dinamika internal partai demokrat menjelang...
Post on 08-Oct-2019
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DINAMIKA INTERNAL PARTAI DEMOKRAT MENJELANG
PEMILIHAN UMUM 2014
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Ricad Saka
NIM: 1111112000089
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul
DINAMIKA INTERNAL PARTAI DEMOKRAT MENJELANG PEMILIHAN
UMUM 2014
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarifhidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarifhidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Juni 2016
Ricad Saka
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Ricad Saka
NIM : 1111112000089
Program Studi : Ilmu Politik
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
DINAMIKA INTERNAL PARTAI DEMOKRAT MENJELANG PEMILIHAN
UMUM 2014
...........................................................................................................
...........................................................................................................
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 26 Mei 2016
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing,
Dr. Iding Rosyidin,M.Si Dr. Ali Munhanif, MA
NIP. 197010132005011003 NIP. 196512121992031004
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skirpsi yang berjudul:
DINAMIKA INTERNAL PARTAI DEMOKRAT MENJELANG PEMILU 2014
Oleh
Ricad Saka
1111112000089
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Juni
2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.
Ketua Sekretaris
Dr. Iding Rosyidin, M.Si Suryani, M.si
NIP. 197010132005011003 NIP. 197704242007102003
Penguji I, Penguji II,
Dr. Haniah Hanafie, M.Si Ana Sabhana Azmy, M.I.P
NIP. 196105242000032002
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 16 Juni 2016.
Ketua Prodi Ilmu Politik
FISIP UIN Jakarta,
Dr. Iding Rosyidin, M.Si
NIP. 197010132005011003
iv
ABSTRAK
Skripsi ini membahas dinamika internal Partai Demokrat menjelang
pemilu 2014. Kemudian skripsi ini juga melihat bagaimana peran sosok pemimpin
partai politik dalam menanggulangi permasalahan pada partai yang dipimpinya,
dalam kasus ini yaitu Susilo Bambang Yudhoyono. Dari berbagai solusi yang
penulis dapat temukan dengan data melalui buku ataupun wawancara dengan
narasumber terkait bahwa peran Susilo Bambang Yudhoyono sangat signifikan
terhadap permasalahan yang dihadapi Partai Demokrat. Penelitian ini sangat
penting dimana pada era politik modern saat ini bahwa partai politik merupakan
salah satu dasar dalam berbangsa dan bernegara yang demokratis.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan pembingkaian
(framing) dalam kajian gerakan sosial. Kemudian penelitian ini menggunakan
metode kualitatif untuk mendapatkan hasil penelitian yang berdasarkan fakta
dilapangan. Untuk itu penulis melakukan sesi wawancara terhadap narasumber-
narasumber yang terkait untuk dapat menjawab apa yang penulis permasalahkan
dalam penelitian ini. Dalam hasil penelitian ini terlihat bahwa terdapat beberapa
mekanisme framing yang dilakukan oleh Partai Demokrat yang didorong oleh elit
partai dan terutama pada ikon pemimpinya yaitu Susilo Bambang Yudhoyono.
Mekanisme yang dimaksud misalnya: 1.) Diagnosis Framing yaitu melakukan
interpretasi masalah yang menyebutkan bahwa Partai Demokrat adalah partai
terkorup itu tidak benar. 2.) Prognostig Framing yaitu mencoba menghadirkan
gerakan yang berupaya untuk memberikan tindakan solutif terhadap permasalahan
yang dihadapi partai seperti contoh kader Partai Demokrat yang memeggang
maupun tidak memeggang jabatan politik harus menandatangani pakta integritas.
3.) Motivasional Framing yaitu gerakan framework (bingkai kerja) bergantung
pada pemimpin atau aktor gerakan seperti menjadikan Susilo Bambang
Yudhoyono sebagai sosok sentral yang dapat menangani masalah internal Partai
Demokrat. Selain itu juga terdapat beberapa faktor pendukung yang menyebabkan
proses framing berjalan dengan baik, seperti: rekam jejeka dua periode
kepeminpinan Susilo Bambang Yudhoyono, klaim keberhasilan kebijakan yang
ada pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, Peran serta Ikon Partai
Demokrat yaitu Susilo Bambang Yudhoyono.
Kata kunci: Dinamika, Partai Demokrat, Framing, Susilo Bambang Yudhoyono.
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah Swt, yang dengan karunia dan rahmat-Nya telah
memberikan kemudahan pada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan
tidak lupa kepada Rasulullah Saw sebagai Nabi besar umat Islam yang
menjunjung tinggi ilmu pengentahuan sebagai salah satu cara untuk dapat
beriman.
Peneliti ingin menyampaikan banyak terimkasih kepada setiap orang juga
lembaga yang turut membantu menyeleaikan penelitian ini. Dalam kesempatan ini
peneliti ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas UIN Syarif
Hidayatulah Jakarta.
2. Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.
3. Dr. Iding Rosyidin selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik UIN Syarif
Hidayatulah Jakarta.
4. Suryani M. Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik UIN Syarif
Hidayatulah Jakarta.
5. Dr. Ali Munhanif selaku pembimbing juga teman diskusi yang selalu
menyempatkan waktu di sela-sela kesibukannya. Berkat pembimbing
membuat peneliti dapat memahami arti dari setiap tulisan yang peneliti
tulis dan teliti, sehingga penelitian ini bisa berhasil dengan baik.
6. Terimakasih yang terdalam peneliti sampaikan kepada Iskandar dan Marsi.
Sebagai orang tua yang tak henti-hentinya memberikan dukungan moril
vi
dan materil. Serta doa yang tak pernah putus membuat semangat peneliti
tak putus hingga akhir penelitian ini. Dan juga Saudara Kandung penulis
Maha Indra Atmaja, Andes Topan, Doni Hanif, dan Dodi Jehan.
7. Kepada Bang Didit Prambudi, Bang Omar, Bang Ruhut Sitompul dan juga
Bapak Dr. Ahmad Mubarok peneliti ucapkan terimakasih telah
memberikan data dan pengetahuan bagi kebutuhan penulisan skripsi ini.
Sehingga penelitian ini menjadi matang untuk dipresentasikan.
8. Kepada Seluruh warga besar Fisip terutama Ilmu Politik 2011 Peneliti
ucapkan banyak terimakasih karena canda tawa kalian selalu jadi
penghibur dan juga keseriusan kalian dalam membantu penulis
menyelesaikan penelitian ini.
9. Terimaksih dengan cinta kepada kawan-kawan setia, KKN Brahmana,
Ican, Abe, Fikri, Ical, Batok, Afdal, Hijri, Apid streetwalker, Bayu, Layla,
Monik, Febi, Irfan, Aco, Dame, Baret, Opank, dan jajaran anak Trotoar,
dan masih banyak lagi yang tidak memungkinkan bisa penulis nyatan satu
persatu.
10. Tak lupa terimakasih peneliti ucapkan pada staf TU Pak Jajang dan Pak
Amali yang banyak membantu peneliti dalam melengkapi urusan
administrasi.
Jakarta, 26 Mei 2016
Ricad Saka
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................iv
DAFTAR ISI .....................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... vii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ............................................................................. 1
B. Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 10
D. Metode Penelitian................................................................................ 11
E. Sistematika Penelitian ......................................................................... 12
BAB II KERANGKA TEORI
A. Gerakan Sosial Baru: Pembingkaian (Framing) ................................. 15
B. Resonansi Pembingkaian (Framing Resonance) ................................ 21
BAB III GAMBARAN UMUM PARTAI DEMOKRAT DAN
KEPEMIMPINAN SBY
A. SBY dan Sejarah Berkembangannya Partai Demokrat ....................... 23
B. Partai Demokrat Dalam Pemilu 2004 dan 2009 .................................. 28
C. Partai Demokrat dan Pemilu 2014 ...................................................... 33
BAB IV FRAMING PARTAI DEMOKRAT DAN FAKTOR
PENDUKUNGNYA
A. Diagnosis Framing ............................................................................. 37
B. Prognostig Framing ............................................................................ 41
C. Motivasional Framing ......................................................................... 53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 58
B. Saran .................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................xi
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Daftar tabel isu kampanye dan jargon kampanye Partai Demokrat
2014……………………………………………………………..55
ix
DAFTAR SINGKATAN
BAPILU (Badan Pemenangan Pemilu)
BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
CAPRES (Calon Presiden)
CAWAPRES (Calon Wakil Presiden)
DPC (Dewan Perwakilan Cabang)
DPD (Dewan Perwakilan Daerah)
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah)
GOLKAR (Partai Golongan Rakyat)
HAM (Hak Asasi Manusia)
JK (Jussuf Kalla)
KLB (Kongres Luar Biasa)
KPU (Komisi Pemilihan Umum)
KPK (Komisi Pemeberantasan Korupsi)
LSI (Lembaga Survey Indonesia)
LSI (Lingkaran Survey Indonesia)
MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)
PAN (Partai Amanat Nasional)
PPP (Partai Persatuan Pembangunan)
PDI-P (Partai Demokrasi Indoensia Perjuangan)
PBB (Partai Bulan Bintang)
PD (Partai Demokrat)
PKB (Partai Kebangkitan Bangsa)
PKPI (Partai Kesatuan Persatuan Indonesia)
PKS (Partai Keadilan Sejahtera)
x
RAKORNAS (Rapat Koordinasi Nasional)
RI (Republik Indonesia)
SBY (Susilo Bambang Yudhoyono)
TNI (Tentara Negara Indonesia)
UU (Undang-Undang)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam siklus kompetisi antar partai dalam Pemilihan Umum, adalah sulit
untuk mempertahankan kemenangan sebuah partai lebih dari dua periode.
Kecenderungan ini terjadi bukan hanya karena adanya UU Politik dan Pemilihan
Umum yang tidak memperbolehkan calon presiden dan wakilnya lebih dari dua
periode jabatan, tetapi juga karena kepercayaan masyarakat cenderung turun
kepada sebuah partai yang telah memasuki periode pemerintahan yang kedua.
Kecuali pemimpin partai yang menunjukkan prestasi luar biasa dalam kebijakan
pemerintahannya. Fenomena ini terlihat secara mencolok pada Partai Demokrat
yang menjadi pemenang Pemilu Presiden pada 2004 dan pimilihan umum
legislatif. Pada 2009 Partai Demokrat juga memenangkan pemilihan presiden
dan suara terbesar pemilihan legislatif.1 Harus diakui, capaian politik ini itu
menempatkan Partai Demokrat sebagai salah satu dari sedikit partai yang
mencapai kejayaan dalam waktu singkat di masa Reformasi.
Namun demikian, setelah pemilu 2009, perjalanan Partai Demokrat tidak
begitu mulus. Permasalahan yang menimpa dalam internal partai mengakibatkan
terjadinya penurunan popularitas partai. Sejumlah kader dan elit partai terjerat
kasus korupsi. Disamping itu pemberitaan media yang begitu berlebihan
mengkritisi pemerintahan ketika itu yang membentuk sebuah opini bahwa Partai
1Partai Demokrat, Diakses pada tanggal Kamis, 5 oktober 2015, melalui:
http://pemilu.tempo.co/read/partai/8/Partai-Demokrat-PD
2
Demokrat adalah partai yang korup. Tentu hal tersebut berimbas pada
elektabilitas dan perolehan suara partai pada pemilu berikutnya.
Dalam sejarahnya, partai politik di Indonesia adalah organisasi yang
bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara
sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan
membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta
memelihara keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.2
Posisi partai yang demikian ini tergambar dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang
No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.
Era reformasi memberi peluang bagi partai politik untuk bermunculan.
Karenanya, masyarakat berlomba-lomba membangun wadah berpolitik dengan
membuat partai politik dengan tujuan dapat memberikan aspirasi dalam rangka
berpartisipasi dalam proses pemerintahan dan penerapan kebijakan publik. Salah
satu partai yang lahir di era reformasi adalah Partai Demokrat.
Partai Demokrat (PD) didirikan atas dasar keinginan Susilo Bambang
Yudhoyono, dikarenakan oleh kekalahan SBY pada bursa seleksi calon wakil
presiden dalam proses gejolak Sidang Istimewa MPR 2001.3 Setelah peristiwa
itu, popularitas SBY melonjak tajam. SBY dianggap merupakan sebuah sosok
politisi yang memiliki kapasitas, integritas dan kewibawaan yang memenuhi
2Hukum Online, Diakses pada tanggal 15 April 2015 melalui : www.hukumonline.com
3Usamah Hisyam, Lika-liku Karier Sang Bintang, (MO) Men’s Obsession, Edisi Khusus
Mini Biografi SBY, (Jakarta: PT. Dharmapena, 2004), hal. 45
3
syarat untuk menjadi pimpinan nasional. SBY sendiri mendapat dukungan dari
beberapa orang dan tokoh nasional ketika itu.
Beberapa orang tersebut diantaranya adalah Vence Rumangkang, Drs. A.
Yani Wahid, Achmad Kurnia, Adhiyaksa Dault, Baharuddin Tonti, dan Shirato
Syafei untuk merumuskan rencana pendirian Partai Demokrat, dan dari situlah
kemudian pada tanggal 9 oktober Partai Demokrat diresmikan dan disahkan oleh
Departemen Kehakiman dan HAM RI.4
Selanjutnya Partai Demokrat dideklarasikan dan dilanjutkan dengan
Rapat Kerja Nasional untuk pertama kalinya yang diikuti oleh Dewan Pimpinan
Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) seluruh Indonesia.
Menjelang pemilu 2004 Partai Demokrat menyiapkan diri sebagai partai
nasionalis baru yang mencoba menyesuaikan diri terhadap iklim politik
Indonesia dan partai-partai nasionalis lainnya.
Pemilu 2004 merupakan eksperimen politik demokrasi Indonesia baru.
Pemilu 2004 adalah pemilu ke dua setelah pemilu pertama yaitu tahun 1999 di
era reformasi. Kemudian pemilu legislatif 2004 yang diikuti sebanyak 24 partai
politik dan Partai Demokrat berhasil meraih posisi lima besar dengan perolehan
suara sebanyak 8.455.225 atau 7,45% suara.5
Menjelang pemilu presiden 2004, KPU memutuskan lima pasangan calon
presiden dan wakil presiden yang maju dalam kompetisi pemilu presiden.
4Tentang Partai Demokrat, Diakses pada tanggal 13 Mei 2015 melalui:
www.ib.ayobai.org/sejarah-partai-demokrat 5Hasil Akhir Penghitungan Suara KPU, Diakses pada tanggal Senin, 9 Oktober 2015,
melalui: www.kpu.go.id
4
Pasangan tersebut diantaranya yaitu Hamzah Haz-Agum Gumelar (PPP), Amien
Rais-Siswono Yudoohusodo (PAN), Wiranto-Salahuddin Wahid (Golkar),
Megawati Soekarnoputri-Ahmad Hasyim Muzadi (PDI-P) dan Susilo Bambang
Yudhoyono-Jusuf Kalla (PD,PBB,PKPI). Hanya satu pasangan yang tidak lolos
hasil verifikasi untuk dapat mengikuti pemilu presiden 2004 yaitu dari partai
PKB pasangan Abdurrahman Wahid-Marwah Daud Ibrahim.
Jika pada pemilu putaran pertama dari setiap pasangan calon presiden
memenuhi lebih dari 50% suara maka sudah dapat diputuskan pemenangnya,
sebaliknya jika tidak maka akan dilakukan pemilu putaran kedua. Alhasil dari
kelima pasangan calon presiden dan wakil presiden tidak ada yang memenuhi
kuota tersebut.
Kemudian pemilu putaran kedua kali ini hanya diikuti oleh dua pasangan
calon presiden dan wakil presiden yaitu Megawati-Hasyim Muzadi dan SBY-JK.
