geologi dan potensi ok
Post on 27-Jun-2015
695 Views
Preview:
TRANSCRIPT
GEOLOGI DAN POTENSI BAHAN GALIAN INDUSTRI
A. Kelompok BGI yang Berhubungan Dengan Batuan Sedimen
Kelompok Bahan Galian ini dibagi Menjadi Dua Kelompok
yaitu sub kelompok A yang merupakan bahan galian industri
yang berkaitan dengan batu gamping dan Sub kelompok B yang
merupakan bahan galian industri yang berkaitan dengan batuan
sedimen lainnya.
1. Sub Kelompok A
a. Batu Gamping
Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa
cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara
kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam
terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan
cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau
ganggang, atau berasal dari kerangka binatang
koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu
muda, abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung
keberadaan mineral pengotornya.
Penggunaan batu kapur sudah beragam diantaranya
untuk bahan kaptan, bahan campuran bangunan, industri
karet dan ban, kertas, dan lain-lain.
Potensi batu kapur di Indonesia sangat besar dan
tersebar hampir merata di seluruh kepulauan Indonesia.
Sebagian besar cadangan batu kapur Indonesia terdapat di
Sumatera Barat.
Pada umumnya deposit batu gamping ditemukan
dalam bentuk bukit. Oleh sebab itu teknik penambangan
dilakukan dengan tambang terbuka dalam bentuk Quarry
tipe sisi bukit (Side hill type).
b. Dolomit
Dolomit termasuk rumpun mineral karbonat, mineral
dolomit murni secara teoritis mengandung 45,6% MgCO3
atau 21,9% MgO dan 54,3% CaCO3 atau 30,4% CaO.
Rumus kimia mineral dolomit dapat ditulis meliputi
CaCO3.MgCO3, CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, dengan
nilai x lebih kecil dari satu. Dolomit di alam jarang yang
murni, karena umumnya mineral ini selalu terdapat
bersama-sama dengan batu gamping, kwarsa, rijang, pirit
dan lempung. Dalam mineral dolomit terdapat juga
pengotor, terutama ion besi. Dolomit berwarna
putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan
lebih lunak dari batugamping, yaitu berkisar antara 3,50 -
4,00, bersifat pejal, berat jenis antara 2,80 - 2,90, berbutir
halus hingga kasar dan mempunyai sifat mudah menyerap
air serta mudah dihancurkan.
Penggunaan dolomit dalam industri tidak seluas
penggunaan batugamping dan magnesit. Kadang-kadang
penggunaan dolomit ini sejalan atau sama dengan
penggunaan batugamping atau magnesit untuk suatu
industri tertentu. Akan tetapi, biasanya dolomit lebih
disukai karena banyak terdapat di alam. Madiapoera, T
(1990) menyatakan bahwa penyebaran dolomit yang
cukup besar terdapat di Propinsi Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura dan
Papua. Di beberapa daerah sebenarnya terdapat juga
potensi dolomit, namun jumlahnya relatif jauh lebih kecil
dan hanya berupa lensa-lensa pada endapan
batugamping.
Penambangan dolomit dilakukan sama dengan
penambangan batu gamping.
c. Kalsit
Kalsit merupakan mineral utama pembentuk
batugamping, dengan unsur kimia pembentuknya terdiri
dari kalsium (Ca) dan karbonat (CO3), mempunyai sistem
kristal Heksagonal dan belahan rhombohedral, tidak
berwarna dan transparan. Sifat fisika dari kalsit adalah
bobot isi 2,71; kekerasan 3 (skala Mohs); bentuk prismatik;
tabular; pejal; berbutir halus sampai kasar; dapat
terbentuk sebagai stalaktit, modul tubleros, koraloidal,
oolitik atau pisolitik. Warna kalsit yang tidak murni adalah
kuning, coklat, pink, biru, lavender, hijau pucat, abu-abu,
dan hitam.
Penggunaan kalsit saat ini telah mencakup berbagai
sektor yang didasarkan pada sifat fisik dan kimianya.
Penggunaan tersebut, meliputi sektor pertanian, industri
kimia, makanan, logam dan lainnya.
Kalsit terdapat di sepanjang pantai barat Sumatera,
Jawa bagian selatan dan utara (sebagian kecil). Bentuk
endapan dapat datar, bukit atau berupa lensa. Cadangan
yang diketahui merupakan klasifikasi cadangan tereka di
daerah Indarung (10,1 juta ton), Sumatera Barat (10 juta
ton) dan Begelan di Kabupaten Purwokerto (0,1 Juta ton).
Proses penambangan yang dilakukan dengan
menggunakan peralatan secara sederhana antara lain
gancu dan linggis.
d. Marmer
Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil
proses metamorfosa atau malihan dari batu gamping.
Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya
endogen menyebabkan terjadi rekristalisasi pada batuan
tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi.
Akibat rekristalisasi struktur asal batuan membentuk
tekstur baru dan keteraturan butir. Marmer Indonesia
diperkirakan berumur sekitar 30–60 juta tahun atau
berumur Kuarter hingga Tersier.
Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa
dikategorikan kepada dua penampilan yaitu tipe ordinario
dan tipe staturio. Tipe ordinario biasanya digunakan untuk
pembuatan tempat mandi, meja-meja, dinding dan
sebagainya, sedangka tipe staturio sering dipakai untuk
seni pahat dan patung.
Proses penambangan marmer dilakukan secara
sederhana dengan peralatan sederhana seperti gergaji.
e. Oniks
Endapan oniks mempunyai komposisi kimia CaCO3
terdiri dari mineral kalsit yang berlapis dengan ketebalan
dan pola yang bervariasi. Umumnya berwarna putih
kekuningan dan agak bening sehingga tembus pandang.
Oniks terjadi pada rongga atau tekanan batu gamping
yang berasal dari larutan kalsium karbonat baik yang
terjadi pada temperatur panas atau dingin. Bila oniks ini
terkena proses metamorfose maka akan terbentuk oniks
marmer. Seperti marmer, oniks tidak tahan terhadap
larutan asam oleh sebab itu disarankan jangan sampai
terkena air hujan.
Oniks biasanya dimanfaatkan sebagai hiasan seperti
asbak, vas, lampu duduk/ gantung atau bentuk dekorasi
lainnya.
Endapan oniks yang sudah diketahui keberadaannya
yaitu didaerah jawa barat (Ciniru, kabupaten kuningan),
Jawa tengah (Daerah wirosari), dan beberapa daerah jawa
timur.
Proses penambangan yang dilakukan sama seperti
penambangan marmer.
f. Fosfat
Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit)
atau sedimen dengan kandungan fosfor ekonomis.
Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone
phosphate of lime (BPL) atau triphosphate of lime (TPL),
atau berdasarkan kandungan P2O5.
Fosfat apatit termasuk fosfat primer karena gugusan
oksida fosfatnya terdapat dalam mineral apatit
(Ca10(PO4)6.F2) yang terbentuk selama proses
pembekuan magma. Kadang kadang, endapan fosfat
berasosiasi dengan batuan beku alkali kompleks, terutama
karbonit kompleks dan sienit. Sifat fisik yang dimiliki
adalah warna putih atau putih kehijauan, hijau, berat jenis
2,81-3,23, dan kekerasan 5 H. Fosfat adalah sumber utama
unsur kalium dan nitrogen yang tidak larut dalam air,
tetapi dapat diolah untuk memperoleh produk fosfat
dengan menambahkan asam.
