hubungan religiusitas dengan kesehatan mental...
Post on 28-Nov-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTALWARGABINAAN PEMASYARARAKATAN DI PESANTREN AT-TAUBAH
LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEMUDA KELAS IIATANGERANG
SKRIPSIDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UntukMemenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
EVA FAUZAH
NIM. 11160520000078
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAMFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA1442 H / 2020M
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN
KESEHATAN MENTAL WARGA BINAAN
PEMASYARAKATAN DI PESANTREN AT-TAUBAH
LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEMUDA KELAS IIA
TANGERANG, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Kamis,
10 September 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
Jakarta, 19 Oktober 2020
Sidang Munaqosyah
Pembimbing
Ir. Noor Bekti Negoro, SE.,M.Si
NIP. 19820711200701 1 001
Ketua
Ir. Noor Bekti Negoro, SE.,M.Si
NIP. 19650301 199903 1 001
Sekretaris
Artiarini Puspita Arwan, M.Psi
NIP. 19861109 201101 2 016
Penguji I
Drs. Rini Laili Prihatini, M.Si NIP. 19690607 199503 2 003
Penguji II
Tasman, M.Si NIP. 19730201 201411 1 003
i
ABSTRAK
Eva Fauzah, NIM 11160520000078, Hubungan Religiusitasdengan Kesehatan Mental Warga Binaan Pemasyarakatan diPesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda KelasIIA Tangerang, di bawah bimbingan Ir. Noor Bekti Negoro, SE.,M.Si.Warga binaan pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan
dalam menjalani masa hukuman dengan rentang waktu cukup lama,mengalami berbagai kehilangan seperti kehilangan kemerdekaanbergerak, kehilangan hak pribadi serta terpisahnya dari keluarga,kerabat bahkan orang terdekat. Hal ini memberikan dampak negatifbagi kehidupan warga binaan dan juga psikisnya. Permasalahanpsikologi yang dialami WBP menimbulkan gangguan mental bahkansempat ada beberapa yang tidak ingin melanjutkan hidup. DisinilahReligiusitas mempunyai peranan sangat penting bagi kelangsunganhidup manusia. Sebab orang yang sadar akan agamanya atau orangyang memiliki religiusitas apabila menghadapi bahaya sebesarapapun akan mampu menghadapinya.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan religiusitas
dengan kesehatan mental warga binaan pemasyarakatan di PesantrenAt-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang.Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah religiusitas sertakesehatan mental. Penelitian ini menggunakan pendekatanmetodologi kuantitatif dengan metode survey dan kuesioner sebagaiinstrument pengumpulan data. Teknik analisa data menggunakankorelasi Pearson Product Moment.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
positif dan signifikan antara religiusitas dengan kesehatan mentalwarga binaan pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah LembagaPemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang. Hal tersebut terbuktidari hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment dengan nilaisignifikasi sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai koefisien korelasi kuat(0,683**). Hal ini berarti semakin tinggi religiusitas maka semakintinggi pula kesehatan mental warga binaan pemasyarakatan diPesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIATangerang.
Kata Kunci: Religiusitas, Kesehatan Mental, Warga BinaanPemasyarakatan
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji dan syukur penulis
panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
nikmat serta karunia-Nya kita masih bisa beraktifitas dan diberi
kesehatan hingga saat ini. Shalawat beriringkan salam tidak
hentinya penulis limpah curahkan kepada Nabi kita yakni Nabi
Muhammad SAW, beserta kel uarganya, sahabatnya dan kepada
para pengikutnya sampai kepada kita selaku umatnya hingga
akhir zaman.
Suatu hal yang sangat membahagiakan bagi penulis karena
terselesaikannya skripsi dengan judul “Hubungan Religiusitas
dengan Kesehatan Mental Warga Binaan Pemasyarakatan di
Pesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda
Kelas IIA Tangerang”. Bukan perjuangan yang mudah bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, karena keterbatasan
pengetahuan dan sedikit ilmu yang dimiliki penulis.
Alhamdulillah berkat petunjuk Allah SWT dan dukungan dari
berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Walaupun demikian penulis menyadari bahwa
dalam penulisan terdapat banyak kekurangan dan kesalahan,
namun penulis tetap berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk
memberikan informasi maupun untuk berbagi ilmu pengetahuan
kepada berbagai kalangan.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan dan dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak
iii
baik berupa moril maupun materil. Terutama ungkapan terima
kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua, Bapak H.
Nurdin dan Ibu Hj. Maswati yang senantiasa tiada henti-hentinya
memberikan kasih sayang, nasihat, dukungan serta do’a yang
selalu mereka panjatkan dengan begitu tulus dan ikhlas, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selanjutnya, pada kesempatan ini penulis ingin sampaikan
ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dan mendukung demi keberhasilan penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Suparto, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr.
Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW selaku Wakil Dekan 1
Bidang Akademik, Dr. Sihabuddin Noor, MA selaku Wakil
Dekan II Bidang Administrasi Umum, Drs. Cecep
Castrawijaya, MA selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama.
2. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakart, sekaligus
Dosen Pembimbing yang senantiasa selalu membimbing,
memberikan dukungan, masukan dan arahan serta senantiasa
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis selama
proses penyusunan skripsi.
3. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi selaku Sekretaris Program
Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu
iv
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah membantu kebutuhan dalam penyusunan
skripsi.
4. M. Jufri Halim M.Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan 2016,
yang telah membimbing, memotivasi, memberikan masukan
dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwan dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Dosen Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah memberikan
ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh
pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Kepada Kakak-kakak penulis, Abang Madrowi, Kak Jannah,
Kak Seha, Mas Abror, Kak Yayah, dan Kak Anshori, yang
tiada henti memberikan perhatian, dukungan, bantuan baik
berupa moril maupun materil dan do’a kepada penulis.
7. Kepada Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kantor
Wilayah Banten, yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melaksanakan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan
Pemudah Kelas IIA Tangerang.
8. Kepala Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA
Tangerang Bapak Supriyanto dan seluruh petugas
pemasyarakatan khususnya Bapak Suja dan Bapak Abas
selaku perantara perizinan juga administrasi sekaligus
membantu kelancaran penulis dalam pelaksanaan penelitian.
9. Kepada Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang telah
v
membantu keberhasilan dan kelancaran penulis dalam proses
penelitian.
10. Umiyanah, Raudhotul Jannah dan Alda Syavira yang sudah
setia menemani dan memberikan arahan serta dukungan
penuh kepada penulis dalam penyususan skripsi ini.
11. Seluruh teman-teman BPI angkatan 2016 khususnya Rani,
Dita, Alfiah, Ami, Ossa, Naila, Nindi, Debbie, Kade, Risna,
dan sahabat lainnya yang telah memotivasi, memberikan
bantuan dan dukungannya kepada penulis yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas
kebaikan serta ketulusan yang telah mereka berikan kepada
penulis. Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan, penulis menyadari bahwa skrispi ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis butuhkan. Terakhir semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan segenap
keluarga besar Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 23 Agustus 2020
Eva Fauzah
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK......................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A...Latar Belakang........................................................................ 1
B...Identifikasi Masalah................................................................ 9
C...Batasan Masalah..................................................................... 10
D...Rumusan Masalah................................................................... 11
E...Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................... 11
F... Tinjauan Kajian Terdahulu..................................................... 12
G...Sistematika Penulisan............................................................. 20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A...Religiusitas............................................................................. 22
1....Pengertian Religiusitas..................................................... 22
2....Fungsi Religiusitas .......................................................... 26
3....Dimensi-dimensi Religiusitas........................................... 28
4....Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiusitas............... 34
B...Kesehatan Mental................................................................... 37
1....Pengertian Kesehatan Mental........................................... 37
2....Tolak Ukur dan Kriterian Kesehatan Mental................... 41
3....Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental..... 44
4....Prinsip dalam Kesehatan Mental...................................... 49
vii
C... Warga Binaan Pemasyarakatan............................................... 52
1.... Pengertian Warga Binaan Pemasyarakatan ..................... 52
2.... Sistem Pemasyarakatan..................................................... 53
D...Kerangka Pemikiran............................................................... 57
E...Hipotesis Penelitian................................................................ 61
BAB III METODE PENELITIAN
A...Pendekatan Penelitian............................................................. 62
B...Populasi dan Sampel Penelitian.............................................. 63
C...Tempat dan Waktu Penelitian................................................. 65
D...Sumber Data........................................................................... 67
E... Instrumen Penelitian............................................................... 78
F... Teknik Pengumpulan Data..................................................... 75
G...Teknik Analisa Data............................................................... 77
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A...Gambaran Umum Pesantren At-Taubah Lembaga
Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang........................... 81
1....Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas
IIA Tangerang......................................................................... 81
2....Visi dan Misi Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas
IIA Tangerang......................................................................... 83
3....Profil Pondok Pesantren At-Taubah....................................... 83
4....Identitas Pesantren At-Taubah................................................ 88
5....Susunan Pengurus Pesantren.................................................. 88
6....Visi, Misi dan Pola Dasar Pendidikan.................................... 89
7....Jadwal Kegiatan...................................................................... 91
B... Temuan dan Hasil Analisa Data................................................... 96
viii
1....Karakteristik Responden ...................................................... 96
2....Gambaran Umum Responden................................................100
3....Deskripsi Hasil Penelitian..................................................... 103
a....Uji Validitas.....................................................................103
b....Uji Reliabilitas................................................................. 108
4....Analisa Data Penelitian......................................................... 109
a.... Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov.............................. 109
b....Uji Korelasi.......................................................................110
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A...Simpulan.................................................................................119
B...Saran ...................................................................................... 120
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kerangka Pemikiran………………………………….. 60
Tabel 2. Skala Semi Likert (Favorabel)………………………. 69
Tabel 3. Skala Semi Likert (Unfavrabel)……………………… 70
Tabel 4. Blue Print Skala Variabel Religiusitas Sebelum Uji
Instrumen…………………………………………….. 72
Tabel 5. Blue Print Skala Variabel Religiusitas Setelah Uji
Instrumen…………………………………………….. 72
Tabel 6. Blue Print Skala Variabel Kesehatan Mental Sebelum
Uji Instrumen………………………………………… 73
Tabel 7. Blue Print Skala Variabel Kesehatan Mental Setelah
Uji Instrumen………………………………………… 74
Tabel 8. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien
Korelasi………………………………………………. 80
Tabel 9. Jadwal Kegiatan Harian……………………………… 91
Tabel 10. Jadwal Kegiatan Mingguan………………………...... 94
Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia…………. 97
Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Jangka Tinggal 98
Tabel 13. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir………………………………………………. 99
Tabel 14. Tingkat Religiusitas pada Warga Binaan
Pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah Lembaga
Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang……… 100
Tabel 15. Tingkat Kesehatan Mental pada Warga Binaan
Pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah Lembaga
Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang……… 102
Tabel 16. Hasil Uji Validitas Religiusitas……………………… 104
x
Tabel 17. Hasil Uji Validitas Variabel Kesehatan Mental …….. 106
Tabel 18. Hasil Output Uji Reliabilitas Skala Religiusitas……... 108
Tabel 19. Hasil Output Uji Reliabilitas Skala Kesehatan Mental 109
Tabel 20. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov………… 110
Tabel 21. Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment……….. 111
Tabel 22. Koefisien Korelasi…………………………………… 112
Tabel 23. Nilai Koefisien Korelasi antara Bagian dari
Religiusitas dengan Kesehatan Mental Warga Binaan
Pemasyarakatan ……………………………………... 114
Tabel 24. Nilai Koefisien Korelasi antara Bagian dari
Religiusitas dengan Jangka Tinggal Warga Binaan
Pemasyarakatan ……………………………………... 119
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Definisi OperasionalLampiran 2 Lembar KuesionerLampiran 3 Data Skor RespondenLampiran 4 Hasil Perhitungan SPSS For Windows 24Lampiran 5 Surat-suratLampiran 6 Dokumentasi-dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangManusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang
memiliki keberagaman kelebihan-kelebihan yang tidak
dimiliki oleh makhluk lainnya di muka bumi. Setiap manusia
memiliki kebutuhan hidup yang berbeda-beda, baik dalam
memenuhi kebutuhan biologis, sosial maupun kebutuhan
akan agama. Kehidupan manusia begitu kompleks, selalu
mengalami perubahan dan perkembangan. Seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dituntut
untuk mengikuti perkembangan tersebut.
Kebutuhan manusia akan terus meningkat dengan
mengikuti perkembangan zaman dan majunya suatu
masyarakat, karena setiap orang dalam hidupnya selalu
didorong oleh keinginan-keinginan yang harus dipuaskan.
Bukan hanya itu, perkembangan zaman pula memaksa
manusia untuk mengikuti skenario sosial yang berada di
lingkungan masyarakat dengan berbagai tuntutan. Kesulitan
untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman dan juga
dalam memenuhi segala tuntutan menyebabkan seseorang
mengalami berbagai konflik. Sehingga banyak orang yang
memutuskan untuk bertingkah laku menyimpang dari norma-
2
norma umum, atau berbuat semaunya demi kepentingan
sendiri dan mengganggu serta merugikan orang lain.31
Hasrat pemenuhan kebutuhan yang membludak namun
tidak memiliki harta kekayaan, mendorong manusia untuk
melakukan tindak kriminal. Karena terdapat ketidaksesuaian
atau pertentangan antara ambisi-ambisi dengan kemampuan
pribadi, ketidakmampuan menyesuaikan diri secara
ekonomis pula mendorong manusia untuk bertindak jahat
atau melakukan tindak pidana. Tidak sedikit manusia yang
melakukan tindakan menyimpang dari norma-norma yang
telah ditentukan, baik norma yang berlaku dimasyarakat
maupun norma yang telah ditentukan oleh agama. Tindakan
menyimpang ini mendapatkan tanggapan miring dari
masyarakat dengan menganggap sebagai sekelompok orang
yang bermasalah yang patut untuk dijauhi dan diasingkan.
Penyebab seseorang melakukan tindak kejahatan salah
satunya adalah karena kurangnya pengetahuan tentang agama
atau sebenarnya seseorang itu mengetahui tentang agama
tetapi tidak mengaplikasikan dalam kehidupan.
Orang yang telah terbukti melakukan tindak kejahatan
maka akan mendapatkan hukuman sesuai dengan peraturan
undang-undang yang telah ditetapkan dan hak kebebasannya
sebagai warga Negara akan dicabut, ia tidak bisa lagi
bergerak sebebas masyarakat pada umumnya. Para pelaku
atau terpidana akan ditempatkan pada lembaga
1 Kartini Kartono, Potologo Sosial Jilid I, (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2007), h. v.
3
pemasyarakatan (LAPAS), tempat pelaksanaannya
pembinaan Narapidana dan Anak didik Pemasyarakatan.
Diatur pada pasal 1 angka 3 UU No.12 Tahun 1995, fungsi
LAPAS pada saat ini tidak lagi sekedar menjadi tempat
untuk menghukum orang-orang yang melanggar hukum.
Lembaga pemasyarakatan juga berfungsi sebagai tempat
pembinaan dan tempat rehabilitas. Pemasyarakatan
merupakan kegiatan untuk melakukan pembinaan warga
binaan pemasyarakatan (WBP) berdasarkan sistem,
kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian
akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.42
Sejalan dengan itu, yang dimaksud dengan warga binaan
pemasyarakatan adalah seorang narapidana, anak didik
pemasyarakatan, dan klien pemasyarakatan. Narapidana
merupakan salah satu contoh manusia yang melakukan
tindakan negatif yang tidak sesuai dengan norma-norma yang
ada di mayarakat dan melanggar hukum yang berlaku yaitu
berupa tindak kejahatan. Dalam pengertian lain, narapidana
adalah seseorang manusia atau anggota masyarakat yang
dipisahkan dari induknya dan selama waktu tertentu itu
diproses dalam lingkungan tempat tertentu dengan tujuan,
metode, dan sistem pemasyarakatan.53
2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentangpemasyarakatan, Bab I mengenai Ketentuan Umum: Pasal 1 Ayat 1-3, h. 2.
3 Bambang Poernomo, Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan SistemPemsyarakatan, (Yogyakarta: Liberty, 1986), h. 180.
4
Menjalani kehidupan sebagai seorang warga binaan
pemasyarakatan atau narapidana sulit untuk diterima dan
rentan akan penderitaan. Warga binaan pemasyarakatan di
Lembaga Pemasyarakatan dalam menjalani masa hukuman
dengan rentang waktu cukup lama, mengalami berbagai
kehilangan seperti kehilangan kemerdekaan bergerak,
kehilangan hak pribadi serta terpisahnya dari keluarga,
kerabat bahkan orang terdekat. Hal ini memberikan dampak
negatif bagi kehidupan WBP dan juga psikisnya.
Permasalahan psikologi yang dialami WBP ini menimbulkan
gangguan mental bahkan sempat ada beberapa WBP yang
tidak ingin melanjutkan hidup.
Masalah ini juga sangat rentan menimbulkan masalah-
masalah mental atau psikologis seperti cemas, putus asa,
stress, depresi dan lain sebagainya. Kesehatan mental
seringkali terabaikan dalam kehidupan sehari-hari, padahal
kesehatan mental ini sangat penting dan dapat mempengaruhi
produktivitas kehidupan seseorang serta perlu mendapatkan
perhatian khusus sama halnya dengan kesehatan fisik.
Karena kebutuhan manusia bukan hanya kebutuhan fisik saja
akan tetapi juga kebutuhan psikologis. Menurut Yusak
Burhanuddin dalam bukunya kesehatan mental menjelaskan
bahwa orang yang sehat mentalnya mempunyai pribadi yang
normal. mereka akan bertindak dan berperilaku baik agar
dapat diterima oleh masyarakat. Selain itu, dalam karakter
5
dirinya terdapat kesesuaian dengan norma dan pola hidup
masyarakat.64
Menurut data WHO terkait kondisi gangguan mental pada
tahun 2016 menyatakan bahwa terdapat sekitar 35 juta orang
terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena
skizofrenia, dan 47,5 juta terkena dimensia.75 Di Indonesia
dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan
keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan
jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan
beban Negara dan penurunan produktivitas manusia untuk
jangka panjang. Data Riskesdas 2018 menunjukkan
prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan
dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15
tahun ke atas mencapai 61% dari jumlah penduduk Indonesia.
Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti
skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7
per 1.000 penduduk.86
Perlu diketahui, secara tak sadar setiap manusia tidak
dapat terhindar dari masalah gangguan mental atau
psikologis, hanya saja lain orang, lain pula masalah
psikologis yang dihadapinya. Berbagai masalah mental atau
4 Yusrak Burhanuddin, Kesehatan Mental, (Jakarta: Pustaka Setia,1999), h. 13.
5 Departemen Kesehatan. 2016. “Data WHO tentang Gangguan danPenyakit Mental/Jiwa”. Diakses dari http://www.depkes.go.id, pada tanggal 4Februari 2020.
6 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. “Hasil Riskesdas2018”. Diakses darihttp://www.kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf, pada tanggal 4 Februari 2020.
6
psikologis yang dihadapi oleh manusia pada dasarnya
disebabkan oleh ketidakmampuan seseorang dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
Begitu pula masalah yang dihadapkan oleh warga binaan
pemasyarakatan, pada mulanya karena ketidaksesuaian
antara ambisi seseorang untuk memenuhi tuntutan zaman dan
kemampuan yang mereka miliki. Hal ini menyebabkan
mereka memutuskan untuk bertindak kejahatan dan
menganggap itu adalah suatu pilihan yang tepat. Dari
kejadian yang telah mereka lakukan mengakibatkan masuk
ke dalam tahanan atau penjara, sehingga ketika mereka
menyandang status sebagai seorang warga binaan
pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan dan menjalani
masa hukuman dengan rentang waktu cukup lama, seringkali
menimbulkan permasalahan psikologis pada para warga
binaan pemasyarakatan seperti stress, depresi dan kecemasan.
Ketidaksehatan mental yang terjadi di era modern saat ini
banyak dipengaruhi oleh pola fikir manusia yang hanya
mengedepankan kebutuhan badani yang bersifat materialistik
semata dan banyak meninggalkan kehidupan spiritualitas.
Kehidupan spiritualitas ini berhubungan dengan kehidupan
kerohanian yang tercermin dalam kehidupan keagamaan atau
disebut dengan religiusitas. Religiusitas diartikan sebagai
seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan,
seberapa pelaksanaan ibadah dan akidah, dan seberapa dalam
penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang
muslim religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh
7
pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan, dan penghayatan atas
agama Islam dan menginternalisasikan ajaran agamanya
sehingga berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan
hidupnya.97
Religiusitas mempunyai peranan sangat penting bagi
kelangsungan hidup manusia. Karena apabila manusia
meninggalkan kehidupan religiusitas maka akan terjadi
ketidakseimbangan dan ketidak harmonisan fungsi-fungsi
pembentuk manusia. Hal ini akan berakibat pada
ketidaksehatan mental seseorang. Pada dasarnya manusia
adalah makhluk beragama (homoreligius). Dikatakan bahwa
manusia adalah homoreligius sebab manusia merupakan
makhluk yang memiliki rasa keagamaan dan kemampuan
untuk memahami serta mengamalkan nilainilai religi, baik
yang bersifat ritual personal maupun ibadah sosial, seperti
menjalin hubungan antar manusia serta menciptakan
lingkungan hidup yang bermanfaat bagi kesejahteraan atau
kebahagiaan umat manusia.
Orang yang sadar akan agamanya atau orang yang
memiliki religious counsousness apabila menghadapi
kesukaran atau bahaya sebesar apapun akan mampu
menghadapinya.108 Hal ini disebabkan nilai-nilai religi sudah
masuk ke dalam kehidupannya, seperti: rasa sabar, jauh dari
7 Fuad Anshori dan Rachmy Dian Mucharam, MengembangkanKreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam, (Yogyakarta: Menara Kudus,2002), h. 71.
8 Burhanuddin, Kesehatan Mental, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h.56
8
rasa cemas serta keyakinan bahwa kesukaran dalam hidup
merupakan bagian dari cobaan Tuhan kepada hamba-Nya
yang beriman. Seseorang yang berpegang teguh kepada
agama, apabila mengalami kekecewaan, ia tidak akan merasa
putus asa dan akan menghadapinya dengan tenang dan
tabah.9 Keyakinan-keyakinan seperti inilah yang akan
membawa seseorang tetap mempunyai kesehatan mental
sebab ia terhindar dari rasa cemas, depresi dan stress ketika
menghadapi masalah.
