hubungan pengetahuan akseptor iud dengan kecemasan … asli.pdf · instrumen pengumpulan data...
Post on 24-Oct-2020
24 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
HUBUNGAN PENGETAHUAN AKSEPTOR IUD DENGAN KECEMASAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI IUD
DI RS DEWI SARTIKA KOTA KENDARI TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan di Program Studi D-IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH
YELZY JUNIASTUTI P00312013039
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN KENDARI
2017
-
xi
-
xi
-
iv
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PENULIS
1. Nama : Yelzy Juniastuti
2. Tempat Tanggal Lahir : Unaaha, 13 Juni 1995
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia
6. Alamat : Andonohu, BTN Kendari Permai
B. PENDIDIKAN
1. TK Pembina Unaaha, Tamat Tahun 2001
2. SD Negeri 3 Unaaha, Tamat Tahun 2007
3. MTS Negeri Unaaha, Tamat Tahun 2010
4. SMA Negeri 1 Unaaha, Tamat Tahun 2013
5. Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan D-IV Kebidanan 2013
sampai sekarang
-
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “hubungan pengetahuan
Akseptor IUD dengan kecemasan efek samping kontrasepsi IUD di RSU
Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2017”.
Dalam proses penyusunan skripsi ini ada banyak pihak yang
membantu, oleh karena itu sudah sepantasnya penulis dengan segala
kerendahan dan keikhlasan hati mengucapkan banyak terima kasih
sebesar-besarnya terutama kepada Ibu Arsulfa, S.Si.T, M.Keb selaku
Pembimbing I dan Ibu Wa Ode Asma Isra, S.Si.T,M.Kes selaku
Pembimbing II yang telah banyak membimbing sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini pula penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Petrus, SKM. M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kendari.
2. Ibu Halijah, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kendari.
3. Direktur Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari.
4. Ibu Aswita, S.Si.T, MPH, Ibu Hasmia Naningsih, SST,M.Keb, Farming,
SST, M.Keb selaku penguji dalam proposal skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kendari
Jurusan Kebidanan yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu
-
vi
6. pengetahuan selama mengikuti pendidikan yang telah memberikan
arahan dan bimbingan.
7. Seluruh teman-teman D-IV Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kendari, yang senantiasa memberikan bimbingan, dorongan,
pengorbanan, motivasi, kasih sayang serta doa yang tulus dan ikhlas
selama penulis menempuh pendidikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan dalam penyempurnaan skripsi ini serta sebagai bahan
pembelajaran dalam penyusunan skripsi selanjutnya.
Kendari, Juli 2017
Penulis
-
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................. iii
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………
KATA PENGANTAR…....................................................................
iv
v
DAFTAR ISI….................................................................................. vii
DAFTAR TABEL.............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... x
ABSTRAK........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian.................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 8
A. Telaah Pustaka.......................................................................... 8
B. Landasan Teori.......................................................................... 44
C. Kerangka Teori.......................................................................... 47
D. Kerangka Konsep...................................................................... 48
E. Hipotesis Penelitian................................................................... 48
BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 49
A. Jenis Penelitian......................................................................... 50
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 50
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 50
D. Variabel Penelitian..................................................................... 51
E. Definisi Operasional.................................................................. 51
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian............................................ 52
-
viii
G. Instrumen Penelitian.................................................................. 52
H. Alur Penelitian........................................................................... 53
I. Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 56
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................... 56
B. Hasil Penelitian......................................................................... 63
C. Pembahasan............................................................................. 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 75
A. Kesimpulan................................................................................ 75
B. Saran......................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 76
LAMPIRAN
-
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Tempat Tidur RSU Dewi Sartika Kendari Tahun
2016....................................................................................
61
Tabel 2. Jumlah SDM RSU Dewi Sartika Kendari Tahun
2016....................................................................................
62
Tabel 3. Karakteristik Responden..................................................... 64
Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Akseptor IUD di RSU Dewi
Sartika Tahun 2017.............................................................
65
Tabel 5. Distribusi Kecemasan Efek Samping Kontrasepsi IUD di
RSU Dewi Sartika Tahun 2017...........................................
66
Tabel 6. Hubungan Pengetahuan Akseptor IUD Dengan
Kecemasan Efek Samping Kontrasepsi IUD di RSU Dewi
Sartika Kota Kendari Tahun 2017.......................................
67
-
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes
Kemenkes kendari
Lampiran 2. Formulir persetujuan menjadi responden penelitian
Lampiran 3. Kuesioner
Lampiran 4. Surat izin penelitian dari Badan Riset Propinsi Sultra
Lampiran 5. Surat keterangan melakukan penelitian dari RSU Dewi
sartika Kota Kendari
Lampiran 6. Master tabel
Lampiran 7. Output analisis data
Lampiran 8. Dokumentasi penelitian
-
xi
ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN AKSEPTOR IUD DENGAN KECEMASAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI IUD DI RS DEWI SARTIKA KOTA
KENDARI TAHUN 2017
Yelzy Juniastuti 1 Arsulfai
2 Wd. Asma Isra
2
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan akseptor IUD dengan kecemasan efek samping kontrasepsi IUD di RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2017.
Desain penelitian yang digunakan ialah observasional dengan rancangan
cross sectional. Sampel penelitian adalah PUS yang menggunakan alat kontrasepsi IUD di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari yang berjumlah 48 orang. Teknik pengambilan sampel dengan accidental sampling. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner untuk menilai tentang pengetahuan tentang IUD, kecemasan akan efek samping. Data dianalisis dengan uji Chi-Square.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pengetahuan akseptor IUD tentang IUD dan efek sampingnya dalam kategori baik, sebagian besar akseptor IUD tidak merasa cemas akan efek samping kontrasepsi IUD. Ada hubungan pengetahuan akseptor IUD dengan kecemasan efek samping kontrasepsi IUD (p=0,009; X2=13,5).
Kata kunci : pengetahuan, kecemasan, IUD 1 Mahasiswa Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes Kendari
2 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah penduduk yang besar merupakan salah satu masalah
global di dunia. Permasalahan ini dapat menjadi beban negara dalam
pembangunan nasional dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu upaya
yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi hal tersebut
adalah program keluarga berencana (KB). Program KB mempunyai
arti penting dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sejahtera,
disamping program kesehatan dan pendidikan (BKKBN, 2013).
Penggunaan KB telah meningkatkan di banyak bagian dunia
terutama di Asia dan Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika
terutama metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), walaupun
peningkatannya tidak signifikan, yaitu dari 54% pada tahun 1990
meningkat menjadi 57,4% pada tahun 2014 (WHO, 2014). Hal ini
berbanding terbalik dengan penggunaan kontrasepsi di Indonesia.
Penggunaan kontrasepsi di Indonesia sebesar 7.059.953
peserta, dengan persentase pengguna suntikan sebanyak 3.444.153
peserta (48,78%), pil sebanyak 1.859.733 peserta (26,34%), implant
sebanyak 656.047 peserta (9,29%), IUD sebanyak 348.134 peserta
(7,78%), kondom sebanyak 423.457 peserta (6,00%). MOW sebanyak
108.980 peserta (1,54%), MOP sebanyak 9.375 peserta (0,26%)
-
2
(BKKBN, 2013). Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa
penggunaan non metode kontrasepsi jangka panjang (Non MKJP)
sangat mendominasi yaitu sebesar 79,71%, sedangkan pengguna
MKJP hanya seperti IUD, MOW, MOP dan implant hanya sebesar
20,29% (BKKBN, 2013).
Penggunaan kontrasepsi di Sulawesi Tenggara terdiri dari
suntik sebesar 47,5%, Pil sebesar 37,7%, Implant sebesar 6,7%,
Kondom sebesar 6,2%, IUD sebesar 1,2%, MOW sebesar 0,5%, MOP
sebesar 0,2% (Dinkes Sultra, 2016). Berdasarkan data tersebut dapat
dilihat bahwa penggunaan non metode kontrasepsi jangka panjang
(Non MKJP) sangat mendominasi dibandingkan pengguna MKJP
hanya seperti IUD, MOW, MOP.
Upaya pemerintah untuk meningkatkan penggunaan MKJP
bagi pasangan usia subur (PUS) telah dituangkan dalam rencana
pembangunan jangka panjang bidang kependudukan dan KB tahun
2010-2014 serta program lainnya secara terpadu. Kebijakan
mencakup aspek pelayanan (suplay side) dan penggerakan (demand
side). Strategi yang dikembangkan adalah meningkatkan kemudahan
mendapatkan pilihan dan pelayanan KB metode MKJP terutama
kontrasepsi IUD (Diah, 2011). Walapun upaya ini telah terlaksana,
namun penggunaan alat kontrasepsi MKJP khususnya IUD masih
rendah.
