laporan pendahuluan vian yeeekkkk
Post on 24-Jun-2015
522 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM SPT B
A. Pengertian
Masa nifas ( postpartum/puerperium ) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “
Puer “ yang artinya bayi dan “ Parous “ yang berarti melahirkan. Masa nifas dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara
keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.
Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-
angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia
secara keseluruhannya disebut involusi. Disamping involusi ini, terjadi juga perubahan-
perubahan penting lainnya, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir
ini terjadi karena pengaruh Lactogenic hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar
mamma.
1. Involusi uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan
retrasi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara
pada bekas implanmtasi plasenta. Otot rahim terdiri dari 3 lapis otot yang membentuk
anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindar
dari pendarahan post partum. Pada involusi uteri,jaringan ikat dan jaringan otot
mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur dapat mengecil sehingga pada akhir masa
nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram. Proses proteolitik adalah pemecahan
protein yang akan dikelurakan melalui urin. Dengan penimbunan air saat hamil akan
terjadi pengeluaran urin setelah persalinan sehingga hasil pemecahan protein dapat
dikeluarkan.
Proses Involusi Uteri
Involusi Tinggi fundus Berat uterus
Plasenta lahir Sepusat 1000 gram
7 hari ( 1 minggu ) Pertengahan pusat ke simfisis 500 gram
14 hari ( 2 minggu ) Tak teraba 350 gram
42 hari ( 6 minggu ) Sebesar hamil 2 minggu 50 gram
56 hari ( 8 minggu ) Normal 30 gram
( Sumber: Rustam 1998)
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah
plasenta lahir, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat. Uterus menyerupai seperti buah
avokat gepeng berukuran panjang 15 cm, lebar 12 cm, dan tebal 10 cm. Dinding uterus
sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis daripada
bagian lain. Pada hari ke-5 post partum uterus kurang lebih setinggi 7 cm atas simfisis
atau setengah simfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas
simfisis, bagian bekas plasenta merupakan suatu bekas luka yang kasar dan menonjol ke
dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut 7,5 cm, sering
disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya
menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 cm.
2. Perubahan pada serviks dan vagina
Perubahan-perubahan yang terdapat pada servik ialah segera postpartum bentuk
servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin. Warna servik sendiri
berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak.
Segera setelah janian lahir, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke dalam kavum
uteri. Setelah 2 jam hanya dapat dimasukkan 2- 3 jari dan setelah 1 minggu, hanya dapat
dimasukkan 1 jari ke dalam kavum uteri. Hal ini baik diperhatikan dalam menangani kala
uri.
3. Dinding perut
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
thrombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm ini mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari permukaan endometrium mulai rata
akibat lepasnya sel-sel dari bagian yang mengalami degenerasi. Sebagian besar
endometrium terlepas. Regenerasi endometrum terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis,
yang memakan waktu 2-3 minggu, jaringan-jaringan di tempat implantasi plasenta
mengalami proses yang sama ialah degenerasi dan kemudian terlepas. Pelepasan jaringan
yang berdegenerasi ini berlangsung lengkap. Dengan demikian, tidak ada pembentukan
jaringan perut pada bekas implantasi plasenta. Bila yang terakhir ini terjadi, maka ini
dapat menimbulkan kelinan pada kehamilan berikutnya.
Ligament-ligament dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan partus, setelah janin lahir berangsur-angsur ciut kembali seperti sedia
kala.tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh
ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh “ kandungannya turun “ setelah
melahirkan karena ligamentum , fasia, alat penunjang alat genitalia menjadi agak kendor.
Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia tersebut, juga otot-
otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu.
Luka –luka jalan lahir seperti episiotomy yang telah dijahit, luka pada vagina dan
servik umumnya bila tidak seberapa luas akan sembuh per primam, kecuali bila terdapat
infeksi. Infeksi mungkin akan menyebabkan sellulitis yang dapat menjalar sampai
mencapai keadaan sepsis.
(Sumber: Sarwono 2008 )
B. Gambaran klinis masa nifas
Keadaan umum ibu
- Suhu
Beberapa hari sesudah persalinan suhu agak naik sedikit 37,2 OC sampai 37,5 OC karena proses involusi awal rahim. Sesudah 12 jam dari melahirkan,
umumnya suhu badan akan kembali normal.
Bila suhu melebihi 38,0OC mungkin ada infeksi.
