diteri1na -...
Post on 04-May-2019
245 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERBEDAAN PRASANGKA ANT AR KELOMPOK PADA MAHASISWA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) DAN MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI (STAHN)
DI MATARAM NUSA TENGGARA BARAT
SKRIPSI
~_, Diteri1na _,~,l':-,..,._--"-"-c:;r""''~-. dari T,L • "''.;2_': ;i·~ ""'"
Oleh:
SY AMS UL HADI
NIM: 102070026024
: '.'·",'''' • ~(8. ~ 01~Q£:9
FAKUL TAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGER1I
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1429 H / 2008 M
PERBEDAAN PRASANGKA ANTAR KELOMPOK PADA MAHASISWA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) DAN MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI (STAHN)
DI MATARAN NUSA TENGGARA BARAT
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Pembimbing I,
· .. ·\\/ i\ \c ' )//
Prof. Ha~ctin Yasun, M. Si /'1
NIP. 130 351 146
Oleh:
SYAMSUL HAD!
NIM: 102070026024
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing II,
~1zi Saloom, M. Si
NIP. 150 389 379
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS !SLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1429 H / 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul PERBEDAAN PRASANGKA ANTAR KELOMPOK PADA MAHASISWA INSTITUT AGAMA !SLAM NEGERI (IAIN) DAN MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI (ST AHN) DI MATARAN NUSA TENGGARA BARAT telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 Mei 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 29 Mei 2008
I Sidang Munaqasyah
Ketua erkingkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
M.Si
NIP. 150 238 773
Anggota:
NIP::>"f30 351 146
Perlibimbing I, I
F'embimbing II,
~zi Saloom, M. Si
NIP. 150 389 379
MOTTO
Praktis Dalam Berpikir,
Ideal Dalam Bekerja,
SELALU BERSYUKUR !
Karya inf saya persembahkan untuk: Ayahanda dan ibunda serta keluarga tercinta di Lombok,
Moga ananda dapat membalas jasa dan pengorbanan kalian, Do'a kalian adalah pelindung dalam melangkah
Abstraksi
(C) Syamsul Hadi
(A) Fakulta,; Psikologi (B)Mei 20G8
(D) Perbedaan prasangka antar kelompok pada mahasiswa lnstitut Agama Islam Negeri (JAIN) dan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) di Mataram Nusa Tenggara Barat
(E) Ha/aman +85 (F) Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan orang lain sehingga terjadi
interaksi sosial. Namun dalam kehidupan masyarakat yang majemuk terdiri dari beraneka ragam kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan dan agama yang berbeda, terkadar.g terjadi persaingan dan pertentangan yang dapat menimbulkan ketidakharmonisan sosial. Persaingan dan pertentangan ini muncul karena setiap kelompok masyarakat memiliki kepentingan yang berbeda.
Ketika kepentingan-kepentingan tersebut tidak kompatibel, maka respon psikologis sosialnya cenderung negatif seperti sikap berprasangka, penilaian terbias, dan perilaku bermusuhan. Akan tetapi ketika kepentingan-kepentingan tersebut kompatibel atau lebih baik, maka reaksinya akan lebih positif, misalnya toleransi, adil dan ramah. Semakin jauh jarak perbedaan ini, maka semakin kuat prasangka yang akan muncul karena manusia memiliki kecenderungan untuk mementingkan diri dan kelompoknya sendiri (egoistis). Hal ini melahirkan rasa in groups atau we groups yang berlawanan dengan rasa out groups atau they groups yang bermuara pada sikap etnosentrisme karena kesamaan ras, agama atau asal usul. Kesamaan ras, agama, atau asal usul ini secara tidak langsung telah menjadi identitas suatu kelompok. Selanjutnya identitas sosial tersebut akan membentuk citra diri para anggotanya sehingga menyiratkan bahwa ingroup dianggap sebagai yang terbaik dibanding kelompok diluarnya (outgroup).
Dengan penjelasan di atas dapat diperkirakan bahwa adanya hubungan antara terjadinya konflik dengan lahirnya sikap berprasangka dan sebaliknya prasangka dapat menciptakan konflik antarkelompok. Sedangkan identitas sosial yang didapat dalam sebuah kelompok dapat memperkuat prasangka yang telah ada. Kemudian, bagaimana dengan mahasiswa sebagai generasi muda yang merupakan e;alon intelektual dan memiliki intelegensi tinggi? Apakan dengan adanya perbedaan identitas tetap memiliki prasangka terhadap kelompok mahasiswa lain yang bisa memicu timbulnya konflik?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak ada perbedaan prasangka antarkelompok pada mahasiswa Jnstitut Agama Islam Negeri (JAIN) Mataram dan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mataram. Subyek dalam penelitian ini mahasiswa dan mahasiswa yang kuliah
di IAIN Mataram dan STAHN Mataram. Pada penelitian ini mahasisvra diminta mengisi angket yang telah disediakan sesuai dengan apa yang dirasakan dan dipikirkan tentang kelompok mahasiswa lainnya. Penelitian ini dilakukan di Kampus lnstitut Agama Islam Negeri (IAIN) dan Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) di Mataram Nusa Tenggara Barut dari bulan april se1mpai mei 2007.
Cara pengambilan sampel adalah dengan teknik kuota.. Teknik sampling ini tidak didasarkan pada strata atau daerah, tetapi berdasarkan pada jumlah yang telah ditentukan. Adapun besarnya jumlah sampel yang akan diteliti adalah 10% dari masing-masing jumlah populasi. Sehingga jumlah responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 285 orang di IAIN Mataram dan 35 orang di STAHN Mataram.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode komparatif (perbandingan), yaitu dengan membandingkan prasangka dua kelompok mahasiswa dengan background keagamaan berbeda di Mataram Nusa Tenggara Barat. Untuk mengumpulka.n data, peneliti menggunakan skala Likert. Karena data yang diaapat tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji mann-whitney sebagai uji beda hasiJ penelitian.
Dari penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah mahasiswa, peneliti menemukan bahwa; (1) Ada perbedaan prasangka antarkelompok pada mahasiswa lnstitut Agama Islam Negeri (IAIN) dan Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) di Mataram NTB, (2) Prasangka mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mataram /ebih besar dibandingkan dengan mahasiswa lnstitut Agama Islam Negeri (IAJN) Mataram, (3) Aspek afektif prasangka lebih besar memberikan pengaruh terhadap timbulnya prasangka daripada aspek kognitif dan aspek konatif.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan saran teoritis maupun praktis sehingga perlu dilakukan langkah-iangkah yang sistematis dan terprogram untuk meminimalisir prasang~;a-prasangka negatif yang ada di kalangan mahasiswa di Mataram. Selain itu, pembauran antar kelompok di Mataram dapat terwujud untuk menciptakan masyarakat yang integratif.
(G) Daftar Bacaan: 32
KAT A PEN GANT AR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang masih menganugerahkan kesempatan dengan berbagai nikmat-Nya dalam berbagai macam situasi dan kondisi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat dan salam atas Rasulullah SAW, seorang utusan Allah yang telah menjadi suri tauladan dan pedoman hidup bagi umat manusia dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah di mul<a bumi ini.
Penulisan skripsi yang berjudul "perbedaan prasangka antarkelompok pada mahasiswa lnstitut Agama Islam Negeri (IAIN) dan rnahasiswa Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) di Mataram Nusa Tenggara Barat" ini bertujuan untuk memperoleh gelar sarjana psikologi. Sedangl<an terns prasangka dalam skripsi ini bukanlah tema bariJ dalam kajian tentang hubungan antar kelompok sehingga banyak peneliti yang telah mengkajinya secara l<ompherensif. Hal ini karena prasangka rnerupakan potensi terpendam yang sewaktu-waktu dapat muncul ke permukaan dalam bentuk konflik sosial yang dapat mengganggu integrasi masyarakat. Kajian psikologi sosial tentang prasan!Jka sangat penting dalam menciptakan kondisi masyarakat yang harmonis dalarn kehidupan masyarakat yang majemuk dengan berbagai latar belakang kebudayaan, ideologi, dan suku yang berbeda.
Selanjutnya, dalam proses penelitian sarnpai penulisan skripsi ini penulis sangat merasakan banyaknya hambatan yang ditemukan, terutama ketika berada di lapangan. Sehingga banyak pihak yang sangat berperan dalarn penyelesaiannya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah medukung dan mernberikan bantuan bail< secara moril maupun mnteril, diantaranya: 1. lbu Ora. Netty Hartati, M. Si, selaku Oekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2. /bu Ora. Zahratun Nihayah, M. Si, selaku Pudek I Fakultas Psikologi dan Dosen
Pembimbing Akadernik penulis. 3. Bapak Prof. Hamdan Yasun dan Gazi Saloom, M. Si, selaku pernbimbing I dan
II yang telah banyak mernberikan surnbangan saran sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.
4. Para dosen dan seluruh staf karyawan fakultas psikologi UIN Jakarta yang telah rnembekali penulis dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang tak ternilai harganya.
5. Rektor, dosen, dan mahasiswa IAIN rnataram yang telah bekerja sam.3 sehingga penulis mendapatkan sernua informasi dan data yang dibutuhkan.
6. Ketua, dosen, dan mahasiswa STAHN Mataram yang telah rnembantu penulis dalam menghimpun informasi dan data yang dibutuhkan dalam penuli.san skripsi ini.
7. Orang tua tercinta, ayah dan ibu sekeluarga di Lombok, yang dengan penuh kesabaran menanti kelulusan penulis sehingga banyak pengorbanan yang diberikan, lahir batin maupun moril materil.
8. Riana Nur Wahyuni dan keluarga, yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Teman-teman lkatan Mahasiswa Sasak (IMSAK) Jakarta, khususnya Aciem yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk menggunakan komputernya selama berbulan-bulan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Teman-teman kelas C angkatan 2002 dan teman-teman HMI Komisariat Psikologi, terima kasih telah memberikan pengalaman hidup yang tak ternilai harganya selama ini.
Akhirnya, Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya Pemda Kodya Mataram dan segenap civitas akademika serta mahasiswa JAIN Mataram dan STAHN Mataram.
Ciputat, 2008
Penulis
DAFTAR ISi
Halaman Judul
Halaman Persetujuan ii
Halaman Pengesahan iii
Motto iv
Abstract v
Kata Pengantar vii
Daftar lsi ix
Daftar Tabel xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1 - 14
1.1. Latar Belakang Masalah.................... .. . . . . . .. . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . . . ... . .. 1
1.2. ldentifikasi Masalah ................................................................ 9
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 10
1.3.1. Pembatasan Masai ah ................................................... 10
1.3.2. Perumusan Masalah ..................................................... 11
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 12
1.4.1. Tujuan Penelitian .......................................................... 12
1.4.2. Manfaat Penelitian .. ... ... ... . . .. .. . ..... .. ... . . . .. . ... .... ... . .... ....... 12
1.5. Sistematika Penulisan ............................................................ 13
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 16 - 44
2.1. Dekskripsi Teoritik .................................................................. 16
2.1.1. Prasangka ..................................................................... 16
2.1.1.1. Pengertian Prasangka dan
Komponen Kognitif, Afektif dan Kognitif ............. 16
2.1.1.2. Kategorisasi dan Stereotip ................................. 23
2.1.1.3. Sumber Penyebab Prasangka ........................... 28
2.1.1.4. Teori Tentang Prasangka .................................. 33
2.1.2. Mahasiswa .................................................................... 37
2.2. Kerangka Berpikir ................................................................... 41
2.3. Hipotesis ................................................................................. 45
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 46-59
3.1. Jenis Penelitian ...................................................................... 46
3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian .............................. 46
3.1.2. Definisi Variabel dan Operasional Variabel ................... 47
3.1.2.1. Definisi Variabel ............................................... 47
3.1.2.2. Operasionalisasi Variabel ................................ 48
3.2. Pengambilan Sampel ............................................................. 49
3.2.1. Populasi dan Sampel .................................................... 49
3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel.. ....................................... 50
3.3. Pengumpulan Data ................................................................. 51
3.3.1. Metode dan lnstrumen Penelitian .................................. 52
3.3.2. Teknik Uji lnstrumen ..................................................... 54
3.4.Teknik Analisa Data ................................................................ 56
3.5. Lokasi Penelitian .................................................................... 57
3.6. Prosedur Penelitian ................................................................. 57
BAB 4 PRESENT ASI DAN ANALISA DAT A 60- 78
4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ...................................... 60
4.1.1. Kategorisasi Subjek di IAIN Mataram ............................ 62
41.2. Kategorisasi Subjek di ST AHN Mataram ....................... 64
4.2. Presentasi Data ...................................................................... 65
4.2.1. Uji lnstrumen Penelitian ................................................ 65
4.2.2. Uji Persyaratan .............................................................. 67
4.2.2.1. Uji Normalitas .................................................. 67
4.2.2.2. Uji Homogenitas .............................................. 70
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 71
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 79- 87
5.1. Kesimpulan ............................................................................. 79
5.2. Diskusi ................................................................................... 79
5.3. Saran ...................................................................................... 84
DAFT AR PUST AKA
LAMPI RAN
DAFT AR T ABEL
TABEL Halaman
1. Proses tiga ta hap dalam teori identitas sosial. ........................ 35
2. Bagan kerangka berpikir ......................................................... 44
3. lndikator prasangka ................................................................ 48
4. Skar setiap kategori jawaban .................................................. 53
5. Blue print prasangka ............................................................... 53
6. Jumlah mahasiswa IAIN Mataram
tahun akademik 2006/207 ...................................................... 60
7. Jumlah mahasiswa STAHN Mataram
tahun akademik 2006/2007 .................................................... 61
8. Kategori subjek di IAIN berdasarkan jenis kelamin ................. 62
9. Kategori subjek di IAIN berdasarkan usia ............................... 53
10. Kategori subjek di IAIN berdasarkan fakultas ......................... 63
11. Kategori subjek di STAHN berdasarkan jenis kelamin ............ 34
12. Kategori subjek di STAHN berdasarkan usia .......................... 64
13. Kategori subjek di STAHN berdasarkan fakultas/PS .............. 65
14. Item-item valid hasil uji coba ................................................... 66
15. Nilai uji normalitas ................................................................... 68
16. Nilai uji homogenitas ............................................................... 70
17. Nilai uji mann whitney .............................................................. 72
18. Nilai perbedaan prasangka pada mahasiswa
IAIN dan STAHN Mataram ..................................................... 73
19. Nilai Rata-rata perbedaan prasangka pada mahasiswa
IAIN dan STAHN Mataram ..................................................... 73
20. Nilai besarnya pengaruh aspek-aspek prasangka
secara gabungan .................................................................... 75
21. Nilai hubungan setiap aspek prasangka ................................. 76
22. Nilai besarnya pengaruh masing-masing aspek prasangka ... 77
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari senantiasa ada interaksi sosiaJ antarindividu,
antarkelompok, atau antarbangsa. Hubungan ini merupakan suatu dinamika
tersendiri dan diwarnai oleh bennacam-macam sikap, pandangan maupun
tingkah laku. Adanya interaksi sosial merupakan wujud eksistensi manusia
sebagai makhluk sosial yang memiliki ketergantungan terhadap orang lain
dalam memenuhi segala kebutuhannya. lnteraksi sosial dapat terjadi antara
individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan antara
kelompok dengan kelompok.
Adapun materi dalam interaksi ini tergantung pada motivasi dan tujuan
terjadinya interaksi tersebut. Dengan sendirinya dalam interaksi ini ada
hubungan timbal balik, di mana terlihat bentuk-bentuk dari komunikasi antar
kedua obyek. Bentuk komunikasi ini dapat bersifat penul1 dengan
kehangatan, kebencian, atau agresifitas yang semuanya ini merupakan
dimensi dari interaksi sosial dan komunikasi sosial.
2
Djamaludin Ancok (2004) menjelaskan bahwa dalam suatu rnasyarakat yang
terdiri dari berbagai kelompok akan menimbulkan berbagai jenis bentuk
interaksi. Secara teoritik ada em pat jenis interaksi antarkelompok, yakni
pertentangan (conflict), kerjasama (cooperation), persaingan (competition),
dan saling mengisi (accommodation). Menurut para ahli, misalnya Smelser
(dalam Ancok, 2004), adanya kelompok dan pengelompokan dalam
kehidupan masyarakat merupakan faktor pendukung terjadinya
ketidakharmonisan sosial yang bersumber dari persain9an dan pertentangan.
Akan tetapi, dengan melihat bentuk-bentuk interaksi di atas dapat dikatakan
bahwa hadirnya berbagai macam kelompok dalam suatu masyarakat dapat
menjadi tantangan sekaligus berkah dalam proses pembangunan bangsa.
Dikatakan sebagai tantangan apabila bentuk interaksi yang terjadi adalah
pertentangan dan persaingan, sedangkan interaksi sosial dalam bentuk
kerjasama dan saling mengisi akan dapat mewujudkan integrasi masyarakat.
Artinya, kekompakan semua kelompok masyarakat sangat penting dalam
menciptakan kondisi masyarakat yang integratif.
3
Dengan demikian, integrasi masyarakat dapat diartikan sebagai adanya
kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dani individu, keluarga,
dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan
persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama-sama
dijunjung tinggi. Oalam proses ini, menurut Soelaeman (2005) akan terjadi
akomodasi, asimiliasi, dan berkurangnya prasangka-prasangka di antara
anggota masyarakat secara keseluruhan. Namun hal tetrsebut tidak semudah
membalik kedua belah tangan karena seringkali terbentur atau terhambat
oleh perbedaan kepentingan kelompok yang seringkali menimbulkan
ketidakharmonisan sosial yang bersumber dari pertentangan dan persaingan
terse but.
Pertentangan dan persaingan antarkelompok atau anggota masyarakat ini
mungkin terjadi antara generasi tua dengan generasi muda atau antar
generasi muda. Menurut Abu Ahmadi (2000), pertentannan-pertentangan itu
kerapkali terjadi, apalagi pada masyarakat yang sedang berkembang dari
tahap tradisional ke tahap modern. Generasi muda yang1 belum terbentuk
kepribadiannya lebih suka mengadopsi hal-hal baru yan!J memberikan
tantangan dan menyenangkan tanpa melihat standar no1"matif masyarakat
sehingga mereka tidak ragu untuk memperjuangkan segala hal yang menurut
mereka ideal untuk diperjuangkan.
4
ldealisme generasi muda ini biasanya akan lebih kuat apabila didukung oleh
kepentingan kelompok. Sebaliknya perbedaan kepentingan kelompok bisa
menyebabkan persaingan antar idealisme yang dapat berujung pada konflik
terbuka atau konflik tertutup dalam bentuk prasangka 11egatif terhadap
kelompok lain. Seperti yang diungkapkan Campbell dengan teorinya Realistic
Group Conflict (dalam Rupert Brown, 2005), bahwa sikap dan perilaku
antarkelompok cenderung merefleksikan kepentingan kelompok. Ketika
kepentingan-kepentingan tersebut tidak kompatibel atau ketika salah satu
kelompok memperoleh sesuatu dengan mengorbankan kelompok lainnya,
maka respon psikologis sosialnya cenderung negatif seperti sikap
berprasangka, penilaian terbias, dan perilaku bermusulhan. Akan tetapi ketika
kepentingan-kepentingan tersebut kompatibel atau lebih baik sehingga salah
satu kelompok hanya dapat memperoleh sesuatu dengan bantuan :{efompok
lainnya, maka reaksinya akan lebih positif, misalnya toleransi, adil clan ramah.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa perilaku berprasangka (konflik
tertutup) dilahirkan dari persingan kepentingan antarkelompok. Suatu
kepentingan dapat berbentuk kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok
(sosial). Namun sesuai yang diungkapkan Campbell di atas, kepentingan
pribadi akan merefleksikan kepentingan kelompok jika berada dalam satu
kelompok yang telah menjadi identitas sosial mereka. Sehingga identitas
sosial ini cenderung akan mengarahkan perilaku individu agar sesuai dengan
5
harapan kelompoknya. Hal ini karena individu tersebut akan mengidentifikasi
dirinya sebagai bagian dari sebuah kelompok dan menilai orang lain sebagai
bagian dari kelompok "itu" atau bukan.
Selanjutnya identitas sosial tersebut akan membflntuk Gitra diri para
anggotanya sehingga menyiratkan bahwa ingroup dianggap sebagai yang
terbaik dibanding kelompok diluarnya (outgroup). Kesuksesan atau
kegagalan kelompok akan menaikkan atau mengurangi self esteem para
anggotanya. Jadi, motif penting yang ada dibalik sikap dan perilaku
antarkelompok adalah motif untuk membentuk dan mempertahankan sebuah
identitas positif yang memuaskan.