-
3
Salah satu faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan alat
kontrasepsi IUD adalah faktor kecemasan akan efek samping
sehingga dapat mempengaruhi perilaku akseptor. Hasil penelitian
Anggara (2015) menyatakan bahwa ada hubungan kecemasan
dengan pemilihan kontrasepsi IUD. Demikian pula hasil penelitian
Katz (2011) menyatakan rendahnya pemakaian metode kontrasepsi
jangka panjang terutama IUD karena adanya rumor dan mitos yang
kurang baik tentang metode kontrasepsi tersebut.
Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam
menggerakan perilaku seseorang, baik normal maupun menyimpang.
Dampak negatif dari kecemasan adalah terjadinya drop out dan
ketidaknyamanan dalam penggunaaan IUD. Tingkat kecemasan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terkait meliputi hal berikut
(Stuart dan Sundeen, 2015): potensi stresor, maturasi (kematangan),
status pendidikan dan status ekonomi, tingkat pengetahuan, keadaan
fisik, tipe kepribadian, sosial budaya, lingkungan atau situasi, usia,
jenis kelamin. Bernadus (2012), juga menyatakan bahwa terdapat
beberapa faktor yang berhubungan dengan kecemasan terhadap efek
samping penggunaan IUD antara lain pengetahuan, pendidikan, umur,
pekerjaan, informasi, ekonomi, dan persetujuan pasangan.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi yang
dapat mempengaruhi perilaku PUS dalam pemilihan alat kontrasepsi.
Pasangan usia subur yang memiliki pengetahuan baik tentang
-
4
kontrasepsi IUD dapat menghilangkan kecemasan dalam
penggunaan kontrasepsi IUD, sedangkan yang memiliki pengetahuan
yang kurang baik dapat menambah kecemasan (Bobak, 2015). Hasil
penelitian Suharti (2014) menyatakan ada hubungan antara
pengetahuan dan minat akseptor dalam menggunakan alat
kontrasepsi IUD. Penelitian yang dilakukan oleh Bernadus (2012),
juga menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang berhubungan
dengan minat ibu terhadap penggunaan IUD antara lain pengetahuan,
pendidikan, umur, pekerjaan, informasi, ekonomi, dan persetujuan
pasangan.
Calon akseptor maupun akseptor KB harus mengetahui efek
samping maupun tanda bahaya dari metode kontrasepsi yang
dipakainya, terutama akseptor KB IUD. Hal ini diperlukan agar
akseptor mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan
penatalaksanaan efek samping dari KB dan terhindar dari gejala-
gejala kecemasan dan salah penyesuaian diri. Pengetahuan juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelestarian peserta
KB (Hartono, 2014).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Dewi
Sartika Kendari diperoleh data terjadinya penurunan penggunaan
kontrasepsi IUD. Pengguna kontrasepsi IUD pada tahun 2014
sebanyak 189 peserta menurun menjadi 169 peserta pada tahun 2015
dan menurun lagi menjadi 141 peserta pada tahun 2016 (RS Dewi
-
5
Sartika, 2017). Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan
jumlah akseptor IUD adalah kurangnya pengetahuan tentang IUD dan
adanya kecemasan tentang efek samping IUD. Hasil wawancara pada
10 akseptor IUD diperoleh data bahwa dari 10 akseptor, terdapat 6
akseptor IUD (60%) yang kurang mengetahui tentang IUD dan
terdapat 8 akseptor IUD (80%) yang merasa cemas akan efek
samping IUD.
Berdasarkan latar belakang tersebut sehingga penulis tertarik
untuk meneliti tentang hubungan pengetahuan akseptor IUD dengan
kecemasan efek samping di RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun
2017.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah
penelitian adalah apakah ada hubungan pengetahuan akseptor IUD
dengan kecemasan efek samping kontrasepsi IUD di RSU Dewi
Sartika Kota Kendari tahun 2017 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan akseptor IUD dengan
kecemasan efek samping kontrasepsi IUD di RSU Dewi Sartika
Kota Kendari tahun 2017.
-
6
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengetahuan akseptor IUD di RSU Dewi Sartika
Kota Kendari tahun 2017.
b. Mengetahui kecemasan efek samping kontrasepsi IUD di RSU
Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2017.
c. Menganalisis hubungan pengetahuan akseptor IUD dengan
kecemasan efek samping kontrasepsi IUD di RSU Dewi
Sartika Kota Kendari tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Akseptor IUD
Untuk menambah wawasan akseptor IUD tentang pengetahuan
mengenai IUD dengan kecemasan efek samping kontrasepsi IUD
sehingga dapat mengurangi angka kegagalan penggunaan alat
kontrasepsi IUD.
2. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Dapat mengetahui hubungan pengetahuan tentang IUD dengan
kecemasan efek samping kontrasepsi IUD sehingga pengguna
alat kontrasepsi IUD dapat lebih meningkat.
3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.
-
7
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Anggara (2015) yang berjudul
hubungan tingkat kecemasan akseptor dengan pemilihan kontrasepsi
IUD (intra uterine device) di PKD Kamongan Srumbung Magelang
menyatakan bahwa ada hubungan tingkat kecemasan akseptor
dengan pemilihan kontrasepsi IUD. Perbedaan penelitian Anggara
(2015) dengan penelitian ini adalah variabel penelitian, jumlah sampel
dan lokasi penelitian.
Variabel penelitian pada penelitian Agustiningrum adalah
kecemasan tentang efek samping kontrasepsi IUD dan hormonal,
pemilihan alat kontrasepsi, jumlah sampel sebanyak 38 responden, ,
lokasi penelitian di Magelang. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu
variabel penelitian adalah pengetahuan tentang IUD, kecemasan efek
samping kontrasepsi IUD, jumlah sampel sebanyak 48 responden, lok
-
8
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Tentang Kecemasan
a. Pengertian Kecemasan
Cemas dalam bahasa latin “anxius” dan dalam bahasa Jerman
“angst” kemudian menjadi “anxiety” yang berarti kecemasan, merupakan
suatu kata yang dipergunakan oleh Freud untuk menggambarkan suatu
efek negatif dan keterangsangan. Cemas mengandung arti pengalaman
psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami setiap orang dalam
rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang sedang
dihadapi sebaik–baiknya (Hawari, 2014).
Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan
(affectiv) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran
yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam
menilai realitas (Reality Testing Ability), kepribadian masih tetap utuh,
perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas – batas normal. Ada
segi yang disadari dari kecemasan itu sendiri seperti rasa takut, tidak
berdaya, terkejut, rasa berdosa atau terancam, selain itu juga segi–segi
yang terjadi di luar kesadaran dan tidak dapat menghindari perasaan yang
tidak menyenangkan (Jadman, 2015).
Cemas atau ansietas merupakan reaksi emosional yang timbul
oleh penyebab yang tidak spesifik yang dapat menimbulkan
-
9
perasaan tidak nyaman dan merasa terancam. Keadaan emosi ini
biasanya merupakan pengalaman individu yang subyektif yang tidak
diketahui secara khusus penyebabnya. Cemas berbeda dengan takut,
seseorang yang mengalami kecemasan tidak dapat mengidentifikasikan
ancaman. Cemas dapat terjadi tanpa rasa takut namun ketakutan tidak
terjadi tanpa kecemasan (Kaplan & Sadock, 2015).
b. Teori Predisposisi dan Presipitasi Kecemasan
Beberapa teori yang mengemukakan faktor pendukung terjadinya
kecemasan menurut Stuart dan Sundeen (2015) antara lain:
1). Teori Psikoanalitik
Menurut pandangan psikoanalitic, kecemasan terjadi karena
adanya konflik yang terjadi antara emosional elemen kepribadian
yaitu id, ego dan super ego. Id mewakili insting, super ego
mewakili hati nurani, sedangkan ego mewakili konflik yang terjadi
antara kedua elemen yang bertentangan. Dan timbulnya
merupakan upaya dalam memberikan bahaya pada elemen ego.
2). Teori Interpersonal
Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari
perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal.
-
10
3). Teori Behaviour
Berdasarkan teori behaviour (perilaku), kecemasan
merupakan produk frustrasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
4). Teori Prespektif keluarga
Kajian keluarga menunjukkan pola interaksi yang terjadi
didalam keluarga kecemasan menunjukkan adanya interaksi yang
tidak adaptif dalam sistem keluarga.
5). Teori Prespektif Biologis
Kesehatan umum seseorang menurut pandangan biologis
merupakan faktor predisposisi timbulnya kecemasan.
Menurut Stuart & Sundeen (2015) faktor pencetus (presipitasi)
yang menyebabkan terjadinya kecemasan antara lain:
a. Ancaman terhadap Integritas biologi seperti:
1) Penyakit
Berbagai penyakit fisik terutama yang kronis yang
mengakibatkan invaliditas dapat menyebabkan stres pada diri
seseorang, misalnya : penyakit jantung, hati, kanker, stroke dan
HIV/AIDS.
