konsumsi ndf dan adf pellet pakan komplit berbasis tongkol ... · tongkol jagung. tongkol jagung...
Post on 12-Mar-2019
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
KONSUMSI NDF DAN ADF PELLET PAKAN KOMPLIT
BERBASIS TONGKOL JAGUNG DENGAN SUMBER
PROTEIN BERBEDA PADA KAMBING
KACANG JANTAN
SKRIPSI
OLEH :
ANDI NURFAINI
I 111 11278
PRODI ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
ii
KONSUMSI NDF DAN ADF PELLET PAKAN KOMPLIT
BERBASIS TONGKOL JAGUNG DENGAN SUMBER
PROTEIN BERBEDA PADA KAMBING
KACANG JANTAN
SKRIPSI
OLEH :
ANDI NURFAINI
I 111 11278
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
PRODI ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Andi Nurfaini
NIM : I 111 11 278
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab
Hasil dan Pembahasan, tidak asli alias plagiasi maka bersedia dibatalkan
dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar, November 2015
Andi Nurfaini
iv
Andi Nurfaini (I111 11 278). Konsumsi NDF dan ADF Pellet Pakan Komplit
Berbasis Tongkol Jagung dengan Sumber Protein Berbeda pada Kambing Kacang
Jantan. Dibawah bimbingan Asmuddin Natsir sebagai pembimbing utama dan
Muhammad Zain sebagai pembimbing anggota.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi NDF dan konsumsi
ADF dari pakan komplit pada kambing kacang jantan. Percobaan dilakukan
berdasarkan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) menggunakan empat ekor
kambing selama empat periode waktu. Perlakuan pakan komplit dibuat dalam
bentuk pellet dengan bahan utama tongkol jagung dengan sumber protein berbeda
yakni, P1 = pellet dengan sumber protein tepung ikan, P2 = pellet dengan sumber
protein urea, P3 = pellet dengan sumber protein bungkil kedelai, P4 = peelet
dengan sumber protein tepung rese. Hasil penelitian memperlihatkan rataan
konsumsi NDF masing-masing perlakuan P1=373, P2=387, P3=314 dan P4=541
(g/ekor/hari), sementara konsumsi ADF masing-masing perlakuan adalah P1=267,
P2=201, P3=164, dan P4=238 (g/ekor/hari). Analisis ragam memperlihatkan
perlakuan berpengaruh (P<0,05) terhadap konsusi NDF dan ADF pakan komplit.
Kesimpulan, penggunaan tepung rese sebagai sumber protein dalam pembuatan
pellet pakan komplit berbasis tongkol jagung merupakan sumber protein terbaik
dibandingkan dengan tepung ikan, urea ataupun bungkil kedelai.
Kata Kunci : Kambing Kacang, Konsumsi NDF dan ADF, Tongkol Jagung,
pellet, sumber protein.
v
Andi Nurfaini (I111 11 278). NDF and ADF consumption corn cobs based
complete feed containing differnt protein sources on male Kacang goat. (Under
the supervision of Asmuddin Natsir as Main Supervisor and Muhammad Zain
as coss supervisor).
ABSTRACT The aim of this study was to determine the NDF and ADF consumption of
complete feed on male kacang goat. The experiment was carried out according to
4x4 Latin Square Design consisted of four kacang goats and four periods. The
complete feed was provided in form of pellet using corn cobs as the main
ingredients with four different protein sources, namely P1= pellet with fish meal
as protein source, P2= pellet with urea as protein source, P3 pellet with soybean
meal as protein source, P4 = pellet with rese meal as protein source. The result of
study showed that the NDF consumption for P1 = 373, P2 = 387, P3 = 314 and
P4= 541 (g/head/d). respectively, while the ADF consumption for P1 = 267, P2 =
201, P3= 164, and P4 238 (g/head/d), respectively. Analysis of variance indicated
that the treatment significantly (P<0,05) affected NDF and ADF consumption of
complete feed. in conclusion. the use of rese meal as protein source in the
formulation of corn cobs based pellet is best protein source compared with either
fish meal, urea, or and soybean meal.
Key words: Kacang Goat, Consumption of NDF and ADF, Corn Cob, pellets,
protein sources.
vi
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Makalah : Konsumsi NDF dan ADF Pellet Pakan Komplit Berbasis
Tongkol Jagung dengan Sumber Protein Berbeda pada
Kambing Kacang Jantan
Nama : Andi Nurfaini
No. Stambuk : I 111 11278
Fakultas : Peternakan
Telah Disetujui,
Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir M.Sc
Pembimbing Utama
Ir. H. Muhammad Zain Mide, M. Si
Pembimbing Anggota
Mengetahui :
Prof. Dr. Ir. Sudirman Baco, M. Sc
Dekan Fakultas Peternakan
Prof. Dr. Drh. Ratmawati Malaka, M. Sc
Ketua Jurusan Ilmu Peternakan
Tanggal Lulus : Desember 2015
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Skripsi. Shalawat dan
Salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang membawa
perubahan besar dari masa jahiliyah menuju masa yang beradab.
Ucapan terima kasih dan cinta kasih penulis persembahkan kepada Ibunda Andi
Halika (Alm.) dan juga kepada Ayahanda Andi Muhammad Syukri (semoga Allah
senantiasa menjaga dan memberkahi segala aktivitasnya) atas kasih sayang, cinta, didikan
dan dukungan yang tulus diberikan. Kepada adikku Andi Nurliah dan Andi Hijazi
Fatahulah yang selalu memberi suasana hangat melalui canda tawa sehingga penulis
semakin bersemangat dalam menyelesaikan Skripsi.
Penulis dengan rendah hati juga mengucapakan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan Skripsi ini utamanya
kepada Kedua Pembimbing yaitu Bapak Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir, M.Sc sebagai
pembimbing utama dan Bapak Ir. H. Muhammad Zain Mide, MS selaku
pembimbing anggota yang telah banyak meluangkan waktunya untuk mendidik,
membimbing dan memberikan nasihat serta motivasi dalam penyusunan Skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis persembahkan kepada Ibu Alm. Dr. Harfiah, S. Pt.,
MP. yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kemudian
dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Prof. Dr.
Ir, Ismartoyo, M. Agr. Sc sebagai pembimbing akademik yang terus memberikan
arahan, nasihat dan motivasi selama ini.
viii
Penulis mengucapakan terima kasih banyak kepada rekan-rekan Penelitian
Yuliana Padli, Asrianti, Suarti, Namira Arsa, S. Pt, Herilimiansyah, Silva Indah
Sari Nurwan dan Eko Pramono atas kerjasama dan dukungannya.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada sahabat-sahabat St. Nur
Ramadhani, Yusri, Evy Harjuna Saad, Faisal Saade, Muh. Nur Chaedir,
Muhammad Syukri, May Rismi Anisa, Rajma Fastawa, Trianta Tahir,
Mustabsyirah Usman, Syamsul Mardi dan Adi Sofyan yang telah banyak membantu
saya dalam menyelesaikan skripsi saya.
Tak lupa penulis mengucapakan terima kasih kepada rekan-rekan
SOLANDEVEN, KOPTER (Korps Pecinta Ternak), kakak- kakak MATADOR’10,
HUMANIKA UNHAS dan teman-teman KKN gel. 87 khususnya Desa Patangga
(Hasriyanti, Joko Fitriyanto, Lewirson Talebong, Zuhria Dwi Arianti P.,
Hermansyah dan Kiki Frianti Arnas) yang terus memberi dukungan dan bantuan
kepeda penulis selama penulis menjalani proses perkuliahan.
Sebagai ungkapan terakhir, penulis memohon kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala untuk senantiasa melimpahkan rahmat dan berkahnya kepada kita semua.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
itu penulis memohon saran untuk memperbaiki kekurangan tersebut.Semoga Skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca terutama bagi saya sendiri.Amin.
