keterampilan karyawan terhadap proses panen dan …
Post on 06-May-2022
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KETERAMPILAN KARYAWAN TERHADAP PROSES PANEN
DAN PASCA PANEN KARET PT. PP LONDON SUMATRA
INDONESIA, TBK. DI DESA PALANGISANG
KECAMATAN UJUNGLOE KABUPATEN
BULUKUMBA
NININ SUPIANTI
10596 01003 11
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
i
KETERAMPILAN KARYAWAN TERHADAP PROSES PANEN
DAN PASCA PANEN KARET PT. PP LONDON SUMATRA
INDONESIA, TBK. DI DESA PALANGISANG
KECAMATAN UJUNGLOE KABUPATEN
BULUKUMBA
NININ SUPIANTI
10596 01003 11
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata
Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Keterampilan Karyawan Terhadap Proses Panen
Dan Pasca Panen Karet PT. PP LONDON
SUMATRA INDONESIA, TBK. Di Desa
Palangisang Kecamatan UjungLoe Kabupaten
Bulukumba
Nama Mahasiswa : Ninin Supianti
Nomor Induk Mahasiswa : 105960100311
Konsentrasi : Penyuluh Pertanian
Fakultas : Pertanian
Disetujui
Pembimbing I
Ir. Siti Wardah, M. Si.
Pembimbing II
Ir. Muh. Saleh Molla, MM.
Diketahui
Dekan Fakultas Pertanian
Ir. Muh. Saleh Molla, MM.
Ketua Prodi Agribisnis
Amruddin, S.Pt., M.Si.
iii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul Skripsi : Keterampilan Karyawan Terhadap Proses Panen
Dan Pasca Panen Karet PT. PP LONDON
SUMATRA INDONESIA, TBK. Di Desa
Palangisang Kecamatan UjungLoe Kabupaten
Bulukumba
Nama Mahasiswa : Ninin Supianti
Nomor Induk Mahasiswa : 105960100311
Konsentrasi : Penyuluh Pertanian
Fakultas : Pertanian
SUSUNAN PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1. Ir. Siti Wardah, M.Si.
Ketua Sidang
( ........................... )
2. Ir. Muh. Saleh Molla., MM.
Sekretaris
( ........................... )
3. Ir. Hj. Nailah Husain., M.Si.
Anggota
( ........................... )
4. Syatir, S. P.,M. Si
Anggota
( ........................... )
Tanggal Lulus : ....................................................
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S.1) Pertanian yang
berjudul Keterampilan Karyawan Terhadap Proses Panen Dan Pasca Panen Karet
PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA, TBK. Di Desa Palangisang
Kecamatan UjungLoe Kabupaten Bulukumba seluruhnya adalah merupakan hasil
karya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini, saya kutip dari
hasil karya orang lain, dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma,
kaedah dan etika penulisan karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari, ditemukan seluruh atau sebagian dalam skripsi
bukan hasil karya saya (skripsi saya dibuat orang lain), maka saya bersedia
menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang, dan sanksi-
sanksi lainnya sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Makassar, Februari 2016
Ninin Supianti
105960100311
v
ABSTRAK
NININ SUPIANTI. 105960100311. Keterampilan Karyawan Terhadap Proses
Panen Dan Pasca Panen Karet PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA,
TBK. Di Desa Palangisang Kecamatan UjungLoe Kabupaten Bulukumba.
Dibimbing oleh Ibu SITI WARDAH Dan Bapak MUH. SALEH MOLLA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan karyawan terhadap
proses panen dan pasca panen karet PT. PP. LONDON SUMATRA
INDONESIA, TBK. Di Desa Palangisang Kecamatan UjungLoe Kabupaten
Bulukumba.
Teknik penentuan sampel dilakukan secara sensus seluruh jumlah populasi
dijadikan sebagai sampel di Desa Palangisang kecamatan UjungLoe Kabupaten
Bulukumba terdapat 1 kelompok yang bekerja diperusahaan perkebunan karet
yang beranggotakan 20 orang. Jadi jumlah sampel penelitian ini adalah 20 orang.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.
Data kualitatif bertujuan untuk memperoleh pemahaman atau keterampilan
karyawan dalam proses panen dan pasca panen. Data yang dihasilkan yaitu data
yang bersifat deskriptif yaitu berupa gambaran, kata-kata tertulis atau suatu
kalimat yang berbentuk paragraf dan membuat pertanyaan dalam bentuk
koesioner dalam memperoleh data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara teknis yang harus diperhatikan
dalam proses panen, menjelaskan bahwa matang sadap pohon, persiapan buka
sadap, tinggi bukaan sadap, pemasangan talang dan mangkuk sadap, pelaksanan
penyadapan, waktu penyadapan, kemiringan irisan sadap, dan sistem sadap,
mempengaruhi keterampilan karyawan yang hasilnya adalah sangat baik,
sedangkan pasca panen menunjukkan bahwa keterampilan karyawan telah
mengetahui teknologi dan menerima fasilitas yang diberikan dan bimbingan
kepada karyawan akan tetapi dilakukan secara individu bukan secara kelompok,
para karyawan telah mendapatkan keterampilan yang luas tentang cara
penyadapan karet (proses panen) sampai pasca panen pengolahan karet
kedepannya.
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdullah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Hidayat, Taufik, dan Rahmat-Nya, sehingga penulisan skripsi dapat
diselesaikan dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga,
dan pikiran untuk memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang
berharga kepada kami selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak . Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada yang
terhormat :
1. Kedua orangtua ayahanda Abdul Salam dan Almarhuma ibunda Naan,
Kakakku tercinta Rosmiati dan Ana dan segenap keluarga yang senantiasa
memberikan bantuan baik moril maupun material sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
2. Ibu Siti Wardah, M. Si. Selaku pembimbing 1 Dan Bapak Ir. Muh. Saleh
Molla., MM. Selaku pembimbing 2 yang senantiasa meluangkan waktunya
untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
3. Bapak Ir. Saleh Molla, M.M. Selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
vii
4. Bapak Amruddin, S.Pt., M.Si selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultass
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada
penulis.
6. Kepada Bapak Pimpinan Manajer PT. PP LONDON SUMATRA
INDONESIA, TBK. Yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian di daerah tersebut.
7. Untuk teman-teman kelas D Agribisnis angkatan OII seperjuangan
dikampus.
8. Orang yang tercinta dan tersayang terima kasih atas bantuan, motivasi dan
doanya selama ini mendampingi saya.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait
dalam penulisan skripsi ini semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Amin.
Makassar, Februari 2016
NININ SUPIANTI
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI .......................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 4
1. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 4
II. TINJAUAN PUSTAKA . ........................................................................ 6
2.1 Definisi Keterampilan Karyawan ......................................... 6
2.2 Tanaman Karet ..................................................................... 10
2.3 Proses Panen ...................................................................... 12
2.4 Pasca Panen ......................................................................... . 16
2.5 Kerangka Pikir ..................................................................... 22
III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 24
3. 1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 24
3. 2 Teknik Penentuan Sampel ............................................................ 24
3. 3 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 25
3. 4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 26
3. 5 Teknik Analisis Data .................................................................... 27
3. 6 Definisi Operasional ................................................................... 28
ix
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ..................................... 30
4. 1 Kondisi Geografis ......................................................................... 30
4. 1. 1 Letak Desa ........................................................................ 30
4. 1. 2 Administrasi Desa ............................................................. 30
4. 1. 3 Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan .............................. 32
4. 1. 4 Iklim dan Curah Hujan ...................................................... 33
4. 1. 5 Hidrologi dan Tata Guna Air ............................................ 34
4. 2 Kondisi Demografis ...................................................................... 34
4. 2. 1 Pertumbuhan Penduduk .................................................... 34
4. 2. 2 Keadaan Penduduk Menurut Umur ................................... 36
4. 2. 3 Keadaan Penduduk Menurut Jenis kelamin....................... 37
4. 2. 4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan .................... 38
4. 2. 5 Mata Pencaharian Hidup ................................................... 40
4. 3 Kondisi Pertanian................. ......................................................... 41
4. 3. 1 Sejarah Perusahaan............................................................ 41
4. 3. 2 Visi dan Misi Perusahaan................................................... 41
4. 3. 3 Struktur Organisasi, Tugas dan Tanggung Jawab ......... .... 42
V. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................ ......................... 50
5. 1 Identitas Responden.................................................. ..................... 50
5. 1. 1 Umur ................................................................................ 50
5. 1. 2 Pendidikan ........................................................................ 51
5. 1. 3 Pengalaman Bekerja .......................................................... 52
5. 1. 4 Jumlah Tanggungan Keluarga ........................................... 53
5. 2 Keterampilan Karyawan Terhadap Proses Panen Dan
Pasca Panen karet ......................................................................... 54
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 57
6. 1 Kesimpulan...................................................................................... 57
6. 2 Saran ................................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
x
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Luas Wilayah Penggunaan Lahan Di Desa Palangisang Kecamatan
UjungLoe Kabupaten Bulukumba Tahun 2015 ........................................ 32
2. Pertumbuhan Penduduk Di Desa Palangisang Kecamatan UjungLoe
Kabupaten Bulukumba Tahun 2014-2015 ................................................ 35
3. Jumlah Penduduk Menurut Kepala Keluarga Dan Jenis Kelamin
Dirinci Perdusun Di Desa Palangisang Kecamatan UjungLoe
Kabupaten Bulukumba Tahun 2015 ......................................................... 35
4. Jumlah Penduduk Menurut Umur Di Desa Palangisang Kecamatan
UjungLoe Kabupaten Bulukumba ............................................................ 36
5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Palangisang
Kecamatan UjungLoe Kabupaten Bulukumba ......................................... 37
6. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Palangisang
Kecamatan UjungLoe Kabupaten Bulukumba ......................................... 39
7. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Palangisang
Kecamatan UjungLoe Kabupaten Bulukumba ......................................... 40
8. Umur Responden Di Desa Palangisang Kecamatan UjungLoe
Kabupaten Bulukumba .............................................................................. 50
9. Pendidikan Responden Di Desa Palangisang kecamatan UjungLoe
Kabupaten Bulukumba .............................................................................. 51
10. Pengalaman Bekerja Responden Di Desa Palangisang Kecamatan
UjungLoe Kabupaten Bulukumba ............................................................ 52
11. Jumlah Tanggungan Keluarga Di Desa Palangisang Kecamatan
UjungLoe Kabupaten Bulukumba ............................................................ 53
12. Tingkat Keterampilan Karyawan Terhadap Proses Panen dan Pasca
Panen Di Desa Palangisang Kecamatan UjungLoe Kabupaten
Bulukumba ............................................................................................... 55
xi
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
Teks
1. Kerangka Pikir .......................................................................................... 23
2. Wawancara Dengan Salah Satu Responden.............................................. 95
3. Bimbingan Perindividu Atau Pengawalan Langsung (Mandor) ............... 95
4. Proses Pengambilan Air Karet Yang Di Lakukan Peneliti (Ikut
Membantu Petani Mengumpulkan Air karet) ........................................... 96
5. Karyawan Mengumpulkan Air karet yang Sudah Di Sadap .................... 96
6. Proses Pengumpulan Air Karet Dan Memasukkan Kedalam Cergen
Untuk Di Bawa Ketangki Pengumpul ...................................................... 96
7. Proses Pengangkutan Air Karet DiTangki Pengumpul Yang Sudah
DiSediakan ............................................................................................... 97
8. Proses Pasca Panen Dengan Menghilangkan Tekstur yang Tercampur
Zat-Zat Di Dalam Air Karet Di Tempat Pengumpul Sebelum Di Bawa
KePabrik ................................................................................................. 97
9. Papan Nama Perusahaan Perkebunan PT. PP. LONDON SUMATRA
INDONESIA, TBK ................................................................................... 97
10. Peta Lokasi Penelitian .............................................................................. 98
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
Teks
1. Jadwal Penelitian ...................................................................................... 61
2. Koesioner Penelitian ................................................................................. 62
3. Hasil koesioner ......................................................................................... 64
4. Identitas Responden (Nama Responden,Umur,Pengalaman Berusaha
Tani,Jumlah Tanggungan Keluarga dan Pendidikan) Keterampilan
Karyawan Terhadap Proses Panen Dan Pasca Panen Di Desa
Palangisang Kecamatan UjungLoe Kabupaten Bulukumba Tahun 2015 . 94
5. Dokumentasi ............................................................................................. 95
6. Peta Desa Palangisang .............................................................................. 98
1. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Indonesia merupakansuatu negara Agraris atauPertanian. DimanaIndonesia
sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian
dan perkebunan, karena sektor-sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam
pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai
wilayah Indonesia. Permasalahannya adalah berapa besar dampak perbaikan
terhadap petani dalam posisinya sebagai petani dalam perubahan sosial.
Arifin. (2004), mengungkapkan Negara-negara berkembang khususnya
Indonesia pembangunan pertanian tidak sesederhana yang diduga. Permasalahan
yang paling krusial adalah bahwa pasar dan politik sama-sama meminggirkan
(under- value) sektor pertanian dan sektor-sektor lain dengan basis Sumber Daya
Alam (rescurces-based). Kebijakan Ekonomi dan Strategi merupakan basis
ekonomi rakyat di pedesaan menguasai hajat hidup sebagian besar penduduk,
menyerap lebih separuh total tenaga kerja dan bahkan menjadi katub pengaman
pada krisis ekonomi Indonesia.
Sairin, dkk. (2002).Pertanian di Indonesia sedang berada di persimpangan
jalan. Sebagai penunjang kehidupan berjuta-juta masyarakat Indonesia, Sektor
Pertanian memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kukuh dan pesat. Salah satu
komoditas yang selama ini menjadi andalan ekspor adalah karet yang tetap
menjadi primadona ekspor.
2
Damanhuri, (2006). Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan
yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas
manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti
ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal
karet. Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan
dengan meningkatnya standar hidup manusia.
Indonesia sebagai produsen karet nomor satu di dunia akhir-akhir ini
terdesak oleh dua Negara tetangga : Malaysia dan Thailand. Peranan karet dan
barang karet terhadap ekspor nasional tidak dapat dianggap kecil mengingat
Indonesia merupakan produsen karet urutan ke-2 terbesar di dunia dengan
produksi sebesar 2,55 juta ton pada tahun 2010 setelah Thailand (produksi sebesar
2,97 juta ton) dan negara yang memiliki luas lahan karet terbesar di dunia dengan
luas lahan mencapai 3,4 juta hektar di tahun 2010.Janudianto, dkk. (2013).
Tambunan. (2003)., Departemen Pertanian luas lahan karet di Indonesia
yang dimiliki Indonesia pada tahun 2010 mencapai 2,7 – 3,4 juta hektar. Ini
merupakan lahan karet yang terluas di dunia. Sayangnya perkebunan karet yang
luas tidak diimbangi dengan produktifitas yang memuaskan. Produktifitas lahan
karet di Indonesia rata-rata rendah dan mutu karet yang dihasilkan juga kurang
memuaskan. Bahkan di pasaran internasional karet Indonesia terkenal sebagai
karet bermutu rendah.
Soekartawi, (2008).Banyakperkebunan karet yang tersebar di berbagai
provinsi di Indonesia. Salah satunya di Sulawesi Selatan khususnya di Kabupaten
Bulukumba. Bulukumba merupakan penghasil karet di Sulawesi Selatan dengan
3
produksi karet pada tahun 2010 sebanyak 7.343 ton yang terdiri dari produksi
pertanian rakyat 1.250 ton dan produksi pertanian swasta 6.093 ton. Yang tersebar
di 19.900 ha, dimana luas lahan pertanian karet terdiri dari perkebunan rakyat
14.105 ha dan perkebunan swasta 5.975 ha.
Dalam penjelasan diatas dapat dijelaskan bahwa pertanian karet rakyat
dengan luas lahan 19.900 ha memproduksi karet lebih kecil dengan 1.250 ton
sedangkan pertanian karet swasta yang memiliki lahan yang lebih sedikit yaitu
5.975 ha tetapi dapat memproduksi karet yang lebih besar dengan 6.093 ton.
Maka terlihat masalah besar yang dihadapi oleh pertanian karet rakyat dalam hal
pengelolaan pertanian.
Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Bulukumba sudah membudaya dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Umumnya diusahakan oleh petani dalam skala
kecil (sempit) dengan sistem tradisional. Berbeda dengan yang diusahakan oleh
perusahaan pemerintah/swasta, dimana pengusahaannya dilakukan dalam skala
besar dengan sistem teknologi modern.
Walaupun pengembangan pertanian karet mengalami prospek yang cerah,
namun masih ditemukan beberapa masalah dalam proses pengelolaannya oleh
karyawan. Keberhasilan dari usaha perkebunan karet sangat ditentukan oleh
keterampilan yang dimiliki oleh karyawan dalam mengelola pertanian yang
diusahakannya. Pengelolaan usaha tani karet secara tepat dapat memberikan hasil
produksi yang tinggi dan tingkat keuntungan yang memadai. Misalnya bagaimana
karyawan menentukan sikap mereka dalam proses panen (penyadapan) dan
pascapanen karet mereka, penggunaan bibit unggul, pengelolahan tanah yang
4
baik, pemupukan secara tepat waktu, jenis dan dosis, pemeliharaan secara intensif,
perlakuan pasca panen yang baik dan kegiatan-kegiatan lain yang menyangkut
upaya karyawan dalam mengelola usaha tani yang diusahakannya.
Berdasarkan keseluruhan masalah diatas maka penulis tertarik untuk
membahas dan mencoba melakukan penelitian dengan judul“Keterampilan
Karyawan Terhadap Proses Panen Dan PascaPanen Karet PT. PP. LONDON
SUMATRA INDONESIA, TBK. DiDesa Palangisang Kecamatan UjungLoe
Kabupaten Bulukumba“.
