hubungan kecukupan zat gizi dengan status gizi …eprints.ums.ac.id/68818/11/naskah publikasi...
Post on 30-Aug-2019
19 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA
MAHASISWI PESMA KH MAS MANSYUR
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
MIA MILLATINA FISSILMI
J 310 140 044
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS
GIZI PADA MAHASISWI PESMA KH MAS MANSYUR
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
MIA MILLATINA FISSILMI
J 310 140 044
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen
Pembimbing
Titik Susilowati, SKM. M.Gizi. RD
NIK/NIDN. 19750331 200604 2009
i
iii
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS
GIZI PADA MAHASISWI PESMA KH MAS MANSYUR
Oleh:
MIA MILLATINA FISSILMI
J310140044
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Selasa, 6 November 2018
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Titik Susilowati, SKM. M.Gizi. RD (...........................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Siti Zulaekah, A., M.Si (...........................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Farida Nur Isnaeni, S.G., M.Sc (...........................)
(Anggota II dewan Penguji)
Dekan,
Dr. Mutalazimah, SKM, M.Kes
NIK/NIDN : 786/06-1711-7301
ii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa publikasi ilmiah ini adalah tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya diatas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, November 2018
Penulis
MIA MILLATINA FISSILMI
J310140044
iii
1
HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA
MAHASISWI PESMA KH MAS MANSYUR
Abstrak
Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Remaja sangat beresiko terhadap kesehatannya dimana terjadi perubahan bentuk,
ukuran tubuh, fungsi tubuh, dan psikologi. Penyebab masalah gizi pada remaja
adalah kurangnya konsumsi pangan, penyakit infeksi dan faktor gaya hidup. Gaya
hidup pada remaja berpengaruh terhadap kebiasaan makannya. Kebiasaan makan
tersebut akan mempengaruhi status gizi. Berdasarkan survey pendahuluan status
gizi mahasiswi 24% status gizi kurus, 44% status gizi normal, 18% overweight
dan 14% obesitas. Berdasarkan hasil survey, 38% mahasiswi menyatakan bosan
dengan menu yang disajikan oleh pesma, dan 27% menyatakan bahwa menu yang
disajikan kurang bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara kecukupan zat gizi dengan status gizi pada mahasiswi Pesma KH Mas
Mansyur. Jenis penelitian ini adalah Observasional dengan pendekatan Cross
Sectional. Subjek penelitian penelitian ini adalah mahasiswi Pesma KH Mas
Mansyur sebanyak 33 dengan metode Simple Random Sampling. Data asupan
makan diperoleh menggunakan form semi-quantitative food frequency
questionnaire dibandingkan dengan AKGX100%. Status gizi di dapatkan dari
pengukuran BB/TB. Analis statistik menggunakan uji pearson product momen.
Berdasarkan asupan energi 82% responden memiliki asupan yg baik dan 18%
responden memiliki asupan yang kurang. Berdasarkan asupan protein 52%
responden memiliki asupan yang baik, 3% responden memiliki asupan yang
kurang, dan 45% memiliki asupan yang lebih. Berdasarkan asupan lemak 70%
responden memiliki asupan yang baik dan 30% responden memiliki asupan yang
kurang. Berdasarkan asupan karbohidrat 67% responden memiliki asupan yang
baik, 27% responden memiliki asupan yang kurang, dan 6% memiliki asupan
yang lebih. Ada hubungan antara kecukupan energi dengan status gizi dengan
nilai p=0,002. Ada hubungan antara kecukupan protein dengan status gizi dengan
nilai p=0,011. Ada hubungan antara kecukupan lemak dengan status gizi dengan
nilai p=0,041. Ada hubungan antara kecukupan karbohidrat dengan status gizi
dengan nilai p=0,008. Ada hubungan antara kecukupan zat gizi dengan status gizi
pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur.
Kata kunci: kecukupan zat gizi, remaja, status gizi.
