gcpj
Post on 14-Aug-2015
113 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pengetahuan tentang geomorfologi, sebagaimana juga dengan ilmu-ilmu
yang lain, dimulai dengan munculnya ahli-ahli filsfat Yunani dan Itali. Sebegitu
jauh, HERODUTUS (485-425 S.M.) yang dianggap sebagai “bapak sejarah”
dikenal pula mempunyai pikiran-pikiran tentang geologi, termasuk juga tentang
perubahan muka air laut, salah satu gejala geomorfologi yang ia perhatikan di
Mesir. Kemudian banyak pula ahli filsafat lainnya yang menyinggung tentang
geomorfologi ini. Dapat disebutkan di sini antara lain ARISTOTLES, STRABO
dan SANECA yang kesemuanya pada akhirnya menerangkan gejala-gejala alam
sebagai suatu kutukan Tuhan atau dikenal dengan nama Teori Malapetaka.
Berabad-abad kemudian, konsep ini sedikit demi sedikit berubah. Orang
mulai mengenal filsafat katatrofisma yang mengatakan bahwa semua gejala alam
itu sebagai akibat pembentukan dan perusakan yang relatif terjadi dengan tiba-
tiba, sehingga menyebabkan perubahan bentuk muka bumi.
JAMES HUTTON (1726 – 1797) dikenal sebagai “bapak geologi modern”
yang menerangkan gejala-gejala geologi sebagai gejala-gejala alam yang dapat
kita kenal sehari-hari, sangat bertentangan dengan teori katatrofisma yang
menganggap bahwa kejadian geologi relatif mengambil waktu yang amat singkat.
Atas dasar itu kemudian teori yang dikemukakan HUTTON disebut orang sebagai
teori uniformitarianisma, dan terkenal dengan dalilnya yang menyatakan bahwa
“hari ini adalah kunci dari kejadian pada masa lampau” atau istilah asingnya
adalah the present is the key to the past.
Pada masa sekarang geomorfologi bukan saja meliputi bidang yang statis,
yang hanya mempelajari bentuk-bentuk roman muka bumi, akan tetapi juga
merupakan ilmu yang dinamis yang dapat meramalkan kejadian alam sebagai
hasil interpolasi. Selain itu pemerian bentuk roman muka bumi dapat dinyatakan
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 1
dengan besaran-besaran matematika seperti kita kenal dengan nama geomorfologi
kuantitatif. Sebagai pemukanya dapat dicatat STRAHLER yang membuat analisa
pengaliran sungai secara matematika.
Di Indonesia, bebrapa hasil penyelidikan geomorfologi dapat dijumpai
terutama yang ditulis oleh ahli-ahli Belanda pada zaman sebelum perang. Di
antara karya-karya geomorfologi itu patut dikemukakan di sini penyelidikan
geomorfologi Kulon Progo yang dilakukan oleh PANNEKOEK (1939). Selain itu,
sesudah perang pun ahli-ahli geologi Belanda banyak pula menulis tentang
geomorfologi Indonesia. VERSTAPPEN (1973) menulis tentang geomorfologi
Pulau Sumatera secara luas dan menyeluruh
Gambar 1. Hubungan antara Geomorfologi dengan ilmu-ilmu lain dan daerah
gerak Geomorfologi
1.2. Maksud dan tujuan
Maksud dan tujuan dari mempelajari mata kuliah geomorfologi adalah
membantu mahasiswa mengenal bentuk permukaan bumi, serta proses
pembentukannya.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 2
Selain itu, mengenal kepada mahasiswa segala proses yang terjadi diatas
permukaan bumi,dengan membandingkan proses yang terjadi pada masa
lampau sampai masa sekarang.
1.3. Dasar teori
Thornbury (1969) dalam buku yang berjudul Principles of Geomorphology
mengemukakan 10 konsep dasar dalam geomorfologi, yaitu:
1. Proses-proses fisik dan hukumnya yang terjadi saat ini berlangsung selama
waktu geologi;
2. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam
evolusi bentuk lahan (land forms);
3. Tingkat perkembangan relief permukaan bumi tergantung pada proses-
proses geomorfologi yang berlangsung;
4. Proses-proses geomorfik terekam pada land forms yang menunjukan
karakteristik proses yang berlangsung;
5. Keragaman erosional agents tercermin pada produk dan urutan land forms
yang terbentuk;
6. Evolusi geomorfologi bersifat kompleks;
7. Obyek alam di permukaan bumi umumnya berumur lebih muda dari
Pleistosen;
8. Interpretasi yang sempurna mengenai landscapes melibatkan beragam
faktor geologi dan perubahan iklim selama Pleistosen;
9. Apresiasi iklim global diperlukan dalam memahami proses-proses
geomorfik yang beragam;
10. Geomorfologi, umumnya mempelajari land forms / landscapes yang
terjadi saat ini dan sejarah pembentukannya.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 3
Gambar 2. Pengaruh erosi pada zona sesar menghasilkan bentuk bentang alam
yang khas (Strahler & Strahler, 1984)
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 4
BAB II
PROSES GEOMORFOLOGI
II. 1. Dasar teori / gambar
Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik
maupun kimiawi yang dialami permukaan bumi. Penyebab proses tersebut yaitu
benda-benda alam yang kita kenal dengan nama geomorphic agent, berupa air dan
angin. Termasuk di dalam golongan geomorphic agent air ialah air permukaan, air
bawah tanah, glacier, gelombang, arus, dan air hujan. Sedangkan angin terutama
mengambil peranan yang penting di tempat-tempat terbuka seperti di padang pasir
atau di tepi pantai. Kedua penyebab ini dibantu dengan adanya gaya berat, dan
kesemuanya bekerja bersama-sama dalam melakukan perubahan terhadap roman
muka bumi. Tenaga-tenaga perusak ini dapat kita golongkan dalam tenaga asal
luar (eksogen), yaitu yang datang dari luar atau dari permukaan bumi, sebagai
lawan dari tenaga asal dalam (endogen) yang berasal dari dalam bumi. Tenaga
asal luar pada umumnya bekerja sebagai perusak, sedangkan tenaga asal dalam
sebagai pembentuk. Kedua tenaga inipun bekerja bersama-sama dalam mengubah
bentuk roman muka bumi ini.
Gambar 3. Satuan geomorfologi (landform).
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 5
PEMBENTUKAN PENGRUSAKAN PENGANGKUTAN
PEMBENTUKAN
Tenaga Asal dalam
Pembentukan struktur
Pembentukan gunungapi
PENGRUSAKAN
Tenaga Asal luar
Gradasi (perataan)
Pelapukan
Tenaga dari luar bumi
Jatuhan Meteorit
PENGANGKUTAN
Tenaga Asal luar
Pengangkutan bahan (mass wasting)
Erosi oleh:
Air permukaan
Air bawa htanah
Gelombang, Arus, Angin, Es
Pengrusakan dan pengangkutan oleh organisma, termasuk manusia
a. Gradasi (Gradation)
Gradasi (gradation) adalah proses permukaan bumi menuju perataan. Perataan
pada bidang yang lebih tinggi letaknya daripada bidang mula asalnya misalnya
dengan adanya penumpukkan bahan-bahan dinamakan dengan proses agradasi
(agradation). Sedangkan sebaliknya yaitu pemindahan bahan-bahan dari bidang
permukaan itu dinamakan degradasi (degradation)
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 6
b. Degradasi
Proses degradasi yang telah kita kenal dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu pelapukan, pengangkutan bahan, dan erosi. Berikut ini ketiga proses tersebut
dibahas secara umum.
Pelapukan
Berdasarkan beberapa definisi dari para pakar (Strahler & Strahler, 1984;
Thornburry, 1969; Cargo & Mallory, 1974; Von Engeln, 1960; dll.) dapat
disimpulkan bahwa pelapukan adalah proses penghancuran batuan atau
permukaan bumi oleh proses kimia, fisika, dan biologi. Pelapukan sering disebut
pula sebagai proses desintegrasi atau dekomposisi. Dari ketiga macam proses
degradasi yang telah disebutkan, pelapukan dianggap sangat penting karena dapat
mempercepat kedua proses lainnya.
Pelapukan adalah perubahan fisik atau kimiawi batuan yang disebabkan
karena berhubungan dengan udara, air, dan organisma. Pelapukan digolongkan
sebagai pelapukan fisika, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis tergantung
kepada penyebab utamanya. Pada pelapukan fisik, tenaga yang berupa tekanan
dan temperatur memegang peranan yang sangat penting, sedangkan pada
pelapukan kimiawi reaksi kimia menyebabkan perubahan pada komposisi kimia
batuan. Pelapukan fisik menyebabkan batuan berubah ukuran menjadi lebih kecil
yaitu dengan pemecahan atau desintegrasi. Penyebab terjadinya desintegrasi dapat
berupa pengembangan karena berkurangnya tekanan, pertumbuhan kristal,
pengembangan dan pengerutan karena pemanasan dan pendinginan, serta
pengisian koloid. Batuan sangat sering pecah melalui bidang pelapisannya oleh
karena bidang ini lemah. Proses ini dinamakan exfoliation.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 7
Gambar 4. memperlihatkan proses pelapukan batuan yang dikenal dengan
pelapukan mengulit bawang
Pelapukan kimiawi dapat disebabkan karena oksidasi, hidrasi, dan
karbonisasi. Dengan proses oksidasi batuan kemudian mempunyai volume yang
lebih besar atau mengembang dan berat jenisnya menjadi kecil. Oksidasi pada
batuan yang mengandung besi menghasilkan hematite yang berwarna coklat
kekuning-kuningan. Hidrasi menghasilkan perubahan volume pada tiap molekul
batuan yang disebabkan oleh masuknya air. Akibat perubahan volume ini maka
batuan mengelupas menghasilkan keratan-keratan yang tipis-tipis. Pada proses
karbonisasi, terbentuk karbonat sebagai hasil reaksi asam karbonat dengan
mineral pada batuan. Batuan yang mudah larut seperti batugamping akan
mengalami proses karbonisasi ini. Asam karbonat terbentuk karena udara yang
mempunyai kandungan CO2 bereaksi dengan adanya air.
Berikut ini menggambarkan reaksi yang terjadi dalam pelarutan
batugamping. Dengan reaksi ini pelapukan kimia berlangsung yang
mengakibatkan proses pelarutan pada batugamping terjadi.
CaCO3 + H2O + CO2 - > Ca(HCO3)2 (Batugamping) (Air) (Udara) (Larut)
Pelapukan organik sebenarnya merupakan kombinasi antara kedua jenis
pelapukan yang telah diuraikan sebelumnya, disebabkan karena tumbuh-
tumbuhan ataupun makhluk hidup, misalnya akar pepohonan, cacing, dsb. Baik
larutan kimia maupun energi yang dihasilkan oleh organisme, dapat mempercepat
proses pelapukan batuan.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 8
Pelapukan batuan di satu sisi memiliki peran yang menguntungkan bagi
umat manusia. Akibat proses pelapukan, batuan yang keras menjadi lunak
sehingga memudahkan umat manusia untuk mengelola suatu bentang alam
tertentu menjadi lahan budidaya (misalnya lahan pertanian).
Gambar 5. Pembentukan tanah akibat proses pelapukan batuan (Strahler &
Strahler, 1984)
Pengangkutan (mass wasting)
Pengangkutan bahan-bahan (mass wasting) adalah pengangkutan material
hasil proses pelapukan oleh agent – agent tertentu. Pada proses pengangkutan,
gaya berat dan air memegang peranan yang sangat penting. Pengerahan bahan-
bahan ini dapat berlangsung dengan cepat ataupun lambat. Berdasarkan
kecepatannya dan jumlah air yang mengangkutnya orang mengenal tanah longsor,
debris avalanches, aliran tanah, aliran lumpur, sheetfloods, dan slopewash.
Jenis – jenis pengangkutan yang terjadi di permukaan bumi.
1. Mengalir
Mengalir perlahan
2. Rayapan
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 9
Rayapan tanah
Rayapan talus
Rayapan batuan
Rayapan batuan karena glacier
3. Banjir
Lumpur (solifluction)
Mengalir cepat
Aliran tanah
Aliran lumpur
Longsor/ runtuhan salju (debris avalanche)
4. Longsor
Nendatan (slump)
Longsoran (slide)
Jatuhan (debris fall)
Longsor batuan (rock slide)
Jatuhan batuan (rock fall)
5. Runtuh
Runtuh (subsidence)
Erosi
Erosi berasal dari kata Latin erodere, artinya mengerkah atau
mengampelas. Seperti arti asalnya, erosi adalah proses pengerkahan atau
pengumpulan bahan-bahan terutama oleh air. Proses pelapukan dapat
mempercepat proses erosi. Orang awam sehari-hari mengartikan erosi sebagai
pengrusakan dan pengangkutan bahan-bahan dari tanah penutup. Dalam arti
geologi erosi lebih tepat untuk dipakai sebagai proses pengampelasan baik batuan
segar maupun lapukan atau tanah penutup.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 10
Definisi erosi cukup beragam, namun dapat disimpulkan bahwa erosi
merupakan proses di permukaan bumi yang berlangsung secara gradual yang
diakibatkan oleh aktivitas air, angin, salju maupun media geologik lainnya
(SCSA, 1976, dalam El-Swaify et. al., 1982; Strahler & Strahler, 1984; Field &
Engel, 2004). Arnoldus (1974, dalam El-Swaify et. al., 1982) mengusulkan
klasifikasi erosi secara umum menjadi erosi geologi (geological erosion) dan erosi
yang dipercepat (accelerated erosion). Erosi geologi terjadi secara alami,
umumnya berlangsung dalam jutaan tahun dan seimbang dengan perubahan-
perubahan di alam. Erosi yang dipercepat diakibatkan oleh aktivitas manusia,
umumnya bersifat mengubah kondisi alami secara drastis.
Erosi yang diakibatkan oleh pengerjaan air dapat dibagi menjadi beberapa
tahapan, yaitu (Van Zuidam, 1983), yaitu erosi percikan (splash erosion), erosi
lembaran (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi selokan (gully
erosion).
Erosi percikan disebabkan oleh energi yang ditimbulkan ketika tetes-tetes
hujan jatuh ke permukaan batuan/tanah. Besarnya material yang tererosi akan
setara dengan besarnya energi yang dihasilkan oleh percikan air hujan tersebut.
Erosi lembaran didefinisikan sebagai perpindahan serentak material batuan/tanah
membentuk lapisan tipis mengikuti arah kemiringan lahan. Erosi alur merupakan
bentuk erosi yang paling umum, terjadi ketika material batuan/tanah dipindahkan
oleh air yang menyisakan bentuk alur di permukaan. Erosi selokan merupakan
pengembangan lebih lanjut dari tahapan erosi alur, berukuran lebih besar
dibandingkan alur yang terbentuk akibat erosi alur.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 11
Gambar 6. Ilustrasi bentuk-bentuk utama erosi oleh air, A. gully erosion dan B.
rill and interrill erosion (El-Swaify et. al., 1982)
Agradasi
Agradasi yaitu penumpukan bahan-bahan yang terjadi oleh karena gaya
angkut berhenti, misalkan karena lereng tempat berlangsungnya pengangkutan
tidak lagi berlanjut melainkan berubah menjadi datar. Maka pada tempat tersebut
akan terjadi penumpukan bahan dan permukaan tanah menjadi lebih tinggi
dibanding dengan permukaan asal.
Gambar 7. Bentuk lahan erosional dan deposisional (Strahler & Strahler, 1984)
Contoh yang paling baik dari agradasi adalah pengendapan aluvium dan
endapan glacier. Endapan aluvium dapat dikenal bermacam-macam pula, sebagai
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 12
contoh endapan talus, kipas aluvium (aluvial fan) dan kolovium (Gambar 2.8 dan
2.9).
Gambar 8. Profil ideal kipas aluvial, menunjukkan lapisan-lapisan mudflow
(aquicludes) berselingan dengan lapisan-lapisan pasir (aquifers) (Strahler &
Strahler, 1984)
II. 2. Siklus Perkembangan Sungai
Sebagaimana sudah diuraikan di muka, air merupakan unsur pelaksana
utama pengrusakan tenaga asal luar. Suatu daerah pertama-tama akan terangkat
oleh tenaga asal dalam dan proses ini dinamakan proses pembentukan. Sedangkan
pada proses yang dilakukan oleh air permukaan dinamakan proses pengrusakan.
Keduanya pada akhirnya bekerja dalam satu hubungan yang erat yang dinamakan
siklus: “Pengrusakan – Pengangkutan – Pengendapan Pembentukan.”