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka penelitian
ini difokuskan pada “KeterampilanKaryawan Terhadap Proses PanenDan
PascaPanen Karet PT. PP. LONDON SUMATRA INDONESIA, TBK.Di Desa
Palangisang Kecamatan UjungLoe Kabupaten Bulukumba”. Masalah penelitian
ini di rumuskan sebagai berikut:
“Bagaimana keterampilankaryawan terhadap proses panendan pascapanen
karet PT. PP. LONDON SUMATRA INDONESIA, TBK. Di Desa
PalangisangKecamatan UjungLoe. Kabupaten Bulukumba”
1.3 Tujuan Penelitiandan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian diatas adalah sebagai berikut:
“Untuk mengetahui keterampilankaryawan terhadap proses panendan
pascapanen karet PT. PP. LONDON SUMATRA INDONESIA, TBK. Di Desa
Palangisang Kecamatan UjungLoe Kabupaten Bulukumba”.
5
Adapun manfaat penelitian, yaitu sebagai berikut :
1. Manfaat ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi baru atau
data ilmiah sebagai masukan kepada ilmu pengetahuan, khususnya dalam Ilmu
Pertanian.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan
penulis dan sebagai salah satu cara untuk mengaplikasikan ilmu dan teori yang
diperoleh di bangku kuliah.
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis dalam mengambil
langkah yang lebih efisien dalam hal menganalisis Keterampilan Karyawan
Terhadap Proses Panen Dan PascaPanen Karet.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1Defenisi Keterampilan Karyawan
KeterampilanKaryawan, dimana saja dan kapan saja, pada hakikatnya
dipengaruhi oleh perilaku karyawan yang mengusahakan. Perilaku orang itu nyata
tergantung dari banyak faktor, di antaranya dari watak, suku dan kebangsaan,serta
tingkat kebudayaan bangsa dan masyarakatnya.Tohir. (1991).
Keterampilan karyawan tentang proses panen dan pascapanenkaret
umumnya dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman karyawan itu sendiri.
Taraf pendidikan karyawan yang rendah dapat menimbulkan beberapa implikasi
yang dapat mengurangi tingkat respon karyawan terhadap usaha untuk
mengembangkan pertanian. Semakin tinggi tingkat pendidikan karyawan maka
tingkat respon karyawan terhadap sesuatu juga tinggi dan sebaliknya. Karyawan
yang baru mengusahakan karet memiliki keterampilan tentang penanganan
pengolahandalam mengusahakan karet, mereka menilai dari segi modal, karet
lebih kecil modalnya mulai dari persiapan tanam, pemeliharaan dan pada waktu
panen jika dibandingkan dengan komoditi perkebunan lainnya.
Tohir. (1991). bahwa kehidupan perekonomian (termasuk pertanian) dalam
keterampilan karyawan itu ditentukan oleh banyak faktor, di antaranya:
1) Lingkungan alam (Environment),
2) Warisan sosial (Social heritage), pandangan hidup, adat istiadat dan
lembaga-lembaga yang diwariskan oleh masa yang lampau,
3) Keturunan (Heridity),
7
4) Hidup berkelompok atau bermasyarakat (the group), bagaimana kedudukan
dan pandangan mengenai ekonomi, bagaimana sifat dan akhlak jiwa dari
masyarakat.
Dalam pengelolaan usaha, istilah pengelolaan atau manajemen berasal dari
kata kelola, yang dapat diarahkan dalam bentuk kerja, pekerjaan, mengerjakan
(mengelola) yang secara bebas dapat di beri bentuk yang menyangkut suatu
proses kegiatan. Pola pengelolaan dalam perspektif antropologi ekonomi sendiri
dalam hal ini mengenai proses panen dan pasca panen karet rakyat itu tidak lepas
dari pada produksi, distribusi, dan konsumsi. Ketiga pola tersebut suatu mata
rantai yang tidak dapat dipisahkan dikarenakan memiliki keterkaitan satu sama
lainnya.
Soekidjo. (2002). Keterampilan adalah sikap atau kemampuan dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu,
atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal yang ingin
diketahui.Perubahan yang terjadi didalam diri seseorang karena adanya proses
belajar dapat berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikapnya. Didalam
penyelenggaraan proses belajar mengajar ini, diperlukan adanya keterampilan
berupa segala sesuatu hal yang diketahui individu tentang sesuatu dan dapat
menciptakan gagasan baru atau pun keterampilan baru maupun merubah sikapnya
sehinggga dapat meningkatkan produktifitas hasil lateksnya. Karyawan
menggunakan sumber-sumber yang berbeda untuk mendapatkan pengetahuan dan
informasi yang mereka perlukan untuk mengelola usaha tani mereka.
8
Dalam Suhardiyono. (2000). menyebutkan bahwa para ahli pendidikan
mengenal 3 sumber keterampilan yaitu:
1. Pendidikan Informal (pengalaman pribadi, karyawan lain dan keluarga),
2. Pendidikan Formal (lembaga pendidikan berjenjang),
3. Pendidikan Nonformal (penyuluhan pertanian).
1) Pendidikan informal adalah proses pendidikan yang panjang, diperoleh dan
dikumpulkan oleh seseorang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap hidup
dan segala sesuatu yang diperoleh melalui rutinitas sehari-hari dan tidak terlepas
dari pengalaman pribadi yang pernah dialaminya dari kehidupannya didalam
masyarakat. Sumber informasi lain yang paling dekat dengan karyawan adalah
karyawanlain dan keluarga yang telah berhasil menerapkan teknologi dan
ataumemanfaatkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber informasi.
Selain karena kelebihan dalam informasi yang dipunyai karyawan lain dan
keluarga yang berhasil menjadi sumber informasi bagi karyawan lain karena
keakraban, kedekatan dan kesamaan cara pandang terhadap suatu masalah.
Karyawan percaya bahwa teknologi atau informasi yang dimanfaatkan oleh
karyawan lain dan keluarga yangtelah berhasil akan memberi manfaat kepada
dirinya.
2) Pendidikan formal adalah struktur dari suatu sistem pengajaran yang
kronologidan berjenjang lembaga pendidikan dari pra sekolah sampai dengan
perguruan tinggi. Di daerah pedesaan, pendidikan informal cakupannya kurang
tersedia dan sangat terbatas sehingga para pelajar harus pindah ke daerah lain
untukmelanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
9
3) Pendidikan nonformal seperti penyuluhan mempunyai peranan sangat besar
didaerah pedesaan karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk
meningkatkanstandar kehidupan dan produktifitas kegiatan usaha masyarakat
pedesaan. Penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai pendidikan nonformal
yang ditujukan kepada karyawan dan keluarganya untuk mengubah perilaku
sikap, tindakan dan pengetahuan kearah yang lebih baik. Penyuluhan juga
merupakan penghubung atau saluran atau jembatan antara lembaga pendidikan
dengan karyawan atau sebaliknya dari karyawan kepada lembaga-lembaga
penelitian. Sebagai penghubung penyuluhan bertugas menyebarluaskan kepada
karyawan keterangan yang berguna, cara-cara praktis dan efisien dalam bidang
pertanian, dan mengumpulkan persoalan untuk dapat dipecahkan oleh penyuluhan
atau diteruskan kepada lembaga-lembaga penelitian. Beberapa lembaga yang
berkaitan dengan kegiatan pertanian antara lain: Badan Penyuluhan Pertanian
(BPP), Dinas, BPTP, dan Koperasi/Asosiasi. Entang. (2012).
Berdasarkan uraian tersebut keterampilan karyawantentang pertanian yang
dimaksud adalah cara yang ditempuh karyawan untuk meningkatkan keterampilan
karyawan tentang pertanian karet yang bersumber dari pengalaman pribadi,
karyawan lain dan keluarga, lembaga pendidikan atau penyuluhan pertanian.
10
2. 2Tanaman Karet
Tanaman karet (Havea brasiliensis) berasal dari negara Brazil. Tanaman ini
merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Jauh sebelum tanaman
karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti: Amerika
Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga
menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman
Castillaelastica (familymoraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang
dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan
banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan
satu-satunya tanaman yang dikebunkan secarabesar-besaran. Setiawan,dkk.(2005).
Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk
tanaman karet adalah pada zona antara 15°LS dan 15°LU, curah hujan yang cocok
tidak kurang dari 2000 mm. Optimal 2500-4000 mm/ tahun. Tanaman karet
tumbuh optimal pada dataran rendah yaitu pada ketinggian 200 m dpl sampai 600
m dpl, dengan suhu 25°-30°C.Setyamidjaja. (2008).
Tanaman karet termasuk famili Euphorbiare atau tanaman getah-getahan.
Dinamakan demikian karena golongan famili ini mempunyai jaringan tanaman
yang banyak mengandung getah (lateks) dan getah tersebut mengalir keluar
apabila jaringan tanaman terlukai. Mengingat manfaat dan kegunaannya, tanaman
ini digolongkan ke dalam tanaman industry. Syamsulbahri.(1996).
Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun
vegetatif. Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah
secara vegetatifyaitu dengan okulasi tanaman.Pemupukan tanaman karet produktif
11
yang dilakukan dengan dosis yang tepat dan teratur dapat mempercepat pemulihan
bidang sadapan, memberi kenaikan produksi 10-20%, meningkatkan resistensi
tanaman terhadap gangguan hama penyakit dan tingkat produksi yang tinggi dapat
dipertahankan dalam jangka waktu lebih lama. Setyamidjaja.(2008).
Sedangkan penyiangan dalam budidaya karet bertujuan membebaskan
tanaman karet dari gangguan gulma yang tumbuh di lahan. Karenaya, kegiatan
penyiangan sebenarnya bisa dilakukan setiap saat, yaitu ketika pertumbuhan
gulma sudah mulai mengganggu perkembangan tanaman karet. Meskipun
demikian, umumnya penyiangan dilakukan 3 kali dalam setahun untuk
menghemat tenaga dan bea pajak. Setiawan, dkk. ( 2005).
Karet cukup baik dikembangkan di daerah lahan kering beriklim basah.
Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komoditas
lainnya, yaitu: (1) dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta
masih mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, (2)
mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah
lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi
lahankritis, (3) dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang
mengusahakannya, dan (4) memiliki prospek harga yang cukup baik, karena
kebutuhan karet dunia semakin meningkat setelah China membuka pasar baru
bagi karet Indonesia.Setiawan, dkk.(2005).
2. 3 Proses Panen
12
Proses Panen merupakan suatu kegiatan pemungutan hasil pertanian yang
telah cukup umur dan sudah saatnyauntuk disadap atau diambil hasilnya.Sadapan
setelah panen dikumpulkan segera agar lateksnya tidak mengalami
Prakoagulasi.Pada saatpanen kualitas harus maksimal, dengan penanganann yang
baik dapat dipertahankan untuk waktu yang lama sampai penanganan
pascapanen.Janudianto, dkk.(2013).
Pemungutan hasil tanaman karet disebut penyadapan karet. Pada tanaman
muda, penyadapan umumnya dimulai pada umur 5-6 tahun tergantung pada
kesuburan pertumbuhannya. Semakin bertambahumur tanaman semakin
meningkat produksi lateksnya.Mulai umur 16 tahun produksi lateksnya
dapatdikatakan stabil sedangkan sesudah berumur 28 tahun produksinya akan
menurun. Apabila sudah terjadi penurunan produksi lateks karena umur tua, maka
tanaman karet sudah waktunya untuk diremajakan. Syamsulbahri.(1996).
Proses panen (Penyadapan) merupakan salah satu kegiatan pokok dari
pengusahaan tanaman karet. Tujuannya adalah membuka pembuluh lateks pada
kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang
bila takaran cairan lateks pada kulit berkurang. Kulit karet dengan tinggi 260 cm
dari permukaan tanah merupakan modal karyawan karet untuk memperoleh
pendapatan selama kurung waktu sekitar30 tahun. Oleh sebab itu,penyadapan
harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak kulit tersebut. Jika terjadi
kesalahan dalam penyadapan maka produksi lateks akan berkurang. Untuk
memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu
agar diperoleh produksi yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan
13
dengan tetap memperhatikan faktor kesehatan tanaman.Penyadapan dilakukan
dengan memotong kulit pohon karet sampai batas kambium dengan menggunakan
pisau sadap. Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah miring ke
bawah. Melalui saluran irisan akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu
lateks akan mengental. Agung. (2010).
Sebatang pohon karet telah dapat dikatakan memenuhi syarat untuk disadap
bila pohon tersebut telah mencapai lilit batang 45 cm pada ketinggian 100 cm di
atas pertautan untuk tanaman yang berasal dari bibit okulasi atau pada ketinggian
100 cm dari permukaan tanah untuk tanaman asal biji.Sadapan dilakukan dengan
memotong kulit kayu dari kiri atas ke arah kananbawah dengan sudut kemiringan
30° dari horizontal. Pisau sadapan berbentuk V dengan demikian aliran lateks
akantertampung pada daerah dasarnya. Syamsulbahri.(1996).
Beberapa aturan yang perlu diperhatikan dalam proses panen (penyadapan)
adalah sebagai berikut:
1. Matang Sadap Pohon
Umur tanaman. Tanamankaret siap disadap pada umur sekitar 5 - 6 tahun.
Pengukuran lilit batang.Pohon karet dinyatakan matang sadap apabila lilit
batang sudah mencapai 45 cm atau lebih. Lilit batang diukur pada
ketinggian batang 100 cm dari pertautan okulasi untuk tanaman karet.
2. Persiapan Buka Sadap
Arah dan sudut kemiringan irisan sadap, Arah irisan sadap harus dari kiri
atas ke kanan bawah, tegak lurus terhadap pembuluh lateks. Sudut
kemiringan irisan yang paling baik berkisar antara 300 – 400 terhadap
14
bidang datar untuk bidang sadap bawah. Pada penyadapan bidang sadap
atas, sudut kemiringannya dianjurkan sebesar 450.
Panjang irisan sadap, Panjang irisan sadap adalah 1/2s (irisan miring
sepanjang ½ spiral atau lingkaran batang).
Letak bidang sadap, Bidang sadap harus diletakkan pada arah yang sama
dengan arah pergerakan penyadap waktu menyadap.
Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah
dan pertumbuhan tanaman, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen
penyadapan. Apabila kedua kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka tanaman karet
pada umur 5 - 6 tahun telah memenuhi kriteria matang sadap. Kriteria matang
sadap apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah
telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi
kriteria tersebut, maka arealpertanamansudah siap dipanen.
3. Tinggi Bukaan Sadap
Tinggi bukaan sadap, baik dengan sistem sadapan ke bawah (Down ward tapping
system, DTS) maupun sistem sadap keatas (Upward tapping system,UTS) adalah
130 cm diukur dari permukaan tanah.
4. Pemasangan Talang dan Mangkuk Sadap
Talang sadap terbuat dari seng selebar 2,5 cm dengan panjang sekitar 8 cm.
Talang sadap dipasang pada jarak 5 cm – 10 cm dari ujung irisan sadap bagian
bawah. Mangkuk sadap umumnya terbuat dari plastik, tanah liat atau aluminium.
Mangkuk sadap dipasang pada jarak 5-20 cm di bawah talang sadap. Mangkuk
sadapdiletakkan di atascincin mangkuk yang diikat dengan tali cincin padapohon.
15
5. Pelaksanaan Penyadapan
1. Kedalaman irisan sadap
Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25 – 30 tahun. Kedalaman
irisan sadap dianjurkan berkisar 1-1,5 mm dari kambium.
2. Ketebalan irisan sadap
Ketebalan irisan sadap yang dianjurkan adalah berkisar antara 1,5 mm – 2
mmsetiap penyadapan, agar penyadapan dapat dilakukan selama kurang lebih 25
– 30 tahun.
3. Frekuensi penyadapan
Frekuensi penyadapan adalah jumlah penyadapan dilakukan dalam jangka
waktu tertentu. Dengan panjang irisan ½ spiral, frekuensi penyadapan adalah 1
kali dalam 3 hari penyadapan.
4. Waktu penyadapan
Penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin yaitu antara jam 05.00 –
07.30 Pagi.
6. Waktu Bukaan Sadap
Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (permulaan musim
hujan (Juni), permulaan masa intensifikasi sadapan (bulanOktober). Oleh karena
itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung
disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut di atas tiba.
7. Kemiringan Irisan Sadap
16
Secara umum, permulaan sadapan dimulai dengan sudut kemiringan irisan
sadapan sebesar 400 dari garis horizontal. Pada sistem sadapan bawah, besar
sudut irisan akan semakin mengecil hingga 300 bila mendekati (pertautan bekas
okulasi). Pada sistem sadapan ke atas, sudut irisan akan semakin membesar.
2. 4 PascaPanen
Dalam bidang pertanian istilah pascapanen diartikan sebagai tindakan atau
perlakuan dari mulai panen sampai dapat dikemas “segar” atau untuk persiapan
pengolahan berikutnya. Natawidjaja. (2011).
Pada perkebunan karetsudah menghasilkan getah pada umur 4–6 tahun,
sedangkan karet lokal pada 8–10 tahun, tergantung pada perawatan kebun.
Pemanenan karet atau penyadapan dilakukan bila batang karet telah memiliki
lingkar batang minimal 45 cm pada ketinggian 100 cm dari atas permukaan tanah.
Penyadapan sebaiknya dilakukan ketika 60% dari pohon- pohon karet yang
ditanam sudah memiliki lingkar tersebut. Setelah penyadapan, getah atau lateks
yang terkumpul diproses menjadi lembaran karet yang disebut slab.Pengolahan ini
dilakukan dengan mencampur getah cair dengan asam format/semut.
Setyamidjaja.(2008).
Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau
penampakan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi.
Pengolahan (secondary processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil
tanaman kekondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama
(pengawetan), mencegah perubahan yang tidak dikehendaki atau untuk
17
penggunaan lain. Kedalamnya termasuk pengolahan pangan dan pengolahan
industri.
