makalah pendidikan kewarganegaraan tentang kesejahteraan
Post on 24-Oct-2015
162 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Tugas Makalah Pendidikan KewarganegaraanPembangunan Kesejahteraan Sosial di Indonesia Upaya
Menangani Permasalahan Sosial Kemiskinan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Sebelas Maret
Surakarta2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pendidikan kewarganegaraan ini tepat pada
waktunya. Tugas makalah ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menempuh mata
kuliah pendidikan kewarganegaraan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak sehingga semuanya dapat berjalan lancar. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu terbentuknya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, 30 November 2011
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan bangsa yang berdaulat dan merdeka sejak di proklamasikan oleh Ir
Soekarno pada 17 Agustus 1945, melalui peristiwa proklamasi tersebut bangsa Indonesia
berhasil mendirikan negara sekaligus menyatakan kepada dunia luar (bangsa lain) bahwa sejak
saat itu telah ada negara baru yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia, walaupun pad a
kenyataannya pada saat itu masih terdapat tekanan dari belanda setelah di proklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Indonesia sejak kemerdekaannya sudah menjadikan Pancasila sebagai
dasar negara, Pancasila harus menjadi dasar, arah dan tujuan. Pancasila bersifat hierarkis
piramidal. Pondasi adalah sila ke satu dan puncaknya adalah sila ke 5. Ke-1 dasar negara, Ke
dua Pandangan hidup bangsa Indonesia, Ke Tiga Tujuan Hidup Bangsa Indonesia, Ke empat
Jiwa dan Kepribaduan bangsa Indonesia , Ke lima hasil perjanjian luhur bangsa Indonesia. Dan
Memiliki Tujuan negara kesatuan Republik Indonesia dirumuskan dalam sidang periode II
BPUPKI (10 – 16 Juli 1945) dan tujuan tersebut disyahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945. Tujuan negara kesatuan Republik Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
alinea IV yang meluputi :
1. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2. untuk memajukan kesejahteraan umum,
3. mencerdaskan kehidupan bangsa,
4. melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial,
Dari salah satu tujuan tersebut dikatakan bahwa Indonesia akan memajukan kesejahteraan
umum,baik berupa kesejahteraan negara,wilayah,rakyat. Namun pada kenyataannya Indonesia
belum mencapai kata kesejahteraan itu sendiri,masih banyak rakyat yang terlantar karena
kelaparan, Hutang negara yang semakin menumpuk, Petinggi yang tidak jujur, tidak
terpenuhinya Hak Asasi Manusia pada TKI-TKI,dan masih banyak lagi permasalahan yang wajib
dikoreksi dan dibenarkan baik oleh Petinggi-petinggi indonesia maupun rakyat Indonesia itu
sendiri.
Dalam makalah ini,penulis lebih menekankan pada pembahasan kesejahteraan yang
disebabkan oleh faktor ekonomi, karena faktor ekonomi merupakan faktor yang sangat menekan
masyarakat indonesia saat ini, dari faktor ekonomi bisa bercabang pada faktor kesejahteraan
yang lain seperti faktor politik(kasus suap),faktor sosial (pembunuhan,dll),dll.
II. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan kesejahteraan secara umum ?
2. Bagaimana kesejahteraan Indonesia dalam bidang ekonomi?
3. Bagaimana cara mengatasi kemiskinan?
III. Tujuan Pembuatan Makalah
1. Untuk mengetahui Perkembangan Kesejahteraan secara umum;
2. Untuk mengetahui Kesejahteraan Indonesia dalam bidang ekonomi;
3. Untuk mengetahui cara mengatasi kemiskinan.
IV. Kegunaan Pembuatan Makalah
1. Agar dapat digunakan sebagai bahan bacaan oleh para mahasiswa untuk menambah
pengetahuan mereka tentang kesejahteraan di Indonesia;
2. Para pembaca dapat mengetahui bagaimana melepas Indonesia dari kemiskinan dan
memperoleh kesejahteraan.
BAB II
ISI
Kemiskinan merupakan salh satu masalah yang selalu dihadapi oloh manusia. Masalah
Kemiskinan ini sama tuanya dengan usia kemanusian iu sendiri dan implikasi permasalahannya
dapat melibatkan keseluruhan aspek kehidupan manusia; walaupun, seringkali tidak disadari
kehadirannya sebagai masalah oleh manusia yang bersangkutan. Bagi mereka yang tergolong
miskin, kemiskinan merupakan sesuatu yang nyata ada dalam kehidupan mereka sehari-hari;
karena mereka itu merasakan dan menjalani sendiri bagaimana hidup dalm kemiskinan.
