kardiovaskular chf
Post on 17-Oct-2015
144 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI II
SISTEM KARDIOVASKULAR
CHF
Disusun oleh :
KELOMPOK A3
1. Farah Maestri D G1F011037
2. Rizka Khoirunnisa G1F011039
3. Agustianty N.H G1F011041
4. Kharis Mustofa G1F011043
5. Nufi Attobibah G1F011045
6. Rani Saskia Jeanita G1F011049
7. Ines Nur Hendriani G1F011051
8. Reza Satria G1F011053
Asisten :
LABORATORIUM FARMASI KLINIK
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
-
A. JUDUL
Sistem Kardiovaskular : CHF (Congestive Heart Failure)
B. DATA BASE PASIEN (Subjective)
Nama Pasien : Tn. SCB
No. Rekam Medik : 8045xxx
Alamat : -
Status Jaminan : Askes
Umur/TTL : 66 tahun
BB : -
TB : -
Jenis Kelamin : laki-laki
MRS : 15/02/2013
KRS : 20/02/2013
Riwayat MRS : Mengeluh sesak napas sejak 2 hari yang lalu
Riwayat Penyakit : Jantung
Riwayat Obat : -
Riwayat Lifestyle : -
Alergi : -
Diagnosa : CHF
C. DATA KLINIK DAN LABORATORIUM (Objective)
1. Data Klinik
TTV Tanggal Nilai
Normal
Keterangan
15/2 16/2 17/2 18/2 19/2 20/2
TD 140/70 110/80 100/80 100/80 110/70 120/80 Tinggi pada
tanggal 15
N 93 100 80 76 80 60-100 Normal
RR 31 24 24 20 28 16-20 Naik
Suhu 35 36,1 36 36,3 36,5 36,5-
37,5
Batuk + + + + + Positif
Sesak + + + + + Positif
-
Nyeri
Ulu Hati
+ Positif pada
tanggal 15
Pusing + Positif pada
tanggal 19
2. Data Laboratorium
Pemeriksaan Satuan Tanggal
Nilai Normal Keterangan 15/2
Hb g/dL 13,7 13,8-17,5 Normal
Leu /uL 11670 3800-9800 Naik
Ht % 39 31-45% Normal
eritrosit 106/uL 4,5 4,5-5,9% Normal
trombosit /uL 301000 150000-400000 Normal
MCV fL 87,5 80-97,6 Normal
MCH Pg 30,5 27-33 Normal
MCHC % 34,9 33-36 Normal
Ureum Mg/dL 18,8 8-25 Normal
Kreatinin
Darah
Mg/dL 1,26 0,5-1,7 Normal
GDS Mg/dL 119
-
Keterangan :
Kenaikan Leukosit : Leukosit atau yang secara awam dikenal dengan sebutan darah
putih,merupakan salah satu komponen darah yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Jumlahnya akan meningkat bila tubuh kita terkena infeksi, namun
pada kasus ini tidak diketahui penyebab naiknya leukosit infeksi, karena tidak ada
pemeriksaan penunjang yang lebih spesifik . Misalnya tidak ada infeksi tetapi jumlah
leukosit tetap di atas batas normal, berarti ada kelainan pada sistem imunitas tubuh.
Kondisi lain yang mengakibatkan kenaikan jumlah leukosit adalah kelainan darah,
seperti leukemia. Namun untuk memastikan hal ini harus dilakukan pemeriksaan
darah lainnya (Schafer, 2012)
Nyeri Ulu Hati : Rasa nyeri yang tidak enak di perut bagian ulu hati atau sering
disebut dispepsia. Penyebab terjadinya bisa berupa stres dan faktor lingkungan yang
berperan pada kelainan fungsional saluran cerna, menimbulkan gangguan sirkulasi,
motilitas, clan vaskularisasi. Adanya kondisi kejiwaan stres yang bisa diakibatkan dari
terganggunya sistem tubuh , pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung
akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat
gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan
peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada
lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah
sehingga intake tidak kuat baik makanan maupun cairan. Peningkatan asam lambung
tersebut akan mencerna sistem barier mukosa epitel (autodigesti) sehingga
menyebabkan tukak lambung lalu timbul gejala dyspepsia. Dalam kasus ini, terjadi
hanya sehari merupakan sebagai pendukung bahwa penyebab dari nyeri ulu hati ini
akibat dari stress pada penyakit CHF nya (Hadi, 1995).
