efektivitas kegiatan keagamaan dalam meningkatkan
Post on 02-Oct-2021
20 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM
MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI PONDOK
PESANTREN AL-FALAH PUTERI BANJARBARU
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Rabiatul Adawiyah
NIM. 14311400
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
1439 H/2018 M
EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM
MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI PONDOK
PESANTREN AL-FALAH PUTERI BANJARBARU
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Rabiatul Adawiyah
NIM. 14311400
Pembimbing:
Sri Tuti Rahmawati, M.A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
1439 H/2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bila pendidikan suatu masyarakat berkembang dengan baik, maka
tidak dapat dipungkiri lagi masyarakat tersebut akan semakin berkualitas
dan mampu bersaing terhadap kompetisi yang semakin hari semakin ketat
dan keras dalam berbagai sudut aktivitas kehidupan. Dalam situasi seperti
ini maka sumber daya manusia yang berkualitas mampu menghadapi
persaingan dalam aktivitas kehidupan. Pada dasarnya kualitas sumber
daya manusia menjadi peran utama dalam menentukan aktivitas dalam
berbagai sektor pembangunan baik pembangunan fisik maupun non fisik.
Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas maka sekolah
sebagai lembaga penyelenggara pendidikan formal merupakan lembaga
kepercayaan masyarakat sebagai komponen penting dalam
mempersiapkan dan mengantarkan generasi anak bangsa untuk mampu
menghadapi kompetisi secara global yang kian hari semakin jelas dan
terasa dampaknya terhadap aktivitas kehidupan masyarakat.1
Pendidikan merupakan cerminan kepribadian suatu bangsa, maju
dan tidaknya suatu negara itu tergantung dari Sumber Daya Manusianya
(SDM). Maka dari itu, negara kita melalui pemerintah tentunya
mempunyai keinginan supaya rakyatnya memiliki kemampuan dan
kecerdasan yang tinggi, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-
undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
1 Azyumardi Azra, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam,
(Cipayung Ciputat: Gaung Persada Press Jakarta, 2007), h. 1-2
2
dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Setiap upaya guru dalam proses pendidikan diatur oleh tujuan
tertentu, apapun jenis tujuan itu. Kejelasan tujuan yang terlihat pada
rumusan dan definisinya berpengaruh terhadap kemungkinan keberhasilan
pencapaiannya. Banyak tujuan yang dirumuskan secara umum dan samar,
seperti pendidikan untuk hidup. Tentu saja, tujuan semacam itu dapat
diterima, karena setiap pendidikan mesti mempersiapkan peserta didik
untuk hidup.2
Secara sederhana pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha untuk
membantu peserta didik mengembangkan seluruh potensinya (hati, pikir,
rasa dan karsa serta raga) untuk menghadapi masa depan. Oleh karena itu
seorang pendidik dituntut untuk bisa menguasai kecerdasan inteligensi,
kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional secara bersamaan untuk
mendukung terwujudnya tujuan pendidikan nasional tersebut.
Kecerdasan spiritual tidak lepas dari kata beragama, karena agama
merupakan penghubung antara manusia dengan Tuhannya sehingga
kecerdasan spiritual tidak akan pernah ada jika manusia itu tidak
memiliki agama.Manusia sangat membutuhkan agama, tanpa agama
manusia belum menjadi manusia yang utuh. Setelah manusia dipisahkan
oleh agama ia menjadi gelisah, tidak tenang dan mulai membuat atau
menciptakan agama-agama semu. Quraisy Shihab mengatakan Islam telah
menegaskan agama atau tauhid merupakan kebutuhan yang sifatnya
alamiyah (fitrah) dalam diri manusia.3
2 Ridjaluddin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta Selatan: Pusat Kajian Islam FAI
Uhamka Jakarta, 2008), h. 54 3 Hariyanto, Psikologi Sholat, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003), h.5
3
Artinya:“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”.(QS. Ar-Rûm [30]: 30).
Agama terdapat dalam Al-Qur`an dan dalam penjelasan Rasul-Nya,
megatur hubungan, baik hubungan vertikal (hubungan manusia dengan
Tuhannya) maupun hubungan horizontal (hubungan manusia dengan
manusia dan manusia dengan alam sekitar).
Setiap orang tua pasti ingin memiliki seorang anak yang cerdas.
Seringkali kita menganggap cerdas itu dilihat dari nilai angka yang ada di
rapor, padahal ada banyak sekali kecerdasan diantaranya kecerdasan
emosional dan spiritual. Seringkali kita menganggap dengan nilai yang
tinggi dapat berhasil dalam hidup tetapi ternyata banyak anak yang pandai
yang nilainya tinggi tidak berhasil di masyarakat. Mereka banyak yang
gagal mencapai harta, jabatan dan kedudukan yang diinginkan.
Orang-orang yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi
akan mampu memahami dirinya sendiri. Mereka mampu selalu belajar
mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dengan demikian mereka
akan tampil percaya diri. Mereka mampu berhubungan dengan sesama
manusia dengan baik. Orang semacam ini ramah dan selalu menyapa
semua orang, mampu mengendalikan kemarahan. Dengan bekal ini
mereka mampu mempunyai bekal untuk mendapatkan kekayaan,
kedudukan atau ketenaran. Namun apakah orang yang kecerdasan
4
semosionalnya tinggi mempunyai jabatan dan harta akan bahagia.
Kedudukan yang tinggi dan harta yang banyak ternyata bukan ukuran
seseorang itu dikatakan berhasil dan bahagia. Presiden direktur Hyundai
meninggal secara mengenaskan, ia mati bunuh diri dengan meloncat dari
gedung pencakar langit. Dan seorang top eksekutif Indonesia mati bunuh
diri dengan terjun bebas dari sebuah apartemen di Jakarta berlantai 56.4
Posisi sukses ternyata dianggap semu. Orang banyak mengalami krisis.
Krisis ini sudah merambah setiap sudut kehidupan kita mulai dari
kesehatan, mata pencarian, kualitas lingkungan, hubungan sosial,
ekonomi, teknologi politik dan bahkan merasuk ke dalam krisis moral,
intelektual dan krisis spiritual atau krisis keagamaan. Untuk itu setiap
peserta didik diharapkan tidak hanya cerdas secara emosional tetapi juga
spiritual.
Kecerdasan spiritual sangat penting dibentuk dalam diri peserta didik,
karena untuk menciptakan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
yang Maha Esa dan berakhlak mulia memerlukan kecerdasan spiritual
yang cukup, supaya nanti peserta didik dapat menyeimbangkan antara
kebutuhan rohani dan jasmani. Seseorang bisa saja dikatakan sukses
dengan mempunyai kecerdasan pengetahuan yang tinggi tapi jika tidak
dibarengi dengan kecerdasan spiritual maka hidupnya tidak akan merasa
senang. Contoh yang bisa kita ambil maraknya terjadinya korupsi padahal
orang-orang yang melakukannya memiliki inteligensi/kepintaran yang
tinggi, tapi dia masih saja bisa melakukan korupsi. Mungkin itu dilakukan
karena kurangnya iman atau tidak dibarengi dengan sikap spiritual.
Menurut Danah Zohar dan Marshall bila kecerdasan spiritual
seseorang berkembang dengan baik, maka tanda-tanda yang akan terlihat
4Wahyudi, dkk., Membentuk Kecerdasan Spiritual Anak Pedoman Penting Bagi
Orang Tua dalam Mendidik Anak, (Jakarta: Sinar Graka Offset, 2010), h.7
5
pada diri seseorang adalah: Kemampuan bersikap fleksibel (adaktif secara
spontan dan aktif), Tingkat kesadaran yang tinggi, Kemampuan untuk
menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, Kemampuan untuk
menghadapi dan melampaui rasa sakit, Kualitas hidup yang ilhami oleh
visi dan nilai-nilai, Keengganan untuk mnyebabkan kerugian yang tidak
perlu, Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal
(berpandangan holistic), Kecenderungan nyata untuk bertanya dan
mencari jawaban-jawaban yang mendasar, Memliliki kemudahan untuk
bekerja melawan konvensi atau bekerja dengan mandiri.5
Pondok pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru merupakan pondok
pesantren yang tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu agama namun juga
mempelajari ilmu-ilmu umum. Kegiatan-kegiatan yang diadakan di
Pondok pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru dapat membentuk
kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki oleh para santri tidak hanya
kecerdasan inteligensi, kecerdasan emosional tetapi juga kecerdasan
spiritual. Pondok pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru merupakan
tempat yang dapat membantu menjembatani para orang tua yang memilih
memondokkan anaknya, karena Pondok pesantren Al-Falah Puteri
Banjarbaru mempunyai program-program keagamaan yang mendukung
terbentuknya kecerdasan spiritual yang mana kegiatan kegamaan tersebut
meliputi: kegiatan mengaji kitab kuning, salat berjamaah, membaca
burdah pada malam jum’at, kegiatan muhadarah, tahlil dan salat duha
berjamaah. Dalam proses menimba ilmu di Pondok pesantren Al-Falah
Puteri Banjarbaru para santri diwajibkan untuk mengikuti kegiatan-
kegiatan yang ada. Adanya kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat
5 Danah Zohar dan Ian Marshall, Spiritual Quotient Memanfaatkan Kecerdasan
Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung:
Mizan, 2001), h. 136.
6
meningkatkan spiritual siswa yang menuntut ilmu di Pondok pesantren
Al-Falah Puteri Banjarbaru.
Dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut apakah bisa menjadi
ukuran untuk meningkatkan potensi kecerdasan spiritualnya, maka inilah
yang ingin diketahui penulis. Berdasarkan latar belakang masalah yang
telah diuraikan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Efektivitas Kegiatan Keagamaan dalam Meningkatkan Kecerdasan
Spiritual di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang disajikan pada latar belakang di atas,
maka permasalahan penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kegiatan keagamaan di Pondok Pesantren Al-Falah
Puteri Banjarbaru.
2. Motivasi mengikuti kegiatan keagamaan di Pondok Pesantren Al-
Falah Puteri Banjarbaru.
3. Pengaruh kegiatan keagamaan terhadap prestasi belajar.
4. Pengaruh mengikuti kagiatan keagamaan terhadap kecerdasan
spiritual.
5. Efektivitas kegiatan keagamaan dalam meningkatkan kecerdasan
spiritual
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian yang dilakukan lebih
terarah dan mendalam berdasarkan identifikasi masalah. Maka untuk
memfokuskan permasalahan, penulis membatasi masalah tersebut
pada:efektivitas kegiatan keagamaan dalam meningkatkan kecerdasan
spiritual di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru.
.
7
D. Perumusan Masalah
Sesuai dengan batasan yang telah penulis kemukakan, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah Kegiatan Keagamaan
Efektif untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di Pondok Pesantren
Al-Falah Puteri Banjarbaru?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada pembatasan dan perumusan masalah tersebut, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kegiatan keagamaan
dalam meningkatkan kecerdasan spiritual di Pondok Pesantren Al-Falah
Puteri Banjarbaru.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
a. Secara teoritik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan menambah wawasan tentang efektivitas kegiatan
keagamaan dalam meningkatkan kecerdasan spiritual dan menjadi
rujukan bagi peneliti lain dalam mengembangkan kajian sejenis.
b. Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
informasi yang berkaitan tentang efektivitas kegiatan keagamaan
dalam meningkatkan kecerdasan spiritual.
G. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya yang
mempunyai bahasan senada yang tertulis pada skripsi terdahulu antara
lain:
1. Ainun Zakiah Lubis, Nim: 11311032 “Hubungan Pelaksanaan
Ekstrakulikuler Keagamaan terhadap Pembentukan Perilaku
Keberagaman Siswa” Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an
8
Jakarta, 2015. Latar belakang Ainun Zakiah Lubis menulis skripsi ini
karena sekarang kebanyakan manusia telah melupakan Al-Qur`an
mereka lebih memprioritaskan ekstrakulikuler di bidang umum dari
pada bidang keagamaan baca tulis Al-Qur`an, selain itu banyak juga
kenakalan-kenakalan yang dilakukan karena merosotnya nilai-nilai
karakter bangsa. Kegiatan ekstrakulikuler yang beragam siswa dapat
mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya salah satunya
adalah ekstrakurikuler keagamaaan baca tulis Al-Qur`an. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1-23 bulan Mei 2015
bertempat di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang. Setelah
dilakukan penelitian diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan
antara pelaksanaan ekstrakulikuler keagamaan Baca Tulis Al-Qur`an
dengan pembentukan perilaku keberagamaan siswa kelas VII SMP
Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang. Persamaan penulis dengan
skripsi Ainun Zakiah Lubis adalah sama-sama membahas kegiatan
keagamaan dan menggunakan metode kuantitatif, perbedaannya
penulis membahas tentang meningkatkan kecerdasan spiritual dengan
mengikuti kegiatan keagamaan namun Ainun Zakiah Lubis membahas
hubungan pelaksanaan ekstrakulikuler keagamaan terhadap
pembentukan perilaku keberagaman siswa.
2. Roudlotul Jannah Harissaputri, Nim:12311134, “Intensitas Salat
Dhuha Berjamaah dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa
Kelas VI SDI Manaratul Ulum Kebayoran Baru Jakarta Selatan”
Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta,2016. Tempat yang
dijadikan objek penelitian aalah siswa kelas VI SDI Manaratul Ulum
Kebayoran Baru Jakarta Selatan pada bulan Mei sampai dengan Bulan
Juli 2016. Roudlotul Jannah Harissaputri mengumpulkan data-data
9
melalui metode deskriftip dan menggunakan metode kuantitatif dan
kualitatif.
Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
korelasi namun korelasi tersebut sangat lemah atau sangat rendah
antara intensitas salat dhuha terhadap peningkatan kecerdasan spiritual
siswa dengan perolehan r hitung sebesar 0.00009. Persamaan penulis
dengan skripsi Roudlotul Jannah Harissaputri dalam hal pembahasan
kecerdasan spiritual namun Roudlotul Jannah Harissaputri pengaruh
dari intensitas salat dhuha berjamaah dalam meningkatkan kecerdasan
spiritual, sedangkan penulis membahas peningkatan kecerdasan
spiritual dengan mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di pondok.
3. Abiila Zainatul Millah, Nim: 13311191, “Pengaruh Keistiqomahan
Pelaksanaan Salat Tahajud Terhadap Kecerdasan Emosional” Fakultas
Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta,2017. Penelitian ini dilakukan
di Sekolah Menengah Pertama (SMP) An-Naja Islamic Boarding
School, Cipeundeuy, Bandung Barat, Jawa Barat, Indonesia. penelitian
ini dimulai sejak bulan Maret 2016 sampai dengan selesai.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan
menggunakan metode penelitian kuantitatif dan dapat diambil
kesimpulan berdasarkan analisis data dan hasil penelitian serta
pengujian hiotesis yaitu adanya korelasi/pengaruh yang sedang atau
cukup.Persamaan penulis dengan skripsi Abiila Zainatul Millah yaitu
membahas kegiatan keagamaan namun Abiila Zainatul Millah lebih
spesifik membahas dalam salat tahajud.
4. Endah Khoiratul Bariyah, Nim 13311274, “Pelaksanaan Shalat Dhuha
dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa” Fakultas Tarbiyah
Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta,2017. Dalam penelitian ini Endah
Khoiratul Bariyah lebih mengkhususkan pada shalat sunnah dhuha,
10
karena melihat realita dewasa ini jarang sekali SD maupun MI
melaksanakan pembiasaan shalat dhuha sebelum pembelajaran
dimulai. Sedangkan di lokasi yang mau diteliti sekolah MI Al-
Islahiyah Parung Bogor dalam 7 tahun terakhir ini telah menerapkan
pembiasaan shalat dhuha sebelum masuk kegiatan belajar-mengajar.
