metodologi penelitian studi islam - otentisitas karya ulama - perdebatan metodologi
Post on 05-Dec-2014
3.593 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Otentisitas Karya Ulama: Perdebatan Metodologi
Oleh: Fatihunnada
A. PENGANTAR
Metodologi Penelitian Studi ISlam (MPSI) merupakan mata kuliah wajib1
yang diampu Team Dosen2 yang dikoordinatori oleh PROF. DR. Azyumardi Azra, MA
bagi mahasiswa SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mata kuliah ini sebetulnya
membahas kajian teoritis penelitian ilmiah dalam studi-studi tentang keIslaman
dan praktiknya dalam bentuk proposal penelitian oleh mahasiswa. Dengan tujuan
menemukan masalah-masalah yang up to date dan orisinil untuk dijadikan tema
dan judul penelitian, pembangunan hipotesis/temuan awal, metode pengumpulan,
pendekatan dan analisis data dan terakhir mendiskusikan komponen-komponen
proposal yang baik dan benar.3
Maka dalam penjelasan ini, penulis akan mencoba memberikan analisa
terhadap metodologi dan pendekatan yang telah digunakan beserta komentar
positif dan negatifnya, kemudian penulis memberikan solusi metodologi dan
pendekatan konstruktif yang sekiranya dapat diterapkan untuk penelitian yang
semisal.
Tema penelitian yang akan dibangun adalah tentang Mukhtalif al-
H{adi>th. Dalam rencana penelitian disertasi, penulis mencoba
untuk mengangkat judul proposal, yaitu Hadis Mukhtalif
Nusantara: Orisinalitas Pemahaman Mis}ba>h} al-Z{ula>m
Karya Shaykh Muha>jiri>n. Sedangkan pertanyaan penelitiannya
adalah apakah pemahaman hadis mukhtalif Nusantara murni
atau orisinil dan bukan saduran atau terjemahan dari karya
ulama Timur Tengah?. Hipotesis/temuan awal yang hendak
dibangun adalah karya ulama hadis Nusantara terlebih lagi yang
1SPS Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam 2011 – 2015 (Jakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), 20.
2Tim Dosen beranggotakan 7 pakar dibidang masing-masing, yaitu, PROF. DR. Azyumardi Azra, MA, Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, Prof. Dr. Bambang Pranowo, MA, Dr. Fuad Jabali, MA, Dr. Amelia Fauzia, MA.
3SPS Universitas UIN Syarif Hidayatullah, Pedoman Akademik, 85.
1
berbahasa Arab adalah murni dan bukan jiplakan dari karya
ulama Arab atau Timur Tengah. Penelitian tersebut
menggunakan sumber data yaitu kitab Mis}ba>h al-Z{ula>m dari
segi penalaran Muha>jiri>n Amsa>r dalam menyelesaikan
kontradiksi yang terdapat dalam hadis, yang dibandingkan
dengan karya-karya semisal, seperti Subul al-Sala>m karya al-
S{anʻa>ni> dan lainnya. Dengan mengumpulkan data dari
sumber-sumer di atas kemudian menganalisanya (analisys of
data) dengan metode kualitatif, sehingga dapat disimpulkan
orisinalitas karya Mukhtalif al-H{adi>th di Nusantara. Tentunya
dengan menggunakan bantuan pisau analisa penelitian ilmu
hermeneutik dalam Ikhtila>f al-H{adi>th beserta dukungan
pendekatan Sosio-Historis yang berkaitan dengan keadaan
lingkungan pada masa Muha>jiri>n Amsa>r.
Sebelum melangkah pada pemaparan tentang beberapa metodologi dan
pendekatan yang digunakan untuk pembuktian otentisitas karya ulama, berikut
kami paparkan penelitian-penelitian yang relevan:
Pertama, Norman Calder, dalam Studies in Early Muslim Jurisprudence. 4
ia memberi kesimpulan bahwa kitab al-Risa>lah adalah hasil karya
akhir abad keempat atau kesepuluh, setelah lahirnya kitab
Ta>ʼwi>l Mukhtalif al-H{adi>th karya Ibn Qutaybah al-
Daynu>ri> dengan membandingkan tehnik hermeneutika yang
digunakan oleh al-Sha>fiʻi> dan Ibn Qutaybah.
