hubungan tanah air dan tanaman
Post on 15-Jul-2015
2.469 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HUBUNGAN TANAH AIR DAN TANAMAN
Download versi lengkap di sertai gambar dan rumus Klik disini
I. PENDAHULUAN
Pertumbuhan tanaman tergantung pada penggunaan dua sumber alam penting, tanah dan
air. Tanah memberikan kebutuhan dukungan mekanis dan hara bagi pertumbuhan tanaman. Air
perlu sekali bagi proses kehidupan tanaman.
Manajemen yang efektif dari sumber-sumber ini bagi produksi tanaman memerlukan
pemahaman hubungan diantara tanah, air, dan tanaman bagi. Pengetahuan tentang lengas tanah
tersedia dan tekstur tanah akan lebih mudah membuat keputusan mengenai tanaman apa yang akan
ditanam dan kapan diairi. Suhubungan itu akan difokuskan penelaahaan terhadap karakteristik
fisik tanah, interaksi tanah dan air, dan bagaimana tanaman menggunakan air.
II. KARAKTERISTIK FISIS TANAH
Ada banyak variabel dalam karakteristik fisis tanah. Ini meliputi tekstur tanah, struktur
tanah, kerapatan lindak tanah (soil bulk density), dan porositas tanah. Variabel-variabel ini
semua mempunyai pengaruh terhadap bagaimana tanah, air, dan udara berinteraksi.
Komposisi Tanah
Tanah adalah campuran dari bahan mineral, bahan organik, dan pori-pori. Bahan minera l
kira-kira menyusun setengah dari total volume tanah. Bahan mineral terdiri dari partikel-part ike l
mineral kecil baik pasir (sand), debu (silt), atau liat (clay). Bahan organik terbuat dari substansi
tanaman dan hewan yang membusuk dan tersebar di dalam dan di antara partikel-part ike l
mineral. Bahan organik menyebabkan kira-kira 1 hingga 5 % dari keseluruhan susunan
tanah. Kombinasi mineral dan bahan organik doimaksudkan sebagai bahan padat (solid). Pori-
pori, ruang yang terjadi sekeliling partikel-partikel mineral, adalah penting karena pori-pori ini
menyimpan udara dan air dalam tanah. Kira-kira 50 % dari susunan tanah adalah pori-
pori. Kerseluruhan komposisi tanah adalah 45 hingga 49 % partikel-partikel mineral, 1 hingga 5
% bahan organik, 50 % pori-pori. Gambar 1 memperlihatkan kira-kira hubungan di
antara substansi dalam komposisi tanah dengan komposisi dengan ruang pori-pori diperlihatkan
terbagi di antara udara dan air.
Tekstur Tanah
Tekstur tanah ditentukan oleh ukuran partikel-partikel yang menyusun tanah. Metode
tardisional penentuan ukuran partikel tanah adalah dengan memisahkan partikel-partikel ke dalam
tiga kisaran ukuran. Fraksi-fraksi tanah ini adalah pasir (sand), debu (silt), atau liat
(clay). Biasanya, hanya partikel-partikel lebih kecil dari 2 mm ukurannya dikatagorikan sebagai
partikel-partikel tanah. Partikel yang lebih besar dari ini dikatogorikan sebagai kerikil, batu, atau
batu besar (boulder).
Ukuran partikel partikel pasir berkisar dari 2 mm hingga 0.05 mm. Ada sub katagori yang
diberikan ke dalam kisaran ini yang meliputi pasir kasar, sedang, dan halus. Partikel-partikel debu
ukurannya berkisar dari 0.05 mm ke bawah hingga 0.02 mm. Penampilan fisik dari dari debu
adalah banyak menyerupai pasir, tetapi karakternya lebih menyerupai liat.
Partikel-partikel liat kurang dari 0.02 mm ukurannya. Liat adalah fraksi-fraksi tanah
penting karena ia mempunyai pengaruh paling banyak terhadap perilaku tanah seperti kapasitas
memegang air (water-holding capacity). Partikel liat dan debu tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Tekstur tanah ditentukan oleh nisbah massa, atau persen bobot dari tiga fraks i
tanah. Segitiga tekstur tanah, Gambar 2, memperlihat klas tekstur berbeda dan persentase bobot
dari masing-masing fraksi tanah. Sebagai contoh, tanah yang mengandung bobot 30 % pasir, 30
% liat, dan 40 % debu diklasifikasikan sebagai lempung berliat.
Struktur Tanah
Struktur tanah adalah bentuk dan susunan dari partikel-partikel tanah dalam agregat
(kumpulan). Struktur tanah adalah suatu karakteristik penting yang digunakan untuk klasifikas i
tanah dan banyak mempengaruhi produktivitas pertanian dan penggunaan lainnya. Bentuk-
bentuk utama struktur tanah adalah piring (platy), prisma (prismatic) , tiang (column), balok
(blocky), dan butiran (granular). Deskripsi-deskripsi struktur tanah ini menunjukkan bagaimana
masing-masing partikel ini menyusun diri mereka sendiri bersama-sama ke dalam agregat
(kumpulan). Tipe-tipe tanah beragregat biasanya paling diinginkan bagi pertumbuhan
tanaman. Istilah- istilah ini juga digunakan bersama dengan kata-kata deskripsi untuk
menunjukkan kelas dan tingkat (grade) tanah. Kelas dimaksudkan ukuran agregat sedangkan
grade menggambarkan seberapa kuatnya bersatu. Tanah-tanah tanpa struktur menjadi butir
tersendiri (partikel-partikel tersendiri yang takmelekat, seperti bukit pasir) atau massa padat
(partikel bersama melekat tanpa terpisah secara teratur, sperti lapisan cadas). Struktur tanah tidak
stabil dan dapat berubah dengan iklim, aktivitas biologi, dan praktek pengelolaan tanah.
Kerapatan Lindak (Bulk Density) Dan Porositas
Kerapatan lindak kering tanah menggambarkan nisbah berat tanah terhadap volume
totalnya. Kerapatan lindak basah adalah nisbah berat tanah dan air terhadap volume total. Total
volume meliputi baik bahan padat maupun ruang-ruang pori. Kerapatan lindak tanah adalah
penting karena ia ukuran porositas tanah. Porositas tanah didefinisikan sebagai volume pori-pori
di dalam tanah. Tanah padat mempunyai porositas rendah dan dengan demikian kerapatan lindak
tinggi. Tanah longgar mempunyai porositas lebih tinggi dan kerapatan lindak rendah. Seperti
struktur tanah, kerapatan lindak dan porositas tanah dipengaruhi oleh iklim, aktivitas-
aktivitas biologi, dan praktek manajemen tanah
III. INTERAKSI TANAH DAN AIR.
Penting untuk dipahami interaksi-interaksi di antara tanah dan air yang meliputi kandungan
lengas tanah, bagaimana tanah memegang air, dan tensi air (tension) air tanah. Pemahaman
interaksi- interaksi ini dapat menjadi sangat bermanfaat apabila membuat keputusan-keputuasan
tanam dan irigasi.
Kandungan Lengas Tanah (Soil Water Content)
Kandungan lengas tanah harus didefinisikan atau ditetapkan untuk menunjukkan jumlah air
yang disimpan di dalam tanah pada setiap waktu. Kandungan lengas tanah yang ditetapkan paling
umum adalah kejenuhan (saturation), kapasitas lapang (field capacity), titik layu (wilting point),
dan kering oven (oven dried). Pada kejenuhan, yang biasanya terjadi segera setelah hujan berat
atau irigasi, semua ruang pori dalam tanah terisi air. Apabila tanah ada pada atau dekat kejenuhan,
sejumlah air bebas untuk merembes atau bergerak ke bawah disebabkan gravitasi. Air kelebihan
ini disebut air gravitasi (gravitational water). Karena air yang bergerak ke bawah (akibat gravitas i
ini) memerlukan waktu, sejumlah air kelebihan ini dapat digunakan oleh tanaman atau hilang
melalui penguapan. Kapasitas lapang didefinisikan sebagai jumlah air yang tersisa di dalam tanah
setelah perkolasi terjadi. Ini bukan suatu batas air tanah yang sangat pasti; dengan demikian
kapasitas lapang sering didfinisikan kira-kira sebagai sepertiga tensi atmosfir. Titik layu (wilting
point) didefinisikan sebagai kandungan lengas tanah yang pada tingkat itu potensi tanaman untuk
mengabsorbsi air diimbangi oleh potensi air dari tanah. Tanaman-tanaman akan mati jika air tanah
dibiarkan mencapai titik layu itu. Tanah yang sudah menjadi kering oven digunakan sebagai titk
referensi (dasar patokan) untuk menentukan kandungan lengas tanah. Ini terjai apabila semua air
tanah sudah dihilangkan (removed) dari tanah. Jumlah lengas pada setiap kan-dungan lengas
tanah berubah dengan berubahnya tipe tanah. Kapasitas memegang air spesifik dapat diperoleh
dari bermacam-macam sumber. Gambar 3 mengilustrasikan jumlah khas air yang dipegang pada
kandungan air tanah yang didefinisikan bagi tanah-tanah pasir, lempung dan lempung liat
berdebu. Kandungan air dapat dinyatakan sebagai inci (atau cm) air tersedia atau sebagai
persentase. Nilai-nilai khas diperlihatkan pada Tabel 1.
