laporan glukosa darah - biokim 1
Post on 30-Dec-2015
708 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
A. Judul Percobaan :
Penentuan Kadar Glukosa Darah
B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013
C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013
D. Tujuan :
Menentukan kadar glukosa dalam darah.
E. Dasar Teori :
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa, karena
mempunyai sifat dapat memuta cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam,
glukosa terdapat dala buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal
mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70 – 100
mg tiap 100 ml darah. pankreas. Insulin membantu glukosa dalam darah masuk ke
sel untuk menghasilkan tenaga. Gula darah yang tinggi dapat berarti bahwa
pankreas tidak memproduksi cukup insulin, atau jumlah insulin cukup namun
tidak bereaksi secara normal. Hal ini disebut dengan resistensi insulin. Tingkat
gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan
keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh
pankreas.
Penentuan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan berbagai metode.
Salah satu metode yang digunakan untuk penentuan kadar glukosa darah adalah
reaksi reduksi ion kupri (Cu2+) di dalam larutan kupritartrat oleh glukosa darah
menjadi ion kupro (Cu+) dalam suasana basa. Sebelumnya darah harus bebas
protein (deproteinasi filtrat darah). Deproteinasi dilakukan karena dalam
menentukan kadar glukosa darah maka albumin/protein dalam darah harus
dihilangkan karena protein juga dapat bereaksi dengan Cu, ketika protein telah
terdenaturasi maka tidak akan mengganggu absorbansi glukosa dengan analisis
spektrofotometri UV-VIS sehingga didapatkan hasil yang valid untuk penentuan
kadar glukosa.
Senyawa Cu2O yang terbentuk dari hasil penambahan larutan kupritartrat
bereaksi dengan asam fosfomolibdat membentuk senyawa fosfomolibdenum
oksida yangberwarna biru tua. Intensitas warna biru yang terbentuk sebanding
dengan kadar glukosa didalam darah sampel sehingga dapat diukur serapannya
secara spektrofotometri. Filtrat bebas protein dipanaskan dalam larutan tembaga
alkalis akan menghasilkan Cu2O. Kemudian Cu2O direaksikan dengan asam
fosfomolibdat yang akan menghasilkan warna biru yang dapat dibaca pada
spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm. Intensitas warna biru molibdat
ini merupakan ukuran banyaknya tembaga yang direduksi dengan demikian
menyatakan jumlah glukosa yang diperoleh dibandingkandengan standar. Metode
ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain hanya dibutuhkan dua pelarut,
filtrat yang terbentuk lebih netral, dan proses filtrasi ebih cepat.
Spektrofotometer UV VIS adalah semacam alat ukur yang bekerja
berdasarkan prinsip spektrofotometri. Sederhananya adalah berdasarkan
penyerapan panjang gelombang. Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan
Hukum Lambert Beer, bila cahaya monokromatik melewatisuatu media, maka
sebagian cahaya tersebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagiandipancarkan.
Perubahan warna yang terjadi diamati dan intensitas warnanya diamati dengan
spektronik-20 pada panjang gelombang maksimum yaitu 660 nm.
A = k x c x lDimana :
A : absorbansi (serapan cahaya)
k : koefisien ekstintik molar larutan
l : tebal kuvet
c : konsentrasi sampel
Berdasarkan hukum lambert-Beer, serapan cahaya berbanding lurus dengan
konsentrasi.
Konsentrasi glukosa darah merupakan faktor yang sangat penting untuk
kelancaran kerja tubuh. Kadar normal glukosa dalam darah 70-90 mg/ 100 mL.
Keadaan dimana kadar glukosa berada di bawah 70-90 mg/ 100 mL disebut
hipoglisemia, sedangkan di atas 90 mg/ 100 mL disebut hiperglisemia.