2) Trauma fisik
3) Pembedahan
-
11
b. Ancaman terhadap Konsep Diri seperti:
Proses kehilangan, perubahan peran, perubahan lingkungan,
perubahan hubungan dan Status sosial ekonomi.
c. Faktor–faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan
Tingkat kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
terkait meliputi hal berikut (Stuart dan Sundeen, 2015):
1). Potensi stresor
Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga
orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri
untuk menanggulanginya.
2). Maturasi (kematangan)
Individu yang matang yaitu yang memiliki kematangan
kepribadian sehingga akan lebih sukar mengalami gangguan
akibat stres, sebab individu yang matang mempunyai daya
adaptasi yang besar terhadap stressor yang timbul. Sebaliknya
individu yang berkepribadian tidak matang akan bergantung dan
peka terhadap rangsangan sehingga sangat mudah mengalami
gangguan akibat adanya stres.
3). Status pendidikan dan status ekonomi
Status pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada
seseorang menyebabkan orang tersebut mengalami stres
-
12
dibanding dengan mereka yang status pendidikan dan status
ekonomi yang tinggi.
4). Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang rendah pada seseorang akan
menyebabkan orang tersebut mudah stres.
5). Keadaan fisik
Individu yang mengalami gangguan fisik seperti cidera,
penyakit badan, operasi, cacat badan lebih mudah mengalami
stres. Disamping itu orang yang mengalami kelelahan fisik juga
akan lebih mudah mengalami stres.
6). Tipe kepribadian
Individu dengan tipe kepribadian tipe A lebih mudah
mengalami gangguan akibat adanya stres dari individu
dengan kepribadian B. Adapun ciri–ciri individu dengan
kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba
sempurna, merasa buru–buru waktu, sangat setia (berlebihan)
terhadap pekerjaan, agresif, mudah gelisah, tidak dapat tenang
dan diam, mudah bermusuhan, mudah tersinggung, otot–otot
mudah tegang. Sedangkan individu dengan kepribadian tipe B
mempunyai ciri–ciri yang berlawanan dengan individu kepribadian
tipe A.
-
13
7). Sosial Budaya
Cara hidup individu di masyarakat yang sangat mempengaruhi
pada timbulnya stres. Individu yang mempunyai cara hidup sangat
teratur dan mempunyai falsafat hidup yang jelas maka pada
umumnya lebih sukar mengalami stres. Demikian juga
keyakinan agama akan mempengaruhi timbulnya stres.
8). Lingkungan atau situasi
Individu yang tinggal pada lingkungan yang dianggap asing
akan lebih mudah mangalami stres.
9). Usia
Ada yang berpendapat bahwa faktor usia muda lebih mudah
mengalami stres dari pada usia tua, tetapi ada yang berpendapat
sebaliknya.
10). Jenis kelamin
Umumnya wanita lebih mudah mengalami stres, tetapi usia
harapan hidup wanita lebih tinggi dari pada pria.
d. Faktor-faktor yang dapat mengurangi kecemasan antara lain:
1). Represi, yaitu tindakan untuk mengalihkan atau melupakan hal
atau keinginan yang tidak sesuai dengan hati nurani. Represi
juga bisa diartikan sebagai usaha untuk menenangkan atau
meredam diri agar tidak timbul dorongan yang tidak sesuai
dengan hatinya (Prasetyono, 2015).
-
14
2). Relaksasi, yaitu dengan mengatur posisi tidur dan tidak
memikirkan masalah (Prasetyono, 2015). Sedangkan Dale
Carnegie (2014) menambahkan bahwa relaksasi dan rekreasi
bisa menurunkan kecemasan dengan cara tidur yang cukup,
mendengarkan musik, tertawa dan memperdalam ilmu agama.
3). Komunikasi perawat, yaitu komunikasi yang disampaikan
perawat pada pasien dengan cara memberi informasi yang
lengkap mulai pertama kali pasien masuk dengan menetapkan
kontrak untuk hubungan profesional mulai dari fase orientasi
sampai dengan terminasi atau yang disebut dengan komunikasi
teraupetik (Tamsuri, 2016).
4). Psikofarmaka, yaitu pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat- obatan seperti diazepam, bromazepam dan
alprazolam yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neurotransmiter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf
pusat otak (lymbic system) (Hawari, 2014).
5). Psikoterapi, merupakan terapi kejiwaan dengan memberi
motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang
bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan
serta kepercayaan diri (Hawari, 2014).
6). Psikoreligius, yaitu dengan doa dan dzikir. Doa adalah
mengosongkan batin dan memohon kepada Tuhan untuk
mengisinya dengan segala hal yang kita butuhkan. Dalam doa
-
15
umat mencari kekuatan yang dapat melipatgandakan energi yang
hanya terbatas dalam diri sendiri dan melalui hubungan dengan
doa tercipta hubungan yang dalam antara manusia dan Tuhan
(Prasetyono, 2015). Terapi medis tanpa disertai dengan doa dan
dzikir tidaklah lengkap, sebaliknya doa dan dzikir saja tanpa terapi
medis tidaklah efektif.
e. Manifestasi klinik
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologis, perilaku dan secara langsung melalui timbulnya gejala
sebagai upaya untuk melawan ansietas. Intensitas perilaku akan
meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan (Stuart dan
Sundeen, 2015). Berikut tanda dan gejala berdasarkan klasifikasi
tingkat kecemasan kecemasan yang timbul secara umum adalah:
a. Tanda fisik
1). Cemas ringan:
a) Gemetaran, renjatan, rasa goyang
b) Ketegangan otot
c) Nafas pendek, hiperventilasi d) Mudah lelah
2). Cemas sedang:
a). Sering kaget
b). Hiperaktifitas autonomik
c). Wajah merah dan pucat
3). Cemas berat:
-
16
a). Takikardi
b). Nafas pendek, hiperventilasi
c). Berpeluh
d). Tangan terasa dingin
4). Panik
a). Diare
b). Mulut kering (xerostomia)
c). Sering kencing
d). Parestesia (kesemutan pada kaki dan tangan)
e). Sulit menelan
b. Gejala psikologis
1). Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya
sendiri, mudah tersinggung
2). Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3). Sulit konsentrasi, hypervigilance (siaga berlebihan)
4). Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
5). Gangguan pola tidur, mimpi – mimpi yang menegangkan
6). Gangguan konsentrasi dan daya ingat
7). Libido menurun
8). Rasa menganjal di tenggorokan
9). Rasa mual di perut
-
17
6. Tingkat kecemasan
Ansietas sangat berkaitan denagn perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik.
Kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam
hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut yang
merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.
Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas
untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat
kecemasan yang parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart dan
Sundeen, 2015).
Menurut Stuart dan Sundeen (2015) membagi ansietas ke
dalam 4 tingkatan sesuai dengan rentang respon ansietas yaitu :
a. Ansietas ringan
Ansietas ini adalah ansietas yang normal yang memotivasi individu
dari hari ke hari sehingga dapat meningkatkan kesadaran individu
serta mempertajam perasaannya. Ansietas pada tahap ini
dipandang penting dan konstruktif.
b. Ansietas Sedang
Pada tahap ini lapangan persepsi individu menyempit, seluruh indera
dipusatkan pada penyebab ansietas sehingga perhatuan terhadap
rangsangan dari lingkungannya berkurang.
-
18
c. Ansietas Berat
Lapangan persepsi menyempit, individu bervokus pada hal–hal
yang kecil, sehingga individu tidak mampu memecahkan masalahnya,
dan terjadi gangguan fungsional.
d. Panik
Merupakan bentuk ansietas yang ekstrim, terjadi disorganisasi dan
dapat membahayakan dirinya. Individu tidak dapat bertindak, agitasi
atau hiperaktif. Ansietas tidak dapat langsung dilihat, tetapi
dikomunikasikan melalui perilaku klien/individu, seperti tekanan darah
yang meningkat, nadi cepat, mulut kering, menggigil, sering kencing
dan pening.
Tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan Hamilton
Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang sudah dikembangkan oleh
kelompok Psikiatri Biologi Jakarta (KPBJ) dalam bentuk Anxiety Analog
Scale (AAS). Validitas AAS sudah diukur oleh Yul Iskandar pada tahun
2014 dalam penelitiannya yang mendapat korelasi yang cukup dengan
HRS A (r = 0,57–0,84).
Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan
menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton
Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran
kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu
yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms
yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item
-
19
yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai
dengan 4 (severe).
Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang
diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar
dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Skala
HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk
melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93
dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan
dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan
reliable.
Skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dikutip
Nursalam (2013) penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi:
a. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,
mudah tersinggung.
b. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan
lesu.
c. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal
sendiri dan takut pada binatang besar.
d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur
tidak pulas dan mimpi buruk.
e. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit
konsentrasi
-
20
f. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada
hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
g. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara
tidak stabil dan kedutan otot.
h. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka
merah dan pucat serta merasa lemah.
i. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras
dan detak jantung hilang sekejap.
j. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering
menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,
mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan,
perasaan panas di perut.
l. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing,
aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
m. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu
roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
n. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan
dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas
pendek dan cepat.
Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai
dengan kategori:
0 = tidak ada gejala sama sekal
-
21
1 = Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada
4 = sangat berat semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item
1-14 dengan hasil:
a. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.
b. Skor 7 – 14 = kecemasan ringan.
c. Skur 15 – 27 = kecemasan sedang.
d. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat
2. Tinjauan Umum Tentang Efek Samping Kontrasepsi IUD
a. Pengertian Efek Samping
Pengertian efek samping adalah setiap efek yang tidak
dikehendaki yang merugikan atau membahayakan pasien (adverse
reactions) dari suatu pengobatan. Efek samping tidak mungkin
dihindari/dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah
seminimal mungkin dengan menghindari faktor-faktor risiko yang
sebagian besar sudah diketahui (Rian, 2010).
b. Efek samping IUD
Efek samping yang terjadi pada pengguna kontrasepsi IUD, yaitu:
1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan
akan berkurang setelah 3 bulan). Perubahan siklus haid
merupakan suatu keadaan siklus haid yang berbeda dengan
-
22
2) sebelumnya, yang diukur mulai dari siklus menstruasi normal,
dengan menarche sbagai titik awal, yang dapat berkisar kurang
dari batas normal sekitar 22-35 hari (Handayani, 2010).
3) Haid lebih lama dan banyak
Perdarahan menstruasi yang lebih banyak atau lebih dari
normal (lebih dari 8 hari).pada keadaan ini AKDR tidak perlu
dilepaskan kecuali bila perdarahan terus berlangsung sampai
lebih dari 8-10 minggu (Handayani, 2010).
4) Perdarahan spotting atau perdarahan bercak antara menstruasi
(Handayani, 2010).
5) Keputihan
Pada pemakaian AKDR sering dijumpai adanya keputihan yang
mungkin merupakan akinat dari terjadinya reaksi awal terhadap
adanya benda asing (Handayani, 2010).
6) Saat haid lebih sakit (diminorea)
Nyeri haid (disminorea) merupakan suatu rasa tidak enak di
perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan seringkali
disertai mual (Wiknjosastro, dkk. 2012).
7) Perdarahan
Umumnya setelah pemasangan IUD, terjadi perdarahan
sedikit-sedikit yang cepar berhenti. Kalau pemasangan
dilakukan sewaktu haid, perdarahan yang sedikit-sedikit ini tidak
akan diketahui oleh akseptor, keluhan yang sering terdapat
-
23
pada pamakaian IUD ialah perdarahan banyak dapat disertai
belum darah dalam siklus normal (menorrhagia), spotting
metroraghia (perdarahan diluar siklus haid) (Wiknjosastro, dkk.
2012).
8) Rasa nyeri dan kejang diperut
Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi segera setelah
pemasangan IUD, biasanya rasa nyeri ini berangsur-angsur
hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau
dihilangkan dengan jalan memberi analgettik, jika keluhan
berlangsung terus, sebaiknya IUD diganti dengan ukuran yang
lebih kecil (Wiknjosastro, dkk. 2012).
9) Gangguan pada suami
Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya benang IUD
sewaktu bersenggama, itu disebabkan oleh benang IUD yang
keluar dari porsio uteri terlalu pendek atau terlalu panjang.
Untuk mengurangi dan menghilangkan keluhan ini, benang IUD
yang terlalu panjang dipotong sampai kira-kira 3 cm dari porsio,
sedang jika benang IUD terlalu pendek, sebaiknya IUD akan
diganti, biasanya dengan cara ini keluhan suami akan hilang
(Wiknjosastro, dkk. 2012).
-
24
10) Ekspulsi (pengeluaran sendiri) (Wiknjosastro, dkk. 2012)
Ekspulsi IUD dapat terjadi untuk sebagian atau seluruh.
Ekspulsi biasanya terjadi pada waktu haid yang dipengaruhi
oleh:
a) Umur dan paritas: pada paritas yang rendah 1 atau 2,
kemungkinan ekspulsi dua kali lebih besar dari pada paritas
5 atau lebih, demikian pula pada wanita muda ekspulsi lebih
sering terjadi daripada wanita yang umurnya lebih tua.
b) Lama pemakaian: Ekspulsi paling sering terjadi pada tiga
bulan pertama setealh pemasangan, setelah itu angka
kejadian menurun dengan tajam.
c) Ekspulsi sebelumnya: Pada wanita yang pernah mengalami
ekspulsi lagi ialah kira-kira 50%. Jika terjadi ekspulsi,
pasangkanlah IUD dari jenis yang sama, tetapi dengan
ukuran yang lebih besar dari pada sebelumnya, dapat juga
diganti dengan IUD jenis lain.
d) Jenis dan ukuran: Jenis dan ukuran IUD yang dipasang
sangat mempengaruhi ekspulsi, makin besar ukuran IUD
makin kemungkinan terjadinya ekspulsi.
e) Faktor psikis: oleh karena mortalitas uterus dapat
dipengaruhi oleh faktor psikis, maka frekuensi ekspulsi lebih
banyak dijumpai pada wanita-wanita yang emosional dan
ketakutan, yang psikis labil. Wanita-wanita seperti ini
-
25
penting diberikan penjelasan yang cukup sebelum dlakukan
pemasangan IUD.
c. Komplikasi Dari Efek Samping IUD
Adapun komplikasi yang terjadi pada penggunaan kontrasepsi IUD,
yaitu:
1) Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan
(Handayani, 2010).
2) Perdarahan pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia (Handayani, 2010)
3) Perforasi dinding uterus
Perforasi uterus dapat terjadi pada saat insersi AKDR. Perforasi
dapat partial dimana sebagian AKDR masuk ke dalam cavum
abdomen (Handayani, 2010).
Menurut (Emerett, 2014), umumnya perforasi terjadi sewaktu
pemasangan IUD walaupun bisa terjadi pula kemudian. Pada permulaan
hanya ujung IUD saja yang menembus dinding uterus. Kemungkinan
adanya perforasi harus diperhatikan apabila apda pemeriksaan dengan
sonde uterus atau mikrokuret tidak dirasakan IUD dalam rongga uterus.
Jika ada kecurigaan kuat terjadinya perforasi, sebaiknya dibuat foto
rontgen. Hendaknya dilakukan histerografi untuk menetukan apakah IUD
terletak didalam atau diluar rahim dan dapat ditentukan dengan USG
trasvaginal dan transabdominal.
-
26
4) Infeksi
IUD itu sendiri atau benangnya yang berada dalam vagina
umumnyatidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang
digunakan disuci hamakan, yakni tabung penyalur, pendorong dan
IUD. Organisme mirip Actinomyres adalah bakteri yang ditemukan
pada wanita yang menggunakan AKDR melalui pemeriksaan sitologi
saat dilakukan penapisan terhadap serviks. Gejala infeksi bisa dilihat
dari keluhan seperti gatal pada vagina, luka, rabas berbau tidak
sedap dan nyeri. Wanita dapat memilih memakai AKDR sebagai
suatu metode kontrasepsi dan kondom untuk melindungi mereka dari
infeksi (Emerett, 2014).
5) Kehamilan
Jika timbul kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul
cacat pada bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban
dan dinding rahim. Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi.
Jika ditemukan kehamilan dengan AKDR in situ sedang benangnya
masih kelihatan, sebaiknya AKDR dikeluarkan oleh karena
kemungkinan terjadinya abortus setelah AKDR itu dikeluarkan lebih
kecil daripada jika AKDR dibiarkan terus berada dalam rongga uterus
(Emerett, 2014).
-
27
d. Patofiologi Terjadinya Efek Samping Pada Pengguna IUD
1) Perdarahan
Perdarahan disebabkan adanya perlukaan pada dinding
uterus setelah pemasangan IUD. IUD ini berbahan dasar padat,
maka pada saat dinding rahim bersentuhan dengan IUD bisa
saja terjadi perlukaan. Hal inilah yang dapat mengakibatkan
keluarnya bercak darah (spotting) diluar masa haid. Demikian
pula ketika masa haid, darah yang keluar menjadi lebih banyak
karena ketika haid, terjadi peluruhan dinding rahim.
Proses ini menimbulkan perlukaan di dalam rahim,
sehingga apabila IUD mengenai daerah tersebut, maka akan
menambah volume darah yang keluar pada masa haid IUD.
Merupakan benda asing didalam rahim sehingga rahimperlu
beradaptasi dengan kondisi ini. Masa adaptasi ini berlangsung
selama tiga bulan pertama dengan ditandai dengan timbulnya
bercak darah (spotting) dan perubahan siklus haid yang lebih
lama dan lebih banyak (Hartono, 2013).
2) Infeksi
Glassier (2016) menyebutkan kejadian infeksi
padapemakai IUD adalah sekitar 1,4 sampai 1,6 kasus per 100
wanita selama pemakaian. Infeksi terjadi pada saat insersi IUD,
ada kuman-kuman yang masuk kemudian mempertahankan diri
-
28
dalam satu “kepompong” dan pada suatu saat dapat
menimbulkan infeksi.