Maka Endah Khoiratul Bariyah ingin mengetahui apakah ada pengaruh
shalat dhuha dalam meningkatkan kecerdasn spiritual siswa kelas VI di
sekolah tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai
dengan Bulan Agustus 2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian
lapangan dengan menggunakan metode mix method desain sequential
Explanatory. Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa
pelaksanaan shalat dhuha tidak terdapat pengaruh terhadap kecerdasan
spiritual siswa. Memang pada dasarnya ada pengaruhnya namun hasil
itu belum terlalu nampak atau sangat rendah.
5. Skripsi oleh Nita Milatul Haq Nim: 13311207 “Efektifitas Menghafal
Al-Qur`an Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual” Fakultas
Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta, 2017. Latar belakang Nita
Milatul Haq Nim menulis skripsi ini karena Nita Milatul Haq Nim
tertarik untuk meneliti siswa yangmampu mengimplementasikan
kemampuan mereka dalam menghafal Al-Qur`an kepada kemampuan
mereka dalam pribadi dan sikap keagamaanya. Penelitian ini
merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode
penelitian kuantitatif. Penelitian ini dimulai sejak bulan April sampai
bulan Agustus 2016. Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian
serta pengujian hipotesis yang telah dilaksanakan tentang efektifitas
Menghafal dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di SMP IT Al-
Multazam 2 Kuningan, maka dapat disimpulkan terdapat
11
korelasi/pengaruh yang cukup atau sedang yang berarti menghafal Al-
Qur`an efektif untuk meningkatkan kecerdasan spiritual siswa.
Persamaan penulis dengan skripsi Nita Milatul Haq adalah
kami sama-sama membahas kecerdasaan spiritual dan menggunakan
metode kuantitatif, namun perbedaannya skripsi Nita Milatul Haq
dalam menghafal Al-Qur`an sedangkan yang penulis bahas
cakupannya lebih umum yaitu kegiataan keagamaan.
H. Sistematika Penulisan
Penulis mengacu pada buku pedoman skripsi, tesis dan disertasi
yang diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta tahun 2017,
adapun sistematika penulisan sebagai berikut.
Pada Bab pertama, mencakup pembahasan mengenai latar
belakang masalah,identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika
penulisan.
Pada Bab kedua, mencakup landasan teoritis atau konsep yang
mendukung penulisan yaitu meliputi pembahasan kegiatan keagamaan
dan kecerdasan spiritual.
Pada Bab ketiga, meliputi pembahasan mengenai jenis penelitian,
pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian, sumber data, teknik
dan instrumen pengumpulan data, deskripsi objek penelitian, teknik
analisis data.
Pada Bab keempat, meliputi pembahasan yang mencakup
gambaran umum objek penelitian, deskripsi data dan analisa data serta
interpretasi data.
Pada Bab kelima, membahas tentang penutup yang berisi
kesimpulan dan saran.
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Efektivitas dan Keagamaan
Istilah efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya
(ada akibatnya, pengaruh, kesannya), dapat membawa hasil, berhasil guna
(tentang usaha) tindakan.1 Menrut Zakia Drajat efektivitas adalah kegiatan
yang berkenaan sejauh mana usaha yang direncanakan atau yang
diinginkan dapat terlaksana.2
Agama merupakan serangkaian perintah Tuhan tentang perbuatan
dan akhlak yang dibawa oleh para rasul untuk menjadi pedoman bagi
umat manusia. Mengimani hal ini dan melaksanakan ajaran-ajaran
tersebut akan membawa pada keberuntungan dan kebahagiaan hidup
manusia di dunia dan di akhirat. Kita tahu bahwa orang yang beruntung
adalah orang yang mempunyai tujuan yang baik dalam hidupnya, yang
tidak tersesat ke jalan yang keliru, yang memiliki akhlak yang baik dan
terpuji, dan yang mengerjakan perbuatan yang baik. Meskipun hidup di
tengah hiruk pikuknya dunia, orang seperti ini hatinya akan selalu tenang,
kuat, dan penuh kepastian.3
Agama Allah membimbing kita kepada kebahagiaan dan
keberuntungan. Hal ini tidak akan dapat dicapai tanpa agama. Selain itu,
keyakinan semacam ini bersemayam dalam hati manusia seperti seorang
polisi rahasia yang selalu mengikutinya ke mana saja ia pergi,
mencegahnya dari tindakan-tindakan yang tak bermoral, dan memaksanya
untuk berbuat kebajikan.
1Suharso dan Ana Retno Ningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang:
Widya Karya, 2011), h.127 2Zakia Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.20
3 Sayyid Muhammad Husain Thabathaba‟i, Inilah Islam, terj. Ahsin Muhammad,
(Jakarta: Sadra Press, 2011), h. 15
13
Pengertian keagamaan dalam kamus besar bahasa Indonesia
adalah yang berhubungan dengan agama.4 Pengertian keagamaan secara
umum adalah suatu tingkah laku manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai
keagamaan yang berupa getaran batin yang dapat mengatur dan
mengerahkan tingkah laku tersebut kepada pola hubungan antara manusia
dengan Tuhannya dan pola hubungan dengan masyarakat serta alam
sekitarnya. Dari aspek inilah manusia dengan tingkah lakunya itu
merupakan perwujudan dari pola hidup yang telah membudaya dalam
batinnya dimana nilai-nilai keagamaan telah membentuknya menjadi
rujukan dari sikap dan orientasi hidup sehari hari.5
B. Jenis-jenis Kegiatan Keagamaan di Pondok Pesantren Al-Falah
Puteri Banjarbaru
Sebenarnya kegiatan keagamaan itu ada berbagai macam, namun
di dalam skripsi ini hanya akan dibahas diantaranya: salat berjamaah, salat
dhuha, membaca burdah pada malam jumat dan mengaji kitab kuning
bakda maghrib.
1. Salat Berjamaah
Salat merupakan salah satu pilar agama yang menduduki peringkat
kedua setelah syahadat. Mengerjakan pada awal waktu merupakan
amalan yang paling baik, sedangkan meninggalkannya merupakan
perbuatan kufur.6
4Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta Gramedia Pustaka Umum
2008), Cet, ke-4, h. 15 5Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, h.1
6Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, terj. Ahmad Dzulfikar dan Muhammad Khoyrurrijal,
(Depok: Arya Duta, 2015), h. 101
14
Salat secara harfiah berarti doa, rahmat dan sembahyang. Oleh para
ulama lazim didefinisikan dengan “serangkaian ucapan (bacaan) takbir
dan diakhiri/ditutup dengan (ucapan) salam ”.7
“Menurut Firdaus Wajdi dan Saira Rahmani Salat berjamaah adalah
shalat bersama, minimal ada dua orang yakni imam dan makmum. Salat
yang disunnahkan berjamaah adalah shalat fardhu yang lima, salat dua
hari raya, salat istisqa‟, salat gerhana matahari dan bulan, salat jenazah,
dan salat tarawih dan witir di bulan Ramadhan.”8
“Menurut Shalih Salat jamaah adalah: hubungan salat antara
makmum dengan imam dengan syarat-syarat khusyuk. Dan apabila
disebutkan di dalam syariat tentang perintah salat atau hukum yang
berkaitan atau berhubungan dengannya, maka maknanya secara zahir
terarah kepada salat syari.”9
Salat memiliki keutamaan dan faedah yang besar untuk menciptakan
kesehatan dan ketenangan jiwa. Salat dapat meneguhkan dan
menyucikan hati serta melapangkan dada. Sebab, ketika mendirikan
salat, hati seorang hamba tersambung kepada Allah. Dalam pengertian
lain, shalat merupakan penghubung (shilah) antara hamba dan Allah
Sang Pencipta. Karena itulah salat menjadi amal yang paling utama.10
Tidak ada satupun peribadatan yang tidak mempunyai tujuan dan
fungsi terutama ibadah shalat. Tujuan utama dan pertama dari
persyariatan shalat sebagaimana termaktub dalam al-Qur‟an adalah
untuk mengingat Allah.
7Amin Suma, Lima Pilar Islam, (Ciputat: Kholam Publishing, 2007), h.59
8Firdaus Wajdi dan Saira Rahmani, Buku Pintar Shalat Wajib dan Sunnah,
(Jakarta: Penerbit Zaman, 2010), h. 95 9Shalih bin Ghanim as-Sadlan, kajian lengkap shalat jamaah,(Jakarta: Darul Haq,
2015), h.11 10
Jamal Elzaky, Buku Pintar Mukjizat Kesehatan Ibadah, terj. Dedi Slamet Riyadi,
(Jakarta: Penerbit Zaman, 2015), h. 68
15
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku.” (QS. Thaha [20]:14)
Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dan pertama dari
pensyariatan shalat ialah supaya pelakunya (mushalli) mengingat Allah
(dzikrullah). Begitu penting dzikir (mengingat Allah) ini, sehingga Allah
menyuruh manusia kapan dan di manapun untuk memperbanyak dzikir
kepada-Nya.11
Rasulullah saw, bersabda:
ثَ نَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قاَلَ: قَ رَأْتُ عَلَى مَالِكٍ، عَنْ ناَفِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، حَدَّصَلََةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ »الِله صَلَّى الُله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قاَلَ: أَنَّ رَسُول
بِسَبْعٍ وَعِشْريِنَ دَرجََة صَلََةِ الْفَذ “Shalat berjamaah itu dua puluh tujuh kali lebih utama dari pada
shalat sendirian.” (HR. Bukhari dan Muslim).12
2. Salat Duha
Salat duha adalah shalat sunnah yang menurut sayyidina Ali r.a,
dikerjakan oleh Rasulullah Saw ketika matahari naik di ufuk timur
sejajar dengan matahari di ufuk barat ketika masuk waktu ashar, yang
berakhir pada pertengahan hari. Kalau di interpretasikan dengan waktu
di Indonesia kira-kira shalat dhuha dimulai pukul 07.00 s/d 11.30 WIB.
Yang jelas shalat dhuha tidak boleh dikerjakan tepat ketika matahari
terbit. Karena pada saat itu matahari berada diantara dua tanduk setan.
11
M. Amin Suma, Lima Pilar Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2007), h. 87 12
Muslim bin Hujjaj Abul Hasan Al-Qasyiri, Al-Musnad As-Shahih Al-Mukhtashar,
Bab Fadlu Sholatil Jama‟ati wa Bayani At-Tasydidi, (Beirut: Dar Ihya, t.t), h. 450
16
Adapun hikmah dibalik larangan tersebut adalah agar tidak menyamai
dan berbarengan dengan ibadahnya orang-orang Majusi yang
menyembah matahari serta menjadikannya sebagai Tuhan.13
Waktu yang
paling utama (afdhal) untuk menunaikan shalat dhuha, menurut Imam
Abu Zakariya an-Nawawi didalam kitab Riyadh ash-shalihin adalah
ketika cahaya matahari sudah terasa panas.
Kegiatan salat duha di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri yang
diwajibkan hanya pada hari Jum‟at. Dikerjakan 4 rakaat secara
berjamaah di masjid ataupun di mushalla.
3. Membaca Burdah pada Malam Jum’at
Burdah adalah gubahan syair-syair madah yang menyejukan hati
bagaikan mata air yang tidak pernah terhenti bersumber. Terutama
bagi mereka yang menghargai khazanah sastra sufi yang luhur ini,
mungkin juga sudah ratusan atau bahkan ribuan cetak ulang. Begitu
memasyarakat, sehingga Burdah boleh dikata, merupakan kitab
paling popular dijajaran kita-kitab „wajib‟ lainnya di pesantren.14
Burdah adalah kumpulan puisi karya besar Imam al-Bushiri, nama
lengkapnya adalah Syarafudin Abu Abdillah Muhammad bin Sa‟id al-
Bushiri. Lahir di Mesir pada tahun 607 H./1213 M. dan wafat tahun 689
H./1297 M.Para sastrawan dunia mengakui bahwa Burdah adalah satu-
satunya bentuk puisi dalam khazanah kesusastraan Arab yang paling
kuat bertahan, mudah dihafal, berbobot, romantik, dan apik.Burdah telah
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa: Inggris, Jerman, Prancis,
Turki, Melayu, Indonesia, dll. Terjemahan Burdah yang sudah ada
13
Yusni A. Ghazali, Mukjizat Shalat Dhuha, (Jakarta Selatan: Himmah Media
Utama, 2010), h. 22. 14
Masykuri Abdurrahman, Burdah Imam al-Bushiri: Kasidah Cinta dari Tepi Nil
untuk Sang Nabi, (Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2009), h. xvi
17
dilengkapi dengan penjelasan artinya secara rinci yang bersumber dari
kitab Hasyisyah al-Banjuri karya Syaikhul-Islam Ibrahim al-Bajuri.15
Kegiatan membaca burdah ini dilakukan seminggu sekali hanya pada
malam Jumat setelah salat Maghrib berjamaah.
4. Mengaji Kitab Kuning Bakda Maghrib
Istilah “Kitab Kuning” pada umumnya diperkenalkan oleh kalangan
luar pesantren, sekitar dua dasawarsa yang silam dengan nada
merendahkan (pejorative). Dalam pandangan mereka, kitab kuning
dianggap sebagai kitab yang berkadar keilmuan rendah, ketinggalan
zaman dan menjadi salah satu penyebab terjadinya stagnasi berpikirnya
umat. Sebutan ini pada mulanya memang sangat menyakitkan,
kemudian nama “Kitab Kuning” diterima secara meluas sebagai salah
satu istilah teknis dalam studi kepesantren.16
Di kalangan pesantren sendiri, disamping istilah Kitab Kuning,
beredar juga istilah “Kitab Klasik” (Al-Kutub Al-Qadimah), untuk
menyebut jenis kitab yang sama. Bahkan kerena tidak dilengkapi
dengan “sandangan” (syakl). Kitab Kuning oleh kalangan pesantren,
juga kerap disebut “Kitab Gundul”. Dan karena rentang waktu sejarah
yang sangat jauh dari kemunculannya sekarang, tidak sedikit yang
menjuluki Kitab Kuning dengan sebutan “Kitab Kuno”.
Kegiatan mengaji kitab kuning bakda Maghrib di Pondok Pesantren
Al-Falah Puteri Banjarbaru dilaksanakan setiap malam kecuali pada
malam Senin dan malam Jumat karena pada malam Senin diadakan
kegiatan pembacaan maulid Nabi Muhammad Saw. dan pada malam
15
Masykuri Abdurrahman, Burdah Imam al-Bushiri: Kasidah Cinta dari Tepi Nil
untuk Sang Nabi, h.ix 16
Ahmad Mujib El-Shirazy, (eds), Anotasi Kitab Kuning Khazanah Intelektualisme
Pesantren di Indonesia, (Jakarta: Darul Ilmi, 2007), h. 7
18
Jum‟at kegiatan membaca burdah. Kitab-kitab yang dipelajari setiap
malamnya berbeda.
C. Kecerdasan Spiritual
Kita sering kali mendengar kata kecerdasan namun terkadang kita
hanya mengetahui bahwa cerdas itu hanya dalam menguasai pelajaran,
padahal kecerdasan itu tidak hanya dalam menguasai pelajaran namun
masih banyak kecerdasan-kecerdasan lain yang dimiliki setiap orang.
Diantaranya adalah kecerdasan spiritual.
Kecedasan merupakan perihal dari cerdas kesempurnaan akal budi
seseorang kata kecerdasan tersebut diambil dari kata cerdas. Di dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) cerdas memiliki arti sempurna
dalam perkembangan akal budi seseorang manusia dalam berpikir,
mengerti, mempunyai pikiran yang tajam dan juga sempurna
pertumbuhan tubuhnya.
