomi): Bebas; menolak untuk dipaksa atau dilarang;
menghindari atau meninggalkan kegiatan-kegiatan yang ditentukan oleh autoritas-
autoritas yang menguasai; tidak terikat, tidak bertanggung jawab.
35
d. Need of Counteraction (Memperbaiki situasi): Menguasai atau memperbaiki kegagalan
dengan berjuang lagi; menghilangkan pelecehan dengan memulai tindakan; menekan
perasaan takut; mempertahankan harga diri dan kebanggaan pada taraf yang tinggi.
e. Need of Defendance (Membela diri): Mempertahankan diri terhadap serangan, kritik
dan celaan; menyembunyikan atau membenarkan perbuatan tercela, kegagalan atau
penghinaan; mempertahankan diri.
f. Need of Deference (Sikap hormat): Memuji, menghormati, atau menyanjung; dengan
senang hati tunduk pada pengaruh orang lain yang dikenal; menyesuaikan diri dengan
kebiasaan.
g. Need of Order (Ketertiban): Mengatur barang-barang; menjaga kebersihan, susunan,
keseimbangan, keteraturan, ketelitian.
h. Need of Understanding (Pemahaman): Menanyakan atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan umum; tertarik pada teori; memikirkan, merumuskan, menganalisis, dan
menggeneralisasikan.
Kebutuhan psikologis merupakan tindakan atau perilaku individu dalam
memenuhi perasaan atau kepuasan yang bersifat psikologis, seperti kebutuhan akan sikap
merendah, prestasi, afiliasi, agresi, otonomi, counteraction, membela diri, sikap hormat,
dominasi, sikap menonjolkan diri, menghindari bahaya, menghindari rasa hina, sikap
memelihara, ketertiban, permainan, penolakan, keharuan, seks, pertolongan dalam
kesusahan, dan pemahaman.
36
MODUL PENELITIAN
MODEL INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK
HUMAN INTERPERSONAL CARING TERHADAP KEBUTUHAN
PSIKOLOGIS REMAJA DI PANTI ASUHAN
37
Oleh
Dr. Siti Nur Kholifah, SKM, M.Kep,Sp.Kom
Dr. Dwi Ananto Wibrata, SST, M.Kes
Loetfia Dwi Rahariyani, SKp, MSi
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN JESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
DAFTAR ISI
Hal.
Materi 1
Faktor Predisposisi dan nilai –
nilai asuhan
.................................................................
1
Materi 2
Faktor pendukung dan caring
environment
................................................................
6
Materi 3
Faktor Pendorong
.................................................................
13
Materi 4
Perilaku Interpersonal Human
Caring
.................................................................
24
Materi 5
Kebutuhan Psikologis
...................................................................
33
38
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mohammad. (2006). Psikologi Remaja. Bumi Aksara, Jakarta.
Bartt, Smet. (1994). Psikologi Kesehatan. PT. Gramedia Widiasarna Indonesia, Jakarta.
Burgon & Huffner. (2002). Human Communication. Sage, London.
Dirk van Dierendonck, Dario D, Raquel Rodrı,C.,Guez-Carvajal, Amalio Blanco,
Bernardo Moreno-Jime. (2008). Ryff’s Six-factor Model of Psychological Well
being, A Spanish Exploration. Social Indicators Research, Vol.87 tahun 2008, 473-
479
Eny Kusmiran. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika.
Jakarta.
Feist & Feist. J.G., (2010). Teori Kepribadian, edisi 7. Salemba Humanika. Jakarta.
Gandaputra, A. (2009). Gambaran Self Esteem Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan.
Jurnal Psikologi, 52-70.
39
Gunarsa, Singgih. D (2008). Psikologi Anak: Psikologi Anak dan Remaja. PT. BPK
Gunung Mulia, Jakarta.
Hall,Calvin S dan Lindzey,Gardner. (1993). Psikologi Kepribadian I Teori-teori
Psikodinamik (Klinis), Kanisius, Yogyakarta.
Hurlock, Elizabeth B. (2007). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang kehidupan edisi ke lima (Alih Bahasa : Dra. Istiwidayanti dan Drs.
Soedjarwo). PT.Erlangga. Jakarta.
Kemsos R.I. (2011). Permensos R.I. No. 30/HUK/2011 Tentang Standar Nasional
Pengasuhan Anak Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial.
Kemkes R.I. (2014). Permenkes RI. No.25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak.
Kozier, B. (2011). Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Nur Amaliyah dan Prihastuti. (2014). Perbedaan Self Esteem Remaja Panti Asuhan di
Surabaya Ditinjau dari Persepsinya Terhadap Pola Asuh. Jurnal Psikologi dan
Kesehatan Mental, Vol.3, No.3. Hal. 140-145.
Notoatmodjo, S. (2011). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. (2009). Fundamental Keperawatan Buku 1
Ed. 7, Salemba Medika, Jakarta.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta, Rineka
Cipta.
Tomey, A.M., (2010). Nursing theorists and their work. Seven edition, Elsevier. United
States of America.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
top related