Dari sini, ancaman terhadap identitas sosial akan direspon dengan
peningkatan usaha untuk membuat kelompok ingroup s1!makin berbeda
secara positif dari kelompok lain (outgroup). Bila ancaman tersebut cukup
kuat, maka differensiasi itu mungkin akan muncul dalam bentuk
pengekspresian bias ringan, di mana kelompok ingroup dan outgroup
dievaluasi secara positif, sampai dalam bentuk sikap dari perilaku
antarkelompok yang memandang rendah secara terbuka yang disebut
prasangka. Selain itu, efek identitas yang terancam ini juga akan mengancam
self esteem para anggotanya sehingga tidal< jarang terjadi disintegrasi atau
konflik antarkelompok.
6
Untuk lebih menggambarkan efek identitas terancam ini berikut dikemukakan
kejadian atau konflik yang pernah terjadi di Mataram:
Konflik antara masyarakat Bali di Karang Lelede dan masyamkat Sasak di Karang Tapen pada tahun 2003 bermula dari konflik individu antara seorang warga Bali dari luar wilayah Cakranegara dengan seorang warga Sasak dari Sekarbela. Pemicu konflik ini adal<1h peristiwa saling senggol antara kendaraan warga Bali dan warga Sasak itu. Kejadian ini berlangsung di luar wilayah Karang Lelede dan Karang Tapen, yakni di wilayah Sekarbela. Peristiwa tersebut berlanjut dengan cekcok mulut dan diikuti dengan perkela1'1ian yang tid:;ik seimbang antara kedua pelaku konflik. Warga SEikarbela yang terdesak dalam perkelahian tersebut kemudian bertandang ke kampung Karang Tapen untuk meminta bantuan. lsu yang berkembang pada waktu itu adalah adanya oran!J Islam yang diserang oleh orang Hindu. Maksud disebarluaskannya isu tersebut adalah untuk memancing emosi dan solidaritas agama masyarakat Karang Tapen (M. Natsir, dkk., 2005: 18)
Selain peristiwa tersebut, peneliti juga mendapat informasi bahwa pada awal
tahun 2006 pernah terjadi bentrokan antara umat Islam dan umat Hindu di
Kelurahan Karang Jangkong dan Karang Pule Mataram. Bentrokan dipicu
oleh permasalahan sepe/e oleh pemuda masing-masing kelompok, yakni
ketersinggungan seorang warga hindu dengan perilaku pemuda muslim yang
mengendarai sepeda motor dengan kencang (ngebut). Selanjutnya
berkembang menjadi masalah kolektif, menyebar ke seluruh penduduk
dengan isu antara lain yaitu kampung mereka akan diserbu. lsu itulah
kemudian membangkitkan solidaritas masyarakat untuk bersama-sama
membela kampung mereka.
7
Menurut asumsi peneliti, konflik tersebut bisa meluas karena masing-masing
kelompok merasa memi1iki identitas yang sama, yakni identitas agama Islam
dan Hindu. Karena merasa identitas kelompoknya terancam oleh kelompok
lain, maka para anggota kelompok masing-masing memiliki tanggung jawab
untuk mempertahankan harga diri kelompok dan anggotanya. Hal ini sesuai
dengan penjelasan Brown (2005) bahwa ada hubungan antara identitas dan
self esteem anggota suatu kelompok. lni juga menunjukkan interes, seberapa
tinggi rasa simpati anggota pada kelompoknya.
Di samping itu, konflik dapat muncul ke permukaan antara lain dimungkinkan
karena adanya perbedaan persepsi dan perilaku yaitu dalam bentuk
prasangka. Adanya prasangka masing-masing lcelompok merupakan bentuk
pertahanan harga diri ketika identitasnya terancarn oleh kelompok lain.
Sebagaiman menurut Sherif (dalam Brown, 2005) bahwa pra~angka berakar
pada konflik kepentingan riil atau konflik yang diterima tentang keberadaan
konflik kepentingan antara sebuah kelompok dengan kelompok lain. Selain
itu, Kimbal Young (dalam Abu Ahmadi, 2000) menyatakan bahwa prasangka
mempunyai ciri khas pertentangan antarkelompok yang clitandai oleh kuatnya
ingroup dan outgroup.
Dengan penjelasan di atas dapat diperkirakan bahwa adanya hubungan
antara terjadinya konflik dengan lahirnya sikap berprasangka dan sebaliknya
8
prasangka dapat menciptakan konflik antarkelompok. Sedangkan identitas
sosial yang didapat dalam sebuah kelompok dapat memperkuat prasangka
yang telah ada. Kemudien, bagaimana dengan mahasiswa sebagai generasi
muda yang merupakan calon intelektual dan memiliki intelegensi tinggi?
Apakan dengan adanya perbedaan identitas tetap merniliki prasangka
terhadap kelompok mahasiswa lain yang bisa memicu timbulnya konflik?
Ataukah dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki dapat mengikis prasangka
yang ada karena konflik masa lalu?
Yang jelas menurut Alex Sobur (2003) bahwa prasangka terhadap manusia
lain bukanlah suatu tanggapan yang dibawa sejak lahir, tetapi yang dipe/ajari.
Singkatnya, kita belajar dari orang lain rnenggunakan jalan pintas mental
untuk berprasangka. Se'anjutnya Alex Sobur (2003) menjelaskan bahwa
sebagai anak-anak, kita melalui tahap-tahap yang disebut para psikolog
sebagai proses modeling, identifikasi, dan sosialisasi. Selama proses inilah
prasangka bisa diperoleh.
Sementara itu ada pendapat yang menyebutkan bahwa orang yang memiliki
intelegensi tinggi lebih sulit berprasangka karena orang-orang seperti ini
bersifat dan bersikap kritis (Abu Ahmadi, 2003). Selain itu, menurut Wibowo
(1988) bahwa semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang semakin besar
kemungkinan ia akan bertindak lebih obyektif dalam memberikan penilaian
atau membangun kesannya mengenai obyek stimulus, hal ini dikarenakan
orang yang cerdas cenderung lebih hati-hati serta berupaya untuk
menghimpun informasi yang lebih lengkap sebelum menarik suatu
kesimpulan.
9
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti
bermaksud melakukan penelitian tentang "Perbedaan Prasangka
Antarkelompok Pada Mahasiswa lnstitut Agama Islam Negeri (IAIN) dan
Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Hindu Nc~geri (STAHN) di Mataram
Nusa Tenggara Barat''.
1.2. ldentifikasi Masalah
Berdasarkan Jatar belakang masalah, maka masalah penelitian ini dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan prasangka pada mahasiswa lnstitut Agama Islam
Negeri (IAIN) dan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri
(STAHN) di Mataram?
2. Kelompok mahasiswa manakah yang memiliki pra$angka lebih besar?
3. Seberapa besar komponen prasangka (kognitif, afektif dan konatif)
berpengaruh terhadap prasangka antarkelompok pada mahasiswa IAIN
Mataram dan STAHN Mataram?
4. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pembatasan masalah yaitu menetapkan suatu masalah yang telah
diidentifikasi dan ruang lingkupnya untuk dijadikan inti dalam penelitian.
Sedangkan perumusan masalah akan menguraikan secara jelas masalah
yang akan diteliti.
1.2.1. Pembatasan masalah
1.2.1.1. Prasangka
Secara umum prasangka dapat berkonotasi positif maupun negatif. Dalam
10
penelitian ini akan difokuskan pada kedua jenis prasan~1ka tersebut walaupun
prasangka negatiflah yang memungkinkan terjadinya konflik antarkelompok.
Sedangkan prasangka yang dimaksud dalam penelitian ini adalah prasangka
berdasarkan identitas keagamaan masing-masing kelompok mahasiswa. Hal
ini karena orang sasak secara umum menyebut orang h1indu dengan sebutan
orang Bali, terlepas orang Bali tersebut beragama hindu atau bukan. Oleh
karena itu, prasangka diartikan sebagai suatu sikap, perasaan dan evaluasi
seseorang atau sekelompok orang baik positif maupun negatif terhadap
seseorang atau kelompok lain semata-mata karena orang tersebut
merupakan anggota kelompok lain yang berbeda dengan kelompokr1ya
sendiri (Sarlito, 2006).
11
Selanjutnya dalam penelitian ini yang menjadi objek pnasangka adalah
mahasiswa JAIN Mataram dan STAHN Mataram. Artinya, ketika mahasiswa
JAIN Mataram berprasangka maka mahasiswa STAHN Mataram merupakan
objek prasangka. Sedangkan ketika mahasiswa STAHi\! Mataram
berprasangka maka objeknya adalah mahasiswa IAIN 11/lataram.
1.2.1.2. Mahasiswa
Yang dimaksud mahasiswa adalah individu yang terdaftar dan belajar di
universitas atau perguruan tinggi tertentu. Akan tetapi, dalam penelitian ini
dibatasi pada mahasiswa yang terdaftar.dan aktif sebagai peserta didik ai
JAIN Mataram dan STAHN Mataram dengan tingkat 02, 03, dan strata satu
(81) pada tahun ajaran 2006/2007. Penelitian ini <:1kan dilakukan pada
kelompok mahasiswa lnstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram dan
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mataram.
1.2.2. Perumusan masalah
Berdasarkan batasan permasalahan di atas, maka penelitian ini akan
berusaha menjawab pertanyaan "Apakah Ada Perbedaa"l Prasangka
Antarkelompok Pada Mahasiswa lnstitut Agama Islam NHgeri (IAIN) dan
Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHl\I) di Mataram Nusa
Tenggara Bara!?".
12
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian akan menjelaskan secara spesifik apa yang ingin dicapai
dalam penelitian ini. Bagian ini juga memuat manfaat teoritis maupun praktis
dari hasil penelitian.
1.3.1. Tujuan penelitian
Sesuai dengan tema penelitian ini, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Mengetahui apakah ada perbedaan prasangka pada kedua kelompok
mahasiswa tersebut.
2. Mengetahui kelompok mahasiswa manakah yang memiliki prasangka
lebih besar.
3. Mengetahui komponen prasangka (kognitif, afektif dan konatif) 111ana yang
lebih berpengaruh terhadap prasangka antarkelompok pada mahasiswa
JAIN Mataram dan STAHN Mataram.
1.3.2. Manfaat penelitian
1. Manfat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pengembangan teori-teori prasangka dalam kaitannya dengan dimensi-
dimensi teori yang mengkaji masalah interaksi sosial antar kelompok yang
berbeda.
2. Manfaat Praktis
13
Selain memberikan manfaat akademis, penelitian ini di11arapkan juga
memberikan sumbangan praktis terutama memperkaya hasil-hasil penelitian
dalam rangka mengidentifikasi hambatan-hambatan bagi berlangsungnya
proses pembauran dan menghindari terjadinya konflik antarkelompok. Selain
itu, mencoba memberikan gambaran prasangka yang tmjadi dalam interaksi
antarkelompok mahasiswa yang memiliki ideologi berbeda di Mataram Nusa
Tenggara Barat. Melalui pengidentifikasian tersebut, maka dipikirkan
pemecahan baik secara konseptual maupun operasional masalah-masalah
yang berkaitan dengan keanekaragaman kelompok mahasiswa dan
masyarakat.
1.4. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam sistematika penuJisan ini paneliti menggunakan sistematika yang
sudah baku dalam penulisan skripsi, yakni menggunakan petunjuk penulisan
skripsi baku yang diterbitkan khusus oleh Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
Bab 1 merupakan pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang masalah,
perumusan masalah penelitian yang berupa batasan serta perumus.:in
masalah, tujuan penelitian, serta sistematika penulisan.
14
Bab 2 merupakan kajian pustaka yang berisikan segala teori yang menunjang
penelitian kali ini. Bab ini berisikan mengenai prasangka, kategorisasi dan
stereotip, sumber penyebab prasangka, teori tentang prasangka yang
digunakan dalam penelitian dan tentang mahasiswa. Bab ini dilengkapi
dengan kerangka berpikir dan hipotesis dari penelitian ini.
Bab 3 merupakan metocJologi penelitian. Bab ini meliputi metode yang tepat
untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian. Termasuk
didalamnya adalah pendekatan penelitian, metode yanu dipakai, populasi,
serta samplingnya, dan terdapat pula metode analisa
data.
BAB 4 merupakan presentasi dan analisa data. Pada bab ini dijelaskan dan
dijabarkan data hasil penelitian yang telah didapatkan b1~rikut analisa data
berdasarkan statistika.
BAB 5 berisikan kesimµulan, diskusi dan saran. Pada bab akhir ini peneliti
menyimpulkan seluruh data yang diperoleh dari penelitian dan
menganalisanya dengan teori-teori yang terkait dengan penelitian ini serta
menyampaikan saran berdasarkan atas proses dan hasil penelitian yang
peneliti lakukan.
15
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab kedua ini, peneliti akan menguraikan tentang deskripsi teoritik,
kerangka berpikir, dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian.
2.1. Deskripsi Teoritik
Dalam deskripsi teoritik ini akan dijelaskan tentang landasan teori tentang
prasangka yang digunakan dalam penelitian ini.
2 .1.1 . Prasangka
2.1.1.1. Pengertian prasangka dan komponen kognitif, afektif dan konatif
Prasangka atau prejudice berasal dari l<ata Latin prejudicium, yang
pengertiannya sekarang mengalami perkembangan sebagai berikut
(Soelaeman, 2005):
a. Semula diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan di :imbil atas
dasar pengalaman masa lalu.
b. Dalam bahasa inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa
penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-(Jesa atau tidak
matang.
17
c. Untuk mengatakan prasangka, dipersyaratkan pelibatan unsur emosional
(suka-tidak suka) dalam keputusan yang telah diambil tersebut.
Selanjutnya secara harfiah, prasangka dapat diberi arti atau diberi pandangan
dengan prapendapat, anggapan dasar, purbasangka, pendapat pendahuluan
dan sebagainya. Oleh karena sifat prasangka yang belum menetap, maka
prasangka dapat menjurus pada pengertian yang baik dan yang jelek, positif
dan negatif, sehingga merupakan pendapat yang bisa berubah-ubah atau
diubah, dipengaruhi, dan juga dapat digunakan untuk rnenafsirkan segala
fakta tanpa berdasarkan fakta yang meyakinkan (Alex Sobur, 2003). Artinya,
prasangka dapat diubah dan rnengubah fakta yang diterima dan
dikumpulkan, yang rnungkin positif rneyakinkan atau negatif mengaburkan
atau juga menguntungkan dan merugikan serta melemahkan.
Allport (dalam Mar'at, 1982) rnengatakan bahwa sikap prasangka bersifat
"thinking ill of the others". Perkataan tersebut mengimplikasikan bahwa
dengan prasangka , seseorang atau sekelompok orang menganggap buruk
atau memandang negatif orang lain secara tidak rasional. Selain itu definisi
prasangka yang berkonotasi negatif juga ditemukan pada definisi-definisi
yang dikemukakan oleh ahli-hali lain.
18
Seperti yang diungkapkan oleh Baron & Byrne (dalam Sarwono, 20(12) bahwa
prasangka adalah sikap yang negatif terhadap kelompok tertentu at<iu
seseorang, semata-mata karena keanggotaannya dalam kelompok tertentu.
Sedangkan menurut Sherif & Sherif, seperti yang dikutip Alex Sobur (2003),
prasangka adalah suatu istilah yang menunjuk pada sikap yang tidak
menyenangkan (unfavourable attitude) yang dimiliki oleh anggota suatu
kelompok terhadap kelompok lain berikut anggota-angf1otanya yang
didasarkan atas norma-norma yang mengatur perlakuan terhadap orang
orang di luar kelompoknya. Taylor, dkk (dalam Simo Walgito, 2002)
mendefinisikan prasanglca sebagai evaluasi kelompok atau seseorang yang
mendasarkan diri pada keanggotaan di mana seseoran!~ tersebut menjacli
anggotanya, prasangka ini mengarah pada evaluasi nef1atif.
Sementara itu Brehm & Kassin (dalam Tri Dayakisni dan Hudaniah, 2003)
berpendapat bahwa prasangka adalah perasaan negatif yang ditujukan
terhadap seseorang berdasar semata-mata pada keang1Jotaan mereka dalam
kelompok tertentu. Kimbal Young (dalam Abu Ahmadi, 2000) menyatakan
bahwa prasangka mempunyai ciri khas pertentangan antara kelompok yang
ditandai oleh kuatnya ingroup dan outgroup. Di samping itu, Harding dkk,
seperti yang dikutip Alex Sobur (2003), mendefinisikan prnsangka sebagai
sikap yang tidak toleran, tidak fair, atau tidak favourable terhadap
sekelompok orang.
19
Berdasarkan pengertian-pengertian prasangka yang clikemukakan oleh para
ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prasangka merupakan "suatu
sikap, perasaan, atau evaluasi negatif individu atau kelompok terhadap
seseorang atau kelompok tertentu di luar kelompoknya."
Seperti halnya semua sikap, prasangka terdiri dari tiga unsur, yaitu kognitif,
emosi dan perilaku (Matt Jarvis, 2006). Berikut dijelasl<an ketiga unsur
tersebut:
1. Komponen kognitif
Komponen kognitif berisi persepsi, belief, dan harapan individu terhadap
berbagai kelompok sosial. Belief dan harapan yang ditujukan pad a anggota
dari kelompok tertentu dapat beragam sejalan dengan dimensi yang
dimilikinya. Dimensi tersebut di antaranya adalah simple, tidak akurat, dan
dipegang banyak orang. Suatu belief yang simple, tidak akurat, dan
dipegang banyak orang disebut sebagai suatu stereotip (Endang Sulaiman,
1998). Stereotip sebagai komponen kognitif merupakan keyakinan tentang
sifat-sifat pribadi yang dimiliki orang dalam kelompok atau kategori sosial
tertentu (Sears dalam Eko Sumarno, 2003).
Disamping itu, Abu Ahmadi (2002) menjelaskan bahwa l<omponen kognitif
berhubungan dengan gejala mengenal pil<iran, yaitu beri<aitan dengan
20
pengetahuan, pengalaman, pandangan, dan keyakinan serta harapan
harapan individu tentang obyek atau kelompok obyek tertentu. Penge!ahuan
yang dimiliki tentang objek sikap tersebut terlepas benar atau salah
(Soelaeman, 2005). Dengan kata lain, berhubungan dengan bagaimana
orang mempersepsi terhadap objek sikap sehingga disebut juga komponen
perseptual (Walgito, 2002).
Komponen ini juga berhubungan dengan beliefs, ide, dan konsep yang
pertama-tama berhubungan langsung dengan pemikiran dan penalaran
seseorang (Mar'a!, 1984). Beliefs (kepercayaan) yang sanga! pen!ing
bergantung pada sistem sikap yang merupakan evaluative beliefs; mencakup
cirri-ciri menyenangkan atau tidak menyenangkan, menguntungkan atau tidak
menguntungkan, berkualitas baik atau buruk dan belie·fs tentang cara
merespons yang sesuai dan tidak sesuai terhadap objek (Alex Sobur, 2003).
2. Komponen afek!if
Komponen afektif merujuk pada emosionalitas terhadap objek. Objek
dirasakan sebagai sesuatu yang menyenangkan atau tidak menyenangkan,
disukai atau tidak disukai (Alex Sobur, 2003 & Bimo Walgito, 2002).
Termasuk di dalamnya friendliness dan unfriendiiness terhadap obyek
prasangka dan perasaan-perasaan tertentu yang memberikan corak
afeksinya. Pada sisi yang positif perasaan ini antara lain dapat berbentuk
rasa bangga, simpati, kedekatan atau identifikasi. Sed;angkan pada sisi
negatifnya dapat berbentuk perasaan-perasaan jijik, takut, iri, tersaingi,
antipati, dan bahkan benci terhadap individu atau kelompok yang dijadikan
obyek prasangka (Endang Sulaiman, 1998).
21
Selanjutnya dalam komponen afektif ini akan selalu terlihat ego seseorang di
mana ego tersebut bersifat subyektif dalam posisi tertentu yang akhirnya
menentukan dimensi afektif. Scott (dalam Mar'at, 1984) mengukur dimensi
afektif ini berdasarkan konteks relevansi sebagai berikut:
a. Arah atau valensi dari sistem sikap akan menentukan perasaan positif
dalam rangka pemberian suatu nilai, di samping itu perasaan negatif
akan menilai suatu sikap yang menghindar atau merusak.
b. lntensitas dari pengambilan sikap terhadap obyek ditentukan pula oleh
sistem sikapnya sendiri.
c. Sikap ambivalen akan menentukan perasaan positif dan negatif.
d. Arti daripada prasangka, stereotip dihayati sebagai suatu masalah yang
riil.
e. Derajat tindakan ai<an banyak ditentukan oleh komponen afektif yang
mewarnai keterlibatan diri sendiri.
Oleh karena itu, komponen afektif ini secara operasional akan mewarnai
penghayatan terhadap masalah-masalah berdasarkan perasaan dan
subyektivitasnya yang akan selalu melibatkan egonya dan merupakan
sumber terbentuknya sistem sikap dalam menentukan i:iistem norma dan
nilai.
3. Komponen perilaku (konatif)
22
Komponen konatif merupakan komponen yang berhubungan dengan
kecenderungan bertindak terhadap objek sikap, baik positif maupun negatif.