Makassar, Desember 2015
Andi Nurfaini
ix
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
Hipotesis ...................................................................................................... 3
Tujuan dan Kegunaan .................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Kambing Kacang ........................................................... 5
Pemberian Pakan Komplit pada Ternak Kambing ...................................... 6
Bahan Pakan untuk Pakan Komplit ............................................................. 8
Konsumsi Ternak ........................................................................................ 13
Neutral Detergent Fiber (NDF) dan Acid Detergent Fiber (ADF) ............ 14
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat ...................................................................................... 17
Materi Penelitian ......................................................................................... 17
Metode Penelitian ........................................................................................ 17
Prosedur Pembuatan Pellet Tongkol Jagung ............................................... 19
Kandang Metabolisme ................................................................................. 20
Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 20
Pengambilan Sampel ................................................................................... 20
x
NDF ............................................................................................................. 21
ADF ............................................................................................................. 21
Pengolahan Data .......................................................................................... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi NDF ............................................................................................ 25
Konsumsi ADF ............................................................................................ 26
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................................. 28
Saran ............................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
xi
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Denah Perlakuan Pellet Tongkol Jagung pada Kambing Kacang Jantan
Selama Penelitian ........................................................................................ 18
2. Komposisi Bahan Pakan Tiap Perlakuan .................................................... 18
3. Kandungan nutrisi pellet pakan komplit berbasis tongkol jagung dengan
sumber protein berbeda pada setiap perlakuan ........................................... 23
4. Rataan konsumsi NDF dan ADF pada Kambing Kacang Jantan ................ 24
5. Rataan Konsumsi NDF pellet tongkol jagung ............................................. 33
6. Jumlah dan Rataan perlakuan masing-masing perlakuan terhadap
konsumsi NDF ............................................................................................. 33
7. Sidik Ragam Konsumsi NDF Pellet tongkol jagung ................................... 33
8. Uji berlanjut Duncan untuk konsumsi NDF ................................................ 34
9. Rataan konsumsi ADF pellet tongkol jagung .............................................. 34
10. Jumlah dan Rataan perlakuan masing-masing perlakuan terhadap konsumsi
ADF ............................................................................................................. 34
11. Sidik ragam konsumsi ADF pellet tongkol jagung .................................... 35
12. Uji berlanjut Duncan untuk konsumsi ADF............................................... 35
xii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Teks
1. Kambing Kacang ......................................................................................... 6
2. Skema pemisahan bagian-bagian hijauan agar pemotongan (forage)
dengan menggunakan detergent .................................................................. 16
3. Prosedur Pembuatan Pellet Tongkol Jagung untuk Kambing Jantan .......... 19
4. Kandang Metabolisme ................................................................................. 36
5. Proses Penimbangan dan Pencampuran Pakan ........................................... 36
6. Proses Pembuatan Pellet .............................................................................. 37
7. Proses pengambilan Sampel ........................................................................ 37
8. Proses Analisis di Laboratorium ................................................................. 38
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kambing kacang adalah salah satu kambing lokal Indonesia yang sangat
berpotensi untuk dibudidayakan. Beternak kambing kacang cukup diminati dan
telah menyatu dengan masyarakat Indonesia khsusnya masyarakat Sulawesi
Selatan. Hal ini dikarenakan pemeliharaannya yang mudah dan pertambahan
bobot badannya gampang meningkat jika dipelihara secara intensif. Menurut
Djufry (2012) pertumbahan berat badan kambing dapat mencapai 50-150 gr/hari
jika pemeliharaannya ditingkatkan dari sistem tradisional (semi intensif) ke sistem
intensif.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam beternak kambing adalah
pakan. Hijauan adalah pakan utama kambing, hijauan dapat digunakan untuk
mencukupi kebutuhan serat kasar. Produksi hijauan pakan umumnya berfluaktasi,
pada musim hujan hijauan akan melimpah dan mudah didapatkan, namun pada
musim kemarau hijauan akan sangat sulit. Salah satu hal yang dapat dilakukan
untuk mencukupi kebutuhan seratnya adalah dengan pemenfaatan limbah
pertanian dan limbah perkebunan.
Sulawesi Selatan memiliki lahan pertanian yang luas dan bervariatif
sehingga limbah pertanian yang dihasilkan banyak dan beragam. Menurut Syamsu
(2011) Sulawesi Selatan mengasilkan limbah petanian 5.883.996 ton. Limbah
tanaman pangan yang dihasilkan dapat menyediakan pakan untuk ternak
ruminansia sebesar 580.700 ST.
2
Berdasarkan survei yang telah dilakukan penggunaan limbah tanaman
pangan atau limbah agroindustri sebagai pakan ruminansia di tingkat peternak
masih rendah dengan masih banyaknya peternak yang tidak menggunakan limbah
tanaman pangan sebagai pakan yaitu 6,12% peternak (Syamsu, 2011). Salah satu
limbah agroindustri yang saat ini belum banyak dimamfaatkan adalah tongkol
jagung. Sulawesi selatan pada tahun 2013 memproduksi jagung 1.250.202 ton
dengan luas panen 274.046 Ha (BPS, 2014). Persentase masing-masing limbah
antara lain 50% batang, 20% daun, 20% tongkol dan 10% klobot jagung
(Furqaanida, 2004).
Kendala utama dari pemanfaatan tongkol jagung adalah rendahnya
palatabilitas. Menurut Wardhani dan Musofie ( 1991), palatabilitas tongkol jagung
yang rendah masih dapat dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia dengan
pengolahan terlebih dahulu . Selain palatabilitas yang rendah kandungan protein
kasar yang rendah juga menjadi kendala utama pemanfaatan tongkol jagung.
Upaya untuk meningkatkan protein kasar pada tongkol jagung dapat
dilakukan dengan penambahan sumber protein dan diolah menjadi pakan
komplit. Salah sayu bentuk pakan komplit adalah pellet.
Pellet adalah ransum yang dibuat dengan menggiling bahan baku yang
kemudian dipadatkan menggunakan die dengan bentuk, diameter, panjang dan
derajat kekerasan yang berbeda (Pond et al, 1995). Upaya peningkatan kualitas
tongkol jagung dengan pakan komplit berbentuk pellet ini diharapkan dapat
meningkatkan kandungan nutrisi dan palatabilitas tongkol jagung tanpa
menyebabkan gangguan kesehatan.
3
Rumusan Masalah
Produksi jagung yang cukup tinggi di Sulawesi Selatan menghasilkan
limbah yang juga cukup banyak. Salah satu limbah yang dihasilkan adalah
tongkol jagung. Tongkol jagung yang memiliki serat kasar yang tinggi tidak
termanfaatkan secara optimal. Hal ini dikarenakan palatabilitas dan protein kasar
yang rendah, sehingga perlu dilakukan pengolahan terhadap tongkol jagung untuk
meningkatkan konsumsinya. Pengolahan yang dapat dilakukan adalah dengan
menjadikan tongkol jagung sebagai pellet pakan komplit yang dapat dipadukan
dengan bahan pakan sumber protein sehingga dapat meningkatkan konsumsi NDF
dan ADF pakan yang diberikan kepada kambing. Sejauh ini belum ada informasi
tentang penggunaan sumber protein yang cocok dipadukan dengan tongkol jagung
untuk meningkatkan konsumsi NDF danADF, sehingga pembuatan pellet pakan
komplit berbentuk pellet berbasis tongkol jagung dilakukan dengan pencampuran
bahan pakan sumber protein yang memiliki sifat yang berbeda.
Hipotesis
Diduga bahwa pengolahan tongkol jagung menjadi pakan komplit dalam
bentuk pellet dengan penambahan berbagai jenis bahan pakan sumber protein
(tepung ikan, urea, tepung kedelai dan tepung rese) dapat meningkatkan konsumsi
Neutral Detergent Fiber (NDF) dan konsumsi Acid Detergent Fiber (ADF)
ransum pada kambing kacang jantan.
4
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
perlakuan terhadap konsumsi Neutral Detergent Fiber (NDF)dan konsumsi Acid
Detergent Fiber (ADF) pakan komplit tongkol jagung dengan berbagai jenis
bahan pakan sumber protein yang berbeda pada kambing kacang jantan.
Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada
peternak kambing kacang tentang cara peningkatan nutrisi tongkol jagung sebagai
pakan ruminansia dengan pengolahan tongkol jagung menjadi pakan komplit,
dengan penambahan berbagai jenis pakan sumber protein.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Kambing Kacang
Ternak kambing merupakan salah satu ternak yang dikenal secara luas oleh
masyarakat karena sangat potensial untuk berkembang, selain dapat menghasilkan
daging dan kulit, kambing juga dapat menghasilkan susu yang nilai bergizi lebih
tinggi dibanding dengan susu dari ternak lainnya (Suparman, 2007).
Kambing kacang merupakan kambing lokal asli Indonesia. Tubuh kambing
kacang relatif kecil, kepala ringan dan kecil, telinga pendek dan tegak lurus
mengarah ke atas depan, dengan kehidupan yang sederhana, memiliki daya
adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat dan reproduksinya dapat
digolongkan sangat tinggi. Jenis kambing ini juga terdapat di Filipina, Myanmar,
Thailand, Malaysia dan sekitarnya (Murtidjo, 1993).
Kambing kacang merupakan kambing yang mampu beradaptasi baik dengan
lingkungan tempat hidupnya. Kambing kacang biasa digunakan sebagai ternak
penghasil daging. Kambing kacang memiliki kulit yang relatif tipis dengan bulu
kasar.Kambing kacang berwarna hitam, terkadang terdapat bercak-bercak putih.
Tanduk berbentuk pedang, melengkung ke atas dan ke belakang yang tumbuh
dengan baik pada jantan dan betina. Telinga berbentuk pendek dan tegak.Leher
pendek dan punggung melengkung sedikit yang berukuran lebih tinggi daripada
bahu (Myers et al., 2012).
Kambing kacang memiliki warna tunggal, yakni: putih, hitam dan coklat,
serta ada kalanya warna campur dari ketiga warna tersebut. Kambing Kacang
kelamin jantan maupun betina mempunyai tanduk 8 –10 cm. Berat tubuh kambing
6
kacang dewasa rata-rata sekitar 17 – 30 kg. Betina umumnya memiliki bulu
pendek pada seluruh tubuh, kecuali pada bagian ekor dandagu (Murtidjo, 1993)
Gambaran ciri-ciri kambing kacang tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kambing Kacang
Pemberian Pakan Komplit Pada Ternak Kambing
Pakan komplit adalah suatu jenis bahan yang dirancang untuk produk
komersial bagi ternak ruminansia yang didalamnya sudah mengandung sumber
serat, energi, protein dan semua nutrien yang dibutuhkan untuk mendukung
kinerja produksi dan reproduksi ternak dengan imbangan yang memadai. Secara
umum pakan komplit adalah suatu teknologi formulasi pakan yang mencampur
semua bahan pakan yang terdiri dari hijauan (limbah pertanian) dan konsentrat
yang dicampur menjadi satu (Agustina, 2011).
Manfaat penggunaan pakan komplit pada ternak kambing dapat pula dilihat
dari aspek potensi sumberdaya lokal berupa biomasa bahan pakan inkonvensional
berupa hasil samping/sisa pertanian maupun industri-agro.Potensi biomasa bahan
pakan alternatif ini sangat besar baik dalam jumlah maupun keragaman jenisnya.
Pakan komplit juga dapat digunakan untuk meningkatkan taraf penggunaan hasil
7
sisa/samping industri agro yang tergolong limbah basah (wet by-products) yang
relatif cepat rusak. Pencampuran limbah basah dengan bahan pakan lain yang
relative kering untuk menyusun pakan komplit dapat mengurangi biaya
pengeringan (Ginting, 2009).
Pellet merupakan salah satu perlakuan pradigesti pada pakan berserat secara
fisik yang mampu meningkatkan kecernaan. Bentuk pakan lengkap berupa pellet
memudahkan saat pemberian, dan penanganan pakan menjadi lebih praktis
(Suhartanto dkk.,2003). McElhiney (1994) menyatakan bahwa pellet merupakan
hasil proses pengolahan bahan baku ransum secara mekanik yang didukung oleh
faktor kadar air, panas dan tekanan.
Pemberian pakan bentuk pellet dapat meningkatkan performa dan konversi
pakan ternak bila dibandingkan dengan pakan bentuk mash (Behnke, 2001).
Kualitas pellet dapat diukur dengan mengetahui kekerasan pellet (hardness) dan
daya tahan pellet dipengaruhi oleh penambahan panas yang mempengaruhi sifat
fisik dan kimia bahan pakan (Thomas dan Van der Poel, 1997).
Pakan pellet yang berdiameter kecil (<0,25 cm) akan menurunkan konsumsi
bahan pakan, sedangkan pellet yang berukuran diameter lebih besar (>0,5 cm)
akan menghasilkan pembuangan pakan lebih banyak (Maertens dan Villamide,
1998).
Salah satu cara untuk menyediakan ransum yang bergizi seimbang adalah
dengan memanfaatkan bahan pakan lokal menjadi tepung (mesh) dan dicampur
sesuai dengan proporsinya di dalam ransum, lalu dibuat menjadi pellet
menggunakan teknologi pelleting. Pemberian ransum dalam bentuk pellet selain
8
dapat mensuplai nutrient dalam jumlah yang cukup (kuantitif) dan seimbang, juga
dapat mengurangi waktu dan biaya penyediaan pakan, meningkatkan skala usaha
peternak (jumlah ternak yang dipelihara per peternak) dan meningkatkan
produktivitas ternak serta efisiensi usaha peternakan (Fakhri dkk., 2011).
Umumnya proses pengolahan pellet terdiri dari 3 tahap, yaitu 1) pengolahan
pendahuluan meliputi pencacahan, pengeringan dan penghancuran menjadi
tepung, 2) Pembuatan pellet meliputi pencetakan, pendinginan dan pengeringan,
3) Perlakuan akhir meliputisortasi, pengepakan dan penggudangan
(Tjokroadikoesoemo, 1989).
Bahan baku mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap kualitas
pellet. Kandungan perekat (binder) alami (misalnya pati), protein, serat, mineral
dan lemak dari bahan baku akan mempengaruhi kualitas pellet. Barley, gandum,
kanola dan rape seed meal mengandung perekat alami yang membentuk ikatan
fisik – kimia selama proses untuk menghasilkan pellet yang berkualitas lebih baik
(Dozier, 2001).
Bahan Pakan untuk Pakan Komplit
1. Bahan Pakan Sumber Protein
Sumber protein adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan protein kasar
≥20% baik bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti bungkil, bekatul
maupun yang berasal dari hewan seperti silase ikan (Wahyono dan Hardiyanto,
2004).
9
a. Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan salah satu bahan pakan yang berpotensi sebagai
sumber protein maupun lemak terutama asam lemak tak jenuh rantai panjang
(polyunsaturated fatty acids–PUFA) yang diketahui banyak berperan dalam
memperbaiki penampilan reproduksi ternak (Ashes et al., 1992).
Selain sebagai sumber protein, tepung ikan juga dapat digunakan sebagai
sumber kalsium. Tepung ikan yang baik mempunyai kandungan protein kasar 58-
68%, air 5,5-8,5%, serta garam 0,5-3,0% (Boniran, 1999).
