makalah manajemen eksplorasi geofisika
Post on 24-Dec-2015
339 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Makalah Manajemen Eksplorasi Geofisika
PLANNING MANAJEMEN EKSPLORASI
KELOMPOK 1
A. AGUSLIMI SHAFIRA PUTRI. AP H22112007
TRI NURHIDAYAH H22112012
FAUZIAH NURAINI H22112281
RIRIEN H22112285
FADHILA AMALIA H22112272
PRODI GEOFISIKA, JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
Eksplorasi adalah penyelidikan geologi yang dilakukan untuk
mengidentifikasi, menentukan lokasi, ukuran, bentuk, letak, sebaran, kuantitas, dan
kualitas suatu endapan bahan galian untuk kemudian dapat dilakukan analisis/kajian
kemungkinan dilakukannya penambangan.
Tujuan utama dari kegiatan eksplorasi geofisika adalah untuk membuat model
bawah permukaan bumi dengan mengandalkan data lapangan yang diukur bisa pada
permukaan bumi atau di bawah permukaan bumi atau bisa juga di atas permukaan
bumi dari ketinggian tertentu.
Untuk mencapai tujuan ini, idealnya kegiatan survey atau pengukuran harus
dilakukan secara terus-menerus, berkelanjutan, dan terintegrasi menggunakan
sejumlah ragam metode geofisika.Seringkali -bahkan hampir pasti- terjadi beberapa
kendala akan muncul dan tak bisa dihindari, Seperti kehadiran noise pada data yang
diukur. Ada juga kendala ketidaklengkapan data atau malah kurang alias tidak cukup.
Untuk melakukan eksplorasi seorang manager harus memeiliki suatu
perencanan eksplorasi. Menurut Stoner & Wankel, manajemen adalah proses
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota
organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan-
tujuan organisasi yang sudah ditetapkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses pemilihan informasi dan pembuatan asumsi-
asumsi mengenai keadaan di masa yang akan datang untuk merumuskan kegiatan-
kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Perencanaan adalah penentuan persyaratan dalan mencapai sasaran,kegiatan
serta urutan teknik pelaksanaan berbagai macam kegiatan untuk mencapai suatu
tujuan dan sasaran yang diinginkan. Pada dasarnya perencanaan dibagi atas 2 bagian
utama, yaitu:
1. Perencanaan strategis yang mengacu kepada sasaran secara menyeluruh, strategi
pencapaiannya serta penentuan cara, waktu, dan biaya.
2. Perencanaan operasional, menyangkut teknik pengerjaan dan penggunaan sumber
daya untuk mencapai sasaran. Dari dasar perencanaan tersebut diatas, dapat
disimpulkan bahwa suatu perencanaan akan berjalan dengan menggunakan dua
pertimbangan yaitu pertimbangan ekonomis dan pertimbangan teknis. Untuk
merealisasikan perencanaan tersebut dibutuhkan suatu program-program kegiatan
yang sistematis berupa rancangan kegiatan yang dalam perencanaan penambangan
disebut rancangan teknis penambangan Rancangan teknis ini sangat dibutuhkan
karena merupakan landasan dasar atau konsep dasar dalam pembukaan suatu tambang
khususnya tambang bijih nikel.
B. Dasar Perencanaan Tambang
Dalam suatu perencanaan tambang, khususnya tambang bijih nikel terdapat
dua pertimbangan dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:
Pertimbangan Ekonomis Pertimbangan ekonomis ini menyangkut anggaran.
Data untuk pertimbangan ekonomis dalam melakukan perencanaan tambang
batubara,yaitu:
a. Nilai (value) dari endapan per ton batubara
b. Ongkos produksi, yaitu ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan
produk berupa bijih nikel diluar ongkos stripping.
c. Ongkos”stripping of overburden”dengan terlebih dahulu mengetahui
“stripping ratio”nya.
d. Keuntungan yang diharapkan dengan mengetahui “Economic Stripping
Ratio”.
e. Kondisi pasar.