Yang pada akhirnya pasangan SBY-JK berhasil mengungguli pasangan
Megawati-Hasyim Muzadi.6
Momentum politik ini menjadi sebuah catatan sejarah baru bagi perjalan
demokrasi di Indonesia. Bahwasannya pemilu tersebut berhasil dilaksanakan
tanpa ada gejala-gejala politik yang non-demokratis. SBY-JK berhasil menjadi
pemimpin bangsa, dan selama ke pemimpinannya hingga menjelang pemilu
2009 dinilai sangat menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi di Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
6Partai Demokrat, Diakses pada tanggal Kamis, 5 oktober 2015, melalui:
http://pemilu.tempo.co/read/partai/8/Partai-Demokrat-PD
5
Susilo Bambang Yudhoyono berhasil menjalankan roda demokrasi di
Indonesia. SBY merupakan sosok politisi yang memiliki karismatik sebagai
seorang pemimpin bangsa yang juga menghormati segala sendi demokrasi di
setiap lapisan masyarakat yang ada di Indonesia. Hal tersebut selalu terucap
hamper disetiap pidato kenegaraanya.
Popularitas serta elektabilitas Susilo Bambang Yudhoyono pun makin
melonjak tajam. Bahwasanya terdapat opini publik yang menyatakan Susilo
Bambang Yudhoyono adalah bapak demokrasi Indonesia yang membawa dirinya
memenangkan pemilu selama dua periode yaitu 2004-2009 dan 2009-2014.
Dalam pemilu legislatif periode 2009-2014 yang diikuti sebanyak 44 partai
politik ini, partai demokrat berhasil menduduki puncak perolehan suara.7
Sebagai partai penguasa tentu hal tersebut merupakan prestasi yang
membanggakan bagi partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono tersebut.
Kemudian mejelang pemilu presiden, Susilo Bambang Yudhoyono
memutuskan untuk merekrut Boediono sebagai cawapres yang menggantikan
pasangan sebelumnya yaitu Jusuf Kalla. Hal tersebut sempat menimbulkan pro
dan kontra di masyarakat maupun di internal partai terhadap sikap Susilo
Bambang Yudhoyono ketika itu, Susilo Bambang Yudhoyono dianggap tidak
profesional terhadap pilihannya karena Boediono sendiri bukan politisi yang
hanya menjabat sebagai Direktur Bank Indonesia pada saat itu.
Namun hal tersebut tidak merenungkan niat Susilo Bambang Yudhoyono
untuk tetap maju kembali pada pemilu presiden periode 2009-2014 dan pada
7Partai Demokrat, Diakses pada tanggal Kamis, 5 oktober 2015, melalui:
http://pemilu.tempo.co/read/partai/8/Partai-Demokrat-PD
6
akhirnya SBY-Boediono berhasil menjadi pemenang pemilu presiden periode
2009-2014 mengungguli dua pasangan calon lainnya dengan perolehan suara
sebanyak 73.874.562 atau 60,80% suara. 8
Selama kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono untuk kedua kalinya
banyak terjadi permasalahan politik nasional yang juga menimpa kubu partai
besutan SBY tersebut. Beberapa kader Partai Demokrat terjerat kasus korupsi
hingga menjadi tersangka. Kemudian permasalahan di internal partai demokrat
menjadi kompleks yang membuat SBY sendiri harus turun gunung untuk
mencoba meredam dan menyelesaikannya. Dan juga permasalahan koalisi
diparlemen yang dinamis, hal tersebut menciptakan opini publik yang menilai
bahwa SBY kali ini telah gagal dalam memimpin bangsa Indonesia.
Banyak opini yang menyebutkan bahwa kasus-kasus korupsi yang
melanda kader partai merupakan campur tangan elit Partai Demokrat. Bahwa
dalam kasus korupsi hambalang yang menimpa Bedahara Umum Partai
Demokrat Nazarudin diduga mengalir ke kongres Partai Demokrat tahun 2010.
Beberapa nama politikus Partai Demikrat ikut terjerat dalam kasus tersbut antara
lain Angelina Sondakh, Andi Alfian Mallarangeng, dan terakhir yang terakhir
adalah mantan Ketua Umum yaitu Anas Urbaningrum.9
Permasalahan politik nasional maupun di kubu internal Partai Demokrat
membuat turunnya elektabilitas Partai Demokrat. Masyarakat mengalami krisis
kepercayaan terhadap partai penguasa tersebut. Menjelang pemilu 2014 Partai
8Hasil Akhir Penghitungan Suara KPU Diakses pada tanggal Kamis, 5 oktober 2015,
melalui: www.kpu.go.id 9Partai Demokrat, Diakses pada tanggal Kamis, 5 oktober 2015, melalui:
http://pemilu.tempo.co/read/partai/8/Partai-Demokrat-PD
7
Demokrat mencoba merevisi kesalahanya dan mencoba untuk menaikan kembali
elektabilitas partai dengan mengadakan konvensi capres untuk pemilu 2014
nantinya. Hal terebut merupakan strategi SBY dalam menaikan kembali
elektabilitas partainya.
Bila pada April 2009 survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI)
menempatikan Partai Demokrat diurutan pertama dengan 20,85 persen, pada
Juni 2011 LSI menempatkan posisi Partai Demokrat sudah turun posisi kedua
setelah Golkar dengan 15,5 persen. Survei waktu itu dilakukan setelah terjadinya
kasus Wisma Atlet.10
Pada Maret 2013, SBY yang awalnya menjadi Dewan Pembina Partai
Demokrat akhirnya ditetapkan sebagai ketua umum Partai Demokrat,
menggantikan Anas Urbaningrum yang terjerat kasus korupsi. Ketika itu Partai
Demokrat mengalami krisis kepemimpinan yang dilatarbelakangi adanya
permasalah politik di internal partai tersebut yang membuat Demokrat pun
mengadakan konvensi dengan tujuan melahirkan calon pemimpin partai yang
mumpuni dalam mengahadapi pilpres 2014 nantinya
Menjelang pemilu 2014 Partai Demokrat mengadakan Rakornas yang
membahas bagaimana sikap Partai Demokrat dalam menghadapi pemilu 2014
dan mencoba memulihkan kekuatan serta citra baik partai. Dalam hasil Rakornas
tersebut disebutkan bahwa strategi utama Partai Demokrat adalah mengandalkan
citra baik Ketua Umum PD yaitu Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden
10
Partai Demokrat, Diakses pada tanggal Kamis, 5 oktober 2015, melalui:
http://pemilu.tempo.co/read/partai/8/Partai-Demokrat-PD
8
selama dua periode kepemimpinan. Selama kepemimpinan SBY telah
menunjukan sikap yang tegas serta memiliki integritas.
Melihat situasi politik yang kritis tersebut, Ketua Dewan Pembina (kini
Ketua Umum) Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono segera melakukan
konsolidasi politik. Dari hasil konsolidasi tersebut terdapat empat misi
penyelamatan Partai Demokrat.11
Langkah awal yang di lakukan adalah
melakukan gerakan konfrontatif dengan membersihkan praktik korupsi dijajaran
internal partai. Seluruh fungsionalis Partai Demokrat diwajibkan
menandatangani nota kesepahaman sebagai bentuk komitmen politik untuk tidak
melakukan korupsi,
Kedua, mereorganisir dan merestrukturisasi partai guna menyusun
kekuatan di tengah ancaman kerusakan akibat praktik korupsi berikut
dampaknya. SBY juga merombak struktur partai pasca mundurnya Anas sebagai
ketua umum yang terjerat kasus korupsi.
Ketiga, menegaskan orientasi partai sekaligus memimpin misi
penyelamatan Partai Demokrat. KLB (Kongres Luar Biasa) menjadi fokus
Penyesuaian bagi kader partai guna mempersiapkan diri menghadapi perubahan
politik.
Keempat, melakukan transformasi dan menjadi partai yang lebih modern
bisa dilihat dari model penjaringan capres, apakah berlangsung tertutup atau
terbuka. Meski hasil akhir konvensi, yang merujuk hasil survey pada
11
Muhammad Rifai Darus, Membaca Peluang Kemenangan Partai Demokrat Pada
Pemilu 2014. Diakses pada jumat kamsis 25 Junu 2015 melalui: www.demokrat.or.id
9
masyarakat, namun keputusan tetap berada dilingkungan Majelis Tinggi Partai
Demokrat.
Hingga pada akhirnya Partai Demokrat pun mengadakan konvensi
tersebut. Uniknya adalah konvensi tersebut diikuti oleh beberapa kader demokrat
dan juga oleh orang-orang di luar Partai Demokrat. Tentu secara tidak langsung
hal tersebut menjadi sebuah pertanyaan di tengah masyarakat bahwa konvensi
tersebut bertujuan untuk mencari sosok seorang pemimpin yang ideal dan
karismatik menggantikan sosok SBY. Dari situ lah kemudian dinamika politik
partai demokrat menjadi pusat perhatian beberapa media.
B. Pembatasan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
1. Pembatasan Masalah
Penelitian ini secara general ingin memberikan analisis terhadap
dinamika Partai Demokrat dalam menghadapi pemilu 2014. Melihat pada
permasalahan penelitian diatas tentu penulis membatasi masalah penelitian ini
pada proses selama Pemilihan Umum 2014 berlangsung.
2. Pertanyaan Penelitian
Mengacu pada permasalahan diatas maka penulis mengajukan pertanyaan
penelitian:
Bagaimana proses framing Partai Demokrat menjelang pemilu 2014?
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
I. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap Partai
Demokrat dalam menanggulangi permasalahan di internal partai yang berimbas
pada elektabilitas serta perolehan suara pada pemilu tahun 2014.
II. Manfaat penelitian
Dalam penelitian skripsi ini penulis membedakan manfaat menjadi dua,
yaitu:
a. Manfaat Teoritis
Peneliti mengharapkan agar penelitian ini bermanfaat dan
dapat memberikan arti akademis dalam menambah informasi dan
memperkaya wawasan politik terutama dalam mengamati dan
menganalisis fenomena-fenomena partai politik yang ada
sekarang ini, terutama tentang permasahan partai politik
b. Manfaat Praktis
Penulis berharap dengan melakukan penelitian ini dapat
mengetahui bagaimana proses framing partai demokrat menjelang
pemilu 2014. Serta upaya-upaya gerakan yang membentuk
framework dalam menanggulangi permasalahan internal maupun
eksternal partai.
11
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah tipe kualitatif.
Prosedur penelitian ini melahirkan data yang deskriptif yakni medeskripsikan
dan menjelaskan yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti, dalam hal
ini mengenai “Dinamika Internal Partai Demokrat Menjelang Pemilihan Umum
Tahun 2014”.
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam
penilitian ini adalah sebagai berikut:
a. Studi literature dan dokumentasi, yaitu mencari dan mengumpulkan
data mengenai masalah-masalah yang berkaitan melalui literature buku,
surat kabar, media internet dan lain-lain yang berkaitan dengan objek
yang sedang diteliti. Dalam hal ini yang berkaitan dengan proses
pembingkaian Partai Demokrat.
b. Wawancara, teknik wawancara ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data dan informasi melalui tanya jawab dengan
mengajukan beberapa pertanyaan melalui dua narasumber yang
terpercaya dan akurat diantaranya elit politik Partai Demokrat yaitu
Ahmad Mubaraok dan kader partai yang menduduki jabatan politik di
pemerintahan seperti Ruhut Sitompul.
12
3. Teknik Analisa Data
Adapun teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif analisis, yaitu suatu pembahasan yang bertujuan untuk
membuat gambaran terhadap data-data yang terkumpul dan tersusun
dengan cara memberikan interpretasi terhadap data-data tersebut. Dengan
menggunakan teknik penelitian ini penulis berharap dapat memberikan
gambaran yang sistematis, faktual, aktual, dan akurat mengenai fakta-
fakta seputar dinamika politik internal Partai Demokrat menuju pilpres
2014.
Untuk pedoman penulisan dalam penelitian ini, penulis memakai
buku terbitan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sebagai panduan penyusunan Proposal dan Skripsi
ini.
E. Sistematika Penulisan
Pada saat menjelaskan permasalah penelitian agar lebih lengkap dan
terarah maka penulis memberikan sistematika penuliasan sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan, pada bab ini penulis berusaha menjelaskan
permasalahan yang melatarbelakangi penulisan dengan pembahasan dan
perumusan masalah serta tujuan terkait dalam dinamika internal Partai Demokrat
menjelang pemilu 2014. Dengan teori pembingkaian (framing) sebagai landasan
teoritis yang menjelaskan pokok permasalahan skripsi ini yang didasarkan pada
metode penelitian kualitatif.
13
Bab II : Pada bab ini penulis mencoba menjelaskan kerangka teori
framing terkait permasalahan politik yang ada pada internal Partai Demokrat
dalam mengeneralisir persiapan partai menghadapi pilpres 2014.
Bab III : Pada bab ini penulis mencoba menjelaskan bagaimana
ruanglingkup Partai Demokrat secara politis dengan keadaan dan situasi politik
nasional saat itu. Serta mengaitkannya dengan fakta dan fenomena politik yang
ada pada elit Partai Demokrat.
Bab IV : Pada bab ini penulis mencoba menjelaskan bagaimana analisis
deskriptif terkait dengan dinamika internal Partai Demokrat dalam menghadapi
pemilihan umum 2014. Serta hal-hal yang melatarbelakangi partai tersebut
dalam mem-framing permasalahan internal partai menjelang pemilu dan faktor-
faktor pendukung frame tersebut.
Bab V : Pada bab ini penulis akan mencoba untuk menyimpulkan
pembahasan mengenai skripsi ini sekaligus menjadi penutup pada sub
permasalahan dinamika internal Partai Demokrat terkait pemilihan umum
ditahun 2014 serta bagaimana hasil dari framework tersebut, kemudian mencoba
memberikan asumsi terkait dengan masalah yang diajukan dari keseluruhan
skripsi ini agar mudah dipahami bagi para pembaca.
14
BAB II
KERANGKA TEORITIS
Dalam kajian ilmu politik, sebuah teori biasanya dipahami sebagai
generalisasi-generalisasi dari berbagai fenomena dan fakta-fakta yang
ditampilkan oleh penulis dalam upaya menganalisa permasalahan yang akan
diteliti. Hal ini terkait dengan pemecahan masalah yang akan dilihat dalam
penelitian ini. Penelitian ini sebenarnya menggambarkan dan membahas
mengenai fenomena serta fakta-fakta politik, sehingga penelitian ini bersifat
deskriptif dan komparatif.
Labih dari itu, penelitian ini juga berusaha untuk memaparkan fakta-
fakta kehidupan politik sedemikian rupa sehingga dapat disimpulkan dalam
generalisasi-generalisasi.12
Sebagaimana yang dipaparkan dalam bab
pendahuluan, penulis menggunakan framing politik sebagai landasan teori dalam
rangka menguak berbagai maneuver dan langkah-langkah politik partai untuk
mengetahui bagaimana Partai Demokrat berhasil tampil sebagai salah satu partai
menengah pada Pemilu 2014.
Dalam bab ini penulis mencoba menampilkan sebuah kerangka teoritis
dalam ruang lingkup normatif. Oleh sebab itu penulis menggunakan pendekatan
gerakan sosial (social movement) untuk menjawab persoalan dan pertanyaan
penelitian. Teori yang penulis gunakan adalah teori gerakan sosial dari prespektif
pembingkaian (framing).
12
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, cet.17 (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2002), h. 44.
15
Tentu terdapat beberapa alasan mengapa penulis mengguanakan teori
framing, karena penulis melihat bahwa Partai Demokrat merupakan sebuah
organisasi gerakan sosial yang berbasis partai politik yang menyerukan nilai-
nilai demokrasi yang mencoba memberikan pembingkaian yang ditunjukan
kepada kader-kader partai supaya melakukan aksi-aksi kolektif (collective
action) untuk tujuan gerakan dalam menanggulangi permasalahan di internal
Partai Demokrat.