- Nadi
Nadi berkisar umumnya antara 60-80 denyutan per menit. Segera setelah
partus dapat terjadi bradikardi. Bila terdapat takikardi sedangkan badan tidak
panas mungkin ada perdarahan berlebihan pada penderita.
Setelah persalinan mungkin lebih lambat karena ibu dalam keadaan istirahat
penuh.
- Tinggi fundus uteri
Dengan mengecilnya rahim, tinggi dasar rahim makin hari makin rendah.
Pada hari pertama dan kedua postpartum persalinan tinggi dasar rahim adalah
satu jari di bawah pusat.
Pada hari kelima pasca persalinan di pertengahan antara simfisis pusat.
Pada hari ke 10 pasca persalinan rahim tidak teraba lagi.
- Tekanan darah
Biasanya tidak berubah
Tekanan darah rendah akan menyebabkan perdarahan
Tekanan darah tinggi akan menyebabkan preeklamsi post partum.
- Lokhia
Lokhia adalah kotoran yang keluar dari liang senggama dan terdiri dari jaringan-
jaringan mati dari lendir berasal dari rahim dan liangg senggama.
Menurut warnanya lokhia disebut:
Lokia rubra:
Berwarna merah
Terdiri dari lendir,darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
Terdapat pada hari ke 1-2
Lokhia sanguinolenta:
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir.
Terdapat pada hari ke 3-7
Lokhia serosa:
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi.
Mengandung serum, leukosit, dan robekan/ laserasi plasenta.
Terdapat pada hari ke 7-14
Lokhia alba:
Berwarna putih
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir servik, dan serabut
jaringan yang mati.
Berlangsung 2-6 minggu.
Perubahan pengeluaran lochea yang menunjukkan keadaan yang abnormal seperti
Perdarahan yang berkepanjangan
Pengeluaran lochea yang tertahan
Lokhea purulenta, berbentuk nanah
Rasa nyeri yang berlebihan
Dengan memperhatikan bentuk perubahan dapat diduga terdapat sisa plasenta
yang merupakan sumber perdarahan.
( Sumber: Rustam 1998)
C. PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS
Perubahan psikologis pada masa nifas ada 3 tahapan yaitu :
1. Periode taking in
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari setelah persalinan. Ibu masih pasif dan sangat
tergantung, focus perhatianterhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman
melahirkan dan persalinan yang di alami, kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan
meningkat.
2. Periode taking hold
Berlangsung pada hari ke 3-4 post partum. Ibu lebih berkonsentrasi pada
kemampuannya menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada
masa ibu menjadi sangat sensitive sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan
perawat dalam menghadapi kritikan yang di hadapkan pada ibu.
3. Periode letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Secara penuh merupakan pengaturan bersama
keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa
kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.
D. Pemeliharaan kesehatan ibu dalam masa nifas
Mobilisasi
Kini perawatan puerperium lebuh aktif dengan dianjurkan untuk melakukan
mobilisasi dini. Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan:
Melancarkan pengeluaran lokhea sehingga mengurangi infeksi puerperium
Mempercepat involusi alat kandungan
Melancarkan fungsi alat gastro intensial dan alat perkemihan
Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI
dan pengeluaran metabolisme
Istirahat
Istirahat
Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
Dalam kurang lebih 6 minggu setelah melahirkan ibu tidak boleh bekerja berat
dan harus cukup waktu untuk istirahat.
Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
- Mengurangi jumlah ASI yang dikonsumsi
- Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak pendarahan
- Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
Gizi
Masalah gizi perlu mendapat perhatian pada kala nifas untuk dapat meningkatkan
kesehatan dan pemberian ASI. Penjabaran empat sehat lima sempurna perlu
diperhatikan dan diterjemahkan untuk masyarakat. Diantaranya penjabaran dapat
dinasehatkan makanan yang sehat yaitu terdapat nasi, lauk, sayur secukupnya dan
ditambah satu telur sehari. Makanan harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori.
Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, , sayur-sayuran dan buah-
buahan. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari ( anjurkan ibu untuk minum setiap
kali menyusui)
Pakaian
Pakaian agak longgar terutama di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan.
Daerah perut tidak perlu di ikat dengan kencang karena tidak akan mempengaruhi
involusi. Pakaian dalam sebaiknya sangat menyerap sehingga lokhia tidak
memberikan iritasi pada sekitarnya.
Miksi
Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat.
Meskipun demikian ibu sering mengalami kesukaran dalam buang air kecil karena :
Perasaan untuk ingin buang air kecil ibu kurang, meskipun kandung seni penuh.