Di daerah beriklim tropik lembab yang mempunyai angka curah hujan
tinggi seperti Indonesia, peranan air permukaan ini sangat penting.
a. Lembah
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 13
Permukaan lereng mula-mula dikikis atau dierosi membentuk lembah kecil
(gully). Bila tidak, air mengikis daerah yang luas bersama-sama sehingga tidak
terbentuk lembah kecil tersebut. Erosi semacam ini dinamakan erosi memipih atau
lembaran (sheet erosion). Gully lambat laun berubah menjadi lembah yang makin
lama makin dalam. Lembah muda ini biasanya berbentuk huruf V (V shape
valley), dasar lembah sempit dan lerengnya terjal. Lembah yang dewasa (mature)
dan tua (old) membentuk diri menyerupai huruf U yaitu dengan dasar lembah
yang makin rata. Bentuk lembah yang demikian ini dapat pula terjadi akibat
pekerjaan es (glacier).
Selain air itu sendiri yang bekerja mengikis secara vertikal di bagian hulu,
tepi lembah serta dasar lembah, juga bahan-bahan yang dibawanya ikut
mengampelas dasar sungai atau lembah itu sehingga makin lama makin dalam.
Kemampuan mengampelas ini ada batasnya yaitu apabila air sudah tidak bergerak
lagi, atau bilamana mencapai muka laut. Oleh karena itu permukaan ini
dinamakan orang erosion base level. Di bawah muka ini tidak terjadi erosi.
Dengan begitu profil dasar sungai atau lembah akan mempunyai bentuk tertentu
apabila sudah mencapai keseimbangan yang pada umumya membentuk kurva
yang cekung perlahan-lahan. Kadang-kadang sebuah danau atau waduk menahan
jalannya air dan menghentikan aktivitas pengampelasan. Karena itu maka air
waduk atau air danau itu dinamakan batas dasar sewaktu-waktu atau setempat
(temporary or local base level).
Keseimbangan dan bentuk profil dasar lembah atau sungai yang ideal
terbentuk jika kekerasan batuan sama di semua tempat (homogen) yang dilalui
sungai tersebut. Di alam, keadaan yang demikian jarang dijumpai. Batuan keras
akan menonjol dan dinamakan titik jendul (nick point) yang akan menyebabkan
pula terbentuknya permukaan dasar erosi setempat di tempat tersebut.
b. Pola pengaliran
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 14
Pola pengaliran adalah hubungan antara satu sungai dengan sungai lainnya
atau hubungan antara air permukaan yang mengalir melalui lembah-lembah.
Hubungan tersebut akan membentuk suatu pola atau pattern.
Gambar 9. Foto udara high oblique sinklin Silat, Kalimantan, Indonesia
(Verstappen, 1977)
Kekerasan batuan di permukaan bumi berlainan di satu tempat dengan
tempat lainnya yang tentu saja akan membentuk beraneka ragam jenis pola
pengaliran. Kenampakan tersebut dapat dengan jelas dilihat pada peta topografi
dan potret udara atau citra satelit. Dari bentuk atau jenis pola itu orang dapat
menafsirkan jenis batuan atau gejala struktur geologi lainnya.
Pola pengaliran dasar yang diperlihatkan pada Gambar 3.2 (Howard, 1967;
dalam Van Zuidam, 1983), yaitu:
1. Pola pengaliran mendaun (Dendritik) terjadi karena kekerasan batuan relatif
sama (homogen) dan lereng tidak terlalu curam. Hubungan antar satu sungai
dengan sungai lainnya seperti daun atau pohon dengan cabang-cabangnya.
Bila sudut antara tiap-tiap cabang sama, maka dinamakan pinnate.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 15
2. Pola pengaliran sejajar (Paralel) terjadi seperti pada pola pengaliran dendritik
tetapi lereng agak terjal sehingga air bergerak dengan cepat dan tidak sempat
bergabung satu sama lainnya, melainkan berjajar.
3. Pola pengaliran menangga (Trellis) terdapat di daerah yang terlipat. Kekerasan
batuan yang berselang-seling antara yang lemah dan yang keras
mengakibatkan sungai berbelok-belok. Kadang-kadang memotong batuan
keras dan menyusuri batuan lemah. Sungai dinamakan subsekuen bila
menyusuri bagian lemah yang sejajar dengan jurus lapisan batuan, sedangkan
konsekuen bila memotongnya. Obsekuen ialah anak sungai yang sejajar
dengan sungai konsekuen tetapi bertentangan arah. Sedangkan resekuen ialah
anak sungai yang sejajar dan searah dengan sungai konsekuen. Pola ini dapat
memberi keterangan tentang daerah terlipat, antiklin, siklin, dan kubah.
4. Pola pengaliran membulat (annular) terjadi pada batuan yang telipat dan
lipatannya membentuk kubah (dome).
5. Pola pengaliran memancar (radial) terjadi pada daerah yang terlipat ataupun
gunungapi. Terutama pada daerah bergunungapi, pola ini sangat sering
dijumpai dan merupakan salah satu ciri utamanya. Sungai-sungai mengalir
dari satu pusat ke segala arah, memancar (radial) atau disebut juga centrif
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 16
Gambar 10. Pola pengaliran dasar (Howard, 1967; dalam Van Zuidam, 1983)
Bila sebaliknya yaitu pola sungai memancar tetapi bearah ke dalam (pusat)
disebut dengan pola pengaliran centripetal.
6. Pola pengaliran menyudut terjadi di daerah yang banyak terpatah-patah atau
banyak terdapat retakan sehingga sungai terpengaruh oleh letak retakan-
retakan tersebut yang merupakan daerah lemah. Bila sudut antara sungai-
sungai itu runcing, maka pola pengaliran dinamakan angulate. Sedangkan bila
bersudut hampir tegak dinamakan rectangular. Pola pengaliran jenis ini sangat
penting peranannya dalam menganalisis struktur geologi suatu daerah untuk
eksplorasi mineral.
7. Di daerah berawa-rawa dan dekat muka laut orang biasanya menemukan pola
pengaliran deranged atau contorted yaitu pola yang memperlihatkan aliran
sungai yang tidak menentu, serta tepi sungai yang tidak jelas, bercampur baur
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 17
dengan rawa. Di Kalimantan Selatan, sekitar Banjarmasin, pola pengaliran
sungai semacam ini sering dijumpai.
8. Pola pengaliran multi-basinal sering dijumpai pada bentuk lahan karst yang
didominasi oleh batugamping. Pola tersebut dicirikan oleh aliran sungai yang
tidak menerus karena beralih menjadi sungai bawah tanah akibat adanya
proses pelarutan.
c. Meander
Bila sungai berada jauh di atas permukaan dasar erosi (erosion base level)
maka tenaga erosi tegak (vertical erosion) jauh lebih besar dari pada tenaga erosi
horisontal. Akan tetapi segera air mendekati permukaan dasar ini sehingga tenaga
tersebut menjadi berimbang dan akhirnya tenaga horisontal akan menjadi lebih
besar.
Proses tersebut mengakibatkan pengikisan tidak berjalan tegak atau ke
bawah melainkan mendatar atau ke samping mengakibatkan sungai menjadi
berbelok-belok. Sungai yang berbelok-belok membentuk huruf U ini dinamakan
sungai bermeander. Kadang-kadang suatu meander berbentuk sedemikian rupa
sehingga membentuk danau tapal kaki kuda (oxbow lake). Pengendapan terjadi di
belakang arus suatu meander yang terlindung, di sini tepi sungai bertambah dan
bekas pertumbuhan meander itu (meander scroll) masih terlihat. Gambar 3.3
menunjukkan beragam bentuk lahan yang terbentuk di sekitar sungai bermeander.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 18
Gambar 11. Bentuk lahan di sekitar sungai bermeander (Gregory & Walling,
1979; dalam Van Zuidam, 1983)
d. Endapan sungai
Endapan sungai terjadi karena daya angkut air berkurang akibat mendekati
permukaan dasar erosi ataupun karena perubahan arus. Pengendapan membentuk
apa yang disebut endapan sungai nusa ataupun bar. Berdasarkan bentuk nusa dan
letaknya dapat menafsirkan arah aliran sungai.
II. 3. Bentang Alam Daerah Terlipat
Batuan endapan terbentuk dengan cara pengendapan bahan-bahan yang
dibawa oleh air. Oleh karena itu, pada waktu pembentukannya batuan endapan
berada dalam keadaan mendatar atau horisontal. Keanekaragaman bahan
mempengaruhi batuan endapan sehingga akan terbentuk berlapis-lapis dan
perlapisannya terletak secara horisontal.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam posisi normal makin ke arah atas
letaknya maka dengan sendirinya makin muda. Dalam stratigrafi, hukum tersebut
dinamakan hukum superposisi. Bila tenaga asal dalam (endogen) bekerja pada
daerah itu maka batuan endapan akan mengalami gangguan. Mungkin letaknya
tidak horisontal lagi atau justru terlipat membentuk lipatan (fold) baik antiklin
maupun sinklin, atau bahkan tersesarkan (fault). Sebagai akibat dari kekerasan
batuan endapan yang berlainan antara satu lapisan dengan lapisan lainnya, maka
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 19
batuan semacam ini membentuk bentangalam tersendiri yang khas. Erosi akan
mengambil bagian di tempat-tempat lemah yaitu pada batuan yang lunak dan
bagian yang keras akan menonjol membentuk bukit-bukit. Biasanya bukit ini
memanjang sejajar dengan arah pelapisan. Dengan cara mengetahui bentuk
bentangalamnya, mengetahui arah lembah dan sistem perbukitannya dapat dengan
mudah ditafsirkan batuan dan struktur geologi yang ada di daerah tersebut.
Bentangalam ini kadang-kadang terlihat dengan mudah pada peta topografi dan
potret udara atau citra satelit.
a. Pola pengaliran dan perlembahan
Erosi berlangsung secara intensif di daerah-daerah atau batuan yang lunak.
Di daerah ini pada umumnya akan membentuk lembah-lembah. Di dalam batuan
sedimen yang terlipat, perselingan antara batuan yang keras dan lunak acapkal
Gambar 12. Tahapan perkembangan erosi pada bentang alam terlipat. An =
antiklin, Sy = sinklin, L = danau, AV = lembah antiklinal, SV = lembah
sinklinal, WG = watergap, AM = pegunungan antiklinal, SM = pegunungan
sinklinal (Strahler & Strahler, 1984) terjadi.
Karena itu lembah-lembah terjadi berselang-seling dengan bukit-bukit
yang memanjang menggambarkan pelapisan batuan (Gambar 4.1). Lapisan yang
terlipat membentuk sinklin ataupun antiklin akan terlihat dengan jelas dari
penyebaran lembah dan bukit-bukit ini. Antiklin yang menunjam biasanya terlihat
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 20
jelas dari pola penyebaran bukit dan lembahnya yang berbentuk kaki kuda tempat
penunjaman atau dinamakan juga hidung lipatan (antiklin ataupun sinklin).
Pola pengaliran pada bentangalam batuan terlipat pada umumnya adalah
pola pengaliran menangga (trellis) yang sudah diterangkan dalam bagian yang
lalu. Pada pola ini dikenal adanya sungai subsekuen, konsekuen, obsekuen, dan
resekuen. Bila daerahnya tidak mantap dan sungai mengikis di daerah yang
terangkat, maka sungai ini akan mengikis lebih dalam dan membentuk lembah
yang sempit. Kadang-kadang undak (teras) ditemukan di lembah tepi sungai ini.
Sungai semacam ini dinamakan sungai antisedan (anticedant), sebagai contoh
sungai Cikapundung yang memotong sesar Lembang di Maribaya. Bila bentuk
pola pengaliran ini membulat, maka kemungkinan besar menggambarkan dome
atau kubah, sedangkan bila lonjong mungkin sekali antiklin atau sinklin. Di
Indonesia, kemungkinan ke dua lebih sering dijumpai. Daerah bentangalam
terlipat yang memperlihatkan pola pengaliran, sistem perlembahan dan perbukitan
yang khas seperti diuraikan di atas dapat dijumpai sepanjang bagian Timurlaut
Sumatera, pegunungan Kendeng dan Rembang, Madura, dan Kalimantan Timur.
b. Perbukitan atau punggungan (ridge)
Sebagaimana sudah diuraikan di muka, perbukitan di daerah terlipat dapat
memanjang dan menggambarkan perlapisan, sehingga dapat diketahui bentuk
perlapisannya. Selain itu pada bukit ini dapat pula ditafsirkan atau lebih jauh
diukur besar kemiringannya. Perlapisan yang miring agak besar yaitu kira-kira
sekitar 45º akan menghasilkan kedua lereng pegunungan yang sama terjal.
Punggungan semacam ini dinamakan hogback. Pelapisan yang agak landai pada
umumnya menghasilkan bukit atau punggungan yang tidak simetris, salah satu
lerengnya lebih landai. Lereng yang landai ini biasanya memperlihatkan arah dip,
sedangkan lereng yang terjal menunjukkan arah sebaliknya. Pada lereng ini
kemiringan (dip) dapat diukur. Bentuk punggungan semacam ini dinamakan
cuesta. Cuesta dengan mudah dapat dikenal pada peta topografi atau pun pada
potret udara dan citra satelit.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 21
Daerah-daerah yang terlipat di Indonesia pada umumnya merupakan
tempat terkumpulnya atau perangkap minyak bumi. Dengan sendirinya
persyaratan-persyaratan lain untuk terdapatnya minyak bumi harus terpenuhi.
Sebagai contoh dapat diambil, sepanjang Sumatera sebelah Timurlaut, Rembang,
Madura-Kangean, dan Kalimantan Timur. Daerah yang membentuk dome (kubah
garam) di Pantai Teluk Meksiko (Amerika) dan Iran sangat terkenal sebagai
tempat terkumpulnya minyak bumi.
II. 4. Bentangalam Daerah Tersesarkan
Patahan atau seringkali juga disebut sesar (fault) adalah gejala geologi
yang berhubungan dengan pergerakan kulit bumi. Bila sesar ini sampai ke
permukaan bumi maka akan mempengaruhi bentuk roman muka bumi di tempat
itu, dengan demikian mempengaruhi bentuk bentangalam. Bila dapat mengetahui
bentuk bentangalam maka dapat pula ditafsirkan adanya pensesaran di suatu
daerah.
Sesar dapat dibagi atas sesar naik, sesar normal, dan sesar mendatar atau
sesar geser jurus (strike-slip fault, wrench fault, tear fault) tergantung kepada arah
pergerakan. Sesar naik dijumpai bila blok di bawah bidang patahan bergerak
relatif ke atas, sedangkan pada sesar normal terjadi sebaliknya. Pada sesar geser
jurus dan sesar mendatar, atau disebut juga sesar horisontal, gerakanterjadi
bersesuaian dengan arah jurus. Gerakan ini adalah gerakan mendatar. Bila blok
relatif bergerak ke kiri dalam hal kita menghadap bidang patahan, dinamakan
sinistral, sedangkan sebaliknya dinamakan dextral. Pada umumnya sesar yang
dijumpai di alam merupakan gabungan antara gerakan-gerakan tersebut.
a. Gawir (scarp)
Pengaruh sesar terhadap bentangalam suatu daerah terutama sangat jelas
pada bidang sesar. Tempat ini biasanya merupakan tempat yang lemah dan lunak,
dan biasanya menjadi sasaran erosi. Oleh karena itu, pada daerah yang tersesarkan
atau retakan biasanya terbentuk lembah yang lurus dan memanjang.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 22
Pada sesar normal, biasanya bidang patahan membentuk gawir (scarp)
yang berupa dinding miring. Pada dinding ini biasanya orang menemukan garis-
garis geseran (scretch) yang menunjukkan adanya patahan. Pada umumnya
dinding ini memperlihatkan pula bentuk deretan segitiga oleh karena beberapa
bagian telah dikerat membentuk lembah. Bentuk ini dinamakan triangular facets.
Fenomena ini diperlihatkan oleh Gambar 1.2 pada BAB 1. Pada Gambar 5.1
tampak bentuk bentangalam akibat pensesaran.
Gambar 13. Beragam bentuk bentang alam akibat tektonik (Strahler &
Strahler, 1984)
Kadang-kadang dijumpai pasangan-pasangan sesar saling berhadapan dan
bagian yang turun membentuk lembah. Gawir dan ‘triangular facets’ terdapat pada
kedua dinding lembah itu. Lembah ini berukuran jauh lebih besar daripada lembah
yang dihasilkan oleh erosi, dan mempunyai dasar yang rata. Sistem pergeseran
yang turun sedangkan sebaliknya dinamakan sembul atau horst. Contoh ‘graben’
yang terkenal ialah Graben Rhine di Jerman dan Semangko di Sumatra.
Sesar biasanya terdapat dalam bentuk majemuk, bergabung satu sama lainnya.