Kedua, Christopher Melchert, dalam Qurʼanic Abrogation Across
the Ninth Century: Sha>fiʻi>>, Abu> ʼUbayd, Muha>sibi> and
Ibn Qutaybah.5 Yang menghasilkan kesimpulan tidak jauh
berbeda dengan pendahulunya, Calder, dengan merefisi dating
4Norman Calder, Studies in Early Muslim Jurisprudence, (Oxford: Clarendon Press, 1993).
5Christopher Melchert, "Qurʼanic Abrogation Across the Ninth Century: Sha>fiʻi>, Abu> ʼUbayd, Muha>sibi> and Ibn Qutaybah," dalam Bernard G. Weiss, Studies in Islamic Legal Theory, (Leiden: E.J. Brill, 2002).
2
yang telah ditetapkan Calder. Ia menetapkan bahwa abad
kesembilan sebagai masa kelahiran kitab al-Risa>lah, kemudian
mencuatkan pertanyaan, apakah al-Risa>lah hasil karya al-
Sha>fiʻi> atau para pengikutnya yang hidup beberapa masa
setelahnya?.
Ketiga, Joshep E. Lowry, dalam The Legal Hermeneutics of
al-Sha>fiʻi>> and Ibn Qutayba: A Reconsideration.6 Ia terlihat
berbeda dengan para pendahulunya, Calder dan Melchert dan
memberi kesimpulan yang berbeda dengan kedua pendahulunya
yang tidak menganggap al-Risa>lah sebagai karya al-Sha>fiʻi>
karena metode hermeneutik al-Risa>lah identik dengan masa-
masa setelah masa kitab Taʼwi>l Mukhtalif al-H{adi>th karya Ibn
Qutaybah. Lowry bahkan menganggap bahwa Ibn Qutaybah
banyak menggunakan metode Hermeneutik dalam menyikapi
hadis-hadis yang kontradiktif, dan sangat menekankan pada titik
bahasa, struktur kata dan taʼwil dengan pendekatan teologi. Dan
dengan ini, Ibn Qutaybah dianggap sebagai tokoh pendahulu
pengembangan ilmu Ushu>l al-Fiqh yang banyak dipengaruhi
oleh metode hermeneutik al-Sha>fiʻi>>. Dengan demikian, al-
Risa>lah bukan hasil karya abad kesepuluh, seperti yang
ditegaskan oleh Calder dan Melchert, melainkan hasil pemikiran
al-Sha>fiʻi>>.
B. Metodologi dan Pendekatan yang Dipakai
1. Metode Komparatif
Metode komparatif adalah analisis yang dilakukan terhadap sebuah
kategori yang lahir kemudian membandingkan antara kategori tersebut dengan
kategori yang lainnya. Pada awalnya, metode ini terkesan sangat rumit karena
data-data yang perlu dicari sangat tidak terbatas dan tidak beraturan, namun
sesungguhnya metode ini dapat digunakan untuk semua jenis penelitian. Karena
6Joshep E. Lowry, "The Legal Hermeneutics of al-Sha>fiʻi>> and Ibn Qutayba: A Reconsideration," Islamic Law and Society 11 (2004).
3
prinsip kerja metode analisis komparatif hanya mencakup dua tahap pokok:
pertama, memperbandingkan setiap data untuk memunculkan berbagai kategori
dan kedua, memperbandingkan dan mengintegrasikan kategori-kategori dan sifat-
sifatnya untuk memunculkan hipotesis dan memberi batasan teori.7
Metode ini lebih sering digunakan dalam berbagai penelitian, karena
mentapkan satu atau beberapa masalah saja sudah dapat dikatakan telah
menggunakan metode komparatif, dimana hal tersebut berpegang pada
perbandingan sehingga dianggap sebagai masalah yang perlu diteliti.8
Contoh penelitian komparatif dapat ditemukan pada Studies in Early
Muslim Jurisprudence karya Calder, ia membuat kesimpulan bahwa kitab al-
Risa>lah adalah hasil karya akhir abad keempat atau kesepuluh,
setelah lahirnya kitab Ta>ʼwi>l Mukhtalif al-H{adi>th karya Ibn
Qutaybah al-Daynu>ri>. Hal ini didasari dengan membandingkan karya-
karya al-Sha>fiʼi> lainnya, seperti kitab al-Umm.9 Dan Calder
memandang metode al-Sha>fiʻi> dalam al-Risa>lah tidak cocok
dengan fakta yang ia temukan.
