lbm 3 blok 19
Post on 18-Jun-2015
2.320 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, Rob seluruh
alam yang telah memberikan karunia kepada kami hingga kami dapat
menyelesaikan laporan SGD LBM 3 blok Rehabilitative.
Laporan SGD LBM 3 blok rehabilitative ini disusun berdasarkan apa yang
telah kami bahas pada SGD yang telah kita laksanakan pada hari senin dan kamis
berdasarkan sumber belajar yang kami cari pada step belajar mandiri.
Dalam menyusun laporan ini, kami menyadari masih banyak kekurangan
baik dari segi susunan serta cara penulisan laporan ini. Karenanya saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan
Akhirnya, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. amin
Semarang, 15 April 2013
penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata pengantar................................................................................................. 1
Daftar isi.......................................................................................................... 2
Bab I pendahuluan
A. Skenario............................................................................................... 3B. Latar belakang masalah....................................................................... 3
Bab II pembahasan.......................................................................................... 5
Bab III penutup
A. Peta konsep........................................................................................ 13B. Kesimpulan........................................................................................ 14
Daftar pustaka................................................................................................ 15
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
Seorang lansia berusia 65 tahun dengan jenis kelamin wanita
datang ke dokter gigi klinik pribadi mengeluh tidak nyaman dengan gigi
tiruan lengkap yang sudah dipasang sejak 2 minggu yang lalu. Pasien
merasa gigi tiruannya menekan gusi, sehingga menyebabkan luka
kemerahan. Pasien mempunyai riwayat penyakit jantung sejak usia 50
tahun. Pada pemeriksaan intra oral ditemukan adanya ulcus dan tulang
yang tajam (eksostosis) pada region mukosa gingival sebelah labial rahang
bawah. Dokter tersebut memutuskan untuk memberikan medikasi secara
topikal pada area ulserasi tersebut dan merekomendasikan ke pasien untuk
dilakukan perawatan alveolectomy ke spesialis prostodonsia.
B. Latar Belakang Permasalahan
1. Macam – macam bedah preprostetik
2. Indikasi dan kontraindikasi bedah preprostetik
3. Criteria dan cara pengukuran pada macam – macam bedah
preprostetik?
4. Kenapa eksostosis harus dihilangkan?
5. Tujuan alveolectomy?
6. Klasifikasi alveolectomy
7. Factor – factor yang harus diperhatikan dalam melakukan
alveolectomy?
8. Indikasi dan kontraindikasi dari alveolectomy?
9. Prosedur penatalaksanaan alveolectomy?
3
10. Komplikasi pasca alveolectomy?
11. Hubungan bedah alveolectomy dengan pasien riwayat penyakit
jantung?
12. Kapan dilakukan pembuatan GTL setelah dilakukan alveolectomy?
13. Proses terjadinya eksostosis pada scenario?
14. Etiologi timbulnya ulcer pada scenario?
15. Medikasi topical pada ulserasi menggunakan apa?
16. Prognosis pada scenario?
4
BAB II
PEMBAHASAN
Bedah preprostetik merupakan tindakan bedah yang bertujuan
memperbaiki keadaan tulang alveolar rahang agar dapat jadi lebih baik untuk
penempatan gigi tiruan. Tujuan dilakukan bedah preprostetik bertujuan
mendapatkan protesa dengan retensi, stabilsasi, estetik, dan fungsi yang lebih
baik.
Macam – macam bedah preprostetik, antara lain:
Secara umum dibagi 3:
a. Bedah jaringan tulang:
- Alveolectomy
- Implant
- Alveolar augmentasi :pada keadaan resopsi tulang yang hebat (kayak
cangkok tulang)
- Alveoplasty : mempertahankan pembentukan lingir yang tersisa
- Aleolotomy : tindakan membuka tulang alveolaris dg tujuan
mempermudah pengambilan gigi impaksi atau sisa akar yang terbenam
atau kista atau tumor, atau untuk melakukan tindakan apikoektomy
- Torektomy: dilakukan untuk pengambilan torus, apabila pada
pemasangan GT torus mengganggu. Proses pembadahan yang
dilakukan untuk menghilangkan satu atau lebih tonjolan tulang baik
pada rahang atas maupun rahang bawah.
b. Jaringan lunak:
- Gingivoplasti: tindakan bedah untuk menghilangkan atau membentuk
kembali jar. Gusi shg lebih dapat diterima oleh GT.
- Frenektomy: tindakan bedah untuk mengambil frenulum yang terlalu
tinggi. Baik labialis atau lingualis
5
c. Vestibuloplasty merupakan tindakan bedah bertujuan untuk
meninggikan sulcus vestibular dengan cara reposisi mukosa, ikatan
otot, dan otot yang melekat pada tulang yang akan menghasilkan
sulkus vestibular yang dalam, untuk menambah stabilisasi pada
protesa, prinsipnya untuk memperluas denture bearing (area yang
mendukung stabilitas denture), dengan cara mempertinggi alveolar
ridge melalui pendalaman sulkus.