Alat dan mesin yang dipergunakan untukpascapanen karet harusmemenuhi
persyaratan minimum yang telah ditetapkan, dan telah teruji kinerjanya oleh Balai
Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian, Kementerian Pertanian. Selain itu, alat
dan mesin harus memenuhi persyaratan teknis, kesehatan dan ekonomis.
Persyaratan peralatan dan mesin yang digunakan dalamPascaPanen karet
yakni:
1. Permukaan yang berhubungan dengan bahan yang diproses tidak boleh
berkarat dan tidak mudah mengelupas.
2. Mudah dibersihkan dan dikontrol.
3. Tidak mencemari hasil seperti unsur atau fragmen logam yang lepas,
minyak pelumas, bahan bakar, tidak bereaksi dengan produk, jasad renik
dan lain-lain.
4. Mudah dikenakan tindakan sanitasi.
5. Spesifikasi alat pascapanen karet.
Untuk memperoleh bahan olah karet yang bermutu baik beberapa
persyaratan teknis yang harus diikuti yaitu :
a. Tidak ditambahkan bahan-bahan non-karet,
b. Dibekukan dengan asam semut dengan dosis yang tepat,
c. Segera diproses dalam keadaan segar,
18
d. Slab yang dihasilkan banyak yang dicampur dengan bahan lain seperti
tanah, kayu, karet vulkanisat dan lain-lain yang sangat merusak mutu getah
lateks.
e. Disimpan di tempat yang teduh dan terlindung dan tidak direndam.
Hal penting dalam melakukan penanganan dari lateks kebun adalah dengan
menghindari Prakoagulasi. Proses Prakoagulasi ini dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti aktivitas mikroorganisme, aktivitas enzim, iklim (Misal: Hujan,
Suhu tinggi), Budidaya atau keadaan tanaman (Tanaman muda, Tanaman tua/
sakit), Jenis klon, Pengangkutan (Suhu tinggi dan Genangan), Kontaminan
kotoran dari luar,misalnya (Logam atau garam). Terjadinya proses prakoagulasi
dapat menyebabkan kerugian dan penurunan mutu dari lateks karet. Sehingga
proses prakoagulasi harus dicegah dan dihindarai.Carauntuk
menghindariprakoagulasi adalah sebagai berikut:
a. Alat-alat sadap dan alat angkut harus senantiasa bersih dan tahan karat,
b. Lateks harus segera diangkut ketempat pengolahan tanpa banyak
goncangan,
c. Lateks tidak boleh terkena sinar matahari langsung . Selain hal tersebut juga
dapat digunakan anti koagulan.
Pengangkutan hasil panen, Setelah lateks hasil sadapan terkumpul
seluruhnya, selanjutnya lateks dari tangki penerimaan/pengumpulan yang berada
di lokasi tempat pengumpulan hasil di kebun, kemudian diangkut dengan tangki
pengangkut ke pabrik. Tangki pengangkut adayang ditarik dengan traktor, dan ada
pula yangterpasang pada truk-truk tangki. Dalam pengangkutan lateks
19
kepabrikharus dijaga agar lateks tidak terlalu tergoncang dan terlalu kepanasan
karena dapat berakibat terjadinya prakoagulasididalam tangki. Dalam keadaan
tertentu,lateks dalam tangki tersebutperlu diberi obat anti koagulan.
Sarana angkutan yang digunakan untuk pengangkutan lateks dari kebun ke
pabrik adalah truk tangki dengan kapasitas biasanya antara 2.000 sampai 3.000
liter. Tangki dibuat dari bahan alumunium dan dirancang sedemikian rupa
sehingga mudah dipasang dan dilepas dari alat penarik (truk/taktor) dan dengan
mudah dibersihkan. Jumlahtruk yang diperlukan tergantung dari tingkat produksi
lateks yangdihasilkanperhari. Sedapat mungkin harus diusahakan semua lateks
dapat diangkut ke pabrik pusat agar dapat dilakukan pencampuran lateks dari
semua bagian kebun dalam satu atau beberapa bakpencampur di pabrik, sehingga
dapat diharapkan hasil yang seragam. Jikakeadaan tempat memaksa untuk
dilakukan koagulasi di kebun,jumlah lateks yang dikoagulasi sedapat mungkin
harus dibatasi. Prasarana jalan yang digunakan untuk pengangkutan lateks dari
kebun harus cukup baik. Hal ini untuk menghindari terjadinya goncangan-
goncangan selama pengangkutan yang dapat meningkatkan proses prakoagulasi.
Oleh karena itu TPH biasanya diletakkan/berada di pinggir- pinggir jalan
produksi. Winarno, F. G. (2008).
Belum berkembangannya penanganan pascapanen seperti yang diharapkan
disebabkan antara lain karena :
1. Kemampuan atau keterampilan dan pengetahuan karyawan dalam kegiatan
penanganan pascapanen masih terbatas,
2. Kelembagaan pascapanen yang belum berkembang,
20
3. Waktu pelaksanaan panen yang kurang tepat dan terbatasnya sarana
pascapanen,
4. Sarana pascapanen yang tersedia di tingkat petani belum dimanfaatkan
secara optimal,
5. Penempatan dan penggunaan sarana pascapanen yang tidak tepat,
6. Belum mantapnya kemitraan usaha antara karyawan dan industri
(perusahaan).
Pascapanen perkebunan tanaman karet pada umumnya disebabkan oleh cara
dan waktu panen yang belum tepat. Disamping itu kendala jarak antar kebun dan
pabrik pengolahan menyebabkan kerusakan atau penurunan hasil.Teknologi
pascapanen telah tersedia dan telah disosialisasikan kepada karyawan dan
berbagai upaya telah dilakukan agar karyawan mampu menerapkan teknologi
pascapanen untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik melalui pelatihan,
bimbingan teknis, maupun pengawalan. Secara teknis karyawan telah mampu
menerapkan teknologi tersebut, akan tetapi dilakukan secara individu bukan
secara kelompok. Jahidin. (2007).
Kegiatan pascapanen tanaman perkebunan karet di tingkat karyawan
umumnya masih dilakukan secara sederhana. Sebagai contoh, pengolahan bahan
olah karet (bokar). Mutu bahan olah karet (bokar) sangat menentukan daya saing
karet alam Indonesia dipasar International. Dengan mutu bokar yang baik akan
terjamin permintaan pasar jangka panjang. Mutu bokar yang baik dicerminkan
oleh Kadar Kering Karet dan tingkat kebersihan yang tinggi. Upaya perbaikan
mutu bokar harus dimulai sejak penanganan lateks di kebun sampai dengan tahap
21
pengolahan akhir. Untuk saat ini mutu bahan olah karet masih tergolong rendah.
Dafik. (2012).
Kedepan diharapkan secara bertahap mutu hasil olah tanaman karet dapat
ditingkatkan melalui penerapan pascapanen yang baik sehingga dapat menekan
kehilangan/kerusakan hasil, memperpanjang daya simpan, mempertahankan
kesegaran, meningkatkan daya guna, meningkatkan nilai tambah, meningkatkan
efisiensi penggunaan sumber daya dan sarana, meningkatkan daya saing, serta
memberikan keuntungan yang optimum.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, beberapa kebijakan dari
pemerintah yang telah dilakukan sebagai berikut:
1. Melakukan pelatihan kepada (petugas aparat dinas, penyuluh, pendamping
kelompok karyawan) sehingga mampu melakukan bimbingan kepada
karyawan,
2. Memberikan bimbingan dan pembinaan secara terus menerus kepada
karyawan tentang teknologi dan sarana pascapanen,
3. Melakukan pengawalan langsung kepada karyawan dalam penerapan
pascapanen yang baik dan benar,
4. Memperkuat kelembagaan karyawan melalui penumbuhan peran
karyawansebagai wadah berkumpulnya kelompok karyawansehingga
memperkuat posisi penawaran karyawan terhadap perusahaan perkebunan,
mempermudah dalam melakukan pembinaan, mempermudah dalam
pemasaran produk dan memenuhi kuota permintaan pembeli,
5. Memberikan bantuan peralatan pascapanen kepada karyawan,
22
6. Memberikan bantuan modal kerja kepada karyawan yang baik untuk dana
operasional maupun untuk penguatan modal pembelian bahan baku,
7. Menyiapkan pedoman pelatihan,
8. Menjalin kerjasama kemitraan dengan pembeli/eksportir.
Dengan adanya kemitraan ini berarti sudah tersedia pembeli tetap sehingga
tidak perlu lagi mencapai pasar. Island. (2010).
2. 5Kerangka Pikir
Kerangka pikir KeterampilanKaryawan Terhadap Proses Panen dan
PascapanenKaret PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA, TBK.Desa
Palangisang Kecamatan UjungLoe Kabupaten Bulukumba merupakan perusahaan
perkebunan karet yang mengandalkan karyawan dalam menghasilkan karet yang
berkualitas baik. Tujuan utama perkebunan karet adalah meningkatkan hasil karet
yang berkualitas baik, dan meningkatkan keterampilan karyawan guna produksi
karet dapat meningkat hasil mutunya.
Keterampilan karyawanyang merupakan pengetahuan dan keterampilan
dalam proses panen (penyadapan) karet yang baik, sedangkan pascapanen
menunjukkan bahwa karyawan juga dipengaruhi teknis yang harus diperhatikan
dan telah mampu menerapkan teknologi dan fasilitas yang diberikan dan
bimbingan kepada karyawan akan tetapi dilakukan secara individu bukan secara
kelompok, para karyawan telah mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang
luas tentang cara penyadapan karet (proses panen) sampai pascapanen pengolahan
karet kedepannya.
23
Keterampilan KaryawanTerhadap Proses Panen danPascapanen Karet ini
akan dianalisis menggunakan analisis data kualitatif. Dari analisis ini dapat
diketahui melalui keterampilan yang dimiliki karyawan dalam proses
panen(penyadapan) dan pascapanen tanaman karet.Keterampilan karyawandapat
menggunakan sikap atau kemampuan dan keterampilan dalam Proses Panen dan
Pascapanen didalam prakteknya.
Adapun kerangka pikirKeterampilankaryawan terhadap Proses Panen dan
PascaPanen karet PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA, TBK. DiDesa
Palangisang Kecamatan UjungLoe Kabupaten Bulukumbadapat dilihat
sebagaiberikut :
KERANGKA PIKIR
Gambar. 1. Keterampilan Karyawan Terhadap Proses Panen dan
PascaPanen Karet PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA,
TBK.Di Desa Palangisang Kecamatan UjungLoe Kabupaten
Bulukumba.
Keterampilan Karyawan
Panen
Pasca Panen
Teknik dan Penerapan Kerja
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT. PPLONDON SUMATRAINDONESIA,
TBK. Bulukumba yang dijadikan sebagai objek penelitian. Lokasi penelitian
berada di desa Palangisang, Kecamatan Ujungloe. Kabupaten Bulukumba.Waktu
Penelitian kurang lebih 2 (dua) bulan. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Desember sampai bulan Januari tahun 2015-2016. Penulis memilih lokasi ini
karena beberapa pertimbangan yaitu:
1. Daerah ini merupakan daerah penghasil karet, dan pertanian karet rakyat
sangat dominan di desa ini. Dimana sebagian besar kebutuhanmasyarakatnya
disandarkan pada sektorpertanian ini.
2. Lokasi ini mudah dijangkau sehingga dapat memperoleh informasi
mengenaiyang dibahas dalam penelitian nantinya.
3. Merupakan daerah kelahiran penulis jadi secara umum penulis sangat akrab
dengan kondisi lingkungan sosial budayanya yang memungkinkan untuk studi
mendalam dan perolehan data atau informasi akurat.
3. 2 Teknik Penentuan Sampel
Teknik penentuan sampel dilakukan dengan cara sensus, yaitupengumpulan
data dimana setiaprespondendari populasi diteliti. Jadidilakukan
pencacahanlengkap. Sugiyono. (2011). Di Desa Palangisang Kecamatan
UjungLoe kabupaten Bulukumbayang memegang dibagian perkebunan di
Palangisangterdapat 1 mandor yang membawahi 32 orang karyawan, yang
25
diambil sampel hanya jumlahnya 20 orang. Jadi, jumlah sampel dalam penelitian
ini adalah 20 orang.
3. 3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati
dan dicatat untuk pertama kalinya. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari
responden melalui daftar pertanyaan yang di ajukan pada responden guna
memperoleh data tanggapan responden tentang keterampilan karyawanterhadap
proses panen dan pascapanenkaret baik berkaitan dengan faktor internal (kekuatan
dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman).
2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari beberapa
Instansi seperti Arsip/dokumen Desa Palangisang, Arsip/data dari data perusahaan
PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA, TBK. Dan pendukung lainnya yang
mempunyai relevansi dengan penelitian.
Data sekunder diperoleh dari Pemerintah Desa Palangisangdalam hal ini
berupa Arsip/Dokumen Desa Palangisang, Kecamatan UjungLoe Kabupaten
Bulukumba.Sementara Data primer diperoleh melalui observasi kelapangan
langsung dari responden melalui alat bantu berupa pertanyaan ataupun
menggunakan koesioner.
26
3. 4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Pengamatan (Observasi)
Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek
penelitian,Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
partisipan yang bertujuan untuk menjaring perilaku individu yang terjadi dalam
kenyataan sebenarnya. Observasi ini juga untuk mendiskripsikan kehidupan sosial
yang sebenarnya. Kegiatan yang dilakukan dalam observasi ini adalah mengamati
kondisi dan keadaan informan yang menjadi objek penelitian.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara, yaitu tanya jawab yang dilakukan dengan pimpinan
perusahaan, beberapa staf atau mandoryang langsung menangani bidang
ketenagakerjaan (karyawan) perusahaan perkebunan dan karyawan karet yang
dimintai keterangan langsung.Wawancara dilakukan pada informan yang dipilih
dan dianggap dapat memberikan informasi tentang masalah penelitian.
Untukmelakukan wawancara terlebih dahulu dipersiapkan pedomanwawancara
dan koesioner pertanyaan namun pada situasi tertentu, wawancara dapat dilakukan
secara spontan, seperti dalam pembicaraan sehari-hari tetapi tetap terfokus pada
masalah penelitian.
27
c. Koesioner
Pengumpulan data denganmenggunakan daftar pertanyaan kepada
responden yang letaknya tersebar.Daftarpernyataan ini ditanyakan langsung pada
responden yang bersangkutan.
d. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara melihat catatan atau arsip-arsip yang ada
didaerah penelitian yang bersangkutan atau melalui dokumentasi visual berupa
gambar, foto dan lain sebagainya.
3. 5Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis data kualitatif.Sugiyono. (2011).Data Kualitatif adalah metode
penelitian yang lebih difokuskan pada pemahaman fenomena-fenomena sosial dan
perspektif partisipan dengan lebih menitikberatkan pada gambaran yang lengkap
daripada merinci menjadi variabel yang saling terkait. Tujuan data kualitatif untuk
memperoleh pemahaman makna, mengembangkan teori dan menggambarkan
realita yang kompleks. Data yang dihasilkan yaitu data yang bersifat deskriptif
berupa gambaran, kata-kata tertulis atau suatu kalimat yang berbentuk paragraf
dan membuat pertanyaan dalam bentuk koesioner dalam memperoleh data.
28
3. 6Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang keliru terhadap variable yang
digunakan dalam penelitian ini, perlu diberi batasan defenisi operasional sebagai
berikut :
1. Karyawan Karet adalah sekumpulan orang yang beradadi Desa Palangisang,
Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba dengan profesi atau pekerjaan
sehari-hari dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga dengan mengandalkan
hidup pada kebun karet atau seseorang yang mengusahakan tanaman karet dengan
harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
2. Keterampilan Karyawankaret adalah perubahan yang terjadi didalam diri
seseorang karena adanya proses belajar dapat berupa pengetahuan, keterampilan
maupun sikapnya. Didalam penyelenggaraan proses belajar mengajar ini,
diperlukan pengetahuan atau keterampilan berupa segala sesuatu hal yang
diketahui individu tentang sesuatu dan dapat menciptakan gagasan baru ataupun
keterampilan baru maupun merubah sikapnya sehingga dapat meningkatkan
produktifitas usahanya.
3. Tanaman karet merupakan Tanaman termasuk famili Euphorbiare atau
tanaman getah-getahan. Dinamakan demikiankarena golongan famili ini
mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung getah (lateks) dan getah
tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman terlukai.
29
4. Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir yang di miliki oleh petani
karet yang masuk keperusahaan PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA,
TBK. Bulukumba dari tingkat pendidikan SD,SMP,SMA, Dan ,S1.
5. Proses Panen merupakan suatu kegiatan pemungutan hasil pertanian yang
telah cukup umur dan sudah saatnya untuk dipetik hasilnya. Proses panen
(penyadapan) yaitu salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet.
Penyadapan dilaksanakan dikebun produksi dengan menyayat atau mengiris kulit
batang dengan cara tertentu dengan maksud untuk memperoleh lateks atau getah
karet.