Diantara penelitian yang menggunakan metode ini adalah
Melchert, dimana ia menerapkan metode komparatif untuk
menganalisa metode-metode empat tokoh dalam karya-karya
mereka, ulasan yang disampaikan Melchert dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
Works
al-
Sha>fiʻi
>
Abu>
ʼUbayd
Muh}a
>sibi
Ibn
Qutaybah
General and
particularYes Some Some No
Objects of Yes No Some Yes
7M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 52.
8Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: RajaGravindo Persada, 2006) 97.
9Norman Calder, Studies in Early Muslim Jurisprudence, 67-85.
4
abrogation
Qur'an and Sunnah
as revelation
(Al-Qurʼan
Yes No Some Yes
Abrogation as
between Qur'an
and Sunnah
Yes No Some Yes
Exception and
abrogationNo No Yes No
Abrogation of
reports,
ordinances
No No YesYes
(minor)
Varieties of
abrogationNo Yes Yes Yes
Control over
examplesYes No Some Yes
Tabel tersebut dapat menggambarkan secara jelas,
bagaimana perbandingan metode empat tokoh dalam karya-
karya mereka, sehingga dapat menggambarkan sejauh mana
metode al-Sha>fiʻi> diterapkan oleh para penerusnya. Dari sini
dapat dilihat, bahwa Abu> ʼUbayd lebih banyak menggunakan
pendapat sahabat dibanding dengan al-Sha>fiʻi> dan Ibn
Qutaybah yang membatasi hal tersebut pada hadis Nabi.
Kemudian dalam penelitian lain, ketika mengupas karya al-
Sha>fiʻi> dan Ibn Qutaybah, Lowry mencoba membandingkan
keduanya dari beberapa titik, diantaranya metode hermeneutik.
Ia terinspirasi oleh peneliti terdahulu yang juga membandingkan
kedua karya tokoh tersebut.
5
Namun Lowry menambahkan, bahwa masing-masing dari
al-Sha>fiʻi> dan Ibn Qutaybah memiliki metode khusus yang
tidak ditemukan pada salah satu yang lainnya.10
Dari sini, timbul persepsi Lowry bahwa meskipun Ibn
Qutaybah menggunakan metode tersendiri dalam kitabnya
Ta>ʼwi>l Mukhtalif al-H{adi>th yang tidak ditemukan dalam al-
Risa>lah, namun masih ada pengaruh yang nampak dalam
kitabnya tersebut dari karya al-Sha>fiʻi>.
a. Pendekatan Sejarah
Dalam penelitian ini, Melchert menggunakan pendekatan sejarah
(historical approach) dengan model pendekatan diakronik (periodik) ataupun
pendekatan sinkronik (melebar) untuk mengetahui fakta historis. Pendekatan
periodik sangat dominan dalam penelitian ini guna mengukuhkan temuan sejarah
guna mengidentifikasi pola dan corak kelompok.11
Christopher Melchert memulai pembahasannya dengan menguraikan
sedikit demi sedikit sisi kesejarahan empat tokoh yang dijadikan sebagai bahan
kajiannya, yaitu al-Sha>fiʻi> (W. 204/820), Abu> ʼUbayd (W.
224/839), Muh}a>sibi> (W. 243/857-858) and Ibn Qutaybah (W.