Abstract
Adolescence is a transition period from childhood to adulthood. Adolescents are
very at risk for their health where there are changes in body shape, body size,
body function and psychology. The cause of nutritional problems in adolescents is
a lack of food consumption, infectious diseases and lifestyle factors. Lifestyle in
adolescents affects their eating habits. These eating habits will affect nutritional
status. Based on the preliminary survey of female nutrition status 24%
underweight, 44% normal, 18% overweight and 14% obese. Based on the result of
2
the survey, 38% of the students stated they were bored with menu presented by
Pesma, and 27% stated that menu was not varied. This study aims to determine
the correlation between adequacy of nutrition substance and nutritional status in
female students of Pesma KH Mas Mansyur. This is an observation with Cross-
sectional approach. Research subject of this study was 33 female students of
Pesma KH Mas Mansyur were recruited using Simple Random Sampling
technique. Food intake data obtained using semi-quantitative food frequency
questionnaire compared with AKGX100%. Nutritional status is obtained from
measurements of body weight and height. Data was analysed with pearson
product momen test. Based on energy intake 82% of respondents have a good
intake and 18% have a less intake. Based on protein intake 52% of respondents
have a good intake, 3% of respondents have less intake, and 45% have over
intake. Based on fat intake 70% of respondents have a good intake and 30% of
respondents have less intake. Based on carbohydrate intake 67% of respondents
have a good intake 27% respondents have less intake, and 6% have over intake.
There is a correlation between adequacy of energy and nutritional status with a
value of p=0,002. There is a correlation between adequacy of protein and
nutritional status with a value of p=0,011. There is a correlation between
adequacy of fat and nutritional status with a value of p=0,041. There is a
correlation between adequacy of carbohydrate and nutritional status with a value
of p=0,008. There is a correlation between adequacy of nutrition substance and
nutritional status in female students of Pesma KH Mas Mansyur.
Keywords: Adequacy of nutrition substance, Adolescent, nutritional status.
1. PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Remaja sangat beresiko terhadap kesehatannya dimana terjadi perubahan bentuk,
ukuran tubuh, fungsi tubuh, dan psikologi (Rice dan Dolgin, 2002). Menurut
WHO (2005) penyebab masalah gizi pada remaja adalah kurangnya konsumsi
pangan, penyakit infeksi dan faktor gaya hidup. Gaya hidup pada remaja
berpengaruh terhadap kebiasaan makannya. Asupan energi pada remaja lebih
banyak diperoleh dari luar rumah dan banyak mendapatkan pengaruh dalam
memilih makanan yang akan dimakan. Remaja sering mengalami trial and eror
sehingga remaja gemar mencoba makanan baru salah seperti fast food (Virgianto,
2006).
Arnelia (2005) mengungkapkan bahwa remaja memiliki perilaku makan
yang sangat khas dan berbeda jika dibandingkan dengan usia lainnya, antara lain:
sering melewatkan makan terutama pada makan pagi atau sarapan, gemar
mengkonsumsi snacks, gemar mengkonsumsi minuman ringan (softdrinks) dan
3
sangat menggemari makanan cepat saji (fast food), makanan ini memiliki
komposisi zat gizi yang tinggi energi, lemak serta protein. Remaja seringkali
melewatkan sarapan pagi, menyebabkan remaja sering mengganti makan pagi
dengan makan siang yang berlebihan atau mengkonsumsi makanan kecil yang
mengandung tinggi lemak dan kalori dalam jumlah banyak.
Notoadmojo (2010) menyatakan bahwa remaja memiliki pendangan
tersendiri mengenai tubuhnya (body image) yang seringkali salah. Sebagian besar
remaja putri memiliki pemikiran bahwa tubuh ideal merupakan impian dan untuk
mendapatkan impian tersebut, biasanya banyak remaja putri yang melakukan diet
ketat dan menyebabkan remaja kurang mendapatkan makanan seimbang dan
bergizi. Remaja putri memiliki pola dan kebiasaan makan yang homogen dimana
asupan energi dan zat gizi kuran dari angka kecukupan gizi yang sudah dianjurkan
(Sayogo, 2011). Barazi (2007) menyatakan bahwa ketidakseimbangan antara
asupan dan keluaran energi akan mengakibatkan pertambahan berat badan
sehingga terjadi perubahan bentuk tubuh yang awalnya kurus menjadi gemuk atau
sebaliknya.