Spiritual adalah suatu dimensi yang terkesan maha luas, tak
tersentuh, jauh di luar karena Tuhan dalam pengertian Yang Maha
kuasa, benda dalam semesta yang metafisis dan transenden sehingga
sekaligus meniscayakan nusansa mistis dan suprarasional. Dengan
asumsi dasar yang telah diketahui ini, telah tertanam pengandaian bahwa
terdapat sekat tebal antara manusia, Tuhan, dan semesta.17
Berkenaan dengan kecerdasan spiritual penulis telah mengambil
beberapa pendapat ahli yang menjelaskan tentang arti kecerdasan
spiritual, menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, kecerdasan spiritual
(SQ) adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau valu,
yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam
17
Abd. Wahab dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 48
19
konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai
bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain.
Menururut Marsha Sinetar kecerdasan spiritual adalah pemikiran
yang terilhami Kecerdasan ini diilhami oleh dorongan dan efektivitas,
keberadaan atau hidup ilahi yang mempersatukan kita sebagai makhluk
ciptaan Allah SWT. Sebagai sumber utama kegairahan yang memiliki
eksistensi tanpa asal, kekal, abadi lengkap pada diri dan daya kreatifnya.
Kecerdasan spiritual ini melibatkan kemampuan untuk menghidupkan
kebenaran yang paling dalam. Yang berarti mewujudkan hal yang
terbaik, utuh dan paling manusiawi dalam batin.18
Sementara menurut Khalil Khavari, Kecerdasan Spiritual adalah
fakultas dari dimensi nonmaterial kita ruh manusia. Inilah intan yang
belum terasah yang kita semua memilikinya. Kita haru mengenalinya
seperti apa adanya, menggosoknya sehingga berkilap dengan tekad yang
besar dan menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan abadi.
Seperti dua bentuk kecerdasan lainnya, Kecerdasan Spiritual dapat
ditingkatkan dan diturunkan. Akan tetapi, kemampuannya untuk
ditingkatkan tampaknya tidak terbatas.19
Menurut Muhammad Zuhri memberikan definisi Spiritual
Qoutient (SQ) yang menarik. Inteligence Qoutient (IQ) adalah
kecerdasan manusia yang, terutama, digunakan manusia untuk
berhubungan dengan dan mengelola alam. IQ setiap orang dipengaruhi
oleh materi otaknya, yang ditentukan oleh faktor genetika. Meski
demikian potensi IQ sangat besar. Sedangkan EQ adalah kecerdasan
18
Triantoro Safaria,Spiritual Inteligence Metode Pengembangan Kecerdasan
Spiritual Anak, (Yogjakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 15 19
Agus Nggermanto, Quantum Qoutient (Kecerdasan Quantum), (Bandung:
Yayasan Nuansa Cendikia, 2001), h.117
20
manusia yang untuk berhubungan dan bekerja sama dengan manusia
lainnya. EQ seseorang dipengaruhi oleh kodisi dalam dirinya dan
masyarakatnya, seperti adat dan tradisi. Potensi EQ manusia lebih besar
dibanding IQ. Sedangkan SQ adalah kecerdasan manusia yang
digunakan untuk “berhubungan” dengan Tuhan. Potensi SQ setiap orang
sangat besar, dan tak dibatasi oleh faktor keturunan, lingkungan, atau
materi lainnya.20
IQ ialah kecerdasan yang diperoleh melalui kreativitas akal yang
berpusat diotak. EQ ialah kecerdasan yang diperoleh melalui kreativitas
emosional yang berpusat di dalam jiwa, dan SQ ialah kecerdasan yang
diperoleh melalui kreativitas ruhani yang berpusat disekitar wilayah ruh.
Kecerdasan spiritual berbasis Islam harus berangkat dari definisi
spiritual dalam perspektif Islam istilah spiritual dalam bahasa arab
disejajarkan dengan istilah ruhiyah. Muhammad Husain Abdullah
medefinisikan ruhaniah sebagai kesadaran hubungannya dengan Allah
Swt. Penulis menggunakan ruhiyah dalam menjelaskan spiritual,
meminjam istilah yang digunakan oleh sa‟id Hawa dalam bukunya
tarbiyyatuna al-ruhiyyah (pendidikan spiritual).21
Kecerdasan spiritual melibatkan kemampuan menghidupkan
kebenaran yang paling dalam. Itu berarti mewujudkan hal yang
terbaik,utuh, dan paling manusiawi dalam batin. Gagasan, energi nilai,
visi, dorongan, dan arah panggilan hidup, mengalir dari dalam, dari
suatu keadaan kesadaran yang hidup bersama cinta. Hal ini berarti
bahwa kecerdasan spiritual menjadikan manusia untuk hidup dengan
20
Agus Nggermanto, Quantum Qoutient (Kecerdasan Quantum), h.117 21
Sukring, Pendidik dan Peserta Didik dalam Pandangan Islam,(Jogjakarta: Graha
Ilmu, 2013), h. 52.
21
sesama dengan cinta, ikhlas, dan ihsan yang semua itu bermuara pada
Ilahi.22
Kita dapat menggunakan SQ untuk menjadi lebih cerdas secara
spiritual dalam beragama. SQ membawa kita kejantung segala sesuatu,
ke kesatuan di balik perbedaan, ke potensi di balik ekspresi nyata. SQ
mampu menghubungkan kita dengan makna dan ruh esensial di
belakang semua agama besar. Seseorang yang memiliki SQ tinggi
mungkin menjalankan agama tertentu, namun tidak secara picik,
eksklusif, fanatik, atau prasangka. Demikian pula, seseorang yang ber-
SQ tinggi dapat memiliki kualitas spiritual tanpa beragama secara literal
sama sekali.23
Akhmad Muhaimin Azzet merangkum beberapa manfaat yang
didapatkan dengan menerapkan Spiritual quotient sebagai berikut:
1. Spiritual Quotient telah “menyatakan” manusia untuk menjadi
seperti adanya sekarang dan memberi potensi untuk “menyala lagi”.
2. Untuk menjadi kreatif, luwes, berwawasan luas, atau spontan secara
kreatif.
3. Untuk berhadapan dengan masalah eksistnsial.
4. Pedoman saat berada pada masalah yang paling menantang.
5. Untuk menjadi lebih cerdas secara spiritual dalam beragama.
6. Untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan
interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri sendiri
dan orang lain.
7. Untuk mencapai perkembangan diri yang lebih utuh karena setiap
orang memiliki potensi untuk itu.
22
Abd. Wahab dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual,
h. 49 23
Agus Nggermanto, Quantum Qoutient (Kecerdasan Quantum), h.146
22
8. Untuk berhadapan dengan masalah baik dan jahat, hidup dan mati,
dan asal-usul sejati dari penderitaan dan keputusasaan manusia.
9. M. Quraish Shihab dalam bukunya Dia Ada di Mana-mana
mengatakan bahwa kecerdasan spiritual melahirkan iman yang
kukuh dan rasa kepekaan yang mendalam. Kecerdasan semacam
inilah yang menegaskan wujud Allah yang dapat ditemukan di
mana-mana.24
D. Tanda-Tanda Orang yang Mempunyai Kecerdasan Spiritual
Orang yang mempunyai kecerdasan spriritual, ketika menghadapi
persoalan dalam hidupnya, tidak hanya dihadapi dan dipecahkan dengan
rasional dan emosional saja, tetapi ia menghubungkannya dengan makna
kehidupan. Secara spiritual. Dengan demikian, langkah-langkahnya lebih
matang dan bermakna dalam kehidupan.25
Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal, setidaknya ada sembilan tanda
orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yakni sebagai berikut:
1. Kemampuan Bersikap Fleksibel
Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi
ditandai dengan sikap hidupnya yang fleksibel atau bisa luwes dalam
menghadapi persoalan. Fleksibel di sini bukan berarti munafik atau
bermuka dua. Fleksibel juga bukan berarti tidak mempunyai
pendirian. Akan tetapi, fleksibel karena pengetahuannya yang luas
dan dalam serta sikap dari hati yang tidak kaku.
24
Abd. Wahab dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual,
h. 58-60 25
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak., h.
42-48.
23
2. Tingkat Kesadaran yang Tinggi
Orang yang mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi berarti
ia mengenal dengan baik siapa dirinya. Orang yang demikian lebih
mudah mengendalikan diri dalam sebagai situasi dan keadaan,
termasuk dalam mengendalikan emosi. Dengan mengenal diri sendiri
secara baik, seseorang lebih mudah pula dalam memahami orang lain.
Dalam tahap spiritual selanjutnya, lebih mudah baginya untuk
mengenal Tuhannya.
3. Kemampuan Menghadapi Penderitaan
Tidak banyak orang yang bisa menghadapi penderitaan
dengan baik. Pada umumnya, manusia ketika dihadapi dengan
penderitaan akan mengeluh, kesal, marah bahkan putus asa. Akan
tetapi, orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang baik akan
mempunyai kemampuan dalam menghadapi penderitaan dengan baik.
Kemampuan menghadapi penderitaan ini didapatkan karena
seseorang mempunyai kesadaran bahwa penderitaan terjadi untuk
membangun dirinya agar menjadi manusia yang lebih kuat.
4. Kemampuan Menghadapi Rasa Takut
Setiap orang pasti mempunyai rasa takut, entah sedikit atau
banyak. Takut terhadap apa saja, termasuk menghadapi kehidupan.
Dalam menghadapi rasa takut ini, tidak sedikit dari manusia yang
dijangkiti oleh rasa khawatir yang berlebihan, bahkan
berkepanjangan. Padahal, hal yang ditakutkan itu belum terjadi.
Takut menghadapi kemiskinan, misalnya, bila berlebihan, rasa takut
itu bisa membuat seseorang lupa terhadap hukum dan nilai.
24
Akhirnya, dalam rangka supaya hidupnya tidak miskin, tak segan ia
menipu, berbohong, mencuri, atau melakukan korupsi.26
Tidak demikian dengan orang yang mempunyai kecerdasan
spiritual yang tinggi. Ia bisa menghadapi dan mengelola rasa takut itu
dengan baik. Dengan sabar, ia akan menghadapi segala sesuatu.
Kesabaran dalam banyak hal memang bisa bermakna sebagai
keberanian seseorang dalam menghadapi kehidupan. Hal ini bisa
terjadi karena orang mempunyai kecerdasan spiritual juga
mempunyai sandaran yang kuat dalam keyakinan jiwanya.
5. Kualitas Hidup yang Diilhami oleh Visi dan Nilai
Tanda orang mempunyai kecerdasan spiritual adalah hidupnya
berkualitas karena diilhami oleh visi dan nilai. Ya, visi dan nilai
inilah hal yang termasuk bernilai mahal dalam kehidupan seseorang.
Tidak jarang seseorang mudah terpengaruh oleh bujuk rayu karena
memang tidak mempunyai visi dan nilai. Atau, mempunyai visi dan
nilai, namun tidak mampu berpegangan dengan kuat.Visi dan nilai
dari seseorang bisa jadi disandarkan kepada keyakinan kepada
Tuhan.27
Muslim yang cerdas spiritualnya hanya menggantungkan
hidupnya kepada Allah Swt. Tuhan yang menguasai seluruh dunia ini
dengan sempurna. Orang yang cerdas spiritualnya tidak akan
menggantungkan nasibnya kepada selain Allah Swt. Ia tidak akan
menyerahkan nasibnya kepada dukun yang belum tentu tahu nasibnya
26
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak., h.
44 27
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak., h.
45.
25
atau ia tidak akan menggantungkan hidupnya kepada benda-benda
mati.28
6. Enggan Menyebabkan Kerugian yang Tidak Perlu
Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang baik akan
enggan bila keputusan atau langkah-langkah yang diambilnya bisa
mnyebabkan kerugian yang tidak perlu. Hal ini bisa terjadi karena ia
bisa bepikir lebih selektif dalam mempertimbangkan bebagai hal.
Selain itu orang yang mempunyai kecerdasan spiritual akan
menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, karena dia sadar bahwa
waktu sangat berharga. Dia tidak akan membuang-buang waktu untuk
kegiatan yang tidak berguna. Allah Swt. berfirman:
“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.
(QS. Al-Isra [17]: 27 ).
7. Cenderung Melihat Keterkaitan Berbagai Hal
Agar keputusan dan langkah yang diambil oleh seseorang
dapat mendekati keberhasilan, diperlukan kemampuan dalam melihat
keterkaitan antara berbagai hal. Agar hal yang sedang
dipertimbangkan itu menghasilkan kebaikan, sangat perlu melihat
keterkaitan antara berbagai hal dalam sebuah masalah. Inilah cara
pandang yang holistik. Akan tetapi, tidak semua orang mempunyai
kecenderungan untuk melihat keterkaitan berbagai hal dari sebuah
kejadian yang sedang dihadapinya. Hanya orang-orang yang
mempunyai kecerdasan spiritual yang mampu melakukannya.
28
Wahyudi, dkk., Membentuk Kecerdasan Spiritual Anak Pedoman Penting Bagi
Orang Tua dalam Mendidik Anak, (Jakarta: Sinar Graka Offset, 2010), h.12
26
Dengan demikian, orang tersebut akan tampak lebih matang dan
berkualitas di berbagai hal dalam kehidupannya.
8. Cenderung Bertanya “Mengapa” atau “Bagaiman Jika”
Pertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” biasanya
dilakukan oleh seseorang untuk mencari jawaban yang mendasar.
Inilah tanda bagi orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang
tinggi. Dengan demikian, ia dapat memahami masalah dengan baik,
tidak secara parsial, dan dapat mengambil keputusan dengan baik
pula.
9. Pemimpin yang Penuh Pengabdian dan Bertanggung Jawab
Apabila kita mencari seseorang pemimpin, carilah pemimpin
yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi sebab, orang yang
mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan bisa menjadi
pemimpin yang penuh pengabdian dan bertanggung jawab.29
Menurut Agus Nggermanto langkah-langkah praktis
mengembangkan kecerdasan spiritual yaitu:
1. Menyadari situasi
2. Ingin berubah ke arah yang lebih baik
3. Merenung untuk lebih mengenali diri sendiri
4. Menyingkirkan hambatan dan rintangan yang ada
5. Disiplin
6. Menetapkan hati pada satu jalan
7. Hormati orang lain yang berbeda jalan dengan kita.30
M. Quraish Shihab mengatakan aspek spiritual melahirkan
manusia yakin kepada yang gaib, dan ini merupakan tingkatan yang
harus ditempuh untuk meningkatkan kualitas manusia dari binatang.
29
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak.,h.
42-48. 30
Agus Nggermanto, Quantum Qoutient (Kecerdasan Quantum), h.143
27
Kecedasan inilah yang menghantarkan manusia menuju serta
mengabdi kepada suatu realitas Yang Maha Sempurna, tanpa cacat,
tanpa batas, dan tanpa akhir, yakni Allah Swt.
Marsha Sinetar menjelaskan ada beberapa ciri dari anak-anak
yang memiliki potensi kecerdasan spiritual yang tinggi. Karakteristik
ini biasanya sudah mulai tampak ketika anak mulai beranjak menuju
masa remaja dan akan menjadi mapan ketika dia mencapai masa
dewasa. Tentu saja potensi ini berkembang tidak lepas dari pengaruh
lingkungan anak itu sendiri. Yaitu keluarga, masyarakat (teman
sebaya). Adapun karakteristik tersebut yaitu:
1. Kesadaran diri yang mendalam, intuisi yang tajam, kekuatan
keakuan (ego-strenght).
2. Anak memiliki pandangan luas terhadap dunia dan alam.
3. Moral tinggi, pendapat yang kokoh, kecenderungan untuk merasa
gembira, mengalami pengalaman-pengalaman puncak, atau bakat-
bakat estetis.