Sikap positif membuat seseorang akan membantu atau menolong maupun
menyokong objek. Sikap negatif berarti berusaha menghindari,
menghancurkan atau merugikan objek (Alex Sobur, 2003). Hal senada juga
diungkapkan oleh Abu Ahmadi (2002), bahwa kecenderungan tersebut bisa
dalam bentuk memberikan pertolongan, menjauhkan diri, dar, sebagainya.
Sedangkan Soelaeman (2005), mengartikan komponen ini sebagai
kecenderungan bertingkah laku bila bertemu dengan objek sikapnya, mulai
dari bentuk yang positif (tindakan sosialisasi) sampai pada yang sangat aktif
(tindakan agresif).
Komponen ini akan menentukan sebenarnya diskrepansi antara kor1ponen
kognitif dan komponen afektif. Terlihat bahwa dalam tindakan sejaul1 mana
peranan dari penalaran seseorang terhadap perasaan-perasaannya untuk
akhirnya menentukan tindakan-tindakan atau tinykah lal<Unya. Dalam hal ini
terlihat korelasi dari tingkat kemajuan kognitif dan afektif seseorang.
Terutama berdasarkan teori belajar masalah pengambilan keputusan banyak
23
ditentukan oleh pengalaman yang diolah secara rasional dan akhirnya
menentukan tindakan atau keputusan. Dengan sendirinya faktor lingkungan
sangat menentukan dalam pembentukan tindakan ini yang sejauh mana
mendukung pembentukan prasangka atau stereotip.
2.1.1.2. Kategorisasi dan stereotip
Dalam berpikir dan mempersepsikan sesuatu kita sering melakukan
penggolongan atau per,gelompokan. Proses pengambilan keputusan dengan
jalan pengelompokan benda ke dalam kelompok tertentu ini disebut
kategorisasi. Sedangkan proses pengkhususan kategori sampai pengambilan
keputusan disebut bracketing process atau proses penyempitan (Soelaeman,
2005). Kategorisasi ini berfungsi untuk mempermudah proses adaftasi
dengan lingkungan dan agar individu memiliki pedoman yang jelas dalam
bertingkah laku.
Alex Sobur (2003) menjelaskan bahwa kategorisasi pada dasarnya
merupakan suatu proses yang netral. Artinya, suatu benda ditetapkan dalam
kategori tertentu tetapi individu tidak ikut menilai. Jika individu ikut
memberikan penilaian, baik langsung maupun tidak langsung melalui proses
pelaziman (conditioning), kemungkinan besar gagasan atau gambaran
negatif akan melekat atau menetap pada orang tersebut Konsep yang
menetap inilah yang disebut dengan stereotip. Dengan demikian stereotip
24
dapat didefinisikan sebagai suatu tanggapan atau gambaran mengenai sifat
atau watak pribadi orang lain atau kelompok lain yang bercorak negatif akibat
kurangnya informasi dan sifatnya yang subyektif.
Sedangkan Feldman (dalam Sarwono, 2006) menyatakan bahwa
terbentuknya stereotip disebabkan oleh kategorisasi sosial. Dalam
kategorisasi sosial, individu menyederhanakan dunia sosial dengan
menggolong-golongkan berbagai hal yang dianggap m1~mpunyai ka1akteristik
yang sama ke dalam suatu kelompok tertentu. Sesuai clengan prinsip
heuristic, stereotip ini bermanfaat untuk mengefisienkan proses di dalam
kognisi seseorang, sehingga ia tidak perlu lagi berpikir terlalu sulit dan lama
sebelum bereaksi terhadap orang lain atau kelompok lain.
Baik secara teoritis maupun faktual, prasangka suli! dipisallkan dari stereotip.
Meminjam kata Lepore dan Brown seperti yang dikutip Sarwono (2006)
bahwa stereotip memang berhubungan dengan prasangka, yaitu prasangka
mengaktifkan stereotip dan stereotip menguatkan prasangka. Konsep
stereotip ini pertama kali diperkenalkan oleh Walter Lippman, seorang
komentator politik. Lippman dalam bukunya yang berjudul Public Opinion
menjelaskan bahwa stereotip merupakan suatu "gambaran dalam pikiran"
("pictures in our head") yang menyaring berita-berita, yang mempengaruhi
apa yang dimaksud oleh seseorang atau mempengaruhi cara pandang
seseorang (Alex Sobur, 2003).
25
Sherif & Sherif (dalam Koeswara, 1988) mendefinisikan stereotip sebagai
kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok terhadap gambaran
tentang kelompok lain berikut anggota-anggotanya. SeGara kogni!if, stereotip
adalah penggeneralisasian yang dilakukan hanya berdasarka11 keanggotaan
seseorang dalam suatu kategori kelompok tertentu (Santrock dalam
Sarwono, 2006). Samovar, seperti yang dikutip oleh Endang Kironosasi
(1996) menjelaskan stereotip sebagai sebuah keyakinan, kesan atau
bayangan mengenai suatu kategori atau kelompok orang-orang tertentu yang
terlalu digeneralisasikan, disederhanakan, atau dibesar-besarkan
berdasarkan pengetahuan yang kurang memadai. Sememtara itu George
Boeree (2006) mendefinisikan stereotip sebagai sekumpulan sifat-sifat
tertentu yang kita atributkan kepada sekelompok orang tanpa pertimbangan
rasional dan logis.
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, bisa disimpulkan bahwa
stereotip adalah "suatu keyakinan, gambaran, atau tangQapan mengenai sifat
atau watak orang lain atau kelompok lain yang terlalu digeneralisasikan
tanpa pertimbangan yang rasiona/ dan logis yang disebabkan o/eh
kategorisasi sosial dan sifatnya yang subyektif."
Salah satu cara yang banyal< dipergunakan untuk mer.yebarkan prasangka
ialah dengan perantara stereotip ini. Kebanyakan stemotip yang bersifat
kurang menyenangkan suatu kelompok diteruskan atau disebarkan secara
serampangan dan tanpa banyak dipikirkan dalam kehidupan sehari-hari.
dalam bentuk lelucon serta kebiasaan dalam cara berbicara.
26
Apa yang menyebabkan timbulnya stereotip? Hal ini dijelaskan oleh Baron
dan Paulus, seperti yang dikutip Alex Sobur (2003), ada beberapa faktor yang
tampaknya berperan. Pertama, sebagai manusia kita cenderung membagi
dunia ini dalam dua kategori; kita dan mereka. Lebih jauh, orang yang kita
persepsi sebagai di luar kelompok kita dipandang sebagai lebih mirip satu
sama lain karena kita kGkurangan informasi tentang mereka, kita cenderung
menyamaratakannya dan menganggapnya homogen. f(edua, stereotip
tampaknya bersumber dari kecenderungan kita untuk melakukan kerja
kognitif sesedikit mungkin dalam berpikir mengenai orang lain. Dengan
memasukkan orang ke dalam kelompok, kita dapat mengasumsikan bahwa
kita tahu banyak tentang mereka dan melupakan tugas kita untuk memahami
mereka sebagai individu.
Sementara itu Samovar (dalam Kironosasi, 1996) menyebutkan ada
beberapa dimensi dari stereotip, yaitu:
1. Arah (directon) adalah suatu penilaian dianggap sebagai positif atau
negatif, disenangi atau tidak disenangi.
2. lntensitas yaitu seberapa kuat akan suatu stereotip.
27
3. Ketepatan, artinya ada stereotip yang betul-betul tidak menggambarkan
kebenaran, ada yang setengah benar, dan ada yang sebagian saja tidak
tepat. Walaupun stereotip bisa betul-betul tidak menggambarkan
kebenaran, tetapi banyak juga stereotip yang berkembang didasarkan
pada pemantapan dan generalisasi yang berlebihan mengenai suatu
fakta, jadi ada unsur benarnya.
4. lsi (content), artinya sifat-sifat (karakter) te:ientu dihubungkan dengan
suatu kelompok. Tidak semua orang dalam kelompok menyandang
stereotip. Meskipun ada beberapa stereotip yang dibentuk secara luas,
namun ada variasi-variasi di dalam isi dari stereotip untuk l<elompok
kelompok tertentu dalam suatu masyarakat yang luas. Yang harus diingat
bahwa isi (content) dari setiap stereotip berubah melalui waktu.
Berdasarkan penjelasan tentang penyebab timbulnya stereotip dan dimensi
dimensinya di atas, maka dapat disimpulkan bahwa stereotip itu merupakan
proses kognitif. Stereotip sendiri juga merupakan salah satu bentuk sumber
kognitif dari prasangka. Dengan demikian, kita kembali pada pendapat
Lepore dan Brown yang menyatakan bahwa "stereotip rnemang berhubungan
dengan prasangka, yaitu prasangka mengaktifkan stereotip dan stereotip
menguatkan prasangka".
2.1.1.3. Sumber penyebab prasangka
28
Orang tidak begitu saja secara otomatis berprasangka terhadap orang lain
atau kelompok lain. Akan tetapi ada faktor-faktor tertentu yang menyebabkan
ia berprasangka, antara lain dijelaskan oleh Hatomo & Arnicun Aziz (2004)
sebagai berikut:
1. Orang berprasangka dalam rangka mencari kambing hitam. Dal<im
berusaha, seseorang dapat mengalami kegagalan atau kelemahan tetapi
penyebab kegagalan tersebut sering dicari pada orang lain bukan karena
dirinya sendiri. Orang lain inilah yang dijadikan kambing hitam sebagai
penyebab kegagalannya.
2. Orang berprasangka karena memang sudah dipersiapkan dalam
lingkungannya atau kelompoknya untuk berprasangka.
3. Prasangka timbul karena adanya perbedaan, dimana perbedaan ini
menimbulkan perasaan superior. Perbedaan ini bisa meliputi perbedaan
fisik, perbedaan lingkungan, perbedaan kekayaan, perbedaan status
sosial, perbedaan kepercayaan atau agama, dan pefbedaan norma
sosial.
4. Prasangka timbul karena kesan yang menyakitkan atau pengalaman yang
tidak menyenangkan.
5. Prasangka bisa timbul karena adanya anggapan yang sudah menjadi
pendapat umum atau kebiasaan di dalam lingkungan tertentu.
29
Sedangkan menurut Alex Sobur (2003), prasangka merupakan hasil belajar
yang melalui proses modeling-identifikasi-sosialisasi. Selama proses inilah
prasangka bisa diperoleh. Orang tua dianggap guru utama prasangka,
terutama karena pengaruh mereka paling besar selama tahap modeling, yaitu
masa ketika anak-anak berusia di bawah lima tahun. Modeling adalah proses
saat anak-anak meniru orang lain.
Jika usia anak-anak meningkat dan masuk sekolah, mereka cenderung
terpengaruh oleh teman sebayanya. Selama tahap ini merekci
mengidentifikasi diri dengan meniru model-model mereka. P<ida saat usia
mereka lebih dari 9 tahun, hubungan orang tua mulai menipis dan orang lain
mulai melakukan pengaruh yang kuat pada nilai-nilai dan pola pikir mereka.
Misalnya, dukungan teman sebaya cenderung menjadi serba pentin,;i dan
pada tahap ini sosialisasi telah terjadi. Singkatnya, prasangka terbentuk
selama perkembangannya, baik melalui didikan maupun dengan cara
identifikasi orang lain yang sudah berprasangka.
Sarwono (2006), menjelaskan bahwa prasangka yang berbentuk stereotip
memiliki beberapa sumber yang dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu
"sumber sosial" dan "sumber kognitif'. Salah satu surnber sosial adEJlah
perbedaan sosial. Adanya perbedaan status antar kelompok dapat
menimbulkan prasangka yang disandarkan pada proses rasionalisasi dari
perbedaan status tersebut.
30
Sumber sosial lainnya adalah identitas sosial. Turner dan Tajpel (dalam
Sa1wono, 2006) menyatakan bahwa manusia melakuk:an kategorisasi,
identifikasi, dan perbandingan di mana hal tersebut akan membagi dunia
individu menjadi dua kategori yang berbeda, yaitu orang lain yang satu
kelompok dengannya (ingroup) dan orang lain yang bE!rbeda kelompok
dengannya (outgroup). Anggota outgroup diasumsikan memiliki trait atau sifat
yang kurang menyenangkan, semuanya dipersepsikan memiliki kesamaan
dan sering tidak disukai dibandingkan anggota ingroup.
Selanjutnya, Sarwono (2006) menjelaskan sumber sosial berikutnya adalah
konformitas atau kesesuaian, yaitu perubahan tingkah 1:aku individu karena
adanya keinginan untuk mengikuti keyakinan dan standar orang lain.
Konformitas dapat ditimbulkan karena adanya tekanan. Ada dua macam
tekanan sosial, yaitu ncrmative social influence dan informational social
influence. Normative social influence adalah tekanan sosial untuk bersikap
konform yang merupakan refleksi dari norma sosial yang berlaku. Sementara
itu, informational social influence adalah tekanan sosial untuk bersikap
konform yang disebabkan oleh asumsi individu bahwa orang lain memiliki
pengetahuan yang tidak dimilikinya.
31
Jenis kedua sumber prasangka adalah sumber kognitif. Salah satu bentuk
sumber kognitif adalah kategorisasi sosial. Hal ini ditandai dengan adanya
cara memandang yang lebih buruk terhadap orang lain, komentar ycing
sensitif serta adanya perlakuan yang buruk. Bentuk berikutnya dari :::umber
kognitif prasangka adalah atribusi. lndividu yang berprasangka akan memberi
atribusi atau label yang positif mengenai kelompoknya :sendiri, sebaliknya
membuat atribusi tidak menyenangkan terhadap anggota kelompok lain.
Allport (dalam Soelaeman, 2005) merinci lima perspektif dalam menentukan
sebab-sebab terjadinya prasangka. Keli ma perspektif tersebut merupakan
suatu kontinum, dari penjelasan sifat secara makroskopis histories sampai
pada penyelesaian mikroskopis pribadi. Berikut ini penjEJlasannya:
1. Perspektif historis
Perspektif ini didasarkan atas teori pertentangan kelas, yakni menyalahkan
kelas rendah yang inferior dan sementara merel<a yang tergolong dalam
kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah.
32
2. Perspektif sosiokultural dan situasional
Perspektif ini menekankan pada kondisi saat ini sebagai penyebab timbulnya
prasangka, yang meliputi:
a. Mobilitas sosial. Artinya sekelompok orang yang mengalami penurunan
status (mobilitas sosial ke bawah) akan terus mencari alasan tentang
nasib buruknya dan tidak mencari penyebab sesungguhnya.
b. Konflik antarkelomµok. Prasangka dalam hal ini merupakan realitas dari
dua kelompok yang bersaing meskipun tidak selalu disebabkan oleh
kondisi ekonomi.
c. Stigma perkantoran. Artinya bahwa ketidakamanan dan ketidakpastian di
kota disebabkan "noda" yang dilakukan kelompok tertentu.
d. Sosia/isasi. Prasangka dalam hal ini muncul sebagai hasil dari proses
pendidikan orang tua atau masyarakat di sekitarnya melalui proses
sosialisasi mulai kecil hingga dewasa.
3. Perspektif kepribadian
Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagi penyebab prasangka
yang disebut dengan teori "frustasi agregasi". Menurut teori ini, keadaan
frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif.
Frustasi muncul dalam kehidupan sehari-hari yang disebabknn oleh atasan
(status yang lebih tinggi), yang tidal< memungkinkan untuk melakukan
perlawanan terhadapnya, apalagi dengan tingkah laku agresif. Keadan ini
33
sering membuat pengalihan (displacement) dari rasa k19salnya kepada
sasaran yang mempunyai nilai sama, namun tidak mernbahayakan dirinya.
Akan tetapi, ada orang yang mengalami frustasi namun tidak memiliki sikap
frustasi. Alas dasar ini para ahli beranggapan bahwa prasangka lebih
disebabkan adanya tipe kepribadian dengan cirri authoritarian personality.
4. Perspektif fenomenologis
Perspektif ini menekankan pada cara individu memandang atau
mempersepsikan lingkungannya sehingga persepsilah yang menyebabkan
prasangka. Sebagai anggota rnasyarakat, individu akan menyadari di mana
atau termasuk etnis mana dia berada.
5. Perspektif na"ive
Perspektif ini menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti objek prasangka
dan tidak menyoroti individu yang berprasangka.
2.1.1.4. Teori tentang prasangka
Kompleksnya masalah prasangka ini menimbulkan bebEirapa teori yang satu
dengan yang lain berpijak pada pendapat yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Teori-teori tersebut ada yang berpusat pada ba!~aimana prasangka
terbentuk di samping adanya teori yang berpijak bagaimana prasangka itu
memotivasinya untuk memenuhi kebutuhan dari yang beirsangkutan (Try
34
Dayakisni & Hudaniah, 2003). Sebagian dari isi teori telah disebutkan di atas,
narnun untuk lebih memperjelas kerangka teoritis dalarn penelitian ini, peneliti
hanya akan mengulas teori yang digunakan untuk menganalisa
permasalahan dalam penelitian ini secara lebih rinci, yakni Teori ldentitas
Sosial.
Teori ini dibangun alas suatu asumsi bahwa orang secara umum lebih suka
memandang dirinya sendiri secara positif dari pada secara negatif. Karena
sebagian citra diri kita didefinisikan berdasarkan keanm1otaan kita dalam
kelompok, maka hal ini juga menyiratkan bahwa ada preferensi untuk melihat
kelompok kita sendiri dengan sorot mata yang lebih positif dalam
hubungannya dengan kelompok-kelompok yang kita tidak menjadi bagiannya.
Hipotesis utama teori ini adalah bahwa agar sebuah identitas yang
memuaskan diperoleh atau dipertahankan, anggota kelompok harus terlebih
dahulu mencari berbagai keunikan positif yang dimiliki keilompoknya sendiri.
Bila hal ini tidak memungkinkan, maka mereka mungkin .akan mencmi
keanggotaan kelompok alternatif yang menawarkan kesempatan lebih luas
untuk melakukan evaluasi diri yang positif (Brown, 2005). Teori ini
dikembangkan oleh Tajfol dan Turner pada tahun 1979 (Gazi Saloom, 2006).
35
Menurut para ahli yang membuat teori ini tersohor, identitas sosial "terdiri
atas aspek-aspek dalam citra diri individu, yang berasal dari kategori-kategori
sosial di mana ia merasa menjadi bagiannya" (Tajfel & Turner dalam Brown,
2005). Dengan kata lain, kita membentuk sebagian identitas sosial kita tatkala
menganggap diri sendiri sebagai bagian salah satu kelompok dan bukan
dengan bagian kelompo1< yang lain. Dalam hal ini, kita membuat penilaian
tegas tentang orang sebagai bagian dari 'kita' atau bagian dari 'mereka'.
Selanjutnya Tajfel dan turner (dalam Matt Jarvis, 2006), mengemukakan tiga
proses kognitif dalam menilai orang lain sebagai kelompok "kita" atau
"mereka" sehingga terbentuk identitas sosial masing-masing kelompok.
Ketiga proses tersebut berlangsung menurut urutan tertentu seperti terlihat
pada label di bawah ini:
Tabel. 2.1
Proses tiga tahap dalam teori identitas sosial
Pengelompokan sosial
ldentifikasi sosial 1---- Perbandingan
sosial
Tahap pertama adalah pengelompokan sosial. Dalam tahap pertama ini kita
mengidentifikasi diri kita dan orang lain sebagai anggota kelompok sosial.
Kita semua cenderung membuat pengelompokan sosial seperti jender
(seksisme), ras, ideologi, dan kelas.
36
Tahap kedua adalah ldentifikasi sosial. Pada tahap kedua ini kita mengambil
identitas kelompok yang kita ikuti. Misalnya, jika kita m1~ngelompokkan diri
kita sebagai seorang mahasiswa, kemungkinan kita akan mengambil identitas
sebagai seorang mahasiswa dan mulai bersikap dengan cara yang kita
percaya sebagai cara bersikap seorang mahasiswa. ldentifikasi kita pada
suatu kelompok akan memberikan suatu makna emosional dan har9a diri kita
akan terkait dengan keanggotaan kelompok.
Tahap terakhir adalah perbandingan sosial. Sekali kita sudah
mengelompokkan diri kita sebagai bagian dari sebuah l<elompok dan
berpihak pada kelompok itu, maka kita cenderung mernbandingkan kelompok
kita dengan kelompok lain. Apabila harga diri kita harus dipertahankan,
kelompok kita harus dibandingkan secara menguntungkan dengan kelompok
lain. lnilah yang penting dalam memahami prasa:igka sebab begitu dua
kelompok mengidentifikasi diri sebagai musuh, mereka terpaksa bersaing
agar harga diri anggota-anggotanya dapat ditegakkan. Maka, persaingan dan
permusuhan di antara kelompok bukan hanya masalah memperebutkan
sarana dan fasilitas, tetapi juga perebutan identitas.