Bagaimana Tanah Memegang Air
Tanah memegang air dalam dua cara, sebagai selaput tipis pada partikel-partikel tanah
tersendiri, dan sebagai air disimpan dalam pori-pori tanah. Air disimpan sebagai selaput tipis pada
partikel-partikel tanah tersendiri dikatakan ada dalam adsorpsi (jerapan). Adsorpsi melibatkan
reaksi-reaksi kimia dan fisika yang kompleks tetapi dalam istilah sederhana, selaput tipis air
melekat pada lapisan-lapisan sebelah luar molekul-molekul partikel tanah. Air disimpan dalam
pori-pori dari tanah dikatakan ada dalam simpanan kapiler. Suatu contoh dari fenomena ini adalah
akan ditempatkan satu ujung dari pipa kapiler gelas ke dalam panci air. Air dari pipa akan naik ke
suatu tinggi tertentu, yang tergantung pada diameter pipa kapiler (gambar 4). Fenomena ini dapat
bertindak dalam setiap arah dan kunci untuk air yang disimpan dalam pori-pori tanah (Gambar 5).
Tensi Air Tanah (Soil Water Tension)
Seberapa mudah tanaman dapat meng-ekstrak air dari tanah tergantung pada tensi air
tanah, juga dikenal dengan nama potensial air tanah. Air yang menjadi simpanan air kapiler
dipegang dalam tanah pada suatu tensi tertentu. Sama benarnya untuk air yang dipegang dengan
fenomena adsorpsi. Ketika tanah mengering, tensi-tensi ini menjadi lebih besar. Bagi tanaman
lebih mudah mengekstrak air yang dipegang pada tensi-tensi lebih rendah. Tensi-tensi yang sesuai
dengan titik keseimbangan air tanah pada contoh di bawah ini adalah contoh yang baik tensi air
yang mempengaruhi penggunaan air tanaman.
Pada tingkat jenuh, tensi air kira-kira 0,001 bar. Satu bar tensi setara dengan 1 atmosfir
tekanan (14,7 psi). Jadi dari diskusi di atas, akan sangat mudah bagi tanaman untuk mengekstrak
air dari suatu tanah jenuh. Kejenuhan air bertahan hanya dalam waktu singkat, jadi tanaman-
tanaman mngekstrak air hanya suatu bagian kecil dari di atas kapasitas lapang. Kapasitas lapang
didefinisikan pada kira-kira sepertiga tekanan atmosfir atau kira-kira 0,3 bar. Pada kandungan air
ini, tanaman masih mudah mengambil air dari tanah. Titik layu terjadi apabila potensi akar
tanaman diimbangi oleh potensi air tanah, jadi tanaman tidak mampu untuk mengabsorpsi air
diluar (melebihi) tensi ini. Ini terjadi kira pada tensi 15 bar. Pada tensi air tanah ini tanaman akan
mati. Sebagai kerangan, tensi air tanah dalam suatu contoh tanah kering oven kira-kira 10.000
bar. Retensi (tindakan memegang) air tanah atau kurva karakte-ristik mengilustras ikan
hubungan-hubungan retensi itu (Gambar 6). Kurva-kurva ini sedi kit berbeda untuk tipe-tipe tanah
berbeda disebakan tekstur dan struktur tanah yg berbeda.
Air di antara kapasitas lapang dan titik layu adalah air yang tersedia bagi tanaman. Akan
tetapi pertumbuhan tanaman dan hasil terbaik terjadi apabila kandungan air tanah tetap separuh ke
atas dari kisaran air tanah tersedia bagi tanaman.
Tanaman mengembangkan tensinya, atau potensialnya, untuk memindahkan air tanah dari
tanah ke dalam akar dan mendistribuasi air ke seluruh tanaman dengan menyesuaikan potensial
air, atau tensi air, dalam sel-sel tanaman. Potensial air terbuat dari beberapa komponen, tetapi
salah satu komponen penting adalah potensial osmotik atau larutan. Potensial larutan adalah
disebabkan adanya bahan terlarut, seperti gula dan asam amino, dalam sel-sel tanaman.
Intisari proses adalah bahwa air selalu bergerak dari potensial air lebih tinggi ke potensial
air lebih rendah. Bagi air untuk berpindah dari tanah ke akar, batang, daun, udara potensial air
harus selalu berkurang. Ini diilustrasikan pada Gambar 7, pemindahan dari tanah potensial air
lebih tinggi (kurang negatif) ke potesial air lebih rendah (lebih negatif). Tensi sering digambarkan
dengan simbul y. Potensi air udara adalah selalu rendah, dengan demikian pergerakan air ke arah
udara melalui tanaman. Akan tetapi, tanaman dibatasi dalam jumlah penyesuaian yang dapat
dibuatnya.
IV. PENGGUNAAN AIR OLEH TANAMAN.
Sistem akar tanaman harus memberikan suatu tensi (tekanan) negatif untuk mengekstrak
air dari tanah. Tensi harus setara dengan tensi yang memegang air dalam tanah. Sebagai contoh,
jika air dalam tanah ada pada 0.3 bar (sekitar kapasitas lapang),
tanaman harus memberikan sekurang-kurangnya 0,3 bar tensi negatif (-0,3 bar). Pada titik
layu, maksimum tensi negatif yang tanaman berikan diimbangi dengan tensi air tanah.
Pada titik ini tanaman tidak dapat lagi mengekstrak air dari tanah dan akan mengalami stres
secara permanen. Ada beberapa faktor yang menentukan kapan, dimana, dan berapa banyak air
akan digunakan tanaman. Faktor-faktor ini meliputi kebutuhan air tanaman harian sebagai
dipengaruhi oleh kondisi-kondisi iklim dan stadia pertumbuhan, kedalaman akar tanaman, dan
kualitas tanah dan air.
Kebutuhan Air Tanaman
Tanaman mempunyai kebutuhan air yang berbeda pada stadia pertumbuhan yang
berbeda. Ketika tanaman muda ia kurang memerlukan air dari pada ketika ia berada pada stadia
reproduktif. Ketika tanaman mendekati masak, kebutuhan airnya berhenti. Kurva-kurva sudah
dikembangkan yang memperlihatkan kebutuhan air harian bagi kebanyakan tipe
tanaman. Gambar 8 memperlihatkan kurva air tanaman khas. Tanaman tahunan semacam alfalfa,
mempunyai kurva penggunaan air tanaman serupa dengan yang teradapat pada Gambar 8, kecuali
kurva pemakaian air tanaman mempunyai suatu penggunaan air tanaman berpolakan mata gergaji,
berhenti dengan tajam dengan tiap pemotongan dan secara perlahan-perlahan meningkat hingga
pemotongan berikutnya.
Kedalaman Akar Tanaman
Kedalaman akar tanaman menentukan kedalaman yang dengannya air tanah dapat
diekstrak. Tanaman muda hanya mempunyai akar-akar yang dangkal dan air tanah yang lebih
dalam dari kedalaman perakaran tidak digunakan tanaman. Tanaman khasnya mengekstrak kira-
kira 40 % dari kebutuhan airnya dari seperempat teratas daerah perakarannya, kemudian 30 % dari
seperempat berikutnya, 20 % dari seperempat ketiga, dan 10 % seperempat terbawah. Jadi,
tanaman akan mengekstrak kira-kira 70 % airnya dari setengah bagian atas penetrasi akar
keseluruhannya. Tabel 2 memperlihatkan kedalaman penetrasi akar dan 70 % ekstraksi air untuk
beberapa tanaman lapangan yang umum. Bagian lebih dalam daerah perakaran dapat
menyediakan persentase kebutuhan lebih tinggi jika bagian lebih atas dikosongkan. Akan tetapi,
ketergantungan pada penggunaan air lebih dalam akan mengurangi pertumbuhan tanaman
optimum.
