limbah industri peternakan sebagai bahan pakan

Post on 22-Jan-2016

270 Views

Category:

Documents

12 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

LIMBAH INDUSTRI PETERNAKAN SEBAGAI BAHAN PAKAN. Tim Pengajar Pengelolaan Limbah Ternak Laboratorium Mikrobiologi dan Penanganan Limbah. Potensi dan Nilai Nutrisi Limbah Ternak. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Tim Pengajar

Pengelolaan Limbah Ternak

Laboratorium Mikrobiologi

dan Penanganan Limbah

• Di beberapa negara, limbah ternak, terutama ternak unggas, terkonsentrasi pada suatu areal yang kecil sehingga mudah untuk dikumpulkan.

• Dengan demikian biaya penanganan limbah hanyalah pengangkutan

• Untuk dijadikan sebagai bahan pakan terdapat biaya yang harus dikeluarkan untuk pengolahan.

• Namun demikian, hal ini menjadi tidak berarti karena biaya untuk pakan dapat dikurangi 20-40% dengan menggunakan limbah sebagai penyumbang protein, mineral, dan nutrisi lainnya.

Komposisi kimia dan nilai nutrisi limbah ternak tergantung pada beberapa faktor, yaitu :

• Spesies ternak;• Kapasitas produksi, nutrien intake,

pencernaan dan penyerapan;• Feeding manajemen;• Pakan yang terbuang (khususnya pada

ternak unggas dan babi);• Tingkat nutrisi dan komposisi pakan;• Manajemen limbah dan sistem pembuangan;• Bedding material;• Faktor lingkungan.

• Mendaur ulang limbah ternak (memberikan feses ternak untuk ternak) sesungguhnya bukan suatu hal yang dianggap aneh.

• Beberapa spesies ternak seperti kelinci, unggas, dan babi, memakan kotorannya sendiri untuk memenuhi kebutuhannya saat ketersediaan dalam pakan kurang.

• Fenomena ini merupakan insting hewan untuk memenuhi kebutuhan nutrien melalui sintesis endogenous mikroflora enterik.

• Kelinci menghasil kan 2 tipe feses, yaitu feses kering bentuk pelet dan feses lunak yang sangat jarang teramati karena ternak itu sendiri mengumpulkannya secara langsung setelah keluar dari anus dan menelannya kembali pada malam hari (Eden,1940)

• Diperkirakan jumlah yang dimakan berkisar antara 54 sampai 82% dari jumlah seluruh feses yang dihasilkan.

• Diduga, dengan memakan fesesnya sendiri, kelinci menjadi memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizinya sendiri pada saat kekurangan pakan atau pada saat kedinginan untuk beberapa hari.

Diduga, dengan memakan fesesnya sendiri, kelinci menjadi memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizinya sendiri pada saat kekurangan pakan atau pada saat kedinginan untuk beberapa hari.

Limbah ternak segar banyak mengandung trace elemen seperti vitamin K2, vitamin B kompleks , riboflavin dan vitamin lainnya atau provitamin dalam jumlah besar dibandingkan dengan pakan asalnya (Muller et al., 1968), dan unidentified growth factors (UGF)

Oleh beberapa peneliti eksreta dianggap sebagai sumber yang potensial sebagai suplemen sumber protein untuk unggas.

Pertumbuhan ayam meningkat pada pemberian 17,6 ml suspensi dari litter mereka sendiri (sebelumnya dilakukan sterilisasi dengan autoclav 15psi, 121-125oC, 15 menit) pada setiap kilogram ransum. Pengaruhnya sama dengan penambahan ekstrak ikan.

Sejak awal tahun 1950-an litter broiler digunakan untuk bahan pakan sapi , terutama di daerah yang banyak memelihara broiler.

Litter broiler mempunyai palatabilitas yang berbeda dengan ransum biasa, dan ternak sapi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat menyesuaikan.

Untuk meningkatkan palatabilitasnya, biasanya ditambahkan bahan pakan lain seperti jagung, wheat, milo, atau kacang kedelai.

Mineral

Satuan

Konsentrasi dalam pakan

Konsentrasi dalam feses

BroilerCopper ppm 150 330Manganese ppm 60 142Zinc ppm 68 151

Layer

Calcium % 3.25–4.00 5.00–8.00Manganese ppm 90 180Zinc ppm 120 288

Unsur Rataan Kisaran

Bahan kering (BK), % 80,5 61-95

Komposisi BK :

TDN, % 50,0 36-64

Protein Kasar, % 24,9 15-38

Serat Kasar, % 23,6 11-52

Abu, % 24,7 9-54

Kalsium, % 2,3 0,81-6,13

Fosfor, % 1,6 0,56-3,92

Cu, % 473 25-1,003

Mg, ppm 348 125-667

Fe, ppm 2377 529-12.604

• Pada dasarnya litter broiler dapat diberikan pada sapi, baik sapi muda, dewasa, bunting, ataupun pada sapi yang sedang laktasi, namun tingkatan dalam ransum masing-masing berbeda.

