kajian pola operasi pembangkit terhadap ... - lib.ui.ac.id
Post on 06-Nov-2021
22 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Kajian Pola Operasi Pembangkit Terhadap Biaya Pokok Produksi & Susut
pada Sistem Tenaga Listrik Jawa-Bali
Ryan Ramadhan dan Rudy Setiabudy
Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
E-mail: ryanramadhan@me.com
Abstrak
Dengan bertambahnya kebutuhan akan tenaga listrik, maka daya pada pembangkit pun akan
semakin bertambah. Pada region barat sistem tenaga listrik Jawa-Bali mengalami kekurangan
pembangkit dan mempunyai permintaan daya yang besar sehingga untuk menutupi
kekurangan daya, pembangkit dari region timur mengirim daya sebesar ±2500 MW setiap
hari. Hal ini memicu susut daya pada sisi penerima, untuk mengatasi susut daya ini dilakukan
kajian terhadap tiga case pola pengoperasian pembangkit tenaga listrik yaitu case 1 pola
pengoperasian pembangkit menggunakan merit order, case 2 pola pengoperasian pembangkit
dengan merit order dan pengoptimalan pembangkit di bagian barat, dan case 3 pola
pengoperasian pembangkit dengan membatasi transfer daya sebesar 2000 MW.
Perbandingan susut rata-rata selama seminggu didapat persentase terendah pada case ke-3
sebesar 2,57%, sedangkan tertinggi pada case ke-1 yaitu sebesar 2.72%. Pada hari senin-
minggu didapatkan BPP termurah pada case ke-1 sebesar Rp 858,10 /kWh.
Operational Pattern of Study Power Station about the Cost of Production of Basic and
either a Keel on a System of Electric Power Jawa-Bali
Abstract
With increasing demand for electricity, the power plant will also be growing. In the Western
region of electric power systems of Java-Bali suffered a shortage of power plants and has
large demand so as to cover a shortage of power plants from the East send 2500 MW of
power per day. This triggered power was reduced on the side of the receiver, to address this
power shrink done three case study of pattern of operating power plants are generating
operation pattern 1 case using merit order, case 2 a pattern of operation of generators with
power optimization and order merit in the West, and case 3 pattern generation by limiting the
operation of the power transfer of 2000 MW.
Comparison of average losses in one week, bottommost in case 3 2,57%, the highest is case 1
2,72. From Monday to Sunday the cheapest BPP is case 1 Rp 858,10 /kWh.
Keywords: operational pattern of power plant, cost of production, merit order
Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia saat ini tidak
dapat lepas dari energi listrik dimana listrik
sudah menjadi suatu bagian yang penting
bagi berlangsungnya kegiatan manusia.
Masyarakat menggunakan listrik untuk
kegiatan sehari-hari baik dalam skala kecil
seperti rumah tangga hingga skala besar
yaitu perusahaan. Listrik dikirimkan dari
suatu pembangkit tenaga listrik oleh PT.
PLN yang bersumber dari air, batubara,
panas bumi, angin, tenaga surya, diesel.
Listrik dikirim melalui sistem ditribusi.
Dengan bertambahnya konsumen
PT. PLN maka perubahan sistem tenaga
listrik menjadi hal yang tidak dapat
dielakkan. Hal tersebut menyebabkan
kondisi jaringan tenaga listrik menjadi
lebih kompleks. Tanpa adanya pengelolaan
dan koordinasi terhadap sistem tenaga
listrik yang lebih kompleks, maka akan
menyebabkan beberapa masalah, salah satu
diantaranya adalah rugi-rugi daya yang
terjadi saat pengiriman listrik ke
konsumen.