F. Alat Dan Bahan:
Alat
1. Spektrofotometer UV-VIS
2. Sentrifuge
3. Tabung reaksi
4. Penangas air
5. Larutan Cu alkalis
6. Gelas ukur
7. Gelas piala
Bahan
1. Larutan Ba(OH)2 0,3 N
2. Larutan ZnSO4.7H2O 5%
3. Larutan standar glukosa 1 mg/L
4. Pereaksi arsenomolibdat
0,1 ml darah “oxalated”
Dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge yang berisi 1,9 mL akuadesDicampur dengan baik (dengan pengadukDitambah 1,5 mL Ba(OH)2 0,3 NDiaduk hingga rataDitambahkan lagi 1,5 mL ZnSO4.7H2O 5%Dicampur dengan baikDidiaamkan selama 5 menitDisentrifuge selama 10 menitDidekantasi
Residu Filtrat (filtrat darah bebas protein)
Dilakukan uji biuret 3-5 tetes
Hasil
G. Alur Percobaan
1. Deproteinasi Filtrat Darah
1,0 ml Filtrat darah bebas protein
Dimasukkan ke dalam tabung reaksiDitambah 1,0 mL pereaksi Cu alkalisDimasukkan ke dalam air mendidih selama 20 menit, kemudian dimasukkan dalam air dinginDitambahkan 1,0 mL pereaksi arsenomolibdat Diaduk hingga merataDibaca absorbansinya
Hasil
1 ml glukosa 0,5 mg/ml1 ml glukosa 0,4 mg/ml1 ml glukosa 0,3 mg/ml1 ml glukosa 0,2 mg/ml1 ml glukosa 0,1 mg/ml
Hasil Pengamatan
Dipipet masing-masing dimasukkan dalam tabung reaksiDitambah 1,0 mL pereaksi Cu alkalisDimasukkan ke dalam air mendidih selama 20 menitDimasukkan ke dalam air dinginDitabahkan 1,0 mL pereaksi arsenomolibdatDiaduk sampai merataDibaca absorbansinya
2. Penentuan Kadar Glukosa dalam Darah
3. Pembuatan Kurva Standart
Hasil Pengamatan
- Dipipet masing-masing dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambah 1,0 mL pereaksi Cu alkalis
- Dimasukkan ke dalam air mendidih selama 20 menit
- Dimasukkan ke dalam air dingin
- Ditabahkan 1,0 mL pereaksi arsenomolibdat
- Diaduk sampai merata- Dibaca absorbansinya
1 ml larutan blanko
Hasil Pengamatan
Dipipet masing-masing dimasukkan dalam tabung reaksiDitambah 1,0 mL pereaksi Cu alkalisDimasukkan ke dalam air mendidih selama 20 menitDimasukkan ke dalam air dinginDitabahkan 1,0 mL pereaksi arsenomolibdatDiaduk sampai merataDibaca absorbansinya
4. Larutan Blanko
H. Hasil Pengamatan
No.
Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
1. Sebelum
- Aquades : tak berwarna
- Ba(OH)2 0,3 N : larutan
jernih jernih tak
berwarna
- Darah : merah
- ZnSO4.7H2O : larutan
jernih tidak berwarna
Sesudah
- Darah + aquades : merah
- Setelah ditambah
Ba(OH)2 : larutan darah
menjadi hijau
kecokelatan.Terdapat
gelembung dan
terbentuk 2 lapisan
Lapisan atas : jernih dan
tak berwarna
Lapisan bawah: endapan
hijau keruh
- Setelah
Ba(OH)2
sebagai suasana
basa dan
mengendapkan
albumin
ZnSO4.7H2O
membantu
pengendapan
protein dalam
darah sehingga
filtrat darah
setelah
didekantasi
akan bebas dari
protein
Filtrat darah yang
dihasilkan berwarna
biru setelah dilakukan
uji biuret. Sehingga
filtrate darah yang
dihasilkan masih
mengandung protein.
0,1 ml darah “oxalated”
- Dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge yang berisi 1,9 mL akuades
- Dicampur dengan baik (dengan pengaduk
- Ditambah 1,5 mL Ba(OH)2 0,3 N
- Diaduk hingga rata
- Ditambahkan lagi 1,5 mL ZnSO4.7H2O 5%
- Dicampur dengan baik
- Didiamkan selama 5 menit
- Disentrifuge selama 10 menit
- Didekantasi
Residu Filtrat (filtrat darah bebas protein)
Dilakukan uji biuret 3-5 tetes
Hasil
1,0 ml Filtrat darah bebas protein
Dimasukkan ke dalam tabung reaksiDitambah 1,0 mL pereaksi Cu alkalisDimasukkan ke dalam air mendidih selama 20 menit, kemudian dimasukkan dalam air dinginDitambahkan 1,0 mL pereaksi arsenomolibdat Diaduk hingga merataDibaca absorbansinya
Hasil
2. Sebelum:
- Cu alkalis : larutan
berwarna biru jernih
- Arsenomolibdat :
larutan jernih tak
berwarna.