Takikardia sinus : peningkatan denyut jantung yang normal dan teratur. Kondisi ini
terjadi ketika nodus sinoatrial (alat pacu jantung alami) mengirimkan sinyal-sinyal
listrik lebih cepat dari biasanya. Denyut jantung cepat, tetapi jantung bekerja dengan
benar. Takikardia sinus pada kasus ini disebabkan oleh serangan jantung atau gagal
jantung , sesuai pada diagnosa pasien yaitu CHF (Braunwald, 2001).
Hipertrofi ventrikel kiri : terjadi ketika satu atau dua faktor menyebabkan jantung
bekerja lebih keras dari biasanya untuk memompa darah ke seluruh tubuh. . Faktor
yang dapat menyebabkan jantung bekerja lebih keras pada kasus ini adalah karena
tekanan darah pada pasien tinggi (hipertensi). Tekanan darah yang tinggi ini akan
memacu jantung untuk bekerja lebih giat, bahkan melebihi kapasitas
-
kerjanya. Apabila hal seperti ini berlangsung terus -menerus, lama
kelamaan otot jantung akan mengalami pembesaran atau penebalan (hipertrofi
otot). Penebalan itu, dimulai dari bilik jantung sebelah kiri yang bertugas memompa
darah ke sirkulasi tubuh. Akibatnya akan timbul gejala-gejala jantung kongesif
atau jantung tidak mampu memompa darahsesuai dengan kebutuhan tubuh
(Katzung, 2002).
Pusing : Gejala Pusing yang timbul pada kasus ini adalah diakibatkan dari efek
samping dari obat ISDN (Dipiro, 2008).
D. PATOFISIOLOGI PENYAKIT
1. CHF
Berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering
digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Mansjoer, 2001).
Pada keadaan normal, cadiac output (volume darah yang dikeluarkan per satuan waktu)
adalah 5 L/menit dengan rata-rata denyut jantung 70 kali/menit. Dengan pengisian ventrikel
normal 130 ml, fraksi ejeksi normalnya lebih dari 50% isi ventrikel sehingga sekitar 60 ml
volume yang tersisa di ventrikel. Pada keadaan LVSD (Left Ventricle Sistolik Disease), fraksi
ejeksi menurun hingga di bawah 45% dan gejala baru akan muncul ketika fraksi ejeksi dibawah
35%. Jika fraksi ejeksi dibawah 10%, pasien beresiko terhadap pembentukan trombus di dalam
Left Venticle (Hudson, 2003).
Pada saat jantung mengalami gangguan fungsi secara tiba-tiba, curah jantung dan
tekanannya masih dapat dipertahankan dengan mekanisme kompensasi walaupun tidak sama
dengan nilai normalnya. Oleh karena itu, jika gangguan fungsi jantung yang mendadak tersebut
segera mendapat pertolongan yang memadai, maka mekanisme kompensasinya dapat
dipertahankan lebih lama, sehingga memberikan kesempatan fungsi inotropik jantung untuk
mempertahankan curah jantung dan oksigenasi jaringan sampai keadaan stabil (Masud, 1989).
E. Tanda dan Gejala Utama
1) CHF Kronik
Meliputi: mual, edema , lemah,dan dyspnea.
2) CHF Akut
-
Meliputi: ansietas, peningkatan berat badan, nafas pendek, takikardi, dyspnea, batuk,
penurunan urin noutput, sakit kepala (Mansjoer, 2001)
Dalam kasus ini, pasien mengalami CHF akut yang di tandai dengan batuk, nafas pendek,
dan takikardi.
F. ETIOLOGI PENYAKIT
1. CHF
Etiologi yang paling sering menimbulkan gagal jantung adalah coronary artery disease
dan hipertensi, dan oleh karena itu pengaturan yang tepat dari kondisi predisposisi tersebut juga
merupakan pertimbangan penting dalam pengontrolan gagal jantung di masyarakat. Penyebab
lain dari gagal jantung meliputi aortic stenosis, kardiomiopati, cardiac valvular dysfunction,
hipertiroidisme, serta anemia berat (Hudson, 2003).
Gagal jantung dapat dikatakan sebagai penyakit progresif yang dimulai setelah suatu
kejadian seperti kerusakan otot jantung yang pada akhirnya akan menyebabkan kehilangan
fungsi dari miosit jantung, maupun gangguan-gangguan kemampuan otot jantung untuk
menghantarkan tekanan kontraksi sehingga jantung tidak dapat berkontraksi dengan normal
(Irnizarifka, 2011).