Rugi-rugi daya ini menyebabkan
daya yang dikirim tidak sebesar daya yang
dihasilkan dari sisi pembangkit. Rugi-rugi
daya ini berkaitan dengan banyak faktor
yang mempengaruhi besar kecilnya daya
yang terbuang. Tidak ada faktor utama
penyebab rugi-rugi daya ini, hal ini
membuat besarnya persen rugi daya tiap
bulan tidak linear. Permasalahan utama
dari usaha menekan besarnya rugi daya ini
adalah akan menyebabkan menaiknya
biaya produksi dari suatu pembangkitan
listrik. Oleh karena itu, agar PT. PLN
dapat menyediakan listrik yang berkualitas
untuk pelanggannya, rugi daya ini harus
ditekan sekecil mungkin tanpa menaikkan
biaya produksinya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendapatkan pola pengoperasian
sistem tenaga listrik yang optimal dengan
tingkat susut rendah dan dibandingkan
dengan Biaya Pokok Produksi (BPP)
namun tetap memperhatikan kualitas
tenaga listrik dengan membandingkan 3
kondisi pengoperasian pembangkit.
2. Pembangkit Tenaga Listrik dan
Susut Energi
2.1 Sistem Tenaga Listrik
Sistem tenaga listrik merupakan
suatu sistem yang kompleks yang terdiri
dari sisi pembangkit, saluran transmisi dan
jaringan distribusi yang berfungsi untuk
menyalurkan daya dari sisi pembangkit ke
sisi beban dengan dilengkapi oleh sistem
proteksi. Sehingga sistem tenaga listrik
pada intinya adalah suatu kesatuan dari
pembangkit listrik, sistem transmisi dan
saluran distribusi.
Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015
Gambar 2.1. Skema Umum Sistem Tenaga
Listrik [8]
2.2 Susut Energi
Susut energi merupakan adanya
energi yang hilang akibat berbagai macam
sebab, secara umum susut energi tersebut
diklasifikasikan menjadi dua bagian utama,
yaitu susut teknis dan susut non teknis.
Susut Non-Teknis merupakan susut
atau daya yang hilang akibat faktor- faktor
non teknis, yang mana merupakan susut
yang benar-benar tidak bisa diperhitungkan
penyebab dari susut ini. Beberapa contoh
dari penyebab susut non teknis ini adalah
adanya pencurian listrik, karena banyak
masyarakat tidak bertanggung jawab yang
langsung mencuri listrik dari gardu tanpa
melalui izin dari PLN, sehingga
mengakibatkan adanya pemakaian energi
listrik yang tidak wajar atau melewati batas
normal. Penyebab lain yang sering terjadi
juga adalah karena adanya kesalahan
dalam pencatatan nilai.
Sementara susut teknis adalah susut
yang terjadi karena ketidaksempunaan
sistem, dengan kata lain susut yang sudah
pasti ada dan biasanya dapat dibuat model
perhitungannya. Secara umum rumusan
dari susut teknis berasal dari rumus berikut
:
……………...(2-1)
dimana :
P = daya yang hilang/susut
(watt)
I = besar arus yang mengalir
pada sistem (ampere)
R = hambatan dalam
penghantar (ohm)
3. Metode Perbandingan Biaya
Pokok Produksi dan Susut
3.1 Opportunity for Improvement
Analisa OFI pada project kali ini
dilakukan dengan menggunakan metode
analisa SWOT (Strenght, Weakness,
Opportunity, Thread). Analisa SWOT ini
memungkinkan untuk memasukkan faktor
internal serta faktor eksternal dalam
mengevaluasi dan menspesifikasikan suatu
masalah. Berikut ini adalah analisa SWOT
untuk Project Kajian Optimasi Pola
Operasi Pembangkit Terhadap Biaya
Pokok Produksi dan Susut.
Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015
Gambar 3.1. Analisa SWOT
Berdasarkan hasil penelusuran
masalah yang terdapat pada Kantor Induk
P3B Jawa Bali, ditemukan salah satu
permasalahan yaitu belum adanya kajian
mengenai pola operasi yang
membandingkan antara BPP, susut dan
kualitas tegangan.
Selama ini sistem transmisi Jawa Bali
masih menggunakan pola operasi merit
order. Merit order merupakan daftar unit
pembangkit dengan urutan biaya operasi
yang marginal, sudah termasuk
pertimbangan : biaya start-up dan shut-
down, minimum start-up dan waktu keluar,
kendala bahan bakar, serta kendala operasi
lainnya. Dalam pelaksanaannya pola
operasi yang menggunakan merit order
dapat mengakibatkan tegangan kurang
bagus. Seperti yang telah diketahui bahwa
pembangkit murah banyak terdapat di
wilayah timur sedangkan pada kondisi
sistem transmisi Jawa Bali saat ini
menunjukkan bahwa beban terbesar ada
pada wilayah barat. Oleh karena itu untuk
memenuhi beban di wilayah barat
dilakukan transfer energi dari wilayah
timur ke barat. Hal ini dapat
mengakibatkan munculnya susut yang
tinggi dan kualitas tegangan yang turun.