Kualitas Tanah Dan Air
Faktor lain terhadap jumlah ketersediaan air tanah untuk tanaman adalah kualitas tanah dan
air. Untuk pertumbuhan tanaman baik, tanah harus mempunyai ruang yang cukup untuk air dan
pergerakan udara, dan untuk pertumbuhan akar. Struktur tanah dapat diubah oleh praktek
manajemen tanah tertentu. Sebagai contoh, pengolahan tanah berlebihan dapat memecahkan
tanah agregat dan lalu lintas berlebihan dapat menyebabakan kekompakan atau kepadatan
tanah. Kedua praktek ini mengurangi jumlah ruang pori dalam tanah dan dengan demikian
mengurangi ketersediaan air dan udara dan mengurangi ruang untuk perkembangan akar.
Kualitas air juga penting untuk perkembangan tanaman. Air irigasi dengan kandu- ngan
tinggi garam terlarut adalah tidak tersedia untuk tanaman, jadi kandungan air tanah lebih tinggi
agar mempunyai air tersedia bagi tanaman. Kenaikan kandungan garam air mengurang potensial
untuk menggerakkan air dari tanah ke akar-akar. Sejumlah air tambahan juga akan diperlukan
untuk mencuci garam dibawah daerah perakaran untuk mencegah penambahan dalam
tanah. Kualitas air yang rendah dapat mengurangi dapat mempengaruhi strucktur tanah.
V. RINGKASAN
Pengetahuan dasar hubungan tanah-air-tanaman memungkinkan pengelolaan dan
penghematan air irigasi. Sejumlah faktor penting untuk diingat meliputi :
1. Kapasitas memegang air tanah berubah dengan berubahnya tekstur tanah. Kapasitas
memegang air adalah tinggi bagi tanah-tanah bertestur menengah dan halus tetapi rendah utuk
tanah-tanah pasir.
2. Akar-akar tanaman hanya dapat menggunakan air tanah tersedia, yaitu air tersimpan di
antara kapasitas lapang dan titik layu permanen. Akan tetapi sebagai aturan umum, pertumbuhan
tanaman dan hasil dapat berkurang jika lengas tanah dalam daerah perakaran tetap di bawah 50 %
dari kapasitas memegang air untuk priode waktu yang lama, terutama selama stadia pertumbuhan
kritis.
3. Meskipun akar-akar tanaman dapat tumbuh ke kedalaman yang dalam, keba-nyakan
air dan hara diambil setengah daerah perakaran lebih atas. Stres tanaman dan kehilangan hasil
dapat terjadi malahan dengan air yang cukup dalam setengah daerah perakaran lebih bawah.
4. Kwalitas air irigasi lebih rendah dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk
mengambil air dan dapat mempengaruhi struktur tanah.
1. Fungsi Tanah bagi Tanaman
Istilah tanah mempunyai pengertian yang luas dan arti yang berbeda sesuai dengan
peruntukannya. Pada umumnya pembahasan tanah dalam bidang pertanian dibatasi pada kedalaman 2,0m. Lapisan tanah bagian atas pada umunya mengandung bahan organik yang lebih
tinggi dibandingkan lapisantanah di bawahnya. Karena akumulasi bahan organik maka lapisan tanah tersebut berwarna gelap dan subur sehingga merupakan bagian tanah yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Untuk pertumbuhannya, tanaman memerlukan unsur
hara, air, udara dan cahaya. Unsur hara dan air diperlukan untuk bahan pembentuk tubuh tanaman, udara dalam hal ini CO2 dan air dengan sumber cahaya menhghasilkan karbohidrat
yang merupakan sumber energi untuk pertumbuhan tanaman. Dalam hubungannya dengna kebutuhan hidup tanaman tanah berfungsi sebagai:
1. tunjangan mekanis sebagai tempat tanamn tegak dan tumbuh
2. penyedia unsur hara dan air 3. lingkungan tempat akar atau batang dalam tanah melakukan aktivitas fisiologi.
2. Konsep Kesuburan dan Produktivitas Tanah
Tanaman dapat tumbuh serta mampu memberi hasil yang baik jika tumbuh pada tanah yang
cukup kuat menunjang tegaknya tanaman, tidak mempunyai lapisan penghambat perkembangan akar, aerasi baik, kemasaman disekitar netral, tidak mempunyai kelarutan garam yang tinggi, cukup tersedia unsur hara dan air dalam kondisi yang seimbang. Kesuburan tanah dapat diberi
batasan sebagai kualitas tanah dalam hal kemampuannya unutuk menyediakan unsur hara yang cocok, dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat dan lingkungan yang
sesuai untuk pertumbuhan suatu spesies tanaman. Secara umum produktivitas tanah dapat diberi batasan sebagai kemampuan tanah untuk memproduksi sesuatu spesies tanaman atau suatu sistem pertanaman pada suatu sisitem pengolahan tertentu. Aspek yang dimaksud misalnya
pengaturan jarak tanaman, pemupukan, penhgairan, pemberantasan hama dan penyakit dsb. Jadi untuk dpaat produktif tanah harus subur, tetapi sebaliknya tanah yang subur belum tentu
produktif.
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
HUBUNGAN AIR, TANAH, DAN TANAMAN
Disusun Oleh :
Nama : Ari Setiadi
NIM : 11911
Dosen : Ir. Suci Handayani, M.P
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
HUBUNGAN TANAH, AIR, TANAMAN, DAN ATMOSFER
Abstraksi
Praktikum lapangan Hubungan Tanah, Air, Tanaman dan Atmosfer dilaksanakan
pada hari Sabtu, 8 Juni 2013 di daerah Bambanglipuro, Pantai Samas, Desa Trisikdan
Pantai Bugel. Pada praktikum ini di berbagai lokasi diamati mengenai sistem tanaman
budidaya yang dikembangkan, kondisi pertumbuhan tanaman, sistem pengolahan tanah,
sistem irigasi dan modifikasi iklim mikro yang dilakukan oleh petani, dimana pada empat
lokasi atau stop site yang diamati mempunyai permasalahan yang berbeda pada sis tem
budidaya tanaman yang diusahakan pada lahan tersebut. Pengamatan yang dilakukan
meliputi kecepatan angin, suhu udara,suhu tanah,DHL tanah,DHL air,pH tanah,pH
air,DP,WB,kelembaban udara,dan data lain yang dibutuhkan sesuai pokok pembahasan.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yakni penggaris, pH meter,
EC meter, termometer tanah dengan berbagai kedalaman (0, 10, 30 cm), cepuk, aquades,
plastik,kamera, alat tulis, dan bor tanah. Sedangkan untuk pengukuran kadar lengas tanah
dilakukan dengan metode gravimeteri di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta..Untuk cara kerjanya dilakukan
pengamatan dengan melihat kondisi pertumbuhan tanaman di setiap tempat, pola tanam
yang digunakan, jenis tanaman dan varietas, sistem irigasi atau pemenuhan kebutuhan air,
modifikasi iklim (pengurangan evapotranspirasi), sistem pengelolaan tanah yang meliputi :
penyiapan lahan (olah tanah sampai siap tanam), input (pupuk, bahan amelioran), sistem
perawatan dan dokumentasi serta mengambil sampel tanah di setiap tempat untuk di amati
kelembabannya dengan penentuan kadar lengas metode gravimetris di laboratorium.Hasil
yang diperoleh di daerah Bambanglipuro yaitubudidaya tanaman terong (Solanum
melongena L) yang pengolahan atau penyiapan lahannya tidak terlalu rumit.Sistem irigasi
yang diterapkan yaitu genangan dalam parit.Di daerah pantai Samas, tanaman yang
dibudidayakan adalah kangkung. Sistem irigasi menggunakan sumur renteng, pipa O dan
sumur bor. Di daerah Trisik dilakukan penanaman melon dan kedelai tanpa pengolahan
tanah. Sedangkan di daerah Bugel dilakukan minimum tillage dengan cemara udang
(Casuarinaequisetifolia) sebagai tanaman pemecah angin (wind breaker).Sistem irigasi yaitu
menggunakan sumur renteng.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah, air, tanaman dan atmosfer mempunyai hubungan keterkaitan satu sama lain yang
antinya bahwa masing-masing faktor akan saling memberikan pengaruh bagi faktor yang lainnya.