Sesudah :
- Filtrat darah + Cu
alkalis : larutan biru
muda jernih.
- Setelah dipanaskan :
terbentuk endapan putih
(+), larutan biru jernih.
- Setelah didinginkan :
terbentuk endapan putih
(++), larutan biru jernih
- Absorbansi = 0,020
Glukosa darah
akan mereduksi
ion Cu+ dalam
suasana basa dan
hasil reduksi
akan bereaksi
dengan
asrsebomolibdat
menghasilkan
warna biru
Kadar gula
normal adalah
70-90
mg/100mL
Diperoleh nilai
absorbansi sebesar
0,020
Konsentrasi sampel
adalah -0,180
3. Sebelum :
- Glukosa : larutan jernih
tak berwarna.
- Cu alkalis : larutan biru
jernih.
- Arsenomolibdat :
larutan jernih tidak
berwarna.
Sesudah:
- Glukosa + Cu alkalis :
larutan berwarna biru
jernih.
- Setelah dipanaskan :
Tabung 1 : larutan berwarna biru jernih (++).Tabung 2 : larutan berwarna hijau kebiruan, jernih (+)Tabung 3 : larutan berwarna hijau kebiruan (-)Tabung 4 : larutan
Semakin besar
konsentrasi maka
semakin besar
nilai absorbansi
Semakin
besar
konsentrasi
maka semakin
besar nilai
absorbansi
y = 0,65521x +
0,13788
1 ml
glukosa
0,2 ppm
Hasil Pengamatan
- Dipipet masing-masing dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambah 1,0 mL pereaksi Cu alkalis
- Dimasukkan ke dalam air mendidih selama 20 menit
- Dimasukkan ke dalam air dingin
- Ditabahkan 1,0 mL pereaksi arsenomolibdat
- Diaduk sampai merata- Dibaca absorbansinya
1 ml
glukosa
0,2 ppm
1 ml
glukosa
0,2 ppm
1 ml
glukosa
0,2 ppm
1 ml
glukosa
0,2 ppm
1 ml larutan blanko
Hasil Pengamatan
Dipipet masing-masing dimasukkan dalam tabung reaksiDitambah 1,0 mL pereaksi Cu alkalisDimasukkan ke dalam air mendidih selama 20 menitDimasukkan ke dalam air dinginDitabahkan 1,0 mL pereaksi arsenomolibdatDiaduk sampai merataDibaca absorbansinya
4. Sebelum
- Larutan balnko (akuades) : tidak berwarna
- Cu alkalis : larutan berwarna biru jernih
- Arsenomolibdat : larutan jernih tak berwarna.
Sesudah - Blanko + Cu
alkalis : biru jernih- Setelah ditambahkan
arsenomolibdat : larutan hijau
I. Analisis Data
1. Denaturasi protein dalam darah
Pada percobaan ini bertujuan untuk memperoleh sampel filtrat
darah yang bebas protein. Yang pertama dilakaukan adalah 0,1 mL (2
tetes) darah yang oxalated dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse,
kemudian ditambahkan aquades sebanyak 1,9 mL. Penambahan aquades
bertujuan untuk mengencerkan darah yang digunakan sehingga albumin
dalam darah akan terlarut oleh aquades. Albumin adalah protein yang
dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas dan biasanya
terdapat dalam serum darah.
Kemudian ditambahkan 1,5 mL Ba(OH)2 0,3 N (larutan tidak
berwarna), larutan tetap tidak berwarna. Larutan Ba(OH)2 tersebut
berperan untuk mengendapkan albumin yang terlarut dalam air. Lalu
ditambahkan 1,5 mL ZnSO4 5% (larutan tak berwarna), larutan menjadi
keruh berwarna hijau kecoklatan. Kemudia larutan didiamkan selama 5
menit. Tujuan didiamkan ini agar terjadi endapan albumin secara
sempurna. Penambahan ZnSO4 ini berfungsi sebagai katalisator untuk
mempercepat reaksi pengendapan albumin oleh Ba(OH)2.
