makalah po klmpk 2
Post on 11-Dec-2015
232 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Ada beberapa istilah ini sangat penting untuk diketahui dalam rangka mengenal lebih
jauh perilaku organisasi. Sebaga suatu sistem, kedua istilah ini sangat erat hubungannya dan
bahkan saling adanya ketergantungan. Komunikasi sangat tergantung pada persepsi, dan
sebaliknya perepsi juga tergantung pada komunikasi. Persepsi timbul karena adanya dua
faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal antaranya tergantung pada proses
pemahaman sesuatu termasuk didalamnya sistem nilai tujuan, kepercayaan dan tanggapannya
terhadap hasil yang dicapai. Faktor eksternal berupa lingkungan. Kedua faktor ini
menimbulkan persepsi karena didahului oleh suatu proses yang dikenal dengan komunikasi.
Demikian pula proses komunikasi ini terselenggara dengan baik atau tidak tergantung
persepsi masing-masing orang yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut.
Dengan demikian walaupun dua orang yang berkomunikasi menangkap suatu simbol
yang sama baik secara isual maupun lewat pendengaran, ada kemungkinan mereka berbeda
pengertianya. Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami
informasi mengenai lingkungannya. Proses pemahaman ini melalui penglihatan,
pendengaran, perasaan, dan penciuman. Dalam hubungannya dengan perilaku orang-orang
dalam suatu organisasi, nampaknya ada tiga hal yang berkaitan, yakni pemahaman lewat
penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Dalam menelaah timbulnya proses persepsi ini,
menunjukkan bahwa fungsi persepsi itu sangat dipengaruhi oleh tiga variabel berikut ini :
obyek atau peristiwa yang dipahami, lingkungan terjadinya persepsi, dan orang-orang yang
melakukan persepsi.
Bagaimanakah proses persepsi terhadap berlangsung, atribusi, jugment. Dan faktor
apa sajakah yang mempengaruhinya? Berikut ini akan dibahas pada poin pembahasan.
Perilaku Organisasi 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERSEPSI
1. Pengertian Persepsi
Secara etimologis (asal usul kata), persepsi atau dalam bahasa inggris perception,
berasal dari bahasa latin perceptio, dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil.
Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat
sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana
seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.”
Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang
didalam memahami informasi tentang lingkungannya, dan penciuman. Kunci untuk
memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu
penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap
situasi. Seperti yang dikatakan oleh David Krech.1
“Peta kognitif individu itu bukanlah penyajian potografik dari suatu kenyataan fisik,
melainkan agak bersifat konstruksi pribadi yang kurang sempurna mengenai obyek tertentu,
diseleksi sesuai dengan kepentingan utamanya dan dipahami menurut kebiasaannya. Setiap
pemahaman (perceiver) adalah tingkat tertentu bukanlah seniman yang representatif, karena
lukisan gambar tentang kenyataan itu hanya menyatakan pandang realitas individunya”.
Menurut Duncan, persepsi itu dapat dirumuskan dengan berbagai cara, tetapi dalam
ilmu perilaku khususnya psikologi, istilah ini dipergunakan untuk mengartikan perbuatan
yang lebih dari sekedar mendengarkan, melihat atau merasakan sesuatu. Menurut Guru besar
University of Alabama ini, persepsi yang signifikan itu ialah jika diperluas diluar jangkauan
lima indera, dan merupakan suatu unsur yang penting didalam penyesuaian perilaku
manusia.2
Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-
kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.3
1 Thoha Miftah, Prilaku Organisasi, Konsep dan Aflikasinya, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta : 2008, hal. 142
2 W. Jack Duchan, Organizational Behavior, Buston, Houghton mifflin Company, 1981, hal. 109
3 Kushartanti, dkk. Pesona Bahasa : Langkah Awal Memahami Lingustik, hal 43
Perilaku Organisasi 2
Persepsi (perception) adalah proses dimana individu mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan
mereka. Namun apa yang diterima seseorang pada dasarnya bisa berbeda dari realitas
objektif. 4Walaupun seharusnya tidak perlu ada perbedaan tersebut sering timbul. Sebagai
contoh, sesuatu yang mungkin bila semua karyawan dalam sebuah perusahaan
menggangapnya sebagai temat kerja yang baik-kondisi kerja yang menyenangkan, penugasan
pekerjaan yang menarik bayaran yang bagus, tunjangan yang sangat bagus, manajemen yang
pengertian dan bertanggung jawab tetapi, seperti yang diketahui oleh sebagian besar dari kita,
adalah sangat luar biasa untuk menemukan kecocokan yang seperti itu.