Perburukan penyakit gagal jantung di pengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari jantung
maupun bukan dari jantung. Penyebab Jantung penyakit jantung hipertensi, iskemia atau infark
miokard dengan disfungsi ventrikel kiri, kardiomiopati, aritmia jantung (takikardia persisten,
atrial fibrilasis), penyakit katup jantung, infeksi (virus, parasit), toksik (alkohol abuse,
doxorubicin hydrochloride, cyclophosphamide), nutrisi (l-karnitin, selenium, tiamun, atau
defisiensi protein), penyakit jaringan pengikat. Penyebab Non-Jantung, anemia, tirotoksikosis,
penyakit hepatik (defisiensi tiamin terkait alkohol), penurunan resistensi arteri perifer,
sindroma Carcinoid, fistula arteriovenosus (trauma, penyakit tulang, hemangiomatosis,
glomerulonefritis, hemodialisis), sindroma jantung hiperkinetik (Parker et al, 2008).
G. ASSESSMENT
Diagnosa Pasien : CHF
Untuk menentukan terapi yang dibutuhkan pada pasien CHF, terlebih dahulu
diperlukan pengklasifikasian kategori CHF yang diderita pasien, sesuai grade CHF oleh NYHA
(ACC/AHA) (Parker et al, 2008).
-
(Dipiro, 2008).
Gambar 1. Klasifikasi CHF
Sesuai dengan klasifikasi tersebut, pasien mengalami Left Ventricular Hypertropy,
adanya riwayat jantung, adanya gejala sesak nafas sehingga pasien diklasifikasikan masuk
dalam CHF stage C NYHA.
Pasien telah mendapatkan pengobatan berupa
Obat Dosis Freq Tanggal
15 16 17 18 19 20
O2 3 lpm V V V V V V
D5% 10 tpm V V V V V V
ISDN 10 mg 3 x 1 V V V
Furosemid 1 x1 tab V V V V V V
Aspilet 100 mg 1 x 1 V V V V V V
Simvastatin 20 mg 1 x 1 malam V V V V V V
Tenapril 2,5 mg 1 x 1 V V
CPG 1 x 1 V V V V V V
Arixtra 2,5 mg 1 x 1 V V V V V V
Codein 3 x 1 V V V V V
Micardias 40 mg 1 x 1 V V V V V
ISDN 5 mg 3 x 1 V V V
Cetirizine 1 x 1 V V
Assessment DRP pada pasien
-
Tgl Subyektif Obyektif Assessment
15 DRP : Adverse Drug reaction (Interaksi Obat)
Penggunaan Aspilet + Arixtra akan
mengakibatkan pendarahan, karena efek samping
dari aspirin mengakibatkan pendarahan dan
apabila diberikan dengan antikoagulan akan
mengakibatkan pendarahan lebih berat (Tatro,
2004).
15 DRP : Wrong Dose
Pemberian Tenapril seharusnya diberikan 2 x 1
sehari
15 DRP : drugs without indication
Cetirizine ( anti histamin)
15 DRP : Drug without indication
Pemberian Aspilet, CPG, dan Arixtra karena
antiplatelet dan antikoaglan biasanya digunakan
apabila terjadi Infark Miokard dan Angina
sedangkan pada kasus ini tidak ada data
laboratorium ataupun pemeriksaan yang
menunjukkan adanya infark miokard ataupun
angina
Geriatri DRP : wrong drug (Diltiazem).
Penggunaan diltiazem dapat memperparah
kegagalan jantungnya (Parker, 2005).
15
20
DRP : drugs without indication (furosemid)
Tidak ada tanda klinis yang menunjukan adanya
edema
15
20
DRP : drugs without indication ( simvastatin)
Dalam kasus ini tidak ada tanda klinis yang
menunjukan peningkatan nilai kolesterol, maka
dari itu obat ini tidak digunakan
15
20
DRP : Adverse drug reaction ( Tenapril )
-
Tenapril merupakan obat yang memiliki
kandungan ramipril (ACE inhibitor) dan dapat
menimbulkan efek samping batuk, hal ini dapat
memperparah batuknya.