Melihat pentingnya religiusitas bagi manusia tak
terkecuali bagi warga binaan pemasyarakatan, hal inilah yang
mendorong terbentuknya sebuah sebuah pondok pesantren
At-Taubah sebagai Lembaga Pendidikan Islam swasta di
Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Klesa IIA Tangerang,
yang didirikan sejak 2004 dengan sistem kurikulum terpadu,
pendidikan berasrama, serta pengajaran bahasa Arab dan
bahasa Inggris secara intensif. Pesantren At-Taubah ini
berupaya untuk mencetak manusia (khususnya warga binaan
pemasyarakatan LAPASDA Kelas IIA Tangerang) yang
sukses berhijrah menjadi umat berkualitas di tengah
Mayarakat Madani, yang memiliki akhlakul karimah, ilmu
pengetahuan yang luas dan bertakwa k epada Allah SWT.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
bimbingan kelompok yang dilaksanakan di Pesantren At-
9 Burhanuddin, Kesehatan Mental, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h.60.
9
Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA
Tangerang dengan judul “Hubungan Religiusitas dengan
Kesehatan Mental Warga Binaan Pemasyarakatan di
Pesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda
Kelas IIA Tangerang”.
B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang telah
diuraikan di atas, maka masalah yang teridentifikasi
adalah:
1. Religiusitas memiliki peran penting bagi
kelangsungan hidup manusia, sebab jika seseorang
memiliki religiusitas apabila ia dihadapkan dengan
permasalahan dalam hidupnya maka ia mampu
menghadapinya. Hal ini disebabkan nilai-nilai religi
sudah masuk ke dalam kehidupannya, seperti: rasa
sabar, jauh dari rasa cemas serta keyakinan bahwa
kesukaran dalam hidup merupakan bagian dari cobaan
Tuhan kepada hamba-Nya yang beriman.
2. Berdasarkan hasil observasi, ada beberapa warga
binaan pemasyarakatan yang memiliki kesehatan
mental yang rendah setelah mengalami tekanan dalam
hidupnya. Salah satu faktor yang menjadi penyebab
hal ini terjadi adalah mereka merasa kehilangan
harapan untuk masa depan, serta mengalami
kehilangan kepribadian, kehilangan kebebasan atau
kemerdekaan, kehilangan hubungan dengan keluarga,
10
kehilangan orang terdekat, bahkan kehilangan harga
diri.
C. Batasan MasalahAgar masalah dalam penelitian ini tidak meluas dan
menjadi lebih terarah, maka penulis membatasi penelitian ini
dengan difokuskan pada hubungan religiusitas dengan
kesehatan mental. Pembatasannya sebagai berikut:
1. Religiusitas adalah bentuk proses manusia dalam
meyakini, memahami dan menghayati ajaran agama
disertai tingkat pengetahuan terhadap agama yang
dianutnya kemudian diaktualisasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Religiusitas ini berhubungan dengan tingkah
laku keagamaan, yakni bentuk tingkah laku yang
bersumber dari keyakinan beragama yang didalamnya
terdapat lima dimensi yaitu: dimensi pengetahuan agama,
dimensi keyakinan, dimensi penghayatan, dimensi
peraktek agama dan dimensi pengamalan.
2. Kesehatan Mental dalam penelitian ini dibatasi pada
kesehatan mental dalam aspek orientasi klasik
(terbebasnya dari sakit fisik dan jiwa), orientasi
Penyesuaian diri dan orientasi pengembangan potensi.
3. Subjek penelitian ini adalah warga binaan
pemasyarakatan yang berada di pesantren At-Taubah
Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang.
11
D. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap rumusan
masalah sebagai berikut:
Bagaimana hubungan antara religiusitas dengan kesehatan
mental warga binaan pemasyarakatan di Pesantren At-
Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA
Tangerang.
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian1. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis hubungan antara religiusitas
dengan kesehatan mental warga binaan pemasyarakatan
di Pesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan
Pemuda Kelas IIA Tangerang
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
1) Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah
pengetahuan baru mengenai religiusitas dan
kesehatan mental bagi warga binaan
pemasyarakatan.
2) Diharapkan penelitian ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran yang dapat dijadikan
bahan pertimbangan dan acuan dalam
meningkatkan religiusitas dan memiliki
kesehatan mental yang lebih baik, khususnya di
12
Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA
Tangerang.
b. Manfaat Praktis
1) Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
sosial khususnya dalam bidang ilmu dakwah
dan ilmu komunikasi.
2) Agar lebih memahami dan mendalami ilmu
pengetahuan penulis khususnya dalam hal
bimbingan dan penyuluhan Islam mengenai
pemberian bimbingan agama untuk
meningkatkan kesehatan mental warga binaan
pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah
Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA
Tangerang.
3) Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi
sumbangan pemikiran yang akan menjadu
masukan kepada Lembaga Pemasyarakatan
Pemuda Kelas IIA Tangerang dalam
menentukan religiusitas untuk meningkatkan
kesehatan mental warga binaan
pemasyarakatan.
F. Tinjauan Kajian TerdahuluDalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan tinjauan
pustaka sebagai acuan dan tambahan pemahaman serta bahan
yaitu diantaranya dari beberapa skripsi sebagai berikut:
13
1. Hubungan Antara Religiusitas dengan Penyesuain
Diri di Sekolah Pada Siswa SMP Negeri 1 Porong-
Sidoarjo
Disusun oleh Aini Lutfiah (2018), mahasiswi
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Fakultas Psikologi.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
korelasional. Jumlah sampel 211 siswa SMP Negeri 1
Porong-Sidoarjo yang diambil dengan menggunakan
teknik sampling proportionate stratified random
sampling. Instrumen pengumpulan data menggunakan
dua skala psikologi model Likert yaitu skala religiusitas
dan penyesuaian diri di sekolah.
Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien korelasi
sebesar 0,768 dengan signifikan 0,000 < 0,005 yang berarti
ada hubungan positif antara religiusitas dengan
penyesuaian diri di sekolah pada siswa SMP Negeri 1
Porong-Sidoarjo. Hal ini berarti semakin tinggi
religiusitas siswa maka akan semakin tinggi penyesuaian
diri di sekolah, dan semakin rendah religiusitas siswa
maka semakin rendah tingkat penyesuaian diri di sekolah.
Kelebihan dari penelitian ini adalah peneliti
memaparkan hasil temuan secara jelas dan rinci sehingga
mudah untuk dipahami oleh pembaca. Penelitian ini
memiliki kesamaan dengan penelitian penulis pada
variabel bebas yaitu religiusitas namun berbeda pada
variabel terikat, dalam penelitian ini variabel terikatnya
14
adalah penyesuaian diri tetapi dalam penelitian peneliti
adalah kesehatan mental. Begitupun terdapat perbedaan
pada subjek penelitian.
2. Analisis Tingkat Religiusitas Terhadap Etika Bisnis
Pedagang Muslim Pasar Induk Lambaro Aceh Besar
Disusun oleh Merry Dahlina (2018), mahasiswi UIN
Ar-Raniry Banda Aceh Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Jurusan Ekonomi Syariah. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh religiusitas terhadap etika
bisnis pedagang muslim pasar induk Lambora Aceh
Besar. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah
pedagang sembako yang ada di pasar Induk Lambora
Aceh Besar dan sampel yang diambil sebanyak 75
pedagang dengan menggunakan teknik accidental
sampling.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara
stimulan dimensi religiusitas (keyakinan, praktik agama
dan pengamalan) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap etika bisnis pedagang muslim pasar Induk
Lambora Aceh Besar. Hal ini dapat dilihat dari nilai F
hitung sebesar 10,756 dengan probabilitas signifikasi
0,000. Sedangkan secara parsial ketiga variabel
independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap
etika bisnis pedagang muslim.
15
Kelebihan dalam penelitian ini adalah terdapat kerang
berpikir serta kerangka konsep berpikir yang membuat
skripsi tersebut jauh lebih mudah dipahami oleh siapapun
yang membacanya. Bukan hanya itu, penjabaran hasil
temuan penelitian di dalam skripsi ini pun sangat rinci
dan jelas.
3. Hubungan Layanan Bimbingan dan Konseling
Dengan Kesehatan Mental Siswa Kelas VIII Negeri 3
Kalidawir Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran
2014/2015
Disusun oleh Khusnul Khoiriyah (2015), mahasiswi
UNP Kediri Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP) Jurusan Bimbingan dan Konseling. Penelitian ini
menggunakan metode eksplanasi, teknik penelitian
korelasi produc moment dengan pendekatan kuantitatif
yaitu veriabel pertama Layanan Bimbingan Konseling,
dan variabel kedua Kesehatan Mental siswa SMP Negeri
3 Kalidawir Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran
2014/2015. Adapun pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah angket. Data hasil penelitian dianalisis secara
kuantitatif dengan uji statistik menggunakan rumus
korelasi Produc Moment.
Hasil yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini
bahwa terdapat hubungan antara layanan bimbingan
konseling dengan kesehatan mental siswa SMP Negeri 3
16
Kalidawir Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran
2014/2015 dengan interpretasi produk momen tinggi.
Kekurangan dalam penelitian skripsi ini adalah tidak
adanya definisi operasional dan indikator, tidak ada tabel
yang menyajikan teori dan definisi operasional, dan juga
tidak ada kerangka berpikir. Kelebihan dalam penelitian
skripsi ini adalah pada hasil temuan penelitian yang
dipaparkan secara singkat namun jelas sehingga mudah
dipahami oleh pembaca.
4. Pengaruh Intensitas Mengikuti Bimbingan Agama
Islam Terhadap Kesehatan Mental Para Lanjut Usia
di Panti Wredha Harapan Ibu Semarang
Disusun oleh Robbiana Saputra (2015), mahasiswa
UIN Walisongo Semarang Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk menguji secara empiris pengaruh intensitas
mengikuti bimbingan agama Islam terhadap kesehatan
mental di Panti Wredha Harapan Ibu Semarang. Metode
yang digunakan ialah metode kuantitatif. Sampel dalam
penelitian ini sejumlah 38 lansia diambil sesuai dengan
kriteria yang disebutkan oleh penulis.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada
pengaruh antara intensitas bimbingan agama Islam
terhadap kesehatan mental para lansia di Panti Wredha
Harapan Ibu Semarang selebihnya ada faktor lain diluar
17
intensitas bimbingan agama Islam, seperti: faktor
lingkungan, ketaatan beribadah, kecemasan lansia
menghadapi kematian, motivasi hidup dan dukungan
sosial keluarga.
Hal yang menjadi pembeda dalam penelitian skripsi
ini dengan penelitian yang akan penulis teliti ialah
terletak pada variabel X atau variabel bebas, subjek
penelitian dan lokasi penelitian. Dimana variabel X pada
penelitian sebelumnya ialah intensitas mengikuti
bimbingan agama, subjek dan lokasi penelitiannya ialah
para lansia di panti Wredha Harapan Ibu Semarang
sedangkan penelitian yang penulis buat variabel X nya
ialah tingkat religiusitas dengan subjek warga binaan
pemasyarakatan di pesantren At-Taubah Lapas Pemuda
Kelas IIA Tangerang.
5. Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap Kesehatan
Mental Jamaah Majelis Rasulullah Pancoran Jakarta
Selatan
Disusun oleh Udy Hariyanto (2015), mahasiswa
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengetahui apakah ada pengaruh signifikan
bimbingan agama terhadap kesehatan mental jamaah di
Majelis Rasulullah Pancoran Jakarta Selatan. Metode
18
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh positif
antara Bimbingan Agama terhadap Kesehatan Mental.
Hal ini ditunjukkan dari persamaan regresi yang
diperoleh KM = 23.966 + 0.505 BA yang berarti dimana
setiap ada penambahan nilai variabel Bimbingan Agama
akan menaikkan nilai variabel Kesehatan Mental sebesar
0.505. Bimbingan Agama mempunyai pengaruh sebesar
48,8% terhadap Kesehatan Mental jamaah majelis
Rasulullah Pancoran Jakarta Selatan selebihnya
dipengaruhi oleh faktor lain diluar Bimbingan Agama.
Hal ini dapat dilihat dari nilai R Square sebesar 0.493 dan
Adjusted R Square sebesar 0.488.
Kekurangan dalam skripsi ini adalah tidak adanya
kerangka berpikir ataupun kerangka konsep berpikir.
Namun tertutupi oleh kelebihan yang terdapat dalam
skripsi ini yaitu temuan hasil penelitian dipaparkan
dengan lengkap dan dijelaskan dengan bahasa yang
mudah dipahami. Perbedaan penelitian ini dengan penulis
ialah pada variabel X dan sasaran atau subjek penelitian.
6. Pengaruh Tingkat Religiusitas Terhadap Perilaku
Disiplin Remaja di MAN Sawit Boyolali
Disusun oleh Siti Nurjanah (2014), mahasiswi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam. Penelitian
19
ini menggunakan metode kuantitatif dengan pengambilan
sampel menggunakan teknik Random Sampling. Pada
penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
deskriptif korelasional sebab akibat dengan pendekatan
Croass soetional.
Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah tingkat
religiusitas mempunyai pengaruh positif dalam
pembentukan perilaku disiplin remaja. Maka dari itu
dalam penelitian ini dapat diimplikasikan bahwa
perlunya upaya peningkatan religiusitas pada diri remaja
melalui dibiasakan dalam menerapkan budaya-budaya
islami dan diberi pengarahan-pengarahan dalam hal
keagamaan dan membudidayakan berperilaku disiplin
baik dilingkungan sekolah maupun masyarakat. Pengaruh
tingkat religiusitas (X) terhadap perilaku disiplin remaja
(Y) mendapat angka determinasi sebanyak 64%
sedangkan sisanya 36% merupakan variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam penelitian.
Kelebihan dalam penelitian ini adalah terdapat
kerangka berfikir yang menjadikan penelitian ini lebih
terarah dan jelas tujuannya serta hasil yang dipaparkan
sangat lengkap dan mudah dipahami. Kemudian dalam
penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang
akan penulis buat yakni terdapat pada variabel Y
(variabel terikat), subyek dan lokasi tempat yang
dilakukan oleh penelitian sebelumnya.
20
G. Sistematika PenulisanUntuk mempermudah dalam menyusun hasil penelitian ini,
maka dibuatlah sistematika penulisan yang membagi menjadi
5 (lima) bab yang terdiri dari beberapa sub bab yang saling
berkaitan, sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan kajian terdahulu dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang Landasan Teori yang akan
digunakan dan mendukung penelitian mengenai
teori religiusitas dan kesehatan mental warga
binaan pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah
Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA
Tangerang.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan tentang metodologi
penelitian yang meliputi metode penelitian, lokasi
dan waktu penelitian variabel penelitian, sumber
21
data, populasi dan sampel, hipotesis penelitian,
definisi operasional dan indikator variabel, teknik
pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas
instrument, dan teknik analisa data.
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan gambaran umum dan lokasi
penelitian, pengolahan uji instrument, hasi dan
pembahasan, dan analisis data penelitian.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan tentang kesimpulan-kesimpulan
yang dapat ditarik dan hasil analisis penelitian, dan
saran yang dapat digunakan untuk penelitian
selanjutnya.
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Religiusitas
1. Pengertian ReligiusitasMenurut Muhaimin dikutip dari Kamus Besar
Bahasa Indonesia, religious berarti: bersifat religi atau
keagamaan, atau yang bersangkut paut dengan religi
(keagamaan). Penciptaan suasana religious berarti
menciptakan suasana atau iklim kehidupan beragama.1
Religiusitas berasal dari bahasa Latin religio yang
berarti agama, kesalehan, jiwa keagamaan. Sedangkan
religiusitas megukur seberapa jauh pengetahuan,
seberapa kokoh keyakinan, seberapa banyak
pelaksanaan ibadah dan kaidah, dan seberapa dalam
penghayatan atas agama yang dianutnya sehingga
religiusitas dapat diartikan sebagai keagamaan.2
Istilah religiusitas berasal dari kata religion yang
berarti agama; kemudian menjadi kata sifat religious
yang berarti agamis atau saleh dan selanjutnya
menjadi kata keadaan religiosity yang berarti
keberagamaan atau kesalehan. Religiusitas (religiosity)
merupakan ekspresi spiritual seseorang yang berkaitan
1 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam diSekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), h.61.
2 Fuad Nashori dan Rachma Diana Mucharam, MengembangkanKreativitas dalam Perspektif Psikologi, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002),h.71.
23
dengan sistem keyakinan, nilai serta hukum yang
berlaku.11
Religi yang berakar dari kata religare berarti
mengikat. Wundt, seorang ahli psikologi, pernah
memberikan penjelasan tentang istilah ini, yaitu
sesuatu yang dirasakan sangat dalam, yang
bersentuhan dengan keinginan seseorang,
membutuhkan ketaatan dan memberikan imbalan atau
mengikat seseorang dalam suatu masyarakat.12
Harun Nasution menyatakan bahwa agama sama
dengan din sama dengan religi, religi, yang
mengandung definisi sebagai berikut: 1) Pengakuan
terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan
gaib yang harus dipatuhi; 2) Pengakuan terhadap
adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia; 3)
Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang
mengandung pengakuan pada suatu sumber yang
berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi
perbuatan-perbuatan manusia; 4) Kepercayaan pada
suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup
tertentu; 5) Suatu sistem tingkah laku (code of conduct)
yang berasal dari kekuatan gaib; 6) Pengakuan
11 R. Stark dan C.Y. Glock. Dimensi-dimensi Keberagamaan, dalamRobertson (ed), Agama: Dalam Analisis dan Interpretasi Sosiologi, A. FedyaniSaifudin, (Jakarta: Kementrian, 1978), hal. 60.
12 Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharom, MengembangkanKreativitas dalam Perspektif Psikologi Islami, (Yogyakarta: Menara Kudus,2002), hal. 77-78.
24
terhadap adanya kewajiban yang diyakini bersumber
pada suatu kekuatan gaib; 7) Pemujaan terhadap
kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan
perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang
terdapat dalam alam sekitar manusia; 8) Ajaran-ajaran
yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui
Rasul.13
Mangunwijaya membedakan istilah religi (yang
bermakna agama) dengan religiusitas (yang bermakna
keberagamaan). Menurutnya, religi lebih nampak
formal dan resmi sedangkan religiusitas nampak luwes
sebab melihat aspek yang senantiasa berhubungan
dengan kedalaman manusia, yaitu penghayatan
terhadap aspek-aspek religi itu sendiri. Dalam hal ini
makna religiusitas lebih dalam dari agama.
Religiusitas lebih melihat aspek yang ada dalam lubuk
hati, riak getaran hati nurani serta sikap personal yang
sedikit banyak menjadi misteri bagi orang, yakni cita
rasa yang mencakup rasio dan rasa manusiawi ke
dalam pribadi manusia.14 Kematangan beragama
dilihat dari kemampuan seseorang untuk memahami,
menghayati serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur
agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Ia
menganut suatu agama karena menurut keyakinannya
13 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:Universitas Indonesia Press, 1979), hal. 9.
14 Mangunwijaya, Sastra dan Religiusitas, (Jakarta: Sinar Harapan,1982), hal. 25.
25
agam tersebutlah yang baik, karena itu ia berusaha
menjadi penganut yang baik. Keyakinan itu
ditampilkannya dalam sikap dan tingkah laku
keagamaan yang mencerminkan ketaatan terhadap
agamanya.15
Menurut Muhammad Thaib Thohir Religiusitas
merupakan dorongan jiwa seseorang yang mempunyai
akal, dengan kehendak dan pilihannya sendiri
mengikuti peraturan tersebut guna mencapai
kebahagiaan dunia akhirat.16 Pruyser berpendapat
bahwa religiusitas lebih personal dan mengatas
namakan agama. Agama mencakup ajaran-ajaran yang
berhubungan dengan Tuhan, sedangkan tingkat
religiusitas adalah perilaku manusia yang
menunjukkan kesesuaian dengan ajaran agamanya.
Jadi berdasarkan agama yang dianut individu berlaku
secara religious.17 Dalam pendekatan psikologi agama,
religiusitas merupakan konstruk psikologi dan agama
yang tak terpisahkan. Religiusitas adalah inti kualitas
hidup manusia, dan harus dimaknakan sebagai rasa
15 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2000), hal. 109.
16 M. Thaib Thohir Abdul Muin, Ilmu Kalam, (Jakarta: Bulan Bintang,1973), h. 13.
17 Jalaludin Rahmat, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2003), h. 89
26
rindu, rasa ingin bersatu, rasa ingin berada dengan
sesuatu yang abstrak.18
Religiusitas sendiri mempunyai arti: Pertama,
dalam kamus sosiologi Pertama, dalam kamus
sosiologi religiusitas adalah bersifat keagamaan ; taat
beragama. Kedua, religiusitas merupakan penghayatan
keagamaan dan kedalaman kepercayaan yang
diekspresikan dengan melakukan ibadah sehari-hari,
berdoa, dan membaca kitab suci. Ketiga, Wujud
interaksi harmonis antara pihak yang lebih tinggi
kedudukannya (yaitu Allah SWT), dari yang lain
(yaitu makhluk), menggunakan tiga konsep dasar
(yaitu iman, Islam dan ihsan).7
Ancok dan Suroso, berpendapat bahwa religiusitas
adalah keberagamaan yang berarti meliputi berbagai
sisi atau dimensi kehidupan manusia, baik yang
menyangkut perilaku ritual (beribadah) atau perilaku
lain dalam kehidupannya yang identik dengan nuansa
agama baik yang nampak dan dapat dilihat oleh mata
atau yang tidak nampak (terjadi di dalam hati
manusia). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan
beragama tidak hanya terjadi ketika individu sedang
18 Jalaluddin, Psikologi Agama: Memahami Perilaku denganMengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi, (Jakarta: Rajawali Pers, Ed. Revisi,Cet. 18, 2016), h. 293.
7 M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Illahi: Al-Quran dan DinamikaKehidupan Masyarakat, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 3.
