kuswanto editor in chief of agrivita journal of...

Post on 24-Aug-2019

226 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Kuswanto Editor in Chief of Agrivita Journal of Agricultural Science (AJAS) Fakultas Pertanian Univ. Brawijaya

Makalah Disampaikan pada Workshop Penelaahan Artikel Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya, 13-14, 20-21, 27-28 Desember 2012

ETIKA: PENEGASAN ISTILAH

Etika - moralitas atau perilaku yang baik dan pantas serta patut.

Secara luas : tata-krama, tata-tertib, disiplin-aturan, sopan-santun, pranata, norma, baik kemanusiaan maupun agama

Penelaahan = Penyuntingan

• Penyelarasan artikel dengan jurnal ilmiah yang dituju, agar artikel tersebut dapat diterbitkan sesuai dengan gaya selingkung yang diinginkan jurnal

• Penelaahan/penyuntingan adalah “jantungnya” jurnal terakreditasi

• Ada 3 kegiatan penyuntingan – Substansi mitra bestari

– Redaksional dan gaya penulisan editor jurnal

– Bahasa Proof reader

Penelaah=Penyunting (Mitra Bestari)

• Modal yang harus dimiliki seorang penyunting adalah waktu, kemauan, iktikad, kemampuan, disiplin kerja, dan peralatan.

• Penyunting berfungsi sebagai penghubung antara penulis dan pembaca, sehingga kaitan penulis, penyunting, pembaca harus tersambungkan oleh saluran selaras yang akrab dan terbuka karena memiliki satu bahasa, satu nada, satu irama, satu gelombang, satu tujuan

• Menjadi hak penyunting untuk

menentukan kebijakan menyangkut:

• gaya dan format

• tingkat keteknisan isi

• bentuk dan penampilan perwajahan

• ukuran pangkas serta tebal terbitan dan jilid

• keberkalaan

Penelaah=Penyunting (Mitra Bestari)

• Kesemuanya melahirkan suatu gaya selingkung, yang begitu diputuskan lalu menjadi kewajiban penyunting untuk terus menjaga kematapan dan ketaatasasannya secara mutlak.

• Penyunting hanya bertanggung jawab pada isi dan pengolahan naskah sampai diterbitkan sesuai gaya dan format yang dibakukan, kecuali ditentukan lain secara khusus,

Penelaah=Penyunting (Mitra Bestari)

KODE ETIK PENYUNTINGAN

Untuk memapankan tugas, peran,

kedudukan, dan fungsinya, perlulah

dipahami, dihayati, dan diamalkan

seperangkat kode etik cara bekerja dan

bersikap seorang penyunting menurut

(Prof.Mien Rifai, 2009).

1. TUJUAN PENYUNTINGAN

Tujuan utama pekerjaan seorang

penyunting adalah mengolah naskah

hingga layak terbit sesuai dengan

patokan pembakuan yang digariskan

dan dipersyaratkan .

2. SELALU TERBUKA, JUJUR

• Terbuka terhadap pendapat-pendapat

baru, walaupun bertentangan dengan

pendapat umum.

• Jujur pada diri sendiri.

• Apabila tidak mampu menilai, tidak

memberi petunjuk yang keliru pada

penulis.

3. TIDAK PILIH KASIH

• Tidak memenangkan pendapatnya

sendiri, pendapat temannya atau

pendapat penulis yang disenanginya.

• Tidak akan terjadi pilih kasih

berdasarkan hal-hal yang tidak ada

kaitannya dengan isi teknis sesuatu naskah.

4. TIDAK MENDIAMKAN NASKAH

• Tidak mendiamkan naskah, untuk

kemudian menolaknya

• Menggunakan pengetahuan yang

diperoleh dari naskah lalu menerbitkan

tulisan serupa atas namanya sendiri, adalah tindakan kriminal

5. MERAHASIAKAN ISI

• Merahasiakan hasil temuan yang terdapat dalam naskah agar gagasan, pendekatan, metode, hasil penemuan, dan simpulannya tidak sampai disadap orang lain.