3.2 Action for Improvement
Pada bab ini membahas mengenai
tahapan simulasi pola operasi pembangkit
dengan menggunakan aplikasi jROS dan
DIgSILENT. Aplikasi jROS merupakan
aplikasi optimasi pembangkitan yang
digunakan untuk membuat perencanaan
operasi sistem dalam sutu jangka waktu.
3.2.1 Pengenalan jROS
jROS adalah suatu program
aplikasi Simulasi Produksi (Production
Simulation) buatan SIEMENS AG Jerman.
Adapun Versi yang digunakan saat ini
adalah Version 5.0 May/2013, yang selalu
diperbarui (update) setiap tahunnya.
Software jROS terdiri dari optimasi
pembangkitan jangka menengah & panjang
(Resource Optimization/RO) dan
perencanaan jangka pendek (Hydro
Thermal Coordination/HTC).
3.2.2 DIgSILENT
Aplikasi DIgSILENT merupakan
aplikasi yang digunakan untuk
mensimulasikan kondisi sistem tenaga
listrik jawa bali. Untuk mensimulasikan
kondisi sistem pada aplikasi DIgSILENT
• Membatasi transfer
• BPP lebih tinggi
• Kualitas lebih buruk
•Kualitas Tegangan Tidak Begitu Bagus
•Pola Operasi Berdasarkan Merit order
•BPP murah
Strenght
Weakness
Opportunity Threat
Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015
diperlukan data perencanaan yang
didapatkan dari aplikasi jROS sebelumnya.
Data output yang diperoleh dari hasil
simulasi DIgSILENT berupa data susut,
beban IBT, transfer energi, dan kondisi
penghantar.
4. Analisa dan Pola Operasi
Pembangkit terhadap Biaya
Pokok Produksi
4.1 Susut
Pembahasan mengenai analisa
susut yang terjadi dilakukan dalam 3
kasus. Pembahasan kasus pertama adalah
pembahasan pola operasi dengan
memperhatikan merit order. Pola operasi
ini akan mengoperasikan pembangkit
murah terlebih untuk mensuplai beban
konsumen. Penjadwalan pengoperasian
beban dilakukan dengan bantuan software
JROS untuk mendapatkan pembangkitan
yang paling efisien.
Gambar 4.1.a
Gambar 4.1.b
Gambar 4.1.c
Gambar 4.1. Grafik Kit dan Load kasus 1, 2, dan 3
Gambar 4.1. dapat dilihat besar
perbandingan antar pembangkitan dan
beban konsumen untuk tiap kasus. Dari
grafik dapat dilihat bahwa besarnya daya
yang dihasilkan pembangkitan lebih besar
dibanding daya pada trafo distribusi
(beban), hal ini dikarenakan terdapat susut
pada transmisi tenaga listrik. Pada tiap
kasus baik dari hari senin hingga minggu
dapat dilihat bahwa besarnya susut
mengikuti besarnya beban konsumen. Saat
beban konsumen naik maka susut akan ikut
naik dan sebaliknya. Tabel 4.1.
menunjukkan perbandingan persentase
susut harian.
Tabel 4.1. Perbandingan Besar Susut Setiap Kasus
Hari Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3
Minggu 2.23% 2.21% 2.22%
Senin 2.78% 2.68% 2.62%
Selasa 2.86% 2.83% 2.68%
Rabu 2.79% 2.81% 2.69%
Kamis 2.87% 2.80% 2.66%
Jumat 2.91% 2.86% 2.59%
Sabtu 2.66% 2.62% 2.56%
rata2 2.72% 2.69% 2.57%
14,000.00
19,000.00
24,000.00
MW
kasus 1
14000
24000
MW
kasus 2
14000
24000
kasus 3 Kit
Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015
4.2 Tegangan
Aturan jaringan 2007 menentukan
untuk sistem tegangan 500 kV agar
tegangan dijaga pada rentang 475 - 525
kV. Kondisi tegangan diluar rentang
tersebut disebut ekskursi tegangan.