27
beribadah, tetapi juga ketika melakukan kegiatan lain
yang bernilai ibadah.8
Religius adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang
komprehensif, yang menjadikan seseorang disebut
sebagai orang yang beragama (being religious) dan
bukan sekedar mengaku punya agama. Religius
meliputi pengetahuan agama, keyakinan agama,
pengalaman ritual agama, perilaku (moralitas agama),
dan sikap sosial keagamaan. Dalam istilah religiusitas
dari garis besarnya tercermin dalam pengalaman
aqidah, syariah, dan akhlak, atau dalam ungkapan lain:
Iman, Islam dan Ihsan. Bila semua unsur tersebut telah
dimiliki seseorang maka dia itulah insan beragama
sesungguhnya.9
Berdasarkan beberapa uraian yang telah
dipaparkan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
religiusitas adalah bentuk proses manusia dalam
meyakini, memahami dan menghayati suatu ajaran
agama disertai tingkat pengetahuan terhadap agama
yang dianutnya kemudian diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari yakni berupa tindakan dengan
mematuhi aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban
dengan penuh keikhlasan, baik perilaku yang
8 Djamaludin Ancok dan Fuad Nusori Suroso, Psikologis Islam:Solusi Islam Atas Problem-problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2011), H. 70.
9 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993),h. 132.
28
menyangkut ibadah kepada Allah maupun perilaku
lain dalam kehidupan yang bernilai ibadah.
Berbagai bentuk perilaku yang diwujudkan pada
sisi kehidupan manusia dalam aspek ketaatan
beragama pada akhirnya dapat menjadi tolak ukur
tingkat religiusitasnya. Tingkat religiusitas adalah
kadar atau tingkat keterikatan religius (religius
commitment) seseorang atau sekelompok orang dalam
hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia serta
alam sekitarnya, yang dilandasi dengan keyakinan
untuk kemudian diwujudkan dalam sikap dan perilaku
sehari-hari.
2. Fungsi ReligiusitasFungsi religiusitas bagi manusia erat kaitannya
dengan fungsi agama. Agama merupakan kebutuhan
emosional manusia dan merupakan kebutuhan
alamiah. Adapun fungsi aktif dari adanya religiusitas
dalam kehidupan manusia yaitu:
a. Fungsi Edukatif
Para penganut agama berpendapat bahwa
ajaran agama yang mereka anut memberikan
ajaran-ajaran yang harus dipenuhi. Dalam hal ini
bersifat menyuruh dan melarang agar pribadi
29
penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan hal
yang baik.11
b. Fungsi Penyelamat
Keselamatan yang diberikan oleh agama
kepada penganutnya adalah keselamatan yang
meliputi dua alam yaitu alam dunia dan akhirat.
Dalam mencapai keselamatan itu mengajarkan
para penganutnya melalui: pengenalan kepada
masalah sacral, berupa keimanan kepada Tuhan.
c. Fungsi Perdamaian
Melalui agama, seseorang yang bersalah atau
berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui
tuntunan pemahaman agama.
d. Fungsi Pengawasan Sosial
Para penganut agama sesuai dengan ajaran
agama yang dipeluknya terikat batin kepada
tuntunan ajaran tersebut, baik secara pribadi
maupun secara kelompok. Ajaran agama oleh
penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga
dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai
pengawasan sosial secara individu maupun
kelompok.
e. Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas
Para penganut agama yang sama psikologis
akan merasa memiliki kesamaan dalam kesatuan
11 Musa Asyarie, Agama Kebudayaan dan PembangunanMenyongsong Era Industrialisasi (Yogyakarta: Kalijaga Press, 1988), h. 107
30
iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan
membina rasa solidaritas dalam kelompok
maupun perorangan, bahkan kadang-kadang dapat
membina rasa persaudaraan yang kokoh.
f. Fungsi Transformatif
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan
seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru
sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya,
kehidupan baru yang diterimanya berdasarkan
ajaran agama yang dipeluk kadangkala mampu
mangubah kesetiaannya kepada adat atau norma
kehidupan yang dianut sebelumnya.
3. Dimensi-dimensi ReligiusitasReligiusitas ini berhubungan dengan tingkah laku
keagamaan, yakni bentuk tingkah laku yang
bersumber dari keyakinan beragama. Menurut Glock
dan Stark mengatakan bahwa terdapat lima dimensi
dalam religiusitas, yaitu12:
a. Dimensi pengetahuan agama (intelektual)
Dimensi pengetahuan agama adalah dimensi
yang menerangkan seberapa jauh seseorang
mengetahui tentang ajaran-ajaran agamanya,
terutama yang ada di dalam kitab suci manapun
yang lainnya. Dimensi ini mengacu kepada
12 Djamaludin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Cetakan VIII,Psikologis Islam: Solusi Islam Atas Problem-problem Psikologi, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2011). H. 77-78.
31
harapan bahwa orang-orang yang beragama
paling tidak memiliki sejumlah minimal
pengetahuan dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus,
kitab suci dan tradisi-tradisi keagamaan. Al-Quran
merupakan pedoman hidup sekaligus sumber ilmu
pengetahuan. Hal tersebut dapat dipahami bahwa
sumber ajaran agama Islam sangat penting agar
religiusitas seseorang tidak sekedar atribut dan
hanya sampai dataran simbolisme eksoterik.
Maka aspek dalam dimensi ini meliputi empat
bidang yaitu: akidah, akhlak, serta pengetahuan
Al-Quran dan hadits. Dimensi pengetahuan dan
keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena
pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah
syarat bagi penerimanya.
Dimensi pengetahuan agama dapat dikatakan
sebagai komponen kognitif, yakni berupa
pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang
didasarkan pada informasi yang berhubungan
dengan obyek. Kognitif adalah langkah awal,
dimana perilaku individu mencapai tataran atau
tahap mengenal objek yang dipelajarinya. Objek
yang dimaksud disini ialah pengetahuan ilmu
agama untuk mencapai religiusitas pada individu
atau warga binaan pemasyarakatan.
b. Dimensi keyakinan (ideologis)
32
Dimensi keyakinan adalah tingkatan sejauh
mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik
dalam agamanya, misalnya kepercayaan kepada
Tuhan, malaikat, surga dan neraka. Pada dasarnya
setiap agama juga menginginkan adanya unsur
ketaatan bagi setiap pengikutnya. Adapun dalam
agama yang dianut oleh seseorang, makna yang
terpenting adalah kemauan untuk mematuhi
aturan yang berlaku dalam ajaran agama yang
dianutnya. Jadi dimensi keyakinan lebih bersifat
doktriner yang harus ditaati oleh penganut agama.
Dengan sendirinya dimensi keyakinan ini
menuntut dilakukannya praktek-praktek
peribadatan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
c. Dimensi penghayatan
Dimensi ini berkaitan dengan perasaan-
perasaan, persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi
keagamaan yang dialami seseorang. Sesudah
memiliki keyakinan yang tinggi dan
melaksanakan ajaran agama (baik ibadah maupun
amal) dalam tingkatan yang optimal maka
dicapailah situasi ihsan. Dimensi ihsan berkaitan
dengan seberapa jauh seseorang merasa dekat dan
dilihat oleh Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Dimensi ini mencakup pengalaman dan perasaan
dekat dengan Allah, perasaan nikmat dalam
33
menjalankan ibadah, pernah merasa diselamatkan
oleh Allah, perasaan doa-doa didengar Allah,
tersentuh atau tergetar ketika mendengar asma-
asma Allah dan perasaan syukur atas nikmat yang
dikaruniakan oleh Allah dalam kehidupan mereka.
Dimensi keyakinan dan penghayatan disebut
sebagai komponen afektif, artinya perilaku
dimana individu mempunyai kecenderungan
untuk menyukai atau tidak menyukai objek yang
dikenalnya atau yang dipelajarinya. Komponen
afektif ini sudah menyentuh pada aspek emosional
individu. Dalam hal ini, individu yang sudah
melewati tahap atau dimensi sebelumnya yaitu
mempelajari, mengetahui dan memahami
pengetahuan agama lalu meningkat ke tahap
berikutnya, yakni meyakini, mempercayai dan
menghayati segala yang telah dipelajari dalam
pengetahuan agama.
d. Dimensi praktek agama (ritualistik)
Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan,
ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk
menunjukkan komitmen terhadap agama yang
dianutnya. Dimensi praktik agama yaitu tingkatan
sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-
kewajiban ritual dalam agamanya. Unsur yang
ada dalam dimensi ini mencakup pemujaan,
34
ketaatan, serta hal-hal yang lebih menunjukkan
komitmen seseorang dalam agama yang dianutnya.
Wujud dari dimensi ini adalah perilaku
masyarakat pengikut agama tertentu dalam
menjalankan ritus-ritus yang berkaitan dengan
agama. Dimensi praktek dalam agama Islam dapat
dilakukan dengan menjalankan ibadah shalat,
puasa, zakat, haji ataupun praktek muamalah
lainnya.
Praktek-praktek keagamaan terdiri dari dua
kelas parenting, yaitu:
1) Ritual, mengacu pada seperangkat ritus,
tindakan keagamaan formal dan praktek-
praktek suci yang semua agama
mengharapkan para penganut
melaksanakannya,
2) Ketaatan, ketaatan dan ritual bagaikan ikan
dengan air, meski ada perbedaan penting.
Apabila aspek ritual dari komitmen sangat
formal dan khas public, semua agama yang
dikenal juga mempunyai perangkat
tindakan persembahan dan kontemplasi
personal yang relatif spontan, informal dan
khas pribadi.
e. Dimensi pengamalan
35
Dimensi yang menunjukkan sejauh mana
perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agama
di dalam kehidupan sosial. Dimensi ini mengacu
pada identifikasi akibat-akibat keyakinan
keagamaan, praktik, pengalaman, dan
pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Dimensi
ini berkaitan dengan kegiatan pemeluk agama
untuk merealisasikan ajaran-ajaran dan lebih
mengarah pada hubungan manusia tersebut
dengan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari
yang berlandaskan pada etika dan spiritualitas
agama yang dianutnya. Pada hakekatnya, dimensi
konsekuensi ini lebih dekat dengan aspek sosial.
Yang meliputi ramah dan baik terhadap orang lain,
memperjuangkan kebenaran dan keadilan,
menolong sesama, disiplin menghargai waktu,
menjaga lingkungan dan lain sebagainya.
Dimensi praktek agama dan pengamalan
termasuk dalam komponen, artinya
kecenderungan berperilaku dalam situasi tertentu
terhadap onjek yang diyakini dan dirasakan.
Konatif adalah perilaku yang sudah sampai tahap
hingga individu melakukan sesuatu tindakan
terhadap objek, dalam hal ini ialah ilmu agama
dan Allah. Jadi, konatif adalah perwujudan dari
kognitif dan afektif. Dengan demikian individu
yang telah mempelajari ilmu agama dan meyakini
36
kebenaran yang diajarkan dalam agama kemudian
individu tersebut mampu mengaplikasikannya ke
dalam kehidupan sehari-hari.
Kelima dimensi yang telah diuraikan di atas
merupakan satu kesatuan yang saling terkait satu
sama lain dalam memahami religiusitas. Kelima
dimensi tersebut cukup relevan dan mewakili
keterlibatan keagamaan pada setiap orang.
Sehingga untuk dapat mengetahui, mengamati dan
menganalisa tentang kondisi religiusitas individu
yang akan diteliti, maka akan menggunakan lima
dimensi keberagamaan ini untuk mengukur
religiusitas warga binaan pemasyarakatan atau
narapidana.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi ReligiusitasMenurut Thouless, terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi religiusitas yaitu sebagai
berikut:13
a. Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan
berbagai tekanan sosial
Faktor ini mencakup semua pengaruh sosial
dalam perkembangan keagamaan itu, termasuk
pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial
13 Sayyidatul Maghfiroh, Pengaruh Religiusitas, Pengetahuan danLingkungan Sosial terhadap Minat Menabung di Bank Syariah pada SantriMahasiswi Darush Shalihat, (Yogyakarta: Skripsi Universitas NegeriYogyakarta, 2018), h. 24-25.
37
untuk menyesuaikan diri dengan berbagai
pendapat dan sikap yang disepakati oleh
lingkungan itu.
b. Faktor Pengalaman
Berbagai pengalaman yang dialami oleh
individu dalam membentuk sikap keagamaan
terutama pengalaman mengenai keindahan,
keselarasan, dan kebaikan dunia lain (faktor
alamiah), adanya konflik moral (faktor moral) dan
pengalaman emosional keagamaan (faktor efektif).
Faktor ini umumnya berupa pengalaman spiritual
yang secara cepat dapat mempengaruhi perilaku
individu.
c. Faktor Kehidupan
Kebutuhan-kebutuhan ini secara garis besar
dapat dibedakan menjadi empat : 1) kebutuhan
akan keamanan dan keselamatan, 2) kebutuhan
akan cinta kasih 3) kebutuhan untuk memperoleh
harga diri 4) kebutuhan yang timbul karena
adanya ancaman kematian.
d. Faktor Intelektual
Berkaitan dengan berbagai proses penalaran
verbal atau rasionalisasi. Manusia diciptakan
dengan memiliki berbagai macam potensi. Salah
satunya adalah potensi untuk beragama. Potensi
beragama ini akan terbentuk, tergantung
bagaimana pendidikan yang diperoleh anak.
38
Seiring dengan bertambahnya usia, maka akan
muncul berbagai macam pemikiran-pemikiran
verbal. Salah satu pemikiran verbal ini adalah
pemikiran akan agama.
Berdasarkan penjelasan dari beberapa faktor
yang mempengaruhi religiusitas, maka dapat
disimpulkan bahwa setiap individu memiliki
tingkat religiusitas yang berbeda dan tingkat
religiusitas individu dapat dipengaruhi oleh 2
macam faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Adapun faktor internal yaitu
pengalaman-pengalaman spiritual, kebutuhan
akan keamanan dan keselamatan, kebutuhan akan
cinta kasih, kebutuhan untuk memperoleh harga
diri, dan kebutuhan yang timbul karena ancaman
kematian. Sedangkan faktor eksternal yaitu
pengaruh pendidikan dan pengajaran serta
berbagai tekanan sosial dan faktor intelektualitas.
A. Kesehatan Mental
1. Pengertian Kesehatan MentalKesehatan mental adalah istilah yang sudah tidak
asing lagi dalam ilmu kejiwaan. Ilmu kesehatan
mental merupakan cabang ilmu termuda dari imu jiwa,
yang mana tumbuh pada akhir abad ke-19 walapun
39
dalam bentuk sederhana.14 Pada pertengahan abad ke-
20 ilmu kesehatan mental sudah jauh berkembang dan
maju dengan pesatnya sejalan dengan kemajuan ilmu
dan teknologi modern. Ia merupakan suatu ilmu yang
praktis dan banyak dipraktekkan dalam kehidupan
manusia sehari-hari, baik dalam bentuk bimbingan dan
penyuluhan yang dilaksanakan di rumah-rumah tangga,
sekolah-sekolah, kantor-kantor, lembaga-lembaga dan
dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat misalnya,
dengan berkembangnya klinik-klinik kejiwaan dan
munculnya lembaga-lembaga pendidikan kesehatan
mental.15
Dari segi bahasa, kesehatan mental terdiri dari dua
kata yaitu kesehatan dan mental. Kesehatan yang kata
dasarnya sehat mendapat awalan ke dan akhiran an,
menyatakan hal atau keadaan, sedangkan sehat berarti
bebas dari rasa sakit, jadi kesehatan memiliki arti
keadaan badan seseorang yang tidak sakit.16 Mental
berasal dari bahasa Latin yaitu: mens, mentil, yang
artinya jiwa, roh, nyawa, sukma, semangat.17
Sedangkan menurut istilah, mental adalah semua
14 A.F. Jaelani, Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental, (Jakarta:Amzah, 2000), h. 75.
15 Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 139-140.
16 Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1999), Cet. Ke-10, h. 890.
17 Kartini Kartono, dan Jenny Andri, Hygiene Mental dan KesehatanMental dalam Islam, (Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 3.
40
unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan
perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya
akan menentukan corak tingkah laku, cara
menghadapi suatu hal yang menentukan perasaan,
mengecewakan, menyenangkan atau menggembirakan.
Menurut Dr. Abdul Aziz El-Quusiy kesehatan
mental itu adalah keserasian yang sempurna atau
integritas antar fungsi-fungsi jiwa yang bermacam-
macam, disertai kemampuan untuk menghadapi
kegoncangan-kegoncangan jiwa yang ringan, yang
bias terjadi pada orang, di samping secara positif dapat
merasakan kebahagiaan dari kemampuan.18 Kemudian
Yustinus Semiun OFM dari kalangan psikiater
mendefinisikan kesehatan mental adalah terhindarnya
individu dari simtom-simtom neurosis dan psikosis.
Menurut definisi ini orang yang bermental sehat
adalah orang yang menguasai dan mengatasu segala
faktor perasaan dalam hidupnya sehingga tidak
menimbulkan gangguan jiwa: neurosis maupun
psikosis.19
Pengertian kesehatan mental menurut WHO
tampaknya juga mengalami perkembangan menjadi
semakin kompleks. WHO mendefinisikan kesehatan
18 Abdul Aziz El-Quusiy, Pokok-pokok Kesehatan Mental, (Jakarta:Bulan Bintang, 1974), h. 38.
19 Yustinus Semiun OFM, Kesehatan Mental 3, (Yogyakarta: Kanisius2006), h. 50.
41
sebagai keadaan (status) sehat utuh secara fisik,
mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya suatu
keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan
kelemahan.20 Kesehatan mental yang ditulis oleh
Marie Johoda adalah kesehatan mental tidak bias
dilihat dari sudut pandang penyakit mental atau
gangguan mental, tapi dari sudut pandang yang
positif.21
Kemudian Zakiah Daradjat dalam bukunya
Kesehatan Mental ia mendefinisikan Kesehatan
mental sebagai berikut:22
a. Kesehatan mental adalah terhindarnya orang
dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan
dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
b. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan
orang lain dan masyarakat serta lingkungan
dimana ia hidup. Definisi kedua yang
dikemukakan oleh Zakiah Daradjat ini lebih
umum dari pada definisi yang pertama, karena
20 Siswanto, Kesehatan Mental Konsep, Cakupan dan Perkembangan,(Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET, 2007), h. 15.
21 Johana E. Prawitasari, Psikologi Klinis, (Jakarta: Erlangga, 2011), h.15.
22 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Toko Gunung Agung,2001), h. 4-6.
42
pada definisi ini menghubungkannya dengan
kehidupan secara keseluruhan.
c. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan
perbuatan yang bertujuan untuk
mengembangkan dan memanfaatkan segala
potensi, bakat dan pembawaan yang ada
semaksimal mungkin, sehingga membawa
kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta
terhindar dari gangguan-gangguan dari
penyakit jiwa.
d. Kesehatan mental adalah terwujudnya
keharmonisan yang sungguh-sungguh antara
fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai
kesanggupan untuk menghadapi problem-
problem biasa yang terjadi, dan merasakan
secara positif kebahagiaan dan kemampuan
dirinya.
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan
bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya
seseorang dari gejala gangguan atau penyakit mental,
terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh
antar fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai
kesanggupan untuk menghadapi problem-problem
biasa yang terjadi dan merasakan secara positif
kebahagiaan dan kemampuan dirinya, adanya
kemampuan yang dimiliki untuk menyesuaikan diri
43
dengan dirinya sendiri dan lingkungannya,
berlandaskan keimanan dan ketakwaan, serta
bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan
bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
2. Tolak Ukur dan Kriteria Kesehatan MentalZakiah Daradjat menyatakan bahwa untuk
mengetahui apakah seseorang terganggu mentalnya
atau tidak bukanlah hal yang mudah, sebab tidak
mudah diukur, diperiksa ataupun dideteksi dengan
alat-alat ukur seperti halnya dengan kesehatan
jasmani/badan. Bisa dikatakan bahwa kesehatan
mental adalah relative, dalam arti tidak terdapat batas-
batas yang tegas antara wajar dan menyimpang, maka
tidak ada pula batas yang tegas antara kesehatan
mental dengan gangguan kejiwaan. Keharmonisan
yang sempurna di dalam jiwa tidak ada, yang
diketahui adalah seberapa jauh kondisi seseorang dari
kesehatan mental yang normal.23 Meskipun demikian
ada beberapa ahli yang berusaha merumuskan tolak
ukur kesehatan mental seseorang, salah satunya adalah
Saparinah Sadli, ia mengemukakan tiga orientasi
dalam kesehatan mental, yakni:24
a. Orientasi Klasik
23 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 9.
24 Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju PsikologiIslami. (Yogyakarta: Pustaka, 1995), h. 132.
44
Seseorang dianggap sehat bila ia tidak
mempunyai keluhan tertentu, seperti: ketegangan,
rasa lelah, cemas, yang semuanya menimbulkan
perasaan “sakit” atau “rasa tak sehat” serta
mengganggu efisiensi kegiatan sehari-hari.
b. Orientasi Penyesuaian Diri
Seseorang dianggap sehat secara psikologis
bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai
dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan
sekitarnya.
c. Orientasi Pengembangan Potensi
Seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan
mental, bila ia mendapat kesempatan untuk
mengembangkan potensialitasnya menuju
kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang
lain dan dirinya sendiri.
Kemudian menurut Marie Jahoda pengertian
kesehatan mental tidak hanya terbatas kepada absennya
seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa, tetapi
orang yang sehat mentalnya, juga memiliki sifat atau
karakteristik utama sebagai berikut:25
a. Memiliki sikap kepribadian terhadap diri sendiri
dalam arti ia mengenal dirinya dengan sebaik-
baiknya;
b. Memiliki pertumbuhan, perkembangan dan
perwujudan diri;
25 Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 141.
45
c. Memiliki integrasi diri yang meliputi
keseimbangan jiwa kesatuan pandangan dan tahan
terhadap tekanan-tekanan kejiwaan yang terjadi;
d. Memiliki otonomi diri yang mencakup unsur-unsur
pengatur kelakuan dari dalam ataupun kelakuan-
kelakuan bebas;
e. Memiliki persepsi mengenai realitas, bebas dari
penyimpangan kebutuhan, dan penciptaan empati
serta kepekaan sosial;
f. Memiliki kemampuan untuk menguasai
lingkungan dan berintegrasi dengannya.