Selanjutnya larutan disentrifuge selama 10 menit agar terjadi
endapan albumin secara sempurna, dan dihasilkan lapisan atas merupakan
larutan bening dan tetap terdapat endapan berwarna hijau keruh. Dimana
bagian yang bening/tak berwarna merupakan albumin darah yang
merupakan filtrat darah bebas protein sedangkan bagian yang mengendap
merupakan filtrat darah yang tak tersentrifuge secara sempurna.
Kemudian dilakukan dekantasi pada larutan tersebut sehingga
diperoleh filtrat darah bebas protein tak berwarna dan diuji dengan
penambahan 2 tetes biuret (biru jernih), ternyata larutan tersebut tetap tak
berwarna/bening, hal ini menandakan filtrat tersebut bebas dari protein.
2. Penentuan Kadar Glukosa Darah
Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar glukosa
darah pada sampel filtrate bebas protein dari percobaan pertama diatas.
Pada penentuan kadar glukosa darah yang dilakukan adalah diambil
1 mL filtrat darah bebas protein hasil sentrifuge dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Selanjutnya ditambahkan 1 mL larutan Cu alkalis (biru
jernih) dan larutan menjadi berwarna biru mudda jernih. Dimana
penambahan Cu alkalis ini berfungsi sebagai pereduksi glukosa dalam
sampel tersebut.
Kemudian larutan dimasukkan ke dalam air mendidih selama 20
menit, dimana pemanasan ini bertujuan untuk menambah laju reaksi oleh
Cu alkalis menghasilkan endapan putih (+) dan larutan berwarna biru
jernih. Lalu larutan didinginkan menghasilkan larutan warna biru jernih
dan endapan putih (++) bertambah.
Selanjutnya ditambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat yang
berwarna kuning jernih. Pada penambahan Cu alkalis terbentuk larutan
berwarna hijau ketika ditambahkan pereaksi arsenomolibdat, karena
larutan mengandung asam laktat dan ion Cu2+. Hal ini sesuai dengan
prinsip uji Tauber yang akan memberikan hasil positif (larutan biru) pada
larutan yang mengandung monosakarida (glukosa). Ion kupri (Cu+) akan
direduksi oleh gula menjadi kupro (Cu2+) dan mengendap sebagai Cu2O
(kuprooksida). Penambahan pereaksi arsenomolibdat tersebut bertujuan
agar Cu2O dapat larut kembali dan warna larutan berubah menjadi biru
tersebut karena adanya oksidasi arsenomolibdat.
Selanjutnya larutan diukur absorbansinya dengan metode
spektofotometri. Spektrometer absorbsi adalah sebuah instrumen untuk
mengukur absorbsi/penyerapan cahaya dengan energi (panjang
gelombang) tertentu oleh suatu atom/molekul. Dalam praktikum ini
pengukuran dilakukan pada panjang gelombang pada panjang gelombang
660 nm. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa absorbansi glukosa yang
diperoleh sebesar 0,020. Dan konsentrasi sampel -0,180.
3. Penentuan Kurva Standar
Pada percobaan ini bertujuan untuk membuat kurva standar dan
akan diperoleh kurva yang memiliki persamaan regresi untuk digunakan
sebagai penentuan kadar glukosa darah darah pada percobaan kedua.
Untuk membuat kurva standar tahap pertama yang harus dilakukan yaitu
membuat larutan standar. Larutan standar dibuat dengan cara larutan
glukosa 0,05 mg/mL. untuk larutan standart 0,01 mg/mL dibutuhkan 5 mL
larutan glukosa 0,05 mg/mL yang diencerkan dengan aquades sampai
volume 25 mL.
Selanjutnya untuk membuat larutan glukosa 0,008 mg/mL; 0,006
mg/mL; 0,004 mg/mL; 0,002 mg/mL digunakan rumus pengenceran:
M1x V1= M2x V2
Tahap selanjutnya, masing-masing larutan standart yang telah
dibuat dipipet 1 mL dan diletakkan pada lima tabung reaksiyang berbeda.
