evaluasi perkerasan pada ruas jalan singamerta...
Post on 20-Oct-2020
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
EVALUASI PERKERASAN PADA
RUAS JALAN SINGAMERTA – PEJAWARAN
KABUPATEN BANJARNEGARA MENGGUNAKAN
UJI DYNAMIC CONE PENETROMETER
UNTUK PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR
Skripsi
diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik Program Studi Teknik Sipil
Oleh
Berahkly Violadea Ibrahim
NIM.5113415037
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
-
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Berahkly Violadea Ibrahim
NIM : 5113415037
Program Studi : Teknik Sipil
Judul : Evaluasi Pekerasan Pada Ruas Jalan Singamerta –
Pejawaran Kabupaten Banjarnegara Menggunakan Uji Dynamic Cone
Penetrometer Untuk Perencanaan Perkerasan Lentur.
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
Skripsi Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Semarang, 03 01 2020
Dosen Pembimbing
Mego Purnomo, S.T., M.T.
NIP. 197306182005011001
-
iii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Evaluasi Pekerasan Pada Ruas Jalan Singamerta – Pejawaran
Kabupaten Banjarnegara Menggunakan Uji Dynamic Cone Penetrometer Untuk
Perencanaan Perkerasan Lentur” telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia
Ujian Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
pada tanggal 03 01 2020.
Oleh:
Nama : Berahkly Violadea Ibrahim
NIM : 5113415037
Program Studi : Teknik Sipil
Panitia:
Ketua Sekretaris
Aris Widodo, S.Pd., M.T. Dr. Rini Kusumawardani, S.T, M.T, M.Sc.
NIP. 197102071999031001 NIP. 197809212005012001
Penguji 1 Penguji 2 Penguji 3/Pembimbing
Hanggoro Tri Cahyo A., S.T, M.T. Drs. Henry Apriyantno, M.T. Mego Purnomo, S.T., M.T.
NIP. 197306182005011001 NIP. 195904091987021001 NIP.195904091987021001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik UNNES
Dr. Nur Qudus, M.T., IPM.
NIP. 196911301994031001
-
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini kami menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di Universitas Negeri
Semarang (UNNES) maupun di perguruan tinggi lain;
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian kami sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Pembimbing dan masukan tim
Penguji;
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka;
4. Pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka kami
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.
Semarang, 03 01 2020
yang membuat pernyataan,
Berahkly Violadea Ibrahim
NIM. 5113415037
-
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
‘’Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah ‘’
(HR.Turmudzi)
"Waktu bagaikan pedang. Jika engkau tidak memanfaatkannya dengan baik (untuk
memotong), maka ia akan memanfaatkanmu (dipotong)."
(HR. Muslim)
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(Qs. Asy Syarh ayat 5)
PERSEMBAHAN
1. Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
2. Untuk Bapak (Ir. Agus Istanto B.N.W.) dan Ibu (Retno Dewi) yang
senantiasa mendoakan dan memberikan motivasi dalam hidupku.
Terimakasih atas semua pengorbanan dan kasih sayang yang telah diberikan
padaku.
3. Untuk Mbah Kung ( M. Ibrahim, Mujiono ) dan Mbah Uti ( Hj. Istikomah,
Suyami) serta om dan tante yang telah memberikan dukungan moril dan
materil serta wejangan wejangan dalam menjalani hidup.
4. Adik kandungku ( Salsabila Fairu Mufida ). Terimakasih atas semangat,
dukungan dan doa sehingga dapat mengantarkanku pada detik ini;
5. Untuk teman – teman Teknik Sipil Unnes 2015 yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu.
6. Untuk beberapa nama yang tidak bisa disebutkan secara tersurat.
Terimakasih atas semua pelajaran, waktu, dukungan dan doanya;
7. Teman-teman dan semua pihak yang membantu dan mendoakan dalam
menyelesaikan Skripsi ini.
-
vi
ABSTRAK
Berahkly Violadea Ibrahim. 2020. Evaluasi Perkerasan Pada Ruas
Singamerta Pejawaran Kabupaten Banjarnegara Menggunakan Uji Dynamic
Cone Penetrometer Dengan Perkerasan Lentur. Pembimbing: Mego Purnomo,
S.T., M. T. Program Studi Teknik Sipil.
Ruas jalan Singamerta - Pejawaran Kabupaten Banjarnegara merupakan
jalan lokal primer yang menghubungkan Kecamatan Banjarmangu dengan
Kecamatan Madukoro yang memiliki jarak +28,446 km dan rata - rata lebar ruas
jalan kurang dari 6 m, Jalan Singamerta – Pejawaran akan dijadikan sebagai Jalan
Alternatif dari Jalan Provinsi yang sudah ada dan akan ditingkatkan menjadi Jalan
Kolektor. Sepanjang ruas Jalan Singamerta – Pejawaran tidak memenuhi syarat
lebar jalan untuk Kolektor.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi perkerasan jalan
Singamerta - Pejawaran dalam melayani arus kendaraan untuk masa sekarang
maupun untuk masa yang akan datang, serta merencanakan peningkatan ruas jalan
Singamerta – Pejawaran. Perkerasan existing jalan Singamerta - Pejawaran akan
dievaluasi dan kemudian direncanakan ulang berdasarkan Metode Analisa
Komponen Departemen PU 1987. Evaluasi dilakukan menggunakan data CBR
DCP sebagai data pokok dan data CBR lapangan sebagai data penunjang. Evaluasi
perkerasan eksisting jalan direncanakan berdasarkan peraturan MKJI 1997. Untuk
penerangan jalan direncanakan berdasarkan peraturan Bina Marga No.
12/S/BNKT/1991.
Jalan Singamerta - Pejawaran direncanakan memiliki lebar perkerasan 7 m.
Lapisan perkerasan terdiri tadi Lapis permukaan berupa Laston dengan tebal 10 cm
dengan rincian AC-WC 4 cm dan AC-BC 6 cm, lapis pondasi atas berupa batu
pecah kelas A dengan tebal 10 cm dan lapis pondasi bawah berupa sirtu kelas a
dengan tebal 20 cm. Dengan umur rencana 20 tahun dan pertumbuhan lalu lintas
sebesar 5%, jalan Singamerta - Pejawaran memiliki LHR jam puncak sebesar 300,8
smp/jam. Pembangunan jalan Singamerta - Pejawaran membutuhkan biaya sebesar
Rp. 24,546,771,260.00 sudah termasuk PPN 10% yang dihitung berdasarkan AHSP
kabupaten Banjarnegara tahun 2019.
Kata Kunci : evaluasi jalan Singamerta - Pejawaran; tebal lapisan perkerasan;
CBR;DCP
-
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya, Skripsi dengan judul “Evaluasi Perkerasan Pada Ruas Jalan
Singamerta - Pejawaran Kabupaten Banjarnegara Menggunakan Uji
Dynamic Cone Penetrometer Untuk Perencanaan Perkerasan Lentur” dapat
terselesaikan dengan baik tanpa adanya halangan suatu apapun.
Adapun maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat
guna menyelesaikan Program Studi Strata Satu (S1) pada Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, sehingga dalam
penyusunan skripsi ini tidak sedikit bantuan, petunjuk, saran maupun arahan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat
penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Dr. Nur Qudus, S.Pd., M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang
2. Bapak Aris Widodo, S.Pd., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang
3. Bapak Mego Purnomo, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing dan selaku dosen
wali yang telah memberikan petunjuk, motivasi serta semangat dalam
penyusunan skripsi ini
4. Hanggoro Tri Cahyo A., S.T, M.T selaku dosen penguji 1 yang telah
memberikan petunjuk, dorongan serta nasehat dalam ujian skripsi ini
-
viii
5. Drs. Henry Apriyantno, M.T selaku dosen penguji 2 yang telah memberikan
petunjuk, motivasi serta nasehat dalam ujian skripsi ini
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
7. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
8. Berbagai pihak yang telah memberikan bantuan untuk Skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu
Tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan apa yang
dihasilkannya. Penyusunan skripsi ini pun masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu segala kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
sebagai bekal untuk pengembangan di masa mendatang.