Bastaman juga memberikan tolak ukur kesehatan
mental, dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:26
a. Bebas dari gangguan dan penyakit-penyakit
kejiwaan
b. Mampu secara luwes menyesuaikan diri dan
menciptakan hubungan antar pribadi yang
bermanfaat dan menyenangkan.
c. Mengembangkan potensi-potensi pribadi (bakat,
kemampuan, sikap, sifat, dan sebagainya) yang
baik dan bermanfaat bagi diri sendiri dan
lingkungan.
d. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan dan berupaya
menerapkan tuntutan agama dalam kehidupan
sehari-hari.
26 Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju PsikologiIslami. (Yogyakarta: Pustaka, 1995), h. 134.
46
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi KesehatanMentalFaktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
mental secara umum terbagi menjadi dua bagian yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang
sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal
dari luar orang tersebut.
Menurut Zakiah Daradjat faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan mental itu secara garis besar
ada dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal ini antara lain meliputi: kepribadian fisik,
perkembangan dan kematangan, kondisi psikologis,
keberagamaan, sikap menghadapi problema hidup,
kebermaknaan hidup, dan keseimbangan dalam
berfikir. Adapun yang termasuk faktor eksternal antara
lain: keadaan sosia, ekonomi, politik, adat kebiasaan,
lingkungan dan sebagainya. Diantara kedua faktor
tersebut, paling dominan adalah faktor internal. Faktor
ketenangan hidup, ketenangan jiwa atau kebahagiaan
batin itu tidak banyak tergantung pada faktor-faktor
dari luar seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, adat
kebiasaan dan sebagainya. Akan tetapi lebih
tergantung pada cara dan sikap menghadapi faktor
tersebut. Meskipun demikian, menurut hemat peneliti
keduanya sama-sama penting dan sangat berpengaruh
47
terhadap kesehatan mental sehingga perlu sekali untuk
diperhatikan.27
Kemudian terdapat empat faktor yang
berhubungan dengan kesehatan mental yaitu: Biologis,
psikologis, lingkungan, dan sosial. Bagian berikut
adalah deskripsi dari empat faktor tersebut:28
a. Dimensi biologis kesehatan mental
Badan dengan segenap unsur-unsurnya pada
dasarnya tidak terlepaskan dari keseluruhan si
stem mental. Kesehatan mental secara langsung
maupun tidak langsung dipengaruhi juga oleh
faktor biologis ini. Faktor biologis yang sangat
berpengaruh terhadap kesehatan mental
diantaranya otak, sistem endokrin, genetic, sensori,
faktor ibu selama kehamilan.
Otak merupakan bagian yang memerintahkan
aktivitas manusia. Fungsi otak yang baik akan
menimbulkan kesehatan mental bagi kita,
sebaliknya jika fungsinya terganggu berakibat
gangguan bagi kesehatan mental. Kesehatan pada
otak sangat ditentukan oleh stimuli saat masa
kanak-kanak, dan perlindungan dari berbagai
gangguan.
27 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 9.
28 Moeljono Notosoedirjo, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan,(Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2005), h. 69.
48
Sistem endokrin berfungsi mengeluarkan
hormone. Kandungan hormone yang tidak normal
berakibat pada pertumbuhan yang kurang sehat,
termasuk mempengaruhi perilaku yang tidak
diharapkan. Beberapa perilaku yang tidak sehat
terjadi akibat endokrin yang tidak normal
diantaranya agresivitas, labilitas emosi, intelegensi
yang rendah, dan kecemasan. Genetik merupakan
unsur biologis manusia yang mempengaruhi
kesehatan. Genetik yang sehat dapat menghasilkan
perilaku yang sehat, sementara gangguan genetis
dapat memunculkan gangguan mental tertentu.
Faktor ibu selama kandungan juga sangat
bermakna pengaruhnya terhadap kesehatan mental
anak. Kandungan yang sehat memungkinkan
membuahkan anak yang sehat mentalnya,
sebaliknya kandungan tertentu dapat menyebabkan
gangguan kepada keturunannya.29
b. Dimensi psikologis kesehatan mental
Faktor psikologis merupakan salah satu
dimensi yang turut mempengaruhi kesehatan
mental seseorang. Faktor-faktor psikologis itu
diantaranya adalah pengalaman awal, proses
pembelajaran, kebutuhan, dan konsidi psikologis
lainnya.
29 Moeljono Notosoedirjo, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan,(Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2005), h. 89-90.
49
Terdapat sejumlah gangguan mental yang
dikaitkan dengan dimensi psikologis ini, yaitu
gangguan kecemasan, gangguan afeksi, gangguan
perilaku lainnya selaku dihubungkan dengan
kondisi-kondisi psikologis yang didapatkan oleh
individu. Kondisi psikologis yang kurang baik
akan berakibat jelek bagi kesehatan mental,
sementara kondisi psikologis yang baik akan
memperkuat kesehatan mentalnya.30
c. Dimensi sosial budaya kesehatan mental
Faktor sosial budaya turut mempengaruhi
kesehatan mental masyarakatnya. Terdapat
sejumlah aspek sosial budaya yang mempengaruhi
kesehatan mental masyarakat diantaranya:
! Stratifikasi sosial yang ada di masyarakat,
! Interaksi sosial,
! Sistem dalam keluarga,
! Perubahan-perubahan sosial, seperti
migrasi,
! Perubahan jangka panjang,dan
! Kondisi krisis.31
d. Dimensi lingkungan kesehatan mental
Manusia pada prinsipnya satu kesatuan dengan
lingkungan sekitarnya. Lingkungan ini selalu
30 Moeljono Notosoedirjo, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan,(Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2005), h. 110.
31 Moeljono Notosoedirjo, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan,(Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2005), h. 131.
50
berinteraksi, dan mempengaruhi perilaku dan
kesehatan mental manusia. Lingkungan yang sehat
dapat menopang kesehatan manusia. Namun
demikian, lingkungan fisik, biologis, dan kimia
yang ada disekitar kita dapat menjadi hazard bagi
kita, dan membahayakan bagi kesehatan fisik
maupun mental.
Banyak gangguan mental yang dialami
masyarakat sebagai akibat dari lingkungan yang
tidak baik. Pencegahan terhadap berbagai
pengaruh negatif dari lingkungan adalah sangat
penting dilakukan untuk menjaga kesehatan kita,
khususnya adalah kesehatan mental.32
4. Prinsip Dalam Kesehatan MentalMenurut Schbeiders ada lima belas prinsip yang
harus diperhatikan dalam memahami kesehatan mental.
Prinsip ini berguna dalam upaya pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan mental serta pencegahan
terhadap gangguan-gangguan mental. Prinsip-prinsip
tersebut adalah sebagai berikut:33
a. Prinsip yang didasarkan atas sifat manusia,
meliputi:
32 Moeljono Notosoedirjo, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan,(Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2005), h. 149.
33 Moeljono Notosoedirjo dan Latipun, Kesehatan Mental: Konsepdan Penerapan, (Jakarta: EGC, 2005), h. 37-38.
51
1. Kesehatan dan penyesuaian mental
memerlukan atau bagian yang tidak terlepas
dari kesehatan fisik dan integritas organisme.
2. Untuk memelihara kesehatan mental dan
penyesuaian yang baik, perilaku manusia harus
sesuai dengan sifat manusia sebagai pribadi
yang bermoral, intelektual, religius, emosional
dan sosial.
3. Kesehatan dan penyesuaian mental
memerlukan integrasi dan pengendalian diri,
yang meliputi pengendalian pemikiran,
imajinasi, hasrat, emosi dan perilaku.
4. Dalam pencapaian khususnya dalam
memelihara kesehatan dan penyesuaian
kesehatan mental, memperluas tentang
pengetahuan diri sendiri merupakan suatu
keharusan.
5. Kesehatan mental memerlukan konsep diri
yang sehat, yang meliputi: penerimaan diri dan
usaha yang realistic terhadap status atau harga
dirinya sendiri.
6. Pemahaman diri dan penerimaan diri harus
ditingkatkan terus menerus memperjuangkan
untuk peningkatan diri dan realisasi diri jika
kesehatan dan penyesuaian mental hendapa
dicapai.
52
7. Stabilitas mental dan penyesuaian yang baik
memerlukan pengembangan terus menerus
dalam diri seseorang mengenai kebaikan moral
yang tertinggi, yaitu: hukum, kebijaksanaan,
ketabahan, keteguhan hati, penolakan diri,
kerendahan hari dan moral.
8. Mencapai dan memelihara kesehatan dan
penyesuaian mental tergantung kepada
penanaman dan perkembangan kebiasaan yang
baik
9. Stabilitas dan penyesuaian mental menuntut
kemampuan adaptasi, kapasitas untuk
mengubah meliputi mengubah situasi dan
mengubah kepribadian.
10. Kesehatan dan penyesuaian mental
memerlukan perjuangan yang terus menerus
untuk kematangan dalam pemikiran, keputusan,
emosionalitas dan perilaku.
11. Kesehatan dan penyesuaian mental
memerlukan belajar mengatasi secara efektif
dan secara sehat terhadap konflik mental dan
kegagalan dan ketegangan yang
ditimbulkannya.
b. Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia
dengan lingkungannya, meliputi:
53
1. Kesehatan dan penyesuaian mentak tergantung
kepada hubungan interpersonal yang sehat,
khususnya di dalam kehidupan keluarga.
2. Penyesuaian yang baik dan kedamaian pikiran
tergantung kepada kecukupan dalam kepuasan
kerja.
3. Kesehatan dan penyesuaian mental
memerlukan sikap yang realistic yaitu
menerima realitas tanpa distorsi dan objektif.
c. Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia
dengan Tuhan, meliputi:
1. Stabilitas mental memerlukan seseorang
mengembangkan kesadaran atas realitas
terbesar daripada dirinya yang menjadi tempat
bergantung kepada setiap tindakan yang
fundamental.
2. Kesehatan mental dan ketenangan hati
memerlukan hubungan yang konstan antara
manusia dengan Tuhannya.
B. Warga Binaan Pemasyarakatan
1. Pengertian Warga Binaan PemasyarakatanPasal 1 Undang – Undang nomor 12 tahun 1995
tentang Pemasyarakatan menjelaskan : Warga Binaan
Pemasyarakatan adalah Narapidana,Anak Didik
Pemasyarakatan,dan Klien Pemasyarakatan.34
34 Undang-undang No. 12 Tahun 1995. Tentang Pemasyarakatan
54
a. Narapidana adalah terpidana yang menjalani
pidana hilang kemerdekaan di Lapas.
b. Anak Didik Pemasyarakatan adalah:
! Anak Pidana yaitu anak yang
berdasarkan putusan pengadilan
menjalani pidana di Lapas. Anak paling
lama sampai berumur 18 (delapanbelas)
tahun.
! Anak Negara yaitu anak yang
berdasarkan putusan pengadilan
diserahkan pada negara untuk dididik
dan ditempatkan di Lapas. Anak paling
lama sampai berumur 18 (delapan belas)
tahun.
c. Klien Pemasyarakatan yang selanjutnya
disebut klien adalah seseorang yang berassda
dalam bimbingan Bapas.
Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) merupakan
seseorang yang mengalami penghilangan
kemerdekaan dikarenakan putusan hukum yang resmi
dari negara. Warga Binaan Pemasyarakatan
merupakan istilah yang digunakan untuk
menggantikan penyebutan narapidana. Penghilangan
kemerdekaan pada Warga Binaan Pemasyarakatan
dilakukan dengan menempatkan mereka pada Rumah
55
Tahanan (RUTAN) atau Lembaga Pemasyarakatan
(LAPAS).35
2. Sistem PemasyarakatanNegara Kesatuan Republik Indonesia menjunjung
tinggi hukum dan memberikan rasa keadilan bagi
seluruh masyarakat terutama yang membutuhkan
perlindungan hukum dan dijamin oleh Negara artinya
setiap warga Negara sama di mata hukum ini
menyatakan salah satu kaidah hukum. Asas persamaan
kedudukan ini sangat penting ditegakkan terutama
dalam kehidupan bermasyarakat. Pelaksanaan pidana
penjara dengan sistem pemasyarakatan di Indonesia
saat ini mengacu kepada Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. Penjelasan
Umum Undang- Undang Pemasyarakatan yang
merupakan perubahan ide secara yuridis filosofis dari
sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan
serta mengatur tentang pelaksanaan sistem
pemasyarakatan di Indonesia dinyatakan bahwa:36
a. Bagi Negara Indonesia yang berdasarkan
Pancasila, pemikiran- pemikiran baru mengenai
35 Chika Nurfebriani, Sri Sulastri, Meilanny Budiarti S, TingkatPemenuhan Kebutuhan Aspek Biologi, Psikologi, Sosial, dan Spiritual PadaWarga Binaan Pemasyarakatan (WBB) di Lembaga Pemasyarakatan WanitaKelas IIA Bandung, Jurnal Unpad, (Bandung, Universitas Padjajaran, 2016),Vol.3 No.1
36 Dwidja Priyanto, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Inonesia,
(Bandung: Refika Aditama, 2006). H.102
56
fungsi pemidanaan yang tidak lagi sekedar
penjeraan juga merupakan suatu usaha
rehabilitasi dan reintegrasi sosial. Warga
Binaan Pemasyarakatan telah melahirkan suatu
sistem pembinaan yang sejak lebih dari 30 (tiga
puluh) tahun yang dikenal dan dinamakan
dengan Sistem Pemasyarakatan.
b. Sistem pemenjaraan yang sangat menekankan
pada unsur balas dendam dan penjeraan yang
disertai dengan lembaga “rumah penjara” secara
berangsur-angsur dipandang sebagai suatu
sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan
konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial agar
narapidana menyadari kesalahannya, tidak lagi
berkehendak untuk melakukan tindak pidana
dan kembali menjadi warga masyarakat yang
bertanggung jawab bagi diri, keluarga, dan
lingkungan.
Perubahan konsep dari sistem kepenjaraan
sampai sistem pemasyarakatan ini dinilai sangat
penting, karena sistem kepenjaraan di masa kolonial
Belanda dilihat dari keadaan sosialnya
mengasingkan terpidana dari masyarakat dan sangat
ditakuti oleh masyarakat. Selain itu, sistem ini punya
andil dalam menyuburkan terjadinya penularan
kejahatan antara narapidana sehingga lahir istilah
sekolah kejahatan (school crime). Akibatnya
57
menimbulkan siapa yang paling kuat ialah yang
berkuasa.
Sistem pemasyarakatan merupakan suatu
rangkaian kesatuan penegakan hokum pidana, oleh
karena itu pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan
dari pengembangan konsepsi umum mengenai
pemidanaan. Pemidanaan adalah upaya untuk
menyadarkan warga binaan agar menyesali
perbuatannya, dan mengembalikannya menjadi
warga masyarakat yang baik, taat kepada hukum,
menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sosial dan
keagamaan, sehingga tercapai kehidupan masyarakat
yang aman, tertib dan damai.37
Tujuan dari penyelenggara sistem
pemasyarakatan dapat ditemukan dalam Pasal 2 dan
Pasal 3 Undanhg-undang Nomor 12 Tahun 1995
Tentang Pemasyarakatan, yaitu:
Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 12 Tahun
1995 tentang pemasyarakatan menjelaskan:
Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan
mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga
binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang
dilaksanakan secara terpadu antara Pembina, yang
dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas
warga binaan pemasyarakatan agar menyadari
37 Dwidja Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia,(Bandung: Refika Aditama, 2006), h. 103.
58
kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi
tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh
lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam
pembangunan, dan hidup secara wajar sebagai warga
yang baik dan bertanggung jawab.
Pasal 2 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995
tentang pemasyarakatan menjelaskan:
Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam
rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan
agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari
kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi
tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh
lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif dalam
pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai
warga yang baik dan bertanggung jawab.
C. Kerangka PemikiranPenelitian ini berawal dari asumsi peneliti bahwa
warga binaan pemasyarakatan merupakan populasi yang
rentan terhadap timbulnya berbagai permasalahan
psikologis. Warga binaan pemasyarakatan yang sedang
menjalani hukuman pidana tidak hanya mengalami
hukuman secara fisik, namun juga mengalami hukuman
secara psikologis. Seorang warga binaan pemasyarakatan
dalam menjalani masa tahanannya akan mengalami
kehilangan kemerdekaan, termasuk berkurangnya
kebebasan untuk bertemu dan berkomunikasi dengan
keluarga. Warga binaan pemasyarakatan sangat dibatasi
59
ruang geraknya karena ketatnya penjagaan dan peraturan
yang wajib dipatuhi. Perubahan status menjadi narapidana
atau warga binaan pemasyarakatan juga merupakan suatu
hal yang tidak mudah untuk dijalani dan diterima.
Berbagai kondisi menekan tersebut memungkinkan
seorang warga binaan pemasyarakatan mengalami
tekanan psikologis dan mempengaruhi rendahnya
kesehatan mental.
Kemudian setelah melakukan observasi dan wawancara
lebih lanjut, didapati fakta bahwa asumsi awal peneliti
dibenarkan oleh petugas Lapas dan pengurus pesantren
At-Taubah di Lapas Pemuda Kelas IIA Tangerang bahwa
warga binaan pemasyarakatan rentan akan masalah
psikologis dan rendahnya kesehatan mental. Dengan
demikian untuk mengatasi permasalahan tersebut lembaga
pemasyarakatan memberikan pembinaan-pembinaan
kepada warga binaan pemasyarakatan, diantaranya yaitu
pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Hal
ini bertujuan agar warga binaan pemasyarakatan dalam
menjalankan masa hukuman atau tahanan disibukkan oleh
hal-hal positif yang membuatnya menjadi individu yang
lebih baik lagi. Salah satu pembinaan yang diterapkan di
Lapas yaitu pembinaan keagamaan. Pembinaan ini
bertujuan agar warga binaan pemasyarakatan dapat
meningkatkan kesadaran terhadap agama yang
diyakininya. Dengan meningkatnya kesadaran terhadap
agama, maka dengan sendirinya akan muncul kesadaran
60
dalam diri warga binaan pemasyarakatan bahwa apa yang
mereka lakukan dimasa lalu adalah perbuatan yang tidak
baik dan akan berusaha mengubah dan memperbaiki ke
arah yang lebih baik. Perubahan perilaku yang lebih baik
yakni dengan mengaktualisasikan ke dalam kehidupan
sehari-hari yang menunjukkan kesesuaian antara perilaku
dengan ajaran agama yang disebut religiusitas.
Religiusitas berfungsi sebagai pengawas dan kontrol
sosial dimana didalamnya terdapat norma-norma yang
mengatur setiap tindakan yang dilakukan. Religiusitas
dianggap sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental
individu. Individu yang memiliki religiusitas yang tinggi
memiliki kesehatan mental yang baik dengan
memperlihatkan sikap, perilaku, dan pikiran yang positif
sesuai dengan aturan-aturan agama yang diyakini.
Demikian pula sebaliknya, religiusitas yang rendah
berdampak pada kesehatan mental yang rendah pula
dimana ditunjukkan dengan ketidakmampuan individu
dalam mengontrol emosi dan perilaku negative serta
individu cenderung tidak mampu mengembangkan
potensi dirinya.
Dalam religiusitas peneliti menggunakan teori menurut
Glock dan Stark religiusitas adalah tingkat konsepsi
seseorang terhadap agama dan tingkat komutmen
seseorang terhadap agamanya. Tingkat konseptualisasi
yaitu tingkat pengetahuan seseorang terhadap agamanya,
sedangkan yang dimaksud dengan tingkat komitmen yaitu
61
sesuatu hal yang perlu dipahami secara menyeluruh,
sehingga terdapat berbagai cara bagi individu untuk
menjadi religius. Glock dan Stark juga mengatakan bahwa
terdapat lima dimensi religiusitas yaitu: (1) dimensi
keyakinan; (2) dimensi Praktek Agama; (3) dimensi
penghayatan; (4) dimensi pengetahuan agama; dan (5)
dimensi pengamalan.
Zakiah Daradjat mengatakan bahwa Kesehatan mental
adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan
jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa
(psychose). Zakiah Daradjat juga mendefinisakan
kesehatan mental yaitu terwujudnya keharmonisan yang
sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta
mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-
problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif
kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Sadli berusaha
menurumuskan tolak ukur dalam kesehatan mental yang
terbagi menjadi tiga, yakni: (1) orientasi klasik; (2)
orientasi penyesuaian diri; dan (3) orientasi
pengembangan potensi.
Dengan menguraikan kerangka pemikiran seperti di
atas, berikut peneliti akan menyajikannya dalam bentuk
bagan di bawah ini:
62
Tabel 1. Kerangka Pemikiran
D. HipotesisHipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat
sementara terhadap suatu masalah penelitian yang
kebenarannya masih lemah, sehingga harus diuji secara
empiris.38 Untuk melakukan uji hipotesis, ada beberapa
ketentuan yang perlu diperhatikan yaitu merumuskan
hipotesis nol (Ho) dan harus disertai pula dengan hipotesis
alternative (Ha).39 Berdasarkan perumusan masalah yang
telah dikemukakan maka hipotesis yang akan dijawab dan
dibuktikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat religiusitas
dengan kesehatan mental warga binaan di Pesantren
At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas
IIA Tangerang.
38 Bamba ng Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode PenelitianKuantitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 137.
39 Singgih Santosa, SPSS: Mengelola Data Statistik SecaraProfesional, (Jakarta: PPm, 2002), cet. Ke-2, h. 22-23.
Religiusitas :- Dimensi Pengetahuan Agama- Dimensi Keyakinan- Dimensi Penghayatan- Dimensi Praktek Agama- Dimensi Pengamalan
Kesehatan Mental :- Orientasi Klasik- Orientasi Penyesuaian Diri- Orientasi Pengembangan Potensi
63
Ha : Terdapat hubungan antara tingkat religiusitas dengan
kesehatan mental warga binaan di Pesantren At-
Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas
IIA Tangerang.
64
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan PenelitianMetode penelitian dalam skripsi ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. Lexy J. Moleong dalam bukunya
menyatakan bahwa pendekatan kuantitatif merupakan
suatu pendekatan yang didasarkan atas perhitungan
presentase, rata-rata, kuadrat, dan perhitungan statistic
lainnya.1 Pendapat lain mengatakan bahwa pendekatan
kuantitatif merupakan salah satu pendekatan yang banyak
dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan
data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan
dari hasilnya.2
Statistika akan melibatkan berbagai pengolahan data
yang berbentuk angka/skor, dapat melihat gambaran
frekuensi ataupun presentase dari suatu variabel. Ia dapat
pua diuji hubungan antarvariabel melalui teknik korelasi,
dapat melihat perbedaan diantara kelompok terhadap
variabel melalui uji beda.3
Adapun desain penelitian ini yaitu menggunakan
peneitian korelasional. Penelitian korelasional adalah
penelitian yang ingin meihat hubungan diantara variabel.