Kemudian ditambahkan 1 mL Cu alkalis pada masing-masing tabung dan
dihasilkan larutan yang berwarna biru jernih. Penambahan Cu Alkalis
mengakibatkan ion kupri (Cu+) akan direduksi oleh glukosa menjadi
kupro (Cu2+) dan mengendap sebagai Cu2O (kuprooksida). Setelah
ditambahkan Cu Alkalis, tabung reaksi dipanaskan dalam air mendidih
selama 20 menit. Pemanasan ini bertujuan untuk menambah laju reaksi
oleh Cu alkalis, lalu didinginkan. Larutan berubah warna menjadi merah
kecoklatan.
Kemudian ditambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat sehingga
larutan berwarna hijau. Penambahkan pereaksi arsenomolibdat bertujuan
agar Cu2O melarut lagi dan warna larutan akan berubah menjadi hijau
yang disebabkan oleh adanya oksidasi. Lalu larutan diukur absorbansinya
pada panjang gelombang 660 nm, pengukuran panjang gelombang
dilakukan pada panjanggelombang tersebut karena warna hijau memiliki
rentang panjang gelombang pada 610-750 nm.
Adapun absorbansi yang didapat adalah sebagai berikut:
- Glukosa 0,01 = 0,101 (hijau +++++)
- Glukosa 0,008 = 0,358 (hijau ++++)
- Glukosa 0,006 = 0,429 (hijau +++)
- Glukosa 0,004 = 0,355 (hijau ++)
- Glukosa 0,002 = 0,430 (hijau +)
Berdasarkan absorbansi yang didapat pada masing-masing larutan
standart, dapat diperoleh kurva kalibrasi sebagai berikut:
No. Konsentrasi Absorbansi
1 0,010 0,101
2 0,008 0,358
3 0,006 0,429
4 0,004 0,355
5 0,002 0,490
4. Pembuatan blanko
Larutan blanko dibuat sebagai larutan standar dimana dari larutan
blanko ini dapat diperoleh nilai absorbansi yang sebenarnya tanpa ada
partikel–partikel lain didalam larutan tersebut. Dengan perlakuan sebagai
berikut : dipipet 1 mL aquades dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.50
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
f(x) = 0.0775 x + 0.1141R² = 0.683513289603656
f(x) = − 0.002 x + 0.012R² = 1
Penentuan Kurva Standar
KonsentrasiLinear (Konsentrasi)AbsorbansiLinear (Absorbansi)
Konsentrasi
Abso
rban
si
Selanjutnya ditambahkan 1 mL larutan Cu alkalis (biru jernih) dan larutan
menjadi berwarna biru keruh. Kemudian larutan dimasukkan kedalam air
mendidih selama 20 menit, dimana pemanasan ini bertujuan untuk
menambah laju reaksi oleh Cu alkalis, lalu larutan didinginkan.
Selanjutnya ditambahkan 1 mL pereaksi arsenomolibdat yang
berwarna kuning jernih. Pada penambahan Cu alkalis terbentuk larutan
berwarna hijau ketika ditambahkan pereaksi arsenomolibdat, karena
larutan mengandung asam laktat dan ion Cu2+.
Hal ini sesuai dengan prinsip uji Tauber yang akan memberikan
hasil positif (larutan biru) pada larutan yang mengandung monosakarida
(glukosa). Ion kupri (Cu+) akan direduksi oleh gula menjadi kupro (Cu2+)
dan mengendap sebagai Cu2O (kuprooksida).
Penambahan pereaksi arsenomolibdat tersebut bertujuan agar Cu2O
dapat larut kembali dan warna larutan berubah menjadi biru tersebut
karena adanya oksidasi arsenomolibdat. Selanjutnya larutan diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 660 nm. Dan hasil absorbansi
yang didapat dari larutan blanko yang besar, lebih dari 0,001.
J. Diskusi
Dalam percobaan ini didapatkan kurva absorbansi yang tidak linear. Hasil
pengukuran kadar sampel filtrat darah bebas protein menunjukkan bahwa
absorbansi glukosa yang diperoleh sebesar 0,020. Dan konsentrasi sampel -0,180.
Hal ini disebabkan nilai absorbansi blanko pada percobaan kami terlalu besar,
yaitu lebih dari 0,001, sehinga faktor pengurangnya terlalu besar mengakibatkan
nilai absorbansi glukosa darah menjadi negatif. Seharusnya nilainya mendekati
atau sama dnegan 0,001. Hal ini mungkin dikarenakan proses pengenceran sampel
dan pengambilan larutan blanko yang tidak teliti.