• Mengikuti disiplin waktu yang ketat dalam mengolah naskah

• Menyesuaikan jadwal penerbitan agar tidak merugikan orang lain karena adanya prioritas penemuan, kemutakhiran data, kemajuan promosi, dan lain-lain.

6. DISIPLIN WAKTU

• Mengikuti disiplin waktu yang ketat dalam

mengolah naskah

• Menyesuaikan jadwal penerbitan agar

tidak merugikan orang lain karena adanya

prioritas penemuan, kemutakhiran data,

kemajuan promosi, dan lain-lain.

7. JUJUR PADA DIRI SENDIRI

• Penyunting harus jujur pada dirinya sendiri

kalau tidak mampu menilai suatu naskah

agar tidak memberi petunjuk yang salah pada penulis

8. TIDAK DISALAHGUNAKAN

• Kewenangan besar penyunting adalah

menangani dan memersiapkan naskah

penerbitan untuk melancarkan arus

informasi guna memajukan ilmu

• Tidak disalahgunaan untuk maksud-

maksud lain.

9. TANGGUNG JAWAB BENTUK FORMAL PENULISAN

• Penyunting hanya bertanggung jawab

pada bentuk formal penerbitan

• Yang bertanggung jawab atas isi dan

segala pernyataan dalam setiap tulisan

adalah penulis.

10. PENYUNTINGAN SECARA ANONIM

• Kegiatan penyuntingan bersifat anonim

• Penyunting tidak berhak atas kredit apa

pun dari sesuatu karya yang terbit,

• Penyunting hanya berhak atas kredit

kepenyuntingan.

11. SESUAI KEMAMPUAN

• Penyunting bertindak sebaik-baiknya

sesuai dengan apa yang ia ketahui,

sesuai dengan apa yang ia yakini, dan

sesuai pula dengan kemampuan yang ia miliki.

12.MEMBERITAHUKAN KE REDAKSI

• Penyunting berkewajiban memberitahu

surat tanda tibanya suatu naskah di meja

atau email atau OJS penyunting,

• Memberitahuan segera sesudah

diputuskan diterima, disarankan diperbaiki,

atau ditolaknya naskah

13.PENILAIAN SECARA RINCI

• Tidak hanya menilai secara umum, misal

“Naskah ini terlalu panjang”,atau “tulisan

sulit dipahami” dll

• Harus menunjukkan bagian yang harus

dibuang atau yang perlu ditambah

penekanan, peluasan, atau penyulihan.

14. MENGHARGAI GAYA PENULIS

• Sekalipun gaya penulis tidak berkenan

pada selera penyunting, jika maksud

penulis sudah jelas, dan teksnya tidak

bertele-tele ataupun samar

membingungkan, dan penyajiannya

sejalan dengan gaya selingkungan

majalah, penyunting berkewajiban

membiarkan gaya orang lain

15. TIDAK MERUBAH GAYA KALIMAT

• Tidak dibenarkan mengubah karya

seorang penulis hanya untuk

menyesuaikannya dengan gaya kalimat

penyunting semata

• Perubahan naskah yang disarankan

haruslah merupakan perbaikan nyata

dalam ketepatan, kejelasan, dan

keringkasan.

16. BERPIHAK KEPADA PENULIS

• Penyunting harus selalu ingat bahwa setiap perubahan dan “perbaikan” akan membuka peluang masuknya kesalahan atau pernyataan keliru yang mungkin tidak dimaksudkan oleh penulisnya.

• Apa pun yang terjadi, penyunting harus selalu berpihak pada penulis sehingga perlu berpanjang pikir dalam bertindak, selalu mewawas diri serta bertepa selira.

17. SAAT MELOLOSKAN NASKAH

• Penyunting dituntut agar setiap kali

meloloskan suatu naskah terutama yang

meragukan mutunya selalu akan

menanyakan pada dirinya sendiri secara

jujur, bersediakah namanya muncul

sebagai penulis karangan seperti itu?

10/12/2008

top related