Kemudian untuk mempermudah dalam memahami teori yang penulis
gunakan yaitu pembingkaian atau framing, adalah sebuah teori yang berbasis
pada teori gerakan sosial dari prespektif pembingkaian (framing).
A. Gerakan Sosial Baru: Pembingkaian (Framing)
Dalam sebuah gerakan sosial terdapat tiga unsur utama yang perlu
dijelaskan untuk memahami proses politik dan kultural gerakan. Variabel-
variabel atau unsur-unsur tersebut meliputi 1) mobilisasi sumber daya (resource
mobilization), 2) struktur kesempatan politik (political opportunity structure),
dan 3) pembingkaian (framing).13
Bisa dikatakan, terkumpulnya berbagai
variable dalam gerakan ini merupaka sintesis dari teori-teori gerakan sosial yang
pernah diperdebatkan sebelumnya.
Untuk memahami secara komprehensif dari proses gerakan,
menggabungkan seluruh variabel dalam memahami fenomena Partai Demokrat
merupakan sesuatu yang ideal. Namun demikian, penelitian ini lebih
13
Burhanudin Muhtadi, Demokrasi Zonder Toleransi, Disampaikan dalam diskusi
“Agama dan Sekularisme di Ruang Publik: Pengalaman Indonesia” di Komunitas Salihara, Rabu
26 Januari 2011.
16
memfokuskan pada penggunaan konsep framing dalam memahami langkah-
langkah politik yang dijalankan partai tersebut dalam merespon berbagai
perkembangan menjelang Pemilu 2014.14
Sejumlah definisi diberikan untuk
memahami apa itu framing.
Dalam penilitian ini, Framing (pembingkaian) dimengerti sebagai suatu
bentuk cara pandang individu terhadap fenomena yang dipengaruhi oleh
ideology di dalam dirinya. Maka dari itu, frame menentukan sikap individu
terhadap suatu fenomena. Framing dalam gerakan sosial lebih dianggap sebagai
cara atau strategi yang digunakan untuk menyamakan pandangan baik dari
perilaku maupun dari masyarakat terhadap suatu isu tertentu.
Dalam penelitian ini penulis memakai pendekatan framing dalam lingkup
gerakan sosial untuk menjelaskan aski-aksi kolektif Partai Demokrat maupun
kader, aktivis dan pimpinan Partai Demokrat. Bingkai (frame) merupakan
sebuah pola yang memberikan sebuah bahasa dan sarana kognitif untuk
memahami pengalaman-pengalaman dan peristiwa-peristiwa politik didalam
internal Partai Demokrat.
Pembingkaian juga dapat diartikan sebagai kemampuan sebuah gerakan
sosial untuk membuat sebuah aksi-aksi politik, tergantung pada kemampuan
sebuah bingkai politik untuk mempengaruhi calon anggotanya, dalam hal ini
tentu faktor seorang figur pemimpin sangat berpengaruh terhadap keputusan s
anggota atau kader partainya. Pembingkaian juga merupakan sebuah skema
penafsiran yang membuat individu-individu mengidentifikasi kejadian dalam
14
Haryanto, Siti Mauliana Hairini, Abu Bakar. PKBI: Aktor Intermediary dan Gerakan
Sosial Baru. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
17
lingkunganya sehingga seseorang dapat menempatkan, mempresepsi,
mengidentifikasi, dan memberi label peristiwa dalam pemahaman tertentu.15
Pendekatan framing dalam gerakan sosial sangat erat kaitannya dengan
karya David Snow, William Gamson dan Todd Gitlin. Kata frame dipakai oleh
Erving Gottman yang membahas tentang gerakan sosial berbasis pada skema
penafsiran bahwa individu mengadopsi untuk memahami dunia di sekitar mereka
dan menempatkan diri di dalamnya. Menurut Snow, frame memberikan makna
pada peristiwa dan “berfungsi untuk mengatur pengalaman dan panduan
tindakan (kolektif dan individual)”.16
Menurut Gamson, keberhasilan dari sebuah
frames adalah bagaimana sebuah peristiwa dibingkai sehingga menimbulkan
tindakan kolektif.17
Untuk menarik massa, gerakan sosial harus membangun frame yang
sangat mirip dengan frame dari individu-individu yang sedang berusaha untuk
dimobilisasi. Proses ini disebut “kerangka berpihak” dan tergantung pada
seberapa sukses pemimpin gerakan menjembatani kerangka aksi gerakan mereka
sendiri dengan frame tindakan kolektif dari simpatisan. Sehingga mereka akan
mampu memobilisasi berbagai individu dan kelompok.18
Framing (pembingkaian) memusatkan perhatian pada peranan usaha
menguasai ide-ide dan identitas-identitas baru dalam membentuk gerakan
15
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. (Lkis:2011) hal.
255. 16
Haryanto, Siti Mauliana Hairini, Abu Bakar. PKBI: Aktor Intermediary dan Gerakan
Sosial Baru. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 17
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. (Lkis:2011) hal.
257. 18
Haryanto, Siti Mauliana Hairini, Abu Bakar. PKBI: Aktor Intermediary dan Gerakan
Sosial Baru. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
18
gerakan sosial. Para aktivis dan pimpinan gerakan melakukan mobilisasi dengan
jalan melukiskan isu-isu untuk para calon peserta gerakan dengan cara
memberikan makna bagi mereka.
Dalam gerakan sosial, framing digunakan untuk mendiagnosis suatu
kondisi sosial yang bermasalah untuk dipecahkan, menawarkan jalan keluar, dan
menawarkan alasan pembenaran untuk memotivasi dukungan bagi aksi kolektif.
Dalam gerakan sosial dibutuhkan tiga frame dalam proses pembingkaian tersebut
yaitu:19
a. Agregate Frame adalah proses pengartian isu sebagai masalah sosial.
Individu yang mendengar frame dari peristiwa sadar bahwa isu tersebut adalah
masalah bersama yang berpengaruh bagi setiap individu.
b. Consensus Frame adalah proses definisi yang berkaitan dengan
masalah sosial hanya dapat diselesaikan dengan tindakan kolektif. Hal ini
mengkontruksi perasaan dan identifikasi dari individu untuk bertindak secara
kolektif.
c. Collective Action Frame adalah proses yang memaparkan kenapa
dibutuhkan suatu tindakan kolektif, serta tindakan kolektif apa yang harus
dilakukan.
19
David A. Snow. Framing Process, Ideology, and Discursive Fields,. Dalam The
Blackwell Companion to Social Movements (United Kingdom: Blackwell Publishing, 2004)
hal.380.
19
1. Agregate Frame
Dalam menganalisa serta mengidentifikasi permasalahan sosial
dibutuhkan sebuah analisa terhadap suatu masalah sosial untuk dapat menelaah
masalah apa yang sedang dihadapi oleh suatu kelompok sosial,. Dalam teori
framing tahapan tersebut disebut dengan aggregate frame yaitu tahap awal
dalam proses pembingkaian.
Dengan mengidentifikasi masalah apa yang sedang dihadapi oleh
individu atau kelompok secara tidak langsung proses tersebut akan menjadi
sebuah isu dan sadar bahwa masalah tersebut merupakan masalah yang harus
dihadapi bersama. Dalam hal ini seperti masalah yang dihadapi oleh Partai
Demokrat merupakan sebuah masalah bersama yang kemudian menjadi isu besar
agar masalah tersebut dapat teratasi dengan dan cepat terselesaikan.
2. Consensus Frame
Dalam proses ini merupakan sebuah definisi yang menjelaskan bahwa
masalah yang dihadapi oleh individu atau kelompok merupakan masalah
bersama dan harus diselesaikan dengan tindakan aksi-aksi kolektif. Hal ini
membangun skema perasaan dan indentifikasi dari setiap individu yang terkait
untuk bertindak secara kolektif.
Dalam kasus yang melanda Partai Demokrat dapat di kaitkan dengan
tahapan ini. Kader-kader partai secara pribadi ikut serta dalam membantu
meredam dan mencoba menyelsaikan masalah tersebut dengan tindak aksi
kolektif.
20
3. Collective Action Frame
Ada tiga variabel dalam teori bingkai aksi kolektif. Pertama, yaitu
gerakan yang membangun bingkai-bingkai mencoba menganalisis sebuah
persoalan yang perlu ditangani (Diagnostic Framing). Kedua, adalah gerakan
yang memberikan solusi pemecahan masalah terhadap persoalan tersebut dan
strategi pemecahanya (Prognostic Framing). Ketiga, gerakan yang memberikan
pemahaman dasar untuk mendorong tumbuhnya dukungan kolektif
(Motivational Framing).20
Pada bingkai diagnostic sebuah bingkai mencoba menganalisis dan
mengidentifikasi persoalan yang harus diselesaikan. Permasalahan tersebut bisa
berupa sebuah ancaman bagi sebuah negara, organisasi, maupun ideologi. Tentu
hal ini berkaitan dengan permasalahan yang penulis angkat dalam menjawab
rumusan masalah kenapa PD dapat berhasil survive dilihat dari hasil pemilu
2014.
Kemudian pada level bingkai prognostik, sebuah sebuah gerakan sosial
berusaha memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapinya. Sehingga
skema dapat tergambarkan untuk menyelesaikan masalah yang teridentifikasi
pada level diagnostik.
Pada level bingkai motivasi, penulis mengutip David Snow dan Robert
Benford yang menyebutkan bahwa motivasi dalam proses pembingkaian
menyediakan alasan untuk orang terlibat aksi-aksi kolektif dalam suatu gerakan.
20
Jonathan Christiansen, Framing Theory. (Sociology Reference Guide: Theories Of
Soicial Movement), (California:Salem Press,2011)., h.148.
21
Kata tersebut meliputi: Severity, dimaksudkan adanya perasaan bahaya dan
ancaman; Urgency, bahwa masalah harus segera di selesaikan; Efficiacy, bahwa
gerakan tersebut mempunyai solusi dan kemampuan yang dapat menyelesaikan
masalah; Propriety; bahwa aksi-aksi mereka adalah sebuah kewajiban dan
kemulian.21
B. Resonansi Pembingkaian (Framing Resonance)
Menurut Jonathan Christiansen ide resonansi pembingkaian serupa
dengan cakupan ide (idea of interpretative). Maksudnya adalah jika suatu
bingkai beresonansi dengan khalayak, maka mereka biasanya akan lebih
sukses.22
Jonathan dengan mengutip Benford dan Snow memberikan dua cara
dalam menambah resonansi yaitu kredibelitas (cridebelitiy) dan arti-penting
(salience).23
Kredibilitas mencakup tiga faktor yaitu: Pertama adalah konsistensi
bingkai. Konsistensi megacu pada hubungan antara apa yang dilakukan oleh
aktor gerakan sosial dan apa yang mereka katakan. Jadi jika sang aktor gerakan
memberikan konsistensi terhadap tujuan gerakan maka anggota atau simpatisan
akan merasa bahwa gerakan tersebut memiliki kredibelitas tinggi.
Kedua adalah faktor kredibilitas empiris. Benford dan Snow menjelaskan
bahwa hal ini merujuk pada kecocokan antara pembingkaian dengan kejadian
21
Jonathan Christiansen, Framing Theory. (Sociology Reference Guide: Theories Of
Social Movement) h.150. 22
Jonathan Christiansen, Framing Theory. (Sociology Reference Guide: Theories Of
Social Movement) h.151 23
Jonathan Christiansen, Framing Theory. (Sociology Reference Guide: Theories Of
Social Movement) h.152
22
nyata. Frame harus menyediakan dan menjelaskan berbagai hal disekitar dunia
mereka dan menyediakan solusi jitu.
Ketiga adalah cara bingkai menjadi bergaung adalah jika seseorang
mengekspresikan bingkai tersebut terlihat kredibel.24
Pada bagian ketiga ini
diperlukan aktor atau pemimpin gerakan yang memiliki kharismatik dan kredibel
untuk menggaungkan persoalan yang dihadapi dan menghadirkan solusi jitu
yang ditawarkan gerakan, agar orang-orang tertarik untuk terlibat dalam aksi
kolektif.
Arti penting (salience) juga dipengaruhi tiga faktor utama yaitu: Pertama
adalah sentralitas (centrality), hal ini mengacu pada pentingnya sebuah
kepercayaan. Kedua adalah kesepadanan pengalaman (experiential
commensurability), hal ini merujuk pada dimana sebuah frame sesuai dengan
pengalaman hidup seseorang. Ketiga adalah kesetian narasi (narrative fidelity),
hal ini mengacu pada apakah iya atau tidaknya sebuah frame sesuai dengan
narasi budaya atau ideologi yang dianut seseorang atau komunitas.
24
Jonathan Christiansen, Framing Theory. (Sociology Reference Guide: Theories Of
Social Movement) h.151
23
BAB III
GAMBARAN UMUM PARTAI DEMOKRAT DAN KEPEMIMPINAN
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Berdasarkan kaca mata penulis sampai saat ini bahwa kesuksesan sebuah
kelompok sosial atau partai politik sangat identik dengan identitas tokoh
pemimpinnya terutama di negara Indonesia yang belum lama berdemokrasi. Hal
ini terbukti dari presiden-presiden yang pernah memimpin negara Indonesia
sebelumnya. Kemudian dari situ penulis mencoba mendeskripsikan dibagian ini,
bagaimana kiprah dan sepak terjang SBY sebagai pemempin Partai Demokrat
dan Juga sebagai presiden Republik Indonesia.
A. SBY dan Sejarah Berkembangnya Partai Demokrat
Banyak pengamat dan ahli politik Indonesia menggambarkan bahwa
karakter, perilaku dan visi politik Partai Demokrat melekat dalam kepribadian
tokoh utamanya, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono atau yang dikenal dengan
SBY. Persentuhan Susilo Bambang Yudhoyono dengan bidang politik dimulai
ketika ia menjabat sebagai Kepala Staf Teritorial (Kaster) TNI. Saat itu SBY
masih menyandang pangkat Jenderal berbintang tiga. Hanya sebentar SBY
menduduki jabatan yang prestisuius itu karena tidak lama kemudian ia diminta
presiden terpilih Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk menjabat Menteri
Pertambangan dan Energi (Mentamben) pada bulan Oktober 1999,25
Sehingga
pada kenyataannya jabatan prestisius yang didambakan oleh setiap perwira
tinggi TNI tersebut tidak pernah diduduki. Hal ini terjadi karena SBY
mendapatkan tawaran Presiden Abdurrahman Wahid, sebagai Menteri
25
Usamah Hisyam, Lika-liku Karier Sang Bintang, (MO) Men’s Obsession, Edisi
Khusus Mini Biografi SBY, (Jakarta: PT. Dharmapena, 2004), hal. 45
24
Pertambangan dan Energi. Susilo Bambang Yudhoyono pensiun dini dari dinas
kemiliteran dengan pangkat letnan jenderal.26
Karir SBY dalam posisi institusi politik dimulai pada 27 Januari 2000
dengan menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi. Kurang dari enam
bulan, Susilo Bambang Yudhoyono kemudian diminta menjadi Menteri
Koodinator Politik Sosial Keamanan (Menkopolsoskam) untuk menggantikan
Jenderal Wiranto yang terpaksa mengundurkan diri.27
Menolak rencana Presiden untuk mengeluarkan Dekrit, Susilo Bambang
Yudhoyono diberhentikan dengan hormat dari jabatan Mekopolsoskam pada
tanggal 1 Juni 2001. Sempat ketika itu, ditawari jabatan Menteri Perhubungan
atau Menteri Dalam Negeri, tetapi Susilo Bambang Yudhoyono menolaknya.