1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2007), h. 3.
2 Suharsimi Arikanto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 27.
3 Jelpa Periantalo, Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2016), cet. Ke-1, h. 13-14.
65
Apakah ia memiliki hubungan atau tidak. Jika
berhubungan, bagaimana kekuatan hubungan serta arah
hubungan tersebut.4
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang
menggunakan angka-angka statistic dalam memaparkan
data-data penelitian maupun dalam menganalisis serta
mengambil kesimpulan terhadap hasil penelitian. Pada
penelitian ini memfokuskan untuk menentukan hubungan
religiusitas dengan kesehatan mental warga binaan
pemasyarakata di Pesantren At-Taubah Lembaga
Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi PenelitianPopulasi berasal dari kata bahasa Inggris population,
yang berarti jumlah penduduk. Dalam penelitian
populasi merupakan wilayah yang ingin diteliti oleh
peneliti. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.5
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah jumlah
4 Jelpa Periantalo, Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2016), cet. Ke-1, h. 15.
5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D, (Bandung: PT.Alfabeta, 2016), h. 80.
66
warga binaan pemasyarakatan Pesantren At-Taubah
Lembaga Pemasyarakatan Pemuda dengan kriteria
minimal sudah 6 bulan menerima pembinaan
keagamaan dan sudah mencapai tingkat kemampuan
Al-Quran sebanyak 150 orang.
2. Sampel PenelitianSampel menurut Arikunto adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti.6 Sampel merupakan bagian
dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu
yang juga memiliki karakteristik tertentu jelas dan
lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi.7 Syarat
yang harus dipenuhi yakni jumlah sampel harus
mencukupi an profil sampel harus mewakili.8 Apabila
populasi kurang dari 100 orang, maka sampel di ambil
secara keseluruhan, sedangkan populasi di atas 100,
maka sampel yang diambil 10% - 15% atau 20% - 25%
dari populasi.9
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan rumus
Slovin dalam penentuan jumlah sampel yaitu dengan
jumlah 60 responden warga binaan pemasyarakatan di
Pesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan
6 Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian Suatu PendekatanProposal, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 109.
7 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian danAplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2001), h. 58.
8 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi danPraktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 53.
9 Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian Suatu PendekatanProposal, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 134.
67
Pemuda Kelas IIA Tangerang. Penetapan 60 sampel ini
menggunakan Slovin dengan derajat kesalahan sebesar
10%.10
Sesuai rumus Slovin, yaitu:
= 60 responden
Dengan:
N : jumlah populasi
n : jumlah sampel
e : margin error
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sejumlah 60 responden.
C. Tempat dan Waktu Penelitian1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pesantren At-Taubah
Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA
Tangerang yang berlokasi di Jl. Lp Pemuda No. 1,
Buaran Indah, Kec. Tangerang, Kota Tangerang,
Banten 15119. Merupakan salah satu fasilitas
penahanan yang berada dalam wilayah kerja kantor
Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Banten.
Adapun alasan peneliti memilih tempat ini didasarkan
10 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2004), h.81.
68
pada fakta dan karakteristik permasalahan yang ada
dan pihak lembaga mengizinkan peneliti untuk
melakukan penelitian di lokasi tersebut dan bersedia
memberikan data.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dimulai sejak Januari 2020
sampai Agustus 2020 dengan melakukan survei lokasi,
penyerahan surat penelitian dari Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta kepada Kantor
Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Banten,
kemudian mendapatkan disposisi kepada Dekan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
ditujukan kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan
Pemuda Kelas IIA Tangerang, persetujuan Kepala
Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA
Tangerang untuk melakukan penelitian skripsi.
Selanjutnya penelitian terhambat karena adanya
pandemic Corona dan Lapas tidak menerima
kunjungan selama pandemic ini, peneliti baru dapat
melakukan penelitian lebih lanjut pada bulan Agustus
2020.
D. Sumber DataSumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
sumber darimana data ini diperoleh.11 Dalam penelitian ini
penulis menggunakan dua sumber data yaitu:
11 Suharsimi Arikanto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2012), h. 109.
69
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumber data pertama (subjek) penelitian.12 Sumber data
pertama penelitian dalam hal hubungan religiusitas
dengan kesehatan mental disini adalah warga binaan
pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah Lembaga
Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang. Pada
penelitian skripsi ini data primer diperoleh melalui
kuesioner, wawancara dan observasi.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara
tidak langsung atau melalui sumber kedua atau sumber
sekunder dari data yang kita butuhkan, bukan melalui
subjek penelitian secara langsung.13 Data sekunder yang
diperoleh dalam penelitian ini berupa dokumen-
dokumen, catatan-catatan, buku-buku, studi literatur dan
jurnal yang berhubungan dengan permasalahan yang
diteliti.
E. Instrument Penelitian1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
12 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:Kencana 2008), h. 122.
13 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:Kencana 2008), h. 122.
70
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.14 Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel yaitu sebagai berikut:
a. Variabel Independen (X)
Variabel independen atau biasa disebut juga
variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen.15
Dalam penelitian ini variabel independen atau
variabel bebasnya ialah Religiusitas.
b. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen atau sering disebut dengan
variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi
atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas.16
Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa variabel
dependennya ialah kesehatan Mental warga binaan
pemasyarakatan.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang
didasarkan pada sifat-sifat variabel yang diteliti, bersifat
spesifik dan menggambarkan karakteristik variabel-
variabel peneliti dan juga hal-hal yang dianggap penting.
Dari definisi operasional ini kemudian akan didapat suatu
14 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi(Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 61.
15 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 39.
16 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 39.
71
indikator yang akan dijadikan acuan untuk mengukur
variabel yang diteliti.
Adapun definisi operasional dan indikator dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
3. Skala Penelitian
Dalam membuat kuesioner pada penelitian ini, teknik
pengukurannya menggunakan skala semi likert dengan 4
kategori pilihan jawaban. Penggunaan skala semi likert
dipilih karena dapat mempermudah subjek penelitian.
Untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan
kesehatan mental warga binaan pemasyarakatan. Adapun
4 kategori jawaban dalam skala semi likert dapat dilihat
pada Tabel 2 dan Tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 2. Skala Semi Likert (Favorable)
SangatSetuju(SS)
Setuju(S)
Tidak Setuju(TS)
SangatTidak Setuju(STS)
4 3 2 1
Tabel 3. Skala Semi Likert (Unfavorable)
SangatSetuju(SS)
Setuju(S)
Tidak Setuju(TS)
SangatTidak Setuju(STS)
1 2 3 4
72
Pilihan respon skala dengan 4 kategori mempunyai
variabilitas respon lebih baik atau lebih lengkap
dibandingkan skala 3 kategori sehingga mampu
mengungkap lebih maksimal perbedaan sikap responden.
Selain itu juga tidak ada peluang bagi responden untuk
bersikap netral seandainya pilihan respon skala 4 kategori,
sehingga memaksa responden untuk menentukan sikap
terhadap fenomena sosial yang ditanyakan atau
dinyatakan dalam instrument.17
4. Uji Validitas
Validitas adalah tingkat keandalah dan kesahihan alat
ukur yang digunakan. Instrumen dikatakan valid berarti
menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk
mendapat data itu valid atau dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur.18 Menurut Imam
Ghozali, uji validitas digunakan untuk mengukur sah dan
valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan
valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk
mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuisioner
tersebut.19 Suatu penelitian jika menggunakan instrument
yang valid maka akan memiliki hasil dengan validitas
yang tinggi, sebaliknya jika menggunakan instrument
17 S. Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian,(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), h. 106.
18 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: CV. Alfabeta, 2004),h. 137.
19 Imam Ghozali, Analisis Muktivariate dengan Program SPSS,(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2005), h. 45.
73
yang kurang valid, maka akan memiliki hasil dengan
validitas yang rendah.20 Dengan demikian uji validitas
sangatlah penting dilakukan untuk mengetahui seberapa
ketepatan/kebenaran suatu instrument untuk dijadikan
sebagai alat ukut.
Pengujian instrument pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan aplikasi Microsft Excel. Uji
validitas yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode Corrected item-Total Correlation
dengan cara mengkorelasikan masing-masing indikator
dengan skor total indikator. Dasar pengambilan keputusan
pada uji validitas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Jika r hitung ≥ (0,361) r tabel, maka butirpernyataan atau variabel valid.
b. Jika r hitung ≤ (0,361) r tabel, maka butirpernyataan atau variabel tidak valid.
Tabel 3. Menunjukkan Blue Print skala variabel
Religiusitas sebelum uji instrument:
Tabel 4. Blue Print skala variabel Religiusitassebelum uji instrument:
No. Dimensi Item JumlahFavorable UnfavorableTingkat Religiusitas (X)1 Kognitif 1,2,3,5,6,8,9 4,7 9
20 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), Edisi Revisi, h. 211.
74
2 Afektif 10,11,13,14,15,16,17,18,19
12,20 11
3 Konatif 21,22,23,24,26,27,28,29
25,30 10
Jumlah 30
Setelah melakukan uji validitas terhadap skala
religiusitas dengan teknik Product Moment yang diuji
cobakan kepada 30 responden, dari 30 item butir
pernyataan yang diuji cobakan diketahui 22 item butir
valid dan 8 item butir tidak valid. Item yang tidak valid
dibuang oleh peneliti, sehingga item yang dapat
digunakanan untuk penelitian selanjutnya adalah
sebanyak 22 item butir pernyataan. Adapun blue print 22
item butir skala religiusitas yang dapat digunakan pada
penelitian selanjutnya terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 5. Blue Print skala variabel Religiusitassetelah uji instrument:
Adapun blue print skala kesehatan mental sebelum
dilakukan uji coba instrument terlihat pada tabel di bawah
ini:
No. Dimensi Item JumlahFavorable Unfavorable
Tingkat Religiusitas1 Kognitif 1,2,3,4,5,6,7 - 72 Afektif 8,10,11,12,13,14,15,
169 9
3 Konatif 17,18,19,21,22 20 6Jumlah 22
75
Tabel 6. Blue Print variabel kesehatan mentalsebelum uji instrument:
No. Dimensi Item JumlahFavorable UnfavorableKesehatan Mental (Y)1 Orientas Klasik 2,4,6,7 1,2,5,8,9,10 102 Orientasi
Penyesuaian Diri11,13,14,18,20,21, 12,15,16,17,19 11
3 OrientasiPengembangan
Potensi
22,23,24,25,26,27,28,29
30 9
Jumlah 30
Setelah dilakukan uji validitas terhadap skala variabel
kesehatan mental dengan teknik Product Moment yang
diuji cobakan kepada 30 responden, dari 30 item butir
pernyataan yang diuji cobakan diketahui 26 item butir
valid dan 4 item butir tidak valid. Item yang tidak valid ini
dikarenakan pernyataan kurang dipahami oleh responden.
Item yang tidak valid dibuang oleh peneliti, sehingga item
yang dapat digunakanan untuk penelitian selanjutnya
adalah sebanyak 26 item butir pernyataan. Adapun blue
print 26 item butir skala kesehatan mental yang dapat
digunakan pada penelitian selanjutnya terlihat dalam tabel
berikut:
Tabel 7. Blue Print variabel kesehatan mentalsetelah uji instrument:
No. Dimensi Item JumlahFavorable Unfavorable
76
Kesehatan Mental (Y)1 Orientasi Klasik 2,3,4,5 1,6,7,8 82 Orientasi
Penyesuaian Diri9,11,12,14,16,17 10,13,15 9
3 OrientasiPengembangan
Diri
18,19,20,21,22,23,24,25
26 9
Jumlah 26
5. Uji Reliabilitas
Reabilitas merupakan suatu instrumen yang cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrumen tersebut sudah baik.21 Uji
reliabilitas merupakan pengujian yang menunjukkan
sejauh mana alat ukur dipercaya atau dapat diandalkan.
Instrument dikatakan reliabel apabila terdapat kesamaan
data dalam waktu yang berbeda.22 Pada penelitian ini
instrument penelitiannya berupa kuisioner. Kuisioner
yang reliabel adalah kuisioner yang apabila dicobakan
secara berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan
mengahasilkan data yang sama asumsinya. Apabila data
yang diperoleh sesuai dengan kenyataan, berapa kali pun
pengambilan data dilakukan, hasilnya akan tetap sama.
Pengujian reliabilitas kuesioner pada penelitian ini
menggunakan metode Alpha Cronbach. Untuk
21 Suharsimi Arikanto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2012), h. 171.
22 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2005), Cet. Ke-5, h. 96.
77
mengetahui tingkat reliabilitas adalah besarnya nilai
Cronbach’s Alpha. Nilai Cronbach’s Alpha semakin
mendekati 1 berarti semakin tinggi knsistensi internal
reliabilitasnya. Nilai Cronbach’s Alpha lebih kecil 0.60
dikategorikan reliabilitasnya kurang baik. Adapun hasil
uji reliabilitas variabel religiusitas dan kesehatan mental
dengan bantuan program SPSS for window versions 24.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun atau mengumpulkan
data penelitian, data penelitian tersebut diamati oleh
peneliti.23 Teknik pengumpulan data dengan observasi
digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu bsar.24 Jenis
observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jenis observasi non partisipasif, dimana peneliti tidak
terlibat dan hanya sebagai pengamat bebas. Peneliti
melakukan observasi terhadap lokasi kegiatan subyek
penelitian (warga binaan pemasyarakatan) untuk
meninjau aspek-aspek yang terkait dengan variabel
yang sedang diteliti.
23 Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2011), h. 186.
24 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Peerbit Alfabeta,2001), h.203.
78
2. Kuesioner (angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab.25 Kuesioner dapat berupa pertanyaan
atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan
kepada responden secara langsung atau dikirim
melalui pos atau internet.26 Dalam penelitian ini,
peneliti menyebar kuesioner kepada 60 responden atau
warga binaan pemasyarakatan yang berada di dalam
pesantren At-Taubah yang sudah mencapai tingkatan
Al-Quran dan rajin mengikuti pembinaan keagamaan
untuk mengetahui hubungan religiusitas dengan
kesehatan mental warga binaan pemasyarakatan di
Pesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan
Pemuda Kelas IIA Tangerang.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, legger, agenda dan sebagainya.27 Peneliti
mendokumentasikan kegiatan warga binaan
25 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2014), Cet. Ke-20, h. 145.
26 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Penerbit Alfabeta,2001), h. 199.
27 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), edisi revisi IV, h. 236.
79
pemasyarakatan, serta mencari dokumen-dokumen
tertulis yang relevan dengan kebutuhan penelitian.
G. Teknik Analisis DataData yang sudah terkumpul langkah selanjutnya adalah
mengolah atau menganalisis data tersebut. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode deskriptif analisis dengan cara mengumpulkan,
mengolah, menyajikan dan menganalisis data yang berwujud
angka kemudian menguraikan naratif.28 Adapun dalam
menganalisis data peneliti menggunakan beberapa teknik,
adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Uji Kolmogorov-smirnov merupakan pengujian
normalitas yang banyak dipakai dimana konsep dasar
pengujian ini adalah dengan membandingkan distribusi
data yang akan diuji normalitasnya dengan distribusi
normal baku. Pengujian normalitas dilakukan untuk
mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal
atau tidak.29
Uji normalitas adalah membandingkan antara data
yang akan diteliti dengan data berdistribusi normal
28 Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya danIlmu-ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010), h. 336.
29 Sofyan Siregar, Statistik Parametric Untuk Penelitian Kuantitatif,(Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 929.
80
berdasarkan mean dan standar deviasi. Jika data
berdistribusi normal maka analisis statistik dapat memakai
pendekatan parametric, sedangkan jika data tidak
berdistribusi normal msks analisis menggunakan non-
parametrik.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas
data adalah:
a) Jika nilai signifikannya lebih besar dari 0,05 maka
data tersebut berdistribusi normal.
b) Jika nilai signifikannya lebih kecil dari 0,05 maka
data tersebut tidak berdistribusi normal.
2. Uji Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk mencari arah dan
kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih, baik
hubungan yang bersifat simetris, kausal dan reciprocal.30
Untuk menguji hubungan antar variabel peneliti
menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment
untuk pengujian korelasi data dengan bantuan program
SPSS for windows version 24. Teknik korelasi Pearson
Product Moment adalah untuk mencari arah dan kekuatan
hubungan antara variabel independent (X) dengan
variabel dependen (Y) dan data berbentuk interval atau
30 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivarians dengan ProgramSPSS, (Semarang: UNDI, 2003), h. 260.
81
ratio.31
Uji koefisien korelasi dilakukan dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kekuatan dan
arah hubungan antara variabel independen yaitu
religiusitas dan variabel dependen yaitu kesehatan mental.
Arah hubungan dalam uji korelasi ada dua yaitu:
a. Bila kenaikan suatu variabel diikuti oleh variable
lain, maka arah hubungannya positif.
b. Bila kenaikan satu variabel diikuti oleh penurunan
variabel lain, maka arah hubungan ini negatif.
Sebagai bahan penafsiran terhadap koefisien korelasi
yang ditemukan besar atau kecil, maka dapat
berpendoman pada ketentuan berikut ini:
Tabel 8. Pedoman untuk Memberikan InterpretasiKoefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan0,00 – 0,199 Sangat Lemah0,20 – 0,399 Rendah0,40 – 0,599 Sedang0,60 – 0,799 Kuat
31 Sofyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif DilengkapiPerbandingan Perhitungan Manual & SPSS, (Jakarta: Kencana, 2014), cet. Ke-2, h. 252.
82
0,80 – 1,000 Sangat KuatSumber: Sugiyono (2017:231)
83
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Pesantren At-Taubah Lembaga
Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang
1. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan
Pemuda Kelas IIA Tangerang
Lembaga Pemasyarakatan (lapas) kelas IIA
Tangerang dibentuk berdasarkan surat keputusan
menteri kehakiman repubik Indonesia, tanggal 16
Desember 1983 nomor: M.03.UM.01.06 tahun 1983
tentang penetapan lembaga pemasyarakatan tertentu
sebagai rumah tahanan Negara. Dalam lampiran II
surat keputusan tersebut lapas kelas IIA pemuda
Tangerang disamping sebagai lapas, juga sebagian
ruangnya ditetapkan atau difungsikan sebagai rumah
tahanan Negara (rutan).
Seperti diketahui bahwa lapas adalah tempat untuk
melakukan pembinaan terhadap pelanggaran hukum
yang sudah diputus oleh hakim dan sudah mempunyai
ketetapan hukum yang tetap. Sedangkan rymag
tahanan Negara merupakan tempat yang
diperuntukkan bagi pelanggar hukum yang masih
dalam proses peradilan baik dalam tahapan penyidikan,
penuntutan ataupun mereka yang masih dalam proses
pemeriksaan di pengadilan.
84
Dalam surat edaran Direktur Jenderal
pemasyarakatan tanggal 26 Juni 1985 nomor:
E.PS.01.10-116 tentang penempatan nerapidana, anak
Negara dan anak sipil dinyatakan bahwa narapidana
dewasa adalah narapidana yang berumur lebih dari 21
tahun. Narapidana pemuda adalah mereka yang
berumur antara 18 tahun sampai 21 tahun. Sedangkan
narapidana anak adalah mereka yang berumur
dibawah 18 tahun. Sedangkan berdasarkan surat
kepala kantor wilayah departemen wilayah VII DKI
Jaya 18 Februari 1984 nomor W7.UM.01.06.923.84,
lembaga pemasyarakatan kelas IIA Tangerang juga
dijadikan tempat penampungan narapidana yang
berusia maksimal 27 tahun.
Namun penetapan tersebut pada saat ini tidak
dapat dilaksanakan secara utuh, karena pada akhir-
akhir ini ada kecenderungan makin meningkatnya
jumlah penghuni di wilayah DKI Jakarta, sehingga
lembaga pemasyarakatan kelas IIA Tangerang oleh
pimpinan wilayah difungsikan sebagai lapas
penyangga dari adanya kecenderungan kapasitas
berlebih di lapas Cipinang, rutan Salemba dan lapas
kelas IA Tangerang. Akibatnya fungsi sebagai
lembaga pemasyarakatan yang khusus menampung
dan membina narapidana pemuda sudah tidak murni
lagi. Hal itu diperkuat lagi dengan ditetapkannya
lembaga pemasyarakatan kelas IIA pemuda
85
Tangerang sebagai rumah tahanan yang notabene
tidak mengenal pengkelasifikasian ditinjau dari aspek
umur.
2. Visi dan Misi Lembaga Pemasyarakatan Pemuda
Kelas IIA Tangerang
Visi
Masyarakat memperoleh kepastian hukum dalam
rangka mewujudkan Lembaga Pemasyarakatan
Pemuda Tangerang yang aman, tertib dan damai guna
tercapainya tujuan sistem pemasyarakatan.
Misi
• Melindungi Hak Asasi Manusia, dengan
memberikan pelayanan kepada Warga Binaan
Pemasyarakatan agar dapat kembali kehidupan
masyarakat sebagai warga yang patuh, taat hukum,
mandiri dan produktif serta berguna bagi diri dan
keluarganya.
• Ke depan Lembaga Pemasyarakatan Pemuda
Tangerang menuju bebas dari bau aspek kamar
penghuni, korupsi kolusi dan nepotisme, peredaran
gelap narkoba, kekerasan, pemerasan, pungutan liar
(pungli), perjudian, sampah dan punting rokok.
3. Profil Pondok Pesantren At-Taubah
Pondok Pesantren At-Taubah adalah sebuah
Lembaga Pendidikan Islam Swasta (non pemerintah).
86
Didirikan sejak tahun 2004 dengan sistem kurikulum
terpadu, pendidikan ber- asrama, serta pengajaran
bahasa arab dan bahasa inggris secara intensif.
Pondok Pesantren At-Taubah terletak di
Lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA
Tangerang Banten, Jl. Lp Pemuda No.1, Buaran Indah,
Kec. Tangerang, Kota Tangerang, Banten 15119.