Jadi, teori identitas sosial berpendapat bahwa motif penting yang ada dibalik
sikap dan perilaku antarkelompok adalah motif untuk membentuk dan
mempertahankan sebuah identitas positif yang memuaskan. Oleh karena itu,
37
ancaman terhadap identitas sosial akan direspon dengan peningkatan usaha
untuk membuat kelompok ingroup semakin berbeda secara positif dari
kelompok outgroup. Bila ancaman tersebut cukup kuat, maka diferensiasi itu
akan muncul dalam bentuk sikap dan perilaku antarkelompok yang
memandang rendah secara terbuka yang disebut prasangka.
2.1.2. Mahasiswa
2.1.2.1. Pengertian mahasiswa dan karakteristiknya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) yang dimaksud dengan
mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tir:~igi. Definisi ini sesuai
dengan peraturan pemerintah RI no. 30 tahun 1990 tentang pendidikan tinggi
yang menyatakan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan
belajar pada perguruan tinggi tertentu. Selanjutnya Sarwono dalam thesisnya,
seperti yang dikutip Siti Komariah (2002) menjelaskan mahasiswa adalah
setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran-pelajaran
di perguruan tinggi dengan batas usia antara 18-30 tahun. Sedangkan
menurut Abu Ahmadi (2003), dilihat dari usia, lembaga clan ruang lingkup
tempat mahasiswa berada antara usia 18-25 tahun dan masih ada c.i
universitas atau perguruan tinggi.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
adalah individu yang terdaftar dan belajar di universitas atau perguruan tinggi
tertentu. Oalam penelitian ini dibatasi pada mahasisvva yang terdaftar dan
al<tif sebagai peserta didik dengan tingkat, 02, 03 dan strata satu (81 ).
38
Lebih jauh Sarwono (dalam Siti Komariah, 2002) menjelasakan tentang
karakteristik mahasiswa, yaitu intelektua!itas dan kemudaannya. Menurutnya
mahasiswa adalah insan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan
perguruan tinggi dididik dan diharapkan menjadi calon intelektual, walaupun
tidak semua sarjana atau orang yang pernah duduk di perguruan tinggi dapat
disebut intelektual. Knopelmacher, seperti yang dikutip Sarwono,
mengemukakan persyaratan sehingga seseorang disHbut sebagai seorang
intelektual, yaitu:
a. lntelektual adalah orang-orang yang berpendidil<an tinggi atau yang
mempunyai pengetahuan setingkat dengan pengetahuan yang diberikan
di pendidikan tinggi.
b. Mereka berminat pada masalah yang menyangkut nasib (destiny)
manusia yaitu masalah moral dan politik.
c. Mereka mampu menyatakan pendirian-pendirian moral dan pendirian
pendirian politik mereka secara lisan maupun tertulis.
d. Sifat kritis karena mereka hidup dalam dunia idea, padahal dunia idea
tidak pernah identik dengan dunia nyata. Maka kaurn intelektual selalu
melihat kekurangan dalam kenyataan dan selalu mau mengkritik dunia
39
nyata serta selalu menghendaki perubahan-perubahan dalam dunia n~1ata
ke arah yang mendekati idiilnya.
Selain intelektualitas, mahasiswa juga memiliki ciri kemudaannya (youth).
Kepemudaan menurut Keniston, seperti yang dikutip Siti Komariah, dapat
didefinisikan dari dua sudut, yaitu tema sentral dari kesadaran perkembangan
dan tingkah laku pada tingkat perkembangan tertentu. Yang dimaksJd
dengan tema sentral dari kesadaran dan perilaku pemuda adalah "tnnsion
between self and society". Ketegangan ini disebabkan adanya hasrat untuk
memperoleh kebebasan mutlak (absolute freedom). Pada hakikatnya pemuda
menentang tata sosial walaupun tantangan itu tidak selalu dinyatakan dalam
aktivitas oposisionil.
Terna sentral ini selanjutnya menyebabkan perubahan-perubahan khusus
dan pola pikir serta pola tingkah laku dapat diamati dalam periode ini.
Perubahan itu nampak dalam hubungan antara pemuda sendiri dengan
masyarakat sel<itarnya. Dalam hubungan antara pemuda dan masyarakat ini
dapat terjadi dua hal, yaitu alienasi diri di mana pemuda yang bersangkutan
menjadi submissive terhadap masyarakatnya dan alienasi masyarakat di
mana pemuda yang bersangkutan hanya berorientasi pada pemikiran
pemikiran dan hasratnya sendiri saja.
Jika dilihat dari rentang usia perkembangan individu, rnaka mahasiswa
umumnya berada pada usia dewasa awal yang menurut Hurlock (1999)
memiliki karakteristik tersendiri diantaranya:
a. Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah. Pada masa ini individu
mulai mandiri dan mencoba untuk mengatasi masalahnya sendiri.
40
b. Masa dewasa awal sebagai masa ketegangan emosional. Hal ini karena
individu dihadapkan pada dunia nyata dan harus menghadapinya,
padahal sebelumnya selalu ada orang yang mengarahkan atau
melindungi individu.
c. Di antara perkembangan yang harus dipenuhi yaitu kemampuan untuk
beradaftasi dengan lingkungan baru, memiliki motivasi yang kuat untuk
dianggap dewasa dan ingin diteladani.
Selanjutnya dalam kaitannya dalam kehidupan masyar;akat, mahasiswa
secara garis besar mempunyai peranan sebagai berikut (Abu Ahmadi, 2003):
a. Agentofchange
b. Agent of development
c. Agent of modernization
Sebagai agent of change mahasiswa bertugas untuk mengadakan
perubahan-perubahan di masyarakat ke arah perubahan yang lebih baik dan
bersifat kemanusiaan, di mana pengetahuan yang diterima dalam pendidikan
41
digunakan demi pengabdian kepada masyarakat agar dapat hidup lebih
bermartabat. Hal-ha! yang tidak sesuai dan menghambat kemajuan haruslah
diganti dengan hal-hal baru yang sesuai dengan tuntutan zaman dengan
tetap memperlihatkan situasi dan kondisi di mana mereka berada.
Sebagai agent of development, mahasiswa bertugas untuk melancarkan
pembangunan bangsa di segala bidang yang bersifat Jisik maupun non fisik.
Dalam kesuksesan pembangunan, peranan mahasiswa tidak bisa diabaikan.
Mahasiswa diharapkan bertindak sebagai pelopor-pelopor dalam
pembangunan karena proses pembangunan akan lanc:ar apabila dilakukan
oleh manusia-manusia yang giat dalam bekerja. Sedangkan sebagai agent of
modernization, mahasi5wa memiliki peran dalam pembaruan. Pembaruan
yang akan diciptakan tidak lepas dengan kondisi masyarakat sekitar. Artinya
bahwa mahasiswa sebagai manusia yang mendapatkan pendidikan cukup
tinggi harus dapat memilih mana yang perlu diubah dan mana yang masih
tetap dipertahankan.
2.2. Kerangka Berpikir
lndividu sebagai makhl11k hidup mempunyai kebutuhan yang menurut
Abraham Maslow diken;;il sebagai kebutuhan fisik, rasa aman, kasih sayang,
harga diri (prestise), dan aktualisasi diri. Setiap inidividu memiliki potensi
42
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, namun potensi yang ada
pada individu yang bersangkutan terbatas sehingga individu harus meminta
bantuan kepada individu lain. Dari itu terjadilah interak:si sosial, baik
antarindividu, antaraindividu dengan kelompok, atau antarkelompok.
Namun dalam kehidupan masyarakat Indonesia yar.g majemuk terdiri dari
beraneka ragam kelompok masyarakat dan golongan dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda, terkadang terjadi persaingan dan pertentangan
yang dapat menimbulkan ketidakh.armonisan sosial. Persaingan dan
pertentangan ini muncul karena setiap kelompok mcisyarakat memiliki
kepentingan yang berbeda. Kepentingan kelompok inilah yang merupakan
motif atau landasan dari sikap dan perilaku yang dimunculka.1 ketika
berinteraksi dengan kelompok lain. Artinya, tingkah laku kelompok
merupakan refleksi dari kepentingan kelompok itu sendiri.
Ada beberapa istilah lain tentang kepentingan, yaitu "nilai-nilai" (values) dan
"kebutuhan" (needs). Sedangkan istilah kepentingan diartikan sebai;1ai
perasaan orang mengenai apa yang sesungguhnya ia inginkan. Perasaan itu
cenderung bersifat sentral dalam pikiran dan tindakan orang, yang
membentuk inti dari banyak sikap, tujuan, dan niatnya (Raven & Rubin dalam
Dean dan Jeffrey, 2004).
43
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa adanya perbedaan kepentingan
menunjukkan adanya perbedaan nilai-nilai dan kebutul1an dari setiap
kelompok. Menurut Campbell (dalam Rupert Brown, 2005), ketika
kepentingan-kepentingan tersebut tidak kompatibel, maka respon psikologis
sosialnya cenderung negatif seperti sikap berprasangka, penilaian terbias,
dan perilaku bermusuhan. Akan tetapi ketika kepentin9an-kepentingan
tersebut kompatibel atau lebih baik, maka reaksinya akan lebih positif,
misalnya toleransi, adil dan ramah.
Oleh karena itu, dapat dijelaskan bahwa perilaku berprasangka (konflik
tertutup) dilahirkan dari persaingan dan pertentangan k•~rena adanya
perbedaan kepentingan antarkelompok. Semakin jauh jarak perbedaan ini,
maka semakin kuat prasangka yang akan muncul karena manusia memiliki
kecenderungan untuk mementingkan diri dan kelompoknya sendiri (egoistis).
Menurut Summer (seperti yang dikutip Kironosasi, 1986) kecenderungan ini
karena menganggap kelompoknya lebih baik daripada kelompok lain. Hal ;ni
melahirkan rasa in groups atau we groups yang berlawanan dengan rasa out
groups atau they groups yang bermuara pada sikap etnosentrisme karena
kesamaan ras, agama atau asal usul.
Kesamaan ras, agama, atau asal usul ini secara tidak langsung telah menjadi
identitas suatu kelompok. Sedangkan kecenderungan m·~nggan99ap
44
kelompok sendiri lebih baik (ingroup favoritism) akan berimplikasi pada cara
pandang terhadap kelompok lain, misalnya kelompok lain lebih buruk, tidak
berkualitas dan lain sebagainya. Anggapan atau evaluasi yang berkembang
dalam ingroup akan memperkuat prasangka kepada outgroup.
Oleh karena itu, peneliti berasumsi bahwa perbedaan identitas kelo·npok
(perbedaan agama) menunjukkan adanya perbedaan prasangka
antarkelornpok. Berdasarkan hal ini, peneliti hendak rnelakukan penelitian
terhadap prasangka dua identitas kelornpok yang berbeda yakni rnahasiswa
IAIN dan rnahasiswa STAHN. Dalarn penelitian ini peneliti akan rnenguji
hipotesa, "Apakah ada perbedaan prasangka antarkelornpok pada
rnahasiswa lnstitut Agarna Islam Negeri (IAIN) Matararn dan rnahasiswa
Sekolah Tinggi Agarna Hindu Negeri (STAHN) Matararn?"
Tabel 2.2
Bagan Kerangka Berpikir
J Mahasiswa l . \ J .
ldentitas; [ldentitas; Mahasiswa IAIN Mahasiswa STAHN
1' v Kepentingan/Keb11tuhan/ Kepentinuan/Kebutuhan/
Nilai Nilai ., .,
[ Prasangka )
45
2.3. Hipotesa
Ho Tidak Ada Perbedaan Prasangka Antarkelompok Pada
Mahasiswa lnstitut Agama Islam negeri (IAIN) dan Mahasiswa
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (ST.AHN) di Mataram Nusa
H1 Ada Perbedaan Prasangka Antarkelompok Pada Mahasiswa
lnstitut Agama Islam negeri (IAIN) dan Mahasiswa Sekolah
Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) di Mataram Nusa
Tenggara Baral
BAB3
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang jenis penelitian, pengambilan
sampel, pengumpulan d1;1ta, dan teknik analisa data.
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian memuat tentang pendekatan yang dipiJih daJam penelitian ini.
Di sini juga diuraikan metode penelitian yang digunakan serta tentang definisi
variabel dan operasionalisasi variabel.
3.1.1. Pendekatan dan metode penelitian
Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dengan metode komparatif (perbandingan), yaitu dengan
membandingkan prasar.gka dua kelompok mahasiswa dengan background
keagamaan berbeda di Mataram Nusa Tenggara Barat. Menurut Tatang
(2000) penelitian komparatif merupakan penelitian den~1an
memperbandingkan satu variabel yang sama (variabel besar dengan sub-sub
variabelnya) dari dua populasi yang berbeda (dua atau lebih k~lompok atau
satuan subjek penelitian), misalnya antara dua sekolah atau dua jenis
sekolah, mengenai hal yang sama.
47
Sedangkan menurut Suharsimi (1998), titik berat penelitian komparasi
ditujukan pada kelompok subjek penelitian, kemudian baru dilanjutk;:rn
dengan memperhatikan variabel yang diteliti yang ada pada kelomp·)k yang
dikomparasikan. Selain itu, Nana Syaodih (2006) men,ielaskan bahwa
penelitian komparatif diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua atau
lebih dari dua kelompok ada perbedaan dalam aspek atau variabel yang
diteliti. Penelitian komparatif ini, menurut Nana (2006), juga dapat
memberikan hasil yang dapat dipercaya selain karena menggunakan
instrumen yang sudah diuji, juga karena kelompok-kelompok yang
dibandingkan memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama. Yang
dimaksud karakteristik yang sama atau hampir sama d•::llam penelitian ini
adalah kedua kelompok merupakan mahasiswa.
3.1.2. Definisi variabel dan operasionalisasi variabel
3.1.2.1. Definisi variabel
Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua ai:au lebih nilai atau
sifat yang berdiri sendiri. Kerlinger (dalam Sevilla, 1993) menyebut variabel
sebagai konstruk atau sifat yang diteliti. Dalam penelitian ini ada dua variabel,
yaitu prasangka dan mahasiswa. Variabel prasangka merupakan variabel
bebas dan mahasiswa merupakan variabel terikat. Akan tetapi, variabel
mahasiswa termasuk variabel yang tersembunyi. Artinya, variabel prasangka
melekat pada individu yang berprasangka yaitu mahasiswa. Selanjutnya
48
prasangka yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu sikap, perasaan
dan evaluasi negatif seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang
atau kelompok lain semata-mata karena orang tersebut merupakan anggota
kelompok lain yang b&rbeda dengan kelompoknya semdiri. Selanjutnya dalam
penelitian ini yang menjadi objek prasangka yakni mahasiswa IAIN Mataram
dan STAHN Mataram. Artinya, ketika mahasiswa IAll\J Mataram
berprasangka maka mahasiswa STAHN Mataram merupakan objek
prasangka. Sedangkan ketika mahasiswa STAHN Mataram berprasangka
maka objeknya adalah mahasiswa IAIN Matararn.
3.1.2.2. Operasionalisasi variabel
Untuk dapat mengukur variabel yang telah disebutkan, maka diperlukan
pengoperasian variabel dengan cara menetapkan indikator yang digunakan
dalam pengukuran sebagai berikut .
Tabel 3.1
lndikator prasangka
No Aspek lndikator
• Keyakinan atau kepercayaan (evaluative beliefs) tentang sifat-sifat obyek
1 Kognitif • Pengetahuan tentang obyek " Pendapat tentang obyek
• Haraoan-harapan terhadaE ob:ziek
49
" Perasaan senang atau tidak senang terhadap obyek
2 Afektif • Perasaan friendliness (simpati, bangga, kedekatan) dan perasaan unfriendliness (dengki, jijik, takut, tersaingi, antipati, dan benci) terhadao obvek
3 Konatif • Kecenderungan perilaku terhadap obyek baik positif maupun negatif
3.2. Pengambilan Sampel
Yang diuraikan dalam sub judul ini adalah tentang populasi dan sampel yang
digunakan dalam penelitian serta teknik pengambilan sampel.
3.2.1. Populasi dan sampel
Sumber data penelitian kuantitatif adalah subjel< dari mana data tersebut
diperoleh. Untul< penelitian yang metode pengumpulan datanya denf)an
sl<ala, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon
atau menjawab pernyataan-pernyataan yang disediakan peneliti (Arikunto,
1998). Gay (dalam Sevilla, 1993), mendifinisikan populasi sebagai kelompol<
dimana peneliti al<an mengeneralisasikan hasil penelitiannya. Untul<
penelitian l<ali ini populasi penelitian adalah mahasiswa !nstitut Agama Islam
Negeri (IAIN) Mataram dan mahasiswa Sel<olah Tinggi Agama Hindu Negeri
(STAHN) Mataram pada tahun ajaran 2006/2007.
Selanjutnya sampel menurut Arikunto (1998) adalah penelitian yang
respondennya hanya sebagian dari populasi. Ferguson (dalam Sevilla, et
50
al., 1993), mendefinisikan sampel sebagai beberapa ba!Jian kecil atau
cuplikan yang ditarik dari populasi. Sementara itu, BailE~Y (dalam Bambang
dan Lina, 2006) mengatakan bahwa sampel adalah ba£1ian dari populasi yang
ingin diteliti. Oleh karena itu, sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan
terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri.
3.2.2. Tehnik pengambilan sampel
Karena peneliti ingin mengetahui perbedaan prasangka antarkelompok
mahasiswa IAIN Mataram dan STAHN Mataram, maka cara pengambilan
sampel yang tepat menurut peneliti adalah dengan teknik kuota. Teknik
sampling ini tidak didasarkan pada strata atau daerah, tetapi berdasarkan
pada jumlah yang telah ditentukan (Arikunto, 1998). Sebagaimana juga yang
dijelaskan oleh Subana dan Sudrajat (2005) bahwa pengambilan sampel
jenis kouta lebih ditekankan kepada masalah pertimbangan jumlah. Sesuai
dengan namanya, yaitu kuota yang berarti jatah (tentanq jumlah) sesuatu,
maka penarikan sampel dilakukan sangat tergantung pada jenis-jenis subyek
penelitian yang dikuotakan.
Dalam pengambilan sampel secara kuota, kita mengidentifikasi kumpulan
karakteristik penting dari populasi dan kemudian memilih sampel yang
51 ,_' ( I;.
L":
diinginkan secara non acak. Hal ini diasumsikan bahwa sampel-sampel
tersebut sesuai dengan karakteristik populasi yang telah ditetapkan (Vockell
dalam Sevilla, 1993). Menurut Bambang dan Lina (2006), penarika11 sampel
dengan teknik kuota dilakukan tidak menggunakan cara acak, tetapi
menggunakan cara kemudahan (accidental).
Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti telah menetapkan karakteristik
sampel yang akan diteliti yakni mahasiswa Islam yang kuliah di lnstitut
Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram dan mahasiswa Hindu yang kuliah di
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mataram. Adapun besarnya
jumlah sampel yang akan diteliti adalah 10% dari ma.sing-masing jumlah
populasi. Hal ini didasarkan pada pendapat Nasution (2003) bahwa jumlah
sampel yang sesuai sering disebut aturan sepersepuluh. Jadi, 10 % dari
jumlah populasi. Adapun cara memperoleh jumlah sampel 10% dari jumlah
populasi adalah denga11 cara membagikan angket kepada setiap mahasiswa
yang ditemui, baik di halam kampus atau di dalam kelas.
3.3. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data memuat uraian tentang teknik-teknik yang
digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan obyek
52
penelitian. Selain itu juga dijelaskan tentang instrumen penelitian, yakni alat
yang digunakan untuk melaksanal<an penelitian dalam memperoleh data.
3.3.1. Metode dan instrumen penelitian
Untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan model skala Liker!. Skala
ini banyak digunakan dan diadopsi untuk pengukuran sikap dan segi-segi
afektif lainnya (Nana S., 2006). Model skala Liker! adalah bentuk pernyataan
yang mengungkap sikap dari responden dalam bentuk jawaban Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Ada Pendapat atau Ragu--Ragu (R), Tidak
Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) (Subana&Sudrajat, 2005.,
Bambang&Lina, 2006., Nana S., 2006).
Akan tetapi karena peneliti ingin mengetahui secara pasti sikap responden
(baik atau buruk), maka kategori jawaban yang digunakan adalah Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju. Hal ini
sesuai dengan pendapat Bambang dan Lina (2006) bahwa penentuan
banyaknya kategori dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.
Selanjutnya setiap kategori jawaban tersebut memiliki skor tersendiri sesuai
dengan positif atau negatifnya item itu. Sebuah item positif memiliki skor
untuk setiap pilihan, yaitu SS=4, S=3, TS=2, dan STS=1, sedangkan pada
item negatif skor tiap pilihannya adalah SS=1, S=2, TS=3, dan STS=4.
,-\ ·::· - '\
53
Di samping itu, menurut Sumadi Suryabrata (2000) skala Likert disebutjuga
dengan metode summered rating. Hal ini karena skala Likert hanya dapat
membuat ranking, tetapi tidak dapat diketahui berapa ka!i satu responden
lebih baik atau lebih buruk dari responden lainnya di dalam skala (Nazir,
2003).