Tepung ikan mempunyai variansi kualitas yang sangat tinggi, standarisasi
pengolahan dan tingkat nutrient tepung ikan yang didatangkan dari luar negeri
mempunya kadar protein antara 55 – 65 %, lemak 5 – 7 % (Nutrion Research
Consil, 1994). Kandungan protein atau asam amino tepung ikan dipengaruhi oleh
bahan ikan yang digunakan serta proses pembuatannya. Pemanasan yang
berlebihan akan menghasilkan tepung ikan yang berwarna cokelat dan kadar
protein atau asam aminonya cenderung menurun atau menjadi rusak (Sitompul,
2004).
b. Bungkil Kedelai
Bungkil kedelai merupakan limbah dari produksi minyak kedelai. Sebagai
bahan makanan sumber protein asal tumbuhan, bungkil ini mempunyai kandungan
protein yang berbeda sesuai kualitas kacang kedelai. Kisaran kandungan protein
bungkil kedelai mencapai 44-51%. Hal ini selain oleh kualitas kacang kedelai juga
macam proses pengambilan minyaknya. Pada dasarnya bungkil kedelai dikenal
sebagai sumber protein dan energi (Rasyaf, 1994). Bungkil kedelai mengandung
10
K 89,41 %, PK 52, 08%, LK 1,01%, SK 25,52%, dan TDN 40,27 % (Wahyono
dan Hardiyanto, 2004).
c. Urea
Urea adalah suatu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen,
oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal
dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain
yang juga sering dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan
carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis pertama yang
berhasil dibuat dari senyawa anorganik, yang akhirnya meruntuhkan konsep
vitalisme. Urea digunakan dalam UMB sebagai sumber nitrogen non protein
(NPN) yang di perlukan dalam proses fermentasi dalam rumen sehingga sangat
bermanfat bagi ternak ruminansia (Hatmono et al., 1997).
d. Tepung Rese
Tepung limbah udang merupakan limbah industri pengolahan udang yang
terdiri dari kepala dan kulitudang. Hasil analisis berdasarkan bahan kering bahwa
tepung limbah udang mengandung 45,29% protein kasar, 17,59% serat kasar,
6,62% lemak, 18,65% abu, 13,16 BETN. Tepung limbah udang yang digunakan
dalam ransum pakan buatan hanya sebesar 10% dan bila dipakai sebagai
pengganti tepung ikan, maka tepung limbah udang mempunyai kelemahan, yaitu
serat kasar tinggi dan mempunyai khitin (Poultry Indonesia, 2007).
Kandungan protein kasar yang tinggi dalam kulit udang tersebut tidak dapat
dimanfaatkan secara maksimal karena adanya faktor pembatas dalam kulit udang,
yaitu kandungan khitin yang tinggi. Kandungan khitin pada kulit udang yaitu 30%
11
dari bahan keringnya.Protein yang terkandung dalam kulit udang berikatan erat
dengan khitin dan kalsium karbonat (dalam ikatan protein-khitin-kalsium
karbonat) sehingga dalam penggunaanya pada ternak akan menurun, terutama
dalam pencernaan (Purwaningsih, 2000). Kandungan protein di dalam TCU
berkisar antara 25-50%, yaitu tergantung pada jenis udang dan tempat hidupnya.
Selain itu, TCU juga mengandung hampir semua jenis asam amino esensial
(Bakrie, dkk 2011).
2. Bahan Pakan Sumber Energi
Sumber energi adalah bahan-bahan yang memiliki kadar protein kurang dari
20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding selnya kurang dari 35%,
contohnya biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, umbi-umbian dan limbah
sisa penggilingan (Wahyono dan Hardiyanto, 2004).
a. Dedak Padi
Dedak padi (ricebran) merupakan sisa dari penggilingan padi, yang
dimanfaatkan sebagai sumber energi pada pakan ternak dengan kandungan serat
kasar berkisar27% (Putrawan dan Soerawidjaja, 2007).Dedak padi mengandung
protein 19,2 %, lemak 13 %, dan serat kasar 11,4% (Anggarodi, 1995).
b. Dedak Jagung/Tepung Jagung
Dedak jagung adalah limbah dari hasil olahan tanaman jagung, dedak
jagung biasa disebut tepung jagung atau empok jagung. Dedak jagung berbentuk
mesh atau tepung dan berwarna kuning. Dedak jagung mengandung BK 84,980%,
PK 9,379%, LK 5,591%, SK 0,577% dan 81,835%TDN (Wahyono dan
Hardiyanto, 2004).
12
c. Molases
Molases merupakan hasil sampingan dari pengolahan gula tebu, molases
sering disebut sebagai tetes atau pith. Molases memiliki bentuk yang cair dan
berwarna coklat. Molases mengandung 50,232% BK, 8,500% PK dan 63% TDN
(Wahyono dan Hardiyanto, 2004).
3. Bahan Pakan Sumber Serat
Sumber serat adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan serat kasar
(SK) ≥18%, contohnya limbah pertanian, kulit biji polong-polongan (Wahyono
dan Hardiyanto, 2004).
Tongkol jagung merupakan bagian terbesar dari limbah jagung.Dari berat
jagung bertongkol, diperkirakan 40-50% adalah tongkol jagung, yang besarnya
dipengaruhi oleh varietas jagungnya. Tongkol jagung merupakan bahan
berlignoselulosa (kadar serat 38,99%) yang mengandung xilan tertinggi (12,4%)
dibanding limbah pertanian lain (Richana dkk., 2004).
Tongkol jagung atau janggel, merupakan bagian dari buah jagung setelah
biji dipipil. Kandungan nutrisi tongkol jagung berdasarkan analisis di
Laboratorium Ilmu Makanan Ternak meliputi kadar air, bahan kering, protein
kasar dan serat kasar berturut-turut sebagai berikut 29,54%; 70,45%; 2,67% dan
46,52% dalam 100% bahan kering (BK). Palatabilitas tongkol jagung yang rendah
masih dapat dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia dengan pengolahan terlebih
dahulu (Wardhani dan Musofie, 1991).
Tongkol jagung mengandung lignoselulosa yang terdiri dari lignin, selulosa,
dan hemiselulosa (Aylianawaty dan Susiani, 1985). Janggel atau tongkol kosong
13
berbentuk batang berukuran cukup besar, sehingga tidak dapat dikonsumsi ternak
jika diberikan langsung, oleh karena itu, untuk memberikannya perlu
penggilingan terlebih dahulu (Suhartanto dkk, 2003).
Konsumsi Ternak
Konsumsi pakan adalah total jumlah yang dimakan ternak atau kelompok
ternak dalam periode waktu tertentu, biasanya dalam satuan waktu per hari
(Forbes, 1986 ). Menurut Arora (1989) konsumsi pakan dipengaruhi oleh ukuran
partikel pakan dan aliran pakan dalam saluran pencernaan karena semakin kecil
ukuran partikel pakan dan semakin cepat aliran pakan dalam saluran pencernaan
maka konsumsi pakan akan semakin meningkat pula.
Ternak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit atau sedang
berproduksi) mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang sesuai dengan
kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok. Kemudian, sejalan dengan
pertumbuhan, perkembangan, serta tingkat produksi yang dihasilkannya,
konsumsi pakan pun akan meningkat pula. Tinggi rendahnya konsumsi pakan
pada ternak ruminansia sangatdipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan
faktor internal (kondisiternak itu sendiri) yang meliputi (Kartadisastra, 1997):
a. Temperatur lingkungan, konsumsi pakan ternak biasanya menurun sejalan
dengan kenaikantemperatur lingkungan. Semakin tinggi temperatur
lingkungan tempathidupnya, maka pada tubuh ternak akan terjadi kelebihan
panassehingga kebutuhannya terhadap pakan akan menurun.
14
b. Palatabiltas, palatabilits merupakan keadaan fisik dan kimiawi bahan-bahan
pakan yang dicerminkan oleh kenampakan, bau, rasa dan teksturnya. Ternak
ruminansia lebih menyukai pakan yang memiliki rasa manis dan hambar.
c. Selera, pada kondisi laparternak akan berusaha mengatasinya dengan
caramengkonsumsi pakan.
d. Status fisiologis, status fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis
kelamin dan kondsi tubuh sangat mempengaruhi konsumsi pakannya.
e. Konsentrasi nutrisi, konsentrasi nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap
konsumsi pakan adalah konsentrasi energi dalam pakan. Konsentrasi energi
pakan berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya.
f. Bentuk pakan, ternak ruminansia lebih menyukai pakan dalam bentuk
butiran. Hal ini berkaitan dengan ukuran partikel yang lebih mudah
dikonsumsidan dicerna.
g. Bobot badan,bobot badan ternak senantiasa berbanding lurus dengan tingkat
konsumsi pakannya. Makin tinggi bobot badannya, akan makin tinggipula
tingkat konsumsi terhadap pakan.
h. Produksi, pada ternak ruminansia produksi dapat berupa pertambahan bobot
badan, air susu, tenaga, dan bulu/wol. Makin tinggi produksi yang
dihasilkan, makin tinggi pula kebutuhannya terhadap pakan.