Namun, ada juga yang mebaginya menjadi 2 kelompok. Yaitu bedah
preprostetik mayor dan bedah preprostetik minor.
a. Bedah preprostetik mayor, diantaranya meliputi augmentasi alveolaris
relative (vestibuloplasti), augmentasi alveolaris absolute(osteotomi),
implant.
b. Bedah preprostetik minor diantaranya bedah pada jaringan keras dan
lunak.
Adapun indikasi dan kontarindikasi dilakukannya bedah preprostetik, adalah
sebagai beikut:
a. Indikasi :
- Adanya eksostosis
- Adanya torus
- Adanya frenulum tinggi
- Memperoleh keadaan linger alveolar yang baik
- Tidak ada kondisi patologis pada IO dan EO
- Nyeri akibat pemasangan gigi tiruan
- Karena ulser yang berulang pada sekitar GT
- Atrofi rahang karena proses fisiologis
- Disfungsi yang tidak berkurang dengan perbaikan konvensional,
misalnya disfungsi pengunyahan, bicara dan disfungsi TMJ
b. Kontraindikasi:
6
- Pasien usia lanjut, usia lanjut tulang mengalami resopsi sehingga jika
dilakukan pembedahan harus hati – hati.
- Kelainan psikologi: depresi, bingung, belum siap menggunakan gigi
palsu.
Sebelum dilakukannya suatu bedah preprostetik, alangkah baiknya jika dokter
atau operator mengetahui kriteria yang seperti apa yang harus dilakukan suatu
pembedahan pada daerah kerja. Berikut adalah kriteria dan cara pengukuran pada
daerah yang perlu dilakukan pembedahan preprostetik:
a. Frenektomi, dilakukan pada frenulum yang tinggi bail lingualis maupun
labialis. Pengukurannya dengan blance test: bibir ditarik keatas dilihat
perlekatannya sampai mana.
Untuk edentulous: Frenulum tinggi apabila perlekatan sampai puncak
residual ridge. Frenulum yang sedang ditengah – tengah puncak ridge dan
fornix. Yang rendah di fornix.
b. Kriteria vestibulum
Pemeriksaan vestibulum dapat dengan kaca mulut. Dalam jika
kaca mulut terbenam sampai setengahnya. Dangkal jika kurang dari
setengahnya.
c. Bentuk palatum
Bentuk palatum yang baik buat GTL adalah bentuk U. Kalau
palatum berbentuk V memiliki retensi kurang baik.
d. Torus palatine
Ada yang besar, sedang, kecil. Pemeriksaan dengan burnisher.
Ditekan pada beberapa tempat untuk merasakan kenyal atau keras.
e. Torus mandibula
Pemeriksaannya sama dengan yang diatas. Yaitu menggunakan
burnisher untuk mengetahui daerah yang kenyal dan yang keras.
Eksostosis merupakan tonjolan tulang pada prosesus alveolaris yang
berbentuk membulat, serta tajam bila diraba, terasa sakit dan tidak dapat
7
digerakkan. Sehingga dapat mengganggu retensi, stabilitas dan kenyamanan pada
pasien yang menggunakan gigi tiruan. Agar tidak mengganggu retensi, stabilitas,
dan kenyamanan pasien pengguna gigi tiruan maka perlu dilakukan pengambilan
pada eksostosis tersebut. Tujuannya adalah sebagai berikut:
a. Mengganggu kenyamanan protesa
b. Mengganggu stabilisasi dan retensi
c. Mengganggu estetik karena posisi di labial
d. Menimbulkan trauma pada mukosa pasien, kalau tidak mengganggu
kenyamanan tidak perlu dihilangkan
Pembedahan yang digunakan untuk mengambil eksostosis yaitu dengan
alveolektomi. Alveolektomi merupakan bedah preprostetik yang betujuan untuk
mengurangi tulang soket dengan cara mengurangi plate labial atau bukal dari
prosessus alveolaris dengan pengambilan septum interdental dan interradikuler.
Tujuan dilakukannya alveolectomi antara lain:
a. Bertujuan mendapatkan protesa dg retensi, stabilsasi, estetik, dan fungsi
yang lebih baik
b. Untuk membuang ridge alveolus yang tajam dan menonjol
c. Untuk membuang tulang intraseptal sewaktu dilakukan gingivektomy
d. Untuk membentuk kontur tulang yang sesuai dengan kontur jaringan
gingival
e. Untuk memperbaiki prognatisme pada maxilla sehingga didapatkan estetik
yang baik pada gigi tiruan
Alveolectomi sendiri dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi,
diantaranya adalah
a. Simple alveolectomy, dilakukan setelah multiple extraksi, apabila ada
tulang yang tajam diperiksa dulu baru di alveolectomy.
b. Radical alveolectomy merupakan pembentukan kontur tulang radik dari tlg
alveolar yang diindikasikan karena adanya undercut yang sangat menonjol.