Dengan di dukung oleh pihak Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang, pondok
pesantren At-Taubah memiliki lingkungan yang
bernuansa Islami dan asri. Sehingga pondok pesantren
At-Taubah berupaya untuk mencetak manusia
(khususnya warga binaan LAPASDA Kelas IIA
Tangerang) yang Sukses Berhijrah Menjadi Ummat
Berkualitas di Tengah Masyarakat Madani, yang
Memiliki Akhlakul Karimah, Ilmu Pengetahuan Yang
Luas, dan Bertakwa kepada Allah SWT.
Sebagai bentuk pondok pesantren modern, santri
pondok pesantren At-Taubah mempunyai pemikiran
yang terbuka dan moderat, tanpa menghilangkan
unsur peran Islam, yakni berpikir atas dasar Al-Qur’an
dan Sunnah Rasulullah SAW. serta ajaran para ‘alimul
‘ulama.
Pondok pesantren At-Taubah memiliki
pengelolaan pendidikan dan pengajaran serta kegiatan
santri sehari-hari dikelola oleh para ustadz dengan
latar belakang pendidikan dari berbagai perguruan
87
tinggi dan pondok pesantren modern serta pondok
pesantren salafiyah, baik yang didatangkan dari pihak
luar Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang
dan dari warga binaan Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIA Tangerang, dan sebagian besar adalah
warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA
Tangerang yang sudah menjalani perguruan tinggi dan
pondok pesantren modern serta pondok pesantren
salafiyah. Sehingga secara penuh dapat mengawasi
santri dalam proses kegiatan belajar mengajar dan
kepengasuhan santri.
Pondok Pesantren At-Taubah Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang adalah lembaga
pendidikan dan da’wah Islam yang independen tidak
berafiliasi kepada partai politik dan/atau organisasi
massa tertentu. Juga tidak terlibat/berhubungan
dengan kelompok/sekte atau ajaran di luar ahlu
sunnah wal jama’ah maupun yang dilarang oleh
Pemerintah Republik Indonesia. Akan Tetapi
“BERDIRI DI ATAS DAN UNTUK SEMUA
GOLONGAN”.
Pondok Pesantren At-Taubah merupakan Lembaga
Pendidikan ber-asrama (memiliki 5 asrama) dan 24
kamar santri, semua santri merupakan warga binaan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang,
Santri (WBP) yang menuntut ilmu di lembaga ini
88
mukim dan menetap di asrama dan kamar santri di
dalam pengawasan penuh 24 jam.
Tenaga Pengajar disyaratkan sehat jasmani dan
rohani dan bebas narkoba, serta memiliki jenjang
pendidikan berlatar belakang pendidikan pesantren;
yaitu alumni pondok pesantren At-Taubah dan warga
binaan yang sudah menempuh pendidikan pesantren
diluar lingkungan Lembaga Pemasyarakatan sebelum
menjadi WBP (warga binaan pemasyrakatan), serta
para ustadz yang didatangkan dari lingkungan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang.
Dengan latar belakang yang dimilikinya, lembaga ini
dapat memberikan standarisasi pelayanan dan
standarisai pola dasar pendidikan kepada para santri.
Pondok Pesantren At-Taubah juga melaksanakan
penyegaran untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
pengajaran serta fasilitas pendidikan dalam bentuk
pelatihan jangka pendek terhadap para pengurus dan
asatidz dan musyawarah dengan lembaga-lembaga
pendidikan yang didatangkan dari lingkungan luar
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tangerang, guna
memberikan usulan terhadap kemajuan pondok
pesantren. Untuk meningkatkan mutu di bidang
pendidikan dan pengajaran, selalu diusahakan dengan
mengadakan seleksi calon guru, pelatihan dan
penataran untuk peningkatan mutu guru, mencontoh
89
lembaga pendidikan lain yang sudah maju dan selalu
menerima saran dari berbagai pihak.
Pondok Pesantren At-Taubah menganut sistem
kepemimpinan desentralisasi, dimana pemimpin
tertinggi dipegang oleh satu orang, dan wewenang
masing-masing asrama dan kamar santri dipegang
oleh koordinator pendidikan setiap asrama dan kamar
santri.
Pendidikan merupakan program inti pendidikan
pondok pesantren At-Taubah yang merupakan sistem
pendidikan terpadu, dimana kekurangan sistem akan
diisi dengan kelebihan sistem lainnya. Adapun sistem
yang diterapkan adalah : 1. Sistem Pondok Pesantren
Modern, 2. Sistem Madrasah, 3. Sistem Pondok
Pesantren Salafiyah. Pondok Pesantren At-Taubah
lebih mengutamakan pendidikan daripada pengajaran,
karena pendidikan tidak hanya mengasah daya fikir
santri, tetapi lebih kepada pembentukan pribadi santri
dalam seluruh hidupnya. Pendidikan di Pondok
Pesantren At-Taubah lebih diarahkan kepada:
a. Pembinaan bertaubatan nasuha,
b. Beribadah dan mencari ilmu karena Allah
SWT.
c. Pendidikan kader-kader umat yang mampu dan
terampil di tengah-tengah masyarakatnya,
d. Pembinaan generasi muda yang mampu
melanjutkan studinya sesuai dengan bakatnya
90
dan kelak tetap berada di tengah masyarakat
dengan menjunjung tinggi amar ma’ruf nahi
munkar.
4. Identitas Pesantren At-Taubah
Nama Pesantren : At-Taubah
Tanggal Berdiri : Tanggal 17 April 2004
Pendiri : Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIA Tangerang
Pembina Pesantren : KALAPAS Kelas IIA
Tangerang
Pimpinan Pesantren : Baba Jaelani
Lokasi Pesantren : Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIA, Jl. Lp Pemuda
No.1, Buaran Indah, Kec.
Tangerang, Kota
Tangerang, Banten 15119
Jumalah Peserta Didik : 950 Orang
Mukim : 950 Orang
5. Susunan Pengurus Pesantren
Pembina Pesantren :KALAPAS (Kelas
IIA Tangerang)
Pengawas Pesantren : I Wayan Bondan W.K.D.,
Amd.IP., SH. (KASI.
91
BINADIK)
Gilang Riflianto, Amd.IP.,
SH.
Slamet Solehudin S.Pd.i
H. Makmun
Pimpinan Pesantren :Baba Jaelani
Sekretaris Pesantren : Tamping Pendidikan
Seksi Dokumentasi : Tamping Masjid
Bagian Keamanan : Komandan
Pramuka dan Anggota
Ketua Pesantren At Taubah I :Pengurus At-Taubah
II
Ketua Pesantren At Taubah II :Pengurus At-Taubah
II
Ketua Pesantren At Taubah III :Pengurus At-
Taubah III
Ketua Pesantren At Taubah IV :Pengurus At –
Taubah IV
6. Visi, Misi dan Pola Dasar Pendidikan
Visi
Mencetak Warga Binaan yang sukses berhijrah untuk
menjadi ummat dan pemimpin ummat yang
berkualitas ditengah masyarakat Madani.
Misi
Membimbing Warga Binaan bertaubatan nasuha yang
bertakwa, berakhlakul karimah, berilmu pengetahuan
luas, sehat jasmani dan rohani, drta terampil dan ulet.
92
Pola Pendidikan Dasar
Dalam upaya tercapainya visi dan misi pendidikan,
pondok pesantren At-Taubah menerapkan pola dasar
pendidikan yang meliputi :
a. Panca Jiwa adalah Pendidikan yang ditanamkan
kepada setiap santri untuk membentuk dan
melandasi kepribadian, yang meliputi:
1) Jiwa Kesadaran
2) Jiwa Keikhlasan
3) Jiwa Kemandirian
4) Jiwa Kesaudaraan
5) Jiwa Kesederhanaa
b. Panca Bina adalah pembinaan yang ditanamkan
kepada santri untuk melahirkan sikap hidup yang
nyata dalam langkah kehidupan dan amaliyah
sehari-hari, yang meliputi:
1) Bertakwa Kepada Allah SWT.
2) Berakhlak Mulia
3) Berilmu Pengetahuan Luas
4) Berbadan Sehat
5) Kreatif Dan Terampil
c. Panca Dharma adalah bakti santri sebagai
makhluk social dan warga Negara, sehingga
keberadaan santri tidak hanya bermanfaat untuk
dirinya, namun bermanfaat juga bagi orang lain
dan orang sekitarnya, yang meliputi:
1) Ibadah
93
2) Ilmu Yang Bermanfaat
3) Kader Ummat Dan Pemimpin Ummat
4) Ukhuwah Islamiyah
5) Cinta Tanah Dan Berwawasan Nusantara
7. Jadwal Kegiatan
a. Kegiatan Harian
Berikut adalah kegiatan harian warga binaan
pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah Lembaga
Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang:
Tabel 9. Jadwal Kegiatan Harian
Waktu Kegiatan
08.30 – 04.30
Bangun tidur dan Murottal subuh serta
qiyamul lail (melaksanakan sholat
sunnah, dzikir, muthola’ah pelajaran, Dll
04.30 – 05.00
Menunggu masuknya waktu sholat subuh
(diisi dengan membaca sholawat
bersama), dan sholat subuh berjamaah di
asrama dan kamar santri pondok
pesantren At-Taubah, serta kultum dari
kalangan santri yang diurut berdasarkan
pengajian tingkatan halaqoh,
05.00 – 07.00
Ta’lim/pengajian (dalam bentuk
kelompok/halaqoh yang diklasifikasikan
berdasarkan tingkatan kemampuan dalam
penguasaan Al-Quran) di asrama dan
kamar santri Pondok Pesantren At-
94
Taubah,
07.00 – 09.30
Istirahat (makan pagi, membersihkan
lingkungan asrama dan kamar santri
masing-masing, mandi, serta persiapan
melaksnaakan kegiatan selanjutnya),
09.30 – 09.50
Pelaksanaan sholat dhuha berjamaah di
asrama dan kamar santri Pondok
Pesantren At-Taubah (sebagai
pembelajaran bagi santri untuk
membiasakan sholat dhuha),
09.50 – 11.30
Belajar mengajar di asrama, atau di aula,
dan atau di kelas (pembimbing, yaitu
asatidz Pondok Pesantren At-Taubah dan
astidz yang didatangkan dari Pondok
Pesantren di luar lingkungan LAPAS),
11.30 – 12.30
Persiapan untuk melaksanakan sholat
dzuhur dan sholat dzuhur berjamaah di
Masjid At-Taubah LAPASDA Kelas IIA
Tangerang
12.30 – 14.30 Istirahat (makan siang dan tidur),
14.30 – 15.30
Persiapan untuk melaksanakan sholat
ashar dan sholat ashar berjamaah di
Masjid At-Taubah LAPASDA Kelas IIA
Tangerang
15.30 – 16.30Istirahat (kegiatan olahraga sesuai dengan
bakat santri yakni; voli, futsal, bulu
95
tangkis, basket, Dll, dilanjutkan dengan
mandi dan persiapan melaksanakan
kegiatan selanjutnya),
16.30 – 17.30
Murottal sore (santri yang tidak bertugas
murottal sore, belajar mengaji tahsin Al-
Quran dan Iqro dibimbing oleh asatidz di
asrama dan kamar santri Pondok
Pesantren At-Taubah dengan metode
klasikal/sorogan),
17.30 – 18.30
Menunggu masuknya waktu sholat
maghrib (diisi dengan membaca sholawat
bersama) dan sholat maghrib berjamaah
di asrama dan kamar santri Pondok
Pesantren At-Taubah,
18.30 – 20.00Ta’lim/pengajian (dalam bentuk halaqoh
umum),
20.00 – 20.30
Sholat isya berjamaah di asrama dan
kamar santri Pondok Pesantren At-
Taubah,
20.30 – 21.00 Makan malam,
21.00 – 03.30
Istirahat (sebelum istirahat, santri
dibiasakan membaca do’a sebelum tidur
dengan metode berjamaah).
b. Kegiatan Mingguan
Berikut adalah jadwal kegiatan harian warga
binaan pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah
96
Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA
Tangerang:
Tabel 10. Jadwal Kegiatan Mingguan
Hari Kegiatan
Ahad
Kebersihan umum/kerja bakti di
lingkungan asrama dan kamar santri
Pondok Pesantren At-Taubah, pelatihan
pembacaan kitab kuning, pembacaan
rawi dan marhaban dan ta’lim akhir,
Senin
Kajian kitab Tanqihul Qoul, kajian
kitab Safinatun Naja dan Kasyifatus
Saja, kajian kitab Fathul Qorib,
pelatihan public speaking, belajar-
mengajar di PKBM (sekolah
persamaan sederajat SD, SLTP,
SLTA), pelatihan bahasa Arab
muhaddatsah dan pelatihan khot,
Selasa
Pelatihan olah suara, belajar-mengajar
di PKMB (sekolah persamaan sederajat
SD, SLTP, SLTA), pembacaan ratib
Al-Athos dan ta’lim akhir,
Rabu
Kajian kitab Bidayatul Hidayah dan
Maroqil ‘Ubudiyah, kajian kitab
Nashoibud Diniyah, pelatihan public
speaking, belajar-mengajar di PKBM
(sekolah persamaan sederajar SD,
97
SLTP, SLTA), pelatihan bahasa Arab
muhaddatsah, pelatihan khot,
Kamis
Pelatihan olah suara, belajar-mengajar
di PKBM ( sekolah persamaan
sederajat SD, SLTP, SLTA), kajian
ilmu Alat, pembacaan surah Yasin dan
tahlil dan ta’lim akhir,
Jumat
Pembacaan surah Al-Kahfi dan
muhasabah, kajian kitab Ta’limul
Muta’allim, kebersihan umum/kerja
bakti di lingkungan asrama dan kamar
santri Pondok Pesantren At-Taubah,
pelatihan computer program office,
kajian ilmu alat dan muhadhoroh,
Sabtu
Pelatihan Tilawatil Quran, pelatihan
computer program design grafis,
evaluasi mingguan,
hiburan/penampilan bakat santri.
c. Kegiatan Mingguan, Berkala dan Tahunan
Aneka Lomba, Peringatan Hari Besar Islam,
Muhasabah dan Dzikir Bersama, Laporan
Pengurus Organisasi Santri dan Gudep kepada
Pimpinan Pesantren (bulanan), Pekan Perkenalan
(Ta'aruf), Pergantian Pengurus, Laporan Umum
dan Musyawarah Kerja Organisasi Santri dan
Gudep Pramuka, Praktek Da’wah dan
98
Pengembangan Masyarakat (PDPM), Praktek
Mengajar, Kursus Mahir tingkat Dasar (KMD),
Leadership dan Kepemimpinan (LDK), Pelatihan
Guru Madrasah Diniyah, Tsanawiyah, Wustho,
dan Aliyah.
B. Temuan dan Hasil Analisis Data
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang digunakan dalam
penelitian ini adalah warga binaan pemasyarakatan
yang berada di Pesantren At-Taubah Lembaga
Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang yang
telah mencapai tingkat kemampuan Al-Quran dan
minimal sudah berada di Pesantren At-Taubah
minimal 6 bulan sebanyak 60 orang yang telah
menjadi sampel penelitian.
Analisis data mengenai karakteristik responden
berdasarkan usia, jangka tinggal dan pendidikan
terakhir sebagai berikut. Selanjutnya akan dijelaskan
dalam bentuk tabel dan uraiannya.
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berikut adalah karakteristik respondenberdasarkan usia:
99
Tabel 11. Karakteristik responden berdasarkanusia
Berdasarkan tabel 11, diketahui bahwa
karakteristik responden berdasarkan usia adalah
sebanyak 5 responden berusia 12 – 20 tahun,
kemudian sebanyak 45 responden berusia 20 – 30
tahun, dan sebanyak 10 responden berusia 30 – 65
tahun.
Berdasarkan jumlah tersebut, maka sebagian
besar responden dalam penelitian ini berusia 20 -30
tahun dengan presentase 75 persen. Dengan
demikian responden dalam penelitian ini berada
dalam dewasa awal yang bertujuan untuk
mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat
dibandingkan responden yang memasuki tahap
remaja dan dewasa.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jangka
Tinggal
No Usia Frekuensi Presentase
1. Remaja / Adolesen12 - 20 tahun 5 Responden 8%
2. Dewasa Awal20 - 30 tahun 45 Responden 75%
3. Dewasa30 - 65 tahun 10 Responden 17%
Jumlah 60 Responden 100%
100
Berikut adalah karakteristik responden
berdasarkan jangka tinggal.
Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan JangkaTinggal
No. Jangka Tinggal Frekuensi Presetasi1. 6 – 15 bulan 38 Responden 63%2. 16 – 25 bulan 18 Responden 30%3. 26 – 35 bulan 4 Responden 7%
Jumlah 60 Responden 100%
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa jangka
tinggal responden Warga Binaan Pemasyarakatan
yang berada di Pesantren At-Taubah Lembaga
Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang
adalah sebanyak 38 responden dengan jangka
tinggal 6 – 15 bulan, sebanyak 18 responden
dengan jangka tinggal 16 – 25 bulan dan sebanyak
4 responden dengan jangka tinggal 25 – 35 bulan.
Berdasarkan jumlah tersebut, hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas responden yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah
Warga Binaan Pemasyarakatan yang telah tinggal
di Pesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan
Pemuda Kelas IIA Tangerang selama 6 – 15 bulan
dengan presentase 63%.
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir
101
Berikut adalah karakteristik responden
berdasarkan pendidikan terakhir.
Tabel 13. Karakteristik RespondenBerdasarkan Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Frekuensi Presentase1 SD 6 Responden 10%2 SMP 10 Responden 17%3 SMA/SMK 40 Responden 67%4 S1 4 Responden 6%
Jumlah 60 Responden 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 6
responden pendidikan terakhir SD dengan
presetase sebesar 10%, sebanyak 10 responden
pendidikan terakhir SMP dengan presentase
sebesar 17%, sebanyak 40 responden pendidikan
terakhir SMA/SMK dengan presentase sebesar
67%, dan sebanyak 4 responden pendidikan
terakhir S1 dengan presentase sebesar 6%.
Berdasarkan jumlah tersebut, dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar sampel yang telah diambil
terbanyak adalah responden dengan pendidikan
terakhir SMA/SMK.
2. Gambaran Umum Responden
a. Gambaran Umum Religiusitas pada Warga
Binaan Pemasyarakatan
102
Gambaran umun responden berdasarkan skor
pernyataan Religiusitas pada warga binaan
pemasyarakatan dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Tingkat Religiusitas pada WargaBinaan Pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda
Kelas IIA Tangerang
No.
Kategori
Tingkat
Religiusitas
Jumlah
skor
Jawaban
Responden
Frekuensi Presentase
1. Rendah 67 – 77 14 23%
2. Tinggi 78 – 88 46 77%
Jumlah 60 100%
Pada Tabel 14 jumlah skor jawaban yang
didapat melalui hasil penelitian menunjukkan
bahwa dalam tabel tersebut diketahui nilai skor
variabel Religiusitas (X) mempunyai dua
kelompok skor yaitu skor tinggi dan rendah.
Dengan demikian berdasarkan tabel di atas
didapatkan hasil 23% dalam kategori tingkat
religiusitas rendah dengan jumlah 14 responden
dan 77% mendapatkan hasil tingkat religiusitas
tinggi dengan jumlah 46 responden. Dapat
disimpulkan bahwa religiusitas warga binaan
103
pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah Lembaga
Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang
sebagian besar memiliki religiusitas yang tinggi
dengan presentase 77%.
Pada pernyataan yang dibagikan kepada
responden dalam bentuk kuesioner, religiusitas ini
meliputi beberapa aspek yakni: pengetahuan
agama, keyakinan, penghayatan, praktek agama
dan pengamalan. Dimana religiusitas ini
berhubungan dengan tingkah laku keagamaan,
yakni bentuk tingkah laku yang bersumber dari
keyakinan beragama. Ancok dan Suroso,
berpendapat bahwa religiusitas adalah
keberagamaan yang berarti meliputi berbagai sisi
atau dimensi kehidupan manusia, baik yang
menyangkut perilaku ritual (beribadah) atau
perilaku lain dalam kehidupannya yang identik
dengan nuansa agama baik yang nampak dan
dapat dilihat oleh mata atau yang tidak nampak
(terjadi di dalam hati manusia). Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan beragama tidak
hanya terjadi ketika individu sedang beribadah,
104
tetapi juga ketika melakukan kegiatan lain yang
bernilai ibadah.19
b. Gambaran Umun Kesehatan Mental pada
Warga Binaan Pemasyarakatan
Gambaran umum responden berdasarkan skor
pernyataan kesehatan mental warga binaan
pemasyarakatan dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Tingkat Kesehatan Mental WargaBinaan Pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda
Kelas IIA Tangerang
No.
Kategori
Kesehatan
Mental
Jumlah
Skor
Jawaban
Responden
Frekuensi Presentase
1. Rendah 66 – 83 35 58%
2. Tinggi 84 – 101 25 42%
Jumlah 60 100%
Pada Tabel 15 jumlah skor jawaban yang
didapat melalui hasil penelitian menunjukkan
bahwa dalam tabel tersebut diketahui nilai skor
19 Djamaludin Ancok dan Fuad Nusori Suroso, Psikologis Islam:Solusi Islam Atas Problem-problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2011), h. 70.
105
variabel Kesehatan Mental (Y) mempunyai dua
kelompok skor yaitu skor tinggi dan rendah.
Dengan demikian berdasarkan tabel di atas
didapatkan hasil 58% dalam kategori kesehatan
mental rendah dengan jumlah 35 responden dan
42% mendapatkan hasil kesehatan mental tinggi
dengan jumlah 25 responden. Dapat disimpulkan
bahwa kesehatan mental warga binaan
pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah Lembaga
Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang
sebagian besar memiliki kesehatan mental yang
rendah dengan presentase 58%.
Kesehatan mental yang rendah dimiliki
responden dilihat dari beberapa aspek kesehatan
mental yaitu dimana terdapat tiga orientasi dalam
kesehatan mental menurut Saparinah Sadli yakni;
Orientasi klasik, orientasi penyesuaian diri dan
orientasi pengembangan potensi.2
3. Deskripsi Hasil Penelitian
a. Uji Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrument.3 Instrumen dikatakan valid berarti
2 Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju PsikologiIslami. (Yogyakarta: Pustaka, 1995), h. 132
3 Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2014), h. 211.
106
menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk
mendapat data itu valid atau dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.4 Uji
validitas instrument penting dilakukan untuk
mengetahui apakah alat ukur yang digunakan tepat
atau tidak. Pada penelitian ini uji validitas dibantu
menggunakan Microsoft Excel dengan teknik
Product Moment. Maka hasil yang didapat dari
hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 16. Hasil Uji Validitas Variabel X(Religiusitas)
No.