Kemunculan Partai Demokrat memang menjadi suatu fenomena
tersenderi. Partai Demokrat sendiri merupakan partai yang modern dan sangat
mejunjung nilai-nilai demokrasi. Partai Demokrat didirikan atas inisiatif saudara
Susilo Bambang Yudhoyono yang terilhami oleh kekalahan terhormat saudara
Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan Calon wakil Presiden dalam Sidang
Istimewa MPR tahun 2001.28
Oleh sebab itu para pendukung SBY merasa
tergerak untuk mengantarkan SBY ke panggung pemilihan presiden tidak hanya
wakil presiden. Sehinnga menjelang pemilu 2004 didirikan Partai Demokrat
sebagai kendaraan berpolitik SBY ke kursi Presiden Republik Indonesia.
26
Usamah Hisyam, SBY Sang Demokrat, (Jakarta: Dharmapena, 2004), hal. 167 27
Dari Pacitan Menuju Istana, KOMPAS, 20 Oktober 2004, hal. 4 28
Portal Online Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat. Diakses pada tanggal 20
Agustus 2015 melalui: http://www.demokrat.or.id/?page_id=5
25
Kemudian dari situ popularitas SBY melonjak tajam. SBY dianggap
sebagai sebuah sosok politisi yang memiliki kapasitas, integritas dan karismatik
sebagai seorang pemimpin bangsa. Dan SBY sendiri mendapat dukungan dari
beberapa orang dan tokoh nasional ketika itu. Dari situ kemudian muncul rasa
kepercayaan terhadap sosok SBY. Jadi, hal tersebut didukung oleh faktor
loyalitas terkait dengan kualitas kepengikutan dan tentu kepemimpinan.29
Sebuah tulisan yang terangkum dalam website Partai Demokrat,
www.demokrat.or.id menyebut nama Vence Rumangkang sebagai tokoh yang
amat berperan dalam mendorong dan mendukung Susilo Bambang Yudhoyono
untuk maju dalam Pemilihan Umum Presiden-Wakil Presiden tahun 2004.
Namun demikian, ada beberapa orang yang ikut mendukung serta
mengusung SBY untuk maju dalam pilpres mendatang, orang-orang tersebut
diantaranya adalah Vence Rumangkang, Drs. A. Yani Wahid, Achmad Kurnia,
Adhiyaksa Dault, Baharuddin Tonti, dan Shirato Syafei untuk merumuskan
rencana pendirian Partai Demokrat, dan dari situlah kemudian pada tanggal 9
oktober Partai Demokrat diresmikan dan disahkan oleh Departemen Kehakiman
dan HAM RI.
Setelah dideklarasikan pada tahun 2003, Partai Demokrat sudah memiliki
sekitar 329.000 anggota dan ini yang membuat Partai Demokrat menjadi partai
yang tingkat kelolosan paling tinggi dalam verifikasi faktual.30
Lalu dilanjutkan
dengan Rapat Kerja Nasional untuk pertamakalinya yang diikuti oleh Dewan
29
M. Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik.,(PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta:
2009). Hal, 188. 30
Daniel Dhakiedae, Partai Politik Indonesia: Idelogi dan Program 2004-2009.
(Jakarta: Kompas,2004), h.174.
26
Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) seluruh
Indonesia.31
Hal ini membuktikan bahwa kesiapan Partai Demokrat dalam
mengikuti pemilihan umum tahun 2004.
Dan Partai Demokrat secara resmi di tetapkan oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU) sebagai partai yang berhak dan layak dalam mengikuti pemilu
2004. Menjelang pemilu 2004 Partai Demokrat menyiapkan diri sebagai partai
nasionalis baru yang mencoba menyesuaikan diri terhadap iklim politik
Indonesia dan partai-partai nasionalis lainnya.
Tujuan didirikanya Partai Demokrat ini untuk merealisasikan gagasan
dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk mencipatakan partai politik yang
berbasis pada modernistas, menjunjung tinggi moralitas dan etika berpolitik
dalam memperjuangkan visi dan misi serta menjalankan program partai.
Selanjutnya dengan hadirnya partai ini berharap dapat meningkatkan partisipasi
politik dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih, efektif, sejahtera, maju,
modern, dalam atmosfer politik yang santun. Sehingga tercipatanya masyarakat
Indonesia yang berwawasan nasionalisme, pluralisme, dan humanism, seperti
yang tertulis di AD/ART dan platform Partai Demokrat.
Meninjau persiapan Partai Demokrat dalam menghadapi pemilu 2004
sangat terlihat menarik, karena kesiapan partai dinilai sangat matang. Partai
Demokrat terus melakukan perluasan jaringan cabang partainya dengan cara
melakukan pelatihan kepemimpinan dan kampanye terhadap kader partai.
31
Tentang Partai Demokrat . Diakses pada tanggal 13 Mei 2015 melalui:
www.ib.ayobai.org/sejarah-partai-demokrat
27
Sehingga kader partai tersebut menjadi kader partai yang tangguh dan siap maju
ketingkat kecamatan dan desa untuk mengkampanyekan visi dan misi partai.
Sampai setelah terbentuknya koalisi Susilo Bambang Yudhoyono dan
Jusuf Kalla sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden, Vence Rumangkang
masuk ke dalam Tim Kampanye Nasional (Timkampnas) sebagai Dewan
Pengarah/Penasehat yang antara lain: Budi Santoso (PD), Jend. (Purn) Edi
Sudrajat (Ketum PKPI), Laksamana (Purn) Widodo As (SBY), Hj. Kristiani
Herawati Yudhoyono (SBY), Letjen (Purn) TB. Silalahi (SBY), M. Sanif (SBY),
M.Aksa Mahmud (JK), Yusron Izha Mahendra (adik kandung Yusril yang tidak
bisa karena karena masih menjabat menteri di kabinet Megawati), Hamdan
Zoelva SH (PBB), Dr. Zainul Bahar Noor/PBB, Mayjen (Purn) EE Mangindaan
(PD), Vence Rumangkang (PD), Mayjend (Purn) Moergito (PKPI), Ir. Rahmat
Witoelar (SBY), Dr. Joyo Wonoto (SBY), Letjen (Purn) Azwar Anas, Hayono
Isman, Tanri Abeng, Mohammad Taha, Abdul Rivai.32
Dalam pemilu legislatif partama kalinya pada tahun 2004, Partai
Demokrat berhasil memenangkan suara sebanyak 7,45% (8.455.225) dari total
suara dan mendapatkan kursi sebanyak 57 kursi di DPR.33
Dan hal tersebut
menjadi menarik ketika partai baru yaitu Partai Demokrat yang satu-satunya
partai berhasil menembus suara diatas 5% pada pemilu legislative 2004.
Semenjak itu popularitas serta elektabilitas SBY dan partainya terdongkrak dan
32
Yahya Ombara, Presiden SBY yang Saya Kenal, (Yogyakarta: Eswi Fondation, 2007)
hal. 254 33
Hasil Pemilu Legislatif 5 April 2004. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2015 melalui:
http://partai.info/pemilu2004/hasilpemilulegislatif.php
28
pada akhirnya SBY berhasil memenangkan pemilu presiden tahun 2004 dan
menjadi presiden RI ke-6 yang dipilih secara langsung oleh rakyat Indonesia.
Tentu hal tersebut menjadi sebuah prestasi besar bagi SBY dan partainya.
Dari hasil keseluruhan tersebut, Partai Demokrat menjadi sebuah isu publik dan
secara tidak langsung berdampak baik terhadap popularitas serta eksistensinya.
Kemudian muncuk anggpan semakin meyakinkan publik bahwa Partai Demokrat
dan pemerintahan SBY memang layak menjadi pilihan rakyat dan akan terus
memperjuangkan kepentingan rakyat dengan program-program partai yang pro-
rakyat.
Hal tersebut tidak lepas dari gaya kepemimpinan SBY dalam mengelola
partai politiknya. Partai politik yang kuat tidak hanya berfikir jangka pendek,
tetapi jangka panjang dan kontinu mengingat konstituen partai sudah terbentuk,
mengakar dan konsisten.34
B. Partai Demokrat Dalam Pemilu 2004 dan 2009
Pemilu 2004 adalah pemilu kedua era reformasi. Bagi sebuah partai baru
sepertio Partai Demokrat, merebut suara mayoritas adalah bukan suatu hal yang
mudah. Dalam pemilu kali ini menggunakan sistem proporsional (stengah)
terbuka berbasis daerah pemilihan. Untuk partai baru memperebutkan kursi
legislative ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu penetapan daerah pemilihan.
Karena adanya suatu bahasan kepada setiap calon anggota DPR,DPD, DPRD
34
M. Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik.,(PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta:
2009). Hal, 291.
29
Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, sehinga pada suatu dapil memperebutkan
tiga sampai dengan dua belas kursi pemerintahan.
Jadi semakin kecil daerah pemilihan semakin kecil kesempatan bagi
partai baru untuk memperoleh kursi dan sebaliknya semakin besar jumlah kursi
yang di rebutkan semakin besar kesempatan bagi partai baru.
Sebagai partai baru Partai Demokrat dalam menghadapi pemilu 2004
memiliki tiga langkah strategis yaitu verifiskasi administrasi, rekruitmen anggota
legislative, dan pemasyarakatan atau sosialisasi. Strategi ini dimaksudkan hanya
untuk memenangkan Partai Demokrat pada pemilu legislatif 2004.35
Untuk memenangkan pemilu tersebut PD juga membentuk Badan
Pemenangan Pemilu (Bapilu) Partai Demokrat. Bapilu tersebut memiliki target
besar yaitu dengan meraih suara mayoritas sebanyak minimal 5.1 juta suara atau
paling tidak harus meraih 8,5 juta suara atau sekita 5% suara yang harus didapat
oleh Partai Demokrat. Alhasil dari keseluruhan pemilu legislatif Partai
Demokrat berhasil memenangkan suara sebanyak 7,45% (8.455.225) dari total
suara dan mendapatkan kursi sebanyak 57 kursi di DPR.
Menjelang pemilu presiden 2004, KPU memutuskan lima pasangan calon
presiden dan wakil presiden yang maju dalam kompetisi pemilu presiden.
Pasangan tersebut diantaranya yaitu Hamzah Haz-Agum Gumelar (PPP), Amien
Rais-Siswono Yudoohusodo (PAN), Wiranto-Salahuddin Wahid (Golkar),
Megawati Soekarnoputri-Ahmad Hasyim Muzadi (PDI-P) dan Susilo Bambang
Yudhoyono-Jusuf Kalla (PD,PBB,PKPI). Hanya satu pasangan yang tidak lolos
35
Suhendro Boroma, Sejarah dan Kemenangan Partai Demokrat… h. 93
30
hasil verifikasi untuk dapat megikutin pemilu presiden 2004 yaitu dari partai
PKB pasangan Abdurrahman Wahid-Marwah Daud Ibrahim.36
Jika pada pemilu putaran pertama dari setiap pasangan calon presiden
memenuhi lebih dari 50% suara maka sudah dapat diputuskan pemenangnya,
sebaliknya jika tidak maka akan dilakukan pemilu putaran kedua. Alhasil dari
kelima pasangan calon presiden dan wakil presiden tidak ada yang memenuhi
kuota tersebut.
Kemudian pemilu putaran kedua kali ini hanya diikuti oleh dua pasangan
calon presiden dan wakil presiden yaitu Megawati-Hasyim Muzadi dan SBY-JK.
Yang pada akhirnya pasangan SBY-JK berhasil mengungguli pasangan
Megawati-Hasyim Muzadi.
Momentum politik ini menjadikan sebuah catatan sejarah baru bagi
perjalan demokrasi di Indonesia. Bahwasannya pemilu tersebut berhasil
dilaksanakan tanpa ada gejala-gejala politik yang non-demokratis. SBY-JK
berhasil menjadi pemimpin bangsa, dan selama ke pemimpinannya hingga
menjelang pemilu 2009 dinilai sangat menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi di
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Popularitas serta elektabilitas SBY pun makin melonjak tajam.
Bahwasanya terdapat opini publik yang menyatakan bahwa SBY adalah bapak
demokrasi Indonesia yang membawa dirinya memenangkan pemilu selama dua
periode yaitu 2004-2009 dan 2009-2014. Dalam pemilu legislatif periode 2009-
36
Denny J.A, Jejak-Jejak Pemilu 2004: talkshow Denny J.A Dalam Dialog Aktual
Radio Delta FM., (LKIS Yogyakarta: Agustus 2006) hal.3
31
2014 yang diikuti sebanyak 44 partai politik ini, partai demokrat berhasil
menduduki puncak perolehan suara. Sebagai partai penguasa tentu hal tersebut
merupakan prestasi yang membanggakan bagi partai besutan SBY tersebut.
Untuk meraih kemenangan pada pemilu 2009 kader-kader partai dituntut
untuk dapat melakukan tindakan politis untuk dapat menggerakan mesin partai.
Sehinggi pada pemilu tahun 2009 PD harus menjadi partai yang modern dan
sustainable (berkelanjutan) dan tidak bisa lagi bergantung hanya pada satu sosok
atau figure tertentu saja.
Dalam menghadapai pemilu 2009 kali ini Partai Demokrat sudah
memiliki bingkai kerja atau frame work untuk mencapai kemenangan. Dimana
dalam bingkai kerjanya, PD harus melakukan konsolidasi organisasi ke daerah-
daerah, melakukan rekonsiliasi yang harus dilaksanakan pada berbagai
kesempatan, dan melakukan kaderisasi yang gencar dan terus-menerus, hal ini
disebabkan PD sedang memburu ketertinggalanya menjelang pemilu 2009.
Kemudian dalam target pencapaian yang dihasilkan dari Rapat Pimpinan
Nasional (Rapimnas) bahwa perolehan suara harus naik menjadi 15%. Dan untuk
mencapai target terdapat dua pilar pondasi politik yaitu, pertama bertumpu pada
citra politik SBY di mata publik, dan menjadi modal utama dalam meraih targer
tersebut. Kedua bertumpu terhadap kekuatan dan mesin partai yang berjalan
dengan efektif sebagai modal meraih kemenangan dalam pemilu 2009.
Dari hasil pemilu legislative 2009 Partai Demokrat meraih suara
sebanyak 2.703.137 atau sekitar 20,85% dari total suara dan memperoleh kursi
32
148 di DPR RI.37
Berbeda pada pemilu sebelumnya, perolehan suara PD
mengalami kenaikan yang sangat drastis. Hal tersebut tentu berbanding lurus
dengan kesiapan dan kematangan partai dalam menyikapi pemilu serta tidak lain
juga sosok figur SBY yang memiliki solditas terhadap partai dan juga daya tarik
besar bagi rakyat dan juga prestasi SBY dalam periode pemerintahan
sebelumnya. Melalui pooling dan survey yang dilakukan ternyata SBY sangat
diinginkan untuk kembali menjadi presiden pada tahun 2009.
Kemudian mejelang pemilu presiden, SBY memutuskan untuk merekrut
Boediono sebagai cawapres yang menggantikan pasangan sebelumnya yaitu
Jusuf Kalla. Hal tersebut sempat menimbulkan pro dan kontra di masyarakat
maupun di internal partai terhadap sikap SBY ketika itu, SBY dianggap tidak
profesional terhadap pilihannya karena Boediono sendiri bukan politisi yang
hanya menjabat sebagai Direktur Bank Indonesia pada saat itu.
Namun hal tersebut tidak merenungkan niat SBY untuk tetap maju
kembali pada pemilu presiden periode 2009-2014 dan pada akhirnya SBY-
Boediono berhasil menjadi pemenang pemilu presiden periode 2009-2014
mengungguli dua pasangan calon lainnya. Banyak partai yang mendekati dan
ingin berkoalisi dengan Partai Demokrat diantaranya PKS, PKB, PPP dan PAN.