276/889). Dalam pembahasan sejarah singkat al-Sha>fiʻi>, Melchert
mengutip asal-usul penulisan kitab al-Risa>lah, yaitu al-
Sha>fiʻi> menulis kitab tersebut sebagai jawaban dari
permohonan seorang ahli fiqh Bas}rah, yaitu Abd al-Rah}ma>n
ibn Mahdi> (W. 198/814)12. Hal ini dikarenakan Abd al-Rah}ma>n ibn
Mahdi mengirim surat kepada al-Sha>fiʻi> dan memintanya untuk
mempersiapkan sebuah risalah/tulisan yang berisikan penjelasan
tentang maksud dari Al-Qur'an, Hadis, Ijma' ulama dan
penjelasan seputar nasikh dan mansukh dalam Al-Qur'an dan
10Joshep E. Lowry, "The Legal Hermeneutics of al-Sha>fiʻi> and Ibn Qutayba, 36-38.
11Peter Connoly (ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama, Terj. Imam Khoiri, dari judul asli Approaches to The Study of Religion (Yogyakarta: Lkis, 2012), 295.
12Ah}mad ibn H{usayn al-Bayhaqi>, Mana>qib al-Sha>fiʻi> (Cairo: Da>r al-Tura>th, 1970), 1:225.
6
hadis.13 oleh karena itu, pada abad kesembilan, Ibn Abi> H{a>tim
mengutip pernyataan Ah}mad ibn H{anbal yang menyarankan
pembacaan terhadap al-Risa>lah sebelum karya-karya al-
Sha>fiʻi> lainnya.14
Dan untuk memperkuat pernyataannya, Melchert
menggambarkan bahwa al-Risa>lah ditulis di Mesir dan menurut
al-Bayhaqi> kitab ini telah beredar di Baghdad. Sedangkan Abu>
ʼUbayd berdomosili di Baghdad, dan al-Sha>fiʻi> sendiri
menghabiskan enam tahun sebelum wafatnya di Baghdad. Maka
sangat tidak mungkin, bahwa ia dan al-Risa<lah tidak pernah
diketahui keberadaannya.
Dari bukti kesejarahan empat tokoh tersebut,15 Melchert
sudah mulai meragukan otentisitas al-Risa<lah sebagai karya al-
Sha>fiʻi>.
Lowry juga membuka penelitiannya dengan membahas
kesejarahan al-Sha>fiʻi> dan Ibn Qutaybah, dan ia
mengungkapkan perbedaan antara keduanya, bahwa Ibn
Qutaybah sedikit berbeda dengan al-Sha>fiʻi>, dimana ia tidak
menspesialisasikan dirinya dalam satu bidang tertentu, Ibn
Qutaybah lebih memilih untuk mengelaborasikan dirinya dalam
bidang hukum, teologi dan lain-lain. Sedangkan al-Sha>fiʻi>
lebih memilih spesialisasi. Namun dalam pandangan mereka
terhadap studi hukum tidak jauh berbeda, dimana Ibn Qutaybah
menganggap hukum sebagai bagian paling besar dalam elemen
agama. Sedangkan al-Sha>fiʻi> menganggap hukum adalah
13Ah}mad ibn ʼAli al-Khat}i>b al-Baghda>di>, Ta>ri>kh Baghda>d (Cairo: Maktabah al-Kha>nji>, 1931), 2:64.
14ʼAbd al-Rah}ma>n ibn Muh}ammad ibn Idri>s Ibn Abi> H{a>tim, Kita>b al-Jarh} wa al-Taʼdi>l (Hyderabad: Majlis Da>irat al-Maʼa>rif, 1952), 7: 204.
15Christopher Melchert, "Qurʼanic Abrogation Across the Ninth Century, 75-81.
7
segalanya.16 Oleh karena itu, Lowry menegaskan bahwa kedua
karya tersebut yang akan diteliti dalam artikelnya tidak memiliki
perbedaan pada substansinya.
Dari sini, Lowry sudah menangkap sinyal keterkaitan kitab
Ta>ʼwi>l Mukhtalif al-H{adi>th karya Ibn Qutaybah al-
Daynu>ri> dengan kitab al-Risa<lah karya al-Sha>fiʻi>.
b. Pendekatan Usul Fiqh
Dalam penelitian ini, melchert sangat membutuhkan
pendekatan usul fiqh guna menguraikan metode-metode yang
digunakan empat tokoh tersebut dalam kerya-karya mereka.