Semakin jauh letak pembangkit dengan
beban, semakin tinggi pembebanan
jaringan dan transfer timur ke barat dapat
menurunkan tegangan sistem.
Tabel 4.2. menunjukkan
perbandingan tegangan maksimum dan
minimum di GITET Kembangan, Bekasi,
dan Cibatu dengan perbandingan antara
kasus 1, kasus 2, dan kasus 3.
Tabel 4.2. Perbandingan Profil Tegangan Kasus
1,2, dan 3
Har
i
Ka
su
s
GITET
Kemban
gan Bekasi Cibatu
Ma
ks
Mi
n
Ma
ks
Mi
n
Ma
ks
Mi
n
Mi
ngg
u
Ka
su
s 1
51
8,1
9
467
,56
51
0,0
7
45
8,2
5
51
0,7
45
5,5
6
Ka
su
s 2
52
0,9
4
474
,06
51
2,8
2
46
3,9
2
51
3,7
7
46
2,8
1
Ka
su
s 3
52
5,0
5
473
,18
51
7,0
5
46
2,3
5
51
8,8
1
46
1,0
4
Sen
in
Ka
su
s 1
53
8,2
4
460
,17
53
0,0
9
45
0,4
9
53
2,9
7
45
3,3
3
Ka
su
s 2
52
4,1
2
475
,12
52
2.7
3
46
7,1
3
52
4,8
8
46
4,2
5
Ka 52 472 52 46 52 45
su
s 3
9,9
3
,72 1,7
3
2,7
8
4,7
9
9,7
4
Sel
asa
Ka
su
s 1
51
8,1
9
467
,56
51
0,0
7
45
8,2
5
51
0,7
45
5,5
6
Ka
su
s 2
52
0,9
4
472
,6
51
2,8
2
46
3,9
2
51
3,7
7
46
2,8
1
Ka
su
s 3
52
2,1
7
469
,36
51
4,4
2
45
8,9
51
5,7
45
9,2
4
Ra
bu
Ka
su
s 1
51
7,3
3
465
,11
50
9,1
45
6,5
7
51
0,0
6
45
2,0
9
Ka
su
s 2
51
9,3
9
471
,67
8
51
1,1
5
46
3,7
7
51
2,7
3
46
2,3
1
Ka
su
s 3
51
2,2
2
465
,58
50
3,9
8
45
7,0
4
50
4,3
1
45
2,7
3
Ka
mis
Ka
su
s 1
51
9,0
4
457
,39
51
0,8
8
44
5,3
1
51
1,4
5
44
1,8
6
Ka
su
s 2
51
7,2
4
474
,00
50
9,0
6
46
3,6
1
50
9,0
4
46
1,3
6
Ka
su
s 3
51
5,9
2
472
,52
50
7,6
3
46
2,7
8
50
7,0
8
45
9,5
7
Ju
mat
Ka
su
s 1
51
7,1
1
469
,32
50
9,1
4
45
8,6
5
50
9,5
5
45
6,0
5
Ka
su
s 2
52
1,1
7
478
,34
51
3,2
5
46
8,6
9
51
4,6
7
46
6,8
Ka
su
s 3
51
7,0
5
471
,06
50
8,9
8
46
1,3
7
50
9,4
8
45
8,0
9
Sab
tu
Ka
su
s 1
52
4,1
5
486
,51
51
6,3
9
47
9,5
2
51
6,8
2
47
7,0
3
Ka
su
s 2
51
5,6
4
489
,13
50
8,6
3
48
2,3
6
50
8,4
8
47
9,9
7
Ka
su
s 3
51
8,2
3
487
,12
51
0,7
2
48
0,6
3
51
1,5
5
47
7,5
9
Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015
Tabel 4.2. dapat dilihat
perbandingan profil tegangan antara kasus
1, kasus 2, dan kasus 3 di GITET
Kembangan, Bekasi, dan Cibatu. Profil
tegangan paling baik adalah pada kasus 2
karena tegangan minimum lebih mendekati
475 kV. Profil tegangan pada kasus 3
kualitasnya sedikit di bawah kasus 2,
namun masih lebih bagus jika
dibandingkan dengan kasus 1.
