mars
Post on 02-Feb-2016
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan suatu intitusi yang fungsi utamanya memberikan
pelayanan kepada pasien secara diagnostik dan terapeutik untuk berbagai penyakit
dan masalah kesehatan baik yang bersifat bedah maupun non bedah (American
Hospital Association, 1978). Upaya kesehatan dilakukan dengan melakukan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara serasi, terpadu dan berkesinambungan.
Rumah sakit memiliki berbagai bentuk pelayanan, salah satunya pelayanan
Farmasi. Dalam karya tulis ilmiah ini kami akan membahas bagaimana
manajemen farmasi bekerja dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit pada
umumnya dan pada khususnya Rumah Sakit Umum Daerah Solok. Menurut
Depkes (2003) instalasi farmasi rumah sakit merupakan salah satu instalasi
penunjang medis yang mempunyai fungsi pengelolaan perbekalan farmasi, asuhan
kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan serta pencatatan dan
pelaporan.
Aditama (2000) menyatakan bahwa manajemen farmasi rumah sakit adalah
upaya dan kegiatan yang dilaksanakan di bidang farmasi sebagai salah satu
penunjang untuk tercapainya tujuan serta sasaran didirikannya suatu rumah sakit.
Upaya dan kegiatan ini meliputi penetapan standar obat, perencanaan pengadaan
obat, produksi, penyimpanan, pendistribusian/pelayanan kepada pasien pemberian
konsultasi/saran/informasi tentang obat, monitoring efek samping obat.
Manajemen farmasi dalam melaksanakan fungsinya tidak terlepas dari
fungsi-fungsi manajemen logistik yang merupakan rangkaian kegiatan yang
menyangkut perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, penerimaan,
pendistribusian, penghapusan serta pengendalian dengan memanfaatkan sumber-
1
sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak dalam
upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Aditama, 2000).
B. Tujuan Penulisan
Penulis merasa perlu untuk mengetahui bagian instalasi farmasi di RSUD
Kota Solok dengan tujuan :
1. Tujuan Umum :
Mengetahui tentang manajemen instalasi farmasi secara umum di
rumah sakit.
2. Tujuan Khusus :
Mengetahui tentang manajemen instalasi di RSUD Kota Solok.
C. Manfaat Penulisan
Bagi RSUD :
1. RSUD Kota Solok , dapat memanfaatkan hasil penulisan ini untuk
pengambilan kebijakan pengembangan RSUD termasuk pengembangan
instalasi farmasi.
2. RSUD Kota Solok, dapat memanfaatkan hasil penulisan ini untuk
meningkatkan fasilitas dan pelayanan, terutama dalam instalasi farmasi.
Bagi Penulis :
1. Sebagai lahan untuk mempraktekkan Ilmu Manajemen Rumah Sakit.
2. Memperoleh pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan keahlian khusus
mengenai analisis kelayakan yang dapat digunakan dan dikembangkan bila
bekerja di rumah sakit.
3. Dapat menambah pengetahuan di bidang Manajemen Rumah Sakit
khususnya mengenai manajemen instalasi farmasi.
2
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode wawancara yang dilakukan dengan
kepala ruang instalasi farmasi RSUD Kota Solok.
3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Menurut Depkes (2003), instalasi farmasi rumah sakit merupakan salah satu
instalasi penunjang medis yang mempunyai fungsi pengelolaan perbekalan
farmasi, asuhan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan serta
pencatatan dan pelaporan.
B. Fungsi Pelayanan Farmasi
a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.
2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang
telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
5) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku.
6) Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian.
7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah
sakit.
b. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan
1) Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.
2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
alat kesehatan.
3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan.
4
4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
6) Memberi konseling kepada pasien/keluarga.
7) Melakukan pencampuran obat suntik.
8) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
9) Melakukan penanganan obat kanker.
10) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
11) Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
12) Melaporkan setiap kegiatan.
c. Administrasi dan Pengelolaan
Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan
farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar
pelayanan keprofesian yang universal.
1) Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas, fungsi,
wewenang dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam
maupun di luar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh pimpinan
rumah sakit.
2) Bagian organisasi dan pembagian tugas dapat direvisi kembali setiap
tiga tahun dan diubah bila terdapat hal :
3) Perubahan pola kepegawaian.
4) Perubahan standar pelayanan farmasi.
5) Perubahan peran rumah sakit.
6) Penambahan atau pengurangan pelayanan.
d. Kepala instalasi farmasi harus terlibat dalam perencanaan manajemen dan
penentuan anggaran serta penggunaan sumber daya.
e. Instalasi farmasi harus menyelenggarakan rapat pertemuan untuk
membicarakan masalah-masalah dalam peningkatan pelayanan farmasi.