Asupan zat gizi protein, karbohidrat dan lemak dalam tubuh akan
menghasilkan energi yang diperlukan oleh tubuh. Energi dibutuhkan individu
untuk memenuhi kebutuhan energi basal, menunjang proses pertumbuhan dan
untuk aktifitas sehari-hari. Energi dapat diperoleh dari protein, lemak dan
karbohidrat yang ada di dalam bahan makanan (Soediatama, 2010). Status gizi
adalah hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang dikonsumsi ke dalam
tubuh (nutrien input), dengan yang dibutuhkan oleh tubuh (nutrien output) akan
zat gizi tersebut (Supariasa, 2012).
Berdasarkan data Riskesdas 2013, di Indonesia prevalensi penduduk > 18
tahun dengan status gizi kurus (8,7%), berat badan lebih (13,5%) dan obesitas
(15,4%). Di Jawa Tengah didapatkan prevalensi penduduk > 18 tahun sebanyak
(12,5%) berstatus gizi kurus, (13,2%) berstatus gizi dengan BB lebih dan (7,8%)
berstatus gizi obesitas. Data status gizi kurus provinsi Jawa Tengah lebih tinggi
dari rata-rata nasional, data status gizi dengan BB lebih, lebih rendah dari rata-rata
nasional dan data status gizi obesitas lebih rendah dari rata-rata nasional. Pada
4
tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan > 18 tahun sebesar (32,9%), naik
(18,1%) dari tahun 2007 (13,9%) dan (17,5%) dari tahun 2010 (15,5%).
Studi pendahuluan di Pesma KH Mas Mansyur yang dilakukan pada bulan
September tahun 2017, terdapat 50 mahasiswi yang dijadikan sebagai subjek
penelitian. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 24% mahasiswi dengan status gizi
kurus, 44% mahasiswi dengan status gizi normal, 18% mahasiswi dengan status
gizi overweight dan 14% mahasiswi dengan status gizi obesitas. Angka tersebut
lebih besar jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional. Hasil survey
menunjukkan bahwa sebanyak 38% mahasiswi menyatakan bosan dengan
makanan yang disajikan oleh pesma, 27% mahasiswi menyatakan bahwa menu
yang disajikan oleh Pesma kurang bervariasi.
Tujuan penelitian ini ada tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kecukupan zat gizi dengan
status gizi pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur.
2. METODE
Jenis Penelitian ini observasional dengan rancangan penelitian cross sectional.
Penelitian ini dilakukan di Pesantren Mahasiswa KH Mas Mansyur. Waktu
penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2018. Populasi penelitian adalah
mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur yang telah memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling.
Sampel penelitian sebanyak 36 orang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
asupan makan dan status gizi pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur sebagai
variabel terikat. Kriteria inklusi meliputi bersedia menjadi responden, remaja
akhir (18-21 tahun), dapat diukur antropometri, dalam keadaan sehat. Kriteria
eksklusi yaitu memiliki cacat fisik seperti anggota badan tidak lengkap sehingga
tidak dapat dilakukan pemeriksaan antropometri.
Pengambilan data asupan makan diperoleh dengan wawancara
menggunakan formulir Semi-Quantitative Food Frequency (Semi-FFQ) yang
kemudian dianalisis dengan menggunakan Nutry Survey, lalu dibandingkan
dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan dinyatakan dalam presentase. Data
status gizi berdasarkan IMT diperoleh dengan melakukan pengukuran
5
antropometri. Data berat badan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan
menggunakan timbangan injak, data tinggi badan diperoleh dengan cara
melakukan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise. Hasil tersebut
kemudian akan dihitung IMT dengan cara membagi BB dengan TB (dalam satuan
cm).
Uji kenormalan data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan
bahwa data kecukupan zat gizi (Energi, protein, lemak dan karbohidrat) dan status
gizi mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur berdistribusi normal. Uji hubungan
asupan makan dengan status gizi menggunakan uji Pearson Product Moment
(PPM). Pengujian menggunakan tingkat kepercayaan 95% dengan menggunakan
komputer SPSS. Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Komite Etik
Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta dengan nomer ethical clearance No: 1286/B.1/KEPK-FKUMS/VI/2018.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hubungan Kecukupan Energi dengan Status Gizi pada Mahasiswi
Pesma KH Mas Mansyur.