Ketiga faktor tersebut akan membentuk suatu iklim mikro yang secara langsung memberikan
pengaruh yang besar bagi kehidupan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan sangat dipengaruhi
oleh keadaan tanah baik dalam sifat fisika maupun sifat kimia karena tanah merupakan media
pertumbuhan bagi tanaman dimana unsur hara dan air diserap untuk menunjang pertumbuhannya.
Air sendiri merupakan faktor yang mutlak dibutuhkan bagi tanaman karena segala proses
yang berlangsung dalam tanaman tidak bisa berjalan tanpa adanya air. Selain itu pertumbuhan juga
dipengaruhi oleh keadaan atmosfer disekitarnya meliputi suhu, kelembaban dan kecepatan
angin.Oleh karena itu perlu diadakan modifikasi iklim mikro agar tanaman yang dibudidayakan di
suatu tempat dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal.
B.Tujuan
1. Mengetahui pengaruh keadaan air, tanah, dan atmosfer terhadap pertumbuhan tanaman.
2. Mengetahui teknik budidaya pertanian yang dilakukan oleh petani di empat lokasi pengamatan.
3. Mengetahui sistem irigasi dan sistem pengelolaan tanah yang dilakukan oleh petani di tiga lokasi
pengamatan.
4. Mengetahui teknologi dan usaha yang dapat dilakukan oleh petani untuk meningkatkan kualitas
lahannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan suatu sistem yang kompleks, berperan sebagai sumber kehidupan
manusia yaitu air, udara, dan unsur hara. Atas dasar definisi ini maka tanah mempunyai 4 fungs i
utama (Hanafiah, 2004) :
1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran.
2. Penyedia kebutuhan primer tanaman untuk melaksanakan aktivitas metabolisme, baik selam
pertumbuhan maupun untuk berproduksi meliputi air, udara, dan unsur hara.
3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman yang berfungsi dalam menunjang aktivitasnya supaya
berlangsung optimum. Meliputi zat-zat aditif yang diproduksi biota tanah.
4. Habitat biota tanah.
Di Indonesia lahan marginal dijumpaibaik pada lahan basah maupun lahan kering.Lahan
basah berupa lahan gambut, lahansulfat masam dan rawa pasang surut seluas 24juta ha, sementara
lahan kering kering berupatanah Ultisol 47,5 juta ha dan Oxisol 18 juta ha(Suprapto, 2003).
Indonesia memiliki panjanggaris pantai mencapai 106.000 km denganpotensi luas lahan 1.060.000
ha, secara umumtermasuk lahan marginal.Berjuta-juta hektarlahan marginal tersebut tersebar di
beberapapulau, prospeknya baik untuk pengembanganpertanian namun sekarang ini belum
dikeloladengan baik.Lahan-lahan tersebut kondisikesuburannya rendah, sehingga
diperlukaninovasi teknologi untuk memperbaikiproduktivitasnya.
Salah satu yang termasuk ke dalamlahan marginal adalah lahan pasir. Selama
inipenanganan lahan pasir masih relatif kurang.Pulau Jawa memiliki pantai yang luas 81.000km2
potensial dikembangkan sebagai lahanpertanian. Provinsi DIY memiliki lahan pasirpantai seluas
sekitar 3.300 hektar atau 4%luas wilayah, terbentang sepanjang 110 km dipantai selatan lautan
Indonesia. Bentanganpasir pantai ini berkisar antara 1-3 km darigaris pantai.Sistem bentang darat
ini mudahgoyah mengakibatkan terhambatnya prosespembentukan tanah (Yuwono, 2009).
Lahan pasir pantai merupakan lahanmarjinal dengan ciri-ciri antara lain : teksturpasiran,
struktur lepas-lepas, kandungan hararendah, kemampuan menukar kation rendah,daya menyimpan
air rendah, suhu tanah disiang hari sangat tinggi, kecepatan angin danlaju evaporasi sangat
tinggi.Upaya perbaikan sifat-sifat tanah danlingkungan mikro sangat diperlukan, antaralain
misalnya dengan penyiraman yang teratur,penggunaan mulsa penutup tanah,penggunaan pemecah
angin (wind breaker),penggunaan bahan pembenah tanah(marling), penggunaan lapisan kedap,
danpemberian pupuk (baik organik maupunanorganik) (Yuwono, 2009).
Masalah yang dijumpai pada tanah pasiran adalah strukturnya yang jelek, berbutir tungga l,
berat volume yang tinggi, dan kemampuan menahan air yang rendah, sehingga kurang memadai
untuk bercocok tanam pada musim kemarau (Mulyadi cit. Kertonegoro, 1993).
Kemampuan menahan air yang rendah, akan meyebabkan kehilangan unsur hara dari
dalam tanah melalui pelindian akan semkin besar berjalan dengan semakin tingginya curah
hujan(Hakim et al. 1986). Tekstur tanah berpasir juga akan menyebabkan banyak pupuk terlind i
karena mempunyai laju infiltasi yang cepat (Widjajaadi et al., 1987). Unsur utama yang sering
hilang dari dalam tanah melalui pelindian adalah N, K, Ca, dan Mg(Hakim et al., 1986). Lebih
jauh lagi, tanah bertekstur pasiran juga mempunyai kandungan bahan organik dan hara N yang
rendah sehingga tanah ini memerlukan pemberian hara N yang cukup banyak, sedangkan
kemungkinan kehilangan hara N melalui pelindian cukup besar(Rinsemi, 1993).
Menurut Sudihardjo (2000), berdasarkan kriteria CSR/FAO 1983 kesesuaian aktual lahan
pasir Pantai Selatan DIY termasuk kelas Tidak Sesuai atau Sesuai Marginal untuk komoditas
tanaman pangan dan sayuran. Akan tetapi beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
adanya kecenderungan perbaikan hasil dari perlakuan-perlakuan yang dilakukan terhadap tanah,
meskipun belum mantap.
Pengelolaan usaha pertanian di lahan marginal umumnya terpusat pada musim penghujan.
Panen air hujan dilaporkan efektif untuk mengatasi masalah kekurangan air di lahan tadah hujan.
Namun teknik memanen air hujan sangat bervariasi tergantung fisiografi lahan dan ketersediaan
sumberdaya lokal.Teknik pemanenan air hujan dengan teknik tandon (penampung air berukuran
kecil) cocok dikembangkan di daerah tadah hujan dengan intensitas dan distribusi curah hujan
yang tidak pasti (Parimawati, 2001).
Embung atau tandon air adalah waduk berukuran mikro di lahan pertanian (small farm
reservoir) yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan dimusim hujan dan
menggunakannya jika diperlukan tanaman pada musim kemarau. Teknik pemanen air (water
harvesting) demikian cocok bagi ekosistem tadah hujan dengan intensitas dan distribusi curah
hujan tidak pasti (eratic) (Syamsiah dan Fagi, 2004).
Lengas tanah dibedakan menjadi lengas gravitasi yaitu lengas yangbergerak ke bawah ole h
gaya gravitasi;kapiler yaitu lengas yang mengisi porikapiler atau pori mikro; lengashigroskop is
yaitu lengas yang terikatsangat kuat oleh permukaan butir tanahsehingga dalam keadaan kering
angin,lengas tersebut tidak dapat diseraptanaman. Lengas yang pentingperanannya bagi kehidupan
tanamanialah lengas kapiler (Mardjuki, 1994).
Pertumbuhan tanamantergantung kepada jumlah air yangtersedia di dalam
tanah.Pertumbuhanakan dibatasi oleh kandungan air sangatrendah maupun kandungan air
sangattinggi (Anonim, 1991). Tanaman mempunyai banyak cara mengatur dirimereka dengan
kondisi air yangterbatas. Kebanyakan tanaman panganketika tumbuh di lahan agak keringtidak
hanya akan mempunyai beratotal yang lebih kecil, tapi juga hasilbagi trubus / akar yang lebih kecil.