Semarang, 03 01 2020
Penulis
-
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii
PENGESAHAN .................................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.1 Identifikasi Masalah ..................................................................................... 3
1.2 Batasan Masalah ........................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 8
1.5.1 Manfaat Teoritis ........................................................................................... 8
1.5.2 Manfaat Praktis ............................................................................................ 9
1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................... 9
1.6.1 Bagian Awal ................................................................................................. 9
1.6.2 Bagian Isi ..................................................................................................... 9
-
x
1.6.3 Bagian Akhir .............................................................................................. 10
BAB II Kajian Pustaka ........................................................................................ 11
2.1 Kriteria Perencanaan .................................................................................. 11
2.2 Klasifikasi Jalan ......................................................................................... 11
2.2.1 Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi Jalan ..................................................... 12
2.2.2 Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan ....................................................... 12
2.2.3 Klasifikasi Jalan Menurut Medan Jalan ..................................................... 13
2.2.4 Klasifikasi Jalan Menurut Status Jalan ...................................................... 14
2.3 Sistem Jaringan Jalan ................................................................................. 15
2.3.1 Sistem Jaringan Jalan Primer ..................................................................... 16
2.3.2 Sistem Jaringan Jalan Sekunder ................................................................. 18
2.4 Perencanaan Struktur Perkerasan Jalan ...................................................... 20
2.4.1 Penggolongan Tipe Kendaraan .................................................................. 20
2.4.2 Kendaraan Rencana ................................................................................... 22
2.4.3 Ekivalensi Mobil Penumpang (emp) .......................................................... 23
2.4.4 Volume Lalu Lintas .................................................................................... 24
2.4.5 Kecepatan Rencana (𝑉𝑅)............................................................................. 28
2.4.6 Faktor Hambatan Samping ......................................................................... 29
2.4.7 Tingkat Pelayanan Jalan ............................................................................. 29
2.4.8 Analisa Kecepatan Arus Bebas .................................................................. 30
2.4.9 Kapasitas Jalan ........................................................................................... 35
2.4.10 Derajat Kejenuhan (DS) ............................................................................. 38
2.4.11 Kecepatan Rencan ...................................................................................... 39
2.5 Evaluasi Existing Jalan ............................................................................... 39
-
xi
2.5.1 Daya Dukung Tanah Dasar ........................................................................ 39
2.5.2 Kondisi Fisik Jalan Existing ....................................................................... 47
2.5.3 Ketebalan Perkerasan ................................................................................. 47
2.5.4 Kondisi Tata Guna Lahan .......................................................................... 48
2.6 Perencanaan Struktur Perkerasan Jalan ...................................................... 48
2.6.1 Jenis Konstruksi Perkerasan ....................................................................... 49
2.6.2 Perencanaan Tebal Perkerasan ................................................................... 53
2.6.3 Prosedur Perencanaan Perkerasan Jalan ..................................................... 62
2.7 Bangunan Pelengkap Jalan Rencana .......................................................... 67
2.7.1 Lampu Penerangan Jalan ............................................................................ 67
2.7.2 Rambu Lalu Lintas dan Marka Jalan .......................................................... 68
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 72
3.1 Lokasi ......................................................................................................... 72
3.2 Identifikasi Masalah ................................................................................... 73
3.3 Perumusan Masalah .................................................................................... 73
3.4 Metode Penelitian ....................................................................................... 73
3.5 Variabel Penelitian ..................................................................................... 73
3.6 Pengumpulan Data .................................................................................... 74
3.7 Kebutuhan Data .......................................................................................... 74
3.8 Perencanaan Teknis Jalan Baru .................................................................. 76
3.9 Pembuatan Gambar Rencana dan RAB ..................................................... 78
3.10 Kerangka Berfikir ....................................................................................... 79
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ...................................... 80
4.1 Analisis Data .............................................................................................. 80
-
xii
4.2 Evaluasi Kondisi Eksisting Perkerasan Jalan ............................................. 80
4.2.1 Kondisi Eksisting Perkerasan Jalan ........................................................... 80
4.2.2 Kondisi Eksisting Bahu Jalan .................................................................... 81
4.2.3 Kondisi Tata Guna Lahan .......................................................................... 81
4.2.4 Kondisi Penerangan Jalan .......................................................................... 82
4.3 Analisis Data Lalu Lintas ........................................................................... 82
4.3.1 Klasifikasi Jalan Eksisting ......................................................................... 83
4.3.2 Data Lalu Lintas ......................................................................................... 83
4.4 Keadaan Lokasi .......................................................................................... 90
4.5 Analisis Data CBR Tanah Dasar ................................................................ 90
4.5.1 CBR Lapangan dengan DCPT ................................................................... 92
4.6 Perhitungan Perencanaan Peningkatan Jalan ............................................. 95
4.6.1 Kecepatan arus bebas, Kapasitas, dan Derajat Kejenuhan ......................... 96
4.6.2 Data LHR ................................................................................................... 99
4.6.3 Menghitung Nilai Faktor Regional (FR) .................................................. 102
4.6.4 Indeks Permukaan pada Awal Umur Rencana (Ipo) ................................ 103
4.6.5 Indeks Permukaan pada Akhir Umur Rencana (Ipt) ................................ 103
4.6.6 Menentukan Daya Dukung Tanah (DDT) ............................................... 104
4.6.7 Indeks Tebal Perkerasan (ITP) ................................................................. 105
4.6.8 Perhitungan Tebal Perkerasan .................................................................. 106
4.6.9 Perencanaan Tebal Lapis Tambahan (Overlay) ....................................... 107
4.6.10 Perencanaan Lampu Penerangan Jalan .................................................... 110
4.7 Rencana Anggaran Biaya ......................................................................... 110
4.8 Gambar Rencana ...................................................................................... 112
-
xiii
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 113
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 113
5.2 Saran ......................................................................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 116
-
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Jalan Secara Umum Menurut Kelas, Fungsi, Dimensi
Kendaraan Maksimum Dan Muatan Sumbu Terberat ( MST ).............................. 13
Tabel 2.2 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Medan Jalan ......................................... 14
Tabel 2.3 Dimensi Kendaraan Rencana ............................................................... 23
Tabel 2.4 Nilai emp untuk Jalan Tak Terbagi ...................................................... 23
Tabel 2.5 Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (i) Minimum untuk Desain ............. 27
Tabel 2.6 Penentuan faktor-K dan faktor-F berdasarkan VLHR ......................... 28
Tabel 2.7 Pembagian Tipe Alinyemen, VR, sesuai Klasifikasi Fungsi dan
Klasifikasi medan Jalan ....................................................................... 28
Tabel 2.8 Kelas Hambatan Samping .................................................................... 29
Tabel 2.9 Karakteristik Tingkat Pelayanan .......................................................... 30
Tabel 2.10 Kecepatan Arus Bebas Dasar Kendaraan Ringan (Fvo) Sesuai Kondisi
Lapangan yang Ditentukan.................................................................. 31
Tabel 2.11 Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Lebar Jalur Lalu Lintas
(FVw) .................................................................................................. 32
Tabel 2.12 Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Hambatan Samping
Dengan Bahu (FFVsf) ......................................................................... 33
Tabel 2.13 Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Hambatan Samping
Dengan Kereb (FFVsf) ........................................................................ 34
Tabel 2.14 Faktor Penyesuian akibat kelas fungsional jalan dan guna jalan (FFVRC)
pada kecepatan ars bebas kendaraan ringan…………………………35
Tabel 2.15 Kapasitas Dasar (Co) ........................................................................... 36
Tabel 2.16 Faktor Penyesuaian Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw) ............................ 36
-
xv
Tabel 2.17 Faktor Penyesuaian Kapasitas Pemisah Arah (FCsp) .......................... 37
Tabel 2.18 Faktor Penyesuaian Hambatan Samping (FCsf) .................................. 37
Tabel 2.19. Pembagian Tipe Alinyemen,VR,Sesuai Fungsi dan Klasifikasi medan
jalan ........................................................................................................................ 39
Tabel 2.20 Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan .................................... 54
Tabel 2.21 Umur Rencana Perkerasan Jalan Baru (UR) ........................................ 55
Tabel 2.22 Koefisien Distribusi Kendaraan (C) ..................................................... 56
Tabel 2.23 Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar Perkerasan....................................... 57
Tabel 2.24 Lebar Lajur, dan Bahu Berdasarkan Kelas Jalan ................................. 57
Tabel 2.25 Indeks Permukaan pada Akhir Umur Rencana(IPt) ............................. 58
Tabel 2.26 Indeks Permukaan pada Awal Umur Rencana(𝐼𝑃0) ............................. 59
Tabel 2.27 Koefisien Kekuatan Relatif (a) ............................................................. 59
Tabel 2.28 Batas-batas Minimum Tebal Lapisan Permukaan pada Perkerasan .... 61
Tabel 2.29 Batas Minimum Tebal Lapisan Pondasi ............................................ 61
Tabel 2.30 Faktor Regional .................................................................................... 63
Tabel 2.31 Nilai Kondisi Perkerasan Jalan ............................................................ 65
Tabel 2.32 Kriteria Penempatan Lampu Penerangan Jalan ................................... 68
Tabel 3.1 Penggolongan Kebutuhan dan Kegunaan Data dalam Perencanaan
Jalan ..................................................................................................... 76
Tabel 4.1 Data LHR Puncak ................................................................................ 85
Tabel 4.2 Data LHR Puncak Arah Singamerta .................................................... 85
Tabel 4.3 Data LHR Puncak Arah Pejawaran ...................................................... 86
Tabel 4.4 Rekapitulasi LHR Berdasarkan Jenis Kendaraan ................................ 86
Tabel 4.5 Data CBR Lapangan Jalan Singamerta - Pejawaran ............................ 91
-
xvi
Tabel 4.6 Nilai CBR 90% Lapangan Jalan Singamerta - Pejawaran ................... 91
Tabel 4.7 Data CBR DCPT Jalan Singamerta - Pejawaran ................................. 93
Tabel 4.8 Perbandingan Nilai 90% CBR Lapangan Dengan CBR DCPT Jalan
Singamerta - Pejawaran.......................................................................................... 94
Tabel 4.9 Hubungan Daya Dukung Tanah Dengan Nilai CBR ........................... 95
Tabel 4.10 Rekap LHR .......................................................................................... 98
-
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Batasan Wilayah Penelitian .................................................................. 4
Gambar 1.2 STA 14+000 (Titik A) .......................................................................... 5
Gambar 1.3 STA 28+446 (Titik B) .......................................................................... 5
Gambar 2.1 Hubungan nilai DCP dengan CBR ..................................................... 46
Gambar 2.2 Distribusi Beban untuk Perkerasan Lentur ......................................... 50
Gambar 2.3 Susunan Lapis Perkerasan Jalan ......................................................... 50
Gambar 2.4 Distribusi Beban untuk Perkerasan Kaku........................................... 53
Gambar 2.5 Korelasi Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dengan Nilai CBR ....... 63
Gambar 2.6 Nomogram IPt = 2,0 dan Ipo = 3,9 – 3,5 ........................................... 64
Gambar 3.1 Lokasi Studi........................................................................................ 72
Gambar 4.1 Grafik Jumlah Kendaraan / Jam ......................................................... 84
Gambar 4.2 Grafik smp/jam ................................................................................... 85
Gambar 4.3 Nilai CBR 90% Data CBR Lapangan ................................................ 92
Gambar 4.4 Grafik Nilai CBR 90% CBR DCPT ................................................... 94
Gambar 4.5 Korelasi DDR Dan CBR .................................................................. 104
Gambar 4.6 Nomogram IPt = 2,0 Dan Ip0 = 3,9 – 3,5 ........................................ 105
Gambar 4.7 Susunan Lapis Perkerasan Jalan ....................................................... 107
Gambar 4.8 Tebal Lapisan Overlay ..................................................................... 109
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Alat Dynamic Cone Penetrometer (DCP) ........................................ 119
Lampiran 2 Formulir Pengujian Dcp ................................................................... 121
Lampiran 3 Grafik Hubungan DCP dengan CBR ................................................ 122
Lampiran 4 Alat uji CBR Lapangan .................................................................... 122
Lampiran 5 Data LHR Jalan Singamerta - Pejawaran ......................................... 123
Lampiran 6 Data Curah Hujan Kabupaten Banjarnegara .................................... 126
Lampiran 7 Perhitungan Volume Pekerjaan ........................................................ 128
Lampiran 8 Data Uji DCPT ................................................................................. 129
Lampiran 9 Gambar Rencana............................................................................... 151
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang di bangun dan di
rencanakan sesuai dengan kebutuhan dan di sesuaikan dengan keadaan daerah
tersebut, beserta dengan bangunan dan fasilitas pendukung untuk para pengguna
jalan. Jalan bertujuan untuk menghubungkan daerah yang satu dengan daerah yang
berada di tempat, jalan juga memiliki fungsi seabagi pemerata kondisi ekonomi
masyarakat, dimana jika kondisi jalan bagus dan memadai akan mempercepat
pendistribusian barang ataupun jasa pada daerah daerah tersebut.