4.3 Biaya Susut dan Biaya
Pembangkitan (Rupiah)
BPP merupakan dasar perhitungan
biaya produksi tenaga listrik yang
digunakan oleh PT. PLN (Persero). Pada
analisa ini ingin membandingkan harga
BPP antara pola operasi yang
mempertimbangkan merit order (kasus 1)
dengan pola operasi memaksimalkan
pembangkit barat (kasus 2) dan
pembatasan transfer (kasus 3).
Tabel 4.3. Biaya Pokok Produksi/Hari
BPP (Rp/kWh) diperoleh dari
perhitungan excel yang melibatkan
komponen A,B,C dan D dimana input
excel tersebut diperoleh dari biaya
operasional lewat JROS. Berdasarkan
Tabel 4.3. didapatkan nilai BPP/kWh pada
kasus 1 lebih murah daripada kasus 2 dan
3. BPP/kWh ini digunakan untuk
menghitung biaya pembangkitan.
Cara mendapatkan biaya
pembangkitan dengan menggunakan
perhitungan total perencanaan energi
pembangkit dikalikan dengan BPP/kWh.
Data dari perhitungan biaya pembangkitan
pada kasus 1, 2 dan 3 diperoleh hasil kasus
1 lebih murah daripada kasus 2 dan kasus 3
sedangkan kasus 3 paling mahal. Hal ini
disebabkan karena pada kasus 1
menggunakan pola pembangkit merit order
dan tidak ada pembatasan transfer dari
timur ke barat sedangkan kasus 3 lebih
mahal dikarenakan transfer yang dibatasi
dari timur ke barat sebesar 2000 MW dan
banyaknya pembangkit barat yang
beroperasi.
Tabel 4.4. Biaya Pembangkitan (Rupiah)
Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015
Gambar 4.2. Grafik Biaya Pembangkitan (Senin-
Minggu)
Gambar 4.2. menunjukkan hasil biaya
pembangkitan kasus 1, 2, dan 3 dalam
rupiah. Kasus 1 menghasilkan biaya
pembangkitan paling murah daripada kasus
2 dan 3. Hal ini disebabkan pada kasus 1
menggunakan pola pembangkit merit order
dan tidak ada pembatasan transfer dari
timur ke barat.
Tabel 4.5. dan gambar 4.3.
menunjukkan hasil biaya susut kasus 1, 2,
dan 3 dalam rupiah. Kasus 3 menghasilkan
biaya paling murah daripada kasus 1 dan 2.
Hal ini disebabkan pada kasus 3 transfer
dari timur ke barat yang dibatasi sebesar
2000 MW.
Tabel 4.5. Biaya Susut (Rupiah)
Gambar 4.3. Grafik Biaya Susut (Rupiah)
5. Kesimpulan
Dari hasil pola kajian operasi
pembangkit terhadap biaya pokok produksi
& susut dengan membandingkan antara
kasus 1, 2 dan 3 maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada kasus 1 ini hanya dilakukan
merit order, dimana pembangkit
dengan biaya pokok produksi
terendah dioperasikan terlebih
dahulu hingga yang biaya pokok
produksinya tinggi. Hal ini
menyebabkan biaya pokok
produksi menjadi lebih kecil karena
efisiensi dari merit order tersebut
sehingga pembangkit akan
beroperasi sesuai dengan besar
beban yang dibutuhkan, namun
susut menjadi tinggi karena transfer
daya bagian timur ke barat yang
tinggi.
2. Kasus 2 adalah merit order
ditambah dengan pembangkit barat
(PLTGU Muara Karang & PLTGU
Priok) diharuskan beroperasi. Hal
Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015
ini menyebabkan biaya pokok
produksi akan relatif lebih tinggi
dan nilai susut juga akan tinggi
karena transfer daya dari bagian
timur ke barat yang tinggi dan
diharuskannya PLTGU Muara
Karang dan Priok beroperasi.