Neutral Detergent Fiber (NDF) dan Acid Detergent Fiber (ADF)
NDF merupakan metode yang cepat untuk mengetahui total serat dari
dinding sel yang terdapat dalam serat tanaman sedangkan ADF digunakan sebagai
suatu langkah persiapan untuk mendeterminasikan lignin, sehingga hemiselulosa
15
dapat diestimasi dari perbedaan struktur dinding sel dengan ADF itu sendiri
(Harris, 1970).
ADF dapat digunakan untuk megestimasi kecernaan bahan kering dan
energi makanan ternak. ADF ditentukan dengan menggunakan larutan detergent
acid, dimana residunya terdiri atas selulosa dan lignin (Ensminger dan Olentine,
1980). Selanjutnya dinyatakan mengestimasi konsumsi bahan kering hijauan
makanan ternak, NDF mempunyai kolerasi yang tinggi dengan jumlah konsumsi
hijauan makanan ternak. Semakin tinggi NDF dan ADF maka kualitas hijauan
makanan ternak semakin rendah.
Alderman (1980), menyatakan bahwa analisis kimia untuk menetukan nilai
makanan berserat dapat dilakukan melalui sistem Acid Detergen Fiber (ADF) dan
Neutral Detergent Fiber (NDF).
Neutral Detergent Fiber (NDF) mewakili kandungan dinding sel yang terdiri
dari lignin, selulosa, hemiselulosa dan protein yang berikatan dengan dinding sel.
Sedangkan Acid Detergent Fiber (ADF) mewakili selulosa dan lignin dinding sel
tanaman. Analisis ADF dibutuhkan untuk evaluasi kualitas serat untuk pakan
ternak ruminansia dan herbivora lain. Untuk ternak non ruminansia dengan
kemampuan pemanfaatan serat yang kecil, hanya membutuhkan analisis NDF
(Suparjo, 2010).
Analisis Kimia yang paling sering digunakan di Laboratorium untuk
menguji bahan pakan adalah analisis proksimat. Analisis proksimat
menggolongkan bahan pakan menurut komposisi kimia dan fungsinya. Analisis
16
proksimat kurang tepat digunakan untuk analisis serat kasar, sehingga dibutuhkan
analisis kimia lain yaitu analisis Van Soest (Suparjo, 2010).
Analisis Van Soest merupakan sistem analisa bahan pakan yang relevan
bagi ternak ruminansia, khususnya sistem evaluasi nilai gizi hijauan berdasarkan
kelarutan dalam detergent (Sutardi, 1980).
Van Soest (1982), melaporkan pembagian hijauan dengan sistem analisa
detergent seperti tercantum pada Gambar 2.
Bahan Makanan
Neutral Detergent Solution
Isi Sel NDF (Komponen Dinding Sel)
ADS ADF
(Acid Detergent Solution) (Acid Detergent Insoluble Fiber)
(hemiselulosa, dinding sel (lignoselulosa)
yang mengandung N)
Dicerna dengan H2SO4 72%
Soluble (Selulosa) Acid Insoluble (Lignin)
Lignin hilang dengan
Pembakaransampaimenjadi
Acid Insoluble(ASH)
abu tak larut dalam asam
Gambar 2. Skema pemisahana bagian-bagian hijauan segar pemotongan (forage)
dengan menggunakan detergent
17
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2015. Penelitian
dimulai dengan pembuatan pakan komplit yang dilaksanakan di Laboratorium
Industri Pakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Analisis NDF dan
ADF berdasarkan analisis Van Soest di Laboratorium Kimia Nutrisi dan Makanan
Ternak Fakultas PeternakanUniversitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak kambing umur
1,5-2,0 tahun, tongkol jagung, dedak padi, tepung jagung, tepung tapioka, bungkil
kedelai, tepung ikan, Urea, tepung rese, molasses, mineral sapi, garam dapur,
larutan NDF, larutan ADF, aquades, dan alkohol.
Peralatan yang digunakan adalah timbangan, gilingan sampel,cetakan pellet,
baskom, sintered glass, kompor listrik, pompa vakum, panci, dan tabung reaksi.
Metode Penelitian
Penelitian ini di rancang dengan menggunakan Rancangan Bujur Sangkar
Latin (RBSL) 4×4 (4 perlakuan dan 4 ulangan). Adapun keempat perlakuan
tersebut sebagai berikut:
P1 : Ransum komplit mengandung protein tepung ikan
P2 : Ransum komplit mengandung protein urea
P3 : Ransum komplit mengandung protein bungkil kedelai
P4 : Ransum komplit mengandung tepung rese
18
Adapun denah perlakuan pellet tongkol jagung pada kambing kacang jantan
selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Denah Perlakuan Pellet Tongkol Jagung pada Kambing Kacang
Jantan Selama Penelitian
Periode Kambing
A B C D
I P1 P2 P4 P3
II P2 P1 P3 P4
III P4 P3 P1 P2
IV P3 P4 P2 P1
Komposisi bahan pada setiap perlakuan tertera pada Tabel 8.
Tabel 2. Komposisi Bahan Pakan Tiap Perlakuan
Bahan (%) Perlakuan
P1 P2 P3 P4
Tongkol Jagung 50 50 50 50
Dedak padi 10 12,5 9 10
Tepung Jagung 8 13 7 5
Bungkil Kelapa 5 5 5 5
Tapioka 1 1 1 1
Tepung rese 0 0 0 12
Bungkil Kedelai 0 0 11 0
Urea 0 1,5 0 0
Tepung Ikan 9 0 0 0
Molases 15 15 15 15
Garam 1 1 1 1
Mineral Sapi 1 1 1 1
Total 100 100 100 100
Protein Kasar 10,42 10,19 10,29 10,24
19
Prosedur Pembuatan Pellet Tongkol Jagung
Tongkol jagung dan bahan pakan lainnya yang masih kasar di giling halus
terlebih dahulu dengan menggunakan grinder.Kemudian setiap bahan pakan
ditimbang berdasarkan formulasi tiap perlakuan dan dicampur secara
merata.Dilakukan pencetakan dengan menggunakan cetakan pellet.
Adapun prosedur pembuatan pellet tongkol jagung untuk kambing kacang
jantan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Prosedur Pembuatan Pellet Tongkol Jagung untuk Kambing Kacang
Jantan.
Tongkol
Jagung
Penggilingan Bahan Pakan
Yang Masih
Kasar
Formulasi
Penimbangan
Mixing
Pencetakan
Diangin-anginkan
Pellet Tongkol Jagung Siap Saji
20
Kandang Metabolisme
Penelitian ini menggunakan 4 ekor kambing kacang jantan dengan umur
1,5–2,0 tahun. Kambing di tempatkan dalam kandang metabolisme yang
dilengkapi tempat pakan dan urine. Kandang ini dipasangi ram plastik di bawah
lantai kandang yang berfungsi sebagai filtrasi feses dan urine, corong plastik dan
toples dipasang di bawah ram plastik untuk menadah urine, sehingga feses dan
urine tertampung dalam penampungan masing-masing.
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini berlangsung 4 periode penelitian, tiap periode dibagi 2 tahap
yaitu tahap pertama pembiasaan selama 9 hari dan tahap kedua yaitu periode
koleksi data selama 6 hari. Pembiasaan pakan dimasudkan agar ternak terbiasa
dengan pakan yang ditawarkan, dan semua pakan yang dimakan sebelumnya
sudah keluar semua selama 9 hari. Sedangkan periode koleksi data adalah data
yang diambil merupakan pengaruh pakan perlakuan.Sedangkan pemberian pakan
dan air minum dilakukan secara ad-libitum.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pakan dilakukan setiap hari selama periode koleksi
data tiap periode penelitian.Sampel pakan yang diberikan dan sisa diambil
masing-masing sebanyak 50 g dan pada hari terakhir koleksi data dikompositkan
kemudian masing-masing sampel diambil 10% untuk kebutuhan analisis di
Laboratorium.