Pertimbangan Teknis
Yang termasuk dalam data untuk pertimbangan teknis adalah:
a. Menentukan “Ultimate Pit Slope (UPS)” Ultimate pit slope adalah
kemiringan umum pada akhir operasi penambangan yang tidak menyebabkan
kelongsoran atau jenjang masih dalam keadaan stabil. Untuk menentukan
UPS ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: - Stripping ratio yang
diperbolehkan. - Sifat fisik dan mekanik batuan - Struktur Geologi - Jumlah
air dalam di dalam batuan.
b. Ukuran dan batas maksimum dari kedalaman tambang pada akhir operasi
c. Dimensi jenjang/bench Cara-cara pebongkaran atau penggalian
mempengaruhi ukuran jenjang. Dimensi jenjang juga sangat tergantung
pada produksi yang diinginkan dan alat-alat yang digunakan. Dimensi
jenjang harus mampu menjamin kelancaran aktivitas alat mekanis dan faktor
keamanan. Dimensi jenjang ini meliputi tinggi, lebar, dan panjang jenjang.
d. Pemilihan sistem penirisan yang tergantung kondisi air tanah dan curah
hujan daerah penambangan.
e. Kondisi geometrik jalan Kondisi geometrik jalan terdiri dari beberapa
parameter antara lain lebar jalan, kemiringan jalan, jumlah lajur, jari-jari
belokan,superelevasi,cross slope, dan jarak terdekat yang dapat dilalui oleh
alat angkut.
f. Pemilihan peralatan mekanis yang meliputi: - Pemilihan alat dengan jumlah
dan type yang sesuai. - Koordinasi kerja alat-alat yang digunakan.
g. Kondisi geografi dan geologi
● Topografi Topografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap sistem
penambanganyang digunakan. Dari faktor topografi ini,dapat ditentukan
cara penggalian, tempat penimbunan overburden, penentuan jenis alat,
jalur-jalur jalan yang dipergunakan,dan sistem penirisan tambang.
● Struktur geologi Struktur geologi ini terdiri atas lipatan, patahan, rekahan,
perlapisan dan gerakan-gerakan tektonis.
● Penyebaran batuan
● Kondisi air tanah terutama bila disertai oleh stratifikasi dan
rekahan.Adanya air dalam massa ini akan menimbulkan tegangan air
pori.
C. Eksplorasi
Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah prospeksi atau setelah
endapan suatu bahan galian ditemukan yang bertujuan untuk mendapatkan kepastian
tentang endapan bahan galian yang meliputi bentuk, ukuran, letak kedudukan,
kualitas (kadar) endapan bahan galian serta karakteristik fisik dari endapan bahan
galian tersebut.
Eksplorasi pendahuluan atau Reconnaisance survey dilakukan untuk mencari daerah
prospek panas bumi, yaitu daerah yang menunjukkan tanda-tanda adanya sumberdaya
panas bumi dilihat dari kenampakan dipermukaan, serta untuk mendapatkan
gambaran mengenai geologi regional di daerah tersebut.
Secara garis besar pekerjaan yang dihasilkan pada tahap ini terdiri dari :
Studi Literatur
Survei Lapangan
Analisa Data
Menentukan Daerah Prospek
Spekulasi Besar Potensi Listrik
Menentukan Jenis Survei yang Akan Dilakukan Selanjutnya
Studi Literatur
Langkah pertama yang dilakukan dalam usaha mencari daerah prospek panas bumi
adalah mengumpulkan peta dan data dari laporan-lapaoran hasil survei yang pernah
dilakukan sebelumnya di daerah yang akan diselidiki, guna mendapat gambaran
mengenai geologi regional, lokasi daerah dimana terdapat manifestasi permukaan,
fenomena vulkanik, geologi dan hidrologi di daerah yang sedang diselidiki dan
kemudian menetapkan tempat-tempat yang akan disurvei. Waktu yang diperlukan
untuk pengumpulan data sangat tergantung dari kemudahan memperoleh peta dan
laporan-laporan hasil survei yang telah dilakukan sebelumnya, tetapi diperkirakan
akan memerlukan waktu sekitar 1 bulan.
Survei Lapangan
Survei lapangan terdiri dari survei geologi, hidrologi dan geokomia. Luas daerah
yang disurvei pada tahap ini umumnya cukup luas, yaitu sekitar 5000-20000 km2,
tetapi bisa juga hanya seluas 5-20 km2 (Baldi, 1990). Survei biasanya dimulai dari
tempat-tempat dimana terdapat manifestasi permukaan dan di daerah sekitarnya serta
di tempat-tempat lain yang telah ditetapkan berdasarkan hasil kajian interpretasi peta
topografi, citra landsat dan penginderaan jauh serta dari laporan-laporan hasil survei
yang pernah dilakukan sebelumnya. Pada tahap ini survei dilakukan dengan
menggunakan peralatan-peralatan sederhana dan mudah dibawa.
Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui secara global formasi dan jenis batua,
penyebaran batuan, struktur geologi, jenis-jenis manifestasi yang terdapat di daerah
tersebut besertas karakteristiknya, mengambil sampel fluida melakukan pengukuran
temperatur, pH, dan kecepatan air.
Waktu yang diperlukan untuk survei lapangan sangat tergantung dari kondisi geologi
dan luas daerah yang akan diselidiki, kuantitas dan kualitas data yang telah ada serta
junlah orang ayng terlibat dalam penyelidikan. Survei lapangan reconnaisab\nce yang
dilakukan pada satu daerah biasanya ± 2 minggu sampai 1 bulaln, dilanjutkan dengan
survei detail selama 3-6 bulan.
Di beberapa negara waktu yang diperlukan untuk survei lapangan ada yang lebih
lama. Menurut Baldi (1990), bila kuantitas dam kualitas data yang telah ada cukup
baik serta daerah yang akan diselidiki tidak terlaullu luas, maka survei lapangan
mungkin hanya memerlukan waktu sekitar 1-2 bulan. Akan tetapi, bila data yang ada
sangat terbatas dan daerah yang akan diselidiki cukup luas, maka survey lapangan
dan analisis data akan memakan waktu beberapa bulan sampai satu tahun.
Analisis dan Interpretasi Data
Data dari survei sebelumnya serta dari hasil survei lapangan dianalisis untuk
mendapatkan gambaran (model) mengenai regional geologi dan hidrologi di daerah
tersebut. Dari kajian data geologi, hidrologi dan geokimia ditentukan daerah prospek,
yaitu daerah yang menunjukkan tanda-tanda adanya sumberdaya panas bumi. Dari
hasil analisis dan interpretasi data juga dapat diperkirakan jenis reservoir, temperatur
reservoir, asal sumber air, dan jenis batuan reservoir.
Spekulasi Besar Sumberdaya Panasbumi
Pada tahap ini data mengenai reservoir masih sangat terbatas. Meskipun demikian,
seringkali para ahli geothermal diharapkan dapat “berspekulasi” mengenai besarnya
sumberdaya panasbumi di daerah yang diselidiki. Jenis dan temperatur reservoir
dapat diperkirakan. Luas prospek pada tahapan ini dapat diperkirakan dari
penyebaran manifestasi permukaan dan pelamparan struktur geologinya secara
global, tetapi selama ini hanya ditentukan dengan cara statistik (rata-rata luas
prospek).
Pada tahap ini sudah dapat ditentukan apakah prospek yang diteliti cukup baik untuk
dikembangkan selanjutnya apakah survey rinci pwerlu dilakukan atau tidak. Apabila
tidak, maka daerah yang diteliti ditinggalkan.
EKSPLORASI LANJUT ATAU RINCI (PRE-FEASIBILITY STUDY)
Tahap kedua dari kegiatan eksplorasi adalah tahap ‘pre-feasibility study’ atau tahap
survey lanjut. Survei yang dilakukan terdiri dari survei geologi, geokimia dan
geofisika. Tujuan dari survei tersebut adalah :
Mendapatkan informasi yang lebih baik mengenai kondisi geologi permukaan
dan bawah permukaan
Mengidentifikasi daerah yang “diduga” mengandung sumberdaya panasbumi.
Dari hasil eksplorasi rinci dapat diketahui dengan lebih baik mengenai penyebaran
batuan, struktur geologi, daerah alterasi hydrothermal, geometri cadangan panas
bumi, hidrologi, system panasbumi, temperatur reservoir, potensi sumberdaya serta
potensi listriknya.
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, survei umumnya dilakukan di tempat-tempat
yang diusulkan dari hasil survei pendahuluan. Luas daerah yang akan disurvei
tergantung dari keadaan geologi morfologi, tetapi umumnya daerah yang disurvei
adalah sekitar 500-1000 km2, namun ada juga yang hanya seluas 10-100 km2.
Waktu yang diperlukan sangat tergantung pada luas daerah yang diselidiki, jenis-jenis
pengujian yang dilakukan serta jumlah orang yang terlibat. Bila sumberdaya
siperkirakan mempunyai temperature tinggi dan mempunyai potensi untuk
pembangkit listrik biasanya luas daerah yang diselidiki cukup luas, sehingga untuk
menyelesaikan tahap pre-feasibility study (survei lapangan, interpretasi dan analisis
data, pembuatan model hingga pembuatan laporan) diperlukan waktu sekitar ± satu
tahun.