Secara singkat, kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang
rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang
dibandingkan dengan standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya
terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang
tergolong sebagai orang miskin.
Profesor Selo Sumardjan,seorang tokoh sosiologi Indonesia terkenal mengatakan bahwa
yang dimaksudkan dengan pengertian kemiskinan struktural adalah “kemiskinan yang diderita
oleh suatu golongan masyarakat, karena sruktur sosial masyarakat itu, tidak dapat ikut
menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka”(1980: 5).
Dalam perkotaan sering orang mengira bahwa dalam perkotaan merupakan sumber
kesejahteraan. Namun dalam perkotaan, masalah kemiskinan merupakan masalah yang laten dan
kompleks, yang implikasi sosial dan kebudayaannya bukan hanya melibatkan dan mewujudkan
berbagai masalah sosial yang ada di kota yang bersangkutan saja ataupun hanya menjadi masalah
bagi orang miskin di kota tersebut, tetapi melibatkan juga masalah-masalah yang ada di
perdesaan dan di kota-kota lainnya dan melibatkan juga golongan-golongan sosial lainnya yang
ada di perkotaan maupun di perdesaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pentingnya pengkajian masalah-masalah perkotaan, dan khususnya masalah kemiskinan
di perkotaan, adalah karena kedudukan kota-kota dalam masyarakat negara tersusun dalam suatu
jaringan yang bertingkat-tingkat dan merupakan pusat-pusat penguasaan atau pendominasian
bagi pengaturan kesejahteraan, kehidupan warga masyarakat negara.Sehingga ada
kecenderungan orienyasi pada kota,kota cenderung untuk tumbuh terus dan menjadi semakin
kompleks karena kota mempunyai potensi atau kemampuan untuk menampung pendatang-
pendatang baru dari perdesaan ataupun dari kota-kota dan tempat-tempat lainnya.
Dengan demikian di daerah perkotaan, kalau dibandingkan dengan didaerah pedesaan,
lebih banyak terdapat alternatif-alternatif untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan
kemampuan dan keahlian; dari yang paling “halus”sampai dengan yanng paling”kasar”,dari yang
paling “bersih” sampai dengan yang paling “kotor”, dan dari yang palng “bermoral” sampai
dengan yang paling “tidak bermoral”.
Walaupun alternatif-alternatif untuk memperoleh pekerjaan lebih terbuka di daerah
perkotaan daripada di daerah perdesaan, namun kemiskinan di daerah perkotaan tetap ada atau
laten karena potensi-potensi yang ada (lingkungan fisik dan alam,sistem sosial, dan kebudayaan),
tidak atau belumdapat dimanfaatkan untuk menciptakan alternatif-alternatif baru atau tidak dapat
memberikan nafkah yang cukup memadai bagi sebagian besar para warganya. Atau karena
kebudayaan yang ada dalam masyarakat perkotaan tersebut tidak mendorong untuk adanya
kemungkinan-kemungkinan bagi pengembangan tingkat pemanfaatan sumberdaya-sumberdaya
yang secara obyektif sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup ekonomi
dan sosial pada warga masyarakatnya.
Kebudayaan kemiskinan menurut Oscar Lewis,antara lain telah mendorong
terwujudnya sikap-sikap menerima nasip, meminta-minta,atau mengharapkan bantuan dan
sedekah), sebenarnya merupakan suatu bentuk adaptasi yang rasional dan cukup pandai dalm
usaha mengatasi kemiskinan yang mereka hadapi. Dan karena kebudayaan kemiskinan itu lestari
melalui sosialisasi,maka usaha-usaha untuk memerangi kemiskina ialah dengan cara mengubah
kebudayaan kemiskina yang dapat dilakukan dengan melakukan perubahan-perubahan dalam
pola sosialisasi anak-anak miskin.
Parker dan Kleiner berusaha untuk memperlihatkan bahwa mereka yang hidup dalam
kemiskina mempunyai sejumlah sikap yang digolongkan sebagai ciri-ciri dari kebudayaan
kemiskinan, walaupun sebagian dari sikap-sikap tersebut sebenarnya bukanlah suatu yang unik
yang hanya dimiliki oleh orang miskin tetapi juga dimiliki oleh warga-warga lain yang secara
bersama-sama dengan orang miskin hidup dalam dalam satu masyarakat yang lebih luas.