Hasil pertemuan tersebut disebar luaskan dan dicatat untuk disimpan.
5
f. Adanya komite/panitia farmasi dan terapi di rumah sakit dan apoteker
Insatalasi farmasi rumah sakit (IFRS) menjadi sekretaris komite/panitia.
g. Adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan paramedis, serta selalu
berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan atau rapat
antar bagian atau konferensi dengan pihak lain yang mempunyai relevansi
dengan farmasi.
h. Hasil penilaian/pencatatan terhadap staf di dokumentasikan secara rahasia
dan hanya digunakan oleh atasan yang mempunyai wewenang untuk itu.
i. Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan dilakukan
evaluasi terhadap pelayanan farmasi setiap tiga tahun.
j. Kepala Instalasi Farmasi harus terlibat langsung dalam perumusan segala
keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan
obat.
C. Fasilitas dan Peralatan
Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat mendukung
administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan farmasi, sehingga
menjamin terselenggaranya pelayanan farmasi yang fungsional, profesional dan
etis.
a. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua
barang farmasi tetap dalam kondisi yang baik dan dapat dipertanggung
jawabkan sesuai dengan spesifikasi masing-masing barang farmasi dan
sesuai dengan peraturan.
b. Tersedianya fasilitas produksi obat yang memenuhi standar.
c. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat.
d. Tersedianya fasilitas pemberian informasi dan edukasi.
e. Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep.
f. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang baik
sesuai dengan peraturan dan tata cara penyimpanan yang baik.
g. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin
keamanan setiap staf.
6
h. Kebijakan dan Prosedur.
Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan
tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus
mencerminkan standar pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan
dan tujuan dari pada pelayanan farmasi itu sendiri.
1. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala instalasi,
panita/komite farmasi dan terapi serta para apoteker.
2. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat pesanan dari dokter dan
apoteker menganalisa secara kefarmasian. Obat adalah bahan berkhasiat
dengan nama generik.
3. Kebijakan dan prosedur yang tertulis harus mencantumkan beberapa hal
berikut :
a) Macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas perintah
dokter.
b) Label obat yang memadai.
c) Daftar obat yang tersedia.
d) Gabungan obat parenteral dan labelnya.
e) Pencatatan dalam rekam farmasi pasien beserta dosis obat yang
diberikan.
f) Pengadaan dan penggunaan obat di rumah sakit.
g) Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap, rawat jalan,
karyawan dan pasien tidak mampu.
h) Pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, pembuatan/ produksi, penyimpanan,
pendistribusian dan penyerahan.
i) Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat
dan efek samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta
pencatatan penggunaan obat yang salah dan atau dikeluhkan
pasien.
j) Pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan farmasi.
7
k) Pemberian konseling/informasi oleh apoteker kepada pasien
maupun keluarga pasien dalam hal penggunaan dan penyimpanan
obat serta berbagai aspek pengetahuan tentang obat demi
meningkatkan derajat kepatuhan dalam penggunaan obat.
l) Pemantauan terapi obat (PTO) dan pengkajian penggunaan obat.
m) Apabila ada sumber daya farmasi lain disamping instalasi maka
secara organisasi dibawah koordinasi instalasi farmasi.
n) Prosedur penarikan/penghapusan obat.
o) Pengaturan persediaan dan pesanan.
p) Cara pembuatan obat yang baik.
q) Penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat kepada staf.
r) Masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan peraturan dan
undang undang.
s) Pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus
terjamin.
t) Peracikan, penyimpanan dan pembuangan obat-obat sitotoksik.
u) Prosedur yang harus ditaati bila terjadi kontaminasi terhadap staf.
4. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat yang
salah dan atau mengatasi masalah obat.
5. Kebijakan dan prosedur harus konsisten terhadap sistem pelayanan
rumah sakit lainnya.
D. Pelayanan Farmasi
Sesuai dengan standar pelayanan minimum (Kepmenkes no 129/2008)
1. Waktu tunggu pelayanan obat:
a. Obat jadi < 30 menit
b. Obat Racikan < 60 menit
2. Kepuasan pelanggan > 80%
E. Evaluasi dan Pengendalian Mutu
8
Pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan kefarmasian
yang bermutu tinggi, melalui cara pelayanan farmasi rumah sakit yang baik:
a. Pelayanan farmasi dilibatkan dalam program pengendalian mutu pelayanan
rumah sakit.
b. Mutu pelayanan farmasi harus dievaluasi secara periodik terhadap konsep,
kebutuhan, proses, dan hasil yang diharapkan demi menunjang peningkatan
mutu pelayanan.
c. Apoteker dilibatkan dalam merencanakan program pengendalian mutu.
d. Kegiatan pengendalian mutu mencakup hal-hal berikut :
1. Pemantauan: pengumpulan semua informasi yang penting yang
berhubungan dengan pelayanan farmasi.