Sesar menangga (step fault) adalah sesar yang membentuk tangga seperti tangga
rumah, yaitu satu sama lainnya sejajar dan berundak-undak. Kadang-kadang sesar
majemuk ini juga membentuk genting yang menumpuk satu sama lainnya. Sesar
semacam ini dinamakan echelon.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 23
Semua sesar yang diuraikan di atas dapat tercermin dengan jelas pada
gawir yang menyembul di permukaan bumi.
b. Pola pengaliran
Sesar pada umumnya menghasilkan gawir dan daerah sesar merupakan
daerah lemah sehingga mudah tererosi, maka patahan akan mempengaruhi sistem
pengaliran air permukaan atau drainage pattern. Pola pengaliran menyudut
(angulate) dan menegak (angular) terdapat di daerah yang mempunyai banyak
patahan dan retakan yang tergabung dalam satu sistem, umpamanya membentuk
sudut 45º pada pola pertama, dan 90º pada pola yang disebut terakhir. Biasanya
sistem sesar dan sistem pengaliran ini terdapat pada batuan granit, batugamping,
dan batuan terlipat yang menghasilkan retak-retak akibat tekanan sebagai
penyebab lipatan tersebut.
Selain itu sesar yang menghasilkan gawir seolah-olah akan membendung
pengaliran dan membelokkan sungai. Contoh yang paling baik adalah sungai
Cikapundung yang pada mulanya tersebar di kaki gunung Tangkubanperahu
kemudian menabrak gawir sesar Lembang yang membentang barat-timur melalui
tepi selatan kota Lembang dan Maribaya, sehingga sungai-sungai itu berjalan
sepanjang sesar dan bersatu kembali untuk bersama-sama menerjang gawir di
daerah Maribaya dan membentuk kembali sungai Cikapundung yang kemudian
mengalir melalui kota Bandung. Pola demikian dapat digolongkan sebagai pola
pengaliran sub-menangga (sub-trellis).
Bila sesar geser lurus masih bekerja dan sungai sudah mengalir sewaktu
sesar itu mulai terjadi, maka biasanya sungai membelok seolah-olah berhenti
kemudian membelah mengikuti patahan untuk sementara, kemudian
meninggalkan sesar itu lagi meneruskan perjalanan pada arah asalnya. Pada peta
topografi dan potret udara / citra satelit tingkah laku sungai semacam ini dapat
dilihat dengan jelas, sehingga apabila melihat bentuk sungai yang demikian maka
dengan mudah dapat ditafsirkan kemungkinan adanya patahan geser-lurus yang
masih aktif. Contoh sesar demikian di Indonesia ialah sesar sepanjang Bukit
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 24
Barisan di Sumatera, sesar Palu Koro di Sulawesi Tengah, dan sesar Gorontalo di
Sulawesi Utara.
Gambar 14. Citra Landsat TM menunjukkan pola pengaliran di sekitar sesar
Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (atas perkenan Sidarto, P3G, 2004)
Tidak semua sesar dapat mempunyai indikasi ekonomi. Akan tetapi
banyak mineral-mineral berharga ditemukan pada sistem persesaran, terutama
pada perpotongan sesar-sesar. Ini terutama disebabkan daerah itu merupakan
daerah lunak dan lemah yang mudah diterobos magma dalam proses hydrothermal
yang menghasilkan mineral-mineral. Endapan tembaga yang terkenal di Nevada,
Amerika Serikat, pada umumnya terdapat dalam perpotongan sistem persesaran,
demikian pula halnya di Alaska. Dengan mengetahui pola pengaliran, dapat
dianalisis sistem persesaran, dengan demikian dapat pula meramalkan dan
menemukan endapan mineral berharga.
Patahan biasanya juga ditandai dengan keluarnya mataair panas maupun
biasa. Mataair panas dapat menjadi sumber pemasukan bagi PAD setempat
melalui pengembangan pariwisata. Mataair biasa sangat penting peranannya untuk
kehidupan manusia dan pertanian.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 25
BAB III
BENTANG ALAM VOLKANIK DAN BENTANG ALAM
DENUDASIONAL
III.1. Dasar teori / ganbar
Bentang alam Vulkanik
Gunung api terbentuk sebagai salah satu pekerjaan tenaga asal dalam. Pada
umumnya pembentuk gunungapi merupakan proses membangun sebagai
kebalikan proses perusakan yang dilakukan oleh tenaga asal luar. Pada kegiatan
gunungapi atau vulkanik dihasilkan rempah-rempah gunungapi atau bahan-bahan
gunungapi berupa lava, pasir gunungapi, lapili, debu gunungapi (tufa) dan bahan-
bahan lainnya yang dilemparkan atau dimuntahkan pada waktu peletusan.
Bersama-sama dengan air yang terdapat di permukaan bumi atau air hujan, hasil-
hasil gunungapi ini dapat bergerak atau longsor karena beratnya sendiri atau
menghasilkan aliran lumpur (mudflow) atau lahar yang mengalir melalui daerah-
daerah yang rendah yaitu sungai ataupun lembah. Di Indonesia bahaya lahar
dikenal sebagai bahaya sekunder yang efeknya lebih besar daripada bahaya primer
yaitu letusan gunungapi itu sendiri.
Gunungapi dapat kita bagi atas gunungapi aktif, gunungapi beristirahat
(dormant) gunungapi padam (extinct). Di Indonesia hampir ketiganya dikenal.
Selain itu terdapat pula pembagian berdasarkan waktu peletusannya dan jenis
peletusannya. Akan tetapi kedua dasar pembagian ini tidak mempengaruhi bentuk
bentangalam. Di sini yang sangat berpengaruh pada bentuk bentangalam
gunungapi adalah umur gunungapi dan jenis rempah-rempah yang dihasilkan
gunungapi tersebut.
Gunungapi di dunia tersebar dalam beberapa pola. Yang paling dikenal
ialah apa yang disebut Jalur Api Pasifik yang melingkari Lautan Pasifik mulai dari
Amerika Selatan sampai ke New Zealand melalui Amerika Utara, Kepulauan
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 26
Aleut, Kamsatka, Kuril, Jepang, Filipina, Sulawesi, Maluku Utara, Pulau-pulau
Solomon, Kaledonia Baru, dan akhirnya Selandia Baru.
Di Indonesia gunungapi tersebar sepanjang jalur gunungapi atau jalur
dalam, mulai dari Aceh menyusur Sumatera terus ke Jawa, pulau-pulau di Nusa
Tenggara dan pulau-pulau di Maluku selatan, melingkari Laut Banda, Sulawesi
Selatan, Tengah dan Utara. Satu kelompok lain terdapat di daerah Maluku Utara
yaitu sebelah barat Halmahera. Ada kurang lebih 70 buah gunungapi yang
digolongkan sebagai gunungapi tipe A, yaitu yang meletus sepanjang sejarah, atau
diketahui manusia (Sudradjat, 1997).
Bentuk bentangalam gunungapi lebih banyak dipengaruhi oleh bahan-
bahan yang dihasilkan gunungapi dan yang membentuk badan gunung tersebut.
Hasil-hasil gunungapi diantaranya adalah lava, bongkah, scoria, lapili, pasir
gunungapi, debu gunungapi dan lahar. Lahar merupakan banjir lumpur dan bahan-
bahan lainnya yang terbawa oleh air hujan dan meluncur di lereng-lereng gunung
melalui lembah-lembah. Temperatur lahar dapat tinggi sekali sehingga amat
berbahaya. Pada umumnya bahaya yang terbesar yang disebabkan oleh gunungapi
di Indonesia ialah bahaya lahar, yang disebut juga sebagai bahaya sekunder. Oleh
karena lahar itu merupakan banjir lumpur maka bentangalam yang dihasilkan
sangat halus, lereng landai dan membentuk lidah mengikuti lembah-lembah. Lava
biasanya membentuk permukaan yang tidak rata, berbongkah-bongkah dan secara
keseluruhan membentuk lidah-lidah.
a. Gunungapi strato
Hasil gunungapi yang bermacam-macam ini dapat sekaligus dihasilkan
oleh suatu gunungapi sehingga terdapat perlapisan antara satu jenis hasil
gunungapi dengan jenis lainnya. Oleh karena itu, gunungapi jenis ini dinamakan
gunungapi strato atau majemuk. Biasanya membentuk seperti kerucut, dengan
sudut lereng sekitar 20º – 30º di bagian tengah dan lebih terjal di puncak.
Sedangkan di bagian kaki yang pada umumnya terbentuk dari lahar, lereng
biasanya landai. Gunungapi semacam ini yang terutama terdapat di Indonesia.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 27
b. Gunungapi tameng
Bila lava merupakan hasil utama suatu gunungapi maka pada umumnya
gunungapi semacam ini akan landai dan membentuk seperti tameng akibat lava
membeku dengan perlahan-lahan dan oleh karena itu lebih cenderung untuk
melebar ke semua arah daripada menumpuk. Kecuraman lereng tergantung dari
kekentalan lava. Lava yang berkomposisi lebih basa biasanya lebih cair dan dapat
bergerak lebih jauh sehingga bentuk gunungapi menjadi sangat landai dan luas.
Sedangkan lava yang kurang basa menghasilkan gunungapi yang lebih berlereng
besar dan daerah penyebarannya lebih kecil.
c. Cindercone
Kadang-kadang gunungapi atau letusannya dapat menghasilkan debu saja,
dan debu ini teronggok di tepi tempat letusan, membentuk bukit yang membulat
dengan bagian tengahnya melekuk. Bentuk semacam ini disebut cindercone.
Pada puncak gunungapi sering dikenal adanya lubang kepundan dan
sebagian puncaknya runtuh membentuk lekukan. Lekukan ini dikenal dengan
nama kawah (crater) yang terjadi pada waktu letusan atau sesudahnya. Jika kawah
mempunyai ukuran yang sangat besar, seringkali dinamakan kaldera.
Erupsi yang berasal dari satu tempat memusat dinamakan erupsi sentral,
lain halnya dengan erupsi celah yang melalui celah berbentuk memanjang (fissure
eruption). Leher gunungapi (volcanic neck) adalah pipa kepundan gunungapi yang
tertinggal sebagai sisa erosi dan membentuk semacam leher atau tiang besar
karena badan gunungapi sebagai penutupnya telah terkelupas dan habis dimakan
erosi
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 28
Gambar 15. Volcanic neck di Shiprock, New Mexico (Thornbury, 1969)
Potensi ekonomi yang terdapat pada bentangalam vulkanik, diantaranya
adalah panas bumi, endapan yarosit, belerang, mataair panas, dll.. Tenaga panas
bumi dapat membuat air bawah permukaan menjadi uap, bertenaga besar dan
dapat memutar turbin untuk pembangkit tenaga listrik. Di Indonesia sekarang ini
sedang giat dilakukan eksplorasi tenaga panas bumi. Endapan Yarosit yang
terlarut dalam air panas terdapat di daerah gunungapi dapat dipakai untuk bahan
cat atau oker, contoh yang terdapat di Ciater di wilayah Kabupaten Subang Jawa
Barat. Mata air panas dapat dikembangkan untuk keperluan pariwisata atau
pengobatan, contohnya terdapat di Maribaya, Ciater, dan Cipanas-Garut. Belerang
biasanya diendapkan di kawah gunungapi (melalui proses sublimasi), atau terlarut
dalam air panas yang kemudian mengendap (contohnya di Kawah Putih,
Talagabodas, Wanaraja). Belerang terutama dipakai untuk bahan pembuat asam
sulfat.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 29
Gambar 16. Digital Elevation Model (DEM) kawasan Cekungan Bandung,
menunjukkan bentangalam vulkanik dengan beragam potensi, diantaranya
mataair panas di bagian utara dan panasbumi di bagian selatan (atas perkenan
Sidarto, P3G,
III.2. Ciri-ciri Bentang Alam Vulkanik
Berdasarkan penampakan morfologi, bentang alam gunung api diklasifikasikan
menjadi :
- Depresi vulkanik; umumnya berupa bentang alam cekungan. Depresi vulkanik
dapat berupa danau vulkanik, kawah, dan kaldera.
- Kubah vulkanik; bentang alam yang memiliki bentuk cembung ke atas, berupa
Parasite cone, Cinder cone.
- Vulkanik semu; bentang alam yang mirip gunung api, bahkan dapat terbentuk
karena proses vulkanisme yang berdekatan.
- Dataran vulkanik; dicirikan dengan puncak vulkanik yang datar dan memiliki
perbedaan/variasi perbedaan ketinggian yang tidak terlalu mencolok. Dataran
vulkanik berupa dataran rendah basal, plato basal, dan dataran plato basal.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 30
III.3. Dasar Teori Bentang Alam Denudasional
Denudasi adalah kumpulan proses yang mana, jika dilanjutkan cukup jauh,
akan mengurangi semua ketidaksamaan permukaan bumi menjadi tingkat dasar
seragam. Dalam hal ini, proses yang utama adalah degradasi, pelapukan, dan
pelepasan material, pelapukan material permukaan bumi yang disebabkan oleh
berbagai proses erosi dan gerakan tanah. Kebalikan dari degradasi adalah
agradasi, yaitu berbagai proses eksogenik yang menyebabkab bertambahnya
elevasi permukaan bumi karena proses pengendapan material hasil proses
degradasi.
Proses yang mendorong terjadinya degradasi dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu :
1. Pelapukan, produk dari regolith dan saprolite ( bahan rombakan dan tanah)
2. Transport, yaitu proses perpindahan bahan rombakan terlarut dan tidak terlarut
karena erosi dan gerakan tanah.
1.Pelapukan
Pelapukan merupakan proses perubahan keadaan fisik dan kimia suatu
batuan pada atau dekat dengan permukaan bumi [tidak termasuk erosi dan
pengangkutan hasil perubahan itu]. Ketika batuan tersingkap, mereka akan
menjadi subjek dari semua hasil proses pemisahan / dekomposisi batuan insitu.
Pemisahan batuan umumnya disebabkan karena pengaruh kimia, fisika,
organisme, ataupun kombinasi dari ketiganya.
Tipe proses pelapukan pada kenyataan dan tingkat aktivitasnya dipengauhi oleh :
a. Sort / pemilahan
b. Iklim
c. Topografi / morfologi
d. Proses geomorfologi
e. Vegetasi dan tata guna lahan
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 31
2. EROSI AIR PERMUKAAN
Erosi adalah suatu kelompok proses terlepasnya material permukaan bumi
hasil pelapukan yang dipengaruhi tenaga air, angin, dan es. Ini juga termasuk
perpindahan partikel dengan pemisahan karena pengaruh turunnya hujan dan
terbawa sepanjang aliran sebagaiman suatu arus melalui darat. Ketika arus
menjadi seragam secara relatif dan tipis [sempit], partikel dipindahkan dari
permukaan tanpa adanya konsentrasi erosi.
Erosi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
• Erosi normal, terjadi secara alamiah dengan laju penghancuran dan
pengangkutan tanahnya sangat lambat sehingga memungkinkan kesetimbangan
antara proses penghancuran dan pengangkutan dengan proses pembentukan tanah.
• Erosi dipercepat, terjadi akibat pengaruh manusia sehingga laju erosi jauh lebih
besar daripada pembentukan tanah.
Faktor – faktor yang mempengaruhi erosi antara lain :
1.Iklim
Di daerah tropika basah, faktor iklim yang mempengaruhi erosi adalah
hujan, terutama besarnya curah hujan, intensitas dan distribusi hujan, kecepatan
jatuh butir hujan, besar butiran hujan. Besarnya curah hujan adalah volume air
yang jatuh pada suatu areal [dinyatakan dalam m3/luas]. Intensitas hujan adalah
besarnya yang jatuh pada suatu waktu tertentu [dinyatakan dalam mm/jam atau
cm/jam].
2.Relief
Dua unsur yang berpengaruh adalah kemiringan lereng dan panjang
lereng. Kemiringan lereng akan memperbesar jumlah aliran permukaan sehingga
memperbesar kekuatan angkut air. Selain itu, jumlah butir – butir tanah yang
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 32
terpercik ke bawah oleh tumbukan butir hujan semakin banyak. Panjang lereng
dihitung dari titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik dimana air masuk
ke dalam saluran [sungai] atau dimana kemiringan berkurang sedemikian rupa
sehingga kecepatan aliran air sangat berkurang. Air yang mengalir di permukaan
tanah akan terkumpul di ujung lereng. Dengan demikian berarti makin banyak air
yang mengalir dan semakin besar kecepatannya di bagian bawah lereng daripada
di bagian atas. Akibatnya adalah tanah di bagian bawah lereng mengalami erosi
lebih besar daripada bagian atas. Selain kedua hal tersebut, yang berpengaruh
adalah konfigurasi lereng, misalnya berbentuk cembung akan banyak terjadi erosi
lembar. Lereng yang cekung cenderung erosi berbentuk alur atau parit. Aspek lain
yang berpengaruh misalnya keseragaman lereng.
3.Vegetasi
Vegetasi akan berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Aspek
pengaruh tersebut adalah :
1. Intersepsi hujan oleh tajuk, sehingga mengurangi jumlah hujan di permukaan
tanah.
2. Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air.
3. Pengaruh akar dan kegiatan biologi terhadap ketahanan struktur tanah infiltrasi.
4. Pengaruh terhadap porositas tanah menjadi lebih besar.
5. Peristiwa transpirasi yang dapat mengurangi kandungan air tanah sehingga
yang datang kemudian dapat masuk ke dalam tanah lagi.
4.Tanah
Sifat tanah yang berpengaruh terhadap laju erosi adalah tekstur, struktur,
bahan organik, kedalaman tanah, dan sifat – sifat lapisan bawah. Tekstur dan
struktur tanah tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan.
5.Manusia
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 33
Di sini dapat berpengaruh positif dan negatif. Yang negatif apabila
menjadikan erosi lebih besar, contohnya penggundulan hutan, sistem huma, dan
sebagainya. Tindakan yang positif misalnya penghutanan, pembuatan bangunan –
bangunan pencegah erosi, tindakan konservasi tanah, dsb.
Overland flow yang seragam tipis hanya terdapat pada suatu bentuk permukaan
rata dan biasanya menjadi semakin sangat tipis pada suatu permikaan yang dalam
sehingga efek terjadinya longsor adalah kecil, sebab hanya material halus yang
dapat diangkut dengan cara ini. Kekuatan yang diperlukan untuk mengikis bahan
rombakan menjadi lebih besar dibandingkan kekuatan yang yang diperlukan
untuk mengangkutnya. Hampir semua permukaan alami terlalu tidak seimbang
untuk menghasilkan arus seragam, dan sebagai gantinya, kebanyakan air
dikonsentrasikan pada diskontinuitas tekanan yang kecil pada permukaan itu.
Variasi pada ketebalan arus menghasilkan variasi di mana bahan rombakan
terbawa, sehingga menjadikan erosi permukaan memiliki konsentrasi tinggi, Jika
arus cukup besar, mereka akan mengikis sejumlah saluran kecil, dan jika saluran
ini dangkal, mereka cenderung untuk berpindah posisi dari waktu ke waktu.
5. Gerakan Tanah
Gerakan tanah adalah perpindahan massa tanah atau batuan pada arah
tegak, datar, atau miring dari kedudukannya semula, yang terjadi bila ada
gangguan kesetimbangan pada saat itu.
Ada empat jenis utama gerakan massa :
1. Falls [runtuhan]
2. Slides [longsoran]
3. Flows [aliran]
4. Kompleks
Gerakan ke arah bawah yang relatif tegak lurus, yang menyangkut material
permukaan tanah atau batuan tanpa gerakan ke arah mendatardan tidak ada sisi
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 34
yang bebas. Dapat disebabkan karena terlampau berat beban dan daya dukung
tanah kecil. Juga bisa karena pemompaan air tanah jauh melampaui batas,
sehingga pori – pori yang tadinya terisi oleh air tanah akan mampat.
Dengan demikian penyebab terjadinya gerakan tanah adalah :
1. Kemiringan tanah
2. Jenis batuan / tanah
3. Struktur geologi
4. Curah hujan
5. Penggunaan tanah dan pembebanan massa
6. Getaran
- Gempabumi
- Lalulintas.
III.4. Ciri-ciri Bentang Alam Denudasional
Ciri-ciri bentang alam denudasional yaitu yang menjadi suatu ciri dari
bentang akam denudasioanal itu sendiri, misalnya kita lihat dari proses
pelapukannya. Proses pelapukan merupakan kesatuan dari semua proses pada
batuan baik secara fisik, kimia dan biologi, sehingga batuan mengalami
disintegrasi dan dekomposisi. Batuan yang lapuk menjadi soil yang merupakan
fragmen lepas, kemmudian oleh aktifitas erosi, dan gravitasi, terangkut kedaerahh
yang lebih rendah menuruni lereng dan kemudian terendapkan.
Daerah yang ditinggalkan, daerah yang mempunyai topografi lebih tinggi
dengan relief yang kasar karena terjadinya alur-alur dan lembah-lembah,
kemudian dikenal dengan bentuk alam denudasional. Pada bentuk alam
denudasional maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat pengikisan. pada
bentang alam denudasioanl, efek litologi sangatlah penting. Untuk batuan yang
mempunyai resistensi yang sangat tinggi akan memberikan relief yang menonjol
dibandingkan dengan resistensi yang rendah.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 35
BAB IV
BENTANG ALAM STRUKTURAL DAN BENTANG ALAM PANTAI
IV.1. Dasar Teori Bentang Alam Struktural
Bentang alam structural adalah bentang alam yang pembentukannya
dikontrol oleh struktur geologi.
Yang menyebabkan adanya bentang alam structural adalah :
Lipatan
Kekar
sesar
Struktur geologi ada dua macam yaitu :
1. Struktur primer, yaitu struktur yang terbentuk bersamaan dengan
terbentuknya batuan.
Contoh : perlapisan
2. Struktur sekunder, yaitu struktur yang terbentuk setelah pembentukan
batuan.
Contoh : lipatan, kekar dan sesar
Struktur sekunder biasanya terbentuk oleh adanya proses asal dalam atau
gaya endogenik, sehingga menyebabkan batuan yang telah terbentuk terangkat,
terelipat dan tersesarkan. Kemudian bentukan struktur tersebut mengalami proses
eksogenik sehingga terbentuk bentang alam structural.
Bentang alam structural dikelompokan menjadi 3 macam :
1. Dome mountain
2. Folded mountain
3. Block mountain
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 36
A. Pegununga kubah/dome mountain
Dome/kubah adalah suatu struktur yang terjadi melalui proses
pengangkatan perlahan yang dapat meliputi daerah yang sempit ataupun
pada daerah yang luas.
Pada peta topografi, bentuk dome/mountain dicirikan oleh penyebaran
jurus dan kemiringan batuannya. Pola penyebaran kontur, biasanya
berbentuk lonjong tertutup dan bulat. Sedangkan pola penyaluran
sungainya adalah radial ataupun annuler.
1. Macam-macam pegunungan kubah/dome mountain :
a. Salt dome
Terbentuk akibat konsentrasi dan kristalisasi massa garam yang
mengalami perbesaran volume.
b. Lacolith dome
Terbentuk akibat intrusi magma yang konkordan atau intrusi yang
tidak memotong lapisan batuan di sekitarnya.
c. Batholith dome
Terbentuk akibat intrusi magma yang diskordan dan konkordan
pada
bagian atasnya.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 37
Gambar 17. Bentuk dari intruksi magma
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 38
Gambar 18. Susunan dari bentuk magma (sambunangn gambar di
atas).
2. Stadia pegunungan kubah
a. Pegunungan kubah/dome mountain stadia muda, dicirikan oleh :
1) Sungai yang berkembang adalah jenis sungai konsekuen
2) Pola penyaluran radial
3) Pada bagian puncak dome dijumpai perkembangan cekungan
4) Elevasi puncak dome masih tinggi.
b. Pegunungan kubah/ dome mountain stadia dewasa, dicirikan oleh :
1) Proses erosi semakin berkembang sehingga semakin sering
dijumpai hogback dan water gap.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 39
‘’ ‘’
Gambar 19. Bentuk dari mesa, hogback dan cuesta.
2) Mulai dijumpai jenis sungai subsekuen dan obsekuen
3) Pola penyaluran berkembang menjadi annular
c. Pegunungan kubah/dome mountain stadia tua, dicirikan oleh
1) Pegunugan kubah/dome mountain menjadi daerah
dataran/peneplain akibat proses eksogen
2) Pola penyaluran tidak teratur lagi
B. Pegunungan lipatan/folded mountain
Pegunungan lipatan adalah suatu pegunungan yang terbentuk oleh
struktur lipatan yang relative sederhana, sedsangkan pegunungan dengan
lipatan-lipatan yang rumit disebut pegunungan kompleks (complex
mountain).
1. Stadia pegunungan lipatan/folded mountain
a. Pegunugan lipatan/folded mountain stadia muda, dicirikan oleh :
1) Morfologinya masih menggambarkan adanya lingkungan
antiklin.
2) Sunai-sungainya bermula menempati sepanjang sinklin
(konsekuen longitudinal/longitudinal cosequents)
3) Sungai lainnya berasal dari puncak antiklin yang disebut
konsekuen lateral/lateral consecuents
b. Pegununan lipatan/folded mountain stadia dewasa , dicirikan :
1) Pengikisan di puncak antiklin berlangsung terus sehingga dapat
berbentuk lembah antiklin.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 40
2) Kenampakan morfologi terhadap struktur geologi menjadi
terbalik/inverted relief. Missal yang semula cekungan sinklin
bias menjadi bukit sinklin.
3) Dijumpai bukit-bukit antiklin/anticlinals ridges dan lembah-
lembah sinklin bias manjadi bukit sinklin.
4) Apabila lapisan-lapisanya miring satu arah, maka dapat
terbentuk bukit- bukit monoklin / monoclonal ridges.
5) Pada daerah lipatan yang miring tiga arah kenampakan
morfologinya berbentuk zigzag ataupun berbentuk cerutu.
Arah penunjam ditunjukan oleh belokan pegungungan yang
meruncing.
6) Pola penyaluran sungainya adalah trellis.
c. Pegunungan lipatan / folded mountain stadia tua, dicirikan oleh
pengikisan yang semakin lanjut, maka daerah pegunungan lipatan
akhirnya menjadi daerah dataran / peneplain.
C. pegunungan patahan/ block mountain.
Pegunungan patahan ini merupakan hasil deformasi dengan sesar. Jenis
sesar yang mengontrol bentang alam ini adalah sesar naik/turun ataupun sesar
geser. Namun secara umum yang menjadi masalah adalah sulitnya melakukan
pengamatan sesar dari hanya melihat kenampakan morfologi. Tetapi ada
beberapa kenampakan umum yang dapat dipakai sebagai penunjuk, yaitu:
1) Beda tinggi ang relative menyolok pada daerah yang sempit.
2) Adanya kenampakan dataran yang sempit memanjang.
3) Adanya system gawir yang relative lurus.
4) Adanya kelurusan sungai yang melewati zona patahan.
5) Pola penyaluran jenis rectangular. Trellis dan contorted atau
modifikasi dari ketiganya.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 41
1. Stadia pegunungan patahan / block mountain.
a. Pegunungan patahan stadia muda, dicirikan :
1) Adanya gawir-gawir terjal yang memisahkan antara blok
pegunungan dengan blok lembah.
2) Bidang gawir masih terjal dan rata, belum tersayat oleh
lembah-lembah.
3) Pegunungan blok lebih landai dari muka gawir.
b. Pegunungan patahan stadia dewasa, dicirikan :
1) Adanya triangular facets, yang merupakan sisa bidang sesar
setelah terkikis beberapa lembah.
2) Adanya dataran alluvial yang cukup luas di mukan bidang blok
dengan kipas alluvial sebagai transisi.
3) Kipas alluvial terletak berjajar dalam garis lurus sepanjang kaki
muka blok.
4) Adanya teras-teras baru pada kaki bidang muka blok yang
dapat terbentuk oleh adanya sesar resen.
5) Dijumpainya danau, blok basin lakes yang terbentuk di depresi
antrara dua blok atau antara punggungan atau blok yang lain.
c. Pegunungan patahan stadia tua, dicirikan :
1) Oleh pengikisan lanjut, maka daerah pegunungan patahan
menjadi datar dan kehilangan bentuk asimetrinya.
2) Bidang muka dan puggumgannya menjadi berlereng sama
panjang.
Contoh bentuk lahan stuktural: Bentuk lahan denudasional structural (structural
denudasional land form)
Inselberg
Piedmont angle(break of slope)
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 42
Gambar 20. Bentuk lahan denudasional structural (structural denudasional
land form).
G. Ijo G. Gajah G.Menoreh
Gambar 21. Perbukitan pengunungan denudasional kulong progo
(Denudational hills-mountine of kulon progo)
IV.2. Ciri-ciri Bentang Alam Struktural
Secara umum bentang alam yang dikontrol oleh struktur patahan sulit
untuk menentukan jenis patahannya secara langsung. Untuk itu, dalam hal ini
hanya akan diberikan ciri umum dari kenampakan morfologi bentang alam
struktural patahan, yaitu :
a. Beda tinggi yang menyolok pada daerah yang sempit.
b. Mempunyai resistensi terhadap erosi yang sangat berbeda pada posisi/elevasi
yang hampir sama.
c. Adanya kenampakan dataran/depresi yang sempit memanjang.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 43
d. Dijumpai sistem gawir yang lurus(pola kontur yang lurus dan rapat).
e. Adanya batas yang curam antara perbukitan/ pegunungan dengan dataran yang
rendah.
f. Adanya kelurusan sungai melalui zona patahan, dan membelok tiba-tiba dan
menyimpang dari arah umum.
g. Sering dijumpai(kelurusan) mata air pada bagian yang naik/terangkat
h. Pola penyaluran yang umum dijumpai berupa rectangular, trellis, concorted
serta modifikasi ketiganya.
i. Adanya penjajaran triangular facet pada gawir yang lurus.
IV.3. Dasar Teori Bentang Alam Pantai
Bentang alam pantai
Bagian ini terutama akan membicarakan bentuk-bentuk geomorfologi
pantai beserta cara terjadinya dan penyebabnya. Selain pantai laut juga akan
disinggung tentang pantai danau.
Ada tiga macam gerakan air laut yang menyebabkan proses gradasi pada
permukaan bumi, yaitu gelombang, arus, dan pasang-surut. Pasang surut
sebenarnya sangat sedikit pengaruhnya.
Angin adalah penyebab utama terjadinya gelombang. Kecepatan, besarnya
daerah yang tertiup angin (fetch), dan lamanya angin bertiup menentukan
besarnya gelombang. Istilah-istilah yang dipakai dalam mengukur besarnya
gelombang sama dengan istilah yang dipakai dalam ilmu fisika, yaitu panjang
gelombang, tinggi gelombang, dan waktu gelombang (getaran), serta kecepatan
gelombang. Oleh karena fetch di danau pada umumnya tidak cukup luas, maka
gelombang besar jarang terjadi. Gelombang paling besar yang pernah tercatat,
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 44
yaitu yang mempunyai tinggi gelombang sebesar 16 meter, ditimbulkan oleh fetch
paling tidak sebesar 1000 kilometer (Kuenen, 1950; dalam Thornbury, 1969)
Ada dua macam gelombang yang dikenal yaitu gelombang osilasi (wave
of oscillation) dan gelombang translasi (translation). Yang pertama terjadi di
tempat-tempat yang dalam sehingga dasar lautan tidak berpengaruh terhadap
gelombang ini. Sedangkan yang kedua terjadi di tempat-tempat yang dangkal di
tepi pantai. Pada gelombang pertama tidak terjadi gerakan air secara mendatar,
akan tetapi pada gelombang translasi gerakan air yang dominan adalah gerakan
mendatar sehingga terjadi pengikisan terhadap pantai dan dasar laut dangkal.
Perubahan antara kedua jenis gelombang itu menimbulkan pengosongan dan
pengumpulan massa air, karena itu di sini gelombang menjadi pecah atau rebah
(surf). Tempat ini menunjukkan perubahan kedalaman dasar laut. Gelombang
translasi mempunyai dua fungsi yaitu pengikisan pantai dan pengendapan kembali
di tempat-tempat yang rendah serta pengikisan dasar pantai yang terletak di atas
“dasar gelombang” (wave base). Dasar gelombang adalah tempat terdalam, yang
mana pengaruh gelombang masih terasa. Pengikisan dasar pantai pada waktu air
bergerak ke arah pantai dinamakan debak (wash), sedangkan pada waktu kembali
menjauhi pantai disebut pencucian balik (backwash) ditampilkan pada Gambar 21
di bawah ini
Gambar 21. Ilustrasi wash dan backwash akibat pergerakan air di pantai
(Strahler & Strahler, 1984).
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 45
Selain oleh angin gelombang dapat ditimbulkan pula oleh gempa bumi
yang terjadi di dasar laut. Acapkali gelombang itu mempunyai ukuran yang besar
dan dapat melanda pantai serta menimbulkan banjir dan bencana di daerah pantai.
Gelombang semacam ini dinamakan tsunami. Pada 26 Desember 2004 telah
terjadi tsunami di lepas pantai NAD dan Sumatera Utara dengan sumber
gempabumi terletak sekitar 149 arah selatan dari Meulaboh. Ketinggian
gelombang tsunami mencapai 2-10 m. Gempabumi penyebab tsunami diketahui
memiliki kedalaman pusat gempa sekitar 20 km di bawah Samudera Hindia.
Beberapa pusat pengukuran gempabumi menaksir kekuatan gempa mencapai 6,9
– 9,1 R. Wilayah yang terkena bencana meliputi Srilanka, India, dan Indonesia
(Gambar 7.2). Indonesia merupakan wilayah yang mengalami kerusakan paling
parah dengan korban jiwa mencapai lebih dari 200 ribu orang (Gambar 7.3).