21
NDF
Menimbang 0,25 gram (a gram), lalu sampel tersebut dimasukkan kedalam
tabung reaksi 50 ml, kemudian menambahkan larutan NDF, tabung kemudian
ditutup rapat. Tabung kemudian dipanaskan selama 1 jam (sekali-kali dikocok).
Setelah satu jam saring sampel ke sintred glass No.1 yang diketahui beratnya (b
garm) sambil diisap dengan pompa vacuum Mencuci dengan air panas lebih
kurang 100 ml (secukupnya) lalu cuci dengan kurang lebih 50 ml alcohol. Sampel
kemudian diovenkan pada suhu 1350C selama 2 jam, Lalu didinginkan dalam
eksikator selama ½ jam kemudian timbang (c gram)
Kadar protein kasar dihitung dengan menggunakan rumus:
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑁𝐷𝐹 (%) =c − b
𝑎x 100%
dimana :
a = berat sample bahan kering
b = berat sintered glass kosong
c = berat sintered glass + residu penyaring setelah diovenkan
Konsumsi NDF dapat dihitung menggunakan rumus
Konsumsi NDF= Konsumsi BK x % NDF
ADF
Menimbang sampel kurang lebih 0,3 gram kemudian masukkan kedalam
tabung reaksi 50 ml (a gram) lalu menambahkan 40 ml larutan ADF kemudian
tutup rapat tabung tersebut, lalu merebus tabung kedalam air mendidih selama 1
jam sambil sekali-kali dikocok. Saring dengan sintered glass No.1 yang telah
diketahui beratnya (b gram) sambil diisap dengan pompa vacuum. Cuci dengan
22
lebih kurang 100 ml air mendidih dan 50 ml alcohol. Kemudian diovenkan pada
suhu 1350C selama 2 jam. Lalu didinginkan dalam eksikator lebih kurang ½ jam
kemudian timbang (c gram).
Kadar ADF dihitungdenganmenggunakan rumus:
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝐷𝐹 =𝑐 − 𝑏
ax 100%
dimana :
a = berat sample bahan kering
b = berat sintered glass kosong
c = berat sintered glass + residu penyaring setelah diovenkan
Konsumsi ADF dihitung berdasarkan rumus :
Konsumsi ADF = Konsumsi BK x % ADF
Pengolahan Data
Data yang dianalisis ragam berdasarkan Rancangan Bujur Sangkar Latin
4×4 (4 perlakuan dan 4 ulangan) dengan menggunakan software SPSS. Adapun
perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter yang diukur akan diuji dengan
menggunakan uji jarak berganda Duncan (Sudjana. 1991). Dengan model
matematika sebagai berikut.
Yijk = µ + ßi + Κj + Ƭk + ξ ijk
µ = rataan umum
ßi = pengaruh baris ke-i (i = 1, 2, 3, 4)
Κj = pengaruh kolom ke-j (i = 1, 2, 3, 4)
Ƭk = pengaruh perlakuan ke k (i = 1, 2, 3, 4)
ξ ijk = pengaruh galat
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan nutrisi pellet pakan komplit berbasis tongkol jagung dengan
sumsber protein berbeda pada setiap pakan perlakuan dapat dilihat pada Tabel. 3
Tabel 3. Kandungan nutrisi pellet pakan komplit berbasis tongkol jagung dengan
sumber protein berbeda.
Nutrien Perlakuan
P1 P2 P3 P4
Bahan Kering (%) 93,88 95,92 92,59 96
Bahan Organik (%) 85,84 86,37 84,89 83,56
Serat Kasar (%) 32,96 10,68 31,96 32,76
Protein Kasar (%) 11,01 9,53 9,74 11,05
NDF (%) 47,12 56,93 47,93 54,24
ADF (%) 31,15 30,12 26,99 25,91
Sumber : hasil analisis Laboratorium Kimia Nutrisi dan Makanan Ternak
Keterangan :*superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
perbadaan yang nyata.
P1 = Ransum komplit menggunakan tepung ikan
P2 = Ransum komplit menggunakan urea
P3 = Ransum komplit menggunakan bungkil kedelai
P4 = Ransum komplit menggunakan tepung rese
Kandungan bahan kering pada setiap pakan perlakuan P1, P2, P3 dan P4
secara 93,88%, 95,92%, 92,56% dan 96%. Kandungan bahan organik dan serat
kasar P1 adalah 85,84 % dan 32,96%, P2 adalah 86, 37 % dan 10,68 %, P3 84,89
dan 31,92%, dan P4 adalah 96 % dan 32,76 %. Kandungan protein kasar pada
penelitian ini pada setiap perlakuan P1, P2, P3, dan P4 secara berturut turut yaitu
11,01 %, 9,53 %, 9,74 %, dan 11,05 %. Kandungan protein kasar yang terdapat
pada pakan perlakuan tidak seperti yang diharapkan. Kandungan protein dalam
pakan yang diharapkan berada dikisaran 10%, tetapi pakan P2 dan P3 tidak
memenuhi kisaran yang diharapkan, hal tersebut bukanlah sebuah masalah kerena
kebutuhan protein kambing sudah terpenuhi. Menurut Arora (1995) kebutuhan
minimum protein kasar untuk ruminansia adalah 7,5% .
24
Kandungan NDF pada setiap pakan perlakuan tidak memiliki perbedaan
yang mencolok. Kandungan NDF pada pakan bervariasi yaitu P2 memiliki
persentase kandungan NDF yang paling tinggi yaitu 56,45 % dan P1 memiliki
kandungan NDF yang paling rendah yaitu 47,12 %. P3 dan P4 memiliki
kandungan NDF 47,93 % dan 54,24 %. Perbedaan persentase kandungan NDF
yang tidak terlalu mencolok ini, juga berpengaruh pada kandungan ADF pakan.
Kandunga ADF P1, P2, P3, dan P4 secara berturut-turut adalah 31,15 %, 30,12%,
26,99 % dan 25,91 %. Perbedaan kandungan NDF dan ADF pada pakan
perlakuan yang hampir sama mungkin karena persentase tongkol jagung yang
digunakan dalam ransum sama. Kandungan NDF dan ADF pada pakan
perlakuan sudah memenuhi syarat untuk diberikan pada ternak. Anas dan Andy
(2010) menyatakan persentase kandungan NDF dan ADF yang akan diberikan
pada ternak sebaiknya 30–60% dan 25-45 %. Kandungan NDF dan ADF pada
akan berpengaruh pada tingkat konsumsi NDF dan ADF.
Rataan konsumsi NDF dan ADF pada Kambing Kacang Jantan yang
mendapat pellet pakan komplit berbasis tongkol jagung dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan Konsumsi NDF dan ADF pada Kambing Kacang Jantan
Parameter Perlakuan
P1 P2 P3 P4
Konsumsi NDF (garam) 373a 387a 314a 541b
Konsumsi ADF(gram) 267c 201b 164a 238c
Keterangan : *superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap konsumsi NDF
* superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi ADF
P1 = Ransum komplit menggunakan tepung ikan
P2 = Ransum komplit menggunakan urea
P3 = Ransum komplit menggunakan bungkil kedelai
P4 = Ransum komplit menggunakan tepung rese
25
Konsumsi NDF
Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap konsumsi NDF. Uji Duncan menunjukkan perlakuan P4 nyata (P<0,05)
lebih tinggi dibandingkan dengan P1, P2, dan P3. Sedangkan P1,P2, dan P3 tidak
nyata (P>0,05) berbeda terhadap konsumsi NDF pada kambing kacang jantan.
Bahan pakan sumber protein urea, tepung ikan, dan bungkil kedelai sama
pengaruhnya terhadap konsumsi NDF hal ini dikarenakan konsumsi pakan
hamper sama. Ali (2008), menyatakan bahwa peningkatan konsumsi pakan bagi
ternak selaras dengan meningkatnya kualitas dan kecernaan pakan yang diberikan,
sedang kecernaan pakan tergantung dari kandungan serat yang tidak mampu
dimanfaatkan ternak.