Pertumbuhan perekonomian di Indonesia yang tumbuh pesat, kesejahteraan
yang merata, serta pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah berdampak
pada tingginya peningkatan jumlah kendaraan terutama pada moda transportasi
darat. Selain itu masuknya kendaraan murah sangat mendukung meningkatnya
jumlah kendaraan di Indonesia, di tambah lagi sekarang memiliki kendaraan pribadi
sudah bukan merupakan barang mewah, melaikan sebuah kebutuhan primer untuk
menunjang kegiatan sehari hari.
Peningkatan jumlah kendaraan tersebut menyebabkan pada turunya tingkat
pelayanan jalan, kurangnya fasilitas yang memadai, serta hilangnya fungsi dari
jalan itu sendiri. Hal tersebut harus di atasi dengan menambah jaringan jalan baru,
memperbaiki fasilitas yang sudah rusak, ataupun meningkatkan fungsi jalan agar
dapat lebih memberi kenyamanan pada pengguna jalan tersebut seperti pelebaran
-
2
jalan, penambahan rambu dan lampu, pembuatan drainase, penambahan talud atau
gorong gorong.
Ruas Jalan Singamerta – Pejawaran Kabupaten Banjarnegara merupakan jalur
penghubung antara Kecamatan Madukara dengan Kecamatan Pejawaran yang
memiliki jarak +28,446 km dan rata - rata lebar ruas jalan kurang dari 6 m. Jika
dilihat secara kasat mata kondisi jalan Singamerta – Pejawaran Kabupaten
Banjarnegara kurang baik melihat volume lalu lintas harian dan beban kendaraan
yang melewati Jalan Singamerta – Pejawaran Kabupaten Banjarnegara dapat di
katakana rendah. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan di cari tingkat kelayakan
perkerasan jalan Singamerta – Pejawaran Kabupaten Banjarnegara menggunakan
perencanaan perkerasan lentur sesuai kebutuhan dalam melayani arus kendaraan
baik untuk masa sekarang ataupun untuk masa yang akan datang, serta
merencanakan pembangunan ruas Jalan Singamerta – Pejawaran Kabupaten
Banjarnegara yang baru.
-
3
1.1. Indentifikasi Masalah
Indentifikasi masalah dilakukan untuk mengetahui penyebab dilaksanakan
penelitian ini. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Jalan Singamerta – Pejawaran Kabupaten Banjarnegara akan dijadikan
sebagai Jalan Alternatif dari Jalan Provinsi yang sudah ada;
2. Jalan Singamerta – Pejawaran Kabupaten Banjarnegara akan ditingkatkan
menjadi Jalan Kolektor;
3. Di sepanjang ruas Jalan Singamerta – Pejawaran Kabupaten Banjarnegara
tidak memenuhi syarat lebar jalan untuk Kolektor.
-
4
1.2. Batasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dibatasi menjadi :
a. Batas wilayah penelitian
Lokasi pekerjaan jalan ini terdapat pada ruas Jalan Singamerta – Pejawaran
Kecamatan Madukara, yang terletak di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa
Tengah. Jalan ini berawal dari pertigaan pasar Singamerta (STA 14+000) s.d.
pertigaan pasar Pejawaran (STA 28+446). Batasan wilayah dalam penelitian
dapat di lihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Batasan Wilayah Penelitian
-
5
Gambar 1.2. Awal STA 14+000
Gambar 1.3. Akhir STA 28+446
b. Batasan Analisis
1. Sajian data berupa analisis kondisi jalan eksisting ruas Jalan Singamerta
– Pejawaran Kabupaten Banjarnegara yang meliputi data teknis
perkerasan eksisting, data bangunan pelengkap eksisting jalan, data lalu
-
6
lintas harian rata rata lokasi, data CBR menggunakan dynamic cone
penetrometer (DCP).
2. Data CBR Jalan Singamerta – Pejawaran Kabupaten Banjarnegara
menggunakan Dynamic Cone Penerometer Test berdasarkan surat edaran
menteri pekerjaan umum No. 04/SE/M/2010 tentang Pemberlakuan
Pedoman Cara Uji California Bearing Ratio (CBR) dengan Dynamic
Cone Penetrometer (DCP) sebagai data pokok perencanaan .
3. Evaluasi perkerasan eksisting jalan berdasarkan MKJI 1997, TPGJAK
Bina Marga 1997, dan RSNI T-14-2004 Gerometri jalan perkotaan.
4. Perencanaan perkerasan berdasarkan metode analisa komponen
departemen PU 1987, manual desain perkerasan jalan no.
02//M/BM/2013, dan peraturan Pt-01-2002-B Pedoman Perencanaan
Tebal Perkerasan Lentur..
5. Perencanaan jalan baru meliputi perencanaan perkerasan, bangunan
pelengkap jalan, serta RAB dan gambar rencana.
6. Analisis dan prediksi lalu lintas harian rata rata untuk jalur yang akan di
lewati kendaraan sampai dengan umur rencana.
7. Aspek perkerasan meliputi unsur beban lalu lintas, unsur tanah dasar, dan
unsur lapisan perkerasan.
8. Perhitungan RAB perencanaan Jalan Singamerta – Pejawaran Kabupaten
Banjarnegara yang di hitung menggunakan AHSP Kabupaten
Banjarnegara tahun 2019.
9. Tidak membahas perhitungan alinyemen horizontal dan alinyemen
vertikal, dan geometri simpang sebidang
-
7
10. Tidak membahas saluran tepi dan talud
11. Tidak membahas sengketa pembebasan lahan pada wilayah studi dan
tidak membahas proses konstruksi dan metode pelaksanaan.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka di ambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1.Kondisi perkerasan eksisting ruas Jalan Singamerta – Pejawaran
Kabupaten Banjarnegara yang mengacu pada Manual Kapasitas Jalan
Indonesia 1997.
2.Nilai sebelum dan setelah perencanaan kecepatan arus bebas, kapasitas
dasar, dan derajad kejenuhan Jalan Singamerta - Pejawaran Kabupaten
Banjarnegara.
3.Analisis tebal perkerasan tebal perkersasan yang di perlukan untuk umur
rencana jalan 20 tahun dengan menggunakan perkerasan lentur pada
Jalan Singamerta – Pejawaran Kabupaten Banjarnegara.
4.Analisis nilai rencana anggaran biaya (RAB) dan gambar rencana untuk
perencanaan Jalan Singamerta – Pejawaran Kabupaten Banjarnegara.
-
8
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kondisi perkerasan eksisting ruas Jalan Singamerta - Pejawaran
Kabupaten Banjarnegara yang mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia
1997.
2. Menghitung nilai kecepatan arus bebas, kapasitas dasar, dan derajat
kejenuhan jalan Singamerta - Pejawaran Kabupaten Banjarnegara sebelum dan
setelah perencanaan.
3. Menganalisis tebal perkerasan yang di perlukan untuk umur rencana jalan 20
tahun dengan menggunakan perkerasan lentur pada ruas Jalan Singamerta -
Pejawaran Kabupaten Banjarnegara.
4. Menghitung perkiraan kebutuhan biaya dan membuat gambar rencana pada
perencanaan ruas Jalan Singamerta - Pejawaran Kabupaten Banjarnegara.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai salah satu karya ilmiah, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada masyarakat umum tentang
gambaran perencanaan sebuah jalan.
b. Hasil penelitian dapat di gunakan sebagai pedoman untuk kegiatan penelitian
yang sama.
-
9
1.5.2. Manfaat Praktis
Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menjadi literatur atau rujukan
yang mampu memberikan konstribusi bagi para engineer engineer di Indonesia
dalam menyelesaikan permasalahan kerusakan dan penganan perbaikan jalan,
khususnya kerusakan jalan yang terdapat di ruas Jalan Singamerta – Pejawaran
Kabupaten Banjarnegara.
1.6. Sistematika Penulisan
Penyusunan skripsi disusun dalam suatu sistem yang terurut dari awal
sampai akhir untuk memberikan gambaran jelas dan mempermudah dalam
pembahasan masalah. Penyusunan skripsi ini dibagi menjadi 3 bagian :
1.6.1. Bagian Awal
Bagian awal dari skripsi ini meliputi : judul, abstrak, lembar pengesahan,
dan lain lain.