Uretra mungkin agak tersumbat karena perlukaan atau odem dari dindingnya akibat
tekanan oleh kepala bayi.
Ibu tidak bisa buang air kecil dengan berbaring.
Sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m. sphincter ani
selama persalinan,
Sebaiknya dilakukan kateterisasi dengan memperhatikan jangan sampai terjadi
infeksi, oleh karena mudah sekali timbul uretritiis, sistitis, dan juga pielitis.
Umumnya partus lama, yang kemudian di akhiri dengan ekstraksi vakum, dapat
mengakibatkan hal-hal yang demikian sampai terjadi retensio urine. Bila perlu
dipasang dauer catheter untuk memberi istirahat pada otot-otot kandung kencing.
Defekasi
Defekasi atau buang air besar harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi
apalagi agak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal. Dengan
diadakannya mobilisasi sedini-dininya, tidak jarang terjadi retensio urine et alvi
dapat di atasi. Disini dapat di tekankan bahwa wanita baru bersalin memang
memerlukan istirahat berjam-jam pertama postpartum, akan tetapi jika ibu bersalin
dengan normal tanpa kelainan.
E. PERAWATAN MASA NIFAS
1. Perawatan Luka Perineum
Tujuan perawatan pada masa nifas menurut Hamilton (2002) adalah mencegah
terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan. Perawatan luka
perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang
dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai
dengan kembalinya organ genetic seperti pada waktu sebelum hamil.
Waktu perawatan:
1. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepaskan pembalut, setelah terbuka maka
ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada
pembalut, maka perlu di lakukan penggantian pembalut , demikian pula pada
perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
2. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni pada
rectum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
3. Setelah buang air besar
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran di sekitar anus,
untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari usus ke perineum yang letaknya
bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara
keseluruhan.
Penatalaksanaan
1. Persiapan
a. Ibu post partum
Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu
jongkok jika ibu mampu,atau berdiri dengan posisi kaki terbuka.
b. Alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan adalah botol, baskom, gayung atau shower air hangat
dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, pembalut
nifas baru dan antiseptic.
2. Penatalaksanaan
Perawatan khusus perineal bagi wnaita adalah setelah melahirkan anak mengurangi
rasa tidak nyaman, kebersihan, mencegah infeksi dan meningkatkan penyembuhan
dengan prosedur pelaksanaan menurut Hamilton (2002) adalah sebagai berikut:
a. Mencuci tangan
b. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rectum
dan letakkan pembalut tersebut ke kantong plastic.
c. Berkemih dan BAB ke toilet
d. Semprotkan ke seluruh perineum dengan air biasa ( jangan air hangat )
e. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang
f. Pasang pembalut dari depan ke belakang
g. Cuci kembali tangan
3. Evaluasi
Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah:
a. Perineum tidak lembab
b. Posisi pembalut tepat
c. Ibu merasa nyaman
2. Perawatan payudara post partum
a. Pengertian
Perawatan mamae telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas,
tidak keras dan kering sebagai persiapan menyususi bayinya..
b. Tujuan
Tujuan dari perawatan payudara adalah memelihara kebersihan payudara,
melancarkan pengeluaran ASI, serta mencegah bendungan atau pembengkakan
payudara.
c. Waktu dari pelaksanaan perawatan payudara adalah:
Pertama kali dilakukan pada hari ke-2 setelah melahirkan.
Dilakukan minimal dua kali sehari
d. Persyaratan untuk mencapai hasil terbaik
1. Pengurutan harus dikerjakan secara sistematis dan teratur minimal dua kali
dalam sehari.
2. Memperhatikan kebersihan sehari-hari
3. Memakai BH yang bersih dan bentuknya yang menyokong payudara
4. Memperhatikan makanan dengan menu seimbang
5. Menghindari rokok dan minuman beralkohol
6. Istirahat yang cukup dan pikiran yang tenang
e. Alat-alat yang digunakan
1. Baby oil secukupnya
2. Dua buah kom sedang
a. Berisi air hangat
b. Berisi air ddingin
3. Dua buah washlap
4. Handuk
f. Langkah-langkah
1. Tuangkan minyak/lotion/baby oil secukupnya
2. Frinction
Sokongan payudara kiri dengan kiri, kanan dengan tangan kanan , kedua jari
tangan yang berlawanan membuat gerakan memutar sambil menekan dari
pangkal payudara dan berakhir pada putting susu, setiap bagian payudara
minimal dua kali gerakan.