4. Pemahaman tentang tujuan hidupnya.
5. Kelaparan tak terpuaskan akan hal-hal selektif yang diminati.
6. Gagasan-gagasan yang segar dan memiliki rasa humor dewasa.
7. Pandangan pragmatis dan efisien tentang realitas yang sering
(tetapi tidak selalu) menghasilkan pilihan-pilihan yang sehat dan
hasil-hasil praktis.31
31
Triantoro Safaria,Spiritual Inteligence Metode Pengembangan Kecerdasan
Spiritual Anak, (Yogjakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 26-28
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian kuantitatif, berkenaan dengan kata penelitian kuantitatif penulis
mengambil beberapa pendapat dari para ahli, diantaranya: “Menurut Deni
Darmawan penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan
pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat
menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.”1
“Menurut Rony Kountur penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
informasinya atau data-datanya dikelola dengan statistik.”2
Secara umum dapat dipahami makna penelitian kuantitatif dari kata
“kuantitatif” itu sendiri yang bermakna jumlah atau penjumlahan,
sehingga penelititan kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan
angka-angka yang dijumlahkan sebagai data yang kemudian dianalisis.
Metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelititan yang
dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena dengan menggunakan data-
data numerik, kemudian dianalisis yang umumnya menggunakan statistik.3
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan penelitian korelasional. Penelitian korelasional merupakan
1Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 37 2Ronny Kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta
Pusat: Penerbit PPM, 2003), H. 104 3Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Tindakan,
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2012), h. 49
29
suatu tipe penelitian yang melihat hubungan antara satu atau beberapa
ubahan dengan satu atau beberapa ubahan lainnya.4
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Untuk memeroleh data-data yang diperlukan dalam menyusun skripsi
ini, penulis melakukan observasi secara langsung di Pondok Pesantren Al-
Falah Puteri Banjarbaru. Penelitian ini beralamat Jl. A. Yani Km 23
Landasan Ulin Banjarbaru Kalimantan Selatan. Adapun waktu Penelitian
ini dilaksanakan mulai tanggal 28 Juni sampai dengan 6 Juli 2018.
D. Sumber Data
Sumber data dimaksudkan semua informasi baik yang merupakan
benda nyata, sesuatu yang abstrak, peristiwa/gejala baik secara Kuantitatif
ataupun Kualitatif.5
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian meliputi hal-hal berikut
ini:
1. Data primer
2. Data sekunder
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
narasumber/responden. Dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari
dokumen/publikasi/laporan penelitian dari dinas/instansi maupun sumber
data lainnya yang menunjang.6 Data primer adalah yang langsung
diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek
penelitian. Data dan sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari
sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.7
4A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan, h. 64 5Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemulai,
(Yogyakarta: Gadjah Mada Univesity Press, 2004), h.44 6Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif, , h. 13
7M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2005), h. 132
30
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data di sini adalah cara-cara yang ditempuh dan
alat-alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan datanya.8
Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang
dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Umumnya cara
mengumpulkan data dapat menggunakan teknik: wawancara (interview),
angket (questionnaire), pengamatan (observation), studi dokumentasi, dan
Focus Group Discussion (FGD).9
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak
akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan.10
Instrumen dalam penelitian ilmu sosial adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diinginkan.
Instrumen biasanya dipakai oleh peneliti untuk menanyakan atau
mengamati responden sehingga diperoleh informasi yang dibutuhkan.
Instrumen penelitian antara lain dapat berbentuk kuesioner, petunjuk
wawancara atau daftar isian, tergantung pada jenis penelitian yang akan
dilakukan.11
Setelah mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam sebuah
penelitian, tahapan selanjutnya adalah mengolah data dan menganalisis
data. Tahapan ini sangat penting, sebab jika mengolah data secara benar
maka hasil analisis yang kita sajikan juga akan baik.12
Untuk
8Deni Dermawan, Metode Penelitian Kuantitatif, h. 159
9Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya
Ilmiah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 138 10
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2016), h. 224 11
Prasetyo Irawan, dkk, Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h.
6.3 12
Prasetyo Irawan, dkk, Metode Penelitian, h. 8.2
31
mengumpulkan data penelitian, penulis menggunakan beberapa teknik
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung.13
Observasi adalah pengamatan
dan pencatatan sesuatu objek dengan sistematika fenomena yang
diselidiki.14
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang
kondisi sekolah atau deskripsi lokasi penelitian yang dilaksanakan di
Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru. Penulis melakukan
observasi di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru dengan
menginap di pondok dan mengikuti kegiatan keagamaan selama
kurang lebih satu minggu.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang
ditujukan kepada subjek penelitian.
3. Kuesioner (Angket)
Kuesioner atau angket merupakan suatu teknik atau cara
pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung
bertanya-jawab dengan responden). Intstrumen atau alat pengumpulan
datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan atau
pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden.15
Kuesioner berasal dari bahasa latin: Questionnairei yang berarti suatu
rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik tertentu
13
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2016), h. 220 14
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemulai,
h.44 15
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 219
32
diberikan kepada sekelompok individu dengan maksud untuk
memperoleh data.
Kuesioner/Angket Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden
dengan harapan memberikan respons atas daftar pertanyaan tersebut.16
Peneliti menggunakan kuesioner tertutup (peneliti menyediakan
pertanyaan serta jawaban yang dapat dipilih oleh responden untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan) untuk memperoleh informasi
mengenai kegiatan keagamaan dan kecerdasan spiritual.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Angket Kegiatan Keagamaan dan Kecerdasan Spiritual
Variabel Sub-
Variabel
Indikator Item Pertanyaan
Positif Negatif
Kegiatan
Keagama-
an
Keaktifan dan
kesadaran
mengikuti
kegiatan
keagamaan.
1, 3, 7,
8, 10,
11, 15
12, 16
Ketertiban dan
ketetapan waktu
setiap mengikuti
kegiatan
keagamaan
9
Pembiasaan
kegiatan
keagamaan selain
di Pondok
2
13
Kemampuan
Bersikap
Menolong orang
lain
20
16
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya
Ilmiah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 139
33
Kecerda-
san
spiritual
Fleksibel
Tingkat
Kesadaran
Tinggi
Kesadaran
adanya Allah
yang selalu
mengawasi
17
Kemampuan
Menghadapi
Penderitaan
Memiliki
Kesabaran
18
Bisa
mengendalikan
diri
19
Kemampuan
Menghadapi
Rasa Takut
Ikhlas dan
berjiwa besar
21
Kualitas
Hidup yang
Diilhami oleh
Visi dan
Nilai
Hari ini lebih
baik dari kemarin
5
Bersikap optimis 23
Memiliki prinsip
hidup
22 24
Enggan
Menyebab-
kan Kerugian
yang Tidak
Perlu
Meninggalkan
ibadah
14
Cenderung
Melihat
Keterkaitan
Berbagai Hal
Merasakan
manfaat
beribadah
6, 4
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah himpunan yang lengkap dari satuan-satuan atau
individu-individu yang karakteristiknya ingin kita ketahui.17
Populasi
adalah wilayah yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan
hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain.
17
Prasetyo Irawan, dkk, Metode Penelitian, h. 5.3
34
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subjek atau objek itu.18
Populasi terbagi kedalam dua bagian yaitu populasi target dan
populasi terjangkau.
a. Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh santri di
Pondok Pesantren Al-Falah Puteri.
b. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah santri kelas 3
tingkat Aliyah yang berjumlah 76 orang. Alasan penulis memilih
kelas 3 Aliyah sebagai populasi terjangkau karena kelas 3 tingkat
Aliyah telah mengikuti kegiatan keagamaannya lebih lama dari
kelas-kelas lain.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian anggota populasi yang memberikan
keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dengan
kata lain, sampel adalah himpunan bagian dari populasi.19
Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,
tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative
(mewakili).20
18
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 80 19
Prasetyo Irawan, dkk, Metode Penelitian, , h. 5.4 20
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 80
35
Jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
sampel Purposif yaitu sampel yang anggota sampelnya dipilih secara
sengaja atas dasar pengetahuan dan keyakinan peneliti.21
Maka sampel
dalam penelitian ini adalah 76 santri dari kelas 3 Aliyah di Pondok
Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk
menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data
tersebut dapat dipahami bukan hanya orang yang mengumpulkan data,
tetapi juga oleh orang lain. Adapun langkah-langkah yang ditempuh
adalah sebagai berikut:
1. Editing
Dalam pengolahan data, yang pertama kali harus dilakukan adalah
editing. Ini berarti bahwa semua angket harus diteliti satu persatu
tentang kelengkapan data kebenaran pengisian angket sehingga
terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.
Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai
menghimpun data lapangan. Kegiatan ini menjadi penting karena
kenyataannya bahwa data yang terhimpun kadang kala belum
memenuhi harapan peneliti, ada di antaranya kurang atau terlewatkan,
tumpang tindih, berlebihan bahkan terlupakan.22
2. Scoring
Setelah melalui tahapan editing, maka selanjutnya penulis
memberikan skor terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada pada
angket.
21
Prasetyo Irawan, dkk, Metode Penelitian, h.5.11 22
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2005), h. 175
36
Tabel 3.2
Skor Jawaban Angket Kegiatan
Keagamaan dan Kecerdasan Spiritual
Positif (+) Negatif (-)
Jawaban Skor Jawaban Skor
Selalu 4 Selalu 1
Sering 3 Sering 2
Kadang-kadang 2 Kadang-kadang 3
Tidak pernah 1 Tidak pernah 4
Setelah itu, untuk mengetahui besar presentase jawaban angkat
dari responden dengan rumus sebagai berikut:
P =
x 100%
Diketahui:
F =Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of Cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu)
P = Angka persentase
Ketentuan skala persentase yang digunakan adalah:
100% = Seluruhnya
85% - 99% = Hampir seluruhnya
68% - 84% = Sebagian besar
51% - 67% = Lebih dari setengah
50% = Setengah
34% - 49% = Hampir setengah
17% - 33% = Sebagian kecil
0% = Tidak ada
37
Karena penelitian ini adalah untuk melihat apakah kegiatan
keagamaan efektif untuk meningkatkan kecerdasan spiritual, maka
yang dipakai adalah rumus “r” product moment. Adapun rumusnya
adalah sebagai berikut:
rxy =
√[ ][ ]
Diketahui:
rxy =Angka indeks korelasi “r” product moment
N = Number of Cases
∑XY= Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
∑X = Jumlah seluruh skor X
∑Y = Jumlah seluruh skor Y
Setelah diperoleh angka indeks product moment korelasi “r”,
maka dilakukan interpretasi secara sederhana dengan mencocokkan
hasil penelitian dengan angka indeks korelasi “r” product moment
seperti di bawah ini:
Tabel 3.3
Interpretasi Data
Besarnya
“r” product
moment
Interpretasi
0.0 – 0.20
Antara variabel X dan variabel Y memang
terdapat korelasi, akan tetapi korelasi
tersebut sangat lemah atau sangat rendah
sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap
tidak ada korelasi antara variabel X dan
variabel Y)
38
0.20 – 0.40
0.40 – 0.70
0.70 – 0.90
0.90 – 1.00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang lemah atau rendah
Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sedang atau cukup
Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi
Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi
Selanjutnya untuk menentukan data penelitian ini signifikan
atau tidak, interpretasi juga menggunakan tabel nilai “r” (rt), dengan
terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of
freedom (df) yang rumusnya adalah:
df = N -
nr
df : degrees of freedom
N : Number of Casees
Nr :Banyaknya variabel (kegiatan keagamaan dan kecerdasan
spiritual)
Rumus selanjutnya adalah untuk mencari kontribusi variabel
X terhadap variabel Y dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = r² x 100 %
39
KD : Koefisien Determination (kontribusi variabel X
terhadap variabel Y)
r : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
H. Hipotesis Statistik
1. Ha (Hipotesis Alternatif): Ada korelasi yang signifikan antara
mengikuti kegiatan keagamaan dengan kecerdasan spiritual di Pondok
Pesantren Al-Falah Banjarbaru.
2. (Hipotesis Nol): Tidak ada korelaasi yang signifikan, antara
mengikuti kegiatan keagamaan dengan kecerdasan spiritual di Pondok
Pesantren Al-Falah Banjarbaru.
Dugaan sementara penulis terhadap judul ini adalah Ha (Hipotesis
Alternatif): yaitu Ada korelasi yang signifikan antara mengikuti
kegiatan keagamaan dengan kecerdasan spiritual di Pondok Pesantren
Al-Falah Banjarbaru.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Falah Puteri
1. Profil Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru
a. Nama Pesantren : Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru
b. Nomor Statistik : 512637101016
c. NPWP Yayasan : 15852247731
d. Alamat Lengkap : Jl. A. Yani KM 23 RT.009/RW.004 Kelurahan
Landasan Ulin Tengah Kecamatan Landasan
Ulin Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.
2. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri Pondok Pesantren Al-Falah
Puteri
Pondok Pesantren Al-Falah dibangun di atas tanah yang
berstatus wakaf luasnya kurang lebih 15 hektar, terdiri dari 2 lokasi,
Putera dan Puteri dengan dibatasi oleh pagar tembok yang tinggi dan
dipasangi kawat berduri di atasnya. Pondok Pesantren Al Falah
didirikan pada tanggal 26 Juli 1975 Masehi bertepatan dengan tanggal
06 Rajab 1395 Hijriyah. Pendiriannya diprakarsai oleh al-Mukarram
K.H. Muhammad Tsani seorang ulama dan muballigh, juga seorang
pejuang yang tidak asing lagi di kalangan umat Islam di Indonesia
terutama di daerah Kalimantan Selatan, Jawa dan sekitarnya, bahkan
sampai ke Tanah Tambilahan, Indra Giri dan Malaysia dengan
dibantu oleh para kerabat beliau serta para dermawan di Kalimantan
Selatan.
Pondok Pesantren Al-Falah telah membuktikan dirinya sebagai
lembaga pendidikan dan dakwah serta sebagai lembaga sosial
kemasyarakatan yang tumbuh dari bawah, dibina secara perlahan-
41
lahan dan berkembang sesuai perkembangan dan kebutuhan
masyarakat, bahkan telah memberikan warna dan corak yang khas
dalam wajah masyarakat Indonesia khususnya di wilayah Kalimantan
Selatan.
Pondok Pesantren Al-Falah tumbuh dan berkembang dalam usia
yang relatif muda, dengan pertumbuhan secara alami, dan disirami
dengan doa restu kaum muslimin dan muslimat pecinta agama, yang
dipupuk bantuan moril dan materil dari masyarakat, simpatisan, serta
keberkahan dari Allah SWT.
Berdirinya Pondok Pesantren Al-Falah yang masih muda,
dipercepat oleh berbagai situasi dan tantangan kemerosotan akhlak di
kalangan ummat manusia, maka pertumbuhan dan perkembangannya
sekaligus mempercepat menjadi dewasa untuk tegak dan sadar
menghadapi umat dunia pada umumnya dan lingkungan Pondok
Pesantren Al-Falah khususnya, dengan mencoba membina dan
menumbuhkan kader-kader muda pengemban keadilan di muka bumi
Allah yang indah dan tercinta ini.
Kiprah alumni Al-Falah di mata masyarakat pun cukup
dominan. Banyak alumni Al-Falah yang menjadi pemimpin di
masyarakat, baik di kalangan akademis maupun pada masyarakat
umum bahkan adapula sebagai pejabat.
Lembaga pendidikan ini bernama “AL-FALAH”, sebuah kata
yang diambil dari lafazh adzan yang berbunyi “Hayya ‘ala al-falah”,
yang bermakna “Hayya ‘ala al-fauz wa al-najah” (marilah kepada
keberuntungan dan keselamatan). Maka dengan kata itulah para
pendiri berkeinginan agar orang-orang yang berada di dalamnya dan
orang-orang pemerhati yang membantu kelancaran pendidikan
42
Pondok Pesantren Al-Falah ini selalu mendapat keberuntungan dan
keselamatan di dunia maupun di akhirat kelak.