Dari definisi di atas bahwa setiap individu akan memberi makna/arti pada suatu objek
yang dihadapinya. Tetapi hampir setiap individu dalam melihat objek yang sama akan
memberi makna berbeda dan menyimpang antara satu dengan yang lainnya. Penyimpangan
ini disebabkan oleh banyaknya informasi yang masuk yang berbeda-beda antara satu individu
dengan individu lainnya. Disisi lain juga ditentukan oleh berbagai faktor yang ada dalam diri
orang yang mempersepsi, dan juga oleh situasi dan kondisi yang melatar belakangi objek
tersebut.
2. Komponen Persepsi
Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama, yakni
1) Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas
dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2) Interpretasi, yaitu proses pengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi
seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa
lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga
bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengorganisasian
informasi yang dianutnya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi
sederhana.
3) Interpretasi dan persepi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai
reaksi. Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan
terhadap informasu yang sampai.
3. Proses Persepsi
4 P. Robbins Stephen-Timoty A. Judge, Prilaku Organisasi(organizational behavior), PT Salemba Empat, Jakarta: 2009, hal. 172.
Perilaku Organisasi 3
Proses persepsi antara lain :
1) Proses penerimaan rangsangan
Menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima
melalui panca indra, kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau
menyentuhnya, sehingga kita mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu.
2) Proses penyeleksi rangsangan
Setelah diterima, rangsangan diseleksi atau data diseleksi. Demi menghemat perhatian
yang digunakan, rangsangan-rangsangan itu disaring dan diseleksi untuk diproses lebih
lanjut.
3) Proses Pengorganisasian
Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga
dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan, yakni ;
a) Pengelompokan.
Ini dikelompokkan berdasarkan kesamaan, kedekatan dan ada suatu
kecendrungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap belum lengkap.
b) Bentuk timbul dan latar.
Dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecendrungan untuk memusatkan
perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan rangsangan
atau gejala lainnya berada di latar belakang.
c) Kemantapan persepsi. Kestabilan persepsi, dan perubahan-perubahan konteks
tidak mempengaruhinya.
4) Proses Penafsiran
Persepsi memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima.
5) Proses pengecekan
Sesudah data diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambil beberapa tindakan
untuk mengecek apabila penafsirannya benar atau salah.
6) Proses Reaksi
Individu akan bertindak sehubungan dengan apa yang telah dicap. Hal ini biasanya
dilakukan jika seseorang berbuat sesuatu sehubungan dengan persepsinya.
7) Proses registriasi, interpretasi, dan umpan balik (feedback). Dalam masa
registrasi suatu gejala yang nampak ialah mekanisme fisik yang berupa penginderaan
dan syaraf seseorang terpengaruh, kemampuan fisik untuk mendengar dan melihat
akan mempengaruhi persepsi. Dalam hal ini seseorang mendengar atau melihat
Perilaku Organisasi 4
informasi terkirim kepadanya. Mulailah ia mendaftar semua informasi yang terdengar
atau terlihat padanya.
4. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persepsi5
a. Objek yang dipersepsikan
Objek yang menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus
dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri
individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai
reseptor. Namun sebagaian terbesar stimulus datang dari luar individu.
b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu
juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor
ke pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
c. Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi
Diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau
konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan
objek.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang,
antara lain :6
1) Psikologi
Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini sangat dipengaruhi oleh
keadaan psikologi. Sebagai contoh, terbenamnya matahari diwaktu senja yang indah
temaram, akan dirasakan sebagai bayang-bayang yang kelabu bagi seseorang yang
buta warna, ata suara merdu Grace Simon yang menyanyikan lagu cinta, barangkali
tidak menarik dan berkesan bagi seseorang yang sulit mendengar atau tuli.
2) Famili
Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah familinya. Orang tua yang
telah mengembangkan suatu cara yang khusus didalam memahami dan melihat
kenyataan didunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yang diturunkan
5 Sugiyo, Komunikasi Antar Pribadi, UNNES PRES: Semarang, 2005, hal. 43
6 Ibid, hal. 147.
Perilaku Organisasi 5
kepada anak-anaknya. Oleh sebab itu, tidak ayal lagi kalau orang tuanya
Muhammadiyah akan mempunyai anak-anaknya yang Muhammadiyah pula.
Demikian pula seorang anak dalam kampanye pemilu mendukung PDI, karena orang
tuanya adalah tokoh Partai Demokrasi Indonesia tersebut.
3) Kebudayaan
Kebudaaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor
yang kuat didalam mempengaruhi sikap, nilai, dan cara seseorang memandang dan
memahami keadaan di dunia ini. Contoh dari pengaruh budaya dan lingkungan
masyarakat tertentu ialah: orang-orang Amerika Serikat dengan bebas bisa makan
daging babi dan dianggapnya daging babi adalah lezat. Tidaklah demikian bagi orang
muslim Indonesia yang taat tidak akan mau makan daging babi yang lezat tadi untuk
selam-lamanya.
B. ATRIBUSI
1. Pengertian Atribusi7
Sering kali dikatakan bahwa persepsi adalah kenyataan. Ini berarti bahwa hal-hal yang
dipersepsikan oleh karyawan sebagai hal yang nyata, sering kali (Bagi karyawan tersebut)
merupakan kenyataan. Karena perilaku sangat dipengaruhi oleh interpretasi pribadi kita
terhadap kenyataan, mudah bagi kita untuk memahami mengapa proses persepsi kita
merupakan determinan yang nyata dari perilaku. Salah satu pendekatan yang menyediakan
dasar untuk memahami hubungan antara persepsi dan perilaku adalah teori atribusi. Teori
atribusi berkaitan dengan proses dimana individu menginterpretasikan bahwa peristiwa di
sekitar mereka disebabkan oleh bagian lingkungan mereka yang secara relatif stabil. Secara
singkat, teori atribusi berusaha untuk menjelaskan bagian mengapa dari perilaku.
Untuk mempermudah penjelasan tentang atribusi, marilah kita simak contoh kasus
berikut:
Bayangkan diri anda suatu waktu baru saja pulang dari berbelannja kebutuhan sehari–
hari di supermarket dekat rumah. Saat itu, anda sedang berjalan sendirian menuju rumah
dengan tangan yang penuh dengan kantong belanjaan. Tiba–tiba saja dari arah berlawanan,
7 Ivancevich. M John, Dkk, Perilaku Organisasi dan Manajemen Organisasi, Jakarta: PT Glora Aksara Pratama, edisi ketujuh, 2006. Hal. 42.
Perilaku Organisasi 6
anda di kejutkan dengan sepeda motor yang dating dengan kecepatan tiinggi. Sepeda motor
itu semakin mendekati anda dan hampir menabrak anda.