Fosfat dipasarkan dengan berbagai kandungan P2O5,
antara 4-42 %. Sementara itu, tingkat uji pupuk fosfat
ditentukan oleh jumlah kandungan N (nitrogen), P (fosfat
atau P2O5), dan K (potas cair atau K2O). Fosfat sebagai
pupuk alam tidak cocok untuk tanaman pangan, karena
tidak larut dalam air sehingga sulit diserap oleh akar
tanaman pangan. Fosfat untuk pupuk tanaman pangan
perlu diolah menjadi pupuk buatan. Di Indonesia, jumlah
cadangan yang telah diselidiki adalah 2,5 juta ton endapan
guano (kadar P2O5= 0,17-43 %). Keterdapatannya di
Propinsi Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan NTT, sedangkan
tempat lainnya adalah Sumatera Utara, Kalimantan, dan
Irian Jaya.
Proses penambangan dilakukan dengan cara
sederhana dengan peralatan sederhana.
g. Rijang
Rijang (SiO2) Terbentuk dari proses replacement
terhadap batu gamping oleh silika organik atau anorganik.
Rijang berbutir sangat halus umumnya berwarna kehijauan
atau kehitaman, nilai kekerasannya 7.
Rijang banyak tersebar diwilayah indonesia
diantaranya daerah Istimewa aceh, Jawa barat, Jawa
tengah, Jawa timur, Kalimantan barat, Kalimantan selatan,
Sulawesi selatan, Nusa tenggara timur.
Rijang termasuk sebagai bahan batu setengah
permata. Oleh sebab itu kebanyakan dibentuk sebagai
hiasan (ornament).
Proses penambangan yang dilakukan dengan
menggunakan peralatan sederhana seperti linggis.
h. Gipsum
Gipsum (CaSO4.2H2O) mempunyai kelompok yang
terdiri dari gypsum batuan, gipsit alabaster, satin spar, dan
selenit. Gipsum umumnya berwarna putih, namun terdapat
variasi warna lain, seperti warna kuning, abu-abu, merah
jingga, dan hitam, hal ini tergantung mineral pengotor
yang berasosiasi dengan gypsum. Gipsum umumnya
mempunyai sifat lunak, pejal, kekerasan 1,5 – 2 (skala
mohs), berat jenis 2,31 – 2,35, kelarutan dalam air 1,8 gr/l
pada 00C yang meningkat menjadi 2,1 gr/l pada 400C, tapi
menurun lagi ketika suhu semakin tinggi.
Gipsum terbentuk dalam kondisi berbagai kemurnian
dan ketebalan yang bervariasi. Gipsum merupakan garam
yang pertama kali mengendap akibat proses evaporasi air
laut diikuti oleh anhidrit dan halit, ketika salinitas makin
bertambah. Sebagai mineral evaporit, endapan gypsum
berbentuk lapisan di antara batuan-batuan sedimen
batugamping, serpih merah, batupasir, lempung, dan
garam batu, serta sering pula berbentuk endapan lensa-
lensa dalam satuan-satuan batuan sedimen.
Gypsum banyak digunakan sebagai bahan tambahan
semen portland, serta alat kesehatan dan kimia.
Sistem penambangan yang dilakukan dengan
menggunakan sistem quarry.
2. Sub Kelompok B
a. Bentonit
Bentonit adalah istilah pada lempung yang
mengandung monmorillonit dalam dunia perdagangan dan
termasuk kelompok dioktohedral.
Endapan bentonit Indonesia tersebar di P. Jawa, P.
Sumatera, sebagian P. Kalimantan dan P. Sulawesi, dengan
cadangan diperkirakan lebih dari 380 juta ton, serta pada
umumnya terdiri dari jenis kalsium (Ca-bentonit) .
Beberapa lokasi yang sudah dan sedang dieksploitasi,
yaitu di Tasikmalaya, Leuwiliang, Nanggulan, dan lain-lain.
Indikasi endapan Na-bentonit terdapat di Pangkalan
Brandan; Sorolangun-Bangko; Boyolali.
Na-bentonit dimanfaatkan sebagai bahan perekat,
pengisi (filler), lumpur bor, sesuai sifatnya mampu
membentuk suspensi kental setelah bercampur dengan
air. Sedangkan Ca-bentonit banyak dipakai sebagai bahan
penyerap.
Untuk lumpur pemboran, bentonit bersaing dengan jenis
lempung lain, yaitu atapulgit, sepiolit dan lempung lain
yang telah diaktifkan.
Dengan penambahan zat kimia pada kondisi
tertentu, Ca-bentonit dapat dimanfaatkan sebagai bahan
lumpur bor setelah melalui pertukaran ion, sehingga
terjadi perubahan menjadi Na-bentonit dan diharapkan
terjadi peningkatan sifat reologi dari suspensi mineral
tersebut Agar mencapai persyaratan sebagai bahan
lumpur sesuai dengan spesifikasi standar, perlu ada
penambahan polimer. Hal itu dapat dilakukan melalui
aktivasi bentonit untuk bahan lumpur bor.
Dikarenakan bentonit bersifat lunak, oleh karena itu
penambangannya bisa dilakukan dengan sistem quarry
atau dengan peralatan sederhana.
b. Ball Clay dan Bond Clay
Ball clay adalah jenis lempung yang tersusun dari
mineral kaolinit yang bentuk kristalnya tidak sempurna, ilit,
kuarsa dan mineral lain yang mengandung karbon. Apabila
sifat-sifat fisik ball clay tersebut lebih rendah dari standart
maka lempung tersebut disebut bond clay.
Ball clay dan Bond clay hampir tersebar merata
diseluruh indonesia. Sistem penambangnnya dengan
system quarry mining.
Ball clay dan Bond clay banyak digunakan untuk
bahan industri keramik dan bata tahan api, Campuran
makanan ternak, Sebagai bahan vulkanisir dalam industri
karet.
c. Fire Clay
Fire clay adalah mineral yang terdiri dari mineral
kaolinit yang bentuk kristalnya tidak sempurna, dengan
mengandung sedikit mika atau ilit, kuarsa, dan mineral
lempung yang bersifat lunak dan tidak mempunyai
perlapisan. Lempung tersebut mempunyai nilai PCE >19,
sehingga tahan terhadap suhu tinggi (>15000 C) tanpa
adanya pembentukan masa gelas. Fireclay terbentuk
karena soil yang tertimbun oleh sedimen lain di daratan
atau cekungan lakustrin ataupun delta yang umumnya
mengandung batubara.
Penggunaan fire clay terutama untuk refraktori,
isolator, dll.
Potensi fireclay terdapat di Sumatera Selatan, Jawa Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Sulawesi
Selatan.
Teknik penambangan yang digunakan dengan sistem
quarry dan penambangan sederhana, dengan peralatan
sederhana seperti linggis.
d. Zeolit
Zeolit alam merupakan senyawa alumino silikat
terhidrasi, dengan unsur utama yang terdiri dari kation
alkali dan alkali tanah. Senyawa ini berstruktur tiga
dimensi dan mempunyai pori yang dapat diisi oleh molekul
air.