3. Massage
Tempatkan kedua telapak tangan di antara kedua payudara. Urut payudara dari
tengan ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan, lakukan
gerakan ini 30 kali.
4. Sokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut
payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah putting susu. Lakukan
gerakan ini 30 kali gerakan.
3. Pemberian ASI
ASI eksklusif merupakan makanan dan minuman untuk bayi sampai umur 6 bulan
tanpa tambahan makanan pendamping lainnya. Bayi normal sudah dapat disusui segera
setelah lahir. Lamanya disusui hanya untuk satu dua menit pada setiap payudara. Dengan
mengisapnya bayi terjadi perangsangan terhadap pembentukan ASI dan secara tidak
langsung rangsangan isapan membantu mempercepat pengecilan uterus.
Pada hari ketiga bayi sudah harus menyusu selama 15-20 menit pada mammae
ibu dengan jarak waktu tiap 3-4 jam. Akan tetapi, apabila diantara waktu itu bayi
menangis karena lapar, bayi dapat disusui pada satu mammae secara bergantian.
Pemberian ASI harus dianjurkan kepada setiap ibu yang melahirkan oleh karena:
- Asi yang pertama (kolostrum) mengandung beberapa benda penagkis ( anti-body)
yang dapat mencegah infeksi pada bayi.
- Bayi yang minum asi jarang menderita gastroenteritis
- Lemak dan protein asi mudah dicerna dan diserap secara lengkap dalam saluran
pencernaan, asi merupakan susu yang paling baik untuk pertumbuhan dan tidak
mungkin bayi akan berlebihan dengan asi.
- Pemberian asi merupakan jalan satu-satunya yang paling baik untuk mengeratkan
hubungan ibu dan bayinya, dan ini sangat dibutuhkan bagi perkembangan bayi
yang normal terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.
- Asi merupakan susu buatan alam yang lebih baik daripada susu buatan mana pun
oleh kerena mengandung antibody, segar, murah, tersedia setiap waktu, dengan
susu yang sebaik-baiknya untuk diminum.
(Sumber : Sarwono 2008)
Cara meneteki bayi:
Bayi dapat ditetekkan dengan cara ibu tertidur miring atau duduk.
Pada cara duduk, ibu harus duduk dikursi dengan punggung bersandar tegak. Agar
kaki tidak menggantung, kaki harus mencapai lantai atau kaki diletakkkan di atas
suatu papan dingklik.
Sebelum meneteki, tangan ibu, buah dada dan putting susu harus dibersihkan lebih
dahulu.
Mendekap tubuh bayi ke tubuh ibu, kepala,tubuh dan pantat bayi sejajar dengan
putting susu Bayi dibaringkan, kemudian putting susu dimasukkan ke dalam mulut
bayi sampai daerah gelap disekitar putting susu untuk menghindari lecet pada
payudara.
Supaya bayi dapat longgar bernafas, maka ibu jari dan jari telunjuk ibu menekan
bagian atas buah dada yang ditetekkan.
Menetekkan bayi tidak dianjurkan bilamana ibu dalam keadaan sakit menular, ibu
dalam keadaan panas yang tinggi, ibu sakit jiwa, epilepsi, dan bila ada sumbing pada
langit-langit mulut bayi.
( Sumber: Perawatan Ibu Di Pusat Kesehatan Masyarakat 2005)
4. Memandikan bayi
Pertama lengan kiri menghimpit badan bayi, dan lengan kanan menahan kepala.
Bersihkan kepala dan muka dengan kain yang cukup halus.
Kepala bayi dipergelangan ibu, ibu jari kiri ibu memegang bahu bayi yang terjauh
(bahu kiri). Ke empat jari kiri lainnya pada ketiak bayi. Tangan kanan ibu
menahan pantat bayi.
Kemudian bersihkan bagian leher bayi, lipatan-lipatan kaki serta tangan,sampai
kaki bayi.
Balikkan badan bayi sehingga anak tengkurap. Tangan kiri ibu memegang bahu
yang terjauh (bahu kanan)
( Sumber: Perawatan Ibu Di Pusat Kesehatan Masyarakat 2005)
5. Perawatan tali pusat
Sebelum perawatan tali pusat siapkan alat-alat yang diperlukan seperti kasa
steril,alcohol.
Sesudah bayi dimandikan, tali pusat dikeringkan.
Kemudian tali pusat dibungkus dengan kasa steril yang sebelumnya telah
dibersihkan dengan menggunakan alcohol dan dikeringkan.