Tabel 3.2
Skor Setiap Kategori Jawaban
Ko de Favou1rable Unfavourable
srs (sangat setuju) 1 4
TS (tidak setuju) 2 3
S (setuju) 3 2
SS (sangat setuju) 4 1
Tabel 3.3
Blue Print Skala Prasangka
No Aspek lndikator No. Item
Favourable Unfavourable • Keyakinan atau 2, 27, 40, 7,31,36,54,
kepercayaan (evaluative 50,55,62 76 beliefs) tentang sifat-sifat objek
1 Kognitif • Pengetahuan tentang 3,34, 73, 78 4,26, 56 objek
• Pendapat tentang objek 6, 39, 4'7, 11, 30, 38, 43, 77, 83 49,61,66,69
54
• Harapan-harapan terhadap 18, 32, 59, 16,33,64 kelompok lain 68
• Perasaan senang atau 1,5,15,41, 24,29,48,70 tidak senang terhadap 65,67, 81 objek
• Perasaan friendliness 14, 2S, 37, 10, 12, 17, 22, 2 Afektif (simpati, bangga, 45,58, 74 46, 57, 72, 79,
kedekatan) dan perasaan 80,84 unfriendliness (dengki, jijik, takut, tersaingi, antipati, dan benci) terhadap objek
• Kecenderungan perilaku 19, 20, 23, 8, 9, 13, 21,
3 Konatif terhadap objek baik positif 35, 44, 52, 28, 42, 51, 53, maupun negatif 60, 63, 71, 75,85
82 Jumlah Item 42 43
3.3.2. Tehnik uji instrumen penelitian
Untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang
akurat dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu pengujian validitas. Saifuddin
(2004) mengatakan bahwa item-item yang telah diseleksi berdasarkan
koefisien item total akan mendukung reliabilitas skala, namun tidak berarti
skala tersebut akan valid dengan sendirinya. Sknla tersebut harus
distandarisasikan atau uji validitas, reliabilitas, dan butir soalnya (Nana S.,
2006).
Untuk menguji validitas dari setiap item pernyataan dilakukan analisis item,
yaitu mengkorelasikan setiap item dengan skor total. Koefisien korelasinya
55
diperhitungkan sebagai validitas. Item-item yang memiliki korelasi signifikan
langsung dipilih sebagai skala final dan dihitung, sedangkan item yang tidak
memiliki korelasi signifikan diabaikan. Untuk menentukan besarnya validitas
item-item yang telah diuji cobakan, digunakan perhitungan dengan koefisien
korelasi Product- Moment Pearson dengan r koreksi. Dengan rumus:
N (IXY) - (Lr)(L:Y) r =-;r==========r=========<
xy ~[NIX2 -(Lr)2 {my2 -(L:Y)2 j
Keterangan:
rxy =Angka indeks korelasi 'r' product moment N = Jumlah subjek :LXY = Jumlah hasil antara X dan Y :L X = Jumlah seluruh skor X :L Y = Jumlah seluruh skor Y
Adapun untuk mengetahui reliabilitas dari skala diuji dengan rumus Alpha
Cronbach.
Keterangan:
a = Koefisien reliabilitas
s1, dan s
2, = Varians skor belahan 1
s x' = Varians skor skala
Penghitungan menggunakan perangkat lunak SPSS 12,0 for Windows.
3.4. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
menganalisis data hasil penelitian dalam rangka menguji kebenaran
hipotesis. Namun, sebelum menerapkan suatu rumus statistik untuk
pengujian hipotesis, normalitas sebaran suatu data harus terlebih dahulu
diketahui.
1. Uji normalitas
56
Uji normalitas dalam penelitian ini dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dan
Lilliefors dengan penghitungan menggunakan perangkat lunak SPSS 12,0 for
Windows.
2. Uji t atau uji mann whitney
Dalam penelitian ini data akan dianalisis dengan menggunakan statistik
parametrik dan statistik non parametrik untuk uji beda, yaitu menggunakan uji
t (statistik inferensi/parametrik) atau mann-whitney (uji nonparametrik)
karena terdiri dari dua kelompok sampel yang tidak berhubungan
(independent) dan dengan penghitungan menggunakan perangkat lunak
SPSS 12,0 for Windows. Uji t akan digunakan apabila dist;ibusi data bersifat
normal. Sedangkan apabila distribusi data tidak normal, maka akan
digunakan uji mann-whitney.
57
Hal ini sesuai dengan pendapat Singgih Santoso (200!5) bahwa metode
parametrik bisa dilakukan apabila beberapa persyaratan dipenuhi,
diantaranya sampel yang yang akan dipakai untuk analisis haruslah berasal
dari populasi yang berdistribusi normal. Jika suatu populasi tidak berdistribusi
normal, maka perlu digunakan alternatif metode-metode statistik yang tidak
harus memakai suatu parameter tertentu. Metode tersebut disebut sebagai
metode statistik nonparametrik.
3.5. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kampus lnstitut Agama Islam Negeri (IAIN) dan
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) di Mataram Nusa Tenggara
Ba rat.
3.6. Prosedur Penelitian
Berkaitan dengan jalannya penelitian ini, peneliti membuat langkah-langkah
prosedur penelitian yang diharapkan dapat menunjang kelancaran serta
keberhasilan penelitian ini, yang meliputi :
1. Tahap persiapan
• Menyusun proposal penelitian
• Memilih problematika dan judul penelitian
• Menentukan rurnusan dan batasan masalah
• Menentukan variabel penelitian
• Merumuskan hipotesis penelitian
• Menyusun landasan penelitian dan kajian pustaka
o Menentukan subjek penelitian
• Menentukan instrumen pengumpulan data penelitian
2. Tahap pengambilan data
• Menyusun instrumen penelitian
• Menyiapkan subjek penelitian
• Melaksanakan uji coba instrumen
• Merevisi instrument penelitian
• Melaksanakan tes
3. Tahap pengolahan data
• Melakukan skoring
• Menghitung hasil
• Membuat tabulasi data
4. Tahap analisis
• Menganalisis data yang telah diperoleh
58
• Membuat hasil analisis
• Membuat kesimpulan dan saran
5. Tahap penyusunan laporan penelitian
• Menulis keseluruhan prosedur penelitian beserta hasil dan
analisanya.
59
BAB4
PRESENTASI DAN ANALISA DATA
Bagian ini memuat tentang gambaran umum subjek penelitian, presentasi
data, dan pembahasan hasil penelitian. Termasuk di dalamnya akan dibahas
uji instrumen penelitian, uji persyaratan, dan uji hipotesis.
4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Responden dalam peneltian ini ada!ah seluruh mahasiswa JAIN Mataram dan
mahasiswa ST AHN Mataram dengan jenjang pendidikam 02, 03 dan 81.
Seluruh responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang masih aktif
kuliah pad a tahun ajaran 2006/2007. Ada pun rincian jumlah mahasiswa
kedua perguruan tinggi tersebut sebagaimana terdapat pada table berikut.
Tabel 4.1
Jumlah Mahasiswa IAIN Mataram
Tahun Akademik 2006/2007
No Fakultas Jurusan PAI PBA MTK
1 Tarbiyah IPA IPS
02. PGAI 02. PGMI
2 Syari'ah MUA
Laki-Laki Perempuan Jumlah 361 294 655 106 61 167 100 174 274 99 172 271 300 317 617 29 62 91 68 119 187 59 53 112
AS El
3 Dakwah KPI PMI
Total iumlah
Tabel 4.2
Jumlah Mahasiswa STAHN Mataram
Tahun Akademik 2006/2007
No Jurusan/Program 1 Pendidikan Agama Hindu/02 2 Pendidikan Agama Hindu /D3 3 Pendidikan Agama Hindu /81 4 Peneranqan Agama Hindu/ 81 5 Hukum Agama Hindu/ 81 6 Filsafat Agama Hindu/81
Total Jumlah
114 100 33 19
1388
Laki-Laki 5 2
115 23 13 11
169
76 190 103 203 22 55 6 25
1459 2847
P•erempuan Jumlah 14 19 6 8
140 255 10 33 8 21 4 15
182 351 -
Sedangkan jumlah responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
adalah sepersepuluh atau 10% dari jumlah populasi. Sehingga dapat
ditentukan sampel penelitian di IAIN Mataram sebanyak 285 orano dan
61
STAHN Mataram sebanyak 35 orang. Jumlah sumpel ini merupakan 10% dari
jumlah masing-masing populasi, yakni populasi maha:>iswa IAIN Mataram
adalah 2847 orang sedangkan STAHN Mataram sebanyak 351 orang.
Selanjutnya, angket yang peneliti sebar di IAIN Mataram sebanyak 350 dan
yang dikembalikan sebanyak 315 angket serta yang digunakan untuk analisa
62
data sebesar 285. Adapun angket yang peneliti sebar cli STAHN Mataram
sebanyak 85 angket dan yang kembali sebanyak 50, sedangkan yang
digunakan untuk analisa data sebesar 35 angket. Angket yang digunakan
untuk menganalisa data diambil secara acak seeuai dengan jumlah
kebutuhan atau jumlah sampel yang digunakan dal:im penelitian ini
sedangkan sisanya di8baikan. Berikut ini penjelasan tentang responden yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini.
4.1.1. Kategorisasi subjek di IAIN Mataram
4.1.1.1. Berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3
Kategorisasi Berdasarkan Jenis Kelamin
No Kategori Jumlah Prosentase 1 Laki-laki 174 61,1 % 2 Perempuan 111 38,9% -
Total 285 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden laki- laki dalam penelitian ini
berjumlah 174 orang mahasiswa (61, 1 %), sedangkan responden perempuan
sebanyak 111 orang mahasiswi atau 38,9 % dari total responden.
63 l); '
4.1.1.2. Berdasarkan usia
Tabel 4.4
Kategorisasi Berdasarkan Usia
No Kategori Jumlah Prosentase 1 18 - 20 tal1un 58 20,4 % 2 21 - 23 tahun 184 64,5% 3 24-26 tahun 43 15,1 %
Total 285 100 %
Usia responden dari kelompok IAIN Mataram dalam penelitian ini dibagi
menjadi 3 kategori, yaitu usia 18-20 tahun sebanyak 58 mahasiswa (20,4 %),
usia 21-23 tahun sebanyak 184 mahasiswa (64,5 %), dan usia 24-26 tahun
sebanyak 43 mahasiswa (15, 1%).
4.1.1.3. Berdasarkan fakultas
Tabel 4.5
Kategorisasi Berdasarkan Fakultas
No Fakultas Jumlah Prosentase 1 Tarbivah 226 79,3% 2 Syari'ah 51 17,9 % 3 Dakwah 8 2,8%
Total 285 100 %
Dari tabel tersebut diketahui bahwa jumlah mahasiswa fakultas tarbiyah
sebanyak 226 mahasiswa (79,3 %), fakultas syari'ah sebanyak 51
mahasiswa (17,9 %), dan fakultas dakwah sebanyak 8 mahasiswa (2,8 %)
64
4.1.2. Kategorisasi subjek di STAHN Mataram
4.1.2.1. Berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.6
Kategorisasi Berdasarkan Jenis Kelamin
No Katec;iori Jumlah Prosentase 1 Laki-laki 12 34,3 % 2 Perempuan 23 65,7%
Total 35 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden laki- laki dalam penelitian ini
berjumlah 12 orang mahasiswa (34,3 %), sedangkan responden perempuan
sebanyak 23 orang mahasiswi atau 65,7 %.
4.1.2.2. Berdasarkan usia
Tabel 4.7
Kategorisasi Berdasarkan Usia
No Kategori Jumlah Prosentase 1 18-20 tahun 12 34,3% .
2 21 -23 tahun 15 42,9% 3 24-26 tahun 4 11,4 % 4 <:: 27 tahun 4 11,4 %
Total 35 100%
Usia responden dari kelompok mahasiswa STAHN Mataram dalam penelitian
ini dibagi menjadi empat kategori, yaitu usia 18-20 tahun sebanyak 12
mahasiswa (34,3 %), usia 21-23 tahun sebanyak 15 mahasiswa (42,9 %),
usia 24-26 tahun sebanyak 4 mahasiswa (11,4 %), dan usia 2 27 tahun
sebanyak 4 orang mahasiswa (11,4 %)
4.1.2.3. Berdasarkan fakultas/program
Tabel 4.8
Kategorisasi Berdasarkan Fakultas
No Fakultas/Program Jumlah Prosentase 1 Pendidikan Agama Hindu 28 80% 2 Peneranqan Aqama Hindu 3 8,6% 3 Hukum Aqama Hindu 2 5,7% 4 Filsafat Agama Hindu 2 5,7%
Total 35 100 %
Dari tabel tersebut diketahui bahwa jumlah mahasiswa program studi
pendidikan agama hindu sebanyak 28 mahasiswa (80 %), program studi
penerangan agama hindu sebanyak 3 mahasiswa (8,6 °Ai), program studi
hukum agama hindu sebanyak 2 mahasiswa (5,7 %), dan program i;tudi
filsafat agama hindu sebanyak 2 mahasiswa (5,7 %).
4.2. Presentasi Data
4.2. 1. Uji instrumen penelitian
Sebelum dilakukan penelitian yang sebenarnya, peneliti melakukan uji
instrumen penelitian yang disebut try out. Try out dilakukan pada 60
65
66
mahasiswa dengan jumlah item sebanyak 85 buah, dengan pembagian
antara lain 30 mahasiswa yang berasal dari IAIN Mataram dan 30 mahasiswa
dari STAHN Mataram. Penghitungan menggunakan perangkat lunak SPSS
12,0 for Windows.
Dari 85 item pernyataan yang telah diuji cobakan, didapatkan 78 item yang
memiliki daya beda (va 1iditas) tinggi yang dapat dipergunakan dalam
penelitian dan 7 item tidak memenuhi syarat, yaitu item nomor 2, 8, 10, 17,
18, 29, dan 83. Sedangkan butir-butir yang memiliki validitas tinggi tersebut
adalah butir-butir yang memiliki skor lebih dari batas nilai r tabel (a=0,05,
n=60)= 0,254.
Tabel 4.9
Item-Item Valid Hasil Uji Caba
No Aspelc lndilcator No. Item
Favourable Unfavourable • Keyakinan atau 27, 40, !50, 7, 31, 36, 54,
kepercayaan (evaluative 55,62 76 beliefs) tentang sifat-sifat objek
• Pengetahuan tentang 3, 34, 7:3, 4,26, 56 1 Kognitif objek 78
• Pendapat tentang objek 6, 39, 47, 77,
11, 30, 38, 43, 49,61,66,69
• Harapan-harapan 32, 59,138 16, 33,64 terhadao kelomook lain
67
• Perasaan senang atau 1, 5, 15, 41, 24,48, 70 tidak senang terhadap 65,67,81 objek
• Perasaan friendliness 14,25,37, 12, 22, 46, 57,
2 Afektif (simpati, bangga, 45, 58, 74 72, 79,80,84 kedekatan) dan perasaan unfriendliness (dengki, jijik, takut, tersaingi, antipati, dan benci) terhadap obiek
• Kecenderungan perilaku 19, 20, 23, 9, 13, 21, 28,
3 Konatif terhadap objek baik positif 35, 44, 52, 42, 51, 53, 75, maupun negatif 60, 63, 71, 85
82 Jumlah Item 3!) 39
Sedangkan untuk reliabilitas peneliti menggunakan alpha cronbach.
Berdasarkan hasil try out didapatkan nilai alpha sebesar 0,976 dengan
penghitungan menggunakan perangkat lunak SPSS 12,0 for Windows.
Dengan koefisien reliabilitas tersebut dapat dikatakan bahwa alat ukur
tersebut "reliabel", sehingga dapat dipercaya untuk dijadikan sebagai alat
ukur serta mampu menggambarkan hasil dengan cukup baik.
4.2.2. Uji persyaratan
4.2.2.1. Uji normalitas
Dalam penelitian ini teknik uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dan
Shapiro-Wilk dengan penghitungan menggunakan perangkat SPSS v12.0 for
windows.
68
Tabel4.10
Nilai Uji Normalitas
Kotmoaorov-Smirno1!' · ... Sita J(diWJjk;jJi!i\' •
Mahnsiswa Statistic df Sin. · .. Stlltis(i<J df sia.·· Perbedaan Prasangka JAIN Mataram . .076 285 .000 .973 285 .000 Ar1tar l(efompok Pad a
STAHN Mataram .167 35 .014 .841 35 .ODO Mal1asiswa .. a. Lilliefors Significance Correction
Tabel diatas menjelaskan hasil uji apakah sebuah distribusi data bisa
dikatakan normal ataukah tidak. Dengan pedoman pengambilan keputusan:
• Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi adalah tidak
normal.
• Nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi adalah normal.
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dijelaskan bahwa uji normalitas
dengan Kolmogorov Smirnov dengan keterangan sama dengan uji Lilliefors,
didapatkan baik untuk mahasiswa IAIN Mataram maupun mahasiswa STAHN
Mataram, tingkat signifikansi atau nilai probabilitas di bawah 0,05 (0,000 dan
0,014 < 0,05), maka bisa dikatakan distribusi kedua sampel adalah tidak
normal. Sedangkan dengan uji Shapiro Wilk didapatkan baik untuk
mahasiswa JAIN Mataram maupun mahasiswa STAHN Mataram, tingkat
signifikansi atau nilai probabilitas di bawah 0,05 (0,000 dan 0,000 < 0,05),
maka bisa dikatakan distribusi kedua sampel adalah tidak normal. Artinya
69
bahwa sampel yang diambil tidak menunjang populasi sesuai dengan
distribusi yang telah ditetapkan. Hal ini bisa disebabkan oleh penyebaran
angket yang pengisiannya tidak langsung diawasi, responden bisa mengisi
angket di rumah atau kos. Sehingga kemungkinan responden mengisi
dengan asa/ atau menyuruh temannya. Jadi, ada kemungkinan tidak sesuai
dengan apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh pribadi responden.
Gambar4.1
Detrended Normal Q-Q Plot of Perbedaan Prasangka Antar Kelompok
Pada Mahasiswa IAIN dan STAHN Mataram
0.2
ill -0.2
0 :z E -o.4
~ iii 0 -0.6
-0.8
-1.0
for Mahasiswa= IAIN Mataram dan STAHN Mataram
o "Co 0 0
0
150 175
0 0
200 225
Observed Value 250
0
0
275
Dari Detrended normal Q-Q plot di atas menunjukkan bahwa titik-titik nilai
data terletak seluruhnya tidak dalam suatu garis lurus, sehingga dapat
disimpulkan instrumen penelitian tersebut berasal dari populasi yang tidak
berdistribusi normal.
4.2.2.2. Uji homogenitas
Uji Homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah dua sampel
70
mempunyai varians yang sama (homogen) atau tidak. Berikut tabel hasil uji
homogenitas.
Tabel 4.11
Nilai Uji Homogenitas
ANOVA
Perbedaan Prasangka Antar J(elompok Pada Mahasiswa IAIN dan STAHN Mataram
sum of S uares
Between Groups 3340.099 Within Groups 124806.9 318 Total 128147.0 319
Dengan pedoman pengambilan keputusan:
• Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, data beraoal dari populasi-
populasi yang mempunyai varians tidak homogen.
• Nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, data b13rasal dari populasi-
populasi yang mempunyai varians homogen.
71
Maka berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa tingkat signifikansi
atau nilai probabilitas berada di bawah 0,05 (0,004 < 0,05) Dengan ini dapat
dikatakan data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians tidak
homogen. Artinya bahwa data diambil dari sampel yang tidak sama yakni
memiliki tingkat perbedaan karakteristik.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Karena data yang didapatkan peneliti tidak berdistribusi normal, maka untuk
menganalisa data peneliti menggunakan uji Mann-Whitney. Metode tersebut
termasuk dalam statistik nonpararnetrik dengan uji data dua sampel tidak
berhubungan (independent).
4.3.1. Uji mann-whitney
Dari penghitungan dengan SPSS 12.0 terhadap penelitian tentang perbedaan
prasangka antarkelompok pada mahasiswa IAIN dan STAHN di Mataram
NTB dengan uji Mann-Whitney, didapatkan hasil sebagai berikut:
72
Tabel. 4.12
Nilai Uji Mann-Whitney
Test Statistics 3
Perbedaan Prasangka Antar Kelompc,k_ Pa_dErMa_ha_SlsW1i .•· IAIN dan STAHN Mal"'''"' .· .·.·
Mann-!Muln•r u .. 3214.500 W//coxonW .. .. 43969.500
. Z ·••• .• ·,··· .. ·.•· ·· .. ·· .. .J.433 As)lmp. Sig. (2-talled) .