Dengan kedua tangan yang penuh, anda tidak bias menjaga keseimbangan dan
akhirnya terjatuh. Bahkan salah satu kantong belanja anda terjatuh dan isinya berhamburan
dijalan. Saat itu, secara reflex, anda bias saja merah lalu mengejar sepeda motor itu. Tetapi
hal itu tidak mungkin karena anda sedang berjalan kaki dan anda juga harus membereskan
barang–barang belanjaan anda. Hal yang mungkin anda lakukan adalah menggerutu.
Andapun berfikir kenapa pengendara itu melakukan hal tersebut. Setiap hari kita selalu
bertemu dengan orang lain, baik yang kita kenal maupun tidak. Disaat itu disadari atau tidak,
kita memperhatikan segala tindakan yang mereka lakukan dan setelah itu, mulai berfikir:
mengapa ya? Mereka melakkukan hal itu. Saat kita mulai melakukan penelitian dan mencoba
menjelaskan perilaku seseorang maka kita melakukan proses atribusi, di saat itu kita berusaha
memahami perilaku orang yang sedang kita amati.
Atribusi adalah proses menyimpulka motiv, maksud, dan karakteristik orang lain
dengan melihat pada perilaku yang tampak.8 Mengapa manusia melakukan atribusi? Menurut
Myers, kecenderungan memberikan atribusi disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk
menjelaskan segala sesuatu (ada sifat ilmuan dalam manusia), temasuk apa yang ada dibalik
perilaku orang lain.9 Atribusi mengenai orang lain bisa mengacu pada atribusi tentang
perilaku orang lain, pertanyaan penting yang muncul disini adalh ; kkapa kita mengatakan
bahwa tindakan yang dilakukan seseorang benar–benar menunjukan disposisinya, sepeti
kepribadian, sikap, suasana hati, atatu kondisi internal lainnya? Sebaliknya kapankah kita
mengatakan bahwa seseorang melakukan sesuatu karena ada atribusi situasional yang
melatarbelakanginya.
Kesalahan atau bias dalam atribusi :10
1. Bias fundamental atribusi, yaitu bias yang terjadi bila pengamat dalam member atribusi pada
pelaku lebih menekankan factor eksposisi internal dari pelaku dan factor situasi
dikesampingkan.
8 Konopaske. Robert, Prilaku dan Manajemen Organisasi, PT Glora Aksara Pratama, Jakarta : 2006, hal. 116
9 Ibid. Hal. 12510 Sugiyo, Komunikasi Antar Pribadi. UNNES PRES: Semarang. 2005. Hal. 32.
Perilaku Organisasi 7
2. Bias self serving, yaitu bias yang terjadi karena pada setiap orang terdapat kecenderungan
umum untuk menghindari celaan karena kesalahannya.
3. Efek pelaku pengamat, yaitu bias yang terjadi Karena hubungan antara pelaku dan pengamat
kurang baik.
4. Bias self blame, yaitu bias yang terjadi karena ada kecenderungan untuk menyalahkan diri
sendiri.
5. Hidonice relevance, yaitu bias yang terjadi karena pengamat sering objektif di dalam
memberikan penilaian terhadap peristiwa yang menyangkut dirinya dikaitkan dengan
kesenangan yaitu apakah sesuatu itu menguntungkan atau merugikan. Bila menguntungkan
maka atribusi positif sedangkan bila merugikan diatribusi negatif.
6. Bias egocentris, yaitu bias yang terjadi karena ada anggapan bahwa orang lain akan berbuat
seperti dirinya atau sering juga dinyatakan secara umum mengukur perilaku seseorang
mendasarkan pada dirinya.
7. Teori Penetrasi Social dari Altman dan Taylor
Menurut teori ini bahwa dalam hubungan antarpribadi telah terjadi penyusupan social. Seperti
diketahui bahwa dalam proses awal terciptanya hubungan social diawali dengan perkenalan.
Dalam perkenalan dengan orang lain untuk pertama kalinya kita sebenarnya mulai dengan
ketidakakraban dan kemudian dengan proses yang terus menerus sedikit berubah menjadi
lebih akrab sehingga pengembangan hubungan mulai terjadi. Dari sinilah setiap orang mulai
menghitung apa yang bias diterima atas hubungan social atau keuntungan apa yang dapat
diperoleh melalui hubungan social.