Sehingga Capres SBY yang diusung oleh Partai Demokrat menang hanya
dengan 1 kali putaran yaitu sebanyak 60,80% suara.38
37
Hasil Pemilu Legislatif 5 April 2004. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2015 melalui:
http://partai.info/pemilu2004/hasilpemilulegislatif.php 38
Demokrat 2004 dan 2009 Jaya, 2014 Menghilang. Diakses pada tanggal 20 August
2015 melalui: http://www.kompasiana.com/dindaseptianingrum/demokrat-2004-dan-2009-jaya-
2014-menghilang_54f74d17a33311372d8b4583
33
C. Partai Demokrat dan Pemilu 2014
Sebagai The Rulling Party (Partai Penguasa) tentu Partai Demokrat
memiliki kursi terbanyak di parlemen dan juga Partai Demokrat tidak pernah
terlepas dari pusat perhatian beberapa media nasional serta khalayak publik. Tak
bisa dipungkiri, Partai Demokrat adalah representatif atau refleksi dari figus
seorang SBY yang memenangkan pilpres pada pemilu 2004 dengan perolehan
suara 39,8% (SBY-JK) pada putaran pertama dan kemudian menang pada
putaran kedua mengalahkan Mega-Hasyim.39
Setelah satu periode pemerintahan SBY-JK berselang, perolehan suara
PD meningkat tajam sebanyak tiga kali lipat sebanyak 20,85% dengan konversi
kursi sebanyak 150 kursi diparlemen dan perolehan suara pasangan SBY-
Boediono mencapai 60,80% (menang satu kali putaran).40
Di sisi lain,. sebagai sebuah organisasi politik, PD memberikan kejutan
pada 2010 perihal demokratisasi internal partai yang sejauh ini menjadi ketabuan
politik melalui pemilihan ketua umum partai secara terbuka dan demokratis
hingga menghasilkan politisi muda Anas UIrbaningrum sebagai Ketua Umum
terpilih pada 2010 di Kongres Bandung.
Namun pada perjalanannya, saat ini publik menyaksikan PD sebagai
partai yang berada di tengah keterpurukan. Di tengah partai dengan slogan
‘bersih, cerdas, santun’, pasca tertangkapnya Nazarudin sebagai tersangka
39
Partai Demokrat. Diakses pada tanggal 20 August 2015 melalui:
http://poltracking.com/partai-demokrat 40
Partai Demokrat. Diakses pada tanggal 20 August 2015 melalui:
http://poltracking.com/partai-demokrat
34
korupsi, Partai Demokrat bertubi-tubi mendapatkan penghakiman publik akibat
snowball kasus Hambalang hingga menjerat kader di parlemen Angelina
Sondakh, menteri aktif Andi Mallarangeng, dan terakhir Ketua Umum Anas
Urbaningrum.
Drama politik internal PD yang diputar di media menunjukkan episode
per episode: penetapan Nazarudin sebagai tersangka, kesaksian kasus korupsi
menyeret Angelina Sondakh dan Andi Mallarangeng, pengambilalihan DPP oleh
Majelis Tinggi, penetapan tersangka Anas Urbaningrum, hingga Kongres Luar
Biasa dengan hasil SBY terpilih aklamasi sebagai Ketua Umum sembari
merangkap Ketua Dewan Pembina, dan Ketua Majelis Tinggi, plus Presiden RI.
Dengan adanya kasus korupsi yang menyeret para anggota-anggota dari
Partai Demokrat, dan diperparah dengan tertangkapnya Anas Urbaningrum
sebagai ketua Partai Demokrat yang juga terjangkit dengan kasus korupsi
menyebabkan pemilu di tahun 2014 Partai Demokrat kehilangan suara banyak
oleh para pendukung-pendukungnya. Perolehan suara yang didapat oleh Partai
Demokrat menurun sangat signifikan dari 20,85 % suara menjadi 10,19% suara.
Ini dikarenakan masyarakat memberi image negative yaitu Partai Demokrat
sebagai Partai terkorup karena kasus korupsi yang menyeret banyak anggota-
anggota Partai ini.
Namun dari perolehan suara pemilu legislatif 2014 dapat dikatagorikan
bahwa PD berhasil survive dalam meredam isu-isu buruk yang menimpa partai
tersebut. Hal tersebut dikarenakan Ketua Dewan Pembina (kini Ketua Umum)
Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) segera melakukan
35
konsolidasi politik.41
Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan gerakan
konfrontatif dengan membersihkan praktik korupsi di internal partai. Seluruh
fungsionaris Partai Demokrat diwajibkan menandatangani nota kesepahaman
(pakta integritas) sebagai bentuk komitmen politik untuk tidak melakukan
korupsi.
Kedua, mereorganisir dan merestrukturisasi partai guna menyusun
kekuatan di tengah ancaman (potensi) kerusakan akibat praktik korupsi berikut
dampaknya. SBY juga segera merombak struktur partai pasca-mundurnya Anas
Urbaningrum sebagai Ketua Umum Demokrat.
Ketiga, menegaskan orientasi partai sekaligus memimpin misi
penyelamatan Demokrat. Kongres Luar Biasa (KLB) menjadi forum
penyesuaian (justified) bagi kader partai guna mempersiapkan diri menghadapi
perubahan politik.
Keempat, melakukan transformasi, menjadi partai yang lebih modern
melalui perhelatan Konvensi Capres Demokrat. Salah satu ciri partai modern
bisa dilihat dari model penjaringan capres, apakah berlangsung tertutup atau
terbuka. Meski hasil akhir Konvensi, yang merujuk hasil survei pada
masyarakat, (tetap) diputuskan melalui musyawarah di lingkungan Majelis
Tinggi Partai Demokrat, namun Partai Demokrat sudah belajar sekaligus
menyiapkan diri menuju partai modern. Baik SBY maupun Tim Komite
Konvensi memberi kesempatan kepada siapa pun, baik kader maupun non-kader
partai untuk berkompetisi mendulang simpati rakyat. Sisi lain, SBY ingin
41
Muhammad Rifai Darus, Membaca Peluang Kemenangan Partai Demokrat di Pemilu
2014. Diakses pada tanggal 20 August 2015 melalui: http://www.demokrat.or.id/?p=23470
36
menunjukkan kepada khalayak, di masa yang akan datang, partai ini bisa
berjalan tanpa harus tergantung kepada dirinya lagi. Kendati demikian, SBY
ingin memastikan Partai Demokrat akan siap menghadapi masa transisi politik di
Pemilu 2014.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sosok SBY sangat dijadikan
komoditas utama dalam partai untuk menepis isu-isu buruk yang menimpa partai
tersebut. SBY memiliki soliditas besar terhadap partai nya, yang kemudian
dijadikan sebagai instrument untuk mengembalikan kejayaan dan eksistensi
partai tersebut. Bahwa Partai Demokrat memang tidak memiliki sosok
fundamental bagi partai selain SBY. Oleh karena itu kembalinya SBY yang
menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat menjadi salah satu faktor untuk
PD dapat bertahan di pemilu 2014.
37
BAB IV
STRATEGI FRAMING PARTAI DEMOKRAT
Berkaitan dengan pembahasan isi, dalam bab ini penulis mengawali
jawaban dengan pisau analisis yang telah penulis paparkan dalam bab teori.
Dalam framing teori, permasalahan yang dihadapi segera harus diselesaikan
dengan tindakan aksi kolektif, terdapat tiga tahapan strategis yaitu pertama
Diagnosis Framing. Kedua adalah Prognostig Framing. Ketiga adalah
Motivasional Framing. Oleh sebab itu, apa yang penulis deskripsikan dalam bab
isi akan menjawab pertanyaan peneletian dalam karya ilmiah ini.
A. Diagnosis Framing
Dalam pengertiannya, diagnosis framing yaitu gerakan yang membangun
bingkai-bingkai mencoba menganalisis sebuah persoalan yang perlu ditangani
(Diagnostic Framing)42
. Ini merupakan tahap awal yaitu mencoba menganalisa
permasalahan apa yang sedang dihadapi oleh Partai Demokrat khususnya di
internal partai. Karena hal ini menjadi menarik untuk melihat bagaimana
persiapan Partai Demokrat menjelang pemilu 2014. Oleh sebab itu mendiagnosis
awal permasalahan sebuah gerakan sosial yang berbasis partai politik menjadi
sangat menarik jika dikaitkan dengan framing yang dilakukan oleh aktor
gerakan.
Penggunaan framing sebagai alat analisa untuk peristiwa politik dan alat
untuk mengembangkan strategi politik tertentu sudah sering dilakukan. Hal ini
terutama mengemuka dalam kelompok sosial politik yang memiliki kepentingan
42
Jonathan Christiansen, Framing Theory. (Sociology Reference Guide: Theories Of
Soicial Movement), (California:Salem Press,2011)., h.148.
38
membangun citra politik mereka. Berkaitan dengan strategi framing yang
dijalankan oleh partai Demokrat, framing terhadap masalah-masalah yang
dihadapi oleh sebuah kelompok politik biasanya dimulai dari isu prioritas di
mana kelompok tersebut mendefinisikannya sebagi prioritas framing. Antara
2012 hingga 2014, Partai Demokrat tertimpa isu sebagai partai korup sebagai
akibat banyaknya petinggi partai yang terduga terlibat tindak pidana korupsi.
Atas dasar ini, penulis mencoba mendeskripsikan berbagai fenomena
politik yang berkaitan dengan framing yang dilakukan oleh Partai Demokrat
menjelang pemilu 2014 dengan memfokuskan pada usaha Partai Demokrat
dalam membingkai citra partai sebagai sebuah partai yang anti-korupsi.
Permasalahaan yang menimpa Partai Demokrat pada masa menjelang
Pemilu 2014 memang sangat kompleks. Sebagai the rulling party (partai
berkuasa), masalah keterlibatan kader partai dalam korupsi itu menjadi sumber
sorotan publik.
Buruknya opini publik terhadap Partai Demokrat bermula dari kasus
ditetapkannya bendahara umum Partai Demokrat yaitu Muhammad Nazarrudin
sebagai tersangka atas kasus suap wisma atlet Palembang. Kemudian Angelina
Sondakh, mantan Wakil Sekretaris Jenderal I Partai Demokrat, juga menjadi
terpidana kasus korupsi Kementerian Pendidikan Nasional. Menteri Pemuda dan
Olahraga, Andi Mallaranggeng, terjerat kasus yang sama tidak lama setelah itu.
Mantan Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat, juga sudah ditetapkan
sebagai tersangka dalam kasus korupsi proyek Hambalang. Berita yang paling
menghebohkan adalah Anas Urbaningrum, mantan Ketua Umum Partai
39
Demokrat telah ditetapkan oleh KPK sebagai tersangka kasus proyek
Hambalang.
Dari semua permasalahan yang menimpa Partai Demokrat memang
sangat disesalkan karena hal tersebut membuat elektabilitas serta popularitas
partai sangat menurun drastis.
“Dan sumber masalah utama nya adalah dari Nazarudin. Termasuk salah satu
media besar memeras dan Sebelum pilpres pun kita sudah pesimis karena
publik sudah termakan oleh media. Kemudian KPK bermain, belum gelar
perkara namun sprindik Anas sudah bocor bahwa anas terdakwa dan sprindik
itu ditunjukan kepada presiden, dan SBY panik dan langsung di mekkah
melakukan konferensi pers terkait tanggapan SBY terhadap kasus yang
menimpa Anas.”43
Dari respon diatas memang sudah dapat dikatakan bahwa Partai
Demokrat sudah menjadi sasaran empuk dalam pemberitaan di media masa.
Pemilihan Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum dianggap sebagai salah satu
proses demokrasi yang dijalankan oleh Partai Demokrat. Kredibilitas ini mulai
dipertanyakan saat kemudian Anas Urbaningrum diduga terkait dalam kasus
korupsi proyek Hambalang, Bogor yang membawanya diperiksa oleh Komisi
Pemberantas Korupsi (KPK).
“Pada waktu kongres 2009 dibandung merupaka puncak ketenaran Partai
Demokrat sebagai pemenang dan kongres berjalan sangat demokratis yang
menghasilkan tokoh muda yaitu Anas Urbaningrum, yang kemudian terbentuk
sebuah anggapan bahwa Anas akan mencalonkan diri pada pilpres mendatang.
Maka pada setengah tahun pertama kepemimpinan SBY partai demokrat sangat
luar biasa kebawah, tetapi kemudian jarang ada yang tau bahwa masalah utama
Partai Demokrat adalah persaingan Capres. Anas itu dimusuhi oleh semua
calon lainya karena dia memiliki empat keunggulan yaitu pertama dia adalah
orang jawa, islam, muda, dan partai terbesar. Maka kemudian banyak sekenario
dibuat untuk menjatuhkan hal tersebut. Kemudian Partai Demokrat yang juga
43
Wawancara pribadi dengan Ahmad Mubarok di Gedung Pasca Sarjana Fakukltas
Hukum Universitas Indonesia, Salemba. Jakarta, Jum’at 25 September 2015.
40
merupaka partai besar sekaligus penguasa sebagai pohon tertinggi yang
dihempas angin besar.”44
Pernyataan yang dilontarkan oleh Ahmad Mubarok ini seolah ingin
mengatakan bahwa telah terjadi politisasi atas isu korupsi yang menimpa
sejumlah kader partai. Politisasi yang paling utama adalah untuk menjatuhkan
Anas Urbaningrum. Tidak hanya faktor eksternal, di internal Partai Demokrat
juga terjadi politisasi, khususnya yang dilakukan oleh faksi-faksi yang ada
mencoba untuk menjatuhkan Anas. Karena sosok Anas Urbaningrum dinilai
sosok muda yang memiliki jiwa dan gaya kepemimpinan yang hampir sama
layaknya Susilo Bambang Yudhoyono.
Pemberitaan di kalangan media menambah citra negatif partai. Tidak
lama setelah berita-berita tentang korupsi dari kader Partai Demokrat meluas,
popularitas Partai Demokrat menurun sebagai akibat dari respons masyarakat
terhadap citra partai yang rata-rata bersifat negatif. Walaupun hasil pemeriksaan
tersebut tidak menghasilkan bukti kuat, pemeriksaan terhadap Anas
Urbaningrum menyebabkan hancurnya kepercayaan terhadap kredibilitas Partai
Demokrat dalam menjalankan janji sebagai Partai Anti Korupsi. Bahkan di
dalam partai Demokrat sendiri, dimana Ruhut Sitompul Ketua DPP Partai
Demokrat meminta Anas Urbaningrum untuk mundur dari jabatannya agar tidak
semakin memperburuk citra Partai Demokrat.
“Anas mengatakan serupiah pun Saya terkait dengan hambalang gantung Saya
di Monas. Tetapi kemudian dicarilah kesalahan Anas. Ketika di pengadilan,
Anas tidak terbukti di kasus Hambalang, wisma atlit juga tidak, mobil juga
tidak. Semua pidana yang dikenakan adalah dikaitkan dengan kongres, apa yang
dikerjakan oleh Nazarudin. Anas juga bukan malaikat, namun politisasi itu
44
Wawancara pribadi dengan Ahmad Mubarok di Gedung Pasca Sarjana Fakukltas
Hukum Universitas Indonesia, Salemba. Jakarta, Jum’at 25 September 2015.
41
terasa sekali selain itu juga ada tokoh besar nasional yang mencoba mengadu
domba Anas dengan Pak SBY.”45
Akibat dari pemberitaan media yang berlebihan dan ditunggangi
kepentingan untuk menghantam popularitas partai telah membuat citra partai
menurun drastis. Terbentuk sebuah opini yang menyebutkan bahwa Partai
Demokrat adalah partai korup. Namu demikian, yang sesungguhnya terjadi
adalah masyarakat telah termakan oleh pemberitaan di media. Di sisi lain bahwa
memang Partai Demokrat merupakan partai penguasa yang membuat Partai
Demokrat berada di posisi politik yang tidak menguntungkan serta dijadikan
sebagai common enemy (musuh bersama).