Kebudayaan kemiskinan dapat terwujud dalam berbagai konteks sejarah. Namun lebih
cenderung untuk tumbuh dan berkembah di dalam masyarakat-masyarakat yang
mempunyaiseperangkat kondisi seperti berikut: (1) Sistem ekonomi uang, buruh upahan dan
sistem produksi untuk keuntungan; (2) tetap tingginya tingkat pengangguran dan dan setengah
pengangguran bagi tenaga tak terampil; (3) rendahnya upah buruh; (4)tidak berhasilnya golongan
berpenghasilan rendah meningkatkan organisasi sosial, ekonomi dan politiknyasecara suka rela
maupun atas prakarsa pemerintah; (5) sistem keluarga bilateral lebih menonjol daripada sistem
unilateral; dan akhirnya; (6) kuatnya seperangkat nilai-nilai pada kelas yang berkuasa yang
menekankan penumpukan harta kekayaan dan adanya kemungkinan mobilitas vertikal, dan sikap
hemat, serta anggapan bahwa rendahnya status ekonomi sebagai hasil ketidasanggupan pribadi
atau memang pada dasaenya sudah rendah kedudukannya.
Berikut beberapa faktor mengapa kesejahteraan tidak dapat di gapai dan kemiskinan
semakin merajarela:
1. Kurang efektifnya partisipasi dan intergasi kaum miskin ke dalam lembaga-lembaga
utama masyarakat.
2. Dalam membahas dan menguraikan kebudayaan kemiskinan pada tingkat komunitas
lokal, dapat ditemui adanya rumah bobrok, penuh sesak, bergerombol dan yang
terpenting ialah rendahnya tingkat organisasi di luar keluarga inti dan kelurga luas.
3. Pada tingkat keluarga ciri-ciri utama kebudayaan kemiskinan ditandai oleh masa kanak-
kanak yang singkat dan kurang pengasuhan oleh orang tua, cepat dewasa, hidup bersam
aatau kawin bersyarat, tingginya jumlah perpisahan anatara ibu dan anak-anaknya,dan
lain-lain.
4. Pada tingkat individu,ciri-cirinya yang utama adalah kuatnya perasaan tak berharga, tak
berdaya, ketergantungan dan rendah diri.
Masalah kemiskinan dan upaya pemberantasannya hendaknya berlandaskan pada
pendekatan kesejahteraan sosial ekonomis (social economic properity approach) demi
kepentingan nasional, untuk melestarikan kesatuan dan persatuan bangsa secara riil, yabg tidak
diragukan tidak tergoyahkan. Kemiskinan dan kesenjangan yang berkepanjangan dalam era
pembangunan ini dapat merupakan benih-benihyang dapat menggagukesatuan dan
persatuanbangsa sertanegara kebangsaan (nation state) yang melindungi wilayah dari Sabang
sampai Merauke.
Apakah menurunnya jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan telah
semakin menyentuh sektor-sektor dan daerah-daerah paling terbelakang? Pertanyaan-pertanyaan
itu tidak dapat tidak dapat di jawab hanya dengan menyodorkan angka penurunan jumlah
penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan.Terus menurunnya nilai tukar hasil produksi
pertanian dari 100 % pada 1997 menjadi 73 % pada 1987, sebaliknya menganjurkan kita untuk
harus bersikap sangat kritis di dalam mengggunakan angka penurunan jumlah penduduk yang
hidup di bawah garis kemiskinan untuk menjawabpertanyaan-pertanyaan di atas.
Lebih penting dari semua itu adalah perlunya kita secara lebih seksama memahami
makna fenomena kemiskinan. Kemiskinan adalah sebuah fenomena multifaset,
multidimensional,dan terpadu. Hidup miskin bukan hanya beraati hidup di dalam kondisi
kekurangan sandang, pangan, dan papan. Hidup dalam kemiskinan seringkali juga berarti aksese
yang rendah terhadap berbagai ragam sumber daya dan aset produktif yang sangat diperlukan
untuk dapat memperoleh sarana pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup yang paling dasar
tersebut, antara lain: informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan kapital.