F. PLAN
1. Tujuan Terapi
Menghilangkan gejala CHF pada pasien yang ditandai dengan sesak
Memperlambat progresivitas penyakit
Identifikasi faktor resiko dan menghilangkan atau meminimalkannya (Hipertensi
target tekanan darah
-
3. Terapi farmakologi
Guideline terapi terbaru yang dikeluarkan oleh ACC/AHAmembagi kelompok
gagal jantung menjadi 4 stage (Gambar 1). Pengelompokan tersebut berdasarkan
keparahan penyakit dan target terapi untuk memperlambat progresivitas dari gagal
jantung tersebut (Parker et al, 2008). Pada kasus ini pasien termasuk pada stage c.
(Dipiro, 2008).
Gambar 2. Terapi stage C
Pasien dengan kerusakan struktural serta mempunyai riwayat gagal jantung masuk
dalam klasifikasi stage C. Kebanyakan pasien pada stage C diterapi dengan 4 pengobatan,
yaitu ACE inhibitor ( apabila intolerance terhadap ACE inhibitor dapat diganti dengan
ARB), diuretik (apabila ada edema), -blocker, digoksin, dan atau ISDN (Parker et al,
2008).
-
Gambar 3. Algoritma terapi CHF stage C menurut ACC/AHA
Tn. SCB mengalami CHF stage C, yang di tunjukan dengan gejala sudah memiliki
riwayat jantung, takikardi, left ventricular hyperthrophy, dan menunjukan gejala CHF yaitu
sesak. Terapi yang diterima adalah
Oksigen, tujuan Pemberian Oksigenasi yaitu Untuk menurunkan kerja jantung, Untuk
mempertahankan oksigen yang ada kuat pada jaringan, dan Untuk menurunkan kerja
paru-paru. Dosis yang diberikan adalah 3 lpm merupakan saturasi oksigen untuk
keadaan normal (Ramani, 2010).
Gambar 4. Dosis terapi oksigen
Larutan dextrose 5% , larutan infus ini iso-osmosis dengan darah. Larutan dextrose
injeksi merupakan larutan jernih dan tidak berwarna. Dextrose 5% dapat diberikan
secara intravena melalui vena perifer. Kecepatan pemberian infus yang dapat diberikan
tanpa menimbulkan glukosuria adalah 0,5 g/kg/jam, dengan kecepatan maksimum tidak
melebihi 0,8 g/kg/jam. Dosis dextrose tergantung pada usia, berat badan dan
-
keseimbangan cairan, elektrolit, glukose dan asam basa dari pasien. Dextrose juga dapat
menjadi sumber asam glukoronat, hyaluronat dan kondroitin sulfat dan dapat
dikonversi menjadi pentose yang digunakan dalam pembentukan asam inti (asam
nukleat). Dextrose dimetabolisme menjadi karbondioksida dan air yang bermanfaat
untuk hidrasi tubuh.Mengkompensasi kehilangan atau kekurangan karbohidrat dan
cairan; menjadi sumber nutrisi yang diberikan secara parenteral dan meningkatkan
kadar gula darah pada keadaan hipoglikemia.2,4 (Martindale, 2007)
ISDN, Dilator kuat system vena sehingga akan menurunkan aliran darah vena kembali
ke jantung dan secara tidak langsung menurunkan kebutuhan oksigen. ISDN juga
menunjukkan manfaat khusus pada pasien gagal jantung tertentu. Trial African
American Heart Failure menunjukkan bahwa penambahan H-ISDN pada terapi standar
gagal jantung (termasuk diuretik, -blocker, ACE inhibitor, atau ARB) pada pasien
gagal jantung dengan latar belakang genetik Afrika memberikan hasil yang lebih baik
pada perbaikan status fungsi dan survival. Akan tetapi,hidralazin sering menimbulkan
efek samping seperti sakit kepala, rasapanas, mual, bercak pada kulit, dan obat ini dapat
menyebabkan sindrom seperti-lupus (Gray et al, 2002).
Dosis 5-20 mg PO (8-12hr) initially; maintenance: 10-40 mg PO q8-12hr dan
untuk pasien geriatri pemberian dosis diberikan seminimal mungkin yaitu 5 mg setiap
3 x1 (Dipiro,2008).
Micardis, Micardis ( telmisartan ) tablet adalah angiotensin II reseptor blocker (ARB)
diindikasikan untuk pengobatan hipertensi untuk menurunkan tekanan darah.
Angiotensin II reseptor bloker mampu menekanpengaruh sistem renin-angiotensin
tanpa menekan kininase sehinggaakan didapatkan keuntungan dengan minimalnya
resiko efek samping dibandingkan dengan ACE-inhibitor (Hunt, 2005).