.001
a. Grouplng Variable: Mahasiswa
Dengan dasar pengambilan keputusan:
• Jika probabilitas > 0,05, Ho diterima
• Jika probabilitas < 0,05, Ho ditolak
Maka dalam label di alas terlihat bahwa pada kolom asymp. Sig. (2-tai/ed)
adalah 0,001 atau probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak. Artinya, hipotesa nihil
(Ho) dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa "tidak ada perbebedaan
prasangka antarkelompok pada mahasiswa /AIN dan STAHN di Mataram
NTB" ditolak. Sedangkan hipotesa alternativ (H1) yang menyatakan bahwa
"ada perbedaan prasangka antarkelompok pada mahasiswa /AIN den STAHN
di Mataram NTB" diterima atau memang ada perbedaan prasangka
antarkelompok pada mahasiswa IAIN dan STAHN Mataram.
4.3.2. Perbedaan prasangka antarkelompok pada mahasiswa IAIN dan
STAHN Mataram
Tabel4.13
Nilai Perbedaan Prasangka pada Mahasiswa IAIN dan STAHN Mataram
ANOVA Table
Perbedaan Between Groups (Combined) 20000029 1 20000028.52 15292.468 .000 Prasangka Mal1aslswa
Within Groups 201406.6 154 1301'.835 IAIN.dan .srAAfV.
2020'1435 155 Matarnm
Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai signifikansi adalah 0,000 atau
probabilitas < 0,05. Sehingga Ho ditolak dan dapat disirnpulkan bahwa
benar-benar ada perbedaan prasangka antar ke!om1Pok pada
mahasiswa IAIN dan STAHN Mataram.
Tabel4.14
Nilai Rata-Rata (Mean) Perbedaan Prasangka pada Mal1asiswa IAIN dan
STAHN Mataram
Group Statistics
Mahaslswa
ST,4.'IN Mataram 35 235.23 27.013 4.566
73
f.~r~edaanff'fl~angk~ /l.ntiirKe/omppkPada Mahasiswa IAIN dan 1------r----i-----r--------1----i STAHNMataram IA/N Mataram 285 224.88 18.764 1.112
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances
t
1.3 .251 2.9 318 .004 10.351
74
3.548 3.<:70 17.333 f':~rj~aan Equal Prt3sangka variances Af).iar .assl.lmed .. Ke(o[11pqk l-'-'~~__,._._-1---+--1---l----+----•---1---+----1 flfht.siswa Equal
.034 IA!Ndan variances
.;stf'.Fiiy Z°sl11ined Mata ram
10.351 4.699 .839 19.864 2.2 38
Pada tabel pertama di atas terlihat ringkasan statistik dari kedua sampel.
Untuk mahasiswa STAHN Mataram mempunyai prasansika rata-rata 235.23
yang berada di atas rata-rata prasangka mahasiswa IAIN! Mataram yaitu
224.88. Jadi, dapat disimpulkan bahwa prasangka mahasiswa STAHN
Mataram lebih besar dibandingkan dengan prasangka mahasiswa IAIN
Mataram. Artinya, mahasiswa STAHN Mataram lebih sering memiliki
kecurigaan, ketakutan atau sikap berprasangka negatif lainnya dibandingkan
dengan mahasiswa IAIN Mataram. Selanjutnya pada tabeil kedua terlihat
pada kolom 'mean difference' angka 10.351 yang menunjukkan rata-rata
perbedaan prasangka kedua sampel.
75
Selain dengan cara mencari nilai rata-rata (mean) masing-masing aspek
prasangka, untuk mengetahui besarnya perbedaan pengaruh aspek-aspek
tersebut terhadap lahirnya prasangka dapat juga dengan menggunakan
analisa jalur yang merupakan bagian dari analisis regresi. Untuk melihat
besarnya pengaruh aspek-aspek prasangka yakni kognitif, afektif, dan konatif
secara gabungan dapat dilihat pada hasil penghitungan dalam model
summary, khususnya angka R square di bawah ini:
Tabel 4.15
Nilai Besarnya Pengaruh Aspek-Aspek Prasangka Secara Gabungan
Model Summary
a. Predictors: (Constant), Aspek Konatif, Aspek Kognitif, Aspek Afektif
Besarnya angka R square adalah 0,244 atau 24,4 %. Angka tersebut
mempunyai maksud bahwa pengaruh atau peran aspek kognitif, afektif dan
konatif secara gabungan terhadap prasangka adalah sebesar 24,4 %.
Adapun sisanya 75,6 % (100 % - 24,4 %) dipengaruhi oleh faktor lain.
Dengan kata lain, secara gabungan besarnya pengaruh aspek kognitif,
afektif, dan konatif terhadap lahirnya prasangka adalah :24,4%. Sedangkan
pengaruh sebesar 75,6% disebabkan oleh variabel atau faktor-faktor lain di
luar aspek-aspek tersebut. Faktor-faktor lain tersebut bisa bersumber dari
76
kondisi sosiokultural mahasiswa, pengalaman yang menyakitkan atau konflik
antarkelompok dalam bentuk persaingan-persaingan.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah model regresi di atas benar atau
salah, diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan demgan menggunakan
besarnya angka taraf signifikansi (sig) sebagaimana tertera dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 4.16
Nilai Hubungan Setiap l\spek Prasangka
ANOVAb
a. Predictors: (Constant), Aspek Konatif, Aspek Kognitif, Aspek Afel<tif
b. Dependent Variable: Pmsangka Mahasiswa IAIN dan STAHN Malarm
Adapun hipotesisnya sebagai berikut:
Ho : Tidak ada hubui1gan linier antara aspek kognitif, afektif, dan konatif
dengan prasangka
H1 Ada hubungan linier antara aspek kognitif, afektif, dan konatif
dengan prasangka
Dengan pedoman pengambilan keputusan:
• Jika sig penelitian > 0,05 maka Ho diterima dan Hi ditolak
• Jika sig penelitian < 0,05 maka Ha ditolak dan Hi diterima
Maka berdasarkan penghitungan angka signifikansi sebesar 0,022 < 0,05,
maka Ha ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara aspek
kognitif, afektif, dan konatif dengan prasangka.
Sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh masing-masing aspek
digunakan angka Beta atau Standardized Coeffecient di bnwah ini:
Tabel 4.17
Nilai Besarnya Pengaruh Masing-Masing Aspek Prasangka
Coefficients"
Model (Constant)
Aspek Kognitif
Aspek Afektif AspekKonatif
t.Jl1siandardiie&>.x·< Coefficients
·' Std./Errof 238.534 6.734
-.033 .021 .056 .018 -.044 .017
;:s14~aerC!(fe'd'B Coefficlent!F :' ·.
-.246 -1.538 .740 3.136 -.584 -2.532
a. Dependent Variable: Prasangka Mahasiswa IAIN dan STAHN Matarm
.133
.004
.016
Berdasarkan hasil penghitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek
77
afektif memiliki pengaruh yang paling besar terhadap prasangka (0,740 atau
74,0%) dibandingkan dengan aspek konatif (-0,584 atau 58,4%) dan aspek
kognitif (-0,246 atau 24,6%). Besarnya pengaruh aspek afektif terhadap
f /j
prasangka sebesar 0,740 atau 74,0% dianggap signifik:an. Hal ini tercermin
dalam angka signifikansi sebesar 0,004 yang lebih kecil dari 0,05. Di samping
itu, diperoleh angka t penelitian sebesar 3.136 > t label 1,960 (N=320).
Artinya, ada hubungan linier antara aspek afektif dengan prasangka.
BABS
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Dalam bagian ini, selain memuat kesimpulan, dan saran, juga memuahas
mengenai diskusi.
5.1. Kesimpulan
Sesuai dengan hasiJ anaJisa data daJam penelitian ini, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prasangka antarkelompok pada
mahasiswa lnstitut Agama Islam Negeri (IAIN) dan Sekolah Tinggi Agama
Hindu Negeri (STAHN) di Mataram NTB. Perbedaan prasangka
antarkelompok pada mahasiswa JAIN Mataram dan STAHN Mataram berkisar
antara 0,839 % sampai 19, 864 % dengan perbedaan rata-rata adalah
10,351%.
5.2. Diskusi
Penelitian ini memberikan gambaran tentang prasangka yang berkernbang
pada rnahasiswa lnstitut Agama Islam Negeri (l.l\IN) Mataram dan
mahasiswa Sekolah Tinggi Agarna Hindu Negeri (STAHl\I) Mataram. Artinya,
bagairnana penilaian atF.iu kecenderungan perilaku kelompok mahasiswa IAIN
Mataram terhadap mahasiswa STAHN Mataram dan sebaliknya bagaimana
80
kelompok mahasiswa STAHN Mataram menilai kelompok mahasiswa IAIN
Mataram. Sedangkan fokus penelitian ini adalah melihat perbedaan
prasangka antarkelompok pada mahasiswa IAIN dan STAHN di Mataram
Nusa Tenggara Barat. Oleh karena itu, penelitian ini juga berupaya
memberikan latar belakcing teoritis atas perbedaan prasangka antarkelompok
pada kedua kelompok mahasiswa tersebut.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan prasangka antar kelompok
pada mahasiswa IAIN Mataram dan STAHN Mataram. Maknanya adalah
walaupun mahasiswa yang disebut sebagai seorang intelektual dan memiliki
tingkat intelegensi tinggi yang seharusnya akan bertindak lebih obyektif
dalam memberikan penilaian, tetap menyimpan pra$an(Jka terhadap
kelompok lain. Dengan kata lain, identitas sebagai mahasiswa dengan
karakteristik intelektualitasnya belum bisa mengatasi identitas keetnisan dan
keagamaan mahasiswa.
Kondisi ini mengakibatkan mahasiswa yang berasal dari etnis dan agama
yang sama tetap memiliki "ingroup bias'; yaitu kecenderungan untul:
menganggap baik kelompoknya sendiri. Sehingga masing-masing kelompok
ada kecenderungan untuk menonjolkan diri sebagai pihak yang beriar dan
ada kecenderungan untuk menunjukkan bahwa kelompok lainlah yang salah.
Aziz (dalam Gazi, 2004) menyebut problem ini sebagai problem
81
religiosentrisme, yaitu kecenderungan seseorang men£1anggap agama yang
dianutnya sebagai agama yang paling benar dan menganggap Rgama orang
lain sebagai agama yang sesat dan tidak memberikan l<eselamatan dalam
kehidupan dunia maupun kehidupan 'yang akan datang' (akhirat).
Perbedaan tersebut dipertajam oleh adanya pola pemukiman yang agak
ekslusif dan perbedaan waktu belajar di kampus (IAIN pada pagi hari dan
STAHN pada malam hari) yang menyebabkan tidak adanya interaksi yang
baik dan mereka tidak memiliki ruang atau medium yang cukup untuk bisa
saling mengenal dengan relatif baik. Hal ini memperkuat ingroup bias yang
disebabkan oleh perbedaan kelompok etnis dan agama, sehingga
berpengaruh terhadap kualitas kontak kedua kelompok mahasiswa tersebut.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Islam (dalam Gazi, 2004) bahwa dalam
berbagai situasi, keanggotaan yang bersifat keetnisan dan keagamaan
sangat menentukan kualitas kontak yang terjadi antara dua etnis. Rendahnya
kualitas kontak inilah yang dapat melahirkan prasangka··prasangka negatif
pada kedua kelompok mahasiswa tersebut.
Di samping itu, perbedaan tingkat semester masing-masing mahasiswa dapat
mempengaruhi perbedaan prasangka antarkelompok mahasiswa. Karena
setiap semester mahasiswa mendapatkan ilmu pengetahuan yang berbeda-
beda, maka akan menyebabkan perbedaan cara pandang (persepsi)
seseorang terhadap suatu masalah.
82
Penelitian ini juga menemukan bahwa mahasiswa STAHN Mataram memiliki
prasangka lebih besar dari pada mahasiswa IAIN Mataram. Hal ini bisa
disebabkan oleh pertentangan kelas. Warga Hindu di Mataram merupakan
penduduk terbesar kedua setelah orang Islam. Namun, walopun minoritas
orang Hindu menguasai bidang-bidang strategis di masyarakat terutama
bidang ekonomi. Banyak pertokoan mewah dimiliki orang Hindu, sedang
orang Islam lebih banyak menjadi karyawan atau buruh di toko tersebut
sehingga warga Hindu tergolong memiliki tingkat perekonomian menengah ke
atas. Sehingga menurut Allport (dalam Soelaeman, 2005) mereka yang
tergolong kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas
rendah.
Singkatnya, prasangka di sini bisa lahir karena adanya perbedaan.
Perbedaan tidak hanya menyangkut masalah kekayaan atau ekonomi, akan
tetapi perbedaan status sosial dan norma sosial dapat juga memperkuat
prasangka. Oleh karena itu, tidak jarang terjadi konflik antarkelompok dalam
bentuk persaingan meokipun tidak selalu disebabkan oleh kondisi ekonomi.
83
Selanjutnya penelitian ini memberikan informasi bahwa perbedaan yang
besar terdapat dalam aspek afektif prasangka, yaitu merujuk pada
emosionalitas terhadap objek. Artinya bahwa aspek kognitif dan aspek konatif
(misalnya pemahaman tentang konsep pluralisrne yang mengajarkan tentang
toleransi dan menghargai kelompok lain) belum mampu diimplementasikan
secara total dalam kehidupan sehari-hari yang melibal:kan kelompok lain.
Dengan kata lain, masih adanya perasaan tidak suka terhadap kelompok lain.
lni dapat dianalisa karena masih kuatnya pengaruh doktrin atau kultur yang
diwariskan yang berupa pandangan hidup, nilai-nilai ataupun tuntutan yang
dari lingkungan keluarga dan atau lingkungan masyarakat tempat tinggal
mahasiswa yang dapat melahirkan sikap "ingroup bias". Dalam eksperimen
yang dilakukan Henry Tajfel dan Michael Billig ( dalam Tri Dayakisni &
Hudaniah, 2003) ditunjukkan bahwa ingroup bias merefleksikan perasaan
perasaan suka pada ingroup dan tidak suka pada outgroup. Mungkin ini
akibat loyalitas terhadap kelompok yang dimilikinya yang pada umumnya
disertai devaluasi terhadap kelompok lain. Kuatnya faktor doktrinal dan
kultural ini seringkali menyebabkan sikap saling tertutup antarkelompok
mahasiswa sehingga yang tampak di permukaan adalah sisi negatif
kelompok lain sebagai akibat dari konflik masa lalu antar kedua kelompok
tersebut. Di tambah lagi dengan banyalmya kesan yang meny<ikitV.an atau
pengalaman yang tidak menyenangkan pernah terjadi antara kedua
kelompok beragama tersebut.
5.3. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa saran yang akan peneliti
sampaikan kepada beberapa pihak.
1. Saran teoritis
84
Pertama, menurut peneliti kelemahan penelitian ini adalah karena hanya
menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data berupa
pernyataan yang sangat tergantung pada kondisi emosi (mood) dari subyek
sehingga dalam memberikan jawaban terkadang "asal'', yakni tidak sesuai
dengan apa yang dipikirkan dan dirasakan subyek. Oleh karena itu, pada
penelitian selanjutnya peneliti menganjurkan untuk men£19unakan kombinasi
metode yaitu metode kuantitatif dan mentode kualitatif d13ngan teknik
pengumpulan data adalah wawancara tak terstruktur melalui pendekatan
persuasif dan partisipasif. Dengan kombinasi metode ini diharapkan dapat
memberikan data dan informasi yang lebih rinci, akurat, ;jan sempurna.
Kedua, untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan teknik
pengambilan sampel dengan menentukan karakteristik sampel, misalnya
85
mahasiswa yang aktif di BEM, UKM, dan perkumpulan-perkumpulan
mahasiswa lainnya. Hal ini karena kelompok mahasiswa tersebut
diasumsikan lebih mengetahui perkembangan pola dinamika hubungan antar
mahasiswa dan antar kampus dibandingkan dengan mahasiswa yang hanya
mengikuti materi perkuliahan.
Ketiga, peneliti berharap untuk penelitian selanjutnya dapat menjadikan
pemuda yang tidak kuliah (non mahasiswa) sebagai objek penelitian
sehingga dapat dibandingkan prasangka yang ada pada kedua kelompok
yang berbeda berdasarkan jenjang pendidikan. Di sarnping itu, mmurut hasil
penelitian di Lembaga Penelitian IAIN Mataram bahwa dari berbagai konflik
yang terjadi di Lombok ternyata komponen pemuda seringkali menjadi
pemicu konflik antar kelompok. Karakteristik pemuda yang rentan konflik ini
sebagian besar berpendidikan rendah, kurang terampil, dan sebagian besar
pengangguran.
2. Saran praktis
Dalam kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda agama di Mataram,
jika dicermati pergerakannya meski di permukdan nampak rukun dan tenang,
namun di bawah permukaan sesungguhnya ada prasangka-prasangka yang
potensial terhadap terjadinya konflik sebagai akumulasi dari berbagai
prasangka negatif. Sehingga perlu dilakukan langkah-langkah yang
OU
sistematis dan terprogram untuk meminimalisir prasanglca-prasangka negatif
yang ada dikalangan mahasiswa di Mataram. Oleh karena itu, peneliti hendak
merekomendasikan beberapa saran, yaitu:
Pertama, kepada pihak pemerintah khususnya pemerintah kodya Mataram,
peneliti menyarankan agar menyediakan forum atau wahana komunikasi dan
pemahaman antar kelompok mahasiswa dengan buclaya dan agama yang
berbeda. Forum ini berfungsi untuk share tentang nilai-nilai kebersamaan
dengan mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal warisan leluhur pada
kalangan mahasiswa. Melalui forum ini diharapkan berbagai stereotip dan
prasangka yang ada pada kedua kelompok mahasiswa dapat berkurang atau
bahkan hilang.
Kedua, kepada pihak IAIN Mataram dan STAHN Mataram peneliti
menyarankan agar dilakukan kunjungan atau pertemuan rutin yang diadakan
di masing-masing kampus secara bergiliran. Pertemuan ini berguna untuk
membahas kerjasama yang mungkin bisa dilakukan dalam bentuk kegiatan
kegiatan yang dapat memajukan proses pendidikan pa1da kedua 1€ mbaga
tersebut. Harapan di balik kegiatan itu dapat terjadi akulturasi bud;1ya dengan
mengedepankan budaya-budaya lokal dalam kaitannya dengan proses
belajar mengajar.
Ketiga, kepada mahasiswa khususnya Badan Eksekutii' Mahasiswc; (BEM)
IAIN Mataram dan STAHN Mataram hendaknya membuat kegiatan yang
melibatkan kedua kelompok mahasiswa tersebut dalam satu tim. Misalnya,
kegiatan perkemahan dan pertunjukkan seni yang mempertunjukkein
kekhasan budaya masing-masing. Di samping itu, bisa dilakukan studi
banding tentang program-program kegiatan kemahasiswaan yang ada di
masing-masing organisasi kemahasiswaan.
87
Semua saran-saran praktis tersebut dimaksudkan untuk dapat terjadinya
interaksi langsung secara baik dan komunikasi secara intens serta adanya
proses pembauran antar l<elompok mahasiswa. Dengan demikian, akan
adanya ruang untul< bertemu atau berel<spresi dan saling membantu atau
bekerjasama. Dari proses ini diharapkan kesan ekslusi'f dan tertutup dari
kedua kelompok mahasiswa tersebut yang selama ini terbangun dapat hilang
atau berkurang.
DAFT AR PUST Al<A
Abu, Ahmadi. (2003). I/mu Sosia/ Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Abu, Ahmadi. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta. Alex, Sobur. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Selia. Bambang, P. dan Una, M. J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif; Teori dan
Aplikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Bimo, Walgito. (2002). Psikologi Sosial; Suatu Pengantar. Yo~1yakarta: Andi Offset. Boeree, George. (2006). Oasar-Oasar Psikologi. Yogyakarta: Prismasophie. Brown, R. (2005). Prejudice; Menangani Prasangka dari Perspektif Psikologi
Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar .. Consuelo. G. Sevilla, et.al. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Ul
Press. Departemen Pendidikan Nasional. (2001 ). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka. Djamaludin, Ancok. (2004). Psikologi Terapan. Yogyakarta: Darussalam. Eko Sumarno. (2003). Hubungan Antara Prasangka dengan Kecenderun!lan
Perilaku Agresif Masyarakat Pribumi Terhadap Etnis Cina di Kelurahan Taman Sari RW 05 Jakarta Baral. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia.
Endang Kironosasi. (1996). Stereotip dan Prasangka Dalam lnteraksi Antar Kelompok; Studi Komunikasi Antar Budaya Sukubangsa Bali dan Sukubangsa Sasak di Sindu, Kotamadya Mataram, Lombok Barat. Thesis. Jakarta: FISIP Universitas Indonesia.
Endang Sulaiman. (1998). Perbedaan Prasangka Petugas Lembaga Pemasyarakatan Terhadap Beberapa Kelompok Narapidana dengan Jenis Tindak Pidana Tertentu. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Gazi. (2004). Hubungan ldentitas, Orientasi Nilai Keagamaan, dan Kuantitas Kontak Sosial dengan Kualitas Kontak Sosial: Studi Kasus di Kota Mataram. Tesis. Jakarta: Pasca Sarjana Fakultas Psikologi UI.