Pondok Pesantren Al-Falah dalam keadaan netral (tidak berada
di bawah naungan organisasi apapun, baik organisasi politik maupun
sosial masyarakat lainnya, tetapi berada di bawah naungan Yayasan
yang bernama “Yayasan Al-Falah” yang bersifat independen dan
mandiri). Operasional lembaga pendidikan ini adalah pada tanggal 12
Januari 1976 Masehi yang bertepatan dengan tanggal 10 Muharram
1396 Hijriyah dengan jumlah santrinya 29 orang.
Sistem pendidikan di Pondok Pesantren Al-Falah
mengutamakan penguasaan terhadap Kitab Kuning (Kitab Klasik),
sehingga santrinya dipacu untuk dapat menyerap dan menguasai serta
memahami kandungan kitab kuning tersebut, adapun jenjang
pendidikan yang harus ditempuh oleh para santri ada tiga tingkatan,
yaitu: (1) Tingkat Tajhizi (persiapan) selama 1 tahun; (2) Tingkat
Wustha selama 3 tahun; (3) Tingkat „Ulya selama 3 tahun. Adapun
kurikulum yang digunakan ada dua macam, yaitu Kurikulum Pondok
Pesantren Al-Falah dan Kurikulum Kementrian Agama. Untuk
Kurikulum Kementrian Agama jenjang pendidikannya terdiri dari
Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah
TinggiAgama Islam (STAI) Al Falah.1
Pondok Pesantren Al-Falah terletak di Jalan A.Yani Km.23
Landasan Ulin Tengah Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru
Kalsel. Letaknya sangat strategis, 23 km dari Banjarmasin ibukota
propinsi Kalsel, 2 km dari Bandara Syamsudin Noor, 13 km dari
Banjarbaru Ibukota Kotamadya Banjarbaru. Jadi letaknya sangat
1Bulletin Al-Falah, (Banjarbaru: Penerbit Pondok Pesantren Al Falah, 2008), Edisi
Perdana.
43
mendukung, karena trasnportasi sangat mudah dan murah disebabkan
letaknya di pinggir jalan protokol. Tidak mengherankan para
santrinya berdatangan dari berbagai penjuru tanah air, khususnya dari
daerah Kalimantan dan Jawa.
3. Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi
Adapun visi, misi, tujuan, dan strategi di dalam Pondok
Pesantren Al-Falah Puteri adalah sebagai berikut:
a. Visi:
Penguasaan Ilmu Fardhu „Ain dan Kifayah, mengakar di tengah
masyarakat, berorientasi kepada imtaq dan iptek menuju hidup
mandiri.
b. Misi :
1) Melaksanakan amanat aqidah ahlussunah wal jama’ah melalui
pengembangan pendidikan secara kualitatif dan kuantitatif.
2) Memberdayakan kader perjuangan muslim yang berwawasan
ahlussunah wal jama’ah.
3) Mengembangkan potensi kemanusiaan dengan segala
dimensinya, baik dimensi intelektual, moral ekonomi, social, dan
cultural dalam rangka menciptakan SDM yang handal.
c. Tujuan :
Menyiapkan generasi muda yang mampu menghadapi tantangan
di masa yang akan datang.
d. Strategi :
1) Pemerataan kesempatan, yaitu setiap orang mempunyai kesamaan
dan peluang yang sama untuk menjadi santri Pondok Pesantren
Al Falah, tanpa membedakan jenis kelamin, status sosial
ekonomi, ras dan warna kulit.
44
2) Relevansi, yaitu bahwa pendidikan harus tetap ditingkatkan
sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, baik kondisi
sekarang maupun akan datang.
3) Kualitas pendidikan, bahwa kualitas pendidikan harus
berorientasi pada kualitas proses dan produk.
4) Efisiensi, yaitu efektifitas penggunaan sumber daya tenaga,
sarana dan prasarana pondok mempunyai nilai strategis dalam
memacu keterlibatan semua lapisan masyarakat dan dunia swasta
untuk turut berkiprah dan berperan aktif dalam pengembangan
serta pembangunan pendidikan Pondok.
Dengan demikian Pondok Pesantren Al-Falah sebagai
lembaga pendidikan Islam tetap eksis dalam bidang pendidikan dan
pengajaran guna membentuk dan mencetak generasi-generasi Islam
yang bertafaqquh fî al-dîn, yang menguasai ilmu-ilmu umum,
sehingga lahir generasi Imtaq dan Iptek yaitu generasi berbasiskan
iman dan takwa dan menguasai ilmu dan teknologi sesuai dengan
Visi dan Misi tersebut.
4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al Falah Puteri
Struktur organisasi Pesantren Al-Falah Puteri disusun dalam
bentuk skema yang sederhana akan tetapi tetap jelas menggambarkan
tujuan dan tugas-tugas pokok serta unsur-unsur kerja organisasi
pesantren.
Adapun susunan kepengurusan Pondok Pesantren Al-Falah
Puteri meliputi : ketua yayasan, pengasuh (Mudîrah), kepala
pendidikan, koordinator tingkat aliyah, koordinator tingkat
tsanawiyah, koordinator tingkat tajhizi, bagian kurikulum aliyah,
kurikulum tsanawiyah, kepala bagian dapur. Bagian kepala bidang
meliputi bidang kemahasiswaan aliyah, tsanawiyah, keamanan,
45
kebersihan, kesehatan dan olahraga, pengasramaan, sarana prasarana,
dan bagian humas. Adapun bagian administrasi meliputi bagian
kepala tata usaha, bendahara, tata usaha aliyah, tata usaha tsanawiyah,
tata usaha tajhizi, staf tata usaha infaq aliyah, tsanawiyah, tajhizi, staf
tata usaha bagian wesel dan lain-lain, dan staf tata usaha umu
Adapun selengkapnya bisa dilihat pada struktur tabel di bawah ini:
PENGASUH
Kabid
Kesiswaan
Aliyah
YAYASAN
Kepala
Pendidikan Kepala Tata
Usaha
Kabid
Kesiswaan
Tsanawiyah
Koordinator
Aliyah Bendahara
Kabid
Keamanan
Tata usaha
tsanawiyah
Tata Usaha
Tajhizi Kurikulum
Aliyah
Kabid
Kebersihan
Koordinator
Tsanawiyah
Bendahara
Kabid Ibadah Koordinator
Tajhizi
46
Keterangan :
a. Ketua Yayasan : KH. Nursyahid Ramli, Lc
b. Pengasuh : Dr.Hj.Habibah Djunaidi, MA
c. Kepala Pendidikan : Ana Marlina, MA
d. Koordinator Aliyah : Drs. H. Hasbullah Bakry, M.Pd.I
e. Koordinator Tsanawiyah : Hj.Nirmawati, S.Pd.I
f. Koordinator Tajhizi : Noor Syafa‟ah, S. Pd.I
g. Kurikulum Aliyah : Rahimah, Lc
h. Kurikulum Tsanawiyah : Nafisah, Lc
i. Kepala Bagian Dapur : Riduan
j. Kabid Kesiswaan Aliyah : Radiah, S.Pd. I
k. Kabid Kesiswaan Tsanawiyah: Hanifah
l. Kabid Keamanan : Supini, S. Pd. I
m. Kabid Ibadah : Mardiah
n. Kabid kebersihan : Ainun Marfu‟ah, SPd.I
o. Kabid Pengasramaan : Hj. Siti Hajar
Staf
TU/Wesel dll
Kabid
Pengasramaan
Staf/TU
Tajhizi
Kepala
Bagian Dapur
Kabid sarana
prasarana
Kabid Humas
Staf TU/Infaq
Tsanawiyah
Staf TU
Umum
47
p. Kabid Sarana Prasarana : Ratna, Lc
q. Kabid Humas : Hatnur Yanti
r. Kepala Tata Usaha : Hj. Tien Zairida
s. Bendahara : Rusriani
t. Tata Usaha Tsanawiyah : Hj. Anina Rasuna, S.Pd.I
u. Tata Usaha Tajhizi : Nor Azizah, S.Pd.I
v. Staf TU/Infaq Aliyah : Juhriah, S.Ag
w. Staf TU/ Infaq Tsanawiyah : Siti Khadijah
x. Staf TU/ Infaq Tajhizi : Hj. Jum‟ah
y. Staf TU/ Wesel dll : Patriah, S.Pd.I
z. Staf TU Umum : Iib Kurniati, S.Pd
Dengan demikian Peran pimpinan dalam manajemen pesantren
terbatas hanya dalam beberapa bidang saja. Selebihnya pimpinan
memberikan tugas dan wewenang sepenuhnya kepada pengurus yang
dipandang ahli dalam bidangnya masing-masing.
5. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa
Keadaan guru, karyawan dan siswa Pondok Pesantren Al Falah
Puteri dapat di lihat pada tabel berikut:
TABEL 4.1
Daftar Guru Aliyah
NO NAMA NIK MAPEL
1. DR. Hj.
HabibahDjunaidi,MA
750726
263
Tarikh Islam
2. Drs. H. HasbullahBakry,
MPd.I
750726
019
Balaghah
3. H. Abdussamad, Lc 750726
041
Ushul al-Hadis
4. H. Alfiannor Munir 750726
010
Nahwu
5. H. Aswan Syamsuddin 750726 Tafsir
48
022
6. H. Adnan Nawawi, Sag 750726
068
Akhlak
7. H. Sirajudddin 750726
062
Ushul al-Hadis
Hadis
8. H. Jahri Simin 750726
012
Manthiq
9. Hj. Mahbubah 750726
027
Fiqh
10. Hj. Mahlena 750726
023
Insya
11. Hj. Ana Marlina, MA 750726
275
Ushul al- Fiqh
Al-Lughah al- Arabiyyah
12. Hatnuriyanti 750726
045
Tauhid
Ilmu al-Tafsir
Imla
13. H. Syamsuddin 750726
003
Faraidh
14. NurulIsnaniah, Lc 750726
263
Faraidh
Al-Lughah al-
„Arabiyyah
15. Ratna, Lc 750726
269
Al-Lughah al-Arabiyyah
16. Rahimah, Lc 750726
265
Ushul al- Fiqh
TABEL 4.2
Daftar Guru Tsanawiyah
NO NAMA NIK MAPEL
1. Hj. Norsa‟diyah 750 726 037 Hadits
2. Hj. Makiah 750 726 077 Al-Lughah al-
Arabiyyah
3. Hj. Nirmawati, SPd.I 750 726 024 Tarikh Islam
4. Hanifah 750 726 030 Insya
5. Istiqomah, SPd 750 726 039 Nahwu
6. Nafisah, Lc 750 726 277 Akhlak
Sharf
49
7. Milawati, Lc 750 726 290 Balaghah
Tauhid
8. AinunMarfu‟ah,
SPd.I
750 726 100 Fiqh
9. Hj. Amsiah 750 726 031 Sharf
10. Hj. Risalawati 750 726 046 Nahwu
11. Bahjah 750 726 029 Khath
12. Kurba, Sag 750 726 070 Fiqh
13. Dra. Hj. Darmatasiah 750 726 036 Hadis
14. SyarifahKhairiah,
SPd.
750 726 117 Al-Lughah al-
„Arabiyyah
15. Hj. Mardiati 750 726 055 Insya
16. Hj. Asnaniah 750 726 015 Tajwid
17. Radiah, Sag 750 726 106 Sharf
18. Fauziah, SPd.I 750 726 152 Nahwu
Al-Lughah al-
„Arabiyyah
19. Hj. Nor Hani, SPd.I 750 726 270 Insya
20. Muji‟ah, SPd.I 750 726 266 Tafsir
21. Syahriah, SPd.I 750 726 094 Tarikh Islam
Akhlak
22. Shafiah, SAg 750 726 057 Nahwu
23. Mardiah 750 726 276 Al-Qur‟an
24. Fahriah 750 726 272 Tajwid
25. Yuliana, SPd.I
750 726 144 Al-Qiraah al-
Rasyidah
26. Hj. Maya Neta, Lc
Tauhid
Ilmu al-Tafsir
27. DiniRiyani, Lc
750 726 291 Nahwu
TarikhTasyri‟
28. Aminatusshalehah Tafsir
50
TABEL 4.3
Daftar Guru Tajhizi
NO NAMA NIK MAPEL
1. Itriyah, SAg 750 726 120
Al-Lughah al-„Arabiyyah
2. RabiatulAdawiah 750 726 206 Tajwid
3. Noorsyafa‟ah, SPd.I 750 726 096 Fiqh
4. Maisurah, Sag 750 726 104 Sharf
5. Munirah, SPd.I
750 726 105 Al-Lughah al-
„Injiliziyyah
6. Salamiah, SPd.I 750 726 277 Khath
7. Nor Aida, SPd.I 750 726 271 Sharf
8. Hj. Hajar 750726 102 Tajwid
9. Nor Azizah, SPd.I 750 726 205 Al-Qur‟an
10. Masdiana, SAg
750 726 066 Nahwu
Fiqh
11. Mariyam 750 726 139 Tajwid
12. Supini, SPd.I 750 726 108 Imla
13. Hamisah Akhlak
14. Milawati, SPd.I 750 726 115 Tauhid
TABEL 4.4
Daftar Jumlah Karyawan Dalam Lingkungan Pondok Pesantren Al-
Falah Puteri
NO JABATAN JUMLAH
1. Tenaga Administrasi 8 orang
2. Perpustakaan 2 orang
3. Kesehatan 1 orang
4. Bendahara 1 orang
5. Karyawan TU 2 orang
6. Karyawan Kebersihan 4 orang
7. Karyawan Dapur 15 orang
8. Tukang 1 orang
9. Sopir 1 orng
10. Satpam 4 orang
11. Karyawan mini market 3 orang
12. KaryawanWartel 1 orang
13. Karyawan Kafetaria 5 orang
51
TABEL 4.5
Daftar Keadaan Siswa Pondok Pesantren Al-Falah Puteri
NO. JENIS
PENDIDIKAN
KELAS JUMLAH
SISWA
TOTAL
11. 1. TAJHIZI Tajhizi A 34
343
Tajhizi B 34
Tajhizi C 33
Tajhizi D 25
Tajhizi E 33
Tajhizi F 34
Tajhizi G 25
Tajhizi H 34
Tajhizi I 24
Tajhizi J 35
Tajhizi K 32
22
2
.
WUSTHA
Kelas 1 369
819 Kelas 2 260
Kelas 3 190
33
3
.
ULYA
Kelas 1 99
250 Kelas 2 75
Kelas 3 76
NO JENIS
PENDIDIKAN
KELAS JUMLAH
SISWA
TOTAL
1.
MTs
Kelas 1 260
624 Kelas 2 202
Kelas 3 162
2.
MA
Kelas 1 179
393 Kelas 2 138
Kelas 3 76
52
6. Sarana Prasarana Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru
Sarana dan prasarana merupakan pendukung pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar di Pesantren. Pesantren hendaknya mengupayakan
tersedianya sumber belajar dan media pendidikan dan pengajaran yang
berbasis teknologi karena sarana dan prasarana merupakan esensi dan
kegunaan perangkat keras pada suatu Pondok Pesantren untuk
kelancaran interasksi dan komunikasi atau penyampaian informasi dan
penanaman nilai-nilai keagamaan yang dilakukan kyai terhadap para
santrinya pada saat-saat tertentu.
Adapun sarana dan prasarana yang telah tersedia Pondok Pesantren
Al-Falah Puteri cukup memadai, dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 4.6
Daftar Sarana Prasarana Pondok Pesantren Al-Falah Puteri
NO. JENIS JUMLAH
1. Ruang Kantor 3
2. Ruang Guru 1
3. Ruang Kelas 36
4. Ruang Perpustakaan 2
5. Ruang Aula 1
6. Asrama 12
7. Masjid 1
8. Ruang Makan 1
9. Ruang Keterampilan 2
10. WC 82
11. Kolam Mandi 17
12. Tempat Wudhu 1
13. Sumur Bor 6
14. Tenis Meja 1
15. Tempat Parkir 3
16. Rumah Guru 8
53
B. Deskripsi Data
Salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah
dengan menggunakan angket atau kuestioner yang diberikan kepada
objek penelitian sebagai responden untuk memperoleh data kegiatan
keagamaan dalam meningkatkan kecerdasan spiritual.