6. Pascapanen diartikan sebagai berbagai tindakan atau perlakuan yang
diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai persiapan pengolahan
berikutnya.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis
4. 1.1 Letak Desa
Letak Desa Palangisangberada diWilayah Pemerintahan Kecamatan
Ujungloe Kabupaten Bulukumba. Areal perkebunan dan pabrik karet yang berada
di Palangisang Kecamatan Ujung Loeadalah seluas 3.436,61 ha dengan luas areal
tanam + 2.790,85 Ha. Sedangkan Luas Areal Pabrik Pengolahan Karet + 0,97
Ha.Desa Palangisangberjarak keibukota kecamatan 17 km, jarak ke ibukota
kabupaten 37 km, jarak ke ibukota provinsi 258 km. Dengan luas wilayah desa
11,10M2, yang terdiri dari 6 Dusun yaitu, Dusun Allu, Dusun Majjarum, Dusun
Palangisang, Dusun Balleanging, Dusun Tamatto,dan Dusun Kolu.Denganbatas-
batas wilayah sebagai berikut :
- Utara : Desa Tamapalalo
- Timur : Desa Swatani
- Selatan : Desa Banri
- Barat : Desa Tamatto
4. 1.2Administrasi Desa
Secara adminitrasi Desa Palangisang terdiri dari 6 Wilayah Dusun yaitu:
1. Dusun Allu
2. Dusun Majjarum
3. Dusun Balleanging
4. Dusun Tamatto
5. Dusun Kolu
6. Dusun Palangisang.
31
Pada dasarnya Administrasi Desa adalah semua proses kegiatan yang
dilaksanakan oleh seseorang atau lebih guna mencapai suatu tujuan yang
diinginkan, sehingga dengan demikian merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
saling berhubungan satu sama lain dan tak dapat dipisahkan terutama adalah hal
pencapaian tujuan yang ingin dicapai oleh desa sehingga mampu menggerakkan
masyarakat dalam berpartisipasi baik melalui perencanaan maupun dalam
pelaksanaan pembangunan sehingga tercipta Kemandirian dan Pemberdayaan
Masyarakat.
Administrasi Pemerintah Desa Meliputi:
1. Administrasi Umum yang meliputi kegiatan pencatatan data mengenai
Kegiatan Pemerintah Desa terdiri dari Buku Tamu, Buku Agenda, Buku
Inventaris dan Barang Desa, Buku Notulen Rapat;
2. Administrasi dan Data Penduduk yang meliputi Kegiatan pencatatan data
penduduk Lahir, Mati,Pindah dan datang dalam buku administrasi
penduduk;
3. Administrasi Keuangan Desa meliputi Kegiatan pencatatan data Mengenai
Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan Desa dalam bentuk Buku Kas
Harian, Buku Kas, Buku Anggaran Belanja dan Keuangan Desa.
Dari ketiga jenis Administrasi Desa ini PemerintahDesa belum dapat
menjalankannya secara maksimal dikarenakan belumtersedianya sumber daya
manusia yang profesional dalam pengelolaan administrasi Pemerintah Desa.
32
4. 1.3Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan
Desa Palangisang memiliki luas 11,10 M2, yang dipergunakan untuk
berbagai peruntukan. Adapun penggunaan lahan pada daerah ini sebagaimana
yang terlihat pada tabel 1:
Tabel1.Luas Wilayah Penggunaan Lahan Di Desa Palangisang Tahun2015
No Jenis Penggunaan Luas Ha/𝐌𝟐
1. Pemukiman 132,25 Ha/M2
2 Persawahan 106,50 Ha/M2
3 Perkebunan 1.0861,75 Ha/M2
4 Pekuburan - Ha/M2
4 Pekarangan - Ha/M2
5 Taman - Ha/M2
6 Perkantoran 0,10 Ha/M2
7 Luas prasarana umum lainnya 3,50 Ha/M2
Jumlah 11,100 Ha/M2
Sumber : Data Profil Desa Palangisang 2015
Dari tabel 1. dilihat bahwa lahan terluas adalah perkebunan, yaitu seluas
1.0861,75 Ha/M2 terdiri dari perkebunan karet, coklat (kakao), cengkeh, maupun
perkebunan lainnya, sedangkan luas lahan terkecil dipergunakan untuk
perkantoran desa. Yaitu seluas 0,10 Ha/ M2 . Sedangkan persawahan dengan
luas106,50 Ha/ M2 digunakan untuk pertanian padi sawah sebagai usaha
sampingan dari kebun karet, yang mereka usahakan untuk memenuhi kebutuhan
pangan mereka sendiri.
Melihat wilayah Desa Palangisang terdiri dari daerah bergelombang. Daerah
bergelombang dengan ketinggian antara 25 s/d 100 meter dari permukaan laut
meliputi bagian Dusun Balleanging, Dusun Tamatto, dan DusunMajjarum.
33
Jenis tanah di Desa Palangisang termasuk dalam tanah regosol dan
mediteran. Tanah dengan jenis ini sangat cocok untuk sektor pertanian dan
perkebunan.
4. 1.4Iklim dan Curah Hujan
Iklim di Desa Palangisangcocok untuk pertanian karet, didesa ini dikenal
dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan di mulai pada
bulan Oktober sampai dengan bulan Maret, sedangkan musim kemarau dimulai
pada bulan April hingga September. Dengan curah hujan di atas 2000 mm/tahun.
Desa Palangisang mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 23,82°C –
27,68°C. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian tanaman pangan dan
tanaman perkebunan. Klasifikasi iklim di Desa Palangisang termasuk iklim
lembab atau agak basah.
Sebagai sumber daya pengembangan, subsektor perkebunan memiliki peran
yang sangat besar dalam berbagai aspek: ekonomi, ekologi, dan sosial. Pada aspek
ekonomi, sektor perkebunan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan
daerah, yang berimplikasi pada aspek sosial (social security). Adapun pada aspek
ekologi, sektor ini berperan besar dalam menjamin keseimbangan lingkungan
hidup yang juga berdampak pada aspek sosial pembangunan (social change).
Dengan kondisi wilayah yang cukup luas yang terletak di areal strategis
merupakan potensi ekonomi terutama disektor perkebunan. Untuk menunjang ini,
diperlukan jangkauan pemasaran yang luas dan tepat. Sampai saat ini, hasil bumi
seperti karet, kakao, kopi, kelapa, cengkeh, dan merica masih sangat diandalkan
sebagai komoditas unggulan di Desa Palangisang.
34
4. 1.5 Hidrologi dan Tata Guna Air
Sementara itu petani dalam mengaliri air kesawahnya masih mengandalkan
air hujan karena irigasi yang belum ada sehingga dalam proses pengolahan lahan
sangat kesulitan.
Ketersediaan Sumber Air bersih di Desa Palangisangcukup baik, ini
disebabkan banyaknya sumur yang airnya banyak yang dimiliki setiap rumah
apalagi perumahan yang disediakan oleh Perusahaan Lonsum. Hal ini dapat
dilihat dari sarana air bersih yaitu, Sumur Gali, Sumur Pompa tangan,Perpipaan
Swadaya,Perpipaan PDAM, MCK.
4. 2 Kondisi Demografis
4. 2.1Pertumbuhan Penduduk
Di Desa Palangisang pada tahun 2014 penduduk berjumlah 1.970 jiwa
dengan jumlah penduduk laki-laki 987 jiwa dan perempuan 1.086 jiwa. Pada
tahun 2015 jumlah penduduk di Desa Palangisang yaitu 2.073 jiwa yang terdiri
dari laki-laki sebesar 987 jiwa dan perempuan sebesar 1.086 jiwa. Apabila dirata-
ratakan maka laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,03% per tahun. Jumlah
penduduk tersebut terbagi dalam 624 kepala keluarga. DesaPalangisang
merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu 309 jiwa sedangkan
yang terkecil adalah DusunMajjarum 261 jiwa.
Perkembangan penduduk di Desa Palangisang tahun 2014-2015 dapat
dilihat pada tabel berikut:
35
Tabel 2.Pertumbuhan Penduduk Di Desa PalangisangTahun 2014-2015
Tahun
Jenis kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
Jumlah penduduk tahun 2015 987 jiwa 1.086 jiwa 2.073 jiwa
Jumlah penduduk tahun 2014 915 jiwa 1.055 jiwa 1.970 jiwa
Persentase perkembangan 0,72% 0,31% 1,03%
Sumber :Data Profil Desa Palangisang 2015
Data mengenai jumlah penduduk menurutkepala keluarga, dan jenis kelamin
dirinci perdusun di Desa palangisang tahun 2015 dapat terlihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kepala Keluarga, Dan Jenis Kelamin Dirinci
Perdusun Di Desa Palangisang Tahun 2015
No. Dusun Kepala
Keluarga Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Allu 77 148 186 334
2 Majjarum 66 120 141 261
3 Balleanging 76 164 145 309
4 Tamatto 65 143 136 279
5 Kolu 78 186 121 307
6 Palangisang 138 273 300 573
Sumber : Data Profil Desa Palangisang 2015
Pada tabel 3 diatas dapat dilihat, Desa Palangisang memiliki jumlah
penduduk sebesar 2.073 jiwa, jumlah laki-laki 987 jiwa dan perempuan 1.086
jiwa. Jumlah penduduk terbesar adalah Dusun Palangisang dengan jumlah
penduduk sebesar 573 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 273 jiwa
sedangkan jumlah penduduk perempuan sebesar 300 jiwa. Sedangkan jumlah
penduduk terkecil adalah Dusun Majjarum dengan jumlah penduduk sebesar
261jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 120 jiwa dan penduduk perempuan
sebesar 131 jiwa.
36
4. 2 2Keadaan Penduduk Menurut Umur
Jumlah penduduk di Desa Palangisang dapat dikelompokkan menurut
kelompok umur. Jumlah penduduk Desa Palangisang menurut kelompok umur
dapat dilihat pada Tabel berikut
Tabel 4.Jumlah Penduduk Menurut Umur Di Desa Palangisang Tahun 2015
Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)
0 – 14 4.11 19,82
15 – 64 1.626 78,43
≥65 36 1,73
Jumlah 2.073 100
Sumber: Data profil Desa Palangisang
Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat digunakan untuk
menghitung Angka BebanTanggungan(ABT). Berdasarkan Tabel 4. dapat dilihat
besarnya jumlah penduduk di Desa Palangisang Kabupaten Bulukumba tergolong
dalam usia produktif (15-64 tahun) adalah sebesar 1.626 (78,43 persen) dari
keseluruhan jumlah penduduk. Penduduk yang tergolong dalam usia non-
produktif (0-14 tahun dan ≥ 65 tahun) adalah sebesar 4.11 jiwa atau 19,82 persen
dan36 jiwa (1,73) dengan jumlah keseluruhan 4.47 jiwa (21.55 persen).
Berdasarkan data jumlah penduduk usiaproduktif dan non-produktif dapat
dihitung ABTnya yaitu perbandingan antara jumlah penduduk usia non-produktif
dengan jumlah penduduk usia produktif, dengan rumus sebagai berikut:
𝐴𝐵𝑇 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘𝑢𝑠𝑖𝑎𝑛𝑜𝑛𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘𝑢𝑠𝑖𝑎𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓𝑥 100
=4.47
1.626𝑥 100
37
= 27,49.
Dari perhitungan di atas diperoleh nilai ABT sebesar 27,49 artinya setiap
100 orang penduduk berusia produktif menanggung 27 penduduk yang tidak
produktif. ABT diDesa PalangisangKabupaten Bulukumba termasuk rendah. ABT
dikatakan tinggi apabila ABT lebih dari atau sama dengan 50, sedangkan ABT
dikatakan rendah jika kurang dari 50.Tingginya ABT merupakan faktor
penghambat pembangunan ekonomi, karena sebagian dari pendapatan yang
diperoleh oleh golongan produktif, terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi
kebutuhan mereka yang belum produktif atau sudah tidak produktif.Mantra
(2003),
4. 2.3Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di Desa Palangisang yaitu 2.073 jiwa,yang terdiri dari
laki-laki sebesar 987 jiwa danperempuan sebesar 1086 jiwa. Adapun jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Palangisang dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel5.Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Palangisang Tahun
2015
Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)
Laki-laki 9.87 47.61
Perempuan 1.086 52.38
Jumlah 2.073 100
Sumber: Data profil Desa Palangisang
Berdasarkan angka tersebut maka dapat dihitung sex ratio di Desa
Palangisang adalah:
Sex Ratio =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘𝑙𝑎𝑘𝑖 − 𝑙𝑎𝑘𝑖
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘𝑝𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛𝑥 100
38
=9.87
1.086𝑥 100 = 90,88
Hal ini berarti setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 91 orang
penduduklaki-laki. Dalam hal ini maka jumlah perempuan memang lebih banyak
dibandingkanlaki-laki. Perbandingan tersebut akan berdampak pada ketersediaan
tenaga kerja laki-laki terutama tenaga kerja dibidang pertanian.Pembagian
pekerjaan dalam bidang pertanian lebih banyak dikerjakan oleh laki-laki karena
dianggap memiliki tenaga lebih besar. Peranperempuan juga penting karena
perempuan identik dengan ketelitian yang lebih baik dibanding laki-laki.
Apabila angka sex ratio jauh di bawah 100, dapat menimbulkan berbagai
masalah, karena ini berarti di wilayah tersebut kekurangan penduduk laki-laki
akibatnya antara lain kekurangan tenaga kerja laki-laki untuk melaksanakan
pembangunan, atau masalah lain yang berhubungan dengan perkawinan. Hal ini
dapat terjadi apabila suatu daerah banyak penduduk laki-laki meninggalkan
daerah atau kematian banyak terjadi pada penduduk laki-laki. Mantra. (2003).
4. 2.4Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk dapat digunakan untuk melihat kemampuan
seseorang,misalnya saja dalam menyerap berbagai pengetahuan. Tingkat
pendidikan seseorang juga berpengaruh terhadap pola pikir dan cara bertindak.
Misalnya, kemampuan mengolah dan memanfaatkan hasil usahatani dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan dari karyawan itu sendiri. Keadaan penduduk menurut
tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6.Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa
PalangisangKabupaten Bulukumba Tahun 2015
39
Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)
Belum Sekolah 25 1,2
Tidak Tamat SD 1.98 9,55
Sedang/Tamat SD 9.87 47,61
Sedang/Tamat SLTP 2.78 13,41
Sedang/Tamat SLTA 1.39 6,7
Sedang/Tamat(D1,D2,D3) 14 0,67
Sedang/Tamat(S1,S2,S3) 16 0,77
Buta Huruf 4.16 20
Jumlah 2.073 100
Sumber: Data profil Desa Palangisang
Berdasarkan data pada Tabel6. Dapatdiketahui bahwa penduduk yang
sedang/tamat SD sebanyak 47,61 persen, sedang/tamat SLTP 13,41 persen,
sedang/tamat SLTA 6,7 persen, sedang/tamat akademi 0,67 persen, dan
sedang/tamat perguruan tinggi (S1, S2, S3) 0,77 persen. Hal inimenunjukkan
penduduk telah menganggap penting arti pendidikan. Sebagian besar penduduk
Desa Palangisang telah mengenyam pendidikan, ini berarti tingkat pendidikan di
Desa Palangisang berada pada kondisi yang baik, meskipun terdapat 20 persen
penduduk yang buta huruf dan 9,55 persen penduduk yang tidak tamat sekolah.
Penduduk yang tidak tamat sekolah tersebut tetap termasuk dalam penduduk yang
telah mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Banyaknya penduduk yang tidak
tamat sekolah ini disebabkan karena usia mereka telah lanjut, dimana dahulu
sekolah itu terbatas, kekurangan dana untuk bersekolah, dan kesadaran akan
pendidikan yang kurang.
4. 2. 5Mata Pencaharian Hidup
40
Mata pencaharian penduduk di Desa Palangisang bersifat heterogen. Sektor
yang dominan di Desa ini adalah pertanian. Keadaan penduduk menurut mata
pencaharian di Desa Palangisang dapat dilihatpada Tabel 7.
Tabel 7.Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Palangisang Tahun
2015
Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
Petani 4.39 71,96
Pedagang 43 7
Pegawai Negeri Sipil 24 3,93
Pengrajin/IndustriKecil 15 2,45
Peternak 43 7
Buruh Bangunan 12 1,96
Pengusaha Besar/Sedang 34 5,57
Jumlah 610 100
Sumber: Data profil Desa Palangisang
Berdasarkan Tabel. 7. Dapatdiketahui bahwa penduduk diDesa Palangisang
memiliki beragam mata pencaharian. Mata pencaharian yang paling banyak
adalah sebagai petani yaitu sebanyak 4.39 orang (71,96 persen). Mata pencaharian
terbesar kedua yang dimiliki Penduduk Desa Palangisang yaitu mata pencaharian
di bidang perdagangan dan peternakan masing-masing sebanyak 43 orang (7
persen). Hal ini berarti mata pencaharian di bidang pertanian masih diminati dan
belum ditinggalkan demi memenuhi kebutuhan hidup.
4. 3. Kondisi Pertanian
41
4. 3.1 Sejarah Perusahaan
Sejarah PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk.
Lonsum mengelola perkebunan karet, kopi, kakao dan teh di era sebelum perang
dunia. Dari tahun 50-an sampai 70-an, Lonsum memfokuskan pada tanaman karet
sebagai komoditas utama, yang selanjutnya memasuki pertengahan tahun 80-an
diversifikasi ke tanaman kelapa sawit mulai dilakukan yang menggantikan
tanaman karet sebagai komoditas utama pada pergantian abad terakhir ini.
Pada tahun 1994, Harrisons & Crossfield menjual seluruh saham Lonsum
kepada PT. Pan London Sumatra Plantation (PPLS), yang membawa Lonsum go
public melalui pencatatan saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun
1996. Sejak itu, Lonsum terus mengembangkan bisnis perkebunannya di
Indonesia dengan mengandalkan pada kemampuan manajemen, kebun yang
produktif, lahan yang luas serta struktur biaya yang relatif kompetitif, dengan
fokus pada komoditas kelapa sawit, inti sawit dan karet. Saat ini, Lonsum
mengoperasikan 38 perkebunan di empat pulau di Indonesia: Sumatera, Jawa,
Kalimantan dan Sulawesi.
4. 3.2 Visi dan Misi Perusahaan
Visi
To be the Leading 3C (Crops, Cost, Conditions) and Research-Driven
Sustainable Agribusiness. “Menjadi Perusahaan Agribisnis Terkemuka yang
Berkelanjutan dalam hal Tanaman, Biaya, Lingkungan (3C) yang Berbasis
Penelitian dan Pengembangan”.