Hasil analisis bivariat antara tingkat kecukupan energi dengan status gizi
pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Dengan Status Gizi
Variabel Minimal Maksimal Mean Standar
Deviation
P*
Kecukupan
energi (kkal)
68,40 111,84 94,51 9,24
0,002
Status Gizi 16,82 27,29 22,11 2,55
*Uji Pearson Product Moment
Hasil uji pearson product moment diperoleh nilai p = 0,002 (p<0,05),
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara kecukupan energi
dengan status gizi pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur. Penelitian ini sejalan
dengan Bryan, Nova dan Maureen (2014) yang menunjukkan bahwa ada
hubungan antara asupan energi dengan status gizi. Penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian Regar dan Sekartini (2012), bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara asupan energi dengan status gizi.
6
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pesma KH Mas Mansyur memiliki
kantin yang menyediakan makan untuk mahasiswi sebanyak 2 kali dalam sehari
dari hari senin sampai hari jumat. Menu makan dibagi menjadi pagi-siang dan
sore-malam, Pesma membebaskan mahasiswi untuk memilih waktu makan. Menu
yang disediakan cukup baik, terdiri dari makanan pokok, dua macam lauk serta
dua macam sayur. Penyediaan makanan ini dilakukan dengan cara prasmanan,
sehingga membebaskan mahasiswi dalam mengambil jumlah makanan. Hal
tersebut berlaku untuk makanan pokok saja, sedangkan untuk lauk pauk dibatasi
sesuai dengan jumlah mahasiswi. Selain mengkonsumsi makanan dari Pesma,
mahasiswi juga dibebaskan untuk membeli makanan ataupun jajanan dari luar
pesma, sehingga kebutuhan mahasiswa dapat terpenuhi melalui konsumsi
makanan dari luar pesma. Menurut Krebs et al (2007) prevalensi konsumsi
makanan ringan meningkat tiap individu. Usia muda rentan terhadap penyakit
yang disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi. Berdasarkan hasil wawancara,
terdapat mahasiswa yang sedang melakukan diet, sehingga menyebabkan
mahasiswi tersebut membatasi konsumsi makanan sumber energi. Hal tersebutlah
yang dapat melatarbelakangi adanya ketidaksesuaian antara status gizi yang
normal dengan kecukupan energi yang kurang, begitupula dengan adanya
ketidaksesuaian antara status gizi overweight dan obesitas dengan asupan energi
yang baik.
Menurut Harianti (2013), berat badan yang normal atau ideal menandakan
kecukupan energi seseorang. Tingkat konsumsi energi merupakan asupan pangan
yang dikonsumsi selama 24 jam terakhir lalu dikonversi menjadi kalori (energi)
atau angka kecukupan gizi perhari setiap orang. Remaja membutuhkan gizi yang
khusus karena memiliki pertumbuhan yang cepat seperti mineralisasi tulang,
massa tubuh, massa lemak. Remaja membutuhkan gizi yang tinggi, pemilihan
makanan selama masa remaja sangat mempengaruhi kesehatan, baik untuk saat ini
maupun untuk masa yang akan datang (Sizer, 2000). Apabila remaja
mengkonsumsi makanan dengan kandungan energi sesuai dengan kebutuhan
maka tidak ada penyimpanan energi di dalam tubuh. Akan tetapi apabila remaja
mengkonsumsi makanan dengan kandungan energi melebihi dari kebutuhan
7
individu maka energi yang berlebih tersebut akan disimpan sebagai cadangan
energi. Menurut Adriani dan Wirjatmadi (2014) mengkonsumsi kalori lebih
banyak dari yang diperlukan oleh tubuh dapat menyebabkan obesitas. Faktor
utama yang menyebabkan obesitas adalah ketidakseimbangan asupan energi
dengan keluaran energi. Asupan energi tinggi apabila konsumsi makanan
berlebihan, sedangkan keluaran energi jadi rendah bila metabolisme tubuh dan
aktivitas fisik rendah. Masukan makanan, kekurangan energi dan keturunan
merupakan tiga faktor yang dianggap mengatur perlemakan tubuh dalam proses
terjadinya kegemukan. Ada dua faktor terjadinya kegemukan, yaitu masukan
energi dan kekurangan energi dianggap sebagai penyebab langsung, sedangkan
keturunan sebagai penyebab tidak langsung. Penimbunan lemak tersebut terjadi
karena adanya ketidakseimbangan antara jumlah energi yang dikonsumsi dan
yang digunakan.