Gazi, Saloom. (2006). Journal Tazkiya of Psychology. Fenormma Hubungan Antar Kelompok Dari Perspektif Psikologi Sosial, 06, 32-43. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Gerungan, W.A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Hartomo, dan Arnicun Aziz. (2004). I/mu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Jarvis, Matt. (2006). Teori-Teori Psikologi; Pendekatan Mode1n untuk Memahami
Perilaku, Perasaan, dan Pikiran Manusia. Bandung: Penerbit Nusamedia & Penerbit Nuansa.
Koeswara, E. (1988). Agresi .'v1anusia. Bandung: PT Eresco. Mar'at. (1982). Sikap Manusia; Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Nasution. (2003). Metode Research; Penelitian llmiah. Jakarta: Bumi Aksara. Natsir. (2005). Jurnal Penelitian Keislaman. Pemetaan Kerukunan Hidup
Beragama di Lombok. 02, 17. Mataram: Lemlit JAIN Mataram. Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Rubin, J.Z. dan Pruitt, D. G. (2004). Teori Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Sarlito, W. S. (2006). Psikologi Prasangka Orang Indonesia; f(umpu/an Studi
Empirik Prasangka Dafam Berbagai Aspek Kehidupan Orang Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sarlito, W. S. (2005). Psikologi Da/am Praktek. Jakarta: Restu Agung. Sarlito, W. S. (2002). Psikologi Sosial; /ndividu dan Teori-Teori Psikologi Sosial.
Jakarta: Balai Pustaka. Slnggih, Santoso. (2005). M&ngatasi Berbagai Masa/ah Statistik dengan SPSS
versi 11.5. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Siti Komariah. (2002). Perbandingan Antara Mahasiswa Aktivis dan Bukan Aktivis
dalam Sikap Terhadap Ku/iah dan Perilaku Assertif. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah.
Soelaeman, M. (2005). I/mu Sosial Dasar. Bandung: PT Refika Aditama. Subana, M. dan Sudrajat. (2005). Dasar-Dasar Penelitian llmiah. Bandung:
Pustaka Setia. Suharsimi, Arikunto. (1998). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta. Sumadi, Suryabrata. (2000) Pengenalan A/at Ukur Psikologi. Jakarta: ANDI Offset. Syaodih, N. (2006). Metode .oene/itian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Tatang. M., Amirin. (2000). Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada. Tri, Dayakisni. dan Hudaniah. (2003). Psikologi Sosial. Malang; UMM Press. Wibowo. (1988). Materi Pokok Psikologi Sosial. Jakarta: Karunika Universitas.
Terbuka.
ssalamu 'alaikum wr. wb.
engan hormat,
;ya, mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta benn.aksud mengadakan melitian sebagai bahan penulisan skripsi. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk .engetahui perbedaan prasangka antarkelompok pada mahasiswa lnstitut Agama Ishun Negeri AIN) Mataram dan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mataram. arena itu, pada kesempatan ini memohon kesediaan Saudarn/Saudari untu1c membantu melitian ini dengan mengisi koesioner berikut ini.
oesioner ini terdiri dari dua bagian. Petunjuk pengisian pada setiap bagian akan dijelaskan pada :tiap awal masing-masing bagian. Jawaban yang diberikan, dituliskan pada Jembar koesioner mg tersedia. Saya mohon Saudara/Saudari menjawab setiap pernyataan dengan sejujur-jujurnya ~rdasarkan pendapat pribadi, yaitu apa yang dirasakan dan dilakukan sendiri, bukan pendapat ea! menurut umum atau orang lain. Keraliasiaan jawaban yang diberikan saya jamin penuhnya dan tidak akan menjatuhkan derajat atau harga diri anda.
tas perhatian dan bantuan Saudara/Saudati, saya ucapkan banyak-banyak terima kasih. Semoga lla11 SWT selaJu melimpaJ1kan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua. Amin.
Jrmat Saya,
·amsul Hadi Peneliti
PERNYATAAN KESEDIAAN
~tunjuk:
Pada bagian ini, saudara diminta mengisi data diri saudara sebagai pernyataan kesediaan
ltuk menjadi responden dalam penelitian ini.
engan ini saya menyatakan bahwa:
sia
nis kelamin
urnltas I Jurnsan I PT
lku bangsa
lam at
. ·································································· : Laki-laki I perempuan
. ··································································
...................................................................
...................................................................
enyatakan kesediaan untuk menjadi responden dalam penelitian yang dilalcukan oleh
ahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai perbedaan prasangka
.tarkelompok pada mahasiswa IAIN Mataram dan ST AHN Mataram.
ataram, 2007
KOESIONER PRASANGKA
1tunjuk Pengisian:
Pada bagian II ini terdapat beberapa pemyataan yang menggambarkan tentang prasangka 1tarkelompok. Saudara diminta menjawab dengan cara memberikan tanda check list ( --1 ) pada lihan jawaban yang sesuai dengan apa yang anda pikirkan dan rasakan.
Adapun pilihan jawabannya sebagai berikut:
fS : Apabila anda Sangat Tidak Setuju S : Apabila anda Tidak Setuju
: Apabila anda Setuju l : Apabila anda Sangat Setuju
~oesioner untuk mahasiswa IAIN Mataram)
l/o Pernvataan I Saya hanya senang berteman dengan ma11asiswa ST AHN
Mataram ~ Saya talm hanya malJasiswa ST AHN Mataram yang kreatif
dalam mengambil keputusan ~ MalJasiswa ST AHN Mataran1 tidak peduli terhadap kegiatan-
kegiatan sosial kemasyarakatan ~ Saya hanya senangjika membentuk kelompok diskusi dengan
malJasiswa ST AHN Mataram I Hanya mahasiswa ST AHN Mataram bisa menjalin persahabatan
dengan siapapun walaupun ada perbedaan agama , Saya yakin malJasiswa ST AHN Mataram seringkali semena-mena terhadap orang lain yang berbeda ideoJogi den!lan mereka
r Orang tua saya tidak setujujika saya berhubungan dcngan malJasiswa ST AHN Mataram
' MalJasiswa ST AI-IN Mataram pasti membela kelompoknya ' sendiri walaupun salalJ
I Saya hanya takut untuk bersama-sama mengelola koperasi di masyarakat dengan malJasiswa ST AHN Mataran1
0 Saya pasti menghindar jika ada pertemuan dengan maliasiswa ST AHN Mataram
I Saya hanya bangga terhadap mahasiswa STAHN Matararn karena mereka disiplin dalam bekerja
2 Saya pasti senang menghadiri upacara perkawinan malJasiswa STAHN Mataram apabila diundang
3 Saya hanya ingin menolong malJasiswa ST AHN Mataram walaupun tidak ada keuntungan bagi saya
STS TS s SS
'fo Pcrnyataan STS TS s SS
14 Saya tidak ingin bersahabat dengan orang lain selain dengan mahasiswa STAHN Mataram dan itu karena kemauan saya sendiri --
15 Saya dan mahasiswa ST AHN Mataram pasti saling bertentangan pendapat jika ada dialog tentang masa\ah apapun
16 Saya pasti merasa tersaingi jika dalam kegiatan organisasi melibatkan mahasiswa ST AHN Mataram
17 Saya akan tetap bekerja sama jika mahasiswa ST AHN Mataram meniadi pimpinan organisasi kepemudaan
18 Saya sangat tidak suka mengikuti acara kesenian yang diadakan oleh mahasiswa ST AHN Mataram
19 Saya akan merasa lebih dekat hanya dengan mahasiswa ST AHN Mataram iika ada kegiatan antar kamous
w Mahasiswa ST AHN Mataram pasti angkuh terhadap orang lain vang berbeda status dengan mereka
~1 Saya percaya, hanya mahasiswa ST AHN Mataram yang memiliki sifat rajin dan giat untuk menyelesaikan tugas-tugasnva
n Saya pasti tidak akan membuat acara kesenian di kampus jika melibatkan mahasiswa STAHN Mataram
t3 Menurut saya, mahasiswa ST AHN Mataram hanya mementingkan diri sendiri
14 Saya sangat tidak percaya kepada mahasiswa ST AHN Mataram karena mereka sering mengecewakan orang
!5 Saya hanya berharap kepada mahasiswa ST AHN Mataram agar mau diajak bekerja sama untuk mengadalcan kegiatan antar kampus
!6 Saya benar-benar tidak ingin organisasi kema11asiswaan ST AHN Mataram terlibat dalam kegiatan-kegiatan karnpus saya
!7 Bila organisasi-organisasi kepemudaan dipimpin oleh mahasiswa STAHN Mataran1, saya yakin para anggotanya akan rnakrnur karena hanya rnereka yang rnerniliki kepedulian sosial yang tinggi
~8 Kawan-kawan saya yang satu kampus sudah pasti rnendukung sava bergaul dengan rnahasiswa STAHN Mataram
:9 Saya yaldn kualitas mahasiswa ST AHN Matararn lebih buruk dibandingkan dengan saya
0 Saya hanya rnerasa kagum dengan mahasiswa ST AHN Mataram karena mereka ulet
1 Menurut saya, hanya mahasiswa ST AHN Mataram yang sulit berlaku adil terhadap kelompok di luar mereka
2 Menurut saya, hanya mahasiswa ST AHN Mataram yang patuh dan taat terhadap peraturan yang tela11 ditetapkan bersama
3 Saya yakin mahasiswa ST AHN Mataram pasti ramah bila bertemu dengan orang lain walaupun di luar kelompok mereka
l/o Pernl'ataan STS TS s SS
14 Saya hanya senang memberikan sumbang saran kepada mahasiswa ST AHN Mataram
15 Saya pasti tidak mau bergaul dengan mahasiswa ST AHN Mataram karena dapat memberikan pengaruh buruk bagj saya
16 Menumt saya, hanya mahasiswa ST AHN Mataram yang sulit diajak bekerja sama dalam menyuarakan aspirasi masvarakat
l7 Saya pasti akan menjadi anggota suatu organisasi walaupun ada dari mahasiswa ST AHN Mataram menjadi anggota organisasi terse but
l8 Saya bangga jika hanya mendengar berita dari media massa tentang prestasi mahasiswa STAHN Mataram
39 Saya yakin jika berdiskusi tentang kebijakan pemerintah dengan mahasiswa ST AHN Mataram tidak akan membuahkan basil yang baik
w Hanya dengan menghadiri acara wisuda mahasiswa ST AHN Mataram yang daoat menumbuhkan sikap toleransi
H Saya hanya suka berkenalan dengan kerabat dari mahasiswa STAHN Mataram
12 Menurut saya, hanya mahasiswa ST AHN Mataram yang sangat kekanak-kanakan dan tidak responsifterhadap masalah rnasvarakatsaatini
13 Saya hanya yakin kepada rnahasiswa ST AHN Matararn yang bisa berbuat adil kepada siapa pun
14 Dosen saya pasti menentang jika saya berlmbungan dengan mahasiswa ST AHN Mataram
~5 Dosen yang mengajar di kan1pus saya, hanya rnendukw1g jika saya bersahabat dengan mahasiswa ST AHN MataTam
~6 Aturan adat di tempat saya tidak mernperbolehkan sanm sekali saya bergaul dengan mahasiswa ST AHN MataTam
~7 Saya yakin mahasiswa ST AHN Mataram hanya ingin menang sendiri dan meremehkan orang lain
~8 Saya percaya hanya mallasiswa ST AHN Mataram yang sangat rendah hati walaupW1 mereka dari golongan orang kaya
~9 Yang saya tahu, hanya mallasiswa ST AHN Mataram yang sering beroerilaku tidak sopan terhadap orang lain
;o Saya hanya merasa tersaingi dengan rnallasiswa ST AHN Mataram yang tinurral di lingkWlgan sava
,1 Saya tidak bangga memiliki tetangga kecuali dengan m:.hasiswa ST AHN Mataram
-2 Saya tidak berharap kepada orang lain sclain mahasiswa STAI-IN
Mataram Wltuk mau membuka diri dan sharing jika ada permasalallan antar kampus
3 Saya pasti akan tetap berteman dengan mahasiswa ST AHN Mataram walaupun ternan-teman saya menentangnya
\lo Pernvataan STS TS s SS
;4 Hanya mahasiswa ST AHN Mataram yang selalu menjaga image iika bertemu dengan kelomnok Jain
;s Saya yakin mahasiswa ST AHN Mataram memiliki sikap toleransi yang timrni terhadap kelompok lain
;6 Saya pasti akan menolong mahasiswa ST Al-IN Mataram _iika mereka meminta bantuan kerada sava
57 Saya tidak pemah berharap mendapatkan kawan dari kalangan mahasiswa ST AHN Mataram
58 Saya hanya gembira bila mee.gerjakan tugas organisasi bersama dengan mahasiswa ST AHN Matar::un
59 Menurut saya, hanya mahasiswa ST AHN Mataram yang tidak berkualitas iika dibandingkan dengan kelompok sava
50 Saya hanya senang bergaul Jebih erat dengan mahasiswa ST AHN Mataram
51 Saya hanya ingin membentuk kelompok musik bcrsama tcman dari mahasiswa ST AHN Mataram
52 Menurut saya, hanya mahasiswa STAHN Mataram yang terlalu menutup diri dan tidak mau membaur dengan kelompok lain
53 Menjadikan mahasiswa ST AHN Mataram sebagai anggota panitia bersama saya pasti tidak menyenangkan
54 Saya hanya akan memberikan bantuan kepada teman saya yang dari mahasiswa ST AHN Mataram jika mengadakan upacara adat perkawinan
)5 Saya hanya risih bila gotong royong di masyarakat bersama mahasiswa ST AHN Mataram
)6 Han ya perilaku mahasiswa ST AHN Mataram yang mencerminkan sikap toleransi kepada orang lain
)7 Saya hanya merasa terhormat jika berkenalan dengan pengurus BEM STAI-IN Mataram
)8 Saya pasti tidak mau menolong mahasiswa ST AHN Mataram karena tidak akan dihargai
)9 Saya yakin maliasiswa STAI-IN Mataram seringkali membuat
- _!:ekacauan jika keinginan mereka tidak terpenuhi ro Menurut saya, hanya mahasiswa ST AI-IN Mataram yang mau
berusaha mengenal dan belajar budava sava 'l Yang saya tahu, hanya mahasiswa ST AHN Mataram yang ulet
dan raiin dalam melakukan pekerjaan '2 Setiap kali saya melihat mal1asiswa STAHN Mataram, saya pasti
merasa jengkel '3 Saya tidak pemah merasa bangga bila mabasiswa ST AHN
Mataram mendapat penghargaan dari oemerintal1 daerah '4 Saya hanya senang bi la bermain dengan mahasiswa ST AHN
Mataram '5 Jika ada kerja bakti di lingkungan saya, saya hanya akan
______ !_1_ ... ______ _.. ______ ----L--! _____ (VT' A rnr l. .<_.._ _______
lfo Pernvataan STS TS s SS 76 Menurut saya, hanya rnahasiswa ST AHN Matararn yang taat dan
patuh pada ajaran agarnanva 77 Saya sudah pasti enggan berurusan dengan mahasiswa ST AHN
Matararn 78 Saya tidak akan mendukung calon ketua organisasi kepemudaan
dari kalangan mahasiswa STAI-IN Mataram
oesioner untuk mahasiswa STAHN Mataram)
lo Pernyataan STS TS s SS
Sava hanya senang berteman dengan mahasiswa IAIN Mataram Saya tahu hanya mahasiswa IAIN Mataram yang kreatif dalam memi.arnbil keoutusan Mahasiswa IAIN Mataram tidak peduli terhadap kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan Saya hanya senangjika membentuk kelompok diskusi dengan mahasiswa IAIN Mataram Hanya mahasiswa IAIN Mataram bisa menjalin persahabatan dengan siaoaoun walauoun ada perbedaan agama
' SiiyiiyakfrimiihasiSwa IAIN Mataram seringkali semcnii-n1eria. terhadap oran!.! lain yang berbeda ideolo!.!i dengan mereka Orang tua saya tidak setuju jika saya berhubungan dengan mahasiswa IAIN Mataram Mahasiswa IAIN Mataram pasti membela kelompoknya sendiri walauoun salah Saya hanya takut untuk bersama-sama mengelola koperasi di masyarakat dengan mahasiswa IAIN Mataram
0 Saya pasti menghindar jika ada pertemuan dengan mahasiswa IAIN Mataram
1 Saya hanya bangga terhadap mahasiswa IAIN Mataram karena mereka disiplin dalam bekerja
2 Saya pasti senang menghadiri upacara perkawinan mahasiswa IAIN Mataram aoabila diundang
3 Saya hanya ingin menolong mahasiswa IAIN Mataram walauoun tidak ada keuntunl'.an ba<>i saya
4 Saya tidak ingin bersahabat dengan orang lain selain dengan mahasiswa IAIN Mataran1 dan itu karena kemauan sava sendiri
5 Saya dan mahasiswa IAIN Mataram pasti saling bertentangan pendapat jika ada dialog tentang masalal1 apapun
5 Saya pasti merasa tersaingi jika dalam kegiatan organisasi melibatkan mahasiswa IAIN Mataran1
7 Saya akan tetap bekerja sama jika mahasiswa IAIN Mata.ram rneniadi oirnoinan organisasi kepernudaan
! Saya sangat tidak suka mengikuti acara kesenian yang diadakan oleh mahasiswa IAIN Matarlllll
) Saya akan rnerasa lebih dekat hanya dengan rnahasiswa IAIN Mataram iika ada kegiatan antar kamous
) Mahasiswa IAIN Mataram pasti angkuh terhadap orang lain yang berbeda status dengan mereka Saya percaya, hanya mahasiswa IAIN Mataran1 yang memiliki sifat raiin dan giat untuk menyelesaikan tugas-tugasnya
I Saya pasti tidal( akan membuat acara kesenian di !campus jika melibatkan mahasiswa IAIN Mataram
fo Pernyataan STS TS s SS
~3 Menurut saya, mahasiswa IAIN Mataram hanya mementingkan diri sendiri
~4 Saya sangat tidak percaya kepada mahasiswa IAIN Mataram karena mereka serin!I mengecewakan orang
lS Saya hanya berharap kepada mahasiswa IAIN Mataram agar mau diajak bekerja sama untuk mengadakan kegiatan antar kampus
t6 Saya benar-benar tidak ingin organisasi kemahasiswaan IAIN Mataram terlibat dalam kegiatan-kegiatan kampus saya
t7 Bila organisasi-organisasi kepemudaan dipimpin oleh mahasiswa IAIN Mataram, saya yakin para anggotanya akan makmur karena hanya mereka yang memiliki kepedulian sosial yang tinQQj
ts Kawan-kawan saya yang satu kampus sudah pasti mendukung saya bergaul dengan mahasiswa IAIN Mataram
t9 Saya yakin kualitas mahasiswa IAIN Mataram lebih buruk dibandingkan dengan saya
!O Saya hanya merasa kagum dengan mahasiswa IAIN Mataram karena mereka ulet
n Menurut saya, hanya mahasiswa IAIN Mataram yang sulit berlaku adil terhadap kelompok di luar mereka
12 Menurut saya, hanya mahasiswa IAIN Mataram yang patuh dar; taat terhadap peraturan yang telah ditetapkan bersan1a
13 Saya yakin mahasiswa IAIN Mataram pasti ramah bila rertemu dengan orang lain walaupun di luar kelompok mereka
14 Saya hanya senang memberikan sumbang saran kepada mahasiswa IAIN Mataram
15 Saya pasti tidak mau bergaul deng<m mahasiswa IAIN Mataram karena dapat memberikan pengarnh buruk bagi sava
16 Menurut saya, hanya mahasiswa IAIN Mataram yang sulit diajak bekerja sama dalam menyuarakan aspirasi masyarakat
17 Saya pasti akan menjadi anggota suatu organisasi walaupw1 adH dari mahasiswa IAIN Mataram menjadi anrrrrota organisasi tsb
18 Saya bangga jika hanya mendengar berita dari media massa tentang prestasi mahasiswa IAIN Mataram
i9 Saya yakinjika berdiskusi tentang kebijakan pemerintah dengan mahasiswa IAIN Mataram tidak akan membuahkan hasil yang baik
10 Hanya dengan menghadiri acara wisuda mahasiswa IAIN Mataram yang dapat menumbuhkan sikap toleransi
·l Saya hanya suka berkenalan dengan kerabat dari mahasiswa IAIN Mataram
-2 Menurut saya, hanya mahasiswa IAIN Mataram yang sangat kekanak-kanakan dan tidak responsif terhadap masalah masyarakat saat ini
C)f,) r:) , .. ;'\ \~ ' . ' " : ,.