42
Misi
To Add Value for Stakeholders in Agribusiness. “Menambah Nilai bagi
“Stakeholders” di Bidang Agribisnis”.
4. 3.3 Struktur Organisasi Perusahaan, Tugas, dan Tanggung Jawab
Berikut adalah struktur organisasiperusahaan dan memilki tugas tersendiri
masing-masing bagian yang terdapat di dalam PT. PP London Sumatra Indonesia
Tbk. Yang berdasarkan struktur organisasi yang terlampir dalam laporan di
bawah ini :
1. Board of Commisioner Dewan Komisaris adalah posisi yang tertinggi dalam
struktur organisasi di PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. Posisi ini
dikuasai oleh pemegang saham yang pengangkatannya ditunjuk/disahkan
oleh pemegang saham. Wewenang dan tanggung jawab dari Dewan
Komisaris adalah sebagai berikut:
a. Mengawasi pekerjaan Direksi.
b. Berhak memeriksa dokumen, gedung dan kekayaan perusahaan.
c. Meminta berbagai keterangan dari Direksi yang berkenaan dengan
kepentingan perseroan.
d. Berhak memeriksa atas beban perusahaan serta meminta bantuan ahli untuk
melakukan pemeriksaan.
e. Berhak meminta agar Presiden Direktur memanggil para Persero untuk
menyelenggarakan Rapat Luar Biasa.
f. Mempertimbangkan serta memutuskan laporan tahunan dan program kerja
tahunan yang diajukan Presiden Direktur.
43
g. Menyetujui kebijaksanaan Presiden Direktur dalam penggunaan kekayaan
menurut cara pandang yang baik.
2. President Director Presiden Direktur adalah pemimpin tertinggi yang
berkuasa penuh terhadap perusahaan dengan berkewajiban mengusai
pekerjaan paradirektur. Presiden Direktur berkewajiban mempertanggung
jawabkan segala sesuatu hal yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan
kepada Dewan Komisaris. Wewenang dan tanggung jawab dari Presiden
Direktur adalah sebagai berikut:
a. Membuat kebijaksanaan yang diperlukan dalam perusahaan.
b. Mengatur strategi agar pelaksanaan operasi perusahaan dapat berjalan
dengan lancar.
c. Merencanakan dan mengendalikan kebijaksanaan keuangan yang dibuat oleh
bagian keuangan termasuk menyetujui anggaran belanja perusahaan.
3. Director Research
a. Mengadakan diskusi dan menemani para ahli dari konsultasi perusahaan
selama kunjungan ke perusahaan.
b. Mengontrol produksi bibit sawit, karet, dan hasil pemeliharaan bibit unggul.
4. Director Production
a.Bertugas dan bertanggung jawab atas perencanaan, pengaturan bidang
produksi termasuk kelancaran proses produksi baik kualitas maupun
kuantitas.
b. Membawahi pekerjaan yang dilaksanakan oleh bagian produksi.
5. Director Accounts
44
a. Merencanakan dan mengawasi keuangan perusahaan dalam hal pengadaan
dana agar tidak terjadi suatu pemborosan atau penggunaan uang yang tidak
tepat.
b. Mengawasi dan mengatur karyawan bagian keuangan.
c. Bertanggung jawab terhadap pembukuan laporan keuangan.
d. Mengendalikan atau mengadakan pengawasan terhadap arus uang masuk
dan keluar.
6. Inspectorate
a. Meneliti dan mengawasi tanaman secara langsung ke lapangan
b. Mengadakan percobaan-percobaan terhadap tanah, bibit dan lain-lain baik
untuk keperluan sendiri maupun untuk dijual.
7. Estate Departement
a. Membuat laporan bulanan dan tahunan.
b. Memperkirakan pengeluaran tahunan.
c. Menunjukkan hasil panen bulanan dan laporan hasil panen tengah bulan.
d. Mengatur peredaran uang tunai.
e. Membuat laporan rutin ke pemerintah.
f. Membuat perbandingan harga tiap bulan.
g. Mengurus penjualan bibit.
h. Mengatur pemakain modal.
i. Mengurus pembelian.
j. Menganalisa daun tanaman.
8. Bahlias Research Station
45
a. Meneliti dan mengawasi tanaman secara langsung ke lapangan
b. Meneliti dan mengadakan percobaan-percobaan terhadapan tanah, bibit, baik
untuk keperluan sendiri maupun untuk dijual.
9. Seed production section, Bertugas khusus untuk memproduksi benih seperti
sawit, coklat dan karet baik untuk keperluan sendiri maupun untuk dijual.
10. Tissue Cultur
a. Melakukan pengembangan bibit dan menggunakan kultur jaringan.
b. Melakukan penelitian atas bibit-bibit tersebut.
11. Management Departement
a. Mengadakan perencanaan tenaga kerja, training, kenaikan pangkat sampai
pada masalah pemberhentian maupun pensiun.
b. Mengurusi segala macam secretariat, pengaturan perjalanan tamu-tamu
perusahaan, tiket, akomodasi, dll.
c. Mengurus hal-hal yang berhubungan dengan hukum, agraria, perizinan, dan
keamanan.
d. Bertindak sebagai public relation perusahaan.
e. Mengawasi masalah umum di dalam perusahaan baik itu masalah karyawan,
staff maupun masyrakat yang mempunyai hubungan dengan perusahaan.
12. Training Section
a. Merencanakan training.
b. Mengadakan pelatihan-pelatihan kepada tenaga kerja yang baru maupun
yang lama baik staff maupun karyawan.
46
13. General and Home Affect, Menangani dan mengendalikan masalah,
problem, dan gangguan yang terjadi di rumah atau kediaman atau di mana
saja untuk para Dewan komisaris, Presiden Direktur dan Direktur.
14. Clinic Section, Menangani pengobatan para staff dan karyawan kantor di
klinik-klinik dan juga pelayanan yang diberikan oleh medis yang disediakan
perusahaan.
15. Draffing Section
a. Membuat gambar bangunan dan pabrik
b. Membuat peta-peta kebun Commodity Section.
c. Menerima pesanan konsumen terhadap hasil produksi yaitu kelapa sawit,
karet dan coklat.
d. Mengirimkan pesanan.
16. Estate Departement
a. Melakukan evaluasi terhadap tugas Inspector
b. Melakukan pengontrolan data perkebunan
c. Bertanggung jawab terhadap kegiatan bidang tanaman.
d. Mengevaluasi cara kerja para pegawai dan staff yang meneliti tanaman.
17. Development Officer, Bertanggung jawab atas lahan yang akan
dipergunakan untuk penanaman bibit.
18. Personnel Section
a. Mendokumentasikan kartu dan berkas staff dan pegawai
b. Melakukan pengangkatan dan pemberhentian staff, pegawai dan buruh.
c. Mengurus acara-acara keagamaan.
47
d. Mempersiapkan dokumen dan izin yang diperlukan baik untuk karyawan
maupun pihak luar.
e. Memeriksa dan mengontrol rekening pengobatan pada klinik pada
perusahaan.
19. Public relation / security
a. Sebagai utusan / perwakilan perusahaan untuk menghadiri undangan baik
dari perusahaan ataupun relasi.
b. Mewakili perusahaan dalam pameran dan promosi yang dilakukan oleh
perusahaan.
c. Menangani masalah-masalah yang terjadi baik di kantor maupun di
perkebunan seperti demonstrasi dan sekaligus juga sebagai pihak yang
menggunakan situasi.
20. General Affairs Department, Berfungsi sebagai bagian umum yang tugasnya
untuk memberikan pelayana bagian umum seperti membuat surat-surat
dinas, surat perjalanan dinas, cuti pegawai, kesehatan, keagamaan, olahraga,
humas, serta bidang-bidang umum lainnya.
Berikut tanggung jawab perusahaan adalah WBCSD (World Business
Council for Suistanaible Development), menyebut tanggung jawab perusahaan
atau lebih dikenal dengan CSR (Corporate Sosial Responsibility) sebagai
komitmen berkelanjutan bagi kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan
memberikan sumbangan pada pembangunan ekonomi sekaligus memperbaiki
mutu hidup angkatan kerja dan keluarganya serta komunitas lokal dan masyarakat
secara keseluruhan. Tantry. (2005).
48
Disadari bahwa komunitas merupakan suatu pemangku kepentingan yang
berarti bagi bisnis Lonsum. Karena itu mereka yang tinggal di sekitar lingkungan
operasional Lonsum perlu mendapat perhatian dalam penentuan Kebijakan
Lingkungan Perusahaan dalam hal pengembangan program-program
kesejahteraan.Perseroan melanjutkan program-program pengembangan komunitas
dalam berbagai aspek yang meliputi pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial,
layanan masyarakat, infrastruktur, dan bencana alam.
a. Pendidikan
Di tahun 2015, Lonsum memberikan 144 beasiswa bagi murid-murid SD,
SMP dan SMA di sekitar lingkungan perkebunan, termasuk memberikan buku-
buku dan sejumlah komputer. Perseroan juga melaksanakan rehabilitasi sepuluh
bangunan sekolah di Bulukumba dan Palangisang Estate. Sebuah program untuk
meningkatkan wawasan para guru TK dilaksanakan oleh Lonsum melalui
kerjasama dengan Indonesian Heritage Foundation Palangisang Estate Kabupaten
Bulukumba.
b. Kesehatan
Program pemeriksaan kesehatan untuk para ibu dan anak-anak
diselenggarakan di salah satu dari empat perkebunan kami di Bulukumba.
Program tersebut meliputi pemeriksaan kesehatan ibu-ibu yang melahirkan dan
bayinya, pemeriksaan darah, USG, konsultasi kehamilan, dan pemberian susu dan
vitamin.
c. Kepedulian Sosial
49
Selama Lebaran dan Natal tahun 2014, Perseroan menyediakan 6.465
bingkisan bagi keluarga tidak mampu yang tinggal di sekitar perkebunan kami di
Bulukumba, dan Palangisang Estate.
d. Ekonomi
Dalam upaya untuk meningkatkan kemandirian ekonomi dari komunitas di
sekitar perkebunan, perusahaan memberikan bimbingan penyuluhan dalam
peternakan kambing dan sapi yang dilaksanakan di Bulukumba dan Palangisang
Estate.Program ini berlangsung sukses berkat tekniknya yang mudah, risiko
kegagalan yang rendah dan secara relatif hasilnya cepat dinikmati oleh
masyarakat.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. 1. Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini adalah karyawan karet di Desa Palangisang
Kecamatan UjungLoe Kabupaten Bulukumba, yang beranggotakan 20 orang.
Jenis kelamin responden laki-laki 14 orang dan responden perempuan 6 orang.
Dari kedua jenis kelamin tersebut mewakili dari 20 orang responden. Responden
berusia 41-57 tahun, dimana usia ini berjumlah 11 karyawan. Mengingat
keterampilan karyawan sebagian besar mempunyai keterampilan yang sangat
baik. Sedangkan responden yang berusia 29-39 tahun, dimana usia ini berjumlah 9
karyawan. Ini menunjukkan bahwa responden dalam proses panen (penyadapan)
dan pasca panen mempunyai keterampilan cukup baik.
5. 1. 1. Umur
Tabel 8.Umur Responden Di Desa Palangisang Kecamatan UjungLoe Kabupaten
Bulukumba
Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
26 – 32 2 10
32 – 39 6 30
39 – 46 2 10
46 – 53 8 40
53 – 57 2 10
Total 20 100
Tingkat umur responden dalam penelitianini berdasarkan usia produktif
yaitu 25-59tahun karena pada usia tersebut seseorangmempunyai kemampuan
51
fisik yangtergolong cukup kuat dan memiliki stamina untuk melakukan suatu
aktivitaspekerjaan.
Tingkat umur merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi karyawan
dalam upaya pengelolaan usahanya. Umur akan sangat mempengaruhi
kemampuan fisik dan cara berpikir, sehingga mempengaruhi dalam keputusan.
Karyawan yang berusia muda memiliki kemampuan fisik yang lebih baik
dibandingkan dengan karyawan yang berusia tua. Namun demikian, karyawan
yang memiliki usia lebih tua relatif memiliki pengalaman yang lebih banyak,
sehingga akan mempengaruhi kematangan dalam mengambil keputusan untuk
mengelola usahataninya. Yatno, et.al. (2003).
5. 1. 2. Pendidikan
Tabel 9.Pendidikan Responden Di Desa Palangisang Kecamatan UjungLoe
Kabupaten Bulukumba
Pendidikan Jumlah Persentase (%)
SD 2 10
SMP 14 70
SMA 4 20
Total 20 100
Tingkat pendidikan responden yangberprofesi sebagai karyawan karet
dalamproses panen dan pascapanen yangterbanyak pada tingkat pendidikan
SMPsebanyak 14 respondenyangmerupakankategori tingkat pendidikan
rendahdalam proses panen dan pascapanen. Pendidikan merupakan sumbangan
langsung terhadappertumbuhan pendapatan responden melaluipeningkatan
52
keterampilan danproduktifitas kerja.Rendahnya tingkat pendidikanmasyarakat di
sebabkan minimnya saranadan prasarana pendidikan yang ada diDesa
Palangisang. Untukmelanjutkan pendidikan SLTP maupunSMA harus menuju
kecamatan. BangunanSD hanya terdapat 4 unit sedangkan SLTPdan SMA harus
melanjutkan pendidikan dikecamatan.Minimnya fasilitas merupakankendala
sehingga perlu dilakukanpembangunan fasilitas pendidikan yanglebih baik.
Dimana dalam teori sumber daya manusia menunjukan, bahwa semakin
tinggi pendidikan seseorang, cenderung semakin tinggi produktivitasnya.
Logikanya semakin tinggi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
cenderung semakin inovatif, yang akan membawa dampak positif pada
pembangunan sektor pertanian, dengan produktivitas hasil pertanian yang
semakin tinggi pula. Kartasapoetra. (2001).
5. 1. 3. Pengalaman Bekerja
Tabel 10.Pengalaman Bekerja Responden Di Desa Palangisang Kecamatan
UjungLoe Kabupaten Bulukumba
Pengalaman Bekerja
( Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
10 – 15 10 50
15 – 20 6 30
20 – 25 3 15
25 – 28 1 5
Total 20 100
53
Hasil dilihat dari presentase yaitu 4
20 ×100 % = 20. Pengalaman bekerja
karyawan yaitu 8-31 tahun, yang dimaksud disini adalah lamanya karyawandalam
menekuni profesi sebagai karyawan karet. Semakin lama karyawanbekerja
diperkebunan, maka akan semakin banyak pengalaman yang mereka miliki. Pada
umumnya karyawan yang memiliki pengalaman bekerja yang cukup lama
cenderung memiliki pula keterampilankaryawan karet yang lebih baik
dibandingkan dengan karyawan yang belum memiliki pengalaman
bekerja.Semakin lama petani mengusahakan usahataninya, maka semakin tinggi
pula pengetahuan dan wawasannya sehubungan dengan pekerjaan yang
dikelolanya. Mosher. (2000).
5. 1. 4. Jumlah Tanggungan Keluarga
Tabel 11.Jumlah Tanggungan Keluarga Di Desa Palangisang Kecamatan
UjungLoe Kabupaten Bulukumba
Tanggungan Keluarga
(Orang) Jumlah (Orang) Persentase (Orang)
3 – 5 18 900
5 – 7 2 10
Total 20 100
Jumlah tanggungan karyawan yaitu dari 3 sampai 8 orang yang harus di
tanggung kebutuhannya, yang terdiri dari istri, anak juga memenuhi kebutuhan
ayah atau ibu kandung dalam tanggungan keluarga karyawan ini.
Tanggungan keluarga semakin besar menyebabkan seseorang memerlukan
tambahan pengeluaran, atau kebutuhan penghasilan yang lebih tinggi untuk
membiayai kehidupannya. Batoa. (2007).
54
5. 2 Keterampilan Karyawan Terhadap Proses Panen dan PascaPanen
Karet
Keterampilan karyawan dalam proses panen dan pascapanen meningkat
karena pengetahuan atau wawasan yang dimiliki karyawan dan dibantu tugas
mandor untuk memberikan bimbingan dan pengawalan langsung perindividu
kekaryawan karet dilakukan terus-menerus, selain memberikan arahan dan
bimbingan, karyawan diberikan bantuan peralatan penyadapan (proses panen) dan
pascapanen dalam mengusahakan karet. Dengan keterampilan yang dimiliki
karyawan karet ini dapat meningkatkan semangat kerja dalam penyadapan karet
(proses panen) begitu pula dengan pascapanen yang baik sehingga mutu hasil
olahan lateks dapat ditingkatkan dengan keterampilan karyawan yang dimiliki.
Keterampilan karyawan yang dimiliki bertujuan untuk menambah wawasan
karyawan dengan arahan dan mempraktekkan pengolahan proses panen dan
pascapanen secara langsung.
Setelah diberikan arahan, sebagian besar karyawan karet di Desa
Palangisang melakukan panen dengan menggunakan alat-alat panen yang
disediakan, hasil panen dikumpulkan ditangki pengumpul karet. Proses
pengambilan air karet biasa dikumpulkan dalam waktu 2-3 jam untuk
mengumpulkan air karet dan dimasukkan didalam cergen dan dibawa ketangki
pengumpulan karet. Proses panen secara asal-asalan dan ditambahkan zat-zat lain
menyebabkan banyak kehilangan hasil dan memerlukan waktu yang sangat lama
dalam menghilangkan zat-zat yang tercampur dalam air karet.