Setelah diperoleh data dari hasil angket yang diberikan kepada santrri
yang menjadi responden, kemudian data tersebut diolah dalam bentuk
tabel deskripsi presentase dengan menggunakan rumus:
P =
x 100%
Diketahui:
F =Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N= Number of Cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu)
P = Angka persentase
Perhitungan presentase dalam pertanyaan adalah sebagai berikut:
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah
Diagram 4.1
Saya melaksanakan shalat berjamaah atas kemauan
sendiri
Series 1
54
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 71%, menjawab
“sering” 26.3%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 2.6% dan yang
menjawab “tidak pernah” 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar santri melaksanakan salat berjamaah atas kemauan mereka sendri.
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 30,3%, menjawab
“sering” 14,5%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 52,6% dan yang
menjawab “tidak pernah” 2,6%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar santri masih kadang-kadang melaksanakan salat berjamaah ketika
berada di rumah. Walaupun demikian tak sedikit pula siswa yang sudah
memiliki kesadaran untuk tetap salat berjamaah di rumah.
0
10
20
30
40
50
60
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Diagram 4.2
Saya melaksanakan salat berjamaah ketika di rumah
Series 1
55
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 68,42%,
menjawab “sering” 26.32%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 3,95%
dan yang menjawab “tidak pernah” 1,31%. Hal tersebut menunjukan bahwa
sebagia besar santri mengikuti salat jamaah di Pondok.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah
Diagram 4.3
Saya melaksanakan salat berjamaah di pondok
Series 1
56
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 77,6%, menjawab
“sering” 14,5%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 7,9% dan yang
menjawab “tidak pernah” 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar santri merasa tenang dengan melaksanakan salat berjamaah.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah
Diagram 4.4
Melaksanakan salat berjamaah dapat menenangkan
perasaan hati
Series 1
57
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 48,6%, menjawab
“sering” 35,6%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 15,8% dan yang
menjawab “tidak pernah” 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar santri merasa termotivasi/terdorong untuk belajar lebih baik setelah
melaksanakan salat berjamaah.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah
Diagram 4.5
Saya merasa termotivasi/terdorong untuk belajar lebih
baik setelah melaksanakan salat berjamaah
48.6
58
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 71,1%, menjawab
“sering” 18,4%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 10,5% dan yang
menjawab “tidak pernah” 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar santri setelah melaksanakan salat dhuha merasa dapat membangkitkan
harapan untuk mencapai cita-cita dalam menuntut ilmu.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah
Diagram 4.6
Melaksanakan salat duha dapat membangkitkan
harapan untuk mencapai cita-cita dalam menuntut ilmu
Series 1
59
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 42,1%, menjawab
“sering” 43,3%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 10,6% dan yang
menjawab “tidak pernah” 3,9%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar santri mengikuti kegiatan mengaji kitab kuning bakda Maghrib.
Sebagian ada yang tidak mengikuti kegiatan mengaji kitab kuning
dikarenakan mereka adalah santri yang tidak bemalam di pondok atau yang
hanya pulang pergi.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah
Diagram 4.7
Saya mengikuti kegiatan mengaji kitab kuning bakda
maghrib
Series 1
60
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 51,4%, menjawab
“sering” 32,8%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 13,1% dan yang
menjawab “tidak pernah” 2,7%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar santri berusaha untuk fokus dalam mengikuti kegiatan mengaji kitab
kuning bakda Maghrib.
0
10
20
30
40
50
60
Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah
Diagram 4.8
Saya Berusaha Fokus dalam Mengikuti Kegiatan
Mengaji Kitab Kuning Bakda Maghrib
Series 1
61
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 50%, menjawab
“sering” 19,8%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 30,2% dan yang
menjawab “tidak pernah” 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar santri memiliki kesadaran disiplin dan berusaha untuk datang tepat
waktu pada saat kegiatan keagamaan.
0
10
20
30
40
50
60
Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah
Diagram 4.9
Saya Berusaha Datang Tepat Waktu pada saat Kegiatan
Keagamaan
Series 1
62
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 10,5%, menjawab
“sering” 17,1%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 71,1% dan yang
menjawab “tidak pernah” 1,3%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar santri masih kadang-kadang melaksanakan salat dhuha setiap hari.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah
Diagram 4.10
Saya Melaksanakan Salat Dhuha Setiap Hari
Series 1
63
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 53,9%, menjawab
“sering” 40,9%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 5,2% dan yang
menjawab “tidak pernah” 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar santri ikhlas melaksanakan salat dhuha.
0
10
20
30
40
50
60
Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah
Diagram 4.11
Saya Ikhlas Melaksanakan Salat Duha
Series 1
64
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 71,1%, menjawab
“sering” 22.3%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 6.6% dan yang
menjawab “tidak pernah” 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar santri melaksanakan salat dhuha tidak menunggu perintah/teguran dari
ustadzah.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah
Diagram 4.12
Saya Mengikuti Salat Dhuha Berjamaah Menunggu
Perintah/Teguran dari Ustadzah
Series 1
65
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 35,6%, menjawab
“sering” 44,7%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 10,5% dan yang
menjawab “tidak pernah” 9,2%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar santri melaksanakan salat dhuha hanya di Pondok.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Diagram 4.14
Saya Merasa Menyesal Ketika Tidak Salat Duha
Series 1
66
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 14,4%, menjawab
“sering” 50%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 28,8% dan yang
menjawab “tidak pernah” 6,8%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar santri sering merasa menyesal ketika tidak melaksanakan salat dhuha.
0
10
20
30
40
50
60
Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah
Diagram 4.14
Saya merasa menyesal ketika tidak salat dhuha
Series 1
67
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 55,2%, menjawab
“sering” 39,5%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 3,9% dan yang
menjawab “tidak pernah” 1,4%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar santri selalu mengikuti kegiatan membaca burdah.
0
10
20
30
40
50
60
Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah
Diagram 4.15
Saya selalu mengikuti kegiatan membaca burdah pada
malam jum'at
Series 1
68
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 5,2%, menjawab
“sering” 6,6%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 21,1% dan yang
menjawab “tidak pernah” 67,1%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar santri tidak pernah merasa bosan saat mengikuti kegiatan membaca
burdah.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah
Diagram 4.16
Saya merasa bosan saat mengikuti kegiatan membaca
burdah pada malam jum'at
Series 1
69
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 72%, menjawab
“sering” 4%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 0% dan yang menjawab
“tidak pernah” 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian besar santri
selalu merasa yakin bahwa mereka yakin bahwa Allah itu ada dan Allah Swt
selalu mengawasi perbuatan yang dilakukan.
0
20
40
60
80
100
Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah
Diagram 4.17
Saya yakin Allah Swt selalu megawasi perbuatan kita
Series 1
70
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 5,2%, menjawab
“sering” 9,2%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 64,5% dan yang
menjawab “tidak pernah” 21,1%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar masih mengeluh ketika kiriman dari orang tua datang terlambat.
Walaupun demikian masih lumayan banyak santri yang tidak pernah
mengeluh ketika kiriman dari orang tuanya datang terlambat.
0
10
20
30
40
50
60
70
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Diagram 4.18
Saya Mengeluh ketika Kiriman dari Orang Tua Datang
Terlambat
Series 1
71
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 1,3%, menjawab
“sering” 15,7%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 72,4% dan yang
menjawab “tidak pernah” 10,6%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar kadang-kadang merasa dendam apabila teringat ucapan teman yang
menyakitkan hati. Walaupun demikian beberapa santri lainnya tidak pernah
mengambil hati ucapan teman yang menykitkan hatinya.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Diagram 4.19
Kadang-kadang saya merasa dendam apabila teringat
ucapan teman yang menyakitkan hati
Series 1
72
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 42,1%, menjawab
“sering” 46,1%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 11,8% dan yang
menjawab “tidak pernah” 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar santri mempunyai rasa empati terhadap temannya.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah
Diagram 4.20
saya menolong teman yang sedang kesusahan di
Lingkungan Pondok
Series 1
73
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 43,4%, menjawab
“sering” 22,4%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 31,6% dan yang
menjawab “tidak pernah” 2,6%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar santri sudah mempersiapkan diri untuk menerima hasil dari
perlombaan, sebagian besar santri mempunyai jiwa yang besar untung
menerima kekalahan.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah
Diagram 4.21
saya siap mengalami kekalahan, ketika saya mengikuti
perlombaan dan akhirnya belum menang
Series 1
74
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 1,4%, menjawab
“sering” 3,9%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 51,3% dan yang
menjawab “tidak pernah” 43,4%. Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak
santri yang memegang prinsip dan tidak terpengaruh oleh teman ketika diajak
bercanda saat dia sedang salat.
0
10
20
30
40
50
60
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Diagram 4.22
Saya ikut tertawa ketika teman mengajak bercanda
pada waktu saya sedang salat
Series 1
75
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 60,5%, menjawab
“sering” 22,4%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 17,1% dan yang
menjawab “tidak pernah” 0%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar santri membiaskan dirinya untuk bersikap optimis.
0
10
20
30
40
50
60
70
Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah
Diagram 4.23
Saya membiasakan diri untuk bersikap optimis
Series 1
76
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil penyebaran angket dengan
frekuensi jawaban responden menjawab “selalu” sebanyak 46,1%, menjawab
“sering” 35,5%, menjawab “kadang-kadang” sebanyak 17,1% dan yang
menjawab “tidak pernah” 1,3%. Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian
besar santri selalu meminta izin terlebih dahulu ketika memakai barang orang
lain.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Selalu sering Kadang-kadang Tidak pernah
Diagram 4.24
Saya meminta izin terlebih dahulu ketika memakai
barang milik orang lain
Series 1
77
Tabel 4.7
Perhitungan untuk mencari data variabel X dari hasil penyebaran
angket
No Nama No Item
Jml 1 2 3 7 8 9 10 11 12 14 15 16
1 Aminah 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 3 3 42
2 Maulidia 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 45
3 Via 4 2 4 3 3 2 2 3 4 3 3 4 37
4 Baidha 4 2 4 3 3 2 2 3 4 3 3 4 37
5 Syifa 4 2 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 40
6 Bilqis 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 1 38
7 Aminah 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 44
8 Ismi 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 45
9 Iriyani 4 2 4 3 3 2 2 3 4 3 3 4 37
10 Wahdini 4 2 4 4 4 4 2 3 3 2 3 3 38
11 Minah 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 32
12 Hayatun 4 2 3 3 4 4 2 4 4 3 3 3 36
13 Habibatul 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 32
14 Tasya 4 4 4 3 3 3 2 3 2 3 2 2 35
15 Fatimah 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 44
16 Syahna 2 4 3 4 4 2 4 4 3 4 3 2 39
17 Zahra 4 2 4 1 4 4 3 3 4 4 4 4 41
18 Aida 3 2 3 2 4 2 1 3 4 3 4 4 35
19 Yulia 4 2 4 3 3 2 2 3 4 3 3 4 37
20 Febri 4 2 4 3 3 2 2 3 4 3 3 4 37
21 Misna 3 2 4 3 4 4 3 3 4 2 3 3 38
22 Amalia 4 2 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 41
23 Faizah 4 2 4 3 2 2 2 3 4 3 3 4 36
24 Siti 3 2 4 3 4 4 2 4 4 3 4 3 40
25 maria 4 2 4 3 3 2 2 3 4 3 3 4 37
26 Syarufah 4 2 4 3 3 2 2 3 4 3 3 4 37
27 Alfi 4 2 3 3 3 4 2 4 4 3 3 3 38
28 Huda 3 2 3 3 2 4 2 2 1 3 1 1 27
29 Annisa 4 4 4 3 2 4 2 2 2 2 3 3 35
30 Miftahul 4 4 4 2 3 4 3 4 4 3 4 4 45
31 Mawadah 4 3 3 2 4 4 2 4 3 2 3 1 35
32 Haliyatul 4 2 4 3 2 2 3 3 4 3 3 4 37
78
33 zahra 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 38
34 Aisyah d. 4 3 4 3 2 2 3 4 4 3 4 4 40
35 Aisyah 3 2 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 42
36 Fariah 3 2 2 3 3 3 2 4 4 2 4 2 34
37 Sri 4 2 3 4 2 4 2 4 3 2 4 4 36
38 Juliani 4 4 4 3 2 3 4 3 3 3 4 1 38
39 Nur 3 2 3 4 4 4 2 3 3 3 4 3 33
40 Mukminah 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 45
41 Asiiah 3 3 2 2 2 3 2 3 2 1 3 2 28
42 Mahmuda 4 2 3 1 1 2 2 4 4 3 4 4 29
43 Fika 4 3 4 2 4 3 3 3 3 3 4 3 39
44 Qotrin 3 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 43
45 Kamalia 4 2 4 4 4 2 2 4 3 2 4 4 39
46 Maryam 4 2 4 2 2 3 2 4 4 2 4 4 37
47 Alna 4 2 4 4 4 2 2 4 3 2 4 4 39
48 Mutia 4 2 4 4 3 3 2 4 4 3 4 4 39
49 Fatimah 3 2 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 40
50 Aisya 3 2 3 3 3 3 2 2 4 3 3 4 36
51 Miftah 3 2 3 3 3 3 2 4 3 2 4 4 36
52 Rindiani 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 40
53 Rahmi 3 2 4 4 3 3 2 3 4 1 3 4 37
54 Risna 4 4 4 3 3 3 2 4 3 3 4 4 39
55 Endang 3 2 3 3 3 3 2 3 4 2 3 4 36
56 Nurul 3 2 4 3 4 3 2 3 3 2 3 3 35
57 Naili 2 2 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 41
58 Hairiyah 4 2 4 3 4 4 2 4 4 4 4 3 42
59 Mitriyani 4 2 4 2 4 4 2 4 4 1 4 4 39
60 Fatimah 4 2 4 4 4 2 2 4 4 2 4 4 40
61 Jamiyah 4 2 4 2 4 2 2 4 4 2 2 4 36
62 Rabiatun 4 2 4 4 2 4 2 4 4 2 4 4 40
63 Jauhar 4 3 4 4 3 4 3 3 4 2 4 4 42
64 Nadya 3 1 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 41
65 Ridha 4 2 3 4 4 4 2 4 4 3 4 4 40
66 Wasilatul 4 2 4 1 1 4 4 3 4 3 4 4 38
67 Elliyin 4 2 4 4 4 2 3 4 4 3 4 4 42
68 Herliani 4 1 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 41
69 Putri 4 2 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 42
70 Renita 3 2 3 3 4 4 2 2 4 1 4 4 38
79
71 Dhea 4 2 4 4 2 2 2 3 4 4 4 4 39
72 Jihan 4 3 4 4 4 4 2 4 4 3 3 4 43
73 Sarah 4 2 4 3 4 4 2 4 3 1 4 4 35
74 Dina 4 2 4 4 4 2 2 3 3 2 4 3 37
75 Ana 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 44
76 Lina 4 2 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 43
Tabel 4.8
Perhitungan untuk mencari data variabel Y dari hasil penyebaran
angket
No
Nama No Item Jml
4 5 6 13
17
18
19
20
21
22
23
24