2. Hubungan antara persepsi dan kinerja
Definisi kinerja adalah hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata
yang ditampilkan sesuai dengan perannya di organisasi.11 Kinerja karyawan merupakan suatu
hal yang sangat penting dalam usaha organisasi untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu
upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja pegawai merupakan tantangan yang paling serius
karena keberhasilan untuk mencapai tujuan dan kelangsungan hidup perusahaan tergantung
pada kualitas kinerja sumber daya manusia yang ada didalamnya. Selain itu, kinerja juga
dapat diartikan sebagai suatu hasil dan usaha seseorang yang dicapai dengan adanya
kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu.
11 Marthot, Tua E, H. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gramedia. Pustaka Utama, 2002. Hal. 35
Perilaku Organisasi 8
Menurut Byars dan Rue, ada dua faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu faktor
individu dan faktor lingkungan, yang diuraikan sebagai berikut faktor individu terdiri dari
effort (usaha) yang menunjukkan sejumlah energi fisik mental yang digunakan untuk
menyelesaikan tugas, ablities yaitu sifat-sifat personal yang diperlukan untuk melaksanakan
suatu tugas.12 Salah satu dari abilities ialah intelegensi (kecerdasaan), Role/task perceptions
yaitu segala perilaku dan aktifitas yang dirasa perlu oleh individu untuk menyelesaikan tugas
dan faktor lingkungan terdiri dari kondisi fisik, peralatan, waktu, material, pendidikan,
supervise, desain organisasi, pelatihan, keberuntungan.
Berdasarkan faktor-faktor diatas kinerja ada terkaitan dengan persepsi terhadap
lingkungan kerja dan dukungan sosial. Kinerja karyawan terakait persepsi karyawan terhadap
lingkungan kerja. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia
dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Lingkungan kerja
dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan
kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak
mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien.13
Selain itu Persepsi terhadap lingkungan kerja, terdapat pula Dukungan Sosial yang
dianggap mempengaruhi kinerja. dukungan sosial didefinisikan sebagai peran yang
dimainkan oleh teman-teman dan relatif dalam memberikan nasihat, bantuan dan beberapa
antaranya menceritakan perasaan jadi dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan
model dukungan yang dihasilkan dari interaksi antar pribadi yang melibatkan salah satu
aspek emosi meliputi perasaan empatik, ungkapan, dan kepedulian terhadap orang lain, aspek
penilaian terlihat dari ekspresi seseorang ketika memberikan penghargaan yang positif,
dorongan atau persetujuan terhadap ide atau perasaan individu dan perbandingan positif
antara individu yang satu dengan yang lain, aspek informasi meliputi pemberian nasehat,
petunjuk, saran atau umpan balik tentang bagaimana seseorang mengerjakan sesuatu dan
aspek instrument meliputi bantuan langsung, yaitu ketika seseorang memberikan atau
meminjamkan uang atau pertolongan berupa pekerjaan ketika orang lain menghadapi situasi
yang tertekan sehingga dapat memberikan kenyamanan dan ketenangan yang diterima oleh
individu.
12 Ibid, hal 4213 Sedarmayanti. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Pustaka
Setia, 2001. Hal. 26
Perilaku Organisasi 9
Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja
(X1) Kinerja
(Y)
Gambar Kerangka Berfikir Hubungan Antara Persepsi terhadap Lingkungan Kerja dan
Dukungan Sosial dengan Kinerja
Pada dasarnya persepktif manusia selalu berbeda-beda sehingga manusia selalu
melakukan respon terhadap konteks sosial dimanapun dia berada. Dalam organisasi bisnis
konteks sosial ini dapat meliputi kondisi sosial norma yang disepakati didalam kelompok,
dan juga dinamika antarindividu. Asumsi dasar yang digunakan dalam teori ini adalah bahwa
perhatian manajer atau pimpinan terhadap bawahannya akan meningkatkan tingkat
penerimaan dan sekaligus tingkat kepuasan dari bawahan, sehingga tingkat penerimaan dan
kepuasan ini akan mendorong tercapainya peningkatan produktivitas.