Zeolit alam terbentuk dari reaksi antara batuan tufa
asam berbutir halus dan bersifat riolitik dengan air pori
atau air meteorik
Penggunaan zeolit adalah untuk bahan baku water
treatment, pembersih limbah cair dan rumah tangga,
untuk industri pertanian, peternakan, perikanan, industri
kosmetik, industri farmasi, dan lain-lain.
Zeolit terdapat di beberapa daerah di Indonesia yang
diperkirakan mempunyai cadangan zeolit sangat besar dan
berpotensi untuk dikembangkan, yaitu Jawa Barat dan
Lampung.
Sistem penambangan yang digunakan dengan
menggunakan sistem quarry.
e. Diatomea
Diatomit atau tanah diatomea adalah suatu batuan
sedimen silika, yang secara geologi terbentuk dari
akumulasi dan pengendapan kulit atau kerangka diatomea
(fosil tumbuhan air atau binatang kersik atau ganggang
bersel tunggal) dan terendapkan di danau atau non marin.
Diatomit mempunyai sifat porous, permeabel, ringan,
mudah pecah, dan abrasif, densitas ruah 0,5 – 1 ton/m3,
berat jenis, 2 – 2,3, porositas < 90%, dan kandungan
cangbangl 1,7 – 30 juta/cm3, dengan ukuran 0,001 – 0,4
mm. Sebagian diatomit berwarna putih atau abu-abu, akan
tetapi ada juga yang berwarna kuning, coklat, merah
muda, hitam, dan hijau, yang tergantung dari unsur
pengotornya. Secara kimia, komposisi utama diatomit
adalah silika, tetapi ada unsure lainnya seperti alumina,
besi oksida, magnesium, sodium, potassium oksida,
titanium oksida, fosfat, dan kalsium oksida.
Potensi endapan diatomea di Indonesia tersebar di
berbagai tempat, antara lain di Sumatera Utara, Pulau
Jawa, dan Maluku Utara.
Sistem penambangan yang digunakan dengan sistem
Quarry mining.
f. Yodium
Yodium biasanya terjadi di alam hanya sebagai yodat
dan yodida atau kombinasi keduanya. Unsur yodium dalam
kerak bumi, diantaranya adalah lautarit (IO3)2 atau
kalsium yodat, dan dietzet (Ca (IO3)2 (CrO4) atau kalsium
yodat kromat.
Keberadaan yodium di Indonesia tidak jauh berbeda
kondisi kegeologiannya dengan keberadaan air dan
minyak bumi, yaitu merupakan air konat atau air purba
yang mengan-dung yodium dengan berbagai variasi dalam
suatu endapan permeabel yang terjebak bagian atas dan
bawahnya oleh lapisan impermeabel..
Dalam industri farmasi yodium dimanfaatkan sebagai
bahan baku utama untuk tingtur (larutan obat dalam
alkohol), kesehatan (sanitary), industri desinfektan, dan
herbisida. Yodium digunakan dalam garam rakyat untuk
meningkatkan kualitas garam tersebut agar layak dan
sehat untuk dikonsumsi.
Potensi yodium di Indonesia berdasarkan Tushadi
Madiadipoera (1990) tersebar di beberapa lokasi dengan
cadangan yang umumnya masih sumberdaya.
Kandungannya berkisar dari yang terkecil hingga mencapai
182 mg/lt. Di beberapa tempat, muncul sebagai air lolosan
(seepage) dengan debit 0,5 – 170 m3/hari. Lokasi
cadangan yodium yang sudah dieksploitasi adalah di
Watokadon Mojokerto, Jawa Timur dengan kapasitas 400 -
600 kl/air asin/hari dan mutu sekitar 112 - 182 mg/lt.
Yodium di daerah ini terdapat dalam Formasi Kalibeng
umur Miosen.
Sistem penambangan dilakukan dengan pengeboran
hingga diperoleh yodium.
g. Mangan
Mangan termasuk unsur terbesar yang terkandung
dalam kerak bumi. Bijih mangan utama adalah pirolusit
dan psilomelan, yang mempunyai komposisi oksida dan
terbentuk dalam cebakan sedimenter dan residu. Mangan
mempunyai warna abu-abu besi dengan kilap metalik
sampai submetalik, kekerasan 2 – 6, berat jenis 4,8,
massif, reniform, botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang
berstruktur fibrous dan radial. Mangan berkomposisi oksida
lainnya namun berperan bukan sebagai mineral utama
dalam cebakan bijih adalah bauxit, manganit, hausmanit,
dan lithiofori, sedangkan yang berkomposisi karbonat
adalah rhodokrosit, serta rhodonit yang berkomposisi
silika.
Cebakan mangan dapat terjadi dalam beberapa tipe,
seperti cebakan hidrotermal, cebakan sedimenter, cebakan
yang berasosiasi dengan aliran lava bawah laut, cebakan
metamorfosa, cebakan laterit dan akumulasi residu.
Sekitar 90% mangan dunia digunakan untuk tujuan
metalurgi, yaitu untuk proses produksi besi-baja,
sedangkan penggunaan mangan untuk tujuan non-
metalurgi antara lain untuk produksi baterai kering,
keramik dan gelas, kimia, dan lain-lain.
Potensi cadangan bijih mangan di Indonesia cukup
besar, namun terdapat di berbagai lokasi yang tersebar di
seluruh Indonesia. Potensi tersebut terdapat di Pulau
Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan,
Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
Sistem penambangan yang digunakan dengan
tambang terbuka secara gophering.
h. Feldspar
Sebagai mineral silikat pembentuk batuan, felspar
mempunyai kerangka struktur tektosilikat yang
menunjukkan 4 (empat) atom oksigen dalam struktur
tetraheral SiO2 yang dipakai juga oleh struktur tetraheral
lainnya. Kondisi ini menghasilkan kisi-kisi kristal seimbang
terutama bila ada kation lain yang masuk ke dalam
struktur tersebut seperti penggantian silikon oleh
aluminium.
Terlepas dari bentuk strukturnya, apakah triklin atau
monoklin, felspar secara kimiawi dibagi menjadi empat
kelompok mineral yaitu kalium felspar (KAlSi3O8), natrium
felspar (NaAlSi3O8), kalsium felspar (CaAl2Si2O8) dan
barium felspar (Ba Al2Si2O8) sedangkan secara mineralogi
felspar dikelompokkan menjadi plagioklas dan K-felspar.
Plagioklas felspar hampir selalu memperlihatkan
kenampakan melidah yang kembar (lamellar twinning) bila
sayatan tipis mineral tersebut dilihat secara mikroskopis.
Sifat optis yang progresif sejalan dengan berubahnya
komposisi mineralogi memudahkan dalam identifikasi
mineral-mineral felspar yang termasuk ke dalam kelompok
plagioklas tersebut. Na-plagioklas banyak ditemukan
dalam batuan kaya unsur alkali (granit, sienit). Andesin
dan oligoklas terdapat pada batuan intermediate seperti
diorit sedangkan labradorit, bitownit dan anortit biasanya
sebagai komponen batuan basa (gabro) dan anortosit.
Felspar dari alam setelah diolah dapat dimanfaatkan
untuk batu gurinda dan felspar olahan untuk keperluan
industri tertentu. Mineral ikutannya dapat dimanfaatkan
untuk keperluan industri lain sesuai spesifikasi yang
ditentukan. Industri keramik halus dan kaca/gelas
merupakan dua industri yang paling banyak
mengkonsumsi felspar olahan, terutama yang memiliki
kandungan K2O tinggi dan CaO rendah.