1.6.2. Bagian Isi
BAB I PENDAHULUAN
Berisi penjelasan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Berisi penjelasan yang digunakan sebagai dasar teori yang berhubungan
dengan evaluasi perkerasan jalan existing dan perencanaan jalan baru, serta
panduan studi lalu lintas yang akan digunakan untuk perencanaan ruas jalan
-
10
dalam aspek kinerja jalan, geometrik, perkerasan jalan dan bangunan
pelengkap jalan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi penjelasan umum dari bagan alir evaluasi perkerasan jalan existing
dan perencanaan jalan baru, metode pengumpulan , pengolahan dan analisis
data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang evaluasi kondisi perkerasan jalan eksisting dan perencanaan
jalan baru serta data yang diperlukan seperti, data tanah, data lalu
lintas,.Berisi tentang analisis data, Evaluasi perkerasan jalan existing,
perancangan struktur perkerasan jalan baru, perancangan geometri jalan
baru, serta berisi tentang RAB.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan yang dapat diambil dari perencanaan ini dan saran yang
berguna untuk perencanaan selanjutnya.
1.6.3. Bagian Akhir
Bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.
-
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kriteria Perencanaan
Dibutuhkan beberapa kriteria perencanaan dalam perencanaan jalan ,
kriteria yang digunakan disini adalah : sistem jaringan jalan, klasifikasi jalan,
perencanaan struktur perkerasan jalan, dan perencanaan bangunan pelengkap jalan.
2.2. Klasifikasi Jalan
Klasifikasi jalan adalah pengelompokan jalan, dimana di Indonesia jalan di
klasifikasikan berdasarkan fungsi jalan, berdasarkan administrasi pemerintahan
(status jalan), berdasarkan muatan sumbu yang menyangkut dimensi dan berat
kendaraan (Kelas Jalan), berdasarkan medan jalan. Menurut TGPJAK No.:
038/T/BM/1997.
Klasifikasi jalan merupakan aspek penting yang pertama kali harus
diidentifikasi sebelum melakukan perancangan jalan. Karena kriteria desain suatu
rencana jalan yang ditentukan dari standar desain ditentukan oleh klasifikasi jalan
rencana. Menurut Undang-Undang 38 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 34 Tahun 2006 bahwa suatu jalan dikelompokkan berdasarkan sistem
jaringan, fungsi, kelas dan statusnya.
-
12
2.2.1. Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi Jalan
Menurut Bina Marga (1997), Jalan umum menurut fungsinya
dikelompokkan atas :
1.Jalan Arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah
jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
2.Jalan Kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3.Jalan Lokal adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah,
dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Catatan:
Jalan Singamerta – Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara telah ditentukan
oleh Pemerintah Banjarnegara sebagai Jalan Lokal.
2.2.2. Klasifikasi Jalan Menurut Kelas
Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk
menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam Muatan Sumbu Terberat (MST)
dalam satuan ton. Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya
dengan klasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam Tabel 2.1.
-
13
Tabel 2.1. Klasifikasi Jalan Menurut Kelas, Fungsi, Dan Muatan Sumbu
Terberat ( MST )
Kelas Jalan
Fungsi Jalan
Dimensi Kendaraan
Maksimum Muatan Sumbu
Terberat(ton)
Panjang(m) Lebar(m)
I
Arteri
18 2,5 >10
II 18 2,5 10
IIIA 18 2,5 8
IIIA
Kolektor
18 2,5 8
IIIB 12 2,5 8
IIIC Lokal 9 2,1 8
Sumber: RSNI T-14-2004 Geometri Jalan Perkotaan
2.2.3. Klasifikasi Jalan Menurut Medan Jalan
Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus mempertimbangkan
keseragaman kondisi medan menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan
perubahan-perubahan pada bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut (Bina
Marga, 1997).
Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar
kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur.
-
14
Tabel 2.2. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Medan Jalan
NO Jenis Medan Notasi Kemiringan
Medan(%)
1 Datar D 25
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,Departemen PU,
Ditjen Bina Marga 1997.
2.2.4. Klasifikasi Jalan Menurut Status Jalan
Klasifikasi jalan menurut status jalan adalah untuk mewujudkan kepastian
hukum penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan Pemerintah dan
pemerintah daerah. Berdasarkan PP RI No. 34 Tahun 2006, Klasifikasi jalan
menurut statusnya dikelompokkan atas :
1.Jalan Nasional adalah jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan
jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis
nasional, serta jalan tol.
2.Jalan Provinsi adalah jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar
ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3.Jalan Kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang
tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan
pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam
-
15
sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis
kabupaten.
4.Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan
antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
5.Jalan desa adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar
permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
2.3. Sistem Jaringan Jalan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2006 tentang jalan bahwa dalam sistem jaringan jalan harus memperhatikan
perencanaan tata ruang wilayah jalan tersebut dan memperhatikan fungsi wilayah
tersebut. Berdasarkan PP RI No. 34 Tahun 2006, dijelaskan bahwa :
1. Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri
dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang
terjalin dalam hubungan hierarki.
2. Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada rencana tata ruang
wilayah dan dengan memperhatikan keterhubungan antarkawasan
dan/atau dalam kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan.
Menurut PP No. 26 Tahun 1985, sistim jaringan jalan di Indonesia dapat dibedakan
menjadi :
-
16
2.3.1. Sistem Jaringan Jalan Primer
Sistem Jaringan Jalan Primer adalah sistem jaringan jalan yang disusun
mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang dan struktur pengembangan wilayah
tingkat nasional, yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi (PP RI No. 34
Tahun 2006). “Jaringan Jalan Primer yaitu jaringan jalan yang menghubungkan
secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan
lokal, dan pusat kegiatan di bawahnya sampai ke persil dalam satu satuan wilayah
pengembangan.” (Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd T-18-2004-B)2. Adapun
jenis-jenis dari Sistem Jaringan Jalan Primer adalah :
a) Jalan Arteri Primer
Menurut PP RI No. 34 Tahun 2006, Jalan Arteri Primer yaitu jalan yang
secara efisien menghubungkan antar pusat kegiatan nasional atau antara
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah .
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan arteri primer adalah :
1. Kecepatan rencana paling rendah adalah 60km/jam
2. Lebar jalan minimal adalah 11m
3. Jumlah batas masuk dibatasi secara efisien
4. Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
5. Lalu lintas tidak boleh terganggu oleh lalu lintas balik, lalu lintas lokal
maupun kegiatan lokal.
6. Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan
tertentu yang sesuai dengan volume lalu lintas dan karakteristiknya
7. Jalan arteri primer tidak terputus walaupun memasuki kota.
8. Indeks permukaan tidak kurang dari 2.
https://id.wikipedia.org/wiki/Persimpangan
-
17
b) Jalan Kolektor Primer
Menurut PP RI No. 34 Tahun 2006, Jalan Kolektor Primer yaitu
jalan yang secara efisien menghubungkan antar pusat kegiatan wilayah atau
menghubungkan antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan kolektor primer adalah :
1. Kecepatan rencana paling rendah adalah 40 km/jam
2. Lebar badan jalan kolektor primer minimal 7 meter
3. Kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas
rata-rata.
4. Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga
ketentuan tetap terpenuhi.
5. Indeks permukaan tidak kurang dari 2.
c) Jalan Lokal Primer
Berdasarkan PP RI No. 34 Tahun 2006, Jalan lokal primer yaitu
jalan yang secara efisien menghubungkan pusat kegiatan nasional dengan
persil atau pusat kegiatan wilayah dengan persil atau pusat kegiatan lokal
dengan pusat kegiatan lokal, pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan di
bawahnya, pusat kegiatan lokal dengan persil, atau pusat kegiatan di
bawahnya sampai persil.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan lokal primer adalah :
1. Kecepatan rencana paling rendah adalah 20 km/jam
2. Lebar badan jalan minimal adalah 6 m
3. Jalan lokal primer tidak terputus walaupun memasuki desa.
4. Indeks permukaan tidak kurang dari 1.5.
-
18
2.3.2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Berdasarkan PP RI No. 34 Tahun 2006, Sistem Jaringan Jalan Sekunder
adalah sistem jaringan jalan yang disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata
ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi
primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan
seterusnya sampai ke perumahan.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2006
menjelaskan bahwa jenis-jenis dari Sistem Jaringan Jalan Sekunder adalah:
a) Jalan Arteri Sekunder
Menurut PP RI No. 34 Tahun 2006, Jalan Arteri Sekunder yaitu jalan
yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu
atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder
kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan
sekunder kedua.
Menurut PP RI No. 34 Tahun 2006, Persyaratan yang harus dipenuhi
oleh jalan arteri sekunder adalah:
1. Kecepatan rencana paling rendah adalah 30 km/jam.
2. Lebar badan jalan minimal 8 m.
3. Kapasitas jalan sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-
rata.
4. Pada jalan arteri sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terhambat
dengan lalu lintas lambat.
5. Indeks permukaan tidak kurang dari 1.5.
-
19
b) Jalan Kolektor Sekunder
Menurut PP RI No. 34 Tahun 2006, Jalan kolektor sekunder yaitu
jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder ketiga.
Menurut PP RI No. 34 Tahun 2006, Persyaratan yang harus dipenuhi
oleh jalan kolektor sekunder adalah:
1. Kecepatan rencana paling rendah adalah 20 km/jam.
2. Lebar badan jalan minimal 7 m.
3. Kapasitas jalan sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-
rata.
4. Pada jalan kolektor sekunder lalu lintas cepat tidak boleh
terhambat dengan lalu lintas lambat.