Hipotensi, hipokalemia, dan perburukan fungsi ginjal merupakan efek samping
yang mungkin terjadi dari penggunaan obat golongan ini (Hunt, 2005).
-
(Dipiro,2008)
Gambar 5. Dosis telmisartan
Bisoprolol 10 mg, ACC/AHA merekomendasikan penggunaan -blocker pada pasien
stable systolic heart failure kecuali jika pasien mempunyaikontraindikasi atau dengan
jelas intoleran terhadap -blocker (Parker etal, 2008). Pada gagal jantung karena LVSD
(Left Ventricular Systolic Disease), -blocker bekerja dengan cara mengurangi
aktivitasberlebihan dari neurohormon simpatis yang mana aktivitas tersebut dapat
menimbulkan gagal jantung, dan meminimalkan perubahan struktur dan fisiologi pada
otot jantung tersebut (Hudson, 2003).
(Dipiro,2008)
Gambar 6. Terapi blocker untuk CHF
-
(Dipiro,2008)
Gambar 7. Dosis Bisoprolol
Codein adalah opium (turunan morfin) dari golongan fenantrena. Obat ini memiliki
beberapa khasiat bagi pasien, baik dewasa maupun anak. Kodein dapat dikonversikan
menjadi morfin sehingga memiliki efek anti-nyeri, meredakan batuk dan sesak napas.
Khasiat yang paling terkenal dari kodein adalah penghambatan terhadap refleks batuk.
Penghambatan ini bermanfaat meredakan batuk iritatif, kering, dan batuk yang sangat
mengganggu. Batuk yang seperti ini sangat mengganggu pasien karena menyebabkan
pasien tidak dapat tidur, tidak dapat beristirahat, dan nyeri pada dada (Dipiro, 2008).
Dosis untuk dewasa adalah 10-20 mg, tiap 4 - 6 jam sesuai kebutuhan, maksimum 60
mg perhari
(Dipiro,2008).
Gambar 8. Dosis Codein
Jadi, saran terapi untuk pasien Tn. SCB:
Obat Dosis Freq Tanggal
Bawa Pulang 15 16 17 18 19 20
O2 3 lpm V V V V V V
D5% 10tpm V V V V V V
ISDN 10 mg 3 x 1 V V V V
-
ISDN 5 mg 3 x 1 V V V
Bisoprolol 5 mg 1 x 1 V V V V V V V
Micardias 40 mg 1 x 1 V V V V V V V
Codein 20 mg 3 x 1 V V V V V V V
4. KIE
a. KIE untuk tenaga kesehatan yang merawat pasien
Perlu dilakukan pengecekan tekanan darah secara berkala, agar mengetahui
keberhasilan obat .
Lakukan Pemeriksaan fisik setiap hari
Tanyakan keluhan pasien setiap hari
Monitoring Efek samping obat pada pasien
b. KIE untuk keluarga Pasien
Memotivasi pasien agar melakukan gaya hidup sehat dan menghindari pasien dari
hal-hal yang merugikan terhadap penyakitnya
Membantu pasien melakukan latihan fisik sedang
Cara minum obat dan frekuensinya. Pasien pulang dengan membawa 4 macam
obat oral. Jadwal minum obat dan hal hal yang harus diperhatikan adalah:
Nama Obat Jadwal Minum Jumlah Manfaat Hal yang perlu
diperhatikan
ISDN Pagi, siang,
malam ( 8 jam
sekali ).
1 tablet 5 mg Sebagai
kombinasi obat
gagal jantung
dan mengatur
tekanan darah
Ada efek
samping pusing
Bisoprolol Pagi hari
(Setelah makan)
1 tablet 5 mg Agar denyut
jantung stabil
Efek samping
takikardi,
berkeringat
Micardias Pagi hari
(sebelum atau
setelah makan )
1 tablet 40 mg Untuk mengatasi
hipertensi
Ada efek
samping pusing
-
Codein Pagi, siang,
malam ( setelah
makan ), Bisa
diminum sesuai
kebutuhan
maksimum 60
mg perhari.