Berbicara mengenai potensi endapan felspar di
Indonesia, sebaran material ini terdapat hampir di seluruh
negeri dengan bentuk endapan berbeda dari satu daerah
dengan daerah yang lain tergantung jenis endapan, primer
atau sekunder.
Data dari Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral
menunjukkan cadangan terukur (proved), tereka
(probable) dan terindikasi (possible) masing-masing
sebesar 271.693, 11.728 dan 56.561 ribu ton.
Sistem penambangan dilakukan dengan Quarry mining
dan benching system.
B. Kelompok BGI yang berhubungan dengan batuan gunung api
1. Obsidian
Merupakan jenis batuan beku luar, hasil pembekuan
magma yang kaya silika. Pembekuan terjadi demikian cepat
sehingga mineral pembentuknya tidak dapat mengkristal
dengan baik dan kedudukan kristalnya tidak beraturan.
Obsidian berwarna putih keabu-abuan hingga hitam.
Kekerasannya 6, berat jenis 3-3,5 memiliki sifat pecahan
konkoidal.
Obsidian dapat ditemukan didaerah pegunungan seperti
jambi, jawa barat, lampung, sulawesi urata hingga irian jaya.
Penambangan obsidian menggunakan metode Quarry dengan
peralatan sederhana.
Obsidian dimanfaatkan untuk pondasi bangunan,
dimanfaatkan sebagi batu mulia, serta bahan perlit rekayasa.
2. Perlit
Perlit terbentuk karena pembekuan magma asam yang
tiba-tiba dengan tekanan tinggi dalam suasana basah.
Komposisi utama adalah mineral silikat berbutir halus.
Warnanya abu-abu muda hingga abu-abu kehitaman.
Perlit banyak ditemukan didaerah Sumatera utara,
Sumatera barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera selatan,
Lampung, jawa barat, Nusa tenggara timur dan sulawesi
utara.
Perlit banyak dimanfaatkan sebagi bahan bangunan dan
bila dalam bentuk ukuran pasir digunakan seebagai penyaring
air.
Proses penambangan dengan tambang terbuka
menggunakan alat sederhana.
3. Pumice
Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna
terang, mengandung buih yang terbuat dari gelembung
berdinding gelas, dan biasanya disebut juga sebagai batuan
gelas volkanik silikat.
Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan
gunungapi yang mengeluarkan materialnya ke udara,
kemudian mengalami transportasi secara horizontal dan
terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Sehingga
menyebabkan Batu apung mempunyai sifat vesicular yang
tinggi. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat dalam batu
apung adalah feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, dan
tridimit.
Sifat kimia dan fisika batu apung antara lain, yaitu:
mengandung oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, Na2O, K2O, MgO,
CaO, TiO2, SO3, dan Cl, hilang pijar (Loss of Ignition) 6%, pH
5, bobot isi ruah 480 – 960 kg/cm3, peresapan air (water
absorption) 16,67%, berat jenis 0,8 gr/cm3, hantaran suara
(sound transmission) rendah, rasio kuat tekan terhadap beban
tinggi, konduktifitas panas (thermal conductivity) rendah, dan
ketahanan terhadap api sampai dengan 6 jam.
Keterdapatan batu apung selalu berkaitan dengan
rangkaian gunungapi berumur Kuarter sampai Tersier.
Penyebaran meliputi daerah Serang, Sukabumi, Pulau
Lombok, dan Pulau Ternate.
Batu apung banyak dimanfaatkan sebagi bahan
bangunan dan bahan industri. Metode penambangan yang
digunakan untuk menambang batu apung yaitu metode
tambang terbuka dengan alat sederhana.
4. Tras
Tras disebut pula sebagi pozolan, merupakan bahan
galian yang cukup banyak mengandung silika amorf yang
dapat larut di air/larutan asam. Tras terbentuk akibat aktivitas
vulkanik.
Tras banyak ditemukan didaerah aceh, smatera utara,
sumatera barat, jambi, bengkulu, lampung, jawa barat, Jawa
tengah, jawa timur, bali, nusa tenggara timut, nusa tenggara
barat, sulawesi utara dan sulawesi selatan.
Pemanfaatan tras banyak sebagai batako, semen rakyat
dengan penambahan kapur tohor, serta porselen lantai.
Sistem penambangan tras menggunakan metode
tambang terbuka dengan peralatan sederhana.
5. Belerang
Belerang atau sulfur adalah mineral yang dihasilkan oleh
proses vulkanisme, sifat-sifat fisik belerang adalah : Kristal
belerang berwarna kuning, kuning kegelapan, dan kehitam-
hitaman, karena pengaruh unsur pengotornya. Berat jenis :
2,05 - 2,09, kekerasan : 1,5 - 2,5 (skala Mohs), Ketahanan :
getas/mudah hancur (brittle), pecahan :berbentuk konkoidal
dan tidak rata. Kilap : damar Gores : berwarna putih. Sifat
belerang lainnya adalah : tidak larut dalam air, atau H2SO4.
Titik lebur 129oC dan titik didihnya 446oC.
Belerang banyak digunakan di industri pupuk, kertas,
cat, plastik, bahan sintetis, pengolahan minyak bumi, industri
karet dan ban, industri gula pasir, accu, industri kimia, bahan
peledak, pertenunan, film dan fotografi, industri logam dan
besi baja.
Potensi dan penyebaran endapan belerang Indonesia
saat ini baru diketahui di enam propinsi, dengan total
cadangan sekitar 5,4 juta. Untuk tipe sublimasi, karena proses
terjadinya didasarkan kepada aktivitas gunung berapi, maka
selama gunung berapi aktif, belerang tipe ini dapat
diproduksi. Dengan demikian sumber daya belerang sublimasi
dapat dianggap tidak terbatas.
Proses penambangannya dengan metode tambang
terbuka dengan menggunakan peralatan sderhana.
6. Trakhit
Merupakan batuan beku luar, kristalnya relatif kecil
mempunyai komposisi mineral seperti granit tetapi tanpa
mineral kuarsa, mineral utamanya adalah mineral feldspar
jenis ortoklas. Warnanya kuning muda hingga abu-abu, berat
jenis 2,1-2,3.
Trakhit banyak ditemukan didaerah bengkulu, sumatera
selatan, lampung, jawa tengah, jawa timur, sulawesi selatan.
Pemanfaatannya banyak untuk keperluan pembuatan
ornamen. Proses penambangannya dengan menggunakan
peralatan sederhana.
7. Kayu Terkersikan
Merupakan hasil proses permineralisasi oleh mineral
silika pada tumbuhan jaringan batang tumbuhan yang
sebagian besar terdiri dari unsur. C.H.O.N.S.P.
Batuan ini banyak ditemukan didaerah sumatera selatan,
jawa barat, jawa tengah dan jawa timur.
Penambanannya menggunakan peralatan sederhana
pada daerah pinggiran sungai. Pemanfaatannya sebagi
ornamen.
8. Opal
Opal dengan rumus SiO2nH2O terbentuk akibat
pengerasan daei agar-agar silika yang berasal dari batuan
piroklastik. Memiliki warna bervariasi dan biasa dikenal
sebagai batu akik, kekerasannya 4-7 berat jenis 1,98-2,20.