Kemudian menganalisa satu-persatu sehingga dapat terlihat
hubungan antar tokoh dalam penggunaan masing-masing
metode.
Kemudian Melchert menguraikan beberapa metode al-
Sha>fiʻi>, Abu> ʼUbayd, Muh}a>sibi> and Ibn Qutaybah dalam
nasikh dan mansukh. Sebagai contoh, dalam pembahasan
nasakh dalam Al-Qur'an dan hadis, al-Sha>fiʻi> dan Ibn
Qutaybah dengan tegas membahas isu tersebut, meskipun al-
Sha>fiʻi> cenderung berpendapat bahwa Al-Qur'an tidak dapat
menghapus hadis dan hadis tidak dapat menghapus Al-Qur'an,
sedangkan Ibn Qutaybah bependapat sebaliknya, yaitu
memungkinkan terjadinya nasikh dan mansukh antara Al-Qur'an
dan hadis. Kemudian Abu> ʼUbayd dan Muh}a>sibi> tidak
membahas isu ini secara jelas. Hanya saja Muh}a>sibi> secara
implisit menerangkan kemungkinan Al-Qur'an menghapus hadis
dalam penjelasannya tentang kasus salat menghadap Mekkah
dan Jerusalem. Sedangkan Abu> ʼUbayd lebih berpendapat
16Joshep E. Lowry, "The Legal Hermeneutics of al-Sha>fiʻi> and Ibn Qutayba, 4-6.
8
bahwa Al-Qur'an dan hadis tidak dapat saling menghapus,
karena keduanya adalah sama-sama bersumber dari Tuhan.17
Selanjutnya dalam kesimpulan,18 Melchert menegaskan
bahwa Abu> ʼUbayd, Muh}a>sibi> and Ibn Qutaybah tidak
menerima konsep al-Risa>lah. Kemudian ia menyimpulkan
bahwa Abu> ʼUbayd tidak pernah sama sekali membaca al-
Risa>lah. Begitu juga Muh}a>sibi> dianggap tidak mengetahui
keberadaan pendapat al-Sha>fiʻi>, seperti dalam permasalahan
nasakh antara Al-Qur'an dan hadis, dan hal ini mengindikasikan
bahwa ia tidak pernah membaca kitab al-Risa>lah. Dan Ibn
Qutaybah seperti tidak mengetahui al-Risa>lah, meskipun cara
menyelesaikan permasalahan penting dalam kitabnya, seperti
dalam permasalahan nasakh antara Al-Qur'an dan hadis, terlihat
mirip dengan cara al-Sha>fiʻi>.
c. Pendekatan Hermeneutik
Sebelum membahas ide dua tokoh tersebut, Lowry
mengatakan bahwa cocok sekali untuk membandingkan dua
tokoh ini dari sisi hermeneutik yang digunakan.19
Lowry menegaskan bahwa salah satu metode hermeneutik
al-Sha>fiʻi>, yaitu ʼA<mm-Kha<s}s} telah diadopsi oleh Ibn
Qutaybah dengan menggunakan istilah lain, yaitu The Root
Kha>s}s}. Kemudian Ibn Qutaybah juga menggunakan metode
nasakh dalam kitabnya, seperti al-Sha>fiʻi>. Namun Ibn
Qutaybah memperbolehkan nasakh yang bersifat intra-source
(al-Qur'an-al-Qur'an atau hadis-hadis) dan inter-source (al-
Qur'an-hadis atau hadis- al-Qur'an). Sedangkan al-Sha>fiʻi>
hanya memperbolehkan intra-source (al-Qur'an-al-Qur'an atau
17Christopher Melchert, "Qurʼanic Abrogation Across the Ninth Century, 86-88.
18Christopher Melchert, "Qurʼanic Abrogation Across the Ninth Century, 91-98.
19Joshep E. Lowry, "The Legal Hermeneutics of al-Sha>fiʻi> and Ibn Qutayba, 7.