Terdapat fenomena menarik bagaimana media berperan dalam
pencitraan di dalam setiap pemberitaannya terhadap oknum atau organisasi
tertentu. Pemberitaan media bisa membentuk sebuah realita sosial berupa opini
publik yang kemudian menciptakan citra organisasi. Seperti pemberitaan
mengenai keterlibatan faksi-faksi Partai Demokrat yang kemudian berdampak
pada citra Partai Demokrat secara keseluruhan. Dari semua uraian diatas
merupakan diagnosis permasalahan yang harus segera di frame oleh seluruh
elemen Partai Demorkrat agar tidak mengancam keberlangsungan eksistensi
partai menuju pemilu 2014.
B. Prognostig Framing
Kemudian tahap selanjutnya adalah prognostic framing yaitu gerakan
yang memberikan solusi pemecahan masalah terhadap persoalan tersebut dan
45
Wawancara pribadi dengan Ahmad Mubarok di Gedung Pasca Sarjana Fakukltas
Hukum Universitas Indonesia, Salemba. Jakarta, Jum’at 25 September 2015.
42
strategi pemecahanya.46
Dalam tahap ini penulis mencoba memaparkan beberapa
usaha atau upaya gerakan yang dilakukan oleh Partai Demokrat dalam
memberikan solusi terhadap permasalahan yang dialami Partai Demokrat. Tentu
hal ini sangat berpengaruh besar dalam usaha-usaha mengembalikan
popularitas dan elektabilitas partai menjelang pemilu 2014.
Diawali dengan menginterpretasi masalah yaitu terkait dengan korupsi
yang dilakukan oleh beberapa kader dan elit partai. Hal ini menjadi acuan utama
karena nasi sudah menjadi bubur, opini yang menyebutkan bahwa Partai
Demokrat adalah partai korup nyata nya tidak sepenuhnya benar adanya.
Dalam sebuah wawancara penulis dengan seorang kader Partai
Demokrat, bisa disimpulkan bahwa salah satu langkah yang dilakukan Partai
Demokrat pada setelah SBY memegang kendali partai adalah membuat
interpretasi ulang tentang masalah korpusi yang melibatkan kader partai:
“Kenyataan ini memang membuat kami sadar. Karena ulah beberapa kader
kami yang terlibat kasus korupsi terbentuk lah sebuah opini yang menyebutkan
bahwa Partai Demokrat adalah partai yang korup,namun hasil dari pada polling
kami adalah partai nomer lima. Lebih dari itu kami adalah The Ruling Party
yang membuat kami seperti yang paling korup dan mendapatkan sanksi
tersebut. Menanggapi hal tersebut kami sudah cuci gudang, dan disebutkan oleh
Abraham Samad tidak semua kader Partai Demokrat korup, dan pernyataan
tersebut sangat membantu kami.”47
Sebagai the rulling party (partai berkuasa), masalah keterlibatan kader
partai dalam korupsi itu membangun sebuah opini publik yang membuat citra
partai menjadi buruk.. Kenyataan ini sangat bertentangan dengan slogan
kampanyenya, karena Partai Demokrat selalu mengusung thema anti korupsi dan
46
Jonathan Christiansen, Framing Theory. (Sociology Reference Guiede: Theories Of
Social Movement) h. 148. 47
Wawancara pribadi dengan Ruhut Sitompul di Gedung DPR RI Senayan, Jakarta,
Rabu 9 September 2015.
43
menampilkan diri sebagai partai yang berkomitmen untuk pemberantasan
korupsi.
Kemudian selain itu, sejumlah media yang boleh jadi memiliki
kepentingan untuk mendelegetimasi pemerintah melebih-lebihkan bahkan
mendramatisir seolah-olah Partai Demokrat telah berubah menjadi partai
terkorup.
Dari perbuatan oknum kader, frame yang dibuat oleh media dan
tumbuhnya opini publi tersebut, bisa dipahami jika masyarakat Indonesia pada
bulan-bulan menjelang Pemilu 2014 menyebutkan PD sebagai sarang koruptor.
Dalam kontek inilah, sejumlah kader Partai Demokrat berupaya mem-frame
opini publik tadi dengan menunjukkan tingkat indeks korupsi antara Partai
Demokrat dengan partai-partai lain:
“Menurut data KPK bahwa partai terkorup adalah pertama itu Golkar, kedua
PDIP, ketiga Partai Demokrat. Tetapi berita korupsi yang hanya mencuat ke
publik hanylah berita Partai Demokrat, memang secara sengaja diserang akar
nya dan dibangun opini publik dan juga pemberitaan yang bukan hanya ratusan
kali bahkan ribuan kali, sudah dibantah pun berita tersebut tatap ada.”48
Dari pernyataan diatas jelas terlihat bahwa terdapat usaha kembali untuk
memframe bahwa Partai Demokrat bukan partai terkorup. Bukan hanya itu,
bahkan sejumpah petinggi yang juga bisa disebut pendiri Partai Demokrat seperti
Vence Rumangkan menyatakan bahwa, meskipun sejumlah kader Partai
Demokrat terlibat kasus korupsi, bukan berarti bahwa korupsi di sejumlah kader
itu bukan dilakukan oleh partai secara sistematis. Kader-kader partai yang
48
Wawancara pribadi dengan Ahmad Mubarok di Gedung Pasca Sarjana Fakukltas
Hukum Universitas Indonesia, Salemba. Jakarta, Jum’at 25 September 2015.
44
terlibat kasus korupsi hanyalah sebatas oknum saja, yang mencoba untuk
memperkaya diri dengan cara yang salah.49
Kemudian juga terdapat fakta bahwa pemberitaan tersebut yang
menyebutkan bahwa Partai Demokrat adalah partai terkorup nyatanya tidak
benar. Dari data yang ada pada ICW (Indonesia Corupption Watch) PDI-P pada
urutan pertama dengan 84 kasus korupsi, disusul Golkar 60 kasus, sementara dua
partai terbawah, yakni PKS 2 kasus dan PKPI 1 kasus.50
Dari semua respon terhadap pemberitaan yang mendiskreditkan Partai
Demokrat sebagai partai korup membuat SBY harus turun gunung untuk
berbenah dan memperbaiki citra partai dimata publik. Oleh karena itu merujuk
pada hasil Kongres Luar Biasa Partai Demokrat pasca mundurnya Anas
Urbaningrum sebagai Ketua Umum, SBY yang juga sebagai presiden RI kembali
menjabat empat rangkap jabatan dalam struktur partainya yaitu Ketua Dewan
Pembina, Ketua Dewan Kehormatan, dan Ketua Majelis Tinggi sekaligus Ketua
Umum Partai Demokrat.51
Tentu hal tersebut dimaksudkan atas dasar mem-
framing permasalahan yang menimpa internal partai.
49
Lihat Radiocakrawala.fm Vence Rumangkang “Partai Demokrat jelas tidak terlibat
dalam kasus korupsi yang melibatkan kader. Itu ulah oknum. Kalau partai melakukan korupsi,
tentunya Partai Demokrat sudah kaya.Tapi sampai sekarang, 10 tahun SBY berkuasa, kami
belum juga memiliki rumah sendiri (kantor DPP Partai Demokrat). Rumah kami saja masih
ngontrak dimana korupsinya partai kami?” Diakses melalui:
http://www.radiocakrawala.fm/vence-rumangkang-korupsi-partai-demokrat-bukan-dilakukan-
oleh-partai/ Pada tanggal 16 September 2015 pukul 2.45
50
Mengukur Partai Terkorup. diakses melalui:
http://antikorupsi.info/id/content/mengukur-partai-terkorup dikutip pada tanggal 16 September
2015 pukul 3.28 51
Daniel H.T, SBY Hanya Akan Sebagai Simbol Ketua Umum Partai Demokrat? Siapa
Ketua Umum Sesungguhnya?. Diakses melalui: http://www.kompasiana.com/danielht/sby-
hanya-akan-sebagai-simbol-ketua-umum-partai-demokrat-siapa-ketua-umum-
sesungguhnya_55203bc781331171739de0d6 pada tanggal 16 September 2015, pukul 4.40.
45
Sikap tersebut jelas menerangkan bahwa SBY tidak ingin partai yang
membesarkan namanya dan juga yang menjadikanya presiden, terpuruk dan
dijadikan bulan-bulanan media yang ditunggangi kepentingan tertentu. Namun
motiv dari semua itu adalah menghidari perpecahan, memang tidak ada tokoh
yang seimbang selain Anas, Supaya tidak ada peluang konflik maka semua itu
dipegang oleh Pak SBY.52
Menjelang pemilu 2014 Partai Demokrat mengadakan Rakornas yang
membahas bagaimana sikap Partai Demokrat dalam menghadapi pemilu 2014
dan mencoba memulihkan kekuatan serta citra baik partai. Dalam hasil Rakornas
tersebut disebutkan bahwa strategi utama Partai Demokrat adalah mengandalkan
citra baik Ketua Umum PD yaitu Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden
selama dua periode kepemimpinan. Selama kepemimpinan SBY telah
menunjukan sikap yang tegas serta memiliki integritas
Melihat situasi politik yang kritis tersebut, Ketua Dewan Pembina (kini
Ketua Umum) Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono segera melakukan
konsolidasi politik. Dari hasil konsolidasi tersebut terdapat empat misi
penyelamatan Partai Demokrat.53
Langkah awal yang di lakukan adalah
melakukan gerakan konfrontatif dengan membersihkan praktik korupsi dijajaran
internal partai. Seluruh fungsionalis Partai Demokrat diwajibkan
menandatangani nota kesepahaman sebagai bentuk komitmen politik untuk tidak
melakukan korupsi,
52
Wawancara pribadi dengan Ahmad Mubarok di Gedung Pasca Sarjana Fakukltas
Hukum Universitas Indonesia, Salemba. Jakarta, Jum’at 25 September 2015. 53
Muhammad Rifai Darus, Membaca Peluang Kemenangan Partai Demokrat Pada
Pemilu 2014. Diakses pada jumat kamsis 25 Junu 2015 melalui: www.demokrat.or.id
46
Kedua, mereorganisir dan merestrukturisasi partai guna menyusun
kekuatan di tengah ancaman kerusakan akibat praktik korupsi berikut
dampaknya. SBY juga merombak struktur partai pasca mundurnya Anas sebagai
ketua umum yang terjerat kasus korupsi.
Ketiga, menegaskan orientasi partai sekaligus memimpin misi
penyelamatan Partai Demokrat. Kongres Luar Biasa menjadi Forus Penyesuaian
bagi kader partai guna mempersiapkan diri menghadapi perubahan politik.
Keempat, melakukan transformasi dan menjadi partai yang lebih modern
bisa dilihat dari model penjaringan capres, apakah berlangsung tertutup atau
terbuka. Meski hasil akhir konvensi, yang merujuk hasil survey pada
masyarakat, namun keputusan tetap berada dilingkungan Majelis Tinggi Partai
Demokrat.
Kemudian juga terdapat beberapa upaya tindakan solutif lainnya,
diantaranya adalah track record keberhasilan SBY dan kalim keberhasilan
kebijakan sebagai pemimpin partai dan pemimpin negara. Mengapa demikian?
Penulis akan mendeskripsikanya pada bagian paragraf selanjutnya secara
singkat.
Pemilu 2004 adalah pemilu yang ke-9 selama Indonesia Merdeka atau
pemilu yang ke-2 pasca reformasi digulirkan. Partai Demokrat bersiap-siap
untuk bertarung dalam pemilihan anggota DPR, DPD, DPRD tingkat Provinsi
dan DPRD Kabupaten/kota yang dilaksanakan pada 5 April 2004. Pemilu yang
menggunakan sistem proporsional (setengah) terbuka berbasis pemilihan.
47
Partai Demokrat sebagai partai baru harus memiliki mekanisme dan
strategi pencalonan agar terhindar dari distorts politik di internal partai. DPP
Partai Demokrat melaksanakan Rapat Pimpinan Nasional III di Hotel Crown
Centre Plaza Jakarta tanggal 23 dan 24 Desember 2003. Agendanya khusus
membicarakan persiapan penyusunan caleg anggota DPR, DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten/kota guna menghadapi pemilu 5 April 2004.
DPP menetapkan tiga langkah strategis yang harus dilakukan, pertama,
verifikasi administrasi, rekruitmen calon anggota legislative dan
pemasyarakatan/sosialisasi. Untuk memenangkan dan menggolkan tujuan partai,
partai Demokrat membentuk Badan Pemenangan Pemilu (BPP) berdasarkan
keputusan DPP Partai Demokrat nomer 46/SK/DPP.PD/XI/2003. Target Badan
Pemenangan Pemilu sebagaimana di amanahkan oleh SBY saat memberikan
pembekalan pada Pelatihan Kader Kepemimpinan 7 September di Wisma
Kinasih Bogor.”Partai Demokrat paling tidak harus memperoleh 3 persen lebih,
kalau bisa 5 persen paling tidak harus (meraih) 8,5 juta suara” ujar SBY
kepada jajaran pengurus pusat dan DPD se Indonesia.54
Kemudian melihat respon seluruh rakyat Indonesia dengan hadir nya
Partai Demokrat dan SBY sebagai figuritas baru menjadi harapan tersendiri bagi
rakyat Indonesia. Tingkat partisipasi rakyat Indonesia cukup meyakinkan dengan
dukungan sebanyak 8 juta suara (7,8%) dengan meraih kursi di DPR 56 kursi
(10,18%). Dari presentase tersebut Partai Demokrat berhak atas pencalonan
Susilo Bambang Yudhoyono-Muhammad Yusuf Kalla sebagai pasangan
54
Boroma, Sejarah Kemenangan Partai Demokrat. hal, 94.
48
presiden dan wakil presiden. Dan hasilnya sangat menakjubkan, pasangan
tersebut didukung oleh lebih dari 60% pemilih pada pemilu presiden putaran
kedua mengalahkan incumbent Megawati Soekarnoputri yang berpasangan
dengan KH Hasyim Muzadi (Ketua Umum PBNU), yang diselenggarakan pada
20 September 2004.55
Dalam menghadapai pemilu 2009 kali ini Partai Demokrat sudah
memiliki bingkai kerja atau frame work untuk mencapai kemenangan. Dimana
dalam bingkai kerjanya, PD harus melakukan konsolidasi organisasi ke daerah-
daerah, melakukan rekonsiliasi yang harus dilaksanakan pada berbagai
kesempatan, dan melakukan kaderisasi yang gencar dan terus-menerus, hal ini
disebabkan PD sedang memburu ketertinggalanya menjelang pemilu 2009.
Kemudian dalam target pencapaian yang dihasilkan dari Rapat Pimpinan
Nasional (Rapimnas) bahwa perolehan suara harus naik menjadi 15%. Dan untuk
mencapai target terdapat dua pilar pondasi politik yaitu, pertama bertumpu pada
citra politik SBY di mata publik, dan menjadi modal utama dalam meraih target
tersebut. Kedua bertumpu terhadap kekuatan dan mesin partai yang berjalan
dengan efektif sebagai modal meraih kemenangan dalam pemilu 2009.