K. Kesimpulan
Dari percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Filtrat darah yang digunakan dalam sampel telah bebas dari protein yang
ditandai oleh pengujian biuret menghasilkan warna larutan yang tidak
berwarna.
2. Hasil pengukuran kadar sampel filtrat darah bebas protein menunjukkan
bahwa absorbansi glukosa yang diperoleh sebesar 0,020. Dan konsentrasi
sampel -0,180.
3. Dengan pembuatan kurva larutan standar menghasilkan persamaan
regresi : y = -0,002x + 0,012
4. Larutan blanko dihasilkan nilai absorbansi sangat besar, yaitu lebih dari
0,001. Sehingga berpengaruh pada nilai absorbansi darah, karena
absorbansi blanko berperan sebagai faktor pengurangan.
L. Daftar Pustaka
Fesenden, J Ralp, dan Joan S. Fessenden. 2006. Kimia Organik Jilid 2.
Terjemahan Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Erlangga.
Imam. 2013. Laporan Praktikum Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah. (online).
http://imamri.wordpress.com/2013/06/13/laporan-praktikum-pemeriksaan-
kadar-glukosa-darah/ diakses tanggal 27 oktober 2013.
Lehninger, Albert L. 1992. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy
Thenawidjaja. Jakarta: Erlangga.
Tim. 2013. Penuntun Praktikum Biokimia. Surabaya : Universitas Negeri
Surabaya.
H2O
H
COH
+ 5OH- + 2CU2+(sitrat)
O-
COH
+ Cu2O(endapanmerahbata)
M. Jawaban Pertanyaan
1. Tentukan kadar glukosa darah dalam mg glukosa/ 100 ml darah
2. Apa fungsi proses pendidihan pada percobaan diatas?
Proses pendidihan pada percobaan di atas berfungsi untuk melepas ikatan
siklik dari glukosa sehingga gugus aldehid dari glukosa dapat mereduksi ion
kupri (Cu2+) di dalam larutan kupritartrat menjadi ion kupro (Cu+) dalam
suasana basa.
3. Jelaskan peranan hormon insulin dealam proses pengaturan kadar glukosa!
Hormon insulin berfungsi untuk Merangsang pengubahan glukosa ke
glikogen untuk disimpan dalam hati,membantu glukosa dalam darah masuk
ke sel untuk menghasilkan tenaga.dan merangsang oksidasi glukosa untuk
tujuan respirasi dalam sel. Sehingga Apabila kadar glukosa terlampau rendah,
kurang dari jumlah normal, sel alfa pada kelenjar Langerhans akan
mensekresikan lebih banyak hormon glukagon, kadar glukosa dalam darah
akan naik, proses ini akan berlanjut sehingga kadar glukosa dalam darah
berada pada jumlah normal.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Untuk 0,5 mg/ml
M 1V 1=M2 V 2
1 ×V 1=0,5 × 10
V 1=5ml
Untuk 0,4 mg/ml
M 1V 1=M2 V 2
1 ×V 1=0,4 ×10
V 1=4 ml
Untuk 0, 3 mg/ml
M 1V 1=M2 V 2
1 ×V 1=0,3 × 10
V 1=3ml
Untuk 0,2 mg/ml
M 1V 1=M2 V 2
1 ×V 1=0,2 ×10
V 1=2ml
Untuk 0,1 mg/ml
M 1V 1=M2 V 2
1 ×V 1=0,1 ×10
V 1=1ml
LAMPIRAN FOTO
Alat yang digunakan
Bahan yang digunakan
Darah oxalated ditambah aquades
Penambahan Ba(OH)2
dan ZnSO4
Disentrifuse selama 10 menit
Setelah disentrifuse, darah bebas protein
Dimasukkan ke dalam 5 tabung
Penambahan biuret (tetap tidak berwarna)
Pengenceran sampel glukosa dan penambahan Cu Alkalis
Dipanaskan selama 20 menit
Setelah dipanaskan, sampel berubah warna menjadi
merah kecoklatan
Didinginkan, kemudian dibaca absorbansinya
top related