Ada dua pendapat mengenai luas daerah yang diselidiki dan waktu yang diperlukan
untuk eksplorasi rinci di daerah yang sumberdayanya diperkirakan mempunyai
termperatur sedang. Sekelompok orang berpendapat bahwa apabila sumberdaya
mempunyai temperatur sedang, maka dengan pertimbangan ekonomi luas daerah
yang diselidiki bisa lebih kecil dan didaerah tersebut cukup hanya dilakukan satu
jenis survey geofisika saja. Dengan demikian waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan tahap pre-feasibility study menjadi lebih pendek, yaitu hanya
beberapa bulan saja. Sementara kelompok lain berpendapat bahwa untuk daerah
panasbumi dengan tingkatan prospek lebih rendah (sedang) dan akan dikembangkan
justru memerlukan survey yang lebih lengkap dan lebih teliti untuk menghindarkan
terlalu banyaknya kegagalan pemboran.
Survei Geologi Lanjut/Rinci
Survei geologi umumnya yang pertama dilakukan untuk memahami struktur geologi
dan stratigrafi maka survei geologi rinci harus dilakukan di daerah yang cukup luas.
Lama waktu penyelidikan tergantung pada luas daerah yang diselidiki serta jumlah
orang yang terlibat dalam penyelidikan, tetpi hingga penulisan laporan biasanya
diperlukan sekitar 3-6 bulan.
Survei geologi ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran batuan secara mendatar
maupun secara vertikal, struktur geologi, tektonik dan sejarah geologi dalam
kaitannya dengan terbentuknya suatu sistem panas bumi termasuk memperkirakan
luas daerah prospek dan sumber panasnya.
Survei Geokimia Lanjut
Pekerjaan yang dilakukan pada suatu survei geokimia lanjut pada dasarnya hamper
sama dengan pada tahap survei pendahuluan, tetapi pada tahap ini sampel harus
diambil dari semua manifestasi permukaan yang ada di daerah tersebut dan di daerah
sekitarnya untuk dianalisis di tampat pengambilan sampel dan atau di laboratorium.
Analisis geokimia tidak hanya dilakukan pada fluida tau gas dari manifestasi panas
permukaan, tetapi juga pada daerah lainnya untuk melihat kandungan gas dan unsure-
unsur tertentu yang terkadanga dalam tanah yang terbentuk karena aktivitas
hydrothermal. Selain itu juga perlu dibuat manifestasi permukaan, yaitu peta yang
menunjukkan lokasi serta jenis semua manifestasi panas bumi di daerah tersebut.
Hasil analisis kimia fluida dan isotop air dan gas dari seluruh manifestasi panas
permukaan dan daerah lainnya berguna untuk memperkirakan sistem dan temperature
reservoir, asal sumber air, karakterisasi fluida dan sistem hidrologi di bawah
permukaan.
Hasil analisis air dapat juga digunakan untuk memperkirakan problema-problema
yang munkin terjdadi (korosi dan scale) apabila fluida dari sumberdaya panas bumi
tersebut dimanfaatkan dikemudian hari.
Survei Geofisika
Survei geofisika dilakukan setelah survei geologi dan geokimia karena biayanya lebih
mahal. Dari sember geologi dan geokimia diusulkan daerah-daerah mana saja yang
harus disurvei geofisika. Survei geofisika dilakuakn untuk mengetahui sifat fisik
batuan mulai dari permukaan hingga kedalaman beberapa kilometer di bawah
permukaan. Dengan mengetahui sifat fisik batuan maka dapat diketahui daerah
tempat terjadinya anomali yang dosebabkan oleh sistem panas buminya dan lebih
lanjut geometri prospek serta lokasi dan bentuk batuan sumber panas dapat
diperkirakan.
Ada beberapa jenis survei geofisika, yaitu :
Survei resistivity
Survei gravity
Survei magnetic
Survei Macro Earth Quake (MEQ)
Survei aliran panas
Survei Self Potential
Pemilihan jenis survei tergantung dari keadaan geologi dan struktur di daerah yang
akan diselidiki, serta batasan anggaran untuk pengukuran di lapangan dan intrepetasi
data.