55
Tabel.12. Tingkat Keterampilan Karyawan Terhadap Proses Panen Dan Pasca
Panen Desa Palangisang Kecamatan UjungLoe Kabupaten Bulukumba
Tingkat
Keterampilan Proses Panen Persentase Pascapanen Persentase
Buruk 2 10 2 10
Cukup 7 35 4 20
Baik 11 55 14 70
Total 20 100 20 100
Proses panen (penyadapan) yang dilakukan karyawan sangat maksimal
dengan penanganan yang baik dengan keterampilan yang sudah dimilikinya agar
hasil panen lateks dalam keadaan segar sampai kepengolahan selanjutnya. Proses
panen yang dilakukan karyawan dengan menyadap karetnya pada umur 5-6 tahun,
tetapi semakin bertambahnya umur tanaman karet semakin meningkat produksi
lateksnya, sedangkan pada umur 16 tahun produksi lateksnya stabil. Tujuan proses
panen (penyadapan) yaitu melukai atau membuka pembuluh lateks pada kulit
pohon agar lateks cepat mengalir. Penyadapan dilakukan dengan hati-hati agar
tidak merusak kulit atau mengenai isi kambium tanaman karet dengan
menggunakan pisau sadapan yang berbentuk V. Bentuk irisan berupa saluran
kecil, batang melingkar dengan arah kemiringan kebawah dengan sudut
kemiringan 30° dengan melalui saluran irisan akan mengalir lateks selama 1-2
jam. Sebatang pohon karet telah dapat dikatakan memenuhi syarat untuk disadap
bila pohon tersebut telah mencapai lilit batang 45 cm pada ketinggian 100 cm dari
permukaan tanah. Waktu penyadapan dilakukan sepagi mungkin yaitu antara
pukul 05.00-07.30 pagi.
56
Pascapanen yang dilakukan setelah proses panen (penyadapan) karet yaitu
tindakan atau perlakuan yang dilakukan agar lateks sampai kepengolahan
selanjutnya. Tujuannya untuk menjaga bentuk dan tekstur agar hasilnya bisa tahan
lama (pengawetan) belum dicampurkan zat-zat dan mencegah perubahan yang
tidak dikehendaki. Alat dan mesin yang digunakan untuk pascapanen karet harus
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam penanganan yang baik pada
pascapanen. Pascapanen karet pada umumnya disebabkan oleh cara dan waktu
panen yang belum tepat. Disamping itu kendala jarak antara kebun dan pabrik
pengolahan menyebabkan kerusakan dan penurunan hasil olahan lateks.
Teknologi pascapanen telah tersedia dan telah disosialisasikan kepada karyawan
dan berbagai upaya telah dilakukan agar karyawan mampu menerapkan teknologi
pascapanen untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik bantuan melalui
pelatihan, bimbingan teknis atau petunjuk, maupun pengawalan langsung
(mandor). Secara teknis karyawan telah mampu menerapkan teknologi
pascapanen, akan tetapi dilakukan secara individu bukan secara kelompok. Karena
kegiatan pascapanen tanaman perkebunan karet pada karyawanpada umumnya
masih dilakukan secara sederhana. Tantry. (2005).
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6. 1.KESIMPULAN
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan terhadap keterampilan karyawan
terhadap proses panen dan pascapanen karetbahwa matang sadap pohon,
persiapan buka sadap, tinggi bukaan sadap, pemasangan talang dan mangkuk
sadap, pelaksanan penyadapan, waktu penyadapan, dan kemiringan irisan sadap,
mempengaruhi keterampilan karyawan tujuannya untuk meningkatkan
keterampilan karyawan yang hasilnya adalah sangat baik, sedangkan pascapanen
menunjukkan bahwa karyawan telah mengetahui teknologi dan menerima fasilitas
yang diberikan dan bimbingan kepada karyawan akan tetapi dilakukan secara
individu bukan secara kelompok, para karyawan telah mendapatkan keterampilan
yang luas tentang cara penyadapan karet (proses panen) sampai pascapanen
pengolahan karet kedepannya.
6. 2. SARAN
Berdasarkankesimpulan diatas, maka peneliti menyarankan bahwa :
a. Mengadakan penyuluhan terkait materi dan praktek proses panen
(penyadapan) dan pascapanen pada karyawan karet,
b. Memberi arahan dan bimbingan serta memperluas sasaran penyuluhan
kekaryawan karet,
c. Perkebunan perusahaan hendaknya secara terus-menerus memberikan
dukungan moral, bantuan modal dan penyuluhan dalam rangka
mempercepat kesejahteraan karyawan karet.
DAFTAR PUSTAKA
Adiyanto, Dafik. 2012. Penanganan Pasca Panen pada tanaman. Temanggung:
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Agung. 2010. Budidaya Tanaman Karet. Jakarta : Penebar Swadaya.
Arifin, Bustanul. 2004.Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Jakarta : Kompas.
Batoa, 2007. Pengertian Tanggungan Keluarga. http: www. google. com.
DiaksesPada Tanggal 31 Maret 2015.
Boerhendy, Island. 2010. Manajemen dan Teknologi Budidaya Tanaman karet,
balai Penelitian Sembawa: Sembawa.
Damanhuri, 2006. Karet. PPL. Perkebunan Kecamatan Muara Bulian. Jambi.
Entang, Straatmadja. 2012. Pengetahuan dan pendidikan petani melalui
penyuluhan pertanian, Badan Penyuluh Pertanian: Jakarta.
Janudianto, Prahmono A, Napitupulu H, Rahayu S. 2013. Panduan Budidaya
Karet Untuk Petani Skala Kecil. Lembar Informasi AgFor PT. LONSUM,
Indonesia: World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional
Program.
Kartasapoetra, A. G. 2001.Teknologi Penyuluhan Pertanian. Jakarta. Bumi
Aksara.
L, Suhardiyono. 2000. Pengetahuan Petani melalui Tingkat Pendidikan. Jakarta.
Mantra, I. B. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mosher. 2000. Pengertian Pengalaman Bekerja, hhtp: www. google. com.Diakses
Pada Tanggal 17 April 2014.
Natawidjaja, Herdradjat. 2011.Rencana Strategi Direktorat PascaPanen Dan
Pembinaan Usaha 2011-2014. Jakarta: DiRektorat Jenderal Perkebunan
Kementerian Pertanian.
Rosyid, Jahidin. 2007. Manajemen dan Teknologi Budidaya Tanaman Karet
Agribisnis, Jakarta : Badan Penelitian Perkebunan.
Sairin, Syafri. dkk.2002.Pengantar Antropologi Ekonomi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
59
Setiawan, H. D dan Andoko, A. 2005. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Setyamidjaja, D. 2008. Karet. Yogyakarta : Kanisius.
Soekartawi, 2008. Panduan Lengkap Karet.Jakarta.
Soekidjo, Notoadmodjo. 2002. Tim Penyusun istilah”Pengetahuan “pendidikan
petani. Jakarta: Agromedia pustaka.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta.
Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Tambunan. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian Di Indonesia (Beberapa Isu
Penting), Penerbit Ghalia, Jakarta.
Tohir, Kaslan A. 1991. Seuntai Pengetahuan Usaha TaniIndonesia.Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Winarno, F. G. 2008. Fisiologi Pasca Panen. Sastra Hudaya Jakarta.
Widiyanarti, Tantry. 2005. Menggerakan dan Membangun Pertanian. Jakarta:
CV.Yasaguna.
Yatno, Marcellinus, M., Dan Eny, L. 2003. Upaya Petani Karet Dalam
Meningkatkan Ekonomi Keluarga Di Desa Pangkal Baru kecamatan
Tempunak Kabupaten Sintang. Agritexts No. 14 Tahun 2003. Jurusan
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Untan Pontianak.
60
LAMPIRAN
61
Lampiran 1. JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
No Nama Kegiatan Kegiatan Dalam Bulan Ke Minggu Ke
Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Penelitian
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Pengumpulan Data
Analisis Data
4 Penulisan Skripsi
5 Seminar Hasil
6 Perbaikan
7 Ujian Meja
62
Lampiran 2: KOESIONER PENELITIAN (Keterampilan Karyawan
Terhadap Proses Panen Dan PascaPanen Karet PT. PP.
LONDON SUMATRA INDONESIA, TBK. Di Desa
Palangisang Kecamatan UjungLoe Kabupaten Bulukumba
1. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama:
2. Umur:
3. Pengalaman Bekerja:
4. Jumlah Tanggungan Keluarga:
5. Pendidikan:
2. Bagaimana karyawan dapat menentukan kematangan sadap pohon karet
yang dilihat dari umur pohon dan pengukuran lilit batang pohon karet ?
3. Cara apa yang dilakukan karyawan pada persiapan buka sadap yang dilihat
dari sudut kemiringan irisan sadap, panjang irisan sadap, dan letak bidang
sadap ?
4. Bagaimana karyawan dapat mengukur tinggi bukaan sadap dengan jarak
antara sadapan bawah dan atas yang diukur dari permukaan tanah ?
5. Bagaimana cara melakukan pemasangan talang dan mangkuk sadap pada
pohon karet dengan bentuk cincin yang diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet ?
6. Bagaimana cara penyadapan karet dengan memperhatikan Kedalaman Irisan
Sadap, Ketebalan Irisan Sadap, Frekuensi Penyadapan, Waktu Penyadapan ?
63
7. Bagaimana dapat mengetahui waktu bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2 kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan untuk awal penyadapan (Oktober) ?
8. Bagaimana karyawan dapat melakukan penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan menggunakan pisau sadap ?
9. Bagaimana karyawan dapat menggunakan teknologi yang disediakan dalam
pascapanen karet ?
10.Bagaimana respon karyawan difasilitasi alat-alat dan mesin dalam
pascapanen karet ?
11.Bagaimana Karyawan dapat menerapkan pascapanen dengan bantuan
melalui bimbingan teknis, ataupun petunjuk maupun pengawalan langsung
(Mandor) ?
64
Lampiran 3: Hasil Koesioner (Keterampilan Karyawan Terhadap Proses
Panen Dan Pasca Panen Karet PT. PP LONDON
SUMATRA INDONESIA, TBK. Desa Palangisang
Kecamatan UjungLoe Kabupaten Bulukumba
1. Identitas Responden
Nama : Abd. Salam
Umur : 49 Tahun
Pengalaman Kerja : 20 Tahun
Jumlah Tanggungan Keluarga: 4 Orang
Pendidikan : SMP
Proses Panen Tingkat
Keterampilan
Pasca Panen Tingkat
Keterampilan
1. Bagaimana karyawan dapat
menentukan kematangan sadap pohon
karet yang dilihat dari umur pohon dan
pengukuran lilit batang pohon karet
Sangat Baik 1. Bagaimana karyawan
dapat menggunakan
teknologi yang
disediakan dalam
pascapanen karet
Sangat Baik
2. Cara apa yang dilakukan karyawan
pada persiapan buka sadap yang dilihat
dari sudut kemiringan irisan sadap,
panjang irisan sadap, dan letak bidang
sadap
Sangat Baik
2. Bagaimana respon
karyawan difasilitasi
alat-alat dan mesin
dalam pascapanen karet
Sangat Baik
3. Bagaimana karyawan dapat mengukur
tinggi bukaan sadap dengan jarak antara
sadapan bawah dan atas yang diukur
dari permukaan tanah
Cukup Baik 3. Bagaimana karyawan
dapat menerapkan
pascapanen dengan
bantuan melalui
bimbingan teknis,
ataupun petunjuk
maupun pengawalan
langsung (Mandor).
Sangat Baik
4. Bagaimana cara melakukan pemasangan
talang dan mangkuk sadap pada pohon
karet dengan bentuk cincin yang
diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet
Sangat Baik
65
5. Bagaimana cara penyadapan karet
dengan memperhatikan Kedalaman
Irisan Sadap, Ketebalan Irisan Sadap,
Frekuensi Penyadapan, Waktu
Penyadapan
Sangat Baik
6. Bagaimana dapat mengetahui waktu
bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2
kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan
untuk awal penyadapan (Oktober)
Cukup Baik
7. Bagaiamana karyawan dapat melakukan
penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan
menggunakan pisau sadap.
Sangat Baik
Rata-rata Sangat Baik
2. Identitas Responden
Nama : Kahar
Umur : 37 Tahun
Pengalaman Kerja : 15 Tahun
Jumlah Tanggungan Keluarga: 7 Orang
Pendidikan : SMP
Proses Panen Tingkat
Keterampilan
Pascapanen Tingkat
Keterampilan
1. Bagaimana karyawan dapat
menentukan kematangan sadap pohon
karet yang dilihat dari umur pohon dan
pengukuran lilit batang pohon karet
Sangat Baik 1. Bagaimana
karyawan dapat
menggunakan
teknologi yang
disediakan dalam
pascapanen karet
Sangat Baik
2. Cara apa yang dilakukan karyawan pada
persiapan buka sadap yang dilihat dari
sudut kemiringan irisan sadap, panjang
irisan sadap, dan letak bidang sadap
Sangat Baik 2. Bagaimana respon
karyawan difasilitasi
alat-alat dan mesin
dalam pascapanen
karet
Sangat Baik
66
3. Bagaimana karyawan dapat mengukur
tinggi bukaan sadap dengan jarak antara
sadapan bawah dan atas yang diukur
dari permukaan tanah
Cukup Baik 3. Bagaimana
karyawan dapat
menerapkan
pascapanen dengan
bantuan melalui
bimbingan teknis,
ataupun petunjuk
maupun pengawalan
langsung (Mandor).
Sangat Baik
4. Bagaimana cara melakukan pemasangan
talang dan mangkuk sadap pada pohon
karet dengan bentuk cincin yang
diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet
Sangat Baik
5. Bagaimana cara penyadapan karet dengan
memperhatikan Kedalaman Irisan Sadap,
Ketebalan Irisan Sadap, Frekuensi
Penyadapan, Waktu Penyadapan
Sangat Baik
6. Bagaimana dapat mengetahui waktu
bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2
kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan
untuk awal penyadapan (Oktober)
Cukup Baik
7. Bagaiamana karyawan dapat melakukan
penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan
menggunakan pisau sadap.
Sangat Baik
Rata-rata Sangat Baik
67
3. Identitas Responden
Nama : Baha
Umur : 49 Tahun
Pengalaman Kerja : 20 Tahun
Jumlah Tanggungan Keluarga: 5 Orang
Pendidikan : SMP
Proses Panen Tingkat
Keterampilan
Pascapanen Tingkat
Keterampilan
1. Bagaimana karyawan dapat
menentukan kematangan sadap pohon
karet yang dilihat dari umur pohon dan
pengukuran lilit batang pohon karet
Cukup Baik 1. Bagaimana
karyawan dapat
menggunakan
teknologi yang
disediakan dalam
pasca panen karet
Cukup Baik
2. Cara apa yang dilakukan karyawan pada
persiapan buka sadap yang dilihat dari
sudut kemiringan irisan sadap, panjang
irisan sadap, dan letak bidang sadap
Cukup Baik 2. Bagaimana respon
karyawan difasilitasi
alat-alat dan mesin
dalam pascapanen
karet
Cukup Baik
3. Bagaimana karyawan dapat mengukur
tinggi bukaan sadap dengan jarak antara
sadapan bawah dan atas yang diukur
dari permukaan tanah
Kurang Baik 3. Bagaimana
karyawan dapat
menerapkan
pascapanen dengan
bantuan melalui
bimbingan teknis,
ataupun petunjuk
maupun pengawalan
langsung (Mandor).
Cukup Baik
4. Bagaimana cara melakukan pemasangan
talang dan mangkuk sadap pada pohon
karet dengan bentuk cincin yang
diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet
Cukup Baik
68
5. Bagaimana cara penyadapan karet dengan
memperhatikan Kedalaman Irisan Sadap,
Ketebalan Irisan Sadap, Frekuensi
Penyadapan, Waktu Penyadapan
Cukup Baik
6. Bagaimana dapat mengetahui waktu
bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2
kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan
untuk awal penyadapan (Oktober)
Kurang Baik
7. Bagaiamana karyawan dapat melakukan
penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan
menggunakan pisau sadap.
Cukup Baik
Rata-rata Cukup Baik
4. Identitas Responden
Nama : Sangkala
Umur : 33 Tahun
Pengalaman Kerja : 15 Tahun
Jumlah Tanggungan Keluarga: 3 Orang
Pendidikan : SMP
Proses Panen Tingkat
Keterampilan
Pascapanen Tingkat
Keterampilan
1. Bagaimana karyawan dapat
menentukan kematangan sadap pohon
karet yang dilihat dari umur pohon dan
pengukuran lilit batang pohon karet
Cukup Baik 1. Bagaimana
karyawan dapat
menggunakan
teknologi yang
disediakan dalam
pascapanen karet
Cukup Baik
2. Cara apa yang dilakukan karyawan pada
persiapan buka sadap yang dilihat dari
sudut kemiringan irisan sadap, panjang
irisan sadap, dan letak bidang sadap
Cukup Baik 2. Bagaimana respon
karyawan difasilitasi
alat-alat dan mesin
dalam pascapanen
karet
Cukup Baik
69
3. Bagaimana karyawan dapat mengukur
tinggi bukaan sadap dengan jarak antara
sadapan bawah dan atas yang diukur
dari permukaan tanah
Kurang Baik 3. Bagaimana
karyawan dapat
menerapkan
pascapanen dengan
bantuan melalui
bimbingan teknis,
ataupun petunjuk
maupun pengawalan
langsung (Mandor).
Cukup Baik
4. Bagaimana cara melakukan pemasangan
talang dan mangkuk sadap pada pohon
karet dengan bentuk cincin yang
diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet
Cukup Baik
5. Bagaimana cara penyadapan karet dengan
memperhatikan Kedalaman Irisan Sadap,
Ketebalan Irisan Sadap, Frekuensi
Penyadapan, Waktu Penyadapan
Cukup Baik
6. Bagaimana dapat mengetahui waktu
bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2
kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan
untuk awal penyadapan (Oktober)
Sangat Baik
7. Bagaiamana karyawan dapat melakukan
penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan
menggunakan pisau sadap.