Opal banyak ditemukan didaerah jawa barat, yogyakarta,
irian jaya. Opal banyak dimanfaatkan sebagai mata cincin,
kristal atau lampu.
Metode penambangan yang digunakan dengan metode
dan peralatan sederhana.
9. Kalsedon
Kalsedon merupakan salah satu variasi mineral silika
yang terbentuk oleh pengendapan bertahap sehingga
memberikan kenampakan berlapis dari larutan silika koloid
tidak jenuh didalam rongga batuan tersingkap.
Kalsedon banyak ditemukan didaerah jawa barat, jawa
tengah, jawa timur, Nusa tenggara barat, dan maluku.
Kalsedon biasa dimanfaatkan sebagai batu mulia.
Penambangannya dilakukan dengan peralatan sederhana.
10. Andesit dan Basalt
Merupakan jenis batuan beku intermedier sampai basa
dipermukaan bumi. Berwarna gelap abu-abu hingga hitam.
Tahan terhadap air hujan, berat jenisnya 2,3-2,7. Batuan ini
hampir tersebar diseluruh daerah diindonesia.
Pemanfaatannya sebagai pondasi rumah. Sistem
penambangan yang digunakan dengan penambangan rakyat
menggunakan alat sederhana.
11. Pasir Gunung Api
Pasir gunung api merupakan bahan lepas berukuran
pasir yang dihasilkan pada saat gunung api meletus. Banyak
ditemukan diseluruh daerah pegunungan di indonesia.
Pemanfaatannya sebagai bahan bangunan. Penambangannya
dengan menggunakan alat sederhana.
12. Breksi Pumice
Breksi pumice merupakan batuan piroklastik berbutir
kasar berwarna abu-abu. Banyak ditemukan didaerah
pegunungan diindonesia. Dimanfaatkan sebagi batako.
Penambangan dilakukan dengan tambang terbuka
menggunakan alat-alat sederhana.
C. Kelompok BGI yang berhubungan dengan intrusi plutonik
1. Granit dan Granodiorit
Batuan ini terjadi akibat proses pembekuan magma
bersifat asam. Berwarna merah, coklat, abu-abu. Tempat
ditemukannya didaerah pegunungan dimana terdapat
aktivitas magma. Batuan ini dimanfaatkan sebagi sebagai
lantai atau ornamen dinding. Teknik penambangan yang
digunakan dengan penambangan terbuka.
2. Gabro dan Peridotit
Gabro dan peridotit merupakan batuan yang terbentuk
dari proses pembekuan magma ultra basa. Banyak ditemukan
didaerah indonesia bagian timur. Penggunaannya sebagai
lantai dan ornamen dinding. Penambangannya dengan
menggunakan tambang terbuka.
3. Alkali Feldspar
Mineral ini terbentuk dari proses kristalisasi pada fase
pembekuan magma yang bersifat asam dengan kadar SiO2
tinggi unsur alkalinya (K dan Na). Kekerasannya 6.
Pemanfaatannya untuk industri keramik dan gelas.
Penambangannya dengan menggunakan tambang terbuka
quarry mining. Hampir tersebar diseluruh daerh diindonesia.
4. Bauksit
Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang
mempunyai mineral dengan susunan terutama dari oksida
aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al2O3H2O) dan
mineral gibsit (Al2O3 .3H2O). Secara umum bauksit
mengandung Al2O3 sebanyak 45 – 65%, SiO2 1 – 12%, Fe2O3
2 – 25%, TiO2 >3%, dan H2O 14 – 36%.
Bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika
dengan memungkinkan pelapukan sangat kuat. Bauksit
terbentuk dari batuan sedimen yang mempunyai kadar Al
nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan kadar kuarsa (SiO2)
bebasnya sedikit atau bahkan tidak mengandung sama sekali.
Batuan tersebut (misalnya sienit dan nefelin yang berasal dari
batuan beku, batu lempung, lempung dan serpih. Batuan-
batuan tersebut akan mengalami proses lateritisasi, yang
kemudian oleh proses dehidrasi akan mengeras menjadi
bauksit.
Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi
kedudukannya di kedalaman tertentu. Potensi dan cadangan
endapan bauksit terdapat di Pulau Bintan, Kepulauan Riau,
Pulau Bangka, dan Pulau Kalimantan. Pemanfaatannya sebagi
pembentuk alumina. Penambangnnya menggunakan sistem
tambang terbuka.
5. Mika
Mika terbentuk pada akhir proses pembekuan magma
yang kekentalannya rendah. Berwarna gelap bening. Banyak
Ditemukan didaerah Aceh, Sumatera utara, kalimantan barat,
kalimantan tengah, sulawesi tengah, dan irian jaya.
Pemanfaatannya banyak pada industri mesin dan listrik.
Penambangannya dilakukan dengan tambang terbuka
menggunakan alat sederhana.
6. Asbes
Asbes adalah istilah pasar untuk bermacam-macam
mineral yang dapat dipisah-pisahkan hingga menjadi serabut
yang fleksibel. Berdasarkan komposisi mineralnya, asbes
dapat digolongkan menjadi dua bagian. Golongan serpentin;
yaitu mineral krisotil yang merupakan hidroksida magnesium
silikat dengan komposisi Mg6(OH)6(Si4O11) H2O, Golongan
amfibol; yaitu mineral krosidolit, antofilit, amosit, aktinolit dan
tremolit.
Yang banyak digunakan dalam industri adalah asbes
jenis krisotil. Perbedaan dalam serat asbes selain karena
panjang seratnya berlainan, juga karena sifatnya yang
berbeda. Satu jenis serat asbes pada umumnya dapat
dimanfaatkan untuk beberapa penggunaan yaitu dari serat
yang berukuran panjang hingga yang halus.
Pembagian atas dasar dapat atau tidaknya serat asbes
dipintal ialah :
1) Serat asbes yang dipintal, digunakan untuk :
a. Kopling, tirai dan layar, gasket, sarung tangan, kantong-
kantong asbes, pelapis ketel uap, pelapis dinding, pakaian
pemadam kebakaran, pelapis rem, ban mobil, bahan tekstil
asbes, dan lain-lain.
b. Alat pemadam api, benang asbes, pita, tali, alat penyam-
bung pipa uap, alat listrik, alat kimia, gasket keperluan
laboratorium, dan pelilit kawat listrik.
2) Serabut yang tidak dapat dipintal terdiri atas :
a. Semen asbes untuk pelapis tanur dan ketel serta pipanya,
dinding, lantai, alat-alat kimia dan listrik.
b. Asbes untuk atap : Kertas asbes untuk lantai dan atap,
penutup pipa isolator-isolator panas dan listrik; Dinding-
dinding asbes untuk rumah dan pabrik, macam-macam
isolasi, gasket, ketel, dan tanur; Macam-macam bahan
campuran lain yang menggunakan asbes sangat halus dan
kebanyakan asbes sebagai bubur.
Asbes amfibol yang biasa digunakan sebagai bahan serat
tekstil adalah dari jenis varitas krosidolit. Hal ini
berhubungan dengan daya pintalnya yang sesuai dengan
kebutuhan industri tekstil. Krisotil dan antagonit termasuk
ke dalam golongan asbes serpentin. Krisotil juga
merupakan jenis asbes yang sangat penting dalam industri
pertekstilan.