Dilain pihak, pertumbuhan tanaman ditanah dengan kandungan lengas tinggiakan mempunya i
hasil bagi trubus /akar lebih besar (Kohnke, 1968).
III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum lapangan Hubungan Tanah, Air, Tanaman dan Atmosfer ini dilaksanakan pada
tanggal 8 Juni 2013.Adapun tempat dilaksankannya praktikum terdiri atas4 stop site, yaitu
Bambanglipuro, Pantai Samas, Desa Trisik, dan pantai Bugel. Alat yang digunakan pada
praktikum ini antara lain adalah Termometer bengkok, EC- meter untuk pengukuran DHL (Daya
Hantar Listrik), pH meter, bor tanah, mistar, Flowmeter, dan GPS, sedangkan untuk pengukuran
kadar lengas tanah dilakukan dengan metode gravimeteri di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan
Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pengamatan diawali dengan pencatatan morfologi tapak dimulai dari penulisan lokasi,
ketinggian tempat, koordinat, pengguanaan lahan, vegetasi yang tumbuh dan dibudidayaka n,
sistem irigasi/ pemberian air, pengelolaan lahan, dan sistem budidaya yang dilakukan.Di lapangan
juga dilakukan pengukuran suhu udara, suhu tanah, kelengasan tanah, daya hantar listrik, pH tanah
dan air. Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap proses pengairan yang dilakukan di lahan
gumuk pasir pantai Trisik dan pasir pantai Bugel.
Pengamatan kondisi lahan yang dilakukan adalah mengukur tinggi genangan (apabila
terdapat suatu genangan), tinggi bedengan, lebar bedengan, mengukur suhu tanah pada permukaan,
kedalaman 10 cm dan kedalaman 40 cm, kemudian mengukur pH tanah dan DHL pada berbagai
kedalaman (0 cm, 10 cm, 30 cm dan 40 cm), dalam pengukuran pH dan DHL, contoh tanah yang
diambil pada berbagai kedalaman diencerkan dahulu dengan aquades agar kondisi tanah
menyerupai pasta sebelum dilakukan suatu pengukuran, selain itu diambil pula contoh tanah pada
berbagai kedalaman (0 cm, 10 cm, 30 cm dan 40 cm) yang digunakan untuk analisis kadar lengas
di laboratorium.
Selain kegiatan analisis dan pengambilan sampel tanah juga dilakukan pula tindakan
observasi lainnya, yaitu berupa wawancara dengan petani. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
mengetahui informasi terkait dengan sistem pertanian dan pola tanam yang dilakukan oleh petani
di daerah yang kita survey.
IV. HASIL PENGAMATAN
Stop site : 1 lokasi :Bambang lipuro
Ketinggian : 26-27 m dpl koordinat : 07° 59,017 LS
110° 16,648’ BT
Penggunaan lahan : sawah
Vegetasi : Terong,Padi,dan Timun
Irigasi/pemberian air : air sungai
no parameter Sesaat Minimum Maximum Rata-rata
1 Kecepatan angin 0,8 1,55 2,3 0,8
2 Kelembaban 99,9 99,99 99,99 99,99
3 Suhu udara permukaan
27,6
Jeluk 10 cm
26,6
Jeluk 50 cm
27,8
4 pH tanah 6 - - -
5 Suhu tanah 27,6 26,6 27,2 27,8
6 DHL air 0,02 - - -
7 DHL tanah 0,02 - - -
8 Bedengan (P)17,18m (L)8,7 (s)42
9 pH air 6 - - -
10 KL 45,44
Stop site : 2 lokasi :samas
Ketinggian :28 m dpl koordinat : 07° 59,87 LS
110° 15,64 BT
Penggunaan lahan : ading
Vegetasi : Terong,kangkung
Irigasi/pemberian air : sumur renteng,gembor,pipa U
no Parameter Sesaat minimum Maximum Rata-rata
1 Kecepatan angin 2,1 0,4 2,3 1,5
2 Kelembaban 82,1 78,9 86,1 80,6
3 Suhu udara 29,7 29,1 29,7 29,3
4 pH tanah 5,5 - - -
5 Suhu tanah 32 28 29,4 27,8
6 DHL air 0,24 - - -
7 DHL tanah 0,1 - - -
8 pH air 6 - - -
9 DP 25,9 24,9 27,1 25,7
10 WB 26,6 26 27,7 26,6
11 KL 10,09
Stop site : 3 lokasi : desa trisik
Ketinggian : 27 m dpl koordinat : 07° 57,02 LS
110° 13,12’ BT
Penggunaan lahan :persawahan
Vegetasi : melon dan kedelai
Irigasi/pemberian air : air sungai dan hujan
no Parameter Sesaat minimum Maximum Rata-rata
1 Kecepatan angin 0 0 1,2 0,6
2 Kelembaban 80 78,4 86,7 80,1
3 Suhu udara 27,9 27,7 28,1 28,8
4 pH tanah 6 - - -
5 Suhu tanah 27,2 27,3 28,2 27,8
6 DP 24,2 23,9 25,3 24,4
7 WB 25,2 24,9 25,9 25,2
8 KL 47,89
Stop site : 4 lokasi :Bugel
Ketinggian : 24 m dpl koordinat : 07° 57,11 LS
Penggunaan lahan : ladang
Vegetasi : sawi dan cabai
Irigasi/pemberian air : sumur renteng dan pipa U
no Parameter sesaat minimum maximum Rata-rata
1 Kecepatan angin 0 0 0,8 0,4
2 Kelembaban 82,2 81 82,2 77,9
3 Suhu udara 26,6 26,4 26,7 26,4
4 pH tanah 5,5 - - -
5 Suhu tanah 29,9 29,7 27,2 28,9
6 DHL air 0,03 0,01 0,02 0,15
7 KL jeluk 5 cm 6,465
8 KL jeluk 10 cm 6,467
9 KL jeluk 15 cm 6,249
I. PEMBAHASAN
Tanah, air, tanaman dan atmosfer mempunyai hubungan keterkaitan satu sama lain yang
antinya bahwa masing-masing faktor akan saling memberikan pengaruh bagi faktor yang lainnya.
Ketiga faktor tersebut akan membentuk suatu iklim mikro yang secara langsung memberikan
pengaruh yang besar bagi kehidupan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan sangat dipengaruhi
oleh keadaan tanah baik dalam sifat fisika maupun sifat kimia karena tanah merupakan media
pertumbuhan bagi tanaman dimana unsur hara dan air diserap untuk menunjang pertumbuhannya.
Air sendiri merupakan faktor yang mutlak dibutuhkan bagi tanaman karena segala proses yang
berlangsung dalam tanaman tidak bisa berjalan tanpa adanya air. Selain itu pertumbuhan juga
dipengaruhi oleh keadaan atmosfer disekitarnya meliputi suhu, kelembaban dan kecepatan
angin.Oleh karena itu perlu diadakan modifikasi iklim mikro agar tanaman yang dibudidayakan di
suatu tempat dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal.
Stopsite 1 berada di Bambanglipuro, desa Sri Gading.Petani menanam di daerah ini
dengan sistem pertanian tumpangsari dan monokultur. Jenis tanah yang terdapat pada lahan ini
adalah Inceptisol meskipun lempungnya sudah banyak.Sistem budidaya yang digunakan di daerah
ini adalah sistem genangan dalam parit yaitu dengan membuat bangunan penguat di saluran primer
sebagai irigasi.Hal ini dimaksudkan untuk tetap menjaga ketersediaan air pada musim kemarau
dengan irigasi dan pada musim hujan dengan kondisi jenuh akan lebih mudah dilakukan
pembuangan air. Selain itu ada juga petani yang menanam padi di parit yang dibuatnya, padi ini
biasanya hanya hasilnya hanya digunakan untuk konsumsi sehari-hari.Tanaman yang ditanam
pada waktu kita mengunjungi tempat tersebut adalah tanaman terong. Sistem pertanaman dengan
metode ini bisa dilakukan untuk segala tanaman hortikultura dan tanaman semusim lainnya.