Cukup Baik
Rata-rata Cukup Baik
70
5. Identitas Responden
Nama : Haris
Umur : 52 Tahun
Pengalaman Kerja : 20 Tahun
Jumlah Tanggungan Keluarga: 3 Orang
Pendidikan : SMP
Proses Panen Tingkat
Keterampilan
Pascapanen Tingkat
Keterampilan
1. Bagaimana karyawan dapat
menentukan kematangan sadap pohon
karet yang dilihat dari umur pohon dan
pengukuran lilit batang pohon karet
Sangat Baik 1. Bagaimana
karyawan dapat
menggunakan
teknologi yang
disediakan dalam
pascapanen karet
Sangat Baik
2. Cara apa yang dilakukan karyawan pada
persiapan buka sadap yang dilihat dari
sudut kemiringan irisan sadap, panjang
irisan sadap, dan letak bidang sadap
Sangat Baik 2. Bagaimana respon
karyawan difasilitasi
alat-alat dan mesin
dalam pascapanen
karet
Sangat Baik
3. Bagaimana karyawan dapat mengukur
tinggi bukaan sadap dengan jarak antara
sadapan bawah dan atas yang diukur
dari permukaan tanah
Cukup Baik 3. Bagaimana
karyawan dapat
menerapkan
pascapanen dengan
bantuan melalui
bimbingan teknis,
ataupun petunjuk
maupun pengawalan
langsung (Mandor).
Sangat Baik
4. Bagaimana cara melakukan pemasangan
talang dan mangkuk sadap pada pohon
karet dengan bentuk cincin yang
diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet
Sangat Baik
71
5. Bagaimana cara penyadapan karet dengan
memperhatikan Kedalaman Irisan Sadap,
Ketebalan Irisan Sadap, Frekuensi
Penyadapan, Waktu Penyadapan
Sangat Baik
6. Bagaimana dapat mengetahui waktu
bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2
kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan
untuk awal penyadapan (Oktober)
Sangat Baik
7. Bagaiamana karyawan dapat melakukan
penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan
menggunakan pisau sadap.
Sangat Baik
Rata-rata Sangat Baik
6. Identitas Responden
Nama : Ani’
Umur : 32 Tahun
Pengalaman Kerja : 15 Tahun
Jumlah Tanggungan Keluarga: 3 Orang
Pendidikan : SMP
Proses Panen Tingkat
Keterampilan
Pascapanen Tingkat
Keterampilan
1. Bagaimana karyawan dapat
menentukan kematangan sadap pohon
karet yang dilihat dari umur pohon dan
pengukuran lilit batang pohon karet
Kurang Baik 1. Bagaimana
karyawan dapat
menggunakan
teknologi yang
disediakan dalam
pascapanen karet
Kurang Baik
2. Cara apa yang dilakukan karyawan pada
persiapan buka sadap yang dilihat dari
sudut kemiringan irisan sadap, panjang
irisan sadap, dan letak bidang sadap
Kurang Baik 2. Bagaimana respon
karyawan difasilitasi
alat-alat dan mesin
dalam pascapanen
karet
Kurang Baik
72
3. Bagaimana karyawan dapat mengukur
tinggi bukaan sadap dengan jarak antara
sadapan bawah dan atas yang diukur
dari permukaan tanah
Kurang Baik 3. Bagaimana
karyawan dapat
menerapkan
pascapanen dengan
bantuan melalui
bimbingan teknis,
ataupun petunjuk
maupun pengawalan
langsung (Mandor).
Sangat Baik
4. Bagaimana cara melakukan pemasangan
talang dan mangkuk sadap pada pohon
karet dengan bentuk cincin yang
diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet
Cukup Baik
5. Bagaimana cara penyadapan karet dengan
memperhatikan Kedalaman Irisan Sadap,
Ketebalan Irisan Sadap, Frekuensi
Penyadapan, Waktu Penyadapan
Kurang Baik
6. Bagaimana dapat mengetahui waktu
bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2
kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan
untuk awal penyadapan (Oktober)
Kurang Baik
7. Bagaiamana karyawan dapat melakukan
penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan
menggunakan pisau sadap.
Cukup Baik
Rata-rata Kurang Baik
73
7. Identitas Responden
Nama : Muddin
Umur : 57 Tahun
Pengalaman Kerja : 25 Tahun
Jumlah Tanggungan Keluarga: 7 Orang
Pendidikan : SD
Proses Panen Tingkat
Keterampilan
Pascapanen Tingkat
Keterampilan
1. Bagaimana karyawan dapat
menentukan kematangan sadap pohon
karet yang dilihat dari umur pohon dan
pengukuran lilit batang pohon karet
Cukup Baik 1. Bagaimana
karyawan dapat
menggunakan
teknologi yang
disediakan dalam
pascapanen karet
Sangat Baik
2. Cara apa yang dilakukan karyawan pada
persiapan buka sadap yang dilihat dari
sudut kemiringan irisan sadap, panjang
irisan sadap, dan letak bidang sadap
Cukup Baik 2. Bagaimana respon
karyawan difasilitasi
alat-alat dan mesin
dalam pascapanen
karet
Sangat Baik
3. Bagaimana karyawan dapat mengukur
tinggi bukaan sadap dengan jarak antara
sadapan bawah dan atas yang diukur
dari permukaan tanah
Cukup Baik 3. Bagaimana
karyawan dapat
menerapkan
pascapanen dengan
bantuan melalui
bimbingan teknis,
ataupun petunjuk
maupun pengawalan
langsung (Mandor).
Sangat Baik
4. Bagaimana cara melakukan pemasangan
talang dan mangkuk sadap pada pohon
karet dengan bentuk cincin yang
diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet
Cukup Baik
74
5. Bagaimana cara penyadapan karet dengan
memperhatikan Kedalaman Irisan Sadap,
Ketebalan Irisan Sadap, Frekuensi
Penyadapan, Waktu Penyadapan
Cukup Baik
6. Bagaimana dapat mengetahui waktu
bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2
kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan
untuk awal penyadapan (Oktober)
Cukup Baik
7. Bagaiamana karyawan dapat melakukan
penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan
menggunakan pisau sadap.
Cukup Baik
Rata-rata Cukup Baik
8. Identitas Responden
Nama : Seni
Umur : 46 Tahun
Pengalaman Kerja : 20 Tahun
Jumlah Tanggungan Keluarga: 5 Orang
Pendidikan : SMP
Proses Panen Tingkat
Keterampilan
Pascapanen Tingkat
Keterampilan
1. Bagaimana karyawan dapat
menentukan kematangan sadap pohon
karet yang dilihat dari umur pohon dan
pengukuran lilit batang pohon karet
Sangat Baik 1. Bagaimana
karyawan dapat
menggunakan
teknologi yang
disediakan dalam
pascapanen karet
Sangat Baik
2. Cara apa yang dilakukan karyawan pada
persiapan buka sadap yang dilihat dari
sudut kemiringan irisan sadap, panjang
irisan sadap, dan letak bidang sadap
Sangat Baik 2. Bagaimana respon
karyawan difasilitasi
alat-alat dan mesin
dalam pascapanen
karet
Sangat Baik
75
3. Bagaimana karyawan dapat mengukur
tinggi bukaan sadap dengan jarak antara
sadapan bawah dan atas yang diukur
dari permukaan tanah
Cukup Baik 3. Bagaimana
karyawan dapat
menerapkan
pascapanen dengan
bantuan melalui
bimbingan teknis,
ataupun petunjuk
maupun pengawalan
langsung (Mandor).
Sangat Baik
4. Bagaimana cara melakukan pemasangan
talang dan mangkuk sadap pada pohon
karet dengan bentuk cincin yang
diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet
Sangat Baik
5. Bagaimana cara penyadapan karet dengan
memperhatikan Kedalaman Irisan Sadap,
Ketebalan Irisan Sadap, Frekuensi
Penyadapan, Waktu Penyadapan
Sangat Baik
6. Bagaimana dapat mengetahui waktu
bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2
kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan
untuk awal penyadapan (Oktober)
Cukup Baik
7. Bagaiamana karyawan dapat melakukan
penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan
menggunakan pisau sadap.
Sangat Baik
Rata-rata Sangat Baik
76
9. Identitas Responden
Nama : Ollen
Umur : 41 Tahun
Pengalaman Kerja : 15 Tahun
Jumlah Tanggungan Keluarga: 5 Orang
Pendidikan : SMP
Proses Panen Tingkat
Keterampilan
Pascapanen Tingkat
Keterampilan
1. Bagaimana karyawan dapat
menentukan kematangan sadap pohon
karet yang dilihat dari umur pohon dan
pengukuran lilit batang pohon karet
Cukup Baik 1. Bagaimana
karyawan dapat
menggunakan
teknologi yang
disediakan dalam
pascapanen karet
Sangat Baik
2. Cara apa yang dilakukan karyawan pada
persiapan buka sadap yang dilihat dari
sudut kemiringan irisan sadap, panjang
irisan sadap, dan letak bidang sadap
Cukup Baik 2. Bagaimana respon
karyawan difasilitasi
alat-alat dan mesin
dalam pascapanen
karet
Sangat Baik
3. Bagaimana karyawan dapat mengukur
tinggi bukaan sadap dengan jarak antara
sadapan bawah dan atas yang diukur
dari permukaan tanah
Cukup Baik 3. Bagaimana
karyawan dapat
menerapkan
pascapanen dengan
bantuan melalui
bimbingan teknis,
ataupun petunjuk
maupun pengawalan
langsung (Mandor).
Sangat Baik
4. Bagaimana cara melakukan pemasangan
talang dan mangkuk sadap pada pohon
karet dengan bentuk cincin yang
diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet
Cukup Baik
77
5. Bagaimana cara penyadapan karet dengan
memperhatikan Kedalaman Irisan Sadap,
Ketebalan Irisan Sadap, Frekuensi
Penyadapan, Waktu Penyadapan
Cukup Baik
6. Bagaimana dapat mengetahui waktu
bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2
kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan
untuk awal penyadapan (Oktober)
Cukup Baik
7. Bagaiamana karyawan dapat melakukan
penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan
menggunakan pisau sadap.
Cukup Baik
Rata-rata Cukup Baik
10. Identitas Responden
Nama : Andis
Umur : 39 Tahun
Pengalaman Kerja : 15 Tahun
Jumlah Tanggungan Keluarga: 3 Orang
Pendidikan : SMA
Proses Panen Tingkat
Keterampilan
Pascapanen Tingkat
Keterampilan
1. Bagaimana karyawan dapat
menentukan kematangan sadap pohon
karet yang dilihat dari umur pohon dan
pengukuran lilit batang pohon karet
Sangat Baik 1. Bagaimana
karyawan dapat
menggunakan
teknologi yang
disediakan dalam
pascapanen karet
Sangat Baik
2. Cara apa yang dilakukan karyawan pada
persiapan buka sadap yang dilihat dari
sudut kemiringan irisan sadap, panjang
irisan sadap, dan letak bidang sadap
Sangat Baik 2. Bagaimana respon
karyawan difasilitasi
alat-alat dan mesin
dalam pascapanen
karet
Sangat Baik
78
3. Bagaimana karyawan dapat mengukur
tinggi bukaan sadap dengan jarak antara
sadapan bawah dan atas yang diukur
dari permukaan tanah
Cukup Baik 3. Bagaimana
karyawan dapat
menerapkan
pascapanen dengan
bantuan melalui
bimbingan teknis,
ataupun petunjuk
maupun pengawalan
langsung (Mandor).
Sangat Baik
4. Bagaimana cara melakukan pemasangan
talang dan mangkuk sadap pada pohon
karet dengan bentuk cincin yang
diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet
Sangat Baik
5. Bagaimana cara penyadapan karet dengan
memperhatikan Kedalaman Irisan Sadap,
Ketebalan Irisan Sadap, Frekuensi
Penyadapan, Waktu Penyadapan
Sangat Baik
6. Bagaimana dapat mengetahui waktu
bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2
kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan
untuk awal penyadapan (Oktober)
Cukup Baik
7. Bagaiamana karyawan dapat melakukan
penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan
menggunakan pisau sadap.
Sangat Baik
Rata-rata Sangat Baik
79
11. Identitas Responden
Nama : Hamo
Umur : 26 Tahun
Pengalaman Kerja : 10 Tahun
Jumlah Tanggungan Keluarga: 5 Orang
Pendidikan : SMA
Proses Panen Tingkat
Keterampilan
Pascapanen Tingkat
Keterampilan
1. Bagaimana karyawan dapat
menentukan kematangan sadap pohon
karet yang dilihat dari umur pohon dan
pengukuran lilit batang pohon karet
Sangat Baik 1. Bagaimana
karyawan dapat
menggunakan
teknologi yang
disediakan dalam
pascapanen karet
Cukup Baik
2. Cara apa yang dilakukan karyawan pada
persiapan buka sadap yang dilihat dari
sudut kemiringan irisan sadap, panjang
irisan sadap, dan letak bidang sadap
Sangat Baik 2. Bagaimana respon
karyawan difasilitasi
alat-alat dan mesin
dalam pascapanen
karet
Cukup Baik
3. Bagaimana karyawan dapat mengukur
tinggi bukaan sadap dengan jarak antara
sadapan bawah dan atas yang diukur
dari permukaan tanah
Sangat Baik 3. Bagaimana
karyawan dapat
menerapkan
pascapanen dengan
bantuan melalui
bimbingan teknis,
ataupun petunjuk
maupun pengawalan
langsung (Mandor).
Cukup Baik
4. Bagaimana cara melakukan pemasangan
talang dan mangkuk sadap pada pohon
karet dengan bentuk cincin yang
diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet
Sangat Baik
80
5. Bagaimana cara penyadapan karet dengan
memperhatikan Kedalaman Irisan Sadap,
Ketebalan Irisan Sadap, Frekuensi
Penyadapan, Waktu Penyadapan
Sangat Baik
6. Bagaimana dapat mengetahui waktu
bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2
kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan
untuk awal penyadapan (Oktober)
Sangat Baik
7. Bagaiamana karyawan dapat melakukan
penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan
menggunakan pisau sadap.
Sangat Baik
Rata-rata Sangat Baik
12. Identitas Responden
Nama : Hasna
Umur : 29ahun
Pengalaman Kerja : 10 Tahun
Jumlah Tanggungan Keluarga: 3 Orang
Pendidikan : SMA
Proses Panen Tingkat
Keterampilan
Pascapanen Tingkat
Keterampilan
1. Bagaimana karyawan dapat
menentukan kematangan sadap pohon
karet yang dilihat dari umur pohon dan
pengukuran lilit batang pohon karet
Cukup Baik 1. Bagaimana
karyawan dapat
menggunakan
teknologi yang
disediakan dalam
pascapanen karet
Sangat Baik
2. Cara apa yang dilakukan karyawan pada
persiapan buka sadap yang dilihat dari
sudut kemiringan irisan sadap, panjang
irisan sadap, dan letak bidang sadap
Cukup Baik 2. Bagaimana respon
karyawan difasilitasi
alat-alat dan mesin
dalam pascapanen
karet
Sangat Baik
81
3. Bagaimana karyawan dapat mengukur
tinggi bukaan sadap dengan jarak antara
sadapan bawah dan atas yang diukur
dari permukaan tanah
Cukup Baik 3. Bagaimana
karyawan dapat
menerapkan
pascapanen dengan
bantuan melalui
bimbingan teknis,
ataupun petunjuk
maupun pengawalan
langsung (Mandor).
Sangat Baik
4. Bagaimana cara melakukan pemasangan
talang dan mangkuk sadap pada pohon
karet dengan bentuk cincin yang
diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet
Cukup Baik
5. Bagaimana cara penyadapan karet dengan
memperhatikan Kedalaman Irisan Sadap,
Ketebalan Irisan Sadap, Frekuensi
Penyadapan, Waktu Penyadapan
Cukup Baik
6. Bagaimana dapat mengetahui waktu
bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2
kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan
untuk awal penyadapan (Oktober)
Cukup Baik
7. Bagaiamana karyawan dapat melakukan
penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan
menggunakan pisau sadap.
Cukup Baik
Rata-rata Cukup Baik
82
13. Identitas Responden
Nama : Sapa
Umur : 49 Tahun
Pengalaman Kerja : 28 Tahun
Jumlah Tanggungan Keluarga: 5 Orang
Pendidikan : SMP
Proses Panen Tingkat
Keterampilan
Pascapanen Tingkat
Keterampilan
1. Bagaimana karyawan dapat
menentukan kematangan sadap pohon
karet yang dilihat dari umur pohon dan
pengukuran lilit batang pohon karet
Sangat Baik 1. Bagaimana
karyawan dapat
menggunakan
teknologi yang
disediakan dalam
pascapanen karet
Sangat Baik
2. Cara apa yang dilakukan karyawan pada
persiapan buka sadap yang dilihat dari
sudut kemiringan irisan sadap, panjang
irisan sadap, dan letak bidang sadap
Sangat Baik 2. Bagaimana respon
karyawan difasilitasi
alat-alat dan mesin
dalam pascapanen
karet
Sangat Baik
3. Bagaimana karyawan dapat mengukur
tinggi bukaan sadap dengan jarak antara
sadapan bawah dan atas yang diukur
dari permukaan tanah
Sangat Baik 3. Bagaimana
karyawan dapat
menerapkan
pascapanen dengan
bantuan melalui
bimbingan teknis,
ataupun petunjuk
maupun pengawalan
langsung (Mandor).
Sangat Baik
4. Bagaimana cara melakukan pemasangan
talang dan mangkuk sadap pada pohon
karet dengan bentuk cincin yang
diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet
Sangat Baik
83
5. Bagaimana cara penyadapan karet dengan
memperhatikan Kedalaman Irisan Sadap,
Ketebalan Irisan Sadap, Frekuensi
Penyadapan, Waktu Penyadapan
Sangat Baik
6. Bagaimana dapat mengetahui waktu
bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2
kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan
untuk awal penyadapan (Oktober)
Cukup Baik
7. Bagaiamana karyawan dapat melakukan
penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan
menggunakan pisau sadap.