Gambar 22. Penyebaran pengaruh tsunami yang terjadi pada 26 Desember
2004 di kawasan Asia Selatan (Sudradjat, 2005)
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 46
Gambar 23. Kerusakan akibat tsunami di kawasan Penayung, Banda Aceh,
NAD (PR, 2005).
Arus (current) dibedakan dari gelombang oleh karena di sini terjadi
pemindahan massa air. Penyebabnya bermacam-macam, akan tetapi yang
mempunyai arti dalam geomorfologi adalah yang ditimbulkan karena angin.
Apabila arus ini menabrak pantai dengan posisi miring maka akan timbul arus
sepanjang pantai (longshore current) yang akan mempengaruhi pembentukan
pantai. Pantai sedikit demi sedikit bergeser sepanjang garis pantai sebagai hasil
kerja arus semacam ini (longshore drifting) ditampilkan pada Gambar 7.4.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 47
Gambar 24. Fenomena longshore current dan longshore drifting (Strahler &
Strahler, 1984)
Selain oleh angin, arus dapat pula ditimbulkan karena adanya pasangsurut
(tidal current). Oleh karena permukaan air laut yang berlainan antara satu tempat
dengan tempat lainnya maka akan terjadi arus dari tempat pasang ke tempat surut
terutama melalui selat-selat, sebagai contoh selat-selat di antara pulau di Nusa
Tenggara. Arus yang ditimbulkan oleh pasangsurut inipun berpengaruh pula
terhadap pembentukan pantai. Tidal bore adalah bagian muka arus yang terjadi
karena pasangsurut. Tidal bore biasanya berpengaruh dalam pengikisan pantai dan
pembentukan endapan laut.
1. Erosi pantai
Gelombang yang menghempas ke arah pantai dapat merusak pantai
tersebut, akibatnya pantai sedikit demi sedikit menjadi mundur posisinya ke arah
darat. Pantai yang demikian dinamakan pantai yang mengalami pemunduran atau
abrasi (abration). Di Indonesia pantai yang mengalami abrasi umpamanya pantai
Sumatera Barat (sekitar Padang) dan pantai Teluk Jakarta.
Muara sungai pada umumnya menumpahkan bahan-bahan yang dibawa
sungai ke laut. Akibat perubahan kecepatan air sungai yang terjadi di muara maka
bahan-bahan yang terangkut ini segera mengendap, dan membentuk pantai yang
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 48
tumbuh atau mengalami akresi (accretion). Pada pengikisan pantai terjal mula-
mula terjadi bagian yang melekuk pada mukalaut, kemudian lama-kelamaan
pantai itu runtuh dan mundur sedikit demi sedikit.
2. Pantai tumbuh
Pantai tumbuh terjadi di tempat-tempat pengendapan bahan-bahan yang
dibawa sungai atau dibawa arus laut itu sendiri. Sungai ini membentuk delta dan
bahan-bahan yang dibawanya mengendap pula di depan pantai. Pantai yang
demikian dinamakan pantai tumbuh atau mengalami akresi. Di Indonesia pantai
yang tumbuh terutama dikenal di pantai-pantai Selat Malaka dan Laut Jawa.
Pengendapan yang terjadi di depan pantai terdiri dari bermacam-macam
jenisnya. Bar adalah endapan di muka pantai yang kira-kira hampir sejajar pantai.
Cuspate bar adalah salah satu jenis bar yang menyudut atau membentuk semacam
taji terhadap pantai, sedangkan tombolo menghubungkan pantai dengan pulau
kecil di depan pantai yang pulau ini juga terbentuk dengan cara pengendapan.
“Pematang pantai” adalah endapan yang terbentuk pada pantai sepanjang garis
pantai dari bahan-bahan hasil pengikisan pantai atau bahan-bahan yang dibawa
sungai yang dimuntahkan ke laut.
3. Klasifikasi bentuk pantai
Pantai dapat digolongkan menjadi 4 golongan besar, yaitu :
1. Pantai naik (emergence coast)
2. pantai turun atau tenggelam (submergence coast)
3. pantai statis (neutral coastline)
4. pantai gabungan (compound coastline) yang dikemukakan oleh Johnson
pada tahun 1919 (dalam Thornbury, 1969).
a. Pantai naik (emergence coast)
Pantai naik bercirikan garis pantai yang relatif rata, oleh karena dasar laut
yang hampir rata dan tidak mengalami erosi serta mengalami pengendapan,
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 49
terangkat ke atas mukalaut. Kalaupun berbelok-belok, maka belokan ini halus dan
rata serta perlahan. Pantai naik tidak dapat dicampurbaurkan dengan pantai maju.
Pada pantai maju penambahan pantai terjadi karena pengendapan. Pantai naik
yang terbentuk karena patahan pada umumnya berbentuk lurus tetapi terjal.
b. Pantai turun (submergence coast)
Pada pantai turun, bagian daratan yang sudah tererosi dan membentuk
lembah-lembah serta roman muka yang tidak rata tenggelam di bawah mukalaut.
Garis pantai menjadi berkerinyut dan banyak berbelok-belok tidak teratur. Pantai
inipun jangan disamakan dengan pantai yang terdiri dari batuan yang keras
sehingga membentuk pantai tidak teratur. Biasanya yang disebutkan terakhir
membentuk pantai yang terjal.
Gambar 25. Pantai turun di Pelabuhan Whangaroa, bagian timur laut
Auckland, New Zealand (Thornburry, 1969)
c. Pantai statis (neutral coastline)
Pada pantai statis tidak terjadi pengendapan di muka pantai serta pertumbuhan
dan pemunduran pantai, seperti diuraikan dalam bagian (1) dan (2) di atas.
Karakteristik pantai ini diantaranya terbentuk delta, dataran aluvial, bersifat
vulkanik, dan coral reef tumbuh dengan baik.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 50
d. Pantai gabungan (compound coastline)
Pantai ini mengalami proses gabungan, pada periode tertentu mengalami
penurunan, pada periode lain mengalami penaikan. Oleh karena itu, karakteristik
pantai naik dan turun keduanya ditemukan pada jenis pantai ini.
IV.4. Ciri-ciri Bentang Alam Pantai
Terdapat enam tipe pantai di Indonesia dengan ciri-ciri dari bentuk pantainya
masing-masing :
1. Wave Erosion Coast
Pantai dengan tipologi Wave Erosion Coast merupakan pantai yang
umumnya terbentukakibat aktivitas erosi gelombang. Karakteristik fisik (abiotik)
ditandai dengan bentukmorfologi pantai yang terjal (cliff), lereng berteras dan
berbukit. Pantai dengan tipologi Wave Erosion Coast dapat dijumpai di Pura
Uluwatu yang berbukit terjal.
2. Coast Built by Organism
Tipe pantai ini dibentuk oleh organisme laut, sehingga terlihat dataran
pantai yang relatifluas, berwarna keputihan, dan diselang-seling oleh bongkahan
organisme laut yang sudahmembatu. Tanaman bakau relatif banyak ditemui. Tipe
pantai ini dapat dijumpai diTanjung Panto, wilayah Kecamatan Malingping,
Propinsi Jawa Barat.
3. Volcanic Coast
Tipologi pantai Volcanic Coast merupakan pesisir yang terbentuk sebagai
akibatproses volkanik. Tipe pantai seperti ini biasanyaplatform-nya landai dan
memungkinkantumbuhnya karang, sehingga lautnya cukup jernih seperti dijumpai
di Pantai Pasir Putih,Situbondo. Air laut relatif tenang dengan ketersedian airtanah
yang cukup baik dan tidakasin.
4.Marine Deposition Coast
Tipologi pantai Marine Deposition Coast adalah pantai atau pesisir yang
dibentukoleh proses deposisi material sedimen marin. Termasuk dalam kategori
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 51
ini adalah pesisirberpenghalang (barrier coast), seperti barrier beaches, barrier
island, barrier spits and
bays, cuspate foreland, beach plains, coastal sand plainstanpa lagoon, dan rataan
lumpur (mud flat) atau rawa garam (salt marsh).
5. Structurally Shaped Coast
Tipologi structurally shaped coast yaitu pesisir yang terbentuk akibat
proses patahan, lipatan, atau intrusi batuan sedimen, seperti kubah garam atau
kubah lumpur dangkal (salt domes atau mud lumps). Karakteristik fisik tipe
pantai structurally shaped coast, ditandai dengan bentuk morfologi pantai yang
tidak teratur dan terjal. Tipologi pantai ini dapat dijumpai di Probolinggo (Gunung
Bentar).
6. sub-aerial deposition Coast
Pantai dengan tipologi sub-aerial depositon coast, merupakan pantai yang
umumnyaterbentuk akibat akumulasi bahan-bahan sedimen sungai yang
membentuk delta denganrataan pasang surut (tidal flat).
BAB V
BENTANG ALAM KARST DAN BENTANG ALAM EOLIAN
V.1 Dasar Teori Bentang Alam Karst
Bentang alam Karst
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 52
Bentangalam karst termasuk bentuk bentangalam yang penting, dan
banyak pula ditemukan di Indonesia. Bentuk ini sangat erat berhubungan dengan
batuan endapan yang mudah melarut. Oleh karena itu dengan mengetahui bentuk
bentangalamnya, pada umumnya orang dapat mengetahui jenis batuannya,
terutama juga oleh karena bentuk bentangalam karst sangat karakteristik dan
mempunyai tanda-tanda yang mudah dikenal baik di lapangan, pada peta topografi
maupun pada potret udara dan citra satelit. Bentangalam ini terutama
memperlihatkan lubang-lubang, membulat atau memanjang, gua-gua dan bukit-
bukit yang berbentuk kerucut. Di dunia, daerah yang ditutupi bentangalam karst
tersebar di Perancis Selatan, Spanyol Utara, Belgia, Yunani, Jamaika, beberapa
negara Amerika Selatan, dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat
(Tenesse, Indiana, Kentucky). Sebenarnya kata karst berasal dari nama suatu
pegunungan di Yugoslavia yang berbentangalam spesifik ini.
Di Indonesia bentangalam karst dapat ditemukan di beberapa daerah di
pulau Jawa, yaitu Jampang di Selatan Jawa Barat, pegunungan Sewu di Kulon
Progo Jawa Tengah, daerah perbukitan Rembang di Jawa Timur, dan beberapa
daerah di Sulawesi Tengah. Di Irian Barat bentangalam karst ditemukan di Kepala
Burung pada formasi Klasafet, sedangkan di Sumatera ditemukan, terutama di
Sumatera Selatan dan Aceh.
a. Terjadinya bentuk bentangalam karst
Bentangalam karst terbentuk karena batuan muda dilarutkan dalam air dan
membentuk lubang-lubang. Bentangalam ini terutama terjadi pada wilayah yang
tersusun oleh batugamping yang mudah larut, dan batuan dolomit atau gamping
dolomitan. Akibat pelarutan yang memegang peranan utama, maka air sangat
penting artinya. Bentangalam karst biasanya berkembang di daerah yang
mempunyai curah hujan cukup.
Di samping itu, pelarutan maksimum dapat terjadi bila air tidak mencapai
jenuh akan karbonat. Air yang mengalir dapat menciptakan keadaan ini. Air yang
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 53
mengandung CO2 (gas) akan lebih mudah melarutkan batugamping. Di bawah ini
diperlihatkan reaksi kimia yang menghasilkan pelarutan tersebut.
H2O + CO2 -><- H2CO3 2H2CO3 + CaCO3 -><-Ca(HCO3)2 + H2 (larut) (gas)
Reaksi kimia dan keseimbangannya pada proses pelarutan batugamping
Bila Ca(HCO3)2 terkena udara kembali maka berarti ada penambahan H2
dari udara, oleh karena itu keseimbangan reaksi akan bergerak ke kiri dan akan
terbentuk kembali CaCO3 yang mengendap. Reaksi tersebut kemudian
menerangkan terbentuknya stalaktit dan stalakmit yang dikenal dalam gua-gua di
daerah kapur. Oleh karena itu, syarat penting untuk terbentuknya kedua jenis
endapan ini ialah adanya persediaan H2 secara terus-menerus yang dapat
diperoleh apabila udara dapat mengalir di dalam gua itu. Udara yang segar selalu
menggantikan udara yang berada di dalam gua.
b. Karakteristik bentangalam karst
Gejala-gejala yang khas sebagai karakteristik bentangalam karst
diantaranya adalah terra rossa, lapies, sinkholes, dll (Thornbury, 1969). Berikut
ini pembahasan secara umum karakteristik tersebut.
1. Terra rossa dan lapis
Bila batugamping sudah terlarut biasanya akan meninggalkan bagian-
bagian yang tidak dapat larut dalam air, oleh karena itu akan terbentuk
persenyawaan karbonat. Pada umumnya sisa-sisa ini berkomposisi besi, berwarna
merah atau merah coklat. Sisa-sisa ini dinamakan terra rossa (Gambar 6.2). Sisa
yang masih mengandung banyak karbonat biasanya berwarna hitam atau
merupakan pelapukan batugamping. Bila batuan terlarut tidak meninggalkan sisa-
sisa, maka daerah itu tidak mempunyai tanah penutup dan menghasilkan bentuk
permukaan yang kasar dan kadang-kadang memperlihatkan garis-garis bekas
pelarutan. Bentuk – bentuk tersebut dinamakan lapies gambar 26.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 54
Gambar 26. Terra rossa di bagian atas batugamping, beberapa kekar tampak
makin melebar akibat proses pelarutan (Thornbury, 1969).
Gambar 27. Kenampakan lapies di dekat Mitchell, Indiana, USA (Thornbury,
1969).
2. Lubang tenggelam (sinkholes), doline, uvala, gua, stalaktit dan
stalakmit.
Pelarutan pada umumnya berlangsung di daerah-daerah yang lunak,
terutama pada perlapisan, sepanjang retakan dan pada perpotongan retakan-
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 55
retakan. Lubang ini kemudian membesar di bagian bawah akibat air terkumpul di
sini, dan pada suatu ketika bagian atas batuan akan runtuh sehingga terbentuk
lubang yang besar dan terbuka. Lubang ini dinamakan doline (berasal dari Bahasa
Serbia “dolines”) bila bentuknya membulat atau uvala bila bentuknya memanjang.
Tempat sungai masuk ke dalam tanah sebelum menjadi sungai bawah tanah
dinamakan lubang tenggelam (sinkholes), atau lubang masuk. Pada akhirnya
sungai bawah tanah ini akan muncul kembali dan dinamakan mata air atau sumber
air (spring) atau pemunculan (rise). Tempat pemunculan ini sangat penting dan
sering dipakai sebagai sumber pengairan. Kadang-kadang tidak terlihat adanya
lubang masuk yang menghasilkan sungai bawah tanah ini. Air terkumpul dari
banyak tempat peresapan melalui celah-celah. Bila pada suatu waktu air tidak ada
lagi maka terbentuklah terowongan-terowongan bekas sungai dan gua-gua. Gua
dapat juga terbentuk oleh karena doline yang runtuh dan membentuk rongga. Di
dalam gua ini, jika persyaratan memenuhi seperti diuraikan di muka, akan
terbentuk stalactites, tiang-tiang karbonat yang terbentuk di bagian atap gua, dan
stalagmites yang tumbuh di bagian lantai gua.
3. Bukit kerucut (conical hills)
Sisa-sisa erosi dan daerah yang belum terlarut karena letaknya di bagian
yang keras, misalkan relatif tidak retak dan tidak berlapis serta kompak, akan
membentuk bukit-bukit seperti kerucut. Daerah-daerah yang lemah karena retakan
berkembang menjadi doline dan akhirnya satu doline menyambung dengan doline
lainnya sehingga terbentuk sisa-sisa berupa bentuk kerucut (conical hills, pepino
hills (Puerto Rico), hums, mogotes (Cuba). Bentuk ini merupakan bentuk yang
paling mantap dan tahan terhadap pelarutan dan erosi.
Letak bukit kerucut biasanya teratur karena letak retakan yang dilarutkan
pun biasanya teratur pula dalam suatu sistem peretakan. Dari letak bukit-bukit ini
biasanya dapat dianalisis sistem retakan di suatu daerah karst dan kemudian untuk
mengetahui arah tekanan atau gaya-gaya yang berpengaruh di daerah tersebut.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 56
Pada peta topografi, potret udara atau citra satelit dengan mudah bukit-
bukit ini dikenali, terutama karena ketinggiannya yang cukup memadai sehingga
tampak pada peta berskala 1:25.000 bahkan 1:100.000. Di Indonesia bukit-bukit
ini mempunyai tinggi berkisar antara 3 sampai beberapa puluh meter.