Secara numerik P4 memiliki konsumsi NDF yang paling tinggi,
dibandingkan dengan pakan perlakuan lainnya. Hal ini mungkin dikarenakan pada
saat penelitian tepung rese (P4) memiliki palatabilitas yang tinggi sehingga
membuat ternak mengkonsumsi pakan pada perlakuan P4 lebih banyak dibanding
pakan perlakuan lainnya. Palatabilitas yang tinggi pada pakan perlakuan P4
dikarenakan aroma pada tepung rese menarik ternak untuk mengkonsumsi pellet
pakan komplit berbasis tongkol jagung. Selain itu, zat kitin yang terkandung pada
tepung rese tidak berpengaruh pada penambahan 4,1% terhadap konsumsi NDF.
NDF sangat berpengaruh terhadap kemampuan ternak ruminansia untuk
mengkonsumsi pakan (Van Soest, 1982). NDF adalah penyusun dinding sel
berserat yang terdiri dari selulosa, hemiselulasa, lignin, silika dan N dinding sel.
26
NDF merupakan fraksi serat kasar yang sulit dicerna sehingga konsumsi bahan
kering yang berbeda nyata menyebabkan konsumsi NDF juga berbeda nyata.
Konsumsi ADF
Sidik ragam menunjukkan bahawa perlakuan berpengaruh sangat nyata
(P<0,01) terhadap konsumsi ADF pellet pakan komplit yang mengandung bahan
pakan sumber protein berbeda pada kambing kacang jantan. Uji Duncan
menunjukkan bahwa perlakuan P1 dan P4 sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi
dibandingkan perlakuan P3. Sedangkan perlakuan P2 nyata (P<0,05) berbeda
dibanding perlakuan P1, P3, dan P4. Perlakuan P1 tidak nyata berbeda (P>0,05)
dengan perlakuan P4. Adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara
perlakuan P1 dan P4 dengan P3 dikarenakan konsumsi ADF pada perlakuan P4
dan P1 lebih tinggi dibandingkan dengan P3.
Secara numerik perlakuan memiliki perbedaan yang cukup tinggi. Konsumsi
kambing yang mendapat perlakuan P3 paling rendah dan P1 paling tinggi. Hal ini
dikarenakan P1 memiliki kadar ADF paling tinggi. Menurut Biyatmoko (2014)
kandungan ADF dalam pakan dapat mempengaruhi konsumsi ADF pada ternak.
ADF merupakan bagian dari serat kasar yang yang terdiri dari lignin dan silika,
sedangkan NDF terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan protein dinding sel.
Kandungan serat kasar yang tinggi pada tongkol jagung, membuat konsumsi
dan kecernaannya rendah. Penambahan protein pada pellet dapat meningkatkan
konsumsi dan kecernaannya. Hal ini terjadi karena protein yang ditambahkan
pada tongkol jagung akan meningkatkan pertumbuhan perkembang biakan
mikroba dan aktivitas mikikroba meningkat dalam rumen. Sehingga terbentuk
27
enzim selolutik yang dapat mempercepat pencernaan selulosa, selain itu tingginya
mikroba rumen dan aktifitas mikroba yang tinggi akan membuat ikatan lignin
pada tongkol jagung merenggang sehingga dapat mempercepat kecernaannya.
Kecernaan yang cepat pada selulosa dan lignin ini dapat meningkatkan konsumsi
pada pakan, sehingga Konsumsi NDF dan ADF juga meningkat.
28
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penggunaan bahan pakan sumber protein tepung rese dalam pembuatan pellet
pakan komplit berbasis tongkol jagung paling baik terhadap konsumsi NDF dan
ADF dibandingkan bahan pakan sumber protein tepung ikan,urea dan bungkil
kedelai terhadap kambing.
Saran
Disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seberapa
banyak level tongkol jagung yang dapat dipadukan dengan tepung rese untuk
meningkatkan konsumsi NDF dan ADF pellet pakan komplit kambing kacang
jantan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, 2011. Prospek Pengembangan Sapi Perah. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan. Bogor.
Alderman, G. 1980.Aplication of pratical rationing system agri, SCl. Servis.
Ministring of Agric and food England.
Ali, U. 2008. Pengaruh Penggunaan Onggok dan Isi Rumen Sapi dalam Pakan
Komplit Terhadap Penampilan Kambing Peranakan Etawah.Jurusan
Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas PeternakanUniversitas
Islam,Malang.
Anas, S dan Andy. 2010. Kandungan ndf dan adf silase campuran jerami jagung
(zea mays) dengan beberapa level daun gamal (Gricilidia maculate).
Jurnal Aggrisistem. 6 (2) : 77-81. ISN 1858-4330.
Anggarodi, H. R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT. Garmedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Arora, S.P., 1989. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Diterjemahkan oleh
:Retno Muwarni. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Cetakan kedua. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta
Ashes, J.R., B.D. Sieber, S.K. Gulati, A.Z. Cuthbertson, and T.W. Scott. 1992.
Incorporation of nfatty acids of fish oil into tissue and serum lipids of
ruminants. Lipids. 27 (8) : 629-631.
Aylianawaty dan E. Susiani. 1985. Pengaruh berbagai pre-treatment pada limbah
tongkoljagung terhadap aktivitas enzim selulase hasilfermentasi substrat
padat dengan bantuan Aspergillus niger. Available at
http://www.lppm.wima.ac.id/ailin.pdf. [15 April 2015].
Bakrie, B., E. Manshur dan I. M Sukadana. Pemberian Berbagai Level Tepung
Cangkang Udang Ke Dalam Ransum Anak Puyuh Dalam Masa
Pertumbuhan (Umur 1–6 Minggu). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan
Vol 12 (1). Hal 58-68.
Behnke, K. C. 2001. Processing factors influencing pellet quality. Feed Tech.
5(4):1-7.
30
Biyatmoko, D. 2014. Profil acid detergen fiber (adf) dan neutral detergen fiber
(ndf) produk fermentasi jerami padi menggunakan mikrobia cairan rumen.
Media sains. 7 (1) : 7-11. ISN 2085-3548.
Boniran.1999. Qualiti control untuk bahan baku dan produk akhir pakan ternak.
Kumpulan makalah feed quality manajemen workshop. American
Soyabean Association dan Balai penelitian Ternak. Hal 2-7.
Djufry, F. 2012. Teknologi budidaya kambing.http://sulsel.litbang.pertanian.go.id
/ind/index.php. (22 Maret 2015).
Dozier, W.A. 2001. Kualitas pellet pakan ungas pedaging (terhubung berkala).
http://www. alabio.cjb.net. (22 Maret 2015).
Ensamiger, M.E and C.G. Olentine. 1980. Feeds and Nutrition. The Ensminger
Publishing Company, USA.
Fakhri, S., Adrisal, Nelson dan Akmal.Aplikasi teknologi pelleting pelepah sawit
sebagai pakan ternak di sentra peternakan kambing perkecamatan
bajubang kabupaten Batanghari.Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No.
52 Tahun 2011, ISSN: 1410-0770.
Forbes, J., M. 1986. The Voluntary Food Intake. Butter Worts. London.
Furqaanida, N. 2004. Pemanfaatan Klobot Jagung Sebagai Subtitusi Sumber
Serat Ditinjau dari Kualitas Fisik dan Palatabilitas Ransum Komplit.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Ginting, S.P, 2009. Prospek penggunaan pakan komplit pada kambing : tinjauan
manfaat dan aspek bentuk fisik pakan serta respon ternak. Loka Penelitian
Kambing Potong, Sumatra Utara.
Harris. L. E. 1970. Neutritional Research Techniques for Domestik and Wild
Animal.Anim. Sci. Dept. Vol 2. Utah State University, USA.
Hatmono, H. dan Indriyadi, H. 1997. Urea Molase Blok Pakan Suplemen untuk
Ternak Ruminansia. PT. Trubus Agriwidya. Ungaran.
Kartadisastra, H.R., 1997. Penyediaan dan Pengolahan Pakan Ternak
Ruminansia(Sapi, Kerbau, Domba, Kambing ). Kanisius.Yogyakarta.
Maertens, L., & M. J. Villamide. 1998. Feeding systems for intensive production.