Kemiskinan bukan merupakan suatu gejala yang baru, melainkan sudah lama
menghinggapi masayarakakat di Indonesia terutama di Pulau Jawa. Juga Prof. Burger dalam
bukunya tentang sejarah ekonomi sosial Indonesia, menggambarkan bahwa lebih seratus tahun
yang lalu, yaitu kira-kira sejak tahun 1850-an, Belanda mulai meresahkan kemiskinan yang
semakin menjadi di Pulau Jawa. Mereka melihatnya terutama sebagai akibat
pesatnyapenambahan jumlah penduduk. Mereka tida menghubungkannya dengan pola tanam
paksa (cultuur stelsel), apalagi dengan politik liberal kemudian,yang memungkinkan masuknya
barang-barangbuatan industri yang murah ke daerah perdesaan. Baik di Indonesia, maupun di
Cina dan di India kita melihat hancurnya keterampilan-keterampilan non-pertanian di daerah
perdesaan dan bertambah lajunyaproses pemelaratan di Asia ini. Desa hanya tinggal
kemampuannya untuk menanam padi.
Perlu juga kita sadari bahwa gerakan nasional diantaranya timbul dari kesadaran bahwa
di dalam rangka system colonial masalah kemiskinan itu tidak dapat di atasi. Selama kita hidup
di dalm suatu ekonomi colonial, maka kemiskinan itu semakin menjadi-jadi. Apa pun ang
dilakukan untuk meringankannya. Boleh di katakan bahwa kesadaran mengenai sifat structural
kemiskinan di Indonesia dari semula sudah menyertai dan nmenghayati gerakan kebangsaan kita.
Sekarang kita berada di masa pembangunan yang menunjukan kemajuan-kemajuan tertentu yang
sangat menyolok. Sebaliknya kemiskinan tetap ada pada kita ,dan ternyata bahwa biarpun arus
sumber-sumber daya ke daerah pedesaan belum pernah sebesar seperti di dalam sepuluh tahun
yang lalu ini, namun kemiskinan itu tidak berkurang.
Harus diakui setelah beberapa kali rezim pemerintahan berganti, taraf kesejahteraan
rakyat Indonesia masih belum maksimal. Pemenuhan taraf kesejahteraan sosial perlu terus
diupayakan mengingat sebagian besar rakyat Indonesia masih belum mencapai taraf
kesejahteraan sosial yang diinginkannya. Upaya pemenuhan kesejahteraan sosial menyeruak
menjadi isu nasional. Asumsinya, kemajuan bangsa ataupun keberhasilan suatu rezim
pemerintahan, tidak lagi dilihat dari sekedar meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi.
Kemampuan penanganan terhadap para penyandang masalah kesejahteraan sosial pun menjadi
salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Seperti penanganan masalah; kemiskinan,
kecacatan, keterlantaran, ketunaan sosial maupun korban bencana alam dan sosial.
Kemajuan pembangunan ekonomi tidak akan ada artinya jika kelompok rentan penyan-
dang masalah sosial di atas, tidak dapat terlayani dengan baik. Bahkan muncul anggapan jika
para penyandang masalah sosial tidak terlayani dengan baik, maka bagi mereka “kemerdekaan
adalah sekedar lepas dari penjajahan?. Seharusnya “kemerdekaan adalah lepas dari kemiskinan?.
Untuk itu pembangunan bidang kesejahteraan sosial terus dikembangkan bersama den-
gan pembangunan ekonomi. Tidak ada dikotomi di antara keduanya. Hal ini selaras dengan apa
yang dikemukakan Nancy Birdsal (1993) yang mengatakan bahwa pembangunan ekonomi
adalah juga pembangunan sosial. Tidak ada yang utama diantara keduanya. Pembangunan
ekonomi jelas sangat mempengaruhi tingkat kemakmuran suatu negara, namun pembangunan
ekonomi yang sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar, tetap tidak akan mampu menjamin
kesejahteraan sosial pada setiap masyarakat. Bahkan pengalaman negara maju dan berkembang
seringkali memperlihatkan jika prioritas hanya difokuskan pada kemajuan ekonomi memang da-
pat memperlihatkan angka pertumbuan ekonomi. Namun sering pula gagal menciptakan pemer-
ataan dan menimbulkan menimbulkan kesenjangan sosial. Akhirnya dapat menimbulkan masalah
kemiskinan yang baru. Oleh karenanya penanganan masalah kemiskinan harus didekati dari
berbagai sisi baik pembangunan ekonomi maupun kesejahteraan sosial.
Masalah kemiskinan dewasa ini bukan saja menjadi persoalan bangsa Indonesia.
Kemiskinan telah menjadi isu global dimana setiap negara merasa berkepentingan untuk memba-
has kemiskinan, terlepas apakah itu negara berkembang maupun sedang berkembang.