Gambar 28. Ilustrasi bentangalam karst di Indiana bagian selatan, USA
(Thornbury, 1969)
Potensi ekonomi di wilayah karst diantaranya endapan fosfat, terra rossa,
dan bahan bangunan. Di gua-gua sering terdapat onggokan fosfat hasil reaksi
kimia antara kotoran burung penghuni gua dengan karbonat. Endapan ini dapat
dipakai untuk bahan pupuk. Terra rosa yang mengandung kadar besi tinggi
ditambang kandungan bijih besinya. Dewasa ini masih dipersoalkan untuk
pengambilan aluminium yang mungkin dikandung terra rossa dalam jumlah amat
sedikit. Bentangalam karst terbentuk di daerah batugamping, oleh karena itu
bahan bangunan batugamping mudah diperoleh baik untuk industri kecil
(pembakaran batugamping) ataupun bahan semen. Patut diperhatikan
kemungkinan adanya gua-gua yang sangat memegang peranan dalam perhitungan
jumlah cadangan. Gua ini kadang-kadang tidak tampak di permukaan dan
menyebabkan kesalahan perhitungan jumlah cadangan.
Perencanaan tataletak bangunan, jalan, ataupun waduk harus
memperhatikan kemungkinan adanya retak-retak yang mempermudah pelarutan
batugamping ataupun adanya gua-gua yang dapat menggangu fondasi.
V.2. Ciri-ciri Bentang Alam Karst
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 57
Daerahnya berupa cekungan-cekungan.
Terdapat bukit-bukit kecil.
Sungai-sungai yang nampak dipermukaan hilang dan terputus ke dalam
tanah.
Adanya sungai-sungai di bawah permukaan tanah.
Adanya endapan sedimen lempung berwama merah hasil dari pelapukan
batu gamping.
Permukaan yang terbuka nampak kasar, berlubang-lubang dan runcing.
V.3 Dasar Teori Bentang Alam Eolian
Bentang alam eolian
Gurun pasir merupakan akumulasi pasir yang terbentuk karena pengaruh
angin, tardapat baik di pantai maupun padang pasir atau gurun pasir dengan curah
hujan rat-rata < 20 km/ tahun.Gurun Pasir atau Sand Dune merupakan sebuah
bentukan alam karena proses angin disebut sebagai bentang alam eolean (eolean
morphology). Angin yang membawa pasir akan membentuk bermacam-macam
bentuk dan tipe gumuk pasir. Bentang alam atau morfoogi ini sering dijumpai di
daerah gurun.
1. Angin Sebagai Agen Geologi
Angin sebag agen geologi meliputi proses-proses sebagai berikut :
Erosi atau pengikisan.
Erosi atau pengikisan oleh angin dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
Erosi oleh angin secara deflasi.
Deflasi adalah proses yang mengangkut dan membawa tanah lepas
dan partikel-partikel kecil dari batuan oleh angin. Akibat dari
deflasi tersebut dihasilkan :
o Cekungan deflasi : cekungan yang terjadi pada daerah yang
lunak dan tidak terkonsolidasi atau tersemenkan akibat adanya
angin. Contoh di gurun gobi, cekungan yang terjadi
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 58
mempunyai panjang 300 km-400km dan dalamnya mencapai
15-150 m.
o Lag gravel : merupakan akumulasi yang terdiri dari material
yang sangat kasar dan menjadi banyak dalam waktu yang lama.
o Desert varnish : merupakan gabungan dari beberapa lag stone
yang berhubungan satu sama lain, dengan warna coklat atau
hitam, mengkilat dan permukaanya tertutup oleh oksida besi.
Erosi oleh angin secara abrasi atau korosi.
Dibagi menjadi empat yaitu :
o Belaved stone: merupakan hasil sisa batuan yang mengandung
pasir yang diakibatkan oleh angin dan membentuk einkanter
(terbentuk dari perpotongan antara pebble yang mempunyai
kedudukan yang tetap dengan arah angin yang tetap atau
konstan), dreinkenter (terbentuk dari perpotongan antara pebble
yang posisinya overtuned akibat dari pengrusakan pada bagian
bawah dengan arah angin yang tetap atau berganti-ganti.)
o Polish : adalah korosi yang terbentuk pada batuan berbutir
halus dimana angin yang bekerja dengan cara menggosok itu
mengandung pasir atau lanau.
o Soulpturings : adaah suatu bentuk topografi yang terjadinya
dipengaruhi oleh dua proses pelapukan atau erosi oleh angin.
Transportasi atau pengangkutan oleh angin.
Cara transportasi oleh angin ada dua yaitu :
Melayang (suspensi) : material yang dibawa angin dengan cara
melayang adalah partkel yang ringan atau halus. Contonya debu dan
pasir halus.
Menggeser di permukaan (traction) :
o Meloncat (saltation) contoh material (butir-butir pasir)
Diangkut, dibawa dan diendapkan.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 59
o Menggelinding (rolling) : butir-buir pasir yang lepas di
sepanjang permukaan tanah digeser dengan cara
menggelinding.
Deposisi atau pengendapan oleh angin.
Pengendapan material (pasir dan debu) terjadi bila kekuatan angin yang
membawa material berkurang atau bila turun hujan. Deposisi oleh angin
dapat dibagi menjadi 2 (menurut emmon 1906) :
Gumuk pasir : yaitu timbunan pasir yang dapat bergerak atau berpindah,
bentuknya tidak dipengaruhi oleh bentuk permukaan tetapi ditentukan oleh
rintanganya.
Gambar 29. Gumuk pasir
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 60
Gambar 30. Petrogenesa terbentunya gumuk pasir.
Syarat-syarat terbentuknya gumuk pasir :
a) Terdapat pantai yang cukup luas dan landai serta dipengaruhi
oleh pasir.
b) Adanya penambahan material pembentuk secara terus
menerus, yang biasanya diangkut oleh sungai.
c) Adanya sinar matahari untuk mengeringkan material pasir,
agar dapat diterbangkan angin.
d) Terdapat angin yang bertiup secara konstan.
e) Adanya vegetasi (batang keras, akar panjang dan kuat,
berdaun tebal dan runcing-runcing, bagian permukaan daun
terdapat lapisan tipis lilin yang berfungsi untuk mengurangi
penguapan).
f) Adanya igir-igir pegunungan dibelakang pantai agar dapat
menahan materil pasir yang dibawa angin.
Tipe-tipe gumuk pasir.
1. Berdasarkan termpat terbentuknya dibagi menjadi :
Gumuk pasir di daerah pantai
Gumuk pasir di daerah sungai
Gumuk pasir di daerah gurun
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 61
2. Berdasarkan ada tidaknya vegetasi, dapat dibagi menjadi 2:
Gumuk pasir yang tidak dipengaruhi oleh vegetasi..
Gumuk pasir barchans : adalah gumuk pasir yang mempunyai
sisi cembung berhadapan dengan arah angin, dan bagian sisi
yang cekung terletak pada bagian belakang, dan bentuknya
seperti bulan sabit.
Gumuk pasir longitudinal / seif /linier : adalah gumuk pasir
yang mempunyai bentuk sangat panjang, dimana sisi kanan
kiri lerengnya sama besar karena angin yang bekerja dari dua
arah.
Gumuk pasir yang dipengaruhi oleh vegetasi.
Gumuk pasir tranfersal : adalah gumuk pasir yang bagian sisi
cembungnya dibagian belakang arah angin, dan bagian
cekungnya berhadapan dengan arah angin dan posisinya
melintang.
Gumuk pasir parabola : adalah gumuk pasir yang mempunyai
bentuk U, dengan bagian yang cekung berhadapan dengan
arah angin.
Gumuk pasir sisir atau comb : adalah gumuk pasir yang
mempunyai bentuk seperti sisir, jumlahnya banyak dan sisinya
melintang sejajar dengan bagian yang cekung berhadapan
dengan arah angin.gumuk pasir sisir adalah gabungan dari
gumuk pasir parabola.
Gumuk pasir gypsum : adalah gumuk pasir yang hamper sama
dengan gumuk pasir parabola tetapi bagian cembungnya lebih
panjang.
Gumuk pasir streep : adalah gumuk pasir yang hamper sama
dengan gumuk pasir parabola, tetapi ukuranya lebih kecil dan
bentuk ujungnya lebih runcing, dengan kedudukan lebih
sejajar satu sama lain.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 62
Loess: adalah daerah yang luas di gurun, tertutup oleh material halus dan
lepas, berukuran butir < 0,05 mm dan terdiri dari kuarsa, feldspar,hornblend
dan mika. Butiran dalam keadaan segar dan merupakan endapan dari debu
dan lanau yang diterbangkan oleh angin.
3. Tingkatan perkembangan pegunungan gurun pasir.
Tingkat perkembangan pegunungan gurun pasir dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Tingkat muda
Pada tingkat muda, pegunungan gurun pasir mempunyai relief yang
tinggi dan terjal, yang dihasilkan oleh tenaga endogen yang bekerja
pada daerah tersebut. Bila turun hujan, air permukaan akan mengikis
relief tersebut hingga menjadi berkurang dan hasil pelapukan
tersebut mengisi cekungan-cekungan sehingga cekungan tersebut
naik. Bentuk-bentuk pengendapan tersebut terutama alluvial fan. Bila
pada bagian bawah alluvial fan ini menjadi satu secara lateral,
disebut coalestering alluvial fan. Jika berupa gabungan di seluruh
permukaan cekungan disebut bayada. Bila air hujan tersebut meresap
di kaki fan, maka akan membentuk oase.
2) Tingkat dewasa
Pada tingkat ini bentuk relief dari pegunungan gurun pasir sudah
tidak begitu tinggi atau terjadi penurunan, karena proses pelapukan
dan erosi bekerja seimbang. Bila proses tersebut seimbang maka
permukaan cekungan akan lebih tinggi dan lama-lama pengendapan
di bagian bawah permukaan sebagian akan mengeras karena
tersementaikan dan sebagian akan tererosi. Pada tingkat dewasa
ini,kegiatan erosi oleh air akan lebih dominan daripada pengendapan
hasil pelapukan. Material hasil rombakan tersebut akan membentuk
alluvial fan yang besar.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 63
3) Tingkat tua.
Pada perkembangan tingkat tua, proses yang dominan bekerja adalah
proses integrasi dari pengaliran dan pengisian cekungan, sehingga
cekungan akan cepat naik, tetapi karena pengendapan tersebut secara
tererosi maka yang dihasilkan adalah bentuk sedimen atau gunung-
gunung kecil dengan kemiringan yang curam tetapi terpisah-pisah
letaknya.
4) Elemen Bentang Alam Gurun Pasir
Bentang alam gurun pasir terbagi menjadi 4 elemen yaitu :
a) Pegungungan dengan lereng yang tetap.
b) Pediment atau bidang dari batuan dasar, yang tiba-tiba terpatahkan
karena kemiringan.
c) Bahada : komposisinya terdiri dari endapan fan lama dan tergradasi
kembali ke bagian yang lebih rendah. Pada lereng bagian atas,
permukaan tanahnya tercampur dengan pediment dan pada lereng
bagian bawah tercampur playa.
d) Playa : suatu danau dangkal yang terdapat pada pusat cekungan
yang terjadinya akibat adanya air hujan bercampur dengan lumur.
Bila danau tersebut menguap, maka hasil-hasil pengendapan yang
bercampur dengan Kristal-kristal garam halus akan terlihat. Bila
persentase garam tersebut cukup tinggi disebut sulina.
V.4. Ciri-ciri Bentang Alam Eolian
Bentuk asal angin dapat berupa hasil : tiupan angin, pengikisan/abrasi
angin yang membawa material, dan endapan material yang terbawa oleh angin.
1. Bentuk asal angin dari hasil tiupan angin, umumnya berukuran besar pada
kawasan beriklim kering.
2. Bentuk asal angin dari hasil dari hasil pengikisan/abrasi angin yang
membawa material (pasir-debu).
3. Bentuk asal angin dari hasil endapan materialyang terbawa angin.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 64
BAB VI
BENTANG ALAM FLUVIAL DAN ALUVIAL
VI.1. Dasar Teori Bentang Alam Fluvial
Bentang alam fluvial
Bentang alam fluvial satuan geomorfologi yang pembentukannya erat
hubungannya dengan proses fluviatil. Proses fluviatil : semua proses yang terjadi
di alam baik fisika, maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk
permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang merupakan
air yang mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi
( sheet water). Proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas
sebagai akibat tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam yang
dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang
dilakukan oleh air permukaan. Proses fluviatil ini bervariasi intensitasnya. Perlu
diketahui bahwa air permukaan merupakan salah satu mata rantai dari siklus
hidrologi. Adanya air permukaan sangat dikontrol oleh adanya air hujan,
sedangkan besar kecilnya jumlah air permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu :
a.Nilai curah hujan
b.Jumlah vegetasi
c.Kelerengan
d.Jenis Litologi
e.Iklim
A. Macam-macam Proses Fluviatil
1. Proses erosi
Erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu :
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 65
Quarrying, yaitu pendongkelan batuan yang dilaluinya.
Abrasi, yaitu penggerusan terhadap batuan yang dilewatinya.
Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai,
misalnya pada daerah cut off slope pada Meander.
Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.
Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi :
1. Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada daerah
bagian hulu dari sungai menyebabkan terjadinya pendalaman lembah
sungai.
2. Erosi lateral, yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada
bagian hilir sungai, menyebabkan sungai bertambah lebar .
Erosi yang berlangsung terus hingga suatu saat akan mencapai batas dimana air
sungai sudah tidak mampu mengerosi lagi dikarenakan sudah mencapai erosion
base level.
Erosion base level ini dapat dibagi menjadi :
ultimate base level yang base levelnya berupa permukaan air laut
temporary base level yang base levelnya lokal seperti permukaan air
danau, rawa, dan sejenisnya.
Intensitas erosi pada suatu sungai berbanding lurus dengan kecepatan aliran
sungai tersebut. Erosi akan lebih efektif bila media yang bersangkutan
mengangkut bermacam-macam material. Erosi memiliki tujuan akhir meratakan
sehingga mendekati ultimate base level.
2. Proses Transportasi
adalah proses perpindahan / pengangkutan material oleh suatu tubuh air yang
dinamis yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek
dari gaya gravitasi
Dalam membahas transportasi sungai dikenal istilah :
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 66
stream capacity : jumlah beban maksimum yang mampu diangkat oleh
aliran sungai
stream competance : ukuran maksimum beban yang mampu diangkut oleh
aliran sungai.
Sungai mengangkut material hasil erosinya secara umum melalui 2 mekanisme,
yaitu mekanisme bed load dan suspended load .
1. Mekanisme bed load : pada proses material-material tersebut terangkut
sepanjang dasar sungai, dibedakan menjadi beberapa cara, antara lain :
Traction : material yang diangkut terseret di dasar sungai.
Rolling : material terangkut dengan cara menggelinding di dasar sungai.
Saltation : material terangkut dengan cara menggelinding pada dasar
sungai.
2. Mekanisme suspended load : material-material terangkut dengan cara
melayang dalam tubuh sungai, dibedakan menjadi :
Suspension : material diangkut secara melayang dan bercampur dengan air
sehingga menyebabkan sungai menjadi keruh.
- Solution : material terangkut, larut dalam air dan membentuk larutan kimia.
3. Proses sedimentasi
Proses sedimentasi terjadi ketika sungai tidak mampu lagi mengangkut
material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka
material yang berukuran kasar akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian
diendapkan material yang lebih halus. Ukuran material yang diendapkan
berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke arah
hillir ukuran butir material yang diendapkan semakin halus.
B. Pola Penyaluran
Bentuk-bentuk tubuh air disebut pengaliran / penyaluran (drainage),
meliputi laut, danau, sungai, rawa dan sejenisnya. Satu sungai atau lebih beserta
anak sungai dan cabangnya dapat membentuk suatu pola atau sistem tertentu yang
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 67
dikenal sebagai pola pengaliran / pola penyaluran (drainage pattern). Pola
pengaliran dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Tiap-tiap macam pola
pengaliran dapat bervariasi, dan variasi tersebut antara lain disebabkan oleh
adanya struktur dan variasi batuan dimana pola pengaliran itu terdapat.