1 tablet 20 mg Untuk mengatasi
batuk
Dapat
menimbulkan
ketergantungan
c. KIE untuk pasien
Memotivasi untuk melakukan pola hidup sehat
Melakukan diet teratur untuk menjaga proporsi tubuh
Konsumsi makanan sehat yang beranekaragam sesuai kebutuhan termasuk
sumber makanan berserat cukup (25 gram/hari)
Batasi konsumsi lemak dan minyak
Konsumsi makanan rendah garam dan tinggi kalium
Kurangi aktivitas fisik yang dapat memperparah kerja jantung
Hindari stress dan emosi, hindari minuman beralkohol,dan hindari merokok
Dianjurkan melakukan latihan fisik (olahraga) ringan minimal30 menit setiap hari
selama 3-4 hari dalam seminggu (istirahat selang sehari) (Siti Fadilah, 2009).
5. Monitoring
Obat Monitoring
Target keberhasilan Keberhasilan ESO
ISDN sebagai (vasodilator)
sehingga dapat
membantu
mengurangi sesak
nafas
Pusing Nyeri terkontrol,
membantu
melancarkan sesak,
dilanjutkan
Bisoprolol Menurunkan
tekanan darah
Takikardi,
berkeringat
berlebihan
Relaks, denyut
jantung stabil
-
Micardias Mengatasi hipertensi Pusing Menurunkan
tekanan darah
Codein Mengatasi batuk Ketergantungan Batuk berhenti,
terapi dihentikan
H. KESIMPULAN
1. Problem medik pasien sesuai diagnosa adalah CHF. Terdapat beberapa DRP pada
pengobatan Tn. SCB yaitu wrong dose pada obat tenapri; drug without indication
adalah furosemid, simvastatin, aspilet, CPG, arixtra, dan cetrizine.
2. Terapi first line yang diterima pasien CHF adala ACE inhibitor ( apabila menunjukan
efeksamping seperti batuk diganti ARB), bloker, Digoksin ( perlu dipertimbangkan
efek samping) dan atau ISDN.
3. Penatalaksanaan farmakologis adalah O2, D5%, ISDN, micardis, bisoprolol dan codein.
penambahan bisoprolol untuk mengatasi gagal jantungnya yang sebagaimana
direkomendasikan oleh ACA.
4. Penatalaksanaan non farmakologis dengan mengatur diet makanan, membatasi aktifitas
fisik yang memberatkan kerja jantung, mengatur stress, dan melakukan olahraga.
-
DAFTAR PUSTAKA
Braunwald, E., Dauglas, P., Zipes, Libby, P., 2001, Gagal Jantung, dalam Asdie, A.H.,
Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 3, EGC,Jakarta
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., dan Posey, L, W. 2008.
Parmacotherapy A Pathophysiology Approach. ( 7th edition). New York : Mc Graw Hill.
Fadilah, Dr.dr. Siti . 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Kemenkes : Jakarta
Hadi, S. 1995. Gastroenterolog i. Edisi 4. Bandung : Alumni
Hudson, S.A., McAnaw, J., Reid, F., 2003, Congestive Heart Failure, in Walker, R., and
Edwards, C., Clinical Pharacy and Therapeutic, 3rd Edition, 279-288, Churchill
Livingstone, United Kingdom
Hunt, S.A., Abraham, W.T., Chin, M.H., Feldman, A.M., and Francis, G.S.,Irnizarifka, 2011,
Buku Saku Jantung Dasar, Ghalia Indonesia, Bogor
Katzung, Bertam G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinis. Jakarta :Salemba Glande.
Klag, M.J., Epidemiology of Cardiovascular Disease, dalam Goldman, Lee, and Schafer, 2012,
Goldmans Cecil Medicine, 24th Edition, Elsevier Saunders,United State of America
Masud, Ibnu, 1989, Dasar-dasar Fisiologi Kardiovaskuler, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Malang
Neal, M.J., 2009, At a Glance Farmakologi Medis, Erlangga Medical Series, Jakarta
Parker RB, JH Patterson, JA Johnson, 2005, Heart Failure in JT DiPiro, RL Talbert, GC
Yee,GR Matzke, BG Welss, LM Posey, Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Approach, 6th ed., Mc Graw Hill, Co. LTD., 239.
Parker, R.B., Patterson, H.J., and Johnson, J.A., Heart Failure, dalam Dipiro, J.T.,Talbert, L.R.,
Yee, C.G., Matzke, R.G., Wells, B.G., Posey, M.L., 2008, Pharmacotherapy A
Pathophysiologic Approach, 7th Edition, The McGraw-Hill Companies, New York
Tatro D.S. 2004. A to Z Drug Facts. San Francisco: Facts and Comparisons.
top related