3) Keputihan
Pada keadaan normal, jamur dapat ditemukan dalam
jumlah sedikit divagina, mulut rahim dan saluran pencernaan.
Jamur disini hidup sebagai saprofit tanpa menimbulkan keluhan
atau gejala (asimptomatis), jamur ini dapat tumbuh dengan
variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik
yaitu keadaan abnormal varisai pH yang luas, tetapi
pertumbuhannya akan lebih baik pada pH 4,5-6,5.
Penggunaan IUD akan memicu rekurensi vaginosis
bacterial yaitu keadaan abnormal pada ekosistem vagina ynag
disebabkan bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri
anaerob menggantikan Lactobacillus yang mempunyai
konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina yang dapat
menjadikan vagina sabagai tempat yang sesuai bagi jamur
untuk berkembang baik sehingga terjadi keputihan (Endang,
2014).
e. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Efek Saming Kontraepsi
IUD
1) Lama Pemakaian IUD
Lama pemakian kontrasepsi IUD yaitu untuk Cu T 200 (daya
kerja 3 tahun ), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya
-
29
kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T
(daya kerja 5 tahun), ML- Cu 375 (daya kerja 3 tahun)
(Handayani, 2014).
Resiko terjadinya efek samping pada pengguna kontrasepsi
IUD meningkat dengan makin lamanya pemakaian kontrasepsi
IUD. Pada pemakaian 5 tahun atau lebih resiko terjadinya
infeksi meningkat 5 kali, apabila ditambah dengan partner
seksual yang lebih dari satu atau sering berganti-ganti
pasangan (Hartanto, 2014).
2) Jenis IUD
Jenis IUD menurut Handayani (2014) dikategorikan menjadi 2
yaitu :
a) AKDR non hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4 karena
berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai
dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutera dan
logam sampai generasi plastik (polietilen), baik yang
ditambah obat ataupun tidak.
(1) Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2:
(a) Bentuk terbuka (oven device)
Misalnya : Lippes Loop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring
Coil, Multiload, Nova-T.
(b) Bentuk tertutup (closed device
-
30
Misalnya : Ota-Ring, Atigon, dan Berg Ring
(2) Menurut tambahan atau metal
(a) Medicatet IUD
Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220
(daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun),
Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya
kerja 5 tahun), ML- Cu 375 (daya kerja 3 tahun).
(b) Un Medicatet IUD
Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-t Coil, Antigon.
b) IUD yang mengandung hormonal
IUD yang mengandung hormonal terdiri dari :
(1) Progestasert-T = Alza T
(a) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar
benang ekor warna hitam
(b) Mengandung 38 mg progesterone dan barium sulfat,
melepaskan 65 mc progesterone per hari
(c) Tabung insersinya terbentuk lengkung
(d) Teknik insersi : plunging (Modified Wifhdrawal)
(2) LNG-20
(a) Mengandung 46-60 mg Levanargestrel, dengan
pelepasan 20 mcg perhari
(b) Sedang di teliti di Finlandia
-
31
(c) Angka kegagalan kehamilan agak terendah :
-
32
berpengaruh, semakin elastis semakin besar kemungkinan
ekspulsinya (Wiknjosastro, dkk. 2012).
3) Umur
Umur adalah lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak lahir
sampai dengan sekarang. Penentuan umur dilakukan dengan
menggunakan hitungan tahun (Chaniago, 2012).
Umur merupakan salah satu faktor yang mmempengaruhi
perilaku kesehatan seseorang. Umur merupakan variabel yang
selalu diperhatikan dalma penyelidikan epidemiologi, angka
kesakitan maupun kamatian dan hampir semua keadaan
menunjukkan hubungan dengan umur. Umur juga sangat
mempengaruhi terjadinya efek samping pada penggunaan
kontrasepsi IUD, semakin tua usia, makin rendah angka
kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan atau pengeluaran IUD.
Sedangkan semakin muda usia terutama pada multigravida,maka
semakin tinggi angka kejadian ekspulsi dang pengangkutan atau
pengeluaran IUD (Hartanto, 2013).
4) Pendidikan
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau
masyarakat sehingga melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin
mudah untuk dapat menyerap pengetahuan.pendidikan
-
33
merupakan unsur karakteristik personal yang sering dihubungkan
dengan derajatkesehatan seseorang/masyarakat. Semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka akan semakin mudak untuk
mneyerap informasi dalam bidang kesehatan. Mudahnya
seseorang untuk menyerap informasi akan berpengaruh terhadap
pembentukkan perilaku baru yang lebih sehat (Notoatmodjo,
2012).
Pendidikan adalah salah satu faktor penentu gaya hidup dan
status kehidupan seseorang dalam masyarkat. Tingkat pendidikan
yang dimiliki akseptor IUD mempunyai pengaruh yang kuat pada
perilaku reproduksi. Pada umunya orang yang mempunyai
pendidikan rendah, cenderung memiliki pengetahuan yang
kurang, termasuk dalam menjaga kebersihan personal
hygienenya (Hartanto, 2013).
5) Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi merupakan cara
mencari nafkah, berulang dan banyak tantangan. Pekerjaan
adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh manusia dengan
berbagia tujuan. Pekerjaan dilakukan oleh seseorang biasanya
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Orang yang memiliki pekerjaan
yang lebih layak guna pemenuhan semua kebutuhan hidupnyan
-
34
juga memiliki kecenderungan untuk memiliki tingkat kesehatan
dan perilaku kesehatan yang lebih baik dari pada orang yang
memiliki tingkat pekerjaan yang lebih rendah dengan asumsi
memiliki kebutuhan hidup yang sama, oleh sebab itu seseorang
yang memiliki pekerjaan yang layak akan lebih memperhatikan
perilaku kesehatan untuk diri sendiri dan lingkungannya
(Swandani, 2011). Beban pekerjaan akseptor IUD yang berat
dapat menyebabkan terjadinya ekspulsi (pengeluaran sendiri)
pada pengguna kontrasepsi IUD (Wiknjosastro, dkk. 2012)
6) Perilaku personal hygiene
Personal hygiene merupakan komponen hygiene perorangan
yang memegang perenan penting dalam status perilaku
kesehatan seseorang, termasuk menghindari adanya gangguan
pada fungdi alat reproduksi. Faktor personal hygiene yang
mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan atau terjadinya efek
samping seperti infeksi pada akseptor KB IUD adalah
pengetahuan, status sosial dan body image. Faktor tersebut akan
berinteraksi satu sama lainnya sehingga mempengaruhi penyakit
infeksi pada seseorang dan akan menyebabkan tingginya angka
kematian ibu. Menjaga kebersihan daerah kewanitaan sangat
penting diperhatikan.
Cara membersihkan daerah kewanitaan sangat penting
diperhatikan. Cara membersihkan daerah kewanitaan yang baik
-
35
ialah membasuhnya dengan air bersih. Satu hal yang harus
diperhatikan dalam membasuh daerah kewanitaan kita, terutama
setelah buang air besar (BAB), yaitu dengan membasuhnya dari
arah dean ke belakang (dari vagina ke arah anus), bukan
sebaliknya. Karena apabila terbalik arah membasuhnya, maka
kuman dari daerah anus akan terbawa ke depan dan dapat
masuk ke dalam vagina.
Pada saat membersihkan daerah kewanitaan, tidak perlu
dibersihkan dengan cairan pembersih atau cairan lain dan douche
karena cairan tersebut akan semakin merangsang bakteri yang
menyebabkan infeksi. Apabila menggunakan sabun, sebaiknya
gunakan sabun yang lunak (dengan pH 3,5), misalnya sabun bayi
yang biasanya ber-pH netral. Setelah memakai sabun, hendaklah
dibasuh dengan air sampai bersih (sampai tidak ada lagi sisa
sabun yang tertinggal), sebab bila masih ada sisa sabun yang
tertinggal dapat menimbulkan penyakit. Setelah dibasuh, harrus
dikeringkan dengan handuk atau tissue (Tarwoto dan Wartonah,
2014).
3. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
-
36
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian
besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers
(1974) mrngungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yang disebut AIETA (Awareness,Interest,
Evaluation, Trial, Adaption) yaitu:
1) Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus
(objek).
2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek
tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.
3) Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap
responden sudah lebih baik lagi.
4) Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
-
37
5) Adaption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap
stimulus (Notoatmodjo, 2012).
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan mempunyai enam
tingkatan, yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari.
3) Aplikasi (Aplication)
-
38
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi
atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip,
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen–komponen, tetapi
masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi–formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek.Penilaian – penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria
-
39
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria- kriteria
yang ada (Notoatmodjo, 2012).
c. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan - tingkatan diatas (Notoatmodjo,
2012).
d. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan menurut
Notoatmodjo (2012) :
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip
oleh Notoatmojo (2012) mendefinisikan bahwa pendidikan
adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan
bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada
kedewasaan. Sedangkan GBHN Indonesia mendefinisikan
lain, bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk
menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar
sekolah dan berlangsung seumur hidup.