2. Penilaian: penilaian secara berkala untuk menentukan masalah-masalah
pelayanan dan berupaya untuk memperbaiki.
3. Tindakan: bila masalah-masalah sudah dapat ditentukan maka harus
diambil tindakan untuk memperbaikinya dan didokumentasi.
4. Evaluasi : efektivitas tindakan harus dievaluasi agar dapat diterapkan
dalam program jangka panjang.
5. Umpan balik : hasil tindakan harus secara teratur diinformasikan
kepada staf.
F. Manajemen Instalasi Farmasi
Aditama (2000) menyatakan bahwa manajemen farmasi rumah sakit adalah
upaya dan kegiatan yang dilaksanakan di bidang farmasi sebagai salah satu
penunjang untuk tercapainya tujuan serta sasaran didirikannya suatu rumah sakit.
Upaya dan kegiatan ini meliputi penetapan standar obat, perencanaan pengadaan
obat, produksi, penyimpanan, pendistribusian/pelayanan kepada pasien pemberian
konsultasi/saran/informasi tentang obat, monitoring efek samping obat.
Manajemen farmasi dalam melaksanakan fungsinya tidak terlepas dari
fungsi-fungsi manajemen logistik yang merupakan rangkaian kegiatan yang
menyangkut perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, penerimaan,
pendistribusian, penghapusan serta pengendalian dengan memanfaatkan sumber-
9
sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak dalam
upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Aditama, 2000).
1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan Perbekalan Farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai
dari pemilihan,perencanaan,pengadaan,penerimaan,penyimpanan,pendistribusian,
pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi
Yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan (Kepmenkes
No.1197/MENKES/SK/X/2004).
a. Pemilihan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan
kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai
menjaga dan memperbaharui standar obat.
b. Perencanaan
Pedoman Perencanaan adalah:
- DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit, Ketentuan
setempat yang berlaku.
- Data catatan medik
- Anggaran yang tersedia
- Penetapan prioritas
- Siklus penyakit
- Sisa persediaan
- Data pemakaian periode yang lalu
- Rencana pengembangan
c. Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan
disetujui melalui:
a. Pembelian:
-Secara tender (oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi)
10
- Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan
b. Produksi/pembuatan sediaan farmasi:
-Produksi Steril
-Produksi Non Steril
c. Sumbangan/droping/hibah
d. Produksi
Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan
farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi:
- Sediaan farmasi dengan formula khusus
- Sediaan farmasi dengan harga murah
- Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil
- Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran
- Sediaan farmasi untuk penelitian
- Sediaan nutrisi parenteral
- Rekonstruksi sediaan obat kanker
e. Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,
tender,konsinyasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan
farmasi:
Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa
Barang harus bersumber dari distributor utama
Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS)
Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate
of origin
Expired date minimal 2 tahun
11
f. Penyimpanan
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang
ditetapkan:
Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya
Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya
Mudah tidaknya meledak/terbakar
Tahan/tidaknya terhadap cahaya
g. Pendistribusian
Distribusi dapat dilakukan melalui cara-cara berikut:
1. Resep perorangan (individual prescription)
Penyaluran perbekalan farmasi dengan sistem ini adalah berdasarkan resep
yang diterima pasien. Semua pasien rawat jalan menerima perbekalan farmasi
melalui resep perorangan, tetapi sebagian pasien rawat inap juga menerima resep
perorangan. Sistem ini memungkinkan apoteker untuk langsung mengkaji resep
terlebih dahulu dan membuka kesempatan untuk berinteraksi antara
dokter,apoteker, perawat, dan pasien. Kekurangannya adalah jika obat berlebih,
pasien tetap harus membayarnya dan perbekalan dapat terlambat sampai ke
pasien.
2. Floor Stock
Pada sistem ini, perbekalan farmasi didistribusikan langsung kepada setiap
unit perawatan. Sistem ini hanya bisa diterapkan untuk pelayanan pada pasien
rawat inap. Keuntungan sistem ini antara lain:
a. Obat yang dibutuhkan cepat tersedia
b. Meniadakan obat yang return
c. Pasien tidak harus membayar obat yang lebih
d. Tidak perlu tenaga banyak.
Kelemahan sistem ini adalah:
12
a. Sering terjadi kesalahan, seperti kesalahan peracikan oleh perawat atau
b. adanya kesalahan penulisan etiket.
c. Persediaan obat di ruangan harus banyak.
d. Kemungkinan kehilangan dan kerusakan obat lebih besar.