9
hadis-hadis) dan melarang inter-source (al-Qur'an-hadis atau
hadis- al-Qur'an).20
I. Kelebihan
1. Metode komparatif adalah solusi untuk setiap peneliti, dimana dalam
beberapa kasus metode lain, seperti eksperimental tidak memungkinkan untuk
diterapkan.
2. Hasil dari penelitian dengan metode komparatif dapat menghasilkan
informasi yang bermanfaat mengenai suatu masalah.
3. Metode ini terbukti bermanfaat karena lebih banyak digunakan sampai
saat ini.
4. Pendekatan sejarah adalah pilihan yang tepat untuk mengungkapkan
otentisitas sebuah karya dari tangan penulisnya. Terlebih lagi dengan bantuan
pendekatan periodesisasi dan elemen-elemen penting yang bisa ditemukan.
5. Pendekatan usul fiqh merupakan alat bantu yang sesuai dengan sumber
penelitian yang diangkat oleh Melchert.
6. Pendekatan Hermeneutika yang digunakan Lowry dapat memberika
kontribusi nyata terhadap perkembangan keilmuan dalam bidang humaniora
dengan memberikan ruang untuk mentransformasi konsep-konsep yang sudah ada
dan baku.
II. Kekurangan
1. Tidak ada kontrol yang baku terhadap variabel dalam penelitian yang
mengandalkan metode komparatif, sehingga terkadang menjadi penghambat
dalam suatu penelitian bahkan sebagai kelemahan yang sangat mencolok.
2. Sulitnya menentukan faktor penyebab yang relevan sebagai tolak ukur
penelitian, kemudian berdampak pada hasil penelitian.
3. Terkadang, penelitian yang menggunakan metode ini tidak mampu
menentukan subyek penelitian dengan tepat.
20Joshep E. Lowry, "The Legal Hermeneutics of al-Sha>fiʻi> and Ibn Qutayba, 30-32.
10
4. Pemilihan sampel Melchert sangat terbatas pada tiga karya lain yang
lahir setelah al-Risa>lah, dan hal ini dihawatirkan akan melahirkan kesimpulan
yang belum menyeluruh.
5. Pendekatan usul fiqh atau hermeneutika yang digunakan Melchert dan
Lowry tidak dapat diterapkan pada sumber penelitian lain, seperti penelitian
bahasa, sejarah dan lain-lain.
d. Pendekatan Lain
Beberapa pendekatan lain, dapat digunakan untuk
pembuktian otentisitas karya ulama. Diantaranya, pendekatan
filologi dan bahasa/linguistik.
Pendekatan filologi sendiri sudah banyak digalakan oleh peneliti-peneliti
terhadap beberapa karya Nusantara, karena sebagian karya Nusantara masih
berupa manuskript atau naskah kuno, hal ini diangkat untuk menunjukkan
khazanah dan kekayaan perkembangan pemikiran mereka yang sangat dinamis.21
Beberapa peneliti yang mendalami bidang ini adalah, Nabilah Lubis dalam
disertasinya yang diajukan pada tahun 1992 di Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif
Hidayatullah, penelitian ini dihadapkan pada naskah Syekh Yusuf al-Makasari
yang berjudul Zubdat al-Asra>r fi> tah}qi>q baʻda Masha>rib al-
Akhya>r. penelitiannya terfokus untuk menampilkan kembali
naskah Zubdat al-Asra>r sehingga dapat dibaca oleh semua
kalangan. Kemudian beliau menganalisa isi kandungan naskah
tersebut. Kemudian penelitian ini diterbitkan dalam bentuk
buku.22 Kemudian Oman Fathurrahman melanjutkan kajian
filologi dalam disertasinya yang diajukan pada tahun 2003 di
Program Studi Ilmu Susastra Program Pascasarjana Universitas
Indonesia, penelitian ini mengkaji Tarekat Sha>t}i>ri>yah di
Dunia Melayu-Indonesia, sebuah kajian atas dinamika dan
21Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi (Jakarta: Media Alo Indonesia, 2001), 1.
22Nabilah Lubis, Menyingkap Intisari segala Rahasia Karangan Syekh Yusuf al-Taj al-Makasari (Bandung: Mizan, 1996).