-
40
b) Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau
keinginan yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya
pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup dari
seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan
berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.
c) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami
seseorang (Azwar, 2014), mengatakan bahwa tidak
adanya suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek
psikologis cenderung akan bersikap negatif terhadap
objek tersebut untuk menjadi dasar pembentukan sikap
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang
kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang
melibatkan emosi, penghayatan, pengalaman akan lebih
mendalam dan lama membekas.
d) Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir
dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat
seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya
-
41
daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya.
Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan
jiwanya, makin tua seseorang maka makin kondusif dalam
menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi
(Azwar, 2014).
2) Faktor Eksternal
a) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder,
keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah
tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status
ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan
akan informai termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
b) Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan
sebagai pemberitahuan seseorang adanya informasi baru
mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.Pesan-
pesan sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila
arah sikap tertentu.Pendekatan ini biasanya digunakan
untuk menggunakan kesadaran masyarakat terhadap
-
42
suatu inovasi yang berpengaruh perubahan perilaku,
biasanya digunakan melalui media masa.
c) Kebudayaan/Lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan
kita.Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya
untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat
mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi
atau sikap seseorang.
4. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD)
a. Pengertian IUD
Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan (Wiknjosastro, dkk. 2012). Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) atau IUD (Intra Uterine Device) atau Spiral dalam
bahasa sehari – hari yang digunakan di dalam masyarakat adalah
suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang
sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai
oleh semua perempuan usia reproduktif untuk tujuan kontrasepsi
(Handayani, 2014).
IUD merupakan alat kontrasepsi yang dibuat dari benang
sutera atau logam serta terdapat penambahan bahan–bahan
seperti tembaga, seng, magnesium, timah,
-
43
progessteron.Penambahan bahan–bahan tersebut ditujukan untuk
mempertinggi efektivitas IUD (Wiknjosastro, dkk. 2012).
-
44
B. Landasan Teori
Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan
(affectiv) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran
yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam
menilai realitas (Reality Testing Ability), kepribadian masih tetap utuh,
perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas – batas normal. Ada
segi yang disadari dari kecemasan itu sendiri seperti rasa takut, tidak
berdaya, terkejut, rasa berdosa atau terancam, selain itu juga segi–segi
yang terjadi di luar kesadaran dan tidak dapat menghindari perasaan
yang tidak menyenangkan (Jadman, 2015).
Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakan
perilaku seseorang, baik normal maupun menyimpang. Dampak negatif
dari kecemasan adalah terjadinya drop out dan ketidaknyamanan dalam
penggunaaan IUD. Tingkat kecemasan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang terkait meliputi hal berikut (Stuart dan Sundeen, 2015):
potensi stresor, maturasi (kematangan), status pendidikan dan status
ekonomi, tingkat pengetahuan, keadaan fisik, tipe kepribadian, sosial
budaya, lingkungan atau situasi, usia, jenis kelamin. Bernadus (2012),
juga menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang berhubungan
dengan kecemasan terhadap efek samping penggunaan IUD antara lain
pengetahuan, pendidikan, umur, pekerjaan, informasi, ekonomi, dan
persetujuan pasangan.
-
45
Pendapat Wangmuba (2014) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan, antara lain (1) Usia dan tahap perkembangan,
pengetahuan, stress yang ada sebelumnya, dukungan sosial, kemampuan
mengatasi masalah (coping), lingkungan budaya dan etnis, kepercayaan .
Tingkat kecemasan, yaitu cemas ringan (mild anxiety), cemas sedang
(moderate anxiety), Cemas berat (severe anxiety), panik. Kecemasan
dapat teratasi, salah satunya melalui kepercayaan diri.
Menurut Sullivan (2013), kepercayaan diri merupakan asek penting
dalam kepribadian seseorang dalam menghadapi kecemasan. Dimana
kepercayaan diri merupakan jawaban atas kecemasan yang dialami oleh
seseorang tersebut. Disamping itu, keamanan menjadi salah satu faktor
yang dapat membantu individu menghindari atau memperkecil
kecemasan. Hal-hal yang termaasuk dalam keamanan yaitu meliputi
sublimasi, kurang perhatian yang selektif, dan terpisah.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat
mempengaruhi perilaku PUS dalam pemilihan alat kontrasepsi. Pasangan
usia subur yang memiliki pengetahuan baik tentang kontrasepsi IUD dapat
menghilangkan kecemasan dalam penggunaan kontrasepsi IUD,
sedangkan yang memiliki pengetahuan yang kurang baik dapat
menambah kecemasan (Bobak, 2015).
Calon akseptor maupun akseptor KB harus mengetahui efek
samping maupun tanda bahaya dari metode kontrasepsi yang dipakainya,
terutama akseptor KB IUD. Hal ini diperlukan agar akseptor mampu
-
46
memecahkan masalah yang berhubungan dengan penatalaksanaan efek
samping dari KB dan terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan salah
penyesuaian diri. Pengetahuan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kelestarian peserta KB (Hartono, 2014).
-
47
C. Kerangka Teori
a. Potensi stressor
b. Maturasi (kematangan)
c. Status pendidikan
d. Status ekonomi
e. Ttingkat pengetahuan
f. Keadaan fisik
g. Ttipe kepribadian
h. Sosial budaya
i. Lingkungan atau situasi
j. Usia
k. Jenis kelamin
Kecemasan efek
samping kontrasepsi
IUD
Gambar 1. Kerangka teori dimodifikasi dari Stuart dan Sundeen (2015); Jadman ( 2015); Bobak (2015); Bernadus (2012); Hartono, (2014)
Persepsi tentang efek
samping kontrasepsi
IUD
-
48
D. Kerangka Konsep
Ket:
Variabel bebas (independent) : Pengetahuan akseptor IUD
Variabel terikat (dependent) : Kecemasan efek samping
kontrasepsi IUD
E. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan pengetahuan akseptor IUD dengan kecemasan efek
samping kontrasepsi IUD di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota
Kendari Tahun 2017.
Pengetahuan akseptor
IUD
Kecemasan efek samping
kontrasepsi IUD
-
49
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional
dengan rancangan cross sectional, variabel penelitian diukur pada waktu
yang bersamaan saat penelitian. Penelitian cross sectional yaitu jenis
penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan pengetahuan akseptor
IUD dengan kecemasan efek samping kontrasepsi IUD pada situasi atau
kelompok subyek yang dilakukan bersamaan pada satu waktu (Nursalam,
2013).
Gambar 3. Skema Rancangan Cross Sectional
Akseptor IUD
Pengetahuan Baik Tentang IUD
Pengetahuan Kurang Tentang IUD
Cemas akan efek samping
IUD
Tidak cemas akan efek
samping IUD
Cemas akan efek samping
IUD
Tidak cemas akan efek
samping IUD
-
50
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Kendari pada bulan April hingga Mei tahun 2017.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua PUS yang
menggunakan alat kontrasepsi IUD di Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Kendari yang berjumlah 141 PUS pada tahun 2016.
2. Sampel dalam penelitian adalah PUS yang menggunakan alat
kontrasepsi IUD di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari.
Penentuan jumlah sampel dengan rumus besar sampling yaitu
Keterangan :
n : besarnya sampel
N : populasi
d : tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05%)
Z : derajat kemaknaan dengan nilai (1,96)
p : perkiraan populasi yang diteliti (0,05)
q : proporsi populasi yang tidak di hitung (1-p)
(Notoatmodjo, 2012)
-
51
Jadi total jumlah sampel dalam penelitian ini 48 PUS yang
menggunakan IUD. Teknik pengambilan sampel secara accidental
sampling.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dan sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
a. Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani
lembar persetujuan.
b. PUS yang menggunakan IUD.
2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah
a. PUS berpindah tempat tinggal.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat (dependent) yaitu kecemasan efek samping IUD.
2. Variabel bebas (independent) yaitu pengetahuan tentang IUD.
-
52
D. Definisi Operasional
1. Pengetahuan tentang IUD adalah kemampuan responden untuk
mengetahui dan memahami sejumlah pertanyaan yang berkaitan
dengan IUD. Skala ukur adalah ordinal.
Kriteria objektif
a. Pengetahuan baik : jika skor jawaban benar 76–100%
b. Pengetahuan cukup: jika skor jawaban benar 56-75%
c. Pengetahuan kurang : jika skor jawaban benar
-
53
E. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data adalah data primer. Data diperoleh dari wawancara pada
PUS yang menggunakan IUD di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari
pada bulan April tahun 2017.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
kuesioner tentang pengetahuan IUD dan kecemasan efek samping IUD.