Tokoh yang dianggap bapak ilmu ekonomi modern, Adam Smith pada saat melun -
curkan buku babonnya An Inquiry into The Wealth of Nations tahun 1776 menyebut bahwa,
“Tidak ada masyarakat yang benar-benar bisa berkembang dan senang apabila kebanyakan di-
antaranya miskin dan tidak bahagia?. Tokoh ekonomi pembangunan Todaro dalam buku Eco-
nomic Development (2003), menyebutkan bahwa kemiskinan dan kesenjangan merupakan per-
masalahan utama pembangunan. Tokoh sosial lainnya Juan Somavia dalam United Nations
World Summit for Social Development, tahun 1995 menyatakan bahwa persoalan yang tidak
akan pernah selesai di abad 21 ini adalah bagaimana mengurangi kemiskinan.
Negara sedang berkembang di sebagian wilayah Asia dan Afrika, sangat berurusan den-
gan agenda pengentasan kemiskinan. Sebagian besar rakyat di kawasan ini masih menyandang
kemiskinan. Sementara bagi negara maju, mereka pun sangat tertarik membahas kemiskinan.
Ketertarikan itu karena kemiskinan di negara berkembang berdampak pada stabilitas ekonomi
dan politik mereka.
Menurut laporan Human Development Report tahun 2005, jumlah penduduk miskin
terbesar di Asia Tenggara adalah di Indonesia, yaitu sebesar 38,7 juta orang diikuti oleh Vietnam
(17,38), Kamboja (13,01), dan Myanmar (10,84). Tingginya tingkat kemiskinan Indonesia, mem-
buat negara ini memiliki kualitas sumber daya manusia (SDM) yang masih rendah. Dari data In-
deks Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI), Indonesia menempati urutan
110, lebih rendah dibanding negara di Asia Tenggara lainnya seperti Singapura (25), Brunei (33),
Malaysia (61), Thailand (73), dan Filipina (84).
Beberapa saran agar masyarakat miskin tidak terpuruk adalah dengan melakukan
aktifitas hijau,Paling sedikit ditemukan dua masyarakat miskin di Jakarta yang melakukan
aktivitas hijau untuk meningkatkan kualitas lingkungan sembari menciptakan lapangan pekerjaan
bagi masyarakat miskin. Seperti dapat ditemui di Indonesia’s Urban Studies, masyarakat di
Penjaringan, Jakarta Utara dan masyarakat kampung Toplang di Jakarta Barat mereka mengelola
sampah untuk dijadikan kompos dan memilah sampah nonorganik untuk dijual.
Aktivitas hijau di Penjaringan, Jakarta Utara dilakukan melalui program Lingkungan
Sehat Masyarakat Mandiri yang diprakarsai oleh Mercy Corps Indonesia. Masyarakat miskin di
Penjaringan terlibat aktif tanpa terlalu banyak intervensi dari Mercy Corps Indonesia. Program
berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas lingkungan kumuh di Penjaringan.
Masyarakat di Penjaringan sangat antusias untuk melakukan kegiatan ini dan mereka yakin untu
mampu mendaurlang sampah di lingkungannya dan menjadikannya sebagai lapangan pekerjaan
yang juga akan berkontribusi untuk mengentaskan kemiskinan di lingkungannya.
Sementara itu aktivitas hijau di kampung Toplang, Jakarta Barat diprakarsai oleh dua
orang pemuda kampung tersebut yang juga adalah aktivis Urban Poor Consortium dan
mengetahui bisnis pendaurulangan sampah. Kedua orang ini mampu meyakinkan rekan-rekan di
kampungnya untuk melakukan kegiatan daur ulang sampah. Seperti yang terjadi di Penjaringan,
masyarakat kampung Toplang mendukung penuh dan antusias terhadap bisnis pendaurulangan
sampah ini. Malahan mereka optimis bahwa kegiatan mereka juga dapat mendaurulang sampah
dari luar kampung mereka dan menciptakan lebih banyak pendapatan bagi masyarakat kampung
Toplang.
Kedua aktivitas hijau tersebut adalah wujud pemberdayaan masyarakat miskin untuk
meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan sekaligus mengentaskan kemiskinan.
Peranan Mercy Corps Indonesia yang memprakarsai program Lingkungan Sehat Masyarakat
Mandiri di Penjaringan, Jakarta Utara dan dua orang aktivis pemuda asal kampung Toplang yang
memprakarsai aktivitas hijau di kampung Toplang adalah sangat vital dalam upaya
pemberdayaan masyarakat ini. Tanpa inisiatif mereka, pemberdayaan masyarakat miskin tidak
akan terjadi dan kemiskinan tetaplah menjadi masalah di kedua permukiman kumuh tersebut.