3.2 Hubungan Kecukupan Protein dengan Status Gizi pada Mahasiswi
Pesma KH Mas Mansyur.
Hasil analisis bivariat antara tingkat kecukupan protein dengan status gizi
pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Dengan Status Gizi
Variabel Minimal Maksimal Mean Standar
Deviation
p*
Kecukupan
protein
(gram)
88,98 168,07 125,00 16,78
0,011
Status Gizi 16,82 27,29 22,11 2,55
*Uji Pearson Product Moment
Hasil uji pearson product moment diperoleh nilai p = 0,011 (p<0,05),
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara kecukupan protein
dengan status gizi pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Dewi, Pradigdo dan Rahfiludin (2017) menunjukkan bahwa ada
hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan status gizi, semakin tinggi
rata-rata konsumsi protein maka semakin tinggi pula status gizi berdasarkan IMT.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewanty,
Rahfiludin dan Aruben (2016) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang
8
signifikan antara asupan protein dengan status gizi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dalam penyelenggaraan makanan di Pesma KH Mas Mansyur, dalam satu
kali makan terdapat lauk pauk sumber protein baik berasal dari sumber protein
hewani seperti daging ayam, ikan, telur, maupun sumber protein yang berasal dari
nabati seperti tahu dan tempe, sehingga kebutuhan protein mahasiswi dapat
tercukupi.
Irianto (2014) menyatakan bahwa remaja putri lebih menyukai
mengonsumsi makanan nabati dibandingkan dengan makanan hewani, remaja
putri ingin tampil langsing sehingga membatasi asupan makan. Protein adalah
suatu molekul penting yang ada pada semua sel hidup. Semua enzim, hormon,
pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks intraseluler dan sebagainya merupakan
protein. Selain itu asam amino yang bertindak sebagai prekusor sebagian besar
koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul yang essensial untuk kehidupan.
Protein memiliki fungsi yang khas yag tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain,
yaitu berfungsi untuk membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.
Selain itu protein juga digunakan untuk pertumbuhan dan perbaikan sel tubuh.
Protein yang cukup mampu melakukan fungsinya untuk untuk proses
pertumbuhan (Almatsier, 2010).
Indra dan Yettik (2013) menyatakan bahwa apabila tubuh kekurangan
protein, maka akan mengakibatkan pertumbuhan serta sistem kekebalan terganggu
serta mengurangi kemampuan sel untuk memperbaiki jaringan yang rusak. Selain
itu produksi hormon dan enzim akan terganggu. Bila asupan energi terbatas diet
protein lebih banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi, dan tidak
bisa dipakai untuk menyintesis jaringan baru. Kelebihan asupan protein dapat
mengakibatkan kelebihan berat badan atau sampai obesitas. Makanan yang tinggi
protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas. Kelebihan
protein memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan
mengeluarkan kelebihan nitrogen.
9
3.3 Hubungan Kecukupan Lemak dengan Status Gizi pada Mahasiswi
Pesma KH Mas Mansyur.
Hasil analisis bivariat antara tingkat kecukupan lemak dengan status gizi
pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Tingkat Kecukupan Lemak Dengan Status Gizi
Variabel Minimal Maksimal Mean Standar
Deviation
p*
Kecukupan
lemak
(gram)
61,41 118,17 94,80 11,01
0,041
Status Gizi 16,82 27,29 22,11 2,55
*Uji Pearson Product Moment
Hasil uji pearson product moment diperoleh nilai p = 0,041 (p<0,05),
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara kecukupan lemak
dengan status gizi pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2017) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara asupan lemak dengan status gizi. Semakin baik asupan
lemak maka status gizi menjadi normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsumsi makanan sumber lemak pada mahasiswi cukup baik, sebagian besar
mahasiswi suka mengonsumsi gorengan ataupun makanan yang diolah dengan
cara digoreng. Berdasarkan hasil wawancara, kecukupan lemak responden yang
kurang disebabkan karena kurangnya frekuensi konsumsi makanan sumber lemak
adanya beberapa mahasiswi yang alergi terhadap makanan tertentu seperti daging
ayam, telur dan ikan. Terdapat beberapa mahasiswi yang lebih suka mengonsumsi
sayuran daripada lauk pauk hewani, serta adanya mahasiswi yang menjalani diet
sehingga membatasi konsumsi sumber lemak seperti gorengan.