Salah satu kontributor teori relasi manusia ini adalah seorang yang bernama Abraham
Maslow. Dia menyatakan bahwa perilaku manusia dimotivasi oleh keragaman kebutuhan
yang dihadapinya. Keragaman kebutuhan ini direpresentasikannya melalui apa yang
dinamakan dengan “Hierarki Kebutuhan” (Hierarchy of Needs), termasuk kebutuhan akan
insentif secara keungan dan juga penerimaan sosial. (Hierarki kebutuhan Maslow ini akan
dibahas lebih detail pada bagian lain dari buku ini.
Persepektif dalam hubungan kenerja memberikan pandangan lain bagi kita dalam
melihat sebuah organisasi. Salah satu pandangan lain yang dapat di proleh adalah konsep-
konsep sistem terbuka (open sisytem), bagian atau elemen sistem (subsytem), sinergi
(synergy), dan entropi (entropy). Sistem terbuka adalah sistem yang melakukan interaksi
dengan lingkungan dimana kebaliikannya, sistem tertutup yang melakukan interaksi dengan
lingkungan. (perlu dicatat, untuk organisasi mana pun hampir mustahil jika interaksi dengan
lingkungan tidak dilakukan). Subsistem merupakan elemen-elemen dalam sistem organisasi
atau manajemen yang satu sama lainnya saling berkaitan. Apabila misalnya organisasi terdiri
dari subsistem produksi, subsistem pemasaran, subsistem keuangan, dan subsistem sumber
daya manusia, maka pengabaian atau hambatan pada salah satu subsistem tersebut, akan
berakibat pada subsistem yang lain, dan juga keseluruhan organisasi.
Perilaku Organisasi 10
(Dukungan Sosial
(X2)
Sebagai contoh, jika dari sisi subsistem sumber daya manusia, pegawai mengalami
ketidakpuasaan dalam kerja mereka, maka ketidakpuasan ini akan berdampak kepada
gangguan pada subsistem produksi dimana produktivitas akan menurun. Penurunan
produktivitas ini akan mengakibatkan ketidakberesan yang lebih parah kepada organisasi jika
tidak segera dicarikan jalan penyelesaiannya. Sinergi adalah konsep yang menjelaskan bahwa
pekerjaan yang dilaksanakan secara bersama-sama akan memberikan hasil yang lebih baik
ketimbang jika hanya dikerjakan oleh seorang saja. Sinergi sangat bermanfaat bagi kegiatan
manajemen karena pada dasarnya kegiatan manajemen melibatkan berbagai faktor dan orang
yang beragam dan berbeda-beda, sehingga diperlukan proses yang sinergis berupa kerja sama
dan saling pengertian antara satu sama lainnya dalam organisasi.
Entropi adalah kondisi dimana organisasi mengalami penurunan produktivitas dan
kualitasnnya disebabkan ketidakmampuan dalam membaca dan beradaptasi dengan
lingkungan. Berbagai organisasi besar misalnya bisa jadi tidak lagi menjadi populer, bukan
disebabkan karena tidak memiliki aset yang berharga, akan tetapi karena ketidakmampuan
dalam membaca situasi lingkungan dan melakukan adaptasi dengan situasi lingkungan
tersebut.