Proses penambangan asbes dengan menggunakan tambang
terbuka menggunakan peralatan sederhana. Dan banyak
ditemukan didaerah jawa tengah, halmahera, sulawesi
tenggara, nusa tenggara timur, dan irian jaya.
D. Kelompok BGI yang berhubungan dengan endapan Residu
1. Lempung
Lempung merupakan butir-butir halus berdasarkan tabel
wentworth jika butir-butir tersebut menyatu maka dinamkan
batu lempung yang terbentuk dari proses pelapukan batuan
beku sebelumnya. Dan ditemukan hampir tersebar merata
diseluruh indonesia. Metode penambangan yang digunakan
ialah tambang terbuka. Dan lempung banyak dimanfaatkan
untuk pembuatan bata dan keramik.
2. Pasir Kuarsa
Pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri atas
kristal-kristal silika (SiO2) dan mengandung senyawa
pengotor yang terbawa selama proses pengendapan. Pasir
kuarsa juga dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil
pelapukan batuan yang mengandung mineral utama, seperti
kuarsa dan feldspar. Hasil pelapukan kemudian tercuci dan
terbawa oleh air atau angin yang terendapkan di tepi-tepi
sungai, danau atau laut.
Pasir kuarsa mempunyai komposisi gabungan dari SiO2,
Fe2O3, Al2O3, TiO2, CaO, MgO, dan K2O, berwarna putih
bening atau warna lain bergantung pada senyawa
pengotornya, kekerasan 7 (skala Mohs), berat jenis 2,65, titik
lebur 17150C, bentuk kristal hexagonal, panas sfesifik 0,185,
dan konduktivitas panas 12 – 1000C.
Dalam kegiatan industri, penggunaan pasir kuarsa sudah
berkembang meluas, baik langsung sebagai bahan baku
utama maupun bahan ikutan. Sebagai bahan baku utama,
misalnya digunakan dalam industri gelas kaca, semen, tegel,
mosaik keramik, bahan baku fero silikon, silikon carbide
bahan abrasit (ampelas dan sand blasting). Sedangkan
sebagai bahan ikutan, misal dalam industri cor, industri
perminyakan dan pertambangan, bata tahan api (refraktori),
dan lain sebagainya.
Cadangan pasir kuarsa terbesar terdapat di Sumatera
Barat, potensi lain terdapat di Kalimantan Barat, Jawa Barat,
Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Pulau Bangka dan
Belitung.
Penambangannya menggunakan metode tambang
terbuka dengan sistem benching.
3. Intan
Intan merupakan satu-satunya batu permata yang
mempunyai formula yang terdiri dari satu unsur yaitu carbon
(C). Banyak ditemukan didaerah riau, kalimantan barat,
kalimantan tengah, kalimantan timur, serta kalimantan
selatan. Intan banyak dimanfaatkan sebagi bahan perhiasan
seperti berlian dan penggunaan dalam industri sebagi alat
pemotong seperti bor, mata gergaji dan lainnya..
Penambangannya dengan pembuatan lubang dalam dimana
terdapatnya intan dengan peralatan sederhana.
4. Kaolin
Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari
material lempung dengan kandungan besi yang rendah, dan
umumnya berwarna putih atau agak keputihan. Kaolin
mempunyai komposisi hidrous alumunium silikat
(2H2O.Al2O3.2SiO2), dengan disertai mineral penyerta.
Proses pembentukan kaolin (kaolinisasi) dapat terjadi
melalui proses pelapukan dan proses hidrotermal alterasi
pada batuan beku felspartik. Endapan kaolin ada dua macam,
yaitu: endapan residual dan sedimentasi.
Mineral yang termasuk dalam kelompok kaolin adalah
kaolinit, nakrit, dikrit, dan halloysit (Al2(OH)4SiO5.2H2O),
yang mempunyai kandungan air lebih besar dan umumnya
membentuk endapan tersendiri.
Sifat-sifat mineral kaolin antara lain, yaitu: kekerasan 2 –
2,5, berat jenis 2,6 – 2,63, plastis, mempunyai daya hantar
panas dan listrik yang rendah, serta pH bervariasi.
Potensi dan cadangan kaolin yang besar di Indonesia
terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Pulau
Bangka dan Belitung, serta potensi lainnya tersebar di Pulau
Sumatera, Pulau Jawa, dan Sulawesi Utara.
5. Zirkon
Mineral utama yang mengandung unsur zirkonium
adalah zirkon/zirkonium silika (ZrO2.SiO2) dan
baddeleyit/zirkonium oksida (ZrO2). Kedua mineral ini
dijumpai dalam bentuk senyawa dengan hafnium. Pada
umumnya zirkon mengandung unsur besi, kalsium sodium,
mangan, dan unsur lainnya yang menyebabkan warna pada
zirkon bervariasi, seperti putih bening hingga kuning,
kehijauan, coklat kemerahan, kuning kecoklatan, dan gelap,
sisitim kristal monoklin, prismatik, dipiramida, dan
ditetragonal, kilap lilin sampai logam, belahan sempurna –
tidak beraturan, kekerasan 6,5 – 7,5, berat jenis 4,6 – 5,8,
indeks refraksi 1,92 – 2,19, hilang pijar 0,1%, dan titik lebur
2.5000C.
Zirkon terbentuk sebagai mineral asseccories pada
batuan yang mengandung Na-feldspa (batuan beku asam dan
batuan metamorf). Jenis cebakannya dapat berupa endapan
primer atau endapan sekunder.
Kegunaann zirkon adalah untuk bahan baku elektronik,
keramik.
Potensi zirkon menyebar di Sumatera Selatan, Sumatera
Utara, Kepulauan Riau, dan Kalimantan bagian barat. Potensi
ini mengikuti penyebaran kasiterit, yang dikenal dengan
nama tin belt.
6. Korundum
Korundum dengan rumus kimia Al2O3, mempunyai
kekerasan 9 Berat jenis 3,95-4,10. Warnanya bervariasi
antara lain biru, merah, abu-abu, coklat dan putih. Corundum
terbentuk dari segregasi batuan yang bebas silika. Corumdum
banyakditemukan didaerah kalimantan. Corundum
dimanfaatkan sebagai bahan abrasive dan batu permata.
Penambangannya Sama dengan penambangan intan
dikarenakan coruncum berasosiasi dengan intan.
7. Kelompok Kalsedon
Kalsedon merupakan kelompok mineral yang terjadi oleh
larutan magma yang mengisi rekahan dan urat-urat vein.
Banyak ditemukan didaerah jawa barat, jawa tengah, jawa
timur, Nusa tenggara barat, dan Maluku. Pemanfaatannya
sebagai hiasan batu permata. Penambangannya dengan
metode dan alat sederhana.
8. Kuarsa Kristal
Kuarsa kristal dengan rumus kimia SiO2 dan kekerasan 7
berwarna putih susu banyak ditemukan didaerah jawa barat,
jawa tengah, jawa timur, dan kalimantan tengah.
Pemanfaatannya sebagai bahan baku batu permata.
Penambangannya dilakukan oleh masyarakat dengan
menggunakan alat-alat sederhana.
9. Sirtu
Sirtu adalah nama singkatan dari pasir dan batu. Banyak
ditemukan didaerah lereng sekitar gunung api.
Pemanfaatannya sebagai bahan bangunan. Metode
penambangannya digali dengan alat sederhana.