. ' :>·i / .-· ~ . ' f\ , r·o·
Pernyataan -"·---· .. -- .. ·-- -· -~---'<- - STS TS
.. s SS Saya hanya yakin kepada mahasiswa IAIN Mataram yang bisa berbuat adil kepada siapa pun Dosen saya pasti menentangjika saya berhubungan dengan mahasiswa IAIN Mataram Dosen yang mengajar di kampus saya, hanya mendukungjika saya bersahabat dengan mahasiswa IAIN Mataram Aturan adat di tempat saya tidak memperbolehkan sama sekali saya bergaul dengan mahasiswa IAIN Mataram I Saya yakin mahasiswa IAIN Mataram hanya ingin menang sendiri dan meremehkan orang lain Sa ya percaya hanya mahasiswa IAIN Mataram yang sangat
'
rendah hati walaupun mereka dari golongan orang kaya Yang saya tahu, hanya mahasiswa IAIN Mataram yang sering berperilaku tidak sopan terhadap orang lain Saya hanya merasa tersaingi dengan mahasiswa IAIN Mataram yang tinggal di lingkungan saya Saya tidak bangga memiliki tetangga kecuali dengan mahasiswa IAIN Mataran1 Saya tidak berharap kepada orang lain selain mahasiswa IAIN Mataram untuk mau membuka diri dan sharing jika ada permasalahan antar kampus Saya pasti akan tetap berteman dengan mahasiswa IAJN Mataram walaupun teman-teman saya menentangnya Hanya mahasiswa IAIN Mataram yang selalu menjaga image jika bertemu dengan kelompok lain Saya yakin mahasiswa IAIN Mataram memiliki sikap toleransi yang tinrrni terhad'lp kelompok lain S<iya i:-as•; akan menolong mahasiswa IAIN Mataram jika mereka meminta bantuan kepada saya Saya tidak pemah berharap mendapatkan kawan dari kalangan mahasiswa IAIN Mataram · Saya hanya gembira bila mengerjakan tugas organisasi bersama dengan mahasiswa IAIN Mataram
I Menurut saya, hanya mahasiswa IAIN Mataram yang tidak berkualitas jika dibandingkan dengan kelompok saya
I Saya hanya senang bergaul lebih erat dengan mahasiswa IAIN Mataram Saya hanya ingin membentuk kelompok musik bersama teman dari mahasiswa IAIN Mataram
~ Menurut saya, hanya mahasiswa IAIN Mataram yang terlalu menutup diri dan tidak mau membaur dengan kelompok lain
I Menjadikan mahasiswa IAIN Mataran1 sebagai anggota panitia bersama saya pasti tidak menvenangkan
I Saya hanya akan memberikan bantuan kepada teman yang dari mahasiswa IAIN Mataramjika mengadakan upacara adat
\fo Pernyataan STS TS s SS 55 Saya hanya risih bila gotong royong di masyarakat bersama
mahasiswa IAIN Mataram )6 Hanya perilaku mahasiswa IAIN Mataram yang mencerminkan
sikap toleransi kepada orang lain 57 Saya hanya merasa terhormat jika berkenalan dengan pengurus
BEM IAIN Mataram 68 Saya pasti tidak mau menolong mahasiswa IAIN Mataram
karena tidak akan dihargai 69 Saya yakin mahasiswa IAIN Mataram seringkali membuat
kekacauan jika keinginan mereka tidak terpenuhi 70 Menurut saya, hanya mahasiswa IAIN Mataram yang mau
berusaha mengenal dan belajar budaya sava 71 Yang saya tahu, hanya mahasiswa IAIN Mataram yang ulet dan
raj in dalam melakukan pekerjaan 72 Setiap kali saya melihat mahasiswa IAIN Mataram, saya pasti
merasa jengkel 73 Saya tidak pemah merasa bangga bila mahasiswa IAIN Mataram I mendapat penghargaan dari pemerintah daerah 74 Saya hanya senang bila bermain dengan mahasiswa IAIN
Matar am 75 Jika ada kerja bakti di lingkungan saya, saya hanya akan I mengajak teman-teman mahasiswa IAIN Mataram 76 Menu.-ut saya, hanya mahasiswa IAIN Mataram yang taat dan
patuh pada aiaran agamanya 77 Saya sudah pasti enggan berurusan dengan mahasiswa IAIN
Mataram 78 Saya tidak akan mendukung calon ketua organisasi kepemudaan
1 tla.J.i kalangan mahasiswa IAIN Mataram
ltem-T otal Stlltistlcs
Sra< Variance if Corroded
Scale Mean if Hom lt<>m-Total Item Deleted """'"" Comilatioo
VAROOOOt 221.0500 8G7.133 "' VAROOOOJ 221.5500 870.523 "' -VAR"°"" 221.1500 872.401 .367
VAR00005 221-1000 8G1.!l22 .577
VAROOOO<; 220 9833 863.305 m . VAR00007 no.sooo 870.GGB 3'0
VAR00009 220.9GG7 355.016 "'' VAR00011 221.4167 1.156.857 .553 ·-
VARD0012 221.2167 1.157.156 6'0
VAR00013 220 8500 861.011 666
VARD0014 221.3833 870105 364
VARD0015 221-3833 1.165.156 .408
VAR00016 220.9000 aG0.092 558 .• VARD0019 221.1000 856.566 "' VAR00020 221.0000 854.506 655
VAR0002t 221.3833 ass.630 _S7(i
VAR00022 221.2500 1.152.597 579 -VAR00023 221.3833 1.152.376 .G09 -VAR00024 220.983} 662.390 '"' VAR00025 221-3167 855.000 ... VAROOOW 221.0333 1159.728
VAR00027 221.3667 a63.35S VAIW0028 221.0667 8fi4.063
VAR00030 221 .0633 657.027 . VAR0003t 221 2000 872.332
VAR00032 220.9667 856 880 '"' -VAR00033 221.2833 850 llll4
·-VAR00034 221.8500 864.638 "' VAR00035 221.5167 851 67B -VAR00036 221.1000 865.481 ''" VAR00037 221.4833 857.000
VAROOOJ8 221.3167 855.305 """ VAR00039 221.5167 861.881
VAR00040 221.28JJ 8G1.G98 VAR000-11 221.2567 857.487 610 -VAR00042 221.06G7 853.351 .730 --VAR00043 221.2833 858.274 .581
VAR°""" 221.2833 %1.291 73'
VAR00045 221.3333 851.955 '" VAR000-16 221-1Bt>7 1110.0.~o "' VAR000-47 221.2667 648.029 VAR00048 221.3000 B:>o.892 VAR000-49 221.2000 857.349 ,724
VAR00050 '21.4167 857 .976 .610 VARD0051 221.0000 SM.8-47 .730 ·---· VARD0052 221.1500 857.825 .597 VAR00053 i21.v~~v 853.608 "' VAR00054 221.1000 859.244 .625
VAR00055 221.6333 865.253 .412 VAR00056 221.2333 858.284 .703 VAR00057 221.0333 864.236 .581 VAR00058 221.5000 857.102 .701 VAR00059 221.0333 ll59.1S5 .534 VAR00060 221.4167 860.010 .609 VAR0006f 221.6167 872.545 .272 VAR00002 221.4000 856.007 .734 VAR00003 221.1500 858.435 666
VAR°""' 221.2333 849.707 .776 VAROOOOS 221.2633 856.003 .771 VAR00066 221.1167 868.071 .380 VAR00007 221.5667 852.724 '" VAROOOOB 221.3333 ~52.326 .738 ~ 221.3833 863.461 "' ~ 221.0833 872.891 .270
VAR00071 221.5500 857.709 .550 VAR00072 221.0333 669.389 .355 VAR00073 221.2167 853.2!11 .576 VAR00074 221.2167 852.410 '" VAR0007S 221.1167 855.291 '91 VAR00076 221.2000 659.790 .587 VAROOOn 221.4333 8G2.921l .495 VAR00078 221.41G7 llG0,044 "' VAR00079 220.!1500 1162.!130 '" -VAROOOOO 221.2167 858.375 '" VAR00081 221.4167 853.569 7'1 VAR00082 221.4500 857.91.11 "' VAR00084 221.2500 8511.0119 .558 .. VAR00085 221.2833 1.150.783 ,676
ealibilitas Item Hasil Try Out
Case Processing Summary
N Valid 60
Cases Excluded" 0 Total 60
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based
on Cronbacl1's Standardized
% 100.0
.0 100.0
Aloha Items N of Items
.976 .976 78
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 224.1167 881.461 29.68940 78
Profil Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram - Nusa Tenggara Barat
IAIN Mataram berdiri berdasarkan Keputusan Presiden Noomor 91 tahun 2004, yang sebelumnya adalah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Mataram berdiri berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 11 tahun 1997, pada dasamya merupakan pengembangan dari Fakultas Tarbiyah dan Syari'ah Sunan Ampel yang telah berada di Mataram semenjak 1966. Dengan pengembangan tersebut, IAIN menjadi satusatunya Lembaga Pendidikan Agama Islam Negeri di tenggara Indonesia yang berada di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Posisi tersebut membuat IAIN Mataram memiliki signifikansi yang tinggi untuk mengantisifasi perkembangan yang bergulir dengan cepat. Khu:msnya dalam pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesionalitas yang fiapat menerapkan, menyebarluaskan atau menciptakan ilmu pengetahuan dan seni yang bernafaskan Islam. Serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan tarafkehidupan masyarakat.
Dengan demikian, IAIN Mataram memiliki status, fungsi, dan peran yang sama dengan Perguruan Tinggi Negeri yang lain. Dapat dijadikan alternatif utama bagi siapa saja yang ingin "menakar" masa depan melalui Perguruart Tinggi Negeri yang mengkhususkan diri dalam Islamic studies berkaitan dengan sosial kemasyarakatan.
Visi IAIN Mataram adalah terwujudnya l~mbaga Pendidikan Tinggi Agama Islam terkemuka cii kawasau Ti111ur I11uunesia fialam mengembangkan dan mengintegrasikan aspek keislaman, keilmuan, kemanusiaan, dim keindonesiaan. Misi IAIN Mataram adalah; (1) Menyelengg3rfakan tri darn1a perguruan tinggi yang Islam dan berkualitas, (2) Mewujudkan insane akademik yang cerda8 dan berakhlak mulia, dan (3) Menumbuhkan etas ilmu, etas kyrja, etas pengabdian yang tinggi serta berpartisipasi aktif dalam memberdayakan segenap potensi masyarakat.
Tujuan IAIN Mataram adalah; (1) Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarnkat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesionalitas yang berima 1 dan bertakwa (berakhlak mulia) serta dapat menerapkan, menciptakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan keislaman, teknologi yang berlandaskan agama Islam, (2) Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan keislaman, teknologi dan seni yang berlandaskan agama Islam, serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan pemberdayaan potensi serta tarafkehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
Program pendidikan pada IAIN Mataram terjabar ke dalam fakllltas, jurusan/program studi, dan program khusus. Fakultas yang dimiliki IAIN Matanun saat ini adalah fakultas tarbiyah, syari'ah dan dakwah. Fakultas tarbiyah terdiri dari jurusan/program studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Tadris Matematika, Tadris Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial (!PS), dan program khusus yakni program akta IV keguruan. Fakultas syari'ah terdiri dari jurusan/program studi Akhwal Al-Syakhsiyah (AS), Muamalah, dan Ekonomi Islam. Sedangkan fakultas dakwah terdiri dari jurusan/program studi Komunikasi dan Penyiaran Agama Islam (KP!) dan Pengi::mbangan Masyarakat Islam (PM!).
'
Profil Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAHN) Mataram - Nusa Tenggara Barat
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga guru Agama Hindu, PHO! NTB tahun 1966 membuka PGAH 6 tahun "Asta Paka" yang kemudian pada pertengahan 1968 dinegerikan oleh Bapak Menteri Agama bersama-sama dengan PGAH di Oenpasar dan PGAH di Singaraja menjadi PGAH Negeri Mataram.
Sejak dinegerikan sampai dengan tahun 1975 pelaksanaan kegiatan dilaksanakan berpindah-pindah, kadang-kadang di SON 1 Mataram, kadang-kadang di SMP 2 Mataram yang bertoleransi meminjamkan gedungnya.
Tahun anggaran 1974/1975 PGAHN Mataram memperoleh anggaran proyek pembangunan yang diperuntukkan untuk membeli tanah dan membangun ruai1g kelas. Oengan pendekatan khusus keagamaan oleh Bapak Gde Pudja (Oirjen Bimas Hindu dan Budha) saat itu denganjanji bahwa tanah yang dibeli adalah untuk kepentingan agama Hindu, maka pemilik tanah di sekitar Pura Pancaka bersedia melepaskan tanahnya untuk mendirikan gedung PGA Hindu Ne:geri Mataram dengan diganti rugi seharga Rp. 31.000 per are (Rp. 310 per meter persegi).
Oiatas tanah tersebut dibangun gedung PGAH Negeri secara bertahap melalui proyek PGAH Negeri Mataram yang sampai saat ini masih tetap berdiri yang terdiri dari antara lain ruilllg-ruang kelas, aula, dilll asrama.
Berdasarkan kebijakar1 Pemvr;111.al1 p.:,<la U.:1un 1993 seluruh PGAH Negeri termasuk PGAH Negeri Mataram dilikuidasi atau dibubarkilll, hanya PGAH Negeri Denpasar yang diijinkan untuk ditingkatkan menj~di APGAH (Akademi Pendidikan Guru Agama Hindu) Negeri Oenpasar. 1
Untuk memenuhi kebutuhan akm guru Agill11a Hindu di NTB, maka Dirjen Bimas Hindu dilll Budha Departemen Agama mengijinkm untuk mempergunakan seluruh aset eks PGAH Negeri Mataram menjadi kampus APGAH Mataram (LPTK) STKIP Agama Hindu yang berpusatnya di Singaraja.
Untuk memberdayakan masyarakat di NTB maka pada tahun 1995 Dirjen Bimas Hindu dan Budha mengijinkan Yayasan Dharma Laksillla NTB untuk menggunakan seluruh aset eks PGAH Negeri Mataram sebagai kampus ST AH Mataram dengilll memberi bantuan biaya penyelengarailll maupun beasiswa.
Di samping itu karena asrama PGA Hindu tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya, maka Kakanwil Agama NTB pernah juga memanfaatkannya yang diserahkan kepada yayasan wisma sejahtera. Pemerintah mendirikan ST AH Negeri Gde Pudja Mataram dengan SK Presiden RI No. 27 tahun 2001 tanggal 21 Pebruari 200 I dan diresmikan oleh Bapak Menteri Agama RI tanggal 11 Juli 200 l mengenai asset telah ditetapkan berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 204 tanggal 19 April 2002, yang isinya bahwa semua asset eks PGAH Negeri Mataram berupa tanah beserta bangunannya yang terdiri dari kampus, aula, rumah dinas, dan asrama ditetapkan menjadi asset STAH Negeri Gde Pudja Mataram.
Saat ini asrama telah difungsikan sebagai asrama para mahasiswa danjuga untuk menampung tenaga dosen yang barn diangkat dan belum mempunyai tempat tinggal. Disamping itu, rnmah dinas yang sebel umnya difungsikan sebagai kantor terpaksa dirubuhkan karena pada lokasi rumah dinas tersebut dibangun gedung kantor STAH Negeri Gde Pudja Mataram melalui proyek peningkatan penc.lidikan Agama Hindu Mataram 2002.
Tahun 2003 dibangun lantai 2 dan 3 (aula); tahun 2004 diselesaikan aula dan pagar serta dimulai pembangunan rnang kuliah tahap I yang akan dilanjutkan tahun 2005, tahap II dan seternsnya pada tahun-tahun yang akan datang.
Visi dan Misi ST AH Negeri Gde Pudja Mata ram Visi STAH Negeri Gde Pudja Mataram adalah: terwujudnya masyarakat yang maju, mandiri, beretos kerja tinggi, rukun dan berbudi pekerti luhur sebagai wujud dari Sraddha dan Bakti keoada Hyang Widhi Wasa.
Misi ST AH Negeri Gde Pudja Mataram adalah: melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu melaksanakan pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dibidang ilmu pengetahuan Agama Hindu, teknologi serta kesenian yang bernafaskan Hindu. Baik internal maupun ekstemal bagi selurnh sivitas akademik secara optimal sehingga dihasilkan calon-calon tenaga intelektual dan professional di bidangnya masing-masing sesuai denganjurusan dan program studi yang dikembangkan guna memenuhi kebutuhan pemerintah dan harapan masyarakat yang maju mandiri beretos kerja tinggi rukun, dan berbudi pekerti luhur sebagai perwujudan dari Sraddha dan Bakti.
Tujuan Tujuan Umum I . Membentuk manusia susila yang cakap serta mampu membina dan
mengembangkan ilmu pengetahuan untuk diabdikan kepada Tuhan, nusa, dan bangsa.
2. Mendidik dan menghasilkan lulusan yang bertakwa kepada Tuhan YME, berjiwa Pancasila, tanggap terhadap perubahan, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan memiliki semangat serta dedikasi yang tinggi.
3. Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
4. Membantu pemerintah dalam pengadaan tenaga pendidikan Strata satu (S 1) dan tenaga-tenaga berkualitas dalam masyarakat.
Tujuan Khusus Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Ode Pudja Mataram bertujuan menghasilkan lulusan yang: 1. Mampu mengisi lowongan/jabatan dalam bidang pendidikan agama Hindu,
Penerangan Agama Hindu, Hukum Agama Hindu sesuai dengan kebutuhan serta perkembangan kehidupan bennasyarakat.
2. Mampu mengamati, menganalisa dan memecahkan masalah··masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas.
3. Bertanggung jawab dan berdedikasi tinggi serta dapat melaksanakan tugas dengan baik secara bersama maupun secara pribadi.
4. Mampu merencanakan dan mengelo/a usaha-usaha untuk memperbaiki serta meningkatkan mutu pendidikan Agama Hindu.
5. Mampu membuka lapangan kerja sepdiri yang profesional dan dijiwai oleh ajaran Agama Hindu. ·
Program Pendidikan Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Ode Pudja Mataram menyelenggarakan pendidikan Strata 1 (S 1 ), Diploma Ill, dan Diploma II, yang terdiri atas 4 jurusan dengan 7 program studi, yaitu: 1. Jurusan Pendidikan Agama Hindu
a. Program studi pendidikan agama hindu strata 1 (S 1) b. Programa studi pendidikan agama hindu diploma III (D III) c. Program studi pendidikan agama hindu diploma II (DII)
2. Jurusan Penerangan Agama Hindu a. Program studi penerangan agama hindu strata 1 (S 1) b. Program studi penerangan agama hindu diploma III (D III) dengan muatan
· lokal pemand 1 wisata 3. Jurusan Hukum Agama Hindu
a. Program studi hukum agama hindu strata I (S 1) 4. Jurusan Filsafat Agama Hindu (S 1) !
a. Program studi filsafat
Nomor Lamp. Hal
DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
JI. Pendidikan No. 35 Mataram Telp.68212
Mataram, JO Nopember 2006 : IN.12ffL.00/740/06
: Izin Try Out dan Penelitian Skripsi An. Syamsul Hadi.
Kepada Yth. Dekan Fak11/tas Psikologi
Universitas L~/am Negeri (UJ/\Q Syarif Hidayatul/ah
Di -Jakarta
Assa/amu 'a/aikum. Wr. Wb.
Berdasarkan surat Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta tanggal 1 l Oktober 2006,
nomor: Ft.71/0T.01.711158/X/2006, perihal seperti pokok surat di atas, maka
pada prinsipnya kami dapat menerima mahasiswa tersebut untuk melakukan
penelitian di IAIN Mataram.
Demikian, surat izin ini dikeluarkan untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Tembusan disampaikan kepada Yth.
Para Dekan di lingkungan IAIN Mataram (agar mahasiswa yang bersangkutan dibantu)
DEPARTEMEN AGAMA R.I. SEKOLAH TINGGI A GAMA HINDU NEGERI GDE PUDJA MATARAM
JI. Panc:aka No. 7 B Telp. (0370) 628382, 637388 Mataram
SURAT KETERAi\GAN TE LAH MELAKSANAKAN PENELlT 1fAN Nurnor : Shs.02ffL.Ol/.6ZJ7/2007
Yang b.::rtanda tcngan di::iawRh ini Ketua Sekolah Tinggi Agarna Hindu Nege1i Gde Pudja Matararn rnenerangkan bahwa :
T'1a111a
"Nomor Pokok
Program Studi/Sernester
Tahun Akademik
Tempatffgl. Lahir
Syarnsul Hadi
102070026024
Strata I (S 1)
2006/2007
Jl. Kerta Mukti Pisangan Cipuput
Sehubungan dengan ha! diatas memang benar Mahasiswa tersebut telah
rnelaksanakan penelitian pada bulan Mei 2007 di Kampus STAHN Gde Pudja
Mata ram.
Demikian surat keterangan m1 dibuat untuk dapat dipergunakan
sebagairnana mestinya.
Matarum, 25 Mei 2007
top related