3. Judgment
Sebelum kita bertindak, kita membuat keputusan social/pertimbangan yang harus
lakukan sebelum kitan menyipulkan informasi yang kita dapat. Kesimpulan yang paling
penting terletak pada penilaian kita terhadap orang lain. Ada dua penerapan dari penilaian
social sebagai berikut:
1). Personality
Seberapa baguskah seseorang menilai kepribadian orang lain? Pertanyaan ini tidak
mudah untuk dijawab karena sampai saat ini tidak ada suatu ukuran yang jelas untuk
mengukur kepribadian seseorang. Model hubungan social terhadap persepsi kepribadian
seseorang mengatakan bahwa penilaian yang kita lakukan terhadap orang lain akan
ditentukan dengan tiga hal : anda orang yang dinilai atau diukur, dan hubungan yang terjalin
antara anda berdua. Dengan demukian, tidak ada satu penilaian yang objektif terhadap
kepribadian orang lain.
2). Deception
Apakah kita langsung menerima dan mempercayai begitu saja informasi yang kita
perolehya dari dan tentang seseorang? Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa
Perilaku Organisasi 11
seseorang pengamat yang baik bisa membedakan mana informasi dari seseorang. Biasanya
tanda–tanda itu lebih terlihat dari gerakan tubuhnya dari pada wajahnya. Begitu juga suara
yang dikeluarkan bisa lebih menunjukan bahwa seseorang sedang berbohong. Ini
mempengaruhi kesan yang terbentuk tentang seseorang itu bisa membedakan mana informasi
yang benar dan mana informasi yang tidak benar dari seseorang. Biasanya tanda–tanda itu
lebih terlihat dari gerakkan tubuhnya dari pada wajahnya. Begitu juga juga suara yang
dikeluarkan bisa lebih menunjukan bahwa seeseorang sedang berbohong. Ini mempengaruhi
kesan yang terbentuk tentang seseorang itu.
Perilaku Organisasi 12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Persepsi ternyata tidaklah sesederhana yang kita pikirkan, di dalamnya terdapat
proses atau tahapan bagaimana suatu persepsi terhadap suatu ujaran itu terjadi. Melalui
tahapan-tahapan tersebut kita sebagai pendengar dapat menafsirkan bunyi yang dikatakan
oleh penutur dan memahaminya secara tepat dan sesuai dengan maksud si penutur. Bahwa
setiap individu akan memberi makna/arti pada suatu objek yang dihadapinya. Tetapi hampir
setiap individu dalam melihat objek yang sama akan memberi makna berbeda dan
menyimpang antara satu dengan yang lainnya. Penyimpangan ini disebabkan oleh banyaknya
informasi yang masuk yang berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya. Disisi
lain juga ditentukan oleh berbagai faktor yang ada dalam diri orang yang mempersepsi, dan
juga oleh situasi dan kondisi yang melatar belakangi objek tersebut.
Atribusi adalah proses menyimpulka motiv, maksud, dan karakteristik orang lain
dengan melihat pada perilaku yang tampak.
Perilaku Organisasi 13
DAFTAR PUSTAKA
Thoha Miftah, Prilaku Organisasi, Konsep dan Aflikasinya, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta : 2008.
W. Jack Duchan, Organizational Behavior, Buston, Houghton mifflin Company,
1981.
Kushartanti, dkk. Pesona Bahasa : Langkah Awal Memahami Lingustik.
P. Robbins Stephen-Timoty A. Judge, Prilaku Organisasi(organizational behavior),
PT Salemba Empat, Jakarta: 2009.
Sugiyo, Komunikasi Antar Pribadi, UNNES PRES: Semarang, 2005
Ivancevich. M John, Dkk, Perilaku Organisasi dan Manajemen Organisasi, Jakarta:
PT Glora Aksara Pratama, edisi ketujuh, 2006.
Konopaske. Robert, Prilaku dan Manajemen Organisasi, PT Glora Aksara Pratama,
Jakarta : 2006.
Marthot, Tua E, H. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gramedia.
Pustaka Utama, 2002.
Sedarmayanti. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Pustaka
Setia, 2001.
Perilaku Organisasi 14
top related