Survei geofisika yang pertama kali dilakukan umumnya adalah survei resistivity–
Schlumberger, gravity dan magnetic karena perlatannya mudah didapat dan biayanya
murah. Dari ketiga survei geofisika ini diusulkan daerah prospek panas bumi untuk
disurvei lebih detail dengan metoda yang lebih mahal yaitumagnetotelluric (MT) atau
Control Source Audio (CSMT) untuk melihat struktur fisik batuan dengan kedalaman
yang jauh lebih dalam dari maksimum kedalaman yang dicapai oleh metode
Schlumberger yang hanya mampu untuk mendeteksi kedalaman sampai beberapa
ratus meter saja.
Survei Geografi
Selain survei geologi, geokimia, dan geofisika, pada tahap ini biasanya dilakuakn
survei geografi dan survei lainnya untuk mendapatkan informasi mengenai status
lahan, distribusi kemiringan lereng, prasarana jalan, fasilitas listrik, air, kominaksi
yang tersedia, jumlah dan kepadatan penduduk.
Analisis dan Interpretasi Data
Dari hasil kajian data diharapkan akan diperoleh gambaran atau “model awal”
mengenai sistem panasbumi di daerah yang diselidiki, yang dapat digunakan sebagai
dasar untuk menentukan target dan lokasi sumur eksplorasi serta membuat program
pemboran.
Model system panasbumi harus mengikutsertakan karakteristik litologi, stratigrafi,
hidrologi, atau pola sirkulasi fluida, perkiraan sumber panas dan temperatur dalam
reservoir serta sistem panas buminya. Model harus dibuat mulai dari permukaan
hingga kedalaman 1 – 4 km. selain itu dari pengkajian data dapat diperkirakan
besarnya potensi sumber daya (resources), cadangan (recoverable reserve), dan
potensi listrik panas bumi di daerah yang diduga mengandung panasbumi.
PEMBORAN EKSPLORASI
Apabila dari data geologi, data geokimia, dan data geofisika yang diperoleh dari hasil
survey rinci menunjukkan bahwa di daerah yang diselidiki terdapat sumberdaya
panasbumi yang ekonomis untuk dikembangkan, maka tahap selanjutnya adalah
tahap pemboran sumur eksplorasi. Tujuan dari pemboran sumur eksplorasi ini adalah
membuktikan adanya sumberdaya panasbumi di daerah yang diselidiki dan menguji
model system panasbumi yang dibuat berdasarkan data-data hasil survei rinci.
Jumlah sumur eksplorasi tergantung dari besarnya luas daerah yang diduga
mengandung energi panasbumi. Biasanya di dalam satu prospek dibor 3 – 5 sumur
eksplorasi. Kedalaman sumur tergantung dari kedalaman reservoir yang diperkirakan
dari data hasil survei rinci, batasan anggaran, dan teknologi yang ada, tetapi sumur
eksplorasi umumnya dibor hingga kedalaman 1000 – 3000 meter.
Menurut Cataldi (1982), tingkat keberhasilan atau success ratio pemboran sumur
panas bumi lebih tinggi daripada pemboran minyak. Success ratio dari pemboran
sumur panasbumi umumnya 50 – 70%. Ini berarti dari empat sumur eksplorasi yang
dibor, ada 2 – 3 sumur yang menghasilkan.
Setelah pemboran selesai, yaitu setelah pemboran mencapai kedalaman yang
diinginkan, dilakukan pengujian sumur. Jenis – jenis pengujian sumur yang dilakukan
di sumur panasbumi adalah:
Uji hilang air (water loss test)
Uji permeabilitas total (gross permeability test)
Uji panas (heating measurement)
Uji produksi (discharge/ output test)
Uji transien (transient test)
Pengujian sumur geothermal dilakukan untuk mendapatkan informasi/ data yang
lebih persis mengenai :
Jenis dan sifat fluida produksi.
Kedalaman reservoir.
Jenis reservoir.
Temperatur reservoir.
Sifat batuan reservoir.
Laju alir massa fluida, entalpi, dan fraksi uap pada berbagai tekanan kepala sumur.
Kapasitas produksi sumur (dalam MW).