11
perkembangannya melalui naskah-naskah di Sumatra Barat.23
Dan dalam studi Naskah Tanbi>h al-Mishi>.24
Akan tetapi beberapa penelitian tersebut terfokus kepada
rekonstruksi sejarah dan studi pemikiran para tokoh Nusantara
dalam naskah yang ada.
C. Metodologi dan Pendekatan yang Dipilih
1. Metode Kualitatif
Dalam kasus penelitian-penelitian yang telah disebutkan diatas, metode
kualitatif ini digunakan untuk menemukan ide-ide metode empat tokoh dalam
merumuskan permasalahan nasakh Al-Qur'an dalam karya mereka masing-
masing. Maka metode kualitatif diterapkan sebagai eksplorasi terhadap satu
permasalahan meskipun dengan menggunakan data yang terbatas.25
Adapun metodologi dan pendekatan yang akan dipilih
penulis untuk meluruskan penelitiannya adalah metode kualitatif.
Metode ini diterapkan untuk menemukan ide-ide cemerlang dalam
Ikhtila>f al-H{adi>th dari karya yang diteliti. Oleh karena itu,
peneliti menggunakan pendekatan hermeneutik dalam Ikhtila>f
al-H{adi>th sebagai variabel pembuktiannya.
a. Pendekatan Hermeneutik
Pendekatan Hermeneutik dipilih karena dapat memaparkan
dan memberi gambaran secara kritis terhadap teks (konsep)
Muhajirin dan al-S{anʻa>ni> mengenai ikhtila>f al-H{a>di>th.
Sehingga dapat dilacak sejauh mana orisinalitas karya Muhajirin
dan keterlepasan karyanya tersebut dari pengaruh karya-karya
terdahulu dari sumber Arab, seperti karya al-S{anʻa>ni>.
23Oman Fathurrahman, Tarekat Sya>t}iri>yah di Dunia Melayu-Indonesia: Kajian atas Dinamika dan Perkembangannya Melalui Naskah-naskah di Sumatra Barat (Jakarta: Disertasi Program Studi Ilmu Susastra Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003).
24Oman Fathurrahman, Tanbi> al-Mishi> Menyoal Wahdatul Wujud: Kasus Abdurrauf Singkel di Aceh (Bandung: Mizan, 1999).
25Lihat, Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010).
12
Hal ini tidak hanya bertujuan mengungkap konsep-konsep
kedua tokoh tersebut sebagaimana adanya, tetapi juga akan
memberikan gambaran yang sesuai dengan konteks kekinian.
Maka metode ini sangat tepat untuk dipilih, karena akan bersifat
produktif dan transformatif26 yang akan sangat berguna
implikasinya bagi bidang-bidang ilmu humaniora.27
I. Kelebihan
Kelebihan penerapan metode dan pendekatan tersebut dalam penelitian
yang akan dilaksanakan dapat tergambar pada poin-poin berikut:
1. Metode kualitatif sangat membantu penelitian untuk mengungkap
kesejarahan.
2. Dengan metode ini, peneliti bisa mengeksplorasi secara
mendalam sumber penelitian yang akan dikaji, yaitu Mis}ba>h}
al-Z{ula>m Karya Shaykh Muha>jiri>n .
3. dengan pendekatan hermeneutika, maka peneliti akan
dengan mudah mendeteksi keorisinalitasan karya tersebut.
Karena hal ini tidak dapat dibuktikan tanpa menggunakan satu
variabel tertentu.
4. dengan pendekatan hermeneutika ini, diharapkan
peneliti dapat mengembangkan ide-ide Muhajirin ke dalam
masalah kekinian agar penelitian ini lebih bersifat transformatif
dan tidak statis.
II. Kekurangan
Namun kekurangan yang akan ditemukan peneliti juga tidak sedikit,
diantaranya:
1. Sumber penelitian lain, yang berupa sampel
perbandingan dengan sumber utama kemungkinan tidak dapat
mencakup data-data yang ada, maka dikhawatirkan lahir
kesimpulan yang belum menyeluruh.26Lihat, Akhyar Yusuf Lubis, Metode Hermeneutika dan Penerapannya pada Ilmu Sosial,
Budaya dan Humaniora (Jakarta: PPS UI, 2004) 36.27Lihat, Akhyar Yusuf Lubis, Metode Hermeneutika, 34.