Pengamatan di lapangan menunjukkan suhu tanah permukaan lebih tinggi dari pada suhu
tanah pada kedalaman jeluk 10 cm, namun lebih rendah dari jeluk 50 cm. Hal ini terjadi karena
permukaan tanah merupakan daerah yang paling luar sehingga terkena pengaruh langsung sinar
matahari. Sedangkan pada kedalaman 50 cm suhu tanah lebih tinggi dibandingkan suhu tanah
padapermukaan dan kedalaman 10 cm. Padahal seharusnya semakin kedalam suhu akan semakin
rendah. Hal ini dapat dikarenkan adanya aktifitas mikrobia yang aktif pada jeluk tersebut sehingga
panas dapat terbentuk atau adanya proses fermentasi bahan organik yang dapat menyebabkan
panas berlebih.
Data pH yang dihasilkan dari pengujian tanah ini rata-ratanya adalah 6 sehinggadapa t
dikategorikan pHnetral tanah.Sementara kadar lengas pada tanah yang diamati cukup tinggi yaitu
45,44. Kondisi ini akan mencukupi bagi pertumbuhan tanaman budidaya dengan baik.
Pengamatan lapangan di stop site II ini dilakukan di lokasi atau daerah Pantai Samas,
Srigading, Bantul, Yogyakarta. Daerah ini memiliki ketinggian tempat 28 meter di atas permukaan
laut yang terletak pada kordinat 70 59’87” LS, 1100 15’64” BT, Lahan pasir pantai merupakan
lahan marginal yang dicirikan oleh tekstur pasiran, kandungan hara yang rendah, water holding
capacity rendah, mudah tererosi, angin yang sangat kencang dan membawa uap garam serta suhu
tanah yang tinggi. Dengan demikian, maka pada umumnya lahan daerah ini memiliki bentuk
topografi datar. Berdasarkan hasil pengamatan di Sri Gading Emas terdapat sistem budidaya
minimum tillage dengan sistem irigasi menggunakan sumur renteng, tetapi sekarang sistem sumur
renteng sudah banyak yang diganti dengan sistem pompa yaitu menggunakan pipa yang kemudian
cara penggunaannya dengan cara disemprotkan ke lahan. Hal ini dilakukan berkaitan dengan
ketersediaan tenaga kerja di daerah tersebut, dengan menggunakan sistem pompa lebih menghemat
tenaga kerja sehingga sistem ini cocok digunakan untuk daerah yang memiliki tenaga kerja yang
terbatas. Selain kedua cara tersebut, adapula yang menggunakan sumur bor. Pada setiap lahan
terdapat bak control yang mengairi sumur renteng yang ada di lahan. Lahan di daerah ini digunakan
untuk tegalan, tanaman yang ditanam adalah Kacang tanah, sorghum dan padi. Sistem pengelolaan
lahan yang digunakan adalah sistem budidaya minimum tillage, maksudnya adalah memanfaatkan
lahan yang ketersediaan lengas dan unsur haranya dalam keadaan terbatas menjadi suatu lahan
yang lebih bermanfaat dan menghasilkan produk yang tinggi. Lahan yang digunakan di daerah ini
merupakan lahan pasir dimana lahan pasir termasuk dalam lahan kritis yaitu lahan yang tidak dapat
ditanami atau dibudidayakan, ini dikarenakan lahan pasir merupakan lahan yang miskin hara,
kondisi tanahnya phorus, suhu tanah sangat tinggi (suhu ekstrim) dan juga ketersediaan air di
dalam tanah sedikit karena pada tanah ini air mudah lolos dan menguap. Lahan pasir yang
dahulunya termasuk lahan kritis dan tidak dapat dibudidayakan sekarang berubah menjadi lahan
yang bermanfaat dan dapat dibudidayakan, hal ini dapat terjadi karena adanya rekayasa lahan
dalam proses pengelolaan lahannya yaitu dengan cara mencampur lempung dan pupuk kandang
pada lahan tersebut. Lempung diberikan bertujuan untuk menjerap/mengikat hara tanah,
pemberiannya dilakukan pada saat lahan pertama kali akan dibudidayakan. Pasir yang ada di
Samas adalah pasir dari batu merapi yang porus air dan miskin hara. Lahan pasir pantai yang ada
di Samas dikelola oleh kelompok tani yang dirintis oleh Pak Bandi. Manurut penjelasan Pak Bandi
bahwa semua tanah atau jenis tanah itu bisa ditanami asal sudah disentuh dan dikelola oleh
manusia ,tidak hanya diberi pupuk kandang namun juga bisa diberi arang jerami dan sekam. Untuk
pengelolaan pasir putih biasanya digunakan dengan pemberian arang jerami tau kayu.Namun
kunci utama yaitu air, jika ada air pasti bisa tumbuh atau hidup.Hama yang biasa menyerang di
Samas yaitu Fusarium dan phytoptora.
Pada daerah ini tidak memakai mulsa bawah tanah karena sudah direkayasa menggunakan
tanah lempung, dan dengan perlakuan seperti ini sekiranya sudah dapat menahan air dan tanah
sudah tidah phorus lagi, ini karena tanh lempung digunakan sebagai pengikat air dan dapat
menambah unsur hara. Selain itu juga karena apabila menggunakan mulsa plastik dapat
mengakibatkan tanaman tidak dapat bernafas sehingga tanaman layu, hal ini disebabkan karena
penguapan yang terjadi menjadi sangat tinggi. Kedalaman efektif yang dapat dicapai oleh akar
tanaman adalah 50 cm dan apabila lebih dari kedalaman tersebut maka tanaman tidak dapat hidup.
Analisis yang dilakukan di lahan tersebut adalah pengukuran suhu tanah, kecepatan angin,
kelembaban udara, pH, kadar lengas, dan DHL. Pengukuran suhu tanah dilakukan pada 3 jeluk
yaitu permukaan, 10 cm, dan 50 cm, dimana masing-masing jeluk ada 3 lokasi pengamatan.
Hasilnya suhu tanah pada permukaan dari lokasi 1, 2 dan 3 secara berturut-turut yaitu 39,7oC, 29,1
oC dan 29,7 oC. pH lapangan yang terukur 5,5 menunjukan pH mendekati netral tanah. Hal ini
mungkin disebabkan kandungan di air dan tanah di lapangan yang berbeda. Air lapangan tidak
steril sudah tercampur oleh air hujan dan kontaminasi lain sehingga menghasilkan nilai yang
berbeda. Semakin dalam tanah maka pH tanah akan semakin tinggi. Pada jenis tanah pasiran ini
belum terjadi horizonisasi yakni pembentukan horizon sehingga tanah ini merupakan tahap awal
perkembangan tanah.Oleh karena tanah pasiran tidak mengandung lempung, yang menyebabkan
nilai DHL yang terjadi rendah dan karena pasir-pasir ini mempunyai muatan yang sangat rendah
atau dapat dikatakan tidak bermuatan sehingga kemampuan dalam menyerap dan menghantarkan
ion-ion juga rendah.Hal ini menyebabkan tanah ini mempunyai tingkat kesuburan yang rendah.
Pada air memiliki nilai DHL yang tinggi mungkin disebabkan kontaminasi garam atau air lapangan
yang mempunyai kadar garam yang cukup tinggi sehingga berpengaruh terhadap pengukuran DHL
air tersebut. Kadar lengas di samas cukup rendah yaitu 10,09 dibandingkan tanah biasa karena
tekstur tanah samas yaitu tanah pasiran.