5. Indeks permukaan tidak kurang dari 1.5.
c) Jalan Lokal Sekunder
Menurut PP RI No. 34 Tahun 2006, Jalan lokal sekunder yaitu jalan
yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan,
menghubungkan kawasan sekunder dengan perumahan, kawasan sekunder
ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
Menurut PP RI No. 34 Tahun 2006, Persyaratan yang harus dipenuhi
oleh jalan lokal sekunder adalah:
1.Kecepatan rencana paling rendah adalah 10 km/jam.
2.Lebar badan jalan minimal 5 m.
3.Indeks permukaan tidak kurang dari 1.0.
-
20
2.4. Perencanaan Struktur Perkerasan Jalan
Dalam perencanaan struktur perkerasan jalan terdapat beberapa
parameter perencanaan.Parameter-parameter tersebut meliputi: kecepatan
rencana, kendaraan rencana, volume dan kapasitas jalan dan tingkat
pelayanan yang diberikan oleh jalan tersebut. Parameter ini sebagai penentu
tingkat kenyamanan dan keamanan yang dihasilkan oleh suatu bentuk
geometrik jalan.
2.4.1. Penggolongan Tipe Kendaraan
Penggolongan kendaraan rencana berdasarkan kategori kendaraan menurut
Bina Marga adalah sebagai berikut :
1.Golongan 1: Sepeda motor (MC) dengan 2 atau 3 roda (meliputi sepeda
motor dan kendaraan roda 3 sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
2.Golongan 2: Sedan, jeep dan station wagon.
3.Golongan 3: Opelet, pick-up oplet, combi dan minibus.
4.Golongan 4: Pick-up, micro truck dan mobil hantaran atau pick-up box.
Umumnya sebagai kendaraan barang, maksimal beban sumbu belakang
3,5 ton dengan bagian belakang sumbu tunggal roda tunggal (STRT).
5.Golongan 5a: Bus Kecil. Sebagai kendaraan penumpang umum dengan
tempat duduk 16-26 buah seperti kopaja, metromini, elf dengan bagian
belakang sumbu tunggal roda ganda (STRG), panjang kendaraan
maksimal 9 m, dengan sebutan bus ¾.
6.Golongan 5b: Bus Besar. Sebagai kendaraan penumpang umum dengan
tempat duduk 30-56 buah seperti bus malam, Bus Kota, Bus Antar Kota
dengan bagian belakang sumbu tunggal roda ganda (STRG).
-
21
7.Golongan 6a: Truck 2 sumbu 4 roda. Kendaraan barang dengan muatan
sumbu terberat 5 ton (MST- 5, STRT) pada sumbu belakang dengan as
depan 2 roda dan as belakang 2 roda.
8.Golongan 6b: Truck 2 sumbu 6 roda. Kendaraan barang dengan muatan
sumbu terberat 8-10 ton (MST 8-10, STRG) pada sumbu belakang dengan
as depan 2 roda dan as belakang 4 roda.
9.Golongan 7a: Truck 3 sumbu. Kendaraan barang dengan 3 sumbu yang
tata letaknya STRT (Sumbu Tunggal Roda Tunggal) dan SGRG (Sumbu
Ganda Roda Ganda).
10. Golongan 7b: Truck gandengan. Kendaraan nomor 6 atau 7 yang diberi
gandengan bak truck dan dihubungkan dengan batang besi segitiga
disebut juga Full Trailler Truck.
11. Golongan 7c: Truck semi trailler Atau disebut truck tempelan, adalah
kendaraan yang terdiri dari kepala truck dengan 2-3 sumbu yang
dihubungkan secara sendi dengan pelat dan rangka bak yang beroda
belakang, yang mempunyai 2 atau 3 sumbu pula.
12. Golongan 8: Kendaraan bertenaga manusia atau hewan di atas roda
(meliputi sepeda, becak, kereta kuda dan kereta dorong sesuai sistem
klasifikasi Bina Marga).
Jika arus lalu lintas sebuah jalan sudah diketahui, maka kemudian tipe-tipe
kendaraan diatas dikonversikan menjadi satuan mobil penumpang (smp) dengan
ekivalensi mobil penumpang (emp) masing – masing tipe kendaraan seperti yang
tertulis dalam MKJI .
-
22
2.4.2. Kendaraan Rencana
Menurut Dirjen Bina Marga 1997, kendaraan rencana adalah yang dimensi
dan radius putarnya digunakan sebagai acuan dalam perencanaan geometrik jalan.
Untuk perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana akan
mempengaruhi lebar lajur jalan yang dibutuhkan. Dan juga radius berputarnya
kendaraan akan mempengaruhi perencanaan tikungan dan lebar median jalan
dimana mobil diperkenankan untuk memutar. Kendaraan rencana dikelompokan
kedalam 3 kategori, yaitu:
1. Kendaraan kecil/ringan (LV), diwakili oleh mobil
penumpang.Kendaraan bermotor ber as 2 dan beroda 4 dengan jarak as 2
– 3 m.
2. Kendaraan sedang (MV), diwakili oleh truk 3 as tandem atau bus besar 2
as.Kendaraan bermotor dengan 2 gandar dengan jarak 3,5 – 5 m.
3. Kendaraan besar (HV), diwakili oleh truk semi trailer dan bus besar
dengan jarak as lebih dari 3,50 m, biasanya beroda lebih dari 4.
4. Sepeda motor (MC) merupakan kendaraan bermotor beroda dua atau
tiga.
5. Kendaraan tak Bermotor (UM). Pengaruh kendaraan tak bermotor
dimasukkan sebagai kejadian terpisah dalam faktor penyesuaian
hambatan samping.
Dimensi kendaraan rencana menurut Bina Marga 1997, ditetapkan seperti pada
Tabel 2.3.
-
23
Tabel 2.3. Dimensi Kendaraan Rencana
Kategori
Kendaraan
Rencana
Dimensi Kendaraan (cm) Tonjolan (cm) Radius putar
(cm) Radius
Tonjolan(cm) Tinggi Lebar Panjang Depan Belakang Min. Maks.
Kecil 130 210 580 90 150 420 730 780
Sedang 410 260 1210 210 240 740 1280 1410
Besar 410 260 2100 120 90 290 1400 1370
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,Departemen PU,
Ditjen Bina Marga 1997.
2.4.3. Ekivalensi Mobil Penumpang (emp)
Ekivalen Mobil Penumpang adalah Faktor yang menunjukkan berbagai tipe
kendaraan dibandingkan kendaraan ringan sehubungan dengan pengaruhnya
terhadap kecepatan kendaraan ringan dalam arus lalu lintas. untuk mobil
penumpang dan kendaraan ringan yang sasisnya mirip, emp = 1,0 (Manual
Kapasitas Jalan indonesia, Bina Marga 1997). Untuk UM (Kendaraan Tak
Bermotor) nilai Empnya tidak ada karena termasuk hambatan samping (kendaraan
lambat), yaitu sepeda, gerobak, becak, andong dan lain-lain.
Tabel 2.4. Nilai emp untuk Jalan Tak Terbagi
Tipe Jalan
Tak
Terbagi
Arus Lalu
Lintas Total
Dua Arah
(kend/jam)
Emp
HV
MC
Lebar Lalu Lintas (m)
≤6 ≥6
Dua
jalur,tak
terbagi
(2/2 UD)
0 1,3 0,50 0,40
≥1800 1,2 0,35 0,25
-
24
Empat
jalur,tak
terbagi
(4/2 UD)
0 1,3 0,4
≥1800 1,2 0,25
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
2.4.4. Volume Lalu Lintas
Menurut simamora (2013), Volume lalu lintas didefenisikan sebagai jumlah
kendaraan yang melewati satu titik pengamatan selama satu satuan waktu.
1. Satuan Mobil Penumpang (smp)
Menurut Hendarsin (2000), satuan mobil penumpang (smp) adalah angka
satuan kendaraan dalam hal kapasitas jalan dimana mobil penumpang
ditetapkan memiliki satu smp. Atau satuan arus lalu lintas dimana Arus Dari
berbagai tipe kendaraan telah diubah menjadi kendaraan ringan termasuk
mobil penumpang dengan menggunakan smp. Sedangkan menurut Bina
Marga 1997, smp adalah angka satuan kendaraan dalam hal kapasitas jalan,
di mana mobil penumpang ditetapkan memiliki satu SMP.
2. Lalu Lintas Harian Rata-rata Tahunan (LHR)
Lalu Lintas Harian Rata-Rata Tahunan (LHRT) adalah jumlah lalu lintas
kendaraan rata-rata yang melewati satu jalur jalan selama 24 jam dan
diperoleh dari data selama satu tahun penuh.
LHRT = Jumlah lalu lintas dalam 1 tahun
365
LHRT dinyatakan dalam smp/hari atau kendaraan/hari untuk jalan 2 lajur 2
arah, smp/hari/1 lajur atau kendaraan/hari/1 arah untuk jalan berlajur
banyak dengan median.
-
25
3. Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Lalu lintas harian rata-rata adalah jumlah rata-rata kendaraan
bermotor yang melewati sebuah jalan dalam waktu 24 jam. LHR dinyatakan
dalam smp/hari terhadap jumlah lajur yang ditinjau.