Soekirman (2006) menyatakan bahwa kebutuhan lemak belum
direkomendasikan sebelumnya. Hanya saja pesan dalam pedoman gizi seimbang
menganjurkan bahwa kebutuhan lemak sebaiknya seperempat dari kebutuhan
energi. Menurut WHO, konsumsi lemak sebanyak 15-30% dari kebutuhan energi
total dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam
lemak essensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak (Almatsier,
10
2002). Dalam proses pencernaan, bahan makanan yang mengandung lemak akan
disederhanakan menjadi asam lemak dan gliserol. Apabila keperluan energi sudah
tercukupi, lemak akan disimpan tubuh di bawah lapisan kulit dan sekitar organ-
organ dalam (Soeharto I, 2002). Apabila asupan lemak kurang, akan terjadi
gambaran klinis defesiensi asam lemak esensial dan nutrisi yang larut dalam
lemak, serta pertumbuhan yang buruk. Sebaliknya apabila asupan lemak berlebih
maka akan beresiko kelebihan berat badan, obesitas, meningkatnya risiko
penyakit kardiovaskuler di kemudian hari.
3.4 Hubungan Kecukupan Karbohidrat dengan Status Gizi pada Mahasiswi
Pesma KH Mas Mansyur.
Hasil analisis bivariat antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan status
gizi pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Tingkat Kecukupan Karbohidrat Dengan Status Gizi
Variabel Minimal Maksimal Mean Standar
Deviation
p*
Kecukupan
Karbohidrat
(gram)
62,07 120,94 96,43 13,35
0,008
Status Gizi 16,82 27,29 22,11 2,55
*Uji Pearson Product Moment
Hasil uji pearson product moment diperoleh nilai p = 0,008 (p<0,05),
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara kecukupan
karbohidrat dengan status gizi pada mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2017) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara asupan lemak dengan status gizi.
Semkin baik asupan lemak maka status gizi menjadi normal. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rokhmah (2016) di Pondok
Pesantren Al-Izzah Kota Batu yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kecukupan karbohidrat dengan status gizi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan karbohidrat kurang terjadi
karena responden sedang menjalani diet sehingga sangat membatasi konsumsi
makanan sumber karbohidrat terutama nasi dan mie. Konsumsi nasi pada
11
reponden dengan asupan karbohidrat kurang hanya 1-2 kali dalam sehari dengan
porsi yang kecil. Konsumsi mie dibatasi 2-3 kali dalam satu bulan. Responden
dengan asupan karbohidrat yang baik lebih memperhatikan jumlah konsumsi
sumber karbohidratnya, seperti mengonsumsi nasi 3 kali dalam sehari dengan
porsi yang cukup, responden juga mengonsumsi umbi-umbian dan mie lebih
sering. Dalam beberapa tahun terakhir, diet rendah karbohidrat sangat digemari
terutama bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan. Mereka cenderung
membatasi konsumsi makanan sumber karbohidrat bahkan sama sekali tidak
mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat dengan hanya mengkonsumsi lauk
pauk ataupun snack dengan kandungan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan gizi.
Hasil penelitian baru mengenai diet rendah karbohidrat menunjukkan bahwa diet
tersebut bukan cara terbaik untuk mencapai kesehatan jangka panjang. Penelitian
yang dilakukan oleh Seidelmann dkk (2018), menunjukkan bahwa resiko
kematian pada kelompok orang yang melakukan diet rendah karbohidrat dan
tinggi karbohidrat ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok orang
yang mengkonsumsi karbohidrat tingkat moderat.
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia. Oleh karena itu,
harus tersedia setiap saat apabila diperlukan tubuh. Jumlah karbohidrat yang
dikonsumsi disesuaikan dengan kebutuhan tubuh sebagai sumber energi.
Berdasarkan distribusi energi, kaborhidrat harus menyumbang sebanyak 50-65%
energi total (Devi, N, 2010). Peran utama karbohidrat di dalam tubuh adalah
menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi.