Butir
R
Hitung
R
TabelKeterangan
1 0,432 0,361 Valid2 0,391 0,361 Valid3 0,422 0,361 Valid4 0,202 0,361 Tidak Valid5 0,457 0,361 Valid6 0,365 0,361 Valid7 0,086 0,361 Tidak Valid8 0,496 0,361 Valid9 0,494 0,361 Valid10 0,36 0,361 Tidak Valid
4 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: CV. Alfabeta, 2004),h. 137.
107
11 0,506 0,361 Valid12 0,402 0,361 Valid13 0,373 0,361 Valid14 0,491 0,361 Valid15 0,679 0,361 Valid16 0,67 0,361 Valid17 0,519 0,361 Valid18 0,694 0,361 Valid19 0,436 0,361 Valid20 0,309 0,361 Tidak Valid21 0,646 0,361 Valid22 0,293 0,361 Tidak Valid23 0,67 0,361 Valid24 0,375 0,361 Valid25 0,466 0,361 Valid26 0,19 0,361 Tidak Valid27 0,644 0,361 Valid28 0,468 0,361 Valid29 0,346 0,361 Tidak Valid30 0,322 0,361 Tidak Valid
108
Tabel 17. Hasil Uji Validitas Variabel Y(Kesehatan Mental)
No.
Butir
R
Hitung
R
TabelKeterangan
1 0,575 0,361 Valid2 0,152 0,361 Tidak Valid3 0,67 0,361 Valid4 0,728 0,361 Valid5 0,046 0,361 Tidak Valid6 0,586 0,361 Valid7 0,429 0,361 Valid8 0,456 0,361 Valid9 0,528 0,361 Valid10 0,484 0,361 Valid11 0,512 0,361 Valid12 0,385 0,361 Valid13 0,587 0,361 Valid14 0,629 0,361 Valid15 0,041 0,361 Tidak Valid16 0,251 0,361 Tidak Valid17 0,766 0,361 Valid18 0,539 0,361 Valid19 0,46 0,361 Valid20 0,585 0,361 Valid21 0,695 0,361 Valid22 0,43 0,361 Valid23 0,408 0,361 Valid
109
24 0,558 0,361 Valid25 0,425 0,361 Valid26 0,489 0,361 Valid27 0,382 0,361 Valid28 0,542 0,361 Valid29 0,584 0,361 Valid30 0,589 0,361 Valid
Berdasarakan Tabel di atas setelah melakukan
uji validitas terhadap skala religiusitas dengan
teknik Product Moment yang diuji cobakan kepada
30 responden, dari 30 item butir pernyataan yang
diuji cobakan diketahui 22 item butir valid dan 8
item butir tidak valid. Item yang tidak valid
disebabkan karena terdapat pernyataan-pernyataan
yang dibuat oleh peneliti bermakna ambigu,
sehingga responden sulit untuk memahami
pernyataan tersebut. Item yang tidak valid dibuang
oleh peneliti dan yang dapat digunakan untuk
penelitian selanjutnya adalah sebanyak 22 item
butir pernyataan. Sedangkan pada skala kesehatan
mental dari 30 item butir pernyataan yang diuji
cobakan diketahui 26 item butir valid dan 4 item
butir tidak valid. Item yang tidak valid ini
dikarenakan pernyataan kurang dipahami oleh
responden. Item yang tidak valid dibuang oleh
110
peneliti, sehingga item yang dapat digunakanan
untuk penelitian selanjutnya adalah sebanyak 26
item butir pernyataan.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana hasil pengukuran
tetap konsisten.5 Kuesioner dinyatakan reliabel
jika jawaban seseorang terhadap pernyataannya
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.6
Tabel 18 menunjukkan hasil Output Uji
Reliabilitas Skala Religiusitas (X)
Tabel 18. Hasil Output Uji Reliabilitas SkalaReligiusitas (X).
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha N of Items
.831 30
Pada tabel 18 menunjukkan bahwa hasil
output uji reliabilitas Religiusitas (X) memperoleh
nilai Cronbach Alpha lebih besar dari nilai 0,6.
5 Sofyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi denganPerbandingan Perhitungan Manual dan SPSS, (Jakarta: KencanaPrenadamedia Group, 2013), h. 55
6 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBMSPSS 19, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), cet. Ke-5,h. 47
111
Hasil dapat diketahui nilai cronbach Alpha untuk
variabel religiusitas sebesar 0.831 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel religiusitas reliabel.
Berikut Tabel 19 menunjukkan hasil output uji
reliabilitas skala Kesehatan Mental (Y).
Tabel 19. Output Uji Reliabilitas Skala KesehatanMental (Y)
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha N of Items
.871 30
Dapat dilihat dari hasil output pada tabel 19
diketahui bahwa hasil output uji reliabilitas
kesehatan mental (Y) memperoleh nilai Cronbach
Alpha sebesar .871 yakni lebih besar dari nilai 0.6,
maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
variabel kesehatan mental reliabel.
4. Analisis Data Penelitian
a. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov adalah
uji yang bertujuan untuk mengetahui apakah data
dalam variabel yang akan dianalisis berdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan
sebelum data diolah berdasarkan model-model
penelitian. Berdasarkan pada hasil penelitian yang
112
telah dianalisa dengan SPSS for windows version
24, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 20. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestUnstandardized Residual
N 60Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std.Deviation
5.92992036
Most ExtremeDifferences
Absolute .063Positive .063Negative -.056
Test Statistic .063Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.c. Lilliefors Significance Correction.d. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan pada Tabel 20 dapat dilihat
bahwa sebaran data variabel religiusitas dan
kesehatan mental berdistribusi normal. Hal ini
diketahui dari nilai signifikansi uji Kolmogorov-
smirnov yakni sebesar 0,200. Oleh karena nilai
113
signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data
dikatakan berdistribusi normal.
b. Uji Korelasi
Uji koefisien korelasi dilakukan dalam
penelitian ini dimaksud untuk mengetahui
bagaimana kekuatan dan arah hubungan antar
variabel independen yaitu religiusitas dengan
variabel dependen yaitu kesehatan mental warga
binaan pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah
Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA
Tangerang. Uji tersebut untuk mengetahui
kekuatan hubungan yaitu dengan cara
menginterpretasikan nilai yang diperoleh dari uji
koefisien korelasi dengan berpedoman pada tabel
interval koefisien atau kekuatan hubungan.
Pengujian tersebut diolah menggunakan teknik
korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan
program SPSS for windows Version 24 adalah
sebagai berikut:
Tabel 21. Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment
Correlations
Religiusitas
KesehatanMental
Religiusitas PearsonCorrelation
1 .683**
Sig. (2-tailed) .000N 60 60
Kesehatan Pearson .683** 1
114
Mental CorrelationSig. (2-tailed) .000N 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel 22. Koefision Korelasi
Korelasi Nilai Sign.KekuatanHubungan
X dan Y .683** .000 Kuat
Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson Product
Moment menggunakan SPSS 24 for windows yang
terlihat pada tabel 21 dapat diketahui bahwa taraf
signifikan sebesar 0,000 maka dimana 0,000 < 0,05
sehingga keputusannya adalah menerima hipotesis
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara Religiusitas dengan Kesehatan
Mental warga binaan pemasyarakatan.
Pada koefisien korelasi diperoleh angka
sebesar .683** menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara religiusitas dengan kesehatan
mental dengan tingkat keeratan hubungan
(korelasi) antara variabel religiusitas dengan
kesehatan mental adalah kuat dan tanda bintang
(**).
Maka hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan
antara religiusitas dengan kesehatan mental artinya,
115
korelasi ini menunjukkan memiliki hubungan yang
positif yaitu jika semakin tinggi religiusitas warga
binaan pemasyarakatan maka semakin tinggi pula
kesehatan mental dirinya, atau semakin rendah
religiusitas warga binaan pemasyarakatan maka
semakin rendah pula kesehatan mental dirinya.
Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha)
hubungan antara religiusitas dengan kesehatan
mental warga binaan pemasyarakatan di Pesantren
At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda
Kelas IIA Tangerang diterima. Sedangkan
hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kesehatan mental warga binaan
pemasyarakatan pemuda di Pesantren At-Taubah
Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA
Tangerang ditolak.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa religiusitas warga binaan pemasyarakatan
berhubungan positif dan signifikan dengan
kesehatan mental mereka. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Sulis Winurini (2019) yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
dan signifikan antara religiositas dengan kesehatan
mental pada remaja pesantren. Semakin tinggi
tingkat tingkat religiositas mereka maka akan
semakin tinggi juga tingkat kesehatan mental yang
116
dimiliki mereka, begitu pun sebaliknya. Sementara
hasil lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa
diantara dimensi kesehatan mental, religiusitas
memiliki hubungan positif dna signifikan hanya
terhadap kesejahteraan sosial. Hal ini berarti
semakin tinggi tingkat religiositas yang dirasakan
oleh mereka, maka akan semakin tinggi pula
dimensi kesejahteraan sosial yang dirasakan oleh
remaja tersebut, begitu juga sebaliknya.7
Tabel 23. Nilai Koefisien Korelasi antaraBagian dari Religiusitas dengan KesehatanMental Warga Binaan Pemasyarakatan
Correlations
Kognitif Afektif KonatifKesehatanMental
Kognitif Pearson Correlation 1 .440** .286* .291*
Sig. (2-tailed) .000 .027 .024
N 60 60 60 60
Afektif Pearson Correlation .440** 1 .601** .519**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 60 60 60 60
Konatif Pearson Correlation .286* .601** 1 .733**
Sig. (2-tailed) .027 .000 .000
N 60 60 60 60
Kesehatan Mental Pearson Correlation .291* .519** .733** 1
Sig. (2-tailed) .024 .000 .000
7 Sulis Winurini, Hubungan Religiositas dan Kesehatan Mental padaRemaja Pesantren di Tabanan, Jurnal Masalah-masalah Sosial, Vol 10, No. 2,tahun 2019, h. 151.
117
N 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson
Product Moment menggunakan SPSS 24 for
windows di atas diketahui terdapat hubungan
antara kognitif, afektif dan konatif dengan
kesehatan mental warga binaan pemasyarakatan.
Pada bagian kognitif atau pengetahuan agama
diperoleh angka koefisien .291* artinya tingkat
keeratan hubungan (korelasi) antara bagian
kognitif pada Religiusitas dengan variabel
kesehatan mental adalah rendah dan tanda bintang
(*) artinya terdapat hubungan yang signifikan pada
angka signifikan sebesar 0.05. kemudian terdapat
angka koefisien yang bernilai positif yaitu 0.291
sehingga terdapat hubungan antara kognitif pada
religiusitas dengan kesehatan mental yang bersifat
searah. Maka semakin tinggi nilai kognitif warga
binaan pemasyarakatan maka semakin tinggi pula
kesehatan mental dirinya atau semakin rendah
nilai kognitif warga binaan pemasyarakatan maka
semakin rendah pula kesehatan mental dirinya.
Lalu terdapat nilai signifikasi atau Sig. (2-tailed)
sebesar .024, karena nilai Sig. (2-tailed) .024 < 0.05,
maka artinya ada hubungan yang signifikan antara
118
bagian kognitif pada religiusitas dengan variabel
kesehatan mental.
Pada bagian afektif diperoleh angka .519**
artinya tingkat keeratan hubungan (korelasi) antara
bagian afektif pada religiusitas dengan kesehatan
mental adalah sedang dan tanda bintang (**)
artinya terdapat hubungan yang signifikan sebesar
0.01. Kemudian terdapat angka koefisien yang
bernilai positif yaitu 0.519 sehingga terdapat
hubungan antara afektif pada variabel religiusitas
dengan variabel kesehatan mental yang bersifat
searah. Maka semakin tinggi afektif warga binaan
pemasyarakatan maka semakin tinggi pula
kesehatan mental dirinya begitupun sebaliknya
semakin rendah afektif warga binaan
pemasyarakatan maka semakin rendah pula
kesehatan mental dirinya. Lalu terdapat nilai
signifikasi atau Sig. (2-tailed) sebesar 0.000,
karena nilai Sig. (2-tailed) .000 < 0.05, maka
artinya ada hubungan yang signifikan antara
bagian afektif pada variabel religiusitas dengan
kesehatan mental.
Pada bagian konatif diperoleh angka
koefisien .733** artinya tingkat keeratan hubungan
(korelasi) antara bagian konatif pada religiusitas
dengan variabel kesehatan mental adalah kuat dan
tanda bintang (**) artinya terdapat hubungan yang
119
signifikan sebesar 0.01. Kemudian terdapat angka
koefisien yang bernilai positif yaitu 0.733 sehingga
terdapat hubungan antara konatif pada variabel
religiusitas dengan kesehatan mental yang bersifat
searah. Maka semakin tinggi afektif warga binaan
pemasyarakatan maka semakin tinggi pula
kesehatan mental dirinya begitupun sebaliknya
semakin rendah afektif warga binaan
pemasyarakatan maka semakin rendah pula
kesehatan mental dirinya. Lalu terdapat nilai
signifikasi atau Sig. (2-tailed) 0.000 < 0.05, maka
artinya ada hubungan yang signifikan antara
konatif pada bagian variabel religiusitas dengan
variabel kesehatan mental.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, sejalan
dengan hasil penelitian Aini Lutfiah (2018) bahwa
adanya koefisien korelasi 0,768 dengan signifikasi
0,000 < 0,05 artinya ada korelasi positif antara
religiusitas dengan penyesuaian diri di sekolah,
berarti semakin tinggi religiusitas maka semakin
tinggi pula penyesuaian diri di sekolah pada siswa
dan begitu pula sebaliknya semakin rendah
religiusitas maka semakin rendah pula
penyesuaian diri di sekolah pada siswa.
Religiusitas dapat mempengaruhi penyesuaian diri
siswa di sekolah disebabkan religiusitas memiliki
lima dimensi yaitu dimensi keyakinan, praktik
120
ibadah, penghayatan, pengetahuan agama dan
pengamalan yang masing-masing dapat saling
mempengaruhi. Hasil penelitian ini menjadi bukti
bahwa religiusitas sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi penyesuaian diri di sekolah
memiliki peran penting dalam penyesuaian diri
remaja sebagai siswa dalam menghadai tuntutan-
tuntutan dari lingkungan sekolah yang harus
dipenuhi agar tercipta keharmonisan antara dirinya
dengan lingkungan sekolah dan dapat meraih hasil
belajar yang optimal.8
Indikator dalam penelitian Aini Lutfiah sejalan
dengan penelitian ini dimana religiusitas meliputi
lima dimensi, namun peneliti klasifikasikan
menjadi 3 yaitu, Kognitif (pengetahuan Agama),
Afektif (keyakinan dan penghayatan), Konatif
(praktik agama dan pengamalan). Begitu pula ada
kesesuaian pada variabel X penelitian Aini yaitu
penyesuaian diri, dimana dalam penelitian ini
penyesuaian diri termasuk kepada indikator
kesehatan mental.
8 Aini Lutfiah, Skripsi: “Hubungan antara Religiusitas denganPenyesuaian Diri Di Sekolah Pada Siswa SMP Negeri 1 Porong Sidoarjo”,(Sidoarjo: Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 2018), h. 73-74.
121
Tabel 24. Nilai Koefisien Korelasi antara
Bagian dari Religiusitas dengan Jangka
Tinggal Warga Binaan Pemasyarakatan
CorrelationsKognitif Afektif Konatif Jangka Tinggal
Kognitif Pearson Correlation 1 .440** .286* .008
Sig. (2-tailed) .000 .027 .949
N 60 60 60 60
Afektif Pearson Correlation .440** 1 .601** -.164
Sig. (2-tailed) .000 .000 .211
N 60 60 60 60
Konatif Pearson Correlation .286* .601** 1 .086
Sig. (2-tailed) .027 .000 .514
N 60 60 60 60
Jangka Tinggal Pearson Correlation .008 -.164 .086 1
Sig. (2-tailed) .949 .211 .514
N 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson Product
Moment menggunakan SPSS 24 for Windows di
atas diketahui terdapat hubungan yang sangat
lemah dan tidak signifikan antara kognitif
(pengetahuan Agama) dan konatif (praktek Agama
dan pengamalan) dengan jangka tinggal, namun
pada afektif (keyakinan dan penghayatan) tidak
terdapat hubungan dengan jangka tinggal warga
binaan pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah
122
Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA
Tangerang.
Pada bagian kognitif atau pengetahuan Agama
diperoleh angka koefisien korelasi .008 artinya
tingkat keeratan hubungan (korelasi) antara bagian
kognitif atau pengetahuan Agama dengan jangka
tinggal warga binaan pemasyarakatan adalah
sangat lemah, kemudian terdapat nilai signifikasi
atau Sig. (2-tailed) sebesar .949, karena nilai
signifikasi 0.949 > 0,05 artinya tidak signifikasi
antara pengetahuan agama dengan jangka tinggal.
Maka dikatakan pada bagian kognitif atau
pengetahuan Agama dengan jangka tinggal warga
binaan pemasyarakatan terdapat hubungan sangat
lemah dan tidak signifikan. Hal ini dikarenakan
sebagian besar warga binaan pemasyarakatan
memiliki jangka tinggal sebentar atau belum lama.
Pada bagian afektif atau keyakinan dan
penghayatan diperoleh angka koefisien korelasi -
.164 artinya tidak ada hubungan antara afektif atau
keyakinan dan penghayatan dengan jangka tinggal.
Lalu terdapat nilai signifikasi atau Sig. (2-tailed)
sebesar .211, karena nilai signifikasi 0.211 > 0,05
maka artinya tidak ada hubungan yang signifikan
antara bagian afektif atau keyakinan dan
penghayatan dengan jangka tinggal warga binaan
123
pemasyarakatan di Pesantren At-Taubah Lembaga
Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA Tangerang.
Hal ini dikarenakan sebagian besar warga binaan
pemasyarakatan memiliki jangka tinggal sebentar
atau belum lama.
Pada bagian konatif atau praktek Agama dan
pengamalan diperoleh angka koefisien
korelasi .086 artinya tingkat keeratan hubungan
(korelasi) antara bagian kognitif atau praktek
Agama dan pengamalan dengan jangka tinggal
warga binaan pemasyarakatan adalah sangat lemah,
kemudian terdapat nilai signifikasi atau Sig. (2-
tailed) sebesar .514, karena nilai signifikasi 0.514 >
0,05 artinya tidak signifikasi antara praktek Agama
dan pengamalan dengan jangka tinggal. Maka
dikatakan pada bagian konatif atau praktek Agama
dan pengamalan dengan jangka tinggal warga
binaan pemasyarakatan terdapat hubungan sangat
lemah dan tidak signifikan. Hal ini dikarenakan
sebagian besar warga binaan pemasyarakatan
memiliki jangka tinggal sebentar atau belum lama.
124
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan analisis penelitian
kesimpulan yang didapat adalah terdapat hubungan positif
dan signifikan antara religiusitas dengan kesehatan mental
warga binaan pemasyarakatan. Hal ini dapat dilihat dari
hasil uji korelasi Pearson Product Moment dengan nilai
signifikasi atau Sig. (2-tailed) sebesar 0,000, dimana 0,000
lebih kecil 0,05 maka dinyatakan Ho ditolak dan Ha
diterima. Sementara tingkat keeratan hubungan antara
religiusitas dengan kesehatan mental mendapatkan hasil
0,683** menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan
antara religiusitas dengan kesehatan mental warga binaan
pemasyarakatan pada golongan kuat dan bersifat searah.
Artinya semakin tinggi religiusitas warga binaan
pemasyarakatan maka semakin tinggi pula kesehatan
mental dirinya atau semakin rendah religiusitas warga
binaan pemasyarakatan maka semakin rendah pula
kesehatan mental dirinya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisa data dan
pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut:
125
1. Untuk Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Kelas IIA
Tangerang, agar hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan masukan tentang betapa pentingnya
meningkatkan religiusitas pada warga binaan
pemasyarakatan. Dalam penelitian ini diketahui bahwa
dimensi kognitif (pengetahuan keagamaan) pada
religiusitas memiliki keeratan hubungan rendah, hal ini
bisa dijadikan masukan agar lebih intensif dalam
memberikan pembinaan keagamaan dan memberikan
dukungan berupa moril kepada warga binaan
pemasyarakatan. Dengan demikian diharapkan warga
binaan pemasyarakatan dapat memiliki kesehatan
mental yang baik.
2. Untuk warga binaan pemasyarakatan selama menjalani
masa tahanan di dalam Lapas diharapkan untuk
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan
mengikuti pembinaan-pembinaan, khususnya
pembinaan keagamaan agar bertambah ilmu agama
serta dapat diaktualisasikan ke dalam kehidupan sehari-
hari dan diharapkan pula kepada warga binaan
pemasyarakatan menyadari bahwa pentingnya
memiliki kesehatan mental yang baik agar mampu
menyesuaikan dirinya dengan keadaan sekitar walau
dalam situasi yang menekan.
3. Untuk praktisi Bimbingan dan Penyuluhan Islam,
diharapkan penelitian ini dapat menjadi kajian ilmu
terkait religiusitas dan kesehatan mental. agar dengan
126
itu, praktisi dapat membantu meningkatkan religiusitas
warga binaan pemasyarakatan sehingga memberikan
dampak kepada mereka untuk bangkit kembali dari
segi mental.
4. Penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan teori,
riset dan kurangnya wawasan pengetahuan. Untuk
peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih
memperdalam lagi kajian-kajian psikologis para warga
binaan pemasyarakatan.
127
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. A. (2000). Metodologi Studi Agama. Yogyakarta :Pustaka Pelajar.
Al-Quusy, A. A. (1974). Pokok-pokok Kesehatan Mental. Jakarta :Bulan Bintang.
Ancok, D., & Suroso, F. N. (2011). Psikologi Islam: Solusi IslamAtas Problem-problem Psikologi. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Anshori, F., & Mucharam, R. D. (2002). MengembangkanKreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam. Yogyakarta:Menara Kudus.
Arikanto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.
. (2002). Metodologi Penelitian Suatu PendekatanProposal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Asyarie, M. (1988). Agama Kebudayaan dan PembangunanMenyongsong Era Industrialisasi. Yogyakarta: KalijagaPress.
Bastaman. (1995). Integrasi Psikologi dengan Islam MenujuPsikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka.