LHR = Jumlah lalu lintas selama pengamatan
Lamanya pengamatan
4. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)
Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) dihitung dengan rumus sebagai berikut
:
,
keterangan : j = jenis kendaraan
5. Lintas Ekivalen Akhir (LEA)
Lintas Ekivalen Akhir (LEA) dihitung dengan rumus sebagai Berikut:
keterangan : i = perkembangan lalu lintas
6. Lintas Ekivalen Tengah (LET)
Lintas Ekivalen Tengah (LET) dihitung dengan rumus sebagai berikut:
-
26
7. Lintas Ekivalen Rencana (LER)
Lintas Ekivalen Rencana (LER) dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
8. Faktor Penyesuaian (FP)
Faktor Penyesuaian (FP) ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
dimana :
j = Jenis Kendaraan
C = Koefisien Distribusi Kendaraan
LHR = Lalu Lintas Harian Rata-Rata
UR = Umur Rencana
9. Angka Pertumbuhan Lalu Lintas
Perkiraan pertumbuhan lalu lintas tiap tahun dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
LHRn = LHRo x (1 + 𝑖)𝑛
Keterangan :
LHRo = LHR pada tahun pertama yang diketahui
LHR = LHR pada tahun ke-n
N = Tahun ke-n
I = Pertumbuhan lalu lintas
-
27
Tabel 2.5. Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (i) Minimum untuk Desain
2011-2020 >2021-2030
Arteri dan perkotaan (%) 5 4
Kolektor Rural (%) 3,5 2,5
Jalan Desa (%) 1 1
Sumber : Manual Desain Perkerasan Jalan No 02/M/BM/2013,2013
10. Volume Lalu Lintas Harian Rencana
Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR) adalah prakiraan
volume lalu lintas harian pada akhir tahun rencana lalu lintas yang
dinyatakan dalam SMP/hari. Volume Jam Rencana (VJR) adalah volume
lalu lintas per jam yang dipergunakan sebagai dasar perencanaan dinyatakan
dalam SMP/jam. Dihitung menggunakan rumus :
VJR = VLHR x k
F
k = Adalah faktor volume lalu lintas jam sibuk (%), jika tidak ada
data boleh digunakan k = 9
F = Adalah faktor variasi tingkat lalu lintas perseperempat jam
dalam jam sibuk, jika tidak ada data boleh digunakan F = 0,8 .
VJR digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan dan fasilitas
lalu lintas lainnya yang diperlukan. Faktor k dan F untuk jalan kota biasanya
mengambil 0,1 dan 0,9 .
-
28
Tabel 2.6. Penentuan faktor-K dan faktor-F berdasarkan VLHR
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,Departemen PU,
Ditjen Bina Marga 1997.
2.4.5. Kecepatan Rencana (𝑽𝑹)
Kecepatan rencana yang dipilih dalam perencanaan jalan memungkinkan
kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca cerah, lalu
lintas lengang, dan hambatan samping yang tidak berarti. Dalam Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Bina Marga Tahun 1997, kecepatan
rencana sesuai dengan klasifikasi fungsi dan medan jalan, ditetapkan seperti pada
Tabel 2.7.
Tabel 2.7. Pembagian Tipe Alinyemen, VR, Sesuai Klasifikasi Fungsi Dan
Klasifikasi Medan Jalan
Datar Bukit Pergunungan
Arteri 70 - 120 60 - 80 40 - 70
Kolektor 60 - 90 50 - 60 30 - 50
Lokal 40 - 70 30 - 50 20 - 30
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Bina Marga
Tahun 1997
VLHR k(%) F(%)
>50000 4-6 0,9-1
30000-50000 6-8 0,8-1
10000-30000 6-8 0,8-1
5000-10000 8-10 0,6-0,8
1000-5000 10-12 0,6-0,8
-
29
2.4.6. Faktor Hambatan Samping
Hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja lalu lintas yang berasal
dari aktivitas samping segmen jalan. Hambatan samping yang umumnya sangat
mempengaruhi kapasitas jalan adalah pejalan kaki, angkutan umum, dan kendaraan
lain berhenti, kendaraan tak bermotor, kendaraan masuk dan keluar dari fungsi tata
guna lahan di samping jalan. Kelas hambatan samping menurut Manual Kapasitas
Jalan indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8. Kelas Hambatan Samping
Kelas
Hambatan
Samping
(SFC)
Kode Jumlah
berbobot
kejadian per
200m per jam
(dua sisi)
Kondisi khusus
Sangat
Rendah
VL 900 Daerah komersial; aktivitas pasar sisi jalan.
Sumber : Manual Kapsitas Jalan Indonesia, 1997.
2.4.7. Tingkat Pelayanan Jalan
Kinerja atau tingkat pelayanan jalan menurut US-HCM adalah ukuran
kualitatif yang digunakan di Amerika dan menerangkan kondisi operasional dalam
arus lalu-lintas dan penilaiannya oleh pemakai jalan. Dinyatakan dalam kecepatan,
waktu tempuh, kebebasan bergerak, interuspi lalu-lintas, keenakan kenyamanan,
dan keselamatan. (MKJI, 1997)
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungsn Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Karakteristik Tingkat Pelayanan adalah sebagai berikut :
-
30
Tabel 2.9. Karakteristik Tingkat Pelayanan
Sumber : Peraturan Menteri Perhubungsn Nomor 14 Tahun 2005
2.4.8. Analisa Kecepatan Arus Bebas
1. Kecepatan Arus Bebas (FV)
Analisa kecepatan arus bebas dilakukan pada jalan tak terbagi maupun
terbagi. Analisa kecepatan arus bebas pada jalan tak terbagi dilakukan pada kedua
arah serta analisa untuk jalan terbagi dilakukan pada masing-masing arah yang
seolah-olah dianggap masing-masing arah adalah jalan satu arah yang terpisah.
Dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 Rumus penentuan kecepatan arus
bebas mempunyai bentuk umum berikut :
dimana:
Tingkat
Layanan
Karakteristik
A Kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi, pengemudi memilih
kecepatan yang diinginkan tanpa hambatan
B Arus stabil, tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi oleh kondisi lalu
lintas. Pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih
kecepatan
C Arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan,
pengemudi dibatasi dalam memilih kecepatan
D Arus mendekati tidak stabil, kecepatan masih dikendalikan, Q/C masih
dapat ditolerir
E Volume lalu lintas mendekati/berada pada kapasitas arus tidak stabil,
terkadang berhenti
F Arus yang dipaksakan/macet, kecepatan rendah, V diatas kapasitas,
antrian panjang dan terjadi hambatan-hambatan yang besar
-
31
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi
lapangan (km/jam).
FVo = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan
yang diamati (km/jam)
FVw = Penyesuaian kecepatan untuk lebar jalan (km/jam)
FFVsf = Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu
atau jarak kereb penghalang
𝐹𝐹𝑉𝑅𝐶 = Faktor penyesuaian untuk kelas fungsi jalan,perkalian
2. Kecepatan Arus Bebas Dasar Kendaraan Ringan (FVo)
Nilai kecepatan Arus Bebas Dasar Kendaraan Ringan menurut MKJI 1997
dapat dilihat pada Tabel 2.10.
Tabel 2.10. Kecepatan Arus Bebas Dasar Kendaraan Ringan (Fvo) Sesuai
Kondisi Lapangan yang Ditentukan
Tipe jalan/Tipe
alinyemen/(kelas
jarak pandang)
Kecepatan arus bebas dasar(km/jam)
Kendaraan
ringan
LV
Kendaraan
berat
menengah
MHV
Bus
besar
LB
Truk
besar
LT
Sepeda
motor
MC
Enam lajur
terbagi
-datar
-bukit
-gunung
83
71
62
67
56
45
86
68
55
64
52
40
64
58
55
Empat lajur
terbagi
-datar
-bukit
78
68
65
55
81
66
62
51
64
58
-gunung 60 44 53 39 53
Empat lajur tak
Terbagi
-datar
-bukit
-gunung
74
66
58
63
54
43
78
65
52
60
50
39
60
56
53
-
32
Dua-lajur tak
terbagi
-datar SDC: A
-datar SDC: B
-datar SDC: C
-bukit
-gunung
68
65
61
61
55
60
57
54
52
42
73
69
54
52
42
58
55
52
49
38
55
54
53
53
51
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
3. Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Lebar Jalur Lalu Lintas (FVw)
Nilai Penyesuaian kecepatan arus bebas untuk lebar jalur lalu lintas dapat
dilihat pada Tabel 2.11.
Tabel 2.11. Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Lebar Jalur Lalu
Lintas (FVw)
Tipe jalan Lebar
efektif jalur
lalu lintas
(Wc) (m)
Datar:
SDC =
A,B
-Bukit:
SDC=A,B,C
-Datar:
SDC=C
Gunung
Empat-lajur
dan enam -
lajur terbagi
Perlajur :
3,00
3,25
3,50
3,75
-3
-1
0
2
-3
-1
0
2
-2
-1
0
2
Empat-lajur
tak terbagi
Perlajur :
3,00
3,25
3,50
3,75
-3
-1
0
2
-2
-1
0
2
-1
-1
0
2
Dua-lajur
tak terbagi
Total :
5
6
7
8
9
10
-11
-3
0
1
2
3
-9
-2
0
1
2
3
-7
-1
0
0
1
2
-
33
11
3 3 2
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
4. Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Hambatan Samping (FFVsf)
Nilai Penyesuaian kecepatan arus bebas untuk hambatan samping dengan
bahu dapat dilihat pada Tabel 2.12.
Tabel 2.12. Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Hambatan Samping
Dengan Bahu (FFVsf)
Tipe Jalan
Kelas
hambatan
samping
(SFC)
Faktor penyesuaian untuk hambatan
samping dan lebar bahu
Lebar bahu efektif rata-rata Ws (m)
≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥ 2,0 m
Empat lajur
terbagi (4/2
D)
Sangat rendah 1,00 1,00 1,00 1,00
Rendah 0,98 0,98 0,98 0,99
Sedang 0,95 0,95 0,96 0,98
Tinggi 0,91 0,92 0,93 0,97
Sangat Tinggi 0,86 0,87 0,89 0,96
Empat lajur
tak terbagi
(4/2 UD)
Sangat rendah 1,00 1,00 1,00 1,00
Rendah 0,96 0.97 0.97 0.98
Sedang 0,92 0,94 0,95 0.97
Tinggi 0,88 0,89 0,90 0,96
Sangat Tinggi 0,81 0,83 0,85 0,95
Sangat rendah 1,00 1,00 1,00 1,00
-
34
Dua lajur
tak terbagi
(2/2 UD)
atau jalan
satu arah
Rendah 0,96 0,97 0,97 0.98
Sedang 0,91 0,92 0,93 0,97
Tinggi 0,85 0,87 0,88 0,95
Sangat Tinggi 0,76 0,79 0,82 0,93
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997.