Apabila ada protusi maxilla.
8
Atau bisa juga dibagi jadi 2:
a. Primer: stlh dicabut, pembersihan tulang.
b. Sekunder: tidak saat setelah pencabutan gigi
Adapun klasifikasi lainnya, seperti:
a. Alveolectomy pada gigi tunggal
Dilakukan karena daerah lama tak bergigi sudah mengalami
resobsi, sehingga bila gigi tersebut dicabut tampak prosessus alveolaris
yang lebih menonjol.
b. Alveolectomy Dean’s (pencabutan Multiple)
Dilakukan karena tulang antar akar tampak menonjol setelah gigi –
gigi dicabut, sehingga dapat dilakukan pencetakan dengan baik.
c. Alveolectomy untuk mengurangi protusi maxilla
Dilakukan pada kaus labial protusi dari incisivus rahang atas dan
prosessus alveolaris yang ekstrim digunakan teknik alveolektomi menurut
obwegeser.
d. Alveolectomy pada kortikal labial atau bukal
Dilakukan bila ada eksostosis pada tulang yang dapat mengganggu
stabilitas protesa dan memudahkan pencetakan.
Sebelum dilakukannya pembedahan alveolektomy, maka operator harus
memperhatikan beberapa factor dalam pelakasanaan alveolectomy. Adapun
beberapa factor yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu:
a. Bentuk proc. Alveolaris : untuk mendapatkan bentuk U (yang paling baik).
b. Sifat tulang yang diambil, gigi tiruan harus diletakkan pada tulang yang
compact, jadi harus diperhatikan saat pengambilan tulangnya sehingga
tidak gampang teresopsi.
c. Usia pasien: pada pasien muda (tulang cenderung elastic atau plastis )
harus seminal mungkin karena pemakaian GTnya lebih lama.
d. Penambahan free graf: setelah pencabutan gigi didapatka pembuangan
tulang yang berlebih, dilakukan penambahan tulang kembali.
9
Mempercepat proses pembentukan tulang baru, serta mengurangi resopsi
tulang.
e. Free graf: pengembalian tulang karena saat pengeburan berlebih. Seriphan
tulang – tulang hasil pengeburan dikembalikan ke daerah tsb.
Perlekatannya dari darah.
f. Proses resopsi tulang, maksutnya jika pasien mengalami periodontitis yang
parah. Alveolektominya ditunda 4 – 8 minggu, ditangani dulu
periodontitisnya.
Indikasi dan kontraindikasi dari alveolectomy, antara lain:
a. Indikasi:
- Rahang yang perlu direparasi untuk prostetik sbg stabilisasi dan retensi
dan estetik GT
- Adanya alveolar ridge yang runcing yang dapat menyebabkan protesa
tidak stabil.
- Untuk menghilangkan tuberositas untuk mendapatkan protesa yang
stabil
- Adanya eksostosis yang perlu di eksisi
- Ekstraksi gigi inflamatik atau trauma eksternal
- Untuk menghilangkan undercut
b. Kontraindikasi:
- Pasien dengan penyakit sistemik
- Periodontitis, merupakan penyakit periodontal yang parah, yang
mengakibatkan kehilangan tulang
Setelah mengetahui factor yang perlu diperhatikan dan indikasi serta
kontraindikasi pada pembedah alveolektomi. Maka operator harus mengetahui
prosedur kerja dalam pembedahan alveolektomy. Berikut adalah prosedur kerja
alveolectomy:
a. Disinfeksi dengan povidon iodine
b. Anastesi daerah kerja
10
c. Buat flap (trapezium atau triangular)pada daerah pembedahan
d. Pengurangan tulang dengan bur tulang, knalble tang, bone file
e. Dilakukan perabaan dimukosa, kalau masih ada yang tajam dilakukan
pengurangan lagi
f. Irigasi hingga bersih dengan larutan salin (NaCl)
g. Apabila didapatkan pengambilan tulang yang berlebih dilakukan free graf
h. Ditutup, dan dijahit
i. Pemberian antibiotic, antiinflamasi, analgetik
j. Instruksi pasien
Setelah dilakukannya alveolectomy, tidak sedikit pasien yang mengeluhkan
adanya komplikasi. Komplikasi yang bias timbul pasca dilakukan alveolektyomi
antara lain:
a. Infeksi
b. Parastesi
c. Hematoma
d. Fraktur tulang
e. Osteomilitis
f. Resopsi tulang yang berlebihan
g. Pembengkakan
h. Nekrosis
Pada pasien usia lanjut, biasanya ditemukan suatu penyakit sistemik. Diantaranya
adalah pasien dengan penyakit jantung. Hubungan bedah alveolectomy dengan
pasien riwayat penyakit jantung adalah
a. Penggunan anastesi tidak menggunakan adrenalin,
b. antibiotic profilaksis,
c. Obat antikoagulan (aspirin, aspilet) dihentikan 5 – 7 hari sebelum tindakan
pembedahan,
d. asepsis alat yang akan digunakan karena akan menyebabkan endokarditis.