Macam-macam pola pengaliran :
a. Dendritik : pola pengaliran dengan bentuk seperti pohon, dengan anak-anak
sungai dan cabang-cabangnya mempunyai arah yang tidak beraturan. Umumnya
berkembang pada batuan yang resistensinya seragam, batuan sedimen datar, atau
hampir datar, daerah batuan beku masif, daerah lipatan, daerah metamorf yang
kompleks. Kontrol struktur tidak dominan di pola ini, namun biasanya pola aliran
ini akan terdapat pada daerah punggungan suatu antiklin.
b. Radial, adalah pola pengaliran yang mempunyai pola memusat atau menyebar
dengan 1 titik pusat yang dikontrol oleh kemiringan lerengnya.
c. Rectanguler : pola pengaliran dimana anak-anak sungainya membentuk sudut
tegak lurus dengan sungai utamanya, umumnya pada daerah patahan yang
bersistem (teratur).
d. Trellis, adalah bentuk seperti daun dengan anak-anak sungai sejajar. Sungai
utamanya biasanya memanjang searah dengan jurus perlapisan batuan. Umumnya
terbentuk pada batuan sedimen berselang-seling antara yang mempunyai resistensi
rendah dan tinggi. Anak-anak sungai akan dominan terbentuk dari erosi pada
batuan sedimen yang mempunyai resistensi rendah. Jadi secara umum ,
pembentukan sungai utama lebih disebabkan oleh kontrol struktrur dan
pembentukan anak sungai lebih disebabkan oleh kontrol litologi.
e. Annular, adalah pola pengaliran dimana sungai atau anak sungainya
mempunyai penyebaran yang melingkar Sering dijumpai pada daerah kubah
berstadia dewasa. Pola ini merupakan perkembangan dari pola radier. Pola
penyaluran ini melingkar mengikuti jurus perlapisan batuannya.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 68
f. Multi basinal atau sink hole adalah pola pengaliran yang tidak sempurna,
kadang nampak di permukaan bumi, kadang tidak nampak, yang dikenal sebagai
sungai bawah tanah. Pola pengaliran ini berkembang pada daerah karst atau
daerah batugamping.
g. Contorted, adalah pola pengaliran dimana arah alirannya berbalik / berbalik
arah. Kontrol struktur yang bekerja berupa pola lipatan yang tidak beraturan yang
memungkinkan terbentuknya suatu tikungan atau belokan pada lapisan sedimen
yang ada.
C. Macam-macam Bentang Alam Fluviatil
a. Sungai Teranyam (Braided Stream)
terbentuk pada bagian hilir sungai yang memiliki slope hampir datar – datar,
alurnya luas dan dangkal. terbentuk karena adanya erosi yang berlebihan pada
bagian hulu sungai sehingga terjadi pengendapan pada bagian alurnya dan
membentuk endapan gosong tengah. Karena adanya endapan gosong tengah yang
banyak, maka alirannya memberikan kesan teranyam. Keadaan ini disebut juga
anastomosis( Fairbridge, 1968).
b. Bar deposit
adalah endapan sungai yang terdapat pada tepi atau tengah dari alur sungai.
Endapan pada tengah alur sungai disebut gosong tengah (channel bar) dan
endapan pada tepi disebut gosong tepi (point bar).Bar deposit ini bisa berupa
kerakal, berangkal, pasir, dll.
c. Dataran banjir ( Floodplain) dan Tanggul alam (Natural levee)
Sungai stadia dewasa mengendapkan sebagian material yang terangkut saat banjir
pada sisi kanan maupun kiri sungai, seiring dengan proses yang berlangsung
kontinyu akan terbentuk akumulasi sedimen yang tebal sehingga akhirnya
membentuk tanggul alam.
d. Kipas Aluvial (alluvial fan)
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 69
Bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari bukit atau
pegunungan, dan masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi perubahan gradien
kecepatan yang drastis, sehingga terjadi pengendapan material yang cepat, yang
dikenal sebagai kipas aluvial, berupa suatu onggokan material lepas, berbentuk
seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu dataran di depan suatu gawir. Biasanya
pada daerah kipas aluvial terdapat air tanah yang melimpah. Hal ini dikarenakan
umumnya kipas aluvial terdiri dari perselingan pasir dan lempung sehingga
merupakan lapisan pembawa air yang baik.
e. Meander
bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan
tebing sungai, daerah alirannya disebut sebagai Meander Belt. Meander ini
terbentuk apabila pada suatu sungai yang berstadia dewasa/tua mempunyai
dataran banjir yang cukup luas, aliran sungai melintasinya dengan tidak teratur
sebab adanya pembelokan aliran Pembelokan ini terjadi karena ada batuan yang
menghalangi sehingga alirannya membelok dan terus melakukan penggerusan ke
batuan yang lebih lemah.
f. Danau tapal kuda
terbentuk jika lengkung meander terpotong oleh pelurusan air.
g. Delta
adalah bentang alam hasil sedimentasi sungai pada bagian hilir setelah masuk
pada daerah base level. Selanjutnya akan dibahas dalam bentang Alam Pantai dan
Delta.
D.Bentang Alam Fluvial dalam Peta Topografi
Dalam peta topografi standar, sebagian dari bentang alam fluvial tidak
terekspresikan, terutama yang berukuran kecil, misalnya gosong sungai, tanggul
alam. Sebagian bentang alam yang berukuran besar dapat terekspresikan dalam
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 70
peta topografi, misalnya kipas aluvial. Dalam peta topografi alur sungai tampak
jelas dengan pola kontur yang khas, ditandai oleh kontur yang meruncing ke arah
hulu sungai.
E. Aplikasi bentang alam fluvial
Daerah-daerah yang termasuk bentang alam fluvial merupakan daerah
yang sangat potensial untuk dimanfaatkan bagi kehidupan manusia, khususnya di
sekitar aliran sungai. Daerah sekitar aliran sungai merupakan daerah yang
potensial sebagai penyedia air irigasi, air minum, dan material pasir batu ( BG. gol
C) yang dapat dijadikan sebagai bahan bangunan. daerah aliran sungai juga bisa
menjadi sesumber bencana seperti banjir, dan tanah longsor. Analisa terhadap
bentang alam ini dapat memberikan informasi tentang kondisi geologi suatu
daerah, yang akan terekspresikan dalam pola penyaluran dan bentukan bentang
alam lokal, seperti kipas alluvial, dataran banjir, dan sejenisnya. Analisa tersebut
juga akan memberikan informasi tentang stadia daerah maupun stadia erosi daerah
yang terkait, yang akan memberikan kontribusi pemikiran dalam rencana
pengembangan wilayah.
VI.2. Ciri-ciri Bentang Alam Fluvial
Sungai yang mengalir termasuk air permukaan. Berdasarkan stadia
erosinya, sungai dibedakan menjadi :
a. Sungai Muda : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentuk huruf V
- Banyak dijumpai air terjun
- Tidak terjadi pengendapan
- Erosi vertikal efektif
- Relatif lurus dan mengalir di atas batuan indu
b. Sungai Dewasa : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentuk huruf U
- Erosi relatif kecil
- Bermunculan cabang-cabang sungai
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 71
- Erosi lateral efektif
c. Sungai Tua : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentukcawan
- Erosi lateral sangat efektif
- Anak sungai lebih banyak
- Bermeander
- Kemiringan datar.
VI.3. Dasar Teori Bentang Alam Alluvial
Gambar 31. Bentang alam alluvial
Bentang alam alluvial adalah bentang alam yang terbentuk dari proses
yang berkaitan dengan air permukaan/aliran sungai (proses fluvial). Sungai itu
sendiri dapat dibedakan berdasar keberadaan saluran yang tetap menjadi :
- Stream; aliran sungai belum memiliki saluran yang tetap (masih dapat
berpindah).
- River; aliran sungai telah memiliki saluran yang permanen.
Sungai dapat diklasifikasikan kembali berdasarkan stadium erosinya menjadi :
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 72
- Sungai muda; bercirikan erosi vertical efektif, relative lurus dan mengalir di atas
batuan induk, tidak terjadi sedimentasi, dan penampang berbentuk V.
- Sungai dewasa; bercirikan erosi lateral efektif dan relatif kecil, terdapatnya
cabang-cabang sungai dan penampang berbentuk U.
- Sungai tua; bercirikan erosi lateral sangat efektif dengan aliran berliku-liku
(meander), anak sungai relatif lebih banyak dibandingka dengan sungai dewasa.
VI.4. Ciri-ciri Bentang alam Alluvial
Karena bentang alam alluvial adalah bentang alam yang berasal dari
proses fluvial, maka ciri-cirinya relatif sama dengan ciri-ciri dari bentang alam
fluvial.
BAB VII
GEOLOGI CITRA PENGINDERAAN JAUH
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 73
VII.1. Dasar Teori
Penginderaan jauh Geologi dapat didefinisikan sebagai study tentang bumi
dengan menggunakan radiasi elektromagnetik (Electromagnetic Radiaton / EMR)
yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Panjang gelombang yang dipantulkan
berkisar dari ultraviolet (0,3 micrometer) hingga microwave (3meter). Spectrum
penginderaan jauh geologi dengan demikian merupakan bagian dari seluruh
spectrum electromagnetic.
Teknik penginderaan jauh geologi dikerjakan terutama untuk menghemat
biaya, tapi mendapatkan hasil yang maksimal dalam suatu penelitian geologi.
Hasil pengamatan geologi permukaan berdasarkan data sensor penginderaan jauh
tergantung pada orang yang mengevaluasi berbagai jenis energi EMR yang
dipantulkan oleh permukaan bumi.
Di alam EMR berasal dari matahari yang memancarkan sinarnya. Oleh
bumi EMR ini sebagian ada yang diserap dan sebagian dipantulkan. EMR yang
dipantulkan oleh bumi inilah yang dipakai sebagai dasar dalam interpretasi
penginderaan jauh. Hasil pantulan EMR ini direkam dalam bentuk citra, biasanya
dalam bentuk foto.
A. Skala dan resolusi
Skala image didefinisikan sebagai perbandingan jarak terukur antara dua
titik yang sama di darat.lebih kecil suatu skala perbandingan lebih kecil pula skala
imagery. Skala 1 : 1.000.000 dari landsat image dikatakan sebagai skala
kecil,kontras dengan skala besar foto udara pada skala 1 : 20.000. liputan daerah
dari 18,5 × 17,8 cm suatu citra landsat adalah 32.930 km², bandingkan dengan
lipuan 9 × 9 inci, foto udara luasnya 18 km².
Resolusi unsur radiometri pada imagery adalah fungsi dari :
Dimensi daratan
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 74
Perbedaan dalam pantulan energy radiometri antara unsur daratan
dan latar belakangnya
Bentuk dan orientasi unsure daratan
Lokasi unsure daratan
Di bawah ini diberkan table tentang resolusi daratan pada berbagai
imagery .
Skala Jenis imagery Minimal daerah yang terdeteksi
1 : 20.000 Black and white 1 m²
1 : 70.000 Black and white 8 m²
1 : 120.000 Color reconnaissaance 20 m²
1 : 950.000 Color skylab 400 m2
B. Macam-macam citra
Untuk analisis penginderaan jauh diperlukan citra, suatu gambar yang di
peroleh dengan merekam EMR yang terpantul. Berdasarkan atas jenis alat
perekam atau sensor yang digunakan, citra penginderaan jauh dibagi dua yakni :
1. Citra foto yaitu gambar yang dibuat dengan kamera sebagai alat perekam.
Untuk mendapatkan citra jenis ini biasanya digunakan pesawat terbang
yang di lenkapi dengan kamera dan film sebagai media perekamnya.citra
yang terjadi sebagai akibat pantulan tenaga dari objek di permukaan bumi
dan terekam oleh film.
Di bawah ini di berikan berbagai macam citra foto :
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 75
1 : 3. 370.000 landsat 10.000 km²
Foto udara warna
Foto udara berdasarkan spectrum electromacnetik
Foto udara berdasarkan kedudukan kamera
Foto udara berdasarkan sudut sempit
Foto udara berdasarkan jumlah kamera
2. Citra non foto yaitu citra yang dibuat dengan sensor sebagai alat perekam,
jadi bukan dengan kamera. Biasanya digunakan spectrum radar dan
spectrum inframerah. Beberapa citra non foto Yang lazim digunakan
dalam bidang geologi adalah citra SLAR, citra TIR, citra landsat.
Gambar 32. Citra Quickbird tahun 2003 UGM dan sekitarnya.
3. Analisis geologi permukaan
Teknik dasar untuk analisis bentang alam dikembangkan oleh
photogeologist lebih dari 50 tahun yang lampau . pengamatan streokopis pada
waktu itu menggunakan foto hitam putih dari foto udara ketinggian rendah. Dari
pengamatan tersebut berbagai kenampakan permukaan bumi dapat hasil yang
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 76
baik, maka geologiawan yang mengamati harus memahami prinsip perkembangan
bentang alam.
VII.2. Peralatan Yang Digunakan
Untuk melakukan interprestasi foto udara perlu disiapkan alat dan bahan
sebagai berikut :
1. Stereoskop cermin
2. Foto udara daerah penelitian
3. Plastik bening/mika (transparent)
4. Pita perekat
5. O.H.P marker
6. Alcohol atau aceton
7. Kapas
8. Busur derajat atau kompas
9. Mistar
10. Peta topografi, peta rupa bumi, peta geologi (hasil oleh penelitian
pendahulu).
VII.3 Lokasi Pelaksanaan Analisis Citra Penginderaan Jauh
Hasil interpretasi citra sementara perlu diuji kebenarannya untuk
mengetahui apakahhasil interpretasi sesuai dengan keadaan lapangan sebenarnya,
salah satu cara yang dapatdigunakan untuk uji hasil interpretasi visual adalah
dengan cara mendatangi objek yang dianalisis langsung ke lapangan. Ada 2
kemungkinan yang diperoleh dari uji lapangan, yaitu :
1. Hasil interpretasi sementara sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan
→ makahasil interpretasi dapat digunakan untuk pekrajaan selanjutnya
(diperoleh citra penggunaan lahan).
2. Hasil interpretasi sementara tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya di
lapangan makaperlu dilakukan interpretasi ulang dengan menggunakan
kunci interpretasihingga dihasilkan citra penggunaan lahan yang sesuai
dengan kondisi sebenarnya dilapangan.. yang dimaksud kunci interpretasi
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 77
adalah unsur – unsur interpretasi citrayang akan digunakan untuk
melakukan interpretasi visual citra setelah dilakukan ujilapangan.
BAB VIII
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 78
PENGUKURAN ARAH
VIII.1. Dasar Teori
Arah sebuah garis adalah sudut horizontal antara garis itu dengan garis
acuan yang telah dipilih (misalnya meridian).
Menentukan arah dengan kompas dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
1. Penentuan arah dengan model bearing (sudut arah)
Sudut arah merupakan satu sistem penentuan arah garis dengan memakai sebuah
sudut dan huruf-huruf kuadran. Sudut arah sebuah garis adalah sudut lancip
horizontal antara sebuah meridian acuan dan sebuah garis. Sudutnya diukur dari
utara maupun selatan ke arah timur ataupun barat, untuk menghasilkan sudut
kurang dari 90°. Kuadran yang terpakai ditunjukkan dengan huruf U atau S
mendahului sudutnya dan T atau B mengikutinya.
Misal : jika posisi arah ada di A, maka arah posisi B adalah.....
Langkah-langkah:
a. Buat garis horisontal melalui titik pusat A (garis a)
b. Buat garis vertikal melalui titik pusat A (garis b)
c. Buat garis yang m
enghubungkan titik pusat A dengan titik pusat B (garis c)
d. Hitung besar sudut β dengan mengikuti anak panah kanan. Gunakan kompas
atau busur.
Diketahui β : 46 0, maka arah B dilihat dari A adalah U : 46 0 T, artinya arah
posisi B dilihat dari A adalah 460 dari arah utara menuju timur.
2. Penentuan arah dengan model azimuth
Azimut adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari sembarang
meridian acuan. Dalam pengukuran tanah datar, Azimut biasanya diukur dari
utara, tetapi para ahli astronomi, militer dan National Geodetic Survey memakai
selatan sebagai arah acuan.
Untuk menentukan arah dapat digunakan bantuan kompas. Pengukuran arah
dengan kompas dimulai dari utara kompas sebagai 00 dan dihitung searah jarum
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 79
jam sampai 3600. besarnya arah dari 00 sampai 3600 ini disebut azimuth atau
magnetic azimuth.
Contoh:
Kompas menunjukkan 1800 berarti azimuth S dilihat dari U = 1800. dapat dilihat
juga bahwa:
· Magnetic azimuth D dari U = 2900
· Magnetic azimuth G dari U =1100
Gambar 33. Penentuan magnetik azimut
VIII.2. Tujuan dan Metode
- Tujuan kita harus dapat menentukan arah, pengukuran arah tersebut
menggunakan alat pengukuran seperti : busur derajat dan kompas geologi.
- Metode dengan kerja dengan menggunakan cara, antara lain :
Penentuan arah dengan model bearing (sudut arah)
Penentuan arah dengan model azimuth
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 80
VIII.3. Peralatan Yang Digunakan
Untuk melakukan interprestasi foto udara perlu disiapkan alat dan bahan
sebagai berikut :
1. Stereoskop cermin
2. Foto udara daerah penelitian
3. Plastik bening/mika (transparent)
4. Pita perekat
5. O.H.P marker
6. Alcohol atau aceton
7. Kapas
8. Busur derajat atau kompas
9. Mistar
10. Peta topografi, peta rupa bumi, peta geologi (hasil oleh penelitian
pendahulu).