Pengetahuan IUD terdiri dari 20 pertanyaan yang terdiri dari 10
pertanyaan favorable dan 10 pertanyaan unfavorable. Kecemasan efek
samping IUD diukur menggunakan skala kecemasan menurut hamilton
rating scale for axienty (HRS-A) yang terdiri dari tidak cemas (skor
-
54
G. Alur Penelitian
Alur penelitian dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 5 : Alur penelitian
H. Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpul, diolah dengan cara manual dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Dilakukan pemeriksaan/pengecekan kelengkapan data yang
telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau berkurang dalam
pengumpulan data tersebut diperiksa kembali.
Populasi
PUS yang menggunakan IUD di RS Dewi yang berjumlah 141 PUS
Sampel
PUS yang menggunakan IUD yang berjumlah 48 PUS
Pengumpulan data
Analisis data
Pembahasan
Kesimpulan
-
55
2. Coding
Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai
dengan petunjuk.
3. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta
pengambilan kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuk
tabel distribusi.
b. Analisis data
1. Univariabel
Data diolah dan disajikan kemudian dipresentasikan dan
uraikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
f : variabel yang diteliti
n : jumlah sampel penelitian
K: konstanta (100%)
X : Persentase hasil yang dicapai
2. Bivariabel
Analisis Bivariabel, menganalisis hubungan variabel
bebas (pengetahuan) dengan variabel terikat (kecemasan).
Uji statistik yang digunakan adalah chi-square pada tingkat
Kxn
fX
-
56
kemaknaan p=0.05, untuk melihat besarnya risiko terjadinya
efek (outcome) dengan confidence interval (CI) 95%.
Uji statistik menggunakan uji Chi Square dengan rumus:
Keterangan:
X2 = Chi-Square
O = Nilai Observasi
∑ = Jumlah Data
E = Nilai yang diharapkan
Jika nilai p≤0,05 berarti ada hubungan antara hubungan
pengetahuan akseptor IUD dengan kecemasan efek samping
kontrasepsi IUD di RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun
2017 dan jika p≥0,05 berarti tidak ada hubungan
pengetahuan akseptor IUD dengan kecemasan efek samping
kontrasepsi IUD.
-
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
RSU Dewi Sartika Kendari terletak di Jalan Kapten Piere
Tendean No.118 Kecamatan Baruga Kota Kendari Ibu Kota
Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi ini sangat strategis karena
berada ditengah-tengah lingkungan pemukiman penduduk dan
mudah dijangkau dengan kendaraan umum karena berada disisi
jalan raya dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah utara : Perumahan penduduk
b. Sebelah selatan : Jalan raya Kapten Piere Tendean
c. Sebelah timur : Perumahan penduduk
d. Sebelah barat : Perumahan penduduk
2. Lingkungan fisik
RSU Dewi Sartika Kendari berdiri diatas tanah seluas 1.624
m² dengan luas bangunan 957,90 m². RSU Dewi Sartika Kendari
selama kurun waktu 7 tahun sejak berdirinya tahun 2009 sampai
dengan tahun 2016 telah melakukan pengembangan fisik
bangunan sebagai bukti keseriusan untuk berbenah dan
memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat khususnya
masyarakat Kota Kendari.
-
58
3. Status
RSU Dewi Sartika Kendari yang mulai dibangun /didirikan
tahun 2009 dengan izin operasional sementara dari walikota
Kendari No.56/IZN/XI/2010/001 tanggal 5 november 2010, maka
rumah sakit ini resmi berfungsi dan melakukan kegiatan-kegiatan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat pencari jasa kesehatan
dibawah naungan Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari yang
sekaligus sebagai pemilik rumah sakit. RSU Dewi Sartika Kendari
telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI menjadi Rumah
sakit type D.
4. Organisasi dan Manajemen
Pemimpin RSU Dewi Sartika Kendari disebut Direktur.
Direktur dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab penuh
kepada pemilik rumah sakit dalam hal ini ketua Yayasan Widya
Ananda Nugraha dan dibantu oleh Kepala Tata Usaha dan 4
(empat) orang Kepala Bidang yakni ; Kepala Bidang Keuangan dan
Klaim, Kepala Bidang Pelayanan Medik, Kepala Bidang Penunjang
Medik, dan Kepala Bidang Perlengkapan dan sanitasi.
a. Kepala Bidang Keuangan dan Klaim
1) Kasir/Juru Bayar
2) Administrasi Klaim
b. Kepala Bidang Pelayanan Medik
1) Instalasi Gawat Darurat
-
59
2) Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
3) Instalasi Rawat Inap (IRNA)
4) Instalasi Gizi
5) Instalasi Farmasi
6) Kamar Operasi
7) Rekam Medik
8) HCU
9) Ruang Sterilisasi, dll
c. Kepala Bidang Penunjang Medis
1) Laboratorium
2) Radiologi
d. Kepala Bidang Perlengkapan dan Sanitasi
1) Perlengkapan
2) Keamanan
3) Kebersihan
Selain pengorganisasian tersebut diatas terdapat 2 (dua) kelompok yang
sifatnya kemitraan yakni :
a. Komite Medik, dan
b. Satuan Pengawasan Intern
5. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari
Tugas pokok RSU Dewi Sartika Kendari adalah melakukan
upaya kesehatan secara efisien dan efektif dengan mengutamakan
penyembuhan dan pemulihanyang dilaksanakan secara serasi dan
-
60
terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut
diatas RSU Dewi Sartika Kendari mempunyai fungsi :
a. Menyelenggarakan pelayanan medik
b. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan
c. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik
d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan
e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
f. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan
6. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana RSU Dewi Sartika Kendari adalah sebagai
berikut :
a. IGD, Poliklinik Spesialis, Ruangan perawatan Kelas I, Kelas II,
Kelas 3 dengan fasilitasnya
b. Listrik dari PLN tersedia 5500 watt dibantu dengan 1 unit genset
sebagai cadangan
c. Air yang digunakan di RSU Dewi Sartika adalah air dari sumur
bor yang ditampung dalam reservoir dan berfungsi 24 jam.
d. Sarana komunikasi berupa telepon, fax dan dilengkapi dengan
fasilitas Internet (Wi Fi)
e. Alat Pemadam kebakaran
f. Pembuangan limbah
-
61
g. Untuk sampah disediakan tempat sampah disetiap ruangan dan
juga diluar ruangan, sampah akhirnya dibuang ketempat
pembuangan sementara (2 bak sampah) sebelum diangkat oleh
mobil pengangkut sampah.
h. Untuk limbah cair ditiap-tiap ruangan disediakan kamar mandi
dan WC dengan septic tank serta saluran pembuangan limbah.
i. Pagar seluruh areal rumah sakit terbuat dari tembok.
7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di RSU Dewi Sartika
Kendari adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan medis
1) Instalasi Gawat Darurat
2) Instalasi Rawat Jalan, yaitu Poliklinik Obsgyn, Poliklinik
Umum, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Mata, Poliklinik
Bedah, Poliklinik Anak, Poliklinik THT, Poliklinik Radiologi,
Poliklinik Jantung, Poliklinik Gigi Anak.
3) Instalasi Rawat Inap
a) Dewasa/Anak/Umum
b) Persalinan
4) Kamar Operasi
a) Operasi Obsgyn
b) Bedah umum
5) HCU
-
62
b. Pelayanan penunjang medis, yaitu instalasi farmasi, radiologi,
laboratorium, instalasi gizi, ambulance
c. Pelayanan Non Medis, yaitu sterilisasi dan laundry
8. Fasilitas Tempat Tidur
Jumlah Tempat Tidur yang ada di RSU Dewi Sartika Kendari
adalah sebanyak 91 buah tempat tidur yang terbagi dalam beberapa
kelas perawatan yakni sebagai berikut
Tabel 1.
Jumlah Tempat Tidur RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016
Jenis Ruangan Jumlah
VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III/Bangsal/Intenal
UGD
Ruang Bersalin
14
10
12
37
11
7
Jumlah 91
Sumber : Data Primer
9. Sumber Daya Manusia (SDM)
-
63
Sumber Daya Manusia di RSU Dewi Sartika Kendari berjumlah 160
terdiri dari (17: Part Time, 143: Full Time) dengan spesifikasi pendidikan
sebagai berikut
Tabel 2
Jumlah SDM RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016
Jenis Tenaga Status Ketenagaan Jenis Kelamin
Tetap Tidak Tetap L P
Tenaga Medis
Dokter Spesialis Obgyn
1
1
2
-
Dokter Spesialis Bedah - 1 1 -
Dokter Spesialis Interna - 1 1 -
Dokter Spesialis Anastesi - 1 1 -
Dokter Spesialis PK - 1 - 1
Dokter Spesialis Anak - 1 - 1
Dokter Spesialis Radiologi - 1 1 -
Dokter Spesialis THT - 1 - 1
Dokter Spesialis Mata - 1 1 -
Dokter Spesialis Jantung - 1 1 -
Dokter Gigi Anak - 1 - 1
Dokter Umum - 3 3 -
Paramedis
1. S1 Keperawatan/Nurse
2. D IV Kebidanan
26
5
-
2
10
-
16
7
-
64
3. D III Bidan
4. D III Keperawatan
43
56
-
-
-
11
43
45
Tenaga Kesehatan Lainnya
1. Master Kesehatan
2. SKM
3. Apoteker
4. D III Farmasi
5. S 1 Gizi
6. D III Analis Kesehatan
-
1
1
1
1
3
-
1
2
1
-
-
-
1
1
-
-
1
-
1
1
2
1
2
Non Medis
1. DII/Keuangan
2. Diploma Komputer
3. SLTA/SMA/SMU
1
1
11
-
-
-
-
-
2
1
1
9
Jumlah 67 19 24 60
Sumber : Data Primer
10. Sumber Pembiayaan
Sumber pembiayaan RSU Dewi Sartika Kendari berasal dari :
a. Pengelolaan Rumah Sakit
b. Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari
-
65
B. Hasil Penelitian
Penelitian mengetahui hubungan pengetahuan akseptor IUD dengan
kecemasan efek samping kontrasepsi IUD telah dilaksanakan di Rumah Sakit
Umum Dewi Sartika Kota Kendari pada bulan April hingga Mei tahun 2017.