Sehingga pada kasus ini biaya
pokok produksi relatif tinggi dan
susut pun tinggi.
3. Pada kasus 3 dilakukan merit order
pada pembangkit daerah barat yang
ditambah dengan pembatasan
transfer daya dari bagian timur ke
barat sebesar 2000 MW. Hal ini
menyebabkan biaya produksi akan
relatif lebih tinggi karena adanya
transfer daya dari pembangkit
bagian timur ke bagian barat,
namun susut menjadi minimum
karena transfer daya dibatasi.
4. Profil tegangan pada kasus 2
didapatkan batasan ekskursi paling
mendekati aturan jaringan 2007.
5. Perbandingan susut rata-rata
selama seminggu didapat
persentase terendah pada kasus 3
sebesar 2,57%, sedangkan tertinggi
pada kasus 1 yaitu sebesar 2.72%.
6. Pada hari senin-minggu didapatkan
BPP termurah pada kasus 1 sebesar
Rp 858,10 /kWh.
7. BPP termahal :
Pada hari selasa, rabu, kamis
dan jumat didapat pada kasus
3.
Pada hari senin, sabtu dan
minggu didapat pada kasus 2.
8. Jika membutuhkan biaya pokok
produksi minimum digunakan
kasus 1, sedangkan jika
membutuhkan susut yang minimum
digunakan kasus 3.
Daftar Referensi
A. Arismunandar, Buku Pegangan Teknik
Tenaga Listrikk, Jakarta, Pradnya
Pramita, 1982.
Muljono, Agung., Sutrisno, Hadi. 2010.
Kajian Tarif Berdasarkan Biaya
Pokok Penyediaan (BPP) Pada
Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro Lantan.
Bab 3 Perbandingan Biaya Sosial dari
Pembangkit Listrik Energi Fosil
dan Pembangkit Listrik Energi
Terbarukan
https://www.academia.edu/5860156
/Perbandingan_Biaya_Sosial_Dari_
Pembangkit_Listrik_Energi_Fosil_
dan_Pembangkit_Listrik_Energi_B
aru_Terbarukan : diakses
tanggal 23 Desember 2014
Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015
Bab 3 Sistem Tenaga Listrik Interkoneksi
Jawa-Bali
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/12
9775T%2025056%20Studi%20alir
an--Metodologi.pdf : diakses
tanggal 2 Januari 2015
Bab 2 Sistem Tenaga Listrik
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/11
6137-T%2024344
Analisis%20perencanaan-
Analisis.pdf : diakses tanggal 20
Desember 2014
Daftar Acuan
[1] A. Arismunandar, Buku Pegangan
Teknik Tenaga Lsitrik, Jakarta,
Pradnya Pramita, 1982.
[2] Muljono, Agung., Sutrisno, Hadi.
2010. Kajian Tarif Berdasarkan
Biaya Pokok Penyediaan (BPP)
Pada Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro Lantan.
[3]
https://www.academia.edu/586015
6/Perbandingan_Biaya_Sosial_Dari
_Pembangkit_Listrik_Energi_Fosil
_dan_Pembangkit_Listrik_Energi_
Baru_Terbarukan : diakses
tanggal 23 Desember 2014
[4] Bab 3 Sistem Tenaga Listrik
Interkoneksi Jawa-Bali
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/12
9775T%2025056%20Studi%20alir
an--Metodologi.pdf : diakses
tanggal 2 Januari 2015
[5]
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/1
16137-T%2024344-
Analisis%20perencanaan-
Analisis.pdf : diakses tanggal 20
Desember 2014
[6] Gambar saluran kabel bawah tanah.
http://ilmulistrik.com/mana-yang-
lebih-baik-sutm-atau-sktm.html
: diakses tanggal 24 Desember
2014
[7] Gambar saluran kabel udara.
http://sdprairiegateway.org/prairie-
gateway/news-&-events/?item=152
: diakses tanggal 24 Desember
2014
[8] Gambar sistem tenaga listrik.
https://armanbacktrak5.files.wordpr
ess.com/2013/02/line.png :
diakses tanggal 24 Desember 2014
Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015
top related