Sedangkan nilai Penyesuaian kecepatan arus bebas untuk hambatan
samping dengan kereb dapat dilihat pada tabel 2.13.
Tabel 2.13. Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Hambatan Samping
Dengan Kereb (FFVsf)
Tipe Jalan Kelas hambatan
samping (SFC)
Faktor penyesuaian untuk hambatan
samping dan jarak kereb penghalang
Jarak kereb penghalang Wk (m)
≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥ 2,0 m
Empat
lajur
terbagi
(4/2 D)
Sangat rendah 1,00 1,01 1,01 1,02
Rendah 0,97 0,98 0,99 1,00
Sedang 0,93 0,95 0,97 0,99
Tinggi 0,87 0,90 0,93 0,96
Sangat Tinggi 0,81 0,85 0,88 0,92
Empat
lajur tak
terbagi
(4/2 UD)
Sangat rendah 1,00 1,01 1,01 1,02
Rendah 0,96 0,98 0,99 1,00
Sedang 0,91 0,93 0,96 0,98
Tinggi 0,84 0,87 0,90 0,94
Sangat Tinggi 0,77 0,81 0,85 0,90
Dua lajur
tak terbagi
(2/2 UD)
Sangat rendah 0,98 0,99 0,99 1,00
Rendah 0,93 0,95 0,96 0,98
Sedang 0,87 0,89 0,92 0,95
-
35
atau jalan
satu arah
Tinggi 0,78 0,81 0,84 0,88
Sangat Tinggi 0,68 0,72 0,77 0,82
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997.
5.Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Ukuran Kota (FFVRC)
Nilai Penyesuaian kecepatan arus bebas untuk ukuran kota menurut MKJI
1997 ada pada Tabel 2.14.
Tabel 2.14 Faktor Penyesuian akibat kelas fungsional jalan dan guna jalan
(FFVRC) pada kecepatan arus bebas kendaraan ringan.
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
2.4.9. Kapasitas Jalan
Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum yang dapat dipertahankan
persatuan jam yang melewati suatu titik dijalan dalam kondisi yang ada. Menurut
MKJI 1997 Rumus kapasitas jalan adalah sebagai berikut:
X FCRC
Faktor Penyesuaian untuk
ukuran kota
Faktor penyesuaian FFVRC Tipe jalan
Pengembangan Samping Jalan (%)
0 25 50 75 100
Empat-lajur terbagi
-Arteri
-Kolektor
-Lokal
1,00
0,99
0,98
0,99
0,98
0,97
0,98
0,97
0,96
0,96
0,95
0,94
0,95
0,94
0,93
Empat lajur tak terbagi
-Arteri
-Kolektor
-Lokal
1,00
0,97
0,95
0,99
0,96
0,94
0,97
0,94
0,94
0,96
0,93
0,91
0,945
0,915
0,895
Dua lajur tak terbagi
-Arteri
-Kolektor
-Lokal
1,00
0,94
0,90
0,98
0,93
0,88
0,97
0,91
0,87
0,96
0,90
0,86
0,94
0,88
0,84
-
36
dimana:
C = kapasitas (smp/jam)
C0 = kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = faktor penyesuaian akibat lebar lajur lalu lintas
FCSP= faktor penyesuaian akibat pemisah arah
FCSF= faktor penyesuaian akibat hambaran samping
1. Kapasitas dasar (Co)
Nilai kapasitas dasar menurut MKJI 1997 dapat dilihat pada
Tabel 2.15.
Tabel 2.15. Kapasitas Dasar (Co)
Tipe Jalan Kapasitas Dasar
(smp/jam) Catatan
Empat Lajur terbagi atau
jalan satu arah 3100 Per lajur
Empat lajur tak terbagi 3000 Per lajur
Dua lajur tak terbagi 2900 Total dua arah
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
2. Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas (FCw)
Tabel 2.16. Faktor Penyesuaian Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw)
Tipe Jalan Lebar efektif jalur
lalu lintas (WC) (m) FCw
Empat lajur terbagi
Empat lajur terbagi
Perlajur
3,0
3,25
3,50
3,75
0,91
0,96
1,00
1,03
Empat lajur tak terbagi
Perlajur
3,0
3,25
3,50
3,75
0,91
0,96
1,00
1,03
-
37
Dua lajur tak terbagi
Total kedua arah
5
6
7
8
9
10
11
0,69
0,91
1,00
1,08
1,15
1,21
1,27
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
3. Faktor penyesuaian kapasitas pemisah arah (FCsp)
Tabel 2.17. Faktor Penyesuaian Kapasitas Pemisah Arah (FCsp)
Pemisah arah SP %-% 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30
FCsp
Dua lajur 2/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
Empat lajur 4/2 1,00 0,975 0,95 0,925 0,90
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
4. Faktor penyesuaian hambatan samping (FCsf)
Faktor penyesuaian hambatan samping dilihat pada Tabel 2.18.
Tabel 2.18. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping (FCsf)
Tipe Jalan
Kelas
hambatan
samping
(SFC)
Faktor penyesuaian untuk hambatan
samping dan lebar bahu 𝐹𝐶𝑠𝑓
Lebar bahu efektif rata-rata Ws (m)
≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥ 2,0 m
4/2 D
VL 0,99 0,98 1,01 1,03
L 0,96 0,97 0,99 1,01
M 0,93 0,95 0,96 0,99
H 0,90 0,92 0,95 0,97
VH 0,88 0,88 0,93 0,96
2/2 UD
VL 0,97 0,99 1,00 1,02
L 0,93 0,95 0,97 1,00
-
38
4/2 UD M 0,88 0,91 0,94 0.97
H 0,84 0,87 0,91 0,95
VH 0,80 0,83 0,88 0,93
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
2.4.10. Derajad Kejenuhan (DS)
Derajat kejenuhan dihitung dengan menggunakan arus dan kapasitas
dinyatakan dalam smp/jam, dimana hasilnya harus kurang dari 0,75 agar tidak
terjadi kemacetan. Derajat kejenuhan (Degree of Saturation (DS)) menunjukkan
segmen jalan tersebut memiliki masalah kapasitas atau tidak.
Semakin kecil nilai DS menunjukan pelayanan jalan yang semakin baik
yang artinya tidak terjadi kemacetan, sedangkan semakin besar nilai DS
menunjukan pelayanan jalan yang semakin buruk yang artinya terjadi kemacetan.
Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 untuk menghitung DS
digunakan rumus :
DS = Q
C
Dimana :
Q = Volume lintas yang melewati jalan tersebut (smp/jam)
C = Kapasitas jalan rencana (smp/jam)
-
39
2.4.11. Kecepatan Rencana
Tabel 2.19. Pembagian Tipe Alinyemen, VR, sesuai Klasifikasi Fungsi dan
Klasifikasi medan Jalan
Datar Bukit Pergunungan
Arteri 70 - 120 60 - 80 40 - 70
Kolektor 60 - 90 50 - 60 30 - 50
Lokal 40 - 70 30 - 50 20 - 30
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Bina Marga
Tahun 1997.
2.5. Evaluasi Existing Jalan
Untuk melakukan perencanaan Jalan Singamerta – Pejawaran Kapubaten
Banjarnegara yang baru, langkah pertama kali yang dilakukan adalah mengevaluasi
existing jalan. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain mengevaluasi kondisi
fisik jalan, tebal perkerasan, kondisi tata guna lahan disekitar jalan existing, dan
daya dukung tanah dasar.
2.5.1. Daya Dukung Tanah Dasar
Daya dukung tanah dasar adalah bagian penting dari berlangsungnya
kekokohan perkerasan suatu jalan. Perencanaan tebal perkerasan jalan di
Indonesia umumnya menggunakan nilai CBR (California Bearing Ratio)
dengan peralatan yang digunakan untuk menentukan nilai CBR tersebut adalah
DCP (Dynamic Cone Penetrometer, Sudarno (2018). Dalam penelitian ini data
CBR yang didapatkan dengan Dynamic Cone Penetrometer Test akan
digunakan sebagai data pokok,
-
40
1. Pengujian CBR Lapangan dengan DCPT (Dynamic Cone Penetrometer
Test)
a. Dasar
Pengujian DCPT dalam penelitian ini mengacu pada Surat Edaran Menteri
PU No. 04/SE/M/2010 tentang Pemberlakukan Pedoman Cara Uji California
Bearing Ratio (CBR) dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP).
b. Tujuan
DCPT adalah suatu prosedur alternatif untuk melaksanakan evaluasi
kekuatan tanah dasar dan lapis fondasi jalan, dengan menggunakan Dynamic
Cone Penetrometer. Pengujian ini juga merupakan cara alternatif jika pengujian
CBR lapangan tidak bisa dilakukan. Pengujian tersebut memberikan kekuatan
lapisan bahan sampai kedalaman 90 cm di bawah permukaan yang ada dengan
tidak melakukan penggalian sampai kedalaman pada pembacaan yang
diinginkan. Pengujian dilaksanakan dengan mencatat jumlah pukulan (blow)
dan penetrasi dari konus (kerucut logam) yang tertanam pada tanah/lapisan
fondasi karena pengaruh penumbuk kemudian dengan menggunakan grafik dan
rumus, pembacaan penetrometer diubah menjadi pembacaan yang setara
dengan nilai CBR, (Surat Edaran Menteri PU No. 04/SE/M/2010).
c. Peralatan
- Bagian atas :
1. Pemegang Batang bagian atas diameter 16 mm, tinggi-
jatuh setinggi 575 mm.
