kode etikmeity.staff.gunadarma.ac.id/downloads/files/68606/...pemikiran moral kant ini adalah...
Post on 19-Jul-2021
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KODE ETIKUTILITARISME
UTILITARISME
Aliran ini berasal dari tradisi pemikiran moral di Unuted Kingdom dan kemudian berpengaruh keseluruh kawasan yang berbahasa inggris.
filsuf inggris jeremy Bentham (1748-1832), dengan bukunya introduction to the principles of morals and legislation (1789). Ultilistarisme dimaksudnya sebagai dasar etis untuk memperbarui hkum inggris. Khususnya hukum pidana.
Betham tidak ingin menciptakan suatu teori moral abstark, tetapi mempunyai maksud sangat konkrit. Ia nerpendapat bahwa tujuan hukum adalah memajukan kepentingan warga negara bukan melaksanakan perintah-perintah ilahi atau melindungi yang disebut hak-hak kodrati.
Betham mulai menekankan bahwa umat manusia menurut kodratnya ditempatkan dibawah pemerintahan dua penguasa yang berdaulat (ketidaksenagan dan kesenangan). Kebahagian tercapai, jika ia memiliki kesenangan dan bebas dari kesusahan. Dalam hal ini betham sebenarnya melanjutkan begitu saja hedonisme klasik.
Karena menurut kodratnya tingkah laku manusia terarah pada kebahagian, maka suatu perbutan dapat dinilai baik atau buruk, sejauh dapat meningkatkan atau mengurangi kebahagian sebanyak mungkin orang.
Menurut Betham, prinsip kegunaan itu harus diterapkan secara kuantitatif. Karena kualitas kesenagan selalu sama, satu-satunya aspeknya yang bisa berbeda adalah kulitasnya.
KETIDAKSENANGAN (DEBET) KESENANGAN (KREDIT)
Durasi : Singkat
Akibatnya : - Kemiskinan
- Nama buruk
- Tidak sanggup bekerja
Kemurnian : dapat diragukan
{= dalam keadaan mabuk
sering tercampur unsur
ketidaksenangan
Intensitas : Membawa banyak
kesenangan
Kepastian : Kesenangan pasti
terjadi
Jauh/dekat : Kesenangan timbul
cepat
Ultilitarisme diperluas dan diperkukuh lagi oleh filsufi inggris, Jhon Stuart Milln (1806-18730). Dalam bukunya ia mengeritik pandangan Betham bahwa kesenangan dan kebahagian harus diukur secara kuantitatif. Ia berpendapat bahwa kualitasnya perlu ditimbangkan juga, karena ada kesengan yang lebih tinggi mutunya dan ada yang lebih rendah.
Utilitiralisme Aturan
kritikan berat yang dikemukakan terhadap ultilitarisme adalah membedakan antara dua macam ultilitarisme. Ultilitarisme perbuatan dan ultilitarisme aturan.
filsuf inggris-amerika Stephen Toulmin, menegaskan bahwa prinsip kegunaan tidak harus diterapkan atas salah satu perbuatan, melainkan atas aturan-aturan
moral yang mengatur perbuatan-perbuatan kita.
Filsuf Richard B. Brandt melangkah lebih jauh lagi dengan mengusulkan agar bukan aturan moral satu demi satu, melainkan sistem aturan moral sebagai
keseluruhan diuji dengan prinsip kegunaan.
Utilitarisme aturan ini merupakan sebuah varian yang menarik dari utilitarisme. Perlu diakui bahwa dengan demikian kita bisa lolos dari banyak kesulitan yang melekat pada utilitarisme perbuatan. Utilitarisme aturan ini timbul jika terjadi konflik antara dua aturan moral.
Deontologi
Yang menciptakan system moral ini adalah filsuf besar dari Jerman, Immanuel Kant (1724-1804), Menurut Kant:
yang bisa disebut baik dalam arti
sesungguhnya hanyalah kehendak
yang baik. Semua hal lain disebut baik
secara terbatas atau dengan syarat.
Kesehatan, kekayaan, atau intelegensi
Pembedaan yang diajukan Kant :
Kewajiban moral mengandung
suatu imperatif kategoris, artinya
imperative (perintah) yang
mewajibkan begitu saja tanpa
syarat
imperatif hipotetis selalu
diikutsertakan sebuah syarat.
Bentuknya adalah: “kalau engkau ingin mencapai
suatu tujuan, maka engkau harus
menghendaki juga sarana-sarana yang menuju ke tujuan
tersebut”
pemikiran moral Kant ini adalah menyimpulkan otonomi kehendak. Kalau hukum moral harus dipahami sebagai imperatif kategoris, maka dalam bartindak secara moral kehendak harus otonom dan bukan heteronom.Kehendak bersifat otonom bila menentukan dirinya sendiri, sedangkan kehendak heteronom membiarkan diri ditentukan oleh faktor dari luar dirinya seperti kecenderungan atau emosi.
kehendak itu otonom dengan memberikan hukum moral kepada
dirinya sendiri.
Pandangan W.D.Ross
Ross mengatakan bahwa kewajiban untuk mengatakan kebenaran merupakan kewajiban prima facie (pada pandangan pertama) yang berlaku sampai ada kewajiban yang lebih panting. Ross menyusun sebuah daftar kewajiban yang semuanya merupakan kewajiban prima facie
kewajiban prima facie:
1) Kewajiban kesetiaan: kita harus menepati janji yang diadakan dengan bebas.
2) Kewajiban ganti rugi: kita harus melunasi utang moril dan materiil.
3) Kewajiban terima kasih: kita harus berterima kasih kepada orang yang berbuat baik terhadap kita.
4) Kewajiban keadilan: kita harus membagikan hal-hal yang menyenangkan sesuai dengan jasa orang-orang bersangkutan.
5) Kewajiban berbuat baik: kita harus membantu orang lain yang membutuhkan kita.
6) Kewajiban mengembangkan dirinya: kita harus mengembangkan dan meningkatkan bakat kita di bidang keutamaan, inteligensi, dan sebagainya.
7) Kewajiban untuk tidak merugikan: kita tidak boleh melakukan sesuatu yang merugikan orang lain (satu-satunya kewajiban yang dirumuskan Ross dalam bentuk negatif)
Kesimpulan
“Apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?” kaum hedonis menjawab “kesenangan”. Menurut Aristippos, yang baik adalah kesenangan karena fakta menunjukkan bahwa sejak kecil manusia tertarik akan kesenangan dan menghindari ketidaksenangan. Kesenangan itu bersifat badani yang hakikatnya adalah gerak. Dan gerak dapat memiliki tiga kemungkinan:
gerak kasar (ketidaksenangan),
gerak halus (kesenangan),
tiadanya gerak (netral).
kesenangan itu pun bersifat aktual, bukan masa lalu (ingatan) atau masa depan (antisipasi).
top related