Sampel penelitian adalah PUS yang menggunakan alat kontrasepsi IUD di
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari berjumlah 48 PUS. Data yang
telah terkumpul diolah dan dianalisis menggunakan SPSS versi 24.
Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel yang disertai
penjelasan. Hasil penelitian terdiri dari analisis univariabel dan bivariabel. Hasil
penelitian dapat dilihat pada tabel berikut
1. Analisis Univariabel
Analisis univariabel merupakan analisis yang dilakukan untuk
memperoleh gambaran setiap variabel, distribusi frekuensi berbagai variabel
yang diteliti baik variabel terikat maupun variabel bebas yang kemudia
ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi. Analisis univariabel pada penelitian
ini, yaitu analisis karakteristik responden, pengetahuan tentang iud, kecemasan
efek samping kontrasepsi IUD. Hasil analisis univariabel sebagai berikut:
a. Karakteristik Responden
Karakteristik merupakan ciri atau tanda khas yang melekat pada diri
responden yang membedakan antara responden yang satu dengan yang lainnya.
Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari umur responden,
pendidikan, paritas, jenis KB sebelumnya. Karakteristik responden dapat dilihat
pada tabel 3.
-
66
Tabel 3
Karakteristik Responden
Karakteristik Jumlah
N %
Umur
35 tahun
0
46
2
0
95,8
4,2
Pendidikan
SD
SMP
SMA
PT
3
6
18
21
6,3
12,5
37,5
43,8
Paritas
Primipara
Multipara
Grande Multipara
16
30
2
33,3
62,5
4,2
Jenis KB Sebelumnya
Pil
Suntik
10
38
20,8
79,2
Sumber: Data Primer
-
67
Data yang diperoleh tentang karakteristik responden pada
penelitian ini adalah umur responden yang terbanyak adalah berumur 20-
35 tahun sebanyak 46 ibu (95,8%), berpendidikan perguruan tinggi
sebanyak 21 ibu (43,8%), multiparitas sebanyak 30 orang (62,5%), jenis
kontrasepsi yang pernah digunakan adalah suntik sebanyak 38 orang
(37,5).
Kesimpulan yang diperoleh dari karakteristik responden yaitu
sebagian besar usia responden dalam usia reproduksi sehat,
berpendidikan tinggi, pernah melahirkan sebelumnya dan jenis
kontrasepsi yang pernah digunakan adalah suntik.
b. Pengetahuan Akseptor IUD di RSU Dewi Sartika Kota Kendari
Tahun 2017
Pengetahuan tentang IUD adalah kemampuan responden untuk
mengetahui dan memahami sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan
IUD. Pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori yaitu pengetahuan baik (skor
76–100%), pengetahuan cukup (skor 56-75%), pengetahuan kurang (skor
-
68
Kurang 10 20,8
Total 48 100
Sumber : Data Primer
Distribusi pengetahuan PUS terbanyak pada pengetahuan baik sebanyak
22 PUS (45,8%) dan tersedikit pada pengetahuan kurang sebanyak 10 PUS
(20,8%), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengetahuan
akseptor KB berpengetahuan baik tentang IUD.
c. Kecemasan Efek Samping Kontrasepsi IUD di RSU Dewi Sartika
Tahun 2017
Kecemasan efek samping IUD adalah kondisi dimana seseorang
mengalami perasaan tegang, takut dan khawatir berlebihan. yang dirasakan
oleh akseptor IUD karena adanya efek samping IUD. Pengukuran kecemasan
pada penelitian ini menurut hamilton rating scale for axienty (HRS-A) yang terdiri
dari tidak cemas (skor
-
69
Cemas Sedang 8 16,7
Cemas Berat 0 0
Cemas Berat Sekali 0 0
Total 48 100
Sumber : Data Primer
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 48 PUS, responden yang tidak
mengalami kecemasan sebanyak 21 PUS (43,8%) yang tidak mengalami
kecemasan, kecemasan ringan sebanyak 19 PUS (39,6%) dan kecemasan
sedang sebanyak 8 PUS (16,7%). Tidak ada satupun responden yang
mengalami kecemasan berat dan berat sekali. Kesimpulan dari hasil penelitian ini
adalah sebagian besar responden tidak mengalami kecemasan akan efek
samping IUD.
2. Analisis Bivariabel
Analisis bivariabel merupakan analisis lanjutan dari analisis
univariabel. Analisis bivariabel dilakukan untuk menganalisis hubungan
dua variabel. Analisis bivariabel bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara variabel independen (kategorik) dengan variabel
independen (kategorik) dapat digunakan Uji Kai Kuadrat atau Chi Square.
Analisis bivariabel pada penelitian ini yaitu analisis hubungan
pengetahuan akseptor IUD dengan kecemasan efek samping kontrasepsi
IUD di RSU Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2017. Hasil analisis dapat
dilihat pada tabel 6.
-
70
Tabel 6
Hubungan Pengetahuan Akseptor IUD Dengan Kecemasan Efek Samping
Kontrasepsi IUD di RSU Dewi Sartika Kota Kendari
Tahun 2017
Pengetahuan
Kecemasan Efek Samping IUD
p X2hitung Tidak
Cemas
Cemas
Ringan
Cemas
Sedang
n % n % n %
Baik 15 31,3 5 10,4 2 4,2 0,009 13,5
Cukup 4 8,3 10 20,8 2 4,2
Kurang 2 4,2 4 8,3 4 8,3
Sumber: Data Primer
p
-
71
Penelitian tentang hubungan pengetahuan akseptor IUD dengan
kecemasan efek samping kontrasepsi IUD di RSU Dewi Sartika Kota
Kendari telah dilaksanakan pada bulan April hingga Mei tahun 2017. Hasil
penelitian menyatakan bahwa PUS yang menggunakan IUD sebagian
besar dalam usia reproduksi sehat (20-35 tahun), berpendidikan tinggi,
pernah melahirkan sebelumnya dan jenis kontrasepsi yang pernah
digunakan adalah suntik. Hal ini berarti bahwa PUS di Dewi Sartika telah
sesuai dengan teori Hartanto (2014) bahwa usia ideal untuk menggunakan
alat kontrasepsi adalah pada usia reproduksi.
Hasil penelitian menyatakan sebagian besar PUS yang menggunakan
IUD adalah berpendidikan tinggi. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo
(2012) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin
mudah PUS untuk dapat menyerap informasi yang diperoleh sehingga
sadar akan pentingnya penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang.
Akseptor KB IUD di RSU Dewi Sartika sebagian besar telah memiliki
anak lebih dari satu, hal ini sesuai dengan teori Hartanto (2014) bahwa
semakin banyak anak maka akseptor sebaiknya menggunakan alat
kontrasepsi jangka panjang. Namun, ada juga akseptor KB IUD yang baru
memiliki anak satu sudah mengunakan KB IUD. Berdasarkan wawancara
peneliti pada beberapa responden, alasan menggunakan IUD karena para
responden belum mau melahirkan dalam 2 hingga 3 tahun lagi sehingga
menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang, selain itu akseptor telah
-
72
mengerti tentang kurangnya efek samping bila menggunakan IUD
dibandingkan menggunakan suntik dan pil KB.
Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan
akseptor IUD dengan kecemasan efek samping kontrasepsi IUD di RSU
Dewi Sartika Kota Kendari. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Suharti (2010) menyatakan ada hubungan antara pengetahuan
dan kecemasan akseptor dalam menggunakan alat kontrasepsi IUD.
Semakin baik pengetahuan maka akseptor tidak merasa cemas.
Penelitian yang dilakukan oleh Bernadus (2012), juga menyatakan
bahwa terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kecemasan
terhadap efek samping penggunaan IUD antara lain pengetahuan,
pendidikan, umur, pekerjaan, informasi, ekonomi, dan persetujuan
pasang
top related