1 Aminah 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 44
2 Maulidia 4 3 3 2 4 3 2 3 2 4 3 4 37
3 Via 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 41
4 Baidha 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 41
5 Syifa 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 43
6 Bilqis 3 2 3 2 4 3 1 4 2 3 2 4 33
7 Aminah 4 4 4 1 4 4 3 4 4 4 4 4 44
8 Ismi 4 4 4 1 4 4 3 4 4 4 4 4 44
9 Iriyani 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 42
10 Wahdini 4 4 2 2 4 3 3 2 4 2 3 1 36
11 Minah 3 2 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 40
12 Hayatun 4 4 4 3 4 3 2 4 3 3 4 4 42
13 Habibatul 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 41
14 Tasya 3 4 4 3 4 2 3 3 3 3 2 3 37
15 Fatimah 4 4 4 3 4 2 2 4 2 4 4 4 41
16 Syahna 2 3 4 1 3 3 3 4 2 4 2 4 35
17 Zahra 2 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 41
18 Aida 2 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 36
19 Yulia 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 41
20 Febri 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 41
21 Misna 3 3 3 4 4 2 3 2 2 3 3 3 35
22 Amalia 4 3 2 4 4 3 4 3 4 4 3 4 42
23 Faizah 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 41
80
24 Siti 4 4 4 4 4 2 2 3 3 4 4 3 41
25 maria 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 41
26 Syarufah 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 41
27 Alfi 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 43
28 Huda 4 4 2 3 4 1 2 2 4 3 3 2 34
29 Annisa 4 3 4 2 4 1 3 4 4 1 2 4 36
30 Miftahul 4 4 4 4 4 2 3 4 3 4 4 4 44
31 Mawadah 4 2 4 2 4 3 2 2 3 3 3 2 34
32 Haliyatul 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 41
33 zahra 4 3 4 2 4 3 2 4 4 3 4 4 41
34 Aisyah d. 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 45
35 Aisyah 2 3 4 1 4 1 3 4 1 3 4 4 34
36 Fariah 4 3 4 3 4 3 3 2 2 3 2 4 37
37 Sri 4 3 2 3 4 3 3 4 3 3 4 3 39
38 Juliani 3 2 4 1 4 3 3 4 4 3 3 2 36
39 Nur 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 2 36
40 Mukmina
h 4 4 3 1 4 4 3 4 4 4 4 4 43
41 Asiiah 3 4 2 3 4 3 2 2 4 3 3 2 35
42 Mahmuda 4 4 3 3 4 3 3 3 4 2 4 4 41
43 Fika 2 2 3 3 4 2 2 2 4 3 2 2 31
44 Qotrin 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 45
45 Kamalia 4 4 4 3 4 3 3 4 2 2 2 2 39
46 Maryam 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3 2 2 38
47 Alna 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3 2 2 36
48 Mutia 4 4 4 3 4 2 3 3 2 3 4 3 39
49 Fatimah 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 40
50 Aisya 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 40
51 Miftah 3 2 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 38
52 Rindiani 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 4 4 41
53 Rahmi 4 4 4 2 4 4 3 3 4 4 4 4 42
54 Risna 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 43
55 Endang 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 2 2 38
56 Nurul 4 4 4 2 4 3 3 3 2 3 3 3 36
57 Naili 2 3 4 3 4 2 2 3 3 3 4 3 36
58 Hairiyah 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 42
59 Mitriyani 4 4 4 1 4 4 3 4 2 4 4 4 42
60 Fatimah 4 2 4 3 4 3 3 4 4 3 4 2 40
81
61 Jamiyah 3 3 3 4 4 3 3 2 2 3 4 4 38
62 Rabiatun 4 2 4 3 4 3 3 4 4 2 4 2 39
63 Jauhar 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 42
64 Nadya 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 41
65 Ridha 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 37
66 Wasilatul 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 45
67 Elliyin 4 4 3 2 4 3 3 3 3 3 4 4 40
68 Herliani 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 43
69 Putri 4 2 2 3 4 4 4 4 2 4 4 4 41
70 Renita 4 4 4 3 4 3 3 4 1 3 4 1 38
71 Dhea 4 4 4 3 4 1 4 3 4 2 2 4 39
72 Jihan 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 46
73 Sarah 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 2 42
74 Dina 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 43
75 Ana 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 46
76 Lina 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 45
Tabel 4.9
Tabel kerja koefiensi kegiatan keagamaan dalam meningkatkan
kcerdasan spiritual
No X Y XY X² Y²
1 42 44 1848 1764 1936
2 45 37 1665 2025 1369
3 37 41 1517 1369 1681
4 37 41 1517 1369 1681
5 40 43 1720 1600 1849
6 38 33 1254 1444 1089
7 44 44 1936 1936 1936
8 45 44 1980 2025 1936
9 37 42 1554 1369 1764
10 38 36 1368 1444 1296
11 32 40 1280 1024 1600
12 36 42 1512 1296 1764
13 32 41 1312 1024 1681
14 35 37 1295 1225 1369
15 44 41 1804 1936 1681
16 39 35 1365 1521 1225
82
17 41 41 1681 1681 1681
18 35 36 1260 1225 1296
19 37 41 1517 1369 1681
20 37 41 1517 1369 1681
21 38 35 1330 1444 1225
22 41 42 1722 1681 1764
23 36 41 1476 1296 1681
24 40 41 1640 1681 1681
25 37 41 1517 1369 1681
26 37 41 1517 1369 1681
27 38 43 1634 1444 1849
28 27 34 918 729 1156
29 35 36 1260 1225 1296
30 45 44 1980 2025 1936
31 35 34 1190 1225 1156
32 37 41 1517 1369 1681
33 38 41 1558 1444 1681
34 40 45 1800 1600 2025
35 42 34 1428 1764 1156
36 34 37 1258 1156 1369
37 36 39 1404 1296 1521
38 38 36 1368 1444 1296
39 33 36 1188 1089 1296
40 45 43 1935 2025 1849
41 28 35 980 784 1225
42 29 41 1189 841 1681
43 39 31 1209 1521 961
44 43 45 1935 1849 2025
45 39 39 1521 1521 1521
46 37 38 1406 1369 1444
47 39 36 1404 1521 1296
48 39 39 1521 1521 1521
49 40 40 1600 1600 1600
50 36 40 1440 1440 1600
51 36 38 1368 1296 1444
52 40 41 1640 1600 1681
53 37 42 1554 1369 1764
54 39 43 1677 1521 1849
83
55 36 38 1368 1296 1444
56 35 36 1260 1225 1296
57 41 36 1476 1681 1296
58 42 42 1764 1764 1764
59 39 42 1638 1521 1764
60 40 40 1600 1600 1600
61 36 38 1368 1296 1444
62 40 39 1560 1600 1521
63 42 42 1764 1764 1764
64 41 41 1681 1681 1681
65 40 37 1480 1600 1369
66 38 45 1710 1444 2025
67 42 40 1680 1764 1600
68 41 43 1763 1681 1849
69 42 41 1722 1764 1681
70 38 38 1444 1444 1444
71 39 39 1521 1521 1521
72 43 46 1978 1849 2116
73 35 42 1470 1225 1764
74 37 43 1591 1369 1849
75 44 46 2024 1936 2116
76 43 45 1935 1849 2025
JUMLAH 2918
3031
116783
113317
121721
Dari hasil perhitungan di atas, maka diketahui bahwa: N = 76, ƩX=
2918, ƩY= 3031, Ʃxy=116783, ƩX²=113317, Ʃy²=121721
Selanjutnya hasil perhitungan di atas kemudian menguji
keabsahannya dengan menggunakan rumus:
1. Korelasi product moment sebagai berikut:
rxy =
√[ ][ ]
84
=
√[ ][ ]
=
√[ ][ ]
=
√[ ][ ]
=
√
=
= 0,40
2. Interpretasi data
Dalam mengintegrasikan data hasil korelasi antara kegiatan
keagamaan dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, penulis
menggunakan dua cara yakni:
a. Interpretasi data sederhana atau kasar
Interpretasi data ini yakni dengan mencocokkan
perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product
moment.
Dengan memperhatikan hasil perhitungan rxy(0,40) yang
berkisar antara 0,40-0,70 dapat diinterpretasikan secara
sederhana bahwa antara variabel X (kegiatan keagamaan) dan
variabel Y (kecerdasan spiritual) terdapat korelasi yang
sedang atau cukup.
b. Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai “rxy” product
moment
85
Untuk mengetahui signifikansi rxymelalui tabel “r”
product moment, langkah pertama yang harus ditempuh adalah
mencari Df dengan rumus sebagai berikut:
df = N - nr
df = 76 – 2 = 74
Dengan melihat tabel nilai “r” product moment dapat
diketahui bahwa df sebesar 74. Setelah itu melalui tabel “r”
product moment maka diperoleh taraf signifikansi 5% = 0,232
dan pada taraf signifikansi 1% = 0,302.
Setelah mengetahui rxy dengan “r” tabel, langkah selanjutnya
yakni membandingkan besarnya rxydengan “r” tabel pada taraf
signifikansi 5% diperoleh “r” tabel (0,40>0,232) dan pada taraf
1% diperoleh “r” tabel (0,40>0,302). Dari hasil perhitungan di
atas rxy lebih kecil daripada “r” tabel maka Ha diterima dan Ho
ditolak.
Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar kontribusi
variabel X (kegiatan keagamaan) terhadap variabel Y (kecerdasan
spiritual) maka digunakan rumus:
3. Koefisien determinasi dengan rumus:
KD = r² x 100%
KD = 0,40² x 100%
= 0,16 x 100%
= 16%
Jadi kegiatan keagamaan cukup efektif untuk meningkatkan
kecerdasan spiritual sebesar 16% dan 84% lagi ditentukan oleh
faktor lain.
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Pondok
Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru penulis mengambil kesimpulan
bahwa kegiatan keagamaan di pondok ini cukup efektif dalam
meningkatkan kecerdasan spiritual. Hal ini penulis simpulkan berdasarkan
analisis korelasi product moment dengan memperhatikan besar “r” hitung
= 0,40 yang lebih besar dari “r” tabel baik dari taraf signifikansi 5% =
0,232 maupun pada taraf signifikansi 1% = 0,302 yang terletak di interval
koefisien 0,40-0,70 yang menunjukkan bahwa antara variabel X dan
variabel Y memiliki korelasi yang sedang atau cukup.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti
kemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru mengingat
pendidikan agama di pondok pesantren memiliki peran penting
dalam pembentukan budi pekerti santri dan kecerdasan-kecerdasan,
hendaknya pondok pesantren lebih mengoptimalkan pemanfaatan
sarana pendidikan agama yang ada, seperti masjid, kitab-kitab dan
buku-buku agama serta sarana-sarana yang lainnya.
2. Untuk para santri diharapkan untuk lebih aktif mengikuti kegiatan
keagamaan tidak hanya yang ada di Pondok Pesantren, namun tetap
melaksanakan kegiatan keagamaan ketika pulang ke rumah masing-
masing. Dalam proses mengikuti kegiatan keagamaan diharapkan
para santri tidak hanya mengikuti kegiatan keagamaan saja namun
87
juga mengamalkan apa yang telah dikerjakan dan dipelajari di
Pondok, sehingga nanti kecerdasan spiritualnya dapat lebih
meningkat.
88
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Masykuri. Burdah Imam al-Bushiri: Kasidah Cinta dari Tepi
Nil untuk Sang Nabi, Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2009.
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan
Emosi dan Spiritual (ESQ). Jakarta: Agra.
Al-Musnad As-Shahih Al-Mukhtashar, Bab Fadlu Sholatil Jama’ati wa
Bayani At-Tasydidi, Beirut: Dar Ihya, t.t.
Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama.
as-Sadlan, Shalih bin Ghanim. Kajian lengkap shalat jamaah, Jakarta: Darul
Haq, 2015.
Azra, Azyumardi. 2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama
Islam. Cipayung Ciputat: Gaung Persada Press Jakarta
Drajat, Zakia, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
El-Shirazy, Ahmad Mujib dkk. Anotasi Kitab Kuning Khazanah
Intelektualisme Pesantren di Indonesia, Jakarta: Darul Ilmi, 2007.
Elzaky, Jamal. Buku Pintar Mukjizat Kesehatan Ibadah, terj. Dedi Slamet
Riyadi, Jakarta: Penerbit Zaman, 2015.
Firdaus Wajdi dan Saira Rahmani, Buku Pintar Shalat Wajib dan Sunnah,
Jakarta: Penerbit Zaman, 2010.
Ghazali, Yusni A. Mukjizat Shalat Dhuha, Jakarta Selatan: Himmah Media
Utama, 2010.
Hariyanto. 2003. Psikologi Sholat. Yogyakarta: Mitra Pustaka
Muhaimin, Azzet Akhmad. 2005. Mengembangkan Kecerdasan Spiritual
Bagi Anak. Depok: Ar-Rozz Media
Nggermanto, Agus. Quantum Qoutient (Kecerdasan Quantum), Bandung:
Yayasan Nuansa Cendikia, 2001.
Ridjaluddin.2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta Selatan: Pusat Kajian
Islam FAI Uhamka Jakarta
89
Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah, terj. Ahmad Dzulfikar dan Muhammad
Khoyrurrijal, Depok: Arya Duta, 2015.
Safaria, Triantoro. Spiritual Inteligence Metode Pengembangan Kecerdasan
Spiritual Anak, Yogjakarta: Graha Ilmu, 2007.
Suharso dan Ana Retno Ningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Semarang: Widya Karya, 2011.
Sukring, Pendidik dan Peserta Didik dalam Pandangan Islam, Jogjakarta:
Graha Ilmu, 2013.
Suma, Amin. Lima Pilar Islam, Ciputat: Kholam Publishing, 2007.
Thabathaba’i, Sayyid Muhammad Husain. Inilah Islam, terj. Ahsin
Muhammad, Jakarta: Sadra Press, 2011.
Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Gramedia Pustaka
Umum 2008.
Wahab, Abddan Umiarso. Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan
Spiritual, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Wahyudi, dkk., Membentuk Kecerdasan Spiritual Anak Pedoman Penting
Bagi Orang Tua dalam Mendidik Anak, Jakarta: Sinar Graka Offset,
2010
Gambar 1. Struktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren Al-Falah
Puteri Banjarbaru
Gambar 2. Puskestren Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru
Gambar 3. Piala Penghargaan Prestasi Pondok Pesantren Al-Falah Puteri
Banjarbaru.
Gambar 4. Mushalla Pondok Pesantren Al-Falah Puteri yang Baru Dibangun,
Tempat Kegiatan Ibadah dan sekaligus Pendidikan.
Gambar 5. Kegiatan membaca burdah pada malam Jum’at
Gambar 6. Bersama Santriwati kelas 3 Aliyah Ketika Jam Istirahat Sekolah
Pagi (Formal)
Gambar 7. Asrama Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru
Gambar 8. Kantor Aliyah Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru
1
ANGKET PENELITIAN
EFEKTIVITAS KEGIATAN KEAGAMAAN DALAM
MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI
PONDOK PESANTREN AL-FALAH PUTERI
BANJARBARU
Nama:
Kelas:
Petunjuk Pengisian:
Angket ini bertujuan untuk kepentingan ilmiah.
Diharapkan kejujuran anda dalam menjawab angket ini.
Berilah tanda silang (x) pada satu jawaban yang anda anggap
paling sesuai dengan diri anda!
Pertanyaan :
1. Saya melaksanakan salat berjamaah atas kemauan sendiri!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
2. Saya melaksanakan salat berjamaah ketika berada di rumah!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
3. Saya melaksanakan salat berjamaah di pondok!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
4. Salat berjamaah dapat menenangkan perasaan hati saya!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
5. Saya merasa termotivasi/terdorong untuk belajar lebih baik
setelah melaksanakan shalat berjamaah!
a. Selalu c. Kadang-kadang
2
b. Sering d. Tidak pernah
6. Shalat berjamaah dapat membangkitkan harapan untuk
mencapai cita-cita saya dalam menuntut ilmu!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
7. Saya mengikuti kegiatan mengaji kitab kuning bakda
maghrib!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
8. Saya berusaha untuk fokus dalam mengikuti kegiatan mengaji
kitab kuning bakda maghrib!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
9. Saya berusaha datang tepat waktu pada saat kegiatan
keagamaan!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
10. Saya melaksanakan shalat dhuha setiap hari!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
11. Saya ihlas mengerjakan shalat dhuha!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
12. Saya mengikuti shalat dhuha berjamaah menunggu
perintah/terguran dari ustadzah!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
3
13. Saya hanya melaksanakan shalat dhuha di pondok!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
14. Saya merasa menyesal ketika tidak shalat dhuha!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
15. Saya selalu mengikuti kegiatan membaca burdah pada malam
jum’at!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
16. Saya merasa bosan saat mengikuti kegiatan membaca burdah
pada malam jum’at!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
17. Saya yakin Allah SWT selalu mengawasi perbuatan kita!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
18. Saya mengeluh ketika kiriman dari orang tua datang
terlambat!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
19. Kadang-kadang saya merasa dendam apabila teringat ucapan
teman yang menyakitkan hati!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
20. Saya menolong teman yang sedang kesusahan di lingkungan
pondok!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
4
21. Saya siap mengalami kekalahan, ketika saya mengikuti
perlombaan dan akhirnya belum menang!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
22. Saya ikut tertawa ketika teman mengajak bercanda pada
waktu saya sedang sholat!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
23. Saya membiasakan diri untuk bersikap optimis!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
24. Saya meminta izin terlebih dahulu ketika memakai barang
milik orang lain!