Pada stop site 3 ini di daerah Pantai Trisik, Desa Kranggan 32 m dpl dengan koordinat
7057’02” LS-110013’12”BT. Pada daerah ini sistem budaya ang dipake adalah Zero tillage atau
minimum tillage dengan vegetasi yang ditanam adalah Melon dan kedelai. Tanaman melon ada
yang merambat ke atas dan ke bawah.Melon yang merambat ke bawah dapat menggunak seresah
untuk merambat buah nya. Zeroo tillage dan Minimum Tillage Pengolahan tanah hanya pada
lubang-lubang yang akan digunakan untuk menanam Jika dilakukan maksimum tillage akan
mengakibatkan banyak kontak dengan tanah, tanah dapat mengalami pembalikan sehingga
penguapan akan besar. Zero tillage termasuk budidaya tanpa olah tanah yang memiliki beberapa
keunggulan yaitu :
1. Mengirit biaya yang dikeluarkan
2. Dapat mengefisienkan penggunaan air
3. Aerasi nya tidak dipercepat dibandingkan dengan tanah yang diolah.
Pengolahan yang dilakukan meliputi pemulsaan dengan menggunakan sisa padi atau
membiarkan singgang, pengolahan tanah hanya dengan garu.Sisa panen padi sebagai mulsa, atau
tetap dibiarkan jadi padi masih bisa berproduksi tapi dalam jumlah yang rendah. Sistem sumur
renteng sudah banyak yang diganti dengan sistem pompa yaitu menggunakan pipa yang kemudian
cara penggunaannya dengan cara disemprotkan ke lahan. Hal ini dilakukan berkaitan dengan
ketersediaan tenaga kerja di daerah tersebut, dengan menggunakan sistem pompa lebih menghemat
tenaga kerja sehingga sistem ini cocok digunakan untuk daerah yang memiliki tenaga kerja yang
terbatas. Selain kedua cara tersebut, adapula yang menggunakan sumur bor yaitu air yang akan
digunakan siambil dari selokan yang terdapat atau yang mengalir di bawah lahan yang
dibudidayakan. Lahan di daerah ini digunakan untuk budidaya tanaman hortikultura, tanaman yang
dibudidayakan antara lain bawang merah, terong, cabai, timun, semangka. Sistem pengelolaan
lahan yang digunakan adalah sistem budidaya minimum tillage, maksudnya adalah memanfaatkan
lahan yang ketersediaan lengas dan unsur haranya dalam keadaan terbatas menjadi suatu lahan
yang lebih bermanfaat dan menghasilkan produk yang tinggi. Lahan yang digunakan di daerah ini
merupakan lahan pasir dimana lahan pasir termasuk dalam lahan kritis yaitu lahan yang tidak dapat
ditanami atau dibudidayakan, ini dikarenakan lahan pasir merupakan lahan yang miskin hara, suhu
tanah sangat tinggi, dan juga ketersediaan air di dalam tanah sedikit karena pada tanah ini air
mudah lolos dan menguap. Lahan pasir yang dahulunya termasuk lahan kritis dan tidak dapat
dibudidayakan sekarang berubah menjadi lahan yang bermanfaat dan dapat dibudidayakan, hal ini
dapat terjadi karena adanya rekayasa lahan dalam proses pengelolaan lahannya. Dalam hal
penggunaan lahan untuk budidaya dan pengolahan lahannya hampir sama dengan yang dilakukan
oleh petani di daerah pantai Samas, yang membedakan yaitu cara merekayasa lahannya, di daerah
ini tidak menggunakan penambahan tanah lempung, tetapi hanya menggunakan kotoran ternak dan
mulsa jerami.
Pada saat praktikum dilaksanakan cuaca sangat cerah dengan suhu udara 28oC dengan
kecepatan angin mendekati 0 yaitu sebesar 0,6 m/s. Nilai pH yang terukur adalah sebesar 6 yang
merupakan pH netral bagi tanah. Pada lahan di lahan ini memiliki KL yang cukup tinggi yaitu
47,89. Kadar lengas pada stop site ini lebih tinggi daripada KL di lahan pada stop site pertama.
Tanaman akan dapat tumbuh baik pada kondisi yang cukup lengasnya.
Pengamatan lapangan di stop site IV ini dilakukan di Pantai Bugel, Kulon Progo,
Yogyakarta. Daerah ini memiliki ketinggian tempat 31 meter di atas permukaan laut yang terletak
pada kordinat7057’11” LS-110009’43”BT, daerah ini memiliki sistem irigasi Sumur renteng,
pralon-pralon pipa O, dan wind break (buatan manusia). Di sana wind break menggunakan cemara
udang dan ada pemecah angin (wind break) buatan atau disebut artificial wind break menggunakan
daun kelapa yang dianyam. Pengelolaan lahan termasuk minimum tillage pada lahan yang telah
lama diolah, sedangkan pada lahan bukaan baru pengolahaan lahan akan maksimum
tillagekarenaakan diperlukan banyak penambahan bahan-bahan ke dalam lahan pertamanan
karena daerah pantai termasuk lahan marjinal.
Pembukaan pasir pantai sering menemui banyak kendala. Dengan demikian dilakukan
upaya untuk menanggulangi kendala-kendala tersebut antara lain dengan:
1. Penambahan Bahan Organik
2. Penambahan bahan lempung
3. Pembuatan lapisan kedap air
4. Pemulsaan
5. Penggunaan windbreaker
Pada daerah yang diamati digunakan upaya-upaya pengendalian berupa penambahan
bahan organik, penambahan lapisan lempung, serta penggunaan mulsa organik. Penambahan
bahan organik dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Dari segi
fisika, dengan penambahan BO agregasi tanah akan menjadi lebih baik, meningkatkan kemampuan
tanah menyerap air sehingga jumlah air tersedia bagi tanaman menjadi meningkat. Dari segi kimia,
BO adalah sumber unsur hara N, P, S dan beberapa sumber hara mikro. Lalu dengan penambahan
BO dapat meningkatkan KPK tanah pasir pantai. Dari segi biologi, BO adalah sumber energi bagi
mikroorganisme, sebagai contoh adalah Nitrosomonas yang berfungsi dalam nitrifikasi.
Penambahan lempung juga memiliki fungsi yang sama dengan penambahan BO yaitu
untuk memperbaiki agregasi tanah, meningkatkan kemampuan tanah menyerap air, dari segi
kimia, penambahan bahan lempung akan meningkatkan KPK, tapi bukan sebagi sumber hara baik
mikro maupun makro. Untuk memberikan supply hara bagi tanaman perlu dilakukan pemupukan.
Berhubungan dengan pemupukan maka dengan penambahan lempung efisiensi pemupukan akan
meningkat sebab kehilangan pupuk akibat leaching bisa diminimalisir.
Apabila upaya pertama, kedua dan ketiga adalah untuk meningkatkan ketersediaan air
maka upaya yang ke-empat adalah untuk menjaga agar air tidak hilang dari tanah. Dengan
dominasi pori makro maka evaporasi dari tanah pasir pantai akibat suhu yang tinggi bisa
menyebabkan kehilangan air dalam bentuk uap. Upaya yang dilakukan adalah dengan pemulsaan
baik dengan pemulsaan menggunakan plastik maupun secara organik dengan menggunakan pupuk
kandang. Pada lahan milik petani di daerah ini digunakan pupuk kandang sebagai mulsa. Selain
untuk menjaga simpanan air dalam tanah, pemanfaatan pupuk kandang sebagai mulsa ini juga
ditujukan untuk mempermudah pembudidayaan tanaman semangka di lahan tersebut. Dengan
adanya pupuk kandang, pertumbuhan tanaman semangka meningkat karena jerami digunakan
sebagai media untuk mengkaitkan sulur-sulurnya.
Kecepatan angin adalah salah satu faktor yang mempengaruhi transpirasi, dengan
peningkatan kecepatan angin tingkat transpirasi menjadi meningkat dan meskipun transpirasi
berguna untuk menjaga suhu tanaman tapi apabila terjadi dalam jumlah yang berlebih maka bisa
mematikan tanaman itu sendiri. Daerah pantai merupakan daerah terbuka dengan kecepatan angin
yang tinggi. Untuk mengurangi cekaman kecepatan angin, maka dibuat windbreaker baik secara
alami maupun secara buatan. Dengan keberhasilan menurunkan kecepatan angin maka tingkat
transpirasi bisa berkurang. Di daerah pengamatan digunakan windbreaker seperti dan daun kelapa.
Berdasarkan hasil pengamatan, pH di daerah ini mempunyai pH rata-rata sebesar 5,5
yang berarti upaya pembenahan tanah cukup efektif dan dapat menjamin pertumbuhan tanaman
yang baik. Hal ini dapat dipengaruhi karena penambahan bahan organik yang bersifat asam
sehingga didapatkan pH yang cukup rendah walaupun berada di dekat laut. Untuk kadar lengas
tanah pada areal pertanaman di stop site ini didapat sekitar 6,4. Lengas yang tersedia tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan tanaman sehingga diperlukan penyiraman secara berkala. Untuk suhu
tanah didapatkan bahwa suhu tanah permukaan lebih tinggi dari pada suhu tanah pada kedalaman
10 dan 50 cm. Hal ini terjadi karena permukaan tanah merupakan daerah yang paling luar sehingga
tingginya suhu di lapisan ini diakibatkan karena pengaruh sinar matahari.