• Penambahan vitamin A, D, dan E mutlak diberikan karena litter broiler sangat rendah bahkan tidak mengandung vitamin tersebut. Demikian juga, mineral seperti kalsium dan magnesium perlu ditambahkan pada ransum yang mengandung litter broiler karena komposisi mineral pada litter broiler tidak seimbang.

• Litter broiler dapat diberikan pada domba sampai tingkat 25% dalam ransum dengan tambahan vitamin A dan mineral.

• Keracunan tembaga (Cu) dilaporkan seringkali terjadi pada domba yang diberi litter broiler dalam ransumnya.

• Hal ini terjadi karena domba lebih sensitif terhadap Cu dibandingkan sapi sehingga kasus keracunan Cu pada sapi jarang terjadi.

Kandungan serat kasar yang sulit dicerna

Akumulasi Mineral Obat-obatan Antimikroba Pestisida Mikotoksin Residu Hormon Agen Penularan Penyakit

1. Limbah Susu Lumpur susu mempunyai nilai nutrisi yang cukup tinggi sebagai sumber protein, yakni protein kasar 34,98 %, laktosa 1,0 %, serat kasar 9,77 %, lemak kasar 11,04 %, kalsium 2,33 %, dan fosfor 1,05 % berdasarkan bahan kering (Marlina, 2007). Laktosa pada lumpur susu akan memberikan nilai positif terhadap mikroflora saluran pencernaan ayam, sehingga ayam menjadi lebih sehat yang pada gilirannya akan meningkatkan performan ayam.

• Potensi lumpur susu sebagai bahan pakan telah dicobakan pada sapi potong, domba, babi, dan broiler.

2. Limbah Rumah Pemotongan Hewan/Ayam

Industri pemotongan ayam menghasilkan limbah yaitu jeroan, darah, kepala, kaki, dan bulu.

Terdapat perbedaan besar penanganan limbah pemotongan ayam pada negara-negara maju dengan negara-negara berkembang, khususnya Indonesia. Hal ini berhubungan dengan Sosio-kultur pada masyarakat masing-masing.

Di Indonesia, sedikit sekali bagian dari proses pemotongan ayam yang dapat digunakan sebagai pakan, karena hampir semua bagian dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan, misalnya jeroan

Dari semua bagian limbah, yang paling banyak digunakan adalah darah dan bulu

Komposisi nutrisi tepung bulu adalah sebagai berikut : bahan kering 86,73 persen, protein kasar 80,38 persen, protein terlarut (soluble protein) 25,26%, lemak kasar 3,41 persen, abu 1,61 persen, serat kasar 2,35 persen, kalsium 0,22 persen, dan fosfor 0,62 persen (Marlina, 1999).

Limbah dari rumah pemotongan sapi yang dapat digunakan sebagai pakan: darah dan isi rumen.

Faktor pembatas penggunaan lumpur susu sebagai bahan pakan adalah kadar air yang tinggi, yaitu 95 persen juga kandungan bakteri patogen yang diperkirakan juga tinggi.

Protein tinggi pada tepung bulu tidak disertai dengan kecernaan yang tinggi oleh ternak, khususnya ayam Kadar keratin tinggi

Tepung bulu juga defisien asam amino methionin, lisin, histidin, dan triptofan

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi faktor pembatas

Terjadi penurunan bakteri Enterobacteriaceae melalui fermentasi menggunakan Aspergillus niger

Fermentasi asam laktat selama 8 hari pada limbah pemotongan ayam (offal/jeroan) dapat mengurangi atau menghilangkan bakteri Salmonella spp., Campylobacter jejuni, Coliform fecal, dan Streptococci fekal

Terjadi peningkatan protein kasar dan penurunan serat kasar pada feses kelinci melalui fermentasi menggunakan Trichoderma viride

Unsur Manur Segar(%)

Manur Terfermentasi

(%)Asam organik

Acetat - 7,20

Propionat - 1,27

Butirat - 1,34

Valerat - 0,11

Lactat - 16,83

Protein kasar 16,99 43,26

Asam amino 16,98 40,74

top related