Bungin, B. (2008). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta:Kencana.
. (2011). Metode Penelitian Sosial. Bandung: RemajaRosdakarya.
Burhanuddin, Y. (1999). Kesehatan Mental. Jakarta: Pustaka Setia.
Daradjat, Z. (1993). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
128
. (2001). Kesehatan Mental . Jakarta: Toko GunungAgung.
. (2001). Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam.Jakarta: Bumi Aksara.
Driyarkara. (1998). Percikan Filsafat. Jakarta: LembagaPenunjang Pembangunan Nasional.
Ghozali, I. (2005). Analisis Muktivariate dengan Program SPSS.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hasan, M. I. (2001). Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitiandan Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia.
Indonesia, K. K. (2018). Retrieved Februari Selasa, 2020, fromHasil Riskesdas 2018:http://www.kesmas.kemkes.go.id/assets/uploud/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf
Indonesia, R. (n.d.). Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995tentang Pemasyarakatan, Bab I Mengenai KetentuanUmum: Pasal 1 ayat 1-3.
Jaelani, A. (2000). Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental. Jakarta:Amzah.
Jalaluddin. (2016). Psikologi Agama: Memahami Perilaku denganMengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi. Jakarta:Rajawali Pers.
Kartono, K. (2007). Potologo Sosial Jilid 1. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Kartono, K., & Andri, J. (1989). Hygiene Mental dan KesehatanMental dalam Islam. Bandung: Mandar Maju.
129
Kesehatan, D. (2016). Retrieved Februari Selasa, 2020, from DataWHO tentang Gangguan dan Penyakit Mental/Jiwa:http://www.depkes.go.id
Lutfiah. Aini. 2018. Hubungan antara Religiusitas denganPenyesuaian Diri di Sekolah Pada Siswa SMP Negeri 1Porong Sidoarjo. Skripsi. Sidoarjo: UniversitasMuhammadiyah Sidoarjo.
Maghfiroh, S. (2018). Pengaruh Religiusitas, Pengetahuan danLingkungan Sosial terhadap Minat Menabung di BankSyariah pada Santri Mahasiswi Darush Shalihat.Yogyakarta: Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta.
Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Muhaimin. (2007). Pengembangan Kurikulum Pendidikan AgamaIslam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi.Jakarta: Rajawali Pers.
Muin, M. T. (1973). Ilmu Kalam. Jakarta: Bulan Bintang.
Mulyana, D. (2003). Metode Penelitian Kualitatif (ParadigmaBaru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya).Bandung: Remaja Rosdakarya.
Notosoedirjo, M. (2005). Kesehatan Mental Konsep danPenerapan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Nurfebriani, C., Sulastri, S., & Budiarti, M. (2016). TingkatPemenuhan Kebutuhan Aspek Biologi, Psikologi, Sosialdan Spiritual Pada Warga Binaan Pemasyarakatan diLembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Bandung.Jurnal Unpad, Vol. 3 No. 1.
OFM, Y. S. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta : Kanisius.
130
Pendidikan, D. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka.
Periantalo, J. (2016). Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Poernomo, B. (1986). Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan SistemPemasyarakatan. Yogyakarta : Liberty.
Prasetyo, B., & Jannah, L. M. (2008). Metode PenelitianKuantitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Prastoro, A. (2011). Memahami Metode-metode Penelitian.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Prawitasari, J. E. (2011). Psikologi Klinis. Jakarta: Erlangga.
Priyatno, D. (2006). Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara diIndonesia. Bandung: Refika Aditama.
Rahmat, J. (2003). Psikologi Agama. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Ramayulis. (2002). Psikologi Agama. Jakarta : Kalam Mulia.
Ratna, N. K. (2010). Metodologi Penelitian Kajian Budaya danIlmu-ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Santosa, & Ayat. (n.d.). Analisis Statistika untuk Skripsi, Tesisdan Disertasi Ekonomi.
Santosa, S. (2002). SPSS: Mengelola Data Statistik SecaraProfesional. Jakarta: PPm.
Sarwono, J., & Suhayati, E. (2010). Riset AkuntansiMenggunakan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Shihab, M. Q. (2006). Menabur Pesan Illahi: Al-Quran danDinamika Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Lentera Hati.
131
Sigit, S. (2003). Esensi Perilaku Organisasi. Jakarta: PenerbitLukman Offset.
Siregar, S. (2010). Statistik Parametrik untuk PenelitianKuantitatif. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Siswanto. (2007). Kesehatan Mental Konsep, Cakupan danPerkembangan. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV.Alfabeta.
. (2004). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV.Alfabeta.
. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D .Bandung: PT. Alfabeta.
. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif R & D . Bandung:PT. Alfabeta.
Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensidan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Suryabrata, S. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.(n.d.).
Undang-undang. (n.d.). Tentang Pemasyarakatan No. 12 Tahun1995.
Widoyoko, E. P. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winurini. Sulis. 2019. Hubungan Religiusitas dan KesehatanMental pada Remaja Pesantren di Tabanan. JurnalMasalah-masalah Sosial. Vol. 10. No. 2.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian
Variabel
Independen
(X)
TeoriDefinisi
OperasionalIndikator
Religiusitas
(X)
Glock dan
Stark
religiusitas
adalah tingkat
konsepsi
seseorang
terhadap agama
dan tingkat
komitmen
seseorang
terhadap
agamanya.
Tingkat
konseptualisasi
yaitu tingkat
pengetahuan
seseorang
terhadap
agamanya,
sedangkan
yang dimaksud
Religiusitas
adalah suatu
bentuk proses
manusia dalam
meyakini,
memahami dan
menghayati ajaran
agama disertai
tingkat
pengetahuan
terhadap agama
yang dianutnya
kemudian
diaktualisasikan
dalam kehidupan
sehari-hari yakni
berupa tindakan
dengan mematuhi
aturan-aturan dan
kewajiban-
kewajiban dengan
1. Berdasarkan
Pengetahuan Agama
a) Warga binaan
pemasyarakatan
mendapatkan
pengetahuan agama
yang sebelumnya
belum pernah ia
dapatkan
b) Warga binaan
pemasyarakatan
mengetahui apa
yang diperintah dan
yang dilarang oleh
agama
c) Warga binaan
pemasyarakatan
tahu tata cara sholat
yang benar sesuai
ajaran agama
d) Warga binaan
dengan tingkat
komitmen yaitu
sesuatu hal
yang perlu
dipahami
secara
menyeluruh,
sehingga
terdapat
berbagai cara
bagi individu
untuk menjadi
religius.
penuh keikhlasan,
baik perilaku
yang menyangkut
ibadah kepada
Allah maupun
perilaku lain
dalam kehidupan
yang bernilai
ibadah.
Religiusitas
dalam penelitian
ini terdiri dari 5
dimensi
religiusitas yang
diklasifikasikan
lagi menjadi 3
dimensi
religiusitas, yaitu:
pertama,
berdasarkan
Kognitif yakni
pengetahuan
agama atau
intelektual;
kedua,
berdasarkan
pemasyarakatan
mengetahui
perbuatan yang
baik dan perbuatan
yang buruk sesuai
norma yang aturan
agama
2. Berdasarkan Keyakinan
dan Penghayatan
a) Warga binaan
pemasyarakatan
merasakan
perubahan dalam
dirinya ketika
sering mengikuti
kegiatan-kegiatan
keagamaan
b) Warga binaan
pemasyarakatan
merasa ingin
memperbaiki diri
setelah mengikuti
kegiatan-kegiatan
keagamaan
c) Warga binaan
pemasyarakatan
Afektif yakni
keyakinan dan
penghayatan;
ketiga,
berdasarkan
Konatif yakni
Praktek Agama
dan Pengamalan.
pasrah atau
berserah diri pada
Allah
d) Warga binaan
pemasyarakatan
percaya akan takdir
yang ditetapkan
oleh Allah
e) Warga binaan
pemasyarakatan
memiliki rasa selalu
bersyukur kepada
Allah
f) Warga binaan
pemasyarakatan
akan merasa takut
ketika melanggar
aturan yang telah
ditetapkan oleh
agama
g) Warga binaan
pemasyarakatan
merasakan
kehadiran Tuhan
dalam setiap gerak
hidupnya.
3. Berdasarkan Praktek
Agama dan
Pengamalan
a) Warga binaan
pemasyarakatan
rajin melaksanakan
Sholat 5 waktu
b) Warga binaan
pemasyarakatan
sering membaca
Al-Quran
c) Warga binaan
pemasyarakatan
berprilaku baik dan
suka menolong
terhadap sesama
d) Warga binaan
pemasyarakatan
bertanggung jawab
atas segala
perbuatan yang
telah dilakukan
e) Warga binaan
pemasyaraktan
selalu menjaga
kebersihan
lingkungan
Kesehatan
Mental (Y)
Zakiah
Daradjat
mengatakan
bahwa
Kesehatan
mental adalah
terhindar nya
orang dari
gejala-gejala
gangguan jiwa
(neurose) dan
dari gejala-
gejala penyakit
jiwa
(psychose).
Zakiah
Daradjat juga
mendefinisakan
kesehatan
mental yaitu
terwujudnya
keharmonisan
yang sungguh-
sungguh antara
fungsi-fungsi
Kesehatan mental
adalah
terhindarnya
seseorang dari
gejala gangguan
atau penyakit
mental,
terwujudnya
keharmonisan
yang sungguh-
sungguh antar
fungsi-fungsi jiwa
serta mempunyai
kesanggupan
untuk
menghadapi
problem-problem
biasa yang terjadi
dan merasakan
secara positif
kebahagiaan dan
kemampuan
dirinya, adanya
kemampuan yang
dimiliki untuk
1. Orientasi Klasik
a. Warga binaan
pemasyarakatan
terbebas dari
gangguan penyakit
mental
b. Warga binaan
pemasyarakatan
tidak memiliki
keluhan kecemasan
c. Warga binaan
pemasyarakatan
mampu berfikir
positif dalam
menghadapi setiap
permasalahan
2. Orientasi Penyesuaian
Diri
a. Warga binaan
pemasyarakatan
mampu beradaptasi
dengan orang-orang
yang berada
disekelilingnya
b. Warga binaan
jiwa, serta
mempunyai
kesanggupan
untuk
menghadapi
problem-
problem biasa
yang terjadi,
dan merasakan
secara positif
kebahagiaan
dan
kemampuan
dirinya.
menyesuaikan diri
dengan dirinya
sendiri dan
lingkungannya,
berlandaskan
keimanan dan
ketakwaan, serta
bertujuan untuk
mencapai hidup
yang bermakna
dan bahagia di
dunia dan akhirat.
pemasyarakatan
mampu
menyesuaikan diri
c. Warga binaan
pemasyarakatan
mampu memuaskan
tuntutan kelompok
d. Warga binaan
pemasyarakatan
mampu
menciptakan
hubungan yang
baik antar sesama
warga binaan
pemasyarakatan
lainnya dan orang-
orang yang berada
disekitarnya
3. Orientasi
Pengembangan Potensi
a. Warga binaan
pemasyarakatan
mampu
mengembangkan
potensi yang
dimilikinya
b. Warga binaan
pemasyarakatan
dapat
mengimplementasi
kan setiap ilmu
yang didapat dalam
proses pembinaan-
pembinaan yang
berada di lapas.
Lampiran 2. Lembar Kuesioner
LEMBAR KUESIONER
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dengan ini saya EVA FAUZAH mahasiswi Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta bermaksud untuk melakukan penelitian dalam rangka
tugas akhir (skripsi) yang berjudul “Hubungan Religiusitas
Dengan Kesehatan Mental Warga Binaan Pemasyarakatan di
Pesantren At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Pemuda
Kelas IIA Tangerang”, maka saya mengharapkan kesediaan
saudara berkenan untuk mengisi kuesioner berikut dengan data
sebenar-benarnya sebagai data yang akan digunakan pada
penelitian kali ini. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan
terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
A. Identitas Responden
Nama :
Usia :
Berapa Lama di At-Taubah :
Pendidikan Terakhir :
B. Adapun berikut petunjuk pengisian:
1. Bacalah dengan seksama setiap pertanyaan
2. Isilah kuesioner dengan jujur dan benar sesuai dengan diri
Anda
3. Pilihlah satu jawaban yang tersedia dengan memberikan
tanda ceklis (√) pada setiap pernyataan yang menurutAnda tepat dengan skala sebagai berikut:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
PERNYATAAN RELIGIUSITAS
No. Pernyataan SS S TS STS1. Menurut saya Islam merupakan
agama yang mampu menuntunmanusia menuju kebahagiaandunia akhirat
2. Pengetahuan agama yang sayamiliki mampu membimbing sayadalam kehidupan sehari-hari
3. Saya mengetahui bahwakewajiban saya sebagai muslimadalah menjalankan rukun Islam.
4. Saya tahu apa yang telah sayaperbuat selama di dunia akandimintai pertanggung jawaban diakhirat kelak
5. Saya tahu bahwa Rasulullahmenjadi teladan bagi umatmanusia
6. Islam mengajarkan manusia untukberbuat baik dan saling tolongmenolong
7. Saya tahu Al-Quran merupakanpedoman hidup manusia dansumber ilmu pengetahuan
8. Saya merasa segala ucapan dantindakan yang dilakukan dicatatoleh malaikat
9. Ketika melaksanakan sholat, sayamasih memikirkan permasalahanyang saya hadapi
10. Saya takut bila tidakmelaksanakan sholat
11. Saya percaya bahwa apa yangterjadi dalam diri saya merupakantakdir yang ditetapkan oleh Allah
12. Saya merasa kehadiran Allahdisetiap gerak hidup saya
13. Saya percaya bahwa di dalam
harta manusia ada hak-hak yangharus diberikan kepada orang lain
14. Saya tidak merasa berat dalammenjalankan perintah Allah
15. Yakin dan tidak ragu-ragu denganapa yang diperintahkan Allahkepada umatnya
16. Saya senantiasa untuk bersikaprela dan ikhlas terhadap apa yangterjadi dalam hidup saya
17. Saya selalu melaksanakan sholatlima waktu setiap hari
18. Saya melaksanakan puasa satubulan penuh di bulan Ramadhan
19. Selalu menjaga lisan dalambertutur kata yang baik
20. Saya berperilaku sesuka hati dansering kali tidak sesuai dengannorma aturan agama Islam
21. Saya selalu berusaha untukmeneladani akhlak Rasulullah
22. Saya selalu bersikap ramah tamahdan sopan santun terhadap sesamamanusia
PERNYATAAN KESEHATAN MENTAL
No. Pernyataan SS S TS STSOrientasi Klasik
1. Saya sering merasakankegelisahan tanpa sebab
2. Saya selalu mengambil pelajaranatau hikmah dari musibah yangmenimpa diri saya
3. Saya selalu menyelesaikanmasalah dengan hati yang tenang
4. Dengan beragama, hati saya tetaptenang meskipun sedang dilandamasalah
5. Meyakini bahwa apa yangmenimpa diri saya adalahketentuan dari Allah sehinggasaya tetap merasa tenang dalammenghadapinya
6. Saya menjadi mudah marah dansering tidak bisa mengendalikanemosi saya jika ada orang yangmenasehati
7. Sering merasa depresi danmurung ketika mengingat masalahyang sedang saya alami
8. Merasa hidup saya adalah bebanbagi keluarga
Orientasi Penyesuaian Diri9. Saya mudah beradaptasi dengan
orang lain10. Saya merasa memiliki banyak
kekurangan sehingga saya minderdengan teman-teman yang lain
11. Saya selalu siap menolong jikaada yang terluka, kecewa ataumerasa sakit
12. Setiap bertemu orang, saya selalumenyapanya
13. Saya tidak bisa bekerja samadengan baik di dalam kelompok
14. Saya memiliki pribadi yangmembuat teman-teman menyukaisaya
15. Saya sering mengganggu temansaya saat sedang mengikutikegiatan di kelas maupun asrama
16. Saya mampu berpartisipasi aktifdalam kegiatan-kegiatan yangberada di lapas
17. Menurut saya, pribadi yangmampu menyesuaikan diri adalahpribadi yang tidak menutup diridengan keadaan
Orientasi Pengembangan Potensi18. Saya mampu untuk mengatasi
masalah-masalah yang sedangsaya alami
19. Saya berusaha menjadi manusiayang baik sebagaimana dianjurkanagama
20. Saya sangat berkonsentrasi danfokus dalam mencapai tujuanhidup
21. Saya selalu berusahamengembangkan bakat yang sayamiliki dengan mengikuti berbagaimacam kegiatan dan ekskul yangada di Lapas
22. Saya memiliki kemampuan dalammengatur dan mengambiltindakan
23. Saya mampu bertahan dalammenghadapi frustasi dankegagalan
24. Saya mampu belajar daripengalaman dan merencanakankehidupan yang lebih baik lagi
25. Saya mampu mengaplikasikanilmu yang didapat dalampembelajaran dan pembinaan-pembinaan ke dalam kehidupansehari-hari
26. Dalam mengambil keputusan,saya jarang mempertimbangkanhati nurani
Lampiran 3. Data Skor Resposnden
Religiusitas
R B1
B2
B3
B4
B5
B6
B7
B8
B9
B10
B11
B12
B13
B14
B15
B16
B17
B18
B19
B20
B21
B22 Jml
R1 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 79R2 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 76R3 4 4 4 4 4 3 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84R4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 85R5 4 3 4 3 3 4 4 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 71R6 3 4 4 4 4 3 4 4 2 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 73R7 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 85R8 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 79R9 4 4 4 3 4 4 4 4 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 2 3 3 74R10 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 81R11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88R12 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 82R13 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 83R14 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 82R15 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 76R16 4 4 3 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 80
R17 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 86R18 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 74R19 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 80R20 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 76R21 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 78R22 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 83R23 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84R24 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 77R25 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 84R26 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 81R27 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 87R28 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 87R29 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 78R30 4 3 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 79R31 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 2 4 4 79R32 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 83R33 4 3 4 4 4 4 4 4 1 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 75R34 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 82R35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 1 4 4 83R36 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 85R37 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 82
R38 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 77R39 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88R40 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 1 4 4 79R41 3 4 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 79R42 4 3 4 4 4 3 4 4 2 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 `1 3 3 74R43 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 84R44 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 86R45 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 84R46 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 84R47 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 82R48 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 81R49 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 78R50 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 68R51 4 3 4 4 3 4 3 3 1 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 76R52 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 74R53 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 2 3 3 79R54 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 82R55 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 82R56 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 82R57 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 83R58 3 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84
R59 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 83R60 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 84
Kesehatan Mental
R B1
B2
B3
B4
B5
B6
B7
B8
B9
B10
B11
B12
B13
B14
B15
B16
B17
B18
B19
B20
B21
B22
B23
B24
B25
B26 JML
R1 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 79R2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 2 2 2 3 3 3 75R3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3 3 4 3 4 3 4 2 4 4 3 3 3 4 4 2 90R4 2 4 4 4 4 4 2 1 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 93R5 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 2 82R6 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 74R7 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 100R8 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 79R9 2 2 3 3 3 4 4 2 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 82R10 3 3 3 3 3 3 2 2 3 1 3 4 2 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 2 80R11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 101R12 2 3 3 4 4 2 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 2 82R13 2 4 3 4 4 3 2 1 4 3 4 4 3 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 88R14 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 80R15 2 4 3 3 4 3 2 1 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 73R16 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 83R17 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 101R18 2 4 4 4 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 3 4 78R19 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 77
R20 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 76R21 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 82R22 2 4 4 4 4 3 2 4 4 3 4 3 3 4 2 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 90R23 4 3 4 4 4 1 4 1 4 1 4 4 1 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 85R24 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 89R25 2 4 4 4 4 3 3 2 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 92R26 3 3 3 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 3 3 4 2 83R27 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 98R28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 101R29 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 76R30 2 4 3 3 3 4 2 2 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 82R31 3 3 4 4 4 3 3 2 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 93R32 2 4 4 4 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 79R33 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 4 2 4 4 4 3 78R34 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 2 82R35 1 4 4 4 4 1 1 1 4 1 4 4 3 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 3 82R36 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 94R37 2 3 4 4 4 3 3 2 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 81R38 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 66R39 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 98R40 3 3 4 4 3 3 3 4 3 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 92R41 2 4 3 4 3 2 1 1 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 71R42 2 3 3 4 2 3 3 2 4 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 73R43 2 4 4 4 4 4 2 2 3 4 3 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 1 4 4 4 1 86
R44 2 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 1 4 4 4 1 90R45 1 4 4 4 4 2 1 2 4 1 4 3 3 4 2 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 1 81R46 2 4 4 4 4 3 3 1 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 93R47 2 4 3 4 4 3 2 2 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 81R48 3 3 3 3 4 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 2 80R49 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 1 86R50 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75R51 1 3 4 3 4 3 3 1 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 2 83R52 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 77R53 2 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 84R54 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 85R55 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 83R56 2 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 75R57 2 4 4 4 4 3 1 1 3 1 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 86R58 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 1 88R59 2 3 3 4 4 2 3 2 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 76R60 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 94
Lampiran 4. Hasil Perhitungan SPSS for Windows Version 24
Hasil Uji Normalitas Kormogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestUnstandardized Residual
N 60Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std.Deviation
5.92992036
Most ExtremeDifferences
Absolute .063Positive .063Negative -.056
Test Statistic .063Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.c. Lilliefors Significance Correction.d. This is a lower bound of the true significance.
Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment
Correlations
Religiusitas
KesehatanMental
Religiusitas PearsonCorrelation
1 .683**
Sig. (2-tailed) .000N 60 60
KesehatanMental
PearsonCorrelation
.683** 1
Sig. (2-tailed) .000N 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
Hasil Uji Koefisien Korelasi antara bagian Religiusitas denganKesehatan Mental
Correlations
Kognitif Afektif KonatifKesehatanMental
Kognitif Pearson Correlation 1 .440** .286* .291*
Sig. (2-tailed) .000 .027 .024
N 60 60 60 60
Afektif Pearson Correlation .440** 1 .601** .519**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 60 60 60 60
Konatif Pearson Correlation .286* .601** 1 .733**
Sig. (2-tailed) .027 .000 .000
N 60 60 60 60
Kesehatan Mental Pearson Correlation .291* .519** .733** 1
Sig. (2-tailed) .024 .000 .000
N 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 5. Surat-surat
Lampiran 6. Dokumentas-dokumentasi
top related