E. Kelompok BGI yang berhubungan dengan proses hidrotermal
1. Barit
Pada umumnya, barit (BaSO4) mengandung campuran
unsur Cr, Ca, Pb, dan Ra, yang senyawanya mempunyai
bentuk kristal yang sama.
Unsur pengotor barit adalah besi oksida, lempung, dan
unsur organik, yang semuanya dapat memberikan beragam
warna pada warna kristal barit murni adalah putih atau abu-
abu.
Sebagai unsur Barium (Ba), barit juga dijumpai sangat
terbatas mengandung feldspar (3% BaO), plagioklas (7,3%
BaO), muskovit (9,9% BaO), dan biotit (6-8% BaO). Kerak
bumi rata-rata mengandung unsur barium sekitar 0,05%.
Barit juga dijumpai sebagai mineral ikutan (gangue mineral)
terutama pada cebakan logam sulfida, seperti timah.
Sebagian besar produksi barit dunia digunakan dalam
industri perminyakan. Pemakaian ini mencapai sekitar 85-
90% dari produksi barit secara keseluruhan. Sisanya
digunakan sebagai bahan baku dalam industri kimia barium,
sebagai bahan pengisi dan pengembang (filler dan extender),
dan agregat semen.
Barit banyak ditemukan didaerah jawa, kalimantan, nusa
tenggara timur dan sulawesi selatan. Penambangan yang
digunakan dengan tambang terbuka.
2. Gipsum
Gipsum (CaSO4.2H2O) mempunyai kelompok yang
terdiri dari gypsum batuan, gipsit alabaster, satin spar, dan
selenit. Gipsum umumnya berwarna putih, namun terdapat
variasi warna lain, seperti warna kuning, abu-abu, merah
jingga, dan hitam, hal ini tergantung mineral pengotor yang
berasosiasi dengan gypsum. Gipsum umumnya mempunyai
sifat lunak, pejal, kekerasan 1,5 – 2 (skala mohs), berat jenis
2,31 – 2,35, kelarutan dalam air 1,8 gr/l pada 00C yang
meningkat menjadi 2,1 gr/l pada 400C, tapi menurun lagi
ketika suhu semakin tinggi.
Gipsum terbentuk dalam kondisi berbagai kemurnian
dan ketebalan yang bervariasi. Gipsum merupakan garam
yang pertama kali mengendap akibat proses evaporasi air
laut diikuti oleh anhidrit dan halit, ketika salinitas makin
bertambah. Sebagai mineral evaporit, endapan gypsum
berbentuk lapisan di antara batuan-batuan sedimen
batugamping, serpih merah, batupasir, lempung, dan garam
batu, serta sering pula berbentuk endapan lensa-lensa dalam
satuan-satuan batuan sedimen.
Gypsum banyak digunakan sebagai bahan tambahan
semen portland, serta alat kesehatan dan kimia.
Sistem penambangan yang dilakukan dengan
menggunakan sistem quarry.
3. kaolin
Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari
material lempung dengan kandungan besi yang rendah, dan
umumnya berwarna putih atau agak keputihan. Kaolin
mempunyai komposisi hidrous alumunium silikat
(2H2O.Al2O3.2SiO2), dengan disertai mineral penyerta.
Proses pembentukan kaolin (kaolinisasi) dapat terjadi
melalui proses pelapukan dan proses hidrotermal alterasi
pada batuan beku felspartik. Endapan kaolin ada dua macam,
yaitu: endapan residual dan sedimentasi.
Mineral yang termasuk dalam kelompok kaolin adalah
kaolinit, nakrit, dikrit, dan halloysit (Al2(OH)4SiO5.2H2O),
yang mempunyai kandungan air lebih besar dan umumnya
membentuk endapan tersendiri.
Sifat-sifat mineral kaolin antara lain, yaitu: kekerasan 2 –
2,5, berat jenis 2,6 – 2,63, plastis, mempunyai daya hantar
panas dan listrik yang rendah, serta pH bervariasi.
Potensi dan cadangan kaolin yang besar di Indonesia
terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Pulau
Bangka dan Belitung, serta potensi lainnya tersebar di Pulau
Sumatera, Pulau Jawa, dan Sulawesi Utara.
4. Talk
Talk adalah mineral yang sangat lunak dengan komposisi
kimia 3Mg.4SiO4H2O, dan biasanya terjadi sebagai mineral
sekunder hasil hidrasi batuan pembawa magnesium
(magnesium bearing rock), seperti peridotit, gabro, dan
dolomit.
Endapan talk umumnya hampir sama di setiap daerah,
sebagian besar batuan induk untuk formasi talk merupakan
batuan dolomit (kemurnian talk tinggi) dan ultramafik
(kemurnian talk rendah).
Talk mempunyai sifat halus, licin, penghisap minyak dan
lemak, konduktivitas listrik rendah, penghantar panas tinggi,
dan electric strength tinggi.
Potensi endapan talk yang telah diketahui terdapat di
Kebumen (Jawa Tengah), dan Halmahera Tengah (Maluku).
5. Magnesit
Magnesium merupakan logam yang teringan, dengan
berat jenisnya 1,74, cukup kuat dan dalam bentuk alloy,
tahan terhadap korosi di udara tetapi tidak tahan terhadap air
laut, serta mudah terbakar. Jumlah mineral yang mengandung
magnesium tercatat sebanyak 244 buah. Magnesit dapat
ditemukan dalam mineral sekunder dan biasanya berasosiasi
dengan batuan sedimen atau batuan metamorfik, berasal dari
endapan marin, kecuali brukit. Magnesit ditemukan didalam
batuan serpentin. Mineral-mineral lain yang sering ditemukan
bersama magnesium adalah talk, limonit, opal, dan kalsit.
Magnesit umumnya jarang ditemukan dalam bentuk
mineral, tetapi secara utuh terdapat pada larutan padat
siderit (FeCO3) bersama-sama Mn dan Ca yang dapat
menggantikan unsur Mg. Magenesit sering digunakan untuk
bahan refraktori, industri semen sorel, bahan isolasi,
pertanian, peternakan, industri karet, dll.
Mineral magnesit keterdapatannya berasosiasi dengan batuan
ubahan, sehingga cadangan magnesit akan mengikuti pola
cadangan bahan ubahan tersebut. Batuan atau mineral yang
mengandung mangnesit adalah dolomit (Ca Mg(CO3)2,
magnesit zedin (Mg CO3), epsonil (Mg So4) 7 H2O, dan brukit
(Mg (OH) 2.
Batuan dan mineral tersebut dapat ditemukan di DI.
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah , Jawa
Timur, Sulawesi Tengah, Maluku, Irian Jaya.
6. Pirofilit
Piropilit adalah paduan dari alumunium silikat, yang
mempunyai rumus kimia Al2O3.4SiO2H2O. Mineral yang
termasuk piropilit adalah kianit, andalusit, dan diaspor.
Bentuk kristal piropilit adalah monoklin serta mempunyai sifat
fisik dan kimia yang mirip dengan talk.
Piropilit terbentuk umumnya berkaitan dengan formasi
andesit tua yang memiliki kontrol struktur dan intensitas
ubahan hidrotermal yang kuat. Piropilit terbentuk pada zone
ubahan argilik lanjut (hipogen), seperti kaolin, namun
terbentuk pada temperatur tinggi dan pH asam.