13
2. pendekatan hermeneutika yang akan digunakan peneliti
mungkin bukan satu-satunya pendekatan yang bisa dilakukan.
Peneliti mempunyai beberapa opsi lain, seperti bahasa/linguistik,
sejarah, filologi dan lain sebagainya. Dan bila keseluruhan
pendekatan digunakan, maka akan menghasilkan kesimpulan
yang kuat. Akan tetapi, dengan pertimbangan pragmatis
terhadap efisiensi waktu dan biaya, penulis akan memilih satu
dari sekian alternatif yang ada.
D. PENUTUP
Demikian perdebatan metodologi para ahli dalam studi kasus otentisitas
karya ulama, yang merupakan kumpulan informasi yang penulis dapatkan dari
mata kuliah Metodologi Penelitian Studi Islam (MPSI) yang diampu oleh team
teaching. Namun apa yang penulis sampaikan di sini tidak dapat dikatakan
sebagai metode yang baik sebelum kritikan dan saran dilontarkan kepada penulis
guna terus menyempurnakan kajian ini.
14
Daftar Pustaka
al-Bayhaqi>, Ah}mad ibn H{usayn. Mana>qib al-Sha>fiʼi>.
Cairo: Da>r al-Tura>th, 1970.
Calder, Norman. Studies in Early Muslim Jurisprudence. Oxford: Clarendon
Press, 1993.
Connoly, Peter (ed.). Aneka Pendekatan Studi Agama, Terj.. Khoiri, Imam. Dari
judul asli Approaches to The Study of Religion. Yogyakarta: Lkis, 2012.
Consuelo, G. Sevilla. Dkk. Pengantar Metode Penelitian, Terj. Alimudin Tuwu.
Jakarta: UI-Press, 1993.
Fathurrahman, Oman. Tanbi> al-Mishi> Menyoal Wahdatul
Wujud: Kasus Abdurrauf Singkel di Aceh. Bandung:
Mizan, 1999.
Fathurrahman, Oman. Tarekat Sya>t}iri>yah di Dunia
Melayu-Indonesia: Kajian atas Dinamika dan
Perkembangannya Melalui Naskah-naskah di Sumatra
Barat. Jakarta: Disertasi Program Studi Ilmu Susastra
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003.
Ibn Abi> H{a>tim, ʼAbd al-Rah}ma>n ibn Muh}ammad ibn
Idri>s. Kita>b al-Jarh} wa al-Taʼdi>l. Hyderabad: Majlis
Da>irat al-Maʼa>rif, 1952.
al-Khat}i>b, Ah}mad ibn ʼAli al-Baghda>di., Ta>ri>kh
Baghda>d. Cairo: Maktabah al-Kha>nji>, 1931.
Lexy, J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
RosdaKarya, 2005.
Lowry, Joshep E. "The Legal Hermeneutics of al-Shafii> and Ibn
Qutayba: A Reconsideration." Islamic Law and Society 11
(2004).
15
Lubis, Akhyar Yusuf. Metode Hermeneutika dan Penerapannya
pada Ilmu Sosial, Budaya dan Humaniora. Jakarta: PPS UI,
2004.
Lubis, Nabilah. Menyingkap Intisari segala Rahasia Karangan
Syekh Yusuf al-Taj al-Makasari. Bandung: Mizan, 1996.
Lubis, Nabilah. Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi.
Jakarta: Media Alo Indonesia, 2001.
Melchert, Christopher. "Qurʼanic Abrogation Across the Ninth
Century: Sha>fiʼi>, Abu> ʼUbayd, Muha>sibi> and Ibn
Qutaybah," dalam Weiss, Bernard G. Studies in Islamic
Legal Theory. Leiden: E.J. Brill, 2002.
Mudzhar, M. Atho. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan
Praktek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2010.
Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: RajaGravindo Persada,
2006.
UIN, SPS. Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor
Pengkajian Islam 2011 – 2015. Jakarta: Sekolah
Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011.
16
top related