Berdasarkan hasil pemboran dan pengujian sumur harus diambil keputusan apakah
perlu dibor beberapa sumur eksplorasi lain, ataukah sumur eksplorasi yang ada telah
cukup untuk memberikan informasi mengenai potensi sumber daya. Apabila beberapa
sumur eksplorasi mempunyai potensi cukup besar maka perlu dipelajari apakah
lapangan tersebut menarik untuk dikembangkan atau tidak
STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY)
Studi kelayakan perlu dilakukan apabila ada beberapa sumur eksplorasi menghasilkan
fluida panas bumi. Tujuan dari studi ini adalah untuk menilai apakah sumber daya
panas bumi yang terdapat di daerah tersebut secara teknis dan ekonomis menarik
untuk diproduksikan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :
Mengevaluasi data geologi, geokimia, geofisika, dan data sumur.
Memperbaiki model sistem panas bumi.
Menghitung besarnya sumber daya dan cadangan panas bumi (recoverable
reserve) serta ppotensi listrik yang dapat dihasilkannya.
Mengevaluasi potensi sumur serta memprekirakan kinerjanya.
Menganalisa sifat fluida panas bumi dan kandungan non condensable gas
serta memperkirakan sifat korosifitas air dan kemungkinan pembentukan
scale.
Mempelajari apakah ada permintaan energy listrik, untuk apa dan berapa
banyak.
Mengusukan alternative pengembangan dan kapasitas instalasi pembangkit
listrik.
Melakukan analisa keekonomian untuk semua alternative yang diusulkan.
D. Reklamasi Tambang BaruBara
Batu bara merupakan salah satu sumber energi yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Sesuai dengan namanya, batu bara adalah batuan yang
mudah terbakar. Sudah bukan rahasia, bahwa sebagian besar pembangkit
listrik yang beroperasi (di Indonesia) hingga saat ini masih memanfaatkan batu
bara sebagai bahan bakarnya. Tanpa batu bara, bisa dipastikan sebagian wilayah
Indonesia tidak berlistrik.
Sedemikian pentingnya batu bara bagi hajat hidup kita, sehingga hampir tiada
kawasan (yang diketahui menyimpan kandungan batu bara di muka Bumi ini)
yang bebas dari incaran untuk dieksploitasi. Lazimnya batu bara terdapat di
lapisan yang tak jauh dari permukaan bumi. Untuk mendapatkannya para
penambang harus membongkar lapisantanah. Alhasil banyak kawasan yang
semula adalah hutan, dengan segera berubah menjadi lahan tambang terbuka.
Pohon-pohon ditebangi. Hewan-hewan pun kehilangan tempat tinggalnya.
Lapisan tanah di kawasan itu dikeruk atau dibongkar, lalu dibawa ke tempat
penimbunan. Akibatnya bisa diduga. Tanah akan kehilangan lapisan yang kaya
nutrisi dan berubah menjadi tandus,
Setelah batu baranya terkuras habis, tentunya pertambangan akan ditutup.
Lahan bekas tambang akan menyisakan kawasan gersang yang merana tanpa
guna. Tumbuhan akan sulit tumbuh di tempat seperti itu. Kawasan menjadi
sangat tidak produktif.
Ketika hujan, air tak terserap tanah. Akibatnya, air tanah berkurang. Dalam
keadaan seperti itu erosi tanah juga akan sangat mudah terjadi.
Ancaman banjir dan longsor pun terhampar di depan mata.
Patut disayangkan apabila lahan bekas tambang akhirnya justru mendatangkan
bencana bagi manusia. Jadi, kesimpulannya adalah lahan bekas lokasi tambang
batu bara tidak boleh ditinggalkan begitu saja setelah batu baranya dikuras.
Perlu uasaha serius untuk mengembalikan lahan bekas tambang itu seperti sedia
kala. Atau paling tidak mendekati keadaan semula. Upaya pemulihan untuk
mengembalikan kondisi bekas lahan tambang seperti semula dikenal dengan
sebutan ‘reklamasi’.
Ada beberapa tahapan yang bisa ditempuh, yaitu: penataan lahan, pengendalian
erosi dan sedimentasi, revegetasi (penanaman kembali), dan pemeliharaan.
1. Penataan lahan : Lahan bekas tambang ditata kembali. Lubang-lubang yang
ada ditimbun kembali ditimbun lagi dengan tanah bekas pengerukan. Tanah
pun menjadi cukup datar dan tidak berlubang-lubang lagi. Jika ada beberapa
lubang yang tak dapat ditutup, dapat dijadikan kolam. Ikan dapat
dibudidayakan di dalam kolam tersebut. Lubang yang tak tertutup juga
dapat dijadikan kolam cadangan air atau wahan wisata air.