55
Tingkat partisipasi masyarakat untuk pemilihan legislative pada pemilu 2009, 70,99
persen dari jumlah pemilih sedangkan Tingkat partisipasi rakyat Indonesia dalam Pemilihan
presiden dan wakil Presiden adalah 127,983,655 suara dari total Daftar pemilih Tetap (DPT)
berdasarkan nomor Surat Keputusan (SK): 356/kpts/KPU/tahun 2009, 176,411,434 suara. Sekitar
27 persen masyarakat Indonesia tidak menyalurkan aspirasinya. Berdasarkan rekapitulasi
Nasional pemilu presiden 2009 (22-23 Juli 2009). Angka tidak menyalurkan aspirasi pada
momentum pemilu adalah angka tertinggi dibandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya di
Indonesia. Pada pemilu 2004, 15,93 persen, pemilu 1999, 7,26 persen dan angka paling rendah
dalam tidak partisipasi masyarakat adalah pada pemilu tahun 1977 yaitu 3, 48 persen. lihat
website kpu.go.id
49
Dari hasil pemilu legislative 2009 Partai Demokrat meraih suara
sebanyak 2.703.137 atau sekitar 20,85% dari total suara dan memperoleh kursi
148 di DPR RI. Berbeda pada pemilu sebelumnya, perolehan suara PD
mengalami kenaikan yang sangat drastis. Hal tersebut tentu berbanding lurus
dengan kesiapan dan kematangan partai dalam menyikapi pemilu serta tidak lain
juga sosok figur SBY yang memiliki solditas terhadap partai dan juga daya tarik
besar bagi rakyat dan juga prestasi SBY dalam periode pemerintahan
sebelumnya. Melalui pooling dan survey yang dilakukan ternyata SBY sangat
diinginkan untuk kembali menjadi presiden pada tahun 2009.
Kemudian mejelang pemilu presiden, SBY memutuskan untuk merekrut
Boediono sebagai cawapres yang menggantikan pasangan sebelumnya yaitu
Jusuf Kalla. Hal tersebut sempat menimbulkan pro dan kontra di masyarakat
maupun di internal partai terhadap sikap SBY ketika itu, SBY dianggap tidak
profesional terhadap pilihannya karena Boediono sendiri bukan politisi yang
hanya menjabat sebagai Direktur Bank Indonesia pada saat itu.
Namun hal tersebut tidak merenungkan niat SBY untuk tetap maju
kembali pada pemilu presiden periode 2009-2014 dan pada akhirnya SBY-
Boediono berhasil menjadi pemenang pemilu presiden periode 2009-2014
mengungguli dua pasangan calon lainnya. Banyak partai yang mendekati dan
ingin berkoalisi dengan Partai Demokrat diantaranya PKS, PKB, PPP dan PAN.
50
Sehingga Capres SBY yang diusung oleh Partai Demokrat menang hanya
dengan 1 kali putaran yaitu sebanyak 60,80% suara.56
Tidak dapat dipungkiri bahwa kesuksesan SBY dalam mengelola partai
nya berbanding lurus dengan hasil yang dicapai. Menurut penulis bahwa
kepemimpinan SBY pada Partai Demokrat yang membawa Partai Demokrat
berhasil memenangkan pemilu selama dua periode. Sehingga hal tersebut
berimplikasi terhadap citra SBY dimata publik yang secara tidak langsung
membentuk frame. Jika kesuksesan Susilo Bambang Yudhoyono adalah
merupakan kesuksesan Partai Demokrat begitu juga dengan sebaliknya.
Sehingga kesuksesan pemerintahan SBY berimplikasi pula terhadap Partai
Demorkrat.
Kemudian klaim keberhasilan kebijakan dalam pemerintahan. Dari total
sekitar 60% pemilih pada pemilu 2009 yang tidak loyal, yang artinya pilihan
mereka sangat ditentukan oleh logika komparasi. Pemilih tidak loyal tersebut
bukan dari masyarkat desa saja, bahkan kota metropolitan sekalipun memiliki
presepsi bahwa kondisi dibawah pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
lebih baik dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya.
Penentuan pilihan kepada Demokrat ini karena proses komparasi
diniscayakan oleh, pertama, kegagalan partai politik dan tokoh-tokoh
kepemimpinan alternatif untuk memberikan harapan baru bagi pemilih. Kedua,
kekecewaan terhadap kinerja elite dan pejabat publik yang berasal dari partai
56
Dinda Septia Ningrum, Demokrat 2004 dan 2009 Jaya, 2014 Menghilang. Diakses
pada tanggal 20 August 2015 melalui:
http://www.kompasiana.com/dindaseptianingrum/demokrat-2004-dan-2009-jaya-2014-
menghilang_54f74d17a33311372d8b4583
51
politik pilihan mereka tahun 2004. Logika komparasi inilah yang menyebabkan
Partai Demokrat mendapatkan eksternalitas positif terbesar dari swing voter.57
Program-program pemerintah selama masa kepemimpinan Susilo
Bambang Yudhoyono-M. Yusuf Kalla sebagai capaian kesuksesan program
partai Demokrat yang menjadi sorotan publik. Politik citra tersebut yang
dimainkan partai Demokrat sangat baik, Susilo Bambang Yudhoyono yang
santun dan berprestasi mampu mengangkat popularitas dan elektabilitas partai.
Program-program yang bersentuhan dengan rakyat seperti Bantuan langsung
Tunai (BLT), Pemberantasan korupsi, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan
ekonomi makro seperti tidak berhutang lagi dengan IMF menjadi isu kampanye
partai Demokrat.
Dalam kampanye Partai Demokrat, secara utuh program-program
pemerintah sebagai isu kampanyenya. Bisa di lihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1.1
Isu dan Jargon Kampanye Partai Demokrat tahun 2009
Isu Kampanye Jargon Kampanye
- Pemerintahan memperbaiki
ekonomi dengan tidak
berhutang kepada IMF.
- Pemerintah membantu rakyat
dengan program BLT, PNPM,
UMKM, BOS, dan program
pemerintah lainya.58
LANJUTKAN
57
Andi Irawan, Fenomena Kemenangan Partai Demokrat, Senin, 20 April 2009,
http://www.tempointeraktif.com/hg/kolom/2009/04/20/kol,20090420-70,id.html 58
Firmanzah, Persaingan Legitimasi Kekuasaan dan Marketing Politik (Jakarta:
Obor,2010), hal.234
52
Kebijakan-kebijakan yang direalisasikan oleh pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono dengan leluasa diakui sebagai program Partai Demokrat
yang diimbangi dengan posisi partai-partai koalisi. Dari situ lah keuntungan
Partai Demokrat yang mengakuisisi seluruh kesuksesan dari program pemerintah
dibawah kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyon yang secara tidak langsung
membangun sebuah bingkai (frame).
Dalam hal ini tentu tindakan aksi kolektif yang dilakukan adalah becorak
politis yang inheren didalam gerakan sosial. Itu terkait dengan tujuan-tujuan
yang hendak ingin dicapai lewat aksi gerakan-gerakan sosial, yang secara jelas
mencakup perubahan didalam distribusi dan kewenangan partai politik. Tujuan
politis tersebut hanya mungkin dicapai melalui interaksi yang berkelanjutan
dengan aktor didalam maupun diluar gerakan.59
Tentu Partai Demokrat mempunyai maksud dan tujuan dalam
mengadakan konvensi capres menjelang pilpres 2014. Hal ini juga merupakan
upaya gerakan pembingkaian (framing) partai dalam menaikan elektabilitas
partai tersebut. Namun dari hasil konvensi tersebut menunjukan bahwa partai
politik memiliki peran yang berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan.
Bahwasannya partai politik memiliki hak otonom yang lebih dominan daripada
hasil survey yang notabenya hanya sebagai data awal dalam pengambilan
keputusan. Dan dari hasil konvensi tersebut tidak memilki arti penting karena
dari perolehan suara legislatif partai yang tidak memadai untuk mengusung
calon presiden.
59
Quintan Wiktorowicz, Aktivisme Islam: Pendekatan Teori Gerakan Islam… hal. 3
53
Dari semua paragraf diatas adalah usaha atau upaya Partai Demokrat
dalam membuat gerakan framework (bingkai kerja) untuk menghadirkan langkah
solutif dalam mengcover permasalahan yang sedang melanda kubu Partai
Demokrat dari faktor eksternal maupun internal partai sendiri.
C. Motivasional Framing
Kemudian tahap akhir dalam sebuah frame adalah melakukan tindakan
kolektif melalui aksi-aksi yang di pimpin oleh aktor gerakan frame. Dalam
pengertianya motivasional framing adalah gerakan yang memberikan
pemahaman dasar untuk mendorong tumbuhnya dukungan kolektif
(Motivational Framing).60
Pada tahap ini faktor pemimpin memiliki peran yang
sangat signifikan terhadap hasil framing yang didapat.
Kehidupan politik tidak bisa dilepaskan dari simbol.61
Sebuah simbol
merupakan refleksi dari sebuah suksesi kekuasaan seorang tokoh. Sebuah simbol
atau perlambang itu mempunyai fungsi penting sebagai alat berkomunikasi.62
Inilah yang terjadi pada Partai Demokrat. Susilo Bambang Yudhoyono dijadikan
sebuah simbol partai. Bahkan tidak ada sosok yang dapat menyaingi
kepemimpinan SBY.63
60
Jonathan Christiansen, Framing Theory. (Sociology Reference Guide: Theories Of
Soicial Movement), (California:Salem Press,2011)., h.148. 61
Lihat, Fauzi Fashri, Penyingkapan Kuasa Simbol, Apresiasi Reflektif Pemikiran
Pierre Bourdieu., (Yogyakarta: Juxtapose, 2008). 62
M Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik., (PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta,
2009), hal, 254. 63
Wawancara pribadi dengan Ahmad Mubarok di Gedung Pasca Sarjana Fakukltas
Hukum Universitas Indonesia, Salemba. Jakarta, Jum’at 25 September 2015.
54
Partai sebagai entitas politik pasti membutuhkan simbol, mitos, doktrin,
dan dalam kadar tertentu ideologi.64
Karena hal tersebut sangat berpengaruh
ketika dihadapkan dengan pemilu. Jadi kharismatik tokoh bisa mendongkrak
identitas partai politik. Bahkan kharismatik tokoh juga bisa membuat orang rela
mati demi politik.65
Hal ini lah yang terjadi pada Partai Demokrat. SBY sangat
memiliki kharismatik dalam kepemimpinannya, yang membuat seluruh kader
partai rela mati untuk pemimpin dan partainya.
Susilo Bambang Yudhoyono mencoba membangun partainya dengan
citra dirinya sendiri, sehingga muncul sebuah anggapan bahwa tanpa SBY Partai
Demokrat bukanlah apa-apa. Citra merupakan rekonstruksi atas simbol dan
penampilan produk, entah itu barang atau jasa.66
Hal itu dikarenakan hanya demi
kekuasaan agar seluruh faksi yang ada pada Partai Demokrat tetap percaya
dengan kepemimpinan SBY.
Dalam teori frame resonance atau resonansi pembingkaian, salah satu
cara untuk membuat sebuah bingkai/frame menjadi bergaung adalah ketika
orang yang mengekspresikan bingkai itu terlihat kredibel (credibility).67
Diperlukan aktor yang kharismatik dan kredibel untuk menggaungkan persoalan
yang dihadapi dan solusi jitu yang ditawarkan, tujuan nya agar orang-orang
tertarik untuk terlibat dalam gerakan.
64
M Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik., (PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta,
2009), hal, 262. 65
M Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik… hal, 265.
66
M Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik… hal, 274.
67
Jonathan Christiansen, Framing Theory, dalam “Sociology Reference Guide:
Theories Of Social Movements. Hal, 151.
55
Kredibelitas Susilo Bambang Yudhoyono dalam frame resonance tidak
diragukan lagi. Hal tersebut juga di ungkapkan dalam sesi wawancara dengan
salah satu kader Partai Demokrat yaitu Ruhut Sitompul.
“Kami selalu berterimakasih betul kepada Tuhan bahwa kami memiliki kader
yang sangat diberkati-Nya yaitu Bapak SBY, walaupun kami pernah jatuh
tetapi kami punya keyakinan dan disutulah Pak SBY menanamkan kepada kami
bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan dan bekerjalah terus untuk rakyat
karena rakyat sangat cerdas nyatanya”68
Dari pernyataan diatas penulis beranggapan bahwa sosok Susilo Bambang
Yudhoyono merupakan sosok yang kharismatik yang dapat menggaungkan
persoalan yang dihadapi dan menhadirkan tindakan yang solutif.
Dalam hasil wawancara dengan Ahmad Mubarok, disebutkan bahwa
SBY selalu berpegangan teguh dengan ideologi partai dan selalu mengingatkan
kepada seluruh kader Partai Demokrat unutk tetap memiliki kepercayaan
terhadap pemimpin dan partainya. Sehingga hal tersebut menjadi sebuah upaya
framing untuk SBY dan partainya dalam menanggulangi permasalahan yang ada.
Dan secara tidak langsung hal tersebut tentu berpengaruh terhadap efektifitas
antara hubungan pemimpin dengan konstituen, yang membuat partai dapat
bertahan sejauh ini.
Asset Partai Demokrat yang tidak dimiliki oleh partai lainya adalah sosok
Susilo Bambang Yudhoyono yang memiliki elektabilitas serta popularitas
dimasyarakat cukup tinggi dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang ada di partai
lain. Weber (1988) kharisma merupakan kualitas keperibadian seseorang atau
pemimpin yang mampu mengikat dan mengikat orang-orang sekitarnya. Orang
68
Wawancara pribadi dengan Ruhut Sitompul di Gedung DPR RI Senayan. Jakarta,
Rabu 9 September 2015.
56
yang kharismatik mempunyai kemampuan untuk mempesona orang lain
sehingga ia dapat membangun hubungan yang memikat sekaligus mengikat
dengan berbagai macam tipe orang.69
Kharisma tersebut sangat melekat pada sosok Susilo Bambang
Yudhoyono dengan gaya dan kepribadianya yang santun, intelektual, gagah, dan
memiliki daya tarik untuk mengikat pemilih masyarakat Indonesia. Oleh karena
itu hal tersebut di eksploitasi oleh Partai Demokrat sebagai asset partai yang
harus dipertahankan. Berhubungan dengan ciri khas orang Indonesia, ketokohan
dalam suatu partai politik sangat penting sebagai alat pengikat pemilih, hal
tersebut berlaku pada partai yang ada di Indonesia.
Karena hal tersebut sangat berhubungan dengan iklim sosial yang ada di
Indonesia. Sosok ketokohan sangat dibutuhkan oleh partai dalam rangka
memikat dan mengikat hati pemilih yaitu rakyat Indonesia. Hal ini juga
bertujuan untuk memberikan ruang partisipasi politik, hak, dan tanggung jawab
sebagai masyarakat Indonesia. Jadi, keseimbangan dalam ketokohan partai dan
program-program sangat dibutuhkan dalam rangka mensejahterakan dan
memajukan masyarakat Indonesia dan hal tersebut dijadikan sebuah bingaki
(frame) bagi Partai Demokrat untuk dapat bertahan dalam pemilu 2014.
Dari keseluruhan framing yang dilakukan oleh Partai Demokrat dan
Susilo Bambang Yudhoyono serta faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan framing tersebut penulis berpendapat bahwa langkah itu berhasil
mendongkrak kembali popularitas partai. Perkembangan politik menjelang
69
Weber dalam Doyle Paul Jhonson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, jilid I (Jakarta:
Gramedia, 1998), hal. 229
57
pemilu 2014 menjadi moment yang sangat krusial bagi partai besutan Susilo
Bambang Yudhoyono ini.
Berbeda dengan apa yang terjadi pada Partai Keadilan Sejahtera, proses
framing politik yang dilakukan oleh kader maupun elit partai PKS dinilai sangat
sukses karena berhasil mendongkrak perolehan suara PKS dari pemilu
sebelemunya dengan perolehan 8,2 juta suara atau setara dengan 7,89% dan pada
pemilu 2014 berhasil memperoleh 8,4 juta suara atau setara dengan 8,0%.