Pada lahan tersebut digunakan pemecah angin (wind breaker) untuk mengurangi
pengaruh buruk dari tiupan angin kencang yang membawa partikel-partikel garam. Pemecah angin
yang digunakan adalah pemecah angin sementara berupa anyaman daun kelapa. Partikel-part ike l
garam yang terbawa angin dan menempel pada tanaman atau menumpuk di lahan dihilangkan
bersamaan dengan penyiraman tanaman yang sumber airnya tersedia dalam bak-bak beton atau
sumur beton yang disebut irigasi sumur renteng. Sedangkan penyiraman dilakukan dengan
menggunakan gembor atau ember. Pada lahan pasir pantai untuk mengurangi penguapan langsung
dari permukaan tanah banyak digunakan mulsa atau seresah sebagai penutup tanah.
Untuk mengatasi kondisi lahan pasir pantai yang tidak subur baik fisik, kimiawi dan
biologisnya, para petani telah menambahkan pupuk kandang dari ternak yang dipeliharanya, juga
pupuk buatan dan dengan melakukan manipulasi lahan. Manipulasi terhadap lahan dilakukan
dengan menempatkan lembaran plastik atau bahan-bahan yang bermanfaat sejenis dengan maksud
agar lahan pasir pantai yang bersifat porous tetap dapat mempertahankan ketersediaan airnya.
Manipulasi terhadap lahan pasir pantai juga dilakukan dengan menambahkan tanah lempung yang
didatangkan dari luar kawasan secara terus-menerus sehingga diharapkan dapat terwujud lahan
yang menjadi lebih subur untuk pertumbuhan tanaman.
Saat praktikum dilaksanakan terdapat kemiripan tempat dengan kondisi fisik hampir
sama yaitu pada Pantai Samas(Bantul) dan Pantai Bugel(Kulonprogo) tetapi terdapat perbedaan
dalam hal perlakuan budidaya tanamannya. Pada Pantai Samas, petani lebih konsen terhadap
budidaya tanaman hortikultura seperti bawang merah, cabai merah dan biasanya ditanam pada
bulan kering( juni-september) karena tanaman tersebut secara fisiologis tidak tahan terhadap
keadaan air yang terlalu banyak sedangkan pada saat bulan basah petani hanya menanam tanaman
yang memiliki nilai ekonomis yang lebih murah seperti terong, kangkung. Letak areal pertanian
yang diusahakan agak jauh dari bibir pantai dibanding pada areal pertanian di Pantai Bugel. Pada
Pantai Samas banyak menggunakan Windbreaker tanaman keras seperti akasia dan jati kebon serta
memiliki reservoir air yang cukup besar yang berada di dekat pantai.
Sedangkan pada Pantai Bugel, melakukan penanaman berbagai macam jenis tanaman
holtikultura dan buah seperti semangka dan tidak terlalu konsen seperti halnya yang dilakukan
pada Pantai Samas yaitu dengan menanam cabai merah maupun bawang merah. Adapun petani
membuat sendiri windbreaker dari daun tanaman kelapa yang kering yang disusun dan ditaruh di
pinggir lahan serta penanaman tanaman pemecah angin seperti cemara udang . Menurut penuturan
petani terdapat perbedaan yang signifikan jika antara ada tidaknya windbreaker terhadap
produktifitas tanaman yang dibudidayakan. Jika pada areal pertanaman dipasang adanya
windbreaker maka produktifitas akan meningkat. Windbreaker tidak hanya berupa daun kelapa,
tetapi juga dengan menanam tanaman rumput gajah yang tentunya memiliki fungsi lain sebagai
pakan ternak.
KESIMPULAN
1. Pengolahan tanah pada masing-masing tanah mempunyai cara yang berbeda-beda, tergantung pada
sifat fisik dan kimia tanah, serta ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
2. Budidaya tanaman di daerah Bambanglipuro yakni tanaman terong menggunakansistem genangan
dalam parit yaitu ketika musim kemarau airnya akan digunakan untuk pengairan dan tanaman
selalu dalam keadaan kapasitas lapang dan pada musim penghujan dengan air berlebih parit
tersebut digunakan sebagai untuk membuang air yang berlebih tersebut dan menjaga tanaman pada
kondisi tidak jenuh air.
3. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman yang dibudidayakan di lahan pasir pantai dengan
pemberian lempung, bentonit, zeolite, mulsa organik, maupun anorganik, dan pembuatan wind
breaker.
4. Pengolahan tanah minimum (Minimum Tillage) adalah pengolahan tanah yangdilakukan secara
terbatas atau seperlunya tanpa melakukan pengolahan tanahpada seluruh areal lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1991. Kesuburan Tanah.Direktorat Jendral PendidikanTinggi. Departemen Pendidikandan
Kebudayaan.
Anonim. 1991. Taman wisata Alam danTaman Wisata laut PulauSangiang
Anonim. 2009. Budidaya Kangkung. <http://warintek.progressio.or.id/budidaya-kangkung.html>. Diakses pada tanggal 5 Juli 2012.
Anonim. 2010. Budidaya Timun. <http://budidaya-di.blogspot.com/2010/01/budidaya-timun.html>.
Diakses pada tanggal 5 Juli 2012.
Anonim. 2011. Kacang Tanah. . Diakses pada tanggal 5 Juli 2012.
Hakim , N., Yusuf, N., A.M. Lubis, Sutopo G. N., Go Ban Hong, dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hanafiah, K. A. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kertenogoro, B.D. dan S. Soekodarmodjo. 1987. Anasir Fisika Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.
Kohnke, H. 1968. Soil Physics.TataMcGraw Hill, Bombay.
Mardjuki, A. 1994.Pertanian danMasalahnya. Andi Offset, Yogyakarta.
Maroeto , Moch. Arifin dan Sutoyo. 2007. Identifikasi dan diagnose sifat kimia tanah salin
untukkesesuaian tanaman cemara udang ( Casuarina equisetifolo ). Jurnal Pertanian Mapeta 10(1) : 13-23
Notohadiprawiro, T. (1996) Lahan Kritis DanBincangan Pelestarian Lingkungan Hidup.Seminar Nasional Penanganan Lahan Kritisdi Indonesia tanggal 7-8 November 1996.PT. Intidaya
Agrolestari, Bogor.
Parimawati, E., 2001. Teknik Pemanenan Aliran Permukaan (run-off harvesting) di Lahan Kering Pringgabaya. Skripsi Fakultas Pertanian Unram.
Rinsemi, W. J. 1993. (Bemesting en Meststoffen alih bahasa H.M. Saleh). Bhratara, Jakarta.
SQI, 2001.Guidelines for Soil Quality Assessment in Conservation Planning. Soil Quality Institute. Natural Resources Conservation Services.USDA.
Sudihardjo, AM. 2000. Teknologi Perbaikan Sifat Tanah Subordo Psaments dalam Upaya Rekayasa
Budidaya Tanaman Sayuran di Lahan Beting Pasir. Prosiding Seminar Teknologi Pertanian untuk Mendukung Agribisnis dalam Pengembangan Ekonomi Wilayah dan Ketahanan Pangan, Yogyakarta.
Suprapto, A. 2003.Land and water resourcesdevelopment in Indonesia.DalamFAOInvestment in Land
and Water.Proceedingsof the Regional Consultation.
Syamsiah, Iis dan A. M. Fagi. 2004. Teknologi Embung. Sumber Daya Air dan Iklim Dalam Mewujudkan Pertanian Efisien. Kerjasama Departemen Pertanian Dengan Perhimpunan
Meteorologi Pertanian Indonesia (PERHIMPI).
Tindall, H. D. 1983. Vegetable In The Tropics. Mac Millan Education, Ltd, London.
Widjajaadji, I, P, G., H. Suwardjo., dan M. Soepartini.1987.Faktor Tanah Dalam Menentukan kebutuhan dan Meningkatakan Efisiensi Penggunaan Pupuk.Dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisiens i
Pupuk. Puslittan Balitbang Deptan:183-203.
Yuwono, N. W. 2009. Membangun kesuburan tanah di lahan marginal.Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 9(2) : 137-141.
top related