Sangat Baik
Rata-rata Sangat Baik
14. Identitas Responden
Nama : Suharni
Umur : 38 Tahun
Pengalaman Kerja : 15 Tahun
Jumlah Tanggungan Keluarga: 3 Orang
Pendidikan : SMP
Proses Panen Tingkat
Keterampilan
Pascapanen Tingkat
Keterampilan
1. Bagaimana karyawan dapat
menentukan kematangan sadap pohon
karet yang dilihat dari umur pohon dan
pengukuran lilit batang pohon karet
Cukup Baik 1. Bagaimana
karyawan dapat
menggunakan
teknologi yang
disediakan dalam
pascapanen karet
Cukup Baik
2. Cara apa yang dilakukan karyawan pada
persiapan buka sadap yang dilihat dari
sudut kemiringan irisan sadap, panjang
irisan sadap, dan letak bidang sadap
Sangat Baik 2. Bagaimana respon
karyawan difasilitasi
alat-alat dan mesin
dalam pascapanen
karet
Cukup Baik
84
3. Bagaimana karyawan dapat mengukur
tinggi bukaan sadap dengan jarak antara
sadapan bawah dan atas yang diukur
dari permukaan tanah
Cukup Baik 3. Bagaimana
karyawan dapat
menerapkan
pascapanen dengan
bantuan melalui
bimbingan teknis,
ataupun petunjuk
maupun pengawalan
langsung (Mandor).
Cukup Baik
4. Bagaimana cara melakukan pemasangan
talang dan mangkuk sadap pada pohon
karet dengan bentuk cincin yang
diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet
Cukup Baik
5. Bagaimana cara penyadapan karet dengan
memperhatikan Kedalaman Irisan Sadap,
Ketebalan Irisan Sadap, Frekuensi
Penyadapan, Waktu Penyadapan
Cukup Baik
6. Bagaimana dapat mengetahui waktu
bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2
kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan
untuk awal penyadapan (Oktober)
Cukup Baik
7. Bagaiamana karyawan dapat melakukan
penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan
menggunakan pisau sadap.
Cukup Baik
Rata-rata Cukup Baik
85
15. Identitas Responden
Nama : Bulan
Umur : 35 Tahun
Pengalaman Kerja : 12 Tahun
Jumlah Tanggungan Keluarga: 3 Orang
Pendidikan : SMP
Proses Panen Tingkat
Keterampilan
Pascapanen Tingkat
Keterampilan
1. Bagaimana karyawan dapat
menentukan kematangan sadap pohon
karet yang dilihat dari umur pohon dan
pengukuran lilit batang pohon karet
Cukup Baik 1. Bagaimana
karyawan dapat
menggunakan
teknologi yang
disediakan dalam
pascapanen karet
Sangat Baik
2. Cara apa yang dilakukan karyawan pada
persiapan buka sadap yang dilihat dari
sudut kemiringan irisan sadap, panjang
irisan sadap, dan letak bidang sadap
Cukup Baik 2. Bagaimana respon
karyawan difasilitasi
alat-alat dan mesin
dalam pascapanen
karet
SangatBaik
3. Bagaimana karyawan dapat mengukur
tinggi bukaan sadap dengan jarak antara
sadapan bawah dan atas yang diukur
dari permukaan tanah
Cukup Baik 3. Bagaimana
karyawan dapat
menerapkan
pascapanen dengan
bantuan melalui
bimbingan teknis,
ataupun petunjuk
maupun pengawalan
langsung (Mandor).
Sangat Baik
4. Bagaimana cara melakukan pemasangan
talang dan mangkuk sadap pada pohon
karet dengan bentuk cincin yang
diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet
Cukup Baik
86
5. Bagaimana cara penyadapan karet dengan
memperhatikan Kedalaman Irisan Sadap,
Ketebalan Irisan Sadap, Frekuensi
Penyadapan, Waktu Penyadapan
Cukup Baik
6. Bagaimana dapat mengetahui waktu
bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2
kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan
untuk awal penyadapan (Oktober)
Cukup Baik
7. Bagaiamana karyawan dapat melakukan
penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan
menggunakan pisau sadap.
Cukup Baik
Rata-rata Cukup Baik
16. Identitas Responden
Nama : Baco
Umur : 55 Tahun
Pengalaman Kerja : 25 Tahun
Jumlah Tanggungan Keluarga: 5 Orang
Pendidikan : SD
Proses Panen Tingkat
Keterampilan
Pascapanen Tingkat
Keterampilan
1. Bagaimana karyawan dapat
menentukan kematangan sadap pohon
karet yang dilihat dari umur pohon dan
pengukuran lilit batang pohon karet
Sangat Baik 1. Bagaimana
karyawan dapat
menggunakan
teknologi yang
disediakan dalam
pascapanen karet
Sangat Baik
2. Cara apa yang dilakukan karyawan pada
persiapan buka sadap yang dilihat dari
sudut kemiringan irisan sadap, panjang
irisan sadap, dan letak bidang sadap
Sangat Baik 2. Bagaimana respon
karyawan difasilitasi
alat-alat dan mesin
dalam pascapanen
karet
Sangat Baik
87
3. Bagaimana karyawan dapat mengukur
tinggi bukaan sadap dengan jarak antara
sadapan bawah dan atas yang diukur
dari permukaan tanah
Cukup Baik 3. Bagaimana
karyawan dapat
menerapkan
pascapanen dengan
bantuan melalui
bimbingan teknis,
ataupun petunjuk
maupun pengawalan
langsung (Mandor).
Sangat Baik
4. Bagaimana cara melakukan pemasangan
talang dan mangkuk sadap pada pohon
karet dengan bentuk cincin yang
diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet
Sangat Baik
5. Bagaimana cara penyadapan karet dengan
memperhatikan Kedalaman Irisan Sadap,
Ketebalan Irisan Sadap, Frekuensi
Penyadapan, Waktu Penyadapan
Sangat Baik
6. Bagaimana dapat mengetahui waktu
bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2
kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan
untuk awal penyadapan (Oktober)
Cukup Baik
7. Bagaiamana karyawan dapat melakukan
penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan
menggunakan pisau sadap.
Sangat Baik
Rata-rata Sangat Baik
88
17. Identitas Responden
Nama : Ati
Umur : 35 Tahun
Pengalaman Kerja : 12 Tahun
Jumlah Tanggungan Keluarga: 3 Orang
Pendidikan : SMP
Proses Panen Tingkat
Keterampilan
Pascapanen Tingkat
Keterampilan
1. Bagaimana karyawan dapat
menentukan kematangan sadap pohon
karet yang dilihat dari umur pohon dan
pengukuran lilit batang pohon karet
Kurang Baik 1. Bagaimana
karyawan dapat
menggunakan
teknologi yang
disediakan dalam
pascapanen karet
Kurang Baik
2. Cara apa yang dilakukan karyawan pada
persiapan buka sadap yang dilihat dari
sudut kemiringan irisan sadap, panjang
irisan sadap, dan letak bidang sadap
Kurang Baik 2. Bagaimana respon
karyawan difasilitasi
alat-alat dan mesin
dalam pascapanen
karet
Kurang Baik
3. Bagaimana karyawan dapat mengukur
tinggi bukaan sadap dengan jarak antara
sadapan bawah dan atas yang diukur
dari permukaan tanah
Kurang Baik 3. Bagaimana
karyawan dapat
menerapkan
pascapanen dengan
bantuan melalui
bimbingan teknis,
ataupun petunjuk
maupun pengawalan
langsung (Mandor).
Kuran Baik
4. Bagaimana cara melakukan pemasangan
talang dan mangkuk sadap pada pohon
karet dengan bentuk cincin yang
diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet
Cukup Baik
89
5. Bagaimana cara penyadapan karet dengan
memperhatikan Kedalaman Irisan Sadap,
Ketebalan Irisan Sadap, Frekuensi
Penyadapan, Waktu Penyadapan
Kurang Baik
6. Bagaimana dapat mengetahui waktu
bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2
kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan
untuk awal penyadapan (Oktober)
Kurang Baik
7. Bagaiamana karyawan dapat melakukan
penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan
menggunakan pisau sadap.
Cukup Baik
Rata-rata Kurang Baik
18. Identitas Responden
Nama : Puddin
Umur : 47 Tahun
Pengalaman Kerja : 21 Tahun
Jumlah Tanggungan Keluarga: 4 Orang
Pendidikan : SMP
Proses Panen Tingkat
Keterampilan
Pascapanen Tingkat
Keterampilan
1. Bagaimana karyawan dapat
menentukan kematangan sadap pohon
karet yang dilihat dari umur pohon dan
pengukuran lilit batang pohon karet
Sangat Baik 1. Bagaimana
karyawan dapat
menggunakan
teknologi yang
disediakan dalam
pascapanen karet
Sangat Baik
2. Cara apa yang dilakukan karyawan pada
persiapan buka sadap yang dilihat dari
sudut kemiringan irisan sadap, panjang
irisan sadap, dan letak bidang sadap
Sangat Baik 2. Bagaimana respon
karyawan difasilitasi
alat-alat dan mesin
dalam pascapanen
karet
Sangat Baik
90
3. Bagaimana karyawan dapat mengukur
tinggi bukaan sadap dengan jarak antara
sadapan bawah dan atas yang diukur
dari permukaan tanah
Cukup Baik 3. Bagaimana
karyawan dapat
menerapkan
pascapanen dengan
bantuan melalui
bimbingan teknis,
ataupun petunjuk
maupun pengawalan
langsung (Mandor).
Sangat Baik
4. Bagaimana cara melakukan pemasangan
talang dan mangkuk sadap pada pohon
karet dengan bentuk cincin yang
diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet
Sangat Baik
5. Bagaimana cara penyadapan karet dengan
memperhatikan Kedalaman Irisan Sadap,
Ketebalan Irisan Sadap, Frekuensi
Penyadapan, Waktu Penyadapan
Sangat Baik
6. Bagaimana dapat mengetahui waktu
bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2
kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan
untuk awal penyadapan (Oktober)
Cukup Baik
7. Bagaiamana karyawan dapat melakukan
penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan
menggunakan pisau sadap.
Sangat Baik
Rata-rata Sangat Baik
91
19. Identitas Responden
Nama : Ali
Umur : 49 Tahun
Pengalaman Kerja : 20 Tahun
Jumlah Tanggungan Keluarga: 3 Orang
Pendidikan : SMA
Proses Panen Tingkat
Keterampilan
Pascapanen Tingkat
Keterampilan
1. Bagaimana karyawan dapat
menentukan kematangan sadap pohon
karet yang dilihat dari umur pohon dan
pengukuran lilit batang pohon karet
Sangat Baik 1. Bagaimana
karyawan dapat
menggunakan
teknologi yang
disediakan dalam
pascapanen karet
Sangat Baik
2. Cara apa yang dilakukan karyawan pada
persiapan buka sadap yang dilihat dari
sudut kemiringan irisan sadap, panjang
irisan sadap, dan letak bidang sadap
Sangat Baik 2. Bagaimana respon
karyawan difasilitasi
alat-alat dan mesin
dalam pascapanen
karet
Sangat Baik
3. Bagaimana karyawan dapat mengukur
tinggi bukaan sadap dengan jarak antara
sadapan bawah dan atas yang diukur
dari permukaan tanah
Cukup Baik 3. Bagaimana
karyawan dapat
menerapkan
pascapanen dengan
bantuan melalui
bimbingan teknis,
ataupun petunjuk
maupun pengawalan
langsung (Mandor).
Sangat Baik
4. Bagaimana cara melakukan pemasangan
talang dan mangkuk sadap pada pohon
karet dengan bentuk cincin yang
diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet
Sangat Baik
92
5. Bagaimana cara penyadapan karet dengan
memperhatikan Kedalaman Irisan Sadap,
Ketebalan Irisan Sadap, Frekuensi
Penyadapan, Waktu Penyadapan
Sangat Baik
6. Bagaimana dapat mengetahui waktu
bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2
kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan
untuk awal penyadapan (Oktober)
Cukup Baik
7. Bagaiamana karyawan dapat melakukan
penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan
menggunakan pisau sadap.
Sangat Baik
Rata-rata Sangat Baik
20. Identitas Responden
Nama : Bustan
Umur : 49 Tahun
Pengalaman Kerja : 20 Tahun
Jumlah Tanggungan Keluarga: 3 Orang
Pendidikan : SMP
Proses Panen Tingkat
Keterampilan
Pascapanen Tingkat
Keterampilan
1. Bagaimana karyawan dapat
menentukan kematangan sadap pohon
karet yang dilihat dari umur pohon dan
pengukuran lilit batang pohon karet
Sangat Baik 1. Bagaimana
karyawan dapat
menggunakan
teknologi yang
disediakan dalam
pascapanen karet
Sangat Baik
2. Cara apa yang dilakukan karyawan pada
persiapan buka sadap yang dilihat dari
sudut kemiringan irisan sadap, panjang
irisan sadap, dan letak bidang sadap
Sangat Baik 2. Bagaimana respon
karyawan difasilitasi
alat-alat dan mesin
dalam pascapanen
karet
Sangat Baik
93
3. Bagaimana karyawan dapat mengukur
tinggi bukaan sadap dengan jarak antara
sadapan bawah dan atas yang diukur
dari permukaan tanah
Cukup Baik 3. Bagaimana
karyawan dapat
menerapkan
pascapanen dengan
bantuan melalui
bimbingan teknis,
ataupun petunjuk
maupun pengawalan
langsung (Mandor).
Sangat Baik
4. Bagaimana cara melakukan pemasangan
talang dan mangkuk sadap pada pohon
karet dengan bentuk cincin yang
diletakkan dibawah mangkuk dan
dipasangkan kuku aliran air karet
Sangat Baik
5. Bagaimana cara penyadapan karet dengan
memperhatikan Kedalaman Irisan Sadap,
Ketebalan Irisan Sadap, Frekuensi
Penyadapan, Waktu Penyadapan
Sangat Baik
6. Bagaimana dapat mengetahui waktu
bukaan sadap yang dilakukan pada
waktu tertentu dengan penyadapan 2
kali setahun, permulaan musim hujan
(Juni) dan permulaan masa penyadapan
untuk awal penyadapan (Oktober)
Cukup Baik
7. Bagaiamana karyawan dapat melakukan
penyadapan dengan memperhatikan
kemiringan irisan sadapan dengan
menggunakan pisau sadap.
Sangat Baik
Rata-rata Sangat Baik
94
Lampiran 4. Identitas Responden (Nama Responden,Umur,Pengalaman
Bekerja,Jumlah Tanggungan Keluarga dan Pendidikan)
Keterampilan karyawan terhadap proses panen dan
pascapanen karet PT. PP LONDON SUMATRA
INDONESIA, TBK. Desa Palangisang Kecamatan Ujungloe
Kabupaten Bulukumba Tahun 2015
No Nama
Responden
Umur
(Tahun)
Pengalaman
Bekerja
(Tahun)
Jumlah
Tanggungan
Keluarga (Orang)
Pendidikan
1. Abd Salam 49 20 4 SMP
2. Kahar 37 15 7 SMP
3. Baha 49 20 5 SMP
4. Sangkala 33 15 3 SMP
5. Haris 52 20 3 SMP
6. Ani’ 32 15 3 SMP
7. Muddin 57 25 7 SD
8. Seni 46 20 5 SMP
9. Ollen 41 15 5 SMP
10. Andis 39 15 3 SMA
11. Hamo 26 10 5 SMA
12. Hasna 29 10 3 SMA
13. Sapa 49 28 5 SMP
14. Suharni 38 15 3 SMP
15. Bulan 35 12 3 SMP
16. Baco 55 25 5 SD
17. Ati 35 12 3 SMP
18. Puddin 47 21 4 SMP
19. Ali 49 20 3 SMA
20. Bustan 49 20 3 SMP
95
Dokumentasi
Gambar 1. Wawancara dengan salah satu karyawan karet
Gambar 2. Bimbingan perindividu atau pengawalan langsung (Mandor)
96
Gambar 3. Proses pengambilan air karet yang dilakukan peneliti (ikut membantu
karyawan mengumpulkan air karet).
Gambar 4. Karyawan mengumpulkan air karet yang sudah disadap.
Gambar 5. Proses pengumpulan air karet dan memasukkan kedalam cergen untuk
dibawa ketangki pengumpul.
97
Gambar 6. Proses pengangkutan air karet ditangki pengumpulan yang sudah
disediakan.
Gambar 7. Proses pascapanen dengan menghilangkan tekstur yang tercampur zat-
zat didalam air karet ditempat pengumpul sebelum dibawa kepabrik.
Gambar 8. Papan Nama Perusahaan Perkebunan PT. PP. LONDON SUMATRA
INDONESIA, TBK. KEBUN PALNGISANG.
98
Peta Desa Palangisang
99
RIWAYAT HIDUP
Ninin Supiantidilahirkan di Bulukumba,27November1993.Dari
Ayahanda AbdulSalam dan Ibunda Almarhuma Naan.
Penulismerupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pendidikan
formal yang dilalui penulis adalah SDN 225 Allu lulus tahun
2005, lalu melanjutkan pendidikan di SMPN 4Bulukumba dan selesai pada tahun
2008. Penulis melanjutkanpendidikan ketingkat keatas SMAN I UjungLoe,
danselesai pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis lulus seleksi masuk Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi
yang berjudul “Keterampilan Karyawan Terhadap Proses Panen Dan PascaPanen
Karet PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA, TBK. Di Desa Palangisang
Kecamatan UjungLoe Kabupaten Bulukumba”.
top related