( Sumber: Perawatan Ibu Di Pusat Kesehatan Masyarakat 2005 )
6. Pemberian imunisasi kepada bayi
usia Vaksin
0-7 hari Hepatitis B
1 bulan BCG, Polio
2 bulan Hepatitis B, DPT, Polio
3 bulan DPT II, Polio III
4 bulan DPT III, Polio IV
7 bulan Hepatitis B
9 bulan Campak
F. Infeksi kala nifas
Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin
maningkatnya pembentukan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadinya
penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi
peningkatan suhu sekitar 0,5 0C yang bukan merupakan keadaan yang patologis atau
menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat
masuknya kuman ke dalam tubuh,sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas. Infeksi
kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh
sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38 OC tanpa
menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 ( dua ) hari.
Faktor predisposisi infeksi kala nifas diantaranya:
Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar.
Tindakan operasi persalinan
Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah.
Ketuban pecah dini atau pada pembekuan masih kecil melebihi enam jam.
Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan antepartum
dan postpartum, anemi pada masa kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu hamil
dengan penyakit infeksi.
( Sumber: Sarwono 2008 )
1. Mekanisme terjadinya infeksi kala nifas
Terjadinya infeksi kala nifas adalah sebagai berikut:
Manipulasi penolong: terlalu sering malakukan pemeriksaan dalam, alat yang
dipakai kurang steril.
Infeksi yang di dapat di rumah sakit (nosokomial)
Hubungan seks menjelang persalinan
Sudah terdapat infeksi intrapartum: persalinan lama terlantar, ketuban pecah lebih
dari enam jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh ( local infeksi )
Bentuk infeksi kala nifas dari yang bersifat local sampai terjadi sepsis dan kematian
puerperium. Bentuk infeksi dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Bentuk infeksi local.
Infeksi pada luka episiotomy
Infeksi pada vagina
Infeksi pada serviks yang luka
2. Bentuk infeksi general
Parametritis
Peritonitis
Sepsikemia dan piemi
3. Penyebaran infeksi kala nifas dapat melalui:
Berkelanjutan- perkontinuitatum
Melalui pembuluh darah
Melalui pembuluh limfa
Penyebaran melalui bekas inplantasi plasenta.
Gambaran klinis infeksi kala nifas dapat dalam bentuk:
a. Infeksi local
Pembengkakan luka episiotomy
Terjadi pernanahan
Perubahan warna local
Pengeluaran lokia bercampur nanah
Mobilisasi terbatas karena rasa sakit
Temperature badan dapat meningkat.
b. Infeksi umum
Tampak sakit dan lemah
Temperature meningkat di atas 390C
Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.
Pernafasan dapat meningkatkan dan terasa sesak
Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma
Terjadi gangguan involusi uterus
Lokia: berbau dan bernanah serta kotor.
Dengan gambaran klinik seperti itu bidan dapat menegakkan diagnosis infeksi
kala nifas. Pada kasus dengan infeksi ringan, bidan dapat memberikan pengobatan,
sedangkan infeksi kala nifas yang berat sebaiknya bidan berkonsultasi atau merujuk
penderita.
Persalinan normal yang ditolong dengan baik, tidak terlalu banyak terjadi infeksi
kala nifas. Dalam upaya menurunkan infeksi kala nifas dapat dilakukan pencegahan
sebagai berikut:
1. Pencegahan pada waktu hamil
Meningkatkan keadaan umum penderita
Mengurangi factor predisposisi infeksi kala nifas
2. Saat persalinan
Perlukaan dikurangi sebanyak mungkin.
Perlukaan yang terjadi dirawat sebaik-baiknya.
Mencegah terjadinya perdarahan postpartum
Kurangi melakukan pemeriksaan dalam
Hindari persalinan yang berlangsung lama.
3. Kala nifas
Lakukan mobilisasi dini sehingga darah lokia keluar dengan lancar.
Perlukaan dirawat dengan baik
Rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi infeksi nosokomial
2. Keadaan abnormal yang dapat menyertai kala nifas
Beberapa keadaan abnormal yang dapat menyertai kala nifas:
1. Keadaan abnormal dalam rahim
a. Subinvolusi uteri
Segera setelah persalinan berat rahim sekitar 1.000 gr dan selanjutnya
mengalami masa proteolitik, sehingga otot rahim menjadi kecil ke bentuknya
semula. Pada beberapa keadaan terjadinya proses involusi rahim tidak
berkeadaan demikian disebut subinvolusi uteri. Penyebab terjadinya involusi
uteri adalah terjadi infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan
selaputnya, terdapat bekuan darah atau mioma uteri.
