konsep perilaku 1hg
Post on 04-Jan-2016
225 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
2.1. Konsep Perilaku
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu
sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara,
bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas
organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung
(Notoatmodjo, 2007).
Perilaku dan gejala yang tampak pada kegiatan organisme tersebut
dipengaruhi oleh faktor genetik dan hidup terutama perilaku manusia. Faktor
keturunan merupakan konsep dasar atau modal untuk perkembangan perilaku
makhluk hidup itu selanjutnya, sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau lahan
untuk perkembangan perilaku tersebut.
Dengan demikian kita juga dapat menyimpulkan bahwa banyak perilaku
yang melekat pada diri manusia baik secara sadar maupun tidak sadar. Salah satu
perilaku yang penting dan mendasar bagi manusia adalah perilaku kesehatan. Becker,
1979 membuat suatu konsep tentang perilaku dalam 3 kelompok yaitu:
2.1.1. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Skinner dalam Notoatmodjo adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan.
(Notoatmodjo, 2007). Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007), membuat klasifikasi
tentang perilaku kesehatan yang terdiri dari:
1. Perilaku Hidup Sehat
Perilaku Hidup Sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya
yang mencakup antara lain:
a) Makan dan menu seimbang (appropriate diet)
b) Olahraga teratur
c) Tidak merokok
d) Tidak minum-minuman keras dan narkoba
e) Istirahat yang cukup
f) Mengendalikan stres
2. Perilaku sakit (IIInes behaviour)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya
terhadap sakit, pengetahuan tentang : gejala dan penyebab penyakit, dan
sebagainya.
3. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)
Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit,yang
harus diketahui oleh orang sakit itu sendiri maupun orang lain (terutama
keluarganya). Perilaku ini disebut perilaku peran sakit (the sick role) yang
meliputi:
a) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
b) Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan
penyakit yang layak.
c) Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh
pelayanan kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit
(memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada
dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang
lain, dan sebagainya).
Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu
pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan
contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas terutama
petugas kesehatan dan diperlukan juga undang-undang kesehatan untuk memperkuat
perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2003).
2.1.2. Perilaku Sakit
Menurut Suchman dalam Sarwono (2004), ada lima macam reaksi dalam
mencari proses pengobatan sewaktu sakit yaitu:
1. Shoping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari medical care
untuk satu persoalan atau yang lain, meskipun tujuannya adalah untuk
mencari dokter yang akan mendiagnosis dan mengobati yang sesuai harapan.
2. Fragmentation atau proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada
lokasi yang sama.
3. Procastination atau penundaan pencarian pengobatan sewaktu gejala sakit
dirasakan.
4. Self Medication atau mengobati sendiri dengan berbagai ramuan atau
membelinya diwarung obat.
5. Discontuinity atau proses tidak melanjutkan (menghentikan pengobatan).
6. Menurut Hendrik L. Blum faktor – faktor yang berpengaruh terhadap derajat
kesehatan digambarkan sebagai berikut :
Dari skema diatas, dapat dilihat bahwa perilaku manusia mempunyai
kontribusi, yang apabila dianalisa lebih lanjut kontribusinya lebih besar. Sebab
disamping berpengaruh langsung terhadap kesehatan, juga berpengaruh tidak
langsung melalui lingkungan terutama lingkungan buatan manusia, sosio budaya,
serta faktor fasilitas kesehatan. Faktor perilaku ini juga berpengaruh terhadap
faktor keturunan. Karena perilaku manusia terhadap lingkungan dapat menjadikan
pengaruh yang negatif terhadap kesehatan dan karena perilaku manusia pula maka
fasilitas kesehatan disalah gunakan oleh manusia yang akhirnya berpengaruh
terhadap status kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Keturunan
Status Kesehatan
Fasilitas kesehatan (Pelayanan kesehatan )
Perilaku
( Behavior)
Lingkungan
(Environment)
2.2. Bentuk bentuk perilaku
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas. Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli psikologi
pendidikan membagi perilaku ke dalam tiga domain atau ranah/kawasan yaitu
ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah
psikomotor (psychomotor domain), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak
mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk
kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga
domain perilaku tersebut yang terdiri dari:
1. Pengetahuan peserta terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge).
2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(attitude
3. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan
materi pendidikan yang diberikan (practice).
Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), seorang ahli psikologi
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan rumus teori Skinner tersebut maka
perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum
dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih
terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap
terhadap stimulus yang bersangkutan.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa
tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable
behavior.
Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di
dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu :
1. Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri
seseorang.
Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan
fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi maupun
politik.
2. Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri
seseorang. Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus
dari luar dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi,
sugesti dan sebagainya.
Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal merupakan faktor
yang memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku manusia
karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana seseorang itu berada
(Notoatmodjo, 2007).
2.2.1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari
pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan
lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif
mempunyai enam tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis (analysa)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (syntesa)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru sari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang ada.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada
orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa
makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah pula bagi mereka
untuk menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula
pengetahuan yang mereka miliki.
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak
langsung.
3. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek
fisik dan psikologis (mental), dimana aspek psikologis ini taraf berpikir
seseorang semakin matang dan dewasa.
4. Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu. Minat menjadikan sesorang untuk mencoba menekuni
suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam.
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu
baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya
pengalaman mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi
individu yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara sabjektif.
6. Informasi
Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
(Wahid dkk, 2007).
2.2.2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-
hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Selain
bersifat positif atau negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda
(sangat benci, agak benci, dsb). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku tidaklah
selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering kali terjadi bahwa seseorang
memperhatikan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap dapat
berubah dengan diperoleh tambahan informasi tentang objek tersebut melalui
persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 1993).
Adapun ciri-ciri sikap sebagai berikut
1. Sikap itu dipelajari (learnability)
Sikap merupakan hasil belajar. Ini perlu dibedakan dari mptif – motif
psikologi lainya misalnya : lapar, haus, nyeriadalah motif psikologi yang
tidak dipelajari, sedangkan pilihan kepada makanan eropa adalah sikap.
Beberapa sikap dipelajari tidak disengaja atau tanpa kesadaran sebagai
individu. Mungkin saja yang terjadi adalah mempelajari sikap denga sengaja
bila individu mengerti bahwa hal tersebut akan membawa lebih baik untuk
dirinya sendiri, membantu tujuan kelompok atau memperoleh sesuatu nilai
yang sifatnya perseorangan.
2. Memiliki kestabilan ( stability )
Sikap yang bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap
dan stabil melalui pengalaman. Misalnya pengalaman terhadap suka atau
tidak suka terhadap warna tertentu (spesifik) yang sifatnya berulang – ulang.
.
3. Personal societal significance
Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dengan orang lain dan juga
antara orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain
menyenangkan, terbuka dan hangat, maka ini sangat berarti bagi dirinya dan
dia akan merasa bebas dan nyaman.
4. Berisi Kognitif dan Affectif
Komponen kognitif dari sikap adalah berisi informasi yang aktual,
misalnya objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.
5. Approach – Avoidence Directionality
Bila seseorang memiliki sikap yang mudah beradaptasi terhadap sesuatu
objek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang
memiliki sikap yang susah beradaptasi maka mereka akan menghindarinya.
(Ahmadi, 1999)
Ciri-ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut :
1. Pemikiran dan perasaan ( thoughts and feeling )
Hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan
pertimbangan – pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, dan
merupakan modal untuk bertindak dengan pertimbangan untung – rugi,
manfaat serta sumberdaya yang tersedia.
2. Adanya orang lain yang menjadi acuan ( Personal references )
Merupakan faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi
tetap mengacu pada pertimbangan – pertimbangan individu.
3. Sumber daya ( Resurces ) yang tersedia merupakan pendukung untuk
bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan
pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut.
4. Sosial budaya (culture) berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir
seseorang untuk bersikap terhadap objek / stimulus tertentu.
(Notoatmodjo, 2005).
Sikap mempunyai tiga komponen pokok, seperti yang dikemukakan Allport
(1954) dalam Notoatmodjo (2007), yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan sikap, yaitu:
1. Menerima (receiving) artinya bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan objek.
2. Merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dan sikap.
3. Menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga
(kecenderungan untuk bertindak).
4. Bertanggung jawab (responsible) yaitu yang bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan
sikap yang paling tinggi.
Ciri-ciri sikap adalah :
1. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus dipelajari selama
perkembangan hidupnya.
2. Sikap itu tidak semata-mata berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan
dengan suatu objek, pada umumnya sikap tidak berkenaan dengan suatu
objek saja, melainkan juga dapat berkenaan dengan deretan-deretan objek
yang serupa.
3. Sikap, pada umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi,
sedangkan pada kecakapan dan pengetahuan hal ini tidak ada.
Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yaitu :
1. Sikap sebagai alat untuk menyesuaikan diri.
Sikap adalah sesuatu yang bersifat coomunicable, artinya suatu yang
mudah menjalar, sehingga menjadi mudah pula menjadi milik bersama.
Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya
atau dengan anggota kelompoknya.
2. Sikap sebagai alat pengatur tingkah laku.
Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada anak dewasa dan yang
sudah lanjut usianya tidak ada. Perangsang itu pada umumnya tidak diberi
perangsang secara spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar
untuk menilai perangsang-perangsang itu.
3. Sikap sebagai pengatur pengalaman – pengalaman
Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya
tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua berasal dari dunia
luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-
mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi, semua
pengalaman diberi penilaian lalu dipilih.
4. Sikap sebagai pernyataan kepribadian.
Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang, ini disebabkan karena sikap
tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya oleh karena itu
dengan melihat sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa
mengetahui pribadi orang tersebut. Sikap merupakan pernyataan pribadi
(Notoatmodjo, 2007).
2.2.3. Tindakan (practice)
Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk terbentuknya suatu sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain
fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support)
dari pihak lain didalam tindakan atau praktik (Notoatmodjo, 2007).
Tingkatan-tingkatan praktik itu adalah :
top related