Dan bagaimana Cara mengatasi kemiskinan?apakah Indonesia dapat mengatasinya?
Cara untuk mengatasi kemiskinan dan rendahnya kualitas lingkungan permukiman masyarakat
miskin adalah tidak dengan menggusurnya. Penggusuran hanyalah menciptakan masalah sosial
perkotaan yang semakin akut dan pelik. Penggusuran atau sering diistilahkan sebagai peremajaan
kota adalah cara yang tidak berkelanjutan dalam mengatasi kemiskinan.
Aktivitas hijau seperti yang dilakukan oleh masyarakat Penjaringan dan Kampung
Toplang merupakan bukti kuat bahwa masyarakat miskin mampu meningkatkan kualitas
lingkungan permukiman dan juga mengentaskan kemiskinan. Masyarakat miskin adalah salah
satu komponen dalam komunitas perkotaan yang mesti diberdayakan dan bukannya digusur. So-
lusi yang berkelanjutan untuk mengatasi kemiskinan dan permukiman kumuh di perkotaan
adalah pemberdayaan masyarakat miskin dan bukanlah penggusuran.
Penanganan kemiskinan memerlukan keterlibatan semua fihak. Lintas fungsi maupun lin-
tas sektor. Oleh karena itu, upaya sinergi perlu terus dilakukan agar tidak terjadi saling tumpang
tindih dalam penanganannya. Tentunya langkah awal ke arah itu dapat dilakukan dengan men-
dasarkan pada data penyandang miskin yang riil dan valid.
Dalam hal ini Departemen Sosial telah merintis data penyandang miskin lengkap tercan-
tum nama dan alamatnya?, Data ini merupakan hasil olah sahih data SLT terdahulu. Kita
berharap data ini menjadi acuan semua pihak yang berkepentingan dalam penanganan masalah
kemiskinan sehinga penanganannya lebih terpadu, terarah dan mampu mengurangi jumlah pen-
duduk miskin.
Dengan tersedianya data yang jelas dan akurat diharapkan mampu merangsang keterli-
batan seluruh komponen bangsa untuk terlibat aktif dalam penanganan kemiskinan. Semoga
segala upaya kita menangani kemiskinan semakin hari semakin mampu membawa pada kejayaan
bangsa. Persepsi masyarakat tentang kehancuran ekonomi nasional dan belum tampak tanda-
tanda pemulihan ini begitu kuat,rakyat kecil makin berat kehidupannya menghadapi kenaikan
harga-harga umum memang benar. Tetapi yang menyesatkan adalah menggambarkan ekonomi
nasional kita telah benar-benar hancur total,dan kini belum nampak adanya perbaikan sama
sekali.Apa ukuran untuk “hancur total belum ada perbaikan dan pemulihan ekonomi nasional?”
kami khawatir ukuran untuk ini keliru atau menyesatkan karena ketidakstabilan politikselalu di-
jadikan ukuran utama, termasuk di dalamnya pergolakan politik di daerah –daerah baim terhadap
pemerintah pusat maupun antara kelompok –kelompok etnik di daerah sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan merupakan faktor penting yang
wajib umtuk tenis ditanggunglangi agar kesengsaraan tidak merajarela dan sewajibnya kita
sebagai mesyarakat Indonesia turut membantu warga miskin tanpa membuat mereka menjadi
malas dan jug akita dapat membangun semangat masyarakat miskin agar mau bangkit dan
bekerja untuk memenuhi kehidupan sehari-hari,bisa juga dengan memberi keterampilan pada
warga miskin atau dengan membuka lapangan kerja untuk mereka.
BAB VI
PENUTUP
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah kewarganegaraan ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya Tugas Makalah kewarganegaraan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dalam
isi makalah dan penyampaian bahasa dalam makalah ini. Untuk itu penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan Tugas Makalah
kewarganegaraan ini
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak,
khususnya bagi penulis sendiri dan bagi masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Mubyarto.2001.Prospek Otonomi dan Perekonomian Indonesia.Yogyakarta:BPFEMahasin,Aswab.1983.Dimensi Manusia dalam Pembangunan.Jakarta:LP3ESSuparlan,Parsudi.1993.Kemiskina di Perkotaan.Jakarta:Yayasan Obor IndonesiaSuyanto,Bagong.1994.Perangkap Kemiskinan.Surabaya:Airlangga Universitas PressHttp://Blog at WordPress.comHttp://strtegitanggulangikemiskinan.pdf
top related