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 81
VIII.4. Lampiran
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 82
BAB IX
PENGUKURAN PARALAKS STEREOSKOPIS
XI.1. Dasar Teori
Pengukuran Paralaks Stereoskopik ada 2 cara yaitu :
A. Cara monoskopik dan cara stereoskopik, cara ini masih dapat dibagi
menjadi 2 yaitu :
a) Pengukuran lembar perlembar. Alat yang digunakan adalah pengaris biasa
atau pengaris mikro (pengaris khusus dengan noninous ketelitihan 1/100
mm). Cara pengukuran :
Tiap lembar foto udara dicari pusat fotonya dengan mengunakan
fiducial mark.
Tentukan pusat konyugasi masing-masing foto udara.
Hubungan pusat foto dan foto konyiugasi sampai terbentuk jalur
terbang (sumbu X).
Buat sumbu Y ± sumbu X.
Pada foto udara dibuat hal seperti diatas, kemudian diukur paralaks
titik-titik yang dikehendaki.
b) Pengukuran dalam susunan orientasi stereoskopik
Kedua foto udara yang berpasangan diorientasikan dengan bantuan
stereoskop, kemudian dipindahkan dan pengukuran jarak d dan D dengan mistar.
Titik A = titik yang diukur paralaksnya.
d = jarak dari titik A1 ke titik A2
D = jarak dari PP1 ke PP2
PA = paralaks stereoskop titik A
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 83
B. Cara Mengunakan Stereoskop Dan Paralaks Bar
Paralaks meter merupakan batang logam yang dilengkapi dengan sepasang
kaca yang diletakan dengan jarak tertentu. Jarak tersebut dapat diubah dengan
memutar mikro meter. Pada masing-masing kaca ada tanda 0 kecil atau + kecil
yang disebut tanda apung, prinsip pengunaan tanda apun = 2 titik komplemeter
pada sepasang foto.
Kalau diamati dibawah stereoskop, 2 buah floting marks tersebut tampak
sebagai satu titik saja. Paralaks titik A = PA = D – d
PA = D – (K - rn) = (D – K) + rn = C + rn
PA = C = rn C=> Konstant
Berdasarkan sistim pembacaanya paralaks bar dapat bagi menjadi 2 yaitu :
Paralaks bar dengan sisitim backward reading, seperti yang terdapat pada
stereoskop merk sokkisha. Pada alat ini jika jarak kedua keping kaca
making panjang maka jarak r makin kecil. Untuk pembacaan backward
reading
C=C 1+C 22
Paralaks bar dengan sistim forward reading, seperti yang terdapat pada
stereoskop merk topcon. Pada alat ini jika jarak kedua keping kaca making
panjang maka jarak r makin besar. Untuk pembacaan forward reading
C=C 1−C 22
IX.2. Tujuan dan Metode
- Tujuan yaitu pengukuran paralaks stereoskopik.
- Metode dengan cara :
Cara monoskopik dan cara stereoskopik
Pengukuran dalam susunan orientasi stereoskopik
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 84
Cara Mengunakan Stereoskop Dan Paralaks Bar
IX.3. Peralatan Yang Digunakan
Untuk melakukan interprestasi foto udara perlu disiapkan alat dan bahan sebagai
berikut :
11. Stereoskop cermin
12. Foto udara daerah penelitian
13. Plastik bening/mika (transparent)
14. Pita perekat
15. O.H.P marker
16. Alcohol atau aceton
17. Kapas
18. Busur derajat atau kompas
19. Mistar
20. Peta topografi, peta rupa bumi, peta geologi (hasil oleh penelitian
pendahulu).
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 85
IX.4. Lampiran
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 86
BAB X
PENGUKURAN BEDA TINGGI
X.1. Dasar Teori
Pengukuran beda tinggi dapat dilakukan dengan rumus paralaks sebagai
berikut (sutanto 1983) :
1. ∆ h=hB X ∆ PPB+∆ P
2. ∆ h= H X ∆ PPB+∆ P
3. ∆ h= H X ∆ PB+∆ P
4. ∆ h= H−B X fPA
5. ∆ h= H X ∆ Pb
Keterangan : ∆ h = Beda tinggi
Hb = Tinggi pesawat dari titik B (titik bagian bawah yang
diukur). Skala foto
S= FH
1
10.000 X
FH
PB = Paralaks titik B
PA = Paralaks titik A (titik A bagian puncak obyek)
∆ P = PA – PB
H = Tinggi terbang pesawat.
b = Jarak dasar foto udara.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 87
B = Jarak dasar udara
F = Jarak fokus lensa kamera
X.2. Tujuan dan Metode
- Tujuan mempelajari beda tinggi yaitu kita harus dapat menentukan beda
tinggi titik tertinggi dan titik terendah.
- Metode dengan menggunakan rumus paralaks agar dapat menentukan ΔH
(beda tinggi).
X.3. Peralatan Yang Digunakan
Untuk melakukan interprestasi foto udara perlu disiapkan alat dan bahan sebagai
berikut :
1. Stereoskop cermin
2. Foto udara daerah penelitian
3. Plastik bening/mika (transparent)
4. Pita perekat
5. O.H.P marker
6. Alcohol atau aceton
7. Kapas
8. Busur derajat atau kompas
9. Mistar
10. Peta topografi, peta rupa bumi, peta geologi (hasil oleh penelitian
pendahulu).
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 88
X.4. Lampiran
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 89
BAB XI
PENGUKURAN PROFIL TOPOGRAFI
XI.1. Dasar Teori
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode stake out, dengan
menggunakan electronic total station (ETS). Metode ini menempatkan posisi titik-
titik di lapangan berdasarkan data koordinat teoritis. Pengukuran terikat pada titik-
titik kontrol, hal ini bertujuan untuk menjaga agar titik-titik tersebut tidak
melenceng terlalu jauh dangan koordinat teoritisnya.
Pada pengukuran lintasan baru, penentuan titik dilakukan dengan
menjadikan titik BM terdekat sebagai titik ikat. Pengukuran arah dan jarak patok
didapat dari pembacaan pada ETS yang merupakan posisi dari stick prisma. Stick
prisma ditempatkan pada posisi sesuai dengan koordinat teoritik. Selama
pengukuran kita menggunakan tiga buah stick prisma, satu buah untuk back shoot,
satu untuk fore shoot, dan satu untuk point shoot. Back shoot dan fore shoot
dalam posisi diam sedangkan point shoot bergeser sesuai dengan titik-titik yang
ingin diukur. Setelah itu posisi fore shoot dijadikan sebagai posisi ETS, atau biasa
disebut dengan sentring paksa. Sedangkan posisi ETS sebelumnya dijadikan
posisi back shoot.
Data yang diambil adalah berupa jarak miring, karena dari jarak miring
kita bisa memperoleh ketinggian. Dilakukan pengukuran azimut matahari minimal
sebanyak satu kali pada awal atau akhir pengukuran. Tujuan pengamatan azimut
adalah untuk mengontrol koreksi pengukuran pada hari itu.
Stake out koordinat merupakan kegiatan utama di lapangan pada survei
topografi. Pada pekerjaan ini digunakan alat Sokkia SET303R, di mana alat ini
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 90
digunakan untuk menentukan titik-titik trace dan shoot point di lapangan yang
datanya bersumber dari koordinat teoritik. Selain itu ditentukan juga elevasi dari
MSL untuk titik-titik trace dan shoot point. Biasanya untuk membedakan antara
trace dan shoot point digunakan patok yang berbeda. Untuk trace patok yang
digunakan adalah berwarna biru sedangkan untuk sp patoknya berwarna merah.
XI.2. Tujuan dan Metode
- Tujuan untuk mengetahui letak pengukuran topografi yang kita amati dan
dapat menentukannya.
- Metode stake out, dengan menggunakan electronic total station (ETS).
Metode ini menempatkan posisi titik-titik di lapangan berdasarkan data
koordinat teoritis. Pengukuran terikat pada titik-titik kontrol, hal ini
bertujuan untuk menjaga agar titik-titik tersebut tidak melenceng terlalu
jauh dangan koordinat teoritisnya.
XI.3. Peralatan Yang Digunakan
Untuk melakukan interprestasi foto udara perlu disiapkan alat dan bahan sebagai
berikut :
1. Stereoskop cermin
2. Foto udara daerah penelitian
3. Plastik bening/mika (transparent)
4. Pita perekat
5. O.H.P marker
6. Alcohol atau aceton
7. Kapas
8. Busur derajat atau kompas
9. Mistar
10. Peta topografi, peta rupa bumi, peta geologi (hasil oleh penelitian
pendahulu).
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 91
XI.4. Lampiran
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 92
BAB XII
PENGUKURAN DISLOPE
XII.1. Dasar Teori
Dislope merupakan kemiringan lereng topografi yang juga merupakan
kemiringan lapisan batuan sedimen sering tampak pada foto udara. Dislope
terdapat pada bentuk lahan hogback, cuesta atau sayap antiklin yang sudah
tererosi. Dislope dapat diukur dengan mengunakan :
a. Pengukuran dislope dengan dislope meter
Aturlah kedudukan sepasang foto udara dibawah steroskop sampai
terbentuk stereomodel.
Aturlah kedudukan slopemeter dibawah steroskop sampai bidang
slopemeter berhimpit/sebidang dengan bidang dipslope.
Ukurlah kemiringan bidang slopemeter dengan busur derajat. Besar sudut
itu adalah kemiringan dipslope tereksagenerasi.
Tentukan angka eksagenerasi (E) pengamat dengan rumus :
E= s /eH /B
s : tinggi steroskop
e : jarak dasar mata pengamat
H : tinggi terbang pesawat
B : jarak dasar udara = b x penyebut skala foto
b : jarak dasar foto udara
Tentukan dasar kemiringan dipslope dengan mengunakan slopeconversion
chart (gambar 7.2)
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 93
a. Pengukuran dipslope dengan rumus paralaks
Rumus paralaks yang digunakan adalah :
Tg α= ΔP−f(P B+ΔP ) . d
Ukurlah paralaks titik A(PA) dan paralaks titik B (PB)
Hitung ΔP = PΔ - PB
B = jarak focus lensa kamera udara (biasanya f = 153 mm )
Tentukan jarak d dengan cara seperti pada Bab V
Dipslope = α dapat dihitung dengan rumus tersebut diatas
XII.2. Tujuan dan Metode
- Tujuan pembelajaran yaitu agar kita dapat menentukan kemiringan lereng
topografi yang juga merupakan kemiringan lapisan batuan sedimen sering
tampak pada foto udara. Dengan rumus di atas!
- Metode pembelajaran yaitu sebagai berikut :
Pengukuran dislope dengan dislope meter.
XII.3. Peralatan Yang Digunakan
Untuk melakukan interprestasi foto udara perlu disiapkan alat dan bahan sebagai
berikut :
1. Stereoskop cermin
2. Foto udara daerah penelitian
3. Plastik bening/mika (transparent)
4. Pita perekat
5. O.H.P marker
6. Alcohol atau aceton
7. Kapas
8. Busur derajat atau kompas
9. Mistar
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 94
10. Peta topografi, peta rupa bumi, peta geologi (hasil oleh penelitian
pendahulu).
XII.4. Lampiran
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 95
BAB XIII
PENGUKURAN LUAS
XIII.1. Dasar Teori
Luas bidang datar/rata dapat dihitung dengan fotogrametri dengan
beberapa metode (sutanto, 1986) :
a. Metode busur sangkar.
Alat yang digunakan untuk mengukur metode ini adalah jaringan busur sangkar
(kertas milimeter). Cara ukur :
Tutupilah foto udara dengan plastik bening.
Beri batas daerah yang diukur luasnya.
Letakan jaringan busur sangkar pada daerah yang diukur luasnya.
Apa bila < ½ tidak dihitung dan > ½ dihitung 1 serta untuk skala
1 : 50.000. 1cm = 500m.
b. Metode jaringan titik.
c. Metode strip.
d. Metode planimeter.
Pengukuran dengan alat planimeter. Pengukuran ini dilakukan dengan :
1. Planimeter mekanik,
Caranya batang satu digerakan kesegala arah dengan mengunakan roda, alat
ini menghitung luas obyek secara mekanik bila rodanya digerkan searah jarum
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 96
jam sepanjang gairs batas obyek yang diukur luasnya. Hasil pengukuran x
konstant yang disesuikan dengan skala citra = luas obyek. Metode pengukuran
luar jika, bila daerah yang diukur sempit (plnimeter diluar garis pembatas bidang
yang diukur). Metode dalam dilakukan jika, daerah yang diukur luas. Planimeter
diletakan didalam garis pembatas bidang yang diukur. Rumus : A = [Pak - Paw] x
[m/n]2 x unit area.
Dimana : A = Luas daerah yang diukur.
Pak = Hasil pembacaan akhir.
Paw = Hasil pepembacaan awal.
m = Penyebut skala foto udara.
n = Penyebut skala planimeter. Keduanya selalu dibuat 0.
2. Planimeter digital.
Pengukuran dilakukan dengan menelusuri batas obyek yang diukur luasnya.
Dengan secara terus menerus memberikan nilai koordinat x dan y tiap titik kepada
mikro prosesor, luas obyek dihitung dan dibaca secara langsung (sutanto, 1986).
XIII.2. Tujuan dan Metode
Tujuan mempelajari pengukuran luas adalah agar dapat menentukan
bidang datar/rata, daripada peta.
Metode dengan menggunakan metode, antara lain :
Metode busur sangkar.
Metode jaringan titik.
Metode strip.
Metode planimeter.
XIII.3. Peralatan Yang Digunakan
Untuk melakukan interprestasi foto udara perlu disiapkan alat dan bahan
sebagai berikut :
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 97
1. Stereoskop cermin
2. Foto udara daerah penelitian
3. Plastik bening/mika (transparent)
4. Pita perekat
5. O.H.P marker
6. Alcohol atau aceton
7. Kapas
8. Busur derajat atau kompas
9. Mistar
10. Peta topografi, peta rupa bumi, peta geologi (hasil oleh penelitian
pendahulu).
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 98
XIII.4. Lampiran
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44 99
BAB XIV
PENUTUP
XIV.1. KESIMPULAN
Dengan mempelajari Geomorfologi kita tahu bahwa keberadaan suatu
pulau tidak dapat lepas dari faktor geologi yg mengikutinya atau
mengontrolnya, faktor itu adalah adanya interaksi batas antar lempeng,ini
bias terlihat dari pulau-pulau di Indonesia yg dikontrol oleh interaksi
lempeng benua Eurasia, lempeng samudra Hindia dan lempeng samudra
Pasifik.
Kita juga mempelajari peta topografi,kerena peta merupakan ungkapan
miniature suatu posisi permukaan bumi yg terlihat dari atas. Unsur-unsur
dalam peta antara lain : relief, pola pengaliran(drainage), culture, skala,
orientasi peta, judul peta, legenda dan indeks adminitrasi.
Permukaan bumi selalu mengalami perubahan bentuk dari waktu
kewaktusebagai akibat proses geomorfologi,baik yg berasal dari dlm bumi
(endogen), maupun yg berasal dari luar bumi (eksogen). Proses eksogen
tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan struktur geologi
antara lain:Struktur horizontal (dataran dan plato), Struktur miring (dome,
lipatan, sesar serta struktur volkan) yang akan mengakibatkan perubahan
bentuk permukaan bumi kerena aktifitas gunungapi, tektonik maupun
gempa bumi.Proses eksogen berlangsung pada permukaan bumi dan
tenaganya berasal dari luar kulit bumi, tenaga ini dapat berupa:gletser,
angin, air mengalir, gelombang dan arus laut. Berdasarkan proses yg
bekerja pada permukaan bumi dikenalk proses : Fluvial, Marin, Eolian dan
Proses Glasial.
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44
100
XIV.2. SARAN
• Dalam menyampaikan materi hendak tidak terlalu cepat dan jangan ada
perbedaan pendapat biar mudah untuk ditangkap.
• Diharapkan kepada asissten dalam memberikan nilai tugas jangan terlalu
pelit gito lo..kitakan udah berusaha yg terbaik.
• Kepada seluruh asisten yang telah meluangkan waktu tenaga dan pikiran
untuk berkonsultasi dan memberi Acc saya ucapkan banyak terima kasih
dan semoga kebaikan yang anda berikan dapat bermanfaat bagi kita
semua.
• Tidak ada yang sempurna di muka bumi ini, selain Dia yang Maha Esa.
• Manusia tidak pernah akan merasa puas dengan apa yang dimilikinya.
Hal yang tidak pernah lepas dari kritikan, pasti masalah fasilitas… Jadi,
jangan bosan ya! Tapi yang paling penting, mutu dari praktikan itu
sendiri.....OK!!
Nama : Andriano DwichandraNim : 0911.010.44
101
top related