2. Penumbuk berbentuk silinder berlubang, berat 8 kg.
-
41
- Bagian tengah :
1. Landasan penahan penumbuk terbuat dari baja
2. Cincin peredam kejut.
3. Pegangan untuk pelindung mistar penunjuk
kedalaman.
- Bagian bawah :
1. Batang bagian bawah, panjang 90 cm, diameter 16 mm
2. Batang penyambung, panjang antara 40 cm sampai
dengan 50 cm, diameter 16 mm dengan ulir dalam di
bagian ujung yang satu dan ulir luar di ujung lainnya
3. Mistar berskala, panjang 1 meter, terbuat dari plat baja
4. Konus terbuat dari baja keras berbentuk kerucut di
bagian ujung, diameter 20 mm, sudut 60º atau 30
º;Cincin pengaku.
d. Langkah pengujian
Langkah pengujian dalam pengujian DCP sebagai berikut :
1. Sambungkan seluruh bagian peralatan dan pastikan bahwa sambungan
batang atas dengan landasan serta batang bawah dan kerucut baja sudah
tersambung dengan kokoh;
2. Tentukan titik pengujian, catat Sta./Km., kupas dan ratakan permukaan
yang akan diuji;
3. Letakkan alat DCP pada titik uji di atas lapisan yang akan diuji;
-
42
4. Pegang alat yang sudah terpasang pada posisi tegak lurus di atas dasar
yang rata dan stabil, kemudian catat pembacaan awal pada mistar
pengukur kedalaman;
5. Angkat penumbuk pada tangkai bagian atas dengan hati-hati sehingga
menyentuh batas pegangan;
6. Lepaskan penumbuk sehingga jatuh bebas dan tertahan pada landasan;
7. Catat jumlah tumbukan dan kedalaman pada formulir DCP, setiap 5 kali
tumbukan;
8. Hentikan pengujian apabila kecepatan penetrasi kurang dari 1 mm/3
tumbukan;
9. Siapkan peralatan agar dapat diangkat atau dicabut ke atas;
10. Angkat penumbuk dan pukulkan beberapa kali dengan arah ke atas
sehingga menyentuh pegangan dan tangkai bawah terangkat ke atas
permukaan tanah;
11. Lepaskan bagian-bagian yang tersambung secara hati-hati, bersihkan
alat dari kotoran dan simpan pada tempatnya;
12. Tutup kembali lubang uji setelah pengujian.
13. Jarak antara titik uji dalam penelitian ini adalah 100 m.
e. Langkah pencatatan
Pencatatan hasil pengujian dilakukan menggunakan formulir pengujian
penetrometer konus dinamis (DCP).
1. Periksa hasil pengujian lapangan yang terdapat pada formulir pengujian
DCP dan hitung jumlah tumbukan dan akumulasi penetrasi setelah
dikurangi pembacaan awal pada mistar DCP;
-
43
2. Gunakan grafik hubungan kumulatif tumbukan dan kumulatif penetrasi,
terdiri dari sumbu tegak dan sumbu datar, pada bagian tegak
menunjukkan kedalaman penetrasi dan arah horizontal menunjukkan
jumlah tumbukan.
3. Plotkan hasil pengujian lapangan pada salib sumbu di grafik hubungan
kumulatif tumbukan dan kumulatif penetrasi .
4. Tarik garis yang mewakili titik-titik koordinat tertentu yang
menunjukkan lapisan yang relatif seragam.
5. Hitung kedalaman lapisan yang mewakili titik-titik tersebut, yaitu selisih
antara perpotongan garis-garis yang dibuat pada grafik dalam satuan mm.
6. Hitung kecepatan rata-rata penetrasi (DCP, mm/tumbukan atau
cm/tumbukan) untuk lapisan yang relatif seragam
7.Nilai DCP diperoleh dari selisih penetrasi dibagi dengan selisih tumbukan.
8.Gunakan gambar grafik (grafik terdapat pada lampiran 3) atau hitungan
formula hubungan nilai DCP dengan CBR dengan cara menarik nilai
kecepatan penetrasi pada sumbu horizontal ke atas sehingga memotong
garis tebal untuk sudut konus 60º atau garis putus-putus untuk sudut konus
30º.
9.Tarik garis dari titik potong tersebut ke arah kiri sehingga nilai CBR dapat
diketahui.
-
44
Gambar 2.1 Hubungan nilai DCP dengan CBR
f. Langkah Perhitungan
Menentukan nilai CBR yang mewakili dari sejumlah harga CBR yang
dilaporkan.
Menurut Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan
Metode Analisa Komponen, Departemen PU 1987, langkah-langkah dalam
Menentukan harga CBR yang mewakili dari sejumlah harga CBR yang
dilaporkan adalah sebagai berikut :
1.Tentukan harga CBR terendah.
2.Tentukan berapa banyak harga dari masing-masing nilai CBR yang sama
dan lebih besar dari masing-masing nilai CBR.
3.Angka jumlah terbanyak dinyatakan sebagai 100%. Jumlah lainnya
merupakan persentase dari 100%.
4.Dibuat grafik hubungan antara harga CBR dan persentase jumlah tadi.
5. Nilai CBR yang mewakili adalah yang didapat dari angka persentase 90%.
-
45
2.5.2.Kondisi Fisik Jalan Existing
Menurut Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Direktorat Bina Teknik, (1995), Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional
dan Jalan Propinsi, Jilid I Metode Survai, dan Jilid II Metode Perbaikan Standar,
Jakarta kerusakan jalan dapat berupa :
1. Retak (cracking)
2. Distorsi (perubahan bentuk)
3. Cacat permukaan (disintegration)
4. Pengausan (polished aggregate)
5. Kegemukan (bleeding or flushing)
6. Penurunan (utility cut depression)
Kondisi fisik jalan harus dievaluasi terlebih dahulu untuk melihat seberapa
besar kerusakan yang terjadi pada badan jalan sebelum dilakukan perencanaan
ulang jalan. Langkah pengevaluasian kondisi fisik jalan antara lain menentukan
jenis kerusakan, tingkat kerusakan, dan jumlah kerusakan yang ada pada jalan.
Jalan Singamerta - Pejawaran Kapubaten Banjarnegara tidak memiliki
banyak kerusakan pada badan jalan.
2.5.3.Ketebalan Perkerasan
Ketebalan existing perkerasan Jalan Singamerta - Pejawaran Kabubaten
Banjarnegara dihitung untuk mengetahui apakah perkerasan tersebut masih kuat
dan layak untuk melayani beban yang bekerja. Besarnya beban yang dilimpahkan
tersebut tergantung dari berat total kendaraan, konfigurasi sumbu, bidang kontak
antara roda dan perkerasan, kecepatan kendaraan, menurut simamora (2013).
-
46
Kekuatan struktur jalan adalah perbandingan antara daya dukung perkerasan dan
ketebalan perkerasan, dengan beban yang bekerja diatasnya.
2.5.4.Kondisi Tata Guna Lahan
Kondisi tata guna lahan Jalan Singamerta - Pejawaran Kapubaten
Banjarnegara didominasi oleh kebun dan ada beberapa bagian yang berbatasan
langsung dengan rumah warga, walaupun kondisi tata guna lahan seperti itu
pelebaran pada Jalan Singamerta - Pejawaran Kapubaten Banjarnegara masih dapat
dilakukan. Hal ini berkaitan dengan proses pelebaran jalan. Saat kepadatan jalan
sudah melewati batas rata-rata, maka hal yang terjadi adalah munculnya kemacetan
karena jalan tersebut sudah tidak layak untuk menampung jumlah kendaraan yang
melewatinya sehingga akan mengurangi kenyamanan pengguna jalan tersebut. Cara
paling efektif untuk mengurangi kepadatan sebuah jalan adalah dengan melebarkan
jalan tersebut.
2.6. Perencanaan Struktur Perkerasan Jalan
Struktur perkerasan jalan adalah bagian dari kontruksi jalan yang diperkeras
dengan lapisan konstruksi tertentu yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan
kekakuan serta kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas
diatasnya ke seluruh tanah dibawah dan dasar.
Menurut Abdul (2014), Konstruksi perkerasan jalan adalah suatu lapisan
agregat yang dipadatkan dengan atau tanpa lapisan pengikat diatas lapisan tanah
pada suatu jalur jalan.
-
47
2.6.1. Jenis Konstruksi Perkerasan
Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dapat
dibedakan atas :
1. Perkerasan lentur (Flexible Pavement)
Lapis perkerasan adalah merupakan lapis permukaan yang mencangkup
lapisan padat dari lapisan perata, lapisan pondasi atau lapis campuran aspal yang
terdiri dari aggregate dan bahan aspal yang dicampur, serta penghamparan dan
pemadatan campuran tersebut. (Surandono dan Rinaldi, 2015). Keuntungan
menggunakan perkerasan lentur, yaitu:
1. Tidak silau, sehingga mengurangi resiko kecelakaan.
2. Memiliki tahanan geser yang yang baik.
3. Lebih murah dari perkerasan kaku
4. Mudah diberi lapisan Overlay.
Sementara itu kerugian dalam menggunakan perkerasan lentur yaitu :
1. Tebal total struktur perkerasan lebih tebal daripada perkerasan kaku,
tetapi lebih mudah rusak.
2. Kelenturan dan sifat kohesi berkurang selama masa pelayanan.
3. Biaya perawatan lebih mahal dari perkerasan kaku dan perawatan
lebih sering.
4. Lebih licin jika tergenang air.
5. Membutuhkan agregat yang lebih banyak.
Berikut adalah distribusi beban pada perkerasan lentur :
-
48
Gambar
top related