CABI Publishing, London. p 241.
McElhiney, R., R. 1994. Feed Manufacturing Technology IV. American Feed
Industry Association, Inc. Arlington, Virginia.
Murtidjo, B., A. 1993. Memelihara Domba. Kanisius.Jakarta.
31
Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond, and T. A. Dewey.
2012.The animal diversity web (online). http://animaldiversity.org. Last
modified in 2012 [21 maret 2015].
Nutrion Research Consil, 1994.Nutrient Requrements of Poultry.6th Ed. National
Academic Press. Washington, D.C.
Purwaningsih, S., 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Penebar Swadaya, Jakarta.
Putrawan,I.D.G.A.,danT.H.Soerawidjaja.2007.Stabilisasi dedak padi melalui
pemasakan ekstrusif. Jurnal teknik kimia Indonesia.6(3) Desember 2007;
681-688.
Pond, W. G., D. C. Church., & K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and
Feeding. John Wiley and Sons, New York.
Poultry Indonesia. 2007. Limbah Udang Pengganti Tepung Ikan.
http://www.poutryindonesia.com/ 5 / 09 /2015. Hal 1.
Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler.Kanisius.Yogyakarta.
Richana, N., P. Lestina dan T.T. Irawadi. 2004. Karakterisasi lignoselulosa: xi lan
dari limbah tanaman pangan dan pemanfaatannya untuk pertumbuhan
bakteri RXA III-5 penghasil xilanase. J. Penelitian Pertanian 23(3): 171-
176.
Sitompul, S. 2004. Analisis asam amino dalam tepung ikan dan bungkil
kedelai.Buletin teknik pertanian.Vol 9 nomor 1, 2004.
Suhartanto, B., B.P. Widyobroto, dan R. Utomo.2003. Produksi ransum lengkap
(completefeed) dan suplementasi undegraded proteinuntuk meningkatkan
produksi dan kualitasdaging sapi potong. Laporan Penelitian
IlmuPengetahuan Terapan (Hibah Bersaing X/3).Lembaga Penelitian
Universitas GadjahMada. Yogyakarta.
Suparjo. 2010. Analisis Bahan Pakan Secara Kimiawi : Analisi Proksimat dan
Analisis Serat. Labolatorium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan.
Universitas Jambi.
Suparman. 2007. Beternak Kambing. Azka Press. Jakarta.
Sutardi. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan
Ternak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Syamsu, A. J. 2011. Reposisi Paradigma Pengembangan peternakan. Absolute
Media. Yogyakarta.
32
Thomas, M., and A. F. B. Van der Poel. 1997. Physical quality of pelleted animal
feed 2. contribution of processes and its conditions. Animal Feed Science
and Technology. 61 (1): 89-109.
Tjokroadikoesoemo, P.S. 1989. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT
Gramedia, Jakarta.
Van Soest, P.J. 1982. Nutritional Ecology of the Ruminant. Oregon.United
Straters of America.
Wahyono, D. E. dan R. Hardiyanto. 2004. Pemanfaatan sumber daya pakan lokal
untuk pengembangan usaha sapi potong. Lokakarya Nasional Sapi Potong
2004. Hal 66-76.
Wardhani, N. K. dan A. Musofie. 1991. Jerami jagung segar, kering dan
teramoniasi sebagai pengganti hijauan pada sapi potong. Jurnal Ilmiah
Penelitian Ternak Grati. 2. (1):1-5.
Zulkarnaini. 2009. Pengaruh Suplementasi Mineral Fosfor dan Sulfur pada Jerami
Padi Amoniasi Terhadap Kecernaan NDF, ADF, Selulosa dan
Hemiselulosa.Jurnal Ilmiah Tambua 8: 473-477.
33
LAMPIRAN
Tabel. 5 Rataan Konsumsi NDF pellet tongkol jagung
PERIODE KAMBING
A B C D
I 467(P1) 486(P2) 578(P4) 416(P3)
II 501(P2) 572(P1) 379(P3) 663(P4)
III 766(P4) 412(P3) 301(P1) 483(P2)
IV 363(P3) 696(P4) 464(P2) 527(P1)
TOTAL 2097 2166 1722 2089
RATA-RATA 524,25 541,5 430,5 522,25
Tabel 6. Jumlah dan Rataan perlakuan masing-masing perlakuan terhadap
konsumsi NDF
PERLAKUAN JUMLAH RATAAN
P1 1867 373,4
P2 1934 386,8
P3 1570 314
P4 2703 540,6
Tabel 8. Sidik Ragam Konsumsi NDF Pellet tongkol jagung
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:NDF
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 209798.750a 9 23310.972 4.946 .033
Intercept 4074342.250 1 4074342.250 864.460 .000
PERIODE 4652.250 3 1550.750 .329 .805
KAMBING 30200.250 3 10066.750 2.136 .197
PERLAKUAN 174946.250 3 58315.417 12.373 .006
Error 28279.000 6 4713.167
Total 4312420.000 16
Corrected Total 238077.750 15
a. R Squared = ,881 (Adjusted R Squared = ,703)
34
Tabel. 8 Uji berlanjut Duncan untuk konsumsi NDF
NDF
PERLAKUAN N
Subset
1 2
Duncana P3 4 392.500
P1 4 466.750
P2 4 483.500
P4 4 675.750
Sig. .120 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 4713,167.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
Tabel 9. Rataan konsumsi ADF pellet tongkol jagung
PERIODE
KAMBING
A B C D
I 326(P1) 250(P2) 270(P4) 224(P3)
II 264(P2) 394(P1) 213(P3) 298(P4)
III 302(P4) 211(P3) 297(P1) 247(P2)
IV 172(P3) 322(P4) 243(P2) 316(P1)
TOTAL 1064 1177 1023 1085
RATA-RATA 266 294,25 255,75 271,25
Tabel 10. Jumlah dan Rataan perlakuan masing-masing perlakuan terhadap
konsumsi ADF
PERLAKUAN JUMLAH RATAAN
P1 1333 266,6
P2 1004 200,6
P3 820 164
P4 1192 238,4
35
Tabel. 11 Sidik ragam konsumsi ADF pellet tongkol jagung
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:ADF
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 42879.062a 9 4764.340 9.277 .007
Intercept 1182112.562 1 1182112.562 2.302E3 .000
PERIODE 2267.188 3 755.729 1.472 .314
KAMBING 3182.188 3 1060.729 2.065 .206
PERLAKUAN 37429.688 3 12476.562 24.294 .001
Error 3081.375 6 513.562
Total 1228073.000 16
Corrected Total 45960.437 15
a. R Squared = ,933 (Adjusted R Squared = ,832)
Tabel 12. Uji berlanjut Duncan untuk konsumsi ADF
ADF
PERLA
KUAN N
Subset
1 2 3
Duncana P3 4 205.000
P2 4 251.000
P4 4 298.000
P1 4 333.250
Sig. 1.000 1.000 .070
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 513,563.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
36
DOKUMENTASI
Gambar 4. Kandang Metabolisme
Gambar 5. Proses Penimbangan dan Pencampuran Pakan
37
Gambar 6. Proses Pembuatan Pellet
Gambar 7.Proses pengambilan Sampel
38
Gambar 8. Proses Analisis di Laboratorium
39
RIWAYAT HIDUP
ANDI NURFAINI, lahir pada tanggal 01 November 1993 di
Makassar. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara.
Anak dari pasangan bapak Andi Muhammad Syukri dan ibu
Andi Halika. Jenjang pendidikan formal yang pernah
ditempuh adalah Sekolah Dasar Inpres 31 Macinna di Desa
Bonto Tallasa Kab. Maros pada tahun 1999 sampai tahun 2005. Pada tahun yang
sama melanjutkan pendidikan ke SMPN 3 Simbang di Desa Bonto Tallasa
Kab.Maros dan lulus pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan pendidikan di
SMK Negeri 1 Maros, lulus pada tahun 2011. Setelah menyelesaikan pendidikan
di SMK, pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas
Hasanuddin Fakultas Peternakan Prodi Ilmu Peternakan.
top related