Bidan sebaiknya melakukan konsultasi ke puskesmas, dokter, dan rumah sakit
sehingga penderita mendapatkan pengobatan yang tepat.
Dengan petunjuk dokter selanjutnya bidan dapat melakukan perawatan
setempat.
b. Perdarahan kala nifas sekunder
Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam
pertama. Kejadian tidak terlalu besar, apalagi dengan makin gencarnya
penerimaan gerakan keluarga berencana. Penyebab utama perdarahan kala
nifas sekunder adalah terdapatnya sisa plasenta atau selaput ketuban ( pada
grandemultipara dan kelainan bentuk implantasi plasenta ), infeksi pada
endometrium dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk mioma uteri bersamaan
dengan kehamilan dan inversio uteri.
c. Flegmasia alba dolens
Flegmasia alba dolens merupakan salah satu bentuk infeksi puerperalis yang
mengenai pembuluh darah vena femoralis. Vena femoralisa yang terinfeksi
dan disertai pembentukan trombosit dapat menimbulkan gejala klinik sebagai
berikut:
Terjadi pembengkakan pada tungkai
Berwarna putih
Terasa sangat nyeri
Tampak bendungan pembuluh darah
Temperature badan dapat meningkat.
Infeksi vena femoralis dapat dijumpai dengan predisposisi pada penderita usia
lanjut, multiparitas, dan persalinan dengan tindakan operasi.
2. Keadaan abnormal pada payudara
Payudara telah dipersiapkan sejak mulai terlambat datang bulan sehingga pada waktunya
dapat memberikan ASI dengan sempurna. Untuk dapat melancarkan pengeluaran ASI
dilakukan persiapan sejak awal halmil dengan melakukan massae, menghilangkan kerak pada
putting susu sehingga duktusnya tidak tersumbat. Putting susu saat mandi perlu ditarik-tarik
sehingga menonjol untuk memudahkan menghisap ASI.
Berbagai variasi putting susu sudah dapat terjadi diantaranya terlalu kecil, putting susu
mendatar, dan putting susu masuk ke dalam. Pengeluaran ASI pun dapat bervariasi seperti
tidak keluar sama sekali (agalaksia), ASI sedikit ( oligolaksia), terlalu banyak poligalaksia,
dan pengeluaran berkepanjangan ( galaktorea ).
Beberapa keadaan abnormal yang mungkin terjadi :
1. Bendungan ASI
Karena ada sumbatan pada saluran ASI
Keluhan : mamae bengkak, keras dan terasa panas sampai suhu badan
meningkat.
Penangananya: pengosongan ASI dengan masase atau pompa, memberikan
estradiol sememtara menghentikan pembuatan ASI dan pengobatan
simtomatis sehingga keluhan berkurang.
2. Mastitis dan abses mamae
Terjadi bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan infeksi
mamae. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi mamae adalah stafilokokus
aureus yang masuk melalui luka putting susu. Infeksi menimbulkan demam, nyeri
local pada mamae, terjadi pemadatan mamae, dan terjadi perubahan warna kulit
mamae. Penderita dengan mastisis perlu mendapatkan pengobatan yang baik
dengan antibiotic dan obat simptomisis.
Infeksi mamae ( mastisis ) dapat berkelanjutan menjadi abses dengan
criteria warna kulit menjadi merah, terdapat nyeri dan pada pemeriksaan terdapat
pembengkakan, dibawah kulit teraba cairan. Dalam keadaan abses mamae perlu
dilakukan inisis agar nanahnya dapat keluar dan mempercepat kesembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E.2001. Rencana Asuhan Keperwatan Maternal Edisi 3. Jakarta. EGC
Manuaba ,IBG>Ilmu Kebidana,Penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
Pendidikan Bidan.Jakarta :Penerbit Buku kedokteran EGC.1998
Prawiroharjo,sarwono,Ilmu Kandungan.Jakarta:Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.2005
Prawiroharjo,sarwono,Ilmu Kebidanan.Jakarta:Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.2007
Denpasar,
Mengetahui Mahasiswa ,
Pembimbing Praktek,
( R.R. Rahmawati, S.SiT ) ( Kadek Avian Julianto )
NIP. NIM.
Mengetahui
Pembimbing Akademik
( )
NIP.
top related