Kegunaan piropilit adalah untuk pakan ternak, industri
kertas sebagai pengganti talk, dan lain-lain .
Piropilit terdapat di beberapa tempat yang diakibatkan
munculnya formasi andesit tua, seperti di Pulau Sumatera,
Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Pulau
Sulawesi.
7. Toseki
Nama mineral ini relatif baru, sehingga belum banyak
dikenal. Toseki atau batuan kuarsa-serisit tarbentuk pada
zona ubahan filik yang mengandung kuarsa, serisit, kaolinit,
feldspar. Banyak ditemukan Di sumatera barat, bengkulu,
lampung, jawa .Nusa tenggra, kalimantan barat, sulawesi
utara dan sulawesi selatan. Penambangannya sama seperti
penambangan pirofilit. Pemanfaatannya sebagia bahan baku
keramik.
8. Oker
Oker adalah tanah yang lunak terdiri dari campuran
oksida besi dan bahan yang liat. Terdapat didaerah jawa
barat dan jawa timur. Pemanfaatannya sebagai pewarna pada
ubin. Penambangannya dengan metode tambang terbuka
menggunakan peralatan sederhana.
9. Tawas
Tawas atau alum merupakan persenyawaan garam
komplex. Banyak ditemukan didaerah jawa barat, jawa
tengah, jawa timur. Pemanfaatannya sebagai penjernihan air.
Penambangannya dengan metode tambang terbuka
menggunakan peralatan sederhana.
F. Kelompok BGI yang berhubungan dengan Batuan Malihan
1. Kalsit
Kalsit merupakan mineral utama pembentuk
batugamping, dengan unsur kimia pembentuknya terdiri dari
kalsium (Ca) dan karbonat (CO3), mempunyai sistem kristal
Heksagonal dan belahan rhombohedral, tidak berwarna dan
transparan.
Unsur kalsium dalam kalsit dapat tersubtitusi oleh unsur
logam sebagai pengotor yang dalam prosentasi berat tertentu
membentuk mineral lain. Dengan adanya substitusi ini ada
perubahan dalam penulisan rumus kimia yaitu CaFe (CO3)2
dan MgCO3 (subtitusi Ca oleh Fe), CaMgCO3, Ca2MgFe
(CO3)4 (subtitusi oleh Mg dan Fe) dan CaMnCO3 (substitusi
oleh Mn).
Sifat fisika dari kalsit adalah bobot isi 2,71; kekerasan 3
(skala Mohs); bentuk prismatik; tabular; pejal; berbutir halus
sampai kasar; dapat terbentuk sebagai stalaktit, modul
tubleros, koraloidal, oolitik atau pisolitik. Warna kalsit yang
tidak murni adalah kuning, coklat, pink, biru, lavender, hijau
pucat, abu-abu, dan hitam.
Penggunaan kalsit saat ini telah mencakup berbagai
sektor yang didasarkan pada sifat fisik dan kimianya.
Penggunaan tersebut, meliputi sektor pertanian, industri
kimia, makanan, logam dan lainnya.
Dilihat dari kejadiannya, kalsit secara umum berkaitan
erat dengan batu-gamping dan aktifitas magma, namun
berdasarkan data hasil penelitian baru diketahui di sepanjang
pantai barat Sumatera, Jawa bagian selatan dan utara
(sebagian kecil). Bentuk endapan dapat datar, bukit atau
berupa lensa. Cadangan yang diketahui merupakan klasifikasi
cadangan tereka di daerah Indarung (10,1 juta ton), Sumatera
Barat (10 juta ton) dan Begelan di Kabupaten Purwokerto (0,1
Juta ton).
2. Marmer
Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil
proses metamorfosa atau malihan dari batu gamping.
Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya
endogen menyebabkan terjadi rekristalisasi pada batuan
tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi.
Akibat rekristalisasi struktur asal batuan membentuk
tekstur baru dan keteraturan butir. Marmer Indonesia
diperkirakan berumur sekitar 30–60 juta tahun atau berumur
Kuarter hingga Tersier.
Marmer akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan
batugamping. Setiap ada batu marmer akan selalu ada
batugamping, walaupun tidak setiap ada batugamping akan
ada marmer. Karena keberadaan marmer berhubungan
dengan proses gaya endogen yang mempengaruhinya baik
berupa tekan maupun perubahan temperatur yang tinggi. Di
Indonesia penyebaran marmer tersebut cukup banyak, seperti
dapat dilihat pada.
Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa
dikategorikan kepada dua penampilan yaitu tipe ordinario dan
tipe staturio. Tipe ordinario biasanya digunakan untuk
pembuatan tempat mandi, meja-meja, dinding dan
sebagainya, sedangka tipe staturio sering dipakai untuk seni
pahat dan patung
3. Batu Sabak
Batu sabak merupakan batuan malihan yang berasal dari
batu lempung yang mengalami metamorfosa. Penggunaannya
sebagai atap rumah, industri cat. Banyak terdapat didaerah
aceh, sumatera barat. Penambangannya dengan
menggunakan alat sederhana seperti linggis dn gergaji.
4. Kuarsit
Merupakan metamorfosa dari kuarsa. Banyak ditemukan
didaerah aceh, sumatera utara, riau, jambi, maluku, dan jawa
tengah. Pemanfaatannya sebagai agregat bahan bangunan.
Penambangannya dengan menggunakan peralatan sderhana.
5. Grafit
Grafit umumnya berwarna hitam hingga abu-abu
tembaga, kekerasan 1 – 2 (skala Mohs), berat jenis 2,1 – 2,3,
tidak berbau dan tidak beracun, serta tidak mudah larut,
kecuali dalam asam hidroflorik atau aqua regia mendidih.
Proses dekomposisi berlangsung lambat pada suhu 6000C
dan dalam kondisi oksida atau pada suhu 3.5000C bila kondisi
bukan oksida.
Grafit adalah mineral yang dapat berasal dari batuan
beku, sedimen, dan metamorf. Secara kimia, grafit sama
dengan intan karena keduanya berkomposisi karbon, yang
membedakannya adalah sifat fisik. Intan dikenal sangat
keras, langka, dan transparan, sedangkan grafit agak lunak,
mudah ditemukan, dan opak.
Menurut Kuzvart (1984) grafit dapat terjadi secara
proses magnetik awal, kontak magmatik, hidrotermal,
metamorfogenik, dan residual.
Belum ditemukan daerah yang berpotensi di Indonesia.
Sampai saat ini Indonesia masih megimpor grafit.
6. Mika
Mika terbentuk pada akhir proses pembekuan magma
yang kekentalannya rendah. Berwarna gelap bening. Banyak
Ditemukan didaerah Aceh, Sumatera utara, kalimantan barat,
kalimantan tengah, sulawesi tengah, dan irian jaya.
Pemanfaatannya banyak pada industri mesin dan listrik.
Penambangannya dilakukan dengan tambang terbuka
menggunakan alat sederhana.
7. Wolastonit
Batuan yang berbentuk pipih seperti jarum dan berserat
yang berwarna abu-abu, kekerasan 4-4,5 berat jenis2,8.
dimanfaatkan sebagai bahan refraktori. Penambangannya
menggunakan metode tambang terbuka dengan peraltan
sederhana. Dan tersebar didaerah sumatera barat.
top related