Glukosa memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan
tertentu hanya memperoleh energi dari karbohidrat seperti sel darah merah serta
sebagian sel otak dan sistem syaraf. Glukosa yang diserap dari pencernaan
makanan di usus dibawa darah menuju ke seluruh sel tubuh. Dalam sitoplasma
glukosa akan mengalami glikolisis yaitu peristiwa pemecahan gula hingga
menjadi energi (ATP). Kekurangan karbohidrat dapat menyebabkan suplai energi
berkurang. Akibatnya, tubuh mencari alternatif zat gizi yang dapat menggantikan
karbohidrat, yaitu lemak dan protein. Apabila peristiwa tersebut berlangsung terus
tanpa suplai karbohidrat yang cukup, lemak tubuh akan terpakai dan protein yang
12
seharusnya digunakan untuk pertumbuhan jadi berkurang. Akibatnya, tubuh
semakin kurus dan menderita Kurang Energi Protein (KEP). Sebaliknya kelebihan
konsumsi karbohidrat menyebabkan suplai energi berlebih. Energi yang berlebih
tersebut akan disintesis menjadi lemak tubuh, sedangkan lemak yang telah
tersedia dalam tubuh tidak terpakai untuk energi. Akibatnya, penimbunan lemak
terus terjadi dan mengakibatkan kegemukan atau obesitas. Efek dari obesitas
adalah timbulnya penyakit degeneratif, seperti hipertensi, jantung koroner,
diabetes, dan stroke (Devi, N. 2010). Penelitian Andyca (2012) menunjukkan
bahwa kencenderungan anak dengan frekuensi makan karbohidrat sering > 3x
sehari mempunyai faktor resiko kegemukan. Konsumsi karbohidrat yag
berlebihan juga merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya
kegemukan.
4. PENUTUP
Kecukupan energi pada mahasiswi di Pesma KH. Mas Mansyur Sukoharjo
sebagian besar responden memiliki kecukupan energi yang baik sebesar 82%.
Kecukupan protein pada mahasiswi di Pesma KH. Mas Mansyur Sukoharjo
sebagian besar responden memiliki kecukupan protein yang baik sebesar 52%.
Kecukupan lemak pada mahasiswi di Pesma KH. Mas Mansyur Sukoharjo
sebagian besar responden memiliki kecukupan lemak yang baik sebasar 70%.
Kecukupan karbohidrat pada mahasiswi di Pesma KH. Mas Mansyur Sukoharjo
sebagian besar memiliki kecukupan karbohidrat yang baik sebesar 67%. Terdapat
hubungan antara kecukupan energi dengan status gizi mahasiswi di Pesma KH.
Mas Mansyur. Terdapat hubungan antara kecukupan protein dengan status gizi
mahasiswi di Pesma KH. Mas Mansyur. Terdapat hubungan antara kecukupan
lemak dengan status gizi mahasiswi di Pesma KH. Mas Mansyur. Terdapat
hubungan antara kecukupan karbohidrat dengan status gizi mahasiswi di Pesma
KH. Mas Mansyur. Berdasarkan hasil survey, menu makanan kurang bervariasi.
Bagi para mahasiswi hendaknya lebih memperhatikan asupan makan yang
sesuai dengan pesan umum gizi seimbang, asupan energi sesuai dengan kebutuhan
individu, bagi mahasiswi dengan asupan energi, protein, lemak, karbohidrat yang
kurang sebaiknya dapat meningkatkan asupan makanan bergizi. Sedangkan untuk
13
mahasiswi dengan asupan energi, protein, lemak, karbohidrat yang berlebih
diharapkan dapat membatasi asupan untuk menghindari kejadian overweight
ataupun obesitas. Untuk pihak pesantren, perlu adanya pengkajian siklus menu,
pembuatan siklus menu baru, dan variasi menu. Peneliti selanjutnya dapat
meneliti lebih lanjut mengenai kecukupan zat gizi dan status gizi dengan
memperhatikan faktor-faktor lain seperti dari segi sosial ekonomi, sosial budaya,
lingkungan maupun perilaku makan subjek itu sendiri serta melakukan uji
organoleptik menu kepada mahasiswi Pesma KH. Mas Mansyur.
PERSANTUNAN
Terimakasih kepada Ibu Titik Susilowati, SKM. M.Gizi RD selaku dosen
pembimbing saya, terimakasih atas bimbingan, saran, serta motivasinya kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, M. dan Wirjadmadi, B. 2014. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta:
Prenada Media Group.
Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Andyca, F. 2012. Faktor-fzktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada
Anak Autis Di Tiga Rumah Sakit Autis Dan Klinik Tumbuh Kembang
Kreibel Depok. Skripsi. Universitas Indonesia.
Arnelia, A.H. 2005. Perilaku Makan Khas Remaja. Jakarta: Reksa.
Bryan, R. Nova, H. dan Maureen, I. 2014. Hubungan Antara Asupa Energi
Dengan Status Gizi Siswi SMA Negari 4 Manado. FKM Universitas Sam
Ratulangi Manado.
Devi, N. 2010. Nutrition and Food. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Dewanty, S. A, Rahfiludin, M. Z, dan Aruben, R. 2016. Hubungan Asupan Energi
Dan Protein Dengan Status Gizi Narapidana Umum Wanita. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 4(4): 557-558.
Dewi, A. M., Pradigdo, S. F., dan Rahfiludin, Z. 2017. Hubungan Asupan Energi
dan Protein dengan Status Gizi Narapidana Umum. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-journal). Volume 5, Nomor 1 : 270.
Drummond, K. E., dan Brefere, L. M. 2010. Nutrition For Foodservice And
Culinary Professionals. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Harianti, S.T., 2013. Hubungan Antara kebiasaan Sarapan Pagi dan Asupan Zat
Gizi Makro (Energi dan Protein) dengan Status Gizi Anak yang
14
Memperoleh PMT-AS di SD Negeri Plalan 1 Surakarta. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Hidayati, N. 2017. Hubungan Asupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat
Dengan Status Gizi Pada Santriwati Di Pondok Pesantren Darusalam Al-
Faisholiyah Sampang Madura. Universitas Nadlatul Ulama Surabaya.
Indra, D dan Wulandari, Y. 2013. Prinsip-Prinsip Dasar Ahli Gizi. Jakarta Timur:
Dunia Cerdas.
Institute of Medicine (IOM), Food and Nutrition Board. 2001. Dietary Reference
Intakes for Vitamin A, Vitamin K, Arsenic, Boron, Chromium, Copper,
Iodine, Iron, Manganese, Nickel, Silicon, Vanadium, and Zinc. Washington,
DC: National Academy of Sciences.
Istiany, A dan Rusilanti. 2014. Gizi Terapan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Krebs, N.F. et al. 2007. Assesment of Child and Adolscent Overweight and
Obesity. Pediatrics, Vol. 120; pp. S193-S228. Tersedia dari:
http://www.pediatrics.org
Meilgaard, M., Civille, G.V., Carr, B.T. 2000. Sensory Evaluation Techniques.
Boca Raton, Florida: CRC Press.
Regar, E., dan Sekartini, R. 2012. Hubungan Asupan Energi dan Makronutrien
dengan Status Gizi Anak Usia 5-7 Tahun di Kelurahan Kampung Melayu,
Jakarta Timur Tahun 2012. Jurnal eJKI, Vol.1, No.3, Desember 2013.
Rice, F. P., & Dolgin, K. G. 2002. The adolescent: Development, Relationships,
and Culture (10th ed). Boston: Allyn and Bacon.
Rokhmah, F., Muniroh, L., dan Nindya, T. S. 2016. Hubungan Tingkat
Kecukupan Energi dan Zat Gizi Makro dengan Status Gizi Siswi Sma di
Pondok Pesantren Al-Izzah Kota Batu. Skripsi. Universitas Airlangga
Surabaya.
Sediaoetama. 2006. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Jakarta: Dian
Rakyat.
Sediaoetama. 2010. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian
Rakyat.
Sizer, F. dan Whitney, E. 2000. Nutrition Concept and Controversies. America :
Thomson Learning Library of Congres Cataloging.
Soeharto, I. 2004. Lemak dan Kolesterol Edisi Kedua. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Supariasa. 2012. Pendidikan Dan Konsultasi Gizi. Jakarta : EGC.
Virgianto, G., dan Purwaningsih, E. 2006. Konsumsi Fast Food Sebagai Faktor
Risiko Terjadinya Obesitas Pada Remaja. http://www.m3undip.org/ diakses
tanggal 22 September 2017.
World Health Organization (WHO). 2005. Risk Factor: Lipid. Available from :
http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_06_lipids.pdf.
(Diakses pada tanggal 17 September 2018)
top related