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Series 1
Series 1
6
0
10
20
30
40
50
60
70
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Diagram 4.18
Saya Mengeluh ketika Kiriman dari Orang Tua Datang
Terlambat
Series 1
7
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
Diagram 4.19
Kadang-kadang saya merasa dendam apabila teringat
ucapan teman yang menyakitkan hati
Series 1
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi berjudul “Efektivitas Kegiatan Keagamaan dalam
Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di Pondok Pesantren Al-Falah
Puteri Banjarbaru” disusun oleh Rabiatul Adawiyah, NIM. 14311400,
Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an
(IIQ) Jakarta. Telah melalui melalui proses bimbingan dengan baik dan
dinilai oleh pembimbing telah layak dan memenuhi syarat ilmiah untuk
diujikan dalam sidang munaqasyah.
Jakarta, 12 Agustus 2018
Pembimbing
Sri Tuti Rahmawati, M.A
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Efektivitas Kegiatan Keagamaan dalam Meningkatkan
Kecerdasan Spiritual di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru”
oleh Rabiatul Adawiyah dengan NIM 14311400 telah diujikan pada sidang
Munaqasyah Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada
tanggal 17 Agustus 2018. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd).
Jakarta, 17 Agustus 2018
Dekan Fakultas Tarbiyah
Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M. Ag
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M. Ag Wasmini
Penguji I Penguji II
Ali Mursyid, M. Ag Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M. Ag
Pembimbing
Sri Tuti Rahmawati, MA
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rabiatul Adawiyah
NIM : 14311400
Tempat/ Tgl Lahir : Malintang, 8 April 1995
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul
“Efektivitas Kegiatan Keagamaan dalam Meningkatkan Kecerdasan
Spiritual di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri” adalah benar hasil karya
sendiri kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan
kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa
rekayasa.
Jakarta, 12 Agustus 2018
Penulis
Rabiatul Adawiyah
iv
MOTTO
karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. Yang telah memberikan
segala kenikmatan yang masih bisa penulis rasakan hingga saat ini baik itu
nikmat iman yang ada di dalam hati, nikmat islam yang selalu dalam pelukan
dan nikmat sehat badan dengan semua ini penulis dapat dapat
merampungkan skripsi ini dengan judul “Efektivitas Kegiatan Keagamaan
dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual”
Shalawat selalu tercurahkan kepada baginda seluruh alam Nabi
Muhammad SAW. Pemimpin sekaligus Pembina umat islam yang
dengannya selalu ada keselamatan. Penegak kebenaran dan memusnahkan
kebatilan.
Penulis menyadari bahwa selesainya penyusunan laporan karya
ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan saran bagi berbagai pihak. Oleh
karenanya pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Rektor Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta Ibu Prof. Dr. Hj.
Huzaemah Tahido Yanggo, M.A yang telah memimpin dan
mengayomi kami semua dengan sangat bijaksana.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta Ibu
Dr. Hj. Umi Khusnul Khatimah, M.Ag. selaku yang telah mengayomi
dan memberikan saran-saran terbaik bagi kami semua.
3. Dosen pembimbing saya Bunda Sri Tuti Rahmawati, M.A yang telah
memberikan arahan, bimbingan, petunjuk juga saran-saran dan juga
meluangkan banyak waktunya senantiasa memberi motivasi, ilmu
secara tulus penuh kesabaran dalam membimbing agar skripsi ini
dapat selesai tepat pada waktunya dan sebaik-baiknya.
vi
4. Para dosen juga instruktur Tahfidz Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu
Al-Qur`an Jakarta yang telah membimbing dan memberikan banyak
sekali ilmu pengetahuan kepada penulis, baik secara teoritis maupun
praktis selama penulis menimba ilmu di Institut Ilmu Al-Qur`an
Jakarta.
5. Seluruh staf bagian Tata Usaha Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-
Qur`an Jakarta yang telah banyak memberikan informasi terkait
perkuliahan dan pengurusan penyelesaian skripsi serta kemudahan
pengurusan administrasi keepada penulis.
6. Pemimpin dan staf perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta yang
telah mempermudah penulis dalam mengakses berbagai informasi
dan referensi dalam penyelesaian skripsi ini
7. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Ibu Dr. Hj. Habibah
Djunaidi, MA yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian, serta kepada segenap staf dan guru-guru terkait khususnya
Ustadzah Jariyah, Ustadzah Mariatul Qibtiyah dan para santriwati,
yang telah berkenan memberikan data dan informasi yang diperlukan,
dalam rangka pengumpulan data sehingga proses penelitian dan
penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sesuai panduan yang
ditetapkan.
8. Orangtuaku Abah Drs. H. Saipurrahman dan Mama Hj. Wardah,
S.Pdi yang tidak pernah lelah memberikan dukungan, motivasi,
nasehat serta doa demi kebaikan dan kebahagiaan anak
perempuannya.
9. Adikku Ahmad Fahmi Arif yang telah mendukung dan membantu
untuk penelitian skripsi ini.
10. Seluruh sahabat-sahabat Fakultas Tarbiyah, khususnya kelas
Tarbiyah C Angkatan 2014 yang telah bekerja sama berjuang
vii
melewati hari-hari perkuliahan dalam warna suka dan duka. Dan
khususnya sahabat-sahabat saya Atun, Uzmah, Sopia, Lail, Maria,
Ilma, sahabat-sahabat saya yang tinggal bersama saya di asrama
Anik, Iping, Ka Pipit, Ka mega, teh Iqoh, Nasri, Al, Lia, Mei, Riska
karena telah memberikan waktu unuk mendengarkan keluh kesah
tentang kehidupan, memberikan motivasi, berbagi cerita, tawa, tangis
dan selalu ada di waktu senang dan susah.
11. Terima kasih banyak kepada ka Maulid yang senantiasa membimbing
dan mengarahkan selama proses pembuatan skripsi ini dan teman-
teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu baik dari anggota LBI,
KOPMA IIQ Jakarta, Hillah, PMQ Borneo, dan PMKS yang telah
memberi dukungan dan semangat kepada penulis.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Hanya harapan dan do‟a, semoga Allah SWT.memberikan balasan
yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah berjasa dalam
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Dan mudah-mudahan karya
yang sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca.
Jakarta, 12 Agustus 2018
Penulis
Rabiatul Adawiyah
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf abjadyang satu ke
abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di Institut Ilmu Al-Qur`an,
transliterasi Arab- Latin mengacu pada berikut ini:
1. Konsonan
th : ط a : ا
zh : ظ b : ب
„ : ع t : ت
gh : غ ts : ث
f : ف j : ج
q : ق h : ح
k : ك kh : خ
l : ل d : د
m : م dz : ذ
n : ن r : ر
w : و z : ز
ix
2. Vokal
Vokal tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah : a أ : â ْى...ʼ : ai
Kasrah : i ى : î ْو...ʼ : au
Dhammah : u و : ȗ
3. Kata sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyah
ditransliterasikan sesuai bunyi nya. Contoh:
al- Baqarah : البقره
al- Madinah : المدينو
h : ه s : س
ʼ : ء sy : ش
y : ي sh : ص
dh : ض
x
b. Kata sandang yang diikuti oleh (ال) syamsiyah
Kata sandang yang diikuti oleh (ال) syamsiyah ditransliterasikan
sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan
bunyinya. Contoh:
as-Sayyidah : السيدة ar-Rajul : الرجل
ad- Dârinî: الدارمي asy-Syams : الشمسي
c. Syaddah (tasydîd) Syaddah (tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan
lambang( ّ ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan
dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang
bertanda tasydîd. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd
yang berada di tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak
setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.
Contohnya :
Āmannâ billâhί: امََنَّا باِاللّوِ
Āmannâ as-sufahâ : امََنَ السُّفَهَاء Inna al-ladzίna: اِنَّ الَّذِيْنَ wa ar-rukka’ί : وَالرُّكَّعِ
d. Ta Marbȗthah (ة) TaMarbȗthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau dikuti oleh
kata sifat (na’at) maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi
huruf “h”. Contoh :
xi
al-Af’idah : الأفْئِدَ ةِ
al- Jâmί`ah al- Islâmiyyah : الجاَ مِعَة الِإسْلاَ مِيَّة
Sedangkan ta Marbȗthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (ism), maka dialihkan menjadi huruf
“t”. Contoh :
Āmilatun Nâshibah„ : عَا مِلَةٌ ناَصِبَة
e. Huruf Kapital
System penulisan huruf arab tidak mengenal huruf Arab tidak
mengenal huruf kapital, akan tetapi apabila telah dialih aksarakan
maka berlaku ketentuan ejaan yang disempurnakan (EYD) bahasa
Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama
tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang
berlaku pada EYD berlaku pula dalamalih aksara ini, seperti cetak
miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya.
Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka
huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata
sandangnya.
xii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii
PERNYATAAN PENULIS .................................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... vii
DAFTAR ISI.......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................ xiv
DAFTAR DIAGRAM............................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xvii
ABSTRAK ............................................................................................. xviii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 6
D. Perumusan Masalah .................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
G. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7
H. Sistematika Penulisan ................................................................. 11
BAB II: KAJIAN TEORI
A. Pengertian Efektivitas dan Kegiatan Keagamaan ...................... 12
B. Jenis-jenis Kegiatan Keagamaan di Pondok Pesantren Al-Falah
Puteri.............................................................................. ............. 13
1. Salat Berjamaah .................................................................... 13
2. Salat Duha ............................................................................. 15
3. Membaca Burdah pada Malam Jum‟at ................................. 16
xiii
4. Mengaji Kitab Kuning Bakda Maghrib................................. 17
C. Kecerdasan Spiritual................................................................... 18
D. Tanda-Tanda Orang yang Mempunyai Kecerdasan Spiritual... 22
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian............................................................................. 27
B. Pendekatan Penelitian ................................................................. 27
C. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 28
D. Sumber Data................................................................................ 28
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................. 29
F. Deskripsi Obyek Penelitian......................................................... 32
G. Teknik Analisis Data................................................................... 34
BAB IV: HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Falah Puteri................. 40
1. Profil Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru.......... 40
2. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri Pondok Pesantren Al-
Falah Puteri........................................................................... 40
3. Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi ........................................... 43
4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al Falah Puteri..... 44
5. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa.................................... 47
6. Sarana Prasarana Pondok Pesantren Al-Falah Puteri
Banjarbaru............................................................................. 52
7. Deskripsi Data ....................................................................... 53
BAB V: KESIMPULAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 86
B. Saran ........................................................................................... 86
xiv
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 88
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Kegiatan Keagamaan dan Kecerdasan
Spiritual................................................................................ 32
Tabel 3.2 Skor Jawaban Angket Kegiatan Keagamaan dan Kecer-
dasan Spiritual..................................................................... 36
Tabel 3.3 Interpretasi Data................................................................... 37
Tabel 4.1 Daftar Guru Aliyah .......................................................... .. 47
Tabel 4.2 Daftar Guru Tsanawiyah .................................................. . 48
Tabel 4.3 Daftar Guru Tajhizi............................................................ 50
Tabel 4.4 Daftar Jumlah Karyawan Dalam Lingkungan Pondok
Pesantren Al-Falah Puteri................................................... 50
Tabel 4.5 Jumlah Siswa Pondok Pesantren Al-Falah
Puteri.................................................................................... 51
Tabel 4.6 Daftar Sarana Prasarana Pondok Pesantren Al-Falah
Puteri.................................................................................... 52
Tabel 4.7 Perhitungan untuk mencari data variabel X dari hasil
penyebaran angket................................................................ 77
Tabel 4.8 Perhitungan untuk mencari data variabel Y dari hasil
penyebaran angket................................................................ 79
Tabel 4.9 Tabel kerja koefiensi kegiatan keagamaan dalam
meningkatkan kcerdasan spiritual........................................ 81
xvi
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1 Diagram 4.1..................................................................... 53
Diagram 2 Diagram 4.2..................................................................... 54
Diagram 3 Diagram 4.3..................................................................... 55
Diagram 4 Diagram 4.4..................................................................... 56
Diagram 5 Diagram 4.5..................................................................... 57
Diagram 6 Diagram 4.6..................................................................... 58
Diagram 7 Diagram 4.7..................................................................... 59
Diagram 8 Diagram 4.8..................................................................... 60
Diagram 9 Diagram 4.9..................................................................... 61
Diagram 10 Diagram 4.10.................................................................... 62
Diagram 11 Diagram 4.11..................................................................... 63
Diagram 12 Diagram 4.12..................................................................... 64
Diagram 13 Diagram 4.13..................................................................... 65
Diagram 14 Diagram 4.14..................................................................... 66
Diagram 15 Diagram 4.15..................................................................... 67
Diagram 16 Diagram 4.16..................................................................... 68
Diagram 17 Diagram 4.17..................................................................... 69
Diagram 18 Diagram 4.18..................................................................... 70
Diagram 19 Diagram 4.19..................................................................... 71
Diagram 20 Diagram 4.20..................................................................... 72
Diagram 21 Diagram 4.21..................................................................... 73
xvii
Diagram 22 Diagram 4.22..................................................................... 74
Diagram 23 Diagram 4.23..................................................................... 75
Diagram 24 Diagram 4.24..................................................................... 76
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Mohon Kesediaan Kepada Pembimbing
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Wawancara dan Penelitian
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 4 Angket Penelitian
Lampiran 5 Dokumentasi
xix
ABSTRAK
Nama Rabiatul Adawiyah, Judul Skripsi “Efektivitas Kegiatan
Keagamaan dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di Pondok
Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru”. Prodi Pendidikan Agama Islam,
tahun 2018.
Setiap orang mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda, seringkali kita
menganggap orang yang cerdas itu adalah orang yang mempunyai nilai
akademik yang tinggi, padahal kecerdasan seseorang tidak hanya dilihat dari
nilai. Ada beberapa macam kecerdasan diantaranya kecerdasan spiritual,
kecerdasan spiritual sering dikaitkan dengan keagamaan seseorang. Ada
banyak sekali kegiatan keagamaan diantaranya salat berjamaah, salat duha,
mempelajari kitab kuning. Dengan mengikuti kegiatan keagamaan yang ada
apakah dapat meningkatkan kecerdasan spiritual seseorang. Adapun rumusan
masalah pada penelitian yaitu apakah kegiatan keagamaan efektif dalam
meningkatkan kecerdasan spiritual di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri
Banjarbaru, untuk menjawab rumusan masalah tersebut digunakan jenis
penelitian kuantitatif. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa
terdapat korelasi yang cukup signifikan antara kegiatan keagamaan dan
kecerdasan spiritual, hal ini ditunjukan dengan r hitung lebih besar yaitu 0,40
dari r tabel pada taraf signifikan 5% yaitu 0,232, maupun pada taraf
signifikansi 1% = 0,302. Dengan demikian kegiatan keagamaan cukup
efektif untuk meningkatkan kecerdasan spiritual.
Kata kunci: Kegiatan Keagamaan dan Kecerdasan Spiritual
top related