3. Sistem One Day Dose Dispensing
Pada sistem ini, pendistribusian obat sesuai dengan dosis per hari yang dibutuhkan
oleh pasien. Sistem ini melibatkan kerjasama apoteker dengan dokter dan juga
perawat dalam memonitor pendistribusian seluruh perbekalan farmasi kepada
pasien sehingga penggunaan obat yang rasional dan efektif dapat tercapai.
Keuntungan sistem ini adalah:
a. Pasien hanya membayar obat sesuai yang telah digunakannya.
b. Tidak ada kelebihan obat atau alat yang tidak terpakai di ruangan perawat.
c. Menciptakan pengawasan ganda oleh apoteker dan perawat.
d. Kerusakan dan kehilangan obat hampir tidak ada
4. Sistem kombinasi
Rumah sakit besar pada umumnya tidak terpaku pada satu sistem distribusi obat
saja, tetapi lebih fleksibel, yaitu dengan mengkombinasikan beberapa sistem di
atas, bahkan mungkin menggunakan semua sistem di atas, namun sesuai dengan
kebutuhan rumah sakit.
13
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil RSUD Solok
Nama Rumah Sakit RSUD SOLOK
Pemilik Pemerintah Provinsi SUMBAR
Tipe B
Jumlah Tempat Tidur 212/TT
Luas Area 3,5 H
Direktur Dr.Hj.YUSNELLY
Status Terakreditasi
1. Sejarah singkat
RSUD Solok diresmikan tanggal 7 April 1986 oleh Gubernur Propinsi
Sumatera Barat Bpk. Ir. Azwar Anas, kemudian ditetapkan sebagai rumah
sakit kelas C sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Prop. Sumbar Nomor
36 tahun 1986 dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
303/Menkes/SK/1V 1987.
Pada tahun 2004 Rumah Sakit Umum Daerah Solok telah terakreditasi
untuk 5 standar pelayanan dan pada tahun 2010 Rumah Sakit Umum Daerah
Solok telah Terakreditasi Penuh 12 standar pelayanan.
Padatanggal 21 Februari 2011, sesuai dengan keputusan Menteri
Kesehatan RI No. HK.05/520/2011, Rumah Sakit Umum Solok ditetapkan
sebagai Rumah Sakit Umum Kelas B.
2. Visi
"Menjadi Terunggul Dalam pelayanan di Provinsi Sumatera Barat Tahun
2015”
14
3. Motto
"Santun Dalam Melayani Cepat dan Tepat Bertindak”
4. Jenis Pelayanan
a. Bedah
b. Penyakit Dalam
c. Anak
d. Obgyn
e. Kulit Kelamin
f. Paru
g. THT
h. Mata
i. Syaraf
j. Badah Tulang
k. Jiwa
l. Jantung
m. Gigi
5. Pelayanan Penunjang
a. Radiologi
b. Labor
c. Gizi
d. Anesthesi
e. Fisioterapi
f. IPSRS
g. Loundry
6. Tenaga
a. Dokter Spesialis ; 23 orang
b. Dokter Umum ; 16 orang
15
KEPALA INSTALASI FARMASIEVRIYANDRA, SSI.APT
PENANGGUNG JAWAB PERBEKALAN FARMASIEVRIYANDRA, SSI.APT
PENANGGUNG JAWAB FARMASI KLINIS
YUNI RAHAYU S.FARM.APTPENANGGUNG JAWAB
ADMINISTRASI FARMASIELVIYANTI, SE
PENANGGUNG JAWAB APOTIKAFRIANI S. FARM.APT
PENANGGUNG JAWAB MANAJEMEN MUTU
DEVI ANDRAIANI S.FARM.APT
c. Dokter Gigi ; 3 orang
d. Apoteker ; 4 orang
e. Perawat ; 170 orang
f. Tenaga Lainnya ; 12 orang
B. Instalasi Farmasi
1. Bagan Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Derah
Solok
16
.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Brartti disini kta bhss lg ttg…tp yg di rsud soloknya..msh ingt gk….mgkin
bedanya di tmpt penympanan yg gk lgkap sm utk pembuangan smpah
medis…
Pengelolaan Perbekalan Farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari
pemilihan,perencanaan,pengadaan,penerimaan,penyimpanan,pendistribusia
n, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi
Yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan (Kepmenkes
No.1197/MENKES/SK/X/2004).
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARA
17
KEPUSTAKAAN
1. Analisis Pelayanan, Wildan Pahlevi, FKM UI,2009.
2. .Bencana-kesehatan.net/index.php?...com...
3. Depkes RI, (2000). Kebijakan Pengembangan Tenaga Kesehatan tahun
2000-2001, Jakarta Depkes RI.
4. Depkes RI, Standart Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit,
Jakarta.2000.
5. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6849 .
6. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Standar
Rumah Sakit Pendidikan, Jakarta . 2005
18
top related