2. pengendalian erosi dan sedimentasi : Untuk meningkatkan kesuburan tanah
dan mencegah erosi, tanah yang telah rata dapat ditanami dengan tumbuhan
penutup tanah (cover crop) dari jenis kacang-kacangan / polong-polongan.
Kacang-kacangan dikenal sebagai ‘pupuk hijau’, karena kemampuannya
untuk mengikat dan mengelola mineral dalam tanah seperti nitrogen dan
fosfor. Selain itu, penanaman tumbuhan penutup tanah akan membuat tanah
menjadi lebih gembur. Apabila turun hujan, akan lebih banyak air yang
terserap. Agar erosi lebih terkendali, bisa dibuat saluran air (drainase) dan
bendungan penahan.
3. revegetasi (penanaman kembali) : Setelah dilakukan kedua tahap reklamasi
tersebut, tanah siap untuk ditanami tumbuhan lain. Pada awalnya, bisa
ditanam tumbuhan pionir, yaitu tumbuhan yang dapat tumbuh dengan cepat.
Setelah 2-3 tahun, lahan bekas tambang tersebut sudah dapat ditanami
tumbuhan lain. Tumbuhan yang biasa ditanam antara lain ketapang, mahoni,
dan lain-lain.
4. Pemeliharaan : Agar lahan bekas tambang dapat kembali seperti semula,
perlu dilakukan pemeliharaan tanaman. Secara berkala dilakukan
pemupukan terhadap tanah yang telah direvegetasi. Tanah disekitar pohon
juga harus senantiasa dibersihkan agar tetap subur. Reklamasi yang
terencana dan terorganisasi dengan baik akan mengembalikan kondisi lahan
bekas tambang menjadi seperti semula.
BAB III
KESIMPULAN
Perencanaan merupakan proses pemilihan informasi dan pembuatan asumsi-
asumsi mengenai keadaan di masa yang akan datang untuk merumuskan kegiatan-
kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Perencanaan adalah penentuan persyaratan dalan mencapai sasaran,kegiatan
serta urutan teknik pelaksanaan berbagai macam kegiatan untuk mencapai suatu
tujuan dan sasaran yang diinginkan. Pada dasarnya perencanaan dibagi atas 2 bagian
utama, yaitu:
1. Perencanaan strategis
2. Perencanaan operasional
Dalam suatu perencanaan tambang, khususnya tambang bijih nikel terdapat
dua pertimbangan dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:
Pertimbangan Ekonomis
Pertimbangan Teknis
Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah prospeksi atau setelah
endapan suatu bahan galian ditemukan yang bertujuan untuk mendapatkan kepastian
tentang endapan bahan galian yang meliputi bentuk, ukuran, letak kedudukan,
kualitas (kadar) endapan bahan galian serta karakteristik fisik dari endapan bahan
galian tersebut.
Secara garis besar pekerjaan yang dihasilkan pada tahap ini terdiri dari :
Studi Literatur
Survei Lapangan
Analisa Data
Menentukan Daerah Prospek
Spekulasi Besar Potensi Listrik
Menentukan Jenis Survei yang Akan Dilakukan Selanjutnya
Lahan bekas lokasi tambang batu bara tidak boleh ditinggalkan begitu saja
setelah batu baranya dikuras. Perlu uasaha serius untuk mengembalikan lahan bekas
tambang itu seperti sedia kala. Atau paling tidak mendekati keadaan semula. Upaya
pemulihan untuk mengembalikan kondisi bekas lahan tambang seperti semula dikenal
dengan sebutan ‘reklamasi’.
Ada beberapa tahapan yang bisa ditempuh, yaitu: penataan lahan,
pengendalian erosi dan sedimentasi, revegetasi (penanaman kembali), dan
pemeliharaan.
DAFTAR PUSTAKA
Eksplorasi/Reklamasi%20Tambang%20Batu%20Bara%20-%20Wikipedia
%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.html
Eksplorasi/World%20Mining%20%20EKSPLORASI%20BATUBARA
%20DENGAN%20MENGGUNAKAN%20METODE%20GEOFISIKA.html
http://mheea-nck.blogspot.com/2010/04/konsep-dasar-perencanaan-tambang.html
Kegiatan%20Eksplorasi%20Minyak%20Bumi%20_%20Hidrokarbon%20~%20All
%20About%20Petroleum.htm
top related