11
e. Pada psien penyakit jantung, mudah lelah jadi tindakan jangan terlalu
lama.
Setelah dilakukannya tindakan alveolektomy pada pasien pengguna gigi tiruan
lengkap. Maka pembuatan gigi tiruan lengkap yang baru dapat dilakukan setelah
10 – 14 hari setelah luka operasi sembuh. Kemudian pasien baru dibuatkan gigi
tiruan yang baru.
Pada scenario diatas disebutkan bahwa terdapat eksostosis. Terbentukanya
eksostosi pada scenario dikarenakan adanya proses respsi tulang pada usia lanjut
yang terjadi fisologis dan tidak teratur. Sehingga didapatkan sisa tulang resopsi
yang tajam dan mungkin ada yang tumpul. Bias juga dikarenakan adanya
pencabutan gigi multiple dan tidak dilakukan tindakan alveolektomi primer
setelah dilakukan pencabutan.
Selain didapatkannya tulang yang tajam atau eksostosis, pada mukosa didekat
eksostosis didapatkan ulsearsi yang mengganggu kenyamanan pasien. Prose
terjadinya ulsearsi bias dikarenakan adanya eksostosis yang menyebabkan protesa
menjadi tidak pas, sehingga protesa tersebut terlalu menekan dan kemudian
mengiritasi jaringan penyangga dan timbullah ulser. Untuk mengurangi
ketidaknyamanan karena adanya ulserasi maka dokter perlu memberikan medikasi
berupa obat topical. Medikasi topical yang biasa digunakan antara lain:
a. Topical analgetic
b. Covering agent, tujuannya untuk melindungi ulser agar tidak terekspos
sehingga proses reparative tidak terganggu.
Prognosis setelah alveolectomy pada pasien lansia dengan penyakit jantung adalah
baik. Karena factor – factor yang telah disebutkan sebelumnya diperhatikan
dengan baik oleh dokter sebelum dilakukan alveolectomy.
12
BAB III
PENUTUP
A. Peta Konsep
13
Anamnesis: pasien Riwayat Jantung
Pemeriksaan
eksostosis
alveolektomi
Jantung
Bedah preprostetik
Dipertimbangkan indikasi dan
kontraindikasinya
Pasien lansia dengan GTL tidak nyaman
ulserasi
Medikasi GTL dilepas
B. Kesimpulan
Bedah preprostetik merupakan tindakan bedah yang bertujuan
memperbaiki keadaan tulang alveolar rahang agar dapat jadi lebih baik
untuk penempatan gigi tiruan. Tujuan dilakukan bedah preprostetik
bertujuan mendapatkan protesa dengan retensi, stabilsasi, estetik, dan
fungsi yang lebih baik.
Dalam melakukan tindakan bedah preprostetik ada indikasi dan
kontraindikasi yang perlu diperhatikan agar hasil tujuan dari pembedahan
tercapai. Selain itu faktor-faktor penting seperti usia, penyakit sistemik,
seberapa besar tulang yang dikurangi , dan keadaan edentulous juga harus
diperhatikan. Salah satu tindakan bedah preprosteti yang digunakan untuk
menghilangkan eksostosis adalah alveolectomi. Alveoletomi memiliki
macam – macam klasifikasinya, indikasi dan kontraindikasi serta prosedur
yang harus diperhatikan agar tidak terjadi komplikasi seperti infeksi,
osteomilitis, nekrosis, hematom dan sebagainya.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Soelarko, R.M. dan Wachijati, H., 1980, Diktat Prostodonsia Full
Denture, FKG Unpad, Bandung
2. Budhisidharta, I. J., Narendra, O., Hadriyanto, W., 2009, Penggunaan
Bone Graft Dan Membrane Periosteum Pada Apeks Reseksi Gigi Incisivus
Immature, FKG UGM
3. Aditya, G., 1999, Alveoloplasty Sebagai Tindakan Bedah Preprostetik,
Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti.
4. Tucker. Basic Preprosthetic Surgery in Peterson et al., 1998,
Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Philadelphia W. B.
Saunders Co
5. Stephens W., Preprosthetic Oral and maxillofacial Surgery in Donoff B,
1997. Manual of Oral and Maxillofacial Surgery. St. Louis Mosby
6. www.ui.ac.id drg.asnul arfani sp.prost
7. www.usu.ac.id
15
top related