Karena sebelumnya banyak opini yang memprediksi bahwa partai islam akan
mengalami penurunan pada pemilu 2014, namun hal tersebut tidak berlaku untuk
PKS. Partai ini justru mengalami kenaikan sebanyak 0,2% presentase suara.70
Framing Partai Demokrat juga berbeda dengan contoh kasus yang terjadi
pada Partai Bulan Bintang. Partai Bulan Bintang dalam framing nya dinilai
relative gagal karena pada pemilu pileg 2009 partai besutan Yusril ini berhasil
meraih suara sebesar 1,8 juta suara yang setara dengan 1,79% yang tidak mampu
melampaui parliamentary threshold 2,5%. Namun ketika pemilu pileg 2014 lalu
Partai Bulan Bintang berhasil meraih suara 1,6 juta suara yang setara dengan
1,46% yang lagi-lagi tidak lolos parliamentary threshold 3,5%.71
70
Lihat website kpu.go.id 71
Lihat website kpu.go.id
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sosok Susilo Bambang Yudhoyono menjadi sangat popular semenjak
dirinya berhasil memimpin dan membawa Partai Demokrat memenangi pemilu
pada dua periode yaitu 2004-2009 dan 2009-2014. Keberhasilan tersebut tentu
dilatar belakangi oleh beberapa faktor namun faktor yang sangat dominan adalah
sosok SBY itu sendiri. Kemudian pada periode ke-dua kepemimpinanya Partai
Demokrat dilanda berbagai macam permasalahan terkait korupsi yang menjerat
beberapa kader dan elit partai Demokrat.
Dari situ kemudian penulis mencoba menyimpulkan beberapa fenomena
politik terkait framing partai Demokrat. Bahwasanya dalam mengatasi
permasalahan tersebut dibutuhkan frame untuk partai Demokrat dapat berhasil
survive dalam pemilu 2014. Terdapat beberapa framing yang dilakukan oleh
Partai Demokrat yang penulis berhasil temukan melalui beberapa sumber buku
dan hasil dari wawancara.
Pertama, adalah peran aktor Susilo Bambang Yudhoyono dalam Partai
Demokrat. Kharismatik yang ada pada sosok SBY sangat mempesona sehingga
secara tidak langsung SBY dijadikan simbol komunikasi antara pemimpin dan
konstituenya. Kemudian dari efektifitas hubungan antara pemimpin dan
konstituenya terbentuklah kelembagaan yang kuat dan loyal. Hal tersebut
59
merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam framing yang dilakukan Partai
Demokrat.
Kedua, adalah keberhasilan Susilo Bambang Yudhoyono dalam
memimpin Partai Demokrat dan juga sebagai Presiden. Dengan gaya
kepemimpinannya, SBY berhasil membawa partai Demokrat memenangi pemilu
selama dua periode. Sehingga hal tersebut berimplikasi terhadap citra SBY
dimata publik yang secara tidak langsung membentuk frame. Jika kesuksesan
Susilo Bambang Yudhoyono adalah merupakan kesuksesan Partai Demokrat
begitu juga dengan sebaliknya. Sehingga kesuksesan pemerintahan SBY
berimplikasi pula terhadap Partai Demorkrat.
Ketiga, adalah personalisasi yang dilakukan Susilo Bambang
Yudhoyono terhadap institusional partai Demokrat. Kepemimpinan SBY dalam
partainya memang sudah menjadi personalisasi dalam institusional partainya.
Metode kepemimpinan SBY dalam mengelola partainya dinilai berhasil dalam
menjalankan efektivitas pola hubungan antara pemimpin dan kader Partai
Demokrat. SBY tidak memiliki sosok pesaing yang berarti di dalam partainya.
Hal ini juga merupakan sebuah framing dalam menjaga keutuhan konstituen
partai maupun partisipan.
Dari beberapa faktor diatas merupakan sebuah frame yang terbentuk dan
dilatar belakangi oleh sosok Susilo Bambang Yudhoyono. Memang dari semua
frame yang ada, faktor yang paling dominan dalam framing adalah sosok Susilo
Bambang Yudhoyono itu sendiri. Susilo Bambang Yudhoyono dijadikan
60
instrument politik dalam membingkai permasalahan yang menimpa Partai
Demokrat.
SBY mencoba membangun partai nya dengan citra dirinya sendiri,
sehingga muncul sebuah anggapan bahwa tanpa SBY Partai Demokrat bukanlah
apa-apa. Personalisasi yang dilakukan Susilo Bambang Yudhoyono didalam
partai nya berhasil membangun kelembagaan partai yang kuat. Kemudian
kharismatik yang ada pada sosok Susilo Bambang Yudhoyono merupakan
sebuah asset partai yang kemudian di eksploitasi dan berhasil mendongkrak citra
serta popularitas partai Demokrat.
Dan juga beberapa faktor pendukung yang menentukan keberhasilan
jalanya frame yang dilakukan oleh Partai Demokrat. Salah satunya adalah claim
yang menyebutkan keberhasilan kepemimpinan SBY dalam merealisasikan
kebijakannya. Program-program selama pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono-M. Yusuf Kalla sebagai capaian kesuksesan program partai
Demokrat yang menjadi sorotan publik. Politik citra tersebut yang dimainkan
partai Demokrat sangat baik, Susilo Bambang Yudhoyono yang santun dan
berprestasi mampu mengangkat popularitas dan elektabilitas partai.
Susilo Bambang Yudhoyono menjelaskan bahwa antara Partai Demokrat
dan dirinya adalah kesatuan yang tidak disangsikan lagi, Partai Demokrat lahir
secara resmi pada 9 September 2001 dan Susilo Bambang Yudhoyono lahir pada
9 September 1949. Kesamaan tersebut juga merupakan sebuah kelembagaan
partai yang menenutkan keberhasil frame yang dilakukan Partai Demokrat.
61
Partai Demokrat lahir sebagai harapan baru bagi bangsa dan negara yang
menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Hal ini berketepatan dengan lahirnya
Indonesia baru yang demokratis pasca reformasi. Hal tersebut juga merupakan
salah satu faktor yang mendukung keberhasilan framing partai. Dari situ
kemudian penulis beranggapan bahwa kemunculan Partai Demokrat didasarkan
atas situasi yang historis yang membuat Partai Demokrat menjadi partai yang
fenomenal bersama pemimpinya SBY yang kemudian memenangkan pemilu dua
periode sekaligus.
Secara ideologis Partai Demokrat merupakan sebuah partai politik yang
berideologi nasionalis-religius. Dengan masyarakat Indonesia yang mayoritas
muslim ini sangat berpengaruh bagi kehadiran Partai Demokrat sebagai partai
baru dan modern serta menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Dan hal itu
dijadikan framing motivasi dengan merujuk pada dasar platform partai Demokrat
yang berideologi Nasionalis-Religius.
Dalam hasil wawancara dengan Ahmad Mubarok, disebutkan bahwa
SBY selalu berpegangan teguh dengan ideologi partai dan selalu mengingatkan
kepada seluruh kader Partai Demokrat unutk tetap memiliki kepercayaan
terhadap pemimpin dan partainya. Sehingga hal tersebut menjadi sebuah framing
untuk SBY dan partainya dalam menanggulangi permasalahan yang ada. Dan
secara tidak langsung hal tersebut tentu berpengaruh terhadap efektifitas antara
hubungan pemimpin dengan konstituen, yang membuat partai dapat bertahan
sejauh ini.
62
B. Saran
Penulis mencoba memberikan saran kepada para peneliti-peneliti yang
ingin melakukan penelitian terkait dengan gerakan sosial dalam prespektif
framing untuk mengkaji lebih dalam bagaimana proses dan terbentuknya sebuah
frame agar dapat memahami proses terbentuknya frame tersebut. Framing dalam
gerakan sosial khususnya pada partai politik berguna untuk memahami sebuah
ideologi serta strategi yang dijalankan dalam menggapai tujuan-tujuan politik
dalam sebuah gerakan. Khususnya pada skripsi kali ini framing berfungsi
sebagai sarana manajemen konflik dan strategi politik untuk dapat bertahan
ketika sebuah partai dilanda masalah besar.
Kemudian penulis juga memberikan saran untuk para peneliti yang ingin
melakukan penelitian serupa agar menggunakan pendekatan gerakan sosial
dalam prespektif framing khususnya dalam sebuah kasus yang menimpa suatu
kelompok sosial atau partai politik. Tujuannya agar mendapatkan data dan fakta
yang komprehensif terhadap apa yang diteliti.
xi
DAFTAR PUSTAKA
Buku
A, Denny J. Jejak-Jejak Pemilu 2004: talkshow Denny J.A Dalam Dialog Aktual
Radio Delta FM., LKIS Yogyakarta: Agustus 2006.
Alfian, M Alfan. Menjadi Pemimpin Politik. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta: 2009.
Boroma, Suhendro. Sejarah dan Kemenanga Partai Demokrat. Jala Permata,
Jakarta:2010.
Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik, cet.17. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2002.
Christiansen, Jonathan. Framing Theory. Sociology Reference Guide: Theories
Of Soicial Movement. t.t.
Dhakiedae, Daniel. Partai Politik Indonesia: Idelogi dan Program 2004-2009.
Jakarta: Kompas, 2004.
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.
Lkis:2011.
Fashri, Fauzi. Penyingkapan Kuasa Simbol, Apresiasi Reflektif Pemikiran Pierre
Bourdieu., Yogyakarta: Juxtapose, 2008.
Firmanzah, Persaingan Legitimasi Kekuasaan dan Marketing Politik. Jakarta:
Obor,2010.
Hisyam, Usamah. Lika-liku Karier Sang Bintang, (MO) Men’s Obsession, Edisi
Khusus Mini Biografi SBY, Jakarta: PT. Dharmapena, 2004.
Jhonson, Doyle Paul. Teori Sosiologi Klasik dan Modern, jilid I
Jakarta:Gramedia, 1998.
Ombara, Yahya. Presiden SBY yang Saya Kenal. Yogyakarta: Eswi
Fondation,2007.
Snow, David A. Framing Process, Ideology, and Discursive Fields,. Dalam The
Blackwell Companion to Social Movements. United Kingdom:
Blackwell Publishing, 2004.
xii
Subakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik., PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta: 1992.
Tandjung, Akbar. The Golkar Way: Survival Partai Golkar di Tengah
Turbulensi Politik Era Transisi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama,
2007.
Wiktorowicz, Quintan. Aktivisme Islam: Pendekatan Teori Gerakan Islam.
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta: 2007.
Wirawan, Kapita Selekta Kepemimpinan, Pengantar untuk Praktek dan
penelitian, Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia dan UHAMKA, 2003.
Yudhoyono, Susilo Bambang. Selalu Ada Pilihan: Untuk Pencinta Demokrasi
dan Pemimpin Indonesia Mendatang. PT. Kompas Media
Nusantara: Jakarta, 2014.
Internet
Tempo.Co Partai Demokrat Diakses pada tangga; 5 Oktober 2015 melalui:
http://pemilu.tempo.co/read/partai/8/PartaiDemokrat-PD
Hukum Online diakses pada tanggal 15 April 2015 melalui:
www.hukumonline.com
Ayobai.Org Tentang Partai Demokrat diakses pada tanggal 13 Mei 2015
melalui: www.ib.ayobai.org/sejarah-partai-demokrat
Darus, Muhammad Rifai. Membaca Peluang Kemenangan Partai Demokrat
Pada Pemilu 2014. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2015
melalui:http://www.demokrat.or.id/?p=23470
Didik Pambudi Demokrat.or.id Inilah Hasil Konvensi Capres Partai Demokrat
Tahun 2014 diakses pada tangal 24 April 2015,
melalu:www.Demokrat.or.id/2014/05/inilah-hasil-konvensi caprespartai-
demokrat/
Faiz Nashrillah, Pemilu.Tempo.Co Diakses pada tangal 15 Mei 2015, melalui:
www.pemilu.tempo.co
Demokrat.or.id Portal Online Dewan Pimpinan Partai Demokrat. Diakses
pada tanggal 20 Agustus 2015 melalui:
http://www.demokrat.or.id/?page_id=5
xiii
Kompasiana.com, Hasil Pemilu Legislatif 5 April 2004. Diakses pada tanggal
20 Agustus 2015 melalui:
http://partai.info/pemilu2004/hasilpemilulegislatif.php
Kompasiana.com, Demokrat 2004-2009 Jaya, 2014 Menghilang, Diakses pada
tanggal 20 Agustus 2015 melalui:
http://www.kompasiana.com/dindaseptianingrum/demokrat -2004-dan
2009-jaya-2014 menghilang_54f74d17a33311372d8b4583
Poltrcking.com, Parti Demokrat. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2015
melalui: http://poltracking.com/partai-demokrat.
Rumangkang, Vence. “Partai Demokrat jelas tidak terlibat dalam kasus korupsi
yang melibatkan kader. Itu ulah oknum. Kalau partai
melakukan korupsi, tentunya Partai Demokrat sudah kaya.Tapi
sampaisekarang, 10 tahun SBY berkuasa, kami belum juga memiliki
rumah sendiri (kantor DPP Partai Demokrat). Rumah kami saja
masih ngontrak dimana korupsinya partai kami?” Diakses melalui:
http://www.radiocakrawala.fm/vence-rumangkang-korupsi-partai
-demokrat-bukan dilakukan-oleh-partai/ Pada tanggal 16 September
2015.
Antikorupsi.info Mengukur Partai Terkorup, diakses pada tanggal 16
September 2015 melalui:
http://antikorupsi.info/id/content/mengukurpartai-terkorup
Nasional.kompas.com, Demokrat Dicap Partai Terkorup, SBY Tak Terima,
diakses pada tanggal 16 September 2015 melalui:
http://nasional.kompas.com/read/2013/10/26/1256265/Demokrat.Dicap
.Partai.Korup.SBY.Tak.T rima
H.T, Daniel. Kompasiana.com SBY Hanya Akan Sebagai Simbol Ketua Umum
Partai Demokrat? Siapa Ketua Umum Sesungguhnya?. Diakses
pada tanggal 16 September 2015 melalui:
http://www.kompasiana.com/danielht/sby-hanya-akan-sebagai
simbolketua-umum-partai-demokrat-siapa-ketua-umum
sesungguhnya_55203bc781331171739de0d6
Irawan, Andi. Tempointeraktif.com Fenomena Kemenangan Partai Demokrat,
Diakses pada tanggal Senin, 20 April 2009 melalui,
http://www.tempointeraktif.com/hg/kolom/2009/04/20/kol,20090420
-70,id.html
xiv
KPU.go.id Hasil Penghitungan Suara Akhir Di KPU pusat. Diakses pada tanggal
5 Oktober 2015 melalui: www.kpu.go.id
Jurnal
Haryanto, Hairini, Siti Maulina. Bakar, Abu. PKBI: Aktor Intermediary dan
Gerakan Sosial Baru. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Diskusi
Muhtadi, Burhanudin. Demokrasi Zonder Toleransi, Disampaikan dalam
diskusi “Agama dan Sekularisme di Ruang Publik: Pengalaman
Indonesia” di Komunitas Salihara, Rabu 26 Januari 2011.
Koran
Dari Pacitan Menuju Istana”, KOMPAS, 20 Oktober 2004, hal. 4
Wawancara
Ruhut Sitompul (Kader Partai Demokrat/Anggota legislative periode 2009-2014
Partai Demokrat). Jakarta, 9 September 2015
Ahmad Mubarok (Pendiri Partai Demokrat/Ketua Dewan Penasihat DPP Partai
Demokrat Periode 2009). Jakarta, 25 September 2015.
top related